Download - Makalah Agama BSI Semester 2

Transcript

Makalah Agama IslamAdab dan Akhlak Penuntut Ilmu

Dosen Pembimbing : Arif Aripudin Ahmad18123261

Dwi Andayani18123271

Dewi Rahmayanti18123075

Fitria Hernawan18123258

Irfan Arif Abdilah18123204

Winda Ardiani Putri18123099

Bina Sarana Informatika

Managemen Informatika

2012/2013

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Alhamdulillah kami kelompok IV sangat bersyukur kepada Allah SWT atas selesainya makalah Agama Islam yang membahas tentang Adab dan Akhlak Penuntut Ilmu. Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Arif selaku dosen pembimbing dan teman-teman yang telah membantu dalam menyelsaikan makalah ini. Dalam pembuatan makalah ini kami kelompok IV sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca karena masih banyak kekurangan sehingga perlu perbaikan.

Jakarta, Juni 2013

Kelompok IVDAFTAR ISIKATA PENGANTAR iDAFTAR ISI iiBAB I PENDAHULUAN 1I.1. Latar Belakang 1BAB II Keutamaan Memperlajari Adab-Adab Dalam Menuntut Ilmu 2BAB III Adab-Adab Seorang Muslim Dalam Menuntut Ilmu Syari 3III.1. Mengikhlaskan niat dalam menuntut ilmu 3III.2. Memohon ilmu yang bermanfaat kepada Allah SWT 4III.3. Bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu dan rindu untuk mendapatkannya 5III.4. Menjauhkan diri dari dosa dan maksiat dengan bertakwa kepada Allah SWT 5III.5. Tidak boleh sombong dan malu dalam menuntut ilmu 6III.6. Mendengarkan baik-baik pelajaran yang disampaikan ustadz, syekh atau guru 7III.7. Diam ketika pelajaran disampaikan 8III.8. Berusaha memahami ilmu yang disampaikan 9III.9. Menghafal ilmu yang disampaikan 9III.10. Mengikat ilmu atau pelajaran dengan tulisan 10III.11. Mengamalkan ilmu yang telah dipelajari 11III.12. Mendakwahkan ilmu 12BAB IV PENUTUP 14DAFTAR PUSTAKA 15BAB I

PENDAHULUANI.1. Latar BelakangSegala puji dan syukur hanya bagi Allah SWT, kami memuji-Nya, memohon pertolongan dan ampunan hanya kepada-Nya, kami berlindung kepada Allah SWT dari kejahatan dari kejelakan diri kami dan kejelekan amal perbuatan kami. Barang siapa yang Allah SWT beri petunjuk tidak ada seorang pun yang dapat menyesatkanya, dan barang siapa yang Allah SWT sesatkan tidak seorang pun yang dapat memberi petunjuk.

Sholawat salam senantiasa kami curahkan kepangkuan nabi kita Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat dan semoga Allah SWT curahkan kepada ummat-Nya yang senan tiasa istiqomah dalam menjaga iman-Nya aamiin.Didalam agama Islam kita telah diatur dengan sangat rapi dan sempurna, sampai didalam membuang hajat kecil pun itu ada tata cara dan doanya, itulah yang menandakan bahwa Islam ini agama rohmatan lilalamin, maka dalam tugas ini kami ingin membuat sebuah makalah yang bertujuan untuk memenuhi amanah kami sebagai penuntut ilmu sekaligus mengajak kepada teman-teman untuk ikut berpartisipasi dalam makalah ini, maka dari itu makalah kami mengambil judul Adab dan Akhlaq Penuntut Ilmu.BAB II

Keutamaan Mempelajari Adab-Adab Dalam Menuntut IlmuRasulullah telah menerangkan didalam agama Islam tentang masalah adab. Beliau telah mengajarkan dan segala sesuatu dengan jelas hingga adab buang air besar pun beliau jelaskan, dan diantara adab yang beliau jelaskan yakni adab-adab dalam menuntut ilmu, akan tetapi sebelum kita masuk ke materi kita harus tahu apa definisi adab dan akhlak.

