Download - Lingkungan Dan Etika Akuntansi

Transcript
Page 1: Lingkungan Dan Etika Akuntansi

1. Etika bisnis dalam masyarakat

Etika bisnis adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan  individu,  perusahaan, industri dan juga masyarakat. Kesemuanya ini mencakup bagaimana kita menjalankan bisnis secara adil, sesuai dengan hukum yang berlaku, dan tidak tergantung pada kedudukan individu ataupun perusahaan di masyarakat.

Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan hukum, karena dalam kegiatan  bisnis seringkali kita temukan wilayah abu-abu yang tidak diatur oleh ketentuan hukum.

Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan hukum, karena dalam kegiatan bisnis seringkali kita temukan wilayah abu-abu yang tidak diatur oleh ketentuan hukum.

Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat. Etika Bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang saham, masyarakat.

Perusahaan meyakini prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang beretika, yakni bisnis dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang dijalankan dengan mentaati kaidah-kaidah etika sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku.

Etika Bisnis dapat menjadi standar dan pedoman bagi seluruh karyawan termasuk manajemen dan menjadikannya sebagai pedoman untuk melaksanakan pekerjaan sehari-hari dengan dilandasi moral yang luhur, jujur, transparan dan sikap yang profesional.

Menurut Von der Embse dan R.A. Wagley dalam artikelnya di Advance Managemen Jouurnal (1988) yang berjudul Managerial Ethics Hard Decisions on Soft Criteria, terdapat tiga pendekatan dasar dalam merumuskan tingkah laku etika kita, yaitu :

Utilitarian Approach : setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensinya. Oleh karena itu, dalam bertindak seseorang seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat memberi manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat, dengan cara yang tidak membahayakan dan dengan biaya serendah-rendahnya.

Individual Rights Approach : setiap orang dalam tindakan dan kelakuannya memiliki hak dasar yang harus dihormati. Namun tindakan ataupun tingkah laku tersebut harus dihindari apabila diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan dengan hak orang lain.

Page 2: Lingkungan Dan Etika Akuntansi

Justice Approach : para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang sama, dan bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan baik secara perseorangan ataupun secara kelompok.

Tujuan etika bisnis adalah menggugah kesadaran moral para pelaku bisnis dalam menjalankan good business dan tidak melakukan ‘monkey business’ atau dirty business. Etika bisnis mengajak para pelaku bisnis mewujudkan citra dan manajemen bisnis yang etis agar bisnis itu pantas dimasuki oleh semua orang yang mempercayai adanya dimensi etis dalam dunia bisnis. Hal ini sekaligus menghalau citra buruk dunia bisnis sebagai kegiatan yang kotor, licik, dan tipu muslihat. Kegiatan bisnis mempunyai implikasi etis dan oleh karenanya membawa serta tanggung jawab etis bagi pelakunya. Etika pergaulan bisnis dapat meliputi beberapa hal antara lain adalah:

1. Hubungan antara bisnis dengan langganan/konsumen

Hubungan antara bisnis dengan langgananya merupakan hubungan yang paling banyak dilakukan, oleh karena itu bisnis haruslah menjaga etika pergaulanya secara baik. Adapun pergaulannya dengan langganan ini dapat disebut disini misalnya saja:

Kemasan yang berbeda-beda membuat konsumen sulit untuk membedakan atau mengadakan perbandingan harga terhadap produknya.

Bungkus atau kemasan membuat konsumen tidak dapat mengetahui isi didalamnya, sehingga produsen perlu menberikan penjelasan tentang isi serta kandungan atau zat-zat yang terdapat didalam produk itu.

Pemberian servis dan terutama garansi adalah merupakan tindakan yang sangat etis bagi suatu bisnis. Sangatlah tidak etis suatu bisnis yang menjual produknya yang ternyata jelek (busuk) atau tak layak dipakai tetap saja tidak mau mengganti produknya tersebut kepada pembelinya.

2. Hubungan dengan karyawan

Manajer yang pada umumnya selalu berpandangan untuk memajukan bisnisnya sering kali harus berurusan dengan etika pergaulan dengan karyawannya.Pergaulan bisnis dengan karyawan ini meliputi beberapa hal yakni: Penarikan (recruitment), Latihan (training), Promosi atau kenaikan pangkat, Tranfer, demosi (penurunan pangkat) maupun lay-off atau pemecatan/PHK ( pemutusan hubungan kerja). Didalam menarik tenaga kerja haruslah dijaga adanya penerimaan yang jujur sesuai dengan hasil seleksi yang telah dijalankan. Sering kali terjadi hasil seleksi tidak diperhatikan akan tetapi yang diterima adalah peserta atau calon yang berasal dari anggota keluarga sendiri.

Disamping itu tidak jarang seorang manajer yang mencoba menaikan pangkat para karyawan dari generasi muda yang dianggapnya sangat potensial dalam rangka membawa organisasi menjadi lebih dinamis, tetapi hal tersebut mendapat protes keras dari karyawan dari generasi tua. Masalah lain lagi dan yang paling rawan adalah masalah pengeluaran karyawan atau dropout. Masalah DO atau PHK ini perlu mendapatkan perhatian ekstra dari

Page 3: Lingkungan Dan Etika Akuntansi

para manajer karena hal ini menyangkut masalah tidak saja etik akan tetapi juga masalah kemanusian. Karyawan yang di PHK –kan tentu saja akan kehilangan mata pencahariannya yang menjadi tumpuan hidup dia bersama keluarganya.

3. Hubungan antar bisnis

Hubungan ini merupakan hubungan antara perusahaan yang satu dengan perusahan yang lain Hal ini bisa terjadi hubungn antara perusahaan dengan saingannya, dengan penyalurnya, dengan grosirnya, dengan pengecernya, agen tunggalnya maupun distributornya.

Dalam kegiatan sehari-hari tentang hubungan tersebut sering terjadi benturan-benturan kepentingan antar kedunya. Dalam hubungan itu tidak jarang dituntut adanya etika pergaulan bisnis yang baik. Sebagai contoh sebuah penerbit yang ingin menyalurkan buku-buku terbitanya kepada para grosir yang bersedia membeli secara kontan dalam jumlah besar dan kontinyu dengan memperoleh potongan rabat yang sama dengan penyalur.

Rencana ini menjadi kandas karena mendapat protes keras dari para penyalur-penyalurnya yang memandang tindakan penerbit tersebut akan sangat merugikan para penyalur sedangkan omset dari para penyalur sendiri dalam beberapa tahun tidak meningkat. Contoh lain adalah adanya perebutan tenaga kerja ahli atau manajer profesional oleh para pengusaha, persaingan harga yang saling menjatuhkan diantara bisnismen dan sebagainya.

4. Hubungan dengan Investor

Perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas dan terutama yang akan atau telah “go publik” harus menjaga pemberian informasi yang baik dan jujur dari bisnisnya kepada para insvestor atau calon investornya. Informasi yang tidak jujur akan menjerumuskan para investor untuk mengambil keputusan investasi yang keliru. Dalam hal ini perlu mandapat perhatian yang serius karena dewasa ini di Indonesia sedang mengalami lonjakan kegiatan pasar modal. Banyak permintaan dari para pengusaha yang ingin menjadi emiten yang akan menjual sahamnya kepada masyarakat.

Dipihak lain masyarakat sendiri juga sangat berkeinginan untuk menanamkan uangnya dalam bentuk pembelian saham ataupun surat-surat berharga yang lain yang diemisi oleh perusahaan di pasar modal. Oleh karena itu masyarakat calon pemodal yang ingin membeli saham haruslah diberi informasi secara lengkap dan benar terhadap prospek perusahan yang go public tersebut. Jangan sampai terjadi adanya manipulasi atau penipuan terhadap informasi terhadap hal ini.

