LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PERIKANAN
ANALISIS ASPEK BIOLOGI BERUPA PERTUMBUHAN, REPRODUKSI,
DAN KEBIASAAN MAKAN IKAN KEMBUNG
Diajukan Untuk Memenuhi Laporan Praktikum
Mata Kuliah Biologi Perikanan
Disusun Oleh Kelompok 7 Kelas ANama NPM
Lidya Pratiwi 230110120007Heru Sandra Nurhuda 230110120031Akbar Rusmana Sahrudin 230110120057
PROGRAM STUDI PERIKANANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PADJADJARANSUMEDANG
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,
karena atas rahmat dan hidayah-Nya, kemudian usaha yang maksimal dari setiap
anggota kelompok, kami dapat menyelesaikan laporan praktikum Mata Kuliah
Biologi Perikanan meskipun dengan segala keterbatasan dalam penulisan laporan
ini.
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Biologi
Perikanan semester genap tahun ajaran 2013/2014. Laporan ini berisi tentang
pertumbuhan suatu ikan baik panjang dan bobot, identifikasi dan rasio kelamin
ikan, tingkat kematangan gonad ikan, indeks kematangan gonad ikan, fekunditas
telur ikan, diameter telur dan posisi inti telur ikan dan kebiasaan makan ikan.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam pembuatan
laporan selanjutnya. Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya.
Jatinangor, Maret 2014
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB
I.
II.
III.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang1.2. Maksud dan Tujuan Praktikum
TINJAUAN PUSTAKA2.1. Deskripsi Ikan Kembung2.1.1. Klasifikasi Ikan Kembung2.1.2. Habitat dan Penyebaran Populasi Ikan Kembung2.2. Hubungan Panjang dan Berat Pada Ikan2.3. Rasio Kelamin Ikan2.4. Tingkat Kematangan Gonad Ikan2.5. Indeks Kematangan Gonad Ikan2.6. Fekunditas Ikan2.7. Diameter Telur dan Posisi Inti Telur Ikan2.8. Kebiasaan Makan Ikan
METODOLOGI PRAKTIKUM3.1. Tempat dan Waktu3.2. Alat dan Bahan3.2.1. Alat3.2.2. Bahan3.3. Metode Praktikum3.3.1. Hubungan Panjang dan Berat3.3.2. Rasio Kelamin3.3.3. Tingkat Kematangan Gonad3.3.4. Indeks Kematangan Gonad3.3.5. Fekunditas3.3.6. Diameter Telur dan Posisi Inti Telur3.3.7. Kebiasaan Makan
Halaman
i
ii
iv
v
vi
11
234567
10111417
191919192020202121222223
ii
IV.
V.
HASIL DAN PEMBAHASAN4.1. Hasil4.1.1. Hasil Pengamatan Pertumbuhan dan Rasio Kelamin
Ikan Kembung Kelompok4.1.2. Hasil Pengamatan Reproduksi Ikan Kembung
Kelompok4.1.3. Hasil Pengamatan Food and Feeding Habits Ikan
Kembung Kelompok4.1.4. Hasil Pengamatan Pertumbuhan dan Rasio Kelamin
Ikan Kembung Angkatan4.1.5. Hasil Regresi Pertumbuhan Ikan Kembung Angkatan4.1.6. Hasil Pengamatan Reproduksi Ikan Kembung
Angkatan4.1.7. Hasil Pengamatan Food and Feeding Habits Ikan
Kembung Angkatan4.2. Pembahasan4.2.1. Pembahasan Pertumbuhan dan Rasio Kelamin Ikan
Kembung4.2.2. Pembahasan Reproduksi Ikan Kembung4.2.3. Pembahasan Food and Feeding Habits Ikan Kembung
PENUTUP5.1. Kesimpulan5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
24
24
24
25
2633
37
4042
424245
4646
47
48
iii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
1..2.
3.
4.
Ikan Kembung
Pertumbuhan Ikan Kembung
Rasio Kelamin Ikan Kembung..........................................
Tingkat Kematangan Gonad Ikan Kembungi
3
31
31
38
iv
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Data Kelompok Pertumbuhan dan Rasio Kelamin Kelompok 07
Data Reproduksi Kelompok 07.........................................
Data Food and Feeding Habits Kelompok 07
Data Kelompok Pertumbuhan dan Rasio Kelamin Angkatan
Data Regresi Pertumbuhan Angkatan...............................
Data Reproduksi Angkatan
Data Food and Feeding Habits Angkatan
23
23
24
25
32
36
39
v
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1.
2.
3.
4.
Pembedahan Ikan Kembung
Gonad Ikan Kembung.......................................................
Penimbangan Ikan Kembung Tanpa Hati
Gonad Ikan Kembung
47
47
47
47
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ikan Kembung termasuk ikan pelagis kecil yang memiliki nilai ekonomis
menengah, sehingga terhitung sebagai komoditas yang cukup penting bagi
nelayan lokal. Pada umumnya, Ikan Kembung dijual segar atau diproses menjadi
ikan pindang dan ikan asin yang lebih tahan lama. Ikan kembung yang berukuran
kecil sering digunakan sebagai umpan hidup untuk memancing Ikan
Cakalang. Dalam praktikum kali ini akan diamati berbagai aspek biologi dari Ikan
Kembung betina. Pengamatan aspek tersebut dimulai dari pertumbuhan ikan yang
mengamati panjang dan bobot ikan, selanjutnya dilakukan pengamatan dan
perhitungan indeks kematangan gonad yang didapatkan dengan menghubungkan
bobot gonad dengan berat ikan, kemudian mencari sejauh mana perkembangan
gonad Ikan Kembung yang diuji coba, dan terakhir pengamatan dari segi
kebiasaan makan ikan dan cara makan Ikan Kembung.
1.2. Maksud dan Tujuan
Adapun tujuan dilaksanakan praktikum kali ini untuk mengetahui dan memahami
lebih jauh tentang aspek-aspek biologi Ikan Kembung Betina, yaitu:
Mengetahui dan memahami serta mengukur pertumbuhan Ikan Kembung
betina.
Mengetahui dan menentukan tingkat kematangan gonad Ikan Kembung
betina.
Mengetahui serta menentukan indeks kematangan gonad Ikan Kembung
betina.
Mengetahui dan dapat menentukan fekunditas Ikan Kembung betina.
Mengetahui, memahami, mengamati hingga dapat menentukan kebiasaan
makan dan makanan Ikan Kembung betina.
1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Deskripsi Ikan Kembung
Ikan Kembung betina (Rastrelliger brachysoma) merupakan salah satu
ikan pelagis kecil yang sangat potensial di Indonesia. Ikan Kembung betina
(Rastrelliger brachysoma) memiliki genus yang sama dengan Ikan Kembung
Jantan (Rastrelliger kanagurta). Ciri yang membedakannya adalah adanya satu
bintik atau totol hitam dekat sirip dada pada Ikan Kembung jantan. Selain itu,
Ikan Kembung betina memiliki perut yang lebih lebar dibandingkan Ikan
Kembung jantan. Ikan Kembung betina memiliki bentuk tubuh pipih dengan
bagian pectoral lebih besar daripada bagian tubuh yang lain dan ditutupi oleh sisik
yang berukuran kecil dan tidak mudah lepas. Warna tubuh biru kehijauan di
bagian punggung dengan titik gelap atau totol-totol hitam di atas garis rusuk
sedangkan bagian bawah tubuh berwarna putih perak. Sirip punggung (dorsal)
terpisah nyata menjadi dua buah sirip, masing-masing terdiri atas 10 hingga 11
jari-jari keras dan 12 hingga 13 jari-jari lemah (Direktorat Jendral Perikanan
1979). Sirip dubur (anal) terdiri dari 12 jari-jari lemah. Di belakang sirip
punggung kedua dan sirip dubur terdapat 5 sampai 6 sirip tambahan yang disebut
finlet. Sirip perut (ventral) terdiri dari 1 jari-jari keras dan 5 jari-jari lemah. Sirip
ekor (caudal) bercagak dalam dan sirip dada (pectoral) lebar dan meruncing
(Anwar 1970 in Ruswahyuni 1979). Mata mempunyai selaput yang berlemak,
gigi yang kecil pada tulang rahang. Tapis insang halus berjumlah 29-34 buah,
pada bagian bawah busur insang pertama tapis insang panjang dan banyak terlihat
seolah-olah bulu jika mulutnya dibuka (Burhanudin et al 1984 in Astuti 2007).
2
3
2.1.1. Klasifikasi Ikan Kembung
Klasifikasi ikan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma) menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut :
Gambar 1. Ikan Kembung
Sumber: Dokumen Pribadi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Sub kelas : Teleostei
Ordo : Parcomorphy
Sub ordo : Scombroidea
Famili : Scombridae
Genus : Rastrelliger
Spesies : Rastrelliger brachysoma (Bleeker, 1851)
Nama umum : Short Mackerel
Nama Lokal : Kembung betina
4
2.1.2. Habitat dan Penyebaran Populasi Ikan Kembung
Ikan Kembung betina merupakan kelompok ikan epipelagis dan neritik di
daerah pantai dan laut. Penyebaran Ikan Kembung dapat dibagi menjadi dua
bagian, yaitu penyebaran secara vertikal dan horizontal. Penyebaran secara
vertikal dipengaruhi oleh suhu dan gerakan harian plankton, sedangkan
penyebaran secara horizontal dipengaruhi oleh arus laut. Penyebaran ikan ini
meliputi Samudra Pasifik, Laut Andaman, Thailand, Filipina, Papua New Guinea,
Pulau Solomon, dan Fiji (Fishbase 2010). Daerah penyebaran di perairan pantai
Indonesia dengan konsentrasi terbesar di Kalimantan, Sumatra Barat, Laut Jawa,
Selat Malaka, Muna-Buton, arafuru, TL Siam (Direktorat Jendral Perikanan
1979).
