LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PERILAKU
“PERILAKU AGONISTIK IKAN CUPANG (Betta splendens)”
Disusun Oleh :
Nama : Rifki Muhammad Iqbal
NIM : 1211702067
Nama Asisten : Tiessa Pertiwi
Nama Dosen : Ucu Julita, M.Si
Tanggal Praktikum : 26 November 2013
Tanggal Pengumpulan : 2 November 2013
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perilaku agonistik merupakan salah satu bentuk konflik yang menunjukkan perilaku
atau postur tubuh atau penampilan yang khas (display) yang melibatkan mengancam (threat),
perkelahian (fighting), melarikan diri (escaping), dan diam (freezing) antarindividu dalam
populasi atau antarpopulasi. Populasi untuk mengetahui perilaku agonistik ini digunakanlah
ikan cupang adu sebagai hewan uji. Pada ikan cupang adu (Betta splendens) merupakan jenis
ikan laga, individu jantan yang dapat sangat agresif terhadap jantan lainnya dalam sebuah
arena bertarung. Dengan adanya akuarium sebagai media bertarung, maka diharapkan dapat
dengan mudah diamati perilaku agonistik diantara ikan cupang jantan.
Seiring dengan perkembangan zaman untuk memahami hewan telah membuat etologi
topik yang berkembang pesat, dan sejak pergantian abad ke-21, sebelum pemahaman yang
terkait dengan berbagai bidang seperti komunikasi hewan, menggunakan nama pribadi
simbolis, hewan emosi, budaya hewan,belajar,dan bahkan seksual telah dipahami dengan
baik. Dengan demikian, mempelajari perilaku ikan. Pada ikan cupang (Betta Splendens)
merupakan salah satu aspek penting untuk dipahami dalam hal permodelan dalam perilaku
agonistik.
1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati perilaku agonistik diantara ikan
cupang jantan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Perilaku agonistik adalah perilaku yang berhubungan dengan konflik, termasuk
berkelahi (fighting), melarikan diri (escaping), dan diam (freezing) (Lehner, 1996). Perilaku
agonistik meliputi pula beragam ancaman atau perkelahian yang terjadi antar individu dalam
suatu populasi (Campbell et al, 2003). Perilaku agonistik berkaitan erat dengan agresivitas,
yaitu kecenderungan untuk melakukan serangan atau perkelahian (Scott, 1969). Bentuk-
bentuk perilaku tersebut dapat berupa postur tubuh maupun gerakan yang diperlihatkan oleh
individu pemenang maupun individu yang kalah dalam kontes perkelahian. Invidu yang
aggressive dan mampu menguasai arena perkelahian (teritori) akan memunculkan individu
yang kuat (dominan) dan lemah (submissive/ subordinat) (Kikkawa & Thorne, 1974).
Menurut hasil penelitian Peter K. Mcgregon, ada sifat yang ditimbulkan dari ikan
cupang jantan. Dimana, pada ikan cupang jantan ini, memiliki sifat daya perhatiannya
terhadap ikan cupang betina cukup tinggi. Sinyal yang ditimbulkan saat ikan cupang jantan
berhadapan dengan ikan cupang betina, yaitu dengan mengibaskan ekor sirip derngn
frekuensi yang cepat (Peter, 2000).
Keagresifan lain pada ikan cupang ini, dipisahkan menjadi appetitive, kawin dan
pasca kawin (Klein, Figler and Peek 1976). Komponen yang appetitive ini, ditandai dengan
perilaku kejenuhan warna tubuh, ereksi penutup overculum, atau insang, orientasi dan
gerakan karakteristik (Simpson, 1968). Komponen termasuk menggigit, mengunci rahang
antara lawan dan mencolok ekor. Respon yang ditunjukan oleh ikan cupang dari tiap
individu, yang berkaitan dengan pembuahan, dapat kita amati dengan uji menggunakan
model subjek dalam aquarium yang diberi sekat cermin. Dengan memperhitungkan durasi,
dan frekuensi demonstrasi merupakan presiktor dan perkelahian yang nyata (Peter, 2000).
