Download - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20320403-S-Nurul Mianti.pdflib.ui.ac.id

Transcript

UNIVERSITAS INDONESIA

Rekonstruksi Kehidupan Keberagamaan Masyarakat Indonesia (Studi Sosiologi Film Tanda Tanya)

SKRIPSI

Nurul Mianti 0806317653

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM SARJANA REGULER

DEPARTEMEN SOSIOLOGI DEPOK

JUNI, 2012

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

ii

UNIVERSITAS INDONESIA

Rekonstruksi Kehidupan Keberagamaan Masyarakat Indonesia (Studi Sosiologi Film Tanda Tanya)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

NURUL MIANTI 0806317653

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM SARJANA REGULER

DEPARTEMEN SOSIOLOGI DEPOK

JUNI, 2012

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

v

KATA PENGANTAR

Skripsi ini merupakan hasil penelitian pada film sebagai suatu karya seni

yang dapat merepresentasikan realita sosial. Salah satu film tersebut berjudul

Tanda Tanya. Tanda Tanya merupakan film yang dirilis pada April 2011 dimana

film ini menawarkan cerita yang berbeda di banding film-film pada umumnya.

Film Tanda Tanya menceritakan tentang kehidupan keberagamaan masyarakat

Indonesia dengan mengangkat tiga agama yaitu Islam, Katolik, dan Konghucu

dimana ketiga agama tersebut diwakili oleh tiga keluarga yang berbeda dengan

status sosial ekonomi yang berbeda pula. Ketiga kelompok agama tersebut saling

berinteraksi satu sama lainnya dan membentuk suatu relasi. Namun terkadang

karena perbedaan tersebut sering timbul konflik-konflik yang berujung pada

tindakan kekerasan.

Film merupakan media seni yang dapat dinikmati oleh masyarakat dalam

bentuk suara, dialog, lakon aktor yang bermain di dalamnya. Dengan kelebihan

itu, film memiliki potensi untuk memotret peristiwa yang terjadi dalam realita

sosial. Peristiwa kehidupan keberagamaan itulah yang didokumentasikan oleh

Hanung Bramantyo sebagai Sutradara film Tanda Tanya ke dalam produk seni

yaitu film. Kemampuan film untuk merepresentasikan realita sosial, dianalisis

menggunakan kerangka pemikiran sosiologi dengan analisis konten film sebagai

perbandingan dengan realita sosial.

Akhirnya, peneliti berharap tulisan ini dapat menjadi sumbangan dalam

ilmu pengetahuan dan tinjauan praktis. Namun demikian, penulis menyadari

bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, sehingga dibutuhkan saran-saran

yang membangun demi perbaikan pada penelitian lebih lanjut.

Depok, 03 Juni 2012

Penulis

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

vi

UCAPAN TERIMAKASIH

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT karena atas berkat dan

rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa sanjungan sholawat

serta salam saya sampaikan ke hadirat Nabi Muhammad SAW. Penulisan skripsi

ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk mencapai

gelar Sarjana Sosial, Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Indonesia. Penulisan skripsi ini membutuhkan waktu yang lebih lama

dari yang diperkirakan. Pada proses penyusunan, saya menemui berbagai

kesulitan namun saya sangat bersyukur bersama kesulitan tersebut, Allah SWT

juga memberikan berbagai nikmat yang secara tidak langsung saya rasakan

melalui bantuan dan dukungan semangat dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada

kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih kepada:

1) Semua dosen Sosiologi yang telah memberikan berbagai materi perkuliahan

sehingga menambah sudut pandang baru bagi saya untuk melihat berbagai hal

dalam kehidupan sosial. Secara khusus, saya mengucapkan terimakasih kepada

Drs.M. Iqbal Djajadi, MSi, selaku pembimbing skripsi yang telah menyediakan

waktu, tenaga, kesabaran, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam

penyusunan sripsi ini. Terimakasih pula kepada Raphaella Dwianto M.A, Ph.D

sebagai pembimbing akademik selama masa studi saya di Sosiologi. Kepada

Dr. Rosa Diniari M.S yang telah memberikan waktunya untuk menjadi ketua

sidang skripsi saya. Selanjutkan kepada Drs. J.P. Hanneman Samuel M.Phil,

Ph.D yang sudah memberikan banyak masukan dan kritik untuk menjadikan

skripsi saya lebih baik dari sebelumnya. Tidak lupa saya mengucapkan

terimakasih kepada Mas Riyanto dan Mba Ira sebagai staf jurusan Sosiologi

FISIP, UI yang banyak membantu saya dalam mengurus administrasi

akademik.

2) Kedua orang tua saya, Umar Saleh Parinduri dan Aan Wijayanti yang telah

memberikan dukungan baik secara fisik, moral, dan materi dari saya lahir

sampai penyusunan skripsi ini. Kedua orang tua saya yang menjadi motivator

bagi saya untuk segera menyelesaikan skripsi ini dengan kata-kata

penyemangatnya Kapan kita jahit kebaya?. Juga kepada kakak-kakak saya

Hadyan yang selalu bersedia untuk membuatkan saya bagan-bagan dan Rulyan

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

vii

yang selalu mendukung saya untuk mengerjakan skripsi dengan sebaik-

baiknya.

3) Kepada Nenek dan Kakek saya, Alm. R. Etty Herawaty dan R. Atma Wijaya

yang dengan tulus mendoakan dalam setiap langkah hidup saya untuk

mencapai cita-cita. Skripsi ini juga merupakan pembuktian diri kepada nenek

saya di akhir hidupnya yang mengatakan bahwa Bisa gak yah eyang liat Mia

wisuda?. Skripsi ini merupakan keberhasilan bagi saya untuk mencapai gelar

sarjana.

4) Kepada Reza Revianus yang turut aktif memberikan motivasi dan menemani

mobilisasi dalam proses penulisan skripsi saya.

5) Kepada Rd. Mochammad Hady Arrasyid yang telah memberikan motivasi

kepada saya untuk selalu sabar dan menjalani proses penulisan skripsi dengan

kata-katanya God only makes happy ending. If it`s not happy then its`s not the

end.

6) Dengan dibantu oleh teman-teman sekalian khususnya mahasiswa Sosiologi UI

2008, akhirnya saya membuktikan bahwa skripsi ini bukan hanya sekedar

tanda tanya melainkan berupa jawaban atas keraguan teman-teman sosiologi

2008. Khususnya kepada Silvia Anggraini yang menjadi kawan setia saya

selama masa perkuliahan dan membantu saya dengan menjadi kawan diskusi

mengenai permasalahan dan membantu mencarikan jalan keluar dengan saran-

sarannya yang luar biasa. Ari Putra yang bersedia meluangkan waktu untuk

memberikan pencerahan kepada saya dan meminjamkan buku-bukunya sebagai

sarana pembelajaran. Dady H. Doa yang selalu memberikan semangat kepada

saya dengan kata-katanya Berlelah-lelahlah kamu, sungguh manisnya

perjuangan hanya akan terasa saat kita telah lelah berjuang. Ramadhina

Achmad Yani yang menjadi kawan saya dalam menuangkan keluh kesah

selama proses penulisan skripsi ini. Aulia Kusumawardhani yang bersedia

membantu saya dengan memberikan solusi-solusi yang cemerlang. Donny

Mason dengan celotehannya yang membuat saya tertawa ketika mengalami

tekanan dalam menghadapi deadline skripsi. Tangkas Saputra yang sudah

mengkritik dengan tindakan radikalnya meng-unfollow saya di twitter akibat

saya selalu mempublikasikan progress penulisan skripsi sehingga membuatnya

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

viii

tertekan. Ardi Harsoni dan Dufri Andreas yang menjadi kawan seperjuangan

dalam bimbingan dan penulisan skripsi ini. Aji Prihatsono yang bersedia

membantu membersihkan virus-virus dari laptop saya. Agni Rahayu, Kiki

Amalia Tazkiyah dan Ambar Arbaatun yang menjadi teman setia saya dalam

proses perkuliahan.

7) Teman-teman di lingkungan UI Kamal (Niaga 08) yang memberikan

ramalannya mengenai hidup. Dana Agriawan (Politik 08) yang memberikan

waktu dan saran untuk dan membantu untuk merevisi skripsi saya

8) Teman-teman di luar kampus Universitas Indonesia Nanza Tiara Hilman, Anita

H. Octavia, Marina Ulfa, Fanny Taufanny yang sudah bersahabat selama

hampir enam tahun ini dan melewati masa-masa suka dan duka baik dalam

proses perkuliahan maupun dalam penulisan skripsi.

Terakhir, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi yang membacanya.

Depok, 03 Juli 2012

Nurul Mianti

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

x

ABSTRAK

Nama : Nurul Mianti Program Studi : Sosiologi S1 Reguler Judul : Rekonstruksi Kehidupan Keagamaan Masyarakat Indonesia (Studi Sosiologi

Film Tanda Tanya)

Penelitian ini berangkat dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana film sebagai salah satu produk kesenian dapat juga digunakan untuk merepresentasikan realita sosial yang ada di masyarakat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk mengulas konten film Tanda Tanya sebagai salah satu film yang merepresentasikan kehidupan keberagamaan di Indonesia. Dalam konteks penelitian ini, aspek utama yang dinilai adalah konten film secara struktural yaitu aktor-aktor membentuk suatu relasi yang digambarkan melalui dialog, adegan, dan alur cerita dalam film. Relasi yang terjalin antar aktor menciptkan struktur sosial yang mendefinisikan diri mereka pada kelompok-kelompok tertentu. Misalnya dalam film Tanda Tanya ada kelompok-kelompok agama yang sifatnya puritan maupun sinkretis. Struktur sosial yang terbentuk dalam film mencerminkan realita yang ada di masyarakat.

Selain aspek diatas beberapa aspek penting lainnya yang dianggap berpengaruh terhadap film sebagai representasi sosial adalah aspek kultural. Aspek kultural yang ditunjukan ke dalam bentuk penanaman nilai-nilai atau ideologi Sutradara ke dalam kreasi film. Penanaman nilai-nilai tersebut mempunyai motivasi untuk menggambarkan situasi ideal di masyarakat atau dapat juga digunakan sebagai ekspektasi Sutradara terhadap suatu konteks sosial masyarakat tertentu.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa film Tanda Tanya berhasil mengubah suatu produk seni menjadi karya ilmiah melalui kacamata sosiologi dengan memotret kehidupan keberagamaan yang ada di Indonesia. Kehidupan keberagamaan tersebut dicerminkan melalui sikap pluralisme antar anggota kelompok agama tertentu terhadap kelompok agama lainnya. Adegan interaksi antar anggota kelompok agama satu dengan yang lainnya diambil melalui beberapa kasus yang terjadi dalam realita sosial di masyarakat sehingga dengan begitu film Tanda Tanya adalah salah satu dari sedikit film di Indonesia yang menggambarkan proses kehidupan keberagamaan yang sebelumnya toleran namun karena adanya factor-faktor eksternal menciptkan konflik-konflik sesuai dengan realita sosial di masyarakat. Kata Kunci : Film, Pluralisme, Agama

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

xi

ABSTRACT

Name : Nurul Mianti Study Program : Sociology Title : Reconstruction of Indonesian Religious Life (a Sociological Study on

the Movie Tanda Tanya)

This study aims to learn how far a movie, as an artistic product, is used to represent reality in the social world. This study employs qualitative approach to cover contents in Tanda Tanya as a movie representing religious life of the Indonesian people. In the context of this study, the main aspect considered is the structural contents, which is relations shaped by the actors through dialogues, scenes, and story plots of the movie. Bonded relations among actors create social structures that define themselves into certain groups. For instance, in the movie, there were several religious groups of puritan and syncretism. Social structures formed in the movie reflect reality in the society.

