Download - Laporan Praktikum Biologi Perilaku-Agonistik Cupang

Transcript
Page 1: Laporan Praktikum Biologi Perilaku-Agonistik Cupang

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PERILAKU

“PERILAKU AGONISTIK IKAN CUPANG (Betta splendens)”

Disusun Oleh :

Nama : Rifki Muhammad Iqbal

NIM : 1211702067

Nama Asisten : Tiessa Pertiwi

Nama Dosen : Ucu Julita, M.Si

Tanggal Praktikum : 26 November 2013

Tanggal Pengumpulan : 2 November 2013

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2013

Page 2: Laporan Praktikum Biologi Perilaku-Agonistik Cupang

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perilaku agonistik merupakan salah satu bentuk konflik yang menunjukkan perilaku

atau postur tubuh atau penampilan yang khas (display) yang melibatkan mengancam (threat),

perkelahian (fighting), melarikan diri (escaping), dan diam (freezing) antarindividu dalam

populasi atau antarpopulasi. Populasi untuk mengetahui perilaku agonistik ini digunakanlah

ikan cupang adu sebagai hewan uji. Pada ikan cupang adu (Betta splendens) merupakan jenis

ikan laga, individu jantan yang dapat sangat agresif terhadap jantan lainnya dalam sebuah

arena bertarung. Dengan adanya akuarium sebagai media bertarung, maka diharapkan dapat

dengan mudah diamati perilaku agonistik diantara ikan cupang jantan.

Seiring dengan perkembangan zaman untuk memahami hewan telah membuat etologi

topik yang berkembang pesat, dan sejak pergantian abad ke-21, sebelum pemahaman yang

terkait dengan berbagai bidang seperti komunikasi hewan, menggunakan nama pribadi

simbolis, hewan emosi, budaya hewan,belajar,dan bahkan seksual telah dipahami dengan

baik. Dengan demikian, mempelajari perilaku ikan. Pada ikan cupang (Betta Splendens)

merupakan salah satu aspek penting untuk dipahami dalam hal permodelan dalam perilaku

agonistik.

1.2. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati perilaku agonistik diantara ikan

cupang jantan.

Page 3: Laporan Praktikum Biologi Perilaku-Agonistik Cupang

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Perilaku agonistik adalah perilaku yang berhubungan dengan konflik, termasuk

berkelahi (fighting), melarikan diri (escaping), dan diam (freezing) (Lehner, 1996). Perilaku

agonistik meliputi pula beragam ancaman atau perkelahian yang terjadi antar individu dalam

suatu populasi (Campbell et al, 2003). Perilaku agonistik berkaitan erat dengan agresivitas,

yaitu kecenderungan untuk melakukan serangan atau perkelahian (Scott, 1969). Bentuk-

bentuk perilaku tersebut dapat berupa postur tubuh maupun gerakan yang diperlihatkan oleh

individu pemenang maupun individu yang kalah dalam kontes perkelahian. Invidu yang

aggressive dan mampu menguasai arena perkelahian (teritori) akan memunculkan individu

yang kuat (dominan) dan lemah (submissive/ subordinat) (Kikkawa & Thorne, 1974).

Menurut hasil penelitian Peter K. Mcgregon, ada sifat yang ditimbulkan dari ikan

cupang jantan. Dimana, pada ikan cupang jantan ini, memiliki sifat daya perhatiannya

terhadap ikan cupang betina cukup tinggi. Sinyal yang ditimbulkan saat ikan cupang jantan

berhadapan dengan ikan cupang betina, yaitu dengan mengibaskan ekor sirip derngn

frekuensi yang cepat (Peter, 2000).

Keagresifan lain pada ikan cupang ini, dipisahkan menjadi appetitive, kawin dan

pasca kawin (Klein, Figler and Peek 1976). Komponen yang appetitive ini, ditandai dengan

perilaku kejenuhan warna tubuh, ereksi penutup overculum, atau insang, orientasi dan

gerakan karakteristik (Simpson, 1968). Komponen termasuk menggigit, mengunci rahang

antara lawan dan mencolok ekor. Respon yang ditunjukan oleh ikan cupang dari tiap

individu, yang berkaitan dengan pembuahan, dapat kita amati dengan uji menggunakan

model subjek dalam aquarium yang diberi sekat cermin. Dengan memperhitungkan durasi,

dan frekuensi demonstrasi merupakan presiktor dan perkelahian yang nyata (Peter, 2000).

