KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-
Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat
pada waktunya yang berjudul “KETERBATASAN EKOLOGI DALAM PEMBANGUNAN"
Makalah ini berisikan tentang informasi pengertian Ekologi atau yang lebih khususnya
membahas pengertian ekologi, faktor
Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang Ekologi yang
erat kaitannya dengan pembangunan. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala
usaha kita. Amin.
Pinrang 18 Februari 2013
Penyusun
PENDAHULUAN
Meningkatnya jumlah penduduk bumi menyebabkan peningkatan berbagai kebutuhan, mulai dari
pangan, sandang, maupun pemukiman. Dibutuhkan pula sumber daya alam lainnya seperti tanah,
air, energi, mineral, dan lainnya yang diambil dari persediaan sumber daya alam di bumi. Semula
kehidupan manusia di bumi di kuasai oleh alam, namun dengan munculnya etika Barat lahirlah
sistem nilai yang hakikatnya memandang bahwa manusialah yang menguasai dan menjadi pusat
(antroposentris). Dalam sistem nilai seperti ini lahirlah anggapan bahwa apa yang ada di bumi
ini adalah untuk manusia. Di samping kebutuhan tersebut maka pada manusia terdapat
keinginan-keinginan agar kebutuhan hidupnya dapat terpenuhi.
Pada zaman dahulu, kehidupan manusia sangat bergantung pada apa saja yang dihasilkan oleh alam.
Namun, saat itu jumlah penduduk masih sedikit sehingga alam masih mampu menyediakan kebutuhan
hidup manusia. Sebaliknya, jika dilihat pada saat sekarang ini jumlah populasi manusia telah mengalami
peningkatan yang signifikan yang tentu saja akan berpengaruh terhadap lingkungan.
Kualitas lingkungan dapat diartikan sebagai kondisi lingkungan dan hubungannya dengan mutu hidup.
Sebab, kualitas hidup kita terkait pada pandangan hidup kita, yakni yang menentukan pola hidup kita.
Jika kita berpandangan hidup bahwa pola hidup yang modern ialah sederhana dan hemat, maka pola
hidup itu tidak memberikan tekanan yang berat pada sumber daya kita, tidak bersifat mencemarkan
lingkungan, dan tidak menganggu kesehatan. Lagipula kualitas hidup demikian itu lebih memungkinkan
akan terjadinya pemerataan manfaat pembangunan. Seperti salah satu kesimpulan pokok dalam seminar
pengelolaan lingkungan hidup dan pembangunan nasional yang diselenggarakan oleh Universitas
Padjadjaran pada bulan mei 1972, yaitu “Hanya dalam lingkungan hidup yang baik, manusia dapat
berkembang secara maksimal, dan hanya dengan manusia yang baik, lingkungan hidup dapat berkembang
ke arah yang optimal”.
1. Pengertian Lingkungan Hidup
Pengertian lingkungan hidup dijelaskan dalalm UU No. 23 Tahun 1997 Pasal 1 ayat 1 yaitu kesatuan
ruang dengan semua benda daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk manusia serta perilakunya yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
Kelangsungan hidup manusia tergantung dari kebutuhan lingkungan hidupnya. Lingkungan hidup di bumi
tidak dipandang semata-mata sebagai sumber daya yang harus di eksploitasi, melainkan sebagai tempat
hidup yang mensyaratkan adanya keserasian antara manusia dengan lingkungan hidupnya. Langit dengan
segala bintang yang menghiasi, matahari yang memancarkan sinarnya di waktu siang, dan bulan yang
menampakkan bentuknya berubah-ubah dari malam ke malam serta bumi tempat tinggal manusia, baik
yang tampak di permukaannya atau tersimpan di dalamnya, sangat besar artinya bagi kehidupan manusia.
Kekayaan alam yang disediakan untuk manusia tidak hanya berupa tumbuh-tumbuhan dan binatang yang
tersebar di daratan dan di lautan, tetapi juga kekayaan alam berupa air, udara, sinar matahari, berbagai
mineral dari lapisan bumi, dan lain-lain. Berbagai macam tumbuhan dan binatang juga dapat
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia akan makanan, minuman(susu), pakaian, angkutan,
perumahan, obat-obatan, dan lain-lain.
Berdasarkan kenyataan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dapat dikatakan bahwa lingkungan
merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan organisme dalam melangsungkan kehidupannya.
Dengan kata lain, lingkungan hidup merupakan keseluruhan unsur atau komponen yang berada di sekitar
individu yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan individu yang bersangkutan.
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak bisa melepaskan diri dari keterikatannya pada udara, tanah
dan air. Disamping itu, juga masih banyak lagi hal-hal lain yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
kita, misalnya hewan dan tumbuh-tumbuhan yang kesemuanya itu merupakan bagian dari lingkungan
hidup. Apabila kita, manusia, dianggap sebagai individu yang menjadi pusat perhatian di dalam
membicarakan masalah lingkungan hidup, maka unsur-unsur yang berada di sekitar kita adalah hewan,
tumbuhan, air, udara, dan tanah. Komponen-komponen lingkungan itu harus dijaga kelestariannya,
mengingat pengaruhnya sangat besar bagi kehidupan manusia.
Kita telah ditakdirkan untuk bertempat tinggal di tanah air yang merupakan salah satu daerah paling subur
di permukaan bumi. Dari tanahnya, tumbuh aneka ragam tanaman yang menghasilkan berbagai jenis
bahan makanan untuk kelangsungan hidup manusia yang merupakan rezeki dan nikmat bagi ita.
Kewajiban kita adalah menjaga dengan sebaik-baiknya dari segala yang merusak bumi ini, baik dari
bencana ataupun dari perbuatan manusia sendiri.
2. Kriteria hukum-hukum yang berlaku dalam suatu lingkungan hidup
Setiap lingkungan hidup diatur oleh suatu hukum alam secara otomatis. Maksudnya jika salah satu
komponen mengalami kerusakan, akan menyebabkan kerusakan pula pada komponen-komponen yang
lain, karena dalam suatu lingkungan hidup ada yang disebut dengan “kaidah satu untuk yang lain”.
Apabila salah satu komponen tida berjalan saperti dalam rantai makan dan piramida makanan maka akan
meyebabkan kepunahan. Oleh karena itu, sangatlah diperlukan keserasian populasi mahkluk hidup
Keserasian populasi makhluk hidup dengan lingkungannya harus selalu terjaga. Jika keserasian atau
keseimbangan populasi makhluk hidup terganggu, maka akan mendatangkan bencana. Misalnya, jumlah
kerbau yang sangat banyak, sedangkan persediaan rumput sedekit, lama-lama kelamaan kerbau akan mati
karena tidak dapat makan rumput lagi. Untuk itu kita harus menjaga keserasian populasi makhluk hidup
dengan lingkungannya. Berikut ini beberapa usaha yang dapat dilakukan yaitu:
1. Mengendalikan pertumbuhan jumlah penduduk. Laju pertumbuhan penduduk yang cepat dapat
menimbulkan berbagai masalah. Masalah tersebut , antara lain sulit menyediakan bahan pangan , air
bersih, tempat tinggal, sarana kesehatan, pendidikan yang memadai, dan lingkungan hidup yang sehat.
Kepadatan penduduk akan meningkat pesat jika tingkat kelahiran tinggi, sedangkan tingkat kematian
yang rendah. Apalagi jika ditambah dengan banyaknya imigran yang datang. Jumlah penduduk yang
besar menyebabkan kehidupan hidup juga besar serta mnyebabkan ruang gerak yang sangat terbatas.
Upaya untuk mengatasi dan menanggulangi kepadatan penduduk merupakan tanggung jawab bersama,
baik pemerintah maupun masyarakat. Usaha –usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi kepadatan
penduduk yang tinggi adalah dengan mengendalikan laju pertumbuhan penduduk melalui program KB,
meningkatkan taraf pendidikan masyarakat, meningkatkan produksi pangan, pemanfaatan sumber daya
alam, sesuai kebutuhan dan menjaga kelestairannya, meratakan penyebaran penduduk, mengurangi
jumlah pengangguran, meningkatkan kesehatan masyarakat dengan meningkatkan gizi dan penyediaan
saran kesehatan, mengurangi pencemaran lingkungan.
2. Menjaga keserasian pertumbuhan populasi hewan dengan tumbuhan dengan lingkungannya. Jika
populasi hewan betambah jauh lebih besar dibanding populasi tumbuhan, maka dapat terjadi kelaparan
dan kematian hewan. Akan tetapi, pertumbuhan populasi tumbuhan yang terlalu besar juga dapat merusak
lingkungan. Contohnya, pertumbuhan eceng gondok yang hidup di air mengalami perkembangan yang
sangat cepat yang berakibat banyaknya air dan oksigen yang terserap oleh eceng gondok tersebut.
Sehingga makhluk hidup air tidak dapat bertahan dan akhirnya mati.
Manusia berperan penting dalam menjaga keserasian dan keseimbangan pertumbuhan hewan dan
tumbuhan dengan lingkungannya. Caranya antara lain dengan tidak melakukan perburuan liar dan
penebangan hutan secara sembarangan, melakukan peremajaan tanaman pengganti, penengkapan
musiman yang dilakukan pada saat populasi hewan paling banyak dan tidak pada saat kondisi yang dapat
mengakibatkan kepunahan, pembuatan cagar alam dan suakamargasatwa serta taman nasional untuk
melindungi hewan dan tumbuhan langka, pembuatan dan perbaikan pengaturan spesimen tumbuhan dan
hewan guna mempermudah sistem informasi keanekaragaman makhluk hidup, dan membudidayakan
tumbuhan dan hewan langka.
Seperti yang kita ketahui, berbagai jenis tumbuh-tumbuhan dan hewan dapat membentuk rantai makanan
tak terputus sehingga apabila rusak satu bagian dari suatu sistem tersebut, maka akan turut merusak
bagian lain secara berantai dan pada gilirannya akan merusak sistem secara keseluruhan. Kerusakan
tersebut ditandai antara lain dengan terjadinya pencemaran (di darat, laut, dan uadara), erosi, banjir,
musim kemarau yang berkepanjangan, kekacauan siklus udara, kerusakan organ tubuh manusia, dan
berbagai bencana lain yang mnyengsarakan umat manusia. Ironisnya, terjadinya ketidakseimbangan alam
itu sering kali disebabkan oleh tangan manusia sendiri yang memanfaatkan alam dengan semena-mena
tanpa memerhatikan kelestariannya.
3. Pemanfaatan Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup yang serasi dan seimbang sangat kita perlukan karena merupakan unsur penentu
kehidupan suatu bangsa. Indonesia sebagai suatu Negara wajib menjaga dan melestarikan lingkungan
hidup untuk dimanfaatkan dalam memenuhi kepentingan bersama bagi generasi kini dan mendatang.
Pemanfaatan lingkungan hidup tersebut tentunya harus berkesinambungan. Apabila lingkungan hidup kita
baik, maka pembangunan yang sedang dilaksanakan pemerintah pun akan berjalan lancar.
Pembangunan yang dilaksananakan di Indonesia adalah pembangunan yang berwawasan lingkungan
walaupun pada kenyataannya lingkungan hidup di Indonesia masih memprihatinkan.
Setiap pemanfaatan lingkunga hidup harus bertujuan sebagai berikut:
1. Tercapainya keselarasan, keserasian, dan kesimbangn atnra manusia dan lingkungan hidup
2. Terwujudnya manusia Indonesia sebagai insane lingkungan hidup yang memiliki sikap dan tindakan
melindungi serta membina lingkungan hidup
3. Terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan
4. Tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup
5. Terkendalinya pemanfatatan sumber daya secara bijaksana
6. Terlindunginya Indonesia terhadap dampak dari luar yang dapat menyebabkan pencemaranatau
kerusakan lingkungan
Beberapa pemanfaatan lingkungan hidup sebagai berikut:
1. Digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, seperti manusia membutuhkan air untuk
keperluan minum , memasak dan mandi
2. Digunakan untuk industri, seperti industri yang menghasilkan produknya berupa oksigen yang
tersimpan di dalam tabung, industri air mineral, industri pupuk organic, dan laini-lain
3. Digunakan pemerintah sebagai daerah konservasi agar lingkungan hidup tersebut terjaga
4. Diguankan sebagai bahan kajian, penelitian, dan pengembangan oleh pihak-pihak terkait
5. Pemasaran unsur-unsur lingkungan hidup melalui pengembangbiakan hewan dan tumbuhan dengan
tetap menciptakan pemurnian lingkungan hidup itu sendiri
6. Memelihara dan membesarkan benih-benih hewan dan tumbuhan dengan tetap memperhatikan
jenisnya
7. Pengambilan tumbuhan liar untuk kepentingan penjualan dengan cara membudidayakannya seperti
penemuan berbagai jenis anggrek hutan yang dikembangkan melalui perkebunan
8. Budi daya tanaman obat-obatan atau membuat apotik hidup di sekitar rumah
Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi lingkungan hidup adalah :
1. Jenis dan jumlah masing-masing unsur lingkungan hidup
2. Hubungan atau interaksi antar unsur dalam lingkungan hidup
3. Kondisi lingkungan hidup
4. Faktor-faktor non material seperti kondisi suhu, cahaya dan kebisingan
5. Kondisi fisik berpengaruh terhadap kehidupan ekonomi, sedangkan kehidupan ekonomi akan
berpengaruh terhadap keadaan sosial dan budaya penduduk
B. KETERBATASAN EKOLOGIS DALAM PEMBANGUNAN DAN UPAYA MENGATASINYA
Populasi yang tumbuh terus dan melampaui daya dukung akan memberikan tekanan pada daya dukung
tersebut. Tekanan yang terlalu tinggi terhadap daya dukung menyebabkan berkurangnya kemampuan
daya dukung untuk menyokong kehidupan sehingga jumlah populasinya menurun. Dari uraian tersebut,
tampak jelas bahwa peran linkgungan terhadap kehidupan itu tidak boleh dipaksakan. Apabila melebihi
kemampuan daya dukungnya akan menyebabkan kehancuran lingkungan. Keterbatasan daya dukung
itulah yang dinamakan keterbatasan ekologi.
