MAKALAH LAPORAN PENDAHULUANHIPERTENSI
1. 6.2 7.3. 8.4. 9.5. 10.
AKADEMI KEPERAWATAN MADIUN
TAHUN AKADEMIK 2013/2014
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji stukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa telah
memberikan rahmat dan nikmatnya diataranya nimat iman dan islam serta kesehatan
sehingga karna nikmat yang telah diberikanya kami selaku penulis dapat menyelesaikan
tugas makalah ini.
Sholawat serta salam selalu terlimpah curahkan kepada junjungan alam baginda rosul
pahlawan revolusi dunia nabi akhir jaman,nabi besar nabi Muhammad SAW yang telah
membawa kita selaku umatnya dari jaman pembodohan jaman keterbelakangan sampai
jaman tekhnologi seperti sekararang ini.
Kami mengharapkan semoga makalah ini dapat memberikan sumbangsih untuk
meningkatkan pengetahuan bagi pembaca tentang laporan pendahuluan Hipertensi.
Madiun,
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tekanan darah tinggi yang disebut hipertensi sudah sangat umum para penderita
umumnya tidak menyadari bahwa mereka menderita hipertensi. Tetapi bila dibiarkan tanpa
perawatan maka itu akan menimbulkan kerumitan yang membahayakan. Orang yang
berusia lima puluhan adalah masa usia penuh dengan resiko. Oleh sebab itu perlu
pengontrolan tekanan darah untuk penanggulangan lebih dini sehingga tidak berlanjut pada
komplikasi yang lebih parah.
Hipertensi adalah masalah yang umum karena banyak orang yang menderita
walaupun mereka tidak mengetahui sama sekali.
Masalah yang dihadapi pada diagnosa yang agak dini adalah gejala-gejala yang
tidak nyata pada umunya. Kelihatannya mengherankan tetapi demikianlah kenyataannya
dan hal ini telah ditemukan diberbagai negara barat. Di Australia agak tinggi presentase
penderita hipertensi. Sekalipun ada 10 % penderita hipertensi dari antara kelompok usia lima
puluh sampai lima puluh sembilan tahun, hal itu tidak ditemukan sebelumnya. Tekanan
darah mereka diatas 110 diastolik.
Ini menunjukkan bahwa penyakit yang parah boleh saja tidak diketahui ditengah
tengah masyarakat, dapat pula melumpuhkan kesehatan dan dapat menimbulkan masalah
yang berat tetapi penderita tidak mengetahui sama sekali mengenai apa yang terjadi. Sering
sudah terlambat dan berkomplikasi barulah diketahui penyebab utamanya.
Itulah sebabnya sekarang orang mengetahui bahwa hipertensi itu penyakit yang
mempunyai bermacam-macam tingkat sedangkan keadaan yang parah memerlukan
pengetahuan yang agak dini supaya segera mendapatkan perhatian dan perawatan.
Sudah ditemukan bukti yang cukup yang menyatakan bahwa perawatan yang tepat
akan mengurangi jumlah kematian dan hal-hal mengerikan akibat komplikasi dari hipertensi
yaitu stroke, penyakit jantung dan ginjal.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambran nyata atau informasi tentang asuhan keperawatan pada
pasien Hipertensi.
2. Tujuan Kusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien hipertensi.
b. Mampu menyusun rencana keperawatan pada pasien Hipertensi.
c. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien Hipertensi.
d. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pasa pasien Hipertensi.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Landasan TeoriDefenisi Hipertensi
Sampai saat ini belum ada definisi yang tepat mengenai hipertensi, oleh
karena tidak ada batasan yang jelas yang membedakan antara hipertensi dan
normotensi. Namun bukti menunjukkan bahwa peningkatan tekanan darah akan
meningkatkan mortalitas dan mordibitas. Secara teoritis, hipertensi sebagai suatu
tingkat tekanan darah, dimana komplikasi yang mungkin timbul menjadi nyata. Ada
beberapa pendapat lain yang berusaha untuk menjelaskan definisi hipertensi,
diantarannya :
a. Hipertensi didefinisikan oleh “joint national committee on detection, evaluation
and treatment of high blood pressure (JNC)” sebagai tekanan yang lebih tinggi
dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya,
mempunyai rentang dari tekanan darah normal tinggi sampai hipertensi
maligna. Keadaan ini dikatagorikan sebagai primer/esensial (hampir 90% dari
semua kasus) atau sekunder, terjadi sebagai akibat dari kondisi patologis
yang dapat dikenali seringkali dapat diperbaiki.
