Makalah
EKONOMI MAKRO Keseimbangan Pendapatan Nasional
Disusun oleh: Reno (11.22.13071)
Rizky Bagus Ardani (11.22.13213)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKA RAYA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI TAHUN AKADEMIK 2012/2013
Ekonomi Makro Keseimbangan Pendapatan Nasional
Macroeconomic Posted on:
http://renopalangkaraya.blogspot.com Mata kuliah: Ekonomi Makro Judul materi: Keseimbangan Pendapatan Nasional Dosen/asisten: Setyo Wibowo, S.Pd. Penyusun: Kelompok VIII Font
Head: Tahoma | size: 14; 16; 18 Content: Trebuchet MS | size: 12 Footnote: Arial | size: 10
Another: Monotype Corsiva | size: 11
Tw Cen MT Condensed | size: 11; 12
Keseimbangan Pendapatan Nasional | i
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas karunia Allah yang selalu tercurahkan untuk umatnya. Kami bersyukur telah diberi kesehatan dan kemampuan olehNya sehingga kami mampu menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini tidak luput dari
kekurangan—kesalahan penulisan, materi yang tidak lengkap, tata bahasa, dan seterusnya. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan koreksi dari pembaca untuk makalah ini agar lebih baik lagi. Selain itu, kami mengharapkan dukungannya untuk penyempurnaan makalah ini agar menjadi referensi yang lebih baik bagi pembaca.
Demikian pengantar dari kami, semoga makalah ini dapat
bermanfaat. Amin.
Palangkaraya, Oktober 2012
Penyusun
Keseimbangan Pendapatan Nasional | ii
DAFTAR ISI (Table of Contents)
KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI (Table of Contents) ii BAB I PENDAHULUAN 1
LATAR BELAKANG 1 RUMUSAN MASALAH 1 TUJUAN PENULISAN 1 METODE PENULISAN 1
BAB II KESEIMBANGAN PENDAPATAN NASIONAL 2
KONSUMSI DAN PENDAPATAN NASIONAL 2 KESEIMBANGAN PENDAPATAN 8 PERUBAHAN PENDAPATAN NASIONAL 8 PASAR UANG DAN TINGKAT BUNGA 11 PERANAN PEMERINTAH 13 PAJAK DAN TINGKAT KESEIMBANGAN PENDAPATAN 14
BAB III PENUTUP 18
KESIMPULAN 18 KOMENTAR PENYUSUN 18
DAFTAR ISTILAH (Glossary) 19 DAFTAR PUSTAKA (Bibliography) 20
Keseimbangan Pendapatan Nasional | 1
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG Setiap periode, perusahaan-perusahaan memproduksi beberapa jumlah barang dan jasa agregat yang disebut keluaran agregat. Keluaran mencakup produksi jasa, barang konsumen, dan barang investasi. Pada masing-masing periode, rumah tangga menerima sejumlah pendapatan agregat. Hal-hal tersebut menjadi penyebab berubahnya keseimbangan pendapatan nasional.
Pada periode tertentu, pemerintah melakukan kebijakan-kebijakan
sesuai kondisi perekonomian. Hal tersebut bertujuan untuk menjaga stabilitas ekonomi. Pada saat pengeluaran agregat melebihi besarnya pendapatan nasional, maka ekspansi akan berlaku. Sebaliknya, pada saat pengeluaran agregat lebih sedikit dari besarnya pendapatan nasional akan terjadi kontraksi.
RUMUSAN MASALAH 1. Apa yang dimaksud dengan konsumsi dan pendapatan nasional
Indonesia? 2. Bagaimana keseimbangan pendapatan nasional? 3. Apa yang menyebabkan perubahan pendapatan nasional? 4. Apa yang dimaksud dengan pasar uang dan tingkat bunga serta
pengaruhnya terhadap pendapatan nasional? 5. Apa saja peran pemerintah untuk mendorong tingkat keseimbangan
pendapatan nasional? 6. Apa yang dimaksud dengan pajak dan tingkat keseimbangan
pendapatan?
TUJUAN PENULISAN Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah ekonomi makro (macroeconomic) semester ketiga yang diampu oleh dosen mata kuliah, Setyo Wibowo, S.Pd.
METODE PENULISAN Makalah ini berisi kata, kalimat, dan atau paragraf yang dikutip dari buku karangan yang diterbitkan oleh entitas resmi. Dengan demikian, kami harap dan yakin isi makalah ini sesuai dengan materi yang disodorkan meskipun belum selengkap yang diinginkan.
Keseimbangan Pendapatan Nasional | 2
BAB II
KESEIMBANGAN PENDAPATAN NASIONAL
KONSUMSI DAN PENDAPATAN NASIONAL
Konsumsi Dalam pengertian ekonomi, konsumsi ialah suatu kegiatan yang bertujuan mengurangi atau menghabiskan faedah suatu benda (barang dan jasa) dalam rangka pemenuhan kebutuhan.1
1. Ciri-ciri Benda Konsumsi Ciri-ciri benda konsumsi adalah sebagai berikut. a. Benda-benda yang dikonsumsi adalah benda ekonomi, yakni benda
yang membutuhkan pengorbanan untuk memperolehnya. b. Benda yang dikonsumsi ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hidup. c. Manfaat, nilai, ataupun volume benda-benda yang digunakan
tersebut akan habis sekaligus atau berangsur-angsur.