Besides the aspects above, another relevant aspect also influenced the social representation in the movie, which is the cultural aspect. Culture is represented by the directors values and ideologies incorporated into his creation. Such values motivated to illustrate the ideal situation in the society or could be used as the directors expectations on a certain social context.

The results to this study shows that the movie Tanda Tanya succeeded in shifting an artistic product into a scientific product, using sociological view to snap the religious life in Indonesia. The religious life is reflected through the state of pluralism between members of a certain religious group and other religious groups. The scene where interactions between one religious group to another was taken from many cases which happened in the social reality. Thus, the movie is one of many Indonesian movie illustrating the process of religious lives, which was previously tolerant but then various external factors created conflicts, just as in the social reality.

Keywords: movie, pluralism, religion.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .......................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................... v

UCAPAN TERIMAKASIH .......................................................................... vi

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................. ix

ABSTRAK ..................................................................................................... x

ABSTRACT .................................................................................................. xi

DAFTAR ISI ................................................................................................ xii

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xv

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xvi

DAFTAR BAGAN ................................................................................... xvii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1

1.2 Rumusan Permasalahan ............................................................... 3

1.3 Tujuan .......................................................................................... 4

1.4 Signifikansi Penelitian ................................................................. 4

1.5 Sistematika Penulisan .................................................................. 5

BAB 2 KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka .......................................................................... 6

2.2 Definisi Konsep .......................................................................... 15

2.2.1 Pluralisme ........................................................................... 15

2.2.2 Multikulturalisme ............................................................. 16

BAB 3 Metode Penelitian

3.1 Pendekatan Penelitian ................................................................ 18

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

xiii

3.2 Jenis Penelitian ........................................................................... 19

3.2.1 Berdasarkan Tujuan Penelitian .......................................... 19

3.2.2 Berdasarkan Manfaat Penelitian ........................................ 20

3.2.3 Berdasarkan Waktu Penelitian .......................................... 20

3.2.4 Berdasarkan Teknik Pengumpulan Data ........................... 21

3.3 Peran Peneliti .............................................................................. 21

3.4 Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 22

3.4.1 Data Primer ....................................................................... 22

3.4.2 Data Sekunder ................................................................... 23

3.5 Teknik Pengolahan Data ............................................................ 24

3.6 Hambatan Penelitian ................................................................. 52

BAB 4 DESKRIPSI TEMUAN DATA : KARIR, KARYA, DAN

KONTROVERSI

4.1 Sinopsis Film Tanda Tanya ....................................................... 26

4.2 Kru & Tokoh Dalam Film Tanda Tanya .................................... 40

4.2.1 Profil Hanung Bramantyo ................................................. 40

4.2.2 Profil Riyanto .................................................................... 52

4.2.3 Profil Reza Rahadian ......................................................... 53

4.3 Profil Film Tanda Tanya ............................................................ 56

4.3.1 Judul Merupakan Strategi Pemasaran ............................... 59

4.4 Proses Pembuatan Film Tanda Tanya ........................................ 61

4.5 Respon Masyarakat : Sikap Pro dan Kontra ............................... 63

4.5.1 Sikap Pro Terhadap Film Tanda Tanya ............................. 65

4.5.2 Sikap Kontra Terhadap Film Tanda Tanya ....................... 66

4.5.3 Tanggapan Hanung Kepada Pihak Kontra ........................ 70

BAB 5: PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

5.1 Film Tanda Tanya dan Representasi Sosial .............................. 77

5.2 Relasi Antar Aktor Dalam Film Tanda Tanya .......................... 98

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

xiv

5.3 Perbandingan Alur Cerita Yang Diangkat Dalam

Film Tanda Tanya, Film Pada Umumnya dan

Realita Sosial ........................................................................... 120

5.4 Perbandingan Adegan Dalam Film Tanda Tanya

Yang Sesuai Dengan Realita ........................................................ 125

5.5 Perbandingan Isu Yang Diangkat Dalam Film

Tanda Tanya Dengan Realita Sosial ............................................. 127

5.6 Perbandingan Konflik, Integrasi, dan Mediasi

Antara Film Tanda Tanya dan Realita Sosial ............................... 152

BAB 6: PENUTUP

6.1 Kesimpulan Umum .................................................................. 163

6.2 Saran (Rekomendasi) ............................................................... 164

LAMPIRAN

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

xv

DAFTAR TABEL

4.1 Perjalanan Karir Hanung di Orde Baru dan Reformasi ........................ 40

4.2 Profil Film Tanda Tanya ....................................................................... 56

5.1 Presentase Penggunaan bahasa dan Atribut Kecinaan Dalam Film ....... 88

5.2 Presentase Sikap Tionghoa Kepada Pegawai Non- Tionghoa ............ 105

5.3 Presentase Penampilan Tata Cara Beribadah Umat Konghucu .......... 107

5.4 Presentase Sikap Rika Kepada Umat Beragama ................................. 109

5.5 Presentase Sikap Keagamaan Rika ..................................................... 113

5.6 Presentase Kegiataan Keagamaan Islam Dalam Film Tanda Tanya ... 114

5.7 Perbandingan Alur Cerita Yang Diangkat Dalam Film Tanda Tanya,

Film Pada Umumnya dan Realitas Sosial ..120

5.8 Adegan Film Tanda Tanya Yang Sesuai Dengan Realita Sosial ........ 125

5.9 Perbandingan Isu Yang Diangkat Pada Film dan Realita ................... 127

5.10 Perbandingan Konflik, Integrasi dan Mediasi Yang Terjadi Dalam Film

Tanda Tanya dan Realita Sosial ............................................................... 152

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Pemain Film Tanda Tanya ...................................................... 39

Gambar 4.2 Poster Film Tanda Tanya ........................................................ 58

Gambar 4.3 Media Pemasaran Film Tanda Tanya ...................................... 61

Gambar 4.4 Sikap Protes FPI terhadap Film Tanda Tanya ......................... 68

Gambar 5.1 Sikap Adaptasi dan Diskriminasi Tionghoa dan Pribumi ....... 86

Gambar 5.2 Penggunaan Nama dan Tulisan Kecinaan Setelah Orde

Baru Dalam Film ........................................................................................ 87

Gambar 5.3 Kebebasan Konghucu Untuk Beribadah Dalam Film ............. 88

Gambar 5.4 Relasi dan Gaya Hidup Ping Hen Dalam Film Tanda

Tanya ........................................................................................................... 90

Gambar 5.5 Tempat Peribadatan Yang Biasa Digunakan Oleh Umat

Konghucu .................................................................................................... 96

Gambar 5.6 Sikap Kesetiaan Lim Giok Lie Pada Tan Kat Sun ................ 100

Gambar 5.7 Sikap Tidak Toleran Ping Hen Terhadap Pelaksanaan

Ibadah Umat Islam ................................................................................... 102

Gambar 5.8 Sikap Tidak Toleran Ping Hen Kepada Para Pegawai .......... 104

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

xvii

DAFTAR BAGAN

Bagan 5.1 Film sebagai Karya Seni dan Representasi Sosial .................... 77

Bagan 5.2 Relasi Antar Aktor Dalam Film Tanda Tanya ...98

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Film sebagai suatu bagian dari seni memiliki potensi untuk

merepresentasikan realita sosial. Film tidak hanya berfungsi sebagai media

hiburan namun juga dapat digunakan sebagai media yang baik dalam

penyampaian informasi karena dalam film terdapat proses kreasi berupa

dialog dan adegan yang dengan mudah diserap oleh para penontonnya.

Dalam suatu film ada kegiatan komunikasi antara aktor, komunikasi

tersebut berbentuk dialog yang diucapkan sesama pemain dan

menciptakan sebuah bentuk komunikasi. Komunikasi ini kemudian

disiarkan ke masyarakat dalam bentuk adegan yang memiliki alur cerita

untuk dinikmati penontonnya. Melalui hal tersebut maka film dapat

digunakan untuk menanamkan nilai-nilai kepada masyarakat.

Film dapat menjangkau massa yang luas. Film dapat berperan pada

kehidupan kita sehari-hari dan film juga dapat mempengaruhi pikiran dan

perilaku penontonnya, hal tersebut dapat dilihat melalui cara berpakaian,

cara bicara, dialog, bahkan membeli apa yang dikonsumsi aktor dan aktris

dalam film tersebut.1

Perkembangan Film dari masa ke masa mengalami perubahan

seiring perkembangan zaman dan teknologi. Begitupun dengan alur

Selain penanaman nilai-nilai di dalam film juga

terdapat struktur berupa relasi antar aktor yang ditunjukan melalui adegan

dalam film. Relasi yang dimainkan para aktor sedikit banyak

mencerminkan realita sosial. Realita tersebut dapat berupa lapisan sosial

yang melekat pada setiap diri individu sehingga membentuk struktur sosial

di masyarakat. Lapisan sosial dapat dilihat melalui kepemilikan seperti

perhiasan, jam tangan, mobil dan sebagainya. Struktur sosial tersebut yang

dipotret menjadi potongan adegan dalam film.

1 Galician, Mary-Lou. 2006. Handbook of prodct Placement in The Mass Media. Mumbai : First Jaico Imperssion. Halaman 21

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

2

ceritapun semakin bervariasi mulai dari maraknya film-film bertemakan

komedi, horror, cerita rakyat maupun realitas sosial yang ada di

masyarakat dapat diangkat menjadi salah satu produk hiburan yang

disimbolkan melalui film. Salah satu keunggulan film sebagai media

komunikasi dijelaskan oleh Cabecairs yaitu :

ada beberapa keunggulan unik yang dimiliki film (motion picture). Film dapat merekam, mendokumentasikan, dan mengabdikan suatu peristiwa dalam bentuk yang paling realistic yang disajikan dapat berupa kejadian sebenarnya atau dramatisasi sebuah peristiwa. Peristiwa yang direkam dapat merupakan hasil pementasan maupun difilmkan di lokasi yang sebenarnya. Dengan demikian masa lalu dapat hadir kembali dan masa depan dapat diprediksi.2

Dengan penjelasan Cabecairs diatas maka bahasa, lakon aktor serta

setting tempat atau penggunaan symbol-simbol di dalam film dapat

dikategorikan sebagai bagian dari kebudayaan.