Keterbatasan ekologi tersebut akan semakin terasa seiring dengan pertumbuhan penduduk dan semakin
berkurangnya sumber daya alam. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi keterbatsan ekologi maka harus
dilakukan upaya-ipaya sebagai berikut:
1. Menjaga kelestarian lingkungan yang masih tersisa agar tetap terpelihara dan menghasilkan manfaat
bagi manusia
2. Menghemat sumber daya alam agar tidak cepat habis melalui penciptaaan teknologi yang canggih dan
hemat energi
3. Perncanaaan pembangunan yang berwawasan lingkungan
Beberapa contoh mengenai terjadinya bencana lingkungan adalah sebagai berikut:
1. Pada tahun 1950, terjadi pencemaran oleh air raksa (Hg) dari limbah oleh cadmium(Cd) dari limbah
pertambangan seng (Zn). Pencemaran tersebut menyebabkan timbulnya keracunan bagi mereka yang
memakan ikan dari laut yang tercemar. Penyakit tersebut kemudian dikenal sebagai penyakit minamata
dan itai-itai sesuai temopat terjadinya.
2. Terjadinya erosi dan banjir di berbagai bagian bumi
3. Tergangggunya udara di kota London dan Los Angeles karena udara tercemar oleh asap berbagai
industri sehingga menganggu kesehatan penduduk.
4. Malapetaka yang terjadi di Ethiopia (Afrika) tahun 1980, yakni kegagalan panen akibat kekeringan
yang menyebabkan kelaparan dan kematian, berawal dari pertumbuhan penduduk yang tinggi,
penggundulan hutan, erosi tanah yang meluas, dan kurangnya dukungan terhadap program pertanian.
5. Pencemaran limbah industri dan rumah tangga menyebabkan pencemaran air tanah dan air permukaan.
Hujan asam di berbagai kota termasuk di DKI Jakarta menyebabkan timbulnya berbagai penyakit,
kerusakan, dan kematian tanaman pertanian serta kerusakan hutan.
6. Pencemaran yang disebabkan karena kecelakaan, misalnya bocornya pabrik pestisida di Bhopal (India)
dan kecelakaan pusat listrik tenaga nuklir di Chernobyl (Rusia) telah menimbulkan banyak kerugian.
Beberapa contoh lain mengenai penyalahgunaan sumber-sumber alam adalah sebagai berikut:
1. Perusakan tanah pertanian dan lautan
2. Pencemaran udara dan sumber air
3. Pengurasan hasil-hasil tambang
4. Penggundulan dan pembakaran hutan-hutan
5. Tak adanya perlindungan terhadap binatang-binatang
6. Pembangunan kota dan pemukiman tidak pada tempatnya
Pelestarian lingkungan hidup adalah rangkaian upaya untuk melindungi kemampuan lingkungan hidup
terhadap tekanan perubahan dan dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu
mendukung kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Upaya pelestarian tersebut dilakukan agar
kekayaan alam dapat berlanjut selama mungkin dan agar kekayaan sumber alam tersebut dapat dinikmati
oleh generasi yang akan datang.
1. Pelestarian hutan
Dilakukan melalui tata guna lahan, peraturan TPII (Tebang Pilih Tanam Indonesia),reboisasi dan system
tumpang sari pada pertanian .
2. Pelestarian keanekaragaman hayati
Selain mengupayakan pelestarian hutan juga melestarikan beberapa varietas asli tanaman itu. Pelestarian
terhadap padi jenis cianjur dan rejolele. Selain itu, perancangan puspa nasional pada buunga melati dan
satwa nasional pada komodo, merupakan upaya untuk melestarikan tanaman dan hewan asli
3. Pelestarian tanah dan sumber daya air
Dilakukan dengan cara pencegahan pencemaran, pengamanan pintu-pintu air, penggunaan air tidak boros,
hutan-hutan disekitar sungai, danau, mata air, dan rawa perlu diamankan. Upaya untuk mengurangi
pencemaran sungai diantaranya melalui program kali bersih (Prokasih) terhadap sungai-sungai yang telah
tercemar.
4. Pelestarian dumber daya udara
Dilakukan terhadap pabrik dengan melakukan penyaringan terhadap pembuangan gas. Perlu penanaman
pohon-pohon pembatas jalan raya dan hutan kota sebagai paru-paru kota. Juga diadakan uji emisi
buangan gas terhadap kendaraan bermotor.
Tentang memelihara dan melestarikan lingkungan hidup, banyak upaya yang bisa dilakukan seperti yang
terdapat pada amanat GBHN, rehabilitasi sumber alam berupa hutan , tanah dan air yang rusak perlu lebih
ditingkatkan lagi melalui pendektan terpadu daerah aliran sungai dan wilayah. Dalam lingkungan ini
program penyelamatan hutan, tanah, dan air perlu dilanjutkan dan disempurnakan. Pendayagunaan daerah
pantai, wilyah laut dan kawasan udara perlu ditingkatkan tanpa merusak mutu dan kelestarian lingkungan
hidup.
Nampaknya pembangunan yang dilakukan oleh setiap Negara dapat meningkatkan kesejahteraan
penduduknya. Sejalan dengan itu, eksploitasi sumber daya alam makin meningkat. Akibatnya, persediaan
sumber daya alam makin terkuras dan pencemaran lingkungan makin meningkat. Hal ini terjadi tidak
hanya pada Negara maju, teapi juga pada Negara berkembang, termasuk Indonesia. Negara maju masih
meneruskan pola hidupnya yang mewah dan boros. Jumlah industri, kendaraan bermotor, dan konsumsi
energi terus meningkat dalam memenuhi kebutuhan kehidupan mereka. Sementara Negara berkmbang
berusaha keluar dari kemiskinannya melalui peningkatan pembangunan. Untuk itu, eksploitasi sumber
daya alam dilakukan baik untuk kebutuhan dalam negeri, maupun untuk ekspor. Eksploitasi sumber daya
alam yang terus menerus dan kurangnya kesadaran terhadap lingkungan menyebabkan bencana
lingkungan yang terjadi di berbagai bagian bumi makin meluas.
C. PEMBANGUNAN HARUS BERWAAWASAN LINGKUNGAN DAN BERKELANJUTAN
Walaupun pembangunan kita perlukan untuk mengatasi banyak masalah termasuk masalah lingkungan,
namun pengalaman menunjukkan pembangunan dapat menimbulkan dampak negatif. Pada satu pihak kita
tidak boleh takut untuk melakukan pembagunan karena tanpa pembangunan kita pasti ambruk. Di pihak
lain kita harus memperhitungkan dampak negatif dan berusaha untuk menekannya menjadi sekecil-
kecilnya. Pembangunan itu harus berwawasan lingkungan yaitu lingkungan diperhatikan sejak mulai
pembangunan itu direncanakan sampai pada waktu operasi pembangunan itu. Dengan pembangunan
berwawasan lingkungan, pembangunan dapat berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan dapat
didefinisikan sebagai “pembangunan yang memenuhi kebutuhannya sekarang tanpa mengurangi
kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan mereka”. Pembangunan
berkelanjutan mengandung arti, lingkungan dapat mendukung pembangunan dengan terus menerus
karena tidak habisya sumber daya yang menjadi modal pembangunan. Modal itu sebagian berupa modal
buatan manusia, seperti ilmu dan teknologi, pabrik, dan prasarana pembangunan.
Lingkungan sosial budaya pun merupakan komponen penting yang ikut menentukan pembangunan
berkelanjutan, salah satunya ialah kesenjangan. Tergusurnya pemukimam rakyat kecil oleh pembangunan
dan hilangnya hak adat dan hak mengolah atas tanah mereka, sedang mereka tidak dapat banyak
menikmati hasil pembnagunan, merupakan salah satu sebab penting terjadinya kesenjangan yang makin
lebar dan kecemburuan sosial yang makin meningkat sehingga perlu kita waspadai dalam proses
pembangunan. Kesenjangan yang makin meningkat antara kelompok masyarakat yang satu dengan
kelompok lainnya akan meningkatkan kecemburuan dan keresahan social sehingga gejolak social dengan
mudah dapat tersulut, bahkan dapat meledak.
Jelaslah, untuk mencapai pembangunan berkelanjutan, pembangunan itu haruslah berwawasan
lingkungan. Dengan kata lain, pembangunan berwawsan lingkungan adalah syarat yang harus dipenuhi
agar pembangunan dapat berkelanjutan. Analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) merupakan
salah satu alat dalam upaya dapat dilakukan pembangunan berwawasan lingkungan.
D. PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN MEMBAWA PERUBAHAN
Pembangunan selalu akan membawa perubahan. Sudah barang tentu perubahan yang diharapkan adalah
perubahan yang baik menurut ukuran manusia. Misalkan di suatu daerah sering terdapat suatu penyakit
DB ( Demam Berdarah), kekurangan pangan, dan sarana pendidikan yang rendah. Dalam keadaan ini
tingkat kualitas hidup adalah rendah dan dengan demikian kalitas lingkungan di daerah itu adalah rendah.
Pembangunan dilancarkan untuk mengubah kondisi tersebut.
Daya Dukung LIngkungan dan Pembangunan Berkelanjutan
KTT Bumi 1992 di Rio De Janeiro, dimana Indonesia merupakan salah satu Negara peserta bahwa,
“pembangunan hendaknya dilakukan secara terpadu guna mencapai pembangunan berkelanjutan”.
Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan untuk memenuhi kebutuhan saat ini tanpa merusak
atau menurunkan kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhan serta aspirasi hidupnya
(WCED,1987).
Pada hakikatnya pembangunan adalah upaya manusia dalam memanfaatkan SDA dan jenis-jenis
lingkungan melalui penerapan IPTEK bagi kesejahteraaan umat manusia. Oleh karena itu,
kesinambungan (sustainability) semua jenis kegiatan pembangunan baik dalam kelompok sektor industri
primer (seperti : perikanan, budidaya pertanian, perhutanan dan pertambangan): maupun sektor tersier
(seperti : pariwisata, perdagangan dan jasa-jasa lainnya) secara langsung atau tidak langsung selalu terkait
dan bergantung pada lingkungan hidup dan SDA. Secara garis besar, konsep pembangunan berkelanjutan
memiliki empat dimensi, yaitu dimensi ekologis, sosial ekonomi dan budaya, sosial politik, dan dimensi
hukum dan kelembagaan.
1. Dimensi ekologis
Sehubungan dengan hal tersebut, maka jika kita ingin membangun wilayah secara optimal dan
berkelanjutan, hendaknya laju (tingkat) pembangunan yang berlangsung di wilayah pesisir dan wilayah
pedalaman, secara agregat tidak melebihi daya dukung lingkungan. Menurut Ortolano (1984) dan De
Groot (1992) bahwa daya dukung suatu ekosistem alam dapat dilihat dari 4 kapasitas fungsionalnya:
a. penyediaan SDA
b. penyediaan jasa-jasa pendukung lingkungan
c.penyedian jasa-jasa kenyamanan, dan
d. penyerap limbah (waste recep table.
Ekosistem menyediakan SDA baik yang dapat pulih, maupun yang tidak dapat pulih bagi kelangsungan
hidup manusia serta segenap kiprah pembangunannya melalui proses produksi dan konsumsi. Ekosistem
Indonesia memiliki SDA yang kaya dan berneka ragam (megaviodiversity). SDA dapat pulih antara lain
berupa sumber daya hutan, tanah, ikan, terumbu kurang dan laini-lain. SDA tidak dapat pulih antara lain
minyak dan gas bumi, timah, biji besi dan bauksit serta mineral dan bahan tambang lainnya.
