Download - Lp Gastritis

Transcript

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN GASTRITIS

DI RUANG ANGSA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WANGAYA

OLEH :

I DEWA GEDE DWIJA YASA

1202105066

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2014

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Anatomi Fisiologi Lambung (Gaster)

Lambung

Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai.

Terdiri dari 3 bagian, yaitu :

Kardia.

Fundus.

Antrum.

Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cinci(sfinter),

yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya

kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.

Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk

mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3

zat penting :

Lendir

Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap kelainan pada

lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak

lambung.

Asam klorida (HCl)

Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna

memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang

terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.

Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)

2. Definisi / pengertian

Gastritis adalah peradangan pada mukosa lambung yang dapat bersifat akut kronik,

difus atau local (Soepaman, 1998).

Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung (Arif Mansjoer, 1999).

Gastritis adalah radang mukosa lambung (Sjamsuhidajat, R, 1998).

Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung

yang dapat bersifat akut, kronis, difus atau lokal (Patofisiologi, Sylvia A Price hal

422)

Berdasarkan pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa Gastritis merupakan inflamasi

mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronik, difus atau lokal.

3. Epidemiologi / insiden kasus

Gastritis merupakan salah satu penyakit yang paling banyak dijumpai diklinik

Penyakit Dalam ( IPD jilid II Edisi 3)

Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan biasanya jinak dan dapat

sembuh sendiri ( Patofisiologi Sylvia & Wilson) dan ± 80 – 90% yang dirawat di ICU

menderita gastritis akut.

4. Penyebab / faktor predisposisi

a. Gastritis Akut

Merupakan inflamasi akut dari dinding lambung, biasanya terbatas pada mukosanya saja.

1. Gastritis eksogen akut, disebabkan faktur dari luar yang terdiri dari beberapa bagian:

Gastritis eksogen akut yang simple, disebabkan oleh :

Makanan dan minuman panas yang dapat merusak mukosa lambung, seperti

rempah-rempah, alcohol dan sebagainya.

Obat-obatan seperti, digitalis, iodium, SF, kortison, dsb.

Gastritis akute korosiva, disebabkan oleh:

Obat-obatan seperti : Analgetik, Anti inflamasi, antibiotik dsb.

Bahan kimia dan minuman yang bersifat korosif, bahan alkali yang kuat seperti,

soda, kaustik, (non-hydroxide) korosif sublimat.

2. Gastritis endogen akut, disebabkan kelainan dalam tubuh yang terdiri dalam beberapa

bagian :

Gastritis infektiosa akut, disebabkan oleh toxin atau bakteri yang beredar

dalam darah dan masuk ke jantung, misalnya morbili, dipteri , variola dsb.

Gastritis egmonos akute, di sebabkan oleh invasi langsung dari bakteri pirogen

pada dinding lambung, seperti streptococcus, stpilacoccus dsb.

b. Gastritis Kronis

Merupakan suatu inflamasi kronik yang terjadi pada waktu lama pada permukaan mukosa

lambung, penyebabnya belum diketahui secara langsung, namun diduga disebabkan oleh :

1. Bakteri, infeksi stapilococcus (akute) mungkin pada akhirnya akan menjadi kronis.

2. Infeksi lokal, infeksi pada sinus, gigi dan post nasal dapat menimbulkan gastritis.

3. Alkohol dapat menyebabkan kelainan pada mukosa lambung.

4. Faktor, psikologis dapat menimbulkan hipersekresi asam lambung.

5. Patofisiologi

Bahan-bahan makanan, minuman, obat maupun zat kimia yang masuk kedalam

lambung menyebabkan iritasi atau erosi pada mukosanya sehingga lambung kehilangan

barrier (pelindung). Selanjutnya terjadi peningkatan difusi balik ion hidrogen. Gangguan

difusi pada mukosa dan penngkatan sekresi asam lambung yang meningkat / banyak. Asam

lambung dan enzim-enzim pencernaan. Kemudian menginvasi mukosa lambung dan

terjadilah reaksi peradangan.

