Download - Lp Pneumonia

Transcript
Page 1: Lp Pneumonia

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN ANAK DENGAN PNEUMONIA

OLEH :

NI NYOMAN SRI WULANDARI

0802105029

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

2012

Sri Wulandari | Laporan Pendahuluan pada Pasien Anak dengan Pneumonia 0

Page 2: Lp Pneumonia

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. DEFINISI

a. Pneumonia ialah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi

seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing yang mengensi jaringan paru (alveoli).

(DEPKES. 2006).

b. Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus

terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta menimbulkan

konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. (Zuh Dahlan.

2006).

c. Pneumonia merupakan peradangan akut parenkim paru yang biasanya berasal dari

suatu infeksi. Istilah pneumonia mencakup setiap keadaan radang paru, dengan

beberapa alveoli terisi cairan dan sel-sel darah.

d. Pneumonia adalah penyakit infeksi akut paru yang disebabkan terutama oleh bakteri;

merupakan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang paling sering

menyebabkan kematian pada anak dan anak balita (Said 2007).

e. Pneumonia merupakan peradangan akut parenkim paru-paru yang biasanya berasal

dari suatu infeksi. (Price, 1995)

f. Pneumonia adalah suatu peradangan paru yang disebabkan oleh bermacam- macam

etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing (IKA, 2001)

g. Jadi bronkopnemonia adalah infeksi atau peradangan pada jaringan paru terutama

alveoli atau parenkim yang sering menyerang pada anak – anak

2. EPIDEMIOLOGI

Pneumokokus merupakan penyebab utama pneumonia. Pneumokokus dengan

serotipl sampai 8 menyebabkan pneumonia pada orang dewasa lebih dari 80%,

sedangkan pada anak ditemukan tipe 14,1,6,dan 9. Angka kejadian tertinggi ditemukan

pada usia kurang dari 4 tahun dan berkurang dengan meningkatnya umur. Pneumonia

lobaris hampir selalu disebabkan oleh pneumokokus- ditemukan pada orang dewasa dan

anak besar, sedangkan bronchopneumonia lebih sering dijumpai pada anak kecil dan

anak.

Pneumonia sangat rentan terhadap anak berumur di bawah dua bulan, berjenis

kelamin laki-laki, tingkat sosioekonomi rendah, tingkat pendidikan ibu rendah, tingkat

Sri Wulandari | Laporan Pendahuluan pada Pasien Anak dengan Pneumonia 1

Page 3: Lp Pneumonia

pelayanan kesehatan masih kurang, adanya penyakit kronis pada anak, kurang gizi, berat

badan lahir rendah, tidak mendapatkan ASI yang memadai, polusi udara, kepadatan

tempat tinggal, imunisasi yang tidak memadai, dan defisiensi vitamin A.

Pneumonia juga merupakan penyakit yang menjadi masalah di berbagai negara

terutama di negara berkembang termasuk Indonesia, dan merupakan penyebab kematian

utama pada balita. Hasil penelitian yang dilakukan Departemen Kesehatan mendapatkan

pneumonia penyebab kejadian dan kematian tertinggi pada balita. Berbagai

mikroorganisme dapat menyebabkan pneumonia, antara lain virus dan bakteri. Beberapa

faktor yang dapat meningkatkan resiko untuk terjadinya pneumonia antara lain adalah

defek anatomi bawaan, defisit imunologi, polusi, GE, aspirasi, dll.

Said (2007) menyatakan bahwa diperkirakan 75% pneumonia pada anak balita di

negara berkembang termasuk di Indonesia disebabkan oleh pneumokokus dan Hib. Di

seluruh dunia setiap tahun diperkirakan terjadi lebih 2 juta kematian balita karena

pneumonia. Di Indonesia menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2001

kematian balita akibat pneumonia 5 per 1000 balita per tahun. Ini berarti bahwa

pneumonia menyebabkan kematian lebih dari 100.000 balita setiap tahun, atau hampir

300 balita setiap hari, atau 1 balita setiap 5 menit. Menunjuk angka-angka di atas bisa

dimengerti para ahli menyebut pneumonia sebagai The Forgotten Pandemic atau "wabah

raya yang terlupakan" karena begitu banyak korban yang meninggal karena pneumonia

tetapi sangat sedikit perhatian yang diberikan kepada masalah pneumonia. Tidak heran

bila melihat kontribusinya yang besar terhadap kematian balita pneumonia dikenal juga

sebagai "pembunuh balita nomor satu".

Senada dengan Said, Betz dan Sowden (2002) menyatakan bahwa insidens dari

pneumonia antara lain :

1. Pneumonia virus lebih sering dijumpai daripada pneumonia bakterial

2. Pneumonia streptokokus paling sering terdapat pada 2 tahun pertama kehidupan.

Pada 30 % anak dengan pneumonia yang berusia kurang dari 3 bulan dan pada 70

% anak dengan pneumonia yang berusia kurang dari 1 tahun.

3. Pneumonia pneumokokus mencakup 90 % dari semua pneumonia

4. Mikoplasma jarang menimbulkan pneumonia pada anak yang berusia 5tahun,

mereka berhubungan dengan 20 % kasus pneumonia yang di diagnosis pada pasien

antara umur 16 dan 19 tahun.

Sri Wulandari | Laporan Pendahuluan pada Pasien Anak dengan Pneumonia 2

Page 4: Lp Pneumonia

5. Pneumonia akan terjadi lebih berat dan lebih sering pada anak dan anak-anak kecil

6. Virus sinsisium respiratori merupakan penyebab terbesar dari kasus pneumonia

virus.

7. Infeksi virus saluran nafas atas adalah penyebab kematian kedua pada anak dan

anak kecil.

8. Pneumonia mikoplasma mencakup 10 sampai 20 % pneumonia yang dirawat di

rumah sakit.

3. ETIOLOGI

1. Bakteri

Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram posifif

seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis. Bakteri

gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.

2. Virus

Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet.

Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus.

3. Jamur

Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan

udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah

serta kompos.

