LAW IS TRUE
ABSTRAK
Hukum adalah peraturan atau tata tertib yang mempunyai sifat memaksa,
mengikat, dan mengatur hubungan manusia dan manusia lainnya dalam
masyarakat dengan tujuan menjamin keadilan dalam pergaulan hidup dalam
bermasyarakat. Mafia peradilan adalah bentuk pelanggaran berat yang melanggar
pasal 24 Undang-undang Dasar 1945 tentang Kekuasaan Kehakiman. Dan
janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antaramu dengan
jalan yang batil, dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim
supaya kamu dapat memakan sebagian harta orang lain dengan (jalan berbuat)
dosa, padahal kamu mengetahui. (Al-Baqarah: 188).
Kata kunci : Hukum, mafia peradilan, Undang-undang
HUKUM DAN MAFIA PERADILAN
LAW IS TRUE
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hukum adalah peraturan atau tata tertib yang mempunyai sifat memaksa,
mengikat, dan mengatur hubungan manusia dan manusia lainnya dalam
masyarakat dengan tujuan menjamin keadilan dalam pergaulan hidup dalam
bermasyarakat.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang yang telah dijelaskan di atas , maka diperoleh suatu
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Hukum?
2. Pengertian Hukum dari berbagai tokoh?
3. Bagaimana Penggolongan Hukum?
4. Lembaga Peradilan apa saja yang ada di Indonesia?
5. Bagaimana Alat Kelengkapan Peradilan?
6. Bagaimana Sikap Taat terhadap Hukum?
7. Apa Contoh Perbuatan Melanggar Hukum?
8. Bagaimana Dampak dari Mafia Peradilan?
C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan dari rumusan masalah di atas adalah sebagai
berikut :
1. Mengetahui Tentang Hukum.
2. Mengetahui definisi Hukum dari berbagai tokoh.
3. Mengetahui Penggolongan Hukum.
4. Mengetahui Lembaga Peradilan.
5. Mengetahui Alat Kelengkapan Peradilan.
HUKUM DAN MAFIA PERADILAN
LAW IS TRUE
6. Mengetahui Sikap Taat terhadap Hukum.
7. Mengetahui Contoh Perbuatan Melanggar Hukum.
8. Mengetahui Dampak dari Mafia Peradilan.
D. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Untuk mempermudah dalam memahami makalah ini, penyusun akan
menyajikan sistematika pembahasan sebagai berikut :
Bab I : Berisi tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan
Penulisan, Sistematika Pembahasan dan Metode Penulisan.
Bab II : Berisi tentang Pengertian Hukum, Penggolongan Hukum,
Sumber Hukum Formal dan Sumber Hukum Material, Tata
Hukum di Indonesia, Lembaga Peradilan di Indonesia, Alat
Kelengkapan Peradilan, Sikap Taat terhadap Hukum, Contoh
Perbuatan Melanggar Hukum dan Dampak Mafia Peradilan
Bab III : Berisi tentang Penutup yang terdiri atas Kesimpulan dan
Saran.
Demikian sistematika pembahasan yang mencakup semua
permasalahan di atas.
E. METODE PENULISAN
Dalam makalah ini, penyusun menggunakan beberapa metode penulisan
yaitu :
1. Metode Deduktif : Suatu metode penulisan dengan menempatkan
pokok atau inti masalah di awal dan dijelaskan
oleh beberapa kalimat penjelas.
2. Metode Induktif : Suatu metode penulisan dengan menempatkan
pokok atau inti masalah di akhir paragraf di
mana telah didahului kalimat penjelas.
HUKUM DAN MAFIA PERADILAN
LAW IS TRUE
3. Metode Komparatif : Suatu metode yang membandingkan dari buku
yang satu dengan buku yang lain untuk mencari
keserasian.
4. Metode Literatur : Suatu metode yang dilakukan dengan
membaca buku-buku mengenai Pendidikan
Pancasila.
5. Metode Internet : Suatu metode dengan mencari data melalui
internet karena lebih mudah dan banyak sumber
yang dapat dijadikan referensi
Demikian metode penulisan yang mencakup isi dari permasalahan di
atas.
HUKUM DAN MAFIA PERADILAN
LAW IS TRUE
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN HUKUM
1. Pengertian Hukum
Hukum adalah peraturan atau tata tertib yang mempunyai sifat memaksa,
mengikat, dan mengatur hubungan manusia dan manusia lainnya dalam
masyarakat dengan tujuan menjamin keadilan dalam pergaulan hidup
dalam bermasyarakat. Hukum yang berlaku di Indonesia disebut hukum
nasional. Tata hukum nasional adalah peraturan hukum yang berlaku bagi
degenap bangsa dan seluruh tanah air Indonesia. Tata hukum nasional itu
terdiri atas hukum tertulis dan hukum tudak tertulis.
Pengertian hukum menurut beberapa ahli:
a. Mochtar Kusumaatmadja seorang pakar hukum menjelaskan bahwa
“Hukum adalah keseluruhan kaidah-kaidah serta asas-asas yang
mengatur pergaulan hidup dalam masyarakat, yang bertujuan
memelihara ketertiban serta meliputi lembaga-lembaga dan proses
guna mewujudkan berlakunya kaidah itu sendiri sebagai kenyataan
dalam masyarakat”.
b. Hugo de Groot dalam “De Jure Belli ac facis” (1625)
Hukum adalah peraturan tentang perbuatan moral yang menjamin
keadilan.
c. Van Vellenhoven dalam “Het Adat recht van NederlandIndie”
Hukum adalah suatu gejala dalam pergaulan hidup yang bergolak
terus-menerus dalam keadaan bentur dan membentur tanpa henti-
hentinya dengan gejala-gejala lainnya.
d. Aristoteles
Hukum adalah aturan tingkah laku para anggota masyarakat, aturan
yangdaya penggunaannya pada saat tertentu diindahkan oleh suatu
HUKUM DAN MAFIA PERADILAN
LAW IS TRUE
masyarakat sebagai jaminan dari kepentingan bersama dan yang jika
dilanggar menimbulkan reaksi bersama terhadap orang yang
melakukan pelanggaran itu.
e. Samidjo, SH
Hukum adalah himpunan peraturan-peraturan yang bersifat memaksa,
berisikan suatu perintah, larangan atau ijin untuk berbuat atau tidak
berbuat sesuatu serta dengan maksud untuk mengatur tata tertib dalam
kehidupan masyarakat.
f. S.M. Amin, SH
Hukum ialah kumpulan peraturan-peraturan yang terdiri dari norma-
norma dan sanksi-sanksi. Tujuannya adalah mengadakan ketatatertiban
dalam pergaulan manusia, sehingga keamanan dan ketertiban
terpelihara.
g. J.C.T. Simorangkir, SH dan Woerjono Sastropranoto, SH
Hukum adalah peraturan-peraturan yang bersifat memaksa, yang
menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat yang
dibuat oleh badan-badan resmi yang berwajib, pelanggaran terhadap
peraturan tadi mengakibatkan diambilnya tindakan, yaitu dengan
hukuman tertentu.
Hukum yang mempunyai sifat mengatur dan memaksa ini bertujuan
untuk:
1) Mengatur pergaulan hidup manusia secara dama (L.J. Van
Apeldoorn);
2) Mencapai keadilan, yaitu adanya unsure daya guna dan
kemanfaatan (Geny);
3) Menjaga kepentingan tiap-tiap manusia supaya kepentingan-
kepentingan itu tidak dapat diganggu gugat.
Berdasarkan hal tersebut, hukum adalah norma yang bersumber
dari pemerintah atau negara. Pelangaran terhadap norma hukum akan
dikenai sanksi. Norma hukum bersifat tegas san memaksa atau mengikat.
Misalnya, jika anda mengendarai sepeda motor tidak memakai helm akan
HUKUM DAN MAFIA PERADILAN
LAW IS TRUE
dikenai sanksi berupa kurungan atau denda. Jika tidak memenuhi
peraturan universitas akan dikenai sanksi yang berlaku di universitas.
2. Ciri dan Unsur Hukum
Hukum memiliki cirri-ciri sebagai berikut.
a. Adanya perintah/larangan.
b. Perintah/larangan itu bersifat memaksa/mengikat semua orang.
Hukum mengandung beberapa unsur berikut.
a. Peraturan mengenai tingkah laku menusia dalam pergaulan
masyarakat.
b. Peraturan itu dibentuk oleh badan-badan resmi yang
berwajib/berwenang.
c. Peraturan itu bersifat memaksa.
d. Sanksi terhadap pelanggaran peraturan tersebut adalah tegas dan nyata.
