LAPORAN
PENGAMATAN PROGRAM PENINGKATAN SWASEMBADA PANGAN
(PAJALE)
DESA BALESONO KECAMATAN NGUNUT KABUPATEN TULUNGAGUNG
Oleh :
Nama : ARDI RASYID RAMADHAN
Nirm : 07.1.2.14.1724
Prodi : PENYULUHAN PERTANIAN
KEMENTRIAN PERTANIAN
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
STPP MALANG
Jl. Dr. Cipto 144 A, Bedali, Lawang – Malang 65200
2015
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Tugas Mandiri Semester II Program Peningkatan Swasembada Pangan (Pajale) tahun 2015 yang dibuat oleh Ardi Rasyid Ramadhan, Jurusan Penyuluh Pertanian Tahun Akedemik 2014/2015 di desa Balesono Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung Provinsi Jawa Timur.
Mengutahui
Koordinator Kepala
BPP Dinas Pertanian Tulungagung
Enik Ernawati, SP. Ir. Suprapti
Nip. 19620619 198711 2 001 Nip.19620301 198903 2 003
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas limpahan rahmat, taufik beserta
hidayah-Nya sehingga “ LAPORAN PENGAMATAN PROGRAM PENIGKATAN
SWASEMBADA PANGAN (PAJALE) ” ini dapat diselesaikan dengan baik.
Laporan ini disusun untuk memenuhi Tugas Terstruktur mandiri tahun
akademik 2014/2015. Isi dari laporan ini berdasarkan hasil pengamatan yang
dilakukan di Desa Balesono, Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung. Yang
membahas tentang program UPSUS.
Ucapan terima kasih penyusun sampaikan kepada Ibu Enik Ernawati, SP.
selaku Kepala BPP Kecamatan Ngunut dan semua PPL BPP Kecamatan Ngunut
serta anggota Kelompok Tani Sumber Rejeki II yang telah bersedia memberikan
informasi tentang pelaksanaan program UPSUS.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, untuk
itu diharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan
penyusunan laporan kedepannya.
Akhir kata, semoga laporan ini bermanfaat bagi penyusun khususnya dan
dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi pemerintah.
Tulungagung, September 2015
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I................................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang...............................................................................................1
1.2. Tujuan Program.............................................................................................2
1.3. Manfaat Program...........................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
2.1. Swasembada Pangan...................................................................................3
2.1. Program Pajale...............................................................................................6
2.2.1. Padi...........................................................................................................6
2.2.2. Kedelai......................................................................................................8
BAB III............................................................................................................................11
3.1. Identifikasi Program Kegiatan..................................................................11
3.2. Pengamatan Pelaksanaan.........................................................................12
3.3. Evaluasi program........................................................................................13
3.4. Rencana Tindak Lanjut..............................................................................13
BAB IV............................................................................................................................14
4.1. Kesimpulan...................................................................................................14
4.2. Saran..............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................15
LAMPIRAN....................................................................................................................16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Undang Undang Pangan Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012
menyatakan bahwa penyelenggaraan pangan dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan dasar manusia yang memberikan manfaat secara adil, merata, dan
berkelanjutan berdasarkan kedaulatan pangan, kemandirian pangan, dan
ketahanan pangan. Ketahanan pangan dinyatakan sebagai “kondisi terpenuhinya
pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari
tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam,
bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama,
keyakinan, dan budaya masyarakat untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif
secara berkelanjutan. Dalam rangka mencapai ketahanan pangan tersebut,
negara harus mandiri dan berdaulat dalam menentukan kebijakan pangannya
sesuai dengan sumber daya yang dimilikinya.Sebagai upaya mewujudkan
kedaulatan dan ketahanan pangan tersebut, Kementerian Pertanian
menjabarkan melalui kebijakan pembangunan pertanian dalam program
“Swasembada Padi, Jagung dan Kedelai“.
