Poli Interna
Departemen Keperawatan Dewasa
LAPORAN PENDAHULUAN
ULKUS PEPTIKUM
Jackline Bt.Mohd.Idrus, S.Kep
NIM : 70500113042
CI Lahan CI Institusi
( ) ( )
PROGRAM PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2014
Jackline Bt.Mohd.IdrusProgram Profesi NERS Angk.VI
UIN Alauddin Makassar
Poli Interna
Departemen Keperawatan Dewasa
RESUME KEPERAWATAN
Pada Tn.S dengan Ulkus Peptikum
Di Ruang Poli Interna
Rumah Sakit Labuang Baji
Makassar
Jackline Bt.Mohd.Idrus, S.Kep
NIM : 70500113042
CI Lahan CI Institusi
( ) ( )
PROGRAM PROFESI NERSFAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDINMAKASSAR
2014Jackline Bt.Mohd.Idrus
Program Profesi NERS Angk.VIUIN Alauddin Makassar
BAB I
KONSEP DASAR ULKUS PEPTIKUM
A. Definisi
Ulkus peptikum adalah ekskavasi (area berlubang) yang terbentuk dalam
dinding mukosa lambung, piorus, duodenum / esofagius atau disebut juga
ulkus lambung / duodenum / esofsgus, tergantung pada lokasinya
(keperawatan medikal bedah, edisi 8 : 1064)
Ulkus peptikum adalah erosi mukosa saluran gastrointestinal yang
disebabkan oleh terlalu banyaknya asam hidroklorida dan pasien yang
dapat terjadi pada esophagus, lokasi paling umum adalah duodenum dan
lambung (rencana asuhan keperawatan medikal bedah volume I : 251)
Ulkus peptikum adalah suatu ulkus yang perkembangan memerlukan
adanya asam dan pepsin yang semua lesi ulseratif gastrointestinal atau
bersifat peptikum serta melibatkan keseluruhan teba mukosa (Buku Ajar
Bedah, Bagian 1 : 159)
Ulkus peptikum adalah keadaan dimana kontinuitas lambung terputus dan
meluas sampai di bawah epitel yang terkena getah asam lambung yaitu
esofagus, lambung, duodenum, dan setelah gastrenteronomi
(patofisiologi, konsep klinis proses - proses penyakit, edisi 4 : 377)
B. Etiologi
Penyebab umum dari ulserasi peptikum adalah ketidakseimbangan antara
selresi cairan lambung dan derajat perlindungan yang diberikan sawar mukosa
gastroduodenal dan netralisasi asam lambung oleh cairan deudenum. (Arif
Mutaqqin,2011). Penyebab khususnya diantaranya :Jackline Bt.Mohd.Idrus
Program Profesi NERS Angk.VIUIN Alauddin Makassar
1. Infeksi bakteri H. pylori : Dalam lima tahun terakhir, ditemukan paling
sedikit 75% pasien ulkus peptikim menderita infeksi kronis pada bagian
akhir mukosa lambung, dan bagian mukosa duodenum oleh bakteri H.
pylori. Sekali pasien terinfeksi, maka infeksi dapat berlangsung seumur
hidup kecuali bila kuman diberantas dengan pengobatan antibacterial.
Lebih lanjut lagi, bakteri mampu melakukan penetrasi sawar mukosa, baik
dengan kemampuan fisiknya sendiri untuk menembus sawar maupun
dengan melepaskan enzim – enzim pencernaan yang mencairkan sawar.
Akibatnya, cairan asam kuat pencernaan yang disekresi oleh lambung
dapat berpenetrasi ke dalam jaringan epithelium dan mencernakan epitel,
bahkan juga jaringan – jaringan di sekitarnya. Keadaai ini menuju kepada
kondisi ulkus peptikum (Sibernagl, 2007).
2. Peningkatan sekresi asam : Pada kebanyakan pasien yang menderita ulkus
peptikum di bagian awal duodenum, jumlah sekresi asam lambungnya
lebih besar dari normal, bahkan sering dua kali lipat dari normal.
Walaupun setengah dari peningkatan asam ini mungkin disebabkan oleh
infeksi bakteri, percobaan pada hewan ditambah bukti adanya
perangsangan berlebihan sekresi asam lambung oleh saraf pada manusia
yang menderita ulkus peptikum mengarah kepada sekresi cairan lambung
yang berlebihan (Guyton, 1996). Predisposisi peningkatan sekresi asam
diantaranya adalah factor psikogenik seperti pada saat mengalami depresi
atau kecemasan dan merokok.
Jackline Bt.Mohd.IdrusProgram Profesi NERS Angk.VI
UIN Alauddin Makassar
3. Konsumsi obat-obatan : Obat – obat sepertiOAINS/obat anti-inflamasi
nonsteroid seperti indometasin, ibuprofen, asam salisilat mempunyai efek
penghambatan siklo-oksigenase sehingga menghambat sintesis
prostaglandin dari asam arakhidonat secara sistemik termasuk pada epitel
lambung dan duodenum. Pada sisi lain, hal ini juga menurunkan sekresi
HCO3- sehingga memperlemah perlindungan mukosa (Sibernagl, 2007).
