Download - LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

Transcript
Page 1: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

LAPORAN PEREKONOMIAN

PROVINSI SUMATERA UTARA

November 2019

Page 2: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

VISI DAN MISI

1

Page 3: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

VISI DAN MISI

2

VISI DAN MISI

Visi Bank Indonesia

terbaik diantara negara emerging markets

Misi Bank Indonesia

1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan

bauran kebijakan Bank Indonesia.

2. Turut menjaga stabilitas sistem keuangan melalui efektivitas kebijakan makroprudensial

Bank Indonesia dan sinergi dengan kebijakan mikroprudensial Otoritas Jasa Keuangan.

3. Turut mengembangkan ekonomi dan keuangan digital melalui penguatan kebijakan sistem

pembayaran Bank Indonesia dan sinergi dengan kebijakan Pemerintah serta mitra strategis

lain.

4. Turut mendukung stabilitas makroekonomi dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan

melalui sinergi bauran kebijakan Bank Indonesia dengan kebijakan fiskal dan reformasi

struktural pemerintah serta kebijakan mitra strategis lain.

5. Memperkuat efektivitas kebijakan Bank Indonesia dan pembiayaan ekonomi, termasuk

infrastruktur, melalui akselerasi pendalaman pasar keuangan.

6. Turut mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah di tingkat nasional hingga di tingkat

daerah.

7. Memperkuat peran internasional, organisasi, sumber daya manusia, tata kelola dan sistem

informasi Bank Indonesia.

Nilai-nilai Strategis

(i) kejujuran dan integritas (trust and integrity); (ii) profesionalisme (professionalism); (iii)

keunggulan (excellence); (iv) mengutamakan kepentingan umum (public interest); dan (v)

koordinasi dan kerja sama tim (coordination and teamwork) yang berlandaskan keluhuran nilai-

nilai agama (religi).

Page 4: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

VISI DAN MISI

3

Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera

Utara

bagi pembangunan e

Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera

Utara

Menjalankan kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, stabilitas sistem

keuangan, efektivitas pengelolaan uang rupiah dan kehandalan sistem pembayaran untuk

mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang inklusif dan

berkesinambungan.

Page 5: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

VISI DAN MISI

4

Page 6: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

KATA PENGANTAR

5

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat dan

karunia-Nya, sehingga kami dapat menyusun Laporan Perekonomian Provinsi Sumatera Utara

Periode November 2019. Laporan ini memuat evaluasi perkembangan ekonomi Sumatera Utara

hingga triwulan III 2019, tracking triwulan IV 2019 dan keseluruhan tahun 2019 serta prospek

ekonomi tahun 2020. Publikasi laporan ini juga sekaligus menjadi bagian dari misi Kantor Perwakilan

Bank Indonesia untuk dapat berkontribusi bagi pembangunan ekonomi daerah.

Pertama, kami ingin menyampaikan kondisi perekonomian Sumatera Utara periode triwulan

III 2019. Perekonomian Sumatera Utara pada triwulan III 2019 masih tumbuh cukup tinggi yakni

sebesar 5,11% (yoy), meskipun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,25%

(yoy). Deselerasi bersumber dari perlambatan konsumsi pemerintah dan investasi seiring dengan

moderasi belanja operasional dan realisasi belanja modal yang belum optimal. Selain itu, pihak

swasta cenderung menahan investasi karena kapasitas yang ada masih mampu memenuhi

permintaan.

Tekanan inflasi Sumatera Utara pada triwulan III 2019 tercatat mereda dibandingkan triwulan

sebelumnya yang ditopang oleh meredanya inflasi subkelompok bumbu bumbuan, seiring dengan

meningkatnya pasokan cabai merah. Dengan perkembangan tersebut, inflasi pada triwulan laporan

tercatat 4,47% (yoy) lebih rendah dari periode sebelumnya sebesar 5,87% (yoy).

Tekanan inflasi Sumatera Utara pada triwulan IV 2019 diprakirakan menurun dari triwulan

sebelumnya dan berada di dalam kisaran sasaran inflasi nasional 3,5% +/- 1% (yoy). Meredanya

tekanan inflasi dipengaruhi oleh berlanjutnya panen raya cabai merah di beberapa daerah seperti di

Berastagi, Langkat, Deli Serdang, dan Aceh. Di samping itu, berbagai jenis ikan laut juga disinyalir

mengalami deflasi akibat penurunan permintan ikan laut karena banyaknya bangkai babi yang

terinfeksi hog cholera dibuang ke laut. Harga ikan-ikanan diperkirakan terus turun sehingga tekanan

inflasi akhir tahun diperkirakan mereda. Meski demikian, sumber inflasi diperkirakan berasal dari

kenaikan harga sandang dan transportasi jelang HBKN Natal dan Tahun Baru yang akibat permintaan

yang meningkat.

Inflasi Sumut di tahun 2019 diperkirakan akan lebih tinggi dari tahun 2018 meski masih tetap

mendukung capaian inflasi nasional sebesar 3,5% ±1%. Beberapa tekanan inflasi yang masih

mewarnai dinamika hingga akhir tahun diantaranya adalah kelompok bahan makanan, kelompok

makanan jadi, dan kelompok perumahan. Namun, Bank Indonesia dengan Pemerintah Daerah terus

berupaya menjaga kestabilan harga melalui berbagai program Tim Pengendalian Inflasi Daerah

(TPID) yang fokus kepada empat pilar pengendalian inflasi yaitu keterjangkauan harga, ketersediaan

pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi yang efektif.

Page 7: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

KATA PENGANTAR

6

Memasuki tahun 2020, kami memperkirakan perekonomian Provinsi Sumatera Utara pada

triwulan I 2020 terdeselerasi sesuai dengan pola historisnya. Terbatasnya pertumbuhan ekonomi

terutama didorong oleh normalisasi permintaan domestik di awal tahun pasca HBKN Natal dan tahun

baru. Secara keseluruhan tahun 2020, momentum perbaikan ekonomi diprakirakan terus berlanjut

di tengah tekanan inflasi yang diprakirakan terjaga pada kisaran inflasi nasional. Optimisme tersebut

terutama bersumber dari peningkatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga serta investasi sementara

konsumsi pemerintah mengalami moderasi. Ekspor disinyalir juga turut meningkat seiring dengan

pertumbuhan ekonomi dunia yang mulai pulih serta harga komoditas yang mengalami perbaikan.

Akhirnya, selain sebagai referensi yang bermanfaat, kami mengharapkan buku ini dapat

memperkuat optimisme akan prospek perekonomian Sumatera Utara yang lebih baik ke depan.

Selain itu, ucapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam

penyediaan data dan informasi yang kami perlukan antara lain Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera

Utara, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara, Badan Pusat

Statistik (BPS), perbankan, akademisi, dan instansi pemerintah lainnya. Kami menyadari bahwa

cakupan dan analisis dalam Laporan Perekonomian Provinsi masih belum sepenuhnya sempurna

sehingga saran, masukan serta dukungan informasi/data dari pembaca sekalian sangat diharapkan

guna peningkatan kualitas dari laporan ini

Medan, November 2019

KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI SUMATERA UTARA

ttd

Wiwiek Sisto Widayat Direktur Eksekutif

Page 8: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

KATA PENGANTAR

7

Page 9: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

DAFTAR ISI

8

DAFTAR ISI

VISI DAN MISI .................................................................................................................................. 2

KATA PENGANTAR .......................................................................................................................... 5

DAFTAR ISI ....................................................................................................................................... 8

DAFTAR GRAFIK ............................................................................................................................ 11

DAFTAR TABEL .............................................................................................................................. 14

TABEL INDIKATOR......................................................................................................................... 15

RINGKASAN UMUM ...................................................................................................................... 16

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH ........................................................ 20

1.1 Perekonomian Tumbuh Terbatas ..................................................................................... 21

1.2 Konsumsi Pemerintah dan Investasi Belum Cukup Kuat .................................................. 23

1.3 Lapangan Usaha Pertanian dan Konstruksi Terdeselerasi ................................................. 29

KEUANGAN PEMERINTAH ........................................................................................... 34

2.1 Gambaran Umum APBD 2019 ........................................................................................ 35

2.1.1 Pagu Anggaran Pendapatan APBD 2019 Meningkat ........................................................ 35

2.1.2 Peningkatan Pagu Anggaran Belanja APBD 2019 ............................................................ 36

2.2 Realisasi APBD Triwulan III 2019 .................................................................................... 37

2.2.1 Realisasi Pendapatan APBD Triwulan II 2019 lebih tinggi dari perkiraan ........................ 37

2.2.2 Realisasi Belanja APBD Triwulan III 2019 menurun......................................................... 37

2.3 Peningkatan Pagu Belanja APBN Provinsi Sumatera Utara 2019 ..................................... 39

2.3.1 Realisasi Penerimaan APBN Provinsi Sumatera Utara Triwulan III Masih Terbatas .......... 40

2.3.2 Peningkatan Realisasi Belanja APBN pada Triwulan III .................................................... 41

BOKS 1 : PROSIKLIKALITAS DAN PERAN FISKAL PADA PEREKONOMIAN SUMATERA UTARA 43

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH ........................................................................... 46

3.1 Tekanan Inflasi Triwulan III 2019 Mereda ....................................................................... 47

3.2 Kelompok Bahan Makanan Menjadi Sumber Penurunan Inflasi ...................................... 48

3.2.1 Inflasi Kelompok Bahan Makanan Menurun Signifikan .................................................... 48

3.2.2 Penurunan Laju Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau ............ 49

3.2.3 Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Meningkat .................... 49

3.2.4 Penurunan Laju Inflasi Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan ................... 50

3.3 Inflasi Spasial Mereda Dengan Sumber Inflasi Yang Seragam .......................................... 51

3.3.1 Kota Medan Sebagai Sumber Penahan Inflasi Sumatera Utara ......................................... 51

3.3.2 Penurunan Laju Inflasi Tertinggi di Kota Pematangsiantar ................................................ 51

3.3.3 Penurunan Inflasi Kota Sibolga ......................................................................................... 52

3.3.4 Penurunan Laju Inflasi Kota Padangsidimpuan Terendah di Sumatera Utara ................... 52

Page 10: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

DAFTAR ISI

9

3.4 Tracking Inflasi ................................................................................................................ 53

3.4.1 Inflasi Oktober Kembali Mereda ...................................................................................... 53

3.4.2 Inflasi Triwulan IV 2019 Diperkirakan Menurun .............................................................. 54

3.5 Program Pengendalian Inflasi Daerah .............................................................................. 54

BOKS 2 : PERAN STABILITAS HARGA BAGI PEMBANGUNAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN

MASYARAKAT ................................................................................................................................ 56

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN

UMKM 59

4.1 KINERJA PERBANKAN SECARA UMUM STABIL ............................................................. 60

4.2 INTERMEDIASI PERBANKAN BERADA DI RENTANG OPTIMAL.................................... 61

4.2.1 Dana Pihak Ketiga Tumbuh Meningkat ............................................................................ 61

4.2.2 Kredit Tumbuh Positif ....................................................................................................... 63

4.2.3 Penyaluran Kredit Masih Terkonsentrasi di Kota Medan .................................................. 66

4.3 KINERJA KORPORASI KEUANGAN DAN NON KEUANGAN ........................................ 68

4.3.1 Kerentanan Korporasi Bersumber dari Kinerja Ekonomi Domestik dan Pengaruh Eksternal

68

4.3.2 Penyaluran Kredit Korporasi Membaik ............................................................................. 68

4.4 KINERJA RUMAH TANGGA ............................................................................................ 69

4.4.1 Kerentanan Rumah Tangga Bersumber dari Porsi Utang .................................................. 69

4.4.2 Penyaluran Kredit Rumah Tangga Melambat ................................................................... 70

SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH ................................. 73

5.1 Sistem Pembayaran Non Tunai Berjalan Baik .................................................................. 74

5.2 Elektronifikasi Berjalan Lancar ......................................................................................... 75

5.3 Sistem Pembayaran Tunai Sesuai Pola Historis ................................................................ 77

5.4 Kegiatan Penukaran Valuta Asing (KUPVA) dan Penyelenggaraan Transfer Dana (PTD)

Terjaga dengan Baik........................................................................................................................ 77

KETENAGAKERJAAN ...................................................................................................... 80

6.1 Kondisi Ketenagakerjaan Sumatera membaik .................................................................. 81

6.2 Kesejahteraan .................................................................................................................. 85

6.2.1 Nilai Tukar Petani ............................................................................................................ 85

6.2.2 Tingkat Kemiskinan Sumatera Utara menurun ................................................................. 85

6.2.3 Ketimpangan Pendapatan ................................................................................................. 87

PROSPEK PEREKONOMIAN ........................................................................................... 91

7.1 Prospek Pertumbuhan Ekonomi ....................................................................................... 92

7.1.1 Prospek Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 2020 ............................................................. 92

7.1.2 Prospek Pertumbuhan Ekonomi Keseluruhan Tahun 2020 ............................................... 93

7.1.3 Risiko Pertumbuhan Ekonomi .......................................................................................... 95

7.2 Prospek Inflasi.................................................................................................................. 95

7.2.1 Prospek Inflasi Triwulan I 2020 ........................................................................................ 95

Page 11: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

DAFTAR ISI

10

7.2.2 Prospek Inflasi Keseluruhan Tahun 2020.......................................................................... 96

7.3 Rekomendasi ................................................................................................................... 96

DAFTAR ISTILAH ............................................................................................................................ 98

Page 12: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

DAFTAR GRAFIK

11

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 Perkembangan PDRB dan PDB ...................................................................................... 21 Grafik 1.2 Realisasi Kegiatan Dunia Usaha ..................................................................................... 21 Grafik 1.3 Perkembangan Penyaluran Bantuan Sosial ..................................................................... 23 Grafik 1.4 Perkembangan Harga Minyak Kelapa Sawit Lokal ......................................................... 23 Grafik 1.5 Perkembangan Rekening Pemda .................................................................................... 24 Grafik 1.6 Perkembangan Impor Barang Modal .............................................................................. 25 Grafik 1.7 Perkembangan Likert Scale Investasi .............................................................................. 25 Grafik 1.8 Perkembangan PMA dan PMDN .................................................................................... 26 Grafik 1.9 Perkembangan Kredit Produktif ...................................................................................... 26 Grafik 1.10 Perkembangan Ekspor Karet ......................................................................................... 27 Grafik 1.11 Perkembangan Harga CPO Internasional ..................................................................... 27 Grafik 1.12 Perkembangan Impor Berdasarkan Kelompok Barang .................................................. 28 Grafik 1.13 Perkembangan Penjualan Semen ................................................................................. 28 Grafik 1.14 Perkembangan Nilai Tukar Petani ................................................................................ 29 Grafik 1.15 Perkembangan Kredit Industri Pengolahan ................................................................... 30 Grafik 1.16 Perkembangan Kredit Konstruksi .................................................................................. 30 Grafik 1.17 Perkembangan Penumpang Pesawat Domestik dan Internasional ................................ 32 Grafik 1.18 Perkembangan Arus Muat Barang ................................................................................ 32 Grafik 2.1 Perkembangan APBD di Sumatera Utara (Miliar Rp) ...................................................... 35 Grafik 2.2 Perkembangan DOF APBD di Sumatera Utara ............................................................... 35 Grafik 2.3 Proporsi Anggaran PAD Provinsi Sumatera Utara........................................................... 36 Grafik 2.4 Proporsi Anggaran Belanja Provinsi Sumatera Utara ...................................................... 36 Grafik 2.5 Komposisi Realisasi Pendapatan APBD Triwulan III 2019 .............................................. 37 Grafik 2.6 Realisasi Belanja Operasi APBD Triwulan III 2019 ........................................................ 39 Grafik 3.1 Perkembangan Inflasi Sumatera Utara dan Nasional ...................................................... 47 Grafik 3.2 Inflasi Bulanan Sumatera Utara ...................................................................................... 47 Grafik 3.3 Inflasi Kelompok Bahan Makanan .................................................................................. 49 Grafik 3.4 Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau .................................... 49 Grafik 3.5 Inflasi Kelompok Perumahan, Listrik, Air & Gas ............................................................. 50 Grafik 3.6 Inflasi Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan .......................................... 51 Grafik 3.7 Disagregasi Inflasi Kota Medan ...................................................................................... 51 Grafik 3.8 Disagregasi Inflasi Kota Pematangsiantar........................................................................ 52 Grafik 3.9 Disagregasi Inflasi Kota Sibolga ...................................................................................... 52 Grafik 3.10 Disagregasi Inflasi Kota Padangsidimpuan ................................................................... 53 Grafik 4.1. Perkembangan Intermediasi Perbankan......................................................................... 60 Grafik 4.2. Rasio BOPO Perbankan ................................................................................................ 60 Grafik 4.3. Perkembangan Intermediasi Perbankan......................................................................... 61 Grafik 4.4. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga ................................................................................... 61 Grafik 4.5. Pertumbuhan DPK Jenis Tabungan ................................................................................ 62 Grafik 4.6. Pangsa Tabungan Berdasarkan Nilai ............................................................................. 62 Grafik 4.7. Pangsa Deposito Berdasarkan Nilai ............................................................................... 62 Grafik 4.8. Pertumbuhan Giro......................................................................................................... 62

Page 13: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

DAFTAR GRAFIK

12

Grafik 4.9. Proporsi Dana Pihak Ketiga per golongan nasabah ....................................................... 63 Grafik 4.10. Penghimpunan DPK per Kabupaten/Kota di Sumatera Utara ...................................... 63 Grafik 4.11. Perkembangan Kredit Berdasarkan Penggunaan.......................................................... 63 Grafik 4.12. Perkembangan Kredit Berdasarkan Penggunaan.......................................................... 64 Grafik 4.13. Suku Bunga Kredit ....................................................................................................... 64 Grafik 4.14. Suku Bunga Kredit ....................................................................................................... 64 Grafik 4.15. Pertumbuhan Kredit Konsumsi .................................................................................... 64 Tabel 4.16. Perkembangan KPR ...................................................................................................... 64 Grafik 4.17. Proporsi Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi ............................................................... 65 Grafik 4.18. Perkembangan Penyaluran Kredit Lokasi Proyek Berdasarkan Sektor Ekonomi ........... 65 Grafik 4.19. Perkembangan NPL Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi Utama ................................. 66 Grafik 4.20. Grafik Perkembangan Loan at Risk (LaR) ..................................................................... 66 Grafik 4.21. Penyaluran Kredit Berdasarkan Kab/Kota .................................................................... 66 Grafik 4.22. Penyaluran kredit UMKM............................................................................................ 67 Grafik 4.23. Perkembangan Kredit UMKM berdasarkan sektor ekonomi ........................................ 67 Grafik 4.24. Perkembangan NPL Kredit UMKM .............................................................................. 67 Grafik 4.25. Perkembangan Kredit Korporasi Berdasarkan Jenis Penggunaan ................................. 68 Grafik 4.26. Perkembangan Kredit Korporasi berdasarkan sektor Ekonomi ..................................... 69 Grafik 4.27. Indeks Keyakinan Konsumen ...................................................................................... 69 Grafik 4.28. Indeks Pengeluaran Rumah Tangga di Sumatera Utara ............................................... 69 Grafik 4.29. Proporsi Kredit Rumah Tangga .................................................................................... 70 Grafik 4.30. Proporsi Kredit Rumah Tangga .................................................................................... 70 Grafik 4.31. Perkembangan Penyaluran Kredit Rumah Tangga ....................................................... 70 Grafik 4.32. Pertumbuhan Penyaluran Kredit Perumahan Rakyat ................................................... 70 Grafik 4.33. NPL Kredit Rumah Tangga di Sumatera Utara ............................................................. 71 Grafik 5.1 Perkembangan Transaksi Kliring - Nominal ................................................................... 74 Grafik 5.2 Perkembangan Transaksi Kliring - Nominal ................................................................... 74 Grafik 5.3 Perkembangan RTGS ..................................................................................................... 75 Grafik 5.4 Perkembangan Transaksi Kartu ATM Debet dan Kartu Kredit ......................................... 75 Grafik 5.5 Perkembangan Transaksi Kartu ATM Debet dan Kartu Kredit ......................................... 75 Grafik 5.6 Perkembangan BPNT dan PKH ...................................................................................... 76 Grafik 5.7 Pencapaian Program Elektronifikasi Jalan Tol ................................................................. 76 Grafik 5.8 Perkembangan Inflow - Outflow .................................................................................... 77 Grafik 5.9 Perkembangan Transaksi KUPVA BB ............................................................................. 78 Grafik 5.10 Perkembangan Transaksi KUPVA BB ........................................................................... 78 Grafik 6.1 Jumlah Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja ........................................................ 81 Grafik 6.2 Perkembangan Jumlah Angkatan Kerja dan TPAK Sumatera Utara ................................. 82 Grafik 6.3 Proporsi Pekerja Sektoral ................................................................................................ 82 Grafik 6.4 NTP Sumatera Utara ...................................................................................................... 82 Grafik 6.5 Perkembangan Jumlah Penduduk Bekerja dan TPT ........................................................ 83 Grafik 6.6 Pangsa Tenaga Kerja Berdasarkan Pendidikan ............................................................... 83 Grafik 6.7 TPT Berdasarkan Pendidikan .......................................................................................... 84 Grafik 6.8 Kategori TK Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama .................................................... 84 Grafik 6.9 Perkembangan Jumlah Penduduk Bekerja dan TPT ........................................................ 84 Grafik 6.10 Pertumbuhan NTP Sumatera Utara .............................................................................. 85 Grafik 6.11 IT dan IB Sumatera Utara ............................................................................................. 85 Grafik 6.12 Jumlah Penduduk Miskin Sumatera Utara .................................................................... 86 Grafik 6.13 Jumlah Penduduk Miskin di Pedesaan dan Perkotaan .................................................. 86 Grafik 6.14 Indeks Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan ............................................................ 87 Grafik 6.15 Perkembangan Koefisien Gini Sumatera Utara ............................................................. 87 Grafik 6.16 Distribusi Pengeluaran Perkotaan ................................................................................. 88

Page 14: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

DAFTAR GRAFIK

13

Grafik 6.17 Distribusi Pengeluaran Pedesaan ................................................................................. 88 Grafik 6.18 IPM Sumut dan Nasional .............................................................................................. 89 Grafik 6.19 IPM 33 Kabupaten/Kota Sumut .................................................................................... 89 Grafik 7.1 Ekspektasi Penjualan 6 bulan kedepan ........................................................................... 93

Page 15: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

DAFTAR TABEL

14

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pagu dan Realisasi Pendapatan APBD di Provinsi Sumatera Utara .................................. 38 Tabel 2.2 Pagu dan Realisasi Belanja APBD di Provinsi Sumatera Utara ........................................ 39 Tabel 2.3 Pagu dan Realisasi APBN Berdasarkan Jenis Belanja ....................................................... 42 Tabel 3.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Bulanan .............................................................. 48 Tabel 3.2 Komoditas Utama Penyumbang Deflasi Bulanan ............................................................ 48 Tabel 4.1. Kinerja Perbankan Sumatera Utara ................................................................................. 60 Tabel 6.1 Klasifikasi Penduduk Bekerja (Pekerja Penuh/Tidak Penuh) ............................................ 84 Tabel 6.2 Harga Gabah ................................................................................................................... 85 Tabel 6.3 Komoditi Penyumbang Garis Kemiskinan ....................................................................... 86 Tabel 6.4 IPM Menurut Komponen ................................................................................................. 88 Tabel 7.1 Proyeksi Harga Komoditas Internasional ......................................................................... 93 Tabel 7.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi ...................................................................................... 94

Page 16: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

TABEL INDIKATOR

15

TABEL INDIKATOR

Page 17: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

RINGKASAN UMUM

16

RINGKASAN UMUM

ASESMEN MAKRO EKONOMI REGIONAL

Pada triwulan III 2019, pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara masih tumbuh cukup tinggi

yakni sebesar 5,11% (yoy), meskipun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang

mencapai 5,25% (yoy). Deselerasi bersumber dari perlambatan konsumsi pemerintah dan investasi

seiring dengan moderasi belanja operasional dan realisasi belanja modal yang belum optimal. Selain

itu, pihak swasta cenderung menahan investasi karena kapasitas yang ada masih mampu memenuhi

permintaan. Hal tersebut lebih lanjut berdampak kepada perlambatan LU konstruksi. Namun

demikian, konsumsi rumah tangga masih tumbuh tinggi dan menahan perlambatan ekonomi lebih

lanjut yang juga berdampak terhadap tingginya LU perdagangan.

Memasuki triwulan IV 2019, pertumbuhan ekonomi diprakirakan mengalami peningkatan dari

triwulan sebelumnya. Akselerasi perekonomian disinyalir bersumber dari konsumsi rumah tangga

dan investasi terkait dengan tingginya aktivitas belanja dan berlibur serta optimalisasi belanja modal

pemerintah dan swasta menjelang akhir tahun. Dari sisi eksternal, ekspor diprakirakan tumbuh

membaik sejalan dengan perbaikan harga komoditas ekspor utama di pasar global. Dengan

perkembangan tersebut, perekonomian Sumatera untuk keseluruhan tahun 2019 akan tumbuh 5,0

5,4% (yoy).

ASESMEN KEUANGAN DAERAH

Pagu anggaran pendapatan dan belanja APBD di Provinsi Sumatera Utara (Pemerintah Provinsi &

Kabupaten/Kota) sejak empat tahun terakhir terus mengalami peningkatan. Sampai dengan triwulan

III 2019, realisasi APBD di Provinsi Sumatera mengalami penurunan dibandingkan periode

yang sama tahun sebelumnya. Realisasi belanja dan transfer APBD mencapai Rp33,7 triliun atau

53,3% dari pagu anggaran, menurun dibandingkan realisasi triwulan III 2018 yang mencapai 61,7%

atau Rp32,8 triliun. Di sisi lain, realisasi belanja APBN di Sumatera Utara masih terbatas

dibandingkan realisasi periode yang sama pada tahun sebelumnya. Realisasi belanja APBN pada

triwulan III 2019 mencapai Rp46,7 triliun, lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada tahun

sebelumnya mencapai Rp48,6 triliun.