Demikian juga terjadi peradangan dilambung karena invasi langsung pada sel-sel

dinding lambung oleh bakteri dan terinfeksi. Peradangan ini termanifestasi seperti perasaan

perih di epigastrium, rasa panas / terbakar dan nyeri tekan.

Spasme lambung juga mengalami peningkatan diiringi gangguan pada spinkter

esophagus sehingga terjadi mual-mual sampai muntah. Bila iritasi / erosi pada mukosa

lambung sampai pada jaringan lambung dan mengenai pembuluh darah. Sehingga

kontinuitasnya terputus dapat mennimbulkan hematemesis maupun melena.

6. Klasifikasi

Gastritis menurut jenisnya terbagi menjadi 2, yaitu (David Ovedorf 2002) :

1. Gastritis akut

Disebabkan oleh mencerna asam atau alkali kuat yang dapat menyebabkan mukosa

menjadi gangren atau perforasi. Gastritis akut dibagi menjadi dua garis besar yaitu :

Gastritis Eksogen akut ( biasanya disebabkan oleh faktor-faktor dari luar, seperti

bahan kimiamisal : lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid , mekanis iritasi

bakterial, obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin (aspirin yang dosis

rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung).

Gastritis Endogen akut (adalah gastritis yang disebabkan oleh kelainan badan ).

2. Gastritis Kronik

Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna

dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylory (H. Pylory). Gastritis kronik

dikelompokkan lagi dalam 2 tipe yaitu tipe A dan tipe B. Dikatakan gastritis kronik tipe

A jika mampu menghasilkan imun sendiri. Tipe ini dikaitkan dengan atropi dari

kelenjar lambung dan penurunan mukosa. Penurunan pada sekresi gastrik

mempengaruhi produksi antibodi. Anemia pernisiosa berkembang pada proses ini.

Gastritis kronik tipe B lebih lazim. Tipe ini dikaitkan dengan infeksi helicobacterpylori

yang menimbulkan ulkus pada dinding lambung.

7. Gejala klinis

a. Gastritis Akut

1) Gastritis Akute Eksogen Simple :

Nyeri epigastrik mendadak.

Nausea yang di susul dengan vomitus.

Saat serangan pasien berkeringat, gelisah, sakit perut, dan kadang disertai panas serta

tachicardi.

Biasanya dalam 1-2 hari sembuh kembali.

2) Gastritis Akute Eksogen Korosiva :

Pasien kolaps dengan kulit yang dingin.

Tachicardi dan sianosis.

Perasaan seperti terbakar, pada epigastrium.

Nyeri hebat / kolik.

3) Gastritis Infeksiosa Akute :

Anoreksia

Perasaan tertekan pada epigastrium.

Vumitus.

Hematemisis

4) Gastritis Hegmonos Akute :

Nyeri hebat mendadak di epigastrium.

Rasa tegang pada epigastrium.

Panas tinggi dan lemas

Lidah kering sedikit ekterik.

Sianosis pada ektremitas.

Abdomen lembek.

b. Gastritis Kronis

1) Gastritis Superfisialis

Rasa tertekan yang samar pada epigastrium.

Penurunan BB

Kembung / rasa penuh pada epigastrium.

Rasa perih sebelun dan sesudah makan.

Terasa pusing

Vomitus

2) Gastritis Atropikan

Rasa tertekan pada epigastrium.

Rasa penuh pada perut.

Keluar angin pada mulut.

Mudah tersinggung.

Mulut dan tenggorokan terasa kering.

3) Gastritis Hypertropik Kronik

Nyeri pada epigastrium yang tidak selalu berkurang setelah minum susu.

Nyeri biasanya timbul pada malam hari.

Kadang disertai melena.

