BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Aspek pengelolaan lingkungan hidup akan berjalan efektif dan efisien apabila
didukung oleh laboratorium yang mampu menghasilkan data yang absah, tidak
terbantahkan serta dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah maupun secara hukum.
Untuk mendapatkan validitas data pengujian yang dapat dipercaya sesuai tujuan yang
diharapkan, maka bukan hanya dibutuhkan peralatan dan personel pengambilan sampel,
tetapi juga prosedur dan teknik pengambilan sampel.
Aspek pengelolaan lingkungan hidup akan berjalan efektif dan efisien apabila
didukung oleh laboratorium yang mampu menghasilkan data yang absah, tidak
terbantahkan serta dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah maupun secara hukum.
Untuk mendapatkan validitas data pengujian yang dapat dipercaya sesuai tujuan yang
diharapkan, maka bukan hanya dibutuhkan peralatan dan personel pengambilan sampel,
tetapi juga prosedur dan teknik pengambilan sampel.
Air merupakan hal terpenting penunjang kehidupan. Segala aspek kegiatan
memerlukan air sebagai bahan pokok dalam melakukan kegiatan-kegiatan tersebut.
Selain itu tubuh makhluk hidup sebagian besar adalah air sehingga tubuh sangat
bergantung dengan air. Air di bumi sangat melimpah, hal ini dapat dilihat dengan begitu
luas lingkungan perairan di bumi dan lebih dari 98% air yang ada di bumi terdapat di
bawah permukaan tanah di bawah pori-pori batuan.
Air yang letaknya berada di bawah permukaan tanah biasa disebut denganair tanah.
Contoh air tanah seperti sumur bor, sumur gali, dan sumur patek. Selain air tanah, ada
juga air permukaan. Air permukaan merupakan air yang berada di atas permukaan tanah
misalnya danau dan sungai. Kehidupan makhluk hidup bergantung dengan pasokan air
yang berada di
atas maupun di bawah permukaan tanah. Jika air tersebut terkontaminasi dengan zat-zat
berbahaya maka proses kehidupan serta berbagai kegiatan akan terganggu. WHO
memperkirakan 80% penyakit di dunia bersinggungan dengan sanitasi dan air yang tidak
layak.
Karena begitu pentingnya air bagi kehidupan manusia maka sangat diperlukan
adanya sampling air terutama air tanah yang merupakan air di bawah permukaan dan air
kran yang merupakan sampel air di atas permukaan untuk mengetahui kadar dan jenis air
sehingga dapat diketahui apakah air tersebut mengandung zat berbahaya atau tidak serta
1
mengetahui seberapa besar kandungan-kandungan zat pada air sehinga air-air tersebut
dapat digolong- golongkan menurut fungsi dan manfaatnya.
Oleh karena itu dilakukannya praktikum ini agar mengetahui cara mengambil
sampel air melalui banyak titik, metode dan melalui berbagai cara.
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud Percobaan
Melakukan percobaan metode sampling.
Melakukan sampling secara langsung.
1.2.2 Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui apa itu air.
Untuk mengetahui metode-metode sampling air.
Untuk mengetahui nilai turbidity pada baku mutu dan turbidity pada
penyamplingan air permukaan sungai Mahakam.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sampel adalah sebagian dari populasi. Artinya tidak akan ada sampel jika tidak
ada populasi. Populasi adalah keseluruhan elemen atau unsur yang akan kita teliti.
Penelitian yang dilakukan atas seluruh elemen dinamakan sensus. Idealnya, agar hasil
penelitiannya lebih bisa dipercaya, seorang peneliti harus melakukan sensus. Namun
karena sesuatu hal peneliti bisa tidak meneliti keseluruhan elemen tadi, maka yang bisa
dilakukannya adalah meneliti sebagian dari keseluruhan elemen atau unsur tadi.
Pengambilan sampel adalah suatu prosedur tertentu yang diikuti apabila suatu
substansi, bahan atau produk diambil untuk keperluan pengujian sampel yang
representatif dari keseluruhannya. Karena itu, pengambilan sampel harus mewakili
kumpulannya dan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: perencanaan pengambilan
sampel, petugas pengambil sampel, prosedur pengambilan sampel, peralatan pengambil
sampel yang digunakan, frekuensi pengambilan sampel, keselamatan kerja dan
dokumentasi terkait pengambilan sampel. Proses pengambilan sampel jika tidak
dilakukan secara benar, maka secanggih apapun peralatan yang dipergunakan tidak akan
menghasilkan data yang dapat menggambarkan kondisi sesungguhnya (Raini, M, et al.
2004).
