Download - Laporan Praktikum Teknik Kimia III Bilangan Saponifikasi

Transcript

Laporan Praktikum Teknik Kimia IIIBilangan Saponifikasi (Angka Penyabunan)

Nama : DaudZakariaNIM : 2013430049Fakultas/Semester :FakultasTeknik Kimia/ Semester 3UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA FAKULTAS TEKNIKJl. Cempaka Putih Tengah, Jakarta Pusat. Telp : 021-4256024, Fax : 021 4256023Website :ft.umj.ac.id

http://www.umj.ac.id/fakultas-teknik.html/

Bilangan Saponifikasi (Angka Penyabunan)I. PRINSIP PERCOBAANSaponifikasi, yaitu reaksi yang terjadi ketika minyak/lemak dicampur dengan larutan alkali yang menghasilkan sabun dan gliserol. Lemak akan terhidrolisis oleh basa menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Proses pencampuran antara minyak dan alkali kemudian akan membentuk suatu cairan yang mengental, yang disebut dengan trace. Pada campuran tersebut kemudian ditambahkan garam NaCl. Garam NaCl ditambahkan untuk memisahkan antara produk sabun dan gliserol sehingga sabun akan tergumpalkan sebagai sabun padat yang memisah dari gliserol.

II. MAKSUD DAN TUJUANMengetahui proses analisa bilangan penyabunan.

III. REAKSICH(OOR)+ 3NaOH CH(OH)+ 3NaOOCRLemak/Minya Alkali Gliserin Sabun

IV. TEORIA. SafonifikasiKata saponifikasi atau saponify berarti membuat sabun (Latin sapon, = sabun dan fy adalah akhiran yang berarti membuat). Bangsa Romawi kuno mulai membuat sabun sejak 2300 tahun yang lalu dengan memanaskan campuran lemak hewan dengan abu kayu. Pada abad 16 dan 17 di Eropa sabun hanya digunakan dalam bidang pengobatan. Barulah menjelang abad 19 penggunaan sabun meluas.Sabun dibuat dari proses saponifikasi lemak hewan (tallow) dan dari minyak. Gugus induk lemak disebut fatty acids yang terdiri dari rantai hidrokarbon panjang (C-12 sampai C18) yang berikatan membentuk gugus karboksil. Asam lemak rantai pendek jarang digunakan karena menghasilkan sedikit busa. Reaksi saponifikasi tidak lain adalah hidrolisis basa suatu ester dengan alkali (NaOH, KOH).Saponifikasi pada dasarnya adalah proses pembuatan sabun yang berlangsung dengan mereaksikan asam lemak khususnya trigliserida dengan alkali yang menghasilkan gliserol dan garam karboksilat (sejenis sabun). Sabun merupakan garam (natrium) yang mempunyai rangkaian karbon yang panjang. Reaksi dibawah ini merupakan reaksi saponifikasi tripalmitin / trigliserida.

Selain dari reaksi diatas sabun juga bisa dihasilkan dari reaksi netralisasi FattyAcid(FA), namun disini hanya didapat sabun tanpa adanya Gliserin (Glycerol),karena saat proses pembuatan Fatty Acid, glycerol sudah dipisahkan tersendiri.

Selain dari minyak atau lemak dan NaOH pada pembuatan sabundipergunakan bahan-bahan tambahan sebagai berikut:a) Cairan pengisi seperti tepung tapioka, gapleh dan lain-lainb) Zat pewarnac) Parfum, agar baunya wangid) Zat pemutih, misal natrium sulfat

B. SabunSabun merupakan merupakan suatu bentuk senyawa yang dihasilkan dari reaksi saponifikasi. Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis asam lemak oleh adanya basa lemah (misalnya NaOH). Hasil lain dari reaksi saponifikasi ialah gliserol. Selain C12 dan C16, sabun juga disusun oleh gugus asam karboksilat.seperti gambar dibawah adalah asam laurat.