4. Protozoa

Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya

menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2001)

Menurut (Smeltzer, 2001) etiologi pneumonia, meliputi :

1) Pneumonia bakterial

Penyebab yang paling sering: Streptoccocus pneumonia

Jenis yan lain :

- staphiloccocus aureus menyebakan pneumonia stapilokokus

- Klebsiella pnemoniae menyebabkan pneumonia klebsiella

- Pseudomonas aerugilnosa menyebabkan pneumonia pseudomonas

- Haemophilus influenzae menyebabkan Haemophilus influenza

Sri Wulandari | Laporan Pendahuluan pada Pasien Anak dengan Pneumonia 3

Page 5: Lp Pneumonia

2) Pneumonia atipikal

Penyebab paling sering :

- Mycoplasma penumoniae menyebabkan pneumonia mikoplasma

Jenis lain :

- Legionella pneumophila menyebakan penyakit legionnaires

- Mycoplasma penumoniae menyebabkan pneumonia mikoplasma

- Virus influenza tipe A, B, C menyebakan pneumonia virus

- Penumocyctis carini menyebakan pneumonia pnemosistis carinii (PCP)

- Aspergillus fumigates menyebakan pneumonia fungi

- Cipittaci menyebabkan pneumonia klamidia (pneumonia TWAR)

- Mycobacterium tuberculosis menyebabkan tuberculosis

(Smeltzer, 2001 : 568-570).

3) Pneumonia juga disebabkan oleh terapi radiasi (terapi radisasi untuk kanker

payudara/paru) biasanya 6 minggu atau lebih setelah pengobatan selesai ini

menyebabkan pneumonia radiasi. Bahan kimia biasanya karena mencerna kerosin

atau inhalasi gas menyebabkan pneumonitis kimiawi (Smeltzer, 2001 : 572). Karena

aspirasi/inhalasi (kandungan lambung) terjadi ketika refleks jalan nafas protektif

hilang seperti yang terjadi pada pasien yang tidak sadar akibat obat-obatan, alkohol,

stroke, henti jantung atau pada keadaan selang nasogastrik tidak berfungsi yang

menyebabkan kandungan lambung mengalir di sekitar selang yang menyebabkan

aspirasi tersembunyi. ( Smeltzer, 2001 :637)

Sedangkan dari sudut pandang sosial, penyebab pneumonia menurut Depkes RI (2005)

antara lain :

1. Status gizi anak

2. Imunisasi tidak lengkap

3. Lingkungan

4. Kondisi sosial ekonomi orang tua

Sri Wulandari | Laporan Pendahuluan pada Pasien Anak dengan Pneumonia 4

Page 6: Lp Pneumonia

4. PATOFISIOLOGI

Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja, dari anak sampai

usia lanjut. Pecandu alcohol, pasien pasca operasi, orang-orang dengan gangguan

penyakit pernapasan, sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan tubuhnya , adalah

yang paling berisiko. Sebenarnya bakteri pneumonia itu ada dan hidup normal pada

tenggorokan yang sehat. Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit,

usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan

merusak organ paru-paru. Kerusakan jaringan paru setelah kolonisasi suatu

mikroorganisme paru banyak disebabkan oleh reaksi imun dan peradangan yang

dilakukan oleh pejamu. Selain itu, toksin-toksin yang dikeluarkan oleh bakteri pada

pneumonia bakterialis dapat secara langsung merusak sel-sel system pernapasan bawah.

Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun dan peradangan yang paling mencolok.

Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, ataupun seluruh lobus,

bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di

paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat

menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Bakteri pneumokokus adalah

kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia (Sipahutar, 2007).

Proses pneumonia mempengaruhi ventilasi. Setelah agen penyebab mencapai

alveoli, reaksi inflamasi akan terjadi dan mengakibatkan ektravasasi cairan serosa ke

dalam alveoli. Adanya eksudat tersebut memberikan media bagi pertumbuhan bakteri.

Membran kapiler alveoli menjadi tersumbat sehingga menghambat aliran oksigen ke

dalam perialveolar kapiler di bagian paru yang terkena dan akhirnya terjadi hipoksemia

(Engram 1998).

Setelah mencapai alveoli, maka pneumokokus menimbulkan respon yang khas

terdiri dari empat tahap yang berurutan (Price, 1995 : 711) :

1. Kongesti (24 jam pertama) : Merupakan stadium pertama, eksudat yang kaya protein

keluar masuk ke dalam alveolar melalui pembuluh darah yang berdilatasi dan bocor,

disertai kongesti vena. Paru menjadi berat, edematosa dan berwarna merah.

2. Hepatisasi merah (48 jam berikutnya) : Terjadi pada stadium kedua, yang berakhir

setelah beberapa hari. Ditemukan akumulasi yang masif dalam ruang alveolar,

bersama-sama dengan limfosit dan magkrofag. Banyak sel darah merah juga

Sri Wulandari | Laporan Pendahuluan pada Pasien Anak dengan Pneumonia 5

Page 7: Lp Pneumonia

dikeluarkan dari kapiler yang meregang. Pleura yang menutupi diselimuti eksudat

fibrinosa, paru-paru tampak berwarna kemerahan, padat tanpa mengandung udara,

disertai konsistensi mirip hati yang masih segar dan bergranula (hepatisasi = seperti

hepar).

3. Hepatisasi kelabu (3-8 hari) : Pada stadium ketiga menunjukkan akumulasi fibrin

yang berlanjut disertai penghancuran sel darah putih dan sel darah merah. Paru-paru

tampak kelabu coklat dan padat karena leukosit dan fibrin mengalami konsolidasi di

dalam alveoli yang terserang.

4. Resolusi (8-11 hari) : Pada stadium keempat ini, eksudat mengalami lisis dan

direabsorbsi oleh makrofag dan pencernaan kotoran inflamasi, dengan

mempertahankan arsitektur dinding alveolus di bawahnya, sehingga jaringan kembali

pada strukturnya semula. (Underwood, 2000 : 392).

Sri Wulandari | Laporan Pendahuluan pada Pasien Anak dengan Pneumonia 6

Page 8: Lp Pneumonia

Sri Wulandari | Laporan Pendahuluan pada Pasien Anak dengan Pneumonia 7

Page 9: Lp Pneumonia

5. KLASIFIKASI

Klasifikasi Pneumonia dapat dibagi menjadi :

1) Klasifikasi klinis

Klasifikasi tradisional, meninjau ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas:

a. Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris yg klasik antara

lain awitan yg akut dgn gambaran radiologist berupa opasitas lobus,

disebabkan oleh kuman yang tipikal terutama S. pneumoniae, Klebsiella

pneumoniae, H. influenzae.

b. Pneumonia atipikal, ditandai dgn gangguan respirasi yg meningkat lambat

dgn gambaran infiltrate paru bilateral yg difus, disebabkan oleh organisme

atipikal dan termasuk Mycoplasma pneumoniae, virus, Chlamydia psittaci.