Perfilman Nasional sekarang ini sudah mulai banyak

mengangkat cerita melalui realitas sosial yang ada di Indonesia. Dimulai

dari tema-tema umum seperti olahraga, bencana alam dan peristiwa-

peristiwa yang terjadi di Indonesia hingga ke tema-tema sensitif seperti

kehidupan keberagamaan. Kemampuan dan kekuatan film

merepresentasikan realitas kehidupan yang terjadi di suatu wilayah

tertentu dan pada masa tertentu sehingga diketahui oleh khalayak ramai

membuat film menjadi media yang baik untuk kritik sosial dan bahkan

adapula yang menjadikan film sebagai media pertarungan opini terhadap

isu tertentu. Sebagai salah satu jenis media, tayangan sebuah film memang

memiliki keampuhan dalam menanamkan nilai-nilai tertentu kepada

penontonnya. Apalagi tayangan sebuah film telah dirancang sedemikian

rupa, melalui sebuah proses yang panjang. Mulai dari perencanan

skenario, shot-shot pengambilan gambar, pemilihan para pemain yang

memikat sampai dengan proses editing yang baik agar menarik untuk

ditonton. Oleh karena itu, sebagai sebuah media penyampai informasi,

2 Dina Isyanti, 1999, Pelestarian Film nasional studi awal dalam rangka pemberlakuan Undang-Undang noomor 4 tahun 2990 tentang serah simpan karya cetak dan karya rekam dalam hal film. Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Indonesia

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

3

media film memiliki kelebihan dibandingkan jenis media massa yang lain

seperti majalah atau radio. Salah satunya adalah film Tanda Tanya film

tersebut tidak hanya menggambarkan bagaimana kehidupan keberagamaan

di Indonesia dengan berbagai macam kebudayaan yang dimilikinya tetapi

juga sebagai kritik social bahwa kekayaan budaya,etnis dan agama

menjadikan masyarakat Indonesia terpecah dan menimbulkan konflik

sosial yang sering terjadi sekarang ini.

1.2 Permasalahan

Film Tanda Tanya yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo

dirilis pada April 2011, menceritakan tentang kehidupan keberagamaan

dan etnisitas yang ada di Indonesia. Isu tersebut diangkat ke dalam film

yang mengangkat cerita tentang realitas sosial. Isu sosial yang diangkat

dalam film Tanda Tanya adalah perbedaan etnis, agama, status, toleransi

serta konflik yang hidup di dalam suatu masyarakat yang terletak di daerah

Pasar Baru, Semarang. Perbedaan etnis, agama dan status tersebut

ditampilkan melalui bagaimana lakon para aktor memainkan peran etnis

tertentu dengan menggunakan simbol keagamaan yang tampilkan melalui

berdirinya Mesjid, Gereja dan Klenteng secara berdekatan satu dengan

yang lainnya.

Dalam film tersebut juga menceritakan bagaimana masyarakat

Indonesia sekarang ini hidup dalam perbedaan, bagaimana interaksi sosial

antar individu yang berbeda latar belakang menciptakan segregasi pada

yang lainnya. Konflik dalam film yang juga diambil oleh realitas sosial

yang juga terjadi di beberapa kasus di wilayah Indonesia. Seperti dalam

salah satu adegan di bagian awal terdapat penusukan terhadap pendeta.

Kemudian di bagian akhir film tersebut ditampilkan peristiwa pengeboman

Gereja. Kedua peristiwa tersebut juga marak terjadi di Indonesia dalam

kurun waktu 10 tahun terakhir.

Lewat film yang diilhami oleh kisah nyata ini, Hanung Bramantyo

mencoba mengumandangkan pesan tentang tolerasi beragama yang

dinilainya kian luntur belakangan ini. Film yang mengedukasi kaum muda

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

4

yang sudah tekontaminasi jalan pikirannya bahwa berbeda itu haram untuk

kembali diluruskan sehingga dapat memaknai indahnya perbedaan dalam

kasih. Seperti judulnya Tanda Tanya memiliki tag-line yang berisi

:masih pentingkah kita berbeda? di negeri yang masa merebut

kemerdekaan telah menumpahkan darah anak-anak bangsa yang tidak

hanya dari satu agama maupun etnis3

Dengan begitu film mempunyai

peran penting di masyarakat karena film dapat dijadikan arena pertarungan

opini terhadap suatu isu yang beredar di masyarakat. Oleh karena itu,

pertanyaan penelitian dalam permasalahan ini adalah Apakah Film

tersebut mendeskripsikan cerita kehidupan keberagamaan sesuai

dengan realitas sosial yang terjadi di Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan penelitian tersebut, tujuan penelitian ini

adalah untuk mendeskripsikan atau menggambarkan bagaimana Film

Tanda Tanya tidak hanya merupakan karya seni namun juga dapat dikaji

melalui karya ilmiah melalui pandangan sosiologi. Melalui film Tanda,

peneliti ingin melihat sejauh mana film tersebut dapat menggambarkan

relasi kehidupan keberagamaan yang sesuai dengan realita sosial yang ada

di Indonesia dengan melihat melalui konteks sosial dan historis.

1.4 Signifikansi Penelitian

1.4.1 Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pengetahuan dan data empiris bagi penelitian sosiologi, terutama bagi

sosiologi Kebudayaan selain itu juga diharapkan mampu memberikan

sumbangan pemikiran bagi perkembangan Sosiologi Agama dan kajian

sosiologi lainnya yang terkait. Penelitian ini juga diharapkan mampu

memberikan khasanah bagi pengembangan teori-teori sosiologi yang

digunakan dalam penelitian ini sebagai kerangka pemikiran. Serta dapat

3 Sinopsis Film Tanda Tanya : http://filmtandatanya.com/press/ Diunduh pada 20 Agustus 2011 pukul 13:53

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

http://hiburan.kompasiana.com/film/2011/04/11/film-tanda-tanya-the-resensi/

5

juga digunakan sebagai sumbangan wacana dan dapat dijadikan kajian

ilmiah untuk penelitian selanjutnya.

1.4.2 Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi bagi

pihak-pihak terkait antara lain untuk menjadi bahan pertimbangan dan

pemahaman bahwa di dalam film terdapat relasi antar aktor dimana

peranan aktor dalam film mempunyai ideologi dan makna yang

dipengaruhi oleh konteks sosial di masyarakat dan dikonstruksikan melalui

adegan film. Sehingga dengan kata lain Film bukan hanya dilihat sebagai

suatu seni tetapi juga representasi sosial karena dalam film tidak hanya

menampilkan alur cerita yang menarik tetapi juga nilai, simbol-simbol,

dan bahasa yang dikomodifikasikan ke dalam bentuk adegan dan alur

cerita.

1.5 Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Bab I, merupakan bagian pendahuluan yang berisi tentang uraian

latar belakang permasalahan dan fokus permasalahan yang ingin dilihat.

Pada bagian ini juga terdapat tujuan penelitian, signifikansi penelitian, dan

sistematika penulisan.

Bab II, merupakan bagian kerangka pemikiran yang berisi tinjauan

pustaka, kerangka teoritik dan konseptual

Bab III, merupakan bagian metodologi penelitian yang berisi

pendekatan penelitian, tipe penelitian, dan teknik pengumpulan data.

Bab IV merupakan bagian temuan data yang menguraikan

Bab V merupakan analisis pengolahan data dari studi kasus yang

berkaitan dengan permasalahan yang diangkat.

Bab VI merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

6

BAB II

KERANGKA PEMIKIRAN

Penelitian ini akan menjelaskan bahwa film dapat dijadikan sebagai sarana

rekonstruksi realita sosial yang dibagi ke dalam dua bentuk yaitu film dilihat

secara kultural dimana film mempunyai nilai-nilai di dalamnya termasuk ideologi

sutradara yang dimasukan ke dalam adegan-adegan film dan dilihat secara

struktural yaitu adanya relasi antar aktor yang mencerminkan realita sosial.

Dengan begitu maka bab ini akan memberikan gambaran umum mengenai film

sebagai media hiburan yang di dalamnya terdapat nilai-nilai atau ideologi dan

mempunyai makna serta dapat digunakan untuk merubah situasi yang terjadi

dalam realita sosial ke dalam alur cerita dalam film. Sehingga dengan kata lain

film juga dapat mendramatisasi peristiwa-peristiwa yang terjadi di masyarakat.

Selain itu film juga memiliki motivasi untuk mengkritik situasi yang terjadi di

wilayah tertentu dan dalam waktu tertentu. Film juga merupakan bagian dari

produk yang dapat dikomersilkan serta merupakan bagian dari representasi sosial

dengan mereplikasikan realitas sosial di masyarakat ke dalam bentuk kreasi film.

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Film nasional sebagai media hiburan antara kritik sosial dan apresiasi

Seni

Sudah banyak studi-studi yang menekankan bahwa film bukan hanya

menjadi produk yang dapat menjual saja tetapi juga film mempunyai makna-

makna tertentu di dalamnya yang dapat dijadikan pertarunagan opini ataupun

kritik sosial. Hal ini juga ditulis oleh Muhammad Jufry mengenai isi perfilman

nasional, dalam tesisnya ia menuliskan bahwa Kehadiran media baru penayangan

film yang ada membawa dampak positif dan negative tergantung dari sisi mana

melihatnya. Dari sisi pengguna media, tentu memiliki keuntungan atas keragaman

pilihan bentuk tontotan dan kemudahan untuk menyaksikan jenis tontonan. Dari

segi penilaian isi pesan, keberadaan media tersebut membuka peluang bagi

penonton untuk mencari dan menyeleksi isi pesan yang sesuai dengan keinginan.

Film Indonesia dewasa ini tidak mampu memenuhi tingkat daya kritis dan

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

7

apresiasi khlayak yang semakin meningkat seiring dengan semakin tingginya

wawasan dan penetahuan penonton yang telah terbina oleh berbagai pertunjukan

film-film Amerika.

Penelitian Muhammad Jufry ini mengambil sample 100 orang mahasiswa.

Berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian ini diketahui bahwa tingkat

apresiasi mahasiswa terhadap isi pesan film mengalami peningkatan. Hal ini

terbukti dengan semakin tingginya selektifitas mereka dalam memilih isi pesan

dan tema film yang akan disaksikan. Keseluruhan responden mensyaratkan

pemuasan kebutuhan tontonan mereka harus memiliki kualitas penggarapan isi

pesan dan kualitas penghayatan peran.

