8/6/2019 LTM perawatan kulit
http://slidepdf.com/reader/full/ltm-perawatan-kulit 1/6
1
Perawatan dan Manajemen Luka
Karina Maharani P. (0906487865)
PERAWATAN LOKAL1,2
Pengelolaan luka akut (acute wound ) dimulai dengan mendapatkan riwayat yang cermat terhadap peristiwaseputar cedera. Riwayat luka didapatkan dengan pemeriksaan luka secara teliti (meticulous examination).
Pemeriksaan harus menilai kedalaman dan konfigurasi dari luka, luasnya jaringan yang mati, adanya benda
asing, dan kontaminan lainnya. Pemeriksaan luka mungkin memerlukan irigasi dan debridement dari tepi luka,
serta difasilitasi dengan menggunakan anestesi lokal. Selanjutnya, pemberian antibiotik dan tetanus profilaksis
(jika diperlukan), serta perencanaan tipe dan waktu perbaikan luka pun harus dilakukan.
Setelah selesai pemeriksaan, sejarah, dan pemberian tetanus profilaksis, luka harus dibius. Lidocaine (0.5 -
1 persen) atau bupivakain (0.25-0.5 persen) dikombinasikan dengan 1:100.000 - 1:200,000 epinephrine yang
telah dilarutkan memberikan hasil anestasi yang baik dan hemostasis. Epinefrin tidak boleh digunakan dalam
luka di daerah jari tangan, jari kaki, telinga, hidung, atau penis karena berisiko menimbulkan jaringan
nekrosis sekunder di terminal arteri yg dapat mengakibatkan vasospasme dalam struktur ini.
Irigasi dilakukan untuk memvisualisasikan seluruh area luka dan menghapus bahan asing. Ada beberapa
contoh larutan yang dapat digunakan untuk irigasi luka : tap water , larutan isotonik, dan larutan Ringer¶s
laktat. Larutan ± larutan tersebut dapat dikombinasikan dengan PI dan CHD untuk mengurangi jumlah bakteri,
tetapi menurut para ahli penambahan ini sebenarnya tidak terlalu penting. Tekanan pemberian irigasi harus
diperhatikan. Tekanan yang tinggi dapat mengakibatkan trauma jaringan yang lebih parah, penyebaran bakteriyang lebih dalam, dan pengurang an resistensi terhadap infeksi.
Secara umum, jahitan terkecil yang dibutuhkan untuk menjaga berbagai lapisan luka harus dipilih untuk
meminimalkan peradangan akibat jahitan. Monofilament nonabsorbable atau perlahan-lahan menyerap adalah
jahitan yang paling cocok, khususnya di dinding perut. Jaringan subkutan harus ditutup dengan jahitan yang
menyerap, dengan hati-hati untuk menghindari penempatan jahitan dalam lemak.
Setelah menutup jaringan dalam dan mengganti kehilangan jaringan, tepi kulit harus diberikan intervensi
untuk membantu dalam penyembuhan luka lebih cepat. Awalnya, tepi kulit diberikan jahitan dengan
monofilament nonabsorbable. Selanjutnya, perawatan harus diberikan untuk menghilangkan jahitan dari luka
sebelum terjadinya epithelialization dimana jahitan dapat menembus lapisan dermal. Kegagalan untuk
menghilangkan jahitan sebelum 7-10 hari (atau 3-5 hari untuk wajah) setelah perbaikan akan menimbulkan
bekas luka ringan.
Baru-baru ini, lem jaringan oktil-cyanoacrylate sangat menjanjikan bagi manajemen sederhana dari luka
kulit yang linier dengan tepi luka yang masih baik. Studi telah menunjukkan lem ini cocok untuk digunakan
pada luka yang terkontaminasi tanpa risiko infeksi yang lebih signifikan. Ketika digunakan, lem ini tampaknya
memberikan hasil yang luar biasa, terutama bila digunakan pada pasien pediatrik.
