BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada dasarnya, manusia adalah mahluk sosial yang membutuhkan orang
lain karena tidak mampu hidup sendiri. Hampir sebagian besar tujuannya
dapat terpenuhi apabila berhubungan dengan orang lain. Kebutuhan manusia
sangat beragam, akan tetapi di dalam kebutuhan yang beragam tersebut ada
beberapa kebutuhan yang saling berkaitan satu sama lain, artinya pada waktu
yang bersamaan, dapat terpenuhinya lebih dari satu macam kebutuhan.
Kebutuhan seseorang tidak selalu sama dengan kebutuhan organisasi,
demikian pula sebaliknya kebutuhan suatu organisasi tidaklah selalu sama
dengan kebutuhan seseorang. Menurut asasnya, seseorang hanya akan
bersedia masuk ke dalam suatu organisasi apabila kebutuhan organisasi
dirasakan sama dengan kebutuhan orang itu.
Secara umum organisasi bukanlah sekedar kumpulan orang dan bukan
hanya sekedar pembagian kerja, akan tetapi organisasi adalah sebagai suatu
sistem kerjasama, sistem hubungan dan sistem sosial. Menurut tingkatannya
organisasi yang paling besar yaitu Negara. Dalam hal ini, Negara merupakan
suatu sistem yang mempengaruhi orang dalam kelompok dan atau kelompok
dengan kelompok untuk mencapai tujuan dan cita-cita luhur dari Negara
tersebut. Begitu juga dengan organisasi yang tingkatannya di bawah Negara.
Di Indonesia ada beberapa institusi kesehatan dimana di dalamnya
diperlukan suatu organisasi yaitu antara lain, depertemen Kesehatan yang
sekarang menjadi Kementrian Kesehatan, Dinas Kesehatan, Rumah Sakit,
Puskesmas, BKKBN, dan masih banyak lagi. Di dalamnya ada berbagai faktor
yang dapat menimbulkan organisasi, yaitu orang-orang, kerjasama dan tujuan
bersama. Berbagai faktor tersebut tidak dapat saling lepas atau berdiri sendiri,
melainkan saling berkaitan dan merupakan suatu kebulatan untuk mencapai
tujuan bersama.
Salah satu institusi kesehatan di Indonesia adalah Puskesmas. Menurut
Depkes (1991) Puskesmas adalah suatu kesatuan orgaisasi fungsional yang
merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina
peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk
kegiatan pokok. Di dalam institusi kesehatan seperti Dinas Kesehatan
diperlukan suatu struktur organisasi yang penting untuk menggambarkan
pembagian kerja masing- masing orang yang bekerja dalam institusi tersebut
sehingga tidak terjadi tumpang tindih dalam melakukan tugas-tugasnya. Setiap
unit dalam organisasi mempunyai wewenang dan tanggungjawab masing-
masing.
Untuk itu dalam makalah ini penulis mencoba untuk menjelaskan visi dan
misi serta menggambarkan struktur organisasi dan pembagian kerja salah satu
Dinas Kesehatan yang terdapat di Kabupaten Situbondo yaitu Dinas
Kesehatan Situbondo.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana visi dan misi Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo ?
1.2.2 Bagaimana struktur organisasi, bagan dan pembagian kerja Dinas
Kesehatan Kabupaten Situbondo ?
1.2.3 Bagaimana unit-unit pelayanan di Dinas Kesehatan Kabupaten
Situbondo ?
1.2.4 Bagaimana program kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mempelajari dan mengetahui Dinas Kesehatan
Kabupaten Situbondo sebagai salah satu instansi kesehatan di
Kabupaten Situbondo
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui visi dan misi Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo;
b. Mengetahui struktur organisasi, bagan dan pembagian kerja Dinas
Kesehatan Kabupaten Situbondo;
c. Mengetahui unit pelayanan Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo;
d. Mengetahui program kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo;
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Organisasi
Kata “Organisasi” berasal dari istilah yunani organon dan istilah latin
organum yang berarti alat, bagian atau badan. James D. Mooney mengatakan
organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai suatu
tujuan bersama. Sedangkan Chester I. Barnard memberi pengertian organisasi
sebagai suatu sistem dari aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang
atau lebih.
Beberapa penulis mengemukakan bahwa ada tiga ciri dari suatu organisasi
yaitu :
a. Adanya sekelompok orang
b. Antar hubungan terjadi dalam suatu kerja sama yang harmonis
c. Kerjasama didasarkan atas hak, kewajiban dan tanggung jawab masing
masing orang untuk mencapai tujuan.
Dari penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa organisasi itu dapat
didefinisikan sebagai berikut :
a. Organisasi dalam arti badan adalah sekelompok orang yang bekerja sama
untuk mencapai suatu atau beberapa tujuan tertentu.
b. Organisasi dalam arti bagan atau struktur adalah gambaran secara skematis
tentang hubungan-hubungan, kerjasama dari orang-orang yang terdapat
dalam rangka usaha mencapai suatu tujuan.
c. Organisasi dalam arti dinamis adalah memandang organisasi sebagai suatu
organ yang hidup, suatu organisasi yang dinamis,yaitu memandang
organisasi tidak hanya dari segi bentuk dan wujudnya,tetapi juga melihat
organisasi itu dari segi isinya.isi dari pada organisasi adalah sekelompok
orang –orang yang melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan bersama.