2. Pembagian Benda Konsumsi a. Benda yang habis dalam satu kali pemakaian. b. Benda yang pemakaiannya berulang-ulang atau pemakaiannya dalam
waktu relatif lama.
3. Tujuan Kegiatan Konsumsi Tujuan kegiatan konsumsi adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup secara langsung.
4. Fungsi Konsumsi Fungsi konsumsi menunjukkan hubungan antara konsumsi dan semua faktor yang menentukan besarnya konsumsi. Hubungan tersebut merupakan hubungan yang paling penting dalam ekonomi makro.
5. Konsumsi sebagai Fungsi dari Disposable Income Konsumsi berubah-ubah sesuai dengan perubahan disposable income. Selanjutnya, disposable income diberi simbol Yd dan konsumsi diberi simbol C.
1 Alam S., Ekonomi, (Jakarta: Erlangga), 2007, hal. 37
Keseimbangan Pendapatan Nasional | 3
Perhitungan APC dan MPC (dalam milyar rupiah)
Pendapatan
Disposebel Konsumsi APC = C/Yd Perubahan Yd
Perubahan C
(∆C)
MPC =
∆C/∆Yd
0
100
400
500
1000
1500
1750
2000
3000
100
180
420
500
900
1300
1500
1700
2500
-
1.800
1.050
1.000
0.900
0.867
0.857
0.850
0.833
-
100
300
100
500
500
250
250
1000
-
80
240
80
400
400
200
200
800
-
0.8
0.8
0.8
0.8
0.8
0.8
0.8
0.8
Tingkat impas dalam contoh di atas adalah Rp500.000.000.000,00
6. Average Propensity to Consume (APC)
APC adalah total konsumsi dibagi dengan disposable income. Dalam bentuk rumus dapat ditulis sebagai berikut.
APC = C
∆Yd
7. Marginal Propensity to Consume (MPC)
Adalah perubahan konsumsi sebagai akibat perubahan disposable income. Dalam bentuk rumus, MPC dapat ditulis sebagai berikut.
MPC = ∆C
∆Yd
8. Bentuk Fungsi Konsumsi
Empat ciri penting dari fungsi konsumsi yaitu sebagai berikut. a. Terdapat tingkat impas dari pendapatan, yaitu tingkat dimana
seluruh disposable income rumah tangga digunakan untuk kegiatan konsumsi.
b. Di bawah tingkat impas, konsumsi rumah tangga lebih besar daripada disposable income sehingga rumah tangga melakukan pinjaman atau menggunakan tabungan sebelumnya.
c. Di atas tingkat impas, sebagian dari disposable income digunakan untuk kegiatan konsumsi dan sisanya ditabung.
d. Setiap peningkatan disposable income akan menyebabkan kegiatan konsumsi meningkat. Tetapi, besarnya peningkatan konsumsi lebih rendah daripada peningkatan disposable income.
9. Garis 45˚ Garis 45˚ membantu menentukan tingkat impas, yaitu perpotongan antara garis 45˚ dengan kurva konsumsi.
10. Fungsi Tabungan a. Average Propensity to Consume (APS)
APS adalah total tabungan dibagi pendapatan disposebel (Yd). Dalam bentuk rumus dapat ditulis sebagai berikut.
APS = S
∆Yd
Keseimbangan Pendapatan Nasional | 4
b. Marginal Propensity to Consume (MPS) MPS adalah perubahan tabungan sebagai akibat perubahan pendapatan disposebel. Dalam bentuk rumus sebagai berikut.
MPS = ∆S
∆Yd
11. Pendapatan Disposebel, Konsumsi, dan Tabungan
Ciri-ciri khusus hubungan antara pendapatan disposebel, konsumsi, dan tabungan adalah sebagai berikut. a. Pada saat pendapatan disposebel rendah, rumah tangga akan
memanfaatkan tabungannya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi. b. Pada saat pendapatan disposebel tinggi dan melebihi konsumsi,
rumah tangga akan menabung. Konsumsi dan tabungan merupakan jumlah total pendapatan disposebel.
Pendapatan Disposebel Konsumsi Tabungan
0 100 -100
100 180 -80
400 420 -20
500 500 0
1.000 900 +100
1.500 1.300 +200
1.750 1.500 +250
2.000 1.700 +300
3.000 2.500 +500
4.000 3.300 +700
Sumber2
12. Faktor-faktor Lain yang Mempengaruhi Konsumsi dan Tabungan a. Kekayaan yang telah terkumpul b. Sikap berhemat c. Suku bunga d. Kondisi perekonomian e. Program dana pensiun pemerintah3
13. Fungsi Konsumsi dan Tabungan secara Matematis
Secara matematis, fungsi konsumsi dan fungsi tabungan dapat ditulis sebagai berikut.
2 Alam S., Ekonomi, (Jakarta: Erlangga), 2007, hal. 236
3 Alam S., Ekonomi, (Jakarta: Erlangga), 2007, hal. 237
Keseimbangan Pendapatan Nasional | 5
Fungsi konsumsi: C = a+bYd Fungsi tabungan: S = -a+(1-b)Yd
Simbol Keterangan
a Konstanta yang menunjukkan tingkat konsumsi pada saat pendapatan disposebel sama
dengan nol.
b Konstanta yang menunjukkan MPC.
