LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA
Disusun untuk memenuhi tugas Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan Alam
Dosen Pengampu : Dr. Peduk Rintayati, M.Pd
Disusun oleh :
Ambar Febriyanti (K7112040)
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
2013
KEGIATAN PERCOBAAN 8
MENENTUKAN LARUTAN, KOLOID, ATAU SUSPENSI
A. Tujuan Penelitian
Untuk menentukan larutan, koloid, atau suspensi dalam suatu cairan.
B. Pelaksanaan Kegiatan
Hari/Tanggal : senin, April 2013
Jam : 13.00 – 16.00
Tempat : Laboratorium IPA PGSD UNS Surakarta
C. Landasan Teori
Penyebaran atau distribusi partikel-pertikel dalam campuran disebut
dispersi. Sementara itu sistem kimia terdiri dari gas atau zat cair (sebagai medium
dan partikel-partikel yang terdispersi di dalamnya dinamakan sistem dispersi.
Contoh : larutan gula dalam air. Dalam hal ini gula merupakan zat yang
terdispersi , sedangkan air sebagai medium pendispersinya. Berdasarkan sistem
dispersi , campuran dikelompokkan menjadi larutan suspensi, dan koloid.
1. Larutan merupakan sistem dispersi yang partikel-partikel zat terdispersi dan
partikel-partikel medium pendispersinya tidak lagi dapat dibedakan,
meskipun menggunakan mikroskop ultra. Jadi sitem dispersi ini homogen.
Misalnya gula dengan air, garam dengan air, dan udara bersih.
2. Suspensi merpakan sistem dispersi yang terdiri dari partikel-partikel
terdispersi yang relatif besar dan tersebar merata di dalam medium
campuran
larutan suspensi koloid
pendispersinya. Jadi sistem dispersi tersebut heterogen. Contoh : air kapur,
campuran air dan pasir
3. Koloid merupakan sistem dispersi yang terdiri dari partikel-partikel kecil dari
suatu zat yang disebut fase terdispersi dalam fase lainnya yang disebut
medium pendispersi. Baik fase terdispersi maupun pendispersi dapat
berbentuk padat, cair dan gas. Sistem dispersi tersebut heterogen . Istilah
koloid diambil dari bahasa Yunani kolla, yang berarti lem. Istilah ini pertama
kali diperkenalkan oleh Thomas Graham berdasarkan penelitiannya tentang
difusi. Menurutnya zat-zat seperti gelatin, kanji, getah dan albuminyang sukar
mengalami difusi digolongkan ke dalam koloid.
Perbedaan larutan sejati, koloid dan suspensi
No Perbedaan Larutan sejati Koloid Suspensi
1 Ukuran partikel Kurang dari 1
nm
Antara 1 sampai 100
nm
Lebih dari 100 nm
2 Penampilan fisis Jernih Keruh ke jernih Keruh
3 Penyaringan Lolos saringan
dan membran
Lolos saringan,tidak
lolos membran
Tidak lolos
saringan dan
membran
4 Kestabilan (bila
didiamkan)
Penyebaran
permanen
(tidak terpisah)
Ada kcenderungan
mengendap (sukar
terpisah)
Mengendap dengan
cepat (mudah
berpisah)
5 Keadaan
campuran bila
didiamkan
Satu fase Dua fase Dua fase
6 Pengamatan
partikel
terdispersi
Tidak dapat
diamati dengan
mikroskop
ultra
Dapat diamati
dengan mikroskop
ultra
Dapat diamati
langsung dengan
mata dan
mikroskop
D. Alat dan Bahan
1. 12 buah gelas 7. urea
2. 6 buah pengaduk 8. sabun sunlight
3. Air 9. Kertas saring
4. Gula pasir 10. Gelas Ukuran
5. Terigu 11. Sendok Makan
6. Susu Instan
E. Langkah kerja
1. Mengisi 5 gelas masing-masing dengan 50 ml air
2. Menambahkan 12
sendok gula pasir ke dalam gelas ke-1, 12
sendok terigu ke
dalam gelas ke-2, 12
sendok susu instan ke dalam gelas ke-3, 12
sendok urea
ke dalam gelas ke-4, dan 12
sendok sunlight ke dalam gelas ke-5.
3. Mengaduk setiap campuran, setelah itu mengamati dan mencatat pada tabel
apakah zat yang ditambahkan larut atau tidak.