Prinsip utama kerja sabun ialah gaya tarik antara molekul kotoran, sabun, dan air. Kotoran yang menempel pada tangan manusia umumnya berupa lemak. Untukmempermudah penjelasan, mari kita tinjau minyak goreng sebagai contoh. Minyakgoreng mengandung asam lemak jenuh dan tidak jenuh. Asam lemak jenuh yang ada pada minyak goreng umumnya terdiri dari asam miristat,asam palmitat, asamlaurat, dan asam kaprat. Asam lemak tidak jenuh dalam minyak goreng adalah asam oleat, asam linoleat, dan asam linolena. Asam lemak tidak lain adalah asamalkanoat atau asam karboksilat berderajat tinggi (rantai C lebih dari 6).Seperti yang kita ketahui, air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O, yaitu molekul yang tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidakberbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur273,15 K (0 C). Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan banyak zat kimia. Kelarutan suatu zat dalam air ditentukan oleh dapat tidaknya zat tersebut menandingi kekuatan gaya tarik-menarik listrik (gaya intermolekul dipol-dipol) antara molekul-molekul air. Bahan baku pembuatan sabun, antara lain:a) Minyak kelapa sawit mengandung asam palmitat, asam oleat, asam stearat, dan asam myfistatb) Minyak Zaitun mengandung asam palmitat, asam oleat dan asam stearatc) Minyak Kelapa mengandung asam palmitat, asam oleat dan asam stearat.Sabun dapat dibuat melalui proses batch atau kontinyu. Pada proses batch, lemak atau minyak dipanaskan dengan alkali (NaOH atau KOH) berlebih dalam sebuah ketel. Jika penyabunan telah selesai, garam garam ditambahkan untuk mengendapkan sabun. Lapisan air yang mengaundung garam, gliserol dan kelebihan alkali dikeluarkan dan gliserol diperoleh lagi dari proses penyulingan. Endapan sabun gubal yang bercampur dengan garam, alkali dan gliserol kemudian dimurnikan dengan air dan diendapkan dengan garam berkali-kali. Akhirnya endapan direbus dengan air secukupnya untuk mendapatkan campuran halus yang lama-kelamaan membentuk lapisan yang homogen dan mengapung. Sabun ini dapat dijual langsung tanpa pengolahan lebih lanjut, yaitu sebagai sabun industri yang murah. Beberapa bahan pengisi ditambahkan, seperti pasir atau batu apung dalam pembuatan sabun gosok. Beberapa perlakuan diperlukan untuk mengubah sabun gubal menjadi sabun mandi, sabun bubuk, sabun obat, sabun wangi, sabun cuci, sabun cair dan sabun apung (dengan melarutkan udara di dalamnya).Pada proses kontinu, yaitu yang biasa dilakukan sekarang, lemak atau minyak hidrolisis dengan air pada suhu dan tekanan tinggi, dibantu dengan katalis seperti sabun seng. Lemak atau minyak dimasukkan secara kontinu dari salah satu ujung reaktor besar. Asam lemak dan gliserol yang terbentuk dikeluarkan dari ujung yang berlawanan dengan cara penyulingan. Asam-asam ini kemudian dinetralkan dengan alkali untuk menjadi sabun.Pada umumnya, alkali yang digunakan dalam pembuatan sabun pada umumnya hanya NaOH dan KOH, namun kadang juga menggunakan NH4OH. Sabun yang dibuat dengan NaOH lebih lambat larut dalam air dibandingkan dengan sabun yang dibuat dengan KOH. Sabun yang terbuat dari alkali kuat (NaOH, KOH) mempunyai nilai pH antara 9,0 sampai 10,8 sedangkan sabun yang terbuat dari alkali lemah (NH4OH) akan mempunyai nilai pH yang lebih rendah yaitu 8,0 sampai 9,5.Sabun adalah senyawa kimia yang dihasilkan dari reaksi lemak atau minyak dengan alkali. Sabun juga merupakan garam-garam monofalen dari asam karboksilat dengan rumus umumnya RCOOM, R adalah rantai lurus (alifatik) panjang dengan jumlah atom C bervariasi, yaitu antara C12-C18 dan M adalah kation dari kelompok alkali atau Ion Ammonium.Lipid adalah biomolekul organik yang tidak larut dalam air (hidrofobik). Fungsi lipid di dalam tubuh yaitu sebagai sumber energi, sumber bahan baku basa-basa purin dan primidin penyusun asam nukleat, biosintesis asam amino tertentu dan sebagainya. Beberapa kelas lipid antara lain lemak dan minyak, terpena, steroid, dan beberapa senyawa penting lainnya. Lemak dan minyak merpakan suatu gliserida. Pada suhu kamar lemak berwujud padatan dan minyak berupa cairan. Sebagian besar gliserida pada hewan berupa lemak dan pada tumbuhan berupa minyak. Analisa lemak dan minyak pada umumnya dilakukan dengan 2 cara yaitu : yang pertama dengan cara penenuan kuantitatif, atau penentuan kadar lemak atau minyak yang terdapat pada bahan pertanian dan olahannya. Yang kedua yaitu dengan penentuan kualitas minyak (murni) sebagai bahan makanan yang berkaitan dengan pross ekstraksinya, penentuan tingkat kemurnian minyak ini sangat berhubungan erat dengan kekuatan daya simpannya, sifat gorengnya, bau maupun rasanya.Tolak ukur dalam menentukan kualitas minyak yaitu dengan angka asam lemak bebas (free fatty acid atau ffa), bilangan peroksida, tingkat ketengikan, kadar air, dan angka penyabunan. Dalam pengolahan bahan pangan, minyak dan lemak berfungsi sebagai media penghantar panas yang memiiki titik didih sekitar 200C sehingga biasanya digunakan untuk menggoreng makanan, sehingga bahan yang digoreng akan kehilangan sebagian besar air yang dikandungnya dan bahan menjadi kering. Jenis dan jumlah asam lemak penyusun suatu minyak atau lemak menentukan karakteristik fifik dan kimiawi minyak atau lemak. Disebut lemak apabila trigliserida tersebut berbentuk cair pada suhu kamar dan disebut lemak apabila berentuk padat pada suhu kamar.Asam lemak berdasarkan sifat ikatan kimianya menjadi 2, yaitu :1. Asam lemak jenuh : semua ikatan atom karbon pada rantai karbonnya berupa ikatan tunggal/jenuh. Biasanya bersifat lebih stabil.Contohnya : asam laurat, asam palmitat, asam stearat.2. Asam lemak tidak jenuh : semua ikatan atom karbon pada rantai karonnya berupa ikatan rangkap/tidak jenuh.Contohnya : asam oleat, asam linoleat, asam linolenatMinyak atau lemak bersifat non polar sehingga tidak dapat larut dalam pelarut non polar seperti air dan larutan asam, tetapi larut dalam pelarut organik yang bersifat non polar seperti, n-Hexane, Benzene, Chloroform, dll. Hidrolisis lemak netral dalam air sangat lambat, tetapi dapat dipercepat dengan meningkatkan konsentrasi H atau OH. Hidrolisis lemak netral oleh basa kuat seperti KOH dan NAOH disebut penyabunan., ion-ion karboksilat yang terbentuk dengan adanya kation akan menjadi sabun. Banyaknya miligram KOH yang digunakan untuk menyabunkan 1gr lemaksecara sempurna disebut penyabunan. Angka penyabunan dapat digunakan untuk menentukan berat molekul dari suatu lemak atau minyak. Kandungan asam lemak yang tinggi dapat berpengaruh terhadap rendahnya angka penyabunan.Sabun merupakan suatu bentuk senyawa yang dihasilkan dari reaksi saponifikasi. Pelarut yang digunakan untuk melarutkan KOH adalah alkohol. Fungsi penambahan alkohol disini yaitu untuk melarutkan asam lemak hasil hidrolisis agar dapat membantu mempermudah reaksi dengan basa dalam pembentukan sabun. Kesalahan yang sering timbul dalam pada saat titrasi adalah penentuan titik akhir titrasi, kesalahan ini disebabkan karena perubahan warna yang seharusnya terjadi adalah coklat pekat, kemudian kuning, lalu berubah menjadi putih pucat. Perubahan warna dari kuning ke putih tersebut tidak terlalu kontras dan menyebabkan titik akhir titrasi sulit ditentukan. Untuk mengetahui hasil pengujian tersebutbenar atau tidak, maka perlu dibandingkan dengan titrasi blanko.Minyak yang disusun oleh asam lemak berantai karbon yang pendek bererti mempunyai berat molekul yang relatif kecil dan mempunyai angka penyabunan yang besar. Dan sebaliknya bila inyak mempunyai berat molekul yang besar, maka angka penyabunan relatif lebih kecil. Angka penyabunan ini dinyatakan sebagai banyaknya miligram KOH yang digunakan untuk menyabunkan 1 gr lemak secara sempurna.

