Download - Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

Transcript
Page 1: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan

Program Studi Hospitality & Tourism

Jenjang Studi Strata Satu (S1)

Semester Genap

Makalah Ekologi dan Lingkungan

PENDEKATAN EKOSISTEM, LANSEKAP PERKOTAAN DAN

KEPARIWISATAAN DI DALAM PENGEMBANGAN WADUK JATILUHUR

PURWAKARTA JAWA BARAT

Disusun oleh :

Adine Putri Amanda (1453010019)

Maria Lydia Da Silva (1453010011)

Deasy Yuliati (1453010017)

Brenda Maria (1453010027)

Stefany Tantia (1453010007)

Guido Brian Bagas (1453010015)

Venco Hartanto (1453010031)

Dosen Pembimbing :

Nelza Yesaya Hehamahua, ST, MM

S1 PARIWISATA

SEKOLAH TINGGI PARIWISATA TRISAKTI

JAKARTA

2016

1

Page 2: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

PERSEMBAHAN

Penulis mempersembahkan makalah ini untuk memenuhi tugas kelompok

mata kuliah ekologi dan lingkungan program stud Hospitaliti & Pariwisata jenjang

studi StrataSatu (S1) semester genap Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti. Selain

untuk memenuhi tugas, makalah ini dipersembahkan kepada orang tua yang selalu

mendukung semua penulis dalam pembuatan makalah ini, serta sejumlah teman-

teman yang selalu memberikan dorongan dan dukungan dalam penulisan makalah

ini.

2

Page 3: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya

sehingga makalah tentang “PENDEKATAN EKOSISTEM, LANSEKAP

PERKOTAAN DAN KEPARIWISATAAN DI DALAM PENGEMBANGAN

WADUK JATILUHUR PURWAKARTA JAWA BARAT” ini dapat tersusun

hingga selesai. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka

menambah wawasan serta pengetahuan kita. Makalah ini dibuat oleh penulis

untuk memenuhi tugas matakuliah Ekologi dan Lingkungan.

Selain itu kami ingin mengucapkan terimakasih kepada orang-orang yang

mendukung kami dalam mengerjakan makalah ini.

1. Nelza Yesaya Hehamahua, ST, MM, selaku dosen pembimbing

2. Orang tua yang tidak henti-hentinya mengingatkan untuk segera

menyelesaikan tugas wajib ini sekaligus memberi motivasi.

3. Pembaca yang telah meluangkan waktu untuk membaca makalah ini.

4. Pihak-pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat

kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya

kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kamibuat di masa

yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang

membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang

membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami

sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila

terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.

Jakarta, 3Mei 2016

Penyusun

3

Page 4: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

ABSTRAK

Danau atau waduk merupakan komponen yang sangat penting dalam keseimbangan system tanah, air, udara dan sumber daya alam lainnya. Dari sudut ekologi misalnya, waduk dan danau merupakan ekosistem yang terdiri dari unsur air, kehidupan akuatik dan daratan yang dipengaruhi tinggi rendahnya muka air. Pengertian waduk secara umum adalah tempat pada permukaan tanah yang digunakan untuk menampung air saat terjadi kelebihan air / musim penghujan sehingga air itu dapat dimanfaatkan pada musim kering.

Lansekap atau bentang darat merujuk pada susunan daerah tanah dan representasi visualnya, khususnya seperti yang digambarkan dalam lukisan. Dalam hal fisik, istilah lanskap menyatakan penafsiran visual atas susunan tanah, karena ini adalah cara utama di mana lanskap dirasakan.

Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan

pariwisata dan bersifat multi dimensi serta multi disiplin yang muncul sebagai

wujud kebutuhan setiap orang dan Negara serta interaksi antara wisatawan dan

masyarakat setempat, sesame wisatawan, pemerintah daerah, dan pengusaha.

Di Indonesia mempunyai banyak sekali waduk, seperti Waduk Palayangan

di Banten, Waduk Blimbing di Jawa Tengah, dan lain sebagainya. Namun kali ini

kami akan membahas salah satu waduk terbesar di Indonesia yaitu Waduk

Jatiluhur. Waduk Jatiluhur terletak di Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten

Purwakarta, Provinsi Jawa Barat (±9 km dari pusat Kota Purwakarta).

Makalah kelompok kami akan membahas tentang Waduk Jatiluhur,

dimana pembahasannya mengenai “PENDEKATAN EKOSISTEM, LANSEKAP

PERKOTAAN DAN KEPARIWISATAAN DI DALAM PENGEMBANGAN

WADUK JATILUHUR PURWAKARTA JAWA BARAT”.

Dalam makalah ini, para penulis melakukan analisis mengenai Waduk

Jati Luhur mulai dari ekosistem, lansekap dan pengembangan waduk dalam

kepariwisataan. Data yang didapatkan berupa data kualitatif yang didapatkan

dari kepustakaan dan internet.

4

Page 5: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

DAFTAR ISI

PERSEMBAHAN ......................................................... i

KATA PENGANTAR ......................................................... ii

ABSTRAK ......................................................... iii

DAFTAR ISI ......................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ........................................................ vi

DAFTAR TABEL ......................................................... vii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................ 5

1.3 Tujuan Penelitian .................................................... 5

1.4 Manfaat penelitian ........................................................... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Umum .......................................................... 6

2.1.1Pengertian Ekologi ............................................... 6

2.1.1.1 Sejarah Ekologi …...……………….. 7

2.1.2 Pengertian Lingkungan ..………………….. 11

2.1.3 Daya Dukung Lingkungan …………………………. 11

2.1.3.1 Faktor-faktor .....................................14

2.2 Teori Khusus ............................................... 15

2.2.1 Ekosistem ……………………………... 15

2.2.2 Lansekap Kota ……………………………... 21

2.2.2.1 Perencanaan Lansekap ……………... 23

2.2.2.2 Perencanaan Penataan Lansekap ............. 24

2.2.3 Ruang Terbuka Hijau ............……………... 25

2.2.3.1 Penyangga Kota ............……………... 27

2.2.4. Pariwisata ............................................... 32

5

Page 6: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

2.2.4.1 Jenis-Jenis Wisata ....................... 33

2.2.5 Obyek Wisata .............................................. 34

2.2.6 Produk Pariwisata .............................................. 38

2.2.7 Pariwisata Minat Khusus .................................. 39

2.2.8 Wisata Air .............................................. 44

2.2.9 Pengertian Wisatawan ................................... 45

2.2.10 Ekowisata .............................................. 47

2.2.11 Pariwisata Berkelanjutan ................................... 48

BAB III. PEMBAHASAN

3.1 Purwakarta ................................. 53

3.2 Waduk Jatiluhur ................................... 70

3.2.1 Ekosistem Waduk Jatiluhur ……………………... 76

3.2.2 Waduk Sebagai Tempat Wisata …………………….. 81

3.2.3 Pengelola Danau dan Waduk ................................... 84

3.2.4 Pemasaran Wisata di Waduk Jatiluhur ........................ 85

3.2.5 Analisis Penilaian Potensi Aspek Biofisik .................. 87

3.2.6 Analisis Nilai Ekologis ................................... 95

3.2.7 Konsep Dasar Perencanaan Lansekap ......................... 99

3.2.8 Konsep Aktivitas Wisata dan Pengembangannya ...... 104

3.2.9 SWOT Di Waduk Jati Luhur ................................... 105

3.2.10 Kontribusi Obyek Wisata Waduk Jati Luhur terhadap PAD

108

BAB IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan ........................................................... 110

4.2 Saran ........................................................... 110

DAFTAR PUSTAKA ........................................................... 112

6

Page 7: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Wisata sejarah dan budaya ................................... 40

Gambar 1.2 Wisata alam dan ekowisata ................................... 40

Gambar 1.3 Wisata kuliner dan belanja ................................... 40

Gambar 1.4 Wisata Meeting, Incentive, Convention, Exhibition (MICE).... 41

Gambar 1.5 Wisata olah raga dan rekreasi ................................... 41

Gambar 1.6 Wisata pesiar (cruise) ................................... 41

Gambar 1.7 Wisata spa ................................... 42

Gambar 1.8 Principles of Ecotourism ................................... 48

Gambar 1.9 Informasi Kota Purwakarta ................................... 54

Gambar 2.0 Masjid Agung Purwakarta  ................................... 57

Gambar 2.1 Pendopo Kabupaten Purwakarta ................................... 57

Gambar 2.2 Tebing bagian barat Gunung Parang ................................... 63

Gambar 2.3 Struktur organisasi Unit Kepariwisataan ....................... 69

Gambar 2.4 Denah Waduk Jatiluhur ................................... 70

Gambar 2.5 Denah Bendungan Utama ................................... 72

Gambar 2.6 Penampang Melintang ................................... 72

Gambar 2.7 Penampang Melintang Melalui Menara ....................... 73

Gambar 2.8 Denah Atas dan Penampang Menara ....................... 73

Gambar 2.9 Foto Waduk ................................... 74

Gambar 3.0 Denah Bendungan Pelana dan Pelimpah Ubrug ........... 75

Gambar 3.1 Foto Bendungan Pelana dan Pelimpah Ubrug ........... 75

Gambar 3.2 Foto peralatan ................................... 76

7

Page 8: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

Gambar 3.3 Peta Waduk Jatiluhur ................................... 83

Gambar 3.4 Cara vegetasi mengontrol radiasi matahari.............................. 90

Gambar 3.5 Cara vegetasi mengontrol radiasi matahari............................... 90

Gambar 3.3 Peta Waduk Jatiluhur ................................... 83

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Kabupaten Purwakarta ................................... 59

Tabel 1.2 Atraksi Wisata ................................... 86

Tabel 1.3 SWOT Waduk Jatiluhur ................................... 107

8

Page 9: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kabupaten Purwakarta merupakan salah satu wilayah dengan

potensi alam berupa perbukitan dan objek wisata yang cukup terkenal yaitu

Waduk Ir. H. Djuanda dimana kawasan sebelah Timur waduk telah

dikembangkan menjadi Kawasan Wisata Waduk Jatiluhur. Waduk Jatiluhur

memiliki sumberdaya lanskap dan potensi wisata dengan keragaman objek

dan atraksi wisata, topografi yang bervariasi, vegetasi, dan akses yang mudah.

Menurut Gold (1980) sumberdaya untuk kegiatan wisata adalah

tempat tujuan bagi orang yang melakukan wisata yang merupakan suatu

kesatuan ruang tertentu dan dapat menarik keinginan untuk berwisata.

Keberadaan sumberdaya lanskap yang memiliki keunikan dan keragaman

objek dan atraksi di dalamnya menjadi komponen utama bagi wisatawan

dalam menentukan daerah tujuan wisata dikarenakan berkembangnya trend

wisata di Indonesia telah mengakibatkan semakin bertambah dan

berkembangnya lokasi-lokasi wisata.

Sebuah kawasan wisata, khususnya Waduk Jatiluhur tidak terlepas dari

dampak-dampak akibat dari pembangunan kawasan termasuk komponen

wisata yang ada di dalamnya. Adapun dampak yang menyertai pembangunan

kawasan wisata tersebut dibagi menjadi tiga, yaitu dampak ekonomi, budaya,

dan ekologi. Apabila ditinjau dari sisi ekonomi, Waduk Jati Luhur

memberikan pemasukan pendapatan bagi Kabupaten Purwakarta dan

memperluas lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Keberadaan

kawasan wisata dapat melestarikan kebudayaan setempat dengan menyajikan

suatu bentuk atraksi yang bersifat tradisional. Namun, pembangunan kawasan

wisata dapat pula menimbulkan perubahan pada ekosistem seperti penurunan

kualitas air, tanah, udara, bahkan biota yang hidup di dalamnya. Hal ini

9

Page 10: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

dikarenakan penggunaan terhadap sumberdaya fisik dan alam yang melebihi

daya dukung di tempat tujuan wisata yang sedang berkembang.

Saat ini Waduk Jati Luhur telah digunakan sebagai kawasan wisata

dengan kegiatan wisata air di Waduk Ir. H. Djuanda. Banyaknya jumlah

wisatawan yang berkunjung ke areal wisata tipe ini bila tidak disertai dengan

perencanaan fisik lanskap yang baik serta pengelolaan yang tepat dapat

mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan. Hal ini dapat dilihat dari

volume tangkapan air waduk yang meningkat diakibatkan oleh degradasi

lingkungan di daerah hulu, sedimentasi yang masuk kedalam waduk, dan

kegiatan wisata yang melebihi daya dukung di area sempadan waduk

sehingga mengakibatkan tanah menjadi rusak. Kondisi fisik sumberdaya

lahan di sempadan waduk yang menurun diperlukan tindakan yang dapat

mendukung upaya konservasi terhadap tanahnya yang selanjutnya dapat

menjaga kelestarian kawasanwisata.

Agar kelestarian alam kawasan wisata dapat terjaga dan berkelanjutan

serta dampak negatif dapat diminimalisasi, maka diperlukan perencanaan

penataan lanskap dan penyusunan program wisata. Knudson (1980)

menjelaskan bahwa program wisata, khususnya wisata alam dibuat untuk

menciptakan lingkungan fisik luar atau bentang alam yang dapat mendukung

tindakan dan aktivitas rekreasi manusia yang menunjang keinginan, kepuasan

dan kenyamanannya, dimana proses perencanaan dimulai dari pemahaman

sifat dan karakter serta kebijakan manusianya dalam menggunakan tapak

untuk kawasan wisata. Perencanaan lanskap yang baik akan menghasilkan

pengembangan kawasan disertai dengan program yang dapat menjadikan

kawasan wisata yang berkelanjutan. Hal itulah yang mendasari dilakukan

penelitian mengenai perencanaan penataan lanskap kawasan wisata dan

program wisataini

Dengan diberlakukannya UU No. 32 Tahun 2004, UU No. 33 Tahun

2004 yang memberikan kewenangan lebih luas pada Pemerintah Daerah

untuk mengelola wilayahnya, membawa implikasi semakin besarnya

tanggung jawab dan tuntutan untuk menggali dan mengembangkan seluruh

10

Page 11: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

potensi sumber daya yang dimiliki daerah dalam rangka menopang perjalanan

pembangunan di daerah. Dengan adanya UU tersebut pemerintah memiliki

keleluasaan untuk mengembangkan obyek wisata.

Waduk Jatiluhur (Ir. H. Djuanda) merupakan waduk yang dibangun di

daerah aliran sungai (DAS) Citarum dengan tujuan utama sebagai

Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan penyediaan air minum. Waduk

yang terletak di Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat, memiliki luas

8.300 Ha dengan kapasitas waduk mencapai kurang lebih 3 milyar m3 dan

duga muka air maksimum mencapai 107 meter di atas permukaan

laut. Waduk ini juga berfungsi sebagai lahan untuk perikanan tangkap dan

budidaya ikan. Pola penangkapan ikan di Waduk Jatiluhur adalah dengan

menggunakan jaring insang, jala, anco dan pancing dengan hasil tangkapan

rata-rata sebesar 118.875 kg per tahun atau sebesar 1.359,439 ton per tahun.

Pola budidaya ikan di waduk ini dilakukan dengan menggunakan sistem

Keramba Jaring Apung (KJA) berukuran 7x7 meter. Jenis ikan yang

dibudidayakan adalah jenis ikan mas, nila dan patin. Produksi ikan dari

kegiatan budidaya dari tahun 2004-2007 mengalami kenaikan yang signifikan

yaitu dari 7.048,36 ton menjadi 33.314 ton (Dinas Peternakan dan Perikanan

Kabupaten Purwakarta, 2004-2007).

Pengelolaan perikanan sumberdaya perairan Waduk Jatiluhur sampai

saat ini masih berorientasi kepada peningkatan produksi dan mengabaikan

kondisi lingkungan perairan. Peningkatan jumlah unit KJA yang kurang

terkendali telah menimbulkan berbagai masalah yang berdampak negatif, baik

secara ekonomi maupun terhadap lingkungan perairan terhadap perikanan

tangkap perairan waduk. Limbah organik yang tidak terurai dengan sempurna

akibat ketidakefisienan pakan yang diberikan berdampak menumpuknya

limbah tersebut di dasar perairan. Hal ini juga memicu serta memacu

terjadinya eutrofikasi yang menyebabkan blooming alga diikuti dengan

munculnya gas-gas yang dapat membunuh organisme lain. Data Riset

PANELKANAS dari BBRSEKP mengindikasikan adanya kecenderungan

penurunan pendapatan, skala usaha dan kesejahteraan nelayan tangkap di

11

Page 12: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

perairan tersebut.  Hasil-hasil yang menyangkut kondisi biofisik perairan

waduk Jatiluhur juga menunjukkan adanya penurunan kualitas lingkungan

dan penurunan stok ikan di waduk Jatiluhur.Untuk itu diperlukan upaya

keberlanjutan perikanan sebagai upaya untuk melindungi sumberdaya

perikanan dari kepunahan serta tetap memberikan keuntungan ekonomi bagi

komunitas perikanan.Pemeliharaan dan pengembangan waduk perlu

dilakukan terus menerus dalam upaya menjaga dan merawat waduk beserta

elemen dan fasilitas di dalamnya.Kegiatan ini tentunya perlu memperhatikan

pengelolaan lansekap kota juga.

Kawasan sebelah Timur waduk telah dikembangkan menjadi Kawasan

Wisata Waduk Tirta Jatiluhur. WadukJatiluhur memiliki sumberdaya lanskap

dan potensi wisata dengan keragaman objek dan atraksi wisata, topografi

yang bervariasi, vegetasi, dan akses yang mudah. Saat ini Waduk Jati Luhur

telah digunakan sebagai kawasan wisata dengan kegiatan wisata air di Waduk

Ir. H. Djuanda.Banyaknya jumlah wisatawan yang berkunjung ke areal wisata

tipe ini bila tidak disertai dengan perencanaan fisik lanskap yang baik serta

pengelolaan yang tepat dapat mengakibatkan menurunnya kualitas

lingkungan. Hal ini dapat dilihat dari volume tangkapan air waduk yang

meningkat diakibatkan oleh degradasi lingkungan di daerah hulu, sedimentasi

yang masuk ke dalam waduk, dan kegiatan wisata yang melebihi daya

dukung di area sempadan waduk sehingga mengakibatkan tanah menjadi

rusak. Kondisi fisik sumberdaya lahan di sempadan waduk yang menurun

diperlukan tindakan yang dapat mendukung upaya konservasi terhadap

tanahnya yang selanjutnya dapat menjaga kelestarian kawasan wisata. Agar

kelestarian alam kawasan wisata dapat terjaga dan berkelanjutan serta

dampak negatif dapat diminimalisasi, maka diperlukan perencanaan penataan

lanskap dan penyusunan program wisata.

Berdasarkan pembahasaan yang telah dilakukan maka kami

menganggap perlu untuk mengoptimalkan potensi wisata waduk Jatiluhur

dengan melakukan observasi dan penelitian lebih mendalam di dalam

makalah ini.

12

Page 13: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana keadaan ekosistem di Waduk Jatiluhur?

2. Bagaimana pengaruh waduk Jati Luhur terhadap lensekap kota

Purwakarta?

3. Bagaimana ekosistem, lansekap Waduk Jatiluhur terhadap pengembangan

wisata waduk di Purwakarta?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui bagaimana keadaan ekosistem di Waduk Jatiluhur.

2. Mengetahui bagaimana lensekap kota Purwakarta.

3. Mengetahui bagaimana ekosistem, lansekap Waduk Jatiluhur terhadap

pengembangan wisata waduk di Purwakarta.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi

Pemerintah Daerah Kabupaten Purwakarta dalam pengembangan wisata di

Kabupaten Purwakarta, khususnya bagi pengelola Waduk Jati Luhur maupun

kawasan wisata lainnya. Selain itu, rencana lanskap yang dihasilkan

diharapkan dapat mengkonservasi area di sekitar waduk Jati Luhur. Dan

dapat mengetahui apa saja ekosistem yang terdapat di waduk Jati Luhur dan

bagaimana pengembangan wisata waduk di Purwakarta.

13

Page 14: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Umum

2.1.1. Pengertian Ekologi

Ekologiistilah Ekologi diperkenalkan oleh Ernest Haeckel

(1869), berasal daribahasa Yunani, yaitu:

Oikos = Tempat Tinggal (rumah)

Logos = Ilmu, telaah

Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik

antara mahluk hidup dengan sesamanya dan dengan lingkungnya.Di dalam

hukum alam terdapat irama kehidupan yang disebut Ekosistem Di dalam

tata alam terdapat keterbatasan, apalagi setelah dimanfaatkan manusia.

Keterbatasan alam ini dinamakan Daya dukung lingkungan.

Ekologi menurut para ahli:

Odum (1993) menyatakan bahwa ekologi adalah suatu studi tentang

struktur dan fungsi ekosistem atau alam dan manusia sebagai

bagiannya.

Miller dalam Darsono (1995:16) = Ekologi adalah ilmu yang

mempelajari hubungan timbal balik antara organisme dan tetangga

mereka dan lingkungan.

Soemarwoto dalam Darsono (1995:16) = Ekologi adalah ilmu yang

mempelajari hubungan timbal balik antara hidup dan lingkungan.

Resosoedarmo dkk, (1985:1) = Ekologi adalah ilmu yang mempelajari

hubungan timbal balik antara hidup dan lingkungan.

Kendeigh = ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara

organisme yang satu dengan organisme lain serta lingkungannya.

Hubungan timbal balik antara organisme atau yang dikenal dalam

pengetahuan ekologi sebagai interaksi antara organisme dengan

lingkungannya, sesungguhnya merupakan suatu hubungan yang sangat

14

Page 15: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

erat dan kompleks, sehingga ekologi dikatakan sebagai biologi

lingkungan.

Irwan = ilmu pengetahuan mengenai hubungan antara organisme

dengan lingkungannya. Dapat juga didefinisikan bahwa ekologi

merupakan ilmu yang mempelajari pengaruh faktor lingkungan

terhadap makhluk hidup.

2.1.1.1 Sejarah Ekologi

Sejarah perkembangan ekologi dimulai sejak ditemukan catatan

Hipocratus, Aristoteles dan filosof lainnya.Isinya mengenai rujukan

tentang masalah – masalah ekologi, walaupun pada saat itu belum diberi

nama EKOLOGI.

Para ahli ekologi mempelajari hal berikut:

Perpindahan energi dan materi dari makhluk hidup makhluk hidup lain

dan lingkungan menjadi faktor yang menyebabkan hal itu.

Perubahan populasi atau spesies pada waktu yang berbeda dari faktor-

faktor yang menyebabkannya.

Terjadi antar spesies hubungan (interaksi antar spesies) makhluk hidup

dan hubungan antara kehidupan dan lingkungan.

Lingkungan ekologi terdiri dari:

1. Tingkatan Organisasi Makhluk Hidup.

Makhluk hidup (organisme) memiliki tingkat organisasi dari

tingkat yangpaling sederhana sampai ke tingkat organisasi yang paling

kompleks. Tingkatanorganisasi tersebut terlihat sebagai deretan biologi

yang disebut spectrum

2. Ekosistem.

Suatu konsep sentral dalam ekologi adalah ekosistem (sistem

ekologi yangterbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk

hidup denganlingkungannya. Oleh karena itu ekosistem adalah tatanan

15

Page 16: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

kesatuan secarautuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan

yang saling mempengaruhi.

Berdasarkan pengertian di atas, suatu sistem terdiri dari

komponenkomponenyang bekerja secara teratur sebagai suatu

kesatuan. Ekosistemterbentuk oleh komponen hidup (biotik) dan tak

hidup (abiotik) yang berinteraksimembentuk suatu kesatuan yang

teratur.Keteraturan itu terjadi karena adanya arus materi dan energi,

yang terkendalioleh arus informasi antara komponen dalam ekosistem.

Masing-masingkomponen mempunyai fungsi (relung). Selama masing-

masing komponen tetapmelakukan fungsinya dan bekerjasama dengan

baik, keteraturan ekosistem

tetap terjaga

3. Biosfer adalah tingkat organisasi biologi terbesar yang mencakup

semua kehidupann dibumi dan adanya interaksi antara lingkungan fisik

secara keseluruhan

Teori ekologi berbeda dengan teori yang lain. Teori ekologi

menempatkan tekanan yang kuat pada landasan perkembangan biologis.

Teori ini mengajukan suatu pandangan bahwalingkungan sangat kuat

mempengaruhi perkembangan. Teori ekologi (ecological theory)ialah

pandangan sosio kultural tentang perkembangan yang terdiri dari lima

sistemlingkungan mulai dari masukan interaksi langsung dengan agen-

agen sosial (social agent)yang berkembang baik hingga masukkan

kebudayaan yang berbasis luas. Kelima sistemdalam teori ekologi

bronfenbrenner ialah mikrosistem, mesosistem, ekosistem,

makrosistem,dan kronosistem.

Mikrosistem (micrisystem) dalam teori ekologi Bronfebrenner

ialah setting dalam mana individu hidup. Mikrosistem adalah yang paling

dekat dengan pribadi anak yaitu meliputikeluarga, guru, individu, teman-

teman sebaya, sekolah, lingkungan dan sebagainya yangsehari-hari

ditemui anak. Dalam mikrositem inilah interaksi yang paling langsung

16

Page 17: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

denganagen-agen sosial berlangsung, misalnya; dengan orang tua, teman

sebaya dan guru. Individutidak dipandang sebagai penerima pengalaman

yang pasif dalam setting ini, tetapi sebagaiseseorang yang menolong

membangun setting. Bronfrenbrenner menunjukkan bahwakebanyakan

penelitian tentang dampak-dampak sosiokultural berfokus pada

mikrosistem.

Mesosistem adalah interaksi antar faktor-faktor dalam sistem

mikro meliputi hubungan antara beberapa mikrosistem atau beberapa

konteks misal hubungan orangtua-guru, orangtua-teman,antar teman, gru-

teman, dapat juga hubungan antara pengalaman sekolah dengan

pengalamankeluarga, pengalaman sekolah dengan pengalaman keagamaan

dan pengalaman keluargadengan pengalaman teman sebaya. Misalnya

anak-anak yang orang tuanya menolak merekadapat mengalami kesulitan

mengembangkan hubungan positif dengan guru. Paradevelopmentalis

semakin yakin pentingnya mengamati perilaku dalam setting majemuk

untuk memperoleh gambaran yang lebih lengkap tentang perkembangan

individu. 

