Download - Makalah Bahasa Indonesia

Transcript
Page 1: Makalah Bahasa Indonesia

MAKALAH BAHASA INDONESIA

PENGERTIAN PERSYARATAN DAN

PENGGUNAAN DIKSI

Disusun oleh :

Nisrina Setiowati4123141065

BIO DIK A 2012

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN2014

Page 2: Makalah Bahasa Indonesia

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

nikmat tiada habisnya kepada umatnya terutama pada kami sehingga kami dapat

menyelesaikan tugas penulisan makalah untuk mata kuliah Genetika.

Selanjutnya ucapan terimakasih yang tak terhingga kami ucapkan kepada

ibu yang telah membimbing kami pada mata kuliah Genetika dalam

menyelesaikan tugas ini.

Sebagai manusia yang tak luput dari kesalahan, tidak ada kata yang dapat

kami ucapkan selain kata maaf yang sebesar – besarnya apabila dalam penulisan

makalah ini terdapat kesalahan baik dari segi penulisan maupun isi dari penulisan

makalah ini. Kami sangat membutuhkan kritik dan saran para pembaca yang

bersifat membangun demi penulisan makalah selanjutnya. Besar harapan kami

semoga apa yang kami sajikan dapat memberikan manfaat dan menambah

pengetahuan bagi seluruh pihak yang membaca.

Medan, September 2014

Penulis

Page 3: Makalah Bahasa Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................i

KATA PENGANTAR.................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR...................................................................................iv

BAB I. PENDAHULUAN...........................................................................1

1.1 Latar belakang..............................................................................1

1.2 Tujuan...........................................................................................2

1.3 Manfaat.........................................................................................2

BAB II. PEMBAHASAN............................................................................3

2.1.......................................................................................................3

2.2.......................................................................................................3

2.3.......................................................................................................4

2.4.......................................................................................................8

2.5.......................................................................................................11

2.6.......................................................................................................11

BAB III. PENUTUP....................................................................................16

3.1 Kesimpulan...................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................17

Page 4: Makalah Bahasa Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Memang harus diakui, kecenderungan orang semakin

mengesampingkan pentingnya  penggunaan bahasa,  terutama  dalam tata

cara  pemilihan kata atau diksi.

Terkadang kita pun tidak mengetahui pentingnya penguasaan

bahasa Indonesia yang baik dan yang benar, sehingga ketika kita

berbahasa, baik lisan maupun tulisan, sering  mengalami  kesalahan 

dalam  penggunaan  kata, frasa, paragraf,  dan wacana.

Agar tercipta suatu komunikasi yang efektif dan efisien,

pemahaman yang baik ihwal penggunaan diksi atau pemilihan kata

dirasakan sangat penting, bahkan mungkin  vital, terutama  untuk 

menghindari   kesalapahaman  dalam berkomunikasi.

Diksi atau pilihan kata dalam praktik berbahasa sesungguhnya

mempersoalkan kesanggupan sebuah kata dapat juga frasa atau kelompok

kata untuk menimbulkan gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau

pendengarnya.

Indonesia memiliki bermacam-macam suku bangsa dan bahasa. Hal

itu juga disertai dengan bermacam-macam suku bangsa yang memiliki

banyak bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa yang

digunakan juga memiliki karakter berbeda-beda sehingga penggunaan

bahasa tersebut berfungsi sebagai sarana komunikasi dan identitas suatu

masyarakat tersebut. Sebagai makhluk sosial kita tidak bisa terlepas dari

berkomunikasi dengan sesama dalam setiap aktivitas. Dalam kehidupan

bermasyarakat sering kita jumpai ketika seseorang berkomunikasi dengan

pihak lain tetapi pihak lawan bicara kesulitan menangkap informasi

dikarenakan pemilihan kata yang kurang tepat ataupun dikarenakan salah

paham.

Pemilihan kata yang tepat merupakan sarana pendukung dan

penentu keberhasilan dalam berkomunikasi. Pilihan kata atau diksi bukan

Page 5: Makalah Bahasa Indonesia

hanya soal pilih-memilih kata, melainkan lebih mencakup bagaimana efek

kata tersebut terhadap makna dan informasi yang ingin disampaikan.

Pemilihan kata tidak hanya digunakan dalam berkomunikasi namun juga

digunakan dalam bahasa tulis (jurnalistik). Dalam bahasa tulis  pilihan

kata (diksi) mempengaruhi pembaca mengerti atau tidak dengan kata-kata

yang kita pilih.

Dalam makalah ini, penulis berusaha menjelaskan mengenai diksi

yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari baik dalam segi makna dan

relasi, gaya bahasa, ungkapan, kata kajian, kata popular, kata sapaan dan

kata serapan.

B. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :

1.

C. Manfaat

Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :

1.

D.

Page 6: Makalah Bahasa Indonesia

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Diksi

Nama lain pilihan kata/ memilih kata adalah diksi. “Diksi berarti

plihan kata yang tepat dan selaras (cocok penggunaannya) untuk

mengungkapkan gagasan sehingga memperoleh efek tertentu (seperti

yang diharapkan)” (KBBI,1994).

Harimurti (1984) dalam Kamus Linguistic, menyatakan bahwa

diksi adalah pilihan kata dan kejelasan lafal untuk memperoleh efek

tertentu dalam berbicara di dalam umum atau dalam karang-

mengarang.

Jadi, diksi berhubungan dengan pengertian teknis dalam hal

karang-mengarang, hal tulis-menulis, serta tutur sapa. Setiap penulis

maupun pembicara apabila ingin menyampaikan buah pikiran ,

pendapat, dan pernyataan, sudah tentu akan memakai bahasa yang

baik, tepat, dan benar. Sehingga karangan atau tutur tersebut menjadi

bernilai/berbobot. Bahasa yang baik, betul, dan benar ini dapat dicapai

apabila pilihan kata/diksi diperhatikan dengan baik. Untuk memilih

kata dengan baik setiap orang harus mengetahui kekayaan bahasa yang

bersangkutan.

Penguasaan kosa kata ini sangat menentukan ketika seseorang

ingin menyampaikan pikirannya kepada orang lain. Oramg yang

sedikit saja menguasai kosa kata akan mengalami kesulitan

menyampaikan pesan, ide, maupun pokok pikirannya kepada orang

lain, paling tidak sangat terbatas sampainya pesan/ide/pokok pikiran

tersebut, dibandingkan orang yang menguasai kosa kata lebih banyak.

Bagaimana seseorang dapat memilih kata yang baik apabila tidak

mengetahui kekayaan kosa kata bahasa yang bersangkutan ? untuk

menguasai kosa kata, baik pemakain maupun artinya, diperlukan

kamus. Kamuslah perekam bahsa yang palin dipercaya. Sudah tentu

Page 7: Makalah Bahasa Indonesia

dalam hal ini adalahkamus standar. Kamus standar memuat daftar

kosakata standar suatu bahasa yang secara lengkap dan disusun secara

afabetis, disertai dengan keterangan lafal kata, arti kata, serta contoh

pemakaian kata di dalam kalimat. Kamus Besar Bahasa Indonesia,

yang dikeluarkan dan diterbitkan oleh Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahsaa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Dengan membuka dan membaca Kamus Besar Bahsa Indonesia,

kita dapat mengetahui arti kata canggih, dampak, deregulasi,kendala,

konglomerat, pikiran, profesi, serta rekayasa. Demikian pula, dengan

kamus kita pun dapat membedakan arti kata melihat, memandang,

memantau, memeriksa, menengok, mengintip, menilik, serta meninjau.

Walaupun kata-kata ini bersinonim, perbedaan artinya tetap ada.

Semua keterangan mengeani hal ini tentu dapat kita peroleh dari

kamus standar bahasa Indonesia yang ada sekarang ini.

Ada kemungkinan jumlah kosakata yang dikuasai oleh

pemakaian bahasa sama banyaknya,tetapi jenis makna kata tidak akan

selalu sama. Perbedaan jenis makna ini mungkin karena perbedaan

profesi, lingkungan, usia, serta mata pencaharian. Seorang sarjana

teknik akan berbeda jenis kosakata yang dikuasainya dengan seorang

sarjana kedokteran ataupun sarjana ekonomi. Demikian jugalah dengan

perbedaan jenis makna kata seorang nelayan, seorang pedagang, dan

setiap pemakai bahasa mempergunakan baha sesuai dengan profesinya.

Untuk ini, dipergunakan bahasa yang umum dengan memilih bahasa

yang umum pula.

B. Persyaratan Diksi

Dalam memilih kata-kata, ada dua persyaratan yang harus

dipenui, yaitu persyaratan ketepatan dan kesesuaian. Tepat, artinya

kata-kata yang dipilih itu dapat mengungkapkan dengan tepat apa yang

ingin diungkapkan. Di samping itu, ungkapan itu juga harus dipahami

Page 8: Makalah Bahasa Indonesia

pembaca dengan tepat, artinya tafsiran pembaca sama dengan

kesempatan dan keadaan pembaca.

Untuk memenuhi persyaratan ketepatan dan kesesuaian dalam

pemilihan kata, perlu diperhatikan (a) kaidah kelompok kata/frase (b)

kaidah makna, (c) kaidah lingkungan sosial, (d) kaidah karang

mengarang. Keempat kaidah ini saling berkaitan dan mendukung

sehingga karangan atau tutur yang disampaikan kepada

pembaca/pendengar bernilai serta berbobot. Sudah tentu halyang

sperti ini merupakan kehendak dan keinginan setiap penulis.

Karangan/tutur ysng bernilai dan berbobot adalah yang

mengungkapkan pikirin, pendapat serta pernyataan dengan baik, tidak

rumit dan tidak berbelit, serta mempergunakan pilihan kata/diksi yang

baik dan tepat. Pikiran/pendapat yang dituangkan dalam pernyataan

yang tidak didukung oleh pilhan kata/diksi yanng baik, selalu

mengaburkan maksud yang hendak disampaikandan selalu

membosankan pembaca /pendengarnya. Oleh sebab itu, pilihan kata

memegang peranan penting dalam karang mengarang dan bertutur

sapa. Pilihan kata/diksi sangat menentukan untuk menyampaikan ide

yang diinginkan si penulis atau si pembicara.

a) Pilihan Kata yang Sesuai dengan Kaidah Kelompok Kata

atau Frase

Pilihan kata atau diksi yang sesuai dengan kaidah

kelompok kata/frase, seharusnya pilihan kata/diksi yang

tepat, seksama, lazim, dan benar. Keempat syarat ini harus

diperhatikan dengan cermat ketika kita ingin memilih kata

dengan baik dan benar

1) Tepat

Pengertian tepat adalah pemilihan kata dengan

menempatkannya pada kelompokya. Unsur tepat

inimemungkinkan pembentukan kelompok baru. Unsur

tepat berhubungan langsung dengan unsur lain.

Page 9: Makalah Bahasa Indonesia

Contoh :

Makna kata lihat dengan kata pandang biasanya

bersinonim tetapi kelompok kata pandangan mata tidak

dapat digantikan dengan lihatan mata. Kelompok kata

pandangan mata memang tepat susunannya sedangkan

kelompok kata lihatan mata tidak tepat susunannya. Jadi,

walau kedua kata itu bersinonim, tetapi tidak dapat saling

menggantikan. Dengan kata lain, kedua kata itu

mempunyai pasangan tertentu/khusus yang menumbulkan

pengertian tepat.

2) Seksama

Pengertian seksama adalah makna kata harus benar dan

sesuai degan apa yang hendak disampaikan. Unsur

seksama lebih ditekankan pada unsur kelompok katanya.

Contoh :

Kata besar, agung, akbar, raya, dan tinggi termasuk kata-

kata yang bersinonim. Kita biasanya mengatakan hari

raya serta hari besar, tetapi kita tidak pernah mengatakan

hari agung, hari akbar, ataupun hari tinggi. Begitu juga

dengan kata jaksa agung tidak dapat digantikan dengan

kata jaksa besar ataupun jaksa raya karena tidak

seksama. Kata jaksa agung pun tidak pula dapat

digantikan dengan jaksa tinggi karena kedua kata itu

berbeda maknanya.

Unsur seksama ini berhubungan dengan makna kata serta

berpaut dengan pengertian sinonim, homonim, antonim,

polisemi, dan hipernimi. Kata-kata yang sinonim biasa

pula dikatakan dengan kata-kata yang hampir tidak ada

dua patah kata yang sama besar artinya sehingga dapat

saling menggantikan. Kita ambil contohnya kata hampir

Page 10: Makalah Bahasa Indonesia

dan kata dekat. Kedua kata itu selalu dikatakan

bersinonim. Bentuk dia menghampiri saya dapat

digantikan dengan dia mendekati saya. Makna kedua

bentuk itu sama saja. Dengan pengertian lain bahwa

menghampiri disana dapat digantikan dengan kata

mendekati. Namun, bentuk hampir malam tidak

dapatdigantikan dengan hari dekat malam. Artinya, kata

hampir pada bagian ini tidak dapat digantikan dengan

dekat. Bentuk haridekat malam tidak biasa dipergunakan

di dalam bahasa Indonesia.

Bahasa tumbuh karena kebutuhan si pemakai bahasa.

Makin banyak kata yang dikuasai seseorang, makin kaya

pula perbendaharaan kosakatanya. Hal itu tentu sangat

perlu karena dengan kayanya perbendaharaan kata

seseorang, makin muda pula ia mengeluarkan serta

menyampaikan pikiran dan keinginannya dengan bahasa

itu. Sinonim kata terutama sangat dibutuhkan oleh orang

yang sering mengarang. Apabila dalam sebuah karangan,

ada kata-kata yang dipakai secara berulang-ulang,

karangan itu menjadi tawar, hambar, membosankan, dan

tidak menarik. Hal itu menunjukkan kemiskinan akan

kosakata. Oleh sebab itulah, didalam sebuah karnagan

sebaiknya dipergunakan sinonim kata supaya ada

variasinya dan ada pergantiannya yang membuat lukisan

di dalam karangan itu menjadi hidup. Sinonim dapat

terjadi disebabkan oleh hal-hal berikut ini.

(a) Pengaruh bahasa daerah

Contoh :

Kata harimau yang diberi sinonim dengan kata

macan; kata auditorium yang bersinonim dengan kata

Page 11: Makalah Bahasa Indonesia

pendopo; kata rindu yang bersinonim dengan kata

kangen.

(b) Perbedaan dialek regional

Contoh :

Kata handuk yang bersinonim dengan tuala; kata

selop yang bersinonim dengan kata seliper; kata

butuh yang bersinonim dengan kata perlu.