Jasa-jasa pendukung kehidupan meliputi ruang untuk tempat tinggal dan lokasi kegiatan pembangunan,
udara bersih, siklus biogeokimia, siklus hidrologi dan lain-lain. Jasa keamanan khususnya berupa tempat-
tempat yang indah dan menyejukkan untuk berekreasi serta mencari lembah ketenangan dan kenyamanan
hidup. Ekosistem/wilayah juga merupakan tempat pembuangan limbah gratis dan praktis.
Dengan demikian, secara ekologis terdapat 4 persyaratan agar pembangunan dapat berlangsung secara
berkelanjutan:
a. Menempatkan setiap kegiatan pembangunan pada lokasi yang secara ekologis (biofisik) sesuai dengan
kegiatan pembangunan termaksud
b. pemanfaatan SDA tidak melebihi potensi lestarinya (renewable capacity)
c. pembuangan limbah tidak melebihi kapasitas asimilasi ekosistem, dan
d. kegiatan rencana bangun, konstruksi dan modifikasi bentang alam harus sesuai dengan karakteristik
wilayah.
2. Dimensi sosial ekonomi dan budaya
Dimensi ekologis sperti yang diuraikan di atas pada dasarnya menyajikan informasi tentang daya dukung
sistem alam dalam menopang segenap kegiatan pembangunan dan kehidupan manusia, dengan demikian
agar pembangunan dapat berkelanjutan, maka pola dan laju pembangunan harus dikelola sedemikian rupa
sehingga total permintaanya (demand) terhadap SDA dan jasa-jasa lingkungan tidak melampaui
kemampuan suplai tersebut. Kualitas dan jumlah permintaan tersebut ditentukan oleh jumlah penduduk
dan standar/kualitas kehidupannya. OLeh Karena itu, selain mengendalikan jumlah penduduk, kebijakan
yang mendesak untuk dilaksanankan adalah mengurangi kesenjangan antara kaya dan miskin.
Secara sosal-ekonomi dan budaya konsep pembangunan berkelanjutan mensyarakat, bahwa setiap
manfaat (keuntungan) yang diperoleh dari kegiatan pembangunan harus diprioritaskan untuk
meningkatkan kesejahteraan penduduk, terutama mereka yang ekonomi lemah, guna menjamin
kelangsungan pertumbuhan ekonomi wilayah itu sendiri. Unutk negera berkembang (Indonesia), prinsip
ini sangat mendasa karena banyak menimbulkan kerusakan lingkungan. Keberhasilan pemda Tk II Bali
dalam menanggulangi kasus penambangan batu karang, dengan menyediakan usaha budi daya rumput
laut sebagai alternatif mata pencaharian bagi para pelakunya, adalah merupakan salah satu contah betapa
relevannya prinsip ini bagi kelangsungan pembangunan.
3. Dimensi sosial politik
Pada umumnya masalah kerusakan lingkungan bersifat eksternal. Artinya pihak yang menderita akibat
keruasakan tersebut bukanlah si pembuat kerusakan, melainkan pihak lain, yang biasanya masyarakat
miskin yang lemah. Misalnya, pendangkalan bendungan dan saluran irigasi serta peningkatan frekuensi
dan magnitude banjir suatu sungai akibat penebangan hutan yang tidak bertanggung jawab di daerah
hutan. Demikian juga dampak pemanasan globat akibat peningkatan konsentrasi gas rumah kaca di
atmosfer yang sebagian besar disebabkan oleh Negara-negara industri.
Ciri khas lain dari kerusakan lingkungan adalah bahwa akibat dari kerusakan ini biasanya muncul setelah
beberapa waktu. Mengingat karakteristik permasalahan lingkungan tersebut, maka pembangunan
berkelanjutan lainnya dapat dilaksanakan dalam sistem dan suasana politik yang demokratis dan
transparan. Tanpa kondisi politik semacam ini, niscaya laju kerusakan lingkungan akan melangkah lebih
cepat ketimbang upaya pencegahan dan penanggulangannya.
4. Dimensi hukum dan kelembagaaan
Pada akhirnya pelaksanaan pembangunan berkelanjutan mensyaratkan pengendalian diri dari setiap warga
dunia untuk tidak merusak lingkungna. Dan bagi kelompok the haves dapat berbagi kemampuan dan rasa
dengan saudaranya yang masih belum dapat memenuhi kebuthan dasarnya, sembari mengurangi budaya
konsumerismenya. Persyaratannya yang bersifat personal ini dapat dipenuhi melalui penerapan sistem
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku secara konsisten, serta dibarengi dengan penanaman
etika pembangunan berkelanjutan pada setiap warga dunia. Disinilah peran sentuhan nilai-nilai
keagamaan akan sangat berperan.
E. INDONESIA DALAM ERA GLOBALISASI
Globalisasi adalah suatu proses penyebaran hal-hal baru, khususnya yang menyangkut informasi secara
mendunia melalui media cetak dan elektronik. Secara terbatas, globalisasi terbentuk oleh adanya
kemajuan teknologi di bidang komunikasi dunia. Contohnya melalui televisi pada acara siaran berita kita
dapat melihat dan memperoleh informasi dalam waktu yang relatif singkat.
Menjelang berakhirnya abad ke-20 dan permulaan abad ke-21, proses globalisasi akan terjadi dalam dunia
perdagangan internasional. Sebagai contoh adalah dalam penggunaan sistem mata uang tunggal di eropa
yang disebut euro. Di kawasan asia pasifik perkembangan Asosiasi Perdagangan Asia dan Pasifik (asia
pacific trade association/AFTA) yang akan mengawasi sistem perdagangan bebas di dunia.
Globalisasi terbentuk akibat adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi komunikasi
internasional. Faktor ini hanyalah merupakan faktor teknis dan fisik. Faktor lain yang sangat berpengaruh
bagi terjadinya perubahan social budaya sebagai akibat globalisasi adalah faktor nilai budaya luar. Faktor-
faktor nilai budaya tersebut adalah aspek-aspek modernisasi, seperti:
a. Senantiasa meningkatkan pengetahuan dan hukum
b. Kemandirian dan etos kerja
c. Kemampuan melihat ke masa depan
d. Keterbukaan, efisiensi, dan produktivitas
1. Berbagai saluran proses globalisasi
Kemajuan teknologi komunikasi dan transportasi akan mempercepat proses globalisasi. Dalam bidang
komunikasi, manusia dewasa ini telah mampu menciptakan berbagai jenis alat komunikasi yang dapat
mendukung kecepatan dan kelancaran dalam mengadakan hubungan sekalipun jaraknya begitu jauh.
Bila kita telusuri awal mula munculnya alat komunikasi dalam rangka menyampaikan pesan yang
pertama adalah dengan menggunakan kentongan, kemudian berkembang menjadi telegram, telepon,
radio, teleks, hingga televisi. Oleh karena itu, dengan kemajuan komunikasi keuntungan yang kita
peroleh, antara lain kita dapat menerima berita atau informasi dari seluruh penjuru dunia, berita dapat
menyebar ke mana-mana walaupun letaknya berjauhan, dan kita dapat menyaksikan secara langsung
suatu peristiwa atau sesuatu yang sedang terjadi di tempat lain. Berbagai saluran proses globalisasi
lainnya adalah sebagai berikut:
a. Lembaga pendidikan dan ilmu pengetahuan serta lembaga keagamaan
b. Lembaga perniagaan dan industri internasional
c. Saluran komunikasi, telekomunikasi internasional, dan turisme
d. Lembaga internasional yang mengatur peraturan internasional
e. Lembaga kenegaraan yang mengatur hubungan diplomatik
2. Kecenderungan dan respon masyarakat terhadap globalisasi
Pengaruh dunia internasional secara pasif melanda hanpir semua aspek kehidupan si semua lapisan
masyarakat. Globalisasi dengan berbagai dimensi tidak bisa dicegah. Mereka yang tidak siap menghadapi
global ini akan selalu canggung dalam pergaulan hidup. Akibat dari globalisasi ini mereka cenderung
mencai jalan pintas dengan wawasan sempit. Ini bisa terjadi pada tatanan agama, ekonomi, dan etnis.
Munculnya sikap primordialisme dan fundamentalisme sebagian merupakan reaksi pintas atas
modernisasi ini.
Globalisasi akan menimbulkan gejala perubahan kebudayaan terhadap masyarakat yang bersangkutan.
Sebagai contoh, adanya jaringan internet atau jaringan televisi yang mendunia telah menimbulkan
berbagai gejala perubahan kebudayaan.
Dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan, kita harus memiliki pemehaman terhadap lingkungan
hidup sebagai berikut:
a. Bumi merupakan sumber daya yang terbatas
b. Daur ulang dan pemulihan sumber daya dapat mengurangi kelangkaan sumber daya tertentu
c. Biaya produksi lebih dari sekedar biaya yang terkait dengan energi, pekerja dan materi biaya lain yang
menyebabkan kerusakan lingkungan harus pula diperhatikan
d. Kita harus mengerti dan paham dengan alam
e. Hukum dan teknologi harus dipadukan dengan kemajuan individu dalam memecahkan masalah
f. Manusia bukan superior dalam sistem alam melainkan hanya bagian yang menjalankan pola sistem
yang berlaku di alam
g. Limbah tidak dapat di tolerir, setiap kegiatan produksi yang dilakukan seharusnya mengolah limbah
sehingga menjadi tidak membahayakan.
Dalam pembangunan berkelanjutan perlu dilakukan berbagai upaya sebagai berikut:
a. Menyatukan persepsi tentang pelestarian/konservasi biosfer
b. Menstabilkan populasi bumi baik di darat maupun di laut
c. Melanjutkan dan mengamankan penggunaan sumber daya
d. Menggunakan sumber daya secara efisien dan tidak membahayakan biosfer
e. Mengembangkan dan menerapkan teknologi maju untuk mendukung pengelolaan dan pengembangan
lingkungan
f. Mendukung program ekonomi baru yang memiliki strategi berkelanjutan dalam pengelolaan dan
pengembangan lingkungan
Model pembangunan berkelanjutan jangka panjang
Pembangunan adalah suatu proses pengolahan sumber daya alam dan sumber daya manusia dengan
memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Model pembangunan, kependudukan dan lingkungan
hidup disusun berdasarkan lima komponen utama yaitu, perubahan penduduk, pertumbuhan ekonomi,
ketersediaan fasilitas, keterbatasan sumber daya alam dan kualitas lingkungan hidup. Pendekatan ini
memungkinkan terjadinya keterpaduan dari: 1. Tujuan pembangunan manusia (tingkat kualitas hidup
yang hendak dicapai atau kualitas yang diduga mungkin dicapai). 2. Tujuan pembangunan ekonomi
(meningkatkan kualitas hidup). 3. Tujuan lingkungan hidup (biaya pembangunan yang harus ditanggung
untuk penyusutan sumber daya alam).
F. PENERAPAN SIKAP DAN PERILAKU
Bila lingkungan rusak pasti kita akan menglalami bermacam-macam kesulitan dan bencana alam.
Manusia memang diciptakan agar mengelola, memakmurkan, dan melestarikan alam untuk
kesejahteraaan umat manusia itu sendiri. Oleh karena itu, kita harus menjadikan alam sebagai sahabat dan
mengolahnya demi kesejahteraan bersama. Alam pasti akan menjadi sahbat dan memberikan yang terbaik
apabila kita pun memperlakukannya dengan baik.
Akibat ketamakan manusia terhadap alam, gunung, bukit, serta rimba banyak yang gundul karena
pembakaran hutan dan penebangan pohon yang sembarangan. Sungai-sungai mengalami banjir akibat
sampah atau karena tanah, pasir serta bebatuan yang digali dan di eksploitasi tanpa memerhatikan dampak
lingkungannya. Udara di sekitar kita, terutama di kota besar terpolusi akibat asap kendaraan dan pabrik
yang kotor dan berbahaya.
Juga akibat keserakahan sebagian manusia terhadap alam, banyak ulah dari manusia yang berakibat buruk
dan dapat mneyengsarakan manusia itu sendiri. Tanah longsor, banjir, kekeringan, tata ruang daerah yang
tidak karuan, dan udara serta air yang tercemar adalah hasil kelakuan manusia yang justru merugikan
manusia dan makhluk hidup lainnya.