C Tingkat konsumsi.
Yd Tingkat pendapatan disposebel.
S Tingkat tabungan.
Pendapatan Nasional Pendapatan nasional adalah analisis pendapatan dari suatu negara secara keseluruhan.
1. Konsep-konsep yang Berhubungan dengan Pendapatan Nasional
a. Produk Domestik Bruto (PDB) Produk domestik bruto (PDB) atau Gross National Product (GDP)
adalah total nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam periode tertentu yang dihitung berdasarkan nilai pasar.
b. Produk Nasional Bruto (PNB)
Produk nasional bruto (PNB) atau Gross National Product (GNP) adalah produk domestik bruto digabung dengan pendapatan neto terhadap luar negeri. Jadi, PNB hanya dihitung total output warga negara saja.
c. Produk Nasional Neto (Net National Product [NNP])
NNP merupakan PNB dikurangi penyusutan dan barang pengganti modal. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut.
NNP = GNP-(penyusutan+barang pengganti modal)
d. Pendapatan Nasional Neto (Net National Income [NNI])
NNI adalah produk nasional neto dikurangi dengan pajak tidak langsung dan ditambah dengan subsidi. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut.
NNI = NNP-pajak tidak langsung+subsidi
e. Pendapatan Perorangan (Personal Income [PI])
PI adalah jumlah seluruh penerimaan yang benar-benar sampai di tangan masyarakat. PI dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.
PI = NNI+pembayaran pinjaman-(laba ditahan+iuran asuransi+iuran
jaminan sosial+pajak perseroan)
Keseimbangan Pendapatan Nasional | 6
f. Pendapatan Disposebel (Disposable Income [DI]) Pendapatan disposebel dapat disebut juga pendapatan setelah
pajak. Pendapatan disposebel adalah pendapatan perorangan setelah dikurangi pajak penghasilan. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut.
DI = PI-pajak penghasilan
g. Produk Domestik Regional Bruto (PRDB) PRDB adalah jumlah keseluruhan dari nilai tambah bruto yang
berhasil diciptakan oleh seluruh kegiatan ekonomi yang berada di suatu wilayah selama periode tertentu.
2. Penghitungan Pendapatan Nasional a. Pendekatan Pendapatan
Pendapatan nasional diperoleh dari penjumlahan kompensasi untuk pekerja (upah, gaji, dan pendapatan lainnya sebelum pajak), keuntungan perusahaan, pendapatan usaha perorangan, pendapatan sewa, dan bunga neto. Pendapatan nasional yang diperoleh dari hasil penjumlahan faktor pendapatan ini disebut pendapatan nasional atas dasar pendapatan faktor atau pendapatan nasional atas dasar biaya produksi.
Tabel Faktor Produksi dan Pendapatan Faktor Produksi Pendapatan Simbol
Tanah Sewa r (rent)
Tenaga kerja Upah/gaji w (wages)
Modal Bunga i (interest)
Skill Laba p (profit)
Rumus: Y = r+w+i+p
b. Pendekatan Produksi Pendekatan ini dilakukan dengan jalan menjumlahkan nilai
tambah pada berbagai sektor perekonomian di antaranya sebagai berikut.
1) Pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan 2) Pertambangan dan penggalian 3) Industri pengolahan 4) Listrik, gas, dan air bersih 5) Bangunan 6) Perdagangan, restoran, dan hotel 7) Pengangkutan dan komunikasi 8) Keuangan, persewaan bangunan, dan jasa perusahaan
Tabel Nilai Produksi dan Nilai Tambah Komoditas Nilai Produksi Nilai Tambah
Kapas 10.000 10.000
Benang 15.000 5.000
Kain 17.500 2.500
Kemeja 25.000 7.500
Total 67.500 25.000
Rumus: Y = NTb1 + NTb2 + NTb3 + … + NTbn
Keseimbangan Pendapatan Nasional | 7
c. Pendekatan Pengeluaran
Dalam metode ini, setiap pengeluaran yang dilakukan oleh masyarakat dijumlahkan dari masing-masing rumah tangga yang ada. Adapun sektor rumah tangga yang dimaksud yaitu sebagai berikut.
1) Rumah Tangga Konsumen (C)
Rumah tangga konsumen merujuk pada kegiatan konsumsi berupa pembelian barang atau pemanfaatan suatu jasa.
2) Rumah Tangga Produsen atau Perusahaan (I) Rumah tangga produsen melakukan suatu kegiatan produksi baik berupa barang maupun jasa secara berkelanjutan. Kegiatan semacam ini diistilahkan sebagai investasi.
3) Rumah Tangga Pemerintah (G) Pengeluaran pemerintah terdiri dari pengeluaran konsumsi—pembayaran gaji pegawai, pembelian peralatan kantor—dan pengeluaran untuk investasi—misalnya pembuatan jalan raya, jembatan, pelabuhan, rel kereta api, tempat ibadah, dan rumah sakit—dalam memenuhi kepentingan umum.