Adapun yang menjadi dasar pertimbangan menyaksikan film Indonesia

adalah sekedar ingin tahu perkembangan film Indonesia dan ingin mengetahui

akting aktris film Indonesia. Kelemahan utama film Indonesia adalah dari segi

cerita, khusunya menyangkut penuangan gagasan, kedangkalan alur dramatis,

polemik yang tidak beralasan, mengada-ada dan mudah di tebak. Tercata

sebanyak 53% responden menulai cerita film Indonesia menyajikan seks yang

berlebihan, 39% menilai konyol atau tidak mendidik dan 8% menyatakan alur

certanya tidak mengajak penonton untuk berpikir.

Berdasarkan tema cerita film Indonesia yang tidak disukai adalah tentang

komedi/lawakan serta cerita legenda mistik atau horor. Alasannya adalah karena

selalu disipi dengan adegan yang amoral dan tidak etis. Menurut responden

sebanyak 71% responden merasa risih, tidak senang, atau jijik melihat adegan

seks yang disajikan oleh film inonesia. Hanya 29% saja yang merasa melihat

adegan panas tersebut biasa-biasa saja.

Saat itu fungsi media film bagi mahasiswa telah bergeser. Media film saat

ini bukan hanya hiburan semata, melainkan sebagai informasi tentang

perkembangan lingkungan sekitarnya. Disamping itu media film juga merupakan

tempat pelarian untuk melepaskan ketegangan dan kejenuhan dari masalah yang

dihadapi serta pula sebagai sarana menunjukan kepribadian, meneliti realitas dan

memperkuat identitas pribadi.

Dalam konteks ini film Indonesia sering mengabaikan fungsi film diatas.

Hal ini diakui oleh Chaerul Umam, masyarakat penonton film dewasa ini semakin

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

8

krrits, mereka tidak hanya mencari tontonan yang menghibur tetapi juga

pengalaman batin. Akan tetapi, kenyataan ini belum disadari sepenuhnya oleh

para produser. Umunya para pengusaha film Indonesia masih bernostalgia dengan

kesuksesan film-film nasional masa lalu. Anggapan eksploitasi tubuh, sadisme,

hedonisme dan sebagainya masih dinilai menjadi kebutuhan masyarakat,

tercermin dari produk-produk film nasional yang beredar sekarang ini.

Pengamatan senada juga diakui oleh Produser Film Nasional Hendrick Gozali

tercatat dalam tahun 1994-1997 rata-rata 90% jumlah film nasional yang

diproduksi diwarnai dengan tema panas dan eksploitasi, yang umumnya hanya

di buat ala kadarnya dan di dukung artis itu dengan biaya yang ditekan semurah

mungkin.

Generalisasi lain pendapat diatas jelas bahwa tuntutan, harapan dan

keinginan penonton seringkali diabaikan dalam bisnis film Indonesia. Konsep

produksi yang diterapkan Agenda Setting atau media yang menentukan agenda

khalayak sudah waktunya ditinggalkan. Selama ini tradisi menjajagi dan membaca

selera penonton lewat penelitian masih tergolong langka dan barangkali dianggap

kurang perlu. Umumnya para produser film indoensia membuat film bukan

berdasarkan apa yang diinginkan publik melainkan berdasarkan apa yang

dianggap oleh produsen.4

Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa penonton sudah mulai jenuh

terhadap perfilman nasional yang hanya mementingkan keuntungan tanpa konten

yang bermanfaat. Perfilman Indonesia dibuat dengan biaya yang sekecil-kecilnya

dengan menggunakan pemain-pemain baru untuk memperkecil biaya produksi

dan menggunakan teknologi yang sederhana dilengkapi dengan cerita yang

membosankan sehingga seringkali menjadikan film tersebut yang tidak

berkualitas. Film Tanda Tanya mencoba keluar dari alur tersebut dengan pemain-

pemain yang sudah berpengalaman, konteks cerita yang berbeda sehingga

membawa suasana baru bagi perfilman nasional. Apresiasi dan kritik pun

akhirnya melatar belakangi kesuksesan film ini. Kesuksesan film ini membuktikan

4 Jufry, Muhammad. 1997. Tesis Pengaruh Media Dan Penilaian Isi Pesan Film Oleh Khalayak Penonton ; Studi Tentang Tingkat Apresiasi Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta Terhadap Film Indonesia dan Amerika. Fakultas Ilmu Sosial dan llmu Politik. Universitas Indonesia

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

9

bahwa masyarakat Indonesia memerlukan film yang dapat menjadi bahan diskusi

bagi setiap orang, sebagai pemahaman yang baru terhadap suatu hal yang dapat

ditampilkan melalui adegan dan dialog film serta cerita yang tidak mengada-ada

yaitu sesuai dengan realita yang ada di masyarakat.

Menurut penelitian Heider yang dilaksanakan pada tahun 1988, Pada masa

Orde Baru Film kurang lebih hanyalah refleksi yang pasif dari budaya (bukan

pembentuk budaya). Oleh karena itu Film merupakan produk yang selesai

sebelum mencapai penontonnya, penonton tidak bisa mempengaruhi dan

mengubah film yang telah selesai ini. Film dibuat oleh orang dengan angan-angan

budaya tertentu. Angan-angan budaya ini berbeda dan perlu dipelajari cara

membedakannya (membandingkan).5

Menurut Heider budaya bangsa dapat

ditemukan dalam struktur internal film, karena setiap struktur bersifat khas bagi

masing-masing bangsa.

Film . . . dibuat dalam bahasa Indonesia oleh orang-orang dari seluruh penjuru negeri bertujuan agar dipahami dan dinikmati oleh khalayak di semua

provinsi.6

Hubungan suatu adegan dan dialog dalam film membentuk keutuhan yang

saling terkait dan memberikan pemahaman tertentu kepada penontonnya. Adegan-

adegan dalam film menggambarkan perjalanan alur dan konflik yang dihadapi

tokoh. Dialog-dialog mencoba menyuarakan apa yang sedang dialami atau

dipikirkan oleh tokoh tersebut. Penggabungan kedua unsur tersebut penting dalam

film karena diharapkan dapat menyampaikan pesan dari pembuat film tersebut.

Pemaknaan dalam film dapat terjadi ketika tuturan yang disampaikan oleh

partisipan dipahami oleh penonton serta adanya pengetahuan bersama yang

melatari dan konteks situasi yang terjadi dalam tuturan. Kesinambungan antar teks

dalam film, dalam hal ini dialog juga adegan yang memvisualisasikan pesan

menjadi penting ketika film itu sudah dipahami dengan melenceng oleh

penontonnya. Ketika praanggapan terbentuk di benak penonton saat menonton

awal suatu adegan, penonton memiliki asumsi awal yang kemungkinan berbeda

5 S.J, Budi Susanto. 2005.Penghibur(an) Masa Lalu dan Budaya Masa Kini. Kanisisus.Yogyakarta. Halaman 149 6 Ibid Budi Susanto,hal 150

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

10

dengan asumsi berikutnya. Saat mengaitkan kelanjutan cerita lengkap antara

tuturan dengan visualisasi serta acting pemainnya, keutuhan dari isi adegan

tersebut menjadi tercapai dan koheren dengan adegan berikut. Adegan dalam film

ini merupakan bagian-bagian yang saling berkaitan dan akhirnya membentuk

keutuhan film. Begitupula jika adegan dan dialog yang tercipta tidak sesuai dan

menimbulkan kekosongan antar adegan bisa membuat pesan yang disampaikan

menjadi tidak jelas. Hal ini terkadang tidak menjadi masalah ketika seseorang

pembuat film dengan idealisme atau unsur seni yang lebih ditonjolkan. Pembuat

film tersebut tidak memaksa penonton untuk memaknai film dengan akhir yang

eksplisit atau sesuai dengan keinginan pembuatnya. Pembuat film lebih banyak

berimajinasi dengan pemikirannya.

Saat ini film tidak hanya media yang berguna menghibur masyarakat

namun juga menjadi alat propaganda dan juga pembelajaran bagi siapa yang

menontonnya. Hal tersebut dapat kita temukan dan teliti berdasarkan dialog yang

membantu adegan dari awal, sampai akhir film tersebut dan membekas di benak

penontonnya. Makna yang disampaikan oleh film dapat dipahami berbeda bagi

masing-masing orang, begitu pula dampak yang muncul bagi penonton tersebut.

Makna mendalam tentang sebuah film belum tentu bermakna sama bagi orang

lain.7

Begitu pula pada kasus dari film Tanda Tanya dimana dalam film berbagai

adegan dan dialog yang ditampilkan memiliki makna tersendiri bagi para

penontonnya. Hal ini ditunjukan dengan munculnya pro dan kontra dari kehadiran

tersebut. Film ini bagi sebagian kelompok dianggap sebagai film yang

menyebarkan tentang pemahaman kehidupan keberagamaan yang salah dan haram

bagi umat Islam untuk melakukannya. Karena dalam film ini terdapat adegan-

adegan dimana ketika seorang Islam yang bernama Rika memilih berpindah

agama sebagai seorang Katolik ketika ia mengetahui suaminya berselingkuh

dengan pria lain. Rika berpindah agama karena menyadari bahwa poligami yang

diperbolehkan dalam agama yang ia anut sebelumnya menyebabkan sang suami

begitu mudahnya mencintai wanita lain. Sehingga ia memutuskan untuk

7 Paramytha, Gayatri Nadya. 2009. Praanggapan dalam film janji Joni. Skripsi Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Indonesia

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

11

berpindah agama. Keputusan Rika di tentang oleh seluruh pihak dalam

keluarganya sehingga Rika sempat diasingkan oleh keluarganya karena ia

dianggap telah melakukan dosa yang besar. Sebagian kalangan film ini dianggap

mengizinkan seseorang untuk bebas menjadi seorang murtad sehingga film ini

dianggap sebagai film yang menyesatkan dan memberikan pengaruh buruk.

Tetapi bagi sang sutradara yaitu Hanung Bramantyo yang dalam

pembuatan film ini dia berusaha untuk membuat dirinya sebagai seseorang yang

bebas nilai sehingga dia dapat mengambil sudut dari berbagai sisi tanpa

terpengaruh nilainilai yang terinternalisasi dalam dirinya. Menurut Hanung

adegan tersebut dimaksudkan untuk menampilkan sikap menghargai keputusan

dimana sikap memusuhi orang-orang yang berpindah atau berbeda agama

dianggap sebagai sesuatu yang kurang bijaksana. Oleh karena itu konflik agama

sering terjadi karena sebagian kelompok tersebut tidak dapat menghargai

perbedaan dan pilihan hidup seseorang. Hanung juga dalam film ini menampilkan

kalimat perdamaian dalam suatu dialog yang berisi :

kata pak ustadz orang Islam gak boleh marah lebih dari tiga hari.

