Download - Lapsus Bph

Transcript
  • Presentasi KasusProstate HyperplasiaPembimbing:dr. Hery Unggul Sp.B

  • Identitas PasienNama: Tn. FxsJenis Kelamin: Laki-lakiUsia: 67 tahunAlamat: Tambak boyoStatus Perkawinan: MenikahTanggal Masuk: 22 April 2015No. CM: 068563

  • Keluhan UtamaPasien datang dari Poli bedah RSUD Ambarawa dengan keluhan BAK tersendat sejak kurang lebih 1 minggu SMRS.

  • Pasien mengeluhkan BAK yang tersendatBAK kadang harus dengan mengejan agar lebih lancarSaat selesai BAK kadang terasa belum puas.merasakan nyeri diperut bagian bawah,nyeri menjalar hingga pinggang,nyeri saat BAK disangkal, BAK jernihBAK keluar nanah disangkal, BAK berpasir atau keluar batu disangkal, tidak pernah demam, pusing, mual ataupun muntah.Riwayat Penyakit Sekarang

  • Riwayat Penyakit Dahulu Keluhan sebelumnya yang serupa disangka

    Riwayat Penyakit KeluargaPada keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan serupa, tidak ada riwayat pembesaran prostat, tumor/kanker,hipertensi (-),penyakit jantung (-), DM (-), Alergi (-)

  • Hipotesis : LUTS e.c PH dd BSK

  • Pemeriksaan FisikKeadaan Umum: Tampak Sakit Sedang.Kesadaran: Compos Mentis.Tanda Vital : Tekanan Darah : 140/90mmHgNadi : 80 x/menitRespirasi : 20 x/menitSuhu : 370 C

    Pemeriksaan Kepala dan LeherMata: Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-Telinga: Normotia +/+Hidung: Deviasi septum -/-, perdarahan -/-

  • Pemeriksaan ThoraksPulmoInspeksi : Pernapasan simetris saat statis dan dinamis. Palpasi : Vocal fremitus simetris kedua hemithoraks.Perkusi : Sonor pada kedua lapang paruAuskultasi : Suara nafas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-

    CorInspeksi : ictus cordis terlihat di ICS 5Palpasi : ictus cordis teraba di ICS 5, 1 jari lateral linea midklavikula sinistra.Perkusi : batas kanan jantung di ICS 4 linea parasternal dextra, batas kiri jantung di ICS 5 1 jari medial linea midklavikula sinistra, pinggang jantung di ICS 2 linea parasternalis sinistra. Auskultasi : S1S2 reguler, Murmur (-), Gallop (-)

  • Pemeriksaan Abdomen Inspeksi: Datar, distensi (-) pd regio suprapubicPalpasi: Supel, nyeri tekan (-), massa (-), hepar dan lien tidak teraba membesar, distensi abdomen (-)Perkusi: Timpani pada seluruh lapang abdomenAuskultasi: Bising usus (+) normal

    Pemeriksaan Ekstremitas : Akral hangat, edem (-)

    Rectal touche : teraba massa pada arah jam 1, konsistensi lunak.NT CVA -/-

  • AssessmentProstat hiperplasiaNefrolitiasis sinistra

  • PenatalaksanaanMotivasi Operasi

    Melakukan Operasi TVP tgl 23/4Post op : KU pasien baik.

  • Follow UpTgl 24/4S : mengeluhkan sakit disekitar bekas operasiO : KU/KES: baik/CMSt.generalis : DBNSt.lokalis : terbalut verban pd regio suprapubicTerpasang DC, volume 150cc, warna jernihIrigasi (+), lancarTerpasang drain, volume minimal.Terpasang traksi (+)A : PH post TVP H1Edukasi : mobilitas (+), minum air ++Tgl 25/4S : sakit sudah berkurang disekitar bekas operasi, kurang nyaman dengan selang kateter,sudah bisa duduk dan miring ki/ka, Flatus (+)O : KU/KES: baik/CMSt.generalis : DBNSt.lokalis : terbalut verban pd regio suprapubicTerpasang DC, volume 100cc, warna jernihIrigasi (+), lancarTerpasang drain, volume minimal.A : PH post TVP H2Edukasi : mobilitas (+), minum air ++, aff traksi.

