MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW
Disusun untuk memenuhi tugas Pembelajaran Matematika Inovatif
Dosen Pengampu: Sutopo, S.Pd, M.Pd
Oleh:
Bibit Lutfi Pratiwi K1313010
Febriana Diah Asmarawati K1313024
Romadhon Prasetyo Nugroho K1313064
Zein Fikri Rohmah K1313078
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................i
DAFTAR ISI ...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................2
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................
A. Dasar Teori Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ........................3
B. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ........................4
C. Komponen Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ........................5
D. Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ............................6
E. Kelemahan dan Solusi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw .......8
F. RPP Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw..10
BAB III PENUTUP ........................................................................................11
A. Kesimpulan ........................................................................................11
B. Saran ................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................iii
LAMPIRAN...........................................................................................................iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan di Indonesia saat ini sedang berbenah diri agar dapat menghadapi
tantangan yang ada di masa depan. Hal ini dapat dilihat dari adanya penetapan
kurikulum baru, yaitu kurikulum 2013. Kurikulum ini mengubah banyak hal
dalam dunia pendidikan, salah satunya adalah adanya perubahan pola pikir.
Wujud dari perubahan pola pikir ini adalah dengan mengubah teacher centered
approach menjadi student centered approach, pembelajaran satu arah menjadi
pembelajaran interaktif, siswa pasif menjadi aktif, pribadi menjadi pembelajaran
berbasis team, dll. Selain itu, kurikulum 2013 tidak hanya menekankan pada
aspek pengetahuan tetapi juga sikap dan keterampilan.
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang sesuai dengan
perubahan pola pikir pada kurikulum 2013 tersebut. Hal ini dikarenakan pada
pembelajaran kooperatif siswa akan bekerja secara berkelompok, siswa akan
menjadi pusat belajar, siswa akan bekerja aktif dalam pembelajaran serta akan
bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan
belajar. Selain itu pembelajaran kooperatif juga akan memberikan sumbangan
terhadap pengembangan aspek moral, nilai dan sikap.
Salah satu tipe pembelajaran kooperatif adalah tipe Jigsaw. Falsafah yang
mendasari pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah ‘homo homoni socius’
yang menekankan manusia sebagai makhluk sosial. Pembelajaran ini akan
bersesuaian dengan budaya Indonesia yang menjunjung tinggi nilai gotong royong
sebagai wujud makhluk sosial. Selain itu pembelajarn kooperatif tipe Jigsaw
bertujuan untuk mengembangkan kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif, serta
menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh bila
mereka mencoba untuk mempelajari semua materi secara sendirian. Pembelajaran
ini akan meningkatkan keaktifan siswa dan rasa tanggung jawab siswa. Sehingga
pembelajaran tipe ini akan membawa hasil yang baik jika diterapkan dalam proses
pembelajaran.
Makalah ini akan membahas mengenai seluk beluk pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw. Selain itu dalam makalah ini juga akan dibahas mengenai modifikasi
pembelajaran Jigsaw yang diharapkan dapat menutupi kelemahan yang ada pada
model pembelajaran tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Teori apa yang mendasari model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw?
2. Apakah pengertian model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw?
3. Apakah komponen-komponen dalam model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw?
4. Bagaimana langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw?
5. Apa kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw?
6. Bagaimana solusi untuk mengatasi kelemahan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw ?
7. Bagaimana implementasi model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
terhadap pembelajaran matematika?
C. TUJUAN
Pembuatan makalah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ini
bertujuan untuk:
1. Memahami dasar teori model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw;
2. Memahami pengertian model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw;
3. Mengetahui komponen-komponen dalam model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw;
4. Mengetahui langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw;
5. Mengetahui kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw;
6. Mengetahui solusi untuk mengatasi model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw tersebut; dan
7. Mengetahui contoh implementasi model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw terhadap pembelajaran matematika.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dasar Teori Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah teori
konstruktivisme. Pada dasarnya pendekatan teori konstruktivisme dalam belajar
adalah peserta didik jangan hanya diberi informasi saja, melainkan diberi
kesempatan untuk membentuk makna / pengetahuan sendiri dari informasi yang
diterimanya.
Menurut Slavin (2007), pembelajaran kooperatif menggalakan siswa
berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok. Ini membolehkan pertukaran
ide dan pemeriksaaan ide sendiri dalam suasana yang baik dalam suatu kelompok
belajar. Dengan demikian, pendidikan hendaknya mampu mengkondisikan dan
memberikan dorongan untuk dapat mengoptimalkan dan membangkitkan potensi
siswa, menumbuhkan aktifitas dan daya cipta kreativitas sehingga akan menjamin
terjadinya dinamika di dalam proses pembelajaran. Dalam teori konstruktivisme
ini lebih mengutamakan pada pembelajaran siswa yang dihadapkan masalah-
masalah kompleks untuk di cari solusinya, selanjutnya menemukan bagian-bagian
yang lebih sederhana dan keterampilan yang diharapkan.