Pengambilan sampel harus memenuhi kesesuaian terhadap standar baku yang
telah diakui baik secara internasional maupun nasional, seperti standar EPA, WHO,
maupun SNI, jika tidak akan mengakibatkan langkah-langkah selanjutnya seperti
pengawetan, transportasi , penyimpanan, preparasi, maupun pengujian di laboratorium,
akan sia-sia serta membuang waktu dan biaya.
2.1 Pengertian Air
Air adalah zat cair yang tidak mempunyai rasa, warna dan bau, yang terdiri dari
hidrogen dan oksigen dengan rumus kimiawi H2O. Karena air merupakan suatu larutan
yang hampir-hampir bersifat universal, maka zat-zat yang paling alamiah maupun buatan
manusia hingga tingkat tertentu terlarut di dalamnya. Dengan demikian, air di dalam
mengandung zat-zat terlarut. Zat-zat ini sering disebut pencemar yang terdapat dalam air.
Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu baik dan
biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas
mereka sehari-hari termasuk diantaranya adalah sanitasi.
3
Untuk konsumsi air minum menurut departemen kesehatan, syarat-syarat air
minum adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak mengandung logam
berat. Walaupun air dari sumber alam dapat diminum oleh manusia, terdapat risiko bahwa
air ini telah tercemar oleh bakteri (misalnya Escherichia coli) atau zat-zat berbahaya.
Walaupun bakteri dapat dibunuh dengan memasak air hingga 100 °C, banyak zat
berbahaya, terutama logam, tidak dapat dihilangkan dengan cara ini (Fardiaz, 1992).
Tubuh manusia tersusun dari jutaan sel dan hampir keseluruhan sel tersebut
mengandung senyawa air (H2O). Menurut penelitian, hamper 67% dari berat tubuh
manusia terdiri dari air. Manfaat air bagi tubuh manusia adalah membantu proses
pencernaan, mengatur proses metabolisme, mengangkut zat-zat makanan dan menjaga
keseimbangan suhu tubuh. Menurut dokter dan para ahli kesehatan, tubuh
membutuhkan air untuk dikonsumsi sebanyak 2,5 liter atau setara dengan 8 gelas setiap
harinya. Apabila jumlah air yang dikonsumsi kurang dari jumlah ideal, tubuh akan
mengalami kekurangan cairan (dehidrasi) yang menyebabkan tubuh mudah lemas, capek
dan mengalami gangguan kesehatan (Arya, 2004).
Sumber air yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat
harus dilindungi dari proses pencemaran. Penentuan zona Perlindungan Sumber Air Baku
didasarkan pada faktor-faktor kesehatan dan biologis. Di negara Jerman dan negara-
negara Eropa secara umum dikenal 3 macam zona.
Perlindungan Sumber Air Baku :
Zona Perlindungan I : yaitu daerah perlindungan yang bertujuan untuk melindungi air dari
semua zat pencemar yang secara langsung atau tidak langsung menyebabkan degradasi
kualitas air, dengan radius ditentukan sejauh 10 – 15 meter dari sumber air.
Zona Perlindungan II : yaitu daerah perlindungan yang bertujuan untuk melindungi
sumber air baku dari bahaya pencemaran bakteri pathogen yang dapat menyebabkan
degradai kualitas air, dengan luas yang diperhitungkan berdasarkan jarak tempuh bakteri
colli selama 50 (lima puluh) hari kesumber air baku.
Zona Perlindungan III : yaitu daerah perlindungan yang bertujuan untuk melindungi
sumber air baku dari pencemaran kimiawi dan radioaktif yang tidak dapat mengalami
degradasi dalam waktu singkat, dengan luas yang ditentukan berdasarkan luas
tangkapan air.
2.2 Teknik Sampling Air
Data hasil pengujian parameter kualitas lingkungan harus dapat pertanggung
jawabkan baik secara ilmiah maupun hukum karena data tersebut dapat digunakan
sebagai dasar perencanaan, Evaluasi, maupun pengawasan yang sangat berguna bagi
4
para pengambil keputusan, perencanaan, penyusunan program baik di tingkat pusat
maupun di tingkat daerah dalam menentukan kebijakan pengelolaan lingkungan hidup
selain itu hasil pengujian dapat sebagai informasi adanya pencemaran lingkungan pada
daerah tertentu atau pembuktian kasus lingkungan dalam rangka penegakan hukum
lingkungan.
Mengingat pentingnya data hasil pengujian parameter kualitas lingkungan
tersebut, maka proses pengambilan contoh yang merupakan langkah awal dalam
menghasilkan data kualitas lingkungan, harus mempertimbangkan kaidah-kaidah ilmiah
yang berlaku dan peraturan undang-undang yang berlaku (Niniek L. Triana. 2003).