Klasifikasi berdasarkan factor lingkungan dan penjamu, dibagi atas:

a. Pneumonia komunitas sporadis atau endemic, muda dan orang tua

b. Pneumonia nosokomial didahului oleh perawatan di RS

c. Pneumonia rekurens mempunyai dasar penyakit paru kronik

d. Pneumonia aspirasi alkoholik, usia tua

e. Pneumonia pd gangguan imun pada pasien transplantasi, onkologi, AIDS

Sindrom klinis, dibagi atas :

a. Pneumonia bacterial, memberikan gambaran klinis pneumonia yang akut dgn

konsolidasi paru, dapat berupa :

- Pneumonia bacterial atipikal yang terutama mengenai parenkim paru

dalam bentuk bronkopneumonia dan pneumonia lobar

- Pneumonia bacterial tipe campuran dengan presentasi klinis atipikal yaitu

perjalanan penyakit lebih ringan (insidious) dan jarang disertai konsolidasi

paru. Biasanya pada pasien penyakit kronik

b. Pneumonia non bacterial

Dikenal pneumonia atipikal yang disebabkan oleh Mycoplasma, Chlamydia

pneumoniae.

Area paru-paru yang terkena.

a. Pneumonia lobaris : area yang terkena yang meliputi satu lobus atau lebih.

b. Bronkopneumonia : proses pneumonia yang dimulai di bronkus dan

menyebar ke jaringan paru sekitar.

Sri Wulandari | Laporan Pendahuluan pada Pasien Anak dengan Pneumonia 8

Page 10: Lp Pneumonia

2) Klasifikasi berdasarkan etiologi, dibagi atas :

a. Bakterial : Streptokokus pneumonia, Streptokokus aureus, H. influenza,

Klebsiella,dll

b. Non bacterial : tuberculosis, virus, fungi, dan parasit

Pneumonia dikelompokkan berdasarkan sejumlah sistem yang berlainan. Salah satu

diantaranya adalah berdasarkan cara diperolehnya, dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu:

1. Community-acquired (diperoleh diluar institusi kesehatan)

Pneumonia yang didapat diluar institusi kesehatan paling sering disebabkan oleh

Streptococcus pneumoniae.

2. Hospital-acquired (diperoleh di rumah sakit atau sarana kesehatan lainnya).

Pneumonia yang didapat di rumah sakit cenderung bersifat lebih serius karena pada

saat menjalani perawatan di rumah sakit, sistem pertahanan tubuh penderita untuk

melawan infeksi seringkali terganggu. Selain itu, kemungkinannya terjadinya infeksi

oleh bakteri yang resisten terhadap antibiotik adalah lebih besar.

Secara klinis, pneumonia dapat terjadi baik sebagai penyakit primer maupun sebagai

komplikasi dari beberapa penyakit lain. Secara morfologis pneumonia dikenal sebagai

berikut:

1. Pneumonia lobaris, melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu atau lebih

lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai pneumonia bilateral atau

“ganda”.

2. Bronkopneumonia, terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat

mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang berada

didekatnya, disebut juga pneumonia loburalis.

3. Pneumonia interstisial, proses inflamasi yang terjadi di dalalm dinding alveolar

(interstisium) dan jaringan peribronkial serta interlobular.

Pneumonia lebih sering diklasifikasikan berdasarkan agen penyebabnya, virus,

atipikal (mukoplasma), bakteri, atau aspirasi substansi asing. Pneumonia jarang terjadi

yang mingkin terjadi karena histomikosis, kokidiomikosis, dan jamur lain.

1. Pneumonia virus, lebih sering terjadi dibandingkan pneumonia bakterial. Terlihat

pada anak dari semua kelompok umur, sering dikaitkan dengan ISPA virus, dan

jumlah RSV untuk persentase terbesar. Dapat akut atau berat. Gejalanya bervariasi,

Sri Wulandari | Laporan Pendahuluan pada Pasien Anak dengan Pneumonia 9

Page 11: Lp Pneumonia

dari ringan seperti demam ringan, batuk sedikit, dan malaise. Berat dapat berupa

demam tinggi, batuk parah, prostasi. Batuk biasanya bersifat tidak produktif pada

awal penyakit. Sedikit mengi atau krekels terdengar auskultasi.

2. Pneumonia atipikal, agen etiologinya adalah mikoplasma, terjadi terutama di musim

gugur dan musim dingin, lebih menonjol di tempat dengan konsidi hidup yang padat

penduduk. Mungkin tiba-tiba atau berat. Gejala sistemik umum seperti demam,

mengigil (pada anak yang lebih besar), sakit kepala, malaise, anoreksia, mialgia. Yang

diikuti dengan rinitis, sakit tenggorokan, batuk kering, keras. Pada awalnya batuk

bersifat tidak produktif, kemudian bersputum seromukoid, sampai mukopurulen atau

bercak darah. Krekels krepitasi halus di berbagai area paru.

3. Pneumonia bakterial, meliputi pneumokokus, stafilokokus, dan pneumonia

streptokokus, manifestasi klinis berbeda dari tipe pneumonia lain, mikro-organisme

individual menghasilkan gambaran klinis yang berbeda. Awitannya tiba-tiba, biasanya

didahului dengan infeksi virus, toksik, tampilan menderita sakit yang akut , demam,

malaise, pernafasan cepat dan dangkal, batuk, nyeri dada sering diperberat dengan

nafas dalam, nyeri dapat menyebar ke abdomen, menggigil, meningismus.

Berdasarkan usaha terhadap pemberantasan pneumonia melalui usia, pneumonia

dapat diklasifikasikan:

1. Usia 2 bulan – 5 tahun

a. Pneumonia berat, ditandai secara klinis oleh sesak nafas yang dilihat dengan

adanya tarikan dinding dada bagian bawah.

b. Pneumonia, ditandai secar aklinis oleh adanya nafas cepat yaitu pada usia 2 bulan

– 1 tahun frekuensi nafas 50 x/menit atau lebih, dan pada usia 1-5 tahun 40

x/menit atau lebih.

c. Bukan pneumonia, ditandai secara klinis oleh batuk pilek biasa dapat disertai

dengan demam, tetapi tanpa terikan dinding dada bagian bawah dan tanpa adanya

nafas cepat.