Efek lain dari obat ini adalah merusak mukosa local melalui difusi non-
ionik ke dalam sel mukosa. Obat ini juga berdampak terhadap agregasi
trombosit sehingga akan meningkatkan bahaya perdarahan ulkus (Kee,
1995).
4. Stres fisik : Stres fisik yang disebabkan oleh syok, luka bakar, sepsis,
trauma, pembedahan, gagal napas, gagal ginjal, dan kerusakan susunan
saraf pusat (Lewis, 2000). Bila kondisi stress fisik ini berlanjut, maka
kerusakan epitel akan meluas dan kondisi ulkus peptikum menjadi lebh
parah.
5. Refluks usus lambung : Refluks usus lambung dengan materi garam
empedu dan enzim pancreas yang berlimpah dan memenuhi permukaan
mukosa dapat menjadi predisposisi kerusakan epitel mukosa.
C. Patofisiologi
Ulkus peptikum terjadi pada mukosa gastroduodenal karena jaringan ini
tidak dapat menahan kerja asam lambung pencernaan(asam hidrochlorida dan
pepsin). Erosi yang terjadi berkaitan dengan peningkatan konsentrasi dan kerja
asam peptin, atau berkenaan dengan penurunan pertahanan normal dari
Jackline Bt.Mohd.IdrusProgram Profesi NERS Angk.VI
UIN Alauddin Makassar
mukosa. Mukosa yang rusak tidak dapat mensekresi mukus yang cukup
bertindak sebagai barier terhadap asam klorida.
Sekresi lambung terjadi pada 3 fase yang serupa :
1. Sefalik
Fase pertama ini dimulai dengan rangsangan seperti pandangan, bau
atau rasa makanan yang bekerja pada reseptor kortikal serebral yang
pada gilirannya merangsang saraf vagal. Intinya, makanan yang tidak
menimbulkan nafsu makan menimbulkan sedikit efek pada sekresi
lambung. Inilah yang menyebabkan makanan sering secara
konvensional diberikan pada pasien dengan ulkus peptikum. Saat ini
banyak ahli gastroenterology menyetujui bahwa diet saring
mempunyai efek signifikan pada keasaman lambung atau
penyembuhan ulkus. Namun, aktivitas vagal berlebihan selama malam
hari saat lambung kosong adalah iritan yang signifikan.
2. Fase lambung
Pada fase ini asam lambung dilepaskan sebagai akibat dari rangsangan
kimiawi dan mekanis terhadap reseptor dibanding lambung. Refleks
vagal menyebabkan sekresi asam sebagai respon terhadap distensi
lambung oleh makanan.
3. Fase usus
Makanan dalam usus halus menyebabkan pelepasan hormon (dianggap
menjadi gastrin) yang pada waktunya akan merangsang sekresi asam
lambung.
Jackline Bt.Mohd.IdrusProgram Profesi NERS Angk.VI
UIN Alauddin Makassar
Pada manusia, sekresi lambung adalah campuran mukokolisakarida dan
mukoprotein yang disekresikan secara kontinyu melalui kelenjar mukosa.
Mucus ini mengabsorpsi pepsin dan melindungi mukosa terhadap asam. Asam
hidroklorida disekresikan secara kontinyu, tetapi sekresi meningkat karena
mekanisme neurogenik dan hormonal yang dimulai dari rangsangan lambung
dan usus. Bila asam hidroklorida tidak dibuffer dan tidak dinetralisasi dan bila
lapisan luar mukosa tidak memberikan perlindungan asam hidroklorida
bersama dengan pepsin akan merusak lambung. Asam hidroklorida kontak
hanya dengan sebagian kecil permukaan lambung. Kemudian menyebar ke
dalamnya dengan lambat. Mukosa yang tidak dapat dimasuki disebut barier
mukosa lambung. Barier ini adalah pertahanan untama lambung terhadap
pencernaan yang dilakukan oleh sekresi lambung itu sendiri. Factor lain yang
mempengaruhi pertahanan adalah suplai darah, keseimbangan asam basa,
integritas sel mukosa, dan regenerasi epitel. Oleh karena itu, seseorang
mungkin mengalami ulkus peptikum karena satu dari dua factor ini :
1. Hipersekresi asam pepsin
2. Kelemahan barier mukosa lambung
Apapun yang menurunkan yang mukosa lambung atau yang merusak
mukosa lambung adalah ulserogenik, salisilat dan obat antiinflamasi non
steroid lain, alcohol, dan obat antiinflamasi masuk dalam kategori ini.