Pesan tersebut menunjukan bahwa marah saja dalam Islam tidak diizinkan terlebih

lagi melakukan hal-hal yang lebih dari itu seperti membunuh, dendam, dan

sebagainya. Sehingga menurut anggapan Hanung ia tidak menampilkan hal yang

salah karena ia menampilkan film tersebut dari seluruh sudut pandang setiap umat

beragama. Pada akhirnya film tersebut membiarkan para penonton memahami

film tersebut dengan cara pandangnya masing-masing.

Film dianggap sebagai suatu produk kebudayaan juga ditulis oleh

Sedyawati (2002:210)8

8 Ibid Budiman

dimana ia menulis bahwa film merupakan salah satu

bentuk budaya popular adalah budaya pertarungan makna dimana segala macam

makna bertarung memperebutkan hati masyarakat dan sekarang ini model praktis

dan pemikiran pragmatis mulai berkembang dalam pertempuran makna itu.

Petarungan makna tersebut dapat divisualisasikan melalui munculnya sebuah film

yang juga dapat disebut sebagai seni popular sebagaimana Sedyawati menulis:

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

12

....Sebuah catatan akhir yang perlu disampaikan adalah bahwa seni populer tidak mengharuskan adanya sesuatu yang disebut sebagai kebudayaan populer. Kebudayaan adalah sebuah keutuhan yang di dalamnya terkandung unsur-unsur yang populer dan yang tidak. Yang tergolong tidak populer ini dapat disebabkan oleh peminatnya terbatas, sebagaimana yang diarahkan oleh kebudayaan yang bersangkutan. Dalam pada itu, muatan seni populer sendiri dapat berasal dari unsur-unsur kebudayaan yang tergolong tidak populer, namun kemudian dikomodikasi atau dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi populer. Seseorang dalam masyarakat tertentu dapat sekaligus suka akan seni populer tetapi pada saat yang sama juga dapat menghayati penyajian-penyajian seni yang bersifat khusus.9

Popularitas sebuah produk seni, dengan demikian tidak bisa dijadikan satu-

satunya ukuran untuk menetapkan kategori tinggi atau rendahnya kualitas seni

tersebut, dan tidak pula bisa dijadikan patokan menetapkan posisinya dalam

kebudayaan. Implikasi pandangan seperti ini tidak bisa berupa pemahaman bahwa

kategori tinggi dan rendah dalam seni kebudayaan semata merupakan cultural

judgment dengan latar belakang sosial bahkan ideologis tertentu. Artinya sebagai

sebuah standard ia tidak lebih dari sekedar putusan-putusan kualitas yang sama

sekali tidak netral.10

Popularitas seni populer misalnya, bukan hanya karena memang ia harus bisa

diterima oleh kalangan yang sangat luas, melainkan bisa juga karena ada

bermacam-macam proses sosial tertentu atau, dalam kalimat Sedyawati ada

upaya-upaya lain yang membuatnya bisa diterima, sadar atau tidak, oleh

sejumlah besar manusia.

11

Dalam hal ini baik media cetak maupun elektronik menjadi salah satu

ujung tombak untuk menerjemahkan seni yang tidak popular menjadi popular dan

menjadi budaya populer seperti Film misalnya adalah media yang efisien dalam

mengkomoditaskan segala sesuatu dan menjualnya dalam bentuk praktis agar

dapat dengan mudah dicerna dan ditelan oleh masyarakat. Selain sebagai pemberi

informasi .

9 Ibid Budiman Hal 211 10 Ibid Budiman 213 11 Ibid Budiman 214

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

13

Film juga mempunyai beberapa fungsi menurut Tanudjaja . Fungsi

pertama dapat dijadikan sebagai model perilaku. Apakah itu model perilaku yang

sama dengan yang dimiliki atau bahkan kontra dengan yang dimiliki. Fungsi

Kedua, sebagai sarana untuk mengidentifikasikan diri dengan nilai-nilai lain.

Manusia memiliki nilai-nilai hidupnya sendiri yang pada gilirannya akan ia

gunakan untuk melihat dunia. Namun manusia juga perlu untuk melihat nilai-nilai

yang diciptakan oleh media (Film). Seperti yang kita ketahui film membawa nilai-

nilai dari seluruh penjuru dunia. Implikasinya adalah konsumen media dapat

mengetahui nilai-nilai lain di luar nilainya. Fungsi Ketiga adalah sebagai hiburan.

Berkaitan dengan hal tersebut Konten dalam film menjalankan fungsinya sebagai

pelepas khalayak dari masalah yang sedang dihadapi. Rasa jenuh di dalam

menjalankan aktivitas rutin pada saat tertentu akan muncul. Di saat itulah Film

menjadi alternatif membantu kita dalam melepaskan diri dari problem yang

sedang dihadapi atau lari dari perasaan jenuh.12

Bangkitanya bentuk-bentuk komunikasi massa modern maupun

pengembangbiakan budaya media film menjadi hal utama bagi arus komunikasi

dan informasi di dalam maupun di antara masyarakat modern akibatnya budaya

film yang mereka siarkan dan promosikan semakin banyak menerangkan dan

memperantai kehidupan sehari-hari dalam masyarakat. Menurut Gramsci dalam

Cultural Studies budaya popular (film) tidak hanya merupakan arena perjuangan

ideologis tetapi melihat lebih jauh perjuangan ideologis dan konflik di dalam

masyarakat sipil sebagai arena sentral dalam politik budaya.

13

Dalam hal mempopulerkan suatu film, media baik cetak maupun

elektronik berperan sebagai penyebar informasi sesuai fungsinya serta pembentuk

opini publik yang kemudian berkembang menjadi penyeragaman opini dan selera.

Akibatnya, apapun yang diproduksi oleh suatu media akan diterima oleh public.

14

12 Tanudjaja, Bing Bedjo.Pengaruh Komunikasi Massa Terhadap Popular Culture Dalam Kajian Budaya. Universitas Kristen Indonesia Halaman 96-97

Elemen-elemen pemasaran ditunjukan untuk menjual produk. Pada kenyataannya

bahwa orang membeli, sering kali bukan karena merespon elemen-elemen

pemasaran tersebut, melainkan merespon apa yang mereka dengar dari sumber

13 Ibid, Tanudjaja Halaman 99 14 Ibid, Tanudjaja Halaman 100

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

14

yang independen. Banyak penelitian yang menunjukan bahwa individu

mengumpulkan informasi dari alat pemasaran seperti iklan, kemudian

membicaraknnya dngan teman mereka. Membeli karena merespon apa yang

dikatakan orang lain mengenai produk mereka.15

Film tanda Tanya juga melakukan promosi yang disebarkan melalui iklan

di media elektronik maupun di media cetak. Kehebohan munculnya film ini

dimulai dengan menampilkan judul Tanda Tanya sehingga masyarakat

bertanya-tanya bahwa film tersebut bercerita tentang apa karena kebanyakan film

Indonesia memiliki judul yang cukup jelas untuk menggambarkan isi film

tersebut. Film ini diberikan judul sebagai Tanda Tanya karena hal ini diambil dari

realitas social di Indonesia yang membuat tanda tanya besar bagi sebagian

orang yaitu kenapa kita sulit menerima perbedaan?

Kehebohan lainnya adalah film ini berani menampilkan isu-isu mengenai

SARA yang dianggap sebagai isu yang sensitive. Film ini muncul diantara

kebosanan film-film Indonesia yang hanya berbau horror, cerita rakyat, komedi

yang tidak mendidik, serta kehidupan anak remaja masa kini. Film ini

mengusulkan tema dan konten yang berbeda. Isu-isu yang sensitif yang diangkat

dalam film inilah yang akhirnya menyebabkan pro dan kontra antara setiap

penonton atau pandangan yang berbeda antara si pembuat film dengan penonton.

Dengan kehebohan munculnya film tersebut tersebut menjadi suatu produk yang

laris yang ditunjukan melalui banyaknya masyarakat yang akhirnya menonton

film ini. Tercatat dalam limah hari film Tanda Tanya disaksikan seratus ribu

penonton.

Kekurangan dari penelitian penelitian sebelumnya adalah kurang

menekankan aspek sosiologis. Penelitian sebelumnya hanya menekankan pada isi

cerita yang sama, fungsi film dan bagaimana penyampaian film terhadap

masyarakat tetapi sangat jarang penelitian yang melihat bahwa film bukan hanya

produk yang bersifat komersil tetapi film juga merupakan representasi budaya

yang dapat dijadikan pemahaman bersama. Film merupakan bagian dari sejarah

kehidupan masyarakat yang di gambarkan melalui dialog dan peran pemainnya. 15 Aprilomanda, Tika.2004. Tesis Pengaruh Iklan dan Publisitas di Media Massa Terhadap word of mouth film Ada Apa Dengan Cinta.Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Indonesia

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

15

Sehingga film tidak hanya dikatakan sebagai produk tetapi film juga mempunyai

kekuatan-kekuatan lainnya salah satunya adalah film dapat digunakan sebagai

potret sejarah kehidupan masyarakat dalam kontek sosial tertentu dan dapat

berpengaruh terhadap masyarakat. Hal inilah yang akan dijadikan sebagai dasar

penelitian ini yang sebelumnya belum pernah dilakukan dan membedakan

penelitian ini dengan penelitian-penelitian lainnya.

2.2 Kerangka Konsep

2.2.1 Pluralisme

Menurut Ibnu Dawam Aziz16, pluralisme berasal dari kata plural yaitu

jamak, dalam konetks budaya di dalamnya terdapat ajaran dan kepercayaan.

Dengan kata lain ajaran Plural mengajarkan agar semua ajaran saling

menghormati dengan menyatukan kesamaan setiap ajaran dan menghilangkan

perbedaan setiap ajaran menjadi satu ajaran baru. Sedangkan isme adalah paham

atau ajaran. Pemaknaan isme dapat disimpulkan dengan ajaran saya adalah yang

paling benar, maka ikutlah ajaran saya. Dengan begitu dapat disimpulkan Ajaran

Plural ( Pluralisme ) berupaya mengubah tiap ajaran (agama) sesuai dengan

pemikirannya, menjadi satu ajaran saja 17

Plural merupakan suatu realita yang ada dalam masyarakat Indonesia.

Dengan begitu pluralisme merupakan suatu sikap yang berupaya untuk

menghilangkan pergesekan dan perbedaan dalam isme sehingga menjadi satu

paham kesetaraan. Dengan kata lain, pluralisme berupaya menyatukan masyarakat

yang plural dengan menghilangkan atau membatasi kemungkinan perbedaan yang

ada. Menyatukan kesamaan dalam tiap agama dan menghilangkan perbedaan

.