Program tersebut diharapkan dapat dicapai pada tahun 2017dengan
target produksitahun2015 padi73,4 juta tonataupeningkatan2,21%,jagung 20 juta
tonataupeningkatan5,57%, dan kedelai 1,2 juta tonataupeningkatan
26,47%.Untuk mewujudkan target produksi di atas, telah ditetapkan upaya
khusus peningkatan produksi dengan kegiatan sebagai berikut :
1. RehabilitasiJaringan IrigasiTersier (RJIT), untuk menjamin ketersediaan
air yang diperlukan dalam pertumbuhan tanaman padi, jagung dan
kedelaiyang optimal.
2. Penyediaan alat dan mesin pertanian berupa traktor roda dua, alat
tanam (rice transplanter), dan pompa air untuk menjamin pengolahan
lahan, penanaman, dan pengairan yang serentak dalam areal yang luas.
3. Penyediaan dan penggunaan benih unggul, untuk menjamin
peningkatan produktivitas lahan dan produksi.
4. Penyediaan dan penggunaan pupukberimbang, untuk menjamin
pertumbuhan tanaman padi, jagung dan kedelai yang optimal.
1
5. Pengaturan musim tanam dengan menggunakan Kalender Musim
Tanam (KATAM), untuk menjamin pertumbuhan tanaman padi,jagung
dan kedelaiyang optimal, dan untuk mengantisipasi dampak perubahan
iklim yang menyebabkan gagal panen.
6. Pelaksanaan Program Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman
Terpadu (GPPTT).
1.2. Tujuan Program
Tujuan dari program peningkatan swasembada pangan (Pajale) adalah
tercapainya kedaulatan dan ketahanan pangan.
1.3. Manfaat Program
Mahasiswa dapat mengetahui program swasembada pangan pajale yang
belum teralisasi maupun sudah terealisasi yang ada di daerah atau wilayah
tinggal.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Swasembada Pangan
Tantangan pembangunan pertanian di masa mendatang adalah
penyediaan pangan bagi penduduk yang lebih dikenal dengan istilah ketahanan
pangan. Ketahanan pangan adalah ketersediaan pangan dan kemampuan
seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dikatakan memiliki
ketahanan pangan jika penghuninya tidak berada dalam kondisi kelaparan atau
dihantui ancaman kelaparan. World Health Organization (WHO) mendefinisikan
tiga komponen utama ketahanan pangan, yaitu ketersediaan pangan, akses
pangan, dan pemanfaatan pangan. Ketersediaan pangan adalah kemampuan
memiliki sejumlah pangan yang cukup untuk kebutuhan dasar. Akses pangan
adalah kemampuan memiliki sumber daya, secara ekonomi maupun fisik, untuk
mendapatkan bahan pangan bernutrisi. Pemanfaatan pangan adalah
kemampuan dalam memanfaatkan bahan pangan dengan benar dan tepat
secara proporsional. FAO menambahkan komponen keempat, yaitu kestabilan
dari ketiga komponen tersebut dalam kurun waktu yang panjang.
Pembangunan ketahanan pangan bersifat mulikomkpleks yang
memerlukan pendekatan multisektoral. Dengan demikian koordinasi lintas sector
menjadi bagian penting dari efektifitas pembangunan ketahanan pangan nasional
dan wilayah di Indonesia. Dengan adanya ketergantungan pangan, suatu bangsa
akan sulit lepas dari cengkraman penjajah/musuh. Dengan demikian upaya untuk
mencapai kemandirian dalam memenuhi kebutuhan pangan nasional bukan
hanya dipandang dari sisi untung rugi ekonomi saja tetapi harus disadari sebagai
bagian yang mendasar bagi ketahanan nasional yang harus dilindungi.
Menurut Kemeterian Pertanian RI (2004), bahwa sejak krisis ekonomi
hingga sekarang, kemampuan Indonesia untuk memenuhi sendiri kebutuhan
pangan bagi penduduk terus menurun. Kenyataan yang ada menunjukkan
bahwa untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi lebih dari 210 juta jiwa, dalam
periode 1997-2003, Indonesia harus mengimpor bahan pangan diantaranya
beras rata-rata 2 juta ton, kedelai 900 ribu ton, gula pasir 1,6 juta ton, jagung 1
juta ton, garam sebesar 1,2 juta ton. Anggaran untuk mengimpor bahan pangan
3
tersebut sebesar 900 juta dolar AS pada tahun 2003, hal ini dijelaskan pada
Tabel 1.