Jika proses pengambilan contoh lingkungan dilakukan kurang tepat maka
peralatan secanggih apapun yang digunakan tidak dapat menghasilkan data yang
mengambarkan kondisi kualitas lingkungan yang sesungguhnya kecuali hanya data dari
contoh yang representatif.
Dalam praktik pengumpulan limbah dilakukan dalam wadah dengan persyaratan sebagai
berikut :
1. Wadah plastic yang merupakan korosif
2. Volume wadah harus di sesuaikan dengan kategori limbah
3. Wadah harus menjamin keselamatan
4. Pemberian label harus sesuai dengan kategori limbah.
5. Instruksi untuk menyimpan atau untuk masing-masing kategori limbah harus disertakan
contohnya ” simpan pada pH kurang dari 7 “ dll. (Anwar Hadi,2005)
Pengambilan sampel yang telah direncanakan dengan baik akan mendukung
pelaksanaan yang optimal. Dengan demikian pengambilan sampel merupakan tahap awal
yang dilakukan dalam penentuan kualitas air, yang akan menentukan hasil pekerjaan
pada berikutnya. Secara garis besar prosedur pengambilan sampel terdiri dari
perencanaan, persiapan, pelaksanaan pengambilan sampel serta Quality Asurance (QA)
dan Quality Control (QC) pengambilan sampel. Hal penting bagi pengambil sampel
sebelum ke lapangan adalah menyusun perencanaan dalam suatu dokumen yang
membantu dalam setiap tahapan pengambilan sampel secara jelas dan sistematik.
Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam perencanaan pengambilan sampel adalah :
1. Menentukan tujuan pengambilan sampel;
5
2. Menentukan alat pengambil sampel yang sesuai;
3. Menentukan apakah pengambilan sampel harus sesuai dengan standar atau
peraturan tertentu;
4. Menentukan metode analisis;
5. Pemilihan teknik sampling dan menetukan apakah sampling dilakukan secara
random atau acak;
6. Menentukan jumlah, volume dan jenis wadah sampel;
7. Menentukan waktu, lokasi sampling dan jenis sampel;
8. Menentukan frekuensi sampling;
9. Menyiapkan pengendalian mutu;
10. Menyiapkan dokumentasi (daftar periksa persiapan pengambilan sampel, formulir
rekaman dat pengambilan sampel, laporan pengambilan sampel).
11. Pengamanan sampel terdiri dari :
1. Identifikasi/pengkodean sampel
2. Pengemasan sampel
3. Penyegelan wadah sampel, bila diperlukan
4. Tindakan pencegahan selama transportasi ke laboratorium, jika ada ketidak
sesuaian
5. Penyimpanan sampel di laboratorium (Niniek L. Triana. 2003).
Titik pengambilan sampel air sungai ditentukan berdasarkan debit air sungai, yang diatur
dengan ketentuan sebagai berikut :
sungai dengan debit kurang dari 5 m3/detik, sampel diambil pada satu titik di
tengah sungai pada kedalaman 0,5 kali kedalaman dari permukaan, sehingga
diperoleh sampel air dari permukaan sampai ke dasar secara merata;
6
sungai dengan debit antara (5 – 150) m3/detik, sampel diambil pada dua titik
masing-masing pada jarak 1/3 dan 2/3 lebar sungai, pada kedalaman 0,5 kali
kedalaman dari permukaan, sehingga diperoleh sampel air dari permukaan
sampai ke dasar secara merata, kemudian dicampurkan;
sungai dengan debit lebih dari 150 m3/detik, sampel diambil minimum pada
enam titik, masing-masing pada jarak 1/4, 1/2, dan 3/4 lebar sungai, pada
kedalaman 0,2 dan 0,8 kali kedalaman dari permukaan, sehingga diperoleh
sampel air dari permukaan sampai ke dasar secara merata, kemudian
dicampurkan (Universitas Islam Indonesia. 2005).
2.3 Teknik-teknik pengambilan sampel
Secara umum, ada dua jenis teknik pengambilan sampel yaitu, sampel acak atau
random sampling / probability sampling, dan sampel tidak acak atau nonrandom
samping/nonprobability sampling. Yang dimaksud dengan random sampling adalah cara
pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama untuk diambil kepada
setiap elemen populasi. Artinya jika elemen populasinya ada 100 dan yang akan dijadikan
sampel adalah 25, maka setiap elemen tersebut mempunyai kemungkinan 25/100 untuk
bisa dipilih menjadi sampel. Sedangkan yang dimaksud dengan nonrandom sampling
atau nonprobability sampling, setiap elemen populasi tidak mempunyai kemungkinan
yang sama untuk dijadikan sampel. Lima elemen populasi dipilih sebagai sampel karena
letaknya dekat dengan rumah peneliti, sedangkan yang lainnya, karena jauh, tidak dipilih;
artinya kemungkinannya 0 (nol).