Eksosistem dalam teori Bronfenbrenner dilibatkan ketika

pengalaman-pengalaman dalamsetting sosial lain – dimana individu tidak

memiliki peran yang aktif – mempengaruhi apayang individu alami dalam

konteks yang dekat. Atau sederhananya menurut eksosistemmelibatkan

pengalaman individu yang tak memiliki peran aktif di dalamnya.

Misalnya, pengalaman kerja dapat mempengaruhi hubungan seorang

perempuan dengan suami dananaknya. Seorang ibu dapat menerima

promosi yang menuntutnya melakukan lebih banyak  perjalanan yang

dapat meningkatkan konflik perkawinan dan perubahan pola interaksi

orangtua-anak. Maka diketahui bahwa eksosistem tidak langsung

menyentuh pribadi anak akantetapi masih besar pengaruhnya seperti

koran, televisi, dokter, keluarga besar, dll.

Makrosistem meliputi kebudayaan dimana individu hidup. Kita

ketahui bahwa kebudayaanmengacu pada pola prilaku, keyakinan, dan

17

Page 18: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

semua produk lain dari sekelompok manusiayang diteruskan dari generasi

ke generasi. Kita ketahui pula bahwa studi lintas budaya – perbandingan

antara satu kebudayaan dengan satu atau lebih kebudayaan lain –

memberiinformasi tentang generalitas perkembangan. Makrosistem terdiri

dari ideologi negara, pemerintah, tradisi, agama, hukum, adat istiadat,

budaya, dll.

Kronosistem meliputi pemolaan peristiwa-peristiwa sepanjang

rangkaian kehidupan dankeadaan sosiohistoris. Misal, dalam mempelajari

dampak perceraian terhadap anak-anak, para peneliti menemukan bahwa

dampak negatif sering memuncak pada tahun pertama setelah percaraian.

Atau dengan mempertimbangkan keadaan sosiohistoris, dewasa ini,

kaum perempuan tampaknya sangat didorong untuk meniti karier

dibanding pada 20 atau 30 tahun lalu.

Teori ekologi ini mempelajari interelasi antar manusia dan

lingkungannya. Ada 4 (empat) struktur dasar dalam konsep tersebut, yaitu

sistem mikro, meso, exo dan makro (Bronfenbrenner dalam Berns, 1997).

Sistem mikro adalah keluarga dan hubungan antaraanggota keluarga.

Apabila anak menjadi lebih besar dan bersekolah maka ia berada

dalamsistem meso. Sistem exo adalah setting di mana anak tidak

berpartisipasi aktif tetapi terkena pengaruh berbagai sistem seperti

pekerjaan orang tua, teman dan tempat kerja orang tua serta berbagai

lingkungan masyarakat lain. Sistem makro berbicara tentang budaya, gaya

hidupdan masyarakat tempat anak berada. Semua sistem tersebut saling

pengaruhmempengaruhidan berdampak terhadap berbagai perubahan

dalam perkembangan anak. Oleh karena itu,seluruh komponen sistem

berpengaruh terhadap pengasuhan (nurturing) dan pendidikan anak secara

holistik (Berns, R.M, 1997, 4 ed).

18

Page 19: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

2.1.2. Pengertian Lingkungan

Berdasarkan UU no. 23 Tahun 1997, Lingkungan Hidup adalah

kesatuan ruang dengan semua benda,daya, keadaan dan makhluk hidup

termaksud manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan

perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.

Unsur – unsur lingkungan hidup terbagi atas :

• Unsur Biotik (Hayati) : Manusia, Tumbuhan, Hewan.

• Unsur Abiotik (non-hayati / fisik) : Tanah, Air, Udara, Sinar matahari,

dll.

• Unsur Sosial dan Budaya : adat istiadat, sistem nilai, norma.

2.1.3. Daya Dukung Lingkungan

Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan

hidup untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain.

Penentuan daya dukung lingkungan hidup dilakukan dengan cara

mengetahui kapasitas lingkungan alam dan sumber daya untuk mendukung

kegiatan manusia/penduduk yang menggunakan ruang bagi kelangsungan

hidup. Besarnya kapasitas tersebut di suatu tempat dipengaruhi oleh

keadaan dan karakteristik sumber daya yang ada di hamparan ruang yang

bersangkutan. Kapasitas lingkungan hidup dan sumber daya akan menjadi

faktor pembatas dalam penentuan pemanfaatan ruang yang sesuai.Daya

dukung lingkungan hidup terbagi menjadi 2 (dua) komponen, yaitu

kapasitas penyediaan (supportive capacity) dan kapasitas tampung limbah

(assimilative capacity). Dalam pedoman ini, telaahan daya dukung

lingkungan hidup terbatas pada kapasitas penyediaan sumber daya alam,

terutama berkaitan dengan kemampuan lahan serta ketersediaan dan

kebutuhan akan lahan dan air dalam suatu ruang/wilayah. Oleh karena

kapasitas sumber daya alam tergantung pada kemampuan, ketersediaan,

dan kebutuhan akan lahan dan air, penentuan daya dukung lingkungan

hidup dalam pedoman ini dilakukan berdasarkan 3 (tiga) pendekatan,

yaitu:

19

Page 20: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

a) Kemampuan lahan untuk alokasi pemanfaatan ruang.

b) Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan lahan.

c) Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan air.

Agar pemanfaatan ruang di suatu wilayah sesuai dengan kapasitas

lingkungan hidup dan sumber daya, alokasi pemanfaatan ruang harus

mengindahkan kemampuan lahan. Perbandingan antara ketersediaan dan

kebutuhan akan lahan dan air di suatu wilayah menentukan keadaan

surplus atau defisit dari lahan dan air untuk mendukung kegiatan

pemanfaatan ruang. Hasil penentuan daya dukung lingkungan hidup

dijadikan acuan dalam penyusunan rencana tata ruang wilayah. Mengingat

daya dukung lingkungan hidup tidak dapat dibatasi berdasarkan batas

wilayah administratif, penerapan rencana tata ruang harus memperhatikan

aspek keterkaitan ekologis, efektivitas dan efisiensi pemanfaatan ruang,

serta dalam pengelolaannya memperhatikan kerja sama antar daerah.

Status daya dukung lahan diperoleh dari pembandingan antara

ketersediaan lahan (SL) dan kebutuhan lahan (DL).Penentuan daya

dukung lahan dilakukan dengan membandingkan ketersediaan dan

kebutuhan lahan.

i. Bila SL > DL , daya dukung lahan dinyatakan surplus.

ii. Bila SL < DL, daya dukung lahan dinyatakan defisit atau terlampaui.

Di dalam Ketentuan Umum UU RI no 23 tahun 1997 Pasal 1 Ayat 6

tentang PengelolaanLingkungan Hidup, disebutkan bahwa daya dukung

lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung

perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain. Konsep tentang daya

dukung sebenarnya berasal dari pengelolaan hewan ternak dan satwa liar.

Daya dukung itu menunjukkan kemampuan lingkungan untuk mendukung

kehidupan hewan yang dinyatakan dalam jumlah ekorpersatuan luas lahan.

Menurut Soerjani et al. (1987), pengertian daya dukung lingkungan

adalah batas teratas dari pertumbuhan suatu populasi saat jumlah

populasi tidak dapat didukung lagi oleh sarana, sumber daya dan

lingkungan yang ada. Menurut Khana dalam KLH (2010) daya dukung

20

Page 21: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

lingkungan dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk

mendapatkan hasil atau produk di suatu daerah dari sumber daya alam

yang terbatas dengan mempertahankan jumlah dan kualitas

sumberdayanya.

Menurut UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup, Lingkungan Hidup adalah kesatuan

ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,

termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu

sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta

makhluk hidup lain.

Carrying Capacity/CC (kapasitas daya tampung)merupakan

kemampuan optimum lingkungan untukmemberikan kehidupan yang baik

dan memenuhi syaratkehidupan terhadap penduduk yang mendiami

lingkungantersebut. Apabila kemampuan optimum telah

terpenuhi,sedangkan populasi cenderung meningkat maka akanterjadi

persaingan dalam memperebutkan sumberdaya(SD). Untuk mengurangi

disparitas pemenuhan kebutuhan masing-masing individu akan

sumberdaya (SD) makadiperlukan sebuah teknologi yang dapat

membantumemperbesar kapasitas sumberdaya (SD). Adanya

konsepCarrying Capacity (CC) berdasarkan sebuah pemikiranbahwa

lingkungan mempunyai batas kapasitas maksimumguna mendukung

pertumbuhan populasi penduduk yangberbanding lurus dengan azas

manfaatnya.

Rata-rata kepadatan suatu populasi atau ukuran populasi dari suatu

kelompok manusia dibawah angka yang diperkirakan akan meningkat, dan

diatas angka yang diperkirakan untuk menurun disebabkan oleh

kekurangan sumber daya. Kapasitas pembawa akan berbeda untuk tiap

kelompok manusia dalam sebuah lingkungan tempat tinggal, disebabkan

oleh jenis makanan, tempat tinggal, dan kondisi sosial dari masing-masing

lingkungan tempat tinggal tersebut.

Pemeliharaan dan pengembangan lingkunganhidup harus dilakukan

21

Page 22: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

dengan cara yang rasional antaralain sebagai berikut :

1. Memanfaatkan sumberdaya alam yang dapatdiperbaharui dengan

hati-hati dan efisien,misalnya : air,tanah dan udara.

2. Menggunakan bahan pengganti, misalnya hasilmetalurgi (campuran).

3. Mengembangkan metode penambangan danpemprosesan yang lebih

efisien serta dapat didaurulang.

4. Melaksanakan etika lingkungan dengan menjagakelestarian alam.

2.1.3.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung Lingkungan

Daya dukung berkelanjutan ditentukan oleh banyakfaktor, baik

faktor biofisik maupun sosial-budaya-ekonomi.Kedua kelompok faktor ini

saling mempengaruhi. Faktorbiofisik penting yang menentukan daya

dukung berkelanjutan ialah proses ekologi yang merupakansistem

pendukung kehidupan dan keanekaragaman jenisyang merupakan

sumberdaya gen.

Faktor sosial budaya juga mempunyai peranan yangsangat penting,

bahkan menentukan dalam daya dukungberkelanjutan. Sebab akhirnya

manusialah yangmenentukan apakah pembangunan akan berjalan terusatau

terhenti.

Kemelaratan pada salah satu pihakmerupakan hambatan untuk

pembangunan. Tetapi padalain pihak kemelaratan juga merupakan cambuk

untukperjuangan memperbaiki nasib diri sendiri. Sebaliknyakekayaan

pada salah satu pihak mengandung kekuatanuntuk pembangunan.

Faktor-faktor yang dapat menentukan daya dukunglingkungan dalam

kondisi baik atau tidak antara lain, adalahketersedian bahan baku dan energi,

akumulasi limbah dariaktivitas produksi (termasuk manajemen limbahnya)

dantentu interaksi antar makhluk hidup yang ada di dalamlingkungan.

Dengan kata lain daya dukung harus mampumencakup daya dukung

lingkungan fisik, biologi danpersepsi atau psikologis.

22

Page 23: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

2.2. Teori Khusus

2.2.1. Ekosistem

Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk dikarenakan

hubungan timbal balik yang tidak dapat terpisahkan antara makhluk hidup

dengan lingkungannya. Ekosistem dapat juga dikatakan sebagai suatu

tatanan kesatuan secara utuh serta menyeluruh antara unsur lingkungan

hidup yang saling memengaruhi. Ekosistem merupakan penggabungan

dari unit biosistem yang melibatkan hubungan interaksi timbal balik antara

organisme serta lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju struktur

biotik tertentu sehingga terjadi siklus materi antara organisme dan

anorganisme. Matahari adalah sumber dari semua energi yang ada dalam

ekosistem.

Dalam suatu ekosistem, organisme dalam komunitas berkembang

secara bersama-sama dengan lingkungan fisik. Organisme tersebut akan

beradaptasi dengan lingkungan fisik dan sebaliknya organisme juga dapat

memengaruhi lingkungan fisik yang digunakan untuk keperluan hidup.

Kehadiran suatu spesies dalam suatu ekosistem ditentukan oleh tingkat

ketersediaan sumber daya dan kondisi faktor kimiawi serta fisis yang harus

berada pada kisaran yang masih dapat ditoleransi oleh spesies itu sendiri,

itulah yang disebut hukum toleransi.

Berikut komponen pembentuk ekosistem:

1. Abiotik

Abiotik atau komponen tak hidup merupakan komponen fisik dan

kimia yang medium atau substrat sebagai tempat berlangsungnya

kehidupan atau lingkungan tempat hidup. Sebagian besar dari

komponen abiotik memiliki beragam variasi dalam ruang dan waktu.

Komponen abiotik berupa bahan organik, senyawa anorganik, serta

faktor yang memengaruhi distribusi organisme, contohnya air, udara,

suhu, sinar matahari.

23

Page 24: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

2. Biotik

Biotik adalah istilah yang digunakan untuk menyebut suatu

organisme. Komponen biotik merupakan suatu komponen yang

menyusun ekosistem selain komponen abiotik. Berdasarkan peran dan

fungsinya, makhluk hidup sendiri dibedakan menjadi 2, yaitu :

a. Heterotrof

Organisme Heterotrof adalah semua organisme yang tidak dapat

membuat makanannya sendiri, akan tetapi memanfaat kan bahan-

bahan organik dari organisme lainnya sebagai bahan makanannya.

Contohnya: manusia, hewan.

b. Autotrof

Organisme Autotrof adalah semua organisme yang mampu

membuat makanannya sendiri, yaitu melalui proses fotosintesis.

Contohnya: tumbuhan.

Secara umum ekosistem terbagi menjadi 2, yaitu:

a. Ekosistem alami

Ekosistem alami adalah ekosistem yang terbentuk secara alami

tanpa adanya campur tangan manusia.

Ekosistem alami dibedakan menjadi 2, yaitu :

Ekosistem darat

Berada dalam area yang sangat luas yang disebut dengan bioma.

Tipe-tipe bioma diantaranya yaitu, hutan hujan tropis, padang

rumput, hutan gugur, savanna, gurun, tundra, taiga.

Ekosistem perairan

Ekosistem ini komponen abiotiknya sebagian besar air &

komponen biotiknya dapat dibagi dalam beberapa kelompok,

antara lain plankton, nekton, neuston, bentos, perifiton.

Ekosistem perairan dibedakan menjadi 2, yaitu :

i. Ekosistem air tawar

Ekosistem air tawar di bagi 2 yaitu :

1. Ekosistem air tawar lentik (tenang) seperti rawa dan danau

24

Page 25: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

2. Ekosistem air tawar lotik (mengalir) seperti air terjun dan

sungai

ii. Ekosistem air laut

Ekosistem air laut di bagi 5 yaitu :

1. Ekosistem laut dalam

2. Ekosistem terumbu karang (Bunaken)

3. Ekositem estuari (hutan mangrove, padang lamun)

4. Ekosistem pantai pasir (Bali, Lombok, Papua)

5. Ekosistem pantai batu (Sumatra, Nusa tenggara, Bali, dan

Maluku)

b. Ekosistem buatan

Ekosistem buatan adalah ekosistem yang merupakan hasil

karya manusia yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya (untuk pendidikan, rekreasi atau sumber energi).

Contoh: sawah, waduk, perkebunan, dll.

Siklus Hidrologi

Siklus hidrologi adalah sirkulasi air tanpa henti dari atmosfer ke

bumi dan kembali lagi ke atmosfer melalui proses kondensasi, presipitasi,

evaporasi, dan transpirasi. Siklus hidrologi dapat juga berarti lebih

sederhana yaitu peredaran air dari laut ke atmosfer melalui penguapan,

kemudian akan jatuh pada permukaan bumi dalam bentuk hujan, yang

mengalir didalam tanah dan diatas permukaan tanah sebagai sungai yang

menuju ke laut. Panasnya air laut didukung oleh sinar matahari karna

matahari merupakan kunci sukses dari siklus hidrologi sehingga mampu

berjalan secara terus menerus kemudian dalam terjadinya air berevoporasi,

lalu akan jatuh ke bumi sebagai prespitasi dengan bentuk salju, gerimis

atau atau kabut, hujan, hujan es dan salju, dan hujan batu.

25

Page 26: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

3 siklus hidrologi:

Evaporasi (Transpirasi) - Air di laut, sungai, daratan, tanaman. sbb.

kemudian akan kembali menguap ke atmosfer menjadi awan lalu

menjadi bintik-bintik air yang akan jatuh dalam bentuk es, hujan,

salju. 

Infiltrasi (Perkolasi ke dalam Tanah) - Air bergerak melalui celah-

celah dan pori-pori serta batuan yang ada dibawah tanah yang

dapat bergerak secara vertikal dan horzontal dibawah permukaan

tanah hingga ke sistem air permukaan. 

Air Permukaan - Air yang bergerak diatas permukaan tanah yang

dapat kita lihat pada daerah urban. 

Macam-Macam Siklus Hidrologi

Proses terjadinya siklus hidrologi dibedakan menjadi 3 jenis atau macam

siklus hidrologi seperti yang ada dibawah ini :

Siklus Pendek : Menguapnya air laut menjadi uap gas karna panas

dari matahari lalu terjadi kondensasi membentuk awan yang pada

akhirnya jatuh ke permukaan laut. 

Siklus Sedang : Menguapnya air laut menjadi uap gas karna panas

dari matahari lalu terjadi evaporasi yang terbawa angin lalu

membentuk awan yang pada akhirnya jatuh ke permukaan daratan

dan kembali ke lautan. 

Siklus Panjang : Menguapnya air laut menjadi uap gas karna panas

dari matahari lalu uap air mengalami sublimasi membentuk awan

yang mengandung kristal es dan pada akhirnya jatuh dalam bentuk

salju kemudian akan membentuk gletser yang mencair membentuk

aliran sungai dan kembali kelaut. 

26

Page 27: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

Botani

Botani adalah ilmu tumbuh-tumbuhan, termasuk juga jamur dan alga

dengan mikologi dan fikologi berada di dalam cabang ilmu botani. Dengan

demikian, dalam botani dipelajari semua disiplin ilmu biologi, seperti

genetika, pertumbuhan, reproduksi, metabolisme, perkembangan, interaksi

dengan komponen biotik dan komponen abiotik, serta evolusi yang

berhubungan dengan tumbuhan. Istilah botani berasal dari Bahasa Yunani

Kuno, βοτάνη (botane), yang berarti rerumputan atau padang

penggembalaan. Saat ini botani mempelajari sekitar 400000 spesies

organisme hidup di mana 260 ribu di antaranya adalah tumbuhan

berpembuluh dan 248 ribu di antaranya adalah angiosperma.2 Orang yang

menekuni bidang botani disebut sebagai botanis atau ahli botani.

Seperti bentuk-bentuk kehidupan lain dalam biologi, tumbuhan hidup

dapat dipelajari dari perspektif yang berbeda, dari tingkat molekul,

genetika dan biokimia melalui organel, sel, jaringan, organ, individu,

populasi tumbuhan, dan komunitas tumbuhan. Pada setiap tingkat ini

seorang ahli botani mungkin bergerak di bidang yang terkait dengan

klasifikasi (taksonomi), struktur (anatomi dan morfologi), atau fungsi

(fisiologi) dari kehidupan tumbuh-tumbuhan.

Botani juga tidak hanya mempelajari kelompok dari Kerajaan

Tumbuhan saja tetapi juga mempelajari jamur (mikologi), bakteri

(bakteriologi), lumut kerak (likenologi), alga (fikologi).

Penelitian tumbuhan sangat penting karena tumbuhan adalah bagian

mendasar dari kehidupan di Bumi, yang menghasilkan oksigen, makanan,

serat, bahan bakar, dan obat-obatan yang memungkinkan manusia dan

bentuk kehidupan lainnya ada. Melalui fotosintesis, tumbuhan menyerap

karbon dioksida, sebuah gas rumah kaca yang dalam jumlah besar dapat

mempengaruhi iklim global. Selain itu, tumbuhan dapat mencegah erosi

tanah dan berpengaruh dalam siklus air. Sebuah pemahaman yang baik

tentang tumbuhan sangat penting bagi masa depan masyarakat manusia

karena memungkinkan kita untuk:

27

Page 28: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

• Memproduksi makanan untuk memberi makan populasi yang

berkembang

• Memahami proses-proses kehidupan yang mendasar

• Memproduksi obat-obatan dan bahan untuk mengobati penyakit-

penyakit

• Memahami perubahan lingkungan dengan lebih jelas

Biokimia tumbuhan

Biokimia tumbuhan adalah sebuah studi mengenai proses kimia

yang yang digunakan pada tumbuhan. Beberapa proses ini terjadi melalui

metabolisme primer seperti siklus Calvin dan crassulacean acid

metabolism. Lainnya membuat material khusus seperti selulosa dan lignin

yang membangun struktur. Metabolisme sekunder menghasilkan produk

seperti resin dan minyak atsiri.

Tumbuhan dan kelompok lainnya yang juga merupakan eukaryot

fotosintetik (yaitu alga) memiliki organel yang unik yang disebut dengan

kloroplas. Organel ini diperkirakan berasal dari cyanobacteria yang

membentuk hubungan endosimbiotik dengan leluhur tumbuhan dan alga.

Kloropas dan cyanobacteria sama-sama mengandung pigmen biru-hijau

(klorofil a), Klorofil jenis lain (klorofil b) juga terdapat pada alga hijau

dan alga biru-hijau yang juga menyerap cahaya pada spektrum tertentu

(biasanya spektrum biru-ungu dan jingga-merah) dan memantulkan cahaya

hijau yang menjadi warna daun di mata manusia. Energi cahaya yang

diserap digunakan untuk membuat senyawa karbon dari karbon dioksida

dan air. Gliseraldehida 3-fosfat merupakan senyawa yang dihasilkan oleh

fotosintesis yang kemudian disintesis menjadi glukosa dan senyawa

organik lainnya. Sebagian glukosa diubah menjadi pati yang disimpan di

kloroplas.Pati adalah bentuk yang umum dijadikan sebagai cadangan

makanan pada sebagian besar tumbuhan dan alga. Tumbuhan dari famili

Asteraceae menggunakan bentuk fruktosa inulin, sebagian mengubahnya

menjadi sukrosa.Sebagian besar asam lemak yang terkandung di dalam

28

Page 29: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

tubuh hewan juga berasal dari tumbuhan. Metabolisme tumbuhan juga

mampu memproduksi asam lemak dan sebagian besar asam amino. Asam

lemak bagi tumbuhan digunakan untuk membangun membran sel dan

kutin yang menjadi penyusun utama kutikel tumbuhan yang melindungi

tumbuhan dari kekeringan.Obat dan bahan

Fitokimia merupakan cabang yang penting dalam ilmu botani yang

mempelajari senyawa biokimia pada tumbuhan dan

pemanfaatannya.Beberapa dari senyawa ini memiliki manfaat bagi

manusia, dan beberapa bersifat racun bagi hewan dan manusia. Banyak

obat-obatan medis dan rekreasi, seperti tetrahydrocannabinol, kafein, dan

nikotin datang langsung dari kerajaan tumbuhan. Lainnya adalah senyawa

kimia turunan sederhana dari produk alami botani, seperti aspirin yang

berasal dari senyawa penghilang rasa sakit asam salisilat yang awalnya

berasal dari kulit pohon dedalu. Mungkin ada banyak obat baru untuk

penyakit yang disediakan oleh tumbuhan, menunggu untuk ditemukan.

Stimulan populer seperti kopi, cokelat, tembakau, dan teh juga berasal dari

tumbuhan. 

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendevinisikan “cagar”,

sebagai daerah perlindungan untuk melarikan tumbuh-tumbuhan, binatang,

dan sebagainya. Pencagaran adalah perlindungan terhadap tumbuhan,

binatang, dan sebagainya yang diperkirakan akan punah. Sehingga, hewan

dan tumbuhan yang hampir punah perlu diberi pencagaran. Sedangkan

budaya menurut KBBI merupakan hasil akal budi manusia. Dengan

demikian cagar budaya adalah benda hasil akal budi manusia yang perlu

diberikan pencagaran, karena jika tidak dilindungi dikhawatirkan akan

mengalami kerusakan dan kepunahan.

2.2.2. Lansekap Kota

Lansekap adalah bentang alam yang memiliki karakteristik tertentu

yang beberapa unsurnya dapat digolongkan menjadi unsur utama atau

unsur mayor dan unsur penunjang atau unsur minor. Unsur mayor adalah

29

Page 30: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

unsur yang relatif sulit untuk diubah, sedangkan unsur minor adalah unsur

yang relatif mudah untuk diubah. Lansekap atau wajah bumi apabila

dipandang dari setiap tempat ternyata mempunyai karakter-karakter

lansekap tertentu yang terbentuk secara alami. Karakter ini terbentuk

karena adanya kesan harmoni dan kesatuan dari elemen yang ada di alam,

seperti bentukan lahan, formasi batuan, vegetasi, dan fauna. Karakter

lansekap yang unik pada suatu kawasan wisata alam dapat menjadi unsur

pendukung dalam pengembangan kawasan wisata alam (Simonds, 1983).

Keragaman lansekap dapat dibentuk oleh perbedaan dua

komunitas. Daerah ekoton adalah suatu zona peralihan atau pertemuan

antara dua komunitas yang berbeda dan menunjukkan sifat yang khas.

Daerah transisi antara komunitas rumput dan hutan atau daerah peralihan

antara dua komunitas besar seperti komunitas akuatik dan komunitas

terestrial merupakan contoh ekoton. Jadi, ekoton merupakan pagar

komunitas (batas komunitas) yang biasanya berubah secara perlahan-

lahan. Komunitas dapat berubah secara tiba-tiba sebagai akibat lingkungan

yang tiba-tiba terputus atau karena interaksi tanaman, terutama kompetisi.

Komunitas ekoton umumnya mempunyai banyak organisme dari dua

komunitas yang saling bertautan dengan memperlihatkan ciri-ciri yang

khas dan batas yang jelas antara ekoton dan tetangganya. Maka, ekoton

memiliki spesies yang lebih banyak dan kepadatan populasi yang lebih

besar daripada komunitas disampingnya. Kecenderungan meningkatnya

variasi dan kepadatan pada komunitas peralihan dikenal sebagai efek

pinggir tepi (edge effect). Organisme yang paling banyak atau paling lama

dalam zone peralihan disebut jenis pinggir (edge species). Daerah ekoton

ini perlu dipertahankan dan dilestarikan keberadaannya karena sedikit

gangguan pada daerah ini dapat mematikan beberapa jenis biota

didalamnya.