B. PENGGOLONGAN HUKUM
Penggolongan hukum menurut Dudu Duswara Machmudin dan C.S.T Kansil
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1.1 Penggolongan Hukum
Jenis Penggolongan Macamnya Pengertiannya Contohnya
Berdasarkan
Sumbernya
Hukum Undang-
undang
Hukum Adat dan
Hukum Kebiasaan
Hukum
Yurisprudensi
Hukum yang tercantum di dalam
peraturna perundang-undangan
Hukum yang diambil dari
peraturan-peraturan adat dan
kebiasaan
Hukum yang berbentuk dari
putusan
UU Pemilu
Hukum adat
Minangkabau
KUHP
HUKUM DAN MAFIA PERADILAN
LAW IS TRUE
Hukum Traktat
Hukum Doktrin
pengadilan
Hukum yang ditetapkan oleh
Negara peserta perjanjian
internasional
Hukum yang berasal dari pendapat
para ahli hukum terkenal
Hukum batas
Negara
Berdasarkan
Bentuknya
Hukum tertulis
Hukum tidak
tertulis
Hukum yang dapat ditemui dalam
bentuk tulisan dan dicantumkan
dalam berbagai peraturan Negara.
Hukum tertulis terbagi atas:
a) Hukum tertulis yang
dikodifikasi
b) Hukum tertulis yang tidak
dikodifikasi
Hukum yang masih hidup dalam
keyakinan dan kenyataan di dalam
masyarakat yang bersangkutan.
KUHP, KUHD,
KUHAP
UU, Keppres, PP,
dll
Hukum kebiasaan
dan Hukum adat
Berdasarkan
Lainnya
Hukum Publik
Hukum Privat
Hukum yang mengatur hubungan
antara warga Negara dan Negara
yang menyangkut kepentingan
umum/public.
Hukum yang mengatur hubungan
antara orang yang satu dengan yang
lain dan bersifat pribadi.
Hukum tata Negara,
hukum pidana,
hukum acara pidana
Hukum perdata
Hukum dagang
Hukum waris
Berdasarkan Tempat
berlakunya
Hukum Nasional Hukum yang berlaku di dalam
suatu Negara
Hukum Australia
HUKUM DAN MAFIA PERADILAN
LAW IS TRUE
Hukum
Internasional
Hukum Asing
Hukum Gereja
Hukum yang mengatur hubungan
antara dua Negara atau lebih
Hukum yang berlaku dalam Negara
lain
Kaidah yang ditetapkan gereja
untuk para anggotanya
Hukum Indonesia,
dll
Hukum
Kewarganegaran,
Hukum Perang,
Hukum Perdata
Internasional, dll
Berdasarkan Masa
Berlakunya
Hukum positif (Ius
Constitutum)
Hukum yang Akan
Datang (Ius
Constituendum)
Hukum Universal,
Hukum Asasi atau
Hukum Alam
Hukum yang berlaku saat ini
Hukum yang dicita-citakan,
diharapkan, atau direncanakan akan
berlaku pada masa yang akan
datang
Hukum yang berlaku tenpa
mengenai batas ruang dan waktu.
Berlaku sepanjang masa, di mana
pun, dan terhadap siapapun
Hukum Geraja
Vatikan Roma
Hukum pidana
berdasarkan KUHP
sekarang
Hukum pidana
nasional yang
hingga saat ini
masih disusun
Piagam PPB
tentang DUHAM
Berdasarkan cara
mempertahankannya
Hukum Material
(Menimbulkan
Hak dan
Kewajiban)
Hukum yang mengatur tentang isi
hubungan antar sesama anggota
masyarakat, antar anggota
masyarakat dengan penguasa
negara, antar masyarakat dengan
pengusaha Negara
KUH Pidana, KUH
Perdata, UU No. 1
Tahun 1974 tentang
Perkawinan
HUKUM DAN MAFIA PERADILAN
LAW IS TRUE
Hukum Formal Hukum yang mengatur bagaimana
cara pengusaha mempertahankan
dan menegakan serta melaksanakan
kaidah-kaidah hukum material dan
bagaimana cara menuntutnya
apabila hak seseorang telah
dilanggar oleh orang lain.
Hukum Acara
Peradilan Tata
Usaha Negara
Berdasarkan
Sifatnya
Kaidah Hukum
yang Memaksa
Kaidah Hukum
yang Mengatur
atau Melengkapi
Hukum yang dalam keadaan
apapun harus ditaati dan bersifat
mutlak daya ikatnya
Kaidah hukum yang dapat
dikesampingkan oleh para pihak
dengan jalan membuat ketentuan
khusus dalam jalan membuat
ketentuan khusus dalam suatu
perjanjian yang mereka adakan.
Ketentuan pasal 340
KUH Pidana
Ketentuan pasal
1152 KUH Perdata
Khusus untuk hukum public dan hukum privat (yang digolongkan berdasarkan
idenya), apabila kita kaji ternyata memiliki perbedaan. Adapun perbedaan
tersebut adalah sebagai berikut.
Tabel 1.2 Perbedaan Hukum Privat dan Hukum Publik
Hukum Privat Hukum Publik
Mengutamakan kepentingan
individu;
Mengutamakan pengaturan
kepentingan umum
Mengatur hal ihwal (mendasar)
yang bersifat khusus;
Mengatur hal ihwal
(mendasar/awal) yang brsifat
umum
Dipertahankan oleh individu Dipertahankan oleh Negara
HUKUM DAN MAFIA PERADILAN
LAW IS TRUE
melalui jaksa
Asas perdamaian diutamakan dan
diupayakan oleh hakim
Tidak mengenal asas perdamaian
Gugatan dari pihak penggugat
dapat ditarik kembali setiap saat
Gugatan tidak dapat dicabut
kembali
Sanksinya berbentuk perdata:
macam hukumannya berupa
denda atau hukuman kurungan
sebagai pengganti hukuman
denda
Sanksinya umum: macam
hukumannya adalah hukuman
mati, penjara, kurungan, denda
dan hukuman tambahan
C. SUMBER HUKUM FORMAL DAN SUMBER HUKUM
MATERIAL
Sumber hukum adalah segala hal yang menimbulkan aturan yang
mempunyai kekuatan memaksa. Maksudnya, jika seseorang melanggar aturan
tersebut, orang itu akan dikenakan sanksi yang tegas dan nyata. Sumber
hukum dapat dikelompokkan atas sumber hukum formal dan sumber hukum
material.
Yang termasuk sumber hukum material adalah keyakinan dan perasaan
hukum individu dan pendapat umum yang menentukan isi atau material
hukum. Sumber isi atau materi hukum material antara lain dari nilai agama
dan kesusilaan, kehendak Tuhan (Thomas Aquino), akal budi (Grotius), serta
jiwa bangsa (F.C. Von Savigny). Isi hukum ini masih samar-samar. Sehingga
perlu diberi bentuk. Bentuknya adalah sumber hukum formal. Jadi sumber
hukum formal adalah perwujudan isi atau material hukum material yang
menentukan berlakunya hukum itu sendiri. Jenis-jenis sumber hukum formal
adalah sebagai berikut.
1. Undang-undang
Ada dua jenis UU yakni dalam arti material (setiap peraturan yang
dikeluarkan oleh pemerintah yang isisnya mengikat secara umum bagi
HUKUM DAN MAFIA PERADILAN
LAW IS TRUE
semua warga Negara) dan dalam arti formal (setiap peraturan yang karena
bentuknya dapat disebut UU).
2. Kebiasaan (Hukum Tidak Tertulis)
Yaitu perbuatan yang diulang-ulang terhadap hal yang sama dan kemudian
diterima serta diakui oleh masyarakat.
3. Yurisprudensi
Yaitu keputusan hakim terdahulu terhadap perkara yang tidak diatur oleh
UU dan dijadikan pedoman oleh hakim lainnya dalam memutuskan
perkara yang serupa. Dalam membuat yurisprudensi,biasa seorang hakim
akan melakukan penafsiran.
4. Traktat
Yaitu perjanjian yang dibuat oleh dua Negara atau lebih mengenai
persoalan-persoalan tertentu yang menjadi kepentingan Negara yang
bersangkutan.
5. Doktrin
Yaitu pendapat para ahli hukum terkemuka yang dijadikan dasar atau asas-
asas penting dalam hukum dan penerapannya.
D. TATA HUKUM INDONESIA
Tata hukum berasal dari bahasa Belanda “rechtorde” yaitu susunan
hukum, yang artinya memberikan tempat yang sebenarnya pada hukum. Yang
dimaksud dengan “memberi tempat sebenarnya” yaitu menyusun dengan baik
dan tertib aturan-aturan hukum dalam pergaulan hidup agar ketentuan yang
berlaku denga mudah dapat diketahui dan digunakan untuk menyelesaikan
setiap peristiwahukum yang terjadi. Pelaksanaan tata atau susunan itu
berlangsung selama ada pergaulan hidup manusia terus berkembang. Oleh
karena itu dalam tata hukum terdapat aturan hukum yang berlaku positif atau
ius constitutum, di samping aturan hukum sejenis yang pernah berlaku dan
tetap dinamakan hukum (recht).
