LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI TUMBUHAN
ACARA I
“ SUKSESI TUMBUHAN ”
disusun sebagai laporan praktikum mata kuliah Ekologi Tumbuhan
Oleh:
Kelompok 2
Riska Nur Rahmani 070210103059
Dian Widyarini 070210103083
Ifa Muhimmatin 070210103097
Junaidi Abdillah 070210103098
Puput dewi L 070210103108
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2009
0
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suksesi adalah perubahan yang perlahan-lahan dari komunitas
tumbuhan dalam suatu daerah tertentu dimana terjadi pengalihan dari suatu
jenis tumbuhan oleh jenis tumbuhan lainnya (pada tingkat populasi). Pada
prinsipnya semua bentuk ekosistem akan mengalami perubahan baik struktur
maupun fungsinya dalam perjalanan waktu. Beberapa perubahan mungkin
hanya merupakan fluktuasi lokal yang kecil sifatnya, sehingga tidak
memberikan arti yang penting. Perubahan lainnya mungkin sangat besar / kuat
sehingga mempengaruhi sistem secara keseluruhan.
Kajian perubahan ekosistem dan stabilitasnya memerlukan perhatian
yang tidak sederhana. Ini meliputi aspek-aspek yang sangat luas seperti siklus
materi/nutrisi, produktivitas, konsep energi, kaitannya dengan masalah
pertanian dan juga dengan masalah konservasi.
Sudah diketahui secara meluas bahwa apabila suatu kebun tidak
dipelihara, atau lapangan rumput yang tidak pernah dipotong secara teratur
maka vegetasinya akan mengalami perubahan dan tidak tetap seperti itu terus
menerus. Berbagai tumbuhan liar akan hidup/tumbuh dan mengubah
karakteristik dari vegetasi asalnya. Demikian juga suatu lahan pertanian yang
tidak digarap, maka herba, perdu, dan pohon liar akan tumbuh menguasai
daerah/ lahan pertanian tersebut, dan apabila kondisi tanahnya memungkinkan
vegetasinya akan berkembang membentuk komunitas hutan.
Perubahan yang sama akan terjadi pula pada lahan-lahan yang baru
terbentuk secara alami, seperti delta, bukit pasir, daerah aliran lahar atau lava.
Pada permulaannya tanah belum matang, nutrisi organik belum ada,
permukaan sangat terbuka dan kondisinya belum menunjang kehidupan di
atasnya. Akan tetapi apabila diberi waktu yang cukup lama kelamaan akan
tertutup oleh koloni-koloni tumbuhan yang kemudian ekosistem ini akan
berkembang.
1
Vegetasi yang pertama kali masuk biasanya berupa tumbuhan
pelopor atau pionir, yaitu tumbuhan yang berkemampuan tinggi untuk hidup
pada keadaan lingkungan yang serba terbatas atau mempunyai berbagai factor
pembatas, seperti kesuburan tanah yang rendah sekali : kekurangan atau
ketiadaan air dalam tanah; intensitas cahayayang terlalu berlebihan/ tinggi dan
sebagainya. Kehadiran kelompok pionir ini akan menciptakan kondisi
lingkungan tertentu yang memberikan kemungkinan untuk hidup tumbuhan
lainnya. Koloni tumbuhan pionir ini akan menghasilkan proses pembentukan
lapisan tanah, memecah batuan dengan akarnya dan membebaskan materi
organik ketika terjadi pelapukan dari bagian tumbuhan yang mati. Proses akan
berkembang sesuai dengan perubahan waktu, dan akan menciptakan komunitas
tumbuhan yang semakin lama semakin padat dan kompleks, mengarah pada
pematangan bentuk komunitas tumbuhannya
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan suksesi tumbuhan?
2. Bagaimana proses suksesi alami pada lahan garapan?
3. Apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi proses suksesi alami
tersebut?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian suksesi tumbuhan.
2 Memberikan pengetahuan tentang proses terbentuknya suksesi alami
pada lahan garapan.
3 Mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi proses suksesi alami
tersebut.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2
Tansley (1920) mendefinisikan suksesi sebagai berikut : “Suksesi adalah
perubahan yang perlahan-lahan dari komunitas tumbuhan dalam suatu daerah
tertentu dimana terjadi pengalihan dari suatu jenis tumbuhan oleh jenis
tumbuhan lainnya (pada tingkat populasi).