Ikan cupang adu (Betta spendens) merupakan anggota dari famili Anabantidae.
Anabantidae merupakan satu-satunya famili yang mencakup seluruh ikan berlabirin. Betta
splendens memiliki tubuh yang lonjong dengan bagian depan sedikit membulat dan memipih
pada bagian belakang. Mulutnya dapat disembulkan dengan lubang mulut terletak serong
pada bagian depan kepala. Badan dan kepala bersisik kasar. Ikan betina berwarna kusam,
tetapi ikan jantan mempunyai warna metalik yang mengkilat. Ikan cupang jantan maupun
betina memiliki sisik gurat sisi berjumlah 29-33 keping (Djuanda, 1981).
Ciri ikan cupang jantan matang gonad adalah munculnya bintik bintik hitam yang
terdapat di sirip punggung jantan, pada tutup insangnyapun sudah ada garis vertikal warna
kemerahan, terlihat sibuk dalam mempersiapkan buih – buih dipermukaan sebagai sarang
tempat penetasan telur. Umur cupang yang siap untuk melakukan pemijahan yaitu sekitar 6 –
7 bulan dengan panjang 5 – 6 cm. induk harus sehat, tidak cacat dan tidak berpenyakit.
Sedangkan pada betina , ciri-ciri kematangan gonad dilihat dari besarnya perut betina dan
Pada sisi tubuhnya terdapat 2-3 garis vertikal berwarna kelabu (Afandi, 2000).
Beberapa parameter perilaku agonistik cupang yang diketahui antara lain :
1. Approach (Ap) : mendekat, berenang cepat kemudian berhenti di dekat bayangannya/
ikan lain.
2. Bite (Bt) : menggigit lawan.
3. Chase (Ch) : mengejar lawan yang melarikan diri.
4. Frontal threat (FT) : mengancam dari dapat dengan membuka operculum, dagu
direndahkan dan melebarkan sirip dada saat berhadapan dengan lawan.
5. Side threat (ST) : mengancam dari pinggir dengan membuka operculum, dagu
direndahkan ke arah lawan dan semua sirip dikembangkan.
6. Mouth to mouth contact (MC) : kontak mulut ke mulut yaitu dua individu akan saling
mendorong, menarik, mencengkram dengan mulut.
7. Flight (Fl) : melarikan diri.
8. Tail flagging (TF) : mengibaskan ekor.
9. Circle (Cl) : bergerak memutar arah setelah mendekati lawan.
10. Explore (Ex) : menjelajah area tanpa arah yang jelas.
(Ida, 2012).
BAB III
METODE
3.1. Alat dan Bahan
Bahan Alat
Ikan cupang (Betta splendens) 4 ekor Aquarium (45x25x25 cm)
Air bersih Stop watch 1 buah
Label Cermin 1 buah
Botol-botol kecil / botol jam 4 buah
3.2. Cara Kerja
1. Pengamatan Morfologi
- Amati masing-masing individu ♂ ikan cupang adu.
- Kenali dan dicatat perbedaan fisik, antara lain warna tubuh, bentuk sirip (dada,
punggung, perut, dubur, ekor) dan ciri khas lainnya (mulut, operculum, gurat sisi, bentuk
tubuh) tiap individu ♂.
2. Persiapan dan tagging
Aquarium yang telah berisi air ± ¾ bagian dibagi menjadi dua bagian oleh sebuah cermin
sekat pemisah sebagai kompartemen (a) dan kompartemen (b), dan tiap kompartemen
diisi oleh seekor ikan Betta spelendens yang telah diidenttifikasi cirri-cirinya dan jika
memungkinkan diberi penandaan pada bagian toraks terlebih dahulu. Diberi penamaan
untuk setiap individu (misalnya individu a, individu b,dst) berdasarkan cirri-ciri yang
sudah dikenal. Diukur pula masig-masing luasan kedua kompartemen.