Tabel 1. Volume dan Nilai Impor beberapa bahan pangan tahun 2003
Komoditas Volume Impor
rata-rata-rata
1997-2002
(ton)
Volume Impor
thn 2003
(ton)
Nilai Impor
rata-rata
1997-2002
(juta dolar AS)
Nilai Impor
tahun 2003
(juta dolar AS)
Beras 2 024 384 1 428 433 586 414
Kedelai 903 615 921 000 229 275.5
Gula 1 557 259 618 678 418 85.31
Garam 1 300 000 1 700 000 49 55
Sumber Badan Pusat Statistik, 2003.
Kebijakan impor pangan yang menonjol sebagai program instant untuk
mengatasi kekurangan produksi justru membuat petani semakin terpuruk dan
tidak berdaya atas sistem pembangunan ketahanan pangan yang tidak tegas.
Akibat over suplai pangan dari impor seringkali memaksa harga jual hasil panen
petani menjadi rendah tidak sebanding dengan biaya produksinya sehingga
petani terus menanggung kerugian. Hal ini menjadikan bertani pangan tidak
menarik lagi bagi petani dan memilih profesi lain di luar pertanian, sehingga
ketahanan pangan nasional mejadi rapuh.
Melihat kenyataan tersebut bahwa sebagai negara agraris yang
mengandalkan pertanian sebagai tumpuan kehidupan bagi sebagian besar
penduduknya tetapi pengimpor pangan yang cukup besar merupakan suatu hal
yang menjadi hambatan bagi program ketahanan pangan di Indonesia. Oleh
karena itu diperlukan langkah strategi yang efektif dan efisien untuk
mengoptimalkan sumber daya yang ada dalam rangka memenuhi kebutuhan
pangan dalam negeri.
Menurut Hutapea dan Mashar (2005), bahwa rendahnya laju peningkatan
produksi dan terus menurunnya produksi pangan di Indonesia antara lain
disebabkan oleh: (1) produktivitas tanaman pangan yang masih rendah dan terus
menurun; (2) peningkatan luas areal penanaman-panen yang stagnan bahkan
terus menurun khususnya di lahan pertanian pangan produktif di pulau Jawa.
Kombinasi kedua faktor di atas memastikan laju pertumbuhan produksi
dari tahun ke tahun yang cenderung terus menurun. Untuk mengatasi dua
4
permasalahan teknis yang mendasar tersebut perlu dilakukan upaya-upaya
khusus dalam pembangunan pertanian pangan khususnya dalam kerangka
program ketahanan pangan nasional. Faktor dominan penyebab rendahnya
produktivitas tanaman pangan adalah: (a) penerapan teknologi budidaya di
lapangan yang masih rendah; (b) tingkat kesuburan lahan yang terus menurun,
dan (c) eksplorasi potensi genetik tanaman yang masih belum optimal.
Rendahnya penerapan teknologi budidaya tampak dari besarnya
kesenjangan potensi produksi pangan yang diperoleh oleh petani. Hal ini
disebabkan karena pemahaman dan penguasaan penerapan paket teknologi
baru yang kurang dapat dipahami oleh petani secara utuh sehingga penerapan
teknologinya kurang efektif, seperti; (1) penggunaan pupuk yang tidak tepat, bibit
unggul dan cara pemeliharaan yang belum optimal, (2) kecenderungan
menggunakan input pupuk kimia yang terus menerus, (3) tidak menggunakan
pergiliran tanaman, kehilangan pasca panen yang masih tinggi 15 – 20 % dan (4)
memakai air irigasi yang tidak efisien. Hal ini mengakibatkan rendahnya
produktivitas yang mengancam kelangsungan usaha tani dan daya saing di
pasaran terus menurun. Rendahnya produktivitas dan daya saing komoditi
tanaman pangan yang diusahakan menyebabkan turunnya minat petani untuk
mengembangkan usaha budidaya pangannya, sehingga dalam skala luas
mempengaruhi produksi nasional (Mashar, 2000).