Suksesi vegetasi menurut Odum adalah: urutan proses pergantian
komunitas tanaman di dalam satu kesatuan habitat, sedangkan menurut Salisbury
adalah kecenderungan kompetitif setiap individu dalam setiap fase perkembangan
sampai mencapai klimaks, dan menurut Clements adalah proses alami dengan
terjadinya koloni yang bergantian, biasanya dari koloni sederhana ke yang lebih
kompleks. Odum (1971) mengatakan bahwa adanya pergantian komunitas
cenderung mengubah lingkungan fisik sehingga habitat cocok untuk komunitas
lain sampai keseimbangan biotik dan abiotik tercapai.
Clements (1916) menuliskan pendapat-pendapatnya yang sangat
persuasif, ia menyatakan bahwa vegetasi dapat disejalankan dengan ”organisma
super”, mampu memperbaiki atau mengelola dirinya sendiri bila terjadi gangguan
atau kerusakan. Ia juga mengenalkan adanya 6 (enam ) unsur yang akan terjadi
sehubungan dengan proses suksesi yaitu :
a. Penggundulan, yang mengakibatkan terjadinya substrat baru.
b. Migrasi, kehadiran migrula atau organ pembiak tumbuhan.
c. Eksesis, Perkecambahan, pertumbuhan, reproduksi, dan penyebaran.
d. Kompetisi, persaingan sehingga adanya pengusiran satu species oleh species
lainnya.
e. Reaksi, perubahan pada ciri dan sifat habitat oleh jenis tumbuhan.
f. Stabilitasi, yang menghasilkan komunitas tumbuhan pada tingkatan yang
matang.
Perubahan komunitas tumbuhan atau vegetasi yang dikemukakan di atas
menggambarkan bertambah kayaknya suatu daerah oleh berbagai jenis tumbuhan
yang hidup di atasnya, proses perubahan ini disebut : suksesi progresif.
Perubahan vegetasi dapat pula mengarah pada penurunan jumlah jenis tumbuhan,
penurunan kompleksitas struktur komunitas tumbuhan. Hal ini terjadi biasanya
3
akibat penurunan kadar zat hara dari tanah, misalnya akibat degradasi habitat.
Perubahan komunitas tumbuhan mengarah ke yang lebih sederhana ini disebut
suksesi retrogresif atau suksesi regresif.
Gams (1918) mengemukakan bahwa suksesi bisa terjadi secara alami,
tetapi bisa juga timbul karena perbuatan manusia. Keduanya tidak berbeda secara
mendasar. Hutan yang hancur karena ditebang oleh manusia, atau dihancurkan
akibat longsor atau angin topan, proses suksesi yang terjadi akan relatif sama.
Namun Gams mengkategorikan suksesi ini dalam tiga keaadan yaitu :
a. Suksesi dengan urutan normal
Berasal dari adanya pengaruh terhadap vegetasi yang terus menerus dan cepat.
Misalnya vegetasi rumput yang selalu terinjak-injak ternak, di mamah biak,
dijadikan tempat beristirahat ternak, atau tempat berguling-guling ternak.
Kondisi vegetasi akan mengalami Fasa perubahan selama ternak tetap berada
di tempat itu.
b. Suksesi dengan urutan berirama.
Berasal dari gangguan berulang-ulang, mungkin siklis tetapi mempunyai
interval waktu antara satu gangguan dengan gangguan berikutnya. Misalnya
terjadi pada perubahan vegetasi karena adanya proses rotasi dalam
pemanfaatan lahan pertanian.
c. Suksesi dengan urutan katastrofik,
Terjadi secara hebat dan tiba-tiba, tidak berirama, seperti meletusnya gunung
berapi, gempa bumi, kebakaran, penebangan, pengeringan habitat akuatika,
yang kesemuanya ini bisa menimbulkan dampak katastrofik pada komunitas
tumbuhan, yang kemudian cepat atau lambat akan diikuti oleh suatu proses
suksesi tumbuhan.
