Download - Makalah Aqidah Akhlak

Transcript

Makalah Aqidah Akhlak 1

TUGAS MAKALAH AQIDAH AKHLAK

SEMESTER VI

Kelompok 1

Ririn Apriyanti (12030072)

Windy Meilani Putri (12030087)

Arvina Frida Karela (12030090)

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG

TAHUN AJARAN 2015

Makalah Aqidah Akhlak 2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT, yang Maha menentukan setiap detail takdir

sekaligus menetapkan segala hikmah disebaliknya. Semata-mata demi kebaikan

dan keadilan pada hamba-hamba-Nya. Shalawat dan salam semoga terlimpah

kepada manusia terbaik sepanjang sejarah manusia, sang khatamul anbiya’,

Muhammad Al-Musthafa, beserta keluarga, sahabat dan seluruh umat yang

senantiasa istiqamah menapaki risalahnya yang paripurna, hingga akhir zaman.

Bersyukurlah, sepahit apapun kondisi kami, masih selalu diberikan kesempatan

dan kesehatan untuk mengerjakan dan menyelesaikan penulisan tugas makalah

ini.

Dapat kami selesaikan makalah ini tentunya tidak lepas dari dukungan berbagi

pihak terutama Dosen pembimbing mata kuliah Aqidah Akhlak, oleh karena itu

kami mengucapkan banyak terima kasih atas bimbingannya.

Akhirnya, besar harapan kami agar makalah ini dapat bermanfaat memberikan

informasi, gambaran, dan dapat berguna bagi pembelajaran di dunia. Amin ya

rabbal alamin.

Pringsewu, 1 Maret 2015

Kelompok 1

Makalah Aqidah Akhlak 3

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 2

1.3 Metode Pengumpulan Data ....................................................... 2

1.4 Tujuan ....................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sumber Aqidah ......................................................................... 3

2.2 Tingkatan Aqidah ...................................................................... 10

2.3 Kedudukan dan Urgensi Aqidah ............................................... 11

2.4 Fungsi Aqidah ............................................................................ 16

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ................................................................................ 17

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 18

Makalah Aqidah Akhlak 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sebagai seorang yang beragama Islam wajiblah memiliki aqidah yang kuat.

Untuk memiliki aqidah yang kuat sebagai seorang muslim maka yang harus

dilakukan adalah mempelajari lebih dalam tentang aqidah akhlak.

Pengertian Aqidah itu sendiri secara etimologi berasal dari kata ‘aqada-

ya’qidu-‘aqdan yang berarti simpul, ikatan, dan perjanjian yang kokoh dan

kuat. Setelah terbentuk menjadi ‘aqidatan (aqidah) berarti kepercayaan atau

keyakinan. Kaitan antara aqdan dan aqidatan adalah bahwa keyakinan itu

tersimpul dan tertambat dengan kokoh dalam hati, bersifat mengikat dan

mengandung perjanjian. Makna aqidah secara etimologi ini akan lebih jelas

apabila dikaitkan dengan pengertian terminologinya, seperti yang

diungkapkan Hasan Al-Banna dalam Majmu’Ar-Rasaail :

“aqaid (bentuk jamak dari ‘aqidah) adalah beberapa perkara yang wajib

diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi

keyakinan yang tidak tercampur sedikitpun dengan keragu-raguan. ” (dalam

Azra Azyumardi dkk, 2002 : 115)

Dari pengertian aqidah di atas belumlah cukup untuk menjadikan aqidah kita

kuat sebagai seorang muslim. Maka disini penulis akan menyajikan makalah

yang membahas seputar aqidah yaitu mengenai sumber-sumber aqidah,

tingkatan aqidah, fungsi aqidah, serta kedudukan dan urgensi aqidah.

Harapannya makalah ini dapat menambah pengetahuan dan dapat

memperkuat aqidah kita semua sebagai seorang hamba Allah.