2.2 Perkembangan Organisasi
a. Teori organisasi klasik
Beberapa teori organisasi preskriptif dan sekelompok prinsip-prinsip
pengorganisasian telah dikemukaan oleh orang-orang dari berbagai Negara
pada permulaan separuh abad ini. Teori-teori yang direkomendasikan oleh
masing-masing teoritisi organisasi tersebut agak berbeda, tetapi terdapat
persamaan pandangan yang luas dalam bahasan-bahasan yang sangat umum.
Pendekatan dasar yang disukai masing-masing teoritisi tersebut adalah
untuk mencapai efisiensi intern organisasi dengan membagi tugas-tugas ke
dalam peran-peran spesialis, melengkapi dengan prosedur-prosedur dan
peraturan-peraturan yang terinci, serta menetapkan suatu hierarki kekuasaan
dengan pengawasan yang sangat ketat untuk menjamin agar peraturan-
peraturan dan prosedur sipatuhi. Sedangkan serangkaian prinsip-prinsip
pengorganisasian yang mencerminkan pokok-pokok pandangan umum para
teoritisi klasik meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Pembagian kerja
Keseluruhan tugas atau pekerjaan dibagi-bagi ke dalam fungsi-fungsi
spesialis dan tiap bagian dari fungsi ini ditugaskan pada orang-orang
yang memiliki kecakapan yang diperlukan.
2. Penetapan tugas-tugas, peraturan dan tanggungjawab dengan jelas
Setiap orang dalam organisasi seharusnya memiliki sejumlah tugas dan
tanggung jawab yang ditetapkan dengan jelas. Pada jenjang-jenjang
yang lebuh bawah, pekerjaan seharusnya disederhanakan dan suatu
prosedur yang baik untuk pelaksana setiap pekerjaan seharusnya
ditetapkan dan terutama untuk para pekerja.
3. Kesatuan komando
Seharusnya terdapat mata rantai komando yang jelas dari puncak
sampai ke bawah dari hierarki kekuasaan. Seharusnya tidak ada orang
yang menerima perintah lebih dari seorang pimpinan dan seharusnya
tidak terdapat tumpang tindih kekuasaan pada jenjanng yang sama.
4. Kesatuan arah
Pekerjaan-pekerjaan seharusnya dikelompokkan sedemikian rupa
sehingga memungkinkan terarah pada tujuan yang sama, berdasarkan
rencana yang sama dan diarahkan oleh seorang manajer.
5. Rentang pengendalian yang sempit
Setiap manajer seharusnya bertanggung jawab untuk mengawasi hanya
jumlah yang sedikit dari bawahannya untuk menjamin pengendalian
dan koordinasi yang efektif terhadap aktivitas bawahannya.
6. Perimbangan kekuasaan dan tanggung jawab
Kekuasaan yang didelegasikan kepada setiap manajer seharusnya
memadai untuk melaksanakan tuasnya.
Organisasi “ideal” yang dirumuskan oleh teori-teori klasik sangatlah
“birokratik” dengan tingkat spesialisasi peran yang tinggi serta
penyederhanaan kerja, sentralisasi kekuasaan, dan formalisasi yang tinggi.
Karena kecilnya rentang pengendalian yang direkomendasikan, maka pasti
terjadi hierarki kekuasaan yang “panjang” dengan relative besarnya jumlah
kekuasaan. Pengendalian harus dicapai melalui peraturan-peraturan formal,
perumusan peran, dan penyederhanaan kerja yang disertai jaminan
pengawasan yang ketat serta suatu sistem intensif dan sangsi. Masalah-
masalah koordinasi yang tidak tercakup dalam peraturan-peraturan dan
prosedur standar yang telah ditetapkan akan diserahkan ke atas kepada
orang yang berwenang membuat keputusan dalam hierarki kekuasaan.
Walaupun para teoritis klasik mengakui keuntungan komparatif dari
dasar-dasar yang berbeda dalam departementasi, namun rumusan-rumusan
mereka dipengaruhi oleh kekuasaan efisiensi yang diberikan departemen-
departemen spesialis fungsional. Pengaturan struktural tertentu, seperti
misalnya : matrik organisasi, tim proyek, atau unit-unit administrasi khusus
dengan kekuasaan fungsional jelas akan menyimpang dari prinsip “kesatuan
komando” jadi, organisasi ideal yang didesain oleh para teoritisi klasik
mungkin sekali akan menjadi suatu organisasi dengan sub unit-sub unit
spesialis fungsional hamper di semua jenjang.
b. Teori Organisasi Neo Klasik
Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai naluri, ingin
menyampaikan apa yang dirasakan kepada orang lain baik yang berupa
keluhan, pujian, manusia bukanlah murni dan pandangan yang dianut oleh
teori neo klasik disebut juga Human Relation Movement .