Model pembelajaran ini dikembangkan dari teori belajar konstruktivisme
yang lahir dari gagasan Piaget dan Vygotsky. Piaget dan Vygotsky
mengemukakan adanya hakikat sosial dari sebuah proses belajar dan juga
mengemukakan tentang penggunaan kelompok-kelompok belajar dengan
kemampuan anggota-anggotanya yang beragam sehingga terjadi perubahan
konseptual. Pandangan konstruktivitasme Piaget dan Vygotsky dapat berjalan
berdampingan dalam proses pembelajaran konstruktivisme. Piaget yang
menekankan pada kegiatan internal individu terhadap objek yang dihadapi dan
pengalaman yang dimiliki orang tersebut, sedangkan konstruktivisme Vygotsky
menekankan pada interaksi sosial dan melakukan konstruksi pengetahuan dari
lingkungan sosialnya.
Berkaitan dengan karya Vygotsky dan penjelasan Piaget, para
konstruktivis menekankan pentingnya interaksi dengan teman sebaya melalui
pembentukan kelompok belajar, siswa diberikan kesempatan secara aktif untuk
mengungkapkan sesuatu yang dipikirkan kepada temannya, Hal itu akan
membantunya untuk melihat sesuatu dengan jelas, bahkan melihat ketidaksesuaian
pandangan mareka sendiri.
B. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Pembelajaran dalam Jigsaw para siswa bekerja dalam tim yang heterogen.
Para siswa tersebut diberikan tugas untuk membaca beberapa bab atau unit, dan
diberikan “lembar ahli” yang terdiri atas topik-topik yang berbeda yang harus
menjadi fokus perhatian masing-masing tim saat mereka membaca. Setelah semua
anak selesai membaca, siswa-siswa dari tim berbeda yang mempunyai fokus topik
yang sama bertemu dalam “kelompok ahli” untuk mendiskusikan topik mereka
sekitar tiga puluh menit. Para ahli tersebut kemudian kembali pada tim mereka
dan secara bergantian mengajari teman satu timnya mengenai topik mereka. Yang
terakhir, para siswa menerima penilaian mencakup seluruh topik, dan skor kuis
akan menjadi skor tim (Slavin, 2010).
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran
kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang
bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu
mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. Model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif
dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 5 orang secara
heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung
jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan
menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Arends,
2001).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah model pembelajaran dimana para
siswa bekerja dalam tim yang terdiri dari 4-5 anggota dan dipilih secara heterogen
dan tiap siswa bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan
mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya.
C. Komponen Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
1. Tahap Persiapan
a. Materi. Untuk membuat materi Jigsaw II, ikuti langkah-langkah
berikut:
Guru memilih satu atau dua bab, cerita, atau unit-unit
lainnya, yang masing-masing mencakup materi yang jika
dibaca oleh siswa haruslah membutuhkan waktu tidak
lebih dari setengah jam.
Guru membuat sebuah lembar kerja ahli untuk tiap unit.
Lembar ini berisi empat topik yang menjadi inti dari unit
pembelajaran.
Guru membuat kuis atau tes yang mudah.
b. Membagi Siswa Dalam Tim. Membagi para siswa kedalam tim
heterogen yang terdiri dari 4 - 5 anggota, sama seperti dalam
STAD.
c. Membagi Siswa ke dalam Kelompok Ahli.
d. Penentuan Skor Awal Pertama. Memberi skor awal pertama pada
siswa sama seperti pemberian skor awal dalam model
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2. Jadwal Kegiatan
Jigsaw II terdiri atas siklus reguler dari kegiatan-kegiatan pengajaran, yaitu:
a. Membaca. Para siswa menerima topik ahli dan membaca materi yang
yang diminta untuk menemukan informasi.
b. Diskusi kelompok ahli. Para siswa dengan keahlian yang sama
bertemu untuk mendiskusikannya dalam kelompok-kelompok ahli.
c. Laporan tim. Para ahli kembali ke dalam kelompok mereka masing-
masing untuk mengajari topik-topik mereka kepada teman satu
timnya.
d. Tes. Para siswa mengerjakan kuis-kuis individual yang mencangkup
semua topik.
e. Rekognisi tim. Skor tim dihitung seperti dalam model pembelajaran
STAD.
D. Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Tahap-tahap proses pembelajaran dengan model pembelajaran Jigsaw, yaitu :
1. Pendahuluan
Presentasi materi oleh guru.
2. Pembagian siswa dalam kelompok-kelompok Cooperative (awal)
a. Siswa dibagi ke dalam kelompok kecil 4-5 siswa.
b. Guru membagikan wacana atau tugas akademik yang sesuai
dengan materi yang diajarkan.
c. Masing-masing siswa dalam kelompok mendapatkan wacana atau
tugas yang berbeda-beda dan memahami informasi yang ada di
dalamnya.
d. Masing-masing siswa dalam kelompok mendapatkan wacana atau
tugas yang berbeda-beda dan memahami informasi yang ada di
dalamnya.