3. Pengamatan I
Pada salah satu kompartemen yang berisi cermin (misalnya kompartemen (a) diamati
perilaku individu Betta Spelendens (a) dan dicatat semua perilku yang tampak saat
individu ikan (a) tersebut melihat bayangannya sendiri di dalam cermin. Dilakukan
pegamatan I selama ± 5 menit. Setelah selesai, dilakukan hal yang sama dengan individu
ikan (b) yang berada dalam kompartemen (b) dengan cara membalikan cermin kearah
kompartemen (b) selama 5 menit.
4. Pengamatan II
Setelah pengamatan I selesai, diangkat dinding pemisah/cermin dari aquarium. Saat
cermin diangkat dan tidak ada lagi pembatas diantara kedua kompartemen (a) dan (b)
dicatat waktunya sebagai waktu ke-0 (t=0). Dilakukan pengamatan segera setelah waktu
ke-0 tersebut terhadap perkelahian sebenarnya diantara kedua individu cupang selama 5
menit. Dicatat dan dihitung semua perilaku yang tampak (frekuensi kemunculan untuk
tiap perilaku yang berbeda). Berdasarkan hasil pengamatan dan pencatatan sementara,
akan ditemukan individu yang memenangkan pertarungan (dominan) dan individu yang
kalah (submissive/subordinat).
5. Pengamatan III
Diangkat individu cupang (a) dan (b) dari aquarium, kemudian masing-masing ikan
disimpan dalam botol kaca kecil untuk diistirahatkan. Diulangi pengamatan I (percobaan
pada cermi) pada individu ikan cupang lainnya, individu (c) dan (d), dan masing-masing
selama 5 menit.
6. Pengamatan IV
Diulangi pengamatan II (percobaan perilaku agonistic) pada individu cupang lainnya
yaitu individu ikan (c) dan ikan (d) berdasarkan hasil pengamatan dan pencatatan
semenara, dapat ditemukan individu yang memenagkan pertarungan (dominan) dan
individu yang kalah (submissive/subordinat).
7. Pengamatan V
Diangkat kembali individu cupang (c) dan (d) dari aquarium, kemudian masing-masing
ikan disimpan dalam botol kaca kecil untuk diistirahatkan selama 5 menit. Setelah itu
dilakukan pengamatan perilaku antagonistic antara dua ikan cupang dominan hasil
pengamatan pertarungan I da II selama 5 menit. Dapat ditemukan diantara kedua ikan
supang tersebut indiviu yang paling domunan yang mampu mendominasu individu
lainnya.
8. Pengamatan VI
Diangkat kembali kedua individu cupang pada pengamatan V dari aquarium kemudian
masing-masing ikan disimpan dalm botol kaca kevil untuk diistirahatkan kembali.
Setelah itu dilakukan pengamatan agonistic antara dua ikan cupang
submissive/subordinat hasil pengamatan pertarungan I dan II selama 5 menit.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Foto morfologi ikan cupang
Foto ikan Keterangan
Ikan cupang A
Ikan cupang B
Ikan cupang C
Ikan cupang D
Tabel 2. Data hasil pengamatan perilaku agonistik ikan cupang terhadap bayangan di cermin
IndividuPerilaku
Ap Bt Ch FT ST MC Fl TF Cl ExA 5 0 0 5 10 9 0 6 1 1B 40 0 0 44 41 9 1 23 6 2C 27 0 0 27 37 11 0 51 8 5D 27 0 0 27 42 1 0 18 1 53
Keterangan : Ikan A dan ikan B, ikan cupang adu
Ikan C dan ikan D, ikan cupang hias
Tabel 3. Data hasil pengamatan perilaku agonistik ikan cupang pada saat pertarungan ikan
cupang A dan ikan cupang B
IndividuPerilaku
Ap Bt Ch FT ST MC Fl TF Cl ExA 5 0 5 1 7 0 50 0 3 25B 25 0 0 16 35 0 0 65 8 28
Tabel 4. Data hasil pengamatan perilaku agonistik ikan cupang pada saat pertarungan ikan
cupang C dan ikan cupang D
IndividuPerilaku
Ap Bt Ch FT ST MC Fl TF Cl ExC 23 0 0 14 37 0 0 74 5 26D 8 0 3 12 30 0 0 0 4 9
Tabel 5. Data hasil pengamatan perilaku agonistik ikan cupang pada saat pertarungan ikan