Makalah Aqidah Akhlak 5

1.2 Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam proses penyusunan makalah

ini adalah “Aqidah Akhlak”. Untuk memberikan kejelasan makna serta

menghindri meluasnya pembahasan, maka dalam makalah ini permasalahnya

dibatasi pada :

1) Sumber Aqidah Islam

2) Tingkatan Aqidah Islam

3) Kedudukan dan urgensi Aqidah Islam

4) Fungsi Aqidah Islam

1.3 Metode Pengumpulan Data

Dalam penyusunan makalah ini penulis menggunakan media internet dan

studi kepustakaan, dimana penulis browsing pada media internet dan mencari

sumber dari berbagai buku di perpustakaan.

1.4 Tujuan

Pada dasarnya tujuan dari pembuatan makalah ini terbagi menjadi dua bagian,

yaitu tujuan umum dan khusus. Tujuan khusus dalam penyusunan makalah

ini adalah untuk memenuhi kewajiban kami sebagai mahasiswa yang harus

menyelesaikan salah satu tugas dari dosen pembimbing kami dalam mata

kuliah Aqidah Akhlak. Adapun tujuan umum penyusunan makalah ini adalah

untuk mengetahui tentang Aqidah Akhlak dalam Islam sehingga dapat

mengaplikasikan pada kehidupan sehari-hari, selain itu juga kami tujukan

untuk semua yang membutuhkan informasi atau pengetahuan yang kami

angkat dalam tema makalah ini.

Makalah Aqidah Akhlak 6

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sumber Aqidah

Sumber-sumber Aqidah Islam adalah sebagai berikut :

1. Al-Qur’an

Al-Qurán adalah perkataan Allah yang hakiki, diturunkan kepada

Rasulullah dengan proses wahyu, membacanya termasuk ibadah,

disampaikan kepada kita dengan jalan mutawaatir (jumlah orang yang

banyak dan tidak mungkin bersepakat untuk berbohong), dan terjaga dari

penyimpangan, perubahan, penambahan dan pengurangan. Dalam hal ini

Allah Iberfirman :

Artimya :

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya

kami benar-benar memeliharanya.” (Q.S. Al-Hijr, 15 : 9)

Al-Qur’an adalah firman Allah yang diwahyukan kepada Rasulullah

sholallahu ‘alaihi wassalam melalui perantara Jibril. Di dalamnya, Allah

telah menjelaskan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh hamba-Nya

sebagai bekal kehidupan di dunia maupun di akhirat. Ia merupakan

petunjuk bagi orang-orang yang diberi petunjuk, pedoman hidup bagi

orang yang beriman, dan obat bagi jiwa-jiwa yang terluka. Keagungan

lainnya adalah tidak akan pernah ditemui kekurangan dan celaan di dalam

Al-Qur’an, sebagaimana dalam firman-Nya :

Makalah Aqidah Akhlak 7

Artinya :

“Telah sempurnalah kalimat Rabbmu (Al-Qur’an) sebagai kalimat yang

benar dan adil. Tidak ada yang dapat merubah-rubah kalimat-Nya dan

Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. Al An’am,

6 : 115)

Al Imam Asy Syatibi mengatakan bahwa sesungguhnya Allah telah

menurunkan syariat ini kepada Rasul-Nya yang di dalamnya terdapat

penjelasan atas segala sesuatu yang dibutuhkan manusia tentang kewajiban

dan peribadatan yang dipikulkan di atas pundaknya, termasuk di dalamnya

perkara akidah. Allah menurunkan Al-Qur’an sebagai sumber hukum

akidah karena Dia tahu kebutuhan manusia sebagai seorang hamba yang

diciptakan untuk beribadah kepada-Nya. Bahkan jika dicermati, akan

ditemui banyak ayat dalam Al-Qur’an yang menjelaskan tentang akidah,

baik secara tersurat maupun secara tersirat. Oleh karena itu, menjadi hal

yang wajib jika kita mengetahui dan memahami akidah yang bersumber

dari Al-Qur’an karena kitab mulia ini merupakan penjelasan langsung dari

Rabb manusia, yang haq dan tidak pernah sirna ditelan masa.