Page 18: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

RINGKASAN UMUM

17

ASESMEN INFLASI

Melambatnya permintaan domestik tercermin juga dari sisi perkembangan harga. Inflasi IHK

Sumatera Utara tercatat sebesar 4,47% (yoy) pada triwulan III 2019, lebih rendah dibandingkan

triwulan sebelumnya (5,87%), didorong oleh penurunan harga kelompok bahan makanan seiring

dengan masuknya periode panen raya kedua. Menurunnya tingkat inflasi disumbang terutama oleh

subkelompok bumbu bumbuan, khususnya cabai merah sering dengan meningkatnya pasokan

karena masuknya masa panen di berbagai daerah sentra. Memasuki triwulan IV 2019, inflasi

Sumatera Utara diperkirakan menurun seiring dengan meredanya tekanan dari kelompok bahan

makanan. Dengan perkembangan tersebut, prospek inflasi IHK Sumatera Utara di tahun 2019

diperkirakan berada pada rentang 4% - 4,5% (yoy).

ASESMEN STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN

AKSES KEUANGAN DAN UMKM

Pertumbuhan ekonomi yang solid juga diiringi oleh kondisi stabilitas sistem keuangan yang

terjaga. Kondisi stabilitas keuangan Sumatera Utara pada triwulan III 2019 cukup baik yang

tercermin dari peningkatan ROA, BOPO dan NIM. Sementara rasio intermediasi (LDR) berada di

rentang optimal dengan peningkatan penghimpunan dana pihak ketiga dan penyaluran kredit lokasi

proyek pada triwulan laporan. Peningkatan penyaluran kredit masih diimbangi dengan kualitas kredit

(NPL) yang masih terjaga, meskipun dalam tren meningkat tipis. Penurunan indeks penghasilan

menunjukkan bahwa terdapat potensi kenaikan risiko terhadap kinerja rumah tangga di triwulan III

2019. Sementara itu, penyaluran kredit korporasi terpantau membaik yang mengindikasikan kondisi

korporasi yang relatif terjaga.

ASESMEN PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN

PENGELOLAAN UANG RUPIAH

Seiring dengan perlambatan ekonomi pada triwulan III 2019, arus uang kartal di Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Sumatera Utara mengalami peningkatan net inflow. Dari

sisi non tunai, transaksi RTGS tumbuh melambat disinyalir sejalan dengan moderasi investasi dan

konsumsi pemerintah. Namun demikian, program-program elektronifikasi untuk bantuan sosial,

pemerintah daerah, jalan tol, dan transportasi pariwisata terus berjalan dengan baik dan mendukung

inklusi keuangan di Sumatera Utara.

Page 19: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

RINGKASAN UMUM

18

ASESMEN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Sejalan dengan laju pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara yang masih tumbuh kuat, kondisi

ketenagakerjaan dan kesejahteraan di Sumatera Utara juga membaik. Beberapa indikator

mengkonfirmasi perbaikan tersebut antara lain Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang menurun,

tingkat kemiskinan yang juga menurun diikuti dengan indeks keparahan dan kedalaman yang

semakin mengecil, serta ketimpangan pendapatan yang membaik. Hal ini mengindikasikan bahwa

kualitas pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara relatif baik.

PROSPEK PEREKONOMIAN

Perekonomian Provinsi Sumatera Utara pada triwulan I 2020 diprakirakan terdeselerasi sesuai

dengan pola historisnya. Terbatasnya pertumbuhan ekonomi terutama didorong oleh normalisasi

permintaan domestik di awal tahun pasca HBKN Natal dan tahun baru. Sementara itu tekanan

inflasi pada awal tahun 2020 diperkirakan meningkat seiring dengan masuknya periode awal

tahun serta masa liburan sekolah yang mendorong peningkatan aktifitas konsumsi masyarakat.

Secara keseluruhan tahun 2020, momentum perbaikan ekonomi diprakirakan terus berlanjut di

tengah tekanan inflasi yang diprakiran terjaga pada kisaran inflasi nasional. Optimisme tersebut

terutama bersumber dari peningkatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga serta investasi sementara

konsumsi pemerintah mengalami moderasi. Ekspor disinyalir juga turut meningkat seiring dengan

pertumbuhan ekonomi dunia yang mulai pulih serta harga komoditas yang mengalami perbaikan.

Inflasi Sumatera Utara tahun 2020 diperkirakan lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Kondisi ini

terutama didorong oleh inflasi komoditas AP yang dipengaruhi oleh adanya kenaikan pada tarif dasar

listrik, cukai rokok, tarif tol, iuran BPJS Kesehatan, dan pengurangan subsidi solar.

Page 20: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

RINGKASAN UMUM

19

Page 21: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

20

PERKEMBANGAN

EKONOMI MAKRO DAERAH

Pada triwulan III 2019, pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara masih tumbuh cukup tinggi yakni

sebesar 5,11% (yoy), meskipun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,25%

(yoy). Deselerasi bersumber dari perlambatan konsumsi pemerintah dan investasi seiring dengan moderasi

belanja operasional dan realisasi belanja modal yang belum optimal. Selain itu, pihak swasta cenderung

menahan investasi karena kapasitas yang ada masih mampu memenuhi permintaan. Hal tersebut lebih lanjut

berdampak kepada perlambatan LU konstruksi. Namun demikian, konsumsi rumah tangga masih tumbuh

tinggi dan menahan perlambatan ekonomi lebih lanjut yang juga berdampak terhadap tingginya LU

perdagangan.

Memasuki triwulan IV 2019, pertumbuhan ekonomi diprakirakan mengalami peningkatan dari

triwulan sebelumnya. Akselerasi perekonomian disinyalir bersumber dari konsumsi rumah tangga dan

investasi terkait dengan tingginya aktivitas belanja ditengah momen libur HBKN dan tahun baru serta

optimalisasi belanja modal pemerintah dan swasta menjelang akhir tahun. Dari sisi eksternal, ekspor

diprakirakan tumbuh membaik sejalan dengan perbaikan harga komoditas ekspor utama di pasar global.

Page 22: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

21

1.1 Perekonomian Tumbuh

Terbatas

Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara

masih tumbuh cukup tinggi pada triwulan

III 2019 meskipun melambat dibandingkan

triwulan sebelumnya. Pertumbuhan

ekonomi tercatat 5,11% (yoy), lebih rendah

dibandingkan triwulan II 2019 yang

mencapai 5,25% (yoy). Pencapaian tersebut

masih di atas nasional dan Sumatera yang

masing - masing tumbuh sebesar 5,02% (yoy)

dan 4,49% (yoy) (Grafik 1.1). Deselerasi

bersumber dari perlambatan konsumsi

pemerintah, investasi, dan ekspor sementara

konsumsi rumah tangga tumbuh meningkat.

Selain itu, kontraksi impor yang lebih dalam

daripada ekspor turut menahan deselerasi

pertumbuhan ekonomi lebih lanjut.

Sumber: BPS, diolah

Grafik 1.1 Perkembangan PDRB dan PDB

Permintaan domestik mengalami deselerasi

disumbang oleh perlambatan pertumbuhan

konsumsi pemerintah dan investasi sementara

konsumsi rumah tangga terakselerasi.

Perlambatan konsumsi pemerintah terkait

dengan normalisasi belanja operasional pasca

Pemilihan Umum 2019 dan Hari Besar

Keagamaan Nasional (HBKN) sementara

belanja modal pemerintah belum optimal. Di

samping itu, rendahnya realisasi belanja

modal pemerintah juga berdampak kepada

perlambatan laju investasi sementara pihak

swasta cenderung menahan investasi karena

kapasitas yang dimiliki masih mampu

memenuhi permintaan.

Sementara itu, konsumsi rumah tangga

tumbuh meningkat seiring dengan tingginya

aktivitas konsumsi pada periode libur

lebaran. Hal tersebut juga didukung oleh

terjaganya daya beli masyarakat sejalan

dengan pencairan gaji ke-13, penyaluran

Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) dan

Program Keluarga Harapan (PKH), serta

perbaikan harga komoditas lokal.

Dari permintaan eksternal, ekspor

terkontraksi disumbang oleh penurunan

ekspor antardaerah serta ekspor luar negeri.

Menurunnya ekspor antardaerah sejalan

dengan penurunan produksi pertanian akibat

musim kemarau yang lebih kering dan lebih

panjang. Selain itu, ekspor luar negeri

khususnya crumb rubber terdeselerasi akibat

berlakunya kuota ekspor yang berlaku hingga

Juli 2019 sementara bahan baku terbatas. Di

sisi lain, sejalan dengan kontraksi ekspor,

impor mengalami penurunan dengan tingkat

yang lebih dalam. Penurunan impor terutama

disebabkan oleh kurang optimalnya belanja

modal dalam bentuk bangunan dan non

bangunan milik pemerintah dan swasta.

Sumber: SKDU Bank Indonesia, diolah

Grafik 1.2 Realisasi Kegiatan Dunia Usaha

Berdasarkan Lapangan Usaha (LU),

perlambatan ekonomi bersumber dari

menurunnya kinerja LU pertanian dan

konstruksi sementara industri pengolahan dan

perdagangan tumbuh meningkat. Deselerasi

terkonfirmasi oleh realisasi kegiatan dunia

usaha pada triwulan III 2019 yang mengalami

penurunan (Grafik 1.2). Perlambatan LU

pertanian disebabkan oleh penurunan

Page 23: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

22

produksi pertanian akibat cuaca yang kurang

kondusif serta serangan hama dan penyakit.

LU konstruksi disebabkan oleh telah

selesainya proses konstruksi beberapa proyek

perumahaan sementara pelaku usaha

cenderung menahan aktivitas pembangunan

akibat penjualan yang terbatas. Rendahnya

realisasi belanja modal pemerintah untuk

pembangunan juga turut mendorong

deselerasi lebih lanjut.

Sementara itu, pertumbuhan LU perdagangan

meningkat siginifikan sejalan dengan

tingginya konsumsi rumah tangga pada

periode libur sekolah. Terjaganya daya beli

masyarakat dan berbagai inovasi yang

dilakukan perusahaan retail menopang

kinerja perdagangan lebih lanjut. Selain itu,

LU industri pengolahan terakselerasi cukup

tinggi didorong oleh perbaikan kinerja

industri makanan dan minuman terutama

industri pengolahan kelapa sawit dan kopi.

Peningkatan tersebut seiring dengan

melimpahnya bahan baku dan tingginya

permintaan.

Memasuki triwulan IV 2019, pertumbuhan

ekonomi diprakirakan membaik dari

triwulan sebelumnya. Akselerasi tersebut

bersumber dari tingginya antusiasme

masyarakat dalam belanja dan berwisata

menjelang Natal dan Tahun Baru. Investasi

juga diprediksi terus menguat menjelang

akhir tahun seiring dengan berlanjutnya

proyek - proyek pembangunan multiyears

serta optimalisasi realisasi belanja modal

pemerintah dan swasta. Sementara itu,

konsumsi pemerintah diprediksi tumbuh

terbatas seiring dengan penurunan pagu

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD) Provinsi. Namun demikian, kegiatan

Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan Pameran

(MICE) dan realisasi belanja modal

diprakirakan akan menahan perlambatan

lebih lanjut. Dari sisi eksternal, ekspor

diprediksi tumbuh meningkat seiring dengan

perbaikan harga komoditas di pasar

internasional. Di satu sisi, impor juga

tumbuh meningkat seiring dengan potensi

perbaikan investasi dan ekspor.

Berdasarkan LU, membaiknya pertumbuhan

ekonomi akan bersumber dari sektor - sektor

utama. Akselerasi LU perdagangan sejalan

dengan tingginya aktivitas belanja yang juga

didukung oleh daya beli masyarakat yang

masih cukup kuat. Pembangunan proyek -

proyek tahun jamak serta peningkatan

realisasi belanja modal pemerintah diprediksi

turut menopang perbaikan kinerja LU

konstruksi. Selanjutnya, kinerja LU Pertanian

berpotensi tumbuh moderat didorong oleh

peningkatan produksi seiring dengan dengan

cuaca yang lebih kondusif untuk panen. Di

samping itu, LU industri pengolahan

berpotensi tumbuh meningkat bersumber dari

optimalisasi kapasitas industri menyambut

potensi kenaikan permintaan domestik di

akhir tahun serta perbaikan harga komoditas

di tingkat global.

Untuk keseluruhan tahun 2019,

pertumbuhan ekonomi diprediksi tumbuh

lebih tinggi dari tahun 2018. Perbaikan

pertumbuhan tersebut terutama bersumber

dari akselerasi konsumsi pemerintah serta

perbaikan net ekspor. Tingginya konsumsi

pemerintah sejalan dengan kenaikan pagu

anggaran belanja pemerintah daerah serta

peningkatan anggaran transfer pusat ke

daerah untuk dana desa dan Dana Alokasi

Khusus (DAK) Fisik. Lebih lanjut, perbaikan

net ekspor bersumber dari deselerasi impor

yang lebih rendah dari penurunan ekspor.

Impor diprediksi melambat terutama

dipengaruhi oleh deselerasi impor barang

modal seiring dengan tingkat investasi yang

tidak setinggi tahun sebelumnya. Impor

barang konsumsi juga diprakirakan menurun

terkait dengan kenaikan bea masuk untuk

1.147 barang konsumsi. Dari sisi LU,

akselerasi pertumbuhan ekonomi diprediksi

bersumber dari LU perdagangan dan LU

konstruksi. Persiapan Pemilu 2019 serta

aktivitas MICE dari pemerintah dan swasta

diprakirakan mendorong kinerja LU

perdagangan sementara berlanjutnya

pembangunan Proyek Strategis Nasional

(PSN) pemerintah serta pembangunan dari

sektor riil oleh swasta menopang

pertumbuhan LU konstruksi.

Ke depan, masih terdapat beberapa faktor

yang menahan pertumbuhan ekonomi.

Perekonomian negara - negara mitra dagang

Page 24: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

23

utama seperti Tiongkok, Amerika Serikat,

Kawasan Eropa, Jepang dan India

diprakirakan tumbuh melambat sehingga

akan berdampak terhadap penurunan

permintaan ekspor. Lebih lanjut, prospek

pertumbuhan ekonomi global yang terus

melambat berpotensi menurunkan minat

pelaku usaha dalam investasi untuk

meningkatkan kapasitas usahanya. Selain itu,

risiko ketegangan hubungan dagang Amerika

Serikat-Tiongkok serta kondisi geopolitik

perlu terus dicermati.

1.2 Konsumsi Pemerintah dan

Investasi Belum Cukup Kuat

Pada triwulan III 2019, konsumsi rumah

tangga tumbuh 4,92% (yoy), meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang

sebesar 4,41% (yoy). Akselerasi tersebut

didorong oleh masih tingginya aktivitas

konsumsi pada periode liburan sekolah

terutama untuk berwisata. Lebih lanjut,

alokasi konsumsi untuk biaya pendidikan

juga mengalami peningkatan seiring dengan

masuknya tahun ajaran baru.

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 1.3 Perkembangan Penyaluran Bantuan Sosial

Tingginya konsumsi rumah tangga juga

ditopang oleh terjaganya daya beli

masyarakat seiring dengan pencairan gaji ke-

13 untuk Aparatur Sipil Negara dan tingkat

inflasi yang mereda. Peningkatan penyaluran

BPNT dan PKH pada triwulan berjalan juga

turut menopang terjaganya daya beli

masyarakat (Grafik 1.3). Selain itu,

pendapatan petani kelapa sawit juga

mengalami kenaikan didorong oleh

perbaikan harga di pasar internasional yang

diikuti oleh perbaikan harga kelapa sawit

lokal (Grafik 1.4).

Sumber: Bappebti, diolah

Grafik 1.4 Perkembangan Harga Minyak Kelapa Sawit Lokal

Memasuki triwulan IV 2019, konsumsi

rumah tangga diprakirakan tumbuh

meningkat dari triwulan sebelumnya.

Akselerasi konsumsi rumah tangga sesuai

dengan pola historisnya pada periode HBKN

Natal dan Tahun Baru. Tingginya antusiasme

berbelanja masyarakat juga didukung oleh

peningkatan disposable income seiring

I II III IV I II III IV I II III IV I II III4.66 5.49 5.28 5.25 4.53 5.14 5.24 5.56 4.73 5.27 5.38 5.30 5.31 5.25 5.11 100.00

4.61 4.85 4.87 5.56 5.63 5.51 4.66 4.73 4.98 6.34 6.15 5.99 4.13 4.41 4.92 50.80

4.00 4.70 3.33 2.96 3.96 3.70 2.76 2.63 7.06 11.10 13.27 13.99 23.85 11.84 3.10 1.03

4.31 4.46 -3.53 -4.83 4.63 4.52 7.40 6.28 6.24 5.01 14.81 10.00 17.55 18.50 11.39 7.66

5.25 5.67 4.42 4.11 4.02 4.73 6.09 8.71 7.83 9.90 11.61 11.48 6.24 6.76 6.26 31.32

-58.03 -45.25 50.27 34.36 13.36 10.14 -44.81 -24.60 -0.43 5.22 83.69 17.18 -9.88 -9.33 2.42 1.54

3.34 3.58 0.01 3.82 1.32 -2.74 15.54 11.08 -0.31 7.10 2.57 2.65 2.90 -3.52 -4.03 39.93

-4.44 -2.69 -3.40 1.49 2.01 -4.92 16.66 12.75 1.40 14.40 12.47 9.81 3.28 -3.56 -4.33 32.28

Arah

Produk Domestik Regional Bruto

Komponen Pengeluaran

Konsumsi Rumah Tangga

Konsumsi LNPRT

Konsumsi Pemerintah

Komponen2016 2017 *) 2018 **)

Pangsa2019 **)

Investasi

Inventori

Ekspor

Impor

Page 25: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

24

dengan tingginya penggelontoran bantuan

sosial oleh pemerintah.

Untuk keseluruhan tahun 2019, konsumsi

rumah tangga diprediksi tumbuh lebih

rendah dari tahun sebelumnya. Hal tersebut

dipengaruhi oleh kenaikan Upah Minimum

Provinsi (UMP) 2019 yang tercatat lebih

rendah dari UMP 2018 serta prospek

pendapatan dari ekspor luar negeri yang

tumbuh melambat. Di samping itu, tekanan

inflasi yang diprakirakan lebih tinggi dari

tahun sebelumnya dinilai memperketat ruang

konsumsi masyarakat.

Konsumsi pemerintah mengalami moderasi

pada triwulan III 2019. Pertumbuhan

konsumsi pemerintah mencapai 11,39%

(yoy), di bawah realisasi triwulan II 2019

yang mencapai 18,50% (yoy). Perlambatan

tersebut terutama didorong oleh realisasi

Belanja Pemerintah Pusat di Daerah serta

komponen belanja pada Anggaran

Pendapatan Belanja Daerah (APBD)

Kabupaten/Kota dan Provinsi yang masih

rendah. Rendahnya belanja pada triwulan III

sesuai dengan pola musimannya dimana

belanja pemerintah baru akan meningkat di

triwulan IV. Perlambatan konsumsi

pemerintah terkonfirmasi oleh perkembangan

rekening pemda di perbankan yang

cenderung stabil pada triwulan III 2019

(Grafik 1.5).

Sumber: DJPBN, diolah

Grafik 1.5 Perkembangan Rekening Pemda

1 Lihat Laporan Perekonomian Provinsi Sumatera utara Edisi Agustus 2019

Belanja Pemerintah Pusat di Daerah pada

triwulan III 2019 tercatat Rp14,8 triliun, lebih

rendah dari triwulan III 2018 yang sebesar

Rp17,8 triliun. Sementara itu, total belanja

APBD Kabupaten/Kota dan Provinsi tercatat

Rp28,1 triliun menurun 6,23% dari realisasi

periode yang sama tahun sebelumnya.

Rendahnya belanja pemerintah baik pusat

maupun daerah terutama dipengaruhi oleh

moderasi belanja operasional pasca

pelaksanaan Pemilu 2019 dan HBKN. Di satu

sisi, realisasi belanja modal masih rendah

seiring dengan proses pelelangan yang terus

berlanjut.

Pertumbuhan konsumsi pemerintah

diprediksi tumbuh terbatas pada triwulan

IV 2019. Hal tersebut sejalan dengan

perubahan Pagu Anggaran Pendapatan APBD

Provinsi menjadi Rp14 triliun, atau menurun

dari Rp15,3 triliun pada total pendapatan

APBD Murni akibat permasalahan Pajak Air

Permukaan1. Penurunan penerimaan pada P-

APBD akan sangat berpengaruh terhadap

rasionalisasi belanja terutama untuk program

- program yang berbentuk fisik. Namun

demikian, optimalisasi realisasi Anggaran

Pendapatan Belanja Negara (APBN) di

Sumatera Utara dan APBD Kabupaten/Kota

pada penghujung tahun diprakirakan dapat

menahan perlambatan lebih lanjut.

Untuk keseluruhan tahun 2019, konsumsi

pemerintah terakselerasi tinggi

dibandingkan tahun sebelumnya. Tingginya

konsumsi pemerintah sejalan dengan

kenaikan pagu anggaran belanja dan transfer

APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Peningkatan anggaran terjadi APBD Pemprov

terutama terkait dengan kenaikan gaji ASN

dana Bantuan Operasional Sekolah seiring

dengan intensifikasi pemerintah di bidang

pendidikan. Konsumsi pemerintah sudah

tinggi sejak triwulan I 2019 seiring dengan

alokasi transfer utang Dana Bagi Hasil (DBH)

ke Kabupaten/Kota. Untuk APBD

Kabupaten/kota, kenaikan anggaran terutama

bersumber dari belanja barang dan jasa serta

Page 26: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

25

belanja operasional pendukung infrastruktur

dalam rangka pemerataan pembangunan.

Selain itu, penyelenggaraan Pemilu 2019 juga

turut mendorong akselerasi konsumsi

pemerintah lebih lanjut.

Pertumbuhan investasi pada triwulan III

2019 tercatat 6,26% (yoy), tumbuh lebih

rendah dari triwulan sebelumnya yang

mencapai 6,76% (yoy). Deselerasi investasi

disinyalir dipengaruhi oleh rendahnya

realisasi belanja modal pemerintah daerah.

Selain itu, investasi belanja modal dari pihak

swasta juga terindikasi melambat tercermin

dari perlambatan impor barang modal pada

triwulan berjalan (Grafik 1.6).

Sumber: Bea Cukai, diolah

Grafik 1.6 Perkembangan Impor Barang Modal

Realisasi belanja modal Pemerintah Provinsi

dan Kabupaten/Kota pada triwulan III 2019

tercatat baru mencapai Rp2,6 triliun atau

24,90% dari total pagu anggaran. Realisasi

tersebut menurun 28,69% dari realisasi pada

periode yang sama tahun sebelumnya yang

sebesar Rp3,7 triliun. Masih rendahnya

realisasi disinyalir disebabkan oleh proses

pelelangan yang belum selesai sementara ada

beberapa kegiatan yang gagal pada tahap

pelelangan karena tidak cukupnya waktu

untuk melaksanakan pelelangan ulang.

Berdasarkan hasil liaision, korporasi dari

sektor perdagangan dan penyedia makanan

tidak melakukan investasi baru karena

menilai kapasitas yang dimiliki masih cukup

untuk memenuhi permintaan. Selain itu,

korporasi yang bergerak pada bidang karet

tidak melakukan investasi baru sehubungan

dengan perkembangan harga yang kurang

renumeratif serta semakin sulitnya pasokan

bahan baku. Selain itu, nilai investasi

beberapa korporasi tidak setinggi periode

sebelumnya karena telah melakukan investasi

besar atau pembangunan telah memasuki

tahap akhir. Perlambatan investasi dari swasta

juga terkonfirmasi oleh likert scale investasi

yang mengalami penurunan (Grafik 1.7).

Sumber: Liaison Bank Indonesia, diolah

Grafik 1.7 Perkembangan Likert Scale Investasi

Namun demikian, pertumbuhan investasi

pada triwulan berjalan dinilai masih cukup

tinggi. Beberapa korporasi terutama yang

bergerak di sektor usaha kelapa sawit masih

melakukan investasi rutin seperti research development serta replanting. Korporasi dari

bidang penyedia akomodasi juga melakukan

maintenance menjelang tingginya permintaan

untuk MICE dan libur akhir tahun. Selain itu,

korporasi yang bergerak pada sektor

perikanan juga masih melakukan investasi

seperti pembangunan ruang pendingin serta

tambahan armada transportasi.

Page 27: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

26

Sumber: BKPM, diolah

Grafik 1.8 Perkembangan PMA dan PMDN

Perlambatan investasi tertangkap juga oleh

perkembangan permodalan baik dari asing

maupun dalam negeri. Pertumbuhan nilai

Penanaman Modal Asing dan Penanaman

Modal Dalam Negeri pada triwulan berjalan

tercatat melambat dari triwulan II 2019

(Grafik 1.8). Di satu sisi, pembiayaan

perbankan melalui kredit produktif tercatat

terakselerasi cukup tinggi (Grafik 1.9).

Sumber: LBU, diolah

Grafik 1.9 Perkembangan Kredit Produktif

Memasuki triwulan IV 2019, investasi

diprakirakan tumbuh meningkat, baik dari

sisi pemerintah maupun swasta. Akselerasi

didorong oleh berlanjutnya berbagai proyek

infrastruktur pemerintah seperti Jalan Tol

Trans Sumatera dan Bendungan Lau Simeme.

Selain itu, pembangunan pembangkit listrik

dengan berbagai sumber energi juga terus

didorong sesuai target mega proyek 35.000

MW yang telah ditetapkan secara nasional.

Pihak korporasi juga terus melakukan

investasi rutin seperti maintenance mesin dan

peralatan produksi yang lebih lanjut

berpotensi mendukung akselerasi komponen

investasi ke depan.

Melihat keseluruhan tahun 2019,

pertumbuhan investasi diprediksi

termoderasi dari tahun sebelumnya.