AGEN ± AGEN YANG MENGOPTIMASI PENYEMBUHAN LUKA
Antiseptik2
Antiseptik luka yang ideal harus efektif dalam melawan kontaminan dan patogen secara cepat, tidak
merusak sel host, tidak mahal, tidak memicu terjadinya resistensi dan sifat absorpsi sistemik yang rendah.
CHD (Chlorhexidine) dan PI (Povidone Iodine) adalah antiseptik yang paling umum dan efektif digunakan.
A. Chlorhexidine2
Chlorhexidine memiliki komposisi asetat, glukonat, dan asam hidroklorid. Konsentrasi tinggi Chlorhexidine
dapat membantu epitelisasi luka, pembentukan jaringan granulasi, dan kontraksi luka. Penelitian secara in
vitro menunjukkan chlorhexidine dapat mengakibatkan letal pada staphylococcus intermedius, sel
epidermal, dan fibroblas. Namun, hal ini masih belum dapat dihubungkan dengan keadaan in vivo karena
bakteri memiliki mekanisme yang berbeda saat di in vitro dan in vivo. CHD bisa menyebabkan dermatitis
akut kontak, ulkus tendon, dan ototoksisitas.B. Povidone Iodine
PI adalah larutan iodin yang mengandung iodin bebas dan PVP (Polyvinylpyrrolidone). Aktivitas
bakteriosidal PI ditentukan oleh konsentrasi dari iodium bebasanya. PVP tidak memiliki aktivitas
antibacterial, tetapi afinitasnya terhadap membran sel dapat meningkatan efikasi dari iodine bebas dan
mengurangi ketidakstabilan dan iritasi jaringan yang berkaitan dengan iodine bebas. Aktivitas antimikrobial
PI cukup baik dalam melawan bakteri gram positif dan gram negatif, serta candida dan fungi. Resistensi
bakteri terhadap PI belum ditemukan. Pemberian PI harus lebih frekuentif karena daya kerjanya hanya 4 ±
6 jam. PI dapat diinaktivasi oleh substansi organik sehingga debridement yang memadai dan irigasi
diperlukan untuk antisepsis yang efektif. PI dapat menyebabkan dermatitis akut kontak, asidosis metabolik,
disfungsi tiroid, dan ototoksisitas.
C. Antiseptik Lainnya
8/6/2019 LTM perawatan kulit
http://slidepdf.com/reader/full/ltm-perawatan-kulit 2/6
2
Antiseptik lainnya berupa alkohol, sodium hipoklorit (Dakin¶s solution), ammonium, asam asetat, hidrogen
peroksida, dan silver nitrat. Antiseptik ± antiseptik tersebut tidak memiliki spektrum efikasi yang luas.
Antibiotik1,3
Pemberian antibiotik pada luka akut harus didasarkan pada organisme yang dicurigai dapat ditemukan
dalam luka dan status kekebalan pasien secara keseluruhan. Ketika sebuah organisme tunggal tertentu
dicurigai ada di luka, pengobatan mungkin dimulai menggunakan antibiotik tunggal. Sebaliknya, ketika
beberapa organisme yang diduga ada di luka, seperti kontaminasi enterik atau ketika fungsi kekebalan tubuh
pasien terganggu oleh diabetes, penyakit kronis, atau obat, pengobatan harus dimulai dengan spektrum luas
atau beberapa agen antibiotik dikombinasikan. Terakhir, lokasi dari luka dan kualitas perfusi jaringan akanberdampak signifikan pada perkembangan luka..
Peran antibiotik dalam perawatan luka sebenarnya masih kontroversial. Semua luka terbuka (open wound )
dikolonisasi oleh bakteri. Hanya ketika jaringan sekitar diserbu barulah diindikasikan untuk diberikan antibiotik
sistemik. Antibiotik mungkin sangat berguna di kondisi ± kondisi lain, seperti ketika jaringan granulasi telah
dipenuhi bakteri dalam jumlah tinggi atau kalau terjadi penurunan resistensi bakteri. Penggunaan rutin dari
antibiotik sistemik pada wound chronic harus dihindari untuk mengurangi perkembangan jumlah strain bakteri
resisten pada luka.