Perubahan vegetasi di alam sebenarnya bisa dibedakan dalam tiga bentuk
umum, yaitu :
4
a. Perubahan fenologis yang tidak saja terjadi karena adanya masa-masa
berbunga, berbuah, berbiji, berumbi, gugur daun dan sebagainya, tetapi juga
terjadi pertumbuhan jenis-jenis tumbuhan tertentu dalam perjalanan waktu
atau musim yang memperkaya komunitas tumbuhan itu. Misalnya pada
habitat padang pasir dengan hadirnya tumbuhan setahun dan geofita setelah
hujan turun, dan ini terjadi satu kali untuk beberapa tahun.
b. Perubahan suksesi sekunder, yakni perubahan vegetasi yang nonfenologis
dan terjadi dalam ekosistem yang telah matang. Ini termasuk suksesi normal,
berirama dan katastrofik seperti yang dikalsifikasikan oleh Gams. Suatu
suksesi sekunder berasal hanya dari suatu kerusakan ekosistem secara tidak
menyeluruh atau tidak total kerusakannya. Misalnya pada daerah pertanian
setelah terjadi panenan, juga pada daerah hutan akibat terjadinya pohon
tumbang. Pada suksesi sekunder ini dapat bersifat satu arah atau juga siklik.
c. Perubahan suksesi primer, berlainan dengan suksesi sekunder, pembentukan
komunitas tumbuhan pada suksesi primer ini berasal dari suatu substrat yang
sebelumnya tidak pernah mendukung suatu komunitas tumbuhan. Substrat
baru yang terbentuk bisa berasal dari sistem air sebagai hasil dari proses
pendangkalan, suksesi yang terjadi disebut suksesi hidroseres (Clements)
atau hidrark (Cooper). Bila substrat baru berasal dari system darat, batuan,
pasir, dan sebagainya maka suksesinya disebut suksesi xeroseres atau
xerark.
Odum berpendangan bahwa suatu komunitas baik hewan maupun
vegetasi selalu memerlukan enersi dan informasi dan pada saatnya akan
menghasilkan enersi dan informasi. Suatu sistem berkembang, pada permulaannya
memerlukan enersi dan informasi sehingga disebut sistem tersubsidi. Pada suatu
saat setelah dewasa akan menghasilkan enersi dan informasi. Sistem ini dikatakan
mencapai klimaks bila perbandingan masukan dan keluaran enersi dan informasi
sama dengan satu. Artinya hasil enersi dan informasi sama besar dengan masukan
5
enersi dan informasi. Sistem yang demikian ini oleh Odum disebut Klimaks.
Pengertian ini berlaku sampai sekarang.
Odum (1971) mengatakan bahwa komunitas untuk mencapai klimaks akan
bervariasi tidak hanya disebabkan oleh adanya perbedaan iklim dan situasi
fisiografis, tetapi ditentukan juga oleh sifat-sifat ekosistem yang berbeda.
Whittaker (1953) merupakan penyokong monoklimaks, mengatakan bahwa teori
monoklimaks menekankan esensialitas (pentingnya) kesatuan vegetasi yang
mencapai klimaks di suatu habitat.
Ahli-ahli lain seperti Oosting, Henry, mengatakan bahwa teori poliklimaks
lebih praktis. Hal ini disokong oleh Michols, Tansley dan ahli-ahli Rusia.
Smitthusen (1950), Whittaker (1951 - 1953) dan ahli ekologi Amerika yang lain
menyokong konsep poliklimaks dan semuanya percaya karena ada fakta bahwa
tingkatan klimaks dinyatakan oleh lingkungan individu serta komunitas tanaman
dan bukannya oleh iklim setempat.
Di alam ini terdapat dua macam suksesi, yaitu suksesi primer dan suksesi
sekunder.
a. Suksesi primer
Suksesi primer terjadi jika suatu komunitas mendapat gangguan yang
mengakibatkan komunitas awal hilang secara total sehingga terbentuk habitat baru.
Gangguan tersebut dapat terjadi secara alami maupun oleh campur tangan manusia.
Gangguan secara alami dapat berupa tanah longsor, letusan gunung berapi, dan
endapan lumpur di muara sungai. Gangguan oleh campur tangan manusia dapat
berupa kegiatan penambangan (batu bara, timah, dan minyak bumi).
b. Suksesi Sekunder
Suksesi sekunder terjadi jika suatu gangguan terhadap suatu komunitas
tidak bersifat merusak total tempat komunitas tersebut sehingga masih terdapat
kehidupan / substrat seperti sebelumnya. Proses suksesi sekunder dimulai lagi dari
tahap awal, tetapi tidak dari komunitas pionir.
