Download - Makalah Kelompok 2

Transcript
  • 1

    Makalah Kimia Fisika Materi Teori Kuantum

    Kelompok 2

    1. Annisa Larasati 1306405723

    2. Aulia Rahmi H. 1306370631

    3. Mutiara Primaster 1306405723

    4. Putri Rokhmayati 1306370543

    5. Raudina 1306370594

    Departemen Teknik Kimia

    Fakultas Teknik

    Universitas Indonesia

    2014

  • 2

    BAB I

    ISI

    1. Persamaan Schrdinger

    Persamaan Schdinger merupakan suatu bentuk fungsi gelombang yang

    digunakan untuk mengetahui perilaku gelombang dari suatu partikel.

    Persamaan Schrdinger memiliki dua bentuk yaitu persamaan yang melibatkan

    waktu sebagai variabel dan persamaan yang tidak melibatkan waktu sebagai

    variabel. Pada subbab ini, akan dibahas mengenai persamaan Schrdinger yang

    tidak melibatkan waktu sebagai variabel (keadaan tetap).

    Persamaan Schrdinger dikatakan sebagai postulat. Untuk kasus satu-

    dimensi, bentuk persamaannya adalah:

    2

    82

    2

    2+ () =

    Dimana m adalah massa dari suatu partikel, U(x) adalah energi potensial

    saat posisi (x) tertentu dan adalah fungsi gelombang.

    Fungsi gelombang dapat digunakan untuk mendapatkan berbagai properti.

    Sebagai contoh, densitas probabilitas saat berbagai nilai x. Densitas probabilitas

    ini didapatkan melalui nilai kuadrat fungsi solusi, , saat posisi x. Untuk

    menentukan kemungkinan kedua, tidak dapat ditulis 2 namun dimana

    adalah konjugat dari .

    1.1. Contoh Partikel pada Sebuah Garis

    Diibaratkan terdapat sebuah partikel dengan massa m bergerak pada

    sebuah garis dengan panjang a. Dianggap energi potensial pada titik

    tersebut adalah nol, dengan energi potensial diluar titik tersebut sangat

    tinggi.

    Saat 0 < x < a, dimana U(x) = 0, persamaan Schrdinger menjadi:

    2

    82

    2

    2 = 0 < <

    Energi potensial pada x < 0 dan x > a sangat tinggi, dan probabilitas

    partikel pada wilayah ini adalah 0. Sehingga diluar garis, nilai 2, dan juga

    nilai adalah nol. Untuk menghindari diskontinuiti pada x = 0 dan x = a,

    fungsi di sepanjang garis harus bernilai 0 saat x = 0 dan x = a.

  • 3

    Dengan kondisi batas yang ada, nilai :

    = sin

    = 1, 2, 3,

    Dimana n = 1, 2, 3, dst dan A adalah konstan. Jika dihubungkan dengan

    persamaan Schrdinger, didapatkan persamaan pada sisi kiri dan sisi kanan

    berupa:

    = 2

    82(

    22

    2)

    =

    22

    82

    =

    Sisi kiri dan sisi kanan bernilai sama, dan persamaan

    =

    merupakan solusi jika

    = 22

    82 = 1, 2, 3,

    Selanjutnya, dijelaskan bentuk fungsi gelombang () beserta densitas

    probabilitas (2) untuk setiap n dan energi () yang bersesuaian pada

    gambar

    Gambar 1. fungsi gelombang () beserta densitas probabilitas (2) untuk

    setiap n dan energi () yang bersesuaian.

  • 4

    1.2. Bentuk Eksponensial

    Untuk beberapa fungsi gelombang trigonometri maupun fungsi

    gelombang itu sendiri, dapat digunakan persamaan bentuk eksponensial

    yang digambarkan berupa:

    = cos + sin = cos sin

    dan dapat disederhanakan menjadi:

    sin =

    2 cos =

    +

    2

    1.3. Normalisasi

    Untuk sistem satu-dimensi, didapatkan:

    2 = 1

    0

    Untuk partikel pada sebuah garis dengan panjang a,

    2 = 1

    0

    Jika solusi dari persamaan Schrdinger memenuhi persamaan di

    atas, fungsi solusi dianggap telah dinormalisasi. Normalisasi menentukan

    nilai yang harus dimasukkan ke dalam variabel A pada persamaan:

    =

    dan didapatkan:

    2 2

    = 1

    0

    Dengan menganggap = / maka:

    2 2

    =

    0

    2 2

    0

    Sehingga:

    2 = (

    2)

    2

    = 1

    4(2 2 + 2)

    = 1

    2

    2 2

    2

    = 1

    2

    1

    2cos 2

    Dapat ditulis integral berupa:

  • 5

    2

    0

    = (1

    2

    1

    2cos 2)

    0

    = (

    2

    sin 2

    4) 0

    =

    2

    Menjadi:

    2 2

    =

    0

    2

    2= 2

    2= 1

    Persamaan di atas membuktikan bahwa nilai A haruslah (2/)1/2

    dan fungsi gelombang yang telah dinormalisasi adalah:

    = (2

    )

    1/2

    Kurva fungsi yang telah dinormalisasi terhadap fungsi 2 yang

    berkaitan dapat dilihat pada gambar 2.

