Download - Makalah Keperawatan Anak i1

Transcript
Page 1: Makalah Keperawatan Anak i1

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK II

THYFOID FEVER

Kelompok 7:

Dadang Widodo Setyawan

Fitri Handraini

STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN

2011/2012

Page 2: Makalah Keperawatan Anak i1

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat

rahmat dan hidayah-nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul

“THYPOID FEVER“ sesuai dengan waktu yang ditentukan.

Makalah ini penulis susun sebagai salah satu persyaratan untuk

memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak II. Dalam penyusunan makalah

ini, penulis mendapatkan banyak pengarahan dan bantuan dari beberapa pihak,

untuk itu dalam kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Drs. H. Budi Utomo, Amd. Kep., M. Kes, selaku Ketua STIKES

Muhammadiyah Lamongan.

2. Lilis Maghfiroh, S, Kep,Ns selaku pengajar Mata Kuliah Keperawatan Anak

II.

3. Semua pihak yang membantu kelancaran penyusunan makalah ini.

Penulis berusaha untuk dapat menyelesaikan makalah ini, dengan sebaik-

baiknya. Namun demikian penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan.

Oleh karena itu demi kesempurnaan, penulis mengharapkan adanya kritik dan

saran dari semua pihak, untuk menyempurnakannya.

Lamongan, mei 2012

ttd

Penyusun

i

Page 3: Makalah Keperawatan Anak i1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................ii

BABI PENDAHULUAN..................................................................................1

A. LATAR BELAKANG..........................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH......................................................................1

C. TUJUAN...............................................................................................2

D. MANFAAT...........................................................................................2

BABII TINJAUAN TEORI..............................................................................3

A. PENGERTIAN.....................................................................................3

B. ETIOLOGI............................................................................................3

C. GEJALA KLINIS.................................................................................3

D. PATOFISIOLOGI................................................................................4

E. PENCEGAHAN...................................................................................6

F. PENATALAKSANAAN......................................................................6

G. PENGOBATAN ..................................................................................7

H. KOMPLIKASI......................................................................................7

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG.........................................................7

J. DIANGNOSA PEMBANDING...........................................................7

BAB III KONSEP TEORI ASUHAN KEPERAWATAN...............................9

BAB IV KESIMPULAN..................................................................................17

A. KESIMPULAN.....................................................................................17

B. SARAN.................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................20

ii

Page 4: Makalah Keperawatan Anak i1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Demam tifoid adalah suatu penyakit sistemik yang disebabkan oleh

kuman Salmonella typhii. Sampai saat ini demam typhoid masih menjadi

masalah kesehatan masyarakat , serta berkaitan erat dengan sanitasi yang

buruk terutama di Negara-negara berkembang.

Di negara-negara berkembang perkiraan angka kejadian demam

typhoid bervariasi dari 10 sampai 540 per 100.000 penduduk . Meskipun

angka kejadian demam typhoid turun dengan adanya perbaikan sanitasi

pembuangan di berbagai Negara berkembang , diperkirakan setiap tahun

masih terdapat 35 juta kasus dengan 500.000 kematian di seluruh dunia . Di

Negara maju perkiraan angka kejadian demam typhoid lebih rendah yakni

setiap tahun terdapat 0,2-0,7 kasus per 100.000 penduduk di Eropa Selatan .

Di Indonesia demam typhoid masih merupakan penyakit endemic dengan

angka kejadian yang masih tinggi , diperkirakan 350-810 kasus per 100.000

penduduk pertahun ; atau kurang lebih sekitar 600.000- 1,5 juta kasus setiap

tahunnya . Di antara penyakit yang tergolong penyakit infeksi usus , demam

typhoid menduduki urutan kedua setelah gastroenteritis . Di Bagian Ilmu

Kesehatan Anak RSCM sejak tahun 1992-1996 tercatat 550 kasus demam

typhoid yang dirawat dengan angka kematian antara 2,63-5,13 % .

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan penyakit thypoid fever?