Dalam hukum positif di Indonesia, berlaku tata j=hukum sebagai
berikut.
HUKUM DAN MAFIA PERADILAN
LAW IS TRUE
1. Hukum Tata Negara (HTN), adalah ketentuan-ketentuan yang
mengatur tentang organisasi untuk mencapai tujuannya dalam
kemasyarakatan.
2. Hukum Administrasi Negara (HAN), adalah ketentuan-ketentuan
yang mengatur tentang pengelolaan administrasi pemerintahan
dalam arti luas, yang bertujuan untuk mengetahui cara tingkah laku
Negara dan alat-alat perlengkapan Negara.
3. Hukum Perdata, adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur dan
membatasi tingkah laku manusia dalam memenuhi kepentingan
(kebutuhan)nya atau mengatur kepentingan-kepentingan
perseorangan.
4. Hukum Pidana, adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur dan
membatasi tingkah laku manusia alam maniadakan pelanggaran
kepentingan umum.
5. Hukum Acara atau Hukum Formal, adalah peraturan hukum yang
mengatur tentang cara bagaimana mempertahankan dan
menjalankan peraturan hukum material. Tata hukum ini terbagi
atas:
a) Hukum Acara Pidana, adalah ketentuan-ketentuan yang
mengatur cara bagaimana pemerintah menjaga kelangsungan
pelaksanaan hukum pidana material.
b) Hukum Acara Perdata, adalah ketentuan-ketentuan mengatur
tentang cara bagaimana mempertahankan dan menjalankan
peraturna hukum perdata material.
E. LEMBAGA PERADILAN DI INDONESIA
Lembaga peradilan di Indonesia diserahkan kepada Mahkamah Agung
sebagai pemegang kekuasaan kehakiman, yang memiliki tugas pokok seperti
menerima, memeriksa, mengadili, dan menyelesaikan setiap perkara yang
diajukan kepadanya. Lembaga peradilan di Indonesia dapat dibedakan sebagai
berikut.
HUKUM DAN MAFIA PERADILAN
LAW IS TRUE
1. Peradilan Umum (UU No. 2 Tahun 1986)
2. Peradilan Agama (UU No. 7 tahun 1989)
3. Peradilan Militer (UU No. 5 Tahun 1950)
4. Peradilan Tata Usaha Negara (UU No. 5 Tahun 1989)
Bagan di bawah ini menunjukan Susunan Badan atau Lembaga
Peradilan yang ada di Indonesia.
1. Pengadilan Umum
Pengadilan Umum memeriksa dan memutuskan perkara tingkat
pertam dari segal perkara perdata dan pidana sipil untuk semua golongan
penduduk (warga Negara dan orang asing).
Pengadilan Negeri berkedudukan di Daerah Tingkat II atau yang
setingkat. Perkara-perkara yang ada diselesaikan oleh hakim dan dibantu
oleh panitera. Pada tiap-tiap Pengadilan Negeri ditempatkan pula
Kejaksaan Negeri sebagai alat pemerintah yang ditempatkan sebagai
HUKUM DAN MAFIA PERADILAN
Mahkamah Agung
Pengadilan Tinggi
Umum/Sipil
Pengadilan Tinggi Agama
Pengadilan Tinggi Militer
Pengadilan Tinggi Tata
Usaha Negara
Pengadilan Negeri
Umum/Sipil
Pengadilan Agama
Pengadilan Militer
Pengadilan Tata Usaha
Negara
LAW IS TRUE
penuntut umum dalam suatu perkara pidana terhadap si pelanggar hukum.
Tetapi dalam perkara perdata, Kejaksaan Negeri tidak ikut campur tangan.
2. Pengadilan Agama
Pengadilan Agama memeriksa dan memutuskan perkara-perkara
yang timbul di antara umat islam, yang berkaitan dengan nikah, rujuk,
talak (perceraian), nafkah, waris, dan lain-lain. Dalam hal yang dianggap
perlu, keputusan Pengadilan Agama dinyatakan berlaku oleh Pengadilan
Negeri.
3. Pengadilan Militer
Pengadilan Militer khusus mengadili bidang pidana, khususnya
bagi:
a. Anggota TNI,
b. Seseorang yang menurut undang-undang dapat dipersamakan dengan
anggota TNI dan Polri,
c. Anggota jawatan atau golongan yang dapat dipersamakan dengan TNI
dan Polri manurut undang-undang,
d. Tidak termasuk a sampai dengan c tetapi menurut kaputusan
Menhankam yang ditetapkan dengan persetujuan Menteri Kehakiman
harus diadili oleh Pengadilan Militer.
4. Pengadilan Tata Usaha Negara
Pengadilan Tata Usaha Negara di Indonesia masih relatif baru. Ini
terbukti dari keberadaannya berdasarkan UU No. 5 Tahun 1986 dengan
Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1991.
Pengadilan Tata Usaha Negara adalah badan yang berwenang
memeriksa dan memutus semua sengketa tata usaha Negara sengketa yang
timbul sebaga akibat dikeluarkannya keputusan tata usaha Negara.
Keputusan Pengadilan Tata Usaha Negara merupakan ketetapan
tertulis yang dikeluarkan oleh badan tata usaha Negara yang berisi
tindakan hukum badan tata usaha Negara berdasarkan peraturan
HUKUM DAN MAFIA PERADILAN
LAW IS TRUE
perundang-undangan yang berlaku yang menimbulkan akibat hukum bagi
seseorang atau badan hukum.
Masalah-masalah yang menjadi jangkauan Pengadilan Tata Usaha
Negara, antara lain sebagai berikut:
a. Bidang Sosial, yaitu gugatan atau permohonan terhadap keputusan
administrasi tentang penolakkan permohonan suatu izin.
b. Bidang Ekonomi, yaitu gugatan atau permohonan yang berkaitan
dengan perpajakan, merk, agrarian, dan sebagainya.
c. Bidang Function Publique, yaitu gugatan atau permohonan yang
berhubungan dengan status atau kedudukan seseorang. Misalnya
bidang kepagaiwaian, pemecatan, pemberhentian hubungan kerja dan
sebagainya.
d. Bidang Hak Asasi Manusia, yaitu gugatan atau permohonan yang
berkaitan dengan pencabutan hak milik seseorang serta penangkapan
dan penahanan yang tidak sesuai dengan prosedur hukum (seperti yang
diatur dalam KUHP) mengenai praperadilan, dan sebagainya.
F. ALAT KELENGKAPAN PERADILAN
Alat kelengkapan peradilan Indonesia adalah sebagai berikut.
1. Hakim
Hakim adalah pejabat yang melakukan tugas kekuasaan kehakiman.
Hakim bertugas menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila
dengan jalan menafsirkan hukum dan mencari dasar-dasar serat asas-asas
yang jadi landasannya, melalui perkara-perkara yang dihadapkannya,
sehingga keputusannya mencerminkan perasaan keadilan bangsa dan
rakyat Indonesia. Hal tersebut berarti kebebasan hakim dibatasi oleh
Pancasila, undang-undang, kepentingan para pihak dan ketertiban.
2. Jaksa
Jaksa atau kejaksaan adalah lembaga pemerintah yang melaksanakan
kekuasaan Negara di bidang penuntutan serta kewenangan lain
berdasarkan undang-undang. Pengertian ini menegaskan kedudukan
kejaksaan sebagai satu-satunya lembaga penuntut yang berperan sangat
HUKUM DAN MAFIA PERADILAN
LAW IS TRUE
penting dalam upaya penegakan hukum, khususnya bertindak selaku
penuntut umum dan pelaksanaan putusan pengadilan memainkan peran
yang sangat penting dalam proses peradilan. Mengingat peran yang sangat
penting itu pula. Seorang jaksa dituntut untuk dapat bekerja secara
profesional sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
3. Polisi
Polisi atau kepolisian adalah lembaga Negara yang berperan sebagai
pemelihara Kamtibnas, penegak hukum, pelindung, serta pengayom dan
pelayan masyarakat. Kepolisian Negara RI memiliki visi yaitu mampu
menjadi pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat yang selalu dekat
dan bersama-sama masyarakat. Selain itu, polisi juga mampu menjadi
penegak hukum dan hak asasi manusia, pemelihara keamanan dan
ketertiban serta mewujudkan keamanan dalam negeri dalam suatu
kehidupan nasional yang demokratis dan masyarakat yang sejahtera.