Korporasi ditengarai disebabkan oleh wait and see terkait dengan Pemilu 2019 serta

kondisi perekonomian global yang melambat.

Beberapa korporasi menilai bahwa kapasitas

yang dimiliki masih cukup dalam memenuhi

permintaan. Selain itu, beberapa proyek

multiyears pemerintah seperti Pelabuhan

Kuala Tanjung dan Jalan Tol Medan -

Kualanamu - Tebing Tinggi telah selesai di

tahun 2018 sehingga nilai investasi tidak

setinggi tahun sebelumnya. Meskipun

demikian, berlanjutnya beberapa PSN seperi

Jalan Tol Trans Sumatera serta Bendungan

Lau Simeme serta berbagai pembangunan

dari sektor riil dalam bentuk pertokoan

ataupun perumahan menahan perlambatan

lebih lanjut.

Ekspor total pada triwulan III 2019 tumbuh

menurun menjadi -4,03% (yoy) dari -

3,52% (yoy). Kontrakasi ekspor total

dipengaruhi oleh penurunan ekspor

antardaerah seiring dengan kinerja LU

Pertanian yang kurang optimal. Di sisi lain,

ekspor luar negeri tumbuh terbatas sejalan

dengan perkembangan ekonomi global yang

masih tertekan.

Ekspor antardaerah terkontraksi sejalan

dengan penurunan produksi pertanian yang

merupakan produk unggulan yang

diperdagangkan ke daerah lain. Musim

kemarau yang lebih kering dan lebih panjang

mengakibatkan lahan pertanian di beberapa

daerah mengalami kekeringan. Selain itu,

serangan hama juga turut menurunkan

produksi pertanian pada triwulan berjalan.

Page 28: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

27

Sumber: Bloomberg, diolah

Grafik 1.10 Perkembangan Ekspor Karet

Untuk ekspor luar negeri, ekspor karet

terdeselerasi sejalan dengan regulasi

pembatasan kuota ekspor karet yang berlaku

hingga Juli 2019 (Grafik 1.10). Lebih lanjut,

penurunan harga karet di pasar internasional

turut menahan kinerja ekspor karet pada

triwulan berjalan. Pelemahan harga disinyalir

karena tingginya jumlah persediaan di

industri ban sementara penjualan industri

otomotif relatif lambat. Selain itu, bahan baku

karet juga terbatas akibat adanya penyakit

tanaman gugur daun serta beralihnya petani

karet menjadi buruh proyek pembangunan

pemerintah.

Pada triwulan IV 2019, ekspor total

Sumatera Utara diprakirakan tumbuh lebih

baik dari triwulan sebelumnya. Akselerasi

ekspor diprediksi terjadi baik untuk ekspor

antardaerah maupun ekspor luar negeri.

Perbaikan kinerja LU Pertanian seiring

dengan cuaca yang lebih kondusif

diprakirakan mendorong peningkatan ekspor

antardaerah. Untuk ekspor luar negeri,

potensi peningkatan diprakirakan bersumber

dari CPO seiring dengan membaiknya

prospek pertumbuhan harga di pasar global

(Grafik 1.11).

Sumber: Bloomberg, diolah

Grafik 1.11 Perkembangan Harga CPO Internasional

Melihat kondisi terkini, ekspor pada

keseluruhan tahun 2019 diprakirakan

tumbuh menurun dari tahun sebelumnya.

Penurunan dari sisi ekspor luar negeri

dipengaruhi oleh lemahnya permintaan

seiring dengan perlambatan ekonomi global

dan penurunan harga komoditas di pasar

internasional. Untuk kelapa sawit, penurunan

tarif bea masuk RPO Malaysia ke India sejak

awal tahun 2019 menahan kinerja ekspor

CPO Sumatera Utara. Di samping itu,

rencana Renewable Energy Direcitive II dan

Indirect Land-Use Change serta black campaign CPO memberikan sentimen negatif

terhadap perkembangan harga komoditas.

Sejalan dengan kinerja ekspor, impor pada

triwulan III 2019 mengalami kontraksi

yang lebih dalam dari triwulan

sebelumnya. Deselerasi impor total

disebabkan oleh penurunan pada impor luar

negeri dan impor antadaerah. Impor luar

negeri tumbuh lebih rendah dari triwulan

sebelumnya terutama bersumber dari

penurunan kebutuhan barang antara dan

barang modal (Grafik 1.12). Sementara itu,

impor antardaerah untuk kegiatan kontruksi

juga tumbuh melambat sejalan dengan

perlambatan investasi.

Page 29: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

28

Sumber: Bea Cukai, diolah

Grafik 1.12 Perkembangan Impor Berdasarkan Kelompok Barang

Deselerasi impor barang antara didorong oleh

oleh moderasi kebutuhan bahan baku

penolong sejalan dengan ekspor yang

terbatas. Sejalan dengan perlambatan ekspor

karet, impor bahan kimia sebagai campuran

pengolahan crumb rubber mengalami

penurunan. Di satu sisi, impor barang modal

tumbuh melambat dipengaruhi oleh berbagai

korporasi yang memutuskan untuk tidak

melakukan investasi baru seiring dengan

kapasitas produksi yang masih memadai.

Impor antardaerah terdeselerasi sejalan

dengan perlambatan investasi bangunan.

Berdasarkan hasil liaison, beberapa proyek

pembangunan swasta telah mencapai tahap

akhir sehingga kebutuhan barang konstruksi

tidak setinggi periode - periode sebelumnya.

Hal ini juga terkonfirmasi oleh penjualan

semen di Sumatera Utara yang mengalami

kontraksi (Grafik 1.13).

Sumber: ASI, diolah

Grafik 1.13 Perkembangan Penjualan Semen

Pada triwulan IV 2019, impor total

diprakirakan tumbuh meningkat dari

triwulan sebelumnya sejalan dengan

potensi akselerasi permintaan domestik

dan ekspor luar negeri. Akselerasi impor

luar negeri didorong oleh peningkatan impor

barang antara untuk mendukung kinerja CPO

dan penyerapan B20. Impor barang konsumsi

juga diprediksi mampu tumbuh menguat

seiring dengan tingginya permintaan

domestik menjelang HBKN Natal dan Tahun

Baru.

Untuk keseluruhan tahun 2019, impor total

diprakirakan mengalami penurunan.

Deselerasi impor total bersumber dari

perlambatan konsumsi barang antara sejalan

dengan kinerja ekspor luar negeri yang

kurang optimal di tahun 2019. Impor barang

konsumsi juga mengalami penurunan

dipengaruhi oleh peningkatan PPh Impor

7,5% - 10% dari 1.147 komoditas sejak akhir

tahun 2018 sementara kinerja konsumsi

rumah tangga melambat.

I II III IV I II III IV I II III IV I II III4.66 5.49 5.28 5.25 4.53 5.14 5.24 5.56 4.73 5.27 5.38 5.30 5.31 5.25 5.11 100.00

3.75 7.20 5.15 2.57 2.22 3.97 7.17 7.93 3.25 5.12 4.98 6.08 6.07 6.03 4.07 24.95

1.71 6.72 8.22 6.12 4.78 4.64 4.52 5.29 4.74 5.52 6.04 5.50 5.47 3.88 4.34 1.31

9.25 2.98 2.93 5.37 3.34 4.11 1.53 0.41 2.52 3.35 4.68 4.06 2.28 0.68 1.20 17.99

3.49 10.98 7.13 -1.30 11.10 7.80 7.97 8.18 4.52 3.21 3.01 -0.25 1.85 4.69 3.58 0.13

3.12 3.07 8.74 7.90 9.18 6.67 4.96 6.04 3.43 3.03 2.02 3.12 3.48 6.54 6.38 0.10

3.47 5.99 5.48 7.37 5.21 5.88 7.36 8.55 6.87 5.95 5.24 3.91 7.42 7.52 7.19 12.80

1.73 4.89 7.04 7.22 7.16 6.43 4.79 5.16 5.66 5.91 6.25 6.58 5.59 6.40 8.00 18.01

3.35 6.17 7.46 7.22 7.79 7.78 6.31 7.56 7.48 6.62 5.62 4.96 5.21 5.18 6.31 4.77

4.25 5.70 7.66 8.50 6.71 7.04 7.72 7.79 7.48 7.70 6.82 8.11 8.72 9.01 9.15 2.43

5.78 6.89 8.60 9.65 9.26 8.73 8.04 8.31 8.20 8.38 7.94 9.18 8.96 9.82 9.85 2.85

7.54 6.17 3.69 -0.57 -0.47 2.50 -1.13 1.07 1.87 0.74 4.31 0.05 0.30 1.59 0.33 2.76

4.55 5.25 6.79 6.92 9.41 8.69 7.01 5.32 5.31 5.09 5.47 5.48 4.79 4.85 4.85 4.21

5.67 5.94 5.95 6.23 6.94 7.02 8.03 7.81 7.75 8.27 6.90 5.58 5.50 5.56 5.63 0.92

2.81 5.05 2.15 2.12 1.21 0.67 3.35 4.73 5.86 6.01 6.15 6.44 8.37 8.42 8.02 3.28

7.39 7.00 2.88 2.71 2.73 2.69 5.93 8.22 8.09 9.79 4.21 3.50 3.93 5.28 5.39 2.02

7.92 5.24 8.55 7.74 6.88 7.35 7.83 8.46 6.61 6.27 5.27 5.50 5.40 5.42 4.40 0.96

6.96 6.30 6.42 6.35 8.33 7.71 7.31 6.93 6.06 6.24 5.80 5.73 5.71 6.14 6.59 0.52

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Arah

Produk Domestik Regional Bruto

Komponen2016 2017 *) 2018 **)

Pangsa2019 **)

Komponen Lapangan Usaha

Jasa Perusahaan

Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan

Pengadaan Listrik, Gas

Pengadaan Air

Konstruksi

PBE\ dan Reparasi

Transportasi dan Pergudangan

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

Informasi dan Komunikasi

Jasa Keuangan

Real Estate

Administrasi Pemerintahan

Jasa Pendidikan

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

Jasa lainnya

Page 30: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

29

1.3 Lapangan Usaha Pertanian

dan Konstruksi

Terdeselerasi

Pada triwulan III 2019, kinerja pertanian

tumbuh melambat. LU Pertanian tumbuh

4,07% (yoy), melambat dari triwulan

sebelumnya yang mencapai 6,03% (yoy).

Perlambatan tersebut dipengaruhi oleh

penurunan produksi pertanian dan

perkebunan akibat cuaca yang kurang

kondusif. Deselerasi LU terkonfirmasi oleh

penurunan nilai tukar petani dari triwulan

sebelumnya (Grafik 1.14).

Sumber: BPS, diolah

Grafik 1.14 Perkembangan Nilai Tukar Petani

Untuk komoditas padi dan jagung, produksi

pada triwulan berjalan terdeselerasi lebih

dalam dari triwulan sebelumnya. Lahan

sawah di berbagai daerah seperti Langkat,

Deli Serdang, Labuhan Batu Utara, dan

Labuhan Batu mengalami kekeringan akibat

musim kemarau. Di satu sisi, sebagian lahan

jagung di Karo, Dairi, Pakpak Bharat, dan

Tapanuli Utara terserang hama ulat grayak

sehingga menurunkan produksi pada triwulan

berjalan.

Untuk tanaman perkebunan khususnya karet,

produksi petani masih terbatas akibat

penyakit psikokum atau gugur daun.

Berdasarkan hasil liaison, serangan hama

pada tahun 2019 mendorong gugur daun

lebih dari dua kali sehingga tingkat produksi

karet mengalami penurunan yang cukup

signifikan. Selain itu, konversi lahan juga

terus terjadi sejalan dengan harga komoditas

yang masih kurang renumeratif.

Pada triwulan IV 2019, kinerja LU

Pertanian berpotensi tumbuh moderat dari

triwulan sebelumnya. Perbaikan tersebut

diprediksi sejalan dengan cuaca yang lebih

kondusif untuk panen. Pergeseran pola tanam

hortikultura diprakirakan mendorong suplai

aneka cabai. Namun demikian, tingginya

curah hujan pada musim penghujan berisiko

menyebabkan banjir pada lahan pertanian

serta menurunkan intensitas nelayan untuk

melaut.

Pada tahun 2019, LU pertanian diprediksi

tumbuh menguat. Hal tersebut didorong

oleh peningkatan produksi berbagai

komoditas pertanian dan perkebunan di

tengah anomali cuaca musim kemarau yang

lebih panjang. Peningkatan produksi sejalan

dengan banyaknya program intensifikasi yang

dilakukan Pemerintah yang berjalan sesuai

dengan target seperti melalui pemberian alat

pertanian, subsidi pupuk, dan pendampingan

kepada petani.

Pada triwulan III 2019, kinerja industri

pengolahan tumbuh membaik.

Pertumbuhan LU tercatat menjadi 1,20%

(yoy), lebih tinggi dari 0,68% (yoy) pada

triwulan sebelumnya. Akselerasi didorong

oleh perbaikan dari industri makanan dan

minuman, terutama pengolahan kelapa sawit

dan kopi seiring dengan melimpahnya bahan

baku. Perbaikan industri pengolahan

terkonfirmasi oleh peningkatan pembiayaan

dari perbankan pada triwulan berjalan (Grafik

1.15).

Page 31: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

30

Sumber: LBU, diolah

Grafik 1.15 Perkembangan Kredit Industri Pengolahan

Industri pengolahan kelapa sawit tumbuh

meningkat seiring dengan tercukupinya

bahan baku. TBS melimpah seiring dengan

berlalunya musim trek yang berlangsung

pada triwulan sebelumnya serta upaya

replanting yang telah dilakukan oleh

beberapa korporasi sejak tahun 2012.

Perbaikan harga komoditas CPO di pasar

internasional disinyalir juga turut mendorong

optimisme pelaku industri sehingga

mengoptimalkan kapasitas lebih lanjut.

Kinerja industri pengolahan kopi mengalami

perbaikan didorong oleh perbaikan produksi

bahan baku serta peningkatan konsumsi kopi

masyarakat. Berdasarkan hasil liaison,

kendala produksi kopi akibat serangan hama

dan jamur tanah yang terjadi tahun 2018

dapat dikendalikan dalam satu tahun terakhir

sehingga bahan baku meningkat. Selain itu,

perbaikan kualitas barang juga turut

mendorong kenaikan permintaan terutama

dari provinsi lain seiring dengan

menjamurnya kedai - kedai kopi.

Pada triwulan IV 2019, kinerja LU industri

pengolahan diprediksi tumbuh meningkat.

Hal tersebut seiring dengan optimalisasi

kapasitas industri menyambut potensi

kenaikan permintaan domestik di akhir tahun

serta perbaikan harga komoditas di tingkat

global. Beberapa program yang dicanangkan

pemerintah untuk mengoptimalkan

penggunaan kelapa sawit di dalam negeri

seperti program Biodiesel 20 dan Biodiesel

30 diprediksi turun mendorong kinerja LU

industri pengolahan.

Untuk keseluruhan tahun 2019, LU

industri pengolahan terdeselerasi seiring

dengan menurunnya permintaan eksternal.

Di tengah kondisi perekonomian global yang

sedang tertekan, sebagian pelaku industri

cenderung menahan ekspansi karena menilai

fasilitas produksi sudah mampu memenuhi

permintaan. Namun demikian, penguatan

permintaan domestik terkait dengan program

B20 yang masih ontrack disinyalir menahan

deselerasi lebih lanjut.

Pada triwulan III 2019, LU konstruksi

tumbuh melambat dari triwulan

sebelumnya. LU tercatat tumbuh 7,19%

(yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya

yang mencapai 7,52% (yoy). Deselerasi LU

disebabkan oleh selesainya proses konstruksi

beberapa proyek pembangunan perumahan.

Selain itu, penjualan juga cenderung

menurun akibat terbatasnya kuota subsidi

pembiayaan perumahan sehingga perusahaan

menahan aktivitas pembangunan. Di samping

itu, realisasi belanja modal pemerintah untuk

pembangunan jalan, irigasi, dan jaringan

serta gedung dan bangunan masih sangat

rendah sehingga mendorong deselerasi

kinerja LU lebih lanjut. Perlambatan LU

konstruksi terkonfirmasi oleh perkembangan

kredit konstruksi yang tumbuh melambat

pada triwulan berjalan (Grafik 1.16) serta

penjualan semen yang menurun (Grafik

1.13).

Sumber: LBU, diolah

Grafik 1.16 Perkembangan Kredit Konstruksi

Page 32: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

31

Memasuki triwulan IV 2019, LU konstruksi

diprediksi tumbuh lebih baik dari triwulan

sebelumnya. Akselerasi tersebut diprakirakan

didorong oleh pembangunan proyek - proyek

pemerintah daerah seiring dengan

peningkatan realisasi belanja modal yang

secara historis mencapai puncaknya pada

akhir tahun. Di samping itu, penggelontoran

dana transfer dari pemerintah pusat berupa

dana desa dan DAK Fisik berpotensi

mendorong LU konstruksi lebih lanjut.

Secara keseluruhan tahun 2019, LU

konstruksi tumbuh lebih tinggi dari tahun

sebelumnya. Meskipun pembangunan

beberapa PSN multiyears telah selesai, masih

terdapat beberapa proyek infrastruktur yang

sedang berjalan diantaranya. Beberapa di

antaranya adalah pengembangan pembangkit

listrik, penguatan aksesibilitas di KSPN Danau

Toba, dan pembangunan Bendungan Lau

Simeme serta sisa ruas Jalan Tol Trans

Sumatera. Akselerasi LU konstruksi turut

ditopang oleh cukup masifnya pembangunan

dari sektor riil, seperti hotel, perkantoran, dan

pertokoan.

Pada triwulan berjalan, LU perdagangan

tumbuh meningkat dari triwulan II 2019.

Pertumbuhan LU perdagangan pada triwulan

III 2019 tercatat 8,00% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan triwulan II yang sebesar 6,40%

(yoy). Peningkatan LU perdagangan sejalan

dengan aktivitas konsumsi rumah tangga yang

meningkat pada triwulan berjalan. Tingginya

aktivitas konsumsi masyarakat pada periode

libur sekolah mendorong akselerasi kinerja

LU. Terjaganya daya beli masyarakat dengan

pencairan gaji ke-13, penyaluran BPNT dan

PKH serta perbaikan harga komoditas lokal

juga turut menjaga momentum perbaikan LU

perdagangan. Berdasarkan hasil liasion,

kinerja usaha retail mengalami peningkatan

seiring dengan gencarnya kegiatan promosi

yang dilakukan perusahaan. Perusahaan -

perusahaan retail terus melakukan melakukan

berbagai inovasi dari segi marketing di tengah

tingginya persaingan usaha sejenis sementara

minat masyarakat untuk online shopping

semakin tinggi.

Memasuki triwulan IV 2019, LU

perdagangan diprakirakan tumbuh lebih

baik dari triwulan sebelumnya. Akselerasi

ini sejalan dengan tingginya aktivitas belanja

masyarakat menjelang HBKN Natal dan

tahun baru. Aktivitas pariwisata pada libur

akhir tahun serta banyaknya penyelenggaraan

MICE dari pemerintah dan swasta di

penghujung tahun juga turut mendorong

aktivitas LU lebih lanjut.

Untuk keseluruhan tahun 2019, LU

perdagangan diprakirakan terakselerasi

dari tahun sebelumnya. Persiapan Pemilu

2019 serta aktivitas MICE dari pemerintah

dan swasta diprakirakan mendorong kinerja

LU pada tahun berjalan. Selain itu, kegiatan -

kegiatan pariwisata berskala nasional dan

internasional yang disertai juga dengan

gencarnya promosi turut menopang

pertumbuhan perdagangan.

Pada triwulan berjalan, LU transportasi

tumbuh meningkat dari triwulan II 2019.

Pertumbuhan LU transportasi pada triwulan

III 2019 tercatat 6,31% (yoy), di atas dari

triwulan II 2019 yang sebesar 5,18% (yoy).

Peningkatan LU transportasi sejalan dengan

meningkatan kegiatan pariwisata pada

periode liburan sekolah. Berbagai kegiatan

kegiatan pariwisata yang masuk ke dalam

Calendar of Event Kemenpar jatuh pada

triwulan berjalan seperti Samosir Music

International, Tao Silalahi Art Festival,

Karnaval Pesona Danau Toba dan lainnya.

Perbaikan pertumbuhan LU tercermin oleh

pertumbuhan penumpang pesawat baik

domestik maupun internasional yang mulai

meningkat pada triwulan berjalan

dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik

1.17).

Page 33: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

32

Sumber: BPS diolah

Grafik 1.17 Perkembangan Penumpang Pesawat Domestik dan Internasional

Selain itu, LU transportasi juga turut ditopang

oleh perbaikan kinerja industri pengolahan.

Kinerja dari usaha pengangkutan darat dan

laut tumbuh membaik seiring dengan cukup

tingginya produksi industri pengolahan

kelapa sawit dan kopi. Hal tersebut juga

tercermin dari perbaikan perkembangan arus

muat barang di pelabuhan pada triwulan

berjalan (Grafik 1.18).

Sumber: BPS diolah

Grafik 1.18 Perkembangan Arus Muat Barang

Memasuki triwulan IV 2019, LU

transportasi diprakirakan tumbuh

meningkat dari triwulan sebelumnya.

Akselerasi ini diprakirakan sejalan dengan

aktivitas MICE dari pemerintah dan swasta

yang secara historis mencapai puncaknya di

akhir tahun. Selain itu, aktivitas berlibur

masyarakat menjelang akhir tahun juga turut

mendorong LU transportasi. Lebih lanjut,

peningkatan produksi pertanian dan industri

pengolahan turut menopang akselerasi LU

lebih lanjut.

Secara keseluruhan tahun 2019, LU

transportasi tumbuh terbatas dibandingkan

tahun sebelumnya. Hal tersebut ditengarai

bersumber dari subkategori pengangkutan

darat akibat penurunan produksi pertanian

pada musim kemarau yang berkepanjangan

yang terjadi di pertengahan tahun. Selain itu,

subkategori angkutan udara juga disinyalir

melambat seiring dengan harga tiket pesawat

yang melonjak tinggi sejak akhir tahun 2018

sementara penurunan Tarif Batas Atas

disinyalir belum signifikan meningkatkan

minat masyarakat menggunakan moda

transportasi tersebut.

Page 34: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

33

Page 35: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

KEUANGAN PEMERINTAH

34

KEUANGAN

PEMERINTAH

Sampai dengan triwulan III 2019, realisasi APBD di Provinsi Sumatera mengalami penurunan

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi belanja dan transfer APBD mencapai

Rp33,7 triliun atau 53,3% dari pagu anggaran, menurun dibandingkan realisasi triwulan III 2018 yang

mencapai 61,7% atau Rp32,8 triliun. Di sisi lain, realisasi belanja APBN di Sumatera Utara masih

terbatas dibandingkan realisasi periode yang sama pada tahun sebelumnya. Realisasi belanja APBN

pada triwulan III 2019 mencapai Rp46,7 triliun, lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada

tahun sebelumnya mencapai Rp48,6 triliun.

Page 36: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

KEUANGAN PEMERINTAH

35

2.1 Gambaran Umum APBD2

2019

Pagu anggaran pendapatan pada APBD di

Sumatera Utara sejak empat tahun terakhir

terus mengalami peningkatan. Pada tahun

2019, pagu anggaran pendapatan meningkat

10% dibandingkan tahun 2018 menjadi

sebesar Rp61,3 triliun yang didorong oleh

peningkatan pagu anggaran pendapatan asli

daerah sebesar 14% menjadi sebesar Rp13,9

triliun. Adapun pagu anggaran pendapatan

tahun 2019 didominasi oleh pagu anggaran

pendapatan transfer sebesar 69,7%. Kondisi

ini menunjukkan bahwa pemerintah daerah

di Sumatera Utara masih bergantung kepada

pembiayaan dari Pemerintah Pusat.

Sumber: BPKAD & DJPb Provinsi Sumatera Utara, diolah

Grafik 2.1 Perkembangan APBD di Sumatera Utara (Miliar Rp)

Sejalan dengan peningkatan pagu

anggaran pendapatan, pagu anggaran

belanja dan transfer pada APBD di

Sumatera Utara juga mengalami

peningkatan. Anggaran belanja dan transfer

tercatat meningkat sebesar 7% dibanding

tahun 2018 menjadi sebesar Rp62,5 triliun.

Proporsi belanja terbesar masih didominasi

komponen belanja pegawai sebesar 37%

atau Rp23,3 triliun. Pagu belanja pegawai

mengalami kenaikan 3% dibandingkan tahun

2018. Sementara kelompok pagu anggaran

yang mengalami peningkatan paling tinggi

yaitu belanja barang dan jasa sebesar 16%.

2 Merupakan APBD konsolidasi antara Pemerintah Provinsi dan 33 Pemerintah Kab/kota di Sumatera Utara

2.1.1 Pagu Anggaran Pendapatan

APBD 2019 Meningkat

Seiring dengan pelaksanaan otonomi

daerah yang telah berjalan dengan baik,

maka pagu anggaran pendapatan tahun

2019 juga mengalami peningkatan. Pagu

anggaran pendapatan APBD 2019 tercatat

meningkat sebesar 10%. Dari beberapa tahun

terakhir, peningkatan pagu anggaran paling

tinggi terjadi pada tahun 2016 yaitu sebesar

20% dibandingkan peningkatan rata-rata 5

tahun terakhir sebesar 8%. Peningkatan pagu

anggaran pendapatan utamanya bersumber

dari Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah

sebesar 30,2% dari Rp5,65 triliun menjadi

sebesar Rp7,36 triliun sehingga memberikan

andil pertumbuhan sebesar 3,6%. Kenaikan

komponen Lain-lain Pendapatan Daerah

Yang Sah berasal dari kenaikan komponen

Pendapatan Hibah, yang sebagian besar

merupakan dana pelaksanaan Pilpres dan

Pileg.