3. Pengelompokan siswa dari kelompok Cooperative (Awal) ke Kelompok
Ahli
a. Guru mengumpulkan masing-masing siswa yang memiliki wacana
atau tugas yang sama dalam satu kelompok, sehingga jumlah
kelompok ahli sesuai dengan wacana atau tugas yang telah
dipersiapkan oleh guru.
b. Dalam kelompok ahli ini, tugaskan siswa agar belajar bersama
untuk menjadi ahli sesuai dengan wacana atau tugas yang menjadi
tanggung jawabnya.
c. Guru menugaskan semua anggota kelompok ahli untuk memahami
dan dapat menyampaikan informasi tentang hasil wacana atau
tugas yang telah dipahami kepada kelompok cooperative
(kelompok awal).
4. Siswa dari kelompok Ahli kembali ke kelompok Cooperative (Awal)
a. Apabila tugas sudah selesai dikerjakan dalam kelompok ahli,
masing-masing siswa kembali ke kelompok cooperative (kelompok
awal).
b. Beri kesempatan secara bergiliran masing-masing siswa untuk
menyampaikan hasil dari tugas di kelompok ahli.
c. Apabila kelompok sudah menyelesaikan tugasnya secara
keseluruhan, masing-masing kelompok melaporkan hasilnya dan
guru memberi klarifikasi.
5. Tes Individu
6. Rekognisi Tim
Adapun prosedur penilaiann pada model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw antara lain
1. Menentukan Skor Awal
Skor awal diambil dari tes yang diadakan pada pertemuan sebelum
diadakannya diskusi. Dimana materi tes yang diujikan adalah materi
diskusi yang akan dilakukan pertemuan selanjutnya.
2. Menghitung Skor Individual dan Tim
Penilaian kognitif yang kita terapkan sama dengan penilaian kognitif
pada model kooperatif tipe STAD yaitu dengan menghitung skor
individual dengan cara menghitung poin kemajuan dari skor awal ke
skor hasil tes individu setelah diskusi. Dimana pedoman untuk
mengetahui skor perkembangan individu menggunakan pedoman yang
telah dikemukakan Slavin, yaitu:
Skor Kuis Poin Kemajuan
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5
10-1 poin di bawah skor awal 10
Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal 20
Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30
Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor awal) 30
Untuk menghitung skor tim, tiap poin kemajuan semua anggota tim
dicatat pada lembar rangkuman kemudian membagi jumlah total poin
kemajuan seluruh anggota tim dengan jumlah anggota tim yang hadir
dengan pembulatan semua pecahan. Maka diperoleh skor tim dari segi
kognitif.
3. Merekognisi Prestasi Tim
Berdasarkan skor akhir tim yang diperoleh, terdapat 3 tingkatan
penghargaan yang diberikan, yaitu:
a. Kelompok yang memperoleh poin rata-rata 15, kriteria kelompok
baik,
b. Kelompok yang memperoleh poin rata-rata 20, kriteria hebat, dan
c. Kelompok yang memperoleh poin rata-rata 25, kriteria kelompok
super.
E. Kelemahan dan Solusi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Secara umum kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini
jika dibandingkan dengan pembelajaran konvensional adalah pembelajaran jigsaw
cenderung memakan waktu yang cukup lama karena harus memperhatikan
tahapan-tahapan pembelajaran yang ada, tidak seperti pada pembelajaran
konvensional yang hanya menggunakan metode ceramah dari guru.
Solusi: Sebaiknya sebelum dimulainya pembelajaran dipersiapkan secara matang
terlebih dahulu, mulai dari materi, tempat belajar juga harus dikondisikan agar
nyaman saat digunakan untuk proses pembelajaran. Guru juga harus mempelajari
dan memahami teknik-teknik pembelajaran jigsaw dengan baik sehingga pada saat
pembelajaran tidak mengalami kendala yang dapat membuang waktu.
Berikut ini beberapa kelemahan pada sintaks model pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw, yaitu:
1. Kelemahan pada tahap Kelompok Awal
Pada tahap kelompok awal, siswa membaca materi bagiannya sendiri dan
dituntut untuk dapat memahami materinya sendiri secara keseluruhan,
sehingga terkadang kurang efektif karena waktu yang diberikan lumayan
singkat. Siswa dapat mengalami pemahaman yang kurang.
