MAKALAH APRESIASI PUISI
PENGERTIAN PUISI , APRESIASI PUISI , PEMAHAMAN HAKEKAT
PUISI, PEMAHAMAN METODE PUISI
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah APRESIASI PUISI
Disusun Oleh:
Nama : Vita Julianah
Kelas : II / I
Jurusan : FKIP B. Indonesia
NIM : 110050014
PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
Jl. Perjuangan No. 01 Cirebon 45132 Telp. (0231) 206558 Fax. 236742
2012-2013
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan
semesta alam, yang Maha penyayang, dan Dzat yang Maha memiliki sumber ilmu
pengetahuan. Shalawat serta salam penulis selalu curahkan kepada junjungan kita
Rasulullah Muhammad SAW., Nabi besar seluruh umat muslim beserta keluarga,
sahabat, hingga pada keturunannya hingga akhir zaman.
Syukur Alhamdulillah dengan segala rahmat, pertolongan, karunia, keridhoan
serta kasih sayang-Nya, akhirnya laporan makalah dapat diselesaikan yang
berjudul Apresiasi puisi makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Apresiasi puisi .
Penulis sadar sepenuhnya bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun masih penulis harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Penulis berharap semoga dengan makalah yang telah penulis susun ini, dapat
memberikan manfaat bagi siapapun yang mempunyai semangat untuk terus
mengembangkan serta memperbaiki potensi yang terdapat dalam dirinya.
Cirebon, September 2012
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang...........................................................................................1
B. Rumusan masalah......................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................2
D. Manfaat......................................................................................................2
BAB II RINGKASAN DAN PEMBAHASAN
A. Definisi puisi.............................................................................................3
B. Pengertan apresiasi puisi...........................................................................3
C. Ragam apresiasi puisi................................................................................4
D. Pemahaman hakekat puisi.........................................................................17
E. Pemhaman metode puisi............................................................................18
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................21
B. Saran..........................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Puisi merupakan bentuk karya sastra yang paling tua. Karya besar yang
bersifat abadi seperti: Mahabharata, Ramayana, Wedatama, Tripama, Babad
Tanah Jawi ( Sastra Jawa ), Oedipus, Antigone, Hamlet, Machbeth, dan
sebagainya (dari Yunani dan Inggris ), di karang dalam bentuk puisi. Bentuk
puisi yang paling tua adalah Mantra.
Di dalam Mantra tercermin hakikat sesungguhnya dari puisi, yakni bahwa
pengkonsentrasian kekuatan bahasa itu di maksudkan oleh penciptanya untuk
menimbulkan gaya Magis atau kekuatan gaib. Dalam perkembangannya di
Indonesia, kita kenal dengan berbagai jenis tipografi dan model puisi yang
menunjukan perkembangan struktur puisi tersebut. Ciri-ciri struktur puisi dari
jaman ke jaman dan dari periode-periode tidak hanya di tandai oleh perbedaan
struktur fisik, tetapi juga oleh struktur makna atau tematiknya.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas penulisan mengajukan beberapa
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa definisi dari puisi ?
2. Apa definisi dari apresiasi puisi ?
3. Apa saja Ragam apresasi puisi ?
4. Apasaja pemahaman hakekat puisi itu ?
5. Apa saja pemahaman metode puisi ?
1
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dan menjelaskan definisi dari puisi itu sendiri
2. untuk memenuhi dan menjelaskan definisi apresiasi puisi
3. untuk mengetahui dan menjelaskan Ragam paresiasi puisi
4. untuk mengetahui dan menjelaskan pemahaman hakekat puisi
5. untuk mengetahui dan menjelaskan pemahaman metode puisi
D. Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Supaya mahasiswa dapat mengetahui definisi puisi dan apresiasi puisi .
2. Supaya mahasiswa mengetahui dan menjelaskan ragam puisi .
3. Supaya mengetahui dan menjelaskan pemahaman hakekat puisi dan
metode puisi .
2
BAB II
RINGKASAN DAN PEMBAHASAN
A. Definisi puisi
Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja
pengulangan, meter dan rima adalah yang membedakan puisi dari prosa.
Namun perbedaan ini masih diperdebatkan. Beberapa ahli modern memiliki
pendekatan dengan mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur tapi
sebagai perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala
kreativitas. Selain itu puisi juga merupakan curahan isi hati seseorang yang
membawaa oraang lain kedaalam keaadaan hatinya.
B. Pengertan apresiasi puisi
Secara leksikal istilah ‘apresiasi’ berasal dari kata benda appreciation yang
berarti pemahaman dan pengenalan yang tepat, pertimbangan, penilaian, dan
pernyataan yang memberikan penilaian, Hormby (Najid, 202:38). Kamus
Oxford Learner memberi makna memahami dan menikmati atau memahami
secara keseluruhan. Pengertian lain menyebutkan bahwa ‘apresiasi’ dapat
berarti pengenalan, pemahaman, dan penghargaan terhadap karya seni.
