Makalah TermodinamikaPemicu 2
Hukum Pertama Termodinamika
Kelas Termodinamika Siang
Kelompok : 10
Anggota :
Danar Aditya S./ 1206263401
Denny Setyadarma/ 1206263351
Feizal Ibrahim/1106068415
Ratri Kirana Prabaningtyas/1206202154
Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Depok 2014
1. Daftar semua jenis energi dan contoh masing-masingnya dalam kehidupan nyata !
Energi Mekanik
Energi mekanik adalah energi yang muncul karena adanya pergerakan atau perpindahan dari
suatu objek.
a) Energi Mekanis Gerak (Energi Kinetik)
Objek yang bergerak memiliki energi mekanis yang berasal dari pergerakanya, yang
biasa disebut dengan energi kinetik. Contoh di kehidupan sehari-hari adalah bola
yang dilempar ke udara atau mobil yang dikendarai menuruni jalan.
b) Energi Potensial
Energi potensial merupakan energi yang dihasilkan dari perpindahan objek. Energi
potensial dapat dihasilkan dari beberapa kasus di kehidupan. Energi potensial dibagi
menjadi energi potensial tegangan, energi potensial gravitasi, dan energi potensial
listrik.
1. Energi Potensial Tegangan
Saat kita meregangkan atau menekan sebuah per dan melepaskannya, per
tersebut akan bergerak kembali ke panjang awalnya. Contoh pada kehidupan
sehari-hari adalah per yang teregang atau tertekan yang mempunyai energi
potensial tegangan karena memiliki potensi untuk bergerak.
2. Energi Potensial Gravitasi
Saat baru diangkat dari atas permukaan bumi dan dijatuhkan, terdapat gaya
tarik gravitasi antara batu dan bumi yang menyebabkan batu tersebut jatuh ke
permukaan tanah. Objek yang diangkat dari permukaan bumi memiliki energi
potensial gravitasi. Contoh di kehidupan sehari-hari adalah penjatuhan bola
dari ketinggian 5 meter diatas tanah.
3. Energi Potensial Listrik
Energi potensial listrik dapat tersimpan disaat muatan listrik positif dan negatif
terpisah. Besar dari simpanan energi tergantung pada jumlah muatan yang
terpisah dan jarak pisah diantaranya.
c) Energi Listrik
Energi listrik dihasilkan dari gaya-gaya yang bekerja antara partikel bermuatan. Gaya-
gaya listrik ini muncul disaat partikel bermuatan tersebut berada dalam keadaan diam
ataupun bergerak.
d) Energi Magnet
2
Muatan yang berubah pada beberapa material tertentu akan menghasilkan gaya-aya
magnetis. Gaya magnetis ini merupakan suatu tambahan terhadap gaya-gaya listrik
yang muncul saat muatan bergerak. Material magnetis biasa disebut magnet. Magnet
dapat menarik atau menolak satu sama lain berdasarkan sama tidaknya muatan
mereka karena adanya gaya magnetis.
e) Energi Elektromagnetik
Energi elektromagnetik merupakan gabungan dari energi listrik dan energi magnet.
Saat vibrasi dari benda menghasilkan energi termal dan energi suara, energi radiasi
berasal dari vibrasi-vibrasi benda bermuatan. Energi radiasi adalah nama lain dari
energi gelombang elektromagnetik. Contoh di kehidupan nyatanya adalah bagaimana
energi matahari sampai ke bumi sebagai gelombang dari energi radiasi. Gelombang
radio, gelombng mikro, radiasi inframerah, gelombang cahaya, X-Ray, dan sinar
kosmik adalah contoh lain dari gelombang-gelombang energi radiasi.
f) Energi Kimia
Energi potensial kimia muncul karena atom dan molekul dapat menghasilkan atau
mengambil energi saat membentuk atau melepas ikatan kimia diantaranya.
g) Energi Panas (Thermal)
Energi pergerakan muncul pada suatu objek karena atom-atom dan molekul-molekul
pada objek tersebut bervibrasi secara random. Energi termal adalah energi pergerakan
acak dari objek-objek sangat kecil yang melakukan vibrasi. Semakin cepat suatu atom
dan molekul pada suatu substansi bervibrasi, maka semakin besar pula energi termal
yang dimiliki substansi tersebut dan semakin tinggi pula temperaturnya.
h) Energi Suara
Saat atom dan molekul bergetar secara beraturan. getaran tersebut dapat berpindah
sebagai suatu gelombang. Suara adalah transmisi dari getaran melalui benda padat,
cair, dan gas oleh atom-atom yang bergetar. Saat gelombang suara mencapai gendang
telinga, energi pada gelombang suara tersebut membuat gendang telinga bergetar.
Kemudian, otak kita akan menginterpretasikan getaran tersebut sebagai suatu suara.
i) Energi Nuklir
Pada reaksi nuklir, terdapat energi yang dilepas atau diambil oleh inti atom. Energi
tersedia dari inti atom yang sifatnya radioaktif dan mengalami perubahan nuklir.
2. Jenis-jenis kapasitas panas dan definisinya berdasarkan gambar dibawah !
Kapasitas Kalor
3
Kapasitas kalor (heat capacity), biasanya disimbolkan dengan huruf c besar (C), atau
biasanya sebagai subscript (C) merupakan suatu kuantitas fisis terukur dari suatu sistem
terdefinisi yang menyatakan jumlah panas (yang biasanya diekspresikan dalam satuan Kalori,
Kilokalori atau Joule) yang dibutuhkan untuk meningkatkan temperatur sistem sebanyak satu
derajat (biasanya suhu ada dalam satuan Celsius atau Kelvin). Nilainya merupakan
pembagian antara energi termal per derajat temperatur. Terdapat dua turunan sifat ekstensif
dari kapasitas kalor berdasarkan parameter peningkatan temperaturnya, yaitu kapasitas kalor
molar dan kapasitas kalor spesifik. Persamaan kapasitas kalor dapat dituliskan sebagai
C=dQdT
karena C dipengaruhi nilai Q, yang nilainya bergantung terhadap kondisi proses, nilai C juga
kuantitas yang nilainya process-dependent.
Kapasitas Kalor Molar
Kapasitas kalor molar (molar heat capacity) adalah jumlah nilai panas yang dibutuhkan untuk
meningkatkan temperatur satu mol dari substansi sebanyak satu derajat. Biasanya
diekspresikan dalam satuan joule per mol per derajat temperatur (Kelvin atau Celsius).
