MAKALAH BAHASA INDONESIA
PENGERTIAN PERSYARATAN DAN
PENGGUNAAN DIKSI
Disusun oleh :
Nisrina Setiowati4123141065
BIO DIK A 2012
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
nikmat tiada habisnya kepada umatnya terutama pada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas penulisan makalah untuk mata kuliah Genetika.
Selanjutnya ucapan terimakasih yang tak terhingga kami ucapkan kepada
ibu yang telah membimbing kami pada mata kuliah Genetika dalam
menyelesaikan tugas ini.
Sebagai manusia yang tak luput dari kesalahan, tidak ada kata yang dapat
kami ucapkan selain kata maaf yang sebesar – besarnya apabila dalam penulisan
makalah ini terdapat kesalahan baik dari segi penulisan maupun isi dari penulisan
makalah ini. Kami sangat membutuhkan kritik dan saran para pembaca yang
bersifat membangun demi penulisan makalah selanjutnya. Besar harapan kami
semoga apa yang kami sajikan dapat memberikan manfaat dan menambah
pengetahuan bagi seluruh pihak yang membaca.
Medan, September 2014
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................iv
BAB I. PENDAHULUAN...........................................................................1
1.1 Latar belakang..............................................................................1
1.2 Tujuan...........................................................................................2
1.3 Manfaat.........................................................................................2
BAB II. PEMBAHASAN............................................................................3
2.1.......................................................................................................3
2.2.......................................................................................................3
2.3.......................................................................................................4
2.4.......................................................................................................8
2.5.......................................................................................................11
2.6.......................................................................................................11
BAB III. PENUTUP....................................................................................16
3.1 Kesimpulan...................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memang harus diakui, kecenderungan orang semakin
mengesampingkan pentingnya penggunaan bahasa, terutama dalam tata
cara pemilihan kata atau diksi.
Terkadang kita pun tidak mengetahui pentingnya penguasaan
bahasa Indonesia yang baik dan yang benar, sehingga ketika kita
berbahasa, baik lisan maupun tulisan, sering mengalami kesalahan
dalam penggunaan kata, frasa, paragraf, dan wacana.
Agar tercipta suatu komunikasi yang efektif dan efisien,
pemahaman yang baik ihwal penggunaan diksi atau pemilihan kata
dirasakan sangat penting, bahkan mungkin vital, terutama untuk
menghindari kesalapahaman dalam berkomunikasi.
Diksi atau pilihan kata dalam praktik berbahasa sesungguhnya
mempersoalkan kesanggupan sebuah kata dapat juga frasa atau kelompok
kata untuk menimbulkan gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau
pendengarnya.
Indonesia memiliki bermacam-macam suku bangsa dan bahasa. Hal
itu juga disertai dengan bermacam-macam suku bangsa yang memiliki
banyak bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa yang
digunakan juga memiliki karakter berbeda-beda sehingga penggunaan
bahasa tersebut berfungsi sebagai sarana komunikasi dan identitas suatu
masyarakat tersebut. Sebagai makhluk sosial kita tidak bisa terlepas dari
berkomunikasi dengan sesama dalam setiap aktivitas. Dalam kehidupan
bermasyarakat sering kita jumpai ketika seseorang berkomunikasi dengan
pihak lain tetapi pihak lawan bicara kesulitan menangkap informasi
dikarenakan pemilihan kata yang kurang tepat ataupun dikarenakan salah
paham.
Pemilihan kata yang tepat merupakan sarana pendukung dan
penentu keberhasilan dalam berkomunikasi. Pilihan kata atau diksi bukan
hanya soal pilih-memilih kata, melainkan lebih mencakup bagaimana efek
kata tersebut terhadap makna dan informasi yang ingin disampaikan.
Pemilihan kata tidak hanya digunakan dalam berkomunikasi namun juga
digunakan dalam bahasa tulis (jurnalistik). Dalam bahasa tulis pilihan
kata (diksi) mempengaruhi pembaca mengerti atau tidak dengan kata-kata
yang kita pilih.
Dalam makalah ini, penulis berusaha menjelaskan mengenai diksi
yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari baik dalam segi makna dan
relasi, gaya bahasa, ungkapan, kata kajian, kata popular, kata sapaan dan
kata serapan.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
C. Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
D.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Diksi
Nama lain pilihan kata/ memilih kata adalah diksi. “Diksi berarti
plihan kata yang tepat dan selaras (cocok penggunaannya) untuk
mengungkapkan gagasan sehingga memperoleh efek tertentu (seperti
yang diharapkan)” (KBBI,1994).
Harimurti (1984) dalam Kamus Linguistic, menyatakan bahwa
diksi adalah pilihan kata dan kejelasan lafal untuk memperoleh efek
tertentu dalam berbicara di dalam umum atau dalam karang-
mengarang.
Jadi, diksi berhubungan dengan pengertian teknis dalam hal
karang-mengarang, hal tulis-menulis, serta tutur sapa. Setiap penulis
maupun pembicara apabila ingin menyampaikan buah pikiran ,
pendapat, dan pernyataan, sudah tentu akan memakai bahasa yang
baik, tepat, dan benar. Sehingga karangan atau tutur tersebut menjadi
bernilai/berbobot. Bahasa yang baik, betul, dan benar ini dapat dicapai
apabila pilihan kata/diksi diperhatikan dengan baik. Untuk memilih
kata dengan baik setiap orang harus mengetahui kekayaan bahasa yang
bersangkutan.
Penguasaan kosa kata ini sangat menentukan ketika seseorang
ingin menyampaikan pikirannya kepada orang lain. Oramg yang
sedikit saja menguasai kosa kata akan mengalami kesulitan
menyampaikan pesan, ide, maupun pokok pikirannya kepada orang
lain, paling tidak sangat terbatas sampainya pesan/ide/pokok pikiran
tersebut, dibandingkan orang yang menguasai kosa kata lebih banyak.
Bagaimana seseorang dapat memilih kata yang baik apabila tidak
mengetahui kekayaan kosa kata bahasa yang bersangkutan ? untuk
menguasai kosa kata, baik pemakain maupun artinya, diperlukan
kamus. Kamuslah perekam bahsa yang palin dipercaya. Sudah tentu
dalam hal ini adalahkamus standar. Kamus standar memuat daftar
kosakata standar suatu bahasa yang secara lengkap dan disusun secara
afabetis, disertai dengan keterangan lafal kata, arti kata, serta contoh
pemakaian kata di dalam kalimat. Kamus Besar Bahasa Indonesia,
yang dikeluarkan dan diterbitkan oleh Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahsaa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Dengan membuka dan membaca Kamus Besar Bahsa Indonesia,
kita dapat mengetahui arti kata canggih, dampak, deregulasi,kendala,
konglomerat, pikiran, profesi, serta rekayasa. Demikian pula, dengan
kamus kita pun dapat membedakan arti kata melihat, memandang,
memantau, memeriksa, menengok, mengintip, menilik, serta meninjau.
Walaupun kata-kata ini bersinonim, perbedaan artinya tetap ada.
Semua keterangan mengeani hal ini tentu dapat kita peroleh dari
kamus standar bahasa Indonesia yang ada sekarang ini.
