Download - LP GGK FIX

Transcript

LAPORAN PENDAHULUANASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL GINJAL KRONIK

1. PengertianGagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia (Smeltzer & Bare, 2001).2. Etiologi Gagal ginjal kronik merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan irreversible dari berbagai penyebab. Sebab-sebab gagal ginjal kronik yang sering ditemukan dapat dibagi menjadi delapan kelas.Klasifikasi sebab-sebab gagal ginjal kronik:1. Infeksi: Pielonefritis kronik2. Penyakit peradangan: Glomerulonefritis3. Penyakit vascular hipertensi: Nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis maligna, stenosis arteria renalis.4. Gangguan jaringan penyambung: Lupus eritematosus sistemik, Poliarteritis nodosa, sklerosis sistemik progresif5. Gangguan kongerital dan hereditas: Penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus ginjal.6. Penyakit metabolic: Diabetes militus, gout, hiperpara tiroidisme, amiloidosis.7. Nefropati toksik: Penyalahgunaan analgesik, nefropati timbale8. Nefropati obstruktif: Saluran kemih bagian atas kalkuli , neoplasma, fibrosisretroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostate, struktur urea, anomaly kongetal pada leher kandung kemih dan uretra.3. Patofisiologi4. Tanda dan GejalaManifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001) antara lain : hipertensi, (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisyem renin- angiotensin aldosteron), gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan perikarditis (akibat iriotasi pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi).1. Gangguan pada GastrointestinalDapat berupa anoreksia, nausea, muntah yang dihubungkan dengan terbentuknya zat toksik (amoniak, metal guanidin) akibat metabolisme protein yang terganggu oleh bakteri usus sering pula faktor uremikum akibat bau amoniak dari mulut. Disamping itu sering timbul stomatitis, cegukan juga sering yang belum jelas penyebabnya. Gastritis erosif hampir dijumpai pada 90 % kasus Gagal Ginjal Kronik, bahkan kemungkinan terjadi ulkus peptikum dan kolitis uremik.2. KulitKulit berwarna pucat, mudah lecet, rapuh, kering, timbul bintik-bintik hitam dan gatal akibat uremik atau pengendapan kalsium pada kulit.3. HematologiAnemia merupakan gejala yang hampr selalu ada pada Gagal Ginjal Kronik. Apabila terdapat penurunan fungsi ginjal tanpa disertai anemia perlu dipikirkan apakah suatu Gagal Ginjal Akut atau Gagal Ginjal Kronik dengan penyebab polikistik ginjal yang disertai polistemi. Hemolisis merupakan sering timbul anemi, selain anemi pada Gagal Ginjal Kronik sering disertai pendarahan akibat gangguan fungsi trombosit atau dapat pula disertai trombositopeni. Fungsi leukosit maupun limposit dapat pula terganggu sehingga pertahanan seluler terganggu, sehingga pada penderita Gagal Ginjal Kronik mudah terinfeksi, oleh karena imunitas yang menurun.4. Sistem Saraf OtotPenderita sering mengeluh tungkai bawah selalu bergerak-gerak (restlessleg syndrome), kadang tersa terbakar pada kaki, gangguan syaraf dapat pula berupa kelemahan, gangguan tidur, gangguan konsentrasi, tremor, kejang sampai penurunan kesadaran atau koma.5. Sistem KardiovaskulerPada gagal ginjal kronik hampir selalu disertai hipertensi, mekanisme terjadinya hipertensi pada Gagal Ginjal Kronik oleh karena penimbunan garam dan air, atau sistem renin angiostensin aldosteron (RAA). Sesak nafas merupakan gejala yang sering dijumpai akibat kelebihan cairan tubuh, dapat pula terjadi perikarditis yang disertai efusi perikardial. Gangguan irama jantung sering dijmpai akibat gangguan elektrolit.6. Gangguan PulmonerNafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak, suara krekels.7. Sistem EndokrinGangguan seksual seperti penurunan libido, ion fertilitas sering dijumpai pada Gagal Ginjal Kronik, pada wanita dapat pula terjadi gangguan menstruasi sampai aminore. Toleransi glukosa sering tergangu paa Gagal Ginjal Kronik, juga gangguan metabolik vitamin D.8. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basabiasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan natrium dan dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipomagnesemia, hipokalsemia.9. Gangguan lainAkibat hipertiroid sering terjadi osteoporosis, osteitis, fibrasi, gangguan elektrolit dan asam basa hampir selalu dijumpai, seperti asidosis metabolik, hiperkalemia, hiperforfatemi, hipokalsemia.