5. Hubungan dengan Lembaga-Lembaga Keuangan

Hubungan dengan lembaga-lembaga keuangan terutama jawatan pajak pada umumnya merupakan hubungan pergaulan yang bersifat finansial. Hubungan ini merupakan

Page 4: Lingkungan Dan Etika Akuntansi

hubungan yang berkaitan dengan penyusunan laporan keuangan yang berupa neraca dan laporan Rugi dan Laba misalnya. Laporan finansial tersebut haruslah disusun secara baik dan benar sehingga tidak terjadi kecendrungan kearah penggelapan pajak misalnya. Keadaan tersebut merupakan etika pergaulan bisnis yang tidak baik.

Pelaksanaan tangungjawab sosial suatu bisnis merupakan penerapan kepedulian bisnis terhadap lingkungan, baik lingkungan alam, teknologi, ekonomi, sosial, budaya,perintah maupun masyarakat Internasional. Bisnis yang menerapkan tanggung jawab sosial itu merupakan bisnis yang menjalankan etika bisnis, sedangkan bisnis yang tidak melaksanakan tanggung jawab sosial itu merupakan penerapan yang tidak etis.

Penerapan etika bisnis ini murupakan penerapan dari konsep “Stake Holder” sebagai pengganti dari konsep lama yaitu konsep “Stock Holder” . Pengusaha yang menerapkan konsep Stock Holder berusaha untuk mementingkan kepentingan para pemengang saham (Stockholder) saja, di mana para pemegang saham tentu saja akan mementingkan kepentinganya yaitu penghasilan yang tinggi baginya yaitu yang berupa deviden atau pembagian laba serta harga saham dipasar bursa. Dengan memperoleh deviden yang tinggi maka penghasilan mereka akan tinggi, sedangkan dengan naiknya nilai atau kurs saham akan merupakan kenaikan kekayaan yang dimilikinya yaitu sahamnya itu dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi. Pemenuhan kepentingan ataupun tuntutan dari para pemengan saham itu sering kali mengabaikan kepentingan – kepentingan pihak-pihak yang lain yang juga terlibat dalam kegiatan bisnis. Pihak lain yang terkait dalam kegiatan bisnis tidak hanya para pemegang saham saja akan tetapi masih banyak lagi seperti :

1) Pekerja/ karyawan

2) Konsumen

3) Kreditur

4) Lembaga-lembaga keuangan

5) Pemerintah.

Pada dasarnya, setiap pelaksanaan bisnis seyogyanya harus menyelaraskan proses bisnis tersebut dengan etika bisnis yang telah disepakati secara umum dalam lingkungan tersebut. Sebenarnya terdapat beberapa prinsip etika bisnis yang dapat dijadikan pedoman bagi setiap bentuk usaha.

Sonny Keraf (1998) menjelaskan bahwa prinsip etika bisnis adalah sebagai berikut :

1. Prinsip Otonomi ; yaitu sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan kesadarannya tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan.

2. Prinsip Kejujuran ; terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis yang bisa ditunjukkan secara jelas bahwa bisnis tidak akan bisa bertahan lama dan berhasil kalau tidak

Page 5: Lingkungan Dan Etika Akuntansi

didasarkan atas kejujuran. Pertama, jujur dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak. Kedua, kejujuran dalam penawaran barang atau jasa dengan mutu dan harga yang sebanding. Ketiga, jujur dalam hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan.

3. Prinsip Keadilan ; menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai dengan aturan yang adil dan sesuai criteria yang rasional obyektif, serta dapat dipertanggung jawabkan.

4. Prinsip Saling Menguntungkan (Mutual Benefit Principle) ; menuntut agar bisnis dijalankan sedemikian rupa sehingga menguntungkan semua pihak.

5. Prinsip Integritas Moral ; terutama dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri pelaku bisnis atau perusahaan, agar perlu menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama baik pimpinan atau orang-orangnya maupun perusahaannya.

Selain itu juga ada beberapa nilai – nilai etika bisnis yang dinilai oleh Adiwarman Karim, Presiden Direktur Karim Business Consulting, seharusnya jangan dilanggar, yaitu :

1. Kejujuran: Banyak orang beranggapan bisnis merupakan kegiatan tipu-menipu demi mendapat keuntungan. Ini jelas keliru. Sesungguhnya kejujuran merupakan salah satu kunci keberhasilan berbisnis. Bahkan, termasuk unsur penting untuk bertahan di tengah persaingan bisnis.

2. Keadilan: Perlakukan setiap orang sesuai haknya. Misalnya, berikan upah kepada karyawan sesuai standar serta jangan pelit memberi bonus saat perusahaan mendapatkan keuntungan lebih. Terapkan juga keadilan saat menentukan harga, misalnya dengan tidak mengambil untung yang merugikan konsumen.

3. Rendah Hati: Jangan lakukan bisnis dengan kesombongan. Misalnya, dalam mempromosikan produk dengan cara berlebihan, apalagi sampai menjatuhkan produk bersaing, entah melalui gambar maupun tulisan. Pada akhirnya, konsumen memiliki kemampuan untuk melakukan penilaian atas kredibilitas sebuah poduk/jasa. Apalagi, tidak sedikit masyarakat yang percaya bahwa sesuatu yang terlihat atau terdengar terlalu sempurna, pada kenyataannya justru sering kali terbukti buruk.

4. Simpatik: Kelola emosi. Tampilkan wajah ramah dan simpatik. Bukan hanya di depan klien atau konsumen anda, tetapi juga di hadapan orang-orang yang mendukung bisnis anda, seperti karyawan, sekretaris dan lain-lain.

5. Kecerdasan: Diperlukan kecerdasan atau kepandaian untuk menjalankan strategi bisnis sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku, sehingga menghasilkan keuntungan yang memadai. Dengan kecerdasan pula seorang pebisnis mampu mewaspadai dan menghindari berbagai macam bentuk kejahatan non-etis yang mungkin dilancarkan oleh lawan-lawan bisnisnya.

Page 6: Lingkungan Dan Etika Akuntansi

Pelanggaran etika bisa terjadi di mana saja, termasuk dalam dunia bisnis. Masalah etika dalam bisnis dapat diklasifikasikan ke dalam lima kategori antara lain:

1. Suap (Bribery)

Adalah tindakan berupa menawarkan, memberi, menerima, atau meminta sesuatu yang berharga dengan tujuan mempengaruhi tindakan seorang pejabat dalam melaksanakan kewajiban publik. Suap dimaksudkan untuk memanipulasi seseorang dengan “membeli pengaruh”. Pembelian itu dapat dilakukan baik dengan membayarkan sejumlah uang atau barang, maupun pembayaran kembali setelah transaksi terlaksana.

Suap kadang-kadang tidak mudah dikenali. Pemberian cash atau penggunaan callgirls dapat dengan mudah dimasukkan sebagai cara suap, tetapi pemberian hadiah (gift) tidak selalu dapat disebut sebagai suap, tergantung dari maksud dan respon yang diharapkan oleh pemberi hadiah.

2. Paksaan (Coercion)

Adalah tekanan, batasan, dorongan dengan paksa atau dengan menggunakan jabatan atau ancaman. Paksaan dapat berupa ancaman untuk mempersulit kenaikan jabatan, pemecatan, atau penolakan industri terhadap seorang individu.

3. Penipuan (Deception)

Adalah tindakan memperdaya, menyesatkan yang disengaja dengan mengucapkan atau melakukan kebohongan.

4. Pencurian (Theft)

Adalah tindakan mengambil sesuatu yang bukan hak kita atau mengambil properti milik orang lain tanpa persetujuan pemiliknya. Properti tersebut dapat berupa properti fisik atau konseptual.

5. Diskriminasi tidak jelas (Unfair discrimination)

Adalah perlakuan tidak adil atau penolakan terhadap orang-orang tertentu yang disebabkan oleh ras, jenis kelamin, kewarganegaraan, atau agama. Suatu kegagalan untuk memperlakukan semua orang dengan setara tanpa adanya perbedaan yang beralasan antara mereka yang disukai dan tidak.