b. Definisi hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan tekanan
darah diasatolik ≥90 mmHg, atau bila pasien obat antihipertensi. (Kapita
Selecta Kedokteran ,2001, hal.518).
c. Menurut WHO, hipertensi adalah kenaikan tekanan darah diatas atau sama
160/95 mmHg.
d. Menurut Kaplan, Kaplan mendefinisikan hipertensi berdasarkan atas
perbedaan usia dan jenis kelamin :
1. Pria usia kurang dari 45 tahun, dikatakan hipertensi apabila tekanan
darah pada waktu berbaring diatas atau sama dengan 130/90
mmHg.
2. Pria usia lebih dari 45 tahun, dikatakan hipertensi apabila tekanan
darahnya diatas 145/95 mmHg.
3. Pada wanita tekanan darah diatas atau sama dengan 160/95 mmHg
dinyatakan hipertensi.
Etiologi
Menurut penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua yaitu:
1. Hipertensi Primer atau Esensial.
Hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga
hipertensi Taropatik terdapat sekitar 95 % kasus. Banyak factor yang
mempengaruhi seperti genetic, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatis,
sistim rennin angiostensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca
Intraseluler dan factor-faktor yang meningkatkan resiko seperti obesitas, alcohol,
merokok serta polisetemia.
2. Hipertensi Sekunder atau Hipertensi Renal
Hipertensi ini dapat diketahui penyebabnya dan biasanya disertai keluhan
atau gejala-gejala dari penyakit yang menyebabkan hipertensi tersebut. Penyakit
yang dapat menyebabkan hipertensi ini misalnya :
a. Kelainan Hormon
1. Pil KB: kontrasepsi oral yang mengandung estrogen menyebabkan
peningkatan angiostensinogen dan kemudian akan meningkatkan
angiostensin II. Peningkatan angiostensin II ini juga dirangsang oleh
pengeluaran rennin akibat peningkatan stimulasi syaraf simpatis. Akibat
peningkatan angiostensin II ada 2 hal yaitu : aspek konstriktor arteriola
perifer dan peningkatan sekresi aldosteron yang mengakibatkan reasorbsi
Na dan air.
2. Neokromositoma/Tumor Medulla Adrenal atau jaringan pensekresi
ketoalamin di bagian lain tubuh: tumor ini mensekresi epinefrin yang
menyebabkan kadar glukosa plasma dan tingkat metabolisme meningkat
sehingga memungkinkan terjadinya hipertensi.
3. Sindrom Chusing, hipertensi pada penyakit ini diakibatkan oleh peningkatan
ACSH yang kemudian merangsang peningkatan glukortikod (kortisol)
sehingga menyebabkan glukonegenesis dan perubahan dalam distribusi
jaringan adipose. Dua hal tersebut meningkatkan obesitas.
b. Penyakit Metabolic
Diabetes mellitus : pada DM terjadi netropati diabetic mikroangiopati diabetic
sehingga mengakibatkan nefropati diabetic dan disfungsi filtrasi glomerulo.
c. Penyakit Ginjal
1. Glomerulo nefritis akut : lesi pada glomerulus menyebabkan retensi air dan
garam sehingga menyebabkan hipertensi.
2. penyempitan arteri renalis
d. Lain-Lain
1. Koarktasio aorta/penyempitan congenital suatu segmen aorta torakalis hal
ini meningkatkan resistensi aliran darah aorta sehingga mengakibatkan
hipertensi berat.
2. Pre eklamsia, pada pre eklamsia terjadi retensi pembuluh darah disertai
dengan retensi garam dan air.
