Download - Makalah Kelompok a4 TB

Transcript

Tuberculosis dalam Keluarga

disusun oleh :A4Yudia Mahardika (102009028)Meidalena Anggresia Bahen (102010056)M. Aditya Mahatvavirya Daryana Burhan (102010070)Eka Putri Maulani (102010148)Ratna Tri Permata (102010265)Friedi Kristian Carlos (102010317)Norlida Binti Mohd Jamil (102010369)Mega Melita (102010398)

FAKULTAS KEDOKTERAN UMUMUNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANAJln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510. Telephone : (021) 5694-2061, fax : (021) 563-1731

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur hanya bagi Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa memberi kekuatan dan penyertaan kepada kami untuk menyelesaikan makalah pada blok 26 ini. Skenario yang tertulis dalam makalah ini mengenai penanggulangan dan pemberantasan suatu penyakit menular. Melalui langkah-langkah Problem Based Learning (PBL) yang diterapkan dalam menganalisis skenario tersebut, diharapkan setiap mahasiswa mampu untuk mengerti tentang penanganan dan pemberantasan penyakit menular. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada setiap orang yang telah berjasa dalam membantu kami menyelesaikan makalah ini.Tidak ada hal yang sempurna kecuali Tuhan Yesus Kristus, begitu pula makalah kami yang masih banyak kekurangan. Kritik dan saran sangat kami harapkan sebagai pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pengerjaan tugas berikutnya. Demikian kata pengantar dari kami. Semoga makalah blok 26 ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Jakarta, 14 Juli 2013

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................2DAFTAR ISI.......................................................................................................................3I. PENDAHULUAN..............4II. PEMBAHASANII.1.Dokter Keluarga.......6II.2.Epidemiologi........9II.3.Segitiga Epidemiologi ....11II.4.Gejala Klinis.....21II.5.Diagnosis..........22II.6.Pengobatan TB.........33II.7.Promosi Kesehatan.......52III. PENUTUPKESIMPULAN......................................................................................................57SARAN...57DAFTAR PUSTAKA.58

I. PENDAHULUANSesudah beberapa puluh tahun penurunan insidensi tuberculosis,angka kasus tuberculosis telah bertambah secara dramatis selama dekade terakhir ini. Hampir 1,3 juta kasus dan 450.000 kematian terjadi pada anak setiap tahun. Insidensi tuberculosis masa anak bertambah dengan 40% di Amerika Serikat dari tahun 1987 sampai tahun 1993 sebagai akibat kemiskinan,imigrasi dari negara yang berprevelansi tinggi,epidemi infeksi virus immunodefisiensi manusia (HIV) dan keterbatasn pada pelayanan perawatan kesehatan terhadap populasi berisiko tinggi1

SkenarioBapak M (40 tahun)memiliki seorang istri (35 tahun) dan 5 orang anak yang masing-masing A (perempuan) 15 tahun, S (perempuan) 13 tahun,AS (laki-laki) 10 tahun,Rs (L) 8 tahun,R (perempuan) 4 tahun. Istri bapak M mendapatkan pengobatan TBC paru dan sudah berjalan 3 bulan. Anak perempuannya saat ini sedang batuk-batuk sudah 3 minggu tidak kunjung reda. Riwayat penurunan berat badan dan keringat malam juga ada. Berat badan R 12 kg, scar BCG +, karena tidak tahu dan tidak punya cukup uang anak R hanya diberi jamu-jamuan dan obat warung.Keluarga bapak M tinggal di sebidang rumah 4x10 m dipemukiman padat penduduk. Sinar matahari sulit masuk dalam rumah.

Rumusan masalah Anak perempuannya saat ini sedang batuk-batuk sudah 3 minggu tidak kunjung reda Riwayat penurunan berat badan dan keringat malam juga ada Tinggal di sebidang rumah 4x10 m dipemukiman padat penduduk Sinar matahari sulit masuk dalam rumah.

Mind Map

HipotesisPendekatan Dokter keluarga dibutuhkan dalam penanggulangan, pemberantasan dan pengobatan TB.

II. PEMBAHASANII.1 Dokter KeluargaPelaksana praktek dokter keluarga adalah dokter keluarga (family physician). Pada saat ini rumusan tentang dokter keluarga banyak pula macamnya. Beberapa diantaranya adalah :1. Dokter keluarga adalah dokter yang dapat memberikan pelayanan kesehatan yang berorientasi komunitas dengan titik berat kepada keluarga, ia tidak hanya memandang penderita sebagai individu yang sakit tetapi sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak hanya menanti secara pasif,tetapi bila perlu aktif mengunjungi penderita atau keluarganya (Ikatan Dokter Indonesia, 1982).2. Dokter keluarga adalah dokter yang memiliki tanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama serta pelayanan kesehatan yang menyeluruh yang dibutuhkan oleh semua anggota yang terdapat dalam satu keluarga, dan apabila kebetulan berhadapan dengan suatu masalah kesehatan khusus yang tidak mampu ditanggulangi, meminta bantuan konsultasi dari dokter ahli yang sesuai (The American Board of Family Practice, 1969).3. Dokter keluarga adalah dokter yang melayani masyarakat sebagai kontak pertama yang merupakan pintu masuk ke sistem pelayanan kesehatan,menilai kebutuhan kesehatan total pasien dan menyelenggarakan pelayanan kedokteran perseorangan dalam satu atau beberapa cabang ilmu kedokteran serta merujuk pasien ketempat pelayanan lain yang tersedia sementara tetap menjaga kesinambungan pelayanan, mengembangkan tanggung jawab untuk pelayanan kesehatan menyeluruh dan berkesinambungan serta bertindak sebagai koordinator pelayanan kesehatan, menerima tanggung jawab untuk perawatan total pasien termasuk konsultasi sesuai dengan keadaan lingkungan pasien yakni keluarga atau unit sosial yang sebanding serta masyarakat (The American Academic of General Practice, 1947). 2Tujuan pelayanan dokter Tujuan pelayanan dokter keluarga secara umum dapat dibedakan atas dua macam yakni :

1.Tujuan umumTujuan umum pelayanan dokter keluarga pada dasarnya adalah sama dengan tujuan pelayanan kesehatan secara keseluruhan, yakni terwujud-nya keadaan sehat bagi setiap anggota keluarga.2. Tujuan khususTujuan khusus pelayanan dokter keluarga erat hubungannya dengan sejarah perkembangan pelayanan dokter keluarga di satu pihak serta ciri-ciri pelayanan dokter keluarga dipihak lain.Tujuan khusus yang dimaksud adalah terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran yang lebih efektif dan efisien.2Ciri-Ciri Pelayanan Dokter KeluargaMenurut Ikatan Dokter Indonesia (1982) Ikatan Dokter Indonesia melalui Muktamar ke 19 yang dilaksanakan di Surakarta pada tahun 1982 telah pula merumuskan ciri-ciri pelayanan dokter keluarga tersebut. Ciri-ciri yang dimaksud adalah :2 Yang melayani penderita tidak hanya sebagai orang-perorang, melainkan sebagai anggota satu keluarga dan bahkan sebagai anggota masyarakat sekitarnya. Yang memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan memberikan perhatian kepada penderita secara lengkap dan sempurna, jauh melebihi jumlah keseluruhan keluhan yang disampaikan. Yang mengutamakan pelayanan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan seoptimal mungkin,mencegah timbulnya penyakit dan mengenal serta mengobati penyakit sedini mungkin. Yang mengutamakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan dan berusaha memenuhi kebutuhan tersebut sebaik-baiknya. Yang menyediakan dirinya sebagai tempat pelayanan kesehatan tingkat pertama dan bertanggung jawab pada pelayanan kesehatan lanjutan.Bentuk Prakter Dokter KeluargaPada tahap awalnya, sebagaimana yang dikemukakan oleh Debra P. Hymovich bentuk dan wadah praktek dokter keluarga ditentukan oleh pengalaman masing-masing dokter. Tergantung dari pengalaman hubungan pasien dokter, bentuk dan wadah yang diselenggarakan dapat berbeda-beda. Ada yang hanya menekankan pentingnya pelayanan berobat jalan yang diselenggarakan di tempat praktek saja, ada pula yang juga sekaligus melakukan kunjungan rumah serta ada yang menggabungkannya dengan pelayanan rawat nginap yang biasanya dilakukan di rumah sakit.2Pada tahap selanjutnya, berkembangan bentuk dan wadah praktek dokter keluarga mulai terarah. Disepakati bentuk dan wadah praktek dokter keluarga yang baik, seharusnya mencakup ketiga macam pelayanan di atas.Dokter keluarga harus mempunyai tempat praktek yang memenuhi syarat, tempat dimana pelayanan yang menyeluruh dan berkesinambungan diselenggarakan. Dokter keluarga harus mempunyai semacam sistim komunikasi yang menghubungkan dokter dengan pasien, yang diwujudkan misalnya dengan mengikutsertakan tenaga paramedis, terutama untuk pelayanan kunjungan rumah yang bersifat tindak lanjut. Dokter keluarga harus mempunyai hubungan yang baik dengan rumah sakit, tempat dimana dokter keluarga merawat sendiri para pasiennya.2Pelayanan Dokter KeluargaDari kedua pengertian yang seperti ini, jelaslah bahwa pelayanan dokter keluarga mempunyai beberapa ciri tersendiri. Ciri-ciri yang dimaksud adalah (McWhinney, 1981; Carmichael, 1973; Hymovick and Barnards, 1973; IDI, 1982);21. mengikatkan diri pada kebutuhan pasien secara keseluruhan, bukan pada disiplin ilmu kedokteran, kelompok penyakit atau kiat kedokteran tertentu.2. mengungkapkan kaitan munculnya suatu penyakit dengan pelbagai faktor yang mempengaruhinya.3. berorientasi pada pencegahan penyakit serta pemeliharaan kesehatan.4. berhubungan dengan pasien sebagai anggota dari unit keluarga, dan memandang keluarga sebagai dasar dari suatu organisasi sosial dan atau suatu kelompok fungsional yang saling terkait.5. memanfaatkan pendekatan menyeluruh dan memperhatikan pasien secara lengkap dan sempurna, jauh melebihi jumlah keseluruhan keluhan yang disampaikan.6. mengutamakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan dan berusaha memenuhi kebutuhan tersebut sebaik-baiknya.7. melayani kepentingan pasien di tempat praktek, di rumah dan di rumah sakit.2

Apabila pelayanan dokter keluarga yang seperti ini dapat diselenggarakan, memang akan diperoleh banyak manfaat. Manfaat yang dimaksud antara lain (Cambridge Research Institute, 1976):1. Akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit sebagai manusia seutuhnya, bukan penanganan keluhan yang disampaikan saja,2. Akan dapat diselenggarakan pelayanan pencegahan penyakit dari"terjamin kesinambungan pelayanan yang diselenggarakan.3. Apabila dibutuhkan pelayanan spesialis, maka pengaturannya akan lebih baik dan terarah.4. Akan dapat diselenggarakan pelayanan kesehatan yang terpadu sehingga penanganan satu masalah kesehatan tidak menimbulkan pelbagai masalah lainnya.5. Jika seluruh anggota keluarga ikut serta dalam pelayanan, maka segala keterangan tentang keluarga tersebut dapat dimanfaatkan dalam menangani masalah kesehatan yang sedang dihadapi.6. Akan dapat diperhitungkan pelbagai faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit, termasuk faktor sosial dan psikologis.7. Akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit dengan tatacara yang lebih sederhana dan tidak begitu mahal dan karena itu akan meringankan biaya kesehatan.2