Page 7: Lingkungan Dan Etika Akuntansi

Dari mana upaya penegakkan etika bisnis dimulai? Etika bisnis paling gampang diterapkan di perusahaan sendiri. Pemimpin perusahaan memulai langkah ini karena mereka menjadi panutan bagi karyawannya. Selain itu, etika bisnis harus dilaksanakan secara transparan. Pemimpin perusahaan seyogyanya bisa memisahkan perusahaan dengan milik sendiri. Dalam operasinya, perusahaan mengikuti aturan berdagang yang diatur oleh tata cara undang-undang.

Bisnis sudah tidak asing lagi bagi kita semua. Di era sekarang semua hal dapat menjadi lahan bisnis dari yang bermodalkan iseng-iseng saja bahkan hingga bisnis triliunan. Tetapi sadarkah kita tentang perilaku dan etika dalam bisnis itu sendiri?apa sih yang di inginkan oleh masyarakat dari bisnis itu?

TUNTUTAN MASYARAKAT

Tuntutan Tuntutan Shareholder dan Masyarakat terhadap Shareholder dan Masyarakat terhadap keberadaan bisnis dan profesi makin meningkat:

Stakeholder menghendaki agar kegiatan bisnis menghargai nilai-nilai & kepentingan mereka

Corporate directors diminta mengelola bisnis dgn etis

Perusahaan diminta utk lebih bertanggung jawab, transparan, dan etis

Kinerja tidak lagi diukur dari “berapa yg diperoleh”, tetapi “bagaimana hasil tersebut dicapai secara etis”

Kemudian ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku-perilaku bisnis:

Physical: Contoh pengaruh physical yaitu kualitas air dan udara, keamanan

Moral: Kebutuhan akan kejujuran (fairness) dan keadilan (equity)

Bad Judgment: Kesalahan operasi, kompensasi eksekutif

Activist Shareholders: Shareholders etis, konsumen dan environmentalist

Economic: Kelemahan, tekanan utk bertahan

Competition: Tekanan global

Financial Malfeasance: Berbagai skandal akuntansi dan keuangan

Governance Failures: Pengakuan thd arti penting good governance dan isu-isu etika

Accountability: Kebutuhan akan transparansi

Synergy: Publikasi, perubahan-perubahan yg berhasil

Institutional Reinforcement: Hukum/UU baru utk mereformasi praktik bisnis dan profesi

Etika Bisnis dalam Praktek Bisnis di Indonesia

Page 8: Lingkungan Dan Etika Akuntansi

Banyak hal yang berhubungan dengan pelanggaran etika bisnis yang sering dilakukan oleh para pebisnis yang tidak bertanggung jawab di Indonesia. Praktek bisnis yang terjadi selama ini dinilai masih cenderung mengabaikan etika, rasa keadilan dan kerapkali diwarnai praktek-praktek tidak terpuji atau moral hazard.

Pelanggaran etika yang sering dilakukan oleh pihak swasta, menurut ketua Taufiequrachman Ruki (Ketua KPK Periode 2003-2007), adalah penyuapan dan pemerasan. Berdasarkan data Bank Dunia, setiap tahun di seluruh dunia sebanyak US$ 1 triliun (sekitar Rp 9.000 triliun) dihabiskan untuk suap. Dana itu diyakini telah meningkatkan biaya operasional perusahaan. (Koran Tempo - 05/08/2006)

Di bidang keuangan, banyak perusahaan-perusahaan yang melakukan pelanggaran etika. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Erni Rusyani, terungkap bahwa hampir 61.9% dari 21 perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEJ tidak lengkap dalam menyampaikan laporan keuangannya (not available).

Pelanggaran etika perusahaan terhadap pelanggannya di Indonesia merupakan fenomena yang sudah sering terjadi. Contohnya adalah kasus pelezat masakan merek ”A”. Kehalalan “A” dipersoalkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada akhir Desember 2000 setelah ditemukan bahwa pengembangan bakteri untuk proses fermentasi tetes tebu (molase), mengandung bactosoytone (nutrisi untuk pertumbuhan bakteri), yang merupakan hasil hidrolisa enzim kedelai terhadap biokatalisator porcine yang berasal dari pankreas babi.

Kasus lainnya, adalah produk minuman berenergi yang sebagian produknya diduga mengandung nikotin lebih dari batas yang diizinkan oleh Badan Pengawas Obat dan Minuman. Kita juga masih ingat, obat anti-nyamuk “H” yang dilarang beredar karena mengandung bahan berbahaya.

Pada kasus lain, suatu perusahaan di kawasan di Kalimantan melakukan sayembara untuk memburu hewan Pongo. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan habitat hewan tersebut untuk digunakan sebagai lahan perkebunan sawit. Hal ini merupakan masalah bagi pemerintah dan dunia usaha, dimana suatu usaha dituntut untuk tetap melestarikan alam berdampingan dengan kegiatan usahanya.

Selain itu, pelanggaran juga dilakukan oleh suatu perusahaan di kawasan Jawa Barat. Perusahaan tersebut membuang limbah kawat dengan cara membakar kawat tersebut tersebut. Hal ini menyebabkan asap hitam pekat yang membuat orang mengalami sesak napas dan pusing saat menghirupnya. Perusahaan tersebut disinyalir tidak melakukan penyaringan udara saat pembakaran berlangsung. Hal ini dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat sekitar yang berdekatan dengan lokasi pabrik tersebut.

Contoh kasus

Page 9: Lingkungan Dan Etika Akuntansi

1.      sebuah perusahaan yang merupakan suplier resmi dari Petronas melakukan kecurangan bisnis dengan mengoplos solar menjadi minyak tanah dan menjualnya kepada masyaraka. Hal ini tentu menjelekkan nama baik Petronas. Selain itu hal ini juga menyebabkan konsumen Petronas tidak percaya lagi dengan produk-produk Petronas

2.      saat membeli buah-buahan. Buah yang sudah dipilih, saat membungkus buah pilihan tersebut pedagang menukarnya dengan buah-buahan yang tidak baik kualitasnya tanpa sepengetahuan pembeli. Atau kasus mengurangi timbangan. Alat timbangan dipasangi benda yang dapat memberatkan timbangan. Hal ini menyebabkan hasil timbangan akan berkurang.

3.       tindakan pengoplosan bahan baku dalam pembuatan makanan kecil atau makanan ringan. Juga tindakan pemberian zat-zat berbahaya pada makanan kecil yang dijual. Banyak tindakan menyimpang yang dilakukan oleh pebisnis, baik kecil maupun besar, untuk mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda tanpa memikirkan efek negatif yang akan terjadi. Hal ini pada akhirnya hanya akan memyebabkan kerugian pada konsumen, juga pada perusahaan itu sendiri. Kepercayaan yang diberikan konsumen kepada perusahaan tersebut akan hilang, dan hanya akan membuat perusahaan tersebut kehilangan konsumennya

Kejujuran adalah  asset penting bagi suatu perusahaan untuk melangsungkan kegiatan berbisnis.Walaupun berbagai kasus tersebut banyak terjadi di Indonesia, namun tidak semua perusahaan atau pebisnis di Indonesia melakukan pelanggaran etika dalam kegiatan berbisnis yang dijalankannnya. Masih banyak pebisnis yang menerapkan etika bisnis dalam kegiatan berbisnis yang dijalankannya. Dalam hal ini, perusahaan tidak berpikir pada keuntungan jangka pendek. Tidak perlu melakukan kecurangan pada praktek berbisnis akan memberikan keuntungan jangka panjang. Hal ini sebenarnya lebih penting bagi para pebisnis daripada keuntungan yang banyak dalam sekali waktu, dan pada waktu selanjutnya kegiatan berbisnis harus dihentikan karena berbagai pihak yang terlibat dalam kegiatan bisnisnya tidak mempercayai lagi.

B.     Bentuk pelanggaran etika bisnis dalam kegiatan berbisnis di Indonesia

Mempraktekkan bisnis dengan etiket berarti mempraktekkan tata cara bisnis yang sopan dan santun sehingga kehidupan bisnis menyenangkan karena saling menghormati. Etiket berbisnis diterapkan pada sikap kehidupan berkantor, sikap menghadapi rekan-rekan bisnis, dan sikap di mana kita tergabung dalam organisasi. Itu berupa senyum — sebagai apresiasi yang tulus dan terima kasih, tidak menyalahgunakan kedudukan dan kekayaan, tidak lekas tersinggung, kontrol diri, toleran, dan tidak memotong pembicaraan orang lain.