2. Bagaimana etiologi penyakit thypoid fever?

3. Bagaimana gambaran klinis penyakit thypoid fever?

4. Bagaimana patofisiologi dari penyakit thypoid fever?

5. Bagaimana cara pencegahan penyakit thypoid fever?

6. Bangaimana penatalaksaan penyakit thypoid fever?

7. Bagaimana pengobatan dari penyakit thypoid fever?

8. Apa saja komplikasi panyakit thypoid fever?

9. Apa saja pemeriksaan penunjang penyakit thypoid fever?

1

Page 5: Makalah Keperawatan Anak i1

10. Apa diagnosa pembanding pada penyakit thypoid fever?

C. TUJUAN

Tujuan umum

Agar mahasiswa mengerti tentang asuhan keperawatan dengan thypoid

fever.

Tujuan khusus

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan penyakit thypoid fever.

2. Mengetahui etiologi penyakit thypoid fever.

3. Mengetahui gambaran klinis penyakit thypoid fever.

4. Mengetahui patofisiologi dari penyakit thypoid fever.

5. Mengetahui cara pencegahan dari penyakit thypoid fever

6. Mengetahui penatalaksaan penyakit thypoid fever.

7. Mengetahui pengobatan dari penyakit thypoid fever.

8. Mengetahui komplikasi panyakit thypoid fever.

9. Mengetahui pemeriksaan penunjang penyakit thypoid fever.

10. Mengetahui diagnosa pembanding pada penyakit tipoid fever.

D. MANFAAT

Agar mahasiswa mengetahui tentang thypoid fever.

Agar mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan pada thypoid fever.

2

Page 6: Makalah Keperawatan Anak i1

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN

Thypoid fever ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai

saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu,

gangguan pencernaan, dan gangguan kesadaran. (ngastiyah, 2005).

B. ETIOLOGI

Penyakit ini disebabkan oleh infeksi kuman Samonella

Thposa/Eberthela Thyposa yang merupakan kuman negatif, motil dan tidak

menghasilkan spora, hidup baik sekali pada suhu tubuh manusia maupun

suhu yang lebih rendah sedikit serta mati pada suhu 700C dan antiseptik.

C. GEJALA KLINIS

Masa inkubasi 7-20 hari, inkubasi terpendek 3 hari dan terlama 60

hari (T.H. Rampengan dan I.R. Laurentz, 1995). Rata-rata masa inkubasi 14

hari dengan gejala klinis sangat bervariasi dan tidak spesifik. Walaupun gejala

bervariasi secara garis besar gejala yang timbul dapat dikelompokan dalam :

demam satu minggu atau lebih, gangguan saluran pencernaan dan gangguan

kesadaran. Dalam minggu pertama : demam, nyeri kepala, anoreksia, mual,

muntah, diare, konstipasi dan suhu badan meningkat (39-410C). Setelah

minggu kedua gejala makin jelas berupa demam remiten, lidah tifoid dengan

tanda antara lain nampak kering, dilapisi selaput tebal, dibagian belakang

tampak lebih pucat, dibagian ujung dan tepi lebih kemerahan. Pembesaran hati

dan limpa, perut kembung dan nyeri tekan pada perut kanan bawah dan

mungkin disertai gangguan kesadaran dari ringan sampai berat seperti

delirium.

.

3

Page 7: Makalah Keperawatan Anak i1

D. PATOFISIOLOGI

Kuman salmonella masuk bersama makanan/minuman yang

terkontaminasi, setelah berada dalam usus halus mengadakan invasi ke

jaringan limfoid usus halus (terutama plak peyer) dan jaringan limfoid

mesenterika. Setelah menyebabkan peradangan dan nekrosis setempat kuman

lewat pembuluh limfe masuk ke darah (bakteremia primer) menuju organ

retikuloendotelial sistem (RES) terutama hati dan limpa. Di tempat ini kuman

difagosit oleh sel-sel fagosit RES dan kuman yang tidak difagosit berkembang

biak. Pada akhir masa inkubasi 5-9 hari kuman kembali masuk ke darah

menyebar ke seluruh tubuh (bakteremia sekunder) dan sebagian kuman masuk

ke organ tubuh terutama limpa, kandung empedu yang selanjutnya kuman

tersebut dikeluarkan kembali dari kandung empedu ke rongga usus dan

menyebabkan reinfeksi usus. Dalam masa bakteremia ini kuman

mengeluarkan endotoksin. Endotoksin ini merangsang sintesa dan pelepasan

zat pirogen oleh lekosit pada jaringan yang meradang. Selanjutnya zat pirogen

yang beredar di darah mempengaruhi pusat termoregulator di hipothalamus

yang mengakibatkan timbulnya gejala demam.

