GAMBARAN KEJADIAN PENYAKIT PNEUMONIA PADA BALITA DI LINGKUNGAN POSYANDU PUSPA WILAYAH
KERJA PUSKESMAS CIPEDES KOTA TASIKMALAYA BERDASARKAN
HASIL SURVEI MAWAS DIRI (SMD)TAHUN 2013
Disusun Oleh :
Erinne Defriani
08310095
BAB IPENDAHULUAN
Latar Belakang
Pneumonia dijuluki dengan sebutan ‘’the forgotten killer of children’’
yaitu pembunuh anak – anak yang terlupakan dan penyebab kematian
anak – anak paling tinggi daripada penyakit yang lain
Data WHO tahun 2005 menyatakan bahwa kematian balita akibat
pneumonia di seluruh dunia adalah sebesar 19 – 26 % atau berkisar 1,6 –
2,2 juta
Di Jawa Barat, pada akhir tahun 2000, pneumonia mengakibatkan
150.000 bayi atau balita meninggal tiap tahun
Berdasarkan laporan bulanan program P2 ISPA, jumlah kasus pneumonia
anak di wilayah kerja puskesmas cipedes tahun 2012 pada umur < 1 tahun
sebanyak 7 anak, sedangkan untuk umur 1-4 tahun sebanyak 76 anak. Jadi
total jumlah kasus pneumonia sebanyak 83 anak.
Faktor – faktor yang berhubungan dengan pneumonia secara garis besar
dibagi menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi usia,
berat badan lahir, status gizi, dan imunitas. Sedangkan faktor eksternal
dipengaruhi oleh lingkungan, termasuk keluarga.
B. Rumusan Masalah
Untuk mengetahui keadaan dan permasalahan di lingkungan
posyandu puspa, diperlukan data dari masyarakat setempat yaitu melalui
survei mawas diri (SMD). Hal ini untuk mengetahui faktor resiko yang
mempengaruhi kejadian penyakit pneumonia.
C. Tujuan
Tujuan dilakukan penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor yang
mempengaruhi kejadian penyakit pneumonia yang terdapat di Lingkungan
Posyandu Puspa di wilayah kerja Puskesmas Cipedes Tahun 2013
D. Manfaat
Sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun dan mengevaluasi program
penanggulangan dan pencegahan pneumonia pada balita di puskesmas
Cipedes, kota Tasikmalaya
Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan penulis dalam melaksanakan
tugas
Sebagai bahan informasi bagi masyarakat dalam rangka menambah
pengetahuan masyarakat tentang penanggulangan dan pencegahan
pneumonia pada balita
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. PNEUMONIA
Pengertian
Pneumonia adalah salah satu dari infeksi saluran pernafasan bawah akut (ISNBA) yang mengenai bagian parenkim paru (alveoli), yang dapat menyebabkan gangguan pada saluran pernafasaan.
Penyebab Pneumonia Bakteri
Bakteri penyebab pneumonia adalah Streptococcus pneumoniae, Haemofilus influenza.
Virus
Virus yang tersering menyebabkan pneumonia adalah Respiratory Syncial Virus (RSV).
Protozoa
Pneumonia yang disebabkan oleh protozoa sering disebut pneumonia pneumosistis. Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii Pneumonia (PCP).
Mikoplasma
Seperti Aspergilus, Fikomisetes, Blastomises dermatitidis, histoplasma kapsulatum.
Faktor Risiko Terjadinya Pneumonia
Umur
Risiko untuk terkena pneumonia lebih besar pada anak umur dibawah 2 tahun dikarenakan status kerentanan anak di bawah 2 tahun belum sempurna dan lumen saluran napas yang masih sempit.
Status gizi
Tingkat pertumbuhan fisik dan kemampuan imunologik seseorang sangat dipengaruhi adanya persediaan gizi dalam tubuh dan kekurangan zat gizi akan meningkatkan kerentanan dan beratnya infeksi suatu penyakit seperti pneumonia.
Status imunisasi
Kekebalan dapat dibawa secara bawaan, karena kekebalan bawaan hanya bersifat sementara, maka diperlukan imunisasi untuk tetap mempertahankan kekebalan yang ada pada balita.
Pemberian ASI (Air Susu Ibu)
ASI yang diberikan pada bayi hingga usia 6 bulan selain sebagai bahan makanan bayi juga berfungsi sebagai pelindung dari penyakit dan infeksi, karena dapat mencegah pneumonia oleh bakteri dan virus.