5. Komplikasia. Hiperkalemia akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolic, katabolisme dan kelebihan intakeb. Perikarditis, efusi pericardial, dan tamponade jantung akibat retensi produk sampah uremia dan dialysis tidak adekuatc. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi system rennin angiotensin aldosterond. Anemia akibat penurunan erythropoietin, penurunan hidup sel darah merah, perdarahan GI akibat iritasi oleh toksin dan kehilangan darah selama hemodialisa.e. Penyakit tulang serta kalsifikasi metastase akibat retensi phospat, kalsiun serum menurun, metabolism vitamin D abnormal.

6. Pemeriksaan Khusus dan Penunjang1. Urinea. Volume: Biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (oliguria) atau urine tak keluar (anuria)b. Warna: Secara abnormal urine keruh mungkin disebabkan oleh pus bakteri, lemak, partikel koloid, forfat atau urat. Sedimen kotor, kecoklatan menunjukan adanya darah, HB, mioglobin.c. Berat jenis: Kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukan kerusakan ginjal berat).Osmolalitas: Kurang dari 350 mosm/kg menunjukan kerusakan tubular, dan rasio urine/serum sering 1:1d. Klirens keratin: Mungkin agak menurune. Natrium: Lebih besar dari 40 m Eq/L karena ginjal tidak mampu mereabsorbsi natrium.f. Protein: Derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukan kerusakan glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada.2. Daraha. BUN/Kreatin: Meningkat, biasanya meningkat dalam proporsi kadar kreatinin 16 mg/dL diduga tahap akhir (mungkin rendah yaitu 5)b. Hitung darah lengkap: Ht: Menurun pada adanya anemia Hb:biasanya kurang ari 78 g/dLSDM : Waktu hidup menurun pada defisiensi aritropoetin seperti pada azotemiaGDA : pH : Penurunan asidosis metabolik (kurang dari 7,2) terjadi karena kehilangan kemampuan ginjal untuk mengeksresi hydrogen dan amonia atau hasil akhir katabolisme protein. Bikarbonat menurun.PCO2 menurunNatrium Serum: Mungkin rendah (bila ginjal kehabisan Natrium atas normal (menunjukan status dilusi hipernatremia).Kalium: Peningkatan sehubungan dengan retensi sesuai dengan perpindahan seluler (asidosis) atau pengeluaran jaringan. Pada tahap akhir, perubahan EKG mungkin tidak terjadi sampai kalium 6,5 MPq atau lebih besar.Magnesium/Fosfat : MeningkatKalsium : MenurunProtein (khususnya Albumin): Kadar serum menurun dapat menunjukkan kehilangan protein melalui urine, perpindahan cairan, penurunan pemasukan, atau penurunan sintesis karena kurang asam amino esensial.Osmolalitas Serum: Lebih besar dari 285 mOsm/kg, sering sama dengan urine.KUB fota: Menunujukkan ukuran ginjal / ureter / kandung kemih dan adanya obstruksi (batu)Piolegram Retrograd: Menunujukkan abnormallitas pelvis ginjal dan ureter.Arteriogram Ginjal: Mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskular massa.Sistouretrogram Berkemih: Menunjukan ukuran kandung kemih, refluks ke dalam ureter, terensi.Ultrasono Ginjal: Menentukan ukuran ginjal dan adanya massa, kista, obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas.Biopsi Ginjal : Mungkin dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel jaringan untuk diagnosis histoligis.Endoskopi Ginjal, Nefroskopi: Dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu, hematuria dan pengangkatan tumor selektifEKG: Mungkin abnormal menunjukan ketidakseimbangan elektrolit dan asam/basa.Foto Kaki, Tengkorak, Kolmna Spiral dan Tangan : Dapat menunjukan demineralisasi.(Rencana Askep, Marilyn E Doenges dkk)