Makrofag pada pasien akan menghasilkan substansi aktif yang

disebut monokines yang menyebabkan nekrosis seluler dan merangsang imun

sistem, instabilitas vaskuler, depresi sumsum tulang dan panas. Infiltrasi

jaringan oleh makrofag yang mengandung eritrosit, kuman, limfosist sudah

berdegenerasi yang dikenal sebagai tifoid sel. Bila sel ini beragregasi maka

terbentuk nodul terutama dalam usus halus, jaringan limfe mesemterium,

limpa, hati, sumsum tulang dan organ yang terinfeksi.

Kelainan utama yang terjadi di ileum terminale dan plak peyer yang

hiperplasi (minggu I), nekrosis (minggu II) dan ulserasi (minggu III). Pada

dinding ileum terjadi ulkus yang dapat menyebabkan perdarahan atau

perforasi intestinal. Bila sembuh tanpa adanya pembentukan jaringan parut.

4

Page 8: Makalah Keperawatan Anak i1

Makanan/minuman tercemar : S. thyposa

Usus halus dan kolon

RES : hati dan limpa

Aktivitas intolerans

Usus

Mual, muntah, diare

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Bakteremia sekunder

Pirogen endogen

Hipertermi

Perdarahan dan perforasi

Feses

Infeksi : pasien kontak

Splenomegali

Hepatomegali

Bakteremia primer

Konstipasi

Volume cairan tubuh menurun

PATHWAY

5

Page 9: Makalah Keperawatan Anak i1

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Hipertermi berhubungan dengan gangguan hipothalamus oleh pirogen

endogen.

2. Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh berhubungan dengan mual,

muntah.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

tidak ada nafsu makan dan mual.

4. Konstipasi berhubungan dengan perubahan proses pencernaan,

penurunan aktivitas fisik.

E. PENCEGAHAN

a. Kebersihan pribadi dan lingkungan

b. Mencuci tangan sebelum makan

c. Menjaga kebersihan makanan dan minuman

d. Tidak makan dan jajan di sembarang tempat ,pilihlah rumah makan dan

tempat jajan yang menjaga dan mengutamakan kebersihan karena

penyebaran demam typhoid melalui makanan dan tangan yang tercemar

oleh bakteri ini.

e. Jangan minum air yang belum dimasak/belum matang

f. Menjaga kebersihan peralatan makan

g. Menjaga daya tahan tubuh agar selalu fit dengan makanan, gizi seimbang

h. Buang air besar sebaiknya pada tempatnya jangan dikali atau sungai

untuk menghindari penyebaran kuman

F. PENATALAKSANAAN

a. Tirah baring atau bed rest.

b. Diit lunak atau diit padat rendah selulosa (pantang sayur dan buahan),

kecuali komplikasi pada intestinal.

c. Obat-obatan atau terapi

d. Mobilisasi bertahap setelah 7 hari bebas demam.

6

Page 10: Makalah Keperawatan Anak i1

G. PENGOBATAN

o Isolsi pasien

o Perawat yang baik untuk menghindari komplikasi, mengingat sakit yang

lama, lemah, anoreksia dan lain-lain.

o Istrahat selama demam sampai 2 minggu setelah suhu normal kembali

(istrahat total), kemudian boleh duduk, jika tidak panas lagi boleh berdiri

kemudian berjalan diruangan.

o Diet. Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori, dan tinggi

protein. Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak

merangsang dan tidak menimbulkan gas. Susu 2 gelas sehari. Bila

kesadaran pasien menurun diberikan makanan cair, melalui sonde

lambung. Jika kesadaran dan nafsu makan anak baik dapat jugadiberikan

makanan lunak.

o Obat pilihan ialah kloramfenikol.

o Bila terdapat komplikasi, terapi disesuaikan dengan penyakit.