Karaktersitik yang perlu diperhatikan dalam memilih bahan dasar sabun:1. WarnaLemak dan minyak yang berwarna terang merupakan minyak yang bagus untuk digunakan sebagai bahan pembuatan sabun.1. Angka Saponifikasi.Angka saponifikasi adalah angka yang terdapat pada milligram kalium hidroksida yang digunakan dalam proses saponifikasi sempurna pada satu gram minyak. Angka saponifikasi digunakan untuk menghitung alkali yang dibutuhkan dalam saponifikasi secara sempurna pada lemak atau minyak.1. Bilangan Iod. Bilangan iod digunakan untuk menghitung katidakjenuhan minyak atau lemak, semakin besar angka iod, maka asam lemak tersebut semakin tidak jenuh. Dalam pencampurannya, bilangan iod menjadi sangat penting yaitu untuk mengidentifikasi ketahanan sabun pada suhu tertentu.

Sifat-sifat sabun:1. Sabun bersifat basa.Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi sehingga akan dihidrolisis parsial oleh air. Karena itu larutan sabun dalam air bersifat basa.CH3(CH2)16COONa + H2O CH3(CH2)16COOH + NaOH

1. Sabun menghasilkan buih atau busaJika larutan sabun dalam air diaduk maka akan menghasilkan buih, peristiwa ini tidak akan terjadi pada air sadah. Dalam hal ini sabun dapat menghasilkan buih setelah garam - garam Mg atau Ca dalam air mengendap CH3(CH2)16COONa + CaSO4 Na2SO4 + Ca(CH3(CH2)16COO)2

1. Sabun mempunyai sifat membersihkan.Sifat ini disebabkan proses kimia koloid, sabun (garam natrium dari asam lemak) digunakan untuk mencuci kotoran yang bersifat polar maupun non polar, karena sabun mempunyai gugus polar dan non polar. Molekul sabun mempunyai rantai hydrogen CH3(CH2)16 yang bertindak sebagai ekor yang bersifat hidrofobik (tidak suka air) dan larut dalam zat organik sedangkan COONa+ sebagai kepala yang bersifat hidrofilik (suka air) dan larut dalam air. Non polar: CH3(CH2)16 Polar :COONa+ Molekul-molekul sabun terdiri dari rantai hidrokarbon yang panjang dengan satu gugus ionik yang sangat polar pada salah satu ujungnya. Ujung ini bersifat hidrofilik (tertarik atau larut dalam air) dan ujung rantai hidrokarbon bersifat lipofilik (tertarik atau larut dalam minyak dan lemak). Pengotor umumnya melekat pada pakaian atau badan dalam bentuk lapisan minyak yang sangat tipis. Jika lapisan minyak ini dapat dibuang, partikel-partikel pengotor dikatakan telah tercuci. Dalam proses pencucian, lapisan minyak sebagai pengotor akan tertarik oleh ujung lipofilik sabun, kemudian kotoran yang telah terikat dalam air pencuci karena ujung yang lain (hidrofilik) dari sabun larut dalam air.

Sifat-sifat fisik sabun:1. ViskositasSetelah minyak atau lemak disaponifikasi dengan alkali, maka akan dihasilkan sabun yang memiliki viskositas yang lebih besar dari pada minyak atau alkali. Pada suhu di atas 75C viskositas sabun tidak dapat meningkat secara signifikan, tapi di bawah suhu 75C viskositasnya dapat meningkatkan secara cepat. Viskositas sabun tergantung pada temperature sabun dan komposisi lemak atau minyak yang dicampurkan.1. Panas JenisPanas jenis sabun adalah 0,56 Kal/g.1. DensitasDensitas sabun murni berada pada range 0.96 g/ml 0.99 g/ml

Pada perkembangan selanjutnya, sabun dibagi menjadi bermacam-macam bentuk, yaitu:1. Sabun cair Dibuat dari minyak kelapa Alkali yang digunakan KOH Bentuk cair dan tidak mengental dalam suhu kamar2. Sabun lunak Dibuat dari minyak kelapa, minyak kelapa sawit atau minyak tumbuhan yang tidak jernih Alkali yang dipakai KOH Bentuk pasta dan mudah larut dalam air3. Sabun keras Dibuat dari lemak netral yang padat atau dari minyak yang dikeraskan dengan proses hidrogenasi Alkali yang dipakai NaOH Sukar larut dalam airDengan perkembangan yang cukup pesat dalam dunia industri dimungkinkan adanya penambahan bahan-bahan lain kedalam sabun sehingga menghasilkan sabun dengan sifat dan kegunaan baru. Bahan-bahan yang ditambahkan misalnya:1. Sabun kesehatan TCC (Trichorlo Carbanilide) Hypo allergenic blend, untuk membersihkan lemak dan jerawat Asam salisilat sebagai fungisida Sulfur, untuk mencegah dan mengobati penyakit kulit2. Sabun kecantikan Parfum, sebagai pewangi dan aroma terapi Vitamin E untuk mencegah penuaan dini Pelembab Hidroquinon untuk memutihkan dan mencerahkan kulit

3. Shampoo Diethanolamine (HOCH2CH2NHCH2CH2OH) untuk mempertahankan pH Lanolin sebagai conditioner Protein untuk memberi nutrisi pada rambutSelain jenis sabun diatas masih banyak jenis-jenis sabun yang lain, misalnya sabun toilet yang mengandung disinfektan dan pewangi. Textile soaps yang digunakan dalam industi textile sebagai pengangkat kotoran pada wool dan cotton. Dry-cleaning soaps yang tidak memerlukan air untuk larut dan tidak berbusa, biasanya digunakan sebagai sabun pencuci tangan yang dikemas dalam kemasan sekali pakai. Metallic soaps yang merupakan garam dari asam lemak yang direaksikan dengan alkali tanah dan logam berat, biasanya digunakan untuk pendispersi warna pada cat, varnishes, dan lacquer. Dan salt-water soaps yang dibuat dari minyak palem Afrika (Elaise guineensis) yang dapat digunakan untuk mencuci dalam air asin.Meskipun meupakan bahan utama pembentuk sabun, namun ternyata alkali mempunyai dampak negatif bagi kulit. Beberapa penyelidik mengetahui bahwa alkali lebih banyak merusak kulit dibandingkan dengan kemampuannya menghilangkan bahan berminyak dari kulit . Meskipun demikian dalam penggunaannya dengan air, sabun akan mengalami proses hidrolis. Untuk mendapatkan sabun yang baik maka harus diukur sifat alkalisnya, yakni pH antara 5,8 sampai 10,5. Pada kulit yang normal kemungkinan pengaruh alkali lebih banyak. Beberapa penyakit kulit sensitif terhadap reaksi alkalis, dalam hal ini pemakaian sabun merupakan kontra indikasi. pH kulit normal antara 3-6, tetapi bila dicuci dengan sabun, pH kulit akan naik menjadi 9, meskipun kulit cepat menjadi normal kembali, tapi mungkin saja perubahan ini tidak diinginkan pada penyakit kulit tertentu.