Ikan cupang adu (Betta spendens) merupakan anggota dari famili Anabantidae.

Anabantidae merupakan satu-satunya famili yang mencakup seluruh ikan berlabirin. Betta

splendens memiliki tubuh yang lonjong dengan bagian depan sedikit membulat dan memipih

pada bagian belakang. Mulutnya dapat disembulkan dengan lubang mulut terletak serong

pada bagian depan kepala. Badan dan kepala bersisik kasar. Ikan betina berwarna kusam,

tetapi ikan jantan mempunyai warna metalik yang mengkilat. Ikan cupang jantan maupun

betina memiliki sisik gurat sisi berjumlah 29-33 keping (Djuanda, 1981).

Page 4: Laporan Praktikum Biologi Perilaku-Agonistik Cupang

Ciri ikan cupang jantan matang gonad adalah munculnya bintik bintik hitam yang

terdapat di sirip punggung jantan, pada tutup insangnyapun sudah ada garis vertikal warna

kemerahan, terlihat sibuk dalam mempersiapkan buih – buih dipermukaan sebagai sarang

tempat penetasan telur. Umur cupang yang siap untuk melakukan pemijahan yaitu sekitar 6 –

7 bulan dengan panjang 5 – 6 cm. induk harus sehat, tidak cacat dan tidak berpenyakit.

Sedangkan pada betina , ciri-ciri kematangan gonad dilihat dari besarnya perut betina dan

Pada sisi tubuhnya terdapat 2-3 garis vertikal berwarna kelabu (Afandi, 2000).

Beberapa parameter perilaku agonistik cupang yang diketahui antara lain :

1. Approach (Ap) : mendekat, berenang cepat kemudian berhenti di dekat bayangannya/

ikan lain.

2. Bite (Bt) : menggigit lawan.

3. Chase (Ch) : mengejar lawan yang melarikan diri.

4. Frontal threat (FT) : mengancam dari dapat dengan membuka operculum, dagu

direndahkan dan melebarkan sirip dada saat berhadapan dengan lawan.

5. Side threat (ST) : mengancam dari pinggir dengan membuka operculum, dagu

direndahkan ke arah lawan dan semua sirip dikembangkan.

6. Mouth to mouth contact (MC) : kontak mulut ke mulut yaitu dua individu akan saling

mendorong, menarik, mencengkram dengan mulut.

7. Flight (Fl) : melarikan diri.

8. Tail flagging (TF) : mengibaskan ekor.

9. Circle (Cl) : bergerak memutar arah setelah mendekati lawan.

10. Explore (Ex) : menjelajah area tanpa arah yang jelas.

(Ida, 2012).

Page 5: Laporan Praktikum Biologi Perilaku-Agonistik Cupang

BAB III

METODE

3.1. Alat dan Bahan

Bahan Alat

Ikan cupang (Betta splendens) 4 ekor Aquarium (45x25x25 cm)

Air bersih Stop watch 1 buah

Label Cermin 1 buah

Botol-botol kecil / botol jam 4 buah

3.2. Cara Kerja

1. Pengamatan Morfologi

- Amati masing-masing individu ♂ ikan cupang adu.

- Kenali dan dicatat perbedaan fisik, antara lain warna tubuh, bentuk sirip (dada,

punggung, perut, dubur, ekor) dan ciri khas lainnya (mulut, operculum, gurat sisi, bentuk

tubuh) tiap individu ♂.

2. Persiapan dan tagging

Aquarium yang telah berisi air ± ¾ bagian dibagi menjadi dua bagian oleh sebuah cermin

sekat pemisah sebagai kompartemen (a) dan kompartemen (b), dan tiap kompartemen

diisi oleh seekor ikan  Betta spelendens yang telah diidenttifikasi cirri-cirinya dan jika

memungkinkan diberi penandaan pada bagian toraks terlebih dahulu. Diberi penamaan

untuk setiap individu (misalnya individu a, individu b,dst) berdasarkan cirri-ciri yang

sudah dikenal. Diukur pula masig-masing luasan kedua kompartemen.