Antibiotik juga bisa diberikan secara topikal (biasa disebut salep) sebagai bagian dari irigasi atau
pembalutan. Salep mungkin bisa membantu luka tetap basah dan jumlah bakteri pada luka menjadi
berkurang. Tantangannya adalah kemungkinan peningkatan resistensi bakteri dan kemunculan reaksi
hipersensitivitas. Kebanyakan terapi salep antibiotik harus dibatasi maksimal selama 3 minggu untuk
menghindari perkembangan ruam dan tanda ± tanda inflamasi sebagai hasil dari paparan salep, bukan
bakterinya.
Pada masa sekarang ini telah ditemukan balutan antibakterial (balutan mengandung ion silver). Balutan
antibakterial ini sangat diterima oleh masyarakat karena ternyata tidak berpotensi menimbulkan alergi
terhadap sulfadiazines, mampu mengombinasikan berbagai spektrum aktivitas antibakterial tanpa
menimbulkan masalah resistensi, dan sekaligus memiliki aktivitas absorptif.
Contoh Antibiotik Topikal2
1. Beta lactam
Cephazolin, diaplikasikan secara lokal dengan dosis 20 mg/kg. Urutan efektifitas dari cephazolin dari yang
terbesar adalah cephazolin sistemik, larutan, lalu topikal.
2. Bacitracin-polymixin dan B-neomycin
Kombinasi bacitracin, polymyxin B, dan neomycin memiliki activitas antimikrobial yang luas, khususnya
melawan bakteri gram negatif kecuali Pseudomonas aeruginosa. Komponen seng dari bacitracin
menstimulasi reepitelisasi. Antimikrobial ini sulit diabsorpsi dan bisa memuncul toksisitas. Toksisitas
meliputi ototoksisitas, neurotoksisitas, dan nefrotoksisitas.
3. Silver Sulphadiazine
Silver sulfadiazine memiliki aktivitas yang luas dalam melawan banyak bakteri khusus Pseudomonas sp dan jamur. Antibiotik ini dapat meningkatkan reepitelisasi dan juga sebagai agen pembawa topical growth
factor. Agen ini secara in vitro dapat menimbulkan toksisitas pada keratinosit manusia dan menghambat
fungsi sel PMN dan limfosit.
4. Antimikrobial lainnya
Antimikrobial lainnya yang digunakan pada manajemen luka terbuka seperti gentamicin dan nitrofurazone.
Debriding Agents2,3
Debridement adalah adalah penyingkiran dari jaringan nekrotik dari luka untuk mendukung kejadian dari
fase proliferatif. Debridement bisa bersifat surgical, enzimatik, mekanik, atau hidrodinamik.
Agen debridement enzimatik mungkin diindikasikan untuk luka yang tidak bisa diberikan debridement
surgical. Pengunaan debridement enzimatik yang tepat dapat melarutkan eksudat, koagulum, jaringan nekrotis
tanpa secara langsung merusak sel hidup. Bakteri kehilangan proteinase untuk proteksi, materi inti, dan
menjadi mudah terekspos dengan sistem imun dan agen antimikrobial.Keuntungan lainnya, saat
pengaplikasian larutan enzim tidak diperlukan anesthesi dan dapat dipergunakan di struktur penting seperti
saraf dan tendon. Sayangnya, penggunaan debridement enzimatik ini ternyata membutuhkan waktu yang lebih
untuk mencapai debridement yang memadai, meningkatan frekuensi penggantian balutan, dan tidak cocok
untuk luka bakar, nekrosis tulang dan jaringan ikat.
Salah satu contoh agen debridement enzimatik adalah Kolagenases. Kolagenases telah digunakan selama
20 tahun. Agen ini digunakan setelah pembedahan untuk membantu membersihkan luka dan menghindari rasa
nyeri. Kolagenases yang dikombinasikan bubuk antibiotik disarankan sebagai penanganan yang tepat untuk
wound chronic.