Hutapea dan Mashar (2005) menjelaskan bahwa untuk mengatasi
permasalahan di atas pemerintah harus memberikan subsidi teknologi kepada
petani dan melibatkan stakeholder dalam melakukan percepatan perubahan di
bidang budidaya pertanian. Subsidi teknologi yang dimaksud adalah adanya
modal bagi petani untuk memperoleh atau dapat membeli teknologi produktivitas
dan pengawalannya sehingga teknologi budidaya dapat dikuasai secara utuh
dan efisien sampai tahap pasca panennya.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka strategi yang dikembangkan
dalam upaya pembangunan kemandirian pangan di Indonesia adalah sebagai
berikut :
1. Peningkatan kapasitas produksi pangan nasional secara berkelanjutan
(minimum setara dengan laju pertumbuhan penduduk) melalui
intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi.
2. Revitalisasi industri hulu produksi pangan (benih, pupuk, pestisida dan
alat dan mesin pertanian) .
5
3. Revitalisasi Industri Pasca Panen dan Pengolahan Pangan.
4. Revitalisasi dan restrukturisasi kelembagaan pangan yang ada;
koperasi, UKM dan lumbung desa.
5. Pengembangan kebijakan yang kondusif untuk terciptanya kemandirian
pangan yang melindungi pelaku bisnis pangan dari hulu hingga hilir
meliput penerapan Technical Barrier for Trade (TBT) pada produk
pangan, insentif, alokasi kredit , dan harmonisasi tarif bea masuk, pajak
resmi dan tak resmi.
Menurut Siswono Yudo Husodo (2001), ketahanan pangan diwujudkan
oleh hasil kerja sistem ekonomi pangan yang terdiri dari subsistem ketersediaan
meliput produksi, pasca panen dan pengolahan, subsistem distribusi dan
subsistem konsumsi yang saling berinteraksi secara berkesinambungan. Ketiga
subsistem tersebut merupakan satu kesatuan yang didukung oleh adanya
berbagai input sumberdaya alam, kelembagaan, budaya, dan teknologi. Proses
ini hanya akan berjalan dengan efisien, jika dibantu oleh partisipasi masyarakat
dan fasilitasi pemerintah. Partisipasi masyarakat (petani, nelayan, NGO) dimulai
dari proses produksi, pengolahan, distribusi dan pemasaran serta jasa pelayanan
di bidang pangan. Fasilitasi pemerintah diimplementasikan dalam bentuk
kebijakan ekonomi makro dan mikro di bidang perdagangan, pelayanan dan
pengaturan serta intervensi untuk mendorong terciptanya kemandirian pangan.
Output dari pengembangan kemandirian pangan adalah terpenuhinya pangan,
SDM berkualitas, ketahanan pangan, ketahanan ekonomi dan ketahanan
nasional.
2.1. Program Pajale
2.2.1. Padi
a. Pengertian Tanaman Padi
Tanaman padi merupakan tanaman semusim yang termasuk dalam
golongan rumput-rumputan. Padi mempunyai umur yang pendek yaitu kurang
dari satu tahun, hanya satu kali produksi, setelah berproduksi maka akan mati
atau dimatikan. Tanaman padi dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok
berdasarkan keadaan berasnya, cara dan tempat bertanam, dan menurut
umurnya (AAK, 1990). Tahapan proses produksi tanaman padi, antara lain :
1. Pembibitan.
2. Pengolahan Tanah
6
3. Penanaman
4. Pemeliharaan Tanaman
5. Pemanenan
6. Pasca Panen
b. Benih
Benih padi adalah gabah yang dihasilkan dengan cara dan tujuan khusus
untuk disemaikan menjadi pertanaman. Kualitas benih itu sendiri akan ditentukan
dalam proses perkembangan dan kemasakan benih, panen dan perontokan,
pembersihan, pengeringan, penyimpanan benih sampai fase pertumbuhan di
persemaian (AAk, 2006).
Sumber benih yang digunakan hendaknya dari kelas yang lebih tinggi.