Kapasitas Kalor Spesifik
Jumlah panas yang dibutuhkan untuk meningkatkan temperatur dari satu gram substansi
sebanyak satu derajat adalah definisi dari kapasitas kalor spesifik (specific heat). Biasanya
diekspresikan dalam satuan joule per gram per derajat celsius.
Gambar 1. Ilustrasi Kondisi Kapasitas Kalor Kondisi Isokhorik dan Isobarik
Sumber : Pemicu 2 Termodinamika
Dari gambar diatas, dapat dilihat bahwa terdapat dua substansi dalam keadaan berbeda,
dimana substansi pertama berada dalam kondisi volume konstan dan substansi kedua berada
pada tekanan yang konstan. Berdasarkan definisi kapasitas kalor diatas yang menyebutkan
4
bahwa nilai kapasitas kalor sifatnya process-dependent, kapasitas kalor pada kondisi pertama
didefinisikan sebagai kapasitas kalor dalam kondisi volume konstan (Cv), dengan
persamaan
C v=( dUdT )
V
dU =CV dT
Q=n ∆ U=n∫T 1
T 2
CV dT
Definisi ini mengakomodasi definisi kapasitas kalor molar dan kapasitas kalor spesifik (atau
biasanya disebut sebagai specific heat), tergantung dari apakah nilai U adalah nilai internal
energi molar atau internal energi spesifik. Untuk kondisi kedua, kapasitas kalornya
merupakan kapasitas kalor dalam kondisi tekanan konstan (Cp) dengan persamaan
C p=( dUdT )
P
dH =CP dT
Q=n∆ H=n∫T 1
T 2
CP dT
Dari kedua keadaan diatas sudah diketahui nilai kapasitas kalor kondisinya masing-masing.
Untuk kondisi pertama, nilai Cp nya adalah 2,12 kj/ kg oC dan untuk kondisi kedua nilai Cv
nya adalah 5,19 kj/ kg oC. Kedua gambar memiliki data yang serupa (m sama, perubahan
suhu sama) namun membutuhkan energi yang berbeda dikarenakan kondisi khusus yaitu
isokhorik dan isobarik tersebut.
3. Jelaskanlah mengapa keduanya (satuan yang umum digunakan pada kapasitas kalor
berupa kJ/kgoC dan kJ/kgK) sama dan berikan penjelasan pula untuk satuan kapasitas
panas yang terkadang menggunakan basis molar.
kJ/kgoC dan kJ/kgK dapat dianggap menjadi suatu satuan yang sama karena satuan Celsius
dan Kelvin sama-sama berasal dari dimensi temperatur dengan penghitungan yang
menunjukkan nilai selisih, atau delta (∆ ¿ dari suhu awal dan suhu akhir. Perbedaan kedua
satuan ini yang terletak pengkonversian temperatur berderajat celsius menjadi kelvin dengan
5
cara menambahkan nilai 273 ke temperaturnya menjadi insignifikan karena misal pada suhu
awal 10oC dan suhu akhir 20oC, nilainya delta dalam temperatur bersatuan Kelvin maupun
Celsius nilainya akan tetap sama karena perbandingan selisih titik beku dan titik didihnya
sama.
∆ T=T 2−T 1=20 oC – 10 oC = 10 oC
∆ T=T 2−T 1=(273+20 ) K – (273+10 )K = 10 K
Untuk satuan kapasitas panas yang menggunakan basis molar, seperti yang telah dijelaskan di
bagian atas adalah salah satu unit intensif dari kapasitas kalor, yaitu kapasitas kalor molar.
Kapasitas kalor molar merepresentasikan energi yang dibutuhkan untuk menaikkan satu
derajat temperatur untuk satu mol substansi tertentu.
4. Jelaskan mengapa ada diskontinuitas dalam plot kapasitas panas air !
Diskontinuitas dalam plot kapasitas air dalam tekanan konstan atau dalam plot Cp terhadap
temperatur terjadi karena adanya perubahan fasa. Perubahan fasa ini, dapat menyebabkan
perubahan entalpi spesifik karena yang menyebabkan Cp berubah secara signifikan seiring
terjadinya perubahan fasa. Hal ini didukung dengan Cp sebagai fungsi dari entalpi.
Perhatikan gambar grafik dibawah ini
Gambar 2. Grafik Cpm terhadap Temperatur
Sumber : Pemicu 2 Termodinamika
Pada temperatur 0 sampai sekitar 273 K, Cpm air meningkat dengan kenaikan grafik yang
relatif konstan. Kondisi kenyataan air pada suhu tersebut, seperti selayaknya sifat substansi
6
lain yang berada pada suhu dibawah titik beku, fasanya masih berupa es (padatan). Apabila
dikatikan dengan grafik diatas dan kenaikannya yang relatif konstan, menunjukkan bahwa
semakin tinggi temperatur es, maka Cpm -nya juga akan meningkat. Setelah mencapai suhu
273 K, Cpm air mengalami diskontinuitas dan membuat suatu garis grafik baru yang
peningkatannya drastis dari Cpm sebelumnya (diskontinuitas). Peningkatan Cpm in disebabkan
oleh terjadinya perubahan fasa air, dari padat (es) menjadi cair(air). Pada 273 K sampai 373
K, Cp air masih berada pada grafik tertinggi yang nilai Cpm -nya sekitar 18 cal/mol K. Pada
tahap ini (273-373 K), air berada dalam fasa cair. Pada temperatur 373 K, Cpm air kembali
mengalami penurunan drastis (diskontinuitas). Hal ini disebabkan oleh perubahan fase dari
cair ke padat. Pada 373 K sampai pada keadaan superheated (T yang sangat tinggi), Cpm air
bergerak naik secara konstan.
5. Hitung panas yang dibutuhkan untuk meningkatkan suhu 1 mol gas metana 300-800
K menggunakan data yang ditampilkan. Apakah Anda pikir itu masuk akal untuk
mengasumsikan kapasitas panas konstan untuk rentang suhu seluruh?
Karena kurva Cp terhadap temperatur untuk gas metana (CH4) adalah linier, maka untuk
mencari nilai panas (Q) dapat dicari dengan menghitung luas grafik dibawah kurva.