Berdasarkan pedoman MTBS (2000), pneumonia dapat diklasifikasikan secara

sederhana berdasarkan gejala yang ada. Klasifikasi ini bukanlah merupakan diagnose

medis dan hanya bertujuan untuk membantu para petugas kesehatan yang berada di

Sri Wulandari | Laporan Pendahuluan pada Pasien Anak dengan Pneumonia 10

Page 12: Lp Pneumonia

lapangan untuk menentukan tindakan yang perlu diambil, sehingga anak tidak terlambat

penanganan. Klasifikasi tersebut adalah:

1. Pneumonia berat atau penyakit sangat berat, apabila terdapat gejala :

Ada tanda bahaya umum, seperti anak tidak bisa minum atau menetek, selalu

memuntahkan semuanya, kejang atau anak letargis/tidak sadar.

Terdapat tarikan dinding dada ke dalam.

Terdapat stridor ( suara napas bunyi ‘grok-grok’ saat inspirasi )

2. Pneumonia, apabila terdapat gejala napas cepat, batasan nafas cepat adalah :

Anak usia 2 – 12 bulan apabila frekuensi napas 50 x/menit atau lebih.

Anak Usia 1 – 5 tahun apabila frekuensi napas 40 x/menit atau lebih.

3. Batuk bukan Pneumonia, apabila tidak ada tanda – tanda atau penyakit sangat berat.

6. MANIFESTASI KLINIS

Suriadi dan Rita (2001) menyebutkan manifestasi klinis yang terdapat pada

penderita pneumonia, yaitu :

1. Serangan akut dan membahayakan

2. Demam tinggi (pneumonia virus

bagian bawah)

3. Batuk

4. Reles (ronchi)

5. Wheezing

6. Sakit kepala, malaise

7. Nyeri abdomen

Manifestasi klinis :

Biasanya didahului infeksi saluran pernafasan bagian atas. Suhu dapat naik secara

mendadak (38 – 40 ºC), dapat disertai kejang (karena demam tinggi).

Gejala khas :

a. Sianosis pada mulut dan hidung.

b. Sesak nafas, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung.

c. Gelisah, cepat lelah.

Batuk mula-mula kering produktif.

Sri Wulandari | Laporan Pendahuluan pada Pasien Anak dengan Pneumonia 11

Page 13: Lp Pneumonia

Kadang-kadang muntah dan diare, anoreksia.

Manifestasi klinis pada anak

Gejala umum saluran pernapasan bawah berupa batuk, takipnu, ekspektorasi sputum,

napas cuping hidung, sesak napas, merintih dan sianosis. Anak yang lebih besar

dengan pneumonia akan lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut

tertekuk karena nyeri dada. Tanda Pneuomonia berupa retraksi atau penarikan dinding

dada bagian bawah ke dalam saat bernafas bersama dengan peningkatan frekuensi

nafas, perkusi pekak, fremitrus melemah. Suara napas melemah, dan ronkhi.

(Mansjoer,2000,hal 467 )

Gejala penyakit pneumonia berupa napas cepat dan sesak napas, karena paru

meradang secara mendadak. Batas napas cepat adalah frekuensi pernapasan sebanyak

50 kali per menit atau lebih pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 1 tahun, dan 40

kali permenit atau lebih pada anak usia 1 tahun sampai kurang dari 5 tahun. Pada anak

dibawah usia 2 bulan, tidak dikenal diagnosis pneumonia. Pneumonia berat ditandai

dengan adanya batuk juga disertai kesukaran bernafas, napas sesak atau penarikan

dinding dada sebelah bawah ke dalam pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 5

tahun. Pada kelompok usia ini dikenal juga pneumonia sangat berat, dengan gejala

pneumonia sangat berat, dengan gejala batuk, kesukaran bernapas disertai gejala

sianosis sentral dan tidak dapat minum.

Menurut Muttaqin (2008) pada awalnya keluhan batuk tidak produktif, tapi

selanjutnya akan berkembang menjadi batuk produktif dengan mucus purulen

kekuningan, kehijauan, kecoklatan atau kemerahan, dan sering kali berbau busuk.

Klien biasanya mengeluh mengalami demam tinggi dan menggigil (onset mungkin

tiba – tiba dan berbahaya ). Adanya keluhan nyeri dada pleuritis, sesak napas,

peningkatan frekuensi pernapasan, lemas dan nyeri kepala.

7. PEMERIKSAAN FISIK

Pemerikasaan Fisik pada anak

1. Inspeksi

Sri Wulandari | Laporan Pendahuluan pada Pasien Anak dengan Pneumonia 12

Page 14: Lp Pneumonia

Perlu diperhatikan adanya takipnea dispne, sianosis sirkumoral, pernapasan cuping

hidung, distensi abdomen, batuk semula nonproduktif menjadi produktif, serta nyeri

dada pada waktu menarik napas. Batasan takipnea pada anak berusia 12 bulan – 5

tahun adalah 40 kali / menit atau lebih. Perlu diperhatikan adanya tarikan dinding

dada ke dalam pada fase inspirasi. Pada pneumonia berat, tarikan dinding dada

kedalam akan tampak jelas.

2. Palpasi

Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar, fremitus raba mungkin

meningkat pada sisi yang sakit, dan nadi mungkin mengalami peningkatan atau

tachycardia.

3. Perkusi

Suara redup pada sisi yang sakit.

4. Auskultasi

Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan telinga ke hidung /

mulut anak. Pada anak yang pneumonia akan terdengar stridor. Sementara dengan

stetoskop, akan terdengar suara napas berkurang, ronkhi halus pada sisi yang sakit,

dan ronkhi basah pada masa resolusi. Pernapasan bronchial, egotomi, bronkofoni,

kadang terdengar bising gesek pleura (Mansjoer,2000).

8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pemeriksaan penunjang menurut Betz dan Sowden (2002) dapat dilakukan antara lain :

1. Kajian foto thorak– diagnostic, digunakan untuk melihat adanya infeksi di paru dan

status pulmoner (untuk mengkaji perubahan pada paru)

2. Nilai analisa gas darah, untuk mengevaluasi status kardiopulmoner sehubungan

dengan oksigenasi

3. Hitung darah lengkap dengan hitung jenis untuk menetapkan adanya anemia, infeksi

dan proses inflamasi

4. Pewarnaan gram (darah) untuk seleksi awal antimikroba

5. Tes kulit untuk tuberkulin– mengesampingkan kemungkinan TB jika anak tidak

berespons terhadap pengobatan

6. Jumlah leukosit– leukositosis pada pneumonia bakterial

Sri Wulandari | Laporan Pendahuluan pada Pasien Anak dengan Pneumonia 13

Page 15: Lp Pneumonia

7. Tes fungsi paru, digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan luas dan

beratnya penyakit dan membantu mendiagnosis keadaan

8. Spirometri statik, digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang diinspirasi

9. Kultur darah – spesimen darah untuk menetapkan agens penyebabnya seperti virus

dan bakteri

10. Kultur cairan pleura– spesimen cairan dari rongga pleura untuk menetapkan agens

penyebab seperti bakteri dan virus

11. Bronkoskopi, digunakan untuk melihat dan memanipulasi cabang-cabang utama dari

pohon trakeobronkhial; jaringan yang diambil untuk diuji diagnostik, secara

terapeutik digunakan untuk menetapkan dan mengangkat benda asing.