Manifestasi KlinisGejala yang timbul bervariasi, tergantung dari tinggi rendahnya derajat
hipertensi. Pada hipertensi esensial dapat berjalan gejala dan pada umumnya baru
timbul gejala terjadi komplikasi pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak, dan
jantung yang sering dijumpai berupa:
1. Sakit kepala
2. Vertigo
3. Perdarahan retina
4. Gangguan penglihatan
5. Proteinuria
6. Hematuria
7. Tachhicardi
8. Palpitasi
9. Pucat dan mudah lelah
Tetapi kebanyakan pula pasien yang menderita hipertensi tidak mempunyai
keluhan. Dan ada juga beberapa pasien mengeluh sakit kepala, pusing, lemas, sesak
nafas, kelelahan, kesadaran menurun, gelisah, mual, muntah, epistaksis, kelemahan
otot atau perubahan mental.
Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit jantung,
gagal jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan dan penyakit ginjal.
PatofisiologiDM Penyempitan Koarktasio aorta
Arteri renalis
Mikroangiopati/ Penyempitan congenital segmen
Lesi spesifik diabetic ↓ Aliran darah aorta torakalis
pada ginjal
nefropati diabetic Retensi aliran darah aorta
↓Tekanan filtrasi
glomerolus
Pre eklamsi
Glomerulo Sel-sel kapiler
nefritis akut glomerolus
menyempit
Lesi pada
glomerolus
Disfungsi filtrasi Feokromositoma
glomerulo
↑ Epinefrin
Perbedaan antara tingkat
filtrasi glomerolus dan ↑ Kadar glukosa dan
tingkat penyerapan tingkat metabolisme
kembali oleh tubulus
Retensi Na dan air Efek konstriksi ↑Volume
plasma
Genetic
↑ Volume plasma
↑ Out put jantung ↑ Curah jantung ↑
Volume darah
dan sirkulasi
↑ Volume sirkulasi
Efek konstriksi Kerusakan
vaskuler
arteriola perifer pembuluh perifer
Patofisiologi
Kerusakan vaskuler
Pembuluh pearifer
Perubahan struktur dalam arteri kecil dan arteriola
Penyumbatan pembuluh/vasokontriksi
Gangguan sirkulasi
Otak mata ginjal ginjal
Peningkatan tekanan kerusakan sel nekrosis fibrinoid ↓cardiac output
Vaskuler serebral endotel pada pembuluh
*sakit kepala aferen+penebalan
*vertigo robekan/obliterasi intima arteri manifestasi klinis
*tachicardi
*Perdarahan retina *Perdarahan retina nekrosis kapiler *pucat
*Gangguan penglihatan *Gangguan penglihatan glomerolus *mudah lelah
sampai dgn kebutaan sampai dgn kebutaan *protein uria *palpitasi
*hematuria *diaphorosis
Gagal ginjal akut(komplikasi)
HIPERTENSI
HIPERTENSI
Nyeri akut
Resiko kerusakan perfusi jaringan
Resiko injuri Intoleransi aktifits
Patofisiologi
Saraf simpatis ↑
Rennin ↑
Angiostensinogen (hati)
Angiostensin I (paru)
ACE (angiostensin converting enzim)Angiostensi II
Rangsang saraf Vasokontriksi Aldosteron ↑Pusat haus
ADH ↑ Retensi Na
Over volum ↑TD Over volum
DiagnosisDiagnosis hipertensi tidak dapat ditegakkan dalam satu kali
pengukuran, hanya dapat ditetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran pada
kunjungan yang berbeda, kecuali terdapat kenaikan yang lebih tinggi atau gejala-
gejala klinis. Pengukuran tekanan darah dialakukan dalam keadaan pasien duduk
bersandar, setelah beristirahat selama lima menit, dengan ukuran pembungkus
lengan yang sesuai (menutupi 80% lengan). Tensimeter dengan air raksa masih
tetap dianggap alat pengukur yang terbaik.
Anamnesis yang dilakukan meliputi tingkat hipertensi dan lama
menderitanya, riwayat dan gejala-gejala penyakit yang berkaitan seperti penyakit
jantung koroner, gagal jantung, penyakit serebrovaskuler dan lainnya. Apakah
terdapat riwayat penyakit dalam keluarga, gejala-gejala yang berkaitan dengan
penyebab hipertensi, perubahan aktifitas/kebiasaan (seperti merokok) konsumsi
makanan, riwayat obat-obatan bebas, hasil dan efek samping terapi hipertensi
sebelumnya bila ada, dan factor psikososial lingkungan (keluarga, perkerjaan dan
lain-lain).