Dalam teori neo klasik organisasi dapat ditinjau dari 4 pendekatan
yaitu:
1. Pendekatan hubungan antara manusia (Human Relation Movement)
dimana para ahli mencoba mengadakan penelitia terhadap organisasi
formal dan hubungan antar manusia dalam organisasi, baik secara
teoritis maupun secara empiris. Tokoh- tokoh dari pendekatan Human
Relation Movement adalah : Hugo Munstenberg, Chester I. Barnard,
Argyris, dan Elton Mayo.
2. Pendekatan teoritis, Hugo Munstenberg dalam bukunya “Psychology
and Industrial Eficiency” menyatakan adanya perbedaan perilaku dan
sifat pada manusia tetapi yang penting adalah bagaimana dapat
memeanfaatkan tenaga manusia dalam organisasi. Pendapat
Munstenberg merupakan jembatan antara teori klasik dan neo klasik,
karena di satu pihak masih menekankan pada efisiensi agar organisasi
mendapat keuntungan dan di lain pihak menekankan pentingnya unsur
manusia sebagai tenaga kerja.
3. Pendekatan empiris, dilaksanakan berdasarkan penelitian oleh Elton
mayo sejak tahun 1927-1932 pada perusahaan listrik “Western” dan
lebih dikenal dengan “Penelitian Hawthorne” yang lebih menekankan
pada hubungan kelompok kecil antar manusia, gaji yang layak dan
pengawasan secara manusiawi. Teori organisasi neo klasik lebih
menekankan pada Human Relations, yaitu suatu komunikasi persuasif
dan suatu action oriented. Human relations dapat dikatakan sebagai
seni dan ilmu pengetahuan terapan pengintegrasian orang-orang oleh
seorang manajer dalam organisasi agar bersedia bekerja dengan giat dan
Organisasi Modern:
Efisiensi, struktur, perilaku motifasi, dan lingkungan
adanya kepuasan kerja, baik kepuasan ekonomis, psikologis, maupun
kepuasan sosial.
4. Teori Organisasi Modern
Teori ini mulai dikembangkan pada tahun 1950-an yang menekankan
pentingnya suatu sintesis antara teori klasik dan teori neo klasik sebagai
gambaran modern secara menyeluruh dimana aspek-aspek struktural
dan perilaku serta motivasi diperhatikan dalam organisasi agar dapat
sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan yang saling
mempengaruhi. Teori organisasi klasik yang menekankan pada efisiensi
dalam proses pengembangannya, bertemu dengan konsep-konsep
hubungan antara manusia yang dikategorikan sebagai teori organisasi
neo klasik. Dengan demikian majunya ilmu pengetahuan dan teknologi
serta tatanan masyarakat, kedua teori tersebut dianggap kurang
memadai. Oleh karena pada masa kemajuan Iptek ada pengaruh
lingkungan maka muncullah teori organisasi modern dimana dasar-
dasar teori organisasi klasik dan teori organisai neo klasik sebagai
antitesa A dan B bergabung menjadi sintesa AB sebagai konsep dasar
dari teori organisasi modern.
Antitese A Antitese B
Bagan 1. Sintese organisasi modern
Klasik
Efisiensi
Klasik
Efisiensi
Neo klasik
Hubungan antar manusia
Neo klasik
Hubungan antar manusia
Tokoh dari teori organisasi modern adalah Alferd Korrzybsi, Mary
Parker Follet, Chester I. Barnard, Norbert Weiner,, dan Ludwig von
Bertalanffy sebagai bapak teori sistem.
Lingkungan Lingkungan
Umpan Balik
Bagan 2. Teori Organisasi Modern
2.3. Prinsip-Prinsip Organisasi
Penerapan prinsip organisasi bertujuan agar organisasi dapat berjalan
dengan baik. Dalam rangka membentuk suatu organisasi yang baik atau
dalam usaha menyusun suatu organisasi, perlu diperhatikan atau dipedomani
beberapa asas atau prinsip organisasi yaitu sebagai berikut :
a. Perumusan tujuan dengan jelas
Dalam melakukan suatu aktivitas yang pertama harus jelas adalah
apa yang menjadi tujuan aktivitas tersebut. Tujuan adalah hal-hal yang
ingin dicapai atau dipelihara baik berupa materi atau non materi dengan
melakukan satu atau lebih kegiatan (aktivitas). Tujuan tidak cukup jika
hanya dirumuskan secara umum bagi seluruh organisasi non profit yang
berbeda jenis dan jenjangnya. Untuk itu berdasrkan tujuan umum setiap
organisasi pengelola dan pengendali pelaksanaan pendidikan nasional
yang berbeda-beda jenjang dan lingkup pekerjaannya, harus merumuskan
tujuan yang lebih konkrit dan tidak bertentangan dengan tujuan umum.
Dengan demikian tujuan umum berfungsi sebagai kesatuan tujuan, sedang
InputInput OutputOutputProsesProses
tujuan-tujuan khusus harus dirumuskan secara jelas dan realistic, agar
dapat diukur tingkat keberhasilan mewujudkannya.