12. Biopsi paru– selama torakotomi, jaringan paru dieksisi untuk melakukan kajian

diagnostik.

Sedangkan menurut Engram (1998) pemeriksaan penunjang meliputi

1. Leukosit, umumnya pneumonia bakteri didapatkan leukositosis dengan predominan

polimorfonuklear. Leukopenia menunjukkan prognosis yang buruk.

2. Cairan pleura, eksudat dengan sel polimorfonuklear 300-100.000/mm. Protein di

atas 2,5 g/dl dan glukosa relatif lebih rendah dari glukosa darah.

3. Titer antistreptolisin serum, pada infeksi streptokokus meningkat dan dapat

menyokong diagnosa.

4. Kadang ditemukan anemia ringan atau berat.

Pemeriksaan mikrobiologik

1. Spesimen: usap tenggorok, sekresi nasofaring, bilasan bronkus atau sputum darah,

aspirasi trachea fungsi pleura, aspirasi paru.

2. Diagnosa definitif jika kuman ditemukan dari darah, cairan pleura atau aspirasi paru.

Pemeriksaan imunologis

1. Sebagai upaya untuk mendiagnosis dengan cepa

2. Mendeteksi baik antigen maupun antigen spesifik terhadap kuman penyebab.

3. Spesimen: darah atau urin.

4. Tekniknya antara lain: Conunter Immunoe Lectrophorosis, ELISA, latex

agglutination, atau latex coagulation.

Sri Wulandari | Laporan Pendahuluan pada Pasien Anak dengan Pneumonia 14

Page 16: Lp Pneumonia

Pemeriksaan radiologis, gambaran radiologis berbeda-beda untuk tiap

mikroorganisme penyebab pneumonia.

a. Pneumonia pneumokokus: gambaran radiologiknya bervariasi dari infiltrasi ringan

sampai bercak-bercak konsolidasi merata (bronkopneumonia) kedua lapangan paru

atau konsolidasi pada satu lobus (pneumonia lobaris). Anak dan anak-anak

gambaran konsolidasi lobus jarang ditemukan.

b. Pneumonia streptokokus, gambagan radiologik menunjukkan bronkopneumonia

difus atau infiltrate interstisialis. Sering disertai efudi pleura yang berat, kadang

terdapat adenopati hilus.

c. Pneumonia stapilokokus, gambaran radiologiknya tidak khas pada permulaan

penyakit. Infiltrat mula=mula berupa bercak-bercak, kemudian memadat dan

mengenai keseluruhan lobus atau hemithoraks. Perpadatan hemithoraks umumhya

penekanan (65%), < 20% mengenai kedua paru.

9. PENATALAKSANAAN

Pengobatan umum pasien – pasien pneumonia biasanya berupa pemberian antibiotik

yang efektif terhadap organism tertentu, terapi oksigen untuk menanggulangi hipoksemia

dan pengobatan komplikasi seperti pada efusi pleura yang ringan, obat pilihan untuk

penyakit ini adalah penisilin G. (patofisiologi page 806).

Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tapi karena hal itu perlu

waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi secepatnya:

Penicillin G: untuk infeksi pneumonia staphylococcus.

Amantadine, rimantadine: untuk infeksi pneumonia virus

Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin: untuk infeksi menunjukkan tanda-tanda

Pemberian oksigen jika terjadi hipoksemia.

Bila terjadi gagal nafas, diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup.

Terapi suportif yang bisa dilakukan, antara lain:

Berikan oksigen

Lakukan fisioterapi dada (lakukan hanya pada daerah yang terdapat sekret )

Sri Wulandari | Laporan Pendahuluan pada Pasien Anak dengan Pneumonia 15

Page 17: Lp Pneumonia

Tahapan fisioterapi

1. INHALASI

Inhalasi adalah pengobatan dengan cara memberikan obat dalam bentuk uap

kepada pasien langsung melalui alat pernapasannya (hidung ke paru-paru). Alat

terapi inhalasi bermacam-macam. Salah satunya yang efektif bagi anak adalah alat

terapi dengan kompresor (jet nebulizer). Cara penggunaannya cukup praktis yaitu

anak diminta menghirup uap yang dikeluarkan nebulizer dengan menggunakan

masker. Obat-obatan yang dimasukkan ke dalam nebulizer bertujuan melegakan

pernapasan atau menghancurkan lendir. Semua penggunaan obat harus selalu

dalam pengawasan dokter. Dosis obat pada terapi inhalasi jelas lebih sedikit tapi

lebih efektif ketimbang obat oral/obat minum seperti tablet atau sirup, karena

dengan inhalasi obat langsung mencapai sasaran. Bila tujuannya untuk

mengencerkan lendir/sekret di paru-paru, obat itu akan langsung menuju ke sana.

2.PENGATURAN POSISI TUBUH

Tahapan ini disebut juga dengan postural drainage, yakni pengaturan posisi

tubuh untuk membantu mengalirkan lendir yang terkumpul di suatu area ke arah

cabang bronkhus utama (saluran napas utama) sehingga lendir bisa dikeluarkan

dengan cara dibatukkan. Untuk itu, orang tua mesti mengetahui di mana letak

lendir berkumpul.

Caranya:

* Setelah letak lendir berhasil ditemukan (dengan melihat hasil rontgen atau

dengan penjelasan dari dokter mengenai letak dari sekret di paru-paru), atur

posisi anak.

- Bila lendir berada di paru-paru bawah maka letak kepala harus lebih rendah

dari dada agar lendir mengalir ke arah bronkhus utama. Posisi anak dalam

keadaan tengkurap.

- Kalau posisi lendir di paru-paru bagian atas maka kepala harus lebih tinggi

agar lendir mengalir ke cabang utama. Posisi anak dalam keadaan telentang.

- Kalau lendir di bagian paru-paru samping/lateral, maka posisikan anak dengan

miring ke samping, tangan lurus ke atas kepala dan kaki seperti memeluk

guling.