Luas Trapesium = (Cp1+Cp 2 ) ΔT
2
= (8+14 )(800−300)
2
= 5500 Cal/mol x 1 mol
= 5500 Cal
6. Bagaimana pendapat Anda untuk gambar 3(b) di bawah ini !
Kapasitas panas dalam termodinamika ada dua jenis yaitu Cv dan Cp, Cv didefinisikan
sebagai perubahan energi dalam terhadap temperatur pada volume konstan. Jadi jika panas
ditambahkan pada volume konstan, kita menggunakan Cv untuk menghitung besar nilai
panas tersebut.
Sedangkan Cp didefinisikan sebagai perubahan entalpi pada sistem terhadap temperatur pada
tekanan konstan. Jadi jika panas ditambahkan pada tekanan konstan, kita menggunakan Cp
untuk menghitung besar nilai panas tersebut.
7
7. Jelaskan energi internal molekul gas dalam hal mode yang berbeda gerak : translasi,
rotasi, dan mode getaran, selain kontribusi elektronik !
Energi dalam (E) adalah total energi kinetik (Ek) dan energi potensial (Ep) yang ada di dalam
sistem. Oleh karena itu energi dalam bisa dirumuskan dengan persamaan E = Ek + Ep.
Namun karena besar energi kinetik dan energi potensial pada sebuah sistem tidak dapat
diukur, maka besar energi dalam sebuah sistem juga tidak dapat ditentukan, yang dapat
ditentukan adalah besar perubahan energi dalam suatu sistem. Energi internal (internal
energy,U) adalah pengukuran makroskopik dari energi molekuler, atomik, dan subatomik,
yang semuanya mengikuti kaidah konservasi mikroskopik tertentu. Karena tidak ada
peralatan untuk mengukur energi internal secara langsung pada skala makroskopik, energi
internal harus dihitung dari variabel tertentu lainnya yang dapat diukur secara makroskopik,
seperti tekanan, volume, suhu, dan komposisi.
Menurut Abdurrouf (2001), Pada molekul diatomik , sumbangan energi berasal dari berbagai
sumber, yaitu yaitu gerak translasi molekul, gerak rotasi molekul, gerak vibrasi atom
sepanjang sumbu, gerak elektron mengelilingi inti dan spin inti.
Gambar 3. Ilustrasi gerak diatomik
(dari kiri ke kanan: gerak translasi,gerak rotasi dan gerak vibrasi)
Sumber : chem-is-try.org
a. Gerak Translasi
Stokey (2000) mendifinisikan gerak translasi sebagai gerak pusat massa dari satu
tempat ke tempat yang lain. Dengan demikian gerak translasi pada skala atomik
merupakan gerak yang terjadi pada atom atau molekul yang menyebabkan atom atau
molekul tersebut berpindah tempat. Lebih jelasnya perhatikan gerak translasi pada
molekul H2O di bawah ini:
8
Gambar42. Gerak tranlasi H2O
Sumber : chem-is-try.org
Perhitungan tingkat energi pada gerak translasi pada atom atau melokul dapat
dilakukan dengan pendekatan klasik (sebagai energi kinetik) sebagai berikut:
Etrans=12
mv2
m : massa molekul
v : kecepatan molekul
b. Gerak Rotasi
Menurut Hidayat (2003), Rotasi merupakan perputaran molekul yang selang
energinya sangat kecil sekitar 10-3 eV. Spektrumnya di daerah gelombang mikro
dengan panjang gelombang berkisar antara 0,1 mm- 1 cm). Hal ini diperjelas oleh
Kusminarto (1993) yang menyatakan bahwa disamping mengalami gerak translasi,
molekul melakuakan rotasi terhadap sumber massanya.
Gambar 5. Gerak rotasi H2O
Sumber : chem-is-try.org
Untuk menyederhanakan analisa, pada pembahasan ini ditinjau molekul diatomik
(walaupun secara garis besar juga berlaku untuk molekul kompleks ).Tingkat energi
Energi molekul yang berotasi terkuantisasi dengan perumusan sebagai berikut:
Er=12
I ω2= l2
2 I sehingga Er=
l(l+1)ħ2
2 I=
l(l+1)h2
2 μ r02
µ : massa tereduksi molekul tersebut dan
ro : jarak rata-rata antara dua atom pada suatu molekul.
I : momen inersia molekul
9
Gambar 6. Gerak rotasi dari dua sistem
Sumber : chem-is-try.org
c. Gerak Vibrasi
Menurut Hidayat (2003), gerak vibrasi pada molekul adalah getaran molekul yang
selang energinya lebih besar 0,1 eV dengan spekrumnya di daerah infra merah (
λ berkisar 1 µm−0,1cm ¿.
Gambar 7. Gerak vibrasi H2O
Sumber : chem-is-try.org
Untuk menyederhanakan masalah ditinjau molekul paling sederhana yaitu molekul
dwiatom.
Gambar 8. Gerak vibrasi dari dua sistem
Sumber : chem-is-try.org
Kusminarto (1993) memaparkan, jarak inti atom dalam molekul dianggap tetap.
Bentuk energi potensial molekul mengisyaratkan bahwa inti-inti atom penyusun
molekul melakukan gerak osilasi relative. Di sekitar jarak kesetimbangannya ro,
bentuk energi potensial dapat didekati dengan bentuk fungsi parabola E=12
k ¿
sehingga gerak osilasi relatifnya merupakan osilasi sederhana dengan frekuensi sudut
10
f =√ kμ
dengan µ adalah massa tereduksi molekul . Sehingga energi vibrasi molekul
diatomik adalah:
E vib=(v+ 12 )hf v=0,1,2 , …….
h : tetapan Planck dan
f : frekuensi getaran.
8. Gunakan diagram berikut yang menunjukkan distribusi Boltzmann populasi untuk
rotasi, getaran, dan tingkat energi elektronik pada suhu kamar !