Dua jenis teknik pengambilan sampel di atas mempunyai tujuan yang berbeda. Jika
peneliti ingin hasil penelitiannya bisa dijadikan ukuran untuk mengestimasikan populasi,
atau istilahnya adalah melakukan generalisasi maka seharusnya sampel representatif dan
diambil secara acak. Namun jika peneliti tidak mempunyai kemauan melakukan
generalisasi hasil penelitian maka sampel bisa diambil secara tidak acak. Sampel tidak
acak biasanya juga diambil jika peneliti tidak mempunyai data pasti tentang ukuran
populasi dan informasi lengkap tentang setiap elemen populasi. Contohnya, jika yang
diteliti populasinya adalah konsumen teh botol, kemungkinan besar peneliti tidak
mengetahui dengan pasti berapa jumlah konsumennya, dan juga karakteristik konsumen.
Karena dia tidak mengetahui ukuran pupulasi yang tepat, bisakah dia mengatakan bahwa
200 konsumen sebagai sampel dikatakan “representatif”?. Kemudian, bisakah peneliti
memilih sampel secara acak, jika tidak ada informasi yang cukup lengkap tentang diri
konsumen?. Dalam situasi yang demikian, pengambilan sampel dengan cara acak tidak
dimungkinkan, maka tidak ada pilihan lain kecuali sampel diambil dengan cara tidak acak
atau nonprobability sampling, namun dengan konsekuensi hasil penelitiannya tersebut
7
tidak bisa digeneralisasikan. Jika ternyata dari 200 konsumen teh botol tadi merasa
kurang puas, maka peneliti tidak bisa mengatakan bahwa sebagian besar konsumen teh
botol merasa kurang puas terhadap botol.
Di setiap jenis teknik pemilihan tersebut, terdapat beberapa teknik yang lebih
spesifik lagi. Pada sampel acak (random sampling) dikenal dengan istilah simple random
sampling, stratified random sampling, cluster sampling, systematic sampling, dan area
sampling. Pada nonprobability sampling dikenal beberapa teknik, antara lain adalah
convenience sampling, purposive sampling, quota sampling, snowball sampling
Probability/Random Sampling.
Syarat pertama yang harus dilakukan untuk mengambil sampel secara acak adalah
memperoleh atau membuat kerangka sampel atau dikenal dengan nama “sampling
frame”. Yang dimaksud dengan kerangka sampling adalah daftar yang berisikan setiap
elemen populasi yang bisa diambil sebagai sampel. Elemen populasi bisa berupa data
tentang orang/binatang, tentang kejadian, tentang tempat, atau juga tentang benda. Jika
populasi penelitian adalah mahasiswa perguruan tinggi “A”, maka peneliti harus bisa
memiliki daftar semua mahasiswa yang terdaftar di perguruan tinggi “A “ tersebut
selengkap mungkin. Nama, NRP, jenis kelamin, alamat, usia, dan informasi lain yang
berguna bagi penelitiannya.. Dari daftar ini, peneliti akan bisa secara pasti mengetahui
jumlah populasinya (N). Jika populasinya adalah rumah tangga dalam sebuah kota, maka
peneliti harus mempunyai daftar seluruh rumah tangga kota tersebut. Jika populasinya
adalah wilayah Jawa Barat, maka penelti harus mepunyai peta wilayah Jawa Barat secara
lengkap. Kabupaten, Kecamatan, Desa, Kampung. Lalu setiap tempat tersebut diberi
kode (angka atau simbol) yang berbeda satu sama lainnya.
Di samping sampling frame, peneliti juga harus mempunyai alat yang bisa dijadikan
penentu sampel. Dari sekian elemen populasi, elemen mana saja yang bisa dipilih
menjadi sampel?. Alat yang umumnya digunakan adalah Tabel Angka Random,
kalkulator, atau undian. Pemilihan sampel secara acak bisa dilakukan melalui sistem
undian jika elemen populasinya tidak begitu banyak. Tetapi jika sudah ratusan, cara
undian bisa mengganggu konsep “acak” atau “random” itu sendiri (Anwar Hadi,2005).
1. Simple Random Sampling atau Sampel Acak Sederhana
Cara atau teknik ini dapat dilakukan jika analisis penelitiannya cenderung
deskriptif dan bersifat umum. Perbedaan karakter yang mungkin ada pada setiap unsur
atau elemen populasi tidak merupakan hal yang penting bagi rencana analisisnya.