Bagi suatu badan tujuan akan berperan sebagai :
1) Pedoman ke arah mana organisasi itu akan dibawa
2) Landasan bagi organisasi yang bersangkutan
3) Menentukan macam aktivitas yang dilakukan
4) Menentukan program, prosedur, KISS ME (koordinasi, integrasi,
simplikasi, sinkronisasi dan mekanisasi)
Di lingkungan semua organisasi di bidang pendidikan untuk
mengimplementasikan kesatuan dan kejelasan tujuan sebagai salah satu
asas pengorganisasian, harus dilakukan sebagai berikut :
1) Tujuan strategik di dalam pelaksanaan UUD 1945, yang telah
dijabarkan menjadi tujuan umum di dalam GBHN, UU no.02 tahun
1989 tentang sistem pendidikan nasional, dan di dalam rumusan setiap
REPELITA bidang pendidikan, dapat dijadikan sebagai VISI bagi
organisasi pengelola dan pengendali sistem pendidikan dan organisasi
peleksana operasional sistem pendidikan nasional di Indonesia.
2) Visi nasional seperti diuraikan diatas yang berjangka panjang (tidak
terbatas) selama UUD 1945 diterima dan berlaku sebagai hukum
dasar, bagi organisasi yang profit pengelola dan pengendali sistem
pendidikan nasional, harus diterjemahkan menjadi visi untuk suatu
periode tertentu.
3) Visi dan misi, tujuan, volume dan beban kerja setiap dan semua satuan
pendidikan sebagai organisasi pelaksana operasional sistem
pendidikan nasional dapat dipergunakan untuk menyusun
perencanaan.
b. Pembagian Kerja
Dalam sebuah organisasi, pembagian kerja adalah keharusan sebab
tanpa adanya pembagian kerja kemungkinan terjadinya tumpang tindih
tugas menjadi amat besar. Dengan pembagian kerja, dapat ditetapkan
sekaligus susunan organisasi dan hubungan serta wewenang masing-
masing unit organisasi.
Dalam mengadakan pembagian kerja, ada beberapa dasar yang
dapat digunakan sebagai pedoman yaitu :
1) Pembagian kerja atas dasar wilayah atau territorial
2) Pembagian kerja atas dasar jenis benda yang diproduksikan
3) Pembagian kerja atas dasar langganan yang dilayani
4) Pembagian kerja atas dasar fungsi (rangkaian kerja)
5) Pembagian kerja atas dasar waktu sehingga terdapat bagian waktu
pagi, siang dan malam
Pembagian kerja bukan saja perlu dilihat dari manfaat yang
diperoleh dari penerapan spesialisasi, tetapi juga dalam rangka
mewujudkan penempatan orang yang tetpa pada jabatan yang tepat dan
dalam rangka mempermudah pengawasan oleh atasan.
Oleh karena itu dalam pembagian kerja dalam suatu organisasi ada
baiknya dipedomani hal-hal berikut :
1. Jumlah unit organisasi diusahakan sedikit mungkin sesuai dengan
kebutuhan.
2. Suatu unit organisasi harus mempunyai fungsi bulat dan berkaitan satu
sama lain.
3. Pembentukan unit baru hanya dilaksanakan bila unit-unit yang telah
ada tidak tepat lagi menampung kegiatan-kegiatan baru tersebut, baik
karena beban kerja maupun karena hubungan kegiatan yang sangat
berbeda.
4. Secara garis besarnya dalam suatu organisasi dibedakan sesuai dengan
aktivitas yang dilakukan enam macam sifat organisasi yaitu :
a. unit yang melakukan penetapan kebijaksanaan umum bagi
seluruh perusahaan
b. unit pimpinan yang melakukan aktivitas penerapan kebijaksanaan
umum bagi berbagai kegiatan perusahaan
c. unit operasi yang melakukan aktivitas-aktivitas pokok
perusahaan.
d. unit penunjang yang melakukan aktivitas yang membantu
memperlancar unit operasi dalam melakukan kegiatannya
e. unit pengawas yang melakukan aktivitas pemerikasaan dan
pengawasan kegiatan-kegiatan unit-unit operasi
f. unit konsultasi yang melakukan aktivitas memberi bantuan
keahlian kepada pimpinan
c. Delegasi Kekuasaan (Delegation of authority)
Salah satu prinsip pokok dalam setiap organisasi adalah delegasi
kekuasaan ( pelimpahan wewenang). Kekuasaan atau wewenang
merupakan hak seseorang untuk mengambil tindakan yang perlu agar
tugas dan fungsi-fungsinya dapat dilaksanakan sebaik-baiknya. Wewenang
atau kekuasaan itu terdiri dari berbagai aspek, antara lain wewenang
mengambil keputusan, wewenang menggunakan sumber daya, wewenang
memerintah, dan wewenagn mamakai batas waktu tertentu.