Dalam pemerikasaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah dua kali
atau lebih dengan jarak 2 menit, kemudian diperiksa ulang pada lengan kontralateral.
Dikaji berat badan dan tinggi pasien. Kemudian dilakukan pemeriksaan funduskopi
untuk mengetahui adanya retinopati hipertensif, pemeriksaan leher untuk mengetahui
bising carotid, pembesaran vena atau kelenjar tiroid. Dicari tanda-tanda gangguan
gangguan irama dan denyut jantung, pembesaran ukuran, bising, derap dan bunyi
jantung ke tiga atau keempat. Paru diperiksa untuk mencari ronki dan bronkospasme.
Pemeriksaan abdomen dilakukan untuk mencari adanya masa, pembesaran ginjal
dan pulsasi aorta yang abnormal. Pada ektrimitas dapat ditemukan pulsasi perifer
yang menghilang, edema dan bising. Dilakukan pula pemeriksaan neurology.
Perhimpunan nefrologi Indonesia memilih klasifikasi sesuai WHO/ISH
karena sederhana dan memenuhi kebutuhan, tidak bertentangan dengan strategi
terapi, tidak meragukan karena memiliki sebaran luas dan tidak rumit, serta terdapat
pula unsur unsure sistolik yang juga penting dalam dalam penentuan.
Klasifikasi sesuai WHO/ISH
Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolic (mmHg)
Normotensi <140 <90
Hipertensi ringan 140-180 90-105
Hipertensi perbatasan 140-160 90-95
Hipertensi sedang dan
berat
>180 >105
Hipertensi sistolik terisolasi >140 >90
Hipertensi sistolik
perbatasan
140-160 <90
Hipertensi sistolik terisolasi adalah hipertensi dengan tekanan sistolik sama atau
lebih dari 160 mmHg. Keadaan ini berbahaya dan memiliki peranan sama dengan
hipertensi diastolic, sehingga harus diterapi.
Klasifikasi pengukuran tekanan darah berdasarkan The Sixth Of The Joint National
Commite On Prevention, Detection, Evaluation, And Treatment Of High Blood
Presure, 1997.
Katagori Sistolik(mmHg) Diastolic(mmHg) Rekomendasi
Normal <130 <85 Periksa ulang dalam 2
tahun
Perbatsan 130-139 85-89 Periksa ulang dalam 1
tahun
Hipertensi
tingkat 1
140-159 90-99 Konfirmasi dalam 1 atau 2
bulan
Anjuarkan modifikasi gaya
hidup
Hipertensi
tingkat 2
160-179 100-109 Evaluasi atau rujuk dalam
1 bulan
Hipertensi
tingkat 3
≥ 180 ≥ 110 Evaluasi atau rujuk segera
dalam 1
mingguberdasrkan kondisi
klinis
Catatan : pasien tidak sedang sakit atau minum obat antihipertensi. Jika tekanan
sistolik dan diastolic berada dalam katagori yang berbeda, masukkan kedalam
katagori yang lebih tinggi.
Pemerikasaan Diagnostik1. Hemoglobin/hematrokit : bukan diagnostic tetapi mengkaji hubungan dari sel-
sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat menginsikasikan factor-
faktor resiko seperti hiperkoaagulabilitas, anemia.
2. BUN/Kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi /fungsi ginjal.
3. Glukosa : hiperglikemia (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan
peningkatan ketoalamin (meningkatkan hipertensi).
4. Kalsium serum : peningkatan kadar kalium serum dapat meningkatkan
hipertensi
5. Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretic.
6. Kolesterol dan trigleserida serum : peningkatan kadat dapat mengidikasikan
adanya pembentukan plak ateromatosa.
7. Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokontriksi dan
hipertensi.
8. Urinalisa : darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan /
adanya diabetes.
9. VMA urin (metabolit ketoalamin) : kenaikan dapat mengindikasikan adanya
feokromositoma (penyebab) : VMA urin 24 jam dilakukan untuk pengkajian
feokromositoma bila hipertensi hilang timbul.