Misalnya, dalam populasi ada wanita dan pria, atau ada yang kaya dan yang miskin, ada
8
manajer dan bukan manajer, dan perbedaan-perbedaan lainnya. Selama perbedaan
gender, status kemakmuran, dan kedudukan dalam organisasi, serta perbedaan-
perbedaan lain tersebut bukan merupakan sesuatu hal yang penting dan mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap hasil penelitian, maka peneliti dapat mengambil
sampel secara acak sederhana. Dengan demikian setiap unsur populasi harus
mempunyai kesempatan sama untuk bisa dipilih menjadi sampel. Prosedurnya :
1. Susun “sampling frame”
2. Tetapkan jumlah sampel yang akan diambil
3. Tentukan alat pemilihan sampel
4. Pilih sampel sampai dengan jumlah terpenuhi
2. Stratified Random Sampling atau Sampel Acak Distratifikasikan
Karena unsur populasi berkarakteristik heterogen, dan heterogenitas tersebut
mempunyai arti yang signifikan pada pencapaian tujuan penelitian, maka peneliti dapat
mengambil sampel dengan cara ini. Misalnya, seorang peneliti ingin mengetahui sikap
manajer terhadap satu kebijakan perusahaan. Dia menduga bahwa manajer tingkat atas
cenderung positif sikapnya terhadap kebijakan perusahaan tadi. Agar dapat menguji
dugaannya tersebut maka sampelnya harus terdiri atas paling tidak para manajer tingkat
atas, menengah, dan bawah. Dengan teknik pemilihan sampel secara random
distratifikasikan, maka dia akan memperoleh manajer di ketiga tingkatan tersebut, yaitu
stratum manajer atas, manajer menengah dan manajer bawah. Dari setiap stratum
tersebut dipilih sampel secara acak. Prosedurnya :
1. Siapkan “sampling frame”
2. Bagi sampling frame tersebut berdasarkan strata yang dikehendaki
3. Tentukan jumlah sampel dalam setiap stratum
4. Pilih sampel dari setiap stratum secara acak.
Pada saat menentukan jumlah sampel dalam setiap stratum, peneliti dapat
menentukan secara (a) proposional, (b) tidak proposional. Yang dimaksud dengan
proposional adalah jumlah sampel dalam setiap stratum sebanding dengan jumlah unsur
populasi dalam stratum tersebut. Misalnya, untuk stratum manajer tingkat atas (I) terdapat
15 manajer, tingkat menengah ada 45 manajer (II), dan manajer tingkat bawah (III) ada
100 manajer. Artinya jumlah seluruh manajer adalah 160. Kalau jumlah sampel yang akan
diambil seluruhnya 100 manajer, maka untuk stratum I diambil (15:160)x100 = 9 manajer,
stratum II = 28 manajer, dan stratum 3 = 63 manajer.
9
Jumlah dalam setiap stratum tidak proposional. Hal ini terjadi jika jumlah unsur
atau elemen di salah satu atau beberapa stratum sangat sedikit. Misalnya saja, kalau
dalam stratum manajer kelas atas (I) hanya ada 4 manajer, maka peneliti bisa mengambil
semua manajer dalam stratum tersebut , dan untuk manajer tingkat menengah (II)
ditambah 5, sedangkan manajer tingat bawah (III), tetap 63 orang.
3. Cluster Sampling atau Sampel Gugus
Teknik ini biasa juga diterjemahkan dengan cara pengambilan sampel berdasarkan
gugus. Berbeda dengan teknik pengambilan sampel acak yang distratifikasikan, di mana
setiap unsur dalam satu stratum memiliki karakteristik yang homogen (stratum A : laki-laki
semua, stratum B : perempuan semua), maka dalam sampel gugus, setiap gugus boleh
mengandung unsur yang karakteristiknya berbeda-beda atau heterogen. Misalnya, dalam
satu organisasi terdapat 100 departemen. Dalam setiap departemen terdapat banyak
pegawai dengan karakteristik berbeda pula. Beda jenis kelaminnya, beda tingkat
pendidikannya, beda tingkat pendapatnya, beda tingat manajerialnnya, dan perbedaan-
perbedaan lainnya. Jika peneliti bermaksud mengetahui tingkat penerimaan para pegawai
terhadap suatu strategi yang segera diterapkan perusahaan, maka peneliti dapat
menggunakan cluster sampling untuk mencegah terpilihnya sampel hanya dari satu atau
dua departemen saja. Prosedur :
1. Susun sampling frame berdasarkan gugus – Dalam kasus di atas, elemennya ada 100
departemen.