(c) Pengaruh bahasa asing

Contoh :

Kata kolosal bersinonim dengan kata besar, kata aula

bersinonim dengan kata ruangan; kata realita yang

bersinonim dengan kata kenyataan.

(d) Perbedaan dialek sosial

Kata suami bersinonim dengan kata laki; kata istri

bersinonim dengan kata bini, kata mati bersinonim

dengan kata wafat.

(e) Perbedaan ragam bahasa

Contoh :

Kata membuat bersinonim dengan kata menggubak;

kata asisten bersinonim dengan kata pembantu; kata

tengah bersinonim dengan kata madya.

(f) Perbedaan dialek temporal

Contoh :

Kata hulubalang bersinonim dengan kata komandan;

kata kempa bersinonim dengan kata stempel; kata peri

bersinonim dengan kata hantu.

Contoh-contoh lainnya pemakaian kata-kata

yang bersinonim adalah sebagai berikut.

a. Takdir dan Nasib

Page 12: Makalah Bahasa Indonesia

Kedua patah kata ini biasanya dikacaukan orang

penggunanya. Mungkin saja hal ini timbul karena

didalam kamus biasanya diberi arti yang bolak-

balik; nasib = takdir dan takdir = nasib sehingga

seolah-olah kedua patah kata itu sama saja

artinya.

Bahwa saya dilahirkan sebagai pria, sebagai

bangsa Indonesia, sebagai orang Mandailing,

sebagai anak kelima dari tujuh bersaudara,

berkulit sawo matang, merupakan takdir. Tuhan

sudah menetapkan demikian.

Nasib dapat berubah. Manusia tidak dapat

merubah nasib kalau mereka sendiri tidak mau

berusaha mengubah nasib mereka. Setiap orang

selalu ingin hidup yang lebih baik,tetapi hidup

yang lebih baik itu sudah tentu tidak akan

terwujud apabila tidak ada usaha ke arah itu.

Kalau miskin, kita tidak dapat mengatakan

memang begitulah nasib kita ditentukan Tuhan.

Padahal, kita tidak berusaha untuk memperbaiki

nasib itu dengan menambah ilmu, bekerja keras,

dan lain-lain.

b. Menyimak, menanggap, menelaah

Menyimak artinya ‘mendengarkan baik-baik dan

memperhatikan apa yang dibaca atau diucapkan

orang lain. ‘Umpamanya, di ruang kuliah seorang

dosen menyuruh seorang mahasiswa membaca

sebuag teks dan mahasiswa-mahasiswa yang

lainnya mendengarkan.

Page 13: Makalah Bahasa Indonesia

Menanggap ada beberapa macam artinya, tetapi

yang berdekatan artinya dengan kata menyimak

adalah ‘mencamkan, melihat atau mendengar

baik-baik’. Menelaah diserap dari bahasa Arab

yang berasal dari kata dasar telaah yang berarti

‘mempelajari; membaca sambil memeriksa dan

meneliti apa yang dibaca’.

c. Membahas,memaparkan,menguraikan

Kata membahas mempunyai arti ‘membicarakan’.

Bentuk membahas suatu masalah berarti

‘membicarakan suatu masalah sambil

memperdebatkan dan mendiskusikannya’.

Kata memaparkan bersinonim dengan kata

membentangkan yang berarti ‘membuka lebar-

lebar benda sehingga terlihat semuasemua

permukaan benda itu’

Kata menguraikan berarti ‘membicarakan sesuatu

dengan serinci mungkin’. Bentuk menguraikan

suatu persoalan berarti ’membicarakan persoalan

itu sampai kepada hal yang serinci-rincinya dan

sampai kepada bagian yang sekecil-kecilnya’.

d. Sewenang-wenang dan tidak semena-mena

Kedua kata ini dapat sama maknanya.

Perbedaannnya adalah bahwa kata sewenang-

wenang diserap dari bahasa Jawa sedangkan kata

tidak semena-mena diserap dari bahasa

Sansekerta. Kata sewenang-wenang mempunyai

arti ‘sesuka hati saja; tidak mengindahkan hak

orang lain’. Kata ini berasal dari kata dasar

wenang yang berati ‘hak atau kekuasaan untuk

melakukan sesuatu’. Kata tidak semena-mena

Page 14: Makalah Bahasa Indonesia

berarti ‘tanpa sebab’. Bentuk berbuat semena-

mena berarti ‘berbuat sesuatu kepada orang lain

tanpa sebab’. Jadi, artinya sma dengan ‘berbuat

sesuka hati saja’.

e. Tukar dan ganti

Kedua kata ini tidak sama maknanya. Perbedaan

kedua kata ini ialah kata tukar mengandung proses

yanng terjadi timbal balik,sedangkan pada kata

ganti proses yang terjadi hanya sepihak.

Contoh : Saya menggantikan anak itu sebagai

peserta

Saya menukarkan uang itu di bank tadi pagi

HOMONIM

Homonim ialah kata yang bentuknya sama,tetapi artinya berbeda atau

tidak sama.

Contoh : 1. antara kata buku yang berati ‘kitab’ dan buku yang berarti ‘ruas’

2. antara kata bisa yang berarti ‘dapat’ dengan bisa yang berarti ‘racun’

Hubungan antara buku yang berarti kitab dengan buku yang berati ruas serta

antara bisay ang berarti dapat dengan bisa yang berarti racun ialah yang disebut

dengan homonim.

Homonim ini disebabkan oleh dua hal berikut ini:

1. Kata yang berhomonim itu berasal dari bahasa yang berlainan.

Contohnya kata bisa yang berati racun berasal dari bahasa

Melayu,sedangkan kata bisa yang berarti dapat berasal dari bahasa Jawa.

2. Kata-kata yang berhonim itu terjadi karena hasil proses morfologi

Contohnya kata bentukan engukur dapat berarti’mempergunakan alat

kukur’ disamping itu ada pula kata bentukan mengukur yang berati

‘mempergunakan alat ukur’.

Page 15: Makalah Bahasa Indonesia

Homonim dapat dibedakan atas dua bentuk yaitu:

1. Homofon adalah kata yang bunyinya sama,tetapi tilisan dan artinya

berbeda.

Contoh : kata bank serta bang. Kata bank mempunyai arti ‘lembaga yang

mengurus lalul lintas uang’ kemudian kata bang adalah bentuk singkatan

dari kata abang yang berarti ‘kakak laki-laki’.

2. Homograf adalah kata yang tulisannya sama tetapi bunyi dan artinya

berbeda.

Contoh : Tahu yang berati makanan dengan Tahu yang berati mengetahui

ANTONIM

Kata antonim berasal dari bahasa Yunani,yaitu aroma yang berati nama

dan anti yang artinya melawan. Jadi antonim adalah dua patah kata yang

maknanya agak berlawanan. Dikatakan agak karena sifat berlawanan dari dua

patah kata yang berantonim itu sangat relatif. Kata-kata yang tampaknya mutlak

berlawanan seperti antara kata atas dengan kata bawah,antara kata hidup dengan

kata mati. Kata-kata yang tidak mutlak berlawanan seperti kata panjang dengan

pendek,kata tinggi dengan rendah. Sesuatu yang tidak panjang belum tentu

pendek dan sesuatu yang yang tidak tinggi belum tentu rendah.

