Download - Makalah komunikasi

Transcript
Page 1: Makalah komunikasi

BAB  I

PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang

            Komunikasi merupakan suatu cara individu untuk melakukan interaksi dengan

individu yang lain. Tanpa komunikasi, individu akan sulit  mengungkapkan keinginan,

pendapat dan menjalankan hubungan silaturahmi dengan individu lain. Komunikasi sangat

erat hubungannya dengan kehidupan sosial  individu. Bayangkan, apa yang terjadi jika antara

satu individu dengan individu yang lain tidak mengetahui bagaimana  cara berkomunikasi,

kehidupan sosial tidak akan terjadi, informasi tidak didapatkan dan masyarakat akan

menjalani kehidupan yang membosankan karena tidak dapat mencurahkan ide, pendapat dan

perasaan mereka.

            Komunikasi erat kaitanya dengan sistem indera, misalnya pendengaran. Untuk dapat

memahami apa yang dikatakan secara verbal, kita harus mendengarkan. Jika pendengaran

terganggu maka akan sulit untuk memahami informasi yang disampaikan secara lisan. Masih

banyak lagi contoh hubungan komunikasi dengan sistem indera.

            Perkembangan teknologi memungkinkan masyarakat untuk menyampaikan informasi

dalam jarak jauh. Komunikasi dapat dilakukan dengan menggunakan media massa ataupun

elektronik, hanya saja tidak selamanya komunikasi yang dilakukan ini efektif. Hal ini

tergantung pada situasi dan kondisi yang sedang kita alami.    

      B. Rumusan Masalah

1.      Apa itu komunikasi?

2.       Penjelasan perkembangan setelah berkomunikasi

3.      Apa itu Makna Komunikasi?

4.      Sebutkan pengertian komunikasi Verbal yang Efektif?

5.      Berikan beberapa contoh Konmunika

C. Tujuan Masalah

1. Memahami arti dari komunikasi

2. Menjelaskan perkembangan setelah berkomunikasi

3. Memahami makna dari berkomunikasi

4. Memahami komunikasi verbal yang efektif

5. Memberikan contoh berkomunikasi

1

Page 2: Makalah komunikasi

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian

Komunikasi merupakan terjemahan kata communication yang berarti perhubungan atau

perkabaran.Communicate berarti memberitahukan atau berhubungan. Secara etimologis,

komunikasi berasal dari bahasa latin communicatio dengan kata dasar communis yang

berarti sama. Secara terminologis, komunikasi diartikan sebagai

pemberitahuan sesuatu (pesan) dari satu pihak ke  pihak lain dengan menggunakan suatu

media. Sebagai makhluk sosial, manusia sering berkomunikasi satu sama lain. Namun,

komunikasi bukan hanya dilakukan oleh manusia saja, tetapi juga dilakukan oleh makhluk-

makhluk yang lainnya. Semut dan lebah dikenal mampu berkomunikasi dengan baik. Bahkan

tumbuh-tumbuhanpun sepertinya mampu berkomunikasi.

Komunikasi dilakukan oleh pihak yang memberitahukan (komunikator) kepada pihak

penerima (komunikan). Komunikasi efektif tejadi apabila sesuatu (pesan) yang diberitahukan

komunikator dapat diterima dengan baik atau sama oleh komunikan, sehingga tidak terjadi

salah persepsi.

B.     Unsur Unsur Komunikasi

Untuk dapat berkomunikasi secara efektif kita perlu memahami unsur-unsur komunikasi,

antara lain:

1.      Komunikator.

Pengirim (sender) yang mengirim pesan kepada komunikan dengan menggunakan media

tertentu. Unsur yang sangat berpengaruh dalam komunikasi, karena merupakan awal

(sumber) terjadinya suatu komunikasi

2.      Komunikan.

Penerima (receiver) yang menerima pesan dari komunikator, kemudian memahami,

menerjemahkan dan akhirnya memberi respon.

3.      Media.

Saluran (channel) yang digunakan untuk menyampaikan pesan sebagai sarana

berkomunikasi. Berupa bahasa verbal maupun non verbal, wujudnya berupa ucapan, tulisan,

gambar, bahasa tubuh, bahasa mesin, sandi dan lain sebagainya.