Sri Wulandari | Laporan Pendahuluan pada Pasien Anak dengan Pneumonia 16

Page 18: Lp Pneumonia

3.PEMUKULAN/PERKUSI

Teknik pemukulan ritmik dilakukan dengan telapak tangan yang melekuk pada

dinding dada atau punggung. Tujuannya melepaskan lendir atau sekret-sekret

yang menempel pada dinding pernapasan dan memudahkannya mengalir ke

tenggorok. Hal ini akan lebih mempermudah anak mengeluarkan lendirnya.

Caranya:

* Lakukan postural drainage. Bila posisinya telentang, tepuk-tepuk (dengan

posisi

tangan melekuk) bagian dada sekitar 3-5 menit. Menepuk anak cukup dilakukan

dengan menggunakan 3 jari.

* Dalam posisi tengkurap, tepuk-tepuk daerah punggungnya sekitar 3-5 menit.

* Dalam posisi miring, tepuk-tepuk daerah tubuh bagian sampingnya. Setelah

itu lakukan vibrasi (memberikan getaran) pada rongga dada dengan

menggunakan tangan (gerakannya seperti mengguncang lembut saat

membangunkan anak dari tidur). Lakukan sekitar 4-5 kali.

Observasi tanda vital

Kaji dan catat pengetahuan serta partisipasi keluarga dalam perawatan, misalnya,

pemberian obat serta pengenalan tanda dan gejala inefektivitas pola napas.

Ciptakan lingkungan yang nyaman

10. KOMPLIKASI

a. Demam menetap / kambuhan akibat alergi obat

b. Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna) terjadi karena obstruksi

bronkus oleh penumukan sekresi

c. Efusi pleura (terjadi pengumpulan cairan di rongga pleura)

d. Empiema (efusi pleura yang berisi nanah)

e. Delirium terjadi karena hipoksia

f. Super infeksi terjadi karena pemberian dosis antibiotic yang besar. Ex: penisilin

g. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.

h. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.

i. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

Sri Wulandari | Laporan Pendahuluan pada Pasien Anak dengan Pneumonia 17

Page 19: Lp Pneumonia

11. PROGNOSIS

Dengan pengobatan sebagian tipe dari pneumoni karena bakteri dapat diobati

dalam 1-2 minggu. Pneumoni karena virus mungkin berakhir lama, pneumonia karena

mikoplasma memerlukan 4-5 minggu. Hasil akhir dari episode pneumoni tergantung

dari bagaimana seseorang sakit, kapan dia didiagnosis pertama kali. (fransisca S. 2000)

Dengan pemberian antibiotika yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat

diturunkan sampai kurang dari 1%. Anak dalam keadaan malnutrisi energi protein dan

yang datang terlambat menunjukkan mortalitas yang lebih tinggi.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

DS :

• Pasien mengeluh sesak nafas

• Ibu pasien mengatakan pasien mengalami diare dan muntah sebanyak 3x selama

dirawat di rumah sakit

• Ibu pasien mengatakan pasien lahir dengan BB 2300gr, dan pasien lahir prematur

• Ibu pasien mengatakan ayah pasien merokok dan pasien tinggal di pemukiman padat

penduduk

• Ibu pasien mengatakan anaknya mengalami batuk kering kemudian menjadi batuk

berdahak.

• Ibu pasien mengatakan pasien tidak eksklusif karena dia sibuk bekerja

DO :

• RR : 55X/ menit

• PCH (pernafasan cuping hidung) positif

• Pasien tampak rewel

• Pasien tampak lesu

• Pernafasan pasien tampak dangkal dan cepat

• Retraksi intercosta (IC) positif

• Tax : 390 C

• Pasien tampak tidak menyusu

• Tampak sianosis di sekitar area hidung dan mulut pasien

• Sekret (+), berwarna kuning kehijauan dan kental

• Mukosa bibir pasien tampak kering

Sri Wulandari | Laporan Pendahuluan pada Pasien Anak dengan Pneumonia 18

Page 20: Lp Pneumonia

• Turgor kulit pasien lambat

Pemeriksaan Fisik

1. Inspeksi

Perlu diperhatikan adanya takipnea dispne, sianosis sirkumoral, pernapasan cuping

hidung, distensi abdomen, batuk semula nonproduktif menjadi produktif, serta nyeri

dada pada waktu menarik napas. Batasan takipnea pada anak berusia 12 bulan – 5

tahun adalah 40 kali / menit atau lebih. Perlu diperhatikan adanya tarikan dinding

dada ke dalam pada fase inspirasi. Pada pneumonia berat, tarikan dinding dada

kedalam akan tampak jelas.

2. Palpasi

Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar, fremitus raba mungkin

meningkat pada sisi yang sakit, dan nadi mungkin mengalami peningkatan atau

tachycardia.

3. Perkusi

Suara redup pada sisi yang sakit.

4. Auskultasi

Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan telinga ke hidung /

mulut anak. Pada anak yang pneumonia akan terdengar stridor. Sementara dengan

stetoskop, akan terdengar suara napas berkurang, ronkhi halus pada sisi yang sakit,

dan ronkhi basah pada masa resolusi. Pernapasan bronchial, egotomi, bronkofoni,

kadang terdengar bising gesek pleura (Mansjoer,2000).

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

a. Gangguan pertukaran gas b.d. perubahan membran aveolar-kapiler ditandai dengan

Gas Darah Arteri abnormal, PH artery abnormal,sianosis,nafas cuping hidung,dan

gelisah (rewel)

b. Hipertermia b.d. dehidrasi dan penyakit ditandai dengan peningkatan suhu tubuh

diatas normal, dan kulit terasa hangat.

c. Kekurangan volume cairan b.d. kehilangan cairan keluarga aktif ditandai dengan

penurunan turgor kulit, memebran mukosa kering, dan peningkatan suhu tubuh.

d. Ketidakefektifan regimen terapeutik keluarga b.d. konflik keputusan ditandai dengan

ketidakefektifan aktifitas kluaraga untuk memenuhi tujuan kesehatan.

