BAB I
LATAR BELAKANG
1.1 Latar Belakang
Laporan keuangan yang baik, sangat membantu manajemen dalam melakukan
pengambilan keputusan–keputusan penting bagi kemajuan perusahaan atau
organisasi yang dipimpin. Dalam rangka menyiapkan laporan keuangan yang
baik, maka diperlukan kemampuan yang mumpuni dari jajaran manajemen dalam
melakukan perhitungan biaya-biaya yang terkait. Salah satu sistem perhitungan
biaya tersebut adalah perhitungan biaya berdasarkan proses.
Perhitungan biaya dalam proses atau process costing termasuk dalam salah
satu desain sistem yang penting dalam pembuatan laporan keuangan, sehingga
laporan tersebut dapat digunakan sebagai salah satu sumber informasi yang
akurat oleh manajemen demi menentukan keputusan – keputusan penting bagi
kemajuan perusahaan. Bagi perusahaan / industri yang memproduksi produk
yang homogen (sejenis) secara terus menerus, perhitungan biaya dalam proses
atau process costing menjadi alternatif yang efektif dalam menentukan harga
pokok penjualan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Istilah Biaya
Pengertian biaya menurut Mulyadi (2009) yaitu pengorbanan sumber
ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang
kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Sedangkan menurut Firdaus
Ahmad (2012), biaya adalah pengeluaran-pengeluaran atau nilai pengorbanan
untuk memperoleh barang atau jasa yang berguna untuk masa yang akan datang,
atau mempunyai manfaat melebihi satu periode akuntansi.
Biaya (cost) dapat disimpulkan sebagai pengorbanan sumber ekonomi
yang dapat diukur dalam satuan uang untuk memperoleh barang atau jasa yang
telah terjadi dan berguna untuk masa yang akan datang guna untuk memberikan
suatu manfaat yaitu peningkatan laba.
Biaya terbagi menjadi dua, yaitu biaya produksi dan biaya non produksi.
Biaya produksi adalah biaya untuk membuat bahan menjadi produk jadi. Biaya
produksi meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya
overhead pabrik. Biaya non produksi terdiri dari biaya administrasi dan biaya
marketing atau penjualan.
2
Gambar 2.1Ringkasan Istilah Biaya
3
Bahan Baku
Bahan baku adalah bahan yang menjadi tak terpisahkan dari produk jadi dan dapat ditelusuri secara fisik dan mudah ke produk tersebut (misal kayu untuk meja).
Biaya Overhead Pabrik
Seluruh biaya manufaktur yang termasuk dalam bahan langsung dan tenaga kerja langsung. Biaya overhead pabrik termasuk bahan tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung, pemeliharaan dan perbaikan peralatan produksi, listrik dan penerangan, pajak properti, penyusutan.
Tenaga Kerja Langsung
Biaya tenaga kerja yang dapat ditelusuri dengan mudah ke produk jadi (misal tenaga kerja di bagian perakitan).
Biaya Utama
Biaya Koversi
Biaya Produksi
Biaya Non Produksi
Biaya Marketing atau Penjualan
Semua biaya yang diperlukan untuk menangani pesanan konsumen dan memperoleh produk atau jasa untuk disampaikan kepada konsumen. Biaya marketing meliputi pengiklanan, pengiriman, perjalanan dalam rangka penjualan, komisi penjualan, gaji untuk bagian penjualan.
Biaya Administrasi
Meliputi biaya eksekutif, organisasional, dan klerikal yang berkaitan dengan manajemen umum organisasi. Contoh dari biaya administrasi yaitu kompensasi eksekutif, akuntansi umum, sekretariat, & biaya sejenis yang terkait dengan administrasi umum organisasi secara keseluruhan.
2.2 Biaya Berbeda Untuk Tujuan yang Berbeda
Akuntansi biaya bertujuan untuk menyajikan informasi biaya yang
digolongkan dengan berbagai macam cara. Umumnya penggolongan biaya ini
ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan penggolongan tersebut,
karena dalam akuntansi biaya dikenal konsep: “different costs for different
purposes”, artinya berberda biaya berbeda tujuan.
Penggolongan biaya atau klasifikasi biaya adalah suatu proses
pengelompokkan biaya secara sistematis atas keseluruhan elemen biaya yang ada
ke dalam golongan-golongan tertentu yang lebih ringkas untuk dapat memberikan
informasi yang lebih ringkas dan penting (Bastian Bustami dan Nurlela, 2009).
1. Penggolongan Biaya Menurut Fungsi Pokok dalam Perusahaan
Penggolangan biaya untuk tujuan laporan keuangan eksternal-khususnya
dalam perusahaan manufaktur.
Gamabar 2.2Penggolongan Biaya Menurut Fungsi Pokok dalam Perusahaan
A. Biaya produksi
4
Penggolongan Biaya Menurut Fungsi Pokok
dalam Perusahaan
Biaya Produksi
Biaya Bahan Baku
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya Overhead Pabrik
Biaya Non Produksi
Biaya Pemasaran
Biaya Administrasi &
Umum
Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan
baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Perusahaan manufaktur
biasanya membagi biaya produksi ke dalam tiga kategori besar yaitu bahan
baku, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Biaya bahan baku
dan biaya tenaga kerja langsung disebut juga dengan istilah biaya utama
(prime cost), sedangkan biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead
pabrik sering pula disebut dengan istilah biaya konversi (conversion cost),
yang merupakan biaya untuk mengkonversi (mengubah) bahan baku
menjadi produk jadi.
a. Biaya bahan baku langsung
Biaya bahan baku langsung adalah bahan baku yang merupakan bagian
yang tidak dapat dipisahkan dari produk selesai dan dapat ditelusuri
langsung kepada produk selesai. Contoh: kain dalam pembuatan
pakaian.