4. Mendiamkan sejenak campuran tersebut lalu mengamati apakah campuran
tersebut stabil atau tidak, bening atau keruh.
5. Menyaring masing-masing campuran ke dalam gelas yang bersih lalu
mengamati dan mencatat hasilnya campuran mana yang meninggalkan residu,
apakah hasil penyaringan bening atau keruh.
F. Hasil percobaan
Sifat campuran Campuran air dengan
Gula Terigu Susu Urea Sabun
Larut/ tidak Larut Larut Larut larut larut
Stabil/tidak Stabil Tidak Stabil Stabil Stabil
Bening/tidak Keruh Keruh Keruh Bening Bening
Ada
residu/tidak
Tidak Ada Tidak Tidak Tidak
Filtrat
bening/tidak
Bening Keruh Keruh Bening Bening
Kesimpulan Larutan Suspensi Koloid larutan Koloid
G. Analisis Data
Berdasarkan percobaan yang kami lakukan, diperoleh hasil :
1. Apabila gula dicampur dengan air akan larut, larutannya bersifat stabil dan
berwarna keruh, tidak ada residu serta filtratnya bening. Campuran gula dan
air disebut larutan.
2. Apabila Terigu dicampur dengan air akan larut larutannya bersifat stabil dan
berwarna keruh, ada residu serta filtratnya keruh. Campuran terigu dan air
disebut suspense.
3. Apabila susu dicampur dengan air akan larut, larutannya bersifat tidak stabil
dan berwarna keruh, tidak ada residu serta filtratnya keruh. Campuran susu
dan air disebut koloid.
4. Apabila urea dicampur dengan air akan larut, larutannya bersifat stabil dan
berwarna bening, tidak ada residu serta filtratnya bening. Campuran urea dan
air disebut larutan.
5. Apabila sabun dicampur dengan air akan larut, larutannya bersifat stabil dan
berwarna bening, tidak ada residu serta filtratnya bening. Campuran sabun
dan air disebut koloid.
H. Kesimpulan
Dari percobaan diatas dapat disimpulkan campuran air dengan gula, dan
urea dapat disebut larutan. Kemudian campuran air dengan terigu dapat disebut
suspensi, sedangkan campuran air dengan susu, dan sabun disebut koloid.
Meskipun sama – sama berupa campuran dua zat atau lebih, ternyata dari
ketiga campuran dalam percobaan memiliki perbedaan dari segi bentuk, sifat,
ukuran, serta fasenya yang dikelompokkan ke dalam tiga macam jenis disperse,
yaitu dispersi halus(larutan), dispersei koloid, dan dispersi kasar(suspensi).
KEGIATAN PERCOBAAN 9
MENETRALKAN KEASAMAN LIMBAH
A. Tujuan Penelitian
Untuk membedakan antara cairan asam, cairan netral, dan cairan basa.
B. Pelaksanaan Kegiatan
Hari/Tanggal : senin, April 2013
Jam : 13.00 – 16.00
Tempat : Laboratorium IPA PGSD UNS Surakarta
C. Landasan Teori
1. Asam
Asam merupakan salah satu penyusun dari berbagai bahan makanan dan
minuman, misalnya cuka, keju, dan buah-buahan. Menurut Arrhenius, asam
adalah zat yang dalam air akan melepaskan ion H+. Jadi, pembawa sifat
asam adalah ion H+ (ion hidrogen), sehingga rumus kimia asam selalu
mengandung atom hidrogen. Ion adalah atom atau sekelompok atom yang
bermuatan listrik. Kation adalah ion yang bermuatan listrik positif. Adapun
anion adalah ion yang bermuatan listrik negatif.
Sifat khas lain dari asam adalah dapat bereaksi dengan berbagai bahan seperti
logam, marmer, dan keramik. Reaksi antara asam dengan logam bersifat
korosif. Contohnya, logam besi dapat bereaksi cepat dengan asam klorida
(HCl) membentuk Besi (II) klorida (FeCl2).
2. Basa
Dalam keadaan murni, basa umumnya berupa kristal padat dan bersifat
kaustik. Beberapa produk rumah tangga seperti deodoran, obat maag (antacid)
dan sabun serta deterjen mengandung basa.
