Download - Makalah menejemen Kualitas

Transcript
  • 1

    TUGAS

    MANAGEMEN INDUSTRI BERKELANJUTAN

    PENGENDALIAN KUALITAS

    Dosen Pengajar :

    Dr. Ir. H. Dirgahayu A. Lantara, MT.

    Disusun Oleh :

    Roomy Mahmud

    006.07.10.2014

    PROGRAM PASCA SARJANA

    UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

    MAKASSAR

    2015

  • 2

    KATA PENGANTAR

    Segala puji hanya milik Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat-Nya penulis

    dapat menyelesaikan tugas pengendalian kualitas ini dan tak lupa pula sholawat salam kita

    sanjungkan kepada nabi Muhammad SAW. Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua

    pihak yang telah turut membantu dalam penyusunan Makalah yang penulis beri judul

    Pengendalian Kualitas

    Tidak lupa pula penulis ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu dalam mata

    kuliah pengendalian kualitas. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari

    kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk

    perbaikan makalah berikutnya dan harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat bagi kita

    semua, khususnya yang sedang dalam proses pembelajaran.

    Makassar, 11 Juni 2015

    Penulis

  • 3

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR........................................................................................................... 1

    DAFTAR ISI ........................................................................................................................ 3

    BAB.I.PENDAHULUAN ..................................................................................................... 4

    1.1 Latar Belakang Pengendalian Kualitas ......................................................................... 4

    1.2 Maksud dan Tujuan Pengendalian Kualitas .................................................................. 4

    BAB.II.PENGENDALIAN KUALITAS ............................................................................... 6

    2.1 Pengertian Kualitas ...................................................................................................... 6

    2.2 Pengendalian Kualitas Secara Umum ........................................................................... 7

    2.3 Perkembangan Kualitas................................................................................................ 7

    BAB.III.KESIMPULAN ..................................................................................................... 24

    DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 25

  • 4

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Pengendalian Kualitas

    Kebutuhan pengendalian kualitas timbul setelah masa revolusi industri, dimana proses

    produksi yang dilakukan oleh mesin menimbulkan dua persoalan utama, yaitu:

    a) Penggunaan mesin mulai menggantikan kedudukan tenaga kerja manusia.

    b) Produksi barang dilakukan secara besar-besaran sehingga memerlukan keseragaman

    komponen dalam proses assembling dimana hal tersebut hanya dapat dilakukan oleh

    mesin.

    Agar proses produksi berjalan dengan lancar, dibutuhkan tenaga kerja untuk menyortir

    barang yang memiliki kualitas dibawah standar, sehingga pada saat itu mulai dikenal usaha

    pengendalian kualitas. Namun adanya perkembangan sistem mekanisasi industri yang lebih

    maju menyebabkan keadaan industri menjadi tidak beraturan, sehingga para produsen

    menjadi berkurang perhatiannya dalam menghasilkan barang-barang yang bermutu tinggi.

    Sehingga timbul anggapan bahwa petugas yang melaksanakan pengawasan merupakan

    penghalang bagi pekerja dan supervisor untuk dapat melaksanakan kegiatan produksi.

    Namun seiring dengan perkembangan penerangan dan komunikasi, maka keadaan tersebut

    mulai berubah dimana pentingnya peranan pengendalian kualitas semakin dibutuhkan

    sehingga prosedur dan metode pengendalian mutu mulai dikembangkan kearah yang lebih

    baik.

    1.2 Maksud dan Tujuan Pengendalian Kualitas

    Maksud dari pengendalian kualitas adalah mengusahakan produk akhir yang dihasilkan

    sesuai dengan spesifikasi produk dan standar yang ditetapkan. Selain itu terdapat beberapa

    tujuan dilakukannya usaha pengendalian kualitas, yaitu:

  • 5

    1. Untuk memperbaiki adanya proses yang tidak terkendali.

    2. Untuk mengendalikan produk jadi, dalam hal ini dilakukan dengan sampling

    penerimaan.

    3. Untuk menghasilkan produk yang berkualitas.

    4. Mengusahakan biaya inspeksi atau pemeriksaan dapat ditekan seminimal mungkin.

    5. mengusahakan agar biaya desain produk dan proses dengan menggunakan mutu

    produksi tertentu dapat menjadi seminimal mungkin.

    6. Mengusahakan agar biaya produksi dapat ditekan serendah mungkin.

    Dengan mengarah kepada pencapaian tujuan diatas berarti akan terjadi peningkatan kualitas

    produk akhir, pengendalian kualitas terhadap proses produksi yang berlangsung sehingga

    dapat dilakukan tindakan-tindakan apabila terjadi perubahan yang tidak diharapkan.

  • 6

    BAB II

    PENGENDALIAN KUALITAS

    2.1 Pengertian Kualitas

    Pengertian kualitas mengandung banyak definisi dan makna, tergantung pada tujuan

    dan penggunaannya. Adapun beberapa befenisi kualitas yang banyak digunakan, antara lain:

    1. Kualitas merupakan kesesuaian dengan persyaratan atau tuntutan.

    2. Kualitas merupakan kecocokan dengan pemakaian.

    3. Kualitas merupakan perbaikan dan penyempurnaan yang berkelanjutan.

    4. Kualitas merupakan usaha pemenuhan kebutuhan konsumen sejak awal dan setiap

    saat.

    5. Kualitas merupakan usaha untuk melakukan sejak awal secara tepat.

    6. Kualitas merupakan sesuatu yang dapat memberikan kepuasan kepada konsumen.

    Kualitas secara umum dapat diartikan sebagai sejumlah karakter terukur yang

    menunjukkan derajat kebaikan suatu produk, ataupun dapat diartikan sebagai suatu keadaan

    terbaik dalam batas-batas kondisi tertentu sesuai dengan keinginan konsumen.

