Download - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

Transcript
Page 1: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

UNIVERSITAS INDONESIA

HUBUNGAN ANTARA PROMOSI KEAMANAN PANGAN

DENGAN SIKAP MEMILIH PANGAN JAJANAN ANAK

SEKOLAH YANG AMAN

TESIS

YUSTINA MULIANI

1006745165

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM PASCA SARJANA

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

JAKARTA

2012

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 2: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Tesis ini adalah hasil karya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip

maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar

Nama : Yustina Muliani

NPM : 1006745165

Tanda Tangan :

Tanggal : 3 Juli 2012

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 3: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Tesis ini diajukan oleh:

Nama : Yustina Muliani

NPM : 1006745165

Judul : HUBUNGANANTARA PROMOSI KEAMANAN

PANGAN DENGAN SIKAP MEMILIH PANGAN

JAJANAN ANAKSEKOLAH YANG AMAN

Tesis ini berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima

sebagai bagian persyaratan yang diperlukan unutk memperoleh gelar

Magister Sains pada Program Studi Ilmu Komunikasi Program Pasca

Sarjana, FakultasIlmu Sosial danIlmu Politik, Universitas Indonesia

DEWAN PENGUJI :

Ketua Sidang :

Prof. Sasa Djuarsa Sendjaja, PhD .................................................

Pembimbing :

Dr. Pinckey Triputra, Msc .................................................

Penguji Ahli :

Dr. Hifni Alifahmi, MSi ..................................................

Sekretaris Sidang :

Ir. Firman Kurniawan Sujono, MSi .................................................

Ditetapkan di : Jakarta

Tanggal : 3 Juli 2012

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 4: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus, karena berkat rahmat dan karunia-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Hubungan antara

Promosi Keamanan Pangan dengan Sikap Memilih Pangan Jajanan Anak Sekolah

yang Aman”.

Penyusunan tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar master

dalam program studi Ilmu Komunikasi pada Program Pasca SarjanaUniversitas

Indonesia Jakarta.

Dalam penyusunan tesis ini, berbagai pihak telah banyak memberikandorongan,

bantuan serta masukan sehingga dalam kesempatan ini penulismenyampaikan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Pinckey Triputra M.Sc. selaku pembimbing yang telahmemberikan

pengetahuan dan bimbingannya yang sangatbermanfaat bagi penyusunan tesis

ini.

2. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi Program Magister

IlmuKomunikasi UI.

3. Seluruh Kepala Sekolah, guru dan siswa dari 11 SD yang tidak dapat saya

sebutkan satu-satu dimana telah menerima dan membantu penulis dalam

pelaksanaan penelitian.

4. Badan POM RI yang telah memberikan dukungan materiil dalam

melaksanakan pendidikan penelitian sehingga tesis ini dapat selesai.

5. Orang tuaku yang selalu mendoakan, suamiku Wimpy dan anak-anak

tersayang Wendy dan Wilson serta seluruh keluarga yang senantiasa

mendoakan, menghibur, mendampingi dan memberikan dukungan moril yang

sangat berarti sehingga tesis ini dapat diselesaikantepat waktu.

6. Sahabat dan teman-temanku yang tidak mungkin saya sebutkansatu persatu,

atas segala dukungan, bantuan dan sarannya sehinggatesis ini dapat

diselesaikan dengan baik.

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 5: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

v

7. Kepada semua pihak yang membantu terlaksananya tesis ini,terima kasih atas

dukungan dan doanya selama ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih banyak kekurangan,oleh

karenanya kritik dan saran sangat penulis harapkan guna

menyempurnakanpenulisan ini.

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih dan semoga tesis inidapat

berguna bagi kita semua.

Jakarta, Juli 2012

Yustina Muliani

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 6: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di

bawah ini :

Nama : Yustina Muliani

NPM : 1006745165

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Departemen : Pascasarjana

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jenis Karya : Tesis

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive

Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : “Hubungan antara

Promosi Keamanan Pangan dengan Sikap Memilih Pangan Jajanan Anak Sekolah

yang Aman” beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas

Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalih

media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkal data (database), merawat dan

mempublikasikan tugas akhir saya ini tanpa meminta izin dari saya selama tetap

mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta dan sebagai pemilik Hak

Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Jakarta

Pada tanggal : 3 Juli 201223 Juni 2011

Yang menyatakan

(Yustina Muliani)

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 7: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

viii

ABSTRAK

Nama : Yustina Muliani

Program Studi : Manajemen Komunikasi

Judul : Hubungan antara Promosi Keamanan Pangan dengan Sikap

Memilih Pangan Jajanan Anak Sekolah yang Aman

Tingkat keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) yang masih

rendah dan tingginya persentase Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan akibat

PJAS di lingkungan SD, merupakan masalah serius karena terkait dengan

pembangunan sumber daya manusia Indonesia. Social Change Campaign–

GerakanAksiNasional dengan taktik promosi keamanan PJAS menggunakan

model proses komunikasiS-M-C-R-E. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahuiapakahtaktikpromosikeamananpanganyang dilakukanpadasiswa SD

(R) mempunyaihubunganterhadapsikapmemilih PJAS yang aman (E) yang

terkaitdenganvariable kompetensiPenyuluh (S), pesan yang bersifatattention,

comprehension, acceptance (M) dankesadaranmemilih PJAS yang

amansetelahmendapatdiseminasipesanmelaluiberagamsalurankomunikasi (C).

Atas dasar ini diajukan model teoritis yaitucommunication competency theory,

reinforcement theorydan teoriumumbagiSocial Change Campaigndan 3 hipotesis

untuk diuji dengan metode analisis multivariate.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

taktikpromosikeamananpanganmempengaruhisikapmemilih PJAS yang

amandanketiga variable tersebut dapat menjadi tolak ukur dalam mengevaluasi

outcomes sikap dari suatu Social Change Campaign karena ketiga variabel

tersebut berpengaruh signifikan terhadap sikap.

Kata Kunci : sikap, promosi keamanan pangan, siswa SD

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 8: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

ix

ABSTRACT

Nama : Yustina Muliani

Program Studi : Communication Management

Judul : The relationship between the Food Safety Promotion to Attitude

Of Choosing Food Consumed by School Children

Low safety level of food consumed by school children and high

percentage of food poisoning outbreak among elementary school children are

serious problems since they are related to the human resources development in

Indonesia. Social Change Campaign – National Act Movement through promotion

strategy of the food consumed by school children was conducted by using S-M-C-

R-E as communication process model. This study was aimed to analyze whether

the promotion strategy for the food safety, which was addressed to the elementary

schoolchildren (R), had association with attitude to choose safe food consumed by

school children (E) which was related to educator competence variable (S), to

message with such characteristic as attention, comprehension, acceptance (M),

and to awareness in choosing safe food consumed by school children after

receiving message which has been disseminated via various communication

channels (E). Based on these problems, it was proposed a theoretical model, i.e.

communication competency theory, reinforcement theory, and general theory for

Social Change Campaign; and also three hypotheses to be tested by using

multivariate analysis method.

The study results showed that food safety promotion strategy influenced

the attitude to choose safe food consumed by school children and those three

variables could be used as criteria or standard in evaluating outcomes from a

Social Change Campaign since those three variables have significant impact to

attitude changes

Keywords: attitude, food safety promotion, school children

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 9: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ii

LEMBAR PENGESAHAN TESIS iii

KATA PENGANTAR iv

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI v

ABSTRAK vii

ABSTRACT viii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR GAMBAR xiii

DAFTAR TABEL xiv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Konseptualisasi Masalah 5

1.3Identifikasi Masalah 8

1.4Pembatasan Masalah dan Tujuan Penelitian 9

1.4.1 Pembatasan Masalah 9

1.4.2 Tujuan Penelitian 11

1.5Signifikansi Penelitian 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gerakan Aksi Nasional Pangan Jajanan Anak Sekolah 13

2.2 Promosi Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah 13

2.3 Evaluasi Social Change Campaign – Gerakan Aksi Nasional PJAS 15

2.4 Determinan perubahan sikap dalam komunikasi persuasif 17

2.5 Penelitian Persuasi Carl Hovland 28

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kajian Teori 30

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 10: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

xi

3.1.1 Teori umum bagi Social Change Campaign 30

3.1.2 Reinforcement Theory 38

3.1.3 Communication CompetencyTheory 42

3.1.4 Promosi Keamanan Pangan 43

3.1.4.1 Penyuluh Keamanan Pangan 44

3.1.4.2 Pesan Keamanan Pangan 45

3.1.4.3 Saluran Komunikasi Promosi Keamanan Pangan 46

3.1.5 Promosi Keamanan PJAS di Sekolah 53

3.1.5.1 Saluran Komunikasi di Sekolah 53

3.1.5.2 Penyuluh Keamanan PJAS di Sekolah 55

3.1.5.3 Pesan Keamanan PJAS 55

3.1.6 Hasil Studi Terdahulu 56

3.2 Aplikasi Teori- Teori yang Berkaitan dengan Perubahan Sikap 60

3.2.1 Aplikasi TeoriUmum bagiSocialChangeCampaign,

Communication Competency Theory dan Reinforcement Theory 60

3.2.2 Saluran Komunikasi 61

3.2.3 Penyuluh Keamanan PJAS 62

3.2.4 Pesan Keamanan PJAS 63

3.2.5 Sikap Memilih PJAS yang Aman 63

3.2.6 Hubungan antara Awareness / kesadaran memilih PJAS yang

Amansetelah MenggunakanSaluran Komunikasi terhadap

Sikap MemilihPJAS yang Aman 63

3.2.7 Hubungan antara Opini terhadap Pesan Keamanan PJAS

melaluiBeragam SaluranKomunikasiterhadap Sikap

Memilih PJAS yang Aman 64

3.2.8 Hubungan antara Opini terhadap Kompetensi Penyuluh

PJAS terhadap Sikap Memilih PJAS yang Aman 65

3.3. Hipotesis Teoritis 65

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Paradigma dan Pendekatan Penelitian 67

4.2 Jenis Penelitian 67

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 11: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

xii

4.3 Operasionalisasi Konsep, Pengukuran dan Hipotesis Penelitian 69

4.3.1 Operasionalisasi Konsep dan Pengukuran 69

4.3.2Hipotesis Penelitian 76

4.4 Populasi dan sampel 77

4.5 Metode Pengumpulan Data 80

4.6 Rencana Analisis 82

4.6.1 Analisis Validitas dan Reliabilitas 82

4.6.2 Analisis Univariate 83

4.6.3 Analisis Bivariate 83

4.6.4 Analisis Multivariate 84

4.7 Keterbatasan Metode Penelitian 84

BAB V ANALISIS DATA, DISKUSI DAN INTERPRETASI

5.1 Analisis Data 86

5.1.1 Analisis Validitas dan Reliabilitas 86

5.1.1.1 Analisis Validitas 86

5.1.1.2 Analisis Reliabilitas 94

5.1.2 Analisis Univariate 98

5.1.2.1 Analisis Distribusi Frekuensi Data Responden 98

5.1.2.2 Analisis Distribusi Frekuensi Variabel Penelitian 102

5.1.2.3 Efektivitas Sikap untuk Memilih PJAS yang Aman 114

5.1.2.4 Analisis Repeated Measure ANOVA 114

5.1.3 Analisis Bivariate 116

5.1.3.1Analisis Korelasi Sederhana 116

5.1.3.2Analisis Tabulasi Silang 117

5.1.4 Analisis Multivariate 121

5.2 Diskusi dan Interpretasi 125

5.2.1Pengaruh Awareness (kesadaran) setelah Menggunakan

SaluranKomunikasi terhadap Sikap 125

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 12: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

xiii

5.2.2 Pengaruhopini terhadapattention,comprehension,acceptance

dari pesan keamananPJAS melaluiberagam saluran komunikasi

(poster, komik, penyuluhan interaktif, film) terhadap Sikap 128

5.2.3Pengaruh Opini terhadap Pengetahuan,Keterampilan

Berkomunikasi, MemotivasiKomunikasidari

PenyuluhKeamananPJAS terhadap Sikap 132

5.2.4Efektivitas sikap 134

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan 136

6.1.1 Pengaruh Awareness(kesadaran) setelah Menggunakan Saluran

Komunikasi terhadap Sikap 136

6.1.2 PengaruhOpini terhadapAttention, Comprehension, Acceptance

dari Pesan KeamananPJASmelalui Beragam Saluran Komunikasi

(poster,komik,penyuluhaninteraktif, film) terhadap Sikap 136

6.1.3 Pengaruh Opiniterhadap Pengetahuan, Keterampilan

Berkomunikasi,Memotivasi Komunikasi dari Penyuluh Keamanan

PJASterhadap Sikap 137

6.2 Implikasi Hasil Penelitian 138

6.2.1Implikasi Praktis 138

6.2.2Implikasi Akademis 139

6.3 Saran 139

DAFTAR PUSTAKA 141

DAFTAR LAMPIRAN

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 13: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Profil PJAS Tahun 2008-2011 3

Gambar 1.2 Data KLB di Sekolah Tahun 2007-2011 4

Gambar 1.3 Data KLB Keracunan Pangan berdasarkan Jenis

PanganPenyebabnya (tahun 2006-2011) 4

Gambar 3.1Teori Umum Bagi Kampanye Perubahan Perilaku Individu 32

Gambar 3.2 Teori Penguatan 42

Gambar 3.3 Skema Kerangka Konseptual 66

Gambar 4.1 Kerangka Hipotesis Penelitian 77

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 14: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Klasifikasi Media Menurut Tujuan Belajar 52

Tabel 4.1 Operasionalisasi Konsep dan Pengukuran 72

Tabel 4.2 Data Jumlah Siswa di 11SD yang Terpapar

Taktik PromosiKeamanan PJAS dengan Beragam Saluran

Komunikasi di Provinsi DKI Jakarta 79

Tabel 5.1 Output Bivariate CorrelationAwarenessMemilih PJAS

yang Aman setelah Menggunakan Saluran Komunikasi 87

Tabel 5.2 Output Bivariate CorrelationOpiniterhadap Attention,

Comprehension,AcceptancedariPesan Keamanan PJAS

melaluiPoster PoMpi “Hindari Jajan Sembarangan” 88

Tabel 5.3 OutputBivariate CorrelationOpini terhadap Attention,

Comprehension,Acceptance dariPesan Keamanan PJAS

melalui Komik PoMpi“Memilih Makanan Aman” 89

Tabel 5.4OutputBivariate CorrelationOpini terhadapAttention,

Comprehension,Acceptance dari Pesan Keamanan PJAS

melalui Penyuluhan Interaktif“Keamanan Pangan” 90

Tabel 5.5 Output Bivariate Correlation Opiniterhadap Attention,

Comprehension, Acceptancedari Pesan Keamanan

PJAS melalui Film PoMpi “AkibatSalah Makan” 91

Tabel 5.6 Output Bivariate Correlation OpiniterhadapPengetahuan,

KeterampilanBerkomunikasi, MemotivasiKomunikasidari

PenyuluhKeamanan Pangan 92

Tabel 5.7 Output BivariateCorrelationSikap Memilih

PJAS yang Aman 93

Tabel 5.8 Output Reliabilitas AwarenessMemilih PJAS

yang Aman setelah Menggunakan Saluran Komunikasi 94

Tabel 5.9 Output Reliabilitas Opini terhadap Attention,

Comprehension,Acceptancedari Pesan Keamanan PJAS

melalui Poster PoMpi “HindariJajan Sembarangan” 95

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 15: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

xvi

Tabel 5.10Output Reliabilitas Opiniterhadap Attention, Comprehension,

Acceptancedari Pesan Keamanan PJAS melalui Komik

PoMpi “Memilih Makanan Aman” 95

Tabel 5.11 Output Reliabilitas Opini terhadapAttention, Comprehension,

Acceptance dari Pesan Keamanan PJAS melalui Penyuluhan

Interaktif “Keamanan Pangan” 96

Tabel 5.12 Output ReliabilitasOpini terhadap Attention,Comprehension,

Acceptancedari Pesan Keamanan PJAS melalui Film PoMpi

“Akibat Salah Makan” 97

Tabel 5.13 Output ReliabilitasOpiniterhadap Pengetahuan, Keterampilan

Berkomunikasi, Memotivasi Komunikasi dari Penyuluh

Keamanan Pangan 97

Tabel 5.14 Output Reliabilitas SikapMemilih PJAS yang Aman 98

Tabel 5.15 Usia 99

Tabel 5.16 Kelas 100

Tabel 5.17 Jenis Kelamin 100

Tabel 5.18.Uang Saku 101

Tabel 5.19 Frekuensi Jajan 101

Tabel 5.20 DeskripsiJawaban Responden pada Variabel Awareness

(kesadaran)setelah Menggunakan Saluran Komunikasi 103

Tabel 5.21 DeskripsiJawaban Responden padaVariabelOpini

terhadapAttention, Comprehension, Acceptancedari Pesan

Keamanan PJASyang Disampaikan melalui Poster 105

Tabel 5.22 Deskripsi Jawaban Responden padaVariabel Opini

terhadap Attention, Comprehension, Acceptancedari Pesan

Keamanan PJASyang Disampaikan melalui Komik 106

Tabel 5.23 Deskripsi Jawaban Respondenpada Variabel Opini

terhadapAttention, Comprehension, Acceptancedari Pesan

KeamananPJASyangDisampaikan melalui Penyuluhan

Interaktif Keamanan PJAS 107

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 16: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

xvii

Tabel 5.24 Deskripsi Jawaban Responden pada Variabel Opini

terhadapAttention, Comprehension, Acceptance dari Pesan

Keamanan PJAS yang Disampaikan melalui Film 109

Tabel 5.25 Deskripsi Jawaban Responden pada Variabel Opini

terhadapPengetahuan, Keterampilan Berkomunikasi,

Memotivasi Komunikasi dari Penyuluh Keamanan PJAS 110

Tabel 5.26 DeskripsiJawaban Responden pada Variabel

Sikap Memilih PJASyang Aman 112

Tabel 5.27Efektivitas Sikap untuk Memilih PJAS yang Aman 114

Tabel 5.28 Rata-rata opini responden terhadap Attention,

Comprehension, Acceptancedari Pesan Keamanan PJAS

melalui (1) Poster PoMpi, (2) Komik PoMpi, (3) Penyuluhan

Interaktif KeamananPJASdan (4) Film PoMpi 115

Tabel 5.29 Korelasi Opini Pesan Poster, Pesan Komik,

Pesan Penyuluhan danPesan Film Terhadap Sikap 116

Tabel 5.30 Usia dengan Sikap Memilih PJAS yang Aman 117

Tabel 5.31 Kelas Responden dengan Sikap Memilih PJAS yang Aman 118

Tabel 5.32 Jenis Kelamin Respondendengan SikapMemilih PJAS

yang Aman 119

Tabel 5.33 Uang Saku Responden dengan Sikap Memilih PJAS

yang Aman 119

Tabel 5.34 Frekuensi Jajan Responden denganSikap MemilihPJAS

yang Aman 120

Tabel 5.35 Metode Regresi Enter 121

Tabel 5.36 Rangkuman Regresi 122

Tabel 5.37 Anova 122

Tabel 5.38 Koefisien Beta 123

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 17: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

1

Universitas Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada Konferensi Internasional FAO/WHO tahun 1992 tentang gizi,

dideklarasikan bahwa masalah keamanan pangan telah menjadi keprihatinan

dunia. Ratusan juta manusia di dunia menderita penyakit menular maupun tidak

menular karena pangan tercemar dan bahwa memperoleh pangan yang cukup,

bergizi dan aman dikonsumsi adalah hak setiap orang.

Dalam Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu

dan Gizi Pangan, pangan didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berasal dari

sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang

diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk

bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan

dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau

minuman. Sedangkan keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang

diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia

dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan

kesehatan manusia. Dalam Peraturan Pemerintah tersebut dinyatakan bahwa

keamanan pangan merupakan prasyarat utama yang harus dipenuhi oleh setiap

produk pangan yang akan diedarkan ataupun dikonsumsi masyarakat. Kurangnya

perhatian terhadap keamanan pangan dapat menimbulkan dampak seperti

gangguan kesehatan mulai dari keracunan pangan akibat tidak higienisnya proses

penyiapan dan penyajian sampai risiko munculnya penyakit kanker akibat

penggunaan bahan kimia yang berbahaya. Oleh karena itu keamanan pangan di

sepanjang rantai pangan merupakan tanggung jawab bersama antara

kementerian/lembaga dan pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota sesuai

dengan tugas, pokok dan fungsinya.

Tantangan keamanan pangan semakin kompleks di mana ruang lingkup

pengawasan keamanan pangan di Indonesia sangat luas. Tantangan keamanan

pangan seperti keragaman jenis produk pangan serta luasnya area pengawasan,

keterbatasan dana, dan pengetahuan produsen dan konsumen tentang keamanan

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 18: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

2

Universitas Indonesia

pangan yang kurang, mengharuskan pengawasan yang bersifat terpadu sehingga

koordinasi dan kerjasama lintas sektor terkait termasuk dengan pemerintah daerah

kabupaten/kota dibutuhkan untuk memperkuat pengawasan pangan sebagai

komponen penting untuk menjamin keamanan suplai pangan dan menentukan

risiko kesehatan pada level nasional. Permasalahan keamanan pangan yang masih

dijumpai di Indonesia adalah keamanan dan mutu mikrobiologis tidak memenuhi

syarat karena kondisi higiene dan sanitasi yang buruk, penyalahgunaan bahan

berbahaya dilarang untuk pangan, pencemaran logam berat, pestisida serta

penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang melebihi batas yang diijinkan.

Salah satu prioritas pangan yang menjadi perhatian serius adalah Pangan

Jajanan Anak Sekolah (PJAS). Hal ini dianggap penting mengingat anak sekolah

merupakan cikal bakal SDM suatu bangsa. Pembentukan kualitas SDM sejak

masa sekolah akan mempengaruhi kualitasnya saat mereka mencapai usia

produktif. Pangan jajanan memegang peranan yang cukup penting dalam

memberikan asupan gizi bagi anak-anak usia sekolah.

Akan tetapi peranan strategis ini tidak diimbangi dengan mutu dan

keamanan pangan jajanan yang baik. Berdasarkan data pengawasan PJAS yang

dilakukan BPOM RI cq Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan bersama Balai

Besar/Balai POM di seluruh Indonesia pada tahun 2008-2011 menunjukkan

bahwa 40-44% PJAS tidak memenuhi syarat karena mengandung bahan kimia

berbahaya, Bahan Tambahan Pangan (BTP) melebihi batas aman serta akibat

cemaran mikrobiologi (gambar 1.1).

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 19: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

5

Universitas Indonesia

Menurut hasil survei yang dilakukan oleh Badan POM RI dalam rangka

Monitoring dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah

Nasional tahun 2008, diketahui bahwa 48,1% responden siswa SD sering atau

selalu (≥ 4 kali/minggu) jajan sedangkan 50,8% lainnya kadang-kadang jajan

dalam waktu seminggu. Sebagian besar responden siswa SD (68,6%) biasa jajan

di kantin/warung sekolah sedangkan 28,1% responden siswa SD lainnya sering

jajan di penjaja PJAS di sekitar sekolahnya. Data-data ini semakin memperkuat

fakta bahwa jajan sudah sangat akrab dengan kehidupan sehari-hari siswa (Badan

POM RI, 2008).

1.2 Konseptualisasi Masalah

WHO (2003) menyederhanakan tujuan promosi keamanan pangan di

sekolah menjadi dua yang terdiri atas : 1) tujuan umum (goal) yang merupakan

pernyataan tentang status kesehatan yang akan dicapai; dan 2) tujuan khusus

(objective) yang merupakan pernyataan tentang pengetahuan atau kesadaran, sikap

dan perilaku atau keterampilan tertentu yang dapat mengatasi masalah kesehatan

yang ada. Dalam hal ini promosi keamanan PJAS memiliki tujuan khusus

meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku kelompok sasaran terhadap

keamanan PJAS.

Dalam suatu komunikasi kampanye dapat memiliki efek yang berbeda –

khususnya pada pengetahuan, sikap dan perilaku. Efek tersebut dapat muncul di

tingkatan dan urutan yang berbeda. Studi awal dari efek saluran komunikasi

(Hovland dkk, 1949) menyimpulkan bahwa komunikasi yang direncanakan,

diawali dan terutama berpengaruh pada informasi (pengetahuan), kemudian sikap

dan terakhir dengan tingkatan yang kecil adalah perilaku. Menurut Ray, M.L

(1973, 149) dalam “The Marketing Communication and the Hirerarchy of Effect”

menjelaskan bila subyek yang terpapar kampanye persuasif maka subyek

diasumsikan termotivasi dan tertarik dan melanjutkan belajar mengenai suatu ide

atau inovasi, kemudian mengembangkan sikap yang favorit, kemudian diadaptasi

menjadi perilaku. Model dasar hierarki efek tersebut dinamakan Hierarki Belajar.

Teori Hierarki Belajar berasumsi bahwa perubahan sikap manusia merupakan

akibat terpaan komunikasi, dan perubahan ini mempunyai urutan yang relatif

tetap, artinya perubahan sikap itu, pertama-tama pada level perubahan kognitif.

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 20: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

6

Universitas Indonesia

Artinya, audiens mengutamakan perhatian, kesadaran, keyakinan dan pemahaman.

Ini mengindikasikan bahwa audiens meletakkan keputusannya pada pesan yang

rasional, yang argumentatif apalagi disampaikan oleh komunikator yang memiliki

kompetensi. Selanjutnya memasuki level afektif meliputi sikap, evaluasi dan

perasaan. Terakhir adalah level konatif meliputi maksud dan perilaku aktual.

(Denis & Windahl, 1996 : 190)

Promosi keamanan PJAS merupakan suatu proses komunikasi antara

komunikator kepada komunikan yang dilakukan secara intensif dalam jangka

waktu tertentu, secara berencana dan berkesinambungan, yang menurut Hovland

dan Janis (1959) meliputi isi pesan, identitas sumber, jenis saluran, predisposisi

terhadap pesan (misalnya, dalam situasi manakah suatu pesan diterima), proses

mediasi internal (perhatian, pemahaman dan penerimaan) sehingga dapat

menghasilkan efek komunikasi dapat diamati (perubahan opini, persepsi,

memengaruhi, dan tindakan).

Efek atau dampak merupakan respon atau reaksi setelah proses

komunikasi tersebut berlangsung yang bisa menimbulkan feedback berupa

berbentuk positif atau sebaliknya negatif. Hal tersebut tergantung dari korelasi

logis dari bauran komunikasi tersebut, misalnya berhasil atau tidaknya

komunikator dalam menyampaikan pesan kepada komunikan melalui saluran

yang dipilih dan diseleksi dan apakah pesan yang disampaikan oleh komunikator

dapat menghasilkan efek-efek atau perubahan-perubahan sebagaimana yang

diinginkan komunikator. Bila komunikatornya kurang menguasai tehnik

berkomunikasi (suatu cara, kiat atau seni dalam penyampaian pesan melalui

kampanye yang dilakukan sedemikian rupa oleh komunikator sehingga

menimbulkan dampak tertentu terhadap komunikannya), sehingga pesan kurang

dimengerti atau tidak pas dalam proses penyampaiannya; bila pesan yang

disampaikan tidak mempunyai arti dan manfaat bagi khalayak sasaran dan tidak

memiliki kecocokan dengan sistem nilai-nilai yang berlaku bagi publik serta tidak

disusun dengan bahasa yang dapat dimengerti oleh atau mempunyai persamaan

arti antara komunikator dengan komunikannya, serta bila saluran komunikasi

yang digunakan untuk berkampanye kurang tepat bagi khalayak sasarannya tidak

tepat dan efektif dalam menyampaikan pesan yang dimaksud; begitu juga

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 21: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

7

Universitas Indonesia

komunikan yang menjadi khalayak sasaran tidak jelas dan terfokus, akibatnya

dapat menimbulkan zero feed back atau negatif feed back. (Denis & Windahl,

1996 : 14)

Dari uraian di atas menunjukkan bahwa setelah mengidentifikasi siapa dan

bagaimana khalayak sasaran, maka komunikator, pesan, saluran komunikasi

sebagai wahana pesan harus dirancang sedemikian rupa agar dapat menghasilkan

feed back positif atau efek tertentu (efek kognitif, afektif dan konatif) pada

komunikan.

Salah satu teori yang menjelaskan tentang kompetensi komunikator dalam

mengubah sikap komunikan adalah communication competency theory. Menurut

teori ini bahwa komunikasi akan efektif dalam arti komunikan akan mengubah

sikapnya apabila komunikator mempunyai pengetahuan tentang apa yang

diinformasikan, keterampilan berkomunkasi dan motivasi komunikasi yang

dikemukakan oleh komunikator (Liliweri, 2011 : 173).

Adapun salah satu teori yang menjelaskan rancangan pesan dalam

mempengaruhi perubahan sikap (attitude) adalah reinforcement theory. Menurut

teori ini perubahan sikap komunikan merupakan hasil dari perubahan opini

(pendapat) komunikan, dan perubahan ini dihasilkan melalui pesan yang menarik

perhatian komunikan (attention), pesan yang disampaikan sendiri harus lengkap

dan dengan bahasa yang digunakan sehari-hari dan yang mudah dipahami

komunikan (comprehension) dan pesan yang disampaikan tidak bertentangan

dengan lingkungan sosial dan budaya komunikan (acceptance) (Liliweri, 2011 :

171).

Sedangkan teori umum bagi Social Change Campaign menjelaskanbahwa

sasaran akhir yaitu perubahan perilaku individu, dipengaruhi oleh perubahan

tingkat kesadaran, sikap, penonjolan perubahan tertentu, norma sosial, norma

subyektif, maksud perilaku dan variabel lain yang berkaitan dengan perilaku.

Namun untuk mencapai sasaran jangka pendek dan sasaran antara dari tujuan

kampanye (kesadaran, sikap, penonjolan perubahan tertentu, norma sosial, norma

subyektif, maksud perilaku dan variabel lain yang berkaitan dengan perilaku)

maka aktivitas komunikasi kampanye mulai bergerak dari diseminasi pesan

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 22: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

8

Universitas Indonesia

melalui media cetak, televisi, radio, website poster, leaflet, buku (Liliweri, 2011 :

739).

1.3 Identifikasi Masalah

Gerakan Aksi Nasional PJAS terus berlanjut di tahun 2012. Gerakan ini

merupakan Social Change Campaign dengan menggunakan taktik promosi

keamanan PJAS yang mana menurut WHO (2003) mempunyai tujuan khusus

terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku untuk mengatasi masalah keamanan

pangan yang ada (Notoatmodjo dkk, 1996 : 102).

Metode Social Change Campaign yang dilakukan Badan POM RI dalam

Gerakan Aksi Nasional PJAS ini dilakukan secara berencana, sistematis,

memotivasi, psikologis, dan dilakukan berulang-ulang serta kontinu dengan

menggunakan model proses komunikasi S-M-C-R-E “who says what to whom

with what effect?” (Smith, Laswell, & Casey, 1946 pada Petty & Cacioppo, 1996

: 60)

Source : Penyuluh Keamanan Pangan

Message : Pesan Keamanan Pangan

Channel : Print ads (majalah Keamanan Pangan, tabloid Nova, surat kabar

Kompas, Warta Kota dan Rakyat Merdeka, komik, poster, leaflet), television and

radio ads (Talkshow dan Iklan Layanan Masyarakat di radio dan stasiun TV),

website (www.klubpompi.com), Spoken and visual word dalam bentuk film,

media pertemuan seperti seminar, ceramah, penyuluhan, festival (pameran dan

lomba dan demo koki cilik).

Receiver : Sasaran primer, sekunder dan tersier

Efek : Pengetahuan baru, perubahan sikap dan perilaku terhadap

memilih dan menyediakan PJAS yang aman

Beranjak dari taktik promosi keamanan PJAS yang telah dilakukan pada

Gerakan Aksi Nasional PJAS ini, maka perlu dilakukan evaluasi untuk

mengetahui apakah Social Change Campaign ini dapat dikatakan berhasil, dilihat

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 23: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

9

Universitas Indonesia

dari dari efek atau dampak yang ditimbulkan yang terkait dengan kompetensi

Penyuluh Keamanan Pangan, pesan keamanan pangan dan diseminasi pesan

keamanan pangan melalui print ads (poster, komik), spoken and visual word

dalam bentuk film animasi, media pertemuan seperti penyuluhan interaktif, yang

dilakukan oleh Badan POM RI terhadap dampak sikap.

Hal penting dalam penelitian tesis ini, terutama sekali hendak mengetahui

apakah taktik promosi keamanan pangan mempunyai hubungan terhadap sikap

siswa SD memilih PJAS yang aman. Adapun sikap dapat dipengaruhi variabel-

variabel berupa awareness (kesadaran) memilih PJAS yang aman setelah

mendapat diseminasi pesan keamanan PJAS melalui saluran komunikasi, opini

terhadap attention, comprehension, acceptance daripesan keamanan PJAS dan

opini terhadap kompetensi (pengetahuan, keterampilan berkomunikasi,

memotivasi komunikasi) dari penyuluh keamanan PJAS.

1.4 Pembatasan Masalah dan Tujuan Penelitian

1.4.1 Pembatasan Masalah

Penelitian ini membatasi diri pada communication competency theory ,

reinforcementtheory dan teori umum Social Change Campaign yang

mempengaruhi sikap siswa SD memilih PJAS yang aman.

Sehubungan dengan hal tersebut, penelitian ini hendak mengevaluasi outcomes

“sikap” dari Social Change Campaign pada siswa SD pada 3 (tiga) aspek sebagai

berikut :

1. Awareness/kesadaran memilih PJAS yang aman setelah mendapat diseminasi

pesan keamanan PJAS melalui saluran komunikasi, dapat mempengaruhi

sikap khalayak sasaran.

2. Opini khalayak sasaran terhadap pesan keamanan PJAS yakni bersifat

attention artinya pesan yang dapat menarik dan meningkatkan perhatian

khalayak sasaran dan acceptance artinya pesan dapat diterima dalam

lingkungan sosial dan budaya khalayak sasaran, dapat mempengaruhi sikap

khalayak sasaran.

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 24: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

10

Universitas Indonesia

3. Opini khalayak sasaran terhadap kompetensi Penyuluh Keamanan PJAS yakni

komunikator yang mempunyai kompetensi (mempunyai pengetahuan tentang

apa yang diinformasikan, keterampilan berkomunikasi dan memotivasi

komunikan) dapat mempengaruhi sikap khalayak sasaran.

Khalayak sasaran yang menjadi responden penelitian ini adalah siswa SD

sebagai sasaran primer. Pada penelitian ini yang akan didiseminasikan adalah

pesan keamanan PJAS melalui beragam saluran komunikasi melalui saluran

komunikasi poster, komik, penyuluhan interaktif, dan film animasi. Penelitian

terbatas pada evaluasi outcomes “sikap” dikarenakan bahwa menurut Lawrence

Green (1980) kegiatan promosi keamanan pangan sebagai pendekatan efek

perilaku ditentukan oleh tiga faktor utama yaitu faktor predisposisi (predisposing

factors) yang meliputi pengetahuan dan sikap seseorang, faktor pemungkin

(enabling factors) yang meliputi sarana, prasarana dan fasilitas yang mendukung

terjadinya perubahan perilaku serta faktor penguat (reinforcing factor) yang

merupakan faktor penguat bagi seseorang untuk mengubah perilaku. Badan POM

RI melalui Gerakan Aksi Nasional PJAS yang dicanangkan oleh Wakil Presiden

pada tanggal 31 Januari 2011 baru akan memulai pelaksanaan pengembangan

fasilitas PJAS dalam hal penyediaan dan perbaikan infrastruktur di sekolah-

sekolah di tahun 2012 sehingga peneliti belum dapat meneliti terhadap efek

perilaku dikarenakan belum adanya enabling factor yang memadai.

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka perumusan permasalahan

penelitian untuk kepentingan tesis ini adalah :

1. Apakah awareness/kesadaran siswa SD memilih PJAS yang amansetelah

mendapat diseminasi pesan keamanan PJAS melalui saluran komunikasi

(poster, komik, penyuluhan interaktif dan film) mempengaruhi sikap

siswa SD memilih PJAS yang aman sebagai outcomes yang diharapkan

dari Social Change Campaign Gerakan Aksi Nasional PJAS?

2. Apakah opini siswa SD terhadap attention, comprehension, acceptance

daripesan keamanan PJAS yang disampaikan melalui beragam saluran

komunikasi mempengaruhi sikap siswa SD memilih PJAS yang aman

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 25: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

11

Universitas Indonesia

sebagai outcomes yang diharapkan dari Social Change Campaign Gerakan

Aksi Nasional PJAS?

3. Apakah opini siswa SD terhadap pengetahuan, keterampilan

berkomunikasi, memotivasi komunikasi (kompetensi) dari Penyuluh

Keamanan PJAS mempengaruhi sikap siswa SD memilih PJAS yang aman

sebagai outcomes yang diharapkan dari Social Change Campaign Gerakan

Aksi Nasional PJAS?

1.4.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan (eksplanasi)

variabel-variabel yang mempengaruhi sikap memilih PJAS yang aman sebagai

outcomes yang diharapkan dari Social Change Campaign Gerakan Aksi Nasional

PJAS. Berikut ini adalah rinciannya:

1. Untuk menjelaskan pengaruh awareness memilih PJAS yang amansetelah

menggunakan saluran komunikasi terhadap sikap siswa SD memilih PJAS

yang aman sebagai outcomes yang diharapkan dari Social Change

Campaign Gerakan Aksi Nasional PJAS.

2. Untuk menjelaskan pengaruh opini terhadap attention, comprehension,

acceptance daripesan keamanan PJAS yang disampaikan melalui beragam

saluran komunikasi terhadap sikap siswa SD memilih PJAS yang aman

sebagai outcomes yang diharapkan dari Social Change Campaign Gerakan

Aksi Nasional PJAS

3. Untuk menjelaskan pengaruh opini terhadap pengetahuan, keterampilan

berkomunikasi, memotivasi komunikasi dari Penyuluh Keamanan PJAS

terhadap sikap siswa SD memilih PJAS yang aman sebagai outcomes yang

diharapkan dari Social Change Campaign Gerakan Aksi Nasional PJAS

4. Untuk mengetahui efektivitas sikap memilih PJAS yang aman dari siswa

SD sebagai outcomesSocial Change Campaign Gerakan Aksi Nasional

PJAS

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 26: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

12

Universitas Indonesia

1.5 Signifikansi Penelitian

Dalam konteks Social Change Campaign Gerakan Aksi Nasional PJAS yang

menjadi objek penelitian ini adalah siswa SD maka variabel-variabel seperti

awareness / kesadaran siswa SD setelah menggunakan saluran komunikasi, opini

siswa SD terhadap attention, comprehension, acceptance pesan keamanan PJAS

yang disampaikan melalui beragam saluran komunikasidan opini siswa SD

terhadap kompetensi Penyuluh Keamanan Pangan terhadap sikap siswa SD untuk

memilih PJAS yang aman, menjadi hal penting yang perlu ditelaah dalam

kaitannya dengan tercapainya outcomes “sikap” Social Change Campaign

Gerakan Aksi Nasional PJAS karena hal ini menunjukkan efektivitas kampanye

tersebut (dari segi tingkat ketercapaian sikap memilih PJAS yang aman). Hasil

penelitian berupa studi eksplanatif mengenai Social Change Campaign dalam

konteks hubungan awareness (kesadaran) setelah menggunakan saluran

komunikasi, opini terhadap attention, comprehension, acceptance daripesan

keamanan PJAS yang disampaikan melalui beragam saluran komunikasi dan opini

terhadap kompetensi (pengetahuan, keterampilan berkomunikasi, memotivasi

komunikasi) dari penyuluh keamanan PJAS terhadap sikap siswa SD untuk

memilih PJAS yang aman, diharapkan dapat memberikan signifikansi sebagai

berikut :

1. Secara akademis, penelitian ini dapat menambah dan melengkapi

perbendaharaan literatur dan wawasan tentang variabel-variabel yang

menjadi tolak ukur dalam melakukan evaluasi outcomesSocial Change

Campaign secara empiris, khususnya untuk khalayak sasaran siswa SD

melalui beragam saluran komunikasi(utamanya saluran personal yaitu

penyuluhan intensif dan saluran non personal yaitu print ad, audio visual)

dalam diseminasi pesan keamanan pangan dikaitkan dengan perubahan

sikap tertentu.