Ada kemungkinan jumlah kosakata yang dikuasai oleh
pemakaian bahasa sama banyaknya,tetapi jenis makna kata tidak akan
selalu sama. Perbedaan jenis makna ini mungkin karena perbedaan
profesi, lingkungan, usia, serta mata pencaharian. Seorang sarjana
teknik akan berbeda jenis kosakata yang dikuasainya dengan seorang
sarjana kedokteran ataupun sarjana ekonomi. Demikian jugalah dengan
perbedaan jenis makna kata seorang nelayan, seorang pedagang, dan
setiap pemakai bahasa mempergunakan baha sesuai dengan profesinya.
Untuk ini, dipergunakan bahasa yang umum dengan memilih bahasa
yang umum pula.
B. Persyaratan Diksi
Dalam memilih kata-kata, ada dua persyaratan yang harus
dipenui, yaitu persyaratan ketepatan dan kesesuaian. Tepat, artinya
kata-kata yang dipilih itu dapat mengungkapkan dengan tepat apa yang
ingin diungkapkan. Di samping itu, ungkapan itu juga harus dipahami
pembaca dengan tepat, artinya tafsiran pembaca sama dengan
kesempatan dan keadaan pembaca.
Untuk memenuhi persyaratan ketepatan dan kesesuaian dalam
pemilihan kata, perlu diperhatikan (a) kaidah kelompok kata/frase (b)
kaidah makna, (c) kaidah lingkungan sosial, (d) kaidah karang
mengarang. Keempat kaidah ini saling berkaitan dan mendukung
sehingga karangan atau tutur yang disampaikan kepada
pembaca/pendengar bernilai serta berbobot. Sudah tentu halyang
sperti ini merupakan kehendak dan keinginan setiap penulis.
Karangan/tutur ysng bernilai dan berbobot adalah yang
mengungkapkan pikirin, pendapat serta pernyataan dengan baik, tidak
rumit dan tidak berbelit, serta mempergunakan pilihan kata/diksi yang
baik dan tepat. Pikiran/pendapat yang dituangkan dalam pernyataan
yang tidak didukung oleh pilhan kata/diksi yanng baik, selalu
mengaburkan maksud yang hendak disampaikandan selalu
membosankan pembaca /pendengarnya. Oleh sebab itu, pilihan kata
memegang peranan penting dalam karang mengarang dan bertutur
sapa. Pilihan kata/diksi sangat menentukan untuk menyampaikan ide
yang diinginkan si penulis atau si pembicara.
a) Pilihan Kata yang Sesuai dengan Kaidah Kelompok Kata
atau Frase
Pilihan kata atau diksi yang sesuai dengan kaidah
kelompok kata/frase, seharusnya pilihan kata/diksi yang
tepat, seksama, lazim, dan benar. Keempat syarat ini harus
diperhatikan dengan cermat ketika kita ingin memilih kata
dengan baik dan benar
1) Tepat
Pengertian tepat adalah pemilihan kata dengan
menempatkannya pada kelompokya. Unsur tepat
inimemungkinkan pembentukan kelompok baru. Unsur
tepat berhubungan langsung dengan unsur lain.
Contoh :
Makna kata lihat dengan kata pandang biasanya
bersinonim tetapi kelompok kata pandangan mata tidak
dapat digantikan dengan lihatan mata. Kelompok kata
pandangan mata memang tepat susunannya sedangkan
kelompok kata lihatan mata tidak tepat susunannya. Jadi,
walau kedua kata itu bersinonim, tetapi tidak dapat saling
menggantikan. Dengan kata lain, kedua kata itu
mempunyai pasangan tertentu/khusus yang menumbulkan
pengertian tepat.
2) Seksama
Pengertian seksama adalah makna kata harus benar dan
sesuai degan apa yang hendak disampaikan. Unsur
seksama lebih ditekankan pada unsur kelompok katanya.
Contoh :
Kata besar, agung, akbar, raya, dan tinggi termasuk kata-
kata yang bersinonim. Kita biasanya mengatakan hari
raya serta hari besar, tetapi kita tidak pernah mengatakan
hari agung, hari akbar, ataupun hari tinggi. Begitu juga
dengan kata jaksa agung tidak dapat digantikan dengan
kata jaksa besar ataupun jaksa raya karena tidak
seksama. Kata jaksa agung pun tidak pula dapat
digantikan dengan jaksa tinggi karena kedua kata itu
berbeda maknanya.
Unsur seksama ini berhubungan dengan makna kata serta
berpaut dengan pengertian sinonim, homonim, antonim,
polisemi, dan hipernimi. Kata-kata yang sinonim biasa
pula dikatakan dengan kata-kata yang hampir tidak ada
dua patah kata yang sama besar artinya sehingga dapat
saling menggantikan. Kita ambil contohnya kata hampir
dan kata dekat. Kedua kata itu selalu dikatakan
bersinonim. Bentuk dia menghampiri saya dapat
digantikan dengan dia mendekati saya. Makna kedua
bentuk itu sama saja. Dengan pengertian lain bahwa
menghampiri disana dapat digantikan dengan kata
mendekati. Namun, bentuk hampir malam tidak
dapatdigantikan dengan hari dekat malam. Artinya, kata
hampir pada bagian ini tidak dapat digantikan dengan
dekat. Bentuk haridekat malam tidak biasa dipergunakan
di dalam bahasa Indonesia.
Bahasa tumbuh karena kebutuhan si pemakai bahasa.
Makin banyak kata yang dikuasai seseorang, makin kaya
pula perbendaharaan kosakatanya. Hal itu tentu sangat
perlu karena dengan kayanya perbendaharaan kata
seseorang, makin muda pula ia mengeluarkan serta
menyampaikan pikiran dan keinginannya dengan bahasa
itu. Sinonim kata terutama sangat dibutuhkan oleh orang
yang sering mengarang. Apabila dalam sebuah karangan,
ada kata-kata yang dipakai secara berulang-ulang,
karangan itu menjadi tawar, hambar, membosankan, dan
tidak menarik. Hal itu menunjukkan kemiskinan akan
kosakata. Oleh sebab itulah, didalam sebuah karnagan
sebaiknya dipergunakan sinonim kata supaya ada
variasinya dan ada pergantiannya yang membuat lukisan
di dalam karangan itu menjadi hidup. Sinonim dapat
terjadi disebabkan oleh hal-hal berikut ini.
(a) Pengaruh bahasa daerah
Contoh :
Kata harimau yang diberi sinonim dengan kata
macan; kata auditorium yang bersinonim dengan kata
pendopo; kata rindu yang bersinonim dengan kata
kangen.
(b) Perbedaan dialek regional
Contoh :
Kata handuk yang bersinonim dengan tuala; kata
selop yang bersinonim dengan kata seliper; kata
butuh yang bersinonim dengan kata perlu.
(c) Pengaruh bahasa asing
Contoh :
Kata kolosal bersinonim dengan kata besar, kata aula
bersinonim dengan kata ruangan; kata realita yang
bersinonim dengan kata kenyataan.
(d) Perbedaan dialek sosial
Kata suami bersinonim dengan kata laki; kata istri
bersinonim dengan kata bini, kata mati bersinonim
dengan kata wafat.