Kata akhlak berasal dari bahasa Arab yang satu definisi dengan katakhalaqa,khaliq, dan makhluq. Secara etimologis, akhlak memiliki ragam makna yang diantaranya, budi pekerti, agama, tabiat halus, fitrah dan lain-lain. Dari penjelasan tadi terdapat sebuah pengertian penting, bahwa akhlak itu bagian dari din (agama Islam), dan din itu sesungguhnya praktik dari faham akhlak itu.

Adab memiliki arti yaitukesopanan, keramahan, dan kehalusan budi pekerti, menempatkan sesuatu pada tempatnya, jamuan dan lain-lain. Al-Attas memberi arti adab dengan mendisiplinkan jiwa dan fikiran. Maka ini merupakan uraian dari kata adab yang bermakna jamuan. Ia menyebutkan dari satu hadits, Sesungguhnya Kitab Suci al-Quran ini adalah jamuan (madabah) Allah SWT di bumi, maka lalu belajarlah dengan sepenuhnya dari jamuan-Nya (H.R Ibnu Masud).

Rasulullah bersabda : Sesungguhnya yang paling aku cintai di antara kalian dan yang paling dekat majelisnya denganku pada hari kiamat adalah yang paling baik akhlaqnya. (H.R. At-Tirmidzi) no.2018.BAB III

Adab-Adab Seorang Muslim Dalam Menuntut Ilmu SyariIII.1. Mengikhlaskan niat dalam menuntut ilmuDalam menuntut ilmu kita harus ikhlas karena Allah SWT, dan seorang tidak akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat jika ia tidak ikhlas karena Allah SWT.

Seperti firman Allah SWT : [:]Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah SWT dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus. (QS. Al-Bayyinah : 5)Dan hadits Rasululllah yang artinya:

. Sesungguhnya setiap amal perbuatan tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) sesuai dengan niatnya. Barang siapa yang hijrahnya karena Allah SWT dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Dan barang siapa yang hijrahnya karena urusan dunia yang ingin digapainya atau karena seorang wanita yang ingin dinikahnya, maka hijrahnya sesuai dengan apa yang diniatkannya tersebut. (H.R. Al-Bukharidan Muslim).Didalam keterangan hadits di atas dapat disimpulkan bahwa menuntut ilmu itu harus benar-benar dengan niat yang tulus karena Allah SWT, karena bila kita salah niat maka kita tidak akan mendapatkan apa-apa bahkan bisa jadi kita mendapatkan dosa seperti keterangan hadits berikut :Barang siapa yang menuntut ilmu syari yang semestinya ia lakukan untuk mencari wajah Allah SWT dengan ikhlas, namun ia tidak melakukannya melainkan untuk mencari keuntungan duniawi, maka ia tidak akan mendapatkan harumnya aroma surga pada hari kiamat. (H.R Ahmad) bab II no 338.III.2. Memohon ilmu yang bermanfaat kepada Allah SWTHendaknya setiap penuntut ilmu senantiasa memohon ilmu yang bermanfaat kepada Allah SWT, dan memohon pertolongan kepada-Nya dalam mencari ilmu serta selalu butuh kepada-Nya. Seperti halnya Allah SWT memerintahkan Nabi-Nya untuk memohon ilmu dan tambahan ilmu. [:]Mereka berkata: "Segala puji bagi Allah SWT yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini. Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah SWT tidak memberi kami petunjuk.(QS. Al-Araf : 43) Firman Allah SWT yang artinya : Dan katakanlah, Wahai Rabb-Ku tambahkanlah ilmu kepadaku.(QS. Thoha : 114). Dan hadits dari Rasulullah yang artinya : ya Allah SWT, berikanlah manfaat kepadaku dengan apa-apa yang engkau ajarkan kepadaku, dan ajarkanlah aku apa-apa yang bermanfaat bagiku. Dan tambahkanlah ilmu kepadaku. (H.R At-Tirmidzi No.3599 & Ibnu Majah No. 251,3833). Dan hadits Rasul :Ya Allah SWT, aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang halal, dan amal yang diterima. (H.R Al-Humaidi (1/43) No. 299, Ahmad No.6.322, Ibnu Majah No.925).Dari keterangan dia atas jelaslah sudah bahwa Rasulullah menganjurkan kepada kita untuk selalu memohon ilmu yang bermanfaat dan berlindung kepada Allah SWT dari ilmu yang tidak bermanfaat.III.3. Bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu dan rindu untuk mendapatkannyaSeorang penuntut ilmu sangat diperlukan kesungguhan. Tidak layak para penuntut ilmu bermalas-malasan dalam mencarinya, sebab tanpa kesungguhan kita tidak akan memperoleh ilmu yang bermanfaat. Didalam menuntut ilmu seorang penuntut ilmu harus selalu hadir didalam majelis ilmu dan berusaha agar datang lebih awal di majelis tidak boleh terlambat. Yahya bin Abi Katsir berkata, ilmu tidak akan diperoleh dengan tubuh yang dimanjakan (dengan santai). (Atsar Shahih : diriwayatkan oleh Muslim/No.2664).III.4. Menjauhkan diri dari dosa dan maksiat dengan bertaqwa kepada Allah SWTFirman Allah SWT : [:Dan bertakwalah kepada Allah SWT, Allah SWT mengajarmu, dan Allah SWT Maha Mengetahui segala sesuatu.(Al-Baqarah : 282). [:] Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu bertaqwa kepada Allah SWT, niscaya Dia akan memberikan al-furqoon kepadamau dan menghapuskan segala kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa) mu. Allah SWT memilili karunia yang besar. (QS. Al-Anfaal : 29).Maksud al-furqoon pada ayat diatas adalah petunjuk yang dapat membedakan antara yang haq dan yang bathil.

Ayat ini menjelaskan bahwa orang yang bertaqwa kepada Allah SWT, maka Allah SWT akan memberikan ilmu kepadanya, dan dengan ilmu tersebut orang bisa membedakan antara yang haq dan yang bathil.III.5. Tidak boleh sombong dan malu dalam menutut ilmuKetahuilah bahwa sombong dan malu menyebabkan pelakunya tidak akan mendapatkan ilmu selama kedua sifat itu masih ada dalam dirinya. Ummul Muminin Aisyah RA, pernah berkata tentang sifat para wanita anshar : Sebaik-baik wanita adalah wanita anshar. Rasa malu tidak menghalangi mereka untuk memperdalam ilmu agama.(Atsar Shahih : diriwayatkan secara muallaq oleh Al-bukhori).Ummu Sulaim RA, pernah bertanya kepada Rasulullah Wahai Rasulullah! Sesungguhnya Allah SWT tidak malu terhadap kebenaran, apakah seorang wanita wajib mandi apabila ia mimpi (berjima) ? Rasulullah menjawab, apabila ia melihat air.(H.R Bukhori No.130 dan Muslim No.313). Kemudian Imam Mujahid bin Jabir mrngatakan tidak akan mendapatkan ilmu orang yang malu dan sombong.(Atsar hadist diriwayatkan oleh : Al-Bukhori secara muallaq dalam shahihnya).Keterangan diatas jelaslah sudah seorang penuntut ilmu tidak boleh malu dan sombong dalam tholabul ilmi.III.6. Mendengarkan baik-baik pelajaran yang disampaikan ustadz, syekh, atau guru

Kita diperintahkan mendengarkan dengan baik, secara seksama, dan mudah-mudahan kita termasuk orang-oarang yang mendengarkan yang baik dan mengikuti yang terbaik. Banyak sekali para penuntut ilmu yang rajin datang dalam majelis ilmu, namun ia tidak mendengarkan pelajaran yang disampaikan dengan penuh perhatian sehingga keadaan dia ketika pulang dari majelis sama dengan keadaan ketika ia datang. Firman Allah SWT :