  • Follow upTgl 26/4S : KT (-), mobilisasi ++O : KU/KES: baik/CMSt.generalis : DBNSt.lokalis : terbalut verban pd regio suprapubicTerpasang DC, volume 70cc, warna jernihIrigasi (+), lancarTerpasang drain, volume minimal.A : PH post TVP H3Edukasi : Aff irigasi

    Tgl 27/4S : KT (-)O : KU/KES: baik/CMSt.generalis : DBNSt.lokalis : terbalut verban pd regio suprapubicTerpasang DC, volume 100cc, warna jernihTerpasang drain, volume minimal.A : PH post TVP H4Edukasi : Aff infus BLPL

  • TINJAUAN PUSTAKA

  • DefinisiProstate Hyperplasia adalah suatu keadaan dimana kelenjar periuretral prostat mengalami hiperplasia yang akan mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi simpai. 1,2

  • Anatomi Prostat

  • EpidemiologiPeningkatan ukuran prostat (lambat) : Lahir pubertasPeningkatan ukuran prostat: akhir 30-an.Prevalensi:50% pada usia 5080% pada usia 80 tahun100% pada usia 90 tahun

  • Gambaran Klinis(Gejala)

  • WHO (Internasional Prostate Symptom Score, IPSS)Jumlah nilai :0 = baik sekali1 = baik2 = kurang baik3 = kurang4 = buruk5 = buruk sekali

    Penilaian:ringan : skor 0-7sedang : skor 8-19berat : skor 20-35

  • Gambaran KlinisPemeriksaan fisik

  • 2. Pemeriksaan laboratoriuma. Darah :Ureum dan KreatininsElektrolitBlood urea nitrogenProstate Specific Antigen (PSA)Gula darahUrin : Kultur urin + sensitifitas testUrinalisis dan pemeriksaan mikroskopikSedimen

    3. Pemeriksaan pencitraanFoto polos abdomen (BNO)Pielografi Intravena (IVP)Sistogram retrogradTransrektal Ultrasonografi (TRUS)MRI atau CT (jarang dilakukan)

  • 4. Pemeriksaan lainUroflowmetrimengukur laju pancaran urin miksi. Laju pancaran urin ditentukan oleh: daya kontraksi otot detrusor, tekanan intravesica, resistensi uretranormal:12 ml/detik, puncak laju pancaran mendekati 20 ml/detikobstruksi ringan: 6 8 ml/detik dengan puncaknya sekitar 11 15 ml/detik.

    Pemeriksaan Tekanan Pancaran (Pressure Flow Studies)dapat membedakan apakah penyebabnya adalah obstruksi atau daya kontraksi otot detrusor yang melemah.menggunakan Abrams-Griffiths Nomogram. Mengukur tekanan intravesica dan laju pancaran urinPemeriksaan Volume Residu Urin

  • Diagnosis BandingKelemahan detrusor kandung kemihkelainan medula spinalisneuropatia diabetes mellituspasca bedah radikal di pelvisFarmakologikKandung kemih neuropatikelainan neurologikneuropati periferdiabetes mellitusalkoholismefarmakologik

    Obstruksi fungsional :dis-sinergi detrusor-sfingterketidakstabilan detrusorKekakuan leher kandung kemih : fibrosis Resistensi uretra yang meningkat disebabkan oleh :hiperplasia prostat jinak atau ganaskelainan yang menyumbatkan uretra uretritis akut atau kronikstriktur uretra

  • Kriteria Pembesaran ProstatBerdasarkan gambaran klinis

    Berdasarkan penonjolan prostat ke dalam rektum :derajat 1 : penonjolan 0-1 cm ke dalam rektumderajat 2 : penonjolan 1-2 cm ke dalam rektumderajat 3 : penonjolan 2-3 cm ke dalam rektumderajat 4 : penonjolan > 3 cm ke dalam rektum

  • Kriteria Pembesaran ProstatIntra vesikal gradingderajat 1 : prostat menonjol pada bladder inletderajat 2 : prostat menonjol diantara bladder inlet dengan muara ureterderajat 3 : prostat menonjol sampai muara ureterderajat 4 : prostat menonjol melewati muara ureter

    Berdasarkan pembesaran kedua lobus lateralis yang terlihat pada uretroskopi :derajat 1 : kissing 1 cmderajat 2 : kissing 2 cmderajat 3 : kissing 3 cmderajat 4 : kissing >3 cm