Defisiensi vitamin A
Pada kasus kekurangan vitamin A, fungsi kekebalan tubuh menurun sehingga mudah terserang infeksi.
Faktor Lingkungan
a. Faktor Lingkungan Sosial
1. Pekerjaan Orang Tua
Tingkat penghasilan yang rendah menyebabkan orang tua sulit menyediakan fasilitas perumahan yang baik, perawatan kesehatan dan gizi anak yang memadai.
2. Pendidikan Ibu
Tingkat pendidikan ibu akan berpengaruh terhadap tindakan perawatan oleh ibu kepada anak-yang menderita pneumonia.
b. Faktor Lingkungan Fisik.
Perumahan yang padat dan sempit, kotor dan tidak mempunyai sarana air bersih menyebabkan balita sering berhubungan dengan berbagai kuman penyakit menular dan terinfeksi oleh kuman yang berasal dari tempat yang kotor tersebut.
Klasifikasi Pneumonia
Berdasarkan buku Pedoman Diagnosis Tatalaksana Pneumonia Balita oleh WHO, pneumonia dklasifikasikan menjadi 2 menurut umur yaitu :
a. Kelompok umur < 2 bulan
1) Pneumonia sangat berat
Secara klinis apabila dari pemeriksaan ditemukan salah satu tanda bahaya seperti: Berhenti menyusui, kejang, rasa kantuk yang tidak wajar atau sulit bangun, stridor ,mengi, demam/ menggigil, sianosis sentral (pada lidah), serangan apnea.
2) Pneumonia berat
- Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (TDDK) yang kuat.
- Adanya nafas cepat : ≥ 60 kali/menit.
3) Pneumonia
- Tidak adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (TDDK) yang kuat.
-Adanya nafas cepat : > 60 kali/menit.
3) Bukan pneumonia
Jika anak bernapas dengan frekuensi kurang dari 60 kali per menit dan tidak terdapat tanda Tarikan Dinding Dada bawah ke Dalam (TDDK).
b. Kelompok umur 2 bulan sampai ≤ 5 tahun
1) Pneumonia sangat berat Tanda : Batuk atau kesulitan bernapas, tidak dapat minum, adanya penarikan
dinding dada, anak kejang, kesadaran menurun atau sukar dibangunkan, stridor, dan gizi buruk.
2) Pneumonia berat Batuk , nafas cepat :
- 50 ×/menit atau lebih pada umur 2 - ≤ 12 bulan.
- 40 ×/ menit atau lebih pada umur 12 bulan - ≤ 5 thn. Adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (TDDK), dan dapat minum.
3) Pneumonia. Tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam. Adanya nafas cepat :
- 50 ×/menit atau lebih pada umur 2 - <12 bulan.
- 40 ×/ menit atau lebih pada umur 12 bulan - < 5 thn.
4) Bukan pneumonia (batuk pilek biasa). Batuk pilek, demam, tanpa pernapasan cepat atau penarikan dinding dada ke
dalam.
Gejala Klinis Gejala infeksi umum, yaitu demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan
nafsu makan, keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah atau diare. Gejala gangguan respiratori, yaitu batuk (nonproduktif / produktif), sesak napas,
retraksi dada, napas cepat/takipnea, napas cuping hidung, merintih, dan sianosis (Said, 2008).
Penatalaksanaan
1. Pemberian antibiotik oral : Antibiotik pilihan pertama : Kotrimoksazol tab 480 mg Antibiotik pilihan kedua : Amoksisilin tab 500 mg
2. Pengobatan demam Demam tinggi ( ≥ 38,5ºC) :
- Parasetamol tab 500mg,
- Nasehati ibu agar memberi cairan lebih banyak. Demam tidak tinggi ( ≤ 38,5ºC) :
-Nesehati ibu agar memberi cairan lebih banyak.