Beberapa perilaku yang dapat diterapkan berkaitan dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup, antara
lain sebagai berikut:
1. Mulai melakukan pola sehat dimulai dari diri sendiri
2. Tidak menggunakan semprotan untuk minyak wangi dan obat insektida
3. Tidak membuang sampah sembarangan
4. Tidak membunuh hewan sembarangan karena bisa merusak ekosistem
5. Menggunakan saringan udara pada kendaraan bermotor, pabrik, dan dapur rumah tangga
6. Menghemat sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui
7. Menggunakan alat pendingin udara (AC) dan lemari es yang tidak mengandung kreon
8. Mengurangi penggunaan busa untuk alat tidur, kursi, dan jok mobil
9. Menanam kembali pohon muda untuk menggantikan pohon yang telah ditebang agar lingkungan
menjadi hijau dan segar
10. Menghemat penggunaaan kertas dan pensil, sebaiknya menggunakan kertas yang masih kosong
meskipun bekas
11. Menggunakan air sehemat mungkin dengan cara jangan sampai kran air terbuka terus hingga air
terbuang percuma, serta mneggunakan air bekas mencuci untuk menyiram tanaman, tidak langsung
dibuang
12. Memilah-milah sampah menurut jenisnya sampah organik (daun, sisa makanan, kertas) dan sampah
anorganik (plastik, botol, dan kaleng) sehingga dapat di daur ulang
13. Gemar mencari cara yang hemat dan tepat guna serta memberitahukan kepada lingkungan sekitar
14. Sering mencari informasi mengenai cara menjaga lingkungan yang baik, khususnya pada lembaga
yang berkompeten
15. Menyadari bahwa melestarikan lingkungan adalah tanggung jawab kita bersama
olusi dan Kesimpulan
Pencanangan program pemerintah yang dikoordinasikan oleh kantor Menneg LH, antara lain 7
kegiatan utama yakni bumi lestari, sumber daya alam lestari, program kali bersih, program langit
biru, adipura, laut dan pantai lestari serta manajemen lingkungan memerlukan dukungan dan
peran serta masyarakat luas dan instansi terkait serta masyarakat internasional dalam
pelaksanaannya. Dalam kaitannya dengan "compliance and enforcement", pembentukan Pejabat
Penyidik Pegawai Negeri Sipil/ PPNS Bidang Lingkungan, BAPEDAL juga menunjukkan
kesungguhan dan komitmen pemerintah yang kuat.
Peringatan hari lingkungan hidup se-dunia dengan tema ? Green Cities ? pada 5 mei 2005 perlu
diapresiasi dengan sikap aktif pro-aktif. Seyogyanya pemerintah pusat hingga pemerintah daerah
melakukan aksi nyata dan tidak hanya ?panas dan meluap ? luap? pada konsep dan acara
seremonial belaka. Apa yang dilakukan oleh pemerintah Kota Pekanbaru dalam memperingati
hari lingkungan hidup se-dunia dengan tema ??Gerakan Kota Bersih dan Hijau?? perlu dicontoh
oleh kabupaten/ kota lain. Penghijauan kota dan lahan gundul serta penjagaan terhadap
lingkungan laut menjadi prioritas mekanisme pembangunan bersih. Hal ini diyakini bahwa hutan
merupakan paru-paru dunia yang dapat menyerap karbon dan menyediakan oksigen bagi
kehidupan di muka bumi. Fungsi hutan sebagai penyimpan air tanah juga akan terganggu akibat
terjadinya pengrusakan hutan yang terus-menerus. Hal ini akan berdampak pada semakin
seringnya terjadi kekeringan di musim kemarau dan banjir serta tanah longsor di musim
penghujan. Pada akhirnya, hal ini akan berdampak serius terhadap kondisi perekonomian
masyarakat. Sedangkan laut diyakini menyimpan banyak potensi flora dan fauna yang menarik
untuk dijadikan aset daerah dengan pendekatan ekowisata. Tentu pengelolaan yang rapi, sistemik
dan berwawasan lingkungan menjadi ruh utama pembangunan.
Program pengentasan kemiskinan dan masalah kesehatan serta lingkungan hidup harus dilakukan
segera dengan asumsi pemikiran bahwa salah satu penyebab kerusakan lingkungan hidup adalah
kemiskinan yang akut di negara-negara berkembang. Tanpa penanganan yang komprehensif
terhadap isu kemiskinan, maka upaya masyarakat internasional melaksanakan agenda
pembangunan berkelanjutan akan sia-sia. Dalam kaitan ini, negara-negara berkembang
prinsipnya sepakat bahwa kemiskinan adalah salah satu penyebab dari berbagai penyebab
penting lainnya seperti pola konsumsi dan produksi yang tidak sustainable serta tidak tersedianya
sumber keuangan dan teknologi yang memadai.
Pola pembangunan sebagai visi utama Gubernur Riau dengan formulasi K2i (Pembangunan pada
sektor pemberantasan kebodohan, kemiskinan dan pembangunan infrastruktur) patut untuk
diapresiasi. Namun konsep K2i itu perlu diterjemahkan dengan strategi pembangunan yang
applicable. Sikap tegas dari Gubernur untuk melawan kebodohan dan kemiskinan jangan sampai
hanya tinggal dipodium dan lembar pidato. Yang dibutuhkan saat ini adalah aksi rill dari
pemerintah dengan tetap memperhatikan keseimbangan ekosistem bumi, dimana lingkungan
hidup adalah mitra dari pembangunan daerah.
Kebijakan pemerintah untuk melakukan pembangunan daerah tidak hanya memperhatikan unsur
ekonomi dan politik saja dengan mengesampingkan kepentingan lingkungan. Kita memang tidak
bisa melakukan pemisahan antara elemen ? elemen tersebut. Gagasan Emil Salim (2002) dengan
paradigma ekonomi dalam lingkungan cukup menarik untuk kita diskusikan. Menurutnya
Pembangunan dengan orientasi ekonomi nasional tetap perlu digalakkan namun pemberdayaan
lingkungan menjadi include didalamnya sebagai partner utama pembangunan berkelanjutan.
Kelembagaan lingkungan hidup yang sudah berdiri seperti Bapedalda dan lembaga non-
pemerintah seperti WALHI, serta masyarakat luas perlu melakukan kontrol terhadap kebijakan
pemerintah yang tidak berpihak kepada kepentingan rakyat. Pada sektor korporasi yang
mengelola langsung sumber daya alam lokal, seperti CALTEX, RAPP, serta perusahaan ?
perusahaan besar lainnya harus memperhatikan kesepakatan ISO-14000 yang mengamanahkan
untuk meningkatkan pola produksi berwawasan lingkungan, membangun pabrik atau perusahaan
hijau (green company) dengan sasaran keselamatan kerja, kesehatan dan lingkungan yang
maksimal dan pola produksi dengan limbah nol (zero waste).
Meminjam AA? Gym, bahwa untuk melakukan apa yang dicita ? citakan tidak akan berhasil
tanpa didukung oleh kesadaran manusianya. Maka dari itu - dalam kerangka memelihara
lingkungan-mulailah dari yang kecil, seperti membuang puntung rokok pada tempatnya,
Mulailah dari diri sendiri dan mulailah dari sekarang. Mari kita cintai diri kita dan makhluk lain
dibumi dengan senantiasa menjaga dan memelihara lingkungan hidup.
EKOLOGI DAN LINGKUNGAN HIDUP
{ September 26, 2010 @ 11:33 am } · { Uncategorized }
Istilah ekologi berasal dari kata dalam bahasa Yunani yaitu oikos dan logos. Istilah ini mula-mula diperkenalkan oleh Ernst Haeckel pada tahun 1869. Tetapi jauh sebelurmya, studi dalam bidang-bidang yang sekarang termasuk dalam ruang lingkup ekologi telah dilakukan oleh para pakar.
Lingkup Ekologi
Ekologi merupakan cabang biologi, dan merupakan bagian dasar dari biologi. Ruang lingkup ekologi meliputi populasi, komunitas, ekosistein, hingga biosfer. Studi-studi ekologi dikelompokkan ke dalam autekologi dan sinekologi.
Ekologi berkembang seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Perkembangan ekologi tak lepas dari perkembangan ilmu yang lain. Misalnya, berkembangnya ilmu komputer sangat membantu perkembangan ekologi. Penggunaan model-model matematika dalam ekologi misalnya, tidak lepas dari perkembangan matematika dan ilmu kornputer.
Maraknya bencana lingkungan hidup selama ini tak dapat dipisahkan dari ketiadaan strategi Pemerintah dalam pengelolaan pembangunan berkelanjutan. Fakta ini mengakibatkan bencana lingkungan yang kian parah.
Tidak adanya upaya pemerintah untuk memecah kebuntuan akibat mandeknya penanganan kasus-kasus lingkungan, seperti kasus pencemaran Teluk Buyat, Kasus Import Limbah B-3, kasus PT FI di Papua, kasus pencemaran sumber air minum di hampir semua Sungai sumber mata air di Jawa, kasus perusakan dan kebakaran hutan sampai pada kasus Sampah di beberapa kota Metropolitan semakin nyata terbukti.
Fakta bencana lingkungan, terlihat dari besarnya peluang krisis energi, buruknya pengelolaan tata ruang, terjadinya bencana alam, rusaknya hutan indonesia serta sekelumit masalah peracunan lingkungan lainnya yang tidak pernah terselesaikan.
Krisis energi saat ini telah mengancam masyarakat yang lemah secara ekonomi, untuk mendapatkan akses energi yang layak, hal ini terbukti dengan semakin mahalnya harga Bahan Bakar Minyak ( BBM ) dan listrik akhir-akhir ini. Kebijaksanaan penggunaan Batubara yang dicanangkan pemerintah pada akhir-akhir ini nyata juga tidak didasari oleh hasil kajian kondisi sosial masyarakat dan ekologi, justru melahirkan kebingungan dan potensi pencemaran dan perusakan lingkungan dimasa mendatang. Fakta lain, soal deforestasi hutan yang tidak kunjung dapat teratasi, mengisyaratkan gagalnya penanganan pemerintah terhadap aktivitas yang merusak hutan baik illegal logging maupun konversi hutan dan lahan.
Terbitnya kebijakan pro lingkungan selama ini nyatanya harus berbenturan dengan kebijakan yang justru memfasilitasi proses ekploitasi lingkungan. Sebut saja, kebijakan pemberantasan Illegal Logging ternyata dibenturkan dengan kebijaksanaan perijinan tambang di hutan lindung, serta kebijaksanaan pengembangan wilayah perbatasan.
Salah satu permasalahan kebijaksanaan yang belum dikedepankan oleh pemerintah selama ini adalah bahwa dalam penyusunan kebijaksanaan pengelolaan lingkungan, Pemerintah tidak memiliki dan menerapkan asas-asas umum kebijakan lingkungan ( General Principles of Environmental Policy ) yang secara umum telah dipergunakan di negara-negara yang memiliki komitmen tinggi dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan.
Asas – Pengolaan Lingkungan
Beberapa asas umum kebijaksanaan pengelolaan lingkungan tersebut antara lain adalah
(1) asas penanggulangan pada sumbernya (abattement at the source),
(2) asas penerapan sarana praktis yang terbaik, atau sarana teknis yang terbaik,
(3) prinsip pencemar membayar ( polluter pays principle ),
(4) prinsip cegat tangkal ( stand still principle ) dan
(5) prinsip perbedaan regional.
Artinya, kebijaksanaan pemerintah dalam penanganan permasalahan lingkungan saat ini masih dipandang secara parsial dan tidak didasari hasil kajian yang komprehensif. Dua masalah penting
yang mengakibatkan bencana lingkungan terbesar adalah masalah dinamika dan tekanan kependudukan, yang berimplikasi pada semakin beratnya tekanan atau beban lingkungan. Kondisi ini diperparah dengan kebijaksanaan pembangunan yang bias kota yang kemudian mengakibatkan terjadinya perusakan tata ruang, pencemaran lingkungan akibat industri, penyempitan lahan pertanian serta koversi hutan yang tak terkendali.
Tekanan atau beban lingkungan yang cukup besar tersebut sangat berkaitan dengan perencanaan tata ruang yang konsisten berbasis pada daya dukung lingkungan, pertumbuhan industri yang tidak ramah lingkungan sehingga mengakibatkan pencemaran, kekumuhan lingkungan yang diakibatkan oleh pemusatan jumlah penduduk melebihi daya dukung lingkungan, dan tekanan terhadap hutan dari aktivitas illegal logging dan konversi lahan dan hutan untuk pertambangan, perkebunan, dan industri.
Dalam rangka hari lingkungan hidup, 5 Juni 2006, Indonesian Center for Environmental Law (ICEL) menuntut adanya perbaikan pengelolaan lingkungan dan sumber daya alam dengan pendekatan yang lebih komprehensif dengan mendasarkan pada penerapan asas-asas umum kebijaksanaan lingkungan yakni (1) asas penanggulangan pada sumbernya (abattement at the source) antara lain dengan mengembangkan kebijakan pengelolaan sampah di tingkat rumah tangga dan tingkat sumber sampah lainnya, kebijakan sistem pengawasan industri, kebijakan konservasi dan penyeimbangan supply – demand dalam pengelolaan hutan, mencabut kebijakan perijinan tambang dikawasan hutan, mencabut kebijaksanaan alih fungsi hutan untuk perkebunan di kawasan perbatasan serta kebijaksanaan pengembangan industri berbasis pertanian ekologis 2) asas penerapan sarana praktis yang terbaik, atau sarana teknis yang terbaik, antara lain melalui pengembangan kebijaksanaan industri bersih, kebijaksanan insentif bagi pengadaan alat pengelolah limbah, kebijaksanaan pengelolaan lingkungan industri kecil (3)prinsip pencemar membayar (polluter pays principle) melalui pengembangan kebijaksanaan pemberian insen tif pajak pemasukan alat pengelolah limbah bagi industri yang taat lingkungan,insentif lain bagi pengembangan industri yang melakukan daur ulang (reused, recycling) (4) prinsip cegat tangkal (stand still principle) dengan melakukan pengembangan sistem pengawasan import B-3, kebijaksanaan pengelolaan hutan dan DAS berbasis masyarakat dan (5) prinsip perbedaan regional dengan mengembangkan kebijaksanaan insentif berupa subsidi dari wilayah pemanfaat (hilir) kepada wilayah pengelolah (hulu), secara konsisten, partisipatif dan berbasis pada keadilan lingkungan (eco justice)!