Kecepatan proses suksesi dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut :
6
1. Luas komunitas asal yang rusak karena gangguan.
2. Jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di sekitar komunitas yang terganggu.
3. Kehadiran pemencar benih.
4. Iklim, terutama arah dan kecepatan angina yang membantu penyebaran biji,
sporam dan benih serta curah hujan.
5. Jenis substrat baru yang terbentuk
6. Sifat – sifat jenis tumbuhan yang ada di sekitar tempat terjadinya suksesi.
Sukses tidak hanya terjadi di daratan, tetapi terjadi pula di perairan
misalnya di danau dan rawa. Danau dan rawa yang telah tua akan mengalami
pendangkalan oleh tanah yang terbawa oleh air. Danau yang telah tua ini disebut
eutrofik.
Telah dijelaskan bahwa akhir sukses adalah terbentuknya suatu komunitas
klimaks. Berdasarkan tempat terbentuknya, terdapat tiga jenis komunitas klimaks
sebagai berikut :
1. Hidroser yaitu sukses yang terbentuk di ekosistem air tawar.
2. Haloser yaitu suksesi yang terbentuk di ekosistem air payau
3. xeroser yaitu sukses yang terbentuk di daerah gurun.
Pembentukkan komunitas klimaks sangat dipengaruhi oleh musim dan
biasanya komposisinya bercirikan spesies yang dominant. Berdasarkan pengaruh
musim terhadap bentuknya komunitas klimaks, terdapat dua teori sebagai berikut :
a. Hipotesis monoklimaks menyatakan bahwa pada daerah musim tertentu hanya
terdapat satu komunitas klimaks.
b. Hipoteis poliklimaks mengemukakan bahwa komunitas klimaks
dipengaruhi oleh berbagai faktor abiotik yang salah satunya mungkin dominan.
7
BAB 3. METODE PERCOBAAN
3.1 Acara : Acara I (Suksesi Tumbuhan)
3.2 Waktu dan Tempat
1. Tanggal : 16 November s.d 21 Desember 2009
2. Pukul : 12.30 – 14.10 WIB
3. Tempat : di kebun belakang Gedung Soetardjo
3.3 Alat dan Bahan
a). Alat
1. cangkul
2. parang
3. Pasak
4. meteran
5. tali rafia
6. label
7. Penggaris Plastik
b). Bahan
1. dua buah lahan alami seluas 10 x 10 meter
2. Kertas milimeter/ kertas grafik
3. Buku Catatan
3.4 Cara Kerja
8
9
Mengamati apakah terdapat perubahan jenis tumbuhan dari
komunitas tersebut selama pengamatan.
Membersihkan kedua lahan garapan dari rumput yang hidup pada
lahan tersebut. (membakar dan mencangkul)
Membagi 2 petak lahan garapan 10 m x 10 m menjadi petak kecil
berukuran 1m x 1m dengan menggunakan pembatas tali rafia.
Membiarkan kedua petak lahan tersebut selama 6 minggu.
Mengamati jenis, jumlah, tinggi tumbuhan pada masing-masing petak
kecil pada tiap minggu.
Mencatat perubahan komposisi tumbuhan tersebut dan
membandingkan hasil pengamatan setiap minggu.
Petak 1 x 1 meter tersebut dibagi lagi menjadi 16 petak kecil dengan
menggunakan pasak dan rafia.