2. Secara praktis, penelitian ini dapat menjadi referensi atau masukan bagi

Badan POM RI dalam memahami efektivitas Gerakan Aksi Nasional PJAS

yang ditujukan pada siswa SD

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 27: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

13

Universitas Indonesia

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gerakan Aksi Nasional PJAS

Gerakan ini diprakarsai oleh Badan POM RI dan telah dicanangkan oleh

Wakil Presiden Republik Indonesia pada tanggal 31 Januari 2011 adalah

merupakan gerakan untuk meningkatkan PJAS yang aman, bermutu, dan bergizi

melalui peran serta aktif yang lebih terpadu dari seluruh kementerian, lembaga

pemerintah, dan lintas sektor di pusat maupun daerah serta pemberdayaan

komunitas sekolah. Aksi ini diharapkan menjadi wahana untuk menggalang

komitmen dari stakeholder untuk bersama-sama meningkatkan keamanan PJAS.

Gerakan Aksi Nasional ini merupakan Social Change Campaign yaitu

jenis kampanye publik yang menjual ide atau gagasan perubahan sosial, yang

ditujukan untuk menangani masalah-masalah sosial melalui perubahan sikap dan

perilaku publik yang terkait. Gerakan ini, memiliki tujuan utama yaitu

pemberdayaan komunitas sekolah untuk menjaga keamanan, mutu, dan gizi PJAS

melalui perubahan sikap, perilaku serta tindakan komunitas sekolah untuk

memilih dan menyediakan PJAS yang aman, bermutu dan bergizi. Rencana Aksi

Nasional dilaksanakan melalui penerapan pada lima sasaran utama, yaitu

perkuatan program PJAS, peningkatan awareness komunitas PJAS, peningkatan

kapasitas sumber daya PJAS, modeling dan replikasi kantin sekolah dan

optimalisasi Manajemen Aksi Nasional PJAS (Badan POM RI, 2012).

2.2 Promosi Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (Promosi Keamanan

PJAS)

Untuk mendukung kesuksesan suatu social change campaign maka perlu

diterapkan perencanaan strategi dari kampanye public relationsyang terdiri dari 9

(sembilan tahapan yang dikelompokkan dalam 4 (empat) fase yaitu fase formative

research, strategi, taktis dan evaluative research. Fase ketiga yaitufase taktik

merupakan elemen yang tampak dari perencanaan strategi, elemen tersebut adalah

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 28: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

14

Universitas Indonesia

yang orang lihat dan lakukan. Dalam fase ini berbagai alat komunikasi

dipertimbangkan meliputi interpersonal communication tactics merupakan

peluang tatap muka bagi keterlibatan dan interaksi personal, dan organizational

media tactics merupakan media yang dapat dikontrol organisasi, dan diperlukan

jika sasaran khalayak tersebar luas sehingga sulit dilakukan interaksi secara

personal, new media tactics adalah wahana komunikasi untuk mempresentasikan

informasi yang mempunyai nilai berita kepada berbagai audiens. (Smith, 2002 :

12).

Promosi keamanan PJAS merupakan salah satu taktik (cara memobilisasi

semua kekuatan untuk mengirimkan pesan mencapai publik yang luas) yang

dilakukan pada Social Change Campaign ini. Pada dasarnya tujuan promosi

keamanan PJAS adalah mempersuasi khalayak sasaran untuk mengubah

pengetahuan atau kesadaran, sikap komunitas sekolah yaitu siswa SD (sasaran

primer), kepala sekolah, guru pembimbing UKS, pengelola kantin sekolah,

penjaja PJAS, komite sekolah, dan masyarakat sekitarnya (sasaran sekunder) dan

mengubah perilaku komunitas sekolah dan masyarakat terhadap keamanan PJAS

yang dilakukan melalui kontak langsung maupun tanpa kontak langsung dengan

khalayak sasaran. Selain itu promosi keamanan PJAS juga dilakukan kepada

sasaran tersier yaitu seluruh kementerian, lembaga pemerintah, dan lintas sektor di

pusat maupun daerah sehingga penanggulangan keamanan PJAS lebih

komprehensif, terpadu dan sistematis.

Aktivitas diseminasi pesan keamanan pangan yang dilakukan dalam

promosi keamanan PJAS adalah melalui print ads (majalah Keamanan Pangan,

tabloid Nova, surat kabar Kompas, Warta Kota dan Rakyat Merdeka, komik,

poster, leaflet), television and radio ads (talkshow dan Iklan Layanan Masyarakat

di radio dan stasiun TV), website (www.klubpompi.com), spoken and visual word

dalam bentuk film animasi, media pertemuan seperti seminar, ceramah,

penyuluhan, festival (pameran, lomba koki cilik dan pentas seni).

Adapun penyajian pesan telah disesuaikan dengan karakteristik khalayak

sasaran yang terdiri dari sasaran primer, sekunder dan tersier sehingga pesan yang

disampaikan mudah diterima dan dipahami. Khususnya untuk siswa SD (sasaran

primer) beberapa tema pesan yang disampaikan yaitu Jagalah Kesehatan dengan

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 29: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

15

Universitas Indonesia

selalu Mencuci Tangan, Ayo Kenali Bahan Kimia Berbahaya pada Makanan dan

Minuman !, Pilihlah Tempat Jajan yang Bersih dan Makanan yang Aman, Bacalah

Label sebelum Membeli supaya Aman, Waspadalah terhadap 3 Bahaya pada

Pangan; untuk Pengelola Kantin dan Pedagang PJAS yaitu Gunakanlah Bahan

Tambahan Pangan dengan Takaran yang Benar, Agar Terhindar dari Bahaya,

Bacalah Label saat Membeli Makanan dan Minuman, Lima Kunci Keamanan

Pangan, Simpan Pangan dengan Benar, Terapkan Perilaku Kerja yang Baik,

Jagalah Kebersihan Tempat dan Peralatan di Kantin Sekolah!.; untuk Guru yaitu

Ayo Kita Tumbuhkan Sadar Keamanan Pangan pada Anak Didik Kita! dan

Panduan Sinergisme Peran Pemangku Kepentingan Terkait.

Sebagai narasumber/komunikator dalam kegiatan promosi keamanan

PJAS adalah petugas Penyuluh Keamanan Pangan (PKP) dari Badan POM RI dan

Balai Besar/Balai POM yang tersebar di 31 Ibu Kota Propinsi.

2.3 Evaluasi Social Change Campaign – Gerakan Aksi Nasional PJAS

Berbicara mengenai evaluasi, maka tidak dapat dipisahkan dari penilaian.

Evaluasi dapat memberikan penilaian (assessment) terhadap efek atau dampak

sebuah Social Change Campaign dengan taktikpromosi keamanan PJAS.

Terutama sekali evaluasi dapat memberikan informasi praktis yang berguna

tentang apa yang berjalan dan apa yang tidak, dalam sebuah upaya komunikasi

untuk mempengaruhi perubahan sosial.

Pada dasarnya evaluasi adalah segala bentuk penelitian yang dirancang

untuk menentukan tingkat efektivitas atau apa yang telah dilakukan dalam sebuah

program, strategi, aktivitas secara spesifik dengan mengukur outputs dan atau

outcomes(berupa pengukuran ilmiah terhadap peningkatan kesadaran, atau

perubahan opini, sikap dan perilaku) dari program berdasarkan seperangkat

sasaran (objectives) yang telah ditetapkan sebelumnya. (Cutlip, 2006 : 419).

Evaluasi social change campaign dengan taktik promosi keamanan PJAS

adalah suatu kegiatan untuk mengevaluasi, mengkaji, yang memungkinkan untuk

menentukan tingkatanyangtelahdicapaisesuaidengantujuanyangtelahdinyatakan

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 30: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

16

Universitas Indonesia

dan apakah taktik promosi keamanan PJAS perlu dimodifikasi atau tetap

dilanjutkan. Secara operasional evaluasi social change campaign dengan taktik

promosi keamanan PJAS adalah serangkaian kegiatan untuk membandingkan

realisasi masukan (input) , pencapaian keluaran (output), dan dampak (outcome)

dengan standar atau indikator yang telah direncanakan.

Hasil evaluasi ini diharapkan memberikan gambaran seberapa jauh social

change campaign dengan taktik promosi keamanan PJAS ini telah mencapai

tujuannya. Selain itu hasil evaluasi ini merupakan umpan balik atau masukan

untuk perbaikan atau peningkatan program Gerakan Aksi Nasional PJAS

Fokus evaluasi dapat dibagi menurut tahapannya yaitu evaluasi input,

evaluasi proses, evaluasi hasil (output) dan evaluasi dampak (outcomes) : (Badan

POM , 2012)

Evaluasi input meliputi :

a. Jumlah siswa yang mengikuti program bimbingan teknis / pelatihan /

penyuluhan / sosialisasi / pendistribusian materi Promosi Keamanan PJAS

b. Jumlah guru yang mengikuti program bimbingan teknis/ pelatihan /

penyuluhan / sosialisasi / pendistribusian materi Promosi Keamanan PJAS

c. Jumlah pengelola kantin yang mengikuti yang mengikuti program

bimbingan teknis/pelatihan/penyuluhan/sosialisasi/ pendistribusian materi

Promosi Keamanan PJAS

d. Jumlah penjaja PJAS yang mengikuti yang mengikuti program bimbingan

teknis / pelatihan / penyuluhan / sosialisasi / pendistribusian materi

Promosi Keamanan PJAS

e. Biaya yang dikeluarkan untuk program bimbingan teknis / pelatihan/

penyuluhan / sosialisasi / pendistribusian materi Promosi Keamanan PJAS

f. Jumlah dan jenis media yang diproduksi dan digunakan untuk program

bimbingan teknis / pelatihan / penyuluhan / sosialisasi / pendistribusian

materi Promosi Keamanan PJAS

g. Sarana dan prasarana mendukung program bimbingan teknis / pelatihan /

penyuluhan/sosialisasi/ pendistribusian materi Promosi Keamanan PJAS

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 31: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

17

Universitas Indonesia

Evaluasi Proses meliputi:

a. Frekuensi rapat membahas program bimbingan teknis / pelatihan /

penyuluhan / sosialisasi/ pendistribusian materi Promosi Keamanan PJAS

b. Frekuensi supervisi dan bimbingan dari petugas BPOM, Balai Besar/Balai

POM Provinsi terhadap yang mengikuti program bimbingan

teknis/pelatihan/penyuluhan/sosialisasi/ pendistribusian materi Promosi

Keamanan PJAS

c. Banyaknya poster, selebaran, leaflet tentang informasi keamanan PJAS

yang didistribusikan

d. Dikeluarkan kebijakan kantin dan pedagang PJAS harus menyediakan

makanan yang aman

Evaluasi Ouput meliputi:

a. Menurunnya persentase PJAS yang tidak memenuhi syarat

b. Meningkatnya opini publik positif yang ditulis di media

c. Meningkatnya publisitas yang diperoleh dari media

d. Meningkatnya persentase khalayak yang dijangkau pesan

e. Program sinergisme dengan pemangku kepentingan terkait

Evaluasi Outcome meliputi :

a. Meningkatnya pengetahuan, sikap dan perilaku keamanan PJAS dari

komunitas sekolah (sasaran primer dan sekunder)

b. Menurunnya angka absensi dari siswa karena sakit

c. Menurunnya persentase KLB siswa karena keracunan PJAS

d. Meningkatnya persentase social involvement

2.4 Determinan perubahan sikap dalam komunikasi persuasif

Hovland dan koleganya mempelajari komunikasi dan perubahan sikap melalui

pertanyaan“siapa mengatakan apa kepada siapa dan efek apa yang diharapkan?”

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 32: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

18

Universitas Indonesia

(Smith, Laswell, & Casey, 1946 dalam Petty dan Caccioppo (1996:60)). Mereka

melakukan studi tentang efek sikap pada sumber (siapa yang mengatakan), pesan

(apa yang dikatakan), dan penerima (kepada siapa pesan disampaikan). Efek dari

saluran komunikasi dan lama retensi pesan dan perubahan sikap juga dipelajari.

1. Faktor pengirim

Komunikator (source) dalam suatu komunikasi persuasif dapat berupa

individu atau organisasi yang membagikan informasinya kepada orang lain

atau sekelompok orang. Hovland, Janis dan Kelley (1953) dalam Petty dan

Caccioppo (1996:61) berpendapat bahwa terdapatbeberapakomponen

komunikator yang dapat mempengaruhi terjadinya perubahan sikap, yakni :

a. kredibilitas (communicatorcredibility)

Seorang komunikator yang memiliki kredibilitas yang tinggi akan lebih

persuasive dibandingkan dengan komunikator yang memiliki kredibilitas

rendah jika pengukuran sikap segera dilakukan setelah pesan disampaikan

Aspek dari kredibilitas meliputi :

a.1 Keahlian (expertise)

Keahlian sangat penting dalam menginduksi perubahan sikap awal

komunikan terutama saat posisi yang diadvokasi agak berbeda dari

komunikan (Kelman dan Hovland (1953) dalam Petty dan Caccioppo

(1996:62)).

a.2 Layak dipercaya (trustworthiness)

Komunikator yang layak dipercaya merupakan determinan yang sangat

penting dalam perubahan sikap (Choo, 1964; Craig & McCann, 1978).

Andreoli dan Worchel (1978) menggagas bahwa sumber yang dapat

dipercaya lebih persuasive dibandingkan komunikator yang tidak

dipercaya. (Petty dan Caccioppo (1996:64).

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 33: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

19

Universitas Indonesia

b. Atraktif (communicator attractiveness)

Chaiken (1979) menemukan bahwa komunikator dengan postur tubuh

secara fisik menarik dan berpenampilan gaya bahasa menarik akan lebih

mempersuasi dibandingkan komunikator dengan postur tubuh secara fisik

tidak menarik dan berpenampilan gaya bahasa tidak menarik. (Petty dan

Caccioppo (1996:67)

c. Kesamaan komunikator dengan komunikan (communicator similarity)

Komunikator mungkin dapat disukai oleh komunikan bila terdapat

kesamaan (Byrne, 1971 : Rokeach, 1960), berpenampilan fisik menarik

(Berscheid and Walters, 1974), dan familiar (Sherif & Sherif, 1953;

Zajonc, 1968) dapat meningkatkan persuasive dan disukai komunikan.

Brock (1965) menyimpulkan bahwa semakin banyak kesamaan antara

komunikator dengan komunikan, maka semakin besar penerimaan dan

dampak persuasi pesan

d. Kekuasaan (communicator power).

Kelman (1958) mengemukakan, bahwa masyarakat memberikan

persetujuan publik lebih besar kepada komunikator yang memiliki

kekuasaan dibandingkan kepada komunikator yang tidak memiliki

kekuasaan

2. Faktor Pesan

Beberapa syarat pesan yang menentukan keberhasilan komunikasi persuasif

antaralain, yakni :

a. Pesan yang dapat dipahami (message comprehensibility)

Agar sebuah pesan dapat mempersuasi khalayak maka menurut Hovland

(Petty and Cacioppo, 1996: 70), pesan tersebut harus diperhatikan dan

dipahami.

b. Jumlah argument (number of arguments)

Mayoritas komunikan akan merasa bosan dan berhenti menyimak, terutama jika

argumendalampesan tersebut terlalu panjang dan terlalu sering diulang (Petty dan

Cacioppo (1996 : 71; 1976b).Semakin banyak argumen dipresentasikan dalam

rentang waktu tertentu , semakin sedikit waktu yang dimiliki seseorang untuk

mengingat atau merekam tentang argumen tersebut ( Calder, 1978).

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 34: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

20

Universitas Indonesia

Beberapaargumenakan menjadilebih kuat, lebihmeyakinkan,dan lebih

berpengaruhdaripada yang lain,dan memberikan kepada seseorang beberapa

argumenyang sangat meyakinkanmungkin dapat mempromosikan

perubahansikap yang lebihdari sekedar menyediakanargumen inibersama

dengansejumlah argumen yang jauh lebih lemah. (Anderson, 1974). (Petty dan

Cacioppo, 1996 : 71-72)

c. Imbalan Pesan (Rewards within the Message)

Argumen dalam pesan diasumsikan dapat memotivasi perubahan sikap

melalui insentif yang dikandungnya. Semakin banyak argument dalam pesan

akan lebih mempengaruhi perubahan sikap. Imbalan (reward) lebih

berpengaruh, jika diterapkan segera dibandingkan setelah adanya penundaan.

Pesan yang persuasif lebih efektif saat argument dalam pesan dipisahkan dari

kesimpulan, sedikit, dibandingkan banyak, dari materi yang netral (Weiss,

Buchnan, & Pasamanick , 1965 dalam Petty dan Cacioppo (1996 : 72)).

d. Pendekatan Fear Appeals (The arousal and Reductional of Fear)

Leventahl (1970) menemukan bahwa pesan berkategori high fear umumnya

lebih efektif dibanding pesan berkategori moderate atau low fear. Pesan

berkategori fear arousing efektif menginduksi perubahan sikap terutama jika

memenuhi kondisi sebagai berikut:

o Pesan menyediakan argument kuat untuk kemungkinan

komunikanmenderitabeberapakonsekuensiyang sangat negatif

o Argument tersebut menjelaskan kosnekuensi negatif akan timbul jika

tindakan yang direkomendasikan tidak diterima

o Pesan memberikanjaminanyang kuat bahwapenerapanrekomendasiefektif

menghilangkankonsekuensinegatif.

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 35: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

21

Universitas Indonesia

Sikap defensif – yang dapat menurunkan efektivitas pesan akan timbul jika

terdapat keraguan tentang tindakan yang harus diambil berkaitan dengan

bahaya tersebut.(Petty dan Cacioppo, 1996 : 73).

e. Pesan Satu Sisi vs Pesan Dua Sisi (One sided versus Two sided Message)

Hovland, Lumsdaine dan Sheffield (1949) menemukan tidak terdapat

perbedaan efektivitas menyolok antara pesan satu sisi dengan pesan dua sisi,

namun mereka menemukan beberapa hal menarik, antara lain :

o Orang yang secara pribadi setuju dengan pendapat yang terkandung dalam

pesan, akan lebih mudah terpengaruh oleh pesan satu sisi. Sedangkan

mereka yang tidak setuju akan memperlihatkan efek sebaliknya

o Orang yang telah terpapar oleh pesan satu sisi akan lebih mudah

terpengaruh oleh pesan lain yang melawan pesan pertama

(counterpropaganda)

o Orang yang telah terpapar oleh pesan dua sisi cenderung memperlihatkan

penolakan terhadap pesan counterpropaganda

Petty dan Cacioppo (1996 : 75) menemukan bahwa sebagian besar pengiklan

cenderung menggunakan pesan satu sisi yang efektif jika. Namun jika produk

tersebut kurang dikenal, atau khalayak telah memiliki pengetahuan tentang

kompetitor, maka pesan dua sisi akan lebih efektif.

f. Penarikan Kesimpulan (Conclusion – drawing)

Penarikan kesimpulan dalam komunikasipersuasifbiasanyabermanfaat

ataudiperlukan bagi komunikan untukmemahami dan mengingatsepenuhnya

argumen pesan danadvokasi (Hovland dan Mandell, 1952; Thistlethwaite, de

Haan,danKamenetzky,1955). Sehubungan dengan penerjemahan konklusi, Mc Guire

(1969) dalam Petty dan Cacioppo (1996 : 77) memberikan pernyataan, bahwa

dalam situasi tertentu, seseorang dapat saja lebih terpersuasi jika komunikan

sendiri menarik kesimpulan dibanding, jika komunikator yang menarik

kesimpulan. Akan tetapi yang kerap menjadi masalah adalahkomunikan

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 36: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

22

Universitas Indonesia

tidak memiliki cukup intelegensi atau motivasi untuk menarik kesimpulan

sehingga terjadi kesalahan penarikan kesimpulan yang serius.

g. Pengulangan Pesan (Message Repetition)

Teori Pembelajaran Pesan (Message Learning Approach) yakin bahwa

pengulangan pesan akan meningkatkan perhatian pemirsa, pemahaman dan

pengingatan mereka terhadap isi pesan. Wilson dan Miller (1968) dalam Petty

dan Cacioppo, 1996 : 79) membuktikan bahwa presentasi yang disampaikan

sebanyak 3 kali, memberikan pemahaman dan pengingatan lebih baik lagi

bagi pemirsa dibandingkan presentasi yang hanya disampaikan hanya satu

kali. Temuan Wilson dan Miller didukung Moriarty (1991 : 38-39), bahwa

suatu pesan harus diulang sekurangnya tiga kali sebelum dapat menembus

wilayah persepsi dan terekam dalam ingatan. Namun demikian beberapa

penelitian memperlihatkan pula bahwa walaupun pengulangan akan

meningkatkan ingatan khalayak, akan tetapi hal ini juga akan menurunkan

efektivitasnya dalam perubahan sikap (Cacioppo dan Petty, 1979, 1980; Gorn

dan Goldberg, 1980; Miller, 1976).

h. Gaya Presentasi (Style of Presentation)

Hemsley dan Doob (1978) menemukan bahwa komunikator yang melihat

komunikan dinilai lebih kredibel dan lebih meyakinkan daripada komunikator

yang menatap jauh ketika mereka berbicara. Tingkatdan

kefasihanberbicarajuga telahditunjukkan untukmempengaruhi

penilaianmasyarakat terhadapkredibilitaspembicaradankerentanan mereka

terhadappersuasi. Lind dan O‟Barr (1979) melaporkan bahwa komunikator

yang menggunakan gaya powerful berbicara di depan lebih persuasif daripada

komunikator yang menggunakan gaya powerless. Miller et all (1976)

melaporkan bahwa komunikan lebih rentan terhadap persuasi ketika

komunikator memberikan pesan dengan kecepatan tinggi, bukan pada

kecepatan normal berbicara. Komunikator dengan gaya powerful dan cepat

dianggap lebih memiliki pengetahuan tentang topik dan karenanya lebih

kredibel.

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 37: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

23

Universitas Indonesia

Hall (1980) mengindikasikan bahwa isyarat suara non verbal yang dapat

digunakan komunikator, seperti nada suara, juga dapat mempengaruhi

kerentanan komunikan akan persuasi. (Petty dan Cacioppo, 1996 : 79-80)

3. Faktor Penerima (Recipient Factor)

a. Intelegensia

McGuire (1968) mengajukan model perubahan sikap , yang ditentukan

oleh 2 hal, yaitu :

1. Penerimaan terhadap argumen dan advokasi yang terkandung dalam

pesan, meliputi proses perhatian , pemahaman dan pengingatan

2. Penyerapan terhadap pengaruh

McGuire menemukan bahwa faktor-faktor komunikan kerap memiliki

pengaruh yang berlawanan terhadap kedua hal di atas. Sebagai contoh,

khalayak yang lebih cerdas mampu memahami dan mengingat lebih

banyak argumen dibanding khalayak yang kurang cerdas. Seharusnya akan

meningkatkan perubahan sikap dalam kelompok khalayak yang lebih cerdas.

Namunternyata kecerdasan juga membuat khalayak lebih sulit dipengaruhi

karena mereka lebih percaya terhadap kemampuan kritis mereka. Lebih jauh , hal

ini menyebabkan mereka lebih yakin tentang sikap awal yang telah

merekaambil.Keyakinan ini cenderung akanmenurunkantingkat perubahansikap.

Eagly dan Warren (1976) meneliti tentang pengaruh relatif komponen tingkat

kecerdasan (pemahaman terhadap iklan) dan tingkat pengaruh (penerimaan

terhadap iklan) terhadap perubahan sikap. Tingkat kecerdasan (kemampuan

verbal) subyek diukur lalu diterjemahkan dalam bentuk pesan yang sederhana

atau kompleks. Mereka berpendapat bahwa khalayak yang cerdas akan

mampu memahami dan mengingat pesan yang kompleks dibanding

khlayak yang kurang cerdas, namun kurang menunjukkan persetujuan

terhadap pengaruh yang diberikan. Disisi lain khalayak yang kurang

cerdas, kurang mampu memahami dan mengingat pesan yang

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 38: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

24

Universitas Indonesia

kompleks tetapi akan menunjukkan penerimaan yang baik terhadap

pengaruh yang diberikan. (Petty dan Cacioppo, 1996 : 80-82)

b. Harga Diri (Self Esteem)

McGuire‟s (1968) menggagas model kepribadian dan persuasif yang dapat

diterapkan juga pada hubungan antara harga diri dan perubahan sikap. Harga diri

merujuk pada nilai, penghargaan maupun penghormatan terhadap

seseorang. Seseorang dengan harga diri rendah akan merasa kurang percaya diri,

memandang diri sendiri kurang mampu dan kurang bahagia dibanding

orang dengan harga diri yang tinggi. McGuire berasumsi bahwa orang

dengan harga diri rendah akan lebih mudah dipengaruhi (susceptible to

influence). Di samping itu harga diri positif berkaitan dengan kecerdasan

danminat seseorang sedangkan harga diri negatif berkaitan dengan penyerapan.

Nisbett dan Gordon menemukan hubungan antara harga diri (rendah-

sedang-tinggi) dan perubahan sikap tergantung pada seberapa menarik dan

sulituntuk memahami pesan itu. Ketika pesan itu sederhana, komunikan dengan

harga diri sedang yang paling menunjukkan perubahan sikap. Tapi ketika

pesan kompleks, komunikan dengan harga diri tinggi yang paling

menampilkan perubahan sikap. Namun demikian perbedaan menyolok

ditemukan antara model McGuire dengan hasil observasi Nisbett dan

Gordon (1967), dimana komunikan dengan harga diri sedang adalah yang

terpersuasi paling menonjol (bahkan dibandingkan dengan orang yang

memiliki harga diri rendah)

c. Perbedaan Jenis Kelamin (Sex Differences)

Beberapa penelitian tentang gender menunjukkan bahwa perempuan lebih

dipersuasi dibanding laki-laki (Cooper, 1979; Eagly, 1978). Eagly

berpendapat bahwa perempuan memiliki kemampua verbal lebih baik

daripada laki-laki, sehingga dapat memahami argumen pesan dengan lebih

baik. Oleh karena itu perempuan menunjukkan persuasi lebih tinggi dari laki-

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 39: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

25

Universitas Indonesia

laki. Akan tetapi, teori ini dibantah sendiri , Eagly karena penelitian lebih

jauh tidak mendukung (Eagly 1974; Chaiken dan Eagly, 1976). Saat ini

ada dua penjelasan yang dianggap sahih, yaitu

o Perbedaan gender dapat disebabkan oleh peran sosial yang dipelajari

oleh masing-masing pihak. Seorang wanita secara sosial diharapkan

bersikap koperatif dan menjaga harmoni sosial sehingga akan

memfasilitasi persetujuan terhadap pengaruh. Sedangkan pria

diharapkan dapat bersifat asertif dan mandiri sehingga akan

memfasilitasi penolakan terhadap pengaruh

o Perbedaan gender juga tampak dalam banyak studi tentag pengaruh

pesan persuasi, dimana pria memperlihatkan minat dan pengetahuan

yang lebih tinggi dari wanita.

Perbedaan gender secara sederhana memperihatkan fakta, bahwa lebih

mudah untuk mempersuasi seseorang yang hanya memiliki sedikit minat

ataupun pengetahuan tentang isu yang dibawakan oleh pesan. (Petty dan

Cacioppo, 1996 : 83).

4. Faktor Saluran (Channel Factors)

Hovlanddan koleganyajelas menunjukkanbahwa komunikasimassadapat

mendidik danmempengaruhikomunikan.Efeksikapdari berbagai mediadi

manakomunikasidapat ditransmisikanseperti mediacetak : surat kabar, majalah

dan buku; mediaaudio : radio, telepon dan rekaman; dan mediaaudio visual :

televisi, filmdan video recordings. Saluran ini merupakanmedia massa, yang

mana efek nya dapat dibandingkan dengankomunikasitatapmuka.

a. Saluran Personal vs Media Massa (Face to face vs Mass Media Appeals)

Media massa dianggap sebagai sarana untuk menjangkau sejumlah besar

orang (yang berbeda-beda) secara cepat dan efisien (Weiss, 1969 : 70).

Dampakyang lebih besar darisaluran personal telah ditemukanberulang kali

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 40: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

26

Universitas Indonesia

(Berelson, Lazarsfeld, & McPhee, 1954; Katz & Lazarsfeld, 1955).

Argumenpersuasifyang menghasilkanperubahan sikaptidak harusberasal

daribeberapa jeniskomunikasi verbal atau tulisan formal. Burnstein dan Vinokur

(1975, 1977) menganalisa perubahan sikap berasal dari kelompok diskusi.

Argumenyang dihasilkanoleh orang-orangdalam kelompok diskusi dipelajarioleh

dandapat mengubah sikaporang laindalam kelompok

diskusi.Karenaorangseringdibujuk olehargumenbahwa orang laindalam diskusi

kelompokmenghasilkan, fenomena menarik dapat terjadisebagai akibat

daridiskusi tatap muka. Sikapmasyarakat setelahdiskusi

kelompokseringkali lebihekstrim dibandingkansikapmerekasebelumdiskusi.

Kebanyakan anggotakelompok berada disisi yang sama dari suatu masalah,

dananggota kelompok dapat memiliki alasanyang berbeda untukmendukung

suatu sisimasalah.Selama diskusikebanyakananggotakelompok akan

mendengarargumendisisi mereka sendiridari suatu masalah dan bahwa ini

tidak mereka pertimbangkan sebelumnya (Burnstein & Sentis, 1981).

Saluran personal umumnya memilikidampaklebih darimedia

komunikasi,puluhan miliardolar dihabiskansetiap tahun

padakomunikasipersuasifyang disampaikan melaluimedia massa.

(McGuire, 1978). Saluran media massa merupakan saluran yang popular

karena saluranini digunakansebagai sarana yangterorganisiruntuk

mencapaisejumlah besarjenisberagam orangdengan cepat dan efisien. (Weiss,

1969 : 70). Bahkankampanyeyang berhasilmeyakinkanmasing-

masing1.000 orangdengan siapaiaberbicaraakanmenyedihkan karena di

balikkampanyeyang meyakinkansatu persen dariwaktuperdana televisi

audiens (Bauer, 1964).

b. Atribut Saluran Komunikasi (Channel Attribute)

Komunikasipersuasif menjadi paling efektif biladisesuaikan

denganatributkhusus darisaluran yang digunakannya (Klapper,

1960).Media cetakmenyediakan catatanpermanen sehingga orangdapat

membacanya dan kembali membacanya saat mereka inginkan.Mediaaudio

visualdan audio

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 41: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

28

Universitas Indonesia

menjangkau khalayak yanglebih besar, lebihberagam dibandingkanmedia

cetak,dan komunikasimelaluiaudio visualatau audio dapat segera sampai

ke penerima sedangkanmedia cetak harus menunggu (Weiss, 1969).Media

audio visualadalah salurankomunikasiyang sangat potensial yang mana

orangdapatmelihat dan mendengar(Bradack, Konsky,

&Davis,1976;Frandsen, 1963), dan masyarakat cenderung lebihkritisdan

menganggapkurang validmateri yangditulisdibandingkanmateri yang

disajikanpadaaudio atauvideo tape(Carver, 1935; Maier&Thurber, 1968).

Di sisilain,isyaratnon verballebihjelas dalamaudio visualdibandingkan

komunikasi dan audio dibandingkan dengan pesantercetak (Wright, 1980).

Keuntunganunik danketerbatasan yang terkait dengansetiap

saluranmenunjukkanbahwa tidak ada bentuksalah satutransmisiyang

terbaikmelainkan bahwasaluranyang paling efektiftergantung pada

berbagaifaktor.Sebagai contoh, hal ini menunjukkan bahwa:

o Pesan kompleksdipahamicetak yang lebih baikdaripadadalam

bentukaudio visualatau audio.

o Media audio visual menghasilkan penyerapan terhadap isi pesan lebih

baik dibandingkan media cetak (Chaiken &Eagly, 1976).

Maka kemudianbahwapesanmudahdipahami dalam rekaman videoharus

lebih menimbulkanperubahansikapdibandingkanbila dicetak. Namun,

media cetak mungkin yang palingefektif menimbulkan perubahan sikap

bilapesankompleks, karena secara substansial pesandapat lebih

dipahamiketika disajikandi cetakdaripadabentukaudio visualatau

audio.Selanjutnya,presentasiaudio atauaudiovisualyang tidak mudah

dipahami dapat membuat lebihfrustasi dan tidak menyenangkanuntuk

diikutidibandingkanmembaca handout presentasinya. (Petty dan Cacioppo,

1996: 86-87).

2.5 Penelitian Persuasi Carl Hovland

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 42: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

29

Universitas Indonesia

Penelitian Carl Hovland mengenai proses perubahan sikap meliputi : (Rogers,

1997 : 380-381)

a. Komunikator dengan kredibilitas tinggi menyebabkan perubahan sikap

lebih cepat setelah aksi komunikasi, tetapi a sleeper effect terjadi di mana

komunikator tersebut dilupakan setelah jangka waktu.

b. Fear appeals (rasa takut) yang ringan menyebabkan perubahan sikap

yang lebih dibanding fear appeals (rasa takut) yang kuat. Propagandis

sering menggunakan fear appeals (rasa takut). Hovland membuktikan

bahwa efek dari fear appeals (rasa takut) yang kuat yang digunakan

komunikator dapat mengganggu upaya persuasi.

c. Pesan satu pesan menyebabkan perubahan sikap yang lebih terhadap

khalayak dengan pendidikan dan / atau intelijen lebih rendah, sementara

pesan dua sisi menyebabkan perubahan sikap yang lebih terhadap

khalayak sasaran yang lebih terdidik dan / atau cerdas. Hovland dan

temuan rekan-rekannya mengenai efek kuat dari dua jenis sisi pesan

bertentangan dengan strategi propaganda Nazi tidak pernah menyebutkan

sisi yang berlawanan dari sebuah argumen (Janis 1968, p 528).

d. Menyatakan kesimpulan pada pesan lebih mempengaruhi perubahan sikap

dari menyatakan kesimpulan secara implisit. Di sini tampak bahwa

kejelasan di awal pesan dapat lebih mempersuasif pesan.

e. Individu yang merasa secara sosial tidak memadai dan memiliki harga diri

rendah akan mengalami perubahan sikap yang lebih dibandingkan individu

yang agresif . Konsepdiri yang kuatdapat memberikanresistensi

terhadappesan persuasif.

f. Pesertaaktif dalam prosespersuasi(sepertidengan membacapesan dengan

suara kerasataumempresentasikansudut pandang tertentu) lebih memiliki

perubahansikap daripadapesertalebih pasif.Seperti dalam

studiKurtLewinroti manis, individu yang terlibatdalam proses

komunikasilebih mungkin untukmengubah sikapmereka (danperilaku).

g. Individu yang sangat tertarikke dalam kelompok memilikiperubahan sikap

yang kurang terhadap isu yangbertentangan

denganstandarkelompok.Temuan ini mirip dengangeneralisasidari

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 43: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

30

Universitas Indonesia

penelitiandinamika kelompokyang mana kohesi

kelompokmendorongindividu-individu darianggotakelompokagar sesuai

dengannormakelompok.

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 44: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

31

Universitas Indonesia

BAB III

KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kajian Teori

Kerangka berpikir yang melandasi penulisan tesis ini adalah konsep-konsep teori

yang dianggap berhubungan dengan judul dan topik pembuatan tesis yakni terdiri

dari Teori Umum bagi Social Change Campaignadalah bahwa untuk mencapai

sasaranjangka pendek dan sasaran antara dari tujuan kampanye (kesadaran, sikap,

penonjolan perubahan tertentu, norma sosial, norma subyektif, maksud perilaku

dan variabel lain yang berkaitan dengan perilaku) maka aktivitas komunikasi kampanye

diawali dari diseminasi pesan melalui saluran komunikasi yaitu saluran personal

(penyuluhan interaktif) dan non personal (media cetak, televisi, radio, website poster,

leaflet, buku),Communication CompetencyTheory yaitu teori yang menjelaskan tentang

kompetensikomunikator dalam mengubah sikap komunikan, dan Reinforcement Theory

yaitu teori yang menjelaskan penyusunan pesan yang bersifat attention,

comprehension dan acceptance dapat menghasilkan perubahan sikap (attitude).

3.1.1 Teori umum bagi Social Change Campaign

Pada umumnya semua jenis atau bentuk kampanye komunikasi publik

(SocialChange Campaign) selalu memanfaatkan saluran komunikasi sebagai wahana

yangdigunakan untuk menyalurkan pesan yang telah ditata dengan baik kepada khalayak

sasaran yang telah direncanakan sebelumnya. Jenis kampanye ini bertujuan

mempengaruhi keyakinan dan pengetahuan tentang perilaku dan segala akibatnya,

mempengaruhi sikap untuk mendukung perilaku persuasif, mempengaruhi individu

untukmenerima norma sosial dan selanjutnya individu menjadi inti penggerak perubahan,

mempengaruhi individu untuk menampilkan perilaku yang dikehendaki dan

menghasilkan perubahan individu yang tampil sebagai pendukung program.

Rogers dan Storey (Grossberg, 1988, Synder, 2002, Klingemann & Rommele,

2002) mendasarkan definisi kampanye pada dua hal yaitu pertama, bahwa

kampanyemerupakan wujud tindakan komunikasi dan kedua, adalah dapat mencapai

keseluruhan proses dan fenomena praktek kampanye yang terjadi di lapangan.

Kampanye mencakup empat elemen yang berbeda namun tidak dapat dipisahkan,

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 45: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

32

Universitas Indonesia

yaitu kampanye selalu berbasis lingkungan seperti peraturan dan perundangan yang

berlaku, struktur media massa dalam suatu negara, tujuan strategis bahwa kampanye

diorganisasikan untuk menggalang kemampuan berkomunikasi, secara langsung atau

dengan bantuan media untuk mendapatkan cara mengomunikasikan pesan sehingga dapat

mencapai sasaran, dan mempunyai dampak tertentu bagi khalayak sasaran yang telah

ditargetkan.