b. Tenaga kerja langsung
Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang digunakan dalam
merubah atau mengonversi bahan baku menjadi produk selesai dan
dapat ditelusuri secara langsung kepada produk selesai. Contoh:
tukang jahit, pembuat pola dalam pembuatan pakaian.
c. Biaya overhead pabrik
Biaya overhead pabrik adalah biaya selain bahan baku langsung dan
tenaga kerja langsung tetapi membantu dalam mengubah bahan
menjadi produk selesai. Biaya ini tidak dapat ditelusuri secara
langsung kepada produk selesai. Biaya overhead dapat dikelompokan
menjadi elemen:
a) Bahan tidak langsung (bahan pembantu atau penolong)
Bahan tidak langsung adalah bahan yang digunakan dalam
penyelesaian produk tetapi pemakainnya relatif lebih kecil dan
biaya ini tidak dapat ditelusuri secara langsung kepada produk
selesai. Contoh: asesoris pakaian.
5
b) Tenaga kerja tidak langsung
Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja yang membantu
dalam pengolahan produk selesai, tetapi tidak dapat ditelusuri
langsung kepada produk selesai. Contoh: gaji satpam pabrik.
c) Biaya tidak langsung lainnya
Biaya tidak langsug lain adalah biaya selain bahan tidak langsung
dan tenaga kerja tidak langsung yang membantu dalam pengolahan
produk selesai. Contoh: sewa pabrik.
B. Biaya non produksi
Biaya non produksi adalah biaya yang tidak berhubungan dengan proses
produksi. Biaya non produksi dapat dikelompokkan menjadi elemen:
a. Beban pemasaran
Beban pemasaran atau biaya penjualan adalah biaya yang dikeluarkan
apabila produk selesai dan siap dipasarkan ke tangan konsumen.
Contoh: beban iklan.
b. Beban administrasi
Beban administrasi adalah biaya yang dikeluarkkan dalam hubungan
dengan kegiatan penentu kebijakan, pengarahan, pengawasan kegiatan
perusahaan secara keseluruhan agar dapat berjalan dengan efektif dan
efisien. Contoh; gaji administrasi kantor.
2. Penggolongan Biaya dalam Hubungan dengan Volume Produksi
Biaya dalam hubungan dengan volume biaya atau perilaku biaya dapat
dikelompokkan menjadi elemen:
6
Gambar 2.3
Penggolongan Biaya dalam Hubungan dengan Volume Produksi
A. Biaya variabel
Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding
dengan perubahan volume kegiatan. Contoh: biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung.
B. Biaya tetap
Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar
volume kegiatan tertentu. Contoh: gaji direktur produksi.
3. Penggolongan Biaya Menurut Hubungan Biaya dengan Sesuatu yang
Dibiayai
Gambar 2.4Penggolongan Biaya Menurut Hubungan Biaya dengan Sesuatu yang
Dibiayai
7
Penggolongan Biaya
dalam Hubungan dengan
Volume Produksi
Biaya variabel
Biaya tetap
Penggolongan
Biaya Menurut
Hubungan Biaya
dengan Sesuatu
yang Dibiayai
Biaya Langsung (Direct Cost)
Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost)
Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen. Dalam
hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat digolongkan
menjadi dua golongan yaitu biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak
langsung (indirect cost).
Dalam hubungannya dengan produk, biaya produksi dibagi menjadi dua,
yaitu biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung. Dalam
hubungannya dengan departemen, biaya dibagi menjadi dua golongan,
yaitu biaya langsung departemen dan biaya tidak langsung departemen.
A. Biaya langsung
Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya
adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai
tersebut tidak ada, maka biaya langsung ini tidak akan terjadi. Dengan
demikian biaya langsung akan mudah diidentifikasikan dengan sesuatu
yang dibiayai. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya biaya bahan
baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya langsung departemen
adalah semua biaya yang terjadi di dalam departemen tertentu.
Contohnya adalah biaya tenaga kerja yang bekerja dalam Departemen
Pmeliharaan merupakan biaya langsung departemen bagi Departemen
Pemeliharaan dan biaya depresiasi mesin yang dipakai dalam
departemen tersebut, merupakan biaya langsung departemen tersebut.
B. Biaya tidak langsung
Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya tidak hanya
disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam
hubungannya dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi
tidak langsung atau biaya overhead pabrik. Biaya ini tidak mudah
diidentifikasi dengan produk tertentu. Contoh: gaji mandor yang
mengawasi pembuatan produk A, B, dan C merupakan biaya tidak
langsung bagi baik produk A, B, maupun C, karena gaji mandor
tersebut terjadi bukan hanya karena perusahaan memproduksi salah
satu produk tersebut, melainkan karena memproduksi ketiga jenis
produk tersebut. Jika perusahaan hanya menghasilkan satu macam
8
produk (misalnya perusahaan semen, pupuk urea, gula) maka semua
biaya merupakan biaya langsung dalam hubungannya dengan produk.
Dalam hubungannya dengan departemen, biaya tidak langsung adalah
biaya yang terjadi di suatu departemen, tetapi manfaatnya dinikmati
oleh lebih dari satu departemen. Contohnya adalah biaya yang terjadi
di Departemen Pembangkit Tenaga Listrik. Biaya ini dinikmati oleh
departemen-departemen lain dalam perusahaan, baik untuk penerangan
maupun untuk menggerakan mesin dan ekuipmen yang mengkonsumsi
listrik. Bagi departemen pemakai listrik, biaya listrik yang diterima
dari alokasi biaya Departemen Pembangkit Tenaga Listrik merupakan
biaya tidak langsung departemen.
4. Penggolongan Biaya Atas Dasar Jangka Waktu Manfaatnya
Gambar 2.5Penggolongan Biaya Atas Dasar Jangka Waktu Manfaatnya
Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dikelompokkan menjadi
pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan.