Dengan kata lain, etiket bisnis itu memelihara suasana yang menyenangkan, menimbulkan rasa saling menghargai, meningkatkan efisiensi kerja, dan meningkatkan citra pribadi dan perusahaan. Berbisnis dengan etika bisnis adalah menerapkan aturan-aturan umum mengenai etika pada perilaku bisnis. Etika bisnis menyangkut moral, kontak sosial, hak-hak dan kewajiban, prinsip-prinsip dan aturan-aturan.

Page 10: Lingkungan Dan Etika Akuntansi

Jika aturan secara umum mengenai etika mengatakan bahwa berlaku tidak jujur adalah tidak bermoral dan beretika, maka setiap insan bisnis yang tidak berlaku jujur dengan pegawainya, pelanggan, kreditur, pemegang usaha maupun pesaing dan masyarakat, maka ia dikatakan tidak etis dan tidak bermoral

Berikut adalah bentuk-bentuk pelanggaran etika bisnis dan contoh pelanggaran etika dalam kegiatan bisnis di Indonesia :

a)      Pelanggaran etika bisnis terhadap hukum

Contoh pelanggaran tersebut seperti sebuah perusahaan X karena kondisi perusahaan yang pailit akhirnya memutuskan untuk melakukan PHK kepada karyawannya. Namun dalam melakukan PHK itu, perusahaan sama sekali tidak memberikan pesangon sebagaimana yang diatur dalam UU No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan. Dalam kasus ini perusahaan X dapat dikatakan melanggar prinsip kepatuhan terhadap hukum

b)      Pelanggaran etika bisnis terhadap transparansi

Sebuah Yayasan X  menyelenggarakan pendidikan setingkat SMA. Pada tahun ajaran baru sekolah mengenakan biaya sebesar Rp 500.000,- kepada setiap siswa baru. Pungutan sekolah ini sama sekali tidak diinformasikan kepada mereka saat akan mendaftar, sehingga setelah diterima mau tidak mau mereka harus membayar. Disamping itu tidak ada informasi maupun penjelasan resmi tentang penggunaan uang itu kepada wali murid. Setelah didesak oleh banyak pihak, yayasan baru memberikan informasi bahwa uang itu dipergunakan untuk pembelian seragam guru. Dalam kasus ini, pihak yayasan dan sekolah dapat dikategorikan melanggar prinsip transparansi

c)      Pelanggaran etika bisnis terhadap akuntabilitas

Sebuah RS Swasta melalui pihak Pengurus mengumumkan kepada seluruh karyawan yang akan mendaftar PNS secara otomotis dinyatakan mengundurkan diri. A sebagai salah seorang karyawan di RS Swasta itu mengabaikan pengumuman dari pihak pengurus karena menurut pendapatnya ia diangkat oleh Pengelola, dalam hal ini direktur, sehingga segala hak dan kewajiban dia berhubungan dengan Pengelola bukan Pengurus. Pihak Pengelola sendiri tidak memberikan surat edaran resmi mengenai kebijakan tersebut. Karena sikapnya itu, A akhirnya dinyatakan mengundurkan diri. Dari kasus ini RS Swasta itu dapat dikatakan melanggar prinsip akuntabilitas karena tidak ada kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban antara Pengelola dan Pengurus Rumah Sakit

d)     Pelanggaran etika bisnis terhadap prinsip pertanggungjawaban

Page 11: Lingkungan Dan Etika Akuntansi

Sebuah perusahaan PJTKI di Yogyakarta melakukan rekrutmen untuk tenaga baby sitter. Dalam pengumuman dan perjanjian dinyatakan bahwa perusahaan berjanji akan mengirimkan calon TKI setelah 2 bulan mengikuti training dijanjikan akan dikirim ke negara-negara tujuan. Bahkan perusahaan tersebut menjanjikan bahwa segala biaya yang dikeluarkan pelamar akan dikembalikan jika mereka tidak jadi berangkat ke negara tujuan. B yang tertarik dengan tawaran tersebut langsung mendaftar dan mengeluarkan biaya sebanyak Rp 7 juta untuk ongkos administrasi dan pengurusan visa dan paspor. Namun setelah 2 bulan training, B tak kunjung diberangkatkan, bahkan hingga satu tahun tidak ada kejelasan. Ketika dikonfirmasi, perusahaan PJTKI itu selalu berkilah ada penundaan, begitu seterusnya. Dari kasus ini dapat disimpulkan bahwa Perusahaan PJTKI tersebut telah melanggar prinsip pertanggungjawaban dengan mengabaikan hak-hak B sebagai calon TKI yang seharusnya diberangkatkan ke negara lain tujuan untuk bekerja

e)      Pelanggaran etika bisnis terhadap prinsip kewajaran

Sebuah perusahaan properti ternama di Yogjakarta tidak memberikan surat ijin membangun rumah dari developer kepada dua orang konsumennya di kawasan kavling perumahan milik perusahaan tersebut. Konsumen pertama sudah memenuhi kewajibannya membayar harga tanah sesuai kesepakatan dan biaya administrasi lainnya. Sementara konsumen kedua masih mempunyai kewajiban membayar kelebihan tanah, karena setiap kali akan membayar pihak developer selalu menolak dengan alasan belum ada ijin dari pusat perusahaan (pusatnya di Jakarta). Yang aneh adalah di kawasan kavling itu hanya dua orang ini yang belum mengantongi izin pembangunan rumah, sementara 30 konsumen lainnya sudah diberi izin dan rumah mereka sudah dibangun semuannya. Alasan yang dikemukakan perusahaan itu adalah ingin memberikan pelajaran kepada dua konsumen tadi karena dua orang ini telah memprovokasi konsumen lainnya untuk melakukan penuntutan segera pemberian izin pembangunan rumah. Dari kasus ini perusahaan properti tersebut telah melanggar prinsip kewajaran (fairness) karena tidak memenuhi hak-hak stakeholder (konsumen) dengan alasan yang tidak masuk akal

f)       Pelanggaran etika bisnis terhadap prinsip kejujuranSebuah perusahaan pengembang di Sleman membuat kesepakatan dengan sebuah

perusahaan kontraktor untuk membangun sebuah perumahan. Sesuai dengan kesepakatan pihak pengembang memberikan spesifikasi bangunan kepada kontraktor. Namun dalam pelaksanaannya, perusahaan kontraktor melakukan penurunan kualitas spesifikasi bangunan tanpa sepengetahuan perusahaan pengembang. Selang beberapa bulan kondisi bangunan sudah mengalami kerusakan serius. Dalam kasus ini pihak perusahaan kontraktor dapat dikatakan telah melanggar prinsip kejujuran karena tidak memenuhi spesifikasi bangunan yang telah disepakati bersama dengan perusahaan pengembang

g)      Pelanggaran etika bisnis terhadap prinsip empati

Page 12: Lingkungan Dan Etika Akuntansi

Seorang nasabah X dari perusahaan pembiayaan terlambat membayar angsuran mobil sesuai tanggal jatuh tempo karena anaknya sakit parah. X sudah memberitahukan kepada pihak perusahaan tentang keterlambatannya membayar angsuran, namun tidak mendapatkan respon dari perusahaan. Beberapa minggu setelah jatuh tempo pihak perusahaan langsung mendatangi X untuk menagih angsuran dan mengancam akan mengambil mobil yang masih diangsur itu. Pihak perusahaan menagih dengan cara yang tidak sopan dan melakukan tekanan psikologis kepada nasabah. Dalam kasus ini kita dapat mengkategorikan pihak perusahaan telah melakukan pelanggaran prinsip empati pada nasabah karena sebenarnya pihak perusahaan dapat memberikan peringatan kepada nasabah itu dengan cara yang bijak dan tepat

C.    Faktor-faktor pebisnis melakukan pelanggaran etika bisnis

Pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan pebisnis dilatarbelakangi oleh berbagai hal. Salah satu hal tersebut adalah untuk mencapai keuntungan yang sebanyak-banyaknya, tanpa memikirkan dampak buruk yang terjadi selanjutnya.