Social Change Campaigns atau Kampanye Perubahan Perilaku Individu sering

disebut public information atau public education campaign (kampanye pendidikan

publik). Tujuan kampanye ini adalah mengubah perilaku individu yang kurang berkenan

dan menganjurkan perilaku baru yang dianjurkan. Adapun tujuan dari Social Change

Campaigns adalah mempengaruhi keyakinan dan pengetahuan tentang perilaku dan

segala akibatnya, mempengaruhi sikap untuk mendukung perilaku persuasif,

mempengaruhi individu untuk menerima norma sosial dan selanjutnya individu menjadi

inti penggerak perubahan, mempengaruhi individu untuk menampilkan perilaku yang

dikehendaki dan menghasilkan perubahan perilaku individu yang tampil sebagai

pendukung utama suatu program. Adapun sebagai khalayak sasaran adalah segmen

individu dari populasi yang perilakunya akan diubah dengan strategi pemasaran sosial

dan saluran komunikasi yang digunakan print ads atau publisitas, surat kabar, majalah,

radio, televisi dan iklan. Perubahan sikap dan perilaku individual itu merupakan outcomes

dari kampanye yang sekaligus dapat menginisiasi perubahan sikap dan perilaku keluarga,

kelompok-kelompok dalam masyarakat dan bahkan masyarakat luas.

Seiring dengan semakin berkembangnya Social Change Campaigns dalam

beberapa dekade terakhir, maka pelbagai temuan kampanye telah mendorong

pengembangan konsep-konsep teoritis bagi kerjasama antar disiplin. Para peneliti

perubahan perilaku individu (Fishbein, Triandis, Kanfer, Becker, Middlestadt, & Eichler,

2001) sepakat bahwa terdapat sejumlah faktor yang telah terbukti mempengaruhi

perubahan perilaku individu. Peraga di bawah ini menawarkan teori umum bagi

kampanye perubahan yang dapat dijadikan dasar bagi kampanye perubahan perilaku

individu. Alur-alur proses kampanye sebagaimana terlihat dalam peraga ini

menggambarkan sasaran akhir (ultimate outcome) adalah perubahan perilaku individu.

Ternyata perubahan perilaku individu dipengaruhi oleh perubahan tingkat kesadaran,

sikap, penonjolan perubahan tertentu, norma sosial, norma subyektif, maksud perilaku,

dan variabel lain yang berkaitan degan perilaku.

Dengan melihat sasaran jangka pendek dan sasaran antara dari tujuan kampanye

maka aktivitas komunikasi kampanye diawali dari diseminasi pesan pada

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 46: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

33

Universitas Indonesia

Activities

Message dissemination

Prints ads, Tv ads,

Websites, Billboard,

Transit Poster,

Brochures, Leaflet,

Pamphlet

Short Terms and Intermediate

Outcomes

---------Awareness-----------

------------Attitude-----------

-----------Saliance------------

---------Self Efficacy--------

--------Social Norms--------

------Subjective Norms------

----Behavioral Intention----

Other variable

that affect or

----moderate behavioral---

Ultimate Outcomes

Individual Behavior

Changes

Community based

outreach

Other activity

salurankomunikasi : print ads, TV ads, radio, websites, billboard, poster, leaflet,

brosur. Seluruh kegiatan awal komunikasi kampanye tetap berbasis pada

pendekatan community based dan aktivitas lain yang sejenis. (Liliweri, 2011 :

676-678, 683-684,738-740).

Gambar 3.1 Teori Umum Bagi Kampanye Perubahan Perilaku Individu

Sumber : Liliweri, 2011 : 739

Saluran komunikasi yang digunakan

untuk

mendiseminasikan pesan antara

komunikator dengan komunikannya, dapat digolongkan sebagai berikut :

(Ardianto, 2009 : 73-75)

1. Media umum seperti surat menyurat, telepon, facsmile, dan telegraf

2. Media massa, seperti media cetak, surat kabar, majalah, tabloid, buletin

dan media elektronik, yaitu televisi, radio dan film

3. Media khusus, seperti iklan, logo nama perusahaan atau produk yang

merupakan sarana atau media untuk tujuan promosi dan komersil yang

efektif dan maskot

4. Media internal, adalah media yang dipergunakan untuk kepentingan

kalangan terbatas dan non komersial, serta lazim digunakan dalam

aktivitas public relation yaitu

a. House journal seperti majalah bulanan, profile perusahaan, laporan

tahunan perusahaan, prospectus, buletin dan tabloid

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 47: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

34

Universitas Indonesia

b. Printed material seperti barang cetakan untuk publikasi dan

promosi

c. Spoken and visual word seperti audio visual, video tape record,

slide film, broad casting media, perlengkapan radio dan televisi

d. Media pertemuan seperti seminar, rapat, presentasi, diskusi,

pameran, acara khusus, sponsorship dan gathering meet

Sasaran jangka pendek dan sasaran antara yang memediasi ultimate

outcomes (perubahan perilaku individu)meliputi :

a. Kesadaran

Adalah kemampuanuntuk melihat, merasakan, atau menjadisadar terhadap

suatu peristiwa, objekatau polasensorik. Dalamtingkat kesadaran, data

yangmasuk akaldapat dikonfirmasikantanpaharusmenyiratkanpemahaman.

b. Sikap

Menurut Sarwono (2003) adalah kecenderungan/ kesiapan atau kesediaan

seseorang untuk bertingkah laku atau merespon sesuatu baik terhadap

rangsangan positif maupun negatif dari suatu objek rangsangan. Teori yang

sering dipakai berupa teori rangsang balas (stimulus-response theory) atau

teori penguat (reinforcement theory) ini dapat digunakan untuk menerangkan

berbagai gejala tingkah laku sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan

atau aktivitas, akan tetapi merupakan faktor predisposisi bagi seseorang untuk

berperilaku. Menurut Moriarty (1991:45), sikap berakar pada psikis seseorang

dan berkaitan dengan banyak nilai-nilai serta opini sedangkan Allen, Guy

dan Edgley mengatakan bahwa sikap adalah suatu pola perilaku, tendensi atau

kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial

atau secara sederhana. Sikap merupakan respon terhadap stimuli sosial yang

telah terkondisikan.

Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami individu

dalam interaksi sosial terjadi hubungan antara individu dengan lingkungannya

baik lingkungan fisik maupun lingkungan biologis yang ada di sekelilingnya.

Faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap antara lain (Azwar, 2005 : 24-

25)

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 48: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

35

Universitas Indonesia

1. Pengalaman Pribadi

Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan

mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan

menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap.

2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Seseorang yang kita anggap penting, seseorang yang kita harapkan

persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan pendapat kita, seseorang

yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang berarti khusus bagi

kita (significant others) akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap

kita terhadap sesuatu.

3. Pengaruh kebudayaan

Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita

terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota

masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman

individu-individu yang menjadi anggota kelompok masyarakat asuhannya.

Hanya kepribadian individu yang telah mapan dan kuat yang dapat

memudarkan dominasi kebudayaan dalam pembentukan sikap individual.

4. Media massa

Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi

lainnya, berita yang seharusnya faktual yang disampaikan secara obyektif

cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh

terhadap sikap konsumennya.

5. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

Lembaga pendidikan dan agama sebagai suatu sistem mempunyai

pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan

dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu

6. Faktor emosional

Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan

pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang suatu bentuk sikap

merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 49: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

36

Universitas Indonesia

semacam penyaluran frustasi atas pengalihan bentuk mekanisme

pertahanan ego

Dengan perkataan lain, sikap merupakan perubahan yang meniru perilaku

orang lain karena orang lain tersebut dianggap sesuai dengan dirinya (Azwar,

2005).

Sikap seseorang sangat menentukan bagaimana tindakan seseorang.

Terdapat suatu spekulasi bahwa sikap seseorang terhadap suatu hal dapat

diketahui, maka dapat diduga bentuk tindakan apa yanga akan dilakukan oleh

seseorang itu. Tentu saja tidak tertutup kemungkinan bahwa ternyata tindakan

yang dilaksanakan tidak sejalan dengan sikap yang telah diambilnya. Terdapat

tiga jenis ketidaksesuaian antara sikap seseorang dengan faktor-faktor lain

yang mempengaruhinya yaitu : (1) ketidaksesuaian antara sikap seseorang

dengan informasi mengenai kenyataan yang terjadi, (2) ketidaksesuaian antara

sikap seseorang dengan sikap panutannya, dan (3) ketidaksesuaian antara

sikap seseorang dengan tindakan seseorang itu sendiri (Taryoto, 1991 pada

Aci, 2009 ).

Sikap mempunyai arah artinya sikap terpilah pada dua arah kesetujuan

yaitu setuju atau tidak setuju. Orang yang setuju terhadap suatu obyek maka

arahnya positif dan sebaliknya orang yang tidak setuju maka arahnya negatif.

Sikap memiliki intensitas artinya kekuatan sikap terhadap sesuatu belum tentu

sama walaupun arahnya mungkin tidak berbeda. Dua orang yang sama

memiliki sikap yang berarah negatif belum tentu sama intensitasnya. Sikap

juga memiliki konsistensi, maksudnya adalah kesesuaian antara pernyataan

sikap yang dikemukakan dengan responnya terhadap obyek sikap dimaksud.

Sehubungan dengan keberlangsungan perubahan sikap, Petty dan

Cacioppo (1996:87-89) mengetengahkan beberapa hal yang perlu diperhatikan

yaitu ingatan terhadap pesan. Menurut Moriarty (1991: 38), ingatan manusia

tersimpan dalam bentuk fragment dan traces. Untuk membangkitkan ingatan

ini suatu pesan menggunakan cue berupa kalimat atau gambar yang berfungsi

sebagai pengingat. Hal lain yang memudahkan dalam mengingat pesan adalah

pengulangan.

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 50: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

37

Universitas Indonesia

Hovland (1949) dalam Petty dan Cacioppo (1996:87) menyatakan bahwa,

jika perubahan sikap diukur segera setelah komunikasi dilakukan maka

perubahan sikap tersebut merupakan hasil dari perhatian, pemahaman dan

penerimaan atas argument dan penjelasan dalam pesan. Lebih jauh perubahan

sikap berlangsung selama pesan tersebut dapat diingat. Jika seseorang telah

melupakan isi pesan tersebut, hampir dipastikan ia akan kembali ke sikap

awalnya. Hovland juga menemukan bahwa sebagaian besar orang tetap ingat

akan substansi dalam pesan walaupun argumennya terlupakan. Jika

pengingatan akan substansi pesan lebih penting daripada argumen pesan,

maka perubahan sikap akan bertahan lama.

Watts dan Mc Guire (1964) dalam Petty dan Cacioppo, 1996 : 89

melakukan penelitian terhadap sejumlah mahasiswa dan menemukan bahwa

perubahan sikap dan retensi akan isi pesan akan maksimal segera setelah

komunikasi persuasif dilakukan. Namun, perubahan sikap dan pengingatan

tersebut akan menurun seiring dengan waktu.

Studi lain menemukan bahwa penurunan dalam perubahan sikap dan

retensi akan isi pesan, tidak berjalan bersamaan. Pada awalnya perubahan

sikap dan retensi berkorelasi, namun selanjutnya hubungan ini terputus dan

bahkan cenderung berlawanan setelah waktu tertentu (Cacioppo and Petty,

1979, Iinsko, Lind and LaTour, 1976 dalam Petty dan Cacioppo, 1996 : 89)).

Penemuan lebih lanjut menunjukkan bahwa perubahan sikap lebih banyak

disebabkankarena khalayak mengingat substansi pesan, atau bahkan tafsiran

mereka sendiri tentang pesan, dibanding argumen spesifik yang terkandung

dalam pesan (Greenwald, 1968; Petty, 1977 dalam Petty dan Cacioppo, 1996 :

89)).

Untuk melihat bagaimana sebuah pesan dapat mempengaruhi perubahan

sikap, Hovland, dkk (S. Amvar, 1989 : 65 pada Regina, 2003) menguraikan

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi komunikasi persuasive yaitu perhatian

(attention), pemahaman (comprehension), penerimaan (acceptance). Proses ini

dipengaruhi oleh faktor komunikator (source), pesan (message), penerima

(receipt) dan saluran (channel).

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 51: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

38

Universitas Indonesia

c. Saliency

Adalah tingkat kepentingan suatu masalah. Betapa sering audiens

mempunyai tingkat kesadaran yang tinggi terhadap suatu masalah, namun

masalah itu tidak dilihat sebagai masalah penting, hal itu karena kita tidak

mempunyai informasi tentang manakah isu yang menonjol.

d. Self Efficacy

Adalah keyakinan seseorang bahwa dia memiliki kemampuan atau

kompetensi untuk melakukan sesuatu, termasuk keyakinan bahwa seseorang

dapat menyesuaikan kemampuannya untuk melancarkan kampanye. Kinerja

perilaku sering dipengaruhi oleh persepsi tentang efektivitas diri dan karena

itu variabel ini memiliki kapasitas untuk mempengaruhi hasil kampanye.

e. Norma sosial

Adalah standar tentang sikap dan perilaku yang dapat diterima seseorang

atau sekelompok orang. Kadang-kadang apa yang disebut norma merupakan

faktor yang paling penting untuk mencapai perubahan perilaku, hal ini karena

perilaku yang berubah itu selalu dikaitkan dengan norma-norma yang berlaku

di masyarakat. Norma sosial menunjuk pada adanya harapan-harapan

mengenai tindakan apa yang seharusnya dilakukan seseorang, yang secara

umum maupun secara khusus ada pada kelompok dimana seseorang itu

berada. Apabila norma sosial lebih kuat pengaruhnya maka seseorang akan

bertindak sesuai dengan yang dikehendaki oleh norma sosial daripada menurut

pada kehendak sikapnya.

f. Norma subyektif

Sejauh mana seseorang memiliki motivasi untuk mengikuti pandangan

orang terhadap perilaku yang akan dilakukannya (normative belief). Kalau

individu merasa itu adalah hak pribadinya untuk menentukan apa yang akan

dia lakukan, bukan ditentukan oleh orang lain disekitarnya, maka dia akan

mengabaikan pandangan orang tentang perilaku yang akan dilakukannya.

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 52: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

39

Universitas Indonesia

g. Intensi berperilaku

Adalah kemungkinan seseorang akan menampilkan suatu tingkah laku.

Intensi dapat digunakan untuk memprediksi seberapa kuat keinginan individu

untuk menampilkan tingkah laku; dan seberapa banyak usaha yang

direncanakan atau dilakukan individu untuk melakukan tingkah laku tersebut.

h. Variabel lain yang mempengaruhi perilaku moderat

Pandangan mengenai akibat atau konsekuensi dari perilaku yang akan

menunjuk pada adanya sanksi atau penghargaan atau suatu perilaku yang

dilakukan (Taryoto, 1991 pada Aci, 2009).

Sedangkan ultimate outcome adalah perubahan perilaku individu dimana seorang

individu akan melakukan suatu perbuatan atau bersikap dalam suatu cara

berkaitan dengan obyek yang disikapi.

3.1.2 Reinforcement Theory

Agar suatu kampanye berjalan efektif maka langkah ke 4 adalah

diperlukan adanya perencanaan. Namun perencanaan dimaksud disini difokuskan

pada perencanaan pesan kampanye komunikasi. Mengingat tujuan kampanye

adalah untuk mengubah pengetahuan, sikap, perilaku, dan sosial, maka dalam

merencanakan pesan komunikasi yang efektif hendaknya mengacu pada tujuan

kampanye tersebut. Misalkan suatu pesan ditujukan untuk sekedar merubah

pengetahuan komunikan, maka pesan tersebut hanya diisi informasi-informasi

baru yang belum pernah didengar atau dilihat oleh komunikan di masa lalu.

Berbeda dengan pesan yang ditujukan untuk mengubah sikap, maka pesan

komunikasi harus dibuat sedemikian rupa, sehingga dapat menggugah

emosi atau perasaan komunikan. Demikian pula dengan pesan yang ditujukan untuk

mengubah perilaku maupun sosial, maka terdapat perbedaan dalam merancang isi

pesan. Sekali lagi yang perlu ditekankan disini adalah bahwa perencanaan pesan harus

disesuaikan dengan tujuan kampanye.

Hovland, Janis dan Kelly pada tahun 1967 memperkenalkan suatu teori yang

dikenal sebagai Teori Penguatan (Reinforcement Theory) (Elliot, R.M., Lindzey,

G.,MacCorquodale, K., (Eds), Theories of Attitude Change, p 12-63). Agar pesan dapat

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 53: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

40

Universitas Indonesia

efektif mempengaruhi perubahan sikap komunikan maka menurut teori ini, perubahan

sikap merupakan hasil dari perubahan opini (pendapat) komunikan, dan perubahan ini

dihasilkan melalui:

a. Perhatian (attention)

Konsep perhatian adalah proses psikis yang terjadi pada alam bawah sadar, yaitu

proses perubahan sebuah stimulus atau satu rangkaian stimulus menjadi jelas atau

nyata, sementara stimulus lainnya cenderung untuk menghilang atau memudar. Selain

itu, perhatian juga dapat merupakan suatu penyatuan serangkaian sensori saraf

(neural) dan sensori psikis yang difokuskan pada suatu stimulus khusus. (Kenneth,

1972 : 46). Sedangkan Shimp (1997 : 118) berpendapat perhatian berarti

berkonsentrasi pada dan mempertimbangkan suatu pesan yang dipaparkan

kepadanya. Faktor penentu yang mempengaruhi proses ini menurut Engel, Blackwell

dan Miniard (1990 : 367) terbagi menjadi dua kategori yaitu stimulus dan personal.

Faktor penentu stimulus mengacu pada karakteristik stimulus itu sendiri yaitu ukuran,

warna, intensitas, kontras, posisi, arah, gerakan, isolasi, novelty, perhatian sebagai

hasil pembelajaran, pembicara yang menarik dan perubahan adegan. Sementara

factor intern menurut Guarsa (1983 : 107) adalah motif, kesediaan dan harapan.

Perhatian menurut pendapat Shimp (1997 : 118) sangat selektif. Selektivitas

menjadi penting karena kapasitas proses informasi terbatas dan penggunaan secara

efektif dari kapasitas ini menuntut konsumen mengalokasikan energi mental hanya

pada pesan yang relevan dan diminati untuk tujuan saat ini.

Sutisna (2001 : 73) menemukan bahwa perhatian yang dilakukan oleh

seseorang dapat terjadi secara sengaja atau tidak sengaja. Perhatian yang dilakukan

secara sengaja disebut Voluntary Attention. Kegiatan ini terjadi ketika seseorang

secara aktif mencari informasi yang mempunyai relevansi pribadi. Selective

Perception terjadi ketika seseorang melakukan Voluntary Attention, dimana pemirsa

memilih pesan yang menarik minat atau yang mereka setujui dan menyaring pesan

dengan cara tidak memperhatikan pesan-pesan yang tidak menarik dan tidak mereka

setujui (Moriarty, 1991 : 35). Akibatnya persepsi setiap orang terhadap suatu objek

akan berbeda-beda. Oleh karena itu persepsi juga dikatakan memiliki sifat subyektif

(Sutisna, 2001 : 62).

Kemudian yang dimaksud dengan dengan perhatian secara tidak sengaja

(involuntary attention) adalah ketika kepada khalayak dipaparkan sesuatu yang

menarik, mengejutkan, menantang atau sesuatu yang tidak diperkirakan, yang tidak

ada relevansinya dengan tujuan atau kepentingan seseorang (Sutisna, 2001:73).

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 54: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

41

Universitas Indonesia

b. Pemahaman (comprehension)

Pemahaman merupakan proses dalam pikiran seseorang yang akan memberikan

arti pada stimulus tertentu. Pemahaman meliputi derajat kesesuaian antara arti yang

diharapkan dengan arti sesungguhnya sehingga jika secara mutlak tidak terdapat arti

yang terkandung dalam suatu stimulus maka dapat dikatakan tidak ada pemahaman

terhadap stimulus tersebut. Jika dapat terbentuk asosiasi antara stimulus dan kesan

samar-samar dari beberapa arti dan karakter maka pemahaman sebagian akan

terbentuk. Jika arti-arti yang telah diseleksi seluruhnya kurang tepat dan sama sekali

tidak berhubungan dengan konsep atau stimulus maka akan terjadi kesalahan

pemahaman atau pengertian. (Kenneth, 1972 : 46).

Memahami diartikan secara sederhana oleh Shimp (1997 : 122) sebagai mengerti

dan menciptakan arti dari stimuli dan simbol-simbol. Pemahaman yang merupakan

tahap ketiga dalam proses informasi, mengacu pada peneterjemahan stimulus. Ini

berarti tergantung bagaimana suatu stimulus dikategorisasikan dan dielaborasikan

yang kemudian dihubungkan dengan pengetahuan yang sudah ada. Kategorisasi

stimulus melibatkan pengklasifikasian suatu stimulus dengan menggunakan konsep-

konsep yang tersimpan di dalam memori. Sementara pengelaborasian mengacu pada

penggabungan sejumlah informasi, antara yang baru dengan pengetahuan yang telah

tersimpan di dalam memori (Engel, Blackwell dan Miniard, 1990 : 376-377).

Pemahaman merupakan dasar dari penerimaan, walaupun kadangkala kesalahan

dalam pemahaman dapat merupakan kunci untuk mencapai penerimaan tersebut.

Untuk mencapai kesuksesan dalam pemahaman maka proses pemahaman

bergantung pada perhatian. Bila pada suatu tingkatan proses pemahaman, suatu

stimulus salah dimengerti, tidak lengkap dimengerti atau diabaikan maka proses

tersebut akan terhalang. Jika perhatian tertuju pada stimulus yang tidak relevan

atau mengganggu maka proses pemahaman akan menjadi lemah. Jika stimulus

tidak berkaitan dengan ketertarikan, nilai-nilai, kebutuhan, tujuan maupun motivasi

seseorang maka tidak ada landasan yang cukup untuk suatu usaha mencapai

pemahaman suatu materi. Sebaliknya, kita akan melakukan usaha yang keras untuk

memahami suatu materi bila materi tersebut tampak berhubungan dengan minat dan

kebutuhan kita. Pembentukan, pengelolaan dan penyusunan kata-kata serta

pembuatan model dan penyampaian pesan berhubungan langsung dengan

kemampuan untuk mencapai pemahaman. Demikian pula persepsi seseorang

mengenai sumber pesan juga mempengaruhi proses pemahaman.

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 55: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

42

Universitas Indonesia

Berkaitan dengan hal pemahaman, Sumarsono (1995 : 7) menemukan bahwa

dalam prosesnya, pemahaman dipengaruhi oleh dua hal yaitu latar pengalaman

seseorang dan kerangka acuan yang dimilikinya. Proses pemahaman ini akan

menghasilkan pesan yang berhasil ditangkap atau persepsi tentang sesuatu.

Kata pemahaman menurut Shimp (1997 : 122) dapat digunakan bergantian

dengan persepsi, kedua kata tersebut berarti interpretasi. Persepsi dirumuskan oleh

Desiderato dalam Rahmat (2000 : 51) sebagai pengalaman tentang obyek peristwa

atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan

menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi, sedang

stimuli atau stimulus adalah bentuk fisik, visual atau komunikasi verbal yang dapat

mempengaruhi tanggapan individu. Menurut Moriarty (1991 : 32) persepsi adalah

proses dimana penerima memperoleh pesan, menginterpretasikannya dan

menyimpannya di dalam ingatan. Sementara interpretasi merupakan tahapan ketika

kita mulai menafsirkan stimulus yang kita perhatikan. Penafsiran atau interpretasi

adalah inti dari persepsi yang identik dengan penyandian (decoding) dalam proses

komunikasi (Mulyana,2000). Proses penafsiran inilah yang memberi makna dalam

persepsi yaitu setelah rangkaian seleksi dan penyusunan, kita akan

mengidentifikasikan atau menarik kesimpulan dari stimulus yang diterima (Hadju,

1992 : 22 dalam Regina, 2003).

c. Penerimaan (acceptance) (Kenneth, 1972 : 46)

Penerimaan merupakan suatu proses mempercayai suatu klaim. Menerima suatu

klaim berarti memperoleh sebuah pengetahuan baru. Proses penerimaan melibatkan

perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari penambahan suatu bagian

pengetahuan terhadap struktur kognitif seseorang, walaupun dapat saja terjadi

penerimaan suatu informasi atau data tanpa melakukan suatu apapun terhadap data

tersebut. Proses penerimaan lain yang dapat terjadi adalah menerima suatu informasi

tanpa secara sengaja memasukkannya ke dalam struktur kognitif. Penerimaan dapat

pula merupakan perubahan dalam arti, kepercayaan, sikap, nilai, aksi, respon

emosional maupun perubahan lainnya, termasuk proses pemantapan unsur-unsur

tersebut (arti, kepercayaan, sikap, nilai, dan seterusnya) dari kondisi sebelumnya.

Terdapat berbagai jenis penerimaan yang seringkali diperlukan untuk menentukan

jenis penerimaan yang muncul.

Gambar 3.2 Teori Penguatan

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 56: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

43

Universitas Indonesia

Komunikator menyusun pesan dapat

berterima oleh komunikan

Komunikator menyusun pesan yang

dapat menarik dan meningkatkan

perhatian dari komunikan.

sumber Liliweri, 2011 : 172

3.1.3 Communication CompetencyTheory

Kampanye merupakan kegiatan komunikasi publik yang dilakukan secara

berencana yang bertujuan untuk mempersuasi khalayak sasaran untuk

mengerti, memahami, dan melakukan perubahan sikap dan perilaku demi

kesejahteraan hidup. Agar suatu kampanye komunikasi berjalan efektif maka

salah satu langkah yang perlu direncanakan dalam strategi kampanye adalah

langkah ke 6 yaitu messenger / komunikator. Pesan-pesan yang sama dapat

membawa dampak yang berbeda, tergantung dari siapa yang mengomunikasikan

pesan itu (Liliweri, 2011 : 677).

Spitzberg & Cupach (1989) memperkenalkan Communication

Competency Theory, yang mana dikatakan bahwa komunikasi akan efektif dalam

arti komunikan akan mengubah sikapnya apabila komunikator mempunyai

pengetahuan tentang apa yang diinformasikan, keterampilan berkomunikasi dan

motivasi komunikasi yang dikemukakan oleh komunikator. Jika pengetahuan

komunikator atas suatu topik makin lengkap, komunikator makin terampil

berkomunikasi (berinteraksi dengan komunikan secara efektif) dan dapat

menjelaskan motivasi komunikasi, maka akan mengubah sikap komunikan

(Liliweri, 2011 : 173).

3.1.4 Promosi Keamanan Pangan

Attention

Comprehansive

Acceptance Komunikator menyusun pesan yang

lengkap agar mempermudah

komunikan memahami pesan

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 57: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

44

Universitas Indonesia

Promosi keamanan pangan merupakan taktik yang digunakan dalam social

change campaign Gerakan Aksi Nasional PJAS ini. Keamanan pangan menurut

UU RI No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan pasal 1 ayat 4 adalah kondisi dan upaya

yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis,

cemaran kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan

membahayakan kesehatan manusia. Promosi keamanan pangan adalah merupakan

revitalisasi dari pendidikan dan penyuluhan keamanan pangan. Promosi

keamanan pangan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan keamanan

pangan untuk “memasarkan” atau “menjual” atau “memperkenalkan” pesan-

pesan keamanan pangan atau “upaya-upaya” keamanan pangan sehingga

masyarakat “menerima” atau “membeli” (dalam arti menerima perilaku keamanan

pangan) atau “mengenal” pesan-pesan keamanan pangan tersebut yang akhirnya

masyarakat mau berperilaku keamanan pangan dan mengintervensi yang terkait

dengan ekonomi, politik dan organisasi yang dirancang untuk memudahkan

terjadinya perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi keamanan

pangan (Notoatmodjo, 2011 : 24).

Promosi keamanan pangan merupakan kegiatan sistematis mengatasi

masalah dan meningkatkan keamanan pangan melalui aktivitas pendidikan,

penyuluhan, advokasi untuk pengembangan kebijakan dan fasilitasi lingkungan

(Notoadmodjo dkk., 1996 : 21).

Promosi keamanan pangan sebagai pendekatan terhadap faktor perilaku keamanan

pangan, maka kegiatannya tidak terlepas dari faktor-faktor yang menentukan

perilaku tersebut. Dengan demikian kegiatan promosi keamanan pangan harus

disesuaikan dengan determinan (faktor yang mempengaruhi perilaku itu sendiri).

Menurut Lawrence Green (1980) perilaku ditentukan oleh 3 faktor utama, yakni :

(Notoatmodjo, 2011 : 27)

1. Faktor predisposisi (predisposing factors) yang meliputi pengetahuan dan

sikap seseorang

2. Faktor pemungkin (enabling factors) yang meliputi sarana, prasarana, dan

fasilitas yang mendukung terjadinya perubahan perilaku

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 58: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

45

Universitas Indonesia

3. Faktor penguat (reinforcing factor) merupakan faktor penguat bagi

seseorang untuk mengubah perilaku seperti tokoh masyarakat, undang-

undang, peraturan-peraturan, surat keputusan.

Berdasarkan 3 faktor determinan perilaku tersebut, maka kegiatan promosi

keamanan pangan sebagai pendekatan perilaku hendaknya diarahkan kepada 3

faktor tersebut: (Notoatmodjo, 2011 : 29)

1. Kegiatan promosi keamanan pangan untuk faktor predisposisi adalah

dalam bentuk pemberian informasi atau pesan keamanan pangan.

Tujuan kegiatan ini memberikan peningkatan atau meningkatkan

pengetahuan dan sikap tentang keamanan pangan yang diperlukan oleh

seseorang atau masyarakat sehingga memudahkan terjadinya perilaku

keamanan pangan pada mereka.

2. Kegiatan promosi keamanan pangan yang ditujukan kepada faktor

pemungkin adalah memberdayakan masyarakat melalui pengorganisasian

atau pengembangan masyarakat. Dengan kegiatan ini diharapkan

masyarakat mampu untuk memfasilitasi diri mereka atau masyarakat

sendiri untuk berperilaku keamanan pangan.

3. Kegiatan promosi keamaan pangan yang ditujukan kepada faktor penguat

adalah pelatihan kepada para tokoh masyarakat, baik formal maupun

informal.

3.1.4.1 Penyuluh Keamanan Pangan

Penyuluh Keamanan Pangan (PKP) adalah Pegawai Negeri Sipil yang

mempunyai kualifikasi penyuluh, kompeten di bidang keamanan pangan dan

diberikan kewenangan untuk melakukan penyuluhan, kompeten di bidang

keamanan pangan (berdasarkan SS-PKP-PAN-1002-2010, dalam hal Disain Cara

Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB) / Good Manufacturing Product

(GMP) dan Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP) &/ Hazard

Analysis Critical Control Point (HACCP), Disain Lengkap Persiapan HACCP,

Disain dan dokumentasi 7 prinsip HACCP, Perencanaan Sistem Penerapan

Manajemen, Penerapan CPPOB / GMP dan SSOP &/ HACCP) dan diberikan

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 59: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

46

Universitas Indonesia

kewenangan untuk melakukan penyuluhan keamanan pangan pada industri

pangan termasuk masyarakat (Badan POM, 2010 : 7).

3.1.4.2 Pesan Keamanan Pangan

Adalah informasi tentang keamanan pangan yang dipublikasikan atau

dipromosikan untuk menciptakan kesadaran, pengertian, pemahaman,

memotivasi, mendidik, mencari dukungan dan mendorong khalayak sasaran

bertindak sesuai dengan program rencana suatu Kampanye Keamanan Pangan.

Agar pesan keamanan pangan efektif dan kreatif, untuk itu pesan harus

memenuhi hal-hal sebagai berikut:

a. Command attention

Kembangkan suatu ide atau pesan pokok yang merefleksikan strategi

desain suatu pesan. Bila terlalu banyak ide, hal tersebut akan membingungkan

khalayak sasaran dan mereka akan mudah melupakan pesan tersebut.

b. Clarify the message

Pesan haruslah mudah, sederhana dan jelas. Pesan yang efektif harus

memberikan informasi yang relevan dan baru bagi khalayak sasaran. Kalau pesan

diremehkan oleh sasaran, secara otomatis pesan tersebut gagal.

c. Create trust

Pesan harus dapat dipercaya, jujur, dan terjangkau. Misalnya mencuci

tangan menggunakan sabun dapat mencegah penyakit diare, dengan demikian

harus dibarengi bahwa harga sabun terjangkau dan mudah didapat didekat tempat

tinggalnya.

d. Communicate a benefit

Hasil pesan diharapkan akan memberikan keuntungan. Misalnya khalayak

sasaran termotivasi memilih PJAS yang aman karena mereka akan memperoleh

keuntungan terhindar dari keracunan akibat pangan.

e. Consistency

Pesan harus konsisten, artinya bahwa satu pesan utama di media apapun

secara berulang, misal di poster, stiker, dll, tetapi maknanya akan tetap sama.

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 60: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

47

Universitas Indonesia

f. Cater to the heart and head

Pesan dalam suatu media harus bisa menyentuh akal dan rasa. Komunikasi

yang efektif tidak hanya sekedar memberi alasan teknis semata, tetapi juga harus

menyentuh nilai-nilai emosi dan membangkitkan kebutuhan nyata.

g. Call to action

Pesan dalam suatu media harus dapat mendorong khlayak sasaran untuk

bertindak sesuatu. “Ayo, peduli jajanan sehat” adalah contoh ungkapan yang

memotivasi kearah suatu tindakan.

Kondisi yang mendukung sukses tidaknya penyampaian pesan keamanan

pangan dalam berkampanye, menurut Wilbur Schramm (The Process dan

Effects of Mass Communication) adalah pesan dibuat sedemikian rupa dan selalu

menarik perhatian, pesan dirumuskan melalui lambang-lambang yang mudah

dipahami dan dimengerti oleh khalayak sasaran, pesan menimbulkan kebutuhan

pribadi dari khalayak sasaran dan pesan merupakan kebutuhan yang dapat

dipenuhi, sesuai dengan situasi dan kondisi dari khalayak sasaran.

Pesan keamanan pangan tidak dapat disampaikan secara menyeluruh,

tetapi harus disampaikan secara bertahap, sesuai dengan tujuan pesan yang ingin

disampaikan, meliputi :

Tahap I : Untuk menimbulkan kesadaran khalayak sasaran terhadap keamanan

pangan

Tahap II : Untuk memotivasi perilaku

Tahap III : Untuk menguatkan dan memantapkan perilaku yang telah terbentuk

3.1.4.3 Saluran Komunikasi Promosi Keamanan Pangan

Adalah saluran (“medium”) untuk menyampaikan informasi /pesan dari

Penyuluh Keamanan Pangan (komunikator) kepada khalayak sasaran

(komunikan). Diseminasi pesan dapat dilakukan melalui :

a. Saluran personal: langsung (tatap muka) melalui pertemuan tatap muka,

diskusi panel, rapat, penyuluhan, pameran

b. Saluran non personal: media massa yang bersifat periodik yaitu media cetak

(surat kabar, majalah, tabloid, buletin, komik, leaflet, brosur), media

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 61: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

48

Universitas Indonesia

elektronik (televisi,radio, film), media display (billboard, rambu, poster), dan

media online (internet).

Pemilihan jenis saluran komunikasi yang digunakan apakah akan

menggunakan media praktek, poster, buklet, brosur, atau film ini akan

berhubungan dengan kemampuan khalayak dalam menggunakan media, misalnya

brosur atau buklet kurang tepat digunakan, untuk khalayak yang terbatas

kemampuan membacanya, untuk khalayak ini, film, poster tunggal atau poster seri

akan lebih tepat. Selain itu, pilihan jenis saluran komunikasi juga tergantung pada

tujuan/fungsi penggunaan saluran komunikasi tersebut, misalnya: buklet biasanya

bersifat informasional dan instruksional, komik biasanya bersifat cerita untuk

bahan diskusi kasus, film bisa bersifat dokumenter maupun kasus yang

menggugah, dan sebagainya.

Cara kerja saluran komunikasi menyangkut karakteristik saluran

komunikasi tersebut baik berdasarkan jenis/format maupun tujuan/fungsi

saluran komunikasinya. Misal: poster digunakan untuk diskusi kelompok; film

ditayangkan sebagai pengantar diskusi kelompok; buklet digunakan sebagai bahan

bacaan untuk dibawa pulang; drama dilanjutkan dengan diskusi refleksi, dan

sebagainya.

Selain itu juga perlu diperhatikan jumlah peserta yang dianjurkan dan tata

ruang yang tepat dalam menggunakan media tersebut. Misalnya, tayangan slide,

film dan „dongeng dijital‟ dapat disajikan dengan menggunakan layar untuk

semua peserta dalam sebuah kelas belajar berjumlah 20 - 30 orang, tetapi poster

serial atau komik foto (fotonovela) berbentuk buklet hanya bisa dipergunakan

dalam kelompok-kelompok kecil.

Dari segi teknologi, penyampaian pesan harus mempertimbangkan jumlah dan

keberadaan khalayak sasaran. Dengan pertimbangan itu, maka akan dapat

ditentukan jenis saluran komunikasi yang sesuai untuk menyebarkan pesan

komunikasi. Misalkan khalayak sasaran yang dituju jumlahnya banyak dan

berada di tempat yang saling berjauhan satu dengan lainnya, agar komunikasi

berjalan efektif dan efisien, sebagaimana yang disarankan Wilbur Schramm, maka

saluran komunikasi yang digunakan adalah gabungan saluran media massa

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 62: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

49

Universitas Indonesia

dengan saluran personal. Pemilihan saluran komunikasi ini pada dasarnya

bergantung pada tujuan komunikasi yang hendak dicapai, pesan yang akan

disampaikan, dan teknik komunikasi yang akan digunakan dalam menyampaikan

pesan. (Denis&Windahl, 1996 : 185-186)

Penggolongan saluran komunikasi dapat ditinjau dari berbagai aspek :

(Notoatmodjo, 2011 : 286-293).

a. Berdasarkan Teknik Komunikasi

Penyuluhan adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kepada

masyarakat, kelompok atau individu. Penyuluhan dibedakan menjadi:

1. Penyuluhan langsung

Dalam hal ini para penyuluh langsung berhadapan atau bertatap

muka dengan sasaran. Termasuk di sini antara lain : kunjungan rumah,

pertemuan diskusi (FGD), pertemuan di balai desa, pertemuan di

Posyandu, dll.

2. Penyuluhan tidak langsung

Dalam hal ini para penyuluh tidak langsung berhadapan secara

tatap muka dengan sasaran, tetapi ia menyampaikan pesannya dengan

perantara (media). Umpamanya publikasi dalam bentuk media cetak,

melalui pertunjukan film, dsb.

b. Berdasarkan Jumlah Sasaran Yang Dicapai

1. Pendekatan Perorangan

Dalam hal ini para penyuluh berhubungan secara langsung maupun

tidak langsung dengan sasaran secara perorangan, antara lain : kunjungan

rumah, hubungan telepon, dan lain-lain.

2. Pendekatan Kelompok

Dilakukan pada dua jenis sasaran yaitu sasaran kelompok kecil

(sekitar 10-15 orang) dan sasaran kelompok besar (15-40 orang). Pada

kelompok kecil, promosi keamanan pangan dapat dilakukan dengan teknik

diskusi kelompok, curah pendapat, bermain peran, atau teknik lain yang

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 63: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

50

Universitas Indonesia

sesuai. Komunikasi kelompok kecil adalah aktivitas penyuluhan melalui

tatap muka serta dilengkapi dengan alat bantu atau media. Sedangkan pada

kelompok besar, promosi keamanan pangan dapat dilakukan dengan

teknik ceramah dan seminar.

