BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sejak mundur dan berakhirnya era kekuasaan dinasti Abbasiyah, keadaan
politik umat Islam mengalami kemajuan kembali oleh tiga kerajaan besar : Turki
Usmani di Turki, Mughal di India, dan Safawi di Persia. Dari ketiganya, Turki
Usmani adalah yang terbesar dan terlama, dikenal juga dengan imperium islam.
Sejarah peradaban Islam masa turki usmani yang penuh dengan suasana
politik, bagaimana kerajaan turki usmani mampu menjadi kerajaan islam yang
paling hebat sepanjang masa, serta bagaimana pula kerajaan islam sebesar ini bisa
runtuh dan akhirnya menjadi republik turki pada tahun 1924.
Keruntuhan kerajaan Turki Usmani disebabkan menjadi faktor internal yaitu
: Karena luas wilayah kekuasaan serta buruknya system pemerintahan, sehingga
hilangnya keadilan, banyaknya korupsi dan meningkatnya kriminalitas,
Heterogenitas penduduk dan agama, Kehidupan istimewa yang bermegahan,
Merosotnya perekonomian negara akibat peperangan yang pada sebagian besar
peperangan turki mengalami kekalahan. Dan Faktor Eksternal yaitu : Munculnya
gerakan nasionalisme. Bangsa-bangsa yang tunduk pada kerajaan turki selama
berkuasa, mulai menyadari kelemahan dinasti tersebut. Kemudian ketika turki
mulai lemah mereka bangkit untuk melawannya, Terjadinya kemajuan teknologi
di barat khususnya bidang persenjataan. Turki selalu mengalami kekalahan karena
mereka masih menggunakan senjata tradisional
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang tersebut di atas, penulis akan menyajikan beberapa
rumusan masalah antara lain :
1. Sejarah Singkat Berdirinya Dinasti Utsmani di Turki
2. Para sultan dan khalifah Dinasti Utsmani di Turki
3. Kemajuan-kemajuan Dinasti Utsmani di Turki
4. Runtuhnya Kerajaan Turki Usmani
BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH SINGKAT BERDIRINYA DINASTI UTSMANI DI TURKI
Bangsa Turki tercatat dalam sejarah atas keberhasilannya mendirikan dua
Dinasti, yaitu Dinasti Turki Saljuk dan Turki Usmani. Kehancuran Dinasti Turki
Saljuk oleh serangan bangsa Mongol merupakan awal dari terbentuknya Dinasti
Turki Usmani.
Negeri Anatolia (asia kecil) dahulu sebelum islam merupakan kerajaan yang
berada dibawah kekuasaan Byzantium (Romawi Timur). Penaklukan-penaklukan
oleh pasukan Islam, dari ujung Armenia hingga ke puncak gunung thurus sejak
tahun 50 H, pada masa kekhalifahan muawiyah, kaum muslim belum mampu
menaklukkan konstantinopel, walaupun telah dilakukan berulang kali usaha
penyerangan. Setelah perang maladzikr pada tahun 463 H yang dimenagkan oleh
orang-orang saljuk dengan kemenangan yang gemilang atas romawi, pengaruh
kemenangan ini terus meluas ke negeri Anatolia. Mereka saat itu telah memiliki
pemerintahan yang terkemuka yaitu pemerintahan romawi saljuk.
Anatolia kemudian jatuh ke tangan Mongolia, setelah merebutnya dari
saljuk romawi, maka terjadilah peperangan antara Mongolia dan kaum muslimin,
dan ini terjadi pada tahun 641 H. setelah kekalahan Mongolia pada perang ain
jalut, tahun 658 H berangkatlah Zharir Bibris ke saljuk Romawi dan
Mongolia,menyusul kekalahan besar ini sebagai pelajaran besar ini.
Bersamaan dengan lemahnya Mongolia, pemerintahan Utsmaniyah lalu
menguasainya pada masa yang berbeda
Orang-orang Utsmaniyah bernasab pada kabilah qobi yang berasal
dari kabilah Ghizz Turkmaniyah yang beragama Islam dari negeri Turkistan.
ketika terjadi penyerbuan mongolia atas negeri itu, kakek mereka (sulaiman)
berhijrah ke negeri romawi, lalu ke syam dab ke irak. Dan mereka tenggelam
di sungai Eufrat.