8/6/2019 LTM perawatan kulit
http://slidepdf.com/reader/full/ltm-perawatan-kulit 3/6
3
Balutan1
Tujuan utama dari pembalutan luka adalah untuk menyediakan lingkungan yang ideal untuk penyembuhan
luka. Menutupi luka dengan balutan meniru peran penghalang dari epitel dan mencegah kerusakan lebih lanjut.
Selain itu, penerapan kompresi pada balutan membantu hemostasis dan membatasi kejadian edema. Oklusi
pada luka dengan balutan dapat mengontrol tingkat hidrasi dan tekanan oksigen pada luka sehingga
membatasi pengeringan jaringan. Balutan juga memungkinkan adanya pertukaran udara dan air dari
permukaan luka ke atmosfer. Karena hal tersebut mungkin dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri, balutan
merupakan kontraindikasi pada luka infeksi dan banyak eksudatnya.
Jenis ± Jenis Balutan1 1. Balut Absorbent
Akumulasi cairan luka dapat menyebabkan maserasi dan pertumbuhan bakteri yang berlebihan. Oleh
karena itu, idealnya balutan harus dapat menyerap cairan, namun tetap kering. Balutan harus
dirancang agar sesuai dengan sifat eksudatif dan mungkin
berbahan kapas, wol, dan spons.
2. Balut Nonadherent
Pembalut nonadherent mengandung parafin, jelly petroleum, atau jeli larut air lainnya. Balutan ini
adalah balutan sekunder untuk menutup tepi dan mencegah pengeringan dan infeksi.
3. Balut Occlusive dan Semiocclusive
Balutan oklusif dan semioklusif hanya diperuntukkan untuk luka yang bersih dan sedikit eksudat.
Pembalut ini bersifat tahan air dan tahan untuk mikroba, tetapi permeabel terhadap uap air dan
oksigen.
4. Balut Hidrokoloid dan Hidrogel
Hydrocolloids dan hidrogel dapat membentuk struktur kompleks dengan air yang dapat mengurangi
efek traumatik tambahan pada luka. Penyerapan eksudat oleh hidrokoloid dapat meninggalkan massa
seperti agar-agar coklat kekuningan yang bisa dicuci dengan air. Hidrogel memiliki kandungan air
yang tinggi. Hal ini menyebabkan hidrogel memungkinkan tingginya tingkat penguapan tanpa
mengorbankan hidrasi luka.
5. Alginat
Alginat berasal dari ganggang coklat dan mengandung rantai panjang polisakarida mengandung asam
mannuronic dan glukuronat. Setelah diproses, alginat berubah menjadi natrium alginat yang dapat
larut melalui pertukaran ion saat adanya eksudat. Gel kemudian berpolimerasi, membengkak, dan
menyerap banyak cairan. Alginat digunakan dalam luka bedah terbuka dengan eksudat medium dan
luka kronik full-thickness .
6. Balut medicated
Balutan medicated telah lama digunakan sebagai sistem drug-delivery. Agen obat yang diberikan pada
balutan termasuk benzoil peroksida, seng oksida, neomisin, dan bacitracin-seng. Agen ini telah
menunjukkan dapat meningkatkan epithelialization sebesar 28%.
Jenis balutan yang digunakan tergantung pada jumlah drainase luka. Luka nondraining bisa ditutupidengan balutan semiocclusive. Drainase kurang dari 1-2 hari mL / mungkin memerlukan balutan
semiocclusive dan absobent-nonadherent. Drainase moderate (3-5 mL / hari) dapat menggunakan
balutan nonadherent sebagai lapisan primer ditambah lapisan sekunder berupa balutan occlusive
untuk melindungi jaringan normal. Luka drainase berat (> 5 ml / hari) memerlukan balutan yang
serupa dengan luka drainase moderat, namun ditambah lapisan sekunder highly absorbent.
7. Perangkat mekanis
Sistem VAC (V acuum Assisted Closure) membantu dalam penutupan luka dengan menerapkan
tekanan negatif lokal ke permukaan dan tepi luka. Terapi tekanan negatif ini diterapkan pada balutan
khusus dan diposisikan dalam rongga luka. Tekanan negatif terus menerus ini sangat efektif dalam
menghilangkan eksudat dari luka. Bentuk terapi ini telah ditemukan efektif untuk chronic open
wounds (diabetic ulcers dan pressure ulcers), acute dan traumatic wound , dan subacute wound .