G. SIKAP TAAT TERHADAP HUKUM
Hukum bertujuan untuk menjaga dan memelihara ketertiban
masyarakat, serta untuk memenuhi rasa keadilan masyarakat dan bernegara
menjadi tenteram, nyaman, dan aman, masing-masing anggota masyarakat
harus tunduk dan menaati hukum dan bersikap positif terhadap hukum.
Menegakkan norma hukum akan membawa manfaat bagi kehidupan
masyarakat. Secara umum manfaat yang bisa kita rasakan adalah tidak
terjadinya kesewenang-wenangan, terjadinya keseimbangan antara hak dan
kewajiban, dan terciptanya masyarakat yang aman, tertib, dan tenteram.
Sikap taap berarti tunduk atau patuh terhadap sesuatu ketentuan atau
orang lain. Sikap taat diwujudkan dalam kemauan untuk menjalankan perintah
dan menjauhi larangan. Dengan demikian, sikap taat terhadap hukum adalah
tunduk dan patuh terhadap segala ketentuan yang digariskan oleh hukum yang
berlaku, dengan cara memenuhi kewajiban yang dibebankan dan tidak
melanggra hal-hal yang dilarang dalam hukum.
HUKUM DAN MAFIA PERADILAN
LAW IS TRUE
Contoh perwujudan sikap taat terhadap hukum sangatlah banyak.
Dalam kegiatan sehari-hari banyak diperlihatkan fenomena yang menunjukkan
ketaatan terhadap hukum. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Mematuhi peraturan lalu lintas, misalnya berkendara di jalur yang benar,
tidak menerobos lampu merah, dan memakai atribut keselamatan
berkendara.
2. Mematuhi peraturan yang berkaitan dengan interaksi masyarakat, misalnya
tidak mencuri, menganiaya, dan melakukan pemerasan kepada orang lain.
3. Mematuhi peraturan yang berkaitan dengan kewarganegaraan, misalnya
membuat KTP bagi yang telah berusia 17 tahun, membayar pajak, dan
membuat kartu keluarga.
Sikap taat terhadap hukum dapat dibiasakan dalam kehidupan sehari-
hari apabila ditanamkan dalam diri bahwa seiap manusia memiliki hak yang
sama. Tidak ada satupun manusia yang boleh melanggar hak orang lain.
Selain itu, setiap manusia harus yakin bahwa hukum diciptakan demi
terjadinya keteraturan dan kebaikan bagi manusia itu sendiri, bukan untuk
menghukum setiap pelanggaran yang dilakukan manusia.
H. CONTOH PERBUATAN MELANGGAR HUKUM
Contoh perbuata yang melanggar hukum itu begitu banyak. Akan tetapi, saya
ingin menitik beratkan pada suatu pelanggaran hukum yang sedang marak-
maraknya di negeri tercinta ini, yaitu tentang mafia peradilan atau markus.
1. Survey PERC yang mengejutkan
Menarik sekali membaca hasil survey the Political and Economic Risk
Consultancy (PERC) 2008 tentang Judicial. System yang menempatkan
Indonesia pada urutan ke-12 diantara negara-negara di Asia (The Jakarta Post,
10/08). Urutan ke-12 sebagai negara dengan sistem peradilan terburuk tersebut
memang tidaklah menarik (dalam artian positif), malah justru menyedihkan.
Yang menarik bagi penulis adalah tanggapan dan komentar masyarakat baik
HUKUM DAN MAFIA PERADILAN
LAW IS TRUE
yang paham hukum maupun yang awam hukum terkait dengan publikasi hasil
survey tersebut. Sejauh pengamatan penulis, hampir seluruh tanggapan dan
komentar di berbagai media masa berkaitan dengan buruknya sitem hukum
dan peradilan di negeri ini selalu tidak bisa dilepaskan dari istilah
‘mafia peradilan’. Tidak peduli siapa yang melakukan
kesalahan dan kejahatan yang membuat buruknya sistem peradilan kita, baik
itu polisi, jaksa, hakim, pengacara, notaris, anggota KY (Komisi Yudisial),
maupun anggota masyarakat sekalipun, semuanya akan disebut mafia
peradilan. Ada nuansa ketidak adilan dalam penyebutan mafia peradilan
dengan menggeneralisir semua pelaku yang terlibat di dalamnya. Ini mungkin
saja hanya rasa keterusikan penulis dan hanya merupakan pendapat pribadi
yang belum tentu merupakan representasi dari institusi tempat penulis bekerja
saat ini.
Dimana nuansa ketidak adilan itu? Mari kita lihat paparan berikut.
Apa, Siapa dan Untuk Siapa. Istilah Mafia Peradilan di Indonesia
seringkali merupakan terjemahan dari istilah bahasa Inggris, Judicial
Cooruption atau juga Court Mafia. Menurut sejarawan Paolo Pezzino
(wikipedia.org), The Mafia is a kind of organized crime being active not only
in several illegal fields, but also tending to exercise sovereignty functions
– normally belonging to public authorities – over a specific
territory... (Mafia adalah sejenis kejahatan terorganisir yang tidak hanya aktif
dalam bidang yang illegal tetapi juga cenderung menguji fungsi fungsi
kedaulatan yang biasanya dimiliki otoritas publik). KP2KKN (2006)
mendefiniskan mafia peradilan sebagai pebuatan yang bersifat sistematis,
konspiratif, kolektif, dan terstruktur yang dilakukan oleh actor tertentu (aparat
penegak hukum dan masyarakat pencari keadilan) untuk memenangkan
kepentingannya melalui penyalahgunaan wewenang, kesalahan administrasi
dan perbuatan melawan hokum yang mempengaruhi proses penegakan hukum
sehingga menyebabkan rusaknya system hukum dan tidak terpenuhinya rasa
keadilan.
Ada persepsi umum terutama di kalangan masyarakat awam ketika
disebut kata peradilan, sering kali tercampur aduk antara peradilan dengan
HUKUM DAN MAFIA PERADILAN
LAW IS TRUE
pengadilan. Sebagian masyarakat belum bias membedakan apa itu peradilan
bedanya dengan pengadilan. Sehingga ketika dicuatkan kata mafia peradilan,
maka asosiasinya adalah mafia yang terjadi di pengadilan yang hanya
dilakukan oleh para pegawai di pengadilan, dari jurusita, panitera dan hakim.
Hal ini merupakan tendensi yang tidak baik bagi proses terciptanya peradilan
Indonesia yang beribawa dan bermartabat. Karena ada semacam (un)intended
character assassination bagi dunia peradilan terutama bagi mereka yang
bekerja di pengadilan dalam lingkungan Mahkamah Agung RI. Padahal ketika
berbicara tentang mafia peradilan sesungguhnya kita sedang membicarakan
penegakan hukum. Dan ketika membicarakan penegakan hukum maka tidak
boleh tidak kita juga harus melihat siapa saja penegak hukum itu. Disana ada
jaksa, polisi, hakim dan pengacara. Mereka semua adalah penegak hukum.
Ketika ada oknum polisi menyalahgunakan hukum, ketika ada oknum
jaksa ditangkap KPK, ketika ada oknum anggota KY digelandang KPK, ketika
ada oknum pegawai MA dicokok KPK, ketika ada pengacara hitam berkolusi
dengan penegak hukum lainnya, semuanya digolongkan sebagai mafia
peradilan. Disanalah letak nuansa ketidak adilan tersebut. Ada kontradiksi
antara persepsi masyarakat tentang pengadilan dan peradilan vis-à-vis
penggunaan istilah mafia peradilan bagi semua pelaku penyalahgunaan hukum
dan wewenang di kalangan para penegak hukum. Untuk menjaga netralitas
demi terjaganya wibawa masing-masing lembaga penegak hukum dan untuk
lebih mudah mencari solusi memberantas mafia peradilan, penulis lebih
favourable menggunakan istilah ‘ mafia penegakan hukum.’
Atau kalau tidak, mengapa kita tidak sebut saja secara spesifik mislanya mafia
kepolisian, mafia kejaksaan, mafia pengadilan, mafia keadvokatan, mafia KY
dan lain sebagainya.
Mafia Penegakan Hukum. Harus diakui mafia penegakan hukum
memang masih saja terjadi di lembaga penegakan hukum kita. Semuanya
melibatkan berbagai pihak, dari polisi, jaksa, pengacara dan hakim serta
masyarakat sendiri. Layaknya seperti lingkaran setan (vicious circle) yang
sukar ditemukan ujung pangkalnya. Untuk mengatasi praktek mafia seperti
ini, Transparency International Indonesia (2008) menawarkan solusi
HUKUM DAN MAFIA PERADILAN
LAW IS TRUE
alternative: Pertama, pemerintah membuat blue print (cetak biru) program
reformasi peradilan. Kedua, pengawasan para hakim, jaksa dan pengacara.