    Gambar 2. Ilustrasi saat = 2/ sin(/) dinormalisasi, area

    dibawah kurva 2 = (2/)2(/) antara x = 0 dan x = a adalah 1.

    1.4. Sifat Tegak Lurus

    Fungsi dan dikatakan tegak lurus jika = 0. Diketahui

    melalui Gambar 1, nilai intergral saat n = 1 dan n = 2 bernilai nol. Sehingga

    nilai dikatakan valid jika .

    0

    = 2

    sin

    0

    2

    2

    2

    0

    = 1

    2 [(

    (+)

    + (+)

    ) (()

    + ()

    )]

    0

    = 1

    2 [2 cos( + )

    2 cos( )

    ]

    0

    Selain = , integral bernilai 0.

  • 6

    2. Partikel Di Dalam Kotak

    Dalam sistem tiga-dimensi, terdapat tiga koordinat yang harus diperhatikan

    yaitu x, y, dan z. Energi potensial di dalam kotak uniform sehingga dapat

    dianggap 0, namun energi potensial di luar kotak bernilai tinggi. Dimana:

    (, , ) = () + () + ()

    Persamaan Schrdinger untuk partikel di dalam kotak:

    2

    82(

    2

    2+

    2

    2+

    2

    2) + [() + () + ()] =

    Dalam sistem dengan banyak variabel, dapat digunakan prosedur pemisahan

    variabel.

    (, , ) = ()()()

    Sehingga:

    2

    82[()()

    2()

    2+ ()()

    2()

    2+ ()()

    2()

    2]

    + [() + () + ()]()()()

    = [()()()]

    Dengan membagi ()()() didapatkan:

    2

    82[

    1

    ()

    2()

    2+

    1

    ()

    2()

    2+

    1

    ()

    2()

    2]

    + [() + () + ()] =

    Selain bentuk di atas, terdapat dua jenis lain persamaan Schrdinger yaitu:

    2

    82

    1

    ()

    2()

    2+ () =

    atau

    2

    82

    2()

    2+ ()() = ()

    Jika dihubungkan dengan bentuk persamaan sistem satu-dimensi, solusi sistem

    persamaan tiga-dimensi dapat berupa:

    () =

    =

    22

    82 = 1, 2, 3,

    () =

    =

    22

    82 = 1, 2, 3,

  • 7

    () =

    =

    22

    82 = 1, 2, 3,

    2.1. Fungsi Probabilitas

    Densitas probabilitas, 2 adalah fungsi tiga-dimensi yang sulit dinyatakan.

    Salah satu prosedurnya adalah dengan mengulang kurva satu dimensional

    gambar 1 untuk melihat faktor terpisah antara arah x, y, dan z. Dapat

    digambarkan nilai 2 melalui gambar 3.

    Gambar 3. Densitas probabilitas 2 saat energi terendah = =

    = 1, untuk partikel dalam kotak. Densitas dari titik proporsional

    terhadap nilai fungsi 2.

    2.2. Energi

    Energi yang diperbolehkan bagi partikel dalam sistem tiga-dimensi

    adalah:

    = + + = (2

    + 2

    + 2

    )2

    82

    = 1, 2, 3,

    = 1, 2, 3,

    = 1, 2, 3,

  • 8

    3. Quantum Mechanical Operators

    3.1. Persamaan Schroedinger Bebas Waktu (PSBW)

    Persamaan Schroedinger untuk partikel bermassa m dalam daerah

    tiga dimensi dan energi potensial U(x,y,z) adalah :

    2

    82 [

    2

    2+

    2

    2+

    2

    2 ] + (, , ) = (1)

    Nilai yang memenuhi persamaan ini pada umumnya hanya ada

    untuk nilai-nilai tertentu, dan nilai-nilai ini adalah energi dari keadaan

    sistem. Persamaan (1) dapat ditulis menjadi

    [

    (

    +

    +

    ) + (, , )] = (2)

    Nilai pada kurung siku dinamakan sebagai operator persamaan yaitu

    hamiltonian operator tiga dimensi. Operator tersebut dilambangkan dengan

    , sehingga persamaan (2) menjadi

    = (3)

    Fungsi yang memenuhi persamaan (3) dinamakan persamaan harga

    eigen, dan harga tetap E yang merupakan solusi yang dikenal sebagai nama

    persamaan karakteristik, suatu topik penting dalam pembelajaran tentang

    persamaan diferensial.

    3.2. Operator dan Postulat dari Mekanika Kuantum

    Tiga postulat dasar dalam menyelesaikan mekanika kuantum adalah

    sebagai berikut :

    a. Nilai setiap sifat fisika dari mekanika kuantum dapat dideduksi

    dengan mengoperasikan fungsi eigen dengan operator yang sesuai.

    Pada umumnya, operasi tersebut antara fungsi eigen dengan

    Hamiltonian operator. Contohnya adalah persamaan Schroedinger.

    b. Dua operator dasar untuk sifat fisika yaitu operator untuk posisi dan

    operator untuk momentum.