3. Pengobatan wheezing, (umur 2 bulan - < 5 tahun) jika ada Dengan distress : Berikan bronkodilator kerja cepat dan rujuk. Tanpa distress : Rujuk, obati tanda lain yang tampak, termasuk pemberian
bronkodilator kerja cepat.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHSAN
Tabel 1. Distribusi Frekuensi UsiaUsia Jumlah Persentase
0 – 5 11 5,8 %
6 – 11 23 11,1 %
12 – 16 19 9,2 %
17 – 25 37 17,9 %
26 – 35 31 15,0 %
36 – 45 24 11,6 %
46 – 55 33 15,9 %
56 – 65 20 9,7 %
65 8 3,9 %Total 207 100 %
Tingginya kejadian pneumonia terutama menyerang kelompok usia bayi dan
balita. Faktor usia merupakan salah satu faktor risiko kematian pada balita yang
sedang menderita pneumonia.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pekerjaan
Pekerjaan Jumlah Persentase
Pelajar 62 30,0 %
Buruh 44 21,3 %
Karyawan swasta
19 9,2 %
PNS 2 1,0 %
IRT 47 22,7 %
Wiraswasta 8 3,9 %
Pedagang 8 3,9 %
Lain - lain 17 8,2 %
Menurut penelitian Nurjazuli (2006) yang membuktikan adanya hubungan
antara tingkat pengetahuan ibu dengan kejadian pneumonia pada balita. Ibu
pada umumnya berperan penting dalam pemeliharaan kesehatan balita, segala
upaya dilakukan agar buah hatinya tetap sehat. Oleh karena itu pendidikan ibu
sangat penting dalam pemeliharaan kesehatan anak balita. Ibu yang
berpendidikan baik akan mempunyai wawasan yang cukup dalam pemeliharaan
Balita (Depkes RI, 2003).
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pendidikan Terakhir
Pendidikan Terakhir
Jumlah Presentase
Tidak sekolah 21 10,1 %
SD 99 47,8 %
SMP 30 14,5 %
SMA/SMK 54 26,1 %
Akademi/Universitas
3 1,4 %
Mayoritas masyarakat pekerjaannya sebagai buruh dengan penghasilan Rp.500.000-1.000.000. Hal ini sangat mempengaruhi asupan gizi seorang anak balita sesuai pendapatan yang diperoleh keluarga.
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Balita Punya KMS
KMS adalah kartu yang memuat grafik pertumbuhan serta indikator perkembangan yang bermanfaat untuk mencatat dan memantau tumbuh kembang balita setiap bulan. Dapat juga diartikan sebagai ‘rapor’ kesehatan dan gizi (catatan riwayat kesehatan dan gizi) balita (Depkes RI, 2006).
Jumlah Persentase
Punya KMS 10 16,1
Tidak punya KMS
1 1,6
Tidak ada balita 51 82,3
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Yang Ditimbang BB
Kelompok umur yang rentan terhadap penyakit kekurangan gizi adalah
kelompok bayi dan anak balita. Penyebab langsung timbulnya gizi kurang pada
anak adalah makanan tidak seimbang dan penyakit infeksi.
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya penyakit pneumonia
pada anak antara lain adanya KEP (Kekeurangan Energi Protein). Anak dengan
daya tahan tubuh tergangggu akan menderita pneumonia berulang.
Jumlah Presentase
Ditimbang BB 10 16,1 %
Tidak ditimbang BB
1 1,6 %
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Balita Yang Diimunisasi dan Mendapat Antigen
Jumlah Persentase
Ya 11 17,7 %
Tidak 0 0
Jumlah Persentase
Lengkap 6 9,7 %
Sebagian 4 6,5 %
1 macam 1 1,6 %
Tidak ada 51 82,3 %
Penyakit pneumonia lebih mudah menyerang anak yang belum mendapat
imunisasi campak dan DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus) oleh karena itu untuk
menekan tingginya angka kematian karena pneumonia, dapat dilakukan dengan
memberikan imunisasi seperti imunisasi DPT dan campak. Selain itu, juga
terdapat vaksin Hi-b (Haemofilus influenza tipe b) dan vaksin pneumococcus
yang dapat melindungi anak dari penyakit ini.
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Jenis Dinding Rumah
Menurut penelitian Setyo Pribadi (2008), jenis dinding bangunan rumah tidak
langsung berhubungan dengan kejadian pneumonia. Hal ini dipengaruhi oleh
kelembaban dan pencahayaan di dalam ruangan yang dapat menjadi tempat
perkembangan bakteri sehingga dapat menimbulkan penyakit salah satunya
penyakit pernafasan (pneumonia).
Jumlah Persentase
Permanen 47 75,8 %
Semi-permanen
13 21,0 %
Non-permanen 2 3,2 %
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Memiliki Ventilasi
Menurut penelitian Novia (2011) menyatakan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara luas ventilasi dengan kejadian pneumonia pada balita. Ventilasi yang kurang dapat memberikan pengaruh buruk yaitu berkurangnya kadar oksigen, bertambahnya kadar karbondioksida, adanya bau pengap, suhu udara ruangan naik, dan kelembaban udara ruangan bertambah.