Kata-kata yang berlawanan menurut ungkapan pikirannya dapat dibagi atas 2

bagian yaitu:

1. Kontradiksi yaitu apabila dua pernyataan tidak mungkin sama-sama benar

dan tidak mmungkin sama-sama salah

Contoh : Ayahnya seorang guru di kampung kami

Ayahnya bukan seorang guru di kampung kami

2. Kontas/kontrer yaitu apabila salah satu dari dua pernyataan mngkin benar

atau mungkin juga kedua pernyataan itu salah.

Contoh : Kata Ayah “itu sebuah kuini”

Kata Ayah “itu sebuah durian”

Page 16: Makalah Bahasa Indonesia

POLISEMI

Polisemi berarti sepatah kata mempunyai banyak arti atau sepatah kata

mempunyai arti lebih dari satu. Dalam polisemi dapat terjadi hal-hal berikut ini:

a. Sepatah kata dapat berarti lebih dari satu

Misalnya kata kepala yang mempunyai arti bahagian atas tubuh

manusia,tempat mata,hidung,dan tumbuhnya rambut, tetapi dapat juga

berarti orang yang menjadi pimpinan pada sebuah kantor,tempat bekerja

dan sebagainya.

b. Kata yang mempunyai arti petunjuk benda tertentu di pakai untuk

memberi keterangan benda lain

Contohnya bagian –bagian tubuh manusia seperti

pinggang,leher,kaki,serta mulut. Kata-kata tersebut di pakai untuk

memberi keterangan benda lain dengan dasar perbandingan yang sama

seperti terdapat pada bentuk pinggang perahu,leher botol,kaki meja, dan

mulit sungai.

c. Sepatah kata konkret dapat pula di pergunakan untuk suatu pengertian

abstrak

Contoh: kemarahan abang menyala-nyala karena anak itu diam seribu

bahasa

Keinginan adik meluap-luap untuk mengikuti acara pelantikan itu

Semangat mahasiswa berkobar-kobar dalam menuntut

penyelesaian masalah itu

d. Kata yang sama berubah artinya karena berbeda indera yang

menerimanaya

Contoh : Rasa teh itu sangat manis karene di berikan gula yang sangat

banyak

Anak gadis yang sangat manis itu sudah dua tahun mengikuti

perkuliahan di perguruan tinggi kami

HIPERNIMI DAN HIPONIM

Page 17: Makalah Bahasa Indonesia

Hipernimi ialah kata-kata yang maknanya yang mencakup makna kata-

kata lainnya. Misalnya kata bunga melingkupi makna kata-kata

anggrek,kamboja,ros,kenanga ,mawar,dll.

Kata-kata yang berhipernimi selalu bersifat umum karena maknanya meliputi

makna sejumllah kata lainnya.

Kebalikan dari hipernimi adalah hiponim. Hiponim adalah kata-kata yang

maknanya termasuk di dalam kata-kata lainnya. Misalnya makna kata merah

sudah termasuk serta bagian di dalam makna kata warna,makna kata burung sudah

termasuk di dalam makna kata unggas(Barus,Sanggup,2015)

3) Lazim

Maksud lazim adalahkata itu sudah menjadi milik bahasa

Indonesia. Kelompok kata ataupun pengelompokan kata

yang seperti itu memang sudah lazim dan dibiasakan

dalam bahasa Indonesia.

Oleh karena itu, didalam sebuah karangan janganlah

dipergunakan ungkapan, frase serta kata-kata yang belum

menjai milik Indonesia. Kata yang tidak lazim dalam

bahasa Indonesia apabila dipergunakan juga dalam satu

kalimat akan membingungkan dan mengacaukan

pengertian saja.

Contoh:

Kata makan dan santap bersinonim. Akan tetapi, kita

tidak dapat mengatakan anjing bersantap sebagai sinonim

anjing makan. Kedua kata ini mungkin tepat

pengelompokannya, tetapi tidak seksama serta tidak lazim

dari sudut makna dan pemakaiannya. Begitu juga dengan

kelompok kata seperti ini tidak dilazimkan dalam bahasa

Indonesia maupun belum menjadi milik Indonesia.

4) Benar

Page 18: Makalah Bahasa Indonesia

Yang dimaksud dengan benar adalah pilihan kata itu

harus mempunyai bentuk yang sesuai dengan kaidah-

kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonsia. Kata-kata

yang kita pilih itu mematuhi aturan tata bahasa Indonesia.

Contoh:

Kata-kata pengrusak dan pengrusak rumah, merubah pada

merubah rencana, serta penetrapan pada penetrapan

teknologi adalah kata-kata yang tidak benar atau kata-kata

yang tidak sesuai dengan kaidah tata bahasa Indonesia.

Seharusnya kata-kata ini adalah perusak didalam bentuk

perusak rumah, mengubah didalam bentuk mengubah

rencana, dan penerapan didalam bentuk penerapan

teknologi.

b) Pilihan Kata Sesuai Dengan Kaidah Makna Kata

Pilihan kata/diksi pada bagian ini harus memperhatikan

makna dasar kata yang bersangkutan. Kesulitannya adalah

orang tidak dapat lagi membedakan makna kata dasar dan

makna yang telah mengalami perjalanan sejarah, pengalaman

pribadi, perbedaan perasaan, perbedaan lingkungan,

perbedaan tujuan, perbedaan nilai-nilai makna, serta

perbedaan profesi. Untuk mengenal makna dasarlebih baik,

satu-satunya adalah dengan membuka dan membaca kamus

standar bahasa yang bersangkutan. Dengan kata lain, kita

tidak segan-segan membaca kamus standar bahasa yang

bersangkutan.

Makna dasar sepatah kata disebut dengan denotasi atau

makna denotative. Sedangkan makna-makna yang lainnya itu

disebut dengan asosiasi atau makna asosiatif yang terkadang

disebut juga dengan konotasi atau konotatif.

Page 19: Makalah Bahasa Indonesia

Pilihan kata atau diksi yang sesuai dengan makna kata harus

memperhatikan sudut makna kata itu sendiri. Makna kata itu

bermacam-macam, antara lain adalah sebagai berikut

1. Makna denotasi

2. Makna asosiasi, yang terdiri dari makna konotatif,

stalistik,afektif, reflektif, kolokatif dan interpretatif.

1. Makna denotative

Makna denotatif adalah makna yang sesuai dengan

apa adanya, makna yangs sesuai dengan hasil observasi,

makna yang diberi batasan. Pengertian yang dikandung

oleh sepatah kata pada bagian ini objektif. Nama lain

untuk makna denotatif ini adalah makna konseptual yaitu

makna menurut konsep yang ada.

Penilaian emosional dan subjektif perlu

ditinggalkan dan selalu mempertahankan makna

denotatif/ konseptual apabila kita sedang bekerja secara

alami dan didalam karangan argumentative, ekspositoris,

atau deskriptif.

Didalam pilihan kata yang pertama sekali kita temui

adalah makna denotasi atau makna konseptual ini.

Namun, kesalahpahaman masih terus ditemui karena

makna denotatif/konseptual ini tidak sesuai lagi dengan

lingkungan pemakainya, tidak kena kepada lawan bicara,

ataupun terdapatnya kesalahan sintaksis.

Contoh:

Secara denotatif/konseptual kata-kata bini dengan isteri,

laki dengan suami, tidak ada perbedaannya. Begitu juga

dengan kata-kata kelompok, grup, gerombolan, dan

rombongan, secara denotati/konseptual tidak ada

bedanya.