A. Pengeluaran modal (capital exspenditure)
Pengeluaran modal adalah biaya yang dikeluarkan untuk memberikan
manfaat di masa depan dan dalam jangka waktu yang panjang dan
dilaporkan sebagai aktiva. Contoh: pembelian mesin dan peralatan.
B. Pengeluaran pendapatan
9
Penggolongan Biaya
Atas Dasar Jangka
Waktu Manfaatnya
Pengeluaran modal
(capital exspenditure)
Pengeluaran pendapatan
Biaya pengeluaran pendapatan adalah biaya yang memberikan manfaat
untuk periode sekarang dan dilaporkan sebagai beban. Contoh: mesin
atau peralatan yang dibeli apabila dikonsumsi akan kehilangan
kegunaan dan akan menimbulkan penyusutan. Penyusutan ini disebut
sebagai pengeluaran pendapatan yang akan dilaporkan sebagai beban.
10
5. Biaya Dalam Hubungannya dengan Pengambilan Keputusan
Gambar 2.6Biaya Dalam Hubungannya dengan Pengambilan Keputusan
Biaya adalah bahan yang sangat penting dalam pembuatan keputusan.
Dalam pembuatan keputusan sangat penting memiliki pemahaman yang
kuat konsep biaya diferensial, oportunity cost dan sunk cost.
A. Pendapatan dan Biaya Diferensial
Keputusan melibatkan proses pemilihan dari berbagai alternatif yang
ada. Dalam keputusan bisnis, setiap alternatif memiliki konsekuensi
biaya dan manfaat yang harus dibandingkan dengan biaya dan manfaat
yang akan diperoleh dari alternatif lain yang tersedia. Perbedaan biaya
antara dua alternatif disebut biaya diferensial. Perbedaan penghasilan
antara dua alternatif disebut penghasilan diferensial.
Biaya diferensial disebut juga incremental cost, meskipun secara
teknis yang dimaksud dengan incremental cost berkaitan dengan
kenaikan biaya yang terjadi karena perubahan dari suatu alternatif satu
ke alternatif lainnya; sedangkan penurunan biaya sering disbeut
decremental cost.
Biaya diferensial dapat berupa biaya tetap maupun biaya variabel.
Untuk menunjukkan hal ini, asumsikan bahwa Nature Way Cosmetics,
Inc., berpikir untuk mengubah metode marketingnya dari distribusi
melalui sejumlah toko pengecer menjadi model distribusi dari rumah
11
Biaya Dalam Hubungannya
dengan Pengambilan Keputusan
Biaya Diferensial
Opportunity Cost
Sunk Cost
ke rumah. Biaya dan penghasilan yang ada saat ini dibandingkan
dengan proyeksi biaya dan penghasilan dalam tabel berikut ini:
Distribusi
Pengecer
(Sekarang)
Distribusi
Langsung
(Proyeksi
)
Penghasilan
dan Biaya
Diferensial
Penghasilan (V) $ 700.000 $ 800.000 $ 100.000
HPP (V) 350.000 400.000 50.000
Iklan (T) 80.000 45.000 (25.000)
Komisi (V) 0 40.000 40.000
Penyusutan
Gedung (T)
50.000 80.000 30.000
Beban Lain (T) 60.000 60.000 0
Total 540.000 635.000 85.000
Laba Bersih $ 160.000 $ 175.000 $ 15.000
V= Variabel T= Tetap
B. Opportunity Cost
Opportunity cost adalah kesempatan yang dikorbankan dalam memilih
suatu alternatif.
C. Sunk Cost
Sunk cost adalah biaya yang telah terjadi dan tidak dapat diubah oleh
keputusan apapun yang dibuat saat ini ataupun di masa yang akan
datag. Sunk cost dapat diabaikan dalam pembuatan keputusan.
2.3 Biaya Per Unit dengan Sistem Biaya Pesanan dan Proses
Dalam memperhitungkan harga pokok produksi, setiap perusahaan harus
benar-benar memahami akan menggunakan sistem seperti apa. Sistem akuntansi
biaya merupakan metode yang digunakan dalam perhitungan harga pokok
produksi.Dalam prakteknya sistem akuntansi biaya dibedakan menjadi 2, yaitu:
12
1. Sistem akuntansi biaya berdasarkan proses (Process Costing). Perhitungan
biaya dikumpulkan untuk satuan waktu tertentu dengan dasar skedul
produksi yang ditetapkan yang bertujuan untuk memproduksi barang
yang akan dijual secara kontinyu dengan produk yang standard an dihitung
pada akhir periode. Harga pokok produksi dihitung dengan prosentase
tertentu dibagi dengan jumlah produk pada periode tertentu. Contoh:
pabrik kertas, tekstil, makanan ringan, dll.
2. Sistem akuntansi biaya berdasarkan pesanan (job order costing).
Perhitungan biaya dikumpulkan untuk setiap pesanan/kontrak/jasa secara
terpisah dan setiap pesanan dapat dipisahkan identitasnya. Produksi
dilakukan tergantung spesifikasi pemesan. Biaya produksi berdasarkan job
order dapat dihitung pada saat pesanan selesai. Harga pokok produksi
dihitung dengan mengakumulasikan biaya bahan baku, tenaga kerja
langsung, overhead yang diperhitungkan pada masing-masing kartu biaya
pesanan dan dibagi dengan jumlah pesanan masing-masing. Contoh:
perusahaan percetakan, kontraktor mebel, karoseri.