3. Pendekatan Massa

Dilakukan untuk mengomunikasikan pesan-pesan keamanan

pangan yang ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa atau

publik. Yang termasuk saluran komunikasi secara massa ini adalah

pertemuan umum, pertunjukkan kesenian, penyebaran tulisan/poster/media

cetak lainnya, pemutaran film, dll

c. Berdasarkan indera penerima

1. Dengan melihat/memperhatikan

Dalam hal ini pesan diterima sasaran melalui indera penglihatan,

seperti : Penempelan Poster, Pemasangan Gambar/Photo, Pemasangan

Koran Dinding, Pemutaran Film.

2. Dengan mendengar

Dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran melalui indera

pendengar, umpamanya : penyuluhan lewat radio, pidato, ceramah, dll.

3. Dengan kombinasi

Dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran melalui demonstrasi cara

(dilihat, didengar, dicium, diraba dan dicoba).

d. Berdasarkan bentuk umum penggunaannya :

1. Bahan bacaan : modul, buku rujukan, folder, leaflet, majalah, buletin

2. Bahan peragaan : poster tunggal dan seri, flipchart transparan, slide,

film dan sebagainya

e. Berdasarkan cara produksi :

1. Media cetak

Media statis dan mengutamakan pesan-pesan visual umumnya

terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna.

Yang termasuk media ini adalah :

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 64: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

51

Universitas Indonesia

Flip chart ( lembar balik ) ialah media penyampaian pesan atau

informasi

keamanan pangan dalam bentuk lembar balik . Biasanya dalam bentuk

buku gambar dimana tiap lembar (halaman) berisi gambar peragaan

dan lembar baliknya berisi kalimat sebagai pesan atau informasi yang

berkaitan dengan gambar tersebut .

Booklet ialah pesan-pesan keamanan pangan dalam bentuk buku, baik

tulisan maupun gambar.

Poster ialah sehelai kertas atau papan yang berisikan gambar-gambar

dengan sedikit kata-kata. Kata-kata dalam poster harus jelas artinya

tepat pesannya dan dapat dengan mudah dibaca pada jarak kurang

lebih 6 meter. Poster biasanya ditempelkan pada suatu tempat yang

mudah dilihat dan banyak dilalui orang, misalnya di dinding balai

desa, pinggir jalan, papan pengumuman, dan lan-lain. Gambar dalam

poster berupa lukisan, ilustrasi, kartun, gambar atau foto.

Leaflet adalah selebaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimat

singkat, padat, mudah dimengerti dan gambar-gambar yang sederhana.

Ada beberapa yang disajikan terlipat

Komik adalah buku cerita yang dilengkapi oleh gambar maupun teks

wacana, secara langsung akan mengarahkan pembacanya mendapat dua

pemahaman, yakni yang diperoleh melalui visual – gambar-gambar dan

verbal-teks wacana

Flyer (selebaran) seperti leaflet tapi tidak dalam bentuk lipatan.

Rubrik atau tulisan pada surat kabar atau majalah mengenai bahasan

suatu masalah keamanan pangan

Foto dikemas dalam bentuk album sehingga merupakan foto-foto yang

isinya berurutan, menggambarkan suatu cerita, kegiatan dan lain-lain

Adapun kelebihan media cetak adalah tahan lama, mencakup

banyak orang, biaya tinggi, tidak perlu listrik, dapat dibawa kemana-mana,

dapat mengungkit rasa keindahan, mempermudah pemahaman, setiap

saat dapat dibaca atau diulang-ulang, meningkatkan gairah belajar. Namun

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 65: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

52

Universitas Indonesia

media ini mempunyai kelemahan yaitu tidak dapat menstimulir efek suara

dan efek gerak serta mudah terlipat.

2. Media elektronika

Media ini merupakan media yang bergerak dan dinamis, dapat

dilihat dan didengar dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu

elektronika. Yang termasuk dalam media ini adalah:

Televisi: penyampaian pesan keamanan pangan dapat dalam bentuk

sandiwara, diskusi, kuis, cerdas cermat seputar masalah keamanan

pangan.

Radio: penyampaian pesan keamanan pangan dalam bentuk tanya

jawab, sandiwara radio, ceramah tentang keamanan pangan.

Video: penyampaian pesan keamanan pangan dengan pemutaran video

yang berhubungan dengan keamanan pangan.

Film animasi: penyampaian pesan keamanan pangan dengan bantuan

media elektronika berupa LCD. Film animasi adalah film kartun

berupa rangkaian gambar atau obyek yang bergerak dan seolah-olah

hidup yang menggambarkan kejadian tertentu dengan suatu alur cerita

dan disertai dengan suara, bersifat menghibur namun bernuansa

edukatif, bertujuan untuk menyampaikan suatu pesan secara cepat dan

ringkas atas sesuatu sikap terhadap orang, situasi atau kegiatan

tertentu.

Seperti halnya dengan media cetak, media elektronik juga

mempunyai kelebihan yaitu sudah dikenal komunikan, mengikutsertakan

semua panca indera, lebih mudah dipahami, lebih menarik karena ada suara

dan gambar bergerak, bertatap muka, penyajian dapat dikendalikan,

jangkauan relatif lebih besar. Sebagai alat diskusi dan dapat diulang-ulang.

Sedangkan kelemahan dari media ini adalah biaya lebih tinggi, sedikit lebih rumit,

perlu listrik, perlu alat canggih untuk produksinya, perlu persiapan matang,

peralatan selalu berkembang dan berubah, perlu keterampilan penyimpanan dan

pengoperasian.

3. Media luar ruang

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 66: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

53

Universitas Indonesia

Media ini menyampaikan pesannya di luar ruang secara umum melalui

media cetak dan elektronika secara statis, misalnya papan reklame, spanduk,

pameran, banner, TV layar lebar. Adapun kelebihannya adalah sebagai informasi

umum dan hiburan, mengikutsertakan panca indera, lebih mudah dipahami, lebih

menarik karena ada suara dan gambar bergerak, bertatap muka, penyajian dapat

dikendalikan, jangkaun relatif lebih besar, dapat menjadi tempat bertanya lebih

detail, dapat menggunakan semua panca indera secara langsung, sedangkan

kelemahannya adalah biaya lebih tinggi, rumit, ada yang memerlukan listrik, ada

yang memerlukan alat canggih untuk produksinya, perlu persiapan matang,

peralatan selalu berkembang dan berubah, perlu keterampilan dalam

mengoperasikan.

f. Berdasarkan tingkat intensitas penerimaan pengetahuan yang diperoleh

Media promosi untuk menyampaikan informasi dapat dikelompokkan

berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia diterima

atau ditangkap oleh panca indera. Semakin banyak indera yang digunakan untuk

menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas pula

pengertian/pengetahuan yang diperoleh. Elgar Dale (Notoatmodjo, 2011)

membagi alat peraga tersebut atas sebelas macam dan sekaligus menggambarkan

tingkat intensitas tiap media tersebut dalam sebuah kerucut. Secara berurut dari

intensitas yang paling kecil sampai yang paling besar media tersebut adalah

sebagai berikut: 1) Kata-kata; 2) tulisan: 3) Rekaman, radio; 4) Film: 5) Televisi;

6) Pameran; 7) Fieldtrip; 8) Demonstrasi; 9) Sandiwara; 10) Benda Tiruan; 11)

Benda Asli.

g. Berdasarkan karakteristik media

Tiap media promosi mempunyai kelebihan dan kelemahannya sendiri.

Tidak ada satu media yang dapat mengatasi media lainnya dalam segala aspek

sehingga dapat menggantikan segala bentuk media yang lain. Karena itu

perlu dipahami ciri atau karakterisitik masing - masing media. Berikut

adalah karakteristik dari beberapa jenis media menurut kelebihan dan

kekurangannya terhadap tujuan belajar meliputi info faktual, pengenalan visual,

prinsip konsep, prosedur, sikap dan keterampilan (Kemp,1975).

Tabel 3.1 Klasifikasi Media Menurut Tujuan Belajar

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 67: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

54

Universitas Indonesia

Tujuan

belajar

Media

Info

Aktual

Pengenalan

Visual

Prinsip

Konsep

Prosedur Keterampilan Sikap

Visual Diam Sedang Tinggi Sedang Sedang Rendah Rendah

Film Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Sedang

Televisi Sedang Sedang Tinggi Sedang Rendah Sedang

Obyek 3D Rendah Tinggi Rendah Rendah Rendah Rendah

Rekaman

Audio

Sedang Rendah Rendah Sedang Rendah Sedang

Pelajaran

terprogram

Sedang Sedang Sedang Tinggi Rendah Sedang

Demonstrasi Rendah Sedang Rendah Tinggi Sedang Sedang

Buku Teks Sedang Rendah Sedang Sedang Rendah Sedang

Sajikan lisan Sedang Rendah Sedang Sedang Rendah Sedang

(sumber Miarso, 1986 : 56)

3.1.5 Promosi Keamanan PJAS di Sekolah

Social Change Campaign – Gerakan Aksi Nasional PJAS yang diprakarsai oleh

Badan POM RI dengan target sasaran komunitas SD/MI di 33 propinsi, bertujuan untuk

mengubah perilaku individu melalui promosi perilaku yang mengarah pada perbaikan

tindakan individu demi meningkatkan kemandirian individu, komunitas sekolah dan

masyarakat dalam menjaga dan meningkatkan PJAS yang aman, bermutu dan bergizi.

Adapun target Gerakan Aksi Nasional ini yang dilaksanakan oleh Badan POM dan lintas

sektor dalam kurun waktu empat tahun (2011-2014) adalah 10% dari jumlah total SD/MI

seluruh Indonesia (178.369 SD/MI). Dengan demikian promosi keamanan PJAS akan

dilakukan sekurangnya pada 18.000 SD/MI selama empat tahun atau sekitar 4500 SD/MI

per tahun.

Walaupun target sasaran Gerakan Aksi Nasional PJAS ini adalah komunitas

sekolah, namun pada penelitian ini, peneliti memfokuskan khalayak sasaran yang diteliti

yaitu pada sasaran primer yaitu siswa Sekolah .

3.1.5.1 Saluran Komunikasi di Sekolah

Adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima

pesan, yang penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pengajaran dan

dimaksudkan untuk mempertinggi mutu mengajar dan belajar, membangkitkan keinginan

dan minat yang baru, motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan bahkan membawa

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 68: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

55

Universitas Indonesia

pengaruh psikologis pada siswa, contohnya visual diam, film, televisi, obyek 3 D,

rekaman audio, pelajaran terprogram, demonstrasi, bahan cetak, sajikan lisan. Itu semua

dapat dipandang sebagai media pembelajaran jika saluran komunikasi tersebut membawa

pesan yang berisi tujuan pengajaran (Depdiknas, 2005). Berdasarkan klasifikasi media

menurut tujuan belajar maka pemilihan saluran komunikasi yang akan digunakan dalam

menyampaikan pesan keamanan PJAS, perlu mempertimbangkan aspek yang akan

dicapai. Jika mencakup aspek pengetahuan maka dapat dilakukan dengan cara

penyuluhan langsung (kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan

pesan, menanamkan keyakinan, sehingga komunitas sekolah tidak saja sadar, tahu, dan

mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya

dengan keamanan pangan (Effendi, 1998)), pemasangan poster dan spanduk di

lingkungan sekolah, sehingga komunitas sekolah sering melihat dan membacanya yang

akan berdampak terjadinya perubahan pengetahuan mereka. Untuk aspek sikap perlu

diberikan contoh konkrit sehingga dapat menggugah emosi, perasaan dan sikap siswa,

misalnya denganmemperlihatkan foto, slide atau pemutaran film. Jika mengembangkan

aspek keterampilan tertentu maka siswa harus diberi kesempatan untuk mencoba

keterampilan tersebut(Notoadmodjo dkk., 1996 : 105).

Penyerapan suatu informasi dipengaruhi oleh panca indera. Setiap indera ternyata

berbeda pengaruhnya terhadap hasil belajar seseorang, sebagaimana gambaran berikut

:1% melalui rasa, 2% melalui sentuhan, 3% melalui indera pencium, 11% melalui

pendengaran, 83% melalui penglihatan.Apa yang bisa kita ingat adalah 10% dari yang

kita baca, 20% dari yang kita dengar, 30% dari yang kita lihat, 50% dari yang kita lihat

dan dengar, 80% dari yang kita ucapkan, 90% dari yang kita ucapkan dan lakukan.

Petty dan Cacioppo (1966) menyimpulkan bahwa kelebihan dan keterbatasan

unik dari masing-masing media menyebabkan tidak adanya media yang terbaik,

melainkan yang paling efektif. Karena hal ini tergantung pada banyak faktor , antara lain

khalayak yang ingin dijangkau, nilai-nilai, komprehensibilitas, relevansi pesan dan

karakteristik sumber. Untuk itu, Chaiken and Eagly (1976) dalam Petty dan Cacioppo

(1996) menyimpulkan hal tersebut sebagai berikut :

1. Pesan yang kompleks dipahami lebih baik dalam bentuk media cetak dibanding

bentuk audio visual

2. Media audio visual menghasilkan penyerapan terhadap isi pesan lebih baik

dibanding media cetak.

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 69: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

56

Universitas Indonesia

Dengan demikian pesan yang sederhana akan menghasilkan perubahan sikap

lebih besar dalam bentuk audio visual dibanding dalam bentuk tercetak. Sedangkan jika

pesan tersebut kompleks, maka media cetak akan menjadi lebih efektif karena secara

substansial pesan tersebut akan lebih mudah dipahami jika dalam bentuk tercetak.

Klapper (1960) menyatakan bahwa komunikasi persuasif akan sangat efektif jika

dirancang dan disesuaikan dengan kelebihan-kelebihan istimewa saluran media yang

digunakan untuk menghantarkan komunikasi tersebut (Petty and Cacioppo, 1996 : 86).

Untuk memperoleh positif feedback berupa pengetahuan, sikap dan perilaku dari

khalayak sasaran maka Badan POM RI menggunakan beragam saluran komunikasi dalam

menyampaikan pesan keamanan PJAS yaitu penyuluhan interaktif (saluran komunikasi

personal) dan media cetak (poster, komik) dan media elektronika (film) (saluran

komunikasi non personal)

3.1.5.2 Penyuluh Keamanan PJAS di Sekolah

Penyuluh Keamanan PJAS adalah petugas daerah dari Balai Besar/Balai POM di

30 Ibu Kota Propinsi dan petugas pusat Badan POM RI yang mempunyai pengetahuan

dan pemahaman terkait pesan keamanan PJAS yang akan didiseminasikan yaitu - Jagalah

kesehatan dengan selalu mencuci tangan, Ayo kenali bahan kimia berbahaya pada

makanan dan minuman !, Pilihlah tempat jajan yang bersih dan makanan yang aman,

Bacalah label sebelum membeli supaya aman, waspadalah terhadap 3 (tiga) bahaya pada

pangan; kepada Pengelola Kantin dan Pedagang PJAS yaitu Gunakanlah

BahanTambahan Pangan dengan Takaran yang Benar, Agar terhindar dari bahaya,

bacalah label saat membeli makanan dan minuman, Lima Kunci Keamanan Pangan,

Simpan pangan dengan benar, Terapkan perilaku kerja yang baik , Jagalah kebersihan

tempat dan peralatan di kantin sekolah !; Ayo kita tumbuhkan sadar keamanan pangan

pada anak didik kita !.

3.1.5.3 Pesan Keamanan PJAS

Pesan keamanan PJAS telah didisain menggunakan bahasa (verbal dan non

verbal) yang mudah dipahami dan dimengerti oleh masing-masing khalayak sasaran dari

komunitas sekolah. Pesan keamanan PJAS tersebut bertujuan untuk menciptakan

kesadaran, pengertian, pemahaman, memotivasi, membujuk/mendidik, mencari dukungan

dan mendorong komunitas sekolah bertindak sesuai dengan Program Rencana Social

Change Campaign - Gerakan Aksi Nasional PJAS dan diharapkan dapat mengubah

secara pengetahuan (dari tidak tahu menjadi tahu), sikap (dari tidak setuju dapat berubah

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 70: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

57

Universitas Indonesia

menjadi setuju) dan perilaku negatif berubah menjadi perilaku positif yaitu menjaga dan

meningkatkan keamanan, mutu dan gizi PJAS di Indonesia.

Adapun dalam penelitian ini pesan PJAS yang diteliti adalah pesan PJAS yang

diperuntukkan bagi khalayak sasaran primer (siswa sekolah) dan pesan yang akan

dijadikan penilaian skor terhadap sikap siswa sekolah dalam memilih PJAS yang aman

meliputi memilih tempat membeli PJAS, penjaja PJAS, peralatan dan wadah yang

digunakan untuk menyajikan dan menjual PJAS, kemasan PJAS, PJAS yang tidak

kedaluwarsa dan menggunakan bahan yang aman (tidak menggunakan formalin, boraks,

rhodamin B, methanyl yellow dan air mentah).

3.1.6 Hasil Studi Terdahulu

Studi terdahulu yang membahas pengaruh penggunaan saluran komunikasi

terhadap pengetahuan dan sikap antara lain yang dilakukan oleh Helrina (tesis

pascasarjana kekhususan Manajemen Komunikasi, Universitas Indonesia, 2000), M.I

Murniati (tesis pascasarjana kekhususan Manajemen Komunikasi, Universitas Indonesia,

2004), Mastoni Sani (tesis pascasarjana Ilmu Komunikasi Massa, Universitas Indonesia,

1991), Rumondang Pulungan (tesis pascasarjana kekhususan Administrasi dan Kebijakan

Komunitas/Epidemiologi, 2008) dan Efriza (tesis pasca sarjana Magister Profesi, Institut

Pertanian Bogor).

1. Helrina : Hubungan antara keterpaparan media komunikasi massa dengan

pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS di SMUN 2 Sinjai dan SMUN Sinjai Selatan

Kabupaten Sinjai, Provinsi Sulawesi Selatan

Tujuan penelitian untuk melihat gambaran pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS di

Kabupaten Sinjai dan hubungannya dengan keterpaparan informasi dari berbagai

media komunikasi massa (televisi, radio, VCD/LD, film, majalah, koran, buku dan

poster). Keterpaparan pada media komunikasi massa ini bersifat umum dan tidak

secara khusus memuat pesan-pesan tentang HIV/AIDS.

Penelitian ini menggunakan desian Cross Sectional Study dengan menggunakan data

primer. Responden berjumlah 400 orang yang diperoleh berdasarkan hasil

perhitungan yang dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan proporsi tingkat

pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS yang cukup dan kurang sama besar yaitu

50% dengan keterpaparan yang paling sering dengan media radio, televisi dan buku.

Secara statistic diperoleh hubungan yang bermakna antara keterpaparan majalah,

poster, tingkat pendidikan ayah dan tingkat pendidikan ibu dengan pengetahuan

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 71: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

58

Universitas Indonesia

remaja tentang HIV/AIDS. Dari keempat faktor yang berhubungan tersebut, maka

faktor keterpaparan majalah, keterpaparan poster dan tingkat pendidikan ayah

merupakan faktor yang paling dominan dan secara bersamaan berhubungan dengan

pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS.

2. M.I Murniati : Hubungan pajanan media komunikasi massa dengan pengetahuan

remaja tentang pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS Di SMAN 81 dan SMKN 51

Kodya Jakarta Timur

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang hubungan

pajanan media komunikasi massa (pajanan media elektronik dan pajanan media

cetak) dengan pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS di SMAN 81 dan SMKN 51

Kodya Jakarta Timur Tahun 2004. Variabel yang diteliti adalah: pengetahuan remaja

tentang HIV/AIDS, pajanan media komunikasi masa, informasi dari guru sekolah,

informasi dari orang tua/anggota keluarga lain, informasi dan teman/kelompok

sebaya, informasi dari tetangga dan informasi dari narasumber.

Disain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional. Data dianalisis dengan

analisa univariat, bivariat dan multivariat. Dari hasil analisis univariat didapatkan

remaja dengan pengetahuan kurang tentang HIV/AIDS 49% sedangkan remaja yang

pengetahuannya baik tentang HIV/AIDS 51%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

ada hubungan antara pajanan media komunikasi massa dengan pengetahuan remaja

tentang HIV/AIDS, sedangkan informasi dari guru sekolah, informasi dari orang

tua/anggota keluarga lain, informasi dari teman/kelompok sebaya, informasi dari

tetangga serta informasi dari narasumber bukan merupakan perancu bagi hubungan

tersebut.

3. Mastoni Sani : Peranan media massa dalam pembentukan sikap kemandirian

berkeluarga berencana: Suatu studi terhadap wanita dari Pasangan Usia Subur (PUS)

di Wilayah Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan.

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh media massa terhadap sikap

kemandirian dari wanita. Pasangan Usia Subur dalam berkeluarga berencana atau KB

Mandiri. Dari analisis ini diharapkan diketahui bagaimana korelasi antara pengenaan

media massa dan tingkat pengetahuan wanita dari PUS mengenai KB Mandiri,

tanggapan dari wanita PUS mengenai KB Mandiri, kecenderungan perilaku wanita

dari PUS untuk melaksanakan KB Mandiri serta pembentukan sikap kemandirian

berkeluarga berencana.

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 72: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

59

Universitas Indonesia

Penelitian ini didasarkan pada teori Belajar Sosial dari Bandura dan model Stimulus-

Organisme-Respons (S-O-R). Berdasarkan teori dan model tersebut hipotesis disusun,

bahwa makin tinggi pengenaan media massa terhadap wanita dari Pasangan Usia

Subur makin tinggi pengetahuan, tanggapan, kecenderungan perilaku dan sikap

mereka mengenai Keluarga Berencana.

Untuk mengetahui hipotesis tersebut, kuesioner dan wawancara disebar dan

dilakukan terhadap 100 orang wanita dari Pasangan Usia Subur di Kecamatan

Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Hasil tersebut dianalisis secara komputerisasi

dengan mempergunakan program Statistical Analysis System (SAS) yang hasilnya

menunjukkan bahwa media massa berpengaruh.

4. Rumondang Pulungan : Studi mengenai pengaruh Metode Penyuluhan Terhadap

Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Dokter Kecil dalam Pemberantasan Sarang

Nyamuk Demam Berdarah (PSN-DBD) di kecamatan Helvetia

Tujuan penelitian adalah menganalisis pengaruh metode penyuluhan yang dilakukan

terhadap dokter kecil, baik dalam bentuk ceramah dengan leaflet maupun ceramah

dengan film terhadap perubahan tingkat pengetahuan dan sikap dokter kecil terhadap

PSN-DBD

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu (quasi experiment) dengan

rancangan pre test- post test group design. Penelitian ini dilakukan di kecamatan

Helvetia dengan melibatkan 51 SDN dan swasta yang memiliki dokter kecil. Populasi

penelitian adalah seluruh dokter kecil yang terdapat pada siswa sekolah tersebut, yang

berjumlah 120 orang dan seluruhnya ditetapkan sebagai sampel, kemudian dibagi

menjadi dua kelompok yaitu kelompok ceramah dengan leaflet dan kelompok

ceramah dengan film. Untuk analisis data pre test dan post test dilakukan dengan uji

T test.

Hasil penelitan menunjukkan, bahwa pengetahuan dan sikap kedua kelompok dokter

kecil sebelum diberikan penyuluhan baik dengan metode ceramah dan leaflet maupun

dengan metode ceramah dan film adalah setara yaitu berpengetahuan sedang dan

bersikap negatif. Sesudah penyuluhan terjadi peningkatan pengetahuan dan sikap

yang bermakna. Pengaruh dengan menggunakan metode ceramah dan film lebih

bermakna dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap dokter kecil tentang PSN-

DBD dibandingkan dengan penyuluhan metode ceramah dan leaflet.

5. Efriza : Efektivitas media promosi dalam meningkatkan pengetahuan siswa, guru dan

pedagang tentang keamanan pangan

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 73: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

60

Universitas Indonesia

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas media promosi dalam

meningkatkan pengetahuan, siswa, guru dan pedagang tentang keamanan pangan.

Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara terstruktur terhadap siswa-siswa

kelas 5, guru sekolah, penjaja PJAS, kemudian dianalisis secara deskriptif. Penelitian

dimulai pada bulan Maret 2008 dan berakhir bulan Juni 2008, di wilayah SDN

wilayah Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat kriteria A dan B. Pemilihan daerah

tersebut di samping faktor jarak dan biaya, dan telah mendapat intervensi Promosi

Keamanan PJAS. Populasi penelitian ini adalah komunitas sekolah di 3 SDN kriteria

A dan 3 SDN kriteria B, wilayah kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat. Dan sebagai

responden adalah 192 orang siswa kelas 5, guru sekolah 30 orang dan pedagang 18

orang.

Hasil penelitan menunjukkan, bahwa media promosi poster lebih efektif

meningkatkan pengetahuan siswa daripada media promosi leaflet atau komik.

Persentase selisih skor siswa yang menggunakan poster 12.38 pada sekolah kriteria A

dan 19.04 untuk sekolah kriteria B, untuk media promosi komik 5,43 untuk sekolah

kriteria A dan 12.14 untuk sekolah kriteria B. Sedangkan untuk media promosi

leaflet, 11.48 untuk sekolah kriteria A dan 3.65 untuk sekolah kriteria B. Untuk

menyampaikan pesan kepada siswa perlu diperhatikan media yang dipakai, media

poster ternyata lebih efektif dipakai menyampaikan pesan kepada siswa.

Untuk guru dan pedagang, selisih skor sebelum dan sesudah diberikan media

promosi, tidak menampakkan peningkatan yang berarti. Berdasarkan penelitian ini

pengetahuan guru dan pedagang tentang keamanan pangan pada sekolah contoh

cukup bagus. Guru dan pedagang menunjukkan sikap yang positif terhadap media

promosi yang digunakan untuk menyampaikan pesan keamanan pangan.

Dari berbagai penelitian sebelumnya, dapat diketahui bahwa pajanan media komunikasi

berpengaruh terhadap pengetahuan dan sikap. Pada penelitian ini, peneliti bermaksud

untuk menganalisis variabel-variabel selain pajanan media komunikasi yang dapat

mempengaruhi sikap sehingga dapat memberi masukan secara akademis mengenai

variabel-variabel lainnya yang dapat digunakan untuk menjadi tolak ukur dalam

mengevaluasi outcomes sikap Social Change Campaign khususnya terhadap khalayak

sasaran siswa SD berdasarkan model Hierarki Belajar.

3.2 Aplikasi Teori-Teori yang Berkaitan dengan Perubahan Sikap

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 74: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

61

Universitas Indonesia

3.2.1 Aplikasi Teori umum bagi Social Change Campaign, Communication

Competency Theory dan Reinforcement Theory

Pada hakikatnya Social Change Campaign – Gerakan Aksi Nasional

PJASbertujuan untuk mengubah perilaku individu melalui promosi perilaku yang

mengarah pada perbaikan tindakan individu demi meningkatkan kemandirian individu,

komunitas sekolah dan masyarakat dalam menjaga dan meningkatkan keamanan, mutu

dan gizi PJAS. Namun dari sumber-sumber penelitian dan pengalaman praktis dapat

terungkap bahwa peranan informasi yang disampaikan melalui saluran komunikasi (prints

ads, television ads, websites, billboards, transit poster, brochures, phamphlets) sangat

penting bagi upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran individu apalagi jika

individu bersedia mengadopsi perilaku tertentu meskipun harus diakui bahwa beberapa

jenis perilaku tertentu tidak dengan sendirinya mengalami perubahan yang bersumber

dari kampanye. Contoh kasus ini adalah kasus kampanye anti rokok namun di pihak lain

ternyata kampanye tersebut tidak berhasil mengurangi jumlah perokok, padahal target

audiens telah mengetahui informasi tentang risiko kanker. Akibatnya adalah sebagian

besar kampanye hanya bertujuan menyebarkan informasi untuk menggugah kesadaran

individu, kelompok, dan masyarakat namun sering kali dianggap gagal untuk mengubah

perilaku individu. Berdasarkan teori umum bagi Social Change Campaign

menggambarkan bahwa sasaran akhir (ultimate outcome) berupa perubahan perilaku

individu, dipengaruhi oleh sasaran jangka pendek dan antara yaitu perubahan tingkat

kesadaran, sikap, penonjolan perubahan tertentu, norma sosial, norma subyektif, maksud

perilaku, dan variabel lain yang berkaitan dengan perilaku. Untuk mencapai sasaran

jangka pendek dan sasaran antara dari tujuan kampanye tersebut maka diperlukan

aktivitas komunikasi kampanye yang dimulai dari diseminasi pesan melalui media cetak,

televisi, radio, websites, billboard, poster, brosur dan pamflet.

Sosial Change Campaign – Gerakan Aksi Nasional PJAS menimbulkan

ketertarikan bagi peneliti untuk mengetahui apakah penggunaan saluran komunikasi

personal yaitu penyuluhan interaktif dan non personal yaitu media cetak (poster, komik) ,

media eletronika (film) yang memiliki karakteristik media menurut tujuan belajar

(Kemp, 1975) terhadap sikap yaitu “sedang” untuk penyuluhan interaktif, film dan

”rendah” untuk poster dan komik dalam menyampaikan pesan keamanan PJAS dapat

mencapai sasaran jangka pendek dan antara yaitu kesadaran dan sikap khalayak sasaran

primer (siswa sekolah) untuk memilih PJAS yang aman.

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 75: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

62

Universitas Indonesia

Seorang Penyuluh Keamanan PJAS (petugas daerah Balai Besar/Balai POM dan

petugas pusat Badan POM RI) dapat dipastikan mempunyai kompetensi pengetahuan dan

pemahaman terkait pesan keamanan PJAS yang akan didiseminasikan, namun menurut

communication competencytheory bahwa agar dapat menghasilkan positif feedback dalam

arti khalayak sasaran (siswa sekolah) mengubah sikapnya maka seorang Penyuluh

Keamanan PJAS selain memiliki kompetensi dalam hal pengetahuan keamanan PJAS,

juga kompeten dalam hal keterampilan berkomunikasi dan memotivasi komunikasi yang

mana dua kompetensi terakhir tidak dipersyaratkan dalam kompetensi inti Penyuluh

Keamanan Pangan berdasarkan SS-PKP-PAN-1002-2010.

Pesan keamanan PJAS telah didisain menggunakan bahasa (verbal dan non

verbal) yang mudah dipahami dan dimengerti siswa sekolah. Namun untuk dapat

mengubah sikap (dari tidak setuju dapat berubah menjadi setuju) siswa sekolah dalam

memilih PJAS yang aman, menurut reinforcementtheory maka pesan PJAS selain

bersifat comprehension artinyapesan lengkap (terdapat jawaban terhadap pertanyaan

mengapa kita “Memilih PJAS yang aman”) sehingga mempermudah komunikan

memahami pesan, juga bersifat attention artinya pesan yang dapat menarik dan

meningkatkan perhatian komunikan dan acceptance artinya pesan dapat diterima dalam

lingkungan sosial dan kultural komunikan.

3.2.2 Saluran Komunikasi

Definisi konseptual dari saluran komunikasi adalah alat perantara yang

digunakan dalam menyalurkan pesan keamanan PJAS kepada komunitas sekolah.

Adapun Badan POM RI menggunakan beragam saluran komunikasi (various-

channel) yang digunakan dalam menyampaikan pesan keamanan PJAS yaitu

saluran komunikasi personal yaitu penyuluhan interaktif dan saluran komunikasi

non personal yaitu media cetak (poster, komik) dan media elektronika (film).

Adapun saluran komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan

keamanan pangan tersebut menurut teori umum bagi Social Change Campaign

dapat mencapai sasaran jangka pendek dan antara yaitu perubahan tingkat

kesadaran dan sikap siswa sekolah dalam memilih PJAS yang aman.

Secara karakteristik media menurut tujuan belajar (Kemp, 1975) maka

masing-masing media memiliki karakteristik sikap yaitu sedang untuk penyuluhan

interaktif, film dan rendah untuk poster, komik.

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 76: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

63

Universitas Indonesia

Adapun definisi konseptual dari penyuluhan interaktif, poster, komik, film

adalah sebagai berikut :

Penyuluhan interaktif sebagai keterlibatan seseorang untuk melakukan

komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sesamanya

memberikan pendapat sehingga dapat membuat keputusan yang benar

(Notoatmodjo, 2010, : 288). Penyuluhan interaktif dilakukan oleh Penyuluh

Keamanan PJAS dengan menggunakan alat bantu transparansi atau powerpoint

slide untuk menjelaskan materi “Sehat dari Diri Sendiri, 3 Bahaya Keamanan

Pangan dan Kantin Sehat”.

Poster “Hindari Jajan Sembarangan” merupakan sehelai kertas berisikan

foto-foto sebagai ilustrasi dan visualisasi contoh yang benar dan contoh yang

salah, menggunakan warna kontras dengan sedikit kata-kata. Poster biasanya

ditempelkan pada majalah dinding sekolah.

Komik PoMpi “Memilih Makanan Aman” merupakan suatu bentuk seni

yang menggunakan gambar-gambar yang tidak bergerak yang disusun sedemikian

rupa sehingga membentuk jalinan cerita bercerita tentang pengalaman siswa

sekolah bernama PoMpi dan teman-temannya akibat jajan sembarangan.

Film PoMpi “Akibat Salah Makan” merupakan rangkaian gambar-gambar

bergerak menjadi suatu alur cerita yang ditonton siswa sekolah mengandung unsur

cahaya, suara dan durasi waktu 30 menit bersifat menghibur namun bernuansa

edukatif, menggunakan warna, gerakan, efek musik, pergerakan/perubahan,

humor, kejutan, perubahan adegan, ilustrasi verbal dan visual yang menarik

berkisah tentang Ucup dan Ito (teman PoMpi) yang menderita diare akibat jajan

sembarangan.

3.2.3 Penyuluh Keamanan PJAS

Mempunyai definisi konseptual sebagai berikut petugas daerah Balai

Besar/Balai POM dan petugas pusat Badan POM RI yang mempunyai kualifikasi

penyuluh, kompeten di bidang keamanan pangan dan diberi kewenangan untuk

melakukan penyuluhan keamanan pangan pada komunitas sekolah.

3.2.4 Pesan Keamanan PJAS

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 77: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

64

Universitas Indonesia

Mempunyai definisi konseptual sebagai informasi mengenai “Memilih

PJAS yang Aman” yang dipublikasikan atau dipromosikan disampaikan kepada

komunitas sekolah melalui beragam saluran komunikasi untuk diketahui,

dipahami, dan dimengerti yang sekaligus diterima oleh publiknya (Ruslan, 2008 :

29).

3.2.5 Sikap Memilih PJAS yang Aman

Definisi konseptual dari sikap adalah predisposisi mental individual untuk

mengevaluasi suatu hal tertentu dalam beberapa derajat yang disukai atau yang

tidak disukai (Liliweri, 2011 : 165). Sikap yang ingin diteliti dalam penelitian ini

adalah memilih tempat membeli PJAS, penjaja PJAS, peralatan dan wadah yang

digunakan untuk menyajikan dan menjual PJAS, kemasan PJAS, PJAS yang tidak

kedaluwarsa dan menggunakan bahan yang aman (tidak menggunakan formalin,

boraks, rhodamin B, methanyl yellow dan air mentah).

3.2.6 Hubungan antara Awareness / kesadaran memilih PJAS yang aman

setelah menggunakan saluran komunikasi terhadap Sikap Memilih

PJAS yang Aman

Saluran komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan pesan

keamanan PJAS yaitu saluran personal yaitu penyuluhan interaktif dan saluran

non personal yaitu media cetak (poster, komik) dan media elektronika (film).

Adapun menurut teori umum bagi Social Change Campaign dinyatakan bahwa

saluran komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan pesan keamanan PJAS

tersebut dapat mencapai sasaran jangka pendek dan antara yaitu perubahan

tingkat kesadaran dan sikap siswa sekolah untuk memilih PJAS yang aman

(Liliweri, 2011 : 173).

Adapun secara karakteristik media menurut tujuan belajar (Kemp, 1975)

maka masing-masing media memiliki karakteristik sikap yaitu “sedang” untuk

penyuluhan interaktif, film dan ” rendah” untuk poster, komik (Miarso, 1986 :

56).

Awareness / kesadaran memilih PJAS yang aman setelah menggunakan

saluran komunikasi didefinisikan secara konseptual sebagai kesadaran khalayak

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 78: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

65

Universitas Indonesia

sasaran untuk memilih PJAS yang aman setelah menggunakan alat perantara yang

digunakan untuk menyalurkan pesan keamanan PJAS kepada komunitas sekolah.

Semakin khalayak sasaran memiliki awareness / kesadaran memilih PJAS yang

aman setelah menggunakansaluran komunikasi, maka akan semakin efektif

mempengaruhi sikapnya memilih PJAS yang aman.

3.2.7 Hubungan antara Opini terhadap Pesan Keamanan PJAS melalui

Beragam saluran komunikasi terhadap Sikap Memilih PJAS yang

Aman

Reinforcementtheory menyatakan bahwa perubahan sikap merupakan

perubahan opini komunikan dan perubahan itu dihasilkan melalui pesan yang

disusun sedemikian rupa sehingga pesan tersebut bersifat attention,

comprehension dan acceptance (Hovland, Janis dan Kelly : 1967).

Definisi konseptual pesan yang bersifat attention adalah pesan yang memiliki

keterkaitandengan sesuatu yang dibutuhkan khalayak sasaran sekaligus

memberikan cara-cara untuk mendapatkan kebutuhan tersebut dan meningkatkan

perhatian khalayak sasaran, misalnya menarik dari sisi visual, ukuran, bentuk,

warna, gambar/foto, tata letak, tokoh cerita, alur cerita dan lain sebagainya.

Definisi konseptual pesan yang bersifat comprehension yaitu pesan yang

menggunakan bahasa yang digunakan mengandung pengertian denotatif

(mengandung makna seperti yang tercantum dalam kamus), tidak menimbulkan

persepsi yang salah, dan disusun dalam kalimat-kalimat yang logis serta lengkap

(terdapat jawaban terhadap pertanyaan mengapa kita “Memilih PJAS yang aman”)

sehingga mempermudah komunikan memahami pesan.

Definisi konseptual pesan yang bersifat acceptance yaitu pesan yang diterima

dalam lingkungan sosial dan kultural komunikan.

Opini terhadap pesan keamanan PJAS melalui beragam saluran komunikasi

didefinisikan secara konseptual sebagai opini khalayak sasaran terhadap attention,

comprehension dan acceptance dari pesan keamanan PJAS yang disampaikan

melalui beragam saluran komunikasi (poster, komik, penyuluhan interaktif dan

film). Semakin pesan yang disampaikan melalui beragam saluran komunikasi

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 79: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

66

Universitas Indonesia

bersifat attention, comprehension dan acceptance menurut opini khalayak sasaran,

maka akan semakin efektifmempengaruhi sikapnya memilih PJAS yang aman

3.2.8 Hubungan antara Opini terhadap Kompetensi Penyuluh PJAS

terhadap Sikap Memilih PJAS yang Aman

Menurut Spitzberg & Cupach (1989) melalui Communication Competency

Theory dikatakan bahwa komunikasi akan efektif dalam arti komunikan akan mengubah

sikapnya apabila komunikator mempunyai pengetahuan tentang apa yang

diinformasikan (keamanan PJAS), keterampilan berkomunikasi dan motivasi komunikasi

yang dikemukakan oleh komunikator. Jika pengetahuan komunikator atas suatu topik

makin lengkap, komunikator makin terampil berkomunikasi (berinteraksi dengan

komunikan secara efektif) dan dapat menjelaskan motivasi komunikasi, maka akan

mengubah sikap komunikan (Liliweri, 2011 : 173).