Gambar 1. Diagram Cv versus T pada Molekul Gas
Gambar 9. Diagram Cv versus T pada Molekul Gas
Sumber: theory.physics.manchester.ac.uk
Distribusi Boltzmann dapat dinyatakan dalam persamaan berikut:
N i
N j=e
−(Ei−E j
kT )
Dengan “k” adalah nilai konstanta Boltzmann sebesar 1,381 x 10-23 J/K. Dalam
pengaplikasiannya untuk tingkat energi, terdapat beberapa hal penting yang harus
diperhatikan. Pertama, semakin tinggi keadaan energi suatu molekul, semakin sedikit
populasi molekul yang menempati keadaan tersebut. Kedua, semakin tinggi suhu suatu
molekul, semakin banyak populasi molekul yang menduduki keadaan energi tinggi. Ketiga,
tingkat energi akan semakin banyak terpopulasi apabila perbandingan antara “Ei – Ej” dengan
“kT” dekat (seperti dalam gerak translasi dan gerak rotasi).
11
Gambar 9. Level pemisahan energi dan distribusi Boltzmann untuk rotasi, vibrasi, dan
energi elektronik
Sumber: Pemicu 2 Termodinamika
Dari gambar pemicu, ditunjukan bahwa tingkat energi pada gerak rotasi lebih banyak
terpopulasi daripada gerak vibrasi dan gerak elektronik pada suhu ruangan. Hal ini
bersesuaian dengan poin ketiga dari pernyataan mengenai distribusi Boltzmann diatas. Lalu,
pada diagram, semakin tinggi tingkat energinya, semakin sedikit populasi molekul yang
menempati tingkat eergi tersebut. Hal ini bersesuaian dengan poin pertama dan poin kedua
dari pernyataan mengenai distribusi Boltzmann diatas.
9. Jelaskanlah cara menerapkan persamaan untuk penentuan energi internal cairan
menggunakan kalorimeter bom adiabatik ditunjukkan dibawah ini.
Gambar 10. Kalorimeter Bom
Sumber : chemistrynecistry.blogspot.com
Bomb Calorimeter adalah sebuah kalorimeter yang mana tidak terjadi perubahan volume
(bomb) pada sistem (ΔV = 0). Dan Adiabatic Bomb Calorimeter adalah kalorimeter bom
yang bekerja secara adiabatik, yaitu tidak ada perpindahan kalor (qtotal = 0).
12
Proses Adibatik
Dalam proses adiabatik, tidak ada kalor yang ditambahkan pada sistem atau meninggalkan
sistem (Q=0). Proses adiabatik bisa terjadi pada sistem tertutup yang terisolasi dengan baik.
Untuk sistem tertutup yang yang terisolasi dengan baik, biasanya tidak ada kalor yang
seenaknya mengalir kedalam sistem atau meninggalkan sistem. Proses adibatik juga bisa
terjadi pada sistem tertutup yang tidak terisolasi. Proses dilakukan dengan sangat cepat
sehingga kalor tidak sempat mengalir menuju sistem atau meninggalkan sistem.
Untuk menentukan energi dalam fluida pada adiabatic bomb kalorimeter yang perlu kita
tentukan adalah asumsi. Asumsi dalam menentukan energi dalam adalah sistem dalam
keadaan tertutup dan adibatik.
Rumus kesetimbangan energi pada closed system:
∆ E=Q+W =∆ U+∆ K+∆ P
Bedasarkan soal diatas dan asumsi, maka nilai dari:
∆ E=∆ K=∆ P=W =0
Maka:
Q=∆ U
Pada adiabatik Q=0 karena tidak ada penambahan kalor. Sehingga rumusnya menjadi
Qtotal=Qlingkungan+Q sistem=0
Qsistem=−Qlingkungan
atau
−Qsistem=Qlingkungan
Pada Adiabatic Bomb Calorimeter yang berperan sebagai sistem adalah fluida. ∆, sehingga,
∆ U=Qsistem=−Qlingkungan
Kita ketahui bahwa Qsist em=Ccal × ∆ T
Jadi energi dalam pada fluida di adiabatic bomb calorimeter:
∆U=Qsistem= - Qlingkungan= Ccal × ∆T
10. Salah satu kebutuhan untuk memahami konsep kekekalan energi dan massa, dalam
rangka untuk memahami bagimana kalorimeter bekerja. Jelaskan sifat termodinamika
13
yang disebutkan dalam pernyataan berikut dan menentukan nilai-nilai ereka untuk air
sebagai bahan murni pada tekanan atmosfer :
Kapasitas panas yang solid sebagai fungsi temperatur dari -10oC sampai 0oC dan
panas yang sesuai dibutuhkan untuk memanaskan es dari -10oC sampai 0oC
Panas mencairnya es pada 0oC
Kapasitas panas yang cair sebagai fungsi temperatur dari 0oC sampai 100oC dan
panas yang sesuai dibutuhkan untuk memanaskan es dari 0oC sampai 100oC
Panas penguapan air pada 100oC
Kapasitas panas uap sebagai fungsi temperatur dari 100oC sampai 110oC dan
panas yang sesuai dibutuhkan untuk memanaskan uap jenuh pada 100oC
menjadi superheated steam pada 110oC
Plot hasil Anda sebagai entalpi air sebagai fungsi temperatur. Bandingkan besarnya
masuk akal dan panas laten air.
Persamaan hukum I termodinamika :
ΔE = Q + W = ΔU+ΔK+ΔP
Karena kalorimeter adalah sistem terbuka, maka kita dapat mencoret ΔK dan ΔP. Kalorimeter
ini menggunakan sistem yang isobarik dimana tekanan yang digunakan konstan, dan
persamaan yang digunakan adalah Q + W = ΔU dan W = P ΔV. Pada sistem kalorimeter
volume yang digunakan konstan sehingga ΔV = 0 dan W menjadi nol yang menjadikan Q =
ΔU. Sehingga sistem yang digunakan pada open sistem, adalah :
Q = ΔH
Karena ΔH = Cp ΔT, maka Cp adalah kapasitas kalor sehingga
Cp=∂ H∂ T
Pada kalorimeter diketahui bahwa pada sistem ini terdapat hubungan dengan suhu dan
tekanan pada saat masuk dan keluar ((T0,P0)(Ti,Pi) sehingga dapat menghasilkan persamaan
sebagai berikut :
Cp=¿¿
14
Kita telah mengetahui bahwa Q = m c ΔT . Karena c yang digunakan adalah Cp, maka
persamaan menjadi Q = ṁ Cp ΔT . Dari ΔH = Cp ΔT, didapatkan bahwa Q = ṁ ΔH sehingga
ΔH = Q/ṁ. Jika persamaan ΔH yang baru saja ditemukan disubstitusikan ke dalam
persamaan di atas akan menjadi :
Cp=(Q¿−Qout)ṁ(T 0−T 1)
Seperti yang kita ketahui bahwa kapasitas kalor (C) memiliki persamaan
C=dQdT
Karena pada kalorimeter ini menggunakan sistem isobarik, maka Q = ΔH dan kapasitas
kalornya menjadi :
Cp=( ∂ H∂T )
p
Sedangkan sifat termodinamika dalam semua penyataan diatas adalah kalor laten dan
kapasitas kalor. Kalor laten adalah kalor untuk zat mengubah wujudnya. Pada saat zat
mengalami perubahan wujud temperatur zat tidak akan berubah. Kalor laten terdiri dari tiga
jenis yaitu kalor lebur dan kalor uap. Berikut adalah persamaan kalor laten :
Q=m L atauQ=mU
Dimana: m = massa zat (kg)
L = kalor lebur (J / kg.oC)
U = kalor uap (J / kg.oC)
Kapasitas panas adalah jumlah panas untuk meningkatkan suhu zat sebesar 1oC. Semakin
kecil perubahan suhu zat oleh perpindahan kalor maka kapasitas panasnya semakin besar.
