LIMBAH: DEFINISI, KARAKTER, KLASIFIKASI, MANFAAT DAN
CARA MENGATASINYA
Disusun Oleh :
ARGHYA NARENDRA DIANASTYA (111510501105)(Mahasiswa Penerima Beasiswa Unggulan S-1 PS. Agroteknologi Fakultas
Pertanian UNEJ)
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS JEMBER
2012
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kita semua tahu Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan sumber daya
alamnya. Salah satu kekayaan tersebut, Indonesia memiliki tanah yang sangat
subur karena berada di kawasan yang umurnya masih muda, sehingga di
dalamnya banyak terdapat gunung-gunung berapi yang mampu mengembalikan
permukaan muda kembali yang kaya akan unsur hara.
Namun seiring berjalannya waktu, kesuburan yang dimiliki oleh tanah
Indonesia banyak yang digunakan sesuai aturan yang berlaku tanpa
memperhatikan dampak jangka panjang yang dihasilkan dari pengolahan tanah
tersebut.
Salah satu diantaranya, penyelenggaraan pembangunan di Tanah Air tidak
bisa disangkal lagi telah menimbulkan berbagai dampak positif bagi masyarakat
luas, seperti pembangunan industri yang telah menciptakan lapangan kerja baru
bagi penduduk di sekitarnya. Namun keberhasilan itu seringkali diikuti oleh
dampak negatif yang merugikan masyarakat dan lingkungan.
Kegiatan industri ini mempunyai efek yang sangat besar. Efek yang
ditimbulkan cukup beragam, mulai dari efek positif sampai efek negatif. Dampak
positif dari kegiatan industri, seperti penyerapan tenaga kerja, meningkatkan
pendapatan, meningkatkan daya saing produk dan jasa serta pengaplikasian ilmu
pengetahuan dan teknologi. Semua dampak positif tersebut juga diiringi dampak
negatif seperti semakin berkembangnya sistem ekonomi kapitalistik, pergeseran
nilai-nilai sosial-budaya, sampai kerusakan lingkungan yang terjadi dimana-mana.
Pembangunan kawasan industri di daerah-daerah pertanian dan sekitarnya
menyebabkan berkurangnya luas areal pertanian, kuantitas hasil/produk pertanian,
terganggunya kenyamanan dan kesehatan manusia atau makhluk hidup lain serta
pencemaran tanah dan badan air yang dapat menurunkan kualitas akibat limbah
yang dihasilkan oleh industri tersebut.
Dengan adanya suatu industri baik industri rumah tangga atau industri
pabrikan dapat memberikan dampak negatif terhadap lingkungan. Salah satu
masalah yang harus diterima oleh lingkungan yaitu pencemaran limbah yang
dihasilkan oleh suatu industri, dimana limbah dapat mencemari lingkungan
sehingga dapat menurunkan produtivitas tanah, mikroba-mikroba yang berada
didalam tanah dan air yang dapat memberikan dampak positif terhadap tanah akan
mengalami penurunan.
Dampak lingkungan yang di timbulkan oleh adanya limbah sangat besar
dirasakan oleh manusia. Misalnya saja penurunanan kualitas dan kuantitas air
yang saat ini menjadi permasalahan pokok pencemaran lingkungan. Padahal air
merupakan salah satu kebutuhan pokok sehari-hari makhluk hidup di dunia ini
yang tidak dapat terpisahkan. Tidak hanya penting bagi manusia, air merupakan
bagian yang penting bagi makhluk hidup baik hewan dan tubuhan. Tanpa air
kemungkinan tidak ada kehidupan di dunia inti karena semua makhluk hidup
sangat memerlukan air untuk bertahan hidup.
Dampak negatif yang menimpa lahan pertanian dan lingkungannya perlu
mendapatkan perhatian yang serius, karena limbah industri yang mencemari lahan
pertanian tersebut mengandung sejumlah unsur-unsur kimia berbahaya yang bisa
mencemari badan air dan merusak tanah dan tanaman serta berakibat lebih jauh
terhadap kesehatan makhluk hidup.
1.2 Tujuan
1.Untuk mengetahui dengan jelas apa yang dimaksud limbah.
2.Untuk mengetahui karakteristik limbah.
3.Untuk mengetahui pemanfaatan limbah sehingga dapat mempunyai nilai atau
manfaat.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Limbah
Limbah adalah benda yang dibuang, baik berasal dari alam ataupun dari hasil
proses teknologi. Limbah dapat berupa tumpukan barang bekas, sisa kotoran
hewan, tanaman, atau sayuran (Ariens, 1994). Limbah adalah buangan yang
dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah
tangga, yang lebih dikenal sebagai sampah), yang kehadirannya pada suatu saat
dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai
ekonomis (Achmad, 2004).
Menurut Cahyononugroho (2002), berdasarkan karakteristiknya, limbah
dapat dibagi menjadi empat, yaitu
a. Limbah cair biasanya dikenal sebagai entitas pencemar air. Komponen
pencemaran air pada umumnya terdiri dari bahan buangan padat, bahan
buangan organik, dan bahan buangan anorganik.
b. Limbah padat
c. Limbah gas dan partikel
d. Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah limbah yang apabila setelah
melalui pengujian memiliki salah satu atau lebih karakteristik mudah meledak,
mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, penyebab infeksi, dan bersifat
korosif.
Adapun karakteristik limbah secara umum menurut (Nugroho, 2006)
adalah sebagai berikut:
a. Berukuran mikro, maksudnya ukurannya terdiri atas partikel-partikel kecil
yang dapat kita lihat.
b. Penyebarannya berdampak banyak, maksudnya bukan hanya berdampak pada
lingkungan yang terkena limbah saja melainkan berdampak pada sector-sektor
kehidupan lainnya, seperti sektor ekonomi, sektor kesehatan dll.
c. Berdampak jangka panjang (antargenerasi), maksudnya masalah limbah tidak
dapat diselesaikan dalam waktu singkat. Sehingga dampaknya akan ada pada
generasi yang akan datang.
d. Limbah yang dapat mengalami perubahan secara alami (degradable waste =
mudah terurai), yaitu limbah yang dapat mengalami dekomposisi oleh bakteri
dan jamur, seperti daun-daun, sisa makanan, kotoran, dan lain-lain.
e. Limbah yang tidak atau sangat lambat mengalami perubahan secara alami
(nondegradable waste = tidak mudah terurai), misanya plastic, kaca, kaleng,
dan sampah sejenisnya.
1. Ciri Fisik
Ciri – ciri fisik utama air limbah adalah kandungan padat, warna, bau, dan
suhunya. Bahan padat total terdiri dari bahan padat tak terlarut atau bahan padat
yang terapung serta senyawa – senyawa yang larut dalam air. Kandungan bahan
padat terlarut ditentukan dengan mengeringkan serta menimbang residu yang
didapat dari pengeringan.
Warna adalah ciri kualitatif yang dapat dipakai untuk mengkaji kondisi umum
air limbah. Jika warnanya coklat muda, maka umur air kurang dari 6 jam. Warna
abu – abu muda sampai setengah tua merupakan tanda bahwa air limbah sedang
mengalami pembusukanatau telah ada dalam sistem pengumpul untuk beberapa
lama. Bila warnanya abu – abu tua atau hitam, air limbah sudah membusuk
setelah mengalami pembusukan oleh bakteri dengan kondisi anaerobik.
Penentuan bau menjadi semakin penting bila masyarakat sangat mempunyai
kepentingan langsung atas terjadinya operasi yang baik pada sarana pengolahan
air limbah. Senyawa utama yang berbau adalah hidrogen sulfida, senyawa –
senyawa lain seperti indol skatol, cadaverin dan mercaptan yang terbentuk pada
kondisi anaerobik dan menyebabkan bau yang sangat merangsang dari pada bau
hidrogen sulfida.
Suhu air limbah biasanya lebih tinggi dari pada air bersih karena adanya
tambahan air hangat dari pemakaian perkotaan. Suhu air limbah biasanya
bervariasi dari musim ke musim, dan juga tergantung pada letak geografisnya.
2. Ciri Kimia
Selain pengukuran BOD, COD dan TOC pengujian kimia yang utama adalah
yang bersangkutan dengan Amonia bebas, Nitrogen organik, Nitrit, Nitrat, Fosfor
organik dan Fosfor anorganik. Nitrogen dan fosfor sangat penting karena kedua
nutrien ini telah sangat umum diidentifikasikan sebagai bahan untuk pertumbuhan
gulma air. Pengujian – pengujian lain seperti Klorida, Sulfat, pH serta alkalinitas
diperlukan untuk mengkaji dapat tidaknya air limbah yang sudah diolah dipakai
kembali serta untuk mengendalikan berbagai proses pengolahan (Djajadiningrat,
Surna. T . 1991).
2.2 Industri
2.2.1 Kegiatan Industri
Menurut Ginting (2007), kegiatan manusia mengubah lingkungan
dilakukan karena adanya kebutuhan hidup. Kebutuhan ini akan menjadi semakin
meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk. Upaya pemenuhan
kebutuhan menusia dipengaruhi oleh perkembangan budaya. Ilmu pengetahuan
dan teknologi sebagai hasil perkembangan budaya digunakan untuk
mengembangkan berbagai industri yang dapat memenuhi kebutuhan manusia,
antara lain sebagai berikut:
1. Industri primer, mengupayakan kebutuhan dari alam secara langsung, seperti
pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan.
2. Industri sekunder, mengolah hasil industri primer seperti industri makanan,
industri tekstil, industri kertas, industri pengolahan minyak bumi, dan industri
logam.
3. Industri tersier, menghasilkan jasa atau pelayanan seperti industri informasi
dan komunikasi, transportasi, dan perdagangan.
Perkembangan industri tidak hanya mengubah lingkungan tetapi juga
menimbulkan pencemaran. Berbagi industri selain menghasilkan produk yang
digunakan manusia juga menghasilkan buangan atau limbah (Sastrawijaya, 2000).
2.2.2 Limbah Industri
Buangan atau limbah industri adalah bahan buangan sebagai hasil
sampingan dari proses produksi industri yang dapat berbentuk benda padat, cair
maupun gas yang dapat menimbulkan pencemaran. (Ginting, 2007).