Diluar petak 1 x 1 meter dibuat zona kontrol (yang bersih dari
rumput) agar petak tidak dirambati rumput dari luar petak
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Petakke
Pengukuran tinggi tanaman (cm)Minggu ke -
1 2 3 4 5 61 - - - 0,8 2 3
2 ----
0,6 0,3 0,3 0,4
0,8 2 1,3 1 0,5
1,53 1,8 1,5 1,5 0,5 0,3
1,84,5 2,11,9 2 0,8 0,7
2,552,8 2,52,7 1,4 1,2 0,6
3 0,3 --
0,3 0,2 0,1
1,8 1,5 1,7 1,5 1
2,5 1 1 1,5 1,7
2 1,8 2 3 2,5
2,8 2,4 2,3 3,7 2,9 0,60,60,80,90,9
4 - - - 0,5 2 3,70,5
5 0,2 0,2 0,1
Mati 0, 80,9
-1,5 1,3
-2 1,5 1 0,8 1
-2,8 3 1,7 1,5 1,9
-3,5 3,7 2,5 2,6 3
6 - - 0,6 0,9 1,5 3
10
7 - - 0,3 0,8 1,2 2
8 0,25 1,8 Mati 0,3
-0,9
-1,3
-1,70,50,6
9 ---
---
0,4 0,1 0,2
1,5 1,5 0,7
32,81,4
3,1 3,4 2,3
10 0,2 0,2 -
0,8 0,30,4
11,5 10,8 0,4 1
321,51131,7
4,2 32,7 2,5 1,8 3,82,5
53,8 3,8 3,4 2,8 4,5 2,9 0,40,80,80,80,9
11 - - 1 0,70,50,40,7
2,5 1,8 1,8 2 2
2,9 2,5 2,7 2,6 2,7
3,6 2,9 3,3 3,3 3,7 0,6
12 0,5 0,3 0,4
0,6 1,2 1,3
2,8 1,7 2,5 31,5
3,42,243,82
3,9 2,8 4,6 4,52,5
4,5 35,25,23,10,60,80,9
11
0,9
13 - - 0,3 1
1,8 3,4
2,5 4
3,7 5,1 0,5
14 - - 0,5 2 3 Mati
15 - 1,8 3 0,5
4 3 0,5
4,7 4,5 1,5
5,2 5,9 3 0,60,5
16 - 1 1,3
2 2,2
2,5 2,8 0,7 0,8
3,63,61,51,5
5 4,7 2,7 2,0 1,0
4.2 Pembahasan
Pada kegiatan praktikum kali ini dilakukan percoban Acara I yaitu
“Suksesi Tumbuhan” yang bertujuan untuk mengetahui proses terbentuknya
suksesi alami pada lahan garapan dan Mengetahui faktor – faktor yang
mempengaruhi proses suksesi alami tersebut.
Pada praktikum ini awalnya kami membersihkan lahan garapan (di kebun
belakang Gedung Soetardjo) dengan cara mencangkul rumput – rumputan yang
hidup pada lahan tersebut. Kemudian membuat petak lahan seluas 1 x 1 m 2 yang
di bagi – bagi lagi menjadi petak – petak kecil hingga diperoleh 16 petak dengan
menggunakan pasak bambu dan untuk pembatasnya menggunakan tali rafia.
Langkah selanjutnya yaitu membiarkan petak pengamata tersebut selama 6
minggu. Pengamatan dilakukan setiap minggu dengan mengamati jenis, jumlah,
dan tinggi tumbuhan pada masing – masing petak kecil.
12
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, pada minggu pertama dari
ke-16 petak kecil hanya ada beberapa petak yang ditumbuhi tanaman yaitu pada
petak ke-3, 5, 8, 10 dan 12 dengan rata – rata ketinggian mencapai 0,2 – 0,3 cm.
Jumlah tanamannya masih dapat dihitung yaitu sebanyak 11 tanaman. Sebagian
besar tanaman yang tumbuh yaitu tanaman jenis rerumputan. Proses suksesi ini
akan berkembang sesuai dengan perubahan waktu, dan akan menciptakan
komunitas tumbuhan yang semakin lama semakin padat dan kompleks, mengarah
pada pematangan bentuk komunitas tumbuhannya.
Hal ini terbukti Pada minggu ke-2 sudah semakin banyak tanaman yang
mulai tumbuh dengan jenis dan jumlah yang semakin banyak dengan ketinggian
tertentu. Petak – petak kecil yang ditumbuhi tanaman yaitu pada petak ke 2, 3, 5,
8, 10, 12, 15, dan 16. Pada minggu ke 3, terdapat penambahan jenis dan jumlah
tanaman yaitu pada petak ke 7, 9, 11, 13, dan 14. Jenis tamanan yang tumbuh
selain jenis tanaman rerumputan, nampak adanya tanaman jenis ilalang dan
tanaman – tanaman lain seperti pegagan, semanggi dan tapak liman. Pada minggu
ke 4 hampir semua petak ditumbuhi oleh tanaman jenis rerumputan hanya pada
petak ke 6 yang tidak ditumbuhi tanaman. Begitu pula seterusnya hingga pada
minggu ke 6, pertumbuhan tanaman semakin pesat dan beragam baik dalah hal
jenis tanaman, jumlah maupun ketinggian tanaman.