Kabilah ini lalu terpecah-pecah. Satu kelompok lalu kembali ke negeri
asalnya. Dan satu kelompoknya bersama dengan Erthoghul bin sulaiman.
Nama Kerajaan Usmani diambil dari nama putra Erthogrul. Ia mempunyai
seorang putra yang bernama Usman yang lahir pada tahun 1258. Nama Usman
inilah yang kemudian lahir istilah Kerajaan Turki Usmani atau Kerajaan
Usmani. Pendiri Kerajaan ini adalah bangsa Turki dari Kabila Oghus. Yang
mendiami daerah Mongol dan daerah Utara Negeri Cina, kemudian pindah ke
Turkistan, lalu ke Persia dan Iraq sekitar abad ke-9 dan 10.
Pada abad ke-13 M, Erthoghul pergi ke Anatolia. Wilayah itu berada
dibawah kekuasaan Sultan Alaudin II (Salajikoh Alaudin Kaiqobad). Erthoghul
membantunya melawan serangan dari Byzantium. Ertoghul menang dan
mendapatkan sebagian wilayah (Asyki Syahr) dari Alaudin dari Byzantium dan
sebagian hartanyamereka melarikan diri ke wilayah Barat sebagai akibat dari
serangan Mongol. mereka mencari tempat perlindungan dari Turki Saljuk di
daratan Tinggi Asia Kecil. Di bawah pimpinan Ertugrul, mereka mengabdikan
diri pada Sultan Alauddin II, Sultan Saljuk yang berperang melawan
Bizantium. Atas jasa baiknya, Sultan Alauddin menghadiahkan sebidang tanah
di Asia Kecil, yang berbatasan dengan Bizantium dan memilih Syukud sebagai
Ibu kotanya.
Ertugrul meninggal dunia pada tahun 1289 M. kepemimpinannya
dilanjutkan oleh putranya yang bernama Usman (1281-1324), atas persetujuan
Alauddin. Pada tahun 1300, bangsa Mongol Menyerang Kerajaan Saljuk, dan
Dinasti ini terpecah-pecah dalam beberapa Dinasti kecil. Dalam kondisi
kehancuran Saljuk inilah, Usman mengklaim Kemerdekaan secara penuh atas
wilayah yang didudukinya, sekaligus memproklamirkan berdirinya kerajaan
Turki Usmani. Dengan demikian, secara tidak langsung mereka mengakui
Usman sebagai penguasa tertinggi dengan gelar “Padinsyah Ali Usman”.
Setelah Usman mengakui dirinya sebagai Raja Besar Keluarga Usman pada
tahun 699 H/1300 M, secara bertahap ia memperluas wilayahnya. Penyerangan
awal dilakukan di sekitar daerah perbatasan Bizantium dan Brussa (Broessa)
dijadikan salah satu daerah yang menjadi objek taklukan. Pada tahun 1317 M.
wilayah tersebut dapat dikuasainya dan dijadikan sebagai ibu kota pada tahun
1326 M.
B. RAJA-RAJA TURKI USMANI
Dalam masa kurang lebih 6 abad (1294-1924), berkuasa, kerajaan turki usmani
mempunyai raja sebanyak 40 orang yang silih berganti, namun demikian, dalam
makalah ini akan kami bahas beberapa raja yang berpengaruh saja, diantaranya:
1. Sultan Ustman bin Urtoghal (699-726 H/ 1294-1326 M)
Pada tahun 699 H. Usman melakukan perlusan kekuasaannya sampai ke
Romawi Bizantium setelah ia mengalahkan Alauddin Saljuk. Usman diberi
gelar sebagai Padisyah Al-Usman (Raja besar keluarga usman), gelar inilah
yang dijuliki sebagi Daulah Usmaniyyah. Usman berusaha memperkuat
tentara dan memajukan negrinya. kepada raja-raja kecil dibuat suatu
peraturan untuk memilih salah satu dari tiga hal, yaitu:
1) Masuk Islam
2) Membayar Jizyah; atau
3) Berperang
2. Sultan Urkhan bin Utsman (726-761 H/ 1326-1359 M)
Sultan Urkhan adalah putera Utsman I. sebelum urkhan ditetapkan menjadi
raja, ia telah banyak membantu perjuangan ayahnya. Dia telah menjadikan
Brousse sebagai ibu kota kerajaannya. Pada masa pemerintahannya, dia
berhsil mengalahkan dan menguasai sejumlah kota di selat Dardanil.