8/6/2019 LTM perawatan kulit
http://slidepdf.com/reader/full/ltm-perawatan-kulit 4/6
4
8/6/2019 LTM perawatan kulit
http://slidepdf.com/reader/full/ltm-perawatan-kulit 5/6
5
ASPEK EMPATI DALAM PERAWATAN DAN MANAJEMEN LUKA
Kaidah dasar bioetik ini terbagi atas empat aspek, yaitu4:
1. Beneficence
Beneficence merupakan tindakan berbuat baik secara umum. Beneficence terbagi dua yaitu general
beneficence dan specific beneficence.
y General beneficence:
- melindungi & mempertahankan hak yang lain
- mencegah terjadi kerugian pada yang lain,
- menghilangkan kondisi penyebab kerugian pada yang lain,
y Specific beneficence:
- menolong orang cacat,
- menyelamatkan orang dari bahaya.
Selain itu, terdapat prinsip-prinsip perbuatan yang mencerminkan beneficence lainnya, seperti:
mengutamakan kepentingan pasien, menganggap pasien dan keluarganya bukan hanya sebagai sesuatu yang
menguntungkan dokter, memaksimalkan akibat baik, serta menjaga nilai-nilai pokok harkat dan martabat
manusia. Sehingga, dalam membuat suatu keputusan klinis, dokter akan melakukan yang terbaik untuk
kepentingan pasien. Juga dokter akan mengkalkulasi dimana kebaikan yang akan dialami pasiennya akan lebih
banyak dibandingkan dengan kerugiannya.
2. Nonmaleficence
Nonmaleficence merupakan tindakan yang tidak merugikan. Kaidah ini memiliki prinsip yaitu primum non
nocere yang artinya pertama-tama jangan merugikan. Di dalam prinsip ini, dokter tidak boleh berbuat jahat
terhadap pasien atau membuat pasien menderita dan dokter harus meminimalkan akibat buruk. Kewajiban
dokter untuk melakukan non-maleficence didasarkan pada hal-hal berikut: Pasien dalam keadaan amatberbahaya atau berisiko hilangnya sesuatu yang penting, dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan
tersebut, tindakan kedokteran tadi terbukti efektif, dan manfaat bagi pasien lebih besar daripada kerugian
yang dialami dokter (hanya mengalami risiko minimal).
3. Justice
Memberi perlakuan sama untuk setiap orang sesuai dengan kebutuhan mereka masing-masing
Jenis keadilan :
a. Komparatif (perbandingan antar kebutuhan penerima)
b. Distributif (membagi sumber): membagikan sumber-sumber kenikmatan dan beban bersama,
dengan rata, sesuai keselarasan sifat dan tingkat perbedaan jasmani-rohani; secara material
kepada :
y Setiap orang andil yang sama
8/6/2019 LTM perawatan kulit
http://slidepdf.com/reader/full/ltm-perawatan-kulit 6/6
6
y Setiap orang sesuai dengan kebutuhannya
y Setiap orang sesuai upayanya.
y Setiap orang sesuai kontribusinya
y Setiap orang sesuai jasanya
y Setiap orang sesuai bursa pasar bebas
c. Sosial: melaksanakan dan memberikan kemakmuran serta kesejahteraan bersama:
y Utilitarian : memaksimalkan kemanfaatan publik dengan strategi menekankan efisiensi
sosial dan memaksimalkan nikmat atau keuntungan bagi pasien.
y Libertarian : menekankan hak kemerdekaan social ± ekonomi (mementingkan prosedur
adil > hasil substantif atau materiil).y Komunitarian : mementingkan tradisi komunitas tertentu
y Egalitarian: kesamaan akses terhadap nikmat dalam hidup yang dianggap bernilai oleh
setiap individu rasional (sering menerapkan kriteria material kebutuhan dan kesamaan).
d. Hukum (umum) :
y Tukar menukar : kebajikan memberikan / mengembalikan hak-hak kepada yang berhak.
y pembagian sesuai dengan hukum (pengaturan untuk kedamaian hidup bersama) mencapai
kesejahteraan umum.