II.2 Epidemiologi

Dalam hal mempertimbangkan kepekaan seseorang terhadap tuberkulosis, resiko mendapatkan infeksi dan yang lain adalah resiko timbulnya penyakit klinik sesudah infeksi terjadi. Resiko mendapatkan infeksi dan timbulnya penyakit klinik tergantung dari adanya infeksi di dalam masyarakat, kepadatan penduduk, keadaan sosial dari populasi tersebut dari tidak tepatnya perawatan medis. Sumber penularan adalah penderita tuberkulosis BTA positif yang dapat menularkan kepada orang yang berada di sekelilingnya, terutama kontak erat. Resiko penularan setiap tahun (annual risk of tuberculosis infection: ARTI) di Indonesia dianggap cukup tinggi dan bervariasi antara 1-2%. Pada daerah dengan ARTI sebesar 1% berarti setiap tahun diantara 1000 penduduk, 10 orang akan terinfeksi. Sebagian besar dari orang yang terinfeksi tidak akan menjadi penderita tuberculosis hanya 10% yang akan terinfeksi. Hal ini dipengaruhi daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya karena gizi buruk atau HIV/AIDS.2WHO memperkirakan bahwa sepertiga populasi dunia, kurang lebih sejumlah 2 bilyun orang terinfeksi dengan Mycobacterium tuberculosis.Angka infeksi tertinggi di Asia Tenggara, Cina, India dan Amerika Latin.Data yang dilaporkan WHO Indonesia menempati urutan nomor tiga setelah india dan cina yaitu dengan angka 1,7 juta orang Indonesia, menurut teori apabila tidak diobati, tiap satu orang penderita tuberkulosis akan menularkan pada sekitar 10 sampai 15 orang dan cara penularannya dipengaruhi berbagai factor.Pada orang dewasa dua pertiga kasus terjadi pada laki-laki, tetapi ada sedikit dominasi tuberculosis pada wanita di masa anak-anak. Pada anak, kebanyakan terinfeksi dengan Mycobacterium tuberculosis di rumahnya dari seseorang yang dekat padanya. Orang dewasa yang terinfeksi virus HIV dengan tuberculosis dapat menularkan Mycobacterium tuberculosis ke anak, beberapa darinya berkembang penyakit tuberculosis, dan anak dengan infeksi HIV bertambah resiko berkembang tuberculosis sesudah infeksi.

Situasi epidemiologi di IndonesiaBerdasarkan hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan RI, tahun 1972 TB menempati urutan ke 3 penyebab kematian menurut SKRT tahun 1980 TB menempati urutan ke 4, dan menurut SKRT tahun 1992, TB menempati urutan nomor 2 sesudah penyakit sistem sirkulasi.Hasil SKRT tahun 1995 TB merupakan penyebab kematian nomor 3 dari seluruh kelompok usia dan nomor 1 antara penyakit infeksi yang merupakan masalah kesehatan masyarakat Indonesia.Dari hasil survey prevalensi TB yang dilakukan di 15 propinsi tahun 1979-1982 menunjukkan berbagai variasi prevalensi tiap-tiap propinsi.Prevalensi tertinggi 0,74% di propinsi NTT dan terendah di propinsi Bali 0,08%. Hasil dari survey ini menunjukkan prevalensi TB rata-rata 0,29%. Sistem kesehatan nasional menargetkan pengurangan prevalensi BTA (+) sampai angka rata-rata 0,20% ditahun 2000.Menurut WHO di tahun 1999 diperkirakan angka Insidensi TB di Indonesia sekitar 220 per 100.000 penduduk pertahun. Secara simulasi epidemiologi, maka prevalensi pada awal Pelita VI telah diestimasikan sebesar 24 per 10.000 penduduk. Selanjutnya keadaan ini memberikan gambaran bahwa penderita TB menular saat ini terhadap 450.000 orang dan setiap tahunnya penderita baru akan bertambah sebesar 8 per 10.000 penduduk yaitu 150.000 penderita.Namun dari data-rekapitulasi hasil penemuam TB kasus Baru Direktorat P2 ML Depkes RI jumlah kasus baru tahun 1996/1997 sebesar 14.647 kasus dan tahun 1997/1998 terjadi peningkatan jumlah kasus Baru menjadi 23.682 kasus. Peningkatan jumlah kasus terjadi hampir disemua propinsi kecuali Propinsi Irja dan Timor-timur.Data yang didapatkan dari RSUP Persahabatan tahun 1998 dari penderita yang berobat jalan di poliklinik paru terdapat 76,21% kasus infeksi dan 62% diantaranya adalah kasus TB paru BTA (+) dan BTA (-). Pada penderita yang dirawat 53,9% kasus infeksi dan 40% diantaranya kasus TB paru.Pada bayi umur 1 tahun 32,1 % kematian disebabkan penyakit sistem pernapasan, anak balita gol umur 1-4 tahun. penyakit sistem pernapasan 38,8%, pada kelompok umur 5 14 tahun TB 5,8%, kelompok umur 15 34 tahun TB 3,9%, kelompok umur 35-44 tahun 12,4%, kelompok umur 45-54 tahun sebesar 11,5% pada kelompok umur 55 tahun keatas sebesar 8,7%.Menarik untuk diketahui pada data tahun 1988/89 dari 585.225 penderita TB penderita terbanyak dikalangan petani (47%), kemudian diikuti pegawai dan buruh (28%), ibu rumah tangga (12%), pedagang (6%), pelajar dan mahasiswa (1%) dan lain-lain (6%). Karena keterbatasan dana, baru 26,4% Puskesmas di Indonesia yang melaksanakan peranan dan pengobatan penderita secara pasif, dengan jangkauan penderita diperkirakan 1,6% (33).3 II.3 Segitiga Epidemiologi Faktor HostUmur merupakan faktor terpenting dari Host pada TBC. Terdapat 3 puncak kejadian dan kematian : Paling rendah pada awal anak (bayi) dengan orang tua penderita Paling luas pada masa remaja dan dewasa muda sesuai dengan pertumbuhan, perkembangan fisik-mental dan momen kehamilan pada wanita Puncak sedang pada usia lanjut

Dalam perkembangannya, infeksi pertama semakin tertunda, walau tetap tidak berlaku pada golongan dewasa, terutama pria dikarenakan penumpukan grup sampel usia ini atau tidak terlindung dari resiko infeksi. Pria lebih umum terkena, kecuali pada wanita dewasa muda yang diakibatkan tekanan psikologis dan kehamilan yang menurunkan resistensi.Penduduk dengan sosialekonomi rendah memiliki laju lebih tinggi.Aspek keturunan dan distribusi secara familial sulit terinterprestasikan dalam TBC, tetapi mungkin mengacu pada kondisi keluarga secara umum dan sugesti tentang pewarisan sifat resesif dalam keluarga.Kebiasaan sosial dan pribadi turut memainkan peranan dalam infeksi TBC, sejak timbulnya ketidakpedulian dan kelalaian.Status gizi, kondisi kesehatan secara umum, tekanan fisik-mental dan tingkah laku sebagai mekanisme pertahanan umum juga berkepentingan besar.Imunitas spesifik dengan pengobatan infeksi primer memberikan beberapa resistensi, namun sulit untuk dievaluasi.4

FaktorAgent(Mycobacterium tuberculosis)Karakteristik alami dari agen TBC hampir bersifat resisten terhadap disifektan kimia atau antibiotika dan mampu bertahan hidup pada dahak yang kering untuk jangka waktu yang lama. PadaHost, daya infeksi dan kemampuan tinggal sementaraMycobacterium Tuberculosissangat tinggi. Patogenesis hampir rendah dan daya virulensinya tergantung dosis infeksi dan kondisiHost. Sifat resistensinya merupakan problem serius yang sering muncul setelah penggunaan kemoterapi moderen, sehingga menyebabkan keharusan mengembangkan obat baru. Umumnya sumber infeksinya berasal dari manusia dan ternak (susu) yang terinfeksi. Untuk transmisinya bisa melalui kontak langsung dan tidak langsung, serta transmisi kongenital yang jarang terjadi.4

EtiologiPenyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis, sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um. Yang tergolong dalam kuman Mycobacterium tuberculosae complex adalah : 1). M.tuberculosae, 2). Varian Asian, 3). Varian African 4). Varian African II, 5). M.bovis. Pembagian tersebut adalah berdasarkan perbedaan secara epidemiologi.5Kelompok kuman Mycobacteria Other Than TB (MOTT, atypical adalah : 1. M.kansasi, 2. M.avium 3. M.intracellulare 4. M.scrofulaceum 5. M. malmacerse, 6. M.xenopi.Sebagian besar dinding kuman terdiri atas asam lemak (lipid), kemudian peptidoglikan dan arabinomannan. Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam (asam alcohol) sehingga disebut bakteri tahan asam (BTA) dan ia juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisis. Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan kering (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menajdikan penyakit tuberkulosis menjadi aktif lagi.Di dalam jaringan, kuman hidup sebagai parasit intraselular yakni dalam sitoplasma makrofag. Makrofag yang semula memfagositasi malah kemudian disenanginya karena banyak mengandung lipid.5Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen pada bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari bagian lain, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis.5

Gambar 1. Mycobacterium tuberculosis(Sumber : http://medicineworld.org/news/news-archives/infectious-disease-news/june-17-2012.html)

Faktor LingkunganDistribusi geografis TBC mencakup seluruh dunia dengan variasi kejadian yang besar dan prevalensi menurut tingkat perkembangannya. Penularannya pun berpola sekuler tanpa dipengaruhi musim dan letak geografis.Keadaan sosial-ekonomi merupakan hal penting pada kasus TBC. Pembelajaran sosiobiologis menyebutkan adanya korelasi positif antara TBC dengan kelas sosial yang mencakup pendapatan, perumahan, pelayanan kesehatan, lapangan pekerjaan dan tekanan ekonomi. Terdapat pula aspek dinamis berupa kemajuan industrialisasi dan urbanisasi komunitas perdesaan. Selain itu, gaji rendah, eksploitasi tenaga fisik, penggangguran dan tidak adanya pengalaman sebelumnya tentang TBC dapat juga menjadi pertimbangan pencetus peningkatan epidemi penyakit ini.Pada lingkungan biologis dapat berwujud kontak langsung dan berulang-ulang dengan hewan ternak yang terinfeksi adalah berbahaya.4

Syarat Rumah SehatMenurut WHO, rumah sehat dapat diartikan sebagai tempat berlindung dan tempat beristirahat, sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik, rohani, maupuan sosial. Rumah sehat harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :1. Memenuhi kebutuhan fisiologis, antara lain: :a. Pencahayaanb. Ventilasi (penghawaan)Ventilasi penting untuk untuk pertukaran udara dalam ruangan sehingga temperature dan kelembapan udara dalam ruangan dapat terjaga secara optimal. Sebaiknya suhu udara dalam ruangan lebih rendah minimal 4oC dari suhu udara luar untuk daerah tropis. Ventilasi yang baik harus memenuhi syarat antara lain :1) Luas lubang ventilasi tetap minimal 5% luas lantai, sedangkan luas lubang ventilasi insidentil (bisa dibuka dan ditutup) minimal 5% luas lantai sehingga jumlah keduanya 10% luas lantai.2) Udara yang masuk adalah udara bersih bebas dari cemaran asap sampah atau pabrik dan knalpot kendaraan, debu dan lain-lain.3) Aliran udara hendaknya cross ventilation dengan menempatkan lubang hawa pada lubang yang berhadapan antara dua dinding ruangan4) Kelembaban udara dijaga tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah.c. Tidak ada gangguan suara atau kegaduhanKegaduhan dapat diartikan suara yang menggangu dan dapat menyebabkan gangguan terhadap kesehatan baik yang berasal dari dalam maupun luar rumah.d. Cukup tempat untuk bermain anakAnak-anak memerlukan tempat/ruang untuk bermain sehingga mempunyai kesempatan untuk bergerak, bermain leluasa di rumah agar pertumbuhan badannya akan lebih baik, mengurangi kesempatan anak bermain di tempat-tempat yang berbahaya seperti di jalan raya.62. Memenuhi kebutuhan psikologisMemenuhi kebutuhan psikologis antara lain cukup aman dan nyaman bagi masing-masing penghuninya, pada lingkungan tempat tinggal yang baik dan homogen, penataan perabotan sesuai dengan ruangan yang tersedia, terdapat water closed dan kamar mandi yang terjaga kebersihannya, pada halaman rumah ditanami tanaman hias untuk memperindah pandangan.63. Mencegah penularan penyakitHal-hal yang harus diperhatikan antara lain : Tersedia air bersih yang cukup dan memenuhi syarat kesehatan Bebas dari kehidupan serangga dan tikus Terdapat pembuangan sampah yang memenuhi syarat Terdapat sistem pembuangan air limbah yang memenuhi syarat Terdapat pembuangan tinja Bebas pencemaran makanan dan minuman 4. Mencegah terjadinya kecelakaanRumah yang sehat harus dapat mencegah atau setidaknya dapat mengurangi kecelakaan termasuk jatuh, keruntuhan/roboh, kena benda tajam, keracunan dan kebakaran.6