3. Pengamatan I

Pada salah satu kompartemen yang berisi cermin (misalnya kompartemen (a) diamati

perilaku individu Betta Spelendens (a) dan dicatat semua perilku yang tampak saat

individu ikan (a) tersebut melihat bayangannya sendiri di dalam cermin. Dilakukan

pegamatan I selama ± 5 menit. Setelah selesai, dilakukan hal yang sama dengan individu

ikan (b) yang berada dalam kompartemen (b) dengan cara membalikan cermin kearah

kompartemen (b) selama 5 menit.

4. Pengamatan II

Setelah pengamatan I selesai, diangkat dinding pemisah/cermin dari aquarium. Saat

cermin diangkat dan tidak ada lagi pembatas diantara kedua kompartemen (a) dan (b)

dicatat waktunya sebagai waktu ke-0 (t=0). Dilakukan pengamatan segera setelah waktu

Page 6: Laporan Praktikum Biologi Perilaku-Agonistik Cupang

ke-0 tersebut terhadap perkelahian sebenarnya diantara kedua individu cupang selama 5

menit. Dicatat dan dihitung semua perilaku yang  tampak (frekuensi kemunculan untuk

tiap perilaku yang berbeda). Berdasarkan hasil pengamatan dan pencatatan sementara,

akan ditemukan individu yang memenangkan pertarungan (dominan) dan individu yang

kalah (submissive/subordinat).

5. Pengamatan III

Diangkat individu cupang (a) dan (b) dari aquarium, kemudian masing-masing ikan

disimpan dalam botol kaca kecil untuk diistirahatkan. Diulangi pengamatan I (percobaan

pada cermi) pada individu ikan cupang lainnya, individu (c) dan (d), dan masing-masing

selama 5 menit.

6. Pengamatan IV

Diulangi pengamatan II (percobaan perilaku agonistic) pada individu cupang lainnya

yaitu individu ikan (c) dan ikan (d) berdasarkan hasil pengamatan dan pencatatan

semenara, dapat ditemukan individu yang memenagkan pertarungan (dominan) dan

individu yang kalah (submissive/subordinat).

7. Pengamatan V

Diangkat kembali individu cupang (c) dan (d) dari aquarium, kemudian masing-masing

ikan disimpan dalam botol kaca kecil untuk diistirahatkan selama 5 menit. Setelah itu

dilakukan pengamatan perilaku antagonistic antara dua ikan cupang dominan hasil

pengamatan pertarungan I da II selama 5 menit. Dapat ditemukan diantara kedua ikan

supang tersebut indiviu yang paling domunan yang mampu mendominasu individu

lainnya.

8. Pengamatan VI

Diangkat kembali kedua individu cupang pada pengamatan V dari aquarium kemudian

masing-masing ikan disimpan dalm botol kaca kevil untuk diistirahatkan kembali.

Setelah itu dilakukan pengamatan agonistic antara dua ikan cupang

submissive/subordinat hasil pengamatan pertarungan I dan II selama 5 menit.

BAB IV

Page 7: Laporan Praktikum Biologi Perilaku-Agonistik Cupang

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan

Tabel 1. Foto morfologi ikan cupang

Foto ikan Keterangan

Ikan cupang A

Ikan cupang B

Ikan cupang C

Ikan cupang D

Tabel 2. Data hasil pengamatan perilaku agonistik ikan cupang terhadap bayangan di cermin

Page 8: Laporan Praktikum Biologi Perilaku-Agonistik Cupang

IndividuPerilaku

Ap Bt Ch FT ST MC Fl TF Cl ExA 5 0 0 5 10 9 0 6 1 1B 40 0 0 44 41 9 1 23 6 2C 27 0 0 27 37 11 0 51 8 5D 27 0 0 27 42 1 0 18 1 53

Keterangan : Ikan A dan ikan B, ikan cupang adu

Ikan C dan ikan D, ikan cupang hias

Tabel 3. Data hasil pengamatan perilaku agonistik ikan cupang pada saat pertarungan ikan

cupang A dan ikan cupang B

IndividuPerilaku

Ap Bt Ch FT ST MC Fl TF Cl ExA 5 0 5 1 7 0 50 0 3 25B 25 0 0 16 35 0 0 65 8 28

Tabel 4. Data hasil pengamatan perilaku agonistik ikan cupang pada saat pertarungan ikan

cupang C dan ikan cupang D

IndividuPerilaku

Ap Bt Ch FT ST MC Fl TF Cl ExC 23 0 0 14 37 0 0 74 5 26D 8 0 3 12 30 0 0 0 4 9

Tabel 5. Data hasil pengamatan perilaku agonistik ikan cupang pada saat pertarungan ikan

cupang yang menang dengan yang menang (ikan B dan ikan C)