Limbah industri baik berupa gas, cair maupun padat umumnya termasuk
kategori atau dengan sifat limbah B3. Kegiatan industri disamping bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan, ternyata juga menghasilkan limbah sebagai
pencemar lingkungan perairan, tanah, dan udara (Sastrawijaya, 2000). Limbah
cair kegiatan industri yang dibuang ke perairan akan mengotori air yang
dipergunakan untuk berbagai keperluan dan mengganggu kehidupan biota air.
Limbah padat kegiatan industri akan mencemari tanah dan sumber air tanah.
Limbah gas dari kegiatan industri yang dibuang ke udara pada umumnya
mengandung senyawa kimia berupa SO2, NO2, CO, dan gas-gas lain yang tidak
diinginkan. Adanya SO2 dan NO2 di udara dapat menyebabkan terjadinya hujan
asam yang dapat menimbulkan kerugian karena merusak bangunan, ekosistem
perairan, lahan pertanian dan hutan (Sunu, 2001).
1. Limbah Industri Primer
Limbah industri primer dihasilkan dari kegiatan yang memanfaatkan sumber
daya alam misalnya pertanian, perkebunan, peternakan, pertambangan dan
kehutanan. Pada kegiatan pertanian limbah yang paling utama ialah pestisida dan
pupuk. Walau pestisida digunakan untuk membunuh hama, ternyata karena
pemakaiannya yang tidak sesuai dengan peraturan keselamatan kerja, pestisida
menjadi biosida–pembunuh kehidupan. Pestisida yang berlebihan pemakaiannya,
akhirnya mengkontaminasi sayuran dan buah-buahan yang dapat menyebabkan
keracunan konsumennya. Pupuk sering dipakai berlebihan, sisanya bila sampai di
perairan dapat merangsang pertumbuhan gulma penyebab timbulnya eutrofikasi.
Pemakaian herbisida untuk mengatasi eutrofikasi menjadi penyebab
terkontaminasinya ikan, udang dan biota air lainnya (Nugroho, 2006).
Pada kegiatan peternakan limbah yang dihasilkan berupa limbah cair dan
limbah padat. Limbah cair yang dihasilkan berupa urin dari ternak, sedangkan
limbah padat yang dihasilkan berupa fases atau kotoran ternak (Haryati, 2006).
Sedangkan pada kegiatan pertambangan memerlukan proses lanjutan
pengolahan hasil tambang menjadi bahan yang diinginkan. Misalnya proses di
pertambangan emas, memerlukan bahan air raksa atau mercury akan
menghasilkan limbah logam berat cair penyebab keracunan syaraf dan merupakan
bahan teratogenik (Palar, 2004)
2. Limbah Industri Sekunder
Limbah industri sekunder dihasilkan dari kegiatan industi makanan,
industri tekstil, industri kertas, industri pengolahan minyak bumi, dan industri
logam. Biasanya limbah industri sekunder memiliki karakteristik limbah B3.
Limbah yang dihasilkan dari industri sekunder dapat berupa limbah cair, padat
dan gas.
Limbah Cair
Limbah cair bersumber dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan
air dalam sistem prosesnya. Di samping itu ada pula bahan baku mengandung air
sehingga dalam proses pengolahannya air harus dibuang. Air terikut dalam proses
pengolahan kemudian dibuang misalnya ketika dipergunakan untuk pencuci suatu
bahan sebelum diproses lanjut. Air ditambah bahan kimia tertentu kemudian
diproses dan setelah itu dibuang. Semua jenis perlakuan ini mengakibatkan
buangan air (Nurmayanti, 2002).
Limbah Padat
Limbah padat adalah hasil buangan industri berupa padatan, lumpur, bubur
yang berasal dari sisa proses pengolahan. Limbah ini dapat dikategorikan menjadi
dua bagian, yaitu limbah padat yaitu dapat didaur ulang, seperti plastik, tekstil,
potongan logam dan kedua limbah padat yang tidak punya nilai ekonomis.
Bagi limbah padat yang tidak punya nilai ekonomis dapat ditangani dengan
berbagai cara antara lain ditimbun pada suatu tempat, diolah kembali kemudian
dibuang dan dibakar (Manik, 2004).
Limbah Gas dan Partikel
Udara adalah media pencemar untuk limbah gas. Limbah gas atau asap
yang diproduksi pabrik keluar bersamaan dengan udara. Secara alamiah udara
mengandung unsur kimia seperti O2, N2, NO2, CO2, H2 dan lain-lain. Penambahan
gas ke dalam udara melampaui kandungan alami akibat kegiatan manusia akan
menurunkan kualitas udara. Zat pencemar melalui udara diklasifikasikan menjadi
dua bagian yaitu partikel dan gas. Partikel adalah butiran halus dan masih
mungkin terlihat dengan mata telanjang seperti uap air, debu, asap, kabut dan
fume-Sedangkan pencemaran berbentuk gas tanya aapat dirasakan melalui
penciuman (untuk gas tertentu) ataupun akibat langsung. Gas-gas ini antara lain
SO2, NO2, CO, CO2, hidrokarbon dan lain-lain (Situmorang, 2007).
3. Limbah Industri Tersier
Limbah industri tersier dihasilkan dari kegiatan di bidang jasa dan
pelayanan, misalnya jasa transportasi, jasa komunikasi, dan jasa perdagangan
serta sektor pariwisata. Kegiatan sektor pariwisata menimbulkan limbah melalui
sarana transportasi, dengan limbah gas buang di udara, tumpahan minyak dan oli
di laut sebagai limbah perahu atau kapal motor di kawasan wisata bahari (Ginting,
2007).
2.3 Pengolahan Limbah Industri
Pengolahan limbah adalah upaya terakhir dalam sistem pengelolaan limbah
setelah sebelumnya dilakukan optimasi proses produksi dan pengurangan serta
pemanfaatan limbah. Pengolahan limbah dimaksudkan untuk menurunkan tingkat
cemaran yang terdapat dalam limbah sehingga aman untuk dibuang ke
lingkungan.
Pada prinsipnya, hampir semua limbah industri yang menggunakan bahan
dasar hasil pertanian dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Sumber pupuk
organik yang cukup penting berasal dari industri gula dalam bentuk ampas tebu,
blotong, dan slop. Limbah tersebut masih berkonotasi sebagai bahan pencemar
lingkungan. Akan tetapi, apabila dikelola dengan baik, maka akan bermanfaat
bagi manusia (Sutanto, 2002).
Penggunaan pupuk kandang atau kompos diyakini dapat mengatasi
permasalahan yang ditimbulkan oleh pupuk anorganik. Penggunaan pupuk
organik alam yang dapat membantu mengatasi kendala produksi pertanian yaitu
pupuk organik cair. Pupuk organik ini dapat diolah dari bahan baku berupa
kotoran ternak, kompos, limbah alam, hormon tumbuhan, dan bahan alami lainnya
yang diproses secara alamiah selama 4 bulan. Pupuk organik cair selain dapat
memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, juga membantu meningkatkan
produksi tanaman, meningkatkan kualitas produk tanaman, mengurangi
penggunaan pupuk anorganik, dan sebagai alternatif pengganti pupuk kandang.
Untuk limbah cair, penanganan limbah cair dapat dilakukan dengan cara
membandingkan kadar zat terkandung dalam limbah dengan syarat kualitas air
buangan yang diperkenankan. Salah satu caranya ialah dengan melihat BOD yang
merupakan banyaknya oksigen dalam larutan yang dibutuhkan mikroorganisme
untuk melakukan dekomposisi aerobik (Estiningsih dan Mifbakhuddin, 2004).
Pemanfaatan limbah cair juga dapat digunakan untuk pembuatan etanol
(bioetanol), gas methane (CH4) dan juga pupuk cair dan padat organik. Limbah
cair organik juga dapat diproses untuk menghasilkan produk biodiesel. Limbah
cair yang mengandung asam sulfat dengan konsentrasi agak tinggi dapat
dimanfaatkan untuk menghasilkan kalsium sulfat (CaSO4) yang dikenal dengan
gypsum atau natrium sulfat (Na2SO4).
BAB 3. PEMBAHASAN
3.1 Definisi Limbah
Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat
tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi.
Limbah mengandung bahan pencemar yang bersifat racun dan bahaya. Limbah ini
dikenal dengan limbah B3 (bahan beracun dan berbahaya). Bahan ini dirumuskan
sebagai bahan dalam jumlah relatif sedikit tapi mempunyai potensi
mencemarkan/merusakkan lingkungan kehidupan dan sumber daya.
Limbah adalah zat, energi, dan atau komponen lain yang dikeluarkan atau
dibuang akibat sesuatu kegiatan baik industri maupun non-industri (Suriawiria,
1996). Pada saat limbah yang dihasilkan masih sedikit, alam masih mampu
membersihkan dirinya dari segala macam buangan/kotoran dengan mekanisme
yang berada di alam (ekosistem), yang dikenal sebagai self purification process.
Pada akhirnya, buangan yang bertambah banyak dan seringkali tidak bersifat
alamiah, membuat lingkungan tidak mampu membersihkan dirinya. Peningkatan
keanekaragaman buangan baik buangan industri dan domestik dalam bentuk padat
maupun cair akan membuat konsentasi buangan akan semakin tinggi sehingga
akan meningkatkan potensi terjadinya keracunan dan wabah penyakit (Ariens,
1994).
3.2 Limbah dikatakan Sampah
Limbah adalah semua bahan yang terbuang dan dibuang dari sumber- sumber
aktivitas manusia maupun proses alam yang belum atau tidak memiliki nilai
ekonomis. Limbah dapat juga disebut dengan sampah atau polutan. Limbah atau
sampah bisa diartikan sebagai kotoran hasil pengolahan industri yang
mengandung zat kimia berupa sampah dan dapat menimbulkan polusi serta
menganggu kesehatan. Pada umunya sebagian besar orang mengatakan bahwa
limbah adalah sampah yang sama sekali tidak berguna dan harus dibuang, namun
jika pembuangan dilakukan secara terus-menerus maka akan menimbulkan
penumpukan sampah. Limbah akan menjadi suatu yang sangat berguna dan
memiliki nilai jual tinggi kala limbah diolah secara baik dan benar. Limbah yang
tidak diolah akan menyebabkan berbagai polusi baik polusi udara, polusi air,
polusi tanah dan juga polusi lain yang akan menjadi sarang penyakit. Pada
lingkungan tempat pembuangan sampah bisa dipastikan udara sekitar tidak sehat
dengan bau yang tak sedap dari limbah, sumber air sekitar lingkungan akan
tercemar dengan resapan limbah dan tanah yang ada di lingkungan ini akan
terkontaminasi dengan zat kimia limbah sehingga tanah akan tandus.