10. Asam urat : hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai factor resiko
terjadimya hipertensi.
11. Steroid urin : kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme,
feokromositoma, atau difungsi pituitary, sindrom cushing, kadar urin dapat
meningkat.
12. Foto thorak : dapat menunjukkan obstruksi pada area katup, deposit pada
dan/ takik aorta, batu ginjal/ureter.
13. CT Scan : mengkaji tumor serebral, CSU, enselopati, atau feokromositoma.
14. ECG : dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi. Luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini
penyakit jantung hipertensi.
PenatalaksanaanTujuan deteksi dan penatalakasanaan hipertensi adalah merunkan resiko
penyakit kardiovaskuler dan mortabilitas serta morsibitas yang berkaitan. Tujuan
terapi adalah mencapaij dan mempeartahankan tekanan sistolik dibawah 140 mmHg
dan tekanan diastolic dibawah 90 mmHg dan mengontrol factor resiko. Hal ini dapat
dicapai melalui modifikasi gaya hidup saja, atau dengan obat antihipertensi.
Kelompok resiko dikategorikan menjadi :
1. Pasien dengan tekanan darah perbatasan, atau tingkat 1, 2 atau 3 tanpa
gejala penyakit kardiovaskuler, kerusakan organ, factor resiko lainnya. Bila
dengan modifikasi gaya hidup tekanan darah belum dapat diturunkan maka
harus diberikan obat antihipertensi.
2. Pasien tanpa penyakit kardiovaskuler atau kerusakan organ lainnya, tapi
memiliki satu atau lebih factor resiko yang tertera diatas, namun bukan
diabaetes militus. Jika terdapat beberapa factor maka harus langsung
diberikan obat antihipertensi.
3. Pasien dengan gejala klinis penyakit kardiovaskuler atau kerusakan organ
jelas.
Factor resiko : usia lebih dari 60 tahun, merokok, disiplidemia, DM, jenis
kelamin (pria atau wanita menopause), riwayat penyakit kardiovaskuler dalam
keluarga.
Kerusakan organ atau penyakit kardiovaskuler : penyakit jantung (hipertrofi
ventrikel kiri, infark miokard, angina pectoris, gagal jantung, riwayat revaskularisasi
koroner, strok, TIA, nefropati, penyakit arteri perifer, dan retinopati.
Penatalaksanaan berdasarkan klasifikasi resiko:
Tekanan Darah
Kelompok Resiko A
Kelompok Resiko B
Kelompok Resiko C
130-139/85-
89
Modifikasi gaya
hidup
Modifikasi gaya
hidup
Dengan obat
140-159/90-
99
Modifikasi gaya
hidup
Modifikasi gaya
hidup
Dengan obat
≥160/≥100 Dengan obat Dengan obat Dengan obat
Modifikasi gaya hidup cukup efektif, dapat menurunkan resiko kardiovaskuler
dengan biaya sedikit, dan resiko minimal. Tata laksana ini tetap dianjurkan meski
harus dsertai obat antihipertensi karena dapat menurunkan jumlah dan dosis obat.
Langkah-langkah yang dianjurkan untuk:
1. Menurunkan berat badan bila terdapat kelebihan(indeks masa tubuh ≥ 27).
2. Membatasi alcohol.
3. Meningkatkan aktifitas aerobic (30-45 menit/hari).
4. Mengurangi asupan natrium (<100 mmol Na/2,4g Na/6 g NaCl/hari).
5. Mempertahankan asupan kalium yang adekuat (90mmol/hari).
6. Mempertahankan asupan kalsium dan magnesium yang adekuat.
7. Berhenti merokok dan mengurangi asupan lemak jemuh dan kolesterol dalam
makanan.
Penatalaksanaan dengan obat antihipertensi bagi sebagian besar pasien
dimulai dengan dosis rendah kemudian ditingkatkan secara titrasi sesuai dengan
umur, kebutuhan dan usia. Terapi yang optimal harus efektif selama 24 jam, dan
lebih disukai dalam dosis tunggal karena kepatuhan lebih baik, lebih murah, dapat
mengontrol hipertensi terus-menerus dan lancar, dan melindungi pasien terhadap
berbagai resiko dari kematian mendadak, serangan jantung, atau stroke akibat
peningkatan tekanan darah mendadak saat bangun tidur. Sekarang ini terdapat pula
obat yang berisi kombinasi dosis rendah obat dari golongan yang berbeda.