(e) Perbedaan ragam bahasa
Contoh :
Kata membuat bersinonim dengan kata menggubak;
kata asisten bersinonim dengan kata pembantu; kata
tengah bersinonim dengan kata madya.
(f) Perbedaan dialek temporal
Contoh :
Kata hulubalang bersinonim dengan kata komandan;
kata kempa bersinonim dengan kata stempel; kata peri
bersinonim dengan kata hantu.
Contoh-contoh lainnya pemakaian kata-kata
yang bersinonim adalah sebagai berikut.
a. Takdir dan Nasib
Kedua patah kata ini biasanya dikacaukan orang
penggunanya. Mungkin saja hal ini timbul karena
didalam kamus biasanya diberi arti yang bolak-
balik; nasib = takdir dan takdir = nasib sehingga
seolah-olah kedua patah kata itu sama saja
artinya.
Bahwa saya dilahirkan sebagai pria, sebagai
bangsa Indonesia, sebagai orang Mandailing,
sebagai anak kelima dari tujuh bersaudara,
berkulit sawo matang, merupakan takdir. Tuhan
sudah menetapkan demikian.
Nasib dapat berubah. Manusia tidak dapat
merubah nasib kalau mereka sendiri tidak mau
berusaha mengubah nasib mereka. Setiap orang
selalu ingin hidup yang lebih baik,tetapi hidup
yang lebih baik itu sudah tentu tidak akan
terwujud apabila tidak ada usaha ke arah itu.
Kalau miskin, kita tidak dapat mengatakan
memang begitulah nasib kita ditentukan Tuhan.
Padahal, kita tidak berusaha untuk memperbaiki
nasib itu dengan menambah ilmu, bekerja keras,
dan lain-lain.
b. Menyimak, menanggap, menelaah
Menyimak artinya ‘mendengarkan baik-baik dan
memperhatikan apa yang dibaca atau diucapkan
orang lain. ‘Umpamanya, di ruang kuliah seorang
dosen menyuruh seorang mahasiswa membaca
sebuag teks dan mahasiswa-mahasiswa yang
lainnya mendengarkan.
Menanggap ada beberapa macam artinya, tetapi
yang berdekatan artinya dengan kata menyimak
adalah ‘mencamkan, melihat atau mendengar
baik-baik’. Menelaah diserap dari bahasa Arab
yang berasal dari kata dasar telaah yang berarti
‘mempelajari; membaca sambil memeriksa dan
meneliti apa yang dibaca’.
c. Membahas,memaparkan,menguraikan
Kata membahas mempunyai arti ‘membicarakan’.
Bentuk membahas suatu masalah berarti
‘membicarakan suatu masalah sambil
memperdebatkan dan mendiskusikannya’.
Kata memaparkan bersinonim dengan kata
membentangkan yang berarti ‘membuka lebar-
lebar benda sehingga terlihat semuasemua
permukaan benda itu’
Kata menguraikan berarti ‘membicarakan sesuatu
dengan serinci mungkin’. Bentuk menguraikan
suatu persoalan berarti ’membicarakan persoalan
itu sampai kepada hal yang serinci-rincinya dan
sampai kepada bagian yang sekecil-kecilnya’.
d. Sewenang-wenang dan tidak semena-mena
Kedua kata ini dapat sama maknanya.
Perbedaannnya adalah bahwa kata sewenang-
wenang diserap dari bahasa Jawa sedangkan kata
tidak semena-mena diserap dari bahasa
Sansekerta. Kata sewenang-wenang mempunyai
arti ‘sesuka hati saja; tidak mengindahkan hak
orang lain’. Kata ini berasal dari kata dasar
wenang yang berati ‘hak atau kekuasaan untuk
melakukan sesuatu’. Kata tidak semena-mena
berarti ‘tanpa sebab’. Bentuk berbuat semena-
mena berarti ‘berbuat sesuatu kepada orang lain
tanpa sebab’. Jadi, artinya sma dengan ‘berbuat
sesuka hati saja’.
e. Tukar dan ganti
Kedua kata ini tidak sama maknanya. Perbedaan
kedua kata ini ialah kata tukar mengandung proses
yanng terjadi timbal balik,sedangkan pada kata
ganti proses yang terjadi hanya sepihak.
Contoh : Saya menggantikan anak itu sebagai
peserta
Saya menukarkan uang itu di bank tadi pagi
HOMONIM
Homonim ialah kata yang bentuknya sama,tetapi artinya berbeda atau
tidak sama.
Contoh : 1. antara kata buku yang berati ‘kitab’ dan buku yang berarti ‘ruas’
2. antara kata bisa yang berarti ‘dapat’ dengan bisa yang berarti ‘racun’
Hubungan antara buku yang berarti kitab dengan buku yang berati ruas serta
antara bisay ang berarti dapat dengan bisa yang berarti racun ialah yang disebut
dengan homonim.
Homonim ini disebabkan oleh dua hal berikut ini:
1. Kata yang berhomonim itu berasal dari bahasa yang berlainan.
Contohnya kata bisa yang berati racun berasal dari bahasa
Melayu,sedangkan kata bisa yang berarti dapat berasal dari bahasa Jawa.
2. Kata-kata yang berhonim itu terjadi karena hasil proses morfologi
Contohnya kata bentukan engukur dapat berarti’mempergunakan alat
kukur’ disamping itu ada pula kata bentukan mengukur yang berati
‘mempergunakan alat ukur’.
Homonim dapat dibedakan atas dua bentuk yaitu:
1. Homofon adalah kata yang bunyinya sama,tetapi tilisan dan artinya
berbeda.
Contoh : kata bank serta bang. Kata bank mempunyai arti ‘lembaga yang
mengurus lalul lintas uang’ kemudian kata bang adalah bentuk singkatan
dari kata abang yang berarti ‘kakak laki-laki’.
2. Homograf adalah kata yang tulisannya sama tetapi bunyi dan artinya
berbeda.
Contoh : Tahu yang berati makanan dengan Tahu yang berati mengetahui
ANTONIM
Kata antonim berasal dari bahasa Yunani,yaitu aroma yang berati nama
dan anti yang artinya melawan. Jadi antonim adalah dua patah kata yang
maknanya agak berlawanan. Dikatakan agak karena sifat berlawanan dari dua
patah kata yang berantonim itu sangat relatif. Kata-kata yang tampaknya mutlak
berlawanan seperti antara kata atas dengan kata bawah,antara kata hidup dengan
kata mati. Kata-kata yang tidak mutlak berlawanan seperti kata panjang dengan
pendek,kata tinggi dengan rendah. Sesuatu yang tidak panjang belum tentu
pendek dan sesuatu yang yang tidak tinggi belum tentu rendah.
Kata-kata yang berlawanan menurut ungkapan pikirannya dapat dibagi atas 2
bagian yaitu:
1. Kontradiksi yaitu apabila dua pernyataan tidak mungkin sama-sama benar
dan tidak mmungkin sama-sama salah
Contoh : Ayahnya seorang guru di kampung kami
Ayahnya bukan seorang guru di kampung kami
2. Kontas/kontrer yaitu apabila salah satu dari dua pernyataan mngkin benar
atau mungkin juga kedua pernyataan itu salah.