Sindrom Zollinger-Ellison (gastrinoma) dicurigai bila pasien datang
dengan ulkus peptikum berat atau ulkus yang tidak sembuh dengan terapi
medis standar. Sindrom ini diidentifikasi melalui temuan berikut : hipersekresi
Jackline Bt.Mohd.IdrusProgram Profesi NERS Angk.VI
UIN Alauddin Makassar
getah lambung, ulkus duodenal, dan gastrinoma(tumor sel istel) dalam
pancreas. 90% tumor ditemukan dalam gastric triangle yang mengenai kista
dan duktus koledokus, bagian kedua dan tiga dari duodenum, dan leher korpus
pancreas. Kira-kira ⅓ dari gastrinoma adalah ganas(maligna).
Diare dan stiatore(lemak yang tidak diserap dalam feces)dapat ditemui.
Pasien ini dapat mengalami adenoma paratiroid koeksisten atau hyperplasia,
dan karenanya dapat menunjukkan tanda hiperkalsemia. Keluhan pasien
paling utama adalah nyeri epigastrik. Ulkus stress adalah istilah yang
diberikan pada ulserasi mukosa akut dari duodenal atau area lambung yang
terjadi setelah kejadian penuh stress secara fisiologis. Kondisi stress seperti
luka bakar, syok, sepsis berat, dan trauma dengan organ multiple dapat
menimbulkan ulkus stress. Endoskopi fiberoptik dalam 24 jam setelah cedera
menunjukkan erosi dangkal pada lambung, setelah 72 jam, erosi lambung
multiple terlihat. Bila kondisi stress berlanjut ulkus meluas. Bila pasien
sembuh, lesi sebaliknya. Pola ini khas pada ulserasi stress.
Pendapat lain yang berbeda adalah penyebab lain dari ulserasi mukosa.
Biasanya ulserasi mukosa dengan syok ini menimbulkan penurunan aliran
darah mukosa lambung. Selain itu jumlah besar pepsin dilepaskan. Kombinasi
iskemia, asam dan pepsin menciptakan suasana ideal untuk menghasilkan
ulserasi. Ulkus stress harus dibedakan dari ulkus cushing dan ulkus curling,
yaitu dua tipe lain dari ulkus lambung. Ulkus cushing umum terjadi pada
pasien dengan trauma otak. Ulkus ini dapat terjadi pada esophagus, lambung,
Jackline Bt.Mohd.IdrusProgram Profesi NERS Angk.VI
UIN Alauddin Makassar
atau duodenum, dan biasanya lebih dalam dan lebih penetrasi daripada ulkus
stress. Ulkus curling sering terlihat kira-kira 72 jam setelah luka bakar luas.
D. Manifestasi Klinik
Gejala-gejala ulkus dapat hilang selama beberapa hari, minggu, atau
beberapa bulan dan bahkan dapat hilang hanya sampai terlihat kembali, sering
tanpa penyebab yang dapat diidentifikasi. Banyak individu mengalami gejala
ulkus, dan 20-30% mengalami perforasi atau hemoragi yang tanpa adanya
manifestasi yang mendahului.
1. Nyeri : biasanya pasien dengan ulkus mengeluh nyeri tumpul, seperti
tertusuk atau sensasi terbakar di epigastrium tengah atau di punggung. Hal
ini diyakini bahwa nyeri terjadi bila kandungan asam lambung dan
duodenum meningkat menimbulkan erosi dan merangsang ujung saraf
yang terpajan. Teori lain menunjukkan bahwa kontak lesi dengan asam
merangsang mekanisme refleks local yang mamulai kontraksi otot halus
sekitarnya. Nyeri biasanya hilang dengan makan, karena makan
menetralisasi asam atau dengan menggunakan alkali, namun bila lambung
telah kosong atau alkali tidak digunakan nyeri kembali timbul. Nyeri tekan
lokal yang tajam dapat dihilangkan dengan memberikan tekanan lembut
pada epigastrium atau sedikit di sebelah kanan garis tengah. Beberapa
gejala menurun dengan memberikan tekanan local pada epigastrium.
2. Pirosis (nyeri uluhati) : beberapa pasien mengalami sensasi luka bakar
pada esophagus dan lambung, yang naik ke mulut, kadang-kadang disertai
Jackline Bt.Mohd.IdrusProgram Profesi NERS Angk.VI
UIN Alauddin Makassar
eruktasi asam. Eruktasi atau sendawa umum terjadi bila lambung pasien
kosong.
3. Muntah : meskipun jarang pada ulkus duodenal tak terkomplikasi, muntah
dapat menjadi gejala ulkus peptikum. Hal ini dihubungkan dengan
pembentukan jaringan parut atau pembengkakan akut dari membran
mukosa yang mengalami inflamasi di sekitarnya pada ulkus akut. Muntah
dapat terjadi atau tanpa didahului oleh mual, biasanya setelah nyeri berat
yang dihilangkan dengan ejeksi kandungan asam lambung.