Pengertian ini ditafsirkan dari bahasa lain apreciatio yang memiliki arti
mengindahkan dan menghargai.
Beberapa pendapat tentang pengertian apresiasi dapat dikemukakan
sebagai berikut. Efendi (Najid, 2002:39) mengatakan bahwa apresiasi dapat
diartikan sebagai aktivitas menggauli karya sastra secara sungguh-sungguh
sehingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan
kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra. Dengan demikian,
apresiasi adalah upaya untuk dapat mengerti karya sastra yang dapat dibaca
dengan memahami maknanya, baik aktual maupun intensional dengan
memahami seluk beluk karya sastra tersebut.
Secara etimologis, puisi berasal dari bahasa Yunani yang juga dalam
bahasa lain ‘poeitas’ ( latin ‘poeta’), yang berarti membangun, membentuk
3
atau membuat. Asal kata poeiteo atau poio yang berarti membangun,
menyebabkan, menimbulkan, atau menyair.Di dalam kamus istilah sastra,
Panuti mengatakan bahwa puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat
oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Batasan ini tentu
tidak berlaku bagi puisi modern atau kontemorer karena II puisi tersebut
memiliki kebebasan bentuk. Mulyana (Semi, 1998:91) memberikan batasan
puisi dengan menggunakan pendekatan psikolinguistik karena puisi
merupakan karya seni yang tidak saja berhubungan dengan masalah bahasa,
tetapi juga berhubungan dengan masalah jiwa. Dengan pendekatan terebut,
beliau menyimpulkan bahwa puisi adalah sintesis dari berbagai puisi bahasa
yang telah tersaring semurni mungkin dan berbagai proses jiwa yang mencari
hakikat pengalamannya tersusun dalam sistem kerespondesi dalam salah satu
bentuk.Volerdge (Prodopo, 1996:6) mengemukakan bahwa puisi adalah kata-
kata terindah dalam susunan terindah. Wordsworth mempunyai gagasan
bahwa puisi adalah pernyataan perasaan yang imajinatif, yaitu perasaan yang
direkakan atau diragukan.
C. Ragam apresiasi puisi
Ada bermacam-macam jenis puisi yang ditulis para penyair Indonesia. Karya
sastra tidak bersifat otonom. Dalam memahami makna karya sastra, kita
mengacu pada beberapa hal yang erat hubungannya dengan puisi tersebut.
Dalam pemahaman puisi, hal yang dipandang erat hubungannya adalah jenis
puisi itu sendiri dan sudut pandang penyair. Sebenarnya ada banyak sekali
macam-macam puisi, dan bagaimana penyair dalam menyampaikan
inspirasinya, serta bagaimana menafsirkan makna puisi dengan mudah.
Sehingga mudah mengklasifikasikan, termasuk jenis puisi apakah yang kita
ciptakan.
W.H Hudson menyatakan adanya puisi sebyektif dan puisi obyektif
(1959:96). Cleanth Brooks menyebut adanya puisi naratif dan puisi deskriptif
(1979:335-356). David Daiches menyebut adanya puisi fisik, platonic, dan
metafisik (1948:145). X.J. Kennedy menyebut adanya puisi konkret dan
4
balada (1071:116-226). Dalam kumpulan puisi Rendra, kita mengenal judul-
judul: balada, romansa, stanza, serenada, dan sebagainya. Ada juga parable
atau alegori. Sedangkan istilah ode, himne, puisi kamar, dan puisi auditorium
juga sering kita jumpai.
1. Puisi Naratif, Lirik, dan Deskriptif
Klasifikasi puisi ini berdasarkan cara penyair mengungkapkan isi atau
gagasan yang hendak disampaikan.
a. Puisi Naratif
Puisi naratif mengungkapkan cerita atau penjelasan penyair. Ada puisi
naratif yang sederhana, ada yang sugestif, dan ada yang kompleks.
Puisi-puisi naratif, misalnya: epik, romansa, balada, dan syair.
Balada adalah puisi yang bercerita tentang orang-orang perkasa,
tokoh pujaan, atau orang-orang yang menjadi pusat perhatian. Rendra
banyak sekali menulis balada tentang orang-orang tersisih, yang oleh
penyairnya disebut "Orang-orang Tercinta". Kumpulan baladanya
yaitu, Balada Orang-orang Tercinta dan Blues Untuk Bonnie.
Romansa adalah jenis puisi cerita yang menggunakan bahasa
romantic berisi kisah percintaan yang berhubungan dengan ksatria,
dengan diselingi perkelahian dan petualangan yang menambah
percintaan mereka lebih mempesonakan. Rendra juga banyak menulis
romansa. Salah satu bagian dalam "Empat Kumpulan Sajak"nya
berjudul "Romansa" dan berisi jenis puisi romansa, yakni kisah
percintaan sebelum Rendra menikah. Kirdjomuljo menulis romansa
yang berisi kisah petualangan dengan judul “Romance Perjalanan".