Contoh : Kata Ayah “itu sebuah kuini”
Kata Ayah “itu sebuah durian”
POLISEMI
Polisemi berarti sepatah kata mempunyai banyak arti atau sepatah kata
mempunyai arti lebih dari satu. Dalam polisemi dapat terjadi hal-hal berikut ini:
a. Sepatah kata dapat berarti lebih dari satu
Misalnya kata kepala yang mempunyai arti bahagian atas tubuh
manusia,tempat mata,hidung,dan tumbuhnya rambut, tetapi dapat juga
berarti orang yang menjadi pimpinan pada sebuah kantor,tempat bekerja
dan sebagainya.
b. Kata yang mempunyai arti petunjuk benda tertentu di pakai untuk
memberi keterangan benda lain
Contohnya bagian –bagian tubuh manusia seperti
pinggang,leher,kaki,serta mulut. Kata-kata tersebut di pakai untuk
memberi keterangan benda lain dengan dasar perbandingan yang sama
seperti terdapat pada bentuk pinggang perahu,leher botol,kaki meja, dan
mulit sungai.
c. Sepatah kata konkret dapat pula di pergunakan untuk suatu pengertian
abstrak
Contoh: kemarahan abang menyala-nyala karena anak itu diam seribu
bahasa
Keinginan adik meluap-luap untuk mengikuti acara pelantikan itu
Semangat mahasiswa berkobar-kobar dalam menuntut
penyelesaian masalah itu
d. Kata yang sama berubah artinya karena berbeda indera yang
menerimanaya
Contoh : Rasa teh itu sangat manis karene di berikan gula yang sangat
banyak
Anak gadis yang sangat manis itu sudah dua tahun mengikuti
perkuliahan di perguruan tinggi kami
HIPERNIMI DAN HIPONIM
Hipernimi ialah kata-kata yang maknanya yang mencakup makna kata-
kata lainnya. Misalnya kata bunga melingkupi makna kata-kata
anggrek,kamboja,ros,kenanga ,mawar,dll.
Kata-kata yang berhipernimi selalu bersifat umum karena maknanya meliputi
makna sejumllah kata lainnya.
Kebalikan dari hipernimi adalah hiponim. Hiponim adalah kata-kata yang
maknanya termasuk di dalam kata-kata lainnya. Misalnya makna kata merah
sudah termasuk serta bagian di dalam makna kata warna,makna kata burung sudah
termasuk di dalam makna kata unggas(Barus,Sanggup,2015)
3) Lazim
Maksud lazim adalahkata itu sudah menjadi milik bahasa
Indonesia. Kelompok kata ataupun pengelompokan kata
yang seperti itu memang sudah lazim dan dibiasakan
dalam bahasa Indonesia.
Oleh karena itu, didalam sebuah karangan janganlah
dipergunakan ungkapan, frase serta kata-kata yang belum
menjai milik Indonesia. Kata yang tidak lazim dalam
bahasa Indonesia apabila dipergunakan juga dalam satu
kalimat akan membingungkan dan mengacaukan
pengertian saja.
Contoh:
Kata makan dan santap bersinonim. Akan tetapi, kita
tidak dapat mengatakan anjing bersantap sebagai sinonim
anjing makan. Kedua kata ini mungkin tepat
pengelompokannya, tetapi tidak seksama serta tidak lazim
dari sudut makna dan pemakaiannya. Begitu juga dengan
kelompok kata seperti ini tidak dilazimkan dalam bahasa
Indonesia maupun belum menjadi milik Indonesia.
4) Benar
Yang dimaksud dengan benar adalah pilihan kata itu
harus mempunyai bentuk yang sesuai dengan kaidah-
kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonsia. Kata-kata
yang kita pilih itu mematuhi aturan tata bahasa Indonesia.
Contoh:
Kata-kata pengrusak dan pengrusak rumah, merubah pada
merubah rencana, serta penetrapan pada penetrapan
teknologi adalah kata-kata yang tidak benar atau kata-kata
yang tidak sesuai dengan kaidah tata bahasa Indonesia.
Seharusnya kata-kata ini adalah perusak didalam bentuk
perusak rumah, mengubah didalam bentuk mengubah
rencana, dan penerapan didalam bentuk penerapan
teknologi.
b) Pilihan Kata Sesuai Dengan Kaidah Makna Kata
Pilihan kata/diksi pada bagian ini harus memperhatikan
makna dasar kata yang bersangkutan. Kesulitannya adalah
orang tidak dapat lagi membedakan makna kata dasar dan
makna yang telah mengalami perjalanan sejarah, pengalaman
pribadi, perbedaan perasaan, perbedaan lingkungan,
perbedaan tujuan, perbedaan nilai-nilai makna, serta
perbedaan profesi. Untuk mengenal makna dasarlebih baik,
satu-satunya adalah dengan membuka dan membaca kamus
standar bahasa yang bersangkutan. Dengan kata lain, kita
tidak segan-segan membaca kamus standar bahasa yang
bersangkutan.
Makna dasar sepatah kata disebut dengan denotasi atau
makna denotative. Sedangkan makna-makna yang lainnya itu
disebut dengan asosiasi atau makna asosiatif yang terkadang
disebut juga dengan konotasi atau konotatif.
Pilihan kata atau diksi yang sesuai dengan makna kata harus
memperhatikan sudut makna kata itu sendiri. Makna kata itu
bermacam-macam, antara lain adalah sebagai berikut
1. Makna denotasi
2. Makna asosiasi, yang terdiri dari makna konotatif,
stalistik,afektif, reflektif, kolokatif dan interpretatif.
1. Makna denotative
Makna denotatif adalah makna yang sesuai dengan
apa adanya, makna yangs sesuai dengan hasil observasi,
makna yang diberi batasan. Pengertian yang dikandung
oleh sepatah kata pada bagian ini objektif. Nama lain
untuk makna denotatif ini adalah makna konseptual yaitu
makna menurut konsep yang ada.
Penilaian emosional dan subjektif perlu
ditinggalkan dan selalu mempertahankan makna
denotatif/ konseptual apabila kita sedang bekerja secara
alami dan didalam karangan argumentative, ekspositoris,
atau deskriptif.
Didalam pilihan kata yang pertama sekali kita temui
adalah makna denotasi atau makna konseptual ini.
Namun, kesalahpahaman masih terus ditemui karena
makna denotatif/konseptual ini tidak sesuai lagi dengan
lingkungan pemakainya, tidak kena kepada lawan bicara,
ataupun terdapatnya kesalahan sintaksis.
Contoh:
Secara denotatif/konseptual kata-kata bini dengan isteri,
laki dengan suami, tidak ada perbedaannya. Begitu juga
dengan kata-kata kelompok, grup, gerombolan, dan
rombongan, secara denotati/konseptual tidak ada
bedanya.
2. Makna asosiatif
Makna asosiatif berhubungan dengan masyarakat
pemakai bahasa itu, nilai-nilai yang ada pada masyarakat
pemakai bahasa itu, perasaann pemakai bahasa,
perkembangan kata itu sesuai dengan kehendak pemakai
bahasa, pribadi pemakai bahasa, masa kata itu
dipergunakan, dan perasaan pemakai bahasa. Keenam
makna berikut dibawah ini termasuk makna asosiatif.