Pada soal kapasitas panas dibutuhkan dalam tekanan yang tetap sehingga persamaan dapat
ditulis sebagai berikut :
CP=( ∂ H∂T )
P
C p=a+bT+cT 2
15
∆ H =∫ a+bT +c T2 dT
Nilai a, b dan c didapat dari buku. Dalam fasa padat, peleburan dan penguapan zat tidak
memiliki nilai a, b dan c sehingga persamaan untuk menghitung jumlah kalor menjadi :
Q=mc ∆ T
Ketika tekanan tetap, kalor (Q) berbanding lurus dengan ∆ H , persamaan menjadi:
∆ H=m c∆ T
Asumsi : zat yang digunakan memiliki massa 1 gram
Untuk setiap pernyataan :
Kapasitas panas yang solid sebagai fungsi temperatur dari -10oC sampai 0oC dan
panas yang sesuai dibutuhkan untuk memanaskan es dari -10oC sampai 0oC
Dapat kita tentukan bahwa pada suhu tersebut fase es adalah masih dalam bentuk
padat dikarenakan belum terdapatnya perubahan fase akibat pemanasan. Pemanasan
es juga menyebabkan temperatur es bertambah.
Untuk menghitung kalor yang dibutuhkan untuk memanaskan es dari -10oC ke 0oC
kita dapat menggunakan persamaan ∆ H=m c∆ T karena pada fase padat air tidak
memiliki nilai a, b dan c sehingga perhitungan entalpi menggunakan nilai Cp tidak
dapat dilakukan. Persamaan yang digunakan untuk menghitung kalor pada pemanasan
es adalah sebagai berikut :
∆ H=m c∆ T
∆ H=1 g .4,184 J℃ g
¿
Panas mencairnya es pada 0oC
Dari diagram p-V-T proses mencairnya es adalah proses perubahan fase dari fase
padat menjadi cair. Pada proses perubahan fase ini tidak terjadi perubahan suhu
sehingga tidak terjadi perubahan volume spesifik.
Untuk menghitung kalor yang dibutuhkan untuk mencairkan es pada suhu 0oC kita
dapat menggunakan persamaan ∆ H =m L karena kalor yang akan dihitung adalah
kalor untuk merubah fase es sehingga persamaan yang digunakan adalah persamaan
16
kalor laten. Persamaan yang digunakan untuk menghitung kalor pada pencairan es
adalah sebagai berikut:
∆ H =m L
∆ H=1 g .334 Jg=334 J
Kapasitas panas yang cair sebagai fungsi temperatur dari 0oC sampai 100oC dan panas
yang sesuai dibutuhkan untuk memanaskan es dari 0oC sampai 100oC
Dapat kita tentukan bahwa pada suhu tersebut pemanasan dilakukan terhadap cairan
sebagai pemanasan lanjut dari es yang sudah mencair hingga mencapau suhu
mendidih air. Sehingga diketahui pada suhu 0oC sampai 100oC fase yang dimiliki air
adalah fase air. Pemanasan air hingga mencapai suhu mendidihnya air menyebabkan
temperatur air bertambah.
Untuk menghitung kalor yang dibutuhkan untuk memanaskan air dari 0oC ke 100oC
kita dapat menggunakan persamaan ∆ H =∫ a+bT +c T2 dT karena pada fase cair air
sudah memiliki nilai a, b dan c sehingga perhitungan entalpi menggunakan nilai Cp
dapat dilakukan. Persamaan yang digunakan untuk menghitung kalor pada pemanasan
air adalah sebagai berikut :
∆ H =∫ a+bT +c T2 dT
Dengan nilai a, b dan c adalah sebagai berikut :
Gambar 1. Nilai a, b dan c untuk air pada fase cair
∆ H =∫273
373
a+bT +cT 2 dT
∆ H=[aT +b T2
2 +cT 3
3 ]273
373
∆ H=8,712 ( x )+ 1,25 x 103(x2)2
+−0,18 x 106(x3)
3 |373273
Panas penguapan air pada 100oC
Dari diagram p-V-T proses penguapan air adalah proses perubahan fase dari fase cair
menjadi uap. Pada proses perubahan fase ini tidak terjadi perubahan suhu sehingga
tidak terjadi perubahan volume spesifik.