[:]Dan orang-orang yang menjauhi thaghut (yaitu) tidak menyembahnya dan kembali kepada Allah SWT, bagi mereka berita gembira, sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-hamba-Ku. (QS.Az-Zumar : 17). [:]Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah SWT petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal. (QS.Az-Zumar : 18).Diadalam riwayat lain Ahmad bin Sinan mengatakan tidak ada yang berbicara dalam majelis Abdurrahman, tidak ada pula pensil yang diraut, tidak ada seorang pun yang tersenyum, dan tidak ada seorang pun yang berdiri. Seolah-olah diatas kepala mereka ada burung atau seolah-olah mereka sedang sholat. Jika ia melihat salah seorang, diantara mereka tersenyum atau bercakap-cakap, maka ia memakai sandalnya lalu keluar. Sungguh sangat diperhatikan sekali dalam menuntut ilmu.III.7. Diam ketika pelajaran disampaikanFiman Allah SWT :

[:]Dan apabila dibacakan Al-Quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.(QS.Al-Araaf : 204).Rasulullah bersabada, Barang siapa yang beriman kepada Allah SWT dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.(H.RBukhori No.6018, 6138). Beliau juga bersabda, barang siapa yang diam, maka ia akan selamat. (H.RAhmad/II/159, 177).Imam Adh-dhahhak bin Muzahim mengatakan, pintu pertama dari ilmu adalah diam, keduanya adalah mendengarkannya, ketiganya adalah mengamalkannya dan keempatnya adalah menyebarkan dan mengajarkannya. Ternyata kalau kita perhatikan dengan teliti dari hadits Rasulullah diam merupakan kunci utama pahamnya seorang penuntut ilmu terhadap ilmu yang dipelajarinya.III.8. Berusaha memahami ilmu yang disampaikan

Didalam memehami pelajaran beragam perbedaanya, ada yang langsung paham ketika dijelaskan, ada pula yang lambat dan ada pula yang memerlukan proses yang lumayan panjang waktunya.Rasulullah bersabda Barang siapa dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka dia akan memberikan kefahaman agama kepadanya.(H.R Ahmad/IV/92,95,96,101).Adapun kiat-kiat dalam memahami pelajaran yang disampaikan antara lain:1. Mencari tempat duduk yang tepat dihadapan guru

2. Memperhatikan penjelasan guru dan bacaan murid yang berpengalaman

3. Bersungguh-sungguh untuk mengikat (mencatat) faedah-faedah pelajaran

4. Tidak banyak bertanya saat pelajaran disampaikan

5. Tidak membaca satu kitab/pelajaran kepada banyak guru pada waktu yang sama

6. Mengulang pelajaran setelah selesai kajian (pelajaran)

7. Bersungguh-sungguh mengamalkan ilmu yang telah dipelajari

III.9. Menghafalkan ilmu yang disampaikanRasulullah bersabda Semoga Allah memberikan cahaya kepada wajah orang yang mendengar perkataanku, kemudian ia memahaminya, menghafalkannnya, dan menyampaikannya. Banyak orang yang membawa fiqih kepada orang yang lebih faham dari padanya:::(H.R At-Tirmidzi No.2658).Para ulama salaf sangat bersemangat dalam menghafalkan beribu-ribu hadits dengan sanad-sanadnya sehingga nama mereka tetap harum sampai hari kiamat. Abu Hurairah Rodhiyallaahuanhu berkata : Tidak ada yang lebih banyak menghafal hadits Nabi Muhammad shalallaahualaihi wa sallam daripada aku, selain Abdullah bin Amr. Sebab dia menulis (hadits) sedangkan aku tidak menulisnya (siyar alaamin nubulaa/ II-599). Kalu kita lihat sekilas dari perkataan para sahabat dan ulama salaf ternyata menghafalkan suatu ilmu itu sangat penting terlebih ilmu syari karena dengan menghafal kita banyak sekali mengetahui dan cepat dalam memahami suatu permasalahan yang kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari.III.10. Mengikat ilmu atau pelajaran dengan tulisan Ketika belajar seorang penuntut ilmu harus mencatat pelajaran, poin-poin penting, fawaa-id (faedah dan manfaat) baik dari sebuah ayat, hadits, perkataan guru bahkan pelajaran-pelajaran umum. Tujuannya agar ilmu yang disampaikan tidak hilang dan terus tertancap didalam ingatannya setiap kali mengulangi pelajaran. Karena daya tangkap atau kemampuan menghafal dan memahami pelajaran berbeda-beda antara satu orang dengan yang lainnya.Rasulullah bersabda Ikatlah ilmu dengan tulisan(H.R Ibnu Abdil barr/I/306,395).Seorang penuntut ilmu tdak boleh bakhil dan pelit untuk membeli buku tulis , ballpoint, kitab, dan berbagai sarana yang dapat membantunya untuk mendapatkan ilmu. Dalam memenuhi kebutuhannya itu, dia tidak boleh bergantung kepada orang lain, tidak boleh merepotkan dan meminta-minta orang lain, bahkan dia harus bersikap zuhud dan qanaah.