PERBEDAAN JOB COSTING DAN PROCESS COSTING
Biaya Pesanan
(Job Costing)
Biaya Proses
(Process costing)
Harga Pokok Biaya dikumpulkan untuk
setiap pesanan/kontrak/jasa
secara terpisah dan setiap
pesanan/kontrak/ jasa dapat
di-pisahkan identitasnya
Biaya dikumpulkan untuk
setiap/satuan waktu
tertentu
Dasar
kegiatan
Pesanan langganan Budged produksi/skedul
produksi
Tujuan
Produksi
Melayani pesanan Persediaan yang akan
dijual
13
Sifat
produksi
Intermiten Kontinyu
Bentuk
produksi
Tergantung spesifikasi
pemesan dan dapat
dipisahkan
identitasnya
Homogen/standar
Biaya
produksi
dikumpulkan
Setiap pesanan (sesuai
dengan biaya yang
dinikmati)
Setiap satuan waktu
Kapan biaya
produksi
dihitung
Pada saat pesanan selesai Pada akhir periode/satuan
waktu
Harga pokok
dihitung
dengan
Harga pokok pesanan
tertentu
dibagi Jumlah produk
pesanan
Harga pokok pada
persentase tertentu
dibagi jumlah produk
pada periode ybs.
Contoh Percetakan, kontraktor me-
bel,
konsultan, kantor akun-tan,
karoseri dan lain-lain
Kertas, tekstil, botol,
semen, air minum,
petrokimia dll
14
Pencatatan Akuntansi biaya Pesanan
a) Akuntansi biaya bahan baku
Pencatatan pemakaian bahan baku didasarkan pada bukti permintaan bahan (material reguisition). Disamping dicatat di kartu persediaan bahan baku, pemakaian tersebut juga harus dicatat di kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan.
Pada saat pembelian:
Persediaan bahan baku xxx
Utang/kas xxx
Pada saat terjadi retur pembelian
Utang xxx
Persediaan bahan baku xxx
Pada saat pembebanan
BDP - Biaya bahan baku xxx
Persediaan bahan baku xxx
b) Akuntansi Biaya Tenaga Kerja
Pembebanan upah langsung ke barang dalam proses, harus dicatat di kartu harga pokok pesanan sesuai dengan pemakaian tenaga kerja yang bersangkutan.
Pada saat pembayaran kepada karyawan
Utang gaji dan upah xxx
Kas xxx
Pada saat pembebanan
15
BDP - Biaya tenaga kerja xxx
Gaji dan upah xxx
c) Akuntansi Biaya Overhead Pabrik
Dalam harga pokok pesanan biaya overhead pabrik dibebankan berdasarkan tarif yang ditentukan sebelum proses produksi berjalan (predetermined rate).
Adapun proses penentuan tarif adalah sebagai berikut:
1. Menentukan taksiran besarnya BOP selama periode tertentu
2. Menentukan dasar pembebanan (jam kerja langsung, jam kerja mesin, dll)
3. Menentukan tarif BOP berdasarkan:
Taksiran BOP
Tarip BOP = ------------------ = Rp ....../Dasar pembebanan
Dasar pembebanan
Pada saat pembebanan
BDP - Biaya overhead pabrik xxx
BOP yang dibebankan xxx
Mencatat BOP Sesungguhnya
BOP yang sesungguhnya xxx
Berbagai rekening dikredit xxx
16
d) Pencatatan Barang Jadi
Pencatatan barang jadi didasarkan kepada pesanan-pesanan yang telah selesai dengan demikian harga pokok barang jadi didasarkan kepada harga pokok tiap pesanan yang telah selesai dikerjakan, sehingga besarnya harga pokok tersebut dapat dilihat di kartu harga pokok.
Persediaan barang jadi xxx
BDP - Biaya bahan baku xxx
BDP - Biaya tenaga kerja xxx
BDP - Biaya overhead pabrik xxx
e) Pencatatan Persediaan Barang Dalam Proses
Persediaan barang dalam proses xxx
BDP - Biaya Bahan Baku xxx
BDP - Biaya Tenaga Kerja xxx
BDP - Biaya Overhead Pabrik xxx
f) Pencatatan Penyerahan Barang Kepada Pemesan
Piutang xxx
Penjualan xxx
g) Pencatatan Harga Pokok Penjualan
Harga pokok penjualan xxx
Persediaan barang jadi xxx
Masalah-Masalah Khusus
Masalah yang timbul dalam biaya produksi pada metode harga pokok pesanan adalah:
17
1. Biaya Bahan Baku.
a) Unsur harga pokok bahan baku
Sesuai dengan prinsip harga perolehan (cost), maka harga pokok terdiri dari:
- Harga beli menurut faktur
- Ongkos angkut
- Biaya-biaya lain sampai dengan bahan baku itu siap untuk dipakai, akan tetapi atas pertimbangan biaya administrasi maka dalam praktek harga pokok bahan pada umumnya dicatat berdasarkan faktur.
b) Penentuan harga pokok bahan baku
Untuk menentukan harga pokok bahan baku yang dipakai kedalam proses produksi dapat dipakai metode:
- Metode tanda pengenal khusus
- Metode FIFO (First In First Out)
- Metode LIFO (Last In First Out)
- Metode Rata-Rata
c) Sisa Bahan
Merupakan bahan yang tidak terpakai (tidak menjadi bagian dari produk) dalam proses produksi dan tidak dapat dipakai dalam proses produksi berikutnya (telah rusak) tetapi masih mempunyai harga jual.
Pencatatan terhadap harga jual sisa bahan dilakukan sebagai berikut:
- Apabila harga jual tersebut rendah, maka pencatatan harga dilakukan pada saat penjualan
- Apabila harga jual besar jumlahnya, maka pencatatan dilakukan pada saat sisa bahan tersebut diserahkan ke gudang.
d) Produk Rusak (Spoiled Goods)
Merupakan produk yang tidak memenuhi kualitas yang seharusnya dan tidak dapat diperbaiki.Perlakuan terhadap produk rusak adalah sebagai berikut:
18
- Apabila produk rusak disebabkan spesifikasi sesuatu pesanan, maka harga pokok produk rusak dibebankan ke pesanan tempat terjadinya produk rusak tersebut.