17
Untuk menghitung kalor yang dibutuhkan untuk penguapan air pada suhu 100oC kita
dapat menggunakan persamaan ∆ H=mU karena kalor yang akan dihitung adalah
kalor untuk mengubah fase air menjadi uap sehingga persamaan yang digunakan
adalah persamaan kalor laten. Persamaan yang digunakan untuk menghitung kalor
pada penguapan air adalah sebagai berikut :
∆ H=mU
∆ H =1g .2260 Jg=2260 J
Kapasitas panas uap sebagai fungsi temperatur dari 100oC sampai 110oC dan panas
yang sesuai dibutuhkan untuk memanaskan uap jenuh pada 100oC menjadi
superheated steam pada 110oC
Dapat kita tentukan bahwa pada suhu tersebut pemanasan dilakukan terhadap uap
jenuh air sebagai pemanasan lanjut dari air yang sudah menguap menjadi gas. Untuk
menghitung kalor yang dibutuhkan untuk memanaskan air dari 0oC ke 100oC kita
dapat menggunakan persamaan ∆ H =∫ a+bT +c T2 dT karena pada fase cair air
sudah memiliki nilai a, b dan c sehingga perhitungan entalpi menggunakan nilai Cp
dapat dilakukan. Persamaan yang digunakan untuk menghitung kalor pada pemanasan
air adalah sebagai berikut :
∆ H =∫ a+bT +c T2 dT
Dengan nilai a, b dan c adalah sebagai berikut :
Gambar 2. Nilai a, b dan c untuk air pada fase gas
∆ H =∫273
373
a+bT +cT 2 dT
∆ H =[aT +b T2
2 +cT 3
3 ]373
383
∆ H =4,070 ( x )+−1,108 x103(x2)2
+4,152 x106(x3)
3 |383373
Berikut adalah grafik entalpi sebagai fungsi terhadap temperatur :
18
Gambar Grafik Entalpi sebagai fungsi terhadap temperatur
11. Kukus masuk nozzle dari steam turbine dengan kecepatan 10 ft/sec pada tekanan
500 psia dan suhu 1000oF. Tekanan dan suhu pada keluaran nozzle adalah 300oF dan 1
atm. Tentukanlah kecepatan keluaran nozzle dan luas penampangnya.
Mencari kecepatan aliran keluar (v2)
Sistem dalam nozzle pada soal kurang lebih dapat kita anggap sebagai keadaan steady state, karena laju alir massa dalam sistem nozzle bersifat konstan (tak berubah terhadap waktu) dan tidak terdapat perubahan energi sistem nozzle terhadap waktu. Selain itu, dalam sistem nozzle pada soal perubahan energi kalor dan usaha diabaikan (Q dan W = 0). Sehingga, persamaan steady state untuk sistem nozzle dalam soal adalah sebagai berikut.
dEdt
=Qnet +W net+ m¿ (h1+12
v12+g z1)−mout (h2+
12
v22+g z2)
0=m¿(h1+12
v12+g z1)−mout (h2+
12
v22+g z2)
19
v1=10 ft / secP1=500 psia
T 1=1000o F
v2
P2=1 atm=14,7 psia
T 2=300o FA2
Q1
Q2
Q3
Q4
Q5
NOZZLE
mout (h2+12
v22+g z2)=m¿(h1+
12
v12+g z1)
Dalam sistem nozzle pada soal, tidak terdapat perubahan ketinggian dari aliran masuk maupun keluar, sehingga dapat kita katakan bahwa energi potensialnya sama dengan nol.
mout (h2+12
v22+g z2)=m¿(h1+
12
v12+g z1)
mout (h2+12
v22)=m¿ (h1+
12
v12)
Laju alir massa masuk pada nozzle sama dengan laju alir massa keluarnya sehingga keduanya dapat saling menghilangkan.
mout (h2+12
v22)=m¿ (h1+
12
v12)
(h2+12
v22)=(h1+
12
v12)…(1)
Dengan menggunakan persamaan (1) di atas, maka kita dapat melakukan penghitungan untuk menemukan kecepatan dari aliran keluaran nozzle. Namun, kita harus terlebih dahulu mencari nilai entalpi dari aliran masuk dan aliran keluar dengan menggunakan steam table. Dari ASME Steam Table, diketahui bahwa steam yang mengalir dalam nozzle pada soal tergolong kedalam jenis superheated steam.
Data-data superheated steam table dari aliran masuk
Tekanan (psia)Temperatur = 1000 oF
h (Btu/lbm) V (ft3/lbm) s (Btu/lbm.oR)
500 psia 1520,9 1,7009 1,7375
Keterangan:h : entalpiV : volum spesifiks : entropi
V 1=1,7009 ft 3 /lbmh1=1520,9 Btu/ lbm
Data-data superheated steam table dari aliran keluar
20
Tekanan (psia)Temperatur = 300 oF
h (Btu/lbm) V (ft3/lbm) s (Btu/lbm.oR)
10 psia 1193,8 44,993 1,8595
14.7 psia x y z
15 psia 1192,7 29,906 1,8137
x−1193,81192,7−1193,8
=14,7−1015−10
x−1193,8=−1,034
x=1192,766
y−44,99329,906−44,993
=14,7−1015−10
y−44,993=−14,182
y=30,811
z−1,85951,8137−1,8595
=14,7−1015−10
z−1,8595=−0,043
z=1,8165
V 2=30,811 ft 3 / lbmh2=1192,766Btu / lbm
Dari data hasil interpolasi superheated steam table di atas, maka sekarang kita telah memiliki data entalpi dari aliran masuk dan entalpi dari aliran keluar sehingga penghitungan kecepatan aliran keluar menggunakan persamaan (1) dapat kita lakukan.
(h2+12
v22)=(h1+
12
v12)…(1)
(1192,766 Btu /lbm+ 12
v22)=(1520,9 Btu / lbm+1
2(10 ft /sec)2)
12(v2−10 ft /sec )2=(1520,9−1192,766 ) Btu / lbm
12(v2−10 ft /sec )2=328,134 Btu/ lbm
21
Dengan menggunakan faktor konversi berupa 1 Btu /lbm=25037 ft2/sec2, maka:
12(v2−10 ft /sec )2=(328,134 ×25037 ) ft2/sec2
12(v2−10 ft /sec )2=8215490,958 ft2/ sec2
(v2−10 ft / sec )2=16430981,92 ft2/sec2
v22−100 ft2/sec2 =16430981,92 ft2/sec2
v22=(16430981,92+100) ft2 /sec2
v22=16431081,92 ft2/sec2
v2=√16431081,92 ft2/ sec2
v2=4053,527 ft /sec
Mencari luas penampang keluar dari nozzle
Adapun rumus umum untuk mencari luas penampang dari nozzle adalah:
A=m ×Vv
…(2)
dan dengan menggunakan persamaan (2) tersebut, maka kita dapat menghitung besar luas penampang keluar dari nozzle. Pertama kita asumsikan bahwa laju alir massa dalam nozzle adalah sebesar 1 lbm/sec dan nilai tersebut konstan baik untuk aliran masuk maupun keluar. Diketahui dari data superheated steam table bahwa volum spesifik dari aliran keluar adalah sebesar 30,811 ft3 /lbm. Dari penghitungan sebelumnya, dapat kita ketahui juga kecepatan aliran keluar adalah sebesar 27,5 ft /sec. Sehingga:
A2=m ×V 2
v2
A2=1 lbm/sec ×30,811 ft3/ lbm
4053,527 ft / sec
A2=7,601×10−3 ft2
12. Tangki pejal mempunyai volume 0,5 m3 diisi dengan refrigerant 134a pada 0,5 Mpa,
50oC. Selanjutnya zat ini dipanaskan sampai mencapai keadaan uap jenuhnya. Hitung
kalor untuk proses ini !