Nikolsky (1963) menyatakan bahwa ada tiga alasan utama yang
menyebabkan beberapa spesies ikan melakukan migrasi, antara lain usaha untuk
mencari daerah yang banyak makanannya (feeding), usaha untuk mencari daerah
tempat berpijah (spawning), dan adanya perubahan beberapa faktor lingkungan
seperti temperatur, salinitas, dan suhu. Fischer dan Whitehead (1974) in Zen
(2006) menyatakan bahwa ikan kembung betina (Rastrelliger brachysoma) hidup
berkelompok dalam jumlah yang besar pada perairan pantai dengan kedalaman
antara 10-50 meter. Ikan ini melakukan ruaya pemijahan yang bersifat
oceanodromus yaitu ikan menghabiskan siklus hidupnya di daerah pantai dan
memijah di daerah laut lepas (McKeown 1984). Chirastit (1962) menduga bahwa
Ikan kembung betina yang sudah matang gonad beruaya dari daerah pantai ke laut
lepas sedangkan ikan juvenil beruaya dari laut lepas ke daerah pantai untuk
membesar.
5
2.2. Hubungan Panjang dan Berat Pada Ikan
Dalam perhitungan untuk menduga suatu pertumbuhan terdapat dua model
yang dapat digunakan yaitu model yang berhubungan dengan bobot dan model
yang berhubungan dengan panjang (Effendie 1979). Model-model tersebut
menggunakan persamaan matematik untuk menggambarkan suatu pertumbuhan.
Analisis pola pertumbuhan menggunakan data panjang bobot. Persamaan
hubungan panjang bobot ikan yang dihasilkan dari perhitungan dimanfaatkan
untuk menjelaskan pola pertumbuhannya. Bobot dapat dianggap sebagai suatu
fungsi dari panjang. Hubungan panjang bobot ikan sebagai pangkat tiga dari
panjangnya. Dengan kata lain hubungan ini dapat dimanfaatkan untuk menduga
bobot melalui panjang (Effendie 1979).
Effendie (2002) menjelaskan bahwa jika nilai panjang dan bobot diplotkan
dalam suatu gambar maka akan didapatkan persamaan W = a.Lb. Persamaan
tersebut dapat digambarkan dalam bentuk linier dengan logaritma digunakan
persamaan log W = log a + b log L. Yang harus ditentukan dari persamaan
tersebut ialah harga a dan b, sedangkan harga W dan L diketahui. Teknik
perhitungan panjang berat menurut Rousefell dan Everhart (1960) dan Lagler
(1961) secara langsung adalah dengan membuat daftar tersusun dari harga L, log
L, W, log W, log L x log W, dan (log L)2. Apabila N = jumlah ikan yang sedang
dihitung, maka untuk mencari a:
log a=∑ logW ×∑ ¿¿¿¿
Untuk mencari b digunakan rumus:
b=∑ logW −¿¿
Kemudian harga log a dan b masukkan ke dalam rumus:
log W =log a+b log L
Hubungan Panjang Berat:b = 3 (Isometrik), dimana pertumbuhan panjang dan berat seimbangb ≠ 3 (Alometrik); b < 3 = alometrik negatif (berat < panjang)
b > 3 = alometrik positif (berat > panjang)
Hasil analisis hubungan panjang bobot akan menghasilkan suatu nilai
konstanta (b) yaitu harga pangkat yang menunjukkan pola pertumbuhan ikan. Ikan
6
yang memiliki pola pertumbuhan isometrik (b=3), pertambahan panjangnya
seimbang dengan pertambahan bobot. Sebaliknya pada ikan dengan pola
pertumbuhan allometrik (b≠3), pertambahan panjang tidak seimbang dengan
pertambahan bobot. Pola pertumbuhan allometrik positif (b>3) menyatakan
pertambahan bobot lebih cepat dibandingkan pertambahan panjang. Sedangkan
pertumbuhan allometrik negatif (b<3) menyatakan pertambahan panjang lebih
cepat dibandingkan pertambahan bobot.
2.3. Rasio Kelamin Ikan
Berdasarkan dari fungsi reproduksinya, ikan biasa terbagi menjadi dua
yakni jantan dan betina. Melakukan identifikasi jantan dan betina merupakan
sesuatu yang penting, meski pada aplikasinya hal tersebut tidaklah mudah untuk
dilakukan. Sebagian besar jenis ikan tidak menunjukkan perbedaan tubuh luar
antara ikan jantan dan ikan betina. Kondisi tersebut dinamakan dengan
monomorfisme. Pembedaan kedua jenis kelamin ini dilakukan dengan
pembedahan dan melihat ciri seksual primer. Ciri seksual primer ditandai dengan
adanya testis pada ikan jantan dan ovarium pada ikan betina.
Selain identifikasi, perlu diketahui juga perbandingan atau rasio kelamin
ikan secara alamiah di alam. Rasio ini biasanya dinyatakan dalam bentuk
persentase dan juga perbandingan. Lebih jauh, pemahaman mengenai rasio
kelamin ini dapat digunakan untuk pemahaman sifat-sifat alamiah reproduksi
seperti adanya poligami dan poliandri pada ikan, sehingga dapat dibuat langkah-
langkah strategis pengelolaan.
2.4. Tingkat Kematangan Gonad Ikan
7
Kematangan gonad ikan pada umumnya adalah tahapan pada saat
perkembangan gonad sebelum dan sesudah memijah. Selama proses reproduksi,
sebagian energi dipakai untuk perkembangan gonad. Bobot gonad ikan akan
mencapai maksimum sesaat ikan akan memijah kemudian akan menurun dengan
cepat selama proses pemijahan berlangsung sampai selesai. Menurut Effendie
(1997), pertambahan bobot gonad ikan betina pada saat stadium matang gonad
dapat mencapai 10-25% dari bobot tubuh, dan pada ikan jantan 5-10%. Lebih
lanjut dikemukakan bahwa semakin bertambahnya tingkat kematangan gonad,
telur yang ada dalam gonad akan semakin besar
Perkembangan gonad pada ikan betina umumnya disebut dengan istilah
perkembangan ovarium mempunyai tingkat perkembangan sejak masa
pertumbuhan hingga masa reproduksi yang dapat dikategorikan kedalam beberapa
tahapan. Jumlah tahapan tersebut bervariasi bergantung kepada spesies maupun
peneliti yang mengamati perkembangan ovarium tersebut.. Kematangan gonad
pada ikan dicirikan dengan perkembangan diameter rata-rata telur dan pola
distribusi ukuran telurnya (Effendie, 1997)
Penentuan tingkat kematangan gonad sangat penting dilakukan, karena hal
ini dapat berguna untuk mengetahui perbandingan antara gonad yang telah matang
dan stok yang ada di perairan, ukuraan pemijahan, musim pemijahan, dan lama
pemijahan dalam satu siklus. Terdapat dua cara untuk menentukan tingkat
kematangan gonad dari ikan, yaitu :
1. Metode morfologis
Metode ini banyak dilakukan dan relatif lebih mudah, namun tingkat
ketelitian rendah. Pengamatan secara morfologis lebih praktis dilakukan
terutama ketika melakukan penelitian di lapangan karena pada dasarnya
hanya dilakukan pengamatan secara visual terhadap ukuran gonad ikan.
(Mazruoh, 2009)
2. Metode histologis.
8
Metode ini dilakukan di dalam laboratorium yaitu dengan mengamati
perkembangan gonad melalui fase perkembangan sel. Pengamatan
dilakukan dengan membuat preparat histologi gonad dan memfikasasi
dengan formalin 10%. Kemudian dilakukan proses dehidrasi dengan
alkohol bertingkat dan dilakukan proses embedding pada parafin. Setelah
itu dilakukan proses sectioning (pemotongan) dengan ketebalan 3 to 8 μ
thickness dan dilakuan proses pewarnaan (staining) dengan larutan eosin
and hematoxylin.Lalu dituutp (mounting) dengan Canada balsam dan
diamati dibawah mikroskop cahaya. Selanjutnya ditentukan proses
oogenesis dan tingkat kematangan gonad (Mazrouh, 2009).
Faktor-faktor yang mempengaruhi saat pertama kali ikan matang gonad
adalah jenis spesies, umur, ukuran, dan sifat fisiologis ikan. Sedangkan faktor
luarnya adalah suhu, arus, individu lawan jenis, dan tempat memijah yang sesuai.
