LABORATORIUM KIMIA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
LAPORAN KELOMPOK
SPEKTROFOTOMETRI & VALIDASI
METODE ANALISIS
OLEH
KELOMPOK III
SRI MEGAWATI N111 09 013
SUHARPIAMI N111 10 122
FITRI AQMALIAH B N111 10 263
SURYANINGSIH N111 10 268
ARDY N TODING BUA N111 10 276
EKA HARDIYANTI N111 10 287
NURUL MUTHMAINNAH N111 10 905
GOLONGAN RABU
ASISTEN : MUH. TRI HIDAYAT
MAKASSAR
2012
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Analisis kimia kuantitatif dapat diartikan sebagai metode analisis
prosedur kimia kuantitatif terhadap bahan-bahan yang dipakai dalam bidang
farmasi terutama dalam penentuan kadar dan mutu dari obat-obatan dan
senyawa-senyawa kimia yang tercantum dalam farmakope dan buku-buku
resmi lainnya.
Obat-obatan di pasaran sampai ke tangan konsumen dalam waktu
yang cukup lama. Dalam waktu tersebut, tidak menutup kemungkinan kadar
zat aktif dalam sediaan telah mengalami penurunan. Untuk itulah perlu
adanya penentuan kadar senyawa aktif dalam suatu sampel,sediaan farmasi
yakni dengan mengunakan metode spektrofotometri UV-Vis. Namun dalam
penggunaan metode tertentu perlu dilakukan validasi metode analisis
tersebut. Maka, dalam percobaan ini akan membahas mengenai analisis
spektrofotometri dan validasi metode analisisnya.
I.2 Maksud dan Tujuan
I.2.1 Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami cara melakukan validasi metode analisis
spektrofotometri dengan berdasarkan pada parameter-parameternya.
I.2.2 Tujuan Percobaan
Mengetahui cara melakukan validasi metode analisis spektrofotometri
terhadap sampel tablet parasetamol generik dengan berdasarkan parameter
akurasi, presisi, linearitas, batas deteksi dan batas kuantitas.
I.3 Prinsip Percobaan
a. Melakukan validasi metode analisis spektrofotometri terhadap sampel
tablet parasetamol generik dengan berdasarkan parameter akurasi,
presisi, linearitas, batas deteksi dan batas kuantitas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Derivat dari para amino fenol yaitu fenasetin dan asetaminofen.
Asetaminofen (parasetamol) merupakan metabolit fenasetin dengan efek
antipiretik yang sama dan telah digunakan sejak tahun 1893. Efek terapetik
ditentukan oleh gugus aminobenzen.fenasetin tidak digunakan lagi dalam
pengobatan karena efeknya yang dapat menyebabkan analgetik nefropati,
anemia hemolitik, dan mungkin kanker kandung kemih. (1)
Spektrofotometri absorbansi adalah sebuah instrumen untuk
mengukur absorbs/penyerapan cahaya dengan energy (panjang gelombang)
tertentu oleh suatu atom atau molekul.
Absorbsi cahaya oleh suatu molekul merupakan bentuk interaksi
antara gelombang cahaya (foton) dan molekul/atom. Jika suatu molekul atau
atom terpanjang dengan radiasi elektromagenetik, energi dapat diserap
melalui salah satu dari ketiga cara di bawah ini:
1. Energi dapat menaikkan electron dari orbital ikatan menuju orbital anti
ikatan yang berenergi lebih besar sehingga disebut transisi elektronik.
2. Energi dapat bekerja untuk meningkatkan getaran atau osilasi atom
disekitar ikatan kimia. Ini diistilahkan sebagai transisi getaran.
3. Energi dapat menyebabkan peningkatan putaran atom disekitar ikatan
kimia, yaitu transisi putaran.
Tiap transisi elektronik dikaitkan dengan transisi putaran dan getaran,
karena transisi elektronik memerlukan energy yang sangat banyak, hanya
cahaya dengan panjang gelombang pendek yang memiliki energy yang
cukup untuk dapat melakukan transisi elektronik. Cahaya tampak dan
ultraviolet umumnya diperlukan untuk menghasilkan transisi elektronik.
Energi cahaya yang diserah oleh molekul atau atom akan digunakan
oleh electron dalam molekul atau atom untuk bertransisi ke tingkat energi
elektronik yang lebih tinggi. Absorbs hanya akan terjadi jika selisih kedua
tingkat energy elektronik tersebut (ΔE = E2 – E1) bersesuaian dengan energy
cahaya (foton) yang datang, yakni : ΔE = Efoton.