Pada lahan yang kami beri perlakuan tersebut tergolong kedalam suksesi
sekunder karena sebelum terjadi suksesi sudah ada bentuk – bentuk kehidupan
sebelumnya berupa komunitas tumbuhan semak dan perdu serta tumbuhan jenis
rerumputan. Suksesi sekunder terjadi jika suatu gangguan terhadap suatu
komunitas tidak bersifat merusak total tempat komunitas tersebut sehingga masih
terdapat kehidupan / substrat seperti sebelumnya. Proses suksesi sekunder dimulai
lagi dari tahap awal, tetapi tidak dari komunitas pionir/ tumbuhan lumut.
Gangguan yang menyebabkan terjadinya suksesi sekunder dapat berasal
dari peristiwa alami atau akibat kegiatan manusia. Gangguan alami misalnya
angin topan, erosi, banjir, kebakaran, pohon besar yang tumbang, aktivitas
vulkanik, dan kekeringan hutan. Gangguan yang disebabkan oleh kegiatan
manusia contohnya adalah pembukaan areal hutan.
13
faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya suksesi antara lain :
1. Iklim
Tumbuhan tidak akan dapat teratur dengan adanya variasi yang lebar
dalam waktu yang lama. Fluktuasi keadaan iklim kadang-kadang membawa akibat
rusaknya vegetasi baik sebagian maupun seluruhnya. Dan akhirnya suatu tempat
yang baru (kosong) berkembang menjadi lebih baik (daya adaptasinya besar) dan
mengubah kondisi iklim. Kekeringan, hujan salju/air dan kilat seringkali
membawa keadaan yang tidak menguntungkan pada vegetasi.
2. Topografi
Suksesi terjadi karena adanya perubahan kondisi tanah, antara lain:
o Erosi: Erosi dapat terjadi karena angin, air dan hujan. Dalam proses erosi
tanah menjadi kosong kemudian terjadi penyebaran biji oleh angin (migrasi)
dan akhirnya proses suksesi dimulai.
o Pengendapan (denudasi): Erosi yang melarutkan lapisan tanah, di suatu tempat
tanah diendapkan sehingga menutupi vegetasi yang ada dan merusakkannya.
Kerusakan vegetasi menyebabkan suksesi berulang kembali di tempat
tersebut.
3. Biotik
Pemakan tumbuhan seperti serangga yang merupakan pengganggu di
lahan pertanian demikian pula penyakit mengakibatkan kerusakan vegetasi. Di
padang penggembalaan, hutan yang ditebang, panen menyebabkan tumbuhan
tumbuh kembali dari awal atau bila rusak berat berganti vegetasi.
Proses suksesi sangat terkait dengan faktor linkungan, seperti letak lintang,
iklim, dan tanah. Lingkungan sangat menentukan pembentukkan struktur
komunitas klimaks. Misalnya, jika proses suksesi berlangsung di daerah beriklim
kering, maka proses tersebut akan terhenti (klimaks) pada tahap komunitas
rumput; jika berlangsung di daerah beriklim dingin dan basah, maka proses
suksesi akan terhenti pada komunitas (hutan) conifer, serta jika berlangsung di
daerah beriklim hangat dan basah, maka kegiatan yang sama akan terhenti pada
hutan hujan tropik.
14
Proses suksesi sangat beragam, tergantung kondisi lingkungan. Proses
suksesi pada daerah hangat, lembab, dan subur dapat berlangsung selama seratus
tahun. Coba kalian bandingkan kejadian suksesi pada daerah yang ekstrim
(misalnya di puncak gunung atau daerah yang sangat kering). Pada daerah
tersebut proses suksesi dapat mencapai ribuan tahun.
Kecepatan proses suksesi dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut :
1. Luas komunitas asal yang rusak karena gangguan.
2. Jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di sekitar komunitas yang terganggu.
3. Kehadiran pemencar benih.
4. Iklim, terutama arah dan kecepatan angina yang membantu penyebaran
biji, sporam dan benih serta curah hujan.
5. Jenis substrat baru yang terbentuk
6. Sifat – sifat jenis tumbuhan yang ada di sekitar tempat terjadinya suksesi.
Sukses tidak hanya terjadi di daratan, tetapi terjadi pula di perairan
misalnya di danau dan rawa. Danau dan rawa yang telah tua akan mengalami
pendangkalan oleh tanah yang terbawa oleh air. Danau yang telah tua ini disebut
eutrofik.