(Effendie, 1997). Indikator pembagian tahapan kematangan gonad dengan cara
visual (Effendie, 1997):
1. Ukuran gonad dalam menempati rongga badan (kecil, 1/4 bag, 1/2 bag, 3/4
bag atau penuh);
2. Berat gonad segar (ditimbang);
3. Penampakan: warna gonad;
4. Penampakan butiran telor (ovarium) utk ikan betina (opaque,
translucens/ripe/gravid),
5. Ada tidaknya pembuluh darah, dll.
Tingkat kematangan gonad menurut Kesteven (Bagenal dan Braum, 1968)
1. Dara. Organ seksual sangat kecil berdekatan di bawah tulang punggung.
Testis dan ovarium transparan, dari tidak berwarna sampai berwarna abu-
abu. Telur tidak terlihat dengan mata biasa.
2. Dara berkembang. Testis dan ovarium jernih, abu-abu merah. Panjangnya
setengah atau lebih sedikit dari panjang rongga bawah. Telur satu persatu
dapat terlihat dengan kaca pembesar.
9
3. Perkembangan I. Testis dan ovarium bentuknya bulat telur, berwarna
kemerah-merahan dengan pembuluh kapiler. Gonad mengisi kira-kira
setengah ruang ke bagian bawah. Telur dapat terlihat seperti serbuk putih.
4. Perkembangan II. Testis berwarna putih kemerah-merahan. Tidak ada
sperma kalau bagian perut ditekan. Ovarium berwarna oranye kemerah-
merahan. Telur jelas dapat dibedakan, bentuknya bulat telur. Ovarium
mengisi kira-kira dua per tiga ruang bawah.
5. Bunting. Organ seksual mengisi ruang bawah. Testis berwarna putih,
keluar tetesan sperma kalau ditekan perutnya. Telur bentuknya bulat,
beberapa daripadanya jernih dan masak.
6. Mijah. Telur dan sperma keluar dengan sedikit tekanan ke perut.
Kebanyakan telur berwarna jernih dengan beberapa yang berbentuk bulat
telur tinggal di dalam ovarium.
7. Mijah/salin. Gonad belum kosong sama sekali. Tidak ada telur yang bulat
telur.
8. Salin. Testis dan ovarium kosong dan berwarna merah. Beberapa telur
sedang ada dalam keadaan dihisap kembali.
9. Pulih salin. Testis dan ovarium berwarna jernih, abu-abu sampai merah.
Penentuan tingkat kematangan gonad bersifat subjektif, maka sering
terjadi perbedaan tahap tingkat kematangan gonad baik karena perbedaan observer
maupun perbedaan waktu. Sebagai acuan standar, umum digunakan lima tahap
tingkat kematangan gonad (Five stage of visual maturity stage for partial
spawning fishes) , yakni:
TKG I (immature, dara);
TKG II (developing, dara berkembang);
TKG III (maturing/ripening, pematangan);
TKG IV (mature/ripe/gravid, matang)
TKG V (spent, salin).
10
2.5. Indeks Kematangan Gonad Ikan
Peninjauan terhadap perkembangan gonad pada ikan dilakukan dari
berbagai aspek termasuk proses-proses yang terjadi di dalam gonad baik terhadap
individu maupun populasi. Perkembangan gonad merupakan bagian dari
reproduksi sebelum terjadi pemijahan. Dalam proses reproduksi, sebagian besar
hasil metabolisme tertuju untuk perkembangan gonad. Untuk mengetahui
perubahan yang terjadi pada gonad tersebut secara kuantitatif dapat dinyatakan
dengan suatu indeks yang dinamakan indeks kematangan gonad, yaitu nilai dalam
persen sebagai hasil perbandingan antara berat gonad dengan berat tubuh ikan
termasuk gonadnya (Effendi, 2002).
IKG (Indeks Kematangan Gonad) dan GSI (Gonade Somatic Index) yaitu
nilai dalam persen (%) sebagai hasil perbandingan berat gonad dengan berat tubuh
ikan. Pertumbuhan IKG akan sama dengan TKG. IKG akan maksimal pada saat
akan terjadi pemijahan.
IKG=BgBt
×100 %
Dimana : IKG = Indeks kematangan gonad
Bg = Berat gonad ikan dalam gram
Bt = Berat tubuh ikan dalam gram
IKG adalah perbandingan dari berat gonad terhadap tubuh ikan. Nilai IKG
seharusnya bisa dijadikan tingkat kematangan gonad. Peningkatan IKG akan
meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat kematangan gonad ikan tersebut
(Affandi, 2001).
GI adalah perbandingan antara berat gonad segar (gram) dengan panjang
ikan (mm) dengan perumusan:
GI=W
L3×108
Dimana : GI = Gonad indeks
W = Berat gonad segar dalam gram
L = panjang ikan dalam mm
11
Harga 108 merupakan suatu faktor agar didapatkan nilai GI mendekati
harga satu sehingga nilai yang diperoleh dapat dibandingkan dengan nilai lainnya.
(Effendi, 1997).
2.6. Fekunditas Ikan
Fekunditas adalah jumlah telur yang terlepas dari ovarium sebelum
berlangsungya pemijahan. Fekunditas ini sangat berpengaruh pada jumlah anak
ikan yang dikeluarkan oleh induk. Pada umumnya fekunditas berhubungan
dengan berat badan, panjang badan, dan ukuran butir telur. Semakin besar ukuran
telur, semakin kecil fekunditasnya. Demikian juga semakin kecil ukuran telur,
maka akan semakin besar pula fekunditasnya. Hal yang juga berpengaruh
terhadap fekunditas adalah cara penjagaan (parental care). Ikan yang memiliki
kebiasaan tidak menjaga telur-telurnya setelah memijah, biasanya memiliki
tingkat fekunditas yang tinggi.
Terdapat beberapa jenis Fekunditas diantaranya :
1. Fekunditas individu yaitu jumlah telur yang dikeluarkan dari generasi
tahun itu dan akan dikeluarkan pada tahun itu pula.
2. Fekuindita relatif yaitu jumlah telur per atuan panjang dan berat.
3. Fekunditas total yaitu jumlah telur yang dihasilkan ikan selama hidupnya.
Fekunditas ikan dapat dihitung denganbeberapa cara yaitu metode jumlah,
metode volumetrik, metode grafimetrik, dan metode Vo Bayer (Effendie, 1979).
Metode jumlah merupakan cara yang paling teliti karena perhitungan telur
dilakukan satu per satu atau secara sensus. Tetapi metode ini hanya cocok
diterapkan untuk ikan dengan jumlah telur sedikit. Apabila metode ini digunakan
untuk menghitung telur ikan-ikan dengan jumlah telur banyak, maka telur harus
dikeluarkan dari ovarium, kemudian direndam dalam larutan formalin 10% atau
larutan gislon. Telur dibersihkan dari jaringan yang melekat kemudian dibiarkan
kering di udara dan baru kemudian dilakukan perhitungan.
12
Metode volumetrik dilakukan dengan cara mengukur volume seluruh telur
dengan cara pemindahan air. Sebagian kecil telur tersebut diambil dan diukur
volume dan jumlah telurnya. Fekunditas dapat dihitung dengan cara sebagai
berikut:
X : x=V : v
Dimana : X = Jumlah telur di dalam gonad yang akan dicari (fekunditas)
x = Jumlah telur dari sebagian kecil gonad (diketahui)
V = Isi (volume) seluruh gonad (diketahui)
v = Isi (volume) sebagian gonad (diketahui)
Metode grafimetrik disebut metode berat. Cara melakukannya sama
seoperti metode volumetrik, tetapi pengukuran volume diganti dengan berat.
Rumusnya adalah
X : x=W : w
Dimana : X = Jumlah telur di dalam gonad yang akan dicari (fekunditas)
x = Jumlah telur dari sebagian kecil gonad (diketahui)
W = Bobot seluruh gonad (diketahui)
w = Bobot sebagian gonad (diketahui)
Metode Von Bayer dilakukan dengan mengukur garis tengah (diameter)
rata-rata telur dan mengukur volume telur keseluruhan lalu dibandingkan dengan
tabel Von Bayer (panjang telur dibagi dengan jumlah telur sama dengan diameter
rata-rata telur). Diameter telur diukur menggunakan alat semacam mistar yang
berskala inci atau milimeter. Sejumlah telur dijajarkan sehingga membentuk
panjang tertentu. Diameter rata-rata dari telur tersebut adalah panjang jajara telur.
Cara pengukuran ini dilakukan paling sedikit sebanyak tiga kali.
Faktor-faktor yang mempengaruhi fekunditas serta hal-hal lain yang
berhubungan dengan hal itu, Nikolsky ( 1969 ) :
1. Sampai umur tertentu fekunditas itu akan bertambah kemudian menurun,
fekunditas relatifnya menurun sebelum terjadi penurunan fekunditas
mutlaknya. Fekunditas relative maksimum terjadi pada golongan ikan
yang muda. Sedangkankan ikan yang sudah tua kadang tidak memijah
setiap tahun
13
2. Fekunditas mutlak atau relatif sering menjadi kecil pada ikan-ikan atau
kelas umur yang jumlahnya banyak.
3. Kenaikan fekunditas populasi dapat disebabkan oleh kematangan gonad
yang lebih awal dari individu yang tumbuh lebih cepat.
4. Ikan yang bentuknya kecil dengan kematangan gonad yang lebih awal
serta fekunditasnya tinggi mungkin disebabkan oleh kandungan makanan
dan predator dalam jumlah besar.