cupang yang menang dengan yang menang (ikan B dan ikan C)
IndividuPerilaku
Ap Bt Ch FT ST MC Fl TF Cl ExB 25 1 20 13 7 0 1 14 9 25C 32 5 128 24 35 0 1 43 3 3
Tabel 6. Data hasil pengamatan perilaku agonistik ikan cupang pada saat pertarungan ikan
cupang yang kalah dengan yang kalah (ikan A dan ikan D)
IndividuPerilaku
Ap Bt Ch FT ST MC Fl TF Cl ExA 7 0 0 8 6 7 0 13 6 16D 14 0 0 0 0 0 6 21 4 40
4.2. Pembahasan
Pada praktikum ini sampel yang digunakan yaitu ikan cupang (Betta splendens)
yang memiliki morfologi sebagai berikut:
1. Ikan cupang A
Memiliki tubuh yang berwarna biru dengan sirip punggung yang berwarna biru tua
terang, sirip perut yang berwarna biru dan ada warna kemerahan di ujung-ujungnya, memiliki
sirip ekor yang tidak terlalu lebar berwarna biru juga diujung-ujungnya memiliki warna
kemerahan, tubuhnya memanjang tidak terlalu lebar, kepala yang berwarna biru gelap.
2. Ikan cupang B
Memiliki tubuh yang memanjang, berwarna biru keabuan, dengan sirip punggung
yang berwarna biru keabuan, sirip perut yang berwarna biru kemerahan, dan sirip ekor yang
tidak lebar dan berwarna abu dengan warna merah diujung-ujungnya. Memiliki kepala yang
berwarna abu.
3. Ikan cupang C
Memiliki tubuh yang cukup bulat, berwarna biru tua gelap, dengan sirip punggung
yang lebar dan berwarna biru dengan warna merah diujungnya, sirip ekor yang lebar
berwarna biru dengan warna merah diujungnya, juga sirip perut yang lebar dan berwarna biru
dengan warna merah diujungnya. Memiliki kepala yang berwarna biru gelap.
4. Ikan cupang D
Memiliki tubuh yang memanjang, berwarna merah pucat dengan 2 garis hitam
ditubuhnya memanjang dari depan kebelakang, memiliki sirip punggung yang lebar dan
berwarna merah menyala, kemudian sirip ekor yang lebar dan sama berwarna merah
menyala, juga sirip perut yang lebar dan berwarna merah. Memiliki kepala yang berwarna
merah pucat dengan warna hitam dekat insang.
Kemudian dilakukan pengujian dan pengamatan Mirror Image Stimulation (MIS)
didapatkan data seperti diatas, dan dilakukan pengolahan statistik menggunakan analisis
variasi Two Way Anova dan didapatkan sebagai berikut :
Tabel 7. Two Way Anova perilaku ikan cupang terhadap cermin (Mirror Image Stimulation)
Dependent Variable : frekuensi
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 28537.733a 39 731.737 4.209 .000
Intercept 26712.600 1 26712.600 153.655 .000
Perilaku 26329.567 9 2925.507 16.828 .000
Individu 360.967 3 120.322 .692 .558
perilaku * individu 1847.200 27 68.415 .394 .997
Error 34769.667 200 173.848
Total 90020.000 240
Corrected Total 63307.400 239
a. R Squared = ,451 (Adjusted R Squared = ,344)
Berdasarkan data tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai Corrected Model dari data
diatas 0,000 (Probabilitas < 0,05) berarti model valid. Nilai Intercapt dari data diatas 0,000
(Probabilitas < 0,05) berarti intercept signifikan. Nilai Perilaku data diatas 0,000 (Probabilitas
< 0,05) berarti perilaku berpengaruh signifikan. Nilai Individu (pengaruh individu terhadap
perilaku dalam model) data diatas 0,558 (Probabilitas > 0,05) berarti individu tidak
berpengaruh signifikan. Nilai Perilaku*Individu data diatas 0,997 (Probabiitas > 0,05) berarti
tidak berpengaruh signifikan. Error, semain kecil nilai error model, maka model semakin
baik. Nilai R Squared data diatas 0,451 yaitu tidak mendekati 1, berarti korelasi tidak cukup
kuat (lemah).
