Download - Majalah Manunggal Entrepreneurship

Transcript
Page 1: Majalah Manunggal Entrepreneurship
Page 2: Majalah Manunggal Entrepreneurship

Selamat Tahun Baru… Dengan semangat baru, Manunggal senantiasa berusaha memberi-kan yang terbaik bagi para pembaca, karena tanpa dukungan pembaca, Manunggal bukan apa-apa.Pada edisi ini Manunggal hadir dengan tema Entrepreneurship yang kian populer. Pengertian, pendapat para pakar, hingga jatuh bangun para wirausahawan disuguhkan dalam rubrik Sajian Utama. Poling tentang Entrepreneurship turut melengkapi sajian kami.Dalam rubrik Face to Face, Manunggal bertemu sineas Deddy Mizwar yang berbagi cerita tentang perfilman di Indonesia. Ada pula profil mahasiswa dari Madagaskar yang mendapat beasiswa kuliah di Fakultas Ilmu Budaya.Bagi yang suka jalan-jalan, Manunggal mengunjungi Selecta di Malang dan Telaga Madirda di Kabupaten Karanganyar sebagai referensi wisata bagi pembaca. Dalam rubrik gaya hidup, Manunggal yang membahas ten-tang tren behel yang sedang in. Sementara, rubrik To Be Fit membahas lemak trans.

Selamat membaca!

Page 3: Majalah Manunggal Entrepreneurship

Sajian Utama ..........06Poling .....................16Komik ...... ...............20Pendidikan .... ...........22Artikel Mahasiswa ..24Face To Face ............26Olahraga.................30Konsultasi ...............33Gaya Hidup ..............34Techno...................36

Daftar IsiIntermezzo .............38Corner ....................40Kuliner ...................42Plesir .....................44To Be Fit ................50Bisnisiana ...............52Profil .....................55Cerpen ...................56Resensi ..................60

Diterbitkan oleh Lembaga Pers Mahasiswa Manunggal Universitas Diponegoro; Pelindung: Prof dr Susilo Wibowo MS ED SpAnd; Penasehat: Prof Dr Ignatius Riwanto SpBD, Dr H Muhammad Nasir MSi Akt, Sukinta SH MHum, Dr Muhammad Nur DEA, Dr Adi Nugroho; Pemimpin Umum: Hendra Kusuma WH; Sekretaris Umum: Ratna Trianingsih; Pemimpin Redaksi: Ridha Swasti Hapsari; Pemimpin Litbang: Alan Prahutama; Pemimpin Perusahaan: Arvinda Hanugraheningtias; Sekretaris Redaksi: Satya Sandida; Redaktur Pelaksana: Mia Aulia Hasana, Arnindya Kanti Prasasti; Staf Redaksi: Hasan Anwar, Taufiq Bagus Prasojo; Redaktur Artistik dan Online: Siti Khatijah; Staf Artistik dan Online: Furqon Abdi, Azam David Saifullah; Manajer Iklan: Taufik Hidayat; Staf Iklan: Rahman Adi Nugroho, Taufik Budiawan; Manajer Rumah Tangga: Eka Mei Fajar Y; Produksi dan Distribusi: Tidar Priyo S; Kadiv Data dan Informasi: Ali Budi Utomo; Staf Data dan Informasi: Andri Imam S; Kadiv Jaringan dan Kerjasama: Farah Melchalida; Staf Jaringan dan Kerjasama: Lutfi Agung Mardiansyah; Kadiv Kaderisasi: Bondika Ariandani; Staf Kaderisasi: Septian Ananggadipa; Alamat Redaksi, Iklan dan Sirkulasi: Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) Joglo Universitas Diponegoro Jl. Imam Bardjo, S.H. No.2 Telp. (024) 8446003 Semarang 50241 E-mail: [email protected] Web: www.manunggal.undip.ac.id

Page 4: Majalah Manunggal Entrepreneurship

Indonesia kaya akan Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM), tetapi rakyatnya amat sulit memperoleh la-pangan pekerjaan. Paradigma tersebut yang ingin disampaikan oleh Manunggal dalam edisi Entrepreneurship kali ini.

Menjadi seorang wirausaha, atau entrepreneur adalah salah satu langkah awal untuk meraih kesuksesan. Dengan berwirausaha, se-seorang dapat lebih bebas menjalankan usaha serta mengekspresi-kan ide-idenya.

Manunggal ingin memotivasi mahasiswa untuk tidak mencari pe-kerjaan, melainkan menciptakan lapangan pekerjaan. Setelah lulus dari bangku perkuliahan diharapakan mahasiswa menjadi job cre-ator, bukan job seeker. Di negeri yang padat penduduk ini diharap-kan para intelektual menjadi majikan, bukan buruh di negeri sendiri.

Manunggal juga membahas suka duka berwirausaha. Suatu usaha membutuhkan pengorbanan. Setiap kendala harus dihadapi dengan kerja keras. Pengorbanan waktu, emosi, tenaga dan dana menjadi konsekuensi yang harus dihadapi oleh seorang entrepre-neur.

Saat ini banyak generasi muda yang sadar dan berani mencip-takan suatu usaha. Mahasiswa berwirausaha saat masih menjalani kuliah menghadapi berbagai tantangan salah satunya tugas-tugas kuliah menumpuk.

Keharusan membagi waktu antara belajar, mengerjakan tugas dengan mengelola usahanya membuat banyak mahasiswa yang ta-kut untuk berwirausaha. Perjuangan menjadi sukses dalam berwi-rausaha membutuhkan pengorbanan yang tidak sedikit.

Meski berwirausaha ketika masih kuliah dirasa tidak mudah na-mun ternyata masih banyak mahasiswa yang memutuskan untuk terjun menjadi entrepreneur muda. Tak sedikit orang-orang yang pantang menyerah dan cerdas melihat peluang, meraih kesuksesan di usia muda. Dengan semangat pantang menyerah kesuksesan pun tercapai di depan mata. (Redaksi)

Job Creator,EDITORIAL

bukan Job Seeker

4

Page 5: Majalah Manunggal Entrepreneurship

5

Page 6: Majalah Manunggal Entrepreneurship

Istilah entrepreneurship sendiri dalam baha-sa Indonesia berarti kewiraswastaan atau kewi-rausahaan. Secara etimologi, kewirausahaan berasal dari kata wira dan usaha. Wira berarti pahlawan atau perwira, sedangkan usaha adalah kegiatan dengan mengerahkan tenaga, pikiran, atau badan untuk mencapai suatu maksud.

Hingga saat ini, para ahli mempunyai pan-dangan berbeda-beda mengenai definisinya. Richard Cantillon menekankan wirausaha pada bagaimana seseorang menghadapi risiko atau ketidakpastian. Sedangkan Penrose, lebih cen-derung mengindentifikasi peluang-peluang di dalam sistem ekonomi .

Pendapat lain dikemukakan Harvey Leibenstein. Menurutnya, kewirausahaan men-cakup kegiatan yang dibutuhkan untuk mencip-takan atau melaksanakan perusahaan pada saat semua pasar belum terbentuk atau belum teri-dentifikasi dengan jelas, atau komponen fungsi produksinya belum diketahui sepenuhnya.

Meskipun memiliki beragam definisi, pada intinya kewirausahaan merukan proses mengi-

Ragam Definisi,

Saat pertama terdengar, entrepreneurship belum setenar sekarang. Pada masa itu, orang belum benar-benar mengerti istilah tersebut. Kini, entrepreneurship telah menjelma menjadi sebuah tren.

Satu Tujuan

6

Page 7: Majalah Manunggal Entrepreneurship

dentifikasi, mengembangkaan, dan membawa visi ke dalam kehidupan berupa ide inovatif, pelu-ang, cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu. Tujuannya satu, mendapatkan kehidu-pan yang lebih baik.

Wirausaha terlihat gaungnya sejak abad ke-14. Pada saat itu terdapat dua pihak yang berke-pentingan dalam perekonomian, yaitu pihak pa-sif dan pihak aktif. Pihak pasif bertindak sebagai pemilik modal. Sedangkan pihak aktif, yang di-pelopori Marcopolo, menggunakan modal untuk berdagang sampai mengarungi lautan. Pihak ak-tif inilah yang sesuai dengan prinsip kewirausa-haan.

Istilah kewirausahaan mulai dikenal sejak abad 16, di Belanda dikenal dengan Ondernemer, di Jerman dikenal dengan Unternehmer. Selanjutnya, pada tahun 1755, Richard Castillon memperkenalkan kewirausahaan secara luas. Pendidikan kewirausahaan mulai dirintis sejak 1950-an di beberapa negara di Eropa, Amerika, dan Kanada.

Kewirausahaan berkembang sejalan de-ngan perkembangan dan tantangan seperti adanya krisis ekonomi. Pemahaman kewirausa-haan baik melalui pendidikan formal maupun pelatihan-pelatihan di segala lapisan masyara-kat menjadikan kewirausahaan berkembang. Sampai pada saat ini, wirausahawan lekat de-ngan pembawa perubahan, inovasi baru, dan berani mengambil risiko.

Wirausaha di IndonesiaDi Indonesia, kewirausahaan mulai populer

pada 1970-an. Pada saat itu lapangan pekerjaan masih sedikit. Hal tersebut diperparah lagi de-ngan makin sedikitnya peluang menjadi PNS yang menjadi pekerjaan idaman pada saat itu.

Prof Purbayu, dosen Fakultas Ekonomi Undip, menyayangkan sangat minimnya jumlah wirausahawan di

Indonesia.“Wirausahawan di Indonesia hanya mencapai 0,5% dari total penduduknya, ideal-nya dalam sebuah negara ada wirausawan se-banyak 4% dari total penduduk,” katanya.

Kurangnya minat berwirausaha juga di-latarbelakangi budaya kita. Berwirausaha ha-rusnya diajarkan sedini mungkin. “Kesadaran kewirausahaan bagus ditanamkan sejak kecil untuk terbiasa hidup mandiri. Di Turki, anak TK mulai berwirausaha dengan bekerja mengepel rumah,” tuturnya.

Disinggung mengenai mahasiswa yang lebih mementingkan wirausaha dari pada ku-liah, Purbayu menuturkan, “Tidak ada yang salah bagi mahasiswa yang lebih mement-ingkan wirausaha daripada kuliahnya. Hal ini masih rasional karena hidup adalah pilihan. Setiap orang mempunyai strategi yang ber-beda untuk menghadapi hidup.”

Namun, Purbayu berpesan bagi ma-hasiswa yang berwirausaha untuk tidak mengabaikan kuliahnya. “Dengan kuliah seorang wirausahawan akan memiliki nilai plus. Selain itu jangan lama-lama kuliahnya, negara dirugikan karena kuliah di sini disubsidi pemerintah,” tambahnya. (Hasan)

7

Page 8: Majalah Manunggal Entrepreneurship

Seolah tak mau ketinggalan, Undip turut melakukan hal serupa. Salah satunya, lewat kegiatan Program Mahasiswa Wirausaha (PMW). Kegiatan ekstra kampus untuk mem-bentuk karakter para wirausahawan muda ini dibina Pembantu Rektor (PR) III Undip. Selama mengikuti PMW, peserta diberikan pelatihan kewirausahaan, magang, penyusunan rencana bisnis, dukungan permodalan, dan pendampi-ngan usaha.

Ramai-ramai

Menjamurnya tren wirausaha di kalangan mahasiswa membuat universitas mulai bergerak. Dosen dan petinggi birokrasi di kampus pun berlomba mengusung konsep

berwirausaha dalam kebijakan ekstra dan intra kampus.

Dimulai dengan sosialisasi acara ke maha-siswa, PMW dilanjutkan dengan pengumpulan proposal business plan mahasiswa. Dewan juri akan menyeleksi dan mengumumkan peserta yang lolos. Pelaksanaan kegiatan PMW setelah itu dilakukan di bawah pengawasan dosen pendamping.

Untuk mengikuti PMW, tiap maha-siswa diwajibkan membentuk kelom-pok yang beranggotakan 3-5 orang

Usung Konsep Wirausaha

8

Page 9: Majalah Manunggal Entrepreneurship

dan membuat proposal business plan. Lalu proposal diserahkan ke de-wan juri, yang terdiri dari praktisi kewirausahaan, praktisi perbankan, Kamar Dagang Indonesia (Kadin), dan dosen Undip.

Mahasiswa yang proposalnya lolos seleksi akan mendapat pelatihan, kemudian magang dua minggu di suatu perusahaan. Setelah ma-gang, anggota tiap kelompok akan mendapat uang tunai maksimal delapan juta per orang se-bagai modal usaha. Pada 2009, dana tersebut merupakan hibah dari APBN, sehingga peserta PMW tidak diwajibkan mengembalikan uang tersebut ke APBN.

Pertama kali PMW diorbitkan pada tahun tersebut, hingga kini eksistensinya masih tetap berlanjut. Terakhir, Undip mengucurkan dana hingga 1,5 miliar pada 2010 lalu sebagai sunti-kan modal para wirausahawan muda. Hasilnya, ba-nyak mahasiswa yang terbilang sukses ber-wirausaha.

Koperasi Kosuma

Selain PMW, Undip juga memiliki sebuah kegiatan untuk mendidik mahasiswa berwi-

rausaha. Unit kegiatan tersebut adalah Koperasi Kosuma, yang terletak di Jl Hayam Wuruk. Sayangnya, Koperasi Kosuma berstatus Badan Hukum sehingga Undip tidak bisa ikut campur dalam pengaturan manajemennya.

Koperasi Kosuma sebenarnya berdiri di tanah milik Undip. Namun, bila ditilik dari kacamata hu-kum, Koperasi Kosuma bukan bagian dari Undip dan pihak kampus berhak meminta Koperasi Kosuma pindah. Dengan pertimbangan melatih mahasiswa berwirausaha dan memenuhi kebu-tuhan warga di sekitar Pleburan, Kosuma tetap diijinkan beraktivitas di lahan Undip.

Mantan PR III Undip Sukinta SH M.Hum me-nuturkan, sebenarnya mahasiswa Undip sudah

banyak yang berwirausaha. “Mereka men-jalankannya secara mandiri, tanpa ban-

tuan Undip. Sudah ada lebih dari 1000 mahasiswa Undip yang berwirausaha

dari 40.000 orang,” terang dosen Fakultas Hukum tersebut.

Selain mahasiswa, dosen juga tidak mau ketinggalan berwi-rausaha. Sukinta pun berharap rekan seprofesinya, para dosen

9

Page 10: Majalah Manunggal Entrepreneurship

Undip, mau berwirausaha sambil mengajar. Dengan menjadi job creator, seseorang mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang lain. “Saya dosen, tapi juga berwirausaha. Intinya jangan menyerah dan malas berwirausaha,” ujarnya.

Lewat PerkuliahanJika PR III memacu mahasiswa berwirausaha

melalui kegiatan ekstra kampus, bidang akademik juga turut andil menyukseskan lahirnya job cre-ator dari Undip. Ketua Lembaga Pengembangan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Undip (LP2MP Undip) Prof Dr Ir M Arifin menjelaskan, Undip mempunyai komitmen menanamkan jiwa kewi-rausahaan pada mahasiswa.

Menurut Arifin, mendidik kewirausahaan ti-dak hanya di mata kuliah Kewirausahaan yang hanya berisi teori dan sejarah kewirausahaan, tetapi di seluruh mata kuliah. “Untuk memun-culkan jiwa pengusaha bukan hanya dari materi kuliah saja, tetapi juga cara dosen mendidik ma-

hasiswanya. Karena itu, tidak masalah jika dosen yang mengampu mata kuliah kewirausahaan bukan berasal dari lulusan ekonomi kewirausa-haan,” imbuhnya.

Dosen pun dituntut memotivasi mahasiswa agar lebih aktif berpartisipasi dalam kegiatan belajar. Kegiatan belajar yang biasanya dosen aktif menjelaskan materi diharapakan bergeser menjadi lebih banyak diskusi mahasiswa. Dosen hanya membimbing mahasiswa memahami ma-teri kuliah, mengoreksi pendapat dan mengeva-luasi tindakan mahasiswa saat mempraktekkan kegiatan di lapangan.

Dengan metode pembelajaran yang tepat dan menarik, mahasiswa diharapkan berani ber-pendapat di depan umum, kritis, kreatif, mampu memecahkan persoalan di lapangan, ulet, mam-pu menghadapi tekanan, dan mandiri. Jika ma-hasiswa sudah menjadi seseorang yang mandiri dan pembelajar, tanpa sadar mereka sudah mempunyai jiwa wirausaha dan siap mengha-dapi berbagai hambatan dalam berwirausaha. (Afiq)

10

Page 11: Majalah Manunggal Entrepreneurship

Bagi mahasiswa yang masih kuliah, berwirausaha tentu saja meng-

hadirkan tantangan lebih besar. Di saat tu-gas-tugas kuliah menumpuk, mereka masih harus mengelola usahanya. Keharusan mem-bagi waktu antara belajar, mengerjakan tugas, dan mengelola usahanya membuat banyak mahasiswa yang takut untuk berwirausaha.

Perjuangan menjadi sukses membu-tuhkan pengorbanan yang tidak sedikit. Tak jarang wirausahawan muda harus meng-habiskan dana dan waktu istirahatnya agar usahanya tetap eksis dan berkembang.

Meski berwirausaha ketika masih kuliah di-rasa tidak mudah, masih ada mahasiswa yang

memilih menjadi entrepreneur muda. Dengan semangat pantang menyerah, mereka menjalani kuliah sembari berjuang mengembangkan usa-hanya. Kendala yang dihadapi tidak membuat semangat mereka surut, justru kendala tersebut menjadi pemacu untuk meraih kesuksesan se-cara mandiri.

Wahyu Bachtiar adalah salah seorang maha-

siswa yang tetap berwi-rausaha meski ia tahu bahwa berwirausaha itu tak mudah. Mahasiswa jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Undip yang akrab disapa Tiar ini mengaku telah mengalami jatuh bangun dalam membangun suatu usaha.

Mulai dari menjadi reseller laptop, berjualan obat klorofil, menjadi agen asuransi hingga kini beternak lele. “Saya berwirausaha karena ingin berusaha secara mandiri dan mempraktikkan ilmu yang didapat dari kuliah, kalau sukses nanti kan bisa membanggakan kedua orang tua juga,” ujarnya.

Usahanya menjadi reseller laptop dan agen asuransi tidak terlalu berjalan baik, kendala se-perti minimnya kepercayaan konsumen terha-dap penjual yang masih muda membuat produk yang ia pasarkan kurang diminati. Tidak bernasib baik menjadi reseller laptop dan agen asuransi tidak membuat Tiar patah arang. Kini ia meman-faatkan lahan kosong di belakang rumahnya un-tuk beternak ikan lele.