Untuk molekul organik, absorbs cahaya UV/Vis terjadi pada group
fungsional (kromofor) yang mengandung electron-elektron valensi. Proses
absorbs cahaya UV/Vis berkaitan dengan promosi electron dari satu orbital
molekul dengan tingkatan energy elektronik yang lebih tinggi. Transisi
elektronik tersebut biasanya adalah σ σ* atau n σ* (bersesuaian
dengan energy cahaya UV) dan π π* atau n π* (bersesuaian dengan
cahaya visible). (2)
Validasi metode adalah suatu proses yang menunjukkan bahwa
prosedur analitik telah sesuai dengan penggunaan yang dikehendaki.
Validasi merupakan persyaratan mendasar yang diperlukan untuk menjamin
kualitas dan hasil dari semua aplikasi analitik (Ermer, 2005). Adapun
karakteristik dalam validasi metode menurut USP (United States
Pharmacopeia) XXX yaitu akurasi/kecermatan, presisi/keseksamaan,
spesifisitas, batas deteksi, batas kuantitasi, linieritas, rentang dan
kekuatan/ketahanan. (3)
a. Akurasi
Akurasi adalah kedekatan antara nilai hasil uji yang diperoleh melalui
metode analitik dengan nilai sebenarnya. Akurasi dinyatakan dalam persen
perolehan kembali (% recovery). Akurasi dapat ditentukan dengan dua
metode, yakni spiked – placebo recovery dan standard addition method.
Pada spiked – placebo recovery atau metode simulasi, analit murni
ditambahkan (spiked) ke dalam campuran bahan pembawa sediaan farmasi,
lalu campuran tersebut dianalisis dan jumlah analit hasil analisis
dibandingkan dengan jumlah analit teoritis yang diharapkan. Jika plasebo
tidak memungkinkan untuk disiapkan, maka sejumlah analit yang telah
diketahui konsentrasinya dapat ditambahkan langsung ke dalam sediaan
farmasi. Metode ini dinamakan standard addition method atau metode
penambahan baku. (4)
b. Presisi
Presisi adalah ukuran keterulangan metode analitik, termasuk di
antaranya kemampuan instrumen dalam memberikan hasil analitik yang
reprodusibel. Berdasarkan rekomendasi ICH (the International Conference on
the Harmonisation), karakteristik presisi dilakukan pada 3 tingkatan, yakni
keterulangan (repeatability), presisi antara (intermediate precision) dan
reprodusibilitas (reproducibility). Keterulangan dilakukan dengan cara
menganalisis sampel yang sama oleh analis yang sama menggunakan
instrumen. yang sama dalam periode waktu singkat. Presisi antara dikerjakan
oleh analis yang berbeda. Sedangkan reprodusibilitas dikerjakan oleh analis
yang berbeda dan di laboratorium yang berbeda. (4)
c. Spesifisitas
Spesifisitas adalah kemampuan untuk mengukur analit yang dituju secara
tepat dan spesifik dengan adanya komponen lain dalam matriks sampel
seperti ketidakmurnian, produk degradatif dan komponen matriks. Secara
umum, spesifisitas dapat ditunjukkan oleh pendekatan secara langsung
maupun tidak langsung. Pendekatan langsung dapat ditunjukkan oleh
minimalnya gangguan oleh senyawa lain terhadap hasil analisis misalnya
mendapatkan hasil yang sama dengan atau tanpa senyawa pengganggu,
resolusi kromatografik yang bagus dan kemurnian puncak (peak purity).
Pendekatan tidak langsung adalah lewat pengamatan karakteristik akurasi
dari metode tersebut. Bila akurasi metode telah dapat diterima (acceptable)
dan valid, maka metode tersebut otomatis telah masuk kriteria sebagai
metode yang spesifik (3)
d. Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi
Batas deteksi adalah konsentrasi analit terendah dalam sampel yang
masih dapat dideteksi, meskipun tidak selalu dapat dikuantifikasi. Sedangkan
batas kuantitasi adalah konsentrasi analit terendah dalam sampel yang dapat
ditentukan dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima pada kondisi
operasional metode yang digunakan. (4)
e. Linearitas
Linieritas adalah kemampuan suatu metode untuk memperoleh hasil
uji yang secara langsung proposional dengan konsentrasi analit pada kisaran
yang diberikan. Linieritas dapat ditentukan secara langsung dengan
pengukuran sampel (analit) yang ditambahkan baku pada sekurang-
kurangnya lima titik konsentrasi yang mencakup seluruh rentang konsentrasi
kerja. Berdasarkan rekomendasi ICH, linieritas dalam prakteknya
diperkirakan pertama kali secara visual dari penampilan kurva plot luas area /
tinggi puncak dengan konsentrasi. Untuk prosedur analitik, CDER (Center for
Drug Evaluation and Research, US FDA) merekomendasikan bahwa kriteria
linieritasnya pada tingkat koefisien korelasi tidak lebih kecil dari 0,999 (3).
f. Rentang
Rentang adalah konsentrasi terendah dan tertinggi yang mana suatu
metode analitik menunjukkan akurasi, presisi dan linieritas yang cukup.
