Tugas Kelompok
EMPIRISMEDiajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada
Mata Kuliah Sejarah Intelektual
Dosen Pengampu Dra. Sumiyatun, M.Pd
DISUSUN OLEH :
1. FISA DIANTIKA (11220048)
2. WIJI AYU SETYA NINGRUM (11220086)
ProdiPendidikan Sejarah
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan
tugas kelompok yang berjudul Empirisme ini.
Terselesaikannya tugas ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu pada kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya tugas ini.
Penulis menyadari bahwa tugas ini masih memiliki kekurangan-kekurangan
baik dari segi penulisan maupun isi. Hal ini dikarenakan kebatasan kemampuan
dan pengetahuan penulis. Untuk itu Penulis mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun dari semua pihak guna perbaikan dalam pembuatan tugas
selanjutnya.
Akhir kata, semoga tugas kelompok ini dapat berguna bagi kita semua.
Amin…
Metro, Maret 2013
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Tujuan Penulisan.............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................. 3
A. Pengertian Empirisme ..................................................................... 3
B. Teori Empirisme ............................................................................. 4
C. Jenis-Jenis Empirisme ..................................................................... 5
D. Tokoh-Tokoh Empirisme ............................................................. 7
E. Kelemahan-Kelemahan Empirisme .............................................. 10
BAB III KESIMPULAN ............................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sumber pengetahuan dalam diri manusia itu banyak sekali. Salah satu
paham yang memaparkan tentang sumber pengetahuan adalah paham
empirisme. Empirisme adalah merupakan paham yang mencoba memaparkan
dan menjelaskan bahwa, sumber pengetahuan manusia itu adalah pengalaman.
Kita telah mengenal teori pengetahuan yang membicarakan cara
memperoleh pengetahuan yang disebut Epistemolgi. Yang kedua adalah
teori hakikat yakni yang membicarakan pengetahuan itu sendiri yang disebut
Ontologi. Dan yang ketiga adalah teori nilai yang membicarakan manfaat
atau kegunaan pengetahuan itu sendiri yang disebut Axiologi. Secara umum
ilmu pengetahuan tidak bisa dipisahkan dari filsafat lebih luas cakupan
pembahasannya dibanding dengan ilmu itu sendiri.
Pada prinsipnya ilmu pengetahuan menjadi sangat urgen ketika manusia
dihadapkan pada perkembangan zaman yang semakin maju dengan ilmu
pengetahuan. Melalui kompetisi modern dewasa ini maka ilmu pengetahuan
sangat diperlukan dalam menjawab tantangan global. Sejalan dengan fakta
tersebut diatas beberapa teori dapat diperoleh untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan terutama dalam bidang filsafat.
Filsafat pada zaman modern lahir karena adanya upaya keluar dari
kekangan pemikiran kaum agamawan di zaman skolastik. Salah satu orang
yang berjasa dalam membangun landasan pemikiran baru di dunia barat
adalah Rene Descartes. Descartes menawarkan sebuah prosedur yang disebut
keraguan metodis universal dimana keraguan ini bukan menunjuk kepada
kebingungan yang berkepanjangan, tetapi akan berakhir ketika lahir kesadaran
akan eksisitensi diri yang dia katakan dengan cogito ergo sum (saya berpikir,
iv
maka saya ada). Teori pengetahuan yang dikembangkan Rene Descartes ini
dikenal dengan nama rasionalosme karena alur pikir yang dikemukakan Rene
Descartes bermuara kepada kekuatan rasio (akal) manusia. Sebagai reaksi dari
pemikiran rasionalisme Descartes inilah muncul para filosof yang berkembang
kemudian yang bertolak belakang dengan Descartes yang menganggap bahwa
pengetahuan itu bersumber pada pengalaman. Mereka inilah yang disebut
sebagai kaum empirisme, di antaranya yaitu John Locke, Thomas Hobbes,
George Barkeley, dan David Hume. Dalam makalah ini tidak akan membahas
semua tokoh empirisme, akan tetapi akan dibahas empirisme David Hume
yang dianggap sebagai puncak empirisme.
B. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan dari penulisan ini adalah
untuk :
1. Mengetahui pengertian empirisme
2. Mengetahui teori empirisme
3. Mengetahui jenis-jenis empirisme
4. Mengetahui tokoh-tokoh empirisme
5. Mengetahui kelemahan-kelemahan empirisme
v
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Empirisme
Empirisme adalah suatu doktrin filsafat yang menekankan peranan
pengalaman dalam memperoleh pengetahuan dan mengecilkan peranan akal.
Istilah empirisme di ambil dari bahasa Yunani empeiria yang berarti coba-
coba atau pengalaman. Sebagai suatu doktrin empirisme adalah lawan dari
rasionalisme. Empirisme berpendapat bahwa pengetahuan tentang kebenaran
yang sempurna tidak diperoleh melalui akal, melainkan di peroleh atau
bersumber dari panca indera manusia, yaitu mata, lidah, telinga, kulit dan
hidung. Dengan kata lain, kebenaran adalah sesuatu yang sesuai dengan
pengalaman manusia.
Ajaran-ajaran pokok empirisme yaitu:
1. Pandangan bahwa semua ide atau gagasan merupakan abstraksi yang
dibentuk dengan menggabungkan apa yang dialami.
2. Pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan, dan bukan
akal atau rasio.
3. Semua yang kita ketahui pada akhirnya bergantung pada data inderawi.
4. Semua pengetahuan turun secara langsung, atau di simpulkan secara tidak
langsung dari data inderawi (kecuali beberapa kebenaran definisional
logika dan matematika).
5. Akal budi sendiri tidak dapat memberikan kita pengetahuan tentang
realitas tanpa acuan pada pengalaman inderawi dan penggunaan panca
indera kita. Akal budi mendapat tugas untuk mengolah bahan bahan yang
di peroleh dari pengalaman.
6. Empirisme sebagai filsafat pengalaman, mengakui bahwa pengalaman
sebagai satu-satunya sumber pengetahuan.
vi
B. Teori Empirisme
Para ahli yang mengikuti pendirian Empirisme mempunyai pendapat
yang berbeda dengan aliran Nativisme. Pengikut aliran nativisme berpendapat
bahwa perkembangan itu semata-mata tergantung pada faktor dasar,
sedangkan empirisme mengatakan bahwa dalam perkembangan anak menjadi
manusia dewasa ditentukan oleh lingkungan dan pendidikan. Kaum empiris
terkenal dengan nama optimisme paedagogis.
Aliran empirisme berpengaruh besar di Amerika Serikat. Banyak ahli
yang walaupun tidak secara ekplisit menolak peranan dasar itu, namun karena
dasar tersebut sukar ditentukan, maka praktis yang dibicarakan hanya
lingkungan.
Aliran empirisme ini dapat berkembang dan berlanjut menjadi paham
environmentalisme, namun ternyata aliran ini pada dasarnya tidak tahan uji
dan tidak dapat dipertahankan. Tokoh utama aliran ini adalah John loke.
Doktrin aliran empirisme yang sangat masyhur adalah “tabula rasa” yang
berarti batu tulis atau lembaran yang kosong. Doktrin ini menekankan arti
penting pengalaman, lingkungan dan pendidikan, faktor orang tua dan
keluarga terutama sifat dan keadaan mereka sangat menentukan arah
perkembangan masa depan anak. Sifat orang tua merupakan gaya khas dalam
bersikap dan memperlakukan anak.
Dalam lingkungan sekitar terdapat banyak faktor yang mempengaruhi
perkembangan dan tingkah laku, akan tetapi lingkungan yang aktual hanyalah
faktor-faktor dalam dunia sekeliling yang benar-benar mempengaruhi.
Lingkungan dapat dibagi menjadi tiga bagian:
1. Lingkungan alam atau luar.
2. Lingkungan dalam .
3. Lingkungan sosial.
Dari ketiga lingkungan tersebut, lingkungan sosial yang berpengaruh
paling dominan terhadap pertumbuhan rohani dan pribadi anak.