III.11. Mengamalkan ilmu yang telah dipelajari

Firman Allah SWT : [:]Dan katakanlah : Bekerjalah kamu, maka Allah SWT dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah SWT) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakannya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.(QS. At-Taubah : 105).Surga diberikan kepada orang yang mengamalkan Islam dengan benar : [:]Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal-amal yang dahulu kamu kerjakan.(QS. Az-Zukhruf : 72).Hal ini sangat penting karena ilmu yang telah dipelajari adalah untuk diamalkan, bukan sekedar untuk dihafalakan. Para ulama menasehati kita bahwa menghafal ilmu dengan cara mengamalkannya. Hendaklah seorang penuntut ilmu mencurahkan perhatiannya untuk meenghafalkan ilmu ini dengan mengamalkannya dan ittiba. Sebagian salaf mengatakan Kami biasa memohon bantuan dalam menghafal ilmu dengan cara mengamalkannya (lihat miftaaah daarris saaadah : I/344).Menuntut ilmu syari bukanlah tujuan akhir, tetapi sebagai pengantar kepada tujuan yang agung, yaitu adanya rasa takut kepada Allah SWT, merasa diawasi oleh-Nya, taqwa kepada-Nya, dan mengamalkan tuntunan dari ilmu tersebut. Dengan demikian, maka siapa saja yang menuntut ilmu bukan untuk di amalkan, niscaya ia diharamkan dari keberkahan ilmu, kemuliaannya, dan ganjaran pahalanya yang besar.III.12. Mendakwahkan ilmuIlmu syari maupun ilmu umum yang telah kita peroleh dan fahami bukanlah untuk kita sendiri, namun kita harus mendakwahkannya.

Syaikh Utsaimin Rahimahullaah menuturkan yaitu, berdakwah mengajak kepada syariat Allah SWT yang dibawa oleh Rasulullah SAW berdasarkan tiga atau empat tempat tingkatannya, seperti firman Allah SWT : [:] Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.(QS. An-Nahl : 125).Didalam berdawah kita harus mengetahui syariat Allah SWT azzawa jalla sehingga dakwah tersebut tegak lurus diatas ilmu dan bashiroh.Yang dimaksud bashiroh dalam dawah adalah orang yang menyampaikan dakwah harus mengetahui hukum syari cara berdawah, dan mengetahui keadaan orang yang menjadi objek dakwah (syarah tsalaasatil ushuul hal : 22).Dan objek berdawah yang paling utama adalah keluarga dan kerabat kita karena Allah SWT berfirman : [:]Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.(QS. At-Tahriim : 6).BAB IV

PENUTUPSebagai penutup, marilah kita saling nasihat-menasihati bahwa seorang penuntut ilmu harus senantiasa bertaqwa kepada Allah SWT dimanapun ia berada, selalu menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya dan juga harus senan tiasa merasa bahwa dirinya sealu diawasi oleh Allah SWT. Rasul bersabda yang artinya Bertaqwalah kepada Allah dimanapun engkau berada, dan iringilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik maka kebaikan akan menghapuskan keburukan itu, dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik.(Hadist Hasan: H.R At-Tirmidzi No.1987).Demikianlah makalah ini kami buat dengan sangat teliti, akan tetapi sebagai manusia biasa kami kami masih banyak kekurangan dan kekeliruan yang harus dibenahi lagi.DAFTAR PUSTAKA

Adan dan Akhlak Penuntut Ilmu, Karya Yazid bin Abdul Qodir JawasMedia Internet