Kemudian dari data diatas dapat dibuat grafik hubungan antara perilaku dengan
individu yang dapat dilihat dengan jelas signifikasi diantara individu dari perilaku yang telah
teramati pada saat pengamatan.
Tabel 8. Hasil uji lanjut Duncan
Berdasarkan data pada tabel diatas, terlihat frekuensi perilaku yang tertinggi
frekuensinya yaitu perilaku Frontal threat (FT) yang dilakukan oleh ikan cupang, sedangkan
frekuensi perilaku terendah yang dilakukan oleh ikan cupang yaitu perilaku Chase (Ch).
Grafik1. Hubungan antara individu dengan perilaku
Grafik 1. Mirror Image Stimulation
Dari grafik diatas dapat dilihat perbedaan perilku ikan pada saat MIS, terlihat
perilaku yang paling banyak dilakukan oleh ikan cupang adalah Frontal threat (FT), dimana
frontal threat adalah suatu pergerakan mengancam dapat dengan membuka operculum, dagu
direndahkan dan melebarkan sirip dada saat berhadapan dengan lawan, sedangkan yang
paling rendah adalah perilaku Chase (Ch), yaitu perilaku ikan cupang mengejar lawan yang
melarikan diri dan Flight (Fl) yaitu perilaku melarikan diri.
Kemudian setelah dilakukan pengamatan Mirror Image Stimulation, dilakukan
pengamatan perilaku ikan pada saat perkelahian dengan ikan cupang lain, dan didapatkan
data seperti pada tabel diatas pada Tabel 3.Yaitu pertarungan antara ikan cupang A dan ikan
cupang B. Kemudian dilakukan analisis statistika dan didapatkan data:
Tabel 9. Tabel signifikasi perilaku ikan cupang (Betta splendens) A vs B
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:Frekuensi
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 4300.967a 19 226.367 2.133 .008
Intercept 8636.033 1 8636.033 81.372 .000
Individu 116.033 1 116.033 1.093 .298
Perilaku 3346.467 9 371.830 3.504 .001
Individu * Perilaku 838.467 9 93.163 .878 .548
Error 10613.000 100 106.130
Total 23550.000 120
Corrected Total 14913.967 119
a. R Squared = .288 (Adjusted R Squared = .153)
Berdasarkan dari tabel diatas, nilai signifikasi individu 0,298 (Probabilitas > 0,05)
yang berarti individu berpengaruh signifikan. Nilai signifikasi perilaku 0,001 (Probabilitas <
0,05) yang berarti perilaku berpengaruh signifikan. Nilai signifikasi individu*perilaku 0,548
(Probabilitas > 0,05) yang berarti individu*perilaku berpengaruh signifikan.
Grafik 2. Ikan cupang A dan B
Dari grafik diatas menunjukan bahwa perilaku paling dominan pada ikan cupang A
adalah perilaku Side threat (ST), sedangkan pada ikan cupang B yang paling dominan yaitu
perilaku Approach (Ap), juga perilaku Flight (Fl). Pada perkelahian antara cupang A dan
cupang B yang dinyatakan sebagai cupang yang menang adalah cupang A, karena ikan
cupang A paling banyak menyerang terhadap cupang B, sedangkan ikan cupang B sedikit
menyerang dan banyak melakukan perilaku melarikan diri (Flight).