Tentara baru yang dibentuk oleh Urkhan I diberi nama Inkisyaiah. Pasukan
ini dilengkapi dengan persenjataan dan pakaian seragam. Di zaman inilah
pertama kali dipergunakan senjata meriam.
3. Sultan Murad I bin Urkhan (761-791 H/ 1359-1389 M)
Pengganti sultan Urkhan adalah Sultan Murad I. selain memantapkan
keamanan di dalam negrinya, sultan juga meneruskan perjuangan dan
menaklukkan bebrapa daerah ke benua Eropa. Ia menaklukkan Adrianopel,
yang kemudian dijadikan sebagai ibukota kerajaan yang baru serta
membentuk pasukan berkuda (Kaveleri). Perjuangannya terus dilanjutkan
dengan menaklukkan Macedonia, Shopia ibukota Bulgaria, dan seluruh
wilayah bagian utara Yunani.
Karena banyaknya kota-kota yang ditaklukkan oleh Murad I, pada waktu itu
bangsa Eropa mulai cemas. Akhirnya raja-raja Kristen Balkan meminta
bantuan Paus Urban II untuk mengusir kaum muslimin dari daratan Eropa.
Maka peperangan antara pasukan Islam dan Kristen Eropa pada tahun 765 H
(1362 M). Peperangan itu dimenangkan oleh pasukan Murad I, sehingga
Balkan jatuh ke tangan umat Islam. Selanjutnya pasukan Murad I merayap
terus menguasai Eropa Timur seperti Somakov, Sopia Monatsir, dan
Saloniki.
4. Sultan Bayazid I bin Murad ( 791-805 H/ 1389-1403 M)
Bayazid adalah putra Murad I. Ia meneruskan perjuangan ayahnya dengan
memperluas wilayahnya seperti Eiden, Sharukan dan Mutasya di Asia Kecil
dan negeri bekas kekuasaan Bani Saluki. Bayazid sangat besar pengaruhnya,
sehingga mencemaskan Paus. Kemudian Paus Bonifacius mengadakan
penyerangan terhadap pasukan Bayazid, dan perangan ini yang merupakan
penyebab terjadinya Perang Salib.
Tentara Salib ketika itu terdiri dari berbagai bangsa, namun dapat
dilumpuhkan oleh pasukan Bayazid. Namun pada peperangan berikutnya
ketika melawan Timur Lenk di Ankara, Bayazid dapat ditaklukkan,
sehingga mengalami kekalahan dan ketika itu Bayazid bersama putranya
Musa tertawan dan wafat dalam tahanan Timur Lenk pada tahun 1403 M.
5. Sultan Muhammad I bin Bayazid (816-824 H/ 1403-1421 M)
Kekalahan Bayazid membawa akibat buruk terhadap penguasa-penguasa
Islam yang semula berada di bawah kekuasaan Turki Usmani, sebab satu
sama lain berebutan, seperti wilayah Serbia, dan Bulgeria melepaskan diri
dari Turki Usmani. Suasana buruk ini baru berakhir setelah Sultan
Muhammad I putra Bayazid dapat mengatasinya. Sultan Muhammad I
berusaha keras menyatukan kembali negaranya yang telah bercerai berai itu
kepada keadaan semula.
6. Sultan Murad II bin Muhammad ( 824-855 H/ 1421-1451 M)
Sepeninggalannya Sultan Muhammad I, pemerintahan diambil alih oleh
Sulatan Murad II. Cita-citanya adalah melanjutkan usaha Muhammad I.
yaitu untuk menguasai kembali daerah-daerah yang terlepas dari kerajaan
Turki Usmani sebelumnya. Daerah pertama yang dikuasainya adalah Asia
Kecil, Salonika Albania, Falokh, dan Hongaria.
