Download - Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Transcript
Page 1: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

DI RUMAH SEHAT DAN APOTEK UNIVERSITAS GADJAH MADA

JL. PROF. DR. SARDJITO NO. 25 YOGYAKARTA

PERIODE 5-31 MEI 2014

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Apoteker (Apt.)

Program Studi Profesi Apoteker

Disusun oleh:

Arnoldus Yansen Nama Hada 138115004

Veronika Dita Ayuningtyas 138115042

David Chandra Putra 138115055

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2014

Page 2: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

i

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

DI RUMAH SEHAT DAN APOTEK UNIVERSITAS GADJAH MADA

JL. PROF. DR. SARDJITO NO. 25 YOGYAKARTA

PERIODE 5-31 MEI 2014

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Apoteker (Apt.)

Program Studi Profesi Apoteker

Disusun oleh:

Arnoldus Yansen Nama Hada 138115004

Veronika Dita Ayuningtyas 138115042

David Chandra Putra 138115055

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2014

Page 3: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

ii

Page 4: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala nikmat,

anugerah, hidayah, dan bimbingan-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan

Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) bidang Apotek di Apotek Universitas

Gadjah Mada, Jl. Prof. Dr.Sardjito No. 25 Yogyakarta periode Mei 2014 serta

dapat menyelesaikan pembuatan laporan dengan baik. PKPA bidang perapotekan

ini dilaksanakan oleh mahasiswa tingkat profesi sebagai salah satu syarat dalam

memperoleh gelar Apoteker di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta. Kegiatan PKPA ini bertujuan agar mahasiswa memperoleh

pengetahuan, pengalaman praktis dan ketrampilan dalam pengelolaan apotek

sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat. Selain itu, dengan

adanya kegiatan PKPA diharapkan mahasiswa dapat mengetahui peran, fungsi,

posisi dan tanggung jawab sebagai Apoteker dalam mengelola apotek. Dalam

pelaksanaan kegiatan PKPA dan penyusunan laporan ini penulis banyak mendapat

bantuan dan ilmu dari berbagai pihak, untuk itulah maka kami mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Ibu Yunita Linawati, M. Sc., Apt. selaku Kepala Program Studi Profesi

Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Prof. Dr. C. J. Soegiharjo, M. Sc, Apt. selaku Ketua Pembimbing

PKPA Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah

meluangkan waktu dan memberikan masukan kepada penulis

3. Ibu Bondan Ardiningtyas, M.Sc., Apt. Selaku Apoteker Pengelola Apotek di

Rumah Sehat dan Apotek UGM yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk melaksanakan PKPA dan membagikan banyak ilmu dan

pengalaman pekerjaan kefarmasian dalam bidang perapotekan

4. Muvita Rina Wati, S.Farm., Apt., Susan Fitria Candra Dewi, S.Farm., Apt.,

Khrisna Heryanti Febti Kurniasari, S.Farm., Apt., Fitria Setyoningrum, S.

Farm., Annisa Krisridwany, S. Farm., Apt., selaku Apoteker Pendamping di

Rumah Sehat dan Apotek UGM yang telah banyak meluangkan waktu dan

ilmunya untuk membimbing dan mengarahkan kami.

Page 5: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

iv

5. Seluruh karyawan apotek Universitas Gadjah Mada atas segala bantuannya

selama Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA).

6. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi

Universitas Gadjah Mada atas kerja sama dan dukungannya.

7. Seluruh dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah

mengajar dan membimbing penulis selama proses perkuliahan.

8. Orang tua penulis atas motivasi dan doa yang diberikan kepada penulis.

9. Rekan-rekan Program Studi Profesi Apoteker Angkatan XXVII yang telah

berbagi semangat dan pengetahuan

10. Pihak-pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu yang telah

memberikan bantuan dalam pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker

(PKPA) ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan

laporan ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai

pihak untuk perbaikan selanjutnya.Semoga laporan PKPA ini dapat berguna bagi

Apotek UGM, Universitas Sanata Dharma, mahasiswa PKPA, dan pihak-pihak

terkait terutama dalam bidang kefarmasian.

Yogyakarta, Mei 2014

Penulis

Page 6: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

v

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .............................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ ii

KATA PENGANTAR ............................................................................ iii

DAFTAR ISI .......................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. ix

DAFTAR TABEL .................................................................................. x

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xi

BAB I. PENDAHULUAN .................................................................. 1

A. Latar Belakang Praktek kerja Profesi Apoteker (PKPA) ..... 1

B. Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ................ 2

C. Manfaat Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) .............. 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 3

A. Aspek Legalitas dan Organisasi .......................................... 3

1. Peraturan Perundang-Undangan terkait Apotek ............. 3

2. Kode Etik Profesi Farmasi/Apoteker terkait bidang

Farmasi Perapotekan ....................................................... 8

3. Tatacara Perijinan Pendirian Apotek dan Studi

Kelayakan ........................................................................ 12

4. Struktur Organisasi Apotek ............................................. 16

B. Aspek Bisnis ........................................................................ 17

1. Permodalan ..................................................................... 17

2. Perhitungan Break Event Point (BEP) ............................ 18

3. Strategi Pengembangan Apotek ...................................... 19

4. Perpajakan ....................................................................... 20

5. Kewirausahaan ................................................................ 27

Page 7: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

vi

C. Sumber Pengelolaan Sumber Daya ..................................... 27

1. Sumber Daya Manusia ................................................... 27

2. Sarana dan Prasarana ...................................................... 29

3. Pengelolaan Sediaan ....................................................... 31

4. Administrasi ................................................................... 36

D. Aspek Asuhan Kefarmasian ................................................ 37

1. Konseling, Promosi, dan Edukasi .................................... 37

2. Pengobatan Sendiri (Self Medication) ............................. 39

3. Pelayanan Home Care ..................................................... 40

E. Aspek Pelayanan Kefarmasian ............................................ 41

1. Pelayanan Resep ............................................................. 41

2. Pengelolaan Obat Wajib Apotek (OWA) ........................ 43

3. Pengelolaan Obat Keras, Narkotika, dan Psikotropika ... 44

4. Pengelolaan Obat Bebas, Obat Bebas Terbatas, Obat

Tradisional, Kosmetik, Alat Kesehatan, dan Perbekalan

Kesehatan lainnya ............................................................ 52

5. Pengelolaan Obat Rusak, Kadaluarsa, dan Pemusnahan

Obat dan Resep ................................................................ 54

6. Evaluasi Mutu Pelayanan ............................................... 54

BAB III. TINJAUAN APOTEK UGM DAN PEMBAHASAN ........ 57

A. Profile Company Apotek UGM .......................................... 57

1. Tujuan Pendirian ............................................................ 57

2. Visi dan Misi .................................................................. 58

3. Motto Pelayanan ............................................................. 58

4. Slogan Pelayanan ............................................................ 59

5. Fungsi ............................................................................. 59

B. Aspek Legalitas dan Organisasi Apotek UGM ................... 59

1. Sumpah dan Kode Etik Profesi Farmasi/Apoteker ......... 59

2. Tata Cara Perijinan dan Studi Kelayakan Apotek .......... 60

3. Struktur Organisasi Apotek UGM ................................... 61

Page 8: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

vii

C. Aspek Bisnis ........................................................................ 65

1. Permodalan ...................................................................... 65

2. Strategi Pengembangan Apotek ...................................... 65

3. Perpajakan ....................................................................... 66

4. Kewirausahaan ............................................................... 67

D. Sumber Pengelolaan Sumber Daya ...................................... 67

1. Sumber Daya Manusia .................................................... 67

2. Sarana dan Prasarana ....................................................... 72

3. Pengelolaan Sediaan ........................................................ 73

4. Administrasi .................................................................... 79

E. Aspek Asuhan Kefarmasian ................................................. 82

1. Konseling, Promosi, dan Edukasi .................................... 82

2. Pengobatan Sendiri (Self Medication) ............................. 83

3. Pelayanan Residensial (Home Care) ............................... 85

F. Aspek Pelayanan Kefarmasian ............................................. 85

1. Pengelolaan Resep ........................................................... 85

2. Pelayanan Obat Wajib Apotek (OWA) ........................... 89

3. Pengelolaan Obat Keras, Narkotika, dan Psikotropika ... 90

4. Pengelolaan Obat Bebas, Obat Bebas Terbatas, Obat

Tradisional, Kosmetik, Alat Kesehatan, dan Perbekalan

Kesehatan lainnya ............................................................ 92

5. Pengelolaan Obat Rusak, Kadaluwarsa, dan Pemusanahan

Obat dan Resep ................................................................ 94

6. Evaluasi Mutu Pelayanan ................................................ 95

G. Kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) .............. 97

1. Pretest, pembekalan, dan simulasi .................................. 97

2. Praktek kerja .................................................................... 98

3. Tugas dan diskusi ............................................................ 107

4. Post Test .......................................................................... 109

Page 9: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

viii

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN . ............................................ 110

A. Kesimpulan .......................................................................... 110

B. Saran .................................................................................... 110

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 111

LAMPIRAN .......................................................................................... 113

Page 10: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Struktur dan Organisasi Apotek ........................................... 17

Gambar 2. Logo Obat Keras .................................................................. 45

Gambar 3. Logo Obat Narkotika ............................................................ 45

Gambar 4. Logo Obat Bebas .................................................................. 52

Gambar 5. Logo Obat Bebas Terbatas ................................................... 53

Gambar 6. Logo Jamu, Obat Herbal Terstandar, dan Fitofarmaka ........ 53

Gambar 7. Struktur Organisasi Apotek UGM........................................ 62

Gambar 8. Alur Pelayanan Resep di Rumah Sehat dan Apotek UGM .. 86

Gambar 9. Alur Penyerahan Obat di Rumah Sehat dan Apotek UGM .. 88

Gambar 10. Alur Pelayanan OWA di Rumah Sehat dan Apotek UGM 90

Gambar 11. Alur Pelayanan Obat Bebas, Obat Bebas Terbatas, Obat

Tradisional, Kosmetik, Alat Kesehatan, dan Perbekalan

Kesehatan Lainnya ............................................................. 94

Page 11: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I. PTKP 2013 ............................................................................ 25

Tabel II. Respon Pelanggan Terhadap Kuesioner yang Diberikan ....... 96

Tabel III. Jadwal Kegiatan PKPA di Apotek UGM Periode Mei 2014 . 99

Page 12: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat Penyelenggaraan Apotek UGM ................................ 113

Lampiran 2. Contoh Etiket ...................................................................... 114

Lampiran 3. Contoh Instruksi Peracikan ................................................. 115

Lampiran 4. Contoh Surat Pesanan Umum ............................................. 116

Lampiran 5. Contoh Surat Pesanan Narkotika........................................ 117

Lampiran 6. Contoh Surat Pesanan Psikotropika .................................... 118

Lampiran 7. Contoh Kartu Stelling Narkotika dan Psikotropika ............ 119

Lampiran 8. Contoh Laporan Statistik dan Pelayanan Obat Generik Berlogo 120

Lampiran 9. Contoh Laporan Psikotropika ............................................. 121

Lampiran 10. Contoh Laporan Narkotika ............................................... 122

Lampiran 11. Contoh Kwitansi ............................................................... 123

Lampiran 12. Contoh Berita Acara Pemusnahan Resep ......................... 124

Lampiran 13. Contoh Berita Acara Pemusnahan Obat-Obatan .............. 125

Lampiran 14. Contoh Form Salinan Resep ............................................. 126

Lampiran 15. Form Kuisioner Kepuasan Pasien .................................... 127

Lampiran 16. Jadwal Praktek Dokter di Apotek UGM........................... 128

Page 13: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan hal pokok dalam kehidupan manusia. Berdasarkan

Undang-Undang No. 36 tahun 2009, kesehatan merupakan keadaan sehat, baik

secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan seseorang untuk

hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Dalam upaya menjaga dan

meningkatkan kesehatan maka masyarakat memerlukan sarana penunjang

kesehatan. Salah satu sarana penunjangnya adalah apotek. Apotek adalah tempat

melakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan

kesehatan lainnya kepada masyarakat (Menkes RI, 2004).

Berdasarkan UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992, profesi yang diberi

wewenang untuk mengatur, mengawasi dan melaksanakan segala sesuatu yang

berkaitan dengan pekerjaan kefarmasian adalah apoteker. Pekerjaan kefarmasian

ini mencakup pembuatan dan pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,

pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat, pengelolaan obat, pelayanan obat

atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan

obat, dan obat tradisional (Presiden RI, 1992).

Pada saat ini pelayanan kefarmasian mengalami pergeseran orientasi dari

obat ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian (pharmaceutical

care) (Menkes RI, 2004). Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya

berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang

komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien

sehingga apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, dan

perilaku agar dapat melaksanakan interaksi langsung dengan pasien. Oleh karena

itu, apoteker dalam menjalankan praktek harus sesuai standar pelayanan

kefarmasian di apotek. Apoteker harus mampu berkomunikasi dengan tenaga

kesehatan lainnya dalam menetapkan terapi untuk mendukung penggunaan obat

yang rasional.

Page 14: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 2

Praktek kerja profesi apoteker (PKPA) di Rumah Sehat dan Apotek

UGM menjadi salah satu upaya agar mahasiswa program studi profesi apoteker

dapat memahami peran, fungsi, dan tanggung jawab apoteker di apotek dalam

melakukan pekerjaan dan pelayanan kefarmasian. PKPA ini diharapkan berguna

bagi mahasiswa karena mahasiswa dibekali wawasan, pengetahuan, keterampilan,

dan pengalaman praktis yang berkaitan dengan pelayanan profesi di apotek. Oleh

karena itu diharapkan berguna untuk melayani dengan mutu dan kualitas kepada

masyarakat di apotek nantinya.

B. Tujuan

1. Meningkatkan pemahaman calon apoteker tentang peran, fungsi dan tanggung

jawab apoteker dalam pelayanan kefarmasian di apotek.

2. Membekali calon apoteker agar memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan

dan pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek.

3. Memberi kesempatan kepada calon apoteker untuk melihat dan mempelajari

strategi dan pengembangan apotek.

4. Mempersiapkan calon apoteker dalam memasuki dunia kerja.

5. Memberi gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan kefarmasian di

apotek.

C. Manfaat

Agar calon apoteker :

1. Mengetahui, memahami tugas dan tanggung jawab apoteker dalam mengelola

apotek.

2. Mendapatkan pengalaman praktis mengenai pekerjaan kefarmasian di apotek.

3. Mendapatkan pengetahuan manajemen psraktis di apotek.

4. Meningkatkan rasa percaya diri untuk menjadi apoteker yang professional di

apotek.

Page 15: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Aspek Legalitas dan Organisasi

1. Peraturan Perundang-undangan yang terkait dengan Apotek

Dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian di apotek, diperlukan

perhatian mengenai peraturan perundang-undangan untuk memberikan aspek

legalitas terhadap apotek. Beberapa peraturan perundang-undangan yang

digunakan adalah sebagai berikut :

a. Undang-undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

(menggantikan Undang-undang Republik Indonesia No. 23 tahun 1992).

b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 tahun 2009 tentang

Pekerjaan Kefarmasian (mencabut Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 1965

tentang Apotek, Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1980, dan Peraturan

Pemerintah No. 41 tahun 1990).

c. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja

Tenaga Kefarmasian.

d. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1332/MENKES/SK/X/2002 (mengubah Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia No. 922/MENKES/PER/X/1993) tentang Ketentuan dan

Tata Cara Pemberian Ijin Apotek.

e. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di

Apotek.

Apotek memiliki beberapa pengertian menurut versi regulasi yang

mengaturnya. Beberapa regulasi yang mengaturnya adalah PP No. 51 tahun 2009

tentang Pekerjaan Kefarmasian dan Kepmenkes RI No. 1027/ MENKES/ SK/ IX/

2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Menurut PP No. 51

tahun 2009, apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan

praktek kefarmasian oleh apoteker. Apotek berdasarkan PP No. 51 tahun 2009

Page 16: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 4

termasuk kedalam fasilitas pelayanan kefarmasian. Fasilitas pelayanan

kefarmasian adalah sarana yang digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan

kefarmasian, yaitu apotek, instalasi farmasi rumah sakit, puskesmas, klinik, toko

obat dan praktek bersama. Pelayanan kefarmasian diuraikan sebagai suatu

pelayanan langsung dan bertanggung jawab terhadap pasien, yang berkaitan

dengan sediaan farmasi, dengan maksud mencapai hasil yang pasti, untuk

meningkatkan mutu kehidupan pasien. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat,

obat tradisional dan kosmetika. Praktek kefarmasian diuraikan dalam PP No. 51

tahun 2009 sebagai pekerjaan kefarmasian, yaitu pembuatan termasuk

pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan

pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat

tradisional.

Jenis pelayanan di Apotek menurut Kepmenkes No. 1027/Menteri

Kesehatan/SK/IX/2004 adalah sebagai berikut :

a. Pelayanan resep

Pelayanan resep meliputi skrining resep (persyaratan administratif,

kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan klinis) serta penyiapan obat, yaitu

peracikan, pemberian etiket, kemasan obat yang diserahkan, informasi obat,

konseling, dan monitoring penggunaan obat.

b. Promosi dan edukasi

Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, Apoteker harus berpartisipasi

secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu

penyebaran informasi tentang kesehatan, antara lain dengan penyebaran

leaflet, brosur, poster, penyuluhan, dan lain-lain.

c. Pelayanan residensial (home care)

Apoteker sebagai care giver diharapkan dapat melakukan pelayanan

kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok

lansia dan pasien dengan penyakit kronis lainnya. Untuk aktivitas ini

Apoteker harus membuat catatan pengobatan atau patient medication

record.

Page 17: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 5

Tugas dan fungsi apotek juga dijabarkan dalam PP No. 51 tahun 2009

tentang pekerjaan kefarmasian. Tugas dan fungsi apotek adalah sebagai berikut:

a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan

sumpah jabatan apoteker.

b. Sarana yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian.

c. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan mendistribusi sediaan

farmasi, yaitu obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik.

d. Sarana pembuatan dan pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,

pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian atau penyaluran obat,

pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional.

Perubahan paradigma dimana dari drug oriented menjadi patient

oriented dalam pelayanan kefarmasian membuat dikeluarkannya Surat Keputusan

Menteri Kesehatan RI No.1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian di Apotek, menyebutkan beberapa pengertian mengenai pelayanan

kefarmasian, yaitu :

a. Apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan

penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada

masyarakat.

b. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan

telah mengucapkan sumpah berdasarkan peraturan perundangan yang

berlaku dan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai

Apoteker.

c. Surat Ijin Apotek (SIA) adalah Surat Ijin yang diberikan oleh Menteri

kepada Apoteker untuk praktek farmasi komunitas.

d. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika.

e. Perbekalan kesehatan adalah semua bahan selain obat dan peralatan yang

diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.

f. Alat kesehatan adalah bahan, instrumen, aparatus, mesin, implan yang tidak

mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,

menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit serta

Page 18: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 6

memulihkan kesehatan pada manusia dan atau untuk membentuk struktur

dan memperbaiki fungsi tubuh.

g. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan

kepada Apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien

sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

h. Perlengkapan apotek adalah semua peralatan yang dipergunakan untuk

melaksanakan kegiatan pelayanan kefarmasian di apotek.

i. Pelayanan kefarmasian (Pharmaceutical Care) adalah bentuk pelayanan dan

tanggung jawab langsung profesi Apoteker dalam pekerjaan kefarmasian

untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.

j. Patient medication record adalah catatan pengobatan setiap pasien.

k. Medication error adalah kejadian yang merugikan pasien akibat pemakaian

obat selama dalam penanganan tenaga kesehatan yang sebetulnya dapat

dicegah.

l. Konseling adalah suatu proses komunikasi dua arah yang sistematik antara

Apoteker dan pasien untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang

berkaitan dengan obat dan pengobatan.

m. Pelayanan residensial (home care) adalah pelayanan Apoteker sebagai care

giver dalam pelayanan kefarmasian di rumah-rumah khususnya untuk

kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan kronis lainnya.

Berdasarkan ketentuan umum Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun

2009 mengenai Apotek, tugas dan fungsi apotek adalah sebagai tempat di mana

dilakukan pelayanan langsung dan bertanggung jawab oleh Apoteker kepada

pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi untuk meningkatkan kualitas

kehidupan pasien.

Sarana dan prasarana apotek diatur dalam Kepmenkes RI

No.1027/MENKES/SK/IX/2004 Bab II. Dalam peraturan tersebut disebutkan

bahwa masyarakat harus diberi akses secara langsung dan mudah oleh apoteker

untuk memperoleh informasi dan konseling, lingkungan apotek harus dijaga

kebersihannya, bebas dari hewan pengerat dan serangga, serta memiliki suplai

listrik yang konstan terutama untuk lemari pendingin. Selain itu, perabotan apotek

Page 19: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 7

harus tertata rapi, lengkap dengan rak-rak penyimpanan obat dan barang-barang

lain yang tersusun dengan rapi, terlindung dari debu, kelembaban dan cahaya

yang berlebihan serta diletakkan pada kondisi ruangan dengan temperatur yang

telah ditetapkan.

Dalam Kepmenkes RI No.1027/MENKES/SK/IX/2004 juga disebutkan

bahwa setiap apotek harus memiliki:

a. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien.

b. Tempat untuk mendisplai informasi bagi pasien, termasuk penempatan

brosur/materi informasi.

c. Ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi dengan meja

dan kursi serta lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien.

d. Ruang racikan.

e. Tempat pencucian alat.

Berdasarkan Kepmenkes RI No.1332/MENKES/SK/X/2002 tentang

Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik, menyatakan bahwa:

a. Surat Izin Apotek atau SIA adalah Surat Izin yang kepada Apoteker atau

Apoteker bekerjasama dengan pemilik sarana untuk menyelenggarakan

Apotek di suatu tempat tertentu.

b. Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah Apoteker yang telah diberi Surat

Izin Apotek (SIA).

c. Apoteker pendamping adalah Apoteker yang bekerja di apotek disamping

Apoteker Pengelola Apotek dan/atau menggantikannya pada jam-jam

tertentu pada hari buka Apotek.

d. Apoteker pengganti adalah Apoteker yang menggantikan Apoteker

Pengelola Apotek selama Apoteker Pengelola Apotek tersebut tidak berada

di tempat lebih dari tiga (3) bulan secara terus menerus, telah memiliki Surat

Izin Kerja dan tidak bertindak sebagai Apoteker Pengelola Apotek di

Apotek lain.

e. Asisten Apoteker (AA) adalah mereka yang berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan

kefarmasian sebagai Asisten Apoteker.

Page 20: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 8

f. Menteri adalah Menteri yang bertanggungjawab di bidang kesehatan.

Pengalihan tanggung jawab pengelolaan apotek diatur dalam Kepmenkes

RI No.1332/MENKES/X/2002 Pasal 19 yaitu:

a. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka Apotek,

APA harus menunjuk apoteker pendamping.

b. Apabila APA dan apoteker Pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan

melakukan tugasnya, APA menunjuk apoteker pengganti.

c. Penunjukan dimaksud dalam ayat (1) dan (2) harus dilaporkan kepada

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan Kepada Kepala

Dinas Kesehatan Provinsi setempat.

d. Apoteker pendamping dan apoteker pengganti wajib memenuhi persyaratan

(seperti syarat APA).

e. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 (dua) tahun

secara terus menerus, Surat Izin Apotek atas nama apoteker bersangkutan

dicabut.

2. Kode Etik Profesi Farmasi/ Apoteker terkait bidang Farmasi Perapotekan

a. Lafal Sumpah/Janji Apoteker Indonesia

Seorang Apoteker perlu mengucapkan sumpah karena pekerjaan dan

jabatan seorang Apoteker menuntut tanggung jawab yang besar dimana adanya

penyalahgunaan jabatan atau profesinya dapat membahayakan keselamatan

dari seseorang yang dilayaninya. Lafal Sumpah/Janji Apoteker Indonesia

tercantum pada Peraturan Pemerintah No.20 tahun 1962 pasal 1 yang berbunyi:

1) Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan,

terutama dalam bidang kefarmasian.

2) Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena

pekerjaan dan keilmuan saya sebagai apoteker.

3) Sekalipun diancam, saya tidak akan mempergunakan pengetahuan

kefarmasian saya untuk sesuatu yang bertentangan dengan hukum

perikemanusiaan.

Page 21: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 9

4) Saya akan menjalankan tugas saya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan

martabat dan tradisi luhur jabatan kefarmasian.

5) Dalam menunaikan kewajiban saya, saya akan berikhtiar dengan

sungguh-sungguh supaya tidak terpengaruh oleh pertimbangan

keagamaan, kebangsaan, kesukuan, politik kepartaian atau kedudukan

sosial.

6) Saya ikrarkan sumpah/janji ini dengan sungguh-sungguh dan dengan

penuh keinsyafan.

b. Kode Etik Apoteker/Farmasis Indonesia

Kode etik profesi farmasi/apoteker dalam bidang farmasi perapotekan

sudah diatur dalam kode etik apoteker Indonesia. Berdasarkan hasil Keputusan

Kongres Nasional ISFI XVII No. 007/Kongres XVII/ISFI/2005 tanggal 18 Juni

2005 di Bali dan diperbaharui lagi pada Kongres Nasional ISFI XVIII tanggal 18

Desember 2009 di Jakarta, setelah mengalami beberapa perubahan, kode etik

apoteker Indonesia adalah sebagai berikut:

KODE ETIK APOTEKER/ FARMASIS INDONESIA

MUKADIMAH

Bahwasanya seorang Apoteker di dalam menjalankan tugas kewajibannya serta

dalam mengamalkan keahliannya harus senantiasa mengharapkan bimbingan dan

keridhaan Tuhan Yang Maha Esa.

Apoteker di dalam pengabdiannya kepada nusa dan bangsa serta di dalam

mengamalkan keahliannya selalu berpegang teguh kepada sumpah/janji Apoteker.

Menyadari akan hal tersebut Apoteker di dalam pengabdian profesinya

berpedoman pada satu ikatan moral yaitu:

KODE ETIK APOTEKER INDONESIA

BAB I

KEWAJIBAN UMUM

Pasal 1

Seorang Apoteker harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan

Sumpah / Janji Apoteker.

Page 22: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 10

Pasal 2

Seorang Apoteker harus berusaha dengan sungguh-sungguh menghayati dan

mengamalkan Kode Etik Apoteker Indonesia.

Pasal 3

Seorang Apoteker harus senantiasa menjalankan profesinya sesuai kompetensi

Apoteker Indonesia serta selalu mengutamakan dan berpegang teguh pada prinsip

kemanusiaan dalam melaksanakan kewajibannya.

Pasal 4

Seorang Apoteker harus selalu aktif mengikuti perkembangan di bidang kesehatan

pada umumnya dan di bidang farmasi pada khususnya.

Pasal 5

Di dalam menjalankan tugasnya Seorang Apoteker harus menjauhkan diri dari

usaha mencari keuntungan diri semata yang bertentangan dengan martabat dan

tradisi luhur jabatan kefarmasian.

Pasal 6

Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik bagi orang

lain.

Pasal 7

Seorang Apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya.

Pasal 8

Seorang Apoteker harus aktif mengikuti perkembangan peraturan perundang-

undangan di bidang kesehatan pada umumnya dan di bidang farmasi pada

khususnya.

BAB II

KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP PASIEN

Pasal 9

Seorang Apoteker dalam melakukan praktik kefarmasian harus mengutamakan

kepentingan masyarakat menghormati hak azasi pasien dan melindungi makhluk

hidup insani.

Page 23: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 11

BAB III

KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP TEMAN SEJAWAT

Pasal 10

Seorang Apoteker harus memperlakukan teman Sejawatnya sebagaimana ia

sendiri ingin diperlakukan.

Pasal 11

Sesama Apoteker harus selalu saling mengingatkan dan saling menasehati untuk

mematuhi ketentuan-ketentuan kode etik.

Pasal 12

Seorang Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan

kerjasama yang baik sesama Apoteker di dalam memelihara keluhuran martabat

jabatan kefarmasian, serta mempertebal rasa saling mempercayai di dalam

menunaikan tugasnya.

BAB IV

KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP SEJAWAT PETUGAS

KESEHATAN LAIN

Pasal 13

Seorang Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk membangun

dan meningkatkan hubungan profesi, saling mempercayai, menghargai dan

menghormati sejawat petugas kesehatan lain.