Basa adalah suatu senyawa yang jika dilarutkan dalam air (larutan) dapat
melepaskan ion hidroksida (OH-). Oleh karena itu, semua rumus kimia basa
umumnya mengandung gugus OH.
Jika diketahui rumus kimia suatu basa, maka untuk memberi nama basa,
cukup dengan menyebut nama logam dan diikuti kata hidroksida.
Perbedaan Sifat Asam dan Basa
3. Garam
Orang mengalami sakit perut disebabkan asam lambung yang meningkat.
Untuk menetralkan asam lambung (HCl) digunakan antacid. Antacid
mengandung basa yang dapat menetralkan kelebihan asam lambung (HCl).
Umumnya zat-zat dengan sifat yang berlawanan, seperti asam dan basa
cenderung bereaksi membentuk zat baru. Bila larutan asam direaksikan
dengan larutan basa, maka ion H+ dari asam akan bereaksi dengan ion OH-
dari basa membentuk molekul air.
H+ (aq) + OH- (aq) —> H2O (ℓ)
Asam Basa Air
Karena air bersifat netral, maka reaksi asam dengan basa disebut reaksi
penetralan.
Ion-ion ini akan bergabung membentuk senyawa ion yang disebut garam. Bila
garam yang terbentuk ini mudah larut dalam air, maka ion-ionnya akan tetap
ada di dalam larutan. Tetapi jika garam itu sukar larut dalam air, maka ion-
ionnya akan bergabung membentuk suatu endapan. Jadi, reaksi asam dengan
basa disebut juga reaksi penggaraman karena membentuk senyawa garam.
4. Identifikasi Asam, Basa, dan Garam
Banyak sekali larutan di sekitar kita, baik yang bersifat asam, basa, maupun
netral. Cara menentukan sifat asam dan basa larutan secara tepat yaitu
menggunakan indikator. Indikator yang dapat digunakan adalah indikator
asam basa. Indikator adalah zat-zat yang menunjukkan indikasi berbeda
dalam larutan asam, basa, dan garam. Cara menentukan senyawa bersifat
asam, basa, atau netral dapat menggunakan kertas lakmus dan larutan
indikator atau indikator alami.
Berikut adalah beberapa cara menguji sifat larutan:
a. Identifikasi dengan Kertas Lakmus
Warna kertas lakmus dalam larutan asam, larutan basa dan larutan bersifat
netral berbeda. Ada dua macam kertas lakmus, yaitu lakmus merah dan
lakmus biru. Sifat dari masing-masing kertas lakmus tersebut adalah sebagai
berikut.
Lakmus merah dalam larutan asam berwarna merah dan dalam larutan basa
berwarna biru
Lakmus biru dalam larutan asam berwarna merah dan dalam larutan basa
berwarna biru.
Lakmus merah maupun biru dalam larutan netral tidak berubah warna.
b. Identifikasi
Larutan Asam
dan Basa
Menggunakan
Indikator
Alami
Cara lain untuk mengidentifikasi sifat asam atau basa suatu zat dapat
menggunakan indikator alami. Berbagai bunga yang berwarna atau
tumbuhan, seperti daun, mahkota bunga, kunyit, kulit manggis, dan kubis
ungu dapat digunakan sebagai indikator asam basa. Ekstrak atau sari dari
bahan-bahan ini dapat menunjukkan warna yang berbeda dalam larutan asam
basa.
Sebagai contoh, ambillah kulit manggis, tumbuklah sampai halus dan campur
dengan sedikit air. Warna kulit manggis adalah ungu (dalam keadaan netral).
Jika ekstrak kulit manggis dibagi dua dan masing-masing diteteskan larutan
asam dan basa, maka dalam larutan asam terjadi perubahan warna dari ungu
menjadi cokelat kemerahan. Larutan basa yang diteteskan akan mengubah
warna dari ungu menjadi biru kehitaman.
5. Derajat Keasaman dan Kebasaan (pH dan pOH)
Pada dasarnya derajat/tingkat keasaman suatu larutan (pH = potenz
Hydrogen)) bergantung pada konsentrasi ion H+ dalam larutan. Semakin
besar konsentrasi ion H+ semakin asam larutan tersebut.