30

Page 31: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

Lansekap atau bentang darat merujuk pada susunan daerah tanah

dan representasi visualnya, khususnya seperti yang digambarkan dalam

lukisan. Dalam hal fisik, istilah lanskap menyatakan penafsiran visual atas

susunan tanah, karena ini adalah cara utama di mana lansekap dirasakan.

Lansekap terdiri atas beberapa kategori unsur utama:

Bentuk tanah

Vegetasi

Unsur struktural buatan manusia

Kedalaman dan luas pandangan

Bentuk lain Lansekap :

Badan air

Bentuk kehidupan lain, seperti fauna

Keberadaan manusia

Representasi artistik buatan manusia

Arah pencahayaan

Bentuk tanah didasarkan pada sekumpulan unsur yang termasuk

ketinggian, kecuraman, orientasi, stratifikasi, pajanan cadas, dan jenis

tanah. Menurut namanya, bentuk tanah termasuk gundukan, bukit, tebing,

lembah, dll. Praktek mendesain lansekap untuk kepuasan visual dan

aspek fungsional lainnya adalah arsitektur lansekap, yang ahlinya disebut

arsitek lansekap. Bila istilah lansekap merujuk pada lukisan diam, cuaca

dan keadaan udara juga unsur penting.

2.2.2.1 Perencanaan Lansekap

Perencanaan lansekap adalah mengumpulkan dan menginterpretasikan

data, memproyeksikannya ke masa depan, mengidentifikasi masalah dan

memberi pendekatan yang beralasan untuk memecahkan masalah-masalah

tersebut (Knudson,1980). Gold (1980) menyatakan bahwa proses

31

Page 32: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

perencanaan terdiri atas tahap persiapan, inventarisasi, analisis, sintesis,

dan perencanaan. Sebagai suatu alat yang sistematis, yang digunakan

untuk menentukan saat awal suatu keadaan dan cara terbaik untuk

pencapaian keadaan tersebut, perencanaan lansekap dapat dilakukan

melalui beberapa pendekatan, antara lain:

1. Pendekatan sumberdaya, yaitu penentuan tipe-tipe serta alternatif

aktivitas rekreasi dan wisata berdasarkan pertimbangan kondisi dan

situasi sumberdaya.

2. Pendekatan aktivitas, yaitu penentuan tipe dan alternatif aktivitas

berdasarkan seleksi terhadap aktivitas pada masa lalu untuk

memberikan kemungkinan yang dapat disediakan pada masa yang

akandatang.

3. Pendekatan ekonomi, yaitu penentuan tipe, jumlah dan lokasi

kemungkinan aktivitas berdasarkan pertimbangan ekonomi.

4. Pendekatan perilaku, yaitu penentuan kemungkinan aktivitas

berdasarkan pertimbangan perilakumanusia.

2.2.2.2 Perencanaan Penataan Lansekap Kawasan Wisata

Menurut Booth dan Hiss (2004), lansekap yang mengelilingi suatu

kawasan merupakan lingkungan yang paling penting. Lansekap ini

menyediakan berbagai kebutuhan, estetika, dan kegunaan fungsi psikologi

bagi yang pengunjung, pengelola, dan orang-orang yang melintasinya.

Tim Penyusun (1980) menjelaskan bahwa kawasan wisata dicirikan

dengan adanya bangunan hotel, restoran, convention hall, arena rekreasi

keluarga, arena bermain anak-anak, kolam renang, maupun fasilitas

lainnya yang bersifat perkerasan. Merencanakan penataan lansekap untuk

kawasan wisata adalah upaya untuk menata dan mengembangkan suatu

areal dan jalur pergerakan pendukung kegiatan wisata sehingga kerusakan

lingkungan akibat pembangunannya dapat diminimumkan, tetapi pada

saat yang bersamaan kepuasan wisatawan dapat terwujudkan. Hal ini

terutama untuk menjaga keindahan alami dan keunikan yang dimiliki oleh

32

Page 33: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

lansekap atau bentang alam tersebut serta melindungi kelestarian

ekosistemnya, terutama apabila direncanakan pada areal dengan ekosistem

yang peka, langka atau unik (Nurisjah & Pramukanto, 2009).

Perencanaan lansekap kawasan wisata, terutama wisata alam adalah

merencanakan suatu bentuk penyesuaian program rekreasi dengan suatu

lanskap untuk menjaga kelestariannya. Program wisata alam dibuat untuk

menciptakan lingkungan fisik luar atau bentang alam yang dapat

mendukung tindakan dan aktivitas rekreasi manusia yang menunjang

keinginan, kepuasan dan kenyamanannya, dimana proses perencanaan

dimulai dari pemahaman sifat dan karakter serta kebijakan manusianya

dalam menggunakan tapak untuk kawasan wisata (Knudson, 1980).

Adapun pendekatan perencanaan kawasan wisata di sekitar penggunaan

area river-basin adalah dengan menghindari dan mengatasi masalah-

masalah yang berhubungan dengan air seperti rapid runoff, erosi,

pengendapan air, banjir, kekeringan, dan pencemaran, serta memastikan

bahwa kemungkinan-kemungkinan pengembangan area preservasi,

konservasi, restorasi, dan lainnya dapat dilakukan. Seluruh area daratan

yang berorientasi air harus direncanakan dalam suatu cara untuk

mendapatkan keuntungan maksimum dari keistimewaan air dengan tetap

mempertahankan integritas atau keutuhannya (Simonds, 1983).

2.2.3. Ruang Terbuka Hijau

Ruang Terbuka Hijau atau disingkat RTH merupakan suatu bentuk

pemanfaatan lahan pada satu kawasan yang diperuntukan untuk

penghijauan tanaman.Ruang terbuka hijau yang ideal adalah 40% dari luas

wilayah, selain sebagai sarana lingkungan juga dapat berfungsi untuk

perlindungan habitat tertentu atau budidaya pertanian dan juga untuk

meningkatkan kualitas atmosfer serta menunjang kelestarian air dan

tanah.Klasifikasi bentuk RTH umumnya antara lain RTH

Konservasi/Lindung dan RTH Binaan.

33

Page 34: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

Pembagian Ruang Terbuka Hijau terbagi atas 3 yaitu :

1. Penyediaan RTH berdasarkan luas wilayah di perkotaan

• ruang terbuka hijau di perkotaan terdiri dari RTH Publik dan

RTH privat;

• proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal

30% yang terdiri dari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10%

terdiri dari ruang terbuka hijau privat;

• apabila luas RTH baik publik maupun privat di kota yang

bersangkutan telah memiliki total luas lebih besar dari peraturan

atau perundangan yang berlaku, maka proporsi tersebut harus

tetap dipertahankan keberadaannya.

• Proporsi 30% merupakan ukuran minimal untuk menjamin

keseimbangan ekosistem kota, baik keseimbangan sistem

hidrologi dan keseimbangan mikroklimat, maupun sistem

ekologis lain yang dapat meningkatkan ketersediaan udara bersih

yang diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan

nilai estetika kota.

2. Penyediaan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk

Untuk menentukan luas RTH berdasarkan jumlah penduduk,

dilakukan dengan mengalikan antara jumlah penduduk yang dilayani

dengan standar luas RTH per kapita sesuai peraturan yang berlaku.

• 250 jiwa : Taman RT, di tengah lingkungan RT

• 2500 jiwa : Taman RW, di pusat kegiatan RW

• 30.000 jiwa : Taman Kelurahan, dikelompokan dengan sekolah/

pusat kelurahan

• 120.000 jiwa : Taman kecamatan, dikelompokan dengan sekolah/

pusat kecamatan

• 480.000 jiwa : Taman Kota di Pusat Kota, Hutan Kota (di

dalam/kawasan pinggiran), dan Pemakaman (tersebar).

34

Page 35: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

3. Penyediaan RTH Berdasarkan Kebutuhan Fungsi Tertentu

Fungsi RTH pada kategori ini adalah untuk perlindungan atau

pengamanan, sarana dan prasarana misalnya melindungi kelestarian

sumber daya alam, pengaman pejalan kaki atau membatasi

perkembangan penggunaan lahan agar fungsi utamanya tidak teganggu.

RTH kategori ini meliputi: jalur hijau sempadan rel kereta api,

jalur hijau jaringan listrik tegangan tinggi, RTH kawasan perlindungan

setempat berupa RTH sempadan sungai, RTH sempadan pantai, dan RTH

pengamanan sumber air baku/mata air.

2.2.3.1Penyangga Kota

Daerah penyangga adalah wilayah yang berada di luar kawasan

suaka alam baik sebagai kawasan hutan lain, tanah negara bebas maupun

tanah yang dibebani hak, yang diperlukan maupun menjaga ketentuan

kawasan suaka alam. Daerah penyangga berperan sangat penting bagi

kelestarian suaka alam dan kawasan pelestarian alam sebagai buffer dalam

mengurangi tekanan penduduk terhadap kawasan pada daerah atau desa

sekitar kawasan yang berinteraksi tinggi dengan memadukan kepentngan

konservasi dan perekonomian masyarakat sekitarnya. Fungsi daerah

penyangga ini dapat diwujudkan secara optimal dengan pengelolaan

pemanfaatan jasa ligkungan, nilai ekonomi dan konservasi lahan

masyarakat, melalui rehabilitasi lahan kritis dalam sistem hutan

kemasyarakatan, hutan rakyat atau agroforestry. Model pengembangan dan

pengelolaannya didasarkan pada aspek ekologi, ekonomi dan sosial

budaya masyarakat sekitar kawasan dalam bentuk pembagian daerah

penyangga ke dalam zonasi. Zonasi tersebut terbagi tiga, yaitu jalur hijau,

jalur intreraksi dan jalur kawasan budidaya. Komposisi jenis tumbuhan

yang dikembangkan di masing-masing jalur disesuaikan dengan jarak dari

batasan kawasan, zonasi dan luas lahan agar tidak berdampak pada

35

Page 36: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

kawasan. Pengembangan tanaman pangan, sayuran, buah-buahan, obat-

obatan dan perkayuan dalam sistem agroforesty mempunyai nilai ekonomi

dan ekologi secara tarpadu untuk melestarikan sumber genetika tanaman

dan satwa liar serta konservasi lahan dan air .

Syarat-syarat sebagai penyangga kota :

1. Kesesuaian dengan iklim

Strategi utama untuk bangunan:

Menghalangi radiasi sinar matahari langsung dengan louvers dan

sun shading (pembayang sinar matahari)

Isolasi radiasi panas dengan ruang udara (pada atap dan pemakaian

bahan-bahan bersel dan berpori atau berongga)

Jarak bangunan dengan bangunan lain jauh untuk memperlancar

aliran udara

Kenyamanan Thermis dicapai dengan aliran udara yang mengenai

tubuh manusia.

Menghentikan/isolasi radiasi dengan reflektor kurang sesuai karena

akan menambah panas lingkungan dan mengurangi penerapan

kelembaban dan penguapan.

Bahan-bahan yang dipakai sebaiknya mempunyai BJ kecil

(ringan), time lag rendah, kapasitas panas kecil, dimensi kecil,

berat sendiri kecil, dapat mengikuti kadar kelembaban udara sekitar

dan konduktivitas panas rendah.

2. Efisiensi sumberdaya

Pola Perencanaan Eko-Arsitektur selalu memnfaatkan alam sebagai

berikut :

Dinding, atap sebuah gedung sesuai dengan tugasnya, harus

melidungi sinar panas, angin dan hujan.

Intensitas energi baik yang terkandung dalam bahan bangunan

yang digunakan saat pembangunan harus seminal mungkin.

36

Page 37: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

Bangunan sedapat mungkin diarahkan menurut orientasi Timur-

Barat dengan bagian Utara-Selatan menerima cahaya alam tanpa

kesilauan

Dinding suatu bangunan harus dapat memberi perlindungan

terhadap panas. Daya serap panas dan tebalnya dinding sesuai

dengan kebutuhan iklim/ suhu ruang di dalamnya. Bangunan

yang memperhatikan penyegaran udara secara alami bisa

menghemat banyak energi.

3. Efisiensi energy

a. Alat panel surya

Seluas 1200m2 bidang miring pada bagian atas gedung federal

edith green-wendell wyatt merupakan panel surya 180kW yang

mampu menyediakan sekitar 5%dari kebutuhan energi bangunan.

Panel surya disini merupakan modul photovoltaicyang

menggunakan sel-sel surya untuk mengkonversi sinar matahari

menjadi listrik.Dalam mengubah cahaya matahari menjadi energi

listrik sendiri, panel suryamemiliki tiga proses konversi. Pertama

ketika foton dari sinar matahari mengenai sel-sel photovoltaic,

sebagian akan diserap dan energinya akan ditransfer

kepadasemikonduktor. Lalu elektron-elektron yang terkena foton

tersebut akan terlepas dariatom kemudian mengalir menciptakan

arus listrik. Dan yang terakhir, penghubunglogam pada bagian atas

dan bawah sel surya akan menyalurkan keluar arus listriksearah

untuk digunakan sesuai kebutuhan.

b. Elevator penghasil energi

Alat transportasi vertical berupa elevator biasanya membutuhkan

pasokan energi besar dalam pengoperasiannya. Namun pada

gedung ini, elevator yangdigunakan menerapkan teknologi baru

yang membuat mesin elevator mampumenghasilkan energi ketika

bergerak turun.Sebenarnya inovasi ini bukan benar-benar hal baru,

hanya pengaplikasian salah satu komponen elevator yang di

37

Page 38: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

‘akali’. Pada sistem mesin penggerak elevator terdapat fitur

bernama regenerative converter, dimana motor lift dapat

menyeraptenaga ketika pergerakan lift dalam keadaan yang

menguntungkan, atau turun. Motorlift akan menyerap energi

kinetik yang ditimbulkan oleh gesekan mesin ketikaelevator

bergerak turun dan mengubahnya menjadi listrik. Kelebihan listrik

tersebutkemudian dapat digunakan untuk kebutuhan listrik

bangunan

c. Sistem shading

Suhu suatu ruang tinggi dengan angka yang cukup signifikan atas

dampak dari panas matahari diluar. Hal tersebut membuat tinggi

pula energi yang dikeluarkan pada sistem penghawaan buatan. Tim

arsitek SERA, yang merenovasi kantor federal inimerencanakan

sistem shading dengan vegetasi hidup pada dinding luar bangunan.

Haltersebut dimaksudkan agar tercipta iklim mikro yang lebih

sejuk didalam ruangan.

Namun pada enam bulan sebelum dimulainya konstruksi, terjadi

keputusan perubahan rancangan. Vegetasi dirasa terlalu lama untuk

bisa efektif menjadi penghalang panas. Butuh waktu hingga tiga

tahun untuk mengembangkan shading penuh. Tim proyek

kemudian mengusulkan desain inovatif pengganti vegetasi,

yaitususunan tabung alumunium, yang kemudian menyelubungi

bangunan menutupiseluruh sisi barat, selatan dan timur.Tidak

cukup mengolah secondary skin, pada bagian dalam

‘cangkang’alumunium pun, bukaan dipertimbangkan matang

dengan perhitungan pantulan panasdan cahaya matahari. Shading

strategi bangunan tampak pada skema sistem berikut.

d. Pencahayaan hemat energi

Sebanyak hingga 40% dari energi untuk pencahayaan buatan pada

gedungfederal edith green-wendell wyatt ini, bisa direduksi dengan

38

Page 39: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

pengaplikasian system lampu optik beserta sensor cahaya yang

secara otomatis menyesuaikan penerangandengan intensitas cahaya

ruang. Misalnya pada siang hari ketika sensor cahayamenangkap

terang, kekuatan cahaya lampu hanya menggunakan daya 10ohm.

Danketika malam hari dan sensor photocell menangkap cahaya

minim, sistem membuatlampu menggunakan dayanya hingga

ratusan ohm.Dengan begitu lampu tidak terus mengeluarkan daya

yang sama pada siangdan malam hari. Hal ini meningkatkan

efisiensi penggunaan penerangan buatandengan sangat baik jika

didukung dengan rancangan bangunan yang

memperhatikanorientasi ruang terkait arah datangnya sinar

matahari. Sesuai teori dasar desain hematenergi, yaitu pemanfaatan

optimal energi alami.

e. Air conversing

Konservasi udara sendiri dimaksudkan guna mengurangi

pencemaran udarayang semakin parah dan untuk mencapai target

penggunaan energi yang lebih rendah,agar masih bisa dinikmati

pada masa depan. Tim arsitek merasa harus mengubahmotor dari

gedung federal edith green-wendell wyatt untuk terlaksananaya

konservasi.Sistem pengkondisian udara yang digunakan tidak lagi

katup udara variable(VAV)melainkan beralih ke radiant heating

and cooling. Sistem radian ini menggunakan100% udara luar yang

tentu lebih efisien juga sehat bagi pengguna bangunan.

f. Water harvesting

Penggunaan air yang berhasil mengalami penurunan hingga 60%

terealisasimelalui penggunaan perlengkapan aliran rendah dan

penggunaan kembali air hujan.Dengan sistem penampungan air

pada panel surya, penangkapan air hujan gedung inimampu

menyentuh angka 160.000 galon, yang dialirkan dan disimpan

dalam ruang bawah tanah pada lokasi bekas lapangan tembak. Air

39

Page 40: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

hujan tersebut kemudiandigunakan kembali untuk kebutuhan

bangunan seperti toilet, urinal, menara pendingin, dan irigasi.

2.2.4. Pariwisata

Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara

waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan

maksud bukan berusaha (bussines) atau mencari nafkah di tempat yang di

kunjungi, tetapi semata - mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna

bertamasya dan berekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka

ragam (Yoeti, 2008). Berikut ini ada beberapa pengertian pariwisata

menurut para ahli :

• Menurut Peraturan Pemerintah tentang rencana induk pembangunan

kepariwisataan tahun 2010-2025, Kepariwisataan adalah keseluruhan

kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta

multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan

negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat,

sesama wisatawan, pemerintah daerah, dan pengusaha.

• James J. Spillane (1982)

Pariwisata adalah kegiatan melakukan perjalanan dengan tujuan

mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui sesuatu,

memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga atau istirahat,

menunaikan tugas, berziarah dan lain-lain.

• Koen Meyers (2009)

Pariwisata adalah aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh semntara

waktu dari tempat tinggal semula ke daerah tujuan dengan alasan

bukan  untuk menetap atau mencari nafkah melainkan hanya untuk

memenuhi  rasa ingin tahu, menghabiskan waktu senggang atau libur

serta tujuan-tujuan lainnya.

40

Page 41: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

2.2.4.1 Jenis-Jenis Wisata

Jenis-jenis pariwisata adalah sebagai berikut :

1. Wisata Budaya

Yaitu perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk

memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan

kunjungan atau peninjauan ketempat lain atau ke luar negeri,

mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan adat istiadat mereka, cara

hidup mereka, budaya dan seni mereka.

2. Wisata Maritim atau Bahari

Jenis wisata ini banyak dikaitkan dengan kegiatan olah raga di air,

lebih–lebih di danau, pantai, teluk, atau laut seperti memancing,

berlayar, menyelam sambil melakukan pemotretan, dll.

3. Wisata Cagar Alam (Taman Konservasi)

Untuk jenis wisata ini biasanya banyak diselenggarakan oleh agen atau

biro perjalanan yang mengkhususkan usaha–usaha dengan jalan

mengatur wisata ke tempat atau daerah cagar alam, taman lindung,

hutan daerah pegunungan dan sebagainya yang kelestariannya

dilindungi oleh undang–undang.

4. Wisata Konvensi

Yang dekat dengan wisata jenis politik adalah apa yang dinamakan

wisata konvensi. Berbagai negara pada dewasa ini membangun wisata

konvensi ini dengan menyediakan fasilitas bangunan dengan ruangan–

ruangan tempat bersidang bagi para peserta suatu konfrensi,

musyawarah, konvensi atau pertemuan lainnya baik yang bersifat

nasional maupun internasional.

5. Wisata Pertanian (Agrowisata)

Sebagai halnya wisata industri, wisata pertanian ini adalah

pengorganisasian perjalanan yang dilakukan ke proyek–proyek

pertanian, perkebunan, ladang pembibitan dan sebagainya dimana

wisatawan rombongan dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan

untuk tujuan studi maupun melihat–lihat keliling sambil menikmati

41

Page 42: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

segarnya tanaman beraneka warna dan suburnya pembibitan berbagai

jenis sayur–mayur dan palawija di sekitar perkebunan yang dikunjungi.

6. Wisata Buru

Jenis ini banyak dilakukan di negeri–negeri yang memang memiliki

daerah atau hutan tempat berburu yang dibenarkan oleh pemerintah

dan digalakan oleh berbagai agen atau biro perjalanan.

7. Wisata Ziarah

Jenis wisata ini sedikit banyak dikaitkan dengan agama, sejarah, adat

istiadat dan kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat.

Wisata ziarah banyak dilakukan oleh perorangan atau rombongan ke

tempat–tempat suci, ke makam–makam orang besar atau pemimpin

yang diagungkan, ke bukit atau gunung yang dianggap keramat, tempat

pemakaman tokoh atau pemimpin sebagai manusia ajaib penuh

legenda.

Selain itu ada pula tujuan dari diadakannya pariwisata, yaitu :

o Kepariwisataan bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi

o Meningkatkan kesajhteraan rakyat

o Menghapus kemiskinan

o Mengatasi pengangguran

o Melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya

o Memajukan kebudayaan

2.2.5 Obyek Wisata

Obyek wisata adalah perwujudan dari ciptaan manusia, tata hidup,

seni budaya serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan alam yang

mempunyai daya tarik untuk dikunjungi wisatawan.

Menurut Marpaung (2002 : 78), “Obyek dan daya tarik wisata

adalah suatu bentuk atau aktivitas dan fasilitas yang berhubungan, yang

42

Page 43: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ke suatu

daerah atau tempat tertentu”.

Chafid Fandeli, mengemukakan pengertian obyek wisata dan obyek wisata

alam, (1995 : 58) sebagai berikut :

“Obyek wisata adalah perwujudan daripada ciptaan manusia, tata hidup,

seni budaya serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan alam yang

mempunyai daya tarik untuk dikunjungi wisatawan”.

“Obyek wisata alam adalah obyek wisata yang daya tariknya bersumber

pada keindahan alam dan tata lingkungannya.”

Berdasarkan UU No. 9 Bab IV tentang jenis dan obyek wisata dibedakan

menjadi :

1. Obyek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang

berwujud keadaan alam serta flora dan fauna.

2. Obyek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud

museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya,

wisata agro, wisata tirta, wisata buru, wisata pertualangan, taman

rekreasi dan tempat hiburan.

Agar suatu daerah bisa dijadikan tempat tujuan wisata maka diperlukan

beberapa syarat agar daerah tersebut dapat membuat wisatawan merasa

nyaman dan tidak kecewa. Maka Yoeti (1996 : 177-178), mengemukakan

syarat suatu daerah dapat dikembangkan menjadi suatu daerah tujuan

wisata sebagai berikut :

1. “Something to see”. Artinya, tempat tersebut harus memiliki obyek

wisata dan atraksi wisata yang berbeda dengan apa yang dimiliki oleh

daerah lain. Dengan perkataan lain, daerah itu harus mempunyai daya

tarik yang khusus, disamping itu pula harus pula mempunyai atraksi

wisata yang dapat dijadikan sebagai “entertainments” bila orang

datang kesana.

2. “Something to do”. Artinya, ditempat tersebut setiap banyak yang

dilihat dan disaksikan, harus pula disediakan fasilitas rekreasi atau

43

Page 44: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

“amusement” yang dapat membuat mereka betah tinggal lebih lama

ditempat itu.

3. “Something to buy”. Artinya, ditempat tersebut harus disediakan

tempat untuk berbelanja atau “shopping”, terutama barang – barang

souvenir dan kerajinan rakyat sebagai oleh – oleh untuk dibawa

pulang ke tempat asal masing – masing. Fasilitas untuk berbelanja ini

tidak hanya untuk menyediakan barang – barang yang dapat dibeli,

tetapi harus ada pula tersedia sarana – sarana pembantu untuk lebih

memperlancar seperti : money changer, bank, kantor pos dan lain –

lain.

Obyek dan daya tarik wisata yang merupakan karunia alam, keajaiban

ilahi, dan merupakan hasil budaya hasil daya cipta manusia yang ada

dimana – mana. Setiap sudut tanah air kita memiliki kekhasan budaya

hasil daya cipta manusianya sendiri – sendiri, termansyur dengan istilah

“Bhinneka Tunggal Ika”.

Sehingga obyek daya tarik wisata dapat diartikan sebagai tempat atau

keadaan alam yang berasal dari perwujudan ciptaan manusia, tata hidup,

seni budaya serta sejarah bangsa yang bersyarat bisa dilihat, dilakukan

dan dibeli agar suatu daerah dapat dikembangkan menjadi suatu daerah

tujuan wisata, dengan begitu wisatawan yang berkunjung merasa nyaman

dan tidak kecewa.

Motivasi wisatawan untuk mengunjungi suatu tempat tujuan adalah untuk

memenuhi atau memuaskan beberapa kebutuhan dan permintaan. Menurut

James J. Spillane, SJ (1994 : 6) biasanya wisatawan tertarik pada suatu

lokasi karena ciri khas tertentu yang antara lain adalah keindahan alam,

iklim dan cuaca, kebudayaan, sejarah, ethnicity (sifat kesukuan), dan

accesibility (kemampuan atau kemudahan berjalan ke tempat tertentu).

Menurut Cooper dkk (1995: 81) dalam Wirayanto (2011) mengemukakan

bahwa terdapat 4 (empat) komponen yang harus dimiliki oleh sebuah objek

wisata, yaitu:

44

Page 45: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

1. Atraksi (Attraction), seperti alam yang menarik, kebudayaan daerah yang

menawan dan seni pertunjukan.

2. Aksesibitas (accessibilities) seperti transportasi lokal dan adanya terminal.

3. Amenitas atau fasilitas (amenities) seperti tersedianya akomodasi, rumah

makan, dan agen perjalanan.