Opini terhadap kompetensi Penyuluh Keamanan PJAS didefinisikan secara konseptual

sebagai opini khalayak sasaran terhadap kompetensi petugas daerah Balai Besar/Balai

POM dan petugas pusat Badan POM RI yang mempunyai kualifikasi penyuluh,

kompeten di bidang keamanan pangan dan diberi kewenangan untuk melakukan

penyuluhan keamanan PJAS pada komunitas sekolah. Semakin Penyuluh Keamanan

PJAS mempunyai pengetahuan, mampu berinteraksi aktif dan mampu memotivasi peserta

penyuluhan menurut opini khalayak sasaran, maka akan semakin efektif mempengaruhi

sikap nya memilih PJAS yang aman

3.3. Hipotesis Teoritis

Berdasarkan penjelasan kajian teori, dan konseptualisasi permasalahan di

atas, maka

hipotesis yang dikemukakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh secara positif antara awareness/kesadaran memilih

PJAS yang amansetelah menggunakan saluran komunikasi terhadap sikap

siswa SD memilih PJAS yang aman sebagai outcomes yang diharapkan

dari Social Change Campaign Gerakan Aksi Nasional PJAS

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 80: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

67

Universitas Indonesia

Awareness memilih PJAS yang

amansetelah menggunakan saluran

komunikasi

Opini terhadap attention, comprehension,

acceptance daripesan keamanan PJAS

melalui beragam saluran komunikasi

Sikap memilih

PJAS yang aman

Opini terhadap pengetahuan, keterampilan

berkomunikasi, memotivasi komunikasi

dari Penyuluh Keamanan PJAS

2. Terdapat pengaruh secara positif antara opini terhadap attention,

comprehension, acceptance daripesan keamanan PJAS melalui beragam

saluran komunikasi terhadap sikap siswa SD memilih PJAS yang aman

sebagai outcomes yang diharapkan dari Social Change Campaign Gerakan

Aksi Nasional PJAS

3. Terdapat pengaruh secara positif antara opini terhadap pengetahuan,

keterampilan berkomunikasi, memotivasi komunikasi dari Penyuluh

Keamanan PJAS terhadap sikap siswa SD memilih PJAS yang aman

sebagai outcomes yang diharapkan dari Social Change Campaign Gerakan

Aksi Nasional PJAS

Gambar 3.3 Skema Kerangka Konseptual

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 81: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

68

Universitas Indonesia

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Paradigma dan Pendekatan Penelitian

Paradigma dapat diartikan sebagai sudut pandang dalam melihat suatu

fenomena atau gejala sosial. Penelitian ini menggunakan paradigma positivis.

Paradigma positivis menempatkan ilmu sosial sebagai metode yang terorganisir

untuk mengkombinasikan deductive logic dengan pengamatan empiris. Tujuannya

adalah untuk, secara probabilistik, menemukan atau memperoleh konfirmasi

tentang hubungan sebab-akibat yang bisa digunakan memprediksi pola-pola

umum gejala sosial tertentu.

Paradigma positivis digunakan dalam penelitian ini karena berangkat dari

teori yang diposisikan sebagai suatu realita yang memerlukan konfirmasi

mengenai hukum sebab-akibat yang bisa dipergunakan untuk memprediksi. Selain

itu paradigma positivis juga dipilih dengan pertimbangan sifatnya yang lebih

mementingkan obyektivitas daripada subyektivitas.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif.

Pendekatan kuantitatif merupakan perspektif yang menggambarkan atau

menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasi. Peneliti

menggunakan data kuantitatif dan melakukan pengukuran secara obyektif. Data

yang dikumpulkan dalam penelitian kuantitatif adalah dalam bentuk angka-angka.

Penelitian kuantitatif berguna untuk menggeneralisasi hasil temuan penelitian

pada populasi.

4.2 Jenis Penelitian

Berdasarkan tujuannya, penelitian ini merupakan penelitian eksplanatif.

Penelitian eksplanatif adalah penelitian yang menggunakan data yang sama,

dimana peneliti menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui

pengujian hipotesis. Penelitian eksplanatif mengumpulkan informasi mengenai

topik yang telah diketahui dan memiliki gambaran yang lebih jelas. Penelitian

jenis ini bertujuan menjelaskan secara akurat sebuah teori dan implementasinya

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 82: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

69

Universitas Indonesia

dalam kehidupan nyata. Penelitian eksplanatif digunakan karena memiliki

kredibilitas untuk mengukur, menguji hubungan sebab-akibat dari dua atau

beberapa variabel dengan menggunakan analisis statistik inferensial (Burhan

Bungin, 2006:38). Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh awareness

memilih PJAS yang aman setelah menggunakan saluran komunikasi, opini

terhadap attention, compehension, acceptance dari pesan keamanan PJAS melalui

beragam saluran komunikasi, opini terhadap pengetahuan, keterampilan

berkomunikasi, memotivasi komunikasi (kompetensi) dari Penyuluh Keamanan

PJAS, terhadap sikap memilih PJAS yang aman (dalam konteks Survey Gerakan

Aksi Nasional PJAS)

Tujuannya adalah untuk menjelaskan secara sistematis, faktual dan akurat

mengenai fakta dan hubungan-hubungan antar variabel yang diselidiki.

Desain pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah post

treatment research, artinya penelitian dilakukan setelah responden menerima

terpaan taktik promosi keamanan PJAS. Peneliti memilih desain penelitian ini

karena cara ini tetap dapat melihat terjadinya hubungan pengaruh antar variabel

dengan metode statistik tertentu. Berdasarkan pemilihan desain penelitian, peneliti

tidak menggunakan quasi-experimental research yaitu meneliti sampel yang

sama dua kali pada waktu berbeda (pre-and-post treatment research design) untuk

membuktikan terjadinya hubungan kausal. Dari aspek waktu, penelitian ini

bersifat crosssectional, yaitu penelitian yang dilakukan pada satu waktu tertentu

(one shot). Peneliti melakukan pengamatan pada bulan Februari 2012 yakni ketika

taktik promosi keamanan PJAS telah berlangsung 1 tahun maka temuannya tidak

dapat meliputi perubahan sosial secara luas

Penelitian ini menggunakan paradigma penelitian kuantitatif dengan

menggunakan pendekatan positivisme (klasik atau objektif) artinya pengujian

hipotesis dalam struktur hypothetico-deductive methode : survey eksplanatif

dengan analisis kuantitatif. Selanjutnya penelitian ini bertujuan untuk menguji

suatu kerangka teori mengenai pola hubungan serangkaian variabel yang

mempengaruhi variabel tertentu

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 83: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

70

Universitas Indonesia

4.3 Operasionalisasi Konsep, Pengukuran dan Hipotesis Penelitian

Penelitian kuantitatif dalam bentuk studi hubungan korelasional ini

digunakan untuk menjelaskan proses yang bersifat kausal antara 3 variabel bebas

(independen) dan 1 variabel terikat (dependen). Sesuai dengan kerangka pikir

yang dibuat, maka variabel terikat (dependen) yang diteliti adalah sikap

sedangkan variabel bebas (independen) yang diteliti adalah awareness (kesadaran)

memilih PJAS yang aman setelah menggunakan saluran komunikasi, opini

terhadap attention, compehension, acceptance dari pesan keamanan PJAS yang

disampaikan melalui beragam saluran komunikasi, opini terhadap pengetahuan,

keterampilan berkomunikasi, memotivasi komunikasi (kompetensi) dari Penyuluh

Keamanan PJAS.

4.3.1 Operasionalisasi Konsep dan Pengukuran

Pada penelitian ini akan diteliti beberapa konsep, yaitu awareness

(kesadaran) setelah menggunakan saluran komunikasi, opini terhadap attention,

compehension, acceptance dari pesan keamanan PJAS melalui beragam saluran

komunikasi, opini terhadap pengetahuan, keterampilan berkomunikasi,

memotivasi komunikasi (kompetensi) dari Penyuluh Keamanan PJAS.

a. Sikap memilih PJAS yang aman (variabel dependen)

Sikap memilih PJAS yang aman didefinisikan sebagai predisposisi mental

individual untuk mengevaluasi suatu hal tertentu dalam beberapa derajat yang

disukai atau yang tidak disukai. Konsep ini akan diukur melalui sejumlah

indikator yaitu memilih tempat membeli PJAS, penjaja PJAS, peralatan dan

wadah yang digunakan untuk menyajikan dan menjual PJAS, kemasan PJAS,

PJAS yang tidak kedaluwarsa dan menggunakan bahan yang aman ( tidak

menggunakan formalin, boraks, rhodamin B, methanyl yellow dan air mentah)

Definisi operasional :

“Skor yang diperoleh responden sebagai derajat penerimaan atau penolakan

atas pernyataan mengenai memilih PJAS yang aman”.

Instrumen yang digunakan untuk mengukur sikap memilih PJAS yang

aman terdiri dari 16 item pernyataan yang menggunakan 5 skala Likert mulai

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 84: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

71

Universitas Indonesia

dari skala 1 (sangat tidak setuju) hingga skala 5 (sangat setuju). Untuk

masing-masing pernyataan responden diminta untuk menyatakan pendapatnya

atas pernyataan tersebut.

Indikator memilih tempat membeli PJAS, akan diukur dengan 3 item

pertanyaan, indikator penjaja PJAS akan diukur melalui 2 pertanyaan,

indikator peralatan, wadah, tempat penjualan yang digunakan untuk

menyajikan dan menjual PJAS diukur melalui 4 item pertanyaan, indikator

kemasan PJAS diukur melalui 3 pertanyaan, indikator PJAS yang

menggunakan bahan yang aman (tidak menggunakan formalin, boraks,

rhodamin B, methanyl yellow dan air mentah) dan tidak kedaluwarsa diukur

melalui 4 pertanyaan. Makin tinggi nilai skor, makin postif sikap responden

untuk memilih PJAS yang aman.

b. Awareness (kesadaran) memilih PJAS yang amansetelah menggunakan

saluran komunikasi (variabel independen)

Awareness (kesadaran) memilih PJAS yang amansetelah menggunakan

saluran komunikasi didefinisikan sebagai kesadaran khalayak sasaran

untuk memilih PJAS yang aman setelah mengetahui/mengenal pesan

keamanan PJAS yang didiseminasikan melalui saluran komunikasi (poster,

komik, penyuluhan interaktif dan film) kepada komunitas sekolah.

Secara operasional didefinsikan sebagai :

“Skor kesadaran yang diperoleh responden setelah mengetahui/mengenal

pesan keamanan PJAS yang didiseminasikan melalui saluran komunikasi

(poster, komik, penyuluhan interaktif dan film)”.

Instrumen yang digunakan untuk mengukur Awareness (kesadaran)

setelah mengetahui/mengenal pesan keamanan PJAS yang didiseminasikan

melalui saluran komunikasi (poster, komik, penyuluhan interaktif dan film)

ini terdiri dari 4 item pertanyaan yang menggunakan 5 skala Likert, mulai dari

skala 1 (sangat tidak sadar) hingga skala 5 (sangat sadar). Untuk masing-

masing pernyataan responden diminta untuk menyatakan pendapatnya atas

pernyataan-pernyataan (1) Setelah saya membaca Poster PoMpi “Hindari

Jajan Sembarangan” saya ........ untuk memilih makanan/minuman jajanan

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 85: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

72

Universitas Indonesia

yang aman, (2) Setelah membaca Komik PoMpi “Memilih Makanan yang

Aman” saya ........ untuk memilih makanan/minuman jajanan yang aman, (3)

Setelah mengikuti Penyuluhan Interaktif “Keamanan Pangan Jajanan Anak

Sekolah” saya ........ untuk memilih makanan/minuman jajanan yang aman, (4)

Setelah melihat Film PoMpi “Akibat Salah Makan” saya ........ untuk memilih

makanan/minuman jajanan yang aman.

c. Opini terhadap attention, comprehension, acceptance daripesan keamanan

PJAS (variabel independen)

Opini terhadap attention, comprehension, acceptance daripesan keamanan

PJAS didefinisikan sebagai sebagai opini khalayak sasaran terhadap attention,

comprehension dan acceptance dari pesan keamanan PJAS.

Secara operasional didefinisikan sebagai :

“Skor yang diperoleh responden atas opini terhadap attention,

comprehension, acceptance dari pesan keamanan PJAS”.

Instrumen yang digunakan untuk mengukur Opini terhadap

attention, comprehension, acceptance daripesan keamanan PJAS terdiri dari 6

item pertanyaan yang menggunakan skala Likert, mulai dari skala 1 (sangat

tidak setuju) hingga skala 5 (sangat setuju). Untuk masing-masing pernyataan

responden diminta untuk menyatakan opininya atas pernyataan (1) menarik ,

(2) meningkatkan perhatian, (3) kelengkapan terhadap pesan yang

disampaikan, (4) pemahaman terhadap pesan yang disampaikan, (5) dapat

diterima di lingkungan sosial, (6) dapat diterima di budaya.

d. Opini terhadap pengetahuan, keterampilan berkomunikasi, memotivasi

komunikasi dari Penyuluh Keamanan PJAS (variabel independen)

Opini terhadap pengetahuan, keterampilan berkomunikasi, memotivasi

komunikasi dari Penyuluh Keamanan PJAS didefiniskan sebagai opini

khalayak sasaran terhadap kompetensi petugas daerah Balai Besar/Balai POM

dan petugas pusat Badan POM RI yang mempunyai kualifikasi penyuluh,

kompeten di bidang keamanan pangan dan diberi kewenangan untuk

melakukan penyuluhan keamanan PJAS pada komunitas sekolah.

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 86: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

73

Universitas Indonesia

Secara operasional didefinisikan sebagai :

“Skor yang diperoleh responden atas opini terhadap kompetensi

(pengetahuan, keterampilan berkomunikasi, memotivasi komunikasi)

Penyuluh Keamanan PJAS”.

Instrumen yang digunakan untuk mengukur opini terhadap kompetensi

Penyuluh Keamanan PJAS ini terdiri dari 3 item pertanyaan yang

menggunakan skala Likert mulai dari skala 1 (sangat tidak setuju) hingga

skala 5 (sangat setuju). Untuk masing-masing pernyataan responden diminta

untuk menyatakan opininya atas (1) pengetahuan, (2) keterampilan

berkomunikasi, (3) memotivasi komunikasi dari Penyuluh Keamanan Pangan.

Berikut ini adalah tabel operasionalisasi konsep dan pengukuran dari

variabel hipotesis penelitian yang diukur:

Tabel 4.1 Operasionalisasi Konsep dan Pengukuran

Variabel Indikator Skala

Awareness yang diperoleh

responden setelah

mengetahui/mengenal pesan

keamanan PJAS yang

didiseminasikan melalui

saluran komunikasi (poster,

komik, penyuluhan interaktif

dan film) (X1) :

Untuk mengukur skor

pernyataan responden

mengenai kesadaran yang

diperoleh responden setelah

mengetahui/mengenal pesan

keamanan PJAS yang

didiseminasikan melalui

saluran komunikasi (poster,

komik, penyuluhan interaktif

dan film)

Setelah saya membaca Poster PoMpi “Hindari Jajan

Sembarangan”, saya ....... untuk memilih makanan

menggugah kesadaran saya untuk memilih

makanan/minuman jajanan yang aman

Interval

Setelah membaca Komik PoMpi “Memilih

Makanan yang aman” , saya ....... untuk memilih

makanan/minuman jajanan yang aman

Setelah mengikuti Penyuluhan Interaktif

“Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah” saya

........ untuk memilih makanan/minuman jajanan

yang aman

Setelah melihat Film PoMpi “Akibat Salah Makan”

saya ....... untuk memilih makanan/minuman jajanan

yang aman

Poster PoMpi “Hindari Jajan Sembarangan”

Opini terhadap attention,

comprehension, acceptance

daripesan keamanan PJAS

(X2) : Untuk mengukur

Pesan yang disampaikan menarik perhatian saya Interval

Pesan yang disampaikan meningkatkan perhatian

saya

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 87: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

74

Universitas Indonesia

skor pernyataan responden

mengenai opini terhadap

attention, comprehension

dan acceptance dari pesan

keamanan PJAS

Pesan yang disampaikan lengkap (terdapat jawaban

terhadap pertanyaan mengapa kita “Memilih

Makanan/Minuman Jajanan yang aman”)

Pesan yang disampaikan mempermudah saya

memahami pesan

Pesan yang disampaikan dapat diterima di

lingkungan sosial saya

Pesan yang disampaikan dapat diterima di budaya

saya

Komik PoMpi “Memilih Makanan Aman”

Opini terhadap attention,

comprehension, acceptance

daripesan keamanan PJAS

(X2) : Untuk mengukur

skor pernyataan responden

mengenai opini terhadap

attention, comprehension

dan acceptance dari pesan

keamanan PJAS

Pesan yang disampaikan menarik perhatian saya Interval

Pesan yang disampaikan meningkatkan perhatian

saya

Pesan yang disampaikan lengkap (terdapat jawaban

terhadap pertanyaan mengapa kita “Memilih

Makanan/Minuman Jajanan yang aman”)

Pesan yang disampaikan mempermudah saya

memahami pesan

Pesan yang disampaikan dapat diterima di

lingkungan sosial saya

Penyuluhan Interaktif “Keamanan PJAS”

Opini terhadap attention,

comprehension, acceptance

daripesan keamanan PJAS

(X2) : Untuk mengukur

skor pernyataan responden

mengenai opini terhadap

attention, comprehension

dan acceptance dari pesan

keamanan PJAS

Pesan yang disampaikan menarik perhatian saya Interval

Pesan yang disampaikan meningkatkan perhatian

saya

Pesan yang disampaikan lengkap (terdapat jawaban

terhadap pertanyaan mengapa kita “Memilih

Makanan/Minuman Jajanan yang aman”)

Pesan yang disampaikan mempermudah saya

memahami pesan

Pesan yang disampaikan dapat diterima di

lingkungan sosial saya

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 88: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

75

Universitas Indonesia

Pesan yang disampaikan dapat diterima di budaya

saya

Film PoMpi “Akibat Salah Makan”

Opini terhadap attention,

comprehension, acceptance

daripesan keamanan PJAS

(X2) : Untuk mengukur

skor pernyataan responden

mengenai opini terhadap

attention, comprehension

dan acceptance dari pesan

keamanan PJAS

Pesan yang disampaikan menarik perhatian saya Interval

Pesan yang disampaikan meningkatkan perhatian

saya

Pesan yang disampaikan lengkap (terdapat jawaban

terhadap pertanyaan mengapa kita “Memilih

Makanan/Minuman Jajanan yang aman”)

Pesan yang disampaikan mempermudah saya

memahami pesan

Pesan yang disampaikan dapat diterima di

lingkungan sosial saya

Pesan yang disampaikan dapat diterima di budaya

saya

Opini terhadap kompetensi

(pengetahuan, keterampilan

berkomunikasi, memotivasi

komunikasi) dari Penyuluh

Keamanan Pangan

(X3) :

untuk mengukur skor

pernyataan responden

mengenai opini terhadap

kompetensi (pengetahuan,

keterampilan berkomunikasi,

memotivasi komunikasi)

dari Penyuluh Keamanan

Pangan

Penyuluh mempunyai pengetahuan tentang

bagaimana memilih makanan / minuman jajanan

yang aman

Interval

Penyuluh mampu berinteraksi aktif dengan peserta

penyuluhan

Penyuluh mampu memotivasi saya untuk memilih

makanan/minuman jajanan yang aman

Sikap memilih PJAS yang

aman (Y) :

untuk mengukur skor

pernyataan responden

terhadap sikap memilih

PJAS yang aman yaitu

memilih tempat membeli

PJAS, penjaja PJAS,

peralatan, wadah, tempat

penjualan yang digunakan

Sebelum jajan, pilih tempat jajan yang terlindung

dari debu/asap kendaran bermotor

Interval

Sebelum jajan penting memperhatikan kebersihan

tempat jajan

Sebelum jajan, pilih tempat jajan yang jauh dari

tumpukan sampah

Sebelum jajan penting untuk memperhatikan

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 89: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

76

Universitas Indonesia

untuk menyajikan dan

menjual PJAS, kemasan

PJAS, PJAS yang tidak

kedaluwarsa dan

menggunakan bahan yang

aman ( tidak menggunakan

formalin, boraks, rhodamin

B, methanyl yellow dan air

mentah)

kebersihan penjaja makanan/minuman jajanan

Membeli makanan/minuman jajanan dari penjaja

yang tidak langsung menyentuh makanan/minuman

dengan tangan

Sebelum jajan penting untuk memperhatikan

kebersihan peralatan yang digunakan penjaja untuk

mengambil makanan jajanan

Membeli makanan/minuman jajanan yang disajikan

menggunakan peralatan makan/minum

(piring/sendok/garpu/gelas) yang bersih

Sebelum jajan penting memperhatikan tanggal

kedaluwarsa pada kemasan

Sebelum jajan, penting untuk memperhatikan

kebersihan tempat penjualan (gerobak, meja untuk

penyajian dan makan ,dll)

Sebelum jajan penting untuk memperhatikan

kebersihan wadah untuk menjual

makanan/minuman jajanan

Membeli makanan/minuman jajanan yang dikemas

dengan kemasan dalam kondisi baik (plastik snack

tidak bocor/kaleng minuman tidak penyok/berkarat)

Membeli makanan jajanan yang tidak dibungkus

dengan kertas bekas bertinta/kertas koran/kantong

kresek hitam

Membeli makanan/minuman jajanan yang dikemas

dengan kemasan yang bersih

Membeli makanan/minuman jajanan yang tidak

mengandung formalin, boraks, rhodamin B,

methanyl yellow

Membeli minuman yang dibuat dari air matang

Membeli es campur yang menggunakan es batu dari

air matang

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 90: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

77

Universitas Indonesia

4.3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah pernyataan atau dugaan yang bersifat sementara terhadap

suatu masalah penelitian yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris.

Dalam suatu penelitian, hipotesis merupakan pedoman karena data yang

dikumpulkan adalah data yang berhubungan dengan variabel-variabel yang

dinyatakan dalam hipotesis tertentu.

Sesuai dengan permasalahan dari hipotesis penelitian dan tujuan penelitian ini

maka hipotesis yang akan dibuktikan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Semakin khalayak sasaran memiliki awareness / kesadaran memilih PJAS

yang aman setelah menggunakansaluran komunikasi, maka akan semakin

efektif mempengaruhi sikapnya memilih PJAS yang aman.

2. Semakin pesan yang disampaikan melalui beragam saluran komunikasi

bersifat attention, comprehension dan acceptance menurut opini khalayak

sasaran, maka akan semakin efektifmempengaruhi sikapnya memilih PJAS

yang aman.

3. Semakin Penyuluh Keamanan PJAS mempunyai pengetahuan, mampu

berinteraksi aktif dan mampu memotivasi peserta penyuluhan menurut

opini khalayak sasaran, maka akan semakin efektif mempengaruhi sikap

nya memilih PJAS yang aman.

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 91: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

78

Universitas Indonesia

Sikap memilih

PJAS yang aman

Awareness memilih PJAS yang

amansetelah menggunakan saluran

komunikasi

Opini terhadap pengetahuan,

keterampilan berkomunikasi, memotivasi

komunikasi dari Penyuluh Keamanan

PJAS

Opini terhadap attention, comprehension,

acceptance daripesan keamanan PJAS

melalui beragam saluran komunikasi

Gambar 4.1 Kerangka Hipotesis Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

4.4 Populasi dan sampel

Populasi merupakan kumpulan dari keseluruhan elemen yang memiliki

karakteristik-karakteristik tertentu dalam suatu lingkungan (pada Malhotra, 1999 :

328). Dalam rangka menjelaskan populasi sebuah penelitian, peneliti harus

membuat definisi yang spesifik berdasarkan unit yang akan dijadikan sampel

(individu, bisnis, komersial dan lain-lain), lokasi geografis, dan batasan waktu

(Neuman, 2006).

Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu (siswa SD kelas 4,5,

dan6) dan level analisis pada level mikro (individu). Menurut Jean Piaget

seorang ahli psikologi kogntif, pada usia 7-11 tahun, anak secara perkembangan

intelek/kognitif telah mencapai tahap operasional konkret. Pada tahap ini anak

mulai menyesuaikan diri dengan realitas konkret dan sudah mulai berkembang

rasa ingin tahunya. Anak sudah dapat mengamati, menimbang, mengevaluasi atau

menjelaskan pikiran-pikiran orang lain dalam cara-cara yang kurang egosentris

dan lebih objektif, sudah mulai memahami hubungan fungsional karena mereka

sudah menguji coba suatu permasalahan. Sedangkan pada usia 11 tahun ke atas,

anak telah mencapai tahap operasional formal (11 tahun ke atas) yang mana pada

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 92: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

79

Universitas Indonesia

tahap ini sudah mampu melakukan abstraksi, memaknai arti kiasan dan simbolik,

dan memecahkan persoalan-persoalan yang bersifat hipotesis (Ali dkk, 2011 : 34).

Dengan demikian diharapkan obyek penelitian dapat memahami dan

mencerna pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner dengan baik.

Selain itu berdasarkan hasil survei pada Monitoring dan Verifikasi Profil PJAS

Nasional yang dilakukan oleh Badan POM tahun 2008 menunjukkan aktivitas

jajan siswa kelas 4,5, dan 6. Hal ini ditunjukkan dari hasil survei, yang

menyebutkan bahwa sebanyak 48,1% responden siswa kelas 4,5 dan 6, sering atau

selalu (≥ 4 kali/minggu) sedangkan 50,8% lainnya kadang-kadang jajan dalam

waktu seminggu.

Meskipun jumlah siswa SD yang menjadi khalayak sasaran primer

Gerakan Aksi Nasional PJAS dengan taktik promosi keamanan PJAS sejak tahun

2011 – 2014 sangat luas mencakup hampir seluruh wilayah Indonesia, namun

untuk kepentingan penelitian ini, peneliti membatasi populasi yaitu pada siswa SD

yang telah terpapar taktik promosi keamanan PJAS dengan beragam saluran

komunikasi, di provinsi DKI Jakarta tahun 2011 berdasarkan Laporan Gerakan

Aksi Nasional PJAS tahun 2011. Karena penelitian ini bersifat sampling bukan

sensus, maka sebelum menentukan jumlah sampel yang representatif untuk

menggambarkan populasi, maka dibutuhkan kerangka sampel (sampling frame).

Kerangka sampel adalah suatu daftar dari elemen-elemen populasi (Vaus, 2002 :

70). Kerangka sampel dalam penelitian ini adalah daftar nama siswa SD yang

telah terpapar taktik promosi keamanan PJAS dengan beragam saluran

komunikasi di provinsi DKI Jakarta tahun 2011.

Berikut adalah data jumlah siswa yang terpapar taktik promosi keamanan

PJAS di 11 SD di provinsi DKI Jakarta tahun 2011:

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 93: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

80

Universitas Indonesia

Tabel 4.2 Data Jumlah Siswa di 11 SD yang Terpapar Taktik

Promosi Keamanan PJAS dengan Beragam Saluran Komunikasi di

Provinsi DKI Jakarta

No Nama SD Jumlah Siswa (orang)

Kelas4+5+6

1 SDN Johar Baru 01 Pagi 10

2 SDN Johar Baru 09 Pagi 8

3 SDN Johar Baru 10 Pagi, 16

4 SDN Johar Baru 31 Pagi 10

5 SDN Kramat 06 Pagi 10

6 SDN Kramat 07 Petang 9

7 SDN Kramat 08 Pagi 10

8 SDN Cempaka Putih Barat 09 Pagi 8

9 SDN Cempaka Putih Timur 02 Petang 9

10 SDN Rawasari 01 Pagi 8

11 SDN Pondok Pinang 03 Pg 157

Total 265

Dalam penelitian ini, populasinya adalah seluruh siswa kelas 4,5,6 yang

terpapar taktik promosi keamanan PJAS dengan beragam saluran komunikasi dari

11 SD pada tabel 3.2 yang berjumlah 265 orang.

Sampel merupakan jumlah satuan yang dianalisis yang diambil dari

populasi, sehingga sampel adalah bagian dari dan merupakan representasi dari

populasi (Silalahi, 2009 : 257). Terdapat dua cara penarikan sampel yaitu

probabilty sampling dan non probability sampling. Probability sampling berarti

ketika semua anggota dalam sebuah populasi memiliki kesempatan yang sama

untuk diambil sebagai sampel yang diteliti. Dalam non probability sampling,

kemungkinan anggota populasi untuk terpilih menjadi sampel tidak

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 94: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

81

Universitas Indonesia

diketahui.Probability sampling biasanya dipakai untuk penelitian eksplanatif,

dengan tujuan memprediksi atau menggeneralisasi temuan pada populasi.

Namun, sehubungan dengan terbatasnya jumlah SD dan siswa SD di

Propinsi DKI Jakarta yang telah terpapar taktik promosi keamanan PJAS dengan

beragam saluran komunikasi terbatas maka penelitian ini menggunakan penarikan

sampel secara purposive sample yaitu teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu dan sampling jenuh dimana semua anggota populasi

digunakan sebagai sampel. Dengan demikian sampel pada penelitian ini adalah

seluruh responden (siswa kelas 4,5,6) yang terpapar taktik promosi keamanan

PJAS dengan beragam saluran komunikasi tersebut di 11 SD pada tabel 4.2 yaitu

berjumlah 265 orang.

4.5 Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dicari dalam penelitian ini meliputi data primer dengan

teknik pengumpulan melalui survei yaitu penelitian yang mengambil sampel dari

satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai instrumen pengumpulan data

yang pokok. Ada tiga ciri utama penelitian survei yaitu data dikumpulkan dari

responden atau sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi,

pengumpulan data menggunakan kuesioner dan umumnya unit analisisnya

individu. Metode survei merupakan metode pengumpulan data dengan

memperoleh data secara langsung dari sumber lapangan penelitian

Metode survei dipilih karena metode ini memiliki beberapa keunggulan.

Pertama, banyak informasi yang dapat diperoleh dari populasi yang luas. Populasi

yang luas atau besar dapat dikaji dengan biaya yang jauh lebih ringan dan waktu

yang jauh lebih cepat daripada jika dilakukan sensus, walaupun cenderung lebih

mahal daripada eksperimen lapangan. Kedua, informasi dari penelitian survei itu

akurat – tentu saja dalam batas galat penarikan sampel. Sedangkan kelemahan dari

metode survei antara lain informasi survei biasanya tidak menukik cukup dalam.

Survei mengutamakan ruang lingkup informasi yang luas tapi kedalamannya

kurang.

Pengumpulan data atau informasi serta fakta lapangan secara langsung, dilakukan

melalui kuesioner tertulis secara tatap muka antara peneliti dan responden. Teknik

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 95: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

82

Universitas Indonesia

ini dilakukan dengan cara peneliti menentukan jumlah responden yang akan

diteliti kemudian mendatangi lokasi penelitian dan mengumpulkan data yang

diperlukan dari para responden melalui kuesioner yang diisi oleh responden.

Survei (kuesioner) menanyakan responden yang berhubungan dengan perilaku

(behavior), sikap/kepercayaan/pendapat (attitudes/belief/opinions), karakteristik

(characteristics), harapan (expectations), klasifikasi-diri (self-classifications), dan

pengetahuan (knowledge) sekarang, atau masa lalu mengenai objek-objek.

(Silalahi, 2009 : 291-294).

Kuesioner dipilih karena penyusunan dan perumusan pertanyaannnya

dapat benar-benar dilakukan dengan teliti mengikuti suatu sistematika yang sesuai

dengan masalah yang diteliti. Kemudian data yang terkumpul setiap saat dapat

diperiksa kembali karena semua pertanyaan dan jawabannya tertulis. Selain itu,

denga waktu dan tenaga yang terbatas, maka penggunaan kuesioner merupakan

alternatif terbaik, sebab dapat diberikan kepada beberapa responden secara

serentak dan memerlukan waktu yang lebih pendek untuk menganalisa. Namun,

Koentjaraningrat (1994) menyebutkan bahwa kuesioner tetap memiliki beberapa

kekurangan yaitu kakunya kuesioner sehingga hanya sedikit memberikan

keleluasaan untuk mengubah pertanyaan agar cocok dengan alam pikiran dan

pengetahuan responden, dan juga sulit untuk mengharapkan hasil yang mendalam

karena kuesioner dimaksudkan untuk meneliti sejumlah besar responden.

Karenanya untuk meminimalkan kekurangan dari digunakannya kuesioner dalam

penelitian ini, maka peneliti akan melakukan hal-hal sebagai berikut :

1. Memberikan waktu yang cukup kepada responden untuk mengisi

kuesioner, dengan harapan responden dapat mengisi dengan tenang dan

tidak terburu-buru sehingga dapat menghindari kesalahpahaman dalam

menginterpretasikan pertanyaan

2. Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya pada peneliti

apabila ada pertanyaan yang tidak dimengerti

3. Melakukan uji coba kuesioner kepada beberapa responden yang memiliki

kriteria yang sesuai. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah pertanyaan

dan instruksi dalam kuesioner sudah cukup dapat dipahami oleh responden

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 96: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

83

Universitas Indonesia

Kuesioner akan berisikan sejumlah pertanyaan yang ditarik dari

operasionalisasi variabel. Jumlah pertanyaan akan disesuaikan dengan banyaknya

indikator, dengan satu bentuk pertanyaan yaitu pertanyaan tertutup. Hal ini untuk

memastikan bahwa jawaban yang diberikan responden sesuai dengan kerangka

pemikiran dan relevan dengan tujuan penelitian. Kuesioner dengan bentuk

pertanyaan tertutup juga memungkinkan agar jawaban yang sesuai dengan suatu

pertanyaan lebih diserahkan kepada responden, bukan kepada peneliti.

4.6 Rencana Analisis

Setelah data diperoleh melalui instrumen kuesioner, selanjutnya data

tersebut akan dikelompokkan, diolah dan dianalisis dengan teknik statistik tertentu

yang sesuai dengan keperluan penelitian dan jenis data yang dikumpulkan.

4.6.1 Analisis Validitas dan Reliabilitas

Validitas adalah ketepatan atau kecermatan suatu instrumen dalam

mengukur apa yang ingin diukur. Uji validitas sering digunakan untuk mengukur

ketepatan suatu item dalam kuesioner atau skala, apakah item-item pada kuesioner

tersebut sudah tepat dalam mengukur apa yang ingin diukur. Uji validitas yang

digunakan adalah uji validitas item. Validitas item ditunjukkan dengan adanya

korelasi atau dukungan terhadap item total (skor total), perhitungan dilakukan

dengan cara mengkorelasikan antar skor item dengan skor total item. Dari hasil

suatu perhitungan korelasi akan didapat suatu koefisien korelasi yang digunakan

untuk mengukur tingkat validitas suatu item dan untuk menentukan apakah suatu

item layak digunakan atau tidak.

Dalam penentuan layak atau tidaknya suatu item yang akan digunakan

biasanya dilakukan uji signifikansi koefisien korelasi pada taraf signifikansi 0.05

artinya suatu item dianggap valid jika berkorelasi signifikan terhadap total.

Menurut Azwar (1999) jika melakukan penilaian langsung terhadap koefisien

korelasi bisa digunakan batas nilai minimal korelasi 0.3 daya pembedanya

dianggap memuaskan. Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan Bivariate Pearson.

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 97: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

84

Universitas Indonesia

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur apakah

alat pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsiten jika

pengukuran tersebut diulang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

cronbach‟s alpha yang sangat cocok digunakan pada skor berbentuk skala.

Menurut Sekaran (1992) reliabilitas kurang dari 0.6 adalah kurang baik,

sedangkan 0.7 dapat diterima dan di atas 0.8 adalah baik. (Priyatno, 2010 : 90).

4.6.2 Analisis Univariate

Distribusi frekuensi data responden digunakan untuk mengolah data

responden agar diperoleh gambaran umum mengenai profil responden meliputi

usia, kelas, jenis kelain, besar uang jajan/hari dan frekuensi jajan dalam seminggu

yang dinyatakan dalam persentase. Sedangkan distribusi frekuensi variabel

penelitian digunakan untuk mengolah data variabel independen dan dependen agar

dapat diperoleh gambaran umum mengenai frekuensi untuk tiap-tiap indikator

penelitian dari masing-masing variabel.

Sedangkan untuk mengetahui bagaimana efektivitas sikap memilih PJAS

yang aman secara keseluruhan maka seluruh pertanyaan tentang sikap memilih

PJAS yang aman, kemudian dikonversi dari skala interval ke dalam skala ordinal

untuk mendapatkan kategorisasi dari efektivitas sikap untuk memilih PJAS yang

aman.

Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata opini responden

terhadap attention, comprehension dan acceptance dari pesan keamanan PJAS

yang disampaikan melalui 4 (empat) saluran komunikasi meliputi poster PoMpi,

komik PoMpi, penyuluhan interaktif dan film PoMpi, maka peneliti menggunakan

tehnik pengujian repeated measureANOVA. (Hidayat T.,Ishadah N., 2011 : 118)

4.6.3 Analisis Bivariate

Selain itu peneliti bermaksud untuk melihat bagaimana karakteristik

hubungan statistical significance (signifikansi < 0.05) dan kekuatan hubungan

khususnya hubungan masing-masing saluran komunikasi yang digunakan untuk

menyampaikan pesan keamanan PJAS yang bersifat attention, comprehension,

acceptance terhadap sikap memilih PJAS yang aman serta mengetahui arah

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 98: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

85

Universitas Indonesia

hubungan yang terjadi. Oleh karena itu akan dilakukan analisis korelasi sederhana

dengan Product Moment Pearson. Nilai korelasi berkisar antara 1 sampai -1, nilai

semakin mendekati 1 atau -1 berarti hubungan antara dua variabel semakin kuat,

sebaliknya nilai mendekati 0 berarti hubungan antara dua variabel semakin lemah.

Nilai positif menunjukkan hubungan searah ( X naik, maka Y naik) dan nilai

negatif menunjukkan hubungan terbalik ( X naik, maka Y turun).

Selanjutnya untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan efektivitas sikap

memilih PJAS yang aman berdasarkan usia, kelas responden, jenis kelamin

responden, uang saku responden dan frekuensi jajan (karakteristik responden)

maka dilakukan crosstab (tabel silang).

4.6.4 Analisis Multivariate

Untuk menguji hipotesis penelitian maka dilakukan pengujian model

statistik dengan menggunakan analisis regresi berganda (Multiple Regression

Analysis), untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara

variabel independen (awareness memilih PJAS yang amansetelah menggunakan

saluran komunikasi, opini terhadap attention, comprehension, acceptance

daripesan keamanan PJAS, opini terhadap pengetahuan, keterampilan

berkomunikasi, memotivasi komunikasi dari Penyuluh Keamanan PJAS) terhadap

variabel dependen (Sikap memilih PJAS yang aman). Dan untuk mengetahui

bagaimana arah dan besar kekuatan hubungan antara masing-masing variabel

independen terhadap variabel dependen tersebut. Data penelitian akan diolah

menggunakan peranti lunak SPSS for windows.