Faktor lain yang membuat pebisnis melakukan pelanggaran antara lain :

Banyaknya kompetitor baru dengan produk mereka yang lebih menarik

Ingin menambah pangsa pasar

Ingin menguasai pasar.

Dari ketiga faktor tersebut, faktor pertama adalah faktor yang memiliki pengaruh paling kuat. Untuk mempertahankan produk perusahaan tetap menjadi yang utama, dibuatlah iklan dengan sindiran-sindiran pada produk lain. Iklan dibuat hanya untuk mengunggulkann produk sendiri, tanpa ada keunggulan dari produk tersebut. Iklan hanya bertujuan untuk menjelek-jelekkan produk iklan lain.

Selain ketiga faktor tersebut, masih banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi. Gwynn Nettler dalam bukunya Lying, Cheating and Stealing memberikan kesimpulan tentang sebab-sebab seseorang berbuat curang, yaitu :

Orang yang sering mengalami kegagalan cenderung sering melakukan kecurangan.

Orang yang tidak disukai atau tidak menyukai dirinya sendiri cenderung menjadi pendusta.

Orang yang hanya menuruti kata hatinya, bingung dan tidak dapat menangguhkan keinginan memuaskan hatinya, cenderung berbuat curang.

Orang yang memiliki hati nurani (mempunyai rasa takut, prihatin dan rasa tersiksa) akan lebih mempunyai rasa melawan terhadap godaan untuk berbuat curang.

Page 13: Lingkungan Dan Etika Akuntansi

Orang yang cerdas (intelligent) cenderung menjadi lebih jujur dari pada orang yang dungu (ignorant).

Orang yang berkedudukan menengah atau tinggi cenderung menjadi lebih jujur.

Kesempatan yang mudah untuk berbuat curang atau mencuri, akan mendorong orang melakukannya.

Masing-masing individu mempunyai kebutuhan yang berbeda dan karena itu menempati tingkat yang berbeda, sehingga mudah tergerak untuk berbohong, berlaku curang atau menjadi pencuri.

Kehendak berbohong, main curang dan mencuri akan meningkat apabila orang mendapat tekanan yang besar untuk mencapai tujuan yang dirasakannya sangat penting.

Perjuangan untuk menyelamatkan nyawa mendorong untuk berlaku tidak jujur

2. Inisiatif untuk menciptakan bisnis yang berkelanjutan

Praktek bisnis yang bertanggung jawab sosial adalah dimana korporasi beradaptasi dan melakukan praktek kebijakan bisnis dan investasi sosial yang mendukung untuk meningkatkan kesejahteraan komunitas dan melindungi lingkungan. Perbedaan utama berfokus pada kebijakan kegiatan, bukan mereka yang diamanatkan oleh undang-undang atau peraturan atau hanya diharapkan, karena memenuhi standar moral atau etis.

Komunitas diinterpretasikan secara luas untuk mencakup karyawan perusahaan, pemasok, distributor, mitra dari sektor nirlaba dan masyarakat, serta anggota masyarakat umum. Dan kesejahteraan bisa merujuk kepada kesehatan dan keselamatan, serta kebutuhan psikologis dan emosional.

Selama dekade terakhir telah terjadi pergeseran yang jelas dari mengadopsi praktik bisnis yang lebih bertanggung jawab sebagai akibat dari peraturan, keluhan konsumen, dan tekanan kelompok minat khusus, untuk penelitian proaktif menjajaki solusi korporat untuk masalah sosial dan menggabungkan praktek-praktek bisnis baru yang akan mendukung beberapa issue.

Contoh: Agung Podomoro Group

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Komitmen kami menjalankan program tanggung jawab sosial secara terus-menerus demi mengembangkan taraf kehidupan yang lebih baik.

Sejalan dengan pengembangan usahanya, Perseroan memiliki komitmen untuk memberikan kembali kepada masyarakat dengan terlibat langsung dalam mengembangkan komunitas di lingkungan sekitar perusahaan. Berlandaskan pada visi untuk secara aktif berpartisipasi

Page 14: Lingkungan Dan Etika Akuntansi

meningkatkan kesejahteraan komunitas masyarakat sekitar di bidang lingkungan, pendidikan, sosial-budaya & kesehatan, olah raga, dan aktivitas keagamaan, kegiatan-kegiatan CSR Perseroan difokuskan kepada 5 (lima) aspek, yang diharapkan dapat membangun hubungan yang harmonis dan sejalan dengan pertumbuhan lingkungan, nilai-nilai serta kondisi dan tradisi lokal yang berlaku, yakni:

1. Lingkungan; Perseroan secara berkelanjutan menciptakan keseimbangan antara bisnis dan lingkungan dengan mengimplementasikan inisiatif-inisiatif yang bersahabat dengan lingkungan dalam proses bisnisnya. Program green waste (pengelolaan sampah) di kawasan pemukiman Podomoro City, Gading Nias, CBD Pluit, Sudirman Park, dan Kalibata City (berkelanjutan).

2. Pendidikan; Perseroan mengembangkan pusat pelatihan internal “Agung Podomoro Land Learning Center (APL-LC)” yang fokus dalam meningkatkan keahlian dan kompetensi karyawan, bekerjasama dengan Agung Podomoro Recruitment Center untuk menyediakan kesempatan bekerja bagi siswa-siswa yang secara keuangan kurang mampu namun memiliki kinerja yang baik dan memberikan beasiswa serta berbagai dukungan proses belajar-mengajar lainnya bagi mereka. Program “Berbagi Buku untuk Anak Indonesia” dijalankan bekerja sama dengan Kick Andy Foundation.

Mei 2013, bantuan buku bacaan disampaikan untuk siswa SD Damai, Pidie, Aceh. Diharapkan bantuan buku-buku bacaan ini dapat menjadi penunjang bacaan siswa sehingga dapat memperluas wawasan pengetahuan mereka.

Juli 2013, dilakukan penyerahan buku bacaan dan perpustakaan secara simbolis di Pusat Kegiatan Anak (PKA) Sahabat Anak, Manggarai, Jakarta, suatu komunitas yang memberikan pendampingan dan kegiatan belajar untuk anak-anak jalanan untuk diteruskan kepada delapan area pusat belajar Sahabat Anak.

Juni 2013, berpartisipasi dalam program beasiswa Karya Salemba Empat yang diselenggarakan untuk membantu kebutuhan finansial mahasiswa yang membutuhkan. Dengan berpartisipasi dalam program ini, APLN berharap turut mendorong dan mempersiapkan penerima beasiswa menjadi lulusan yang memiliki integritas, berwawasan kebangsaan, cinta pada tanah air, nusa dan bangsa.

Desember 2013, Program “Mobil Pintar” yang pada awalnya dijalankan melalui kerjasama dengan Yayasan Pondok Kasih, yaitu dengan membuat “Mobil Pintar,” mobil yang berisikan buku-buku pengetahuan umum, buku-buku cerita untuk menambah wawasan anak, dan bermacam buku pelajaran lainnya, serta dilengkapi 4 (empat) buah komputer dan proyektor untuk mengusung metode pengajaran berdasarkan kurikulum yang telah disusun oleh guru-guru terlatih dan berpengalaman dalam pendidikan anak. Program ini bertujuan untuk memberikan pendidikan berbasis teknologi kepada anak-anak yang tinggal di pemukiman kumuh. Diharapkan, pada awal tahun 2014 dapat dibuat dua buah “Mobil Pintar” yang direncanakan mengunjungi berbagai titik wilayah di Jakarta dengan menjangkau anak-anak jalanan, anak-anak di wilayah pemukiman padat

Page 15: Lingkungan Dan Etika Akuntansi

penduduk dan di wilayah pekuburan, serta anak-anak buta huruf dan putus sekolah.