- Apabila terjadinya produk rusak dianggap merupakan hal yang normal, maka kerugian akibat produk rusak dibebankan kepada semua produk dengan memperhitungkan ke dalam tarip BOP dimana terdapat kerugian akibat produk rusak tersebut.
e) Produk cacat (defective goods)
Produk cacat ialah Produk yang tidak memenuhi kualitas yang seharusnya, tetapi masih dapat diperbaiki dengan pengerjaan kembali (rework).
Biaya yang timbul akibat pengejaan kembali (rework cost) pencatatannya sama halnya seperti dalam produk rusak yaitu:
- Apabila timbulnya produk cacat akibat spesifikasi pesanan, maka biaya pengerjaan kembali dibebankan ke pesanan yang bersangkutan.
- Apabila produk cacat merupakan hal biasa terjadi, maka biaya pengerjaan kembali, dibebankan ke tarip BOP dengan demikian dipikul oleh semua produk (pesanan)
2. Biaya Tenaga Kerja
Dalam hubungan dengan perhitungan harga pokok produksi, maka pada umumnya tenaga kerja dibedakan sebagai berikut :.
Tenaga kerja langsung : yaitu tenaga kerja yang mengerjakan produk langsung dibebankan ke perkiraan barang dalam proses
Tenaga kerja tidak langsung : yaitu tenaga kerja yang tidak secara langsung turut dalam pengerjaan produk dan biaya yang terjadi dibebankan ke perkiraan biaya overhead pabrik.
Beberapa masalah yang timbul dalam pencatatan biaya tenaga kerja antara lain:
a) Cara perhitungan besarnya gaji dan upah
Dalam hal ini banyak perusahaan yang memakai cara dengan mengalikan jumlah jam kerja dengan tarip upah per jam
19
b) Cara pemberian intensip
Pemberian intensip pada umumnya bertujuan agar karyawan bekerja lebih baik. pemberian intensip dapat didasarkan atas waktu kerja maupun kuantitas produksi maupun kombinasi dari keduanya.
c) Perhitungan jumlah pajak atas pendapatan karyawan
Pada prinsipnya besarnya pendapatan karyawan adalah sebagai berikut:
- Ditetapkan besarnya pendapatan sisa kena pajak per tahun, yaitu pendapatan sisa kena pajak per bulan 12 (dua belas).
- Atas sisa kena pajak satu tahun dikenakan tarip pajak untuk mengetahui jumlah pajak satu tahun.
d) Untuk menentukan besarnya potongan pajak pendapatan, maka jumlah pajak
satu tahun di bagi 12 (dua belas). Kemudian tentang proses pencatatan biaya
tenaga kerja adalah seperti yang telah dijelaskan di muka dalam prosedur
akuntansi biaya pokok pesanan.
Karakteristik dan Prosedur Harga Pokok Proses
1. Laporan harga pokok produksi digunakan untuk mengumpulkan, meringkas,
dan menghitung harga pokok baik total maupun per unit.
2. Biaya produksi periode tertentu, dibebankan kepada produk melalui rekening
barang dalam proses yang diselenggarakan untuk setiap elemen biaya.
3. Produksi dikumpulkan dan dilaporkan untuk satuan waktu atau periode
tertentu. Apabila produk diolah melalui beberapa departemen maka laporan
produksi dibuat untuk tiap departemen.
4. Produk ekuivalen digunakan untuk menghitung harga pokok satuan. Produk
ekuivalen adalah suatu tingkat atau jumlah produksi dimana pengolahan
produk dinyatakan dalam ukuran selesai.
5. Untuk Menghitung Harga pokok Produk satuan, setiap elemen biaya
produksi tertentu (mis, biaya bahan baku) dibagi dengan produksi ekuivalen
untuk elemen biaya yang bersangkutan.
20
6. Harga pokok yang diperhitungkan untuk mengetahui elemen-elemen
yang menikmati biaya yang dibebankan, berapa yang menikmati produk
selesai dari departemen tertentu atau pengolahan yang dipindahkan ke
gudang atau departemen berikutnya dan berapa harga pokok produk dalam
proses akhir.
7. Apabila dalam proses pengolahan timbul produk hilang, produk rusak,
produk cacat akan diperhitungkan pengaruhnya dalam harga pokok produk.
Prosedur dalam menentukan Harga Pokok Produk pada Metode Harga
Pokok
Proses.
1. Mengumpulkan data produksi setiap produk dalam periode tertentu untuk
menyusun laporan produksi dan menghitung produksi ekuivalen dan harga
pokok satuan.
2. Mengumpulkan biaya bahan, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik
untuk setiap jenis produk dalam periode tertentu.
3. Menghitung harga pokok satuan setiap elemen biaya, yaitu jumlah elemen
biaya tertentu dibagi produksi ekuivalen dari elemen biaya yang
bersangkutan.
4. Menghitung harga pokok produk selesai yang dipindahkan ke gudang atau
ke departemen berikutnya dan menghitung harga pokok produk dalam proses
akhir.