4.7 Keterbatasan Metode Penelitian

Pada saat pelaksanaan survei, terdapat beberapa keterbatasan, diantaranya:

Pertama, dikarenakan keterbatasan waktu dan biaya sehinga lokasi penelitian

hanya dilaksanakan di provinsi DKI Jakarta yang mana untuk provinsi DKI

Jakarta, Social Change Campaign – Gerakan Aksi Nasional PJAS yang

menggunakan taktik promosi keamanan PJAS dengan beragam saluran

komunikasi baru dilaksanakan di beberapa SD di provinsi DKI Jakarta (sebagai

pilot project) dan kepada perwakilan siswa SD kelas 4,5 dan 6 sehingga total

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 99: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

86

Universitas Indonesia

sampel yang diteliti berjumlah 265 orang. Dengan demikian sampling error untuk

jumlah sampel sebesar 265 adalah 2.7 (dikalkulasi untuk tingkat kepercayaan

pada 95%) (Simmon, 1990 : 206).

Kedua, data karakteristik responden, hanya diambil pada siswa SD yang terpapar

taktik promosi keamanan pangan dengan beragam saluran komunikasi(sebagai

pilot project) yang berlokasi di provinsi DKI Jakarta, sehingga belum diperoleh

pemahaman komprehensif tentang pengaruh promosi keamanan pangan dengan

beragam saluran komunikasi terhadap sikap secara nasional.

Ketiga, studi disain penelitian menggunakan post campaign condition only

sehingga tidak ada kontrol terhadap validitas hasil. (Simmon, 1990 : 112).

Keempat, taktik promosi keamanan PJAS telah dimulai sejak 31 Januari 2011

sehingga ada kemungkinan ingatan responden sudah menurun dan mempengaruhi

responden ketika memberikan jawabannya.

Kelima, teknik pengumpulan data dengan kuesioner memiliki keterbatasan yaitu

tidak adanya kesempatan bagi responden untuk memberikan jawaban di luar

pilihan jawaban yang telah diberikan peneliti, sehingga ada kemungkinan tidak

mewakili keadaan yang sebenarnya.

Keenam, masih ada variabel-variabel lain yang sesungguhnya ikut berkontribusi

dalam mempengaruhi sikap memilih PJAS yang aman.

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 100: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

87

Universitas Indonesia

BAB V

ANALISIS DATA, DISKUSI DAN INTERPRETASI

5.1 Analisis Data

5.1.1 Analisis Validitas dan Reliabilitas

Dalam penelitian ini, dilakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap

instrumen penelitian yang digunakan untuk mengetahui ketepatan dan

konsistensiinstumen dalam mengukur awareness memilih PJAS yang aman

setelah menggunakan saluran komunikasi yang memiliki 4 indikator, opini

terhadap attention, comprehension, acceptance dari pesan keamanan PJAS

melalui beragam salurankomunikasi (poster, komik, penyuluhan interaktif, film)

yang memiliki 6 indikator dan opini terhadap pengetahuan, keterampilan

berkomunikasi, memotivasi komunikasi dari Penyuluh Keamanan Pangan yang

memiliki 3 indikator dan sikap memilih PJAS yang aman yang memiliki 16

indikator.

5.1.1.1 Analisis Validitas

Berikut ini merupakan hasil pengujian validitas instrumen dalam penelitian ini

yang dilakukan terhadap 30 orang responden :

1. Variabel awarenessmemilih PJAS yang aman setelah menggunakan saluran

komunikasi

Dari output pada tabel 5.1berikutdapat diketahui nilai korelasi antara skor item

pertanyaan untuk mengumpulkan data mengenai awareness memilih PJAS yang

aman setelah menggunakan saluran komunikasidengan skor total item. Nilai

korelasi ini kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel pada uji signifikansi

koefisien korelasi pada taraf signifikansi 0,05 dengan uji 2 sisi untuk jumlah data

(n) = 30 yaitu 0,306. Nilai korelasi untuk item pertanyaan 1,2,3,4 pada kuesioner

lebih dari 0,306 sehingga dapat disimpulkan bahwa item-item tersebut berkorelasi

dengan skor total sehingga butir instrumen tersebut valid.

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 101: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

92

Universitas Indonesia

Tabel 5.5Output Bivariate Correlation

Opini terhadap Attention, Comprehension, Acceptance dari Pesan

Keamanan PJASmelaluiFilm PoMpi “Akibat Salah Makan”

3. Variabel opini terhadap pengetahuan, keterampilan berkomunikasi,

memotivasi komunikasi dari Penyuluh Keamanan Pangan

Dari output pada tabel 5.6di bawah dapat diketahui nilai korelasi antara skor

item pertanyaan untuk mengumpulkan data mengenai opini terhadap pengetahuan,

keterampilan berkomunikasi, memotivasi komunikasi dari Penyuluh Keamanan

Pangan dengan skor total item. Nilai korelasi ini kemudian dibandingkan dengan

nilai r tabel pada uji signifikansi koefisien korelasi pada taraf signifikansi 0,05

dengan uji 2 sisi untuk jumlah data (n) = 30 yaitu 0,306. Nilai korelasi untuk item

pertanyaan 1,2,3 pada kuesioner lebih dari 0,306 sehingga dapat disimpulkan

bahwa item-item tersebut berkorelasi dengan skor total sehingga butir instrumen

tersebut valid.

Correlations

1 ,397* ,247 ,569** ,122 ,288 ,607**,030 ,189 ,001 ,520 ,123 ,000

30 30 30 30 30 30 30,397* 1 ,279 ,675** ,595** ,535** ,824**,030 ,136 ,000 ,001 ,002 ,000

30 30 30 30 30 30 30,247 ,279 1 ,386* ,340 ,477** ,622**,189 ,136 ,035 ,066 ,008 ,000

30 30 30 30 30 30 30,569** ,675** ,386* 1 ,375* ,288 ,771**,001 ,000 ,035 ,041 ,123 ,000

30 30 30 30 30 30 30,122 ,595** ,340 ,375* 1 ,543** ,708**,520 ,001 ,066 ,041 ,002 ,000

30 30 30 30 30 30 30,288 ,535** ,477** ,288 ,543** 1 ,733**,123 ,002 ,008 ,123 ,002 ,000

30 30 30 30 30 30 30,607** ,824** ,622** ,771** ,708** ,733** 1,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

30 30 30 30 30 30 30

Pearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)N

Item No 1

Item No 2

Item No 3

Item No 4

Item No 5

Item No 6

Skor Total

Item No 1 Item No 2 Item No 3 Item No 4 Item No 5 Item No 6 Skor Total

Correlation is signif icant at the 0.05 level (2-tailed).*.

Correlation is signif icant at the 0.01 level (2-tailed).**.

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 102: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

93

Universitas Indonesia

Tabel 5.6Output Bivariate Correlation

Opini terhadap Pengetahuan, Keterampilan Berkomunikasi, Memotivasi

Komunikasi dari Penyuluh Keamanan Pangan

4. Variabel sikap memilih Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) yang aman

Dari output pada tabel 5.7di berikutdapat diketahui nilai korelasi antara skor

item pertanyaan untuk mengumpulkan data mengenai sikap memilih Pangan

Jajanan Anak Sekolah (PJAS) yang aman dengan skor total item. Nilai korelasi ini

kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel pada uji signifikansi koefisien

korelasi pada taraf signifikansi 0,05 dengan uji 2 sisi untuk jumlah data (n) = 30

yaitu0,306.Nilai korelasi untuk item pertanyaan

1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16 pada kuesioner lebih dari 0,306 sehingga

dapat disimpulkan bahwa item-item tersebut berkorelasi dengan skor total

sehingga butir instrumen tersebut valid.

Correlations

1 ,471** ,200 ,727**,009 ,289 ,000

30 30 30 30,471** 1 ,471** ,844**,009 ,009 ,000

30 30 30 30,200 ,471** 1 ,727**,289 ,009 ,000

30 30 30 30,727** ,844** ,727** 1,000 ,000 ,000

30 30 30 30

Pearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)N

Item No 1

Item No 2

Item No 3

Skor Total

Item No 1 Item No 2 Item No 3 Skor Total

Correlation is signif icant at the 0.01 level (2-tailed).**.

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 103: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

95

Universitas Indonesia

5.1.1.2AnalisisReliabilitas

Berikut ini merupakan hasil pengujian reliabilitasinstrumen dalam penelitian ini

yang dilakukan terhadap 30 orang responden :

1. Variabel awareness memilih PJAS yang aman setelah menggunakan saluran

komunikasi

Tabel 5.8Output Reliabilitas

AwarenessMemilih PJAS yang Aman setelah Menggunakan

Saluran Komunikasi

Dari output pada tabel 5.8 menunjukkan nilai cronbach’s alpha variabelawareness

memilih PJAS yang aman setelah menggunakan saluran komunikasisebesar 0,841.

Karena nilai di atas standar yang telah ditetapkan yaitu 0,600 maka dapat

disimpulkan instrumen variabel tersebut reliabel.

2. Variabel opini terhadap attention, comprehension, acceptance dari pesan

keamanan PJAS melalui beragam saluran komunikasi (poster, komik,

penyuluhan interaktif, film)

a. Poster PoMpi “Hindari Jajan Sembarangan”

Reliability Statistics

,841 4

Cronbach'sAlpha N of Items

Item-Total Statistics

13,33 1,609 ,701 ,78913,23 1,771 ,650 ,81013,30 1,872 ,577 ,84013,23 1,633 ,783 ,752

Item No 1Item No 2Item No 3Item No 4

Scale Mean ifItem Deleted

ScaleVariance if

Item Deleted

CorrectedItem-TotalCorrelation

Cronbach'sAlpha if Item

Deleted

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 104: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

96

Universitas Indonesia

Tabel 5.9Output Reliabilitas

Opini terhadap Attention, Comprehension, Acceptance dari Pesan Keamanan

PJASmelalui Poster PoMpi “Hindari Jajan Sembarangan”

Dari output pada tabel 5.9 menunjukkan nilai cronbach’s alpha

variabelopini terhadap attention, comprehension, acceptance dari pesan

keamanan PJAS melaluiPoster PoMpi “Hindari Jajan Sembarangan”

sebesar 0,850. Karena nilai di atas standar yang telah ditetapkan yaitu

0,600 maka dapat disimpulkan instrumen variabel tersebut reliabel.

b. Komik PoMpi “Memilih Makanan Aman”

Tabel 5.10Output Reliabilitas

Opini terhadap Attention, Comprehension, Acceptance dari Pesan

Keamanan PJASmelalui Komik PoMpi “Memilih Makanan Aman”

Item-Total Statistics

21,86 3,827 ,603 ,83121,73 3,494 ,757 ,80121,76 4,098 ,410 ,86621,83 3,368 ,740 ,80321,93 3,772 ,565 ,83821,87 3,706 ,765 ,804

Item No 1Item No 2Item No 3Item No 4Item No 5Item No 6

Scale Mean ifItem Deleted

ScaleVariance if

Item Deleted

CorrectedItem-TotalCorrelation

Cronbach'sAlpha if Item

Deleted

Reliability Statistics

,850 6

Cronbach'sAlpha N of Items

Reliability Statistics

,804 6

Cronbach'sAlpha N of Items

Item-Total Statistics

21,77 3,271 ,567 ,77321,71 2,863 ,815 ,71321,61 3,599 ,325 ,82621,74 3,123 ,647 ,75421,84 3,270 ,415 ,81521,87 3,292 ,708 ,750

Item No 1Item No 2Item No 3Item No 4Item No 5Item No 6

Scale Mean ifItem Deleted

ScaleVariance if

Item Deleted

CorrectedItem-TotalCorrelation

Cronbach'sAlpha if Item

Deleted

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 105: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

97

Universitas Indonesia

Dari output pada tabel 5.10 menunjukkan nilai cronbach’s alpha

variabelopini terhadap attention, comprehension, acceptance dari pesan

keamanan PJAS melaluiKomik PoMpi “Memilih Makanan Aman” sebesar

0,804. Karena nilai di atas standar yang telah ditetapkan yaitu 0,600 maka

dapat disimpulkan instrumen variabel tersebut reliabel.

c. Penyuluhan Interaktif “Keamanan Pangan”

Dari output pada tabel 5.11 berikut menunjukkan nilai cronbach’s alpha

variabelopini terhadap attention, comprehension, acceptance dari pesan

keamanan PJAS melaluiPenyuluhan Interaktif “Keamanan Pangan”

sebesar 0,877. Karena nilai di atas standar yang telah ditetapkan yaitu

0,600 maka dapat disimpulkan instrumen variabel tersebut reliabel.

Tabel 5.11Output Reliabilitas

Opini terhadap Attention, Comprehension, Acceptance dari Pesan

Keamanan PJASmelalui Penyuluhan Interaktif “Keamanan Pangan”

d. Film PoMpi “Akibat Salah Makan”

Dari output pada tabel 5.12 di bawah ini, menunjukkan nilai cronbach’s

alpha variabelopini terhadap attention, comprehension, acceptance dari

pesan keamanan PJAS melaluiFilm PoMpi “Akibat Salah Makan” sebesar

0,804. Karena nilai di atas standar yang telah ditetapkan yaitu 0,600 maka

dapat disimpulkan instrumen variabel tersebut reliabel.

Reliability Statistics

,877 6

Cronbach'sAlpha N of Items

Item-Total Statistics

22,21 4,073 ,653 ,86122,14 3,862 ,751 ,84521,94 4,238 ,558 ,87722,17 3,886 ,748 ,84522,21 3,839 ,669 ,86022,20 4,028 ,733 ,849

Item No 1Item No 2Item No 3Item No 4Item No 5Item No 6

Scale Mean ifItem Deleted

ScaleVariance if

Item Deleted

CorrectedItem-TotalCorrelation

Cronbach'sAlpha if Item

Deleted

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 106: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

98

Universitas Indonesia

Tabel 5.12Output ReliabilitasOpini terhadap Attention, Comprehension,

Acceptance dari Pesan Keamanan PJAS

MelaluiFilm PoMpi “Akibat Salah Makan”

3. Variabel opini terhadap pengetahuan, keterampilan berkomunikasi,

memotivasi komunikasi dari Penyuluh Keamanan Pangan

Tabel 5.13Output Reliabilitas

Opini terhadap Pengetahuan, Keterampilan Berkomunikasi, Memotivasi

Komunikasi dari Penyuluh Keamanan Pangan

Dari output pada tabel 5.13 menunjukkan nilai cronbach’s alpha variabelopini

pengetahuan, keterampilan berkomunikasi, memotivasi komunikasi dari Penyuluh

Keamanan Pangan sebesar 0,793. Karena nilai di atas standar yang telah

ditetapkan yaitu 0,600 maka dapat disimpulkan instrumen variabel tersebut

reliabel.

Reliability Statistics

,804 6

Cronbach'sAlpha N of Items

Item-Total Statistics

22,17 3,583 ,427 ,80222,07 3,091 ,710 ,73821,97 3,489 ,463 ,79522,17 3,238 ,645 ,75522,17 3,224 ,542 ,77922,13 3,361 ,598 ,766

Item No 1Item No 2Item No 3Item No 4Item No 5Item No 6

Scale Mean ifItem Deleted

ScaleVariance if

Item Deleted

CorrectedItem-TotalCorrelation

Cronbach'sAlpha if Item

Deleted

Reliability Statistics

,793 3

Cronbach'sAlpha N of Items

Item-Total Statistics

8,87 ,740 ,694 ,6528,93 ,754 ,708 ,6408,80 ,855 ,513 ,844

Item No 1Item No 2Item No 3

Scale Mean ifItem Deleted

ScaleVariance if

Item Deleted

CorrectedItem-TotalCorrelation

Cronbach'sAlpha if Item

Deleted

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 107: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

99

Universitas Indonesia

4. Variabel Sikap Memilih Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) yang Aman

Tabel 5.14Output Reliabilitas

Sikap memilih Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) yang aman

Dari output pada tabel 5.14 menunjukkan nilai cronbach’s alpha variabelsikap

memilih Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) sebesar 0,917. Karena nilai di atas

standar yang telah ditetapkan yaitu 0,600 maka dapat disimpulkan instrumen

variabel tersebut reliabel.

5.1.2 Analisa Univariate

5.1.2.1Analisa Distribusi Frekuensi Data Responden

Analisa distribusi frekuensi dilakukan terhadap data responden untuk

memperoleh gambaran umum mengenai (1) usia, (2) kelas, (3) jenis kelamin, (4)

Reliability Statistics

,917 16

Cronbach'sAlpha N of Items

Item-Total Statistics

66,72 29,436 ,377 ,91966,59 27,837 ,678 ,91066,65 27,200 ,806 ,90766,60 27,766 ,713 ,90966,62 27,251 ,794 ,90766,85 27,785 ,401 ,92466,65 27,586 ,728 ,90966,79 27,732 ,745 ,90966,79 27,884 ,713 ,90966,65 28,083 ,629 ,91266,72 29,629 ,290 ,92266,62 28,713 ,505 ,91566,65 27,614 ,722 ,90966,52 28,424 ,574 ,91366,65 27,724 ,700 ,91066,72 27,905 ,678 ,910

Item No 1Item No 2Item No 3Item No 4Item No 5Item No 6Item No 7Item No 8Item No 9Item No 10Item No 11Item No 12Item No 13Item No 14Item No 15Item No 16

Scale Mean ifItem Deleted

ScaleVariance if

Item Deleted

CorrectedItem-TotalCorrelation

Cronbach'sAlpha if Item

Deleted

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 108: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

100

Universitas Indonesia

uang saku, (5) frekuensi jajan, (6) kenal terhadap poster PoMpi, komik PoMpi,

Penyuluhan Interatif Keamanan PJAS, film PoMpi, (7) tahu pesan memilih

makanan/minuman yang aman dari poster PoMpi, komik PoMpi, Penyuluhan

Interatif Keamanan PJAS, dan film PoMpi.

1. Usia

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan komposisi usia responden

sebagaimana tercantum dalam tabel, berikut :

Tabel 5.15 Usia

Frequency Valid Percent

Valid 9 tahun 38 14,3

10 tahun 76 28,7

11 tahun 99 37,4

12 tahun 49 18,5

13 tahun 3 1,1

Total 265 100,0

Dari tabel 5.15 diketahui bahwa usia responden terbanyak adalah siswa SD yang

berusia 11 tahun dengan frekuensi 37,4% dari total responden sebanyak 265

responden, diikuti dengan kelompok berusia 10 tahun sebanyak 28,7%, kelompok

berusia 12 tahun sebanyak 18,5% dan kelompok berusia 9 tahun sebanyak 14,3%.

Sedangkan kelompok responden yang paling sedikit adalah kelompok berusia 13

tahun yaitu sebesar 1,1%. Siswa SD dengan usia 11 tahun mendominasi penelitian

ini.

2. Kelas

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 265 responden yang

terpapar taktik promosi keamanan pangan dengan beragam saluran komunikasi,

apabila dilihat dari tingkatan kelas yang sedang ditempuh responden dapat

digambarkan sebagai berikut :

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 109: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

101

Universitas Indonesia

Tabel 5.16 Kelas

Seperti yang dapat dilihat pada tabel 5.16, 105 orang responden terbanyak adalah

siswa kelas 6 ( 39,6%) sedangkan responden siswa kelas 5 sebanyak 79 orang

(29,8%) dan 81 orang responden siswa kelas 4 (30,6%). Siswa kelas 6 memang

mendominasi penelitian ini karena memang siswa SD yang dipilih untuk

mengikuti pilot projecttaktik promosi keamanan pangan dalam Social Change

CampaignGerakan Aksi Nasional PJAS adalah mereka yang duduk di kelas 6.

3. Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 265 responden yang

terpapar taktik promosi keamanan pangan dengan beragam saluran komunikasi,

apabila dilihat dari jenis kelaminresponden dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.17 Jenis Kelamin

Pada tabel 5.17 terungkap bahwa jumlah responden laki-laki dan perempuan

hampir seimbang banyaknya, yaitu perempuan sebanyak 55,1% dan laki-laki

sebanyak 44,9%.

Frequency Valid Percent

Valid Kelas 4 81 30,6

Kelas 5 79 29,8

Kelas 6 105 39,6

Total 265 100,0

Frequency Valid Percent

Valid Laki-laki 119 44,9

Perempuan 146 55,1

Total 265 100,0

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 110: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

102

Universitas Indonesia

4. Uang saku

Berdasarkan hasil penelitian terungkap besar uang saku responden per hari

dapat digambarkan sebagai berikut :

Tabel 5.18. Uang Saku

Pada tabel 5.18 dapat dilihat bahwa uang saku per hari yang diberikan kepada

responden terbanyak adalah di atas dari Rp 5000 dengan jumlah responden

mencapai 136 orang (51,3%), 94 orang responden (35,5%) menerima uang

sakuantara Rp 2600 sampai dengan Rp 5000, 34 orang responden (12,8%)

menerima uang saku antara Rp 1000 hingga Rp 2500 dan hanya 1 orang

responden (0,4%) yang tidak diberi uang saku.

5. Frekuensi Jajan

Pertanyaan ini untuk mengetahui kebiasaan jajan responden, dan berdasarkan

presentase jawaban responden yang dapat dilihat pada tabel 5.19, sebagian besar

responden mengaku jajan 1-3 kali dalam seminggu (57%). Sisanya responden

dengan frekuensi jajan ≥ 4 kali dalam seminggu (41,5%) sedangkan responden

yang tidak pernah jajan hanya 4 orang (1,5%). Dengan demikian dapat diperoleh

gambaran bahwa jajan sudah menjadi kebiasaan bagi para siswa SD.

Tabel 5.19 Frekuensi Jajan

Frequency Valid Percent

Valid Tidak diberi uang saku 1 0,4

Rp 1000 – Rp 2500 34 12,8

Rp 2600 – Rp 5000 94 35,5

Rp 5000 136 51,3

Total 265 100,0

Frequency Valid Percent

Valid Sering atau selalu (=> 4 kali/seminggu) 110 41,5

Kadang-kadang (1-3 kali seminggu) 151 57,0

Tidak pernah jajan 4 1,5

Total 265 100,0

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 111: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

103

Universitas Indonesia

6. Kenal dengan Poster PoMpi, Komik PoMpi, Penyuluhan Interaktif Keamanan

PJAS dan Film PoMpi

Pertanyaan ini untuk memastikan bahwa seluruhresponden pernah membaca

posterPoMpi, komik PoMpi, mengikuti Penyuluhan Interaktif Keamanan PJAS

dan menonton film PoMpi

Dari kuesioner menunjukkan bahwa semua responden (100%) telah terpapar

taktik promosi keamanan pangan dengan beragam salurankomunikasi (poster

PoMpi “Hindari Jajan Sembarangan”, Komik PoMpi “Memilih Makanan Aman”,

Penyuluhan Interaktif Keamanan PJAS dan melihat Film PoMpi “Akibat Salah

Makan”).

7. Tahu pesan memilih PJAS yang aman dari Poster PoMpi, Komik PoMpi,

Penyuluhan Interaktif Keamanan PJAS dan Film PoMpi

Pertanyaan ini untuk memastikan apakah responden mengetahui pesan

memilih PJAS yang aman dari poster PoMpi, komik PoMpi, Penyuluhan

Interaktif Keamanan PJAS dan film PoMpi.

Dari hasil kuesionermenunjukkan bahwa seluruh responden (100%)

mengetahui pesan keamanan PJAS dari masing-masing saluran komunikasi yaitu

dari poster PoMpi, komik PoMpi, penyuluhan interaktif keamanan PJAS dan film

PoMpi.

5.1.2.2 Analisa Distribusi Frekuensi Variabel Penelitian

Pada bagian berikut akan disajikan analisis deskriptif untuk memberikan

gambaran mengenai variabel(1) awareness (kesadaran) setelah menggunakan

saluran komunikasi, (2) opini terhadap attention, compehension, acceptance dari

pesan keamanan PJAS melalui beragam saluran komunikasi, (3) opini terhadap

pengetahuan, keterampilan berkomunikasi, memotivasi komunikasi dari Penyuluh

Keamanan PJAS dan (4) sikap memilih PJAS yang aman.

Hasil dari skor masing-masing item dalam keseluruhan variabel penelitian dibuat

distribusi frekuensi untuk tiap-tiap indikator penelitian sebagai manadisajikan

berikut ini :

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 112: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

104

Universitas Indonesia

1. Awareness (kesadaran) setelah Menggunakan Saluran Komunikasi

Pertanyaan-pertanyaan mengenai awareness (kesadaran) setelah

menggunakan saluran komunikasididesain untuk mengetahui apakah setelah

responden membaca poster PoMpi, Komik PoMpi, mengikuti Penyuluhan

Interaktif Keamanan PJAS dan menonton Film PoMpi, dapat menggugah

kesadaran responden untuk memilih PJAS yang aman. Pada variabel awareness

(kesadaran) setelah menggunakan saluran komunikasi, jawaban responden

terhadap 4 item pengukuran indikator adalah bervariasi. Hal ini dijelaskan dengan

munculnya skorjawaban 1 – 5 berdasarkan proporsi kumulatif jawaban sangat

tidak setuju hinggasangat setuju. Dari 4 item pertanyaan tentang awareness

(kesadaran) setelah menggunakan saluran komunikasi pada 265 responden

didapatkan sebagaimana pada tabel 5.20.

Tabel 5.20Deskripsi Jawaban Responden pada Variabel Awareness

(kesadaran) setelah Menggunakan Saluran Komunikasi

Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa mayoritas responden

menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap semua item pertanyaan tentang

awareness (kesadaran) setelah menggunakan saluran komunikasi dan skor rata-

rata yang diberikan pada tiap item indikator ini berada pada sekitar angka 4 dari

kemungkinan tertinggi 5. Hal ini berarti responden merasa tergugah kesadarannya

No Item Petanyaan STS TS R S SS Mean N

f % f % f % F % f %

1 Awareness setelah

membaca poster

4 1,5 8 3,0 7 2,6 118 44,5 128 48,3 4,35 265

2 Awareness setelah

membaca komik

2 0,8 6 2,3 9 3,4 106 40,0 142 53,6 4,43 265

3 Awareness setelah

membaca

penyuluhan

1 0,4 4 1,5 9 3,4 110 41,5 141 53,2 4,46 265

4 Awareness setelah

membaca film

2 0,8 4 1,5 14 5,3 104 39,2 141 53,2 4,43 265

Total skor mean 4,40

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 113: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

105

Universitas Indonesia

setelah mendapat diseminasi pesan memilih PJAS yang aman melalui poster

PoMpi, komik PoMpi, penyuluhan interaktif keamanan PJAS dan film PoMpi.

2. Opini terhadap Attention, Comprehension, Acceptance dari Pesan Keamanan

PJAS melalui Beragam Saluran Komunikasi

Pertanyaan-pertanyaanmengenai opini terhadap attention, comprehension,

acceptance dari pesan keamanan PJASdidesain untuk mengetahui bagaimana

opini responden terhadap attention, comprehension, acceptance dari pesan

keamanan PJAS yang disampaikan melalui beragam salurankomunikasi (poster

PoMpi, Komik PoMpi, Penyuluhan Interaktif Keamanan PJAS dan Film PoMpi).

a. Poster PoMpi “Hindari Jajan Sembarangan”

Pada variabel opini terhadap attention, comprehension, acceptance

dari pesan keamanan PJAS yang disampaikan melalui poster ,

jawabanresponden terhadap 6 item pengukuran indikator adalah

bervariasi. Hal ini dijelaskan dengan munculnya skor jawaban 1 – 5

berdasarkan proporsi kumulatif jawaban sangat tidak setuju hingga

sangat setuju. Dari 6 item pertanyaan tentang opini terhadap attention,

comprehension, acceptance dari pesan keamanan PJAS yang

disampaikan melalui poster pada 265 responden didapatkan

sebagaimana pada tabel 5.21.

Berdasarkan tabel 5.21 berikut di bawah, menunjukkan bahwa

mayoritas responden menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap

semua item pertanyaan tentang opini terhadap attention, comprehension,

acceptance dari pesan keamanan PJAS yang disampaikan melalui poster

dan skor rata-rata yang diberikan pada tiap item indikator ini berada pada

sekitar angka 4 dari kemungkinan tertinggi 5. Hal ini berarti responden

berpendapat bahwa pesan keamanan PJAS pada poster PoMpi bersifat

attention, comprehension, acceptance.

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 114: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

106

Universitas Indonesia

Tabel 5.21Deskripsi Jawaban Responden pada Variabel Opini terhadap

Attention, Comprehension, Acceptance dari Pesan Keamanan PJAS

yang Disampaikan melalui Poster

b. Komik PoMpi “Memilih Makanan Aman”

Pada variabel opini terhadap attention, comprehension, acceptance dari

pesan keamanan PJAS yang disampaikan melalui komik PoMpi ,

jawabanresponden terhadap 6 item pengukuran indikator adalah bervariasi. Hal

ini dijelaskan dengan munculnya skor jawaban 1 – 5 berdasarkan proporsi

kumulatif jawaban sangat tidak setuju hingga sangat setuju. Dari 6 item

pertanyaan tentang opini terhadap attention, comprehension, acceptance dari

pesan keamanan PJAS yang disampaikan melalui komik PoMpi pada 265

responden didapatkan sebagaimana pada tabel 5.22

Berdasarkan tabel 5.22 berikut di bawah, menunjukkan bahwa

mayoritas responden menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap

No Item Petanyaan STS TS R S SS Mean N

f % f % f % f % f %

1 Pesan menarik

perhatian

4 1,5 8 3,0 7 2,6 118 44,5 128 48,3 4,35 265

2 Pesan

meningkakan

perhatian

2 0,8 6 2,3 9 3,4 106 40,0 142 53,6 4,43 265

3 Pesan lengkap 1 0,4 4 1,5 9 3,4 110 41,5 141 53,2 4,46 265

4 Pesan mudah

dipahami

2 0,8 4 1,5 14 5,3 104 39,2 141 53,2 4,43 265

5 Pesan dapat

diterima di

lingkungan sosial

1 0,4 4 1,5

15 5,7 119 44,9 126 47,5 4,38 265

6 Pesan dapat

diterima di

budaya

2 0,8 5 1,9 14 5,3 116 43,8 128 48,3 4,37 265

Total skor mean 4,40

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 115: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

107

Universitas Indonesia

semua item pertanyaan tentang opini terhadap attention, comprehension,

acceptance dari pesan keamanan PJAS yang disampaikan melalui komik

dan skor rata-rata yang diberikan pada tiap item indikator ini berada pada

sekitar angka 4 dari kemungkinan tertinggi 5. Hal ini berarti responden

berpendapat bahwa pesan keamanan PJAS pada komik PoMpi bersifat

attention, comprehension, acceptance.

Tabel 5.22Deskripsi Jawaban Responden pada Variabel Opini terhadap

Attention, Compehension, Acceptance dari Pesan Keamanan PJAS yang

Disampaikan melalui Komik

c. Penyuluhan Interaktif Keamanan PJAS

Pada variabel opini terhadap attention, comprehension, acceptance dari

pesan keamanan PJAS yang disampaikan melalui penyuluhan interaktif

keamanan PJAS , jawabanresponden terhadap 6 item pengukuran indikator

adalah bervariasi. Hal ini dijelaskan dengan munculnya skor jawaban 1 – 5

berdasarkan proporsi kumulatif jawaban sangat tidak setuju hingga sangat

No Item Petanyaan STS TS R S SS Mean N

f % f % f % f % f %

1 Pesan menarik

perhatian

1 0,4 6 2,3 3 1,1 132 49,8 123 46,4 4,40 265

2 Pesan

meningkakan

perhatian

2 0,8 1 0,4 21 7,9 119 44,9 122 46,0 4,35 265

3 Pesan lengkap 1 0,4 2 0,8 12 4,5 100 37,7 117 44,2 4,49 265

4 Pesan mudah

dipahami

2 0.8 20 7,5 117 44,2 126 47,5 4,38 265

5 Pesan dapat

diterima di

lingkungan sosial

1 0,4 3 1,1 15 5,7 124 46,8 128 48,3 4,37 265

6 Pesan dapat

diterima di budaya

2 0,8 2 0,8 15 5,7 128 48,3 118 44,5 4,35 265

Total skor mean 4,39

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 116: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

108

Universitas Indonesia

setuju. Dari 6 item pertanyaan tentang opini terhadap attention,

comprehension, acceptance dari pesan keamanan PJAS yang disampaikan

melalui penyuluhan interaktif keamanan PJAS pada 265 responden didapatkan

sebagaimana pada tabel 54.23.

Tabel 5.23Deskripsi Jawaban Responden pada Variabel Opini terhadap Attention,

Comprehension, Acceptance dari Pesan Keamanan PJAS yang

Disampaikanmelalui Penyuluhan Interaktif Keamanan PJAS

Berdasarkan tabel 5.23, menunjukkan bahwa mayoritas responden

menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap semua item pertanyaan

tentang opini terhadap attention, comprehension, acceptancedaripesan

keamanan PJAS yang disampaikan melalui penyuluhan interaktif

keamanan PJAS dan skor rata-rata yang diberikan pada tiap item indikator

ini berada pada sekitar angka 4 dari kemungkinan tertinggi 5. Hal ini

berarti responden berpendapat bahwa pesan keamanan PJAS pada

No Item Petanyaan STS TS R S SS Mean N

f % f % f % f % f %

1 Pesan menarik

perhatian

3 1,1 3 1,1 7 2,6 123 46,4 129 48,7 4,40 265

2 Pesan

meningkakan

perhatian

2 0,8 2 0,8 12 4,5 117 44,2 132 49,8 4,42 265

3 Pesan lengkap 3 1,1 13 4,9 92 34,7 157 59,2 4,52 265

4 Pesan mudah

dipahami

1 0,4 18 6,8 114 43,0 132 49,8 4,42 265

5 Pesan dapat

diterima di

lingkungan sosial

2 0,8 3 1,1 17 6,4 112 42,3 109 41,1 4,38 265

6 Pesan dapat

diterima di

budaya

2 0,8 1 0,4 16 6,0 109 41,1 137 51,7 4,43 265

Total skor mean 4,43

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 117: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

109

Universitas Indonesia

penyuluhan interaktif keamanan PJAS bersifat attention, comprehension,

acceptance.

d. Film PoMpi “Akibat Salah Makan”

Pada variabel opini terhadap attention, comprehension, acceptance

dari pesan keamanan PJAS yang disampaikan melalui film PoMpi,

jawabanresponden terhadap 6 item pengukuran indikator adalah

bervariasi. Hal ini dijelaskan dengan munculnya skor jawaban 1 – 5

berdasarkan proporsi kumulatif jawaban sangat tidak setuju hingga

sangat setuju. Dari 6 item pertanyaan tentang opini terhadap attention,

comprehension, acceptance dari pesan keamanan PJAS yang

disampaikan melalui film PoMpi pada 265 responden didapatkan

sebagaimana pada tabel 5.24

Berdasarkan tabel 5.24 di bawah ini, menunjukkan bahwa mayoritas

responden menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap semua item pertanyaan

tentang opini terhadap attention, comprehension, acceptance dari pesan keamanan

PJAS yang disampaikan melalui film PoMpi dan skor rata-rata yang diberikan

pada tiap item indikator ini berada pada sekitar angka 4 dari kemungkinan

tertinggi 5. Hal ini berarti responden berpendapat bahwa pesan keamanan PJAS

pada film PoMpi bersifat attention, comprehension, acceptance.

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 118: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

110

Universitas Indonesia

Tabel 5.24Deskripsi Jawaban Responden pada Variabel Opini terhadap Attention,

Comprehension, Acceptance dari Pesan Keamanan PJAS yang

Disampaikanmelalui Film

3. Opini terhadap Pengetahuan, Keterampilan Berkomunikasi, Memotivasi

Komunikasi dari Penyuluh Keamanan PJAS

Pertanyaan-pertanyaan mengenai opini terhadap pengetahuan,

keterampilan berkomunikasi, memotivasi komunikasi dari Penyuluh Keamanan

PJAS didisain untuk mengetahui bagaimana opini responden terhadap

pengetahuan, keterampilan berkomunikasi, memotivasi komunikasi dari Penyuluh

Keamanan PJAS. Pada variabel opini terhadap pengetahuan, keterampilan

berkomunikasi, memotivasi komunikasi dari Penyuluh Keamanan PJAS, jawaban

responden terhadap 3 item pengukuran indikator adalah bervariasi. Hal ini

dijelaskan dengan munculnya skorjawaban 1 – 5 berdasarkan proporsi kumulatif

jawaban sangat tidak setuju hinggasangat setuju. Dari 3 item pertanyaan tentang

No Item Petanyaan STS TS R S SS Mean N

f % f % f % f % f %

1 Pesan menarik

perhatian

4 1,5 8 3,0 7 2,6 118 44,5 128 48,3 4,35 265

2 Pesan

meningkakan

perhatian

2 0,8 6 2,3 9 3,4 106 40,0 142 53,6 4,43 265

3 Pesan lengkap 1 0,4 4 1,5 9 3,4 110 41,5 141 53,2 4,46 265

4 Pesan mudah

dipahami

2 0,8 4 1,5 14 5,3 104 39,2 141 53,2 4,43 265

5 Pesan dapat

diterima di

lingkungan sosial

1 0,4 4 1,5 15 5,7 119 44,9 126 47,5 4,38 265

6 Pesan dapat

diterima di

lingkungan sosial

0,8 5 1,9 13 4,9 114 43,0 131 49,4 4,38 265

Total skor mean 4,41

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 119: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

111

Universitas Indonesia

opini terhadap pengetahuan, keterampilan berkomunikasi, memotivasi komunikasi

dari Penyuluh Keamanan PJAS pada 265 responden didapatkan sebagaimana

pada tabel 5.25

Tabel 5.25Deskripsi Jawaban Responden pada Variabel Opini terhadap

Pengetahuan, Keterampilan Berkomunikasi, Memotivasi Komunikasi dari

Penyuluh Keamanan PJAS

Berdasarkan tabel 5.25, menunjukkan bahwa mayoritas responden

menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap semua item pertanyaan tentang

opini terhadap pengetahuan, keterampilan berkomunikasi, memotivasi komunikasi

dari Penyuluh Keamanan PJAS dan skor rata-rata yang diberikan pada tiap item

indikator ini berada pada sekitar angka 4 dari kemungkinan tertinggi 5. Hal ini

berarti responden berpendapat bahwa Penyuluh Keamanan PJASmempunyai

pengetahuan tentang bagaimana memilih makanan/minuman jajanan yang aman,

mampu berinteraksi aktif dengan responden dan mampu memotivasi responden

untuk memilih makanan/minuman jajanan yang aman.