2. Tentukan berapa gugus yang akan diambil sebagai sampel.
3. Pilih gugus sebagai sampel dengan cara acak.
4. Teliti setiap pegawai yang ada dalam gugus sample (Niniek L. Triana. 2003).
4. Systematic Sampling atau Sampel Sistematis
Jika peneliti dihadapkan pada ukuran populasi yang banyak dan tidak memiliki alat
pengambil data secara random, cara pengambilan sampel sistematis dapat digunakan.
Cara ini menuntut kepada peneliti untuk memilih unsur populasi secara sistematis, yaitu
unsur populasi yang bisa dijadikan sampel adalah yang “keberapa”. Misalnya, setiap
unsur populasi yang keenam, yang bisa dijadikan sampel. Soal “keberapa”-nya satu unsur
populasi bisa dijadikan sampel tergantung pada ukuran populasi dan ukuran sampel.
Misalnya, dalam satu populasi terdapat 5000 rumah. Sampel yang akan diambil adalah
250 rumah dengan demikian interval di antara sampel kesatu, kedua, dan seterusnya
adalah 25. Prosedurnya :
a. Susun sampling frame.
b. Tetapkan jumlah sampel yang ingin diambil.
10
c. Tentukan K (kelas interval).
d. Tentukan angka atau nomor awal di antara kelas interval tersebut secara acak
atau random – biasanya melalui cara undian saja.
e. Mulailah mengambil sampel dimulai dari angka atau nomor awal yang terpilih.
f. Pilihlah sebagai sampel angka atau nomor interval berikutnya.
5. Area Sampling atau Sampel Wilayah
Teknik ini dipakai ketika peneliti dihadapkan pada situasi bahwa populasi penelitiannya
tersebar di berbagai wilayah. Misalnya, seorang marketing manajer sebuah stasiun TV
ingin mengetahui tingkat penerimaan masyarakat Jawa Barat atas sebuah mata
tayangan, teknik pengambilan sampel dengan area sampling sangat tepat. Prosedurnya :
6. Susun sampling frame yang menggambarkan peta wilayah (Jawa Barat)– Kabupaten,
Kotamadya, Kecamatan, Desa.
7. Tentukan wilayah yang akan dijadikan sampel (Kabupaten, Kotamadya, Kecamatan,
Desa)
8. Tentukan berapa wilayah yang akan dijadikan sampel penelitiannya.
9. Pilih beberapa wilayah untuk dijadikan sampel dengan cara acak atau random.
10. Kalau ternyata masih terlampau banyak responden yang harus diambil datanya, bagi
lagi wilayah yang terpilih ke dalam sub wilayah.
Nonprobability/Nonrandom Sampling atau Sampel Tidak Acak
Seperti telah diuraikan sebelumnya, jenis sampel ini tidak dipilih secara acak. Tidak
semua unsur atau elemen populasi mempunyai kesempatan sama untuk bisa dipilih
menjadi sampel. Unsur populasi yang terpilih menjadi sampel bisa disebabkan karena
kebetulan atau karena faktor lain yang sebelumnya sudah direncanakan oleh peneliti.
1. Convenience Sampling atau sampel yang dipilih dengan pertimbangan
kemudahan.
Dalam memilih sampel, peneliti tidak mempunyai pertimbangan lain kecuali berdasarkan
kemudahan saja. Seseorang diambil sebagai sampel karena kebetulan orang tadi ada di
situ atau kebetulan dia mengenal orang tersebut. Oleh karena itu ada beberapa penulis
menggunakan istilah accidental sampling – tidak disengaja – atau juga captive sample
(man-on-the-street) Jenis sampel ini sangat baik jika dimanfaatkan untuk penelitian
penjajagan, yang kemudian diikuti oleh penelitian lanjutan yang sampelnya diambil secara
acak (random). Beberapa kasus penelitian yang menggunakan jenis sampel ini, hasilnya
ternyata kurang obyektif (Niniek L. Triana. 2003).
2. Purposive Sampling
11
Sesuai dengan namanya, sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu.
Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa
seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitiannya.
Dua jenis sampel ini dikenal dengan nama judgement dan quota sampling.
Judgment Sampling
Sampel dipilih berdasarkan penilaian peneliti bahwa dia adalah pihak yang paling baik
untuk dijadikan sampel penelitiannya.. Misalnya untuk memperoleh data tentang
bagaimana satu proses produksi direncanakan oleh suatu perusahaan, maka manajer
produksi merupakan orang yang terbaik untuk bisa memberikan informasi. Jadi, judment
sampling umumnya memilih sesuatu atau seseorang menjadi sampel karena mereka
mempunyai “information rich”.