Ketiga, lembaga peradilan bersinergi dengan KPK, dan Keempat, tindakan
tegas Dewan Kehormatan dari lembaga-lembaga advokat/pengacara. Ada
beberapa (untuk tidak menyebut banyak) penegak hukum yang masih nakal,
tetapi kita juga harus secara objektif mengakui bahwa masih banyak para
penegak hukum yang masih mempunyai moral dan integritas tinggi. Di
Mahkamah Agung sendiri misalnya, bekerja sama dengan lembaga-
lembaga seperti GGIJ dan IALDF, reformasi peradilan itu sedang berjalan
dengan gencar-gencarnya. Badan Pembinaan dan Pengawasan menjadi pilar
utama yang sejauh ini terbukti menjadi momok bagi aparat pengadilan.
Keterbukaan informasi dikedepankan (lihat misalnya www.putusan.net dan
www.pembaruanperadilan.net). Dan excellent service menjadi menu
utamanya. Jalan menuju dunia peradilan modern yang berwibawa dan
bermartabat memang masih terbentang panjang. Tetapi dengan dukungan
konstruktif semua lapisan masyarakat, kita berharap itu tidak lagi menjadi
penantian yang tak berkesudahan, sehingga legal justice, moral justice dan
social justice selalu bias terus diwujudkan di bumi tercinta ini.
2. Susno Ungkap Ada Mafia Peradilan di Mabes Polri
Kapolri Minta Program Periksa
Mantan Kepala Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Mabes Polri Komjen
Susno Duadji kembali membuat sensasi. Setelah meluncurkan buku Bukan
Testimoni Susno, jenderal berbintang tiga nonjob itu kini ingin membongkar
makelar kasus (markus).
Tak tanggung-tanggung, Susno menyebut adanya markus di Bareskrim,
lembaga yang pernah dipimpinnya. ''Soal markus itu, saya akan menemui
Satgas Pemberantasan Mafia Kasus besok (hari ini, Red) di kantor satgas,'' kata
Susno di Jakarta kemarin (17/3).
HUKUM DAN MAFIA PERADILAN
LAW IS TRUE
Perwira tinggi kelahiran Pagar Alam, Sumatera Selatan, tersebut menyatakan
siap menjelaskan secara detail. Susno juga siap jika dimintai keterangan oleh
institusinya (Polri). ''Siap, tentu siap. Akan saya sampaikan kepada penyidik,''
tegas alumnus Akpol 1977 tersebut.
Di kompleks Istana Presiden, Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri
memerintah kepala divisi profesi dan pengamanan untuk segera memanggil
Susno terkait dugaan adanya markus di internal Bareskrim. Kabareskrim Ito
Sumardi juga diminta mengadakan gelar perkara.
''Sudah saya perintahkan tadi pagi kepada propam untuk segera undang Susno.
Di satu sisi, saya perintah Kabareskrim untuk gelar perkara lengkap. Temukan
ada atau tidak penyimpangan dalam penyidikan kasus itu yang kebetulan (saat
itu, Red) Kabareskrim-nya Pak Susno sendiri dan ini disampaikan dia sendiri,''
ujar alumnus Akpol 1974 tersebut.
Bambang berharap pemanggilan Susno bisa memperjelas masalah dugaan
adanya mafia pajak yang berkongkalikong dengan anggota Polri sebagaimana
yang dituduhkan Susno. ''Sekarang kami akan meluruskan. Jika sudah ada
hasilnya, kami sampaikan terbuka,'' tegasnya.
Apakah orang-orang yang dituding Susno akan dipanggil juga? Menurut
Kapolri, hal itu bergantung pemeriksaan terhadap Susno. ''Ada fakta-fakta apa
yang dimiliki (Susno) selama (menjabat) Kabareskrim dulu, sehingga bisa
memberi penjelasan. Lalu, kami gelar perkara internal,'' jelasnya.
Di Mabes Polri, Kabareskrim Komjen Ito Sumardi menegaskan bahwa
pihaknya akan mengusut tuntas dugaan adanya markus tersebut. ''Kalau
memang ada, tentu kami akan melakukan tindakan hukum secara nyata. Siapa
pun, baik pihak luar maupun pihak dalam,'' tegasnya.
Menurut dia, siapa pun yang melaporkan adanya markus di internal Polri akan
ditindaklanjuti. Pengusutan dugaan pelanggaran pidana kasus tersebut berada
HUKUM DAN MAFIA PERADILAN
LAW IS TRUE
di bawah Wakapolri Komjen Pol Yusuf Manggabarani.
''Kami tindak lanjuti, apakah benar atau tidak. Makanya, sekarang dari internal,
dari divisi propam, dipimpin Pak Wakapolri dan Irwasum (Komjen Pol Nanan
Soekarna),'' ungkap jenderal berbintang tiga tersebut.
Ito menegaskan, Polri sangat berkomitmen memberantas markus di tubuh
kepolisian. ''Polri juga tidak mau kalau dibilang ada markus, kami diam saja.
Kami tidak mau,'' ujarnya.
Dalam pernyataannya kepada media sebelumnya, Komjen Susno Duadji
menyebut ada tiga orang penting yang melakukan praktik makelar kasus dalam
penanganan kasus money laundering dan dugaan pidana korupsi. Menurut dia,
kasus itu terjadi saat Direktorat II Ekonomi Khusus Bareskrim Polri mengusut
dugaan kasus money laundering yang dilakukan seorang inspektur jenderal
pajak bernama Gayus Tambunan ( GT).
''Di rekening dia, berdasar hasil penelusuran sebuah instansi, masuk aliran dana
mencurigakan senilai lebih dari Rp 25 miliar,'' ungkap Susno. Aliran dana
mencurigakan berbentuk dolar dan rupiah yang masuk ke rekening GT itu
lantas diselidiki Bareskrim.
Dari hasil penelusuran Bareskrim, GT diduga melakukan kejahatan pencucian
uang (money laundering) senilai Rp 400 juta. Dari pengembangan penyidikan
kasus, ditemukan adanya kasus kejahatan korupsi dana wajib pajak senilai Rp
25 miliar.
Susno pun memerintah direktur II ekonomi khusus kala itu, Brigjen Edmon
Ilyas, untuk memprioritaskan pengusutan kasus tersebut hingga tuntas. Uang
Rp 25 miliar yang diduga sebagai hasil kejahatan itu pun dibekukan Susno.
Setelah tak lagi menjabat Kabareskrim, Susno mengecek perkembangan kasus
tersebut. Ternyata, kasus Rp 25 miliar itu tidak dilanjutkan. ''Uang tersebut
ternyata dicairkan,'' katanya.
HUKUM DAN MAFIA PERADILAN
LAW IS TRUE
Uang itu diakui sebagai milik pengusaha berinisial AK. ''Dia dibekingi orang
kuat,'' tegasnya. Menurut logika Susno, jika Kabareskrim bisa dilangkahi, tentu
orang yang menjadi beking berlevel di atas Kabareskrim.
Uang Rp 25 miliar tersebut, kata Susno, akhirnya dinyatakan sebagai milik
pengusaha yang dititipkannya di rekening GT untuk dana pembelian sebidang
tanah.
''Uang (Rp 25 miliar) itu ternyata dibagi-bagi oleh mereka. Karena itu, uang
tersebut dibuat sebagai milik pengusaha. Saya nggak bisa bilang mereka
masing-masing dapat berapa dan siapa-siapa saja yang menerima. Nanti saya
dibilang nuduh lagi,'' ujar Susno.
Dalam penjelasan resmi Polri, penyidikan kasus GT tersebut sekarang sudah
disidangkan di PN Tangerang dalam kasus pencucian uang. GT disidik Polri
berdasar hasil penyelidikan atas adanya transaksi keuangan yang tidak wajar
Rp 5,4 miliar.
Penyidikan dimulai pada 27 Juli 2009. Dalam penyidikan, telah dilakukan
penelitian terhadap aliran dana yang terkait dengan rekening tersangka dan
diperoleh petunjuk adanya tindak pidana pencucian uang, mengalihkan ke
rekening deposito yang melibatkan tersangka GT.
Lalu, 5 Oktober 2009, berkas perkara dikirim ke kejaksaan. Pada 21 Oktober
2009, berkas perkara dikembalikan kejaksaan (P-19) untuk diperbaiki dengan
petunjuk bahwa jumah barang bukti uang yang bisa disita sebesar Rp 370 juta
dan jumlah tersebut wajib disita/diblokir penyidik.