Persyaratan Rumah Sehat Hubungannya Dengan Tuberkulosis ParuPersyaratan rumah sehat tidak hanya dilihat dari bentuk bangunannya, tetapi juga diperhatikan kenyamanan dan kesegaran serta lingkungan sekitarnya. Rumah yang memenuhi syarat secara fisik adalah rumah yang cukup luas bagi penghuninya (tidak over crowded), ventilasi memenuhi syarat, konstruksi lantai dan pencahayaan sinar matahari cukup sehingga dapat melindungi penghuninya dari gangguan kesehatan seperti penularan penyakit tuberkulosis paru.61. Kepadatan PenghuniMac Gregor mengatakan bahwa ukuran luas ruangan suatu rumah erat hubungan kejadian tuberkulosis paru. Disamping itu Asosiasi Pencegahan Tuberkulosis Paru Bradbury menyimpulkan secara statistik bahwa kejadian tuberkulosis paru paling besar diakibatkan oleh keadaan rumah yang tidak memenuhi syarat pada luas ruangannya. Semakin padat penghuni rumah akan semakin cepat pula udara didalam rumah tersebut mengalami pencemaran, karena jumlah penghuni yang semakin banyak akan berpengaruh terhadap kadar oksigen didalam ruangan tersebut, begitu juga kadar uap air dan suhu udaranya. Oksigen sangat diperlukan manusia terutama untuk proses metabolisme tubuh. Pada saat bernafas manusia menghirup oksigen (O2) dan mengeluarkan karbon dioksida (CO2). Over crowding dapat menimbulkan efek-efek negative terhadap kesehatan fisik, mental, maupun moral. Penyebaran atau penularan penyakit di rumah yang padat penghuninya seringkali lebih cepat terjadi.Menurut Depkes, kepadatan penghuni diketahui dengan membandingkan luas lantai rumah dengan jumlah penghuni, dengan ketentuan untuk daerah perkotaan 6 m2 per orang dan pedesaan 10 m2 per orang.6

2. VentilasiVentilasi merupakan lubang yang berfungsi untuk mengeluarkan udara kotor dan memasukkan udara bersih sehingga kondisi udara di ruangan selalu dalam keadaan segar.Ketidaknyamanan di dalam ruangan adalah sesak yang disebabkan oleh kelembaban udara yang meningkat, gerakan angin tidak ada dan temperatur. Jadi ketidaknyaman dalam ruangan mulai terasa apabila udara terasa sudah jenuh oleh keringat dan temperature udara sudah mendekati atau sama dengan temperature tubuh. Apabila udara mulai bergerak dengan adanya ventilasi baik lewat lubang / jendela maupun kipas angin maka kejenuhan udara mulai berkurang dan perasaan nyaman terasa kembali. Apabila suatu ruang tidak mempunyai ventilasi atau ventilasinya kurang baik akan mebahayakan kesehatan, apalagi apabila di ruang tersebut terjadi pencemaran oleh bakteri (penderita tuberkulosis paru) atau oleh berbagai zat kimia.6Ada beberapa pendapat tentang kondisi yang dianggap paling baik dalam rumah yaitu :Pendapat dariTemperatur (suhu)Kelembaban

MC. Nall73-77oF (23-25oC)20-60%

Joseph Lubart68-76oF (20-24oC)10-50%

Ashrae77,5oF 70%

3. Pencahayaan sinar matahariCahaya sinar matahari selain berguna untuk menerangi ruang juga mempunyai daya untuk membunuh bakteri, hal ini telah dibuktikan oleh Robert Koch (1843-1910), bahwa sinar apapun dapat membunuh kuman dalam waktu cepat maupun lambat.Dari hasil suatu penelitian dengan melewatkan cahaya matahari pada berbagai warna kaca terhadap kuman tuberkulosis didapatkan data sebagai berikut:Warna kacaWaktu mematikan (menit)

Hijau45

Merah20-30

Biru 10-20

Tidak berwarna5-10

Dengan pengetahuan akan sifat sinar matahari yang mematikan kuman maka sinar matahari dapat dimanfaatkan untuk mencegah penyakit tuberkulosis paru yaitu dengan mengusahakan masuknya sinar matahari pagi ke dalam rumah. Diutamakan sinar matahari pagi karena cahaya sinar matahari pagi banyak mengandung sinar ultraviolet yang dapat mematikan kuman.6

4. Kelembaban udara dalam rumahKelembaban udara di dalam rumah minimal 40-50% dan suhu ruangan yang ideal 20-25oC. Hal ini diperhatikan karena kelembaban di dalam rumah akan mempengaruhi berkembangbiaknya mikroorganisme termasuk Mycobacterium tuberculosis. Kelembaban di rumah dapat disebabkan oleh tiga faktor yaitu : kelembaban yang naik dari tanah (rising damp),merembes melalui dinding, dan bocor melalui atap (roof leaks).6 Periode Pathogenesis (Interaksi Host-Agent)Interaksi terutama terjadi akibat masuknya Agent ke dalam saluran respirasi dan pencernaan Host. Contohnya Mycobacterium melewati barrier plasenta, kemudian berdormansi sepanjang hidup individu, sehingga tidak selalu berarti penyakit klinis. Infeksi berikut seluruhnya bergantung pada pengaruh interaksi dari Agent, Host dan Lingkungan.Penderita TB BTA positif merupakan sumber terjadinya penularan. Ketika batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman boleh bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Jika droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernafasan, maka orang tersebut akan terinfeksi. Selama kuman tersebut masuk dalam tubuh melalui saluran pernafasan, ia dapat menyebar dari paru ke bahagian tubuh lainnya.Daya penuluran seorang penderita ditentukan oleh banyakknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Semakin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, semakin tinggi penularan penderita tersebut. Jika hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita dianggap tidak menular. Kemungkinan seseorang terinfeksi TB ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.

Gambar 2. Alur penyebaran bakteri TB(Sumber : http://www.google.com/imgres?q=alur+penyebaran+bakteri+tb&client=firefox-a&sa=X&rls=org.mozilla:en-US:official&biw=1366&bih=632&tbm=isch&tbnid=PjZmI6uUklVg1M:&imgrefurl=http://jundul.wordpress.com/2008/09/&docid=w9sK54HvACdJ9M&imgurl=http://i524.photobucket.com/albums/cc325/undun_06/organ%252520tubuh/PenyakitTBC.jpg&w=349&h=378&ei=rnHRUZzuAYP4rQfW1ICwAQ&zoom=1&ved=1t:3588,r:3,s:0,i:90&iact=rc&page=1&tbnh=163&tbnw=150&start=0&ndsp=19&tx=56&ty=88 )

Cara penularanLingkungan hidup yang sangat padat dan pemukiman di wilayah perkotaan kemungkinan besar telah mempermudah proses penularan dan berperan sekali atas peningkatan kasus jumlah TB. Proses terjadinya infeksi oleh M.tuberculosis biasanya secara inhalasi , sehingga TB paru merupakan manifestasi klinis yang paling sering dibanding organ lainnya. Penularan penyakit inisebagian besar melalui inhalasi basil yang mengandung droplet nuclei, khususnya yang didapat dari pasien TB paru dengan batuk berdarah atau berdahak yang mengandung basil tahan asam (BTA).5 Berikut uraian mengenai cara penularan dari TB ini : Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.3Risiko penularan Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak. Pasien TB paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar dari pasien TB paru dengan BTA negatif. Risiko penularan setiap tahunnya di tunjukkan dengan Annual Risk of Tuberculosis Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko terinfeksi TB selama satu tahun. ARTI sebesar 1%, berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000 penduduk terinfeksi setiap tahun. Menurut WHO ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3%. Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin negative menjadi positif.3Risiko menjadi sakit TB Hanya sekitar 10% yang terinfeksi TB akan menjadi sakit TB. Dengan ARTI 1%, diperkirakan diantara 100.000 penduduk rata-rata terjadi 1000 terinfeksi TB dan 10% diantaranya (100 orang) akan menjadi sakit TB setiap tahun. Sekitar 50 diantaranya adalah pasien TB BTA positif. Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien TB adalah daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya infeksi HIV/AIDS dan malnutrisi (gizi buruk). Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sistem daya tahan tubuh seluler (cellular immunity) dan merupakan faktor risiko paling kuat bagi yang terinfeksi TB untuk menjadi sakit TB (TB Aktif). Bila jumlah orang terinfeksi HIV meningkat, maka jumlah pasien TB akan meningkat, dengan demikian penularan TB di masyarakat akan meningkat pula.3

II.4 Gejala klinisKeluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam atau malah banyak pasien yang ditemukan TB paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan kesehatan. Keluhan yang terbanyak adalah ;1. DemamBiasanya subfebril menyerupai demam influenza, tetapi kadang-kadang panas badan dapat mencapai 40-41oC. Serangan demam pertama dapat sumbuh sebentar, tetapi kemudian dapat timbul kembali.Begitulah seterusnya hilang timbulnya demam influenza ini, sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari serangan demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman tuberkulosis yang masuk.52. Batuk/Batuk DarahGejala ini banyak ditemukan. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar. Karena terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama, mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atang berbulan-bulan peradangan bermula.Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non-produktif)kemudian setelah timbul peradangan menjai produktif (menghasilkan sputum). Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberkulosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.53. Sesak NapasPada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas. Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru.54. Nyeri DadaGejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien menarik/ melepaskan napasnya.55. MalaisePenyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering ditemukan berupa anoreksia tidak ada nafsu makan, badan makin kurus (berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam, dll. Gejala malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.5

II.5 Diagnosis Diagnosis tuberkulosis pada orang dewasaDiagnosis TBC Paru pada orang dewasa dapat ditegakkan dengan ditemukannya BTA pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis hasil pemeriksaan dinyatakan positif apabila sedikitnya dua dari tiga spesimen SPS BTA hasilnya positif. 3,5,7Bila hanya 1 spesimen yang positif perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut yaitu foto rontgen dada atau pemeriksaan dahak SPS diulang Kalau hasil rontgen mendukung TBC, maka penderita didiagnosis sebagai penderita TBC positif Kalau hasil rontgen tidak mendukung TBC maka pemeriksaan dahak SPS diulangiApabila fasilitas memungkinkan maka dilakukan pemeriksaan lain misalnya biakan. Bila ketiga spesimen dahak hasilnya negatif diberikan antibiotik spektrum luas (misalnya kotrimoksasol atau Amoksisilin) selama 1-2 minggu bila tida ada perubahan namun gejala klinis tetap mencurigakan TBC ulangi pemeriksaan dahak SPS. Kalau hasil SPS positif diagnosis sebagai penderita TBC BTA positif. Kalau hasil SPS tetap negatif lakukan pemeriksaan foto rontgen dada untuk mendukung diagnosis TBC. Bila hasil rontgen mendukung TBC didiagnosis sebagai penderita TBC BTA negatif rontgen positif. Bila hasil rontgen tidak di dukung TBC penderita tersebut bukan TBC.UPK (Unit Pelayanan Kesehatan) yang tidak memiliki fasilitas rontgen penderita dapat dirujuk untuk foto rontgen dada.Pada saat ini uji tuberkulin tidak mempunyai arti dalam menentukan diagnosis TBC pada orang dewasa sebab sebagian besar masyarakat sudah terinfeksi dengan Mycobacterium tuberculosis karena tingginya prevalensi TBC. Suatu uji tuberkulin positif hanya menunjukkan bahwa yang bersangkutan pernah terpapar dengan mycobacterium tuberculosis dilain pihak hasil uji tuberkulin positif hanya menunjukan bahwa yang bersangkutan pernah terpapar dengan mycobacterium tuberculosis dilain pihak hasil ujituberkulin dapat negatif meskipu orang tersebut menderita tuberkulosis misalnya pada penderita HIV/AIDS malnutrisi berat TBC miller dan morbili. 3,5,7

Gambar 3. Skema Diagnosis TBC Paru pada orang dewasa(Sumber : http://getfreeartikel.wordpress.com/2011/05/15/tuberculosis-tbc/) Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu pagi sewaktu (SPS) Diagnosis TB paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB. Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui pemeriksan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjan sesuai dengan indikasinya. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis. Gambaran kelainan radiologik paru tidak selalu menunjukan aktifitas penyakit.