Rentang suatu prosedur dapat divalidasi lewat pembuktian bahwa prosedur
analitik tersebut mampu memberikan presisi, akurasi dan linieritas yang
dapat diterima ketika digunakan untuk menganalisis sampel (4).
g. Kekuatan (Ketahanan)
Kekuatan dievaluasi dengan melakukan perubahan parameter dalam
melakukan metode analitik seperti persentase kandungan pelarut organik
dalam fase gerak, pH larutan dapar, waktu pengekstraksian analit, komposisi
pengekstraksi dan perbandingan konsentrasi fase gerak (3).
II.2 Uraian Bahan
1. Air suling (5)
Nama resmi : Aqua destillata
Nama lain : Aquades, air suling
RM/BM : H2O/18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
berasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut
2. Alkohol (6)
Nama Resmi : Aethanolum
Nama Lain : Etanol
RM/BM : C2H6O /46,07
Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna.
Bau khas dan menyebabkan rasa terbakar pada
lidah. Mudah menguap walaupun pada suhu
rendah dan mendidih pada suhu 78o. Mudah
terbakar.
Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktis bercampur
dengan semua pelarut organik.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, jauh dari api.
3. Parasetamol (6)
Nama Resmi : Paracetamolum
Nama Lain : Parasetamol
RM/BM : C8H9NO2 / 151,16
RB :
Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau; rasa sedikit
pahit.
Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam NaOH 1 ,
mudah larut dalam etanol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
II.3. Prosedur Kerja
1. Timbang seksama sejumlah serbuk tablet setara dengan 150 mg,
tambahkan 50 ml NaOH 0,1 N, encerkan dengan 100 ml air, kocok
selama 15 menit, tambahkan air secukupnya hingga 20,0 ml, campur,
saring. Encerkan 10 ml filtrat dengan air secukupnya hingga 100 ml. pada
10 ml tambahkan 10 ml NaOH 0,1 N, encerkan dengan air secukupnya
hingga 100,0 ml. Ukur serapan-1 cm larutan pada maksimum lebih kurang
257 nm. A (1%, 1 cm) pada maksimum lebih kurang 257 nm adalah 715.
(5)
2. Larutan baku. Timbang saksama sejumlah parasetamol BPFI, larutkan
dalam air hingga kadar lebih kurang 12 μg per ml.
Larutan uji. Timbang seksama lebih kurang 120 mg, masukkan ke dalam
labu tentukur 500 ml, larutkan dalam 10 ml metanol P, encerkan dengan
air sampai tanda. Masukkan 5 ml larutan ke dalam labu tentukur 100 ml,
encerkan dengan air sampai tanda dan campur. Ukur serapan larutan uji
dan larutan baku pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
kurang 244 nm, terhadap air sebagai blangko. Hitung jumlah dalam mg,
C8H9NO2, dengan rumus: 10 C (AuAs
). Dengan C adalah kadar parasetamol
BPFI dalam μg per ml larutan baku; Au dan As berturut-turut adalah
serapan uji dan larutan baku. (6)
3. E1cm1% dalam metanol : 900 pada 250 nm.
dalam 0,1 N NaOH : 710 pada 255 nm. (7)
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
Alat-alat yang digunakan antara lain : baskom, botol semprot, buret,
Erlenmeyer, gelas ukur, labu tentukur, pipet skala, pipet ukur, pipet tetes,
seperangkat alat UV, sendok tanduk, dan timbangan analititk.
III.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan antara lain : air suling, aluminium foil,
etanol dan sampel sediaan tablet generik Parasetamol.
III.2 Cara Kerja
1. Pembuatan Kurva Baku
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Ditimbang sampel baku setara 100 mg dan dicukupkan hingga volume
100 ml dengan etanol.
c. Dibuat pengenceran 2 ppm, 3 ppm, 4 ppm, 5 ppm, 6 ppm, dan 7 ppm.
d. Diukur absorbansi di alat spektrofotometri UV.