Permasalahan Keterbatasan SDA Dalam Pembangunan
Biolog lingkungan atau yang biasa dikenal dengan ekologi adalah bagian dari ilmu pengetahuan yang mempunyai hubungan erat dengan lingkungan. Ekologi berasal dari kata oikos yang berarti rumah tangga dan logos yang mempunyai arti ilmu pengetahuan. Jadi, ekologi dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan keadaan lingkungannya yang bersifat dinamis. Hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya sangat terbatas terhadap lingkungan yang bersangkutan, hubungan inilah yang disebut dengan keterbatasan ekologi. Dalam keterbatasan ekologi terjadi degradasi ekosistem yang disebabkan oleh dua hal yaitu peristiwa alami dan kegiatan manusia. Secara alami merupakan peristiwa yang terjadi bukan karena disebabkan oleh perilaku manusia. Sedangkan yang disebabkan oleh kegitan manusia yaitu degradasi ekosistem yang dapat terjadi diberbagai bidang meliputi bidang
pertanian, pertambangan, kehutanan, konstruksi jalan raya, pengembangan sumber daya air dan adanya urbanisasi.
Indonesia mempunyai hutan tropis dunia sebesar 10 persen. Sekitar 12% keadaan hutan di Indonesia yang merupakan bagian dari jumlah binatang yang tergolong jenis mamalia, 16% persen merupakan bagian dari spesies amphibi dan binatang sejenis reptil dan 25% dari bagian spesies sejenis burung dan sekitar 1.519 merupakan bagian dari spesies burung. Sisanya merupakan endemik yang hanya dapat ditemui didaerah tersebut.Penyusutan luas hutan alam yang merupakan asli Indonesia mengalami kecepatan menurunan yang cukup memprihatinkan. Menurut World Resource Institute (1997), hingga saat ini hutan asli Indonesia. Selama periode 1985-1997 kerusakan hutan mencapai 1,6 juta hektar per tahun. Pada periode 1997-2000 bertambah menjadi 3,8 juta hektar per tahun. Berdasarkan pada hasil penelitian citra landsat pada tahun 2000 terdapat 101,73 juta hektar hutan dan lahan mengalami kerusakan yang cukup serius. Diantaranya, hutan seluas 59,62 juta hektar berada dalam kawasan hutan [Badan Planologi Dephut,2003]. Menurut data yang diperoleh dari Bakornas Penanggulangan Bencana pada tahun 2003, bencana yang terjadi selama tahun 1998 hingga pertengahan 2003 data yang didapat menunjukan telah terjadi 647 bencana dengan 2022 korban jiwa dan mengalami kerugian milyaran rupiah dengan 85% merupakan bencana banjir dan longsor.
Peran Teknologi Dalam Pengelolaan SDA
Hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan IPTEK untuk menekan dampaknya seminimal mungkin, antara lain :
1). Menjaga keserasian dan keseimbangan dengan lingkungan setempat.
2). Teknilogi yang akan diterapkan hendaknya betul-betul dapat mencegah timbulnya permasalahan di tempat itu.
3). Memanfaatkan seoptimal mungkin segala sumber daya alam dan sumber daya manusia yang ada.
2. Dampaknya dalam :
a. Penyediaan Pangan
Perkembangan IPTEK dalam bidang pangan dimungkinkan karena adanya pendidikan, penelitian dan pengembangan di bidang pertanian terutama dalam peningkatan produktivitas melalui penerapan varitas unggul, pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit, pola tanaman dan pengairan. Namun di sisi lain perkembangan tersebut berdampak fatal, misalkan saja penggunaan pestisida dalam pemberantasan hama ternyata dapat menyebabkan penyakit dalam tubuh manusia.
b. Penyediaan Sandang
Pada awalnya bahan sandang dihasilkan dari serat alam seperti kapas, sutra, woll dan lain-lain
Perkembangan teknologi matrial polimer menghasilkan berbagai serat sintetis sebagai bahan sandang seperti rayon, polyester, nilon, dakron, tetoron dan sebagainya
Kulit sintetik juga dapat dibuat dari polimer termoplastik sebagai bahan sepatu, tas dan lain-lain
Teknologi pewarnaan juga berkembang seperti penggunaan zat azo dan sebagainya.
c. Penyediaan Papan
Teknologi papan bersangkut paut dengan penyediaan lahan dan bidang perencanaan seperti city planning, kota satelit, kawasan pemukiman dan sebagainya yang berkaitan dengan perkembangan penduduk
Awalnya bahan pokok untuk papan adalah kayu selanjutnya dikembangkan teknologi matrial untuk mengatasi kekurangan kayu
Untuk mengatasi kekurangan akan lahan dikembangkan teknologi gedung bertingkat, pembentukan pulau-pulau baru, bahkan tidak menutup kemungkinan pemukiman ruang angkasa.
d. Peningkatan Kesehatan
Perkembangan Imu Kedeokteran seperti : ilmu badah dan lain-lain
Penemuan alat-alat kedokteran seperti : stetoskup, USG, dan lain-lain
Penemuan obat-obatan seperti anti biotik, vaksin dan lain-lain
Penemuan radio aktif untuk mendeteksi penyakit secara tepat seperti tumor dan lain-lain
Penelitian tentang kuman-kuman penyakit dan lain-lain.
e. Penyediaan Energi
Kebutuhan akan energi
Sumber-sumber energi
Sumber energi konvensional tak dapat diperbaharui
Sumber energi pengganti yang tak habis pakai
Konversi energi dari satu bentuk kebentuk yang lain.
Daftar Pustaka :
Pakde sofa 2008 Sejarah dan Ruang Lingkup Ekologi dan Ekosistem. http://massofa.wordpress.com/2008/09/23/sejarah-dan-ruang-lingkup-ekologi-dan-ekosistem/
ICEL.2006. Hari Lingkungan ditengah Bencana Lingkungan yang Berkelanjutan. http://www.icel.or.id/hari_lingkungan_ditengah_bencana_lingkungan_yang_berkelanjutan.icel
Universitas Gunadarma.2010.makalah masalah lingkungan hidup PUTRI JANARTI. http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/01/makalah-masalah-lingkungan-hidup-putri-juniarti/
Emperordeva’s Weblog.2010. Makalah Peranan Iptek Dalam Meningkatkan
SDM Indonesia. http://emperordeva.wordpress.com/about/makalah-peranan-iptek-dalam-meningkatkan-sdm-indonesia/
Keterbatasan Ekologis Dalam Pembangunan dan Upaya Pelestariannya
Pengertian EkologiOrang yang pertama kali memperkenalkan istilah ekologi adalah Earns Haeckel (1834 – 1919) pada tahun 1860. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani, yaitu “oikos” yang berarti rumah dan “logos” yang berarti ilmu. Secara harfiah ekologi adalah ilmu tentang mahkluk hidup dalam rumahnya, atau dapat diartikan juga sebagai ilmu tentang rumah tangga mahkluk hidup.Menurut Miller (1975), ekologi adalah ilmu mengenai hubungan timbal balik antara organisme dan sesamanya serta dengan lingkungan tempat tinggalnya. Menurut Odum (1971) ekologi adalah suatu studi yang mempelajari struktur dan fungsi ekosistem. Struktur di sini menunjukan suatu keadaan atau susunan dari sistem ekologi pada waktu dan tempat tertentu. Keadaan itu termasuk kepadatan/kerapatan, biomas, penyebaran potensi unsur-unsur hara (materi), energi, faktor-faktor fisik dan kimia lainnya yang mencirikan keadaan sistem tersebut yang kadang-kadang mengalami perubahan. Sedangkan fungsinya menggambarkan peran setiap komponen yang ada dalam sistem ekologi atau ekosistem. Jadi pokok utama ekologi adalah mencari pengertian bagaimana fungsi organisme di alam.
Ekologi berkaitan dengan berbagai ilmu pengetahuan yang relevan dengan kehidupan (peradaban) manusia, seorang yang belajar ekologi sebenarnya bertanya tentang berbagai hal berikut :
a. Bagaimana alam bekerja?b. Bagaimana suatu spesies beradaptasi dalam habitatnya?
c. Apa yang mereka perlukan dari habitatnya itu untuk dapat dimanfaatkan guna melangsungkan kehidupan?
d. Bagaimana mereka mencukupi kebutuhannya akan unsur hara (materi) dan energi ?
e. Bagaimana mereka berinteraksi dengan spesies lainnya?
f. Bagaimana individu-individu dalam spesies itu diatur dan berfungsi sebagai populasi, bagaimana keindahan ekosistem tercipta?
Komponen-komponen yang ada di dalam lingkungan hidup merupakan satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan dan membentuk suatu sistem kehidupan yang disebut ekosistem. Suatu ekosistem akan menjamin keberlangsungan kehidupan apabila lingkungan itu dapat mencukupi kebutuhan minimum dari kebutuhan organisme.
Keterbatasan ekologiPlanet bumi yang menjadi tempat tinggal makhluk hidup untuk tumbuh dan berkembang biak memiliki keterbatasan-keterbatasan dalam mencukupi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Dalam perkembanganya pada organisme mengalami seleksi alam, misalnya telur ikan yang beribu-ribu itu dari induknya, yang dapat hidup terus hingga dewasa hanya beberapa ekor saja.
Skema representasi dari angka kematian ikan laut. Hanya beberapa ikan yang bertahan hingga dewasa dari ribuan telur.
Begitu juga tiram, binatang laut ini dapat menghasilkan 500 milion telur sekali bertelur. Jika semua telur-telur itu berkembang menjadi tiram-tiram dewasa dan semua keturunannya hidup, maka sesudah generasi keempat kita dapat menemukan tumpukan tiram-tiram seluas bumi selama 8 tahun. Demikian pula tumbuhan mempunyai kemampuan berkembang biak secara cepat jika spora-spora atau biji-biji yang disebarkan tumbuh semua menjadi dewasa, maka populasi tumbuhan akan naik luar biasa. Demikianlah seleksi alam selalu terjadi.
Semua hewan dan tumbuhan cenderung untuk tumbuh bereproduksi dan mati, sampai dikurangi oleh pengaruh lingkungan, faktor yang mula-mula menghentikan pertumbuhan dan penyebaran dari organisme disebut faktor pembatas. Hal ini terjadi pada makhluk hidup, sedangkan pada lingkungan hidup secara luas mempunyai keterbatasan. Lahan pertanian yang tadinya subur karena diolah terus menerus, maka kesuburannya menjadi berkurang. Apabila pada lahan tersebut penduduknya bertambah, maka “beban”nya menjadi bertambah pula karena dipacu untuk memproduksi melebihi kapasitasnya dengan cara diberi pupuk dan sebagainya. Sebagai akibat dari hal tersebut maka lahan itu mengalami penurunan kemampuan produksi ataupun yang disebut dengan deteriorasi lingkungan. Kondisi lingkungan yang dalam keadaan produktifitasnya optimal dan seimbang secara ekologi dikatakan dalam kodisi homeostatis. Deteriorasi lingkungan salah satunya ditandai oleh pemulihan produktifitas yang berjalan lambat.Sebagai contoh digambarkan oleh Hagget (1983) pada petani sistem ladang berpindah
yang tanah kurang subur dan daerahnya luas dengan penduduk jarang. Pada gambar 1 dan 2 berikut dijelaskan hubungan tingkat kesuburan tanah dengan waktu.
(Gambar 1)
(gambar 2)
Pada gambar 1 pemulihan kesuburan lahan dapat tercapai karena cukup waktu. Apabila jumlah penduduk bertambah banyak, maka waktu pemulihan kesuburan lahan menjadi pendek sehingga kesuburannya belum pulih lahan mulai ditanami lagi. Sebagai akibatnya maka kesuburannya akan semakin merosot (lihat gambar 2). Hal ini juga terjadi pada lahan daerah yang seharusnya kemampuan ditanami padi 1 tahun sekali dipacu untuk panen 1 tahun menjadi 2 kali dengan berbagai cara akibatnya kesuburan lahan cepat menurun. Sampai di sini, apakah Anda sudah memahami uraian materi tersebut? Kalau sudah kerjakan soal latihan berikut!Amatilah lingkungan di sekitar tempat tinggal Anda, apakah terjadi keterbatasan ekologi?Kalau ya, bagaimana upaya menanggulanginya? Diskusikan hasil pengamatan Anda
bersama teman-taman dan laporkan hasil diskusi tersebut pada guru bina Anda?