Bahan UtamaA. Lipid (lemak/minyak)Lipid adalah biomolekul organik yang tidak larut dalam air (hidrofobik). Secara dentitif, lipida diartikan sebagai semua bahan organik yang dapat larut dalam pelarut organik yang mempunyai kecenderungan nonpolar (misalnya ether, benzene, chloroform). Fungsi lipid di dalam tubuh yaitu sebagai sumber energy, sumber bahan baku basa-basa purin dan pirimidin dalam penyusun asam nukleat, biosintesis asam amino tertentu dan sebagainya.Kelompok lipid dapat dibedakan berdasarkan polaritasnya atau berdasarkanstruktur kimia tertentu, yaitu kelompok trigliserida (lemak,minyak, asam lemak dan lain-lain), kelompok turunan asam lemak (lilin,aldehid asam lemak dan lain-lain), fosfolipida dan serebrosida (termasuk glikolipida), sterol-sterol dan steroida, karotenoida dan kelompok lipid lain.Trigliserida merupakan kelompok lipid yang paling banyak dalam jaringan hewan dan tumbuhan. Trigliserida dalam tubuh manusia bervariasi jumlahnya tergantung dari tingkat kegemukan seseorang dan dapat mencapai beberapa kilogram. Lemak dan minyak adalah kelompok trigliserida yang merupakan bagian terbesar dari kelompok lipid. Trigliserida ini merupakan senyawa hasil kondensasi satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak.

Secara umum lemak diartikan sebagai trigliserida yang dalam kondisi suhu ruang berada dalam keadaan padat. Sedangkan minyak adalah trigliserida yang dalam suhu ruang berbentuk cair. Secara lebih pasti tidak ada batasan yang jelas untuk membedakan minyak dan lemak.Jenis minyak dan lemak dapat dibedakan satu sama lain berdasarkan sifat-sifatnya. Asam lemak berdasarkan sifat ikatan kimianya dibagi menjadi 2, yaitu: Asam lemak jenuh.Asam lemak jenuh, yaitu asam lemak yang semua ikatan atom karbon pada rantai karbonnya berupa ikatan tunggal (jenuh). Contoh: asam laurat, asam palmitat, dan asam stearat. Asam lemak tak jenuh.Asam lemak tak jenuh, yaitu asam lemak yang mengandung ikatan rangkap pada rantai karbonnya. Contoh: asam oleat, asam linoleat, dan asam linolenat.Sifat fisika lemak dan minyak, yaitu: Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin. Massa jenis lemak dan minyak umumnya ditentukan pada temperatur kamar. Indeks bias minyak dan lemak digunakan pada pengenalan unsur kimia dan pengujian kemurnian minyak dan lemak. Minyak dan lemak tidak larut dalam air, kecuali minyak jarak (castor oil). Minyak dan lemak sedikit larut dalam alkohol dan larut sempurna dalam dietil eter, karbon disulfida, dan pelarut halogen. Titik didihnya meningkat seiring bertambah panjangnya rantai hidrokarbon dari asam lemak penyusunnya. Rasa pada lemak dan minyak selain terdapat secara alami, juga terjadi karena asam-asam yang berantai sangat pendek sebagai hasil penguraian pada kerusakan minyak atau lemak. Titik kekeruhannya dapat ditetapkan dengan cara mendinginkan campuran lemak dan minyak dengan pelarut lemak. Titik lunak dari lemak dan minyak ditetapkan untuk mengidentifikasikan minyak dan lemak Shot Melting point adalah temperatur pertama saat terjadi tetesan pertama dari minyak/lemak. Slipping point digunakan untuk pengenalan minyak atau lemak alam serta pengaruh kehadiran komponen-komponennya

Reaksi dan sifat kimia pada minyak atau lemak:1. EsterifikasiProses Esterifikasi bertujuan untuk asam-asam lemak bebas dari trigliserida, menjadi bentuk ester. Reaksi esterifikasi dapat dilakukan melalui reaksi kimia yang disebut interifikasi atau penukaran estar yang didasarkan pada prinsip trans-esterifikasi Fiedel-Craft.2. HidrolisaDalam reaksi hidrolisa, lemak dan minyak akan diubah menjadi asam-asam lemak bebas dan gliserol, proses ini dibantu adanya asam, alkali, uap air, panas, dan eznim lipolitik seperti lipase. Reaksi hidrolisis mengakibatkan kerusakan lemak dan minyak yaitu hydrolytic rancidity yaitu terjadi flavor dan rasa tengik pada lemak atau minyak. Hal ini terjadi karena terdapat sejumlah air dalam lemak dan minyak tersebut.