Pasal 14

Seorang Apoteker hendaknya menjauhkan diri dari tindakan atau perbuatan yang

dapat mengakibatkan berkurangnya atau hilangnya kepercayaan masyarakat

kepada sejawat petugas kesehatan lain.

BAB V

PENUTUP

Pasal 15

Seorang Apoteker bersungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan kode etik

Apoteker Indonesia dalam menjalankan tugas kefarmasiannya sehari-hari. Jika

seorang Apoteker baik dengan sengaja maupun tak sengaja melanggar atau tidak

mematuhi kode etik Apoteker Indonesia, maka dia wajib mengakui dan menerima

Page 24: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 12

sanksi dari pemerintah, ikatan/organisasi profesi farmasi yang menanganinya

(IAI) dan mempertanggungjawabkannya kepada Tuhan Yang Maha Esa.

3. Tatacara Perijinan Pendirian Apotek dan Studi Kelayakan

a. Tata Cara Perijinan Pendirian Apotek

Tata cara perizinan pendirian apotek diatur dalam Kepmenkes RI

No.1332 tahun 2002 tentang Ketentuan dan Tatacara Pemberian Izin Apotek

(perubahan atas Permenkes RI No. 922 tahun 1993). Berdasarkan Kepmenkes

RI No.1332 tahun 2002, menyatakan bahwa syarat pendirian apotek meliputi

beberapa hal yaitu:

1) Untuk mendapatkan izin Apotek, Apoteker atau Apoteker yang bekerja

sama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap

dengan tempat, perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan

lainnya yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain.

2) Sarana Apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan

pelayanan komoditi lainnya diluar sediaan farmasi.

3) Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya diluar

sediaan farmasi.

Tata cara permintaan izin pendirian apotek sendiri juga diatur dalam

Kepmenkes RI No. 1332/ MENKES/ SK/ X/ 2002. Adapun tata cara

permintaan izin pendirian apotek adalah sebagai berikut:

1) Mengajukan permohonan izin, yang diajukan kepada Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten/ Kota.

2) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota akan membuatkan formulir

untuk diajukan kepada Kepala Balai POM sebagai bantuan teknis untuk

melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan apotek untuk melakukan

kegiatan, paling lambat 6 hari kerja setelah permohonan diajukan.

3) Hasil pemeriksaan dilaporkan menggunakan formulir yang disediakan,

selambat-lambatnya dalam waktu 6 hari kerja.

4) Terkait dengan pemeriksaan, apoteker pemohon dapat membuat

pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan

Page 25: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 13

Kabupaten/ Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas

Provinsi.

5) Setelah diterima laporan pemeriksaan atau surat pernyataan kesiapan,

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota setempat akan mengeluarkan

Surat Izin Apotek, selambat-lambatnya 12 hari kerja.

6) Jika hasil pemeriksaan yang dilakukan terdapat persyaratan yang belum

dipenuhi, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota dalam waktu 12 hari

kerja akan mengeluarkan Surat Penundaan.

7) Apoteker yang mendapatkan Surat Penundaan, diberi waktu 1 bulan

setelah Surat Penundaan dikeluarkan, untuk melengkapi persyaratan yang

belum dipenuhi.

8) Jika ternyata dalam pemeriksaan apotek tersebut tidak memenuhi

persyaratan, atau terdapat ketidaksesuaian antara dokumen dengan

realitanya (misalnya; lokasi apotek), maka Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/ Kota akan mengeluarkan Surat Penolakan disertai dengan

alasan-alasannya, paling lambat 12 hari kerja.

Setiap tenaga kefarmasian yang menjalankan pekerjaan kefarmasian

wajib memiliki surat tanda registrasi. Surat tanda regristasi bagi apoteker

berupa Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) dan STRTTK untuk tenaga

teknis kefarmasian. Hal ini berdasarkan PP RI No. 51 tahun 2009 tentang

pekerjaan kefarmasian dalam pasal 39. Persyaratan untuk mendapatkan STRA

adalah sebagai berikut:

1) Memiliki ijasah apoteker.

2) Memiliki sertifikat kompetensi apoteker.

3) Memiliki surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji apoteker.

4) Memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang

memiliki surat ijin praktik.

5) Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika

profesi.

Page 26: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 14

Berdasarkan PP RI No. 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian

pada pasal 52:

1) Setiap Tenaga Kefarmasian yang melaksanakan Pekerjaan Kefarmasian

di Indonesia wajib memiliki surat ijin sesuai tempat Tenaga Kefarmasian

bekerja

2) Surat izin sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat berupa:

a) SIPA bagi Apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian di

apotek, puskesmas atau instalasi farmasi rumah sakit.

b) SIPA bagi Apoteker yang melakukan Pekerjaan Kefarmasian sebagai

apoteker pendamping.

Tata cara mendapatkan SIPA menurut Permenkes

No.889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja

Tenaga Kefarmasian adalah sebagai berikut:

1) Apoteker mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilaksanakan.

2) Permohonan SIPA atau SIKA harus melampirkan:

a) Fotokopi STRA yang dilegalisir oleh KFN.

b) Surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi atau surat

keterangan dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari

pimpinan fasilitas produksi atau distribusi/penyaluran.

c) Surat rekomendasi dari organisasi profesi.

d) Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 sebanyak 2 (dua) lembar dan 3 x 4

sebanyak 2 (dua) lembar.

3) Dalam mengajukan permohonan SIPA sebagai Apoteker pendamping

harus dinyatakan secara tegas permintaan SIPA untuk tempat pekerjaan

kefarmasian pertama, kedua, atau ketiga.

b. Studi Kelayakan Apotek

Sesuai dengan peraturan otonomi daerah yang ditetapkan di Provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), maka sebelum mendirikan apotek, pendiri

apotek harus melakukan studi kelayakan terlebih dahulu yang dituangkan

dalam bentuk proposal. Studi kelayakan dimaksudkan untuk mengetahui layak

Page 27: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 15

tidaknya sebuah apotek didirikan. Kelayakan yang dimaksud adalah kelayakan

berimbang antara sisi bisnis (financial benefit) dan sisi pengabdian profesi serta

memberikan manfaat (social benefit). Menurut Anief (2005), dalam membuat

studi kelayakan, hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu:

1) Jumlah penduduk di sekitar lokasi pendirian apotek.

2) Jumlah apotek yang ada di sekitar lokasi pendirian apotek.

3) Fasilitas kesehatan umum, seperti Rumah Sakit, Puskesmas, praktek

dokter dan klinik.

4) Tingkat pendapatan masyarakat di sekitar lokasi pendirian apotek.

5) Analisa SWOT apotek.

6) Pola penyakit.

7) Pola pengobatan.

8) Pola peresepan.

9) Jumlah pasien yang telah terlayani.

Adapun beberapa aspek yang perlu diperhatikan seorang APA dalam

membuat studi kelayakan adalah sebagai berikut:

1) Aspek lokasi

Merupakan aspek yang sangat menentukan keberhasilan suatu apotek dan

erat hubungannya dengan aspek pasar. Hal-hal yang harus diperhatikan

dalam aspek lokasi antara lain: kepadatan penduduk, tingkat sosial

ekonomi, pelayanan kesehatan lain, jumlah apotek pesaing (kompetitor),

dekat dengan pusat keramaian, aman dan mudah dijangkau. Status lokasi

tempat apotek bisa milik sendiri, kontrak/sewa, atau milik negara

(BUMN).

2) Aspek pasar

Aspek pasar yang dimaksud meliputi: market potential (pasar potensial),

market share (pangsa pasar), faktor-faktor yang mempengaruhi (regulasi,

kondisi ekonomi, nilai tukar, dan lain sebagainya), dan tingkat

persaingan antar apotek.

Page 28: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 16

3) Aspek permodalan dan keuangan

Meliputi apa saja yang harus diperhatikan dalam hal permodalan, berapa

jumlah modal yang diperlukan untuk mendirikan apotek, darimana

mendapatkan dana dan bagaimana mengalokasikan modal, serta

bagaimana proses perputaran uang. Termasuk didalamnya perhitungan

Break Event Point (BEP), Pay Back Period (PBP), Benefit dan Return of

Investment (ROI).

4) Aspek Manajerial

Aspek manajerial yang dimaksud meliputi: manajemen sumber daya

manusia (SDM), manajemen keuangan, manajemen marketing, dan

manajemen operasi.

5) Aspek Teknis

Aspek teknis yang dimaksud adalah perizinan pendirian apotek dan target

mulai operasional.

Hasil studi kelayakan ini kemudian dituangkan dalam bentuk

proposal. Bila proposal memenuhi syarat, maka Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota setempat akan mengirimkan surat balasan yang berlaku

selama tiga bulan. Artinya dalam jangka waktu tiga bulan, pemohon harus

melengkapi persyaratan tahap kedua untuk mendapatkan SIA.

4. Struktur Organisasi Apotek

Wexley dan Yuki (2005) menyatakan bahwa struktur organisasi adalah

perencanaan formal guna mencapai pembagian tugas yang efisien dan efektif

dalam pengkoordinasian aktifitas seluruh anggota organisasi. Struktur organisasi

haruslah sesuai dengan visi, misi, dan tujuan organisasi. Struktur organisasi yang

baik adalah struktur yang selaras dan mampu mempermudah pencapaian visi, misi

dan tujuan organisasi.

Suatu organisasi harus mempunyai struktur yang jelas, demikian pula

halnya dengan apotek. Struktur organisasi diperlukan untuk mengatur kegiatan-

kegiatan yang ada dalam suatu apotek sehingga segala sesuatunya berjalan lancar

dan dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

Page 29: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 17

Pelaksanaan proses pengorganisasian yang sukses akan membuat suatu

organisasi mencapai tujuannya. Proses ini akan tercermin pada struktur organisasi,

yang mencangkup aspek-aspek penting organisasi dan proses pengorganisasian.

Gambar 1. Struktur Organisasi Apotek

(Hartini dan Sulasmono, 2007)

B. Aspek Bisnis

1. Permodalan

Modal adalah selisih antara aktiva dengan passiva. Modal di apotek

bersumber dari modal sendiri dan modal pinjaman. Modal pinjaman dapat

bersumber dari modal gabungan, utang bank atau dari hasil kerjasama dengan

PSA. Berdasarkan penggunaannya, modal dapat dibedakan menjadi 2 macam,

yaitu:

a. Modal kerja, adalah aktiva lancar dan passiva lancar. Modal ini merupakan

modal nyata yang dibutuhkan perusahaan untuk kegiatan siklus operasinya

pada waktu yang ditentukan dan bukan untuk tujuan investasi atau

rehabilitasi.

b. Modal tetap, adalah aktiva tetap yaitu modal yang berupa barang-barang

tidak bergerak seperti alat-alat, gedung, tanah.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 tahun 2009

tentang pekerjaan kefarmasian pasal 25 disebutkan bahwa:

Apoteker PSA

Apoteker

Pendamping

Asisten

Apoteker

Administrasi Keuangan Pembantu

umum

Reseptir

Page 30: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 18

a. Apoteker dapat mendirikan apotek dengan modal sendiri dan/atau modal

dari pemilik modal baik perorangan maupun perusahaan,

b. Dalam hal apoteker yang mendirikan apotek bekerja sama dengan pemilik

modal maka pekerjaan kefarmasian harus tetap dilakukan sepenuhnya oleh

Apoteker yang bersangkutan.

Bentuk bisnis apotek berdasarkan permodalan adalah:

a. Apotek perorangan, dimana modal bersumber dari dana individu. Pemilik

modal dapat merupakan seorang Apoteker yang menjadi Apoteker

Pengelola Apotek (APA) maupun pemilik modal bukan APA.

b. CV/Firma/PT, dimana modal berasal dari beberapa orang dan nantinya laba

yang diperoleh akan dibagi sesuai dengan perjanjian yang telah dibuat.

c. Pemerintah, dimana modal berasal dari pemerintah (lembaga, instansi atau

BUMN yang telah ditunjuk oleh pemerintah).

2. Perhitungan Break Event Point (BEP)

BEP adalah titik dimana suatu usaha, dalam hal ini apotek, berada dalam

kondisi yang tidak mengalami keuntungan ataupun kerugian. Analisa BEP perlu

dilakukan untuk mengetahui pada volume (jumlah) penjualan berapakah apotek

dapat menutup jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan. Jika apotek tidak mau

mengalami kerugian, maka hasil penjualan harus dapat menutup semua biaya,

baik variabel maupun biaya tetap. Break Event Point (BEP) adalah suatu teknik

analisa untuk menentukan suatu keadaan dimana usaha tidak mengalami

keuntungan maupun kerugian. Nilai BEP digunakan untuk mengetahui dimana

total penjualan (pendapatan yang diterima) sama besar dengan total biaya atas

penjualan tersebut (Anief, 2005).

Analisis BEP merupakan alat analisis yang digunakan untuk mengetahui

hubungan antara variabel pendapatan (revenue), biaya (cost) “fixed cost dan

variable cost”, dan keuntungan (profit) yang dihasilkan perusahaan pada suatu

periode tertentu.

Page 31: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 19

a. Variable cost (biaya variabel)

Suatu jenis biaya yang secara proporsional berubah-ubah sesuai dengan

perubahan jumlah (volume) penjualan atau produksi, contohnya: biaya

pembelian barang dagangan atau bahan baku, biaya listrik, telepon.

b. Fix cost (biaya tetap)

Jenis biaya yang secara total akan tetap, walaupun terjadi perubahan pada

volume penjualan atau jumlah produksi, contohnya: gaji pegawai, dan

bunga pinjaman (Anief, 2005).

Fungsi dari analisa BEP adalah untuk landasan merencanakan tingkat

keuntungan yang akan diperoleh (profit planning), sebagai dasar untuk

menentukan tingkat penjualan yang menguntungkan, sebagai dasar untuk

mengendalikan kegiatan operasional yang sedang berjalan (controlling), serta

sebagai pertimbangan pengambilan keputusan dalam menentukan jumlah

karyawan (Anief, 2005).

Cara perhitungan BEP yaitu :

tetapBiaya X

penjualan Volume

variabelBiaya-1

1 BEP

Return on Invesment (ROI) menghubungkan antara keuntungan yang

diperoleh dari net operating income dengan jumlah investasi atau aktiva yang

digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut. ROI merupakan hasil

analisa usaha.

Cara perhitungan ROI yaitu:

Investasi

penjualan Hasil X

penjualan Hasil

Laba ROI

assets operatingNet

penjualan Hasil X

penjualan Hasil

income operatingNet ROI

ROI = Profit margin x Asset total turnover (%)

3. Strategi Pengembangan Apotek

Supaya suatu usaha dapat memenangkan persaingan, maka perusahaan

harus mempunyai keunggulan kompetitif (competitive advantage). Keunggulan

Page 32: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 20

kompetitif ini diperoleh dari posisi usaha tersebut yang lebih baik dibandingkan

dengan pesaing-pesaingnya di pasar dan ini tergantung dari strategi-strategi yang

diterapkan. Suatu bidang usaha dikatakan mempunyai keunggulan kompetitif jika

mempunyai kelebihan dari pesaing-pesaingnya untuk menarik pelanggan-

pelanggan dan dapat mempertahankan diri dari tekanan-tekanan kompetitif

(Jogiyanto, 2005).

Pengembangan apotek saat ini tidak hanya mempertimbangkan aspek

bisnis semata tetapi juga harus mempertimbangkan aspek pelayanan kefarmasian

yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Pengembangan suatu

apotek dipengaruhi oleh faktor dari luar (lingkungan) serta faktor dari dalam.

Faktor dari luar yang berpengaruh adalah adanya persaingan, kebijakan

pemerintah, sosial budaya, politik, ekonomi, dan lainnya. Faktor dari dalam yang

berpengaruh adalah sumber daya manusia, sarana dan prasarana, modal, sistem

manajemen apotek dan lainnya. Beberapa hal yang menentukan keberhasilan

apotek, yaitu:

Persediaan barang yang lengkap dan berkualitas baik.

a. Lokasi yang nyaman dan strategis.

b. Pharmaceutical care, contohnya pelayanan yang ramah dan profesional,

termasuk konseling mengenai obat.

c. Harga yang bersaing atau tidak terlalu mahal.

d. One stop service.

e. One stop shopping.

4. Perpajakan

Pengertian pajak, wajib pajak, pengusaha, pengusaha kena pajak, dan

Nomor Pokok Wajib Pajak dijabarkan di dalam Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan Tahun 2013. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang

terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan

digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Wajib Pajak (WP) adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak,

Page 33: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 21

pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban

perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang

dalam kegiatan usahanya atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor

barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan

barang tidak berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa, atau

memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean. Sedangkan pengusaha kena pajak

adalah pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau

penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan UU Pajak

Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya. Nomor Pokok Wajib Pajak adalah

nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi

perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib

Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.

Apotek sebagai Wajib Pajak wajib mendaftarkan diri pada Direktorat

Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat

kedudukan Wajib Pajak. Sistem pemungutan pajak di Indonesia berdasarkan

prinsip self assessment. Prinsip self assessment dalam pemenuhan kewajiban

perpajakan adalah bahwa Wajib Pajak diwajibkan untuk menghitung,

memperhitungkan, membayar, dan melaporkan pajak yang terutang sendiri sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, sehingga penentuan

besarnya pajak yang terutang dipercayakan pada Wajib Pajak sendiri melalui

Surat Pemberitahuan (SPT) yang disampaikannya. Berdasarkan prinsip self

assessment setiap Wajib Pajak yang memenuhi persyaratan subjektif dan objektif

sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan perpajakan wajib

mendaftarkan diri untuk memiliki NPWP. Setiap wajib pajak hanya diberikan satu

NPWP. Orang pribadi yang wajib memiliki NPWP antara lain orang pribadi yang

menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dan orang pribadi yang tidak

menjalankan usaha atau pekerjaan bebas, yang memperoleh penghasilan diatas

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) (Menkeu RI, 2013).

Fungsi NPWP adalah sebagai berikut:

a. Sarana dalam administrasi perpajakan.

Page 34: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 22

b. Tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak

dan kewajiban perpajakannya.

c. Menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan pengawasan administrasi

perpajakan.

Berikut ini adalah pembahasan mengenai Surat Pemberitahuan (SPT) dan

batas pembayaran pajak, surat ketetapan pajak, pembukuan atau pencatatan, Pajak

Penghasilan (PPh) serta Pajak Pertambahan Nilai (PPN):

a. Surat Pemberitahuan (SPT) dan Batas Pembayaran Pajak

Surat pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak

(WP) digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran

pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak dan/atau harta dan kewajiban

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Terdapat dua macam SPT yaitu:

1) SPT Masa adalah surat pemberitahuan untuk suatu Masa Pajak

2) SPT Tahunan adalah surat pemberitahuan untuk suatu Tahun Pajak

atau bagian Tahun Pajak.

Berdasarkan PP 46 Tahun 2013, Tahun Pajak adalah jangka waktu

1 (satu) tahun kalender kecuali bila Wajib Pajak menggunakan tahun buku

yang tidak sama dengan tahun kalender (Presiden RI, 2013).

Apotek dapat diselenggarakan oleh apoteker yang bertindak

sebagai Apoteker Pengelola Apotek (APA) dan sekaligus sebagai Pemilik

Sarana Apotek (PSA) atau dapat juga diselenggarakan antara apoteker yang

bekerjasama dengan pemilik sarana. Dalam hal ini apoteker menggunakan

sarana pihak lain sehingga penggunaan sarana didasarkan atas perjanjian

kerjasama antara apoteker dan pemilik sarana. Perlakuan pajak untuk

apoteker yang bertindak sebagai Apoteker Pengelola Apotek (APA) dan

sekaligus sebagai Pemilik Sarana Apotek (PSA) berbeda dengan apoteker

yang bertindak sebagai APA bekerjasama dengan PSA.

Aspek perpajakan apotek meliputi:

1) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

2) Pajak Penghasilan (PPh)

Page 35: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 23

3) Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Batas waktu pelaporan SPT PPh pasal 21, 23, dan 25 adalah

tanggal 20 bulan berikutnya. Sedangkan batas waktu pembayaran PPh pasal

21 dan pasal 23 adalah paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya serta PPh

pasal 25 adalah paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya (Menkeu RI,

2013).

b. Surat Ketetapan Pajak

Penerbitan suatu surat ketetapan pajak hanya terbatas kepada Wajib

Pajak tertentu yang disebabkan oleh ketidakbenaran dalam pengisian SPT

atau karena ditemukannya data fiskal yang tidak dilaporkan oleh Wajib

Pajak. Jenis-jenis ketetapan pajak antara lain:

1) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)

Merupakan surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah

pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok

pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah pajak yang masih harus

dibayar.

2) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)

Merupakan surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas

jumlah pajak yang telah ditetapkan sebelumnya.

3) Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)

Merupakan surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan

pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak

yang terutang atau tidak seharusnya terutang.

4) Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)

Merupakan surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak

sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan

tidak ada kredit pajak.

Jika terjadi kelebihan pembayaran pajak, jumlah kredit pajak atau

jumlah pajak yang dibayar dapat dikembalikan dengan cara restitusi

(pengembalian kelebihan pembayaran pajak) melalui Kantor Pelayanan

Pajak. Kadaluwarsa penetapan pajak ditentukan dalam jangka waktu lima

Page 36: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 24

tahun sesudah saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, Bagian

Tahun Pajak, atau Tahun Pajak (Menkeu RI, 2013).

c. Pembukuan/Pencatatan

Apotek juga melakukan kegiatan pembukuan/pencatatan. Tujuan

pembukuan/pencatatannya adalah untuk mempermudah pengisian SPT,

menentukan Penghasilan Kena Pajak, penghitungan PPN, dan mengetahui

posisi keuangan dan hasil kegiatan usaha/pekerjaan bebas.

Pengertian pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang

dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan

yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah

harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan

menyusun laporan keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi untuk

periode Tahun Pajak tersebut. Sedangkan pencatatan adalah pengumpulan

data yang dikumpulkan secara teratur tentang peredaran atau penerimaan

bruto dan/atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung jumlah

pajak yang terutang, termasuk penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau

yang dikenai pajak yang bersifat final.

Pembukuan wajib diselenggarakan oleh Wajib Pajak Badan dan

Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan

bebas, kecuali Wajib Pajak Orang Pribadi yang peredaran brutonya dalam

satu tahun kurang dari 4,8 Milyar Rupiah. Pencatatan wajib diselenggarakan

oleh Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau

pekerjaan bebas yang peredaran brutonya dalam satu tahun kurang dari 4,8

Milyar Rupiah dan juga Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak melakukan

kegiatan usaha atau pekerjaan bebas (Menkeu RI, 2013).

d. Pajak Penghasilan (PPh)

Berdasarkan PP No. 46 Tahun 2013, pembayaran pajak yang

dikenakan kepada orang pribadi dan badan (tidak termasuk Bentuk Usaha

Tetap) yang menerima penghasilan dari usaha dengan peredaran bruto

(omset) yang tidak melebihi Rp 4,8 milyar dalam satu tahun pajak adalah

1% dari omset. Pajak penghasilan yang diatur PP No. 46 Tahun 2013

Page 37: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 25

termasuk dalam PPh pasal 4 ayat (2) dan bersifat final. Penyetorannya

paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya dengan menggunakan Surat

Setoran Pajak (SSP). Penghasilan yang dibayarkan tersebut dilaporkan

dalam SPT Tahunan PPh pada kelompok penghasilan yang dikenai pajak

final dan/atau bersifat final (Presiden RI, 2013). Pasal 31 E UU No 36

Tahun 2008, Bagi wajib pajak dengan peredaran bruto diatas Rp 4,8 M

sampai dengan Rp. 50 M dikenakan tarif PPh Badan sebagai berikut:

1) Untuk penghasilan kena pajak dari bagian peredaran bruto sampai

dengan Rp. 4,8 M, PPh terutang adalah 50% x 25% x PKP artinya

bahwa tarif PPh Badan adalah 12,5% pada bagian penghasilan kena

pajak ini.

2) Untuk penghasilan kena pajak sisanya, PPh terutang adalah 25% x

PKP.

Pasal dalam pajak penghasilan untuk apotek yang harus

diperhatikan adalah PPh pasal 21, 23, dan 25. Pasal 21 mengenai

pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa,

atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang diterima atau

diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri (Presiden RI, 2008).

Pajak dikenakan pada orang yang penghasilannya kebih dari

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Besarnya PTKP per tahun 2013,

antara lain sebagai berikut:

Tabel I. PTKP 2013

PTKP Setahun

Diri WP Orang Pribadi 24.300.000

Tambahan untuk WP Kawin 2.025.000

Tambahan untuk Istri yang

Penghasilannya Digabung Dengan

Penghasilan Suami

24.300.000

Tambahan untuk Setiap Tanggungan 2.025.000

Page 38: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 26

e. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Ditinjau dari ilmu perpajakan, PPN termasuk dalam kategori :

1. Pajak Objektif

Suatu jenis pajak yang saat timbulnya kewajiban pajak ditentukan oleh

faktor objektif. PPN sebagai objektif diartikan sebagai kewajiban

membayar pajak oleh konsumen yang terdiri atas orang pribadi atau

badan dan tidak berkorelasi dengan tingkat penghasilan tertentu.

Siapapun yang mengonsumsi barang atau jasa yang termasuk objek PPN

akan diperlukan sama dan wajib membayar PPN atas konsumsi barang

atau jasa tersebut.

2. Pajak atas Konsumsi Umum Dalam Negeri

Pajak yang timbul akibat suatu peristiwa hukum yang menjadi beban

konsumen baik secara yuridis maupun ekonomis. Artinya, yang dikenai

pajak adalah barang-barang atau jasa yang dikonsumsi, bukan barang

dalam proses produksi.

3. Pajak Tidak Langsung

Pajak yang pembayarannya dibebankan ke konsumen, namun

penanggung jawab atas penyetoran PPN ke Kas Negara dibebankan

kepada penjual. Pemikul beban pembayaran PPN dan penanggung jawab

penyetoran PPN ke Kas Negara adalah pihak yang berbeda. Faktur pajak

yang diterbitkan penjual, digunakan sebagai bukti pungutan atas PPN

terutang ketika menjual Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak

(JKP) kepada pembeli atau penerima BKP/JKP. Kemudian penjual wajib

menyetorkan setiap PPN yang dipungut dalam setiap Masa Pajak ke Kas

Negara. Sedangkan kewajiban pembeli adalah membayar PPN terutang

yang tercantum dalam faktur pajak kepada penjual. Faktur pajak bagi

pembeli adalah bukti pembayaran pajak. Hal ini berbeda dengan pajak

langsung seperti PPh, dimana orang pribadi atau badan sebagai pemikul

beban pembayaran pajak juga dibebani tanggung jawab atas

penyetorannya ke Kas Negara (Menkeu RI, 2012).

Page 39: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 27

5. Kewirausahaan

Kata entrepreneurship yang dahulunya sering diterjemahkan dengan kata

kewiraswastaan akhir-akhir ini diterjemahkan dengan kata kewirausahaan.

Entrepreneur berasal dari bahasa Perancis yaitu entreprendre yang artinya

memulai atau melaksanakan. Wiraswasta/wirausaha berasal dari kata: Wira:

utama, gagah berani, luhur; swa: sendiri; sta: berdiri; usaha: kegiatan produktif.

Dari asal kata tersebut, wiraswasta pada mulanya ditujukan pada orang-orang

yang dapat berdiri sendiri. Di Indonesia kata wiraswasta sering diartikan sebagai

orang-orang yang tidak bekerja pada sektor pemerintah yaitu; para pedagang,

pengusaha, dan orang-orang yang bekerja di perusahaan swasta, sedangkan

wirausahawan adalah orang-orang yang mempunyai usaha sendiri. Wirausahawan

adalah orang yang berani membuka kegiatan produktif yang mandiri

(Kementerian Pendidikan Nasional, 2010).

Kewirausahaan dapat didefinisikan sebagai berikut: “Wirausaha usaha

merupakan pengambilan risiko untuk menjalankan usaha sendiri dengan

memanfaatkan peluang-peluang untuk menciptakan usaha baru atau dengan

pendekatan yang inovatif sehingga usaha yang dikelola berkembang menjadi

besar dan mandiri dalam menghadapi tantangantantangan persaingan.

Kata kunci dari kewirausahaan adalah :

a. Pengambilan resiko.

b. Menjalankan usaha sendiri.

c. Memanfaatkan peluang-peluang.

d. Menciptakan usaha baru.

e. Pendekatan yang inovatif.

f. Mandiri (misalnya, tidak bergatung pada bantuan pemerintah)

(Kementerian Pendidikan Nasional, 2010).

