MAKALAH KEPERAWATAN ANAK II
THYFOID FEVER
Kelompok 7:
Dadang Widodo Setyawan
Fitri Handraini
STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2011/2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan hidayah-nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“THYPOID FEVER“ sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Makalah ini penulis susun sebagai salah satu persyaratan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak II. Dalam penyusunan makalah
ini, penulis mendapatkan banyak pengarahan dan bantuan dari beberapa pihak,
untuk itu dalam kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Drs. H. Budi Utomo, Amd. Kep., M. Kes, selaku Ketua STIKES
Muhammadiyah Lamongan.
2. Lilis Maghfiroh, S, Kep,Ns selaku pengajar Mata Kuliah Keperawatan Anak
II.
3. Semua pihak yang membantu kelancaran penyusunan makalah ini.
Penulis berusaha untuk dapat menyelesaikan makalah ini, dengan sebaik-
baiknya. Namun demikian penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu demi kesempurnaan, penulis mengharapkan adanya kritik dan
saran dari semua pihak, untuk menyempurnakannya.
Lamongan, mei 2012
ttd
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BABI PENDAHULUAN..................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..........................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................1
C. TUJUAN...............................................................................................2
D. MANFAAT...........................................................................................2
BABII TINJAUAN TEORI..............................................................................3
A. PENGERTIAN.....................................................................................3
B. ETIOLOGI............................................................................................3
C. GEJALA KLINIS.................................................................................3
D. PATOFISIOLOGI................................................................................4
E. PENCEGAHAN...................................................................................6
F. PENATALAKSANAAN......................................................................6
G. PENGOBATAN ..................................................................................7
H. KOMPLIKASI......................................................................................7
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG.........................................................7
J. DIANGNOSA PEMBANDING...........................................................7
BAB III KONSEP TEORI ASUHAN KEPERAWATAN...............................9
BAB IV KESIMPULAN..................................................................................17
A. KESIMPULAN.....................................................................................17
B. SARAN.................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Demam tifoid adalah suatu penyakit sistemik yang disebabkan oleh
kuman Salmonella typhii. Sampai saat ini demam typhoid masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat , serta berkaitan erat dengan sanitasi yang
buruk terutama di Negara-negara berkembang.
Di negara-negara berkembang perkiraan angka kejadian demam
typhoid bervariasi dari 10 sampai 540 per 100.000 penduduk . Meskipun
angka kejadian demam typhoid turun dengan adanya perbaikan sanitasi
pembuangan di berbagai Negara berkembang , diperkirakan setiap tahun
masih terdapat 35 juta kasus dengan 500.000 kematian di seluruh dunia . Di
Negara maju perkiraan angka kejadian demam typhoid lebih rendah yakni
setiap tahun terdapat 0,2-0,7 kasus per 100.000 penduduk di Eropa Selatan .
Di Indonesia demam typhoid masih merupakan penyakit endemic dengan
angka kejadian yang masih tinggi , diperkirakan 350-810 kasus per 100.000
penduduk pertahun ; atau kurang lebih sekitar 600.000- 1,5 juta kasus setiap
tahunnya . Di antara penyakit yang tergolong penyakit infeksi usus , demam
typhoid menduduki urutan kedua setelah gastroenteritis . Di Bagian Ilmu
Kesehatan Anak RSCM sejak tahun 1992-1996 tercatat 550 kasus demam
typhoid yang dirawat dengan angka kematian antara 2,63-5,13 % .
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan penyakit thypoid fever?
2. Bagaimana etiologi penyakit thypoid fever?
3. Bagaimana gambaran klinis penyakit thypoid fever?
4. Bagaimana patofisiologi dari penyakit thypoid fever?
5. Bagaimana cara pencegahan penyakit thypoid fever?
6. Bangaimana penatalaksaan penyakit thypoid fever?
7. Bagaimana pengobatan dari penyakit thypoid fever?
8. Apa saja komplikasi panyakit thypoid fever?
9. Apa saja pemeriksaan penunjang penyakit thypoid fever?
1
10. Apa diagnosa pembanding pada penyakit thypoid fever?
C. TUJUAN
Tujuan umum
Agar mahasiswa mengerti tentang asuhan keperawatan dengan thypoid
fever.
Tujuan khusus
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan penyakit thypoid fever.
2. Mengetahui etiologi penyakit thypoid fever.
3. Mengetahui gambaran klinis penyakit thypoid fever.
4. Mengetahui patofisiologi dari penyakit thypoid fever.
5. Mengetahui cara pencegahan dari penyakit thypoid fever
6. Mengetahui penatalaksaan penyakit thypoid fever.
7. Mengetahui pengobatan dari penyakit thypoid fever.
8. Mengetahui komplikasi panyakit thypoid fever.
9. Mengetahui pemeriksaan penunjang penyakit thypoid fever.
10. Mengetahui diagnosa pembanding pada penyakit tipoid fever.
D. MANFAAT
Agar mahasiswa mengetahui tentang thypoid fever.
Agar mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan pada thypoid fever.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Thypoid fever ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu,
gangguan pencernaan, dan gangguan kesadaran. (ngastiyah, 2005).
B. ETIOLOGI
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi kuman Samonella
Thposa/Eberthela Thyposa yang merupakan kuman negatif, motil dan tidak
menghasilkan spora, hidup baik sekali pada suhu tubuh manusia maupun
suhu yang lebih rendah sedikit serta mati pada suhu 700C dan antiseptik.
C. GEJALA KLINIS
Masa inkubasi 7-20 hari, inkubasi terpendek 3 hari dan terlama 60
hari (T.H. Rampengan dan I.R. Laurentz, 1995). Rata-rata masa inkubasi 14
hari dengan gejala klinis sangat bervariasi dan tidak spesifik. Walaupun gejala
bervariasi secara garis besar gejala yang timbul dapat dikelompokan dalam :
demam satu minggu atau lebih, gangguan saluran pencernaan dan gangguan
kesadaran. Dalam minggu pertama : demam, nyeri kepala, anoreksia, mual,
muntah, diare, konstipasi dan suhu badan meningkat (39-410C). Setelah
minggu kedua gejala makin jelas berupa demam remiten, lidah tifoid dengan
tanda antara lain nampak kering, dilapisi selaput tebal, dibagian belakang
tampak lebih pucat, dibagian ujung dan tepi lebih kemerahan. Pembesaran hati
dan limpa, perut kembung dan nyeri tekan pada perut kanan bawah dan
mungkin disertai gangguan kesadaran dari ringan sampai berat seperti
delirium.
.
3
D. PATOFISIOLOGI
Kuman salmonella masuk bersama makanan/minuman yang
terkontaminasi, setelah berada dalam usus halus mengadakan invasi ke
jaringan limfoid usus halus (terutama plak peyer) dan jaringan limfoid
mesenterika. Setelah menyebabkan peradangan dan nekrosis setempat kuman
lewat pembuluh limfe masuk ke darah (bakteremia primer) menuju organ
retikuloendotelial sistem (RES) terutama hati dan limpa. Di tempat ini kuman
difagosit oleh sel-sel fagosit RES dan kuman yang tidak difagosit berkembang
biak. Pada akhir masa inkubasi 5-9 hari kuman kembali masuk ke darah
menyebar ke seluruh tubuh (bakteremia sekunder) dan sebagian kuman masuk
ke organ tubuh terutama limpa, kandung empedu yang selanjutnya kuman
tersebut dikeluarkan kembali dari kandung empedu ke rongga usus dan
menyebabkan reinfeksi usus. Dalam masa bakteremia ini kuman
mengeluarkan endotoksin. Endotoksin ini merangsang sintesa dan pelepasan
zat pirogen oleh lekosit pada jaringan yang meradang. Selanjutnya zat pirogen
yang beredar di darah mempengaruhi pusat termoregulator di hipothalamus
yang mengakibatkan timbulnya gejala demam.
Makrofag pada pasien akan menghasilkan substansi aktif yang
disebut monokines yang menyebabkan nekrosis seluler dan merangsang imun
sistem, instabilitas vaskuler, depresi sumsum tulang dan panas. Infiltrasi
jaringan oleh makrofag yang mengandung eritrosit, kuman, limfosist sudah
berdegenerasi yang dikenal sebagai tifoid sel. Bila sel ini beragregasi maka
terbentuk nodul terutama dalam usus halus, jaringan limfe mesemterium,
limpa, hati, sumsum tulang dan organ yang terinfeksi.
Kelainan utama yang terjadi di ileum terminale dan plak peyer yang
hiperplasi (minggu I), nekrosis (minggu II) dan ulserasi (minggu III). Pada
dinding ileum terjadi ulkus yang dapat menyebabkan perdarahan atau
perforasi intestinal. Bila sembuh tanpa adanya pembentukan jaringan parut.
4
Makanan/minuman tercemar : S. thyposa
Usus halus dan kolon
RES : hati dan limpa
Aktivitas intolerans
Usus
Mual, muntah, diare
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Bakteremia sekunder
Pirogen endogen
Hipertermi
Perdarahan dan perforasi
Feses
Infeksi : pasien kontak
Splenomegali
Hepatomegali
Bakteremia primer
Konstipasi
Volume cairan tubuh menurun
PATHWAY
5
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi berhubungan dengan gangguan hipothalamus oleh pirogen
endogen.
2. Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh berhubungan dengan mual,
muntah.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
tidak ada nafsu makan dan mual.
4. Konstipasi berhubungan dengan perubahan proses pencernaan,
penurunan aktivitas fisik.
E. PENCEGAHAN
a. Kebersihan pribadi dan lingkungan
b. Mencuci tangan sebelum makan
c. Menjaga kebersihan makanan dan minuman
d. Tidak makan dan jajan di sembarang tempat ,pilihlah rumah makan dan
tempat jajan yang menjaga dan mengutamakan kebersihan karena
penyebaran demam typhoid melalui makanan dan tangan yang tercemar
oleh bakteri ini.
e. Jangan minum air yang belum dimasak/belum matang
f. Menjaga kebersihan peralatan makan
g. Menjaga daya tahan tubuh agar selalu fit dengan makanan, gizi seimbang
h. Buang air besar sebaiknya pada tempatnya jangan dikali atau sungai
untuk menghindari penyebaran kuman
F. PENATALAKSANAAN
a. Tirah baring atau bed rest.
b. Diit lunak atau diit padat rendah selulosa (pantang sayur dan buahan),
kecuali komplikasi pada intestinal.
c. Obat-obatan atau terapi
d. Mobilisasi bertahap setelah 7 hari bebas demam.
6
G. PENGOBATAN
o Isolsi pasien
o Perawat yang baik untuk menghindari komplikasi, mengingat sakit yang
lama, lemah, anoreksia dan lain-lain.
o Istrahat selama demam sampai 2 minggu setelah suhu normal kembali
(istrahat total), kemudian boleh duduk, jika tidak panas lagi boleh berdiri
kemudian berjalan diruangan.
o Diet. Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori, dan tinggi
protein. Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak
merangsang dan tidak menimbulkan gas. Susu 2 gelas sehari. Bila
kesadaran pasien menurun diberikan makanan cair, melalui sonde
lambung. Jika kesadaran dan nafsu makan anak baik dapat jugadiberikan
makanan lunak.
o Obat pilihan ialah kloramfenikol.
o Bila terdapat komplikasi, terapi disesuaikan dengan penyakit.
H. KOMPLIKASI
Perdarahan usus
Perforasi usus
Ileus paralitik
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan leukosit
Pemeriksaan SGPT/SGOT
Biakan darah
Widal
J. DIANGNOSA PEMBANDING
Demam Berdara h. Demam terus menerus 2-7 hari, disertai tanda
perdarahan seperti: petekie (bintik merah pada kulit), epistaksis
(mimisan), atau berak darah (melena). Hasil pemeriksaan laboratorium:
jumlah trombosit menurun (trombositopenia), kadar hematokrit
7
meningkat (hemokonsentrasi), hasil tes serologis positif antigen virus
 dengue.
Demam Chikungunya . Demam dirasakan 3-5 hari, dengan keluhan nyeri
otot, sakit kepala seperti rasa tegang, Dengan pemeriksaan serologis (tes
darah) akan diketahui antigen penyebabnya dari strain golongan virus
chikungunya
Demam Influenza. Biasanya diawali keluhan pilek, batuk, demam 1-2
hari, sakit kepala, dan gangguan saluran pernafasan lainnya seperti sesak
nafas, hidung tersumbat, sakit menelan. Dari hasil pemeriksaan darah
hanya ada sedikit peningkatan jumlah leukosit (sel darah putih), kriteris
darah lengkap lainnya umumnya dalam batas normal.
Demam Malaria . Perasaan demam dialami 2-7 hari berturut-turut, disertai
keluhan nyeri kepala, otot-otot, seluruh badan, menggigil dan berkeringat
dingin. Pemeriksaan darah lengkap khususnya tes darah tepi
menunjukkan hasil positif terhadap salah satu parasit plasmodium  yang
menginfeksi.
Demam Tifoid. Panas badan bisa lebih dari 7 hari, mual, muntah, diare,
dan gangguan pencernaan lainnya. Melalui tes darah Widal, diketahui
titer antigen penyebab yakni Salmonella typhosa atau paratyphosa akan
menunjukkan tanda peningkatan postitif.
BAB III
8
KONSEP TEORI ASUHAN KEPERAWATAN
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
a. Pengkajian.
1. Identitas : Terutama menyerang golongan umur 4 tahun keatas.
2. Riwayat Keperawatan.
a. Keluhan utama : panas
b. Riwayat penyakit sekarang.
Demam tinggi sampai hari ke 7 (39° - 40,6°C).
c. Riwayat penyakit dahulu.
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun
menurun.
d. Riwayat kesehatan keluarga.
Tifoid kongenital didapatkan dari seorang ibu hamil yang menderita
demam tifoid dan menularkan kepada janin melalui darah. Umumnya
bersifat fatal.
e. Riwayat kesehatan lingkungan.
Demam tifoid saat ini terutama ditemukan di negara sedang
berkembang dengan kepadatan penduduk tinggi serta kesehatan
lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Pengaruh cuaca
terutama pada musim hujan sedangkan dari kepustakaan barat
dilaporkan terutama pada musim panas.
f. Imunisasi.
Pada tifoid kongenital dapat lahir hidup sampai beberapa hari dengan
gejala tidak khas serta menyerupai sepsis neonatorium.
Jadwal Imunisasi
9
Umur Jenis Imunisasi
0 bulan HB 0
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT/HB 1, Polio 2
3 bulan DPT/HB 2, Polio 3
4 bulan DPT/HB 3, Polio 4
9 bulan Campak
g. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
1. Timbang berat badannya tiap bulan di Posyandu, fasilitas
pelayanan kesehatan lain, atau Pos Pelayanan Anak Usia Dini
(PAUD).
2. Rangsang perkembangan anak sesuai umurnya.
3. Ajak anak bermain dan bercakap – cakap.
4. Bawa anak ke petugas kesehatan untuk mendapat pelayanan
Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang
(SDIDTK).
Umur 0 – 1 tahun
4 kali dalam setahun
Umur 1 – 6 tahun
2 kali tiap tahun (setiap 6 bulan)
Minta kader mencatat di KMS
h. ADL
a. Nutrisi :Nutrisi kurang dari kebutuhan.
b. Aktivitas : Badan klien lemah dan klien dianjurkan untuk istirahat
dengan tirah baring sehingga terjadi keterbatasan aktifitas.
c. Eliminasi : Alvi dapat terganggu berupa diare
d. Personal hygine : Selama periode demam anak tidak mandi
e. Istirahat tidur : Klien gelisah dan mengalami kesulitan untuk tidur
karena
10
Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Keadaan umum
Kesadaran : Umumnya apatis sampai samnolen
Suhu tubuh : Meningkat (normal: 36,5º - 37,5º C)
Nadi : Denyut nadi lemah dan bersifat decrotik akan
tetapi jika terjadi resiko komplikasi (pendarahan usus) nadi
meningkat atau cepat dan kecil (normal:100-120x/menit)
Pernafasan : Normal (normal: 15-30x/menit).
2. Pemeriksaan fisik.
1) Kulit : Turgor kulit menurun, CRT memanjang.
2) Kepala
Mata : kelopak mata cekung, pucat, dilatasi pupil, konjungtifa
pucat kadang di dapat anemia ringan.
Hidung : Tidak ada secret, tidak ada nyeri tekan sinus, tidak ada
polib, cuping hidung tidak ada.
Mulut: Mikosa bibir kering, pecah-pecah, bau mulut tak sedap.
Terdapat beslag lidah dengan tanda-tanda lidah tampak kering
dilatasi. Selaput tebal dibagian ujung dan tepi lidah nampak
kemerahan.
Jidah tremor jarang terjadi
3) Leher : Tidak ada kelainan.
4) Dada
Inspeksi
Bentuk thorax simetris, pernafasan tidak teratur, retraksi
otot bantu tidak ada.
Palpasi
Nyeri tekan tidak ada, odema tidak ada, krepitasi tidak ada,
peradangan jejas tidak ada.
Perkusi
Paru : sonor
Jantung : dallness
11
Auskultasi
Paru
Bila terjadi perubahan pola nafas dan ketidakefektifan
bersihan jalan nafas akan didapatkan peningkatan frekuensi
pernafasan, retraksi otot bantu pernafasan dan suara nafas
tambahan.
Jantung : Terdengar suara jantung I dan II.
5) Abdomen
Inspeksi
Bentuk normal, umbilicus menonjol, gerakan tertur.
Auskultasi
Bising usus melemah atau hilang, pada keadaan hidrasi turgor
kulit dapat menurun.
Palpasi
Ada nyeri tekan pada palpasi ringan dan dalam pada regio
kanan bawah.
Perkusi
Adanya shifting dullness
6) Anus dan genetalia
Eliminasi alvi dapat terganggu berupa diare
Eliminasi uri tidak terpengaruh.
7) Ekstremitas atas dan bawah
Ditemukan rash dengan sifat sesuai waktu timbulnya.
5 5
5 5
8). Pemeriksaan penunjang
Didapatkan anemia ringan, salmonella typosa dapat ditemaukan
dalam darah. Pemeriksaan widal tidak selalu positif.
12
B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan gangguan hipothalamus oleh pirogen
endogen.
2. Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh berhubungan dengan mual,
muntah.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak
ada nafsu makan dan mual.
4. Konstipasi berhubungan dengan perubahan proses pencernaan, penurunan
aktivitas fisik.
RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan I
Hipertermi berhubungan dengan gangguan hipothalamus oleh pirogen
endogen.
1). Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam Suhu tubuh
klien kembali normal.
2). Kriteria hasil :
K : pasien mengerti terhadap tindakan keperawatan yang diberikan.
A : pasien kooperatif dan mematuhi tindakan keperawatan yang
diberikan.
P : pasien memperlihatkan asupan cairan yang adekuat.
P : Suhu antara 366-373 0C, RR dan Nadi dalam batas normal
3). Intervensi :
1. Monitor tanda-tanda infeksi
R/ Infeksi pada umumnya menyebabkan peningkatan suhu tubuh
2. Monitor tanda vital tiap 2 jam
R/ Deteksi resiko peningkatan suhu tubuh yang ekstrem, pola yang
dihubungkan dengan patogen tertentu, menurun hubungkan dengan
resolusi infeksi
3. Kompres dingin pada daerah yang tinggi aliran darahnya
R/ Memfasilitasi kehilangan panas lewat konveksi dan konduksi
13
4. Monitor komplikasi neurologis akibat demam
R/ Febril dan enselopati bisa terjadi bila suhu tubuh yang meningkat.
5. Atur cairan iv sesuai order atau anjurkan intake cairan yang adekuat.
R/ Menggantikan cairan yang hilang lewat keringat
6. Atur antipiretik, jangan berikan aspirin
R/ Aspirin beresiko terjadi perdarahan GI yang menetap.
Diagnosa keperawatan II
Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh berhubungan dengan mual, muntah.
a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24jam
Keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan.
b. Kriteria hasil :
K : pasien memahami tujuan tindakan keperawatan
A : pasien menyatakan hilangnya mual dan muntah
P : pasien mempertahankan volume cairan adekuat dengan keseimbangan.
P : pasien menunjukkan perbaikan keseimbangan cairan dibuktikan oleh
haluaran urine adekuat, tanda vital stabil, membran mukosa lembab, turgor
kulit baik, pengisian kapiler cepat.
c. Intervensi :
1) Kaji tanda-tanda dehidrasi
R/ Intervensi lebih dini
2) Berikan minuman per oral sesuai toleransi
R/ Mempertahankan intake yang adekuat
3) Atur pemberian cairan per infus sesuai order
R/ Melakukan rehidrasi
4) Ukur semua cairan output (muntah, diare, urine. Ukur semua intake
cairan
R/ Meyakinkan keseimbangan antara intake dan ouput
Diagnosa keperawatan III
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak
ada nafsu makan dan mual.
1) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24jam
nutrisi terpenuhi.
14
2) Kriteria hasil :
K : pasien mengenali dasar pemikiran mengapa pasien harus makan sedikit
– sedikit tapi sering.
A : pasien mengetahui makanan dan minuman yang bergizi dan
diperbolehkan dalam diet.
P : pasien menggunakan obat seperti yang diresepkan.
P : Berat badan mengalami peningkatan atau stabil dan Tidak ditemukan
tanda-tanda malnutrisi
3) Intervensi
1. Timbang berat badan setiap hari bila kondisi klien memungkinkan.
R/ Memberikan informasi tentang kebutuhan diet/keefektifan terapi.
2. Berikan makanan sedikit dan sering.
R/ Memaksimalkan intake nutrisi, mencegah mual dan mengurangi
iritasi dinding lambung.
3. Hindari makanan yang merangsang, seperti : pedas dan asam serta
dingin.
R/ Makanan yang merangsang dan dingin dapat menimbulkan mual.
4. Lakukan kebersihan mulut
R/Mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa makan
5. Jelaskan pentingnya nutrisi untuk kesembuhan
R/ Pengetahuan bertambah sehingga termotivasi untuk makan
6. Kaji pola makan (pola makan klien di rumah, makanan yang disukai
dan tidak disukai)
R/ Mengidentifikasi pola yang memerlukan perubahan dan sebagai
dasar mengevaluasi program diet.
7. Anjurkan klien mengkonsumsi makanan berserat seperti pepaya,
pudding dan lain-lain.
R/ Serat menahan enzim pencernaan dan mengabsorpsi air dalam
alirannya sepanjang traktus intestinal serta dengan demikian dapat
menimbulkan bulk, yang bekerja sebagai perangsang untuk defekasi.
8. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antiemetika, seperti :
gestamag syrup.
R/ Antiemetika untuk mencegah mual dan muntah.
15
Diagnosa keperawatan IV
Konstipasi berhubungan dengan perubahan proses pencernaan, penurunan
aktivitas fisik.
1) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24jam pola
BAB kembali normal
2) Kriteria hasil :
K : pasien memahami kondisi tubuhnya saat ini.
A : pasien mau mengikuti intervensi yang diberikan.
P : pasien mengkonsumsi jumlah cairan seperti yang dianjurkan.
P : Klien dapat BAB/frekuensi dalam batas normal (1 x/ hari), Konsistensi
feces lunak, Peristaltik usus kembali normal (5-15 x/menit).
3) Intervensi
1. Auskultasi bunyi usus
R/ Bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan menurun pada
konstipasi.
2. Dorong masukan cairan 2.500-3.000 cc/hari.
R/ Membantu dalam memperbaiki konsistensi feces bila konstipasi.
Akan membantu mempertahankan status hidrasi pada diare.
3. Anjurkan mobilisasi secara bertahap.
R/ Kehilangan tonus muskuler akan mengurangi peristaltik usus atau
dapat merusak kontrol sfingter rektal.
4. Anjurkan mengkonsumsi makanan dengan kadar serat tinggi, seperti
buah-buahan (pepaya) dan pudding.
R/ Meningkatkan konsistensi feses dan pengeluaran feses.
5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat pelunak feses,
seperti: Supositorio saat konstipasi dan antikolinergik seperti :
belladonna ketika diare.
R/ - Supositoria dapat meningkatkan regulitas dengan meningkatkan
serta atau meningkatkan konstipasi feses.
- Belladona menurunkan motilitas/peristaltik dan menurunkan
sekresi disgetif untuk menghilangkan kram dan diare.
16
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengertian
Thypoid fever ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan
pencernaan, dan gangguan kesadaran. (ngastiyah, 2005).
2. Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi kuman Samonella Thposa/Eberthela
Thyposa.
3. Gejala klinis
Dalam minggu pertama : demam, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah,
diare, konstipasi dan suhu badan meningkat (39-410C). Setelah minggu
kedua gejala makin jelas berupa demam remiten, lidah tifoid dengan tanda
antara lain nampak kering, dilapisi selaput tebal, dibagian belakang
tampak lebih pucat, dibagian ujung dan tepi lebih kemerahan. Pembesaran
hati dan limpa, perut kembung dan nyeri tekan pada perut kanan bawah
dan mungkin disertai gangguan kesadaran dari ringan sampai berat seperti
delirium.