(a) Makna konotatif
Makna konotatif adalah makna yang timbul karena
makna konseptual/denotative mendapat tambahan-
tambahan sikap sosial, sikap diri dalam suatu jaman,
sikap pribadi, dan criteria tambahan lainnya. Oleh
karena itu, makan konotatif berbeda dari jaman ke
jaman, dari suatu kelompok masyarakat ke suatu
masyarakat, dari pribadi ke pribadi, dan dari suatu
daerah ke daerah lain. Makna konotatif ini tidak tetap
dan selalu bergantung atas kebudayaan bangsa yang
bersangkutan.
Contoh:
Kata wanita dan perempuan berbeda maknanya
bedasarkan konotasinya. Kata wanita mengandung
makna manusia dewasa berjenis kelamin betina yang
lebih berani, agresif, modern, professional, lebih
terdidik, kurang pandai memasak, dan kurang
sensitive. Sedangkan kata perempuan mengandung
makna mannusia dewasa berjenis kelamin betina
yang kurang professional, pandai memasak, kurang
terdidik, dan sangat sensitif.
(b) Makna stilistik
Makna stilistik berhubungan dengan gaya pemilihan
kata dalam tutur ataupun karang mengarang sesuai
dengan lingkungan masyarakat pemakai bahasa
tertentu. Makna stelistik dapat dibedakan
berdasarkan: a. Profesi (seperti bahasa sastra, bahasa
hokum, dan bahasa jurnalistik); b. status (dalam
jargon, slang dan bahasa percakapan); modalitas
(seperti bahasa lelucon, bahasa memorandum, bahasa
perkuliahan); d. pribadi (seperti bahasa gaya Mochtar
Lubis, bahasa gaya Idrus, bahasa gaya Sutan Takdir
Alisyahbana). Makna stilistik ini ada hubungannya
dengan gaya bahasa dalam retorik
(c) Makna afektif
Makna afektif berhubungan dengan perasaan
pembicara/ pemakai bahasa secara pribadi, baik
terhadap lawan bicara maupun terhadap objek
pembicara. Makna afektif akan lebih berkesan dalam
bahasa lisan daripada bahasa tulis. Makna afektif
mempergunakan pengantar makna
denotatif/konseptual, makna asosiatif/konotatif, dan
makna stilistik. Makna aafektif lebih jelas dengan
pemakaian kata-kata seruan aduh, aduhai, aha, ahai,
amboi, biar!, mampus lu!, cih, cis, lho, oh, puih, wah
yakh.
(d) Makna reflektif
Makna reflektif umumnya menghubungkan antara
makna denotatif/konseptual yang satu dengan makna
denotatif/konsentual yang lain. Pilihan kata dengan
makna denotatif/konseptual tertentu menimbulkan
refleksi kepada sesuatu yang hamper bersamaan.
Umumnya makna reflektif ini lebih cenderung
kepada sesuatu yang bersifat sacral, sesuatu yang
bersifat tabu, sesuatu yang kurang sopan, dan sesuatu
yang haram. Setiap orang yang memilih kata
berusaha agar tepat dan sesuai dengan apa yang
diharapkannya. Di samping itu, pilihan kata kita
sedapat mugkin tidak menyinggung perasaan
siapapun juga yang ikut mempergunakan kata-kata
tersebut. Makna reflektif diperoleh berdasarkan
pengalaman pribadi, pengalaman bersama, dan
perjalanan sejarah. Refleksi yang bersifat pribadi
sulit dipahami oleh orang lain. Oleh karena itu, untuk
menimbulkan makna reflektif pada orang lain harus
diusahakan berdasarkan pengalaman pribadinya.
Contoh:
Kalau baju hijau mengadung makna reflektif karena
dapat menimbulkan pengertian spontan ‘sesuatu yang
dapat melindungi’, tetapi dapat juga mengandung
pengertian sesuatu yang menakuti’.
(e) Makna kolokatif
Makna kolokatif berhubungan dengan makna dalam
frasa sebuah bahasa. Hubungan makna kolokatif
dalam bahasa Indonesia lebih banyak berdasarkan
kelaziman dan kebiasaan.
Contoh:
Kata cepat dan laju mempunyai pasangan atau
kelompok kata tertentu. Oleh karena itu, kedua patah
kata itu mempunyai makna kolokatif. Kita dapat
mengatakan bus cepat malam dan janggal rasanya
kalau kita mengatakan bus laju malam. Begitu juga
dengan laju pertumbuhan penduduk merupakan
kelompok kata yang sudah lazimkan pemakaiannya
di dalam bahasa Indonesia dan tidak pernah kita
katakana cepat pertumbuhan penduduk.
(f) Makna Interpretatif
Makna interpretative berhubungan penafsiran dan
juga tanggapan dari pendengar maupun pembaca. Si
X menulis/berbicara dan si Q membaca/mendengar.
Lalu si Q akan memberi tafsiran pilihan kata/diksi
yang dilakukan si X. Tafsiran dan tanggapan si Q
haruslah sesuai dengan pilihan kata/ diksi si X.
apabila hal ini tidak terjadi, kesalahpahaman antara si
X dan si Q akan muncul.
c) Pilihan Kata Sesuai Dengan Kaidah Lingkungan Sosial
Kata
Dalam pilihan kata/diksi harus selalu diprhatikan lingkungan
pemakaian kata. Dengan membedakan lingkungan itu, pilihan
kata yang kita lakukan akan lebih tepat dan mengena.
Lingkungan itu dapat kita lihat berdasarkan:
1) Tingkat sosial yang mengakibatkan terjadinya sosiolek
2) Daerah/geografi yang mengakibatkan terjadinya dialek
3) Resmi/formal dan tidak resmi/nonformal yang
mengakibatkan terjadinya bahasa baku/bahasa standard
an bahasa yang tidak baku/ bahasa non standar.
4) Umum dan khusus yang mengakibatkan terjadinya
bahasa umum dan bahasa khusus/ bahasa profesioanl.
d) Pilihan Kata Sesuai dengan Kaidah Mengarang
Pilihan kata pada bagian ini amat penting. Pilihan
kata disini haruslah tepat dan haruslah dapat mewakili apa
yang dimaksudkan. Pilihan kata akan memberikan informasi
sesuai dengan apa yang dikehendaki. Untuk itu, perlu pula
diperhatikan lingkungan sosial kata-kata yang kita pilih itu.
Harus selalu dibedakan dengan jelas kata yang bersinonim,
bentuk yang bersinonim, dan kalimat yang bersinonim.
Pilihan kata yang sesuai dengan karang-mengarang
harus memperhatikan hal-hal berikut ini.
(1) Pilihan kelompok kata yang berpasangan tepat.
Di dalam mengarang sebaiknya dipergunakan kelompok
kata yang berpasangan tepat. Terkadang ada pula kata-
kata yang dapat dipasangkan dengan berbagai kata
depan/kata hubung lainnya. Akibatnya bersaing atau kita
terpaksa memilih kelompok kata itu dengan berbagai
alternatif.