C. Sumber Pengelolaan Sumber Daya

1. Sumber Daya Manusia

Berdasarkan Permenkes 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar

Pelayanan Kefarmasian di Apotek yang membahas mengenai sumber daya

Page 40: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 28

manusia, disebutkan bahwa sebuah apotek harus dikelola oleh seorang apoteker

yang profesional. Sikap professional ini tercermin dalam 8 Star of Pharmacist,

yaitu:

a. Care-giver yaitu memberikan pelayanan dalam bentuk pelayanan

klinis,analitis, teknis, sesuai peraturan perundang-undangan.

b. Decision-maker yaitu mendasarkan pekerjaannya pada kecukupan,

keefikasian, dan biaya yang efektif dan efisien terhadap seluruh penggunaan

sumber daya.

c. Communicator yaitu memiliki kedudukan penting dalam berhubungan

dengan pasien maupun profesi kesehatan lain, sehingga harus memiliki

kemampuan berkomunikasi yang baik.

d. Leader yaitu memiliki kemampuan untuk menjadi pemimpin.

e. Manager yaitu efektif dalam mengelola sumber daya dan informasi, juga

harus dapat memimpin dan dipimpin orang lain dalam tim kesehatan.

f. Life-long learner yaitu menjaga semangat belajar selalu tinggi dengan

bertambahnya umur.

g. Teacher yaitu bersedia mendidik dan melatih farmasis generasi mendatang.

h. Researcher yaitu mempunyai tanggun jawab untuk melaksanakan penelitian

dan pengembangan terkait dengan kefarmasian. (Hartini dan Sulasmono,

2007)

Pengelolaan sumber daya manusia merupakan parameter yang dapat

menentukan apakah setiap sumber daya manusia dapat menjalankan tugas dan

wewenangnya sesuai dengan keahlian masing pengelolaan SDM diperlukan

struktur organisasi yang jelas sehingga dapat mendukung keberhasilan apotek.

Dalam struktur organisasi terdapat garis wewenang yang mengatur karyawan

dengan jelas atau sesuai dengan tugas dan wewenangnya (Hartini dan Sulasmono,

2007).

Berdasarkan Kepmenkes RI No. 1332/MENKES/SK/X/2002, Sumber

Daya Manusia di apotek adalah:

a. Apoteker yang dapat berperan sebagai Apoteker (APA). Dalam satu apotek

harus terdapat satu APA.Apoteker yang telah menjadi APA tidak

Page 41: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 29

diperbolehkan menjadi APA di apotek lain. Pada pasal 19 ayat 1, disebutkan

bahwa Apabila Apoteker Pengelola Apotek berhalangan hadir pada jam

buka apotek, maka hatus menunjuk Apoteker Pendamping. Oleh karena itu,

Apoteker juga dapat berperan sebagai Apoteker Pendamping yang bertugas

menggantikan APA pada jam tertentu saja. Pada pasal 19 ayat 2, disebutkan

bahwa apabila Apoteker Pengelola Apotek dan Apoteker Pendamping

karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, Apoteker

Pengelola Apotek menunjuk Apoteker Pengganti, sehingga Apoteker juga

dapat berperan sebagai Apoteker Pengganti yang menggantikan APA saat

tidak berada di tempat selama lebih dari 3 bulan terus menrus

b. Salah satu Sumber Daya Manusia di Apotek yang lain adalah asisten

Apoteker. Asisten Apoteker melakukan pekerjaan kefarmasian di bawah

pengawasan Apoteker sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

922/MENKES/PER/X/1993, pasal 22 ayat 2. Menurut Peraturan Pemerintah

No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, Apoteker dapat

mendirikan Apotek dengan modal sendiri dan/atau modal dari pemilik

modal baik perorangan maupun perusahaan.

c. Sumber Daya Manusia yang lain tidak diatur di dalam perundang-undangan.

Sumber daya manusia ini seperti, juru resep, kasir, petugas kebersihan, dan

penjaga malam. Keberadaan sumber daya ini diatur sesuai dengan

kebutuhan dan hanya ada jika dibutuhkan.

2. Sarana dan Prasarana

Persyaratan Apotek di atur dalam Kepmenkes No. 1332 tahun 2002,

disebutkan bahwa bangunan apotek harus mempunyai luas dan memenuhi

persyaratan yang cukup, serta memenuhi persyaratan teknis sehingga dapat

menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek serta memelihara

mutu perbekalan kesehatan di bidang farmasi. Bangunan Apotek kurangnya

memilki ruangan khusus untuk :

a. Ruang peracikan dan penyerahan resep

b. Ruang administrasi dan kerja Apoteker

Page 42: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 30

c. WC dan kelengkapan bangunan calon Apotek

d. Sumber air harus memenuhi persyaratan kesehatan

e. Penerangan harus cukup terang sehingga dapat menjamin pelaksanaan tugas

dan fungsi apotek

f. Alat pemadam kebakaran harus berfungsi dengan baik sekurang dua buah

g. Ventilasi yang baik serta memenuhi persyaratan Hygiene

h. Sanitasi yang baik serta memenuhi persyaratan Hygiene lainnya

i. Papan nama yang memuat nama apotek, nama APA, nomor SIA, alamat

apotek, dan nomor telepon apotek.

Apotek harus memiliki perlengkapan, antara lain:

a. Alat pembuangan, pengolahan dan peracikan seperti timbangan, mortir,

gelas ukur, dll.

b. Perlengkapan dan alat penyimpanan, dan perbekalan farmasi, seperti lemari

obat dan lemari pendingin.

c. Wadah pengemas dan pembungkus, etiket dan plastik pengemas.

d. Tempat penyimpanan khusus narkotika, psikotropika dan bahan beracun

e. Buku standar Farmakope Indonesia, ISO, MIMS, DPHO, serta kumpulan

peraturan per-UU yang berhubungan dengan apotek.

f. Alat administrasi, seperti blanko pesanan obat, faktur, kwitansi, salinanresep

dan lain-lain.

Berdasarkan Kepmenkes No.1027 tahun 2004 tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian di Apotek harus:

a. Berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenali oleh masyarakat umum

b. Terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata apotek dihalaman

apotek

c. Apotek harus dapat dengan mudah diakses oleh anggota masyarakat .

Masyarakat diberi akses secara langsung dan mudah oleh Apoteker untuk

memperoleh informasi dan konseling

d. Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat yang terpisah dari

aktivitas pelayanan dan penjualan produk lainnya, hal ini berguna untuk

Page 43: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 31

menunjukkan integritas dan kualitas produk serta mengurangi resiko

kesalahan penyerahan.

e. Lingkungan apotek juga harus dijaga kebersihannya, apotek harus bebasdari

debu, hewan pengerat, dan serangga/pest.

f. Apotek memiliki suplai listrik yang konstan, terutama untuk lemari

pendingin. Hal ini terkait stabilitas komoditi maupun kenyamanan pengguna

apotek.

g. Apotek harus memiliki:

1. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien.

2. Tempat untuk mendisplai informasi bagi pasien, termasuk penempatan

brosur atau materi informasi

3. Ruang racikan.

4. Ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi dengan

meja dan kursi serta lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien.

5. Keranjang sampah yang tersedia untuk staf maupun pasien.

6. Perabotan apotek harus tertata rapi lengkap dengan rak-rak penyimpanan

obat dan barang-brang lain yang tersusun rapi terlindung dari debu,

kelembaban dan cahaya yang berlebihan serta diletakkan pada kondisi

ruangan dengan temperatur yang telah ditetapkan.

3. Pengelolaan Sediaan

Berdasarkan Kepmenkes RI No. 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang

Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, pengelolaan persediaan farmasi dan

perbekalan kesehatan lainnya meliputi: perencanaan, pengadaan, penyimpanan,

dan pelayanan. Pengeluaran obat memakai sistem First In First Out (FIFO) dan

First Expire First Out (FEFO).

a. Perencanaan

Perencanaan merupakan kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan

harga dalam rangka pengadaan dengan tujuan mendapatkan jenis dan jumlah

yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, serta menghindari kekosongan

obat. Dalam perencanaan pengadaan sediaan farmasi, perlu dilakukan

Page 44: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 32

pengumpulan data obat obat-obatan yang akan dispean yang biasanya ditulis

dalam buku defecta, yaitu jiks bstsng habis dan persediaan menipis

berdasarkan jumlah barang yang tersedia pada bulan-bulan sebelumnya

(Hartini dan Sulasmono, 2007).

Menurut KepMenKes No.1027 Tahun 2004 dalam memuat

perencanaan pengadaan sediaan farmasi perlu diperhatikan:

1. Pola penyakit

Pola wabah dapat dipengaruhi oleh perubahan musim, oleh karena

itu perencanaan harus dilakukan pada waktu yang tepat.Apotek diharapkan

mampu menyediakan obat masyarakat ketika terjadi wabah suatu penyakit

tertentu.

2. Kemampuan masyarakat

Pendapatan sosial ekonomi masyarakat sekitar menjadi

pertimbangan dalam perencanaan pengadaan. Hal ini berkaitan dengan daya

beli terhadap obat generik dan obat brand sehingga berpengaruh terhadap

pengadaannya. Apabila masyarakat di sekitar apotek merupakan golongan

ekonomi menengah ke bawah, maka apotek harus menyediakan obat

generik yang harganya terjangkau. Sebaliknya, jika masyarakat di sekitar

apotek memiliki tingkat perekonomian menengah ke atas maka sebaiknya

apotek menyediakan obat-obat brand.

3. Budaya masyarakat

Budaya masyarakat berkaitan dengan tingkat pendidikan dan

kebiasaan atau tradisi masyarakat di sekitar. Hal tersebut dapat berpengaruh

terhadap kecenderungan masyarakat untuk memilih macam pengobatan baik

secara tradisional, pengobatan mandiri, maupun modern melalui

penanganan dokter.

Page 45: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 33

Perencanaan pengadaan dapat dilakukan dengan beberapa metode,

yaitu:

1) Metode epidemiologi

Perencanaan dengan metode epidemiologi dibuat berdasarkan

pola penyebaran penyakit dan pola pengobatan penyakit yang terjadi

pada masyarakat sekitar.

2) Metode konsumsi

Perencaaan dengan metode konsumsi dibuat berdasarkan data

pengeluaran barang periode lalu. Data pengeluaran barang tersebut dibagi

menjadi kelompok perputaran cepat (fast moving) dan perputaran lambat

(slow moving). Pengadaan kelompok fast moving, direncanakan untuk

diadakan lebih banyak dibandingkan kelompok slow moving.

3) Metode kombinasi

Metode ini merupakan gabungan dari metode epidemiologi dan

konsumsi. Perencanaa pengadaan barang dibuat berdasarkan pola

penyebaran penyakit dan melihat kebutuhan sediaan farmasi periode

sebelumnya.

4) Metode Pareto ABC

Analisis ABC merupakan salah satu teknik manajemen dalam

rangka meningkatkan efektifitas dan efisiensi. Prinsipnya adalah

membagi persediaan kedalam tiga kelompok berdasarkan volume

tahunan dalam jumlah uang. Tiga klasifikasi dalam analisis ABC (biasa

disebut hukum 80/20) yaitu kelompok A, B, dan C. Persediaan kelompok

A berisi 20% dari total persediaan dengan biaya total persediaan 70-80%,

persediaan kelompk B berisi 30% dari total persediaan 15-20%, dan

persediaan kelompok C berisi 50% dari total item dengan biaya total

persediaan sebesar 5%. Item prioritas adalah kelompok A yang

menghabiskan biaya sebesar 80%. (Zulfikarijah, F., 2005).

b. Pengadaan

Berdasarkan Kepmenkes RI No. 1027 Tahun 2004, untuk menjamin

kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaan sediaan farmasi harus melalui

Page 46: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 34

jalur resmi. Pemilihan Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang selektif dan

berkualitas serta dapat dipercaya menjadi pertimbangkan yang penting untuk

dapat memperoleh perbekalan farmasi yang berkualitas dengan harga

terjangkau. Pemilihan tersebut berdasarkan atas fasilitas yang diberikan oleh

PBF yang bersangkutan, sepertipelayanan yang cepat (lead time yang singkat),

sistem pembayaran yang lunak, ketepatan pengiriman barang, kemudahan

pengembalian barang yang menjelang kadaluarsa, diskon yang ditawarkan

serta bonus.

Berdasarkan PP No. 51 tahun 2009 pasal 6, pengadaan sediaan

farmasi dilakukan pada fasilitas produksi, fasilitas distribusi atau penyaluran

dan fasilitas pelayanan sediaan farmasi. Pengadaan barang terdiri dari proses

pemesanan, pembelian, dan penerimaan barang. Pengadaan sediaan farmasi

harus dilakukan oleh Tenaga Kefarmasian. Dalam pengadaan sediaan farmasi

ini, harus dapat menjamin keamanan, mutu, manfaat, dan khasiat sediaan

farmasi. Untuk dapat menjamin keamanan, mutu, manfaat, dan khasiat sediaan

farmasi, maka dibutuhkan peran dan penanganan sediaan farmasi oleh tenaga

kefarmasian.

Tiga metode pengadaan barang yang dapat dilakukan di apotek

meliputi:

1. Pengadaan secara berencana

Metode pengadaan secara berencana dibuat berdasarkan pola

kebutuhan pada tahun sebelumnya. Selain itu, juga berdasarkan pada arus

kecepatan barang (fast atau slow moving) yang dapat dilihat pada kartu

stok. Cara ini dapat dilakukan untuk membeli barang-barang yang PBF-nya

terletak di luar kota.

2. Pengadaan dalam jumlah terbatas

Metode pengadaan dengan jumlah terbatas dilakukan bila modal

yang tersedia sangat terbatas atau relatif kecil namun barang mudah

diperoleh. Pengadaan ini dilakukan dalam jumlah terbatas untuk memenuhi

kebutuhan dalam jangka waktu yang relatif pendek. Contohnya: PBF yang

terletak di satu kota dan siap melayani pesanan dengan segera.

Page 47: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 35

3. Pengadaan secara spekulatif

Apabila diperkirakan akan terjadi peningkatan permintaan,

kenaikan harga ataupun ada potongan harga khusus dari distributor, maka

pembelian yang tidak direncanakan dapat dilakukan pada waktu-waktu

tersebut. Pengadaan ini dapat dilakukan dalam jumlah besar maupun kecil.

Pertimbangan yang harus diambil sebelum melakukan pengadaan adalah

melihat kondisi keuangan dan resiko untuk obat-obat yang kurang laku atau

memiliki waktu kadaluarsa yang pendek (Hartini dan Sulasmono, 2007).

4. Pengadaan secara intuisi

Metode ini dilakukan pada barang yang diperkirakan akan

mengalami peningkatan permintaan pada kurun waktu tertentu misalnya

karena adanya wabah penyakit tertentu.

5. Metode just in time

Perencanaan dengan metode just in time dilakukan saat obat

dibutuhkan dan obat yang ada di apotek dalam jumlah terbatas.

Perencanaan ini diterapkan untuk obat-obat yang jarang dipakai atau

diresepkan dan harganya mahal serta memiliki waktu kadaluarsa yang

pendek.

Pemesanan barang di apotek dilakukan dengan menggunakan Surat

Pesanan (SP) yang ditandatangani oleh APA sebagai penanggung berdasarkan

KepMenKes RI No. 280 tahun 1981 pasal 8 ayat 2. Terdapat\ tiga macam SP di

apotek yaitu SP narkotika, SP psikotropika, dan SP biasa untuk obat-obatan

selain narkotika dan psikotropika.

c. Penyimpanan

Tujuan dari proses penyimpanan yaitu agar mudah dipantau,

menjaga kestabilan obat, aman dan tidak mudah hilang dan untuk

menunjang kelancaran pelayanan kebutuhan obat. Obat dan bahan obat

harus disimpan dalam wadah yang cocok dan harus memenuhi ketentuan

pembungkusan dan penandaan sesuai ketentuan yang berlaku.

Page 48: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 36

Berdasarkan KepmenkesNo 1027/Menkes/SK/IX/2004 disebutkan

bahwa :

1. Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam

hal pengecualian atau darurat di mana isi dipindahkan pada wadah lain,

maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi

yang jelas pada wadah baru, wadah sekurang-kurangnya memuat

No.batch dan tanggal kadaluwarsa.

2. Semua bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai, layak, dan

menjamin kestabilan. Tidak terkena cahaya matahri langsung, kering,

bersih, dan tidak bocor, tersedia rak yang cukup dan baik, serta

dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran.

3. Penyimpanan sediaan farmasi dapat dengan diurutkan secara alfabetis,

sesuai efek farmakologis, bentuk sediaan, cara pemakaian, nama obat,

dan golongan obat. Keuntungan dari penataan secara alfabetis adalah

memudahkan dalam pengambilan obat dan dapat dilakukan oleh orang

yang memahami tentang obat maupun yang tidak (tidak membutuhkan

sumber daya manusia yang tinggi), sedangkan kelemahan penataan

secara alfabetis adalah bila terjadi kesalahan pengambilan obat maka

dapat berakibat cukup serius karena efek farmakologinya tidak sama

(Hartini dan Sulasmono, 2007).

4. Administrasi

Administrasi adalah aktivitas pencatatan dan persiapan, penyiapan

laporan dan penggunaan laporan untuk mengelola sediaan farmasi, menurut

Petunjuk Teknis Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek (SK

nomor 1027/MenKes/SK/IX/2004) Dalam menjalankan pelayanan kefarmasian di

apotek, perlu dilakukan kegiatan administrasi yang meliputi:

a. Administrasi umum, meliputi: pencatatan, pengarsipan, pelaporan narkotika,

psikotropika dan dokumentasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

b. Administrasi pelayanan, meliputi: pengarsipan resep, pengarsipan

pengobatan pasien, dan pengarsipan hasil monitoring penggunaan obat.

Page 49: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 37

D. Aspek Asuhan Kefarmasian

Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat

ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian (Pharmaceutical care).

Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan

obat sebagai komoditi berubah menjadi pelayanan yang komprehensif yang

bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien. Pelayanan Kefarmasian

(Pharmaceutical care) adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung

profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup

pasien (Menteri Kesehatan RI, 2004).

Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut, apoteker dituntut

untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, dan mengubah perilaku agar dapat

melakukan interaksi langsung dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut antara lain

pelayanan resep (terutama konseling), promosi, dan edukasi; pengobatan sendiri

(self medication); serta pelayanan home care (Menteri Kesehatan RI, 2004).

1. Konseling, Promosi, dan Edukasi

Menurut KepMenKes RI No. 1027 tahun 2004, konseling adalah suatu

proses komunikasi dua arah yang sistematik antara Apoteker dan pasien untuk

mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan obat dan

pengobatan. Apoteker harus memberikan konseling mengenai sediaan farmasi,

pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya sehingga dapat memperbaiki

kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya

penyalahgunaan atau pengguna salahan sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan

lainnya.

Konseling dapat dilakukan pada:

a. Pasien dengan penyakit kronik seperti : diabetes, TB, dan asma, dll.

b. Pasien dengan sejarah ketidakpatuhan dalam pengobatan.

c. Pasien yang menerima memerlukan pemantauan.

d. Pasien dengan multirejimen obat.

e. Pasien lansia.

Page 50: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 38

f. Pasien pediatrik melalui orang tua atau pengasuhnya

g. Pasien yang mengalami Drug Related Problems (Departemen Kesehatan RI,

2004).

Prosedur Tetap Konseling berdasarkan Juknis Dirjen Bina Kefarmasian

Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek (SK No.1027/MenKes

/SK/IX/2004):

a. Melakukan konseling sesuai dengan kondisi penyakit pasien

b. Membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien/keluarga pasien

menanyakan tiga pertanyaan kunci menyangkut obat yang dikatakan dokter

kepada pasien dengan metode open-ended question:

1) Apa yang telah dokter katakan mengenai obat ini?

2) Cara pemakaian, bagaimana dokter menerangkan cara pemakaian?

3) Apa yang diharapkan dari pengobatan ini?

c. Memperagakan dan menjelaskan mengenai pemakaian obat (inhaler,

suppositoria, dan lain-lain)

d. Melakukan verifikasi akhir dengan mengecek pemahaman pasien,

mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan

cara penggunaan obat untuk mengoptimalkan tujuan terapi.

e. Melakukan pencatatan konseling yang dilakukan pada kartu pengobatan

(Menteri Kesehatan RI, 2004)

Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker harus berpartisipasi

secara aktif dalam promosi dan edukasi. Promosi adalah kegiatan pemberdayaan

masyarakat dengan memberikan inspirasi kepada masyarakat sehingga termotivasi

untuk meningkatkan derajat kesehatannya secara mandiri. Edukasi adalah

kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan memberikan pengetahuan tentang

obat dan pengobatan serta mengambil keputusan bersama pasien setelah

mendapatkan informasi, untuk tercapainya hasil pengobatan yang optimal.

Apoteker ikut membantu diseminasi informasi, antara lain dengan penyebaran

leaflet/brosur, poster, penyuluhan, dan lain-lainnya. Prosedur Tetap Pelayanan

Informasi Obat (PIO) berdasarkan Juknis Dirjen Bina Kefarmasian, Pelaksanaan

Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek (SK No. 1027/MenKes/SK//IX/2004) :

Page 51: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 39

a. Memberikan informasi obat kepada pasien berdasarkan resep atau kartu

pengobatan pasien (medication record) atau kondisi kesehatan pasien baik

lisan maupun tertulis.

b. Melakukan penelusuran literatur bila diperlukan, secara sistematis untuk

memberikan informasi.

c. Menjawab pertanyaan pasien dengan jelas dan mudah dmengerti, tidak bias,

etis, dan bijaksana baik secara lisan maupun tertulis

d. Menyediakan informasi aktif (brosur, leaflet, dan lain-lain).

e. Mendokumentasikan setiap kegiatan pelayanan informasi obat (Departemen

Kesehatan RI, 2004).

2. Pengobatan Sendiri (Self Medication)

Pengobatan sendiri merupakan tindakan mengobati diri sendiri dengan

obat tanpa resep yang dilakukan secara tepat guna dan bertanggung jawab.

Pengertian tersebut mengandung makna bahwa oleh dan untuk diri sendiri.

Pengobatan sendiri harus dilakukan secara rasional yang berarti bahwa tindakan-

tindakan pemilihan dan penggunaan produk bersangkutan sepenuhnya merupakan

tanggung jawab para penggunanya. Namun, apoteker harus memberikan informasi

apabila masyarakat ingin mengobati diri sendiri sesuai dengan kewenangannya.

Berdasarkan Permenkes No. 919/Menkes/Per/X/1993 tentang Kriteria

Obat yang Dapat Diserahkan Tanpa Resep (OTR) pasal 2, pemerintah

menunjukkan dukungannya dalam program pengobatan sendiri, yakni dengan

menetapkan obat yang diserahkan tanpa resep. Obat yang dapat diserahkan tanpa

resep harus memenuhi kriteria :

a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di

bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun.

b. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan resiko pada

kelanjutan penyakit.

c. Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus

dilakukan oleh tenaga kesehatan.

Page 52: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 40

d. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di

Indonesia.

e. Obat yang dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat

dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri (Menteri Kesehatan,

1993).

3. Pelayanan Home Care

Pelayanan residensial (Home care) adalah pelayanan apoteker sebagai

care giver dalam pelayanan kefarmasian di rumah-rumah, khususnya untuk

kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan terapi kronis lainnya. Tujuan dari

pelayanan residensial adalah supaya pasien yang karena keadaan fisiknya tidak

memungkinkan datang ke apotek masih mendapatkan pelayanankefarmasian

secara optimal. Pasien yang memerlukan pelayanan home care diantaranya :

a. Pasien lanjut usia yang tidak mampu lagi memenuhi aktivitas dasar sehari-

hari misal : mandi, makan, minum, memakai baju secara mandiri.

b. Pasien dengan penyakit kronis dan memerlukan perhatian khusus tentang

penggunaan obatnya, interaksi obat dan efek samping obat.

c. Pasien yang memerlukan obat secara berkala dan terus menerus misal:

pasien TB (Menteri Kesehatan RI, 2006).

Jenis layanan Home Care

a. Informasi penggunaan obat.

b. Konseling pasien.

c. Memantau kondisi pasien pada saat menggunakan obat dan kondisinya

setelah menggunakan obat serta kepatuhan pasien dalam minum obat

(Menteri Kesehatan RI, 2006).

Home Care dapat dilakukan dengan 2 cara:

a. Dengan kunjungan langsung ke rumah pasien.

b. Dengan melalui telepon (Menteri Kesehatan RI, 2006).

Prosedur tetap pelayanan residensial (home care) yaitu:

a. Menyeleksi pasien melalui kartu pengobatan.

b. Menawarkan pelayanan residensial.

Page 53: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 41

c. Mempelajari riwayat.

d. Menyepakati jadwal kunjungan.

e. Melakukan kunjungan ke rumah pasien.

f. Melakukan tindak lanjut dengan memanfaatkan sarana komunikasi yang

ada atau kunjungan berikutnya, secara berkesinambungan.

g. Melakukan pencatatan dan evaluasi pengobatan.

Untuk aktivitas ini apoteker harus membuat catatan pengobatan

(medication record) terlampir (Menteri Kesehatan RI, 2006).

E. Aspek Pelayanan Kefarmasian

1. Pelayanan Resep

Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan

kepada Apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat kepada pasien sesuai

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan Kepmenkes RI

No.1027/MENKES/SK/IX/2004, tahapan pelayanan resep yaitu sebagai berikut :

a. Skrining resep

1) Persyaratan administrasi

a) Nama,SIP dan alamat dokter.

b) Tanggal penulisan resep.

c) Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep.

d) Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien.

e) Nama obat, potensi, dosis, jumlah yang minta.

f) Cara pemakaian yang jelas.

g) Informasi lainnya.

2) Kesesuaian farmasetik meliputi bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,

inkompatibilitas, cara dan lama pemberian.

3) Pertimbangan klinis: adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian

(dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain).

Apabila terdapat keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan

kepada dokter penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif

seperlunya. Bila perlu menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan.

Page 54: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 42

b. Penyiapan obat

Berdasarkan Kepmenkes RI No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang

standar pelayanan kefarmasian di Apotek, kegiatan penyiapan obat terdiri dari:

1) Peracikan

Merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas

dan memberikan etiket pada wadah. Pelaksanaan peracikan obat harus

dibuat suatu prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis dan jumlah

obat serta penulisan etiket yang benar.

2) Etiket

Etiket harus jelas dan mudah dibaca. Berdasarkan Kepmenkes RI

No.280/Menkes/SK/V/1981 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pengelolaan

Apotek pasal 11 disebutkan bahwa :

a) Obat yang diserahkan atas dasar resep harus dilengkapi dengan etiket

berwarna putih untuk obat dalam dan warna biru untuk obat luar.

b) Pada etiket harus dicantumkan :

i. Nama dan alamat apotek.

ii. Nomor telepon, nama dan nomor Surat Izin Pengelolaan Apotek.

iii. Apoteker Pengelola Apotek.

iv. Nama dan tanggal pembuatan.

v. Nama pasien.

vi. Aturan pemakaian.

vii. Tanda lain yang diperlukan, contohnya tanda kocok dahulu, simpan

pada lemari pendingin, tidak boleh diulang tanpa resep dokter, dan

lainnya.

3) Kemasan obat yang diberikan

Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok

sehingga terjaga kualitasnya.

4) Penyerahan obat

Pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep harus

dilakukan sebelum obat diserahkan pada pasien. Penyerahan obat dilakukan

Page 55: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 43

oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada

pasien dan tenaga kesehatan.

5) Informasi obat

Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah

dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat

pada pasien sekurang-kurangnya meliputi: cara pemakaian obat, cara

penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan

minuman yang harus dihindari selama terapi.

6) Konseling

Apoteker harus memberikan konseling mengenai sediaan farmasi,

pengobatan, dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki

kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya

penyalahgunaan sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya. Pada

pasien dengan penyakit kronis, Apoteker harus memberikan konseling

secara berkelanjutan.

7) Monitoring penggunaan obat

Setelah penyerahan obat kepada pasien, Apoteker harus melaksanakan

pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu seperti

kardiovaskuler, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya (Menkes

RI, 2004).