4.       Pesan.

Isi komunikasi berupa pesan (message) yang disampaikan oleh Komunikator kepada

Komunikan. Kejelasan pengiriman dan penerimaan pesan sangat berpengaruh terhadap

kesinambungan komunikasi.

5.       Tanggapan.

Merupakan dampak (effect) komunikasi sebagai respon atas penerimaan pesan.

Diimplentasikan dalam bentuk umpan balik (feed back) atau tindakan sesuai dengan pesan

yang diterima.

2

Page 3: Makalah komunikasi

C.    Fungsi Dan Manfaat Komunikasi

Dengan berkomunikasi, insya Allah, kita dapat menjalin saling pengertian dengan orang lain

karena komunikasi memiliki beberapa fungsi yang sangat penting, di antaranya adalah:

1. Fungsi informasi. Untuk memberitahukan sesuau (pesan) kepada pihak tertentu,

dengan maksud agar komunikan dapat memahaminya.

2. Fungsi ekspresi. Sebagai wujud ungkapan perasaan / pikiran komunikator atas apa

yang dia pahami terhadap sesuatu hal atau permasalahan.

3. Fungsi kontrol. Menghindari terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan, dengan

memberi pesan berupa perintah, peringatan, penilaian dan lain sebagainya.

4. Fungsi sosial. Untuk keperluan rekreatif dan keakraban hubungan di antara

komunikator dan komunikan.

5. Fungsi ekonomi. Untuk keperluan transaksi usaha (bisnis) yang berkaitan dengan

finansial, barang dan jasa.

6. Fungsi da’wah. Untuk menyampaikan pesan-pesan keagamaan dan perjuangan

bersama.

Banyak manfaat yang dapat peroleh dengan berkomunikasi secara baik dan efektif, di

antaranya adalah:

1. Tersampaikannya gagasan atau pemikiran kepada orang lain dengan jelas sesuai

dengan yang dimaksudkan.

2. Adanya saling kesefamanan antara komunikator dan komunikan dalam suatu

permasalahan, sehingga terhindar dari salah persepsi.

3. Menjaga hubungan baik dan silaturrahmi dalam suatu persahabatan, komunitas atau

jama’ah.

4. Aktivitas ‘amar ma’ruf nahi munkar di antara sesama umat manusia dapat

diwujudkan dengan lebih persuasif dan penuh kedamaian.

D.    Pedoman Dalam Berkomunikasi

Komunikasi yang baik adalah komunikasi dimana pesan-pesan yang disampaikan dapat

diterima dengan baik tanpa menimbulkan perasaan negatif. Ada beberapa pedoman untuk

menjalin komunikasi yang baik, yaitu antara lain:

1. Berkomunikasi dengan berpedoman pada nilai-nilai Islam.

2. Setiap situasi komunikasi mempunyai keunikan.

3. Kunci sukses komunikasi adalah umpan balik.

4. Komunikasi bersemuka adalah bentuk komunikasi yang paling efektif.

5. Setiap pesan komunikasi mengandung unsur informasi sekaligus emosi.

6. Kata adalah lambang untuk mengekspresikan pikiran atau perasaan yang     terbuka

untuk ditafsirkan.

7. Semakin banyak orang yang terlibat, komunikasi semakin kompleks.

8. Dapat terjadi gangguan dalam penyampaian pesan komunikasi.

3

Page 4: Makalah komunikasi

9. Perbedaan persepsi mengganggu keefektifan sampainya pesan.

10. Orang berkomunikasi sesuai dengan situasi komunikasi yang diharapkannya.

E.     Sikap Dalam Berkomunikasi

Ada beberapa sikap yang perlu dicermati oleh seseorang dalam berkomunikasi, khususnya 

komunikasi verbal,  yaitu antara lain:

1. Berorientasi pada kebenaran (truth).

2. Tulus (sincerity).

3. Ramah (friendship).

4. Kesungguhan (Seriousness).

5. Ketenangan (poise).

6. Percaya diri (self convidence).

7. Mau mendengarkan dengan baik (good listener)

F.     Teknik Berkomunikasi Secara Efektif

 Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa komunikasi efektif tejadi apabila suatu pesan yang

diberitahukan komunikator dapat diterima dengan baik atau sama oleh komunikan, sehingga

tidak terjadi salah persepsi. Karena itu, dalam berkomunikasi, khususnya  komunikasi verbal 

dalam forum formal,  diperlukan langkah-langkah yang tepat. Langkah-langkah tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Memahami maksud dan tujuan berkomunikasi.