3. Sosial-budaya dan kesehatan; dalam bentuk tanggung jawab dan perhatian kepada komunitas di sekitar perusahaan, diantaranya memberikan bantuan dana bagi kegiatan sosial, pemeriksaan kesehatan gratis, dan dukungan penyediaan infrastruktur untuk organisasi sosial kemasyarakatan.

Februari 2013, pemberian bantuan kepada korban banjir di sekitar kawasan Pluit dan Karet Tengsin, Jakarta.

November 2013, pemberian bantuan kepada korban banjir Filipina. Desember 2013, pemberian bantuan kepada korban bencana Sinabung, Sumatera

Utara.

4. Olah raga; dilakukan melalui keterlibatan Perseroan dalam meningkatkan minat masyarakat untuk berolah raga baik dengan menciptakan kebanggaan memperoleh prestasi di bidang olah raga maupun kesadaran mereka sendiri untuk hidup sehat.

Mei 2013, berpartisipasi mensponsori kegiatan yang dilakukan Ikatan Sport Indonesia.

Juni 2013, berpartisipasi mensponsori kegiatan Bali Marathon yang diselenggarakan BII Maybank.

September 2013, berpartisipasi mensponsori kegiatan Pengurus Besar Gabungan Bridge Seluruh Indonesia.

Desember 2013, berpartisipasi mensponsori kegiatan Charity Golf Tournament yang dilaksanakan oleh Yayasan Bhakti Nusantara.

5. Keagamaan; dilakukan melalui pemberian bantuan bagi pelaksanaan kegiatan keagamaan yang dilakukan masyarakat sekitar, diantaranya perayaan hari raya, bantuan bagi anak-anak yatim piatu, dan dukungan dalam merenovasi rumah ibadah.

Juli 2013, pembangunan Mesjid Nurul Al-Hidayah di Gadog, Bogor. Juli 2013, berbagi ta’jil untuk buka puasa yang diberikan kepada masyarakat di

sekitar Podomoro City, Jakarta Barat. Juli 2013, buka Puasa Bersama 1.250 Anak Yatim yang diselenggarakan di

Ballroom Hotel Pullman Jakarta Central Park, Jakarta.

Total biaya yang dikeluarkan Perseroan dalam rangka kegiatan CSR di tahun 2013 adalah sebesar Rp10.050.000.000 (sepuluh miliar lima puluh juta rupiah).

Program tanggung jawab sosial yang dijalankan perusahaan ditujukan untuk:

Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memperbaiki lingkungan Mengembangkan nilai dan budaya perusahaan yang sesuai dengan prinsip-prinsip tata

kelola perusahaan yang baik dan peraturan yang berlaku Menimbulkan keunggulan kompetitif perusahaan

Page 16: Lingkungan Dan Etika Akuntansi

Mampu menarik dan mempertahankan pekerja, pelanggan, klien/pengguna Memelihara moral, komitmen dan produktivitas pekerja Membina hubungan baik dengan perusahaan lain, pemerintah, media, pemasok, rekanan,

pelanggan, dan masyarakat sekitar;

Yang pada akhirnya diharapkan menimbulkan pengaruh positif dalam memajukan perusahaan, baik secara langsung maupun tidak langsung, ataupun terhadap produk yang dipasarkan oleh perusahaan, dan seterusnya membentuk citra positif perusahaan, serta membangun rasa kepercayaan publik, pemegang saham dan pemangku kepentingan terhadap perusahaan.

Kasus Enron

Enron adalah sebuah perusahaan energi Amerika yang berbasis di Houston, Texas, Amerika Serikat. Perusahaan ini didirikan pada 1930 sebagai Northern Natural Gas Company, sebuah konsorsium dari Northern American Power and Light Company, Lone Star Gas Company, dan United Lights and Railways Corporation. Kepemilikan konsorsium ini secara bertahap dibubarkan antara 1941 hingga 1947 melalui penawaran saham kepada publik. Pada 1979, Northern Natural Gas mengorganisir dirinya sebagai perusahaan induk, Internorth, yang menggantikan Northern Natural Gas di New York Stock Exchange. Enron sebelum tahun 2001 mempekerjakan sekitar 21.000 orang pegawai dan merupakan salah satu perusahaan terkemuka di dunia dalam bidang listrik, gas alam, bubur kertas dan kertas, serta komunikasi (wikipedia.co.id).

Enron menyalahgunakan kekuatan ekonomi dan hubungan pribadi pada Arthur Andersen untuk mencapai “pendekatan agresif dalam akuntansinya”. Tim Audit Andersen yang dipimpin David Duncan kelihatannya mengakomodasi keagresifan Enron. Ketika ada akuntan Andersen yang bereaksi secara tidak simpatik terhadap upaya Enron untuk memaksimalkan laba atau untuk memanipulasinaturan akuntansi, besar kemungkinannya dia digeser dari penugasannya di Enron yang prestisius.

Sejak tahun 1998 Enron mulai mengeluh terhadap keputusan-keputuwsan yang dibuat Professional Standards Group (PSG). Sebenarnya PSG adalah suatu lembaga kunci di Andersen yang mempunyai wewenang tertinggi menetapkan hal-hal yang berkenaan dengan kebijakan akuntansi, atau masalah-masalah yang mungkin timbul mengenai kebijakan akuntansi.

Pada 2 Desember 2001, Enron mengajukan permohonan perlindungan Chapter 11 akibat kebangkrutan yang melanda perusahaan tersebut. Kebangkrutan ini disebabkan kegagalan pada proses bisnis dan manajemen (Eiteman, dkk, 2007). Juga akibat adanya penipuan akuntansi yang sistematis, terlembaga, dan direncanakan secara kreatif (wikipedia.co.id).

Jeffrey Skilling menjelaskan kebangkrutan Enron disebabkan terganggunya proses bisnis akibat credit rating perusahaan menurun pada November 2001. Hal ini dikarenakan

Page 17: Lingkungan Dan Etika Akuntansi

sebagai perusahaan trading, membutuhkan rating nilai investasi untuk melakukan perdagangan dengan perusahaan lain. Tidak ada nilai yang baik, maka tidak akan ada perdagangan (Eiteman, dkk, 2007).

Terjadinya penurunan nilai rating investasi perusahaan disebabkan hutangnya yang terlalu besar, yang sebelumnya tidak tercatat dalam neraca (off balance sheet) kemudian diklasifikasikan ulang sehingga tercatat dalam neraca (on balance sheet). Hutangnya tidak hanya sebesar $13 juta tetapi bertambah hingga sebesar $38 juta. Klasifikasi ulang dilakukan karena terdapat banyak special purpose entity (SPEs) dan kerjasama yang tidak tercatat dalam neraca yang memiliki banyak hutang. Sehingga terjadi ketidakcocokan saat dilakukan konsolidasi ulang yang kemudian menyebabkan nilai ekuitas perusahaan jatuh (Eiteman, dkk, 2007).

Meningkatnya defisit dalam arus kas perusahaan menyebabkan timbulnya masalah manajemen keuangan yang mendasar pada Enron. Pertumbuhan perusahaan membutuhkan adanya modal eksternal. Tambahan modal dapat diperoleh dari hutang baru dan ekuitas baru. Ken Lay dan Jeff Skilling, enggan untuk menerbitkan jumlah besar dari ekuitas baru. Karena akan mendilusi laba dan jumlah saham yang dipegang oleh pemegang saham. Pilihan menggunakan utang juga terbatas, dengan tingkat utang yang tinggi menyebabkan rating Enron hanya sebesar BBB, tingkat rating yang rendah oleh lembaga pemberi rating (Eiteman, dkk, 2007).

Andrew Fastow bersama dengan asistennya membuat SPEs, alat yang digunakan dalam jasa keuangan. SPEs memiliki dua tujuan penting, pertama; menjual aset-aset yang bermasalah ke rekanan. Enron menghilangkan aset tersebut dari neraca, mengurangi tekanan akibat utang dan menyembunyikan kinerja buruk investasi. Hal ini dapat mendatangkan dana tambahan untuk membiayai kesempatan investasi baru. Kedua; memperoleh pendapatan untuk memenuhi laba yang disyaratkan oleh Wall Street.