Media yang digunakan dalam menghitung atau menentukan harga pokok produk
adalah Laporan Harga Pokok Produksi :
Contoh Laporan Harga pokok produksi:
21
PT ABC
Laporan Harga pokok produksi
Bulan Maret 200x
Laporan produksi : Jumlah
Produk masuk proses xxx
Produk selesai xxx
Produk alam proses penyelesaian xxx
xxx
Biaya dibebankan :
Elemen biaya Jumlah Produk ekuivalen HP/Unit
Biaya bahan baku xxx xxx xxx
Biaya tenaga kerja xxx xxx xxx
Biaya overhead pabrik xxx xxx xxx
Jumlah xxx xxx
Perhitungan harga pokok :
Harga pokok produk selesai: xxx
Harga pokok produk dlm proses:
Biaya bahan baku xxx
Biaya tenaga kerja xxx
Biaya overhead pabrik xxx
xxx
Jumlah diperhitungkan xxx
22
Ket :
Produksi ekuivalen = Produk selesai + (Produk dlm proses x prosentase penyelesaian).
Harga pokok/unit = Jumlah/produk ekuivalen.
HP produk selesai = Produk selesai x total harga/unit.
HP Produk dlm proses = Produk dlm proses x Persentase penyelesaian x harga per unit tiap- tiap elemen.
Pencatatan Akuntansi Poses Costing
1. Akuntansi biaya bahan baku.
Di dalam metode harga pokok proses biaya bahan dibedakan menjadi :
Biaya bahan baku & biaya bahan penolong.
Pada saat pembelian :
Persediaan bahan baku xxxx
Persediaan bahan penolong xxxx
Utang/kas xxxx
Pada saat pemakaian :
(bahan baku)
BDP - Biaya bahan baku xxxx
Persediaan bahan baku xxxx
(bahan penolong)
BDP - Biaya bahan penolong xxxx
Persediaan bahan penolong xxxx
2. Akuntansi biaya tenaga kerja.
Pada saat pembebanan :
BDP - Biaya tenaga kerja xxxx
Gaji dan upah xxxx
23
3. Akuntansi biaya overhead pabrik.
Pada saat pencatatan :
BDP - sesungguhnya xxxx
Berbagai jenis rekening di kredit xxxx
Pada saat pembebanan :
BDP - Biaya overhead pabrik xxxx
BOP yang dibebankan xxxx
4. Pencatatan barang jadi.
Persediaan barang jadi xxxx
BDP - Biaya bahan baku xxxx
BDP - Biaya tenaga kerja xxxx
BDP - Biaya overhead pabrik xxxx
5. Pencatatan persediaan barang dalam proses
Persediaan barang dalam proses xxxx
BDP - Biaya bahan baku xxxx
BDP - Biaya tenaga kerja xxxx
BDP - Biaya overhead pabrik xxxx
6. Pencatatan penyerahan barang kepada pemesan
Piutang xxxx
Penjualan xxxx
7. Pencatatan harga pokok penjualan
Harga pokok penjualan xxxx
Persediaan barang jadi xxxx
Contoh Soal Biaya Pesanan
CONTOH SOAL
24
PT. MEBEL ANTIK menerima pesanan dari pemesan untuk membuat kursi sebanyak 2000 Unit. Pesanan ini merupakan pesanan dengan nomor 002. Proses produksi melalui dua Departemen Produksi dimana Departemen I sebagai Departemen Pembentukan sedangkan Departemen II sebagai Departemen Penyelesaian. Pesanan ini diterima pada tanggal 03 Maret 2014 dan akan diselesaikan pada tanggal 31 Maret 2014.
Informasi berikut berhubungan dengan pesanan 002 tersebut:
a. 1. Pembelian bahan baku 01 januari 2014 200 m3 kayu @ Rp 5002. Pembelian 03 januari 2014 300 m3 kayu @ Rp 650
3. Pembelian 10 januari 2014 100 m3 kayu @ Rp 550
4. Pembelian 07 maret 2014 750 m3 kayu @ Rp 600
b. Permintaan Bahan Baku dibagian gudang untuk Departemen I sebanyak 1.200 m3 kayu .
c. Keterangan Departemen I Derpartemen II
Jumlah Jam Kerja Langsung 1.200 Jam 2.000 Jam
Upah Langsung/Jam Rp 2.000 Rp 1.500
Jam Mesin yang digunakan 450 Jam -
d Perencanaan BOP pertahun untuk Departemen I sebesar Rp 8.000.000 dengan kapasitas yang direncanakan sebesar 20.000 Jam Mesin sedangkan untuk di Departemen II sebesar Rp 12.000.000 dengan kapasitas yang direncanakan 30.000 Jam Tenaga Kerja Langsung.
e. Perusahaan dalam penilaian bahan baku menggunakan metode FIFO.Pihak pemesan menyetujui pembayaran pesanannya sebesar total biaya produksi ditambah laba kotor sebesar 40% dari total biaya produksi.
Diminta:
1. Hitunglah besarnya biaya bahan baku yang digunakan 2. Tentukan tarif BOP per departemen3. Buatlah kartu harga pokok pesanan No. 003 tersebut4. Hitunglah total harga pokok produksi
25
5. Hitunglah harga jual perunit6. Buatlah jurnal yang dibutuhkan
PENYELESAIAN :
1. Penggunaan bahan baku sebanyak 1200 m2 kayu dengan perincian sebagai berikut :
Unit harga Jumlah
Persediaan 1 januari 200 m2 Rp 500 Rp 100.000
Pembelian 3 januari 300 m2 650 195.000
Pembelian 10 januari 700 m2 550 385.000
Penggunaan bahan baku
1200 m2 Rp 680.000
2. Tarif BOP dept I : 8.000.000 / 20.000 jam = Rp 400 / jam mesin.
Tarif BOP dept II : 12.000.000 / 30.000 jam = Rp 400 / jam kerja langsung.