4) Rumah Tangga Luar Negeri (X – M) Pengeluaran ini berupa selisih antara nilai ekspor pada nilai impor dalam kegiatan perdagangan internasional. Jika semua pengeluaran tersebut dia atas telah diketahui, maka
perhitungan pendapatan nasional dapat dirumuskan sebagai berikut.
Y = C + I + G + (X – M) atau Y = C + S + G + (X - M)
Ilustrasi Penghitungan Pendapatan Nasional
Baris Produk
(1)
Penjual
(2)
Pembeli
(3)
Harga
Barang
(4)
Pendekatan
Produksi
(5)
Pendekatan
Pengeluaran
(6)
Pendekatan
Pendapatan
(7)
1 Baja Produsen baja Produsen mesin 20.000 20.000 - 20.000
2 Baja Produsen baja Produsen mobil 60.000 60.000 - 60.000
3 Mesin Produsen mesin Produsen mobil 40.000 20.000 40.000 20.000
4 Ban Produsen ban Produsen mobil 10.000 10.000 - 10.000
5 Mobil Produsen mobil Rumah tangga 100.000 30.000 100.000 30.000
Total harga barang (nilai transaksi) 230.000
Pendapatan nasional 140.000 140.000 140.000
Sumber4
4 Alam S., Ekonomi, (Jakarta: Erlangga), 2007, hal. 202
Keseimbangan Pendapatan Nasional | 8
KESEIMBANGAN PENDAPATAN
Keseimbangan pendapatan nasional yaitu keadaan dimana keinginan masyarakat untuk melakukan perbelanjaan—yang digambarkan oleh pengeluaran agregat atau permintaan agregat adalah sama dengan penawaran agregat—yaitu keinginan para pengusaha untuk memproduksikan barang dan jasa. Secara matematis, keseimbangan pendapatan nasional dapat ditulis sebagai berikut.5
C+I+G+(X-M) = C+S+T atau I+G+X = S+T+M
Kode Keterangan
C Fungsi konsumsi
G Pengeluaran pemerintah
I Investasi swasta
M Impor
S Tabungan
T Pajak
X Ekspor
PERUBAHAN PENDAPATAN NASIONAL
Pendapatan nasional tidak selalu seimbang. Oleh sebab itu, kita perlu mempelajari apa yang menyebabkan perubahan tersebut.6
Peran Permintaan Agregat 1. Perubahan Pendapatan Nasional dengan Tingkat Harga Tetap
a. Pergeseran Fungsi Pengeluaran Agregat Fungsi pengeluaran agregat bergeser bila salah satu dari
komponen-komponennya bergeser—pergeseran fungsi konsumsi, fungsi investasi yang diinginkan, fungsi pengeluaran pemerintah yang diinginkan, dan ekspor bersih yang diinginkan. Pergeseran semacam ini dirumuskan sebagai perubahan pengeluaran agregat autonomous.
5 Sadono Sukirno, Makroekonomi Teori Pengantar, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada), 2011,
hal. 211—diringkas dari beberapa halaman. 6 Richard G. Lipsey, dkk., Pengantar Makroekonomi Edisi Kedelapan, (Jakarta: Erlangga),
1993, hal. 63—92. Buku ini merupakan terjemahan dari “Economics Eight Edition”.
Keseimbangan Pendapatan Nasional | 9
Penyebab bergesernya fungsi pengeluaran agregat adalah: 1) naiknya pengeluaran autonomous, 2) turunnya pengeluaran autonomous, 3) perubahan tarif pajak.
b. Multiplier Ukuran besaran perubahan pendapatan dilakukan dengan
multiplier. Multiplier merupakan perbandingan (ratio) antara perubahan pendapatan dengan perubahan pengeluaran; dengan kata lain, perubahan pendapatan nasional dibagi dengan perubahan perubahan autonomous yang mengikutinya.7
2. Perubahan Pendapatan Nasional dengan Tingkat Harga Berubah
a. Hubungan antara Kurva Pengeluaran Agregat (AE) dan Kurva Permintaan Agregat (AD)
Ciri-ciri hubungan antara kurva AE dan kurva AD: 1) tingkat harga dan pengeluaran agregat, 2) pergeseran kurva pengeluaran agregat mengubah permintaan
agregat, 3) membentuk kurva permintaan permintaan agregat, 4) perubahan pendapatan nasional dan kurva permintaan agregat.
b. Multiplier dengan Tingkat Harga Berubah
Bila penawaran agregat memiliki kemiringan positif, nilai multipliernya lebih kecil dari multiplier sederhana yang dihitung pada keadaan harga tetap.
Pengeluaran Agregat
7 Richard G. Lipsey, dkk., Pengantar Makroekonomi Edisi Kedelapan, (Jakarta: Erlangga),
1993, hal. 66. Buku ini merupakan terjemahan dari “Economics Eight Edition”.
0
E₀
E₁
E'₁
0
1
2
3
4
5
6
7
Y₀ Y₁ Y'₁
Pen
gel
uara
n y
ang D
iingin
kan
Pendapatan Nasional Riil
AE₀
AE₁
AE'₁
AE=Y
∆Y
∆A
Dimodifikasi oleh: Reno
Keseimbangan Pendapatan Nasional | 10
Tingkat Harga
Kurva pengeluaran agregat dan multiplier dalam keadaan harga berubah-ubah.8
Peran Penawaran Agregat 1. Penawaran Agregat Jangka Pendek
Makin tinggi tingkat harga, makin besar jumlah output yang akan diproduksi dan ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan untuk dijual, dalam keadaan faktor-faktor lainnya konstan.