2. Mengenali komunikan (audience).

3. Berorientasi pada tema komunikasi.

4. Menyampaikan pesan dengan jelas.

5. Menggunakan alat bantu yang sesuai.

6. Menjadi pendengar yang baik.

7. Memusatkan perhatian.

8. Menghindari terjadinya gangguan.

9. Membuat suasana menyenangkan.

10. Memanfaatkan bahasa tubuh dengan benar.

G.    Berkomunikasi Dalam Forum Pelatihan

Dalam pelatihan, seorang komunikator sebagai Pembicara perlu menyesuaikan dengan situasi

dan kondisi forum tersebut, baik jenis pelatihan, suasana ruangan, audience (peserta), fasilitas

pendukung dan lain sebagainya. Agar dapat berkomunikasi secara efektif dan optimal,

komunikator perlu mempersiapkan diri, baik dari segi penampilan fisik, mentalitas maupun

penguasaan materi yang akan disampaikan. Persiapan yang baik sangat mendukung sekali

penampilannya dalam berkomunikasi dengan komunikan.

4

Page 5: Makalah komunikasi

Pesan yang akan disampaikan dikemas dalam bentuk naskah tertulis materi pelatihan sesuai

temanya. Materi disampaikan dengan metode ceramah yang diikuti dengan tanya jawab atau

diskusi. Kamunikator dituntut untuk mampu menerangkan pesan materi secara jelas, dengan

memanfaatkan kemampuan logika, intonasi pembicaraan, pengucapan kata, dan pemilihan

kalimat yang tepat; didukung oleh bahasa tubuh yang menarik maupun peralatan bantu yang

sesuai kebutuhan.

Untuk memberi kesan yang lebih mendalam dan pemahaman yang lebih jelas, materi dapat

disampaikan dalam bentuk presentasi dengan menggunakan alat bantu komputer dan

asesorinya, yang meliputi: Notebook, LCD Projector dan Screen. Presentasi diberikan dalam

bentuk penampilan komunikasi verbal Pembicara danslide presentation, biasanya dalam

program power point, secara simultan.

5

Page 6: Makalah komunikasi

BAB III

KOMUNIKASI VERBAL YANG EFEKTIF

A.    Komunikasi Verbal

Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau

lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal (Deddy Mulyana, 2005).

Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk

mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas.

Jalaluddin Rakhmat (1994), mendefinisikan bahasa secara fungsional dan formal. Secara

fungsional, bahasa diartikan sebagai alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan

gagasan. Ia menekankan dimiliki bersama, karena bahasa hanya dapat dipahami bila ada

kesepakatan di antara anggota-anggota kelompok sosial untuk menggunakannya. Secara

formal, bahasa diartikan sebagai semua kalimat yang terbayangkan, yang dapat dibuat

menurut peraturan tatabahasa. Setiap bahasa mempunyai peraturan bagaimana kata-kata

harus disusun dan dirangkaikan supaya memberi arti. Kalimat dalam bahasa Indonesia Yang

berbunyi ”Di mana saya dapat menukar uang?” akan disusun dengan tatabahasa bahasa-

bahasa yang lain sebagai berikut:

1.        Inggris: Dimana dapat saya menukar beberapa uang? (Where can I change

some   money?).

2.        Perancis: Di mana dapat saya menukar dari itu uang? (Ou puis-je change de l’argent?).

3.         Jerman: Di mana dapat saya sesuatu uang menukar? (Wo kann ich etwasGeld

wechseln?)

4.        Spanyol: Di mana dapat menukar uang? (Donde puedo cambiar dinero?).

            Tatabahasa meliputi tiga unsur: fonologi, sintaksis, dan semantik. Fonologi

merupakan pengetahuan tentang bunyi-bunyi dalam bahasa. Sintaksis merupakan

pengetahuan tentang cara pembentukan kalimat. Semantik merupakan pengetahuan tentang

arti kata atau gabungan kata-kata. Menurut Larry L. Barker (dalam Deddy Mulyana,2005),

bahasa mempunyai tiga fungsi: penamaan (naming atau labeling), interaksi, dan transmisi

informasi.

1. Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasikan objek, tindakan,

atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi.

2. Fungsi interaksi menekankan berbagi gagasan dan emosi, yang dapat mengundang

simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan.

3. Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain, inilah yang disebut

fungsi transmisi dari bahasa. Keistimewaan bahasa sebagai fungsi transmisi informasi

yang lintas-waktu, dengan menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan,

memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi kita.

6

Page 7: Makalah komunikasi

Cansandra L. Book (1980), dalam Human Communication: Principles, Contexts, and

Skills,mengemukakan agar komunikasi kita berhasil, setidaknya bahasa harus memenuhi tiga

fungsi, yaitu:

1. Mengenal dunia di sekitar kita. Melalui bahasa kita mempelajari apa saja yang

menarik minat kita, mulai dari sejarah suatu bangsa yang hidup pada masa lalu sampai

pada kemajuan teknologi saat ini.

2. Berhubungan dengan orang lain. Bahasa memungkinkan kita bergaul dengan orang

lain untuk kesenangan kita, dan atau mempengaruhi mereka untuk mencapai tujuan

kita. Melalui bahasa kita dapat mengendalikan lingkungan kita, termasuk orang-orang

di sekitar kita.

3. Untuk menciptakan koherensi dalam kehidupan kita. Bahasa memungkinkan kita

untuk lebih teratur, saling memahami mengenal diri kita, kepercayaan-kepercayaan

kita, dan tujuan-tujuan kita.

Keterbatasan Bahasa:

1. Keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek.

2. Kata-kata adalah kategori-kategori untuk merujuk pada objek tertentu: orang, benda,

peristiwa, sifat, perasaan, dan sebagainya. Tidak semua kata tersedia untuk merujuk

pada objek. Suatu kata hanya mewakili realitas, tetapi buka realitas itu sendiri.

Dengan demikian, kata-kata pada dasarnya bersifat parsial, tidak melukiskan sesuatu

secara eksak.

3. Kata-kata sifat dalam bahasa cenderung bersifat dikotomis, misalnya baik-buruk,

kaya-miskin, pintar-bodoh, dsb.

4. Kata-kata bersifat ambigu dan kontekstual.

5. Kata-kata bersifat ambigu, karena kata-kata merepresentasikan persepsi dan

interpretasi orang-orang yang berbeda, yang menganut latar belakang sosial budaya

yang berbeda pula. Kata berat, yang mempunyai makna yang nuansanya beraneka

ragam*. Misalnya: tubuh orang itu berat; kepala saya berat; ujian itu berat; dosen itu

memberikan sanksi yang berat kepada mahasiswanya yang nyontek.

6. Kata-kata mengandung bias budaya.

7. Bahasa terikat konteks budaya. Oleh karena di dunia ini terdapat berbagai kelompok

manusia dengan budaya dan subbudaya yang berbeda, tidak mengherankan bila

terdapat kata-kata yang (kebetulan) sama atau hampir sama tetapi dimaknai secara

berbeda, atau kata-kata yang berbeda namun dimaknai secara sama. Konsekuensinya,

dua orang yang berasal dari budaya yang berbeda boleh jadi mengalami

kesalahpahaman ketiaka mereka menggunakan kata yang sama. Misalnya

kata awak untuk orang Minang adalah saya ataukita, sedangkan dalam bahasa

Melayu (di Palembang dan Malaysia) berarti kamu.

7

Page 8: Makalah komunikasi

8. Komunikasi sering dihubungkan dengan kata Latin communis yang artinya sama.

Komunikasi hanya terjadi bila kita memiliki makna yang sama. Pada gilirannya,

makna yang sama hanya terbentuk bila kita memiliki pengalaman yang sama.

Kesamaan makna karena kesamaan pengalaman masa lalu atau kesamaan struktur

kognitif disebut isomorfisme. Isomorfisme terjadi bila komunikan-komunikan berasal

dari budaya yang sama, status sosial yang sama, pendidikan yang sama, ideologi yang

sama; pendeknya mempunyai sejumlah maksimal pengalaman yang sama. Pada

kenyataannya tidak ada isomorfisme total.

9. Percampuranadukkan fakta, penafsiran, dan penilaian.Dalam berbahasa kita sering

mencampuradukkan fakta (uraian), penafsiran (dugaan), dan penilaian. Masalah ini

berkaitan dengan dengan kekeliruan persepsi. Contoh: apa yang ada dalam pikiran

kita ketika melihat seorang pria dewasa sedang membelah kayu pada hari kerja pukul

10.00 pagi? Kebanyakan dari kita akan menyebut orang itu sedang bekerja. Akan

tetapi, jawaban sesungguhnya bergantung pada: Pertama, apa yang dimaksud bekerja?