22
Keadaan 1
Menggunakan Tabel Superheated Refrigerant 134a
Sumber : https://highered.mcgraw-hill.com/sites/dl/free/0073529214/395307/appdxs1_2.pdf
Kita mendapatkan nilai H1 pada tekanan 0,5 MPa dan suhu 50oC adalah 291,96 kJ/kg.
Keadaan 2
Menggunakan Tabel Saturated Refrigerant 134a – Pressure Table
23
Sumber : https://highered.mcgraw-hill.com/sites/dl/free/0073529214/395307/appdxs1_2.pdf
Kita mendapatkan nilai H2 pada saat keadaan uap jenuhnya adalah 259,30 kJ/kg.
Menghitung nilai ΔH
ΔH = H2 – H1
= 259,30 kJ/kg – 291,96 kJ/kg
= -32,66 kJ/kg
W = ΔH
= -32,66 kJ/kg
13. Kukus (steam) masuk alat penukar panas (HE) pada 1,4 MPa dan 300oC di mana
kukus terkondensasi pada keluaran beberapa tube-tube. Kukus yang terkondensasi
meninggalkan HE sebagai cairan pada 1,4 MPa dan 150oC dengan laju alir 5000 kg/hr.
Kukus dikondensasi oleh air yang lewat tube-tube. Air masuk HE pada 20oC dan
menyebabkan kenaikan suhu 20oC pada sisi keluaran. Asumsikan HE dalam keadaan
adiabatis dan jelaskanlah laju alir yang diperlukan.
Kukus 1,4 MPa, 300oC Kukus 1,4 MPa, 150oC
1 2 5000 kg/hr
24HE
4 Air 40oC Air 20oC 3
Lalu kita cari nilai masing-masing h dengan menggunakan steam table, diperoleh:
h1 = 3041 kJ/kg
h2= 632,722kJ/kg
h3= 83,92 kJ/kg
h4= 167,58kJ/kg
Selanjutnya, masukkan nilai masing-masing h kedalam persamaan (2)
Karena basis yang digunakan 1 jam, maka:
Laju alir yang diperlukan = /jam = 143,93 ton/jam
14. Nitrogen cair disimpan dalam tangki logam 0,5 m3 yang diinsulasi dengan baik.
Perkirakanlah proses pengisian tangki kosong yang awalnya mempunyai suhu 295 K,
Nitrogen cair dicapai pada titik didih normal 77,3 K dan pada tekanan beberapa bar.
Pada kondisi ini, entalpinya adalah -120,8 kJ/kg. Saat katup dibuka, nitrogen megalir
masuk tangki saat evaporasi pertama kali terjadi dalam proses pendinginan tangki.
Jika tangki mempunyai massa 30 kg dan logam mempunyai kapasitas panas spesiik
0,43 kJ/kg.K, Menurut anda berapakah massa nitrogen yang harus mengalir masuk
kedalam tangki hanya untuk mendinginkannya ke suhu yang membuat Nitrogen cair
mulai terakumulasi di dalam tangki? Asumsikan bahwa nitrogen dan tangki selalu
pada suhu yang sama. Sifat-sifat uap jenuh nitrogen (a saturated nitrogen vapor) pada
beberapa suhu diberikan sebagai berikut :
T / K P / bar Vv / m3 kg-1 Hv / kJ kg-1
80 1,396 0,1640 78,9
85 2,287 0,1017 82,3
90 3,600 0,06628 85,0
25
95 5,398 0,04487 86,8
100 7,775 0,03126 87,7
105 10,83 0,02223 87,4
110 14,67 0,01598 85,6
V tangki = 0,5 m3 T1 = 295 K Tboil = 77,3 K
Hin = -120,8 kJ/kg m tangki = 30 kg c = 0,43 kJ/kg.K
Tangki Vtangki : 0,5 m3
mtangki : 30 kgT1 : 295 K
c : 0,43 kJ/kg.KSeperti yang kita ketahui, terdapat beberapa macam persamaan untuk mencari nilai kalor,
diantaranya yaitu:
U =Q+ H ---> Q=U −H …(1)
Q=m× c× ∆ T …(2)
Dengan menyubstitusikan persamaan (1) dan (2), akan didapatkan persamaan sebagai berikut.
U−H=m ×c ×∆ T
m (u−h )=m× c× ∆ T … (3)
Kemudian kita dapat menggabungkan persamaan (3) untuk menyelesaikan permasalahan
dalam soal ini
mnitrogen ×(unitrogen−h¿)=mtangki × c×(T 1−Tnitrogen)
Nilai u kemudian dapat dicari dengan memanfaatkan data yang terdapat dalam tabel dan
dengan menggunakan persamaan:
u=(h−PV )
Sehingga didapatkanlah data u dalam tabel berikut.
26
Hin : -120,8 kJ/kgTin : 77,4 KPin : beberapa barmnitrogen : ?
u [kj/kg]
56,006
59,041
61,139
62,579
63,395
63,325
62,157
Dengan asumsi bahwa Tnitrpgen saat mengisi tangki sama dengan 100 K sehingga unitrogen sama
dengan 63,395 kj/kg,
T / K u [kj/kg]
80 56,006
85 59,041
90 61,139
95 62,579
100 63,395
105 63,325
110 62,157
maka:
mnitrogen × (63,395−(−120,8 ) ) kJ /kg=30 kg ×0,43 kJ /kg . K ×(295−100) K
mnitrogen=30 ×0,43 × 195
184,195kg
mnitrogen=13,65 kg
15. Gas metana dibakar secara sempurna dengan 30% udara berlebih pada tekanan
atmosfer. Metana dan udara masuk tungku pada suhu 30oC jenuh dengan uap air, dan
gas buang meninggalkan tungku pada 1500oC. Kemudian gas buang melewati penukar
panas dan keluar dari HE pada 50o. Dengan basis 1 mol metana, Hitunglah banyak
panas yang hilang dari tungku, dan banyak panas yang ditrasnfer dalam penukar
panas.