Umumnya konsentrasi ion H+ pada larutan sangat kecil, maka untuk
menyederhanakan penulisan digunakan konsep pH untuk menyatakan
konsentrasi ion H+. Nilai pH sama dengan negatif logaritma konsentrasi ion
H+ dan secara matematika dinyatakan dengan persamaan
pH = – log (H+)
Analog dengan pH, konsentrasi ion OH– juga dapat dinyatakan dengan cara
yang sama, yaitu pOH (Potenz Hydroxide) dinyatakan dengan persamaan
berikut.
pOH = – log (OH-)
Derajat keasaman suatu zat (pH) ditunjukkan dengan skala 0—14.
Larutan dengan pH < 7 bersifat asam.
Larutan dengan pH = 7 bersifat netral.
Larutan dengan pH > 7 bersifat basa.
D. Alat dan Bahan
1. pHmeter/ indikator universal 7. limbah
2. gelas dan pengaduk 8. Larutan cuka
3. gelas ukur 9. Air sabun
4. pipet 10. susu
5. kertas lakmus 11. Air laut
6. plat tetes 12. Ekstrak daun ketela rambat
E. Cara Kerja
1. Menuangkan limbah, asam cuka, air sabun, air susu, air laut, dan ekstrak daun
ketela rambat ke dalam gelas masing-masing 1 cm
2. Mengukur pH masing-masing cairan menggunakan pH meter
3. Meletakkan beberapa tetes limbah, asam cuka, air sabun, air susu, air laut,
dan ekstrak daun ketela rambat ke dalam plat tetes
4. Meletakkan kertas lakmus yang telah dipotong menjadi beberapa bagian ke
dalam masing-masing tempat di plat tetes
5. Mengamati dan menulis hasilnya pada tabel
F. Hasil Percobaan
No. Jenis zat/ Bahan
Perubahan warna pada
sifat pHLakmus
Merah
Lakmus
Biru
1. Daun ketela rambat Merah Merah Asam 5
2. Limbah Merah Biru Netral 7
3. Asam cuka Merah Merah Asam 3
4. Air sabun Merah Merah Asam 6
5. Susu Merah Biru netral 7
6. Air laut Biru Biru Basa 9
G. Analisis Data
Kertas lamus merupakan salah satu indikator asam basa. Pada percobaan
kami dengan indikator kertas lakmus di atas, kertas lakmus merah maupun lakmus
biru yang warnanya berubah menjadi merah setelah ditetesi suatu larutan,
menunjukkan bahwa larutan tersebut merupakan larutan yang bersifat asam. Pada
daun ketela rambat setelah keras lakmus merah dimasukkan ke ekstrak tersebut
tidak terjadi perubahan warna namun jika menggunakan kertas lakmus biru akan
berubah menjadi merah dan setelah di cek dengan indikator universal
menunjukkkan angka 5. Jadi dapat disimpulkan bahwa sifat dari ekstrak tersebut
asam.
Pada limbah setelah keras lakmus merah dan biru dimasukkan ke limbah
tersebut tidak terjadi perubahan warna dan setelah di cek dengan indikator
universal menunjukkkan angka 7. Jadi dapat disimpulkan bahwa sifat limbah
adalah netral.
Pada asam cuka setelah keras lakmus merah dimasukkan ke ekstrak tersebut
tidak terjadi perubahan warna namun jika menggunakan kertas lakmus biru
akan berubah menjadi merah dan setelah di cek dengan pH universal
menunjukkkan angka 5. Jadi dapat disimpulkan bahwa sifat dari ekstrak
tersebut asam.
Pada air sabun setelah keras lakmus merah dimasukkan ke air sabun tersebut
tidak terjadi perubahan warna namun jika menggunakan kertas lakmus biru
akan berubah menjadi merah dan setelah di cek dengan pH universal
menunjukkkan angka 6. Jadi dapat disimpulkan bahwa sifat air sabun asam.
Hal ini dapat terjadi sebab air sabun tersebut mengandung asam dari jeruk
nipis yang terdapat pada sabun tersebut.
Pada susu setelah keras lakmus merah dimasukkan ke susu tersebut tidak
terjadi perubahan warna begitu juga dengan menggunakan kertas lakmus biru
tidak terjadi perubahan warna pada kertas lakmus dan setelah di cek dengan
indikator universal menunjukkkan angka 7. Jadi dapat disimpulkan bahwa
sifat dari ekstrak tersebut netral
Pada air laut setelah keras lakmus merah dimasukkan ke air laut tersebut
berubahan warna menjadi biru namun pada kertas lakmus biru tidak terjadi
perubahan dan setelah di cek dengan indikator universal menunjukkkan angka
9. Jadi dapat disimpulkan bahwa sifat air laut basa
H. Kesimpulan
Jadi kesimpulan dari praktikum ini adalah
Yang termasuk asam adalah ekstrak daun ketela rambat,asam cuka dan air sabun.