Kedua, apa pekerjaan tetap orang itu untuk mencari nafkah? .... Bila yang

dimaksud bekerja adalah melakukan pekerjaan tetap untuk mencari nafkah, maka

orang itu memang sedang bekerja. Akan tetapi, bila pekerjaan tetap orang itu adalah

sebagai dosen, yang pekerjaannya adalah membaca, berbicara, menulis, maka

membelah kayu bakar dapat kita anggap bersantai baginya, sebagai selingan di antara

jam-jam kerjanya.

B.     Contoh Komunikasi Verbal

 Komunikasi efektif dokter gigi dengan pasien

 Seorang teman pernah mengeluh bahwa beliau tidak puas dengan hasil kerja dokter gigi yang

menumpat giginya. Ketika ditanya mengapa saat perawatan tidak menanyakan secara detail

tentang perawatan yang dilakukan oleh dokter gigi agar tidak ada kekecewaan. Setelah

diperiksa, ternyata tumpatan resin komposit pada giginya mengalami perubahan

warna.Teman tersebut juga akhirnya mengaku bahwa dirinya merupakan coffee addict dan

mengkonsumsi alkohol secara rutin.

            Kejadian di atas sangat sering terjadi pada dunia kedokteran gigi, ketidak puasan

pasien dan penyesalan pasien akibat persetujuan perawatan yang telah diterimanya. Meski

pada kenyataannya tidak semua ketidakpuasan itu merupakan kesalahan perawatan dari

dokter gigi, namun dalam proporsi tertentu pasti akan berpengaruh pada kepercayaan pasien

tersebut pada dokter giginya. Keadaan yang paling ekstrim adalah pasien yang bersangkutan

mempengaruhi orang-orang di sekitarnya agar tidak berkunjung ke dokter giginya.

            Lagi-lagi tentang komunikasi dokter – pasien yang kurang berhasil sehingga pasien

mengembangakan opininya sendiri atas perawatan yang di terima. Apabila opini tersebut

sangat positif, tentunya akan menguntungkan dokter gigi sebagai operator. Namun, apabila

8

Page 9: Makalah komunikasi

opini tersebut menjadi sangat negatif, tak ayal lagi dokter gigi yang bersangkutan jelas akan

kehilangan pasien dan calon pasiennya. Ironis bukan?

Komunikasi dokter pasien diharapkan dapat mendukung upaya pemberian informasi, edukasi

dan motivasi pasien dalam rangka menuntaskan masalah kesehatannya. Menurut Konsil

Kedokteran Indonesia (KKI) tahun 2006, komunikasi dokter – pasien adalah hubungan yang

berlangsung antara dokter/dokter gigi dengan pasiennya selama proses

pemeriksaan/pengobatan.perawatan yang terjadi di ruang praktik perorangan, poliklinik,

rumahsakit, dan puskesmas dalam rangka membantu menyelesaikan masalah kesehatan

pasien. Sebagai profesional, keterampilan komunikasi dokter – pasien merupakan salah satu

kompetensi yang harus di kuasai dokter gigi karena akan menentukan keberhasilan dalam

membantu penyelesaian masalah kesehatan pasien.

Contoh hasil komunikasi efektif :

a. Pasien merasa dokter menjelaskan keadaannya sesuai tujuannya berobat. Berdasarkan

pengetahuannya tentang kondisi kesehatannya, pasien pun mengerti anjuran dokter,

misalnya perlu mengatur diet, minum atau menggunakan obat secara teratur, melakukan

pemeriksaan (laboratorium, foto/rontgen, scan) dan memeriksakan diri sesuai jadwal,

memperhatikan kegiatan (menghindari kerja berat, istirahat cukup, dan sebagainya.

b. Pasiem memahami dampak yang menjadi konsekuensi dari penyakit yang dideritanya

(membatasi diri, biaya pengobatan), sesuai penjelasan dokter.

c. Pasien merasa dokter mendengarkan keluhannya dan mau memahami keterbatasan

kemampuannya lalu mencari alternatif sesuai kondisi dan situasinya, dengan segala

konsekuensinya

d. Pasien mau bekerja sama dengan dokter dalam menjalankan semua upaya

pengobatan/perawatan kesehatannya.

Contoh hasil komunikasi tidak efektif :

a. Pasien tetap tidak mengerti keadaannya karena dokter tidak menjelaskan, hanya

mengambil anamnesis atau sesekali bertanya singkat dan mencatat seperlunya,

melakukan pemeriksaan, menulis resep, memesankan untuk kembali, atau memeriksakan

ke laboratorium/foto rontgen dan sebagainya.

b. Pasien merasa dokter tidak memberinya kesempatan untuk bicara, padahal ia yang

merasakan adanya perubahan di dalam tubuhnya yang tidak ia mengerti dan karenanya

ia pergi ke dokter. Ia merasa usahanya sia-sia karena sepulang dari dokter ia tetap tidak

tahu apa-apa, hanya mendapat resep saja.

c. Pasien merasa tidak dipahami dan diperlakukan sebagai objek, bukan sebagai subjek

yang memiliki tubuh yang sedang sakit.

d. Pasien ragu, apakah ia harus mematuhi anjuran dokter atau tidak.

e. Pasien memutuskan untuk pergi ke dokter lain.

9

Page 10: Makalah komunikasi

f. Pasien memutuskan untuk pergi ke pengobatan alternatif atau komplementer atau

menyembuhkan diri sendiri (self therapy).

2. Apabila dokter gigi memiliki kemampuan sedemikian rupa sehingga informasi yang ada

dapat disampaikan dengan tepat dan efektif, kejadian seperti pada ilustrasi di atas akan

terjadi dalam jumlah yang sangat minimal. Sehingga tujuan perawatan yaitu kepuasan

pasien dapat tercapai tanpa penolakan apapun.

10

Page 11: Makalah komunikasi

BAB IV

PENUTUP

            Komunikasi efektif dipengaruhi oleh saluran komunikasi formal, struktur organisasi,

spesialisasi jabatan, pemilikan informasi, jaringan komunikasi dalam organisasi. Artinya

faktor-faktor tersebut harus diperhatikan dengan bijaksana oleh pihak manajemen perusahaan

agar perilaku karyawan terbentuk dalam sebuah pola perilaku etis. Komunikasi efektif juga

bisa dicapai dengan memahami model komunikasi verbal (bahasa tubuh) seperti kontak mata,

ekspresi wajah, nada suara, gerak ubuh, sosok dan postur tubuh. Dengan pemahaman dan apa

yang harus dilakukan pada sebuah komunikasi verbal maka diharapkan individu dalam

organisasi dapat berkomunikasi dengan efektif dan pola perilaku etis dapat terbentuk.

a.    Kesimpulan

Komunikasi efektif dalam pembelajaran merupakan proses transformasi pesan berupa ilmu

pengetahuan dan teknologi dari pendidik kepada peserta didik, dimana peserta didik mampu

memahami maksud pesan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, sehingga menambah

wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi serta menimbulkan perubahan tingkah laku

menjadi lebih baik. Pengajar adalah pihak yang paling bertanggungjawab terhadap

berlangsungnya komunikasi yang efektif dalam pembelajaran, sehingga dosen sebagai

pengajar dituntut memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik agar menghasilkan proses

pembelajaran yang efektif.

b.      Saran

Dalam berkomunikasi sebaiknya dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan menggunakan

bahasa yang baik,sopan dan apabila menggunakan bahasa tubuh,gunakan bahasa tubuh yang

sopan dan tidak membuat teman yang berkomunikasi kita tersinggung dengan perkataan dan

gerak tubuh kita.

                                                                     

                                                        

11

Page 12: Makalah komunikasi

DAFTAR PUSTAKA

         Deddy Mulyana, 2005, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung, Remaja

Rosdakarya.

         Jalaludin Rakhamat, 1994, Psikologi Komunikasi, Bandung, Remaja Rosdakarya.

         Onong Effendy, 1994, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, Bandung, Remaja

Rosdakarya.

         Arifin, Anwar. 1988. Ilmu Komunikasi Sebagai Pengantar Ringkas, Rajawali Press.

Jakarta.

         dePorter, Bobbi, et.al.2000. Quantum Teaching, Kaifa. Bandung.

12