    Pada umumnya syarat-syarat kondisi yang diinginkan oleh konsumen sebagai hal yang

    paling utama adalah harga produk dan manfaat produk. Kedua hal tersebut menyangkut:

    a. Spesifikasi dari karakteristik operasi.

    b. Umur produk dan keandalan.

    c. Ongkos pembuatan.

    d. Kondisi dimana produk dibuat.

    e. Pemasangan dan perawatan produk serta fasilitas di lapangan.

  • 7

    Adapun karakteristik dari produk yang diinginkan oleh konsumen pada umumnya dapat

    berupa keadaan dan keindahan bentuk dari produk. Sehingga secara singkat kualitas dapat

    didefinisikan sebagai kepuasan dalam pemakaian produk yang mencakup aspek:

    Quality of product : Kualitas produk atau jasa

    Quality of cost : Kualitas dari biaya

    Quality of delivery : Kualitas pengiriman produk

    Quality of safety : Kualitas keamanan

    Quality of morale : Kualitas dalam melayani konsumen

    Berdasarkan pengertian kualitas diatas, maka yang menjadi penentu bagi karakteristik

    mutu produk adalah konsumen, sehingga walaupun pihak produsen telah menghasilkan suatu

    produk yang dianggap telah tepat untuk mencapai tujuan yang diharapkan, namun

    konsumenlah yang menilai manfaat serta kualitas dari produk tersebut. Sehingga dalam

    mendesain, memproduksi dan menjual suatu produk pihak produsen harus berorientasi pada

    kepentingan konsumen.

    2.2 Pengendalian Kualitas Secara Umum

    Pada dasarnya kegiatan pengendalian kualitas mempunyai ruang lingkup yang sangat

    luas, karena semua aspek yang mempengaruhi kualitas harus diperhatikan. Secara garis besar,

    pengendalian kualitas dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan yaitu pengendalian kualitas pra

    proses, pengendalian kualitas selama proses berlangsung dan pengendalian kualitas terhadap

    produk yang dihasilkan. Dengan demikian akan dapat dikurangi penyimpangan-

    penyimpangan yang mungkin terjadi.

    2.3 Perkembangan Kualitas

    Pada mulanya sistem untuk memonitor dan memanager kualitas hanya berupa

    pengukuran (inspection), yang akhirnya banyak mengalami perkembangan sehingga dikenal

    dengan adanya sistem pengendalian kualitas (Quality Control) serta jaminan kualitas (Quality

    Assurance). Sejak tahun 1970, sistem-sistem tersebut diatas yaitu Inspection, Quality Control

    dan Quality Assurance dikembangkan dan disempurnakan menjadi Total Quality

  • 8

    Management (TQM). Dimana TQM ini mengintegrasikan semua level di atas menjadi satu

    kesatuan untuk menghasilkan sesuatu yang berkualitas.

    A. Total Quality Management

    Perkembangan mutu terpadu pada mulanya sebagai suatu sistem perkembangan di

    Amerika Serikat. Buah pikiran mereka pada mulanya kurang diperhatikan oleh

    masyarakat, khususnya masyarakat bisnis. Namun, beberapa dari mereka merupakan

    pemegang kunci dalam pengenalan dan pengembangan konsep mutu. Sejak 1980

    keterlibatan mereka dalam manajemen terpadu telah dihargai di seluruh dunia.

    TQM adalah pendekatan manajemen pada suatu organisasi, berfokus pada kualitas

    dan didasarkan atas partisipasi dari keseluruhan sumber daya manusia dan ditujukan

    pada kesuksesan jangka panjang melalui kepuasan pelanggan dan memberikan manfaat

    pada anggota organisasi (sumber daya manusianya) dan masyarakat TQM juga

    diterjemahkan sebagai pendekatan berorientasi pelanggan yang memperkenalkan

    perubahan manajemen yang sistematik dan perbaikan terus menerus terhadap proses,

    produk, dan pelayanan suatu organisasi. Proses TQM memiliki input yang spesifik

    (keinginan, kebutuhan, dan harapan pelanggan), mentransformasi (memproses) input

    dalam organisasi untuk memproduksi barang atau jasa yang pada gilirannya

    memberikan kepuasan kepada pelanggan (output). Tujuan utama Total Quality

    Management adalah perbaikan mutu pelayanan secara terus-menerus. Dengan

    demikian, juga Quality Management sendiri yang harus dilaksanakan secara terus-

    menerus. Sejak tahun 1950-an pola pikir mengenai mutu terpadu atau TQM sudah

    muncul di daratan Amerika dan Jepang dan akhirnya Koji Kobayashi, salah satu CEO

    of NEC, diklaim sebagai orang pertama yang mempopulerkan TQM, yang dia lakukan

    pada saat memberikan pidato pada pemberian penghargaan Deming prize di tahun.

    Banyak perusahaan Jepang yang memperoleh sukses global karena memasarkan produk

    yang sangat bermutu. Perusahaan/organisasi yang ingin mengikuti perlombaan/

    bersaing untuk meraih laba/manfaat tidak ada jalan lain kecuali harus menerapkan Total

    Quality Management. Philip Kolter (1994) mengatakan Quality is our best assurance

    of custemer allegiance, our strongest defence against foreign competition and the only

    path to sustair growth and earnings.

  • 9

    Di Jepang, TQM dirangkum menjadi empat langkah, yaitu sebagai berikut:

    a. Kaizen: difokuskan pada improvisasi proses berkelanjutan (continuous Improvement)

    sehingga proses yang terjadi pada organisasi menjadi visible (dapat dilihat),

    repeatable (dapat dilakukan secara berulang-ulang), dan measurable (dapat diukur).

    b. Atarimae Hinshitsu: berfokus pada efek intangible pada proses dan optimisasi dari

    efek tersebut.

    c. Kansei: meneliti cara penggunaan produk oleh konsumen untuk peningkatan kualitas

    produk itu sendiri.

    d. Miryokuteki Hinshitsu: manajemen taktis yang digunakan dalam produk yang siap

    untuk diperdagangkan. Penerapan Total Quality Management dipermudah oleh

    beberapa piranti, yang sering disebut alat TQM. Alat-alat ini membantu kita

    menganalisis dan mengerti masalah-masalah serta membantu membuat perencanaan.