4. Konstipasi dan perdarahan : konstipasi dapat terjadi pada pasien ulkus,
kemungkinan sebagai akibat dari diet dan obat-obatan. Pasien dapat juga
datang dengan perdarahan gastrointestinal sebagian kecil pasien yang
mengalami akibat ulkus akut sebelumnya tidak mengalami keluhan, tetapi
mereka menunjukkan gejala setelahnya.
E. Pemeriksaan Penunjang
Nyeri lambung yang khas merupakan petunjuk adanya ulkus. Diperlukan
beberapa pemeriksaan untuk memperkuat diagnosis karena kanker lambung
juga bisa menyebabkan gejala yang sama.
1. Endoskopi adalah suatu prosedur dimana sebuah selang lentur dimasukkan
melalui mulut dan bisa melihat langsung ke dalam lambung. Pada
pemeriksaan endoskopi, bisa diambil contoh jaringan untuk keperluan
biopsi. Keuntungan dari endoskopi:
Jackline Bt.Mohd.IdrusProgram Profesi NERS Angk.VI
UIN Alauddin Makassar
a) lebih dapat dipercaya untuk menemukan adanya ulkus dalam
duodenum dan dinding belakang lambung dibandingkan dengan
pemeriksaan rontgen.
b) lebih bisa diandalkan pada penderita yang telah menjalani pembedahan
lambung.
c) bisa digunakan untuk menghentikan perdarahan karena ulkus.
2. Rontgen dengan kontras barium dari lambung dan duodenum (juga disebut
barium swallow atau seri saluran pencernaan atas) dilakukan jika ulkus
tidak dapat ditemukan dengan endoskopi.
3. Analisa lambung merupakan suatu prosedur dimana cairan lambung
dihisap secara langsung dari lambung dan duodenum sehingga jumlah
asam bisa diukur. Prosedur ini dilakukan hanya jika ulkusnya berat atau
berulang atau sebelum dilakukannya pembedahan.
4. Pemeriksaan darah tidak dapat menentukan adanya ulkus, tetapi hitung
jenis darah bisa menentukan adanya anemia akibat perdarahan ulkus.
Pemerisaan darah lainnya bisa menemukan adanya Helicobacter pylori.
F. Penatalaksanaan
1. Pengobatan
Salah satu segi pengobatan ulkus duodenalis atau ulkus gastrikum adalah
menetralkan atau mengurangi keasaman lambung. Proses ini dimulai
dengan menghilangkan iritan lambung (misalnya obat anti peradangan
non-steroid, alkohol dan nikotin).
Jackline Bt.Mohd.IdrusProgram Profesi NERS Angk.VI
UIN Alauddin Makassar
Makanan cair tidak mempercepat penyembuhan maupun mencegah
kambuhnya ulkus. Tetapi penderita hendaknya menghindari makanan yang
tampaknya menyebabkan semakin memburuknya nyeri dan perut
kembung.
a) ANTASID : Antasid mengurangi gejala, mempercepat penyembuhan
dan mengurangi jumlah angka kekambuhan dari ulkus. Sebagian besar
antasid bisa diperoleh tanpa resep dokter. Kemampuan antasid dalam
menetralisir asam lambung bervariasi berdasarkan jumlah antasid yang
diminum, penderita dan waktu yang berlainan pada penderita yang
sama. Pemilihan antasid biasanya berdasarkan kepada rasa, efek
terhadap saluran pencernaan, harga dan efektivitasnya. Tablet mungkin
lebih disukai, tetapi tidak seefektif obat sirup.
Antasid yang dapat diserap. : Obat ini dengan segera akan
menetralkan seluruh asam lambung. Yang paling kuat adalah
natrium bikarbonat dan kalsium karbonat, yang efeknya dirasakan
segera setelah obat diminum. Obat ini diserap oleh aliran darah,
sehingga pemakaian terus menerus bisa menyebabkan perubahan
dalam keseimbangan asam-basa darah dan menyebabkan
terjadinya alkalosis (sindroma alkali-susu). Karena itu obat ini
biasanya tidak digunakan dalam jumlah besar selama lebih dari
beberapa hari.
Antasid yang tidak dapat diserap : Obat ini lebih disukai karena
efek sampingnya lebih sedikit, tidak menyebabkan alkalosis. Obat
Jackline Bt.Mohd.IdrusProgram Profesi NERS Angk.VI
UIN Alauddin Makassar
ini berikatan dengan asam lambung membentuk bahan yang
bertahan di dalam lambung, mengurangi aktivitas cairan-cairan
pencernaan dan mengurangi gejala ulkus tanpa
menyebabkanalkalosis. Tetapi antasid ini mempengaruhi
penyerapan obat lainnya (misalnya tetracycllin, digoxin dan zat
besi) ke dalam darah.