5. Perbedaan fekunditas diantaranya populasi spesies yang hidup dalam
kondisi lingkungna yang berbeda-beda, bentuk migrant fekunditasnya
lebih besar.
6. Fekunditas disesuaikan secara otomatis melalui metabolism yang
mengadakan reaksi terhadap perubahan persediaan makanan dan
menghsilkan perubahan dalampertumbuhan, seperti ukuran pada umur
tertentu demikian juga ukuran danjumlah telur atau jumlah siklus
pemijahan dalam satu tahun.
7. Fekunditas bertambah dalam mengadakan respon terhadap perbaikan
makanan melalui kematangn gonad yang lebih awal, menanmbah
kemantangn individu pada individu yang lebih gemuk dan mengurangi
antara siklus pemijahan.
8. Kualitas telur terutama isi kuning telur berganrung pada umur dan
persediaan makanan dan dapat berbeda dari satu populasi ke populasi yang
lain.
14
2.7. Diameter Telur dan Posisi Inti Telur Ikan
Mengetahui diameter dan posisi inti telur sangatlah penting untuk
dilakukan. Besar diameter telur dan pengamatan posisi inti dapat digunakan
sebagai pertimbangan penentuan tingkat kematangan gonad. Telur yang sudah
matang cenderung memiliki diameter yang besar. Pada telur yang sudah matang,
posisi inti telur cenderung berada pada salah satu kutub dari telur dan tidak berada
di tengah. Selain itu biasanya diameter telur dapat dihubungkan dengan perkiraan
nilai fekunditas, pada ikan-ikan yang memiliki telur yang besar fekunditasnya
biasanya cenderung kecil.
2.8. Kebiasaan Makan Ikan
Setiap hewan membutuhkan energi untuk pertumbuhan, pemeliharaan dan
juga reproduksi, energi tersebut berasal oleh makanan. Pada dasarnya, organisme
yang baru lahir akan menerima makanan dari induknya, namun selanjutnya akan
diupayakan oleh organisme itu sendiri (Nikolsky, 1963). Makanan adalah segala
sesuatu yang dapat dimakan dan diserap oleh ikan sehingga dapat digunakan
untuk menjalankan metabolisme tubuhnya. Kebiasaan makanan (food habit) ikan
penting diketahui, karena pengetahuan ini memberikan petunjuk tentang pakan,
dan selera organisme terhadap makanan. Food habit memiliki arti yang berbeda
dengan feeding habits, karena keduanya sering disamakan dalam hal definisi.
Food habits mencakup kualitas dan kuantitas makanan yang dimakan ikan,
sementara feeding habits mencakup cara ikan dalam mendapatkan makanan.
Kebiasaan makanan dan cara memakan ikan itu secara alami tergantung kepada
lingkungan itu hidup (Kurniasari, 2011).
15
Menurut (Effendie, 1997) kebiasaan makanan adalah jenis, kuantitas dan
kualitas makanan yang dimakan oleh ikan. Makanan alami ikan berasal dari
berbagai kelompok tumbuhan dan hewan yang berada di perairan tersebut (Lagler,
1972). Suatu spesies ikan di alam memiliki hubungan yang sangat erat dengan
keberadaan makanannya. Ketersediaan makanan merupakan faktor yang
menentukan dinamika populasi, pertumbuhan, reproduksi, serta kondisi ikan yang
ada di suatu perairan. Beberapa faktor makanan yang berhubungan dengan
populasi tersebut yaitu jumlah dan kualitas makanan yang tersedia, akses terhadap
makanan, dan lama masa pengambilan makanan oleh ikan dalam populasi
tersebut. Adanya makanan di perairan selain terpengaruh oleh kondisi biotik
seperti di atas ditentukan pula oleh kondisi lingkungan seperti suhu, cahaya, ruang
dan luas permukaan.
Jenis-jenis makanan yang dimakan suatu spesies ikan biasanya tergantung
pada kesukaan terhadap jenis makanan tertentu, ukuran dan umur ikan, musim
serta habitat hidupnya. Tidak semua jenis makanan yang tersedia di sekitarnya
dimakan dan dapat dicerna dengan baik oleh ikan. Faktor-faktor yang menentukan
dimakan atau tidaknya suatu jenis organisme makanan oleh ikan antara lain:
ukuran makanan, ketersediaan makanan, warna terlihatnya makanan, dan selera
ikan terhadap makanan. Sedangkan jumlah makanan yang dibutuhkan oleh suatu
spesies ikan tergantung kepada kebiasaan makanan, kelimpahan makanan, nilai
konversi makanan, serta suhu air, juga kondisi umum dari spesies ikan tersebut
(Beckman, 1962 dalam Asyarah, 2006). Berdasarkan jumlah variasi makanan,
ikan dapat dibagi menjadi:
1. Euryphagic adalah ikan pemakan bermacam-macam makanan.
2. Stenophagic adalah ikan pemakan makanan yang macamnya sedikit atau
sempit.
3. Monophagic adalah ikan yang makanannya terdiri dari satu macam
makanan.
16
Menurut (Effendie, 1997) Kebiasaan cara makan ikan adalah cara ikan
mendapatkan makanannya. Kebanyakan cara ikan mencari makanan dengan
menggunakan mata. Penciuman dan persentuhan digunakan juga untuk mencari
makanan terutama oleh ikan pemakan dasar dalam perairan yang kekurangan
cahaya atau dalam perairan keruh. Ikan yang menggunakan mata dalam mencari
makanan akan mengukur apakah makanan itu cocok atau tidak untuk ukuran
mulutnya. Tetapi ikan yang menggunakan penciuman dan persentuhan tidak
melakukan pengukuran, melainkan kalau makanan sudah masuk mulut akan
diterima atau ditolak. Aktivitas mencari makan pada ikan pada alam bebas
merupakan pekerjaan harian yang rutin dimana makanan tadi diketahui oleh ikan
dengan cara penglihatan, perabaan, penciuman. Makanan yang tersedia di alam
dimanfaatkan oleh ikan biasanya dapat diketahui dengan mengambil contoh
makanan yang ada pada lambungnya dan dilengkapi dengan daftar diet harian
yang diambil ikan berbagai umur dan ukuran.
Mengenai feeding habits yaitu kebiasaan cara memakan pada ikan sering
kali di hubungkan dengan bentuk tubuh yang khusus dan fungsional morfologi
dari tengkoraknya, rahang dan alat pencernaan makanannya. Jadi ikan herbivora
secara sederhana dapat dinyatakan bahwa ikan tersebut tidak mempunyai
kemampuan untuk memakan dan mencerna material lain selain tumbuhan. Oleh
karena itu, ikan pemakan tumbuhan cenderung memakan material tumbuhan yang
lambat dicerna. Ikan herbivora ini harus dapat mengekstraksi nutrisi melalui
ususnya yang panjang. Jadi usus ini berfungsi sebagai penahan makanan dalam
jumlah besar dalam waktu yang lama untuk mendapat kesempatan penggunaan
penuh material makanan yang sudah dicerna. Secara kontras ikan karnivora
mempunyai usus yang lebih pendek khusus. Beberapa garis besar morfologi
macam-macam ikan yang berbeda kebiasaan makanannya:
17
a. Ikan herbivora
Tidak mempunyai gigi dan mempunyai tapis insang yang lembut dapat
menyaring phytoplankton dari air. Ikan ini tidak mempunyai lambung
yang benar yaiut bagian usus yang mempunyai jaringan otot kuat,
mengekresikan asam, mudah mengembang, terdapat di bagian muka alat
pencerna makanannya. Ususnya panjang, berliku-liku, dindingnya tipis.
b. Ikan karnivora
Mempunyai gigi untuk menyergap, menahan dan merobek mangsa dan
jari-jari tapis ingsangnya menyesuaikan untuk penahan, memegang,
memarut dan mengilas mangsa. Punya lambung benar, palsu dan usus
pendek, tebal dan elastis.
c. Ikan omnivora
Mempunyai gigi kecil, lambung berbentuk kantung, memiliki usus sedang
atau hampr sama dengan panjang tubuhnya.
Berdasarkan kebiasaan hidup dalam lingkungannya akan mempunyai
mulut yang berbeda-beda untuk mengambil makanannya. Letak mulut ada yang
inferior (di bawah kepala) seperti dalam golongan Elasmobranchia, Acipencer,
Polyodon, dan lain-lain. Mulut yang letaknya terminal (di ujung depan kepala)
terdapat kebanyakan ikan, mulut ikan yang letaknya superior (di bagian atas).
Selain letaknya, mulut ikan bervariasi baik dalam bentuk, besar dan perlengkapan
lainnya seperti gigi, alat peraba dan lainnya. Variasi pada tiap-tiap spesies ikan
merupakan spesialisasi struktur dalam penyesuaian fungsi ekologi yang
memberikan ikan itu suatu keuntungan tertentu dari pada ikan lain yang tidak
mempunyai bentuk tadi. Keadaan demikian untuk beberapa spesies ikan tertentu
yang hidup dalam suatu lingkungan yang khas memberikan kemungkinan kecil
sekali terjadi persaingan interspesifik. Dengan kata lain bahwa spesies tertentu itu
mengadakan penyesuaian yang menguntungkan dalam cara pengambilan makanan
terhadap lingkungannya.