Delegasi kekuasaan atau pelimpahan wewenang merupakan
keahlian pemimpin yang penting dan elementer sebab dengan delegasi
kekuasaan, seorang pemimpin dapat melipatgandakan waktu, perhatian
dan pengetahuannya yang terbatas. Bahkan dapat dikatakan delegasi
kekuasaan merupakan salah satu jalan utama bagi setiap pemimpin untuk
percaya akan diri sendiri. Kesanggupan untuk menerima tanggung jawab
adalah tes pertama bagi seorang pemimpin, tetapi keberanian
mendelegasikan kekuasaan pada bawahan, merupkan tanda nyata seorang
pemimpin yang sukses.
Dalam mendelegasikan kekuasaan agar proses delegasi itu dapat
efektif, sedikitnya empat hal harus diperhatikan, yaitu :
1. Delegasi kekuasaan adalah anak kembar siam dengan delegasi tugas;
bila kedua-duanya telah ada harus pula dibarengi dengan adanya
pertanggungjawaban. Dengan kata lain, proses delegasi meliputi
pemberian tugas dan kekuasaan kepada bawahan dan bila kedua-duanya
telah ada harsu pula dibarengi dengan adanya pertanggungjawaban.
Dengan kata lain, proses delegasi harus mencakup tiga unsur, yaitu
delegasi tugas, delegasi kekuasaan, dan adanya pertanggungjawaban.
2. Kekuasaan yang dideleger harus diberikan kepada orang yang tepat,
baik dilihat dari sudut kualifikasi maupun dari sudut fisik.
3. Mendeleger kekuasaan kepada seseorang harus dibarengi dengan
pemberian motivasi.
4. Pejabat yang mendeleger kekuasaan harus membimbing dan mengawasi
orang yang menerima delegasi wewenang.
Delegasi kekuasaan mempunyai manfaat ganda yang terpenting ,
diantaranya yaitu :
1. Pemimpin dapat memusatkan perhatiannya pada pekerjaan pokok saja.
2. Putusan dapat dibuat lebih cepat dan pada unit yang tepat.
3. Inisiatif dan rasa tanggungjawab bawahan dapat dimotivasi sehingga
bawahan tidak selalu menunggu perintah atasan.
4. Merupakan suatu cara mendidik atau mengembangkan bawahan
sehingga kelak mampu memberi tugas dan tanggungjawab yang lebih
besar.
d. Rentangan Kekuasaan
Dengan rentangan kekuasaan dimaksudkan berapa jumlah bawahan
seorang pemimpin sehingga peminpin itu dapat memimpin, membimbing,
dan mengawasi secara berhasil guna dan berdaya guna.
V.A. Graicunas, seorang penulis yang membahas soal hubungan-
hubungan dalam organisasi, mengutarakan secara tegas bahwa lima atau
delapan orang adalah jumlah maksimal yang dapat diawasi seorang
pemimpin.
Dalam menetapkan berapa jumlah bawahan yang tepat dari seorang
pemimpin, harus diperhatikan beberapa faktor sebagai berikut :
1. Jelas tidaknya tugas, wewenang, dan pertanggungjawaban masing-
masing orang dalam suatu organisasi. Bila ketiga hal tersebut jelas,
semakin banyak orang yang menjadi bawahan seorang pemimpin.
2. Jalinan hubungan kerja dari masing-masing bawahan satu sama lain.
Makin kompleks jalinan hubungan kerja, makin sedikit jumlah
bawahan dari seorang atasan, demikian sebaliknya. Makin sederhana
jalinan hubungan kerja masing-masing bawahan, lebih banyak
bawahan yang dipimpin, dibimbing dan diawasi seorang atasan.
3. Kemampuan oramng-orang dalam suatu organisasi. Makin mampu
atau makin terampil bawahan dalam suatu organisasi, semaki n
banyak orang-orang yang dapat dikendalikan oleh seorang pemimpin,
demikian sebaliknya.
4. Corak pekerjaan. Bila corak pekerjaan bawahan tidak begitu beraneka
ragam, semakin banyak bawahan yang dapat dibimbing dan diawasi
oleh seorng pemimpin. Sebaliknya, semakin beraneka ragam
pekerjaan bawahan semakin sukar memimpin untuk membimbing dan
mengawasi bawahan, dan konsekuensinya harus dikecilkan jumlah
bawahan dari seorang pemimpin.
5. Stabilitas organisasi dan stabilitas tenaga kerja. Rentangan kekuasaan
yang luas dapat diterapkan bila terdapat adanya stabilitas organisasi
dan stabilitas tenaga kerja daam suatu badan. Rentangan kekuasaan
yang kecil harus diterapkan bila organisasi dalam keadaan labil atau
dalam keadaan tumbuh dan terus mengalami perubahan; demikian
pula bila terjadi labour turn over yang tinggi, maka sebaiknya
diterapkan rentangan kekuasaan yang sempit.
6. Jarak dan waktu. Bila bawahan seseorang tempatnya berjauhan
rentanga kekuasaan harus lebih sempit, misalnya bawahan ya g
tersebar didaerah yang berjauhan. Seharisnya bila bawahan, seseorang
tempatnya saling berdekatan, rentangan kekuasaan dapat lebih luas.