Contoh:
1. Terdiri dari, terdiri dalam, terdiri atas
2. Ditemani oleh, ditemeni dari, detemeni dengan
3. Marah akan, marah kepada, marah pada
4. Biasa dengan, biasa oleh, biasa pada
5. Berbeda dengan, berbeda dalam, berbeda dari
6. Paralel dengan, paralel pada, paralel dalam
(2) Pilihan kata yang langsung
Dalam karang-mengarang sebaiknya dipilih kata-kata
yang langsung serta tidak mempergunakan kalimat, frase,
maupun bentuk yang bersifat uraian, panjang, dan
berbelit-belit. Pilihan kata-kata itu haruslah berisi,
tararah, dan lugas.
Contoh:
Ia menelpon kekasihnya, (pilihan kata yang langsung)
Ia memanggil kekasihnya melalui telepon, (pilihan kata
yang panjang dan berbelit-belit)
(3) Pilihan kata yang dekat dengan pendengar/pembaca
Pilihan kata/diksi pada bagian ini harus sesuai dengan
tingkat sosisal, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan
lawan berbicara, sehingga pembicara/penulis dekat
dengan pendengar/pembaca. Pilihan kata berupa
singkatan kata ataupun akronim selalu menimbulkan
kekuranglancaran komunikasi. Tidak semua pendengar
maupun pembaca mengerti dengan singkatan/akronim:
belita, KISS, dan kelompencapir. Begitu jugalah dengan
kata-kata asing ataupun istilah-istilah yang berasal dari
bahasa asing yang dipilih dalam suatu karangan seperti:
“memberikan respon terhadap challenge”; “pilot proyek
moderniasi desa” background ibu”; selalu akan
menimbulkan berbagai kesalahanpahaman atau
kekurangmengertian para pendengar/pembaca terhadap
ide/pesan/pokok pikiran yang ingin disampaikan di dalam
sebuah karangan.
3. Kata Ilmiah, Kata Populer, Kata Jargon dan Slang
Kosa kata terbesar sebuah bahasa terdiri dari kata-kata yang umum
dipakai oleh semua lapisan masyarakat, baik yang terpelanjar maupun
orang biasa atau rakyat jelata. Kata itulah yang merupakan tulang
punggung dari setiap bahasa. Kata-kata itu yang selalu akan dipakai
dalam komunikasi sehari-hari untuk semua lapisan masyarakat. Kata-
kata seperti itu biasa disebut kata-kata populer.
Di samping kata polpuler ada pula sejumlah kata yang biasa
dipakai oleh kaum terpelajar, terutama dalam tulisan ilmiah. Kata
seperti itu disebut kata ilmiah. Perbedaan antara kedua jenis kelompok
kata ini dapat dijelaskan secara sederhana dengan mempertentangkan
pasangan yang secara kasar dianggap mempunyai makana yang sama
seperti contoh-contoh berikut ini:
Kata Ilmiah Kata Populer
Harmonis sesuai
Eksentrik aneh
Argument bukti
Konklusi kesimpulan
Analogi kiasan
Antipati rasa benci
Deskriminasi perbedaan
Perlakuan
Modern maju
Kontradiksi pertentangan
Formasi susunan
Frustasi rasa kecewa
Tunakarya gelandangan
Final akhir
Argumentasi pembuktian
Anarki kekacauan
Konservatif kolot
Konsensi ijin
Filter saringan
Fragmen penggalan
Perlu kita ketahui bahwa kategori kata ilmiah dan kata
populer itu setiap saat dapat bergeser dari kategori yang satu ke
kategori yang lain. Sebuah kata asing mula-mula dipakai oleh
golongan terpelajar, oleh karena sering dipakai lambat laun
meresap ke lapisan bawah dan akhirnya berubah statusnya menjadi
kata populer.
Istilah jargon mempunyai beberapa pengertian, di antaranya
kata-kata teknis yang dipergunakan secara terbatas dalam bidang
ilmu, propesi atau kelompok tertentu. Ini kerap kali merupakan
kata sandi atau kode rahasia untuk kalangan tertentu (dokter,
militer, perkumpulan rahasia). Oleh karena itu jargon merupakan
bahasa yang khusus sekali, maka tidak akan banyak artinya bila
dipakai untuk sasaran yang umum. Sebab itu, hindarilah sejauh
mungkin unsur jargon dalam sebuah tulisan.
Kata-kata slang adalah semacam kata percakapan yang
tinggi atau murni. Kata slang adalah kata nonbaku, yang informal
yang disusun secara khas atau kata-kata biasa yang diubah atau
atau kata-kata kiasan yang khas. Kata-kata ini bersifat sementara.
Kalau udah terasa usang, hilang atau menjadi kata-kata biasa
seperti yang terdapat di jakarta: rapi jali, eh ketemu lagi, asoy,
mana tahan dan sebagainya.
4. Pilihan kata dan penggunaannya
1) Kata dari dan daripada
Menurut keterangan kusno B.S. (1990: 80-82) ada enam
fungsi kata depan dari, yakni sebagai berikut:
a) Untuk menyatakan keterangan tempat asal sesuatu atau
menyatakan asal sesuatu dibuat.
Contoh:
Saya naik kereta api dari Surabaya.
Kursi itu terbuat dari kayu jati
b) Untuk menyatakan keterangan sebab.
Contoh:
Persoalan itu timbul dari peristiwa seminggu yang lalu.
Dari peristiwa G 30 SPKI, lahirnya Hari Kesaktian
Pancasila
c) Untuk menyatakan bahwa sesuatu merupakan anggota dari
suatu kelompok.
Contoh:
daripada terus mengantuk seperti ini, lebih baik kita pulang
saja.
Kalau kurang sehat, lebih baik duduk daripada berdiri.
d) Kata tergantung + dari membentuk ungkapan tetap.
Contoh:
Berhasil tidaknya studi saudara tergantung dari saudara
sendiri.
Berkembang tidaknya industry kecil di daerah itu, banyak
tergantung dari subsidi pemerintah.
e) Untuk menyatakan kekhususan atau pembatasan suatu hal.
Contoh:
Dari pihak pengantin wanita tidak ada masalah.
Anak itu sedang sakit dilihat dari sinar matanya.
f) Untuk menyatakan alasan (dari=berdasarkan).
Contoh:
Dari bukti-bukti yang dikemukakan, anak itu memang
bersalah. Buku itu ditulis dari pengalamannya selama di
Australia.
Dari pengamatan terhadap pemakaian bahasa indonesia,
dapat dikatakan bahwa kata depan daripada dan dari sering
digunakan secara tidak tepat. Perhatikan contoh berikut.
1. Dokter ahli mempelajari pola daripada “alergi si penderita.
2. Hasil daripada” pembangunan sekarang diharapkan tepat
dinikmati seluruh rakyat Indonesia.
3. Sebagian daripada “ hasil utangnya sudah dibayarnya.
4. Dua orang daripada” ragu pencinta alam itu, dikabarkan
hilang.