Pada tingkat di bawah pendapatan nasional potensial, perubahan output diikuti oleh perubahan harga yang relatif kecil; pada tingkat di atas pendapatan nasional potensial, perubahan output dibarengi dengan perubahan harga jual yang relatif besar.
Pada tingkat pendapatan nasional rendah, pergeseran pendapatan agregat terutama berpengaruh pada output, dan pada pendapatan nasional tinggi, pergeseran permintaan agregat terutama berpengaruh pada tingkat harga. Setiap output tertentu akan ditawarkan dengan harga jual yang berbeda dari sebelumnya.9
2. Penawaran Agregat Jangka Panjang Ada suatu mekanisme penyesuaian otomatis yang membuat
setiap inflasi yang disebabkan oleh suatu gejolak permintaan akhirnya berhenti, dengan cara mengembalikan jumlah output pada tingkat potensialnya, sehingga menghilangkan inflasi.
Upah fleksibel yang merosot pada saat ada pengangguran akan menciptakan suatu mekanisme penyesuaian otomatis yang akan mendorong perekonomian kembali ke keadaan penggunaan tenaga kerja penuh setiap kali output jatuh di bawah jumlah potensialnya.
8 Richard G. Lipsey, dkk., Pengantar Makroekonomi Edisi Kedelapan, (Jakarta: Erlangga),
1993, hal. 75. Buku ini merupakan terjemahan dari “Economics Eight Edition”. 9 Richard G. Lipsey, dkk., Pengantar Makroekonomi Edisi Kedelapan, (Jakarta: Erlangga),
1993, hal. 79—84. Buku ini merupakan terjemahan dari “Economics Eight Edition”.
E₀
E₁
SRAS
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
4,5
Y₀ Y₁ Y'₁
Tingkat
Harg
a
Pendapatan Nasional Riil
E’₁
AD₁
AD₀
Dimodifikasi oleh: Reno
Keseimbangan Pendapatan Nasional | 11
PASAR UANG DAN TINGKAT BUNGA
Pasar Uang Pasar uang adalah pasar atau tempat dimana kegiatan permintaan dan penawaran dana-dana berupa surat-surat berharga dalam jangka waktu jatuh tempo kurang dari satu tahun bertemu. Jadi, pasar uang merupakan salah satu mekanisme yang dirancang untuk mempertemukan pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana. 10
Kelebihan dana yang dimaksud berasal dari:
1. kelebihan uang kas dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN), 2. kelebihan uang kas dari bank-bank, 3. kelebihan uang kas dari perusahaan yang belum digunakan.
Saat ini, surat-surat berharga sebagaimana diperjualbelikan di
Indonesia antara lain sebagai berikut. 1. SBI (Sertifikat Bank Indonesia) pada prinsipnya merupakan surat
berharga yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek dan diperjualbelikan dengan diskonto.
2. SBPU (Surat Berharga Pasar Uang) adalah surat-surat berharga jangka pendek yang diperjualbelikan secara diskonto oleh Bank Indonesia atau lembar diskonto yang ditunjuk oleh Bank Indonesia.
3. Sertifikat Deposito merupakan deposito berjangka yang bukti simpanannya dapat diperdagangkan.
4. Commercial Paper adalah promes tanpa disertai jaminan, sebagaimana diterbitkan oleh perusahaan dalam rangka memperoleh dana jangka pendek yang kemudian dijual kepada investor dalam pasar uang.
5. Call Money adalah pinjaman uang selama 24 jam atau satu minggu oleh bank kepada lembaga-lembaga keuangan.
6. Repurchase Agreement (Repo) adalah transaksi jual beli surat berharga disertai perjanjian bahwa penjual akan membeli kembali surat berharga yang dijual pada waktu dan harga tertentu.
7. Banker’s Acceptance adalah wesel berjangka yang digunakan eksportir atau importir atas bank untuk membayar barang atau valuta asing. Fungsi pasar uang adalah sebagai sarana alternatif bagi lembaga-
lembaga keuangan, perusahaan-perusahaan nonkeuangan, dan peserta lainnya dalam memenuhi kebutuhan jangka pendek maupun menempatkan dana lebih.11
Tingkat Bunga Suku bunga menentukan besarnya tabungan maupun investasi yang akan dilakukan dalam perekonomian.12 Setiap perubahan dalam suku bunga akan menyebabkan perubahan pula dalam tabungan rumah tangga dan permintaan
10
M.T. Ritonga, dkk., Ekonomi dan Akuntansi, (Jakarta: PT Phibeta Aneka Gama), 2007, hal.68 11
M.T. Ritonga, dkk., Ekonomi dan Akuntansi, (Jakarta: PT Phibeta Aneka Gama), 2007, hal.69 12
M.T. Ritonga, dkk., Ekonomi dan Akuntansi, (Jakarta: PT Phibeta Aneka Gama), 2007, hal.73
Keseimbangan Pendapatan Nasional | 12
dana untuk investasi perusahaan. Perubahan-perubahan dalam suku bunga akan terus-menerus berlangsung sebelum kesamaan di antara jumlah tabungan dengan jumlah permintaan dana investasi tercapai.