Setelah bertambahnya beberapa daerah yang dapat dikuasai tentara Islam,
Paus Egenius VI kembali menyerukan Perang Salib. Tentara Sultan
Murad II menderita kekalahan dalam perang salib itu. Akan tetapi dengan
bantuan putranya yang bernama Muhammad, perjuangan Murad II dapat
dilanjutkan kenbali yang pada akhirnya Murad II kembali berjaya dan
keadaan menjadi normal kembali sampai akhir kekuasaan diserahkan
kepada putranya bernama Sultan Muhammad Al-Fatih.
7. Sultan Muhammad Al-Fatih (855-886 H/ 1451-1481 M)
Setelah Sultan Murad II meninggal dunia, pemerintahan kerajaan Turki
Usmani dipimpin oleh putranya Muhammad II atau Muhammad Al-Fatih. Ia
diberi gelar Al-fatih karena dapat menaklukkan Konstantinopel. Muhammad
Al-Fatih berusaha membangkitkan kembali sejarah umat Islam sampai dapat
menaklukkan Konstantinopel sebagai ibukota Bizantium. Konstantinopel
adalah kota yang sangat penting dan belum pernah dikuasai raja-raja Islam
sebelumnya. Muhammad Al-Fatih dianggap sebagi pembuka pintu bagi
perubahan dan perkembangan Islam yang dipimpin Muhammad. Tiga alasan
Muhammad menaklukkan Konstantinopel, yaitu:
1) Dorongan iman kepada Allah SWT, dan semangat perjuangan
berdasarkan hadits Nabi Muhammad saw untuk menyebarkan ajaran
Islam.
2) Kota Konstantinopel sebagai pusat kemegahan bangsa Romawi.
3) Negerinya sangat indah dan letaknya strategis untuk dijadikan pusat
kerajaan.
Usaha mula-mula umat Islam untuk menguasai kota Konstantinopel dengan
cara mendirikan benteng besar dipinggir Bosporus yang berhadapan dengan
benteng yang didirikan Bayazid. Benteng Bosporus ini dikenal dengan nama
Rumli Haisar (Benteng Rum). Benteng yang didirikan umat Islam pada zaman
Muhammad Al-Fatih itu dijadikan sebagai pusat persediaan perang untuk
menyerang kota Konstantinopel. Setelah segala sesuatunya dianggap cukup,
dilakukan pengepungan selama 9 bulan. Akhirnya kota Konstantinopel jatuh ke
tangan umat Islam ( 29 Mei 1453 M) dan Kaisar Bizantium tewas bersama tentara
Romawi Timur. Setelah memasuki Konstantinopel terdapat sebuah gereja Aya
Sofia yang kemudian dijadikan Masjid bagi umat Islam.
Setelah kota Konstantinopel dapat ditaklukkan, kota itu dijadikan sebagai
ibukota dan namanya diganti menjadi Istanbul. Jatuhnya kota Konstantinopel ke
tangan umat Islam, berturut-turut pula diikuti oleh penguasaan Negara-negara
sekitarnya seperti Servia, Athena, Mora, Bosnia, dan Italia. Setelah pemerintahan
Sultan Muhammad, berturut-turut kerajaan Islam dipimpin oleh beberapa Sultan,
yaitu:
1. Sultan Bayazid II (1481-1512 M)
2. Sultan Salim I (918-926 H/ 1512-1520 M)
3. Sultan Sulaiman (926-974 H/ 1520-1566 M)
4. Sultan Salim II (974-1171 H/ 1566-1573 M)
5. Sultan Murad III ( 1573-1596 M)
Setelah pemerintahan Sultan Murad III, dilanjutkan oleh 20 orang Sultan
Turki Usmani sampai berdirinya Republik Islam Turki. Akan tetapi kekuasaan
sultan-sultan tersebut tidak sebesar kerajaan-kerajaan sultan-sultan sebelumnya.
Para sultan itu lebih suka bersenang-senang., sehingga melupakan kepentingan
perjuangan umat Islam. Akibatnya, dinasti turki Usmani dapat diserang oleh
tentara Eropa, seperti Inggris, Perancis, dan Rusia. Sehingga kekuasaan Turki
Usmani semakin lemah dan berkurang karena beberapa negri kekuasaannya
memisahkan diri,diantaranya adalah:
1. Rumania melepaskan diri dari Turki Usmani pada bulan Maret 1877 M.
2. Inggris diizinkan menduduki Siprus bulan April 1878 M.
3. Bezarabia, Karus, Ardhan, dan Bathum dikuasai Rusia.
4. Katur kemudian menjadi daerah kekeusaan Persia.
Lebih jelasnya kekhalifahan dinasti kerajaan Turki Utsmani sebagaimana
tabel dibawah ini :
No.