Solusi:
Sebelum pembelajaran jigsaw dilakukan guru sudah memberikan materi
hari sebelumnya dan meminta siswa untuk mempelajarinya di rumah
sehingga pada saat kegiatan membaca siswa akan memiliki waktu lebih
lama untuk memahami serta menyerap informasi dari materi yang
diperolehnya
2. Kelemahan pada tahap Kelompok Ahli
a. Pada tahap kelompok ahli, siswa akan berdiskusi dengan anggota
kelompok ahli lain. Siswa yang pintar akan cenderung menguasai
jalannya diskusi sehingga diskusi kurang berjalan dengan baik karena
hanya siswa yang pintar yang akan mendominasi
Solusi :
Untuk mengantisipasi masalah siswa yang aktif akan lebih mendominasi
jalannya diskusi, maka guru harus benar-benar memperhatikan jalannya
diskusi. Guru harus menekankan agar para anggota kelompok menyimak
terlebih dahulu penjelasan dari temannya. Baru kemudian mengajukan
pertanyaan atau menambahi dan memberikan komentar.
b. Pada saat diskusi kelompok sering terjadi debat sepele yang pada
akhirnya akan mengulur waktu dan membuang waktu dengan percuma
karena debat sepele ini dapat terjadi berkepanjangan.
Solusi :
Untuk mengatasi masalah ini sebaiknya dibuat agenda diskusi, misal
pada 15 menit pertama mendiskusikan materi A, pada 15 menit kedua
mendiskusikan materi B dan seterusnya sehingga ada batasan waktu
diskusi untuk setiap materi.
c. Bisa terjadi kesalahan kelompok
Jika ada satu anggota kelompok menjelaskan suatu konsep dan yang lain
percaya sepenuhnya konsep itu, dan ternyata konsep itu salah, maka
semua anggota kelompok berbuat salah.
Solusi :
Untuk menghindarinya, setiap anggota kelompok harus sudah mereview
sebelumnya. Kalau membicarakan hal baru dan anggota kelompok lain
belum mengetahui, cari konfirmasi dalam buku untuk pendalaman.
3. Pada tahap Kelompok Ahli kembali ke Kelompok Awal
a. Pada tahap ini, terkadang penyampaian materi tidak sepenuhnya dapat
tersampaikan oleh tenaga ahli kepada teman satu kelompoknya.
Solusi : guru sebaiknya melakukan penguatan atau refleksi materi pada
akhir pembelajaran.
b. Prinsip utama pembelajaran ini adalah ‘peer teaching’, pembelajaran
oleh teman sendiri, ini akan menjadi kendala karena perbedaan persepsi
dalam memahami konsep yang akan diskusikan bersama siswa lain.
Solusi : Untuk mengantisipasi hal ini guru harus memilih tenaga ahli
secara tepat, kemudian memonitor kinerja mereka dalam menjelaskan
materi, agar materi dapat tersampaikan secara akurat.
F. Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap
Pembelajaran Matematika. (Terlampir pada Lampiran 1)
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dasar teori model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah teori
konstruktivisme yang lahir dari gagasan Piaget dan Vygotsky. Piaget dan
Vygotsky mengemukakan adanya hakikat sosial dari sebuah proses belajar
dan juga mengemukakan tentang penggunaan kelompok-kelompok belajar
dengan kemampuan anggota-anggotanya yang beragam sehingga terjadi
perubahan konseptual.Pada teori konstruktivisme, peserta didik diarahkan
untuk dapat membentuk pengetahuannya sendiri.
2. Pengertian dari model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah model
pembelajaran dimana para siswa bekerja dalam tim yang terdiri dari 4-5
anggota dan dipilih secara heterogen dan tiap siswa bertanggung jawab
atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi
tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya
3. Sintaks dari model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah
a. Pendahuluan, yaitu presentasi materi oleh guru.
b. Pembagian siswa dalam kelompok-kelompok Cooperative (awal)
1) Siswa dibagi ke dalam kelompok kecil 4-5 siswa.
2) Guru membagikan wacana atau tugas akademik yang sesuai
dengan materi yang diajarkan.
3) Masing-masing siswa dalam kelompok mendapatkan
wacana atau tugas yang berbeda-beda dan memahami
informasi yang ada di dalamnya.
4) Masing-masing siswa dalam kelompok mendapatkan
wacana atau tugas yang berbeda-beda dan memahami
informasi yang ada di dalamnya.
c. Pengelompokan siswa dari kelompok Cooperative (Awal) ke
Kelompok Ahli
1) Guru mengumpulkan masing-masing siswa yang memiliki
wacana atau tugas yang sama dalam satu kelompok,
sehingga jumlah kelompok ahli sesuai dengan wacana atau
tugas yang telah dipersiapkan oleh guru.
2) Dalam kelompok ahli ini, tugaskan siswa agar belajar
bersama untuk menjadi ahli sesuai dengan wacana atau
tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
3) Guru menugaskan semua anggota kelompok ahli untuk
memahami dan dapat menyampaikan informasi tentang
hasil wacana atau tugas yang telah dipahami kepada
kelompok cooperative (kelompok awal).
d. Siswa dari kelompok Ahli kembali ke kelompok Cooperative
(Awal)
1) Apabila tugas sudah selesai dikerjakan dalam kelompok
ahli, masing-masing siswa kembali ke kelompok
cooperative (kelompok awal).
2) Beri kesempatan secara bergiliran masing-masing siswa
untuk menyampaikan hasil dari tugas di kelompok ahli.