5. Pada zaman dalu harga rempah-rempah sama mahalnya
daripada” emas
6. Semua itu tergantung daripada “ sarana yang ada.
7. Lagu itu dikirim dari “ Murni untuk Asni di Tanjung
Karang.
8. Anak dari “ tetangga saya hari senin ini akan dilantik
menjadi dokter.
9. Ibu dari “ anak itu sering sakit.
10. Dari “ tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah penumpang
sudah meningkat.
Pemakaian kata depan daripada dalam kalimat (1) dan (2)
tidak dapat dipergunakan dan harus dihilangkan, karena kata-kata
tersebut merusak hubungan kata dan juga bersifat redundansi. Kata
daripada dalam kalimat (3) dan (4) seharusnya diganti dengan kata
dari. Kata daripada dalam kalimat (5) seharusnya diganti dengan
kata dengan, dan kata daripada dalam kalimat (6) diganti dengan
kata dari.kata dari dalam kalimat (7) seharusnya diganti dengan
kata oleh. Pemakaian kata depan dari pada kalimat (8) dan (9) di
atas juga tidak tepat, tidak lazim digunakan untuk menyatakan
pertalian milik (posesif) dan sebaliknya dihilangkan saja. Demikian
juga pemakaian kata dari pada kalimat (10) harus dihilangkan
karena frase “tabel 2” dalam kalimat itu adalah subjek kalimat.
2) Kata Pada dan Kepada
Ada empat macam fungsi kata depan pada dalam bahasa indonesia.
a) Sebagai penghantar keterangan untuk orang, binatang atau
benda abstrak.
Contoh: Buku catatan saya ada pada Aminah.
Taji hanya terdapat pada ayam jantan.
3) Kata di dan ke
Kata di bersifat ambivalen, artinya mempunyai dua
kemungkinan fungsi dalam bahasa Indonesia yaitu di sebagai kata
depan dan di sebagai prefiks. Sebagai prefiks, di- merupakan
morfem terikat secara morfologis, dan harus ditulis serangkai
dengan kata atau morfem yang mengikutinya, dan biasanya
berfungsi sebagai pembentuk kata kerja pasif. Sedangkan di
sebagai kata depan merupakan morfem yang terikat secara
sintaksis, artinya morfem itu baru mempunyai arti yang pasti
apabila dihubungkan dengan morfem lain sehingga membentuk
frase atau kalimat. Kata depan di harus ditulis terpisah dengan kata
yang mengikutinya, dan berfungsi sebagai kata yang menyatakan
keterangan tempat atau keterangan waktu tak tentu.
Secara singkat, prefiks di- bersama kata yang mengikutinya
menjadi kata kerja dan dapat menjawab pertanyaan diapakan?
Sedangkan kata depan di bersama kata yang mengikutinya
menunjuk tempat/arah, atau keterangan waktu, dan biasanya dapat
menjawab pertanyaan di mana atau kapan? Jadi prefiks di- dan kata
depan di masing-masing mempunyai fungsi dan arti yang berbeda.
Fungsi kata depan di adalah sebagai berikut :
a. Untuk menyatakan keterangan tempat, baik tertentu maupun
tak tentu.
Contoh:
Orang tuanya sedang berada diluar kota.
Permata itu sudah lama disimpannya di suatu tempat.
b. Untuk menyatakan keterangan waktu tak tentu
Contoh:
Percayalah, Saudara akan betemu lagi di suatu saat nanti
Di saat usianya sudah lanjut, orang itu semakin tekun beribadah
c. Bersama kata lain membentuk kata Tanya yang berhubungan
dengan tempat
Contoh:
Di mana Saudaranya simpan buku itu ?
Di sinikah rumah Pak Amran?
Pemakaian kata depan depan di yang salah sering dijumpai
dalam kalimat seperti berikut ini
Kunci local ini ada di*Pak Hasan.
Di*perusahaan swasta itu masih memerlukan tenaga kerja.
Kata depan di dalam kalimat pertama di atas harus diganti
dengan pada dan dalam kalimat kedua kata depan di harus
dihilangkan atau predikat itu diubah menjadi bentuk kata kerja
pasif. Perbaikan kedua kalimat itu menjadi sebagai berikut.
Kunci lokal ini ada pada Pak Hasan
Perusahaan swasta itu masih memerlukan tenaga kerja atau:
Di perusahaan swasta itu masih diperlukan tenaga kerja
Selanjutnya, kata ke juga bersifat ambivalen, yaitu
mempunyai dan fungsi yaitu prefiks, dan sebagai kata depan.
Sebagai prefiks, ke- ditulis bersambung/Serangkai dengan kata
yang mengikutinya dan sebgai kata depan ke ditulis terpisah
dengan kata yang mengikutinya.
Sebagai prepiks, ke- dengan atau tanpa sufiks berfungsi
sebagai pembentuk kata benda, seperti: kekasih, ketua,
kehendak, keadilan, kebenaran, dan kesulitan. Prefiks ke- juga
dapat berfungsi sebagai pembentuk kata benda. Ini merupakan
akibat pengaruh bahasa Jawa. Contohnya: ketubruk, kejatuhan,
kesakitan, dan keberatan.
Sebagai kata depan, ke berfungsi untuk:
- Menyatakan keterangan tempat tujuan
Contoh :
ke rumah
ke luar negeri
ke suatu tempat
- Bersama-sama kata mana, kata depan ke membentuk kata
bantu Tanya
Contoh:
Ke mana Saudara tadi ?
Ke mana mereka akan pergi ?
Bentuk penulisan kata depan ke yang sering salah adalah
sebagai berikut :
Kesini* seharusnya: ke sini
Kemana* seharusnya: ke mana
Bentuk penulisan kata depan ke yang lain, yang
menyatakan tempat terjadinya atau tempat beradanya sesuatu,
sering juga salah.
Contoh :
Ibu mendudukkan adik ke* kursi
Kepala sekolah menempelkan pengumuman ke*dinding.
Kata depan ke dalam kedua contoh kalimat diatas harus
diganti dengan kata depan di, karena lebih menunjukkan
tempat beradanya (lokatif) daripada tujuannya.
4) Kata dan dan dengan
Kata dan dalam kalimat berfungsi untuk menyatakan
penggabungan, sedangkan kata dengan berfungsi untuk
menyatakan kesertaan. Pemakaian kedua kata itu jelas berada
dalam suatu kalimat.
Contoh:
a) Ayah dan adik pergi ke Medan kemarin.
b) Ayah pergi ke Medan dengan adik kemarin.
Dalam kalimat (a) hubungan ayah dan adik adalah
hubungan penggabungan, sedangkan hubungan ayah dan adik
dalam kalimat (b) adalah hubungan kesertaan. Kedua kata itu, dan
dan dengan tidak dapat bervariasi satu dengan yang lain. Secara
fungsional dan dipakai untuk menyatakan hubungan
penggabungan.
Contoh:
a) Sisa uangnya dibelikkannya sepatu dan keperluan sekolah.
b) sebagai mahasiswa kita harus kritis, kreatif, ulet, dan
bertanggung jawab.
Dalam pemakaian bahasa sering pula kita jumpai kata
penghubung dan yang tidak berfungsi apa-apa atau bersifat
redudansi, seperti yang dibawah ini :
Contoh :
a) Dan* akhirnya, dia pun meninggalkan kedua orang.
b) Dan* mereka tidak tahu lagi kepada siapa harus mengadu.