IndividuPerilaku

Ap Bt Ch FT ST MC Fl TF Cl ExB 25 1 20 13 7 0 1 14 9 25C 32 5 128 24 35 0 1 43 3 3

Tabel 6. Data hasil pengamatan perilaku agonistik ikan cupang pada saat pertarungan ikan

cupang yang kalah dengan yang kalah (ikan A dan ikan D)

IndividuPerilaku

Ap Bt Ch FT ST MC Fl TF Cl ExA 7 0 0 8 6 7 0 13 6 16D 14 0 0 0 0 0 6 21 4 40

4.2. Pembahasan

Page 9: Laporan Praktikum Biologi Perilaku-Agonistik Cupang

Pada praktikum ini sampel yang digunakan yaitu ikan cupang (Betta splendens)

yang memiliki morfologi sebagai berikut:

1. Ikan cupang A

Memiliki tubuh yang berwarna biru dengan sirip punggung yang berwarna biru tua

terang, sirip perut yang berwarna biru dan ada warna kemerahan di ujung-ujungnya, memiliki

sirip ekor yang tidak terlalu lebar berwarna biru juga diujung-ujungnya memiliki warna

kemerahan, tubuhnya memanjang tidak terlalu lebar, kepala yang berwarna biru gelap.

2. Ikan cupang B

Memiliki tubuh yang memanjang, berwarna biru keabuan, dengan sirip punggung

yang berwarna biru keabuan, sirip perut yang berwarna biru kemerahan, dan sirip ekor yang

tidak lebar dan berwarna abu dengan warna merah diujung-ujungnya. Memiliki kepala yang

berwarna abu.

3. Ikan cupang C

Memiliki tubuh yang cukup bulat, berwarna biru tua gelap, dengan sirip punggung

yang lebar dan berwarna biru dengan warna merah diujungnya, sirip ekor yang lebar

berwarna biru dengan warna merah diujungnya, juga sirip perut yang lebar dan berwarna biru

dengan warna merah diujungnya. Memiliki kepala yang berwarna biru gelap.

4. Ikan cupang D

Memiliki tubuh yang memanjang, berwarna merah pucat dengan 2 garis hitam

ditubuhnya memanjang dari depan kebelakang, memiliki sirip punggung yang lebar dan

berwarna merah menyala, kemudian sirip ekor yang lebar dan sama berwarna merah

menyala, juga sirip perut yang lebar dan berwarna merah. Memiliki kepala yang berwarna

merah pucat dengan warna hitam dekat insang.

Kemudian dilakukan pengujian dan pengamatan Mirror Image Stimulation (MIS)

didapatkan data seperti diatas, dan dilakukan pengolahan statistik menggunakan analisis

variasi Two Way Anova dan didapatkan sebagai berikut :

Tabel 7. Two Way Anova perilaku ikan cupang terhadap cermin (Mirror Image Stimulation)

Page 10: Laporan Praktikum Biologi Perilaku-Agonistik Cupang

Dependent Variable : frekuensi

Source

Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 28537.733a 39 731.737 4.209 .000

Intercept 26712.600 1 26712.600 153.655 .000

Perilaku 26329.567 9 2925.507 16.828 .000

Individu 360.967 3 120.322 .692 .558

perilaku * individu 1847.200 27 68.415 .394 .997

Error 34769.667 200 173.848

Total 90020.000 240

Corrected Total 63307.400 239

a. R Squared = ,451 (Adjusted R Squared = ,344)

Berdasarkan data tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai Corrected Model dari data

diatas 0,000 (Probabilitas < 0,05) berarti model valid. Nilai Intercapt dari data diatas 0,000

(Probabilitas < 0,05) berarti intercept signifikan. Nilai Perilaku data diatas 0,000 (Probabilitas

< 0,05) berarti perilaku berpengaruh signifikan. Nilai Individu (pengaruh individu terhadap

perilaku dalam model) data diatas 0,558 (Probabilitas > 0,05) berarti individu tidak

berpengaruh signifikan. Nilai Perilaku*Individu data diatas 0,997 (Probabiitas > 0,05) berarti

tidak berpengaruh signifikan. Error, semain kecil nilai error model, maka model semakin

baik. Nilai R Squared data diatas 0,451 yaitu tidak mendekati 1, berarti korelasi tidak cukup

kuat (lemah).