Menjadi seorang wirausaha atau entrepreneur merupakan salah satu langkah awal meraih kesuksesan. Namun, menjadi wirausaha

membutuhkan pengorbanan dan kerja keras. Waktu, tenaga, dan dana menjadi konsekuensi yang harus ditanggung seorang

entrepreneur.

11

Page 12: Majalah Manunggal Entrepreneurship

usahanya.Jangan melihat suatu usaha hanya dari hasil

yang diperoleh, tetapi juga proses dan manfaat-nya. Prinsip itulah yang dipegang oleh Tiar ketika dihadapkan pada sebuah kegagalan. Ia tetap berfikir positif meski ia juga mengakui sangat berat menerima sebuah kegagalan. Kegagalan memacunya untuk terus berusaha memperbaiki dan mengembangkan usahanya.

Kesulitan ModalMasalah klasik lain yang banyak dihadapi

entrepreneur muda adalah minimnya modal dan bingung dalam memilih usaha yang akan mereka lakukan. Uang pemberian orang tua yang banyak terkuras untuk biaya kuliah, sewa kos dan uang makan membuat banyak mahasiswa merasa enggan untuk mengalokasikan uang yang ia mi-liki untuk modal usaha. Rugi adalah resiko dari suatu usaha, dan hal itu harus dipahami dengan baik. Dibutuhkan perencanaan yang matang agar mahasiswa dapat mengelola keuangannya dengan seimbang.

Tidak bisa dipungkiri jika banyak mahasiswa yang masih kesulitan memperoleh modal usaha. Usia muda membuat mereka tidak bisa me-minjam dana dalam jumlah besar di bank. Noor

Widiastuti, pemilik usaha Aisyah Production memiliki kiat mengatasinya. ”Saya ber-

wirausaha tidak sendirian, tapi ber-gabung dengan beberapa teman,

dengan begitu ketika meng-hadapi masalah dana atau hal lain, kami bisa saling mem-bantu,” ujarnya.

Pengelolaan bersa-ma-sama memang me-ringankan beban dalam manjalankan usaha, na-mun hal tersebut dapat menimbulkan masalah

Idealisme KuatBeragam masalah juga tim-

bul ketika menjalani usaha di tengah-tengah kuliah. Mahasiswa seperti Tiar

tentu sudah merasakan pahit manis berwi-rausaha ketika masih kuliah, seperti nilai ku-

liahnya yang turun, sulit mengatur tugas dan jadwal. Namun mahasiswa semester lima asal Bekasi ini mengungkapkan kalau ia memiliki ide-alisme untuk membangun usaha dengan kerja kerasnya sendiri dan tidak menyerah pada ke-gagalan. “Kemauan untuk berusaha dari nol dan meraih sukses secara mandiri membuat saya terus berwirausaaha meski beberapa kali gagal,” tuturnya.

Tiar mengungkapkan, idealisme yang kuat membuatnya mampu terus berwirausaha meski banyak pengorbanan yang harus ia lakukan. Tak jarang ia mendengar ejekan pesimis dari teman-temannya. Merugi, gagal berjualan, hingga le-lah berkeliling untuk menawarkan dagangan-nya tidak membuatnya menyerah.

Menurut Tiar, suatu idealisme menjadi modal penting dalam berwirausaha. Tanpa memiliki idealisme dan prinsip yang kuat, seseorang akan mudah menyerah ketika menghadapi banyaknya halangan dalam

12

Page 13: Majalah Manunggal Entrepreneurship

ketika pemikiran masing-masing anggota tidak dapat disatukan.

Mahasiswi kelahiran 1992 ini menjalankan usaha asesoris flanel, baju, dan sari kurma ber-sama enam orang teman lainnya. Terkadang muncul ketidaksepahaman dalam mengelola usahanya, namun dengan saling pengertian, masalah-masalah tersebut dapat diselesaikan. Meski harus meluangkan waktu untuk banyak berdiskusi, Noor dan teman-temannya dapat memperoleh manfaat dalam bekerja sama dalam mengelola usaha.

Mahasiswi jurusan Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya Undip ini beberapa kali menghadapi masalah dengan pembagian waktu. Beberapa waktu lalu, Noor dan teman-teman mendapatkan order untuk pembuatan asesoris flanel dalam jumlah banyak untuk bazar, padahal saat itu sedang Ujian Tengah Semester. Alhasil, bela-jar sembari lembur membuat flanel hingga larut malam harus mereka jalani. Bahkan Noor sempat jatuh sakit, untung saja masih ada teman-teman lainnya yang bisa membantu menyelesaikan or-der pekerjaan. “Kalau usaha bersama-sama, kita bisa saling membantu ketika salah satu sakit atau ada keperluan lain,” jelas Noor.

Omset yang bisa mereka dapatkan dari usaha ini sekitar Rp 100.000 hingga Rp 200.000. Meski belum banyak, tapi Noor dan teman-teman tidak pantang menyerah. Mereka berkomitmen untuk saling membantu dalam mengembangkan usa-hanya. Dengan kerja keras dan kebersamaan, mereka yakin usaha mereka bermanfaat dan akan terus berkembang.

Bantuan Orang TuaPengalaman berbeda dialami Ifadhah

Vellayati. Mahasiswi jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Undip yang akrab disapa Vella ini memperoleh bantuan dana dari orang tuanya untuk berwirausaha. Karena memi-

liki jiwa wirausaha yang tinggi, sejak SMP Vella sudah melakukan berbagai usaha. “Aku termotivasi untuk memiliki usaha sendiri, apalagi orang tua mendu-kungku asal tetap bertanggung jawab pada kuliah,” ujar Vella bersemangat.

Semasa SMP dan SMA, Vella pernah berjualan merchandise, cokelat, dan bando. Kini setelah menjadi mahasiswa, ia mencoba berdagang baju tidur, kaos kaki, dan sarung tangan. Mahasiswi semester satu ini tidak saja berani berwirausaha sejak usia belia, tetapi juga tangguh dalam berbisnis. Saat SMA, sekolahnya sempat terabaikan karena sibuk menjalankan usaha. Namun kini Vella berusaha membagi waktunya dengan baik, karena ia ingin agar pe-kerjaannya tidak menggangu prestasi kuliah.

Konsistensi Vella dalam berbisnis membuat-nya memiliki banyak pengalaman. Dengan me-lihat peluang usaha menjual baju wanita, kaos kaki, dan sarung tangan yang potensial, dalam dua minggu Vella berhasil memperoleh omset Rp 400.000. Keuntungan tersebut tidak mudah ia raih, tetapi dengan pengorbanan dana, tenaga, dan waktu yang tidak sedikit.

Berwirausaha memang sebuah pilihan yang dimiliki oleh setiap orang, tidak terkecuali maha-siswa. Hobi, minat, dan ide kreatif dapat diwujud-kan menjadi sebuah bisnis yang menguntung-kan. Namun perlu disadari bahwa dalam berwi-rausaha juga terdapat risiko yang harus diha-dapi. Dibutuhkan perjuangan dan pengorbanan yang besar. (Septian, Dian-Mg, Nana-Mg)

13

Page 14: Majalah Manunggal Entrepreneurship

Tak sedikit mahasiswa yang mencoba peruntungannya untuk

berbisnis. Dari sekian banyak maha-siswa yang menjajal peruntungan di

bidang bisnis, beberapa diantaranya berhasil, tidak hanya menambah uang saku, tetapi juga mandiri dari orang tua

dan menabung. Bahkan, ada pula yang setelah lulus kuliah, mengembangkan sayap bisnisnya hingga ke luar negeri.

Salah satu profil wirausahawan yang telah meniti usaha dari usia yang masih

sangat muda, hingga sekarang telah men-jadi wirausahawan muda sukses adalah

Andi. Pria bernama lengkap Andi Restu Wibowo ini sudah belajar merintis bisnis sejak tahun-tahun pertamanya di universitas.

Pada semester pertamanya di Universitas Diponegoro, Andi telah berkecimpung di dunia bisnis, dengan menjadi salah satu member Multi Level Marketing (MLM). Meskipun bisnis MLM lekat dengan anggapan buruk masyara-kat, Andi mengaku mendapatkan banyak pen-galaman dan pelajaran dari bisnis MLM ini.

“Meskipun kebanyakan orang bilang MLM itu memberi dampak buruk, bagi saya MLM jus-tru awal pijakan saya di dunia wirausaha. Dari MLM saya dapat pelajaran berharga bahwa kalau sudah niat bisnis, harus punya sikap pantang menyerah. Kalau tidak, ya bisnis nggak akan berkembang.”

Keluarga Andi awalnya kurang mendukung pria asli Blora ini untuk kuliah sambil berbisnis. “Orang tua saya awalnya nggak setuju. Mereka berpendapat, kalau kuliah, ya kuliah saja nggak usah ikut bisnis macam-macam. Tapi saya ber-usaha membuktikan kepada mereka, kalau saya mampu kuliah sambil berbisnis.”

Andi memutuskan untuk keluar dari MLM yang ia ikuti pada semester kedua pendidikannya di Teknik Kimia Undip. Namun, perjalanan bis-nisnya tak hanya sampai di situ. Pada semester ketiga, Andi bersama teman-temannya di Teknik Kimia mendirikan sebuah bimbingan belajar untuk SD, SMP, dan SMA. Akan tetapi, usaha ini hanya bertahan selama 1 tahun karena kekuran-gan peminat.

Rencana MatangMengalami sedikit hambatan, Andi tidak

menyerah. Ia segera menyusun rencana bisnis yang baru dan lebih matang. Pada semester ke empat, pria yang hobi bermain futsal dan basket ini mendirikan sebuah bimbingan belajar yang di-peruntukkan bagi mahasiswa Teknik Kimia.

Bimbingan belajar ini banyak diminati ma-hasiswa karena dirasa sangat membantu untuk kesulitan belajar mereka. Dari bimbingan belajar mahasiswa ini, Andi mengaku sudah bisa mem-beli sebuah motor yang biasa ia gunakan hingga sekarang.

Tak puas dengan hasil yang didapatkan dari

Awal Pijakan

Sebagai seorang mahasiswa, terkadang muncul keinginan untuk hidup mandiri. Salah satunya, dengan memiliki usaha sampingan agar bisa

menghasilkan uang untuk sekadar menambah uang saku.

di Dunia Bisnis

14

Page 15: Majalah Manunggal Entrepreneurship

bimbingan belajar yang ia dirikan, Andi mencoba mengirimkan tiga business plan pada Program Mahasiswa Wirausaha yang diadakan DIKTI. Hasilnya, salah satu dari business plan yang dia kirimkan berhasil mendapatkan pendanaan DIKTI.

“Waktu itu, saya coba kirim tiga proposal ke PMW. Salah satunya adalah unggulan saya, usaha minyak cengkeh. Tapi malah nggak lolos. Yang lolos malah usaha Mr.Jamur yang sampai sekarang masih berkembang. Mungkin karena usaha minyak cengkeh terlalu sulit berkembang di sini ya,” tutur Andi.

Menurut Andi, program Mahasiswa Wirausaha sangat menguntungkan mahasiswa, karena memberi kesempatan mahasiswa untuk berbisnis. “Masalah mahasiswa untuk memulai bisnis biasanya adalah masalah modal. DIKTI memberi kesempatan untuk berbisnis tanpa me-mikirkan modalnya. Saya sangat mendukung program PMW, sayangnya hanya kurang di ba-gian pengawasannya saja.”

Usaha Mr. Jamur yang bergerak di bidang pengolahan makanan berbahan baku jamur ini hingga saat ini masih berkembang. Namun, karena keuntungan yang diperoleh tiap bulan-nya kurang memuaskan, Andi memutuskan un-tuk merintis usaha baru yang bergerak di bidang ekspor rempah-rempah.

Tanpa ModalPria kelahiran 21 Juni 1988 ini memulai usaha

ekspor rempah hampir tanpa modal. Ia mengaku hanya bermodalkan iklan yang ia buat di website bertaraf internasional. Cara ini ternyata sangat efektif karena nyatanya iklan yang ia buat sangat diminati importir dari luar negeri.

“Tak lama setelah saya bikin website, banyak pesanan dari luar negeri berdatangan. Waktu itu saya malah kebingungan karena nggak ada ba-rangnya. Kebanyakan pengusaha bingung kare-na barangnya banyak tapi nggak ada permintaan. Kalau saya bingung, banyak permintaan tapi ng-

gak ada barangnya,” kata Andi sembari tertawa.

“Tapi untungnya, saya dulu adalah ketua kelompok KKN. Jadi saya kenal kepala desanya, lang-sung saya minta pak Kades untuk carikan jahe sejumlah permintaan. Eh besoknya sudah dapat,” lanjut Andi.

Kini, usaha yang dirintis sejak Maret 2010 itu sudah memiliki tiga anak cabang di Bawen, Rembang, dan Purbalingga. Jumlah pegawainya pun tak terhitung karena di Purbalingga Andi mendayagunakan pen-duduk satu desa untuk menjadi pegawainya.

Andi pun kini telah berhasil mengekspor rempahnya ke beberapa negara di Asia, salah satunya adalah Lebanon. Dalam satu bulan, Andi bisa mengirimkan kurang lebih empat kontainer rempah-rempah ke negara tujuan ekspor. Satu kontainer rempah-rempah biasanya menghasil-kan kurang lebih Rp. 36 juta. Maka jika dihitung, dalam satu bulan Andi memiliki omzet kurang lebih Rp 144 juta.

Ketika ditanya mengenai kiat-kiatnya, Andi menuturkan bahwa sikap yang harus dimiliki seorang wirausahawan adalah jangan cengeng. Dalam membangun sebuah usaha, tentu akan mengalami masa sulit, jika kita cengeng, maka usaha tidak akan berkembang dengan maksi-mal, atau bahkan tidak akan pernah maju.

Seorang wirausaha pada intinya harus-lah orang yang punya jiwa pantang menyerah, dengan sikap tersebut wirausahawan akan mendapatkan keuntungan yang sebesar-be-sarnya. Dari wawancara di atas, kita tahu bahwa kesuksesan tidaklah mengenal rentang usia. Semua orang bisa sukses, tua ataupun muda. Semua bergantung pada masing-masing indi-vidunya. (Sasti)

15

Page 16: Majalah Manunggal Entrepreneurship

Perjuangan kalangan mahasiswa dalam ber-wirausaha tidak semudah yang dibayangkan, karena dibutuhkan kerja keras dan kemampuan membagi waktu. Meski begitu, wirausaha yang dilakukan mahasiswa mampu terus berkembang dengan menawarkan produk yang variatif serta manajemen yang semakin baik.

Di Undip sendiri, wirausaha berkembang pesat. Banyak mahasiswa yang sudah mem-bangun usahanya sendiri. Ditambah dukungan Undip terhadap kewirausahaan, mahasiswa seolah berlomba-lomba mengembangkan usah-anya sebaik mungkin. Dengan begitu, perhatian mahasiswa terhadap wirusaha semakin tinggi. Di sisi lain, dengan terbatasnya modal, minimnya pengalaman dan kesibukan kuliah, banyak en-trepreneur muda yang akhirnya mundur.

Keinginan mahasiswa untuk belajar mem-bangun suatu usaha secara langsung dan memperoleh penghasilan tambahan, membuat pilihan menjadi menarik. Dengan berwirausaha, ide-ide kreatif mahasiswa dapat diterapkan. Selain itu, mahasiswa juga dilatih mengatur wak-tu dengan baik, karena kegiatan kuliah berjalan seiring dengan kegiatan usaha mereka.

Untuk menyikapinya, mahasiswa yang akan berwirausaha selayaknya mempunyai pengeta-huan tentang bidang usaha yang akan dia jalani. Semangat kewirausahaan juga menjadi hal yang penting ketika mereka dihadapkan pada kegiatan perkuliahan. Sehingga diharapkan mahasiswa akan dapat menjalankan usahanya selaras de-

Minat Mahasiswa Berwirausaha

Wirausaha (entrepreneurship) kini merupakan salah satu pilihan pekerjaan yang menarik bagi mahasiswa. Bermodal kreativitas dan keberanian, wirausaha yang dibangun oleh mahasiswa mulai berkembang. Banyak yang meraup sukses, tetapi tidak sedikit yang akhirnya mundur karena minimnya modal dan kesibukan kuliah.

Tinggi,

16

Page 17: Majalah Manunggal Entrepreneurship

ngan kuliahnya, tanpa ada salah satu yang harus terbengkalai.

Karena itu, LPM Manunggal mengada-kan jajak pendapat kepada 200 responden yang semuanya adalah mahasiswa Undip untuk menjawab minat dan perkembangan wirausaha mahasiswa di lingkungan kam-pus.

Dari jumlah tersebut, 88 % mahasiswa mengetahui tentang wirausaha, sedang-kan 12 % tidak mengetahui tentang kegiatan wirausaha. Hal ini menunjukkan wirausaha sudah sangat dikenal di kampus. Banyak ma-hasiswa yang mengetahui tentang wirausaha dengan menjadi konsumen lansung dari wi-

rausaha yang dijalankan temannya.Banyak mahasiswa yang setuju dengan

mata kuliah kewirausahaan sebagai sarana menuntut ilmu tentang entrepreneurship. 93 % mahasiswa setuju ilmu kewirausahaan diberikan sebagai mata kuliah, 7 % mahasiswa tidak setuju terhadapa adanya mata kuliah kewirausahaan. Mahasiswa yang tidak setuju, mempunyai beber-apa alasan, salah satunya mata kuliah yang di-berikan hanya berdasarkan teori-teori sehingga pembelajaran dirasa kurang optimal.

Ini menunjukkan wirausaha sangat diminati di kalangan mahasiswa, meskipun masih ada mahasiswa yang kurang peduli terhadap kewi-rausahaan. Sebagian besar mahasiswa juga sudah menganggap wirausaha sebagai sesuatu yang menarik untuk dipelajari, hal tersebut dibuk-tikkan dengan banyaknya responden yang setu-ju terhadap mata kuliah kewirausahaan.