7. Terapi yang dilakukan8. Pathway9. Konsep Asuhan Keperawatana. PengkajianRiwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan sebelumnyaBerapa lama klien sakit, bagaimana penanganannya, mendapat terapi apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.1) Aktifitas/istirahatKelelahan ekstrem, kelemahan, malaise. Gangguan tidur (insomnia/gelisah atau somnolen) Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.2) SirkulasiAdanya riwayat hipertensi lama atau berat, palpatasi, nyeri dada (angina). Hipertensi, DUJ, nadi kuat, edema jaringan umum dan pitting pada kaki, telapak tangan. Nadi lemah, hipotensi ortostatikmenunjukkan hipovolemia, yang jarang pada penyakit tahap akhir. Pucat, kulit coklat kehijauan, kuning. Kecenderungan perdarahan.3) Integritas EgoFaktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan. Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian.4) EliminasiPenurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (pada gagal ginjal tahap lanjut). Abdomen kembung, diare, atau konstipasi. Perubahan warna urine, contoh kuning pekat, merah, coklat, oliguria.5) Makanan / cairanPeningkatan berat badan cepat (oedema), penurunan berat badan (malnutrisi). Anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap pada mulut (pernapasan amonia). Penggunaan diuretic. Distensi abdomen/asites, pembesaran hati (tahap akhir). Perubahan turgor kulit/kelembaban. Ulserasi gusi, pendarahan gusi/lidah.6) NeurosensoriSakit kepala, penglihatan kabur. Kram otot / kejang, syndrome kaki gelisah, rasa terbakar pada telapak kaki, kesemutan dan kelemahan, khususnya ekstremiras bawah. Gangguan status mental, contah penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, stupor. Kejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang. Rambut tipis, kuku rapuh dan tipis.7) Nyeri / kenyamananNyeri panggul, sakit kepala, kram otot/ nyeri kaki. Perilaku berhati-hati / distraksi, gelisah.8) PernapasanNapas pendek, dispnea, batuk dengan / tanpa sputum kental dan banyak. Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi / kedalaman. Batuk dengan sputum encer (edema paru).9) KeamananKulit gatal. Ada / berulangnya infeksi. Pruritis. Demam (sepsis, dehidrasi), normotermia dapat secara aktual terjadi peningkatan pada pasien yang mengalami suhu tubuh lebih rendah dari normal. Ptekie, area ekimosis pada kulit.Fraktur tulang, keterbatasan gerak sendi.10) SeksualitasPenurunan libido, amenorea, infertilitas11) Interaksi socialKesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga.l. Penyuluhan / PembelajaranRiwayat DM (resiko tinggi untuk gagal ginjal), penyakit polikistik, nefritis heredeter, kalkulus urenaria, maliganansi. Riwayat terpejan pada toksin, contoh obat, racun lingkungan. Penggunaan antibiotic nefrotoksik saat ini/berulang.

b. Diagnosa KeperawatanDiagnosa keperawatan ditegakkan atas dasar data dari pasien. Kemungkinan diagnosa keperawatan dari orang dengan kegagalan ginjal kronis adalah sebagai berikut :1) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urine, diet berlebih dan retensi cairan serta natrium.2) Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah, pembatasan diet, dan perubahan membrane mukosa mulut3) Intoleran aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi, produk sampah.4) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, dan rencana tindakan.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATANNAMA KLIEN :RUANG PRAKTIK:NO REGISTER :TGLNODXDIAGNOSAKEPERAWATANTUJUANKRITERIA STANDARTINTERVENSIRASIONALTTD

Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urine, diet berlebih dan retensi cairan serta natrium.Tujuanmempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan.

Kriteria hasil1. Menunjukkan pemasukan dan pengeluaran mendekati seimbang2. Turgor kulit baik3. Membran mukosa lembab4. Berat badan dan tanda vital stabil5. Elektrolit dalam batas normal

1. Kaji status cairan:a. Timbang berat badan harianb. Keseimbangan masukan dan haluaranc. Turgor kulit dan adanya oedemad. Distensi vena lehere. Tekanan darah, denyut dan irama nadi2. Batasi masukan cairanPembatasan cairan akan menentukan berat badan ideal, haluaran urine dan respons terhadap terapi. 3. Jelaskan pada pasien dan keluarga rasional pembatasan

4. Pantau kreatinin dan BUN serum

1. Pengkajian merupakan dasar dan data dasar berkelanjutan untuk memantau perubahan dan mengevaluasi intervensi.

2. Sumber kelebihan cairan yang tidak diketahui dapat diidentifikasi.

3. Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga dalam pembatasan cairan.4. Perubahan ini menunjukkan kebutuhan dialisa segera.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATANNAMA KLIEN :RUANG PRAKTIK:NO REGISTER :TGLNODXDIAGNOSAKEPERAWATANTUJUANKRITERIA STANDARTINTERVENSIRASIONALTTD

Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah, pembatasan diet, dan perubahan membrane mukosa mulut.