3.3 Asal Limbah
Umumnya limbah berasal dari industri, rumah tangga serta limbah
pertanian. Namun saat ini jumlah limbah terbanyak adalah limbah yang berasal
dari industri. Buangan atau limbah industri adalah bahan buangan sebagai hasil
sampingan dari proses produksi industri yang dapat berbentuk benda padat, cair
maupun gas yang dapat menimbulkan pencemaran. (Ginting, 2007).
Limbah industri baik berupa gas, cair maupun padat umumnya termasuk
kategori atau dengan sifat limbah B3. Kegiatan industri disamping bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan, ternyata juga menghasilkan limbah sebagai
pencemar lingkungan perairan, tanah, dan udara (Sastrawijaya, 2000). Limbah
cair kegiatan industri yang dibuang ke perairan akan mengotori air yang
dipergunakan untuk berbagai keperluan dan mengganggu kehidupan biota air.
Limbah padat kegiatan industri akan mencemari tanah dan sumber air tanah.
Limbah gas dari kegiatan industri yang dibuang ke udara pada umumnya
mengandung senyawa kimia berupa SO2, NO2, CO, dan gas-gas lain yang tidak
diinginkan. Adanya SO2 dan NO2 di udara dapat menyebabkan terjadinya hujan
asam yang dapat menimbulkan kerugian karena merusak bangunan, ekosistem
perairan, lahan pertanian dan hutan (Sunu, 2001).
Berdasarkan sumber atau asal limbah, maka limbah dapat dibagi kedalam
beberapa golongan yaitu :
1. Limbah domestic, yaitu semua limbah yang berasal dari kamar mandi, dapur,
tempat cuci pakaian, dan lain sebagainya, yang secara kuantitatif limbah tadi
terdiri atas zat organik baik padat maupun cair, bahan berbahaya dan beracun
(B-3), garam terlarut, lemak.
2. Limbah nondomestic, yaitu limbah yang berasal dari pabrik, industri,
pertanian, peternakan, perikanan, dan transportasi serta sumber-sumber
lainnya. Limbah pertanian biasanya terdiri atas pestisida, bahan pupuk dan
lainnya.
3.4 Latarbelakang Adanya Limbah
Adanya suatu limbah ini karena adanya suatu usaha atau kegiatan yang
dilakukan oleh manusia, limbah dari buangan/sisa produk olahan yang sudah tidak
dipakai lagi dan dapat berasal dari alam misalnya limbah daun dari tanaman yang
sudah kering.
Standar kehidupan yang tinggi dan juga peningkatan populasi penduduk telah
meningkatkan kuantitas produksi limbah. Ketatnya arus industrialisasi dan
urbanisasi telah meningkatkan level kontaminan baik itu organik maupun
anorganik disuatu lingkungan. Senada dengan hal tersebut pertumbuhan populasi
penduduk, urbanisasi dan ketatnya laju industrialisasi seerta modernisasi teknik
pertanian telah menyebabakn polusi pertanian dan cenderung menurunkan
kualitas perairan tersebut. Dari kegiatan-kegiatan diatas akan menyisakan adanya
limbah, dimana keberadaannya harus dilakukan pengolahan lebih lanjut agar
keberadaannya tidak berdampak negatif bagi lingkungan dan makhluk yang hidup
didalamnya.
3.5 Bisa atau Tidaknya Limbah Dihilangkan
Pada dasarnya limbah-limbah yang berasal dari berbagai industri dapat
dihilangkan dengan proses-proses pengolahan secara kimia maupun secara
biologis.
Pengolahan limbah secara kimia
1. Netralisasi
Netralisasi adalah reaksi antara asam dan basa menghasilkan air dan garam.
Dalam pengolahan air limbah, pH diatur antara 6,0 – 9,5. Di luar kisaran pH
tersebut, air limbah akan bersifat racun bagi kehidupan air, termasuk bakteri. Jenis
bahan kimia yang ditambahkan tergantung pada jenis dan jumlah air limbah serta
kondisi lingkungan setempat. Netralisasi air limbah yang bersifat asam dapat
menambahkan Ca(OH)2 atau NaOH, sedangkan bersifat basa dapat menambahkan
H2SO4, HCl, HNO3, H3PO4, atau CO2 yang bersumber dari flue gas.
Netralisasi dapat dilakukan dengan dua system, yaitu: batch atau continue,
tergantung pada aliran air limbah. Netralsasi system batch biasanya digunakan
jika aliran sedikit dan kualitas air buangan cukup tinggi. Netralisasi system
continue digunakan jika laju aliran besar sehingga perlu dilengkapi dengan alat
kontrol otomatis.
2. Presipitasi
Presipitasi adalah pengurangan bahan-bahan terlarut dengan cara penambahan
bahan - bahan kimia terlarut yang menyebabkan terbentuknya padatan – padatan.
Dalam pengolahan air limbah, presipitasi digunakan untuk menghilangkan logam
berat, sufat, fluoride, dan fosfat. Senyawa kimia yang biasa digunakan adalah
lime, dikombinasikan dengan kalsium klorida, magnesium klorida, alumunium
klorida, dan garam - garam besi.
Adanya complexing agent, misalnya NTA (Nitrilo Triacetic Acid) atau EDTA
(Ethylene Diamine Tetraacetic Acid), menyebabkan presipitasi tidak dapat terjadi.
Oleh karena itu, kedua senyawa tersebut harus dihancurkan sebelum proses
presipitasi akhir dari seluruh aliran, dengan penambahan garam besi dan polimer
khusus atau gugus sulfida yang memiliki karakteristik pengendapan yang baik
Pengendapan fosfat, terutama pada limbah domestik, dilakukan untuk
mencegah eutrophication dari permukaan. Presipitasi fosfat dari sewage dapat
dilakukan dengan beberapa metode, yaitu penambahan slaked lime, garam besi,
atau garam alumunium.
3. Koagulasi dan Flokulasi
Proses koagulasi dan flokulasi adalah konversi dari polutan-polutan yang
tersuspensi koloid yang sangat halus didalam air limbah, menjadi gumpalan-
gumpalan yang dapat diendapkan, disaring, atau diapungkan.
Partikel koloid sangat sulit diendapkan dan merupakan bagian yang besar
dalam polutan serta menyebabkan kekeruhan. Untuk memisahkannya, koloid
harus diubah menjadi partikel yang berukuran lebih besar melalui proses
koagulasi dan flokulasi. Koagulasi dann flokulasi dapat dilakukan melalui
beberapa tahapan proses, yaitu:
a) Penambahan koagulan/flokulan disertai pengdukan dengan kecepatan tinggi
dalam waktu singkat.
b) Destabilsasi dari system koloid
c) Penggumpalan partikel yang telah mengalami destabilsasi sehingga terbentuk
microfloc.
d) Penggumpalan lanjutan untuk menghasilkan macrofloc yang dapat
diendapkan, disaring, dan diapungkan.
Destabilisasi biasanya dilakukan dengan penambahan bahan-bahan kimia yang
dapat mengurangi daya penolakan karena mekanisme pengikatan dan absobsi.
Berkurangnya daya penolakan biasanya akan diikuti dengan penggumpalan koloid
yang telah netral secara elektrostatik, yang akan menghasilkan berbagai gaya yang
bekerja di antara partikel hingga terjadi kontak satu sama lain.
1. Pengolahan secara aerobik
Pengolahan secara aerobik, meliputi proses lumpur aktif (pertumbuhan
tersuspensi) dan pengolahan film biologi (pertumbuhan lekat). Proses lumpur aktif
memiliki beragam tipe , yakni tipe konvensional /standar, aerasi diperluas
(extended aeration), proses bebas bulk (lumpur tak bisa mengendap), parit
oksidasi (oxidation ditch), proses nitrifikasi dan denitrifikasi. Sedangkan yang
termasuk tipe pengolahan film biologi, antara lain saringan tetes (trickling filter),
cakram biologi (RBC = Rotating Biological Contactor), aerasi kontak (contact
aeration), proses filter biologi (biofilter) dan proses media unggun biologi.
Proses lumpur aktif pada prakteknya adalah mengalirkan air limbah kedalam
bak yang di aliri udara (bak aerasi). Selanjutnya dalam bak tersebut akan tumbuh
koloni bakteri berwarna kelabu hingga coklat-kehitaman. Koloni bakteri inilah
yang disebut sebagai lumpur aktif. Koloni bakteri akan terus tumbuh membesar
sehingga membentuk gumpalan (flok). Gumpalan – gumpalan ini kemudian di
endapkan di bak pengendap II, dengan cara mengalirkan air limbah dari bak
aerasi. Endapan lumpur yang terbentuk di bagian bawah bak pengendap sebagian
dibuang dan sebagian yang lain dikembalikan ke bak aerasi, dan cairan yang ada
dibagian atas bak pengendap akan tampak jernih. Cairan yang jernih ini adalah air
limbah yang sudah bersih dari bahan organik pencemar.
Reaktor pertumbuhan lekat seperti saringan tetes berupa tumpukan kerikil
dengan tinggi > 2m dan air limbah dialirkan menetes dari atas. Pada permukaan
batu kerikil akan tumbuh koloni bakteri, yang semakin lama semakin tebal
sehingga akan terkelupas. Koloni bakteri yang terkelupas ini ditampung dalam
bak pengendap II. Pengolahan air limbah dengan proses aerob cocok untuk
pengolahan air limbah yang memiliki BOD <>4000 mg/lt lebih cocok diolah
dengan proses anaerob.
2. Pengolahan secara anaerobik
Pengolahan secara anaerobik meliputi pencerna anaerob (anaerobic digestion)
dan UASB (Upflow Anaerobic Sludge Blanket). Tangki pencerna enaerob adalah
sebuah tangki kedap udara yang dialiri air limbah. Di dalam tangki ini, air limbah
mengalami proses penguraian oleh bakteri anaerob. Proses ini menghasilkan gas,
diantaranya yang paling khas adalah gas H2S yang berbau busuk. Proses anaerob
juga dapat menghasilkan gas metan, sehingga apabila dikelola dengan baik akan
diperoleh gas bio yang sangat bermanfaat.