Untuk mengetahui keadaan benih yang baik dapat dilihat dari keadaan fisik benih
dan kemurnian benih. Benih yang bersertifikat atau berlabel dapat diperoleh
pada kios-kios atau toko pertanian maupun penyalur benih. Benih tersebut
merupakan benih sebar (extension seed) yang dihasilkan dan disebarkan oleh
para penangkar benih atau kebun-kebun benih. Varietas yang ditanam
hendaknya selain disesuaikan dengan kebutuhan konsumen, memperhatikan
pula aspek kecocokan lahan, umur tanaman dan ketahanan terhadap lama serta
penyakit (AAk, 2006).
c. Pupuk
Untuk mendapatkan pertumbuhan dan produksi yang maksimal, tanaman
memerlukan bahan makanan berupa unsur hara, baik unsur hara makro maupun
unsur hara mikro. Jika tanah untuk media tumbuh tidak tersedia cukup unsur
hara yang diperlukan, maka harus diberikan tambahan unsur-unsur tersebut ke
dalam tanah. Ketersediaan unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan produksi
tanaman, hal ini dapat berpengaruh bila dosis yang diberikan tepat (Anonymous,
2006).
Penambahan unsur hara dapat dilakukan melalui pemupukan sehingga
diharapkan dapat memperbaiki kesuburan tanah antara lain menggantikan unsur
hara yang hilang karena pencucian atau erosi dan yang terangkut saat panen.
Pemberian pupuk merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan produksi
tanaman. Konsepsi pemupukan berimbang menyarankan agar dalam budidaya
7
tanaman padi tidak hanya dipupuk N dan P saja, tetapi perlu dipupuk K, S dan
unsur mikro (Anonymous, 2006).
2.2.2. Kedelai
a. Tinjauan Umum Tanaman Kedelai
kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja dan Soja
max. Namun pada tahun 1948 telah disepakatibahwa nama botani yang
dapat diterima dalam istilah ilmiah, yaitu Glycine max (L.) Merill. Menurt
Adisarwanto (2005)
b. Morfologi Tanaman Kedelai
Akar
Akar kedelai mulai muncul dari belahan kulit biji yang muncul di
sekitar misofil. Calon akar tersebut kemudian tumbuh dengan cepat ke
dalam tanah, sedangkan kotiledon yang terdiri dari dua keping akan
terangkat ke permukaan tanah akibat pertumbuhan yang cepat dari
hipokotil.
Sistem perakaran kedelai terdiri dari dua macam, yaitu akar tunggang dan
akar sekunder (serabut) yang tumbuh dari akar tunggang. Selain itu
kedelai juga seringkali membentuk akar adventif yang tumbuh dari bagian
bawah hipokotil. Pada umumnya, akar adventif terjadi karena cekaman
tertentu, misalnya kadar air tanah yang terlalu tinggi.
Batang
Pertumbuhan batang kedelai dibedakan menjadi dua tipe yaitu tipe
determinate dan indeterminate. Perbedaan sistem pertumbuhan batang
ini didasarkan atas keberadaan bunga pada pucuk batang. Pertumbuhan
batang tipe determinate ditunjukkan dengan batang yang tidak tumbuh
lagi pada saat tanaman mulai berbunga. Sementara pertumbuhan batang
tipe indeterminate dicirikan bila pucuk batang tanaman masih bisa
tumbuh daun, walaupun tanaman sudah mulai berbunga. Disamping itu,
8
ada varietas hasil persilangan yang mempunyai tipe batang mirip
keduanya sehingga dikategorikan sebagai semi-determinate atau semi-
indeterminate (Kanisus, 1989).
Jumlah buku pada batang tanaman dipengaruhi oleh tipe tumbuh batang
dan periode panjang penyinaran pada siang hari. Pada kondisi normal,
jumlah buku berkisar 15-30 buah. Jumlah buku batang indeterminate
umumnya lebih banyak dibandingkan batang determinate (Hidayat, 1985).
Waktu tanaman kedelai masih sangat muda, atau setelah fase menjadi
kecambah dan saat keping biji belum jatuh, batang dapat dibedakan
menjadi dua. Bagian batang di bawah keping biji yang belum lepas
disebut hipokotil, sedangkan bagian di atas keping biji disebut epikotil.
Batang kedelai tersebut berwarna ungu atau hijau (Bertham, 2002).