Upaya pelesterian lingkungan hidup
Pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakatnya. Dalam proses pembangunan itu tentu akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan hidup. Pembangunan tidak saja mendatangkan manfaat, tatapi juga membawa resiko kerusakan lingkungan. Kita melihat di sekitar kita misalnya hutan diubah menjadi lahan sawah untuk memproduksi bahan makanan, dengan perubahan lahan hutan menjadi lahan sawah ini akan menggangu keseimbangan ekologi. Sungai kita bendung untuk mendapatkan manfaat listrik, bertambahnya saluran irigasi, dan terkendalinya banjir. Resikonya ialah tergusurnya kampung dan sawah penduduk setempat, dan punahnya jenis hewan dan tumbuhan tertentu. Kayu di hutan kita tebang, devisa dari ekspor kayu kita dapatkan, sebaliknya kita menghadapi resiko kepunahan hewan dan tumbuhan, bertambahnya erosi tanah, rusaknya tata air, dan terjadinya hutan alang-alang. Sarana transportasi kita tambah, hubungan satu tempat ke tempat lain menjadi mudah, tetapi resikonya pencemaran udara dan kebisingan, serta kecelakaan lalu lintas. Silahkan Anda boleh mencari contoh lain lagi dan laporkan pada guru bina Anda.
Faktor lingkungan yang diperlukan untuk mendukung pembangunan yang berkesinambungan adalah
a.Terpeliharanya proses ekologi yang esensial. Di alam terdapat proses ekologi yang menjadi penopang kehidupan kita. Rusaknya proses ekologi itu akan membahayakan kehidupan kita dibumi.
b.Tersedianya sumber daya cukup. Pembangunan adalah usaha untuk dapat menaikan manfaat yang kita dapatkan dari sumber daya. Kenaikan manfaat itu dapat kita capai dengan menggunakan lebih banyak sumber daya, menaikkan efisiensi penggunaan sumber daya (tanpa menaikan jumlah sumber daya yang kita pakai), dan mencari sumber daya alternatif (BBM, sumber daya genetis, sumber daya manusia).
c.Lingkungan sosial budaya yang sesuai. Lingkungan sosial budaya sangat penting bagi kesinambungan pembangunan, sebab pembangunan dilakukan oleh dan untuk manusia yang hidup di dalam kondisi sosial budaya tertentu. Beberapa hal perlu diperhatikan seperti: pemerataan pembangunan, persaingan dalam mendapat sumber daya yang dibutuhkan, pembangunan masyarakat terasing, serta penguasaan ilmu dan teknologi
Dalam melaksanakan berbagai proyek pembangunan agar tidak menimbulkan dampak besar yang merugikan lingkungan, maka dilakukan usaha-usaha antara lain:1) Sebelum pelaksanaan pembangunan terlebih dahulu dilakukan suatu analisis yang
biasa disebut Analisis Dampak Lingkungan (ADL), tahap ini merupakan sarana untuk memeriksa kelayakan rencana suatu proyek yang akan dilaksanakan, seperti yang diatur oleh UU No. 4 tahun 1982 pasal 16, yang berbunyi “setiap rencana yang diperkirakan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan, wajib dilengkapi dengan analisis mengenai dampak lingkungan yang pelaksanaannya diatur dengan peraturan pemerintah.
2) Bagi kasus-kasus proyek yang telah jadi, digunakan metode Analisa Manfaat dan Resiko Lingkungan (AMRIL).
Bagaimana sampai di sini, apakah masih ada yang sulit Anda pahami? Jika ada pelajari
sekali lagi! Kalau belum paham juga tanyakan pada guru pamong/guru bina Anda.
Gambar. Waduk menggusur petani yang hidup di lembah sungai yang dibendung. Sementara itu manfaat listrik masih banyak melampaui mereka dan belum menciptakan lapangan pekerjaan bagi mereka (A). Akibatnya tekanan penduduk terhadap lahan meningkat. Hutan rusak, erosi dan pedangkalan waduk dipercepat (B
TEKNOLOGI dan PENGETAHUAN lINGKUNGAN
KEBERLANJUTAN LINGKUNGAN
Pembangunan adalah sebuah proses produksi dan konsumsi dimana materi dan energi diolah dengan menggunakan faktor produksi, seperti modal, mesin mesin (capital), tenaga kerja (labor dan human resources), dan bahan baku (natural resources). Dalam hal penyediaan bahan baku dan proses produksi kegiatan pembangunan dapat membawa dampak kepada lingkungan alam dan masyarakat sekitarnya, yang pada gilirannya akan berdampak kepada keberlanjutan pembangunan. Dalam memperhatikan keberlanjutan pembangunan yang tidak hanya memperhatikan kepentingan saat ini tapi juga memperhatikan kepentingan masa mendatang, maka pembangunan harus dilaksanakan secara berkelanjutan.
Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi masa mendatang. Didalamnya terdapat dua gagasan penting Tujuan yang harus dicapai untuk keberlanjutan pembangunan adalah : keberlanjutan ekologis, keberlanjutan ekonomi, keberlajutan sosial budaya dan politik, keberlanjutan pertahanan dan keamanan. Sedangkan pembangunan keberlanjutan mempunyai prinsip prinsip dasar dan prinsip dasar tersebut dari setiap elemen pembangunan berkelanjutan dapat diringkas menjadi 4 (empat), yaitu: pemerataan, partisipasi, keanekaragaman (diversity), integrasi dan perspektif jangka panjang.
Pembangunan berkelanjutan memastikan bahwa generasi yang akan dating memiliki kesempatan ekonomi yang sama dalam mencapai kesejahteraannya, sepertihalnya generasi sekarang. Untuk dapat melaksanakan pembangunan berkelanjutan diperlukan cara mengelola dan memperbaiki portofolio asset ekonomi, sehingga nilai agregatnya tidak berkurang dengan berjalannya waktu. Portofolio asset ekonomi tersebut adalah capital alami (Kn), capital fisik (Kp) dan capital manusia (Kh), secara sistematis pembangunan berkelanjutan dapat dijabarkan dalam gambar berikut: Dalam paradigma ekonomi, pembangunan berkelanjutan dapat diterjemahkan sebagai pemeliharaan kapital. Ada empat variasi kebijakan mengenai pembangunan berkelanjutan :
1. Kesinambungan yang sangat lemah (very weak sustainabillity) atau “Hartwick-Solow sustainability” yang hanya mensyaratkan kapital dasar total yang harus dipelihara. Kesinambungan ini dapat dicapai dengan memastikan bahwa tingkat/ laju konsumsi berada di bawah Hicksian income, dimana Hicksian income ini didefinisikan sebagai tingkat konsumsi maksimum yang dapat membangun kondisi masyarakat yang lebih sejahtera di akhir periode pembangunan dibandingkan dengan kondisi awalnya. Diasumsikan natural capital dapat disubsitusi dengan kapital buatan manusia (man-made capital) tanpa batas. Dengan kata lain, deplesi sumberdaya alam tidak diperhitungkan dalam penilaian kegiatan ekonomi (Harnett, 1998)
2. Kesinambungan yang lemah (weak sustainability), mensyaratkan pemeliharaan kapital total, dengan kendala bahwa modal alami yang penting (critical natural capital) harus dilestarikan. Misalnya : bila sumberdaya air dan keragaman spesies merupakan hal yang
penting bagi stabilitas ekosistem, sumberdaya tersebut tidak dapat dikorbankan bagi alasan-alasan pertumbuhan ekonomi.
3. Kesinambungan yang kuat (strong sustainability) mensyaratkan bahwa tidak ada substitusi bagi modal alami (natural capital), karena natural capital ini memperkuat kesejahteraan manusia dan degradasi natural capital tersebut dapat dikembalikan kondisinya ke kondisi awal. Kesinambungan yang kuat mensyaratkan pemeliharaan kapital total, dengan kendala bahwa agregrat kapital total harus dilestarikan.
4. Kesinambungan yang sangat kuat (very strong sustainability) mensyaratkan bahwa kesinambungan sistem ekologi adalah esensi pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Pembangunan yang bergantung pada sumberdaya (resource-dependent “development”) diperbolehkan, namun demikian, pertumbuhan yang bergantung pada sumberdaya (resources-dependent “growth”) tidak dapat dibenarkan. Interpretasi ini mensyaratkan pemisahan setiap komponen dari natural capital. Pada kenyataannya, very strong sustainability lebih merupakan sistem daripada suatu konsep ekonomi.
Pada pembangunan berkelanjutan yang berorientasi pada kepentingan ekonomi dan kepentingan lingkungan, terdapat 3 (tiga) pilar tujuan (Daniel M, 2003), yaitu : pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan, stabilitas dan efisiensi. Pada pilar kedua pembangunan sosial yang bertujuan pengentasan kemiskinan, pengakuan jati diri dan pemberdayaan masyarakat. Sedangkan pilar kedua pembangunan lingkungan yang berorientasi pada perbaikan lingkungan lokal seperti sanitasi lingkungan, industri yang lebih bersih dan rendah emisi, dan kelestarian sumber daya alam.
MUTU LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RESIKO
Manusia hidup di bumi tidaklah sendirian, melainkan bersama mahkluk lain yaitu tumbuhan, hewan dan jasad renik. Mahkluk hidup yang lain itu bukanlah sekedar kawan hidup yang hidup bersama secara netral atau pasif terhadap manusia, melainkan hidup manusia itu terkait erat pada mereka. Tanpa mereka manusia tidaklah dapat hidup. Kenyataan ini dapat kita lihat dengan mengandaikan di bumi ini tidak ada hewan dan tumbuhan. Dari manakah kita mendapat oksigen dan makanan? Sebaliknya seandainya tidak ada manusia, tumbuhan, hewan dan jasad renik akan dapat melangsungkan kehidupannya seperti terlihat dari sejarah bumi sebelum ada manusia. Karena itu anggapan bahwa manusia adalah mahkluk yang paling berkuasa sebenarnya tidak benar.
Seharusnya kita menyadari bahwa kitalah yang membutuhkan mahkluk hidup yang lain untuk kelangsungan hidup kita dan bukannya mereka yang membutuhkan kita untuk kelangsungan hidup mereka.
Secara umum di masyarakat sering disebut istilah “lingkungan hidup” cukup dengan “lingkungan saja”. Anda tentu bertanya apa sih yang dimaksud dengan lingkungan hidup?Lingkungan hidup adalah suatu sistem komplek yang berada di luar individu yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organisme.
Lingkungan hidup itu terdiri dari dua komponen yaitu komponen abiotik dan biotik :
a. Komponen abiotik, yaitu terdiri dari benda-benda mati seperti air, tanah, udara, cahaya, matahari dansebagainya.
b. Komponen biotik, yaitu terdiri dari mahkluk hidup seperti hewan, tumbuhan dan manusia.
Komponen-komponen yang ada di dalam lingkungan hidup merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan membentuk suatu sistem kehidupan yang disebut ekosistem. Suatu ekosistem akan menjamin keberlangsungan kehidupan apabila lingkungan itu dapat mencukupi kebutuhan minimum dari kebutuhan organisme.
Pengertian tentang mutu lingkungan sangatlah penting, karena merupakan dasar dan pedoman untuk mencapai tujuan pengelolaan lingkungan. Perbincangan tentang lingkungan pada dasarnya adalah perbincangan tentang mutu lingkungan. Namun dalam perbincangan itu apa yang dimaksud dengan mutu lingkungan tidak jelas. Mutu lingkungan hanyalah dikaitkan dengan masalah lingkungan misalnya pencemaran, erosi, dan banjir.
Apa yang dimaksud dengan kualitas lingkungan?
Secara sederhana kualitas lingkungan hidup diartikan sebagai keadaan lingkungan yang dapat memberikan daya dukung yang optimal bagi kelangsungan hidup manusia di suatu wilayah. Kualitas lingkungan itu dicirikan antara lain dari suasana yang membuat orang betah/kerasan tinggal ditempatnya sendiri. Berbagai keperluan hidup terpenuhi dari kebutuhan dasar/fisik seperti makan minum, perumahan sampai kebutuhan rohani/spiritual seperti pendidikan, rasa aman, ibadah dan sebagainya.