3) Apabila kelompok sudah menyelesaikan tugasnya secara
keseluruhan, masing-masing kelompok melaporkan
hasilnya dan guru memberi klarifikasi.
e. Tes Individu
f. Rekognisi Tim
4. Kelemahan dari sintaks model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw diatas
yaitu :
a. Cenderung memakan waktu yang cukup lama karena harus
memperhatikan tahapan-tahapan pembelajaran yang ada, tidak seperti pada
pembelajaran konvensional yang hanya menggunakan metode ceramah
dari guru.
b. Pada tahap kelompok awal, siswa membaca materi bagiannya sendiri
dan dituntut untuk dapat memahami materinya sendiri secara keseluruhan,
sehingga siswa dapat mengalami pemahaman yang kurang.
c. Pada tahap kelompok ahli, siswa akan berdiskusi dan siswa yang pintar
akan cenderung menguasai jalannya diskusi sehingga diskusi kurang
berjalan dengan baik.
d. Pada tahap kelompok ahli saat diskusi kelompok sering terjadi debat
sepele berkepanjangan yang pada akhirnya akan mengulur dan membuang
waktu dengan percuma.
e. Pada tahap kelompok ahli jika ada satu anggota kelompok menjelaskan
suatu konsep dan yang lain percaya sepenuhnya konsep itu, dan ternyata
konsep itu salah, maka semua anggota kelompok berbuat salah.
f. Pada tahap kelompok ahli kembali ke kelompok awal, terkadang
penyampaian materi tidak sepenuhnya dapat tersampaikan oleh tenaga ahli
kepada teman satu kelompoknya.
g. Prinsip utama pembelajaran ini adalah ‘peer teaching’ yaitu
pembelajaran oleh teman sendiri, ini akan menjadi kendala karena
perbedaan persepsi dalam memahami konsep yang akan diskusikan
bersama siswa lain.
5. Solusi dari kelemahan sintaks model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
diatas secara urut yaitu :
a. Sebaiknya sebelum dimulainya pembelajaran dipersiapkan secara
matang terlebih dahulu, mulai dari materi, tempat belajar juga harus
dikondisikan agar nyaman saat digunakan untuk proses pembelajaran.
Guru juga harus mempelajari dan memahami teknik-teknik pembelajaran
jigsaw dengan baik sehingga pada saat pembelajaran tidak mengalami
kendala yang dapat membuang waktu.
b. Sebelum pembelajaran jigsaw dilakukan guru sudah memberikan materi
hari sebelumnya dan meminta siswa untuk mempelajarinya di rumah
sehingga pada saat kegiatan membaca siswa akan memiliki waktu lebih
lama untuk memahami serta menyerap informasi dari materi yang
diperolehnya.
c. Guru harus benar-benar memperhatikan jalannya diskusi. Guru harus
menekankan agar para anggota kelompok menyimak terlebih dahulu
penjelasan dari temannya. Baru kemudian mengajukan pertanyaan atau
menambahi dan memberikan komentar.
d. Pembuatan agenda diskusi, misal pada 15 menit pertama mendiskusikan
materi A, pada 15 menit kedua mendiskusikan materi B dan seterusnya
sehingga ada batasan waktu diskusi untuk setiap materi.
e. Setiap anggota kelompok harus sudah mereview materi masing-masing
sebelumnya. Kalau membicarakan hal baru dan anggota kelompok lain
belum mengetahui, cari konfirmasi dalam buku untuk pendalaman.
f. Guru sebaiknya melakukan penguatan atau refleksi materi pada akhir
pembelajaran.
g. Guru harus memilih tenaga ahli secara tepat, kemudian memonitor
kinerja mereka dalam menjelaskan materi, agar materi dapat tersampaikan
secara akurat.
B. Saran
1. Perlu adanya pengkondisian secara matang agar pelaksanaan
pembelajaran matematika menggunakan model jigsaw dapat berjalan
sesuai rencana sehingga tujuan pembelajaran benar-benar tercapai.
2. Meskipun pembelajaran menjadi tanggungjawab masing-masing peserta
didik, arahan dan bimbingan guru harus tetap selaras agar materi yang
dibahas oleh peserta didik tidak melenceng dari konteks pembicaraan.
DAFTAR PUSTAKA
Anitah, Sri. 2009. Teknologi Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pustaka.
Arends, R. I. 2001. Learning to Teach. New York : McGrawHill.
Asma, Nur. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta : Depertemen
Pendidikan Nasional.
Kusnandar. 2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta :Raja
Grafindo Persada.
Slavin, R. E. 2010. Cooperative Learning : Teori, Riset dan Praktik. Jakarta :
Nusamedia.
LAMPIRAN 1
RPP Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : VIII/Dua
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit (satu kali pertemuan)
A. Kompetensi Inti
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,
peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam
jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan
prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata
B. Kompetensi Dasar
1.1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
1.1. Menunjukkan sikap logis, kritis, analitik, konsisten dan teliti,
bertanggung jawab, responsif, dan tidak mudah menyerah dalam
memecahkan masalah.