8. Pemeriksaan fisik

a) Kesadaran : pada awalnya CM ( compos mentis), perasaan tidak berdaya.

b) Respirasi : tidak mengalami gangguan

c) Kardiovaskuler : hypotensi, takikardia, disritmia, nadi perifer lemah, pengisian kapiler

lambat (vasokontriksi), warna kulit pucat, sianosis, kulit/membrane mukosa berkeringat

( status syok, nyeri akut)

d) Persyarafan : sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat terganggu,

disorientasi/bingung, nyeri epigastrium.

e) Pencernaan : anoreksia, mual, muntah oleh karena luka duodenal, nyeri ulu hati, tidak

toleran terhadap makanan ( coklat, pedas), membrane mukosa kering. Factor pencetus :

makanan, rokok, alcohol, obat-obatan dan stressor psikologi.

f) Genetourenaria : biasanya tidak mengalami gangguan.

g) Muskuloskletal : kelemahan, kelelahan.

h) Intergritas ego : factor stress akut, kronis, perasaan tidak berdaya, adanya tanda ansietas

: gelisah, pucat, berkeringat.

9. Pemeriksaan diagnostik/Penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium

Kultur : untuk membuktikan adanya infeksi Helicobacter pylori

CLO ( Rapid ureum test) : untuk menegakkan diagnosis H.pylori

Pemeriksaan serologi untuk H.pylori : sebagai diagnosis awal

Analisis cairan lambung : untuk memperjelas diagnosis

b. Pemeriksaan radiologi

Endoskopi : meliputi topografi dan gambaran endoskopinya dimana gambaran

endoskopinya meliputi :

Eritematous / eksudatif

Erosi flat, erosi raised, atrofi, hemoragik, hyperplasia rugae.

Hispatologi dengan melakukan biopsy pada semua segmen lambung dimana

hasilnya meliputi :

Etiologi

Menyebutkan ada tidaknya bakteri Helicobacter Pylori

Topografi

Meliputi gastritis kronis antrum, korpus atau gastritis dengan predomonasi

antrum atau korpus.

Morfologi

Menerangkan tentang inflamasinya, aktivitas radang, metaplasia intestinal,

Helicobacter pylori.

10. Diagnosis/kriteria diagnosis

a. Gastritis akut

Tiga cara dalam menegakkan diagnosis yaitu gambaran klinis, gambaran lesi mukosa

akut dimukosa lambung berupa erosi atau ulkus dangkal dengan tepi rata pada endoskopi

dan gambaran radiologi. Dengan kontras tunggal sukar untuk melihat lesi permukaan

yang superficial, karena itu sebaiknya digunakan kontras ganda. Secara umum peranan

endoskopi saluran cerna bagian atas lebih sensitive dan spesifik untuk diagnosis kelainan

akut lambung.

b. Gastritis kronis

Diagnosis gastritis kronik ditegakkan berdasarkan pemeriksaan endoskopi dan

dilanjutkan dengan pemeriksaan hispatologi biopsy mukosa lambung. Perlu pula

dilakukan kultur untuk membuktikan adanya infeksi Helicobacter Pylori apalagi jika

ditemukan ulkus baik pada lambung ataupun pada duodenum, mengingat angka kejadian

yang cukup tinggi yaitu hamper mencapai 100%. Dilakukan pula rapid ureum test

(CLO). Criteria minimal untuk menegakkan diagnosis H.pylori jika hasil CLO dan atau

PA positif. Dilakukan pula pemeriksaan serologi untuk H.pylori sebagai diagnosis awal.

11. Theraphy/tindakan penanganan

Penatalaksanaan gastritis secara umum adalah menghilangkan faktor utama yaitu

etiologinya, diet lambung dengan porsi kecil dan sering, serta Obat-obatan. Namun

secara spesifik dapat dibedakan sebagai berikut :

Gastritis Akut

Kurangi minum alkohol dan makan sampai gejala-gejala menghilang; ubah menjadi

diet yang tidak mengiritasi.

Jika gejala-gejala menetap, mungkin diperlukan cairan IV.

Jika gastritis terjadi akibat menelan asam kuat atau alkali, encerkan dan netralkan

asam dengan antasida umum, misalnya aluminium hidroksida, antagonis reseptor H2,

inhibitor pompa proton, antikolinergik dan sukralfat (untuk sitoprotektor).