3. Kartu harga pokok :
26
PT MEBEL ANTIK
KARTU HARGA POKOK
No pesanan : 003 Nama pemesan :
Jenis produksi : kursi kayu Jumlah unit : 2.000
Tgl pesanan : 03/03/2014 Tgl selesai : 31/03/2014
Sifat pesanan : Harga jual :
Tgl Ket No Bukti Dept I Dept II Jumlah
BIAYA BAHAN BAKU
680.000
Jumlah biaya bahan baku 680.000 680.000
BIAYA TENAGA KERJA
1200 x 2000 2000 x 1500
2.400.000 3.000.000
Jumlah biaya tenaga kerja 2.400.000 3.000.000 5.400.000
27
BIAYA OVERHEAD PABRIK
450 x 400 2000 x 400
180.000
800.000
Jumlah biaya overhead pabrik 180.000 800.000 980.000
Jumlah biaya produksi 3.260.000 3.800.000 7.060.000
4. Jumlah biaya produksi untuk pesanan no. 003 = Rp 7.060.000,-
5. Harga jual / pesanan = (140% x 7.060.000) / 2.000 unit = Rp 4.942 / unit.
6. Jurnal :
1. Mencatat pemakaian bahan bakuBDP – BBB dept I 680.000 -
Persediaan bahan baku - 680.000
2. Mencatat pembebanan BTKBDP – BTK dept I 2.400.000 -
BDP – BTK dept II 3.000.000 -
Gaji dan upah - 5.400.000
3. Mencatat pembebanan BOPBDP – BOP dept I 180.000 -
BDP – BOP dept II 800.000 -
BOP dibebankan - 980.000
28
4. Mencatat persediaan produk jadiPersediaan produk jadi 7.060.000 -
BDP – BBB - 680.000
BDP – BTK - 5.400.000
BDP – BOP - 980.000
5. Mencatat Harga pokok penjualanHarga pokok penjualan 7.060.000 -
Persediaan produk jadi - 7.060.000
Contoh Soal Proses Costing
PT. BAGZA mengolah produknya melalui 2 Dept. Produksi yaitu Dept. A dan B. Metode yang dihasilkan untuk menentukan harga pokok produk yang dihasilkan adalah menggunakan metode harga pokok proses.
Data biaya dan produksi yang terjadi selama bulan Agustus 1994 adalah sebagai berikut :
1. Bahan baku yang dibeli Rp. 16.000.000,- sedangkan bahan baku yang digunakan di Dept. 1 Rp. 12.500.000,-
2. Data produksi sebagai berikut (dalam Kg) :
Dept. A Dept. B
Produk selesai ditransfer ke Dept. 2 90.000 —
Produk selesai ditransfer ke gudang — 75.000
Produk dalam proses :
BBB 90 %, Konversi 70 % 30.000 —
BBB 100 %, Konversi 60 % — 15.000
29
3. Biaya gaji dan upah karyawan :
Biaya upah karyawan pabrik untuk Dept. A Rp. 9.450.000,-
Biaya upah karyawan pabrik untuk Dept. B Rp. 9.117.000,-
Biaya karyawan administrasi dan umum Rp. 6.750.000,-
Biaya bagian pemasaran Rp. 5.400.000,-
4. BOP yang terjadi bulan Agustus 1994 untuk Dept. A Rp. 4.920.000,- sedangkan untuk Dept. B Rp. 5.070.000,-
Diminta :
1. Buatlah Laporan Harga Pokok Produksi untuk bulan Agustus 2014
2. Buatlah jurnal yang diperlukan.
JAWABAN :
KASUS 2
PT. BAGZA
Laporan Harga Pokok Produksi Dept. A
Bulan Agustus 2014
————————————————————————————————————
Laporan Produksi : Kg
Produk masuk proses . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 120.000
Produk selesai ditransfer ke Dept. B . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 90.000
Produk dalam proses akhir (BBB 90 %, BK 70 %) . . . . . . . . 30.000 120.000
30
Biaya dibebankan di Dept. A :
Elemen Biaya Jumlah Unit Ekuivalen HPP / Unit
BBB Rp. 12.500.000 90.000 + ( 30.000 x 90% ) = 117.000 Rp. 106,84
BTK Rp. 9.450.000 90.000 + ( 30.000 x 70% ) = 111.000 Rp. 85,14
BOP Rp. 4.920.000 90.000 + ( 30.000 x 70% ) = 111.000 Rp. 44,32
Rp. 26.870.000 Rp. 236,30
Perhitungan HP produk selesai ditransfer ke Dept. B :
HP produk selesai ( 90.000 x Rp. 236,30) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Rp. 21.267.000
Perhitungan HP produk dalam proses Dept. A :
BBB = 30.000 x 90 % x Rp. 106,84 = Rp. 2.884.680
BTK = 30.000 x 70 % x Rp. 85,14 = Rp. 1.787.940
BOP = 30.000 x 70 % x Rp. 44,32 = Rp. 930.720
Rp. 5.603.340
Biaya Produksi Dept. A Rp. 26.870.340
31
PT. BAGZA
Laporan Harga Pokok Produksi Dept. B
Bulan Agustus 2014
Laporan Produksi : Kg
Produk diterima dari Dept. A . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 90.000
Produk selesai ditransfer ke gudang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 75.000
Produk dalam proses akhir ( BK 60 % ) . . . . . . . . . . . . . . . . . 15.000 90.000
Biaya dibebankan di Dept. B :
HP dari Dept. A Rp. 21.267.000 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .Rp. 263,30
Elemen Biaya Jumlah Unit Ekuivalen HPP / Unit
BTK Rp. 9.117.000 75.000 + ( 15.000 x 60% ) = 84.000 Rp. 108,54
BOP Rp. 5.070.000 75.000 + ( 15.000 x 60% ) = 84.000 Rp. 60,36
Rp. 14.187.000 Rp. 168,90
By. akm Dept.B Rp. 35.454.000 Rp. 405,20
Perhitungan HP produk selesai ditransfer ke gudang :
HP produk selesai ( 75.000 x Rp. 405,20 ) . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . Rp. 30.390.000