Kemudian dari data diatas dapat dibuat grafik hubungan antara perilaku dengan

individu yang dapat dilihat dengan jelas signifikasi diantara individu dari perilaku yang telah

teramati pada saat pengamatan.

Tabel 8. Hasil uji lanjut Duncan

Page 11: Laporan Praktikum Biologi Perilaku-Agonistik Cupang

Berdasarkan data pada tabel diatas, terlihat frekuensi perilaku yang tertinggi

frekuensinya yaitu perilaku Frontal threat (FT) yang dilakukan oleh ikan cupang, sedangkan

frekuensi perilaku terendah yang dilakukan oleh ikan cupang yaitu perilaku Chase (Ch).

Grafik1. Hubungan antara individu dengan perilaku

Grafik 1. Mirror Image Stimulation

Dari grafik diatas dapat dilihat perbedaan perilku ikan pada saat MIS, terlihat

perilaku yang paling banyak dilakukan oleh ikan cupang adalah Frontal threat (FT), dimana

Page 12: Laporan Praktikum Biologi Perilaku-Agonistik Cupang

frontal threat adalah suatu pergerakan mengancam dapat dengan membuka operculum, dagu

direndahkan dan melebarkan sirip dada saat berhadapan dengan lawan, sedangkan yang

paling rendah adalah perilaku Chase (Ch), yaitu perilaku ikan cupang mengejar lawan yang

melarikan diri dan Flight (Fl) yaitu perilaku melarikan diri.

Kemudian setelah dilakukan pengamatan Mirror Image Stimulation, dilakukan

pengamatan perilaku ikan pada saat perkelahian dengan ikan cupang lain, dan didapatkan

data seperti pada tabel diatas pada Tabel 3.Yaitu pertarungan antara ikan cupang A dan ikan

cupang B. Kemudian dilakukan analisis statistika dan didapatkan data:

Tabel 9. Tabel signifikasi perilaku ikan cupang (Betta splendens) A vs B

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Frekuensi

Source

Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 4300.967a 19 226.367 2.133 .008

Intercept 8636.033 1 8636.033 81.372 .000

Individu 116.033 1 116.033 1.093 .298

Perilaku 3346.467 9 371.830 3.504 .001

Individu * Perilaku 838.467 9 93.163 .878 .548

Error 10613.000 100 106.130

Total 23550.000 120

Corrected Total 14913.967 119

a. R Squared = .288 (Adjusted R Squared = .153)

Berdasarkan dari tabel diatas, nilai signifikasi individu 0,298 (Probabilitas > 0,05)

yang berarti individu berpengaruh signifikan. Nilai signifikasi perilaku 0,001 (Probabilitas <

0,05) yang berarti perilaku berpengaruh signifikan. Nilai signifikasi individu*perilaku 0,548

(Probabilitas > 0,05) yang berarti individu*perilaku berpengaruh signifikan.

Page 13: Laporan Praktikum Biologi Perilaku-Agonistik Cupang

Grafik 2. Ikan cupang A dan B

Dari grafik diatas menunjukan bahwa perilaku paling dominan pada ikan cupang A

adalah perilaku Side threat (ST), sedangkan pada ikan cupang B yang paling dominan yaitu

perilaku Approach (Ap), juga perilaku Flight (Fl). Pada perkelahian antara cupang A dan

cupang B yang dinyatakan sebagai cupang yang menang adalah cupang A, karena ikan

cupang A paling banyak menyerang terhadap cupang B, sedangkan ikan cupang B sedikit

menyerang dan banyak melakukan perilaku melarikan diri (Flight).