UASB pada dasarnya sama dengan pencerna anaerob, perbedaannya terletak
pada cara pengaliran air limbah. Pada UASB aliran air mengarah ke atas pada
tangki vertikal. Unit pengolah limbah anaerobik lainnya adalah ABR (Anaerobic
Baffle Reactor). ABR sangat rentan terhadap perubahan debit limbah dan
perubahan konsentrasi bahan organik secara mendadak (organic & hydrolic
loading).
3. Lagoon
Lagoon merupakan kolam yang didalamnya terjadi proses aerob, fakultatip
dan anaerob, sesuai kedalaman air. Pasokan oksigen mengandalkan dari proses
alam, yakni oksigen dari udara yang melarut kedalam air dan oksigen yang berasal
dari fotosintesis tumbuhan air. Kadang lagoon disertai juga dengan aerator untuk
menambah oksigen terlarut pada air (aerated lagoon).
4. Pengolahan secara irigasi (land treatment)
Pengolahan secara irigasi (land treatment) adalah mengolah air limbah
dengan cara untuk mengairi tanaman atau rumput. Air limbah yang mengandung
bahan organik biodegradable berpotensi sebagai penyubur tanaman. Air limbah
yang mengandung logam berat dapat digunakan untuk penyiraman hutan bambu
yang berlokasi jauh dari pemukiman dan sumber air. Logam berat akan
terakumulasi pada batang bambu. Selanjutnya air limbah akan mengalami proses
pembersihan secara alami melalui mekanisme penguraian oleh jasad renik dan
filtrasi oleh tanah dan batuan lainnya.
3.6 Limbah di Masa Sekarang
Limbah industri yang sering dibuang oleh industri-industri yang tak
bertanggung jawab adalah tingkat pencemaran sungai yang paling berat. Bukan
hanya mencemari sungai, limbah industri tersebut juga dapat menjangkau hingga
ke laut. Limbah industri juga memiliki kemungkinan yang paling besar
mengakibatkan ekosistem sungai menjadi mati total. Minyak, logam berat, serta
bahan beracun merupakan kandungan umum yang terdapat pada limbah industri
yang dibuang ke sungai tanpa pengolahan terlebih dahulu. Material-material
tersebut pada umumnya akan mengakibatkan kandungan oksigen air sungai
berkurang drastis dan pada akhirnya mematikan ekosistem di dalamnya.
Limbah industri juga dapat mengakibatkan masalah kesehatan yang serius
bagi masyarakat yang tinggal di bantaran sungai karena masih banyak penduduk
Indonesia yang tinggal di sekitar sungai masih menggantungkan kehidupannya
pada air sungai tersebut untuk keperluan sehari-hari seperti mandi dan mencuci
bahkan untuk keperluan memasak dan air minum. Efek pencemaran limbah
industri pada sungai-sungai di Indonesia juga berdampak mencemari air bawah
tanah yang berada pada belasan bahkan puluhan kilometer dari sungai yang
tercemar tersebut. Air tanah yang tercemar tersebut akan berubah warna
menjadi hitam, berbau, bahkan berlendir. Terkadang, penduduk masih tetap
memanfaatkan air tersebut sehingga kasus-kasus keracunan dan penyakit sering
terjadi.
Berdasarkan informasi di atas belum ada data konkrit tentang berapa banyak
limbah industri yang mencemari lingkungan saat ini. Namun, masih banyak
industri yang belum memiliki tanggung jawab untuk mengolah limbah sehingga
dibuang ke laut atau sungai yang berdampak pada kerusakan lingkungan.
3.7 Tempat yang Banyak Dijumpai Limbah
Dalam kehidupan sehari-hari banyak ditemukan sampah dan kita juga
menciptakan sampah. Tidak dapat dipungkiri kita terus-menerus menemui limbah
dalam bentuk padat, cair maupun gas. Limbah bekas cucian, limbah bekas kita
membeli suatu barang (plastik atau kertas) dan sebagainya. Dari sebagian besar
limbah yang dapat kita temui limbah anorganik atau kimia yang paling besar,
karena limbah organik sudah banyak dikelola oleh masyarakat. Untuk limbah
industri, telah banyak ditemukan pada sungai dan laut, karena tidak ada tempat
pembuangan khusus untuk limbah industri. Berdasarkan data yang kami dapatkan,
pada sungai citarum telah tercemar limbah kimia B3 yang berbahaya bagi
masyarakat apabila masih digunakan. Padahal, 80% air yang dikonsumsi
masyarakat Jakarta berasal dari sungai Citarum. Ada 8 titik sungai citarum yang
tercemar bahan kimia berbahaya seperti mercury dan logam berat lainnya. Dapat
disimpulkan limbah industri yang paling banyak ditemukan adalah di sungai dan
dilaut.
3.8 Akibat Limbah
Permasalahan yang sering dibicarakan saat ini adalah tentang keadaan
lingkungan yang semakin tercemar akibat kurang perdulinya manusia terhadap
lingkungan sekitarnya. Semua itu didasari dengan zaman yang semakin maju
tetapi tidak selaras dan seimbang dengan lingkungan yang ada. Limbah adalah
bahan sisa yang didapat dari hasil suatu aktifitas manusia atau proses alam yang
berasal dan industry, pertanian, rumah tangga dan lain-lain, yang mana sudah
tidak digunakan lagi (Wardana, 1999).
Berdasarkan karakteristiknya, limbah dapat digolongkan menjadi 4 macam,
yaitu limbah cair, limbah padat, limbah gas dan partikel serta limbah B3 (Bahan
Berbahaya dan Beracun). Keempat limbah tersebut jika tidak ditangani dengan
baik maka akan menimbulkan berbagai permasalahan bagi lingkungan sekitarnya,
seperti :
1. Membahayakan kesehatan manusia, karena dapat membawa suatu penyakit
2. Merugikan segi ekonomi karena dapat merusak dan mematikan tanaman,
peternak dan kehidupan didalam air seperti ikan
3. Dapat merusak keindahan lingkungan (estetika), karena bau busuk yang
ditimbulkan dan pemandangan yang tidak sedap dipandang terutama didaerah
rekreasi (Jenie dan W.P Rahayu, 1994).
Selain itu dampak negatif air limbah apabila air limbah tidak dikelola
dengan baik akan menimbulkan gangguan, baik terhadap lingkungan maupun
terhadap kehidupan yang ada. Gangguan tersebut diantaranya meliputi :
a. Gangguan terhadap kesehatan
Air limbah sangat berbahaya terhadap kesehatan manusia, mengingat air
limbah mengandung banyak mikroorganisme, baik yang bersi fat patogen
maupun nonpatogen. Contoh bakteri patogen yaitu Virus, Vibrio kolera,
Salmonella thyposa, Shigella sp, Mikobakterium tuberkulosa, Entamuba
histolitica.
b. Gangguan terhadap kehidupan biotik
Dengan banyaknya zat pencemar yang ada dalam air limbah, maka akan
menyebabkan menurunnya kadar oksigen terlarut dalam air. Dengan demikian
kehidupan didalam air yang membutuhkan oksigen terganggu. Selain
menyebabkan ikan dan bakteri-bakteri dalam air menjadi mati, namun juga
dapat menimbulkan kerusakan pada tanaman air.
c. Gangguan terhadap keindahan dan kenyamanan
Selama proses penguraian zat organik dalam air limbah maka menimbulkan
bau yang tidak menyenangkan dan warna air limbah menimbulkan gangguan
pemandangan (Widyatmoko, 2009).
3.9 Limbah yang Berbahaya
Limbah industri adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan
tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai
ekonomi, dapat berbentuk benda padat, cair maupun gas yang dapat menimbulkan
pencemaran. Limbah industri mengandung bahan polutan yang memiliki sifat
racun dan berbahaya dikenal dengan limbah B3, yang dinyatakan sebagai bahan
yang dalam jumlah relatif sedikit tetapi berpotensi untuk merusak lingkungan
hidup dan sumberdaya (Sugiharto, 2000).
Sampah B3 (bahan berbahaya dan beracun) merupakan jenis sampah yang
dikategorikan beracun dan berbahaya bagi manusia. Umumnya, sampah ini
mengandung merkuri seperti kaleng bekas cat semprot atau minyak wangi
(Purwendro dan Nurhidayat, 2007).
Berdasarkan karakteristiknya limbah industri dapat dibagi menjadi empat
bagian, yaitu:
1. Limbah Cair
Limbah cair bersumber dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan air
dalam sistem prosesnya. Di samping itu ada pula bahan baku mengandung air
sehingga dalam proses pengolahannya air harus dibuang. Air terikut dalam proses
pengolahan kemudian dibuang misalnya ketika dipergunakan untuk pencuci suatu
bahan sebelum diproses lanjut. Air ditambah bahan kimia tertentu kemudian
diproses dan setelah itu dibuang. Semua jenis perlakuan ini mengakibatkan
buangan air.
Limbah cair yang dibuang langsung ke badan air akan menurunkan kualitas
air dan akan menurunkan daya dukung lingkungan perairan. Penurunan daya
dukung lingkungan menyebabkan kematian organisme air dan terjadi alga
blooming, sehingga menghambat pertumbuhan tanaman air dan menimbulkan bau
(Rossiana, 2006). Kualitas limbah cair industri berbeda dengan limbah cair
domestik. Limbah cair domestik sebagian besar bersifat biodegradable (dapat
diurai secara biologis), sedangkan limbah industri belum tentu, kecuali industri
pertanian dan peternakan (Nugroho dkk, 2008).
2. Limbah Padat
Limbah padat adalah hasil buangan industri berupa padatan, lumpur, bubur
yang berasal dari sisa proses pengolahan. Limbah ini dapat dikategorikan menjadi
dua bagian, yaitu limbah padat yaitu dapat didaur ulang, seperti plastik, tekstil,
potongan logam dan kedua limbah padat yang tidak punya nilai ekonomis. Bagi
limbah padat yang tidak punya nilai ekonomis dapat ditangani dengan berbagai
cara antara lain ditimbun pada suatu tempat, diolah kembali kemudian dibuang
dan dibakar.