2. Makna asosiatif

Page 20: Makalah Bahasa Indonesia

Makna asosiatif berhubungan dengan masyarakat

pemakai bahasa itu, nilai-nilai yang ada pada masyarakat

pemakai bahasa itu, perasaann pemakai bahasa,

perkembangan kata itu sesuai dengan kehendak pemakai

bahasa, pribadi pemakai bahasa, masa kata itu

dipergunakan, dan perasaan pemakai bahasa. Keenam

makna berikut dibawah ini termasuk makna asosiatif.

(a) Makna konotatif

Makna konotatif adalah makna yang timbul karena

makna konseptual/denotative mendapat tambahan-

tambahan sikap sosial, sikap diri dalam suatu jaman,

sikap pribadi, dan criteria tambahan lainnya. Oleh

karena itu, makan konotatif berbeda dari jaman ke

jaman, dari suatu kelompok masyarakat ke suatu

masyarakat, dari pribadi ke pribadi, dan dari suatu

daerah ke daerah lain. Makna konotatif ini tidak tetap

dan selalu bergantung atas kebudayaan bangsa yang

bersangkutan.

Contoh:

Kata wanita dan perempuan berbeda maknanya

bedasarkan konotasinya. Kata wanita mengandung

makna manusia dewasa berjenis kelamin betina yang

lebih berani, agresif, modern, professional, lebih

terdidik, kurang pandai memasak, dan kurang

sensitive. Sedangkan kata perempuan mengandung

makna mannusia dewasa berjenis kelamin betina

yang kurang professional, pandai memasak, kurang

terdidik, dan sangat sensitif.

(b) Makna stilistik

Makna stilistik berhubungan dengan gaya pemilihan

kata dalam tutur ataupun karang mengarang sesuai

Page 21: Makalah Bahasa Indonesia

dengan lingkungan masyarakat pemakai bahasa

tertentu. Makna stelistik dapat dibedakan

berdasarkan: a. Profesi (seperti bahasa sastra, bahasa

hokum, dan bahasa jurnalistik); b. status (dalam

jargon, slang dan bahasa percakapan); modalitas

(seperti bahasa lelucon, bahasa memorandum, bahasa

perkuliahan); d. pribadi (seperti bahasa gaya Mochtar

Lubis, bahasa gaya Idrus, bahasa gaya Sutan Takdir

Alisyahbana). Makna stilistik ini ada hubungannya

dengan gaya bahasa dalam retorik

(c) Makna afektif

Makna afektif berhubungan dengan perasaan

pembicara/ pemakai bahasa secara pribadi, baik

terhadap lawan bicara maupun terhadap objek

pembicara. Makna afektif akan lebih berkesan dalam

bahasa lisan daripada bahasa tulis. Makna afektif

mempergunakan pengantar makna

denotatif/konseptual, makna asosiatif/konotatif, dan

makna stilistik. Makna aafektif lebih jelas dengan

pemakaian kata-kata seruan aduh, aduhai, aha, ahai,

amboi, biar!, mampus lu!, cih, cis, lho, oh, puih, wah

yakh.

(d) Makna reflektif

Makna reflektif umumnya menghubungkan antara

makna denotatif/konseptual yang satu dengan makna

denotatif/konsentual yang lain. Pilihan kata dengan

makna denotatif/konseptual tertentu menimbulkan

refleksi kepada sesuatu yang hamper bersamaan.

Umumnya makna reflektif ini lebih cenderung

kepada sesuatu yang bersifat sacral, sesuatu yang

bersifat tabu, sesuatu yang kurang sopan, dan sesuatu

Page 22: Makalah Bahasa Indonesia

yang haram. Setiap orang yang memilih kata

berusaha agar tepat dan sesuai dengan apa yang

diharapkannya. Di samping itu, pilihan kata kita

sedapat mugkin tidak menyinggung perasaan

siapapun juga yang ikut mempergunakan kata-kata

tersebut. Makna reflektif diperoleh berdasarkan

pengalaman pribadi, pengalaman bersama, dan

perjalanan sejarah. Refleksi yang bersifat pribadi

sulit dipahami oleh orang lain. Oleh karena itu, untuk

menimbulkan makna reflektif pada orang lain harus

diusahakan berdasarkan pengalaman pribadinya.

Contoh:

Kalau baju hijau mengadung makna reflektif karena

dapat menimbulkan pengertian spontan ‘sesuatu yang

dapat melindungi’, tetapi dapat juga mengandung

pengertian sesuatu yang menakuti’.

(e) Makna kolokatif

Makna kolokatif berhubungan dengan makna dalam

frasa sebuah bahasa. Hubungan makna kolokatif

dalam bahasa Indonesia lebih banyak berdasarkan

kelaziman dan kebiasaan.

Contoh:

Kata cepat dan laju mempunyai pasangan atau

kelompok kata tertentu. Oleh karena itu, kedua patah

kata itu mempunyai makna kolokatif. Kita dapat

mengatakan bus cepat malam dan janggal rasanya

kalau kita mengatakan bus laju malam. Begitu juga

dengan laju pertumbuhan penduduk merupakan

kelompok kata yang sudah lazimkan pemakaiannya

di dalam bahasa Indonesia dan tidak pernah kita

katakana cepat pertumbuhan penduduk.

Page 23: Makalah Bahasa Indonesia

(f) Makna Interpretatif

Makna interpretative berhubungan penafsiran dan

juga tanggapan dari pendengar maupun pembaca. Si

X menulis/berbicara dan si Q membaca/mendengar.

Lalu si Q akan memberi tafsiran pilihan kata/diksi

yang dilakukan si X. Tafsiran dan tanggapan si Q

haruslah sesuai dengan pilihan kata/ diksi si X.

apabila hal ini tidak terjadi, kesalahpahaman antara si

X dan si Q akan muncul.

c) Pilihan Kata Sesuai Dengan Kaidah Lingkungan Sosial

Kata

Dalam pilihan kata/diksi harus selalu diprhatikan lingkungan

pemakaian kata. Dengan membedakan lingkungan itu, pilihan

kata yang kita lakukan akan lebih tepat dan mengena.

Lingkungan itu dapat kita lihat berdasarkan:

1) Tingkat sosial yang mengakibatkan terjadinya sosiolek

2) Daerah/geografi yang mengakibatkan terjadinya dialek

3) Resmi/formal dan tidak resmi/nonformal yang

mengakibatkan terjadinya bahasa baku/bahasa standard

an bahasa yang tidak baku/ bahasa non standar.

4) Umum dan khusus yang mengakibatkan terjadinya

bahasa umum dan bahasa khusus/ bahasa profesioanl.

d) Pilihan Kata Sesuai dengan Kaidah Mengarang

Pilihan kata pada bagian ini amat penting. Pilihan

kata disini haruslah tepat dan haruslah dapat mewakili apa

yang dimaksudkan. Pilihan kata akan memberikan informasi

sesuai dengan apa yang dikehendaki. Untuk itu, perlu pula

diperhatikan lingkungan sosial kata-kata yang kita pilih itu.

Page 24: Makalah Bahasa Indonesia

Harus selalu dibedakan dengan jelas kata yang bersinonim,

bentuk yang bersinonim, dan kalimat yang bersinonim.

Pilihan kata yang sesuai dengan karang-mengarang

harus memperhatikan hal-hal berikut ini.

(1) Pilihan kelompok kata yang berpasangan tepat.

Di dalam mengarang sebaiknya dipergunakan kelompok

kata yang berpasangan tepat. Terkadang ada pula kata-

kata yang dapat dipasangkan dengan berbagai kata

depan/kata hubung lainnya. Akibatnya bersaing atau kita

terpaksa memilih kelompok kata itu dengan berbagai

alternatif.