Kisah cinta ini dapat huga berarti cinta tanah kelahiran seperti puisi-
puisi Ramadhan K.H. Priangan “Si Jelita”. Priode 1953-1961 banyak
ditulis jenis romansa ini.
5
b. Puisi Lirik
Dalam puisi lirik penyair mengungkapkan aku lirik atau gagasan
pribadinya. Ia tidak bercerita. Jenis puisi lirik misalnya: elegi, ode, dan
serenada.
Elegi adalah Puisi yang mengungkapkan perasaan duka. Misalnya
"Elegi Jakarta" karya Asrul Sani yang mengungkapkan perasaan duka
penyair di kota Jakarta.
Serenada adalah Sajak percintaan yang bisa dinyanyikan. Kata
serenada berarti nyanyian yang tepat dinyanyikan pada waktu senja.
Rendra banyak menciptakan serenada dalam 'Empat Kumpulan Sajak'.
Misalnya Serenada hitam, Serenada Biru, serenade Merah Jambu,
serenade ungu, Serenada Kelabu, dan sebagainya. Warna-warna
dibelakang serenada itu melambangkan sifat nyanyian cinta itu, ada
yang bahagia, sedih, kecewa, dan seterusnya.
Ode adalah Puisi yang berisi pujaan terhadap seseorang, sesuatu
hal, sesuatu keadaan. Yang banyak ditulis adalah pemujaan terhadap
tokoh-tokoh yang dikagumi. “Teratai” Sanusi Pane, “Diponegoro”
Chairil Anwar, dan “Ode Buat Proklamator” Leon Agusta merupakan
contoh ode yang bagus.
Berikut ini kutipan Ode Buat Proklamator, sebuah ode yang
memuja tokoh proklamator Bung Karno dan Bung Hatta.
ODE BUAT PROKLAMATOR
Bertahun setelah kepergiannya kurindukan dai kembali
Dengan gelombang semangat halilintar dilahirkan sebuah negri; dalam
Lumpur dan lumut
Dengan api menyapu kelam menjadi untaian permata hijau
dibentangan cahaya abadi
Yang sesantiasa membuatnya tak pernah berhenti bermimpi menguak
kabut gulita mendung, menerjang benteng demi benteng membalikkan
arah topan, menjelmakan impian demi impian
6
Dengan seorang sahabatnya, mereka tanda tangani naskah itu
Mereka memancang tiang bendera, merobah nama dan peta, berjaga
membacakan sejarah, menggenti bahasa pada buku
Lalu dia meniup terompet dengan selaksa nada kebangkitan sukma.
Kini kita ikut membubuhkan nama diatas bengkalainya; meruntuhkan
sambil mencari, daftar mimpi membelit bulan perang saudara
mengundang musnah, dendam tidur di hutan-hutan, di sawah terbuka
yang sakti
Kata berpasirdibibir pantai hitam dan oh, lidahku yang terjepit, buih
lenyap dilaut biru derap suara yang gempita Cuma bertahan atau
menerkam
Ya, walau tak mudah, kurindukan semangatnya menyanyi kembali
bersama gemuruh cinta yang membangun sejuta rajawali
Tak mengelak dalam bercumbu, biar berbisa perih dirabu
Berlapis cemas menggunung sesal mutiara matanya yang pudar
Bagi negriku, bermimpi dibawah bayangan burung garuda
(Hukla 1979)
Dalam puisi ini, dapat diungkapkan rasa kagum penyair kepada
sang proklamator. Ungkapan-ungkapan rasa kagum ini sangat
mengena dan tidak bersifat klise. Kerinduan penyair untuk
mendengarkan bara semangat yang ditiupkan lewat pidato-pidato yang
berapi-api, dapat kita hayati sejak enam baris terakhir.
c. Puisi Deskriptif
Didepan telah dinyatakan bahwa dalam puisi deskriptif, penyair
bertindak sebagai pemberi kesan terhadap keadaan / peristiwa, benda,
atau suasana dipandang menarik perhatian penyair. Jenis puisi yang
dapat diklasifikasikan dalam puisi deskriptif, misalnya puisi satire,
kritik sosial, dan puisi-puisi impresionitik.
7
Satire adalah Puisi yang mengungkapkan perasaan tidak puas
penyair terhadap suatu keadaan, namun dengan cara menyindir atau
menyatakan keadaan sebaliknya.
Kritik Sosial adalah Puisi yang juga menyatakan ketidak senangan
terhadap keadaan tau terhadap diri seseorang, namun dengan cara
membeberkan kepincangan atau ketidak beresan keadaan / orang
tersebut.
Impresionistik adalah Puisi yang mengungkapkan kesan (impresi)
penyair terhadap suatu hal.