3. Limbah Gas dan Partikel
Udara adalah media pencemar untuk limbah gas. Limbah gas atau asap yang
diproduksi pabrik keluar bersamaan dengan udara. Secara alamiah udara
mengandung unsur kimia seperti O2, N2, NO2, CO2, H2 dan Jain-lain.
Penambahan gas ke dalam udara melampaui kandungan alami akibat kegiatan
manusia akan menurunkan kualitas udara. Zat pencemar melalui udara
diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu partikel dan gas. Partikel adalah butiran
halus dan masih mungkin terlihat dengan mata telanjang seperti uap air, debu,
asap, kabut dan fume-Sedangkan pencemaran berbentuk gas tanya aapat dirasakan
melalui penciuman (untuk gas tertentu) ataupun akibat langsung. Gas-gas ini
antara lain SO2, NOx, CO, CO2, hidrokarbon dan lain-lain.
3.10 Proses Pengolahan Limbah
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun domestik (rumah tangga). Ada sampah, ada air kakus (black
water), dan ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water).
Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah
ini terdiri dari bahan kimia senyawa organik dan senyawa anorganik. Dengan
konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif
terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan
penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh
limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah.
Pengolahan Limbah
Beberapa faktor yang memengaruhi kualitas limbah adalah volume limbah,
kandungan bahan pencemar, dan frekuensi pembuangan limbah. Pengolahan
limbah ini dapat dibedakan menjadi:
1. pengolahan menurut tingkatan perlakuan
2. pengolahan menurut karakteristik limbah
Untuk mengatasi berbagai limbah dan air limpasan (hujan), maka suatu
kawasan permukiman membutuhkan berbagai jenis layanan sanitasi. Layanan
sanitasi ini tidak dapat selalu diartikan sebagai bentuk jasa layanan yang
disediakan pihak lain. Ada juga layanan sanitasi yang harus disediakan sendiri
oleh masyarakat, khususnya pemilik atau penghuni rumah, seperti jamban.
1. Layanan air limbah domestik: pelayanan sanitasi untuk menangani
limbah Air kakus.
2. Jamban yang layak harus memiliki akses air besrsih yang cukup dan
tersambung ke unit penanganan air kakus yang benar.
3. Layanan persampahan.
4. Layanan drainase lingkungan adalah penanganan limpasan air hujan
menggunakan saluran drainase (selokan) yang akan menampung limpasan
air tersebut dan mengalirkannya ke badan air penerima. Saluran drainase
harus memiliki kemiringan yang cukup dan terbebas dari sampah.
5. Penyediaan air bersih dalam sebuah pemukiman perlu tersedia secara
berkelanjutan dalam jumlah yang cukup. Air bersih ini tidak hanya untuk
memenuhi kebutuhan makan, minum, mandi, dan kakus saja, melainkan
juga untuk kebutuhan cuci dan pembersihan lingkungan.
Akhir-akhir ini, kondisi pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh sektor
industri berpengaruh besar terhadap kondisi pencemaran di Indonesia. Kami
sangat berharap agar para pelaku industri mulai melakukan perbaikan dan
pembenahan dalam hal pembuangan limbah sehingga kegiatan industri dapat
berjalan seiring dengan pelestarian lingkungan.
1. Limbah Industri Pangan
Sektor Industri/usaha kecil pangan yang mencemari lingkungan antara lain
: tahu, tempe, tapioka dan pengolahan ikan (industri hasil laut). Limbah usaha
kecil pangan dapat menimbulkan masalah dalam penanganannya karena
mengandung sejumlah besar karbohidrat, protein, lemak, garam-garam, mineral,
dan sisa-sisa bahan kimia yang digunakan dalam pengolahan dan pembersihan.
Air buangan (efluen) atau limbah buangan dari pengolahan pangan dengan
Biological Oxygen Demand (BOD) tinggi dan mengandung polutan seperti tanah,
larutan alkohol, panas dan insektisida. Apabila efluen dibuang langsung ke suatu
perairan akibatnya menganggu seluruh keseimbangan ekologik dan bahkan dapat
menyebabkan kematian ikan dan biota perairan lainnya.
2. Limbah Industri Kimia & Bahan Bangunan
Industri kimia seperti alkohol, parfum & minyak pelumas (oli) dalam
proses pembuatannya membutuhkan air sangat besar, mengakibatkan pula
besarnya limbah cair yang dikeluarkan ke lingkungan sekitarnya. Air limbahnya
bersifat mencemari karena didalamnya terkandung zat kimia berbahaya, senyawa
organik dan anorganik baik terlarut maupun tersuspensi serta senyawa tambahan
yang terbentuk selama proses permentasi berlangsung.
Industri ini mempunyai limbah cair selain dari proses produksinya juga,
air sisa pencucian peralatan, limbah padat berupa onggokan hasil perasan,
endapan Ca SO4, gas berupa uap alkohol. Kategori limbah industri ini adalah
limbah bahan berbahaya beracun (B3) yang mencemari air dan udara.
Gangguan terhadap kesehatan yang dapat ditimbulkan efek bahan kimia toksik
1. Keracunan yang akut, yakni keracunan akibat masuknya dosis tertentu
kedalam tubuh melalui mulut, kulit, pernafasan dan akibatnya dapat dilihat
dengan segera, misalnya keracunan H2S, Co dalan dosis tinggi. Dapat
menimbulkan lemas dan kematian. Keracunan Fenal dapat menimbulkan
sakit perut dan sebagainya.
2. Keracunan kronis, sebagai akibat masuknya zat-zat toksis kedalam tubuh
dalam dosis yang kecil tetapi terus menerus dan berakumulasi dalam
tubuh, sehingga efeknya baru terasa dalam jangka panjang misalnya
keracunan timbal, arsen, raksa, asbes dan sebagainya.
Industri fermentasi seperti alkohol disamping bisa membahayakan pekerja
apabila menghirup zat dalam udara selama bekerja apabila tidak sesuai dengan
Threshol Limit Valued (TLV) gas atau uap beracun dari industri juga dapat
mempengaruhi kesehatan masyarakat sekitar.
Kegiatan lain sektor ini yang mencemari lingkungan adalah industri yang
menggunakan bahan baku dari barang galian seperti batako putih, genteng, batu
kapur/gamping dan kerajinan batu bata. Pencemaran timbul sebagai akibat dari
penggalian yang dilakukan terus-menerus sehingga meninggalkan kubah-kubah
yang sudah tidak mengandung hara sehingga apabila tidak direklamasi tidak dapat
ditanami untuk ladang pertanian.
3. Limbah Industri Sandang Kulit & Aneka
Sektor sandang dan kulit seperti pencucian batik, batik printing,
penyamakan kulit dapat mengakibatkan pencemaran yang beresiko tinggi
terhadap lingkungan karena dalam kegiatannya proses pencucian terhadap bahan-
bahan bakunya memerlukan air sebagai mediumnya dalam jumlah yang besar.
Proses ini menimbulkan air buangan (bekas Proses) yang besar pula, dimana air
buangan mengandung sisa-sisa warna, BOD tinggi, kadar minyak tinggi dan
beracun (mengandung limbah B3 yang tinggi).
4. Limbah Industri Logam & Elektronika
Bahan buangan yang dihasilkan dari industri besi baja dapat menimbulkan
pencemaran lingkungan. Sebagian besar bahan pencemarannya berupa debu, asap
dan gas yang mengotori udara sekitarnya. Selain pencemaran udara oleh bahan
buangan, kebisingan yang ditimbulkan mesin dalam industri baja (logam)
mengganggu ketenangan sekitarnya. Kadar bahan pencemar yang tinggi dan
tingkat kebisingan yang berlebihan dapat mengganggu kesehatan manusia baik
yang bekerja dalam pabrik maupun masyarakat sekitar.
Walaupun industri baja/logam tidak menggunakan larutan kimia, tetapi
industri ini mencemari air karena buangannya dapat mengandung minyak pelumas
dan asam-asam yang berasal dari proses pickling untuk membersihkan bahan plat,
sedangkan bahan buangan padat dapat dimanfaatkan kembali.
Bahaya dari bahan-bahan pencemar yang mungkin dihasilkan dari proses-
proses dalam industri besi-baja/logam terhadap kesehatan yaitu :
Debu, dapat menyebabkan iritasi, sesak nafas
Kebisingan, mengganggu pendengaran, menyempitkan pembuluh darah,
ketegangan otot, menurunnya kewaspadaan, kosentrasi pemikiran dan
efisiensi kerja.
Karbon Monoksida (CO), dapat menyebabkan gangguan serius, yang
diawali dengan napas pendek dan sakit kepala, berat, pusing-pusing
pikiran kacau dan melemahkan penglihatan dan pendengaran. Bila
keracunan berat, dapat mengakibatkan pingsan yang bisa diikuti dengan
kematian.
Karbon Dioksida (CO2), dapat mengakibatkan sesak nafas, kemudian sakit
kepala, pusing-pusing, nafas pendek, otot lemah, mengantuk dan
telinganya berdenging.
Belerang Dioksida (SO2), pada konsentrasi 6-12 ppm dapat menyebabkan
iritasi pada hidung dan tenggorokan, peradangan lensa mata (pada
konsentrasi 20 ppm), pembengkakan paru-paru/celah suara.
Minyak pelumas, buangan dapat menghambat proses oksidasi biologi dari
sistem lingkungan, bila bahan pencemar dialirkan kesungai, kolam atau
sawah dan sebagainya.
Asap, dapat mengganggu pernafasan, menghalangi pandangan, dan bila
tercampur dengan gas CO2, SO2, maka akan memberikan pengaruh yang
membahayakan seperti yang telah diuraikan diatas.
3.10.1. Pengolahan Limbah Industri
Bagi pengusaha yang belum sadar terhadap akibat buangan mencemarkan
lingkungan, tidak punya program pengendalian dan pencegahan pencemaran.
Oleh sebab itu bahan buangan yang keluar dari pabrik langsung dibuang ke alam
bebas. Kalau limbah cair langsung mempergunakan sungai atau parit sebagai
sarana pembuangan limbah.Kalau limbah padat memanfaatkan tanah kosong
sebagai tempat pembuangan. Kalau limbah gas/asap cerobong dianggap sarana
yang baik pembuangan limbah.