Yang termasuk basa : air laut
Yang bersifat netral adalah limbah dan susu
KEGIATAN PERCOBAAN 10
KADAR OKSIGEN DI UDARA
A. Tujuan Penelitian
Untuk menyebutkan prosentase oksigen di udara.
B. Pelaksanaan Kegiatan
Hari/Tanggal : senin, April 2013
Jam : 13.00 – 16.00
Tempat : Laboratorium IPA PGSD UNS Surakarta
C. Landasan Teori
Oksigen sangat berpengaruh dalam proses kelangsungan hidup manusia,
hewan, dan tumbuhan. Semua makhluk hidup membutuhkan Oksigen untuk
mempertahankan hidupnya.
Manusia dan hewan membutuhkan oksigen untuk bernafas. Tumbuhan
membutuhkan oksigen untuk proses fotosintesis. Makhluk hidup bias mati tanpa
adanya oksigen, karena sumber utama makhluk hidup mampu bertahan hidup
adalah oksigen.
Begitu juga dengan proses pembakaran pada lilin. Lilin akan tetap
menyala jika lilin berada pada tempat terbuka dan cukup udara. Jika lilin yang
menyala itu kita tutup menggunakan gelas (misalnya), dalam waktu 4 detik, api
itu akan padam.
D. Alat dan Bahan
1. Gelas minum
2. Cawan
3. Lilin
4. Air
5. Korek api
E. Langkah Kerja
1. Menegakkan lilin diatas cawan
2. Menuangkan air ke cawan dengan tinggi 34
bagian
3. Menutup lilin dengan gelas hingga mencapai dasar cawan, lalu mengamati apa
yang terjadi
4. Mengukur kolom udara di dalam gelas, misalnya A cm
5. Mengangkat gelas , menyalakan lilin dan menutup kembali lilin dengan gelas
6. Setelah lilin padam, mengamati permukaan air dalam gelas
7. Mengukur tinggi kolom udara didalam gelas, misalnya B cm
8. Melakukan percobaan sampai 5 kali
9. Membuat tabel dan meulis hasil percobaan pada tabel
10. Menghitung prosentase A−B
A× 100 %
F. Hasil Percobaan
Tinggi kolom udara pada gelas adalah 12 cm
Percobaan
ke
Tinggi kolom udara saat
lilin tidak dinyalakan (A)
Tinggi kolom udara
saat lilin dinyalakan
(B)
1. 11,8 cm 8,4 cm
2. 11,8 cm 8,5 cm
3. 11,8 cm 8,5 cm
4. 11,8 cm 8,5 cm
5. 11,8 cm 8,5 cm
Rata-Rata 11,8 cm 8,48 cm
G. Analisis Data
1. Percobaan 1
Saat lilin menyala, tinggi kolom udara turun menjadi 8.4 cm, dan pada saat lilin
padam tinggi kolom udara naik menjadi 11.8 cm
A−B
A× 100 % =
11,8−8,411,8
×100 %=28,8 %
2. Percobaan 2
Saat lilin menyala tinggi kolom udara turun menjadi 8.5 cm, dan pada saat lilin
padam tinggi kolom udara naik menjadi 11.8 cm
A−BA
× 100 % = 11,8−8,5
11,8× 100 %=27,9 %
3. Percobaan 3
Saat lilin menyala tinggi kolom udara turun menjadi 78.5 cm, dan pada saat lilin
padam tinggi kolom udara naik menjadi 11.8 cm
A−BA
× 100 % = 11,8−8,5
11,8× 100 %=27,9%
4. Percobaan 4
Saat lilin menyala tinggi kolom udara turun menjadi 8.5 cm, dan pada saat lilin
padam tinggi kolom udara naik menjadi 11.8 cm
A−B
A× 100 % =
11,8−8,511,8
× 100 %=27,9%
5. Saat lilin menyala tinggi kolom udara turun menjadi 8.5 cm, dan pada saat lilin
padam tinggi kolom udara naik menjadi 11.8 cm
A−BA
× 100 % = 11,8−8,5
11,8× 100 %=27,9%
Prosentase rata-rata kadar oksigen dalam udara adalah
11.8−8.48
11.8× 100 %=28 ,1%
Perhitungan diatas merupakan prosentase dari oksigen yang digunakan agar
api tetap menyala atau dapat juga dikatakan prosentase tersebut merupakan
prosentase oksigen yang ada dalam udara.