Tingginya minat mahasiswa terhadap wi-

17

Page 18: Majalah Manunggal Entrepreneurship

92% mahasiswa tertarik untuk berwirausaha, sedangakan 8% tidak tertarik untuk melakukan wirausaha. Beberapa alasan mahasiswa ti-dak tertarik untuk berwirausaha adalah karena mereka tidak mempunyai bakat untuk berwi-rausaha, prosesnya terlalu lama, tidak mem-punyai waktu luang sehingga harus focus pada kuliah. Sedangkan mereka yang tertarik untuk berwirausaha beranggapan bahwa dengan ber-wirausaha akan memperoleh banyak pengala-man, kerjanya tidak terikat, penghasilannya akan lebih besar.

Seiring berkembangnya wirausaha yang di-lakukan oleh mahasiswa, dukungan Undip terha-dap entrepreneurship mulai meningkat. Namun dukungan Undip dirasa belum begitu dira-sakan oleh seluruh mahasiswa. Sebanyak 29 % responden menganggap dukungan Undip terhadap mahasiswanya yang berwi-rausaha masih kurang. Mereka beralasan, hanya sedikit mahasiswa yang diberikan bantuan, sedangkan lainnya merasa be-lum difasilitasi dengan baik. Misalnya den-

rausaha ternyata tidak diimbangi dengan keberanian untuk melakukannya secara langsung. Sebanyak 60 % responden menjawab belum pernah berwirausaha, karena mereka ber-pendapat mahasiswa belum memiliki modal dan wirausaha dapat menganggu kegiatan kuliah.

Namun, 40 % mahasiswa menjawab pernah berwirausaha. Beberapa alasan yang mereka sudah pernah melakukan wirausaha antara lain ingin menambah uang jajan sehingga bisa mem-bantu orang tua untuk memenuhi kebutuhan kuliah. Ada juga yang mempunyai alasan untuk mengembangkan hobi, softskill, serta menam-bah pengalaman dalam berwirausaha.

Meski masih banyak yang ragu dalam memu-lai suatu usaha sendiri, tetapi sebagian besar re-sponden mengaku tertarik untuk berwirausaha.

18

Page 19: Majalah Manunggal Entrepreneurship

gan kompetisi Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) yang difasilitasi oleh Undip dirasa kom-petisinya terlalu sulit.

Sebagian lain mengungkapkan dukun-gan Undip terhadap mahasiswanya yang berwirausaha mulai berkembang. 40 % responden menjawab cukup baik, 29 % menjawab baik sedangakan 3 % men-jawab bahwa dukungan yang diberikan Undip terhadap mahasiswanya yang ber-wirausaha sudah sangat baik.

Kesuksesan yang banyak diraih dari wirausaha mejadikannya pilihan yang cu-kup diminati oleh mahasiswa setelah lulus. Sebanyak 36 % responden menjawab ingin berwirausaha setelah lulus kuliah. Meski be-gitu, masih banyak mahasiswa yang meng-inginkan pekerjaan sebagai PNS sebanyak 44 % dan sisanya sebesar 21 % lebih memilih men-jadi pegawai.

Semakin menjamurnya wirausaha maha-siswa, membuat mahasiswa memiliki beragam keinginan ketika kelak berwirausaha. 32% res-ponden mengaku ingin berwirausaha di bidang kuliner, karena mereka beralasan bahwa bidang kuliner tidak membutuhkan modal yang terlalu besar, akan selalu diminati dan dibutuhkan oleh setiap orang.Sementara responden lainnya lebih berminat kepada usaha properti sebanyak 25 % karena keuntungan yang didapat lebih besar ser-

ta barang yang dijual akan awet, jasa 22% karena tidak membutuhkan modal yang besar, pakaian 19 % karena keuntungannya besar, dibutuhkan setiap orang, dan cetak 2 % karena bidang terse-but jarang ada sehingga saingannya tidak terlalu banyak. (Litbang LPM Manunggal)

Poling ini dilakukan oleh Litbang Manunggal pada November 2010. Jumlah re-sponden adalah mahasiswa Undip sebanyak 200 orang. Penarikan sampel dilakukan dengan metode Simple Random Sampling dengan tingkat ke-percayaan 95% dan sampling error ±1,7%. Metode pengisian poling dilakukan dengan cara pengisian dan wawancara.

19

Page 20: Majalah Manunggal Entrepreneurship

20

Page 21: Majalah Manunggal Entrepreneurship

21

Page 22: Majalah Manunggal Entrepreneurship

PKM adalah ajang bergengsi untuk menun-jukkan eksistensi sebuah Perguruan Tinggi. Namun, minat mahasiswa masih dirasa kurang dalam mengembangkan kemampuan akademik mereka melalui PKM.

PKM merupakan salah satu upaya yang di-lakukan Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DP2M), dan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) dalam meningkatkan kualitas mahasiswa di perguruan tinggi agar memiliki kemampuan akademis yang dapat diterapkan dan dikembangkan secara luas.

PKM dikategorikan menjadi 6 bidang, yaitu:

PKM-Penelitian (PKM-P), PKM-Penerapan Teknologi (PKM-T), PKM-Kewirausahaan (PKM-K), PKM-Pengabdian kepada Masyarakat (PKM-M), PKM-Artikel Ilmiah (PKM-AI), dan PKM-Gagasan Tertulis (PKM-GT).

PKM-P, PKM-T, PKM-K, dan PKM-M yang lolos akan didanai oleh Dikti untuk menjalankan program yang sesuai dengan proposal yang di-ajukan. Sedangkan untuk PKM-AI dan PKM-GT yang lolos akan mendapatkan intensif (pembia-yaan) dari Dikti.

Seluruh bidang PKM bermuara di Pekan Ilmiah Mahasiswa Tingkat Nasional (PIMNAS), kecuali PKM-AI yang dimuarakan pada Jurnal Ilmiah. Di PIMNAS inilah, kompetisi antar Perguruan Tinggi mulai terlihat. Tidak berlebihan

rasanya apabila PIMNAS ini disebut ajang bergengsi. Selain kare-

Bergengsi Tapi Miskin PeminatPKM,

Proses pendidikan yang baik tentunya tidak hanya berkutat pada kegiatan belajar-mengajar. Banyak hal bisa dilakukan karena hakekat pendidikan adalah menjadikan

seseorang lebih baik. Salah satu proses pendidikan tersebut bisa ditemui dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM).

22

Page 23: Majalah Manunggal Entrepreneurship

na kompetisi tingkat nasional, PKM yang dilom-bakan dalam PIMNAS juga sudah mele-wati proses yang sangat ketat.

Undip sendiri, untuk tahun 2010 ada 540 usulan PKM yang diajukan pada DP2M Ditjen Dikti dan 67 dintaranya berhasil didanai dan 75 mendapatkan intensif. Sedangkan dalam ajang PIMNAS, Undip diwakili oleh 7 kelompok dan ber-hasil memperoleh 1 emas dan 2 perunggu. Tiap tahunnya, jumlah usulan PKM yang diajukan mengalami peningkatan. Tercatat pada tahun 2009 hanya ada 386 usulan, tahun 2010 ada 540 usulan.

Drs. Satoto Sidi Purnomo, Kepala Bagian Minarik Undip mengakui ,”Walaupun mengalami peningkatan jumlah usulan yang diajukan, res-pon mahasiswa terhadap PKM masih dianggap kurang. Hal ini disebabkan karena tidak semua mahasiswa gemar dalam hal tulis-menulis, apa-lagi yang ilmiah. Peran Dosen Pendamping juga masih agak kurang, mungkin karena intensif yang didapatkan dari PKM tidak terlalu besar. Sedangkan di Fakultas, dosen juga ada proyek-proyek lain yang memberikan intensif lebih be-sar,” terangnya.

Hal senada juga diungkapkan Harlinda Siska Pradini, Mahasiswa Akuntansi FE Undip yang tahun ini mengajukan proposal PKM-P. Menurutnya, penelitian yang dilakukan maha-siswa kurang dihargai dan kurang mendapat du-kungan dari dosen. “Mahasiswa sering terjebak rutinitas kuliah, kurang dukungan dosen, juga kurang sosialisasi. Padahal karya ilmiah mem-bantu mahasiswa mengaplikasikan ilmu yang didapat sewaktu kuliah,” jelas Siska.

Dari pihak Minarik sendiri sudah berusaha untuk menarik minat mahasiswa. Selain pub-likasi melalui surat resmi dan website, backdrop para pemenang di PIMNAS juga dipasang. “Hal ini (pemasangan backdrop- red) dilakukan untuk menunjukkan ini lho kalau

23

mengikuti PKM,” jelas Satoto. Lebih lanjut Satoto menjelaskan, PKM dapat menjadi ajang latihan dalam menyusun skripsi,“Mahasiswa S1 pasti akan menyusun skripsi, di sinilah bisa dibuat ajang latihan, bisa dapat dana pula kalau lolos.”

PKM vs PMWProgram Mahasiswa Wirausaha (PMW)

mulai ada sejak tahun 2009. Tidak seperti PKM, PMW langsung mendapat antusiame yang tinggi dari mahasiswa. Selain intensif yang lebih besar daripada PKM, PMW juga tidak terikat dengan teori-teori ilmiah sehingga tidak begitu sulit dalam menyusun proposalnya.

Purbayu Budi Santosa, Guru Besar FE Undip, mengungkapkan, mahasiswa cenderung lebih tertarik PMW daripada PKM karena intensif yang diberikan lebih besar. Proposal PMW bisa mendapatkan dana sekitar 40 juta, sedangkan PKM hanya 10 juta. Selain itu dalam dunia kerja diperlukan soft skill 70% sedangkan hard skill sebesar 30%, sehingga PMW lebih menarik un-tuk mengasah kemampuan soft skill.

Satoto menjelaskan PKM dan PMW mempu-nyai tujuan yang berbeda. PKM bertujuan pen-ingkatan kualitas karya tulis ilmiah mahasiswa yang cenderung akademis. Sedangkan PMW lebih bertujuan praktis untuk menjalankan bis-nis yang profit. Menurutnya, kedua-duanya baik asal ditekuni dan sungguh-sungguh tekadnya. (Hasan)

Page 24: Majalah Manunggal Entrepreneurship

Limbah dapat didefinisikan sebagai bahan atau bentuk energi yang tidak dapat digunakan, dipulihkan, atau didaurulang secara ekonomi pada suatu tempat dan waktu. Berdasarkan batasan tersebut, secara teoritis sesuai dengan pengeluarannya limbah dapat dibuang ke udara, air, atau tanah. Ini merupakan cara yang paling ekonomis.

Padahal dalam lingkungan, terdapat jumlah komponen biotik (tumbuhan, hewan dan manu-sia) yang mengeluarkan langsung residu-residu (padat, cair, gas). Ini menjurus pada rusaknya

lingkungan akibat pencemaran limbah bahkan timbulnya penyakit maupun kematian pada ma-nusia dan makhlik hidup lain.

Lahirnya kesadaran masyarakat terhadap dampak negatif pencemaran lingkungan, pelak-sanaan undang-undang anti-pencemaran yang ketat, dan meningkatnya harga bahan baku serta energi, mendorong makin banyak dilakukan te-laah tentang sistem pembuangan dan pengola-han limbah yang ramah lingkungan. Di samping itu, pengembangan teknik-teknik daur-ulang dan pemanfaat-ulangan (reuse) makin banyak dimi-nati.

Pendaur-ulangan limbah tumbuhan, hewan, dan manusia telah dipraktikkan manusia sejak beberapa abad lampau. Praktik-praktik tersebut

diantaranya telah berhasil me-

Pemanfaatan

Oleh : Syarif Prasetyo*

Semua sistem kehidupan memproses bahan-bahan dan energi sedemikian rupa sehingga menghasilkan produk

akhir. Produk akhir ini ternyata memiliki manfaat walaupun substansinya hanya berbentuk limbah.

Limbahdengan Mikroba

24

Page 25: Majalah Manunggal Entrepreneurship

nyediakan pupuk atau bahan bakar (macam-macam alkohol dari proses fermentasi limbah organik).

Masalah-masalah pencemaran pada masa sekarang menjadi semakin banyak disebabkan karena industri-industri modern. Mereka men-ciptakan bahan-bahan anorganik misalnya plas-tik yang tak teruraikan secara biologis. Bahan anorganik dapat menyumbangkan logam-logam berat yang dapat terbawa masuk ke dalam lim-bah-limbah perkotaan, industri dan pertanian. Untungnya dalam proses daur ulang sedikit di jumpai efek balik karena toksikan yang didauru-lang tidak masuk ke rantai makanan.

Beberapa bahan organik yang didaurulang dapat digunakan sebagai pangan, pakan, pupuk bagi tanaman pertanian, substrat-substrat yang dapat difermentasikan. Proses- proses praktis tertentu dan yang belum banyak dimanfaatkan, telah dikembangkan melalui sistem biologis (alga-bakterial) untuk mengolah limbah dan air bagi penyediaan kembali nutrient dan energi.

Proses-proses lain yang bernilai namun be-lum banyak dimanfaatkan adalah pengomposan bahan-bahan organik. Pengomposan memam-pukan pengawetan dan reuse nutrient serta me-minimalkan pencemaran lingkungan dibanding dengan pembakaran ataupun pengabuan (incin-eration). Pendaurulangan kotoran hewan melalui pemberian pakan kotoran yang telah diproses dan penerapan sistem alga-bakteial pada pen-golahan maupun daur ulang limbah hewan merupakan proses yang sudah jelas tetapi belum banyak dimanfaatkan.

Untuk meningkatkan pemanfaatan tenaga mikroba dalam rangka pencegahan dan penanggulangan pence-

maran lingkungan akibat limbah maka di-perlukan tindakan nyata. Tindakan tersebut tidak sekadar penelitian dan berakhir pada laporan hasil penelitian tetapi harus ada suatu bentuk penerapan hasil penelitian, misalnya pelatihan pengolahan limbah rumah tangga menjadi kom-pos, pelatihan pembuatan biogas dari kotoran ternak, pemanfaatan sampah sebagai karya seni dan lain sebagainya.

Macam-macam bentuk sosialisasi dan pela-tihan tersebut dapat dilakukan melalui program KKN maupun pengajuan PKM Pengabdian Masyarakat. Diharapkan dengan partisipasi aktif tersebut permasalahan pencemaran lingkungan akibat limbah yang dewasa ini semakin parah dapat ditanggulangi.

*Mahasiswa Jurusan Biologi FMIPA

Universitas Diponegoro

25

Page 26: Majalah Manunggal Entrepreneurship

Bagi seorang Deddy Mizwar, membintangi

sebuah film tidak cukup. Maka, ia pun turut andil memproduksi film-film

berkualitas di Indonesia. Lorong Waktu, Kiamat

Sudah Dekat dan Para Pencari Tuhan adalah

sekian dari banyak film bermutu yang ia buat.

Beberapa saat lalu, dua reporter Manunggal

Taufiq Bagus Prasojo dan Ridha Swasti Hapsari

berhasil mewawancarai bintang yang melejit

dalam film Nagabonar ini. Berbagai hal tentang

perfilman nusantara menjadi perhatiannya.

Berikut petikan wawancara dengan ayah

dua anak tersebut.26

Page 27: Majalah Manunggal Entrepreneurship

Tema-tema apa yang sering diang-kat menjadi film?Masalah sehari-hari. Cinta juga jadi masalah.

Itu kan masalah sehari-hari, bagian dari masalah kita. Persoalan si Muluk dengan anaknya Jaja (dalam film Alangkah Lucunya Negeri Ini, red) kan persoalan cinta. Bagaimana bisa kawin kalau mau ngelamar aja belum kerja. Pengangguran juga bagian dari masyarakat. Masalah peranan agama dalam masyarakat, hanya bilang halal haram aja, tapi nggak bisa kasih solusi apapun dalam masalah ekonomi. Orang-orang tua ini masuk agama aja, dalam pengertian ketaatan kepada Allah aja, syari’at, nggak bisa bicara ma-salah ekonomi.

Di Indonesia sendiri, bagaimana perkem-bangan film dan tema-tema yang diangkat?

Biasa-biasa aja, banyak yang secara teknis sudah bagus, tetapi secara konten belum, kurang pendalaman. Film itu kan punya konten, mau me-nyampaikan tentang apa, mau berbicara tentang apa. Kalau secara teknis, wah, kameranya aja bagus, udah pinter-pinter.

Apa yang harus diperbaiki?Konten, isinya. Perempuan telanjang, terus

yang mau disampaikan apa. Perempuan bere-nang di pantai, ngapain, pakai berenang-bere-nang seperti itu, nggak jelas. Hantu balas den-dam, ini apa?

Kalau dibandingkan dengan negara-neg-ara lain?

Sama, situasinya sama. Pesan sebuah film nggak jelas, isinya mau menyampaikan apa. Makanya ada yang namanya Badan Perfilman Nasional. Menurut undang-undang perfilman, yang mengawasi, membiayai film bermutu, se-perti yang dilakukan oleh Iran, Australia, lembaga itu mereka sudah miliki, indonesia belum. Kalau nggak ya seperti tahun 80-an aja, banyak film yang nggak jelas.Manfaatkan BPIK untuk mensubsidi film-film bermutu.

Pendapat tentang film sekarang yang banyak bergenre horor?

Saya nggak ngerti tentang horor, nggak ngerti soal setan, kalau kita nggak ngerti se-suatu tapi bikin kan kacau. Saya belum pernah hadir dalam majelis jin. Yang kita paham saja yang dibuat film, jangan yang tidak kita tahu, nanti kacau. Mau menyampaikan juga nggak ngerti.

Bagaimana mengenai masalah yang me-landa FFI?

Ya nggak papa. Jifest, itu hanya 8 film yang bisa ikut dalam festival film internasional. Sang Pencerah juga masuk, yang menang Alangkah Lucunya Negeri Ini. Di Bali, Sang Pencerah juga ikut, yang menang Obama. FFI, yang menang 3 Hati 2 Dunia 1 Cinta. Film itu subyektif dalam pe-nilaian, tidak pernah ada yang paling benar dalam penilaian, tergantung wawasan, sudut pandang orang-orang yang menilainya, yang diberikan kepercayaan.

Posisi pemerintah dalam mendukung per-filman?

Film itu kan refleksi dari sebuah realita, tentang impian. Seperti Para Pencari Tuhan, Insyaallah akan diperpanjang, karena nggak akan ketemu-ketemu kan, seperti pencarian tak berujung, kecuali kematian. Tahun depan akan sama aja kalau nggak ada will dari pemerintah untuk mensubsidi film-film bermutu. Adanya kemauan politik dari pemerintah. Mereka harus mensubsidi film-film bermutu.

27

Page 28: Majalah Manunggal Entrepreneurship

Bagaimana peran generasi muda dalam dunia perfilman?