Limbah membutuhkan pengolahan bila ternyata mengandung senyawa
pencemaran yangberakibat menciptakan kerusakan terhadap lingkungan atau
paling tidak potensial menciptakan pencemaran. Suatu perkiraan harus dibuat
lebih dahulu dengan jalan mengidentifikasi:sumber pencemaran, kegunaan jenis
bahan, sistem pengolahan,banyaknya buangan dan jenisnya, kegunaan bahan
beracun dan berbahaya yang terdapat dalam pabrik.
Dengan adanya perkiraan tersebut maka program pengendalian dan
penanggulangan pencemaran perlu dibuat. Sebab limbah tersebut baik dalam
jumlah besar atau sedikit dalam jangka panjang atau jangka pendek akan membuat
perubahan terhadap lingkungan, maka diperlukan pengolahan agar limbah yang
dihasilkan tidak sampai mengganggu struktur lingkungan.
Namun demikian tidak selamanya harus diolah sebelum dibuang
kelingkungan. Ada limbah yang langsung dapat dibuang tanpa pengolahan, ada
limbah yang setelah diolah dimanfaatkan kembali. Dimaksudkan tanpa
pengolahan adalah limbah yang begitu keluar dari pabrik langsung diambil dan
dibuang. Ada beberapa jenis limbah yang perlu diolah dahulu sebab mengandung
pollutant yang dapat mengganggu kelestarian lingkungan Limbah diolah dengan
tujuan untuk mengambil barang-barang berbahaya di dalamnya dan atau
mengurangi/menghilangkan senyawa-senyawa kimia atau nonkimia yang
berbahaya dan beracun.
Mekanisme pengolahan limbah dapat dilihat pada bagan 1.
Pengolahan limbah berkaitan dengan sistem pabrik. Ada pabrik yang telah
mempergunakan peralatan dengan kadar buangan rendah sehingga buangan yang
dihasilkannya tidak lagi perlu mengalami pengolahan. Bagi pabrik seperti ini
memang telah dirancang dari awal pembangunan. Buangan dari pabrik berbeda
satu dengan yang lain.
Perbedaan ini menyangkut pula dengan perbedaan bahan baku,perbedaan
proses. Suatu pabrik sama-sama mengeluarkan limbah air namun terdapat
senyawa kimia yang berbeda pula.Karena banyaknya variasi pencemar antara satu
pabrik dengan pabrik lain maka banyak pula sistem pengolahan.
Demikian banyak macam parameter pencemar dalam suatu buangan,
akibatnya membutuhkan berbagai tingkatan proses pula. Limbah memerlukan
penanganan awal. Kemudian pengolahan berikutnya. Pengolahan pendahuluan
akan turut menentukan pengolahan kedua, ketiga dan seterusnya.
Kekeliruan penetapan pengolahan pendahuluan akan turut mempengaruhi
pengolahan berikutnya. Di dalam penetapan pilihan metode keadaan limbah sudah
seharusnya diketahui sebelumnya.Parameter limbah yang mempunyai peluang
untuk mencemarkan lingkungan harus ditetapkan. Misalnya terdapat senyawa
fenol dalam air sebesar 2 mg/liter, phosphat 30 mg/liter dan seterusnya.
Dengan mengetahui jenis-jenis parameter di dalam limbah maka dapat ditetapkan
metode pengolahan dan pilihan jenis peralatan. Sekali sudah ditetapkan inetode
dan jenis peralatan maka langkah berikutnya adalah sampai tingkat mana
diinginkan menghilangkan/ penguranga senyawa pencemarnya. Berapa persenkah
kita inginkan pengurangan dan sampai di mana efisiensi peralatan harus dicapai
pada tingkat maksimum.
Penetapan efisiensi peralatan, dan standar buangan yang diinginkan akan
mempengaruhi ketelitian alat, volume air limbah, sistem pemipaan, pemasangan
pipa, pilihan bahan kimia dan lain-lain.Dalam mendesain peralatan, variabel tadi
harus dapat dihitung secara tepat. Belum ada suatu jaminan hahwa satu unit
peralatan dapat mengendalikan limbah sesuai dengan yang dikehendaki.
Sebab di dalam satu unit peralatan terdiri dari berbagai macam kegiatan mulai dari
kegiatan pendahuluan sampai kegiatan akhir.
Walaupun terdiri dari berbagai kegiatan namun tidak semua jeniskegiatan
dipraktekkan, mungkin dengan kombinasi dari beberapa kegiatan saja limbah
sudah bebas polusi.Adapun jenis kegiatan dalam pengolahan air limbah dapat
diuraikan dalam tabel 2.
Pengolahan limbah sering harus menggunakan kombinasi dari berbagai
metode, terutama limbah berat yang banyak mengandung jenis parameter/Jarang
perusahaan mempergunakan satu proses dan hasilnya baik. Pilihan peralatan
berkaitap dengan biaya, pemeliharaan, tenaga ahli dan kualitas lingkungan. Untuk
beberapa jenis pencemar telah ditetapkan metode treatment-nya. Pilihan ini
didasarkan atas beberapa referensi dan pengalaman yang telah dicoba berulang
kali sampai diperoleh hasil maksimum.
Di bawah ini disajikan jenis pencemar dengan metodenya.
Air limbah mungkin terdiri dari satu atau lebih parameter pencemar
melampaui nilai yang ditetapkan. Kemungkinan di dalamnya terdapat minyak dan
lemak, bahan anorganik seperti besi, aluminium, nikel,plumbum, barium, fenol
dan lain-lain sehingga perlu kombinasi dari beberapa alat. Untuk menurunkan
BOD dan COD dapat dilakukan dengan metode aerasi dan ternyata metode ini
juga cukup baik untuk melakukan pengeridapan suspensi solid.
Ada beberapa proses yang dilalui air limbah agar limbah ini benarbenar
bebas dari unsur pencemaran. Tingkatan proses dimaksudkan adalah sesuai
dengan tingkatan berat ringannya. Pada mulanya air limbah harut dibebaskan dari
benda terapung atau padatan melayang.Untuk itu diperlukan treatment
pendahuluan. Pengolahan selanjutnya adalah mengendapkan partikel-partikel
halus kemudian lagi menetralisasinya. Demikian tingkatan ini dilaksanakan
sampai seluruh parameter pencemar dalam air buangan dapat dihilangkan.
Berdasarkan nilai ekonominya limbah dibedakan menjadi limbah yang
mempunyai nilai ekonomis dan limbah yang tidak memiliki nilai ekonomis.
Limbah yang memiliki nilai ekonomis yaitu limbah dimana dengan melalui suatu
proses lanjut akan memberikan suatu nilai tambah. Limbah non ekonomis adalah
suatu limbah yang walaupun telah dilakukan proses lanjut dengan cara apapun
tidak akan memberikan nilai tambah kecuali sekedar untuk mempermudah sistem
pembuangan. Limbah jenis ini sering menimbulkan masalah pencemaran dan
kerusakan lingkungan (Kristanto, 2002). Atas dasar pernyataan tersebut, kegiatan
pengolahan limbah dirasa sangat perlu untuk diupayakan sehingga dapat
menambah nilai ekonomi dari bahan buangan serta dapat mengurangi dampak
negatif adanya limbah baik bagi manusia dan lingkungan.
Pengolahan limbah adalah kegiatan terpadu yang meliputi kegiatan
pengurangan (minimization), segregasi (segregation), penanganan (handling),
pemanfaatan dan pengolahan limbah (Sugiharto, 1987). Pengolahan limbah adalah
upaya terakhir dalam sistem pengelolaan limbah setelah sebelumnya dilakukan
optimasi proses produksi dan pengurangan serta pemanfaatan limbah. Pengolahan
limbah dimaksudkan untuk menurunkan tingkat cemaran yang terdapat dalam
limah sehingga aman untuk dibuang ke lingkungan (Sastrawijaya, 2000).
3.10.1.1 Pengolahan Limbah Cair Industri
Pengolahan air limbah biasanya menerapkan 3 tahapan proses yaitu
pengolahan pendahuluan (pre-treatment), pengolahan utama (primary treatment),
dan pengolahan akhir (post treatment). Pengolahan pendahuluan ditujukan untuk
mengkondisikan alitan, beban limbah dan karakter lainnya agar sesuai untuk
masuk ke pengolahan utama. Pengolahan utama adalah proses yang dipilih untuk
menurunkan pencemar utama dalam air limbah. Selanjutnya pada pengolahan
akhir dilakukan proses lanjutan untuk mengolah limbah agar sesuai dengan baku
mutu yang ditetapkan (Manik, 2004)
Menurut (Effendi, 2003) terdapat 3 (tiga) jenis proses yang dapat
dilakukan untuk mengolah air limbah yaitu: proses secara fisik, biologi dan kimia.
Proses fisik dilakukan dengan cara memberikan perlakuan fisik pada air limbah
seperti menyaring, mengendapkan, atau mengatur suhu proses dengan
menggunakan alat screening, grit chamber, settling tank/settling pond, dll. Proses
biologi deilakukan dengan cara memberikan perlakuan atau proses biologi
terhadap air limbah seperti penguraian atau penggabungan substansi biologi
dengan lumpur aktif (activated sludge), attached growth filtration, aerobic process
dan an-aerobic process. Proses kimia dilakukan dengan cara membubuhkan bahan
kimia atau larutan kimia pada air limbah agar dihasilkan reaksi tertentu (Suripin,
2002).
Menurut Sugiharto (1987), pengolahan limbah cair industri mempunyai
tujuan:
1. Penghilangan bahan tersuspensi dan terapung
2. Penghilangan organisme patogen
3. Pengolahan bahan organik yang terbiodegradasi
4. Peningkatan pengertian tentang dampak pembuangan limbah yang tidak diolah
atau sebagian diolah terhadap lingkungan.
5. Peningkatan pengetahuan dan pemikiran tentang efek jangka panjang yang
mungkin akan ditimbulkan oleh komponen tertentu dalam limbah yang
dibuang ke badan air.