Demikian pula bila pelaksanaan sesuatu tugas relative lama, rentangan
kekuasaan lebih sempit, sebaliknya bila kekuasaan sesuatu tugas
relative singkat, rentangan kekuasaan dapat lebih luas.
e. Tingkat-Tingkat Pengawasan
Menurut prinsip ini tingkat pengawasan atau pemimpin hendaknya
diusahakan sedikit mungkin. Didalam suatu organisasi diusahakan agar
terdapat the least possible number of management levels dan the shorter
possible chain of command. Harus diusahakan agar organisasi sesederhana
mungkin, selain memudahkan komunikasi agar ada motivasi bagi setiap
orang didalam organisasi untuk mencapai tingkat-tingkat tertinggi didalam
struktur organisasi.
Sehubungan dengan prinsip tingkat-tingkat pengawasan ini, maka
dalam organisasi terdapat berbagai jumlah kegiatan, yaitu:
1) Dua sampai tiga tingkat, biasa disebut organisasi pipih (flat top
organization).
2) Empat tingkat, sering disebut struktur organisasi datar.
3) Lima tingkat, sering disebut organisasi curam.
Dilihat dari saluran komunikasi baik keatas maupun kebawah
jumlah tingkatan dalam sesuatu organisasi sebaiknya lima tingkat saja.
f. Kesatuan Perintah dan Tanggung Jawab (Unity of Command And
Responsibility)
Menurut prinsip ini seorang bawahan hanya mempunyai seorang
atasan dari siapa ia menerima perintah dan kepada siapa ia member
pertanggungjawaban akan pelaksanaan tugasnya. Denga kata lain, prinsip
ini berpedoman kepada an employee should receive orders from one
superior only. Salah satu moto yang terkenal dari prinsip ini adalah no
man can two bosses atau tidak seorang pun dapat melayani dua atasan
sekaligus.
Beberapa prinsip yang harus dilaksanakan dalam asas kesatuan
perintah adalah :
1) Pucuk pimpinan (Top Manager) atau setiap pimpinan yang memiliki
seorang atau lebih pimpinan unit atau satuan kerja sebagai
bawahannya, perlu/ harus melimpahkan sebagian wewenang dan
tanggungjawab dalam melaksanakan tugas pokoknya.
2) Pucuk pimpinan (Top Manager) perlu memahami dan memiliki
ketrampilan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan/
atau pembuatan kebijakan yang memungkinkan asas kesatuan perintah
diwujudkan di lingkungan suatu organisasi non profit.
g. Koordinasi
Prinsip yang tidak kalah pentingnya dalam organisasi adalah
prinsip koordinasi. Adanya pembagian tugas pekerjaan dan bagian-bagian,
serta unit-unit terkecil didalam suatu organisasi cenderung timbul kekuatan
memisahkan diri dari tujuan organisasi secara keseluruhan.
Koordinasi adalah usaha mengarahkan kegiatan seluruh unit-unit
organisasi agar tertuju untuk memberikan sumbangan semaksimal
mungkin untuk mencapai tujuan organisasi secara keseluruhan . dengan
adanya koordinasi akan terdapat keselarasan aktivitas diantara unit-unit
organisasi.
Koordinasi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Empat cara
utama dalam usaha memelihara koordinasi adalah sebagai berikut:
1) Mengadakan pertemuan resmi antara unsur0unsur atau unit-unit yang
harus dikoordinasikan. Dalam pertemuan seperti ini, dibahas dan
diadakan pertukaran pikiran dari pihak-pihak yang bersangkutan
dengan tujuan mereka akan berjalan seiring dan bergandengan dalam
mencapai suatu tujuan.
2) Mengangkat seseorang, suatu tim atau panitia koordinatir yang khusus
bertugas melakukan kegiatan-kegiatan kooerdinasi, seperti member
penjelasan atau bimbingan kepeda unit-unit yang dikoordinasikannya.
3) Membuat buku pedoman yang berisi penjelasan tugas dari masing-
masing unit. Buku pedoman seperti itu diberikan kepada setiap unti
untuk dipedomani dalam pelaksanaan tugas masing-masing.
4) Pimpinan atau atasan mengadakan pertemuan-pertemuan informal
dengan bawahannya dalam rangka pemberian bimbingan, konsultasi
dan pengarahan.
Melakukan kegiatan koordinasi dengan berbagai cara seperti
tersebut diatas adalah amat perlu sebab adanyan kegiatan koordinasi dapat
menghindarkan konflik ; mengurangi duplikasi tugas ; meniadakan
pengangguran; melenyapkan kepentingan unit sendiri dan memperkukuh
kerjasama. Dengan koordinasi diharapkan akan tercipta suasana kerja
sama kesatuan tindakan dan kesatuan tujuan akhir.