Alumunium Hdroksida : Merupakan antasid yang relatif aman dan
banyak digunakan. Tetapi alumunium dapat berikatan dengan
fosfat di dalam saluran pencernaan, sehingga mengurangi kadar
fosfat darah dan mengakibatkan hilangnya nafsu makan dan lemas.
Resiko timbulnya efek samping ini lebih besar pada penderita yang
juga alkoholik dan penderita penyakit ginjal (termasuk yang
menjalani hemodialisa). Obat ini juga bisa menyebabkan sembelit.
Magnesium Hidroksida : Merupakan antasid yang lebih efektif
daripada alumunium hidroksida. Dosis 4 kali 1-2 sendok
makan/hari biasanya tidak akan mempengaruhi kebiasaan buang air
besar; tetapi bila lebih dari 4 kali bisa menyebabkan diare.
Sejumla kecil magnesium diserap ke dalam darah, sehingga obat
ini harus diberikan dalam dosis kecil kepada penderita yang
mengalami kerusakan ginjal. Banyak antasid yang mengandung
magnesium dan alumunium hidroksida.
b) Obat-Obat Ulkus.
Jackline Bt.Mohd.IdrusProgram Profesi NERS Angk.VI
UIN Alauddin Makassar
Ulkus biasanya diobati minimal selama 6 minggu dengan obat-obatan
yang mengurangi jumlah asam di dalam lambung dan duodenum. Obat
ulkus bisa menetralkan atau mengurangi asam lambung dan
meringankan gejala, biasanya dalam beberapa hari.
Sucralfate : Cara kerjanya adalah dengan membentuk selaput
pelindung di dasar ulkus untuk mempercepat penyembuhan. Sangat
efektif untuk mengobati ulkus peptikum dan merupakan pilihan
kedua dari antasid. Sucralfate diminum 3-4 kali/hari dan tidak
diserap ke dalam darah, sehingga efek sampingnya sedikit, tetapi
bisa menyebabkan sembelit.
Antagonis H2 :Contohnya adalah cimetidine,ranitidine
,famotidine dan nizatidine. Obat ini mempercepat penyembuhan
ulkus dengan mengurangi jumlah asam dan enzim pencernaan di
dalam lambung dan duodenum. Diminum 1 kali/hari dan beberapa
diantaranya bisa diperoleh tanpa resep dokter. Pada pria cimetidine
bisa menyebabkan pembesaran payudara yang bersifat sementara
dan jika diminum dalam waktu lama dengan dosis yang tinggi bisa
menyebabkan impotensi. Perubahan mental (terutama pada
penderita usia lanjut), diare, ruam, demam dan nyeri otot telah
dilaporkan terjadi pada 1% penderita yang mengkonsumsi
cimetidine. Jika penderita mengalami salah satu dari efek samping
tersebut diatas, maka sebaiknya cimetidine diganti dengan
antagonis H2 lainnya. Cimetidine bisa mempengaruhi pembuangan
Jackline Bt.Mohd.IdrusProgram Profesi NERS Angk.VI
UIN Alauddin Makassar
obat tertentu dari tubuh (misalnya teofilin untuk asma, warfarin
untuk pembekuan darah dan phenytoin untuk kejang).
Penghambat pompa proton : (Omeprazole
, Lansoprazole, Rabeprazole, Esomeprazole , Pantoprazole)
Merupakan obat yang sangat kuat menghambat pembentukan
enzim yang diperlukan lambung untuk membuat asam. Obat ini
dapat secara total menghambat pelepasan asam dan efeknya
berlangsung lama. Terutama efektif diberikan kepada
penderita esofagitis dengan atau tanpa ulkus esofageal dan
penderita penyakit lainnya yang mempengaruhi pembentukan asam
lambung (misalnya sindroma Zollinger-Ellison).
Antibiotik : Digunakan bila penyebab utama terjadinya ulkus
adalah Helicobacter pylori. Pengobatan terdiri dari satu macam
atau lebih antibiotik dan obat untuk mengurangi atau menetralilsir
asam lambung. Yang paling banyak digunakan adalah
kombinasi bismut subsalisilat (sejenis sucralfate)
dengan tetracyclin dan
metronidazole atau amoxycillin , Clarithromycin. Kombinasi
efektif lainnya adalah omeprazole dan antibiotik. Pengobatan ini
bisa mengurangi gejala ulkus, bahkan jika ulkus tidak memberikan
respon terhadap pengobatan sebelumnya atau jika ulkus sering
mengalami kekambuhan.
Jackline Bt.Mohd.IdrusProgram Profesi NERS Angk.VI
UIN Alauddin Makassar
Misoprostol : Digunakan untuk mencegah ulkus gastrikum yang
disebabkan oleh obat-obat anti peradangan non-steroid. Obat ini
diberikan kepada penderita artritis yang mengkonsumsi obat anti
peradangan non-steroid dosis tinggi. Tetapi obat ini tidak
digunakan pada semua penderita artritis tersebut karena
menyebabkan diare (pada 30% penderita).