H. KOMPLIKASI

Perdarahan usus

Perforasi usus

Ileus paralitik

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan leukosit

Pemeriksaan SGPT/SGOT

Biakan darah

Widal

J. DIANGNOSA PEMBANDING

Demam Berdara h. Demam terus menerus 2-7 hari, disertai tanda

perdarahan seperti: petekie (bintik merah pada kulit), epistaksis

(mimisan), atau berak darah (melena). Hasil pemeriksaan laboratorium:

jumlah trombosit menurun (trombositopenia), kadar hematokrit

7

Page 11: Makalah Keperawatan Anak i1

meningkat (hemokonsentrasi), hasil tes serologis positif antigen virus

 dengue.

Demam Chikungunya . Demam dirasakan 3-5 hari, dengan keluhan nyeri

otot, sakit kepala seperti rasa tegang, Dengan pemeriksaan serologis (tes

darah) akan diketahui antigen penyebabnya dari strain golongan virus

chikungunya

Demam Influenza. Biasanya diawali keluhan pilek, batuk, demam 1-2

hari, sakit kepala, dan gangguan saluran pernafasan lainnya seperti sesak

nafas, hidung tersumbat, sakit menelan. Dari hasil pemeriksaan darah

hanya ada sedikit peningkatan jumlah leukosit (sel darah putih), kriteris

darah lengkap lainnya umumnya dalam batas normal.

Demam Malaria . Perasaan demam dialami 2-7 hari berturut-turut, disertai

keluhan nyeri kepala, otot-otot, seluruh badan, menggigil dan berkeringat

dingin. Pemeriksaan darah lengkap khususnya tes darah tepi

menunjukkan hasil positif terhadap salah satu parasit plasmodium  yang

menginfeksi.

Demam Tifoid. Panas badan bisa lebih dari 7 hari, mual, muntah, diare,

dan gangguan pencernaan lainnya. Melalui tes darah Widal, diketahui

titer antigen penyebab yakni Salmonella typhosa atau paratyphosa akan

menunjukkan tanda peningkatan postitif.

BAB III

8

Page 12: Makalah Keperawatan Anak i1

KONSEP TEORI ASUHAN KEPERAWATAN

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

a. Pengkajian.

1. Identitas : Terutama menyerang golongan umur 4 tahun keatas.

2. Riwayat Keperawatan.

a. Keluhan utama : panas

b. Riwayat penyakit sekarang.

Demam tinggi sampai hari ke 7 (39° - 40,6°C).

c. Riwayat penyakit dahulu.

Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun

menurun.

d. Riwayat kesehatan keluarga.

Tifoid kongenital didapatkan dari seorang ibu hamil yang menderita

demam tifoid dan menularkan kepada janin melalui darah. Umumnya

bersifat fatal.

e. Riwayat kesehatan lingkungan.

Demam tifoid saat ini terutama ditemukan di negara sedang

berkembang dengan kepadatan penduduk tinggi serta kesehatan

lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Pengaruh cuaca

terutama pada musim hujan sedangkan dari kepustakaan barat

dilaporkan terutama pada musim panas.

f. Imunisasi.

Pada tifoid kongenital dapat lahir hidup sampai beberapa hari dengan

gejala tidak khas serta menyerupai sepsis neonatorium.

Jadwal Imunisasi

9

Page 13: Makalah Keperawatan Anak i1

Umur Jenis Imunisasi

0 bulan HB 0

1 bulan BCG, Polio 1

2 bulan DPT/HB 1, Polio 2

3 bulan DPT/HB 2, Polio 3

4 bulan DPT/HB 3, Polio 4

9 bulan Campak

g. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.

1. Timbang berat badannya tiap bulan di Posyandu, fasilitas

pelayanan kesehatan lain, atau Pos Pelayanan Anak Usia Dini

(PAUD).