Nama KhilafahTahun Pengangkatan
(Masehi)1 Utsman I 12812 Orhan 13243 Murad I 13064 Bayazid I 1389
Peralihan Kekuasaan 14025 Muhammad I 14136 Murad II 14217 Muhammad II 14448 Murad II (menjabat yang kedua kalinya) 14469 Muhammad II (menjabat ketiga kalinya) 145110 Bayazid II 148111 Saim I 151212 Sulaiman I 152013 Salim II 156614 Murad III 157415 Muhammad III 159416 Ahmad I 160317 Musthofa I 161718 Utsman II 161819 Musthofa I (menjabat kedua kalinya) 162220 Murad IV 162321 Ibrahim 164022 Muhammad IV 164823 Sulaiman II 167824 Ahmad II 169125 Musthofa II 169526 Ahmad III 170327 Mahmud I 173028 Utsman III 175429 Musthofa III 175730 Abdul Hamid I 177431 Salim III 178932 Musthofa IV 180733 Mahmud II 180834 Abdul Majid I 1839
35 Abdul Aziz 186136 Murad V 187637 Abdul Hamid II 187638 Muhammad Rasyid V 190939 Muhammad Wahid al-Din 191840 Abdul Majid II (hanya bergelar sebagai khalifah) 1914
C. KEMAJUAN TURKI USMANI
1. ASPEK KEKUASAAN WILAYAH
Sepeninggal Sultan Usman pada Tahun 1326 M, Kerajaan dipimpin oleh
anaknya Sultan Orkhan I (1326-1359 M). Pada masanya berdiri Akademi
militer sebagai pusat pelatihan dan pendidikan, sehingga mampu menciptakan
kekuatan militer yang besar dan dengan mudahnya dapat menaklukan Sebagian
daerah benua Eropa yaitu, Azmir (Shirma) tahun 1327 M, Tawasyanli 1330 M,
Uskandar 1338 M, Ankara 1354 M dan Galliopoli 1356 M.
Ketika Sultan Murad I (1359-1389 M) pengganti orkhan naik. Ia
memantapkan keamanan dalam negeri dan melakukan perluasan ke benua Eropa
dengan menaklukan Adrianopel (yang kemudian menjadi ibu kota kerajaan baru),
Macedonia, Sopia, Salonia, dan seluruh bagian utara Yunani. Merasa cemas
dengan kesuksesan Kerajaan Usmani, negara Kristen Eropa pun bersatu yang di
pimpin oleh Sijisman memerangi kerajaan, hingga terjadilah pertempuran di
Kosovo tahun 1389 M, namun musuh dapat di pukul mundur dan di hancurkan .
Pada tahun 1389 M, Sultan Bayazid naik tahta (1389-1403 M), Perluasan
berlanjut dan dapat menguasai Salocia, morea, Serbia, Bulgaria, dan Rumania
juga pada tahun 1394 M, memperoleh kemenangan dalam perang Salib di
Nicapolas. Selain menghadapi musuh-musuh Eropa, Kerajaan juga dipaksa
menghadapi pemberontak yang bersekutu dengan Raja islam yang bernama Timur
Lenk di samarkand. Pada tahun 1402 M. pertempuran hebat pun terjadi di Ankara,
yang pada akhirnya Sultan Bayazid dengan kedua putranya Musa dan Erthogrol,
tertangkap dan meninggal di tahanan pada tahun 1403 M. Sebab kekalahan ini
Bulgaria dan Serbia memproklamirkan kemerdekaannya.
Setelah Sultan Bayazid meninggal, terjadi perebutan kekuasaan diantara
putra–putranya (Muhammad, isa dan sulaiman) namun diantara mereka Sultan
Muhammad I yang naik tahta (1403-1421 M), di masa pemerintahannya ia
berhasil menyatukan kembali kekuatan dan daerahnya dari bangsa mongol,
terlebih setelah Timur lenk meninggal pada tahun 1405 M.