3. PenyabunanReaksi ini dilakukan dengan penambahan sejumlah larutan basa kepada trigliserida. Bila penyabunan telah lengkap, lapisan air yang mengandung gliserol dipisahkan dan kemudian gliserol dipulihkan dengan penyulingan.4. EnzimatisEnzim yang dapat menguraikan lemak atau minyak dan akan menyebabkan minyak tersebut menjadi tengik, ketengikan itu disebut Enzimatic rancidity Lipase yang bekerja memecah lemak menjadi gliserol dan asam lemak serta menyebabkan minyak berwarna gelap. Enzim peroksida membantu proses oksidasi minyak sehingga menghasilkan keton

.5. OksidasiOksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen dengan lemak atau minyak. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan bau tengik kepada minyak atau lemak Oxidative rancidity.6. HidrogenasiProses Hidrogenasi bertujuan untuk menjernihkan ikatan dari rantai dari karbon asam lemak pada lemak atau minyak. Setelah proses Hidrogenasi selesai, minyak didinginkan dan katalisator dipisahkan dengan penyaringan. Hasilnya adalah minyak yang bersifat plastis atau keras, tergantung pada derajat kejenuhan.Senyawa lemak dan minyak merupakan senyawa alam penting yang dapat dipelajari secara lebih dalam dan relatif lebih mudah bila dibandingkan dengan senyawa makro nutrien lain. Kemudahan tersebut diakibatkan oleh:1. molekul lemak relatif lebih kecil dan kurang kompleks dibandingkan karbohidrat atau protein.2. molekul lemak dapat disintesis di laboratorium menurut kebutuhan.Analisis lemak dan minyak yang umum dilakukan ,dapat digolongkan dalam tiga kelompok tujuan berikut:1. Penentuan kuantitatif atau penentuan kadar lemak yang terdapat dalam bahan makanan atau pertanian.2. Penentuan kualitas minyak (murni) sebagai bahan makanan yang berkaitan dengan proses ekstraksinya, atau ada tidaknya perlakuan pemurnian lanjutan misalnya penjernihan, penghilangan bau, penghilangan warna dan sebagainya.3. Penentuan sifat fisis maupun kimiawi yang khas atau mencirikan sifat minyak tertentu.

B. AlkaliJenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah NaOH, KOH, Na2CO3, NH4OH, dan ethanolamines. NaOH, atau yang biasa dikenal dengan soda kaustik dalam industri sabun, merupakan alkali yang paling banyak digunakan dalam pembuatan sabun keras.KOH banyak digunakan dalam pembuatan sabun cair karena sifatnya yang mudah larut dalam air.Na2CO3 (abu soda/natrium karbonat) merupakan alkali yang murah dan dapat menyabunkan asam lemak, tetapi tidak dapat menyabunkan trigliserida (minyak atau lemak).Ethanolamines merupakan golongan senyawa amin alkohol.Senyawa tersebut dapat digunakan untuk membuat sabun dari asam lemak.Sabun yang dihasilkan sangat mudah larut dalam air, mudah berbusa, dan mampu menurunkan kesadahan air.Sabun yang terbuat dari ethanolamines dan minyak kelapa menunjukkan sifat mudah berbusa tetapi sabun tersebut lebih umum digunakan sebagai sabun industri dan deterjen, bukan sebagai sabun rumah tangga.Pencampuran alkali yang berbeda sering dilakukan oleh industri sabun dengan tujuan untuk mendapatkan sabun dengan keunggulan tertentu

Metode yang digunakanProses semi pendidihanPada proses semi pendidihan, semua bahan yaitu minyak/lemak dan alkali langsung dicampur kemudian dipanaskan secara bersamaaan. Terjadilah reaksi saponifikasi.

Kelebihan dan kekurangan metode prosesKelebihan: 1. Lebih mudah dilakukan1. Efisien waktu Kekurangan:1. Sulit untuk menjaga suhu untuk tetap konstan yaitu 60 70C saat dipanaskan.1. Sulit mendapatkan warna merah muda seulas saat melakukan titrasi karena penambahan indikator PP yang sedikit sudah membuat sampel memdapatkan warna yang sudah agak kemerahan.

V. Persiapan praktikum:a) Alat yang digunakan1. Heater 7. Buret 1. Beaker gelas8. Selang1. Labu alas bulat9. Corong Kecil1. Pendingin tegak10. Spatel1. Pipet tetes11. Kertas Saring1. Erlenmeyer 12. Klem & Statif

b) Bahan: 1. Margarine/minyak1. KOH1. NaOH1. Etanol teknis & PA1. HCl1. PPc) Prosedur1. Timbang minyak atau margarin sebanyak 2 gram.1. Untuk sampel minyak gunakan pelarut NaOH 0,5N 25 ml yang dilarutkan dengan air, masukkan kedalam labu alas bulat yang telah terhubung dengan pendingin tegak.1. Panaskan sampel hingga mendidih, setelah mendidih tambahkan etanol teknis sebnayak 5ml, panaskan campuran dengan heater selama 30 menit.1. Dinginkan sampel kemudian titrasi dengan HCl 0,5N.1. Buat blanko yang titrasi dengan HCl 0,5N.1. Hitung angka penyabunan dengan rumus :Bilangan penyabunan = Keterangan:A = jumlah ml HCl 0,5N untuk titrasi blanko.B = jumlah ml HCl 0,5N untuk titrasi sampel.C = bobot alkali yang digunakan.G = bobot contoh minyak/margarin (gram)

d) Rangkaian alat

VI. Data Pengamatan dan Perhitungana) Bobot minyak yang digunakan adalah 2,03 gramb) Pembuatan NaOH 0.5 N 100 mlgr= N x P x BE= 0,5 x 0,1 x 40= 2 gram

c) Pembuatan HCl 0,5 N 100 ml N1.V1 = N2.V2 0,5N . 100 ml = 12N . V2 V2 = 0,5 . 100 12 = 4,2 ml

d) Volume titrasi HCl pada blanko adalah 29,8 mle) Volume titrasi HCl pada sampel adalah 20,1 ml