Adapun jenis-jenis empirisme antara lain :
vii
1. Empirio-kritisme
Sebuah aliran filsafat yang bersifat subyektif-idealistik yang ingin
memberikan pengertian pengalaman dari konsep substansi, keniscayaan,
kausalitas dan sebagainya sebagai pengertian apriori. Aliran ini
mengajukan konsep dunia sebagai kumpulan jumlah elemen-elemen
netral atau sensasi-sensasi. Dengan mengajukan ajaran tentang koordinasi
dasar, empirio-kritisme berubah menjadi idealisme subjektif.
2. Empirisme logis
Empirisme logis berpegang pada pandangan-pandangan berikut:
a. Analisis logis modern dapat diterapkan pada pemecahan problem
filosofis dan ilmiah.
b. Ada batas-batas bagi empirisme, prinsip sistem logika formal dan
kesimpulan induktif tidak dapat dibuktikan dengan mengacu pada
pengalaman.
c. Semua proporsi yang benar dapat dijabarkan pada proporsi mengenai
dua inderawi,
d. Pertanyaan mengenai hakikat kenyataan yang terdalam pada dasarnya
tidak mengandung makna.
3. Empiris radikal
Aliran ini berpendapat bahwa semua pengetahuan dapat dilacak
sampai pada pengetahuan inderawi. Namun di antara mereka ada yang
mengatakan kita dapat mengetahui suatu corak pengetahuan yang tidak
dapat dijabarkan pada penerapan.
C. Jenis-Jenis Empirisme
1. Empirio-kritisisme
Disebut juga Machisme. ebuah aliran filsafat yang bersifat subyaktif-
idealistik. Aliran ini didirikan oleh Avenarius dan Mach. Inti aliran ini
adalah ingin “membersihkan” pengertian pengalaman dari konsep
substansi, keniscayaan, kausalitas, dan sebagainya, sebagai pengertian
apriori. Sebagai gantinya aliran ini mengajukan konsep dunia sebagai
kumpulan jumlah elemen-elemen netral atau sensasi-sensasi (pencerapan-
viii
pencerapan). Aliran ini dapat dikatakan sebagai kebangkitan kembali ide
Barkeley dan Hume tatapi secara sembunyi-sembunyi, karena dituntut
oleh tuntunan sifat netral filsafat. Aliran ini juga anti metafisik.
2. Empirisme Logis
Analisis logis Modern dapat diterapkan pada pemecahan-pemecahan
problem filosofis dan ilmiah. Empirisme Logis berpegang pada
pandangan-pandangan berikut :
a. Ada batas-batas bagi Empirisme. Prinsip system logika formal dan
prinsip kesimpulan induktif tidak dapat dibuktikan dengan mengacu
pada pengalaman.
b. Semua proposisi yang benar dapat dijabarkan (direduksikan) pada
proposisi-proposisi mengenai data inderawi yang kurang lebih
merupakan data indera yang ada seketika
c. Pertanyaan-pertanyaan mengenai hakikat kenyataan yang terdalam
pada dasarnya tidak mengandung makna.
3. Empiris Radikal
Suatu aliran yang berpendirian bahwa semua pengetahuan dapat
dilacak sampai pada pengalaman inderawi. Apa yang tidak dapat dilacak
secara demikian itu, dianggap bukan pengetahuan. Soal kemungkinan
melawan kepastian atau masalah kekeliruan melawan kebenaran telah
menimbulkan banyak pertentangan dalam filsafat. Ada pihak yang belum
dapat menerima pernyataan bahwa penyelidikan empiris hanya dapa
memberikan kepada kita suatu pengetahuan yang belum pasti (Probable).