G. Komplikasi
Sebagian besar ulkus bisa disembuhkan tanpa disertai komplikasi lanjut.
Tetapi pada beberapa kasus, ulkus peptikum bisa menyebabkan komplikasi
yang bisa berakibat fatal, seperti penetrasi, perforasi, perdarahan dan
penyumbatan. (Medicastore News)
1. Penetrasi : Sebuah ulkus dapat menembus dinding otot dari lambung
atau duodenum dan sampai ke organ lain yang berdekatan, seperti hati
atau pankreas. Hal ini akan menyebabkan nyeri tajam yang hebat dan
menetap, yang bisa dirasakan diluar daerah yang terkena (misalnya di
punggung, karena ulkus duodenalis telah menembus pankreas). Nyeri
akan bertambah jika penderita merubah posisinya. Jika pemberian obat
tidak berhasil mengatasi keadaan ini, mungkin perlu dilakukan
pembedahan.
2. Perforasi : Ulkus di permukaan depan duodenum atau (lebih jarang) di
lambung bisa menembus dindingnya dan membentuk lubang terbuka
ke rongga perut. Nyeri dirasakan secara tiba-tiba, sangat hebat dan
terus menerus, dan dengan segera menyebar ke seluruh perut.
Jackline Bt.Mohd.IdrusProgram Profesi NERS Angk.VI
UIN Alauddin Makassar
Penderita juga bisa merasakan nyeri pada salah satu atau kedua bahu,
yang akan bertambah berat jika penderita menghela nafas dalam.
Perubahan posisi akan memperburuk nyeri sehingga penderita
seringkali mencoba untuk berbaring mematung. Bila ditekan, perut
terasa nyeri. Demam menunjukkan adanya infeksi di dalam perut. Jika
tidak segera diatasi bisa terjadi syok. Keadaan ini memerlukan
tindakan pembedahan segera dan pemberian antibiotik intravena.
3. Perdarahan : Perdarahan adalah komplikasi yang paling sering terjadi.
Gejala dari perdarahan karena ulkus adalah:
a. muntah darah segar atau gumpalan coklat kemerahan yang berasal
dari makanan yang sebagian telah dicerna, yang menyerupai
endapan kopi
b. tinja berwarna kehitaman atau tinja berdarah.
Dengan endoskopi dilakukan kauterisasi ulkus. Bila sumber
perdarahan tidak dapat ditemukan dan perdarahan tidak hebat,
diberikan pengobatan dengan antagonis-H2 dan antasid. Penderita
juga dipuasakan dan diinfus, agar saluran pencernaan dapat
beristirahat.
Bila perdarahan hebat atau menetap, dengan endoskopi dapat
disuntikkan bahan yang bisa menyebabkan pembekuan. Jika hal ini
gagal, diperlukan pembedahan.
4. Penyumbatan : Pembengkakan atau jaringan yang meradang di sekitar
ulkus atau jaringan parut karena ulkus sebelumnya, bisa
Jackline Bt.Mohd.IdrusProgram Profesi NERS Angk.VI
UIN Alauddin Makassar
mempersempit lubang di ujung lambung atau mempersempit
duodenum. Penderita akan mengalami muntah berulang, dan seringkali
memuntahkan sejumlah besar makanan yang dimakan beberapa jam
sebelumnya.
Gejala lainnya adalah rasa penuh di perut, perut kembung dan
berkurangnya nafsu makan. Lama-lama muntah bisa menyebabkan
penurunan berat badan, dehidrasidan ketidakseimbangan mineral
tubuh. Mengatasi ulkus bisa mengurangi penyumbatan, tetapi
penyumbatan yang berat memerlukan tindakan endoskopik atu
pembedahan.
Jackline Bt.Mohd.IdrusProgram Profesi NERS Angk.VI
UIN Alauddin Makassar
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Aktivitas dan istirahat
Gejala: kelemahan, kelelahan
Tanda : Takikardi, takipnea atau hiperventilasi (respon terhadap aktivitas)
2. Sirkulasi
Gejala : hipotensi, takikardi, kelemahan atau nadi perifer lemah, pengisian
kapiler lambat, warna kulit pucat, sianosis
3. Integritas EGO
Gejala : faktor stres atau kronis, perasaan tidak berdaya
Tanda : ansietas( gelisah, pucat, gemetar, perhatian menyempit)
4. Eliminasi
Gejala : riwayat perawatan dirumah sakit karena perdarahan atau masalah
yang berhubungan dengan perubahan pola defekasi/ karakteristik feses.