SPEs dibiayai dari tiga sumber; (1) ekuitas dalam bentuk saham treasury, (2) ekuitas dalam bentuk minimum 3% dari aset yang berasal dari pihak ketiga yang tidak berhubungan, (3) jumlah yang besar dari utang bank. Modal ini berada pada sisi kanan neraca SPEs, akan tetapi pada sisi kiri modal digunakan untuk membeli aset dari Enron. Hal ini menyebabkan harga saham SPEs berkaitan dengan harga saham Enron. Saat saham SPEs naik, maka saham Enron ter-apresiasi. Sedangkan saat harga saham SPEs turun, maka harga saham Enron ter-depresiasi (Eiteman, dkk, 2007).

Menurunnya harga saham Enron hingga $47 per lembar saham pada bulan Juli 2001, menyebabkan investor curiga. Hal ini menyebabkan Sherron Watkins, wakil presiden Enron mencoba memperingatkan Kenneth Lay dengan membawa 6 lembar surat yang menjelaskan proses akuntan yang tidak wajar sehubungan dengan SPEs dan memperingatkan akan kecurangan proses akuntan. Akan tetapi peringatan Sherron Watkins tidak dihiraukan oleh Ken Lay, sehingga terjadilah tsunami di Enron. Harga sahamnya jatuh hingga tersisa $1 per lembar saham yang menyebabkan Enron bangkrut. Pada Bulan Februari 2002, Sherron Watkins dipanggil oleh DPR untuk menjelaskan skandal Enron, tentang aktivitas akuntansi perusahaan.

Page 18: Lingkungan Dan Etika Akuntansi

Kaitan Kasus Enron dengan Etika Bisnis:Adapun kaitan kasus Enron dengan Etika Bisnis, jika dilihat dari Ekspektasi Masyarakat terhadap Bisnis dan Akuntansi yaitu:

Menurut teori fraud ada 3 komponen utama yang menyebabkan orang melakukan kecurangan, menipulasi, korupsi dan sebangsanya (prilaku tidak etis), yaitu opportunity; pressure; dan rationalization, ketiga hal tersebut akan dapat kita hindari melalui meningkatkan moral, akhlak, etika, perilaku, dan lain sebagainya, karena kita meyakini bahwa tindakan yang bermoral akan memberikan implikasi terhadap kepercayaan publik (public trust). Namun, hal tersebut tidak dilakukan oleh Enron, yang menjadikannya bangkrut dan hancur serta berimplikasi negatif bagi banyak pihak. Pihak yang dirugikan dari kasus ini tidak hanya investor Enron saja, tetapi terutama karyawan Enron yang menginvestasikan dana pensiunnya dalam saham perusahaan serta investor di pasar modal pada umumnya (social impact). Milyaran dolar kekayaan investor terhapus seketika dengan meluncurnya harga saham berbagai perusahaaan di bursa efek. Jika dilihat dari Agency Theory, Andersen sebagai KAP telah menciderai kepercayaan dari pihak stock holder atau principal untuk memberikan suatu fairrness information mengenai pertanggungjawaban dari pihak agent dalam mengemban amanah dari principal. Pihak agent dalam hal ini manajemen Enron telah bertindak secara rasional untuk kepentingan dirinya (self interest oriented) dengan melupakan norma dan etika bisnis yang sehat.

Dalam kasus Enron diketahui terjadinya perilaku moral hazard diantaranya manipulasi laporan keuangan dengan mencatat keuntungan 600 juta Dollar AS padahal perusahaan mengalami kerugian. Manipulasi keuntungan disebabkan keinginan perusahaan agar saham tetap diminati investor. Dalam pihak Andersen sendiri pun mengalami pergejolakan akan etika, dimana seorang staf PSG (Professional Standard Group) yaitu Carl Bass tidak diperkenankan turut campur menangani Enron, karena menentang kebijakan akuntansi yang diterapkan Enron. Sekalipun hal ini diluar tradisi Andersen, dan ditentang oleh orang-orang penting PSG, tetap saja Carl Bass tidak diperkenankan ikut campur. Akuntan Andersen yang lain juga mengalami nasib yang sama, yaitu Jennifer Stevenson dan Pattie Grutzmacher. Keduanya digeser dari bagian tertentu dalam audit Enron setelah mereka mengambil posisi yang berlawan dengan keinginan klien. Selain itu, Tim audit Enron yang dikepalai oleh David Duncan dan anggota senior dalam tim auditnya mengabaikan saran PSG dan untuk tidak menggabungkan masing-masing SPEs menjadi satu, walaupun sebenarnya di Andersen nasehat PSG tidak pernah diabaikan, dan secara umum pendapat PSG lah yang menentukan. Ketika kasus ini menyeruak, Duncan memerintahkan untuk menghancurkan seluruh dokumen Enron kecuali kertas kerja audit inti. Hal ini untuk mencari jalan keselamatan, yang tidak sesuai dengan etika.

Peran PemerintahDalam masalah Enron dan Andersen, kasus ini bergaung keras karena melibatkan

politisi-politisi penting. Enron mempunyai hubungan dekat dengan Presiden George Bush. Enron sejak lama menjadi pendukung keuangan Bush. Keterlibatan keuangan Enron melaampaui Gedung Putih, dan menyeret banyak kalangan dari partai Republik. Dukungan keuangannya membuka kesempatan bagi Enron untuk mendapat akses ke lembaga negara

Page 19: Lingkungan Dan Etika Akuntansi

yang sensitif seperti Energy Committee-nya, yaitu Wakil Presiden Richard Cheney. Sehingga, peran pemerintah secara preventif dalam kasus ini menjadi tidak berfungsi.

Pembahasan MasalahMenurut teori fraud ada 3 komponen utama yang menyebabkan orang melakukan

kecurangan, menipulasi, korupsi dan sebangsanya (prilaku tidak etis), yaitu opportunity; pressure; dan rationalization, ketiga hal tersebut akan dapat kita hindari melalui meningkatkan moral, akhlak, etika, perilaku, dan lain sebagainya, karena kita meyakini bahwa tindakan yang bermoral akan memberikan implikasi terhadap kepercayaan publik (public trust). Praktik bisnis Enron yang menjadikannya bangkrut dan hancur serta berimplikasi negatif bagi banyak pihak. Pihak yang dirugikan dari kasus ini tidak hanya investor Enron saja, tetapi terutama karyawan Enron yang menginvestasikan dana pensiunnya dalam saham perusahaan serta investor di pasar modal pada umumnya (social impact). Milyaran dolar kekayaan investor terhapus seketika dengan meluncurnya harga saham berbagai perusahaaan di bursa efek. Jika dilihat dari Agency Theory, Andersen sebagai KAP telah menciderai kepercayaan dari pihak stock holder atau principal untuk memberikan suatu fairrness information mengenai pertanggungjawaban dari pihak agent dalam mengemban amanah dari principal. Pihak agent dalam hal ini manajemen Enron telah bertindak secara rasional untuk kepentingan dirinya (self interest oriented) dengan melupakan norma dan etika bisnis yang sehat.

3. Praktik-praktik bisnis tidak beretika.Terdapat banyak sekali contoh bisnis tidak beretika di dunia nyata. Masing-masing

dapat dilihat tidak beretika dari berbagai aspek seperti aspek legal, ekonomi, moral dan lingkungan. Sebagian besar praktik tidak beretika tersebut didasari motif untuk kepentingan perusahaan atau pribadi. Salah satu kasus paling fenomenal dalam hal ini adalah kasus Enron dan Arthur Andersen.

Kasus Enron dan Arthur AndersenEnron merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang energi di Amerika.

Berdiri pada tahun 1985, Enron mulai mengembangkan bisnsinya dengan mengadakan trading gas natural di tahun 1989. Pengembangan bisnis tersebut dilanjutkan pada tahun 1994 ketika Enron mulai ekspansi ke bisnis listrik. Tidak berhenti disitu, Enron terus berkembang dengan menciptakan suatu jaringan bisnis energy global di era akhir 1999 dengan menciptakan Enron Online. Hingga tahun 2001, tercatat bahwa Enron Online dapat menciptakan trade per hari hingga US$ 2.5 miliar per hari.