Sumber: BPKAD Provinsi Sumatera Utara, diolah

Grafik 2.2 Perkembangan DOF APBD di Sumatera Utara

Sementara pendorong kenaikan pagu

pendapatan berikutnya bersumber dari

pendapatan transfer yang merupakan

kontributor utama pendapatan dengan total

pangsa sebesar 69,7% dari pagu pendapatan.

Pendapatan transfer tumbuh sebesar 5,4%

yang terutama bersumber dari peningkatan

Page 37: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

KEUANGAN PEMERINTAH

36

DAU dan DAK yang masing-masing

memberikan andil pertumbuhan sebsar 1,5%.

Sementara itu pagu Pendapatan Asli Daerah

(PAD) di Sumatera Utara tumbuh 14% dari

Rp12,2 triliun menjadi Rp13,9 triliun. Sumber

peningkatan berasal dari kenaikan pagu pajak

daerah sebesar 18% dari Rp8,1 triliun

menjadi Rp9,6 triliun.

Peningkatan target PAD mendorong

meningkatnya Derajat Otonomi Fiskal (DOF)3

Pemerintah Daerah Se-Sumatera Utara (Pagu)

yang mengalami peningkatan dari tahun

2018 sebesar 21,9% menjadi 22,8% pada

pagu tahun 2019.

Sumber: BPKAD Provinsi Sumatera Utara, diolah

Grafik 2.3 Proporsi Anggaran PAD Provinsi Sumatera Utara

2.1.2 Peningkatan Pagu Anggaran

Belanja APBD 2019

Pagu anggaran belanja APBD di Sumatera

Utara tahun 2019 meningkat dibandingkan

tahun sebelumnya. Pagu anggaran belanja

dan transfer APBD mencapai Rp62,5 triliun,

meningkat 7% (yoy) dari tahun 2018.

Komponen terbesar pagu anggaran belanja

pada APBD masih berasal dari belanja

operasi yang mencapai pangsa 79,51% dari

total anggaran belanja atau sebesar Rp25,4

triliun. Kenaikan tertinggi komponen

anggaran belanja operasi didorong oleh

peningkatan pagu anggaran belanja barang

dan jasa yang tumbuh mencapai 15,9% (yoy)

sehingga memberikan andil 3,7%. Salah satu

3 DOF merupakan skala interval derajat desentralisasi fiscal untuk

menunjukkan kemampuan keuangan daerah yang dihitung berdasarkan perbandingan PAD terhadap Total Pendapatan Daerah (TPD).

sumber peningkatan adalah keperluan

belanja barang terkait dengan pelaksanaan

Pilpres dan Pilkada pada tahun 2019.

Sementara komponen belanja terbesar

berikutnya adalah belanja transfer yang

merupakan bantuan keuangan dan bagi hasil

kepada pemerintah Prov/Kab/Kota dan

Pemdes.

Sementara belanja modal yang memiliki

pangsa 20,16% dari pagu belanja tumbuh

sebesar 1,1% dari Rp10,4 triliun menjadi

Rp10,5 triliun. Sumber pertumbuhan berasal

dari komponen belanja modal aset teap

lainnya yang tumbuh 24,6%, disaat pagu

belanja modal lainnya mengalami kontraksi.

Pagu terbesar belanja modal terdapat pada

komponen belanja modal jalan, irigasi dan

jaringan yang mencapai 8,75% dari total

belanja atau Rp4,5 triliun.

Di sisi belanja transfer, tercatat peningkatan

yang signifikan mencapai 187%. Peningkatan

yang cukup signifikan ini salah satunya

bersumber dari pembayaran utang Dana Bagi

Hasil (DBH) Pemerintah Provinsi Sumatera

Utara kepada Pemerintah Kabupaten Kota

yang merupakan akumulasi DBH sejak 2014-

2016 dengan total Rp1,48 triliun.

Sumber: BPKAD Provinsi Sumatera Utara, diolah

Grafik 2.4 Proporsi Anggaran Belanja Provinsi Sumatera Utara

Page 38: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

KEUANGAN PEMERINTAH 37

2.2 Realisasi APBD Triwulan III

2019

2.2.1 Realisasi Pendapatan APBD

Triwulan II 2019 lebih tinggi

dari perkiraan

Realisasi pendapatan APBD pada triwulan

III 2019 lebih tinggi dibandingkan tahun

sebelumnya. Realisasi pendapatan triwulan

III 2019 mencapai 68,9% dari target atau

sebesar Rp42,2 triliun. Pencapaian ini lebih

rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang

mencapai 66,6% atau secara nominal masih

lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya

sebesar Rp37,1 triliun.

Peningkatan realisasi penerimaan terjadi

pada realisasi Pendapatan Transfer.

Realisasi pendapatan transfer tercatat lebih

tinggi yakni mencapai 77,1% pada triwulan

III 2019 dibandingkan periode yang sama

tahun sebelumnya yang sebesar 70,6%. Salah

satu pendorong meningkatnya realisasi

pendapatan transfer adalah realisasi Dana

Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi

Khusus (DAK). Realisasi DAU pada triwulan

III 2019 tercatat sebesar 82,0%, meningkat

dibandingkan tahun sebelumnya sebesar

66,0%. Sementara realisasi DAK juga tercatat

meningkat dari 54,7% pada triwulan III 2018

menjadi 61,3% pada triwulan laporan.

Di sisi lain, realisasi PAD menurun

dibandingkan triwulan III tahun 2018.

Realisasi PAD pada triwulan III 2019 tercatat

58,0%, lebih rendah dari periode yang sama

tahun lalu sebesar 59,9%. Kondisi ini

diperkirakan merupakan dampak kondisi

dunia usaha dan investasi yang masih

terbatas sejalan dengan pertumbuhan

ekonomi pada triwulan laporan. Salah satu

sumber pendapatan utama yang diharapkan

terealisasi pada PAD tahun 2019 adalah

pajak air permukaan Pemerintah Provinsi dari

salah satu perusahaan BUMN. Namun

demikian, melihat perkembangan terkini yang

sepertinya tidak mungkin terealisasi pada

tahun 2019, Pemerintah Provinsi telah

4 Sumber: BPKAD Prov. Sumatera Utara

melakukan koreksi terhadap target PAD

20194.

Realisasi pendapatan pajak daerah di

Sumatera Utara pada triwulan III 2019 secara

umum masih disumbang oleh pendapatan

Pemerintah Provinsi sebesar Rp6,08 triliun

atau 60,7% dari PAD Pemda Se-Sumatera

Utara. PAD Provinsi Sumatera Utara

utamanya masih ditopang oleh Pajak

Kendaraan Bermotor (PKB), dan Pajak Bahan

Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air

Permukaan Umum (APU), pajak Bea Balik

Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB).

Beberapa strategi yang diterapkan untuk

meningkatkan pendapatan pajak daerah yaitu

sensus kendaraan bermotor, peningkatan

layanan pembayaran PKB melalui

implementasi e-Samsat, Samsat Masuk

Kampung, serta insentif berupa diskon denda

untuk menarik minat masyarakat membayar

pajak.

Sumber: BPKAD Provinsi Sumatera Utara, diolah

Grafik 2.5 Komposisi Realisasi Pendapatan APBD Triwulan III 2019

2.2.2 Realisasi Belanja APBD

Triwulan III 2019 menurun

Realisasi belanja dan transfer Provinsi

Sumatera Utara triwulan III 2019 menurun

dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya. Realisasi belanja dan transfer

Pemda di Sumatera Utara pada triwulan III

2019 mencapai Rp33,3 triliun atau 53,3%

dari pagu anggaran. Realisasi anggaran

Page 39: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

KEUANGAN PEMERINTAH

38

belanja menurun dibandingkan realisasi

triwulan III 2018 yang mencapai 61,7% atau

Rp29,9 triliun. Secara umum penurunan

realisasi anggaran bersumber dari penurunan

realisasi belanja dan transfer.

Realisasi belanja mengalami penurunan

dari 60,4% pada triwulan III 2018 menjadi

53,7% pada triwulan laporan. Secara

nominal, realisasi belanja juga menurun dari

Rp29,9 triliun menjadi Rp28,0 triliun.

Penurunan realisasi belanja terjadi pada

belanja operasi dan belanja modal. Mayoritas

realisasi belanja triwulan III 2019 didominasi

oleh belanja operasi (90,5%).

Realisasi belanja operasi mengalami

penurunan dari 67,2% pada tahun

sebelumnya menjadi 61,1% pada triwulan

laporan. Penurunan terutama didorong

penurunan realisasi belanja pegawai dan

belanja barang dan jasa. Realisasi belanja

pegawai pada triwulan III 2019 mencapai

Rp15,5 triliun atau 66,7% dari target,

sementara pada tahun 2018 mencapai

Rp15,1 triliun atau 69,1% dari pagu.

Di sisi lain, rendahnya realisasi belanja

modal relatif turut mendorong realisasi

belanja lebih rendah. Pada triwulan III

2019, realisasi belanja modal sebesar Rp2,6

triliun atau 24,8% dari pagu, menurun

dibandingkan triwulan III 2018 sebesar Rp3,6

triliun atau 35,2% dari pagu. Secara umum

kendala rendahnya penyerapan belanja

modal disebabkan proses pengadaan yang

membutuhkan waktu persiapan administrasi

yang cukup. Selain itu anggaran belanja

modal umumnya baru dapat direalisasikan

jika pelaksanaan proyek telah diselesaikan

hingga batasan tertentu. Faktor-faktor tersebut

menyebabkan realisasi anggaran belanja

modal pada triwulan laporan belum optimal.

Sementara itu, realisasi belanja transfer

juga tercatat menurun dibandingkan

periode yang sama pada tahun

sebelumnya. Realisasi belanja transfer

triwulan III 2019 mencapai 51,3%, menurun

dibandingkan triwulan III 2018 yang

mencapai 80,1% dari pagu. Namun demikian

secara nominal, realisasi belanja transfer

mengalami peningkatan dari Rp2,8 triliun

pada triwulan III 2018 menjadi Rp5,2 triliun

pada triwulan laporan. Besarnya realisasi

belanja transfer didorong oleh pembayaran

utang Dana Bagi Hasil (DBH) dari Pemerintah

Provinsi kepada Pemerintah Kabupaten Kota

yang merupakan akumulasi DBH sejak 2014-

2016 dengan total Rp1,48 triliun. Adapun

pembayaran telah dilakukan pada triwulan I

2019.

Tabel 2.1 Pagu dan Realisasi Pendapatan APBD di Provinsi Sumatera Utara

Sumber: BPKAD & DJPb Provinsi Sumatera Utara

PENDAPATAN 55,840.5 37,196.9 66.6% 61,306.7 42,246.1 68.9%

PENDAPATAN ASLI DAERAH 12,237.9 7,332.1 59.9% 13,952.6 8,087.9 58.0%

Pendapatan Pajak Daerah 8,182.0 5,669.2 69.3% 9,670.0 5,963.1 61.7%

Pendapatan Retribusi Daerah 773.5 311.3 40.2% 739.3 285.4 38.6%

Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan648.8 443.7 68.4% 956.5 676.1 70.7%

Lain-lain PAD yang Sah 2,633.6 907.9 34.5% 2,586.7 1,163.3 45.0%

PENDAPATAN TRANSFER 40,324.4 28,488.0 70.6% 42,712.8 32,949.6 77.1%

Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat 36,371.3 22,954.2 63.1% 38,137.0 28,486.3 74.7%

- Dana Bagi Hasil Pajak 1,910.6 1,327.9 69.5% 1,909.4 892.3 46.7%

- Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam 53.9 88.2 163.6% 83.2 246.5 296.3%

- Dana Alokasi Umum 24,148.0 15,930.8 66.0% 25,055.1 20,552.3 82.0%

- Dana Alokasi Khusus 10,258.9 5,607.3 54.7% 11,089.4 6,795.2 61.3%

Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 1,573.5 2,809.3 178.5% 1,852.1 1,745.1 94.2%

Pendapatan Transfer Pemerintah Provinsi 2,379.6 1,226.8 51.6% 2,723.6 2,718.2 99.8%

Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya 0.0 1,497.8 0.0 0.0 0.0%

LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 3,278.2 1,376.9 42.0% 4,641.3 1,208.6 26.0%

- Pendapatan Hibah 715.3 477.5 66.8% 1,900.4 223.6 11.8%

- Pendapatan Lainnya 2,562.8 899.4 35.1% 2,740.9 985.0 35.9%

APBD

(miliar Rp)

Realisasi Tw III

(miliar Rp) % Realisasi

APBD

(miliar Rp)

Realisasi Tw III

(miliar Rp) % Realisasi

URAIAN

2018 2019

Page 40: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

KEUANGAN PEMERINTAH

39

Tabel 2.2 Pagu dan Realisasi Belanja APBD di Provinsi Sumatera Utara

Sumber: BPKAD & DJPb Provinsi Sumatera Utara

Sumber: BPKAD & DJPb Provinsi Sumatera Utara, diolah

Grafik 2.6 Realisasi Belanja Operasi APBD Triwulan III 2019

2.3 Peningkatan Pagu Belanja

APBN Provinsi Sumatera

Utara 2019

Sumber: Kanwil DJPb Provinsi Sumatera Utara, diolah

Grafik 2.10 Pagu APBN Provinsi Sumatera Utara Berdasarkan Belanja

Secara keseluruhan, struktur APBN di

Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2019

mengalami peningkatan. Pada tahun 2019,

pagu belanja dan transfer pemerintah pusat di

Sumatera Utara mengalami peningkatan, baik

dari sisi belanja pemerintah pusat maupun

transfer ke daerah. Peningkatan pagu belanja

APBN tercatat mencapai 21.5% (yoy) dari

sebelumnya Rp25,1 triliun menjadi Rp30,5

triliun.

BELANJA 49,571.86 29,948.82 60.41% 52,273.98 28,082.56 53.72%

BELANJA OPERASI 39,006.48 26,237.96 67.27% 41,565.53 25,416.92 61.15%

-Belanja Pegawai 21,913.37 15,158.73 69.18% 23,236.05 15,512.17 66.76%

-Belanja Barang dan Jasa 12,463.88 5,917.86 47.48% 14,682.81 6,424.57 43.76%

-Belanja Bunga 20.12 1.85 9.20% 22.89 15.60 68.15%

-Belanja Subsidi 4.03 2.26 56.17% 3.26 0.86 26.46%

-Belanja Hibah 4,453.52 3,057.51 68.65% 3,448.41 2,107.46 61.11%

-Belanja Bantuan Sosial 151.56 2,099.75 1385.40% 172.11 1,356.25 787.99%

-Bantuan Keuangan 0.00 0.00 0.00% 0.00 0.00 0.00%

BELANJA MODAL 10,422.90 3,678.72 35.29% 10,535.97 2,623.26 24.90%

-Belanja Modal Tanah 207.67 185.49 89.32% 427.36 189.83 44.42%

-Belanja Modal Peralatan dan Mesin 1,401.44 861.25 61.45% 1,454.03 507.93 34.93%

-Belanja Modal Gedung dan Bangunan 1,968.83 727.59 36.96% 1,954.60 549.76 28.13%

-Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan 5,425.33 1,795.94 33.10% 4,575.42 1,237.40 27.04%

-Belanja Modal Aset Tetap Lainnya 1,341.63 108.29 8.07% 423.20 138.32 32.68%

-Belanja Modal Konstruksi Dalam Pengerjaan 0.00 0.13 0.00% 0.34 0.00 0.00%

-Aset Lainnya 77.99 0.04 0.05% 1,701.02 0.02 0.00%

BELANJA TAK TERDUGA 142.48 32.13 22.55% 172.48 42.38 24.57%

-Belanja Tak Terduga 142.48 32.13 22.55% 172.48 42.38 24.57%

TRANSFER 3,584.15 2,869.67 80.07% 10,306.15 5,290.36 51.33%

TRANSFER BAGI HASIL PENDAPATAN 1,617.71 1,492.67 92.27% 3,872.97 2,845.64 73.47%

TRANSFER BANTUAN KEUANGAN 1,966.45 1,377.00 70.02% 6,433.17 2,444.72 38.00%

JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER 53,156.01 32,818.49 61.74% 62,580.13 33,372.91 53.33%

APBD

(miliar Rp)

Realisasi Tw III

(miliar Rp) % Realisasi

APBD

(miliar Rp)

Realisasi Tw III

(miliar Rp) % Realisasi

URAIAN

2018 2019

Page 41: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

KEUANGAN PEMERINTAH

40

Di sisi lain, Pemerintah Pusat meningkatkan

anggaran transfer ke daerah melalui DAK

Fisik dan dana desa. Peningkatan transfer ke

daerah diharapkan berdampak optimal

terhadap pertumbuhan ekonomi yang inklusif

dan kesejahteraan masyarakat desa. Pagu

DAK Fisik APBN tercatat meningkat 11,6%

(yoy) dari sebelumnya sebesar Rp3,2 triliun

menjadi Rp3,6 triliun. Sementara dana desa

mengalami kenaikan sebesar 14,8% (yoy)

dari Rp3,8 triliun menjadi Rp4,4 triliun.

Sumber: Kanwil DJPb Provinsi Sumatera Utara, diolah

Grafik 2.11 Pagu APBN Provinsi Sumatera Utara Berdasarkan Fungsi

APBN Provinsi Sumatera Utara ini

dialokasikan pada 47 Dinas/Kementerian/

Lembaga terkait yang terbagi kedalam 11

fungsi. Sejalan dengan target Pemerintah di

bidang pariwisata terkait jumlah kunjungan

wisatawan mancanegara ke Sumatera Utara,

Pemerintah Pusat meningkatkan alokasi

belanja di bidang Pariwisata dan Budaya.

Peningkatan pagu di bidang Pariwisata dan

Budaya mencapai 162,4% (yoy) dari Rp76,0

triliun pada tahun 2018 menjadi Rp200

triliun pada tahun 2019. Di sisi lain

Pemerintah juga tetap berupaya

memeprtahankan kelestarian lingkungan.

Pada tahun 2019 Pemerintah juga

meningkatkan alokasi belanja APBN untuk

fungsi Lingkungan Hidup dari Rp559 miliar

menjadi Rp814 miliar atau meningkat sebesar

45,5% (yoy).

2.3.1 Realisasi Penerimaan APBN

Provinsi Sumatera Utara

Triwulan III Masih Terbatas

Realisasi penerimaan negara di Provinsi

Sumatera Utara masih lebih rendah

dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya. Realisasi pendapatan APBN

triwulan III 2019 sebesar Rp12,9 triliun,

menurun jika dibandingkan realisasi periode

yang sama pada tahun sebelumnya yang

mencapai Rp14,1 triliun. Penerimaan Pajak

Dalam Negeri masih merupakan sumber

pendapatan triwulan III 2019 dengan

kontribusi sebesar Rp11,0 triliun atau 85,0%

dan total pendapatan negara. Realisasi

penerimaan terbesar kedua adalah

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

sebesar Rp1,3 triliun dan Pajak Perdagangan

Internasional sebesar Rp582 miliar.

Pada penerimaan pajak dalam negeri

triwulan III 2019, PPh 21 memberikan

kontribusi yang paling besar yaitu sebesar

Rp2,54 triliun atau 23,1% dari total

penerimaan pajak dalam negeri di Sumatera

Utara. Kontributor terbesar berikutnya adalah

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar

Rp2,49 triliun (22,6%). Sementara itu PPh

Final pada triwulan laporan mencatatkan

nilai Rp2,26 triliun (20,5%).

Sumber: Kanwil DJPb Provinsi Sumatera Utara, diolah

Grafik 2.12 Pangsa Penerimaan APBN

Jika dibandingkan dengan periode yang sama

pada tahun sebelumnya, penerimaan pajak

dalam negeri di Sumatera Utara triwulan III

2019 menurun sebesar -8,9% dari tahun

2018.

Page 42: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

KEUANGAN PEMERINTAH

41

Untuk penerimaan pajak perdagangan

internasional, pendapatan bea masuk

memberikan kontribusi yang paling besar

yaitu sebesar Rp520,4 miliar atau 89,4% dari

total penerimaan pajak perdagangan

internasional. Sedangkan penerimaan bea

keluar hanya memberikan kontribusi sebesar

Rp14,4 miliar atau 2,5% dari total

penerimaan pajak perdagangan internasional.

Kondisi ini memperlihatkan bahwa kebijakan

pemerintah masih melindungi industri

nasional.

Sumber: DJP Sumut I & II, DJBC melalui Kanwil DJPb Provinsi Sumatera Utara, diolah

Grafik 2.13 Realisasi Penerimaan Pajak Negara di Sumatera Utara (APBN)

2.3.2 Peningkatan Realisasi Belanja

APBN pada Triwulan III

Secara umum, realisasi belanja APBN di

Sumatera Utara meningkat dibandingkan

realisasi periode yang sama pada tahun

sebelumnya. Realisasi belanja APBN pada

triwulan III 2019 mencapai Rp46,7 triliun,

lebih rendah dibandingkan periode yang

sama pada tahun sebelumnya sebesar Rp48,6

triliun. Berdasarkan sumbernya, belanja

APBN didominasi oleh Transfer ke Daerah

dengan pangsa 68,4%, sementara pos Belanja

Pemerintah Pusat per Wilayah mencapai

31,6%.

Pada pos Belanja Pemerintah Pusat per

Wilayah, realisasi tertinggi bersumber dari

Belanja Pegawai. Pangsa realisasi Belanja

Pegawai sebesar 78,5%, Belanja Barang

(64,2%) dan Belanja Modal (48,6%). Belanja

gaji pokok mencapai 41,9% dari realisasi

Belanja Pegawai, sementara Belanja

Tunjangan mencapai 16,9%.

Sementara itu realisasi Transfer ke Daerah di

triwulan laporan tertinggi pada pos dana

desa. Realisasi dana desa pada triwulan II

2018 telah mencapai 62,8% atau Rp2,7

triliun, lebih tinggi dibandingkan triwulan

yang sama pada tahun sebelumnya mencapai

61,1% sebesar Rp2,3 triliun. Hal ini sejalan

dengan semangat pemerintah untuk

meningkatkan transfer ke daerah dan

kesejahteraan masyarakat, khususnya di

pedesaan. Selanjutnya komponen realisasi

Transfer ke Daerah terbesar pada Dana

Alokasi Umum sebesar Rp20,8 triliun, lebih

tinggi dari periode yang sama pada tahun

sebelumnya sebesar Rp19,9 triliun.

Sumber: Kanwil DJPb Provinsi Sumatera Utara, diolah

Grafik 2.14 Realisasi Belanja APBN Provinsi Sumatera Utara Berdasarkan Jenis Belanja

Page 43: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

KEUANGAN PEMERINTAH

42

Tabel 2.3 Pagu dan Realisasi APBN Berdasarkan Jenis Belanja

Sumber: Kanwil DJPb Provinsi Sumatera Utara

Pagu Pagu

Miliar Rp Miliar Rp % Miliar Rp Miliar Rp %

A. Pendapatan

I. Penerimaan Perpajakan

1. Pajak Dalam Negeri - 12,101 0.0% 612 11,018 1801.8%

2. Pajak Perdagangan Internasional - 747 0.0% 763 582 76.4%

Jumlah Penerimaan Perpajakan - 12,848 0.0% 1,374 11,601 844.1%

II. Penerimaan Negara Bukan Pajak - - 0.0% - - 0.0%

1. Penerimaan Sumber Daya Alam - 0 0.0% - 0 0.0%

2. Pendapatan Bagian Laba Bumn/KN Dipisahkan - - 0.0% - - 0.0%

3. Penerimaan Negara Bukan Pajak Lainnya I 57 0 0.0% - - 0.0%

4. Pendapatan BLU - 462 0.0% - 646 0.0%

5. Pendapatan Negara Bukan Pajak Lainnya II 160 829 516.7% - 718 0.0%

Jumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak - 1,291 0.0% - 1,364 0.0%

Jumlah Pendapatan (A.I + A.II + A.III) - 14,139 0.0% 1,374 12,965 943.4%

B. Belanja

I. Belanja Pemerintah Pusat per Wilayah

1. Belanja Pegawai 8,153 5,960 73.1% 8,319 6,530 78.5%

2. Belanja Barang 9,882 5,316 53.8% 8,597 5,521 64.2%

3. Belanja Modal 11,904 6,557 55.1% 5,548 2,698 48.6%

4. Belanja Subsidi - - 0.0% - - 0.0%

5. Belanja Hibah - - 0.0% - - 0.0%

6. Belanja Bantuan Sosial 18 9 48.1% 26 11 40.2%

7. Belanja Lain-lain - - 0.0% - - 0.0%

Jumlah Belanja Pemerintah Pusat per Wilayah 18,036 17,841 98.9% 22,491 14,759 65.6%

II. Transfer ke Daerah

1. Transfer Dana Perimbangan - - 0.0% - - 0.0%

Dana Transfer Umum - - 0.0% - - 0.0%

b. Transfer Dana Bagi Hasil Bukan Pajak/SDA - 179 0.0% - 272 0.0%

c. Transfer Dana Alokasi Umum - 19,996 0.0% - 20,814 0.0%

Dana Transfer Khusus - - 0.0% - - 0.0%

a. Transfer Dana Alokasi Khusus Fisik 3,230 1,595 49.4% 3,606 1,092 30.3%

b. Transfer Dana Alokasi Khusus Non Fisik - 5,553 0.0% - 5,917 0.0%

Jumlah Belanja Transfer Dana Perimbangan 3,230 28,320 876.7% 3,606 29,042 805.4%

2. Dana Insentif Daerah - 120 0.0% - 113 0.0%

3. Dana Keistimewaaan DIY - - 0.0% - - 0.0%

4. Dana Otonomi Khusus - - 0.0% - - 0.0%

5. Dana Desa 3,880 2,371 61.1% 4,452 2,794 62.8%

Jumlah Transfer Ke Daerah 7,110 30,811 433.3% 8,058 31,949 396.5%

Jumlah Belanja Negara (B.I + B. II) 25,146 48,652 193.5% 30,549 46,708 152.9%

C. Surplus (Defisit) Anggaran (A - B) - (34,513) 0.0% (29,175) (33,743) 115.7%

Uraian

2018 2019

Realisasi Tw III Realisasi Tw III

Page 44: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

KEUANGAN PEMERINTAH

43

BOKS 1 : PROSIKLIKALITAS DAN PERAN FISKAL PADA

PEREKONOMIAN SUMATERA UTARA

Siklus fiskal idealnya bersifat countercyclical terhadap siklus ekonomi. Hal tersebut ditujukan

agar kebijakan fiskal mampu mendorong perekonomian saat memasuki fase kontraksi, maupun

mencegah terjadinya overheating sehingga pertumbuhan ekonomi menjadi lebih sustainabel.