    Delapan alat TQM yang diuraikan adalah sebagai berikut:

    1. Curah Pendapat (Sumbang Saran) Brainstorming

    Curah pendapat adalah alat perencanaan yang dapat digunakan untuk

    mengembangkan kreativitas kelompok. Curah pendapat dipakai, antara lain untuk

    menentukan sebab-sebab yang mungkin dari suatu masalah atau merencanakan

    langkah-langkah suatu proyek.

    2. Diagram Alur (Bagan Arus Proses)

    Bagan arus proses adalah satu alat perencanaan dan analisis yang digunakan, antara

    lain untuk menyusun gambar proses tahap demi tahap untuk tujuan analisis, diskusi,

    atau komunikasi dan menemukan wilayah-wilayah perbaikan dalam proses.

    3. Analisis SWOT

    Analisis SWOT adalah suatu alat analisis yang digunakan untuk menganalisis

    masalah-masalah dengan kerangka Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan),

    Opportunities (peluang), dan Threats (ancaman).

    4. Ranking Preferensi

    Alat ini merupakan suatu alat interpretasi yang dapat digunakan untuk memilih

    gagasan dan pemecahan masalah di antara beberapa alternatif.

    5. Analisis Tulang Ikan

  • 10

    Analisis tulang ikan (juga dikenal sebagai diagram sebab-akibat) merupakan alat

    analisis, antara lain untuk mengkategorikan berbagai sebab potensial dari suatu

    masalah dan menganalisis apa yang sesungguhnya terjadi dalam suatu proses.

    6. Penilaian Kritis

    Penilaian kritis adalah alat bantu analisis yang dapat digunakan untuk memeriksa

    setiap proses manufaktur, perakitan, atau jasa. Alat ini membantu kita untuk

    memikirkan apakah proses itu memang dibutuhkan, tepat, dan apakah ada alternatif

    yang lebih baik.

    7. Benchmarking

    Benchmarking adalah proses pengumpulan dan analisis data dari organisasi kita dan

    dibandingkan dengan keadaan di dalam organisasi lain. Hasil dari proses ini akan

    menjadi patokan untuk memperbaiki organisasi kita secara terus menerus. Tujuan

    benchmarking adalah bagaimana organisasi kita bisa dikembangkan sehingga menjadi

    yang terbaik.

    8. Diagram Analisa Medan Daya (Bidang Kekuatan)

    Diagram medan daya merupakan suatu alat analisis yang dapat digunakan, antara lain

    untuk mengidentifikasi berbagai kendala dalam mencapai suatu sasaran dan

    mengidentifikasi berbagai sebab yang mungkin serta pemecahan dari suatu masalah

    atau peluang.

    Syarat-syarat pelaksanaan TQM dalam suatu perusahaan adalah sebagai berikut:

    a. Setiap perusahaan/organisasi harus secara terus meneurus melakukan perbaikan mutu

    produk dan pelayanan sehingga dapat memuaskan para pelanggan.

    b. Memberikan kepuasan kepada pemilik, pemasok, karyawan, dan para pemegang

    saham.

    c. Memiliki wawasan jauh ke depan dalam mencari laba dan memberikan kepuasan.

    d. Fokus utama ditujukan pada proses, baru menyusul hasil.

    e. Menciptakan kondisi di mana para karyawan aktif berpartisipasi dalam menciptakan

    keunggulan mutu.

    f. Ciptakan kepemimpinan yang berorientasi pada bawahan dan aktif memotivasi

    karyawan bukan dengan cara otoriter sehingga diperoleh suasana kondusif bagi

    lahirnya ide-ide baru.

  • 11

    g. Rela memberikan ganjaran, pengakuan bagi yang sukses dan mudah memberikan

    maaf bagi yang belum berhasil/berbuat salah.

    h. Setiap keputusan harus berdasarkan pada data, baru berdasarkan pengalaman/

    pendapat.

    i. Setiap langkah kegiatan harus selalu terukur jelas sehingga pengawasan lebih mudah.

    j. Program pendidikan dan pelatihan hendaknya menjadi urutan utama dalam upaya

    peningkatan mutu.

    1. Sejarah TQM

    A. 1946 1950, periode perintisan dan penelitian. Dr.W.E.Deming

    menyampaikan seminar 8 hari mengenai kualitas pada para ilmuwan, insinyur,

    dan para eksekutif perusahaan Jepang.

    B. 1951 1954, periode pengendalian mutu statistik (Statistical Quality Qontrol)

    C. 1955 1960, periode pengendalian mutu sistematik. Diperkenalkan istilah

    CWQC ( Company Wide Quality Control )

    D. 1961 sekarang, periode pemantapan dan pengembangan. Prof.DR.Kaoru

    Ishikawa memperkenalkan Gugus Kendali Mutu (Quality Control Circle)

    2. Prinsip TQM

    Prinsip-prinsip TQM:

    a. Kepuasan pelanggan

    b. Partisipasi

    c. Manajemen berdasar fakta

    d. Perbaikan berkesinambungan

    3. Unsur-unsur TQM:

    a. Pelanggan (internal dan eksternal)

    b. Obsesi terhadap kualitas

    c. Pendekatan Ilmiah

    d. Komitmen jangka panjang

    e. Kerjasama tim

  • 12

    f. Perbaikan sistem berkelanjutan

    g. Pendidikan dan Pelatihan

    h. Kebebasan terkendali

    i. Kesatuan tujuan

    Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan

    4. Elemen Pendukung Dalam TQM

    Elemen-elemen pendukung TQM dimaksud adalah sebagai berikut.