2. As Sunnah

Seperti halnya Al Qur’an, As Sunnah adalah satu jenis wahyu yang datang

dari Allah subhanahu wata’ala walaupun lafadznya bukan dari Allah tetapi

maknanya datang dari-Nya. Hal ini dapat diketahui dari firman Allah :

Artinya :

Makalah Aqidah Akhlak 8

“Dan dia (Muhammad) tidak berkata berdasarkan hawa nafsu, ia tidak

lain kecuali wahyu yang diwahyukan.” (Q.S. An Najm, 53: 3-4)

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam juga bersabda :

“Tulislah, Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidak keluar

darinya kecuali kebenaran sambil menunjuk ke lidahnya.” (Riwayat Abu

Dawud)

Yang menjadi persoalan kemudian adalah kebingungan yang terjadi di

tengah umat karena begitu banyaknya hadits lemah yang dianggap kuat

dan sebaliknya, hadits yang shohih terkadang diabaikan, bahkan tidak

jarang beberapa kata “mutiara” yang bukan berasal dari Rasulullah

shalallahu ‘alaihi wassalam dinisbatkan kepada beliau. Hal ini tidak lepas

dari usaha penyimpangan yang dilakukan oleh musuh-musuh Allah untuk

mendapatkan keuntungan yang sedikit. Kekuatan As Sunnah dalam

menetapkan syariat, termasuk perkara akidah ditegaskan dalam banyak

ayat Al-Qur’an, diantaranya firman Allah yang artinya :

“Dan apa yang diberikan Rasul kepada kalian maka terimalah dan apa

yang ia larang maka tinggalkanlah.” (Q.S. Al Hasyr, 15 : 7)

Dan firman-Nya yang artinya :

“Wahai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul.”

(Q.S. An Nisaa, 4 : 59)

Firman Allah tersebut menunjukkan bahwa tidak ada pilihan lain bagi

seorang muslim untuk tidak menaati Al-Quran dan As Sunnah.

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa sumber aqidah islam

adalah Al-Qur’an dan As Sunnah artinya informasi apa saja yang wajib

diyakini hanya diperoleh melalui Al-Qur’an dan As Sunnah. Al-Qur’an

Makalah Aqidah Akhlak 9

memberikan penjelasan kepada manusia tentang segala sesuatu. Berikut

Firman Allah :

لمل سمل ى ةمح سمى ءيش ى لايم ملسلسايى لا و . . . ل

Artinya :

“...Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur'an) untuk menjelaskan

segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-

orang yang berserah diri.” (Q.S. Al- Nahl, 16 : 89)

Sedangkan akal fikiran bukanlah merupakan sumber aqidah, dia hanya

berfungsi untuk memahami nash-nash (teks) yang terdapat dalam kedua

sumber tersebut dan mencoba membuktikan secara ilmiah kebenaran yang

disampaikan oleh Al-Qur’an dan As Sunnah (jika diperlukan). Itupun harus

didasari oleh semua kesadaran bahwa kemampuan akal manusia sangat

terbatas.

Akal tidak akan mampu menjangkau masalah-masalah ghaib, bahkan tidak

akan mampu menjangkau sesuatu yang tidak terikat dengan ruang dan waktu.

Salah satu contohnya adalah akal mungkin tidak bisa menerima surga dan

neraka karena tidak bisa diketahui melalui indera. Akan tetapi melalui

penjelasan yang berasal dari Al-Qur’an dan As Sunnah maka akan dapat

diketahui bahwasanya setiap manusia harus meyakininya. Oleh sebab itu akal

tidak boleh dipaksa memahami hal-hal ghaib dan menjawab pertanyaan

segala sesuatu tentang hal-hal ghaib. Akal hanya perlu membuktikan jujurkah

atau bisakah kejujuran si pembawa berita tentang hal-hal ghaib tersebut

dibuktikan secara ilmiah oleh akal fikiran.