1.2. Memiliki rasa ingin tahu, percaya diri, dan ketertarikan pada
matematika serta memiliki rasa percaya pada daya dan kegunaan
matematika, yang terbentuk melalui pengalaman belajar.
3.9 Menentukan luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma, dan
limas
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Siswa dapat menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
2. Siswa mampu menunjukkan sikap bertanggung jawab, responsif, dan
tidak mudah menyerah dalam memecahkan masalah.
3. Siswa mampu memiliki rasa ingin tahu, percaya diri, dan ketertarikan
pada matematika serta memiliki rasa percaya pada daya dan kegunaan
matematika, yang terbentuk melalui pengalaman belajar.
4. Siswa dapat menentukan volume kubus, balok, prisma, dan limas
D. Tujuan Pembelajaran
Membentuk sikap siswa yang religius, bertanggungjawab, responsif,
tidak mudah menyerah, rasa ingin tahu, percaya diri, dan memiliki
ketertarikan terhadap pembelajaran.
Mengarahkan siswa agar mampu menemukan dan memahami cara
menentukan volume kubus, balok, prisma dan limas.
E. Kemampuan Prasyarat
Kemampuan prasyarat yang seharusnya dikuasai siswa sebelum
mempelajari kompetensi dasar ini adalah siswa sudah dapat memahami
mengidentifikasi unsur-unsur bangun ruang sisi datar, menemukan luas
bangun datar, beserta dalil phytagoras untuk mencari salah satu bagian
unsur bangun ruang sisi datar yang tersirat.
F. Materi Pembelajaran
Bangun Ruang Sisi Datar (kubus, balok, prisma dan limas).
G. Metode Pembelajaran
Ceramah, Diskusi kelompok dan penugasan. Model pembelajaran yang
digunakan adalah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Materi Bangun
Ruang Sisi Datar dibagi menjadi subbab materi bangun ruang yaitu kubus,
balok, prisma dan limas. Guru mengelompokkan siswa-siswa dari 6
kelompok Cooperative (asal) ke dalam 4 kelompok ahli, yaitu kelompok
ahli A mempelajari cara menghitung volume kubus, kelompok ahli B
mempelajari cara menghitung volume balok, kelompok ahli C mempelajari
cara menghitung volume prisma, kelompok ahli D mempelajari cara
menghitung volume limas.
H. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan Pendahuluan
2. Kegiatan Inti
a. Guru bersama siswa mengatur meja dan kursi untuk digunakan
dalam diskusi.
b. Guru memberikan apersepsi tentang bangun ruang
c. Guru menjelaskan tentang model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw yang akan dilakukan beserta cara penilaiannya dimana
penilaian sikap dan ketrampilan menjadi skor tambahan.
d. Siswa (24 siswa) dibagi ke dalam kelompok kecil dengan tiap
anggota terdapat 4 siswa, jadi terdapat 6 kelompok asal.
e. Guru kembali membagi siswa dalam kelompok dan pembagian
tugas yang berbeda-beda dalam memahami subbab materi
bangun ruang.
Kelompok Ahli Subbab Materi
A Cara menghitung volume kubus
B Cara menghitung volume balok
C Cara menghitung volume prisma
D Cara menghitung volume limas
f. Guru membimbing siswa untuk berkelompok menurut subbab
materi yang telah dibagi
g. Guru membagikan lembar kegiatan yang harus dilakukan siswa
dalam kelompok ahli dalam mendalami subbab bangun ruang
h. Siswa belajar subbab materi bersama dalam kelompok ahli
i. Selesai membahas subbab materi dalam kelompok ahli, tiap
kelompok ahli melakukan konsultasi terlebih dahulu kepada
guru mengenai subbab materi yang dipelajari di kelompok ahli,
kemudian masing-masing siswa kembali ke kelompok asal.
j. Masing-masing siswa secara bergiliran menyampaikan hasil
diskusi dari kelompok ahli tentang subbab yang menjadi
tanggungjawabnya dalam kelompok asal masing-masing.
k. Diadakan tes individu
l. Pengoreksian hasil tes individu bersama satu kelas dan
dilakukan pembahasan soal serta pembetulan konsep.
3. Kegiatan Penutup
4. Penilaian Hasil
a. Teknik Penilaian : pengamatan dan tes tertulis
b. Prosedur Penilaian
Penilaian hasil belajar siswa mencakup penilaian kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Prosedur penilaian sebagai berikut
NOAspek yang
DinilaiTeknik Penilaian Keterangan
1 Kognitif Tes tertulis sebelum
dan sesudah diskusi,
Hasil perhitungan dengan
menggunakan pedoman skor
kemajuan individu. Skor
kognitif diperoleh dari jumlah
skor kemajuan tiap individu
dalam satu kelompok asal,
dibagi jumlah anggota
kelompok asal
2 Sikap
(Afektif)
Pengamatan Skor afektif dijadikan poin
tambahan.