Bilangan penyabunan= = = 95,56

VII. KesimpulanDalam percobaan ini dilakukan beberapa perlakuan dalam proses pembentukan sabun diantaranya berupa pemanasan, pemberian katalis, dan titrasi. Sampel yang digunakan sebagai bahan utama adalah minyak sebanyak 2 gram. Jenis pelarut sekaligus pereaksi terbentuknya sabun yang digunakan adalah larutan NaOH 0,5N. Tujuan penambahan larutan NaOH 0,5N adalah untuk menetralkan sifat asam, selain itu juga sebagai pemberi busa pada pembuatan sabun. Padatan NaOH sebanyak 2 gram dilarutkan kedalam air sebanyak 100 ml. Larutan NaOH 0,5N tersebut kemudian dimasukan ke dalam labu dasar bundar sebanyak 25 ml yang telah berisi minyak, kemudian dipasang pendingin balik dan dipanaskan dengan pemanas electrik sampai larutan mendidih. Campuran yang telah mendidih ditambahkan etanol teknis sebanyak 5 ml. Penambahan etanol dimaksudkan untuk melarutkan asam lemak hasil hidrolisis agar mampu mempermudah reaksi dengan basa dalam pembentukan sabun. Untuk proses selanjutnya dilakukan pemanasan dengan ditutup dengan pendingin balik selama 30 menit sampai proses penyabunan selesai. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah kerapatan dari pendingin tegak dengan labu dasar bundar, kerapatan perlu diperhatikan agar uap yang dihasilkan dari pemanasan tidak keluar. Dengan pendingin balik, uap hasil pemanasan tersebut menjadi embun dan kembali mengalir kedalam larutan. Sebelum dilakukan titrasi, campuran yang telah dipanaskan dilakukan pendinginan terlebih dahulu agar tidak terlalu panas saat melakukan titrasi dan takut dikhawatirkan adanya penguapan dari KOH. Indikator yang digunakan dalam titrasi ini adalah pp (fhenolptalein). Hal ini karena indikator PP paling cocok untuk jenis titrasi Acidity-alkalymetri dengan warna TA adalah merah muda seulas. Titran yang digunakan dalam titrasi ini adalah HCl 0,5NDari titrasi yang dilakukan didapatkan volume HCl 0,5N yang dibutuhkan untuk menitrasi blanko adalah 29,8 ml dan untuk sample adalah 20,1 ml. Dari hasil titrasi tersebut, maka didapatkan hasil bilangan angka penyabunan yang didapatkan adalah 95,56

VIII. Daftar PustakaPrawira, Y. 2007. Reaksi Saponifikasi Pada Proses Pembuatan Sabun. https://yprawira.wordpress.com/reaksi-saponifikasi-pada-proses-pembuatan-sabun/, diakses pada tanggal 14 Mei 2015Dino4. 2013. Laporan Saponifikasi. http://infokimiawan13o1a-1.blogspot.com/2013/12/percobaan-viii-saponifikasi-senin-9.html, diakses pada tanggal 14 Mei 2015Than Ang, Andri Then. 2013. Saponifikasi New. https://www.academia.edu/2042797/PENYABUNAN_New, diakses pada tanggal 14 Mei 2015Humaira, Vela. 2014. Laporan Kimia Organik Reaksi Saponifikasi pada Lemak. http://velahumaira.blogspot.com/2014/03/laporan-kimia-organik-reaksi.html, diakses pada tanggal 14 Mei 2015

IX. Tugas!1. Jenis jenis sabun :a. Shaving Cream Shaving Cream disebut juga dengan sabun Kalium. Bahan dasarnya adalah campuran minyak kelapa dengan asam stearat dengan perbandingan 2:1. b.Sabun Cair Sabun cair dibuat melalui proses saponifikasi dengan menggunakan minyak jarak serta menggunakan alkali (KOH). Untuk meningkatkan kejernihan sabun, dapat ditambahkan gliserin atau alkohol. c.Sabun kesehatan Sabun kesehatan pada dasarnya merupakan sabun mandi dengan kadar parfum yang rendah, tetapi mengandung bahan-bahan antiseptic dan bebas dari bakteri adiktif. Bahan-bahan yang digunakan dalam sabun ini adalah tri-salisil anilida, tri-klor carbanilyda, irgassan Dp300 dan sulfur.

d. Sabun Chip Pembutan sabun chip tergantung pada tujuan konsumen didalam menggunakan sabun yaitu sebagai sabun cuci atau sabun mandi dengan beberapa pilihan komposisi tertentu. Sabun chip dapat dibuat dengan berbagai cara yaitu melalui pengeringan, atau menggiling atau menghancurkan sabun yang berbentuk batangan. e. Sabun Bubuk untuk mencuci Sabun bubuk dapat diproduksi melalui dr y-m ixing. Sabun bubuk mengandung bermacam-macam komponen seperti sabun, sodasah, sodium metaksilat, sodium karbonat, sodium sulfat, dan lain-lain

2. Aplikasi pembuatan sabun skala pabrik :a. Saponifikasi Lemak Netral Pada proses saponifikasi trigliserida dengan suatu alkali, kedua reaktan tidak mudah bercampur. Reaksi saponifikasi dapat mengkatalisis dengan sendirinya pada kondisi tertentu dimana pembentukan produk sabun mempengaruhi proses emulsi kedua reaktan tadi, menyebabkan suatu percepatan pada kecepatan reaksiKomponen penting pada sistem ini mencakup pompa berpotongan untuk memasukkan kuantitas komponen reaksi yang benar ke dalam reaktor autoclave, yangt beroperasi pada temperatur dan tekanan yang sesuai dengan kondisi reaksi. Campuran saponifikasi disirkulasi kembali dengan autoclave. Temperatur campuran tersebut diturunkan pada mixer pendingin, kemudian dipompakan ke separator statis untuk memisahkan sabun yang tidak tercuci dengan larutan alkali yang digunakan. Sabun tersebut kemudian dicuci dengan larutan alkali pencuci dikolam pencuci untuk memisahkan gliserin (sebagai larutan alkali yang digunakan) dari sabun. Separator sentrifusi memisahkan sisa sisa larutan alkali dari sabun. Sabun murni (60-63 % TFM) dinetralisasi dan dialirkan ke vakum spray dryer untuk menghasilkan sabun dalam bentuk butiran (78-83 % TFM)yang siap untuk diproses menjadi produk akhir. b. Pengeringan Sabun Sabun banyak diperoleh setelah penyelesaian saponifikasi (sabun murni) yang umumnya dikeringkan dengan vakum spray dryer. Kandungan air pada sabun dikurangi dari 30-35% pada sabun murni menjadi 8-18% pada sabun butiran atau lempengan. Jenis jenis vakumspray dryer, dari sistem tunggal hingga multi sistem, semuanya dapat digunakan pada berbagai proses pembuatan sabun. Operasi vakum spray dryer sistem tunggal meliputi pemompaan sabun murni melalui pipa heat exchanger dimana sabun dipanaskan dengan uap yang mengalir pada bagian luar pipa.Sabun yang sudah dikeringkan dan didinginkan tersimpan pada dinding ruang vakum dan dipindahkan dengan alat pengerik sehingga jatuh di plodder, yang mengubah sabun ke bentuk lonjong panjang atau butiran. Dryer dengan mulai memperkenalkan proses pengeringan sabun yang lebih luas dan lebih efisien daripada dryer sistem tunggal.c. Netralisasi Asam LemakReaksi asam basa antara asam dengan alkali untuk menghasilkan sabun berlangsung lebih cepat daripada reaksi trigliserida dengan alkali. RCOOH + NaOH RCOONa + H2O Jumlah alkali (NaOH) yang dibutuhkan untuk menetralisasi suatu paduan asam lemak dapat dihitung sebagai berikut : NaOH = {berat asam lemak x 40) / MW asam lemak Berat molekul rata rata suatu paduan asam lemak dapat dihitung dengan persamaan : MW asam lemak = 56,1 x 1000/ AVDimana AV (angka asam asam lemak paduan) = mg KOH yang dibutuhkan untuk menetralisasi 1 gram asam lemakd. Penyempurnaan Sabun Dalam pembuatan produk sabun batangan, sabun butiran dicampurkan dengan zat pewarna, parfum, dan zat aditif lainnya kedalamm ixer(analgamator). Campuran sabun ini klemudian diteruskan untuk digiling untuk mengubah campuran tersebur menjadi suatu produk yang homogen. Produk tersebut kemudian dilanjutkan ke tahap pemotongan. Sebuah alat pemotong dengan mata pisau memotong sabun tersebut menjadi potongan potongan terpisah yang dicetak melalui proses penekanan menjadi sabun batangan sesuai dengan ukuran dan bentuk yang diinginkan. Proses pembungkusan, pengemasan, dan penyusunan sabun batangan merupakan tahap akhir