Kemudian setelah dilakukan pengamatan terhadap perkelahian antara cupang A dan
cupang B, dilakukan juga pengamatan terhadap perkelahian antara cupang C dan cupang D,
dan didapatkan data sebagai berikut:
Tabel 10. Tabel signifikasi perilaku ikan cupang (Betta splendens) C vs D
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:Frekuensi
Source
Type III Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Corrected Model 3377.633a 19 177.770 2.439 .002
Intercept 7394.700 1 7394.700 101.469 .000
Individu 76.800 1 76.800 1.054 .307
Perilaku 3006.800 9 334.089 4.584 .000
Individu * Perilaku 294.033 9 32.670 .448 .905
Error 7287.667 100 72.877
Total 18060.000 120
Corrected Total 10665.300 119
a. R Squared = .317 (Adjusted R Squared = .187)
Dari data diatas dapat dilihat nilai signifikasi dari individu yaitu 0,307 (Probabilitas <
0,05) yang berarti bahwa individu berpengaruh signifikan, kemudian nilai signifikasi dari
perilaku 0,000 (Probabilitas < 0,05) yang berarti perilaku tidak berpengaruh signifikan, dan
nilai signifikasi individu*perilaku 0,905 (Probabilitas > 0,05) yang berarti bahwa
individu*perilaku berpengaruh signifikan.
Grafik 3. Ikan cupang C dan D
Grafik diatas menunjukan bahwa perilaku agonistik yang paling dominan pada ikan
cupang C yaitu perilaku Side threat, dimana perilaku ini yaitu dengan mengancam dari
pinggir dengan membuka operculum, dagu direndahkan ke arah lawan dan semua sirip
dikembangkan sedangkan pada ikan cupang D perilaku yang paling dominan yaitu perilaku
Approach, yaitu dengan mendekat dan berenang cepat kemudian berhenti di dekat
bayangannya/ ikan lain. Pada perkelahian antara ikan cupang C dan ikan cupang D,
dimenangkan oleh ikan cupang C. Kemudian setelah dilakukan perkelahian (adu) antara ikan
cupang A vs B dan C vs D, dilakukan adu lagi antara ikan yang menang vs ikan yang menang
dan ikan yang kalah vs ikan yang kalah.
Pada perkelahian antara ikan yang menang vs ikan yang menang (A vs C)
didapatkan data hasil pengamatan perilaku agonistik sebagai berikut :
Tabel 11. Tabel signifikasi perilaku ikan cupang (Betta splendens) A vs C
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:Frekuensi
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 5201.167a 19 273.746 3.095 .000
Intercept 9900.833 1 9900.833 111.924 .000
Individu 17.633 1 17.633 .199 .656
Perilaku 4753.333 9 528.148 5.970 .000
Individu * Perilaku 430.200 9 47.800 .540 .842
Error 8846.000 100 88.460
Total 23948.000 120
Corrected Total 14047.167 119
a. R Squared = .370 (Adjusted R Squared = .251)
Dari tabel diatas dapat diketahui nilai signifikasi dari individu yaitu 0,656
(Probabilitas > 0,05) yang berarti individu tidak berpengaruh signifikan, nilai signifikasi dari
perilaku 0,000 (Probabilitas < 0,05) yang berarti perilaku berpengaruh signifikan, dan nilai
signifikasi individu*perilaku 0,842 (Probabilitas > 0,05) yang berarti individu*perilaku tidak
berpengaruh signifikan.
Grafik 4. Ikan cupang yang menang vs yang menang (A vs C)
Grafik diatas menunjukan bahwa perilaku agonistik yang paling dominan pada ikan
cupang A adalah Side threat, yaitu mengancam dari pinggir dengan membuka operculum,
dagu direndahkan ke arah lawan dan semua sirip dikembangkan begitu juga dengan ikan
cupang C perilaku yang paling dominan adalah Side threat, namun pada ikan cupang C
perilaku Flight atau melarikan diri juga mendominasi perilaku ikan tersebut, sehingga ikan
yang dianggap lebih agresif adalah ikan A sedangkan ikan C kurang agresif.
Kemudian dilakukan pengamatan perilaku agonistik pada perkelahian antara ikan
yang kalah vs ikan yang kalah (B vs D), dan didapatkan hasil pengamatan perilaku sebagai
berikut :
Tabel 12. Signifikasi Perilaku Ikan cupang (Betta Splendens) B vs D.