Dalam program pengembangan produk (product development), biasanya yang dijadikan
sampel adalah karyawannya sendiri, dengan pertimbangan bahwa kalau karyawan sendiri
tidak puas terhadap produk baru yang akan dipasarkan, maka jangan terlalu berharap
pasar akan menerima produk itu dengan baik.
Quota Sampling
Teknik sampel ini adalah bentuk dari sampel distratifikasikan secara proposional, namun
tidak dipilih secara acak melainkan secara kebetulan saja.
Misalnya, di sebuah kantor terdapat pegawai laki-laki 60% dan perempuan 40% . Jika
seorang peneliti ingin mewawancari 30 orang pegawai dari kedua jenis kelamin tadi maka
dia harus mengambil sampel pegawai laki-laki sebanyak 18 orang sedangkan pegawai
perempuan 12 orang. Sekali lagi, teknik pengambilan ketiga puluh sampel tadi tidak
dilakukan secara acak, melainkan secara kebetulan saja.
Snowball Sampling – Sampel Bola Salju
Cara ini banyak dipakai ketika peneliti tidak banyak tahu tentang populasi penelitiannya.
Dia hanya tahu satu atau dua orang yang berdasarkan penilaiannya bisa dijadikan
sampel. Karena peneliti menginginkan lebih banyak lagi, lalu dia minta kepada sampel
pertama untuk menunjukan orang lain yang kira-kira bisa dijadikan sampel (Niniek L.
Triana. 2003)..
12
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum Sampling Air Permukaan ini dilaksanakan pada Hari Sabtu tanggal 26
November 2011 bertempat di badan Sungai Mahakam : Titik 1 (bawah jembatan
mahakam), titik 2 (depan islamic centre), titik 3 (depan muara teluk lerong), titik 4 (depan
kantor gubernur), titik 5 (depan pasar pagi), titik 6 (depan pelabuhan samarinda), titik 7
(depan kelurahan baqa samarinda seberang), titik 8 (depan PDAM gunung lipan),
Samarinda, Kalimantan Timur.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
- GPS
- Anemometer
- Depth Meter
- Water Sampler
- Botol Sampel
- Alat Tulis
- pH Meter
- Alat pengukur TDS (Conductivity Meter)
- Turbidity Meter
- Tali rafia
- Cutter
- Obeng Plus
- Kapal
13
- Kamera
3.2.2 Bahan
- Air sungai Mahakam
- Aquades
- Tissue
- Batu Baterai ukuran 2A
- Batu Baterai ukuran 3A
- Batu Baterai kotak
3.3 Cara Kerja
1. Ditentukan tujuh titik lokasi untuk pengambilan sampel air sungai Mahakam.
2. Dituju tempat yang telah ditentukan
3. Pada titik pertama Diambil air sungai Mahakam dengan menggunakan water
sampler
4. Dipindahkan air yang telah diambil ke dalam boto-botol sampel untuk dilakukan
pengukuran.
5. Ditentukan kedalaman dengan menggunakan alat Deep Meter
6. Dilakukan pengujian ph dengan menggunakan ph meter
7. Dilakukan pengujian temperatur dan TDS menggunakan Conductivity Meter
8. Diukur kecepatan angin dengan menggunakan alat anemometer.
9. Ditentukankan titik koordinat dengan menggunakan alat GPS
10. Dilakukan langkah yang sama seperti diatas hingga titik ketujuh.
14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Percobaan
Lokasi
Kedalaman
(meter)
Kecepatan
Angin
(m/s)
pH
Suhu
(Celcius
)
TDS
(mg/)
Turbidit
y
(mtu)
Koordinat
Titik 1
Bawah
Jembatan
Mahakam
24,07 0,46 6,95 30,4 52 50,4
50M :
0513200
UTM :
9942680
Titik 2
Muara
Teluk
Lerong
33,53 0,33 7,9 30 44 48,7
50M :
0514465
UTM :
99944487
Titik 3
Depan
Kantor
Gubernur
24,07 1,59 7,01 29,6 47 44,9
50M :
0515669
UTM :
9944425
Titik 4 18,29 0,91 7,51 29,6 49 44,7 50M :
15
Depan
Masjid
Raya
0516434
UTM :
9944147
Titik 5
Depan
Pelabuhan
Samarinda
15,64 0,37 7,5 29,6 50 49,1
50M :
0517140
UTM :
9943695
Titik 6
PDAM
Samarinda
Seberang
10,27 0,28 7,95 29,2 48 46,3
50M :
50515268
UTM :
9944173
Titik 7
PDAM Gn.