Pada tahun 1421 M, Sultan Muhammad meninggal dan di teruskan oleh
anaknya, Sultan Murrad II (1421-1484 M) mencapai banyak kemajuan pada
masa Sultan Muhammad II/ Muhammad Al Fatih (1451-1484 M) putra
Murrad II, dapat mengalahkan Bizantium dan menaklukan Konstantinopel.
Setelah Beliau meninggal di gantikan oleh putranya Sultan Bayazid II, berbeda
dengan Ayahnya, yang lebih mementingkan kehidupan Tasawuf dari pada
penaklukan wilayah, sebab itu muncul kontroversial akhirnya ia mengundurkan
diri dan di gantikan putranya Sultan Salim I
Pada masa Sultan Salim I (1521-1520 M) terjadi perubahan peta arah
perluasan, memfokuskan pergerakan ke arah timur dengan menaklukan Persia,
Syiria hingga menembus Mesir di Afrika Utara yang sebelumnya di kuasai
mamluk.
Setelah Sultan Salim I Meninggal, Muncul Putranya Sultan Sulaiman I
(1520-1566 M) sebagai Sultan yang mengantarkan Kerajaan Turki Usmani pada
masa keemasannya, karena telah berhasil menguasai daratan Eropa hingga
Austria, Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria dan Rumania, Afrika
Utara hingga Mesir, Aljazair, Libia, Dan Tunis. Asia hingga Persia, Amenia,
Siria. meliputi lautan Hindia, Laut Arabia, Laut Tengah, Laut Hitam. juga daerah-
daerah di sekitar kerajaan seperti Irak, Belgrado, Pulau Rodes, Tunis, Budapest
dan Yaman.
2. ASPEK PEREKONOMIAN
Tercatat beberapa kota yang maju dalam bidang industri diantaranya :
a) Mesir sebagai pusat produksi kain sutra dan katun
b) Anatoli selain sebagai pusat produksi bahan tekstil dan kawasan pertanian
yang subur, juga menjadi pusat perdagangan dunia pada saat itu
3. ASPEK ILMU PENGETAHUAN
1) Tempat pendidikan
Secara umum pada masa dinasti usmaniyah tidak terlalu memfokuskan
perhatian terhadap ilmu pengetahuan, sehingga mengakibatkan Bidang ilmu
pengetahuan kurang begitu menonjol, tidak seperti Dinasti Islam sebelumnya,
akan tetapi ada beberapa titik kemajuan yang terlihat yaitu pada masa sultan
Muhammad Al-Fatih. Dimana tersebarnya sekolah-sekolah di semua kota besar
dan daerah terpencil. juga terdapat perpustakaan yang dibangun di sekitar sekolah
dengan pengelolaan sangat tertib, terbukti dengan keteraturan catatan peminjaman
2) Penerjemahan kitab-kitab
Pada masa sultan al-fatih telah dilakukan penerjemahan khazanah-
khazanah lama dari bahasa yunani, latin, Persia dan arab kedalam bahasa turki,
salah satu buku yang diterjemahkan adalah masyahir al-rijal (orang-orang
terkenal) karya poltark, buku-buku lainnya yang diterjemahkan ke bahasa turki
adalah buku karangan abu al-qasim al-zaharowi al-andalusi, seorang ahli
kedokteran yang berjudul al-tashrif fi al-thibbi. Buku ini kemudian diberi
tambahan pembahasan alat-alat untuk bedah dan posisi pasien tatkala terjadi
operasi bedah
D. RUNTUHNYA KERAJAAN TURKI USMANI
1) Faktor-Faktor Keruntuhan Khilafah Utsmaniyah (974-1171 H / 1566-
1757 M)
Kenaikan Sultan Salim II (1566-1574) telah dianggap sebagai permulaan
keruntuhan Turki Utsmani dan berakhrnya zaman keemasannya. Hal ini ditandai
dengan melemahnnya semangat perjuangan prajurit utsmani yang menyebabkan
sejumlah kekalahan dalam pertempuran menghadapi mmusuh-musuhnya.