2. Puisi Kamar dan Puisi Auditorium
Istilah puisi kamar dan puisi auditorium juga kita jumpai dalam buku
kumpulan puisi ‘Hukla’ karya Leon Agusta. Puisi-puisi auditorium disebut
juga puisi Hukla (puisi yang mementingkan suara atau serangakaian
suara).
Puisi Kamar ialah Puisi yang cocok dibaca sendirian atau dengan
satu atau dua pendengar saja di dalam kamar.
Puisi Auditorium adalah Puisi yang cocok dibaca di auditorium, di
mimbar yang jumlah pendengarnya dapat ratusan orang.
Sajak-sajak Leon Agusta banyak yang dimaksudkan untuk sajak
auditorium. Puisi-puisi Rendra kebanyakan adalah puisi auditorium yang
baru memperlihatkan keindahannya setelah suaranya terdengar lewat
pembacaan yang keras. Puisi auditorium disebut juga puisi oral karena
cocok untuk dioralkan.
3. Puisi Fisikal, Platonik, dan Metafisikal
Pembagian puisi oleh David Daiches ini berdasarkan sifat dari isi yang
dikemukakan dalam puisi itu.
Puisi Fisikal adalah Puisi bersifat realistis, artinya menggambarkan
kenyataan apa adanya. Yang dilukiskan adalah kenyataan dan bukan
gagasan. Hal-hal yang didengar, dilihat, atau dirasakan merupakan obyek
8
ciptaannya. Puisi-puisi naratif, balada, impresionistis, juga puisi dramatis
biasanya merupakan puisi fisikal.
Puisi Platonik adalah Puisi yang sepenuhnya berisi hal-hal yang
bersifat spiritual atau kejiwaan. Dapat dibandingkan dengan istilah 'Cinta
Platonis' yang berarti cinta tanpa nafsu jasmaniah. Puisi-puisi ide atau cita-
cita, religius, ungkapan cinta luhur seorang kekasih atau orang tua kepada
anaknya dapat dimasukkan ke dalam klasifikasi puisi platonik.
Puisi Metafisikal adalah Puisi yang bersifat filosofis dan mengajak
pembaca merenungkan kehidupan dan merenungkan Tuhan. Puisi religius
disatu pihak dapat dinyatakan puisi platonic (menggambarkan ide atau
gagasan penyair), dilain pihak dapat disebut sebagai puisi metafisik
(menagjak pembaca merenungkan hidup, kehidupan, dan Tuhan), karya-
karya mistik Hamzah Fansuri seperti Syair Dagang, Syair Perahu, dan
Syair Si Burung Pingai dapat dipandang sebagai puisi metafisikal.
Kasidah-kasidah “Al-Barzanji” karya Ja'far Al-Barzanji dan tasawuf karya
Jalaludin Rumi dapat diklasifikasikan sebagai puisi metafisikal.
4. Puisi Subyektif dan Puisi Obyektif
Puisi Subyektif disebut juga Puisi Personal, yakni puisi yang
mengungkapkan gagasan, pikiran, perasaan, dan suasana dalam diri
penyair sendiri. Puisi-puisi yang ditulis kaum ekspresionis dapat
diklasifikasikan sebagai puisi subyektif, karena mengungkapkan keadaan
jiwa penyair sendiri. Demikian pula puisi lirik dimana aku lirik bicara
kepada pembaca.
Puisi Obyektif berarti Puisi yang mengungkapkan hal-hal diluar
diri penyair itu sendiri. Puisi obyektif disebut juga puisi impersonal. Puisi
naratif dan deskriptif kebanyakan adalah puisi obyektif, meskipun juga ada
beberapa yang subyektif.
9
5. Puisi Konkret
Puisi konkret sangat terkenal dalam dunia perpuisian Indonesia sejak
tahun 1770-an. X.J.Kennedy memberikan nama jenis puisi tertentu dengan
nama puisi konkret, yakni puisi yang bersifat visual, yang dapat dihayati
keindahan bentuk dari sudut pandang (poem for the eye). Kita mengenal
adanya bentuk grafis dari puisi, kaligrafi, ideogramatik, atau puisi-puisi
Sutardji Calzoum Bachri yang menunjukkan pengimajian lewat bentuk
grafis. Dalam puisi konkret ini, tanda baca dan huruf-huruf sangat
potensial membentuk gambar. Gambar wujud fisik yang 'kasat mata' lebih
dipentingkan dari pada makna yang ingin disampaikan. Contoh dalam
bahasa Inggris, misalnya karya Joice Klimer berikut ini :
t
ttt
rrrrrrr
eeeeeeeee
???
Kata yang hendak dinyatakan dalam puisi ini hanyalah 'tree',
namun karena membentuk gambar pohon natal, maka pembaca
mengetahui bahwa yang dimaksud penyair adalah pohon natal. Karya
Sutardji banyak sekali yang dapat diklasifikasikan sebagai puisi konkret.