Jika gastritis terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari buah jeruk yang encer

atau cuka yang di encerkan.

Jika korosi parah, hindari emetik dan bilas lambung karena bahaya perforasi.

Antasida : Antasida merupakan obat bebas yang dapat berbentuk cairan atau tablet

dan merupakan obat yang umum dipakai untuk mengatasi gastritis ringan. Antasida

menetralisir asam lambung dan dapat menghilangkan rasa sakit akibat asam lambung

dengan cepat.

Penghambat asam : Ketika antasida sudah tidak dapat lagi mengatasi rasa sakit

tersebut, dokter kemungkinan akan merekomendasikan obat seperti cimetidin,

ranitidin, nizatidin atau famotidin untuk mengurangi jumlah asam lambung yang

diproduksi.

Gastritis Kronis

Modifikasi diet, reduksi stress, dan farmakoterapi.

Cytoprotective agents : Obat-obat golongan ini membantu untuk melindungi jaringan-

jaringan yang melapisi lambung dan usus kecil. Yang termasuk ke dalamnya adalah

sucraflate dan misoprostol. Jika meminum obat-obat AINS secara teratur (karena

suatu sebab), dokter biasanya menganjurkan untuk meminum obat-obat golongan ini.

Cytoprotective agents yang lainnya adalah bismuth subsalicylate yang juga

menghambat aktivitas H. Pylori.

Penghambat pompa proton : Cara yang lebih efektif untuk mengurangi asam lambung

adalah dengan cara menutup “pompa” asam dalam sel-sel lambung penghasil asam.

Penghambat pompa proton mengurangi asam dengan cara menutup kerja dari

“pompa-pompa” ini. Yang termasuk obat golongan ini adalah omeprazole,

lansoprazole, rabeprazole dan esomeprazole. Obat-obat golongan ini juga

menghambat kerja H. pylori.

H. phylory mungkin diatasi dengan antibiotik (mis; tetrasiklin atau amoxicillin) dan

garam bismuth (pepto bismol) atau terapi H.Phylory. .Terapi terhadap H. Pylori.

Terdapat beberapa regimen dalam mengatasi infeksi H. pylori. Yang paling sering

digunakan adalah kombinasi dari antibiotik dan penghambat pompa proton.

Terkadang ditambahkan pula bismuth subsalycilate. Antibiotik berfungsi untuk

membunuh bakteri, penghambat pompa proton berfungsi untuk meringankan rasa

sakit, mual, menyembuhkan inflamasi dan meningkatkan efektifitas antibiotik. Terapi

terhadap infeksi H. pylori tidak selalu berhasil, kecepatan untuk membunuh H. pylori

sangat beragam, bergantung pada regimen yang digunakan. Akan tetapi kombinasi

dari tiga obat tampaknya lebih efektif daripada kombinasi dua obat. Terapi dalam

jangka waktu yang lama (terapi selama 2 minggu dibandingkan dengan 10 hari) juga

tampaknya meningkatkan efektifitas. Untuk memastikan H. pylori sudah hilang, dapat

dilakukan pemeriksaan kembali setelah terapi dilaksanakan. Pemeriksaan pernapasan

dan pemeriksaan feces adalah dua jenis pemeriksaan yang sering dipakai untuk

memastikan sudah tidak adanya H. pylori. Pemeriksaan darah akan menunjukkan

hasil yang positif selama beberapa bulan atau bahkan lebih walaupun pada

kenyataanya bakteri tersebut sudah hilang.

12. Komplikasi

a. Gastritis Akute

Perdarahan saluran cerna atas, hingga anemia dan kematian.

Ulkus pada lambung.

Perforasi lambung.

b. Gastritis Kronis

Gangguan penyerapan Vitamin B12 karena atropi lambung dan akan terjadi anemia

pernisiosa.

Gangguan penyerapan zat besi.

Penyempitan daearah fillorus.