Oleh sebab jumlah tabungan rumah tangga pada waktu perkenomian
mencapai penggunaan tenaga kerja penuh akan selalu sama dengan jumlah seluruh investasi yang akan dilakukan oleh para pengusaha, maka dalam perekonomian pengeluaran agregat pada penggunaan tenaga kerja penuh akan selalu dapat mencapai tingkat yang sama dengan penawaran agregat pada penggunaan tenaga kerja penuh.
Pinjaman
0
S₀
E
I
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
I₀=S₀
Suku B
unga
Tabungan dan Investasi
0
1
2
3
4
5
LEMBAGA KEUANGAN PENANAMAN
MODAL
RUMAH TANGGA Konsumsi rumah tangga PERUSAHAAN
Pendapatan faktor-faktor produksi (gaji dan upah, sewa,
bunga dan untung)
Kelebihan permintaan dana untuk investasi
Kelebihan tabungan
By Reno
Inve
stas
i
Tabu
ngan
Keseimbangan Pendapatan Nasional | 13
PERANAN PEMERINTAH
Peranan pemerintah sebagai pelaku ekonomi suatu negara adalah sebagai berikut.13
1. Mengatur kegiatan ekonomi melalui perundang-undangan dan peradilan.
2. Mengendalikan kestabilan ekonomi dalam arti mengendalikan ketersediaan barang kebutuhan masyarakat.
3. Menjaga keamanan dan ketahanan suatu negara baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri.
4. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Fungsi Alokasi Dalam hal ini, pemerintah mengalokasikan sumber daya yang ada dalam suatu negara agar ketersediaan barang kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi.
Fungsi Distribusi Berikutnya, pemerintah mengadakan penataan dan penyesuaian terhadap distribusi pendapatan dan kekayaan masyarakat pada suatu keadaan yang adil dan merata.
Fungsi Stabilisasi Fungsi ini merupakan tugas pemerintah untuk menjaga kondisi perekonomian yang stabil. Misalnya tingkat harga yang relatif stabil, ketersediaan barang kebutuhan, dan kesempatan kerja yang berimbang sesuai dengan kebutuhan.
Kebijakan Fiskal Kebijakan fiskal merupakan tindakan pemerintah untuk mempengaruhi jalannya perekonomian melalui APBN (Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara). APBN terdiri dari penerimaan pemerintah berupa pajak, dan pengeluaran pemerintah yang terdiri dari goverment expenditure (G) dan goverment transfer (Tr).
Goverment expenditure merupakan pengeluaran pemerintah dimana pemerintah akan memperoleh hasil secara langsung—misalnya pembayaran gaji pegawai negeri, dimana hasil yang diperoleh adalah prestasi kerja pegawai negeri tersebut. Goverment transfer merupakan pengeluaran pemerintah yang tidak memberikan hasil pada tahun anggaran pengeluaran itu terjadi—misalnya pembayaran pensiun, bea siswa, dan subsidi lainnya.
Cara pemerintah menjaga stabilitas ekonomi adalah sebagai berikut. 1. Menaikkan atau menurunkan penerimaan pemerintah melalui pajak,
misalnya jika terjadi inflationary gap pemerintah akan menaikkan tarif pajak sehingga jumlah uang yang beredar terkendali.
2. Menaikkan atau menurunkan pengeluaran pemerintah, misalnya terjadi deflationary gap pemerintah akan meningkatkan pembelian produk yang berlebih di pasar sehingga kondisi pasar stabil.
13
Asfia Murni, Ekonomika Makro, (Bandung: PT Refika Aditama), 2006, hal. 85
Keseimbangan Pendapatan Nasional | 14
PAJAK DAN TINGKAT KESEIMBANGAN PENDAPATAN
Pajak Campur tangan pemerintah dalam perekonomian menimbulkan dua perubahan penting dalam proses penentuan keseimbangan pendapatan nasional, yaitu:
1. pungutan pajak yang dilakukan pemerintah akan mengurangi pengeluaran agregat melalui pengurangan ke atas konsumsi rumah tangga,
2. pajak memungkinkan pemerintah melakukan perbelanjaan yang berpotensi menaikkan perbelanjaan agregat.
Pajak yang dipungut pemerintah dapat dibedakan menjadi beberapa
jenis berdasarkan objek pemungutan pajak dan pajak berdasarkan pendapatan.
1. Pajak Langsung dan Pajak Tidak Langsung a. Pajak langsung adalah jenis pungutan pemerintah yang secara
langsung dikumpulkan dari pihak yang wajib membayar pajak. Setiap individu yang bekerja dan perusahaan yang menjalankan kegiatan dan memperoleh keuntungan wajib membayar pajak.
b. Pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dipindahkan ke pihak lan. Salah satu jenis pajak tidak langsung yang penting adalah pajak impor. Mula-mula, yang membayar pajak adalah perusahaan yang mengimpor barang. Pada waktu menjual barang impor tersebut, perusahaan akan menambahkan pajak impor yang dibayarnya dalam menentukan harga penjualan. Hal ini ditujukan agar keuntungan perusahaan tidak berkurang. Dengan demikian, pajak dialihkan kepada konsumen dalam bentuk harga yang lebih tinggi. Contoh lain dari pajak tidak langsung adalah pajak penjualan. Pajak ini biasanya ditambahkan ke harga penjualan yang ditentukan oleh penjual. Oleh sebab itu, pajak penjualan cenderung menyebabkan harga naik.