Gas metana dibakar secara sempurna dengan 30% udara berlebih pada tekanan atmosfer. Metana
dan udara masuk tungku pada suhu 30 ˚C jenuh dengan uap air, dan gas buang meninggalkan tungku
27
pada 1500 ˚C. Kemudian gas buang melewati penukar panas dan keluar dari HE pada 50 ˚C. Dengan
basis 1 mol metana. Hitunglah banyak panas yang hilang dari tungku dan banyak panas yang
ditransfer dalam penukar panas.
CH4 + 2O2 → CO2 + 2H20
M 1 2,6 - -
R 1 2 1 2
S 0 0,6 1 2
CH4
O2 → Tungku → CO2 +H2O +N2 +O2 → HE → CO2 +H2O +N2
N2
banyak panas yang hilang
Zat Masuk(mol) Keluar(mol)CH4 1 -O2 2,6 0,6N2 79
21.2,6=9,78 9,78
H2O - 2CO2 - 1
ΔH = kJ/kg mol
Suhu CO2 O2 N2 H2O CH4
25 912 732 728 837 87930 991 795 791 910 955
1500 77500 50600 47100 60850 -ΔH˚f -393510 - - -241,826 -74840
ΔH produk
Zat ΔH˚T 1500˚C - ΔH˚ref 25˚C + ΔH˚f ΔHCO2 1[(77500-912)-393510] -316922O2 0,6(50600-732) +0 29920,8N2 9,78(47100-728) +0 453518,16
H2O 2[(60850-837) -241826] +0 -363,626
28
-197109,04
ΔH reaktan
Zat ΔH˚T 1500˚C - ΔH˚ref 25˚C + ΔH˚f ΔHCH4 (991-912)-74840 -74761O2 2,6(795-732) +0 163,8N2 9,78(791-728) +0 616,14
-73981,06
ΔH = ΔH˚produk - = ΔH˚reaktan
= -197109,04 + 73981,06
= -123127,98 kJ/kg mol
banyak panas yang ditransfer dalam penukar panas.
Menggunakan konstanta O2, N2, H2O, CO2 yang terdapat di tabel C1
O2
A = 3,639
B = 506
D= 0,227.1015
T = 50˚C
CPR
=A+BT+CT 2+DT−2
CPR
=3,639+506.323+ (−0,227.1015) 323−2
CPR
=−2,17 .109 Jmol
K
T = 1500˚C
CPR
=A+BT+CT 2+DT−2
29
CPR
=3,639+506 .1773+(−0,227.1015) 1773−2
CPR
=−7,13 .107 Jmol
K
Sehingga, ΔH=(CPR
rata−rata. ΔT )
ΔH=(−2,17 .109+7,13 . 107
2. 1450)
ΔH=−1,62 . 1012 J
mol
Untuk 0,6 mol 02 ¿1,62 .1012 J
mol x 0,6
9,72. 1011 J
N2
A = 3,28
B = 0,593
D= 0,04
T = 50˚C
CPR
=A+BT+CT 2+DT−2
CPR
=3,28+593.323+ (0,04.1015) 323−2
30
CPR
=3,83 . 108 Jmol
K
T = 1500˚C
CPR
=A+BT+CT 2+DT−2 CPR
=3,28+593.1773+ (0,04.1015) 1773−2
CPR
=1,37. 107 Jmol
K
Sehingga, ΔH=(CPR
rata−rata. ΔT )
ΔH=(1,37. 107+38,3 .107
2. 1450)
ΔH=2,87 .1011 J
mol
Untuk 9,78 mol O2 ¿2,87 .1011 J
mol❑ x 9,78
2,8. 1012J
H2O
A = 3,47
B = 1450
D= 0,121 .1015
T = 50˚C
CPR
=A+BT+CT 2+DT−2
31
CPR
=3,47+1450.323+(0,121. 1015) 323−2
CPR
=1,16 .109 Jmol
K
T = 1500˚C
CPR
=A+BT+CT 2+DT−2
CPR
=3,47+1450.1773+(0,121.1015) 1773−2
CPR
=4,1 .107 Jmol
K
Sehingga, ΔH=(CPR
rata−rata. ΔT )
ΔH=( 4,1.107+116 .107
2. 1450)
ΔH=8,7 .1011 J
mol
Untuk 2 mol H2O ¿2,87 . 1011 J
mol❑ x 2
1,74.1012 J
CO2
A = 5,457
B = 1045
32
D= -1,157 .1015
T = 50˚C
CPR
=A+BT+CT 2+DT−2
CPR
=5,457+1045.323+ (−1,157.1015) 323−2
CPR
=−1,26 .1010 Jmol
K
T = 1500˚C
CPR
=A+BT+CT 2+DT−2
CPR
=5,457+1045.1773+ (−1,157.1015) 1773−2
CPR
=−3,66 .108 Jmol
K
Sehingga, ΔH=(CPR
rata−rata. ΔT )
ΔH=(−3,66 .108−1,26 .1010
2.1450)
ΔH=|−9,4 . 1012| Jmol
Untuk 1 mol CO2 ¿9,4 .1012J
mol❑ x1mol
9,4 .1012 J
33
DAFTAR PUSTAKA
Himmelblau, David Mautner. 1996. Basic Principles and Calculations in Chemical
Engineering – 3th ed. New Jersey : Prentice Hall PTR.
Moran, Michael J., Howard N. Shapiro. 2010. Fundamentals of Engineering
Thermodynamics – 3th ed. Asia : John Wiley & Sons Pte Ltd.
Smith, J.M.,H.C.van Ness, and Abbott, M.M., "Introduction to Chemical Engineering
Thermodynamics", 5th ed., McGraw-Hill, 1996.
Anonim. 2012. Penerapan Proses Isobarik, Isotermal, Isokorik, dan Adiabatis dalam
http://budisma.web.id. (Diakses 27 Februari 2014, pukul 01.15)
Anonim. 2012. Water’s Triple Point dalam http://www.sv.vt.edu. (Diakses 27 Februari 2014,
pukul 02.20)
34
Top Related