Mahasiswa, perlu mengundang atau me-nonton film-film yang bagus, agar apresiasinya meningkat. Nanti semua berkeluarga kan? Pasti akan mengajak keluargamu menonton film yang bagus kan? Sekarang pakai handphone aja bisa bikin film. Zaman saya dulu, tidak bisa bikin film, kecuali dengan biaya yang sangat besar. Nah, tinggal itu dimanfaatkan untuk membuat film-film yang bagus.

Tontonlah film-film yang bagus dan diskusi-kan bersama teman-teman. Kalau kesadaran itu muncul dari masyarakat, film-film yang tidak

bagus tidak akan diproduksi. Dua-duanya, pem-binaan terhadap anak-anak muda, itu penting. Workshop, nonton bareng, syukur-syukur tum-buh sineas yang baik. Kalau nggak minimal jadi penonton film yang baik. Tanpa ada gerakan itu, stabil. Contoh, banyak orang miskin, nggak ada alternatif tontonan kecuali televisi. Makanya film nggak bagus terus dibikin, karena tetap ada yang nonton, ratingnya tinggi. Dianggapnya banyak yang nonton, jadi dibuat terus.

Saat ini televisi adalah bisnis, tidak ada uru-san dengan moral.Saat ini apa yang laku dijual akan dijual. Andaikata emaknya laku dijual pun, pasti akan dijual. Era ini era kapitalisme. Jangan mengeluh terhadap itu. Pemerintah kita menjun-jung pasar bebas, semuanya bebas. Ini sebuah resiko yang harus diambil.

Peran lembaga sensor dalam film?Ada problem di lembaga sensor. Ada undang-

undang nggak boleh motong, karena dilindungi hak cipta. Harus punya ijin tertulis dari lembaga sensor film untuk memotong film. Kan bukan anak SMP, hanya pakai seragam SMP. Kok mau dipo-tong, ya saya ngotot. Makanya yang paling baik, kita nggak bisa menggantungkan pada lembaga sensor. Harus ada self-cencorship, pertama iman, kedua apresiasi terhadap film yang baik. Kalau itu saya capek. Ngapain nonton film nggak bermutu kan? Munculkanlah komunitas-komu-nitas film. Di Banyumas, nggak ada bioskop, tapi setiap tahun mereka mengadakan film festival. Semarang kota besar, tapi nggak ada komunitas-komunitas bagus.

Film yang bagus?Banyak, salah satunya Laskar Pelangi.Bisa

menyampaikan pesan-pesan. Ikut berkontribusi menyampaikan sesuatu yang baik bagi masyara-kat. Bisa memberikan sesuatu yang inspiring, sehingga kerja lebih gembira. Nggak cuma duit, capek…

28

Page 29: Majalah Manunggal Entrepreneurship
Page 30: Majalah Manunggal Entrepreneurship

BangkitnyaPerahu Naga IndonesiaBarisan perahu dengan hiasan kepala naga beradu cepat menyusuri arena pacu. Adu otot lengan dibutuhkan demi mencapai garis finish tercepat. Suara tabuhan tambur menjadi isyarat mengatur kecepatan. Tak salah lagi, perahu naga menggabungkan seni, hiburan, dan energi untuk menjadi juara.

Perahu naga merupakan perahu tradisonal yang berasal dari Tionghoa. Mereka menga-dakan perlombaan perahu naga bersamaan dengan festival-festival tertentu. Berdasarkan kalender Imlek, festival perlombaan perahu naga diadakan pada tanggal 5 bulan 5 yang jatuh bu-lan Juni. Pada bulan ini, merah menjadi warna dominan perahu naga yang bertanding. Merah melambangkan warna dari angka lima serta sim-bol dari musim panas dan api.

Perahu naga biasanya terbagi dalam dua kelas, yaitu perahu dengan 12 pendayung dan 22 pendayung. Pada perahu dengan 12 penda-yung, di dalam 1 tim terdiri dari 10 pendayung, 1

penebuh tambur sekaligus kapten tim dan 1 juru mudi. Lain halnya dengan perahu naga kelas 22 pendayung dimana 1 tim terdiri dari 20 penda-yung, 1 penabuh tambur merangkap kapten, dan 1 juru mudi.

Tugas masing-masing anggota dalam dua kelas ini sama. Pendayung yang mengayuh da-yung pada sisi kanan dan kiri perahu sehingga membuat perahu bergerak. Sedangkan kapten sekaligus penabuh tambur memberi komando dengan menggunakan tabuhan tambur sebagai isarat penyelaras kayuhan dan juru mudi bertu-gas sebagai penyeimbang gerak kapal supaya lurus ke depan ke arah garis finish.

30

Page 31: Majalah Manunggal Entrepreneurship

“Bagi masyarakat Tionghoa, perahu ini ber-fungsi sebagai sarana transportasi, rekreasi air dan perahu lomba,” ujar Ahmad Sucipto, Ketua Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia (PODSI). Menurut Cipto, panggilan akrab Ahmad Sucipto, olahraga air yang satu ini telah masuk dalam induk organisasi Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia (PODSI). “Setelah perahu naga dijadikan sports dan dilombakan secara profesional, ada fokus dari pertandingan-pertandingan yang diadakan di-tambah dengan peraturan-peraturan.”

Selain Perahu Naga, ada tiga cabang olah raga lain yang tergabung dalam PODSI yaitu Perahu Kano, Kayak dan Rowing. Namun dian-tara empat cabang olahraga ini memiliki spesi-fikasi yang berbeda mulai dari aturan , metode latihan dan tehnik. Namun, tehnik yang digu-nakan hampir mirip dengan Perahu Kayak dan Kano. Hanya saja Perahu Naga penguasaan tekniknya lebih mudah dipelajari.

Keberadaan olah raga Perahu Naga juga sudah diakui secara internasional. Adanya Internasional Dragon Boat Federeation (IDBF) menjadi bisa menjadi bukti eksistensi olahraga ini. Selain IDBF, di tingkat asia juga ada orga-nisasi yang menaungi olahraga Perahu Naga bagi negera-negara di Asia yaitu Asian Dragon Boat Federation (ADBF), sedangkan pada level Asia Tenggara dibawah naungan Sout East Asian Dragon boat Federation (SEADBF).

“Sayangnya olahraga ini belum masuk ke dalam olympic sports yang dilombakan pada acara olimpiade dunia. Baru pada event Asia Games 2010 di Guangzhou China, olahraga ini ikut dilombakan. Sedangkan untuk event Asean Games sudah beberapa kali di adakan. Berbeda dengan Kayak, Kano dan Rowing yang telah masuk olympic sports,” keluh Cipto.

Bangkit dengan PrestasiAsian Games XVI 2010 di Guangzhou, China

telah lewat. Memori indah tim Perahu Naga

(Dragon Boat) Indonesia kala merebut 3 medali emas dan tiga perak menjadi euforia tersen-diri bagi tim ini karena berhasil menyumbang 3 dari 4 medali emas yang didapatkan kontingen Indonesia dan menempatkan Indonesia pada posisi 15 di event olahraga akbar se Asia ini.

“Prestasi tertinggi di Asian games kemarin. Tapi sebelumnya juga memiliki prestasi lain-nya seperti Juara Dunia di World Dragon Boat Championship 1997,” tambah Cipto dengan se-mangat.

Cipto pun tak segan membeberkan rahasia kesuksesan tim perahu naga Indonesia di Asian Games 2010. Menurutnya seleksi atlet yang benar sehingga didapat atlet yang tepat dan me-miliki potensi yang bisa dilombakan.

Ada beberapa kriteria untuk bisa menjadi atlet olahraga perahu yang mewakili Indonesia dalam pertandingan internasional yaitu memiliki ke-bugaran fisik terutama bagian tubuh atas seperti lengan, harus punya daya tahan (endurance) otot dan aerobik selama pertandingan, mem-punyai power dengan daya ledak tinggi untuk mengerahkan tenaga sebesar mungkin, adanya mental juara sehingga berjuang sampai meraih kemenangan. Pengetahuan tentang olahraga Perahu Naga sendiri mutlak dikuasai oleh para atlet-atlet ini.

Saat ini atlet-atlet yang menekuni Perahu Naga merupakan atlet Kayak dan Kano. Mereka ialah atlet yang dibina di daerah dan diseleksi ketika akan menghadapi pertandingan interna-

31

Page 32: Majalah Manunggal Entrepreneurship

sional. Atlet-atlet perahu naga ini biasanya sudah menjadi atlet elit.

“Pada awalnya atlet-atlet yang bergelut dalam cabang olahraga ini merupakan atlet tradisional yang belum memiliki komitmen untuk mengha-dapi sebuah pertandingan. Hal ini dikarenakan secara tehnis hampir semua orang mudah untuk mempelajari olahraga ini sedangkan Kayak dan Kano lebih sulit di pelajari,” papar Cipto.

Tehnik latihan yang benar juga menjadi raha-sia sukses cabang olahraga ini.Dalam melatih atlet-atlet Perahu Naga ini digunakan metode khusus yaitu periodesasi latihan. Bentuk latihan ini yaitu dengan mengatur latihan agar atlet men-capai kondisi puncak pada waktu yang tepat, kare-na kondisi puncak para atlet biasanya tidak bisa bertahan lama.

Kecakapan seorang pelatih sangat berperan untuk mangatur pola latihan ini. Pelatih meng-gabungkan seni melatih, kemampuan, dan pe-ngetahuan olahraga perahu naga. Sehingga pelatih yang dipilihpun merupakan pelatih yang telah bersertifikasi dan memiliki kompetensi me-latih cabang ini. “Pelatih yang diambil dari Kayak dan Kano ini telah memiliki sertifikat internasi-onal dengan berbagai pendidikan dan pelatihan. Karena pelatih merupakan profesi jadi dituntuk kemampuannya,” ungkap Cipto.

Selain kedua hal diatas, kunci sukses lainnya yaitu dengan dilandasi motivasi dari para atlet. Diperlukan sports science sehigga penerapan di dalam latihan dapt berlangsung dengan tepat.

Pelatih harus bisa mengetahui pengaturan ka-yuhan agar atlet-atlet ini dapat menang dengan jarak lintasan yang ditentukan. Latihan berlebih juga tidak diperbolehkan, karena hal itu mem-buat potensi atlet untuk cidera semakin besar.

Peran PemerintahCipto juga menceritakan perkembangan

olahraga perahu naga ini dari sisi pertunjukan lebih menarik perahu naga dengan 22 penda-yung. Sedangkan yang mengarah kepada olahraga dilakukan pembinaan atlet di daerah-daerah. Hampir semua daerah di Indonesia me-miliki potensi atlet-atlet perahu naga. Daerah biasanya belomba-lomba menelurkan atlet sebanyak-banyaknya untuk menjadi juara di pertandingan-pertandingan.

Menurutnya pemerintah telah memberikan peranannya untk kemajuan olahraga dengan adanya Progam Indonesia Emas (PRIMA). Adanya PRIMA ini membuat para atlet benar-benar diperhatikan dalam menghadapi per-tandingan internasional untuk meraih prestasi.

Saat ini para atlet sudah dipersiapkan meng-hadapi Asean Games 2011 dimana Indonesia bertindak sebagai tuan rumah. Terhitung sejak November 2010 ini, sampai 10 bulan ke depan para atlet perahu naga ini telah dipusatkan dalam pelatnas di Jatiluhur.

Cipto berharap olahraga perahu naga dan olahraga air lainnya dapat dikembangkan di instansi pendidikan seperti peguruan tinggi. Selam ini akses untuk cabang olahraga ini ma-suk ke dalam perguruan tinggi dan diminati para mahasiswanya masih tertutup.

“Di negara-negara maju para world class athlete kebanyakan berasal dari kampus-kam-pus. Mereka tidak hanya mementingkan presta-si akademis, tetapi olahraga juga. Seperti lagu Indonesia Raya yang berbunyi: Bangunlah jiwanya,bangunlah badannya,untuk Indo-nesia Raya,” ungkapnya. (Satya)

32

Page 33: Majalah Manunggal Entrepreneurship

Saya mau tanya, Bu. Saya punya saudara laki-laki usianya kira-kira 18 tahun. Dia anak bungsu dari 3 bersaudara. Ayahnya meninggal ketika dia masih kecil. Belum lama ini ibunya menikah lagi. Belakangan diketahui kalau dia sudah beberapa kali pacaran. Anehnya dia selalu pacaran dengan perempuan yang usianya lebih tua. Apakah hal tersebut suatu kelainan? Berapa selisih usia laki-laki dan perempuan yang ideal? Terima kasih. Jawab

Salah satu bahaya perceraian dan ibu menikah lagi adalah perilaku anak laki-laki yang pacaran berkali-kali, bahkan dengan wanita yang lebih tua. Sebenarnya perilaku ini bukan kelainan mene-tap, jadi masih mungkin disembuhkan jika tidak terlambat. Inti kerjanya dengan terapi kognitif. Anak perlu diperkenalkan kembali untuk mempunyai konsep yang baik tentang wanita. Ketika konsepnya berubah maka dendamnya kepada wanita juga berubah. Jika ditemukan bahwa dia butuh banget perhatian dari figur keibuan, maka si anak bisa diarahkan pada satu sosok wanita saja dengan model relasi cinta romantis. Memang cukup memprihatinkan jika seorang ibu tidak waspada pada peran keibuannya. Hal ini dapat membuat anak laki-lakinya tidak lagi bisa menghargai wanita sehingga merusak kehidupan banyak wanita lainnya. Usia ideal 5 sampai 10 tahun lebih tua laki-lakinya su-paya bisa memimpin keluarga.

Saya mahasiswa yang akan segera lulus. Namun semangat saya mengerjakan skripsi tiba-tiba luntur karena nenek saya yang sedang sakit meminta saya menikah dengan orang yang tidak saya cintai. Padahal saya sedang menjalin hubungan dengan seseorang yang berbeda daerah dengan saya. Nenek saya tidak suka jika saya punya hubungan dengan orang dari daerah itu dengan alasan stereotipe orang dari daerah tersebut. Bagaimana menghilangkan stereotipe yang melekat pada daerah asal pacar saya? Tidak mungkin saya menikah padahal lahir batin saya belum siap. Mohon solusinya. Terima kasih.

Jawab

Jangan membiasakan diri berfikir naif. Yang pasti tidak ada hubungannya antara mengerjakan skripsi dengan anjuran menikah dari nenek. Biasakan untuk memisahkan urusan studi dengan uru-san emosional. Urusan studi sangat terkait dengan biaya kuliah dan waktu tempuh studi. Jangan sampai anda DO dan menikah juga dengan anjuran nenek. Sebaiknya anda punya prinsip, apapun yg terjadi, skripsi harus jalan terus. Kalau menghilangkan streotipe pada nenek, secara psikologis sulit karena faktor usia. Hal yang paling mungkin dilakukan adalah mendekatkan pacar anda dengan nenek sampai nenek dapat merasa nyaman. Tentang sukunya sebaiknya dikaburkan saja. Ingatlah selalu, nenek cenderung lupa dan kembali ke dunia anak-anak. Jadi cukup mudah untuk mengalih-kan perhatiannya. Jadi anda tidak usah capek-capek memberi pengertian ini dan itu untuk meng-hilangkan streotipenya. Selamat berjuang, semoga segera menjadi sarjana yang berkepribadian matang dan dewasa.

Punya masalah seputar kehidupan pribadi atau kesehatan? Tulis saja ma-salahmu dan kirim ke redaksi Manunggal atau melalui email: [email protected]

Diasuh oleh :Endang Sri Indrawati, M.SiPsikolog dan Dosen Fakultas Psikologi Undip

Selisih Usia Pasangan Ideal

Skripsi vs Perjodohan

33

Page 34: Majalah Manunggal Entrepreneurship

Bentuk dan rupa behel pun semakin bermacam-

macam. Behel berwarna-warni menjadi pilihan tren gaya anak

muda. Harga behel bisa melambung karena model dan warna yang me-

narik, meski belum tentu seiring dengan kebutuhan. Behel memang diperlukan

untuk perawatan kesehatan gigi, namun perlukah kita juga bergaya dengan behel?

Pemakaian behel biasanya dikarenakan oleh masalah susunan gigi yang tidak rapi. Hal tersebut biasanya disebabkan oleh berbagai hal, antara lain kebiasaan bernafas melalui mulut, meminum susu botol secara berlebihan, kurang makan makanan berserat, juga faktor genetik.

Behel yang akan dipasang bisa didapatkan langsung dari dokter spesialis atau bisa juga membeli pada penjual khusus behel. Saat ini ma-kin banyak penjual behel dengan berbagai varia-si model dan harga. Untuk behel berbahan metal, harganya berkisar antara 7 hingga 10 juta rupiah, sedangkan untuk behel berbahan keramik har-ganya lebihi mahal, antara 10 hingga 15 juta ru-piah.

Behel gigi kini tak hanya terbuat dari metal, namun juga dari bahan keramik. Behel yang

menggunakan bahan keramik akan terlihat lebih terang dan transparan. Harga behel gigi berba-han keramik lebih mahal dibandingkan dengan harga behel berbahan metal. Karena harganya yang lebih mahal, kualitas behel berbahan keramik tentu saja lebih baik.

Model behel gigi kini bermacam-macam, yang membuat behel gigi kini semakin menarik adalah penggunaan karet behel yang berwarna-warni. Warna karet behel yang dulu hanya berwarna pu-tih, kini warna-warna cerah seperti merah muda, ungu dan hijau dapat dengan mudah ditemui. Karet behel yang berwarna itulah yang membuat behel terlihat berwarna dan menarik.

Tren BehelTren gaya behel gigi telah mulai memasuki

dunia kampus. Mahasiswa dari berbagai ang-katan baik pria dan wanita memakai behel gigi dengan berbagai model dan warna. Seperti yang diutarakan Precilia Prima, mahasiswi Fakultas Ekonomi Undip saat ditemui Manunggal. Ia su-dah mengenakan behel berwana merah muda pada giginya selama dua bulan untuk kesehatan juga untuk menunjang penampilan. “Aku pakai behel agar gigiku jadi rapi, kalau gigiku rapi aku jadi lebih percaya diri dan penampilan juga akan

Behel,Behel atau yang biasa disebut kawat gigi kini telah menjadi tren baru. Menggunakan behel tak hanya

untuk alasan perawatan gigi, namun juga menunjang penampilan dalam pergaulan.

Gaya atau Kebutuhan?