Pada 23 Oktober 2009, berkas perkara dikirim kembali oleh penyidik ke
kejaksaan setelah diperbaiki sesuai petunjuk jaksa. Pada 23 Oktober 2009,
berkas perkara dinyatakan sudah lengkap (P-21) oleh jaksa. Pada 3 November
2009, berkas perkara berikut tersangka GHPT dikirim ke kejaksaan dan
HUKUM DAN MAFIA PERADILAN
LAW IS TRUE
disidangkan. (sof/rdl/zul/jpnn/c5/iro)
Sumber: Jawa Pos, 18 Maret 2010
3. Court Mafia, Mafia Peradilan
Aktor dalam Peradilan Mafia :
- Hakim Korup
- Pengacara Hitam
- Jaksa Korup
- Polisi Korup
- Makelar Kasus ( Markus )
Target = Pengusaha
+++++++++++++++++++++++++++
BERKELIARAN, Pengusaha Jadi Sasaran
Mafia peradilan ditengarai masih marak di berbagai instansi penegak hukum.
Pengusaha sering menjadi sasaran tembak, bahkan diperas oleh makelar kasus
ketika mereka berhadapan dengan perkara hukum.
Kondisi ini tak hanya mengakibatkan biaya ekonomi tinggi, tetapi juga
mengakibatkan iklim investasi di Indonesia tidak menarik. Banyak pengusaha
yang menjadi korban makelar kasus (markus) tak betah berinvestasi di
Indonesia dan mimilih kabur ke luar negeri. Di sisi lain, sejumlah pengusaha
kotor memanfaatkan peradilan yang bisa ”dibeli” itu untuk menjarah dana
bank dan kemudian menikmati hasilnya di luar negeri.
Demikian rangkuman Investor Daily dari wawancara dengan Ketua Himpunan
Pengusaha Indonesia (Hipmi) Erwin Aksa, Anggota Dewan Penasihat
Asosiasi Pengusaha Indonesia Djimanto, dan Sekjen Asosiasi Pertekstilan
Indonesia (API) Ernovian G Ismy di Jakarta, Jumat (6/10).
HUKUM DAN MAFIA PERADILAN
LAW IS TRUE
Menurut Erwin Aksa, mafia peradilan mengakibatkan beban keuangan
perusahaan meningkat. ”Mafia peradilan merugikan perusahaan yang terkena
kasus hukum, apalagi jika prosesnya berjalan sangat lamban,” katanya.
Bahkan, kata dia, tak jarang perusahaan menjadi bangkrut akibat tingginya
biaya perkara hukum.
”Banyak kasus hukum yang seharusnya bisa diselesaikan dengan hukum
perdata, digiring menjadi pidana karena peran mafia peradilan,” katanya.
Pengusaha yang umumnya berpikir praktis akhirnya terjebak dengan jual-beli
perkara dengan harapan kasusnya cepat diselesaikan. ”Ini sangat
mengkhawatirkan,” tambahnya.
Erwin mengatakan, para pengusaha sebenarnya taat terhadap ketentuan hukum
yang berlaku di Tanah Air. Namun, kata dia, ada beberapa aturan yang
intepretatif sehingga menjebak pebisnis. Contohnya, aturan bisnis kehutanan
dan perkebunan. ”Aturan semacam ini harus dipertegas agar tidak
dimanfaatkan makelar kasus untuk memeras pengusaha,” katanya.
Hal senada diungkapkan Djimanto. Menurut dia, mafia peradilan
mengakibatkan ketidakpastian hukum dalam berbisnis di Indonesia. ”Kami
memperkirakan tambahan biaya yang harus dikeluarkan pebisnis untuk urusan
perkara di pengadilan bisa sampai 30% dari total biaya produksi,” ujaranya.
Dampaknya, kata dia, produk Indonesia menjadi tidak kompetitif. Selain harus
menanggung beban suku bunga tinggi, pengusaha Indonesia juga terbebani
biaya ekonomi lebih banyak yang timbul akibat ketidakpastian hukum.
Ernovian mengatakan, pengusaha membutuhkan kepastian hukum dalam
berusaha. ” Tanpa ada kepastian, mereka akan takut berinvestasi,” katanya.
Sayangnya, kata dia, banyak aturan di Indonesia yang sifatnya abu-abu
sehingga sering menjebak pengusaha.
Banyaknya aturan yang ’menjebak’ atau masuk wilayah abu-abu juga
diungkapkan Senior Corporate Lawyer Triweka & Partners Wawan
HUKUM DAN MAFIA PERADILAN
LAW IS TRUE
Zulmawan. Contohnya, pasal 2 dan 3 UU Korupsi yang menyebutkan, pihak-
pihak yang diduga dapat berpotensi merugikan keuangan negara. ”Pasal ini
menakutkan, khususnya bagi pengusaha karena bisa membuat pihak tertentu
berbuat semena-mena. Kata-kata diduga dan berpotensi itu multitafsir dan
sangat subyektif,” ujarnya.
Mafia Peradilan
Wakil Koordinator Indonesian Corruption Watch (ICW) Adnan Topan
Husodo mengatakan, fenomena mafia peradilan sudah sangat luar biasa.
Misalnya, seseorang yang terkena masalah hukum akan langsung diendus oleh
markus yang sangat tahu ke mana jalur untuk memengaruhi para penegak
hukum itu. “Dan, di situ sudah ada orang yang menjadi penunjuk jalan,”
katanya.
Hal senada diungkapkan Agustinus Hutajalu. Ia menilai, cengkeraman mafia
peradilan sudah sangat kuat.”Semua orang pasti sudah tahu adanya mafia
peradilan itu. Tapi, ini susah sekali dibuktikan secara kasat mata. Hanya terasa
saja,” katanya.
Penelitian ICW tahun 2002 menyebutkan, mafia peradilan di Mahkamah
Agung melibatkan para pegawai, panitera, dan para hakim. Praktik mafia
dilakukan dengan cara pemerasan, penyuapan, pengaturan majeli hakim, calo
perkara, pengaburan perkara, pemalsuan vonis, pemberian ’surat sakti’, atau
vonis yang tidak bisa dieksekusi.
Modus operandi mafia peradilan ibarat transaksi jual beli. Penjual adalah
pihak yang mempunyai kewenangan, sedangkan pembeli adalah kelompok
yang membutuhkan kemenangan dalam suatu proses hukum. Penjual,
misalnya, adalah hakim yang memutuskan perkara, dan pembeli adalah
terdakwa yang membutuhkan putusan bebas.
HUKUM DAN MAFIA PERADILAN
LAW IS TRUE
Dalam praktik jual-beli tersebut, posisi panitera, pegawai pengadilan, dan
advokat hanyalah makelar perkara. Sebagai calo, mereka hanya berfungsi
sebagai penghubung negosiasi antara penjual dan pembeli.
Sebuah sumber mengungkapkan, sejumlah oknum polisi, jaksa, dan hakim
menjadi pedagang dari perkara yang diurusnya, sedangkan markus sebagai
perantaranya. Di tangan oknum tersebut, pasal-pasal dalam UU mempunyai
nilai jual yang tinggi.
Sementara itu, hakim dalam membuat putusan ibarat koki dan putusan adalah
hidangannya. Dalam membuat hidangan, hakim melihat dulu pesanannya,
baru kemudian meramu argumen-argumen hukumnya. Tak penting, apakah
argumen hukumnya masuk akal atau tidak, yang penting pemesannya bahagia
ketika mengunyah hidangannya.
Sumber itu mengungkapkan, markus makin marak karena praktik jual-beli
perkara telah melembaga. ”Ibarat lalat, si markus hanya bekurubung dan
berkembang biak di tempat yang kotor. Jadi, untuk memusnahkan markus,
tempat-tempat kotor itu harus dibersihkan,” katanya.
Berantas Mafia
Untuk memberantas mafia peradilan, Ketua Mahkamah Agung (MA) Harifin
A Tumpa memerintahkan para hakim tidak bertemu pihak yang berperkara.
”Hakim dilarang bertemu dengan para pihak yang berperkara dan calo
perkara. Jika melanggar ada sanksinya berupa pemecatan,” katanya, kemarin.
Harifin mengimbau kepada para hakim agar menjaga prilaku dan tetap
bersikap objektif dalam menangani suatu perkara dan tetap menjaga
independensi. “Semua aparat hukum wajib memberantas mafia peradilan,”
tegasnya.
Menurut Adnan Topan Husodo, penegakan hukum harus dimulai dari lembaga
hukum itu sendiri. “Munculnya, markus karena banyak pihak yang
HUKUM DAN MAFIA PERADILAN
LAW IS TRUE
membutuhkannya, baik yang berperkara maupun yang menangani perkara,”
katanya.
Sementara itu, praktisi hukum Maqdir Ismail menjelaskan, mafia peradilan
melibatkan banyak pihak, bukan hanya di pengadilan yang melibatkan
pengacara, tapi juga penegak hukum lainnya, seperti polisi, jaksa, dan hakim.