18
Sebagai komponen lingkungan, makanan merupakan faktor penentu bagi
jumlah populasi, pertumbuhan, dan kondisi ikan di suatu perairan. Effendie
(2002) mengatakan bahwa makanan merupakan salah satu faktor luar yang
mempengaruhi pertumbuhan ikan. Kelimpahan makanan di dalam suatu perairan
selalu berfluktuasi dan hal ini disebabkan oleh daur hidup, iklim dan kondisi
lingkungan (Lagler et al., 1977). Dengan mengetahui makanan suatu jenis ikan
dapatlah diketahui kedudukan ikan tersebut, apakah sebagai predator atau
kompetitor, serta makanan utama dan makanan tambahan ikan tersebut (Irawati,
2011).
BAB 3
METODOLOGI
3.1. Tempat dan Waktu
3.1.1. Tempat
Praktikum Biologi Perikanan dilakukan di Laboratorium Fisiologi Hewan
Air Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran.
3.1.2. Waktu
Praktikum Biologi Perikanan dilakukan pada Selasa, 25 Maret 2014 Pukul
14:30 – 16:00 WIB.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
Alat yang digunakan adalah
1. Alat Timbang
2. Cawan Petri
3. Gelas Ukur
4. Gunting
5. Kaca Preparat
6. Mikroskop
7. Penggaris
8. Pinset
9. Sonde
3.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan adalah
1. Ikan Kembung
2. Gonad Ikan Kembung
3. Hati Ikan Kembung
4. Telur Ikan Kembung
5. Usus Ikan Kembung
19
20
3.3. Metode Praktikum
3.3.1. Hubungan Panjang dan Berat
1. Mengambil Ikan Kembung.
2. Mengukur panjang Ikan Kembung, baik TL (Total Length) dan SL
(Standart Length) dengan menggunakan penggaris, satuan yang digunakan
adalah milimeter.
3. Mengukur bobot ikan dengan menggunakan alat timbang, satuan yang
digunakan adalah gram.
4. Mencatat dalam tabel pengamatan (terlampir).
5. Melakukan penghitungan pola pertumbuhan berdasarkan Teknik Lagler
(1961).
6. Menerjemahkan nilai b kedalam pola pertumbuhan.
3.3.2. Rasio Kelamin
1. Mengambil ikan kembung.
2. Mengamati ciri-ciri seksual sekunder menurut literatur yang tersedia.
3. Melakukan pembedahan pada Ikan Kembung, lalu mencari organ gonad
ikan yang terletak pada rongga perut.
4. Mengamati gonad ikan tersebut dan menentukan ciri-ciri seksual primer,
bila terdapat testis artinya ikan tersebut jantan dan bila terdapat ovarium
artinya ikan tersebut betina.
5. Mengisi hasil pengamatan yang diperoleh pada tabel yang telah
disediakan.
6. Melakukan penyajian data dalam bentuk persentase dan perbandingan.
21
3.3.3. Tingkat Kematangan Gonad
1. Mengambil Ikan Kembung.
2. Membedah ikan dengan menggunakan gunting dimulai dari bagian
urogenital melingkar menuju bagian rongga perut depan hingga isi perut
dapat terlihat.
3. Mengambil gonad ikan yang ada yang didalam perut, hingga terpisah dari
organ lain.
4. Mengamati gonad ikan tersebut.
5. Mencatat hasil penagamatan yang diperoleh pada tabel pengamatan
(terlampir).
3.3.4. Indeks Kematangan Gonad
1. Mengambil Ikan Kembung
2. Menimbang bobot Ikan Kembung dengan menggunakan alat timbang.
3. Membedah Ikan Kembung dengan menggunakan gunting dimulai dari
bagian urogenital melingkar menuju bagian rongga perut depan hingga isi
perut dapat terlihat.
4. Mengambil gonad ikan yang ada yang didalam perut, hingga terpisah dari
organ lain.
5. Menimbang gonad ikan dengan menggunakan alat timbang.
6. Mencatat hasil pengamatan dalam tabel pengamatan (terlampir).
7. Menghitung Indeks Kematangan Gonad dengan rumus yang telah
ditentukan.
22
3.3.5. Fekunditas
1. Mengambil Ikan Kembung.
2. Membedah ikan dengan menggunakan gunting dimulai dari bagian
urogenital melingkar menuju bagian rongga perut depan hingga isi perut
dapat terlihat.
3. Mengammbil gonad betina yang ada yang didalam perut, hingga terpisah
dari organ lain.
4. Mengambil air sebanyak 100 ml dengan menggunakan gelas ukur.
5. Memasukkan seluruh gonad, lalu melihat perubahan volumenya.
6. Mengambil sampel telur pada tiga bagian, yaitu bagian anterior, tengah,
dan ujung dekat urogenital.
7. Memasukkan masing-masing sampel kedalam air sebanyak 100 ml, lalu
melihat dan mencatat perubahan volumenya.
8. Menghitung jumlah dari ketiga sampel telur tadi, setelah mengolah data
dengan menggunakan rumus fekunditas.
9. Mencatat hasil pengamatan pada tabel pengamatan (terlampir).
3.3.6. Diameter Telur dan Posisi Inti Telur
1. Mengambil Ikan Kembung.
2. Membedah Ikan Kembung dengan menggunakan gunting dimulai dari
bagian urogenital melingkar menuju bagian rongga perut depan hingga isi
perut dapat terlihat.
3. Mengambil gonad betina yang ada yang didalam perut sehingga terpisah
dari organ lain.
4. Mengambil salah satu telur, pengambilan telur dilakukan pada tiga tempat
yaitu pada bagian anterior gonad, tengah gonad, dan posterior gonad.
5. Menambahkan larutan Lugol, lalu mengamati satu persatu telur dengan
mikroskop pada pembesaran 40 kali.
6. Mengamati diameter telur.
7. Mencatat hasil pengamatan pada tabel pengamatan (terlampir).
23
3.3.7. Kebiasaan Makan
1. Mengambil Ikan Kembung.
2. Membedah ikan dengan menggunakan gunting dimulai dari bagian
urogenital melingkar menuju bagian rongga perut depan hingga isi perut
dapat terlihat.
3. Mengambil usus, lalu mengurut usus hingga keluar isi dari usus.
4. Mengamati dengan menggunakan mikroskop.
5. Mencatat hasil pengamatan pada tabel pengamatan (terlampir).
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Kelompok : 07
Hari/Tanggal : Selasa, 25 Maret 2014
Spesies ikan : Ikan Kembung Betina (Rastrelliger brachysoma).
Asal ikan :
4.1.1. Hasil Pengamatan Pertumbuhan dan Rasio Kelamin Ikan Kembung
Kelompok 07
Tabel 1. Data Kelompok Pertumbuhan dan Rasio Kelamin Kelompok 07
Nama Praktikan
Pertumbuhan Kelamin
Panjang (mm) Berat
(gr)Jantan Betina
TL SL FL
Akbar Rusmana
Heru Sandra
Lidya Pratiwi
195 156 172 94 -
4.1.2. Hasil Pengamatan Reproduksi Ikan Kembung Kelompok 07
Tabel 2. Data Reproduksi Kelompok 07
TKGBg
(gr)
IKG
(%)
Bh
(gr)
HSI
(%)Fekunditas
Diameter
Telur
(µm)
Letak Inti
DormanTengah
(butir)
Menuju
Kutub
(butir)
Melebur
(butir)
P. I 1,2 13 0,2 2 - - - - - -
Perhitungan IKG
IKG=BgBt
×100 %
Diketahui: Bg = 1,2 gram
Bt = 94
Ditanyakan: IKG = ...%?
24
25
Jawab: IKG=BgBt
×100 %
IKG=1,294
×100 %
IKG=0,13 × 100 %
IKG=13 %
Perhitungan HSI
HSI= BhBt tanpahati
×100 %
Diketahui: Bh = 0,2 gram
Bt tanpa hati = 93,8
Ditanyakan: HSI = ?