Mereka mengatakan bahwa pernyataan- pernyataan empiris, dapat
diterima sebagai pasti jika tidak ada kemungkinan untuk mengujinya lebih
lanjut dan dengan begitu tak ada dasar untukkeraguan. Dalam situasi
semacam iti, kita tidak hanya berkata: Aku merasa yakin (I feel certain),
tetapi aku yakin. Kelompok falibisme akan menjawab bahwa: tak ada
pernyataan empiris yang pasti karena terdapat sejumlah tak terbatas data
inderawi untuk setiap benda, dan bukti-bukti tidak dapat ditimba sampai
habis sama sekali.
ix
D. Tokoh-Tokoh Empirisme
1. John Locke (1632-1704)
Dilahirkan di Somesetshire, wrington pada tahun 1632. Tahun 1647-
1652 ia belajar di Westminster. Dan tahun 1652 ia memasuki Universitas
Oxford. Filsafat Locke dapat dikatakan dikatakan antimetafisika. Dalam
tulisannya ia mengatakan bahwa semua pengetahuan dating dari
pengalaman. Ini berarti bahwa tidak ada yang dapat dijadikan idea
(konsep) tentang seseatu yang berada dibelakang pengalaman. Ia
mengatakan:
“Selajutnya mari kita memandang pikiran, seperti kita tahu, seperti
kertas putih, yang bebas dari semua sifat, tanpa ide apapun; lantas,
bagaimana pikiran dilengkapi? Darimana datangnya simpanan yang
banyak sekali, khayalan manusia yang amat banyak dan tak terbatas telah
mengecatnya dengan aneka ragam yang hamper tiada akhir? Atas
pertanyaan ini, saya menjawab dalam satu kata, dari pengalaman: di dalam
pengalaman semua pengetahuan kita dibangun, dan dari pengalaman,
pengetahuan pada puncaknya menurunkan dirinya”
Locke menekankan bahwa satu-satunya yang dapat kita tangkap
adalah “penginderaan sederhana”. Ketika kita makan apel, misalnya, kita
tidak merasakan seluruh apel itu dalam satu penginderaan saja.
Sebenarnya, kita menerima serangkaian penginderaan sederhana- apel itu
adalah benda berwarna hijau, rasanya segar, bauya segar dan sebagainya-
setelah kita makan apel berkali-kali kita akhirnya berpikir: sekarang kita
sedang makan “apel”. Secara demikian, dalam analisis akhir kita dapat
menyimpulkan bahwa semua bahan bagi pengetahuan kita tentang dunia
didapatkan dari pengalaman penginderaan.
2. David Hume (1711-1776)
Sebagai seorang empiris, Hume pernah menulis sebuah buku tatkala
ia berumur dua puluh tahunan. Namun buku ini tidak mendapat perhatian
banyak orang, karenanya Hume pindah ke subjek lain, lalu ia tekenal
sebagai seorang sejarawan. Buku yang ditulis ketika menjadi sejarawan
x
juga menggunakan metode Empirisme. Sama dengan pedahulunya yang
empirisis, Hume menyatakan bahwa semua pengetahuan dimulai dari
pengalaman indera sebagai dasar.
Bila rasioanalisme mendapat penganutnya di Eropa daratan,
empirisme paling berkembang di Inggris. Empirisme memilih sebagai
sumber utama pengenalan bukan rasio melainkan pengalaman. Dan yang
oleh empirisme dimaksudkan sebagai pengalaman lahiriah yang
menyangkut dunia maupun pengalaman batiniah yang menyangkut pribadi
manusia. Selanjutnya ia mengatakan sebagai berikut:
Semua persepsi jiwa manusia terbentuk melalui dua alat yang
berbeda, yaitu impression dan idea. Perbedaan keduanya terletak pada
tingkat kekuatan dan garisnya menuju jiwa dan jalan masuk kekesadaran.