Lipan
28,35 0,43 7,15 29,5 45 51,5
50M :
0512834
UTM :
9944173
4.2 Pembahasan
Praktikum ini dilaksanakan dengan menyisiri sungai mahakam dari wilayah
sungai kunjang hingga wilayah selili. Sepanjang aliran tersebut diambil 8 titik sebagai
sampel. Titik titik itu antara lain: Titik 1 (bawah jembatan mahakam), titik 2 (depan
islamic centre), titik 3 (depan muara teluk lerong), titik 4 (depan kantor gubernur), titik
5 (depan pasar pagi), titik 6 (depan pelabuhan samarinda), titik 7 (depan kelurahan
baqa samarinda seberang), titik 8 (depan PDAM gunung lipan).
4.2.1 Tabel Parameter Kualitas Air Kelas II Berdasarkan PP. No 82 Tahun 2001
PARAMETER SATUANKELAS
II
FISIKA
Temperatur °C -
Residu Terlarut (TDS) mg/L 1000
16
Residu Tersuspensi (TSS) mg/L
1000
KIMIA ANORGANIK
pH 6-9
4.2.2 Tabel Perbandingan
Parameter
Baku Mutu Air Kelas II
sesuai pp nomor 82 thn
2001 tentang Kualitas
Air
Air Sungai
Mahakam
(Nilai Rata-
Rata)
pH 6 - 9 7,4
Suhu - 29,7oC
TDS 1000 mg/l 47,8 mg/l
Turbidity - 47,9 NTU
Nb : (-) tidak ada nilai baku mutu standar.
Keterangan :
Pada nilai rata-rata pH yang kami dapatkan dari hasil pengujian didapatkan
nilai rata-rata 7,4 yang menunjukan nilai standar sesuai baku mutu kualitas
air bersih.
Pada nilai rata-rata suhu yang kami dapatkan dari hasil pengujian adalah
29,7 OC.
Pada pengukuran nilai TDS, kami dapatkan nilai rata-rata 47,8 mg/L yang
nilainya berada dibawah batas baku mutu standar 1000 mg/L.
Pada pengukuran nilai turbidity yang kami dapatkan nilai rata-rata turbidity
adalah 47,9 NTU.
17
Jadi berdasarkan paramater yang kami uji dapat dikatakan bahwa sungai
Mahakam berdasarkan sebagian parameter fisik dan kimia anorganik cukup
layak dijadikan sumber air baku.
BAB V
PENUTUP
5. 1 Kesimpulan
Air adalah zat cair yang tidak mempunyai rasa, warna dan bau, yang terdiri dari
hidrogen dan oksigen dengan rumus kimiawi H2O. Karena air merupakan suatu
larutan yang hampir-hampir bersifat universal, maka zat-zat yang paling
alamiah maupun buatan manusia hingga tingkat tertentu terlarut di dalamnya.
Dengan demikian, air di dalam mengandung zat-zat terlarut. Zat-zat ini sering
disebut pencemar yang terdapat dalam air.
Metode sampling ada 2 yaitu sampel acak atau random sampling dan sampel
tidak acak atau non random sampling. Yang dimaksud dengan random
sampling adalah cara pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang
sama untuk diambil kepada setiap elemen. Sedangkan, yang dimaksud non
random sampling adalah setiap elemen tidak mempunyai kemungkinan yang
sama untuk dijadikan sampel.
Nilai rata-rata kekeruhan (turbidity) pada saat pengambilan sampel pada sungai
mahakam adalah 47,9 NTU. Sedangkan pada parameter/baku mutu tidak
diketahui nilainya.
5. 2 Saran
Perlunya diperhatikan tingat keselamatan saat mengambil sampel air.
Hendaknya dalam proses pengambilan air pada badan sungai benar-benar
cermat sehingga tidak terkontaminasi udara.
18
DAFTAR PUSTAKA
Anwar Hadi 2005, Prinsip pengelolaan pengambilan sample lingkungan, PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Arya, wardana. 2004. Dampak Pencemaran lingkungan. Penerbit Andi : Yogyakarta.
Fardiaz, Srikandi. 1992. Polusi Air Dan Udara. Kanisius : Yogyakarta.
Niniek L. Triana. 2003. Teknik Pengambilan Contoh & Analisis Parameter Kualitas Air.
Modul Bimbingan teknis Pemantauan Kualitas Air, Sarpedal Kementerian
Lingkungan Hidup.
Raini, M, et al. 2004. Kualitas Fisik dan Kimia Air PAM di Jakarta, Bogor, Tangerang,
Bekasi Tahun 1999 – 2001. Media Litbang Kesehatan Volume XIV No.3 Tahun
2004.
19
Top Related