3. Aplikasi pembuatan minyak skala pabrik :a. ProsesDegummingProses degumming bertujuan untuk menghilangkan zat-zat yang terlarut atau zat-zat yang bersifat koloidal, seperti resin, gum, protein dan fosfatida dalam minyak mentah. Pada prinsipnya proses degumming ini adalah proses pembentukan dan pengikatan flok-flok dari zat-zat terlarut dan zat-zat yang bersifat koloidal dalam minyak mentah, sehingga flok-flok yang terbentuk cukup besar untuk bisa dipisahkan dari minyak. Proses degumming yang paling banyak digunakan dewasa ini adalah proses degumming dengan menggunakan asam. Pengaruh yang ditimbulkan oleh asam tersebut adalah menggumpalkan dan mengendapkan zat-zat seperti protein, fosfatida, gum dan resin yang terdapat dalam minyak mentah.

b. Proses NetralisasiProses netralisasi atau deasidifikasi pada pemurnian minyak mentah bertujuan untuk menghilangkan asam lemak bebas yang terdapat dalam minyak mentah. Asam lemak bebas (FFA) dapat menimbulkan bau yang tengik.Proses netralisasi yang paling sering digunakan dalam industri kimia adalah proses netralisasi dengan soda kostik, dengan prinsip reaksi penyabunan antara asam lemak bebas dengan larutan soda kostik, yang reaksi penyabunannya sebagai berikut :R-COOH + NaOH R-COONa + H2OKondisi reaksi yang optimum pada tekanan atmosfir adalah pada suhu 70 oC, dimana reaksinya merupakan reaksi kesetimbangan yang akan bergeser ke sebelah kanan. Soda kostik yang direaksikan biasanya berlebihan, sekitar 5% dari kebutuhan stokiometris. Sabun yang terbentuk dipisahkan dengan cara pengendapan. Soda kostik disamping berfungsi sebagai penetralisir asam lemak bebas, juga memiliki sifat penghilang warna (decoulorization).

c. Proses BleachingProses bleaching (pemucatan) dimaksudkan untuk mengurangi atau menghilangkan zat-zat warna (pigmen) dalam minyak mentah, baik yang terlarut ataupun yang terdispersi. Warna minyak mentah dapat berasal dari warna bawaan minyak ataupun warna yang timbul pada proses pengolahan CPO menjadi minyak goreng. Pigmen yang biasa terdapat di dalam suatu minyak mentah ialah carotenoid yang berwarna merah atau kuning, chlorophillida dan phaephytin yang berwarna hijau. Proses bleaching yang digunakan adalah proses bleaching dengan absorbsi. Proses ini menggunakan zat penyerap (absorben) yang memiliki aktivitas permukaan yang tinggi untuk menyerap zat warna yang terdapat dalam minyak mentah. Disamping menyerap zat warna, absorben juga dapat menyerap zat yang memiliki sifat koloidal lainnya seperti gum dan resin. Absorben yang paling banyak digunakan dalam proses bleaching minyak dan lemak adalah tanah pemucat (bleaching erath) dan arang (carbon). Arang sangat efektif dalam penghilangan pigmen warna merah, hijau dan biru, tetapi karena harganya terlalu mahal maka dalam pemakaiannya biasanya dicampur dengan tanah pemucat dengan jumlah yang disesuaikan terhadap jenis minyak mentah yang akan dipucatkan.