Kemudian setelah dilakukan pengamatan terhadap perkelahian antara cupang A dan

cupang B, dilakukan juga pengamatan terhadap perkelahian antara cupang C dan cupang D,

dan didapatkan data sebagai berikut:

Tabel 10. Tabel signifikasi perilaku ikan cupang (Betta splendens) C vs D

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Frekuensi

Source

Type III Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

Corrected Model 3377.633a 19 177.770 2.439 .002

Intercept 7394.700 1 7394.700 101.469 .000

Individu 76.800 1 76.800 1.054 .307

Perilaku 3006.800 9 334.089 4.584 .000

Individu * Perilaku 294.033 9 32.670 .448 .905

Error 7287.667 100 72.877

Total 18060.000 120

Corrected Total 10665.300 119

a. R Squared = .317 (Adjusted R Squared = .187)

Page 14: Laporan Praktikum Biologi Perilaku-Agonistik Cupang

Dari data diatas dapat dilihat nilai signifikasi dari individu yaitu 0,307 (Probabilitas <

0,05) yang berarti bahwa individu berpengaruh signifikan, kemudian nilai signifikasi dari

perilaku 0,000 (Probabilitas < 0,05) yang berarti perilaku tidak berpengaruh signifikan, dan

nilai signifikasi individu*perilaku 0,905 (Probabilitas > 0,05) yang berarti bahwa

individu*perilaku berpengaruh signifikan.

Grafik 3. Ikan cupang C dan D

Grafik diatas menunjukan bahwa perilaku agonistik yang paling dominan pada ikan

cupang C yaitu perilaku Side threat, dimana perilaku ini yaitu dengan mengancam dari

pinggir dengan membuka operculum, dagu direndahkan ke arah lawan dan semua sirip

dikembangkan sedangkan pada ikan cupang D perilaku yang paling dominan yaitu perilaku

Approach, yaitu dengan mendekat dan berenang cepat kemudian berhenti di dekat

bayangannya/ ikan lain. Pada perkelahian antara ikan cupang C dan ikan cupang D,

dimenangkan oleh ikan cupang C. Kemudian setelah dilakukan perkelahian (adu) antara ikan

cupang A vs B dan C vs D, dilakukan adu lagi antara ikan yang menang vs ikan yang menang

dan ikan yang kalah vs ikan yang kalah.

Pada perkelahian antara ikan yang menang vs ikan yang menang (A vs C)

didapatkan data hasil pengamatan perilaku agonistik sebagai berikut :

Page 15: Laporan Praktikum Biologi Perilaku-Agonistik Cupang

Tabel 11. Tabel signifikasi perilaku ikan cupang (Betta splendens) A vs C

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Frekuensi

Source

Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 5201.167a 19 273.746 3.095 .000

Intercept 9900.833 1 9900.833 111.924 .000

Individu 17.633 1 17.633 .199 .656

Perilaku 4753.333 9 528.148 5.970 .000

Individu * Perilaku 430.200 9 47.800 .540 .842

Error 8846.000 100 88.460

Total 23948.000 120

Corrected Total 14047.167 119

a. R Squared = .370 (Adjusted R Squared = .251)

Dari tabel diatas dapat diketahui nilai signifikasi dari individu yaitu 0,656

(Probabilitas > 0,05) yang berarti individu tidak berpengaruh signifikan, nilai signifikasi dari

perilaku 0,000 (Probabilitas < 0,05) yang berarti perilaku berpengaruh signifikan, dan nilai

signifikasi individu*perilaku 0,842 (Probabilitas > 0,05) yang berarti individu*perilaku tidak

berpengaruh signifikan.

Grafik 4. Ikan cupang yang menang vs yang menang (A vs C)

Grafik diatas menunjukan bahwa perilaku agonistik yang paling dominan pada ikan

cupang A adalah Side threat, yaitu mengancam dari pinggir dengan membuka operculum,

Page 16: Laporan Praktikum Biologi Perilaku-Agonistik Cupang

dagu direndahkan ke arah lawan dan semua sirip dikembangkan begitu juga dengan ikan

cupang C perilaku yang paling dominan adalah Side threat, namun pada ikan cupang C

perilaku Flight atau melarikan diri juga mendominasi perilaku ikan tersebut, sehingga ikan

yang dianggap lebih agresif adalah ikan A sedangkan ikan C kurang agresif.

Kemudian dilakukan pengamatan perilaku agonistik pada perkelahian antara ikan

yang kalah vs ikan yang kalah (B vs D), dan didapatkan hasil pengamatan perilaku sebagai

berikut :

Tabel 12. Signifikasi Perilaku Ikan cupang (Betta Splendens) B vs D.