Kemudian diikuti oleh penyair-penyair yang lebih muda. Puisi konkret ada
yang berbentuk segi tiga, kerucut, belah ketupat, piala, tiang lingga, oval,
spindle, ideografik, dan ada juga yang menunjukkan lambang tertentu.
6. Puisi Diafan, Gelap, dan Prismatis
Puisi Diafan atau puisi polos adalah puisi yang kurang sekali
menggunakan pengimajian, kata konkret dan bahasa figurative, sehingga
puisinya mirip dengan bahasa sehari-hari. Puisi yang demikian akan sangat
muda dihayati maknanya. Puisi-puisi anak-anak atau puisi karya mereka
yang baru belajar menulis puisi dapat diklasifikasikan puisi diafan. Mereka
belum mampu mengharmoniskan bentuk fisik untuk mengungkapkan
10
makna. Dengan demikian penyair tersebut tidak memiliki kepekaan yang
tepat dalam takarannya untuk lambang, kiasan, majas, dan sebagainya.
Jika puisi terlalu banyak majas, maka puisi itu menjadi gelap dan sukar
ditafsirkan. Sebaliknya jika puisi itu kering akan majas dan versifikasi,
maka itu akan menjadi puisi yang bersifat prosaic dan terlalu cerlang
sehingga diklasifikasikan sebagai puisi diafan.
Dalam puisi prismatis penyair mampu menyelaraskan kemampuan
menciptakan majas, versifikasi, diksi, dan pengimajian sedemikian rupa
sehingga pembaca tidak terlalu mudah menafsirkan makna puisinya,
namun tidak terlalu gelap. Pembaca tetap dapat menelusuri makna puisi
itu. Namun makna itu bagaikan sinar yang keluar dari prisma. Ada
bermacam-macam makna yang muncul karena memang bahasa puisi
bersifat multi interpretable. Puisi prismatis kaya akan makna, namun tidak
gelap. Makna yang aneka ragam itu dapat ditelusuri pembaca. Jika
pembaca mempunyai latar belakang pengetahuan tentang penyair dan
kenyataan sejarah, maka pembaca akan lebih cepat dan tepat menafsirkan
makna puisi tersebut.
Penyair-penyair seperti Amir Hamzah dan Chairil Anwar dapat
menciptakan puisi-puisi prismatis. Namun belum tentu semua puisi yang
dihasilkan bersifat prismatis. Hanya dalam suasana mood seorang penyair
besar mampu menciptakan puisi prismatis. Jika puisi itu diciptakan tanpa
kekuatan pengucapan, maka niscaya tidak akan dapat dihasilkan puisi
prismatis. Puisi-puisi dari orang yang baru belajar menjadi penyair
biasanya adalah puisi diafan. Namun kadang-kadang juga kita jumpai puisi
gelap.
7. Puisi Pernasian, dan Puisi Inspiratif
Pernasian adalah sekelompok penyair Prancis pada pertengahan akhir abad
19 yang menunjukkan sifat puisi-puisi yang mengandung nilai keilmuan.
Puisi pernasian diciptakan dengan pertimbangan ilmu atau pengetahuan
dan bukan didasari oleh inspirasi karena adanya mood dalam jiwa penyair.
11
Puisi-puisi yang ditulis oleh ilmuwan yang kebetulan mampu menulis
puisi, kebanyakan adalah puisi pernasian. Puisi-puisi Rendra dalam “Potret
Pembangunan” dalam puisi yang banyak berlatar belakang teori ekonomi
dan sosiologi dapat diklasifikasikan sebagai puisi pernasian. Demikian
juga puisi-puisi Dr. Ir. Jujun S. Suriasumantri yang sarat dengan
pertimbangan keilmuan.
Puisi Inspiratif diciptakan berdasarkan mood atau passion. Penyair
benar-benar masuk ke dalam suasana yang hendak dilukiskan. Suasana
batin penyair benar-benar terlibat kedalam puisi itu. Dengan mood, puisi
yang diciptakan akan memiliki tenaga gaib, sekali baca habis. Pembaca
memerlukan waktu cukup untuk menafsirkan . puisi prosaic seperti karya
penyair-penyair tahun 1970-an dibawah ini, termasuk puisi yang
menggunakan bahasa pernassioan.
Karena Jajang
Tuhan
Saya minta duit
Buat beli sugus
Karena Jajang
Lagi doyan sugus
8. Stansa
Jenis puisi yang bernama stanza kita jumpai dalam Empat Kumpulan
Sajak karya Rendra. Stanza artinya puisi yang tediri atas 8 baris. Stanza
berbeda dengan oktaf karena oktaf dapat terdiri atas 16 atau 24 baris.
Aturan pembarisan dalam oktaf adalah 8 baris untuk tiap bait, sedangkan
dalam setanza seluruh puisi itu hanya terdiri atas 8 baris. Berikut ini
dikutip contoh stanza yang ditulis sekitar tahun 1969.