2. Pengelolaan Obat Wajib Apotek (OWA)

Berdasarkan Kepmenkes RI No. 347/Menkes/SK/VII/1990, OWA adalah

obat keras tertentu yang dapat diserahkan oleh apoteker kepada pasien di apotek

tanpa resep dokter. Tujuan diberlakukannya OWA meningkatkan pelaksanaan

pengobatan sendiri secara tepat, aman dan rasional.

Kriteria obat yang dapat diserahkan tanpa resep dokter menurut

Permenkes RI No. 919 tahun 1993 adalah :

a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di

bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun.

Page 56: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 44

b. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan resiko pada

kelanjutan penyakit.

c. Penggunaanya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus

dilakukan oleh tenaga kesehatan.

d. Penggunaanya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di

Indonesia.

e. Obat dimaksud memiliki rasio khasiat kemanan yang dapat dipertanggung

jawabkan untuk pengobatan sendiri.

Ketentuan mengenai obat kategori OWA diatur dalam:

a. Kepmenkes RI No.347/Menkes/SK/VII/1990 tentang OWA dengan

lampiran daftar OWA No. 1.

b. Permenkes RI No. 925/Menkes/Per/X/1993 tentang Daftar Perubahan OWA

No. 1. Obat yang dikeluarkan dari daftar OWA No.1 berupa beberapa

golongan obat keras yang diubah menjadi obat bebas dan obat bebas

terbatas dengan pertimbangan resiko efek samping obat yang ringan.

c. Permenkes RI No. 924/Menkes/Per/X/1993 tentang Daftar OWA No. 2.

d. Kepmenkes RI No. 1176/Menkes/SK/X/1999 tentang Daftar OWA No. 3.

3. Pengelolaan obat keras, narkotika, dan psikotropika

a. Pengelolaan obat keras

Obat keras adalah obat-obatan yang tidak digunakan untuk keperluan

teknik yang mempunyai khasiat mengobati, menguatkan, membaguskan,

mendesinfektankan, dan lain-lain tubuh manusia, baik dalam bungkusan,

maupun tidak, yang telah ditetapkan oleh Secretaris Van Staat, Hoofd van het

Department van Gosendheid. Berdasarkan Undang-undang Obat Keras St.

No.419 tanggal 22 desember 1949, obat keras digolongkan menjadi 2, yaitu

obat-obatan G dan obat-obatan W. Obat-obatan G adalah obat-obat keras yang

oleh Sec.V.St. didaftarkan pada daftar obat-obatan berbahaya (gevaarlijk; daftar

G). Obat-obatan W adalah obat-obat keras yang oleh Sec.V.St. didaftar pada

daftar peringatan (warschuwing; daftar W).

Page 57: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 45

Gambar 2. Logo Obat Keras

Berdasarkan Kepmenkes RI No. 2396/A/SK/VII/86 tentang Tanda

Khusus Obat Keras Daftar G pasal 3 ayat (1), tanda khusus untuk obat keras

adalah lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam

dengan huruf K yang menyentuh garis tepi (gambar 2).

Pengelolaan obat keras meliputi pengadaan, penyimpanan, distribusi,

dan pemusnahan. Pengadaan menggunakan surat pesanan (SP) yang

ditandatangani oleh APA atau Apoteker Pendamping. SP yang digunakan

adalah SP non-narkotika/non-psikotropika. Penyimpanan obat keras pada

lemari kaca biasa dengan penyusunan secara alfabetis. Pelayanan resep obat

keras didasarkan atas resep dokter kecuali obat yang masuk ke dalam daftar

OWA. Pemusnahan obat dilakukan sesuai dengan ketentuan pada lampiran

Juknis SK No.1027/Menkes/SK/IX/2004 Direktorat Bina Farmasi Komunitas

dan Klinik, Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Departemen Kesehatan RI dengan lampiran sebanyak 2.

b. Pengelolaan narkotika

Berdasarkan Undang-Undang RI No. 35 tahun 2009 pasal 1 butir 1

tentang narkotika, narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman

atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat

menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,

mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan

ketergantungan.

Gambar 3. Logo obat narkotika

Page 58: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 46

Narkotika dapat dibedakan menjadi beberapa golongan, yaitu:

1) Narkotika golongan I

Narkotik golongan I adalah narkotika yang dapat digunakan untuk tujuan

pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta

mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.

2) Narkotika golongan II

Narkotik golongan II adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan,

digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan

atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai

potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.

3) Narkotika golongan III

Narkotik golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan

banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan

serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.

Pengaturan narkotika bertujuan untuk:

1) Menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan

kesehatan.

2) Mencegah terjadinya penyalahgunaan narkotika.

3) Mencegah peredaran gelap narkotika.

Pengelolaan narkotika meliputi beberapa hal berikut :

1) Pengadaan

Obat golongan narkotika dibeli dengan menggunakan Surat

Pesanan (SP) khusus yang dibuat oleh PBF Kimia Farma. Format SP

narkotika dibuat rangkap lima dengan ketentuan satu lembar untuk arsip.

Apotek (lembar ke-5 berwarna putih), empat lembar lainnya dibawa oleh

pihak Kimia Farma. Kimia Farma akan mengirim empat lembar tersebut ke

Dinas Kesehatan kota, Balai Besar POM, Depo Kimia Farma Pusat, dan

arsip PBF Kimia Farma. Sistem pembayaran pembelian obat golongan

narkotik dilakukan dengan sistem COD (Cash On Delivery). Satu surat

pesanan narkotika digunakan untuk satu jenis narkotika.

2) Penyimpanan

Page 59: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 47

Penyimpanan narkotika tercantum dalam Permenkes RI No.

28/MENKES/PER/1978 pasal 5 yaitu narkotika harus disimpan di tempat

khusus. Tempat yang dimaksud harus memenuhi persyaratan sebagai

berikut:

a) Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat.

b) Harus mempunyai kunci yang kuat.

c) Dibagi dua masing-masing dengan kunci yang berlainan, bagian

pertama digunakan untuk menyimpan morfin, petidina, dan garam-

garamnya serta persediaan narkotika lainnya yang dipakai sehari-hari.

Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari

40 x 80 x 100 cm, maka lemari tersebut harus dibuat pada tembok atau

lantai. Lemari khusus tersebut tidak boleh digunakan untuk

menyimpan barang lain selain narkotika, kecuali ditentukan lain oleh

menteri. Anak kunci lemari tersebut harus dikuasai oleh penanggung

jawab atau pegawai lain yang dikuasakan. Lemari tersebut harus

ditaruh di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum.

3) Penyerahan

Berdasarkan UU RI No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika pasal 43

ayat 1 menyatakan bahwa penyerahan narkotika hanya dapat dilakukan oleh

apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dan dokter. Pada ayat 2

berisi narkotika hanya dapat diserahkan kepada rumah sakit, puskesmas,

apotek lainnya, balai pengobatan, dokter, dan pasien. Pada ayat 3

dinyatakan bahwa penyerahan narkotika hanya dapat dilakukan oleh rumah

sakit, apotek, pusat kesehatan masyarakat, dan balai pengobatan

berdasarkan resep dokter. Pada ayat 4 dinyatakan bahwa penyerahan

narkotika oleh dokter hanya dapat dilaksanakan untuk menjalankan praktek

dokter dengan memberikan narkotika melalui suntikan, menolong orang

sakit dalam keadaan darurat dengan memberikan narkotika melalui

suntikan, atau menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada apotek.

Page 60: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 48

4) Pelaporan

Resep narkotika harus diberi tanda garis merah di bawah nama

obatnya dan resep tersebut harus dipisahkan dari resep yang lain serta

dicatat pada buku khusus pencatatan narkotika sesuai dengan Petunjuk

Teknis Kepmenkes RI No. 1027 tahun 2004 tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian di Apotek.

Berdasarkan UU RI No. 35 tahun 2009 pasal 14, apotek

berkewajiban untuk menyusun dan mengirimkan laporan bulanan mengenai

pemasukan dan pengeluaran narkotika yang berada dalam penguasaannya.

Pengeluaran narkotika dilaporkan setiap bulan selambat-lambatnya pada

tanggal 10 bulan berikutnya. Laporan penggunaan narkotika dibuat rangkap

4 dan dikirim ke Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten dengan tembusan kepada

Dinas Kesehatan Provinsi, Balai Besar POM, dan sebagai arsip apotek. Isi

laporan narkotika bulanan, yaitu nomor kode nasional, nama dan bentuk

sediaan obat, keterangan mengenai penambahan, pengeluaran, persediaan

akhir bulan, keterangan lain dan ditandatangani oleh APA disertai nama

terang, nomor SIK, dan cap apotek. Pelanggaran terhadap ketentuan

mengenai penyimpanan dan pelaporan dapat dikenai sanksi administratif

berupa teguran, peringatan, denda administratif, penghentian sementara

kegiatan atau pencabutan izin.

5) Pemusnahan

Berdasarkan Permenkes RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 pasal

13 ayat 3, pemusnahan narkotika wajib mengikuti ketentuan perundang-

undangan yang berlaku. Pada UU RI No. 22 tahun 1997 pasal 61,

pemusnahan narkotika disaksikan oleh pejabat yang ditunjuk Menteri

Kesehatan.

Berita acara pemusnahan narkotika diatur pada Permenkes No. 28

tahun 1978 dan Surat Edaran Direktur Jenderal Pengawasn Obat dan

Makanan No. 010/EE/SE/81. Berita acara sekurang-kurangnya memuat:

a) nama, jenis, sifat, dan jumlah narkotika,

Page 61: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 49

b) keterangan mengenai tempat, jam, hari, tanggal, bulan, dan tahun

pemusnahan,

c) tanda tangan dan identitas lengkap pelaksana pemusnahan (APA) dan

pejabat yang menyaksikan pemusnahan (petugas Dinas Kesehatan

Kabupaten / Kota),

d) kolom pemusnahan narkotika ditambahkan nama, jenis dan sifat.

Berdasarkan pasal 9 Permenkes RI No. 28/Menkes/Per/1978

tentang Pemusnahan Narkotika, berita acara tersebut harus dikirimkan

kepada Kepala Dinkes Provinsi, Kepala Dinkes Kabupaten/Kota, Kepala

Balai POM, dan sebagai arsip apotek.

Prosedur Tetap Pengelolaan Resep Narkotik berdasarkan Juknis

Dirjen Bina Kefarmasian, Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di

Apotek (SK nomor 1027/MenKes/SK//IX/2004) meliputi :

a) Skrining Resep

i. Melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan administrasi.

ii. Melakukan pemeriksaan kesesuaian farmasetik, yaitu bentuk

sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama

pemberian.

iii. Mengkaji pertimbangan klinis, yaitu adanya alergi, efek samping,

interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain).

iv. Narkotik hanya dapat diserahkan atas dasar resep asli rumah sakit,

puskesmas, apotek lainnya, balai pengobatan, dokter. Salinan resep

narkotika dalam tulisan ”iter” tidak boleh dilayani sama sekali.

v. Salinan resep narkotik yang baru dilayani sebagian atau yang

belum dilayani sama sekali hanya boleh dilayani oleh apotek yang

menyimpan resep asli.

vi. Mengkonsultasikan ke dokter tentang masalah resep apabila

diperlukan.

b) Penyiapan Resep Narkotika

i. Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan pada resep.

Page 62: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 50

ii. Apabila obat racikan, Apoteker menyiapkan obat jadi yang

mengandung narkotika atau menimbang bahan baku narkotika.

iii. Menutup dan mengembalikan wadah obat pada tempatnya.

iv. Menulis nama dan cara pemakaian obat pada etiket sesuai dengan

permintaan dalam resep.

v. Obat diberi wadah yang sesuai dan diperiksa kembali jenis dan

jumlah obat sesuai permintaan dalam resep.

c) Penyerahan Obat Narkotika

i. Melakukan pemeriksaan akhir kesesuaian antara penulisan etiket

dengan resep sebelum dilakukan penyerahan.

ii. Memanggil nama dan nomor tunggu pasien.

iii. Mengecek identitas dan alamat pasien yang berhak menerima.

iv. Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat.

v. Menanyakan dan menuliskan alamat/ nomor telepon pasien dibalik

resep.

vi. Menyimpan resep pada tempatnya dan mendokumentasikannya.

c. Pelayanan psikotropika

Psikotropika diatur dalam Undang-Undang No. 5 tahun 1997.

Psikotropika adalah zat atau obat, alamiah maupun sintesis bukan narkotika

yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat

yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

Pengelolaan psikotropika meliputi :

1) Pengadaan

Pada pasal 9 UU RI No. 5 tahun 1997, psikotropika berupa obat

hanya dapat diedarkan setelah terdaftar pada departemen yang bertanggung

jawab dibidang kesehatan. Pada pasal 12 ayat 2, penyaluran psikotropika ke

apotek dapat dilakukan oleh pabrik obat atau pedagang besar farmasi.

Pemesanan psikotropika oleh apotek dilakukan dengan menggunakan surat

pesanan (SP) khusus psikotropika kepada PBF tertentu yang telah

ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek dan dibuat rangkap satu

Page 63: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 51

(dua lembar), yaitu untuk arsip PBF dan arsip apotek. Satu SP psikotropika

dapat berisi lebih dari satu macam obat.

2) Penyimpanan

Belum diatur secara jelas dalam peraturan perundang-undangan.

Penyimpanan ditempatkan pada tempat terpisah dari obat lain dan tidak

terlihat oleh pasien secara langsung.

3) Penyerahan

Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada

apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter, dan

kepada pengguna/pasien, tercantum pada pasal 14 ayat 2 UU RI No. 5 tahun

1997. Berdasarkan pada pasal 14 ayat 4 UU RI No. 5 tahun 1997,

penyerahan psikotropika oleh apotek dilaksanakan berdasarkan resep

dokter.

4) Pelaporan

Resep psikotropika diberi tanda garis biru di bawah nama obatnya

dan dipisahkan dari resep lain serta dicatat pada buku khusus pencatatan

psikotropika, tercantum pada Petunjuk Teknis Kepmenkes RI No. 1027

tahun 2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.

Berdasarkan UU RI No. 5 tahun 1997 pasal 33 dan 34, apotek

wajib membuat dan menyimpan catatan mengenai kegiatan masing-masing

yang berhubungan dengan psikotropika, apotek wajib melaporkan catatan

tersebut kepada menteri secara berkala. Pelaporan penggunaan psikotropika

paling lambat pada tanggal 10 bulan berikutnya dan dikirimkan kepada

Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten dengan tembusan kepada Dinas

Kesehatan Provinsi, Balai Besar POM, dan sebagai arsip apotek.

5) Pemusnahan

Berdasarkan UU RI No. 5 tahun 1997, pemusnahan psikotropika

dilaksanakan dalam hal :

a) Berhubungan dengan tindak pidana.

b) Diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku

dan/atau tidak dapat digunakan dalam proses produksi psikotropika .

Page 64: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 52

c) Kadaluwarsa.

d) Tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan

dan/atau untuk kepentingan ilmu pengetahuan.

Pemusnahan psikotropika belum diatur jelas dalam UU RI No. 5

tahun 1997. Pemusnahan psikotropika dilakukan seperti pemusnahan obat

lainnya yang diatur dalam Kepmenkes RI No. 1332 tahun 2002 pasal 12,

sediaan farmasi yang karena suatu hal tidak dapat digunakan lagi atau

dilarang digunakan harus dimusnahkan dengan cara dibakar atau ditanam

atau dengan cara lain yang ditetapkan oleh menteri. Setiap pemusnahan

psikotropika harus dibuat berita acara, tercantum dalam pasal 53 ayat 3 UU

RI No. 5 tahun 1997.

4. Pengelolaan obat bebas, obat bebas terbatas, obat tradisional, kosmetik,

alat kesehatan, dan perbekalan kesehatan lainnya.

Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek berdasarkan Kepmenkes RI

No. 1027 tahun 2004 menyatakan bahwa pengelolaan obat bebas, obat bebas

terbatas, obat tradisional, kosmetik, alat kesehatan, dan perbekalan kesehatan

lainnya meliputi perencanaan, pengadaan, penyimpanan, dan

pelayanan/pengeluaran. Apoteker wajib memberikan informasi obat yang tepat

sehubungan dengan pengobatan dengan obat tanpa resep.

Obat bebas atau disebut dengan Handverkoop (HV) atau Over The

Counter (OTC) adalah obat yang dapat diperoleh secara bebas tanpa resep dokter

dan dapat dibeli di apotek, toko obat atau toko biasa (Sutantiningsih, 2004).

Gambar 4. Logo Obat Bebas

Obat bebas terbatas adalah obat yang dapat diperoleh tanpa resep dokter

di apotek atau toko obat terdaftar yang memiliki ijin, penyerahannya harus dengan

kemasan asli beserta suatu tanda peringatan khusus. Tanda peringatan khusus

tersebut antara lain:

a. P1 : Awas! Obat keras! Baca aturan pakainya.

Page 65: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 53

b. P2 : Awas! Obat keras! Hanya untuk kumur. Jangan ditelan.

c. P3 : Awas! Obat keras! Hanya untuk bagian luar badan.

d. P4 : Awas! Obat keras! Hanya untuk dibakar.

e. P5 : Awas! Obat keras! Tidak ditelan.

f. P6 : Awas! Obat keras! Obat wasir, tidak ditelan.

Gambar 5. Logo Obat Bebas Terbatas

Berdasarkan Undang-Undang No. 36 tahun 2009, obat tradisional adalah

bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan

mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara

turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai

dengan norma yang berlaku di masyarakat.

Gambar 6. Logo Jamu, Obat Herbal Terstandar, Fitofarmaka

Berdasarkan Peraturan Kepala BPOM RI No. HK.00.05.42.1018,

kosmetika adalah setiap bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan

pada seluruh bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan

organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk

membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau

badan dan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik.

Berdasarkan Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan yang

dimaksud dengan alat kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin, dan/atau

implan yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah,

mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit,

memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan

Page 66: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 54

memperbaiki fungsi tubuh, sedangkan perbekalan kesehatan adalah semua bahan

dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.

5. Pengelolaan obat rusak, kadaluwarsa, pemusnahan obat dan resep

Berdasarkan Kepmenkes RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002 pasal 12 ayat

2 menyebutkan bahwa sediaan farmasi yang karena suatu hal tidak dapat lagi atau

dilarang digunakan harus dimusnahkan dengan cara dibakar atau ditanam atau

dengan cara lain yang ditetapkan oleh menteri. Pemusnahan sediaan farmasi

tersebut dilakukan oleh APA bersama-sama dengan sekurang-kurangnya seorang

petugas apotek dan wajib membuat berita acara pemusnahan.

Permenkes RI No. 922/Menkes/Per/X/1993 pasal 17 ayat 2 menyatakan

bahwa resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek dengan baik dalam waktu

3 tahun. Kepmenkes RI No.280/Menkes/SK/V/1981 tentang ketentuan dan tata

cara pengelolaan apotek pasal 7 ayat 3 dan 4 menyatakan bahwa resep yang telah

disimpan lebih dari 3 tahun tersebut dapat dimusnahkan dengan cara dibakar atau

dengan cara lain yang lebih memadai. Berdasarkan Permenkes RI No.

922/MENKES/PER/X/1993 pasal 13 ayat 1, pemusnahan sediaan farmasi

dilakukan oleh Apoteker Pengelola Apotek atau Apoteker Pengganti dibantu oleh

sekurang-kurangnya seorang karyawan apotek. Pemusnahan resep tersebut

dilakukan dengan membuat berita acara pemusnahan sesuai dengan bentuk yang

telah ditentukan yaitu rangkap empat dan ditandatangani oleh APA dan petugas

apotek yang melakukan pemusnahan resep tersebut. Berita acara pemusnahan

resep memuat hari dan tanggal pemusnahan, tanggal terawal dan terakhir resep

yang dimusnahkan, serta berat resep yang dimusnahkan dalam kilogram.

6. Evaluasi Mutu Pelayanan

Evaluasi mutu pelayanan berdasarkan Petunjuk Teknis Pelaksanaan

Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek (SK nomor

1027/Menkes/SK//IX/2004) adalah proses penilaian kinerja pelayanan

kefarmasian di apotek yang meliputi penilaian terhadap sumber daya manusia,

pengelolaan perbekalan sediaan farmasi dan kesehatan, serta pelayanan

Page 67: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 55

kefarmasian kepada pasien. Indikator yang digunakan untuk mengevaluasi mutu

pelayanan menurut Kepmenkes RI No.1027/MENKES/SK/IX/2004, meliputi :

a. Tingkat kepuasan konsumen, dilakukan dengan cara survei berupa angket

atau wawancara langsung.

b. Dimensi waktu, lama pelayanan diukur dengan waktu (yang telah

ditetapkan).

c. Prosedur tetap, untuk menjamin mutu pelayanan sesuai standar yang telah

ditetapkan.

Prosedur tetap yang telah dibuat dimaksudkan untuk:

a. Memastikan bahwa praktek yang baik dapat tercapai setiap hari.

b. Adanya pembagian tugas dan wewenang.

c. Memberikan pertimbangan dan panduan untuk tenaga kesehatan lain yang

bekerja di apotek.

d. Dapat digunakan sebagai alat untuk melatih staff baru.

e. Membantu proses audit.

Prosedur tetap disusun dengan format sebagai berikut:

a. Tujuan: merupakan tujuan protap.

b. Ruang lingkup: berisi pernyataan tentang pelayanan yang dilakukan dengan

kompetensi yang diharapkan.

c. Hasil: hal yang dicapai dalam pelayanan yang diberikan dan dinyatakan

dalam bentuk yang dapat diukur.

d. Persyaratan: hal-hal yang diperlukan untuk menunjang pelayanan.

e. Proses: berisi langkah-langkah pokok yang perlu diikuti untuk penetapan

standar.

f. Sifat protap adalah spesifik mengenai kefarmasian.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 51 tahun 2009 tentang

Pekerjaan Kefarmasian, tidak lagi disebutkan Standar Operasional Prosedur

(SOP) atau Prosedur Tetap (Protap) tetapi disebut dengan Standar Prosedur

Operasional.

a. Pasal 1 ayat 16. Standar Prosedur Operasional adalah prosedur tertulis

berupa petunjuk operasional tentang Pekerjaan Kefarmasian.

Page 68: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 56

b. Pasal 23 ayat 1. Dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian, Apoteker

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 harus menetapkan Standar Prosedur

Operasional. Pasal 23 ayat 2, Standar Prosedur Operasional harus dibuat

secara tertulis dan diperbaharui secara terus menerus sesuai perkembangan

ilmu pegetahuan dan teknologi di bidang farmasi dan ketentuan peraturan

perundang-undangan

Page 69: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 57

BAB III

TINJAUAN APOTEK UGM DAN PEMBAHASAN

A. Profile Company Apotek UGM

Apotek UGM diresmikan pada tanggal 14 Agustus 2000 oleh Rektor

UGM, Prof. Dr. Ichlasul Amal. Apotek UGM beralamat di Jalan Prof. Dr. Sardjito

No. 25 Yogyakarta. Kedudukan Apoteker Pengelola Apotek (APA) pada saat itu

dijabat oleh Prof. Dr. Ibnu Ghalib Ganjar, DEA., Apt. sebagai dekan fakultas

farmasi UGM.

Fakultas Farmasi UGM selanjutnya mengadakan hubungan kemitraan

dengan PT. Gama Multi Usaha Mandiri dalam rangka pembangunan dan

pengembangan apotek, yang ditandai dengan penandatanganan perjanjian

kemitraan pada tanggal 31 Maret 2010. Semenjak itu Apotek UGM menjadi

bagian dari unit usaha PT Gama Multi Usaha Mandiri (GMUM) dengan kegiatan

operasional dan bagi hasil yang dilaksanakan bersama dengan Fakultas Farmasi

UGM. Seiring dengan hubungan kemitraan tersebut dilakukan pula serah terima

penanggung jawab apotek kepada APA baru yaitu Ibu Bondan Ardiningtyas,

S.Si., M.Sc., Apt. Kepemilikan saham oleh Fakultas Farmasi lebih besar daripada

GMUM sehingga idealisme profesi tidak terkorbankan oleh orientasi bisnis.

1. Tujuan Pendirian

Rumah Sehat dan Apotek UGM didirikan dengan tujuan:

a. Menyediakan obat yang berkualitas guna meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat.

b. Memberikan informasi tentang kesehatan khususnya tentang obat dan

pengobatan yang berorientasi pada patient satisfaction.

c. Menjamin pengobatan yang rasional bagi masyarakat pada umumnya dan

pelanggan apotek pada khususnya.

d. Sebagai tempat pengabdian profesi apoteker.

e. Sebagai tempat atau media pembelajaran dan pelatihan calon apoteker.

f. Memberi kesempatan dan peluang kerja bagi masyarakat.

g. Mendukung program UGM dalam hal otonomi kampus.

Page 70: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 58

2. Visi dan Misi

Visi dan Misi Rumah Sehat dan Apotek UGM yaitu:

a. Visi

Mewujudkan pelayanan kefarmasian yang bermutu untuk meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat serta menjadi apotek pendidikan yang mampu

mencetak apoteker profesional dalam menjalankan fungsi dan perannya

sebagai tenaga kesehatan.

b. Misi

1) Memberikan pelayanan kefarmasian yang berorientasi pada patient

satisfaction untuk meningkatkan kualitas hidup pasien menuju

tercapainya darajat kesehatan yang optimal.

2) Membentuk sumber daya manusia yang berkualitas untuk mendukung

terlaksananya pelayanan kefarmasian yang optimal dan meningkatkan

kesejahteraan.

3) Mendidik dan melatih calon apoteker agar mampu memahami dan

melaksanakan tugas, fungsi dan tanggung jawab sebagai tenaga

kesehatan, memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan pengelolaan

apotek agar mampu menjadi apoteker yang mandiri dan sejahtera.

4) Berperan aktif bersama tenaga kesehatan lainnya dalam meningkatkan

kemajuan di bidang kesehatan pada umumnya dan di bidang farmasi

pada khususnya.

3. Motto Pelayanan

Motto pelayanan Apotek UGM adalah ”No Pharmacist No Service”

yang memiliki arti “Tidak Ada Apoteker, Tidak Ada Pelayanan”. Dengan kata

lain, apotek tidak dapat memberikan pelayanan atau melakukan praktek

kefarmasian jika apoteker tidak berada di tempat. Oleh karena itu, sesuai dengan

kebijakan Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) dan Permenkes RI

No.1332/MENKES/SK/X/2002 pasal 19 ayat (1) dan (2), maka apoteker harus

berada di tempat jika apotek beroperasi. Apoteker harus selalu ada selama jam

operasional apotek untuk mengabdikan ilmunya secara profesional dalam

pelayanan kesehatan masyarakat, yaitu dengan memberikan pelayanan langsung

Pak Didiek
Highlight
Pak Didiek
Note
BERAPA JUMLAH APOTEKER YANG PALING EKONOMIS UTK MEWUJUDKAN MISI INI?
Page 71: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 59

mengenai informasi obat, konseling mengenai terapi yang dijalani oleh pasien,

konsultasi mengenai obat terhadap penyakit pasien, melakukan skrining terhadap

resep dan kegiatan profesional lainnya yang berorientasi kepada pasien.

4. Slogan Pelayanan

Slogan pelayanan Apotek UGM adalah “Service With a Heart” yang

bermakna memberikan pelayanan dengan sepenuh hati, demi mencapai kepuasan

konsumen dan konsistensi pelayanan kesehatan serta bisnis.

5. Fungsi

Fungsi Apotek UGM, yaitu :

a. Fungsi Pengabdian Profesi

Apotek UGM berfungsi sebagai tempat pengabdian profesi seorang

apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan.

b. Fungsi Bisnis

Apotek UGM yang merupakan salah satu unit bisnis dari PT. Gama Multi

Usaha Mandiri memiliki fungsi bisnis atau profit oriented.

c. Fungsi Pendidikan

Apotek UGM memiliki fungsi pendidikan karena memberikan kesempatan

kepada mahasiswa profesi apoteker untuk melaksanakan Praktek Kerja

Profesi Apoteker (PKPA) agar mahasiswa memahami peran dan tanggung

jawab apoteker serta mendapatkan pengetahuan dan keterampilan dalam

pengelolaan apotek. Selain mahasiswa profesi apoteker, Apotek UGM juga

memberikan kesempatan kepada mahasiswa D3 dan siswa SMK untuk

praktek sebagai asisten apoteker. Apotek UGM juga dengan terbuka

menerima mahasiswa S1 maupun pihak-pihak lain yang ingin melakukan

pengambilan data penelitian untuk skripsi, tesis dan lain sebagainya.