Kualitas lingkungan hidup dibedakan berdasarkan biofisik, sosial ekonomi, dan budaya yaitu :
a. Lingkungan biofisik adalah lingkungan yang terdiri dari komponen biotik dan abiotik yang berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Komponen biotik merupakan makhluk hidup seperti hewan, tumbuhan dan manusia, sedangkan komponen abiotik terdiri dari benda-benda mati seperti tanah, air, udara, cahaya matahari. Kualitas lingkungan biofisik dikatakan baik jika interaksi antar komponen berlangsung seimbang.
a. Lingkungan sosial ekonomi, adalah lingkungan manusia dalam hubungan dengan sesamanya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Standar kualitas lingkungan sosial ekonomi dikatakan baik jika kehidupan manusia cukup sandang, pangan, papan, pendidikan dan kebutuhan lainnya.
b. Lingkungan budaya adalah segala kondisi, baik berupa materi (benda) maupun nonmateri yang dihasilkan oleh manusia melalui aktifitas dan kreatifitasnya. Lingkungan budaya dapat berupa bangunan, peralatan, pakaian, senjata. Dan juga termasuk non
materi seperti tata nilai, norma, adat istiadat, kesenian, sistem politik dan sebagainya. Standar kualitas lingkungan diartikan baik jika di lingkungan tersebut dapat memberikan rasa aman, sejahtera bagi semua anggota masyarakatnya dalam menjalankan dan mengembangkan sistem budayanya.
Keterbatasan Ekologis Dalam Pembangunan dan Upaya Pelestariannya
Pengertian Ekologi
Orang yang pertama kali memperkenalkan istilah ekologi adalah Earns Haeckel (1834 – 1919) pada tahun 1860. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani, yaitu “oikos” yang berarti rumah dan “logos” yang berarti ilmu. Secara harfiah ekologi adalah ilmu tentang mahkluk hidup dalam rumahnya, atau dapat diartikan juga sebagai ilmu tentang rumah tangga mahkluk hidup.
Menurut Miller (1975), ekologi adalah ilmu mengenai hubungan timbal balik antara organisme dan sesamanya serta dengan lingkungan tempat tinggalnya. Menurut Odum (1971) ekologi adalah suatu studi yang mempelajari struktur dan fungsi ekosistem. Struktur di sini menunjukan suatu keadaan atau susunan dari sistem ekologi pada waktu dan tempat tertentu. Keadaan itu termasuk kepadatan/kerapatan, biomas, penyebaran potensi unsur-unsur hara (materi), energi, faktor-faktor fisik dan kimia lainnya yang mencirikan keadaan sistem tersebut yang kadang-kadang mengalami perubahan. Sedangkan fungsinya menggambarkan peran setiap komponen yang ada dalam sistem ekologi atau ekosistem. Jadi pokok utama ekologi adalah mencari pengertian bagaimana fungsi organisme di alam.Ekologi berkaitan dengan berbagai ilmu pengetahuan yang relevan dengan kehidupan (peradaban) manusia, seorang yang belajar ekologi sebenarnya bertanya tentang berbagai hal berikut :
a. Bagaimana alam bekerja?
b. Bagaimana suatu spesies beradaptasi dalam habitatnya?
c. Apa yang mereka perlukan dari habitatnya itu untuk dapat dimanfaatkan guna melangsungkan kehidupan?
d. Bagaimana mereka mencukupi kebutuhannya akan unsur hara (materi) dan energi ?
e. Bagaimana mereka berinteraksi dengan spesies lainnya?
f. Bagaimana individu-individu dalam spesies itu diatur dan berfungsi sebagai populasi, bagaimana keindahan ekosistem tercipta?
Komponen-komponen yang ada di dalam lingkungan hidup merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan membentuk suatu sistem kehidupan yang disebut
ekosistem. Suatu ekosistem akan menjamin keberlangsungan kehidupan apabila lingkungan itu dapat mencukupi kebutuhan minimum dari kebutuhan organisme.
KESADARAN LINGKUNGAN
Paradigma pembangunan berkelanjutan (sustainable development) mendudukkan Sumberdaya Alam (natural resources) pada ordinat yang harus dijaga kelestariannya secara dinamis karena menyangkut fungsinya yang vital sebagai modal pembangunan (capital development) dan pilar utama dalam menopang sistem kehidupan. Sumberdaya alam meliputi hutan, perairan, dan pertambangan serta segala yang terkandung didalamnya merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa kepada manusia yang dalam pemanfaatannya harus bijak dan tanpa mengurangi prospek generasi-generasi mendatang. Oleh karena itu, manusia sebagai mahluk yang terlibat, menjadi subjek sekaligus objek dalam setiap tahapan pembangunan, mengambil manfaat, merencanakan dan menciptakan diri secara aktif dalam pelestarian sumberdaya alam.Pembangunan pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture development) menurut Technical Advisory Committee of the CGIAR (TAC/ CGIAR, 1988) adalah pengelolaaan sumberdaya yang berhasil untuk usaha pertanian guna membantu kebutuhan manusia yang berubah sekaligus mempertahankan dan meningkatkan kualitas lingkungan pertanian. Olehnya, daya dukungan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui (renewable resources) berupa materi plasma nutfah tanaman (germplasm) menjadi sangat vital dalam menunjang pembangunan pertanian berkelanjutan.
Bentang alam Indonesia notabene memiliki geografi dan kondisi ekologi yang bervariasi, menjadi penyebab tingginya tingkat keanekaragaman hayati (biodiversity) yang secara simetris menyimpan manfaat besar. Keanekaragaman hayati berupa kekayaan sumberdaya genetik (SDG) khususnya plasma nutfah tanaman, membuka peluang bagi upaya mencari dan memanfaatkan materi-materi genetik untuk dimuliakan (plant breeding). Materi genetik sangat berguna bagi upaya perbaikan sifat tanaman sehingga aspek ketersediaannya, keamanannya (safety), dan keanekaragamannya merupakan modal dasar dalam pengembangan pertanian maupun industri pertanian. Oleh karena itu, pengkajian, penelitian (research), dan pendayagunaan serta pelestarian plasma nutfah harus tetap terlaksana secara berkesinambungan.
Pentingnya pelestarian keanekaragaman hayati khususnya SDG plasma nutfah tanaman juga berkaitan erat dengan predikat Indonesia sebagai Negara “megabiodiversity” terbesar kedua di dunia baik jenis, genetik, maupun ekosistem tanaman-tanaman potensial. Indonesia dihuni 25.000 species tanaman berbunga (10% dari jumlah tanaman berbunga di dunia). Selain itu, Indonesia juga menjadi pusat keanekaragaman jenis palem terbesar di dunia serta lebih dari 400 species pohon dipterocarpeceae yang merupakan pohon penghasil kayu komersil paling bernilai di Asia Tenggara. Dalam segi pendayagunaan, 1500 spesies tanaman tingkat tinggi dan 500 spesies sayuran, hanya sekitar 10% yang termanfaatkan. Dari 95% nutrisi yang dibutuhkan, baru 30 jenis yang berasal dari tanaman tingkat tinggi. Dari 30 jenis tanaman tingkat tinggi, baru 8 jenis yang dimanfaatkan sebagai sumber energi manusia, dan dari 8 jenis tanaman tadi baru 3 jenis yang menjadi bahan pangan yaitu gandum, beras, dan jagung yang memenuhi sekitar
75% kebutuhan serealia bagi manusia. Selain itu, pelestarian plasma nutfah tanaman potensial Indonesia berkaitan langsung dengan kebutuhan pangan yang semakin meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, perkembangan teknologi, perubahan gaya hidup dan pola komsumsi, perkembangan kebijakan pertanian, serta berbagai hal yang dihadapi dunia abad ini meliputi masalah air, lahan, dan energi.
Arus globalisasi, modernisme, dan perkembangan teknologi menghempas seluruh lokus kehidupan manusia dan membawa dampak besar tidak hanya pada aspek kehidupan sosial, ekonomi, maupun politik namun merambah secara sistemik keseluruh aspek kehidupan lain seperti aspek budaya, lingkungan, hingga aspek psikologis. Pakem yang tak bisa dipungkiri bahwa perkembangan teknologi dan tingginya intentitas kegiatan manusia dimuka bumi telah menimbulkan banyak dampak destruktif terhadap jejaring kehidupan, yang paling mencemaskan adalah ketidakseimbangan ekosistem yang bermuara pada berbagai malapetaka alam berupa bencana bagi manusia dan kerusakan lingkungan itu sendiri.
Eksploitasi berlebihan terhadap sumberdaya alam tanpa upaya reklamasi mengakibatkan hilangnya ribuan spesies (extinct) dimuka bumi. IUCN (The World Conservation Union) atau Lembaga Jaringan Informasi Pekerja Lingkungan –terdiri dari sekitar 10.000 ilmuwan diseluruh dunia– dalam Red List mengingatkan bahwa 15.589 spesies binatang dan tumbuhan terancam punah. Sejauh ini sudah ada 844 kepunahan sejak tahun 1500, 129 catatan mengenai kepunahan spesies burung, 103 diantaranya terjadi sejak tahun 1800. Selain itu, laju kepunahan telah mencapai angka 100 hingga 1.000 kali dari laju kepunahan alami. Spesies hewan yang terancam punah meningkat dari angka 5.204 jenis menjadi 7.266 jenis sejak tahun 1996. Sedangkan untuk jenis tumbuhan dan lumut, ada 8.323 jenis yang nyaris punah dari angka sekitar 3.000 jenis sebelumnya. (Kompas, 2004).
Di Indonesia, dari 6978 spesies tanaman endemik, 174 spesies diantaranya terancam punah. Laju deforestasi yang pesat (dari 1,6 juta ha dekade 1985–1997 menjadi 2,1 juta ha pada dekade 1997–2001) melalui tingginya alih fungsi kawasan hutan menjadi pemukiman, perindustrian, perkebunan dan pertambangan, pembalakan hutan (illegal logging), dan kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat menyebabkan jutaan plasma nutfah musnah.
Intensifnya sistem pertanian modern (High External Input Agriculture) dengan input varietas-varietas tanaman baru tidak diimbangi dengan upaya mempertahankan penggunaan varietas-varietas lokal (land race), dan tingginya aktifitas pengambilan serta pertukaran (introduksi) materi plasma nutfah secara ilegal menyebabkan laju erosi genetik kian tak terkendali. Celakanya lagi, pembangunan kawasan perkotaan kurang memperhatikan aspek lingkungan sehingga dalam kerangka sistemik, situasi tersebut menjadi penyebab perubahan iklim (climate change), pemanasan global (global warming), hilangnya habitat, kelangkaan air bersih, polusi, banjir, hingga ancaman kelaparan yang kini menjadi masalah krusial.
Keprihatinan masyarakat dunia terhadap kemerosotan (degradasi) dan deplesi lingkungan hidup khususnya mengenai erosi genetik telah menjadi topik penting sejak tahun 1980
hingga saat ini. Perkembangan tersebut dapat dilihat sejak Konvensi PBB mengenai Keanekaragaman Hayati (The UN Convention on Biological Diversity), KTT Bumi (Earth Summit) di Rio de Jeneiro Brazil tahun 1992 hingga kontroversi pengembangan bioteknologi (baca: rekayasa genetik) tahun 1995 sampai tahun 2000 yang mencetuskan Protokol Kartagena (The Cartagena Protocol on Biosafety) mengenai Keamanan Hayati.
Alam secara hakiki adalah representasi (simulacrum) manusia, harus diperlakukan secara manusiawi pula. Menurut (Keraf, 2001), ada 9 prinsip “Etika Lingkungan” dalam pembangunan: i) Hormat terhadap alam (respect for nature), ii) Bertanggungjawab kepada alam (responsibility for nature), iii) Solidaritas kosmis (cosmic solidarity), iv) Peduli kepada alam (carrying for nature), v) Tidak merugikan (no harm), vi) Hidup selaras dengan alam (living harmony with nature), vii) Keadilan, viii) Demokrasi dan ix) Integritas moral.
Peningkatan kualitas dan kuantitas hidup untuk mencapai yang lebih baik (life good) adalah cita-cita dari setiap individu maupun masyarakat. Olehnya, berbagai ikhtiar untuk mencapai hal tersebut harus diformulasi secara holistik dan komprehensif agar perubahan yang dilakukan tidak hanya pada tataran instrumental saja, melainkan mengakar dari tataran nilai (paradigm) sehingga manusia mampu terbebas dari berbagai ambivalensi yang terjadi selama ini. Sekarang saatnya merenungkan sejenak dan melihat secara jernih persoalan-persoalan lingkungan hidup. Bagaimana masa depan generasi mendatang bilamana bumi tak bisa dirawat oleh generasi sekarang?
Perubahan paradigma perlu komitmen dalam implementasinya. Resolusi terhadap berbagai persoalan lingkungan hidup khususnya pelestarian SDG harus dilakukan oleh semua kalangan tanpa terkecuali karena persoalan lingkungan hidup adalah persoalan universal. Perhatian serius oleh seluruh stakeholder adalah hal yang utama, penegakan hukum (law enforcement) oleh pemerintah, kongkritisasi pembangunan berkelanjutan diberbagai sektor, pembangunan SDM berwawasan lingkungan melalui peningkatan kapasitas, kesadaran dan etika lingkungan hingga upaya pelestarian SDG melalui kegiatan eksplorasi dan konservasi oleh berbagai kalangan. Jika upaya pelestarian lingkungan hidup merujuk pada pembangunan manusia, maka yang harus dilakukan secara bertahap adalah peningkatan kesadaran, etika dan pembangunan kapasitas SDM berwawasan lingkungan.