Jawab: HSI= BhBt tanpahati
×100 %
HSI= 0,293,8
×100 %
HSI=0,002× 100 %
HSI=2%
4.1.3. Hasil Pengamatan Food and Feeding Habits Ikan Kembung Kelompok
Tabel 3. Data Food and Feeding Habits Kelompok 07
Jenis PakanKelompok
PemakanFito Zoo BentosBagian
hewan
Bagian
tumbuhanDentritus Ikan
- - - - - - Herbivora
Hari/Tanggal : Selasa, 25 Maret 2014
Spesies ikan : Ikan Kembung Jantan (Rastrelliger kanagurta) dan Ikan
Kembung Betina (Rastrelliger brachysoma)
26
Asal ikan :
Jumlah ikan : 52 ekor
4.1.4. Hasil Pengamatan Pertumbuhan dan Rasio Kelamin Ikan Kembung
Angkatan
Tabel 4. Data Kelompok Pertumbuhan dan Rasio Kelamin Angkatan
Kelompok Nama
Praktikan
Pertumbuhan Kelamin
Panjang (mm) Berat
(gr)Jantan Betina
TL SL FL
1 A
Efran A
Farica M
Nadia P
185 140 160 73 -
2 A
Anita N
Namira A
Sundoro
190 155 165 89 -
3 A
Deny P
Stephanie
Thaha Y
176 147 155 64 -
4 AAfrah H
Birta B
Wildan N
180 160 155 74 -
5 A
Kenny P
Neni S
Waskita A
180 160 165 77 -
6 A
Dian Fitri
Ganda M
M. Nofhan
175 150 155 62 -
7 A
Akbar R
Heru S
Lidya P
195 156 172 94 -
27
8 A
Indrie R
Kiki H
Rian F
165 145 152 64 -
9 A
Azka I
Elvira A
Firdha O
185 155 165 74 -
10 A
Heru P
Siti A
Tiasa F
184 155 160 78.24 -
11 A
Andrian A
Aninda N
M. Taufik N
177 152 146 76.49 -
12 A
Achmad A
Akhmad H
Esa K
170 150 155 71.60 -
13 A
Dwi W
Irfan A
Maki Z
179 160 145 73.27 -
14 A
Alfi R
Cita S
Rifai D
170 135 160 67.68 -
15 AM. Surya
Nur Aulia180 145 160 72,83 -
16 A
Inda A
Revqy P
Satria R
180 150 163 72.61 -
17 A
Krishna L
M. Ghifari
Respandu Z
190 150 165 83.07 -
18 A Andi A 175 150 165 76.68 -
28
Katisya A
M. Rizki M
19 A
Farhan R
Mutiara I
Rena W
170 150 69,49 -
20 A
Ahmad T
Gmelina A
M. Asyari
174 158 168 81,19 -
21 A
Bagus H
Ihsan F
Shelvi M
180 145 155 71,21 -
22 A
Dzinnuri K
Semita S
Sugih B
195 150 165 79,65 -
23 A
Andri S
Irma F
M. Rizqi H
180 150 160 73,53 -
24 A
Erra Dian
Luthfy W
M. Nu’man A
165 150 66 -
25 A
Firmansyah
Putri W
Taufiq R
183 150 167 66 -
26 A
Ahmad R
Ika R
Novel F
180 150 74,39 -
27 AAnnisa D
Azlhimsyah172 140 152 67,97 -
29
1 B
Adinda K
Gagas W
Raymond S
175 150 160 70
2 B
Ira Sri
Nur
M.Ridwan
Ondi K
180 160 145 71 -
3 B
Alvin T
Tria M
Ulfah N
180 145 120 56 -
4 B
Attindriya
Gilang K
Maulana A
175 153 102 64 -
5 B
Kokoh T
Nizha N
Sofan S
175 150 115 62 -
6 B
Adi Bagus
Alfina A
Denny A
184 158 132 63 -
7 BAxseel F
Lies A
Yuni A
185 150 165 82 -
8 B
Fahmi A
Hanan H
Ramdhani C
164 145 113 65 -
9 B
Aghnia N
M. Luki
Yuniar P
160 140 155 64.22 -
10 B Asep I
Irenne A
180 145 162 72 -
30
Robby W
11 B
Kania M
Iman B
Reno Dwi
175 140 160 70.76 -
12 B
Laily H
Lathofah M
M. Fajar
175 160 155 72.92 -
13 B
Alsyafi A
Andi Lia
Ludfi D
164 153 180 73,73 -
14 B
Hermilita A
M. Fiqi F
Nadhilah
177 142 158 69,93 -
15 B
Ammar A
Riri A
Yulia A
185 150 170 80.89 -
16 B
M. Faujih
Sofyan Y
Zhafira U
175 143 136 69.06 -
17 B
Esti L
Ginandya F
Irfan P
173 159 167 73.18 -
18 B
Arvilia H
Fa’iz A
Nicolas
177 150 160 77.20 -
19 B
Firdausi N
M. Ihsan Z
Wahyuni Dwi
175 139 154 65.83 -
20 B
Nadia S
Safira N
Teguh S
175 150 165 73.18 -
31
21 B
Adhimukti D
Fahri F
Hanif M
175 155 160 73.80 -
22 B
Larassati S
Linda M
Maryono P
170 140 155 72,77 -
23 B
Asri U
Imelda Y
M. Salman
185 140 150 66.23 -
24 B
Dicky S
Dwi S
Irfan H
179 145 152 63.22 -
25 B
Bangbang P
Faisal A
Raichmandika
185 140 - 66.23 -
Grafik 1. Pertumbuhan Ikan Kembung
32
160-169 mm 170-179 mm 180-189 mm 190-195 mm0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
3
18
11
32
78
1
Grafik Pertumbuhan Ikan Kembung
JantanBetina
Grafik 2. Rasio Kelamin Ikan Kembung
34
18
Grafik Rasio Kelamin Ikan Kembung
JantanBetina
4.1.5. Hasil Regresi Pertumbuhan Ikan Kembung Angkatan
33
Tabel 5. Data Regresi Pertumbuhan Angkatan
No ikan
SL (mm)
Berat (gr)
log L log W Log L x log W (Log L)^2
1140 73 2.146128 1.863323 3.99892943 4.605865546
2155 89 2.190332 1.94939 4.269810724 4.797552948
3147 64 2.167317 1.80618 3.914565167 4.697264429
4160 74 2.20412 1.869232 4.120010986 4.858144898
5160 77 2.20412 1.886491 4.158051904 4.858144898
6150 62 2.176091 1.792392 3.900407888 4.735373168
7156 94 2.193125 1.973128 4.327315231 4.809795504
8145 64 2.161368 1.80618 3.903819602 4.671511641
9155 74 2.190332 1.869232 4.094237487 4.797552948
10155 78.24 2.190332 1.893429 4.14723721 4.797552948
11152 76.49 2.181844 1.883605 4.109730752 4.760441442
12150 71.6 2.176091 1.854913 4.036460014 4.735373168
13160 73.27 2.20412 1.864926 4.110521085 4.858144898
14135 67.68 2.130334 1.83046 3.899491496 4.538321965
15145 72.83 2.161368 1.86231 4.025137914 4.671511641
16150 72.61 2.176091 1.860996 4.049698079 4.735373168
17150 83.07 2.176091 1.919444 4.176885769 4.735373168
18150 76.68 2.176091 1.884682 4.101240253 4.735373168
34
19150 69.49 2.176091 1.841922 4.008191042 4.735373168
20158 81.19 2.198657 1.909503 4.198341295 4.834092986
21145 71.21 2.161368 1.852541 4.004022809 4.671511641
22150 79.65 2.176091 1.901186 4.137153758 4.735373168
23150 73.53 2.176091 1.866465 4.061597227 4.735373168
24150 66 2.176091 1.819544 3.959493654 4.735373168
25150 66 2.176091 1.819544 3.959493654 4.735373168
26150 74.39 2.176091 1.871515 4.072586472 4.735373168
27140 67.97 2.146128 1.832317 3.932387463 4.605865546
28150 70 2.176091 1.845098 4.015101717 4.735373168
29160 71 2.20412 1.851258 4.080395519 4.858144898
30145 56 2.161368 1.748188 3.778477601 4.671511631
31153 64 2.184691 1.80618 3.945945912 4.772876648
32150 62 2.176091 1.792392 3.900407888 4.735373168
33158 63 2.198657 1.799341 3.956132851 4.834092986
34150 82 2.176091 1.913814 4.164633596 4.735373168
35145 65 2.161368 1.812913 3.91837292 4.671511641
36140 64.22 2.146128 1.80767 3.879491913 4.605865546
37145 72 2.161368 1.857332 4.014379027 4.671511641
38140 70.76 2.146128 1.849788 3.96988151 4.605865546
39 160 72.92 2.20412 1.862847 4.105937548 4.858144898
35
40153 73.73 2.184691 1.867644 4.080226354 4.772876648
41142 69.93 2.152288 1.844664 3.970247811 4.632345117
42150 80.89 2.176091 1.907895 4.151753275 4.735373168
43143 69.06 2.155336 1.839227 3.964151316 4.645473434
44159 73.18 2.201397 1.864392 4.104268079 4.846149299
45150 77.2 2.176091 1.887617 4.107627508 4.735373168
46139 65.83 2.143015 1.818424 3.896909235 4.592512434
47150 73.18 2.176091 1.864392 4.057088016 4.735373168
48155 73.8 2.190332 1.868056 4.091663063 4.797552948
49140 72.77 2.146128 1.861952 3.995988193 4.605865546
50140 66.23 2.146128 1.821055 3.908216664 4.605865546
51145 63.22 2.161368 1.800854 3.892309275 4.671511641
52140 66.23 2,146128 1,8210548 3,908217 4,605866
Jumlah113.01938
994.57784 209.5345522 245.6628638
Penghitungan Nilai b
36
Diketahui: N = 52
∑ log L = 113.0194
∑ log W = 94.57784
∑ (log L)2 = 209.5345
∑ (log L x log W)2 = 245.6628
(∑log L)2 = 12773.38229
Ditanyakan: nilai b = ?