2. Pengenceran Sampel Presisi
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Ditimbang serbuk sampel setara 280 mg, 350 mg, dan 420 mg
masing-masing tiga kali penimbangan.
c. Dibuat masing-masing pengenceran 2,8 ppm, 3,5 ppm, dan 4,2 ppm.
d. Diukur absorbansinya pada alat spektrofotometri UV
3. Pengenceran Sampel Akurasi
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Ditimbang serbuk sampel setara dengan 280 mg, 350 mg, dan 420 mg
masing-masing tiga kali penimbangan.
c. Ditimbang serbuk sampel baku setara dengan 120 mg, 150 mg, dan
180 mg masing-masing tiga kali penimbangan.
d. Dibuat pengenceran 4 ppm untuk sampel 280 mg dan 120 mg baku
e. Dibuat pengenceran 5 ppm untuk sampel 350 mg dan 150 mg baku
f. Dibuat pengenceran 6 ppm untuk sampel 420 mg dan 180 mg baku
g. Diukur nilai absorbansinya pada alat spektrofotometri UV
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1 Tabel Pengamatan
1. Kurva Baku
Konsentrasi (ppm) Serapan PCT3 0.27934 0.35025 0.43526 0.50297 0.6415
2. Presisi
Bobot Sampel Setara (mg) Serapan Sampel280 0.3175280 0.3095280 0.3213350 0.3532350 0.3413350 0.3653420 0.4631420 0.4532420 0.4352
3. Akurasi
Rentang Spesifik (%)
Bobot Sampel Setara
Baku Ditambahkan
Serapan
Sampel Sampel + Baku
80 280 120 0.3125 0.429880 280 120 0.3157 0.425380 280 120 0.3133 0.4332
100 350 150 0.3553 0.5239100 350 150 0.3469 0.5345100 350 150 0.3355 0.5309120 420 180 0.4620 0.6021120 420 180 0.4573 0.6432120 420 180 0.4593 0.612
IV.2 Perhitungan
1. Persamaan Garis Kurva Baku
y = a + bx ; r = 0,9902
y = 0.0033 + 0.0877x
2. Presisi
a. Konsentrasi Sampel Setara 280 mg
y = 0.0033 + 0.0877x
x1 = 0.3175– 0.0033
0.0877 = 3.5827 bpj
x2 = 0.3095– 0.0033
0.0877 = 3.4915 bpj
x3 = 0.3213– 0.0033
0.0877 = 3.6260 bpj
Perhitungan Kadar :
% Kadar1 = 3.58272.8
x 100% = 127.95%
% Kadar2 = 3.49152.8
x 100% = 124.69%
% Kadar3 = 3.62602.8
x 100% = 129.50%
b. Konsentrasi Sampel Setara 350 mg
y = 0.0033 + 0.0877x
x1 = 0.3532– 0.0033
0.0877 = 3.9897 bpj
x2 = 0.3095– 0.0033
0.0877 = 3.8540 bpj
x3 = 0.3213– 0.0033
0.0877 = 4.1277 bpj
Perhitungan Kadar :
% Kadar1 = 3.98973.5
x 100% = 113.99%
% Kadar2 = 3.85403.5
x 100% = 110.16%
% Kadar3 = 4.12773.5
x 100% = 117.93%
c. Konsentrasi Sampel Setara 420 mg
y = 0.0033 + 0.0877x
x1 = 0.4631– 0.0033
0.0877 = 5.2429 bpj
x2 = 0.4532– 0.0033
0.0877 = 5.1299 bpj
x3 = 0.4352– 0.0033
0.0877 = 4.9247 bpj
Perhitungan Kadar :
% Kadar1 = 5.24294.2
x 100% = 124.83%
% Kadar2 = 5.12994.2
x 100% = 122.14%
% Kadar3 = 4.92474.2
x 100% = 117.26%
Tabel Hasil Perhitungan Presisi
Bobot Sampel Setara (mg)
Kadar Sampel (%)
280 127.95280 124.69280 129.50
Rata-Rata (%) 127.38SD 2.45350 113.99350 110.12350 117.93
Rata-Rata (%) 114.01SD 3.91420 124.83420 122.14420 117.26
Rata-Rata (%) 121.41SD 3.84
Sampel Setara 280 mg
RSD = SDx
x 100% = 2.45127.38
x 100% = 1.93%
Sampel Setara 350 mg
RSD = SDx
x 100% = 3.91114.01
x 100% = 3.43%
Sampel Setara 420 mg
RSD = SDx
x 100% = 3.84121.41
x 100% = 3.16%
DAFTAR PUSTAKA
1. Ganiswarna, Sulistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi IV. Jakarta :
Universitas Indonesia.
2. Tim Asisten. 2012. Penuntun Praktikum Analisis Farmasi. Makassar:
UNHAS Press.
3. Sharma, Mukesh Chandra, etc. 2007. Determination and Validation of
UVSpectrophotometric method for Estimation of
Paracetamol and Diclofenac Sodium in Tablet Dosage
Forms Using Hydrotropic Solubilizing Agents. International
Journal of PharmTech Research.
4. The Official Compedia of Standart. USP 30, NF 25. 2007.
5. Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
6. Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV. Jakarta: Departemen
Kesehatan R.
7. Authertorff dan Kovar. Identifikasi Obat. Bandung: ITB Press. 2002.
Top Related