    a. Kepemimpinan

    Manajer senior harus mengarahkan upaya pencapaian tujuan dengan

    memberikan, menggunakan alat dan bahan yang komunikatif, menggunakan

    data dan menggali siapa-siapa yang berhasil menerapkan konsep manajemen

    mutu terpadu. Ketika memutuskan untuk menggunakan MMT/TQM sebagai

    kunci proses manajemen, peranan manajer senior sebagai penasihat, guru, dan

    pimpinan tidak bisa diremehkan.Pimpinan Senior suatu organisasi harus

    sepenuhnya menghayati implikasi manajemen di dalam suatu ekonomi

    internasional di mana manajer yang paling berhasil, paling mampu, dan paling

    hebat pendidikannya di dunia harus diperebutkan melalui persaingan yang

    ketat. Kenyataan hidup yang berat ini akan menyadarkan manajer senior

    mengakui bahwa mereka harus mengembangkan secara partisipatif, baik misi,

    visi, maupun proses manajemen, yang dapat mereka gunakan untuk mencapai

    keduanya. Pimpinan bisnis harus mengerti bahwa MMT adalah suatu proses

    yang terdiri atas tiga prinsip dan elemen-elemen pendukung yang harus

    mereka kelola agar mencapai perbaikan mutu yang berkesinambungan sebagai

    kunci keunggulan bersaing.

    b. Pendidikan dan Pelatihan

    Mutu didasarkan pada keterampilan setiap karyawan yang pengertiannya

    tentang apa yang dibutuhkan oleh pelanggan ini mencakup mendidik dan

    melatih semua karyawan, memberikan informasi yang mereka butuhkan untuk

    menjamin perbaikan mutu dan memecahkan persoalan. Pelatihan inti ini

    memastikan bahwa suatu bahasa dan suatu set alat yang sama akan diperbaiki

    di seluruh perusahaan. Pelatihan tambahan pada bench marking, statistik, dan

  • 13

    teknik lainnya juga digunakan dalam rangka mencapai kepuasan pelanggan

    yang paripurna.

    c. Struktur Pendukung

    Manajer senior mungkin memerlukan dukungan untuk melakukan perubahan

    yang dianggap perlu dalam melaksanakan strategi pencapaian mutu.

    Dukungan semacam ini mungkin diperoleh dari luar melalui konsultan. Akan

    tetapi, lebih baik kalau diperoleh dari dalam organisasi itu sendiri. Suatu staf

    pendukung yang kecil dapat membantu tim manajemen senior untuk

    mengartikan konsep mengenai mutu, membantu melalui network dengan

    manajer mutu di bagian lain dalam organisasi, dan membantu sebagai

    narasumber mengenai topik-topik yang berhubungan dengan mutu bagi tim

    manajer senior.

    d. Komunikasi

    Komunikasi dalam suatu lingkungan mutu mungkin perlu ditempuh dengan

    cara berbeda-beda agar dapat berkomunimasi kepada seluruh karyawan

    mengenai suatu komitmen yang sungguh-sungguh untuk melakukan

    perubahan dalam usaha peningkatan mutu. Secara ideal manajer harus bertemu

    pribadi dengan para karyawan untuk menyampaikan informasi, memberikan

    pengarahan, dan menjawab pertanyaan dari setiap karyawan.

    5. Model TQM

    Salah satu kerangka model TQM:

    a. Ethics / etika

    b. Integrity / integritas

    c. Trust / kepercayaan

    d. Training /diklat

    e. Teamwork / kerja sama

    f. Leadership / kepemimpinan

    g. Recognition / akredibilitas

    h. Communication / komunikasi

  • 14

    6. Elemen Kunci TQM

    Model TQM di atas menunjukkan suatu philosophy bahwa mutu yang

    diinginkan didapat dari kekuatan kepemimpinan, perencanaan, design, dan

    peningkatan inisiatif. Kedelapan elemen kunci tersebut dapat dikelompokkan

    menjadi empat bagian, yaitu sebagai berikut.

    a. Foundation, termasuk di dalamnya ethics, integrity, and trust.

    b. Building Bricks, termasuk di dalamnya training, teamwork, and

    leadership.

    c. Binding Mortar, termasuk di dalamnya adalah communication.

    d. Roof adalah recognition.

    Adapun penjabaran serta pengertian dari ke empat elemen diatas adalah sebagai

    berikut :

    1. Foundation

    TQM dibangun di atas suatu fondasi yang terdiri atas ethics, integrity, dan

    trust. Ini akan menumbuhkan keterbukaan, keadilan, ketulusan dan memberikan

    peluang bagi semua orang untuk ikut serta dalam proses pelaksanaannya.Ketiga

    elemen kunci pada grup ini akan membuka potens TQM yang luar biasa.

    Ketiganya berjalan beriringan, tetapi memberikan kontribusi yang berbeda dan

    saling melengkapi dalam TQM. Adapun sebagai berikut :

    a) Ethics adalah suatu bentuk kedisiplinan akan menjalankan halhal yang

    dianggap baik oleh perusahaan dan menghindarkan diri dari tindakan-

    tindakan yang dianggap buruk. Ada dua jenis etika perusahaan, yaitu yang

    berkaitan dengan etika bisnis dan etika personal, etika dari individual

    SDM terhadap perusahaan dan sesama SDM.

    b) Integrity termasuk di dalamnuya adalah kejujuran, moralitas, nilai,

    keadilan, dan ketulusan. Semuanya harus terwujud dalam hubungan antara

    komponen perusahaan terhadap konsumen. Suatu perusahaan hendaknya

    mampu menilai apa yang konsumen harapkan dan apa yang pantas

    diberikan kepada konsumen berdasarkan nilai-nilai tersebut.

    c) Trust kepercayaan di antara karyawan dan pihak-pihak terkait dengan

    perusahaan akan memudahkan proses pengambilan keputusan dan

  • 15

    pelaksanaan. Jadi, kepercayaan akan mendatangkan lingkungan yang

    kooperatif terhadap TQM.