Daun
Umumnya, bentuk daun kedelai ada dua, yaitu bulat (oval) dan lancip
(lanceolate). Kedua bentuk daun tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik.
Bentuk daun diperkirakan mempunyai korelasi yang sangat erat dengan
potensi produksi biji. Umumnya, daerah yang mempunyai tingkat
kesuburan tanah tinggi sangat cocok untuk varietas kedelai yang
mempunyai bentuk daun lebar. Daun mempunyai stomata, berjumlah
antara 190-320 buah/m2 (Danarti dkk, 1995).
Pada buku pertama tanaman yang tumbuh dari biji terbentuk sepasang
daun tunggal. Selanjutnya, pada semua buku di atasnya terbentuk daun
majemuk selalu dengan tiga helai. Helai daun tunggal memiliki tangkai
pendek dan daun bertiga mempunyai tangkai agak panjang. Masing-
masing daun berbentuk oval, tipis, dan berwarna hijau. Permukaan daun
berbulu halus pada kedua sisi. Tunas atau bunga akan muncul pada
ketiak tangkai daun majemuk. Setelah tua, daun menguning dan gugur,
mulai dari daun yang menempel di bagian bawah batang (Andrianto,
2004).
c. Syarat Tumbuh
Iklim
9
Tanaman kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim
tropis dan subtropis. Sebagai barometer iklim yang cocok bagi kedelai
adalah bila cocok bagi tanaman jagung. Bahkan daya tahan kedelai lebih
baik daripada jagung. Iklim kering lebih disukai tanaman kedelai
dibandingkan iklim lembab (Sumarno, 1987).
Menurut (Suprapto, 1997) tanaman kedelai dapat tumbuh baik di daerah
yang memiliki curah hujan sekitar 100-400 mm/bulan. Sedangkan untuk
mendapatkan hasil optimal, tanaman kedelai membutuhkan curah hujan
antara 100-200 mm/bulan.
Suhu yang dikehendaki tanaman kedelai antara 21-34 0C, akan tetapi
suhu optimum bagi pertumbuhan tanaman kedelai 23-27 0C. Pada proses
perkecambahan benih kedelai memerlukan suhu yang cocok sekitar 30
0C. Saat panen kedelai yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik
dari pada musim hujan, karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan
biji dan pengeringan hasil (Irwan, 2006).
10
BAB III
MATERI KAJIAN
3.1. Identifikasi Program Kegiatan
Berdasarkan pengamatan dan identifikasi yang telah dilakukan, program
kegiatan yang ada di wilayah kerja BPP Ngunut Kabupaten Tulungagung baik
sudah sudah terealisasi maupun yang masih dalam tahap pengerjaan antara
lain:
a. Program yang ada
Dalam pelaksanaan program Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier
(RJIT) di Desa Balesono Kecamatan Ngunut sudah terealisasi, proses
pengerjaannya sudah 100%.
No. Nama Desa Nama Kelompok
Tani
Panjang
saluran irigasi
(m)
Nilai Bansos
(Rp)
Balesono Sumber Rejeki II 254 80.000.000
Prosses pengerjaan dilakukan oleh HIPA Tirto Mulyo nama ketuanya
adalah Adi Suroso
Material yang digunakan adalah beton plat
b. SRI Padi
No Nama Desa Nama Ketua Luas Jumlah Biaya
11
. POKTAN POKTAN (Ha) (Rp)
1. Balesono Sumber
Rejeki II
Sambang
Santoso
40 80.000.000
Bantuan sudah terealisasi dan sudah di panen pada awal september hasil
panennya adalah 8,4 ton/Ha
c. Gerakan PenerapanPengelolaanTanamanTerpadu (GP-PTT) Kedelai.
No
.
Nama Desa Nama
POKTAN
Ketua
POKTAN
Luas
(Ha)
1. Balesono Sumber
Rejeki II
Sambang
Santoso
60
Bantuannya berupa bantuan 3 ton benih kedelai dan sebagian sudah di
tanam oleh petani.
d. Perluasan Areal Tanam (PAT) Kedelai
No
.