Contoh:

1. Terdiri dari, terdiri dalam, terdiri atas

2. Ditemani oleh, ditemeni dari, detemeni dengan

3. Marah akan, marah kepada, marah pada

4. Biasa dengan, biasa oleh, biasa pada

5. Berbeda dengan, berbeda dalam, berbeda dari

6. Paralel dengan, paralel pada, paralel dalam

(2) Pilihan kata yang langsung

Dalam karang-mengarang sebaiknya dipilih kata-kata

yang langsung serta tidak mempergunakan kalimat, frase,

maupun bentuk yang bersifat uraian, panjang, dan

berbelit-belit. Pilihan kata-kata itu haruslah berisi,

tararah, dan lugas.

Contoh:

Ia menelpon kekasihnya, (pilihan kata yang langsung)

Ia memanggil kekasihnya melalui telepon, (pilihan kata

yang panjang dan berbelit-belit)

(3) Pilihan kata yang dekat dengan pendengar/pembaca

Pilihan kata/diksi pada bagian ini harus sesuai dengan

tingkat sosisal, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan

Page 25: Makalah Bahasa Indonesia

lawan berbicara, sehingga pembicara/penulis dekat

dengan pendengar/pembaca. Pilihan kata berupa

singkatan kata ataupun akronim selalu menimbulkan

kekuranglancaran komunikasi. Tidak semua pendengar

maupun pembaca mengerti dengan singkatan/akronim:

belita, KISS, dan kelompencapir. Begitu jugalah dengan

kata-kata asing ataupun istilah-istilah yang berasal dari

bahasa asing yang dipilih dalam suatu karangan seperti:

“memberikan respon terhadap challenge”; “pilot proyek

moderniasi desa” background ibu”; selalu akan

menimbulkan berbagai kesalahanpahaman atau

kekurangmengertian para pendengar/pembaca terhadap

ide/pesan/pokok pikiran yang ingin disampaikan di dalam

sebuah karangan.

3. Kata Ilmiah, Kata Populer, Kata Jargon dan Slang

Kosa kata terbesar sebuah bahasa terdiri dari kata-kata yang umum

dipakai oleh semua lapisan masyarakat, baik yang terpelanjar maupun

orang biasa atau rakyat jelata. Kata itulah yang merupakan tulang

punggung dari setiap bahasa. Kata-kata itu yang selalu akan dipakai

dalam komunikasi sehari-hari untuk semua lapisan masyarakat. Kata-

kata seperti itu biasa disebut kata-kata populer.

Di samping kata polpuler ada pula sejumlah kata yang biasa

dipakai oleh kaum terpelajar, terutama dalam tulisan ilmiah. Kata

seperti itu disebut kata ilmiah. Perbedaan antara kedua jenis kelompok

kata ini dapat dijelaskan secara sederhana dengan mempertentangkan

pasangan yang secara kasar dianggap mempunyai makana yang sama

seperti contoh-contoh berikut ini:

Kata Ilmiah Kata Populer

Harmonis sesuai

Page 26: Makalah Bahasa Indonesia

Eksentrik aneh

Argument bukti

Konklusi kesimpulan

Analogi kiasan

Antipati rasa benci

Deskriminasi perbedaan

Perlakuan

Modern maju

Kontradiksi pertentangan

Formasi susunan

Frustasi rasa kecewa

Tunakarya gelandangan

Final akhir

Argumentasi pembuktian

Anarki kekacauan

Konservatif kolot

Konsensi ijin

Filter saringan

Fragmen penggalan

Perlu kita ketahui bahwa kategori kata ilmiah dan kata

populer itu setiap saat dapat bergeser dari kategori yang satu ke

kategori yang lain. Sebuah kata asing mula-mula dipakai oleh

golongan terpelajar, oleh karena sering dipakai lambat laun

meresap ke lapisan bawah dan akhirnya berubah statusnya menjadi

kata populer.

Istilah jargon mempunyai beberapa pengertian, di antaranya

kata-kata teknis yang dipergunakan secara terbatas dalam bidang

ilmu, propesi atau kelompok tertentu. Ini kerap kali merupakan

kata sandi atau kode rahasia untuk kalangan tertentu (dokter,

militer, perkumpulan rahasia). Oleh karena itu jargon merupakan

bahasa yang khusus sekali, maka tidak akan banyak artinya bila

Page 27: Makalah Bahasa Indonesia

dipakai untuk sasaran yang umum. Sebab itu, hindarilah sejauh

mungkin unsur jargon dalam sebuah tulisan.

Kata-kata slang adalah semacam kata percakapan yang

tinggi atau murni. Kata slang adalah kata nonbaku, yang informal

yang disusun secara khas atau kata-kata biasa yang diubah atau

atau kata-kata kiasan yang khas. Kata-kata ini bersifat sementara.

Kalau udah terasa usang, hilang atau menjadi kata-kata biasa

seperti yang terdapat di jakarta: rapi jali, eh ketemu lagi, asoy,

mana tahan dan sebagainya.

4. Pilihan kata dan penggunaannya

1) Kata dari dan daripada

Menurut keterangan kusno B.S. (1990: 80-82) ada enam

fungsi kata depan dari, yakni sebagai berikut:

a) Untuk menyatakan keterangan tempat asal sesuatu atau

menyatakan asal sesuatu dibuat.

Contoh:

Saya naik kereta api dari Surabaya.

Kursi itu terbuat dari kayu jati

b) Untuk menyatakan keterangan sebab.

Contoh:

Persoalan itu timbul dari peristiwa seminggu yang lalu.

Dari peristiwa G 30 SPKI, lahirnya Hari Kesaktian

Pancasila

c) Untuk menyatakan bahwa sesuatu merupakan anggota dari

suatu kelompok.

Contoh:

daripada terus mengantuk seperti ini, lebih baik kita pulang

saja.

Kalau kurang sehat, lebih baik duduk daripada berdiri.

d) Kata tergantung + dari membentuk ungkapan tetap.

Page 28: Makalah Bahasa Indonesia

Contoh:

Berhasil tidaknya studi saudara tergantung dari saudara

sendiri.

Berkembang tidaknya industry kecil di daerah itu, banyak

tergantung dari subsidi pemerintah.

e) Untuk menyatakan kekhususan atau pembatasan suatu hal.

Contoh:

Dari pihak pengantin wanita tidak ada masalah.

Anak itu sedang sakit dilihat dari sinar matanya.

f) Untuk menyatakan alasan (dari=berdasarkan).

Contoh:

Dari bukti-bukti yang dikemukakan, anak itu memang

bersalah. Buku itu ditulis dari pengalamannya selama di

Australia.

Dari pengamatan terhadap pemakaian bahasa indonesia,

dapat dikatakan bahwa kata depan daripada dan dari sering

digunakan secara tidak tepat. Perhatikan contoh berikut.

1. Dokter ahli mempelajari pola daripada “alergi si penderita.

2. Hasil daripada” pembangunan sekarang diharapkan tepat

dinikmati seluruh rakyat Indonesia.

3. Sebagian daripada “ hasil utangnya sudah dibayarnya.

4. Dua orang daripada” ragu pencinta alam itu, dikabarkan

hilang.

5. Pada zaman dalu harga rempah-rempah sama mahalnya

daripada” emas

6. Semua itu tergantung daripada “ sarana yang ada.

7. Lagu itu dikirim dari “ Murni untuk Asni di Tanjung

Karang.