Namun demikian di Sumatera Utara, siklus fiskal cenderung bersifat prosiklikal dengan

kecenderungan back-loading pada aspek serapan anggaran. Kondisi tersebut patut menjadi

perhatian bersama, karena mengacu kepada model makroekonomi struktural5 Sumatera Utara,

shock positif terhadap fiskal memiliki lag optimum yang relatif singkat dan cukup presisten

dalam jangka panjang, sehingga kebijakan fiskal yang bersifat front-loading akan lebih

menguntungkan dan memberikan dampak optimal pada perekonomian. Di sisi lain, dari

kalkulasi menggunakan data APBD Pemprov dan Pemkab/Kota dengan menggunakan model

VAR6, belanja modal relatif memberikan dampak positif yang lebih besar terhadap

perekonomian dibandingkan dengan belanja operasional meskipun memiliki lag impact yang

lebih panjang. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah daerah untuk memperbesar porsi

belanja modal sekaligus mempercepat realisasi belanja modalnya agar efeknya terhadap

pertumbuhan ekonomi menjadi lebih optimal.

Berdasarkan data historis, realisasi dana APBD cenderung direalisasikan secara back-loading

(Grafik 1). Kondisi ini tercermin dari pergerakan Giro milik Pemerintah Daerah yang terdapat di

Perbankan, dimana saldo giro cenderung menumpuk dari awal tahun dan baru kembali ke posisi

awal pada akhir tahun (Desember). Jika dibandingkan dengan penyaluran TKDD (Transfer Ke Daerah

dan Dana Desa) dari Pempus kepada Pemda, maka dana yang disalurkan per bulannya kepada

Pemda relatif konstan setiap bulan. Dana tersebut cenderung mengendap di perbankan selama

hampir 3 kuartal dan baru terlihat optimal realisasinya pada periode triwulan ke-4. Hal ini perlu

mendapat perhatian karena dana yang mengendap di perbankan tersebut sejatinya dapat

dimanfaatkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.

Sementara itu, siklus fiskal di Sumatera Utara juga cenderung bersifat prosiklikal terhadap siklus

perekonomian secara umum. Dengan pendekatan data PDRB, siklus fiskal yang cenderung

prosiklikal tersebut terlihat dari pergerakan yang searah antara pertumbuhan PDRB dan PDRB tanpa

konsumsi pemerintah (Grafik 2), kecuali pada tahun 2016, 2018 dan 2019. Pada satu tahun terakhir

5 Merupakan model struktural Ekonomi Sumut dengan menggunakan Two-Step Error Correction Model.

6 Vector Autoreggresive.

Grafik 1. Perkembangan Rekening Giro Pemda dan Penyaluran TKDD

Sumber : Internal BI, LBU, diolah.

Suplemen 1

Page 45: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

KEUANGAN PEMERINTAH

44

kinerja fiskal relatif mampu menjadi salah satu penopang ekonomi Sumatera Utara. Namun

demikian, jika dilihat dalam rentang waktu yang lebih panjang, pertumbuhan PDRB tanpa konsumsi

pemerintah relatif lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan PDRB. Hal tersebut menunjukan perlunya

peningkatan kapasitas fiskal daerah agar tidak membebani pertumbuhan ekonomi.

Dorongan fiskal akan berdampak postif terhadap pertumbuhan ekonomi dengan lag optimum

yang cukup singkat dan cenderung presisten dalam jangka panjang. Dengan menggunakan

model struktural, diketahui bahwa 1% peningkatan konsumsi pemerintah pada 1 triwulan akan

mendorong peningkatan PDRB sebesar 0,07% dengan lag optimum 1 triwulan (Grafik 3). Selanjutnya

peningkatan konsumsi pemerintah juga berdampak positif pada investasi, serta berpengaruh minimal

terhadap peningkatan inflasi. Dari hasil kalkulasi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan

fiskal pemerintah daerah yang bersifat front-loading akan lebih menguntungkan dan mendatangkan

efek lebih optimal pada pertumbuhan ekonomi daerah.

Lebih lanjut, dorongan belanja modal terhadap perekonomian lebih baik dibandingkan belanja

operasional. Dari kalkulasi impulse response meggunakan model VAR terhadap data pertumbuhan

ekonomi serta data APBD Pemprov dan Pemkab/Kota (Grafik 4 dan 5), belanja modal relatif

memberikan dampak positif yang lebih besar terhadap perekonomian dibandingkan dengan belanja

operasional meskipun memiliki lag impact yang lebih panjang. Oleh karena itu, penting bagi

pemerintah daerah untuk memperbesar porsi belanja modal sekaligus mempercepat realisasi belanja

modalnya, agar efeknya terhadap pertumbuhan ekonomi menjadi lebih optimal.

7 PDRB Exclude Gov. Expenditure dihitung dengan mengeluarkan angka konsumsi pemerintah dan estimasi belanja modal pemerintah yang masuk dalam komponen PMTB pada PDRB.

Grafik 2. Pertumbuhan PDRB VS PDRB Exclude

Government Expenditure7

Grafik 3. Efek Shock Fiskal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Dengan Model Struktural (%)

Sumber : BPS, diolah.

Sumber : Model Struktural Ekonomi Sumut, diolah.

Grafik 4. Impulse Response Belanja Operasional Terhadap

PDRB Prov. Sumut (% Stdv)

Grafik 5. Impulse Response Belanja Modal Terhadap

PDRB Prov. Sumut (% Stdv)

Sumber : BPKAD, BPS, diolah.

Sumber : BPKAD, BPS, diolah.

-2

0

2

4

6

8

10

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

Response of GAPBD_NOM_OPR to GPDRB_NOM

-4

-2

0

2

4

6

8

10

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

Response of GAPBD_NOM_MODAL to GPDRB_NOM

Page 46: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

KEUANGAN PEMERINTAH

45

Page 47: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

46

PERKEMBANGAN

INFLASI DAERAH

Melambatnya permintaan domestik tercermin juga dari sisi perkembangan harga. Tekanan

inflasi Sumatera Utara pada triwulan III 2019 mereda menjadi 4,47% (yoy) dari 5,87% (yoy)

pada triwulan sebelumnya sesuai pola historisnya ditopang oleh masuknya periode panen raya

kedua. Menurunnya tingkat inflasi disumbang oleh subkelompok bumbu bumbuan, terutama

cabai merah yang disebabkan meningkatnya pasokan sejalan dengan beberapa daerah sentra

penghasil telah memasuki masa panen.

Page 48: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

47

3.1 Tekanan Inflasi Triwulan III

2019 Mereda

Inflasi Sumatera Utara triwulan III 2019

lebih rendah dibandingkan triwulan

sebelumnya yang didorong oleh

meredanya tekanan inflasi kelompok

Bahan Makanan. Inflasi triwulan III 2019

sebesar 4,47% (yoy), mengalami penurunan

dibandingkan triwulan sebelumnya 5,87%

(yoy). Dengan perkembangan ini, laju inflasi

tahunan Sumatera Utara masih berada di atas

inflasi Nasional yang tercatat 3,39% (yoy)

dan Sumatera yang mencapai 3,56% (yoy).

Sementara secara tahun kalender, inflasi

Sumatera Utara mencapai 3,50% (ytd).

Sumber: BPS Sumatera Utara, diolah

Grafik 3.1 Perkembangan Inflasi Sumatera Utara dan Nasional

Penurunan tekanan inflasi tahunan tersebut

terutama disumbangkan oleh kelompok

Bahan Makanan yang memberikan andil

penurunan inflasi tahunan tertinggi dari

3,99% (yoy) pada triwulan II 2019 menjadi

2,51% (yoy) pada triwulan laporan.

Menurunnya inflasi kelompok bahan

makanan terutama disebabkan mulai

meningkatnya pasokan sub kelompok

bumbu-bumbuan, khususnya cabai merah

sejalan dengan masuknya periode panen raya

kedua dari sentra-sentra penghasil cabai

merah di Sumatera Utara. Disamping itu,

petani cabai sudah memulai penanaman

sejak bulan Juni-Juli ketika harga cabai

sedang tinggi8, sehingga saat ini pasokan

cabai merah relatif terjaga.

8 Berdasarkan FGD dengan Asosiasi Pedagang Cabai Merah kota Medan

Laju inflasi bulanan pada triwulan IV 2019

juga mengalami penurunan signifikan dengan

realisasi bulan pada Oktober 2019 mencapai

-0,28% (mtm) sehingga inflasi tahunan pada

bulan Oktober 2019 tercatat 3,21% (ytd).

Penurunan tekanan inflasi pada Oktober

2019 juga masih bersumber dari cabai merah

sejalan dengan peningkatan pasokan dari

sentra-sentra produksi.

Sumber: BPS Sumatera Utara, diolah

Grafik 3.2 Inflasi Bulanan Sumatera Utara

Secara spasial, seluruh kota sampel inflasi di

Sumatera Utara mencatatkan penurunan

inflasi. Penurunan inflasi tahunan tertinggi

dicatatkan oleh kota Pematangsiantar dari

3,99% (yoy) pada triwulan II 2019 menjadi

2,47% (yoy) pada triwulan laporan.

Sementara penurunan terendah terjadi di kota

Padangsidimpuan dari 4,33% (yoy) menjadi

3,01% (yoy). Adapun komoditas utama yang

memberikan andil penurunan inflasi di

seluruh kota sampel inflasi adalah cabai

merah (Tabel 3.1).

Page 49: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

48

Tabel 3.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Bulanan

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah Tabel 3.2 Komoditas Utama Penyumbang Deflasi Bulanan

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah

3.2 Kelompok Bahan Makanan

Menjadi Sumber Penurunan

Inflasi

Pada triwulan III, kelompok Bahan

Makanan mencatatkan andil penurunan

tekanan inflasi tertinggi. Ditinjau

berdasarkan kelompoknya, penurunan laju

inflasi tahunan pada triwulan III 2019

dicatatkan oleh kelompok Bahan Makanan,

Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau

dan kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa

Keuangan. Sementara itu 4 (empat) kelompok

lainnya mencatatkan peningkatan laju inflasi

dibandingkan triwulan sebelumnya.

Kelompok Bahan Makanan mencatatkan

penurunan laju inflasi tahunan terbesar,

dengan inflasi sebesar 10,24% (yoy) pada

triwulan laporan, jauh lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya yang

mencapai 16,43% (yoy). Dengan

perkembangan tersebut, kelompok Bahan

Makanan juga mencatatkan andil penurunan

inflasi tahunan tertinggi dibandingkan

kelompok komoditas lainnya, dengan

kontribusi inflasi mencapai 2,51% (yoy),

lebih rendah dibandingkan andil inflasi pada

triwulan II 2019 sebesar 3,99% (yoy).

Sementara itu kelompok Makanan Jadi,

Minuman, Rokok & Tembakau mencatatkan

penurunan laju inflasi pada triwulan III 2019

mencapai 1,62% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tercatat 2,66% (yoy). Adapun laju inflasi

kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa

Keuangan pada triwulan laporan sebesar

2,26% (yoy), meningkat dari triwulan

sebelumnya 2,33% (yoy).

Di sisi lain, kelompok komoditas yang

memiliki bobot besar lainnya dalam

keranjang inflasi seperti kelompok

Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB (23%);

mengalami peningkatan laju inflasi pada

triwulan laporan.

3.2.1 Inflasi Kelompok Bahan

Makanan Menurun Signifikan

Kelompok Bahan Makanan memberikan

andil penurunan inflasi terbesar pada

triwulan III 2019. Kelompok Bahan

Makanan mencatatkan inflasi 10,24% (yoy)

pada triwulan laporan, lebih rendah

dibandingkan realisasi pada triwulan

sebelumnya yang tercatat 16,43% (yoy).

Penurunan laju inflasi tertinggi pada

kelompok ini dicatatkan oleh subkelompok

Bumbu-bumbuan. Dengan bobot yang cukup

besar pada pola konsumsi masyarakat

Sumatera Utara (mencapai 6%), subkelompok

ini memberikan andil penurunan terbesar

pada inflasi Sumatera Utara dengan andil

Page 50: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

49

mencapai 2,07% (yoy) atau turun 1% (yoy)

dibandingkan triwulan sebelumnya.

Komoditas strategis yang memiliki bobot

konsumsi yang besar serta volatilitas yang

tinggi terhadap inflasi Sumatera Utara di

triwulan III 2019 adalah Cabai Merah.

Komoditas Cabai Merah pada triwulan III

2019 mencatatkan inflasi 82,10% (yoy),

menurun dibandingkan triwulan sebelumnya

yang mencatatkan inflasi 148,91% (yoy).

Penurunan inflasi cabai merah merupakan

dampak dari meningkatnya pasokan

sehubungan dengan masuknya periode panen

raya kedua di sentra-sentra produksi cabai

merah, seperti Kab. Karo, Batubara,

Simalungun dan Tapanuli Utara. Disamping

itu, produksi cabai merah di pulau Jawa juga

sedang dalam tren meningkat, yang

menyebabkan permintaan terhadap produksi

cabai Sumut ke provinsi lain seperti Riau dan

Kepulauan Riau sedikit menurun.

Sumber: BPS Sumatera Utara, diolah Grafik 3.3 Inflasi Kelompok Bahan Makanan

3.2.2 Penurunan Laju Inflasi

Kelompok Makanan Jadi,

Minuman, Rokok & Tembakau

Laju inflasi kelompok Makanan Jadi,

Minuman, Rokok & Tembakau mengalami

penurunan dari triwulan sebelumnya, dari

2,66% (yoy) pada triwulan II 2019 menjadi

1,62% (yoy) pada triwulan laporan. Sehingga

secara keseluruhan kelompok ini

memberikan andil inflasi tahunan sebesar

0,27% (yoy). Kelompok Makanan Jadi

merupakan kelompok dengan bobot terbesar

keempat dalam pola konsumsi masyarakat

Sumatera Utara dengan bobot 16%.

Penurunan laju inflasi tahunan tertinggi

berasal dari subkelompok Makanan Jadi dari

3,30% (yoy) pada triwulan sebelumnya

menjadi 1,55% (yoy) pada triwulan laporan

dengan andil 0,12% (yoy). Selanjutnya

penurunan laju inflasi juga disumbangkan

oleh subkelompok Tembakau & Minuman

Beralkohol dari 2,31% (yoy) pada triwulan

sebelumnya menjadi 1,88% (yoy) dengan

andil 0,10% (yoy). Sementara itu

subkelompok Minuman yang Tidak

Beralkohol di sisi lain mengalami

peningkatan laju inflasi. Inflasi subkelompok

Minuman yang Tidak Beralkohol tercatat

meningkat dari 1,20% (yoy) menjadi 1,34

pada triwulan laporan. Komoditas yang

menjadi kontributor penurunan inflasi pada

kelompok Makanan Jadi adalah Rokok Kretek

Filter, meskipun masih tercatat inflasi.

Tekanan inflasi rokok kretek filter menurun

dari 2,11% (yoy) pada triwulan sebelumnya

menjadi 1,22% (yoy) pada triwulan laporan,

sehingga memberikan andil inflasi sebesar

0,03% (yoy) menurun dari andil triwulan

sebelumnya yang mencapai 0,05% (yoy).

Sumber: BPS Sumatera Utara, diolah

Grafik 3.4 Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau

3.2.3 Inflasi Kelompok Perumahan,

Air, Listrik, Gas dan Bahan

Bakar Meningkat

Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan

Bahan Bakar merupakan kelompok yang

menjadi kontributor peningkatan laju

inflasi tahunan Sumatera. Kelompok ini

mengalami peningkatan laju inflasi tahunan

dari 2,27% (yoy) pada triwulan sebelumnya

Page 51: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

50

menjadi 2,35% (yoy) pada triwulan laporan.

Dengan perkembangan tersebut, kelompok

Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

memberikan andil inflasi 0,55% (yoy).

Peningkatan laju inflasi kelompok ini

terutama bersumber dari subkelompok Biaya

Tempat Tinggal dan Bahan Bakar,

Penerangan & Air.

Pada triwulan III 2019 subkelompok Biaya

Tempat Tinggal mengalami inflasi 2,76%

(yoy), mengalami peningkatan dibandingkan

triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi

mencapai 2,03% (yoy). Sewa Rumah menjadi

sumber utama peningkatan laju inflasi

dengan andil inflasi mencapai 0,16% (yoy)

pada triwulan III 2019.

Sementara itu, subkelompok Bahan Bakar,

Penerangan & Air mengalami peningkatan

laju inflasi meskipun masih tercatat deflasi

secara tahunan dari -0,69% (yoy) menjadi -

0,68% (yoy). Dengan perkembangan tersebut

subkelompok Perlengkapan Rumah Tangga

memberikan andil inflasi tahunan sebesar -

0,04% (yoy). Komoditas pada subkelompok

ini yang memiliki peningkatan andil inflasi

tertinggi adalah Batu Baterai, dari 10,81%

(yoy) menjadi 11,49% (yoy) yang

diperkirakan dipengaruhi oleh kenaikaan

biaya produksi.

Sumber: BPS Sumatera Utara, diolah

Grafik 3.5 Inflasi Kelompok Perumahan, Listrik, Air & Gas

3.2.4 Penurunan Laju Inflasi

Kelompok Transpor,

Komunikasi dan Jasa Keuangan

Inflasi kelompok Transpor, Komunikasi dan

Jasa Keuangan mereda dibandingkan

triwulan sebelumnya. Kelompok ini

merupakan kelompok dengan bobot terbesar

ketiga (18%) dari basket konsumsi masyarakat

Sumatera Utara. Inflasi kelompok ini pada

triwulan III 2019 tercatat 2,26% (yoy),

menurun dibandingkan triwulan sebelumnya

mencapai 2,33% (yoy). Bobot konsumsi

masyarakat Sumatera Utara terhadap aktivitas

transportasi yang relatif besar, turut

mempengaruhi laju inflasi tahunan Sumatera

Utara. Bobot subkelompok Transporasi

sendiri mencapai 13% dari total pola

konsumsi masyarakat Sumatera Utara. Pada

triwulan laporan, subkelompok Transportasi

tercatat mengalami inflasi 2,01% (yoy)

meningkat signifikan dibandingkan triwulan II

2019 sebesar 2,26% (yoy). Dengan realisasi

tersebut, subkelompok ini memberikan andil

inflasi tahunan mencapai 0,27% (yoy), lebih

rendah dari triwulan sebelumnya 0,31% (yoy)

sehingga menjadi kontributor utama penahan

laju inflasi kelompok Transpor, Komunikasi

dan Jasa Keuangan. Penurunan laju inflasi

pada subkelompok Transpor utamanya

bersumber dari meredanya inflasi Bensin

yang mencatatkan inflasi tahunan sebesar -

0,49% (yoy), lebih rendah dari triwulan

sebelumnya yang mencapai 0,76% (yoy).

Dengan perkembangan tersebut, komoditas

Bensin memberikan andil inflasi mencapai -

0,01% (yoy), menurun dari andil triwulan

sebelumnya yang mencapai 0,02% (yoy).

Sumber: BPS Sumatera Utara, diolah

Page 52: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

51

Grafik 3.6 Inflasi Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan

3.3 Inflasi Spasial Mereda

Dengan Sumber Inflasi

Yang Seragam

Seluruh kota sampel inflasi yang disurvei

oleh BPS di Sumatera Utara mencatatkan

penurunan inflasi. Penurunan laju inflasi

tertinggi terjadi di kota Pematangsiantar yang

mengalami penurunan dari 3,99% (yoy) pada

triwulan sebelumnya menjadi 2,147% (yoy)

pada triwulan III 2019. Kota berikutnya

dengan penurunan inflasi tertinggi adalah

Medan, yakni dari 6,19% (yoy) menjadi

4,81% (yoy) pada triwulan laporan. Dengan

bobot inflasi terbesar di Sumatera Utara, Kota

Medan memberikan dampak penurunan laju

inflasi Sumatera Utara secara keseluruhan.

Selanjutnya, kota Sibolga dengan penurunan

inflasi dari 5,39% (yoy) menjadi 4,02% (yoy)

pada triwulan III 2019. Adapun kota

Padangsidimpuan mencatatkan penurunan

inflasi terendah dari 4,33% (yoy) pada

triwulan II 2019 menjadi 3,01% (yoy) pada

triwulan III 2019.

Ditinjau dari kelompoknya, secara umum

seluruh kota pantauan inflasi di Sumatera

Utara mengalami penurunan inflasi tertinggi

pada kelompok Bahan Makanan. Inflasi

terendah pada kelompok Bahan Makanan

terjadi pada kota Pematangsiantar dengan

inflasi sebesar 2,06% (yoy).

3.3.1 Kota Medan Sebagai Sumber

Penahan Inflasi Sumatera Utara

Pada kuartal ketiga tahun 2019, Kota

Medan memberikan andil terbesar bagi

penurunan inflasi Provinsi Sumatera Utara.

Inflasi Kota Medan pada triwulan III 2019

tercatat 4,81% (yoy), lebih rendah dari

triwulan sebelumnya sebesar 6,19% (yoy).

Penurunan laju inflasi tertinggi di Kota Medan

bersumber dari kelompok Bahan Makanan.

Meskipun masih tergolong tinggi, Kelompok

Bahan Makanan di Kota Medan mencatatkan

penurunan inflasi dari 18,02% (yoy) pada

triwulan sebelumnya menjadi sebesar

11,77% (yoy) pada triwulan III 2019. Dengan

begitu, kelompok Bahan Makanan tercatat

memberikan andil inflasi tahunan 2,84%

(yoy). Penurunan laju inflasi kelompok ini

utamanya disebabkan oleh penurunan harga

Cabai Merah, sebagaimana juga terjadi pada

kota pantauan lainnya yang disebabkan oleh

mulai stabilnya pasokan sehubungan dengan

periode panen raya kedua (lihat Subbab 3.2).

Sementara itu, penurunan laju inflasi

terendah di Kota Medan dicatatkan oleh

kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa

Keuangan dengan realisasi inflasi triwulan III

2019 sebesar 2,63% (yoy), lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya yang

mencapai 2,73% (yoy). Dengan

perkembangan tersebut, kelompok Transpor,

Komunikasi dan Jasa Keuangan menjadi

kelompok dengan penurunan inflasi terbesar

di Kota Medan yakni sebesar -0,49% (yoy).

Penurunan laju inflasi kelompok ini

utamanya didorong oleh penurunan harga

bahan bakar Bensin (lihat Subbab 3.2).

Sumber: BPS Sumatera Utara, diolah

Grafik 3.7 Disagregasi Inflasi Kota Medan

3.3.2 Penurunan Laju Inflasi

Tertinggi di Kota

Pematangsiantar

Selanjutnya Kota Pematangsiantar sebagai

kota dengan bobot inflasi terbesar kedua

setelah Kota Medan, mencatatkan

penurunan inflasi tertinggi. Pada triwulan III

2019, kota Pematangsiantar mengalami

inflasi sebesar 2,47% (yoy), lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya yang

Page 53: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

52

tercatat 3,99% (yoy). Penurunan laju inflasi

tertinggi di Kota Pematangsiantar juga

bersumber dari kelompok Bahan Makanan.

Kelompok ini mencatatkan inflasi mencapai

2,06% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan

periode sebelumnya sebesar 9,31% (yoy).

Berdasarkan kontribusinya, kelompok Bahan

Makanan memberikan andil inflasi tahunan

mencapai 0,59% (yoy). Penurunan laju inflasi

tahunan kelompok ini utamanya juga

disebabkan oleh komoditas cabai merah,

ditengah meningkatnya pasokan.

Sementara itu, penurunan laju inflasi

terendah di Kota Pematangsiantar dicatatkan

oleh kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa

Keuangan. Kelompok ini mencatatkan

realisasi inflasi yang tercatat 0,61% (yoy),

lebih rendah dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar 0,72% (yoy). Dengan

perkembangan tersebut, kelompok Transpor,

Komunikasi & Jasa Keuangan mencatatkan

andil inflasi tahunan mencapai 0,08% (yoy),

lebih rendah dari periode sebelumnya 0,09%

(yoy). Berdasarkan komoditasnya, penurunan

inflasi kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa

Keuangan bersumber dari penurunan

subkelompok Transpor dengan komoditas

Bensin yang mengalami penurunan terdalam

dari -0,48% (yoy) menjadi -1,25% (yoy).

Sumber: BPS Sumatera Utara, diolah

Grafik 3.8 Disagregasi Inflasi Kota Pematangsiantar

3.3.3 Penurunan Inflasi Kota Sibolga

Sementara itu, Kota Sibolga sebagai kota

dengan bobot inflasi paling kecil juga

mencatatkan penurunan inflasi. Pada

triwulan III 2019, kota Sibolga mengalami

inflasi sebesar 4,02% (yoy), lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya yang

mencapai 5,39% (yoy). Penurunan laju inflasi

tertinggi di Kota Sibolga bersumber dari

kelompok Bahan Makanan, seragam dengan

kondisi kota pemantauan inflasi lainnya.

Kelompok ini mencatatkan inflasi tahunan

sebesar 8,53% (yoy), lebih rendah

dibandingkan triwulan II 2019 yang tercatat -

10,63% (yoy). Sehingga kelompok Bahan

Makanan memberikan andil inflasi tahunan

mencapai 2,63% (yoy), lebih rendah dari

andil sebelumnya sebesar 3,34% (yoy).

Seperti kota lainnya, penurunan laju inflasi

tahunan kelompok ini utamanya juga

disebabkan oleh komoditas cabai merah.