  • KomplikasiBatu Kandung KemihHematuriasSistitisPielonefritisRetensi Urin Akut Atau KronikRefluks Vesiko-UreterHidroureterHidronefrosisGagal Ginjal 2

  • PenatalakasanaanObservasi (Watchful waiting)MedikamentosaPenghambat adrenergik aFitoterapiHormonalOperatifProstatektomi terbukaRetropubic infravesika (Terence millin)Suprapubic transvesica/TVP (Freyer)TransperinealEndourologiTrans urethral resection (TUR)Trans urethral incision of prostate (TUIP)

  • PenatalakasanaanInvasif minimalTrans urethral microwave thermotherapy (TUMT)Trans urethral ballon dilatation (TUBD)Trans urethral needle ablation (TUNA)Stent urethra dengan prostacath 11

    Pembedahan dengan laser (Laser Prostatectomy)Trans urethral ultrasound guided laser induced prostatectomy (TULIP)Trans urethral evaporation of prostate (TUEP)Teknik koagulasi

  • PenatalaksanaanBerdasarkan derajat berat gejala klinik:Derajat 1:KonservatifDerajat 2:Intervensi operatif trans uretral resection (TUR)KonservatifDerajat 3:TUR (oleh ahli urologi)Operasi terbukaDerajat 4:membebaskan penderita dari retensi urin total: kateter atau memasang sistostomi Terapi definitif : TUR P atau operasi terbuka.1,2

  • Trans urethral resection (TUR)

  • DAFTAR PUSTAKAUmbas, R. 1995. Patofisiologi dan Patogenesis Pembesaran Prostat Jinak. Yayasan penerbit IDI, Jakarta ; 1-5Rahardjo, J. 1996. Prostat Hipertropi. Dalam : Kumpulan Ilmu Bedah. Bina rupa aksara, Jakarta ; 161-70Sjamsuhidajat R, de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi revisi, Jakarta : EGC, 1997.Reksoprodjo S. Prostat Hipertrofi, Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah cetakan pertama, Jakarta : Binarupa Aksara, 1995.Sabiston, David C. Hipertrofi Prostat Benigna, Buku Ajar Bedah bagian 2, Jakarta : EGC,1994.Katzung, Bertram G. Farmakologi Dasar dan Klinik edisi VI, Jakarta : EGC, 1997.Rahardja K, Tan Hoan Tjay. Obat - Obat Penting; Khasiat, Penggunaan, dan Efek Efek Sampingnya edisi V, Jakarta : Gramedia, 2002.Rahardjo D. Pembesaran Prostat Jinak; Beberapa Perkembangan Cara Pengobatan, Jakarta : Kuliah Staf Subbagian Urologi Bagian Bedah FK UI R.S. Dr. Cipto Mangunkusumo, 1993.Priyanto J.E. Benigna Prostat Hiperplasi, Semarang : Sub Bagian Bedah Urologi FK UNDIP. Nasution I. Pendekatan Farmakologis Pada Benign Prostatic Hyperplasia (BPH), Semarang : Bagian Farmakologi dan Terapeutik FK UNDIP.Soebadi D.M. Fitoterapi Dalam Pengobatan BPH, Surabaya : SMF/Lab. Urologi RSUD Dr. Soetomo-FK Universitas Airlangga, 2002.Purnomo B.P. Buku Kuliah Dasar Dasar Urologi, Jakarta : CV.Sagung Seto, 2000.A Emil, W Jack. Smith General Urology. Ed 17th. The McGraw-Hill Companies, Inc. America: 2008.Robin and Cotrans. Patologic Basis of disease. Ed 7th. Elsevier. America: 2007

    Obstruktif: penyempitan uretara pars prostatika karena didesak oleh prostat yang membesar dan kegagalan otot detrusor untuk berkontraksi cukup kuat dan atau cukup lama saehingga kontraksi terputus-putus

    Gejala iritatif disebabkan oleh karena pengosongan vesica urinaris yang tidak sempurna pada saat miksi atau disebabkan oleh karena hipersensitifitas otot detrusor karena pembesaran prostat menyebabkan rangsangan pada vesica, sehingga vesica sering berkontraksi meskipun belum penuh

    *