8. Anak dari “ tetangga saya hari senin ini akan dilantik

menjadi dokter.

Page 29: Makalah Bahasa Indonesia

9. Ibu dari “ anak itu sering sakit.

10. Dari “ tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah penumpang

sudah meningkat.

Pemakaian kata depan daripada dalam kalimat (1) dan (2)

tidak dapat dipergunakan dan harus dihilangkan, karena kata-kata

tersebut merusak hubungan kata dan juga bersifat redundansi. Kata

daripada dalam kalimat (3) dan (4) seharusnya diganti dengan kata

dari. Kata daripada dalam kalimat (5) seharusnya diganti dengan

kata dengan, dan kata daripada dalam kalimat (6) diganti dengan

kata dari.kata dari dalam kalimat (7) seharusnya diganti dengan

kata oleh. Pemakaian kata depan dari pada kalimat (8) dan (9) di

atas juga tidak tepat, tidak lazim digunakan untuk menyatakan

pertalian milik (posesif) dan sebaliknya dihilangkan saja. Demikian

juga pemakaian kata dari pada kalimat (10) harus dihilangkan

karena frase “tabel 2” dalam kalimat itu adalah subjek kalimat.

2) Kata Pada dan Kepada

Ada empat macam fungsi kata depan pada dalam bahasa indonesia.

a) Sebagai penghantar keterangan untuk orang, binatang atau

benda abstrak.

Contoh: Buku catatan saya ada pada Aminah.

Taji hanya terdapat pada ayam jantan.

3) Kata di dan ke

Kata di bersifat ambivalen, artinya mempunyai dua

kemungkinan fungsi dalam bahasa Indonesia yaitu di sebagai kata

depan dan di sebagai prefiks. Sebagai prefiks, di- merupakan

morfem terikat secara morfologis, dan harus ditulis serangkai

dengan kata atau morfem yang mengikutinya, dan biasanya

berfungsi sebagai pembentuk kata kerja pasif. Sedangkan di

sebagai kata depan merupakan morfem yang terikat secara

sintaksis, artinya morfem itu baru mempunyai arti yang pasti

Page 30: Makalah Bahasa Indonesia

apabila dihubungkan dengan morfem lain sehingga membentuk

frase atau kalimat. Kata depan di harus ditulis terpisah dengan kata

yang mengikutinya, dan berfungsi sebagai kata yang menyatakan

keterangan tempat atau keterangan waktu tak tentu.

Secara singkat, prefiks di- bersama kata yang mengikutinya

menjadi kata kerja dan dapat menjawab pertanyaan diapakan?

Sedangkan kata depan di bersama kata yang mengikutinya

menunjuk tempat/arah, atau keterangan waktu, dan biasanya dapat

menjawab pertanyaan di mana atau kapan? Jadi prefiks di- dan kata

depan di masing-masing mempunyai fungsi dan arti yang berbeda.

Fungsi kata depan di adalah sebagai berikut :

a. Untuk menyatakan keterangan tempat, baik tertentu maupun

tak tentu.

Contoh:

Orang tuanya sedang berada diluar kota.

Permata itu sudah lama disimpannya di suatu tempat.

b. Untuk menyatakan keterangan waktu tak tentu

Contoh:

Percayalah, Saudara akan betemu lagi di suatu saat nanti

Di saat usianya sudah lanjut, orang itu semakin tekun beribadah

c. Bersama kata lain membentuk kata Tanya yang berhubungan

dengan tempat

Contoh:

Di mana Saudaranya simpan buku itu ?

Di sinikah rumah Pak Amran?

Pemakaian kata depan depan di yang salah sering dijumpai

dalam kalimat seperti berikut ini

Kunci local ini ada di*Pak Hasan.

Di*perusahaan swasta itu masih memerlukan tenaga kerja.

Page 31: Makalah Bahasa Indonesia

Kata depan di dalam kalimat pertama di atas harus diganti

dengan pada dan dalam kalimat kedua kata depan di harus

dihilangkan atau predikat itu diubah menjadi bentuk kata kerja

pasif. Perbaikan kedua kalimat itu menjadi sebagai berikut.

Kunci lokal ini ada pada Pak Hasan

Perusahaan swasta itu masih memerlukan tenaga kerja atau:

Di perusahaan swasta itu masih diperlukan tenaga kerja

Selanjutnya, kata ke juga bersifat ambivalen, yaitu

mempunyai dan fungsi yaitu prefiks, dan sebagai kata depan.

Sebagai prefiks, ke- ditulis bersambung/Serangkai dengan kata

yang mengikutinya dan sebgai kata depan ke ditulis terpisah

dengan kata yang mengikutinya.

Sebagai prepiks, ke- dengan atau tanpa sufiks berfungsi

sebagai pembentuk kata benda, seperti: kekasih, ketua,

kehendak, keadilan, kebenaran, dan kesulitan. Prefiks ke- juga

dapat berfungsi sebagai pembentuk kata benda. Ini merupakan

akibat pengaruh bahasa Jawa. Contohnya: ketubruk, kejatuhan,

kesakitan, dan keberatan.

Sebagai kata depan, ke berfungsi untuk:

- Menyatakan keterangan tempat tujuan

Contoh :

ke rumah

ke luar negeri

ke suatu tempat

- Bersama-sama kata mana, kata depan ke membentuk kata

bantu Tanya

Contoh:

Ke mana Saudara tadi ?

Ke mana mereka akan pergi ?

Page 32: Makalah Bahasa Indonesia

Bentuk penulisan kata depan ke yang sering salah adalah

sebagai berikut :

Kesini* seharusnya: ke sini

Kemana* seharusnya: ke mana

Bentuk penulisan kata depan ke yang lain, yang

menyatakan tempat terjadinya atau tempat beradanya sesuatu,

sering juga salah.

Contoh :

Ibu mendudukkan adik ke* kursi

Kepala sekolah menempelkan pengumuman ke*dinding.

Kata depan ke dalam kedua contoh kalimat diatas harus

diganti dengan kata depan di, karena lebih menunjukkan

tempat beradanya (lokatif) daripada tujuannya.

4) Kata dan dan dengan

Kata dan dalam kalimat berfungsi untuk menyatakan

penggabungan, sedangkan kata dengan berfungsi untuk

menyatakan kesertaan. Pemakaian kedua kata itu jelas berada

dalam suatu kalimat.

Contoh:

a) Ayah dan adik pergi ke Medan kemarin.

b) Ayah pergi ke Medan dengan adik kemarin.

Dalam kalimat (a) hubungan ayah dan adik adalah

hubungan penggabungan, sedangkan hubungan ayah dan adik

dalam kalimat (b) adalah hubungan kesertaan. Kedua kata itu, dan

dan dengan tidak dapat bervariasi satu dengan yang lain. Secara

fungsional dan dipakai untuk menyatakan hubungan

penggabungan.

Contoh:

a) Sisa uangnya dibelikkannya sepatu dan keperluan sekolah.

Page 33: Makalah Bahasa Indonesia

b) sebagai mahasiswa kita harus kritis, kreatif, ulet, dan

bertanggung jawab.

Dalam pemakaian bahasa sering pula kita jumpai kata

penghubung dan yang tidak berfungsi apa-apa atau bersifat

redudansi, seperti yang dibawah ini :

Contoh :

a) Dan* akhirnya, dia pun meninggalkan kedua orang.

b) Dan* mereka tidak tahu lagi kepada siapa harus mengadu.