    Operator posisi dalam sistem berdimensi satu adalah

    = (4)

    Dimana adalah simbol dari operator dan x adalah operatornya.

    Operator momentum pada arah x adalah

  • 9

    =

    2

    (5)

    c. Dua situasi berbeda ketika nilai semua properti dari sistem mekanika

    kuantum terdiri dari fungsi eigen dengan operator yang sesuai dengan

    properti fisiknya tersebut.

    Kuantisasi, nilai-nilai yang diperoleh. Jika untuk properti fisik

    tertentu, operator A adalah sedemikian rupa sehingga

    = (6)

    Ketika a adalah sebuah angka atau kumpulan angka, maka nilai

    dari properti fisik adalah nilai dari a.

    Rata-rata, nilai-nilai yang dihitung. Jika untuk fisik properti yang

    lainnya, operator B sedemikian hingga menjadi

    (7)

    Nilai rata-rata ditentukan dengan cara :

    < > =

    2 (8)

    3.3. Turunan Operator untuk Energi Kinetik

    Operator untuk properti fisi dapat ditentukan dari operator posisi dan

    operator momentum. Salah satunya adalah operator energi kinetik. Energi

    kinetik adalah mv2 atau dapat ditulis juga dengan (mv)2/2m. Dimana

    (mv) merupakan momentum operator, dengan mensubstitusikan nilai dari

    operator momentum ke persamaan energi kinetik, maka operator energi

    kinetik adalah :

    =1

    2 (

    2

    ) (

    2

    ) (9)

    = 2

    82

    2

    2 (10)

    ,

    = 2

    82 (

    2

    2+

    2

    2+

    2

    2) (11)

  • 10

    3.4. Partikel Bebas dalam Satu Dimensi

    Sebelumnya, telah dijelaskan siftdari partikel dalam satu garis,

    sekarang akan dibahas mengenai partikel yang bergerak bebas dalam arah

    tertentu. Pertama, kembali ke persamaan Schroedinger pada satu dimensi

    dan energi potensial = 0, yaitu persamaan

    2

    82 [

    2

    2] = (12)

    Dengan melakukan diferensiasi sebanyak dua kali kemudian

    mensubstitusikannye kembali ke persamaan awal, didapatkan persamaan

    umum berupa persamaan sinus dan cosinus yaitu :

    = sin + cos (13)

    Dimana k adalah bilangan positif maupun negatif.

    Energi dari partikel ini dapat ditentukan dengan mensubstitusikan

    persamaan 13 kedalam persamaan Schroedinger menggunakan operator

    energi kinetik. Hasilnya adalah :

    =22

    82 (14)

    Energi bergantung pada nilaik k, sehingga k harus dirumuskan

    dalam fungsi gelombang sehingga

    =2

    2 (15)

    Hasil yang sama akan didapatkan dengan menuliskan fungsi

    gelombang sebagai fungsi eksponensial

    = + (16)

    Energi pada partikel yang bergerak bebas ini adalah energi kinetik,

    sehingga KE = mv2 = (mv)2/2m atau (mv)2 = 2mKE. Dengan

    mensubstitusikan persamaan energi kinetik (14), didapatkan

  • 11

    2 = 2 22

    82=

    22

    42

    =

    2 (17)

    Dengan membandingkan dengan persamaan de Broglie yaitu =

    nilai k dapat dirumuskan menjadi =

    2

    . kembali ke persamaan

    gelombang (13) dan (16), dengan memasukkan nilai k didapat :

    = sin2

    + cos

    2

    (18)

    Dan = 2/ + 2/ (19)

    4. Metode Variasi

    Metode ini digunakan ketika persamaan Shroedinger tidak dapat

    menentukan hasil dari persamaannya.

    4.1. Penyusunan Persamaan Schroedinger

    Energi dari sebuah sistem mekanika kuantum diperoleh jika fungsi

    solusi dapat ditemukan untuk operator Hamiltonian.

    = (3)

    Dengan mengalikan kedua sisi dengan didapatkan =

    dimana adalah angka bukan operator persamaan menjadi

    =

    persamaan integralnya menjadi

    =

    (20)

    4.2. Aproksimasi untuk Solusi Persamaan

    Jika dengan persamaan (20) tidak ditemukan juga solusinya, maka

    gunakanlah fungsi yang merupakan aproksimasi terhadap solusi dari

    persamaan (20) tersebut. Untuk menentukan aproksimasi suatu fungsi,

  • 12

    dilakukan dengan prinsip-prinsip dasar. Prinsip dasar tersebut ialah prinsip

    variasi.

    Prinsip variasi

    Sebuah nilai ekspektasi percobaan dengan sebuah fungsi sembarang

    diperkenalkan oleh

    =

    (20)

    Nilai yang bergantung pada pilihan dari tidak lah lebih kecil dari nilai

    eingen terendah E0 untuk persamaan eigen = E .

    0 (21)

    Kesamaan dari rumus ini hanya berlaku untuk sebuah kasus khusus di

    mana adalah sebuah fungsi eigen yang berkaitan dengan E0. Rumus ini

    yaitu persamaan (21) disebut sebagai prinsip variasi.