16 http://sosbud.kompasiana.com/2012/02/17/pluralis-dan-pluralisme-ternyata-jauh-sekali-bedanya/ Diunduh pada 4 Juli 2012 pukul 11:34 17 Agama menurut Durkheim agama adalah system simbol yang dengannya masyarakat dapat menyadari dirinya. Menurut Durkheim syarat mutlak agama ada tiga pertama,kepercayaan dimana adanya hubungan yang mereka miliki kepada sesuatu yang sakral dan profan. Kedua, ritual agama yaitu aturan tingkah laku yang mengatur bagaimana seorang manusia mest bersikap terhadap hal-hal yang sakral. Ketiga, agama membutuhkan suatu komunitas (Gereja) yang melingkupi seluruh anggotanya. Dengan begitu Durkheim mendefinisikan agama adalah kesatuan system kepercayaan dan praktik yang menyatu dalam sebuah komunitas tunggal (Gereja) dan semua melekat padanya. (Ritzer, George and Douglas J.Goodman. 2004. Sociological Theory. McGraw Hill, New York. Halaman 104-105)

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

http://sosbud.kompasiana.com/2012/02/17/pluralis-dan-pluralisme-ternyata-jauh-sekali-bedanya/http://sosbud.kompasiana.com/2012/02/17/pluralis-dan-pluralisme-ternyata-jauh-sekali-bedanya/

16

dengan menghapuskan bagian dari ajaran yang bertentangan dengan ajaran

lainnya.

Menurut Ibnu Dawam Aziz, penganut paham pluralisme ini berstandar

ganda. Di satu sisi mereka selalu bertindak kemanusiaan dengan yaitu mengakui

bahwa dalam realita masyarakat terdapat perbedaan seperti budaya, agama dan

etnis. Dengan begitu penganut ajaran pluralisme ini menampilkan sisi positifnya

yaitu dengan cara mengusng tema yang sesuai dengan konteks sosial masyarakat

yang berbeda dengan cara toleransi.18

namun disisi lain juga bersikap sangat tidak

menghargai paham manusia yang bersebrangan dengan paham yang dianutnya.

Pluralisme sesungguhnya merupakan penyatuan pemahaman dalam hal ini

kepercayaan, agama atau budaya dimana di dalamnya tidak menerima

kemajemukan (plural) sebagai suatu kenyataan. Pluralisme mengajarkan untuk

menyatukan kemajemukan yang berarti meleburkan kemajemukan dan

menghilangkan perbedaan yang berarti menghilangkan kemajemukan.

2.2.2 Multikulturalisme

Multikulturalisme adalah pandangan bahwa setiap kebudayaan memiliki

nilai dan kedudukan yang sama dengan setiap kebudayaan lain, sehingga setiap

kebudayaan berhak mendapatkan tempat sebagaimana kebudayaannya lain.

Multikulturalisme adalah realitas yang nyata, karena berbagai kelompok manusia

telah menciptakan kulturnya sendiri. Pemahaman multikulturalisme bersikap

dengan kebudayaan yang beragam secara permanen hidup berdampingan satu

dengan yang lainnya. Multikulturalisme menekankan pentingnya belajar

mengenai kebudayaan-kebudayaan lain, mencoba memahami mereka secara

penuh dan empatik. Multikulturalisme mengimplikasikan suatu keharusan untuk

18 John Morely (Barcklay,2008:374) menuliskan bahwa toleransi merupakan penghormatan terhadap semua kemungkinan kebenaran. Toleransi berarti menghormati kebebasan hati nurani untuk melawan bentuk-bentuk mekanis, konvensi-konvensi resmi, dan kekuatan sosial. Tidak memiliki toleransi adalah tanda dari sikap angkuh dan tidak peduli. Dikatakan demikian bahwa orang yang tidak memiliki toleransi adalah orang yang berpikir bahwa tidak ada kebenaran diluar kebenaran yang ia lihat. (Barcklay, William.2008. Pemahaman Alkitab Setiap Hari.PT BPK Gunung Mulia. Jakarta)

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

17

mengapresiasi kebudayaan-kebudayaan lain, dengan kata lain menilai secara

positif.19

Menurut NurSyam (2009: 79)

20

Multikulturalisme adalah seperangkat ide

atau gagasan yang menghasilkan aliran atau berpandangan bahwa terdapat variasi

budaya di dalam kehidupan masyarakat. Yang terjadi adalah kesetaraan budaya,

sehingga antara satu entitas budaya dengan budaya lainnya tidaklah berada dalam

suatu suasana bertanding untuk memenangkan pertarungan. Konsep

multikulturalisme merupakan hubungan antara etnik satu dengan yang lainnya

misalnya kebebasan etnik lain mengespresikan atau menampilkan simbol

etniknya.

19 Baidhawy, Zakiyuddin.Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural. PT Gelora Aksara Pratama halaman 5 20 NurSyam.2009.Tantangan Multikulturalisme Indonesia : Dari Radikalisme Menuju Kebangsaan.Kanisius. Yogyakarta

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

18

BAB III

METEDOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Penjelasan mengenai film sebagai suatu produk seni yang dapat

merepresentasikan realita sosial bukanlah fenomena yang cukup dilihat hanya

melalui sudut pandang budaya. Dibutuhkan penelitian secara lebih mendalam

untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung terjadinya fenomena tersebut.

Setiap penelitian ilmiah pasti memiliki pendekatan atau metode dalam

penyusunannya. Pendekatan penelitian atau strategi yang dipilih oleh peneliti

untuk mengamati, mengumpulkan serta menyajikan analisis hasil penelitian ini

yaitu pendekatan kualitatif.21

Penelitian kualitatif berusaha melihat melalui setting sosial yang terbangun

tanpa instrumen apapun selain manusia itu sendiri sebagai peneliti dengan aspek-

aspek non-teknis di dalamnya. Dengan demikian, pendekatan kualitatif ini dipilih

agar memungkinkan peneliti memperoleh pemahaman yang sedekat mungkin

dengan realitas yang sebenarnya sehingga dapat menjawab pertanyaan penelitian

yang diajukan.

Alasan peneliti menggunakan pendekatan tersebut

karena pendekatan kualitatif dapat memberikan keleluasaan dan kesempatan bagi

peneliti untuk bisa menggali informasi secara lebih mendalam terhadap

pemaknaan suatu realitas sosial. Dengan demikian, melalui pendekatan kualitatif,

penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan dan menjawab secara mendalam

terhadap pertanyaan penelitian yang diajukan dan mampu mengungkap realitas

sosial yang tertutupi oleh realitas sosial yang umumnya dilihat oleh masyarakat

secara kasat mata. Dalam penelitian ini mengkaji suatu Film Tanda Tanya yang

menceritakan tentang kehidupan keberagamaan yang diambil melalui realitas

sosial di Indonesia. Sehingga film ini menarik untuk lebih jauh diteliti karena film

ini mencoba keluar dari pengaruh dominan perfilman nasional sekarang ini yang

menampilkan tipe cerita yang sama.

21 Data kualitatif dalam penelitian ini merupakan data yang dapat memberikan peneliti

informasi yang kaya mengenai terjadinya suatu realita sosial secara spesifik. (Neuman W. Lawrence . Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches 5th ed, (New York: Pearson Education, 2008), hlm. 329

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

19

Dalam penelitian ini peneliti menentukan informan yaitu Sutradara dari

film Tanda Tanya Hanung Bramantyo karena peneliti ingin melihat bagaimana

sang pembuat film memaknai kehidupan keberagamaan yang terjadi di Indonesia.

Peneliti juga menentukan informan melalui penonton film Tanda Tanya untuk

mengetahui apakah film tersebut benar-benar menggambarkan kehidupan

keberagamaan di Indonesia. Sehingga dengan begitu peneliti mendapatkan

informasi yang kaya dengan menggunakan sudut pandang berbeda untuk

menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan dan apakah konten dari film

tersebut dapat sesuai dengan realitas social yang terjadi di masyarakat.

3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian terbagi dalam empat dimensi, yaitu (1) penelitian

berdasarkan tujuan penelitian, (2) penelitian berdasarkan manfaat penelitian, (3)

penelitian berdasarkan dimensi waktu, dan (4) penelitian berdasarkan teknik

pengumpulan data.

3.2.1 Berdasarkan tujuan penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, penelitian ini bersifat deskriptif atau

description research. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan

gambaran dan penjelasan yang detail mengenai bagaimana proses pembuatan

film tersebut, ide cerita, isi dari cerita dalam film, simbol-simbol yang

digunakan di dalam film, tujuan pembuatan film, dan pesan yang ingin

disampaikan. Penelitian deskriptif menjawab pertanyaan kenapa dan

bagaimana dengan memberikan gambaran secara fokus, spesifik, dan detail

bagaimana interaksi kehidupan keberagamaan yang ada dalam film Tanda

Tanya dan membandingkannya dengan realita sosial yang terjadi di Indonesia.

Dengan tujuan tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk meringkaskan atau

menggambarkan berbagai kondisi, situasi dan fenomena realita sosial dalam

film dengan realita yang sesungguhnya. Sehingga fenomena tersebut menjadi

objek penelitian dan berupaya menarik realitas tersebut ke permukaan sebagai

suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda atau gambaran tentang kondisi, situasi

ataupun fenomena kehidupan keberagamaan di Indonesia.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

20

3.2.2 Berdasarkan manfaat penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah penelitian murni atau basic research.

Penelitian murni adalah sebuah penelitian yang menjelaskan pengetahuan

yang amat mendasar mengenai dunia sosial yaitu apa yang menyebabkan

sebuah peristiwa terjadi. Ini menjadikan penelitian murni sebagai sumber

metode, teori dan gagasan, yang dapat diaplikasikan bagi penelitian

selanjutnya. Penelitian murni merupakan usaha untuk menjelaskan

pengetahuan yang amat mendasar mengenai dunia sosial, dimana dalam

penelitian ini berusaha untuk dapat menjawab pertanyaan peneliti terkait

dengan permasalahn penelitian yang dilakukan peneliti.

Penelitian ini bersifat deskriptif atau menggambarkan bagaimana film

bukan hanya produk saja tetapi dalam film terdapat nilai, ideologi dan

struktur yang terkait dengan isi cerita, dialog dan adegan di dalamnya.

Sehingga dapat dikatakan bahwa pembuatan film tidak hanya untuk

menampilkan kreatifitas aktor dan pembuat tetapi juga mempunyai tujuan

lainnya yang dapat dilihat melalui dialog, isi, dan peran para pemain serta

unsur unsur di belakang pembuatan film tersebut. Dengan memanfaatkan

kemampuan film untuk mengkombinasikan seni, kultur dan struktur ke dalam

alur cerita maka penelitian ini dapat memberikan pandangan yang lebih luas

bagaimana suatu film juga memiliki potensi untuk merepresentasikan konteks

masyarakat tertentu dan dalam kurun waktu tertentu.