6. Peningkatan kepedulian nasional untuk perlindungan lingkungan
Pengolahan limbah cair yang tdiak bernilai ekonomi adalah limbah cair
yang telah mengalami proses lebih lanjut sehingga tidak mengandung zat
berbahaya dan telah sesuai dengan ambang baku mutu limbah cair kemudian di
buang begitu saja ke badan perairan. Secara ekonomi kegiatan ini memang tidak
mendatangkan keuntungan, tetapi secara ekologi kegiatan pengolahan ini dapat
mengurangi dampak pencemaran terhadap lingkungan (Sunu, 2001). Sedangkan
pengolahan limbah cair yang bernilai ekonomi dan ekologi, misalnya dengan
memanfaatkan urin ternak sebagai pupuk cair dan pemanfaatan limbah cair pabrik
tahu sebagai pupuk alternatif pada kultur mikroalga Spirullina sp. (Handajani,
2006).
Pemanfaatan limbah cair juga dapat digunakan untuk pembuatan etanol
(bioetanol), gas methane (CH4) dan juga pupuk cair dan padat organik. Limbah
cair organik juga dapat diproses untuk menghasilkan produk biodiesel. Limbah
cair yang mengandung asam sulfat dengan konsentrasi agak tinggi dapat
dimanfaatkan untuk menghasilkan kalsium sulfat (CaSO4) yang dikenal dengan
gypsum atau natrium sulfat (Na2SO4) (Suriawiria, 1996).
3.10.1.2 Pengolahan Limbah Padat
Limbah padat industri dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam produk,
seperti pupuk kompos dan pupuk cair yang terbuat kotoran hewan ternak, briket
dari tempurung kelapa, karbon aktif, bioslurry yang terbuat dari sisa kotoran
untuk pembuatan biogas, dan biogas dari kotoran ternak (Isna, 2004). Selain itu,
pemanfaatan campuran limbah padat industri pulp dan kertas dengan lindi hitam
dapat menghasilkan biobriket (Samsyudin, dkk, 2007). Pemanfaatan limbah padat
dari pabrik gula berupa blotong dapat menghasilkan pupuk cair dan ampas
tebunya dapat dimanfaatkan untuk pembuatan batako (Sumada, 2009)
3.10.1.3 Pengolahan Limbah Gas
Menurut (Sumada, 2009) pengolahan limbah gas bertujuan agar
mengahasilkan produk yang bernilai ekonomi. Contohnya gas CO2 dapat
dimanfaatkan untuk mengahsilkan berbagai jenis produk diantaranya :
Dry Ice (Es Keringa)
Natrium karbonat (Na2CO3), dimana gas CO2 direaksikan atau diabsorpsi
dengan menggunakan bahan kimia NaOH
Kalsium karbonat light, (kalsium karbonat ringan), dimana gas CO2
direaksikan atau diabsorpsi dengan mempergunakan larutan Ca(OH)2
Selain itu, pemanfaatan limbah gas yang lain adalah gas CH4 sebagai
bahan bakar. Konsepnya adalah dengan memasukkan pipa-pipa yang didesain
sedemikian rupa dan gas CH4 bisa masuk kedalam pipa dan dialirkan sebagai
bahan bakar atau biofuel (Palar, 2004). Limbah gas SO2 dan SO3 dapat
dimanfaatkan untuk menghasilkan bahan asam sulfat (H2SO4), yaitu dengan
mereaksikan atau absorpsi gas SO2 dan SO3 dengan air, konsentrasi H2SO4 yang
dihasilkan selanjutnya dimurnikan sehingga dihasilkan asam sulfat dengan
kualitas tinggi (Sumada, 2009).
3.11 Nilai/Manfaat Limbah
Limbah sebagaimana definisinya merupakan semua jenis bahan yang dibuang
sebagai hasil sisa proses produksi. Kata “sisa” dalam definisi tersebut bermakna
bahwa limbah merupakan semua bahan yang tidak lagi bernilai atau bermanfaat
bagi produsen yang melakukan serangkaian hasil produksi yang menghasilkan
limbah tersebut. Maka sebagai hasil sisa, limbah dapat digolongkan tidak
memiliki nilai atau manfaat. Namun di sisi lain, penulis berpendapat bahwa
limbah juga dapat memiliki nilai atau manfaat jika kita bisa mengetahui secara
spesifik karakteristik limbah tersebut dan bagaimana memanfaatkannya.
Pengetahuan tentang karakteristik limbah akan menuntun kita dalam menemukan
cara yang tepat untuk mengelola limbah tersebut agar dapat memiliki nilai dan
manfaat bagi kehidupan manusia. Sehingga dapat disimpulkan bahwa yang
menjadi kunci dalam menentukan bermanfaat tidaknya limbah adalah apakah
limbah tersebut dapat dimanfaatkan lebih lanjut atau tidak. Selama manusia belum
menemukan cara untuk membuat limbah tersebut bermanfaat, maka jenis limbah
tersebut tidak akan memiliki nilai dan manfaat. Tetapi penulis berpendapat bahwa
pada dasarya semua jenis limbah memiliki potensi untuk dapat bernilai dan
bermanfaat bagi kehidupan manusia dan kitalah sebagai manusia yang wajib
menemukan cara bagaimana membuat jenis limbah tersebut yang semula
berdampak negatif bisa bermanfaat dan memberikan dampak positif bagi
kehidupan manusia.
Dewasa ini telah banyak ditemukan berbagai cara yang merupakan sebuah
usaha untuk mengubah limbah yang pada dasarnya tidak bernilai menjadi limbah
yang memiliki nilai ekonomi. Salah satu contoh nyata yang sering ditemui
khususnya di dunia pertanian adalah pemanfaatan limbah daun-daun kering dan
kotoran ternak untuk dijadikan sebagai pupuk organik yang menyuburkan
tanaman. Pengolahan sisa-sisa tanaman sedemikian rupa untuk diubah menjadi
pupuk organik yang bernilai ekonomi merupakan salah satu bentuk usaha dalam
mengolah dan mengubah limbah dari produk yang tidak bernilai atau bermanfaat,
menjadi produk yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Adanya pengolahan limbah
menjadi pupuk tersebut merupakan salah satu bukti bahwa semua limbah yang
sebelumnya dianggap tidak memiliki manfaat sebenarnya jika diolah bisa
memiliki manfaat yang besar bagi kehidupan manusia. Karena itu, penulis di awal
mengungkapkan bahwa sebenarnya semua jenis limbah punya nilai dan manfaat,
hanya saja kita sebagai manusialah yang belum mampu menemukan cara untuk
mengolah potensi tersebut.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12. Tabel 3. Jenis Limbah Industri Pengolahan Minyak Kelapa Sawit
yang Jika Diolah akan Memiliki Nilai Ekonomi Tinggi
3.12 Pentingnya Mengolah dan Memanfaatkan Limbah
Usaha pengolahan dan pemanfaatan limbah industri merupakan hal yang
sangat penting untuk dilakukan, mengingat dampak negatif yang mungkin
ditimbulkan jika limbah tersebut dibiarkan atau langsung dibuang ke alam.
Kandungan zat-zat kimia yang terkandung dalam limbah industri biasanya
merupakan jenis zat-zat kimia yang berbahaya jika langsung dibuang ke alam.
Contoh jenis zat kimia berbahaya yang sering ditemui di limbah industri adalah
sebagai berikut :
4.
5.
6.
7.
8.
Tabel 1. Contoh Limbah yang Termasuk Jenis Limbah Berbahaya
Contoh-contoh di atas mencerminkan bahwa banyak sekali jenis limbah yang
berbahaya jika dibiarkan begitu saja atau tidak diolah khususnya jenis-jenis
limbah industri. Berbagai jenis limbah tersebut mengandung bahan kimia dalam
konsentrasi yang besar serta jumlah yang beragam dan akan sangat berbahaya jika
tidak diolah atau dibiarkan begitu saja di alam. Hal inilah yang kemudian
membuat pengelolaan limbah merupakan hal yang penting untuk dilakukan.
Jenis-jenis zat kimia yang ada dalam limbah industri tersebut merupakan jenis
zat-zat kimia yang sangat berbahaya dan berdampak negatif bagi lingkungan.
Karena itu, pengolahan limbah dan pemanfaatan limbah merupakan hal yang
sangat penting dilakukan untuk mengurangi dampak negatif yang mungkin
ditimbulkan oleh zat-zat kimia yang terdapat dalam limbah industri tersebut.
9.
10.
11.
12.
13.
Tabel 2. Jenis Limbah yang Dihasilkan Industri di Berbagai Bidang
3.13 Sampai Kapan akan Berhenti Memikirkan Limbah
Usaha untuk mengelola limbah merupakan usaha yang harus terus
dilakukan selama limbah masih dihasilkan. Apalagi jika limbah yang dihasilkan
merupakan jenis limbah industri yang berbahaya bagi lingkungan. Karena
sebentar saja limbah dibiarkan dan tidak dikelola maka dampak negatif yang dapat
ditimbulkan akan sangat besar baik bagi lingkungan maupun bagi manusia.
Sehingga jika pertanyaanya adalah sampai kapan kita bisa istirahat memikirkan
limbah, maka jawaban penulis adalah kita akan beristirahat memikirkan limbah
jika limbah tersebut sudah tidak lagi ada atau dihasilkan di muka bumi yang mana
merupakan hal yang tidak mungkin terjadi karena setiap aktivitas manusia pasti
akan menghasilkan limbah. Maka dengan kata lain permasalahan limbah
merupakan permasalahan yang harus dan akan selalu dipikirkan selama peradaban
manusia masih eksis di muka bumi.
Permasalahan limbah tidak dapat berhenti dipikirkan karena ke depan jenis
limbah yang dihasilkan industri akan semakin banyak dan beragam seiring dengan
semakin banyaknya populasi manusia dan industri yang ada di bumi. Semakin
banyak dan beragamnya jenis limbah membuat kita harus terus berpikir tentang
bagaimana cara mengelola limbah tersebut untuk meminimalisir dampak negatif
dari keberadaan limbah tersebut di alam. Cara pengelolaan limbah dari tahun ke
tahun harus terus diinovasi dan berubah semakin canggih seiring dengan semakin
banyak dan beragamnya jenis limbah yang dihasilkan industri. Karena seiring
dengan perkembangan zaman maka jenis limbah akan terus berubah dan semakin
beragam dengan ditemukannya berbagai teknologi dan dibangunnya berbagai
macam industri. Jenis limbah yang terus berubah merupakan tantangan bagi
manusia untuk terus berpikir dan mengetahui cara yang tepat untuk mengolahnya.