    5. Rotation In A Plane

    Momentum sudut merupakan suatu komponen fisika yang penting dari atom

    dan molekul. Nilai momentum sudut digunakan untuk mengelompokkan tingal

    elektronik dari atom dan beberapa molekul, serta untuk molekul gas pada posisi

    rotasional.

    5.1. Operator Momentum Sudut

    Arah dan magnitude dari momentum sudut dapat dijabarkan dengan

    menggunakan vector yang tegak lurus terhadap bidang yang memiliki

    vector radius dan vector momentum linear. Jika kita magnitude ini ditulis

    dengan x dan y pada koordinat Cartesian, dan nilai momentum sudut

    sebagai px dan py, maka :

    = =

    Persamaan di atas dapat digunakan untuk membuat operator mekanika

    quantum. Untuk mendapatkan operator ini, maka kita menggunakan posisi

  • 13

    operator x dan ya sebagai = dan = dan operator momentum linear

    = (

    2)(

    ) dan = (

    2)(

    ). Maka,

    =

    2(

    )

    Untuk partikel pada cincin dan beberapa jenis masalah lain dimana

    kita harus menghitung momentum sudut, koordinat polar lebih mudah

    digunakan dibandingkan dengan koordinat Cartesian. Persamaan yang

    menghubungkan titik-titik koordinat Cartesian dan koordinat polar adalah

    = cos dan

    = sin =

    dan,

    = sin dan

    = cos =

    Dengan menggunakan aturan rantai untuk menghidung

    pada x dan y,

    maka didapatkan persamaan :

    =

    +

    =

    () +

    () =

    =

    Maka, menurut persamaan maka

    =

    2

    5.2. Operator Energi Kinetik Operator

    Untuk gerak linear, kita dapat mengatur operator untuk energi

    kinetic rotasional dengan menggunakan persamaan energi kinetic biasa.

    Dengan menghitung mv2 dalam bentuk kecepatan sudut = 2 =

    2 /(2) = / dan momen inersia = 2, maka didapatkan

    persamaan energi kinetic :

    =1

    22 =

    1

    2(2) (

    )

    2

    =1

    22 =

    ()2

    2

  • 14

    Dengan menggunakan persamaan (yg Lz Lz terakhir), maka didapatkan

    =

    2

    1

    2

    (

    2

    ) =

    2

    82

    2

    2

    5.3. Persamaan Schrdinger untuk Partikel pada Cincin

    Pada partikel pada cincin, energi potensial adalah 0 dan partikel pada

    jarak r dari pusar adalah tak terhingga pada posisi lain. Fungsi eigen akan

    menjadi fungsi variable sudut .

    2

    82

    2

    =

    Kita menginginkan untuk menjadi sebuah fungsi yang ketika

    didiferensialkan dua kali akan menghasilkan konstanta dikali dengan

    fungsi awal. Contoh lain :

    =

    Eksponen ditulis sebagai bilangan imajiner sehingga kita dapat

    menentukan kondisi batas. Kita menginginkan fungsi untuk memiliki

    nilai yang sama dengan sudut dengan berapapun perubahan total yang

    terjadi.

    = = (+2) = 2()

    Pada kondisi batas, 2() harus sama dengan i. Karena = 1,

    maka bentuk 2() = ()2

    = (1)2 dapat dibuat menjadi sama

    dengan 1 jika kita membatasi m dengan nilai

    = 0, 1, 2, 3,

    Dengan batasan pada nilai m, kita dapat menggunakan fungsi eigen

    untuk mendapatkan niai eigen yang merupakan energi dari posisi rotasional

    yang ada. Sehingga bentuk yang dita dapatkan adalah,

    = menjadi

    = menjadi

    2

    2= 2 = 2

  • 15

    Persamaan ini berlaku jika

    2

    82() =

    atau

    =2

    822 = 0, 1, 2, 3,

    Kita dapat menyelesaikan persamaan fungsi eigen dengan mengevaluasi A.

    Pertama, kita melakukan perhitungan integrasi

    2

    0

    = )()2

    0

    = 2 2

    0

    = 22

    Sehingga, dengan menjadikan =1

    2,

    =1

    2 = 0, 1, 2, 3,

    5.4. Nilai Momentum Sudut

    =

    2

    =

    2()

    2=

    2

    Sehingga,

    =

    2

    Fungsi eigen yang berkorensponden dengan level energi

    menghasilkan nilai momentum sudut sepanjang arah z yang juga dihitung.

    Komponen momentum sudut dihitung pada unit /(2). Momentum sudut

    sepanjang suatu arah harus memiliki satu dari beberapa nilai yang diberikan

    oleh /(2) dengan = 0, 1, 2, 3,

    Dua posisi pada tiap energi memiliki momentum sudut yang

    berkorespon dengan partikel yang bergerak searah jarum jam atau

    berlawanan arah dengan jarum jam, tergantung dengan tanda m.