Tanda : nyeri tekan abdomen, distensi
5. Makanan dan cairan
Gejala : anoreksia, mualdan muntah, masalah menelan, cegukan, nyeri ulu
hati, sendawa bau asam, penyakit ulkus peptik sebelumnya, berat badan
menurun
6. Neurosensori
Gejala : rasa berdenyut, pusing/ sakit kepala, kelemahan, pingsan
Jackline Bt.Mohd.IdrusProgram Profesi NERS Angk.VI
UIN Alauddin Makassar
7. Nyeri atau Ketidaknyamanan
Gejala: nyeri, rasa tidak nyaman/ distres samar-samar seteklah makan,
nyeri epigastrik kiri sampai tengah menyebar ke punggung , faktor
pencetus
Tanda : wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat
8. Keamanan
Gejala : alergi terhadap obat atau sensitive
Tanda : peningkatan suhu, (Doenges,1999)
B. Diagnose Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
dan muntah.
3. Konstipasi berhubungan dengan ketidakadekuatan defekasi.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri kronis.
C. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)1. Nyeri akut berhubungan
dengan: Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis), kerusakan jaringanDS:- Laporan secara
verbal DO:- Posisi untuk
menahan nyeri- Tingkah laku berhati-
hati- Gangguan tidur
(mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau, menyeringai)
- Pain Level, - pain control, - comfort levelSetelah dilakukan tinfakan keperawatan selama 3x24 jam Pasien tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil:- Mampu mengontrol nyeri
(tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
- Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
- Mampu mengenali nyeri
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasiR/ Untuk mengantisipasi jika klien malas makan dan minum
2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamananR/Untuk melihat apakah klien mengatakan nyeri sesuai dengan reaksi verbal
Jackline Bt.Mohd.IdrusProgram Profesi NERS Angk.VI
UIN Alauddin Makassar
- Terfokus pada diri sendiri
- Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)
- Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang lain dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang)
- Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil)
- Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku)
- Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam nafsu makan dan minum
(skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
- Tanda vital dalam rentang normal
- Tidak mengalami gangguan tidur
3. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukunganR/Agar keluarga dapat mengetahui dukungan untuk mengatasi nyeri
4. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisinganR/Untuk mengurangi nyeri klien
5. Kurangi faktor presipitasi nyeriR/Agar nyeri tidak bertambah
6. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensiR/Untuk menentukan intervensi yang sesuai
7. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dinginR/Untuk mengalihkan perhatian klien agar tidak terlalu memikirkan nyerinya
8. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: ………R/Untuk mengurangi nyeri
9. Tingkatkan istirahatR/Agar nyeri dapat berkurang
10. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedurR/Agar klien dapat mengerti fisiologis nyeri
11. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kaliR/Merupakan indicator
Jackline Bt.Mohd.IdrusProgram Profesi NERS Angk.VI
UIN Alauddin Makassar
derajat nyeri yang sedang dialami klien
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhBerhubungan dengan : Ketidakmampuan untuk memasukkan atau mencerna nutrisi oleh karena faktor biologis, psikologis atau ekonomi. DS:- Nyeri abdomen- Muntah- Kejang perut- Rasa penuh tiba-tiba
setelah makanDO:- Diare- Rontok rambut yang
berlebih- Kurang nafsu makan- Bising usus berlebih- Konjungtiva pucat- Denyut nadi lemah
- Nutritional status: Adequacy of nutrient
- Nutritional Status : food and Fluid Intake
- Weight ControlSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam nutrisi kurang teratasi dengan indikator:- Albumin serum- Pre albumin serum- Hematokrit- Hemoglobin- Total iron binding capacity- Jumlah limfosit
1. Kaji adanya alergi makananR/ Agar dapat memilih makanan yang bergizi dan menghindari respon alergi
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasienR/ Memberikan masukan gizi dan kalori yang dibutuhkan tubuh.
3. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasiR/ Mencegah klien dari konstipasi.
4. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.R/ supaya klien tahu makanan yang bergizi untu tubuhnya
5. Monitor adanya penurunan BB dan gula darahR/ Penurunan berat badan mengindikasikan pemasukan nutrisi tidak adekuat.
6. Monitor lingkungan selama makanR/ Lingkungan yang kotor dapat mempengaruhi selera makan seseorang.
7. Monitor turgor kulitR/ Mengindikasikan tubuh sedang kekurangan cairan.
8. Monitor mual dan muntahR/ Mual dan muntah dapat berpengaruh kepada nafsu makan klien.
9. Kelola pemberan anti emetik:R/ Untuk mengatasi rasa
Jackline Bt.Mohd.IdrusProgram Profesi NERS Angk.VI
UIN Alauddin Makassar
mual dan muntah klien.10. Anjurkan banyak
minumR/ Mencegah dehidrasi yang dapat meningkat dengan peningkatan kehilangan cairan yang tampak dan menurunkan resiko konstipasi.