Kanker lambung.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

1. Pengkajian

(1) Identitas Pasien

- Nama :

- Umur :

- Alamat :

- Pekerjaan :

- No. Reg :

- Tgl. MRS :

- Tgl. Pengkajian :

- Dx Medis :

(2) Identitas Penanggung Jawab

- Nama :

- Umur :

- Pendidikan :

- Pekerjaan :

- Hub. dgn pasien :

(3) Riwayat Kesehatan

- Keluhan utama :

- Riwayat penyakit sekarang :

- Riwayat kehamilan dan kelahiran:

- Riwayat kesehatan keluarga

(4) Pola Kesehatan Fungsional Pola Gordon

- Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

- Pola nutrisi dan metabolic

- Pola cairan dan metabolic

- Pola istirahat dan tidur

- Pola aktivitas dan latihan

- Pola eliminasi

- Pola persepsi dan kognitif

- Pola reproduksi dan seksual

- Pola persepsi dan konsep diri

- Pola mekanisme koping

- Pola nilai dan kepercayaan

(5) Pengkajian Fisik

- Keadaan umum pasien

- Kesadaran

- Pemeriksaan TTV

(6) Pemeriksaan Penunjang

- Pemeriksaan Laboratorium

- Pemeriksaan radiologic

Analisa (pengelompokan data)

DS :

Klien mengaluh kelemahan / kelelahan

Klien memiliki perasaan tidak berdaya

Klien mengeluh mual, masalah menelan : cegukan, nyeri ulu hati, sendawa

bau asam, tidak toleran terhadap makanan contoh : makanan pedas, diet,

penurunan berat badan.

Klien mengeluh sakit kepala/pusing

DO :

Hipotensi, kelemahan/ nadi perifer lemah, warna kulit : pucat, sianosis

(tergantung pada jumlah kehilangan darah), kelembaban kulit / membrane

mukosa : berkeringat ( menunjukkan status syok, nyeri akut, respon

psikologik), takikardia, disritmia.

tanda ansietas misalnya : gelisah, pucat, berkeringat, perhatian menyempit,

gemetar, suara gemetar.

Nyeri tekan abdomen

Muntah, membrane mukosa kering, penurunan produksi mukosa, berat jenis

urine meningkat.

2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

a. Nyeri berhubungan dengan agen cedera (biologis, zat kimia, fisik, psikologis)

ditandai dengan melaporkan nyeri secara verbal

b. Ketidakseimbangan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

ketidakmampuan mencerna makanan ditandai dengan nyeri abdomen dan

ketidakmampuan memakan makanan

c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai

dengan penurunan tekanan darah dan kelemahan

3. Rencana Asuhan Keperawatan

Terlampir

4. Evaluasi

No No DxEvaluasi

1. 1.

S : Pasien menyatakan nyeri hilang dan merasa nyamanO : Pasien nampak rileks, muka tenangA : Intervensi tercapaiP : Pertahankan intervensi

2. 2.

S : Pasien mengatakan sudah mampu makan teratur dan tidak ada mual dan muntah

O : Pasien terlihat mampu menghabiskan porsi makan dan klien sudah Nampak tidak lemas

A : Intervensi tercapaiP : Pertahankan intervensi

3 3 S : - Klien mengatakan tidak merasa lemas, tidak merasa haus berlebihan, tidak mual dan muntah

- Klien mengatakan keluaran urine telah normal

- Klien mangatakan tidak merasa pusing

O : Tekanan darah klien normal, turgor kulit normal, membrane mukosa lembab

A : Intervensi tercapaiP : Pertahankan intervensi

Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Gangguan rasa

nyaman : Nyeri akut

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama ....x 24 jam,

nyeri teratasi dengan kriteria

hasil :

NOC label : Pain control

1. Mengenal faktor

penyebab

2. Menggunakan metode

pencegahan (skala 3)

3. Menggunakan metode

nonanalgesik untuk

mengurangi nyeri (skala

3)

4. Mengenali gejala-gejala

nyeri (skala 3)

5. Melaporkan nyeri sudah

terkontrol (skala 3)

Pain management

1. komprehensif (lokasi,

karakteristik, durasi,

frekuensi, kualitas dan faktor

presipitasi).