B. Aspek Legalitas dan Organisasi Apotek UGM

1. Sumpah dan Kode Etik Profesi Farmasis/Apoteker

Berdasarkan PP No. 20 tahun 1962 pada pasal 1 menyatakan bahwa

sebelum melakukan tugasnya sebagai seorang Apoteker harus mengucapkan

Pak Didiek
Highlight
Pak Didiek
Note
APAKAH DILAKUKAN MANAJEMEN STRATEGIK UNTUK NEWUJUDKAN SLOGAN PELAYANAN INI? JELASKAN BENTUK REALISASINYA!
Page 72: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 60

sumpah menurut agama yang dipeluknya atau mengucapkan janjinya sebagai

Apoteker. Dengan demikian berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 20 tahun

1962 tersebut, apoteker yang bekerja di Apotek UGM sudah memenuhi syarat

untuk melaksanakan tugasnya sebagai Apoteker karena telah mengucapkan

sumpah/janji Apoteker sesuai dengan cara agama yang dipeluknya. Selain itu,

semua Apoteker di Apotek UGM telah memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker

(STRA), yang berarti mereka telah memenuhi syarat untuk mengelola apotek

menurut PP RI No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.

Apoteker di Apotek UGM dalam praktek kefarmasiannya telah melakukan

kewajibannya dengan baik sesuai dengan kode etik profesinya serta memegang

teguh sumpah/janji profesi apoteker yang telah diucapkannya. Sebagai bentuk

implementasi pelayanan mereka, Apotek UGM memiliki motto pelayanan Apotek

UGM yaitu ”No Pharmacist No Service”, maka Apoteker di Apotek UGM harus

selalu berada di apotek selama jam buka apotek, kalau tidak ada apoteker maka

apotek tidak buka (tidak beroperasi). Apoteker di Apotek UGM dalam

memberikan pelayanan obat mengutamakan kepuasan konsumen/pasien (patient

satisfaction) dengan memberi pelayanan setulus hati (service with a heart).

Apoteker terlibat langsung dalam pelayanan obat bebas dengan memilihkan obat

yang sesuai untuk pasien, pelayanan obat keras, dan OWA disertai pemberian

informasi obat yang sekiranya perlu untuk diketahui dan diperhatikan oleh pasien.

2. Tata Cara Perijinan dan Studi Kelayakan Apotek

Pada Daerah Istimewa Yogyakarta, sebelum mengajukan permohonan

izin pendirian suatu apotek, harus studi dilakukan kelayakan. Apotek UGM sudah

membuat studi kelayakan berupa proposal sebelum mengajukan permohonan izin

pendirian apotek. Ada beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan dalam studi

kelayakan. Ditinjau dari aspek lokasi, maka Apotek UGM memiliki letak yang

strategis karena dekat dengan jalan besar dan dua arah yang merupakan jalan

transportasi dan angkutan umum kota Yogyakarta dan dekat dengan pemukiman

penduduk, sarana pelayanan kesehatan lain ( RS. Dr. Sardjito, Puskesmas Jetis,

RS. Panti Rapih, dan bebrapa praktek dokter di sekitarnya). Apotek UGM juga

Page 73: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 61

melakukan praktek dokter bersama di Apotek UGM dengan beberapa dokter

umum, dokter gigi, dokter kandungan, ahli fisisoterapis, dan lainnya.

Apotek UGM telah memenuhi persyaratan-persyaratan perijinan

pendirian apotek yang sesuai dengan KepMenKes RI No.

1332/Menkes/SK/X/2002 pasal 7 serta bangunan yang memenuhi persyaratan.

NPWP Apotek UGM merupakan NPWP badan usaha yaitu PT. GMUM sehingga

telah benar dan sah secara hukum bahwa Apotek UGM merupakan milik badan

usaha PT. GMUM. Apotek UGM telah menyesuaikan tata cara perizinan

penyelenggaraan apotek dan tenaga kesehatan sesuai dengan Peraturan Daerah

Kota Yogyakarta No. 2 tahun 2008. Sebagai bukti telah dijalankannya Perda No.

2 tahun 2008 pasal 20 ayat 3 (j) yaitu:

a. Selama apotek buka wajib ada tenaga kefarmasian yaitu : apoteker dan atau

analis farmasi dan atau asisten apoteker.

b. Dalam penyelenggaraan apotek, seorang apoteker pengelola apotek wajib

membuat catatan pengobatan terutama untuk pengobatan resep (medication

record).

c. Wajib membuat catatan obat wajib apotek.

3. Struktur Organisasi Apotek UGM

Apotek UGM merupakan suatu unit bisnis sehingga tidak lepas dari

pengelolaan PT. Gama Multi Usaha Mandiri. Meskipun tidak turut campur dalam

pengambilan keputusan internal Apotek UGM, PT. Gama Multi Usaha Mandiri

mengelola berbagai aspek manajemen seperti pengelolaan SDM, keuangan, pajak,

dan lain-lain. Manajer apotek, dalam hal ini adalah Apoteker Pengelola Apotek

(APA), memiliki hubungan berupa garis komando dengan Direktur PT. Gama

Multi Usaha Mandiri. Manajer apotek bertanggung jawab kepada Direktur,

sedangkan hubungan antara manajer apotek dengan dewan pengawas adalah suatu

garis koordinasi dimana manajer apotek tidak bertanggung jawab kepada dewan

pengawas. Dewan pengawas tidak bisa memberikan komando secara langsung

kepada manajer apotek namun memiliki tugas mengawasi kinerja serta

Pak Didiek
Highlight
Pak Didiek
Note
JIKA PENGELOLAAN SDM, KEUANGAN, PAJAK, DAN LAIN-LAIN DIKELOLA OLEH BUKAN APA...... LALU BAGAIMANA KEPUTUSAN MANAJERIAL APA/ APAKAH APA HANYA BERFUNGSI UNTUK PELAYANAN KEFARMASIAN SAJA/ LALU BAGAIMANA FUNGSI PENDIDIKAN BISA DILAKUKAN?
Page 74: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 62

operasional, memberikan masukan, saran, dan pendapat kepada manajer apotek.

Berikut ini merupakan gambar struktur organisasi di Apotek UGM:

Gambar 7. Struktur Organisasi Apotek UGM

Apotek UGM merupakan bagian dari PT. Gama Multi Usaha Mandiri

sehingga terdapat struktur perusahaan. APA merangkap menjadi manajer, selain

itu juga terdapat divisi-divisi yang mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Manajer

1) Bertanggung jawab langsung terhadap direktur.

2) Membuat perencanaan dalam usaha penjualan kawasan terpadu.

3) Membuat perencanaan dalam tata keuangan, tata personalia, tata usaha,

tata perbekalan, tata pengenalan, serta tata organisasi dan tata kerja.

4) Membuat keputusan pemecahan berbagai masalah yang timbul dalam

pelaksanaan tugas sehari-hari yang berhubungan dengan usaha pada

Apotek UGM.

5) Membuat keputusan pemecahan berbagai masalah yang timbul dalam

pelaksanaan tugas sehari-hari yang berhubungan dengan tata keuangan,

tata personalia, tata usaha, tata perbekalan, tata pengenalan, tata

pemeliharaan serta tata organisasi dan tata kerja.

b. Divisi Administrasi dan Keuangan

Direktur PT GMUM Dewan Pengawas

Manajer Apotek

Corporate officer

Divisi Pelayanan Divisi

Keuangan/

Administrasi

Divisi

Pendidikan

Divisi

Logistik

Asisten Manajer

Page 75: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 63

1) Membuat rekapitulasi pengeluaran dan pendapatan setiap harinya.

2) Membuat laporan keuangan secara periodik.

3) Menyimpan dan menjaga kestabilan kas setiap harinya.

4) Menyimpan seluruh bukti pemasukan dan pengeluaran keuangan usaha.

5) Berkoordinasi dengan bagian pengadaan dan penyimpanan untuk

pembelian persediaan, retur penjualan, dan retur pembelian.

6) Berkoordinasi dengan kassa untuk laporan pemasukan setiap harinya.

7) Melaporkan kondisi keuangan, neraca, dan analisis keuangan lainnya

kepada manajer utama setiap periodik.

c. Divisi SDM dan Pendidikan

1) SDM

a) Mengusulkan kebutuhan dan rekruitmen karyawan.

b) Menyusun kualifikasi karyawan dan melakukan revisi job description.

c) Melakukan pengawasan kinerja karyawan.

d) Menyusun sistem reward dan punishment bagi karyawan.

e) Menyiapkan presensi dan jadwal cuti karyawan.

f) Membuat data base karyawan.

g) Melakukan laporan aktivitas kegiatan karyawan.

2) Pendidikan

a) Menyusun dan mengembangkan kurikulum PKPA.

b) Membuat konsep jadwal dan kalender PKPA.

c) Menyusun tata tertib dan mekanisme PKPA.

d) Membuat laporan pelaksanaan PKPA setiap triwulan.

e) Menyiapkan bahan-bahan edukasi untuk karyawan, mahasiswa, dan

masyarakat.

d. Divisi Logistik dan Umum

1) Pengadaan dan Pengiriman

a) Bertanggung jawab pada manajer.

b) Membantu divisi pelayanan dalam mempersiapkan produk yang

diminta oleh konsumen.

Page 76: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 64

c) Menjamin kualitas produk agar tetap baik dan layak untuk dijual

kepada konsumen.

d) Melakukan evaluasi persediaan secara berkala.

2) Kebersihan

a) Bertanggung jawab atas kebersihan semua ruangan dalam dan luar

Apotek UGM.

b) Menjaga kenyamanan para tamu/konsumen dengan mengecek suhu

AC dan pewangi ruangan.

3) Keamanan

a) Bertanggung jawab menjaga inventaris milik Apotek UGM.

b) Bertanggung jawab menjaga properti milik Apotek UGM.

c) Melayani konsumen dengan baik, di dalam maupun luar Apotek

UGM.

d) Bertugas membuka Apotek UGM 30 menit sebelum jam operasional

mulai.

e) Bertugas menutup Apotek UGM ketika jam operasional selesai.

f) Bertanggung jawab dengan melaporkan pekerjaan kepada manajer.

e. Divisi Pelayanan

1) Bertanggung jawab kepada manajer.

2) Melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai dengan SPO yang berlaku.

3) Menerima pembayaran dari konsumen dan menyiapkan uang kembali

pembayaran.

4) Mencatat transaksi yang terjadi setiap harinya.

5) Melaporkan transaksi harian kepada petugas keuangan beserta bukti

pembayarannya.

6) Melaksanakan dokumentasi pelayanan sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

7) Berkoordinasi dengan divisi logistik guna dalam memenuhi persediaan

obat yang dibutuhkan konsumen.

8) Memberikan laporan secara berkala kepada manajer.

Page 77: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 65

C. Aspek Bisnis

1. Permodalan

Apotek UGM pertama kali didirikan pada tanggal 14 Agustus 2000 di

mana modal Apotek UGM berasal dari Fakultas Farmasi UGM. Pada tanggal 31

Maret 2010, terjadi kesepakatan antara pihak Fakultas Farmasi UGM dengan PT.

Gama Multi Usaha Mandiri pada tanggal 31 Maret 2010, sehingga modal Apotek

UGM berasal dari kerjasama kedua belah pihak.

2. Strategi Pengembangan Apotek

Strategi pengembangan apotek yang dilakukan oleh Apotek UGM lebih

mengarah pada aspek pelayanan kefarmasian daripada aspek bisnis. Strategi

pengembangan yang dapat dilakukan oleh Apotek UGM meliputi internal maupun

eksternal.

a. Strategi pengembangan apotek dari sisi internal, yaitu:

1) Menjalin kerjasama dengan PT. Gama Multi Usaha Mandiri.

2) Memberikan pelayanan yang baik bagi konsumen.

3) Memberikan informasi obat secukupnya saat menyerahkan resep.

4) Pelayanan konsultasi seputar pengobatan dan kesehatan oleh apoteker.

Hal ini diharapkan akan meningkatkan peran apoteker sehingga semakin

dikenal oleh masyarakat dan mengupayakan pengobatan rasional bagi

pasien.

5) Melengkapi persediaan apotek dengan obat-obatan yang paling sering

dikonsumsi dan dicari pasien, sehingga yang tersedia di apotek adalah

obat-obatan yang cepat perputarannya untuk menghindari kerugian akibat

ED dan biaya penyimpanan stok yang berlebih, misalnya dengan metode

Pareto analisa ABC.

6) Melakukan stock opname secara periodik setiap 6 bulan sekali untuk

mengetahui adanya laba tidak bergerak.

7) Mengelola pengadaan barang dengan baik, hal ini bertujuan untuk

memberi jaminan kepada pelanggan terhadap obat yang dijual. Langkah

Page 78: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 66

yang dapat dilakukan adalah membuat standar pemasok serta standar di

setiap alur pengadaan dan harus didokumentasikan.

8) Menggambarkan job description bagi mahasiswa magang S1 dan

mahasiswa PKPA di Apotek UGM sehingga koordinasi menjadi lebih

baik dan pelayanan kepada pasien dapat memuaskan terutama dalam

pelayanan langsung kepada pelanggan.

9) Meningkatkan kesejahteraan para karyawan dengan memberikan

pembagian dana yang diperoleh dari diskon pembelian produk tertentu

dalam jumlah besar sehingga diharapkan para karyawan juga akan

bekerja dengan lebih baik.

10) Dengan meningkatkan kepatuhan para karyawan untuk selalu

menjalankan SPO yang berlaku, yang dapat dilakukan dengan adanya

sosialisasi kepada para karyawan.

b. Strategi pengembangan apotek dari sisi eksternal, yaitu:

1) Bekerja sama dengan apotek rekanan.

2) Melakukan delivery order untuk pemesanan obat. Namun, perlu

diketahui bahwa fasilitas ini dilakukan berdasarkan harga minimal dari

pemesanan obat.

3) Adanya tempat parkir yang luas dan aman.

4) Bekerja sama dengan dokter untuk memberikan pelayanan kesehatan

bagi masyarakat.

5) Ruang tunggu pelayanan obat yang luas, bersih dan dilengkapi dengan

fasilitas wi-fi sehingga menambah kenyamanan konsumen.

6) Ruang periksa dokter yang cukup luas dan nyaman.

3. Perpajakan

Setiap tahunnya Apotek UGM akan mengirimkan rincian keuangan

kepada PT. GMUM. Selanjutnya rincian keuangan ini akan diolah oleh PT.

GMUM untuk dihitung wajib pajaknya bersama dengan unit usaha lainnya.

Adapun perhitungan pajak yang digunakan sesuai dengan pasal 31E dimana omset

tahunan lebih dari Rp 4,8 M dikenakan pajak sebesar 50% x 25% x PKP artinya

Pak Didiek
Highlight
Pak Didiek
Note
APA BENTUK KERJASAMA APOTEK REKANAN ITU? MENGAPA DIMASUKKAN STRATEGI PENGEMBANGAN (MANAJEMEN STRATEGIK) APOTEK?
Pak Didiek
Highlight
Pak Didiek
Note
BAGAIMANA BENTUK KERJASAMA APOTEK DENGAN DOKTER?
Page 79: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 67

bahwa tarif PPh Badan adalah 12,5% pada bagian penghasilan kena pajak ini dan

untuk penghasilan kena pajak sisanya, PPh terutang adalah 25% x PKP.

4. Kewirausahaan

Aspek kewirausahaan pada Apotek UGM sudah baik, seperti pada aspek

memanfaatkan peluang-peluang, menciptakan usaha baru, dan pendekatan yang

inovatif, contohnya adalah Herbal Corner. Herbal Cornel adalah ide yang kreatif

dan inovatif dimana hampir di sebagian apotek lain tidak memiliki bagian ini. Ini

berarti Apotek UGM bisa membaca peluang dan dimanfaatkan peluang itu dengan

baik. Selain itu dijual juga beberapa komoditi lainnya sehingga dapat dikatakan

sebagai minimarket. Namun, masih ada kekurangannya yaitu Apotek UGM masih

belum bisa berdiri sendiri secara mandiri, masih menjadi tanggungan dari

Fakultas Farmasi UGM dan kerja samanya dengan PT. Gama Multi Usaha

Mandiri. Hal ini yang masih kurang dalam hal aspek kemandirian dalam

kewirausahaan.

C. Sumber Pengelolaan Sumber Daya

1. Sumber Daya Manusia

Apotek UGM memiliki SDM yang terdiri dari seorang APA yang

sekaligus menjabat sebagai manager apotek, 6 orang Apoteker Pendamping, 2

orang kasir, seorang akuntan, 2 reseptir, 2 orang petugas cleaning service dan 1

orang petugas keamanan. Semua SDM Apotek tersebut pelaksanaan kerjanya

dibagi dalam 2 shift yaitu:

a. Hari Senin s/d Jumat

Shift 1 : pukul 08.00 – 15.00 WIB

Shift 2 : pukul 15.00 – 22.00 WIB

b. Hari Sabtu

Shift 1 : pukul 08.00 – 14.30 WIB

Shift 2 : pukul 14.30 – 21.00 WIB

c. Hari Minggu

Shift 1 pukul 09.00 – 15.30 WIB

Pak Didiek
Highlight
Pak Didiek
Note
JELASKAN MENGAPA?
Pak Didiek
Highlight
Pak Didiek
Note
JELASKAN JUMLAH TENAGA KERJA, EFISIENSI, DAN BEP
Page 80: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 68

Shift 2 pukul 15.30 – 21.00 WIB

Rumah Sehat dan Apotek UGM merupakan bagian dari PT.GMUM

sehingga terdapat struktur perusahaan. Tiap-tiap divisi bertanggung jawab atas

pekerjaannya masing-masing sebagai berikut:

a. Manager

1) Bertanggung jawab langsung terhadap direktur.

2) Membuat perencanaan dalam usaha penjualan kawasan terpadu.

3) Membuat perencanaan dalam tata keuangan, tata personalia, tata usaha,

tata perbekalan, tata pengenalan, serta tata organisasi, dan tata kerja

4) Membuat keputusan pemecahan berbagai masalah yang timbul dalam

pelaksanaan tugas sehari-hari yang berhubungan dengan usaha pada

Rumah Sehat dan Apotek UGM

5) Membuat keputusan pemecahan berbagai masalah yang timbul dalam

pelaksanaan tugas sehari-hari yang berhubungan dengan tata keuangan,

tata personalia, tata usaha, tata perbekalan, tata pengenalan, tata

pemeliharaan serta tata organisasi dan tata kerja.

b. Administrasi dan Keuangan

1) Membuat rekapitulasi pengeluaran dan pendapatan setiap harinya.

2) Membuat laporan keuangan secara periodik.

3) Menyimpan dan menjaga kestabilan kas setiap harinya.

4) Menyimpan seluruh bukti pemasukan dan pengeluaran keuangan usaha.

5) Berkoordinasi dengan bagian pengadaan dan penyimpanan untuk

pembelian persediaan, retur penjualan, dan retur pembelian.

6) Berkoordinasi dengan kassa untuk laporan pemasukan setiap harinya.

7) Melaporkan kondisi keuangan, neraca, dan analisis keuangan lainnya

kepada manajer utama setiap periodik.

c. Kebersihan

1) Bertanggung jawab atas kebersihan semua ruangan dalam dan luar

Rumah Sehat dan Apotek UGM.

2) Menjaga kenyamanan para tamu/konsumen dengan mengecek suhu AC

dan pewangi ruangan.

Page 81: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 69

d. Keamanan

1) Bertanggung jawab menjaga inventaris milik Rumah Sehat dan Apotek

UGM.

2) Bertanggung jawab menjaga properti milik Rumah Sehat dan Apotek

UGM.

3) Melayani konsumen dengan baik, di dalam maupun luar Rumah Sehat

dan Apotek UGM.

4) Bertugas membuka Rumah Sehat dan Apotek UGM 30 menit sebelum

jam operasional mulai.

5) Bertugas menutup Rumah Sehat dan Apotek UGM ketika jam

operasional selesai.

6) Bertanggung jawab dengan melaporkan pekerjaan kepada manajer.

e. Pelayanan

1) Bertanggung jawab kepada manajer.

2) Melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai dengan SPO yang berlaku.

3) Menerima pembayaran dari konsumen dan menyiapkan uang kembali

pembayaran.

4) Mencatat transaksi yang terjadi setiap harinya.

5) Melaporkan transaksi harian kepada petugas keuangan beserta bukti

pembayarannya.

6) Melaksanakan dokumentasi pelayanan sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

7) Berkoordinasi dengan divisi logistik guna dalam memenuhi persediaan

obat yang dibutuhkan konsumen.

8) Memberikan laporan secara berkala kepada manajer.

Setiap karyawan Rumah Sehat dan Apotek UGM diwajibkan menaati

semua peraturan yang ada di Rumah Sehat dan Apotek UGM, antara lain:

a. Setiap karyawan diwajibkan menaati segala peraturan dan SOP yang

berlaku di Rumah Sehat dan Apotek UGM.

b. Setiap karyawan diwajibkan hadir 10 menit sebelum jam dinasnya.

Page 82: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 70

c. Setiap pergantian shift harus ada serah terima dari petugas sebelumnya

kepada petugas berikutnya (terutama kasir).

d. Setiap karyawan harus izin kepada pimpinan bila akan meninggalkan

pekerjaan, minimal 1 hari sebelumnya, kecuali dalam keadaan darurat,

dengan keterangan yang jelas.

e. Tidak meninggalkan pekerjaan pada jam dinas kecuali izin pimpinan dan

melapor pada bagian keamanan bila akan meninggalkan tempat kerja atau

pulang.

f. Tidak diperkenankan merokok di ruangan apotek.

g. Tidak diperkenankan membawa anak kecil di tempat kerja.

h. Mengenakan seragam sesuai jadwal dan berdandan sepantasnya.

i. Bersikap ramah, sopan dan simpatik kepada semua pelanggan dalam kondisi

apapun.

j. Menjaga kedisiplinan dan kekompakan kerja sesama karyawan (dengan

mengutamakan tugas masing-masing).

k. Tidak mencemarkan nama baik apotek dan institusinya dengan alasan

apapun.

l. Sadar akan tugas dan tanggung jawab masing-masing

m. Hal yang dianggap penting akan diatur kemudian oleh pimpinan apotek.

Dalam menunjang kerja dan pelayanannya Apotek UGM memiliki

Standar Prosedur Operasional (SPO) Apotek UGM yang meliputi:

a. SPO Pelayanan Obat Bebas

b. SPO Pelayanan Obat Wajib Apotek

c. SPO Pelayanan Resep

d. SPO Pelayanan Cek Tekanan Darah dan Gula

e. SPO Penyerahan Obat Bebas dan Komoditi Lain

f. SPO Penyerahan Resep dan OWA

g. SPO Briefing

h. SPO Menimbang Obat

i. SPO Penyiapan dan Peracikan Obat

j. SPO Pelayanan Pesanan Khusus

Page 83: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 71

k. SPO Pelayanan Pesanan Reguler

l. SPO Pengadaan Barang

m. SPO Penyiapan Obat Khusus

n. SPO Narkotika

o. SPO Psikotropika

p. SPO Seleksi Obat

q. SPO Hubungan Divisi Logistik dengan Divisi Lain

r. SPO Form Pesanan (Reguler/Khusus)

s. SPO Penelitian

t. SPO PKPA Magang

u. SPO Pengadaan Obat dan Kosmetika Bahan Alam

v. SPO Penerimaan dan Penyimpanan Obat dan Kosmetika

w. SPO Bahan Alam

x. SPO Pelayanan Obat dan Kosmetika Bahan Alam

Dalam menjalankan tugasnya karyawan Apotek UGM memperoleh hak

dan fasilitas. Hak dan fasilitas yang diberikan bertujuan agar kinerja dan semangat

karyawan dalam melakukan pelayanan tetap terjaha dan kesejahtaeraanya

bertambah. Hak dan fasilitas karyawan Apotek UGM adalah sebagai berikut:

a. Tunjangan Hari Raya (THR).

b. Tunjangan transportasi.

c. Tunjangan kematian bagi karyawan yang nantinya diberikan kepada ahli

waris.

d. Bonus tahunan bagi karyawan yang berprestasi, di mana masa kerja

karyawan tersebut lebih dari dua tahun dengan kriteria tertentu.

e. Pakaian seragam.

f. Cuti tahunan.

g. Cuti besar (1 bulan) dengan tetap menerima gaji penuh bagi karyawan yang

telah bekerja selama 10 tahun berturut-turut.

h. Asuransi Inhealth dan Jamsostek.

Page 84: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 72

i. Pemeriksaan kesehatan bagi setiap karyawan secara gratis pada dokter

rekanan serta memberika obat derngan harga netto bagi karyawan yang

menebus obat di Apotek UGM.

2. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang dimiliki apotek UGM bertujuan agar

pelayanan kepada pasien dan kinerja karyawan dapat terlaksana secara maksimal.

Pembagian ruangan apotek UGM terdiri dari ruang tunggu pasien yang nyaman

dan cukup luas dilengkapi dengan air conditioner (AC), wi-fi, dan televisi. Dalam

melakukan praktek kefarmasian, apotek UGM membagi beberapa tempat

pelayanan:

a. Pelayanan konter depan, sebagai tempat melayani obat OTC, OWA, dan

alkes. Di sini secara langsung seorang pasien dapat meminta saran obat

kepada apoteker jika pasien mengetahui gejala sakitnya namun tidak tau

pengobatannya.

b. Konter penyerahan obat sebagai tempat penyerahan obat racikan maupun

obat yang diserahkan dengan resep.

c. Ruang konseling, sebagai tempat konseling pasien secara privasi dan

tertutup. Letaknya berada di sebelah konter obat, terdapat ruang khusus

untuk konsultasi obat bersama apoteker.

d. Ruang penyiapan obat dan gudang obat, letaknya berada di belakang konter

depan. Seluruh resep akan masuk ke ruang ini untuk disiapkan dan diberi

etiket. Pada gudang obat terdapat rak obat, rak khusus narkotik/psikotropik,

dan lemari pendingin.

e. Ruang peracikan obat, letaknya berada di sebalah ruang penyiapan obat.

Terdapat timbangan, alat-alat gelas, dan bahan-bahan untuk meracik di

ruang ini (misal : aquadest, aquabidest, oleum cocos).

f. Herbal corner, di tempat ini terdapat persediaan obat-obat herbal (misal:

kiranti, pasangma). Pelayanan yang dilakukan sama seperti konter depan

obat OTC, hanya obatnya saja yang berbeda.

Page 85: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 73

Selain ruang-ruang tersebut, sarana dan prasarana lain yang disediakan di

apotek UGM ini adalah ruang administrasi (inkaso PBF), ruang praktik dokter,

konter pendaftaran dokter praktek, klinik umum (pemeriksaan gula darah, tekanan

darah), ruang ibadah, ruang pertemuan, dapur, dan toilet.

3. Pengelolaan Sediaan

a. Perencanaan

Metode perencanaan yang digunakan oleh Rumah Sehat dan Apotek

UGM adalah kombinasi antara metode epidemiologi dan konsumsi. Kombinasi

kedua metode ini sangat penting untuk merencanakan kebutuhan di Apotek.

Metode epidemiologi dilakukan berdasarkan pola penyebaran penyakit dan

pola pengobatan penyakit yang terjadi dalam masyarakat sekitar apotek. Misal

saat pergantian musim hujan, banyak yang terserang flu, malaria, dan lain-lain,

sedangkan metode konsumsi yang digunakan berdasarkan data pengeluaran

barang periode lalu, selanjutnya data tersebut dikelompokkan menjadi obat fast

moving dan slow moving.

Kelebihan metode konsumsi ini adalah perhitungan kebutuhan

obat/perbekalan farmasi lebih sederhana, praktis, dan mudah, dapat diandalkan

bila data konsumsi dicatat dengan baik dan sudah dapat diprediksi bahwa

produk tersebut jelas berada di papan atas dan konsumsi tinggi dalam jangka

waktu tertentu, serta memberikan prediksi paling akurat terhadap kebutuhan

pada masa yang akan datang. Namun metode ini memiliki kekurangan yaitu

harus tersedia data konsumsi yang akurat dan penggunaan obat yang berlebih

dapat terjadi.

Adapun faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam perencanaan

sediaan dan perbekalan farmasi di Apotek UGM antara lain:

1) Defecta, yaitu berupa defecta manual dan computerized. Untuk defecta

manual berupa pencatatan disebuah buku yang berisi nama dan jumlah

produk yang akan habis dan telah habis.