“Mafia peradilan sulit diberantas karena mental masyarakat yang sedang
berperkara di pengadilan biasanya ingin selalu menang, bukan mencari
keadilan dan kebenaran. Kondisi semacam inilah yang membuka peluang
adanya transaksi, sehingga dalam dunia pengacara dikenal istilah pengacara
hitam,” kata dia.
Pengamat hukum Indra Safitri mengatakan, berkeliarannya mafia peradilan
telah merusak sistem hukum di Indonesia. Sebab, mafia tersebut dapat
memperlambat penyelesaian hukum serta mengakibatkan ketidakpastian
dalam berbisnis dan berusaha.
”Beban keuangan perusahaan membengkak jika harus menunggu penyelesaian
perkara tersebut sehingga tak jarang pengusaha memilih jalan pintas dengan
memanfaatkan markus,” kata dia.
Sementara itu, Sekretaris FPG DPR Ade Komaruddin mengatakan, program
100 hari pemerintahan SBY-Boediono yang meletakkan pemberantasan mafia
hukum sebagai prioritas harus diimplementasikan dengan baik. “Mafia
peradilan ini tak segera diberantas akan mencoreng citra penegak hukum dan
lembaga peradilan,” kata dia.
Ketua FPD DPR Anas Urbaningrum berharap semua lembaga penegak hukum
memiliki komitmen untuk membersihkan mafia peradilan. “Kasus dugaan
kriminalisasi KPK harus menjadi pembelajaran bersama bagi para penegak
hukum dan keadilan untuk membuat pencitraan yang lebih baik, sehingga
kepercayaan publik bisa dipulihkan,” katanya. (hut/es/rw)
Sumber : Indonesian Companies News, 11 juli 2009
HUKUM DAN MAFIA PERADILAN
LAW IS TRUE
4. Memberantas Mafia Peradilan
Indonesia adalah negara hukum. Begitu amanat yang
tertuang dalam Pasal 1 Ayat (3) UUD 1945. Amanat ini
ditegaskan lagi dalam Pasal 27 Ayat (1) yang
menyatakan bahwa setiap warga negara bersamaan
kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung tinggi
hukum dan pemerintahan itu dengan tiada kecualinya. Artinya bahwa setiap
aspek-aspek kehidupan harus senantiasa berpegang pada kaidah-kaidah hukum
yang berlaku. Hukum harus dijadikan sebagai panglima, berada di atas politik
dan kekuasaan. Oleh karena itu, sebagai sebuah negara yang menganut prinsip
negara hukum (rule of law), hukum seharusnya dijalankan dengan merdeka,
tanpa intervensi dari siapa pun, termasuk penguasa dan pengusaha. Tentu,
dunia peradilan yang merdeka adalah prinsip yang sangat fundamental untuk
memastikan adanya pengadilan yang netral dan tidak memihak.
Independensi dunia peradilan dapat dimaknai dengan adanya kebebasan para
penegak hukum untuk mengadili secara adil dan tidak memihak berdasarkan
fakta dan hukum yang ada. Penegak hukum harus dilindungi dari tekanan
kekuasaan politik, ekonomi, media massa dan bentuk tekanan lain yang
dimaksudkan untuk memengaruhi putusan pengadilan nantinya.
Namun sepertinya, independensi dunia peradilan di Indonesia baru ada pada
tataran teori. Dalam praktek, dunia peradilan masih cenderung disetir bahkan
dipolitisasi untuk melanggengkan kekuasaan. Beberapa bulan terakhir, dunia
hukum dan peradilan kita mendapat sorotan tajam. Hal ini tak terlepas dari
kisruh antara Kepolisian dan KPK yang sudah berlangsung lama. Sebagai
bagian dari institusi penegakan hukum, kepolisian, dan KPK ternyata masih
terbawa dengan ego masing-masing korps dan tidak menempatkan hukum dan
keadilan di atas kepentingan masing-masing.
Adanya saling klaim menjadi yang paling benar antara KPK dan Polri
menunjukkan bahwa proses hukum telah digerakkan oleh aneka instrumen
HUKUM DAN MAFIA PERADILAN
LAW IS TRUE
seperti asumsi, konotasi, dan persuasi. Bukankah objektivitas persoalan dan
profesionalitas para penegak hukum seharusnya dijadikan acuan dalam
menentukan siapa yang benar dan salah. Semua ini hanya didapatkan dari
proses hukum yang dilakukan di pengadilan?
Dari penyelidikan dan penyidikan yang dilakukan Polri terhadap dua
pimpinan (nonaktif) KPK, ternyata jelas tidak ditemukan adanya bukti
permulaan yang meyakinkan dan mereka tidak layak dijadikan tersangka.
Tetapi mengapa polisi terkesan “memaksakan” kasus ini dan mencari-cari
alasan lain demi menjadikan Bibit-Chandra menjadi terdakwa?
Kegagalan polisi menemukan bukti-bukti juga diperkuat dengan kesimpulan
sementara Tim 8 yang dipimpin Adnan Buyung Nasution. Dari hasil
penelusuruan dan klarifikasi yang dilakukan Tim 8, ternyata tidak ditemukan
bukti-bukti dan alasan yang kuat dan meyakinkan untuk membawa kasus
Bibit-Chandra ke pengadilan. Bertitik tolak dari kedua hal ini, apa tidak lebih
bagus jika kasus ini dihentikan saja oleh polisi? Sebab dalam dunia hukum ada
adagium yang mengatakan bahwa lebih baik melepaskan seribu yang bersalah
daripada menghukum seorang yang benar. Jika penanganan kasus ini tetap
saja dilanjutkan polisi, penulis menilai bahwa ada “tangan-tangan jahil” yang
berusaha menyetir jalannya proses hukum. Kepercayaan publik terhadap dunia
penegakan hukum pada umumnya dan polisi khususnya akan semakin
berkurang dan suatu saat akan berada pada titik nadir.
Diputarnya rekaman pembicaraan antara Anggodo Widjoyo dan beberapa
penegak hukum kembali semakin menelanjangi bahwa sesungguhnya telah
terjadi kongkalikong dalam dunia penegakan hukum kita selama ini. Semua
tersentak, termasuk Presiden SBY. Rekaman yang sangat memalukan
khususnya bagi para penegak hukum. Ini menjadi klimaks bahwa pembusukan
hukum ternyata belum berakhir. Tak mengherankan jika dari hari ke hari,
rakyat semakin muak dengan proses penegakan hukum yang semakin kabur
dan tak jelas arahnya.
HUKUM DAN MAFIA PERADILAN
LAW IS TRUE
Sebagai respons terhadap sikap publik, Presiden SBY kemudian mengalihkan
arah program 100 hari. Program yang sebelumnya ditekankan pada
peningkatan kesejahteraan masyarakat, kini lebih terfokus pada upaya
memberantas mafia peradilan. Program ini terasa menjadi amat penting dan
berada pada momentum yang sangat tepat di tengah ambruknya kepercayaan
masyarakat kepada proses penegakan hukum.
Yang menjadi pertanyaan kembali, mengapa baru sekarang program ini
menjadi prioritas? Bukankah selama ini mafia peradilan telah menjadi rahasia
umum dan begitu akut menggerogoti dunia penegakan hukum kita? Lalau apa
yang dilakukan pemerintahan SBY berhubungan dengan pembersihan dunia
peradilan selama lima tahun lebih memerintah? Kecurigaan penulis, jangan-
jangan memasukkan pemberantasan mafia peradilan dalam program 100 hari
hanya sekadar merebut simpati publik. Sebab berkaca pada tindakan yang
diambil selama terjadi kisruh “cicak dan buaya”, Presiden terkesan pasif
dengan bertamengkan alasan bukan menjadi kewenangan atau tidak mau
mencampuri proses hukum.
Di satu sisi, alasan itu dapat diterima juga. Tetapi di sisi lain, ternyata Presiden
kemudian melanggar alasannya itu. Sebut saja ketika belia mengeluarkan
Perppu Nomor 4 Tahun 2009 tentang Perubahan Undang-Undang KPK, di
mana SBY dinilai telah melakukan intervensi terhadap KPK sebagai lembaga
independen. Bukan hanya itu, pencatutan nama SBY dalam rekaman Anggodo
Widjoyo juga terkesan dimaafkan SBY. Padahal ketika Zaenal Maarif
mengatakan SBY pernah menikah semasa di Akabri, beliau langsung
meresponsnya. Bukankah kedua kasus itu mempunyai aspek “malu” yang
hampir sama?