Manfaat dari meyakini Al-Qur’an dan As Sunnah adalah :

1. Shiraathal Mustaqiim (jalan yang lurus) adalah bagi pengikut wahyu Allah

seperti yang difirmankan-Nya :

Makalah Aqidah Akhlak 10

Artinya :

“Maka berpegang teguhlah kepada yang telah diwahyukan

kepadamu. Sesungguhnya kamu berada di atas jalan yang lurus.”

(Q.S. Az-Zukhruf, 43 : 43)

Imam Ibnu Katsir berkata pada tahsir ayat ini: “Yaitu, peganglah Al-

Qur’an yang diturunkan ke dalam hatimu, karena sesungguhnya ia adalah

al-haq, dan apa yang ditunjukkan olehnya adalah al-haq, yang membawa

kepada jalan Allah yang lurus, yang menhantarkan menuju surga-surga

penuh kenikmatan dan kebaikan yang kekal abadi.”

Oleh karena kitab Allah adalah kebenaran, maka dengannya Allah

mengeluarkan manusia dari berbagai macam kegelapan menuju cahaya.

Kegelapan kekafiran, bid’ah, maksiat, kebodohan, dan kelalaian, menuju

cahaya iman, sunnah, ketaatan, ilmu, dan dzikir. Seperti Firman Allah

yang artinya :

“Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan

Kitab yang menerangkan. Dengan Kitab itulah Allah menunjuki

orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan,

dan (dengan Kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu

dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan

seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.” (Q.S. Al-

Maidah, 5: 15-16)

2. Mengikuti wahyu Allah cukup bagi orang-orang yang beriman, seperti

pada Firman Allah berikut :

لا و لمل سملل ى ةمح سمى ءيش ى لايم ملسل سايى . . .

Makalah Aqidah Akhlak 11

Artinya :

“...Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur'an) untuk menjelaskan

segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-

orang yang berserah diri.” (Q.S. Al- Nahl, 16 : 89)

Imam Ibnu katsir berkata pada tafsir ayat ini: “Sesungguhnya al-Qur’an

memuat segala ilmu yang bermanfaat, memuat berita yang telah terjadi

dan ilmu yang akan terjadi, dan memuat segala yang halal dan yang haram,

dan segala yang dibutuhkan oleh menusia di dalam urusan dunia mereka,

agama, kehidupan, dan akhirat. Dan petunjuk terhadap hati, serta rahmat

dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.”

Karena petunjuk Al-Qur’an dan As-Sunnah telah lengkap, agama ini telah

sempurna, maka merupakan perkara wajar, bahkan wajib untuk

mencukupkan diri denagn agama ini, tanpa mengikuti selainnya.

Berikut dalil- dalil yang berisikan tentang larangan mengikuti selain wahyu

Allah SWT :

1. Al-Qurán Surat Al-A’Raf ayat 3

Artinya :

“Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah

kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu

mengambil pelajaran (daripadanya).” (Q.S. Al-A’raf, 7 : 3)

Imam Ibnu Katsir berkata pada tafsir ayat ini: “(Ikutilah apa yang diturunkan

kepada Rabbmu) yaitu: ikutilah peninggalan-peninggalan nabi yang ummi,

yang datang kepada kamu membawa kitab (Al-Qur’an) yang telah diturunkan

kepada kamu dari Penguasa dan Pemilik segala sesuatu. (Dan janganlah kamu

Makalah Aqidah Akhlak 12

mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya) yaitu janganlah kamu keluar dari

apa yang dibawa oleh rasul kepada kamu menuju selain-Nya, sehingga kamu

menyimpang dari hukum Allah menuju hukum selain-Nya.”