2) Anggaran keuangan yang tersedia setiap minggunya.

Page 86: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 74

3) Pemesanan disesuaikan obat-obat yang sering diresepkan dokter praktek

di Apotek UGM, yaitu dengan menyiapkan stok yang lebih banyak untuk

obat-obat yang sering diresepkan oleh dokter yang bersangkutan untuk

menghindari kekosongan barang.

4) Jenis dan jumlah barang yang dipesan.

5) Pemilihan PBF berdasarkan kemudahan retur obat, diskon, kualitas, dan

kuantitas, serta pelayanan yang baik dan cepat.

b. Pengadaan

Pengadaan barang dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah

dibuat dan disesuaikan dengan anggaran keuangan yang ada. Kegiatan yang

tercakup dalam proses pengadaan adalah pemesanan, pembelian, dan

penerimaan barang. Pengadaan di Rumah Sehat dan Apotek UGM dilakukan

dengan cara pengadaan terbatas yaitu mempertimbangkan banyaknya

distributor dengan kemudahan pemesanan, minimal faktur (pembelian barang

dengan jumlah harga minimal dalam faktur yang diperbolehkan PBF) dan lead

time yang pendek. Hal ini bertujuan agar pengadaan dapat dilakukan sewaktu-

waktu dan dapat mengurangi stok obat dalam jumlah besar dan pertimbangan

maslaah biaya yang minimal. Faktor–faktor yang diperhatikan dalam

pengadaan yaitu:

1) Jenis dan jumlah barang yang dipesan (fast moving atau slow moving)

2) Dana yang tersedia

3) Kualitas barang yang dipesan memenuhi standar

4) Kemasan dan isi

5) Lead time

6) Waktu kadaluwarsa yang panjang lebih diutamakan

7) Harga yang dapat bersaing di pasaran, misalnya ada diskon dan bonus

tertentu dari PBF

8) Layanan purna jual.

Pengadaan yang dilakukan di Rumah Sehat dan Apotek UGM

dilakukan berdasarkan data sediaan farmasi yang terdapat di komputer atau

dalam buku defecta. Pemesanan sediaan farmasi dilakukan menggunakan Surat

Page 87: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 75

Pesanan (SP) yang ditandatangani oleh Apoteker. Surat Pesanan (SP) berisi

nama dan alamat apotek, tanggal pemesanan, nomor order, nama PBF yang

dituju, nama item, kuantitas, satuan kuantitas, tanda tangan pemesan, dan

stempel apotek (Lampiran 4). SP selanjutnya akan diberikan ke sales PBF yang

datang ke apotek. Pemesanan juga dapat dilakukan melalui telepon, pemesanan

lebih diutamakan pada PBF yang langsung datang daripada PBF yang

melakukan penawaran melalui telepon, hal ini dimaksudkan untuk menekan

biaya operasional. Pembelian barang dilakukan dengan cara:

1) Pengadaan secara terbatas

Pengadaan dilakukan bilamana obat yang diperlukan jumlahnya menipis.

Metode ini sesuai diterapkan karena tersedia banyak distributor, adanya

kemudahan pemesanan (via telepon) dan pendeknya lead time (24 jam

setelah pemesanan).

2) Pengadaan secara berencana

Pengadaan dilakukan dengan melihat produk-produk yang termasuk

dalam golongan fast moving. Pemesanan dapat dilakukan secara

terjadwal, misalnya dengan jangka waktu satu bulan.

3) Pengadaan dengan spekulatif

Pengadaan bila terdapat kenaikan harga ataupun penawaran diskon yang

besar dengan mempertimbangkan pula tipe barang fast atau slow moving.

Dengan metode ini, dapat terjadi peningkatan omset yang kemudian

dapat pula meningkatkan keuntungan Apotek UGM.

4) Pada kondisi tertentu, suatu barang slow moving yang tidak disediakan

dalam jumlah besar namun dibutuhkan segera, maka Apotek UGM dapat

melakukan koordinasi dengan apotek lain yang bekerja sama.

Sistem pembayaran yang dilakukan oleh Apotek UGM terdiri dari

berbagai macam cara, antara lain:

1) Cash on delivery (COD)

Pembayaran dilakukan secara tunai pada saat barang datang, biasanya

untuk pembelian narkotika dan beberapa produk lainnya. Dengan

Page 88: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 76

pembayaran COD, khususnya pada pembayaran barang fast moving,

apotek mendapatkan keuntungan adanya diskon (1-2%) dari PBF.

2) Konsinyasi

Pembayaran dilakukan setelah barang terjual. Barang yang sebelumnya

dititipkan untuk dijual di apotek yang bersangkutan. Adapun contoh

barang konsinyasi di Apotek UGM adalah produk herbal (misalnya

kapsul habatusauda). Apotek akan menerima komisi dari PBF bila barang

terjual.

3) Kredit

Pembayaran dilakukan pada tanggal jatuh tempo yang telah ditetapkan

sebelumnya (bervariasi antar PBF). Bentuk pembayaran kredit ini paling

sering dilakukan di Apotek UGM. Pembayaran dengan sistem kredit

memberikan kelonggaran bagi apotek untuk mengatur keluar masuknya

uang yang digunakan untuk pengadaan.

Berikut ini adalah langkah-langkah pengadaan sediaan farmasi dan

perbekalan kesehatan:

1) Pemeriksaan sediaan untuk mengetahui jumlah sediaan farmasi dan

perbekalan kesehatan yang tersisa dan mengetahui adanya barang yang

habis/sudah menipis, sehingga memudahkan Apoteker dalam melakukan

perencanaan pengadaan/pemesanan kembali. Pemeriksaan dapat

dilakukan melalui buku defecta secara komputerisasi.

2) Penentuan jumlah dan jenis yang akan dipesan pada distributor (reorder).

3) Pembuatan Surat Pesanan (SP). SP dibuat dan ditandatangai oleh

Apoteker dan ditujukan kepada PBF. SP diberikan kepada sales

distributor obat yang datang ke Apotek UGM, tetapi apabila sales tidak

datang, pemesanan dilakukan melalui telepon dan SP diberikan ketika

obat yang dipesan datang. Biasanya hal ini dilakukan pada obat yang

telah habis dan diperlukan segera kecuali obat golongan narkotika,

psikotropika, dan prekursor. Pemesanan obat di Apotek UGM dilakukan

setiap hari Selasa, Kamis, dan Sabtu untuk memudahkan pemesanan obat

(sistematis dan terfokus). Apabila ada obat CITO tetapi PBF tidak bisa

Pak Didiek
Highlight
Pak Didiek
Note
JIKA PENGELOLAAN DILAKUKAN OLEH PT GMUM, BAGAIMANA BISA APOTEKER YANG MELAKUKAN PERENCANAAN PENGADAAN?
Page 89: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 77

mengantar obat segera, maka salah seorang karyawan Apotek UGM akan

langsung datang ke PBF yang bersangkutan sehingga kebutuhan pasien

segera terpenuhi.

4) Pada saat barang datang dilakukan pemeriksaan alamat pengiriman yang

tertera pada faktur, pemeriksaan fisik, pemeriksaan jumlah barang yang

dipesan dengan yang tertera pada SP, dan expired date disesuaikan antara

faktur dengan yang tertera pada kemasan produk. Jika semua persyaratan

telah terpenuhi maka faktur pembelian ditandatangani oleh Apoteker dan

dibubuhi cap apotek. Oleh karena Apotek UGM menggunakan sistem

pembayaran secara kredit maka faktur asli diserahkan kembali kepada

PBF, sedangkan tembusan faktur disimpan oleh apotek. Pada saat akan

inkaso, faktur asli dititipkan ke apotek, disatukan dengan tembusannya,

dan dilakukan pelunasan saat jatuh tempo.

c. Penyimpanan

Penyimpanan obat di Rumah Sehat dan Apotek UGM dilakukan

dengan cara:

1) Obat dikelompokkan berdasarkan bentuk sediaan, yakni tablet/kapsul,

tetes/salep mata, salep kulit, sirup/suspensi, injeksi, infus.

2) Obat dikelompokkan berdasarkan kelas terapi yang masing-masingnya

disusun secara alfabetis. Kelas terapi yang dimaksud yaitu

suplemen/vitamin, obat cerebral, analgetik, antibiotik, antihistamin dan

steroid, obat flu, saluran nafas, saluran cerna, antifungi, kardiovaskular,

antidiabetik, antikolesterol, anti asam urat, diuretik, saluran urin, obat

sistem syaraf, kemoterapi, dan lain-lain.

3) Narkotika disimpan dalam lemari khusus sesuai UU Narkotika No. 35

tahun 2009 Bab IV pasal 14 bahwa obat golongan narkotika disimpan

dalam lemari khusus.

4) Obat psikotropika disimpan dalam almari meja yang sama dengan obat

narkotika, namun dengan pintu yang berbeda. Obat psikotropika

disimpan bersama dengan obat sistem saraf yang sering disalahgunakan.

Page 90: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 78

5) Obat Askes dan Inhealth diletakkan di rak terpisah dengan obat milik

apotek.

6) Obat yang syarat penyimpanannya di suhu sejuk, misalnya insulin,

suppositoria, ovula, lactobacillus disimpan di lemari pendingin.

7) Obat OTC diletakkan di ruang pelayanan, disusun berdasarkan kelas

terapi dan disusun secara alfabetis dan dipisahkan berdasarkan bentuk

sediannya (tablet, sirup, tetes). Kelas terapi yang dimaksudkan antara lain

suplemen/vitamin, flu, maag, diare, konstipasi, antijamur, tetes mata,

antiseptik, dan lain-lain.

8) Herbal dan madu ditempatkan di Herbal Corner.

9) Minuman kesehatan, ointment, minyak, dan krim kulit, alat kesehatan,

kosmetika diletakkan pada etalase tersendiri.

d. Pengendalian Persediaan

Pengendalian barang keluar masuk dilakukan secara komputerisasi

sehingga dapat memaksimalkan kecepatan pelayanan dan efektivitas karyawan,

sedangkan khusus obat golongan narkotika dan psikotropika terdapat

pencatatan khusus menggunakan kartu stelling ditambah komputerisasi

sehingga dua kali pencatatan ini mengurangi kesalahan. Obat-obat dikeluarkan

berdasarkan kombinasi sistem FIFO dan FEFO, sehingga jika terdapat barang

yang masuk terlebih dahulu dan ED nya lebih pendek akan dikeluarkan terlebih

dahulu. Pengendalian seperti ini termasuk menghindari adanya kebocoran obat

seperti pencurian obat.

e. Distribusi Obat

Obat yang baru diterima, datanya dimasukkan dalam database

komputer, meliputi nama obat, jumlah, nomor batch, harga dan tanggal

kadaluwarsa. Obat kemudian diletakkan sesuai tempat penyimpanan. Obat

didistribusikan kepada pasien, apotek lain, dan juga rumah sakit disekitar

apotek.

f. Dokumentasi Pengelolaan Obat

Software manajemen apotek yang digunakan adalah Integrated

Application Apotek System (IAAS) versi 6.0, setiap faktur masuk selalu di

Pak Didiek
Highlight
Pak Didiek
Note
JELASKAN ALASAN PENYIMPANAN OBAT2 INI DALAM LEMARI ES!
Page 91: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 79

entry ke database dan tiap pergantian shift dilaporkan jumlah penjualan obat.

Faktur yang diberikan PBF saat barang datang adalah copy faktur. Copy faktur

ini dicatat di buku pembelian kemudian dimasukkan ke dalam arsip/map

dengan rapi sesuai urutan abjad PBF dan tanggal faktur. Jika ada petugas PBF

datang memberikan faktur asli, maka copy faktur yang sesuai dalam map

tersebut diambil dan dimasukkan dalam map inkaso. Faktur-faktur yang

mendekati jatuh tempo dipisahkan dan dipersiapkan untuk melakukan inkaso.

Faktur yang sudah diinkaso dicatat dalam buku inkaso.

g. Pengelolaan Obat ED dan Retur Obat

Obat-obat hampir kadaluwarsa (kurang dari 6 bulan) diletakkan

tersendiri menjadi satu dalam rak khusus. Obat yang bisa diretur akan diretur

dan jika hingga kadaluwarsa tidak laku maka akan dimusnahkan. Proses retur

hanya dapat dilakukan jika sesuai dengan kesepakatan antara apotek dan PBF.

Retur sediaan farmasi yang mendekati kadaluwarsa biasanya dilakukan pada

waktu 6 bulan sebelum kadaluwarsa. Sediaan farmasi yang dapat diretur ke

PBF adalah sediaan farmasi yang masih utuh dalam hal bentuk, jumlah per

satuan maupun keutuhan kemasan. Sediaan farmasi yang mendekati waktu

kadaluwarsa tetapi tidak dapat diretur maka akan diupayakan agar segera

terjual, misal ditawarkan ke pasien sebagai substitusi sediaan farmasi yang

mempunyai zat aktif sama atau dapat juga diletakkan di etalase depan yang

dapat dengan mudah terlihat oleh pasien. Sediaan farmasi yang tidak dapat

diretur dan telah kadaluwarsa akan dimusnahkan dengan ketentuan obat

narkotika disaksikan pejabat Dinas Kesehatan sedangkan obat non-narkotika

cukup disaksikan karyawan apotek dan selanjutnya dibuat berita acara yang

dilaporkan ke Dinas Kesehatan.

4. Administrasi

Sistem yang digunakan yaitu IAAS untuk melihat data pembelian,

penjualan, pemasukan kas, pengeluaran kas, transaksi, laporan pembelian, laporan

penjualan, persediaan barang, hutang piutang, dan laporan neraca laba rugi. Selain

Page 92: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 80

itu, digunakan sistem manual yang terdiri dari laporan internal dan eksternal. Jika,

disusun secara rinci, kegiatan administari Apotek UGM dibagi menjadi:

a. Sekretariat

1) Buku Defecta

Buku defecta digunakan untuk melakukan pencatatan sediaan

farmasi yang telah habis atau menipis dan untuk menghindari kelalaian

pemesanan kembali suatu barang sehingga dapat menjamin ketersediaan dan

kelengkapan sediaan di apotek. Selain itu, ada juga yang berisi pencatatan

produk baru dan obat yang dipesan oleh pasien.

2) Pencatatan Penggunaan OWA

Pencatatan OWA didokumentasikan sesuai Kepmenkes No.

347/Menkes/SK/VII/1990 tentang Obat Wajib Apotek. Pencatatan

penggunaan OWA di Apotek UGM dilakukan secara komputerisasi.

Adapun pencatatan tersebut terdiri dari nama obat, jumlah obat, nama

pasien, alamat pasien, dan keluhan penyakit. Data tersebut nantinya akan

dicetak dan dievaluasi untuk menghindari terjadinya penyalahgunaan obat.

3) Laporan Penggunaan Narkotika dan Psikotropika

Laporan penggunaan narkotika dan psikotropika (dibuat secara

terpisah) dilaporkan kepada Dinas Kesehatan secara online. Pelaporan

tersebut dilakukan selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya.

Pelaporan oleh Apotek UGM telah dilakukan secara online.

4) Laporan Statistika Resep dan Penggunaan Obat Generik Berlogo

Laporan statistika resep dan penggunaan OGB dilaporkan kepada

Kepala Dinkes Yogyakarta dan tembusan kepada Kepala Dinkes provinsi

Yogyakarta, Kepala BPOM, dan arsip apotek. Pelaporan dibuat tiap bulan.

5) Laporan Tenaga Kefarmasian

Laporan tenaga kefarmasian dilaporkan kepada Kepala Dinas Kota

Yogyakarta dan tembuasan kepada Kepala Dinkes Provinsi Yogyakarta,

Kepala BPOM Yogyakarta dan arsip apotek. Pelaporan ini dilakukan setiap

3 bulan.

6) Laporan Tahunan

Page 93: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 81

Laporan tahunan berisi tentang laporan keuangan dan

perkembangan apotek. Laporan tahunan ditujukan kepada PT. Gama Multi

Usaha Mandiri (GMUM)

b. Inventarisasi

Setiap dilakukan transaksi pembelian barang atau aset Rumah Sehat

dan Apotek UGM dilakukan pencatatan ke dalam sistem komputer yang

meliputi tanggal pembelian, nama barang, spesifikasi, kode barang, jumlah

barang, harga per unit, dan penyusutannya.

c. Pembelian

Pencatatan pembelian dalam software IAAS versi 6.0 meliputi nama

PBF, nomor faktur, nomor pembelian, tanggal, nama barang, kadaluwarsa,

jumlah barang, harga satuan, bonus, diskon, PPN, nomor batch, dan term

pembayaran. Pencatatan pembelian dalam buku meliputi buku faktur, buku

inkaso, buku pembelian tunai, dan buku konsinyasi. Faktur disimpan secara

alfabetis sesuai nama PBF dan diurutkan sesuai tanggal setiap bulannya.

Dokumentasi faktur meliputi:

a. Faktur datang bulan lalu dan bulan berjalan

b. Faktur konsinyasi

c. Faktur retur sudah lunas

d. Faktur konsinyasi sudah selesai

e. Faktur retur masih dalam proses

f. Faktur titip (daftar tunggu inkaso).

d. Penjualan

Pencatatan transaksi penjualan secara komputerisasi meliputi jenis

komoditas (resep, OTC dan OWA), nama dokter, nama pasien, nomor

transaksi, nama barang, harga satuan, jumlah barang, diskon, PPN, tuslah,

embalase dan harga total. Pengarsipan resep dan nota dilakukan tiap hari dan

setiap bulannya dikelompokkan lagi dan disimpan sebagai arsip. Pengarsipan

resep dan nota tersebut adalah sebagai berikut:

1) Resep yang mengandung narkotika ditandai dengan spidol merah, dan

resep yang mengandung psikotropika ditandai spidol biru, dan dibendel.

Page 94: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 82

2) Resep dikelompokkan per dokter yang praktek di Rumah Sehat dan

Apotek UGM, seperti dr. Bharoto, drg. Prabawati, dan lain-lain.

3) Resep dikelompokkan tiap shift per harinya.

4) Nota penjualan OTC dan komoditas lain.

5) Nota penjualan OWA.

e. Dokumentasi resep Askes, Inhealth, dan faktur Inhealth.

f. Dokumentasi pelayanan laboratorium pemeriksaan sederhana, seperti

tekanan darah, gula darah, kolesterol, dan asam urat.

D. Aspek Asuhan Kefarmasian

Pelayanan kefarmasian di Apotek UGM dilakukan dengan interaksi

langsung dengan pasien, baik dilakukan oleh apoteker maupun mahasiswa PKPA.

Bentuk interaksi langsung yang dilakukan yaitu pelayanan resep (terutama

konseling), promosi, edukasi, pengobatan sendiri, serta pelayanan residensial

(home care).

1. Konseling, Promosi, dan Edukasi

Pelayanan kefarmasian terhadap pasien berupa konseling dilakukan oleh

apoteker selama jam buka apotek. Kegiatan konseling dilakukan terhadap pasien

yang memberi obat resep, OTC, maupun OWA atau pasien yang bertanya

langsung karena membutuhkan informasi mengenai obat dan penyakitnya.

Konseling biasanya dilakukan di konter depan, jarang sekali ada pasien yang

meminta konseling secara privasi di ruangan tertutup. Biasanya konseling yang

dilakukan sebatas rekomendasi obat terhadap keluhan pasien atau pasien bertanya

kegunaan obat yang hampir mirip.

Konseling pemilihan obat generik/OTC/OWA, biasanya apoteker

mengawali dengan mengindentifikasi masalah yang dialami pasien secara umum

(misalnya, lama pasien mengalami sakit, tingkat keparahan yang dirasakan

pasien). Apoteker akan mengarahkan pasien dalam pemilihan obat sesuai kondisi

pasien. Pasien diberikan pilihan beberapa macam obat yang kemudian apoteker

akan menjelaskan nama obat, dosis obat, indikasi zat aktif obat tersebut, aturan

Page 95: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 83

pakai, durasi penggunaan, dan efek yang mungkin terjadi. Sedangkan untuk obat

yang menggunakan resep, apoteker akan bertanya kondisi pasien dan menanyakan

tiga pertanyaan kunci kepada pasien yaitu apa yang dokter katakan tentang obat

ini, apakah dokter menerangkan cara pakainya, apa yang diharapkan dari

pengobatan ini. Apoteker akan menjelaskan cara pemakaian obat. Apoteker akan

bertanya terlebih dahulu apakah pasien sudah pernah menggunakan dan tau cara

menggunakan obat-obat seperti suppositoria, inhaler, ovula, dan lain-lain, jika

sudah, Apoteker tidak memperagakan cara penggunaannya untuk menghemat

waktu pasien. Setelah selesai, apoteker akan memverifikasi pada pasien apakah

pasien sudah paham cara penggunaannya atau belum. Setelah itu apoteker akan

mencatat alamat dan nomor telepon pasien untuk keperluan dokumentasi serta

berjaga-jaga jika terjadi medication error.

Apotek UGM melakukan promosi kesehatan dan edukasi melalui

penyediaan leaflet, brosur, banner, dan majalah kesehatan yang disediakan di

ruang tunggu pasien dan di atas etalase obat. Promosi kesehatan dan edukasi juga

dilakukan secara lisan melalui pemberian informasi oleh apoteker, seperti nama

obat, kekuatan dosis, indikasi, cara pemakaian, aturan pakai, durasi penggunaan,

efek samping yang mungkin terjadi hingga cara penyimpanan. Jika obat yang

diminta pasien habis, maka apoteker akan memberikan pengertian dan pilihan

obat lain dengan kandungan yang sama. Apoteker akan memberikan informasi

bahwa obat tersebut memiliki indikasi yang sama. Penggantian obat tetap akan

meminta ijin pasien, dan jika menggunakan resep maka akan meminta ijin pada

dokter yang memberikan resep sehingga pengobatan tetap rasional. Rumah Sehat

dan Apotek UGM menyediakan buku referensi obat-obatan seperti ISO, MIMS,

dan DIH (Drug Information Handbook) untuk mendukung KIE. Informasi lain

didapatkan secara online menggunakan internet.

2. Pengobatan sendiri (self medication)

Pengobatan sendiri meliputi pelayanan OTC, OWA, Herbal, Kosmetika

dan Alat kesehatan. Kasus pengobatan sendiri yang dijumpai di Apotek UGM

antara lain seperti demam, batuk, pilek, sakit gigi, alergi, diare, mual, muntah,

Page 96: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 84

penyakit jamur, herpes, dan nyeri-nyeri. Pasien datang dengan menentukan obat

yang menjadi pilihannya atau meminta bantuan apoteker untuk memilihkan obat

yang tepat sesuai dengan keluhan pasien. Pada kedua kasus tersebut perlu

dilakukan penggalian informasi yang mendalam mengenai keluhan yang dialami

pasien seperti menanyakan kondisi pasien (pediatri, geriatri, ibu hamil dan

menyusui, dewasa, atau penyakit lain), gejala yang timbul, kapan gejala timbul,

apa yang menjadi penyebabnya, ada alergi atau tidak terhadap obat tertentu, dan

pengobatan yang sudah dilakukan.

Ketepatan dalam pemilihan obat berdasarkan informasi dari pasien

sedalam mungkin akan memaksimalkan terapi. Apoteker di Apotek UGM tidak

berwenang untuk mendiagnosis penyakit pasien dan hanya memberikan alternatif

pilihan obat untuk meringankan keluhan yang dirasakan pasien dan merujuk

pasien sekiranya penyakit yang dialami pasien dirasa perlu untuk mendapatkan

penanganan oleh dokter lebih lanjut. Tidak jarang pula pasien dengan penyakit

kronis datang untuk membeli obat keras ke apotek sesaui terapi yang diberikan

oleh dokter sebelumnya. Biasanya pasien langsung menyebutkan brand tertentu

untuk terapi penyakit konsumen. Dalam kasus ini permintaan konsumen tersebut

dapat dilayani tanpa menggunakan resep dokter.

Setelah pasien memilih obat kemudian apoteker akan memberikan

informasi kepada pasien. Informasi yang umum diberikan adalah nama obat, isi

zat aktif, kegunaan, aturan pakai, efek samping, jangka waktu penggunaan obat,

serta hal-hal yang harus dihindari selama penggunaan obat tersebut. Pencatatan

data pasien seharusnya dilakukan meliputi nama dan alamat atau nomor telepon

yang bisa dihubungi untuk menghindari penyalahgunaan dan penggunaan obat

yang tidak tepat. Catatan medik di apotek berisi data demografi (nama, alamat,

usia, tinggi badan, berat badan), riwayat penyakit, alergi dan pengobatan. Akan

tetapi selama ini pendokumentasian pelayanan obat OWA dan obat keras masih

jarang dilakukan karena keterbatasan waktu dalam pelayanan dan sumber daya

yang ada belum terbiasa melakukan pendokumentasian tertulis secara rutin.

Page 97: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 85

3. Pelayanan residensial (home care)

Apotek UGM telah melakukan praktek pelayanan residensial (home

care) oleh apoteker namun belum optimal. Banyak masyarakat yang belum

mengetahui adanya sistem pelayanan ini. Home care dilakukan melalui telepon

atau langsung datang ke rumah pasien. Pada saat ini pelayanan home care yang

sering terjadi yaitu pasien yang membutuhkan akan menelepon ke apotek.

Penyakit yang umumnya dialami pasien adalah diabetes mellitus dan hipertensi.

Pasien yang membutuhkan akan menelepon Apotek UGM, kemudian

apoteker akan menanyakan riwayat penyakit dan pengobatan pasien. Apoteker

akan menanyakan alamat pasien tersebut dan membuat janji untuk melakukan

kunjungan. Apoteker kemudian melakukan kunjungan ke rumah pasien sesuai

jadwal yang dibuat. Pasien diberikan informasi dan konseling terkait penyakit

atau penggunaan obat. Apoteker akan terus memantau kondisi pasien setelah

penggunaan obat dan mengecek kepatuhan pasien. Hasil home care akan dicatat

dan dievaluasi, kemudian akan dibuat suatu medication record untuk melihat

perkembangan pasien.

Apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, dan

mengubah perilaku agar dapat melakukan interaksi langsung dengan pasien

sebagai konsekuensi perubahan orientasi dari drug oriented ke patient oriented.

Bentuk interaksi tersebut antara lain pelayanan resep (terutama konseling),

promosi, dan edukasi; pengobatan sendiri (self medication); serta pelayanan home

care (Menteri Kesehatan RI, 2004).

F. Aspek Pelayanan Kefarmasian

1. Pengelolaan resep

Pelaksanaan kegiatan pelayanan resep berdasarkan Standard Operational

Procedur (SOP) yang telah dibuat. Hal tersebut bertujuan untuk menjamin mutu

pelayanan yang diterima pasien seragam, meminimalkan kesalahan dalam

pelayanan resep, dan memudahkan dalam proses pengerjaan resep karena SOP

merupakan panduan dalam melakukan tahap pekerjaan. Alur pelayanan resep

Rumah Sehat dan Apotek UGM dapat dilihat pada gambar 8.

Pak Didiek
Highlight
Pak Didiek
Note
APAKAH PELAYANAN HOMECARE DIKENAKAN BIAYA?
Page 98: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 86

Gambar 8. Alur Pelayanan Resep di Rumah Sehat dan Apotek UGM

Rumah Sehat dan Apotek UGM menerima resep yang berasal dari dokter

umum, dokter spesialis, dokter gigi, maupun dokter hewan, baik dokter di klinik

Rumah Sehat dan Apotek UGM ataupun dokter dari luar. Pengelolaan resep yang

dilakukan di Rumah Sehat dan Apotek UGM yaitu diawali dengan skrining resep

oleh apoteker untuk melihat keabsahan obat yang dilakukan meliputi: persyaratan

dan pertimbangan klinis resep. Jika resep dinyatakan lengkap, sah, dan rasional

kemudian diperiksa ketersediaan obat di apotek. Jika semua obat tersedia di

apotek maka resep dilayani dan diberi harga setelah itu disampaikan kepada

pasien. Informasi terkait harga obat bertujuan mengetahui kemampuan pasien

dalam menebus resep, apakah akan ditebus semua, sebagian, atau bahkan tidak

ditebus sama sekali. Apabila obat yang tertulis pada resep tidak tersedia, maka

Apoteker akan menawarkan merek obat lain dengan kandungan yang sama. Hal

Penerimaan resep (Apoteker melakukan skrining

administratif, farmasetik, dan klinis.