Semakin banyak dan beragamnya jenis limbah maka cara pengelolaan limbah
yang ditempuh juga harus semakin canggih.
3.14 Tujuan Mempelajari Limbah
Pembelajaran tentang limbah dan cara pengelolaanya merupakan
hal yang sangat penting untuk terus dilakukan. Karena dengan cara tersebutlah
mahasiswa sebagai peserta didik memiliki kesempatan untuk mempelajari lebih
lanjut tentang hal-hal yang perlu dipikirkan dan dilakukan dalam mengelola
limbah. Pembelajaran tersebut diharapkan dapat menjadi bekal bagi mahasiswa
kelak ketika mereka berperan sebagai policymaker atau sebagai pihak pengambil
keputusan tentang pengeolaan limbah di suatu daerah.
Tujuan dari mempelajari limbah adalah untuk mengetahui karakteristik
mendasar dari sebuah limbah. Pelajaran tentang karakteristik limbah merupaka hal
yang penting untuk didapatkan karena pengelolaa limbah yang akan dilakukan
akan selalu didasarkan pada karakteristik-karakteristik tersebut. Dengan adanya
pengetahuan terhadap karakteristik limbah maka kita dapat belajar untuk
merumuskan dan merencanakan perencanaan yang tepat dalam pengolahan
limbah tersebut. Sehingga dengan adanya pembelajaran tentang limbah bagi
mahasiswa, maka mahasiswa akan mampu menganalisa karakteristik limbah dan
menetukan bagaimana cara pengelolaan limbah yang tepat dan sesuai. Sehingga
akibat atau dampak negatif yang mungkin ditimbulkan limbah seperti yang
disebutkan di awal pembahasan dapat diminimalisir.
Selain itu, pembelajaran tentang limbah juga merupakan salah satu upaya
untuk menemukan cara guna memanfaatkan atau mengeluarkan potensi nilai dan
manfaat dari limbah. Pembelajran akan limbah akan menuntun mhasiswa dalam
menemukan cara-cara bar yang inovatif dalam melakukan kegiatan usaha
pemanfaat limbah untuk dapat dijadikan produk yang memiliki manfaat bagi
kehidupan manusia. Pembelajaran akan limbah penting sebagai pengantar bagi
mahasiswa untuk mengenal lebih jauh tentang karakterstik limbah, sehingga dapat
dijadikan sebagai bekal bagi mereka untuk menemukan cara yang tepat dalam
mengolah limbah utamanya jenis limbah industri yang selama ini belum banyak
dimanfaatkan dan kebanyakan merupakan jenis limbah yang berbahaya bagi
lingkungan.
3.15 Rata-rata Jumlah dari Limbah yang Dihasilkan
Kegiatan Usaha Tahu dan Tempe berorientasi untuk mencukupi masyarakat
setempat namun demikian, limbah yang dihasilkan dari industry tersebut sangat
mengganggu terhadap lingkungan sekitar dikarenakan limbah yang dihasilkan
tidak ditampung dulu tetapi langsung disalurkan ke sungai atau got yang ada
disekitar lokasi tetapi ada juga membuat bak-bak penampung limbah tetapi belum
dilaksanakan secara optimal sehingga menimbulkan bau tidak sedap. Kapasitas
produksi terkecil mulai 50 kg s/d 600 kg per hari, ada 116 usaha tahu tempe, 73
usaha tahu dan 43 usaha tempe, dalam penggunaan air sangat berbeda ; Untuk
produksi tahu : 100 kg kedelai memerlukan air 2800 lt air, dan untuk produksi
tempe : 100 kg kedelai memerlukan air 2500 lt air. Rata-rata produksi per hari
dari 116 industri tahu tempe dengan kapasitas produksi rata-rata per usaha 9.450
kg/hr x 116 = 1.096.200 kg/hr, untuk produksi tahu dari 73 usaha terdiri dari
7.300 kg x 2.800 lt/hr = 20.440.000 lt/hr, untuk produksi tempe : 2.150 kg x 2.500
lt/hr = 5.375.000 lt/hr jadi total limbah produksi tahu dan tempe yang dikeluarkan
sebesar : 25.815.000 lt/hr. Untuk limbah tahu tempe dalam periode 1 (satu) bulan :
25.815.000 hr/lt x 25 hr = 645.375.000 lt/bln.
Secara umum komposisi dari sampah di setiap kota bahkan negara hampir
sama yaitu:
1. Kertas dan katun ± 35 %
2. Logam ± 7 %
3. Gelas ± 5 %
4. Sampah halaman dan dapur ± 37 %
5. Kayu ± 3 %
6. Plastik, karet, dan kulit ± 7 %
7. Lain-lain
Limbah padat yang dihasilkan pabrik gula dengan kapasitas produksi 30.000
ton per hari sebesar 100 ton/hari. Limbah tersebut berupa blotong yang
merupakan bahan sisa pembakaran dari ampas tebu.
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Limbah adalah zat, energi, dan atau komponen lain yang dikeluarkan atau
dibuang akibat sesuatu kegiatan baik industri maupun non-industri.
2. Pada dasarnya limbah-limbah yang berasal dari berbagai industri dapat
dihilangkan dengan proses-proses pengolahan secara kimia maupun secara
biologis.
3. Jika limbah industri tidak diolah maka akan mengakibatkan pencemaran yang
nantinya akan menggangu kelestarian alam.
4. Limbah cair industri tergolong limbah yang paling berbahaya karena dapat
mencemari perairan.
5. Usaha pengolahan dan pemanfaatan limbah industri merupakan hal yang sangat
penting untuk dilakukan, mengingat dampak negatif yang mungkin
ditimbulkan jika limbah tersebut dibiarkan atau langsung dibuang ke alam.
4.2 Saran
Teknologi pengolahan limbah industri perlu diterapkan dalam skala yang
lebih luas dengan efektif dan efisien serta mangerial yang baik agar kapasitas
produksinya bisa mencakup seluruh produksi limbah yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad. 2004. Kimia Lingkungan. Kanisius: Yogyakarta.
Ariens. 1994. Toksikologi Umum Pengantar. Gajah Mada University Press: Yogyakarta.
Cahyonugroho, O.H. 2002. Pengaruh Intensitas Sinar Ultraviolet dan Pengadukan Terhadap Reduksi Jumlah Bakteri E.coli. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan 2 (1) : 18 – 22.
Djajadiningrat, Surna. T . 1991. Penilaian Secara Cepat Sumber-Sumber Pencemaran Air, Tanah dan Udara. Yogyakarta : Gadjah Mada Universitas Press.
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisisus, Yogyakarta.
Estiningsih, I.K. dan Mifbakhuddin. 2004. Pengaruh Volume Lumpur Aktif dan Waktu Kontrak terhadap Penurunan Kadar BOD Limbah Cair Rumah Sakit. Jurnal Litbang Universitas Muhammadiyah Malang: 32-39.
Ginting, Perdana. 2007. Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri, Cetakan pertama. Bandung: Yrama Widya.
Handajani, Hany. 2006. Pemanfaatan Limbah Cair Tahu sebagai Pupuk Alternatif pada Kultur Mikroalga Spirullina sp. Jurnal Protein 13 (2) : 188-193
Haryati Tutik, 2006. Limbah Peternakan Yang Menjadi Sumber Energi AlternatifJurnal Penelitian Peternakan Wartazoa Vol. 16 No. 3 Th. 2006
Isna, 2004. Pemanfaatan Limbah Kotoran Sapi Sebagai Pengganti Bahan Bakar Rumah Tangga Yang Lebih Memberikan Keuntungan Ekonomis. Jurnal Penelitian Kotoran Ternak Sapi 10 (02) : 199 – 214
Jenie dan W.P Rahayu. 1994. Penanganan Limbah Industri Pangan. Yogyakarta : Kanisisus.
Kristianto, P. 2002. Ekologi Industri. Penerbit ANDI. Yogyakarta
Manik, K.E.S. 2004. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta: Djambatan.
Nugroho, Rudi, Ikbal, dan N. Sulasmi. 2008. Pengolahan Limbah Cair Industri Percetakan Uang Kertas (Utas) menggunakan Proses Biologi Anaerob. JAI, 4 (1): 28-37.
Nurmayanti. 2002. Kontribusi Limbah domestik terhadap Kualitas Air. Program Pasca Sarjana Universitas Gajahmada. Yogyakarta.
Palar, Heryando. 2004. Pencemaran & Toksikologi Logam Berat, Cetakan Kedua. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Rossiana, Nia. 2006. Uji Toksisitas Limbah Cair Tahu Sumedang terhadap Reproduksi Daphnia carinata KING. Jurnal Biologi. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjadjaran: Bandung.
Sastrawijaya, T. 2000. Pencemaran Lingkungan . Rineka Cipta. Bandung.
Situmorang, Manihar. 2007. Kimia Lingkungan. Medan: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Unimed.
Sumada, Ketut. 2009. Pemanfaatan Limbah Gas, Cair, dan Padat Hasil Pertanian. Surabaya: Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”.
Sugiharto.2000. Dasar-dasar pengelolaan air limbah. Universitas indonesia. Jakarta.
Sunu, P. 2001. Melindungi Lingkungan dengan Menerapkan ISO 14001. PT. Grasindo. Jakarta
Suriawiria, Unus. 1996. Air dalam Kehidupan dan Lingkungan yang Sehat. Penerbit Alumni. Bandung.
Suripin. 2002. Pelestarian Sumberdaya Tanah dan Air. Penerbit ANDI. Yogyakarta.
Sutanto, Rachman. 2002. Penerapan Pertanian Organik: Pemasyarakatan dan Pengembangannya. Yogyakarta: Kanisius.
Syamsudin, Sri Purwati, dan Ika Rostika. Pemanfaatan Campuran Limbah Padat dengan Lindi Hitam dari Industri Pulp dan Kertas sebagai Bahan Biobriket. Berita Selulosa 42 (2) : 67-74
Wardana, A.W.1999. Dampak Pencemaran Lingkungan . Yogyakarta : Andi Offset
Widyatmoko, H. 2009. Menghindari, Mengolah dan Menyingkirkan Sampah. Jakarta : Abdi Tandur
Top Related