Sri Wulandari | Laporan Pendahuluan pada Pasien Anak dengan Pneumonia 19

Page 21: Lp Pneumonia

e. Resiko keterlambatan perkembangan b.d nutrisi yang tidak adekuat, dan prematuritas

Sri Wulandari | Laporan Pendahuluan pada Pasien Anak dengan Pneumonia 20

Page 22: Lp Pneumonia

3. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan dan kreteria

hasil

Intervensi Rasional Evaluasi

1. Gangguan pertukaran

gas b.d. perubahan

membran aveolar-

kapiler ditandai dengan

Gas Darah Arteri

abnormal, PH artery

abnormal,sianosis,nafas

cuping hidung,dan

gelisah (rewel)

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 4x 24 jam

diharapkan pertukaran

gas adekuat dengan

kreteria hasil :

NOC label

Respiratory status

RR normal (skla 5)

Ritme respiratory

normal (skala 5)

Kedalaman nafas

normal (skala 5)

Akumulasi sputum

tidak ada (skala 5)

Respiratory status :Gas

exchange

Tekanan parsial

NIC label

Respiratory Monitoring

1. Monitor laju ritme dari nafas

2. Monitor suara nafas tambahan

seperti snoring

3. Monitor peningkatan kelelahan

4. Monitor peningatan

kegelisahan, dan kekurangan

oksigen

5. Monitor sekresi dari sistem

pernafasan pasien

6. Berikan terapi perawatan

nebulizer sesuai kebutuhan

1. Untuk mengetahui status

pernapasan pasien

2. Untuk mengetahui apabila

adanya kelainan pada

saluran pernapasan

3. Utuk memantau keadaan

fisik pasien

4. Untuk memantau dan

mengurangi kecemasan dari

pasien

5. Untuk memantau adanya

sekret pada saluran napas

klien

6. Untuk mengencerkan dan

mempermudah sekret

keluar dari saluran

S : -

O : hasil nilai AGD

dalam batas normal :

Ph dalam batas

normal (7,35-

7,35)

PCO2 dalam

batas normal

(35-45)

HCO3 dalam

batas normal

(22-26)

SaO2 dalam

batas normal ≥

95 %

PO2 dalam

batas normal

Page 23: Lp Pneumonia

karbondioksida

pada darah arteri

normal (skala 5)

pH arteri normal

(skala 5)

Tidak terjadi

sianosis (skala 5)

Oxigen therapy

7. Bersihkan skresi mulut hidung

dan trakea sesuai kebutuhan

8. Memeberikan terapi oksigen

sesuai kebutuhan

9. Monitor aliran oksigen

10. Monitor kerusakan kulit dari

gesekan dengan selang oksigen

pernapasan

7. Untuk mempermudah jalan

napas

8. Mengatasi terjadinya defisit

O2

9. memastikan kebutuhan

oksigen yang sesuai untuk

klien

10. mencegah terjadinya iritasi

pada kulit

(80-100 %)

A : Tujuan tercapai

sebagian

P : Lanjutkan

intervensi

2. Hipertermia b.d.

dehidrasi dan penyakit

ditandai dengan

peningkatan suhu tubuh

diatas normal, dan kulit

terasa hangat.

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 4x 24 jam

diharapkan suhu tubuh

pasien dalam batas

normal dengan kriteria

hasil :

NOC : Vital Signs

- Suhu tubuh dalam

batas normal (36-

NIC : Vital Signs Monitoring

1. Monitor TTV pasien (tekanan

darah, nadi, suhu, dan

pernapasan).

2. Monitor dan laporkan tanda dan

gejala hipertermi.

3. Kaji warna kulit, suhu,

kelembapan.

1. Untuk mengetahui kondisi

umum pasien.

2. Untuk memantau adanya

peningkatan suhu tubuh

pasien.

3. Untuk mengetahui adanya

tanda dan gejala

S : pasien

mengatakan

tubuhnya tidak

terasa panas lagi.

O : tubuh pasien

tidak teraba panas.

A : tujuan tercapai.

P : pertahankan

kondisi

Page 24: Lp Pneumonia

37,50C) dengan

skala 5.

TTV dalam rentang

normal (tekanan darah,

nadi, pernapasan)

dengan skala 5.

4. Identifikasi kemungkinan

penyebab perubahan tanda vital.

NIC : Temperatur Regulation

5. Anjurkan penggunaan selimut

hangat untuk menyesuaikan

perubahan suhu tubuh.

6. Anjurkan asupan nutrisi dan

cairan adekuat.

NIC : Fever Treatment

7. Anjurkan pemberian kompres

hangat.

hipertermi.

4. Agar dapat mengontrol

perubahan TTV pasien.

5. Untuk membuat tubuh

merasa nyaman.

6. Untuk menghindari

terjadinya dehidrasi.

7. Untuk menurunkan panas

badan.

Setelah dilakukan

1. Untuk mengetahui status

hidrasi pasien

2. Untuk memastikan jumlah

cairan yang masuk dan

keluar

3. Untuk memenuhi kebutuhan S: ibu mengatakan

Page 25: Lp Pneumonia

3. Kekurangan volume

cairan b.d. kehilangan

cairan keluarga aktif

ditandai dengan

penurunan turgor kulit,

memebran mukosa

kering, dan

peningkatan suhu

tubuh.

tindakan keperawatan

selama 4x 24 jam

diharapkan kebutuhan

volume cairan pasien

terpenuhi dengan

kriteria hasil :

Noc label:

Hydrasi:

- Turgor kulit

kembali normal

(skala 5)

- Membrane mukosa

tampak lembab

(skala 5)

- Intake cairan yang

adekuat (skala 5)

- Tidak terdapat

diare (skala 5)

Fluid balance:

- Nadi normal (skala

5)

NIC label: Fluid management

1. Monitoring status hidrasi

(kelembaban membrane mukosa,

nadi yang adekuat) secara tepat

2. Atur catatan intake dan

output cairan secara akurat

3. Beri cairan yang sesuai

Fluid monitoring:

4. Identifikasi factor risiko

ketidakseimbangan cairan

(hipertermi, infeksi, muntah dan

diare)

5. Monitoring tekanan darah,

nadi dan RR

cairan pasien

4. Untuk mengetahui factor

risiko ketidakseimbangan

cairan dan mencegah secara

dini factor tersebut

5. Komplikasi letal dapat

terjadi selama awal periode

pengobatan antimikroba.

Kurva suhu tubuh

memberikan indeks respon

pasien terhadap terapi.

Hipotensi yang terjadi dini

pada perjalanan penyakit

dapat mengindikasikan

hipoksia atau bakterimia.