4. Ancillary services yaitu organisasi kepariwisataan yang dibutuhkan untuk

pelayanan wisata seperti destination marketing management organization,

conventional and visitor bureau.

Undang-undang No. 10 Tahun 2009 menguraikan objek dan daya tarik

wisata sebagai segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata. Objek dan daya tarik

wisata yang dimaksud adalah:

1. Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan,

keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya,

dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan

wisatawan.

2. Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut Distinasi Pariwisata

adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah

administratif yang didalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum,

fasilitas pariwisata, asesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan

melengkapi terwujudnya kepariwisataan.

Pasal 4 UU no.10 Tahun 2009 juga menguraikan beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam pembangunan kepariwisataan bertujuan untuk :

a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi

b. Meningkatkan kesejahteraan rakyat

c. Menghapus kemiskinan

d. Mengatasi penganguran

e. Melestarikan alam, lingkungan, dan sumberdaya

f. Memajukan kebudayaan

g. Mengangkat citra bangsa

h. Memupuk rasa cinta tanah air

i. Memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa

45

Page 46: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

j. Mempererat persahabatan antar bangsa.

2.2.6 Produk Pariwisata

Produk industri pariwisata meliputi keseluhuran pelayanan yang

diperoleh, dirasakan atau dinikmati wisatawan (Yoeti, 1985). Aspek yang

terkait dengan sumber daya wisata (tourism resources), yaitu segala

sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik

tujuan wisata. Komponen atau produk wisata terdiri dari :

a. Attraction

Atraksi ataupun daya tarik merupakan potensi yang menjadi

pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata.Sebuah

atraksi minimal memiliki syarat: something to see, something to do,

dan something to buy. Dalam kedudukannya yang sangat menentukan

itu, atraksi wisata harus dirancang dan dikelola secara profesional

sehingga dapat memberikan kepuasan kepada wisatawan.

b. Accommodation

Akomodasi merupakan sarana penginapan yang dibutuhkan

wisatawan selama melakukan kunjungan wisatanya. Keberadaan

akomodasi seperti hotel, wisma, dan losmen, sangat penting.

Disamping itu, kualitas pelayanan yang diberikan oleh penyedia jasa

akomodasi sangat mempengaruhi kepuasan wisatawan.

c. Activity

Aktivitas wisata adalah suatu kegiatan yang bisa dilakukan oleh

wisatawan selama mengunjungi sebuah destinasi wisata.

d. Amenities

Amenities adalah semua fasilitas pelengkap yang mampu melayani

kebutuhan wisatawan selama melakukan perjalanannya, seperti:

restaurant, rumah makan, tourist information centre (TIC), mini

market, media komunikasi, fasilitas kesehatan, sarana ibadah, bank,

dan ATM.

e. Accesibility

46

Page 47: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

Aktivitas pariwisata sangat tergantung pada transportasi dan

komunikasi. Unsur yang terpenting dalam aksebilitas adalah

transportasi, baik itu menyangkut sarana maupun prasarana seperti

jalan, jembatan, terminal, stasiun, dan bandara.

2.2.7 Pariwisata Minat Khusus

Wisata minat khusus atau special interest/thematic tourism adalah

sebuah konsep yang mulai dikembangkan di Indonesia berawal dari

gagasan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Marie Elka Pangestu.

Wisata minat khusus sendiri diartikan sebagai sarana wisata yang lebih

fokus kepada ide untuk mendapatkan pengalaman yang unik dan tidak bisa

didapatkan di tempat lain.

Dunia pariwisata saat ini memang sedang menghadapi tren

perubahan paradigma dari massive tourism (wisata massal) menjadi

special interest tourism (wisata minat khusus). Pariwisata minat khusus ini

berkaitan dengan adventure atau petualangan. Para wisatawan memerlukan

tenaga dan bahkan akan menghadapi beberapa tantangan. Bentuk wisata

ini misalnya trekking, hiking, rafting, pendakian di gunung, ataupun

diving.

47

Interest Tourism (wisata minat

khusus)

Massive Tourism (wisata massal)

Page 48: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

Di Indonesia sendiri wisata minat khusus dikembangkan melalui

tujuh sektor yaitu:

Gambar 1.1 Wisata sejarah dan budaya

Gambar 1.2 Wisata alam dan ekowisata

Gambar 1.3 Wisata kuliner dan belanja

48

Page 49: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

Gambar 1.4 Wisata Meeting, Incentive, Convention, Exhibition

(MICE)

Gambar 1.5 Wisata olah raga dan rekreasi

Gambar 1.6 Wisata pesiar (cruise)

49

Page 50: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

Gambar 1.7 Wisata spa

Secara umum objek kegiatan ekowisata tidak jauh berbeda dari

kegiatan wisata alam biasa, namun memiliki nilai-nilai moral dan

tanggung jawab yang tinggi terhadap objek wisatanya.

Wisata pemandangan:

- Objek-objek alam (pantai, air terjun, terumbu karang)

- Flora (hutan, tumbuhan langka, tumbuhan obat-obatan)

- Fauna (hewan langka dan endemik)

- Perkebunan (teh, kopi)

Wisata petualangan:

- Kegiatan alam bebas (lintas alam, berselancar)

- Ekstrem (mendaki gunung, paralayang)

- Berburu

Wisata kebudayaan dan sejarah:

- Suku terasing

- Kerajinan tangan (batik, ukiran)

- Peninggalan bersejarah (candi, batu bertulis, benteng kolonial)

Wisata penelitian:

- Pendataan spesies (serangga, mamalia dan seterusnya)

- Pendataan kerusakan alam (lahan gundul, pencemaran tanah)

- Konservasi (reboisasi, lokalisasi pencemaran)

Wisata sosial, konservasi dan pendidikan:

- Pembangunan fasilitas umum di dekat objek ekowisata (pembuatan

sarana komunikasi, kesehatan)

- Reboisasi lahan-lahan gundul dan pengembang biakan hewan

50

Page 51: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

langka

- Pendidikan dan pengembangan sumber daya masyarakat di dekat

objek ekowisata (pendidikan bahasa asing, sikap)

Indikator keberhasilan pembangunan pariwisata yang

berkelanjutan tidak semata diukur dari segi perspektif ekonomi yang

dilegitimasi dengan lamanya kunjungan wisatawan (length of stay) serta

eksploitasi lingkungan alam, namun perlu dilandasi oleh visi kelestarian

sumber daya alam, lingkungan dan penghargaan pada nilai sosial, budaya

dan kemasyarakatan.

Pergeseran orientasi dalam industri pariwisata

Terdapatnya perubahan pola wisata yang menekankan pada aspek

penghayatan dan penghargaan terhadap lingkungan, kelestarian alam dan

budaya (environmentally & cultural sensitive).

Dampak Positif Pariwisata terhadap Lingkungan :

• Tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk menciptakan lingkungan

yang bersih.

• Tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk menjaga keindahan

lingkungan sehingga menarik minat wisatawan untuk melakukan

perjalanan wisata ke daerah wisata di sekitar wilayah masyarakat.

• Tumbuhnya niat untuk melestarikan lingkungan dari masyarakat.

• Meningkatkan fasilitas umum untuk kebutuhan wisatawan.

Dampak Negatif Pariwisata terhadap Lingkungan :

51

Mass Ecotourism

Alternative Tourism

Page 52: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

• Adanya pencemaran lingkungan oleh limbah-limbah dari hotel.

• Perburuan satwa secara liar

• Penebangan hutan secara liar

• Terbangunnya fasilitas-fasilitas hotel yang tidak sesuai dengan daya

dukung lingkungan

2.2.8 Wisata Air

Pengembangan wisata alam adalah memanfaatkan potensi

ekonomis sumber daya alam yang ada di dalam kawasan wisata alam

untuk kepariwisataan, tanpa meninggalkan prinsip pelestarian sumber daya

alam tersebut. Pada dasarnya, pengembangan kepariwisataan di suatu

tempat dimaksudkan untuk dapat meningkatkan keuntungan ekonomi.

Namun didalam pengembangan ini harus diupayakan juga agar tidak

menyebabkan terjadinya perubahan sosial dan kerusakan lingkungan.

Mempertahankan kualitas lingkungan pada kepariwisataan

1. In situ

Obyek dan daya tarik wisata alam yang masih alami hanya dapat

dinikmati oleh wisatawan ditempatnya. Proses alam, kekayaan,

keunikan dan prilaku flora dan fauna serta gejala geologisnya hanya

dapat dinikmati sepenuhnya ditempat kejadiannya. Kepuasan dan

pengalaman untuk menikmati, melihat dan merasakan alam di

lokasinya mempunyai nilai dan tingkat kepuasan yang sempurna.

2. Total experinces

Kepuasan wisatawan diperoleh dari evaluasi seluruh perjalanan, di

lokasi obyek dan kembali ke tempat semula merupakan total

pengalaman yang harus dinikmati dan dihargai seluruhnya tanpa

mengecewakan. Sehingga

2.2.9 Pengertian Wisatawan

52

Page 53: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

Definisi wisatawan menurut Norval (Yoeti, 1995) adalah setiap

orang yang datang dari suatu Negara yang alasannya bukan untuk menetap

atau bekerja di situ secara teratur, dan yang di Negara dimana ia tinggal

untuk sementara itu membalanjakan uang yang didapatkannya di lain

tempat. Sedangkan menurut Soekadijo (2000), wisatawan adalah

pengunjung di Negara yang dikunjunginya setidak-tidaknya tinggal 24 jam

dan yang datang berdasarkan motivasi:

1. Mengisi waktu senggang atau untuk bersenang-senang, berlibur,

untuk alasan kesehatan, studi, keluarga, dan sebagainya.

2. Melakukan perjalanan untuk keperluan bisnis.

3. Melakukan perjalanan untuk mengunjungi pertemuan-pertemuan

atau sebagai utusan (ilmiah, administrative, diplomatik,

keagamaan, olahraga dan sebagainya).

4. Dalam rangka pelayaran pesiar, jika kalau ia tinggal kurang dari 24

jam.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia no 9 tentang

kepariwisataan, Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 1 dan 2 dirumuskan:

a. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan

tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara

untuk menikmati objek dan daya tarik wisata.

b. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.

Berdasarkan sifat perjalanan, lokasi di mana perjalanan dilakukan

wisatawan dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Karyono, 1997).

a. Foreign Tourist (Wisatawan asing)

Orang asing yang melakukan perjalanan wisata, yang datang

memasuki suatu negara lain yang bukan merupakan Negara di

mana ia biasanya tinggal. Wisatawan asing disebut juga

wisatawan mancanegara atau disingkat wisman.

b. Domestic Foreign Tourist

53

Page 54: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

Orang asing yang berdiam atau bertempat tinggal di suatu

negara karena tugas, dan melakukan perjalanan wisata di

wilayah negara di mana ia tinggal.Misalnya, staf kedutaan

Belanda yang mendapat cuti tahunan, tetapi ia tidak pulang ke

Belanda, tetapi melakukan perjalanan wisata di Indonesia

(tempat ia bertugas).

c. Domestic Tourist (Wisatawan Nusantara)

Seorang warga negara suatu negara yang melakukan perjalanan

wisata dalam batas wilayah negaranya sendiri tanpa melewati

perbatasan negaranya. Misalnya warga negara Indonesia yang

melakukan perjalanan ke Bali atau ke Danau Toba.

d. Indigenous Foreign Tourist

Warga negara suatu negara tertentu, yang karena tugasnya atau

jabatannya berada di luar negeri, pulang ke negara asalnya dan

melakukan perjalanan wisata di wilayah negaranya sendiri.

Misalnya, warga negara Perancis yang bertugas sebagai

konsultan di perusahaan asing di Indonesia, ketika liburan ia

kembali ke Perancis dan melakukan perjalanan wisata di sana.

Jenis wisatawan ini merupakan kebalikan dari Domestic

Foreign Tourist.

e. Transit Tourist

Wisatawan yang sedang melakukan perjalanan ke suatu Negara

tertentu yang terpaksa singgah pada suatu pelabuhan /airport/

stasiun bukan atas kemauannya sendiri.

f. Business Tourist

Orang yang melakukan perjalanan untuk tujuan bisnis bukan

wisata tetapi perjalanan wisata akan dilakukannya setelah

tujuannya yang utama selesai. Jadi perjalanan wisata

merupakan tujuan sekunder, setelah tujuan primer yaitu bisnis

selesai dilakukan.

54

Page 55: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

2.2.10 Ekowisata

Ekowisata atau ecotourism merupakan salah satu kegiatan

pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek

konservasi alam, aspek pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat

lokal serta aspek pembelajaran dan pendidikan.Australian Department of

Tourism (Black, 1999) mendefinisikan Ekowisata adalah wisata berbasis

pada alam dengan mengikutkan aspek pendidikan dan interpretasi terhadap

lingkungan alami dan budaya masyarakat dengan pengelolaan kelestarian

ekologis. Definisi ini memberi penegasan bahwa aspek yang terkait tidak

hanya bisnis seperti halnya bentuk pariwisata lainnya, tetapi lebih dekat

dengan pariwisata minat khusus, alternative tourism atau special interest

tourism dengan obyek dan daya tarik wisata alam.

Ekowisata tidak dapat dipisahkan dengan konservasi. Oleh

karenanya, ekowisata disebut sebagai bentuk perjalanan wisata yang

bertanggung jawab.

Menurut Honey (1999) ekowisata yang sejati memiliki 7 karakteristik :

1. Perjalanan ke destinasi alami

2. Meminimalkan dampak

3. Membangun kesadaran lingkungan

4. Memberikan keuntungan keuangan secara langsung bagi pemeliharaan

5. Memberikan keuntungan keuangan dan pemberdayaan masyarakat

lokal

6. Menghormati masyarakat lokal

7. Mendukung hak asasi manusia dan gerakan demokrasi

55

Page 56: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

Gambar 1.8 Principles of Ecotourism

2.2.11 Pariwisata Berkelanjutan (Sustainable Tourism)

Sejak dilakukan langkah-langkah untuk pengembangan pariwisata

di Indonesia, maka kegiatan - kegiatan terencana dan terprogram yang

dilakukan oleh pemerintah pada hakeketnya memang bertujuan untuk

‘berkelanjutan’ khususnya di bidang pariwisata misalnya, apa yang

dimaksud dengan pembagunan pariwisata berkelanjutan pada intinya

berkelanjutan dengan usaha menjamin agar sumber daya alam, sosial dan

budaya yang dimanfaatkan untuk pembagunan pariwisata agar dilestarikan

untuk generasi mendatang (Ardika, 2003).

Pariwisata berkelanjutan menurut konsep Muller (1997) adalah

pariwisata yang dikelola mengacu pada pertumbuhan kualitatif,

maksudnya adalah meningkatkan kesejahteraan, perekonomian dan

kesehatan masyarakat. Peningkatan kulitas hidup dapat dicapai dengan

meminimalkan dampak negatif sumber daya alam yang tidak dapat

diperbarui. Lima hal yang harus diperhatikan dalam pariwisata

berkelanjutan menurut konsep Muller (1997) yaitu:

1. Pertumbuhan ekonomi yang sehat,

2. Kesejahteraan masyarakat lokal

3. Tidak merubah struktur alam, dan melindungi sumber daya alam

56

Page 57: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

4. Kebudayaan masyarakat yang tumbuh secara sehat

5. Memaksimalkan kepuasan wisatawan dengan memberikan

pelayanan yang baik karena wisatawan pada umumnya mempunyai

kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan.

Di dalam pariwisata berkelanjutan, terdapat tiga komponen dasar

yang saling berkaitan satu sama lain dalam pengembangan dan

pelaksanaan wisata di suatu daerah. Ketiga komponen tersebut adalah;

pemerintah, swasata/pengusaha, dan masyarakat, atau yang lebih dikenal

dengan istilah tiga pilar pariwisata. Apabila ketiga komponen ini mampu

bersinergi dengan baik, maka pengembangan wisata di suatu daerah akan

berhasil. Kebersamaan ketiga unsur ini dalam pengembangan industri

pariwisata memiliki posisi yang sangat menentukan karena keterkaitannya

secara langsung terlibat dalam berbagai aktifitas kepariwisataa. Mengingat

lahirnya sebuah kebijakan pemerintah kemudian diiringi dengan ikhtiar

dalam melakukan pelayanan yang professional dari pihak swasta, serta

hadirnya dukungan berupa partisipasi yang kreatif dari masyarakat, maka

dengan sendirinya akan terakselerasi sebuah kemajuan sektor pariwisata.

Pembangunan pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism

development) adalah pembangunan pariwisata yang menekankan pada

prinsip pembangunan berkelanjutan. WTO (1999:42), menekankan ada

tiga hal penting dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan yaitu:

1. Quality

Sustainable tourism provides a quality experience for visitor, while

improving the quality of the host community and protecting the quality

of environment.

2. Continuity

Sustainable tourism ensures the continuity of the natural resources

upon which it based and the continuity of the cultural of the host

community with satisfying experience for visitors.

57

Page 58: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

3. Balance

Sustainable tourism balances the need of the tourism industry,

supporters of environment, and the local community.

Konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan berbasis

masyarakat dikemukakan oleh Natori (2001) menekankan yakni:

1. Terpeliharanya mutu dan berkelanjutan sumber daya alam dan budaya

2. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal

3. Terwujudnya keseimbangan antara sumber daya alam dan budaya

4. Kesejahteraan masyarakat lokal serta kepuasan wisatawan.

Berdasarkan pengertian tersebut konsep pengembangan pariwisata

di kawasan waduk jati luhur harus memperhatikan aspek lingkungan,

sosial dan aspek ekonomi agar sumber daya alam, sosial dan budaya yang

ada dapat dimanfaatkan untuk generasi mendatang.

Teori siklus hidup destinasi pariwisata dikemukakan oleh Butler

pada tahun 1980 yang lebih dikenal dengan destination area lifecycle.

Siklus hidup area wisata mengacu pada pendapat Buttler dalam Pitana

(2005) terbagi atas tujuh fase yaitu:

i. Tahapan exploration yang berkaitan dengan discovery yaitu suatu

tempat sebagai potensi wisata baru ditemukan baik oleh wisatawan,

pelaku pariwisata, maupun pemerintah, biasanya jumlah pengunjung

sedikit, wisatawan tertarik pada daerah yang belum tercemar dan sepi,

lokasinya sulit dicapai namun diminati oleh sejumlah kecil wisatawan

yang justru menjadi minat karena belum ramai dikunjungi.

ii. Kedua, involvement phase (keterlibatan). Pada fase ini, peningkatan

jumlah kunjungan wisatawan mengakibatkan sebagian masyarakat

lokal mulai menyediakan berbagai fasilitas yang memang khusus

diperuntukkan bagi wisatawan. Kontak antara wisatawan dengan

masyarakat lokal masih tinggi dan masyarakat mulai mengubah pola-

pola sosial yang ada untuk merespon perubahan ekonomi yang terjadi.

58

Page 59: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

Di sinilah mulai suatu daerah menjadi suatu destinasi wisata yang

ditandai oleh mulai adanya promosi.

iii. Ketiga, development phase (pembangunan). Pada fase ini, investasi

dari luar mulai masuk serta mulai munculnya pasar wisata secara

sistematis. Daerah semakin terbuka secara fisik, advertensi (promosi)

semakin intensif, fasilitas lokal sudah tersisih atau digantikan oleh

fasilitas yang benar-benar touristic dengan standar internasional, dan

atraksi buatan sudah mulai dikembangkan untuk menambahkan atraksi

yang asli alami. Berbagai barang dan jasa impor menjadi keharusan

termasuk tenaga kerja asing untuk mendukung perkembangan

pariwisata yang pesat.

iv. Keempat, consolidation phase (konsolidasi). Pada fase ini, peristiwa

sudah dominan dalam strukrur ekonomi daerah dan dominasi ekonomi

ini dipegang oleh jaringan internasional atau major chains and

franchise. Jumlah kunjungan wisatawan masih naik tetapi pada tingkat

yang lebih rendah. Pemasaran semakin gencar dan diperluas untuk

mengisi berbagai fasilitas yang sudah dibangun. Fasilitas lama sudah

mulai ditinggalkan.

v. Kelima, stagnation phase (stagnasi). Pada fase ini, kapasitas berbagai

faktor sudah terlampaui di atas daya dukung sehingga menimbulekan

masalah ekonomi, sosial, dan lingkungan. Kalangan industri sudah

mulai bekerja berat untuk memenuhi kapasitas dari fasilitas yang

dimiliki khususnya dengan mengharapkan repeater guests atau wisata

konvensi/bisnis. Selain itu, atraksi buatan sudah mendominasi straksi

asli alami (baik budaya maupun alam), citra awal sudah mulai

meluntur, dan destinasi sudah tidak lagi popular.

vi. Keenam, decline phase (penurunan). Pada fase ini, wisatawan sudah

beralih ke destinasi wisata baru atau pesang dan yang tinggal hanya

‘sia-sia’, khususnya 22 wisatawan yang hanya berakhir pekan. Banyak

fasilitas pariwisata sudah berlatih atau dialihkan fungsinya untuk

kegiatan non-pariwisata, sehingga destinasi semakin tidak menarik

59

Page 60: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

bagi wisatawan. Partisipasi lokal mungkin meningkat lagi terkait

dengan harga yang merosot turun dengan melemahnya pasar. Destinasi

bisa berkembang menjadi destinasi kelas rendah (a tourism slum) atau

sama sekali secara total kehilangan diri sebagai destinasi wisata.

vii. Ketujuh, rejuvenation phase (peremajaan). Pada fase ini, perubahan

secara dramatis bisa terjadi (sebagai hasil dari berbagai usaha dari

berbagai pihak) menuju perbaikan atau peremajaan. Peremajaan ini

bisa terjadi karena adanya inovasi dalam pengembangan produk baru

dan menggali atau memanfaatkan sumber daya alam dan budaya yang

sebelumnya belum dimanfaatkan.

60

Page 62: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

 - DAU Rp. 722.162.721.000.-(2013)[1]

Luas 971,72 km2

Populasi

 - Total 845.509 jiwa (2009)[2]

 - Kepadatan

870,12 jiwa/km2

Demografi

 - Kode area telepon

0264

Pembagian administratif

 - Kecamatan

17

 - Kelurahan

192

Simbol khas daerah

 - Situs web

http://www.purwakartakab.go.id

Gambar 1.9 Informasi Kota Purwakarta

Kabupaten Purwakarta, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa

Barat, Indonesia. Ibu kota Kabupaten Purwakarta terletak di Purwakarta dan

berjarak ±80 km sebelah timur Jakarta. Masa pendirian Republik Indonesia,

Purwakarta dikenal sebagai tempat kelahiran beberapa negarawan dan pemimpin

besar asal Jawa Barat. Di antaranya adalah Pahlawan Nasional Kusumah

Atmaja (Ketua pertama Mahkamah Agung Republik Indonesia) dan Ipik

Gandamana(Bupati pertama Kabupaten Bogor, Gubernur Jawa Baratdan Menteri

Dalam Negeri).Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Karawangdi

bagian Utaradan sebagian wilayah Barat, Kabupaten Subangdi bagian Timur dan

sebagian wilayah bagian Utara, Kabupaten Bandung Baratdi bagian Selatan,

dan Kabupaten Cianjur di bagian Barat Daya. Kabupaten Purwakarta berada pada

62

Page 63: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

titik-temu tiga koridor utama lalu-lintas yang sangat strategis, yaitu Purwakarta-

Jakarta, Purwakarta-Bandung dan Purwakarta-Cirebon.

Luas wilayah Kabupaten Purwakarta adalah 971,72 km² atau sekira 2,81%

dari luas wilayah Provinsi Jawa Barat berpenduduk 845.509 jiwa (Proyeksi

jumlah penduduk tahun 2009dengan laju pertumbuhan penduduk rata-rata sebesar

2,28% per-tahun. Jumlah penduduk laki-laki adalah 420.380 jiwa, sedangkan

jumlah penduduk perempuan adalah 425.129 jiwa.Kabupaten Purwakarta

memiliki motto Wibawa KartaRaharja. "Wibawa" berarti berwibawa atau

penuh kehormatan, "Karta" berarti ramai atau hidup, dan "Raharja' berarti keadaan

sejahtera atau makmur. Sehingga “Wibawa Karta Raharja” dapat diartikan sebagai

daerah yang terhormat/berwibawa, ramai/hidup, serta makmur atau sejahtera.

Kabupaten Karawang dengan ibukota Purwakarta berjalan sampai dengan

tahun 1949. Pada tanggal 29 Januari 1949 dengan Surat Keputusan Wali Negeri

Pasundan Nomor 12, Kabupaten Karawang dipecah dua yakni Karawang Bagian

Timur menjadi Kabupaten Purwakarta dengan ibu kota di Subang dan Karawang

Bagian Barat menjadi Kabupaten Karawang. Berdasarkan Undang-undang nomor

14 tahun 1950, tentang pembentukan daerah kabupaten dalam lingkungan

Provinsi Jawa Barat, selanjutnya diatur penetapan Kabupaten Purwakarta, dengan

ibu kota Purwakarta, yang meliputi Kewedanaan Subang, Sagalaherang,

Pamanukan, Ciasem dan Purwakarta.

Kondisi iklim di Kabupaten Purwakarta termasuk pada zona

iklim tropisdengan rata-rata curah hujan3.093 mm/tahun dan terbagi ke dalam 2

wilayah zona hujan, yaitu: zona dengan suhu berkisar antara 22o-28oC dan zona

dengan suhu berkisar 17o-26oC.

Sebelum penjajahan Belanda

63

Page 64: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

Keberadaan Purwakarta tidak terlepas dari sejarah perjuangan melawan

pasukan VOC. Sekitar awal abad ke-17 Sultan Mataram mengirimkan pasukan

tentara yang dipimpin oleh Bupati Surabaya ke Jawa Barat. Salah satu tujuannya

adalah untuk menundukkan Sultan Banten. Tetapi dalam perjalanannya bentrok

dengan pasukan VOC sehingga terpaksa mengundurkan diri.