3.2.3 Berdasarkan waktu penelitian Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus, dimana dalam

penelitian ini membahas mengenai film Tanda Tanya yang dirilis pada 7

April 2011 dan mengambil setting cerita di daerah Pasar Baru Semarang

pada Tahun 2010, dimana daerah tersebut merupakan pemukiman dengan

penduduk yang beragam latar belakang etnis dan agama.

lebaran dan Natal terjadi secara berdekatan. Kasus atau konflik tersebut

dibahas secara mendetail dan menyeluruh dalam analisis penelitian yang

dilihat melalui film. Peneliti memilih film Tanda Tanya sebagai objek

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

21

penelitian karena film ini merupakan salah satu dari sedikit film Indonesia

yang menggambarkan kehidupan keberagamaan yang terjadi di Indonesia.

Film ini juga merupakan sebuah cerminan bagaimana interaksi yang

dilakukan oleh kelompok agama atau etnis satu dengan etnis lainnya yang

berbeda. Selain itu konflik yang diangkat dalam film ini juga diambil

melalui beberapa peristiwa yang benar-benar terjadi dalam realita sosial.

Sehingga film ini menarik untuk dikaji lebih lanjut.

3.2.4 Berdasarkan teknik pengumpulan data

Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data

dengan observasi dan teknik wawancara mendalam kepada Hanung

Bramantyo Penelitian ini sudah mulai dilakukan pada Oktober 2011

dengan menganalisis dialog dan simbol-simbol digunakan dalam film.

Teknik untuk menganalisis film yang digunakan oleh peneliti adalah

dengan menonton film Tanda Tanya sebanyak 9 kali dengan tujuan untuk

melihat lebih dekat dan detail setiap makna yang terdapat dalam adegan

film. Selain dengan menonton film, peneliti juga melakukan diskusi

terbuka yang dilakukan oleh beberapa mahasiswa Sosiologi 2008 agar

memperoleh pandangan yang lebih luas mengenai isi, pesan, dan makna

adegan-adegan dalam film Tanda Tanya. Wawancara kepada informan

dilakukan pada Mei Juni 2012, waktu tersebut akan digunakan untuk

melakukan proses pendekatan dan izin wawancara kepada Hanung

Bramantyo sebagai Sutradara Film dan penonton.

3.3 Peran Peneliti

Peran peneliti adalah bertindak sebagai instrument responsif

sekaligus pengumpul data-data dan sebagai pengamat yang bertugas untuk

menunjang proses penelitian ini dengan melakukan wawancara mendalam

kepada informan yaitu Sutradara film Tanda Tanya dan menunjukan respon

masyarakat terhadap film tersebut. Kegiatan yang dilakukan peneliti dalam

penelitian ini adalah aktif mendengar, empatik, tanggap, merekam dan

mencatat jawaban informan, menyiapkan panduan wawancara; lebih

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

22

mendengar dan sedikit berbicara, menindak-lanjuti jawaban informan,

bertanya dengan pertanyaan yang jelas, bertanya dengan pertanyaan yang

fokus (penjelasan lengkap), menghindari pertanyaan yang mengarahkan,

bertanya dengan pertanyaan terbuka, menghindari pertanyaan mengapa;

tidak menyela, menjaga perhatian informan dan bersikap sabar. Selain itu

peneliti juga bersikap hati-hati dan melakukan pengecekan ulang dalam

membuat transkrip dialog dan interpretasi yang ada dalam adegan film

Tanda Tanya

3.4 Teknik pengumpulan data 3.4.1 Data Primer

Penelitian ini pada akhirnya tidak hanya memberikan deskripsi

belaka, tetapi juga di analisa lebih lanjut untuk menjawab permasalahan.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui observasi

dan wawancara mendalam. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data

melalui observasi dilakukan untuk mengamati hal-hal yang terkait dengan

pertanyaan penelitian yang dapat digunakan sebagai sumber data dalam

penelitian ini. Misalnya observasi dilakukan dengan mengamati isi dan

latar belakang pembuatan film, isi dari film, symbol-simbol yang

digunakan dalam film, tujuan pembuatan film dan bagaimana tanggapan

masyarakat atas kemunculan film Tanda Tanya untuk menggambarkan dua

sisi berbeda dari suatu masyarakat sehingga diharapkan penelitian ini

mendapatkan pemahaman yang mendalam dan kaya akan informasi.

Observasi tersebut dilakukan untuk mendapatkan pemaknaan terhadap

perubahan yang terjadi dalam realitas social khususnya di Indonesia

sendiri. Namun, penelitian ini akan lebih memfokuskan pada teknik

wawancara mendalam terhadap informan yang mewakili kriteria yang

ditetapkan sebelumnya, karena diharapkan melalui teknik ini dapat lebih

banyak memberikan informasi.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini dilakukan dengan metode

yang sangat sederhana, sehingga temuan dari kasus yang yang hanya

mengambil sampel dua orang ini tidak bisa digeneralisasikan, karena

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

23

mungkin saja penelitian yang sama dengan sampel dan metode yang

berbeda akan menghasilkan temuan yang berbeda. Peneliti juga

mengetahui keterbatasan data yang akan di dapat karena kesibukan dari

Hanung Bramntyo sehingga peneliti akan menggunakan data-data sekunder

lainnya untuk mendukung penelitian ini.

3.4.2 Data Sekunder

Untuk melengkapi metode kualitatif, penulis juga menggunakan

data sekunder dari dokumen atau teks seperti: lirik lagu, buku, internet, dan

artikel sebagai sumber kepustakaan.

3.5 Teknik Pengolahan Data Ada beberapa tahapan yang dilalui dalam proses pengolahan data

untuk kemudian dilakukan analisa diskusi dalam penelitian ini. Tahap

pertama dalam proses pengolahan data adalah dengan mengorganisasikan

atau menyusun data yang telah dikumpulkan, baik data primer maupun

data sekunder untuk dianalisis. Kemudian penulis membuat transkrip

dialog film Tanda Tanya dan wawancara informan. Kegiatan tersebut

dilakukan untuk mempermudah penulis, agar tidak terlewatkan, dalam

menemukan data-data yang diperlukan saat proses analisa diskusi. Dengan

melakukan pencatatan akan mempermudah untuk mengingat atau

menemukan data-data penting selama proses pengumpulan data.

Tahap selanjutnya adalah penulis membaca ulang keseluruhan data

yang telah terorganisasi dan mencoba untuk mengkategorikan atau

membagi data ke dalam beberapa bagian (coding). Kemudian penulis

mendeskripsikan objek penelitian secara umum. Hal ini dilakukan agar

pembaca mendapatkan gambaran mengenai objek yang penulis teliti.

Kemudian penulis menuliskan data temuan yang sudah dikategorisasikan

sesuai dengan kebutuhan pada analisa diskusi. Dan tahap terakhir adalah

melakukan analisa diskusi terhadap data temuan yang dikaitkan dengan

konsep dan teori yang sesuai dengan topik penelitian, yaitu rekonstruksi

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

24

kehidupan keberagamaan masyarakat Indonesia dikaitkan dengan studi

sosiologi film Tanda Tanya.

3.6 Hambatan Penelitian

Dalam proses penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis

mengalami beberapa hambatan yang memungkinkan adanya

ketidaksempurnaan dalam penulisan skripsi ini. Adanya kekurangan dalam

skripsi ini dikarenakan adanya hambatan, baik hambatan yang berasal dari

luar diri penulis (eksternal) maupun hambatan yang berasal dari dalam diri

penulis. Beberapa hambatan tersebut antara lain :

- Adanya hambatan dalam proses permohonan izin untuk melakukan

penelitian kepada Sutradara Hanung Bramantyo. Sebagai contoh, peneliti

diminta untuk memberikan surat permohonan resmi dari departemen

Sosiologi untuk melakukan wawancara. Namun ketika surat tersebut sudah

diberikan kepada pihak Dapur Film sebagai pihak ketiga yaitu

penghubung antara peneliti dan informan tetapi tidak juga ditindaklanjuti.

- Hambatan selanjutnya adalah lambatnya tanggapan dari pihak Dapur Film

dalam memberikan kepastian izin melakukan wawancara. Hambatan ini

sangat menghabiskan waktu dalam proses penelitian ini. Penulis harus

menunggu kepastian hingga hampir dua bulan lamanya dikarenakan

kesibukan Sutradara.

- Sulitnya untuk mengajukan pertanyaan kepada informan. Peneliti harus

melewati beberapa tahap sampai akhirnya dapat melakukan wawancara

langsung kepada informan. Kesulitan yang dirasakan oleh peneliti adalah

pertanyaan yang akan diajukan harus diseleksi dahulu oleh pihak Dapur

Film. Setelah diseleksi maka pertanyaan tersebut akan diberikan kepada

informan dan informan harus menyetujui terlebih untuk dapat melakukan

wawancara dan menjawab pertanyaan peneliti. Dalam proses ini peneliti

juga menghabiskan banyak waktu karena harus merevisi beberapa

pertanyaan yang sesuai dengan keinginan Sutradara.

- Keterbatasan waktu Sutradara untuk melakukan wawancara sehingga

wawancara tidak dapat berlangsung lama dan berkali-kali.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

25

- Sulitnya untuk mendapatkan salinan film Tanda Tanya akibat film tersebut

ditarik dari peredaran dan tidak dikeluarkan dalam bentuk kepingan CD.

Peneliti harus mengikuti nonton bersama yang diadakan oleh pihak Dapur

Film untuk menonton film tersebut. Selain itu kepingan DVD original

baru dirilis pada bulan Februari 2012 sehingga untuk mendapatkan hasil

yang maksimal peneliti harus menunggu hampir enam bulan lamanya agar

dapat mengkaji film lebih detail.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

26

BAB IV

KARIR, KARYA DAN KONTROVERSI FILM TANDA TANYA :

TEMUAN DATA

Keberagaman dan toleransi merupakan dua hal yang saling terkait,

terutama jika menyangkut masalah keagamaan dan suku bangsa. Indonesia

sebagai negara berpenduduk mayoritas Muslim dengan berbagai macam etnis dan

kebudayaan, memiliki banyak kisah perihal toleransi yang menarik untuk diangkat

dalam tayangan layar lebar. Film ke 14 Hanung Bramantyo ini mengisahkan

tentang konflik keluarga dan pertemanan yang terjadi di sebuah area dekat Pasar

Baru, dimana terdapat Masjid, Gereja dan Klenteng yang letaknya tidak

berjauhan, dan para penganutnya memiliki hubungan satu sama lain.