    2. Bricks

    Setelah memiliki fondasi yang kuat, maka pilar penyangga akan lebih kuat lagi

    dalam mencapai atap yang menjadi tujuan TQM, yaitu recognition. Bricks

    terdiri atas hal-hal berikut:

    a) TrainingDiklat sangat penting bagi karyawan untuk meningkatkan

    produktivitasnya. Tugas diklat biasanya dibebankan pada supervisor atau

    badan tersendiri dari Human Resources Departement. Pada dasarnya diklat

    yang dibutuhkan karyawan di antaranya keahlian personal sesuai dengan

    pekerjaan masing-masing, kemampuan untuk bekerja aktif dalam tim,

    pemecahan masalah, pembuatan keputusan, ekonomi dan bisnis, dan

    keahlian teknis lainnya sehingga akan mampu mendapatkan karyawan

    yang efektif.

    b) TeamworkKekuatan tim akan lebih hebat dari individu. Dengan tim

    permasalahan akan lebih cepat diselesaiakan dengan lebih banyak solusi

    yang dapat saling mengisi. Tim juga akan mampu mingimprovisasi proses

    dan pelaksanaan TQM. Ada tiga tipe tim yang disarankan dalam TQM,

    yaitu sebagai berikut:

    1. Quality Improvement Teams or Excellence Teams (QITS) Ini

    adalah bentukan tim yang sifatnya temporer yang bertugas untuk

    menyelesaikan problem yang spesifik. Biasanya bentukan tim ini

    digunakan dalam kurun waktu tiga sampai dengan dua belas bulan.

    Tim ini juga biasanya digunakan lagi ketika permasalahan yang

    sama timbul pada periode waktu berikutnya.

    2. Problem Solving Teams (PSTs) Tim ini juga bersifat temporer

    dengan tugas menyelesaikan permasalahan yang juga spesifik dan

    mengidentifikasi serta menangani penyebab permasalahan dengan

    kurun waktu satu minggu sampai dengan tiga bulan. Dengan tingkat

    permasalahan yang lebih rendah daripada permasalahan yang

    dihadapi QITS.

  • 16

    3. Natural Work Teams (NWTs) Bentukan tim ini terdiri atas

    sekelompok kecil SDM ahli di bidangnya dengan tiap-tiap anggota

    tim memikul tugas dan tanggug jawab sendiri-sendiri yang dibagi

    berdasarkan kapabilitasnya. Konsep yang terdapat di dalam tim

    yang melibatkan karyawan, kesanggupan me-manage tim secara

    professional, dan kesatuan di antara anggota tim yang berupa

    lingkaran berkualitas. Tim ini berkesinambungan tanpa ada batas

    waktu dengan jam kerja kurang lebih satu sampai dengan dua jam

    setiap minggunya.

    c) Leadership Bisa dikatakan sebagai kunci utama dalam TQM. Sosok

    kepemimpinan dalam TQM hendaknya yang memiliki visi ke depan dan

    mampu menginspirasi anggotanya. Pemimpin di sini juga berarti mampu

    membuat arah strategi yang dapat dipahami oleh semua komponen yang

    ada dengan nilai-nilai yang mewakili seluruh kepentingan. Sosok

    kepemimpinan ini biasanya dipegang oleh seorang manajer. Dalam TQM

    juga dibutuhkan supervisor yang berkomitmen untuk memimpin

    karyawan. Seorang supervisor harus paham betul. TQM dengan

    seperangkat nilai dan philosophy yang terkandung di dalamnya dan

    mampu mengkomunikasikannya ke seluruh elemen yang berada di

    bawahnya. Intinya keseluruhan TQM harus dipahami, dipegang, dan

    dipimpin oleh perangkat top management yang harusmemiliki komitmen

    tinggi terhadap hal tersebut. Nilai obyektivitas harus dijunjung tinggi

    karena top management bertindak dari planer sampai measurement.

    3. Binding Mortar

    Binding Mortar merupakan elemen kunci yang melingkupi keseluruhan model

    dari TQM. Communication Komunikasi adalah suatu jembatan yang

    menentukan keberhasilan TQM. Komunikasi yang tidak tepat dan tidak tertuju

    ke sasaran akan mengakibatkan rubuhnya model TQM. Kesatuan dari

    keseluruhan elemen kunci ini disatukan dengan suatu komunikasi yang tepat,

    yang tepat sasaran dan tepat ide. Komunikasi yang baik dalam TQM

    diperlukan antara seluruh elemen organisasi, supplier, dan konsumen. Dalam

  • 17

    kondisi apa pun seorang supervisor harus peka terhadap aliran informasi yang

    ada di sekitarnya yang kemudian disampaikan ke manajemen untuk diolah

    sedemikian rupa menjadi suatu keputusan terhadap suatu kondisi berupa

    informasi untuk kemudian disampaikan ke pihak-pihak yang terkait. Ada

    beberapa macam komunikasi, yaitu sebagai berikut:

    a. Downward communication Aliran komunikasi dari atas ke bawah.

    Komunikasi ini tergolong dominan dalam organisasi. Dari top

    manajemen yang menyampaikan informasi ke supervisor, selanjutnya

    dari supervisor ke karyawan adalah contoh dari komunikasi ini.

    b. Upward communication Dapat berupa kritikan karyawan terhadap

    manajemen atau hasil mata-mata karyawan dan pengetahuan lainnya

    dari karyawan yang disampaikan ke atas, demi kesempurnaan TQM.

    c. Sideways communication Komunikasi ini sangat penting karena

    memecah dinding pembatas antara satu departemen dengan

    departemen lainnya. Tanpa kom

    d. unikasi ini TQM akan terpecah dari satu departemen dengan yang

    lainnya.