Di sisi lain, kelompok komoditas lainnya di

kota Sibolga juga mencatatkan penurunan

laju inflasi kecuali kelompok Perumahan, Air,

Listrik, Gas & Bahan Bakar. Kelompok

tersebut tercatat mengalami peningkatan laju

inflasi sebesar 1,71% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tercatat 1,32% (yoy). Dengan perkembangan

tersebut, kelompok Perumahan, Air, Listrik,

Gas & Bahan Bakar mencatatkan andil inflasi

tahunan mencapai 0,31% (yoy).

Sumber: BPS Sumatera Utara, diolah

Grafik 3.9 Disagregasi Inflasi Kota Sibolga

3.3.4 Penurunan Laju Inflasi Kota

Padangsidimpuan Terendah di

Sumatera Utara

Kota Padangsidimpuan mencatatkan

penurunan laju inflasi terendah

dibandingkan 3 kota lainnya. Pada triwulan

III 2019, kota Padangsidimpuan mengalami

inflasi sebesar 3,01% (yoy), menurun

dibandingkan triwulan sebelumnya yang

Page 54: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

53

tercatat 4,33% (yoy). Penurunan laju inflasi di

kota Padangsidimpuan masih bersumber dari

kelompok Bahan Makanan. Kelompok Bahan

Makanan mencatatkan inflasi tahunan

mencapai 2,59% (yoy), jauh lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar

8,71% (yoy). Sehingga kelompok Bahan

Makanan memberikan andil inflasi tahunan

mencapai 0,67% (yoy). Sama halnya dengan

kota lainnya, penurunan laju inflasi tahunan

kelompok ini utamanya didorong oleh inflasi

subkelompok Bumbu-bumbuan.

Sumber: BPS Sumatera Utara, diolah

Grafik 3.10 Disagregasi Inflasi Kota Padangsidimpuan

Sementara itu di sisi lain, penurunan laju

inflasi tertinggi di Kota Padangsidimpuan

dicatatkan oleh kelompok Perumahan, Listrik,

Air, Gas & Bahan Bakar. Kelompok ini

mencatatkan realisasi inflasi tahunan pada

triwulan laporan sebesar 2,23% (yoy),

menurun dibandingkan triwulan sebelumnya

yang tercatat 2,53% (yoy). Dengan

perkembangan tersebut, kelompok ini

mencatatkan andil inflasi tahunan mencapai

0,47% (yoy).

3.4 Tracking Inflasi

3.4.1 Inflasi Oktober Kembali

Mereda

Inflasi Sumatera Utara bulan Oktober 2019

lebih rendah dari bulan sebelumnya.

Secara bulanan, realisasi inflasi Sumatera

Utara pada bulan Oktober sebesar -0,28 %

(mtm). IHK Sumatera Utara pada bulan

Oktober 2019 kembali mengalami deflasi

dari bulan sebelumnya yang tercatat -1,82%

(mtm). Namun, realisasi ini jauh di bawah

rata rata historis inflasi Oktober pada tiga

tahun terakhir (0,86%; mtm) dan inflasi

nasional (0,01%; mtm). Deflasi bersumber

dari berlanjutnya penurunan harga kelompok

bahan makanan dan kelompok perumahan,

air, listrik, gas, dan bahan bakar sementara

peningkatan kelompok makanan jadi,

minuman, rokok, dan tembakau menahan

penurunan lebih lanjut.

Kelompok bahan makanan mengalami

deflasi sebesar -2,03% (mtm), dengan

tingkat yang lebih rendah dari bulan

sebelumnya yang mencapai -7,15% (mtm).

Deflasi didorong oleh berlanjutnya

penurunan harga aneka cabai seperti cabai

merah, cabai rawit, dan cabai hijau dengan

total andil sebesar -0,52% terhadap inflasi

bulanan. Sementara itu, daging ayam ras

mengalami inflasi dengan andil 0,11%

terhadap inflasi bulanan.

Cabai merah menjadi penyumbang deflasi

utama. Cabai merah kembali mengalami

deflasi sebesar 10,72% (mtm), tetapi

penurunan harga lebih rendah dari bulan

sebelumnya yang mencapai 28,76% (mtm).

Deflasi didorong oleh berlanjutnya panen

raya cabai merah di Karo, Dairi, Simalungun,

dan Aceh. Namun, penurunan tidak sedalam

bulan sebelumnya karena pasokan yang

menurun akibat sebagian tanaman di Brastagi

(Karo) dan Batubara yang rusak karena curah

hujan tinggi. Berdasarkan hasil analisis

BMKG, curah hujan pada bulan Oktober di

dua daerah tersebut diprakirakan menjadi

yang tertinggi dalam tahun 2019.

Berdasarkan pemantauan harga PIHPS, rata

rata harga cabai pada bulan Oktober 2019

mencapai Rp40.950,- per kg menurun 16%

dari rata rata bulan sebelumnya yang

sebesar Rp48.800,- per kg.

Inflasi kelompok perumahan, air, listrik,

gas, dan bahan bakar menurun. Pada bulan

berjalan, inflasi kelompok tersebut tercatat

menurun dari 0,39% (mtm) menjadi deflasi -

0,10% (mtm). Deflasi terutama bersumber

dari koreksi harga subkelompok biaya tempat

tinggal, khususnya komoditas sewa rumah.

Koreksi harga sewa rumah didorong oleh

normalisasi dari kenaikan harga bulan

Page 55: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

54

sebelumnya yang memiliki andil 0,08%

(mtm) terhadap inflasi bulan September 2019.

Inflasi kelompok makanan jadi, minuman,

rokok, dan tembakau meningkat. Laju

inflasi kelompok tersebut pada Oktober 2019

tercatat 1,12% (mtm), meningkat dari bulan

sebelumnya sebesar 0,01% (mtm).

Peningkatan laju inflasi disumbang oleh

komoditas berbagai rokok seperti rokok putih,

rokok kretek filter dan rokok kretek dengan

total andil 0,19% (mtm) terhadap inflasi

bulanan. Kenaikan harga tersebut disebabkan

oleh penyesuaian harga jual dari produsen

setelah kenaikan cukai tembakau disahkan

Pemerintah.

3.4.2 Inflasi Triwulan IV 2019

Diperkirakan Menurun

Tekanan inflasi Sumatera Utara pada

triwulan IV 2019 diprakirakan menurun

dari triwulan sebelumnya dan berada di

dalam kisaran sasaran inflasi nasional

3,5% +/- 1% (yoy). Meredanya tekanan

inflasi dipengaruhi oleh berlanjutnya panen

raya cabai merah di beberapa daerah seperti

di Berastagi, Langkat, Deli Serdang, dan

Aceh. Di samping itu, berbagai jenis ikan laut

juga disinyalir mengalami deflasi akibat

penurunan permintan ikan laut karena

banyaknya bangkai babi yang terinfeksi hog cholera dibuang ke laut. Harga ikan-ikanan

diperkirakan terus turun sehingga tekanan

inflasi akhir tahun diperkirakan mereda.

Meski demikian, sumber inflasi diperkirakan

berasal dari kenaikan harga sandang dan

transportasi jelang HBKN Natal dan Tahun

Baru yang akibat permintaan yang meningkat.

Di sisa tahun 2019 ini, berbagai risiko

terhadap inflasi masih harus diwaspadai.

Salah satu risiko utama bersumber dari

komoditas bahan makanan, terutama

komoditas cabai merah. Meski menjadi salah

satu lumbung cabai merah di Sumatera,

pasokan pangan disinyalir belum optimal

untuk memenuhi kebutuhan kota IHK.

Kenaikan harga di daerah lain berpotensi

menyebabkan produksi bahan makanan

mengalir ke luar provinsi terutama pada akhir

tahun yang tingkat permintaannya lebih tinggi

secara historis. Lebih lanjut, terdapat risiko

penyesuaian harga rokok secara gradual

sejalan dengan kenaikan cukai rokok sebesar

23% yang mulai berlaku sejak Januari 2020.

3.5 Program Pengendalian

Inflasi Daerah

Dalam rangka menjaga kestabilan harga dan pasokan bahan pangan strategis, selama triwulan III 2019 TPID Provinsi Sumatera Utara terus melaksanakan berbagai macam koordinasi. Pada tanggal 11 September 2019, 7 Oktober 2019 TPID Sumatera Utara melakukan Rapat Koordinasi bulanan dan pada tanggal 26 November 2019 melakukan Rapat Ketersediaan Bahan Pangan. Secara umum rekomendasi dan butir kesepakatan program/kegiatan pengendalian inflasi adalah sebagai berikut :

Ketersediaan Pasokan

1) TPID Provinsi dan Kabupaten/Kota berkomitmen untuk menyusun dan memiliki satu database terkait komoditas pangan yang kredibel, reliable, akurat, terkini, dan dapat diakses serta dapat dipertanggungjawabkan, sehingga dapat digunakan sebagai acuan neraca pangan daerah. Komitmen tersebut akan diwujudkan dengan payung hukum Peraturan Gubernur Sumatera Utara yang mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2019 tentang Satu Data Indonesia.

2) Pemerintah Kabupaten/Kota yang memiliki Sistem Resi Gudang (SRG) di wilayahnya akan mendorong pengelolaan SRG agar aktif dan beroperasi kembali dengan cara mencari pengelola SRG yang memenuhi persyaratan yang berlaku.

Keterjangkauan Harga

3) Mendorong penerbitan regulasi terkait dana talangan dan SOP untuk pengendalian inflasi di tingkat kabupaten/kota agar dapat dilakukan secara efektif dan tata kelola yang baik, dengan terlebih dahulu berkonsultasi dengan BPKP/BPK RI.

Kelancaran Distribusi

Page 56: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

55

4) TPID Provinsi dan Kabupaten/Kota mendorong pendirian Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Pangan demi terwujudnya Kerjasama Perdagangan Antar Daerah.

5) Mendorong terbentuknya kerjasama perdagangan komoditas antar kabupaten/kota, baik oleh institusi pemerintah maupun pelaku usaha untuk memenuhi kebutuhan daerah terlebih dahulu sebelum melakukan perdagangan komoditas strategis ke luar Provinsi Sumatera Utara.

Komunikasi Yang Efektif

6) Strategi pengendalian inflasi yang penting dan dapat diteladani TPID Se-Sumatera Utara, diantaranya: a. Diskusi dengan stakeholder terkait

pemetaan kebutuhan masyarakat yang paling besar sehingga dapat mengetahui kebutuhan masyarakat;

b. Mencari sumber-sumber produsen yang ada, baik di wilayah sendiri maupun di wilayah lain;

c. Berada di pasar sehingga masyarakat yakin dan percaya bahwa pemerintah ada di pasar melalui operasi pasar maupun pasar murah;

d. Melakukan pengawasan dari sisi distribusi dan tata niaga perdagangan, khususnya komoditas strategis;

e. Mengkomunikasikan ke masyarakat untuk melakukan tata niaga dagang yang baik, yaitu tidak menimbun barang.

7) Seluruh Kabupaten/Kota turut memperhatikan komoditas-komoditas penyumbang inflasi Sumatera Utara, diantaranya cabai merah dan bawang merah sehingga diupayakan untuk fokus melakukan kegiatan-kegiatan pengendalian inflasi dengan sasaran cabai merah dan bawang merah.

Page 57: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 56

BOKS 2 : PERAN STABILITAS HARGA BAGI PEMBANGUNAN

DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Terjaganya inflasi yang rendah dan stabil memiliki peranan yang penting dalam perekonomian

daerah dan kesejahteraan masyarakat. Inflasi yang terjaga tersebut dapat menjaga daya beli

masyarakat, meningkatkan kepastian usaha, serta menjaga daya saing daerah. Berdasarkan

perhitungan CAGR9 dari tahun 2012-2018 terhadap pendapatan riil dan tingkat inflasi,

pertumbuhan pendapatan per kapita riil di Sumatera Utara masih lebih rendah dibandingkan

dengan tingkat inflasinya. Hal ini menunjukan bahwa upaya pengendalian inflasi masih perlu

terus dilakukan secara serius agar tingkat pendapatan masyarakat tidak tergerus oleh inflasi

yang pada akhirnya akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat. Di sisi lain, inflasi dan

tingkat kemiskinan juga memiliki tingkat korelasi yang kuat. Perbaikan kondisi inflasi akan

memberikan pengaruh positif terhadap kesejahteraan masyarakat melalui pengaruhnya

terhadap daya beli. Lebih lanjut, inflasi ternyata memberi pengaruh yang lebih besar terhadap

peningkatan garis kemiskinan di Desa dibandingkan Kota. Hal ini menunjukan bahwa inflasi

juga memberi pengaruh besar terhadap kesejahteraan petani yang mayoritas hidup di kawasan

pedesaan, dan merupakan produsen bahan pangan yang umumnya menjadi sumber gejolak

harga.

Dengan menggunakan perhitungan CAGR sepanjang tahun 2012-2018, pertumbuhan

pendapatan per kapita riil di Sumatera Utara masih lebih rendah dibandingkan dengan tingkat

inflasinya (Grafik 1). Kondisi tersebut menunjukan bahwa upaya pengendalian inflasi di Sumatera

masih perlu terus dilakukan secara serius, agar tingkat pendapatan masyarakat tidak tergerus oleh

inflasi yang pada akhirnya akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat. Meskipun demikian,

dibandingkan provinsi lainnya di wilayah Sumatera, gap pendapatan per kapita riil dibandingkan

dengan inflasi di Sumatera Utara masih relatif lebih baik.

Inflasi juga erat kaitannya dengan perkembangan tingkat kemiskinan masyarakat di Sumatera

Utara. Kondisi tersebut ditunjukan oleh korelasi positif yang tinggi (0,71%) antara inflasi dan tingkat

kemiskinan di Sumatera Utara (Grafik 2). Di sisi lain, pengaruh inflasi terhadap garis kemiskinan di

Desa cenderung lebih besar dibandingkan di Kota (Grafik 3). Kondisi tersebut tercermin dari lebih

tingginya koefisien inflasi sebagai faktor yang mempengaruhi garis kemiskinan di Desa dibanding

Kota. Dengan demikian, inflasi memberi pengaruh lebih besar terhadap garis kemiskinan desa yang

membuka peluang lebih besar munculnya masyarakat miskin jika terjadi peningkatan inflasi. Hal ini

menunjukan bahwa inflasi juga memberi pengaruh besar terhadap kesejahteraan petani yang

9 Compound Annual Growth Rate

Grafik 1. Perbandingan CAGR Tingkat Pendapatan Per Kapita (Rill) dengan Perkembangan Inflasi (2012-2018)

Sumber : BPS, diolah.

Suplemen 2

Page 58: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

57

umumnya hidup di desa.

Petani sebagai produsen bahan makanan dan umumnya berdomisili di desa akan merasakan

dampak inflasi secara umum melalui jalur pengeluaran untuk konsumsi rumah tangganya.

Perkembangan kondisi kesejahteraan petani yang diukur dari angka NTP di Sumatera Utara patut

menjadi perhatian bersama karena relatif lebih rendah dibandingkan Nasional, dalam tren yang

menurun, serta berada di bawah batas sejahtera (Grafik 4). Hal tersebut cukup memprihatinkan

karena terjadi di tengah tren peningkatan indeks harga bahan makanan (terutama pada periode

pertengahan tahun 2019). Kondisi tersebut berarti para petani belum mendapatkan manfaat yang

optimal atas peningkatan harga bahan makanan yang terjadi.

Lebih lanjut, rendahnya NTP di Sumatera Utara disebabkan oleh peningkatan Indeks Bayar (IB)

Petani yang peningkatannya lebih tinggi dari Indeks yg diterima (IT). Tingginya IB terutama

disebabkan oleh peningkatan salah satu indeks pembentuknya yaitu Indeks Konsumsi Rumah Tangga

Petani (IKRT) yang sangat dipengaruhi oleh tingkat inflasi (Grafik 5). Di sisi lain, rendahnya NTP di

Sumatera Utara mayoritas disumbang oleh Petani di Subsektor Tanaman Pangan, Hortikultura, dan

Tanaman Perkebunan Rakyat.

Lebih terkendalinya inflasi akan memberikan dampak positif baik bagi perekonomian secara

umum maupun kesejahteraan masyarakat termasuk petani. Dampak positif bagi petani tidak

hanya melalui jalur konsumsi rumah tangganya, namun yang lebih utama dapat memberikan aspek

positif berupa kepastian keberlangsungan usaha bagi para petani. Volatilitas harga yang berlebihan

terutama pada komoditas bahan makanan akan menyebabkan petani cenderung gamang

menentukan komoditas yang akan diproduksi, sehingga produksi komoditas tidak sustainable. Oleh

karena itu, upaya-upaya pengendalian inflasi khsusnya terkait manajemen dan pengaturan masa

tanam komoditas terlebih hortikultura perlu terus dilakukan secara berkesinambungan.

Grafik 2. Perkembangan Inflasi dan Tingkat Kemiskinan

Prov. Sumut

Grafik 3. Pengaruh Inflasi Terhadap Perkembangan Garis

Kemiskinan Desa & Kota Prov. Sumut

Sumber : BPS, diolah.

Sumber : BPS, diolah.

Grafik 4. Perkembangan Indeks Inflasi Umum, Indeks Inflasi Bahan Makanan dan NTP Prov. Sumut

Grafik 5. Perbandingan IKRT dan Inflasi (IHK)

Prov. Sumut

Sumber : BPS, diolah.

Sumber : BPS, diolah.

Page 59: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

58

Page 60: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

59

STABILITAS

KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN AKSES

KEUANGAN DAN UMKM

Kondisi stabilitas keuangan Sumatera Utara pada triwulan III 2019 cukup baik yang tercermin dari

peningkatan NIM dan ROA. BOPO juga terpantau menurun menggambarkan efisiensi perbankan yang

membaik pada triwulan berjalan. Rasio intermediasi (LDR) berada di rentang optimal dengan peningkatan

penghimpunan dana pihak ketiga dan penyaluran kredit lokasi proyek pada triwulan laporan. Peningkatan

penyaluran kredit masih dimbangi dengan kualitas kredit (NPL) yang masih terjaga, meskipun dalam tren

meningkat tipis. Penurunan indeks penghasilan menunjukkan bahwa terdapat potensi kenaikan risiko

terhadap kinerja rumah tangga di triwulan III 2019. Sementara itu, penyaluran kredit korporasi terpantau

membaik yang mengindikasikan kondisi korporasi yang relatif terjaga.

Page 61: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

60

Tabel 4.1. Kinerja Perbankan Sumatera Utara

Sumber: Bank Indonesia, diolah

4.1 KINERJA PERBANKAN

SECARA UMUM STABIL

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.1. Perkembangan Intermediasi Perbankan

Kinerja Perbankan pada triwulan III 2019 terpantau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Return on Assets (ROA) perbankan sedikit meningkat meski masih berada di kisaran 2,5%. Net Interest Margin juga bergerak meningkat di kisaran 7.5% pada triwulan III-2019. Peningkatan ROA terutama terjadi karena peningkatan laba (disetahunkan) lebih tinggi, dibandingkan peningkatan rata-rata aset. Peningkatan laba perbankan secara umum diperkirakan disebabkan oleh peningkatan pendapatan operasional yang tumbuh lebih tinggi seiring dengan peningkatan suku bunga

kredit dibandingkan pendapatan operasionalnya.

Grafik 4.2. Rasio BOPO Perbankan

Perbaikan kinerja perbankan juga terkonfirmasi dari membaiknya rasio BOPO (Biaya Operasional Pendapatan Operasional) tercatat 74,9%, menurun dari 75,2% pada triwulan sebelumnya. Kondisi ini mencerminkan perbankan yang semakin efisien. Peningkatan pendapatan operasional ini diperkirakan disebabkan karena pendapatan operasional bunga yang meningkat, hal ini terkonfirmasi dari rasio NIM pada periode berjalan yang cenderung meningkat (suku bunga lebih tinggi) di kisaran 7,56%.

Kinerja Perbankan Sumatera Utara

Asesmen Risiko Korporasi Asesmen Risiko Rumah Tangga

Page 62: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

61

Grafik 4.3. Perkembangan Intermediasi Perbankan

Sementara itu fungsi intermediasi

perbankan yang tercermin dari Loan to Deposit LDR10 dalam kisaran optimal yaitu

sebesar 94%. Rasio intermediasi sedikit

meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya, disebabkan oleh pertumbuhan

kredit yang lebih tinggi dibandingkan dengan

pertumbuhan DPK. Meski demikian, risiko

perkreditan yang tercermin dari rasio NPL

cenderung meningkat namun masih dalam

level yang aman dan terjaga di 3,3%.

Perkembangan aset perbankan di Sumatera

Utara pada triwulan III 2019 terpantau

tumbuh meningkat sebesar 2,9% (yoy).

Aset perbankan di Sumatera Utara tercatat

sebesar Rp312 triliun dibandingkan periode

sebelumnya yang tercatat sebesar Rp308

triliun atau tumbuh 2,9% (yoy), meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya -1,7

(yoy). Lebih lanjut, berdasarkan kelompok

Bank, pada semester III 2019 proporsi

kepemilikan aset di Sumatera Utara

cenderung stabil yaitu sebagian besar dimiliki

oleh Bank Swasta Nasional (42%) disusul

oleh Bank Persero sebesar (40%).

Secara umum penyaluran kredit di

Sumatera Utara lebih banyak didanai oleh

perbankan dari luar provinsi. Hal ini

terkonfirmasi dari nominal penyaluran kredit

lokasi proyek yang lebih besar dari nominal

penyaluran kredit berdasarkan lokasi Bank.

Penyaluran kredit lokasi proyek di Sumatera

Utara tercatat sebesar Rp222 triliun.

Sementara penyaluran kredit berdasarkan

10 LDR merupakan rasio intermediasi yaitu rasio antara Kredit Lokasi Proyek dibagi dengan DPK per lokasi KC di Sumatera Utara

lokasi Bank terpantau sebesar Rp217 triliun.

Lebih lanjut, pada triwulan berjalan, Dana

Pihak Ketiga (DPK) tercatat sebesar Rp234

triliun, meningkat dibandingkan periode

sebelumnya, namun pertumbuhannya masih

relatif rendah dibandingkan rata-rata

pertumbuhan DPK dalam tiga tahun terakhir

untuk periode yang sama sebesar 5,91%.

4.2 INTERMEDIASI

PERBANKAN BERADA DI

RENTANG OPTIMAL

4.2.1 Dana Pihak Ketiga Tumbuh

Meningkat

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.4. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga

Penghimpunan DPK tumbuh meningkat

bersumber dari peningkatan

penghimpunan dana tabungan (pangsa

40%) dan deposito (pangsa 45%). Secara

nominal, DPK pada triwulan laporan tercatat

sebesar Rp234 triliun, dibandingkan triwulan

yang sama tahun sebelumnya Rp225 triliun.

DPK pada triwulan laporan tumbuh 4,1%

(yoy), meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya 2,1% (yoy). Kenaikan tersebut

terutama terjadi pada komponen tabungan

dan deposito. Sementara giro terkontraksi

sesuai dengan siklus realisasi belanja

pemerintah yang umumnya optimal

menjelang akhir tahun (lihat bab keuangan

pemerintah). Meski meningkat, pertumbuhan

DPK pada triwulan laporan masih berada

Page 63: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

62

dibawah rata-rata 5 tahun terakhir triwulan III

(2014 2018) sebesar 8.91% (yoy).

Grafik 4.5. Pertumbuhan DPK Jenis Tabungan

DPK jenis tabungan tumbuh 7,1% yoy,

meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya 3,7% (yoy). Kenaikan terutama

bersumber dari pemilik tabungan dengan

nilai 100 - 500 juta. Berdasarkan nilainya,

kenaikan pertumbuhan DPK terutama terjadi

pada pemilik tabungan dengan nilai >Rp1

miliar (pangsa 21%), tumbuh 11,4% (yoy),

meningkat signifikan dibandingkan triwulan

sebelumnya 1,4% (yoy). Secara struktur,

tabungan senilai Rp10-100 juta menempati

urutan kedua terbesar dalam komponen

tabungan.

Grafik 4.6. Pangsa Tabungan Berdasarkan Nilai

Deposito perbankan juga terpantau

tumbuh meningkat menjadi 5,96% (yoy)

lebih tinggi dari triwulan sebelumnya 3,3%

(yoy). Komponen deposito didominasi oleh

deposan dengan nilai deposito >Rp1 M

(pangsa 62%), deposan dengan nilai deposito

>Rp100 500 juta (pangsa 21%), dan

deposan dengan nilai deposito >Rp200 juta-

R1 M (pangsa 11%). Akselerasi deposito

perbankan didorong oleh kelompok deposan

dengan nilai deposito >Rp 1 M yang tumbuh

3,6% (yoy) meningkat signifikan

dibandingkan triwulan sebelumnya -0.4%

(yoy).

Grafik 4.7. Pangsa Deposito Berdasarkan Nilai

Sementara giro Sumatera Utara terkontraksi

semakin dalam dari -4,7% (yoy) pada

triwulan II 2019, menjadi -7,8 (yoy) pada

triwulan III 2019. Penurunan giro terjadi

pada seluruh kelompok baik giro penduduk,

pemerintah, maupun bukan penduduk.

Secara struktur, giro terbesar dimiliki oleh

swasta (63%), pemerintah (36,9%), dan

bukan penduduk (0,1%). Kontraksi

komponen giro terutama didorong oleh

ekspansi korporasi yang tercermin dari

penurunan giro swasta dan realisasi anggaran

pemerintah menjelang akhir tahun.

Grafik 4.8. Pertumbuhan Giro

Berdasarkan golongan nasabah, akselerasi

DPK bersumber dari peningkatan

penghimpunan dari perseorangan

sementara dari pemerintah dan swasta

lainnya tumbuh melambat. DPK yang

bersumber dari perseorangan tumbuh 7,94%

pada triwulan III 2019, meningkat dari 6,49%

(yoy) pada triwulan II 2019. Adapun deposan

miliar Rp

Page 64: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

63

perseorangan memiliki porsi terbesar, yaitu

73,1% terhadap total DPK triwulan III 2019.