Ketika Lilin ditutup dengan gelas, ternyata nyala lilin makin redup dan
akhirnya padam. Seperti pada percobaan, lilin pelan-pelan redup kemudian
padam. Lalu air yang berada diluar gelas tersedot masuk ke dalam gelas dan
permukaannya naik.
Pada percobaan dapat diketahui bahwa pada saat lilin ditutup dengan gelas,
lilin masih menyala karena masih ada udara dalam gelas. Lalu api memanaskan
udara dan kian habis dan akhirnya lilin padam karena kehabisan udara.
Kemudian dapat diamati air masuk ke dalam gelas setelah lilin padam. Hal ini
disebabkan tekanan udara di dalam gelas menyusut karena pembakaran atau nyala
lilin, lalu udara dalam gelas kosong, sehingga air tersedot masuk ke dalam gelas.
H. Kesimpulan
Dari hasil penelitian maka dapat kami ambil kesimpulan yaitu: udara
berpengaruh terhadap pembakaran lilin, dibuktikan dengan padamnya lilin saat
lilin ditutup dengan gelas. Hal ini disebabkan karena ketika terjadi pembakaran
dalam gelas, awalnya terjadi pengembangan udara, pada saat yang sama terjadi
peningkatan uap air dalam udara. Lilin ditutup dengan gelas akan padam karena
kehabisan oksigen. Diruang tertutup oksigen terbatas, hasil pembakarannya
Karbondioksida mengumpul digelas, sehingga lilin padam kehabisan oksigen.
Dari kedua percobaan dan pengamatan yang telah dilakukan dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut: Proses pembakaran memerlukan udara dan ketika
udara mendingin, tekanannya menyusut.
Prosentase Prosentase rata-rata kadar oksigen dalam udara adalah 28,1 %.
KEGIATAN PERCOBAAN 11
“KROMATOGRAFI”
A. Tujuan Penelitian
Untuk menentukan warna pembentuk dasar warna tertentu.
B. Pelaksanaan Kegiatan
Hari,tanggal : senin, April 2013
Jam : 13.00 – 16.00
Tempat : Laboratorium IPA PGSD UNS Surakarta
C. Landasan Teori
Kromatografi adalah teknik pemisahan fisik suatu campuran zat-zat kimia
yang berdasarkan pada perbedaan migrasi dari masing-masing komponen
campuran yang terpisah pada fase diam dibawah pengaru pergerakan fase yang
bergerak. Beberapa sifat fisika umum dari molekul yang dipakai sebagai asa
teknik pemisahan kromatografi adalah:
Kecenderungan molekul untuk teradsorpsi oleh partikel-partikel padatan yang
halus.
Kecenderungan mlekul untuk melarut pada fase cair.
Kecenderungan molekul untuk teratsir.
Kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan dengan proses berlipat
ganda, artinya selama proses berlangsung terjadi berulang kali kontak adsorbsi;
atau partisi dari komponen-komponen yang dipisahkan (Mulja, 1994).
Secara fisik kromatografi kertas memilki teknik-teknik yang sama dengan
kromatografi lapisan tipis, tetapi sebenarnya merupakan tipe khusus kromatografi
cair-cair yang fase diamnya hanya berupa air yang diadsorpsikan pada kertas.
Teknik sangat sederhana dengan menggunakan lembaran selulosa yang
mengandung kelembaban tertentu. Totolan kecil cuplikan pada sekitar 3 cm dari
satu pinggiran kertas. Lembaran yang telah diberi totolan dimaukan kedalam
bejana pengembang. Pada kromatografi kertas ini harus dicegah hilangnya
kelembaban air dan dijaga agar atmosfer dalam bejana selalu jenuh dengan fasa
gerak (Willliams, 1978: 301).