11. Pertahankan terapi IV lineR/ Untuk mengantisipasi jika klien malas makan dan minum
3. Konstipasi berhubungan dengan Fungsi:kelemahan
otot abdominal, Aktivitas fisik tidak mencukupi
Perilaku defekasi tidak teratur
Perubahan lingkungan
Toileting tidak adekuat: posisi defekasi, privasi
Psikologis: depresi, stress emosi, gangguan mental
Farmakologi: antasid, antikolinergis, antikonvulsan, antidepresan, kalsium karbonat,diuretik, besi, overdosis laksatif, NSAID, opiat, sedatif.
Mekanis: ketidakseimbangan elektrolit, hemoroid, gangguan neurologis, obesitas, obstruksi pasca bedah, abses rektum, tumor
Fisiologis: perubahan pola makan dan jenis makanan, penurunan motilitas gastrointestnal, dehidrasi, intake serat dan cairan kurang,
Bowl Elimination/defekasi pembentukan dan pengeluaran feses
Hidration : Kecukupan dalam kompartemen intrasel dan ekstrasel tubuh
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. konstipasi pasien teratasi dengan kriteria hasil:1. Pola BAB dalam batas
normal2. Feses lunak3. Cairan dan serat adekuat4. Aktivitas adekuat5. Hidrasi adekuat
Manajemen konstipasi1. Identifikasi faktor-
faktor yang menyebabkan konstipasi
2. Monitor tanda-tanda ruptur bowel/peritonitis
3. Jelaskan penyebab dan rasionalisasi tindakan pada pasien
4. Konsultasikan dengan dokter tentang peningkatan dan penurunan bising usus
5. Kolaburasi jika ada tanda dan gejala konstipasi yang menetap
6. Jelaskan pada pasien manfaat diet (cairan dan serat) terhadap eliminasi
7. Jelaskan pada klien konsekuensi menggunakan laxative dalam waktu yang lama
8. Kolaburasi dengan ahli gizi diet tinggi serat dan cairan
9. Dorong peningkatan aktivitas yang optimal
10. Sediakan privacy dan keamanan selama BAB
Jackline Bt.Mohd.IdrusProgram Profesi NERS Angk.VI
UIN Alauddin Makassar
perilaku makan yang buruk
DS:- Nyeri perut- Ketegangan perut- Anoreksia- Perasaan tekanan
pada rectum- Nyeri kepala- Peningkatan tekanan
abdominal- Mual- Defekasi dengan
nyeriDO:- Feses dengan darah
segar- Perubahan pola BAB- Feses berwarna gelap- Penurunan frekuensi
BAB- Penurunan volume
feses- Distensi abdomen- Feses keras- Bising usus
hipo/hiperaktif- Teraba massa
abdomen atau rektal- Perkusi tumpul- Sering flatus- Muntah
4. Intoleransi aktivitas Berhubungan dengan : Tirah Baring atau
imobilisasi Kelemahan
menyeluruh Ketidakseimbangan
antara suplei oksigen dengan kebutuhan
Gaya hidup yang dipertahankan.
DS: Melaporkan secara
verbal adanya kelelahan atau kelemahan.
Adanya dyspneu atau ketidaknyamanan saat beraktivitas.
DO : Respon abnormal
- Self Care : ADLs- Toleransi aktivitas- Konservasi eneergiSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. Pasien bertoleransi terhadap aktivitas dengan Kriteria Hasil :- Berpartisipasi dalam
aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR
- Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri
Keseimbangan aktivitas dan istirahat
1. Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
2. Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
3. Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
4. Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
5. Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik)
6. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat
Jackline Bt.Mohd.IdrusProgram Profesi NERS Angk.VI
UIN Alauddin Makassar
dari tekanan darah atau nadi terhadap aktifitas
Perubahan ECG : aritmia, iskemia
pasien7. Kolaborasikan dengan
Tenaga Rehabilitasi Medik dalam merencanakan progran terapi yang tepat.
8. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
9. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan social
10. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
11. Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek
12. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
13. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
14. Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas
15. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
16. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
17. Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual
Jackline Bt.Mohd.IdrusProgram Profesi NERS Angk.VI
UIN Alauddin Makassar
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. Gangguan Gastrointestinal. Jakarta :
Salemba Medika
Pratiwi, D.A dkk. 2006. Biologi SMA Jilid 2 untuk Kelas XI. Jakarta : Erlangga.
Capenito, Lynda Jall. (1997). Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC
Doenges, Marilynn E. (1999) Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I Made
Kariasa. Ed. 3. Jakarta : EGC
Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. (1994). Patofisiologi, Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Jakarta: Penerbit EGC.
Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8.
Jakarta : EGC; 2001.
Johnson, M.,et all, 2002, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second
Edition, IOWA Intervention Project, Mosby
Mc Closkey, C.J., Iet all, 2002, Nursing Interventions Classification (NIC) second
Edition, IOWA Intervention Project, Mosby.
Jackline Bt.Mohd.IdrusProgram Profesi NERS Angk.VI
UIN Alauddin Makassar