    4. Roof atau Recognition

    Recognition adalah elemen terakhir dari TQM. Seharusnya elemen ini mampu

    memberikan sugesti dan achivement bagi tim dan karyawan individual.

    Dengan seseorang memperoleh suatu pengakuan, akredibilitas, maka secara

    otomatis akan terjadi perubahan yang luar biasa dalam kepercayaan diri, self

    esteem, produktivitas, dan kualitas kerja yang sesuai dengan mutu yang

    diharapkan perusahaan. Secara tidak langsung hal inilah yang pada akhirnya

    akan memberikan kepuasan kepada konsumen berupa produk dengan mutu

    yang tinggi sebagai hasil dari pemberdayaan SDM yang berkualitas.

    Pengakuan atau kredibilitas dapat terjadi dengan cara, terjadi pada tempat

    serta terjadi pada waktu, antara lain sebagai berikut:

    a) Cara Berupa sertifikat penghargaan, trofi, plakat, dan sebagainya.

    b) Tempat Penampilan yang baik dapat dilihat dari kondisi kerja

    departemen, panitia, tim, dan top manajemen. Pengakuan di sini terjadi

  • 18

    di kalangan departemen, top manajemen, ataupun di kalangan

    karyawan

    c) Waktu Pengakuan dapat diberikan pada waktu tertentu, seperti rapat

    staf, penghargaan yang sifatnya rutin, dan sebagainya.

    4. Model TQM Yang Disederhanakan

    Untuk membuat dan mengaplikasikan sebuah model dari Total Quality

    Management, maka dilakukan langkahlangkah awal sebagai berikut:

    a. Mengidentifikasi elemen-elemen yang diperlukan untuk kesuksesan

    pendekatan manajemen kualitas.

    b. Mengetahui cara cara agar keseluruhan elemen tersebut dapat terkoneksi

    satu dengan yang lain sehingga dapat mencapai tujuan.

    c. Membuat pilihan-pilihan proses yang dapat dipilih dalam mecapai tujuan

    dari manajemen kualitas.

    d. Mempelajari keahlian dan pengetahuan untuk menyeimbangankan

    perencanaan startegik perusahaan yang akan dilakukan dengan rutinitas

    proses operasional sehari- hari.

    e. Mempelajari keahlian dan pengetahuan yang akan digunakan oleh tiap-tiap

    sumber daya manusia dan sumber daya perusahaan untuk peningkatan

    aktivitas produksi sehari-hari.

    f. Belajar untuk menghilangkan kesan cambukan SDM dalam peningkatan

    produktivitas sebagai upaya mereka untuk menjadi karyawan pilihan

    dalam satu bulan, tetapi membuat mereka melakukannya secara tulus.

    g. Mempelajari keahlian manajemen dengan baik dan mengetahui kebutuhan

    karyawan dan sumber daya perusahaan lainnya agar semua elemen yang

    berperan dalam TQM dapat bekerja sampai pada titik tertinggi.

    h. Menghindari titik kepuasan karyawan yang akan menyebabkan mereka

    berhenti untuk meningkatkan produktivitas dan justru sebaliknya harus

    mempelajari hal-hal yang membakar semangat mereka pada saat proses

    TQM berlangsung.

  • 19

    Pelaksanaan Model TQM harus berpegang pada prinsip-prinsip kesuksesan model

    TQM berikut:

    A. Kesuksesan TQM membutuhkan perubahan tingkah laku dan budaya

    B. Manajemen TQM harus dipisah dari HRD dan Manajemen Organisasional

    (OM), dengan kata lain divisi TQM hendaknya dibuat tersendiri.

    C. Kesuksesan sistem TQM adalah kemampuan untuk memadukan manajemen

    organisasi dengan Departemen Human Resource Development.

    D. TQM, HRM, dan OM haruslah memiliki satu kesatuan pandangan dan

    berkesinambungan.

    Dua macam pendekatan Model TQM adalah sebagai berikut:

    a. Traditional Management Approach (Model Pendekatan Tradisional) Model ini

    adalah model yang paling sering digunakan, yaitu pimpinan perusahaan

    membuat suatu pendekatan TQM dengan memaksakan penerapan TQM yang

    akan diberlakukan ke HRD dan OM. Hal ini berarti bahwa pimpinan tidak

    berdampingan dengan HRD dan OM dalam merancang TQM itu sendiri.

    Akibatnya adalah pendekatan ini dapat mengalami kegagalan sebanyak 80%.

    Hal itu terjadi karena yang terkesan dari TQM dengan pendekatan ini adalah

    Rat Race atau perburuan hadiah yang akan menimbulkan cara-cara tidak sehat

    atau Run end atau kinerja yang mendadak berhenti ketika seorang karyawan

    merasa tidak mampu ataupun sudah puas.

    b. Integrated Management Approach (Model Pendekatan Terpadu) TQM adalah

    perpaduan dan penyeimbangan antara budaya kerja yang telah ada di OM dan

    HRD dengan budaya yang akan diciptakan oleh TQM sehingga tercipta suatu

    garis tengah yang menjembatani semua kebutuhan dan kebudayaan HRD dan

    OM dengan alur dari TQM dengan tujuan yang dibawa oleh TQM. Dengan

    demikian, di antara ketiganya akan tercipta suatu integritas, kesepahaman,

    tanpa adanya rasa saling dirugikan dan mereka akan berkinerja lebih baik

    tanpa perlu merasakan aura kompetisi yang tidak sehat seperti Rat Race dan

    Runs end. Tingkat keberhasilan sangat tinggi mengingat akan disesuaikan

  • 20

    antara tingkat keberhasilan yang diinginkan perusahaan dengan kemampuan

    dan kemauan para pelaksana.