4. Sikap Memilih PJAS yang Aman

Pertanyaan-pertanyaan mengenai sikap memilih PJAS yang aman didisain

untuk mengetahui bagaimana penilaian sikap responden untuk memilih PJAS

yang aman,jawaban responden terhadap 16 item pengukuran indikator adalah

bervariasi. Hal ini dijelaskan dengan munculnya skorjawaban 1 – 5 berdasarkan

No Item Petanyaan STS TS R S SS Mean N

f % f % f % f % f %

1 Penyuluh

Mempunyai

Pengetahuan

2 0,8 1 0,4 8 3,0 113 42,6 141 53,2 4,47 265

2 Penyuluh

Berinteraksi

2 0,8 2 0,8 18 6,8 108 40,8 135 50,9 4,40 265

3 Penyuluh

Memotivasi

4 1,5 13 4,9 92 34,7 156 58,9 4,51 265

Total skor mean 4,46

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 120: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

112

Universitas Indonesia

proporsi kumulatif jawaban sangat tidak setuju hinggasangat setuju. Dari 16 item

pertanyaan tentang sikap memilih PJAS yang amanpada 265 responden

didapatkan sebagaimana pada tabel 5.26.

Berdasarkan tabel 5.26 berikut, menunjukkan bahwa mayoritas responden

menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap semua item pertanyaan tentang

sikap memilih PJAS yang Aman dan skor rata-rata yang diberikan pada tiap item

indikator ini berada pada sekitar angka 4 dari kemungkinan tertinggi 5. Hal ini

berarti responden menyetujui bahwa sebelum jajan penting untuk memperhatikan

tempat membeli PJAS, penjaja PJAS, peralatan, wadah, tempat penjualan yang

digunakan untuk menyajikan dan menjual PJAS, tanggal kedaluwarsa, kemasan

PJAS dan PJAS yang menggunakan bahan yang aman.

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 121: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

113

Universitas Indonesia

Tabel 5.26 Deskripsi Jawaban Responden pada Variabel Sikap Memilih PJAS yang Aman

No Item Petanyaan STS TS R S SS Mean N

f % f % f % f % f %

1 Tempat jajan yang terlindung dari debu/asap

kendaran bermotor

7 2,6 2 0,8 1 0,4 72 27,2 183 69,1 4,59 265

2 Penting memperhatikan kebersihan tempat

jajan

1 0,4 1 0,4 3 1,1 77 29,1 183 69,1 4,66 265

3 Tempat jajan yang jauh dari tumpukan sampah 1 0,4 1 0,4 5 1,9 75 28,3 183 69,1 4,65 265

4 Penting untuk memperhatikan kebersihan

penjaja makanan/minuman jajanan

1 0,4 1 0,4 9 3,4 87 32,8 167 63,0 4,58 265

5 Penjaja yang tidak langsung menyentuh

makanan/minuman dengan tangan

7 2,6 1 0,4 14 5,3 80 30,2 163 61,5 4,48 265

6 Kebersihan peralatan yang digunakan penjaja

untuk mengambil makanan jajanan

3 1,1 4 1,5 81 30,6 177 66,8 4,63 265

7 Peralatan makan/minum

(piring/sendok/garpu/gelas) yang bersih

2 0,8 8 3,0 83 31,3 172 64,9 4,60 265

8 Tanggal kedaluwarsa pada kemasan 3 1,1 1 0,4 7 2,6 73 27,5 181 68,3 4,62 265

9 Kebersihan tempat penjualan (gerobak, meja

untuk penyajian dan makan ,dll)

4 1,5 2 0,8 9 3,4 74 27,9 176 66,4 4,57 265

10 Kebersihan wadah untuk menjual

makanan/minuman jajanan

4 1,5 6 2,3 82 30,9 173 65,3 4,60 265

11 Kemasan dalam kondisi baik (plastik snack

tidak bocor/kaleng minuman tidak

penyok/berkarat)

1 0,4 6 2,3 6 2,3 86 32,5 166 62,6 4,55 265

12 Makanan jajanan yang tidak dibungkus dengan

kertas bekas bertinta/kertas koran/kantong

kresek hitam

10 3,8 5 1,9 15 5,7 78 29,4 157 59,2 4,38 265

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 122: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

114

Universitas Indonesia

(Sambungan Tabel 5.26) Deskripsi Jawaban Responden pada Variabel Sikap Memilih PJAS yang Aman

No Item Petanyaan STS TS R S SS Mean N

f % f % f % f % f %

13 Membeli makanan/minuman

jajanan yang dikemas dengan

kemasan yang bersih

1 0,4 7 2,6 72 27,2 185 69,8 4,66 265

14 Membeli makanan/minuman

jajanan yang tidak mengandung

formalin, boraks, rhodamin B,

methanyl yellow

1 0,4 3 1,1 3 1,1 75 28,3 183 69,1 4,65 265

15 Membeli minuman yang dibuat dari

air matang

8 3,0 70 26,4 187 70,6 4,68 265

16 Membeli es campur yang

menggunakan es batu dari air

matang

1 0,4 1 0,4 2 0,8 72 27,2 189 71,3 4,69 265

Total skor mean 4,59

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 123: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

115

5.1.2.3 Efektivitas Sikap untuk Memilih PJAS yang Aman

Seluruh pertanyaan tentang sikap untuk memilih PJAS yang aman

berjumlah 16 dan keseluruhan pertanyaan tersebut dijumlahkan. Berarti kita

memiliki skor terendah 0, yaitu jika responden tidak menjawab satu pun dari

pertanyaan yang diajukan, sedangkan nilai tertinggi adalah 81. Nilai skor ini

kemudian dikategorisasi menjadi 3 kelompok yaitu efektif – kurang efektif – tidak

efektif.

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa kategorisasi untuk efektivitas

sikap untuk memilih PJAS yang aman secara keseluruhan adalah sebagai berikut:

Kategori efektif : jika skor yang didapat adalah 55-81

Kategori kurang efektif : jika skor adalah 28-54

Kategori tidak efektif : jika skor yang didapat adalah 0-27

Hasilnya dapat dilihat pada tabel5.27 dibawah ini bahwa sikap untuk memilih

PJAS yang aman secara keseluruhan adalah berada pada kategori Efektif yaitu

sebanyak 98,9 %. Nilai kurang efektif sebanyak 1,1% dapat disebabkan karena

responden yang kurang mempunyai atensi terhadap taktik promosi keamanan

pangan di sekolahnya.

Tabel 5.27Efektivitas Sikap untuk Memilih PJAS yang Aman

5.1.2.4 Analisis Repeated MeasureANOVA

Disain analisis repeated measureANOVA memungkinkan peneliti untuk

mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata opini responden terhadap

Attention, Comprehension, Acceptance dari Pesan Keamanan PJAS yang

disampaikan melalui 4 (empat) saluran komunikasi yaitu Poster PoMpi, Komik

Frekuensi Valid Percent

Valid Kurang Efektif (Nilai Skor 28-54) 5 1,9

Efektif (Nilai Skor 55-81) 260 98,1

Total 265 100,0

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 124: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

117

Dari output diperoleh hasil bahwa statistik Friedman (sama dengan Chi – Square)

adalah 13,644. Dengan probabilitas 0.003 atau lebih kecil dari 0,05, maka Ho

ditolak atau bisa disimpulkan bahwa jenis saluran komunikasi (poster, komik,

penyuluhan, film) memberikan hasil yang berbeda terhadap rata-rata antara opini

responden terhadap Attention, Comprehension, Acceptance dari Pesan Keamanan

PJAS yang disampaikan melalui ke empat saluran komunikasi tersebut.

5.1.3 Analisa Bivariate

5.1.3.1 Analisis Korelasi Sederhana

Hasil analisis korelasi sederhana antara opini terhadap attention, comprehension,

acceptance daripesan keamanan PJAS yang disampaikan melalui masing-masing

saluran komunikasi terhadap sikap memilih PJAS yang aman dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 5.29 Korelasi Opini Pesan Poster, Pesan Komik, Pesan

Penyuluhan dan Pesan Film Terhadap Sikap

** correlation is significant at the 0,01 level (2 tailed)

Dari hasil output yang tersaji di tabel 5.29, didapat korelasi yang signifikan

antara opini terhadap attention, comprehension, acceptance daripesan keamanan

PJAS yang disampaikan melalui poster, komik, penyuluhan interaktif, film

terhadap sikap memilih PJAS yang aman. Terdapat hubungan yang sedang antara

opini terhadap attention, comprehension, acceptance daripesan keamanan PJAS

yang disampaikan melalui poster, penyuluhan dan film terhadap sikap memilih

PJAS yang aman karena berada pada rentang 0,40 – 0,599 dan hubungan yang

Pearson

Correlation

Sig (2-tailed)

Sikap * Pesan Poster 0,520** 0,000

Sikap * Pesan Komik 0,629** 0,000

Sikap * Pesan Penyuluhan 0,511** 0,000

Sikap*Pesan Film 0,461** 0,000

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 125: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

118

kuat antara opini terhadap attention, comprehension, acceptance daripesan

keamanan PJAS yang disampaikan melalui pesan komik terhadap sikap memilih

PJAS yang aman karena berada pada rentang 0,60 – 0,799. Sedangkan arah

hubungan adalah positif karena nilai r positif, berarti mengindikasikan adanya

hubungan kausalitas sebagai berikut semakin pesan yang disampaikan melalui

poster, komik, penyuluhan interaktif, film bersifat attention, comprehension,

acceptancemaka semakin meningkatkan sikap memilih PJAS yang aman.

5.1.3.2 Analisis Tabulasi Silang

Selain menganalisis data melalui tampilan tabel distribusi frekuensi seperti di atas,

dilakukan juga pengolahan data melalui tabulasi silang antar berbagai variabel

yang dianggap relevan dan menarik. Hal ini terutama dilakukan untuk dapat

melihat sebaran data secara lebih mendetail. Analisis tabel silang ini secara

khusus digunakan untuk melihat hubungan frekuensi antara variabel karakteristik

responden (usia, kelas, jenis kelamin, uang saku dan frekuensi jajan)dengan

variabel sikap memilih PJAS yang aman. Adapun hasilnya disajikan dalam tabel-

tabel berikut :

1. Usia dengan sikap memilih PJAS yang aman

Dari hasil crosstab antara kedua variabel dalam penelitian ini, dengan usia

responden yang terdiri dari 9 tahun, 10 tahun, 11 tahun, 12 tahun, dan 13 tahun,

dihasilkan tabelseperti dibawah ini.

Tabel 5.30Usia dengan Sikap Memilih PJAS yang Aman

No Usia Kategori Sikap Jumlah

Kurang Efektif Efektif

n % n % n %

1 9 tahun 1 0,14 37 14,00 38 14,30

2 10 tahun 4 1,50 72 27,20 76 28,70

3 11 tahun 0 0,00 99 37,40 99 37,40

4 12 tahun 0 0,00 49 18,50 49 18,50

5 13 tahun 0 0,00 3 1,10 3 1,10

Total 265 100

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 126: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

119

Dari tabeldi atas menunjukkan bahwa sikap memilih PJAS yang aman

berdasarkan usia terbagi menjadi dua kategori, yaitu kurang efektif dan efektif.

Mayoritas responden berada pada tingkat efektif dengan persentase tertinggi

berada pada usia 11 tahun, sedangkan pada tingkat kurang efektif, didominasi

oleh responden berusia 10 tahun.

2. Kelas dengan Sikap Memilih PJAS yang Aman

Dari hasil crosstab antara kedua variabel dalam penelitian ini, dengan kelas

responden yang terdiri dari kelas 4,5 dan 6 SD, di hasilkan tabelseperti dibawah

ini.

Tabel 5.31 Kelas dengan Sikap Memilih PJAS yang Aman

Berdasarkan tabel di atas hasil skoring terhadap variabel sikap memilih PJAS

yang aman dengan tingkatan kelas responden menghasilkan dua kategori tingkat

sikap memilih PJAS yang aman, yaitu efektif dan kurang efektif. Mayoritas

responden, baik yang duduk di kelas 4,5 dan 6 SD berada pada tingkat efektif,

dengan presentase tertinggi berada pada kelas 6 akan tetapi 1,9% dari responden

kelas 4 SD berada pada tingkat sikap memilih PJAS yang aman, kurang efektif.

3. Jenis Kelamin dengan Sikap Memilih PJAS yang Aman

Dari hasil crosstab antara kedua variabel dalam penelitian ini dengan jenis

kelamin yang terdiri dari laki-laki dan perempuan, dihasilkan tabelseperti dibawah

ini.

No Kelas Kategori Sikap Jumlah

Kurang Efektif Efektif

n % n % n %

1 4 5 1,90 76 28,70 81 30,60

2 5 0 0,00 79 29,80 79 29,80

3 6 0 0,00 105 39,60 105 39,60

Total 265 100

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 127: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

120

Tabel 5.32 Jenis Kelamin dengan

Sikap Memilih PJAS yang Aman

Tabeldi atas menunjukkan bahwa sikap memilih PJAS yang aman responden

berdasarkan jenis kelaminnya terbagi menjadi dua kategori, yaitu kurang

efektifdan efektif. Mayoritas respondenbaik laki-laki maupun perempuan berada

pada tingkat efektif sikap memilih PJAS yang aman, dengan skor tertinggi berada

pada responden perempuan. Dari chart tersebut juga terlihat bahwa sebagian kecil

responden laki-laki dan perempuan berada pada tingkat kurang efektif.

4. Uang Saku dengan Sikap Memilih PJAS yang Aman

Dari hasil crosstab antara kedua variabel dalam penelitian ini dengan uang

saku yang terdiri dari, tidak diberi uang saku, Rp 1000 – Rp 2500, Rp 2600 – Rp

5000, lebih dari Rp 5000, di hasilkan tabelseperti dibawah ini.

Tabel 5.33 Uang Saku denganSikap Memilih PJAS yang Aman

No Jenis

Kelamin

Kategori Sikap Jumlah

Kurang Efektif Efektif

n % n % n %

1 Laki-laki 3 1,10 116 43,80 119 44,90

2 Perempuan 2 0,80 144 54,30 146 55,10

Total 265 100

No Uang saku Kategori Sikap Jumlah

Kurang Efektif Efektif

n % n % n %

1 Tidak diberi 0 0,00 1 0,40 1 0,40

2 Rp 1000 – Rp 2500 1 0,40 33 12,50 34 12,80

3 Rp 2600 – Rp 5000 2 0,80 92 34,70 94 35,50

4 Rp 5000 2 0,80 134 50,60 136 51,30

Total 265 100

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 128: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

121

Tabeldi atas menunjukkan bahwa sikap memilih PJAS yang aman responden

berdasarkan uang saku terbagi menjadi dua kategori, yaitu kurang efektifdan

efektif. Berdasarkan data tabel terlihat bahwa mayoritas responden dengan uang

saku Rp 1000 – Rp 2500, Rp 2600 – Rp 5000, lebih dari Rp 5000 serta seluruh

responden yang tidak diberi uang saku, memiliki kategori sikap memilih PJAS

yang aman pada tingkat efektif dengan skor tertinggi berada pada respnden

dengan uang saku lebih dari Rp 5000. Dari tabeltersebut juga terlihat bahwa

sebagian kecil responden dengan uang saku Rp 1000 – Rp 2500, Rp 2600 – Rp

5000, lebih dari Rp 5000 berada pada tingkat kurang efektif.

5. Frekuensi Jajan dengan Sikap Memilih PJAS yang Aman

Dari hasil crosstab antara kedua variabel dalam penelitian ini dengan

frekuensi jajan yang terdiri dari frekuensi jajan tidak pernah, kadang-kadang dan

selalu/sering, di hasilkan tabelseperti dibawah ini.

Tabel 5.34 Frekuensi Jajan dengan Sikap Memilih PJAS yang Aman

Tabeldi atas menunjukkan bahwa sikap memilih PJAS yang aman responden

berdasarkan frekuensi jajan terbagi menjadi dua kategori, yaitu kurang efektifdan

efektif. Berdasarkan data tabel terlihat bahwa mayoritas responden dengan

frekuensi jajan kadang-kadang (1-3 kali seminggu) dan sering atau selalu (=> 4

kali/seminggu) serta seluruh responden yang tidak pernah jajan memiliki kategori

No Frekuensi Jajan Kategori Sikap Jumlah

Kurang Efektif Efektif

n % n % n %

1 Sering atau selalu

(=> 4 x/minggu)

1 0,40 109 41,40 110 41,50

2 Kadang-kadang

(1-3 x/minggu)

4 1,50 147 55,50 151 57,00

3 Tidak pernah 0 0,00 4 1,50 4 1,50

Total 265 100

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 129: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

124

Tabel 5.38Koefisien Beta

Model Koefisien Beta Signifikansi

1 (Constant)

Awareness setelah menggunakan saluran

komunikasi

0,108

,037

Opini terhadap pesan keamanan PJAS 0,349 0,000

Opini terhadap Penyuluh Keamanan PJAS 0,331 0,000

Variabel dependen : Sikap memilih PJAS yang aman

Dari hasil pengamatan pada tabel Koefisien Betadapat disimpulkan bahwa

Terdapat hubungan antara variabel awareness (kesadaran) setelah

menggunakan saluran komunikasiterhadap sikap untuk memilih PJAS

yang aman. Nilai koefisien beta sebesar 0,108 dengan taraf signifikansi

sebesar 0,037 memberikan makna bahwa awareness (kesadaran) setelah

menggunakan saluran komunikasi memberikan pengaruh secara signifikan

kepada sikap memilih PJAS yang aman. Nilai koefisien beta tersebut

beradadi bawah 0,05 sehingga hasil ini memberikan makna bahwa

pengaruh awareness (kesadaran) setelah menggunakan saluran

komunikasi terhadap sikap memilih PJAS yang aman, lemah

Terdapat hubungan antara variabel opini terhadap attention,

comprehension, acceptance daripesan keamanan PJAS yang disampaikan

melalui beragam salurankomunikasi terhadap sikap memilih PJAS yang

aman. Nilai koefisien beta sebesar 0,349 dengan taraf signifikansi sebesar

0,000 memberikan makna bahwa opini terhadap attention, comprehension,

acceptance daripesan keamanan PJAS yang disampaikan melalui beragam

salurankomunikasi memberikan pengaruh secara signifikan kepada sikap

memilih PJAS. Nilai koefisien beta tersebut memiliki nilai berada di

bawah 0,05 sehingga hasil ini memberikan makna bahwa pengaruh opini

terhadap attention, comprehension, acceptance daripesan keamanan PJAS

yang disampaikan melalui beragam saluran komunikasi terhadap sikap

memilih PJAS yang aman, lemah

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 130: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

125

Terdapat hubungan antara opini terhadap pengetahuan, keterampilan

berkomunikasi, memotivasi komunikasi dari Penyuluh Keamanan PJAS

terhadap sikap memilih PJAS yang aman. Nilai koefisien beta sebesar

0,331 dengan taraf signifikansi sebesar 0,000 memberikan makna bahwa

opini terhadap pengetahuan, keterampilan berkomunikasi, memotivasi

komunikasi dari Penyuluh Keamanan PJASmemberikan pengaruh secara

signifikan kepada sikap untuk memilih PJAS. Nilai koefisien beta tersebut

berada di bawah 0,05 sehingga hasil ini memberikan makna bahwa

pengaruh opini terhadap pengetahuan, keterampilan berkomunikasi,

memotivasi komunikasi dari Penyuluh Keamanan PJAS terhadap sikap

memilih PJAS yang aman, lemah

Dengan demikian bila merujuk pada koefisien betayang dihasilkan,

mendukung hipotesa penelitian yang diajukan yaitusemakin khalayak sasaran

memiliki awareness / kesadaran memilih PJAS yangaman setelah menggunakan

saluran komunikasi, akan semakin efektif mempengaruhi sikapnya memilih PJAS

yang aman; semakin pesan yang disampaikan melalui beragam saluran

komunikasi bersifat attention, comprehension dan acceptance menurut opini

khalayak sasaran maka akan semakin efektifmempengaruhi sikapnya memilih

PJAS yang aman; semakin Penyuluh Keamanan PJAS mempunyai pengetahuan

tentang bagaimana memilih makanan/minuman jajanan yang aman, mampu

berinteraksi aktif dengan peserta penyuluhan dan mampu memotivasi peserta

penyuluhan untuk memilih PJAS yang aman menurut opini khalayak sasaran,

maka akan semakin efektif mempengaruhi sikap nya memilih PJAS yang aman.

Dari masing-masing nilai koefisien beta, variabel yang paling berpengaruh

terhadap sikap memilih PJAS yangaman adalah opini terhadap attention,

comprehension, acceptance daripesan keamanan PJAS yang disampaikan melalui

beragam saluran komunikasi, kemudian variabel opini terhadap pengetahuan,

keterampilan berkomunikasi, memotivasi komunikasi dari Penyuluh Keamanan

PJAS dan variabel awareness / kesadaran untuk memilih PJAS yang aman setelah

menggunakan saluran komunikasi.

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 131: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

126

5.2 Diskusi dan Interpretasi

Suatu kampanye komunikasiSocial Change Campaigndapat memiliki

tingkatan efek yang berbeda – khususnya pada pengetahuan, sikap dan perilaku.

Efek tersebut dapat muncul di tingkatan dan urutan yang berbeda. Studi awal dari

efek saluran komunikasi ( Hovland dkk, 1949) menyimpulkan bahwa komunikasi

yang direncanakan, diawali dan terutama berpengaruh pada informasi

(pengetahuan), kemudian sikap dan terakhir dengan tingkatan yang kecil adalah

perilaku. Menurut Ray, M.L (1973, p.149) dalam “The Marketing Communication

and the Hirerarchy of Effect” menjelaskan bila subyek yang terpapar kampanye

persuasif maka subyek diasumsikan termotivasi dan tertarik dan melanjutkan

belajar mengenai suatu ide atau inovasi, kemudian mengembangkan sikap yang

favorit, kemudian diadaptasi menjadi perilaku. Model dasar hierarki efek tersebut

dinamakan Hierarki Belajar. Teori Hierarki Belajar berasumsi bahwa perubahan

sikap manusia merupakan akibat terpaan komunikasi, dan perubahan ini

mempunyai urutan yang relatif tetap, artinya perubahan sikap itu, pertama-tama

pada level perubahan kognitif. Artinya, audiens mengutamakan perhatian,

kesadaran, keyakinan dan pemahaman. Ini mengindikasikan bahwa audiens

meletakkan keputusannya pada pesan yang rasional, yang argumentatif apalagi

disampaikan oleh komunikator yang memiliki kompetensi. Selanjutnya memasuki

level afektif meliputi sikap, evaluasi dan perasaan. Terakhir adalah level konatif

meliputi maksud dan perilaku aktual.

5.2.1 Pengaruh Awareness (kesadaran) setelah Menggunakan Saluran

Komunikasi terhadap Sikap

DalamSocial Change Campaign, aktivitas kampanye diawali dengan diseminasi

pesan melalui beragam saluran komunikasi untuk mendiseminasikan pesan sosial.

Diseminasi pesan sosial tersebut bertujuan mengubah pengetahuan atau

kesadaran khalayak sasaran.Bagi khalayak sasaran siswa, social change

campaignini merupakan suatu proses kegiatan belajar/mengajar. Menurut

penelitian para ahli, kegiatan belajar mengajar akan lebih efektif dan mudah bila

dibantu dengan sarana visual, di mana kurang lebih 75% sampai 87% dari

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 132: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

127

pengetahuan manusia diperoleh/disalurkan melalui indera penglihatan, sedangkan

13% sampai 25% lainnya tersalur melalui indera yang lain. Dari sini dapat

disimpulkan bahwa alat-alat visual lebih mempermudah cara penyampaian dan

penerimaan informasi atau bahan pendidikan (Notoatmodjo, 2007dalam

Rumondang, 2008). Teori ini juga didukung oleh De Porter (2000) yang

mengungkapkan bahwa manusia dapat menyerap suatu materi sebanyak 50% dari

apa yang didengar dan dilihat (audio visual), sedangkan dari yang dilihatnya

hanya 30%, dari yang didengarnya hanya 20%, dan dari yang dibaca hanya 10%.

Hal ini juga sesuai dengan pendapat Elgar di mana alat peraga/media

pembelajaran disusun berdasarkan prinsip pengetahuan pada manusia diterima

melalui panca indera. Semakin banyak panca indera yang digunakan untuk

menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas

pulapengertian/pengetahuan yang diperoleh sehingga mempermudah

pemahaman.Kegiatan belajar melalui saluran komunikasi (media pembelajaran)

terjadi bila ada komunikasi antara siswa dengan komunikator (Penyuluh

Keamanan Pangan) melalui saluran komunikasi tersebut. Pesan yang

didiseminasikan melalui saluran komunikasi oleh komunikator akan dapat

dikomunikasikan kepada siswa apabila terdapat daerah lingkup pengalaman yang

sama antara komunikator dan siswa. Dan proses komunikasi berhasil setelah

terdapat umpan balik. Saluran komunikasi yang dirancang dengan baik dalam

batas tertentu dapat merangsang timbulnya “dialog internal” dalam diri siswa

yang belajar. Dengan demikian terjadi komunikasi antara siswa dengan saluran

komunikasi atau secara tidak langsung antara siswa dengan sumber pesan atau

komunikator. Saluran komunikasi dikatakan berhasil menyampaikan pesan

informasi bila kemudian terjadi perubahan tingkah laku atau sikap pada diri siswa

sesuai dengan tujuan belajar.

Dengan demikian tidak ada satupun saluran komunikasi yang dapat mengatasi

saluran komunikasi lainnya dalam segala aspek sehingga dapat menggantikan

segala bentuk saluran komunikasi yang lain. Segala sesuatu yang aktif dan

bergerak akan sangat menarik minat dan perhatian anak Dengan

demikian,diseminasi pesan sosial keamanan PJAS ini dilakukan melalui beragam

saluran komunikasi (poster PoMpi, komik PoMpi, penyuluhan interaktif

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 133: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

128

keamanan PJAS dan film PoMpi) akan memudahkan siswa untuk mempelajari

dan memahami pesan keamanan PJAS tersebut sehingga sampai memutuskan

untuk mengadopsinya.

Walaupun masing-masing saluran komunikasi memiliki jenis dan

karakteristik yang berbeda terhadap dampak kegiatan belajar/mengajar namun

masing-masing saluran komunikasi tersebut dapat menjadi wahana untuk

menggugah kesadaran siswa. Hal ini tercermin dari siswa yang membaca poster

PoMpi dan komik PoMpi, siswa yang menonton film PoMpi serta siswa yang

mengikuti penyuluhan interaktif Keamanan PJASdapattergugah kesadarannya

memilih PJAS yang aman. Hal ini terungkap dari tabel 5.20“Deskripsi Jawaban

Responden pada VariabelAwareness (kesadaran) setelah Menggunakan Saluran

Komunikasi (poster PoMpi, komik PoMpi, penyuluhan interaktif keamanan PJAS

dan film PoMpi)”.

Dalam social change campaign, setelah siswa tergugah kesadarannya

kemudian akan diikuti dengan perubahan sikap (Coffman, J.Lessons in Evaluating

Communications Campaign: Five Case Studies. Cambridge, MA : Harvard

Family Research Project, 2003).

Pada penelitian ini telah dibuktikan bahwa awareness (kesadaran) siswa

SD memilih PJAS yang aman setelah menggunakan saluran komunikasi (poster

PoMpi, komik PoMpi, penyuluhan interaktif keamanan PJAS dan film PoMpi)

memberikan pengaruh secara signifikan kepada sikap siswa SD memilih PJAS

yang aman.Nilai koefisien beta yang dihasilkan melalui analisis SPSS didapatkan

nilai sebesar 0.108 dengan taraf signifikansi sebesar 0.037. Nilai koefisien beta

tersebut memberikan makna bahwa hubungan antara awareness (kesadaran) siswa

SD memilih PJAS yang amansetelah menggunakan saluran komunikasi (poster

PoMpi, komik PoMpi, penyuluhan interaktif keamanan PJAS dan film PoMpi)

dan sikap siswa SD memilih PJAS yang aman, lemah. Hasil penelitian ini secara

langsung telah mendukung konsep teori umum bagi Social Change

Campaignyang telah disampaikan sebelumnya bahwa semakin khalayak sasaran

memiliki awareness (kesadaran) untuk memilih PJAS yang aman setelah

menggunakan saluran komunikasi akan semakin efektif mempengaruhi sikapnya

memilih PJAS yang aman.

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 134: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

129

5.2.2Pengaruh opini terhadap attention, comprehension, acceptance dari

pesan keamanan PJAS melalui beragam saluran komunikasi (poster, komik,

penyuluhan interaktif, film) terhadap Sikap

Setelah terjadi perubahan pada level kognitif dari pengetahuan dan

kesadaran khalayak sasaran, maka dengan terpaan komunikasi berupa pesan sosial

yang disusun dengan menarik dan meningkatkan perhatian khalayak sasaran,

pesan yang lengkap dan mempermudah khalayak sasaran memahami pesan dan

pesan dapat berterima oleh khalayak sasaran maka mempengaruhi level afektif

khalayak sasaran.Setelah siswa melihat, membaca, menonton, dan mendengar

pesan keamanan PJAS, lalu berpendapat bahwa pesan keamanan PJAS yang

disampaikan bersifat attention, comprehension, dan acceptanceakan

mempengaruhi level afektif siswa.

Opini siswaterhadapperhatian (attention), kelengkapan (comprehension),

dan keberterimaan (acceptance) dari pesan keamanan PJAS yang didiseminasikan

melalui beragam saluran komunikasi tercermin dari tabel “Deskriptif Jawaban

Responden terhadap Opini terhadap Attention, Comprehension dan Acceptance

terhadap Pesan Keamanan PJAS” melalui Poster pada tabel 5.21; melalui Komik

pada tabel 5.22; melalui Penyuluhan Interaktif pada tabel 5.23; dan melalui Film

pada tabel 5.24, bahwa pesan yang disampaikan melalui poster, komik,

penyuluhan interaktif dan film menarik dan meningkatkan perhatian responden;

lengkap dan mudah dipahami oleh responden serta dapat diterima di lingkungan

sosial dan budaya responden.

Masing-masing pesan keamanan PJAS yang bersifat attention,

comprehension dan acceptancedan didiseminasikan melalui beragam media

pembelajaran yaitu penyuluhan interaktif keamanan PJAS , pemasangan poster,

membaca komik dan pemutaran film di lingkungan sekolah memilik karakteristik

yang berbeda-bedabaik berdasarkan jenis format, maupun tujuan/fungsi medianya

dalam menyampaikan pesan kepada komunikan. Dari hasil analisis repeated

measure ANOVA dapat terungkap bahwa pesan keamanan PJAS yang

disampaikan melalui poster, komik, penyuluhan dan film, berbeda signifikan

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 135: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

130

terhadap rata-rata opini responden terhadap segi attention, comprehension, dan

acceptance nya.

Poster PoMpi “Hindari Jajan Sembarangan” merupakan media visual diam

berupa sehelai kertas yang memiliki rangsangan (daya tarik) visual berupa foto

dalam tata warna dengan sejumlah kata, tetapi tidak dapat menampilkan suara

maupun gerak, ditempelkan di papan pengumuman sekolah atau di kantin sekolah.

Pada saat membaca Poster PoMpi hanya mata yang berperan membaca informasi

yang disampaikan melalui kata-kata dan melihat foto untuk memvisualisasikan

informasi yang disampaikan. Diharapkan siswa dapat memperoleh pengetahuan

memilih PJAS yang aman melalui penyerapan materi sebanyak 30% dari foto

yang dilihatnya dan 10% dari informasi yang dibacanya. Walaupun persentase

penyerapan materi pada media cetak tidak sebanyak media audio visual, namun

melalui media cetak, siswa dapat sering melihat dan membacanya dibandingkan

dengan menggunakan media audio visual, dengan demikian akan mempunyai

daya tinggal lama dalam ingatan siswa. Dengan semakin memahami pesan

memilih PJAS yang aman akan mempermudah pemahaman siswa, serta

mendorong dan mempengaruhi siswa untuk memilih PJAS yang aman,

Komik PoMpi “Memilih Makanan yang Aman” merupakan media visual

diam berupa buku yang memiliki rangsangan (daya tarik) visual berupa rangkaian

gambar yang sederhana dalam tata warna sebagai ilustrasi untuk mendukung alur

cerita dalam komik tersebut, tetapi tidak disertai suara,dan dibagikan kepada

siswa. Pada saat membaca Komik PoMpi hanya mata yang berperan membaca

informasi yang disampaikan melalui alur cerita dan melihat rangkaian gambar

untuk memvisualisasikan cerita yang disampaikan. Diharapkan siswa dapat

memperoleh pengetahuan memilih PJAS yang aman melalui penyerapan materi

sebanyak 30% dari rangkaian gambar yang dilihatnya dan 10% dari cerita yang

dibacanya. Walaupun persentase penyerapan materi pada media cetak tidak

sebanyak media audio visual, namun melalui media cetak, siswa dapat sering

melihat dan membacanya dibandingkan dengan menggunakan media audio visual,

dengan demikian akan mempunyai daya tinggal lama dalam ingatan siswa.

Dengan semakin memahami pesan memilih PJAS yang aman akan mempermudah

pemahaman siswa, dan dengan cerita yang dapat menggugah emosi dan perasaan

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 136: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

131

siswa dapat mendorong dan mempengaruhi siswa untuk memilih PJAS yang

aman.

Film Animasi PoMpi “Akibat Salah Makan” merupakan media audio

visual gerak merupakan media yang paling lengkap karena memiliki rangsangan

suara, visual, warna maupun gambar bergerak, karena menggunakan lebih banyak

panca indera dan lebih banyak menimbulkan daya tarik serta minat siswa

sehingga pesan yang disampaikan lebih mudah diterima. Film PoMpi dengan

durasi selama 30 menit , bersifat menghibur tetapi disisipi dengan pesan memilih

makanan/minuman yang aman yang bersifat edukatif. Diharapkan siswa dapat

memperoleh pengetahuan memilih PJAS yang aman melalui penyerapan materi

sebanyak 50% dari film yang didengar dan dilihat (audio visual). Film mampu

mengungkapkan perasaan melalui gambar, musik dan kata-kata sehingga dapat

menimbulkan multiple effect (Depkes, 2002 dalam Rumondang, 2008) dengan

demikian dapat lebih menggugah emosi dan perasaan siswa dapat mendorong dan

mempengaruhi sikap siswa memilih PJAS yang aman.

Penyuluhan interaktif keamanan PJAS, adalah metode ceramah dengan

media power point untuk menyampaikan pesan memilih PJAS yang aman.

Penyuluhan interaktif keamanan PJAS, merupakan komunikasi tatap muka

antara Penyuluh Keamanan Pangan dengan siswa bertujuan untuk mempengaruhi

perubahan perilaku siswa meliputi perubahan pengetahuan dan sikap siswa,

pendapat dan perilaku siswa untuk memilih PJAS yang aman. Penyuluhan

interaktif merupakan saluran dalam proses komunikasi persuasif, dimana

memungkinkan Penyuluh Keamanan Pangan melihat dan mengkaji diri siswa

secara langsung, semua indera siswa berfungsi sehingga respon siswa atas pesan

keamanan PJAS yang disampaikan penyuluh dapat tersalurkan langsung sehingga

umpan balik atas pesan yang disampaikan penyuluh (perubahan sikap) terjadi

secara langsung juga.

Hasil analisis korelasi sederhana menunjukkan adanya indikasi hubungan

kausalitas yang signifikan dan nilai korelasi antara attention, comprehension,

acceptance daripesan poster, komik, penyuluhan, film terhadap sikap (tabel

5.29). Pesan poster,penyuluhan dan film terhadap sikap masing-masing bernilai

positif sedang, sedangkan pesan komik terhadap sikap bernilai positif kuat. Nilai

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 137: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

132

positif menandakan adanya persetujuan/respon positif dari responden terhadap

pesan yang disampaikan, namun memang diperlukan pesan yang dapat

menggugah emosi dan perasaan responden untuk dapat menghasilkan hubungan

yang kuat dengan sikap.

Dalam hal ini komik adalah komunikasi yang dapat diulang-ulang untuk

pemahamannya sehingga lebih dapat menimbulkan respon dari yang

membacanya. Sesuatu yang diulang-ulang cenderung lebih tertanam pada jiwa

manusia (Sanyoto, 2006 dalam Rumondang, 2008). Selain itu khalayak sasaran

akan jauh lebih kritis menyikapi pesan tertulis, dibanding materi dalam audio

visual (Carver, 1935; Maier and Thurber, 1968) serta pesan yang kompleks

dipahami lebih baik oleh siswa dalam bentuk media cetak dibanding bentuk audio

visual (Chaiken and Eagly (1976) dalam Petty dan Cacioppo (1996)), dengan

demikian khalayak sasaran dapat lebih mengingat jumlah argumen pesan sehingga

pesan lebih persuasif (Petty dan Cacioppo (1996). Selain itu alur cerita pada

komik poMpi diindikasikan lebih menggugah emosi dan perasaan siswa

dibandingkan poster Pompi, film PoMpi dan penyuluhan interaktif PJAS. Karena

sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai

penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan (Azwar, 2005 :

24-28).

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil bahwa nilai koefisien beta

opini siswa SD terhadap attention, comprehension dan acceptance dari pesan

keamanan PJAS yang didiseminasi melalui beragam saluran komunikasiterhadap

sikap memilih PJAS yang aman sebesar 0,349 dengan taraf signifikansi sebesar

0.000. Hal ini memberi makna bahwa hubungan antara opini siswa SD terhadap

attention, comprehension dan acceptance dari pesan keamanan PJAS yang

didiseminasi melalui beragam saluran komunikasidan sikap siswa SD memilih

PJAS yang aman, lemah tetapiopini siswa SD terhadap attention, comprehension

dan acceptance dari pesan keamanan PJAS yang didiseminasi melalui beragam

saluran komunikasiberpengaruh positif signifikan terhadap sikap memilih PJAS

yang aman.

Hasil penelitian ini secara langsung telah mendukung

konsepreinforcementtheoryyang telah disampaikan sebelumnya bahwa semakin

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 138: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

133

pesan keamanan PJAS yang disampaikan melalui beragam saluran

komunikasibersifat attention, comprehension dan acceptancemenurut opini

khalayak sasaran maka akan semakin efektifmempengaruhi sikapnya untuk

memilih PJAS yang aman.

5.2.3 Pengaruh Opini terhadap Pengetahuan, Keterampilan Berkomunikasi,

Memotivasi Komunikasi dari Penyuluh Keamanan PJAS terhadap Sikap

Selain kualitas pesan, ketepatan saluran komunikasi turut berperan kualitas

komunikator dalam mencapai sasaran jangka pendek dan sasaran antara Social

Change Campaigndalam tingkatan sikap. Khalayak sasaran akan mengubah

sikapnya kalau mempunyai opini bahwa komunikator mempunyai kompetensi

yaitu mempunyai pengetahuan tentang apa yang diinformasikan, keterampilan

berkomunikasi dan memotivasi komunikasi.