  • 16

    =1

    2

    5.5. Prinsip Keraguan Heisenberg dan Partikel pada Cincin

    Bentuk simple dari prinsip ini dapat dituliskan dengan persamaan

    ()()

    Ketidakpastian pada momentum dikali dengan ketidakpastian pada

    suatu posisi sama dengan atau lebih besar dari h. Ketidakpastian yang

    berhubungan dengan persamaan ini dapat didapatkan dari perhitungan

    mekanika quantum atau studi percobaan.

    Pada materi ini, merupakan momentum sudur dan merupakan

    sudut. Pada keadaan energi paling rendah, = 0 dan momentum sudut

    =

    2= 0. Karena kita mengetahui secara pasti nilai dari momentum

    sudut, maka keraguan pada momentum sudut sama dengan nol. Jika prinsip

    keraguan dilakukan, maka keraguan pada posisi ini harus tidak terhingga,

    dimana kita tidak memiliki informasi apapun mengani posisi sudut.

    5.6. Fungsi Eigen Lokalisasi

    Pemecahan terhadap contoh partikel pada cincin dihitung secara

    berpasangan, kecuali keadaan energi paling rendah. Untuk menghitung dua

    keadaan pada tiap energi maka || merupakan nilai pasti dari nomor

    quantum m. Kemudian fungsi eigen selain m=0, dapat ditulis sebagai

    + =1

    2|| dan =

    1

    2||

    Kita dapat juga menghitung persamaan Schrodinger dengan fungsi

    yang merupakan suatu kombinasi linear dari fungsi eigen dengan nilai ||.

    Maka,

    = ()(|| + ||)

    = ()(|| ||)

  • 17

    Persamaan ini dapat dikonversi ke fungsi baru dan ,

    =1

    cos (||) dan =

    1

    sin (||)

    Distribusi partikel sekitar cincin didapatkan dari nilai dan

    , dan didapatkan fungsi :

    =1

    cos2(||) dan =

    1

    sin2(||)

    Ketika ada dua atau lebih kondisi pada energi berapapun, kita dapat

    selalu menuliskan kombinasi linear dari fungsi-fungsi eigen yang

    menjabarkan kondisi-kondisi degenerasi. Dengan menggunakan prinsip

    ini, kita dapat mencari fungsi eigen yang sesuai dengan momentum sudut

    yang dicari.

    6. Rotasi Dalam Tiga Dimensi

    Misalkan sebuah titik bermassa yang bebas bergerak pada permukaan bola

    yang jari-jarinya r (seperti Gbr 1). Syarat yang mengharuskan kecocokan fungsi

    gelombang mengantarkan pada syarat batas lingkar kedua dan bilangan

    kuantum kedua. Selanjutnya, kita akan membahas keadaan electron didalam

    atom dan molekul yang berotasi. Penerapan ini berasal dari kenyataan bahwa

    rotasi benda padat dengan massa m dapat digambarkan dengan titik tunggal

    bermassa m yang berotasi dengan jari-jari Rg (radius putaran benda) yang

    terdefinisi sedemikian sehingga I = m Rg2

    Gbr 1

    Persamaan Schrodinger:

  • 18

    dengan

    dan

    Ketiganya dapat disederhanakan karena partikel bergerak pada permukaan

    bola, jari-jari r bukanlah variable, sehingga turunan terhadap r dapat diabaikan,

    dan V merupakan konstanta dan dapat dibuat sama dengan nol. Sehingga ke 3

    persamaan tersebut menjadi

    Yang dapat dirangkum menjadi

    Namun diakhir bahasan, persamaan ini terpisah menjadi dua persamaan

    yaitu, satu untuk dan satu lagi untuk . Setelah kedua persamaan diselesaikan

    secara terpisah, maka fungsi gelombang dapat dituliskan

    Dengan merupakan fungsi dan merupakan fungsi

    6.1. Sifat Penyelesaian

    Seperti yang dibahas sebelumnya bahwa fungsi gelombang dapat

    ditentukan oleh dua bilangan kuantum l dan m1 (terdapat dua syarat lingkar

    yang harus dipenuhi yaitu dari sudut dan dari sudut

    = 0, 1, 2 . ..

    m1 = 0, 1, 2, ,

  • 19

    Setara dengan itu,

    m1 = , (-1), (-2), , (-)

    bernilai positif, selanjutnyaa, untuk nilai tertentu, terdapat 2+1

    nilai m yang diperbolehkan. Fungsi gelombang yang dinormalisasikan

    biasanya dinyatakan dengan Y, m1 dan disebut harmonis bola. Beberapa

    harmonis bola dimuat pada Gbr 1.2

    Gbr 1.2

    Energi partikel E terbatas pada nilai-nilai

    Kita lihat bahwa energi itu terkuantitasi dan tidak bergantung pada

    m. Karena terdapat 2+1 fungsi gelombang yang berbeda yang

    bersesuaian dengang energy yang sama (satu untuk setiap nilai m ) maka

    tingkat dengan bilangan kuantum l merupakan degenerasi dengan lipatan

    (2+1)

  • 20

    6.2. Momentum Sudut

    Energi partikel yang berotasi terhubungkan dengan momentum

    sudutnya secara klasik dengan =

    . Jadi, dengan membandingkan

    persamaan ini dengan persamaan diatas, dapat disimpulkan bahwa besaran

    momentum sudut itu terkuantitasi, dan terbatas pada nilai-nilai:

    Momentum sudut disekitar sumbu-z terkuantitasi nilainya:

    Maka tinggi nilai , makin besar jumlah garis simpul (posisi dengan

    =0) pada fungsi gelombang. Ini menunjukkan kenyataan bahywa semakin

    tinggi momentum sudut, makin tinggi energy kinetiknya, sehingga fungsi

    gelombangnya makin melengkung tajam. Dan dalam keadaan yang sesuai

    dengan momentum sudut yang tinggi disekitar sumbu z merupakan

    keadaan dengan kebanyakan simpul memotong ekuator. Ini menunjukkan

    energy kinetic yang tinggi adalah yang berasal dari gerakan sejajar dengan

    ekuator, karena pada arah itu, lengkungannya terbesar.

    Penulisan persamaan dalam , sehingga persamaan differensial yang

    dipenuhi oleh harmonis bola:

    6.3. Kuantitasi Ruang

    Hasil mekanika kuantum yang menyatakan benda yang berotasi

    tidak dapat memiliki sembarang orientasi terhadap beberapa sumbu

    tertentu (misalnya sumbu yang ditentukan oleh arah medan listrik atau

    medan magnet dari luar) disebut kuantitasi ruang. Hal ini dibuktikan

    dengan eksperimen yang mula-mula dilakukan oleh Otto Sterm dan Walter

    Gerlach pada tahun 1921. Mereka menembakkan seberkas atom perak

    melalui medan magnet yang tidak homogeny. Gagasannya, benda

  • 21

    bermuatan yang berotasi berperilaku seperti magnet dan berinteraksi

    dengan medan yang ada.

    Menurut mekanika klasik, orientasi momentum sudut dapat

    mempunyai nilai berapapun, sehingga magnet yang berhubungan dapat

    mempunyai orientasi apapun. Arah magnet yang ditimbulkan oleh medan

    tak homogen bergantung pada orientasi. Dengan demikian, diharapkan

    timbulnya pita atom yang lebar dari daerah tempat ,medan magnet itu

    berperan. Sedangkan menurut mekanika kuantum, karena momentum

    sudut tersebut terkuantitasi, magnet yang bersangkutan terletak pada

    sejumlah orientasi diskret, dan kemudian diharapkan ada beberapa pita

    atom yang tajam

    Dalam eksperimen pertama, tampaknya Stern dan Gerlach

    membuktikan kebenaran ramalan klasik. Eksperimen ini sukar karena

    atom-atom didalam berkas itu saling bertubrukan sehingga mengaburkan

    pitanya. Ketika eksperimen diulang dengan berkasi yang intensitasnya

    rendah (sehingga frekuensi bertubrukan berkurang), mereka mengamati

    pita-pita yang diskret. Jadi ramalan kuantum terbukti.

    6.4. Model vector

    Pada seluruh pembahasan, momentum sudut hanya pada

    komponen-z, tidak pada komponen-x, dan y. Sebab asas ketidakpastian

    tidak memungkinkan adanya kesimultanan penentuan lebih dari satu

    komponen. Oleh karena itu, jika z diketahui, tidak mungkin ada nilai pada

    dua komponen lainnya.

    Model vector dari momentum sudut adalah seperti Gbr 1.3. Kerucut

    digambar dengan sisi {(+1)}1/2 satuan, dan menunjukkan besar

    momentum sudut. Setiap kerucut mempunyai proyeksi tertentu (m satuan)

    pada sumbu-z menunjukkan nilai z yang tepat dari sistem itu. Walaupun

    demikian, proyeksi x dan y tidak terbatas. Vektor yang menggambarkan

    keadaan momentum sudut dapat dianggap ujungnya terletak pada

    sembarang titik pada mulut kerucut.

  • 22

    Gbr 1.3

    Model vector momentum sudut walaupun hanya merupakan

    gambaran aspek mekanika kuantum, ternyata sangat berguna untuk

    membahas struktur dan spectra atom.

    Gbr 1.4

    7. Elektron Spin dan Fungsi Elektron Spin

    System yang mengandung beberapa electron dibedakan oleh fungsi

    gelombang dan fungsi spin. Menurut hukum kuantum hanya ada dua elektron

    yang dapat menempati orbital yang sama. Aturan ini berkaitan dengan

    momentum sudut khusus yang disebut sebagai spin elektron.

    7.1. Electron yang Tidak Dapat Dibedakan

    adalah yang menyatakan fungsi gelombang untuk suatu atom atau

    molekul yang mengandung dua electron atau lebih. Dari fungsi gelombang

    ini kita dapat menghitung beberapa kuantitas fisika, dengan membentuk

  • 23

    integral . Pertukaran peran electron dalam fungsi gelombang tidak

    menyebabkan fungsinya berubah, atau hanya tandanya yang berubah.

    Setiap electron akan dideskripsikan oleh fungsi gelombang yang

    disebut juga orbital. Berdasarkan larangan Pauli, orbital dapat ditempati

    oleh dua electron dengan spin yang berbeda. Deskripsi orbital untuk system

    yang terdiri dari dua electron

    = 1(1)1(2)

    Kedua electron tersebut dapat diidentifikasi, tetapi karena keduanya

    mempunyai peran yang sama kita tidak menganggap bahwa kedua electron

    tersebut dapat dibedakan. Untuk menyimpulkan bahwa beberapa electron

    tidak dapat dibedakan dan tidak harus mempunyai peran yang berbeda, kita

    dapat menulis fungsi orbital

    = 1(1)2(2) + 2(1)1(2)

    Dan

    = 1(1)2(2) 2(1)1(2)

    Perhatikan bahwa ketika peran kedua orbital ditukar, maka pada

    fungsi pertama tidak terjadi perubahan dan pada fungsi kedua hanya terjadi

    perubahan tanda.

    7.2. Electron Spin

    Momentum angular orbital dapat diperoleh dari aplikasi persamaan

    Schrodinger. Momentum angular spin tidak dapat diperoleh dari

    persamaan Schrodinger. Keberadaan spin elektron dibuktikan melalui

    beberapa eksperimen antara lain melalui Eksperimen berkas atom oleh

    Stern dan Gerlach. Eksperimen ini memberikan gambaran bahwa sebuah

    elektron memiliki sebuah momen magnetik, yang merupakan sifat

    magnetik yang berkaitan dengan arus listrik melingkar.

    7.3. Fungsi Elektron Spin

    Fungsi electron spin dan fungsi orbital secara bersama membentuk

    fungsi gelombang. menyatakan vector spin yang mengarah ke atas dan

    menyatakan vector spin yang mengarah ke bawah. Untuk dua spin yang

    mengarah ke atas dapat ditulis (1)(2), sedangkan untuk kedua spin

  • 24

    mengarah ke bawah dapat ditulis (1)(2). Ada juga kombinasi dari

    keduanya

    = (1)(2) + (1)(2)

    7.4. Fungsi Gelombang untuk Sistem dengan Dua Elektron

    Kombinasi fungsi orbital dan fungsi spin menghasilkan fungsi

    gelombang

    =

    Misalkan untuk atom helium yang terdiri dari dua electron dan

    kedua electron menempati orbital 1s, karena kedua electron mempunyai

    spin yang sama maka tidak boleh menempati orbital yang sama dan akan

    mempunyai tanda yang berbeda sehingga

    = 1(1)1(2)[(1)(2) (1)(2)]

    Dari ilustrasi dapat disimpulkan bahwa ketika peran dari dua

    electron berubah maka fungsi gelombang akan mengalami perubahan

    tanda. Untuk dua electron yang menempati orbital yang sama, hanya fungsi

    gelombang mngalami perubahan tanda ketika terjadi pertukaran peran.

    = 1(1)1(2)[(1)(2) (1)(2)]

    Sedangkan untuk system dengan dua electron yang menempat

    orbital yang berbeda, terdapat dua fungsi gelombang

    = [1(1)2(2) + 2(1)1(2)[(1)(2) (1)(2)]

    8. Nuclear Spin dan Fungsi Nuclear Spin

    Fungsi nuclear spin menetukan bentuk dari fungsi gelombang untuk

    suatu system homonuclear diatomic molekul.

    8.1. Nuclear Spin

    Momentum sudut nuklir dapat dinyatakan sebagai ( + 1)/2,

    dimana I adalah bilangan kuantum spin. Fungsi nuclear spin sama seperti

    fungsi electron spin dapat digunakan untuk membentuk fungsi gelombang.

    Berdasarkan bilangan spinnya partikel dibagi menjadi dua bagian

    yaitu fermion dan boson, dimana partikel fermion yang memiliki spin

    setengah bilangan bulat yang menggunakan statistik Fermi-Dirac, dan

    Boson adalah partikel yang memiliki spin bilangan bulat yang mengikuti

  • 25

    statistic Bose-Einstein. Dan jika menggunakan momentum sudut spin

    tersebut berarti partikel diklasifikasikan dengan meninjau teorema statistic

    spin.

    Dari statistik yang digunakan oleh partikel dapat menentukan

    kesimetrisan antara dua buah partikel. Suatu partikel dikatakan boson

    identitas ialah jika ia memiliki bilangan spin bilangan bulat dan fungsi-

    fungsi gelombang dari kedua partikel tidak berubah ketika saling

    bertukaran, seperti berikut:

    Begitu juga suatu partikel dikatakan sebagai fermion identitas jika

    ia memiliki bilangan spin setengah bulat ganjil dan fungsi-fungsi

    gelombang dari kedua partikel berubah ketika saling bertukaran, seperti

    berikut :

    8.2. Fungsi Nuclear Spin

    Fungsi spin dapat dibentuk dari sepasang fundamental partikel.

    Untuk fungsi yang tidak berubah disebut simetris dan untuk fungsi yang

    berubah disebut asimetris.

    Secara umum kita harus mengkombinasikan nilai I dari kedua

    nucleus molekul untuk mendapatkan nilai spin total T. Karena I adalah

    integral atau integral setengah maka T selalu merupakan integral. Sehingga

    dapat disimpulkan bahwa total spin dinyatakan mengenai medan magnet.

    Komponen ini disebut TM.

    Untuk partikel dengan =1

    2, maka = 1 dan = 0. Kita dapat

    menampilkan nilai dan tipe dari bilangan spin yang dinyatakan dalam nilai

    TM yang mungkin

    =1

    2,

    1

    2 = 1 = 1,0,1 simetris

    = 0 = 0 antisimetris

    Untuk menunjukkan bagaimana perubahan fungsi nuclear spin

    menjadi fungsi gelombang, kita mempertimbangkan gungsi gelombang

    untuk gas diatomic. Fungsi gelombang untuk system ini

    =

  • 26

    System tersebut harus mempunyai fungsi gelombang yang tidak

    berubah, ketika terjadi perubahan peran nucleus baik untuk vibrasi,

    translasii, dan rotasi dari fungsi gelombang untuk molekul diatomic. Gerak

    translasi molekul dapat dinyatakan dalam koordinat dari pusat massa

    molekul. Gersk vibrasi molekul diperlakukan sebagai panjang dari molekul

    banding panjang setimbang. Gerak translasi dan vibrasi tidek dipengaruhi

    oleh perubahan atom, tetapi gerak rotasi dipengaruhi oleh perubahan atom.

    8.3. Fungsi Nuklear Spin dan Fungsi Gelombang untuk molekul

    Diatomik Homonuclear

    Untuk fungsi gelombang dari gas diatomic, setiap bagian rotasi

    harus dideskripsikan sebagai kombinasi dari fungsi gelombang rotasi dan

    fungsi nuclear spin. Jika nucleus adalah fermion maka fungsi gelombang

    berah dengan adanya pertukaran peran nucleus. Jika nucleus merupakan

    bosons, maka fungsi gelombang tidak berubah.

    8.4. Ortohidrogen dan Parahidrogen

    Semua molekul diatomic dapat tersusun dari campuran molekul dengan

    simetris nukleaer spin dan antisimetri nuclear spin. Molekul yang dapat

    mempunyai komposi seperti ini adalah hydrogen. Hydrogen dengan

    simetris nuclear spin disebut orto sedangakan molekul dengan antisimetri

    nuclear spin disebut para.

  • 27

    BAB II

    PENUTUP

    1. Kesimpulan

    Persamaan Schrdinger digunakan untuk mengetahui perilaku

    gelombang dari suatu partikel

    Persamaan Schrdinger dapat digunakan pada berbagai bentuk

    dimensi

    Metode variasi digunakan ketika persamaan Shroedinger tidak dapat

    menentukan hasil dari persamaannya.

    Arah dan magnitude dari momentum sudut dapat dijabarkan dengan

    menggunakan vector yang tegak lurus terhadap bidang yang

    memiliki vector radius dan vector momentum linear

    Untuk partikel pada cincin dan beberapa jenis masalah lain dimana

    kita harus menghitung momentum sudut, koordinat polar lebih

    mudah digunakan dibandingkan dengan koordinat Cartesian.

    Untuk gerak linear, kita dapat mengatur operator untuk energi

    kinetic rotasional dengan menggunakan persamaan energi kinetic

    biasa.

    Fungsi eigen yang berkorensponden dengan level energi

    menghasilkan nilai momentum sudut sepanjang arah z yang juga

    dihitung. Komponen momentum sudut dihitung pada unit /(2).

    Momentum sudut sepanjang suatu arah harus memiliki satu dari

    beberapa nilai yang diberikan oleh /(2) dengan =

    0, 1, 2, 3,

    Ketidakpastian pada momentum dikali dengan ketidakpastian pada

    suatu posisi sama dengan atau lebih besar dari h.

    Pemecahan terhadap contoh partikel pada cincin dihitung secara

    berpasangan, kecuali keadaan energi paling rendah.

    Menurut mekanika klasik, orientasi momentum sudut dapat

    mempunyai nilai berapapun, sehingga magnet yang berhubungan

    dapat mempunyai orientasi apapun. Arah magnet yang ditimbulkan

    oleh medan tak homogen bergantung pada orientasi. Sedangkan

  • 28

    menurut mekanika kuantum, karena momentum sudut tersebut

    terkuantitasi, magnet yang bersangkutan terletak pada sejumlah

    orientasi diskret, dan kemudian diharapkan ada beberapa pita atom

    yang tajam

    Hydrogen dengan simetris nuclear spin disebut orto sedangakan

    molekul dengan antisimetri nuclear spin disebut para.

    Gerak translasi molekul dapat dinyatakan dalam koordinat dari pusat

    massa molekul.

    Gerak vibrasi molekul diperlakukan sebagai panjang dari molekul

    banding panjang setimbang.

    Gerak translasi dan vibrasi tidek dipengaruhi oleh perubahan atom,

    tetapi gerak rotasi dipengaruhi oleh perubahan atom.

  • 29

    DAFTAR PUSTAKA

    Atkins, P.W. 1996. Kimia Fisika Jilid 1. Jakarta:Erlangga

    Borrow, Gordon M. 1996. Physical Chemistry. USA: McGraw-Hill Companies