Kalkulasi harga resep (persetujuan total biaya

kepada pasien).

Pasien melakukan pembayaran di kasir (Apoteker membubuhkan cap dan

paraf pada resep sebagai cek dan disatukan dengan nota penjualan).

Lakukan penyiapan dan peracikan obat sesuai SOP.

Apoteker memeriksa kembali dan paraf pada etiket

(pengecekan obat dan etiket sesuai resep)

Apoteker menyerahkan obat ke pasien (disertai informasi dan konseling

yang jelas, tanyakan dan cacat alamat dan nomor telepon pasien disertai

dokumentasi.

Apoteker memberikan paraf sebagai pemeriksaan

akhir.

Page 99: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 87

ini berlaku juga untuk obat generik yang kosong, Apoteker akan menawarkan obat

merek dagang. Apabila pasien keberatan dengan harga yang dikonfirmasikan,

Apoteker akan menawarkan alternatif lain dengan menebus obat sebagian dan

sisanya lain waktu. Setelah pasien setuju, pasien dipersilahkan untuk membayar

terlebih dahulu dan diminta untuk menunggu sampai dipanggil kembali untuk

menerima obat resep tersebut.

Pasien dapat melakukan pembayaran melalui tiga cara yaitu:

a. Pembayaran obat secara kontan, diberlakukan untuk masyarakat secara

umum.

b. Pembayaran obat secara kredit ditujukan kepada pelanggan tertentu seperti

apotek kerjasama, instansi tertentu, dan karyawan apotek.

c. Pembayaran obat menggunakan credit card maupun debit.

Penyiapan atau peracikan obat dilakukan setelah pelanggan melakukan

pembayaran pada resep. Apabila resep berupa obat jadi (non racikan) maka obat

dapat langsung disiapkan dan diberi etiket pada masing-masing obat, sedangkan

apabila obat racikan maka dilakukan terlebih dahulu pembuatan instruksi

peracikan yang berisi macam dan jumlah obat yang harus disiapkan, sehingga

mempermudah reseptir menyiapkan obat. Beberapa hal yang perlu diperhatikan

ketika melakukan penyiapan ataupun peracikan obat, yaitu:

a. Pengambilan obat menggunakan sudip atau sendok.

b. Resep yang mengandung lebih dari satu sediaan disiapkan dalam tempat

terpisah untuk masing – masing sediaan.

c. Peralatan untuk meracik obat dalam dibedakan dengan obat luar.

d. Peralatan meracik harus dicuci dan dibersihkan dengan alkohol sebelum

digunakan untuk meracik obat.

Salinan resep perlu disiapkan pada beberapa kondisi seperti obat belum

diambil semuanya, resep dengan perintah iter, dan permintaan langsung

pelanggan. Obat yang telah selesai disiapkan atau diracik sesuai resep diletakkan

dalam kotak untuk selanjutnya dilakukan penyerahan obat oleh apoteker yang

sebelumnya dicek terlebih dahulu sebelum diserahkan. Pengecekan ulang untuk

melihat kesesuaian obat dengan resep (jenis dan jumlahnya) serta ketepatan

Page 100: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 88

penulisan etiket (penulisan aturan pakai obat). Setelah semua benar, maka

apoteker membubuhkan tanda tangan pada etiket sebagai bentuk

pertanggungjawaban. Alur penyerahan obat dapat dilihat pada gambar 9 berikut:

Gambar 9. Alur penyerahan obat di Rumah Sehat dan Apotek UGM

Penyerahan obat kepada pasien disertai dengan pelayanan informasi obat

dan bila perlu juga disertai konseling. Pada akhir pemberian informasi, Apoteker

menanyakan alamat dan nomor telepon pasien untuk memonitoring ketaatan

pasien dalam pemakaian obat atau jika ada kekeliruan dalam proses pelayanan

resep dapat segera diinformasikan kepada pasien.

Resep yang obatnya telah diserahkan kepada pasien dikumpulkan untuk

dilakukan pengarsipan setiap harinya. Pengarsipan resep dengan

mengelompokkan resep per shift (shift I dan shift II) sesuai dengan waktu

penerimaan resep, resep yang dibiayai sendiri atau dengan asuransi, dan resep

yang mengandung psikotropika dan narkotika dipisahkan tersendiri. Pada resep

psikoropika digaris bawahi biru dan pada resep yang mengandung narkotika

Apoteker memeriksa kembali resep dan obat dari

bagian peracikan meliputi bentuk, jumlah, dan etiket.

Baca terlebih dahulu informasi yang diperlukan

untuk disampaikan kepada pasien.

Periksa medication record pasien.

Apoteker memanggil nama yang tertera pada resep

Apoteker menyerahkan obat disertai informasi mengenai aturan pakai,

lama penggunaan obat, dan informasi lain yang diperlukan

Apoteker melepas pasien dengan mengucapkan terima kasih dan semoga

lekas sembuh.

Apoteker mendokumentasikan pengobatan pada medication record

kemudian kembalikan medication record ke tempatnya.

Page 101: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 89

diberi garis bawah warna merah. Semua bendel resep diberi tanggal, bulan, dan

tahun, selanjutnya dibendel per hari, dan disimpan sebagai arsip.

Beberapa cara yang dilakukan untuk meminimalkan terjadinya kesalahan

pada saat pelayanan resep, yaitu:

a. Pemberian stempel kontrol dan pencantuman penanggungjawab tiap

prosesnya di balik resep setiap kali selesai melakukan penyiapan obat,

kemudian diberi paraf oleh apoteker.

b. Setiap tahap dilakukan oleh orang yang berbeda, bertujuan agar pengecekan

lebih teliti.

c. Setiap ada permasalahan didiskusikan pada rekan kerja.

d. Adanya double check oleh apoteker.

e. Adanya instruksi peracikan yang dibuat oleh apoteker untuk menghindari

kesalahan meracik.

f. Adanya review resep tiap shift.

2. Pelayanan Obat Wajib Apotek (OWA)

Obat Wajib Apotek (OWA) merupakan obat keras yang dapat diberikan

dalam jumlah tertentu oleh apoteker kepada pasien tanpa harus ada resep dokter,

tetapi pemberian obat harus disertai dengan pemberian konseling, informasi, dan

edukasi. Pelayanan OWA harus disertai dengan pendokumentasian seperti nama,

alamat, nomor telepon yang bisa dihubungi, dan keluhan pasien. Penyerahan

OWA merupakan permintaan pasien atas keluhan yang dialami. Apabila pasien

membutuhkan konsultasi dapat menghubungi Apoteker, tetapi apabila keluhan

penyakitnya belum berkurang, Apoteker menyarankan untuk memeriksakan diri

lebih lanjut ke dokter.

Page 102: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 90

Gambar 10. Alur pelayanan OWA di Rumah Sehat dan Apotek UGM

Proses pelayanan permintaan OWA di Rumah Sehat dan Apotek UGM

terlebih dahulu diawali dengan penggalian informasi terkait siapa yang akan

menggunakan obat, tidak pernah, pernah atau sering menggunakan obat, dan

penyakit yang diderita. Apoteker akan mencocokkan kesesuaian obat dengan

kondisi pasien. Apoteker kemudian melakukan transaksi OWA apabila pasien

cocok menggunakan OWA tersebut, lalu melakukan penyerahan OWA.

Penyerahan OWA diikuti dengan adanya pemberian informasi obat singkat, padat,

dan jelas untuk efisiensi waktu.

3. Pengelolaan Obat Keras, Narkotika, dan Psikotropika

a. Pengelolaan obat keras

Penyimpanan obat keras disusun secara alfabetis, berdasarkan bentuk

sediaan obat (tablet, sirup, tetes mata, tetes telinga, salep, krim, inhaler, cairan

Apoteker/ petugas tersenyum dan menyapa sebelum pasien

mendahului

Apoteker melakukan assesment sederhana (berdasarkan keluhan pasien,

intensitas serta lama sakitnya, pengobatan yang telah dilakukan dan informasi

lainnya)

Apoteker memutuskan perlu atau tidaknya OWA serta memberikan alternatif

pilihan obat dengan mempertimbangkan 4T 1W

Pasien dipersilakan

membayar biaya di kasir

Siapkan obat sesuai

permintaan/ kondisi pasien

Apoteker mengemas obat dan menyerahkan ke pasien disertai informasi obat

Apoteker memisahkan nota OWA pada tiap shift kemudian dilakukan

dokumentasi OWA

Page 103: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 91

injeksi) dan farmakologi (analgetik, antiinflamasi, antibiotik, anti mual muntah,

sistem saraf, asma, hiperlipidemia, antidiabetik, kardiovaskular, dan

sebagainya). Hal ini bertujuan memudahkan pada saat mencari obat. Obat yang

tidak stabil pada suhu ruang disimpan di kulkas, misalnya suppositoria, insulin,

probiotik.

Obat-obat keras yang telah kadaluwarsa diretur ke PBF, jika tidak

dapat diretur maka dimusnahkan. Pemusnahan obat disertai pembuatan berita

acara rangkap empat kepada kepala Dinas Kesehatan DIY, kepala Balai Pom

Yogyakarta, kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, dan arsip apotek.

b. Pengelolaan narkotika dan psikotropika

Penyerahan narkotika dan psikotropika perlu diperhatikan secara lebih

detail agar tidak disalahgunakan dan mengingat besarnya pertanggung jawaban

oleh apoteker bilamana terjadi kesalahan dalam penyerahan narkotika dan

psikotropika. Obat narkotika hanya diberikan kepada pasien yang membawa

resep dan tidak diperkenankan ada tanda iter.

1) Pengadaan

Pemesanan narkotika diatur dalam UU No. 9 Tahun 1976 pasal 5

ayat 1, yaitu dengan menggunakan surat pesanan khusus dan ditujukan

kepada PBF Kimia Farma. Surat pesanan dibuat rangkap lima, yaitu empat

lembar sebagai arsip PBF dan satu lembar sebagai arsip apotek. Satu surat

pesanan narkotika hanya dapat digunakan untuk satu jenis narkotika.

Pemesanan psikotropika dilakukan dengan surat pesanan (SP) khusus

psikotropika yang dibuat rangkap 2, satu lembar untuk PBF dan satu lembar

untuk Rumah Sehat dan Apotek UGM. Satu SP psikotropika dapat dipesan

lebih dari satu macam obat psikotropika.

2) Penyimpanan

Penyimpanan obat golongan narkotika yang dilakukan oleh

Rumah Sehat dan Apotek UGM telah sesuai dengan Permenkes RI No.

28/Menkes/PER/I/1978 tentang penyimpanan Narkotika. Obat golongan

narkotika disimpan di dalam lemari khusus dengan dua pintu yang memiliki

anak kunci yang berlainan. Penyimpanan obat golongan psikotropika belum

Page 104: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 92

diatur dalam Undang-Undang, namun penyimpanan obat golongan

psikotropika harus terpisah dengan obat lainnya. Penyimpanan obat

golongan psikotropika di Rumah Sehat dan Apotek UGM menggunakan

satu almari dengan dua lapis pintu.

3) Pengeluaran

Pemberian obat golongan narkotika dan psikotropika di Rumah

Sehat dan Apotek UGM hanya diberikan pada pasien yang membawa resep

dokter dan tidak boleh dilakukan pengulangan atau iterasi pada obat

golongan narkotika. Tiap R/ obat golongan narkotika digaris bawahi dengan

tinta merah, sedangkan untuk obat golongan psikotropika digaris bawahi

dengan tinta biru. Pengeluaran obat golongan narkotika dan psikotropika

diikuti pula dengan pencatatan manual menggunakan kartu stelling.

4) Pelaporan dan pemusnahan

Laporan penggunaan obat golongan narkotika dan psikotropika

dilakukan tiap bulannya (paling lambat tanggal 10 pada bulan berikutnya).

Adapun isi dari laporan tersebut adalah terkait dengan pemakaian obat

golongan narkotika dan psikotropika selama satu bulan, tujuan penggunaan,

jumlah, penerimaan, jumlah yang diterima, bentuk sediaan, dan sisa obat

yang ada di apotek.

Obat narkotika dan psikotropika yang akan dimusnahkan dititipkan

ke Balai POM DIY. Pemusnahan disaksikan oleh dua orang saksi, yaitu satu

orang dari Dinas Kesehatan dan satu orang dari Balai POM, serta dibuat

berita acara pemusnahan narkotika dan psikotropika.

4. Pengelolaan Obat Bebas, Obat Bebas Terbatas, Obat Tradisonal,

Kosmetik, Alat Kesehatan, dan Perbekalan Kesehatan Lainnya.

a. Pengadaan

Pengadaan obat bebas dan obat bebas terbatas di Rumah Sehat dan

Apotek UGM menggunakan metode konsumsi dan epidemiologi. Pengadaan

didasarkan pada data persediaan habis yang tercatat pada komputer,

pengecekan manual, dan buku defecta. Pengadaan obat dengan menggunakan

Page 105: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 93

SP non narkotika dan non psikotropika dibuat 2 lembar (lembar asli unutk PBF

dan lembar tembusan untuk apotek).

Apoteker melakukan pengecekan kesesuaian antara faktur barang

datang dan SP dari apotek pada saat barang pesanan datang. Pengecekan

selanjutnya yaitu mengecek keadaan kemasan produk, nama produk, jumlah

produk, kode produksi, dan tanggal kadaluwarsa. Apabila barang datang telah

sesuai dengan SP apotek maka faktur ditandatangani oleh apoteker dan diberi

cap Rumah Sehat dan Apotek UGM. Data barang datang kemudian

dimasukkan ke dalam komputer, meliputi nama, alamat, nomor telepon PBF,

nama produk, kode produksi produk, tanggal kadaluwarsa produk, jumlah stok

produk, harga dalam jumlah persatuan, dan total harga yang harus dibayar ke

PBF, diskon yang diberikan oleh PBF, jatuh tempo waktu pembayaran, dan

PPn yang harus dibayar.

b. Penyimpanan

Obat bebas, obat bebas terbatas, obat tradisonal, kosmetik, alat

kesehatan, dan perbekalan kesehatan lainnya sebelum diletakkan di counter

dilakukan pelabelan harga pada tiap barang terlebih dahulu. Penataan

dilakukan berdasarkan jenis terapi farmakologis, bentuk sediaan, dan alfabetis,

yaitu obat-obat batuk, demam, flu, vitamin, cacing, balsem, maag, diare, susu,

beberapa alat kesehatan, dan sebagainya. Alat kesehatan dan obat tradisional

(OT) diletakkan secara terpisah pada counter sendiri. Sedangkan untuk

makanan dan minuman diletakkan terpisah pula dengan obat-obatan. Penataan

juga didasarkan pada sistem FIFO/FEFO

c. Pengeluaran

Penyerahan obat bebas, obat bebas terbatas, kosmetik dan obat

tradisional dilakukan tanpa resep dokter sehingga dapat langsung dilayani oleh

Apoteker. Penyerahan obat tanpa resep didasarkan pada pemilihan pasien

ataupun dengan bantuan apoteker. Penyerahan kosmetika dan alat kesehatan

juga didasarkan pada pemilihan pasien.

Page 106: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 94

Gambar 11. Alur pelayanan obat bebas, obat bebas terbatas, obat tradisonal,

kosmetik, alat kesehatan, dan perbekalan kesehatan

d. Pemusnahan

Beberapa jenis obat-obat yang rusak maupun kemasan rusak, baik

yang belum ataupun hampir kadaluwarsa dapat diretur ke PBF sesuai ketentuan

jual-beli awal. PBF memiliki waktu pra kadaluwarsa tersendiri dalam pereturan

obat. Oleh karena itu, pengecekan stok obat dilakukan secara berkala.

Pengecekan stok obat di Rumah Sehat dan Apotek UGM dilakukan setiap

enam bulan sekali.

5. Pengelolaan Obat Rusak, Kadaluwarsa, Pemusnahan Obat dan Resep

Pengecekan terhadap barang kadaluwarsa dilakukan dengan melihat data

dikomputer maupun secara manual. Obat-obatan dengan masa kadaluwarsa

kurang dari enam bulan akan diperhatikan secara khusus pengeluarannya dan jika

tiga bulan setelahnya obat tersebut masih ada, maka dikumpulkan dalam satu rak.

Hal yang dilakukan oleh Rumah Sehat dan Apotek UGM terkait obat yang

mendekati waktu kadaluwarsa yaitu:

a. Meretur ke PBF (tergantung kesepakatan atau perjanjian).

Apoteker/ petugas tersenyum dan menyapa sebelum pasien

mendahului

Apoteker melakukan assesment penyakit, memberikan informasi dan pilihan

obat kepada pasien yang melakukan swamedikasi

Apoteker menyerahkan obat disertai infromasi obat dan periksalah nota/

kwitansi penjualan

Apoteker mengucapkan terima kasih, tersenyum, dan doakanlah pasien

semoga lekas sembuh

Pasien dipersilakan

membayar biaya di kasir

Siapkan obat sesuai

permintaan/ kondisi pasien

Page 107: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 95

b. Menginformasikan kepada dokter praktek di Rumah Sehat dan Apotek

UGM untuk menggunakan obat yang bersangkutan (tidak boleh

mempengaruhi pola peresepan).

c. Menawarkan kepada pasien yang memerlukan.

d. Bekerjasama dengan apotek lain (metode konsinyasi).

Penelurusan faktur akan dilakukan pada obat yang akan diretur. Faktur

tersebut kemudian disatukan dengan barang dan diserahkan ke bagian pembelian

(bukti tanda terima barang diminta oleh petugas). Bukti transaksi retur dicatat dan

disimpan oleh bagian keuangan, sedangkan untuk obat yang tidak dapat diretur

dimasukkan ke dalam kardus dan diberi identitas jelas sambil menunggu waktu

pemusnahan.

Pemusnahan obat dan perbekalan farmasi diatur dalam Peraturan Menteri

Kesehatan RI No. 922/Menkes/PER/X/1993, yaitu dengan cara dibakar atau

ditanam atau dengan cara lain yang ditetapkan Direktur Jenderal. Di Rumah Sehat

dan Apotek UGM, pemusnahan dilakukan sendiri atau dapat dititipkan pula pada

BPOM.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/Menkes/Per/X/1993,

pasal 17 ayat 2 disebutkan bahwa resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek

dengan baik dalam jangka waktu tiga tahun. Sampai saat ini, Rumah Sehat dan

Apotek UGM baru satu kali melakukan pemusnahan resep. Hal ini dapat terjadi

karena ruang penyimpanan resep cukup luas.

6. Evaluasi Mutu Pelayanan

Pelayanan yang dilakukan di Rumah Sehat dan Apotek UGM didasarkan

pada prinsip pharmaceutical care dengan menyeimbangkan antara pelayanan

kefarmasian dan aspek bisnis. Rumah Sehat dan Apotek UGM melakukan

evaluasi mutu pelayanan setiap dua kali dalam setahun untuk mengetahui tingkat

kepuasan konsumen terhadap pelayanan yang telah diberikan. Evaluasi dilakukan

dengan memberikan kuesioner pada pasien yang menebus resep. Kuesioner

diberikan pada saat pasien menunggu proses penyiapan obat dalam resep dan

dikembalikan pada saat pengambilan obat. Kuesioner yang digunakan

Page 108: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 96

berdasarkan Binfar Departemen Kesehatan RI. Kuesioner tersebut berisi penilaian

terhadap ketanggapan petugas terhadap pasien, kecepatan pelayanan kasir,

kelengkapan obat dan alat kesehatan, kesesuaian harga obat, kecepatan pelayanan

oabt, keramahan apoteker pelayanan obat, kemampuan apoteker memberikan

informasi obat, kebersihan ruang tunggu, ketersediaan brosur, leaflet, poster, dan

lain-lain sebagai informasi obat atau kesehatan.

Berdasarkan kuesioner evaluasi mutu pelayanan oleh 37 orang pelanggan

Rumah Sehat dan Apotek UGM, dapat disimpulkan bahwa pelanggan merasa

puas terhadap pelayanan kefarmasian di Rumah Sehat dan Apotek UGM.

Tabel II. Respon pelanggan terhadap kuesioner yang diberikan

Pertanyaan

Banyak responden

Kurang

puas

Cukup

puas Puas

Sangat

puas

Ketanggapan petugas terhadap pasien 0 3 29 5

Kebersihan ruang tunggu 0 1 22 14

Kelengkapan obat dan alat kesehatan 2 9 21 5

Kesesuaian harga obat 0 7 25 5

Kecepatan pelayanan obat 2 7 25 3

Keramahan apoteker 0 2 24 11

Kemampuan apoteker dalam memberi

informasi obat 0 8 21 8

Kecepatan pelayanan kasir 0 3 29 5

Ketersediaan brosur, leaflet, poster, dll

sebagai informasi obat/kesehatan 1 14 19 3

Faktor pengali

Sangat puas : 4

Puas : 3

Cukup puas : 2

Kurang puas : 1

Skala kepuasan

1,00-1,99 : kurang puas

2,00-2,99 : cukup puas

3,00-3,99 : puas

4 : sangat puas

Page 109: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 97

Rata-rata nilai respon pelanggan terhadap pelayanan kefarmasian Rumah

Sehat dan Apotek UGM

= responden)jumlah n x pertanyaaa(jumlah

*diperoleh yang Nilai

= 37) x (10

1133

=3,09

Hasil tersebut menunjukkan pelanggan puas terhadap pelayanan

kefarmasian di Rumah Sehat dan Apotek UGM

Keterangan :

*Nilai yang diperoleh = hasil penjumlahan nilai yang telah dikalikan faktor

pengali

G. Kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA)

Rumah Sehat dan Apotek UGM merupakan apotek yang menerapkan

progam pendidikan bagi calon apoteker melalui progam PKPA. Progam Studi

Pendidikan Apoteker Universitas Sanata Dharma menyelenggarakan Praktek

Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sehat dan Apotek UGM pada periode

Mei 2014 yang dilaksanakan pada tanggal 5-31 Mei 2014. Agenda kegiatan

PKPA diawali dengan pretest dan orientasi serta diakhiri dengan postest. Tahapan

kegiatan PKPA mahasiswa adalah sebagai berikut:

1. Pretest, pembekalan, dan simulasi

2. Praktek kerja

3. Diskusi

4. Post test dan evaluasi akhir

Berikut adalah uraian kegiatan mahasiswa selama PKPA di rumah Sehat

dan Rumah Sehat dan Apotek UGM :

1. Pretest, pembekalan, dan simulasi

Kegiatan pretest, pembekalan, dan simulasi dilaksanakan tanggal 3 Mei

2014. Kegiatan pretest bertujuan untuk menilai sejauh mana kemampuan

mahasiswa mengerti tentang aspek pelayanan kefarmasian di apotek. Setelah

Page 110: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 98

pretest dilanjutkan dengan pembekalan PKPA oleh apoteker berupa presentasi

mengenai profil Rumah Sehat dan Apotek UGM, gambaran pelaksanaan PKPA,

dan tata tertib selama PKPA di Rumah Sehat dan Apotek UGM. Berikut

merupakan rincian dari presentasi pembekalan PKPA di Rumah Sehat dan Apotek

UGM:

a. Profil Rumah Sehat dan Apotek UGM meliputi visi, misi, tujuan, motto, dan

slogan Rumah Sehat dan Apotek UGM serta penjelasan mengenai stuktur

organisasi Rumah Sehat dan Apotek UGM.

b. Gambaran penjelasan mengenai PKPA di Rumah Sehat dan Apotek UGM

meliputi pembagian shift. Mahasiswa PKPA dibagi dalam tiga shift dengan

tiap shift dibagi empat kelompok kerja yaitu pos pelayanan OTC, pelayanan

resep, pos inventory dan pos herbal corner. Selain itu, akan diadakan

diskusi rutin .

c. Tata tertib selama proses PKPA di Rumah Sehat dan Apotek UGM meliputi

perlunya menaati SOP yang berlaku, mahasiswa hadir 5 menit sebelum

pergantian shift, mengenakan jas laboratorium dengan disertai tanda

pengenal, dan lain-lain.

Rangkaian acara pembekalan ditutup dengan simulasi sebelum memulai

PKPA. Kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan proses kerja dan alur pelayanan

kefarmasian yang ada di Rumah Sehat dan Apotek UGM. Simulasi meliputi

pelayanan resep, OWA, OTC, herbal corner dan pada bagian inventory.

2. Praktek kerja

Praktek kerja yang dilakukan mahasiswa PKPA meliputi kegiatan

inventory, pelayanan obat OTC, OWA, dan resep serta pelayanan obat herbal.

Jadwal kegiatan PKPA adalah sebagai berikut :

Page 111: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 99

Tabel III. Jadwal Kegiatan PKPA di Rumah Sehat dan Apotek UGM Periode Mei

2014

Hari Shift (waktu)

Senin – Jumat

I 08.00 – 13.00 WIB

II 13.00 – 18.00 WIB

III 18.00 – 22.00 WIB

Sabtu I 08.00 – 14.30 WIB

II 14.30 – 21.00 WIB

Minggu I 09.00 – 15.00 WIB

II 15.00 – 21.00 WIB

Selain pembagian berdasarkan shift jaga, dilakukan juga pembagian

berdasarkan pos kerja yang meliputi: pos inventory, pos pelayanan depan (OTC

dan penyerahan resep), pos pelayanan dalam (OWA, obat keras, Psikotropik dan

Narkotika serta peracikan resep) dan pos pelayanan herbal corner.

a. Pos Inventory

Kegiatan pada pos ini meliputi penerimaan barang, penyimpanan,

pengadaan, administrasi pembelian dan penjualan. Kegiatan penerimaan

barang meliputi pencocokan surat pesanan (SP) dengan faktur yaitu mengenai

nama obat atau barang, jumlah, jenis sediaan dan dosis, waktu kadaluwarsa,

dan nomor batch obat atau barang yang diterima. Faktur pembelian yang telah

sesuai dengan data tersebut kemudian ditandatangani oleh apoteker dan diberi

stempel apotek. Selanjutnya obat atau barang dimasukkan datanya ke komputer

kemudian disimpan. Khusus untuk obat-obat OTC, perbekalan kesehatan, dan

komoditi lain yang dijual tanpa resep diberi label harga pada kemasan barang

terlebih dahulu. Label harga ditempelkan pada obat atau barang untuk

mempermudah mengetahui harga saat pasien membeli sehingga tidak perlu

melihat harga di komputer. Harga disesuaikan dengan harga pembelian yang

terbaru. Penyimpanan barang disesuaikan dengan etalase dimana obat/barang

tersebut seharusnya disimpan. Penyimpanan obat keras berdasarkan kelas

Page 112: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 100

terapi, disusun secara alfabetis, dan menurut bentuk sediaannya. Penyimpanan

obat di gudang hanya disusun secara alfabetis.

Kendala yang dihadapi mahasiswa di pos ini yaitu kadang terjadi

kesalahan saat menyimpan barang dimana barang diletakkan tidak sesuai

tempatnya dan pelabelan harga pada barang-barang lama kadang belum

disesuaikan dengan harga baru. Pengatasannya yaitu mahasiswa harus teliti

ketika menyimpan obat atau barang, apabila tidak tahu letak penyimpanan,

maka dapat bertanya pada karyawan. Pelabelan harga barang, jika ada

perubahan harus selalu diganti sesuai harga terbaru.

Kegiatan penyiapan bertugas melakukan kontrol terhadap obat atau

barang hampir habis dan habis melalui buku defecta. Pencatatan dalam buku

defecta ini sangat diperlukan untuk menjamin ketersediaan dan kelengkapan

perbekalan di apotek serta mempermudah pemesanan barang. Sebelum

melakukan pembelian dibuat laporan buku defecta yang berisi stok obat atau

barang yang menipis dan stok sudah habis. Ketika supplier datang, mereka

akan memilih sendiri obat atau barang yang mereka bawa untuk dijual ke

apotek berdasarkan laporan defecta. Apabila ada supplier menawarkan barang

dengan harga beli lebih tinggi, sedangkan kita mempunyai harga beli yang

lebih rendah dari supplier lain maka apotek tidak akan memesan dari supplier

dengan harga tinggi. Selain itu, ada juga supplier yang menawarkan diskon

dengan cara membeli barang dengan jumlah tertentu akan mendapatkan diskon

satu macam barang yang sama, misalnya membeli Benoson-N

7 tube diberi

diskon Benoson-N

1 tube. Apabila ada supplier yang tidak datang padahal

stok obat atau barang sudah habis maka apotek akan langsung melakukan

pemesanan melalui telepon atau faximile.