Kombinasi ini terbukti memberikan efektifitas tambahan dan mengurangi efek
samping.
Setelah diputuskan memakai obat antihipertensi dan bila tidak terdapat
indikasi untuk memilih golongan obat tertentu, diberikan deuretik atau beta bloker.
Jika respon tidak baik dengan dosis penuh, dilanjutkan sesuai algoritma. Diuretik
biasanya menjadi tambahan karena dapat meningkatkan efek obat lain. Jika obat
kedua dapat mengontrol tekanan darah dengan baik minimal 1 tahun, dapat dicoba
menghentikan obat pertama melalui penurunan dosis secara perlahan dan progresif.
Pada beberapa pasien mungkin dapat dimulai dengan terapi dengan lebih
dari satu obat secara langsung. Pasien dengan tekanan darah ≥200/≥120 mmHg
harus diberikan terapi dengan segera dan jika terdapat gejala kerusakan organ harus
dirawat di rumah sakit.
B. Askep TeoriPengkajian
Identitas pasien.
Riwayat keperewatan/kesehatan.
1. Keluhan utama : pada pasien hipertensi biasanya ia merasa sakit kepala.
2. Riwayat kesehatan sekarang
(Menjelaskan uraian kronologis sakit klien sekarang sampai klien dibawa ke RS,
ditambah dengan keluhan klien saat ini yang diuraikan dalam konsep PQRST)
P : Palitatif /Provokatif
(Apakah yang menyebabkan gejala, apa yang dapat memperberat dan
menguranginya)
Q : Qualitatif /Quantitatif
(Bagaimana gejala dirasakan, nampak atau terdengar, sejauhmana
merasakannya sekarang)
R : Region
(Dimana gejala terasa, apakah menyebar)
S : Skala
(Seberapakah keparahan dirasakan dengan skala 1 s/d 10)
T : Time
(Kapan gejala mulai timbul, berapa sering gejala terasa, apakah tiba-tiba atau
bertahap)
3. Riwayat kesehatan masa lalu: riwayat hipertensi, penyakit jantung, DM dll.
4. Riwayat kesehatan keluarga : pada klien hipertensi biasa terdapat anggota
keluarga yang mengidap juga (bersifat menurun).
Pola fungsi kesehatan
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan : pada klien hipertensi terdapat
juga kebiasaan untuk merokok, minum alcohol dan penggunaan obat-obatan.
2. Pola aktifitas dan latihan : pada klien hipertensi terkadang mengalami/merasa
lemas, pusing, kelelahan, kelemahan otot dan kesadaran menurun.
3. Pola nutrisi dan metabolisme : pada pasien hipertensi terkadang mengalami
mual dan muntah.
4. Pola eliminasi : pada pasien hipertensi terkadang mengalami oliguri.
5. Pola tidur dan istirahat.
6. Pola kognitif dan perceptual
7. Pola toleransi dan koping stress : pada pasien hipertensi biasanya mengalami
stress psikologi.
8. Pola seksual reproduktif
9. Pola hubungan dan peran
10. Pola nilai dan keyakinan.
Pemeriksaan fisik
Berat badan dan tinggi badan
Mata : Retina, pupil
Leher : JVP, bising
Paru : Pernafasan (irama, frekuensi, jenis suara nafas).
Jantung :
a. Denyut nadi
b. Tekanan darah diukur minimal 2 kali dengan tenggang waktu 2
menit dalam posisi bebaring atau duduk, dan berdiri sekurangnya
setelah 2 menit.
c. Pengukuran sebaiknya dilakukan pada kedua sisi lengan dan jika
nilainya berbeda makan nilai yang tertingi yang diambil.
d. Suara jantung.
e. Bising jantung.
Abdomen : Bising dan peristaltic.
Ekstrimitas : Refleks dan edema.