4. Patofisiologi
Kuman salmonella masuk bersama makanan/minuman yang
terkontaminasi, setelah berada dalam usus halus mengadakan invasi ke
jaringan limfoid usus halus dan jaringan limfoid mesenterika. Setelah
menyebabkan peradangan dan nekrosis setempat kuman lewat pembuluh
limfe masuk ke darah menuju organ retikuloendotelial sistem (RES)
terutama hati dan limpa. Di tempat ini kuman difagosit oleh sel-sel fagosit
RES dan kuman yang tidak difagosit berkembang biak. Pada akhir masa
inkubasi 5-9 hari kuman kembali masuk ke darah menyebar ke seluruh
tubuh dan sebagian kuman masuk ke organ tubuh terutama limpa, kandung
empedu yang selanjutnya kuman tersebut dikeluarkan kembali dari
17
kandung empedu ke rongga usus dan menyebabkan reinfeksi usus. Dalam
masa bakteremia ini kuman mengeluarkan endotoksin. Endotoksin ini
merangsang sintesa dan pelepasan zat pirogen oleh lekosit pada jaringan
yang meradang. Selanjutnya zat pirogen yang beredar di darah
mempengaruhi pusat termoregulator di hipothalamus yang mengakibatkan
timbulnya gejala demam dan lain-lain.
5. Pencegahan
Kebersihan pribadi dan lingkungan
Mencuci tangan sebelum makan
Menjaga kebersihan makanan dan minuman
Tidak makan dan jajan di sembarang tempat
Jangan minum air yang belum dimasak/belum matang
Menjaga kebersihan peralatan makan
Menjaga daya tahan tubuh agar selalu fit dengan makanan, gizi
seimbang
Buang air besar sebaiknya pada tempatnya jangan dikali atau sungai
untuk menghindari penyebaran kuman
6. Penatalaksanaan
a. Tirah baring atau bed rest.
b. Diit lunak atau diit padat rendah selulosa (pantang sayur dan buahan),
kecuali komplikasi pada intestinal.
c. Obat-obatan atau terapi
d. Mobilisasi bertahap setelah 7 hari bebas demam.
7. Pengobatan
o Isolsi pasien
o Perawat yang baik untuk menghindari komplikasi.
o Istrahat selama demam sampai 2 minggu setelah suhu normal kembali
(istrahat total), kemudian boleh duduk, jika tidak panas lagi boleh
berdiri kemudian berjalan diruangan.
o Diet.
o Bila kesadaran pasien menurun diberikan makanan cair, melalui sonde
lambungObat pilihan ialah kloramfenikol.
18
o Bila terdapat komplikasi, terapi disesuaikan dengan penyakit.
8. Komplikasi
Perdarahan usus
Perforasi usus
Ileus paralitik
9. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan leukosit
Pemeriksaan SGPT/SGOT
Biakan darah
Widal
10. Diagnosa pembanding
Demam Berdara h. Demam terus menerus 2-7 hari, disertai tanda
perdarahan seperti: petekie (bintik merah pada kulit), epistaksis
(mimisan), atau berak darah (melena).
Demam Chikungunya . Demam dirasakan 3-5 hari, dengan keluhan
nyeri otot, sakit kepala seperti rasa tegang.
Demam Influenza. Biasanya diawali keluhan pilek, batuk, demam 1-2
hari, sakit kepala, dan gangguan saluran pernafasan lainnya seperti
sesak nafas, hidung tersumbat, sakit menelan.
Demam Malaria . Perasaan demam dialami 2-7 hari berturut-turut,
disertai keluhan nyeri kepala, otot-otot, seluruh badan, menggigil dan
berkeringat dingin.
Demam Tifoid. Panas badan bisa lebih dari 7 hari, mual, muntah,
diare, dan gangguan pencernaan lainnya.
B. Saran
Dengan terbentuknya makalah ini kami berharap para pembaca lebih
mengerti tentang teori morbili beserta askepnya, sebagai acuhan bagi para
perawat dalam melakukan suatu tindakan keperawatan anak yang intensif.
19
DAFTAR PUSTAKA
Ngastiyah ( 2005 ) Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.
Lab/UPF Ilmu Kesehatan Anak, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi, RSUD
Dr. Soetomo Surabaya.
Rampengan dan Laurentz, 1995, Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, cetakan
kedua, EGC, Jakarta.
Kuzemko, Jan, 1995, Pemeriksaan Klinis Anak, alih bahasa Petrus Andrianto,
cetakan III, EGC, Jakarta.
Doengoes, ME ( 2001 ) Rencana Keperawatan Maternal / Bayi. Edisi 2, EGC,
Jakarta
http://smartnet-q.blogspot.com/2008/09/asuhan-keperawatan-pada-anak-
dengan_5826.html. 19/ 05/ 2012/ Sabtu / 20.04.
http://askep-topbgt.blogspot.com/2011/01/asuhan-keperawatan-thypoid-
fever.html. 22/ 05/ 2012/ Selasa / 11.59.
20