    B. Quality Assurance

    Quality Assurance adalah seluruh kegiatan terencana dan sistematis yang

    diimplementasikan di dalam sistem mutu. Quality Assurance sebagai bagian dalam

    system mutu adalah peningkatan mutu dengan berbasis pencegahan dan pemecahan

    masalah. Tujuan Quality Assurance : Peningkatan mutu layanan. Peningkatan mutu

    adalah suatu proses pengukuran derajat kesempurnaan pelayanan dibandingkan

    dengan standar dan tindakan perbaikan yang sistematik dan berkesinambungan,

    untuk mencapai mutu pelayanan yang optimal sesuai dengan standar dan sumber

    daya yang ada. QA biasanya membutuhkan evaluasi secara terus-menerus dan

    biasanya digunakan sebagai alat bagi manajemen. Menurut Gryna (1988), Quality

    Assurance merupakan kegiatan untuk memberikan bukti-bukti untuk membangun

    kepercayaan bahwa kualitas dapat berfungsi secara efektif. Bentuk Quality

    Assurance terdiri dari 2 yaitu : Individual based program dan team based Activity,

    Dimana Individual based program dilakukan terhadap individu, melalui pemantauan

    / monitoring (alatnya berbentuk dokumen atau pencatatan), penilaian (internal audit)

    dan pengendalian (koreksi) . Sedangkan team based activity merupakan kegiatan

    penilaian mutu terhadap team. Dengan menggunakan langkah USE PDSA yang

    adalah: Understanding Quality improvements State the quality problems Evaluate

    the root causes.

    1. P: Plan the solutions (merencanakan pemecahan masalah kualitas),

    2. D: Do- implement the plan solutions,

    3. S: Study the solution results

    4. A: Act the standarize the solutions

    Selain itu, tujuan dari diadakannya quality assurance ini adalah agar dapat

    memuaskan berbagai pihak yang terkait di dalamnya, sehingga dapat berhasil

    mencapai sasaran masing-masing. Penjaminan kualitas merupakan bagian yang

    menyatu dalam membentuk kualitas produk dan jasa suatu organisasi atau

    perusahaan. Mekanisme penjaminan kualitas yang digunakan juga harus dapat

    menghentikan perubahan bila dinilai perubahan tersebut menuju ke arah penurunan

  • 21

    atau kemunduran.melihat pentingnya kegiatan Quality assurance di dalam

    keefektifan sistem mutu, maka tidak heran di dalam hampir semua industri, baik

    industri barang atau jasa (perbankan) terdapat fungsi Quality Assurance di dalam

    manajemen organisasinya. Di dalam kegiatan Quality assurance tercakup di

    dalamnya pengendalian kualitas dan inspeksi terhadap kualitas dimana kedua

    kegiatan tersebut merupakan bagian dari komitmen terhadap mutu secara

    keseluruhan. Sekalipun begitu departemen yag memegang Quality Assurance tidak

    bertugas untuk melakukan pengecekan pekerjaan yang dilakukan bagian lain.

    Tetapi QA membantu bagian-bagian lain sehingga dapat mengendalikan penerapan

    prosedur-prosedur yang berlaku secara benar, sehingga dapat mencapai perbaikan

    dalam efisiensi, produktivitns, dan profitabilitas. Yang diharapkan melalui Quality

    Assurance adalah mengerjakan semua pekerjaan dengan baik dan benar di setiap

    waktu secara efisien yaitu terkait dengan terkait dengan proses layanan sesuai

    dengan standar pelayanan minimal atau standar mutu (SOP), dan secara efektif

    terkait dengan tercapainya tujuan berupa keluaran dan hasil (efek) yang diharapkan

    atau direncanakan.Monitoring & Langkah Monitoring QA Di dalam rangka

    meningkatkan mutu melalui kegiatan Quality Assurance maka dilakukan monitoring

    dengan menggunakan metoda baik kualitatif maupun kuantitatif. Kualitatif

    misalnya: Flowchart, Brainstroming, NGT (Nominal Group Technique), Tree

    Diagram, Fish Bone Analysis. Atau Kuantitatif misalnya: Tree Diagram, Fish Bone

    Analysis, Pareto Diagram, Histogram.Berikut ini adalah langkah-langkah yang

    digunakan dalam monitoring QA:- Melaksanakan dokumentasi dan membuat

    catatan mutu :Manual Mutu Rencana Mutu Prosedur Perbaikan Catatan Mutu

    Melakukan Audit (Internal dan Eksternal), menguji implementasi dan efektivitas

    program peningkatan mutu dan ketaatan pada standar yang telah ditetapkan.Kedua

    hal diatas dalam pelaksanaannya di organisasi harus diikuti dengan komitmen dari

    seluruh unit fungsi di dalam organisasi. Dimana semua memiliki persepsi atau

    mindset yang sama di dalam meningkatkan kualitas perusahaan dan bersedia

    mendukung di dalam setiap aktivitas yang ada di dalamnya. Termasuk di dalamnya

    melaksanakan kebijakan /manual mutu, membuat rencana mutu, melakukan

    prosedur perbaikan dan membuat catatan mutu. Audit internal dan eksternal perlu

    dilaksanakan untuk memastikan semua standard mutu yang telah ditetapkan

    dilakukan secara konsisten di setiap bagian organisasi. Salah satu keberhasilan dari

  • 22

    team QA dapat diukur dari besarnya dukungan dan kontribusi dari setiap unit

    organisasi dalam usaha meningkatkan mutu di unitnya. Perlu diakui bersama bahwa

    kesulitan yang terbesar di dalam melaksanakan kegiatan peningkatan mutu

    perusahaan adalah untuk menyamakan persepsi dan kesadaran dari semua anggota

    organisasi perusahaan mengenai peningkatan mutu.Untuk itu salah satu tugas team

    Quality Assurance adalah secara periodik memberikan sosialisasi atau training yang

    berkesinambungan bagi semua anggota organisasi mengenai visi dan misi Quality

    Improvement. Dengan demikian setiap anggota organisasi memiliki kesadaran

    untuk turut serta melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan standard mutu dan juga

    bersedia melakukan perbaikan secara terus menerus, tidak sebagai beban tetapi

    sebagai tanggung jawab dan bagian didalam performance yang dicapai.