log a=∑ logW ×∑ ¿¿¿¿
log a=94.58 × 245.66−113.02× 245.6752 ×245.66−12773.38
log a= 23234.52−27765.62566581.29−12773.38
log a= −4531.1553807.91
log a=−0.00818
Untuk mencari b digunakan rumus:
b=∑ logW −¿¿
b=94.58−(52×−0.00818)
113.0194
b=94.58−(−0.42536)
113.0194
b=95.00536113.0194
b=0.8
Hubungan Panjang Berat:b = 3 (Isometrik), dimana pertumbuhan panjang dan berat seimbangb ≠ 3 (Alometrik); b < 3 = alometrik negatif (berat < panjang)
b > 3 = alometrik positif (berat > panjang)
4.1.6. Hasil Pengamatan Reproduksi Ikan Kembung Angkatan
Tabel 6. Data Reproduksi Angkatan
37
Kel. TKGBG
(gr)
IKG
(%)
Bh
(gr)
HSI
(%)Fekunditas
Diameter
Telur
(µm)
Letak Inti
DormanTengah
(butir)
Menuju
Kutub
(butir)
Melebur
(butir)
38
1 A P. II 2 2.73 1 1.44 6.125 49.3 - - 2 A Bunting 2.1 2.4 0.7 8.3 - - - - - -
3 A Dara B. 0.48 0.75 0.52 0.82 - - - - - -
4 A P. II 2 2.7 0.41 0.59 156 47 - -
5 A P. II 2 2.5 1 1.2 442 58 - - 6 A Dara 0.39 0.6 0.35 0.5 - - - - - -
7 A P. I 1,2 13 0,2 2 - - - - - -
8 A Dara 0.71 1.12 0.34 0.56 - - - - - -
9 A Dara 0.67 0.91 0.48 0.65 - - - - - -
10 A Dara 0.01 0.013 0.88 1.1 - - - - - -
11 A Dara B. 0.47 0.6 0.47 0.6 - - - - - -
12 A Dara B. 0.98 69.27 0.48 64.92 - - - - - -
13 A Dara B. 0.65 0.009 0.1 0.001 - - - - - -
14 A Bunting 4.35 6.86 0.43 0.6 26000 30 - 10 25 -
15 A Dara 1.96 2.69 0.87 1.2 - 28 - 5 18 -
16 A Dara 0.54 0.749 0.58 0.8 - - - - - -
17 A P.I 0.74 0.89 0.66 0.80 - - - - - -
18 A P. II 1.63 2.20 0.22 0.29 - - - - - -
19 A - - - 0.45 0.005 - - - - - -
20 A Dara B. 0.41 0.5 0.91 0.012 - - - - - -
21 A P. II 0.91 1.27 0.4 0.56 - - - - - -
22 A Dara B 0.15 0.188 0.51 0.64 - - - - - -
23 A P. I 1.02 1.4 0.54 0.73 1260 15 - - -
24 A P. II 1.20 1.87 0.71 1.07 807.69 14 - - -
25 A Dara B. 0.60 0.81 0.50 0.67 - - - - - -
26 A Bunting 1.12 1.5 0.89 1.21 977.5 30 - - -
27 A Dara B. 0.47 0.069 0.26 0.004 - - - - - -
1 B Dara B. 9 14.75 6 9.375 - - - - - -
2 B Dara - 0,22 - 1,41 - - - - - -
3 B P. II 4 7.7 5 9.8 - - - - - -
4 B Dara - 8.47 - - - - - - - -
5 B Dara - 5.08 - 8.77 - - - - - -
6 B Dara - 5,17 - 3,33 - - - - - -
7 B Bunting - 28,13 - 10,81 11124 4 - - -
8 B Dara - 10,13 - 6,56 - - - - - -
9 B P. II - 18 - 8,4 - - - - - -
39
10 B P .II 7 11 8 12.5 - - - - - -
11 B Dara - 4.42 - 1.4 - - - - - -
12 B P. II - 14 - 10,6 - - - - - -
13 B P. II - 8,14 - 1,71 - - - - - -
14 B P. II - 1,9 - - - - - - - -
15 B P. II 15 18.5 6 7.4 - - - - - -
16 B P. II 4 6.14 5 7.8 - - - - - -
17 B P. II 3.64 5.23 0.56 0.77 1560 29.5 - - -
18 B Bunting - 3.6 - 1.2 2196 23 - - -
19 B P. II 0.59 0.9 0.45 0.68 - - - - - -
20 B Bunting 3.86 5.5 0.76 1.1 3986 77 - - -
21 B P.I 1.75 2.4 1 1.3 1309 45 - - -
22 B P. I - 0,88 - 0,84 - - - - - -
23 B Bunting 0.85 1.3 0.27 0.4 - - - - - -
24 B P. II 0.40 0.6 0.46 0.7 - - - - - -
25 B P.II - 1.3 - 0.4 - - - - - -
Grafik 3. Tingkat Kematangan Gonad Ikan Kembung
40
Jantan Betina0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
0.33
0.05
0.15
0.22
0.06 0.16
0.540.27
0.210.27
Grafik Tingkat Kematangan Gonad
BuntingPerkembangan IIPerkembangan IDara BerkembangDara
Keterangan:
Dara : Jantan 11 ekor dan Betina 1 ekor.
Dara Berkembang : Jantan 5 ekor dan Betina 4 ekor.
Perkembangan I : Jantan 2 ekor dan Betina 3 ekor.
Perkembangan II : Jantan 13 ekor dan Betina 5 ekor.
Bunting : Jantan 2 ekor dan Betina 5 ekor.
4.1.7. Hasil Pengamatan Food and Feeding Habits Ikan Kembung Angkatan
41
Tabel 7. Data Food and Feeding Habits Angkatan
Kelompok
Jenis Pakan Kelompok
PemakanFit
o
Zoo Bento
s
Bagian
hewan
Bagian
tumbuhan
Dentritus Ika
n
1 A - - - - - Herbivora
2 A - - - - - - Herbivora
3 A - - - - - Herbivora
4 A - - - - - Herbivora
5 A - - - - Omnivora
6 A - - - - - - Herbivora
7 A - - - - - - Herbivora
8 A - - - - - Herbivora
9 A - - - - Omnivora
10 A - - - - - Herbivora
11 A - - - - - Herbivora
12 A - - - - - Herbivora
13 A - - - - - - Herbivora
14 A - - - - - - Herbivora
15 A - - - - - - Herbivora
16 A - - - - - Herbivora
17 A - - - - - Herbivora
18 A - - - - - Herbivora
19 A - - - - - Omnivora
20 A - - - Omnivora
21 A - - - - - Herbivora
22 A - - Omnivora
23 A - - - - Omnivora
24 A - - - - - Herbivora
25 A - - - - - Herbivora
26 A - - - - - Herbivora
27 A - - - - - Herbivora
42
1 B - - - - - - Omnivora
2 B - - - - - - Herbivora
3 B - - - - - - Omnivora
4 B - - - - - - Herbivora
5 B - - - - - - Omnivora
6 B - - - - - - Omnivora
7 B - - - - - - Omnvora
8 B - - - - - - Omnivora
9 B - - - - - - Omnivora
10 B - - - - - Herbivora
11 B - - - - - - Herbivora
12 B - - - - - - Herbivora
13 B - - - - - - Omnivora
14 B - - - - - - Herbivora
15 B - - - - - - Omnivora
16 B - - - - - - Herbivora
17 B - - - - - - Herbivora
18 B - - - - - - Herbivora
19 B - - - - - - Herbivora
20 B - - - - - - Herbivora
21 B - - - - - - Herbivora
22 B - - - - - - Herbivora
23 B - - - - - - Herbivora
24 B - - - - - - Herbivora
25 B - - - - - - Herbivora
4.2. Pembahasan
4.2.1. Pembahasan Pertumbuhan dan Rasio Kelamin Ikan Kembung
43
Pertumbuhan adalah perubahan ukuran individu, biasanya pertumbuhan
diukur dalam satuan panjang, berat dan atau energi. Dalam hubungannya dengan
waktu, pertumbuhan didefinisikan sebagai ukuran rata-rata ikan pada waktu
tertentu (pertumbuhan mutlak) dan perubahan panjang atau berat pada awal
periode (pertumbuhan nisbi) (Effendie, 1979). Untuk mengetahui pertumbuhan
ikan kembung, ikan kembung (Rastrelliger brachysoma) pertama-tama diukur
panjangnya, antara lain Total Length (TL), Standard Length (SL), dan Fork
Length (FL). Dari hasil pengukuran kelompok kami (kelompok 7 A) maka didapat
TL = 195 mm ; FL = 156 mm ; dan FL = 172 mm. Selain dilakukan pengukuran
panjang juga dilakukan pengukuran berat ikan. Dan dari pengamatan kelompok
kami berat ikan yang kami amati adalah 94 gram.
Untuk mengetahui hubungan panjang ikan dengan berat ikan bisa
dilakukan dengan regresi linier yaitu y = a + bx dengan y adalah Log W, dan x
adalah Log L. Setelah dilakukan pengolahan data menggunakan aplikasi Ms.
Excel maka diketahui nilai b/koefisien pertumbuhan ikan kembung adalah 0,8.
Dari nilai ini maka dapai diketahui bahwa pola pertumbuhan ikan kembung adalah
alometrik negatif (b<3) Dimana pertumbuhan panjangnya lebih besar daripada
pertumbuhan beratnya.