Kemudian, disusul oleh kelompok swasta

lainnya dan pemerintah dengan total pangsa

masing masing sebesar 19,4% dan 7,5%.

Akselerasi DPK Perseorangan pada periode

laporan diperkirakan terkait dengan tambahan

pendapatan (kenaikan gaji ASN dan harga

komoditas CPO) dan strategi untuk bertahan

(coping strategy) dalam menghadapi risiko

perekonomian ke depan.

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.9. Proporsi Dana Pihak Ketiga per golongan nasabah

Tabel 4.1. Pengelompokan DPK Berdasarkan Nilai

Ketergantungan perbankan Sumatera Utara

terhadap deposan besar pada triwulan

laporan masih cukup tinggi. Dilihat dari

proporsinya, DPK di Sumatera Utara sebagian

besar dalam bentuk deposito 45%, tabungan

40% dan giro 15%. Sementara itu, dari sisi

golongan pemilik DPK, sebagian besar

merupakan DPK perseorangan 73%,

Korporasi 19% dan Pemerintah sebesar 8%.

Lebih lanjut, apabila melihat pengelompokan

DPK berdasarkan nilai, terlihat bahwa meski

secara jumlah rekening, deposan dengan

kepemilikan dana <10 juta mendominasi

(89,2%), namun proporsi kepemilikan dana

didominasi oleh deposan besar dengan

kepemilikan dana di atas Rp1 miliar tercatat

sebesar Rp114,9triliun atau sebanyak 48,7%

dari total DPK. Struktur tersebut memberikan

gambaran adanya ketergantungan perbankan

Sumatera Utara terhadap deposan besar.

Secara spasial, penghimpunan DPK

terkonsentrasi di Kota/Kabupaten di Pantai

Timur. Delapan Kota/Kabupaten

mendominasi penghimpunan DPK dengan

porsi 90% dengan Kota Medan sebagai

penghimpun terbesar (porsi 67%)

Grafik 4.10. Penghimpunan DPK per Kabupaten/Kota di Sumatera Utara

4.2.2 Kredit Tumbuh Positif

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.11. Perkembangan Kredit Berdasarkan Penggunaan

DPKNominal

(Rp M)Rekening

Persentase

Nominal

Persentase

rekening

<10 JT 8,040 123,239,891 3.4% 89.2%

>10 JT  - 100 JT 34,318 11,814,278 14.5% 8.6%

>100JT - 500JT 57,674 2,543,140 24.4% 1.8%

>500JT - 1 M 20,992 276,819 8.9% 0.2%

>1 M 114,983 259,440 48.7% 0.2%

Total 236,007 138,133,568 100% 100%

Page 65: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

64

Grafik 4.12. Perkembangan Kredit Berdasarkan Penggunaan

Kinerja kredit perbankan Sumatera Utara

pada triwulan III 2019 membaik.

Penyaluran kredit di Sumatera Utara pada

triwulan III tercatat sebesar Rp222 triliun,

tumbuh sebesar 4,5% (yoy) meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya 2,8%

(yoy). Ditinjau berdasarkan jenis

penggunaannya, akselerasi kredit disebabkan

oleh pertumbuhan kredit investasi dan modal

kerja. Apabila dilihat lebih dalam, sektor

yang mendorong perbaikan pada kredit

modal kerja adalah sektor industri

pengolahan. Perbaikan sektor industri

pengolahan diperkirakan terkait dengan

kinerja ekspor yang membaik pada periode

berjalan sehingga mendorong peningkatan

kinerja sektor ini.

Sejalan dengan perbaikan kredit modal

kerja, kinerja kredit investasi juga

meningkat signifikan diperkirakan terkait

dengan optimisme dunia usaha yang

membaik. Penyaluran kredit investasi

meningkat signifikan dari 1% (yoy)) menjadi

8% (yoy) mencerminkan optimisme pelaku

usaha yang membaik. Apabila dirinci,

akselerasi pertumbuhan terjadi pada sektor

industri pengolahan yang tumbuh 98% (yoy).

Selain sektor industri pengolahan, sektor

pertanian juga memberikan kontribusi

terhadap kenaikan kredit investasi dengan

pertumbuhan 1,98% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya 1,39%

(yoy). Kinerja kredit modal kerja dan investasi

yang membaik diperkirakan didorong oleh

tren penurunan suku bunga.

Grafik 4.13. Suku Bunga Kredit Grafik 4.14. Suku Bunga Kredit

Kinerja kredit konsumsi terus menurun

sehingga menahan perbaikan kinerja kredit

lebih lanjut. Kredit konsumsi melanjutkan

tren perlambatan pada triwulan III 2019

tercatat tumbuh 6% (yoy) menurun dari

triwulan sebelumnya 8% (yoy). Secara

nominal, kredit konsumsi tercatat sebesar

Rp58 triliun pada triwulan III 2019.

Perlambatan pertumbuhan kredit konsumsi

terutama disebabkan oleh penurunan

permintaan Kredit Perumahan Rakyat (KPR)

(pangsa 32%) dan kredit multiguna (pangsa

47%). Penurunan permintaan kredit hunian

tipe 22 s.d 70 dan tipe rumah tinggal s.d 21

menjadi sumber penurunan KPR secara

keseluruhan. Pertumbuhan KPR tercatat -15%

(yoy), mengalami kontraksi semakin dalam

dari triwulan sebelumnya -7% (yoy). Realisasi

dibawah dari rata-rata pertumbuhan KPR

selama 3 tahun (2016 2018) sebesar 12,5%

(yoy). Kondisi ini diperkirakan terkait dengan

kecenderungan rumah tangga untuk

mengurangi utangnya yang tercermin dari

Survei Konsumen Bank Indonesia Maret 2019

yang menginformasikan bahwa responden

Rumah Tangga memperkirakan dalam 6

bulan ke depan jumlah pengurangan utang

menurun.

Grafik 4.15. Pertumbuhan Kredit Konsumsi

Tabel 4.16. Perkembangan KPR

(%,yoy)

Page 66: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

65

Secara sektoral, penyaluran kredit LU

Industri Pengolahan meningkat signifikan

dan menopang kinerja penyaluran kredit

pada triwulan berjalan. Perbaikan kinerja

kredit terutama terjadi pada sektor industri

pengolahan yang meningkat siginifikan

sebesar 15% (yoy) pada triwulan III 2019

setelah pada triwulan sebelumnya

terkontraksi -21% (yoy). Meski secara

kerseluruhan tahun, harga komoditas CPO

tahun 2019 masih lebih rendah daripada

2018, namun pertumbuhan harganya

membaik pada triwulan III 2019. Perbaikan

tersebut diperkirakan mendorong geliat

industri pengolahan untuk produksi lebih

banyak. Di sisi lain, implementasi program B-

20 dan rencana implementasi program B30

juga diperkirakan mendorong perilaku

optimis pelaku usaha untuk mengakselerasi

kredit industri pengolahannya.

Sementara penyaluran kredit sektor utama

lainnya mengalami perlambatan (kredit

sektor pertanian, kontruksi dan PBE).

Sejalan dengan perlambatan kinerja pertanian

pada PDRB, penyaluran kredit ke sektor

pertanian juga terpantau melambat. Pada

periode berjalan, kredit sektor pertanian

melambat terpantau melambat dari 10% (yoy)

pada triwulan lalu menjadi 8% (yoy). Hal ini

didorong oleh penurunan kinerja kredit ke

subsektor perkebunan kelapa sawit (dari 9%

(yoy) menjadi 5% (yoy) di triwulan III).

Sementara kinerja kredit subsektor

perkebunan karet membaik, sehingga

menahan penurunan kinerja kredit sektor

pertanian lebih lanjut. Produksi tanaman

sawit yang menurun sesuai pola musiman

triwulan III diperkirakan menjadi faktor

penurunan kredit sub sektor perkebunan.

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.17. Proporsi Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi

Grafik 4.18. Perkembangan Penyaluran Kredit Lokasi Proyek Berdasarkan Sektor Ekonomi

Lebih lanjut, selaras dengan pertumbuhan

ekonomi dari sisi lapangan usaha

perdagangan yang cenderung menurun pada

triwulan berjalan, penyaluran kredit di sektor

ini juga terpantau melambat. Secara struktur,

penyaluran kredit ke sektor PBE yang

memiliki pangsa 21% dari total kredit,

terpantau terkontraksi -10% (yoy). Penurunan

penyaluran kredit di sektor perdagangan

diduga terjadi adanya moderasi pasca pemilu

dan HBKN Idul Fitri.

Kinerja kredit sektor konstruksi juga terpantau

melambat dari 19% (yoy) menjadi 7% (yoy)

diperkirakan disebabkan oleh mulainya

berakhirnya beberapa proyek pemerintah dan

konstruksi bangunan perumahan. Beberapa

proyek konstruksi pemerintah antara lain ruas

tol trans Sumatera dan jalur kereta api

memasuki masa rampung di akhir tahun

2019. Selesainya proyek strategis tersebut

diperkirakan menjadi faktor perlambatan

kredit konstruksi. Di sisi lain, sejalan dengan

penurunan minat masyarakat akan

Delta

Q2-19 Q3-19 Q2-19 Q3-19 2018 Q3-19 Kontribusi

Rumah Tinggal s.d. Tipe 21 -7% -15% 5% 5% -0.3% -0.7% -0.4%

Rumah Tinggal Tipe 22 s.d. 70 22% 20% 50% 51% 11.2% 10.3% -1.0%

Rumah Tinggal Tipe Diatas 70 5% 6% 34% 34% 1.7% 2.0% 0.3%

Flat atau Apartemen s.d. Tipe 21 63% 39% 0% 0% 0.1% 0.1% 0.0%

Flat atau Apartemen Tipe 22 s.d. 70 38% 23% 1% 1% 0.3% 0.2% -0.1%

Flat atau Apartemen Tipe Diatas 70 40% 36% 1% 1% 0.5% 0.5% -0.1%

Rumah Toko (Ruko) atau Rumah Kantor -10% -10% 9% 8% -0.9% -0.9% 0.0%

Pangsa (%) Kontribusi Growth (%) KPR

Page 67: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

66

kepemilikan rumah, aktivitas bangun rumah

juga diperkirakan melambat sehingga

mempengaruhi kinerja kredit konstruksi

secara keseluruhan.

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.19. Perkembangan NPL Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi Utama

Pertumbuhan kredit yang membaik pada

triwulan III 2019 juga diikuti dengan

kualitas kredit yang terjaga. Kualitas kredit

triwulan III 2019 cenderung meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya namun

realisasinya masih berada pada level yang

terjaga. Peningkatan rasio kredit non perform

terjadi pada kredit modal kerja dan investasi,

sementara NPL konsumsi cenderung

menurun. Berdasarkan lapangan usaha,

penurunan kualitas kredit terutama

disebabkan oleh peningkatan NPL pada

sektor industri pengolahan menjadi sebesar

4,95%. Secara nominal, kredit bermasalah

meningkat sebesar Rp694 miliar (dari Rp1,4

triliun menjadi Rp2,1 triliun pada triwulan

berjalan). Kondisi ini diperkirakan disebabkan

oleh harga komoditas global yang cenderung

berfluktuasi.

Selain itu, kinerja kredit sektor konstruksi

juga perlu mendapat perhatian karena

kualitas kreditnya yang memburuk dan

relatif tinggi. Rasio NPL kredit kepada sektor

konstruksi relatif tinggi dan sedikit meningkat

di triwulan III 2019 menjadi 7,56% (yoy) dari

7,31% (yoy). Kondisi ini umumnya terkait

dengan pembiayaan proyek infrastruktur

bersifat jangka panjang dan pembayaran yang

tertunda.

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.20. Grafik Perkembangan Loan at Risk (LaR)

4.2.3 Penyaluran Kredit Masih

Terkonsentrasi di Kota Medan

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.21. Penyaluran Kredit Berdasarkan Kab/Kota

Secara spasial penyaluran kredit lokasi

proyek terkonsentrasi di 8 (delapan)

kota/kabupaten yang mencapai 84% dari

total kredit. Penyaluran kredit di Sumatera

Utara masih terkonsentrasi di kota/kabupaten

(kalau bisa diseragamkan, apakah ingin

kota/kabupaten atau kabupaten/kota) di

pantai timur dengan kota Medan yang

memiliki proporsi penyaluran kredit hingga

56%. Daerah pantai timur Sumatera Utara

cenderung memiliki pertumbuhan ekonomi

dan kesejahteraan masyarakat yang relatif

lebih tinggi dibandingkan dengan daerah di

kabupaten di pantai barat Sumatera Utara.

6%

7%

8%

9%

10%

11%

12%

13%

14%

15%

16%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2016 2017 2018 2019

Total Modal Kerja Investasi Konsumsi

triliun Rp

Page 68: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

67

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.22. Penyaluran kredit UMKM

Proporsi kredit UMKM terhadap total

kredit yang disalurkan di Sumatera Utara

sebesar 27%, relatif tidak berubah sejak

triwulan I 2019. Apabila dilihat dari

komponen kredit yang menyusunnya, secara

umum tidak terdapat perubahan signifikan

dibandingkan periode sebelumnya, yaitu

masih didominasi oleh kredit menengah

sebesar 42%, mikro dan kecil masing-masing

sebesar 30% dan 28%. Berbeda dengan

penyaluran kredit secara umum yang

cenderung melambat, perkembangan

penyaluran kredit UMKM tumbuh meningkat

menjadi 9,6% (yoy) dari 8,4% (yoy). Kondisi

ini menunjukkan bahwa optimisme

penyaluran kredit UMKM masih baik

ditengah pertumbuhan kredit perbankan yang

rendah. Kredit mikro dan kecil berkontribusi

terhadap perbaikan kredit UMKM secara

keseluruhan.

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.23. Perkembangan Kredit UMKM berdasarkan sektor ekonomi

Berdasarkan lapangan usaha, pertumbuhan

kredit UMKM Sumatera Utara ditopang

oleh peningkatan pertumbuhan LU

pertanian. Secara struktur, penyaluran kredit

UMKM terbesar disalurkan ke sektor PBE

(48%), Pertanian (21%), Industri Pengolahan

(9%) dan Konstruksi (5%). Keempat sektor

tersebut mendominasi dengan porsi 84%

terhadap total kredit UMKM Sumatera Utara.

Kinerja kredit UMKM yang membaik

ditopang oleh peningkatan pertumbuhan

kredit LU pertanian yang tumbuh dari 18%

(yoy) menjadi 22% (yoy). Sejalan dengan hal

tersebut, kredit sektor PBE juga turut

mendorong pertumbuhan kredit UMKM

secara keseluruhan, tercatat tumbuh

meningkat dari 4% (yoy) ke 5% (yoy). Kondisi

ini berbeda dengan penyaluran kredit umum

yang mencatatkan perlambatan penyaluran

kredit ke kedua sektor tersebut (PBE dan

pertanian). Kualitas kredit UMKM terjaga

dibawah threshold 5% didukung oleh kualitas

kredit investasi dan konsumsi. Sama halnya

dengan kredit bank keseluruhan, kualitas

kredit sektor konstruksi perlu mendapat

perhatian.

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.24. Perkembangan NPL Kredit UMKM

Bank Indonesia terus mendorong realisasi

penyaluran kredit UMKM. Sebagaimana

diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No.

14/12/PBI/2012, perbankan diharapkan dapat

mencapai target proporsi kredit UMKM

berdasarkan tahapan tertentu. Bank Indonesia

juga berupaya mendorong peningkatan

kinerja kredit UMKM melalui penerbitan

kebijakan insentif memperlonggar batasan

Loan to Funding Ratio sebagaimana diatur

Page 69: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

68

dalam PBI No. 17/11/PBI/2015. Sementara

itu, ditingkat regional KPw Bank Indonesia

juga turut mendorong UMKM dengan

melaksanakan program pengembangan

UMKM di masing-masing daerah baik

melalui pembinaan, pendampingan, maupun

klaster.

4.3 KINERJA KORPORASI

KEUANGAN DAN NON

KEUANGAN

4.3.1 Kerentanan Korporasi

Bersumber dari Kinerja

Ekonomi Domestik dan

Pengaruh Eksternal

Secara umum, kinerja korporasi di

Sumatera Utara dipengaruhi faktor-faktor

dari dalam negeri dan luar negeri. Faktor

dari dalam negeri antara lain kondisi

ekonomi nasional dan daerah. Sementara

faktor dari luar negeri antara lain

perkembangan perekonomian global,

perkembangan ekspor serta volume dan

harga komoditas yang diperdagangkan di

dunia. Dari sisi domestik, pertumbuhan

ekonomi Sumatera Utara pada triwulan III

2019 melambat dibandingkan triwulan

sebelumnya, namun lebih tinggi

dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi

Nasional. Pertumbuhan ekonomi pada

triwulan III 2019 terutama ditopang oleh

konsumsi rumah tangga ditengah

perlambatan investasi.

Sejalan dengan perbaikan ekspor karena

volume dan harga komoditas global yang

membaik di triwulan III, kinerja industri

pengolahan juga membaik. Kondisi ini

diperkirakan mendorong kinerja korporasi

yang bergerak di industri pengolahan juga

turut membaik, salah satunya tercermin dari

realisasi kredit industri pengolahan yang

meningkat signifikan dari -20.7% (yoy)

menjadi 4.7% (yoy) pada triwulan III 2019.

4.3.2 Penyaluran Kredit Korporasi

Membaik Selaras dengan perbaikan komponen

ekspor triwulan III 2019, penyaluran kredit

perbankan ke korporasi (Keuangan dan

Non Keuangan) periode berjalan membaik.

Penyaluran kredit korporasi pada triwulan III

2019, tercatat tumbuh 2,9% (yoy) meningkat

dari triwulan sebelumnya -0,7% (yoy). Secara

nominal kredit korporasi tercatat sebesar

Rp110,9 triliun meningkat dari Rp108,4

triliun pada triwulan sebelumnya.

Pertumbuhan kredit korporasi terutama

didorong oleh ekpansi perusahaan pada

kredit modal kerja dan investasi yang tercatat

masing-masing tumbuh 0,3% dan 8%(yoy).

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.25. Perkembangan Kredit Korporasi Berdasarkan Jenis Penggunaan

Secara sektoral, kredit kepada korporasi di

Sumatera Utara didominasi oleh sektor

utama yaitu Pertanian (26%), Industri

Pengolahan (35%), PBE (17%) dan

Konstruksi (7 %). Sejalan realisasi PDRB

sektor industri pengolahan, penyaluran kredit

terpantau meningkat pada triwulan III 2019.

Perbaikan penyaluran kredit industri

pengolahan didorong oleh kinerja ekspor

yang meningkat signifikan didukung oleh

perbaikan harga CPO dan volume

perdagangan yang membaik pada periode

berjalan.

Sementara itu, sejalan dengan perlambatan

kinerja sektor pertanian pada PDRB,

kinerja kredit korporasi sektor pertanian

menurun dari 10% (yoy) menjadi 6% (yoy)

pada periode berjalan. Penurunan kinerja

kredit diperkirakan terkait dengan penurunan

Page 70: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

69

produksi pertanian dan perkebunan akibat

cuaca yang kurang kondusif. Hasil liaison

dan FGD Bank Indonesia mengkonfirmasi

adanya penurunan produksi pertanian seperti

tanaman padi akibat kekeringan musim

kemarau dan produksi perkebunan seperti

tanaman karet akibat adanya serangan

penyakit dan gugur daun. Kondisi ini

diperkirakan juga berdampak pada

permintaan kredit pertanian oleh korporasi.

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.26. Perkembangan Kredit Korporasi berdasarkan sektor Ekonomi

4.4 KINERJA RUMAH TANGGA

4.4.1 Kerentanan Rumah Tangga

Bersumber dari Porsi Utang

Optimisme masyarakat terhadap

ketersediaan lapangan pekerjaan

terindikasi menurun pada triwulan III

2019. Hal Berdasarkan hasil survei Bank

Indonesia, Indeks ketersediaan lapangan

pekerjaan menunjukkan penurunan pada

triwulan laporan. Lebih lanjut indeks

penghasilan juga terpantau menurun dan

berada sedikit di atas angka 100. Penurunan

indeks penghasilan menunjukkan bahwa

terdapat potensi kenaikan risiko terhadap

kinerja rumah tangga di triwulan III 2019

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.27. Indeks Keyakinan Konsumen

Berdasarkan pemantauan terhadap perilaku

berutang rumah tangga per September 2019

terdapat moderasi tekanan risiko dari sisi

kredit yang tercermin dari penurunan indeks

cicilan rumah tangga dibandingkan Juni

2019. Peningkatan cicilan terpantau terjadi

pada seluruh lapangan usaha kecuali jasa

keuangan dan konstruksi. Sementara itu pada

September 2019, DSR tertinggi terjadi pada

sektor perdagangan.

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.28. Indeks Pengeluaran Rumah Tangga di Sumatera Utara

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia, diolah

Page 71: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

70

4.4.2 Penyaluran Kredit Rumah

Tangga Melambat

Grafik 4.29. Proporsi Kredit Rumah Tangga

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.30. Proporsi Kredit Rumah Tangga

Berbeda dengan kinerja kredit umum yang

meningkat, penyaluran kredit rumah

tangga terpantau melambat pada triwulan

III 2019. Realisasi kredit rumah tangga pada

triwulan III 2019 tercatat sebesar Rp58,2

triliun, melambat dari 15% pada triwulan

sebelumnya menjadi 5% (yoy). Perlambatan

kredit rumah tangga terjadi pada seluruh

komponen, dengan perlambatan terdalam

pada KPR dan kredit kendaraan bermotor

(KKB). Tren perlambatan KKB diperkirakan

dipengaruhi antara lain oleh maraknya

transportasi online sehingga mengurangi

permintaan kendaraan pribadi. Sementara

penurunan permintaan KPR terutama terkait

dengan minat masyarakat untuk menjadikan

perumahan sebagai instrumen investasi

berkurang. Meski demikian, secara umum

kualitas kredit rumah tangga membaik,

tercatat 2,11% menurun dari triwulan

sebelumnya 2,21%.

Grafik 4.31. Perkembangan Penyaluran Kredit Rumah Tangga

Kredit KPR pada periode berjalan terutama

didorong perlambatan pertumbuhan kredit

pada tipe rumah kecil. Realisasi KPR tercatat

melambat dari 25% (yoy) menjadi 10% (yoy)

terutama terjadi pada jenis rumah tipe 22 s.d

70 dan tipe rumah < 21. Secara nominal

realisasi kredit perumahan rakyat pada

periode berjalan tercatat sebesar Rp27,2

triliun, menurun Rp619 miliar dibandingkan

triwulan sebelumnya Rp26,6 triliun.

Perlambatan KPR ini juga terkonfirmasi dari

realisasi Fasilitas Likuiditas Pembiayaan

Perumahan (FLPP) atau skema subsidi dana

bergulir untuk membiayai pembelian rumah

masyarakat berpenghasilan rendah, yang

mencatatkan penurunan di triwulan III 2019.

Realisasi FLPP pada triwulan III senilai

Rp1,45 triliun lebih rendah dari triwulan

sebelumnya Rp1,68 triliun.

Grafik 4.32. Pertumbuhan Penyaluran Kredit Perumahan Rakyat

Lebih lanjut dilihat dari kualitas kreditnya,

NPL seluruh komponen kredit rumah tangga

terpantau membaik dan berada dibawah

threshold 5%.

Page 72: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

71

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.33. NPL Kredit Rumah Tangga di Sumatera Utara

Page 73: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

72

Page 74: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

73

SISTEM PEMBAYARAN

DAN PENGELOLAAN UANG

RUPIAH

Seiring dengan perlambatan ekonomi pada triwulan III 2019, arus uang kartal di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Sumatera Utara mengalami peningkatan net inflow. Dari sisi non tunai, transaksi RTGS tumbuh melambat disinyalir sejalan dengan moderasi investasi dan konsumsi pemerintah. Namun demikian, program - program elektronifikasi untuk bantuan sosial, pemerintah daerah, jalan tol, dan transportasi pariwisata terus berjalan dengan baik dan mendukung inklusi keuangan di Sumatera Utara.

Page 75: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

74

5.1 Sistem Pembayaran Non

Tunai Berjalan Baik

Nilai transaksi Sistem Kliring Nasional bank

Indonesia (SKNBI) pada triwulan III 2019

tercatat Rp38,2 triliun atau meningkat 13%

(qtq) dari triwulan sebelumnya. Sejalan

dengan hal tersebut, volume transaksi SKNBI

pada triwulan III 2019 juga mengalami

peningkatan. Volume transaksi SKNBI pada

triwulan berjalan menjadi 785 ribu transaksi

dari 717 ribu transaksi atau naik 10% dari

triwulan sebelumnya.

Sumber: BI, diolah

Grafik 5.1 Perkembangan Transaksi Kliring - Nominal

Secara tahunan, pertumbuhan nominal

transaksi SKNBI pada triwulan III 2019

tercatat -6%(yoy). Kontraksi tersebut tidak

sedalam triwulan sebelumnya yang mencapai

-8% (yoy). Sesuai dengan perbaikan

pertumbuhan nominal transaksi,

pertumbuhan volume transaksi SKNBI pada

triwulan III 2019 tercatat -14% (yoy), lebih

tinggi dari triwulan sebelumnya yang sebesar

-18% (yoy). Membaiknya pertumbuhan

SKNBI disinyalir mengindikasikan

peningkatan kinerja LU perdagangan seiring

dengan tingginya aktivitas konsumsi rumah

tangga.

Sumber: BI, diolah

Grafik 5.2 Perkembangan Transaksi Kliring - Nominal

Nilai transaksi Sistem Real-Time Gross Settlement System (RTGS) pada triwulan III

2019 tercatat Rp229,3 triliun atau meningkat

20% (qtq) dari triwulan sebelumnya. Sejalan

dengan hal tersebut, volume transaksi RTGS

pada triwulan III 2019 juga meningkat.

Volume transaksi RTGS pada triwulan

berjalan menjadi 65 ribu transaksi dari 53

tibu transaksi atau naik 21% dari triwulan

sebelumnya.