2.4 Asas-asas Organisasi
Yaitu prinsip-prinsip umum yang harus diikuti dalam pengaturan anggota organisasi. James D. Money mengemukakan ada dua asas mendasar organisasi, yaitu:
1. Asas KoordinasiYaitu suatu teknik dan cara untuk mempersatukan berbagai kecakapan dan kepentingan serta memimpinnya ke arah suatu tujuan yang sama.Agar koordinasi berjalan dengan baik, maka perlu diperhatikan adanya:a. Authority (kewibawaan) yaitu hak untuk memerintah yang
berhubungan dengan tanggung jawab.b. Mutual Service (pelayanan timbal balik) yang berdasarkan pada
kewajiban timbal balik (mutual duties).c. Doctrine (perumusan sasaran) yaitu pencapaian sasaran menggunakan
prosedur melalui pelayanan-pelayanan.2. Asas Hirarki
Yaitu suatu bentuk organisasi dalam suatu kekuasaan dipusatkan pada satu individu atau gabungan di puncak organisasi dan didelegasikan ke bawahmelalui beberapa tingkat pegawai secara berturut-turut. Agar hirarki berjalan dengan baik, maka perlu diperhatikan adanya:a. Leadership, yang akan menunjukkan adanya authority dan kekuasaan
tertentu sebagai seni dan ilmu dalam usaha menggerakkan bawahan untuk mencapai tujuan organisasi.
b. Delegation of Authority (delegasi kekuasaan), yaitu hubungan antara atasan dan bawahan dalam hal pertanggungjawaban kewenangan.
c. Logical Assigment, sebagai penentu serta pembatasan tugas dan berkaitan dengan beban kerja dan kemampuan serta kecakapan seseorang dalam melaksanakan tugasnya.
2.4 Macam Organisasi
1. Macam organisasi dari segi jumlah pucuk pimpinan
a. Organisasi Tunggal : pucuk pimpinan ada ditangan satu orang
b. Organisasi Jamak : pucuk pimpinan ada di tangan beberapa orang
yang merupakan satu kesatuan.
2. Macam organisasi dari segi keresmian
a. Organisasi formal : memiliki struktur yang jelas yang
menggambarkan hubungan wewenang kekuasaan dan
tanggungjawab, dan tujuannya telah ditetapkan.
b. Organisasi informal : strukturnya yang kurang jelas, tidak ada
perincian secara tegas tentang tujuan organisasi.biasanya organisasi
ini bersifat sementara karena pembentukannya tidak didasarkan atas
rencana yang matang dan jelas.
3. Macam organisasi dari segi tujuan
a. Organisasi niaga/ekonomi : bertujuan mendapatkan keuntungan
sebesar-besarnya. Pelayanannya berupa memberikan barang dan jasa
guna mendapat imbalan dalam bentuk uang.
b. Organisasi sosial/kemasyarakatan : organisasi yang dibentuk oleh
masyarakat atas dasar kesamaan kegiatan,profesi, fungsi, agama
untuk berperan dalam pembangunan dalam rangka mencapai tujuan
nasional dalam wadah NKRI yang berdasarkan Pancasila.
4. Macam organisasi dari segi luas wilayah
a. Organisasi daerah
b. Organsasi nasional
c. Organisasi regional
d. Organisasi internasional
2.5 Bentuk-Bentuk Organisasi
Menurut pola hubungan kerja, serta lalu lintas wewenang dan tanggung
jawab, maka bentuk organisasi itu dapat dibedakan sebagai berikut :
a. Bentuk Organisasi Garis
Organisasi garis adalah bentuk organisasi yang tertuadan paling
sederhana. Penciptanya adalah Henry Fayol dari Prancis. Sering juga
disebut bentuk organisasi militer karena digunakan zaman dahulu di
kalangan militer.
Ciri-ciri bentuk organisasi garis adalah organisasi masih kecil,
jumlah karyawan sedikit dan saling kenal, serta spesialisasi kerja belum
begitu tinggi.
Kebaikan
1) Kesatuan komando terjamin baik karena pimpinan berada di atas satu
tangan.
2) Proses pengambilan keputusan berjalan dengan cepat karena jumlah
orang yang diajak berkonsultasi masih sedikit atau tidak ada sama
sekali.
3) Rasa solidaritas diantara para karyawan umumnya tinggi karena saling
mengenal.
Keburukan
1) Seluruh organisasi terlalu tergantung kepada satu orang sehingga kalau
orang itu tidak mampu, seluruh organisasi akan terancam kehancuran.
2) Adanya kecenderungan pimpinan bertindak secara otokratis.
3) Kesempatan karyawan untuk berkembang terbatas.
DIREKTUR
Bagan 3. Bentuk organisasi garis
b. Bentuk Organisasi Fungsional
Organisasi fungsional diciptakan oleh F.W. Taylor, dimana
segelintir pimpinan tidak mempunyai bawahan yang jelas sebab setiap
atasan berwenang memberi komando kepada setiap bawahan, sepanjang
ada hubungannya dengan fungsi atasan tersebut.
Kebaikan
1) Pembidangan tugas-tugas jelas.
2) Spesialisasi karyawan dapat dikembangkan dan dan digunakan
semaksimal mungkin.
3) Digunakan tenaga-tenaga ahli dalam berbagai bidang, sesuai dengan
fungsi-fungsinya.
Keburukan
1) Karena adanya spesialisasi, sukar menfgadakan tour of duty.