Pemeriksaan penunjang
EKG : Kemungkinan ada pembesaran ventrikel kiri, pembesaran atrium kiri,
adanya peenyakit jantung atau aritmia.
Laboratorium :
Fungsi ginjal: urin lengkap(urinalisis) Ureum, creatinin, BUN dan asam
urat, serta darah lengkap lainnya.
Foto rontgen :
Kemungkinan ditemukan pembesaran jantung, vaskularisasi atau aorta
yang lebar.
Ekokardiogram :
Tampak penebalan dinding ventrikel, mungkin juga sudah terjadi dilatasi
dan gangguan fungsi diastolic dan sistolik.
Diagnosa keperawatan
Kemungkinan diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :
a. Perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan exchange problem
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (biologi, kimia, fisik dan
psikologi)
c. Resiko untuk jatuh (injury) berhubungan dengan neuropati
(gangguan penglihatan)
d. Intoleransi aktivitas berhubunga dengan ketidakseimbangan antara
suplai oksigen dengan kebutuhan
Intervensi
a. Perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan exchange problem.
Rencanan tindakan :
1. Monitor tekanan darah tiap 4 jam, nadi apical dan neurologis tiap
10 menit.
R: Untuk mengevalusi perkembangan penyakit dan keberhasilan
terapi
2. Pertahankan tirah baring pada posisi semi fowler sampai tekanan
darah dipertahankan pada tingkat yang dapat diterima.
R: Tirah baring membantu menurunkan kebutuhan oksigen, posisi
duduk meningkatkan aliran darah ateri berdasarkan gaya
grafitasi, konstruksi arteriol pada hipertensi menyebabkan
peningkatan darah pada arteri.
3. Pantau data laboratorium misal: GDA, kreatinin
R: Indicator perfusi atau fungsi organ.
4. Anjurkan tidak menggunakan rokok atau nikotin.
R: Meningkatkan vasokontriksi.
5. Kolaborasi pemberian obat-obatan antihipertensi misal golongan
inhibitor simpa (propanolol, atenolol), golongan vasodilator
(hidralazin)
R : Golongan inhibitor secara umum menurunkan tekanan darah
melalui efek kombinasi penurunan tahanan perifer,
menurunkan curah jantung, menghambat syaraf simpatis,
dan menekan pelepasan rennin. Golongan vasodilator
berfungsi untuk merilekkan otot polos vaskuler.
Hasil yang diharapkan/evaluasi
Pasien mendemostrasikan perfusi jaringan yang membaik ditunjukkan:
1. Tekanan darah dalam batas-batas yang dapat diterima
2. Tidak ada keluhan sakit kepala, pusing
3. Nilai laboratorium dalam batas-batas normal
4. Tanda-tanda vital stabil
b. Nyeri akut brehubungan dengan agen injuri (biologi, kimia, fisik dan psikologi)
Rencana tindakan :
1. Berikan tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit
kepala. Misalkan kompres dingin pada dahi pinjat punggung dan
leher, tenang, redupkan lampu kamar, teknik relaksasi (distraksi)
dan aktivitas waktu senggang
R: Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral dan
memperlambat atau memblok respon simpatis, efektif dalam
menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.
2. Hilangkan minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat
meningkatkan sakit kepala misalkan: mengejang saat BAB, batuk
panjang, membungkuk.
R: Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit
kapala karena adanya peningkatan tekanan vaskuler serebral.
3. Anjurkan pasien untuk tirah baring selama fase akut.
R: Meminimalkan stimulasi atau meningkatkan relaksasi.
4. Kurangi adanya kurang pengetahuan (jelaskan sebab-sebab nyeri
dan lama nyeri bila diketahui).
R: Meningkatkan pengetahuan
5. Kolaborasi pemberian analgesic (antalgin, asam mefenamat).
R: Menurunkan atau mengontrol nyeri dan menurunkan
rangsang sistim saraf simpatis.
Hasil yang diharapkan :
1. Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala atau sakit
kepala terkontrol.
2. Mengungkapkan metode yang menberikan pengurangan.
c. Resiko untuk jatuh (injury) berhubungan dengan neuropati (gangguan
penglihatan)
Rencana tindakan :
1. Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orng lain.