TujuanMempertahankan masukan nutrisi yang adekuat

Kriteria hasil1. Mempertahankan/meningkatkan berat badan seperti yang diindikasikan oleh situasi individu.2. Bebas edema1. Kaji/catat pemasukan diet

2. Kaji pola diet nutrisi pasiena. Riwayat dietb. Makanan kesukaanc. Hitung kalori3. Kaji faktor yang berperan dalam merubah masukan nutrisia. Anoreksia, mual dan muntahb. Diet yang tidak menyenangkan bagi pasienc. Depresid. Kurang memahami pembatasan diet4. Berikan makan sedikit tapi sering

5. Berikan pasien /orang terdekat

6. Daftar makanan /cairan yang diizinkan dan dorong terlibat dalam pilihan menu.7. Menyediakan makanan kesukaan pasien dalam batas-batas diet8. Tinggikan masukan protein yang mengandung nilai biologis tinggi: telur, susu, daging.

9. Timbang berat badan harian.1. Membantu dalam mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan diet. Kondisi fisik umum gejala uremik dan pembatasan diet multiple mempengaruhi pemasukan makanan.2. Pola diet dahulu dan sekarang dapat dipertimbangkan dalam menyusun menu.

3. Menyediakan informasi mengenai faktor lain yang dapat diubah atau dihilangkan untuk meningkatkan masukan diet.

4. Meminimalkan anoreksia dan mual sehubungan dengan status uremik/menurunnya peristaltik.5. Memberikan pasien tindakan kontrol dalam pembatasan diet.6. Makanan dan rumah dapat meningkatkan nafsu makan.

7. Mendorong peningkatan masukan diet8. Protein lengkap diberikan untuk mencapai keseimbangan nitrogen yang diperlukan untuk pertumbuhan dan penyembuhan.9. Untuk memantau status cairan dan nutrisi.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATANNAMA KLIEN :RUANG PRAKTIK:NO REGISTER :TGLNODXDIAGNOSAKEPERAWATANTUJUANKRITERIA STANDARTINTERVENSIRASIONALTTD

Intoleran aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi, produk sampah.

Tujuan Berpartisipasi dalam aktifitas yang dapat ditoleransi

Kriteria hasil1. Berkurangnya keluhan lelah2. Peningkatan keterlibatan pada aktifitas social3. Laporan perasaan lebih berenergi4. Frekuensi pernapasan dan frekuensi jantung kembali dalam rentang normal setelah penghentian aktifitas.

1. Kaji faktor yang menimbulkan keletihana. Anemiab. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolitc. Retensi produk sampahd. Depresi2. Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri yang dapat ditoleransi, bantu jika keletihan terjadi.3. Anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat.

4. Anjurkan untuk beristirahat setelah dialisis

1. Menyediakan informasi tentang indikasi tingkat keletihan

2. Meningkatkan aktivitas ringan/sedang dan memperbaiki harga diri.3. Mendorong latihan dan aktivitas dalam batas-batas yang dapat ditoleransi dan istirahat yang adekuat. 4. Istirahat yang adekuat dianjurkan setelah dialisis, yang bagi banyak pasien sangat melelahkan.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATANNAMA KLIEN :RUANG PRAKTIK:NO REGISTER :TGLNODXDIAGNOSAKEPERAWATANTUJUANKRITERIA STANDARTINTERVENSIRASIONALTTD

Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, dan rencana tindakan.TujuanAnsietas berkurang dengan adanya peningkatan pengetahuan tentang penykit dan pengobatan.

Kriteria hasil1. Mengungkapkan pemahaman tentangkondisi, pemeriksaan diagnostic dan rencana tindakan.2. Sedikit melaporkan perasaan gugup atau takut.

1. Bila mungkin atur untuk kunjungan dari individu yang mendapat terapi.

2. Berikan informasi tentangSifat gagal ginjal. Jamin pasien memahami bahwa gagal ginjal kronis adalah tak dapat pulih dan bahwa lama tindakan diperlukan untuk mempertahankan fungsi tubuh normal.

3. Pemeriksaan diagnostic termasuka. Tujuanb. Diskripsi singkatc. Persiapan yang diperlukan sebelum tesd. Hasil tes dan kemaknaan hasil tes.