34

Page 35: Majalah Manunggal Entrepreneurship

lebih menarik.” Menurutnya, behel gigi selain sebagai alat

kesehatan juga sebagai gaya hidup. Mahasiswi yang akrab disapa Lia ini juga mengungkapkan kalau keluarganya mengizinkan dia memakai behel meski harganya yang relatif mahal, karena behel dipakai utamanya untuk kesehatan gigi.

Gaya behel juga berdampak pada pergaulan mahasiswa. Berdasarkan pantauan Manunggal pada mahasiswa Undip, tren gaya behel gigi lebih banyak terjadi di Fakultas Ekonomi (FE), Fakultas Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), dan Fakultas Hukum (FH). Sedangkan pada fakultas lain, tren behel gigi belum terlalu terlihat.

Arya Ramadhan, mahasiswa Jurusan Perencanaan Wilayah dan Tata Kota, Fakultas Teknik Undip mengaku tidak terlalu menyu-kai tren mahasiswa yang memakai behel yang modelnya bermacam-macam. Ketika ditanya mengenai image mahasiswa yang memakai be-hel berwarna-warni ia berkata, “Aku sih kurang suka ngelihatnya, agak berlebihan dalam berpe-nampilan, jadi terkesan pamer kalau behelnya warna-warni.”

Pendapat senada diutarakan Fitria Lukitasari, mahasiswi Jurusan Kimia, Fakultas MIPA Undip. “ Behel itu kan mahal, jadi rasanya berlebihan kalau hanya digunakan untuk ber-gaya. Lebih baik menjaga kesehatan gigi dengan benar” ujar cewek berjilbab ini. Behel memang dibutuhkan untuk perawatan kesehatan gigi, namun dengan harganya yang mahal dan warna yang bermacam-macam membuat behel terke-san hanya untuk bergaya.

Tak DianjurkanMenurut ilmu kedokteran gigi (ortodonti) , be-

hel adalah suatu alat untuk perawatan kesehatan gigi. Pasien yang mengalami masalah pada susu-nan gigi dapat menggunakan behel agar susunan giginya kembali rapi. Namun penggunaan behel pada gigi yang normal dan hanya untuk sekadar bergaya tidak dianjurkan oleh dokter gigi.

Seperti yang diungkapkan drg. Dian Purwati saat ditemui Manunggal di tempat prakteknya di kawasan Pedurungan, Semarang. “Behel hanya diperuntukkan bagi pasien yang mengalami ma-salah pada susunan giginya, jika giginya sudah rapi dan normal sebaiknya tidak perlu memakai behel karena dapat mengganggu kesehatan gigi.”

Kesehatan gigi memang harus diperhatikan dan dijaga dengan baik.“Selain itu biaya yang dibutuhkan juga relatif mahal, jadi harus ada pertimbangan yang matang sebelum memakai behel,” tambah nya.

Manfaat yang bisa diperoleh dari behel se-benarnya cukup banyak. Behel tidak hanya ber-fungsi untuk merapikan susunan gigi, namun juga untuk memperbaiki kesalahan posisi rahang dan memperbaiki fungi kunyah.

Bila gigi normal dipasangi behel hanya untuk alasan mengikuti tren dan menunjang penampi-lan, dalam jangka panjang dapat mengakibat-kan gigi menjadi tertarik. Akibatnya, behel yang awalnya digunakan untuk perawatan kesehatan gigi, justru mengganggu kese-hatan gigi Tanpa pengetahuan dan pe-rawatan yang baik, behel justru dapat merugikan.

Kesadaran dalam merawat ke-sehatan gigi adalah hal yang ter-penting, karena kesehatan gigi harus selalu dijaga secara tera-tur. Gaya hidup tak harus mahal, yang terpen-ting adalah menjaga dan mensyukuri kesehatan kita. Kebutuhan dan fungsi lebih pen-ting daripada ha-nya sekadar gaya. (Septian)

35

Page 36: Majalah Manunggal Entrepreneurship

Bayangkan jika kita hanya perlu membawa kotak yang tak lebih dari satu kilogram untuk dapat mendengarkan musik, mengetik dan me-ngirim data sekaligus. Sebuah perangkat super komplit layaknya kantong ajaib. Ringan, mungil, mudah dibawa untuk menemani rutinitas sehari-hari. Kini kita dapat mengemas dunia didalam se-buah kotak.

Dalam dunia transportasi, semakin padat-nya jumlah kendaraan di kota besar mendorong terciptanya city car. Didesain khusus, city car me-mang ditujukan untuk jalanan kota besar yang se-makin sempit karena meledaknya jumlah kenda-raan. Dengan ukurannya yang ramping, city car lincah untuk diajak berakselerasi disela himpitan ribuan kendaraan lain.

Namun kita tidak akan membahas mengenai city car. Kita akan mengupas perangkat lain yang jauh lebih mungil, lebih canggih dan mobilefull. Adalah tablet PC, sebuah resolusi terbaru per-angkat pengolah data (komputer) yang jauh lebih kecil dari generasi pendahulunya.

Sedikit mereview perkembangan komputer, perubahan paling signifikan disamping kecang-

gihan teknologi adalah pemangkasan ukuran. Komputer generasi pertama berukuran pertama berukuran super besar dengan berat menca-pai satu ton. Berkembang menjadi Personal Computer (PC) dengan ukuran yang lebih kecil, mobile PC, hingga netbook dengan memangkas fasilitas optical (CD-DVD Room). Kini Tablet PC hadir bukan hanya memangkas fasilitas optical, namun juga papan tombol dan papan mouse.

Tablet PC merupakan resolusi terbaru per-angkat olah data dan komunikasi. Berfungsi sama dengan mobile PC,dengan desain yang lebih ringkas. Jika diperhatikan, bentuk Tablet PC menyerupai digital book, hanya terdiri dari satu lembar kotak.

Sebenarnya, tablet PC bukan hal yang baru. Teknologi ini pernah diperkenalkan beberapa ta-hun sebelumnya, tetapi kurang mendapat perha-tian publik. Kehadiran iPad yang dimotori Apple lah yang menjadi motor kebangkitan kembali teknologi tablet.

Layar SentuhTablet PC menggunakan layar LCD sentuh,

Modernisme seolah berkorelasi pada efisiensi bentuk dan ukuran. Semakin kecil, semakin ringkas,

semakin modern, begitu kurang lebih. Fenomena “perampingan” ini terjadi dalam banyak perangkat

kehidupan yang biasa disebut teknologi.

36

Page 37: Majalah Manunggal Entrepreneurship

dapat digunakan untuk menulis dengan tangan menggunakan sejenis pulpen khusus yang dise-but stylus. Layarnya pun dapat diputar ke atas dan ke bawah sehingga posisi keyboard meng-hadap tanah/ pangkuan/ meja dan posisi layar tidur menghadap keatas. Layar Tablet PC juga dimungkinkan untuk bergerak memutar mirip gerakan orang menoleh, hingga 360 derajat.

Ukurannya yang kecil dan cukup ringan men-dorong konsumen untuk memilih tablet PC dalam aktivitasnya. Bagi kalangan pengajar, tablet PC sangat membantu saat memberikan materi. Pengajar tidak perlu terpaku di meja untuk men-goperasikan laptop karena ukuran tablet PC pas

untuk digunakan sambil bergerak. Namun segala fasilitas tersebut bukan tanpa

kekurangan. Kecilnya ukuran Tablet PC mencer-minkan minimnya teknologi perangkatnya. Rata-rata Tablet PC hanya dibekali dengan prosesor tingkat rendah yang hanya mampu melakukan tugas-tugas ringan.

Total, tablet PC merupakan sebuah kemajuan teknologi. Ini karena pengguna dapat melakukan berbagai hal hanya dengan sekali sentuh. Begitu juga dalam bidang seni dan desain, kemasan dan desain tablet PC yang praktis dan unik sangat memanjakan penggunanya. (Hendra, dari ber-bagai sumber)

Keuntungan memilih tablet PC :Ringan. Tablet PC lebih ringan dibandingkan kebanyakan laptop, praktis dibawa kemana-mana.Fleksibel. Tablet PC dapat “ditidurkan” di permukaan kerja yang flat. Pena khusus. Inputan tablet PC menggunakan pen khusus atau handwriting, cocok untuk pengguna yang senang artistic. Style personal. Tablet PC menjadi hal yang unik bagi user, terutama dengan adanya style berbeda dan penggunaan pena.

Kerugian memilih tablet PC :Terlalu kecil. Maksimum layar tablet PC adalah 14.1 inch.Tidak ada optical drive. Tablet PC tidak memiliki optical drive built-in, walaupun dapat dikoneksikan secara eksternal. Hanya single user. Tablet PC bagus digunakan bagi single user dan tidak dapat di-share ke siapa saja.Pelindung layar khusus. Banyak resiko kerusakan layar di tablet PC ketimbang laptop. Lambat. Secara teknis tablet PC cenderung bekerja lambat dibanding laptop.Lebih mahal. Tablet PC rata-rata memiliki harga lebih mahal daripada laptop.

37

Page 38: Majalah Manunggal Entrepreneurship

Menurut Prof Anies MKes, Guru Besar Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Undip, masyarakat sekarang secara sadar atau tidak sadar telah terjebak dalam gaya hidup mo-dern. Ini menjadikan orang tidak perlu banyak be-raktifitas dan kurang berolahraga. Padahal, olah-raga merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi resiko Penyakit Jantung Koroner (PJK).

Di Indonesia, PJK adalah pembunuh nomor satu dan terus meningkat dari tahun ke tahun. Tentu saja, ini perlu diwaspadai. Selain sebagai pengurang risiko PJK, olahraga juga dapat men-jaga kebugaran tubuh. Jika tubuh bugar, maka kita bisa terhindar dari stres dan badan akan tera-sa lebih segar.

Idealnya, kebiasaan berolahraga dilakukan tiga kali seminggu. Namun sebagai mahasiswa, kuliah, organisasi, dan kegiatan lain menjadikan-nya malas berolahraga. Solusinya dengan me-ngatur jadwal berolahraga. “Untuk masalah jad-wal kuliah, orang (mahasiswa, red) bisa menyia-sati asal ada niat,” tutur Yuswo Supatmo, dosen olahraga Undip.

Sebelum melakukan olahraga kita diwajib-kan melakukan pemanasan selama 10 menit agar terhindar dari cedera saat berolahraga. Warming up berupa peregangan otot badan yang dimulai dari kepala, bahu, perut, paha, hingga tungkai. Setelah olahraga disarankan melakukan pen-dinginan selama 10 menit agar detak jantung dan nafas kembali normal.

Berikut berberapa olahraga ringan untuk menjaga kondisi jantung:

Siapa tak kenal jargon “Mensana

In Corpore Sano”. Slogan ini

berarti di dalam badan yang

sehat terdapat jiwa yang kuat.

Salah satu caranya, kita wajib

bergaya hidup sehat pula.

Olahraga,Kurangi Risiko Jantung Koroner

38

Page 39: Majalah Manunggal Entrepreneurship

Jalan kaki, olahraga yang mudah ini ternyata dapat mengurangi gejala hilang ingatan. Manfaat ini dijelaskan oleh Dr Cyrus Raji dari Sekolah Pengobatan Universitas Pittsburgh. Tempuhlah jarak sejauh 6,4 km dengan waktu 55-60 menit dalam sekali jalan. Jalankan olahraga ini empat kali dalam seminggu. Namun, jika kondisi fisik su-dah terlatih, disarankan melakukan Jogging (lari kecil) dengan jarak tempuh 4-5 km dalam waktu kurang lebih 30 menit. Lakukan 3 kali seminggu, atau lari, dengan jarak tempuh 2,4 km dalam wak-tu 12 - 15 menit, 2 kali seminggu.

Berenang, cabang olahraga dengan risiko rendah cedera fisik karena saat berenang se-luruh berat badan ditahan oleh air atau menga-pung. Berenang dapat meningkatkan kemam-puan fungsi jantung dan paru-paru. Menambah tinggi badan. Berenang secara baik dan benar akan membuat tubuh tumbuh lebih tinggi (bagi yang masih dalam pertumbuhan tentunya). Olahraga renang cocok untuk menurunkan berat badan karena renang membakar banyak kalori dalam tubuh. Lakukan selama 30-40 menit, tiga kali dalam seminggu.

Bersepeda. Dengan bersepeda, semua pemandangan terbaik di jalanan bisa dinikmati. Sebagaimana dikatakan mantan Presiden Amerika Serikat John F Kennedy, ”Tak ada ke-senangan sederhana yang bisa dibandingkan dengan naik sepeda.” Manfaat dari bersepeda yaitu memperlancar peredaran darah, mence-gah terjadinya sakit punggung, dan menghilang-kan rasa stres. Lakukan minimal 30 s/d 60 menit dalam sehari. Olahraga bersepeda dan renang tidak ada hentakan antar sendi karena tidak ada benturan antar sendi, sehingga minim cedera.

Fitness. Belakangan ini, fitness (olahraga kebugaran) sebagaimana kita ketahui telah men-jadi suatu gaya hidup (lifestyle) yang semakin di-gandrungi bermacam kalangan baik tua maupun generasi muda. Bermacam keuntungan dapat

diraih dengan fitness antara lain: menurunkan berat badan, memperkecil risiko stroke, osteopo-rosis, dan membuat tubuh tahan dari bermacam-macam penyakit.

Senam aerobik. Pada umumnya senam aerobik dilaksanakan selama satu jam dengan diiring musik yang sesuai dengan iramanya, se-nam aerobik dimulai dengan pemanasan selama 10 menit, dilanjutkan dengan latihan inti (senam aerobik) selama 40 menit dan kemudian dilan-jutkan dengan pendinginan selama 10 menit. Dengan latihan-latihan senam aerobik secara teratur akan memberi keuntungan bagi tubuh kita. Keuntungan tersebut yaitu meningkatkan kinerja paru-paru dan jantung, badan menjadi segar, dan daya tahan tubuh meningkat. (Afiq, dari berbagai sumber)

39

Page 40: Majalah Manunggal Entrepreneurship

Oleh: Mohammad Aniq KHB*

KecilPagi itu, Mbak Yus, pedagang sayur, mendo-

rong gerobak melewati jalan pedesaan. Gerobak kecil induk dari segala aktivitas dagangnya. Tanpa basa-basi, tanpa malu-malu, dan tanpa ragu, ia mendorong, menawarkan sayurannya dari rumah ke rumah. Walaupun bersaing den-gan pedagang besar yang memiliki tempat dan modal besar, ia tetap berusaha keras mendapat-kan rejeki.

Mbak Yus sudah memiliki manajemen usaha sendiri. Dengan kepandaian olah bicara dan lobi pemasaran, ia telah melakukan prinsip manaje-men. Apalagi usaha kecil bisa menjadi rekon-struksi usaha besar. Terbukti Mbak Yus sudah memiliki warung kelontong sendiri dan mampu membiayai dan menyekolahkan lima anaknya sampai perguruan tinggi.

Dua belas tahun lalu, saya melihat ia masih mendorong gerobaknya dengan kuat dan ulet. Sekarang ia sudah duduk santai di warung me-layani pelanggannya. Bahkan, ia mampu memin-jami modal kepada orang lain membuka bisnis.

Ada sesuatu yang menyenangkan meli-hat orang mempraktikkan keuletan usahanya. Hanya dimulai dengan gerobak, berubah men-jadi warung. Sungguh luar biasa. Kecil berubah menjadi besar. Bila dibandingkan dengan jumlah pengangguran dari kuantitas lulusan sarjana ekonomi dan manajemen di desanya, Mbak Yus yang paling berhasil. Jika dibukukan, barangkali itu buku yang dapat memotivasi pembaca yang memuat manajemen bisnis.

Saat mendengar manajemen dan guru

manajemen, kita diingatkan akan sosok orang ber-nama Tom Peters. Bersama Robert Waterman, ia menulis buku In Search of Excellence yang terbit pada Oktober 1982, saat pengangguran di Amerika mencapai 10 persen dan pertama kali menembus batasan dua digit sejak depresi be-sar. Buku ini berhasil menjadi buku cetakan per-tama terlaris pada 1982.

In Search of Excellence juga terbit setelah munculnya buku-buku mengenai keajaiban menajemen Jepang. Pada saat itu Amerika mera-sa bertanggung jawab atas keadaan buruk yang menimpa, sehingga buku tersebut berisi manaje-men mengatasi permasalahan, yang dikenal dengan “fenomena peters”. Fenomena peters yaitu kemampuan luar biasa untuk memanfaat-kan suasana saat itu.

Keadaan yang sama terjadi di Indonesia pas-ca era reformasi. Banyak pengangguran sarjana yang duduk diam dan bahkan hanya menunggu bantuan dari pemerintah. Tetapi, melalui beber-apa program penanggulangan kemiskinan, pen-gangguran semakin lama semakin berkurang. Bahkan banyak diantaranya membuka usaha-usaha kecil.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kecil bisa berarti kurang besar, tidak besar, sedikit, muda, sempit, dan tidak penting. Tetapi kecil bisa menjadi lebih besar, sangat be-sar, banyak, luas dan penting. Kita mengenal banyak artis di kancah dunia perfilman, musik, dan sinetron. Mereka berhasil sesuai bidang-bidangnya. Bahkan beberapa stasiun televisi

40

Page 41: Majalah Manunggal Entrepreneurship

sekarang berlomba-lomba menyelenggarakan acara entertainment yang berusaha membe-sarkan nama-nama. Seperti, acara Indonesia’s Got Talent, Indonesia Mencari Bakat, Aksi Anak Bangsa, Dangdut Mania, Indonesian Idol, dan lain-lain.

Semuanya itu berangkat dari kecil. Kecil pun dapat direlasikan dalam aspek kewirausahaan. Dua tahun yang lalu, Pemilik Kem Chicks, Bob Sadino, menampar pemerintah yang menyebut pengusaha yang sedang merintis bisnis kecil-kecilan. Ia tidak setuju jika mereka dikategorikan dalam usaha mikro, kecil, dan menengah – sering disingkat UMKM. Apalagi, jika dikatakan masih mengharap uluran tangan pemerintah atau be-berapa bantuan lain. Ia berkata, “Saya cende-rung menyebut mereka UBB alias Usaha Bakal Besar”.

Om Bob, begitu ia disapa, menyampaikan pemahaman yang jelas bahwa pengusaha kelas teri tidak boleh mudah menyerah. Mereka ha-rus bertekad menjadi pengusaha besar. Sejarah mengungkap betapa banyak usahawan cekak modal memiliki daya tahan kuat dalam mengha-dapi krisis finansial global pada akhir 2008.