Pada tahun 1774, penguasa Utsmani, Abdul Hamid menandatangani
perjanjian dengan Rusia yang berisi pengakuan kemerdekaan Crimenia dan
penyerahan benteng-benteng pertahanan di laut hitam serta memberikan izin
kepada rusia untuk melintasi selat antara laut hitam dengan laut putih
b) Faktor-faktor keruntuhan kerajaan turki usmani dikategorikan menjadi :
2) Faktor internal
Karena luas wilayah kekuasaan serta buruknya system pemerintahan, sehingga
hilangnya keadilan, banyaknya korupsi dan meningkatnya kriminalitas.
b) Heterogenitas penduduk dan agama.
c) Kehidupan istimewa yang bermegahan.
d) Merosotnya perekonomian negara akibat peperangan yang pada sebagian
besar peperangan turki mengalami kekalahan.
3) Faktor Eksternal
a. Munculnya gerakan nasionalisme. Bangsa-bangsa yang tunduk pada kerajaan
turki selama berkuasa, mulai menyadari kelemahan dinasti tersebut. Kemudian
ketika turki mulai lemah mereka bangkit untuk melawannya.
b. Terjadinya kemajuan teknologi di barat khususnya bidang persenjataan. Turki
selalu mengalami kekalahan karena mereka masih menggunakan senjata
tradisional, sedangkan wilayah barat seperti eropa telah menguunakan senjata
yang lebih maju lagi.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kerajaan Turki Utsmani merupakan kerajaan yang dipimpin oleh 40 sultan.
Pada abad pertengahan memang masa yang paling bersejarah bagi bangsa arab,
bahkan kemunduran bagi bangsa barat, dalam segi pandang kerajaan, kekuasaan
wilayah adalah yang terpenting. Turki utsmani yang memimpin selama kurang
lebih 6 abad memberikan bukti kejayaannya sampai ke Eropa, akan tetapi dari
stagnanisasi bangsa utsmani mereka lebih memajukan kemiliteran mereka dari
pada pendidikannya, bagi mereka kemiliterannya adalah satu hal yang terpenting
yang harus dimiliki leh seorang pemimin, dengan orientasi penalukan
konstantinopel, membuat mereka menjadi bersemangat untuk menjadikan
kerajaan turki utsmani menjadi symbol kejayaan islam.
Penyimpangan orientasi mereka ini membuat terlena dengan keluasan
wilayah sehingga membuat mereka meninggalkan perkembangan pendidikan
mereka. Berbeda dengan bangsa Eropa yang telah mengugguli mereka,
kemunduran kerajaan turki utsmani ini terlihat dari bagian bagian wilayah yang
dikuasai oleh turki utsmani ini mulai tergerak ingin merubah hidupnya menjadi
yang lebih baik dan muncul paham kapitalisme individual sehingga sebagian
mereka ingin melepaskan diri. Tampaknya pengaruh barat mulai mendapatkan
hasil dengan kelemahan kerajaan turki ini, dan terlahir paham-paham yang ingin
membebaskan, sehingga paham turki sendiri tidak dapat menghalangi mereka.
B. KRITIK DAN SARAN
Demikianlah makalah ini kami buat, kami menyadari tentunya makalah ini
tak lepas dari kesalahan-kesalahan, baik itu kesalah tulisan atau kesalahan materi,
oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari segenap pembaca dan
dosen pengampu senantiasa kami harapkan, demi kesempurnaan makalah ini
DAFTAR PUSTAKA
C.E. Bosworth, Dinasti-dinasti Islam,(Bandung: Mizan, 1980),
Edyar, Busman dan Ilda Hayati, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta, Pustaka Asatruss,2009).
Hitti, Philip K. History of the Arabs, (London: The Mac Millan Press, 1974),
Nasution, Harun. Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1996),
Syalabi, Ahmad. Sejarah dan Kebudayaan Islam Imperium Turki Usmani, (Jakarta: Kalam
Mulia, 1988)
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003
Al Usairi, Ahmad, terjemah Tarikhl Al Islamiy “Sejarah Islam”, Akbar, Jakarta 2008
Syalaby, Ali Muhammad, Bangkit Dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah,pustaka Al kautsar,
Jakarta 2008
Top Related