2. Observasi  reaksi nonverbal

dari ketidak nyamanan.

3. Gunakan teknik komunikasi

terapeutik untuk mengetahui

pengalaman nyeri klien

sebelumnya.

4. Berikan lingkungan yang

tenang

5. Ajarkan teknik non

farmakologis (relaksasi,

distraksi dll) untuk mengetasi

nyeri.

6. Kolaborasi pemberian

analgetik untuk mengurangi

1. Untuk mengetahui seberapa

berat rasa nyeri yang

dirasakan dan mengetahui

pemberian terapi sesuai

indikasi.

2. Mengetahui reaksi nonverbal

dari klien

3. Untuk mengetahui

pengalaman nyeri klien

sebelumnya

4. Agar klien merasa nyaman

5. Untuk mengurangi nyeri yang

dirasakan klien

6. Membantu mengurangi rasa

nyeri

NOC label : Pain level

1. Melaporkan adanya

nyeri (skala 3)

2. Frekuensi nyeri (skala 3)

3. Panjangnya episode

nyeri (skala 3)

4. Pernyataan nyeri (skala

3)

5. Ekspresi wajah saat

nyeri (skala 3)

nyeri.

7. Evaluasi tindakan pengurang

nyeri/kontrol nyeri.

8. Monitor penerimaan klien

tentang manajemen nyeri.

9. Monitor Vital sign

10. Evaluasi efektifitas analgetik,

tanda dan gejala efek

samping

7. Mengevaluasi nyeri yang

dirasakan klien

8. Agar mengetahui persepsi

klien tentang manajemen nyeri

yang diberikan

9. Menentukan kondisi pasien

secara berkala

10. Agar menilai keefektifan

analgetik dan penanganan

yang cepat terhadap efek

sampingnya

Ketidakseimbangan

nutrisi : kurang dari

kebutuhan tubuh

Setelah diberikan asuhan

keperawatan selama …x 24 jam

kebutuhan nutrisi pasien

terpenuhi dengan criteria hasil :

NOC Label : Nutritional Status

1. Pemasukan nutrisi yang

adekuat

2. Jumlah cairan dan makanan

yang diterima sesuai dengan

NIC Label : Nutrition Therapy

1. Lakukan pengkajian lengkap

mengenai nutrisi klien.

2. Monitor intake

makanan/cairan dan hitung

intake kalori harian

3. Mengatur lingkungan menjadi

1. Dapat mengetahui status nutrisi

klien sehingga dapat

melakukan intervensi yang

tepat.

2. Mengetahui intake kalori

apabila terjadi kekurangan

3. Memberikan lingkungan yang

nyaman pada klien untuk

kebutuhan tubuh pasien

3. Nilai laboratorium dalam

rentang normal, protein total

6-8 gr%, albumin 3,5-5 gr%,

globulin 1,5-3 gr%, HB tidak

kurang dari 10 gr%

4. Membran mukosa dan

konjungtiva tidak pucat

menyenangkan dan rileks.

4. Pilih supplement nutrisi jika

diperlukan

5. Anjurkan pasien untuk

memilih makanan yang lunak,

tidak berbumbu, dan tidak

asam.

6. Monitor hasil pemeriksaan

laboratorium, jika diperlukan.

makan

4. Untuk meningkatkan asupan

nutrisi klien

5. Mencegah terjadinya

pendarahan pada esophagus

6. Mengetahui status nutrisi klien

sehingga dapat diberikan diet

yang tepat

Kekurangan volume

cairan

Setelah mendapatkan asuhan keperawatan …x 24 jam, diharapkan keadaan klien membaik dengan kriteria hasil:

1) NOC label: Fluid Balance1. Tekanan darah klien

mendekati kisaran normal (sistol: 120-130 dan diastol: 80-90) (skala 5)