HUBUNGAN LINGKUNGAN DENGAN PEMBANGUNAN
Sebagai salah satu negara dengan kekayaan dan keragaman alam serta budaya yang luar biasa, patutlah kalau Indonesia dikatakan sebagai negara mega biodiversity kedua setelah Brazil. Dengan luas daratan sebesar “hanya” 1,5% dari seluruh luas permukaan Bumi ini,Indonesia merupakan tempat yang menyumbangkan lebih dari 10% tumbuh-tumbuhan didunia, lebih dari 10.000 spesies pohon tegak di dunia, dan sekitar 25.000 sampai 30.000spesies tumbuhan berbunga.
Indonesia memang benar-benar satu negara mega biodiversity yang luar biasa dan tentunya perlu disyukuri. Namun pada saat yang sama perlu diingat dan terus
dikumandangkan dengan lantang bahwa telah terjadi berbagai kerusakan dan degradasiyang luar biasa dan mengancam keberlanjutan Indonesia. Di sektor kehutanan telah terjadi deforestasi yang meningkat dalam beberapa dekade ini. Seperti dilaporkan oleh Bank Dunia (2003) dan Departemen Kehutanan, tingkat deforestasi di Indonesia telah mencapai lebih dari dua juta hektar per tahun. Secara total, luas hutan kita mengalami pengurangan yang sangat signifikan.
Pada tahun 1950, terdapat 162 juta hektar hutan di Indonesia, pada tahuan 1985, hutan kita tinggal 119 juta hektar. Angka ini terus mengalami penyusutan, karena padatahun 2000, hutan Indonesia tinggal 96 juta hektar. Apabila tingkat kehilangan hutan initerus terjadi sebesar 2 juta hektar per tahun, dalam kurun 48 tahun ke depan, seluruhwilayah Indonesia akan menjadi gurun pasir yang gundul dan panas.
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DAN KEARIFAN LINGKUNGAN.
Sebenarnya apakah akar penyebab krisis lingkungan hidup di Indonesia? Telah diketahui,ideologi pembangunan yang materialistik selama ini telah mendorong proses pembangunan yang luar biasa. Capaian pembangunan materialistik juga harus diakuimembawa banyak manfaat. Namun, perlu diakui pula capaian pembangunan ini belum membawa kesejahteraan bagi seluruh umat manusia. Bahkan cenderung terjadi gap yang dalam dan lebar antara mereka yang over consumption dan mereka yangunderconsumption. Dari perspektif ini, menjadi penting kemudian melihat kembali etika dan kearifan lingkungan sebagai dasar dari proses pembangunan.
Ada dua pandangan ekstrem etika lingkungan yang dapat dipertentangkan. Pertama, biasa dikenal dengan pandangan anthropocentris yang menekankan bahwa manusia sebagai subjek utama dunia dan harus mendapat prioritas dalam pemanfaatan lingkungan dan sumber daya. Perspektif ini melihat, proses pembangunan dan implikasi terhadap lingkungan dipandang sebagai satu keniscayaan, sejauh proses tersebut diperuntukkan bagi kesejahteraan manusia. Pandangan ini mewarnai dan menjiwai proses pembangunan yang eksploitatif selama ini. Sering pula digunakan sebagai alat justifikasi setiap keputusan pembangunan yang dilakukan manusia. Dalam banyak kasus, pandangan inijuga dipakai manusia untuk menjustifikasi motif dan tindakan serakahnya. Jelas ini berdampak pada kerusakan lingkungan.
Pembangunan berkelanjutan sesungguhnya merupakan wacana moral dan kultural. Hal ini disebabkan karena yang menjadi persoalan utama adalah pada bentuk dan arah peradaban seperti apa yang akan dikembangkan manusia di Bumi ini. Kearifan lingkungan lokal, sekaligus plural perlu terus dikembangkan.
Tetapi tidak hanya
diposisikan sebagai upaya untuk ”melawan” kecenderungan globalisasi dan westernisasi,melainkan satu ”pilihan”. Dengan kata lain, pengembangkan kearifan lingkungan tidak selalu harus ”dibenturkan” globalisasi/westernisasi, karena dia adalah
”keyakinan” sekaligus ”pilihan-pilihan” sadar tiap kelompok manusia di Bumi untuk mengembangkan peradaban yang plural, sekaligus identitas yang beragam.
PENCEMARAN DAN PERSUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP OLEH PROSES PEMBANGUNAN.
Pembangunan yang dilakukan oleh Bangsa Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup rakyat, dimana proses pelaksanaan pembangunan disatu pihak menghadapi permasalahan jumlah penduduk yang besar dengan tingkat pertambahan yang tinggi, akan tetapi tersedianya sumber daya alam terbatas, atas dasar tersebut dimana pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup rakyat tersebut, baik generasi sekarang maupun generasi mendatang adalah pembangunan berwawasan lingkungan.Untuk mencapai tujuan utama tersebut, maka sejak awal perencanaan usaha atau kegiatan sudah diperkirakan perubahan rona lingkungan akibat pembentukan suatu kondisi lingkungan yang baru, baik yang menguntungkan maupun yang merugikan, yang ditimbulkan sebagai akibat diselenggarakannya usaha atau kegiatan pembangunan. Atas dasar tersebutlah bahwa perlu pengaturan lebih lanjut mengenai usaha atau kegiatan yang akan menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan hidup.
Maksud dari analisa mengenai dampak lingkungan kedalam proses perencanaan suatu usaha atau kegiatan tersebut, sehingga dapat diambil keputusan optimal dari berbagai alternative, karena analisis mengenai dampak lingkungan merupakan salah satu alat untuk mempertimbangkan akibat yang ditimbulkan oleh suatu rencana atau kegiatan terhadap lingkungan hidup, guna mempersiapkan langkah untuk menanggulangi dampak negative dan mengembangkan dampak positif. Mengenai dampak lingkungan hidup dapat disebabkan oleh rencana kegiatan disegala sector seperti :
1. Bidang Pertambangan dan Energi yaitu pertambangan umum, tranmisi, PLTD/PLTG/PLTU/PLTGU, ekspoitasi, kilangan/pengolahan dan tarnmisi minyak/gas bumi,
2. Bidang Kesehatan yautu : rumah sakit kelas A/setara kelasA atau kelas I dan industri farmasi,
3. Bidang Pekerjaan Umum yaitu :pembangunan Waduk, Irigasi dan kanalilasi, jalan raya/tol, pengolahan sampah, peremajaan kota dan gedung bertingkat/apartemen,
4. Bidang Pertanian yaitu : Usaha tambak udang, sawah, perkebunan dan pertanian,
5. Bidang Parpostel seperti hotel, padang golf, taman rekreasi dan kawasan parawisata,
6. Bidang Tranmigarasi dan Pemukiman Perambahan Hutan,
7. Bidang perindustrian seperti : Industri semen, kertas pupuk kimia/petrokimia, peleburan baja, timah hitam, galangan kapal, pesawat terbang dan industri kayu lapis.
8. Bidang Perhubungan seperti: Pembangunan Jaringan kereta api, Sub Way, pembangunan pelabuhan dan badar udara,
9. Bidang perdagangan,
10. Bidang pertahanan dan keamanan seperti : Pembangunan genung amunisi, pangkalan angkatan laut, pangkalan angkatan udara dan pusat latihan tempur,
11. Bidang pengembangan tenaga nuklir seperti : Pembangunan dan pengopearian reactor nuklir dan nuklir non reactor,
12. Bidang kehutanan yaitu : Pembangunan taman safari, kebun binatang, hak pengusaha hutan, hak pengusahaan hutan tanaman industri (HTI) dan Pengusaha parawisata alam,
13. Bidang pengendalian bahan berbahaya dan beracun (B-3) dan 14 Bidang kegiatan terpadu/multisektor (wajib AMDAL).
Mengenai akibat pencemaran terhadap lingkungan hidup harus melihat kepada ukuran dampak penting terhadap lingkungan yang perlu disertai dengan dasar pertimbangan yaitu sebagai berikut : terhadap penilaian pentingnya dampak lingkungan berkaitan secara relative dengan besar kecilnya rencana usaha atau kegiatan yang berhasil guna dan daya guna, apabila rencana usaha atau kegiatan tersebut dilaksanakan dengan didasarkan pada dampak usaha atau kegiatan tersebut terhadap salah satu aspek lingkungan atau dapat juga terhadap kesatuan dan atau kaitannya dengan aspek-aspek lingkungan lainnya dalam batas wilayah yang telah ditentukan.
Perlu diketahui bahwa dampak terhadap lingkungan atas dasar kemungkinan timbulnya dampak positif atau dampak negative tidak boleh dipandang sebagai factor yang masing-masing berdiri sendiri, melainkan harus diperhitungkan bobotnya guna dipertimbangkan hubungan timbul baliknya untuk mengambil keputusan.
Sedangkan yang menjadi ukuran dampak penting terhadap lingkungan hidup adalah :
a. jumlah manusia yang akan terkena dampak tersebut adalah pengertian manusia yang akan terkena dampak mencakup aspek yang sangat luas terhadap usaha atau kegiatan, yang penentuannya didasarkan pada perubahan sendi-sendi kehidupan masyarakat dan jumlah manusia yang terkena dampaknya tersebut, dimana manusia yang secara langsung terkena dampak lingkungan akan tetapi tidak menikmati manfaat dari usaha atau kegiatan yang telah dilaksanakan.
b. terhadap luas wilayah persebaran dampak adalah merupakan salah satu factor yang dapat menentukan pentingnya dampak terhadap lingkungan, dimana rencana usaha atau kegiatan mengakibatkan adanya wilayah yang mengalami perubahan mendasar dari segi intensitas dampak atau tidak berbaliknya dampak atau segi kumulatif dampak.
c. lamanya dampak berlangsung dapat berlangsung pada suatu tahap tertentu atau pada berbagai tahap dari kelangsungan uasah atau kegiatan, dengan kata lain akan berlangsung secara singkat yakni hanya pada tahap tertentu siklus usaha atau kegiatan akan tetapi dapat pula berlangsung relative lama yang akan menimbulkan dampak yang sangat merugikan lingkungan hidup didalam masyarakat/manusia dilingannya yang telah merusak tatanan dan susunan lingkungan hidup disekitarnya.
d. intensitas dampak mengandung pengertian perubahan lingkungan yang timbul bersifat hebat atau drastic serta berlangsung diareal yang luas dalam kurun waktu yang relative singkat, hal ini menyebabkan terjadinya perubahan yang mendasar pada komponen lingkungan hidup yang berdasarkan pertimbangan ilmiah serta dapat mengakibatkan spesies-spesies yang langka atau endemik terancam punah atau habitat alamnya mengalami kerusakan.
e. komponen lingkungan lain yang terkena dampak, akibat rencana usaha atau kegiatan menimbulkan dampak sekunder dan dampak lanjutan lainnya yang jumlah komponennya lebih atau sama dengan komponen lingkungan yang terkena dampak primer.
f. sifat kumulatif dampak adalah pengertian bersifat bertambah, menumpuknya atau bertimbun, akibat kegiatan atau usaha yang pada awalnya dampak tersebut tidak tampak atau tidak dianggap penting, akan tetapi karena aktivitas tersebut bekerja secara berulang kaliatau terus menerus maka lama kelamaan dampaknya bersifat kumulatif yang mengakibatkan pada kurun waktu tertentu tidak dapat diasimilasikan oleh lingkungan alam atau social dan menimbulkan efek yang saling memperkuat (sinergetik) akaibat pencemaran.
g. berbalik dan tidak berbaliknya dampak ada yang bersifat dapat dipulihkan dan terdapat pula yang tidak dapat dipulihkan walaupun dengan upaya manusia untuk memulihkannya kembali, karena perubahan yang akan dialami oleh suatu komponen lingkungan yang telah tercemar dengan kadar pencemaran yang sangat tinggi, tidak akan dapat dipulihkan kembali seperti semula.
Daftar Pustaka :
1. Indonesian Community.”Pentingnya Membangun Kesadaran Lingkungan”.
http://indonesiancommunity.multiply.com/journal/item/3344/PENTINGNYA_MEMBANGUN_KESADARAN_LINGKUNGAN(diakses tanggal 15 februari 2009)
2. Gama.”Hubungan Lingkungan dan Pembangunan”
.http://gamapermana80.blogspot.com/2009/12/hubungan-lingkungan-dan-pembangunan.html (diakses tanggal 1 Desember 2009)
3. http://susipurwati.blogspot.com 2010 kaitan ilmu pengetahuan teknologi
4. http://anisyubidubss.blogspot.com/2010/11/peran-ilmu-pengetahuan-dan-teknologi.html