2. Rangsang perkembangan anak sesuai umurnya.

3. Ajak anak bermain dan bercakap – cakap.

4. Bawa anak ke petugas kesehatan untuk mendapat pelayanan

Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang

(SDIDTK).

Umur 0 – 1 tahun

4 kali dalam setahun

Umur 1 – 6 tahun

2 kali tiap tahun (setiap 6 bulan)

Minta kader mencatat di KMS

h. ADL

a. Nutrisi :Nutrisi kurang dari kebutuhan.

b. Aktivitas : Badan klien lemah dan klien dianjurkan untuk istirahat

dengan tirah baring sehingga terjadi keterbatasan aktifitas.

c. Eliminasi : Alvi dapat terganggu berupa diare

d. Personal hygine : Selama periode demam anak tidak mandi

e. Istirahat tidur : Klien gelisah dan mengalami kesulitan untuk tidur

karena

10

Page 14: Makalah Keperawatan Anak i1

Pemeriksaan

1. Pemeriksaan Keadaan umum

Kesadaran : Umumnya apatis sampai samnolen

Suhu tubuh : Meningkat (normal: 36,5º - 37,5º C)

Nadi : Denyut nadi lemah dan bersifat decrotik akan

tetapi jika terjadi resiko komplikasi (pendarahan usus) nadi

meningkat atau cepat dan kecil (normal:100-120x/menit)

Pernafasan : Normal (normal: 15-30x/menit).

2. Pemeriksaan fisik.

1) Kulit : Turgor kulit menurun, CRT memanjang.

2) Kepala

Mata : kelopak mata cekung, pucat, dilatasi pupil, konjungtifa

pucat kadang di dapat anemia ringan.

Hidung : Tidak ada secret, tidak ada nyeri tekan sinus, tidak ada

polib, cuping hidung tidak ada.

Mulut: Mikosa bibir kering, pecah-pecah, bau mulut tak sedap.

Terdapat beslag lidah dengan tanda-tanda lidah tampak kering

dilatasi. Selaput tebal dibagian ujung dan tepi lidah nampak

kemerahan.

Jidah tremor jarang terjadi

3) Leher : Tidak ada kelainan.

4) Dada

Inspeksi

Bentuk thorax simetris, pernafasan tidak teratur, retraksi

otot bantu tidak ada.

Palpasi

Nyeri tekan tidak ada, odema tidak ada, krepitasi tidak ada,

peradangan jejas tidak ada.

Perkusi

Paru : sonor

Jantung : dallness

11

Page 15: Makalah Keperawatan Anak i1

Auskultasi

Paru

Bila terjadi perubahan pola nafas dan ketidakefektifan

bersihan jalan nafas akan didapatkan peningkatan frekuensi

pernafasan, retraksi otot bantu pernafasan dan suara nafas

tambahan.

Jantung : Terdengar suara jantung I dan II.

5) Abdomen

Inspeksi

Bentuk normal, umbilicus menonjol, gerakan tertur.

Auskultasi

Bising usus melemah atau hilang, pada keadaan hidrasi turgor

kulit dapat menurun.

Palpasi

Ada nyeri tekan pada palpasi ringan dan dalam pada regio

kanan bawah.

Perkusi

Adanya shifting dullness

6) Anus dan genetalia

Eliminasi alvi dapat terganggu berupa diare

Eliminasi uri tidak terpengaruh.

7) Ekstremitas atas dan bawah

Ditemukan rash dengan sifat sesuai waktu timbulnya.

5 5

5 5

8). Pemeriksaan penunjang

Didapatkan anemia ringan, salmonella typosa dapat ditemaukan

dalam darah. Pemeriksaan widal tidak selalu positif.

12

Page 16: Makalah Keperawatan Anak i1

B. Diagnosa Keperawatan

1. Hipertermi berhubungan dengan gangguan hipothalamus oleh pirogen

endogen.

2. Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh berhubungan dengan mual,

muntah.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak

ada nafsu makan dan mual.

4. Konstipasi berhubungan dengan perubahan proses pencernaan, penurunan

aktivitas fisik.

RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan I

Hipertermi berhubungan dengan gangguan hipothalamus oleh pirogen

endogen.

1). Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam Suhu tubuh

klien kembali normal.

2). Kriteria hasil :

K : pasien mengerti terhadap tindakan keperawatan yang diberikan.

A : pasien kooperatif dan mematuhi tindakan keperawatan yang

diberikan.

P : pasien memperlihatkan asupan cairan yang adekuat.

P : Suhu antara 366-373 0C, RR dan Nadi dalam batas normal

3). Intervensi :

1. Monitor tanda-tanda infeksi

R/ Infeksi pada umumnya menyebabkan peningkatan suhu tubuh

2. Monitor tanda vital tiap 2 jam

R/ Deteksi resiko peningkatan suhu tubuh yang ekstrem, pola yang

dihubungkan dengan patogen tertentu, menurun hubungkan dengan

resolusi infeksi

3. Kompres dingin pada daerah yang tinggi aliran darahnya

R/ Memfasilitasi kehilangan panas lewat konveksi dan konduksi

13

Page 17: Makalah Keperawatan Anak i1

4. Monitor komplikasi neurologis akibat demam

R/ Febril dan enselopati bisa terjadi bila suhu tubuh yang meningkat.

5. Atur cairan iv sesuai order atau anjurkan intake cairan yang adekuat.

R/ Menggantikan cairan yang hilang lewat keringat

6. Atur antipiretik, jangan berikan aspirin

R/ Aspirin beresiko terjadi perdarahan GI yang menetap.

Diagnosa keperawatan II

Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh berhubungan dengan mual, muntah.

a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24jam

Keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan.

b. Kriteria hasil :

K : pasien memahami tujuan tindakan keperawatan

A : pasien menyatakan hilangnya mual dan muntah

P : pasien mempertahankan volume cairan adekuat dengan keseimbangan.

P : pasien menunjukkan perbaikan keseimbangan cairan dibuktikan oleh

haluaran urine adekuat, tanda vital stabil, membran mukosa lembab, turgor

kulit baik, pengisian kapiler cepat.

c. Intervensi :

1) Kaji tanda-tanda dehidrasi

R/ Intervensi lebih dini

2) Berikan minuman per oral sesuai toleransi

R/ Mempertahankan intake yang adekuat

3) Atur pemberian cairan per infus sesuai order

R/ Melakukan rehidrasi

4) Ukur semua cairan output (muntah, diare, urine. Ukur semua intake

cairan

R/ Meyakinkan keseimbangan antara intake dan ouput

Diagnosa keperawatan III

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak

ada nafsu makan dan mual.

1) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24jam

nutrisi terpenuhi.

14

Page 18: Makalah Keperawatan Anak i1

2) Kriteria hasil :

K : pasien mengenali dasar pemikiran mengapa pasien harus makan sedikit

– sedikit tapi sering.

A : pasien mengetahui makanan dan minuman yang bergizi dan

diperbolehkan dalam diet.

P : pasien menggunakan obat seperti yang diresepkan.

P : Berat badan mengalami peningkatan atau stabil dan Tidak ditemukan

tanda-tanda malnutrisi

3) Intervensi

1. Timbang berat badan setiap hari bila kondisi klien memungkinkan.

R/ Memberikan informasi tentang kebutuhan diet/keefektifan terapi.

2. Berikan makanan sedikit dan sering.

R/ Memaksimalkan intake nutrisi, mencegah mual dan mengurangi

iritasi dinding lambung.

3. Hindari makanan yang merangsang, seperti : pedas dan asam serta

dingin.

R/ Makanan yang merangsang dan dingin dapat menimbulkan mual.

4. Lakukan kebersihan mulut

R/Mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa makan

5. Jelaskan pentingnya nutrisi untuk kesembuhan

R/ Pengetahuan bertambah sehingga termotivasi untuk makan

6. Kaji pola makan (pola makan klien di rumah, makanan yang disukai

dan tidak disukai)

R/ Mengidentifikasi pola yang memerlukan perubahan dan sebagai

dasar mengevaluasi program diet.

7. Anjurkan klien mengkonsumsi makanan berserat seperti pepaya,

pudding dan lain-lain.