Gambar 4: Gambaran pemeriksaan Rontgen dada pasien TBCSumber: (http://getfreeartikel.wordpress.com/2011/05/15/tuberculosis-tbc/) Diagnosis Tuberkulosis pada anakDiagnosis TB pada anak sulit sehingga sering terjadi misdiagnosis baik overdiagnosis maupun underdiagnosis. Pada anak-anak batuk bukan merupakan gejala utama. Pengambilan dahak pada anak biasanya sulit, maka diagnosis TB anak perlu kriteria lain dengan menggunakan sistem skor.3Unit Kerja Koordinasi Respirologi PP IDAI telah membuat Pedoman Nasional Tuberkulosis Anak dengan menggunakan sistem skor (scoring system), yaitu pembobotan terhadap gejala atau tanda klinis yang dijumpai. Pedoman tersebut secara resmi digunakan oleh program nasional penanggulangan tuberkulosis untuk diagnosis TB anak. Lihat tabel tentang sistem pembobotan (scoring system) gejala dan pemeriksaan penunjang.Setelah dokter melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, maka dilakukan pembobotan dengan sistem skor. Pasien dengan jumlah skor yang lebih atau sama dengan 6 (>6), harus ditatalaksana sebagai pasien TB dan mendapat OAT (obat anti tuberkulosis). Bila skor kurang dari 6 tetapi secara klinis kecurigaan kearah TB kuat maka perlu dilakukan pemeriksaan diagnostik lainnya sesuai indikasi, seperti bilasan lambung, patologi anatomi, pungsi lumbal, pungsi pleura, foto tulang dan sendi, funduskopi, CT-Scan, dan lain lainnya.3

Gambar 5. Sistem scoring gejala dan pemeriksaan penunjang TB anak.3Pada anak hal ini sulit dan jarang didapat sehingga sebagian besar diagnosis TBC anak didasarkan atas gambar klinis gambar foto rontgen dada dan uji tuberkulin. Untuk itu penting memikirkan adanya TBC pada anak kalau terdapat tanda tanda yang mencurigakan atau gejala gejala seperti dibawah ini :1) Seorang anak harus dicurugai menderita tuberkulosis kalau Mempunyai sejarah kontak erat ( serumah ) dengan penderita TBC BTA positif Terdapat reaksi kemerahan cepat setelah penyuntikan BCG ( dalam 37 hari ) Terdapat gejala umum TBC2) Gejala umum TBC pada anak Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas dan tidak naik dalam 1 bulan meskipun sudah dengan penanganan gizi yang baik (failure to thrive). Nafsu makan tidak ada (anorexia) dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak naik (failure to thrive) dengan adekuat. Demam lama/berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria atau infeksi saluran nafas akut) dapat disertai keringat malam. Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit biasanya multipel paling sering di daerah leher ketiak dan lipatan paha (inguinal). Gejalagejala dari saluran nafas misalnya batuk lama lebih dari 30 hari (setelah disingkirkan sebab lain daribatuk) tanda cairan didada dan nyeri dada. Gejala-gejala dari saluran cerna misalnya diare berulang yang tidak sembuh dengan pengobatan di are benjolan (masa) di abdomen dan tanda-tanda cairan dalam abdomen.3) Gejala spesifik Gejala-gejala ini biasanya tergantung pada bagian tubuh mana yang terserang misalnya : TBC Kulit/skrofuloderma TBC tulang dan sendi : Tulang punggung ( spondilitis ) : gibbus Tulang panggul ( koksitis ) : pincang pembengkakan dipinggul Tulang lutut : pincangdan / atau bengkak tulang kaki dan tangan TBC Otak dan Saraf: Meningitis : dengan gejala iritabel kaku kuduk muntah-muntah dan kesadaran menurun Gejala mata : Konjungtivitis flikten ularis Tuberkel koroid ( hanya terlihat dengan funduskopi )4). Uji Tuberkulin ( Mantoux )Uji tuberkulin dilakukan dengan cara Mantoux ( pernyuntikan intrakutan ) dengan semprit tuberkulin 1 cc jarum nomor 26. Tuberkulin yang dipakai adalah tuberkulin PPD RT 23 kekuatan 2 TU. Pembacaan dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikan. Diukur diameter transveral dari indurasi yang terjadi. Ukuran dinyatakan dalam milimeter, uji tuberkulin positif bila indurasi >10 mm ( pada gizi baik ), atau >5 mm pada gizi buruk.Bila uji tuberkulin positif, menunjukkan adanya infeksi TBC dan kemungkinan ada TBC aktif pada anak. Namun uji tuberkulin dapat negatif pada anak TBC dengan anergi ( malnutrisi, penyakit sangat berat pemberian imunosupresif,dll). Jika uji tuberkulin meragukan dilakukan uji ulang.5) Reaksi Cepat BCGBila dalam penyuntikan BCG terjadi reaksi cepat ( dalam 3-7 hari ) berupa kemerahan dan indurasi > 5 mm, maka anak tersebut dicurigai telah terinfeksi Mycobacterium tubercolosis.6) Foto Rontgen dadaGambar rontgen TBC paru pada anak tidak khas dan interpretasi foto biasanya sulit, harus hati-hati kemungkinan bisa overdiagnosis atau underdiagnosis. Paling mungkin kalau ditemukan infiltrat dengan pembesar kelenjar hilu atau kelenjar paratrakeal.Foto rontgen dada sebaiknya dilakukan PA ( postero- Anterior ) dan lateral, tetapi kalau tidak mungkin PA saja.7) Pemeriksaan mikrobiologi dan serologiPemeriksaan BTA secara mikroskopis langsung pada anak biasanya dilakukan dari bilasan lambung karena dahak sulit didapat pada anak. Pemeriksaan BTA secara biakan ( kultur ) memerlukan waktu yang lama cara baru untuk mendeteksi kuman TBC dengan cara PCR ( Polymery chain Reaction ) atau Bactec masih belum dapat dipakai dalam klinis praktis. Demikian juga pemeriksaan serologis seperti Elisa, Pap, Mycodot dan lain-lain masih memerlukan penelitian lebih lanjut untuk pemakaian dalam klinis praktis. 3,5Tujuan Penanggulangan TB paru1. Jangka panjangMenurunkan angka kesakitan dan angka kematian yang diakibatkan penyakit TB paru dengan cara memutuskan rantai penularan, sehingga penyakit TB paru tidak lagi merupakan masalah kesehatan masyarakat Indonesia.

2. Jangka pendek Tercapainya angka kesembuhan minimal 85% dari semua penderita BTA positif yang ditemukan. Tercapainya cakupan penemuan penderita secara bertahap sehingga pada tahun 2006 dapat mencapai 70% dari perkiraan semua penderita baru BTA positif.

Strategi penemuan (Case Finding TBC)Penemuan pasien TB, secara umum dilakukan secara pasif dengan promosi aktif. Penjaringan tersangka pasien dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes); didukung dengan penyuluhan secara aktif, baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat, untuk meningkatkan cakupan penemuan tersangka pasien TB. Pelibatan semua layanan dimaksudkan untuk mempercepat penemuan dan mengurangi keterlambatan pengobatan. Penemuan secara aktif pada masyarakat umum, dinilai tidak cost efektif.3 Penemuan secara aktif dapat dilakukan terhadap : kelompok khusus yang rentan atau beresiko tinggi sakit TB seperti pada pasien dengan HIV (orang dengan HIV AIDS) kelompok yang rentan tertular TB seperti di rumah tahanan, lembaga pemasyarakatan (para narapidana), mereka yang hidup pada daerah kumuh, serta keluarga atau kontak pasien TB, terutama mereka yang dengan TB BTA positif. pemeriksaan terhadap anak dibawah lima tahun pada keluarga TB harus dilakukan untuk menentukan tindak lanjut apakah diperlukan pengobatan TB atau pegobatan pencegahan. Kontak dengan pasien TB resistan obat

Aktif. Mengadakan pertemuan dengan masyarakat untuk menjelaskan tentang tanda-tanda penyakit dan cara pengobatannya. Kader kesehatan/posyandu, kader dasa wisma dan kader lainnya diharapkan dapat membantu menemukan penderita. Kunjungan rumah dilakukan oleh petugas Puskesmas; terutama dengan adanya Bidan desa diharapkan penemuan penderita secara aktif dapat ditingkatkan. Penerapan manajemen tatalaksana terpadu bagi kasus dengan gejala dan tanda yang sama dengan gejala TB, seperti pendekatan praktis menuju kesehatan paru (PAL = practical approach to lung health), manajemen terpadu balita sakit (MTBS), manajemen terpadu dewasa sakit (MTDS) akan membantu meningkatkan penemuan kasus TB di layanan kesehatan, mengurangi terjadinya misopportunity kasus TB dan sekaligus dapat meningkatkan mutu layanan. Tahap awal penemuan dilakukan dengan menjaring mereka yang memiliki gejala: Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan. Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain.

Mengingat prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap orang yang datang ke Fasyankes dengan gejala tersebut diatas, dianggap sebagai seorang tersangka (suspek) pasien TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung. Suspek TB MDR adalah semua orang yang mempunyai gejala TB dengan salah satu atau lebih kriteria suspek dibawah ini:31. Pasien TB yang gagal pengobatan kategori 2 (kasus kronik)2. Pasien TB tidak konversi pada pengobatan kategori 2.3. Pasien TB dengan riwayat pengobatan TB di fasyankes Non DOTS.4. Pasien TB gagal pengobatan kategori 1.5. Pasien TB tidak konversi setelah pemberian sisipan.6. Pasien TB kambuh.7. Pasien TB yang kembali berobat setelai lalai/default.8. Pasien TB dengan riwayat kontak erat pasien TB MDR9. ODHA dengan gejala TB-HIV.