d. Proses DeodorisasiProses deodorisasi bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa dan bau yang tidak dikehendaki dalam minyak untuk makanan. Senyawa-senyawa yang menimbulkan rasa dan bau yang tidak enak tersebut biasanya berupa senyawa karbohidrat tak jenuh, asam lemak bebas dengan berat molekul rendah, senyawa-senyawa aldehid dan keton serta senyawa-senyawa yang mempunyai volatilitas tinggi lainnya. Kadar senyawa-senyawa tersebut di atas, walaupun cukup kecil telah cukup untuk memberikan rasa dan bau yang tidak enak, kadarnya antara 0,001 0,1 %. Proses deodorisasi yang banyak dilakukan adalah cara distilasi uap yang didasarkan pada perbedaan harga volatilitas gliserida dengan senyawa-senyawa yang menimbulkan rasa dan bau tersebut, dimana senyawa-senyawa tersebut lebih mudah menguap dari pada gliserida. Uap yang digunakan adalah superheated steam (uap kering), yang mudah dipisahkan secara kondensasi. Proses deodorisasi sangat dipengaruhi oleh faktor tekanan, temperatur dan waktu, yang kesemuanya harus disesuaikan dengan jenis minyak mentah yang diolah dan sistim proses yang digunakan. Temperatur operasi dijaga agar tidak sampai menyebabkan turut terdistilasinya gliserida. Tekanan diusahakan serendah mungkin agar minyak terlindung dari oksidasi oleh udara dan mengurangi jumlah pemakaian uap. Pada sistem batch ini, tekanan operasi sekitar 3 torr dan temperatur 240oC.e. Proses FraksionasiProses fraksionasi terdiri atas kristalisasi suatu fraksi yang menjadi padat pada temperatur tertentu dan disusul dengan pemisahan kedua fraksi itu. Fraksi yang menjadi kristal adalah stearin dan yang tetap cair adalah olein.Beberapa proses fraksionasi yang sering digunakan yaitu:Fraksionasi kering (fraksionasi tanpa pelarut). Fraksionasi basah (fraksionasi dengan pelarut). Fraksionasi dengan menggunakan larutan deterjen sodium lauryl sulphat.Proses fraksionasi kering didasarkan pada pendinginan minyak dengan kondisi yang terkendali tanpa penambahan bahan kimia apapun. Ada tiga operasi yang terlibat yaitu seeding, kristalisasi, dan filtrasi. Mula-mula minyak dipanasi sampai 70 oC untuk memperoleh cairan homogen dan kemudian didinginkan dengan air pendingin sampai temperatur 40 oC, selanjutnya didinginkan samapi temperatur 20 oC dan dipertahankan sampai proses kristalisasi dianggap selesai.Fungsi pengadukan ini adalah agar pendinginan di dalam tangki lebih homogen sehingga pemisahan olein dan stearin lebih mudah.Temperatur pengkristalan ini tergantung pada kualitas minyak: Kualitas consumer kristal lemak terbentuk pada temperatur 28C.Pada proses filtrasi RBDPO kristal yang sudah terbentuk dalam tangki kristalisasi ditransfer ke filter press untuk pemisahan olein dan stearin. Olein hasil dari filtrasi ditransfer ke SS tank dan MS tank. SS tank untuk kualitas olein dianalisa jika sesuai dengan spesifikasi langsung masuk ke storage tank olein (kualitas bottling), sedangkan MS tank digunakan untuk kualitas olein yang RBD oleinnya difilter spray dan hasilnya langsung dialirkan ke storage tank olein (kualitas drumming, tinning dan industri). Sebelum ditansfer ke intermediate tank, untuk kualitas bottling dan tinning ditambahkan antioksidan hal ini untuk mempertahankan kualitas minyak. Sedangkan untuk kualitas drumming dan ndustri tidak ditambahkan antioksidan. Hal ini disebabkan minyak dengan kualitas drumming dan industri segera digunakan/dikonsumsi

4. Jenis jenis indicatora. Indikator buatan, yaitu indikator yang dibuat oleh manusia. Indikator buatan ini biasanya dibuat dalam laboratorium yang berupa campuran zat-zat kimia. Indikator buatan ini memiliki fungsi secara kualitatif dan kuantitatif. Adapun fungsi kualitatifnya dapat menentukan sifat asam dan basa suatu zat, sedangkan fungsi kuantitatifnya dapat digunakan untuk mengukur pH zat tersebut yang dinyatakan dalam bentuk angka.b. Indikator alami, yaitu indikator yang tersedia secara langsung dari alam. Indikator alami biasanya berupa bahan-bahan yang berwarna, baik berupa buah/umbi maupun bunga. Indikator alami dapat memberikan warna yang berbeda jika ditambahkan suatu asam, begitu pula sebaliknya, warna akan berbeda pula jika ditambahi suatu basa. Indikator alami berfungsi secara kualitatif yaitu hanya mendeteksi sifat asam atau basa suatu zat tanpa disertai ukuran pH zat tersebut

5. Jenis jenis lemak dan minyaka) Tallow (Lemak Hewan)Tallow adalah lemak padat pada temperatur kamar dan merupakan hasil pencampuran Asam Oleat (0-40%), Palmitat (25-30%), stearat (15-20%). Sabun yang berasal dari Tallow digunakan dalam industri sutra dan industri sabun mandi. Pada indsutri sabun mandi, tallow biasanya dicampurkan dengan minyak kelapa dengan perbandingan 80% tallow dan 20% minyak kelapa.b) Minyak KelapaMinyak kelapa merupakan komponen penting dalam pembuatan sabun, kerena harga minyak kelapa cukup mahal, maka tidak digunakan untuk membuat sabun cuci. Minyak kelapa ini berasal dari kopra yang berisikan lemak putih dan dileburkan pada suhu 15oC.c) Minyak Inti SawitMinyak inti sawit memiliki karekteristik umum, seperti minyak kelapa dan dapat dijadikan sebagai substituen dari minyak kelapa di dalam pembuatan sabun mandi. Dengan warna minyak yang terang, minyak inti sawit dapat digunakan langsung untuk membuat sabun tanpa perlakuan pendahuluan terlebih dahulu.d) Minyak Sawit (Palm Oil)Dalam pembuatan sabun, minyak sawit dapat digunakan dalam berbagai macam bentuk, seperti Crude Palm Oil, RBD Palm Oil (minyak sawit yang telah dibleaching dan dideorisasi), Crude Palm falty Acid dan asam lemak sawit yang telah didestilasi. Crude Plam Oil yang telah dibleaching digunakan untuk membuat sabun cuci dan sabun mandi, RBD Palm Oil dapat digunakan tanpa melalui Pre-Treatment terlebih dahulu. Minyak sawit yang dicampurkan dalam pembuatan sabun sekitar 50% atau lebih tergantung pada kegunaan sabun yang diproduksi.e) Marine Oil.Marine oil berasal dari mamalia laut (paus) dan ikan laut. Marine oil memiliki kandungan asam lemak tak jenuh yang cukup tinggi, sehingga harus dihidrogenasi parsial terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai bahan baku.f) Castor Oil (minyak jarak).Minyak ini berasal dari biji pohon jarak dan digunakan untuk membuat sabun transparan.g) Olive oil (minyak zaitun).Minyak zaitun berasal dari ekstraksi buah zaitun. Minyak zaitun dengan kualitas tinggi memiliki warna kekuningan. Sabun yang berasal dari minyak zaitun memiliki sifat yang keras tapi lembut bagi kulit.

ASAM LEMAK

GLISEROL

TRIGLISERIDA(cpo)

AIR

3 R O C H

O

CH OH

CH2 OH

CH2 OH

CH O C R2

CH2 O C R3

CH2 O C R1

O

O

O

+ 3H20