Misalnya, Agung Nugroho, tukang cuci beromzet Rp 3 miliar, mampu menyekolah-kan anak-anaknya ke luar negeri. Ada juga Baedowy di Bekasi sukses dengan mengubah tumpukan sampah menjadi berlembar-lembar yuan. Sehingga pakar linguistik menganalisa kata “membuang” dalam konteks sampah di-ganti dengan menggunakan kata “meletakkan”. Dengan asumsi makna bahwa sampah bukan lagi hal yang negatif, tetapi mampu menghasilkan manfaat yang luar biasa. Dan masih berjuta-juta usahawan yang juga menggeluti inovasi-inovasi bisnis lainnya.

Ini berarti sebenarnya Indonesia adalah neg-ara penghasil figur-figur top dalam bidang kewi-rausahaan. Namun, bagaimana dengan per-masalahan hukum yang selalu memperlakukan

diskrimanitif terhadap rakyat kecil? Itu pun salah satu produk yang dihasilkan Indonesia juga. Masih teringat Minah dan tiga kakao itu sehingga divonis satu bulan 15 hari penjara dengan masa percobaan tiga bulan.

Kasus Minah adalah kasus diskrimasi peradi-lan dan kesewenang-wenangan kekuasaan ter-hadap orang kecil. Lihatlah, bagaimana hukum memperlakukan empat anggota DPRD Jawa Tengah yang didakwa menilap uang negara Rp 2,16 miliar. Tapi, mereka hanya divonis hukuman setahun penjara.

Lalu, mengapa bangsa Indonesia selalu menganggap dirinya kecil? Bangsa Indonesia ini memiliki kekuatan luar biasa yang tidak pernah dimiliki oleh bangsa lain. Mereka saja yang belum tahu dan bahkan takut akan kekuatan kita ketika menjadi besar.

Di Jawa Timur kita tahu istilah bonek. Hanya bermodal nekat, dia bisa sampai ke Jakarta dari Surabaya dan bahkan sampai ke luar jawa. Luar biasa. Kalau kita berani mengatakan, negara-negara lain seharusnya berguru pada Indonesia yang banyak nilai budaya dan falsafah spirituali-tas, bukan kita yang harus selalu berguru kepada mereka.

Kita tidak usah menyesali timnas sepak bola Indonesia kalah dengan Malaysia dalam ajang pi-ala AFF 2010 kemarin. Belum saatnya Indonesia menyakiti negara lain. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang rendah hati dan suka bersedekah. Tidak melalui sepak bola pun, Indonesia sudah menjadi negara besar dan pada saatnya nanti Indonesia mampu menjadi mercusuar dunia. Wallahu a’lamu bishshowab.

*Mahasiswa Magister Linguistik Program

Pascasarjana Undip

41

Page 42: Majalah Manunggal Entrepreneurship

Di Eropa, buah bernama latin Cucurbita moschata ini dikenal dengan nama pumpkin. Bentuknya bulat dan kulitnya agak keras. Waluh biasanya “muncul” dan laris manis menjelang bulan puasa. Umumnya, si kuning ini disajikan sebagai bahan campuran untuk membuat ko-lak.

Namun, di tangan Deddy, waluh bisa disu-lap menjadi bakpao nan lezat. Bakpao waluh ini bahkan telah menjelma menjadi oleh-oleh khas Malang yang banyak diburu wisatawan. Dalam perkembangannya, olahan waluh juga tak ha-nya berupa bakpao, tetapi juga keripik, bakpia,

serabi dan brownis.Awalnya, Deddy hanya membuat dan

menjual keripik apel. Penjualannya sempat meroket karena banyaknya pesanan. Namun, usaha tersebut dinilainya belum maksimal. Pasalnya, banyak pengusaha-pengusaha lain yang juga mengembangkan bisnis keripik apel, sehingga harganya turun.

Ia kemudian melihat peluang bisnis dari melimpahnya panen waluh di daerah seki-tarnya. Selama ini, waluh hanya diolah untuk konsumsi sendiri atau dijual untuk bahan cam-puran saus tomat. “Dulu, satu ton waluh harga-

Bakpao Waluh Khas MalangPernah makan bakpao? Tekstur yang lembut membuat makanan ini digemari

berbagai kalangan. Variasi rasanya banyak, mulai dari coklat, kacang hijau, keju, hingga ayam. Nah, bagaimana dengan bakpao labu kuning (waluh)?

Lezatnya

42

Page 43: Majalah Manunggal Entrepreneurship

nya hanya 200 ribu,” ujarnya.Inilah yang membuat pemilik RM Joglo GK

tersebut berinovasi mengolah makanan de-ngan bahan dasar waluh. Bakpao salah satu-nya. Alasannya, bakpao dari waluh sangat unik dan jarang ada yang menjual. Meski kini hampir setiap toko oleh-oleh menjual bakpao waluh, rumah makannya tak pernah sepi.

Membuat bakpao waluh tidak sulit. Bahan bakunya adonan tepung bakpao seperti biasa. Hanya saja, adonan ini ditambahkan pasta waluh, yang berasal dari rebusan waluh yang dihaluskan. Adonan ini kemudian dibentuk dan diisi dengan coklat, keju, stroberi, atau ayam, baru selanjutnya dikukus.

Hasilnya, terciptalah bakpao waluh yang nikmat. Teksturnya lembut, tetapi lebih padat dari bakpao pada umumnya, karena adonan dasarnya yang berasal dari waluh. Warnanya pun tidak putih, tetapi kuning kecoklatan seperti buah waluh. “Memang berbeda, tapi enak. Makan satu sudah kenyang,” komentar Sendang, salah satu wisatawan yang baru kali tersebut merasakan bakpao waluh.

Selain bakpao, Deddy juga berinovasi men-ciptakan aneka olahan berbahan dasar waluh. Ia mulai mencoba membuat keripik waluh, onde-onde, kue mangkok hingga brownis dari waluh. Bahkan ia juga pernah membuat es krim berbahan dasar waluh, meski-pun belum berani mengembangkannya sebagai dagangan.

Terpengaruh LapindoUsaha yang dirintis Deddy sempat

mengalami kendala sejak ada kasus lumpur Lapindo pada 2006. Ini karena arus wisatawan dari arah Surabaya dan bagian timur Malang menurun drastis. Namun, Deddy tak kekura-ngan akal. Ia mulai menjalin koneksi dengan biro-biro wisata dari barat dan selatan Malang.

Perlahan-lahan usahanya mulai kembali ramai. Masyarakat sekitar dan biro perjalanan wisata mulai memasukkan rumah makannya sebagai tujuan wisata. Maka, tidak hanya ola-han waluh yang dijual, makanan dan katering pun ia rambah. “Yang penting kita berusaha mengembangkan peluang bisnis,” tambah-nya.

Setelah mulai berjalan, bisnisnya kembali tersandung masalah. Warung makannya yang terletak di tepi jalan membuat masyarakat seki-tar merasa terganggu dengan aktivitas kenda-raan, terutama bus, yang membuat lalu lintas padat dan macet. Deddy pun berusaha men-cari solusinya.

Ia memutuskan memperluas lokasi wa-rungnya, sehingga muat untuk bus-bus wisata berukuran besar. Berbagai fasilitas juga ia se-diakan demi kenyamanan pengunjung, seperti mushola, toilet, rumah makan dan pusat be-lanja.

Kini, warung makannya menjadi salah satu tujuan utama untuk mencari oleh-oleh khas Malang. Bagi yang berminat mencicipi bakpao waluh, datang saja ke Jl Raya Karangploso, Malang. Hanya dengan 2500 rupiah, bakpao walang siap dinikmati. (Ridha)

43

Page 44: Majalah Manunggal Entrepreneurship

Terletak di Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Wisata Batu, yang memang ber-hawa dingin, Selecta menjadi salah satu tem-pat tujuan wisata bagi para turis, baik domestik maupun internasional. Umumnya, pengunjung berasal dari kota-kota besar yang penuh polusi. Berbekal pemandangan alam dengan latar pe-gunungan yang sangat indah, obyek wisata ini menjadi alternatif untuk menyegarkan pikiran.

Sebagai tempat wisata yang sering dikun-jungi, akses menuju Selecta tidak sulit. Dengan kendaraan pribadi atau angkutan umum, Selecta dapat ditempuh dengan mudah. Perjalanan menuju Selecta memakan waktu satu jam dari Malang dan tiga jam dari Surabaya. Jalan yang lebar dan sudah beraspal juga memungkinkan rombongan wisatawan datang dengan bus wi-sata berukuran besar.

Setelah memasuki areal taman Selecta, pe-ngunjung dapat dengan mudah mendapatkan tempat parkir, karena luas tempat parkir men-capai tiga hektar. Begitu turun dari kendaraan,

wisatawan akan disuguhi aquarium sangat be-sar yang dipenuhi berbagai macam ikan air

tawar dan sebuah gua unik yang bernama gua singa.

Diapit tiga gunung, Arjuno, Welirang dan Anjasmoro, wajar bila hawa sejuk senantiasa menyelimuti obyek wisata ini. Dengan ketinggian 1150 m dari permu-kaan laut, suhu disini berkisar antara 15-25 derajat celcius dan kedinginan air menca-

yang LegendarisMeskipun waktu menunjukkan pukul sebelas siang, tak sedikitpun hawa panas menyambut kedatangan Manunggal di Selecta. Udara pegunungan yang sejuk dan bersih membebaskan pernafasan dan pikiran dari asap kendaraan bermotor serta hiruk pikuk kota yang senantiasa menemani.

Selecta,Nuansa Alam

44

Page 45: Majalah Manunggal Entrepreneurship

pai 18 derajat celcius. Karena itu, Selecta sangat ideal untuk menyegarkan tubuh dan pikiran.

Wahana pertama yang akan dijumpai pe-ngunjung di Selecta adalah water adventure. Sumber air kolam renang berasal dari air pegu-nungan yang segar dan jernih. “Kolam renang menjadi arena yang paling sering dikunjungi wi-satawan. Variasi kedalaman dan papan loncat-nya membuat pengunjung tidak bosan berada di air,” kata Amri, pihak marketing Selecta.

Selain fasilitas standar seperti papan luncur, water adventure Selecta juga dilengkapi ember tumpah. Pengunjung, baik anak-anak maupun dewasa, selalu berkumpul di bawah bila ember akan menumpahkan air. “Sensasi siraman air segar ala Selecta,” imbuh Amri.

LegendarisTempat yang didirikan warga negara Belanda

Ruyter de Wildt ini adalah obyek wisata paling legendaris di Batu. Dibangun pada 1930, Selecta memang menyuguhkan suasana yang menawan dan historis. “Awalnya merupakan tempat peristi-rahatan warga Belanda di Indonesia, tetapi se-lanjutnya berkembang menjadi obyek wisata,” ujar Amri.

Ia juga menuturkan, area wisata ini sempat mengalami pembumihangusan dan kerusakan pada zaman revolusi. Selanjutnya, empat puluh

tujuh tokoh masyarakat di sekitar Selecta mem-bangun kembali tempat ini pada 1950. “Pada awal masa kemerdekaan, Selecta menjadi tem-pat wisata dan peristirahatan pilihan bagi semua lapisan masyarakat, mulai dari rakyat biasa hing-ga elite politik, termasuk Bung Karno dan Bung Hatta,” terangnya.

Dari masa kemerdekaan hingga sekarang, Selecta tetap mempertahankan tatanan se-bagai tempat wisata eksotis yang indah dan sejuk, sehingga tetap menjadi tujuan wisata pilihan bagi wisatawan lokal dan mancanega-ra. Perkembangan dan penambahan fasilitas terus dilakukan, hingga Selecta menjadi tempat rekreasi dengan fasilitas lengkap.

Sekarang, Selecta tidak hanya mempunyai kolam renang dengan air pegunungan yang

segar, tetapi juga dilengkapi taman bermain anak dengan segala fasilitasnya, termasuk

becak dan mobil mini. Dengan luas dua pu-luh hektar, obyek wisata ini juga memiliki

kolam perahu dengan fasilitas perahu kano dan sepeda air, arena jogging se-luas enam hektar, arena berkuda dan

tempat outbond yang ideal.“Saya dan anak saya sering kesini

saat libur, kebetulan suami saya bekerja di

45

Page 46: Majalah Manunggal Entrepreneurship

Surabaya,” tutur Claire, seorang warga negara Swis. “Saya enjoy berkuda disini, fasilitasnya lengkap, pas untuk rekreasi bersama keluarga. Suami juga sering mengajak karyawannya kesini bersa-ma-sama saat liburan.”

Taman BungaMasuk lebih dalam ke Selecta, taman bunga

yang luas siap menyambut pengunjung yang datang. Hamparan bunga-bunga yang indah ter-tata apik layaknya taman bunga di Belanda. Plus hawa sejuk pegunungan, pengunjung seolah tak ingin segera meninggalkan Selecta, yang dalam bahasa Belanda berarti selective (pilihan) ini.

Diantara bunga-bunga terdapat beberapa gazebo, yang memungkinkan wisatawan beristi-rahat sejenak setelah lelah berjalan. Tak cukup puas memandang, wisatawan sering meng-abadikan momen bersama hamparan bunga ini dalam foto. Bahkan, tak jarang taman bunga

Selecta menjadi tempat pembuatan foto pre-wedding.

“Lokasinya sangat indah, makanya saya am-bil foto disini,” ungkap Desi, salah seorang pen-gunjung yang tengah membuat foto pre-wedding disini. “Sebenarnya sudah sempat mencari-cari lokasi yang pas, tapi setelah survei disini saya merasa tempatnya cocok.”

Selain pre-wedding, Selecta yang memang eksotis ini juga cocok bagi pengantin, karena dilengkapi hotel dan wedding hall. Bagi wisa-tawan luar kota yang ingin menginap pun, harga hotel yang ditawarkan sesuai dengan fasilitas-nya, mulai dari 300 ribu per hari. Pada hari-hari tertentu, pengelola juga memberikan diskon.

Wisatawan yang gemar belanja juga tak perlu khawatir, karena Selecta memiliki pasar wisata yang cukup lengkap. Aneka buah, bunga dan sa-yur, serta oleh-oleh khas Kota Batu tersedia disi-ni. Bila Anda tertarik datang, hanya dengan tiket masuk seharga 12 ribu, nuansa eksotis Selecta siap dinikmati. (Ridha)

46

Page 47: Majalah Manunggal Entrepreneurship

Suara gemericik air menyambut begitu kita tiba di sebuah telaga yang dikelilingi

bukit-bukit kecil. Airnya jernih sehingga ikan-ikan

terlihat di permukaan, seakan menyapa orang yang datang.

Pemandangan khas pedesaan dengan perbukitan yang masih

asri menambah indahnya panorama.

Tenang dan Naturaldi Telaga Madirda

47

Page 48: Majalah Manunggal Entrepreneurship

Melewati jalan menanjak, pengunjung disuguhi pemandangan yang mengagum-kan. Adalah Telaga Madirda, yang sesuai den-gan namanya, terletak di dusun Madirda, Berjo, Ngargoyoso, Karanganyar. Letaknya di sebelah Gunung Lawu dan diapit Bukit Purung, menjadi-kan lokasi ini sudut yang sangat indah.

Telaga yang berada di hamparan tanah luas sekitar empat hektar ini memiliki suasana yang masih alami dengan air jernih dan tidak pernah surut. Di sekitar telaga mengalir sungai kecil yang mengairi tanaman-tanaman sayur milik warga setempat. Jembatan-jembatan kecil diatasnya seolah menjelma menjadi pernak-pernik peleng-kap eksotisme Telaga Madirda.

Di tepi telaga, terdapat air terjun kecil yang merupakan mata air telaga ini. Beberapa tempat duduk juga disediakan di sekeliling telaga, yang biasanya digunakan muda-mudi untuk berceng-krama. Udara yang sejuk menjadikan taman wi-sata ini bernuansa tenang dan natural.

Selain tempat wisata, area di sekitar telaga juga dimanfaatkan sebagai bumi perke-mahan. Pada musim panas tanah lapangnya cocok untuk berkemah, tetapi di musim penghu-jan tanahnya cukup lembab. “Bumi perkemahan biasanya ramai sekitar Agustus. Mahasiswa dari Solo dan Yogya juga sering menyewa rumah un-tuk berkegiatan,” kata Harwosumitro, ketua RW setempat.

Di musim liburan, pengunjung, terutama anak-anak, biasanya berenang di sekitar telaga atau di kubangan air yang sengaja dibuat untuk

outbond. Danau ini hanya berkedalaman seki-tar 1-1,5 m sehingga cocok untuk berenang.

Meskipun demikian, lokasi ini tidak hanya menarik bagi anak-anak, tetapi juga

orang dewasa. Pengunjung dewasa biasanya hanya berkeliling atau sekadar duduk-duduk menikmati suasana.

Melihat antusiasme wisa-tawan semakin tinggi, muncul inisiatif untuk mengembangkan area tersebut. Baru-baru ini, Telaga Madirda mulai dilengkapi dengan arena-arena outbound, termasuk flying fox yang masih

48

Page 49: Majalah Manunggal Entrepreneurship

dalam tahap pembangunan. Flying fox ini diop-erasikan secara resmi pada 1 Januari 2011.

PadusanKonon, telaga ini merupakan pertapaan Dewi

Anjani untuk memulihkan bagian tubuhnya yang berubah seperti kera. Cerita tersebut, menu-rut Harwosumitro mengundang orang untuk melakukan ritual-ritual tertentu agar keinginan-nya tercapai. “Padahal melakukan hal seperti itu tidak ada pengaruhnya, sama saja. Gusti Allah yang menentukan,” terangnya dengan logat Jawa yang kental.

Karena kental dengan nuansa mistis, menjelang bulan puasa lokasi ini biasa dipakai untuk ritual padusan. Pengunjung beramai-ra-mai berendam di telaga ini untuk mengharapkan berkah dan membuang sial. Namun di hari-hari biasa, Telaga Madirda hanya dipenuhi pengun-jung yang ingin berkeliling atau berenang.

Tari, seorang karyawati, juga mengisi wak-tu liburannya dengan berkunjung ke Telaga Madirda. Ia mengaku baru pertama kali berkun-jung. Awalnya dia tidak berniat ke telaga. Karena sedang liburan, ia menuturkan tidak ada salahn-ya mengunjungi tempat ini. Menurutnya, peman-dangannya di Telaga Madirda sangat indah se-

hingga ia berniat untuk kembali lain kali.Hal serupa juga disampaikan Aris, siswa

SMK Penda dari Karang Pandan. Bersama te-man-temannya ia pergi beramai-ramai ke Telaga Madirda dengan motor. Mereka langsung mence-burkan diri dan berenang ke tengah telaga. Karena tidak terlalu dalam, ia dan teman-temannya tidak khawatir tenggelam. “Airnya dingin sehingga asyik untuk mandi. Pemandangannya juga in-dah,” katanya.