2. Pajak Pendapatan (Regresif, Proporsional, dan Progresif)
a. Pajak regresif adalah sistem pajak yang persentase pungutan pajaknya berkurang apabila pendapatan yang dikenakan pajak menjadi bertambah tinggi. Pajak impor dan pajak penjualan dapat dimasukkan ke dalam pajak regresif.
b. Pajak proporsional adalah sistem pajak yang persentase pungutan pajaknya sama besar pada berbagai tingkatan pendapatan. Dalam sistem pajak ini tidak dibedakan antara penduduk yang kaya dan penduduk yang miskin. Sistem pajak ini digunakan dalam memungut pajak pendapatan dari keuntungan perusahaan-perusahaan yang berbentuk perseroan.
c. Pajak progresif adalah sistem pajak yang persentase pungutan pajaknya bertambah apabila pendapatan semakin meningkat. Pajak progresif menyebabkan pertambahan nominal pajak yang dibayar akan semakin cepat jika pendapatan semakin tinggi. Sistem pajak progresif bertujuan untuk lebih meratakan pendapatan.
Keseimbangan Pendapatan Nasional | 15
Ilustrasi pajak progresif Pendapatan Kena Pajak Persentase Pajak
Rp500.000 2%
Rp501.000—Rp2.000.000 4%
Rp2.001.000—Rp5.000.000 10%
>Rp5.000.000 20%
Sumber14
Tingkat Keseimbangan Pendapatan 1. Pajak Tetap dan Keseimbangan Pendapatan
Untuk menerangkan keseimbangan pendapatan nasional dalam perekonomian dimana sistem pajaknya adalah pajak tetap, digunakan pemisalan-pemisalan sebagai berikut. - Jumlah pajak dan sifat hubungan antara pendapatan nasional,
konsumsi dan tabungan dengan fungsi C=60+0,75Y (fungsi konsumsi sesudah pajak) dan fungsi S=-100+0,25Y. Pajak adalah T=40.
- Investasi sektor perusahaan adalah I=120 (trilyun rupiah) dan pengeluaran pemerintah adalah G=60 (trilyun rupiah). Tingkat Pendapatan
Nasional Pajak
Tingkat Pendapatan
Nasional Setelah Pajak Tingkat Konsumsi Tingkat Tabungan
Bagian 1: T=0
0
240
480
720
960
1200
1440
0
0
0
0
0
0
0
0
240
480
720
960
1200
1440
90
270
450
630
810
990
1070
-90
-30
30
90
150
210
270
Bagian 2: T=40
0
240
480
720
960
1200
1440
40
40
40
40
40
40
40
-40
200
440
680
920
1160
1400
60
240
420
600
780
960
1040
-100
-40
20
80
140
200
260
Pengaruh pajak tetap ke atas konsumsi dan tabungan rumah tangga.15
14
M.T. Ritonga, dkk., Ekonomi dan Akuntansi, (Jakarta: PT Phibeta Aneka Gama), 2007, hal.155
15 Sadono Sukirno, Makroekonomi Teori Pengantar, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada), 2011,
hal. 157
Keseimbangan Pendapatan Nasional | 16
a. Keseimbangan Secara Angka Y
(1)
T
(2)
C
(3)
S
(4)
I
(5)
G
(6) AE=C+I+G Keadaan Ekonomi
0
240
480
720
40
40
40
40
60
240
420
600
-100
-40
20
80
120
120
120
120
60
60
60
60
240
420
600
780
Ekspansi
960 40 780 140 120 60 960 Seimbang
1200
1440
40
40
960
1040
200
260
120
120
60
60
1040
1220
Kontraksi
Sumber16
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa keseimbangan pendapatan nasional tiga sektor tercapai pada Rp960 trilyun, dimana Y=AE. Ekspansi dalam kegiatan ekonomi terjadi ketika AE>Y dimana pengeluaran agregat lebih besar dari pendapatan nasional sehingga menyebabkan kelebihan perbelanjaan agregat. Sedangkan kontraksi terjadi ketika AE<Y dimana pengeluaran agregat lebih kecil dari pendapatan nasional. Hal ini mengindikasikan bahwa produksi nasional lebih besar dari perbelanjaan agregat.
Rumus-rumus terkait tabel di atas: 1) Y=C+I+G 2) S+T=I+G
b. Keseimbangan Secara Grafik
1000
Peng
elua
ran
agre
gat
Y=AE C+I+G
900
800 C
700
600
500
400
300
200
100
45° 240 Pendapatan nasional 960
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 1100
16
Sadono Sukirno, Makroekonomi Teori Pengantar, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada), 2011, hal. 171
Keseimbangan Pendapatan Nasional | 17
c. Keseimbangan Secara Aljabar Dalam pendekatan penawaran agregat dan permintaan agregat, keseimbangan pendapatan nasional dicapai apabila Y=C+I+G. Dalam contoh angka dimisalkan sebagai berikut. 1) C=60+0,75Y dan S=-100+0,25Y; 2) I=120; 3) G=60
Dengan demikian pendapatan nasional pada keseimbangan adalah (dalam trilyun rupiah).