2) Para karyawan lebih mementingkan bidangnya sehingga sukar
melaksanakan koordinasi.
c. Bentuk organisasi Garis dan Staf
Bentuk organisasi ini pada umumnya dianut oleh organisasi besar,
daerah kerjanya luas dan mempunyai bidang-bidang tugas yang beraneka
PRODUKSI KEUANGAN PERDAGANGAN
1 2 3 4 5 6 87
ragam serta rumit, serta jumlah karyawannya banyak. Penciptanya
Harrington Emerson. Pada bentuk organisasi garis dan staf, terdapat satu
atau lebih tenaga staf. Staf yaitu orang yang ahli dalam bidang tertentu
yang tugasnya member nasihat dan saran dalam bidangnya kepada pejabat
pemimpin di dalam organisasi tersebut.
Kebaikan
1) Dapat digunakan oleh setiap organisasi besar, apapun tujuannya, betapa
pun luas tugasnya, dan betapa pun kompleks susunan organisasinya.
2) Pengambilan keputusan yang sehat lebih mudah dapat diambil karena
adanya staf ahli.
3) Perwujudan “the right man in the right place” lebih mudah
dilaksanakan.
Keburukan
1) Karena karyawan tidak saling mengenal, solidaritas sukar diharapkan.
2) Karena rumit dan kompleksnya susunan organisasi, koordinasi kadang-
kadang sukar diterapkan.
DIREKTUR
PENASIHAT
PRODUKSI
PRODUKSIPRODU
PRODUKSI
PENASIHAT
HUKUM
PERDAGANGAN KEUANGAN KEPEGA-
WAIAN
Bagan 4. Bentuk Organisasi garis dan staf
d. Bentuk Organisasi Staf dan Fungsional
Bentuk organisasi staf dan fungsional merupakan kombinasi dari
bentuk organisasi fungsional dan bentuk organisasi garis dan staf.
Kebaikan dan keburukan dari bentuk organisasi ini adalah kebaikan dan
keburukan dari bentuk organisasi yang dikombinasikan.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Visi Dan Misi Dinas Kesehatan Situbondo
3.1.1 Visi
Untuk mencapai sasaran pembangunan kesehatan pada akhir tahun
2015 seperti telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Situbondo tahun 2011-2015
pada misi kedua “Meningkatkan kualitas SDM melalui pemerataan dan
peningkatan kualitas pendidikan, pelatihan ketrampilan serta
peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat” yaitu:
1. Meningkatnya derajat kesejahteraan masyarakat,
2. Meningkatnya mutu pelayanan rumah sakit dan puskesmas
3. Meningkatnya pelayanan terhadap pasangan usia subur
4. Terpenuhinya kebutuhan pelayanan KB dan menurunnya angka
kematian pada kelahiran
Dengan mempertimbangkan perkembangan masalah serta berbagai
kecenderungan masalah kesehatan ke depan maka ditetapkan Visi Dinas
Kesehatan Situbondo adalah
MASYARAKAT SITUBONDO YANG MANDIRI UNTUK HIDUP
SEHAT
Visi tersebut ditetapkan dengan mempertimbangkan bahwa
kemandirian masyarakat untuk berperilaku hidup sehat merupakan
faktor yang sangat penting untuk meningkatkan derajat kesehatan di
Situbondo. Masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat adalah suatu
kondisi dimana masyarakat Situbondo menyadari, mau, dan mampu
untuk mengenali, mencegah dan mengatasi permasalahan kesehatan
yang dihadapi, sehingga dapat bebas dari gangguan kesehatan, baik
yang disebabkan karena penyakit termasuk gangguan kesehatan akibat
bencana, maupun lingkungan dan perilaku yang tidak mendukung untuk
hidup sehat.
3.1.2 Misi
Misi mencerminkan peran, fungsi dan kewenangan seluruh jajaran
organisasi kesehatan di seluruh wilayah Kabupaten Situbondo, yang
bertanggung jawab secara teknis terhadap pencapaian tujuan dan
sasaran pembangunan kesehatan Kabupaten Situbondo. Untuk
mewujudkan visi tersebut ada empat misi yang diemban oleh seluruh
jajaran petugas kesehatan di masing-masing jenjang administrasi
pemerintahan, yaitu:
1. Mendorong terwujudnya kemandirian masyarakat untuk hidup
sehat dan kemitraan dalam pelayanan kesehatan masyarakat
2. Mewujudkan, memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan
yang bermutu, merata dan terjangkau.
3. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan dan
meningkatkan upaya pengendalian penyakit serta penanggulangan
masalah kesehatan
4. Meningkatkan, mendayagunakan sumberdaya dan manajemen
kesehatan
3.2 Asas Organisasi
Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo berasaskan hirarki karena
dipusatkan peda suatu individu atau gabungan di puncak organisasi dan
didelegasikan ke bawah melalui beberapa tingkat pegawai secara berturut-
turut.
3.3 Macam Organisasi
a. Macam organisasi dari segi jumlah pucok pimpinan
Dinas kesehatan Situbondo merupakan organisasi tunggal karena puncak
pimpinannya ada di tangan satu orang yaitu kepala dinas
b. Macam organisasi dari segi keresmian