12
Malam kelabu
Ada angina mnerpa jendela
Ada langit berwarna kelabu
Hujan titik satu-Saturday menatap cakrawala malam jauh
Masih adakah kuncup-kuncup mekar
Atau semua telah layu
Kelu dalam seribu janji
Kelam dalam penantian.
(Herwa, 1969)
9. Puisi Demonstrasi dan Pamflet
Puisi demonstrasi menyaran pada puisi-puisi Taufiq Ismail dan mereka
yang oleh Jassin disebut angkatan 66. puisi ini melukiskan dan merupakan
hasil refleksi demonstrasi para maha siswa dan pelajar sekitar tahun 1966.
Menurut subagio Sastrowardoyo, puisi-puisi demonstrasi 1966 bersifat ke-
kita-an, artinya melukiskan perasaan kelompok, bukan perasaan individu.
Puisi-puisi mereka adalah endapan dari pengalaman fisik, mental, dan
emosional selama penyair terlibat dalam demonstrasi 1966. gaya paradoks
dan ironi banyak kita jumpai. Sementara itu, kata-kata yang membakar
semangat kelompok banyak dipergunakan, seperti kebenaran,
kamanusiaan, tirani, kebatilan, dan sebagainya. Di bawah ini dikemukakan
salah satu contoh.
Mimbar
Dari mimbar ini telah dibicarakan
Pikiran-pikiran dunia
Suara-suara kebebasan
Tanpa ketakutan
Dari mimbar ini diputar lagi
Sejarah kemanusiaan
13
Pengembangan teknologi
Tanpa ketakutan
Di kampus ini
Telah dipahatkan
Kemerdekaan
Segala despot dan tirani
Tidak bisa dirobohkan
Mimbar kami
(Taufiq Ismail, 1966)
Seperti halnya puisi pamflet, puisi-puisi demonstrasi merupakan
ungkapan sepihak, sehingga kebenaran sulit ditrima secara obyektif. Pihak
yang dibela diberikan tempat dan kedudukan yang terhormat dan serba
benar, sedang pihak yang dikritik dilukiskan berada dalam posisi yang
kurang simpatik.
Puisi pamflet juga mengungkapkan protes social. Disebut puisi
pamflet karena bahasanya adalah bahasa pamflet. Kata-katanya
mengungkapkan rasa tidak puaas kepada keadaan. Munculnya kata-kata
yang berisi protes secara spontan tanpa proses pemikiran atau perenungan
yang mendalam. Istilah-istilah gagah membela kelompoknya disertai
dengan istilah tidak simpatik yang memojokkan pihak yang dikritik.
Seperti halnya puisi demonstrasi, bahasa pusi pamflet juga bersifat
prosaic.
Rendra adalah tokoh puisi pamflet. Didepan telah diberikan salah
satu contoh puisi pamflet Rendra yang berjudul "Sajak Burung Kondor".
Kata-kata cukong, dan kondom dinyatakan bersam dengan kata-kata
penderitaan, kelaparan, dan kesengsaraan rakyat kecil yang dibela. Dalam
pusi-puisi pamflet banyak kita jumpai kata-kata tabu yang diungkapkan
penyair untuk menunjukkan kedongkolan hati penyair kepada pihak yang
14
dikritik atau terhadap keadaan yang tidak memuaskan dirinya.
Puisi pamflet Rendra kehilangan makna konotatif, suatu kehebatan Rendra
dalam menciptakan puisi pada tahun 50-an. Kata-kata kasar, ungkapan-
ungkapan langsung ke sasaran, dan hiperbola yang bertujuan memojokkan
pihak yang dikritik banyak kita jumpai dalam puisi-puisi pamflet Rendra.
Puisi-puisi pamflet Rendra ini mengingatkan kita akan puisi-puisi Jerman
pada awal industrialisasi di sana. Puisi-puisi pamflet Rendra kebetulan
merupakan reaksi terhadap industrialisasi yang berkembang pesat sekitar
tahun 1974 (seperti halnya puisi pamflet Jerman). Berikut ini dikutip salah
satu puisi pamflet Rendra
Menghirup sebatang lisong,
Melihat Indonesia Raya,
Mendengar 130 juta rakyat,
Dan di langit
Dua tiga cukong mengangkang,
Berak diatas mereka
………………………………….
Delapan juta kanak-kanak
Menghadapi satu jalan panjang,
Tanpa pilihan,
Tanpa pohonan
Tanpa dangau persinggahan,
Tanpa ada bayangan ujungnya
…………………………………..
Menghisap udara
Yang disemprot deodorant,
Aku melihat sarjana-sarjana menganggur
Berpeluh di jalan raya;
Aku melihat wanita bunting
Antri uang pensiun
15
Dan di langit:
Para teknokrat berkata :
Bahwa bangsa kita adalah malas
Bahwa bangsa mesti dibangun
Mesti di up-grade,
Disesuaikan dengan teknologi yang diimport.