R/ Serat menahan enzim pencernaan dan mengabsorpsi air dalam

alirannya sepanjang traktus intestinal serta dengan demikian dapat

menimbulkan bulk, yang bekerja sebagai perangsang untuk defekasi.

8. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antiemetika, seperti :

gestamag syrup.

R/ Antiemetika untuk mencegah mual dan muntah.

15

Page 19: Makalah Keperawatan Anak i1

Diagnosa keperawatan IV

Konstipasi berhubungan dengan perubahan proses pencernaan, penurunan

aktivitas fisik.

1) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24jam pola

BAB kembali normal

2) Kriteria hasil :

K : pasien memahami kondisi tubuhnya saat ini.

A : pasien mau mengikuti intervensi yang diberikan.

P : pasien mengkonsumsi jumlah cairan seperti yang dianjurkan.

P : Klien dapat BAB/frekuensi dalam batas normal (1 x/ hari), Konsistensi

feces lunak, Peristaltik usus kembali normal (5-15 x/menit).

3) Intervensi

1. Auskultasi bunyi usus

R/ Bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan menurun pada

konstipasi.

2. Dorong masukan cairan 2.500-3.000 cc/hari.

R/ Membantu dalam memperbaiki konsistensi feces bila konstipasi.

Akan membantu mempertahankan status hidrasi pada diare.

3. Anjurkan mobilisasi secara bertahap.

R/ Kehilangan tonus muskuler akan mengurangi peristaltik usus atau

dapat merusak kontrol sfingter rektal.

4. Anjurkan mengkonsumsi makanan dengan kadar serat tinggi, seperti

buah-buahan (pepaya) dan pudding.

R/ Meningkatkan konsistensi feses dan pengeluaran feses.

5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat pelunak feses,

seperti: Supositorio saat konstipasi dan antikolinergik seperti :

belladonna ketika diare.

R/ - Supositoria dapat meningkatkan regulitas dengan meningkatkan

serta atau meningkatkan konstipasi feses.

- Belladona menurunkan motilitas/peristaltik dan menurunkan

sekresi disgetif untuk menghilangkan kram dan diare.

16

Page 20: Makalah Keperawatan Anak i1

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pengertian

Thypoid fever ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran

pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan

pencernaan, dan gangguan kesadaran. (ngastiyah, 2005).

2. Etiologi

Penyakit ini disebabkan oleh infeksi kuman Samonella Thposa/Eberthela

Thyposa.

3. Gejala klinis

Dalam minggu pertama : demam, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah,

diare, konstipasi dan suhu badan meningkat (39-410C). Setelah minggu

kedua gejala makin jelas berupa demam remiten, lidah tifoid dengan tanda

antara lain nampak kering, dilapisi selaput tebal, dibagian belakang

tampak lebih pucat, dibagian ujung dan tepi lebih kemerahan. Pembesaran

hati dan limpa, perut kembung dan nyeri tekan pada perut kanan bawah

dan mungkin disertai gangguan kesadaran dari ringan sampai berat seperti

delirium.

4. Patofisiologi

Kuman salmonella masuk bersama makanan/minuman yang

terkontaminasi, setelah berada dalam usus halus mengadakan invasi ke

jaringan limfoid usus halus dan jaringan limfoid mesenterika. Setelah

menyebabkan peradangan dan nekrosis setempat kuman lewat pembuluh

limfe masuk ke darah menuju organ retikuloendotelial sistem (RES)

terutama hati dan limpa. Di tempat ini kuman difagosit oleh sel-sel fagosit

RES dan kuman yang tidak difagosit berkembang biak. Pada akhir masa

inkubasi 5-9 hari kuman kembali masuk ke darah menyebar ke seluruh

tubuh dan sebagian kuman masuk ke organ tubuh terutama limpa, kandung

empedu yang selanjutnya kuman tersebut dikeluarkan kembali dari

17

Page 21: Makalah Keperawatan Anak i1

kandung empedu ke rongga usus dan menyebabkan reinfeksi usus. Dalam

masa bakteremia ini kuman mengeluarkan endotoksin. Endotoksin ini

merangsang sintesa dan pelepasan zat pirogen oleh lekosit pada jaringan

yang meradang. Selanjutnya zat pirogen yang beredar di darah

mempengaruhi pusat termoregulator di hipothalamus yang mengakibatkan

timbulnya gejala demam dan lain-lain.