Dikisahkan bahwa terdapat 3 keluarga dengan latar belakang yang

berbeda. Keluarga Tan Kat Sun (Hengky Sulaeman) memiliki restauran masakan

Cina yang tidak halal. Keluarga Soleh (Reza Rahadian), dengan masalah Soleh

sebagai kepala keluarga yang tidak bekerja namun memiliki istri Menuk (Revalina

S Temat) yang cantik dan soleha. Keluarga Rika (Endhita), seorang janda dengan

satu anak, yang berhubungan dengan Surya (Agus Kuncoro), pemuda yang

belum pernah menikah. Hubungan antar keluarga ini dalam kaitannya dengan

masalah perbedaan pandangan, status, agama dan suku, akan dipaparkan secara

menarik dalam film Tanda Tanya. Konflik-konflik yang diciptakan dalam film ini

diambil melalui realita sosial mengenai kehidupan keberagamaan yang terjadi di

masyarakat Indonesia

4.1 Sinopsis Film Tanda Tanya : Kehidupan Keberagamaan

Film Tanda Tanya menawarkan suatu cerita yang beda dan berani dimana

film ini menjadikan isu-isu sensitif seperti agama dan etnis yang sebelumnya

jarang sekali film-film Indonesia mengangkat tema-tema tersebut menjadi konflik

di dalam Film. Film yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo dirilis pada April

2011, bersetting di daerah Semarang, Jawa Tengah dengan menceritakan keadaan

masyarakat di daerah Pasar Baru pada tahun 2010. Dimana dalam film ini

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

27

berkisahkan tentang tiga keluarga yang memiliki latar belakang yang berbeda dan

dalam tiap keluarga tersebut memiliki konflik masing-masing. Semua konflik

tersebut dirangkum dalam sebuah film yang bertajuk Tanda Tanya.

Keluarga pertama adalah keluarga Tan Kat Sun (berumur sekitar 70

tahun). Tan Kat Sun memiliki restaurant Cina bernama Canton Chiness Food yang

juga menjual Babi. Restaurant tersebut ia rintis dari awal karirnya. Tan Kat Sun

juga memiliki sikap menghargai dan memghormati orang yang berbeda agama

dengannya hal ini dapat dilihat dalam pengelolaannya restaurantnya, ia

memisahkan peralatan masak dan makan untuk masakan yang menggunakan

Babi dan tidak menggunakan Babi.. Tan Kat Sun memiliki seorang Istri bernama

Lim Giok Lie yang juga sering membantunya di restaurant dengan menjadi kasir

serta memiliki seorang anak laki-laki bernama Ping Hen. Tan Kat Sun dan Lim

Giok Lie beragama Konghucu dan beretnis Cina. Dalam kesehariannya Tan Kat

Sun membebaskan pegawainya untuk melakukan kegiatan keagamaannya sesuai

dengan kepercayaan masing-masing. Tidak hanya itu terkadang Tan Kat Sun juga

memberikan peringatan untuk melaksanakan sholat kepada para pegawainya

apabila sudah waktunya dan menyediakan ruangan untuk pegawainya sholat.

Begitupun dengan Lim Giok Lie, ia tidak pernah merendahkan atau berprilaku

tidak baik kepada para pegawainya yang memiliki agama atau etnis berbeda

dengannya. Apabila salah satu pegawainya mendapat masalah, Lim Giok Lie

sering memberikan nasihat kepada pegawainya tersebut. Hubungan Lim Giok Lie

dan Tan Kat Sun kepada para pegawainya sangat harmonis. Toleransi untuk

menjalankan perintah agama yang diberikan Tan Kat Sun dan Lim Giok Lie

membuat para karyawan nyaman bekerja di restaurant tersebut. Terlihat kesediaan

para pegawainya untuk terus bekerja dengan giat walaupun Tan Kat Sun sedang

sakit.

Dalam film ini diceritakan bahwa Tan Kat Sun memiliki penyakit yang

cukup parah sehingga dalam aktivitas mengelola restaurant ia sering merasa

kelelahan dan akhirnya pingsan. Karena keadaan kesehatan Tan Kat Sun tidak

memungkinkannya untuk mengelola restaurant maka restaurant itu ditangani oleh

anak laki-lakinya yaitu Ping Hen. Walaupun Ping Hen sebenarnya sangat berat

hati untuk melanjutkan restaurant keluarganya karena perbedaan cara memasak

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

28

antara Ping Hen dan Tan Kat Sun. Tetapi Ping Hen terpaksa melanjutkan

restaurant keluarganya karena melihat kondisi Tan Kat Sun yang sudah semakin

parah. Sebelum Tan Kat Sakit parah, Tan Kat Sun selalu mensosialisasikan

aturan-aturan yang terdapat di restaurant tersebut, mengajarkan caranya memasak

dan penggunaan-penggunaan peralatan masak. Tetapi Ping Hen sering tidak

mendengarkan ajaran yang diberikan oleh Tan Kat Sun. Dalam kehidupan

keagamaannya Tan Kat Sun dan Lim Giok Lie termasuk orang yang sering

beribadah. Tan Kat Sun lebih sering berdoa di klenteng dan Lim Giok Lie lebih

sering berdoa di dalam rumahnya dimana dalam rumahnya telah disediakan

sebuah lemari dan di lemari tersebut terdapat foto leluhurnya serta beberapa dupa

di depannya. Sikap toleransi yang dimiliki Lim Giok Lie dan Tan Kat Sun

berbeda dengan anaknya yaitu Ping Hen.

Sosok Lim Giok Lie (berumur sekitar 70 tahun) dalam film ini tidak

terlalu sering di tampilkan. Walaupun begitu sosok Lim Giok Lie cukup jelas

tergambar bahwa ia adalah sosok seorang Ibu dan majikan yang perhatian kepada

para pekerjanya. Dalam keluarga Lim Giok Lie berperan sebagai penengah ketika

Tan Kat Sun dan Ping Hen sama-sama memiliki sikap yang keras, dan ketika

konflik antara ayah dan anak terjadi. Tan Kat Sun menginginkan Ping Hen belajar

untuk mengelola dan melanjutkan bisnis restaurant yang sudah di rintis oleh Tan

Kat Sun tetapi Ping Hen ingin membuat restaurantnya sendiri. Perbedaan

pendapat inilah yang menyebabkan hubungan antara Ping Hen dan Tan Kat Sun

menjadi dingin dan kaku. Disinilah Lim Giok Lie berperan untuk menenangkan

kedua belah pihak. Tidak hanya itu Lim Giok Lie juga seorang Istri yang patuh

kepada suaminya. Ia mengikuti semua aturan yang diperintahkan oleh Tan Kat

Sun dan melayani suaminya dengan sabar.

Ping Hen berumur sekitar 28 tahun merupakan anak satu-satunya dari Lim

Giok Lie dan Tan Kat Sun. Ping Hen memiliki sikap yang keras dan emosional. Ia

tidak suka apabila orang-orang memanggil dirinya dengan sebutan Cino atau

Koko. Ketika orang memanggil dirinya dengan sebutan seperti itu maka ia akan

langsung marah. Hubungan Ping Hen dengan masyarakat sekitar yang berbeda

agama juga kurang baik. Ping Hen tidak pernah bersilaturahmi atau menyapa

mereka. Begitupun dengan pemuda yang berbeda agama dengan Ping Hen,

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

29

mereka selalu melihat Ping Hen dengan sinis seolah-olah mereka bermusuhan

namun tidak tahu apa yang dipermusuhkan. Kehidupan Ping Hen cendrung

berhura-hura. Ia selalu pergi meninggalkan restaurant untuk berkumpul dan

minum-minum dengan teman-temannya apabila sedang menghadapi masalah.

Dalam kehidupan keagamaannya Ping Hen jarang terlihat berdoa atau beribadah.

Ping Hen selalu menampilakan wajah yang penuh kemarahan dan acuh kepada

sesama. Namun pada akhirnya Ping Hen berubah menjadi sosok yang lebih dapat

menghargai perbedaan dan akhirnya ia memilih untuk berpindah agama menjadi

Islam.

Titik balik Ping Hen berubah untuk menjadi sosok yang lebih baik dari

sebelumnya ketika Ping Hen menggantikan posisi Tan Kat Sun di restaurant.

Hubungan Ping Hen dan Tan Kat Sun sudah mulai mencair semenjak Tan Kat

Sun jatuh sakit. Ping Hen mulai memperlihatkan sikap baktinya kepada keluarga

dengan cara menyiapkan makanan untuk kedua orang tuanya dan membantu Tan

Kat Sun mengelola restaurantnya. Tetapi semenjak Tan Kat Sun tidak dapat turun

untuk membantu memasak atau kegiatan lainnya restaurant. Ping Hen bertugas

untuk mengambil alih pekerjaan Tan Kat Sun. Pada saat itu Ping Hen adalah

seorang majikan yang tidak memberikan waktu kepada pegawainya untuk

beristirahat ataupun untuk sholat. Mereka dipaksa terus bekerja sampai restaurant

itu tutup. Pada saat bulan Ramadhan ketika setiap restaurant menutup jendela

restaurant mereka dengan tirai untuk menghormati orang-orang yang puasa. Ping

Hen menawarkan sesautu yang berbeda, ia membuka tirai-tirai tersebut agar dapat

menarik pelanggan untuk makan di restaurantnya. Tindakan Ping Hen tidak

berhenti sampai disitu. Ping Hen hanya memberikan libur hanya dua hari setelah

lebaran kepada para pegawainya. Ping Hen melakukan ini untuk menarik

keuntungan yang sebesar-besarnya karena pada saat lebaran itulah para pembantu

rumah tangga biasanya pulang kampung dan orang-orang lebih memilih untuk

makan di luar rumah.

Karena tidak melihat situasi di sekitar Ping Hen yang mayoritas

penduduknya beragama Islam, maka tindakan selama ini yang dilakukan Ping

Hen memicu kemarahan masyarakat sekitar. Dengan pimpinan bernama Soleh

akhirnya penduduk yang merasa bahwa hari besar agama mereka tidak dihormati.

Rekonstruksi kehidupan..., Nurul Mianti, FISIP UI, 2012

30

Mereka berbondong-bondong datang dan merusak restaurant Ping Hen. Mereka

menghancurkan seluruh fasilitas dan peralatan yang ada di restaurant itu. Ping

Hen dikeroyok dan kepanikan terus terjadi. Menuk membawa Lim Giok Lie

masuk ke dalam restaurant dan menyelamatkan Lim Giok Lie dari amukan massa.

Tan Kat Sun terus menghalangi para pemuda itu untuk merusak restaurantnya

sampai akhirnya Tan Kat Sun terkena pukulan kayu oleh Soleh di perutnya, lalu ia

pun jatuh pingsan. Karena perusakan dan kerusuhan yang terjadi di dalam

restaurant menyebabkan Tan Kat Sun semakin menurun kesehatannya dan

akhirnya meninggal. Sebelum meninggal dunia Tan Kat Sun pernah berpesan

bahwa Ping Hen harus berubah. Karena rasa bersalahnya Ping Hen menyanggupi

permintaan terakhir Tan Kat Sun untuk berubah. Ping Hen dari situ mulai tertarik

dengan Islam. Ketertarikan Ping Hen dilihat dari gerak geriknya yang selalu

berhenti di depan mesjid d