Bagi pengunjung yang berniat datang, se-baiknya hindari waktu sore hari. Pasalnya, kabut tebal senantiasa menyelimuti sepanjang jalan menuju telaga. Akses jalan menuju lokasi yang sempit dan rusak, serta kurangnya penerangan menjadi persoalan dalam pengembangan telaga ini.

Namun, tak ada salahnya mencoba, karena biaya masuk sangat murah. Motor hanya dikena-kan biaya Rp 1000 dan mobil Rp 2000. Kendati harus ekstra hati-hati karena pengelolaan ke-amanan belum terlalu baik, pemandangan yang disajikan telaga ini sangat menarik dinikmati. Pemerintah desa setempat juga sudah memin-ta bantuan Dinas Kebudayaan dan Pariwiata (Disbudpar) Karanganyar untuk mengembang-kan area tersebut. (Hasan, Mia)

49

Page 50: Majalah Manunggal Entrepreneurship

Sebenarnya, apa itu lemak trans?

Lemak trans merupakan merupakan bagian dari le-

mak. Lemak termasuk dalam zat gizi makro yang diperlukan tu-

buh. Semakin tinggi kandungan lemak dalam suatu bahan makanan, maka akan

semakin tinggi pula kalori di dalamnya. Lemak memiliki kandungan kalori yang paling tinggi dibandingkan zat gizi makro lainnya yaitu sem-bilan kalori per gramnya. Selain itu, lemak dapat meningkatkan citarasa dalam makanan.

Secara kimiawi, lemak tersusun atas senya-wa yang berbeda-beda. Ada berbagai macam je-nis lemak berdasarkan struktur atau ikatan kimi-anya. Lemak Trans juga dikenal dengan nama Lemak Terhidrogenasi Parsial, Dihidrogenasi Lemak, dan Asam Linoleat Terkonjugasi. Lemak Trans merupakan lemak yang melezatkan french

fries, biskuit, margarin, makan-

an cepat saji, dan be-berapa makanan ringan.

Asam Lemak Trans merupak-an asam lemak jenuh yang mengalami

proses hidrogenasi. Hidrogenasi meru-pakan proses mengubah lemak cair menjadi le-mak padat. Proses ini membentuk ikatan isomer dengan struktur trans atau saling bersilangan yang terjadi ketika lemak dipanaskan dalam suhu tinggi melebihi titik asapnya.

Lemak trans ini dapat meningkatkan se-rum lipoprotein LDL (Low Density Lipoprotein) atau biasa disebut sebagai kolesterol jahat dan menurunkan lipoprotein HDL (High Density Lipoprotein) atau yang biasa disebut sebagai kolesterol baik. Mengacu pada hal tersebut, kon-sumsi lemak trans dalam jumlah tinggi tidak dian-jurkan.

Industri-industri makanan pun banyak yang melakukan hidrogenasi pada produknya kare-na sifat asam lemak tak jenuh yang cenderung kurang stabil, sehingga lebih cepat mengalami ketengikan. Asam Lemak Tak Jenuh yang men-galami proses hidrogenasi akan menjadi Asam Lemak Trans yang bersifat lebih stabil. Hasilnya, produk lebih murah dan mempunyai masa sim-pan yang lebih lama karena tidak cepat mengal-ami ketengikan, dan berkonsistensi lebih padat , plastis, dan lebih stabil, misalnya margarin.

Rekomendasi yang dianjurkan untuk

Produsen makanan dan minuman dalam kemasan tampaknya harus mencantumkan kandungan lemak trans dalam kemasan produknya. Ini terkait dengan peraturan Food and Drug Administration (FDA), setiap produk makanan dan minuman wajib mencantumkan kandungan lemak trans pada kemasannya apabila

kandungan lemak trans lebih dari setengah gram per sajian.

WaspadaLemak Trans

50

Page 51: Majalah Manunggal Entrepreneurship

menanggapi hal tersebut dan tentunya untuk mengurangi jumlah asupan lemak jenuh dan asam lemak isomer trans yang masuk ke dalam tubuh antara lain :

(1) Masyarakat sedapat mungkin menguran-gi konsumsi “hard fat” (minyak atau lemak yang lebih padat pada suhu ruang) dan menggantinya dengan minyak cair atau “soft fat” (minyak yang cair atau lebih lunak pada suhu kamar).

(2) Pabrik-pabrik pengolah makanan ha-rus menguji/mengukur kandungan asam lemak trans yang ditimbulkan oleh proses hidrogen dalam pengolahan minyak/lemak,

(3) Pemerintah hendaknya memonitor kan-dungan asam lemak trans dalam bahan pangan yang beredar di pasaran.

Perlu diketahui, tidak semua jenis lemak ber-bahaya bagi tubuh. Selain asam lemak trans, terdapat asam lemak esensial yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan normal janin dan bayi, serta perkembangan otak dan penglihatan. Contoh asam lemak esensial yaitu asam-asam lemak omega-6 dan omega-3. Selain itu, konsumsi asam lemak omega 3 secara teratur dapat membantu mencegah pembekuan darah, mencegah irama jantung yang tidak nor-mal serta menurunkan tekanan darah, khusus-nya pada penderita hipertensi dan atherosklero-sis (penyempitan pembuluh darah akibat adanya obstruksi atau sumbatan).

Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa konsumsi bahan pangan kaya lemak omega-3 rantai panjang yaitu Asam Eikosapentaenoat (EPA) dan Asam Dokosaheksaenoat (DHA) menurunkan resiko terkena penyakit jantung koroner. Kemungkinan hal ini disebabkan karena

kedua asam le-mak tersebut tidak berpengaruh terhadap tingkat lipoprotein serum (ika-tan antara lemak/lipid dan protein dalam serum darah).

Antioksidan merupakan salah satu se-nyawa yang sering dihubungkan dengan lemak dan minyak. Antikosidan adalah senyawa yang ditemukan pada jenis makanan tertentu yang secara signifikan dapat menurunkan efek radi-kal bebas yang dihasilkan dalam fungsi normal tubuh.

Antioksidan ini banyak terdapat pada buah dan sayuran. Buah dan sayuran tidak hanya menawarkan kandungan antioksidan di dalam-nya, melainkan juga vitamin dan mineral, sehing-ga konsumsi jenis makanan yang menyegarkan ini dapat mencegah terjadinya defisiensi (kurang asupan) sekaligus mencegah terjadinya pe-nyakit. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi buah dan sayuran yang tinggi dapat mengurangi resiko ter-kena penyakit jantung koroner dan beberapa jenis kanker. (Bondika)

Lemak Trans

51

Page 52: Majalah Manunggal Entrepreneurship

Melihat peluang tersebut, lima mahasiswa Teknik Elektro Undip mendirikan usaha Distro Batik Semarangan dengan mengusung brand “Cah Ayu Cah Ngganteng”. Kelimanya yaitu Irawan (pemimpin perusahaan), Ibnu (manajer operasional), Haryo (manajer pemasaran), Rian (administrasi dan keuangan), serta Reza (ope-rasional). Mereka merupakan kelompok ma-hasiswa yang lolos pendanaan dalam Progam Mahasiswa Wirausaha (PMW) 2009.

Tema batik yang dibawa sejak mengikuti lom-ba Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2008, dan dilanjutkan lagi di PMW menjadi jalan awal memulai usaha ini. Ditambah penggunaan brand yang tepat, menurut Irawan hal tersebut menjadi-kan nilai tersendiri di mata juri PMW.

“Setelah 02 Oktober dicanangkan sebagai Hari Batik Nasional, tren berpakaian batik me-ningkat drastis. Hal ini yang melatarbelakangi keberadaan usaha Distro Batik ini. Nama produk yaitu Cah Ayu Cah Ngganteng terkesan ramah dan menurut saya menjadi salah satu faktor kelo-losan kami,” terang Irawan, salah satu pemilik Distro Batik Semarangan ini.

dengan

Batik bukan lagi pakaian yang hanya pas dikenakan orang tua saat resepsi saja. Generasi muda pun kini tak sungkan memakainya sehari-hari. Naiknya pamor batik ini menjadikan tren berpakaian batik kian booming.

Menggebrak

Batik

52

Page 53: Majalah Manunggal Entrepreneurship

Menurut Irawan, Distro yang selama ini identik dengan pakaian muda-mudi yang gaul dengan model terkini dan trendi coba diaplikasi-kan ke dalam konsep usaha batiknya ini. Alhasil Distro Batik Semarangan ini pun mengarah ke anak-anak muda di Kota Lumpia ini.

Segmen yang dibidik pun dari semua usia. Mulai dari anak muda baik cewek maupun co-wok, orang tua, bahkan sampai perkantoran. “Konsumen yang dibidik berbeda-beda. Kalau ibu-ibu biasanya suka yang kaen-kaen batik, sedangkan untuk anak-anak muda banyak yang suka dengan batik pasangan atau couple. Ada juga berbagai pernak-pernik asesoris ber-temakan batik.. Jadinya semua segmen kami ambil,” papar Irawan.

Irawan mengatakan, “Keunggulan Distro Batik Semarangan ini dibanding dengan toko atau butik batik yang ada yaitu desain semua murni bertemakan batik. Batik yang dijual mengikuti tren saat ini, motif-motif batik yang unik dimana tidak ada di tempat lain, dan bisa menerima pesanan suka-suka. Untuk peme-sanan suka-suka orderan bisa juga hanya memesan 1 baju dengan desain dan ukuran sesuai permintaan konsumen.”

Distro yang dibuka resmi sejak 02 Oktober 2009 ini mengandalkan supplier-supplier ‘han-dal’ dari kota-kota batik seperti Pekalongan dan Solo. Suplier ini lah yang selalu menyuplai ba-tik-batik dengan model ter-up to date. Sebelum batik dari para supplier masuk ke toko, diada-kan penyeleksian dulu batik-batik mana yang bisa di jual ke pasaran.

Hubungan “pertalian” yang baik dengan supplier ini memudahkan sistem pembayaran saat membeli batik dagangan. “Sistem pem-bayarannya kita bisa membayar dengan sepa-ruh harga dari barang yang kita ambil. Setelah terjual baru kita lunasi atau setor ke pada mer-eka. Selain itu kita tetap kula’an sendiri untuk mencari barang dagangan,” ujar Irawan penuh semangat.

Dukungan Ketika ditanya mengenai modal usaha ini,

Irawan bercerita, bahwa saat memulai usaha ini modal yang dikeluarkan semua berasal dari dana pribadi. Melalui acara-acara sep-erti PKM dan PMW, ia dan ke-empat kawan-nya mendapatkan modal sebesar Rp 36 Juta. Dengan modal inilah mereka bisa membuka sebuah Distro Batik Semarangan yang memiliki outlet di daerah Menoreh, Sampangan.

“Harus pinter-pinter untuk mengakali ang-garan ini sehingga bisa menutupi semua. Beruntung seperti tempat kami mendapatkan tempat strategis dengan harga yang tidak ter-lalu mahal,” ungkap Irawan.

Dukungan dari Undip sebagai pihak yang mengadakan PMW 2009 ini diberikan saat ada acara Dies Natalis Undip 2009 di kampus Undip

53

Page 54: Majalah Manunggal Entrepreneurship

bawah. Sebuah stan berukuran 2x3 meter pun berdiri atas nama “Distro Batik Semarangan: Cah Ayu Cah Ngganteng”. Dalam acara yang hanya berlangsung sehari itu omset yang dihasilkan sebesar Rp 2 juta.

Peranan orang tua pun sangat berarti dalam memberikan dukungan buat berdirinya usaha mereka. Meminta dukungan dengan berbicara secara baik-baik saat akan melakukan membuat orang tua memberikan dukungan penuh.

Menurut Irawan, orang tua bisa menjadi sum-ber pinjaman dana apabila terjadi produksi ber-lebih. “Saat terjadi over produksi kita biasanya minta tolong kepada orang tua untuk masalah dana. Namun sifatnya pinjaman. Jadi tetap harus dikembalikan lagi uangnya kepada orang tua,” jelanya.

Plan ListIrawan berharap ke depan usahanya me-

miliki alat jahit sendiri sekaligus mengkader penjahitnya dalam satu rumah produksi. Selain itu pembuatan website sebagai promosi online juga sedang digarap. pembukaan cabang baru pun masuk dalam plan list ke depan Distro Batik Semarangan ini.

Melihat animo masyarakat yang begitu antu-sias dengan busana batik ini menjadikan bisnis ini memilki potensi yang masih luas untuk terus di

“jelajahi”. Bahkan, Distro Batik Semarangan ini ti-dak hanya memiliki pelanggan di kota Semarang saja.

Namun di beberapa kota lain di luar Semarang sampai luar Jawa terdapat konsumen loyal yang selalu membeli barang yang jualan distro batik ini. Daerah-daerah seperti Magelang, Lampung, Kalimantan dan Sulawesi dapat menjadi acuan untuk pengembangan cabang baru.

Nah, tertarik mengenakan batik? Silakan kunjungi outletnya di Jalan Menoreh Raya 70, Tugu Suharto, Sampangan. Distro batik ini buka mulai pukul 14.00-21.00 dari Senin- Minggu, ke-cuali hari Rabu.“ (Satya)

54

Page 55: Majalah Manunggal Entrepreneurship

Cewek yang akrab disapa Melissa ini ber-cerita bahwa bahasa Malagasi, bahasa nasional Madagaskar, mempunyai banyak kesamaan kata dengan bahasa Indonesia. Contohnya, ta-nana – tangan, ranto – rantau, vatoharanana– batu karang.

Melissa menuturkan, penduduk Madagaskar mempunyai kemiripan fisik dengan masyarakat Indonesia. “Hal ini dikarenakan pada zaman da-hulu bangsa-bangsa Austronesia yang bermu-kim di Asia Tenggara dan Australia melakukan pelayaran menuju ke barat. Mereka menemukan pulau yang tak berpenghuni di timur benua Afrika. Akhirnya mereka menetap di sana, di pulau Madagaskar,” ceritanya.

Karena adanya kesamaan dalam bahasa dan suku, mahasiswi yang lahir pada 21 Oktober 1989 ini tertarik untuk melanjutkan pendidikan-nya ke Indonesia. Melissa mendapatkan kesem-patan belajar dari pemerintah Madagaskar ke Indonesia selama satu tahun dari Juli 2010 sam-pai dengan Juli 2011.

Beasiswa ia dapatkan setelah lolos seleksi penjaringan pelajar Madagaskar yang ingin melanjutkan pendidikan ke luar negeri. Setelah menyelesaikan studi di FIB Undip, Melissa akan melanjutkan kuliah S1 di negara asalnya dan ber-cita-cita mengenalkan bahasa Indonesia kepada

penduduk Madagaskar.Saat ditemui Manunggal, Melissa mencoba

menjawab pertanyaan menggunakan bahasa Indonesia dibantu dengan bahasa Inggris. Ia ber-cerita bahwa dia bisa berbahasa Perancis karena dahulu Madagaskar adalah jajahan Perancis.

Mahasiswi yang juga cakap berbahasa Malagasi, Inggris dan Jerman ini pernah menjadi guru bahasa Perancis menggantikan gurunya yang sedang mengandung. Saat SMA ia pernah mengikuti lomba debat tentang AIDS antarseko-lah, dan meraih juara dua.

Gadis yang suka hang out ini pernah berlatih menari Jawa dan pernah diundang BEM Fakultas Teknik Undip sebagai pembicara seminar untuk bertukar pengalaman tentang studi ke luar ne-geri. “Wujudkan mimpi teman-teman untuk seko-lah ke luar negeri. Yakinlah pasti bisa,”pesannya.

Ketika ditanya pendapat tentang Indonesia, menurut Melissa masyarakat Indonesia, khusus-nya teman-temannya di Semarang ramah dan mudah bergaul dengan orang lain. Dia bercerita saat tersesat di suatu tempat orang-orang diseki-tarnya bersikap peduli dengannya. Sikap hormat orang yang lebih muda kepada orang yang lebih tua dan cara berpakain orang Indonesia yang sopan membuat dia kagum dengan Indonesia. (Afiq)

ke Indonesia

Raharivololona Melissa

Menuntut Ilmu

“Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina.” Pepatah tersebut ingin menyampaikan pesan, carilah ilmu

sebanyak-banyaknya walaupun harus pergi ke berbagai belahan dunia. Itulah yang sedang dilakukan Raharivololona

Melissa. Mahasiswi asal Madagaskar ini sedang menuntut ilmu di Jurusan Sastra Indonesia FIB Undip.

55

Page 56: Majalah Manunggal Entrepreneurship

The view of Liverpool city was as good as usual. The old and new section of the city stood suitably, creating a nice commercial focus of a large metropolitan area. Still, the city can jus-tifiably claim to be a city of culture. The old St George’s Hall, large scale theatre and drama workshops, classical concert and contempo-rary sounds established customs and delight in experimentation were all represented here.

Adding to that, Liverpool’s museums, con-cert halls and art collections offer an inexhaust-ible diversity with regard to both the artistic spec-trum and the cultural events. The city has also earned its livelihood at its ports for centuries and, as one of Britain’s most important ports, still does so today. For all human living, Liverpool fulfils all the criteria of culture and world-shipping city.

And here, in the heart of the so-called city, a girl was sitting on the bus, a common transporta-tion there. Although the bus was crowded with people going home from work, Rahma, the girl’s name, didn’t want to attempt to look at any other direction except the window. For her, the view outside was much better than any eyes inside the bus looking at her and her veil suspiciously. She didn’t care. Or perhaps she was just scared.

Not until she saw a junction from afar that she made a sudden reflex. She stood up, ignoring any head turning on her, and ready to get down. The autumn air seemed to dance with her veil soon as she stepped her feet on the ground. Zipped her grey jacket, Rahma walked to her dormitory, a comfortable building where she could spend up the nights. Once she reached it, she went feverishly upstairs to her dormitory, slammed the door, locked it, and lay down on her bed.

Today was so hard, she thought. A plenty homework, unwelcoming weather and friends, just like usual. It has been half a month she left Indonesia to this country, for no reason but her study. A fortune, was it, that she could get high-er education at University of Liverpool, one of Britain’s best college? And to her luck, she prob-ably could sneak into a Liverpool game, her fa-vourite football club.