2. Denyut nadi mendekati kisaran 60-100 kali per menit (skala 5)

3. Intake dan keluaran selama 24 jam seimbang

NIC label: Fluid Management

1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat

2. Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik), jika diperlukan

3. Monitor vital sign4. Monitor masukan

makanan/cairan dan hitung intake kalori

5. Kolaborasikan pemberian cairan IV

1. Keseimbangan cairan dalam tubuh terpenuhi.

2. Dapat mengetahui keadaan umum secara cepat

3. Mengetahui keadaan umum secara cepat

4. Terpantau agar cairan dalam tubuh seimbang

5. Menggantikan kehilangan cairan dan memperbaiki keseimbangan cairan

(skala 5)4. Elastisitas turgor kulit

baik (skala 5)5. Membran mukosa

lembab (skala 5)6. Tidak ada rasa haus yang

berlebihan (skala 5)7. Konfusi menurun (skala

5)8. Pusing teratasi (skala 5)

2) NOC label: Nutritional Status: Food and Fluid Intake1. Intake makanan peroral

yang adekuat, sesuai kebutuhan (skala 5)

2. Intake cairan peroral yang adekuat, sesuai kebutuhan (skala 5)

6. Monitor status nutrisi

7. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan

8. Kolaborasi dengan dokter

NIC label: Hypovolemia Management

1. Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan

2. Monitor tingkat Hb dan hematokrit

3. Monitor tanda vital

4. Monitor respon pasien terhadap penambahan cairan

5. Monitor berat badan

6. Dorong pasien untuk menambah intake oral

7. Monitor adanya tanda dan gejala kelebihan volume cairan

8. Monitor adanya tanda gagal

6. Terpantau agar nutrisi terpenuhi

7. Nutrisi dapat terpenuhi

8. Mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut

1. Terpantau keseimbangan cairan dalam tubuh terpenuhi

2. Terpantau tingkat Hb dan hematokrit jika terjadi kelainan

3. Mengetahui keadaan umum secara cepat

4. Memantau keadaan pasien

5. Memantau keadaan umum status gizi pasien

6. Membantu memenuhi nutrisi tubuh

7. Memantau jika terjadi kelebihan volume cairanMemantau jika terjadi

3) NOC label: Tissue Integrity: Skin and Mucous Membranes

1. Temperatur kulit mendekati kisaran 36o-38oC (skala 5)

2. Elastisitas kulit kembali (sesuai umur, kembali ke keadaan semula setelah ditarik tanpa bekas atau kerutan sisa) (skala 5)

3. Perspirasi terjadi dengan jumlah dan pada kondisi yang tepat (skala 5)

4. Tekstur kulit kering dan halus (skala 5)

Ketebalan kulit mendekati

normal (skala 5)

ginjal komplikasi lebih lanjut

PATHWAYInvasi langsung

dari bakteri pirogen pada dinding

lambung

Gastritis endogen akut

Makanan & minuman

panas, obat - obatan

Bahan kimia yang bersifat korosif

Gastritis Eksogen akut

Bakteri & infeksi local

Gastritis

Nyeri epigastrium

Gangguan rasa nyaman : nyeri

Inflamasi

Kelainan pada mukosa lambung

Gastritis Kronis

Toxin / bakteri yg beredar

dalam darah dan masuk ke

jantung

PsikologisAlokohol

Erosi mukosa lambung

Menurunnya tonus & peristaltik lambung

Dorongan ekspulsi isi lambung ke mulut

MuntahKekurangan volume

cairan

Menurunnya sensori untuk makan

Anoreksia

Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

DAFTAR PUSTAKA

1. Aras, Sriwaty. 2007. Artikel Ilmiah: Prevalensi dan Distribusi Gangguan Elektrolit

pada Lanjut Usia di Bangsal Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang. Semarang

2. Carpenito, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10. Jakarta :

EGC

3. Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-

2014. Jakarta: EGC

4. Joanne, dkk. 2008. Nursing Interventions Classification (NIC), Fifth Edition. Amerika:

Mosby

5. Moorhead, dkk. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC), Fourth Edition.

Amerika: Mosby

6. Potter, Patricia A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan

Praktik, E/4, Vol. 2. Jakarta: EGC

7. Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &

Suddarth. Vol. 1. E/8. Jakarta : EGC