Pemeriksaan dahak mikroskopisPemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS) : S (sewaktu): dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua. P (Pagi): dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur. Pot dahak dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di Fasyankes. S (sewaktu): dahak dikumpulkan di Fasyankes pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi. Pengambilan 3 spesimen dahak masih diutamakan dibanding dengan 2 spesimen dahak mengingat masih belum optimalnya fungsi sistem dan hasil jaminan mutu eksternal pemeriksaan laboratorium.3

Pemeriksaan BiakanPeran biakan dan identifikasi M. Tuberkulosis pada pengendalian TB adalah untuk menegakkan diagnosis TB pada pasien tertentu, yaitu :- Pasien TB Ekstra Paru- Pasien Tb Anak- Pasien TB BTA Negatif

Pemeriksaan tersebut dilakukan jika keadaan memungkinkan dan tersedia laboratorium yang telah memenuhi standar yang ditetapkan.3

Uji Kepekaan Obat TBUji kepekaan obat TB bertujuan untuk resistensi M. Tuberkulosis terhadap OAT. Uji kepekaan obat tersebut harus dilakukan di laboratorium yang tersertifikasi dan lulus pemantapan mutu atau Quality Assurance (QA). Pemeriksaan tersebut ditujukan untuk diagnosis pasien TB yang memenuhi kriteria suspek TB-MDR.3

Program Pemberantasan Penyakit Tuberkulosis Paru di PuskesmasTujuan: menurunkan angka kesakitan dan kematian tuberculosis paru dengan memutuskan rantai penularan melalui upaya pengobatan penderita menular sampai sembuh.8Kegiatan:a. Pengamatan Epidemiologi dan Tindakan Pemberantasan Penderita tuberculosis paru yang ditemukan baik pada kunjungan dalam gedung maupun luar gedung Puskesmas harus dicatat dan dilaporkan sesuai dengan ketentuan pencatatan dan pelaporan Puskesmas yang berlaku. Setiap penderita tersangka tuberculosis paru yang berumur 15 tahun ke atas harus diperiksa dahaknya sebanyak tiga kali berturut-turut dalam seminggu Bila dalam pemeriksaan tiga kali berturut-turut dalam seminggu tidak ditemukan BTA, penderita tersangkaitu harus selalu berada dalam pengawasan dan dianjurkan kembali sebulan kemudian untuk pemeriksaan dahak lagi. Bila dalam dahaknya ditemukan BTA, berikanlah penjelasan tentang pengobatan yang harus dijalaninya. Susunlah jadwal minum obat TB bersama-sama dengan penderita dan pengawas pengobatan (salah seorang keluarga penderita) yang telah disepakati bersama. Obat anti TB yang digunakan dalam program pemeberantas TB paru merupakan kombinasi beberapa obat yang diberikan selama 6 bulan dan dikenal sebagai paduan obat jangka pendek. Berikanlah petunjuk kepada penderita untuk mencegah penyebaran penyakit dengan: menutup mulut sewaktu batuk atau bersin, menggunakan tempat dahak yang tertutup dan diisi dengan larutan Lysol. Apabila tidak mungkin keluarkan dahak di tempat yang langsung menerima sinar matahari, menjaga rumah selalu terbuka di siang hari agar peredaran hawa baik dan sinar matahari masuk. Kunjungilah penderita dirumahnya jika penderita tidak mengontrol penyakitnya selama satu minggu.8

b. Penilaian Pengobatan Untuk menilai keberhasilan setiap tahap pengobatan dan setelah selesai pengobatan perlu diperiksa dahaknya pada awal bulan IV dan pada akhir masa pengobatan (selayaknya pada akhir bulan VI). Pemeriksaan dilakukan tiga kali berturut-turut dalam seminggu. Bila pada pemeriksaan dahak ini ditemukan BTA positif, harus dilakukan biakan dahak. Bila biakan tidak tumbuh berarti BTA yang ditemukan adalah Mycobacterium tuberculosis yang mati. Bila biakan tumbuh harus dilakukan pemeriksaan kekebalan kuman (tes resistensi) terhadap OAT paduan jangka yang digunakan. Penderita dinyatakan sembuh bila pada akhir masa pengobatan tidak ditemukan BTA pada pemeriksaan dahaknya selama tiga kali berturut-turut selama seminggu. Bila pada akhir pengobatan pemeriksaan dahak secara mikroskopik memberikan hasil BTA positif dan biakannya tidak tumbuh, maka penderita ini dinyatakan sembuh. Pengobatan dinyatakan gagal (penderita tidak sembuh) bila pada akhir masa pengobatan ditemukan BTA pada akhir pemeriksaan dahaknya tiga kali berturut-turut dalam seminggu. Bila pada akhir masa pengobatan pemeriksaan dahak secara mikroskopik memberikan hasil BTA positif dan biakannya tumbuh tetapi pemeriksaan kekebalan kuman (tes resistensi) memperlihatkan kuman masih rentan (sensitif) terhadapa obat jangka pendek, maka pengobatan diulangi kembali awal dengan menggunakan obat jangka pendek tersebut.8 Bila pada akhir pengobatan pemeriksaan dahak secara mikroskopik memberikan hasil BTA positif dan biakannya tumbuh dan pemeriksaan kekebalan kuman (tes resistensi) memperlihatkan kuman sudah kebal (resisten) terhadap paduan obat jangka pendek, maka pengobatan dinyatakan gagal dan penderita harus dirujuk ke unit pelayanan kesehatan yang lebih ahli.8

c. Rujukan Penderita Indikasi Rujukan : Penderita yang dalam pemeriksaan dahak berkala telah menunjukkan terjadinya konversi namun keluhan tetap ada dan keadaan umum semakin berat. Penderita yang mengalami kegagalan pengobatan disertai dengan kekebalan kuman terhadap salah satu atau beberapa obat anti-tuberkulosis yang pernah dipakai. Penderita tidak tahan terhadap obat (drug intolerance)8

d. Penyuluhan Kesehatan Pentingnya penyuluhan kesehatan harus dimengerti dan dipahami secara mendalam oleh petugas kesehatan, karena upaya ini berhubungan dengan perilaku manusia/masyarakat. Kegiatan penyuluhan dalam program pemberantasan tuberculosis paru dilakukan oleh petugas kesehatan baik di dalam maupun di luar gedung Puskesmas. Sasaran penyuluhan adalah penderita tuberculosis paru, keluarga penderita serta masyarakat. Penyuluhan kepada penderita bertujuan meningkatnya kegiatan pengendalian penderita sehingga angka putus berobat kurang dari 10%. Penyuluhan kepada penderita dilakukan oleh petugas kesehatan pada setiap kesempatan yang ada, misalnya pada waktu pemberian obat, pada waktu pemeriksaan dahak, pada waktu kunjungan rumah atau kegiatan lain yang berhubungan dengan penderita. Berikanlah penyuluhan kepada masyarakat agar masyarakat mau bekerjasama dalam rencana penemuan, pengobatan dan vaksinasi BCG.II.5 Pengobatan Tuberkulosis

Jenis Dan Dosis OATa) Isoniasid ( H )Dikenal dengan INH, bersifat bakterisid, dapat membunuh 90 % populasi kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan. Obat ini sanat efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolik aktif yaitu kuman yang sedang berkembang,Dosis harian yang dianjurkan 5 mg/kg BB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 10 mg/kg BB.3b) Rifampisin ( R )Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman semi dormant ( persister ) yang tidak dapat dibunuh oleh isoniasid dosis 10 mg/kg BB diberikan sama untuk mengobatan harian maupun intermiten 3 kali seminggu.

c) Pirasinamid ( Z )Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan suasana asam. Dosis harian yang dianjurkan 25 mg/kg BB ,sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 35 mg/kg BB.

d) Streptomisin ( S )Bersifat bakterisid . Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis yang sama penderita berumur sampai 60 tahun dasisnya 0,75 gr/hari sedangkan unuk berumur 60 tahun atau lebih diberikan 0,50 gr/hari.

e) Etambulol ( E)Bersifat sebagai bakteriostatik . Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis 30 mg/kg/BB.3

Prinsip PengobatanObat TBC diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan, supaya semua kuman (termasuk kuman persister) dapat dibunuh.Dosis tahap intensif dan dosis tahap lanjutan ditelan sebagai dosis tunggal, sebaiknya pada saat perut kosong. Apabila paduan obat yang digunakan tidak adekuat (jenis, dosis dan jangka waktu pengobatan), kuman TBC akan berkembang menjadi kuman kebal obat (resisten). Untuk menjamin kepatuhan penderita menelan obat, pengobatan perlu dilakukan dengan pengawasan langsung (DOTS=Directly Observed Treatment Short Course) oleh seorang pengawas Menelan Obat (PMO).Pengobatan TBC diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan lanjutan.3

Tahap IntensifPada tahap intensif ( awal ) penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua OAT terutama rifampisin. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat biasanya penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu sebagian besar penderita TBC BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) pada akhir pengobatan intensif. Pengawasan ketat dalam tahap intensif sangat penting untuk mencegah terjadinya kekebalan obat.3

Tahap LanjutanPada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit , namun dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister ( dormant ) sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.

Paduan OAT Di IndonesiaWHO dan IUATLD (Internatioal Union Against Tuberculosis and lung Disease) merekomendasikan paduan OAT Standar :3Yaitu :Kategori 1 : 2HRZE / 4 H3R3 2HRZE / 4 HR 2HRZE / 6 HEKategori 2: 2HRZES / HRZE /5H3R3E3 2HRZES / HRZE / 5HREKategori 3: 2HRZ / 4H3R3 2HRZ / 4 HR 2HRZ / 6 HE

Program Nasional Penanggulangan TBC di Indonesia menggunakan paduan OATKategori 1 : 2 HRZE / 4H3R3Kategori 2 : 2HRZES / HRZE / 5H3R3E3Kategori 3 : 2 HRZ / 4H3R3

Disamping ketiga kategori ini disediakan paduan obat sisipan ( HRZE ). Panduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket kombipak dengan tujuan untuk memudahkam pemberian obat dan menjamin kelangsungan ( kontinuitas ) pengobatan sampai selesai satu paket untuk satu penderita dalam satu masa pengobatan.3a) Kategori -1 ( 2HRZE / 4H3R3 )Tahap intensif terdiri dari Isoniasid (H), Rifampisin (R), Pirasinamid (Z) dan Etambutol (E) Obat-obat tersebut diberikan setiap hari selama 2 bulan ( 2HRZE ). Kemudian diteruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri dari isoniasid ( H) dan Rifampisin ( R ) diberikan tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan ( 4 H3R3 ).Obat ini diberikan untuk : Penderita baru TBC Paru BTA Positif Penderita TBC Paru BTA negatif Rontgen positif yang sakit berat dan Penderita TBC Ekstra Paru berat.

Tabel 2. Panduan OAT kategori 1Tahap pengobatanLamanya pengobatan Dosis Per hari/kali Jumlah hari / kali menelan obat

Tablet Isoniazid @300 mgKaplet Rifampisin @450 mgTablet Pirasinamid @500 mgTablet Etambutol @250 mg

Tahap Intensif (Dosis Harian)2 bulan113360

Tahap lanjutan (Dosis 3x seminggu)2 bulan21--54

Keterangan ; Dosis tersebut diatas untuk penderita dengan berat badan 33-50 kg

Satu paket kombipak kategori 1 berisi 114 blister harian yang terdiri dari 60 blister HRZE untuk tahap intensif dan 54 blister HRH untuk tahap lanjutan masing-masing dikemas dalam dos kecil dan disatukan dalam 1 dos besar.3

b) Kategori 2 ( 2HRZE / HRZE / 5H3R3E3 )

Tahap intensif diberikan selama 3 bulan yang terdiri dari 2 bulan dengan Isoniasid (H), Rifampisin (R), Pirasinamid (Z),dan Etambutol (E) setiap hari. Setelah itu diteruskan dengan tahap lanjutan selama 5 bulan dengan HRE yang diberikan tiga kali dalam seminggu. Perlu diperhatikan bahwa suntikan streptomisin diberikan setelah penderita selesai menelan obat.Obat ini diberikan untuk : Penderita kambuh ( relaps ) Penderita Gagal ( failure ) Penderita dengan Pengobatan setelah lalai ( after default )

Tabel 3. Panduan OAT kategori 2TahapLamanya pengobatanTablet Isoniazid @300mgKaplet Rifampisin @450mgTablet Pirasinamid @500mgEtambutolStreptomisin injeksiJumlah hari/kali menelan obat

Tablet @250mgTablet @500mg

Tahapan intensif (dosis harian )2 bulan1133-0,75 gr60

1 bulan1133-30

Tahap lanjutan (dosis 3x seminggu)5 bulan21-12-66

Keterangan : dosis tersebut diatas untuk penderita dengan BB antara 33-50 kg

Satu paket kombipak kategori 2 berisi 156 blister harian yang terdiri dari 90 blister HRZE untuk tahap intensif dan 66 blister HRE untuk tahap lanjutan masing-masing dikemas dalam dos kecil dan disatukan dalam 1 dos besar disamping itu disediakan 30 vial streptomicin @ 1,5 gr dan pelengkap pengobatan ( 60 spuit dan aquabidest ) untuk tahap intensif.3

c) Kategori 3 ( 2HRZ / 4H3R3 )Tahap intensif terdiri dari HRZ diberikan setiap hari selama 2 bulan ( 2HRZ ) diteruskan dengan tahap lanjutan terdiri dari HR selama 4 bulan diberikan 3 kali seminggu ( 4H3R3 ).Obat ini diberikan untuk : Penderita baru BTA negatif dan rontgen positif sakit ringan Penderita ekstra paru ringan yaitu TBC kelenjar limfe ( limfadenitis ) pleuritis eksudativa unilateral TBC kulit , tbc tulang ( kecuali tulang belakang ) sendi dan kelenjar aderenal.

Tabel 4 : Paduan OAT Kategori 3Tahap pengobatan Lamanya pengobatanTablet isoniazid @300mgKaplet Ripamfisin @450mgTablet Pirasinamid @500mgJumlah hari menelan obat

Tahap intensif (dosis harian)2 bulan11360

Tahap lanjutan (dosis 3x seminggu)4 bulan21-54

Keterangan : dosis tersebut diatas untuk penderita dengan BB antara 33-50 Kg

Satu paket kombipak kategori 3 berisi 114 blister harian yang terdiri dari 60 blister HRZ untuk tahap intensif dan 54 blister HR untuk tahap lanjutan masing masing di kemas dalam dos kecil dan disatukan dalam 1 dos besar.

d) OAT SISIPAN ( HRZE )Bila pada akhir tahap intensif pengobatan penderita baru BTA positif dengan kategori 1 atau penderita BTA positif pengobatan ulang dengan kategori 2 hasil pemeriksaan dahak masih BTA positif diberikan obat sisipan ( HRZE ) setiap hari selama 1 bulan.

Tabel 4 : Paduan OAT SisipanTahap PengobatanLamanya PengobatanTablet Isoniazid @300mgKaplet Ripamfisin @450mgTablet Pirasinamid @500mgTablet Etambutol @250mgJumlah hari/kali menelan obat

Tahap intensif (dosis harian)1 bulan113330

Keterangan dosis tersebut diatas untuk penderita dengan BB antara 33 50 kgSatu paket obat sisipan berisi 30 blister HRZE yang dikemas dalam 1 dos kecil

Pemantauan Kemajuan Hasil Pengobatan Tbc Pada Orang DewasaPemantauan kemajuan hasil pengobatan pada orang dewasa dilaksanakan dengan pemeriksaan ulang dahak secara mikroskopis. Pemeriksaan dahak secara mikroskopis lebih baik dibandingkan dengan pemeriksaan radiologis dalam memantau kemajuan pengobatan. Laju Endap Darah ( LED ) tidak dapat dipakai untuk memantau kemajuan pengobatan. Untuk memantau kemajuan pengobatan dilakukan pemeriksaan specimen sebanyak dua kali sewaktu dan pagi ) hasil pemeriksaan dinyatakan negatif bila ke 2 spesimen tersebut negatif bila salah satu spesimen positif, maka hasil pemeriksaan ulang dahak tersebut dinyatakan positif. Pemeriksaan ulang dahak untuk memantau kemajuan pengobatan dilakukan pada :a) Akhir tahap IntensifDilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke 2 pengobatan penderita baru BTA positif dengan kategori 1, atau seminggu sebelum akhir bulan ke 3 pengobatan ulang penderita BTA positif dengan kategori 2.Pemeriksaan dahak pada akhir tahap intensif dilakukan untuk mengetahui apakah telah terjadi konversi dahak yaitu perubahan dari BTA positif menjadi negatif. Pengobatan penderita baru BTA positif dengan kategori 1 :Akhir bulan ke 2 pengobatan sebagian besar ( seharusnya > 80 % ) dari penderita. Dahak nya sudah BTA negatif ( konversi ) . Penderita ini dapat meneruskan pengobatan dengan tahap lanjutan. Jika pemeriksaan ulang dahak pada akhir bulan ke 2 hasilnya masih BTA positif, pengobatan diteruskan dengan OAT sisipan selama 1 bulan. Setelah paket sisipan satu bulan selesai , dahak diperiksa kembali, Pengobatan tahap lanjutan tetap diberikan meskipun hasil pemeriksaan ulang dahak BTA masih tetap positif. Pengobatan ulang penderita BTA positif dengan kategori 2 :Jika pemeriksaan ulang dahak pada akhir bulan ke 3 masih positif, tahap intensif harus diteruskan lagi selama 1 bulan dengan OAT sisipan, Setelah satu bulan diberi sisipan dahak diperiksa kembali.Pengobatan tahap lanjutan tetap diberikan meskipun hasil pemeriksaan dahak ulang BTA masih positif. Bila hasil uji kepekaan obat menunjukan bahwa kuman sudah resisten tehadap 2 atau lebih jenis OAT,maka penderita tersebut dirujuk ke unit pelayanan spesialistik yang dapat menangani kasus resisten . Bila tidak mungkin , maka pengobatan dengan tahap lanjutan diteruskan sampai selesai. Pengobatan penderita BTAnegatif rontgen positif dengan kategori 3 ( ringan ) atau kategori 1 ( berat ) :Penderita TBC paru BTA negatif , rontgen positif , baik dengan pengobatan kategori 3 ( ringan ) atau kategori 1 (berat) tetap dilakukan pemeriksaan ulang dahak pada akhir bulan ke 2 . Bila hasil pemeriksaan ulang dahak BTA positif maka ada 2 kemungkinan:1. Suatu kekeliruan pada pemeriksaan pertama ( pada saat diagnsis sebenarnya adalah BTA positif tapi dilaporkan sebagai BTA negatif ).2. Penderita berobat tidak teraturSeorang penderita yang diagnosa sebagai penderita BTA negatif dan diobati dengan kategori 3 yang hasil pemeriksaan ulang dahak pada akhir bulan ke 2 adalah BTA positif harus didaftar kembali sebagai penderita gagal BTA positif dan mendapat pengobatan dengan kategori 2 mulai dari awal.Bila pemeriksaan ulang dahak akhir tahap intensif pada penderita baru dan penderita pengobatan ulang BTA positif , dahak menjadi BTA negatif pengobatan diteruskan ketahap lanjutan. Bila pada pemeriksaan ulang dahak akhir pada tahap akhir intensif penderita BTA negatif Rontgen positif dahak menjadi BTA positif, penderita dianggap gagal dan dimulai pengobatan dari permulaan dengan kategori 2.b) Sebulan sebelum akhir pengobatanDilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke 5 pengobatan penderita baru BTA positif dengan kategori 1, atau seminggu sebelum akhir bulan ke 7 pengobatan ulang menderita BTA positif dengan kategori 2.3c) Ahkir pengobatanDilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke 6 pengobatan pada penderita baru BTA positif dengan kategori 1, atau seminggu sebelum akhir bulan ke 8 pengobatan ulang BTA positif , dengan kategori 2.Pemeriksaan ulang dahak pada sebulan sebelum akhir pengobatan dan akhir pengobatan ( AP) bertujuan untuk menilai hasil pengobatan ( Sembuh atau gagal ). Penderita dinyatakan sembuh bila penderita telah menyelesaikan pengobatan secara lengkap dan pemeriksaan ulang dahak ( follow up paling sedikit 2 kali berturut-turut hasilnya negatif ( yaitu pada AP dan / atau sebulan AP , dan pada satu pemeriksaan follow up sebelumnya ).3Contoh : Bila hasil pemeriksaan ulang dahak negatif pada akhir pengobatan (AP) , pada sebulan sebelum AP, dan pada akhir intensif Bila hasil pemeriksaan ulang dahak negatif pada AP dan pada akhit intensif ( pada penderita tanpa sisipan ), meskipun pemeriksaan ulang dahak pada sebulan sebelum AP tidak diketahui hasilnya. Bila hasil pemeriksaan ulang dahak negatif pada AP dan pada setelah sisipan (pada penderita yang mendapat sisipan) meskipun pemeriksaan ulang dahak pada sebulan sebelum AP tidak diketahui hasilnya. Bila hasil pemeriksaan ulang dahak negatif pada sebulan sebelum AP dan pada akhir intensif ( pada penderita tanpa sisipan), meskipun pemeriksaan ulang dahak pada AP tidak diketahui hasilnya. Bila hasil pemeriksaan ulang dahak negatif pada sebulan sebelum AP dan pada setelah sisipan (pada penderita yang mendapat sisipan meskipun pemeriksaan ulang dahak pada AP tidak diketahui hasilnya). Bila penderita menyelesaikan pengobatan lengkap, tapi tidak ada hasil nya pemeriksaan ulang dahak 2 kali berturut turut negatif , maka tidak dapat dinyatakan "sembuh" tetapi dinyatakan sebagai "pengobatan lengkap". Bila BTA masih positif pada sebulan sebelum AP, pendrita dinyatakan gagal dan pengobatan nya diganti. Bila penderita gagal setelah pengobatan dengan kategori 1 Pengobatan diganti dengan kategori 2 mulai dari awal. Bilapenderita gagal setelah pengobatan dengan katagori 2, penderita dianggap sebagai "kasus kronik" kalau fasilitas laboratorium memungkinkan, dilakukan uji kepekaan atau penderita tersebut dirujuk ke UPK spesialistik. Bila tidak mungkin kepada penderita diberikan tablet isoniasid (INH) seumur hidup.DOTSHal yang paling penting pada tatalaksana TB adalah keteraturan menelan obat. Keteraturan dikatakan baik apabila pasien menelan obat sesuai dengan dosis yang ditentukan dalam panduan pengobatan. Keteraturan menelan obat ini menjamin keberhasilan pengobatan serta mencegah relaps dan terjadinya resistensi.9Salah satu upaya untuk meningkatkan keteraturan adalah dengan melakukan pengawasan langsung terhadap pengobatan (directly observed treatment). Directly observe treatment shortcourse adalah strategi yang telah direkomendasikan oleh WHO dalam pelaksanaan program penanggulangan TB, dan telah dilaksanakan sejak tahun 1995.9Sesuai dengan rekomendasi WHO, strategi DOTS terdiri dari 5 komponen, yaitu:a. Komitmen politis dari para pengambil keputusan, termasuk dukungan dana.b. Diagnosis TB dengan pemeriksaan secara mikroskopis.c. Pengobatan dengan panduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO).d. Kesinambungan persediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin.e. Pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memudahkan pemantauan dan evaluasi program penanggulangan TB.Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan panduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung, yaitu mengharuskan adanya seseorang yang bertanggung jawab mengawasi pasien menelan obat, disebut sebagai PMO. Setiap pasien baru yang ditemukan harus selalu didampingi seorang PMO. Syarat untuk menjadi PMO adalah sebagai berikut: dikenal, dipercaya dan disetujui, baik oleh petugas kesehatan maupun pasien, serta harus disegani dan dihormati oleh pasien; tempat tinggalnya dekat pasien; bersedia membantu pasien dengan sukarela; bersedia dilatih atau mendapatkan penyuluhan.9Orang yang dapat menjadi PMO adalah petugas kesehatan, keluarga pasien, kader, pasien yang sudah sembuh, tokoh masyarakat, serta guru sekolah atau petugas unit kesehatan sekolah yang sudah dilatih strategi DOTS. Tugas PMO adalah mengawasi pasien agar menelan obat secara teratur sampai selesai pengobatan, memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur, mengingatkan pasien untuk periksa sputum ulang (pasien dewasa), serta memberikan penyuluhan kepada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-gejala tersangka TB untuk segera memeriksakan diri ke unit pelayanan kesehatan.9Sayangnya ternyata hasil dari strategi DOTS masih kurang dari yang diharapkan. Tahun 1995-1998, cakupan pasien TB dengan strategi DOTS baru mencapai 10%.9Pengawasan Menelan Obat ( PMO )Salah satu dari komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung. Untuk menjamin keteraturan pengobatan diperlukan seorang PMO.a) Persyaratan PMO Seseorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan maupun penderita. Selain itu harus disegani dan dihormati oleh penderita Seseorang yang tinggal dekat dengan penderita Bersedia membantu penderita dengan sukarela Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan penderita

b) Siapa yang bisa jadi PMOSebaiknya PMO adalah petugas kesehatan, misalnya Bidan di Desa, Perawat, Pekarya Sanitarian, juru imunisasi, dll. Bila tidak ada petugas kesehatan yang memungkinkan , PMO dapat berasal dari kader Kesehatan, guru, anggota PPTI, PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga.3

c) Tugas Seorang PMO Mengawasi penderita TBC agar menelan obat secara teratur sampai selesai pengobatan Memberi dorongan kepada penderita agar mau berobat teratur Mengingatkan penderita untuk pemeriksa ulang dahak pada waktu waktu yang telah ditentukan. Memberi penyuluhan pada anggota keluarga penderita TBC yang mempunyai gejala-gejala tersangka TBC untuk segera memeriksakan diri ke unit Pelayanan kesehatan.3

CatatanTugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban penderita mengambil obat dari unit pelayanan kesehatan.

d) Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan TBC bukan penyakit keturunan atau kutukan TBC dapat disembuhkan dengan berobat teratur Tata laksana pengobatan penderita pada Tahap intensif dan lanjutan Pentingnya berobat secara teratur karena itu pengobatan perlu diawasi Efek samping obat dan tindakan yang harus dilakukan bila terjadi efek samping tersebut Cara penularan dan mencegah penularan.