Telah dijelaskan bahwa akhir sukses adalah terbentuknya suatu komunitas
klimaks. Berdasarkan tempat terbentuknya, terdapat tiga jenis komunitas klimaks
sebagai berikut :
a. Hidroser yaitu sukses yang terbentuk di ekosistem air tawar.
b. Haloser yaitu suksesi yang terbentuk di ekosistem air payau.
c. Xeroser yaitu sukses yang terbentuk di daerah gurun.
Pembentukkan komunitas klimaks sangat dipengaruhi oleh musim dan
biasanya komposisinya bercirikan spesies yang dominan. Berdasarkan pengaruh
musim terhadap bentuknya komunitas klimaks, terdapat dua teori, yang pertama
yaitu Hipotesis monoklimaks menyatakan bahwa pada daerah musim tertentu
hanya terdapat satu komunitas klimaks. Yang kedua yaitu Hipoteis poliklimaks
mengemukakan bahwa komunitas klimaks dipengaruhi oleh berbagai faktor
abiotik yang salah satunya mungkin dominan.
15
BAB 5. KESIMPULAN
1. Suksesi adalah perubahan dalam suatu komunitas yang berlangsung menuju
ke suatu arah pembentukan komunitas secara teratur.
2. Suksesi tumbuhan merupakan proses yang menyeluruh dan kompleks dengan
adanya permulaan, perkembangan dan akhirnya mencapai kestabilan pada fase
klimaks. Klimaks merupakan fase kematangan yang final, stabil memelihara
diri dan berproduksi sendiri dari suatu perkembangan vegetasi dalam suatu
iklim.
3. Pada lahan yang kami beri perlakuan termasuk suksesi sekunder karena
sebelum terjadi suksesi sudah ada bentuk – bentuk kehidupan sebelumnya
berupa komunitas tumbuhan semak dan perdu serta tumbuhan jenis
rerumputan
4. Suksesi tumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu iklim, topografi dan
faktor biotik/serangga penganggu.
5. Kecepatan proses suksesi dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut :
o Luas komunitas asal yang rusak karena gangguan.
o Jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di sekitar komunitas yang terganggu.
o Kehadiran pemencar benih.
o Iklim, terutama arah dan kecepatan angina yang membantu penyebaran
biji, sporam dan benih serta curah hujan.
o Jenis substrat baru yang terbentuk
o Sifat – sifat jenis tumbuhan yang ada di sekitar tempat terjadinya suksesi.
5. Sukses tidak hanya terjadi di daratan, tetapi terjadi pula di perairan misalnya
di danau dan rawa. Danau dan rawa yang telah tua akan mengalami
pendangkalan oleh tanah yang terbawa oleh air. Danau yang telah tua ini
disebut eutrofik.
6. Proses suksesi akan berakhir bila telah terbentuk suatu komunitas yang stabil
yang disebut klimaks.
7. Pembentukkan komunitas klimaks sangat dipengaruhi oleh musim dan
biasanya komposisinya bercirikan spesies yang dominan.
16
Daftar Pustaka
Dede S, Muhardiono, Ayip. 1989. Penuntun Praktikum Ekologi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Kusmana, C. 1997. Metode Survey Vegetasi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Odum, E.P. 1997. Dasar-dasar Ekologi Terjemahan. Samingan, T. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.
Setiadi, D. I. Muhadiono. Dan A. Yusron. 1989. Ekologi Tumbuhan. Bogor: Depdiknas Dirjen DIKTI PAU IPB.
Soegianto, A. 1994. Ekologi Kuantitatif, Metode Analisa Populasi dan Komunitas. Surabaya: Usaha nasional.
Tim Pembina Ekologi Tumbuhan.2009.Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan.
Jember:Progam Studi Pendidikan Biologi Universitas Jember
Uginto Agoes. 1994. Ekologi Kuantitatif Metode Analisis Populasi Dan Komunitas . Surabaya : Usaha Nasional
http://mei-smart.blogspot.com/2009/10/analisis-vegetasi.html
http://biologi08share.blogspot.com/2009/04/beberapa-metodologi-yang-umum-dan.html
http://free.vlsm.org/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Biologi/0033%
20Bio%201-7d.htm
http://www.freewebs.com/irwantomangrove/index.html
http://fp.uns.ac.id/~hamasains/ekotan%202.htm
http://sobatbaru.blogspot.com/2008/06/pengertian-suksesi.html
http://trimendes.com/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=78
http://www.geocities.com/irwantoforester/
17
Top Related