Kegiatan pengadaan obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, dan

perbekalan kesehatan lainnya perlu membuat surat pesanan (SP) dibuat

rangkap dua. SP Psikotropika dan Prekursor farmasi digunakan hanya untuk

obat-obat psikotropika dan prekursor dibuat rangkap dua. Khusus untuk obat-

obat narkotika harus menggunakan SP Narkotika. Setiap SP harus

ditandatangani apoteker. SP narkotika harus ditandatangani apoteker pengelola

Page 113: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 101

apotek (APA) dan hanya 1 item obat. SP psikotropika dan prekursor farmasi

ditandatangani apoteker pendamping (Aping), ada juga yang perlu tanda tangan

APA dengan lebih dari 1 item obat. SP obat bebas, obat bebas terbatas, obat

keras, dan perbekalan kesehatan lainnya boleh ditandatangani Aping atau APA

dengan jumlah item yang tidak terbatas.

Kegiatan administrasi pembelian dilakukan dengan komputer. Format

pembelian tersebut memuat tanggal terima, nomor dan tanggal faktur, tunai

atau kredit, supplier, nama barang, jumlah barang, satuan, harga satuan, harga

total, dan jatuh tempo pembayaran. Faktur yang telah dicatat dalam komputer

diarsipkan berdasarkan nama PBF dan diletakkan dalam satu folder agar lebih

mudah ditelusuri. Administrasi yang dilakukan saat pembelian yaitu

memasukkan faktur barang datang ke dalam database komputer. Data yang

dimasukkan meliputi nama PBF, nomor faktur, tanggal faktur, nama barang,

nomor batch, waktu kadaluwarsa, jumlah barang, harga, bonus, diskon, pajak,

cara pembayaran, tanggal jatuh tempo. Selanjutnya dilakukan pemberian harga

untuk obat-obat bebas dan bebas terbatas, perbekalan kesehatan dan komoditi

lain yang bisa dijual secara bebas. Pemberian harga harus disesuaikan dengan

harga pembelian terbaru.

Permasalahan yang muncul yaitu penguasaan atau pengoperasian IT

atau software komputer yang belum lancar sehingga butuh waktu lama. Solusi

dari permasalahan ini adalah mahasiswa PKPA perlu banyak berlatih

mengoperasikan sistem IT yang digunakan di Rumah Sehat dan Apotek UGM.

b. Pos pelayanan

Pelayanan sediaan farmasi di Rumah Sehat dan Apotek UGM meliputi

pelayanan OTC, OWA, resep, herbal, dan alat kesehatan serta pelayanan

konsultasi obat. Pelaksanaan pelayanan kefarmasian selalu mengutamakan

kepuasan konsumen, harga yang terjangkau, fasilitas pelayanan yang memadai,

ketepatan dan kecepatan dalam pelayanan. Hal ini senantiasa diberikan agar

konsumen mendapat layanan yang maksimal sesuai kebutuhannnya.

1) Pelayanan obat tanpa resep

Page 114: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 102

Pelayanan obat tanpa resep meliputi pelayanan OTC, OWA, herbal,

kosmetik dan alat kesehatan. Pelayanan obat tanpa resep ini ditujukan untuk

self medication pasien. Pasien datang dengan menentukan obat yang

menjadi pilihannya atau meminta bantuan apoteker untuk memilihkan obat

yang tepat sesuai dengan keluhan pasien. Pada kedua kasus tersebut perlu

dilakukan penggalian informasi mengenai keluhan yang dialami pasien agar

obat yang terpilih merupakan obat yang tepat sesuai dengan kondisi pasien.

Ketepatan dalam pemilihan obat akan memaksimalkan terapi. Hal terpenting

adalah apoteker tidak berwenang untuk mendiagnosis penyakit pasien dan

hanya memberikan alternatif pilihan obat untuk meringankan keluhan yang

dirasakan pasien dan merujuk pasien sekiranya penyakit yang dialami

pasien dirasa perlu untuk mendapatkan penanganan oleh dokter lebih lanjut.

Tidak jarang pula pasien dengan penyakit kronis datang untuk membeli obat

keras ke apotek sesuai terapi yang diberikan oleh dokter sebelumnya.

Biasanya pasien langsung menyebutkan brand tertentu untuk tetapi penyakit

konsumen. Dalam kasus ini permintaan konsumen tersebut dapat dilayani

tanpa menggunakan resep dokter.

Pelayanan obat tanpa resep alurnya adalah pasien datang dan

disambut dengan ramah oleh apoteker, selanjutnya apoteker menggali

informasi selengkap-lengkapnya mengenai keluhan pasien, durasi penyakit,

terapi yang sudah diberikan dan perkembangan penyakit secara terapi.

Selanjutnya apoteker akan melakukan assesment dan memberikan pilihan

obat yang sesuai atau mengambilkan obat yang diminta oleh pasien. Setelah

pasien memilih obat kemudian apoteker akan memberikan informasi kepada

pasien. Informasi yang umum diberikan adalah nama obat, isi zat aktif,

kegunaan, aturan pakai, efek samping, jangka waktu penggunaan obat, serta

hal-hal yang harus dihindari selama penggunaan obat tersebut. Pencatatan

data pasien seharusnya dilakukan meliputi nama dan alamat atau nomor

telepon yang bisa dihubungi untuk menghindari penyalahgunaan dan

penggunaan obat yang tidak tepat. Catatan pengobatan di apotek berisi data

demografi (nama, alamat, usia, tinggi badan, berat badan), riwayat penyakit,

Page 115: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 103

alergi dan pengobatan. Akan tetapi selama ini pendokumentasian pelayanan

obat OWA dan obat keras masih jarang dilakukan karena keterbatasan

waktu dalam pelayanan dan sumber daya yang ada belum terbiasa

melakukan pendokumentasian tertulis secara rutin.

Pelayanan obat herbal di Rumah Sehat dan Apotek UGM terpisah

dari pelayanan OTC maupun OWA. Apotek menyediakan tempat khusus,

yaitu herbal corner untuk meletakkan obat-obat herbal. Tujuan pemisahan

tersebut ialah untuk lebih memperkenalkan kepada masyarakat tentang

alternatif pengobatan dengan menggunakan bahan alami. Pada bagian ini

tersedia berbagai macam obat herbal, mulai dari jamu, obat herbal

terstandar, dan fitofarmaka. Obat herbal yang disediakan oleh apotek sangat

beragam dari aktivitasnya, diantaranya untuk mengatasi nyeri haid, masuk

angin, mengatasi wasir, kolesterol, diabetes, obat untuk mengatasi jerawat,

dan sebagainya.

Pelayanan alat kesehatan mengikuti prinsip dari pelayanan obat

bebas dan bebas terbatas. Alat-alat kesehatan ringan seperti kapas,

pembalut, spuit injeksi, alat kontrasepsi, dan lain-lain tergabung bersama

outlet obat bebas dan bebas terbatas. Alat kesehatan seperti kursi roda,

tongkat, pispot, dan lainnya, disediakan outlet khusus untuk melayani

penjualan alat-alat tersebut.

2) Pelayanan resep

Pelayanan obat resep dilakukan sesuai dengan SOP yang ada di

Rumah Sehat dan Apotek UGM. SOP bertujuan memberikan pelayanan

yang sistematis serta memudahkan dalam mengontrol dan menelusuri

kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi dalam pelayanan. Penerapan

SOP tersebut juga merupakan upaya untuk menjamin mutu dari pelayanan

yang dilakukan oleh Rumah Sehat dan Apotek UGM.

a) Skrining Resep

Pelayanan obat dengan resep diawali dengan skrining resep.

Resep yang masuk diperiksa kelengkapannya meliputi: nama dokter,

nomor Surat Izin Praktek (SIP) dan alamat dokter penulis resep, tanggal

Page 116: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 104

penulisan resep, nama obat, dosis obat, jumlah yang diminta, tanda

tangan dokter, bentuk sediaan, aturan pakai yang jelas, pertimbangan

klinis adanya alergi, adverse reaction dan interaksi obat, termasuk nama

dan umur pasien. Apoteker dapat bertanya pada pasien atau dokter

penulis resep apabila terdapat hal-hal yang meragukan dalam resep.

Pemeriksaanan ketersedian obat dilakukan apabila resep dinyatakan sah.

Hal ini telah sesuai dengan Kepmenkes RI No. 1027 tentang standar

pelayanan kefarmasian di apotek.

Resep yang sudah diperiksa ketersediaannya tersebut kemudian

diberi harga, lalu diinformasikan kepada pasien untuk meminta

persetujuan biaya menebus resep obat tersebut. Setelah pasien setuju

dengan harga resep maka pasien membayar di kasir, kemudian pasien

menerima bukti pembayaran dan diminta menunggu resepnya yang

sedang diproses di ruang tunggu.

b) Penyiapan Obat

Resep yang telah dibayar kemudian dibawa ke ruang penyiapan.

Resep yang diterima tersebut dapat berupa obat jadi maupun obat

racikan. Apabila resep berupa obat jadi maka obat dapat langsung

diambil dari penyimpanan, dimasukkan dalam wadah plastik obat, dan

diberi etiket. Resep obat racikan terlebih dahulu dibuat instruksi

peracikan yang diketahui oleh apoteker bertugas baru kemudian bahan

baku obat dipersiapkan dan dilakukan penimbangan dan peracikan di

ruang racik.

Salinan resep dibuat apabila memang diperlukan (atas

permintaan pasien, obat ditebus sebagian, atau bila ada sebagian obat

yang tidak tersedia di apotek) dan dibuatkan kwitansi apabila ada

permintaan dari pasien. Pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara

obat dengan resep dan nota pembayaran serta etiket dilakukan sebelum

obat diserahkan kepada pasien.

Page 117: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 105

c) Pos penyerahan

Pada pos ini mahasiswa melakukan penyerahan obat yang

disertai dengan pemberian informasi tentang obat. Pada saat penyerahan

obat mahasiswa PKPA menanyakan terlebih dahulu keluhan pasien dan

apa saja yang telah disampaikan dokter terkait pengobatan pasien

kemudian pasien dijelaskan mengenai nama obat, dosis, jumlah, durasi

pengobatan, aturan pakai, penyimpanan obat, ED obat dan efek samping

yang mungkin timbul dari obat yang dikonsumsi. Selanjutnya dilakukan

dokumentasi alamat dan nomor telepon pasien.

c. Pengelolaan administrasi

Pengelolaan administrasi merupakan pendukung pelayanan

kefarmasian di apotek untuk pelaporan dan evaluasi pelayanan kefarmasian.

Mahasiswa PKPA terlibat dalam kegiatan adminitrasi umum maupun

administrasi pelayanan pengelolaan administrasi Rumah Sehat dan Apotek

UGM. Administrasi umum di Rumah Sehat dan Apotek UGM meliputi:

1) Pencatatan

Pencatatan meliputi pencatatan faktur pembelian pada buku faktur

dan pencatatan psikotropika dan narkotika pada kartu stelling. Pencatatan

faktur yang dilakukan meliputi pencatatan nama PBF, nomor batch produk

yang dibeli, tanggal kadaluwarsa serta jumlah nominal uang yang harus

dibayar oleh Rumah Sehat dan Apotek UGM. Pencatatan faktur ini

dilakukan setiap kali ada faktur datang. Setelah itu, dilakukan entry data

faktur tersebut oleh apoteker ke dalam sistem database komputer.

Pencatatan pada kartu stelling psikotropika dan narkotika dilakukan untuk

mengontrol persediaan obat golongan psikotropika dan narkotika meliputi

jumlah obat masuk, obat keluar, dan sisa obat serta tanggal penerimaan atau

pengeluaran barang disertai paraf personil.

2) Pengarsipan

Pengarsipan administrasi umum yang dilakukan oleh mahasiswa

selama PKPA di Rumah Sehat dan Apotek UGM meliputi pengarsipan nota

penjualan dan pengarsipan faktur pembelian. Pengarsipan nota penjualan

Page 118: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 106

dilakukan dengan mengelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu nota

penjualan obat golongan OTC (obat bebas dan bebas terbatas) dan nota

penjualan obat golongan OWA. Pengarsipan dilakukan untuk mengetahui

pola pembelian obat oleh pasien dan evaluasi obat berdasarkan tingkat

penjualan. Selain itu, nota penjualan tersebut dapat digunakan untuk

pembuatan laporan penjualan maupun sebagai panduan penyusunan laporan

keuangan.

Mahasiswa juga melakukan pengarsipan faktur. Faktur yang

diberikan PBF saat barang datang adalah copy faktur. Copy faktur dicatat di

buku pembelian kemudian dimasukkan ke dalam arsip/map dengan rapi

secara alfabetis sesuai nama PBF dan tanggal. Jika ada petugas PBF datang

memberikan faktur asli, maka copy faktur yang sesuai dalam map tersebut

diambil dan dimasukkan dalam map inkaso. Faktur-faktur yang mendekati

jatuh tempo dipisahkan dan dipersiapkan untuk melakukan inkaso. Faktur

yang sudah diinkaso dicatat dalam buku inkaso. Pengarsipan faktur ini

bertujuan untuk keperluan pelunasan faktur yang jatuh tempo

pembayarannya. Selain itu, pengarsipan faktur ini dapat digunakan untuk

kepentingan retur barang ke PBF sebagai bukti pembelian. Faktur akan

disimpan di apotek selama waktu kadaluwarsa dari sediaan farmasi yang

tertera di faktur untuk kepentingan retur. Oleh karena itu, pemusnahan

faktur menyesuaikan waktu kadaluwarsa sediaan farmasi tersebut.

Pemusnahan dilakukan dengan cara dibakar.

Kegiatan administrasi pelayanan yang dilakukan oleh mahasiswa

PKPA di Rumah Sehat dan Apotek UGM meliputi:

a) Pengarsipan resep

Pengarsipan resep di Rumah Sehat dan Apotek UGM dilakukan

setiap hari dan dikelompokan berdasarkan shift jaga pegawai (shift I dan

shift II), resep dokter yang praktek di Rumah Sehat dan Apotek UGM, resep

dokter dari klinik di luar Rumah Sehat dan Apotek UGM, resep asuransi

kesehatan (Inhealth, Telkom, Prolanis, IBU-c), resep psikotropika, dan resep

narkotika. Pada saat pengarsipan resep psikotropika dan narkotika perlu

Page 119: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 107

penandaan pada obat yaitu ditandai dengan spidol biru untuk obat golongan

psikotropika dan spidol merah untuk obat golongan narkotika. Pengarsipan

resep berguna untuk membuat laporan, baik laporan statistika resep maupun

pelaporan psikotropika dan narkotika, analisis pola peresepan dan waktu

pembelian masyarakat, serta evaluasi lain. Resep akan disimpan di apotek

minimal selama 3 tahun dan kemudian akan dimusnahkan dengan cara

dibakar.

b) Pengarsipan catatan pengobatan pasien

Kegiatan pengarsipan catatan pengobatan pasien oleh mahasiswa

PKPA yaitu pada saat penyerahan obat resep kepada pasien dengan

mencatat nama dan alamat pasien. Pengarsipan ini bertujuan sebagai

dokumentasi profil pengobatan pasien sehingga dapat digunakan untuk

penelusuran jika terjadi masalah dalam proses terapi. Data tersebut

dimasukkan ke dalam sistem database komputer oleh apoteker. Pembuatan

laporan apotek, baik laporan harian, bulanan, triwulan maupun tahunan

dilakukan oleh apoteker yang bekerja di Rumah Sehat dan Apotek UGM,

tidak boleh dilakukan mahasiswa.

3. Tugas dan diskusi

Selama kegiatan PKPA periode Mei 2014 terdapat lima kali diskusi yang

diadakan pada tanggal 23, 24, 26, 28, dan 31 Mei 2014. Tujuan diskusi agar

mahasiswa mendapatkan pengetahuan yang lebih mendalam mengenai pelayanan

kefarmasian di apotek dan pengelolaan bisnis apotek. Manfaat dari diskusi ini

antara lain:

a. Mahasiswa dapat mengemukakan pendapat dan mencari solusi atas

permasalahan yang ditemukan

b. Mahasiswa dapat berlatih untuk bekerjasama dalam tim dan mengasah jiwa

kepemimpinan

c. Mahasiswa lebih percaya diri dalam memberikan pendapat dalam forum

yang resmi dan bersifat profesional.

Diskusi yang diadakan selama periode PKPA bulan Mei 2014 adalah

sebagai berikut :

Page 120: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 108

a. Diskusi I membahas tentang “Optimalisasi Pelayanan Swamedikasi dan

Pelayanan Resep Obat di Rumah Sehat dan Apotek UGM” dibimbing oleh

Muvita Rina Wati S., S.Farm., Apt. Mahasiswa PKPA diberi tugas

kelompok untuk mencari satu kasus swamedikasi dan satu kasus resep

kemudian dibahas mengenai penyakit, patofisiologi, tatalaksana terapi, KIE,

dan contoh obat OTC maupun OWA yang dapat digunakan. Diskusi ini

bertujuan agar mahasiswa dapat memilihkan obat untuk swamedikasi secara

tepat dan dapat melayani resep dengan baik.

b. Diskusi II membahas Studi Kelayakan bersama Ibu Bondan Ardiningtyas,

M.Sc., Apt. Diskusi ini bersifat pemaparan dan tanya jawab tentang

pentingnya studi kelayakan, aspek-aspek penting, dan strategi dalam

mendirikan dan mengelola apotek baru. Tujuan diskusi ini agar mahasiswa

berani dan termotivasi untuk membuka apotek setelah lulus profesi

apoteker.

c. Diskusi III membahas tentang keuangan bersama Nani Andriyani., S.E.

Diskusi ini menjelaskan tentang laporan keuangan yang merupakan hasil

akhir dari penjurnalan dan buku besar. Laporan keuangan merupakan suatu

hal yang penting dalam suatu usaha sehingga laporan keuangan haruslah

dapat dipahami, relevan, andal, dan dapat dibandingkan. Selain itu juga

dijelaskan tentang laporan keuangan yang perlu dibuat beserta parameter-

parameter dalam menetukan kesehatan keuangan usaha.

d. Diskusi IV tentang “Aspek Etik dan Legalitas Apotek” dengan pembimbing

Susan Fitria Candradewi, S.Farm., Apt. Mahasiswa diberi tugas unuk

membuat pertanyaan sesuai tema dan kemudian dibahas saat diskusi.

Beberapa hal yang dibahas yaitu terkait dengan pengurusan SIPA/SIK,

perizinan pendirian apotek, perpanjangan SIPA, dan lain-lain.

e. Diskusi V dengan tema “Pengelolaan Obat, Inventory Control dan

Manajemen Administrasi Apotek” yang dibimbing oleh Khrisna H.K

S.Farm., Apt. Mahasiswa diberi tugas untuk membuat SPO perencanaan,

pengadaan, dan penyimpanan yang kemudian dipresentasikan saat diskusi.

Tujuan diskusi adalah agar mahasiswa memahami bagaimana cara

Page 121: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 109

pengelolaan obat meliputi perencanaan, pengadaan, penyimpanan, hingga

pemusnahan obat. Selain itu mahasiswa juga dapat memperdalam wawasan

berkaitan dengan kegiatan administrasi yang dilakukan di apotek,

pengelolaan obat-obatan narkotika-psikotropika serta strategi-strategi

pengelolaan yang baik untuk mencegah kebocoran uang dan barang.

f. Diskusi VI tentang studi kelayakan oleh mahasiswa PKPA periode Juni dan

dibimbing oleh Annisa Krisridwany, S. Farm., Apt. Diskusi dilaksanakan

dengan presentasi tugas studi kelayakan oleh mahasiswa PKPA periode

Juni. Mahasiswa PKPA periode Mei diminta untuk memberi pertanyaan dan

masukan terhadap studi kelayakan yang dipresentasikan.

4. Post Test

Kegiatan PKPA periode Mei 2014 di Rumah Sehat dan Apotek UGM

ditutup dengan post test yang diselenggarakan pada tanggal 31 Mei 2014. Pada

post test akhir dilakukan pengisian soal yang disediakan oleh divisi pendidikan

Rumah Sehat dan Apotek UGM secara tertulis. Materi post test meliputi aspek

pelayanan kegiatan yang selama ini dilakukan mahasiswa PKPA sesuai dengan

pos pelayanan yang ada. Post test bertujuan untuk mengevaluasi pemahaman

mahasiswa PKPA mengenai praktek kerja di Rumah Sehat dan Apotek UGM.

PKPA di Rumah Sehat dan Apotek UGM ditutup dengan kegiatan evaluasi.

Evaluasi bertujuan untuk memperbaiki kekurangan yang ada di Rumah Sehat dan

Apotek UGM sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanannnya serta

meningkatkan efektifitas penyampaian materi oleh pihak Rumah Sehat dan

Apotek UGM untuk pelaksanaan PKPA selanjutnya. Pada tahap evaluasi

dilakukan secara lisan oleh mahasiswa PKPA dan menuliskan kritik dan saran

pada secarik kertas.

Page 122: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 110

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. PKPA di apotek memberi pemahaman pentingnya seven star pharmacist dalam

pelayanan kefarmasian di apotek.

2. Calon apoteker mendapatkan wawasan, pengetahuan, ketrampilan, dan

pengalaman praktis dalam melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek.

3. Calon apoteker dapat melihat dan mempelajari strategi dan pengembangan

apotek secara langsung dari diskusi maupun praktek.

4. Calon apoteker menjadi siap untuk memasuki dunia kerja yang nyata dan

penuh tantangan.

5. PKPA di apotek memberikan gambaran nyata mengenai dunia kerja dan

permasalahan kefarmasian di apotek. .

B. SARAN

1. Peningkatan pelayanan phone care atau home care kepada pasien-pasien

tertentu yang perlu mendapatkan perhatian khusus terkait penggunaan obat dan

kondisinya. misalnya dengan pembuatan standar prosedur operasional.

2. Pengecekan stok secara berkala misalnya setiap satu bulan sekali agar tidak

terjadi perbedaan antara stok yang tertulis di komputer dengan stok fisik.

3. Pemantauan terhadap suhu ruangan sehingga stabilitas obat terjaga dengan

baik.

4. Pembuatan standar prosedur operasional mengenai penanganan pada saat

penyiapan obat sitostatika.

Page 123: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 111

DAFTAR PUSTAKA

Anief, M., 2005, Manajemen Farmasi, cetakan ke-4, Gadjah Mada University

Press, Yogyakarta.

Anonim, 1949, Undang-Undang Obat Keras (St. No. 419 tgl. 22 Desember 1949),

Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta. Hartini, Y.S. dan Sulasmono, 2007, Apotek: Ulasan Beserta Naskah Peraturan

Perundang-Undangan Terkait Apotek, Edisi revisi, Universitas Sanata

Dharma, Yogyakarta

ISFI, 2009, Pedoman Implementasi Kode Etik Apoteker ISFI dan Pedoman Tata

Laksana Organisasi MPEA-MPEAD ISFI, Majelis Pembina Etik

Apoteker Pusat ISFI, Jakarta.

Kementerian Pendidikan Nasional, 2010, Konsep Dasar Kewirausahaan,

Direktorat Pembinaan Kursus dan Kelembagaan Direktorat Jenderal

Pendidikan Non Formal dan Informal Republik Indonesia, Jakarta.

Menteri Kesehatan RI, 1978, Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

28/Menkes/Per/I/1978 tentang Penyimpanan Narkotika, Departemen

Kesehatan RI, Jakarta.

Menteri Kesehatan RI, 1981, Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

280/Menkes/SK/V/1981 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pengelolaan

Apotek, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Menteri Kesehatan RI, 1986, Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

2396/A/SK/VII/1986 tentang Tanda Khusus Obat Keras Daftar G,

Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Menteri Kesehatan RI, 1990, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No. 347/Menkes/SK/VII/1990 tentang Obat Wajib Apotek, Departemen

Kesehatan RI, Jakarta.

Menteri Kesehatan RI, 1993, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No. 919/Menkes/Per/X/1993 tentang Kriteria Obat yang Dapat

Diserahkan Tanpa Resep, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Menteri Kesehatan RI, 1993, Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian

Izin Apotik, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Menteri Kesehatan RI, 1993, Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

924/Menkes/Per/X/1993 tentang Daftar Obat Wajib Apotik No 2,

Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Menteri Kesehatan RI, 1993, Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

925/Menkes/Per/X/1993 tentang Daftar Perubahan Obat No 1,

Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Menteri Kesehatan RI, 1993, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara

Pemberian Izin Apotek, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Menteri Kesehatan RI, 1997, Undang-Undang RI No. 5 tentang Psikotropika,

Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Page 124: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 112

Menteri Kesehatan RI, 1999, Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

1176/Menkes/SK/X/1999 tentang Daftar Obat Wajib Apotik No 3,

Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Menteri Kesehatan RI, 2002, Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri

Kesehatan RI No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata

cara Perizinan Apotik, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Menteri Kesehatan RI, 2004, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di

Apotek, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Menteri Kesehatan RI, 2006, Petunjuk Teknis Pelaksanaan Standar Pelayanan

Kefarmasian di Apotek (SK Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004),

Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Menteri Keuangan RI, 2012, Mengenal Lebih Dekat Pajak Pertambahan Nilai,

http://www.pajak.go.id/content/mengenal-lebih-dekat-pajak-

pertambahan-nilai, diakses tanggal 3 Juni 2014.

Menteri Keuangan RI, 2013, Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan,

Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan Republik Indonesia,

Jakarta.

Presiden RI, 2009, Undang-Undang RI No. 35 tentang Narkotika, Departemen

Kesehatan RI, Jakarta.

Presiden RI, 2009, Undang-Undang RI No. 36 tentang Kesehatan, Departemen

Kesehatan RI, Jakarta.

Presiden RI, 2009, Peraturan Pemerintah RI No. 51 tentang Pekerjaan

Kefarmasian, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Presiden RI, 2013, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun

2013 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang

Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto

Tertentu, Pemerintah Republik Indonesia, Jakarta.

Sutantiningsih, E., 2004, Hand Out Farmasi Perapotekan, Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Wexley, K. N., dan Yuki, G. A., 2005, Perilaku Organisasi dan Psikologi

Personalia, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta

Zulfikarijah, F., 2005, Manajemen Persediaan, Penerbit Universitas

Muhammadiyah Malang, Malang, p.5.

Page 125: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 113

LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Penyelenggaraan Apotek UGM

Page 126: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 114

Lampiran 2. Contoh Etiket

Page 127: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 115

Lampiran 3. Contoh Instruksi Peracikan

Page 128: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 116

Lampiran 4. Contoh Surat Pesanan Umum

Page 129: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 117

Lampiran 5. Contoh Surat Pesanan Narkotika

Page 130: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 118

Lampiran 6. Contoh Surat Pesanan Psikotropika

Page 131: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 119

Lampiran 7. Contoh Kartu Stelling Narkotika dan Psikotropika

Page 132: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 120

Lampiran 8. Contoh Laporan Statistik dan Pelayanan Obat Generik Berlogo

Page 133: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 121

Lampiran 9. Contoh Laporan Psikotropika

Page 134: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 122

Lampiran 10. Contoh Laporan Narkotika

Page 135: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 123

Lampiran 11. Contoh Kwitansi

Page 136: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 124

Lampiran 12. Contoh Berita Acara Pemusnahan Resep

Page 137: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 125

Lampiran 13. Contoh Berita Acara Pemusnahan Obat-Obatan

Page 138: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 126

Lampiran 14. Contoh Form Salinan Resep

Page 139: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 127

Lampiran 15. Form Kuesioner Kepuasan Pasien

Page 140: Laporan Praktek Kerja Apoteker Sanata Dharma

Laporan PKPA Apotek Universitas Gadjah Mada

Program Studi Apoteker Angkatan XX VII

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Periode 5 -31 Mei 128

Lampiran 16. Jadwal Praktek Dokter di Apotek UGM

SPESIALISASI NAMA

DOKTER

HARI

PRAKTEK

JAM PRAKTEK

Umum Dr. Ade

Steyagraha

Senin-Sabtu 09.00-21.00 WIB

Dr. Rizki Salatsia

Dr. Evita

Dr. Putri

Anak Dr. Linawaty, Sp.

A

Senin-Selasa 19.00-21.00 WIB

Kamis-Jumat

Gigi Drg. Prabawati Senin-sabtu 18.00-21.00 WIB

Drg. Andika

Telinga Dr. Suprihati S.,

Sp. THT

Kamis 10.30-12.00 WIB

Sabtu 09.00-10.30 WIB

Kandungan Dr. Bharoto

Winardi, Sp. OG

Senin-Jumat 18.00-21.00 WIB