5. Pencegahan

Kebersihan pribadi dan lingkungan

Mencuci tangan sebelum makan

Menjaga kebersihan makanan dan minuman

Tidak makan dan jajan di sembarang tempat

Jangan minum air yang belum dimasak/belum matang

Menjaga kebersihan peralatan makan

Menjaga daya tahan tubuh agar selalu fit dengan makanan, gizi

seimbang

Buang air besar sebaiknya pada tempatnya jangan dikali atau sungai

untuk menghindari penyebaran kuman

6. Penatalaksanaan

a. Tirah baring atau bed rest.

b. Diit lunak atau diit padat rendah selulosa (pantang sayur dan buahan),

kecuali komplikasi pada intestinal.

c. Obat-obatan atau terapi

d. Mobilisasi bertahap setelah 7 hari bebas demam.

7. Pengobatan

o Isolsi pasien

o Perawat yang baik untuk menghindari komplikasi.

o Istrahat selama demam sampai 2 minggu setelah suhu normal kembali

(istrahat total), kemudian boleh duduk, jika tidak panas lagi boleh

berdiri kemudian berjalan diruangan.

o Diet.

o Bila kesadaran pasien menurun diberikan makanan cair, melalui sonde

lambungObat pilihan ialah kloramfenikol.

18

Page 22: Makalah Keperawatan Anak i1

o Bila terdapat komplikasi, terapi disesuaikan dengan penyakit.

8. Komplikasi

Perdarahan usus

Perforasi usus

Ileus paralitik

9. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan leukosit

Pemeriksaan SGPT/SGOT

Biakan darah

Widal

10. Diagnosa pembanding

Demam Berdara h. Demam terus menerus 2-7 hari, disertai tanda

perdarahan seperti: petekie (bintik merah pada kulit), epistaksis

(mimisan), atau berak darah (melena).

Demam Chikungunya . Demam dirasakan 3-5 hari, dengan keluhan

nyeri otot, sakit kepala seperti rasa tegang.

Demam Influenza. Biasanya diawali keluhan pilek, batuk, demam 1-2

hari, sakit kepala, dan gangguan saluran pernafasan lainnya seperti

sesak nafas, hidung tersumbat, sakit menelan.

Demam Malaria . Perasaan demam dialami 2-7 hari berturut-turut,

disertai keluhan nyeri kepala, otot-otot, seluruh badan, menggigil dan

berkeringat dingin.

Demam Tifoid. Panas badan bisa lebih dari 7 hari, mual, muntah,

diare, dan gangguan pencernaan lainnya.

B. Saran

Dengan terbentuknya makalah ini kami berharap para pembaca lebih

mengerti tentang teori morbili beserta askepnya, sebagai acuhan bagi para

perawat dalam melakukan suatu tindakan keperawatan anak yang intensif.

19

Page 23: Makalah Keperawatan Anak i1

DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah ( 2005 ) Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.

Lab/UPF Ilmu Kesehatan Anak, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi, RSUD

Dr. Soetomo Surabaya.

Rampengan dan Laurentz, 1995, Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, cetakan

kedua, EGC, Jakarta.

Kuzemko, Jan, 1995, Pemeriksaan Klinis Anak, alih bahasa Petrus Andrianto,

cetakan III, EGC, Jakarta.

Doengoes, ME ( 2001 ) Rencana Keperawatan Maternal / Bayi. Edisi 2, EGC,

Jakarta

http://smartnet-q.blogspot.com/2008/09/asuhan-keperawatan-pada-anak-

dengan_5826.html. 19/ 05/ 2012/ Sabtu / 20.04.

http://askep-topbgt.blogspot.com/2011/01/asuhan-keperawatan-thypoid-

fever.html. 22/ 05/ 2012/ Selasa / 11.59.

20