Perhitungan HP produk dalam proses Dept. B :
HP dari Dept. A = 15.000 x Rp. 236,30 = Rp. 3.544.500
Biaya ditambahkan di Dept. B :
BTK = 15.000 x 60 % x Rp. 108,54 = Rp. 976.860
BOP = 15.000 x 60 % x Rp. 60,36 = Rp. 543.240
32
Rp. 5.064.600
Biaya Produksi Dept. B Rp. 35.454.600
Jurnal Dept. A
a) Mencatat biaya- biaya Dept. A :
BDP - BBB Dept. A Rp. 12.500.000,-
BDP - BTK Dept. A Rp. 9.450.000,-
BDP - BOP Dept. A Rp. 4.920.000,-
Persediaan BB Rp. 12.500.000,-
Gaji dan upah Rp. 9.450.000,-
Berbagai jenis biaya Rp. 4.920.000,-
b) Mencatat transfer produk ke Dept. B :
BDP - BBB Dept. B Rp. 21.267.000,-
BDP - BBB Dept. A Rp. 9.615.600,-
BDP - BTK Dept. A Rp. 7.662.600,-
BDP - BOP Dept. A Rp. 3.988.800,-
c) Mencatat persediaan produk dalam proses Dept. A :
Persediaan BDP Dept. A Rp. 5.603.340,-
BDP - BBB Dept. A Rp. 2.884.680,-
BDP - BTK Dept. A Rp. 1.787.940,-
BDP - BOP Dept. A Rp. 930.720,-
Jurnal Dept. B
a) Mencatat biaya-biaya Dept. B :
BDP - BTK Dept. B Rp. 9.117.000,-
BDP - BOP Dept. B Rp. 5.070.000,-
Gaji dan upah Rp. 9.117.000,-
Berbagai jenis biaya Rp. 5.070.000,-
33
b) Mencatat transfer produk jadike gudang :
Pers. produk jadi Dept. B Rp. 30.390.000,-
BDP - BBB Dept. B Rp. 17.722.500,-
BDP - BTK Dept. B Rp. 8.140.500,-
BDP - BOP Dept. B Rp. 4.527.000,-
c) Mencatat persediaan produk dalam proses Dept. B :
Persediaan BDP Dept. B Rp. 5.064.600,-
BDP - BBB Dept. B Rp. 3.544.500,-
BDP - BTK Dept. B Rp. 976.860,-
BDP - BOP Dept. B Rp. 543.240,-
d) Mencatat HPP :
HPP Rp. 30.390.000,-
Pers. Produk jadi Rp. 30.390.000,-
34
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Biaya (cost) dapat disimpulkan sebagai pengorbanan sumber ekonomi
yang dapat diukur dalam satuan uang untuk memperoleh barang atau jasa yang
telah terjadi dan berguna untuk masa yang akan datang guna untuk memberikan
suatu manfaat yaitu peningkatan laba.
Biaya terbagi dua, yaitu biaya produksi dan biaya non produksi. Biaya
produksi ialah biaya yang dikategorikan ke produk yang telah dibeli atau
diproduksi untuk dijual kembali, dimana biaya produk digunakan untuk menilai
persediaan dari barang yang diproduksi sampai barangterjual. Dalam periode
penjualan, biaya produk dikategorikan sebagai beban yang dinamakan harga
pokok penjualan. Sedangkan, biaya non produksi atau biaya periode ialah semua
biaya diluar biaya produk, dimana biaya ini diidentifikasi dengan periode waktu
yang terjadi bukan dengan unit yang dibeli atau barang yang diproduksi.
Contohnya ialah semua biaya penjualan dan administratif.
Biaya dapat dikelompokkan menjadi berbagai macam kelompok biaya
sesuai dengan kebutuhan pemakai. Biaya dapat dikelompokan menurut fungsi-
fungsi pokok dalam perusahaan, menurut hubungan biaya dengan volume
produksi, menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai, menurut jangka
waktu manfaatnya, menurut hubungannya dengan pengambilan keputusan.
Dalam memperhitungkan harga pokok produksi, setiap perusahaan harus
benar-benar memahami akan menggunakan sistem seperti apa. Sistem akuntansi
biaya merupakan metode yang digunakan dalam perhitungan harga pokok
produksi.Dalam prakteknya sistem akuntansi biaya dibedakan menjadi 2, yaitu:
Sistem akuntansi biaya berdasarkan proses (Process Costing). Perhitungan
biaya dikumpulkan untuk satuan waktu tertentu dengan dasar skedul
produksi yang ditetapkan yang bertujuan untuk memproduksi barang
35
yang akan dijual secara kontinyu dengan produk yang standard an dihitung
pada akhir periode. Harga pokok produksi dihitung dengan prosentase
tertentu dibagi dengan jumlah produk pada periode tertentu. Contoh:
pabrik kertas, tekstil, makanan ringan, dll.
Sistem akuntansi biaya berdasarkan pesanan (job order costing).
Perhitungan biaya dikumpulkan untuk setiap pesanan/kontrak/jasa secara
terpisah dan setiap pesanan dapat dipisahkan identitasnya.
36
DAFTAR PUSTAKA
Bustami, Bastian dan Nurlela. 2009. Akuntansi Biaya. Jakarta: Penerbit Mitra
Wacana Media.
Firdaus, Ahmad. 2012. Akuntansi Biaya. Jakarta: Salemba Empat.
Garrison, Ray H.; Noreen, Eric W.; and Peter C. Brewer. 2007. Akuntansi
Manajerial. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
Hansen, Don R.; Mowen, Maryanne M. 2006. Akuntansi Manajemen. Buku 1.
Edisi 7. Jakarta: Salemba Empat.
Mulyadi. 2009. Akuntansi Biaya. Edisi 5. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
37
Top Related