Kemajuan Enron membuatnya tercatat sebagai salah satu perusahaan paling sukses abad itu. Harga saham per lembarnya pun mencapai US$84.47. Namun terdapat beberapa analis yang merasa bahwa laporan keuangan Enron tidak masuk akal. Hal tersebut menimbulkan kecurigaan publik terhadap Enron yang kemudian memuncak di tahun 2001.

Hasil pemeriksaan SEC menunjukkan bahwa Enron beserta kantor akuntan publik yang mengauditnya yaitu Arthur Andersen telah melakukan beberapa kesalahan yang menyebabkannya bangkrut. Adapun kesalahan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

Page 20: Lingkungan Dan Etika Akuntansi

a) Enron menutupi hutang-hutangnya dengan memanfaatkan anak-anak perusahaan yang dimiliki dari hasil kerjasama dengan beberapa partner.

b) Enron memiliki sistem pengakuan pendapatan yang tidak akurat. Dalam banyak kontrak dimana Enron hanya berperan sebagai agen saja (penengah yang mempertemukan pembeli dan penjual), Enron membukukan seluruh nilai kontrak tersebut sebagai pendapatan. Padahal secara akunting, agen dalam hal ini hanya boleh mengakui agent fee atau komisi sebagai pendapatannya.

c) Dengan ratusan subsidiaries, Enron memanfaatkannya untuk menciptakan kontrak antar subsidiaries dan membukukannya sebagai pendapatan.

d) Arthur Andersen selaku akuntan publik yang seharusnya independen, mengiyakan praktik bisnis Enron dan bahkan mengakui menghancurkan dokumen-dokumen bukti praktik Enron di bulan Oktober 2001.

Akibat dari skandal tersebut, akhirnya Enron dinyatakan bangkrut. Adapun nasib dari Artur Andersen adalah dicabutnya izin mengaudit perusahaan terbuka yang berpengaruh kepada reputasinya dan akhirnya berhenti menjalankan praktik audit sama sekali.

Selain itu, beberapa dampak eksternal lain dari skandal Enron adalah :a) Ribuan karyawan menganggur.b) Banyak investor yang kehilangan jutaan dolar dalam hitungan hari.c) Kepercayaan publik terhadap sistem ekonomi dan peranan akuntan menurun.

Setelah kacaunya perekonomian bisnis kala itu, akhirnya pemerintah Amerika Serikat mengeluarkan Sarbanas-Oxley Act yang bertujuan untuk meningkatkan akurasi pelaporan keuangan korporat terbuka. Penerapan Sarbanas-Oxley Act terebut dimulai di Amerika yang kemudian berlanjut ke Canada dan negara lain.

Kasus Virgin MobileVirgin mobile adalah salah satu perusahaan teknologi komunikasi di Amerika. Pada

tahun 2008, Virgin mobile mengadakan aksi donasi untuk para remaja tunawisma di Amerika yang diberi nama Strip2Clothe. Virgin mobile berencana akan memberikan pakaian kepada para remaja tunawisma. Uniknya, dalam kampanye untuk para tunawisma ini, Virgin mobile akan memberikan satu pakaian untuk setiap video remaja striptease yang diupload. Persyaratan video tersebut adalah:

a) Peserta harus berusia 18 tahun atau lebih.b) Tidak boleh memperlihatkan secara bugil dari video tersebut.c) Virgin mobile akan menyaring setiap video yang diupload.d) Setiap 1 video yang terupload, akan didonasikan 1 pakaian kepada remaja

tunawisma. Setiap penonton video tersebut bertambah dalam kelipatan 5, akan bertambah 1 pakaian lagi yang akan diberikan kepada remaja tunawisma.

Dalam beberapa hari, terdapat 20 video yang berhasil diupload dan menghasilkan 51,291 potong pakaian yang didonasikan kepada remaja tunawisma. Namun aksi tersebut mendapat protes khususnya dari National Network for Youth. Mereka menilai bahwa jenis kampanye semacam itu tidak etis dan tidak masuk akal. Ditambah menurut mereka, remaja tunawisma lebih membutuhkan tempat berlindung dan keamnanan daripada pakaian.

Atas protes tersebut, akhirnya Virgin mobile mengubah sistem videonya. Nama kampanye pun diubah dari Strip2Clothe menjadi Blank2Clothe. Dalam sistem yang baru ini,

Page 21: Lingkungan Dan Etika Akuntansi

peserta video tidak harus membuka pakaian, tapi cukup memperlihatkan bakat di video tersebut. Seluruh video Strip2Clothe sebelumnya dihapus, dan pesertanya diminta untuk mengirimkan kembali video yang menampilkan bakat mereka dalam keadaan memakai pakaian penuh.

Praktik iklan atau kampanye ini memang dilematis. Di satu sisi, iklan/ kampanye ini mendatangkan banyak donasi, namun di sisi lain cara atau metode yang digunakannya dinilai tidak etis dari sudut pandang nilai kesopanan. Bagi sebagian orang mungkin video tersebut dinilai biasa, namun bagi banyak orang terutama yang memiliki nilai religi cukup kuat, hal seperti ini dinilai sebagai suatu perilaku tidak etis.

Kasus Jetsgo CorporationJetsgo Corporation adalah sebuah perusahaan penerbangan di Canada yang didirikan

pada tahun 2002 yang dimiliki oleh Michel Leblanc. Dalam waktu dua tahun enam bulan, Jetsgo telah berkembang menjadi perusahaan penerbangan Canada terbesar ketiga.

Jetsgo terkenal dengan tarif terbangnya yang rendah. Namun hal tersebut mengundang berbagai protes karena low-cost tersebut diperoleh dengan cara:

a) Membayar gaji rendah,b) Pilot membayar sendiri biaya training.c) Melakukan leasing untuk pesawat tua.d) Meminimalisir persediaan suku cadang dengan hanya menggunakan dua jenis

pesawat terbang.Pada bulan Maret 2005 Jetsgo memasuki perlindungan kebangkrutan. Karena metode

pengumuman kebangkrutannya, ribuan penumpang pesawat terdampar dan tertelantarkan di bandara. Hal ini disebabkan karena:

a) Keputusan berhenti operasi/ bisnis dilakukan pada tanggal 10 Maret dikala banyak orang sedang berlibur musim semi. Tapi Jetsgo tidak melakukan publikasi apapun dan tetap membuka booking pesawat online.

b) Para pilot dan staff lainnya dihubungi pada tanggal 11 Maret dini hari bahwa perusahaan telah bangkrut dan direkomendasikan untuk menghindari bandara.

Para penumpang yang terlantar akhirnya terpaksa mencari pesawat lain agar bisa pergi berlibur/ pulang. Menurut informasi, retur pembayaran tiket dilakukan oleh travel agent dan mereka yang membayar melalui bank akan menerima retur dari bank yang bersangkutan.

Dalam kasus ini terdapat dua pokok utama praktik tidak etis. Pertama adalah metode low-cost yang dilakukan Jetsgo. Memang impian setiap perusahaan untuk dapat menghasilkan pendapatan tinggi dengan cost yang serendah mungkin, namun jangan sampai prosess minimalisasi biaya mengurangi kualitas layanan dan mengabaikan hak orang lain. Konsekuensi yang dialami Jetsgo akibat metode ini adalah seringnya pendaratan darurat yang dilakukan oleh pesawat Jetsgo.

Kedua adalah etika dalam pengumuman kebangkrutan. Seharusnya saat mengambil keputusan bahwa bisnis akan dihentikan, Jetsgo menutup semua akses booking pesawat termasuk booking secara online. Selain itu, ada baiknya jika pengumuman kebangkrutan dan penutupan bisnis ditunda sampai libur musim semi berakhir atau setidaknya sampai semua penumpang yang telah beli tiket selesai diantarkan ke tujuan.