1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada lensa
atau kapsul lensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi
pada semua orang lebih dari 65 tahun (Doengoes, 2002).
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.
Perubahandalam serabut halus multipel (zonula) yang memanjang dari badan
silier ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat
menyebabkan koagulasi, sehinggamengabutkan pandangan dengan
menghambat jalannya cahaya ke retina. Bila kekeruhan tebal,maka penglihatan
akan terganggu, kadang – kadang sampai menimbulkan kebutaan.Di Indonesia,
jumlah kebutaan akibat katarak selalu bertambah 210.000 orang per tahun, 16%
diantaranya diderita penduduk usia produktif. Hal ini disebabkan oleh kurangnya
pengetahuantentang hal-hal yang dapat menyebabkan katarak dan cara
pencegahannya. Faktor pemicukatarak itu sendiri bisa disebabkan oleh pantulan
sinar ultraviolet, kekurangan riboflavin(vitamin B2) dan usia lebih panjang.Untuk
mengurangi angka kebutaan di Indonesia akibat katarak, pemerintah sudah
lamamelakukan program penyuluhan tentang katarak di setiap puskesmas.
Operasi katarak juga sudahdigalakkan di seluruh Indonesia dengan cara
mendatangi daerah-daerah yang penderitanya darikalangan kurang mampu.
Namun, meskipun upaya ini sudah dilakukan, nampaknya penderitakatarak tetap
saja tinggi karena factor dana dan keterbatasan tenaga medis yang ada. Tetapi,
pemerintah juga sudah mencanangkan program Vision 2020 untuk
menanggulangi kebutaan diIndonesia, program Vision tersebut meliputi lima
upaya yang meliputi pemantapan advokasi, pengembangan mekanisme
koordinasi yang mampu menjamin kesinambungan kegiatan, penguatan SDM,
penguatan infra struktur dan pengembangan iptek, serta pemantapan kemitraan.
2
Dahulu memang katarak masih belum diketahui secara jelas, karena kurangnya
pengetahuan. Kadang-kadang masih terdapat pula keraguan mengenai letak
katarak tersebut.Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengangkat masalah
bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
katarak dalam sebuah karya tulis ilmiah yang berjudul, "Makalah Asuhan
Keperawatan Pada Klien Dengan Katarak”.
B. Tujuan Penulisan Makalah
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami dan dapat menerapkan asuhan
keperawatan kepada klien dengan katarak.
2. Tujuan Khusus
a) Mahasiswa dapat mengerti mengenai konsep dasar penyakit
katarak.
b) Mahasiswa dapat mengerti mengenai konsep dasar asuhan
keperawatan pada pasien katarak.
c) Mahasiswa dapat membahas kasus yang ada mengenai
katarak.
C. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan yang digunakan dalam pembuatan
makalah ini adalah Bab I Pendahuluan, yang terdiri dari Latar
Belakang, Tujuan Penulisan, dan Sistematika Penulisan. Kemudian di
lanjutkan Bab II Konsep Dasar Penyakit Katarak yang terdiri dari
Anatomi Fisiologi, Pengertian, Penyebab, Patofisiologi, Manifestasi
Klinik, Pemeriksaan Diagnostik, Komplikasi, Penatalaksanaan Medik.
Bab III Konsep Asuhan Keperawatan pada pasien katarak yang
meliputi Pengkajian Data, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan, Dan
3
Evaluasi. Bab IV Pembahasan Kasus. Bab V Penutup, yang berisikan
Kesimpulan dan Saran. Dan di akhiri dengan Daftar Pustaka.
4
BAB II
KONSEP DASAR PENYAKIT
A. Anatomi dan Fisiologi
Mata adalah cerminan jiwa, demikian kata pepatah. Sehingga tidak ada salah jika kita
membahas secara tuntas anatomi dan fisiologi mata. Anatomi dan fisiologi mata perlu diketahui
lebih dalam, untuk mempelajari lebih lanjut kelainan-kelanainan yang biasa diderita yang berkaitan
dengan kelainan pada mata.
Secara struktral anatomis, bola mata berdiameter ±2,5 cm dimana 5/6 bagiannya
terbenam dalam rongga mata, dan hanya 1/6 bagiannya saja yang tampak pada bagian luar.
Perhatikan gambar dibawah ini:
Gambar diatas adalah gambar anatomi mata. Bagian-bagian mata mempunyai fungsi-fungsi
tertentu. Fungsi-fungsi dari anatomi mata adalah sebagai berikut:
Sklera: Melindungi bola mata dari kerusakan mekanis dan menjadi tempat melekatnya
bola mata.
Otot-otot mata, adalah Otot-otot yang melekat pada mata, terdiri dari: muskulus rektus
superior (menggerakan mata ke atas) dan muskulus rektus inferior (mengerakan mata ke
bawah).
Kornea: memungkinkan lewatnya cahaya dan merefraksikan cahaya.
5
Badan Siliaris: Menyokong lensa dan mengandung otot yang memungkinkan lensa untuk
beroakomodasi, kemudian berfungsijuga untuk mengsekreskan aqueus humor.
Iris: Mengendalikan cahaya yang masuk ke mata melalui pupil, mengandung pigmen.
Lensa: Memfokuskan pandangan dengan mengubah bentuk lensa.
Bintik kuning (Fovea): Bagian retina yang mengandung sel kerucut.
Bintik buta: Daerah syaraf optic meninggalkan bagian dalam bola mata
Vitreous humor: Menyokong lensa dan menjaga bentuk bola mata
Aquous humor: Menjaga bentuk kantong bola mata
Otot, Saraf dan Pembuluh darah Pada Mata
Otot yang menggerakan bola mata dengan fungsi ganda dan untuk pergerakan mata
tergantung pada letak dan sumbu penglihatan sewaktu aksi otot. Otot penggerak bola mata terdiri
enam otot yaitu:
Muskulus oblik inferior memiliki aksi primer eksotorsi dalam abduksi, dan memiliki aksi
sekunder elevasi dalam adduksi, abduksi dalam elevasi.
Muskulus oblik superior memiliki aksi primer intorsi dalam aduksi, dan aksi sekunder
berupa depresi dalam aduksi, dan abduksi dalam depresi.
Muskulus rektus inferior memiliki aksi primer berupa gerakan depresi pada abduksi, dan
memiliki aksi sekunder berupa gerakan ekstorsi pada abduksi, dan aduksi dalam depresi.
Muskulus rektus lateral memiliki aksi gerakan abduksi.
Muskulus rektus medius memiliki aksi gerakan aduksi
6
Muskulus rektus superior memiliki aksi primer yaitu elevasi dalam abduksi dan aksi
sekunder berupa intorsi dalam aduksi serta aduksi dalam elevasi.
Beberapa otot bekerja sama menggerakkan mata. Setiap otot dirangsang oleh saraf
kranial tertentu. Tulang orbita yang melindungi mata juga mengandung berbagai saraf lainnya.
Saraf optikus membawa gelombang saraf yang dihasilkan di dalam retina ke otak
Saraf lakrimalis merangsang pembentukan air mata oleh kelenjar air mata
Saraf lainnya menghantarkan sensasi ke bagian mata yang lain dan merangsang otot
pada tulang orbita.
Arteri oftalmika dan arteri retinalis menyalurkan darah ke mata kiri dan mata kanan,
sedangkan darah dari mata dibawa oleh vena oftalmika dan vena retinalis. Pembuluh darah ini
masuk dan keluar melalui mata bagian belakang.
Struktur pelindung
Struktur di sekitar mata melindungi dan memungkinkan mata bergerak secara bebas ke
segala arah. Struktur tersebut melindungi mata terhadap debu, angin, bakteri, virus, jamur dan
bahan-bahan berbahaya lainnya, tetapi juga memungkinkan mata tetap terbuka sehingga cahaya
masih bisa masuk.
Orbita adalah rongga bertulang yang mengandung bola mata, otot-otot, saraf, pembuluh
darah, lemak dan struktur yang menghasilkan dan mengalirkan air mata.
7
Kelopak mata merupakan
lipatan kulit tipis yang melindungi mata. Kelopak mata secara refleks segera menutup
untuk melindungi mata dari benda asing, angin, debu dan cahaya yang sangat terang.
Ketika berkedip, kelopak mata membantu menyebarkan cairan ke seluruh permukaan
mata dan ketika tertutup, kelopak mata mempertahankan kelembaban permukaan mata. Tanpa
kelembaban tersebut, kornea bisa menjadi kering, terluka dan tidak tembus cahaya. Bagian dalam
kelopak mata adalah selaput tipis (konjungtiva) yang juga membungkus permukaan mata.
Bulu mata merupakan rambut pendek yang tumbuh di ujung kelopak mata dan berfungsi
membantu melindungi mata dengan bertindak sebagai barrier (penghalang).
Kelenjar kecil di ujung kelopak mata menghasilkan bahan berminyak yang mencegah
penguapan air mata.
8
Kelenjar lakrimalis terletak di puncak tepi luar dari mata kiri dan kanan dan menghasilkan
air mata yang encer.
Air mata mengalir dari mata ke dalam hidung melalui 2 duktus lakrimalis; setiap duktus
memiliki lubang di ujung kelopak mata atas dan bawah, di dekat hidung. Air mata berfungsi
menjaga kelembaban dan kesehatan mata, juga menjerat dan membuang partikel-partikel kecil
yang masuk ke mata. Selain itu, air mata kaya akan antibodi yang membantu mencegah terjadinya
infeksi.
Bola mata mempunyai 3 lapis dinding yang mengelilingi rongga bola mata. Ketiga lapis
dinding ini dari luar ke dalam adalah sebagai berikut:
9
Sklera
Sklera merupakan jaringan ikat dengan serat yang kuat; berwarna putih buram (tidak
tembus cahaya), kecuali di bagian depan bersifat transparan, disebut kornea. Konjungtiva adalah
lapisan transparan yang melapisi kornea dan kelopak mata. Lapisan ini berfungsi melindungi bola
mata dari gangguan.
Koroid
Koroid berwarna coklat kehitaman sampai hitam merupakan lapisan yang berisi banyak
pembuluh darah yang memberi nutrisi dan oksigen terutama untuk retina. Warna gelap pada koroid
berfungsi untuk mencegah refleksi (pemantulan sinar). Di bagian depan, koroid membentuk badan
siliaris yang berlanjut ke depan membentuk iris yang berwarna. Di bagian depan iris bercelah
membentuk pupil (anak mata). Melalui pupil sinar masuk. Iris berfungsi sebagai diafragma, yaitu
pengontrol ukuran pupil untuk mengatur sinar yang masuk. Badan siliaris membentuk ligamentum
yang berfungsi mengikat lensa mata. Kontraksi dan relaksasi dari otot badan siliaris akan mengatur
cembung pipihnya lensa.
10
Retina
Lapisan ini peka terhadap sinar. Pada seluruh bagian retina berhubungan dengan badan
sel-sel saraf yang serabutnya membentuk urat saraf optik yang memanjang sampai ke otak.
Bagian yang dilewati urat saraf optik tidak peka terhadap sinar dan daerah ini disebut bintik buta.
Adanya lensa dan ligamentum pengikatnya menyebabkan rongga bola mata terbagi dua,
yaitu bagian depan terletak di depan lensa berisi carian yang disebut aqueous humor dan bagian
belakang terletak di belakang lensa berisi vitreous humor. Kedua cairan tersebut berfungsi
menjaga lensa agar selalu dalam bentuk yang benar. Kotak mata pada tengkorak berfungsi
melindungi bola mata dari kerusakan. Selaput transparan yang melapisi kornea dan bagian dalam
kelopak mata disebut konjungtiva. Selaput ini peka terhadap iritasi. Konjungtiva penuh dengan
pembuluh darah dan serabut saraf. Radang konjungtiva disebut konjungtivitis.
Untuk mencegah kekeringan, konjungtiva dibasahi dengan cairan yang keluar dari
kelenjar air mata (kelenjar lakrimal) yang terdapat di bawah alis. Air mata mengandung lendir,
garam, dan antiseptik dalam jumlah kecil. Air mata berfungsi sebagai alat pelumas dan pencegah
masuknya mikroorganisme ke dalam mata.
Normalnya, sinar – sinar sejajar yang masuk ke dalam bola mata akan dibiaskan oleh
sistem optis bolamata dan terfokus dalam satu titik yang jatuh tepat pada retina. Kondisi ini disebut
emmetropia. Dari proses jatuhnya titik cahaya diretina inilah, yang biasanya menyebabkan kelainan
pada mata, baik itu kelainan dengan mata minus, ataupun mata dengan positif, atau biasa disebut
dengan rabun.
Anatomi Tambahan pada Mata
Anatomi tambahan pada mata terdiri dari alis mata, kelopak mata, bulu mata dan aparatus
lakrimalis.
11
Alis mata: terdiri dari rambut kasar yang terletak melintang di atas mata, fungsinya untuk
melindungi mata dari cahaya dan keringat juga untuk kecantikan.
Kelopak mata: ada 2, yaitu atas dan bawah. Kelopak mata atas lebih banyak bergerak
dari kelopak yang bawah dan mengandung musculus levator pepebrae untuk menarik
kelopak mata ke atas (membuka mata). Untuk menutup mata dilakukan oleh otot otot
yang lain yang melingkari kelopak mata atas dan bawah yaitu musculus orbicularis oculi.
Ruang antara ke-2 kelopak disebut celah mata (fissura pelpebrae), celah ini menentukan
“melotot” atau “sipit” nya seseorang. Pada sudut dalam mata terdapat tonjolan disebut
caruncula lakrimalis yang mengandung kelenjar sebacea (minyak) dan sudorifera
(keringat).
Bulu mata: ialah barisan bulu-bulu terletak di sebelah anterior dari kelenjar Meibow.
Kelenjar sroacea yang terletak pada akar bulu-bulu mata disebut kelenjar Zeis. Infeksi
kelenjar ini disebut Lordholum (bintit).
Apparatus lacrimalis: terdiri dari kelenjar lacrimal, ductus lacrimalis, canalis lacrimalis, dan
ductus nassolacrimalis.
B. Pengertian
Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada lensa
atau kapsul lensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi
pada semua orang lebih dari 65 tahun (Doengoes, 2002).
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat
terjadi akibat hidrasi lensa dan denaturasi protein lensa atau akibat ke
dua-duanya (Sidrata, 2002).
12
Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang
mengakibatkan pengurangan visus di perkirakan oleh suatu tabir
(layar) yang di turunkan didalam mata, agak seperti melihat air terjun
(Darling, 1996)
C. Penyebab
Katarak di sebabkan oleh berbagai faktor seperti :
1. Fisik
2. Kimia
3. Penyakit predisposisi/pencetus
4. Genetik dan gangguan perkembangan
Infeksi virus di massa pertumbuhan janin :
1. Usia
2. Keracunan beberapa jenis obat-obatan tertentu
3. Kelainan sistemik atau metabolic
(Sidarta, 2002)
D. Patofisiologi
Perubahan lensa pada usia lanjut :
1. Kapsul
a. Menebal dan kurang elastis
b. Mulai presbiopia
c. Bentuk lamel kapsul berkurang dan kabur
d. Terlihat bahan granular
2. Epitel- makin tipis
a. Sel epitel (germanatif) pada ekuator bertambah besar dan berat
b. Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata
3. Serat lensa
13
a. Lebih irregular
b. Pada korteks jelas/kerusakan serat sel
c. Brown sklerotic nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan
merubah protein nucleus (histidin, triptofan, metionin,
sistein dan tirostin) lensa sedang warna cuklat protein lensa
nucleus mengandung sedikit histidin dan triftopan di banding
normal
4. Korteks tidak berwarna karena :
a. Kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi fotooksidasi
b. Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda
(Maliakang, 2002)
E. Manifestasi Klinik
Kekeruhan lensa bersifat massif
1. Cairan lensa berkurang
2. Iris tremulans
3. Bilik mata depan dalam
4. Sudut bilik mata terbuka
5. Shadow test preudopos
(Sidarta, 2002)
F. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada penderita katarak
adalah sebagai berikut :
1. Kartu mata snellen / mesin telebinokuler : mungkin terganggu
dengan kerusakan kornea, lensa, akueus / vitreus humor,
kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina.
2. Lapang Penglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor,
karotis, glukoma.
3. Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
14
4. Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut
tertutup glukoma.
5. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glukoma.
6. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng
optik, papiledema, perdarahan.
7. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
8. EKG, kolesterol serum, lipid
9. Tes toleransi glukosa : kontrol DM
10.Keratometri.
11.Pemeriksaan lampu slit.
12.A-scan ultrasound (echography).
13.Penghitungan sel endotel penting u/ fakoemulsifikasi & implantasi.
14.USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak.
G. Komplikasi
Ambliopia sensori, penyulit yang terjadi berupa : visus tidak akan
mencapai 5/5. Komplikasi yang terjadi : nistagmus dan strabismus dan
bila katarak dibiarkan maka akan mengganggu penglihatan dan akan
menimbulkan komplikasi berupa glukoma dan uveitis.
H. Penatalaksanaan medik
Pengobatan katarak hipermatur yang utama adalah pembedahan.
Ada beberapa pembedahan yang di kenal;
1. Menekan lensa sehingga jatuh ke dalam badan kaca (lonching)
2. Kemudian penggunaan midriatika
3. Jarum penusuk dari emas
4. Aspirasi memakai jarum
5. Memakai sendok Daviel
6. Pinset kapsul
7. Zolise
8. Erisofek
15
9. Memakai krio tehnik karbon dioksid, Freon, termoelektrik
10.Mengeluarkan nucleus lensa dan aspirasi korteks lensa
Tindakan bedah pada saat ini dianggap lebih baik karena mengurangi
beberapapenyulit, tife pembedahan ada dua tife
1. Operasi katarak ekstrakapsular atau ekstraksi katarak ekstra
kapsular (EKEK)
Tindakan pembedahan pada katarak dimana di lakukan
pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul
lensa anterior sehingga masa lensa dan korteks lensa dapat keluar
melalui robekan tersebut. lensa
2. Operasi katarak intrakapsular atau Ekstraksi katarak intrakapsular
(EKIK)
Pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul
(Menurut, Ilyas Sidarta,2002;217-218)
16
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
KATARAK
A. Pengkajian
1. Aktivitas / Istirahat
Gejala: Perubahan aktivitas biasanya / hobi sehubungan dengan
gangguan penglihatan.
2. Neurosensori
Gejala: Gangguan penglihatan (kabur / tak jelas), sinar terang
menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan
perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat / merasa di
ruang gelap. Perubahan pengobatan tidak memperbaiki
penglihatan.
Tanda: Tampak kecoklatan /putih susu pada pupil. Peningkatan air
mata.
3. Nyeri / Kenyamanan
Gejala: Ketidaknyamanan ringan / mata berair
4. Pembelajaran / Pengajaran
Gejala: Riwayat keluarga diabetes, gangguan sistem vaskuler.
Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh: peningkatan
tekanan vena), ketidakseimbangan endokrin, diabetes. Terpajan
pada radiasi, steroid / toksisitas fenotiazin.
Pertimbangan rencana pemulangan: DRG menunjukkan rerata
lamanya dirawat: 4,2 hari (biasanya dilakukan sebagai prosedur
pasien rawat jalan).
Memerlukan bantuan dengan transportasi, penyediaan makanan,
perawatan /pemeliharaan rumah.
5. Prioritas Keperawatan
17
a. Mencegah penyimpangan penglihatan lanjut.
b. Meningkatkan adaptasi terhadap perubahan/penurunan
ketajaman penglihatan.
c. Mencegah komplikasi.
d. Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan
kebutuhan pengobatan.
6. Tujuan Pemulangan
a. Penglihatan dipertahankan pada tingkat sebaik mungkin.
b. Pasien mengatasi situasi dengan tindakan positif.
c. Komplikasi dicegah / minimal.
d. Proses penyakit / prognosis dan program terapi dipahami.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul selama periode peri operasi
( pre, intra, dan post operasi ) adalah:
1. Kecemasan berhubungan dengan kurang terpapar terhadap
informasi tentang prosedur tindakan pembedahan.
2. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan prosedure
tindakan invasif insisi jaringan tubuh.
3. Nyeri berhubungan dengan perlukaan sekunder operasi miles
prosedur.
C. Perencanaan
1. Kecemasan berhubungan dengan kurang terpapar terhadap
informasi tentang prosedur tindakan pembedahan.
Tujuan / kriteria evaluasi:
a. Pasien mengungkapkan dan mendiskusikan rasa cemas /
takutnya.
b. Pasien tampak rileks tidak tegang dan melaporkan
kecemasannya berkurang sampai pada tingkat dapat diatasi
18
c. Pasien dapat mengungkapkan keakuratan pengetahuan
tentang pembedahan.
Intervensi
a. Kaji tingkat kecemasan pasien dan catat adanya tanda- tanda
verbal dan nonverbal.
R/ Derajat kecemasan akan dipengaruhi bagaimana informasi
tersebut diterima oleh individu.
b. Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan isi pikiran dan
perasaan takutnya.
R/ Mengungkapkan rasa takut secara terbuka dimana rasa
takut dapat ditujukan.
c. Observasi tanda vital dan peningkatan respon fisik pasien.
R/ Mengetahui respon fisiologis yang ditimbulkan akibat
kecemasan.
d. Beri penjelasan pasien tentang prosedur tindakan operasi,
harapan dan akibatnya.
R/ Meningkatkan pengetahuan pasien dalam rangka
mengurangi kecemasan dan kooperatif.
e. Beri penjelasan dan suport pada pasien pada setiap melakukan
prosedur tindakan.
R/ Mengurangi kecemasan dan meningkatkan pengetahuan.
f. Lakukan orientasi dan perkenalan pasien terhadap ruangan,
petugas, dan peralatan yang akan digunakan.
R/ Mengurangi perasaan takut dan cemas.
2. Nyeri berhubungan dengan perlukaan sekunder operasi miles
prosedur
Tujuan / kriteria evaluasi:
a. Klien mengungkapkan nyeri berkurang / hilang
b. Tidak merintih atau menangis
c. Ekspresi wajah rileks
19
d. Klien mampu beristrahat dengan baik.
Intervensi
a. Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik dan intensitas nyeri (skala
0-10).
R/ Untuk membantu mengetahui derajat ketidaknyamanan dan
keefektifan analgesic sehingga memudahkan dalam memberi
tindakan.
b. Motivasi untuk melakukan teknik pengaturan nafas dan
mengalihkan perhatian.
R/ Teknik relaksasi dapat mengurangi rangsangan nyeri.
c. Hindari sentuhan seminimal mungkin untuk mengurangi
rangsangan nyeri.
R/ Sentuhan dapat meningkatkan rangsangan nyeri.
d. Berikan analgetik sesuai dengan program medis.
R/ Analgesik membantu memblok nyeri.
3. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan prosedure
tindakan invasiv insisi jaringan tubuh (miles prosedur)
Tujuan / kriteria evalusi:
Tidak terjadi penyebaran infeksi selama tindakan prosedur
pembedahan ditandai dengan penggunaan teknik antiseptik dan
desinfeksi secara tepat dan benar.
Intervensi
a. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan secara
tepat.
R/ Melindungi klien dari sumber-sumber infeksi, mencegah
infeksi silang.
b. Ciptakan lingkungan ruangan yang bersih dan babas dari
kontaminasi dunia luar.
R/ Mengurangi kontaminasi dan paparan pasien terhadap agen
infektious.
20
c. Jaga area kesterilan luka operasi
R/ Mencegah dan mengurangi transmisi kuman
d. Lakukan teknik aseptik dan desinfeksi secara tepat dalam
merawat luka.
R/ Mencegah kontaminasi pathogen
e. Kolaborasi terapi medik pemberian antibiotika profilaksis
R/ Mencegah pertumbuhan dan perkembangan kuman
21
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
NY. D. usia 65 tahun datang ke poliklinik mata dengan keluhan
penglihatan kabur, melihat benda seperti ada bayangan, klien mengeluh
tidak bisa membaca dengan jelas, di depan mata seperti ada bayangan
huruf s, melihat benda terkadang silau, dari pemeriksaaan fisik mata
terlihat ada putih seperti air terjun, ketajaman penglihatan menurun. Hasil
pemeriksaan fisus 4/6.
A. Pengkajian Data
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi
D. Evaluasi
22
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
23
DAFTAR PUSTAKA