4. Autonomy
Autonomy adalah menghendaki, menyetujui, membenarkan, mendukung, membela, membiarkan pasien demi
dirinya sendiri (sebagai mahluk bermartabat). Pasien sebagai mahluk berakal budi tidak boleh dijadikan
semata-mata alat tetapi tujuan karena pasien memiliki hak otonomi bagi dirinya sendiri. Hak-hak pasien
tersebut diantaranya:hak untuk mendapatkan pelayanan dari dokter, hak untuk mendapatkan informasi yang
jujur, benar, dan lengkap, hak privasi pasien, serta hak-hak lainnya. Terdapat dua jenis autonomy, yaitu:
y Autonomy kehendak
Autonomy ini adalah pandangan Kant di mana berlandaskan kebebasan bertindak, memutuskan, memilih,
dan menentukan diri sendiri sesuai dengan kesadaran terbaik bagi dirinya yang ditentukan sendiri tanpa
hambatan (paksaan) atau campur tangan pihak luar.
y Autonomy tindakan
Autonomy ini disebut juga Autonomy pemikiran yang dicetuskan J. Stuart Mill. Pengertiannnya adalah suatu
kemampuan melakukan pemikiran dan tindakan (merealisasikan keputusan dan kemampuan
melaksanakannya) dan hak penentuan diri dari sisi pandang pribadi.
Komunikasi Efektif 5
Komunikasi adalah suatu proses berbagi informasi antara sumber dengan penerima yang menggunakan
seperangkat aturan umum. Komunikasi melibatkan berbagai elemen seperti pengirim informasi, pesan yang
ingin disampaikan, media yang digunakan, penerima informasi, umpan balik, dan lingkungan sekitar. Isi pesan
yang ingin disampaikan dapat berupa fakta atau gagasan.
Komunikasi efektif terjadi jika pesan yang ingin disampaikan dapat dimengerti dan dipahami oleh si
penerima. Oleh karena itu, provider harus memikirkan bagaimana pesan ini dapat dimengerti oleh setiappasien yang memiliki latar yang berbeda ± beda.
Hambatan dalam membangun komunikasi efektif timbul jika terdapat kesalahan pada elemen ± elemen
komunikasi seperti si penerima bukan pendengar yang baik, pesan yang disampaikan tidak jelas, dan media
yang tidak sesuai.
Komunikasi interpersonal adalah interaksi antara 2 orang atau lebih baik dalam berbagi informasi baik
secara verbal maupun non-verbal. Tiga dasar keterampilan komunikasi interpersonal adalah keterampilan
komunikasi verbal, keterampilan komunikasi non-verbal, dan keterampilan melakukan pengamatan komunikasi
verbal dan non-verbal pasien. Komunikasi verbal, terdiri dari membuat pasien merasa nyaman, bertanya,
menjadi pendengar aktif, memberi informasi, menanggapi, dan mendorong pasien untuk berbicara. Sedangkan
komunikasi non verbal, terdiri dari paralanguage, ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan kontak mata.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mulholland MW, Lillemoe KD, Doherty GM, Maier RV, Upchurch GR. Greenfield's Surgery: SCIENTIFIC
PRINCIPLES AND PRACTICE.4th ed.Philadelphia : Lippincot Williams & Wilkins; 2006.p.93 - 94.
2. Liptak JM. An Overview of The Topical Management of Wounds.Aust Vet J.2007;75:408-413.
3. Brunicardi FC, et al. Schwart¶s Manual Of Surgery.8th ed.New York :Mc Graw Hill; 2006.p.178 - 180.
4. Purwadianto A. Kaidah Dasar Moral dan Teori Etika Dalam Membingkai Tanggung Jawab Profesi Kedokteran.Bahan Ajar Mata Kuliah EBP3KH FKUI;2006.
5. Basuki, E. Effective Communication. Lecture EBP2DCH Module semester 1 FMUI;2007