Setelah itu dikirimkan kembali ekspedisi kedua dari Pasukan Mataram di

bawah pimpinan Dipati Ukur serta mengalami nasib yang sama pula. Untuk

menghambat perluasan wilayah kekuasaan kompeni (VOC), Sultan Mataram

mengutus Penembahan Galuh (Ciamis) bernama R.A.A. Wirasuta yang bergelar

Adipati Panatayuda atau Adipati Kertabumi III untuk menduduki Rangkas

Sumedang (Sebelah Timur Citarum). Selain itu juga mendirikan benteng

pertahanan di Tanjungpura, Adiarsa, Parakansapi dan Kuta Tandingan. Setelah

mendirikan benteng tersebut Adipati Kertabumi III kemudian kembali ke Galuh

dan wafat. Nama Rangkas Sumedang itu sendiri berubah menjadi Karawang

karena kondisi daerahnya berawa-rawa (Sunda : "Karawaan").

Sultan Agung Mataram kemudian mengangkat putera Adipati Kertabumi

III, yakni Adipati Kertabumi IV menjadi Dalem (bupati) di Karawang pada tahun

1656. Adipati Kertabumi IV ini juga dikenal sebagai Raden Adipati

Singaperbangsa atau Eyang Manggung, dengan ibu kota di Udug-udug.

Pada masa pemerintahan R. Anom Wirasuta putera Panembahan

Singaperbangsa yang bergelar R.A.A. Panatayuda I antara Tahun 1679 dan 1721

ibu kota Karawang dari Udug-udug pindah ke Karawang, dengan daerah

kekuasaan meliputi wilayah antara Cihoe (Cibarusah) dan Cipunagara.

Pemerintahan Kabupaten Karawang berakhir sekitar tahun 1811-1816

sebagai akibat dari peralihan penguasaan Hindia-Belanda dari Pemerintahan

Belanda kepada Pemerintahan Inggris.

64

Page 65: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

Gambar 2.0 Masjid Agung Purwakarta pada tahun 1920-1935 (dibangun

atas perintah Raden Tumenggaung Aria Sastradipura I, bupati ke-12,

menjabat tahun 1854-1863)

Antara tahun 1819-1826 Pemerintahan Belanda melepaskan diri dari

Pemerintahan Inggris yang ditandai dengan upaya pengembalian kewenangan dari

para Bupati kepada Gubernur Jendral Van Der Capellen. Dengan demikian

Kabupaten Karawang dihidupkan kembali sekitar tahun 1820, meliputi wilayah

tanah yang terletak di sebelah Timur sungai Citarum/Cibeet dan sebelah Barat

sungai Cipunagara.Dalam hal ini kecuali Onder Distrik Gandasoli, sekarang

Kecamatan Plered pada waktu itu termasuk Kabupaten Bandung. Sebagai Bupati I

Kabupaten Karawang yang dihidupkan kembali diangkat R.A.A. Surianata

dari Bogordengan gelar Dalem Santri yang kemudian memilih ibukota kabupaten

di Wanayasa.

Gambar 2.1 Pendopo Kabupaten Purwakarta Tahun 2009

65

Page 66: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

Pembagian administratif

Pada tahun 1968, berdasarkan Undang-undang No. 4 tahun 1968 tentang

Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang SK Wali Negeri

Pasundan diubah dan ditetapkan Pembentukan Kabupaten Purwakarta dengan

Wilayah Kewedanaan Purwakarta di tambah dengan masing-masing dua desa dari

Kabupaten Karawang dan Cianjur sehingga pada tahun 1968 Kabuapten

Purwakarta hanya memiliki 4 kecamatan, yaitu Kecamatan Purwakarta, Plered,

Wanayasa dan Campaka dengan jumlah desa sebanyak 70 desa. Untuk selanjutnya

dilaksanakan penataan wilayah desa, kelurahan, pembentukan kemantren dan

peningkatan status kemantren menjadi kecamatan yang mandiri. Maka saat itu

Kabupaten Purwakarta memiliki wilayah: 183 desa, 9 kelurahan, 8 kamantren dan

11 kecamatan.

Berdasarkan perkembangan Kabupaten Purwakarta, pada tahun 1989 telah

dikeluarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor: 821.26-672 tanggal

29 Agustus 1989 tentang lahirnya lembaga baru yang bernama Wilayah Kerja

Pembantu Bupati Purwakarta Wilayah Purwakarta yang meliputi Wilayah

Kecamatan Purwakarta, Kecamatan Jatiluhur, Kecamatan Campaka, Perwakilan

Kecamatan Cibungur yang pusat kedudukan Pembantu Bupati Purwakarta berada

di Purwakarta. Sedangkan wilayah kerja Pembantu Bupati Wilayah Plered

meliputi wilayah Kecamatan Plered, Kecamatan Darangdan, Kecamatan

Tegalwaru, Kecamatan Maniis, Kecamatan Sukatani yang pusat kedudukan

Pembantu Bupati Purwakarta berada di Plered. Wilayah kerja Pembantu Bupati

Wilayah Wanayasa yang meliputi Kecamatan Wanayasti Kewedanaan Subang,

Sagalaherang, Pamanukan, Ciasem dan Purwakarta. Pada tahun 1968,

berdasarkan Undang-undang No. 4 tahun 1968[3] tentang Pembentukan Kabupaten

Purwakarta dan Kabupaten Subang yang telah diresmikan pada tangga 31 Januari

1990 oleh Wakil Gubernur Jawa Barat. Setelah diberlakukannya UU No. 22 tahun

1999 tentang Pemerintahan Daerah, serta dimulainya pelaksanaan Otonomi

Daerah di Kabupaten Purwakarta tepatnya pada tanggal 1 Januari 2001. Serta

66

Page 67: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

melalui Peraturan Daerah No. 22 tahun 2001, telah terjadi restrukturisasi

organisasi pemerintahan di Kabupaten Purwakarta.

No Kecamatan Jumlah Kel/Desa Luas Wilayah Jumlah Penduduk

1Babakan

Cikao9 42,40 km² 41.838 jiwa

2 Bojong 14 68,69 km² 46.916 jiwa

3 Bungursari 10 54,66 km² 43.349 jiwa

4 Campaka 10 43,60 km² 39.214 jiwa

5 Cibatu 10 56,50 km² 27.711 jiwa

6 Darangdan 15 67,39 km² 61.499 jiwa

7 Jatiluhur 10 60,11 km² 61.744 jiwa

8 Kiara Pedes 10 52,16 km² 26.799 jiwa

9 Maniis 8 71,64 km² 30.981 jiwa

10 Pasawahan 12 36,96 km² 41.002 jiwa

11 Plered 16 31,48 km² 73.114 jiwa

12 Pondok Salam 11 44,08 km² 28.497 jiwa

13 Purwakarta 10 24,83 km² 169.252 jiwa

14 Sukasari 5 92,01 km² 15.306 jiwa

15 Sukatani 14 95,43 km² 65.570 jiwa

16 Tegalwaru 13 73,23 km² 47.296 jiwa

17 Wanayasa 15 56,55 km² 40.465 jiwa

Tabel 1.1 Data Kabupaten Purwakarta

Geologi dan Geohidrologi :

Kondisi geologi daerah Purwakarta terdiri dari batuan sedimen klastik,

berupa batu gamping (kapur), batu lempung, batu pasir dan batuan vulkanik

67

Page 68: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

seperti tuf, breksi vulkanik, batuan beku terobosan, batu lempung napalan,

konglomerat dan napal. Untuk jenis batuan beku terobosan meliputi andesit,

diorite, vetrofir, basal dan gabro. Batuan ini umumnya bertebaran di bagian barat

daya wilayah Kabupaten Purwakarta. Jenis Batuan napal atau batu pasir kuarsam

merupakan batuan yang tertua di wilayah Kabupaten Purwakarta yang sebarannya

terdapat di tepi Bendungan Jatiluhur (Bendungan Ir. H Djuanda).

Sedangkan batu lempung yang usianya lebih muda (miosen) tersebar di

sekitar wilayah barat laut dan bagian timur Kabupaten Purwakarta berikut

endapan bekas gunung api tua yang berasal dari gunung Burangrang dan Gunung

Sunda, yaitu berupa tuf, lava andesit basalitis, breksi vulkanik dan lahar. Pada

bagian permukaan batuan itu terdapat endapan hasil erupsi gunung api muda yang

meliputi batu pasir, lahar, lapili, breksi lava basal, aglomerat tufan, pasir tufa,

lapili dan laca scoria.

Berdasarkan kondisi dan jenis batuan di atas, maka di wilayah Kabupaten

Purwakarta terdapat kandungan geologi berupa batu kali batu andesit, batu

gamping (kapur), tanah lempung, pasir, pasir kuarsa, pasir batu (sirtu), tras, fosfat,

barit dan batu gips. Sebagian besar jenis tanah adalah tanah latosol dan sebagian

kecil adalah tanah aluvial, andosol, grumosol, litosol, podsolik dan regosol.

Berdasarkan potensi yang dipaparkan di atas telah mendorong munculnya

kegiatan pertambangan di Kabupaten Purwakarta.

Daerah Aliran Sungai

Purwakarta berada pada cekungan Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum

dengan kemiringan 0-40% dan DAS Cilamaya. Hal itu sangat berpengaruh pada

hidrologi dan sistem drainase daerah Purwakarta. Pada cekungan itu dibangun

Bendungan Ir. H. Djuanda di Jatiluhur (7.757 ha.) dan Cirata (1.182 ha.), yang

berfungsi sebagai irigasi, pembangkit tenaga listrik, juga sebagai sumber air

minum DKI Jakarta. Luas kedua bendungan tersebut setara dengan 9,19% luas

68

Page 69: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

wilayah Kabupaten Purwakarta. Pembanguan bendungan tersebut dimungkinkan

oleh keberadaan sejumlah sungai.

Berdasarkan Basis Data Lingkungan Hidup, sungai-sungai di Kabupaten

Purwakarta adalah (1) Sungai Cilamaya yang merupakan Induk Sungai (orde 1 di

DAS) dengan panjang 62 Km, lebar rata-rata 30 m, dan debit air 366 m3/detik.

Sungai Cilamaya ini mempunyai orde 2 di DAS yaitu antara lain: Sungai Ciracas,

Sungai Cijambe, Sungai Cisaat, Sungai Cibongas, Sungai Cilandak, dll. (2)

Sungai Cikao, yang merupakan Induk Sungai (orde 1 DAS) dengan panjang

sungai 45 Km, lebar 40 m. Sungai Cikao terdiri dari beberap[a sungai orde 2

DAS, yaitu antara lain: Sungai Cigintung, Sungai Cigadung, Sungai Cikembang,

Sungai Cicadas, Sungai Cigajah, Sungai Cisitu, Sungai Cibingbin, Sungai

Cigorogoy, Sungai Ciledug, Sungai Citajur, Sungai Cigalugur, Sungai Cinangka,

dll. (3) Sungai Cilangkap, yang merupakan Induk Sungai (orde 1 DAS) dengan

panjang 16 Km, lebar 4 m. Sungai ini mempunyai orde 2 di DAS yaitu Sungai

Cioray dan Sungai Cijalu. (4) Sungai Ciampel yang merupakan Induk Sungai

(orde 1 DAS) dengan panjang 14 Km dan lebar sungai 4 m. Sungai Ciampel ini

mempunayi orde 2 di DAS, yaitu Sungai Cikapuk, Sungai Sumurbeunying,

Sungai Cilabuh, Sungai Ciwaru dan Sungai Cikantong.

Sosial-Budaya di Purwakarta :

Seperti pada umumnya masyarakat yang berdomisili di bagian tengah

Jawa Barat, pola kehidupan masyarakat Kabupaten Purwakarta didominasi oleh

kultur budaya Sunda. Sejalan dengan perkembangan zaman yang ditandai oleh

perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, masyarakat Purwakarta

banyak dipengaruhi oleh budaya asing.Namun demikian, budaya masyarakat pada

dasarnya tetap bernuansa budaya Sunda dan nilai-nilai agama, terutama agama

Islam. Mayoritas penduduk Kabupaten Purwakarta adalah pemeluk Agama Islam

(muslim) dan sisanya adalah non-muslim. Dengan kata lain, penduduk Purwakarta

adalah masyarakat beragama.

69

Page 70: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

Obyek wisata

Waduk Jatiluhur, dengan luas 8.300 ha terletak ±9 km dari kota Purwakarta

menawarkan sarana rekreasi dan olahraga air yang lengkap dan menarik

seperti :dayung, selancar angin, ski air, power boating, perahu layar, dan kapal

pesiar. Fasilitas yang tersedia adalah hotel dan bungalow, bar dan restoran,

lapangantenis, kolam renang dengan water slide, gedung pertemuan dan

playground. Bagi wisatawan remaja, tersedia pondok remaja serta lahan yang

cukup luas untuk kegiatan outbond dan perkemahan yang letaknya

diperbukitan diteduhi pepohonan. Di perairan Waduk Jatiluhur ini juga

terdapat budi daya ikan keramba jaring apung yang menjadi daya tarik

tersendiri. Di waktu siang atau malam kita dapat memancing sambil

menikmati ikan bakar. Khusus untuk educational tourism, yang ingin

mengetahui seluk beluk waduk ini, Perum Jasa Tirta II menyediakan tenaga

ahli.

Waduk Cirata, dengan luas 62 km2 berada pada ketinggian 223 m DPL

dikelilingi oleh perbukitan. Jika melakukan perjalanan dari kota Purwakarta

melalui Plered, akan tiba di Cirata dalam waktu ±40 menit dengan jarak

sejauh 15 km. Dalam perjalanan akan melewati pusat

perdagangan peuyeum Bendul dan Sentra Industri Keramik Plered disamping

menikmati keindahan alam di sepanjang jalan Plered-Cirata.

Situ Wanayasa adalah danau alam yang berada pada ketinggian 600 m DPL

dengan luas 7 ha, terletak ±23 km dari kota Purwakarta dengan udara yang

sejuk berlatar belakang Gunung Burangrang.

Sumber Air Panas Ciracas. Terletak ±8 km dari Situ Wanayasa berlokasi di

kaki bukit dikelilingi oleh pepohonan dan hamparan sawah dengan udara yang

sejuk. Terdapat sekitar 12 titik sumber mata air panas.

Air terjun Curug Cipurut dapat ditempuh dengan berjalan kaki sepanjang ±

3 km ke arah Selatan kota Wanayasa, merupakan tempat yang nyaman untuk

rekreasi baik hiking maupun camping ground. Berada pada ketinggian 750 m

DPL.

70

Page 71: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

Badega Gunung Parang adalah objek wisata alam yang menyediakan sarana

untuk rock climbing. Terletak 28 km dari kota Purwakarta berada pada

ketinggian 983 m DPL.

Gambar 2.2 Tebing bagian barat Gunung Parang, Purwakarta

Gua Jepang berlokasi ±28 Km dari kota Purwakarta, memiliki ketinggian

sekitar 700 m DPL, dikelilingi perkebunanteh,pohon

pinus, cengkeh,manggis dan termasuk dalam kawasan puncak Gunung

Burangrang. Gua Jepang merupakan gua buatan yang dibangun oleh Jepang

(Romusha) sekira tahun 1943 untuk digunakan sebagai tempat

persembunyian.

Desa Wisata Bojong terletak di Desa Pasanggrahan Kecamatan Bojong

±35 km dari Kota Purwakarta, berada pada ketinggian ±650 m DPL

dikelilingi pepohonan, bukit, hamparan sawah, pemandangan alam Gunung

Burangrang dan areal perkebunan rakyat.

Wisata Via Ferrata Wisata panjat tebing dengan menaiki tangga besi yang

dilengkapi alat pengaman khusus bernama lanyard double system, dengan

adanya teknik mendaki seperti Via Ferrata ini memungkinkan semua orang

dapat memanjat Tebing parang tanpa mempunyai kemampuan khusus, Berada

di Tebing Parang, Desa Pasanggrahan, Dusun Cirangkong.

71

Page 72: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

Situ Buleud, adalah danau seluas 4 ha berbentuk bulat yang terletak di tengah

kota Purwakarta. Situ buleud merupakan landmark Purwakarta. Konon Situ

Buleud tempo dulu merupakan tempat "pangguyangan"

(mandi/berendam) badak, kemudian pada masa pemerintahan kolonial

Belanda dijadikan sebagai tempat peristirahatan. Nantinya Situ Buleud akan

dibangun museum bawah tanah dan taman air mancur siliwangi seperti di

singapura.

Desa Wisata Sajuta Batu, terletak di Desa Pasanggrahan Kecamatan

Tegalwaru, salah satu tujuan wisata alam di Purwakarta, dengan suasana khas

pedesaan Purwakarta. terdapat berbagai jenis objek wisata tersedia, antaralain,

wisata rekreasi dengan jelajah desa dan kampung dengan suguhan panorama

alam yang masih asli, wisata mancing, wisata ziarah dan trekking, panjat

tebing di Gunung Parang (Gunung batu andesit terbesar di Indonesia) dan

menelusuri cerita rakyat Jonggrang Kalapitung di Gunung Bongkok,

menelusuri Goa Bolong Gunung Parang serta terdapat sarana bumi

perkemahan dan area off road di area Gunung Salasih.

Wisata budaya

Gedung Negara, dibangun tahun 1854 pada masa kolonial Belanda dengan

gaya arsitektur Eropa. Kini Gedung Negara menjadi Kantor Bupati

Purwakarta.

Gedung Karesidenan, seusia dengan Gedung Negara dibangun pada zaman

pemerintahan kolonial Belanda. Kini menjadi Kantor Badan Koordinasi

Wilayah IV terletak di Jalan KK. Singawinata.

Mesjid Agung, terletak di samping Gedung Negara dibangun pada tahun

1826 pada masa kolonial Belanda. Mesjid ini mulai dipugar pada tahun 1993

dengan tetap mempertahankan bentuk asli dan nilai sejarahnya, kemudian

diresmikan oleh Gubernur Jawa Barat pada tahun 1995.

Sentra Industri Keramik Plered, terletak di Desa Anjun ±13 km dari kota

Purwakarta. Industri ini diperkirakan sudah ada sejak tahun 1904

menghasilkan keramik berkualitas diekspor ke manca negara antara

72

Page 73: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

lain Jepang, Belanda, Thailand, dan Singapura. Jenis keramik yang dihasilkan

antara lain gerabah,terakota dan porselen.

Industri Kain Songket, diproduksi oleh PT. Sinar sejak tahun 1956 untuk

di ekspor ke Brunei dan konsumsi dalam negeri.

Kesenian Buncis dan Domyak merupakan kesenian khas Purwakarta

disamping wayang golek, celempungan, tari-tarian, degung, ketuk

tilu, jaipongan, tungbrung, reog, calung dan kesenian-kesenian daerah lainnya.

Wisata Ziarah

Makam RA. Suriawinata. Seorang pendiri kota Purwakarta yang meninggal

tahun 1827, dia merupakan Bupati Karawang ke-9 dimakamkan di tengah Situ

Wanayasa.

Makam Baing Yusuf adalah makam Syech Baing Yusuf yang meninggal

pada tahun 1856 terletak di belakang Mesjid Agung Purwakarta. Dia adalah

merupakan seorang ulama besar pada zamannya bermukim di Kaum

(Paimbaran Mesjid Agung) Purwakarta dan mendirikan pondok pesantren.

Makam Mama Sempur adalah makam Syekh Tubagus Ahmad Bakri as-

Sampuri Makam keramat Sempur adalah Makam Mama Sempur, Dia adalah

seorang tokoh agama Islam yang disegani dan terkemuka, sehingga sekarang

banyak pengunjung berziarah ke makam tersebut. Letaknya di Sempur-Plered,

14 km dari kota Purwakarta.

Wisata Buatan

Taman Sri Baduga Air mancur Taman Sri Baduga yang menjadi Ikon Baru

Purwakarta ini digadang-gadang sama persis dengan Air Mancur Wing Of

Time  yang berda di Singapura. Tak hanya itu Air mancur Taman Sri Baduga

yang di klaim sebagai Air Mancur terbesar di Indonesia ini pada di bagian

utara hingga selatan juga disambungkan oleh sejumlah air mancur. Sementara

tepat ditengah danau, terdapat 4 patung harimau dan 1 patung Sri Baduga

Maharaja .

73

Page 74: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

Makanan

Sate Maranggi

Yang membedakan dengan sate lainnya adalah bumbu kecapnya yang diolah

hingga memiliki cita rasa unik-asam, manis, pedas. Disamping sate maranggi,

banyak juga terdapat rumah-rumah makan khas Sunda yang menyajikan ikan

bakar, pepes, ayam goreng, ayam bakar (bakakak), lengkap

dengan sambaldadakan.

Soto Sadang

Soto ini dinamakan Soto Sadang, karena memang lokasi awalnya terletak di

Sadang, Purwakarta. Tepatnya di persimpangan jalan raya menuju Jakarta

dengan rel kereta api. Tapi semenjak dibangunnya jalan layang, rumah makan

ini pindah ke arah kota Purwakarta, yaitu di Jalan Veteran.

Oleh-oleh

Simping

Makanan ini bentuknya berupa lembaran pipih, bundar tipis, biasanya

berwarna putih, dan rasanya gurih. Terbuat dari tepung beras yang diberi

beberapa bumbu.

Peuyeum bendul

Gula aren Cikeris

Manisan pala

Teh hijau

Colenak

Opak

Browyeum (Brownies Peuyeum)

Oleh-oleh ini adalah hasil inovasi dari peuyeum bendul yang di padukan dengan

brownies, sehingga menghasilkan citarasa yang khas,dan dapat diperoleh di

Perum Bukit Panorama Indah, belakang Polres.

74

Page 75: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

Pahlawan dan Negarawan

Kusumah Atmaja (lahir di Purwakarta, 1898, wafat tahun 1592), Ketua

pertama Mahkamah Agung Republik Indonesia (1945-1952)

Ipik Gandamana (lahir di Purwakarta, 1906), Gubernur Jawa Barat periode

(1956-1959), Menteri Dalam Negeri (1959-1964)

Ahmad Tirtosudiro (lahir di Plered, Purwakarta, 1922, wafat, tahun 2011),

Ketua Dewan Pertimbangan Agung RI (1999-2003)

Ade Komarudin (lahir di Purwakarta, 1965), Ketua Dewan Perwakilan Rakyat

RI

Ahmadi Noor Supit, (lahir di Purwakarta, 1957) Ketua Badan

Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat RI (2014-2019)

Danny Setiawan (lahir di Purwakarta, 1945), Gubernur Jawa Barat 2003-2008

Nanan Soekarna (lahir di Purwakarta, 1955), Wakil Kepala Kepolisian Negara

Republik Indonesia (2011-2013)

Seniman

Upit Sarimanah (lahir di Purwakarta, 1926, wafat tahun 1992), pesinden

Abas Alibasyah Natapriyana (lahir di Purwakarta, 1928), pelukis dan pendidik

Heri Hendrayana Harris atau Gol A Gong (lahir di Purwakarta, 1963), penulis

dan aktivis gerakan literasi

Ferry Curtis (lahir di Purwakarta, 1990), musisi dan aktivis gerakan literasi

Ringgo Agus Rahman (lahir di Purwakarta, 1982). aktor dan comedian

Atlet

Eka Ramdani, (lahir di Purwakarta, 1984), pesepakbola

Johan Herman Bernhard Kuneman, (1886-1945), pesepakbola Belanda

Salim Alaydrus, (lahir di Purwakarta, 1977), pesepakbola

Shahar Ginanjar, (lahir di Purwakarta, 1990), pesepakbola

75

Page 76: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

Organisasi dan Kelembagaan

Unit Kepariwisataan Waduk Jati Luhur dipimpin oleh Kepala Unit

Kepariwisataan, yang terdiri dari tiga seksi utama, yaitu Seksi Umum dan

Keuangan, Seksi Hotel dan Pemasaran, dan Seksi Rekreasi (Gambar 32). Seksi

Umum membawahi Urusan Umum dan Kepegawaian, Urusan Anggaran, Urusan

Gudang dan Inventaris, Urusan Akuntansi, Bendahara, dan Urusan Pemeliharaan.

Seksi Hotel dan Pemasaran membawahi Urusan Tata Boga, Urusan Tata Graha,

dan Urusan Promosi dan Penjualan. Seksi Rekreasi membawahi Urusan Tiket dan

Pemandu, dan Urusan Jatiluhur Water World dan Penataan Area. Adapun dalam

menjalankan pengelolaan kawasan wisata, Waduk Jati Luhur menggunakan sistem

kontrak seperti pemeliharaan taman (CV Tunas Mekar), hotel dan bungalow

(Koperasi), pemeliharaan lingkungan (PP Info), dan jasa parkir (JatiMandiri).

Secara umum, kepemilikan lahan kawasan dipegang oleh Perum Jasa Tirta

II, yang di dalamnya terdapat unit-unit usaha meliputi Unit Usaha Pelistrikan,

Unit Usaha Air baku, dan Unit Usaha Kepariwisataan. Adapun dalam pengelolaan

area dan fasilitas, Waduk Jati Luhur menyewakan lahan kepada masyarakat yang

ingin membangun pondok-pondok ikan bakar, pelelangan ikan, ataupun

pemukiman, sehingga area tersebut bukan merupakan wewenang Waduk Jati

Luhur untuk dikelola. Dalam mengkoordinasikan seksi-seksi kepariwisataan perlu

dilakukan pembenahan dan pengembangan koordasi sampai dengan tugas-tugas

terkecil untuk memberikan pelayanan yang representatif bagiwisatawan.

76

Page 77: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

Gambar 2.3 Struktur organisasi Unit Kepariwisataan

77

Page 78: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

3.2 Waduk Jatiluhur

Gambar 2.4 Denah Waduk Jatiluhur

Tabel 1.1 Penjelasan denah Waduk Jatiluhur

Waduk Jatiluhur, dengan luas 8.300 ha terletak ±9 km dari kota

Purwakarta menawarkan sarana rekreasi dan olahraga air yang lengkap dan

menarik seperti : dayung, selancar angin, ski air, power boating, perahu layar,

dan kapal pesiar. Fasilitas yang tersedia adalah hotel dan bungalow, bar

78

Page 79: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

dan restoran, lapangan tenis, kolam renangdengan water slide, gedung pertemuan

dan playground. Bagi wisatawan remaja tersedia pondok remaja serta lahan yang

cukup luas untuk kegiatan outbond danperkemahanyang letaknya diperbukitan

diteduhi pepohonan. Di perairan WadukJatiluhur ini juga terdapat budi daya ikan

keramba jaring apungyang menjadi daya tarik tersendiri. Di waktu siang atau

malam kita dapat memancing sambil menikmati ikan bakar. Khusus

untuk educational tourism, yang ingin mengetahui seluk beluk waduk ini,Perum

Jasa Tirta IImenyediakan tenaga ahli.