    C. Inspection

    Pada zaman ini, kualitas hanya melekat pada produk akhir. Dengan kata lain,

    masalah kualitas berkaitan dengan produk rusak atau cacat. Zaman ini berlangsung

    di negara Barat sekitar tahun 1800-an. Pada zaman ini, produsen mulai

    mendapatkan pesaing dan produksi yang digunakan adalah produksi massal.

    Pemilahan terhadap produk akhir dilakukan dengan melakukan inspeksi. Perhatian

    produsen terhadap kualitas sangat terbatas. Manajemen puncak sama sekali tidak

    menaruh perhatian terhadap kualitas produk, dan tanggung jawab terhadap kualitas

    produk didelegasikan ke departemen inspeksi dengan titik berat penanganan terletak

    pada produk akhir sebelum dilepas ke konsumen.

    Pemeriksaan (Inspection) merupakan suatu aktivitas mengukur, menguji,

    pengetesan terhadap satu atau lebih karakteristik dari suatu produk atau pelayanan

    dan membandingkan hasil yang diperoleh dengan spesifikasi yang telah ditentukan.

    Dalam suatu sistem manufaktur, Inspection dilakukan dari mulai pembuatan suatu

    komponen, perakitan komponen yang satu dengan yang lainnya sampai menjadi

    suatu produk jadi sebelum produk tersebut dimasukkan ke gudang.

    D. Quality Control

    pada zaman inspeksi terjadi penyimpangan atribut produk yang dihasilkan dari

    atribut standar, departemen inspeksi tidak dapat mendeteksi apakah penyimpangan

    tersebut disebabkan karena kesalahan pada produksi atau hanya karena kebetulan.

  • 23

    Dengan demikian, informasi yang diperoleh tidak dapat digunakan untuk

    melakukan perbaikan terhadap produksi untuk mencegah terjadinya hal serupa.

    Tetapi pada statistical quality control era, departemen inspeksi dilengkapi dengan

    alat dan metode statistik dalam mendeteksi penyimpangan yang terjadi dalam

    atribut produk yang dihasilkan pada proses produksi. Data penyimpangan tersebut

    dapat diberitahukan kepada departemen produksi sebagai dasar diadakannya

    perbaikan terhadap proses dan sistem yang digunakan untuk mengolah produk.

    Pada era ini, deteksi penyimpangan signifikan secara statistik sudah mulai dilakukan

    oleh departemen produksi. Dengan demikian, kualitas produk sudah mulai

    dikendalikan melalui departemen produksi, tidak sekadar diinspeksi oleh

    departemen inspeksi pada akhir proses produksi. Akan tetapi, pada tahap ini, konsep

    kualitas masih terbatas pada atribut yang melekat pada produk yang sedang dan

    telah diproduksi. Era ini mulai berkembang pada tahun 1930 yang diperkenalkan

    oleh Walter A. Shewart.

    Pengendalian kualitas merupakan suatu teknik operasional yang digunakan untuk

    menghasilkan sesuatu yang berkualitas. Dimana sistem pengendalian kualitas adalah

    suatu alat dan teknik dalam manajemen kualitas yang merupakan perkembangan

    dari kegiatan pemeriksaan (inspection). Dalam sistem pengendalian kualitas

    terdapat tujuh alat yang digunakan yaitu: Histogram, Checksheet, Pareto analysis,

    Cause and Effect Diagram, Graphs, Control Chart dan Scatter Diagram.

  • 24

    BAB III

    KESIMPULAN

    Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya apa yang dianggap

    merupakan kualitas saat mi mungkin dianggap kurang berkualitas pada masa mendatang).

    pengendalian kualitas merupakan suatu kegiatan yang sangat erat hubungannya

    dengan proses produksi, dimana pada pengendalian kualitas ini dilakukan pemeriksaan atau

    pengujian atas karakteristik kualitas yang dimiliki produk guna penilaian atas kemampuan

    proses produksinya yang dikaitkan dengan standar spesifikasi produk. Kemudian dengan

    analisis akan didapatkan sebab-sebab terjadinya penyimpangan, sebagai dasar untuk

    mengambil tindakan perbaikan dan pencegahan.

    Total Quality Management adalah pendekatan manajemen pada suatu organisasi,

    berfokus pada kualitas dan didasarkan atas partisipasi dari keseluruhan sumber daya manusia

    dan ditujukan pada kesuksesan jangka panjang melalui kepuasan pelanggan dan memberikan

    manfaat pada anggota organisasi (sumber daya manusianya) dan masyarakat.

    Quality Assurance adalah seluruh kegiatan terencana dan sistematis yang

    diimplementasikan di dalam sistem mutu. Quality Assurance sebagai bagian dalam system

    mutu adalah peningkatan mutu dengan berbasis pencegahan dan pemecahan masalah.

    Pemeriksaan (Inspection) merupakan suatu aktivitas mengukur, menguji, pengetesan

    terhadap satu atau lebih karakteristik dari suatu produk atau pelayanan dan membandingkan

    hasil yang diperoleh dengan spesifikasi yang telah ditentukan.

  • 25

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim, 2015, Pengendalian kualitas, (online), (www. Google .com pengendalian kualitas)

    diakses kamis 11 juni 2015.