Nama Desa Nama
POKTAN
Ketua
POKTAN
Luas
(Ha)
1. Balesono Sumber
Rejeki II
Sambang
Santoso
10
Bantuannya berupa 4 Kw benih kedelai dan pestisida, sebagian sudah di
laksanakan penanaman.
Dari keempat program tersebut pelaksana/ penanggung jawabnya adalah:
1. Camat Ngunut
2. Dinas Pertanian/ Mantri Tani
3. Koordinator Programer (BPP)
4. Petugas Organisme Pengganggu Tanaman (POPT)
5. Koramil
6. Pengairan
3.2. Pengamatan Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan program Upsus Pajale 2015 di Kecamatan Ngunut
Kabupaten Tulungagung, lembaga yang terlibat dalam pelaksanaan program ini
antara lain, Kelompok Tani, BPP, Koramil dan Dinas Pertanian. Dan untuk
12
pelaksana program ini yaitu pihak Dinas Pertanian Kabupaten Tulungagung.
Sedangkan untuk pembiayaan untuk program swasembada pangan Pajale
berasal dari APBN-P tahun 2015.
a. Kelembagaan yang terlibat
Kelompok Tani, BPP, Mantri Tani, Koramil, dan Dinas Pertanian
b. Pelaksana Program
Dinas Pertanian
c. Pembiayaan untuk program swasembada pangan pajale bersasal dari
APBN-P tahun 2015
3.3. Evaluasi program
Semua bantuan Program Swasembada Pangan (Pajale) sudah
sepenuhnya terealisasi, bantuan tersebut meliputi bantuan RJIT, SRI Padi, GP-
PTT Kedelai dan PAT Kedelai.
Pada penerapan SRI Padi tidak sepenuhnya menggunakan metode SRI
tapi menggunkan semi SRI, hal ini di karenakan adanya hama keong mas yang
memakan bibit tanaman padi yang masih muda, oleh karena itu di khawatirkan
jika ditanam 1 bibit perlubang akan akan banyak mengeluarkan biaya untuk
melakukan sulam bibit padi tersebut, jadi pada areal tanam SRI digunakan 3-4
bibit perlubang tanam untuk mengantisipasi bibit akan habis dimakan keong mas.
Permasalahan pada saat pertumbuhan yaitu terkena serangan potong leher, dan
Ph tanah terlalu asam.
3.4. Rencana Tindak Lanjut.
1. Diadakan uji lap tanah, untuk mengetahui sifat fisik dan biologis tanah.
2. Diadakan penyuluhan untuk menekan terserangnya penyakit potong leher
3. Melaporkan ke pihak atau instansi terkait jika di temukan masalah atau
hambatan program.
13
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dalam program Upaya Khusus (UPSUS) program peningkatan padi,
jagung, dan kedelai ini pemerintah berharap agar semua lembaga terkait
harus ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan agar tercapai dan
berjalannya kegiatan dengan lancar.
Di desa Balesono kecamatan Ngunut kabupaten Tulungagung semua
pihak telah bekerjasma dengan baik untuk melaksanakan dan mengawal
kegiatan UPSUS PAJALE, sehingga program SRI, RJIT, GP-PTT kedelai,
dan PAT kedelai dapat terlaksana dengan lancar.
4.2. Saran
Kerjasama dan sinkronasi antara penyuluh pertanian, babinsa dan
mahasiswa sudah baik tapi perlu ditingkatkan agar apa yang menjadi
harapan pemerintah dapat tercapai.
14
DAFTAR PUSTAKA
Mashar Ali Zum, 2000, Teknologi Hayati Bio P 2000 Z Sebagai Upaya untuk
Memacu Produktivitas Pertanian Organik di Lahan Marginal. Makalah
disampaikan Lokakarya dan pelatihan teknologi organik di Cibitung 22
Mei 2000.
Siswono Yudo Husodo. 2001.Kemandirian di Bidang Pangan, Kebutuhan Negara
Kita. Makalah Kunci pada Seminar Nasional Teknologi Pangan,
Semarang , 9-10 Oktober 2001.
Suprapto dan Marzuki, 2002. Bertanam Jagung, Penebar Swadaya. Jakarta.
Soepardi, G. 1983.
15
LAMPIRAN
16
Top Related