Selanjutnya fungsi dan arti yang didukung kata penghubung
dengan adalah sebagai berikut:
a. Untuk menyatakan keterangan alat.
Contoh:
Ibu memotong kue dengan pisau.
Adik memukul anjing itu dengan tongkat.
b. Untuk menyatakan keterangan kualitatif.
Contoh:
Anak itu belajar dengan sungguh-sungguh.
Gunung itu meletus dengan dahsyatnya.
c. Untuk menyatakan keterangan cara.
Contoh:
Ia membiayai studinya dengan berjualan Koran.
Ia menyelesaikan PR-nys dengan tergesa-gesa.
d. Untuk menyatakan keselarasan dua hal atau lebih.
Contoh:
Harga barang-barabg sudah mulai naik sesuai dengan kenaikan
harga BBM.
Apa yang dikatakannya cocok benar dengan isi surat kabar itu.
e. Bersama-sama kata teretntu membentuk ungkapan tetap dan
berfungsi untuk memperjelas hubungan.
Contoh:
dengan hormat
dengan sesungguhnya
dengan demikian
f. Untuk menyatakan batas waktu tertentu.
Contoh:
Peraturan itu berlaku sampai dengan hari ini.
Mereka bekerja dari jam 08.00 sampai dengan 14.00.
Dalam pemakaian bahasa sering pula dijumpai bentuk
penyimpangan atau kesalahan seperti yang dibawah ini.
Bersama dengan* surat ini saya mengirimkan foto.
Dia sangat baik dengan* tetanggganya.
Kata penghubung dengan dalam kalimat pertama lebih
tepat dihilangkan, dan kata penghubung dengan pada kalimat
kedua lebih tepat diganti dengan kata depan kepada.
5) Kata antar dan antara
Kedua kata ini mempunyai kemiripan bentuk dan makna, namun
fungsinya berbeda, sehingga keduanya tidak dapat bervariasi secara
bebas. Kata antara dipakai apabila diikuti oleh kedua obyek atau dua
hal, dan biasanya dikombinasikan dengan kata dengan, kadang-kadang
didahului oleh kata depan di (diantara).
Contoh:
Tidak ada masalah antara saya dengan dia
Harus ada perasaan saling menghormati antara (di antara) guru dengan
murid.
Kata antar sebagai kata tugas diikuti oleh suatu obyek atau hal
yang bermakna jamak dan ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya.
Contoh:
Belakangan ini sering kita lihat perkelahian antar pelajar.
Kita harus meningkatkan kerukunan antarwarga.
Khusus untuk kata antara masih mempunyai beberapa fungsi lain,
yakni sebagai berikut:
a. Untuk menyatakan pemilihan.
Contoh:
Siapakah yang benar antara {di antara) saya dan dia?
Kabar itu belum pasti, antara benar dan tidak.
b. Untuk menyatakan jangka waktu atau ukuran jarak.
Contoh:
Dia akan tiba antara jam 04.00 sampai jam 06.00
Jarak antara Medan dan Belawan, ditempuh dalam waktu lebih
kurang 30 menit.
c. Dipakai dalam arti kira-kira atau sekitar.
Contoh:
Dia tidak mengikuti kegiatan belajar antara seminggu.
Jumlah siswa SMA itu, antara seribu orang.
Beberapa contoh pemakaian kata antar dan antara dalam kalimat yang
sering salah atau menyimpang, sebagai berikut:
(1) Dia tidak mengikuti kuliah antara*semingguan.
(2) Pembangunan sekolah itu menelan biaya kira-kira antara*sepuluh
juta rupiah.
(3) Tidak perlu ada sikap curiga mencurigai antar manusia* yang satu
dengan yang lain.
Akhiran –an dalam kalimat (1) berarti kira-kira atau antara. Jadi
kalimat (1) yang sudah memakai antara tidak boleh lagi menggunakan
akhiran –an. Demikian juga contoh kalimat (2), kira-kira sama maknanya
sengan antara, jadi sudah mengandung hiperkorek dan harus diganti
dengan kata antara, oleh karena antarmanusia = antar manusia yang satu
dengan manusia yang lain.
6) Kata suatu dan sesuatu
Kata suatu adalah kata ganti tak tentu yang sifat ketaktentuannya
terletak pada jenis benda atau hal yang digantikannya. Dalam
pemakaiannya kata suatu harus diikuti oleh benda atau hal yang
digantikannya secara umum. Benda atau hal yang mengikuti kata suatu
itu adalah benda atau hal yang belum diketahuinya jenisnya secara
pasti.
Contoh:
Ia sedang memikirkan suatu masalah
Mereka akan mengadakan pertemuan di suatu tempat.
Jenis masalah dan nama tempat dalam kalimat di atas belum
diketahui secara pasti. Apabila jenis masalah atau nama tempat, atau
hal lain sudah diketahui secara pasti atau tentu, maka kata ganti suatu
tidak boleh digunakan. Jadi salah kalau ada kalimat seperti berikut :
Ia sedang memikirkan suatu*masalah studinya.
Mereka mengadakan pertemuan disuatu* kantor kecamatan.
Kata ganti suatu harus selalu diikuti tanda atau hal yang bersifat
umum. Kata ganti suatu tidak dapat mengakhiri kalimat.
Kata ganti tak tentu sesuatu adalah kata untuk menyatakan barang
atau hal yang tidak tentu, yang pemakaiannya tidak dapat langsung
diikuti nomina. Kata ganti sesuatu sifat ketidaktentuannya terletak
pada benda atau hal yang digantikannya, bukan pada jenis benda atau
jenis yang digantikannya seperti dalam kata ganti suatu.
Contoh:
Anak muda itu sedang memikirkan sesuatu.
Si Ani membisikkan sesuatu ke telinga kawannya.
Dari contoh diatas dapat diketahui bahwa kata ganti sesuatu tanpa
bantuan kata lain dapat menduduki fungsi obyek dalam kalimat.
Selanjutnya, kalau kita ingin menambahkan keterangan mengenai
benda atau hal yang digantikan oleh sesuatu, maka keterangan itu
harus berupa anak kalimat perluasan kata ganti tak tentu itu sendiri,
dan secara bersama-sama menduduki fungsi obyek atau subyek dalam
kalimat.
Contoh:
Orang itu sedang memikirkan sesuatu yang merisaukan hatinya.
Ia pun memperhatikan sesuatu yang selama ini diabaikannya.
Sesuatu yang ada padanya sangat dibutuhkan oleh orang lain.
Dalam kehidupan berbahasa, sering juga kata ganti tak tentu
sesuatu dipakai sebagai kata ganti tak tentu sesuatu, sehingga
menimbulkan kesalahan.
Contoh:
Orang itu sedang memikirkan sesuaut* masalah
Ibu guru membisikkan sesuatu* rencana kepada temannya.
Kata sesuatu dalam kedua contoh kalimat di atas harus diganti
dengan kata ganti tak tentu suatu.
BAB IIIPENUTUP
DAFTAR PUSTAKA