4. Sediakan waktu untuk pasien dan orng terdekat untuk membicarakan tentang masalah dan perasaan tentang perubahan gaya hidup yang akan diperlukan untuk memiliki terapi.5. Jelaskan fungsi renal dan konsekuensi gagal ginjal sesuai dengan tingkat pemahaman dan kesiapan pasien untuk belajar.6. Bantu pasien untuk mengidentifikasi cara-cara untuk memahami berbagai perubahan akibat penyakit dan penanganan yang mempengaruhi hidupnya.1. Indiviodu yang berhasil dalam koping dapat pengaruh positif untuk membantu pasien yang baru didiagnosa mempertahankan harapan dan mulai menilai perubahan gaya hidup yang akan diterima 2. Pasien sering tidak memahami bahwa dialisa akan diperlukan selamanya bila ginjal tak dapat pulih. Memberi pasien informasi mendorong partisipasi dalam pengambilan keputusan dan membantu mengembangkan kepatuhan dan kemandirian maksimum. 3. Pasien sering tidak memahami bahwa dialisa akan diperlukan selamanya bila ginjal tak dapat pulih. Memberi pasien informasi mendorong partisipasi dalam pengambilan keputusan dan membantu mengembangkan kepatuhan dan kemandirian maksimum.4. Pengekspresian perasaan membantu mengurangi ansietas. Tindakan untuk gagal ginjal berdampak pada seluruh keluarga.

5. Pasien dapat belajar tentang gagal ginjal dan penanganan setelah mereka siap untuk memahami dan menerima diagnosis dan konsekuensinya.6. Pasien dapat melihat bahwa kehidupannya tidak harus berubah akibat penyakit.

4. ImplementasiAsuhan Keperawatan pada klien dengan kegagalan ginjal kronis.a. Membantu Meraih Tujuan Terapi1) Mengusahakan agar orang tetap menekuni pantangan air yang sudah dipesankan.2) Mengusahakan agar orang menekuni diet tinggi karbohidrat disertai pantangan sodium, potassium, phosphorus dan protein.3) Tenekuni makanan bahan yang mengikat fosfat.4) Memberikan pelunak tinja bila klien mendapat aluminium antacid.5) Memberikan suplemen vitamin dan mineral menurut yang dipesankan.6) Melindungi pasien dari infeksi.7) Mengkaji lingkungan klien dan melindungi dari cedera dengan cara yang seksama.8) Mencegah perdarahan saluran cerna yang lebih hebat dengan menggunakan sikat gigi yang berbulu halus dan pemberian antacid.b. Mengusahakan Kenyamanan1) Mengusahakan mengurangi gatal, memberi obat anti pruritis menurut kebutuhan.2) Mengusahakan hangat dan message otot yang kejang dari tangan dan kaki bawah.3) Menyiapkan air matol buatan untuk iritasi okuler.4) Mengusahakan istirahat bila kecapaian.5) Mengusahakan agar klien dapat tidur dengan cara yang bijaksana.c. Konsultasi dan Penyuluhan1) Menyiapkan orang yang bisa memberi kesempatan untuk membahas berbagai perasaan tentang kronisitas dari penyakit.2) Mengusahakan konsultasi bila terjadi penolakan yang mengganggu terapi.3) Membesarkan harapan orang dengan memberikan bantuan bagaimana caranya mengelola cara hidup baru.4) Memberi penyuluhan tentang sifat dari CRF, rasional terapi, aturan obat-obatan dan keperluan melanjutkan pengobatan. (Keperawatan Medikal Bedah, Barbara C. Long).5. EvaluasiPertanyaan-pertanyaan yang umum yang harus diajukan pada evaluasi orang dengan kegagalan ginjal kronis terdiri dari yang berikut.a. Apakah terdapat gejala-gejala bertambahnya retensi cairan?b. Apakah orang menekuni pesan diet dan cairan yang diperlukan?c. Apakah terdapat gejala-gejala terlalu kecapaian?d. Apakah orang tidur nyenyak pada malam hari?e. Apakah orang dapat menguraikan tentang sifat CRF, rasional dan terapi, peraturan obat-obatan dan gejala-gejalayang harus dilaporkan?

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Alih Bahasa: I Made Kariasa, Ni made Sumarwati. Edisi: 3. Jakrta: EGC.Enggram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Edisi: 2. Jakarta: EGC.Parsudi, Imam A. (1999). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: FKUIPrice, Sylvia Andrson. (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit: pathophysiologi clinical concept of disease processes. Alih Bahasa: Peter Anugrah. Edisi: 4. Jakarta: EGCSentosa, Budi. (2009-2011). Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta. Prima Medika.Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddart. Alih Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC.Suyono, Slamet. 2001. Ilmu Penyakit Dalam, edisi 3: Jakarta : Balai Penerbit FKUI.Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI.