GENETIKA
NAMA : -Dewi Setiyana (4401411058)
-Sugiharini (4401411068)
Fakultas : MIPAJurusan : BiologiProdi : Pend. Biologi
Universitas Negeri Semarang
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu aspek yang penting pada organisme hidup adalah kemampuannya untuk
melakukan reproduksi dan dengan demikian,organisme tersebut dapat melestarikan jenisnya.
Pada organisme yang berkembang biak secara seksual individu baru adalah hasil kombinasi
informasi genetik yang di sumbangkan oleh 2 gamet yang berbeda yang berasal dari kedua
parentalnya.
Genetika merupakan ilmu pengetahuan dasar bagi ilmu terapan, misalnya pemuliaan
tanaman dan hewan, masalah penyakit dan kelainan pada tubuh manusia. Beberapa istilah
yang sering digunakan dalam bidang genetika ini seperti : gen, genotif, resesif, dominan,
alela, homozigot, heterozigot hendaknya sudah diketahui dan dipahami.
Ciri-ciri yang diamati (secara kolektif dan fenotif) suatu organisme dikendalikan oleh
gen. Pada organisme diploid setiap sifat fenotiof dikendalikan oleh setidak-tidaknya oleh satu
pasang gen, satu anggota pasangan tersebut diwariskan dari setiap induknya. Jika anggota
pasangan tadi berlainan dalam efeknya yang tepat terhadap fenotifnya maka disebut alelik.
Alel adalah bentuk alternatif suatu gen tunggal seperti misalnya gen yang mengendalikan
warna biji pada ercis.
Suatu organisme dengan sepasang alel yang identik untuk sifat tertentu dikatakan
bersifat homozigot terhadap alelnya, dan satu dengan alel yang berlainan disebut
heterozigot. Pada heterozigot, satu alel dapat dinyatakan dengan menyatakan atau
meniadakan yang lainnya (dominasi). Atau kedua-duanya alel itu dapat berpengaruh terhadap
fenotipnya (kodomonasi/resesif).
Bila gamet–gamet (spora pada tumbuhan) terbentuk karena meiosis, pasangan–
pasangan gen menjadi terpisah–pisah dan didistribusikan satu–satu kepada setiap gamet atau
spora (Hukum Mendel tentang seregasi). Mendel menemukan bahwa pewarisan satu
pasangan gen sama sekali tidak bergantung pada pewarisan pasangan lainnya (Hukum
pemilahan bebas). Beberapa sifat dikendalikan secara aditif oleh lebih dari satu pasang
alel. Pewarisan poligenik atau faktor berganda sedemikian rupa merupakan kekhasan sifat,
seperti contoh pada berat tubuh, yang cenderung beragam dalam suatu cara yang
berkesinambungan dari suatu ekstrim kepada yang lain, dengan sebagian individunya
mempunyai suatu fenotip diantara ekstrim-ekstrimnya.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan alel ganda?
b. Bagaimana sistem penggolongan darah dan bagaimana golongan darah tersebut
diturunkan dari tetuanya?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian alel ganda.
b. Untuk mengetahui sistem penggolongan darah dan pola penurunannya.
1.4 Manfaat
a. Mengetahui pengertian alel ganda.
b. Mengetahui sistem penggolongan darah dan pola penurunannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada zaman Mendel belum banyak diketahui tentang perilaku gen dalam mengontrol
sifat tertentu. Pada masa itu diyakini bahwa satu gen mempunyai lebih dari satu alel.
Ternyata fakta dalam kehidupan sehari-hari menunjukkan bahwa beberapa gen mempunyai
lebih dari satu alel. Fenomena bahwa satu gen mempunyai lebih dari satu alel disebut alel
ganda. Alel ganda merupakan fenomena adanya tiga atau lebih alel pada satu gen yang pada
umumnya satu gen memiliki dua alel alternatifnya. Alel ganda dapat terjadi sebagai akibat
dari mutasi DNA. Mutasi dapat menghasilkan banyak variasi alel, misalnya gen A bermutasi
menjadi a2, a1, dan a3 yang masing-masing menimbulkan fenotipe yang berbeda. Dengan
demikian, mutasi gen A dapat menghasilkan 4 varian yaitu A, a1 ,a2 , dan a3.
Contoh dari alel ganda pada manusia yaitu golongan darah. Golongan darah sifat yang
menurun pada manusia. Golongan darah diwariskan dari orang tua kepada keturunannya, ini
berarti golongan darah seseorang itu ditentukan alel tertentu. Golongan darah menurut sistem
ABO dapat diwariskan dari orang tua kepada anaknya. Land-Steiner dalam Suryo (1996)
membedakan darah manusia kedalam empat golongan yaitu A, B, AB dan O. Penggolongan
darah ini disebabkan oleh macam antigen yang dikandung oleh eritrosit (sel darah merah).
Adanya antigen di dalam eritrosit ditentukan oleh suatu seri alel ganda yaitu IA, IB dan IO.
Populasi penduduk hampir seluruh dunia memiliki ketiga buah alel tersebut, meskipun
penyebaran alelnya berbeda-beda.
Pada dasarnya terdapat dua macam aglutinogen yaitu aglutinogen A dan aglutinogen B.
Orang yang bergolongan darah A mempunyai aglutinogen jenis A pada permukaan sel darah
merahnya. Sedangkan orang yang bergolongan darah B mempunyai aglutinogen B. Pada
orang yang bergolongan darah AB, ia mempunyai kedua aglutinogen tersebut. Sedangkan
orang yang bergolongan darah O, tidak mempunyai aglutinogen sehingga disebut
bergolongan darah kosong atau nol. Jadi penamaan golongan darah seseorang didasarkan atas
jenis aglutinogen yang dimilikinya.
Fenomena diatas dikontrol oleh gen I yang mempunyai tiga alel, yaitu IA, IB dan IO. jadi
dalam hal ini gen I mempunyai tiga alel, dominasi tiga alel tersebut adalah sebagai berikut:
IA = IB > IO à IA sama dominansinya dengan IB dan keduanya dominan
terhadap IO
Tabel 1. Antigen dan Antibodi yang dikandung oleh darah seseorang
BAB III
METODE PENGUMPULAN DATA
Golongan darah Genotip Antigen Antibodi
A I A I A , I A ἰ Antigen-A Anti-BB I B I B , I B ἰ Antigen-B Anti-A
AB I A I BAntigen-A
Antigen-B-
O ἰ ἰ -Anti-A
Anti-B
1. Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini adalah sampel dari suatu keluarga yang ada di desa
Kayen, Kec. Kayen, Kab. Pati. Waktu pengambilan data dilakukan selama dua hari,
yaitu pada hari Sabtu, 14 September 2013 dan pada hari Minggu, 15 September 2013.
2. Jenis data
Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif dan data kualitatif yang terdiri dari:
tiga generasi dalam suatu keluarga untuk diketahui golongan darahnya. Untuk
mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini dilakukan beberapa metode
yaitu:
a. Metode Observasi
Penggunaan tehnik observasi sangat penting dalan penelitian karena peneliti dapat
melihat secara langsung keadaan, suasana kenyataan yang sesungguhnya terjadi di
lapangan. Observasi yang digunakan yaitu observasi otomatis, dimana telah
ditentukan kerangkanya terlebih dahulu.
b. Metode wawancara
Observasi ini menggunakan metode wawancara terbuka. Menurut Moleong
(2006), wawancara terbuka adalah wawancara yang para subyeknya tahu bahwa
mereka sedang diwawancarai dan mengetahui pula apa maksud wawancara itu.
Metode observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan mewawancarai suatu
anggota keluarga. Kemudian mencatat data yang diperoleh dari hasil wawancara
tersebut.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
ἰ ἰ
O
ἰ ἰ
O
ἰ ἰ
O
I A ἰ
A
I B ἰ
B
I B I B
B
I B ἰ
B
I B ἰ
B
I B ἰ
B
ἰ ἰ
O
I B ἰ
B
I A ἰ
A
IB I B
B
I A ἰ I B ἰI B ἰ
I B ἰI A I B
I A ἰ
A
A
I B ἰ
ἰἰ I A ἰ
ἰἰ
I A I B I B I B
I B I B
I B I BI B I BI B I B
ἰἰἰἰ
ἰἰ
IB I B ἰἰ
I B ἰ
I B ἰἰἰ
ἰἰ
ἰἰ
ἰἰ
ἰἰ
ἰἰ ἰἰ
ἰἰ
ἰἰ ἰἰ
ἰἰ ἰἰ
ἰἰ ἰἰ
ἰἰ
ἰἰ
ἰἰ
I A ἰ
I A ἰ I A ἰI A ἰI A ἰ
I B IB I A I B
I B IB
I B I B
I B I B
I B ἰ
ἰἰ
I B ἰ
ἰἰ I B I B
I B ἰ
I A I B I A ἰ
I A I A
I A I B I A ἰ
ἰἰ
ἰἰ
I A I B
I A I B I A ἰI B I B
I B ἰ I B ἰ
I B ἰ I B I B
ἰἰἰἰ
ἰἰ
I A ἰ
I B ἰ
ἰἰ I B ἰI B ἰ
4.2 Analisis Data
Dari hasil observasi diperoleh data jumlah probandus sebanyak 91 orang, jumlah
golongan darah A adalah 15 orang, golongan darah B adalah 34 orang, golongan darah AB
sebanyak 7 orang dan golongan darah O sebanyak 35 orang.
No Golongan Darah Jumlah(Orang)
1 O 352 A 153 B 344 AB 7
TOTAL 91
RUMUS MENCARI PERSENTASE GOLONGAN DARAH :
Jumlah Golongan DarahJumlah Individu
× 100 %
GOLONGAN DARAH O
Jumlah Golongan DarahJumlah Individu
× 100 %¿ 3591
×100 %
= 38,46 %
GOLONGAN DARAH A
Jumlah Golongan DarahJumlah Individu
× 100 %
¿ 1591
×100 %
¿16,48 %
GOLONGAN DARAH B
Jumlah Golongan DarahJumlah Individu
× 100 %
¿ 3491
× 100 %
¿37,36 %
GOLONGAN DARAH AB
Jumlah Golongan DarahJumlah Individu
× 100 %
¿ 791
×100 %
= 7,69 %
4.3 Pembahasan
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa golongan
darah pada manusia bersifat herediter yang ditentukan oleh alel ganda dan golongan darah
seseorang dapat mempunyai arti yang penting dalam kehidupan. Golongan darah penting
sekali untuk diperhatikan, terutama dalam transfusi darah. Golongan darah seseorang harus
diperiksa terlebih dahulu sebelum melakukan transfusi darah baik darah si pemberi (donor)
maupun si penerima (resepien) untuk menghindari terjadinya penggumpalan atau aglutinasi.
Hasil data yang kami peroleh dari kegiatan observasi alel ganda ini yaitu presentase
golongan darah A, B, AB dan O serta penentuan golongan darah berdasarkan hukum Hardy-
Weinberg. Presentase golongan darah A yaitu 16,48 % dengan jumlah 15 orang dari 91 orang.
Presentase golongan darah B yaitu 37,36 % dengan jumlah 34 orang dari 91 orang. Presentase
golongan darah AB yaitu 7,69 % dengan jumlah 7 orang dari 91 orang. Presentase golongan
darah O yaitu 38,46 % dengan jumlah 35 orang dari 91 orang. Hal ini menunjukkan
presentase golongan darah O lebih banyak sebanyak 35 orang dari 91 orang dan golongan
darah AB paling sedikit ditemukan, yaitu sebanyak 7 orang dari 91 orang.
Hasil perhitungan di atas menunjukkan golongan darah O memiliki persentase
(jumlahnya) yang lebih besar dibandingkan dengan golongan darah lainnya karena pada
umumnya orang Indonesia memiliki golongan darah O. Sedangkan untuk golongan darah
AB, persentasenya (jumlahnya) lebih kecil dari pada golongan darah lainnya karena jumlah
orang Indonesia yang bergolongan darah AB sedikit/jarang. Golongan darah manusia ABO
ditentukan oleh alel-alel i, IA dan IB. Alel i resesif terhadap IA dan IB. Alel IA dan IB bersifat
kodominan, sehingga IB tidak dominan terhadap IA dan sebaliknya IA tidak dominan terhadap
IB (IA = IB > IO à IA sama dominansinya dengan IB dan keduanya dominan terhadap IO).
Interaksi antara alel i, IA dan IB menghasilkan 4 fenotip golongan darah, yaitu O, A, B dan
AB.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari observasi yang telah kami lakukan, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
Golongan darah disebabkan oleh alel ganda. Alel ganda merupakan fenomena adanya
tiga atau lebih alel pada satu gen yang pada umumnya satu gen memiliki dua alel
alternatifnya. Alel ganda dapat terjadi sebagai akibat dari mutasi DNA. Golongan darah
diwariskan dari orang tua kepada keturunannya, ini berarti golongan darah seseorang itu
ditentukan oleh alel tertentu, yaitu IA, IB dan IO (pada sistem ABO oleh Land-Steiner).
IA = IB > IO à IA sama dominansinya dengan IB dan keduanya dominan terhadap IO.
Dari hasil analisis data penentuan golongan darah berdasarkan hukum Hardy-Weinberg.
Presentase golongan darah A yaitu 16,48 % dengan jumlah 15 orang dari 91 orang.
Presentase golongan darah B yaitu 37,36 % dengan jumlah 34 orang dari 91 orang. Presentase
golongan darah AB yaitu 7,69 % dengan jumlah 7 orang dari 91 orang. Presentase golongan
darah O yaitu 38,46 % dengan jumlah 35 orang dari 91 orang. Hal ini menunjukkan
presentase golongan darah O lebih banyak sebanyak 35 orang dari 91 orang dan golongan
darah AB paling sedikit ditemukan, yaitu sebanyak 7 orang dari 91 orang.
5.2 Saran
Dalam hal ini, diperlukan adanya kecermatan dan ketepatan dalam melakukan
observasi di lapangan. Selain itu diperlukan pula adanya perencanaan yang baik, sehingga
data yang diperoleh juga akan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, M. 1997. Biologi Cetakan KeTiga. Yudistira. Jakarta.
Foster, B. 2002. Buku Pelajaran Siap SPMB IPA. Ganesha Operation. Bandung.
Kimball, J. W. 1990. Biologi Jilid 1, 2, dan 3. Erlangga. Jakarta.
Krisdianto, dan kawan-kawan. 2005. Penuntun Praktikum Biologi Umum. FMIPA
Universitas Lambung Mangkurat.Banjarbaru.
Poejadi, A. 1994. Dasar – Dasar Biokimia. Universitas Indonesia. Yogyakarta.
Subowo. 1992. Histologi Umum. Bumi Aksara. Jakarta.
Suryo. 2001. Genetika Manusia Cetakan Kesembilan. UGM Press. Yogyakarta
Moleong. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Henuhili, Victoria dan Suratsih. 2003. Genetika. Yogyakarta: Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Negeri Yogyakarta.
Top Related