Setelah kita mengetahui keterangan di atas, maka kita dapatkan banyak di

antara umat Islam yang terjerumus ke dalam bid’ah atau terpengaruh

pemikiran bid’ah, berpedoman terhadap hal-hal yang tidak dibenarkan oleh

agama.

Sebagian mereka menjadikan akal dan logika sebagai sumber aqidah dan

hukum. Mereka menempatkan akal manusia yang terbatas di atas wahyu

Allah, sehingga mereka meninggalkan wahyu dengan alasan logika dan akal.

Padahal, wahyu adalah kebenaran mutlak sedangkan akal manusia terbatas.

2. Al-Qur’an Surat Fushshilat Ayat 42

Artinya :

“Kebatilan tidak datang kepadanya (Al-Qur’an) baik dari depan

maupun dari belakang. (Al-Qur’an) diturunkan dari (Rabb) Yang

Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.” (Q.S. Fushshilat, 41 : 42)

Dengan tegas Allah menyetakan bahwa kitab-Nya tidak didatangi oleh

kebatilan, baik disaat diturunkannya, atau sesudahnya. Kebathilan maknanya

adalah kedustaan atau kesia-siaan. Kemudian akal siapa yang dipakai ukuran

untuk menolak wahyu? Jika akal orang kafir, seperti Iblis, Fir’aun, Abu

Lahab, atau Abu jahal, maka wajar mereka menolak wahyu, karena memang

mereka orang-orang kafir. Namun, jika yang dipakai adalah akal Abu Bakar,

Umar bin Khoththob, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, pastilah akal

mereka ini menerima wahyu, meyakininya dengan tanpa keraguan.

Makalah Aqidah Akhlak 13

Sebagian mereka menjadikan perkataan imam-imam (tokoh-tokoh) yang

dianggap maksum sebagai sumber aqidah. Padahal tidak ada yang maksum

dikalangan umat ini setelah Nabi Muhammad. Sehingga, perkataan siapapun

selain Rasulullah dapat diterima atau ditolak, dilihat dari kebenaran. Ibnu

Abbas berkata: “Tidak ada seorangpun kecuali perkataannya diambil atau

ditolak, selain nabi.” (H.R. Thabrani, di dalam Mu’jamul kabir, no. 11941).

Sebagian mereka menjadikan perasaan, mimpi, hikayat, dan kasyf

(menyingkap perkara ghaib) sebagai sumber aqidah. Padahal semua perkara

ini tidak ada jaminan kebenarannya, sehingga tidak boleh dijadikan sebagai

sumber aqidah. Dan Sebagian mereka menjadikan hadits-hadits lemah dan

palsu sebagai sumber agama. Maka sesungguhnya, sikap mereka itu telah

menyimpang dari ajaran Islam yang sebenarnya.

2.2 Tingkatan Aqidah

Akidah islam mempunyi 3 tingkatan yaitu :

1. Tingkatan orang yang menerima aqidah sebagai ajaran dan

mempercayainya sebagai tradisi yang berlaku. Orang yang berakidah

seperti ini kadangkala ragu terhadap apa yg telah dipercayainya bilaman

ia menghadapai kesamaran-kesamaran.

2. Tingkatan orang yang menerimanya lewat pemikiran dan penalaran,

sehingga imanya semakin bertambah dan keyakinannya semakin

kuat. Orang yang berakidah pada tingkatan ini tidak mudah terguncang

oleh syubhat-syubhat (kesamaran-kesamaram), sebab ia mampu menepis

atau menolaknya.

3. Tingkatan orang yang mengekalkan penalaran dan pemikirannya dan

senantiasa memohon pertolongan kepada Allah untuk menaati-Nya. Pada

tingkatan ini seseorang dapat melihat dengan kesadaran batinnya kepada

sesuatu yang dapat menyempurnakan keimanan dan keyakinannya.

Makalah Aqidah Akhlak 14

2.3 Kedudukan dan Urgensi Aqidah

2.3.1 Kedudukan Aqidah dalam Islam

Dalam ajaran Islam, aqidah memiliki kedudukan yang sangat penting. Ibarat

suatu bangunan, aqidah adalah pondasinya, sedangkan ajaran Islam yang lain,

seperti ibadah dan akhlaq, adalah sesuatu yang dibangun di atasnya. Rumah

yang dibangun tanpa pondasi adalah suatu bangunan yang sangat rapuh.

Tidak usah ada gempa bumi atau badai, bahkan untuk sekedar menahan atau

menanggung beban atap saja, bangunan tersebut akan runtuh dan hancur

berantakan.

Maka, aqidah yang benar merupakan landasan (asas) bagi tegak agama (din)

dan diterimanya suatu amal. Allah SWT berfirman :

آى اى رلن لسل ليي ا ري ك سشيح لد آ بى ءكي .

Artinya:

“Maka barangsiapa mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya (di

akhirat), maka hendaklah ia beramal shalih dan tidak menyekutukan seorang

pun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (Q.S. Al-Kahfi, 18 : 110)

Allah SWT juga berfirman :

Artinya:

“Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada nabi-nabi

sebelummu, bahwa jika engkau betul-betul melakukan kesyirikan, maka

sungguh amalmu akan hancur, dan kamu benar-benar akan termasuk orang-

orang yang merugi.” (Q.S. az-Zumar, 39 : 65)

Makalah Aqidah Akhlak 15

Mengingat pentingnya kedudukan aqidah di atas, maka para Nabi dan Rasul

mendahulukan dakwah dan pengajaran Islam dari aspek aqidah, sebelum

aspek yang lainnya. Rasulullah saw berdakwah dan mengajarkan Islam

pertama kali di kota Makkah dengan menanamkan nilai-nilai aqidah atau

keimanan, dalam rentang waktu yang cukup panjang, yaitu selama kurang

lebih tiga belas tahun. Dalam rentang waktu tersebut, kaum muslimin yang

merupakan minoritas di Makkah mendapatkan ujian keimanan yang sangat

berat. Ujian berat itu kemudian terbukti menjadikan keimanan mereka sangat

kuat, sehingga menjadi basis atau landasan yang kokoh bagi perjalanan

perjuangan Islam selanjutnya. Sedangkan pengajaran dan penegakan hukum-

hukum syariat dilakukan di Madinah, dalam rentang waktu yang lebih

singkat, yaitu kurang lebih selama sepuluh tahun. Hal ini menjadi pelajaran

bagi kita mengenai betapa penting dan teramat pokoknya aqidah atau

keimanan dalam ajaran Islam.

2.3.2 Urgensi Aqidah Islam

1. Membebaskan manusia dari penghambaan kepada selain Allah

Seseorang yang beraqidah Islam hanya menyembah dan tunduk kepada

Allah, menjauhi segala bentuk ketundukan dan penghambaan kepada

selain Alla, karena yang berhak disembah dan diberi ketundukan mutlak

hanyalah Allah Swt.

Seseorang yang beraqidah Islam meyakini bahwa Yang Mahakuasa

hanyalah Allah Swt, Yang Berkuasa untuk mendatangkan kebaikan dan

yang berkuasa untuk menghilangkan keburukan. Allah berfirman:

“Dan jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka

tidak ada yang menghilangkannya melainkan dia sendiri. dan jika dia

mendatangkan kebaikan kepadamu, maka dia Maha Kuasa atas tiap-tiap

sesuatu.” (Q.S. Al-An’am, 6 : 17)

Makalah Aqidah Akhlak 16

Oleh karena itu Rasulullah menyuruh kita untuk hanya memohon

pertolongan kepada Allah saja sebagaimana sabda beliau :

“…dan jika kamu minta pertolongan maka mintalah pertolongan kepada

Allah SWT.” (HR Tirmidzi)

Dengan demikian maka seorang muslim tidak tergantung dan berserah diri

kepada siapapun kecuali kepada Allah Swt. sebagaimana firman Allah:

“…jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: ‘Saksikanlah

bahwa kami adalah orang-orang Muslim (yang berserah diri kepada

Allah)” (Q.S. Ali Imran, 3 : 64)

2. Membangkitkan jiwa berani dan cinta demi kebenaran

Aqidah Islam akan melahirkan manusia-manusia pemberani dan cinta

membela kebenaran. Karena Islam mengajarkan bahwa segala sesuatu

yang terjadi di muka bumi ini sudah Allah tentukan dan sudah Allah

takdirkan. Tidak ada kematian kecuali atas izin Allah seperti dalam

firman-Nya yang artinya :

“Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah,

sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya…” (Q.S. Ali Imram, 3 :

145)

3. Aqidah sumber ketentraman jiwa dan keamanan manusia

Aqidah Islam akan melahirkan manusia-manusia yang memiliki

ketentraman jiwa dan sekaligus mendatangkan rasa aman pada manusia

baik di dunia maupun di akhirat. Allah berfirman:

“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan

mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi

tenteram.” (Q.S. Ar-Ra’d, 13 : 28)

Makalah Aqidah Akhlak 17

Dan firman Allah lainnya yang artinya :

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka

dengan kedzaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan

mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S. Al-An’am, 6 :

82)

4. Aqidah membangun kepribadian yang seimbang

Pribadi yang seimbang diawali dengan keyakinan akan keesaan Tuhannya.

Berbeda dengan orang-orang yang meyakini Tuhan mereka lebih dari satu

maka orang itu akan mengalami keraguan dan kebimbangan. Dan inilah

yang diungkapkan oleh Nabi Yusuf yang diabadikan dalam Al-Qur’an :

“Hai kedua penghuni penjara, manakah yang baik, tuhan-tuhan yang

bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Maha Esa lagi Maha

Perkasa?” (Q.S. Yusuf, 12 : 39)

Seluruh ajaran Islam juga mengajak kita untuk hidup secara tawazun/

seimbang. Allah berfirman:

“Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu

(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan

bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada

orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan

janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah

tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Q.S. Al-Qashash,

28 : 77)

5. Aqidah sumber kehidupan yang baik untuk pribadi dan masyarakat

di dunia dan di akhirat

Berikut dalil yang menjelaskan tentang balasan untuk perbuatan

yang baik :

Makalah Aqidah Akhlak 18

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun

perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan

Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya

akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih

baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (Q.S. An-Nahl, 16 : 97)

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa,

pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan

bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa

mereka disebabkan perbuatannya.” (Q.S. Al-A’raaf, 7 : 96)

6. Aqidah adalah dasar persaudaraan, persamaan dan keadilan

Aqidah Islam adalah asas persaudaraan, kesetaraan dan keadilan, karena

Islam memandang seluruh manusia adalah keturunan Adam a.s. Berarti

seluruh manusia adalah saudara. Allah berfirman :

“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah

menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan

isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-

laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang

dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain,

dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu

menjaga dan mengawasi kamu.” (Q.S. An-Nisaa, 4 : 1)

Islam memandang bahwa antara sesama Muslim adalah bersaudara,

bahkan ikatan aqidah jauh lebih kuat daripada ikatan nasab. Seperti Firman

Allah berikut :

“...orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu

damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan

takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (Q.S. Al-

Hujuraat, 49 : 10)

Makalah Aqidah Akhlak 19

2.3 Fungsi Aqidah

Sesuai dengan fungsi umumnya sebagai dasar agama, maka keberadaan

aqidah Islam sangat menentukan bagi seorang muslim. Berikut adalah fungsi

dan peranan aqidah yang sangat besar dalam hidup seorang muslim :

1. Aqidah Islam merupakan landasan seluruh ajaran Islam. Di atas

keyakinan dasar inilah dibangun ajaran Islam lainya, yaitu syari’ah

(hukum islam) dan akhlaq (moral Islam). Oleh karena itu, pengamalan

ajaran Islam lainya seperti shalat, puasa, haji, etika Islam (akhlak) dan

seterusnya, dapat diamalkan di atas bagunan keyakinan dasar tersebut.