Antipiretik diberikan dengan

kewaspadaan, karena

antipiretik dapat

mengakibatkan penurunan

suhu dan dengan demikian

mengganggu evalusasi kurva

bahwa anaknya

sudah tidak rewel

lagi, tidak demam

lagi, masih ada diare

O: turgor kulit

pasien sudah

membaik, intake dan

output cairan px

seimbang

A: tujuan tercapai

sebagian

P: lanjutkan

intervensi

Page 26: Lp Pneumonia

- Intake dan output

cairan seimbang

dalam sehari(skala

5)

IV teraphy:

6. Lakukan 5 benar pemberian

terapi infuse (benar obat, dosis,

pasien, rute, frekuensi)

7. Monitoring tetesan dan

tempat IV selama pemberian

Diarrhea managemenet:

8. Monitoring tanda dan gejala

diare

9. Ketahui penyebab diare

10. Evaluasi mengenai pengobatan

terhadap efek gastrointestinal

11. Instruksikan keluarga untuk

memantau warna, volume,

frekuensi dan konsistensi feses

12. Monitoring kulit dan perianal

pasien untuk mengethui adanya

suhu

6. Untuk memastikan terapi

diberikan secara benar

7. Untuk memastikan

pemberian terapi diberikan

secara tepat

8. Untuk mengetahui tanda dan

gejala diare

9. Untuk mengetahui apa factor

penyebab dari diare

10. Untuk mengetahui efek

obat terhadap

gastrointestinal

11. Untuk mengetahui

perubahan penyakit pasien

12. Untuk mengetahui

adanya iritasi dan perlukaan

pada kulit pasien

Page 27: Lp Pneumonia

iritasi dan ulserasi

4. Ketidakefektifan

regimen terapeutik

keluarga b.d. konflik

keputusan ditandai

dengan

ketidakefektifan

aktifitas kluaraga untuk

memenuhi tujuan

kesehatan

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 4x 24 jam

diharapkan regimen

terapeutik keluarga

efektif

NOC label :

Family participation in

professtional care

Partisipasi pada

rencana perawatan

(skala 5)

Partisipasi pada

penyediaan

perawatan

Evaluasi dari

efektifitas dari

perawatan

NIC label :

Family Involvement Promotion

1. Indentifikasi kemampuan

keterlibatan keluarga dalam

perawatan pasien

2. Identifikasi harapan keluarga

terhadap pasien

3. Ajak anggota keluarga dan

pasien untuk ikut dalam

perencanaan perawatan

mencakup hasil yang diharapkan

dan tindakan dari rencana

keperawatann

4. Identifikasi mekanisme koping

yang digunakan oleh keluarga

5. berikan informasi krusial pada

keluarga pasien tentang kondisi

pasien

1. untuk mengetahui seberapa

jauh tingkat pengetahuan

keluarga klien

2. untuk mengetahui tingkat

kepedulian keluarga

terhadap pasien

3. keterlibatan keluarga dalam

perawatan akan menambah

motifasi klien

4. mengetahui mekanisme

koping keluarga berkaitan

dengan pemberian asuhan

keperawatan

5. pemberian informasi yang

benar kepada keluarga

bertujuan untuk mengurangi

S : keluarga

mengatakan mau

ikut berpartisipasi

dalam penyediaan

keperawatan

O : keluarga tampak

mampu mengikuti

dan mendukung

proses keperawatan

pasien

A : Tujuan tercapai

sebagian

P : Lanjutkan

intervensi

Page 28: Lp Pneumonia

kecemasan keluarga

terhadap pasien

Resiko keterlambatan

perkembangan b.d nutrisi

yang tidak adekuat, dan

prematuritas

Child development : 2

month

- anak tersenyum

(skala 5)

- refleks menggenggam

(skala 5)

- menampilkan

ketertarikan dalam

rangsang suara (skala 5)

- menampilkan

ketertarikan dalam

rangsangan visual

(skala 5)

- Berinteraksi dengan

gembira terutama

dengan tenaga (skala 5)

- Family functioning

(kekuatan dari system

keluarga untuk

NIC Label :

Developmental Care

1. Ciptakan hubungan terapeutik

dan mendukung dengan

keluarga

2. Ssediakan keluarga dengan

akurat, informasi yang actual

berkenaan dengan kondisi,

pengobatan dan kebutuhan anak

3. Iinformasikan keluarga tentang

pentingnya perkembangan dan

persoalan anaknya

4. Monitor stimulus (contohnya

cahaya, kegaduhan), lingkungan

1. teciptanya hubungan

yang terapeutik dan ssaling

mendukung dengan keluarga

bertujuan untuk

mempermudah perawat

dalam pemberian intervensi

2. agar keluarga

mengetahui apa saja yang

perlu dilakukan untuk

mendukung pemenuhan

kebutuhan dan kelancaran

tumbuh kembang anak

3. agar keluarga

mengetahui tentang

pentingnya menjaga

perkembangan anak

4. stimulus yang

S: -

O: terlihat

perkembangan anak

yang semakin

membaik dan sesuai

dengan umur anak

A: tujuan tercapai

P: pertahankan

kondisi pasien

Page 29: Lp Pneumonia

mencapai kebutuhan

anggota keluarga

selama transisi

perkembangan mental)

- Meregulasi kebiasaan

anggota keluarga (skala

5)

anak dan kurani sebagaimana

mestinya

5. Sediakan tempat duduk yang

nyaman di area yang tenang

untuk menyusui

6. Gunakan gerakan yang lambat,

lemah lembut ketika

menggendong, menyusui dan

merawat anak

7. Pertimbangkan partisipasi

keluarga dalam menyusui

8. Dukung keinginan ibu untuk

menyusui

9. Sediakan stimulasi

menggunakan rekaman music

instrumental dan lain-lainnya

sebagaimana mestinya

berlebihan akan dapat

mengganggu perkembangan

anak

5. menyediakan tempat

yang nyaman untuk ibu

menyusui

6. Memberikan sentuhan

yang lembut untuk

mnciptakan kenyaman bagi

anak

7. Partisipasi keluarga

penting dalam menyusui

8. Pemberian ASI sangan

penting dalam pembentukan

anti body anak

9. Meningkatkan stimulasi

perkembangan si anak

Page 30: Lp Pneumonia

DAFTAR PUSTAKA

Price, S. A 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Edisi 4 : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Smeltzer,Suzanne C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &Suddarth volume 1.Jakarta:EGC

Carpenito, Lynda Juall.1995.Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis.Jakarta : EGC

Nanda. 2011. Diagnostik keperawatan. Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC

Dochterman, Joanne McCloskey et al.2004.Nursing Interventions Classification (NIC).Missouri : Mosby

Moorhead, Sue et al. 2008.Nursing Outcome Classification (NOC).Missouri : Mosby