Sejarah & Latar Belakang

• Peletakan batu pertama pembangunan oleh Presiden Soekarno.

• Mulai dibangun tahun 1957 dan selesai tahun 1967, berdasarkan pada

tulisan Prof. Dr. Ir. W.J Blommestein (1948), kemudian dikaji ulang oleh

Ir. Van Schravendijk dan Ir. Abdoelah Angudi.

• Perencanaan dan Pengawasan oleh Coyne et Bellier, Perancis, Pelaksanaan

oleh Compagnie Francaise d’Enterprise, Paris – Perancis.

• Diresmikan 26 Agustus 1967 oleh Presiden Soeharto.

Manfaat Waduk Jatiluhur :

• Penyediaan air untuk irigasi seluas 242.000 ha.

• Menyediakan air baku DKI.

• Pembangkitan listrik kapasitas 187,5 MW.

• Pengendalian banjir di Karawang dan sekitarnya.

• Perikanan darat.

• Pengembangan pariwisata dan olahraga air

79

Page 80: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

Lokasi Waduk Jatiluhur

Berjarak ±100 km tenggara Jakarta dan ±60 km barat laut Bandung.

Data Teknis

1. Bendungan Utama

a) Rockfill with inclined clay core.

b) Tinggi 105 m, panjang 1.220 m, elevasi puncak +114,5 m,

volume urugan 9,1 jt m3.

Gambar 2.5 Denah Bendungan Utama

Gambar 2.6 Penampang Melintang

80

Page 81: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

Gambar 2.7 Penampang Melintang Melalui Menara

2. Menara Pelimpah Utama

Gambar 2.8 Denah Atas dan Penampang Menara

a) Tinggi 110 m, dia. 90 m dan elevasi puncak +114,5 m.

b) Tipe morning glory, elevasi mercu +107,0 m, panjang pelimpah 151,5 m,

jendela 14 buah.

c) Kapasitas maks 3.000 m3/s di TMA +111,6 m.

d) Memiliki 2 buah pintu/katup ‘hollowjet’ berkapasitas 270 m3/s untuk

suplesi irigasi.

81

Page 82: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

3. Waduk

Volume tampungan 2,44 milyar m3 pada TMA + 107 m dengan

luas genangan 8.300 ha. Daerah tangkapan keseluruhan seluas 4.500

km2, sedangkan luas daerah tangkapan yang langsung ke Waduk Ir. H.

Djuanda 380 km2 (8%).

Gambar 2.9 Foto Waduk

4. Bendungan Pelana

Berjumlah 4 buah dengan tipe Homogenous Earth fill dengan

penutup menggunakan batu andesit dan di beberapa tempat

menggunakan chimney Drain. Elevasi puncak bendungan pelana

+114,5 m.

a) Pasirgombong Barat (panjang 1.950 m, tinggi maks 19,0 m).

b) Pasirgombong Timur (400 m, 15,0 m).

c) Ciganea (330 m, 12,5 m).

d) Ubrug (550 m, 17,0 m), dilengkapi dengan pelimpah bantu.

82

Page 83: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

5. Pelimpah Bantu Ubrug.

Lantai pelimpah +102 m, pintu 4 buah, lebar 12,4 m, Kapasitas

pelimpah 2.000 m3/s.

Gambar 3.0 Denah Bendungan Pelana dan Pelimpah Ubrug

Gambar 3.1 Foto Bendungan Pelana dan Pelimpah Ubrug

Instrumen keselamatan bendungan

Dalam rangka keselamatan Bendungan Ir. H. Djuanda, telah dipasang

instrumen yang berfungsi untuk memantau:

1. Pergerakan

Pergerakan eksternal menggunakan peralatan topografi. Pergerakan

83

Page 84: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

internal menggunakan inclinometer. Pemantauan dilakukan secara

bulanan.

2. Tekanan Air Pori

Pemantauan tekanan air pori menggunakan piezometer dilakukan

secara tengah bulanan.

3. Rembesan/Bocoran

Pemantauan rembesan/bocoran menggunakan alat ukur V-Notch,

gelas ukur dan stopwatch, dilakukan secara harian.

4. Getaran

Pemantauan getaran ini secara khusus dimaksudkan untuk

mengukur getaran akibat gempa. Alat yang digunakan adalah

Accelerograph berjumlah 2 buah, dipuncak dan di bawah bendungan.

5. Klimatologi dan Hidrologi

Pencatatan data klimatologi dan hidrologi dilakukan secara khusus

untuk operasi waduk, namun data tersebut berguna juga untuk

mendapatkan korelasi dengan data instrumen lain terkait dengan

keselamatan bendungan. Peralatan yang dimiliki : AWLR, ARR, dan

Evaporasi

Gambar 3.2 Foto peralatan

84

Page 85: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

3.2.1. Ekosistem Waduk Jatiluhur

Waduk Jatiluhur merupakan ekosistem air tawar yang terdapat di

Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, tepatnya terletak 9 km dari

pusat Kota Purwakarta, Provinsi Jawa Barat. Kondisi perairan di Waduk

Jatiluhur dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor. Faktor tersebut yang

mempengaruhi diantaranya yaitu:

1. Parameter Fisika

Parameter Fisika Waduk Jatiluhur meliputi, temperatur, tingkat

kecerahan, kedalaman, kekeruhan, dan zat padat terlarut (TDS).

Suhu rata-rata perairan di Waduk Jatiluhur berkisar antara 29-30˚C

dengan tingkat kecerahan berkisar antara 125-175 cm. Kedalaman

waduk ini adalah 37 m dengan kedalaman maksimum 95 m.

Tingkat kekeruhanya berkisar antara 0,3-11 NTU. Nilai TDS rata-

rata Waduk Jatiluhur pada musim hujan maupun kemarau

cenderung stabil yaitu berkisar antara 87.9mg/L – 116,9mg/L.

Dengan kondisi demikian maka dapat dinyatakan bahwa kondisi

perairan Waduk Jatiluhur masih baik digunakan untuk kepentingan

sumber air minum dan perikanan.

2. Parameter Kimia

a. Oksigen Terlarut (DO)

Nilai rata-rata DO di Waduk Jatiluhur yaitu 5,2mg/L

dengan kisaran antara 0,7mg/L – 11,2mg/L. Namun pada

musim dingin rata-rata DO menjadi lebih tinggi karena

input fotosintesis yang lebih besar, sedangkan pada musim

kemarau mengalami sedikit penurunan dari musim hujan.

b. BOD dan COD

Nilai rata-rata BOD Waduk Jatiluhur berkisar antara 0,1-

5,79 mg/L.  Hal ini masih tergolong dalam kondisi yang

baik dan sesuai dengan standar baku mutu yang dijinkan.

Sedangkan kandungan COD berkisar antara 6,9-172 mg/L.

85

Page 86: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

c. Derajat keasaman (pH)

Rata-rata pH Waduk Jatiluhur adalah tujuh dengan kisaran

4-12. Pada musim hujan nilai pH rata-ratanya adalah 7,25

dengan kisaran 4,3-12. Sedangkan pada musim kemarau

rata-ratanya yaitu 6,75 dengan kisaran 4-9,1. Secara umum

nilai rata-rata pH Waduk Jatiluhur masih layak sebagai

baku air minum.

d. Kandungan Orthofosfat

Kandungan orthofosfat dalam suatu perairan juga

menggambarkan potensi kesuburan perairan, pada

konsentrasi 0,051-0,100mg/L, perairan termasuk kedalam

kesuburan yang baik. Berdasarkan penelitian

nilai orthofosfat Waduk Jatiluhur yaitu 0,051-0,081 mg/L,

sehingga dapat dikategorikan kedalam tingkat kesuburan

yang baik, atau dapat dikatakan perairanya subur.

e. Nitrit ( NO2 )

Nilai rata-rata kandungan nitrit di Waduk Jatiluhur 0.11

mg/L dengan kisaran 0 mg/L – 0,91 mg/L. Pada musim

hujan rata-rata berkisar antara 0,09 mg/L, sedangkan pada

musim kemarau 0,13 mg/L. Apabila dilihat dari kandungan

nitritnya maka perairan Waduk Jatiluhur sudah tidak layak

lagi untuk perikanan.

f. Nitrat ( NO3 )

Nitrat adalah salah satu unsur hara penting bagi organisme

produsen primer di perairan. Jika organisme produsen

sedang aktif melakukan fotosintesis maka kandungan DO

akan meningkat. Akibatnya organisme penyusun produsen

primer di perairan akan memerlukan nitrat dalam jumlah

yang banyak pula sehingga kandungan nitrat yang terukur

86

Page 87: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

di air menjadi lebih rendah. Rata-rata kandungan nitrat di

Waduk Jatiluhur 0,345mg/L. Pada musim hujan kandungan

nitrat 0,33mgL, sedangkan pada musim kemarau 0,36mg/L

( Soetrisno,2003 ).

            Keanekaragaman hayati di perairan Waduk Jatiluhur meliputi ikan

dan biota lainnya yang terdapat di dalamnya seperti plankton. Jenis-jenis

ikan yang terdapat pada Waduk Jatiluhur diantaranya yaitu Ikan

Nila ( Oreochromis niloticus ), Ikan Mas ( Cyprinus carpio ), Ikan Tawes (

Puntius javanicus ), Ikan Patin (Pangasionodon hypopthalmus ), Ikan

Bandeng ( Chanos chanos ), Ikan Betutu (Oxeyleotris marmorata ), Ikan

Kongo ( Tilapia butikoferi ), Ikan Gabus ( Channa striata), dan Ikan Sepat

jawa ( Trichogaster trichopterus ).  Jenis ikan yang dominan adalah Ikan

Nila ( Oreochromis niloticus ), Ikan Mas ( Cyprinus carpio ), Ikan Patin

(Pangasionodon hypopthalmus ), Ikan Bandeng ( Chanos chanos ) dan

Ikan Gabus (Channa striata ). Sedangkan jenis ikan yang biasa

dibudidayakan dengan sistem KJA di Waduk Jatiluhur yaitu, Ikan Mas

( Cyprinus carpio ), Ikan Nila ( Oreochromis niloticus),  dan Ikan

Bandeng ( Chanos chanos ). Selain sistem budidaya dengan sistem KJA,

kegiatan perikanan di Waduk Jatiluhur, yaitu perikanan tangkap berskala

kecil dengan menggunakan gill net, jala lempar dan pancing

            Salah satu komponen biotik yang penting di perairan selain ikan

yaitu plankton. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Waduk

Jatiluhur paling sedikit dihuni oleh 32 jenis fitoplankton yang terdiri dari

Chlorophyceae, Dynophyceae, Xanthophyceae, Bacillariophyceae,

Cryptophyceae, dan Euglenophyceae. Dari keenam kelas tersebut jumlah

fitoplankton yang paling sedikit yaitu Xanthophyceae, Cryptophyceae,

Euglenophyceae. Kelimpahan fitoplankton di Waduk Jatiluhur berkisar

antara 27.779-43.439 ind/ml, hal ini sebanding dengan waduk-waduk pada

sungai yang sama yakni Waduk Cirata dan Saguling. Komunitas

fitoplankton tersebut berdasarkan kelasnya didominasi oleh

87

Page 88: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

Bacillariophyceae (58,3-80,4%), sedangkan berdasarkan genusnya

didominasi oleh Synedra  dan Mycrocystis (22,4-33,8%). Selain

fitoplankton juga terdapat zooplankton yang terdapat pada Waduk

Jatiluhur, diantaranya yaitu protozoa dan rotifera. Disamping itu juga

terdapat insekta dan crustacean

Permasalahan yang timbul pada Waduk Jatiluhur akibat

pengelolaan ekosistem waduk yang belum dilaksanakan dengan terpadu

dintaranya adalah pencemaran nutrien yang menyebabkan yutrifikasi.

Pencemaran nutrien tersebut telah memicu pertumbuhan fitoplankton

secara berlebihan sehingga terjadi blooming fitoplankton yang

mengganggu kegiatan wisata air dan mengancam keberlanjutan fungsi

waduk untuk tempat budidaya perikanan. Nutrien utamanya nitrogen (N)

dan fosfor (P) yang terdapat pada Waduk Jatiluhur adalah hasil

dekomposisi limbah organik dari kegiatan di sekitar waduk. Limbah

organik tersebut masuk ke dalam perairan waduk dalam berbagai bentuk

seperti partikel suspensi, koloid dan larutan. Sebagian partikel tersebut

akan mengendap dan sebagian lagi akan masuk ke badan air. Limbah

organik tersebut jika dibiarkan terus menerus, waduk ini pun akan menjadi

eutrofik dan umurnya menjadi pendek, akibat proses sedimentasi bahan

organik di dasar (Ilosangi,2001).

Populasi keramba jaring apung (KJA) yang terus meningkat di

kawasan Waduk Jatiluhur juga merupakan permasalahan yang harus

segera ditangani. Jika kondisi demikian dibiarkan berlangsung terus

menerus maka mutu air waduk jatiluhur akan semakin buruk. Disamping

itu juga menyebabkan korosi pada pintu pelimpas yang seluruhnya terbuat

dari besi dan kematian masal ikan budidaya keramba jaring apung karena

adanya pembalikan massa air. Untuk mencegah kejadian serupa terulang

kembali, seharusnya unit KJA yang beroperasi dikurangi setiap tahunnya

karena semakin lama beroperasi dengan jumlah yang semakin banyak,

maka akumulasi bahan organik di dasar perairan akan semakin banyak 

88

Page 89: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

3.2.2. Waduk Sebagai Tempat Wisata

Sektor pariwisata yang penulis angkat disini adalah bendungan /

waduk yang merupakan pariwisata alam buatan yang bermanfaat bagi

warga sekitar antara lain: sebagai pemutar generator Pusat Listrik Tenaga

Air (PLTA), yang mana berfungsi sebagai penerangan listrik daerah

sekitar, sebagai pengendalian banjir, bahwa waduk adalah konstruksi yang

dibangun untuk menahan laju air dari beberapa sungai atau tempat

tertampungnya air dari berbagai sungai yang berada didaerah sekitar,

selain itu juga air yang telah dimanfaatkan PLTA dibuang sebagai sarana

irigasi atau dialirkan sebagai sarana pengairan untuk pertanian daerah

sekitar waduk, selain itu kepariwisataan telah menjadi salah satu penghasil

devisa negara kedua setelah migas, maka dari itu pengelolaan terhadap

sektor pariwisata harus di laksanakan secara optimal. Pengembangan

industri pariwisata untuk menyokong pembangunan ekonomi menjadi

bagian dari sebuah gejala ekonomi bisnis yang memerlukan rencana yang

matang dan baik bila ingin sukses. Pengembangan pariwisata tidak bisa

optimal apabila tidak didukung dengan segala aspek, pendukung yang

mempengaruhi seperti pihak pengelola Jasa Tirta (perusahaan). Yaitu

kualitas, kinerja, pendidikan dan profesionalisme kerja staf atau karyawan

pada perusahaan atau pengelola sumber daya manusia yaitu orang-orang

yang meperhatikan dan bisa memanfaatkan dengan baik sesuatu yang ada

tanpa adanya perusakan, pencemaran dan lain-lain dengan upaya

kelestarian atau penggalian sumber daya alam yang baik, dan apabila tidak

ada hubungan timbal balik atau kerjasama yang baik antar sektor, maka

tidak mungkin pengembangan sektor ekonomi (dari pariwisata) bisa

optimal.

Pengelola perusahaan (Pariwisata Waduk Jatiluhur) tersebut

dikelola oleh Perum Jasa Tirta, dimana Perum Jasa Tirta berwenang untuk

mengelola dan mengembangkan industri pariwisata Waduk Jatiluhur.

Perum Jasa Tirta di Selorejo dibagi atas dua divisi, yang pertama adalah

89

Page 90: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

divisi pemeliharaan yang bertugas sebagai pengatur air dan Bendungan,

yang ke dua divisi pariwisata (PATA), yang berfungsi sebagai pengatur

fasilitas pariwisata. Perum Jasa Tirta di Selorejo tersebut berada dibawah

naungan Perum Jasa Tirta pusat yang berada di Kota Malang. didalam

mengelola,

Perum Jasa Tirta mempunyai tujuan untuk menjadikan Obyek

Wisata Waduk sebagai salah satu obyek unggulan di Purwokerto, hal ini

dikarenakan tempat wisata tersebut memiliki ciri khas tersendiri, selain

tempatnya yang luas, udara yang masih sejuk, dan fasilitas yang lengkap,

maka Wisata Waduk mampu bersaing dengan wisata-wisata lain di

Indonesia. Adapun perencanaan pengembangan pada sektor pariwisata

pasti mengalami kendala-kendala atau hambatan-hambatan yang cukup

memberikan tantangan tersendiri dalam penerapannya, hambatan tersebut

muncul atau dikarenakan adanya permasalahan dalam proses

pengembangan itu sendiri. Permasalahan utama adalah kelemahan-

kelemahan yang ada, baik dari intern maupun ekstern, yang dimaksud

dengan kelemahan intern yaitu kelemahan yang timbul dari dalam

perusahaan itu sendiri yang berupa masalah kurangnya dana untuk

pengembangan fasilitas wisata dan masalah kwalitas sumber daya manusia

(SDM) staf kariyawan yang kurang mampu untuk menguasai bidang

pariwisata. Sedangkan kelemahan ekstern adalah kelemahan yang datang

dari luar masalah perusahaan yaitu adanya masyarakat setempat yang

kurang mendukung, dalam hal keikutsertaannya untuk memelihara sangat

kurang. Wujut kesejahteraan masyarakat setelah adanya Obyek Wisata.

Waduk adalah di mana adanya upaya dari pihak Perusahaan Umum

Jasa Tirta dalam meningkatkan wisatawan dengan begitu penghasilan

masyarakat dari meningkatnya jumlah pengunjung juga meningkat.

Adanya pertunjukan hiburan seperti orkes dan kesenian kuda lumping

pada saat hari-hari besar dan hari libur juga membuat Obyek Wisata

Waduk Jatiuhur dipadati pengunjung, ini juga sebagai pemicu adanya

peningkatan penghasilan masyarakat, padatnya wisatawan pada hari besar

90

Page 91: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

seperti pada hari raya Idul Fitri, Natal dan Tahun Baru, masyarakat Desa

Pandansari membuka lahan untuk tempat parkir motor, karena tempat

parkir yang disediakan oleh Perum Jasa Tirta pada saat itu tidak memadai.

Untuk mengembangkan bidang ekonomi khususnya pada sektor pariwisata

harus menggunakan rencana yang fleksibel, efisien, efektif dan kreatif,

pengembangan pariwisata tidak terbatas dengan hanya membuat tempat

dan pemanfaatan lingkungan, tetapi pengembangan harus mempunyai misi

dan visi bagaimana suatu tempat itu menjadi obyek wisata yang tidak

hanya indah dan menarik akan tetapi mempunyai ciri khas tersendiri.

Pengembangan dan pemecahan masalah haruslah ditangani secara baik,

pada saat ini maupun pada masa yang akan datang agar prospek dunia

pariwisata dapat dikatakan sangat baik. Melihat sangat pentingnya peranan

obyek wisata untuk menyokong bidang ekonomi

Gambar 3.3 Peta Waduk Jatiluhur

3.2.3. Pengelola Danau dan Waduk

Sesuai dengan UU. No. 7 Tahun 2004 tentang SumberDaya Air,

yang terdiri 3 komponen yaitu konservasi, pemanfaatan dan pengendalian

daya rusak air. Waduk embung, situ dan danau yang merupakan sumber

91

Page 92: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

daya air telah banyak banyak mengalami penurunan fungsi dan

kerusakan ekosistem. Hal ini disebabkan oleh karena pengelolan

waduk/danau yang banyak mengalami kendala. Dalam UU-Sumber Daya

Air telah dimanatkan untuk melakukan pengelolaan waduk dengan

melakukan konservasi, pemanfaatan, pengendalian daya rusak air. Selain

itu masih ada peraturan No. 1 Tahun 1997, tentangLingkungan Hidup;

PP.No Tahun 2001, tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

Pengendalian Pencemaran AirPP. No. 32 Tahun 1990 tentang Kawasan

Lindung; Kep. Pres No.123/2001, tentang koordinasi Pengelolaan

Sumber Air pada tingkat Propinsi, Wilayah Sungai, Kabupaten dan

Beserta Keputusan Menteri yang terkait denganpengelolaan sumber daya

air. Walaupun sudah banyak undang–undang atau peraturan yang

diundangkan tentang pengelolaan sumber daya air dan yang terkait

dengan pengelolaan sumber daya air akan tetapi pada kenyataannya

konservasi sumber daya air, pengendalian daya rusak air terhadap sumber

daya air pada danau dan waduk, situ, embung dan sungai masih jauh dari

harapan malahan semakin rusak baik kuantitas maupun kualitas airnya.

PERUM Jasa Tirta II adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

yang ditugasi untuk menyelenggarakan pemanfaatan umum atas air dan

sumber-sumber air yang bermutu dan memadai bagi pemenuhan hajat

hidup orang banyak, serta melaksanakan tugas-tugas tertentu yang

diberikan Pemerintah dalam pengelolaan daerah aliran sungai.

Wilayah Kerja Perum Jasa Tirta II mencakup 74 sungai dan anak-

anak sungainya yang menjadi satu kesatuan hidrologis di Jawa Barat

bagian Utara. Daerah kerja Perum Jasa Tirta II berada di Wilayah Sungai

Citarum dan sebagian Wilayah Sungai Ciliwung – Cisadane meliputi

daerah seluas + 12.000 km2.

Wilayah pelayanan Perum Jasa Tirta II pada 2 (dua) Provinsi,

yaitu : Provinsi Jawa Barat danDKI Jakarta yang mencakup sebagianKota

Jakarta Timur Kotamadya Bekasi, Kabupaten Bekasi,Kabupaten

Karawang,Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Subang, sebagianKabupaten

92

Page 93: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

Indramayu, sebagianKabupaten Sumedang, Kota Bandung danKabupaten

Bandung, Kota Cimahi sebagian Kabupaten Cianjurdan

sebagianKabupaten Bogor.

Beberapa faktor yang menyebabkan kendala dalam melakukan

pengelolaan sumber daya air, antara lain:

• Banyaknya instansi yang terkait dalam melakukan pengelolaan Daerah

Aliran Sungai Wadukinstansi lebih mementingkan sektornya dari pada

konservasinya.

• Banyaknya instansi yang terkait dalam pemanfaatan air danau atau

waduk sehingga menimbulkan konflik kepentingan.

• Perbedaan batas ekologis dan administratif, sehingga ada keengganan

pemerintah tempat berlokasinya danau/waduk untuk melakukan upaya

konservasi yang optimal.

• Masih lemahnya kapasitas kemampuan instansi pengelola dalam

melakukan konservasi.

• Kurangnya pemahaman dan kesadaran, pengetahuan dan kemampuan

untuk melakukan konservasi bagi penduduk yang ada di sekitar DAS

ataupun penduduk yang bermukim di sekitar danau/waduk.

3.2.4. Pemasaran Wisata di Waduk Jatiluhur

Pemasaran wisata yang dilakukan oleh pengelola objek wisata

Waduk Jatiluhur lebih ditonjolkan sebagai objek wisata untuk keluarga.

Karena di sekitar waduk jatiluhur terdapat sejumlah tempat untuk

menghabiskan waktu bersama kerluarga. Contohnya seperti beberapa resto

dan cafe yang terdapat disekitar Waduk Jatiluhur. Selain itu terdapat pula

convention hall yang dapat digunakan oleh instansi atau beberapa lembaga

untuk melakukan kegiatan seminar maupun kegiatan lainnya. Kelebihan

convention yang terdapat di waduk Jatiluhur adalah pemandangan alam

seperti beberapa bukit yang terdapat disekitar waduk Jatiluhur. Selain

pemandangan yang indah, disekitar convention hall juga masih memiliki

alam yang asri dan jauh dari hiruk pikuk perkotaan. Untuk anak-anak

93

Page 94: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

terdapat taman bermain dan outbond, sangat cocok dikunjungi oleh

keluarga untuk menghabiskan waktu akhir minggu bersama.

Atraksi wisata

Fungsi Aktivitas Fasilitas

Konservasi Menanam pohon dan

memberishkan Waduk

Jatiluhur

Setiap Agustus diadakan

acara besar untuk

masyarakat sekitar waduk

untuk menanam pohon

dan membersihkan

Waduk Jatiluhur

Rekreasi Rekreasi alam Outbond Jatiluhur

Wisata Alam Gunung

Lembu

Sangga Buana Jungle

Park

Rekreasi budaya Sanggar Seni Putra Purna

Yudha

Situ Cibayat

Penelitian Meneliti jenis-jenis

tumbuhan dan hewan

yang terdapat di Waduk

Jatiluhur dan sekitar

Waduk Jatiluhur

Gunung Sulah

Curug Lalay

Badega Gunung Parang

Tabel 1.2 Atraksi Wisata

3.2.5. Analisis Penilaian Potensi Aspek Biofisik

Lokasi Tapak

Waduk Jati Luhur adalah kawasan wisata yang terletak di sebelah

Barat Kabupaten Purwakarta, dimana terletak di Kecamatan Jatiluhur,

94

Page 95: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat. Lokasinya cukup strategis

terletak di antara DKI Jakarta dan Kota Bandung dimana kedua kota

tersebut termasuk daerah tujuan wisata yang potensial. Kawasan ini

memiliki jarak 125 km dari Jakarta dan 67 km dari Bandung yang dapat

diakses melalui Jalan Tol Cipularang. Hal tersebut memudahkan

transportasi bagi calon pengunjung dan distribusi barang dan jasa

penunjang kegiatan pariwisata ke pusat industri pariwisata di Jakarta,

Bandung, serta daerah tujuan wisata potensial lainnya.

Aksesibilitas dan Sirkulasi

Akses menuju Waduk Jati Luhur cukup mudah karena berbatasan

dengan Jalan Raya Jatiluhur dan Jalan Raya Purwakarta-Bandung. Selain

itu, kawasan ini dapat ditempuh melalui tol Cipularang dan tol Cikampek-

Jakarta. Hal ini menjadikan Waduk Jati Luhur cukup strategis bagi

pengunjung dari arah Jakarta atau Bandung untuk berwisata dan

beristirahat sejenak dari rutinitas di kota asal yang begitu padat, arus

keluar masuk transportasi barang dan jasa pariwisata, serta para karyawan

yang berasal dari Jatiluhur dan daerah yang terlewati Jalan Tol Cipularang.