She could remember, when it came the mo-ment she received a Fulbright Scholarship from Uni-Europe to continue study here. It was all so sweet. She even refused her mother’s recom-mendation to enter Universitas Gadjah Mada or Universitas Indonesia as well. To her, to be abroad was a selling point she could highly ap-preciated. It was about pride and prestige.

And now, she understood, her thoughts were not totally right. Living far from other coun-

Fear Can WaitBy: Ridha S. Hapsari

56

Page 57: Majalah Manunggal Entrepreneurship

try wasn’t like she imagined before. She felt well, though, at first, but not now. Not because the weather. It was unfriendly, but she can still bear it. Her friends were also nice and comforting, de-spite her difference being a Moslem. As people said, happiness had wings so it could fly anytime it wants.

It was exactly what she felt. Everything’s changed since the tragedy of September 11 in UK. Seemed the world had already judged, Moslems were all behind it. A terrorist or not, all Moslems were blamed. To Rahma, the effect has raised soon she couldn’t ever anticipate. The welcoming friends all vanished, gone one by one. The weather, following anti-Moslem ac-tion, has soon become harsh for her.

She cursed herself for accepting the schol-arship exactly a moment before WTC collapsed and Moslems were claimed behind the attack. It was totally different. Not only almost all of her friends made a distance, they also treated her like a terrorist. A stranger even drew out her veil when she was about to go back to her dormitory last night. She didn’t know who and why. It just happened before she could ask for help.

And this noon, it was still clear in her mind.

“Go away from my seat, murderer!” spat Anders, her mate.

“Oh, sorry, but this...” she surprised, trying to answer.

“Go!” he barked.

Rahma could only went away from the seat. And it wasn’t the only day she had to accept such treatment. Ah, it’d be worse if she thought too seriously. At last, she decided to get a sleep, be-cause she even didn’t get a second shut-eye at all the previous night.

It was only five minutes or so after she started closing her eyes, she was forced to wake up fe-verishly.

Crash! Clatter!

Not being warned, the win-dow had already broken into pieces. Rahma shrieked in surprise. But she didn’t need more time to understand what had just happened: someone had thrown some stones to the direction of her room. One or two of it, maybe crashed the window with ap-propriate precision.

And seconds later, some more stones had been thrown to her. She turned away in reflect, panic. The only thing she could manage was to hide behind a desk. What? What’s her mistake? She had never had a problem with any of the for-eigners here. The tragedy wasn’t her fault. She only care to make friends, not enemy!

Oh God, help me, said Rahma inwardly. She wanted, more than anything, to be back in Indonesia, in the arms of her parents who always love her and be her guide. Then she’d be able to walk with her sister, free, without any fear. Tears started to flow on her face. She missed them so much...

***Next day, Rahma heard people were talking

about the broken window in her room. After the incident, she didn’t want to spend nights here. She was too afraid. But where should she be, then? Ah yes, perhaps she could be in Al-Rahma mosque for a few days. And now, she just need-

57

Page 58: Majalah Manunggal Entrepreneurship

ed to go far away from this dormitory. Last

night’s incident created such a trauma to her. She needed a rest. She need-

ed a peace.Finally she set to

go to Mersey River. The fresh air probably could

wrap her with sort of peace. Soon as the bus left the city, the

view of surrounds has changed, from the great metropolitan area, low-lying

coastal flats of that capital city, to a central area of river valleys. There were some farming areas on her left and right side. Once she ar-rived, she only walked through the grass field on the side of Mersey, set her glance at every little wonderful thing here. The leaves from the vine-yard were just moving slightly,

The pure water, as a mirror, makes the shadow of the trees and grass in its side. Two or three small dinghy was above it, create such a little wave that slowly reaches the meadow in the ground. Rahma bemused for a moment, remember how her life had soon dominated by fear. She sat down under a big canary tree, while the leaves overhead rustled faintly in the breeze, could hardly imagine what would happen to her in the next.

The sun slipped lower in the sky, which was turning indigo. It meant she had to go. As the plan went, she’d spend nights at Al-Rahma mosque. The Al-Rahma, just like her name, was the first ever mosque in England. She was so glad, free-dom to choose a religion was started so long ago. At least before the incident of September 11 happened. Now it would be safe to sleep in the mosque. Nobody would dare to harm her inside this saint place.

It was four thirty in the morning when she could sleep at last. She woke up, managed to take wudhu, and pray. Oh dear God, help me out from this situation, she said inwardly. Peace started filling her heart. She still wanted to be here in the mosque, but remembering she had to go back to her dormitory and packed for study. Yes, she didn’t want to forget what her purpose to be here was: to get higher education.

“Ah, look! Little Moslem girl…” a man around thirty on the age, suddenly blocked her way when she passed a dark corner to get to the main road.

Before Rahma realized what was going on, another man twisted her arm from behind. She couldn’t anticipate this. All she could do was to call for help, but nobody seemed to hear her. Hopeless, she only knew her voice was becoming weaker and weaker.

“Beautiful hair…” the man who’s clutching her arm drew out her veil.

“No…no, please!” shrieked Rahma weakly.“Hahaha, better you shut up, bitch. You and

your community are the world’s enemy,” the first man laughed harshly.

“Yea, they wouldn’t care if we kill a Moslem,” said the second man, hanging on a moment and whispering on her ear, “or just having fun.”

Rahma felt eerie by the sentence, struggled to get loose. She shouted with all power she still had, “NO! NO!”

Help me, please, she uttered inwardly. Help me God, You promised help to anyone need it, help me…

“Be aware you, police are coming here in sec-onds!” a boy suddenly appeared, following by sound of a siren. The two men, looking both panic and terrified, went away to the opposite road.

58

Page 59: Majalah Manunggal Entrepreneurship

It was a relief to Rahma, though then she didn’t notice any policeman came out to see her and where she’d almost been violenced. She wore back her veil before thanked at whoever her res-cuer.

“Are you al_” the boy came closer to see whether Rahma was fine or injured, but her face was so familiar to him. “Hey, it’s you!”

Rahma hesitated, but then recognizing who her rescuer was. It was Steve, her classmate. “Oh Steven, it’s you, thank_”

“What’re you doing here, sneak out at night?” he cut her.

Rahma caught a worrying tone on his ques-tion, but ignoring it. She explained all, how she came and spent night at the mosque, how the in-cident happened last night at her dormitory, and about her fear. They headed directly to the main road. Some vehicles has already passed in this early morning, though darkness was still covering the city.

“Gee, it was only your fear! Your fear drove you here, met those criminals! Why don’t you open yourself for anyone? It wasn’t our friends’ mis-take, you closed yourself from them.”

“But Anders spat on me, Steve!” Rahma argued. “They’re all looking at me so weird, you too.”

“Me? Hey, who refused when I offered to ac-company you going back to your dormitory? And Anders, he’s just one compare to our twenty class-mates,” he kept talking.

“Oh, okay then, but_”“Save the words for later, Rahma. We better

go back to your dormitory, and see what we could do to the broken window,” he suggested.

“I was curious. Why do you help me? Maybe I’m not related to any good people,” Rahma re-

joined.“I don’t think you’re related to those terrorists

neither,” he laughed.“You’re not afraid?”“I think sometimes fear can wait.”

Both of them were giggling. Once started, it was hard to stop the laughs.

*Mahasiswa Jurusan Matematika Undip

59

Page 60: Majalah Manunggal Entrepreneurship

Dari situlah judul Zeke’s Weekly Download berasal, secara rutin pukul 11:11 Selasa dini hari, merupakan waktu yang dipilihnya untuk mem-posting lagu-lagu yang sering dikategorikan para penikmatnya dalam genre psikedelik ini. Sebuah genre musik yang lahir dari budaya pemakaian halusinogen yang mampu menghantarkan pe-makainya ke alam khayal.

Seperti itulah penilaian umumnya, sedang-kan Zeke dalam setiap wawancaranya di berbagai media, kerap kali terlihat bingung dalam mengat-egorikan genre lagu-lagunya tersebut. Suatu kali ia pernah mengamini penilaian genre psikedelik. Lantas di lain waktu ia menilai musiknya sebagai genre pop eksperimental, hingga akhirnya kebin-gungan menghantarkannya dalam membuat se-buah istilah genre baru yakni genre musik kamar.

Adalah kamar Zeke, ruang yang bertanggung jawab atas kelahiran Zeke’s Weekly Download, sewaktu tulisan ini dibuat lagu berjudul “Bore You to Tears” sebagai lagu Week #25 telah disediakan bagi para penikmat karya alumni Art Institute Seatle ini. Lagu berlirik lugas ini menawarkan beat yang seolah-olah tidak mengijinkan pen-dengarnya untuk terduduk diam, didominasi dengan suara drum dan string section, ditambah dengan suara dua milik vokalis yang seolah-olah menggema di hampir sepanjang lagu, menjadi sajian yang tidak biasa serta menarik.

Simak saja lagu-lagu di minggu sebel-umnya, #24 “Enter the Spider”, #23 “Kiss

of the Morning”, #22 “Rolling Like a

Stupid Stone” dan seterusnya, dimana Zeke tidak enggan untuk menyajikan lagu hasil olah-annya bermain dengan bermacam instrument.

Ide unik inilah yang diterapkannya dalam se-tiap proyek musiknya, tercatat nama band LAIN, Zeke and The Popo (ZATPP), Mantra. Bersama bandnya Zeke turut serta mengisi soundtrack fim Janji Joni (2005), 6:30 (2006), Pintu Terlarang (2008), tidak hanya itu musisi yang kerap ber-dandan eksentrik dengan jas hujan atau topeng di atas panggung ketika membawakan album solonya Salacca Zalacca ini mendapat kesem-patan membuat music scoring Kala (2007), Fiksi (2008) yang menghantarkannya meraih gelar Penata Musik Terbaik Festival Film Indonesia 2008, terakhir adalah Macabre/ Rumah Dara (2009).

Proyek apa yang hendak dikerjakannya pada tahun ini, menjadi perhatian para pengge-marnya, berita yang beredar Zeke and The Popo bersama beberapa rekan membuat album kompilasi berjudul “We are Palestin”. Sembari menunggu launching album tersebut, menden-garkan lagu-lagu hasil mengunduh gratis dari Zeke’s Weekly Download, bagi penggemarnya menjadi kegiatan menyenangkan. Seperti itu lah cara Zeke memanjakan penggemarnya, ter-lebih bagi mereka yang hendak mendapatkan lagu-lagu di minggu sebelumnya, dipersilah-kan melayangkan permintaanya melalui email [email protected] . (Titis Arty Pamungkas)

Zeke’s Weekly Download

Serba SendiriInilah satu contoh bentuk kerja keras seorang musisi.

Zeke Khaseli, di dalam kamarnya menghasilkan lagu-lagu yang ditulisnya sendiri, mengisi vokal, memainkan

instrument, mengarasemen, dan memamerkannya dalam website http://zekekhaseli.com/.

60

Page 61: Majalah Manunggal Entrepreneurship

Seorang penjahat tentu bukanlah orang baik, namun bukan berarti kehilangan hati nurani. Drive Angry menceritakan perjuangan seorang penjahat bernama Milton (Nicolas Cage) untuk mencari pembunuh putrinya seka-ligus menyelamatkan cucunya yang masih bayi. Pembunuh putrinya adalah sekelompok pemu-ja setan yang dipimpin Jonah King (Billy Burke). Kelompok spiritual misterius itu jugalah yang menculik cucu Milton.

Dalam pencariannya, Milton bertemu de-ngan seorang pelayan restoran yang seksi ber-nama Piper (Amber Heard). Sebelumnya Piper mendapati pacarnya berselingkuh, ia lalu pergi dengan kesal dan membawa pergi mobil hitam milik pacarnya. Dengan mobil itulah, Milton dan Piper mengawali perjalanannya memburu Jonah King. Tak disangka, Piper lihai menggu-nakan senjata api dan tak ragu mengendarai mobil dengan kencang.

Perjuangan Milton kian berat, karena dia

hanya memiliki waktu 3 hari untuk menyelamat-kan cucunya. Jonah King memiliki rencana untuk mengorbankan cucu Milton untuk ritual setan, te-pat saat bulan purnama penuh.

Drive Angry memadukan serunya petualan-gan mengendarai mobil balap klasik yang men-egangkan dengan misteri supernatural. Tokoh utama seorang penjahat yang lihai tembak-menembak dan seorang pelayan restoran seksi, memang sudah biasa dalam film-film action Holywood. Namun, dengan munculnya sosok antagonis yang memiliki kekuatan supernatural, membuat cerita film ini menjadi sulit ditebak.

Mobil balap jalanan klasik ala Amerika yang biasa disebut “muscle car”menjadi daya tarik tersendiri dari film ini. Dalam aksinya, Nicolas Cage menggunakan Mustang tahun 1968, Dodge Charger tahun 1969 dan Chevrolet Chevelle ta-hun 1971. Mobil-mobil balap bermesin turbo ini mampu menghadirkan aksi jalanan yang men-egangkan, seperti ketika mobil yang melaju ken-cang melompati ledakan dan aksi kejar-kejaran mobil di gudang yang sempit.

Secara keseluruhan, film besutan Patrick Lussier ini mampu menghadirkan action yang “tidak biasa” dengan adanya mobil-mobil balap klasik dan sihir supernatural. Kombinasi Patrick Lussier, sutradara berbakat dalam membuat film aksi 3D dengan Nicolas Cage membuat film ini menjanjikan tontonan yang menarik. Film yang menghabiskan dana 50 juta dolar ini dapat melegakan kehausan penonton akan film action 3D berkualitas. (Septian)

DRIVE ANGRY: Berpacu dengan Waktu!

Menikmati film action 3D tentu memberikan sensasi luar biasa. Adrenalin penonton akan lebih terpacu. Ketegangan akan hadir dengan lebih nyata . Hal

itulah yang ingin disuguhkan oleh film terbaru Nicolas Cage, Drive Angry 3D.

61

Page 62: Majalah Manunggal Entrepreneurship

Setelah sempat berhenti, Andrea Hirata

hadir kembali dengan dua novel terbarunya,

Padang Bulan dan sekuelnya, Cinta di Dalam

Gelas. Novel Padang Bulan bermula dari

kisah seorang gadis kecil yang ditinggal mati

ayahnya, Enong namanya. Sebagai anak ter-

tua dalam usianya yang masih sangat muda, 14

tahun, dia memutuskan untuk berhenti sekolah

demi bertanggung jawab atas nasib keluarga

sederhananya. Keputusan yang sangat berat ketika mimpi,

cita dan obsesinya pada Bahasa Inggris begitu

tinggi sedang dia dihadapkan pada kenyataan

pahit, tak ada lagi penopang nafkah dan mereka

harus bertahan hidup. Maka jadilah dia perem-

puan Belitong pertama yang menambang ti-

mah. Profesi tak lazim ini menjelma menjadi

berbahaya karena bukan hanya gunjingan yang

didapatkannya, tetapi kematian.

Diteruskan dalam sekuelnya, Cinta di

Dalam Gelas yang menceritakan proses per-

juangan seorang Enong dalam meraih mim-

pinya. Optimisme, keuletan dan kegigihan luar

biasa bahkan tanpa sengaja telah mengantar-

kannya pada satu kedudukan bergengsi di kam-

pung melayu itu dan jadilah ia di kenal sebagai

Maryamah Karpov.

Bagaimana bisa seorang yang bahkan

SD saja tidak tamat, yang sudah biasa bekerja

seperti kuli bangunan bisa mengalah-

kan pecatur kelas satu di kampungnya?

Bagaimana pula ceritanya sehingga dia bisa

sampai berhubungan dengan Grand Master

perempuan tingkat dunia asal Georgia,

seorang lelaki udik yang terobsesi pada

Sherlock Holmes, dua ekor burung merpati

bahkan berurusan dengan presiden perem-

puan Republik Indonesia?

Setali dua ikat, dwilogi Padang Bulan

yang masih ada kaitannya dengan kelanju-

tan kisah cinta Ikal dengan perempuan ketu-

runan Tionghoa bernama A Ling, novel ini se-

jatinya juga mengungkapkan betapa kekua-

tan sebuah mimpi itu dapat mengalahkan

kerasnya karang sekalipun. Diungkapkan

melaui kisah lain yang tak kalah seru dan

masih membawa nafas yang sama dengan

karya Andrea sebelumya, Tetralogi Laskar

Pelangi, novel terbarunya ini juga menawar-

kan sesuatu yang berbeda dan unik.

Dari segi tampilan novel ini sangat unik

karena kita akan menemukan dua judul

sekaligus dalam satu buku. Two face one

book, dua wajah dalam satu buku. Selain tiu,

dengan gaya khasnya, Andrea telah men-

gubah suatu tragedi menjadi parodi, men-

ertawakan kesedihan itu sendiri sekaligus

mengkritik tanpa menjadi sarkastik.

Pada akhirnya Enong atau Maryamah

adalah kartini versi lain dari suatu kampung

melayu yang masih begitu kental nilai adat

dan budayanya, yang menggenggam erat

mimpi-mimpinya dan dengan cara yang ele-

gan menegakkan martabatnya sekaligus

memberi pelajaran pada orang-orang yang

telah menyakitinya.

”Berikan aku sesuatu yang paling sulit,

aku akan belajar,” begitulah kata perempuan

itu. Melalui Enong, kita tahu belajar adalah

sikap berani menantang segala ketidak-

mungkinan. Belajar dengan keras ha-

nya bisa dilakukan oleh seseorang

yang bukan penakut.(Muti-Mg)

Ketegaran Seorang Enong

Judul : Padang Bulan

Sekuel : Cinta di Dalam Gelas

Pengarang : Andrea Hirata

Halaman : 524

Penerbit : Bentang Pustaka62

Page 63: Majalah Manunggal Entrepreneurship

Menyambangi tanah makam (ku-buran) bukanlah kebiasaan bagi seba-gian besar orang. Hanya pada hari-hari tertentu, seperti Kamis sore atau Jumat pagi, makam ramai dipadati orang untuk sekadar berziarah, mendoakan arwah kerabat atau leluhur yang telah menda-hului menghadap-Nya.

Namun bagi orang-orang ini, ber-kutat dengan makam merupakan hal biasa. Dalam kesehariannya, mereka bahkan mendapatkan secuil rizki dari keberadaan makam-makam tersebut. Mulai dari pengrajin prasasti (kijing), penjual bunga, penggali kubur, hingga para pengemis menyambung nyawa dari adanya tanah makam ini.

Foto: Satya SandidaTeks: Ridha S. Hapsari

Page 64: Majalah Manunggal Entrepreneurship