Skor afektif diperoleh dari
jumlah poin afektif tiap
individu dalam satu kelompok
asal, dibagi jumlah anggota
kelompok asal.
3 Psikomotorik Pengamatan
Skor psikomotorik dijadikan
poin tambahan.
Skor psikomotorik diperoleh
dari jumlah poin psikomotorik
tiap individu dalam satu
kelompok asal, dibagi jumlah
anggota kelompok asal.
Skor akhir tim = Skor Kognitif + Skor Afektif + Skor Psikomotorik
c. Pemberian Penghargaan
Berdasarkan skor akhir tim yang diperoleh, terdapat 3 tingkatan
penghargaan yang diberikan, yaitu:
a) Kelompok yang memperoleh poin rata-rata 15, kriteria
kelompok baik,
b) Kelompok yang memperoleh poin rata-rata 20, kriteria
hebat, dan
c) Kelompok yang memperoleh poin rata-rata 25, kriteria
kelompok super
LAMPIRAN 2
SOAL PRE-TEST
1. Jika sebuah kubus memiliki panjang rusuk sebesar 4 cm, maka kubus
tersebut memiliki volume sebesar …..
a. 8 cm3 c. 32 cm3 e. 64 cm3
b. 16 cm3 d. 48 cm3
2. Sebuah balok kayu memiliki panjang 3 m, lebar 1 m, dan tingginya 2 m.
maka volume balok kayu tersebut adalah ….
a. 4 m3 c. 8 m3 e. 12 m3
b. 6 m3 d. 10 m3
3. Sebuah prisma kaca memiliki luas alas sebesar 20 cm2 dan tingginya 5 cm.
volume prisma kaca tersebut adalah …..
a. 25 cm3 c. 75 cm3 e. 125 cm3
b. 50 cm3 d. 100 cm3
4. Limas dengan alas segitiga memiliki luas alas sebesar 24 cm2 dan tinggi
limas tersebut adalah 10 cm. Volume dari limas tersebut adalah …..
a. 24 m3 c. 80 m3 e. 240 m3
b. 60 m3 d. 120 m3
LAMPIRAN 3
LEMBAR KEGIATAN SISWA
Topik : Menggunakan konsep volume bangun ruang sisi datar dalam pemecahan
masalah
Subbab : Menghitung volume kubus
Kelas/semester : VIII/dua
Anggota Kelompok : 1.
2.
3.
4.
Alat dan bahan:
3 Kubus tanpa tutup dengan ukuran berbeda-beda
Gelas ukur (satuan cm3)
Penggaris
Air
Petunjuk:
1. Ukur sisi semua kubus, tulis hasilnya pada tabel yang disediakan.
2. Isi kubus dengan air mengunakan gelas ukur sampai penuh, perhatikan
banyaknya air yang dimasukkan ke dalam kubus (lihat pada gelas ukur)
3. Kaitkan banyaknya air yang dituangkan pada kubus dengan ukuran kubus,
sehingga terbentuk suatu rumusan untuk mencari kubus.
4. Buatlah kesimpulan hasil percobaan Anda.
Kubus Sisi
(cm)
Banyaknya Air
(cm3)
1
2
3
Luas alas Kubus 1 = ……….
Luas alas Kubus 2 = ……….
Luas alas Kubus 3 = ……….
Luas alas kubus 1 x Tinggi kubus 1 = ……….
Luas alas kubus 2 x Tinggi kubus 2 = ……….
Luas alas kubus 3 x Tinggi kubus 3 = ……….
Perhatikan banyaknya air!
Adakah keterkaitan antara perhitungan di atas dengan banyaknya air?
Jelaskan pendapat Anda!
LEMBAR KEGIATAN SISWA
Topik : Menggunakan konsep volume bangun ruang sisi datar dalam pemecahan
masalah
Subbab : Menghitung volume balok
Kelas/semester : VIII/dua
Anggota Kelompok : 1.
2.
3.
4.
Alat dan bahan:
3 Balok tanpa tutup dengan ukuran berbeda-beda
Gelas ukur (satuan cm3)
Penggaris
Air
Petunjuk:
1. Ukur panjang, lebar dan tinggi semua balok, tulis hasilnya pada tabel yang
disediakan.
2. Isi balok dengan air mengunakan gelas ukur sampai penuh, perhatikan
banyaknya air yang dimasukkan ke dalam balok (lihat pada gelas ukur)
3. Kaitkan banyaknya air yang dituangkan pada balok dengan ukuran balok,
sehingga terbentuk suatu rumusan untuk mencari balok.
4. Buatlah kesimpulan hasil percobaan Anda.
Balok Panjang
(cm)
Lebar
(cm)
Tinggi
(cm)
Banyaknya Air
(cm3)
1
2
3
Luas alas Balok 1 = ……….
Luas alas Balok 2 = ……….
Luas alas Balok 3 = ……….
Luas alas balok 1 x Tinggi balok 1 = ……….