Pemberantasan mafia peradilan tak terlepas dari reformasi birokrasi. Presiden
harus mampu memastikan bahwa beliau dan orang-orang yang berada di
sekitarnya bersih. Jika tidak, akan susah melakukan pembersihan dengan sapu-
sapu yang kotor. Ketegasan Presiden dalam menindak dan memutus mafioso
HUKUM DAN MAFIA PERADILAN
LAW IS TRUE
di dunia peradilan juga sangat dibutuhkan, sekalipun itu menyangkut keluarga
dan “kerabat” politiknya.
Harapan kita, apa pun ceritanya, sebagai warga negara yang baik, program
pemberantasan mafia peradilan harus kita dukung bersama. Yang kita
harapkan, para pemimpin kita tetap berkomitmen dengan janji-janjinya. Sebab
jika pengadilan tidak lagi adil, lalu kepada siapa lagi kita menuntut keadilan?
I. DAMPAK MAFIA PERADILAN
Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di
antaramu dengan jalan yang batil, dan (janganlah) kamu membawa (urusan)
harta itu kepada hakim supaya kamu dapat memakan sebagian harta orang lain
dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui. (Al-Baqarah: 188).
Peringatan Allah ini seharusnya selalu dipikirkan oleh siapa pun yang
bersengketa di pengadilan. Sebab, mereka yang memakai suap, tekanan
penguasa atau massa, kemampuan bersilat lidah, atau memperalat dalil dan
aturan hukum guna memperdaya hakim dan lawan sengketa, akan diazab di
akhirat. Nabi Muhammad SAW bersabda: 'Siapa pun yang merampas tanah
orang lain secara zalim, walaupun hanya sejengkal, maka Allah akan
mengalunginya kelak di hari kiamat dengan tujuh lapis bumi.' (Hadis shahih
riwayat Bukhari dan Muslim).
Jika perampasan sejengkal tanah saja disiksa sedemikian pedih, lantas
bagaimana dengan yang merampas hak milik ratusan atau ribuan orang,
bahkan nyawa mereka, lewat keputusan/penetapan pengadilan? Sayangnya,
banyak manusia tidak menjadikan keimanan sebagai pemimpin dan kaidah
berpikir. Mereka lebih memilih membeli kenikmatan sesaat dengan menjual
kebahagiaan abadi. Selain itu, sistem sekuler-kapitalis yang menuhankan
materi, kekuasaan dan kemenangan fisik mendorong banyak orang berkuasa
dan berharta untuk melakukan segala cara.
HUKUM DAN MAFIA PERADILAN
LAW IS TRUE
Apalagi, hukum yang ada tidak memberi peluang pengoreksian
kesalahan proses peradilan yang disengaja aparat berwenang, kecuali sebatas
pemberian sanksi administratif. Maka, kala ulama, tokoh masyarakat dan
militer, pers, dan rakyat cenderung mendiamkan atau takut terhadap mafia
peradilan, kian beranilah mereka mempraktikkan kezaliman. Kian lama kian
luas kerusakan, hingga sesuatu yang tidak masuk akal pun terjadi, seperti
menyita aset-aset orang yang dituduh mencemarkan nama baik, memaksa
memvonis orang tanpa bukti yang sah dan meyakinkan, mengadili orang
miskin karena dituduh mencuri sandal bolong, dan lain-lain.
Dikhawatirkan, hal ini menyeret makin banyak orang untuk berlaku
serupa hingga akhirnya timbul opini umum bahwa praktik mafia peradilan
adalah hal biasa, dan harus dikerjakan agar menang di pengadilan. Ini mirip
wabah korupsi. Ketika kemungkaran telah tersebar, apalagi dianggap biasa,
maka tibalah janji-Nya menghancurkan negeri sehancur-hancurnya (lihat QS
Al-Israa, 17:16). Jelaslah, praktik mafia peradilan tak cuma berakibat buruk
bagi pelaku dan korbannya, tapi semua orang, baik di dunia maupun akhirat.
Pasal yang disangkakan dalam mafia peradilan tentang Kekuasaan
Keahikaman yang sudah di Amandemen, yaitu sebagai berikut
Pasal 24
1. Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan pendidikan guna menegakkan hukum dan keadialan
2. Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan
badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan
umum, lingkungan peradilan agama , lignkungan peradilan militer,
lingkungan peradi lan tata usaha Negara, dan oleh sebuah Mahkamah
Konstitusi.
3. Badan- badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman
diatur dalam undang-undang.
HUKUM DAN MAFIA PERADILAN
LAW IS TRUE
Pasal 24 A
1. Mahkamah Agung berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji
peraturan perundangan- unndangan di bawah undang- undang, dan
mempunyai wewenang lainnyayang diberikan oleh undang- undang.
2. Hakim Agung harus memiliki integritas dan kepribbadian yang tidak
tercela , adil, profesional, dan berpengalaman di bidang hukum.
3. Calon hakim agung diusulkan Komisi Yudisial Kepada Dewan Perwakilan
Rakyat untuk mendapatkan persetujuan dan selanjutnya ditetapkan
sebagai hakim agung oleh presiden.
4. Ketua dan wakil ketua Mahkamah Agung dipilih daridan oleh hakim
agung.
5. Susunan, kedudukan,keanggotaan, dan hukum acara Mahkamah Agung
serta badan peradilan di bawahnya diatur dengan undang- undang.
HUKUM DAN MAFIA PERADILAN
LAW IS TRUE
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hukum di Indonesia saat ini masih sangat labil di karenakan banyak
pihak mempermainkan hukum dengan mudahnya sehingga ketidakadilan pun
muncul. Di tambah lagi pemerintahan yang tidak transparan dalam berbagai
hal, misalnya pada tindak pidana Korupsi yang mana terdakwa dapat membeli
fasilitas hotel di dalam prodeo. Ini sangatlah kontras dibandingkan dengan
para narapidana kecil. Mereka malah tidur beralaskan tikar saja. Di perparah
lagi adanya kongkalikong dengan para pejabat tinggi lapas yang memperjual
belikan fasilitas untuk para narapidana.
Ini tidak sesuai dengan pengertian Hukum yang sebenarnya, yaitu
Hukum adalah peraturan atau tata tertib yang mempunyai sifat memaksa,
mengikat, dan mengatur hubungan manusia dan manusia lainnya dalam
masyarakat dengan tujuan menjamin keadilan dalam pergaulan hidup dalam
bermasyarakat. Untuk itu di harapkan kedepannya adanya reformasi hukum di
Indonesia agar tidak adanya Mafia Peradilan atau Markus yang merajarela di
Indonesia.
B. SARAN
Di tinjau dari segi pengetahuan masalah ini amatlah besar dan
sistemik. Karena masalah ini sudah mengakar dalam tubuh para pejabat tinggi.
Untuk itu di harapkan para penegak hukum membuka mata mereka agar
bertindak sigap dalam menangani kasus atau masalah ini.
Dan juga pemerintahan yang tidak transparan mengundang terjadinya
masalah ini. Oleh karena itu, pemerintah untuk lebih terbuka dalam segala hal
kepada masyarakat. Pemerintahan yang transparan amatlah penting bagi
kelangsungan suatu Negara yang menganut Demokrasi kerakyatan yang mana
rakyatlah yang lebih berkuasa dibandingkan pemerintah.
HUKUM DAN MAFIA PERADILAN
LAW IS TRUE
DAFTAR PUSTAKA
Atmasasmitha, Romli. 2001. Reformasi Hukum, HAM, dan Penegakan Hukum.
Bandung: Mandara Maju.
Djumhardjinis, H., MM., Bc.HK., DRS. 2009. Pendidikan Pancasila, Demokrasi,
dan Hak Azasi Manusia (Suplemen Materi Perkuliahan). Jakarta: Sendiri
Widya. Cetakan Ke Enam.
Machmudin, Dudu Duswara, SH., M. Hum., Drs. 2003. Pengantar Ilmu Hukum
Sebuah Sketsa. Bandung: Refika Aditama.
Mahful MD, Mohammad. 1999. Hukum dan Pilar-pilar Demokrasi. Yogyakarta:
Gama Media.
R. Djamali Abdoel, SH. 2003. Pengantar Hukum Indonesia. Jakarta: Raja
Grafindo.
Undang-undang Dasar 1945 Pasal 24 tentang Kekuasaan Kehakiman. Surabaya:
Apollo.
Undang-undang Dasar 1945 Pasal 24A tentang Kekuasaan Kehakiman. Surabaya:
Apollo.
Undang-undang No. 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum. Yogyakarta: Media
Wacana.
Undang-undang No. 5 Tahun 1950 tentang Peradilan Militer. Yogyakarta: Media
Wacana.
Undang-undang No. 5 Tahun 1989 tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
Yogyakarta: Media Wacana.
Undang-undang No. 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama. Yogyakarta: Media
Wacana.
HUKUM DAN MAFIA PERADILAN
Top Related