……………………………………………………
Bunga-bunga bangsa tahun depan
Berkunang-kunang pandang matanya,
Di bawah iklan berlampu neon.
Berjuta-juta harapan ibu dan bapak
Menjadai gembalau suara kacau,
Menjadi karang di bawah muka samudra.
Kita mesti berhenti membeli rumus-rumus asing.
Diktat-diktat hanya boleh memberi metode
Tetapi kita sendiri mesti merumuskan keadaan.
Kita mesti keluar ke jalan raya,
Keluar ke desa-desa,
Mencatat sendiri semua gejala,
Dan menghayati persoalan yang nyata.
Inilah sajakku
Pamflet masa darurat,
Apakah arti kesenian,
Bila terpisah dari derita lingkungan.
Apakah artinya berpikir,
Bila terpisah dari masalah kehidupan.
10. Alegori
Puisi sering-sering mengungkapakan cerita yang isinya dimaksudkan
untuk memberikan nasihat tentang budi pekerti dan agama. Jenis alegori
yang terkenal adalah parable yang juga disebut dongeng perumpamaan.
16
Dalam kitab suci banyak kita jumpai dongeng-dongeng perumpamaan
yang maknanya dapat kita cari dibalik yang tersurat. Puisi "Teratai" karya
Sanusi Pane boleh dikatakn sebagai puisi alegori, karena kisah bunga
teratai itu digunakan untuk mengisahkan tokoh pendidikan. Kisah tokoh
pendidikan yang dilukiskan sebagai teratai itu digunakan untuk memberi
nasihat kepada generasi muda agar mencontoh teladan 'teratai' itu. Cerita
berbingkai seperti Panca Tantra, 1001 Malam, Bayan Budiman dan
Hikayat Bachtiar juga dapat diklasifikasikan sebagai parable.
D. Pemahaman hakekat puisi
Hakikat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti inti sari atau dasar, atau
kenyataan yang sebenarnya. Sedangkan pengertian puisi dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia berarti ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama,
matra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Itu jika kita lihat pengertian dari
setiap kata pada hakikat puisi. Selanjutnya, Pradopo menyatakan bahwa
hakikat puisi bukan terletak pada bentuk formulanya meskipun bentuk
formula itu penting. Hakikat puisi adalah apa yang menyebabkan puisi itu
disebut puisi. Puisi baru (modern) tidak terikat pada bentuk formal, tetapi
disebut puisi juga. Hal ini disebabkan di dalam puisi modern terkandung
hakikat puisi ini, yang tidak berupa sajak (parsamaan bunyi), jumlah baris,
ataupun jumlah kata pada tiap barisnya.
Ada tiga aspek yang perlu diperhatikan untuk mengerti puisi itu sebagai
hakikat puisi, diantaranya:
a. Fungsi estetik
Puisi adalah karya seni sastra. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra.
Rane Wellek dan Warren mengemukakan bahwa paling baik kita memandang
kesusastraan sebagai karya yang di dalamnya fungsi estetikanya dominan,
yaitu fungsi seninya yang berkuasa. Tanpa fungsi seni itu karya kebahasaan
tidak dapat disebut karya (seni) sastra. Jadi pada akhirnya dalam penulisan
puisi tidak sampai berkutat dan terikat pada pengertian puisi sajam melainkan
pada fungsi puisi sebagai puisi hati.
17
b. Kepadatan
Membuat puisi merupakan aktivitas pemadatan. Dalam puisi tidak sama
peristiwa itu diceritakan. Yang dikemukakan dalam puisi hanyalah inti
masalah, peristiwa, atau inti cerita. Yang dikemukakam dalam puisi adalah
esensi sesuatu, hakikat. Jadi puisi itu merupakan ekspresi esensi. Karena puisi
mampat dan padat, maka penyair memilih kata dengan akurat. Untuk
pemadatan ini, kadang-kadang kata-kata yang hanya di ambil inti dasarnya.
Imbuhan, awalan, dan akhiran sering dihilangkan.
c. Ekspresi yang tidak langsung
Puisi itu sepanjang zaman selalu berubah. Dikemukakan oleh Riffateree
bahwa sepanjang waktu, dari waktu ke waktu, puisi itu selalu berubah.
Perubahan ini disebabkan oleh evolusi selera dan perubahan konsep estetik,
dan hakikat puisi adalah jujur. Itu berarti menceritakan apa yang dialami,
sedangkan apa yang dialami setiap orang dari masa ke masa, meskipun intinya
sama yaitu manusia dan kemanusiaan namun cara pandanglah yang akhirnya
mempengaruhi proses penulisan. Akan tetapi, satu hal yang tidak berubah
yaitu mengucapkan sesuatu secara tidak langsung. Ucapan tidak langsung itu
jalan menyatakan suatu hal dengan arti yang lain. Ketidaklangsungan ekspresi
ini disebabkan oleh tiga hal, yaitu
penggantian arti (displacing of meaning),
penyimpangan atau pemencongan arti (distorting of meaning), dan
Penciptaan arti (crating of meaning). Hal ini pulalah yang sering kali
terciptanya citraan atau pengimajian dalam puisi.