Opini siswa SD terhadap kompetensi Penyuluh Keamanan Pangan

terungkap dari tabel 5.25“Deskripsi Jawaban Responden terhadap Opini terhadap

Pengetahuan, Keterampilan Berkomunikasi, Memotivasi Komunikasi dari

Penyuluh Keamanan PJAS”. Jika pengetahuan Penyuluh Keamanan Pangan

terhadap keamanan PJAS makin lengkap, Penyuluh Keamanan Pangan makin

terampil berkomunikasi dan memotivasi komunikasi maka akan mengubah sikap

siswa SD untuk memilih PJAS yang aman. Berdasarkan hasil penelitian

didapatkan hasil bahwa opini siswa SD terhadap pengetahuan, keterampilan

berkomunikasi, memotivasi komunikasi dari Penyuluh Keamanan PJAS terhadap

sikap siswa untuk memilih PJAS yang aman memiliki nilai koefisien beta sebesar

0, 331 dengan taraf signifikansi sebesar 0.000. Nilai ini memberikan makna

bahwa hubungan opini siswa SD terhadap pengetahuan, keterampilan

berkomunikasi, memotivasi komunikasi dari Penyuluh Keamanan PJAS terhadap

sikap untuk memilih PJAS yang aman, lemah namun opini siswa SD terhadap

pengetahuan, keterampilan berkomunikasi, memotivasi komunikasi dari Penyuluh

Keamanan PJAS berpengaruh positif signifikan siswaterhadap sikap siswa untuk

memilih PJAS yang aman. Artinya semakin komunikator mempunyai

pengetahuan tentang topik yang disampaikan, mampu berinteraksi aktif dengan

khalayak sasaran dan mampu memotivasi khalayak sasaran menurut opini

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 139: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

134

khalayak sasaran akan semakin efektif mempengaruhi sikap khalayak sasaran

tersebut. Hasil penelitian ini sesuai dengan proposisi yang dikemukakan Spitzberg

& Cupach (1989) melalui Communication Competency Theory.

Secara keseluruhan, promosi keamanan PJAS untuk faktor predisposisi

berupa pemberian informasi atau pesan keamanan PJAS yang dilakukan kepada

siswa SD dapat mempengaruhi sikap siswa SD untuk memilih PJAS yang aman

melalui awareness / kesadaran untuk memilih PJAS yang aman setelah

menggunakan saluran komunikasi, opini terhadap attention, comprehension dan

acceptance dari pesan keamanan PJAS yang disampaikan melalui beragam

saluran komunikasi dan opini terhadap kompetensi (pengetahuan, keterampilan

berkomunikasi, memotivasi komunikasi) dari Penyuluh Keamanan PJAS. Dengan

demikian awareness / kesadaran setelah menggunakan saluran komunikasi, opini

terhadap attention, comprehension dan acceptance dari pesan sosial yang

disampaikan melalui beragam salurankomunikasi dan opini terhadap kompetensi

(pengetahuan, keterampilan berkomunikasi, memotivasi komunikasi) dari

komunikator dapat menjadi tolak ukur dalam melakukan evaluasi outcomes Social

Change Campaign secara empiris.

Terkait dengan hasil uji regresi berganda, hal penting yang perlu dicermati

adalah angka koefisien determinasi. Nilai koefisien determinasi R2 hasil uji

regresi dari ketiga variabel independen tersebut dengan sikap memilih PJAS yang

aman adalah sebesar 0,425. Berarti 42,5% varian sikap memilih PJAS yang aman

dapat dijelaskan oleh awareness / kesadaran setelah menggunakan saluran

komunikasi, opini terhadap attention, comprehension dan acceptance dari pesan

sosial yang disampaikan melalui beragam saluran komunikasi dan opini terhadap

kompetensi (pengetahuan, keterampilan berkomunikasi, memotivasi komunikasi)

dari komunikator, sedangkan selebihnya 57,5% dipengaruhi oleh variabel/faktor

lain yang belum tergali dalam penelitian ini (karakteristik psikografik,

karakteristik keluarga, kontak interpersonal, konteks sosial, peraturan sekolah dan

media exposure (frekuensi)).

Dalam kaitannya dengan variabel yang paling berpengaruh terhadap sikap

memilih PJAS yang aman, maka berdasarkan nilai koefisien beta yang dihasilkan

dapat disimpulkan bahwa variabel yang paling berpengaruh adalah opini

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 140: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

135

terhadapattention, comprehension, acceptance daripesan keamanan PJAS yang

disampaikan melalui beragam saluran komunikasi kemudian variabel opini

terhadap pengetahuan, keterampilan berkomunikasi, memotivasi komunikasi dari

Penyuluh Keamanan PJAS dan variabel awareness / kesadaran untuk memilih

PJAS yang aman setelah menggunakan saluran komunikasi.

Berdasarkan hasil penelitian, juga dapat dipahami, bahwa selain ketiga

variabel di atas, ada variabel lain yang dapat mempengaruhi sikap memilih PJAS

yang aman diantaranya karakteristik psikografik, karakteristik keluarga, kontak

interpersonal, konteks sosial, peraturan sekolah dan media exposure (frekuensi).

5.2.4 Efektivitas Sikap

Evaluasi terhadap efektivitas Social Change Campaign- Gerakan Aksi

Nasional PJAS sebuah kampanye komunikasi publik perlu dilakukan untuk

mengetahui sampai sejauh mana efektivitas kampanye tersebut. Terkait dengan

hasil perhitungan efektivitas sikap untuk memilih PJAS yang aman pada tabel

5.27, dari seluruh responden (100%) yang terpapar taktik promosi keamanan

pangan dengan beragam saluran komunikasi, menunjukkan sikap untuk memilih

PJAS yang aman secara keseluruhan adalah berada pada kategori efektif yaitu

sebesar 98,9%. Hal tersebut mencerminkan pengaruh promosi keamanan dengan

beragam saluran komunikasi terhadap efektivitas sikap untuk memilih PJAS yang

aman. Adapun skor kurang efektifnya sikap memilih PJAS yang aman dapat

disebabkan karena kurang atensinya responden pada saat membaca poster, komik,

mengikuti penyuluhan interaktif dan melihat film.

Sebagai pelengkap penelitian, peneliti juga melakukan analisis tabulasi

silang beberapa karakter responden dengan tingkatan efektivitas sikap memilih

PJAS yang aman. Salah satu aspek karakter responden yang dicermati adalah soal

faktor kelas dan usia dan korelasinya dengan tingkatan efektivitas sikap memilih

PJAS yang aman. Dari data tabulasi silang antara kelasdan tingkatan efektivitas

sikap memilih PJAS (tabel 5.31) dan data tabulasi silang antara usia dantingkatan

efektivitas sikap memilih PJAS yang aman (tabel 5.30) menunjukkan bahwa

mayoritas responden kelas 6 SD berusia 11 tahun dan 12 tahun. Berdasarkan

kelompok usia, seluruh responden berusia 11, 12 dan 13 tahun memiliki tingkatan

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 141: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

136

sikap memilih PJAS yang efektif sedangkan untuk pendidikan, seluruh responden

kelas 5 dan 6 serta mayoritas responden kelas 4 memiliki tingkatan sikap memilih

PJAS yang efektif. Merujuk pada kurikulum SD/MI yang mana terdapat sekuensi

kesinambungan muatan keamanan pangan antar tingkat kelas maka secara

pengetahuan siswa kelas 6 akan lebih memahami tentang keamanan pangan

dibandingkan kelas 5 dan kelas 4. Semakin siswa mempunyai kepercayaan atau

pengetahuan yang positif terhadap keamanan pangan maka yang timbul adalah

perasaan positif dalam hal ini sikap memilih PJAS yang baik.

Secara keseluruhan, hal-hal diatas didukung pula oleh skor rata-rata tiap

variabel independen dan dependen, dimana keseluruhan nilai Mean pada setiap

variabel hampir mendekati nilai Mean maksimun pada variabel tersebut. Artinya

taktik program promosi yang dilakukan melalui beragam saluran komunikasi

menghasilkan tingkatan sikap memilih PJAS yang aman yang baik melalui

awareness responden yang baik untuk memilih PJAS yang aman; attention,

comprehension dan acceptance yag baik daripesan keamanan PJAS yang

disampaikan; pengetahuan, keterampilan berkomunikasi dan memotivasi

komunikasi yang baik dari Penyuluh Keamanan PJAS.

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 142: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

137

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Sebagai bagian akhir dari penelitian, maka berikut ini disampaikan kesimpulan

penelitian untuk menjawab perumusan masalah seperti yang disampaikan pada

bab pertama, implikasi hasil penelitian dan saran.

6.1 Kesimpulan

6.1.1 Pengaruh Awareness (kesadaran) setelah Menggunakan Saluran

Komunikasi terhadap Sikap

Awareness (kesadaran) setelah menggunakan saluran komunikasi

memberikan pengaruh secara signifikan terhadap sikap. Hasil penelitian ini secara

langsung telah mendukung konsep yang telah disampaikan pada literatur, yaitu

teori umum bagi Social Change Campaign yang menjelaskan bahwa penggunaan

saluran komunikasi dalam menyampaikan pesan sosial dapat mencapai sasaran

jangka pendek dan antara yaitu kesadaran dan sikap, dengan demikian terdapat

hubungan yang signifikan antara awareness (kesadaran) setelah menggunakan

saluran komunikasi dengan sikap. Hasil penelitian juga bersifat positif,

hubungannya berbanding lurus, maksudnya semakin khalayak sasaran memiliki

awareness / kesadaran memilih PJAS yang aman setelah menggunakan saluran

komunikasi akan semakin efektif mempengaruhi sikapnya memilih PJAS yang

aman.

6.1.2 Pengaruh opini terhadap attention, comprehension, acceptance dari

pesan melalui beragam saluran komunikasi (poster, komik, penyuluhan

interaktif, film) terhadap Sikap

Opini terhadap attention, comprehension, acceptance dari pesan melalui

beragam saluran komunikasi (poster, komik, penyuluhan interaktif, film)

memberikan pengaruh secara signifikan terhadap sikap. Hasil penelitian ini secara

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 143: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

138

langsung telah mendukung konsep yang telah disampaikan pada literatur, yaitu

reinforcement theory, yang menjelaskan bahwa agar pesan dapat efektif

mempengaruhi perubahan sikap komunikan maka menurut teori ini, perubahan

sikap merupakan hasil dari perubahan opini (pendapat) komunikan, dan

perubahan ini dihasilkan melalui pesan yang bersifat attention, comprehension,

acceptance. Hasil penelitian juga bersifat positif, hubungannya berbanding lurus,

maksudnya semakin pesan yang disampaikan melalui beragam saluran

komunikasi bersifat attention, comprehension dan acceptance menurut opini

khalayak sasaran maka akan semakin efektif mempengaruhi sikapnya memilih

PJAS yang aman.

6.1.3 Pengaruh Opini terhadap Pengetahuan, Keterampilan Berkomunikasi,

Memotivasi Komunikasi dari Penyuluh terhadap Sikap

Opini terhadap pengetahuan, keterampilan berkomunikasi, memotivasi

komunikasi dari Penyuluh memberikan pengaruh secara signifikan terhadap sikap.

Hasil penelitian ini secara langsung telah mendukung konsep yang telah

disampaikan pada literatur, yaitu communication competency theory, yang

menjelaskan bahwa komunikan akan mengubah sikapnya apabila komunikator

mempunyai pengetahuan tentang apa yang diinformasikan, keterampilan

berkomunikasi dan memotivasi komunikasi. Hasil penelitian juga bersifat positif,

hubungannya berbanding lurus, maksudnya semakin Penyuluh Keamanan PJAS

mempunyai pengetahuan tentang bagaimana memilih makanan/minuman jajanan

yang aman, mampu berinteraksi aktif dengan peserta penyuluhan dan mampu

memotivasi peserta penyuluhan untuk memilih PJAS yang aman menurut opini

khalayak sasaran akan semakin efektif mempengaruhi sikap nya memilih PJAS

yang aman.

Di samping itu, dapat disimpulkan beberapa hal terkait dengan penelitian ini:

1. Awareness (kesadaran) setelah Menggunakan Saluran Komunikasi, opini

terhadap attention, comprehension, acceptance dari pesan melalui

beragam saluran komunikasi (poster, komik, penyuluhan interaktif, film),

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 144: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

139

opini terhadap Pengetahuan, Keterampilan Berkomunikasi, Memotivasi

Komunikasi dari Penyuluh dalam konteks Social Change Campaign,

dapat menjadi tolak ukur evaluasi outcomes sikap secara empiris,

2. Variabel yang paling berpengaruh terhadap sikap untuk memilih PJAS

yang aman, adalah opini terhadap attention, comprehension, acceptance

dari pesan keamanan PJAS yang disampaikan melalui beragam saluran

komunikasi, kemudian variabel opini terhadap pengetahuan, keterampilan

berkomunikasi, memotivasi komunikasi dari Penyuluh Keamanan PJAS

dan variabel awareness / kesadaran untuk memilih PJAS yang aman

setelah menggunakan saluran komunikasi

3. Hasil analisis korelasi sederhana menunjukkan adanya indikasi hubungan

kausalitas dan nilai korelasi antara attention, comprehension, acceptance

dari pesan poster terhadap sikap , dari pesan penyuluhan terhadap sikap

serta dari pesan film terhadap sikap masing-masing bernilai positif

sedang, sedangkan dari pesan komik terhadap sikap bernilai positif kuat

6.2 Implikasi Hasil Penelitian

6.2.1 Praktis

Perlu bagi Badan POM agar

1. Taktik promosi keamanan pangan perlu untuk menitikberatkan pada

peningkatan cakupan diseminasi pesan keamanan PJAS kepada khalayak

sasaran primer (siswa SD) melalui beragam saluran komunikasi (saluran

personal dan non personal) dengan demikian pada saat dilakukan kegiatan

penyuluhan keamanan PJAS kepada siswa SD harus selalu disertai dengan

pemberian produk informasi keamanan pangan untuk mendukung

efektivitas outcomes Gerakan Aksi Nasional PJAS yaitu sikap memilih

PJAS yang aman.

2. Perancangan, pesan kampanye Gerakan Aksi Nasional PJAS perlu

mengutamakan aspek cater to the heart and head selain attention,

comprehension, acceptance untuk mendukung efektivitas sikap memilih

PJAS yang aman.

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 145: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

140

6.2.2 Akademis

Bagi akademik perlu mengembangkan model evaluasi outcomes Social

Change Campaign dengan menggunakan structural equation modeling

(SEM). Dengan demikian variabel-variabel yang berpengaruh terhadap

sikap dapat diidentifikasi dan peneliti juga dapat mnegetahui bagaimana

keterkaitan timbal balik variabel sikap dengan variabel lain seperti

pengaruh kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, pribadi,

pengalaman dan lembaga pendidikan dan agama

6.3 Saran

Disarankan kepada penelitian yang akan datang :

1. Mengambil sampel siswa SD di luar provinsi DKI Jakarta menurut

wilayah, status dan akreditasi sekolah karena social change campaign –

Gerakan Aksi Nasonal PJAS dilakukan pada tingkat nasional. Jika

ditemukan hasil yang sama, maka penelitian ini bisadigeneralisasikan pada

siswa SD secara keseluruhan.

2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai faktor lainnya di luar

penelitian ini yang dapat mempengaruhi sikap memilih PJAS yang aman

(karakteristik psikografik, karakteristik keluarga, kontak interpersonal,

konteks sosial, peraturan sekolah dan media exposure (frekuensi) sehingga

dapat dirancang taktik promosi keamanan pangan dengan intervensi

khusus bila diperlukan.

3. Untuk menggali faktor lain di luar hasil temuan dalam penelitian ini yang

mempengaruhi sikap memilih PJAS yang aman sebaiknya dilakukan

dengan beragam saluran komunikasi(dengan teknik kuesioner juga disertai

dengan wawancara mendalam dan observasi) agar responden dapat leluasa

mengomunikasikan respon atau sikapnya sehingga diperoleh hasil yang

optimal dan tidak bias.

4. Mengambil jumlah sampel dan lingkup yang lebih besar, bukan hanya

terbatas pada kalangan siswa SD saja namun juga komunitas sekolah

lainnya, diteliti terhadap sikap keamanaan pangan. Dengan demikian,

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 146: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

141

akan diperoleh gambaran keberhasilan taktik program promosi keamanan

pangan secara nasional dalam rangka Gerakan Aksi Nasional PJAS.

5. Melakukan penelitian terhadap ketepatgunaan saluran komunikasi yang

digunakan pada taktik promosi keamanan pangan terhadap perilaku

keamanan pangan.

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 147: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

142

KEPUSTAKAAN

Buku

Azwar, Saifuddin, 2005, Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya, Pustaka

Pelajar, Yogyakarta

Ali, Asrori,Mohammad, 2011, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta

Didik, Bumi Aksara, Jakarta

Anonim, 2004, Pengembangan Media Promosi Kesehatan, Pusat Promosi

KesehatanDepartemen Kesehatan RI, Jakarta

Ardianto, Elvinaro, 2009, Public Relations Praktis, Widya Padjajaran, Bandung

Beck, Andrew, Bennet, Peter& Wall, Peter, 2002, Comunication Studies The

Essential Introduction, Routledge, New York

Bungin, Burhan, 2010, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kencana Prenada

Media Group, Jakarta

Cutlip, Scott M., et al, 2006, Effective Public Relations. Trans Tri Wibowo. B.S,

KencanaPrenada Media Group, Jakarta

Di Iorio, Colleen Konicki, 2005, Measurement in Health Behavior, John Wiley

& Sons, Inc, USA

Denis&Windahl Sven, McQuail, 1996, Communication Models, Longman

London & New York, New York

Depari, Edward dan Collin Mac Andrews, 1991, Peranan Komunikasi Massa

Dalam Pembangunan, Gadjah Mada Press, Yogyakarta.

Pusat Promosi Kesehatan, 2004, Pengembangan Media Promosi Kesehatan,

Departemen Kesehatan RI, Jakarta

Engel, J.F., Blackwell, R.D & Miniard, P.W., 1990, Consumer Behavior, The

DrydenPress, United States of America

Fisher, B.Aubrey, 1990, Teori-Teori Komunikasi Massa, Remadja Karya,

Bandung

Ghozali, Imam, 2009, Aplikasi Analisis Multivariate denganSPSS, Badan

Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang

Griffin EM, 2002,A First Look At Communication Theory, Fifth Edition, Mc.

Graw Hill, Boston

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 148: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

143

Hidayat Taufik, Istiadah N, 2011, Mengolah Statistik Penelitian, Media Kita,

Jakarta

Kang NE, Kim JH, Kim YS, Ha AW, 2010, Food Safety Kknowledge and

Practice by the Stages of Change Model in School Children. Nutr Res Pract

Kenneth E., Andersen, 1972, Communication Theory, Practice, Menlo Park,

California

Kotler, Phillip & Ed L.R., 1989, Social Markting Strategies for Changing

Public Behaviour, The Free Press, New York

Liliweri, 1991, Memahami Peran Komunikasi Dalam Masyarakat, Citra Aditya

Bakti, Bandung

---------------, 2009, Dasar-dasar Komunikasi Kesehatan, PT. Pustaka Pelajar,

Yogyakarta

---------------, 2011, Komunikasi Serba Ada Serba Makna, Kencana Prenada

Media

Group, Jakarta

Lin W, Yang HC, Hang CM, Pan WH. 2007, Nutrition Knowledge, Attitude, and

Behavior of Taiwanese elementary school children. Asia Pac J Clin Nutr.

Lok KYW, Chung YW, Benzie IFF, Woo J, 2011, Synthetic Colourings of

some Snack Foods Consumed by Primary School Children Aged 8-9 years in

Hong Kong. Food Additives Contaminants.

Husby I, Heitmann BL, Jensen KO, 2008, Meals and snacks from the child’s

perspective: the contribution of qualitative methods to the development of

dietary interventions. Public Health Nutrition.

Malhotra, Naresh K, 1999, Marketing Research An Applied Orientation, Prentice

Hall, New Jersey.

M. Roger, Everett and Shoemaker , W. Flyod, 1971, Communication of

Innovation, Free Press, W. Flyod.

Miarso, Yusufhadi, 1986, Teknologi Komunikasi Pendidikan,

Pengertian dan Penerapannya di Indonesia, CV. Rajawali, Jakarta.

Moriarty, S.E, 1991, Creative Advertising Theory and Practice, Prentice Hall. Inc,

United State of America

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 149: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

144

Neuman, William Lawrence, 2006, Social Research Methods:

Qualitative and Quantitative Approaches 6th Edition. Boston: Pearson

Education, Inc.

Notoatmodjo, Soekidjo, 2010, Teori dan Aplikasi, Rineka Cipta, Jakarta

Notoatmodjo et all, 1996, Promosi Kesehatan di Sekolah, Pusat Promosi

Kesehatan,Departemen Kesehatan, Jakarta

Nasution, Zulkarimein, 1989, Prinsip - prinsip Komunikasi untuk Penyuluhan, LP

FE UI,Jakarta

Badan POM RI, 2010, Pedoman Sistem Sertifikasi Profesi PKP dan DFI,

DirektoratSurveilan danPenyuluhan Keamanan Pangan Deputi 3 Badan

POM RI, Jakarta

Petty, R.E & Cacioppo, J.T., 1996, Attitudes and Persuasion: Classic and

ContemporaryApproaches, Westview Press, Inc, United States of America

Prastowo, Andi, 2011, Memahami Metode Penelitian, Ar Ruzz Media,

Yogyakarta

Priyatno, Duwi, 2010, Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS, Media Kom,

Jakarta

Ruslan, Rosady, 2008, Metode Penelitian PR dan Komunikasi, PT. Raja

Grafindo Persada, Jakarta

---------------------, 2008, Kiat dan Strategi Kampanye Public Relation, PT. Raja

Grafindo Persada, Jakarta

Rachmat,Kriyantoro, 2010, Teknis Praktis Riset Komunikasi, Kencana

Prenada Media Group, Jakarta

Rakhmat,Jalaluddin, 2000,Psikologi Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya,

Bandung

Ray, Michael L, 1973, The Marketing Communication and the Hierarchy of

Effects,Baverli Hills, CA.Sage, USA

Rice, Ronald E&Charles K Atkin (editor), 1990, Public Communication

Campaigns 2 nd

edition, Sage Publication, USA

Rogers, Everett M. Rogers, 1997, A History ofCommunication Study 1 st

edition, Free Press, USA

Shimp, Terence A., 1997, Advertising, Promotion Management and

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 150: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

145

Supplemental Aspects of Integrated Marketing Communication, 4 th

ed.,

The Dryden Press, Flarcourt Brace College Publisher, Orlando, Philadelphia

Simmons, Robert E., 1990, Communication Campaign Management: A

System Approach, White Plain, NY

Singarimbun, Masri & Sofian Effendi (Editor), 1995, Metode Penelitian

Survei, PT Pustaka LP3ES, Jakarta

Silalahi, Ulber, 2009, Metode Penelitian Sosial, PT. Refika Aditama, Bandung

Severin, Werner J., Tankard, James W., 2005, Teori Komunikasi : Sejarah,

Metode dan Terapan di dalam Media Massa, Jakarta : Prenada Media

Smith, Ronald D., 2002, Strategic Planning for Public Relations,

Lawrence Erlbaum Associates, Inc, New Jersey

Sugiyono, 2011, Statistika untuk Penelitian, PT. Alfabeta, Bandung

Sutisna, 2001, Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran, PT. Remaja

Rosdakarya,Bandung

Supranto, J., 2010, Analisis Multivariat : arti dan interpretasi, PT. Rineka Cipta,

Jakarta

World Health Organization, 1996,Food Safety Unit, Essential Safety

Requirements For street-vended foods

Laporan

Badan POM RI, 2008, Monitoring dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan

JajananAnak Sekolah (PJAS) Nasional

Badan POM RI, 2012, Grand Disain Aksi Nasional Pangan Jajanan Anak Sekolah

(PJAS)

Tesis

Aci Debby Oktori Nasution, 2009, Perilaku Penjaja Pangan Jajanan Anak

Sekolahtentang Gizi dan Keamanan Pangan di lingkungan Kota dan

Kabupaten Bogor

Efriza, 2009, Efektivitas Media Promosi dalam Meningkatkan Pengetahuan

Siswa, Guru dan Pedagang tentang Keamanan Pangan

Helrina, 2000, Hubungan antara Keterpaparan Media Komunikasi

Massa dengan Pengetahuan Remaja tentang HIV/AIDS di SMUN 2

Sinjaidan SMUN SinjaiSelatan

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 151: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

146

MI Murniati, 2004, Hubungan Pajanan Media Komunikasi Massa dengan

Pengetahuan Remaja tentang HIV/AIDS di SMAN 81 dan SMKN 51 Kodya

Jakarta Timur

Mastoni Sani, 1991, Peranan Media Massa dalam Pembentukan Sikap

KemandirianBerkeluarga Berencana

Regina Damayanti Darmadji, 2003, Pengaruh Iklan TV terhadap Pemahaman dan

Sikap

Rumondang Pulungan, 2008, Studi Mengenai Pengaruh Metode Penyuluhan

TerhadapPeningkatan Pengetahuan dan Sikap Dokter Kecil Terhadap PSN-

DBD

Jurnal

Cho Hyunyi&T. Salmon, Charles, 2007, Unintended Effects of Health

CommunicationCampaigns, Journal of Communication, 293-317

Chung, Sungeon& L. Fink, Edward, 2008, The Cognitive Dynamics of

Beliefs : The Effect of Information on Message Processing,Journal of

Communication, 477-503

Yasmin, Ghaida dan Mdanijah, Siti, 2010, Perilaku Penjaja Pangan Jajanan Anak

Sekolah terkait Gizi dan Keamanan Pangan di Jakarta dan Sukabumi, Jurnal

Gizi dan Pangan,148-157

Ida Husby, Berit L Heitmann and Katherine O‟Doherty Jensen,2008, Meals and

Snacks from the childs perspective : the contribution of qualitative

methods to thedevelopment of dietary interventions, Journal of Public

Health Nutrition,739-747

Artikel dari database internet

http://tirman.wordpress.com/komunikasi-efektif-dalam-pembelajaran/

Story M, French S., 2004, Food advertising and marketing directed at

children and adolsecent in the US. Int J Behavioral Nutr Phys Activity.

2004;1:3 (http://www.ijbnpa.org/content/1/1/3).

http://www.t4cd.org/Resources/ICT_Resources/Projects/Pages/ICTProject_306.a

spxCatalog 2Wcom Early Warning System, Germany.

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 152: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

0

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Kuesioner Penelitian

Lampiran II : Output Analisis Distribusi Frekuensi Data Responden

Lampiran III : Output Analisis Distribusi Frekuensi Variabel Penelitian

Lampiran IV : Output Efektivitas Sikap Memilih PJAS yang Aman

Lampiran V : Output Analisis Repeated Measure ANOVA

Lampiran VI : Output Analisis Korelasi Sederhana

Lampiran VII : Output Analisis Tabulasi Silang

Lampiran VIII : Output Analisis Multivariate

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 153: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

5. Berapa kali kamu jajan makanan atau minuman dalam seminggu di

sekolah? (pilih salah satu dengan melingkari jawaban)

a. Sering atau selalu ( ≥ 4 kali/seminggu)

b. Kadang-kadang ( 1-3 kali/seminggu)

c. Tidak pernah jajan

Kenal terhadap Poster PoMpi, Komik PoMpi, Penyuluhan Interakrif

Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah, Film PoMpi

6. Saya pernah membaca Poster PoMpi “Hindari Jajan Sembarangan”

a. Ya

b. Tidak

7. Saya pernah membaca Komik PoMpi “Memilih Makanan yang aman”

a. Ya

b. Tidak

8. Saya pernah mengikuti Penyuluhan Interaktif “Keamanan Pangan

Jajanan Anak Sekolah”

a. Ya

b. Tidak

9. Saya pernah melihat Film PoMpi “Akibat Salah Makan”

a. Ya

b. Tidak

Tahu pesan memilih makanan/minuman yang aman dari Poster PoMpi,

Komik PoMpi, Penyuluhan Interakrif Keamanan Pangan Jajanan Anak

Sekolah, Film PoMpi

10. Saya tahu pesan memilih makanan/minuman yang aman dari Poster

PoMpi “Hindari Jajan Sembarangan”

a. Ya

b. Tidak

11. Saya tahu pesan memilih makanan/minuman yang aman dari Komik

PoMpi “Memilih Makanan yang aman”

a. Ya

b. Tidak

12. Saya tahu pesan memilih makanan/minuman yang aman dari Penyuluhan

Interaktif “Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah”

a. Ya

b. Tidak

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 154: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

13. Saya tahu pesan memilih makanan/minuman yang aman dari Film PoMpi

“Akibat Salah Makan”

a. Ya

b. Tidak

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 155: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

B. Awareness memilih PJAS yang amansetelah menggunakan saluran

komunikasi

Berikan tanda silang (X) pada kolom di sebelah kanan setiap pernyataan di

bawah ini yang sesuai dengan pilihan Adik,

1 = STS : Sangat Tidak Sadar

2 = T: Tidak Sadar

3 = R : Ragu-ragu

4 = S : Sadar

5 = SS : Sangat Sadar

No Pernyataan Sangat

Tidak

Sadar

Tidak

Sadar

Ragu-

ragu

Sadar Sangat

Sadar

1 Setelah saya membaca Poster PoMpi

“Hindari Jajan Sembarangan” , saya

(sangat tidak sadar/tidak sadar/ragu-

ragu/sadar/sangat sadar) untuk memilih

makanan/minuman jajanan yang aman

2 Setelah saya membaca Komik PoMpi

“Memilih Makanan yang aman”, saya

(sangat tidak sadar /tidak sadar/ragu-

ragu/sadar/sangat sadar) untuk memilih

makanan/minuman jajanan yang aman

3 Setelah saya mengikuti Penyuluhan

Interaktif “Keamanan Pangan Jajanan

Anak Sekolah”, saya (sangat tidak sadar

/tidak sadar/ragu-ragu/sadar/sangat

sadar) untuk memilih

makanan/minuman jajanan yang aman

4 Setelah saya melihat Film PoMpi

“Akibat Salah Makan” saya (sangat

tidak sadar /tidak sadar/ragu-

ragu/sadar/sangat sadar) untuk memilih

makanan/minuman jajanan yang aman

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 156: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

C. Opini terhadap attention, comprehension, acceptance daripesan keamanan

PJAS

Berikan tanda silang (X) pada kolom di sebelah kanan setiap pernyataan di bawah

ini yang sesuai dengan pilihan Adik, dengan keterangan sebagai berikut:

1 = STS : Sangat Tidak Sadar

2 = T : Tidak Sadar

3 = R : Ragu-ragu

4 = S : Sadar

5 = SS : Sangat Sadar

Poster PoMpi “Hindari Jajan Sembarangan”

No Pernyataan Sangat

Tidak

Setuju

Tidak

Setuju

Ragu-

ragu

Setuju Sangat

Setuju

1 Pesan yang disampaikan menarik

perhatian saya

2 Pesan yang disampaikan meningkatkan

perhatian saya

3 Pesan yang disampaikan lengkap

(terdapat jawaban terhadap pertanyaan

mengapa kita “Memilih

Makanan/Minuman Jajanan yang aman”)

4 Pesan yang disampaikan mudah dipahami

5 Pesan yang disampaikan dapat diterima

di lingkungan sosial saya

6 Pesan yang disampaikan dapat diterima

di budaya saya

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 157: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

Komik PoMpi “Memilih Makanan Aman”

No Pernyataan Sangat

Tidak

Setuju

Tidak

Setuju

Ragu-

ragu

Setuju Sangat

Setuju

1 Pesan yang disampaikan menarik

perhatian saya

2 Pesan yang disampaikan meningkatkan

perhatian saya

3 Pesan yang disampaikan lengkap

(terdapat jawaban terhadap pertanyaan

mengapa kita “Memilih

Makanan/Minuman Jajanan yang aman”)

4 Pesan yang disampaikan mudah dipahami

5 Pesan yang disampaikan dapat diterima

di lingkungan sosial saya

6 Pesan yang disampaikan dapat diterima

di budaya saya

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 158: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

Penyuluhan Interaktif “Keamanan PJAS”

No Pernyataan Sangat

Tidak

Setuju

Tidak

Setuju

Ragu-

ragu

Setuju Sangat

Setuju

1 Pesan yang disampaikan menarik

perhatian saya

2 Pesan yang disampaikan meningkatkan

perhatian saya

3 Pesan yang disampaikan lengkap

(terdapat jawaban terhadap pertanyaan

mengapa kita “Memilih

Makanan/Minuman Jajanan yang aman”)

4 Pesan yang disampaikan mudah dipahami

5 Pesan yang disampaikan dapat diterima

di lingkungan sosial saya

6 Pesan yang disampaikan dapat diterima

di budaya saya

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 159: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

Film PoMpi “Akibat Salah Makan”

No Pernyataan Sangat

Tidak

Setuju

Tidak

Setuju

Ragu-

ragu

Setuju Sangat

Setuju

1 Pesan yang disampaikan menarik

perhatian saya

2 Pesan yang disampaikan meningkatkan

perhatian saya

3 Pesan yang disampaikan lengkap

(terdapat jawaban terhadap pertanyaan

mengapa kita “Memilih

Makanan/Minuman Jajanan yang aman”)

4 Pesan yang disampaikan mudah dipahami

5 Pesan yang disampaikan dapat diterima

di lingkungan sosial saya

6 Pesan yang disampaikan dapat diterima

di budaya saya

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 160: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

D. Opini terhadap pengetahuan, keterampilan berkomunikasi, memotivasi

komunikasi dari Penyuluh Keamanan PJAS

Berikan tanda silang (X) pada kolom di sebelah kanan setiap pernyataan di bawah

ini yang sesuai dengan pilihan Adik, dengan keterangan sebagai berikut:

1 = STS : Sangat Tidak Sadar

2 = T: Tidak Sadar

3 = R : Ragu-ragu

4 = S : Sadar

5 = SS : Sangat Sadar

No Pernyataan Sangat

Tidak

Setuju

Tidak

Setuju

Ragu-

ragu

Setuju Sangat

Setuju

1 Kakak yang membawakan materi

powerpoint slide (penyuluh) mempunyai

pengetahuan tentang bagaimana memilih

makanan / minuman jajanan yang aman

2 Kakak yang membawakan powerpoint

slide (penyuluh) mampu berinteraksi aktif

dengan peserta penyuluhan

3 Kakak yang membawakan powerpoint

slide (penyuluh) mampu memotivasi saya

untuk memilih makanan/minuman

jajanan yang aman

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 161: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

E. Sikap memilih Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) yang aman

Berikan tanda silang (X) pada kolom di sebelah kanan setiap pernyataan di bawah

ini yang sesuai dengan pilihan Adik, dengan keterangan sebagai berikut:

1 = STS : Sangat Tidak Sadar

2 = T: Tidak Sadar

3 = R : Ragu-ragu

4 = S : Sadar

5 = SS : Sangat Sadar

No Pernyataan Sangat

Tidak

Setuju

Tidak

Setuju

Ragu-

ragu

Setuju Sangat

Setuju

1 Sebelum jajan, pilih tempat jajan yang

terlindung dari debu/asap kendaran

bermotor

2 Sebelum jajan penting memperhatikan

kebersihan tempat jajan

3 Sebelum jajan, pilih tempat jajan yang

jauh dari tumpukan sampah

4 Sebelum jajan penting untuk

memperhatikan kebersihan penjaja

makanan/minuman jajanan

5 Membeli makanan/minuman jajanan dari

penjaja yang tidak langsung menyentuh

makanan/minuman dengan tangan

6 Sebelum jajan penting untuk

memperhatikan kebersihan peralatan

yang digunakan penjaja untuk mengambil

makanan jajanan

7 Membeli makanan/minuman jajanan

yang disajikan menggunakan peralatan

makan/minum

(piring/sendok/garpu/gelas) yang bersih

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 162: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

No Pernyataan Sangat

Tidak

Setuju

Tidak

Setuju

Ragu-

ragu

Setuju Sangat

Setuju

8 Sebelum jajan penting memperhatikan

tanggal kedaluwarsa pada kemasan

9 Sebelum jajan, penting untuk

memperhatikan kebersihan tempat

penjualan (gerobak, meja,dll)

10 Sebelum jajan penting untuk

memperhatikan kebersihan wadah untuk

menjual makanan/minuman jajanan

11 Membeli makanan/minuman jajanan

yang dikemas dengan kemasan dalam

kondisi baik (plastik snack tidak

bocor/kaleng minuman tidak

penyok/berkarat)

12 Membeli makanan jajanan yang tidak

dibungkus dengan kertas bekas

bertinta/kertas koran/kantong kresek

hitam

13 Membeli makanan/minuman jajanan

yang dikemas dengan kemasan yang

bersih

14 Membeli makanan/minuman jajanan

yang tidak mengandung formalin, boraks,

rhodamin B, methanyl yellow

15 Membeli minuman yang dibuat dari air

matang

16 Membeli es campur yang menggunakan

es batu dari air matang

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 163: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

Tahu pesan memilih PJAS yang Aman dari Poster PoMpi

265 100,0 100,0 100,0YaValidFrequency Percent Valid Percent

Cumulat iv ePercent

Tahu pesan memilih PJAS yang Aman dari Komik PoMpi

265 100,0 100,0 100,0YaValidFrequency Percent Valid Percent

Cumulat iv ePercent

Tahu pesan memilih PJAS yang Aman dari Penyuluhan Interaktif

265 100,0 100,0 100,0YaValidFrequency Percent Valid Percent

Cumulat iv ePercent

Tahu pesan memilih PJAS yang Aman dari Film PoMpi

265 100,0 100,0 100,0YaValidFrequency Percent Valid Percent

Cumulat iv ePercent

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 164: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

8

Universitas Indonesia

Case Processing Summary

265 100,0% 0 ,0% 265 100,0%Usia * SikapN Percent N Percent N Percent

Valid Missing TotalCases

Usia * Sikap Crosstabulation

1 37 38,4% 14,0% 14,3%

4 72 761,5% 27,2% 28,7%

0 99 99,0% 37,4% 37,4%

0 49 49,0% 18,5% 18,5%

0 3 3,0% 1,1% 1,1%

5 260 2651,9% 98,1% 100,0%

Count% of TotalCount% of TotalCount% of TotalCount% of TotalCount% of TotalCount% of Total

9 tahun

10 tahun

11 tahun

12 tahun

13 tahun

Usia

Total

Kurang Efektif Ef ektifSikap

Total

Chi-Square Tests

7,698a 4 ,1039,018 4 ,061

3,691 1 ,055

265

Pearson Chi-SquareLikelihood RatioLinear-by-LinearAssociationN of Valid Cases

Value dfAsy mp. Sig.

(2-sided)

6 cells (60,0%) have expected count less than 5. Theminimum expected count is ,06.

a.

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Page 165: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20313134-T31489-Hubungan antara.pdflib.ui.ac.id

9

Universitas Indonesia

Case Processing Summary

265 100,0% 0 ,0% 265 100,0%Uang Saku * SikapN Percent N Percent N Percent

Valid Missing TotalCases

Uang Saku * Sikap Crosstabulation

0 1 1,0% ,4% ,4%

1 33 34,4% 12,5% 12,8%

2 92 94,8% 34,7% 35,5%

2 134 136,8% 50,6% 51,3%

5 260 2651,9% 98,1% 100,0%

Count% of TotalCount% of TotalCount% of TotalCount% of TotalCount% of Total

Tidak diberi uang saku

Rp.1000 - Rp. 2500

Rp. 2600 - Rp. 5000

> Rp. 5000

UangSaku

Total

Kurang Efektif Ef ektifSikap

Total

Chi-Square Tests

,380a 3 ,944,379 3 ,945

,311 1 ,577

265

Pearson Chi-SquareLikelihood RatioLinear-by-LinearAssociationN of Valid Cases

Value dfAsy mp. Sig.

(2-sided)

5 cells (62,5%) have expected count less than 5. Theminimum expected count is ,02.

a.

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012