Luas alas balok 2 x Tinggi balok 2 = ……….
Luas alas balok 3 x Tinggi balok 3 = ……….
Perhatikan banyaknya air!
Adakah keterkaitan antara perhitungan di atas dengan banyaknya air?
Jelaskan pendapat Anda!
LEMBAR KEGIATAN SISWA
Topik : Menggunakan konsep volume bangun ruang sisi datar dalam pemecahan
masalah
Subbab : Menghitung volume prisma segitiga
Kelas/semester : VIII/dua
Anggota Kelompok : 1.
2.
3.
4.
Alat dan bahan:
2 prisma segitiga siku-siku tanpa tutup dengan ukuran berbeda-beda
Gelas ukur (satuan cm3)
Penggaris
Air
Petunjuk:
1. Ukur tinggi prisma dan sisi-sisi alas semua prisma, tulis hasilnya pada
tabel yang disediakan.
2. Isi prisma dengan air mengunakan gelas ukur sampai penuh, perhatikan
banyaknya air yang dimasukkan ke dalam prisma (lihat pada gelas ukur)
3. Kaitkan banyaknya air yang dituangkan pada prisma dengan ukuran
prisma, sehingga terbentuk suatu rumusan untuk mencari prisma.
4. Buatlah kesimpulan hasil percobaan Anda.
Prisma Sisi Alas
a
(cm)
Sisi Alas
b
(cm)
Sisi Alas c
(cm)
Tinggi
prisma
(cm)
Banyaknya Air
(cm3)
1
2
Hitunglah tinggi alas prisma!
Prisma 1= ………………………………………………………………
Prisma 2 = ………….…………………………………………………
Luas alas Prisma 1 = ……….
Luas alas Prisma 2 = ……….
Luas alas prisma 1 x Tinggi prisma 1 = ……….
Luas alas prisma 2 x Tinggi prisma 2 = ……….
Perhatikan banyaknya air!
Adakah keterkaitan antara perhitungan di atas dengan banyaknya air?
Jelaskan pendapat Anda!
LEMBAR KEGIATAN SISWA
Topik : Menggunakan konsep volume bangun ruang sisi datar dalam pemecahan
masalah
Subbab : Menghitung volume limas segiempat
Kelas/semester : VIII/dua
Anggota Kelompok : 1.
2.
3.
4.
Alat dan bahan:
2 limas segiempat tanpa tutup alas dengan ukuran berbeda-beda
Gelas ukur (satuan cm3)
Penggaris
Air
Petunjuk:
1. Ukur sisi miring limas dan sisi-sisi alas semua limas, tulis hasilnya pada
tabel yang disediakan.
2. Isi limas dengan air mengunakan gelas ukur sampai penuh, perhatikan
banyaknya air yang dimasukkan ke dalam limas (lihat pada gelas ukur)
3. Kaitkan banyaknya air yang dituangkan pada limas dengan ukuran limas,
sehingga terbentuk suatu rumusan untuk mencari limas.
4. Buatlah kesimpulan hasil percobaan Anda.
Limas Sisi Alas
a
(cm)
Sisi Alas
b
(cm)
Sisi miring prisma
(cm)
Banyaknya Air
(cm3)
1
2
Hitunglah tinggi limas!
Limas 1= ………………………………………………………………
Limas 2 = ………….…………………………………………………
Luas alas Limas 1 = ……….
Luas alas Limas 2 = ……….
Luas alas limas 1 x Tinggi limas 1 = ……….
Luas alas limas 2 x Tinggi limas 2 = ……….
Perhatikan banyaknya air!
Adakah keterkaitan antara perhitungan di atas dengan banyaknya air?
Jelaskan pendapat Anda!
LAMPIRAN 4
SOAL POST-TES
1. Volume sebuah limas adalah 343 m3, maka panjang rusuk limas tersebut
yaitu …..
a. 3,0 m c. 7,0 m e. 9,0 m
b. 6,5 m d. 8,1 m
2. Perbandingan panjang, lebar dan tinggi sebuah limas adalah p : l : t = 5 : 2 :
1, jika luas permukaan limas 306 cm2, maka besar volum limas tersebut
adalah …..
a. 170 cm3 c. 307 cm3 e. 517 cm3
b. 270 cm3 d. 470 cm3
3. Sebuah kaleng berbentuk limas berukuran 10 dm × 8 dm × 6 dm berisi air
penuh. Bila air itu dituangkan pada kaleng lain berbentuk limas yang luas
alasnya 96 dm2 dan tingginya 9 dm. Maka tinggi air pada kaleng berbentuk
limas tersebut sebesar …..
a. 5 dm c. 7 dm e. 9 dm
b. 6 dm d. 8 dm
4. Suatu limas alasnya berbentuk persegi dengan panjang sisi 6 cm dan
volumenya 60 cm3. Maka tinggi limas tersebut adalah …..
a. 3 cm c. 5 cm e. 7 cm
b. 4 cm d. 6 cm
Top Related