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:Frekuensi
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 3069.092a 19 161.531 1.958 .017
Intercept 6351.075 1 6351.075 76.994 .000
Individu 6.075 1 6.075 .074 .787
Perilaku 2811.675 9 312.408 3.787 .000
Individu * Perilaku 251.342 9 27.927 .339 .960
Error 8248.833 100 82.488
Total 17669.000 120
Corrected Total 11317.925 119
a. R Squared = .271 (Adjusted R Squared = .133)
Dari tabel diatas dapat dilihat nilai signifikasi dari individu yaitu 0,787 (Probabilitas
> 0,05) yang berarti individu tidak berpengaruh signifikan, kemudian nilai perilaku 0,000
(Probabilitas < 0,05) yang berarti perilaku berpengaruh signifikan, dan nilai
individu*perilaku 0,960 (Probabilitas > 0,05) yang berarti individu*perilaku tidak
berpengaruh signifikan.
Grafik 5. Ikan cupang yang kalah vs ikan yang kalah (B vs D)
Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa perilaku agonistik yang paling dominan
pada ikan cupang B yaitu perilaku Side threat, yaitu mengancam dari pinggir dengan
membuka operculum, dagu direndahkan ke arah lawan dan semua sirip dikembangkan, dan
juga perilaku Flight atau melarikan diri dan juga perilaku Approach atau berenang mendekati
lawan, sedangkan pada ikan D selain dari ketiga perilaku tersebut yang mendominasi, juga
perilaku Explore yang mendominasi pada perilaku ikan D ini. Namun berdasarkan hasil
perbandingan ke-agresif-an dari kedua ikan ini, ikan D yang dinyatakan menang dan
dianggap sebagai ikan yang lebih agresif dibandingkan ikan B.
BAB V
KESIMPULAN
Ikan cupang yang paling agresif diantara keempat ikan cupang (pada saat MIS) ialah
ikan cupang D. Perilaku agresif yang sering dilakukan oleh keempat ikan tersebut adalah Side
threat, Approach dan Tail flagging. Sedangkan yang paling jarang dilakukan adalah Bite,
Chase, dan Flight.
Sedangkan dalam perkelahian, perilaku yang paling banyak dilakukan adalah Side
threat (mengancam dari sisi) dan Approach (berenang mendekati lawan) dan yang paling
sedikit dilakukan adalah Bite dan Mouth to mouth contact. Ikan cupang A paling agresif
dibandingkan ikan cupang yang lain, sehingga bisa menguasai perkelahian
(submissive/subordinat).
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, R. & Tang, U.M. 2000. Biologi Reproduksi Ikan. Laporan. Pekanbaru: Pusat
Penelitian Kawasan Pantai dan Perairan.
Campbell, N. A., Reece J.B, Mitchell LG. 2003. Biologi Jilid 2. Erlangga: Jakarta.
Djuhanda, T. 1981. Dunia Ikan. Penerbit Armico: Bandung.
Kinasih, Ida, Ph.D. 2012. Penuntun Praktikum Biologi Perilaku. Jurusan Biologi Fakultas
Sains dan Teknologi UIN Sunan Gunung Djati: Bandung.
Kikkawa, J. & M. J. Thorne. 1974. The Behaviour of Animals. John Murray (Publishers)
LTD. London.
Klein, R.M., Figler, M.H., & Peeke, H.V.S. 1976. Modification of consummatory (attack)
behavior resulting from pior habituation of appetitive (threat) components of
the agonistic sequence in male Betta splendens (Pisces, Belontiidae). Animal
Behaviour. Vol 58: 1-25.
Scott, J.P. 1969. Introduction to Animal Behaviour. In: The Behaviour of Domestic Animals.
E.S.E. Hafez (ed). The Williams & Wilkins Co. Baltimore, USA. p 31-21.
Mc Gregor Peter. K., Tom M.P & Helene M.L. 2001. Fighting Fish Betta splendens Extract
Relative Information From Apparent Interactions: What Happens When What
You See Is Not What You Get. Animal Behaviour. Vol 62: 1059-1065.