Y = C+I+G Y = 60+0,75Y+120+60 0,25Y = 240 Y = 960
Pendapatan nasional pada keseimbangan dapat juga dihitung
dengan menggunakan pendekatan suntikan sama dengan bocoran (J=I+G = W=S+T).
I+G = S+T 120+60 = -100+0,25Y+40 0,25Y = 240 Y = 960
2. Pajak Proporsional dan Keseimbangan Pendapatan Nasional
a. Keseimbangan Secara Angka Y
(1)
T
(2)
C
(3)
S
(4)
I
(5)
G
(6) AE=C+I+G Keadaan Ekonomi
0
240
480
720
960
0
48
96
144
192
90
234
278
522
666
-90
-42
6
54
102
150
150
150
150
150
240
240
240
240
240
480
624
768
912
1056
Ekspansi
1200 240 810 150 150 240 1200 Seimbang
1440 288 954 198 150 240 1344 Kontraksi
b. Keseimbangan Secara Grafik
Gambar berikut menunjukkan keseimbangan mengikuti pendekatan penawaran agregat—pengeluaran agregat. Fungsi konsumsi meotong garis 45° ketika Y=C, dan fungsi pembelanjaan agregat AE memotong garis 45 derajat apabila pendapatan nasional mencapai keseimbangan (Y=1200).
c. Keseimbangan Secara Aljabar
Diketahui data sebagai berikut. 1) C = 90+0,60Y; 2) S = -90+0,20Y; 3) I = 150; 4) G = 240 Dengan demikian, pendapatan nasional dapat dihitung dengan cara: Y = 90+0,60Y+150+240 0,40Y = 480 Y = 1200
Keseimbangan Pendapatan Nasional | 18
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Syarat keseimbangan pendapatan nasional adalah apabila penawaran agregat sama dengan pengeluaran agregat. Perekonomian yang tidak melakukan perdagangan luar negeri, penawaran agregat adalah sama dengan pendapatan nasionalnya, yaitu sama dengan nilai barang dan jasa yang diproduksi dalam periode tertentu.
Pada suatu periode, pendapatan nasional tidak selalu dalam keadaan seimbang. Hal tersebut disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya perubahan tarif pajak, peningkatan atau penurunan belanja pemerintah, dan seterusnya. Untuk mengatasi terjadinya ekspansi dan kontraksi, pemerintah melakukan memerankan kebijakan fiskal.
Melalui pasar uang, dana-dana berlebih pada suatu bank atau
perusahaan dapat menjadi produktif sehingga tidak terjadi uang menganggur. Dengan demikian, debitur dapat terbantu untuk melanjutkan atau melancarkan aktivitas perusahaannya.
KOMENTAR PENYUSUN
Pendapatan nasional tidak akan seimbang jika dilihat dari seluruh aspek.Keseimbangan pendapatan nasional hanya melibatkan konsep-konsep tertentu yang mewakili saja. Tidak semua sektor pendapatan masyarakat dihitung secara riil dan detail. Misalnya pendapatan pekerja rumahan tidak dihitung. Semua dihitung berdasarkan sudut pandang perusahaan resmi dan lembaga-lembaga tertentu saja. Oleh sebab itu, angka keseimbangan pendapatan nasional bukanlah angka yang riil.
Keseimbangan Pendapatan Nasional | 19
DAFTAR ISTILAH (Glossary)
Istilah Keterangan
Agregat Kumpulan
Autonomous Pemerintahan sendiri
Deposito Simpanan di bank yang penarikannya dapat dilakukan setelah masa tertentu sesuai
perjanjian atau setelah pemberitahuan sebelumnya.
Diskonto potongan atau bunga yg harus dibayar oleh orang yg menjual wesel atau surat dagang yg
diuangkan sebelum waktunya.
Promes Nota surat kesanggupan pinjaman
Disposebel Tersedia
Disposable income Pendapatan bersih setelah pajak
Keseimbangan Pendapatan Nasional | 20
DAFTAR PUSTAKA (Bibliography)
Alam. 2007. Ekonomi. Jakarta: Erlangga. Case, Karl E. dan Ray C. Fair. 2004. Prinsip-prinsip Ekonomi Makro. Jakarta:
PT INDEKS. Lipsey, Richard G. dkk.. 1993. Pengantar Makroekonomi Edisi Kedelapan.
Jakarta: Erlangga. Murni, Asfia. 2006. Ekonomika Makro. Bandung: PT Refika Aditama. Ritonga, M. T. dkk.. 2007. Ekonomi dan Akuntansi. Jakarta: PT Phibeta Aneka
Gama. Sukirno, Sadono. 2011. Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada. Wahyu, Y. Istiyono dan Ostaria Silaban. 2006. Kamus Pintar Bahasa Indonesia.
Batam: Karisma Publishing Group. Online source: Wikipedia Bahasa Indonesia http://id.wikipedia.org/
Top Related