R: Memberikan peningkatan kenyamanan menurunkan kecemasan
dan mengurangi resiko injury.
2. Pertahankan tirah baring ketat dalam kondisi terlentang yang
ditentukan.
Posisi lateral kanan (bila robekan retina pada posisi nasal
dari mata kiri atau posisi temporal dari mata kanan).
Posisi lateral kiri (bila robekan retina pada posisi nasal dari
mata kanan atau posisi temporal dari mata kiri).
R: Untuk memungkinkan viterus humour bekerja sebagai
kekuatan nemostatsi untuk mengontrol perdarahan.
3. Anjurka pesien untuk mengistirahatkan mata agar tidak terlalu
lelah.
R: Mengurangi resiko perlukaan atau pecahnya pembulu darah
retina. Yang akan menyebabkan semakin menurunya
ketajaman penglihatan.
4. Modifikasi lingkungan sekitar pasien, dengan cara :
Pencahayaan yang cukup
Jauhkan benda-benda yang beresiko menyebabkan cidera
Berikan permukaan lantai yang tidak licin
Dekatkan tombol pemanggil
R: Meningkatkan rasa aman, mengurangi resiko injury.
Hasil yang diharapkan :
1. Pasien mampu mengidentifikasi factor-faktor yang meningkatkan
kemungkinan terhadap cidera
2. Menunjukan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan
factor resiko dan untuk melindungi diri dari cidera
3. Pasien tidak mengalami injury
4. Pasien kan mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk
meningkatkan kenyamanan.
d. Intoleransi aktivitas berhubunga dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen dengan kebutuhan.
Rencana tindakan :
1. Berikan dorongan untuk aktivitas atau perawatan diri bertahap jika
dapat ditoleransi. Berikan bantuan sesua kebutuhan.
R: Kamajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja
jantung tiba-tiba. Memberikan bantuan hanya sebatas
kebutuhan dalam melakukan aktivitas.
2. Instruksikan pasien tentang tehnik penghematan energi
R: Tehnik menghejmat energi mengurangi penggunaan energi,
juga membantu keseibangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen.
3. Kaji respon pasien terhadap aktivitas, perhatikan prekuensi nadi
lebih dari 20x permenit diatas frekuensi istirahat meningkatkan
tekanan darah yang nyata selama/sesudah diaforesis, pusing atau
pingsan.
R: Menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respon
psikologi terhadap stres aktivitas dan bila ada merupakan
indicator dari kelebihan kerja yqang berkaitan dengan tingkat
aktivitas.
4. Beri jarak waktu pengobatan dan prosedur untuk memungkinkan
waktu istirahat yang tidak terganggu, berikan waktu istirahat siang
atau sore
R: Istirahat kemungkinan adanya penghematan energi
5. Kolaborasi pemberian obat digoxin.
R: Pemberian digoxin untuk memperkuat kerja jantung
Hasil yang diharapkan
1. Meningkatkan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari
2. Menunjukan penurunan gejala-gejala intoleran aktivitas
BAB IIIPENUTUP
A. Kesimpulan Hipertensi adalah tekanan darah sistole ≥140 dan diastole ≥90
Penyebab Hipertensi
1. Penyebab primer
a. Genetik
b. Jenis kelamin dan usia
c. Diit
d. Berat badan
e. Gaya hidup
2. Penyebab sekunder
a. Penggunaan kontrasepsi oral
b. Coarctation aorta
c. Neurogenik
d. Obat pre eklamsi
e. Penyakit metabolic
B. SaranHipertensi adalah sillent killer jadi pengidap hipertensi, harus dipantau tekanan
darahnya. Apabila tidak hipertensi akan mengakibatkan stroke, penyakit jantung dan
ginjal.
DAFTAR PUSTAKA
http://kumpulan-askepaskep.blogspot.com/2014/03/laporan-pendahuluan-hipertensi-emergency.html
Bare&Smeltzer, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol 2, Jakarta,
EGC
Mansjoer, A, dkk, 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jakarta, Media Aesculapius
FKUI Ridwan, M 2009. Mengenal,Mencegah,Mengatasi Silent Killer Hipertensi, Semarang, Pustaka Widyamara.