Untuk mencapai Waduk Jati Luhur, transportasi yang ada berupa ojek dan

angkutan perkotaan. Transportasi yang diperbolehkan masuk kawasan

adalah sepeda, ojek, sepeda motor, dan mobilpribadi.

Pola sirkulasi lalu lintas di Waduk Jati LuhuR cukup teratur dengan

jaringan jalan yang berbentuk gabungan antara pola grid dan linear.

Terdapat jalan arteri dan jalan kolektor di dalam kawasan. Jalan arteri

berfungsi untuk menghubungkan objek- objek area rekreasi dan hotel.

Berdasarkan pengamatan di lapang, jalur hijau di Waduk Jati Luhur

belum memiliki manfaat fungsional untuk mengatasi masalah kenyamanan

manusia. Tidak adanya trotoar di sepanjang jalur hijau ini menyebabkan

berkurangnya kenyamanan dan keamanan bagi sirkulasi pejalan kaki di

WADUK JATI LUHUR. Maka, pembangunan trotoar beserta vegetasi di

sepanjang tepi jalan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan keamanan

95

Page 96: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

dan kenyamanan pejalan kaki dan pengguna jalan lainnya sebagai

pembatas antara trotoar dengan jalan raya dalam kawasan. Selain itu, perlu

dibangun jalur sepeda, agar pengguna sepeda yang biasa melakukan

aktivitas di pagi hari dapat merasa nyaman dan aman dari kendaraan

bermotor yang melaju dengan kecepatan tinggi.

Topografi dan Drainase

Waduk Jati Luhur memiliki topografi yang bervariasi. Daerah yang

tertinggi terletak di sebelah Timur Tapak. Daerah terendah berada di

sebelah Barat berdekatan dengan Waduk Ir. H. Djuanda. Daerah relatif

datar berada di sebelah Utara sehingga digunakan untuk pembangunan

konstruksi dan perluasannya. Perbedaan topografi yang terdapat di

beberapa tempat tetap dipertahankan untuk memberikan nilai kualitas

visual lanskap yang menarik dari adanya variasi ketinggian.

Sistem drainase yang digunakan adalah drainase terbuka. Limpasan

dari ruang terbuka masuk ke sistem drainase terbuka, dialirkan ke waduk,

dan masuk ke Sungai Citarum. Sedangkan, limbah domestik dari hotel dan

bungalow masuk dialirkan ke Sungai Citarum. Untuk mengurangi bau

yang tidak sedap akibat pembuangan limbah dan air buangan di saluran

drainase, maka ditanam vegetasi penyerap bau. Kondisi umum saluran

drainase masih baik, tidak terdapat penumpukkan sampah di dalamnya.

Hal ini dikarenakan jumlah pengunjung menurun pada bulan April hingga

Mei, sehingga pengunjung tidak terlalu banyak mengeluarkan banyak

limbah domestik dan air buangan. Namun, perlu diperhatikan dalam

pengembangan ke depan ketika jumlah pengunjung semakin banyak dan

jumlah struktur bangunan semakin meluas.

96

Page 97: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

Iklim

Menurut Laurie (1896), iklim merupakan hasil dari sejumlah faktor

tidak tetap (variabel) yang berhubungan timbal balik, meliputi suhu, uap

air, angin, radiasi matahari, dan curah hujan. Penyesuaian terahadap

kondisi iklim lebih baik daripada menentangnya dalam merencanakan

lanskap, dengan memanfaatkan aspek-aspek yang menguntungkan dan

mengendalikan aspek-aspek yang merugikan.

Suhu Udara

Berdasarkan pengamatan Subdivisi Bendungan Perum Jasa Tirta II,

suhu rata-rata di Waduk Jati Luhur adalah 26.4oC. Menurut Robinette

(1983), kisaran suhu udara luar yang nyaman bagi manusia adalah 21-27

oC, sehingga secara umum suhu di Waduk Jati Luhur masih tergolong

nyaman bagi manusia. Berkaitan dengan tingkat kenyamanan manusia

(Thermal Humidity Index), yang dilihat dari hubungan antara suhu dan

kelembaban rata-rata kawasan, dengan THI berkisar 26-28 menunjukkan

kawasan tersebut berada dalam kondisi yang nyaman bagi wisatawan.

Namun, berdasarkan pengamatan langsung di tapak, suhu rata-rata di siang

hari dapat mencapai 33oC.

Suhu yang tinggi ini disebabkan oleh faktor peralihan angin pada

musim pancaroba. Di Indonesia angin Monsun Australia (Juni-Juli-

Agustus) yang kering membawa udara dingin dari arah Selatan yang

sedang musim dingin, sehingga cenderung saat kemarau relatif lebih sejuk.

Demikian juga saat angin Monsun Asia (Desember-Januari-Februari) yang

basah membawa udara dingin dari arah Utara yang sedang musim dingin,

sehingga musim hujan juga relatif dingin. Saat musim peralihan (Maret-

Mei dan September -November) angin cenderung lemah (kecuali angin

lokal saat terjadi puting beliung) dan bersifat lokal, sehingga tidak ada

efek pendinginan. Radiasi panas (inframerah) dari permukaan yang

terpanasi relatif tidak tersebar, sehingga efek urban heat island semakin

97

Page 98: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

terasa pada musim peralihan ini. Selain itu, belum memadainya Ruang

Terbuka Hijau (RTH) dan penataan lanskap yang baik ini menimbulkan

ketidaknyamanan. Menurut Robinette (1983) pada dasarnya vegetasi dapat

mengontrol pengaruh sinar matahari dengan cara:

1. Menyaring radiasi matahari

2. Perbedaan suhu setiap saat tergantung radiasi panas yang diterimanya

pada permukaan yang berbeda

3. Menahan radiasi matahari secara keseluruhan

4. Memantulkan radiasi matahari. Dampak keteduhan dari keberadaan

vegetasi ini akan berpengaruh terhadap manusia sehingga timbul efek

kenyamanan

Gambar 3.4 dan Gambar 3.5 Cara vegetasi mengontrol radiasi matahari

98

Page 99: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

Menurut Carpenter, et al (1975), keadaan permukaan tanah sangat

ditentukan oleh seberapa banyak radiasi matahari yang diserap dan seberapa

banyak juga yang dipantulkan. Hal ini menentukan suhu permukaan tanah

dan udara di sekelilingnya. Ruang terbuka memberikan pantulan radiasi

yang berbeda, seperti tajuk pohon, penutup tanah, semak, bahkan

permukaan yang dilapisi aspal dan hard material lainnya akan lebih

mengurangi pantulan dan menambah penyerapan.

Widyastama dalam Budiman (2010) mengemukakan, tanaman yang

baik sebagai penyerap gas CO2 dan penghasil oksigen adalah : damar

(Agathis alba), daun kupu-kupu (Bauhinia purpurca), lamtoro gung

(Leucaena leucocephala), akasia (Acacia auriculiformis) dan beringin

(Ficus benjamina). Tanaman tersebut tergolong tanaman peneduh dalam

kawasan wisata dan memberikan iklim mikro yang baik bagi kawasan.

Robinette (1983) lebih jauh menjelaskan, jumlah pantulan radiasi surya

terhadap RTH sangat dipengaruhi oleh: panjang gelombang, jenis tanaman,

umur tanaman, posisi jatuhnya sinar surya, keadaan cuaca dan posisi

lintang. Suhu udara pada daerah mempunyai RTH lebih nyaman dari pada

daerah tidak ditumbuhi oleh tanaman.

Kelembaban Udara

Menurut Laurie (1984), kelembaban udara yang ideal bagi

kenyamanan manusia agar dapat melakukan aktivitasnya dengan baik adalah

berkisar 40-75 %. Kelembaban udara di GTJ berdasarkan data dari

Subdivisi Bendungan Perum Jasa Tirta II Tahun 2005-2009 adalah tidak

ideal yaitu sebesar 89.5 %. Namun, berdasarkan pengamatan di lapang,

kelembaban udara di sekitar GTJ sebesar 62.3 % dan tergolong cukup ideal.

Kelembaban udara di GTJ cukup ideal karena di sepanjang jalan dalam

kawasan terdapat jalur hijau dan koridor vegetasi sehingga aliran udara yang

lembab tidak terhambat (mengalirkan dan mengurangi kelembaban udara

yang tinggi). Cara vegetasi mengontrol kelembaban udara terdapat dalam.

99

Page 100: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

Curah hujan di Waduk Jati Luhur berdasarkan data dari Subdivisi

Bendungan Perum Jasa Tirta II Tahun 2014 adalah sebesar 20.2 mm/hari.

Curah hujan yang tidak terlalu besar ini kurang dapat dimanfaatkan untuk

menjahga kesediaan air tanah. Oleh karena itu, pengelola air tanah tidak

menggunakan air tanah sebagai sumber air bakunya, melainkan

menggunakan air dari Sungai Citarum yang diproses melalui beberapa tahap

penjernihan di WTP. Curah hujan yang tidak terlalu besar tidak akan

menyebabkan banjir atau erosi yang hebat di kawasan. Namun, pada daerah

dengan kemiringan tinggi dan rawan longsor perlu diperhatikan dan

diupayakan dengan melakukan penanaman vegetasi dan penutup tanah pada

daerah lereng atau yang memiliki perbedaan kontur tinggi untuk

mengurangi pengikisan tanah oleh air hujan

Kecepatan Angin

Kecepatan angin yang melewati Waduk Jati Luhur, berdasarkan

pengamatan Subdivisi Bendungan Perum Jasa Tirta II Tahun 2014 berkisar

4.5 km/jam pada siang hari, tergolong pada kecepatan angin yang sedang.

Kecepatan angin relatif stabil dan cukup menciptakan kenyamanan bagi

manusia. Namun, keberadaan pabrik tekstil, PT. INDORAMA yang terletak

di sebelah Selatan kawasan wisata ini berpotensi mengalirkan polusi

udaranya masuk ke dalam kawasan wisata. Meskipun letaknya agak jauh

dari kawasan, perlu diperhatikan dalam pengembangan ke depan dilakukan

penanaman vegetasi pereduksi polutan di area yang berbatasan langsung

dengan pabrik tersebut. Vegetasi penyerap polutan akan menyebabkan

polutan dalam udara yang terbawa angin akan terserap oleh permukaan daun

atau batang atau tanaman sehingga udara yang melewatinya menjadi bersih.

Selain itu, penanaman vegetasi pereduksi pereduksi polutan juga hendaknya

ditanam di daerah perbatasan GTJ dengan lingkungan sekitar agar dampak

polutan dari kendaraan bermotor yang terbawa udara dapat direduksi.

Menurut Robinette (1983) vegetasi dapat mengontrol angin dengan cara: (1)

obstruction atau mematahkan aliran angin, (2) filtrasi atau menyerap serta

100

Page 101: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

melemahkan kecepatan angin, (3) membelokkan arah angin, dan (4)

mengarahkan angin dengan membentuk koridor (Gambar 39). Vegetasi

yang berfungsi sebagai penyerap polutan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

bersifat evergreen, mempunyai tajuk yang rimbun dan rapat, kerapatan

stomata yang tinggi, dan mempunyai trikoma (Agustini,1994).

Zona Potensial Pengembangan Kawasan Wisata

Tahap ini merupakan tahap sintesis, lanjutan dari tahap analisis,

dimana peta komposit hasil analisis potensi sumberdaya lanskap, dan tata

guna lahan diintegrasikan dengan menggunakan metode Sistem Informasi

Geografis (SIG). Setelah peta-peta tematik tersebut digabungkan dengan

cara tumpang susun (overlay), hasilnya berupa zona potensial kawasan

untuk pengembangan wisata. Proses sintesis.

Proses tumpang susun (overlay) peta-peta komposit potensi

sumberdaya lanskap dan potensi pengembangan lahan dengan peubah, yaitu

topografi, tanah, vegetasi, penutupan lahan, dan tata guna lahan

menghasilkan tiga zona potensial untuk pengembangan wisata, yaitu:

T : Zona berpotensi tinggi, sangat sesuai untuk pengembangan

wisata.Seluruh aspek bernilai sangat sesuai atau paling tidak terdapat

beberapa peubah yang termasuk dalam klasifikasi cukup sesuai, dan

terdapat minimal satu peubah yang termasuk kategori kurang sesuai. Lahan

sesuai untuk digunakan sebagai daerah piknik, tempat berkemah, jalan

setapak bersyarat dan konstruksi. Sebagai ruang aktivitas wisata, lahan

dapat dijadikan sebagai area aktivitas aktif (berjalan, berpetualang, dsb.)

dan pasif (rekreasi, photo hunting, viewing, dsb). Adapun untuk fungsi

penggunaan ruang, perlu dilakukan pembatasan jumlah pengunjung karena

kondisi topografi yang beragam mulai dari 3-45% dan vegetasi alami yang

perlu dijaga kelestariannya sebagai sumberdaya utama. Untuk fasilitas

wisata dapat disediakan shelter dan menarapandang.

101

Page 102: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

S : Zona berpotensi sedang, cukup potensial untuk pengembangan wisata.

Meskipun didominasi oleh peubah yang termasuk dalam kategori cukup

sesuai, terdapat beberapa peubah yang merupakan kombinasi peubah sangat

sesuai dan kurang sesuai. Lahan sesuai untuk digunakan sebagai area

pertanian, perkebunan, dan konstruksi bersyarat. Adapun untuk fungsi

konstruksi, perlu dilakukan pemadatan tanah karena kondisi tanah liat

berpasir dengan permeabilitas yang buruk. Sebagai ruang aktivitas wisata,

lahan dapat dijadikan sebagai area aktivitas aktif (beragam aktivitas

pertanian, belanja di pelelangan ikan, outbond) dan pasif (rekreasi,

pengamatan bendungan, viewing, photo hunting, penelitian, memancing

dsb). Adapun fungsi penggunaan ruang dibedakan menjadi dua, yaitu semi

intensif dan intensif. Area sempadan waduk dan sungai merupakan ruang

wisata semi intensif karena terkait upaya konservasi area sempadan dimana

tingkat penggunaan perlu dibatasi. Sedangkan untuk ruang wisata intensif

berjarak sekitar 200 m dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Untuk

fasilitas utama disediakan dermaga danshelter.

R : Zona berpotensi rendah, tidak potensial untuk pengembangan wisata.

Hampir seluruh peubah termasuk dalam kategori kurang sesuai dan

sebagian kecil yang merupakan kombinasi peubah sangat sesuai dan kurang

sesuai. Lahan digunakan sebagai area konservasi dan konstruksi bersyarat.

Adapun untuk fungsi konstruksi, perlu pemadatan tanah karena kondisi

tanah liat dengan permeabilitas yang buruk serta rekayasa retaining wall

(lereng>15%). Ruang ini diarahkan pada ruang aktivitas sosial terkait

dengan pelayanan wisatawan dimana ruang ini dapat dijadikan sebagai area

aktivitas aktif dan pasif (rekreasi, bungalow, hotel, viewing, photo hunting,

dsb). Untuk fasilitas disediakan bungalow, vantage point, dan fasilitas

publiklainnya.

Tujuan klasifikasi zona potensial untuk pengembangan wisata, yaitu

untuk menentukan pusat pengembangan kawasan wisata yang disesuaikan

dengan karakter lanskapnya. Dari hasil klasifikasi yang diperlihatkan

102

Page 103: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

Gambar 43, menunjukkan bahwa sebagian besar zona kesesuaian lahan

kawasan wisata merupakan zona berpotensi sedang seluas 206.89 ha

(36.24%), diikuti dengan zona berpotensi rendah seluas 187.9 ha (32.92%),

dan zona berpotensi tinggi seluas 176.06 ha (30.84%). Selanjutnya,

berdasarkan kesesuaian lahan yang telah dianalisis, zonasi dikembangkan ke

dalam pembagian ruang yang berbentuk rencana blok sesuai dengan konsep

wisata alam.

3.2.6. Analisis Nilai Ekologis

Manfaat ekologis dan distribusi penutupan lahan Kawasan

Eksisting GTJ pada Tahun 2007 (Google Earth Plus Tahun 2007) dapat

diketahui dan dianalisis. Berdasarkan data kemiringan lahan dan tanah,

kawasan dibagi ke dalam tiga poligon. Poligon 1 memiliki kemiringan

lahan 28.13% dengan hydrologic soil group B, sedangkan poligon 2 dan 3

memiliki kemiringan lahan yang sama sebesar 23.6% dengan hydrologic

soil group masing-masing A dan C. Dari data spasial dan data atribut yang

dianalisis dengan metode GIS menggunakan ArcView 3.2 dengan ekstensi

CITYgreen 5.4 didapat hasil sebagaiberikut:

A. StatistikTapak

• Area analisis : Grama Tirta Jatiluhur2

• Skenario : kondisitertentu

Area : 0.64 mil2 = 409.85 acre =165.86ha Distribusi Penutupan

Lahan:

Tanaman pangan atau pertanian : 0 % (0ha)

Lahan kedap air : 16 % (26.54ha)

Ruang terbuka atau padang rumput : 0% (0ha)

Semak : 0 % (0ha)

Kanopi pohon : 50 % (82.93ha)

Lahan perkotaan : 84 % (139.32ha)

Badan air : 0 % (0ha)

103

Page 104: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

B. Manfaat Ekologi

1. Polusi udara yang dapat diserap:

• Ozone : 2.908,88 kg atau senilai $19,679 setara dengan Rp177.111.000,-

• Sulfur Dioxide : 808,85 kg atau senilai $1,340 setara dengan Rp 12.060.000,-

• Nitrogen Dioxide : 1.808,02 kg atau senilai $12,238 setara dengan Rp110.142.000,-

• Particulate Matter : 2211,71 kg atau senilai $9,990 setara dengan Rp89.910.000,-

• Carbon Monoxide : 276,24 kg atau senilai $265 setara dengan Rp2.385.000,-

• Total : 8.012,7 kg atau senilai $43,511 setara dengan Rp391.599.000,-

2. Kapasitas karbon dan penyerapannya

• Distribusi umur pohon : hampirmerata

• Kapasitas penyimpanan karbon : 10.980ton

• Penyerapan karbon : 31ton/tahun

3. Kontrol aliran permukaan

• Rata-rata 2 tahun, curah hujan per 24 jam : 0.8inchi

• Koefisien runoff : 82,3 (RTH) dan 92,00 (tidak

adaRTH)

• Aliran permukaan : 0,083 in (RTH) dan 0,27 in (tidak

adaRTH)

• Volume penyimpanan yang dibutuhkan untuk mitigasi

perubahan aliran puncak 276.189,32(cu.ft)

Asumsi biaya : $ 2.00 per cu.ft

Total $ 552,378.64

4. Efek dari penggunaan AC perumahan : tidak tersedia

104

Page 105: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

C. Rangkuman ManfaatEkonomi

• Penghematan dari penyerapan polusi udara tahunan : $

43,511 setara dengan Rp391.599.000,-

• Penghematan energi tahunan : $0

• Penghematan dari aliran permukaan tahunan : $ 48,159

setara dengan Rp433.431.000,-

• Total penghematan tahunan : $ 91,670 setara dengan

Rp825.030.000,-

(1 $ = Rp9.000,-)

Selain itu, manfaat ekologis dan penutupan lahan Kawasan

Perencanaan GTJ pada Tahun 2007 (Google Earth Plus Tahun 2007) dapat

diketahui dan dianalisis. Berdasarkan data kemiringan lahan dan tanah,

kawasan dibagi ke dalam tiga poligon. Poligon 1 memiliki kemiringan lahan

22.9% dengan hydrologic soil group B, sedangkan poligon 2 dan 3 memiliki

kemiringan lahan yang sama sebesar 20% dengan hydrologic soil group

masing-masing A dan C. Dari data spasial dan data atribut yang dianalisis

dengan metode GIS menggunakan ArcView 3.2 dengan ekstensi CITYgreen

5.4 didapat hasil sebagai berikut:

A. StatistikTapak

• Area analisis : Grama Tirta Jatiluhur1

• Skenario : kondisi tertentu

• Area : 2.20 mil2 = 1,410.56 acre =570.85ha Distribusi Penutupan

Lahan

• Tanaman pangan atau pertanian : 0 % (0ha)

• Lahan kedap air : 7 % (39.95ha)

• Ruang terbuka atau padang rumput : 0% (0ha)

• Semak : 0 % (0ha)

105

Page 106: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

• Kanopi pohon : 57 % (325.38ha)

• Lahan perkotaan : 53 % (530.90ha)

• Badan air : 0 % (0ha)

B. Manfaat Ekologi

1. Polusi udara yang dapat diserap:

• Ozone : 11.500,82 kg atau senilai $77,804 setara dengan

Rp700.236.000,-

• Sulfur Dioxide : 3.194,65 kg atau senilai $5,296 setara

dengan Rp 47.664.000,-

• Nitrogen Dioxide :7.148,61 kg atau senilai $48,384

setara dengan Rp435.456.000,-

• Particulate Matter : 8.744,34 kg atau senilai $39,498

setara dengan Rp355.482.000,-

• Carbon Monoxide : 1.091,8 kg atau senilai $1,046

setara dengan Rp 9.414.000,-

• Total : 31.680,22 kg atau senilai $172,029 setara

dengan Rp1.548.261.000,-

2. Kapasitas karbon danpenyerapannya

• Distribusi umur pohon : hampirmerata

• Kapasitas penyimpanan = karbon : 43.410ton

• Penyerapan karbon : 123ton/tahun

3. Kontrol aliranpermukaan

• Rata-rata 2 tahun, curah hujan per 24 jam : 0.8inchi

• Koefisien runoff : 80,3 (RTH) dan 92,00 (tidak

106

Page 107: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

adaRTH)

• Aliran permukaan : 0,06 in (RTH) dan 0,26 in (tidak

adaRTH)

• Volume penyimpanan yang dibutuhkan untuk

mitigasi perubahan aliran puncak 878,012.11(cu.ft)

Asumsi biaya : $ 2.00 per cu.ft

Total $ 2,030,024.22

4. Efek dari penggunaan AC perumahan : tidaktersedia

C. Rangkuman ManfaatEkonomi Penghematan dari penyerapan polusi udara tahunan : $172,029

setara dengan Rp1.548.261.000,- Penghematan energi tahunan : $0 Penghematan dari aliran permukaan tahunan : $ 176,987 setara

dengan Rp1.592.883.000,- Total penghematan tahunan : $ 349,016 setara dengan

Rp3.141.144.000,-

(1 $ = Rp9.000,-)

3.2.7. Konsep Dasar Perencanaan Lanskap

Penataan lanskap sebuah kawasan wisata menjadi kawasan wisata

alam diperlukan konsep sebagai dasar perencanaan. Konsep perencanaan

yang dikembangkan pada Kawasan Wisata Waduk Jati Luhur ini adalah

kawasan wisata alam yang terintegrasi dengan wisata penunjangnya di

Timur Waduk Ir. H. Djuanda yang berkelanjutan. Penerapan konsep pada

lanskap berupa model rencana pengembangan yang disesuaikan dengan

karakter lanskap dan potensi wisata di kawasan tersebut. Dari hasil analisis

penilaian potensi sumberdaya dan sumberdaya wisata, didapatkan zona

potensi tinggi, sedang, dan rendah dimana dua zona di antaranya

merupakan pusat pengembangan ruang wisata alam dengan model rencana

pengembangan berikut ini.

107

Page 108: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

Zona Wisata Utama (Wisata Alami)

Adapun kawasan yang termasuk zona potensi tinggi ditetapkan

sebagai zona wisata utama dimana terdapat atraksi wisata yang memiliki

nilai tinggi. Ruang ini berada pada kawasan lanskap dengan vegetasi

dominan hutan atau lanskap karakter alami, sehingga pengembangan

menjadi kawasan wisata alami. Ruang wisata ini tergolong wisata semi

intensif dikarenakan terdapat lereng yang relatif bervariasi mulai dari

sedang hingga curam 8-45% sehingga perlu pembatasan terhadap aktivitas

wisata dan struktur bangunan yang bersyarat.

Zona Wisata Penunjang (Wisata SemiAlami)

Kawasan yang termasuk zona potensi sedang ditetapkan sebagai

zona wisata penunjang yang berada pada kawasan lanskap dengan

kombinasi karakter alami dan buatan (man made), sehingga

pengembangan menjadi wisata semi alami. Ruang ini merupakan ruang

yang mampu mengakomodasikan pengunjung ketika daya tampung

pengunjung di zona wisata utama telah penuh. Ruang wisata ini tergolong

wisata intensif dan semi intensif, namun tetap ada pembatasan aktivitas,

terutama di sempadan waduk Ir. H. Djuanda dan Sungai Citarum.

Aktivitas yang diizinkan adalah aktivitas yang tidak merusak alam.

Zona Pendukung Wisata

Kawasan yang termasuk zona potensi rendah ditetapkan sebagai

zona pendukung wisata. Ruang ini terletak pada area yang memiliki nilai

sumberdaya wisata yang rendah dan memerlukan perlakuan untuk fungsi

konstruksi dengan pemadatan tanah karena permeabilitas yang kurang

baik. Selain itu, untuk lereng yang lebih dari 15% diperlukan rekayasa

dengan retaining wall dan lereng yang lebih dari 40% diarahkan untuk

fungsi konservasi. Fasilitas pendukung wisata pada ruang ini, yaitu

information centre, hotel, bungalow, atm centre, kolam renang, restoran,

taman bermain, kios souvenir, dan fasilitaslainnya.

108

Page 109: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

Konsep Ruang Fungsional

Konsep ruang dibuat dengan tujuan untuk menata dan

mengalokasikan fungsi-fungsi yang akan dikembangkan pada tapak, yaitu

sebagai kawasan wisata alam. Pembagian ruang dibagi menjadi enam

ruang utama, yaitu (1) ruang penerimaan, (2) ruang pelayanan dan

penunjang wisata, (3) ruang wisata inti, dimana ruang ini terbagi menjadi

satu sub ruang, yaitu ruang wisata dengan tingkat tantangan tinggi, (4)

ruang wisata penunjang, dimana ruang ini terbagi menjadi dua sub ruang,

yaitu ruang wisata dengan tingkat tantangan sedang dan rendah, (5) ruang

penyangga, dan (6) ruang konservasi.