Tanpa keyakinan dasar, pengamalan ajaran agama tidak akan memiliki

makna apa-apa.

2. Akidah Islam berfungsi membentuk kesalehan seseorang di dunia,

sebagai modal awal mencapai kebahagiaan di akhirat. Hal ini secara

fungsional terwujud dengan adanya keyakinan terhadap kehidupan kelak

di hari kemudian dan setiap orang mempertanggungjawabkan perbuatanya

di dunia.

3. Akidah Islam berfungsi menyelamatkan seseorang dari keyakinan-

keyakinan yang menyimpang, seperti bid’ah, khurafat, dan

penyelewengan-penyelewengan lainya.

4. Akidah islam berfungsi untuk menetapkan seseorang sebagai muslim atau

non muslim.

Hubungan Aqidah dengan semua ibadah seperti yang telah disebutkan dalam

fungsi aqidah di atas adalah, semua ibadah yang kita lakukan tidak akan ada

gunanya jika tidak dilandasi dengan aqidah yang kuat dan kokoh. Ibarat

sebuah bangunan, tidak ada gunanya kita membangun bangunan yang megah

jika pondasi yang kita bangun tidak kokoh, pastinya bangunan itu akan roboh.

Makalah Aqidah Akhlak 20

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sumber aqidah islam adalah Al-Qur’an dan As Sunnah artinya informasi apa

saja yang wajib diyakini hanya diperoleh melalui Al-Qur’an dan As Sunnah.

Al-Qur’an memberikan penjelasan kepada manusia tentang segala sesuatu.

Sedangkan akal fikiran bukanlah merupakan sumber aqidah, dia hanya

berfungsi untuk memahami nash-nash (teks) yang terdapat dalam kedua

sumber tersebut dan mencoba membuktikan secara ilmiah kebenaran yang

disampaikan oleh Al-Qur’an dan As Sunnah (jika diperlukan). Itupun harus

didasari oleh semua kesadaran bahwa kemampuan akal manusia sangat

terbatas.

Dalam ajaran Islam, aqidah memiliki kedudukan yang sangat penting. Ibarat

suatu bangunan, aqidah adalah pondasinya, sedangkan ajaran Islam yang lain,

seperti ibadah dan akhlaq, adalah sesuatu yang dibangun di atasnya. Rumah

yang dibangun tanpa pondasi adalah suatu bangunan yang sangat rapuh.

Tidak usah ada gempa bumi atau badai, bahkan untuk sekedar menahan atau

menanggung beban atap saja, bangunan tersebut akan runtuh dan hancur

berantakan.

Hubungan Aqidah dengan semua ibadah yang kita lakukan tidak akan ada

gunanya jika tidak dilandasi dengan aqidah yang kuat dan kokoh. Ibarat

sebuah bangunan, tidak ada gunanya kita membangun bangunan yang megah

jika pondasi yang kita bangun tidak kokoh, pastinya bangunan itu akan roboh.

Makalah Aqidah Akhlak 21

DAFTAR PUSTAKA

Azyumardi, Azra ddk. 2002. Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi

Umum. Depak.

http://a2hk.blogspot.com/2013/05/sumber-aqidah-islam.html

http://iqbalinformatikaumi.blogspot.com/2012/12/tingkatan-iman-dan-aqidah.html

http://nayawati.blogspot.com/2009/11/1-pengertian-dan-fungsi-aqidah-

hubungan.html

http://gunturgunawan81.blogspot.com/2013/10/pengertian-dan-kedudukan-

aqidah-dalam.html

http://ertikahuda.weebly.com/4/post/2012/5/kedudukan-aqidah-dalam-islam.html