Persepsi yang termasuk dengan kekuatan besar dan kasar saya sebut
impression (kesan), dan semua sensasi, nafsu, emosi saya masukkan
kedalam kategori ini begitu masuk kedalam jiwa. Yang saya maksud
dengan idea ialah gambaran kabur tentang persepsi yang masuk itu tadi
kedalam pemikiran. Saya dapat juga membagi persepsi yang masuk itu
menjadi sederhana dan yang ruwet (kompleks). Persepsi yang sederhana,
atau kesan yang sederhana, atau idea yang sederhana adalah yang tidak
dapat dibagi. Sedangkan yang kompleks adalah sebaliknya. Pembagian ini
memberikan kepada kita susunan objek, dengan itu kita dapat memutuskan
lebih teliti kualitas objek dan hubunga-hubungannya. Ransangan yang
masuk kemata saya merupakan hubungan-hubungan antara kesan-kesan
dan idea-idea, yang sama dalam segala hal kecuali dalam kekuatannya.
Ransangan-ransangan yang merefleksi dalam jiwa berupa persepsi dan
idea. Tatkala saya menutup mata saya dan saya berpikir, idea-idea yang
saya bentuk benar-benar mewakili impression yang saya rasakan.
Mengapa? Karena tidak semua kesan (impression) direkam dalam
idea. Menurut pendapat Hume, idea yang sederhana berasal dari kesan
yang sederhana. Idea sederhana dapat berupa gambaran (image) tentang
merah, bundar; kesan sederhana berupa merah, bundar. Idea yang lebih
kompleks, mislanya idea tentang apel, adalah idea yang susunan dan
xi
asosiasinya rumit terdiri atas susunan dan asosiasi idea-idea sederhana.
Bila saya mengatakan saya melihat sebuah apel, misalnya, saya
menganalisis pengalaman saya. Idea saya ialah ada sebuah apel yang
ditentukan oleh penglihatan saya pada warna merah, bentuk bulat, rasa
apel, bau tertentu, dan seterusnya.
Hume mengajukan tiga argumentasi dalam menganalisis sesuatu.
Pertama; ada idea tentang sebab-akibat (kausalitas); suatu kejadian
disebabkan oleh kejadian lain. Maka dari kausalitas inilah oleh Hume
muncul kausalitas universal. Kausalitas universal ialah hokum yang
mengatakan bahwa setiap kejadian pasti mempunyai penyebab. Kalau
mobil mogok, kita periksa karburator, sistem listriknya, dan lain-lain.
Akan tetapi ada kalanya penyebab tersebut tidak diketahui. Kita hanya
mengetahui sebab pasti ada, tetapi apa penyebab itu kita tidak tahu. Itu
karena penyebabnya amat kompleks. Kedua, karena kita mempercayai
kausalitas dan penerapannya secara universal, kita dapat memperkirakan
masa lalu dan masa depan kejadian. Untuk melakukan peramalan tersebut
kita mesti mempercayai observasi kita tentang kejadian sekarang serta
relevansinya dengan masa lalu dan masa depan agar kita berani
mengeneralisasikan pengalaman itu. Misalnya, bila saya bangun pukul
enam pagi besok, saya sudah mengetahui bahwa matahari juga sudah
terbit. Mengapa saya dapat meramal itu? Karena saya mengalami itu sejak
lama. Observasi saya relevan dengan masa lalu dan masa datang tentang
terbitnya matahari. Ketiga, dunia luar memang ada, yaitu dunia yang bebas
dari pengalaman kita. Dunia itu ada sekalipun kita tidak mempunyai kesan
dan idea tentangnnya.
3. Herbert Spencer (1820-1903)
Empirismenya dalam filsafatnya tentang the great unknowable
(yang tidak diketahui). Menurut Spencer, kita hanya dapat mengenali
fenomena-fenomena atau gejala-gejala. Memang benar dibelakang gejala-
gejala itu ada suatu dasar absolute. Tetapi yang absolut itu tidak dapat kita
kenal. Secara prinsip pengenalan kita hanya menyangkut relasi-relasi
antara gejala-gejala. Dibelakang gejala-gejala ada suatu yang oleh Spencer
xii
disebut “yang tidak diketahui“. Sudah jelas, bagi Spencer bahwa
metafisika menjadi tidak mungkin.
Penyebab semua itu adalah kerelatifan seluruh pengetahuan kita.
Kita berpikir dengan cara menghubung-hubungkan pengetahuan.pikiran
kita ini dibentuk oleh gejala-gejala itu, karena itu tidak mungkin kita
menembus bagian belakang gejala tersebut.dari sini tahulah kita bahwa
rekonsiliasi antara sains dan agama menjadi tidak mungkin. Apa yang
difahami? Biarlah sains menbicarkan hukumnya; menolak Tuhan,
mengambil materialisme; dan biarkanlah agama mempertahankan Tuhan
dan menolak materialisme. Tidak ada jalan untuk memahami agama;
agama terletak dibelakang fenomena.
Prinsip umum ini tidak mesti dapat dipahami tetapi ia diketahui
adanya. Tuhan dan agama ada tetapi tidak dapat dimeterialiskan,
gelombang ada dan ritmenya juga ada namun tidak dapat diketahui secara
rinci. Begitu juga pada kenyataan tentang pergantian musim dan
sebagainya.
E. Kelemahan-Kelemahan Empirisme
Kelemahan aliran ini cukup banyak diantaranya;
1. Indera terbatas. Benda yang jauh kelihatan kecil. Apakah benda itu kecil?
Tidak. Keterbatasan kemampuan indera ini dapat melaporkan objek tidak
sebagaimana adanya. Dari sini akan terbentuk pengetahuan yang salah.
2. Indera menipu. Pada orang yang sakit malaria, gula rasanya pahit, udara
panas dirasakan dingin. Ini akan menimbulkan pengetahuan empiris yang
salah juga.
3. Objek yang menipu, contohnya ilusi, fatamorgana. Jadi, objek ini
sebenarnya tidak sebagaimana ia ditangkap oleh alat indera; ia
membohongi indera.
4. Berasal dari indera dan objek sekaligus. Dalam hal ini indera (mata) tidak
mampu melihat seekor kerbau secara keseluruhan, dan kerbau itu juga
tidak dapat memperlihatkan badannya secara keseluruhan.
xiii
BAB III
KESIMPULAN
Empirisme adalah suatu doktrin filsafat yang menekankan peranan
pengalaman dalam memperoleh pengetahuan dan mengecilkan peranan akal
Empirisme berpendapat bahwa pengetahuan tentang kebenaran yang sempurna
tidak diperoleh melalui akal, melainkan di peroleh atau bersumber dari panca
indera manusia, yaitu mata, lidah, telinga, kulit dan hidung.
Para ahli yang mengikuti pendirian Empirisme mempunyai pendapat yang
berbeda dengan aliran Nativisme. Pengikut aliran nativisme berpendapat bahwa
perkembangan itu semata-mata tergantung pada faktor dasar, sedangkan
empirisme mengatakan bahwa dalam perkembangan anak menjadi manusia
dewasa ditentukan oleh lingkungan dan pendidikan.
Aliran empirisme ini dapat berkembang dan berlanjut menjadi paham
environmentalisme, namun ternyata aliran ini pada dasarnya tidak tahan uji dan
tidak dapat dipertahankan.
Jenis-Jenis Empirisme
1. Empirio-kritisisme
2. Empirisme Logis
3. Empiris Radikal
xiv
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, Mukhlison dan Rodliyah, Siti, Ilmu Pendidikan. Ponorogo: PPS Press, tth.
Tafsir Ahmad, Filsafat Ilmu, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006).
Muslih Mohammad , Filsafat Ilmu Kajian Atas Asumsi Dasarparadigma Dan Kerangka Teori ilmu Pengetahuan, (Yogyakarta: Belukar, 2004).
http://ipt-ekstensi.blogspot.com/2011/08/makalah-filsafat-empirisme.html
http://syarifgallery.blogspot.com/2011/07/empirisme-serta-tokoh-aliran-empirisme.html
http://mujib-ennal.blogspot.com/2012/10/aliran-empirisme.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Empirisme
xv
Top Related