Ruang Penerimaan

Ruang penerimaan ini merupakan pintu masuk utama bagi para

wisatawan untuk memasuki Kawasan Wisata Waduk Jati Luhur.

Pemilihan pintu masuk ke dalam kawasan wisata berdasarkan potensi

kawasan sebagai kawasan wisata alam yang ditunjang oleh aksesibilitas

yang mudah dan fasilitas berupa gerbang utama, pos jaga, signage, dan

fasilitas lainnya.

Ruang Pelayanan dan PenunjangWisata

Ruang pelayanan merupakan ruang pengenalan sebelum memasuki

ruang inti. Ruang ini direncanakan agar para wisatawan mendapatkan

informasi sekilas mengenai Waduk Jati Luhur. Wisatawan dapat memilih

paket wisata touring circuit atau longer stay. Untuk mendukung konsep

ini direncanakan fasilitas berupa information centre, hotel, convention

centre, restoran, kios, souvenir shop, kolam renang, atm centre, fitness

centre, travel agency, money changer, laundry, mess karyawan, pemadam

kebakaran, pos, klinik, children playground, dan fasilitas lainnya.

Ruang Wisata Inti

Ruang inti merupakan ruang yang mengakomodasi aktivitas wisata

alam. Berdasarkan potensi sumberdaya lanskap, khususnya kemiringan

109

Page 110: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

lahan dan vegetasi, terdapat sub ruang inti berdasarkan intensitas dan

tingkat tantangannya, yaitu ruang wisata dengan tingkat tantangan yang

tinggi. Ruang wisata dengan tingkat tantangan tinggi (wisata alam)

merupakan ruang yang dikembangkan sebagai ruang wisata semi

intensif. Di ruang ini, wisatawan dapat melakukan hiking, tracking,

camping, dan rekreasi pasif seperti photo hunting, dan birdwatching.

Ruang WisataPenunjang

Ruang ini merupakan ruang yang dapat mengkomodasikan

wisatawan apabila daya dukung di ruang wisata inti telah penuh. Terdapat

sub ruang berdasarkan intensitas dan tingkat tantangannya, yaitu ruang

wisata dengan tingkat tantangan yang sedang dan rendah. Ruang wisata

dengan tingkat tantangan sedang (wisata air) terdapat di area sempadan

waduk (sekitar 70 m dari garis waduk) dan waduk yang dikembangkan

sebagai wisata intensif dan semi intensif. Ruang wisata ini terdiri dari

objek dan atraksi wisata, yaitu dermaga apung, dermaga kampung air,

JWW, dan kolam pemancingan. Di ruang ini wisatawan dapat melakukan

aktivitas ski air, berkano, polo air, water sliding, dan outbond. Wisata semi

intensifnya digolongkan sebagai wisata teknologi, yaitu mengunjungi

bendungan utama dan bangunan-bangunan operasional, dan museum

teknologi.

Ruang wisata dengan tingkat tantangan rendah (agrowisata)

merupakan ruang budidaya ikan dengan jaring terapung dimana wisatawan

dapat berkeliling area tersebut dengan perahu, belajar mengenai budidaya

ikan, dan mengemas ikan untuk didistribusikan di pelelangan ikan. Selain

itu wisatawan dapat turun ke sawah dan kebun milik penduduk sekitar,

serta ke pembibitan tanaman hias (nursery) dimana wisatawan dapat

mempraktikkan sendiri mengolah tanah, menanam benih, dan melakukan

pengamatan terhadap tanaman yang terdapat di kebun, ladang, maupun

rumah kaca.

110

Page 111: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

Ruang Penyangga

Ruang penyangga merupakan ruang yang berfungsi menyangga

ruang-ruang wisata di dalam Kawasan Wisata Waduk Jati Luhur dari

gangguan yang berasal dari luar kawasan maupun aktivitas berlebih dari

pengunjung. Ruang ini ditujukan untuk menjaga keberlanjutan wisata dan

melindungi keseimbangan ekosistem di dalamnya. Aktivitas yang dapat

dilakukan seperti duduk-duduk, memancing, berfoto, dan belanja ikan di

pasar pelelangan ikan.

Ruang Konservasi

Ruang konservasi merupakan ruang yang berfungsi melindungi

kawasan wisata dari kerusakan. Ruang ini memiliki sumberdaya lanskap

yang cukup rentan dengan kemiringan lahan 25-45% dan keberadaan

vegetasi yang perlu dipertahankan untuk menjaga kestabilan tanah dan

cadangan air tanah. Pada ruang ini aktivitas yang dapat dilakukan seperti

berjalan, melakukan pengamatan, dan aktivitas lainnya yang bersifat

konservasi.

Konsep Tata Hijau

Konsep tata hijau yang akan dikembangkan adalah penataan

vegetasi sebagai sumberdaya lanskap yang disesuaikan dengan fungsi

ruang dan jenis atraksi wisata yang dikembangkan. Konsep tata hijau ini

dibagi menjadi empat zona yaitu (1) zona inti, sebagai pusat aktivitas

wisata, (2) zona pengembangan, dimana terdapat fasilitas-fasilitas wisata,

(3) zona penyangga, sebagai inviolate belt, (4) zona konservasi, sebagai

pelindung kawasan dari kerusakan dimana sebagian besar terdiri atas

tegakan pohon alami. Konsep vegetasi yang direncanakan di zona inti

adalah zona tanaman kayu, zona tanaman perkebunan, dan zona tanaman

pangan. Dalam zona pengembangan konsep vegetasi diarahkan pada

fungsi arsitektural dan artistik, sedangkan dalam zona konservasi

dan penyangga konsep vegetasi diarahkan pada fungsi ekologis yang

111

Page 112: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

dapat merekayasa iklim serta mengontrol erosi tanah danair.

Konsep Sirkulasi

Konsep sirkulasi di kawasan wisata terbagi menjadi tiga, yaitu jalur

sirkulasi primer, sekunder, dan tersier. Jalur sirkulasi primer di kawasan

wisata ini yaitu berupa jalan aspal yang biasa dilalui kendaraan roda dua,

kendaraan roda empat, mobil wara-wiri, dan pejalan kaki yang berfungsi

menghubungkan ruang-ruang utama. Selanjutya, jalur sirkulasi sekunder

yang berfungsi menghubungkan kelompok-kelompok atraksi wisata dalam

satu ruang wisata utama atau wisata penunjang berupa jalan yang dapat

diakses oleh pejalan kaki, kendaraan roda dua, dan kendaraan roda empat.

Jalur sirkulasi tersier berupa jalur pedestrian yang menghubungkan antara

fasilitas satu dengan fasilitas lainnya dalam masing-masing kelompok

atraksi tersebut.

3.2.8. Konsep Aktivitas Wisata dan Pengembangannya

Konsep aktivitas wisata yang akan dikembangkan adalah

pengembangan aktivitas wisata yang melestarikan nilai alam sesuai

dengan sumberdaya lanskap yang terdapat di Kawasan Wisata Waduk Jati

Luhur (vegetasi hutan, air, persawahan, ladang). Diharapkan sumberdaya

yang terdapat di kawasan tetap terjaga dan wisata yang terdapat di

dalamnya dapat berkelanjutan. Pemilihan bentuk wisata direncanakan

beragam, mulai dari bentuk wisata dengan tingkat tantangan tinggi (wisata

alam), wisata dengan tingkat tantangan sedang (wisata air), dan wisata

dengan tingkat tantangan rendah (agrowisata). Bentuk wisata ini

diklasifikasikan ke dalam paket- paket wisata, yaitu paket wisata

perorangan dan berkelompok, sehingga dapat dipilih touring circuit sesuai

dengan rute perjalanan yang diinginkan ataupun longer stay dengan

pelayanan yang ingin didapatkan sebelum atau sesudah melakukan

aktivitas wisata. Hal ini didasarkan pada segmentasi pasar wisata dengan

pendekatan identitas, persepsi, preferensi wisatawan melalui kuesioner,

112

Page 113: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

yang dipengaruhi oleh tiga indikator yaitu geografis (asal wisatawan),

sosio- profesional (umur, jenis kelamin, jumlah pendapatan, dan

pekerjaan) dan motivasi wisata (menikmati alam, pendidikan)

Fasilitas yang direncanakan sesuai dengan kondisi lingkungan dan

budaya lokal. Penataan tata letak fasilitas yang mendukung kegiatan

wisata alam, wisata air, wisata teknologi, dan agrowisata, terutama dalam

menginterpretasikan nilai- nilai alam dan teknologi yang terdapat pada

kawasan wisata ini. Adapun fasilitas dibagi menjadi dua yaitu fasilitas

utama dan fasilitas pelengkap. Fasilitas utama adalah fasilitas yang

diperuntukkan bagi pariwisata alam, sedangkan fasilitas pelengkap adalah

fasilitas umum, sign system, maupun site furniture.

Daya Dukung Kawasan

Daya dukung merupakan kemampuan kawasan untuk menerima

sejumlah pengunjung dengan intensitas penggunaan maksimal terhadap

sumber daya yang berlangsung terus-menerus tanpa merusak lingkungan.

Daya dukung tersebut sangat menentukan keberlanjutan kawasan wisata.

Dengan adanya daya dukung kawasan wisata alam tersebut dapat

dilakukan pengendalian terhadap jumlah wisatawan yang berkunjung.

Daya dukung dapat dihitung dengan cara membagi luas area suatu kawasan

dengan standar kebutuhan ruang per orang.

3.2.9. SWOT di Waduk Jatiluhur

Analisis SWOT merupakan identifikasi berbagai faktor secara

sistematis untuk merumuskan suatu strategi perusahaan, menurut Freddy

Rangkuti 2006 : 19. SWOT adalah singkatan dari lingkungan internal

strengths (kekuatan) dan Weaknesses (kelemahan) serta lingkungan

eksternal opportunities (peluang) dan Threats (ancaman) yang dihadapi di

dunia bisnis. Analisis didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan

113

Page 114: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan

dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats).

Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan

pengembangan, misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan

demikian perencanaan strategis (strategic planner) harus menganalisis

faktorfaktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan

ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Dalam penyusunan strategi

pengembangan Obyek Wisata Waduk Jati Luhur peneliti melakukan

analisis SWOT dengan terlebih dahulu mengidentifikasi faktor kekuatan,

kelemahan, peluang dan ancaman.

114

Page 115: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

STRENGTH WEAKNESS

• Investasi PLTA

• Sumber air minum, dan bahan baku air untuk industri

• Adanya penanaman pohon untuk menjaga lingkungan tetap hijau

• Adanya penyaringan limbah pabrik sehingga limbah yang nantinya bersatu dengan air sungai bukanlah limbah jahat perusak ekosistem.

• Air waduk sangat rentan terhadap perubahan iklim dan pengaruh perubahan kualitas air hulu sungai

• Bau tak sedap yang ditimbulkan oleh kotoran/pakan ikan di waduk

• Kurangnya interaksi sosial/budaya dengan masyarakat sekitar

OPPORTUNITIES THREATS

• Waduk Jatiluhur sebagai sumber utama penggerak PLTA, bahan baku air minum, dan bahan baku untuk industri di wilayah Purwakarta dan DKI Jakarta

• Konsep pengerukan lumpur di danau agar waduk dapat bertahan lebih dari 80 tahun

• Sudah adanya program rencana pengembangan wisata di Waduk Jatiluhur oleh pemerintah setempat untuk dijadikan kawasan wisata yang eksklusif, penuh dengan sarana wisata yang memadai.

• Sulitnya mengawasi kesesuaian jumlah KJA (Keramba Jaring Apung) terhadap ijin yang dikeluarkan.

• Monopoli keramba

• Limbah organik yang tidak terurai dengan sempurna akibat ketidakefisienan pakan yang diberikan berdampak menumpuknya limbah tersebut di dasar perairan

Tabel 1.3 SWOT Waduk Jatiluhur

Strategi Pengembangan Obyek Wisata Waduk Jati Luhur

Perumusan strategi pengembangan Obyek Wisata Waduk Jati Luhur

menggunakan analisis SWOT. Analisis SWOT adalah analisis yang

115

Page 116: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

mengkombinasikan antara kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman.

Berdasarkan kekuatan, kelemahan, kekuatan dan ancaman yang dimiliki oleh

Obyek Wisata Waduk Jati Luhur maka diperoleh strategi yang bisa dilakukan

oleh pemerintah :

1. Meningkatkan promosi obyekwisata

Pemasaran atau promosi dan inovasi kegiatan-kegiatan pariwista

penting untuk dilakukan karena hal tersebut dapat menarik minat

wisatawan untuk berkunjung. Dalam promosi dan inovasi pariwisata

harus didukung dengan ketersediaan sarana dan prasarana yang

menarik dalam obyek wisata, sehingga mampu mempengaruhi

pengunjung untukdatang.

2. Meningkatkan sarana dan prasarana serta infrastruktur yang

menunjang seperti membangun wahana permainan air, outbond,

gardu pandang, kereta wisata dan fasilitas-fasilitas penunjang lainnya

sehingga menarik dan member kenyamanan bagi pengunjung.

Disamping itu perbaikan jalan yang rusak dan pelebaran jalan

tentunya dapat memudahkan akses bagi pengunjung Obyek Wisata

Waduk Jati Luhur.

3. Memanfaatkan potensi yang ada yang dimiliki Obyek Wisata Waduk

Jati Luhur, mengingat bertambahnya obyek wisata lain dan

bertambahnya persaingan-persaingan antar obyek wisata maka

Obyek Wisata Waduk Jati Luhur memerlukan inovasi baru untuk

berkembang yang lebih baik dan menjalin kerjasama dengan

pihakswasta.

3.2.10. Kontribusi Obyek Wisata Waduk Jati Luhur terhadap PAD

Dalam mengembangkan obyek wisata diperlukan modal

kepariwisataan yang mengandung potensi untuk dikembangkan menjadi

atraksi wisata. Modal kepariwisataan terdiri atas faktor-faktor

pendorong dan faktor penghambat yang dapat dijadikan acuan dalam

mengembangkan Obyek Wisata Waduk Jati Luhur. Dengan mengetahui

116

Page 117: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

identifikasi faktor-faktor pendorong dan faktor penghambat

perngembangan Obyek Wisata Waduk Jati Luhur, pemerintah dapat

melakukan langkah-langkah untuk meningkatkan jumlah pendapatan

Obyek Wisata Waduk Jati Luhur. Dengan meningkatnya jumlah

pendapatan Obyek Wisata Waduk Jati Luhur, maka secara tidak

langsung akan menambah jumlah PAD Kabupaten Purwokerto

Dinas Pariwisata sebagai pengelola obyek wisata yang berusaha

melayani masyarakat melalui masyarakat melalui sarana rekreasi telah

memperoleh pendapatan atas penyelenggaraan jasa pariwisata yang

telah diberikan. Dengan demikian, yang dimaksud pendapatan Obyek

Wisata Waduk Jati Luhur adalah jumlah pendapatan yang diperoleh

dari hasil penjualan karcis kepada para wisatawan.

117

Page 118: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Waduk Jatiluhur merupakan ekosistem air tawar yang terdapat di

Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, tepatnya terletak 9 km dari pusat

Kota Purwakarta, Provinsi Jawa Barat. Kondisi perairan di Waduk Jatiluhur

dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor.

Berdasarkan aspek fisik-biofisik, potensi objek dan atraksi wisata, serta

sosial, maka Waduk Jati Luhur cukup berpotensi untuk pengembangan wisata

dimana besar objek dan atraksi wisata memiliki nilai potensi yang tinggi. Zona

potensi tinggi memiliki luas 176.06 ha (30.84 %), zona potensi sedang 206.89 ha

(36.24 %), dan zona potensi rendah 187.9 ha (32.92%). Nilai ekologis pada

kawasan eksisting yaitu dengan total penghematan tahunan sebesar Rp

825.030.000,-, sedangkan pada kawasan perencanaan sebesar 3.141.144.000,-.

Konsep wisata yang dikembangkan yaitu wisata alam yang didasarkan

pada potensi sumberdaya lansekap serta objek dan atraksi wisata yang potensial

untuk menjaga kelestarian sumberdaya lansekap dan keberlanjutan kawasan

wisata.

4.2 Saran

Beberapa saran yang dapat diajukan berdasarkan hasil penelitian ini adalah :

1. Perencanaan penataan lansekap yang telah dilakukan ini lebih kepada

pendekatan sumberdaya lansekap. Selanjutnya penelitian dapat dilakukan

dengan pendekatan sosial pada masyarakat sekitar agar masyarakat dapat

lebih berperan serta dalam mewujudkan wisata yang berkelanjutan.

2. Strategi utama dalam perencanaan lansekap yang digunakan adalah

maksimalisasi alokasi ruang terbuka hijau di sekitar objek wisata seperti

118

Page 119: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

penanaman jalur hijau, koridor, dan taman. Strategi ini dapat diterapkan oleh

pemerintah daerah untuk menambah ruang terbuka hijau yang berfungsi

sebagai area rekreasi/wisata serta membuat tempat tersebut menjadi sejuk.

3. Adanya transportasi yang memadai sehingga para wisatawan dapat dengan

mudah menuju tempatnya karena letaknya yang cukup dibilang lumayan jauh.

119

Page 120: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

DAFTAR PUSTAKA

Agustini M. 1994. Identifikasi Ciri Arsitektur dan Kerapatan Dua Puluh Lima

Jenis Pohon Suku Leguminoceae untuk Elemen Lanskap Tepi Jalan.

[skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

American Forests. 2002. CITYgreen 5.0 :User Manual. Washington DC :

American Forest.

Barus, Wiradisastra US. 1997. Sistem Informasi Geografis Sarana Manajemen

Sumberdaya. Bogor: Lab. Penginderaan Jauh dan Kartografi, Jurusan Ilmu

Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Bengen DG. 2005. Menuju Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu Berbasis Daerah

Aliran Sungai (DAS). Di dalam: Setyawan WB et al., editor. Interaksi

Daratan dan Lautan, Pengaruhnya terhadap Sumber Daya dan

Lingkungan.

Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Booth NK dan Hiss JE. 2005. Residential Landscape Architecture. New Jersey:

Pearson Education, Inc.

Budiman A. 2010. Analisis Manfaat Ruang Terbuka Hijau untuk Meningkatkan

Kualitas Ekosistem Kota Bogor dengan Menggunakan Metode GIS sebagai

Kawasan Ekowisata. [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

Bogor.

Bruun M. 1995. Landscape as Resource for Leisure by Explotion or by

Exclusion? Proceedings the 33rd IFLA World Congress; Bangkok, 21-24

Oktober 1995. Bangkok:IFLA.

Carpenter et al. 1975. Plant in The Landscape. New York: McGraw-Hill

Publishing Company.

Chiara JD, Koppelman LE. 1989. Standar Perencanaan Tapak. Erlangga:

Jakarta. Damanik J, Weber HF. 2006. Perencanaan Ekowisata dari Teori ke

Aplikasi.

Yogyakarta: ANDI.

120

Page 121: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

Departemen Dalam Negeri. 1990. RTH Kota (Inmendagri No. 14 Tahun 1958

Makalah Seminar Pembinaan dan Aktualisasi RTH di Wilayah Perkotaaan.

Jakarta: Pekan Seni Flora, Fauna, dan Lingkungan

Fandeli, C. dan Muhammad. 2009. Prinsip-prinsipDasarMengkonservasiLanskap.

Yogyakarta :GadjahMada University Press

https://putratani.wordpress.com/tag/wisata/

http://pengertian-definisi.blogspot.co.id/2011/09/daerah-penyangga.html

http://www.penataanruang.com/ruang-terbuka-hijau.html

Odum P. Eugene, 1979. Fudamentals of Ecology. Dr. Samuel J. Mc. Naughton

and Larry L. Wolf. Pub. Georgia.

Ryanto, dkk, 1985. EkologiDasar I. BadanKerjasamaPerguruanTinggiNegeri

Indonesia BagianTimur. Ujung Pandang.

Soerianegara, I danIndrawan, A. 1988. EkologiHutan Indonesia. Laboratorium

Ekologi. FakultasKehutanan. InstitutPertanian Bogor, Bogor.

Kusmana & Istomo, 1995. Ekologi Hutan:FakultasKehutanan. InstitutPertanian

Bogor, Bogor.

Indriyanto, 2006. EkologiHutan. PT. BumiAksara. Jakarta.

Arief, A. 1994, HutanHakekatdanPengaruhnyaTerhadapLingkungan.

YayasanObor Indonesia Jakarta.

https://jatiluhurdam.wordpress.com/

https://id.wikipedia.org/wiki/Jasa_Tirta_II

http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/196406031989031-

DEDE_ROHMAT/Paper_Seminar-Air__di_DAS_Citarum.pdf

Holden A. 2000. Environment and Tourism. London: Routledge.

Laurie M. Pengantar kepada Arsitektur Pertamanan. Bandung: Intermatra

Inskeep E. 1991. Tourism Planning: An Integrated and Sustainable

Development

Approach. VNR Tourism and Recreation Series. New York: Van Nostrad

Reinhold.

121

Page 122: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

Knudson DM. 1980. Outdoor Recreation. New York: Mac Millan Publ. Co. Inc

Marpaung H. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Bandung: Alfabeta.

122

Page 123: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

Lampiran

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 37 TAHUN 2010TENTANG BENDUNGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,Menimbang :a. bahwa untuk menyimpan air yang berlebih pada saat musim penghujan agar

dapat dimanfaatkan guna pemenuhan kebutuhan air dan daya air pada waktu diperlukan, serta mengendalikan daya rusak air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22, Pasal 34, dan Pasal 58 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, perlu membentuk waduk yang dapat menampung air;

b. bahwa waduk selain berfungsi menampung air dapat pula untuk menampung limbah tambang (tailing) atau menampung lumpur dalam rangka menjaga keamanan serta keselamatan lingkungan hidup;

c. bahwa untuk membentuk waduk yang dapat menampung air, limbah tambang (tailing), atau lumpur, perlu membangun bendungan;

d. bahwa untuk membangun bendungan yang secara teknis dapat berfungsi sesuai dengan tujuan pembangunan sekaligus dapat menjamin keamanan bendungan, perlu pengaturan mengenai bendungan;

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Bendungan;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377);

MEMUTUSKAN: Menetapkan :

PERATURAN PEMERINTAH TENTANG BENDUNGAN.BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1 Dalam peraturan pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Bendungan adalah bangunan yang berupa urukan tanah, urukan batu, beton,

dan/atau pasangan batu yang dibangun selain untuk menahan dan menampung air, dapat pula dibangun untuk menahan dan menampung limbah tambang (tailing), atau menampung lumpur sehingga terbentuk waduk.

2. Waduk adalah wadah buatan yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bendungan.

123

Page 124: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

3. Bangunan pelengkap adalah bangunan berikut komponen dan fasilitasnya yang secara fungsional menjadi satu kesatuan dengan bendungan.

4. Kegagalan bendungan adalah keruntuhan sebagian atau seluruh bendungan atau bangunan pelengkapnya dan/atau kerusakan yang mengakibatkan tidak berfungsinya bendungan.

5. Pengamanan bendungan adalah kegiatan yang secara sistematis dilakukan untuk mencegah atau menghindari kemungkinan terjadinya kegagalan bendungan.

6. Pemilik bendungan adalah Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, atau badan usaha, yang bertanggung jawab atas pembangunan bendungan dan pengelolaan bendungan beserta waduknya.

7. Pembangun bendungan adalah instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Pemilik bendungan, badan usaha yang ditunjuk oleh Pemilik bendungan, atau Pemilik bendungan untuk menyelenggarakan pembangunan bendungan.

8. Pengelola bendungan adalah instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Pemilik bendungan, badan usaha yang ditunjuk oleh Pemilik bendungan, atau Pemilik bendungan untuk menyelenggarakan pengelolaan bendungan beserta waduknya.

9. Unit pengelola bendungan adalah unit yang merupakan bagian dari Pengelola bendungan yang ditetapkan oleh Pemilik bendungan untuk melaksanakan pengelolaan bendungan beserta waduknya.

10. Instansi teknis keamanan bendungan adalah instansi yang bertugas membantu Menteri dalam penanganan keamanan bendungan.

11. Unit pelaksana teknis bidang keamanan bendungan adalah unit yang dibentuk untuk memberikan dukungan teknis kepada instansi teknis keamanan bendungan.

12. Pemerintah pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

13. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang sumber daya air.

14. Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung peri kehidupan manusia dan makhluk hidup lain.

15. Dokumen pengelolaan lingkungan hidup adalah dokumen yang berisi upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang terdiri atas dokumen analisis mengenai dampak lingkungan hidup atau dokumen upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup.

Pasal 2(1) Pengaturan bendungan dimaksudkan agar penyelenggaraan pembangunan

bendungan dan pengelolaan bendungan beserta waduknya dilaksanakan secara tertib dengan memperhatikan daya dukung lingkungan hidup,

124

Page 125: Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Lingkungan - S1 Pariwisata 2014

kelayakan teknis, kelayakan ekonomis, kelayakan lingkungan, dan keamanan bendungan.

(2) Pembangunan bendungan dan pengelolaan bendungan beserta waduknya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk meningkatkan kemanfaatan fungsi sumber daya air, pengawetan air, pengendalian daya rusak air, dan fungsi pengamanan tampungan limbah tambang (tailing) atau tampungan lumpur.

Pasal 3(1) Ruang lingkup peraturan pemerintah ini meliputi pengaturan pembangunan

bendungan dan pengelolaan bendungan beserta waduknya. (2) Pembangunan bendungan dan pengelolaan bendungan beserta waduknya

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. bendungan dengan tinggi 15 (lima belas) meter atau lebih diukur dari dasar

fondasi terdalam; b. bendungan dengan tinggi 10 (sepuluh) meter sampai dengan 15 (lima belas)

meter diukur dari dasar fondasi terdalam dengan ketentuan: 1. panjang puncak bendungan paling sedikit 500 (lima ratus) meter; 2. daya tampung waduk paling sedikit 500.000 (lima ratus ribu) meter

kubik; atau 3. debit banjir maksimal yang diperhitungkan paling sedikit 1.000 (seribu) meter kubik per detik;

c. bendungan yang mempunyai kesulitan khusus pada fondasi atau bendungan

yang didesain menggunakan teknologi baru dan/atau bendungan yang

mempunyai kelas bahaya tinggi.

125