4.2.2. Pembahasan Reproduksi Ikan Kembung
Berdasarkan dari fungsi reproduksinya, ikan biasa terbagi menjadi dua
yakni jantan dan betina. Melakukan identifikasi jantan dan betina merupakan
sesuatu yang penting. Sebagian besar jenis ikan tidak menunjukkan perbedaan
tubuh luar antara ikan jantan dan ikan betina. Kondisi tersebut dinamakan dengan
monomorfisme. Pembedaan kedua jenis kelamin ini dapat dilakukan dengan
pembedahan dan melihat ciri seksual primer. Ciri seksual primer ditandai dengan
adanya testis pada ikan jantan dan ovarium pada ikan betina. Rasio ini biasanya
dinyatakan dalam bentuk persentase dan juga perbandingan.
Untuk mengetahui rasio kelaminnya, pertama-tama ikan harus dibedah
kemudian dianalisis gonad-nya. Setelah semua data dikumpulkan maka dapat
diketahui dari 51 ekor ikan kembung terdapat 33 ekor ikan jantan dan 18 ekor
44
ikan betina, atau 64,71%-nya adalah ikan jantan dan betinanya hanya 35,29%-nya
saja. Tingkat kematangan gonad menurut Kesteven (Bagenal dan Braum, 1968)
yaitu:
1. Dara: organ seksual sangat kecil berdekatan dibawah tulang punggung,
transparan, tidak berwarna sampai abu-abu, telur tidak terlihat dengan
mata biasa.
2. Dara berkembang: testes dan ovarium jernih, abu-abu merah, panjangnya
setengah atau lebih sedikit dari panjang rongga bawah, telur satu persati
dapat dilihat dengan kaca pembesar.
3. Perkembangan I: testes dan ovarium bentuk bulat telur, warna kemerah-
merahan dengan pembuluh kapiler, mengisi kira-kira setengah ruang ke
bagian bawah, telur dapat terlihat seperti serbuk putih.
4. Perkembangan II: testes warna putih kemerahan, tidak ada sperma kalau
perut ditekan, ovarium warna oranye kemerahan, telur dapat dibedakan,
bentuk bulat telur, ovarium mengisi dua per tiga ruang bawah.
5. Bunting: organ seksual mengisi ruang bawah, testes putih, keluar sperma
apabila ditekan di bagian perut, telur bulat, beberapa jernih dan masak.
6. Mijah: telur dan sperma keluar dengan sedikit tekanan ke perut,
kebanyakan telur berwarna jernih dengan beberapa berbentuk bulat telur
tinggal di dalam ovarium.
7. Mijah/Salin: gonad belum kosong sama sekali, tidak ada telur yang bulat
telur.
8. Salin: testes dan ovarium kosong dan berwarna merah, beberapa telur
sedang ada dalam keadaan dihisap kembali.
9. Pulih Salin: testes dan ovarium jernih, abu-abu sampai merah.
Setelah data yang ada dan kemudi dicocokan dengan ciri-ciri diatas maka
diketahui ikan jantan dara berjumlah 12 ekor sedangkan ikan betina dara hanya 1
ekor. Ikan jantan dara berkembang berjumlah 4 ekor dan ikan betina dara
berkembang juga 4 berjumlah ekor. Ikan jantan perkembangan I berjumlah 3 ekor
45
dan ikan betina perkembangan I berjumlah 2 ekor. Ikan jantan perkembangan II
berjumlah 12 ekor dan ikan betina perkembangan II berjumlah 5 ekor. Ikan jantan
bunting berjumlah 2 ekor dan dan ikan betina bunting berjumlah 6 ekor. Dari rata-
rata data tersebut diketahui ikan betina lebih cepat matang gonad.
Perkembangan gonad yang semakin matang merupakan bagian dari
reproduksi ikan sebelum terjadi pemijahan. Selama itu sebagian besar hasil
metabolisme tertuju kepada perkembangan gonad. Peningkatan bobot ovarium
dan testis juga bergantung kepada ketersediaan pakan, karena bahan baku dalam
proses pematangan gonad terdiri atas karbohidrat, lemak dan protein. Reproduksi
sendiri dimulai sejak terjadinya perkembangan gonad untuk siap memproduksi sel
telur/sperma hingga hadirnya individu baru. Adapun prosesnya meliputi
pematangan gonad, pematangan gamet, perkawinan dan pemijahan, pembuahan
dan awal perkembangan, serta penetasan (Fujaya, 2002).
Indeks Kematangan Gonad (IKG) dinyatakan sebagai suatu nilai dalam
persen sebagai hasil perbandingan berat gonad dengan berat tubuh ikan termasuk
gonad dikalikan 100%.
IKG= Bg/Bt ×100%
Maka dari itu pertama-tama gonad ikan harus di timbang. Berat gonad
yang kami timbang adalah 1,2 gram. Kemudian data tersebut dibandingkan
dengan berat ikan tanpa gonad, seperti yang telah diketahui berat ikan secara
keseluruhan adalah 94 gram jadi berat ikan tanpa gonad adalah 94 gram dikurangi
1,2 gram yaitu 92,8 gram. Kedua data ini kemudian dimasukan ke dalam rumus
diatas:
IKG= 1,2/94 × 100 % = 12,93%
Jadi IKG ikan Kembung yang kami amati adalah 12,93%. Selain gonad
yang ditimbang beratnya, hati pada ikan pun ditimbang. Hal ini dilakukan karena
pada hati terjadi proses vitelogenesis (pembentukan kuning telur). Perhitungan
HSI pada hati menggunakan rumus :
HSI= Bh/Bt × 100%
46
Maka dari itu hati ikan juga harus ditimbang. Dari penimbangan yang
kami lakukan diketahui bahwa berat hati ikan yang kami teliti adalah 0,2 gram.
Kemudian dimasukan kedama rumus diatas:
HSI = 0,2/93,8 × 100% =2,13%
Jadi HSI ikan Kembung yang kami amati adalah 2,13%. Sedangkan rata-rata TKG
seluruh angkatan adalah 5,72% dan rata-rata HSI seluruh angkatan adalah 3,79%.
4.2.3. Pembahasan Food and Feeding Habits Ikan Kembung
Food habist memiliki arti yang berbeda dengan feeding habits, karena
keduanya sering disamakan dalam hal definisi. Food habits mencakup kualitas
dan kuantitas makanan yang dimakan ikan, sementara feeding habits mencakup
cara ikan dalam mendapatkan makanan. Kebiasaan makanan dan cara memakan
ikan itu secara lami tergantung kepada lingkungan itu hidup (Kurniasari, 2011).
Untuk mengetahui Food habits ikan kembung maka kita harus mengeluarkan
kotoran ikan kembung dengan cara mengurut ususnya, kemudian kita analisis
dibawah mikroskop. Dari pengamatan yang kami lakukan bahwa di dalam kotoran
ikan kembung yang kami amati hanya terdapat bagian-bagian tumbuhan. Namun
dari beber kelompok lain ada yang menemukan zooplankton dan bagian-bagian
dari hewan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ikan kembung termasuk
omnivora.
BAB 5
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Ikan kembung memiliki pola pertumbukan alometrik negatif karena
memiliki nilai koefisien pertumbuhan kurang dari 3 yaitu 0,81.
Dari 51 ekor ikan kembung terdapat 33 ekor ikan jantan dan 18 ekor
ikan betina, atau 64,71%-nya adalah ikan jantan dan betinanya hanya
35,29%-nya saja.
Dari jumlah tersebut dapat dibagi lagi sesuai tingkat kematangan
gonad-nya, yaitu ikan jantan dara berjumlah 12 ekor sedangkan ikan
betina dara hanya 1 ekor. Ikan jantan dara berkembang berjumlah 4
ekor dan ikan betina dara berkembang juga 4 berjumlah ekor. Ikan
jantan perkembangan I berjumlah 3 ekor dan ikan betina
perkembangan I berjumlah 2 ekor. Ikan jantan perkembangan II
berjumlah 12 ekor dan ikan betina perkembangan II berjumlah 5 ekor.
Ikan jantan bunting berjumlah 2 ekor dan dan ikan betina bunting
berjumlah 6 ekor.
Dari rata-rata data diatas dampar disimpulkan ikan kembung jantan
lebih cepar matang gonad dari pada ikan kembung betina.
Rata-rata TKG seluruh angkatan adalah 5,72% dan rata-rata HSI
seluruh angkatan adalah 3,79.
Ikan kembung termasuk ke dalam omnivora karena dalam ususnya
terdapat bagian-bagian hewan dan tumbuhan (zooplankton dan
fitoplankton).
5.2. Saran
Harus teliti dalam menghitung telur (fekunditas) terutama jika ikan
tersebut masih dalam fase perkembangan I/II, karena telur ikan pada fase
ini angan kecil dan kadang menggumpal (tidak terurai)
Harus ada koordinasi antara seluruh kelompok terutama dengan kelas yang
berbeda, agar data hasil pengamatan bisa dilengkapi secepat mungkin.
47
48
DAFTAR PUSTAKA
Effendie. 1985. Biologi Perikanan Bagian I Studi Natural History. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Effendie Msc, Prof. Dr. H. Moch Ichsan. 1997. Biologi Perikanan.
Yayasan Pustaka Nusantara.
Effendi, 2003. Metode pengukuran kualitas air, IPB. Bogor.
Rosalina, Elfirah (2011). Food and Feeding Habits. Online. Tersedia:
http://firarosalina.blogspot.com/2011/06/food-and-feeding-habits.html.
Diakses pada 31 Maret 2014 pukul 19:25
Top Related