Kromatografi adalah metode fisika untuk pemisahan dalam komponen-komponen
yang akan diditribusikan antara dua fase, salah satunya merupakan lapisan
stasioner dengan permukaan yang luas dengan fase yang lain berupa zat alir
(fluida) yang mengalir lambat (perkolasi) menembus atau sepanjang lapisan
stasioner. Dalam semua teknik kromatografi, zat terlarut yang dipisahkan
beremigrasi sepanjang satu kolom dan tentu saja dasar pemisahan terletak
berbeda-beda laju migrasi untuk zat terlarut yang berlainan (Underwood, 1994).
D. Alat dan Bahan
1. Kertas saring 3 buah 5. Air
2. Penggaris 6. Alkohol
3. Lidi 7. Aseton
4. spidol
E. Cara Kerja
1. Memberi satu titik ukuran sedang pada kertas saring dengan spidol kira-kira 3
cm dari bawah kertas saring
2. Mengukur tinggi tomples untuk menentukan letak pemberian lubang untuk
lidi supaya memudahkan saat ke tiga kertas saring dimasukkan ke dalam air,
alkohol, dan aseton.
3. Menunggu hingga ada penguraian warna dan sampai selesai ditandai dengan
penyerapan pelarutnya lebih tinggi dari hasil penguraian warna tersebut
4. Mengamati dan mengukur zat warna yang terdapat pada kertas saring
5. Menghitung Rf pada masing-masing komponen.
F. Hasil Percobaan
Warna awal : merah
Media Perubahan
warna
Panjang(cm
)
Panjang
seluruhnya
Prosentase
(%)
Air Orange 7 12 33,3
Merah muda 5 12 23,8
Alkohol Kuning 7,5 9,5 39,5
Merah muda 2 9,5 10,5
Aseton Merah muda 16,5 16,5 84,6
G. Analisis Data
1. Air
Saat spidol warna merah dimasukan ke dalam air, warna dasar penyusunnya
yang terjadi adalah warna orange sepanjang 7 cm, dan warna merah muda
sepanjang 5 cm, maka totalnya adalah 12 cm.
Menghitung RF:
Rf orange =panjangorangepanjang seluruh
×100 %=¿ 712
×100 %=58,33 %
Rf merah muda = panjang merah muda
panjang seluruh×100 %= 5
12×100 %=41,67 %
2. Alcohol
Saat spidol warna merah dimasukan ke dalam alkohol, warna dasar
penyusunnya yang terjadi adalah warna kuning sepanjang 7.5 cm, dan warna
merah muda sepanjang 2 cm, maka totalnya adalah 9.5 cm.
Menghitung RF:
Rf kuning= 7,59,5
× 100 %=78,95 %
Rf merah muda= 2
9,5× 100 %=21,05 %
3. Aseton
Saat spidol warna merah dimasukan ke dalam aseton, warna dasar
penyusunnya yang terjadi adalah warna merah muda semua sepanjang 16.5
cm.
Menghitung RF:
Rf merah muda= 16,516,5
×100 %=100 %
H. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa
Kromatografi kertas merupakan kromatografi dengan menggunakan kertas
penyaring sebagai penunjang fase diam dan fase bergerak, berupa cairan yang
terserap di antara struktur pori kertas. Tingkat ketinggian warna noda ditentukan
oleh volume dan kepekatan tinta, waktu, cara lipatan, serta keadaan saat proses
penyerapan air oleh kertas. Dan dapat juga terjadi kesalahan pada hasil percobaan
seperti, tinta menyebar atau bercabang kemana-mana yang bisa di sebabkan oleh
kesalahan dalam pelipatan atau oleh proses penyerapan air yang terganggu.
Kromatografi adalah identifikasi suatu zat yang terlarut dalam campuran,
perubahan warna dalam suatu zat dapat disebabkan karna dalam suatu zat tersebut
terdiri dari dua atau lebih campuran yang akan menghasilkan warna yang berbeda
saat pengencera. Pada kromatografi kertas, senyawa-senyawa yang dapat
dipisahkan dapat diambil dari kertas dengan jalan memotong noda (spot) yang
kemudian melarutkannya secara terpisah.
Kromatografi adalah suatu cara penguraian warna merah dengan
menggunakan media pengurai berbeda-beda. Contohnya pada:
Media air warna merah terdiri dari campuran warna orange dan merah muda
Media alkohol, warna merah terdiri dari warna kuning dan merah muda
Media aseton, penguraian warna merah adalah merah muda.