Selanjutnya fungsi dan arti yang didukung kata penghubung

dengan adalah sebagai berikut:

a. Untuk menyatakan keterangan alat.

Contoh:

Ibu memotong kue dengan pisau.

Adik memukul anjing itu dengan tongkat.

b. Untuk menyatakan keterangan kualitatif.

Contoh:

Anak itu belajar dengan sungguh-sungguh.

Gunung itu meletus dengan dahsyatnya.

c. Untuk menyatakan keterangan cara.

Contoh:

Ia membiayai studinya dengan berjualan Koran.

Ia menyelesaikan PR-nys dengan tergesa-gesa.

d. Untuk menyatakan keselarasan dua hal atau lebih.

Contoh:

Harga barang-barabg sudah mulai naik sesuai dengan kenaikan

harga BBM.

Apa yang dikatakannya cocok benar dengan isi surat kabar itu.

e. Bersama-sama kata teretntu membentuk ungkapan tetap dan

berfungsi untuk memperjelas hubungan.

Contoh:

dengan hormat

Page 34: Makalah Bahasa Indonesia

dengan sesungguhnya

dengan demikian

f. Untuk menyatakan batas waktu tertentu.

Contoh:

Peraturan itu berlaku sampai dengan hari ini.

Mereka bekerja dari jam 08.00 sampai dengan 14.00.

Dalam pemakaian bahasa sering pula dijumpai bentuk

penyimpangan atau kesalahan seperti yang dibawah ini.

Bersama dengan* surat ini saya mengirimkan foto.

Dia sangat baik dengan* tetanggganya.

Kata penghubung dengan dalam kalimat pertama lebih

tepat dihilangkan, dan kata penghubung dengan pada kalimat

kedua lebih tepat diganti dengan kata depan kepada.

5) Kata antar dan antara

Kedua kata ini mempunyai kemiripan bentuk dan makna, namun

fungsinya berbeda, sehingga keduanya tidak dapat bervariasi secara

bebas. Kata antara dipakai apabila diikuti oleh kedua obyek atau dua

hal, dan biasanya dikombinasikan dengan kata dengan, kadang-kadang

didahului oleh kata depan di (diantara).

Contoh:

Tidak ada masalah antara saya dengan dia

Harus ada perasaan saling menghormati antara (di antara) guru dengan

murid.

Kata antar sebagai kata tugas diikuti oleh suatu obyek atau hal

yang bermakna jamak dan ditulis serangkai dengan kata yang

mengikutinya.

Contoh:

Belakangan ini sering kita lihat perkelahian antar pelajar.

Kita harus meningkatkan kerukunan antarwarga.

Page 35: Makalah Bahasa Indonesia

Khusus untuk kata antara masih mempunyai beberapa fungsi lain,

yakni sebagai berikut:

a. Untuk menyatakan pemilihan.

Contoh:

Siapakah yang benar antara {di antara) saya dan dia?

Kabar itu belum pasti, antara benar dan tidak.

b. Untuk menyatakan jangka waktu atau ukuran jarak.

Contoh:

Dia akan tiba antara jam 04.00 sampai jam 06.00

Jarak antara Medan dan Belawan, ditempuh dalam waktu lebih

kurang 30 menit.

c. Dipakai dalam arti kira-kira atau sekitar.

Contoh:

Dia tidak mengikuti kegiatan belajar antara seminggu.

Jumlah siswa SMA itu, antara seribu orang.

Beberapa contoh pemakaian kata antar dan antara dalam kalimat yang

sering salah atau menyimpang, sebagai berikut:

(1) Dia tidak mengikuti kuliah antara*semingguan.

(2) Pembangunan sekolah itu menelan biaya kira-kira antara*sepuluh

juta rupiah.

(3) Tidak perlu ada sikap curiga mencurigai antar manusia* yang satu

dengan yang lain.

Akhiran –an dalam kalimat (1) berarti kira-kira atau antara. Jadi

kalimat (1) yang sudah memakai antara tidak boleh lagi menggunakan

akhiran –an. Demikian juga contoh kalimat (2), kira-kira sama maknanya

sengan antara, jadi sudah mengandung hiperkorek dan harus diganti

dengan kata antara, oleh karena antarmanusia = antar manusia yang satu

dengan manusia yang lain.

6) Kata suatu dan sesuatu

Page 36: Makalah Bahasa Indonesia

Kata suatu adalah kata ganti tak tentu yang sifat ketaktentuannya

terletak pada jenis benda atau hal yang digantikannya. Dalam

pemakaiannya kata suatu harus diikuti oleh benda atau hal yang

digantikannya secara umum. Benda atau hal yang mengikuti kata suatu

itu adalah benda atau hal yang belum diketahuinya jenisnya secara

pasti.

Contoh:

Ia sedang memikirkan suatu masalah

Mereka akan mengadakan pertemuan di suatu tempat.

Jenis masalah dan nama tempat dalam kalimat di atas belum

diketahui secara pasti. Apabila jenis masalah atau nama tempat, atau

hal lain sudah diketahui secara pasti atau tentu, maka kata ganti suatu

tidak boleh digunakan. Jadi salah kalau ada kalimat seperti berikut :

Ia sedang memikirkan suatu*masalah studinya.

Mereka mengadakan pertemuan disuatu* kantor kecamatan.

Kata ganti suatu harus selalu diikuti tanda atau hal yang bersifat

umum. Kata ganti suatu tidak dapat mengakhiri kalimat.

Kata ganti tak tentu sesuatu adalah kata untuk menyatakan barang

atau hal yang tidak tentu, yang pemakaiannya tidak dapat langsung

diikuti nomina. Kata ganti sesuatu sifat ketidaktentuannya terletak

pada benda atau hal yang digantikannya, bukan pada jenis benda atau

jenis yang digantikannya seperti dalam kata ganti suatu.

Contoh:

Anak muda itu sedang memikirkan sesuatu.

Si Ani membisikkan sesuatu ke telinga kawannya.

Dari contoh diatas dapat diketahui bahwa kata ganti sesuatu tanpa

bantuan kata lain dapat menduduki fungsi obyek dalam kalimat.

Selanjutnya, kalau kita ingin menambahkan keterangan mengenai

benda atau hal yang digantikan oleh sesuatu, maka keterangan itu

harus berupa anak kalimat perluasan kata ganti tak tentu itu sendiri,

Page 37: Makalah Bahasa Indonesia

dan secara bersama-sama menduduki fungsi obyek atau subyek dalam

kalimat.

Contoh:

Orang itu sedang memikirkan sesuatu yang merisaukan hatinya.

Ia pun memperhatikan sesuatu yang selama ini diabaikannya.

Sesuatu yang ada padanya sangat dibutuhkan oleh orang lain.

Dalam kehidupan berbahasa, sering juga kata ganti tak tentu

sesuatu dipakai sebagai kata ganti tak tentu sesuatu, sehingga

menimbulkan kesalahan.

Contoh:

Orang itu sedang memikirkan sesuaut* masalah

Ibu guru membisikkan sesuatu* rencana kepada temannya.

Kata sesuatu dalam kedua contoh kalimat di atas harus diganti

dengan kata ganti tak tentu suatu.

Page 38: Makalah Bahasa Indonesia

BAB IIIPENUTUP

Page 39: Makalah Bahasa Indonesia

DAFTAR PUSTAKA