Jumlah Presentase
Ada dan sesuai standar
21 33,9 %
Ada tapi tidak sesuai standar
39 62,9 %
Tidak ada 2 3,2 %
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Perokok Di Rumah
Terjadinya pneumonia pada balita apabila ayah atau anggota keluarga lain
menggendong balitanya sambil merokok. Asap rokok yang ditimbulkan akan
terhirup oleh balita secara langsung. Hal ini apabila terjadi berulang dalam
waktu yang lama, paparan asap rokok tersebut akan mengganggu sistem
pernafasan pada balita dan dapat menjadi infeksi pernafasan atau pneumonia.
Jumlah Presentase
Ada 49 79 %
Tidak Ada 13 21 %
BAB IVKESIMPULAN DAN SARSN
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil data survei mawas diri (SMD) di Posyandu Puspa, ada 11 variabel
yang mempengaruhi faktor resiko terhadap kejadian penyakit pneumonia yaitu faktor
usia, tingkat pendidikan terakhir, pekerjaan, kepemilikan KMS balita, berat badan
balita yang ditimbang, status imunisasi, antigen yang didapat, jenis bangunan
rumah, kepemilikan jendela serta ventilasi rumah, dan perokok di rumah.
Adapun faktor instrinsik yang dapat mempengaruhi kejadian pneumonia seperti
status gizi, mendapatkan imunisasi/hanya mendapat satu macam antigen.
Untuk kepemilikan KMS dan penimbangan berat badan balita telah aktif dilakukan
oleh ibu. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan di Posyandu Puspa dalam rangka
peningkatan kesehatan anak cukup baik.
Faktor ekstrinsik yang dapat mempengaruhi kejadian pneumonia seperti jenis
dinding bangunan rumah, Kepemilikan jendela rumah, Kepemilikan ventilasi,
Kebiasaan merokok dalam rumah. Total persentase dari faktor ekstrinsik lebih besar
dari instrinsik berdasarkan variabel yang ada.
SARAN
Bagi Masyarakat
Meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat baik perorangan maupun
keluarga.
Meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat.
Ikut berpartisipasi melaksanakan deteksi dini pada balita dengan gejala pneumonia dengan cara
menambah wawasan.
Bagi Puskesmas Cipedes
Memberikan pembinaan kepada beberapa kader di posyandu secara berkala mengenai tanda dan gejala
pneumonia agar membantu dalam penemuan kasus pneumonia pada balita.
Memperbaiki dan menambah sarana dan prasarana di puskesmas yang dapat mendukung pelaksanaan
dan kemajuan program P2 ISPA, kesehatan lingkungan, dan promosi kesehatan.
Lebih memanfaatkan lagi hasil pencatatan dan laporan tertulis sebagai umpan balik dalam pelaksanaan
program P2 ISPA pada periode selanjutnya.
Pembuatan program-program penyuluhan/informasi secara intensif mengenai pneumonia kepada
masyarakat baik secara perorangan maupun masyarakat.
Kegiatan penyuluhan oleh petugas kesehatan kepada masyarakat mengenai syarat rumah sehat
sehingga tindakan pencegahan dapat dilakukan.
Bagi Lintas Sektoral
Melakukan kerjasama lintas sektoral melalui pendekatan dengan aparat
pemerintah, tokoh masyarakat maupun tokoh agama setempat, untuk
meningkatkan program pemberian penyuluhan tidak hanya di posyandu tetapi
bisa di sekolah - sekolah atau tempat pengajian sehingga masyarakat mengerti
tentang pneumonia dan dapat melakukan pencegahan sedini mungkin
berdasarkan faktor resiko yang ada.
Kerjasama lintas sektoral melalui PKK maupun Rukun Tetangga (RT) dalam
hal menggerakkan peran serta masyarakat untuk berpartisipasi dalam hal
kesehatan.
Kerjasama antara pihak puskesmas, swasta, dan pemerintah untuk memberikan
pelatihan wirausaha sesuai kemampuan dan kreativitas yang dimiliki ibu – ibu
rumah tangga sehingga dapat membantu perekonomian keluarga yang tentunya
akan berdampak terhadap kondisi rumah yang lebih baik.
TERIMA KASIH
Top Related