E. Pemhaman metode puisi
Dalam bahasa Inggris kata puisi ini adalah poetry yang erat hubungannya
dengan kata poet yang berarti mencipta atau orang yang mencipta melalui
imajinasinya, dan kata poem. Salah satu maksud utama puisi pada umumnya
adalah “not to speak but to sing” yang artinya bukan berbicara tetapi
berdendang/bernyanyi. Menurut ahli Watts diantara puisi adalah ekspresi yang
18
konkrit dan yang bersifat artistk dari pikiran manusia dalam bahasa emosional
dan berirama, sedangkan menurut Lescelles Abercrombie puisi adalah
ekspresi dari pengalaman yang bersifat imajinatif/khayalan.
Hahekat Puisi
Seorang kritikus sastra yang terkenal LA Richard, bahwa puisi mengandung
suatu “makna keseluruhan” yang merupakan perpaduan dari tema (mengenai
inti pokok puisi tsb), perasaan (sikap sang penyair terhadap bahan atau
obyeknya), nada (sikap sang penyair terhadap pembaca /penikmatnya), dan
amanat ( maksud atau tujuan sang penyair). Sehingga dapat kita simpulkan
semua itu disebut dengan hakekat puisi yang bersifat catur tunggal. Dalam
puisi haruslah terdapat “subject matter” untuk dikemukakan atau ditonjolkan
antara lain yaitu : falsafah hidup, lingkungan, agama, pekerjaan, dan
pendidikan sang penyair.
Lahirnya Sebuah Puisi
Dalam penciptaan puisi ini Stephen Spender mengemukakan suatu pendapat
tentang unsur-unsur yang diperlukan dalam menciptakan sebuah puisi.
Pendapatnya tersebut ditulis dalam makalahnya “The Making of a Poem” yang
mula-mula dimuat dalam “Partisan Review.” Isinya antara lain :
1. Konsentrasi (terdiri atas konsentrasi langsung yang sempurna, dan
konsentrasi lamban yang disempurnakan secara lambat).
2. Inspirasi (ilham dan bisikan).
3. Kenangan (memory).
4. Keyakinan (faith)
5. Lagu (song).
Hakikat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti inti sari atau dasar,
atau kenyataan yang sebenarnya. Sedangkan pengertian puisi dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti ragam sastra yang bahasanya
terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Itu jika
19
kita lihat pengertian dari setiap kata pada hakikat puisi. Selanjutnya,
Pradopo menyatakan bahwa hakikat puisi bukan terletak pada bentuk
formulanya meskipun bentuk formula itu penting. Hakikat puisi adalah apa
yang menyebabkan puisi itu disebut puisi. Puisi baru (modern) tidak
terikat pada bentuk formal, tetapi disebut puisi juga. Hal ini disebabkan di
dalam puisi modern
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Secara etimologis, kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poesis yang
artinya berati penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini adalah
poetry yang erat dengan –poet dan -poem. Mengenai kata poet, Coulter (dalam
Tarigan, 1986:4) menjelaskan bahwa kata poet berasal dari Yunani yang
berarti membuat atau mencipta.
2. Membaca puisi bukan sekedar menyampaikan arus pemikiran penyair, tapi
kita juga harus menghadirkan jiwa sang penyair. Kita harus menyelami dan
memahami proses kreatif sang penyair, bagaimana ia dapat melahirkan karya
puisi.
3. Teknik Pembacaan Puisi.
Interpretasi (penafsiran/pemahaman makna puisi)
Vocal
Diksi
Tempo
Dinamika
Modulasi
Intonasi
Jeda
Pernafasan.
Penampilan
Gerak
Komunikasi
Ekspresi
Konsentrasi
21
B. Saran
1. Hendaknya pihak sekolah memberikan bimbingan (kurikulum) kepada
siswa yang memiliki potensial di bidang fisika instrument.
2. Hendaknya pihak sekolah mengadakan lomba karya tulis ilmih, agar para
penuis puisi akan lebih kompetitif.
DAFTAR PUSTAKA
http://definisi.net/story.php?title=puisi
http://abdurrosyid.wordpress.com/2009/07/27/puisi-pengertian-dan-unsur-
unsurnya/
http://duniapuisi.110mb.com/jenis-jenis%20puisi.htm
http://www.kapasitor.net/community/post/2920
22
http://duniapuisi.110mb.com/teknik%20pembuatan%20puisi.htm
http://duniapuisi.110mb.com/teknik%20pembacaan%20puisi.htm
23
Top Related