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Frekuensi

Source

Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 3069.092a 19 161.531 1.958 .017

Intercept 6351.075 1 6351.075 76.994 .000

Individu 6.075 1 6.075 .074 .787

Perilaku 2811.675 9 312.408 3.787 .000

Individu * Perilaku 251.342 9 27.927 .339 .960

Error 8248.833 100 82.488

Total 17669.000 120

Corrected Total 11317.925 119

a. R Squared = .271 (Adjusted R Squared = .133)

Dari tabel diatas dapat dilihat nilai signifikasi dari individu yaitu 0,787 (Probabilitas

> 0,05) yang berarti individu tidak berpengaruh signifikan, kemudian nilai perilaku 0,000

(Probabilitas < 0,05) yang berarti perilaku berpengaruh signifikan, dan nilai

individu*perilaku 0,960 (Probabilitas > 0,05) yang berarti individu*perilaku tidak

berpengaruh signifikan.

Page 17: Laporan Praktikum Biologi Perilaku-Agonistik Cupang

Grafik 5. Ikan cupang yang kalah vs ikan yang kalah (B vs D)

Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa perilaku agonistik yang paling dominan

pada ikan cupang B yaitu perilaku Side threat, yaitu mengancam dari pinggir dengan

membuka operculum, dagu direndahkan ke arah lawan dan semua sirip dikembangkan, dan

juga perilaku Flight atau melarikan diri dan juga perilaku Approach atau berenang mendekati

lawan, sedangkan pada ikan D selain dari ketiga perilaku tersebut yang mendominasi, juga

perilaku Explore yang mendominasi pada perilaku ikan D ini. Namun berdasarkan hasil

perbandingan ke-agresif-an dari kedua ikan ini, ikan D yang dinyatakan menang dan

dianggap sebagai ikan yang lebih agresif dibandingkan ikan B.

BAB V

KESIMPULAN

Ikan cupang yang paling agresif diantara keempat ikan cupang (pada saat MIS) ialah

ikan cupang D. Perilaku agresif yang sering dilakukan oleh keempat ikan tersebut adalah Side

threat, Approach dan Tail flagging. Sedangkan yang paling jarang dilakukan adalah Bite,

Chase, dan Flight.

Sedangkan dalam perkelahian, perilaku yang paling banyak dilakukan adalah Side

threat (mengancam dari sisi) dan Approach (berenang mendekati lawan) dan yang paling

sedikit dilakukan adalah Bite dan Mouth to mouth contact. Ikan cupang A paling agresif

dibandingkan ikan cupang yang lain, sehingga bisa menguasai perkelahian

(submissive/subordinat).

Page 18: Laporan Praktikum Biologi Perilaku-Agonistik Cupang

DAFTAR PUSTAKA

Afandi, R. & Tang, U.M. 2000. Biologi Reproduksi Ikan. Laporan. Pekanbaru: Pusat

Penelitian Kawasan Pantai dan Perairan.

Campbell, N. A., Reece J.B, Mitchell LG. 2003. Biologi Jilid 2. Erlangga: Jakarta.

Djuhanda, T. 1981. Dunia Ikan. Penerbit Armico: Bandung.

Kinasih, Ida, Ph.D. 2012. Penuntun Praktikum Biologi Perilaku. Jurusan Biologi Fakultas

Sains dan Teknologi UIN Sunan Gunung Djati: Bandung.

Kikkawa, J. & M. J. Thorne. 1974. The Behaviour of Animals. John Murray (Publishers)

LTD. London.

Klein, R.M., Figler, M.H., & Peeke, H.V.S. 1976. Modification of consummatory (attack)

behavior resulting from pior habituation of appetitive (threat) components of

the agonistic sequence in male Betta splendens (Pisces, Belontiidae). Animal

Behaviour. Vol 58: 1-25.

Scott, J.P. 1969. Introduction to Animal Behaviour. In: The Behaviour of Domestic Animals.

E.S.E. Hafez (ed). The Williams & Wilkins Co. Baltimore, USA. p 31-21.

Mc Gregor Peter. K., Tom M.P & Helene M.L. 2001. Fighting Fish Betta splendens Extract

Relative Information From Apparent Interactions: What Happens When What

You See Is Not What You Get. Animal Behaviour. Vol 62: 1059-1065.