Pengobatan Tbc Pada AnakPrinsip dasar pengobatan TBC pada anak tidak berbeda dengan pada orang dewasa tetapi ada beberapa hal yangmemerlukan perhatian : Pemberian obat baik pada tahap intensif maupun tahap lanjutan diberikan setiap hari, Dosis obat harus disesuaikan dengan berat badan anak3

Susunan panduan obat TBC anak adalah 2HRZ/4HR:Tahap intensif terdiri dari isoniasid ( H), Rifampisin ( R ), dan Pirasinamid ( Z ), selama 2 bulan diberikan setiap hari ( 2 HRZ ). Tahap lanjutan terdiri dari Isoniasid ( H ) dan Rifampisin ( R ) selama 4 bulan diberikan setiap hari ( 4 HR ).3

Tabel 1. Jenis dan Dosis Obat TBC anak.Jenis ObatBB < 10 kgBB 10-20 kgBB 20-33 kg

Isoniazid50 mg100 mg200 mg

Rifampisin75 mg150 mg300 mg

Pirasinamid150 mg300 mg600 mg

Berdasarkan rekomendasi IDAI

CatatanPenderita yang berat badannya kurang dari 5 kg harus dirujuk.Pemantauan kemajuan pengobatan pada anak dapat dilihat antara lain dengan terjadinya perbaikan klinis, naiknya berat badan dan anak menjadi lebih aktif dibanding dengan sebelum pengobatan.

II.6 PencegahanAdapun tingkat pencegahan umum terdiri dari:1. PRIMORDIALUsaha pencegahan primordial TB ialah dengan memperbaiki kondisi lingkungan. Lingkungan adalah segala sesuatu baik fisik, biologis, maupun sosial yang berada di sekitar manusia serta pengaruh-pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan manusia. Unsur-unsur lingkungan adalah sebagai berikut: Lingkungan FisikLingkungan fisik adalah segala sesuatu yang berada di sekitar manusia yang bersifat tidak bernyawa, misalnya air, tanah, kelembaban udara, suhu, angin, rumah dan benda mati lainnya. Lingkungan BiologisLingkungan biologis adalah segala sesuatu yang bersifat hidup seperti tumbuh tumbuhan, hewan, termasuk mikroorganisme. Lingkungan SosialLingkungan sosial adalah segala sesuatu tindakan yang mengatur kehidupan manusia dan usaha-usahanya untuk mempertahankan kehidupan, seperti pendidikan pada tiap individu, rasa tanggung jawab, pengetahuan keluarga, jenis pekerjaan, jumlah penghuni dan keadaan ekonomi. Lingkungan RumahLingkungan rumah adalah segala sesuatu yang berada di dalam rumah. Lingkungan rumah terdiri dari lingkungan fisik yaitu ventilasi, suhu, kelembaban, lantai, dinding serta lingkungan sosial yaitu kepadatan penghuni.Lingkungan rumah menurut WHO adalah suatu struktur fisik dimana orang menggunakannya untuk tempat berlindung. Lingkungan dari struktur tersebut juga semua fasilitas dan pelayanan yang diperlukan, perlengkapan yang berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosial yang baik untuk keluarga dan individu.Lingkungan rumah yang sehat dapat diartikan sebagai lingkungan yang dapat memberikan tempat untuk berlindung atau bernaung dan tempat untuk bersitirahat serta dapat menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik, psikologis maupun sosial Menurut APHA (American Public Health Assosiation), lingkungan rumah yang sehat harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:1. Memenuhi kebutuhan fisiologis Suhu ruangan, yaitu dalam pembuatan rumah harus diusahakan agar kontruksinya sedemikian rupa sehingga suhu ruangan tidak berubah banyak dan agar kelembaban udara dapat dijaga jangan sampai terlalu tinggi dan terlalu rendah. Untuk ini harus diusahakan agar perbedaan suhu antara dinding, lantai, atap dan permukaan jendela tidak terlalu banyak. Harus cukup mendapatkan pencahayaan baik siang maupun malam. Suatu ruangan mendapat penerangan pagi dan siang hari yang cukup yaitu jika luas ventilasi minimal 10 % dari jumlah luas lantai. Ruangan harus segar dan tidak berbau, untuk ini diperlukan ventilasi yang cukup untuk proses pergantian udara. Harus cukup mempunyai isolasi suara sehingga tenang dan tidak terganggu oleh suara-suara yang berasal dari dalam maupun dari luar rumah. Harus ada variasi ruangan, misalnya ruangan untuk anak-anak bermain, ruang makan, ruang tidur, dll. Jumlah kamar tidur dan pengaturannya disesuaikan dengan umur dan jenis kelaminnya.

2. Perlindungan terhadap penularan penyakit Harus ada sumber air yang memenuhi syarat, baik secara kualitas maupun kuantitas, sehingga selain kebutuhan untuk makan dan minum terpenuhi, juga cukup tersedia air untuk memelihara kebersihan rumah, pakaian dan penghuninya. Harus ada tempat menyimpan sampah dan WC yang baik dan memenuhi syarat, juga air pembuangan harus bisa dialirkan dengan baik. Pembuangan kotoran manusia dan limbah harus memenuhi syarat kesehatan, yaitu harus dapat mencegah agar limbah tidak meresap dan mengkontaminasi permukaan sumber air bersih. Tempat memasak dan tempat makan hendaknya bebas dari pencemaran dan gangguan binatang serangga dan debu. Harus ada pencegahan agar vektor penyakit tidak bisa hidup dan berkembang biak di dalam rumah, jadi rumah dalam kontruksinya harus rat proof, fly fight, mosquito fight. Harus ada ruangan udara (air space) yang cukup. Luas kamar tidur minimal 8,5 m per orang dan tinggi langit-langit minimal 2.75 meter 52. PRIMERHealth PromotionUpaya promotif dilakukan dengan beberapa cara: a. Peningkatan pengetahuan pekerja tentang penanggulangan TBC di tempat kerja melalui pendidikan & pelatihan petugas pemberi pelayanan kesehatan di tempat kerja.b. PenyuluhanMateri penyuluhan terdiri dari: Pengertian TB Penyebab TB Tanda dan gejala TB Cara penularan TB Cara mencegah penularan TB Pengobatan TB Prognosis penyakit TB Penyebarluasan informasi Peningkatan kebugaran jasmani Peningkatan kepuasan kerja Peningkatan gizi kerjaSpesific ProtectionPencegahan primer merupakan upaya yang dilaksanakan untuk mencegah timbulnya penyakit pada populasi yang sehat. Dalam hal ini dapat diberikan vaksin.

Vaksin BCGBerdasarkan data WHO, setiap tahun, sekitar 8 juta orang di seluruh dunia mengalami active tuberculosis dan hampir 2 juta diantaranya meninggal dunia.Vaksin merupakan suspensi mikroorganisme yang dilemahkan atau dimatikan (bakteri, virus, atau riketsia) yang diberikan untuk mencegah, meringankan, atau mengobati penyakit yang menular. Vaksin BCG merupakan suatu attenuated vaksin yang mengandung kultur strain Mycobacterium bovis dan digunakan sebagai agen imunisasi aktif terhadap TBC dan telah digunakan sejak tahun 1921. Walaupun telah digunakan sejak lama, akan tetapi efikasinya menunjukkan hasil yang bervariasi yaitu antara 0 80% di seluruh dunia. Vaksin BCG secara signifikan mengurangi resiko terjadinya active tuberculosis dan kematian. Efikasi dari vaksin tergantung pada beberapa faktor termasuk diantaranya umur, cara/teknik vaksinasi, jalur vaksinasi, dan beberapa dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Vaksin BCG sebaiknya diberikan pada infants, dan anak-anak yang hasil uji tuberculinnya negatif dan yang berada dalam lingkungan orang dewasa dengan kondisi terinfeksi TBC dan tidak menerima terapi atau menerima terapi tetapi resisten terhadap isoniazid atau rifampisin. Selain itu, vaksin BCG juga harus diberikan kepada tenaga kesehatan yang bekerja di lingkungan dengan pasien infeksi TBC tinggi. Sebelum dilakukan pemberian vaksin BCG (selain bayi sampai dengan usia 3 bulan) setiap pasien harus terlebih dahulu menjalani skin test. Vaksin BCG tidak diindikasikan untuk pasien yang hasil uji tuberculinnya posistif atau telah menderita active tuberculosis, karena pemberian vaksin BCG tidak memiliki efek untuk pasien yang telah terinfeksi TBC.10Vaksin BCG merupakan serbuk yang dikering-bekukan untuk injeksi berupa suspensi. Sebelum digunakan serbuk vaksin BCG harus dilarutkan dalam pelarut khusus yang telah disediakan secara terpisah. Penyimpanan sediaan vaksin BCG diletakkan pada ruang atau tempat bersuhu 2 8oC serta terlindung dari cahaya. Pemberian vaksin BCG biasanya dilakukan secara injeksi intradermal/intrakutan (tidak secara subkutan) pada lengan bagian atas atau injeksi perkutan sebagai alternatif bagi bayi usia muda yang mungkin sulit menerima injeksi intradermal. Dosis yang digunakan adalah sebagai berikut:101. Untuk infants diberikan 1 dosis vaksin BCG sebanyak 0,05ml (0,05mg)2. Untuk anak-anak di atas 12 bulan dan dewasa diberikan 1 dosis vaksin BCG sebanyak 0,1 ml (0,1mg)10Perlindungan yang diberikan oleh vaksin BCG dapat bertahan untuk 10 15 tahun. Sehingga re-vaksinasi pada anak-anak umumnya dilakukan pada usia 12 -15 tahun.Vaksin BCG dikontra-indikasikan untuk pasien yang mengalami gangguan pada kulit seperti atopic dermatitis, serta baru saja menerima vaksinasi lain (perlu ada interval waktu setidaknya 3 minggu). 10Selain pemberian vaksin, upaya mencegah penularan penyakit TBC, antara lain:1. Menutup mulut pada waktu batuk dan bersin2. Meludah hendaknya pada tempat tertentu yang sudah diberi desinfektan (air sabun)3. Imunisasi BCG diberikan pada bayi berumur 3-14 bulan4. Menghindari udara dingin5. Mengusahakan sinar matahari dan udara segar masuk secukupnya ke dalam tempat tidur6. Menjemur kasur, bantal,dan tempat tidur terutama pagi hari7. Semua barang yang digunakan penderita harus terpisah begitu juga mencucinya dan tidak boleh digunakan oleh orang lain8. Makanan harus tinggi karbohidrat dan tinggi protein9. Meningkatkan ventilasi rumah10.Sterilisasi dahak,seprai, sarung bantal,dll dengan menggunakan sinar matahari langsung atau sodium hipoklorit 1%3. SEKUNDER Early diagnosis and promt treatment Pada pencegahan sekunder, sasaran kepada penderita TBC agar tidak menyebar kepada orang-orang di sekitar. Diagnosis dini TB paru dengan mengetahui bahwa ciri-ciri atau gejala pasien yaitu : 3,5,10 Batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih Batuk diikuti dengan gejala tambahan yaitu batuk berdarah, sesak napas, nyeri dada, badan lemas, nafsu makan turun, BB turun, malaise, keringat pada malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan.Pengobatan TBC Kriteria I (Tidak pernah terinfeksi, ada riwayat kontak, tidak menderita TBC) dan II (Terinfeksi TBC/test tuberkulin (+), tetapi tidak menderita TBC (gejala TBC tidak ada, radiologi tidak mendukung dan bakteriologi negatif) memerlukan pencegahan dengan pemberian INH 510 mg/kgbb/hari. 3,5,9

Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok yaitu :Obat primer: INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin, Pirazinamid. Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih dapat ditolerir, sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan obat-obat ini.Obat sekunder: Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin, Kapreomisin dan Kanamisin. Pengobatan TBC pada orang dewasa Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol setiap hari (tahap intensif), dan 4 bulan selanjutnya minum obat INH dan rifampisin tiga kali dalam seminggu (tahap lanjutan).Diberikan kepada: Penderita baru TBC paru BTA positif. Penderita TBC ekstra paru (TBC di luar paru-paru) berat. Kategori 2 : HRZE/5H3R3E3Diberikan kepada: penderita kambuh, penderita gagal terapi, penderita dengan pengobatan setelah lalai minum obat. Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3Diberikan kepada: penderita BTA (+) dan rontgen paru mendukung aktif.3,5,9

Pengobatan TBC pada anakAdapun dosis untuk pengobatan TBC jangka pendek selama 6 atau 9 bulan, yaitu:1. 2HR/7H2R2: INH+Rifampisin setiap hari selama 2 bulan pertama, kemudian INH +Rifampisin setiap hari atau 2 kali seminggu selama 7 bulan (ditambahkan Etambutol bila diduga ada resistensi terhadap INH).2. 2HRZ/4H2R2: INH+Rifampisin+Pirazinamid: setiap hari selama 2 bulan pertama, kemudian INH+Rifampisin setiap hari atau 2 kali seminggu selama 4 bulan (ditambahkan Etambutol bila diduga ada resistensi terhadap INH).Pengobatan TBC pada anak-anak jika INH dan rifampisin diberikan bersamaan, dosis maksimal perhari INH 10 mg/kgbb dan rifampisin 15 mg/kgbb.Dosis anak INH dan rifampisin yang diberikan untuk kasus:TB tidak berat: INH: 5 mg/kgbb/hari dan Rifampisin: 10 mg/kgbb/hariTB berat (milier dan meningitis TBC): INH: 10 mg/kgbb/hari dan Rifampisin: 15 mg/kgbb/hari dan dosis prednison: 1-2 mg/kgbb/hari (maks. 60 mg)Disability Limitation Pencegahan (profilaksis) primerAnak yang kontak erat dengan penderita TBC BTA (+). INH minimal 3 bulan walaupun uji tuberkulin (-). Terapi profilaksis dihentikan bila hasil uji tuberkulin ulang menjadi (-) atau sumber penularan TB aktif sudah tidak ada. Pencegahan (profilaksis) sekunderAnak dengan infeksi TBC yaitu uji tuberkulin (+) tetapi tidak ada gejala sakit TBC.Profilaksis diberikan selama 6-9 bulan.

StrategiDOTS(Directly Observed Treatment Short-course) pertama kali diperkenalkan pada tahun 1996 dan telah diimplementasikan secara meluas dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat. Sampai dengan tahun 2001, 98% dari populasi penduduk dapat mengakses pelayananDOTSdi puskesmas. Strategi ini diartikan sebagai "pengawasan langsung menelan obat jangka pendek oleh pengawas pengobatan" setiap hari.Indonesia adalah negarahigh burden, dan sedang memperluas strategi DOTS dengan cepat, karenanyabaseline drug susceptibilitydata (DST) akan menjadi alat pemantau dan indikator program yang amat penting. Berdasarkan data dari beberapa wilayah, identifikasi dan pengobatan TBC melalui Rumah Sakit mencapai 20-50% dari kasus BTA positif, dan lebih banyak lagi untuk kasus BTA negatif. Jika tidak bekerja sama dengan Puskesmas, maka banyak pasien yang didiagnosis oleh RS memiliki risiko tinggi dalam kegagalan pengobatan, dan mungkin menimbulkan kekebalan obat.Akibat kurang baiknya penanganan pengobatan penderita TBC dan lemahnya implementasi strategi DOTS. Penderita yang mengidap BTA yang resisten terhadap OAT akan menyebarkan infeksi TBC dengan kuman yang bersifatMDR(Multi-drugs Resistant).Untuk kasusMDR-TBdibutuhkan obat lain selain obat standard pengobatan TBC yaitu obat fluorokuinolon seperti siprofloksasin, ofloxacin, levofloxacin (hanya sangat disayangkan bahwa obat ini tidak dianjurkan pada anak dalam masa pertumbuhan).4. TERTIER RehabilitationRehabilitasi merupakan tingkatan terpenting pengontrolan TBC, termasuk dalam pencegahan tersier. Dimulai dengan diagnosis kasus berupa trauma yang menyebabkan usaha penyesuaian diri secara psikis, rehabilitasi penghibur selama fase akut, kemudian rehabilitasi pekerjaan yang tergantung situasi individu. Selanjutnya, pelayanan kesehatan kembali dan penggunaan media pendidikan untuk mengurangi cacat sosial dari TBC, serta penegasan perlunya rehabilitasi. 3II.7 Promosi KesehatanPromosi kesehatan adalah proses memberdayakan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan, serta mengembangkan lingkungan sehat.6Promosi mencakup aspek perilaku, yaitu upaya untuk memotivasi, mendorong dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki masyarakat agar mereka mampu meningkatkan kesehatannya.Disamping itu promosi kesehatan juga mencakup berbagai aspek khususnya yang berkaitan dengan aspek lingkungan atau suasana yang mempengaruhi perkembangan perilaku yang berkaitan dengan aspek sosial budaya, pendidikan, ekonomi politik dan pertahanan/keamanan.11TujuanTujuan umum dalam promosi penanggulangan TBC adalah meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat dalam upaya penanggulangan TBC.Tujuan Khusus :1. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan kemampuan penderita, keluarga dan masyarakat tentang penyakit TBC dan upaya penanggulangannya.2. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku.3. Meningkatkan jumlah penderita yang berobat teratur sampai sembuh.4. Meningkatkan pengetahuan sikap dan praktek petugas kesehatan tentang Promosi Penanggulangan TBC.5. Meningkatkan peran aktif lintas sektor, LSM, kelompok potensial dalam pelaksanaan promosi Penanggulangan TBC.6. Meningkatkan dukungan politis dan dukungan dana dari para pengambil keputusan/ pemimpin/ penyandang dana dalam Promosi Penanggulangan TBC.

Sasaran dan Perilaku Sasaran yang DiharapkanYang dimaksud sasaran primer adalah kelompok sasaran yang diharapkan berubah perilakunya dengan dilaksanakannya Promosi Penanggulangan TBC yaitu :a. penderita TB dan keluarganyab. masyarakat umumYang dimaksud sasaran sekunder adalah : kelompok sasaran yang dapat mempengaruhi perubahan perilaku sasaran primer, misalnya :a. Petugas kesehatanb. Petugas Lintas Sektor terkait antara lain : sektor yang melaksanakan urusan Dalam Negeri, Agama, Pendidikan nasional dan Instansi pemberdayaan Perempuanc. Kader d. Lembaga Swadaya Masyarakate. Pengusaha/ sektor swastaf. Kelompok Media Massag. Kelompok ProfesiPerilaku yang diharapkan1. Bagi penderita TBC bersedia periksa ke sarana kesehatan sesuai anjuran petugas kesehatan minum obat secara teratur sampai dinyatakan sembuh oleh petugas kesehatan2. Bagi keluarga penderita / PMO dan masyarakat mengawasi penderita minum obat setiap hari merujuk penderita ke puskesmas mengingatkan penderita untuk periksa ke petugas puskesmas dan periksa dahak ulang ke laboratorium- memahami gejala, cara penularan dan pencegahan TBCPola PikirKerangka Pola Pikir1. InputDalam hal ini termasuk masalah TBC dan Promosi Kesehatan, Tenaga Penyuluh, Buku Pedoman, Media Promosi, dana APBD2. ProsesDalam hal ini termsuk strategi dalam advokasi, bina suasana, dan gerakan masyarakat3. OutputBerupa masyarakat yang mampu dan mandiri dalam penanggulangan TBC4. Outcome Angka kesembuhan > 85 % Cakupan Penemuan > 70 %5. ImpactTuberkulosis tidak menjadi masalah kesehatan.StrategiGerakan masyarakat adalah upaya proaktif untuk menumbuhkan dan mengembangkan masyarakat agar mampu mempraktekkan upaya penanggulangan TBC. Pendekatan ini ditujukan kepada semua kelompok sasaran baik penderita, keluarganya, masyarakat umum, secara individu, kelompok maupun massal.Tujuannya agar kelompok sasaran meningkat pengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampuannya sehingga dapat berperilaku positif dalam penanggulangan TBC. Cara pelaksanaannya dapat dilakukan dengan penyuluhan perorangan konseling, penyuluhan kelompok dan melalui berbagai media masa baik cetak maupun elektronik.Pesan Pokok yang harus disampaikan adalah :1. Penderita penyakit TBC, cara penularan, gejala dan pencegahannya pengobatan dan sembuh berobat patuh berobat akan sembuh akibat tidak patuh berobat2. Keluarga penderita penyakit TBC, cara penularan, gejala dan pencegahannya- akibat tidak patuh berobat peran keluarga3. Masyarakat- penyakit TBC, cara penularan, gejala dan pencegahannyaHal-hal penting yang disampaikan pada kunjungan pertama yaitu tentang apa itu TBC, tentang riwayat pengobatan sebelumnya, bagaimana cara pengobatan TBC, pentingnya pengawasan langsung menelan obat, serta bagaimana penularan TBC. Sedangkan hal-hal yang perlu dibahas dengan penderita pada kunjungan berikutnya adalah cara menelan OAT, jumlah obat dan frekuensi menelan OAT, apakah terjadi efek samping OAT, pentingnya dan jadwal pemeriksaan dahak ulang, arti hasil pemeriksaan ulang dahak : negatif atau tetap positif, serta apa yang dapat terjadi bila pengobatan tidak teratur atau tidak lengkap.Indikator Keberhasilan Promosi dalam Penanggulangan TBCIndikator Out Put dalam strategi Gerakan Masyarakata. Penderita mengetahui, menyadari dan mampu untuk mencegah dan mematuhi pengobatanb. Keluarga dan masyarakat lingkungannya mau dan mampu untuk mencegah, menanggulangi dan mengawasi pengobatan penderita.c. Adanya gerakan di masyarakat yang peduli dalam penanggulangan TBC

Indikator Out ComeIndikator angka out come dapat diukur dari :1. angka kesembuhan > 85 %2. cakupan penemuan penderita minimal 70 %

Indikator ImpactIndikator keberhasilan impact diukur dari : turunnya prevalensi TBC sehingga tidak merupakan masalah kesehatan lagi.Penyuluhan TBC1. Penyuluhan Langsung PeroranganCara penyuluhan langsung perorangan lebih besar kemungkinan untuk berhasil dibandingkan dengan cara penyuluhan melalui media. Penyuluhan ini dapat dilakukan di rumah, di puskesmas, posyandu, dan tempat-tempat lain sesu