Secara tahunan, pertumbuhan nominal

transaksi RTGS pada triwulan III 2019 tercatat

94% (yoy), melambat dari triwulan

sebelumnya yang tumbuh hingga 128% (yoy).

Meskipun demikian, volume transaksi RTGS

tercatat tumbuh 150% (yoy), meningkat dari

triwulan II 2019 yang tumbuh sebesar 124%

(yoy). Deselerasi pertumbuhan nominal

transaksi RTGS pada triwulan berjalan

disinyalir sejalan dengan investasi yang

tumbuh melambat. Hal tersebut terkait

dengan belanja modal pemerintah masih

belum optimal pada triwulan berjalan. Di

samping itu, sebagian korporasi cenderung

menahan investasi karena kapasitas yang

dimiliki masih mampu memenuhi

permintaan.

Page 76: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

75

Sumber: BI, diolah

Grafik 5.3 Perkembangan RTGS

Nominal transaksi menggunakan ATM debet

pada triwulan III 2019 tercatat Rp70,35

triliun, masih cukup tinggi meskipun masih di

bawah triwulan II 2019 yang mencapai

Rp71,14 triliun. Selain itu, transaksi

menggunakan kartu kredit pada triwulan III

2019 sebesar Rp2,53 triliun, sedikit lebih

rendah dari triwulan sebelumnya yang

mencapai Rp2,59 triliun. Meskipun demikian,

posisi jumlah kartu ATM, kartu Debet, dan

kartu kredit pada triwulan III 2019 mengalami

peningkatan dari triwulan sebelumnya

mengindikasikan inklusi keuangan yang

semakin baik.

Sumber: BI, diolah

Grafik 5.4 Perkembangan Transaksi Kartu ATM Debet dan Kartu Kredit

5.2 Elektronifikasi Berjalan

Lancar

Sementara itu, penggunaan uang elektronik

(UE) pada agen Layanan Keuangan Digital

(LKD) terus meningkat. Nominal transaksi UE

pada agen LKD selama triwulan III 2019

mencapai Rp3,04 triliun atau tumbuh 23%

dari triwulan sebelumnya yang sebesar

Rp2,47 triliun. Peningkatan nominal yang

cukup signifikan sejalan dengan perluasan

elektronifikasi bantuan sosial, terutama BPNT

Tahap 2 sejak September 2019. Pada tahap

tersebut, penyaluran BPNT diperluas hingga

ke-11 kabupaten lainnya sehingga seluruh

kabupaten/kota di Sumatera Utara terjangkau

oleh bantuan non tunai.

Sumber: BI, diolah

Grafik 5.5 Perkembangan Transaksi Kartu ATM Debet dan Kartu Kredit

Total penyerapan BPNT pada triwulan III

2019 tercatat Rp106,22 miliar, meningkat 8%

dari Rp98,106 triliun pada triwulan

sebelumnya. Hal tersebut sejalan dengan

peningkatan jumlah Keluarga Penerima

Manfaat (KPM) penerima BPNT yang

mengalami peningkatan sejak perluasan

BPNT Tahap 2 pada September 2019. Rata -

rata KPM pada triwulan III 2019 sebanyak

521.809 KPM, meningkat dari rata - rata KPM

pada triwulan sebelumnya yang sebesar

400.581. Di samping itu, rata - rata

penyerapan KPM juga mengalami

peningkatan menjadi 354.341 dari 297.432

pada triwulan sebelumnya. Lebih lanjut, total

penyerapan PKH pada triwulan III 2019

tercatat Rp412,80 miliar, meningkat 3% dari

triwulan sebelumnya yang sebesar Rp402,29

miliar. Peningkatan penyerapan BPNT dan

PKH pada triwulan III 2019 sejalan dengan

terus diadakannya sosialisasi terkait perluasan

BPNT dan PKH dan monitoring penyaluran

bantuan sosial.

Page 77: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

76

Sumber: BI, diolah

Grafik 5.6 Perkembangan BPNT dan PKH

Dalam rangka mendukung perluasan

elektronifikasi bantuan sosial, Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera

Utara (KPwBI Sumut) turut serta dalam

melaksanakan edukasi penyaluran BPNT dan

PKH. Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Sumatera Utara telah melakukan

edukasi kepada KPM, pendamping, agen

LKD, dan Tenaga Kesejahteraan Sosial

Kecamatan (TKSK) di Kota Binjai dan Dairi

pada tanggal 9 dan 11 Juli 2019. Selain itu,

Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara juga

melaksanakan monitoring bantuan sosial

pada tanggal 2 - 4 September 2019 di Kota

Medan, Karo, dan Dairi.

Elektronifikasi transaksi Pemda tercatat

mengalami peningkatan kinerja pada triwulan

III 2019 dengan tingkat implementasi

elektronifikasi yang sudah relatif baik. Tingkat

elektronifikasi penerimaan daerah pada

triwulan III 2019 mencapai 94% dengan

target minimal via ATM/Teller. Di samping

itu, tingkat elektronifikasi belanja pemda

mencapai 97%. Dalam rangka mendukung

perluasan elektronifikasi pemda, Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera

Utara melaksanakan beberapa sosialisasi

elektronifikasi Pemda dengan pimpinan

Pemda Dairi dan Karo. Selain itu, KPwBI

Sumut bersama Otoritas Jasa Keuangan

Kantor Regional 5 Sumatera Bagian Utara dan

Bank Sumut telah melakukan High Level Meeting dalam rangka akselerasi

pengembangan produk elektronifikasi Bank

Sumut.

Sumber: BI, diolah

Grafik 5.7 Pencapaian Program Elektronifikasi Jalan Tol

Selain itu, program elektronifikasi jalan tol

tercatat 98,70%, berada pada level yang

tertinggi sejak non tunai pertama kali

diimplementasikan pada bulan Oktober

2017. Saat ini tercatat 3 ruas jalan tol di

wilayah Sumatera Utara yang telah

menerapkan pembayaran dengan

menggunakan uang elektronik (Jasa Marga

Kualanamu Tol, Belmera, dan Medan-Binjai).

Peningkatan kepatuhan non tunai di jalan tol

terutama didorong oleh peningkatan pada

golongan 1 di Ruas Tol Belmera khususnya

Gerbang Tol Tanjung Morawa dan Amplas.

Untuk terus meningkatkan kualitas

penggunaan uang elektronik, KPw BI Sumut

bekerjasama dengan Badan Usaha Jalan Tol

(BUJT) dan perbankan senantiasa melakukan

koordinasi terutama dalam rangka

mendorong jumlah ketersediaan sarana top up tunai maupun non tunai, melalui

penyediaan sarana mobile top up non tunai

dan fasilitasi peningkatan threshold top up

tunai di merchant. Selain itu, seluruh

stakeholder juga secara aktif melakukan

sosialisasi mengenai kewajiban penggunaan

uang elektronik serta ketersediaan sarana top up di jalan tol.

Ke depan, program elektronifikasi untuk

sektor transportasi juga akan diperluas ke

pembayaran moda transportasi darat

khususnya dalam menunjang amenitas

Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN)

Danau Toba. Sesuai dengan hasil Rakorpusda

Mei 2019, KPwBI Sumut terus berkoordinasi

dengan BPODT, Damri, ASDP, BRI, dan

Linkaja dalam rangka pengembangan

Page 78: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

77

elektronifikasi transportasi di Danau Toba.

Pada 20 November 2019, telah diluncurkan

Toba Smart Card bekerjasama dengan BRI

yang menyediakan 2.300 kartu pada tahap

pertama, Kartu dengan desain gambar

keindahan Danau Toba tersebut dapat

digunakan untuk membayar tiket Damri

untuk seluruh rute di area KSPN Danau Toba

serta untuk berbelanja kawasan pariwisata.

5.3 Sistem Pembayaran Tunai

Sesuai Pola Historis Aliran uang kartal ke Bank Indonesia wilayah

Sumatera Utara pada triwulan III 2019

mengalami peningkatan net inflow. Total

aliran kas masuk (i) uang kartal yang masuk

ke khazanah Bank Indonesia se-Provinsi

Sumatera Utara (termasuk BI Pematangsiantar

dan Sibolga) pada triwulan ini tercatat Rp9,93

triliun. Sementara total aliran kas keluar

(outflow) dari khazanah sebesar Rp7,76

triliun. Dengan demikian, aliran uang kartal

selama triwulan III 2019 tercatat net inflow

sebesar Rp2,16 triliun, lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya yang

mencapai Rp713,99 miliar. Kenaikan net

inflow juga sejalan dengan perlambatan

ekonomi pada triwulan berjalan. Di samping

itu, pasca HBKN dan Pemilu 2019,

kebutuhan uang kartal disinyalir mengalami

penurunan sehingga net inflow lebih tinggi

dari triwulan sebelumnya.

Sumber: BI, diolah

Grafik 5.8 Perkembangan Inflow - Outflow

Dalam menjaga kelancaran sistem

pembayaran di Sumatera Utara, Bank

Indonesia selalu berupaya untuk dapat

memenuhi kebutuhan uang kartal di

masyarakat, baik dalam jumlah nominal yang

cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat

waktu, dan dalam kondisi yang layak edar

(clean money policy). Kegiatan pelayanan

penukaran uang kepada masyarakat dan

perbankan dilakukan melalui layanan kas

dalam kantor, layanan kas keliling, serta

layanan kas titipan. Selama triwulan III 2019,

KPwBI Sumu telah melakukan kas keliling ke

beberapa pasar di Medan dan beberapa

wilayah lain seperti Indrapura, Tebing Tinggi,

Serdang Bedagai, Berastagi, Sidikalang,

Pakpak Bharat, Binjai, dan lainnya. Untuk kas

titipan, tersebar di 8 (delapan) wilayah di

Sumatera Utara yaitu Tebing Tinggi,

Kabanjahe, Pangkalan Brandan, Rantau

Prapat, Kisaran, Gunung Sitoli, Balige dan

Padangsidimpuan. Selama triwulan III 2019,

uang kartal yang masuk (inflow) ke dalam kas

titipan sebesar Rp1,14 triliun sementara uang

kartal yang keluar (outflow) ke luar kas titipan

sebesar Rp2,58 triliun. Selain melakukan

layanan kas, Bank Indonesia juga

mendapatkan temuan uang palsu yang

mencapai 1.677 lembar selama triwulan III

2019, meningkat dari triwulan sebelumnya

yang sebanyak 1.116 lembar.

5.4 Kegiatan Penukaran Valuta

Asing (KUPVA) dan

Penyelenggaraan Transfer

Dana (PTD) Terjaga dengan

Baik

Dalam rangka mencapai dan memelihara

kestabilan nilai Rupiah serta menjaga

kelangsungan ekonomi nasional,

dibutuhkan dukungan pasar keuangan

termasuk pasar valuta asing domestik yang

sehat. Untuk mewujudkan pasar valuta asing

domestik yang sehat, perlu dilakukan

penyelarasan pengaturan transaksi valuta

asing terhadap Rupiah antara penyelenggara

kegiatan usaha penukaran valuta asing bukan

bank (KUPVA BB) dengan pihak lain dengan

ketentuan Bank Indonesia.

Page 79: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

78

Sumber: BI, diolah

Grafik 5.9 Perkembangan Transaksi KUPVA BB

Pada triwulan III 2019, terdapat 53 KUPVA

BB Berizin di Sumatera Utara, sementara

KUPVA BB yang sedang dalam proses

perizinan sebanyak 3. Total transaksi KUPVA

BB pada triwulan berjalan mencapai Rp1,07

triliun, dengan pembelian sebesar Rp536

miliar dan penjualan mencapai Rp539 miliar.

Pertumbuhan total transaksi KUPVA BB pada

triwulan berjalan sebesar 11% (yoy),

melambat dari triwulan sebelumnya yang

tumbuh 15% (yoy).

Transfer Dana merupakan rangkaian

kegiatan yang dimulai dengan perintah

dari pengirim asal yang bertujuan

memindahkan sejumlah dana kepada

penerima yang disebutkan dalam perintah

transfer dana sampai dengan diterimanya

dana oleh penerima. Dalam rangka

mendukung keamanan dan kelancaran

transaksi transfer dana serta memberikan

kejelasan pengaturan hak dan kewajiban bagi

pihak yang terkait dalam penyelenggaraan

kegiatan transfer dana, Bank Indonesia

mengatur lebih lanjut dalam peraturan

pelaksanaan antara lain meliputi ketentuan

mengenai tata cara dan proses perizinan,

penyelenggaraan transfer dana, dan

penyampaian laporan oleh penyelenggara.

Badan usaha yang berbadan hukum

Indonesia bukan bank yang melakukan

penyelenggaraan kegiatan transfer dana wajib

memperoleh izin dari Bank Indonesia.

Sumber: BI, diolah

Grafik 5.10 Perkembangan Transaksi KUPVA BB

Pada triwulan III 2019, kegiatan transaksi

dana masuk (incoming) PTD BB tercatat

Rp620,50 miliar, tumbuh 5% (qtq) dari

triwulan sebelumnya yang sebesar Rp589,22

miliar. Di satu sisi, kegiatan transaksi dana

keluar (outgoing) PTD BB sebesar Rp176,15

miliar, atau tumbuh 53% (qtq) dari triwulan

sebelumnya yang mencapai Rp115,45 miliar.

Dengan demikian, total transaksi PTD BB

sebesar Rp796,65 miliar atau meningkat dari

triwulan sebelumnya yang sebesar Rp704,67

miliar. Secara tahunan, total transaksi PTD BB

tumbuh sebesar 11% (yoy), melambat dari

triwulan sebelumnya yang tumbuh 15%

(yoy). Perlambatan transaksi PTD tersebut

disinyalir sejalan dengan pola historis pasca

HBKN Idul Fitri.

Page 80: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

79

Page 81: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

KETENAGAKERJAAN

80

KETENAGAKERJAAN

Sejalan dengan laju pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara yang masih tumbuh kuat, kondisi

ketenagakerjaan dan kesejahteraan di Sumatera Utara juga membaik. Beberapa indikator

mengkonfirmasi perbaikan tersebut antara lain Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang menurun,

tingkat kemiskinan yang menurun diikuti dengan indeks keparahan dan kedalaman yang semakin

mengecil, serta ketimpangan pendapatan yang membaik. Hal ini juga mengindikasikan bahwa

kualitas pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara relatif baik.

Page 82: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

KETENAGAKERJAAN

81

Sejalan dengan masih kuatnya laju

pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara

pada triwulan III 2019 (5,11%, yoy),

kondisi ketenagakerjaan di Sumatera Utara

membaik. Hal ini sebagaimana tercermin

dari perbaikan Tingkat Pengangguran

Terbuka (TPT) Sumatera Utara pada Agustus

2019. Perbaikan kualitas ketenagakerjaan

juga diikuti dengan serapan tenaga kerja

formal yang tumbuh lebih tinggi

dibandingkan dengan tenaga kerja informal.

Secara sektoral, serapan TK yang meningkat

terjadi pada sektor penyediaan akomodasi

mamin dan sektor konstruksi seiring dengan

pertumbuhan sektor pariwisata dan

berjalannya proyek infrastruktur pemerintah.

Sementara porsi serapan tenaga kerja di

sektor pertanian terus mencatatkan

penurunan.

Seiring dengan perbaikan tingkat

pengangguran terbuka dan kenaikan

serapan tenaga kerja pada sektor formal,

tingkat kemiskinan juga mencatat

perbaikan. Tingkat kesejahteraan masyarakat

Sumatera Utara terpantau membaik ditopang

oleh pertumbuhan ekonomi yang masih

tinggi. Data rilis BPS Provinsi Sumatera Utara

menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan

Sumatera Utara pada September 2018

menurun menjadi 8,83% dari 9,22% pada

periode yang sama tahun sebelumnya.

Capaian tersebut terlihat dalam tren menurun

sejak tahun 2012.

Perbaikan juga diikuti dengan penurunan

tingkat ketimpangan yang tercermin dari

gini ratio. Perbaikan ketimpangan terjadi

baik di kota maupun di desa, seiring dengan

perbaikan kondisi tenaga kerja pada tahun

2019.

6.1 Kondisi Ketenagakerjaan

Sumatera membaik

Pada Agustus 2019, jumlah

angkatan kerja menurun

dibandingkan periode yang sama

tahun sebelumnya. Jumlah angkatan kerja

Agustus 2019 menurun dibandingkan dengan

periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu

dari 7,1 juta orang menjadi 7 juta orang atau

turun 0,8% (yoy), jauh lebih rendah dari rata-

rata pertumbuhan angkatan kerja selama 5

tahun periode Agustus 2014 2018 sebesar

1,9% (yoy).

l

Grafik 6.1 Jumlah Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja

Ditengah jumlah penduduk usia produktif

yang terus meningkat, jumlah angkatan

kerja menurun. Berdasarkan sektoral, tiga

lapangan kerja mengalami penurunan

serapan terbesar antara lain Administrasi

Pemerintahan (turun 0.55 poin), Perdagangan

Besar dan Eceran (turun 0.31 poin) serta

Industri Pengolahan (turun 0.31 poin).

Sementara sektor yang mengalami kenaikan

serapan tenaga kerja adalah penyediaan

akomodasi dan mamin, jasa pendidikan dan

sektor konstruksi. Hal ini mengindindikasikan

sektor pariwisata yang bertumbuh serta

berjalannya proyek infrastruktur di Sumatera.

Sementara, serapan pada sektor pertanian

sebagai sektor utama menunjukkan porsi

yang terus menurun dengan pangsa 35%,

menurun sejak tahun 2019. Selain

dikarenakan faktor musiman yaitu serapan di

bulan Februari selalu lebih tinggi karena

adanya panen raya padi (Maret-April), hal ini

diindikasikan terkait dengan fluktuasi harga

komoditas (sawit dan karet) serta optimisme

perbaikan harga kedepan yang menurun.

TPAK 70.2 %

TPT 5.0 %

Dlm ribuan

Page 83: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

KETENAGAKERJAAN

82

Sumber: BPS, diolah

Grafik 6.2 Perkembangan Jumlah Angkatan Kerja dan TPAK Sumatera Utara

Sumber: BPS, diolah

Grafik 6.3 Proporsi Pekerja Sektoral

Secara umum terlihat tren penurunan

jumlah tenaga kerja di sektor pertanian

sejak tahun 2015. Di Sumatera Utara, hal ini

sejalan dengan indeks Nilai Tukar Petani

(NTP) yang masih berada dibawah 10011,

serta harga komoditas yang berada dalam

dalam tren menurun sejak 2015. Imbal hasil

yang rendah di sektor pertanian tanaman

pangan dan perkebunan yang disebabkan

oleh koreksi harga komoditas (sawit dan

karet) sehingga menyebabkan penduduk

beralih ke lapangan usaha lainnya yang

memberikan pendapatan yang lebih baik.

11

Nilai indeks dibawah 100 merepresentasikan indeks yang diterima petani (It) lebih kecil dibandingkan dengan indeks yang dibayar petani (Ib)

Sumber: BPS, diolah

Grafik 6.4 NTP Sumatera Utara

Lebih jauh, lapangan usaha perdagangan

besar dan eceran (PBE) yang menempati

posisi kedua juga mengalami penurunan

serapan tenaga kerja. tenaga kerja 1,1 juta

orang atau 17,7% penduduk bekerja di

Sumatera Utara. Sektor PBE sebagai sektor

andalan penyerap tenaga kerja kedua terbesar

juga mencatat penurunan serapan tenaga

kerja. TK sektor PBE tercatat sebanyak 1,1

juta orang atau menyerap 17.7% penduduk

bekerja sumatera utara. Meski kinerja sektor

PBE mengalami peningkatan dari triwulan III

2018 (6,2%, yoy) menjadi (8,0%, yoy),

namun tidak dapat mendorong serapan TK

lebih tinggi.

Di sisi lain, serapan TK tertinggi ketiga berada

pada sektor industri pengolahan sebanyak

662 ribu orang atau 9,9% penduduk bekerja.

Penurunan serapan tenaga kerja di sektor

industri pengolahan diindikasi sejalan dengan

melambatnya kinerja industri pengolahan

pada triwulan III 2019 dibandingkan periode

yang sama tahun sebelumnya. Stagnasi

pertumbuhan industri pengolahan (lihat bab

PDRB) dan proses mekanisasi di beberapa

area industri disinyalir berdampak pada

penurunan serapan TK pada periode berjalan.

Page 84: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

KETENAGAKERJAAN

83

Sumber: BPS, diolah

Grafik 6.5 Perkembangan Jumlah Penduduk Bekerja dan TPT

Berdasarkan tingkat pendidikannya,

pasokan tenaga kerja di Sumut masih

didominasi oleh tenaga kerja unskilled. Jumlah pekerja berpendidikan rendah (SMP ke

bawah) mendominasi struktur tenaga kerja

dengan porsi 49%. Rendahnya pendidikan

penduduk usia kerja tersebut juga

menyebabkan serapan tenaga kerja masih

terkonsentrasi pada lapangan kerja informal12

seperti sektor pertanian dan sektor informal

lainnya.

Namun demikian, apabila dilihat porsi TK

berpendidikan SMK mengalami peningkatan

menjadi 15% pada Agustus 2019 dari periode

yang sama tahun sebelumnya 13%. Selain

tenaga kerja tamatan SMK, tenaga kerja

lulusan Diploma dan Universitas juga

meningkat 17 ribu. Kenaikan jumlah tenaga

kerja berpendidikan tinggi ini diharapkan

dapat menjadi faktor pendorong perbaikan

ekonomi Sumut ke depan. Secara rinci,

jumlah tenaga kerja yang berpendidikan SMP

ke bawah tercatat sebanyak 3,2 juta orang

(49%), SMA sebanyak 1,5 juta orang (24%),

SMK sebanyak 972 ribu orang (15%), dan

12

Berdasarkan klasifikasi pekerjaannya, status pekerjaan utama dibagi menjadi dua, yaitu formal dan informal. Pekerja formal merupakan pekerjaan yang mencakup kategori berusaha dengan dibantu buruh tetap dan kategori buruh/karyawan. Sementara, pekerjaan informal terdiri dari buruh, pekerja bebas pertanian, pekerja bebas non pertanian dan pekerja keluarga/tidak dibayar.

Diploma-Universitas sebanyak 859 ribu

orang (13%).

Sumber: BPS, diolah

Grafik 6.6 Pangsa Tenaga Kerja Berdasarkan Pendidikan

Meski jumlah TPAK mengalami

penurunan, pada Agustus 2019 Tingkat

Pengangguran Terbuka13 terbanyak terlihat

pada angkatan kerja dengan pendidikan

SMK. Rilis data BPS menyebutkan tingkat

pengangguran terbuka (TPT) paling banyak

berpendidikan SMK dan SMA. Sementara

pengangguran berlatarbelakang pendidikan

rendah (SD dan SMP) terus menurun dari

bulan Agustus 2017. Hal ini mencerminkan

banyaknya pasokan TK berjenjang

pendidikan menengah yang belum terserap

industri sementara TK berpendidikan rendah

lebih mudah bekerja dimana saja (unskilled work). Sementara porsi pengangguran

berpendidikan tinggi yang masih tinggi

menunjukkan adanya gap antara pasokan TK

berkualitas dan permintaan tenaga kerja di

wilayah Sumatera Utara, antara lain dapat

dikarenakan 1) Oversupply, pertumbuhan

industri tidak secepat pertumbuhan angkatan

kerja; 2) Kualitas tenaga kerja tidak sesuai

dengan standar industri; dan 3) Semakin

banyak industri yang mengarah pada otomasi

produk.

13 Tingkat pengangguran merupakan persentasi dari

jumlah pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja. Penganggur terbuka terdiri dari Penduduk berusia 15 tahun keatas yang : 1) Tidak memiliki dan mencari pekerjaan; 2)tidak memiliki dan mempersiapkan usaha; 3)tidak memiliki pekerjaan dan mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapat pekerjaan; 4) sudah memiliki pekerjaan tetapi belum mulai bekerja

Page 85: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

KETENAGAKERJAAN

84

Sumber: BPS, diolah

Grafik 6.7 TPT Berdasarkan Pendidikan

Indikator lainnya untuk menggambarkan

kondisi ketenagakerjaan adalah pekerja

dengan jam waktu penuh (≥35 jam

seminggu). Jumlah pekerja dengan waktu

penuh bertambah 27 ribu orang atau

meningkat 0.6 persen dibandingkan periode

yang sama tahun sebelumnya. Meski

demikian, tambahan pekerja jam waktu

penuh pada agustus 2019 menurun 3,1

persen poin dibandingkan pertumbuhan

tahun 2018. Penurunan serapan tenaga kerja

penuh yang identik dengan produktivitas

lebih tinggi tersebut diperkirakan sejalan

dengan pertumbuhan industri pengolahan

yang melambat pada triwulan III 2019

(1,2%,yoy) dari triwulan III 2018 (4,7%, yoy)

Tabel 6.1 Klasifikasi Penduduk Bekerja (Pekerja Penuh/Tidak Penuh)

Sumber: BPS, diolah

Dominasi pekerja dengan jumlah jam kerja

per minggu ≥35 jam sejalan dengan

struktur tenaga kerja menurut lapangan

pekerjaan utamanya. Dimana pada grafik

6.9 menunjukkan pangsa tertinggi terjadi

pada TK dengan lapangan kerja

buruh/karyawan/pegawai (42%). dan

berusaha sendiri (20%). Dikaitkan dengan TK

menurut jumlah jam kerja dan sektor

ekonomi, maka serapan TK jam kerja penuh

diperkirakan terkait sejalan dengan perbaikan

kinerja sektoral Sumatera Utara, terutama

pada sektor konstruksi dan penyediaan

akomodasi mamin yang tumbuh lebih pada

kuat dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya (triwulan III 2018)

Grafik 6.8 Kategori TK Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama

Meski jumlah angkatan kerja menurun,

namun Tingkat Pengangguran Terbuka

(TPT) mengalami penurunan. Seiring

dengan perbaikan ekonomi Sumut pada

2019, Tingkat Pengangguran Terbuka Agustus

2019 menurun dibandingkan tahun

sebelumnya (5,56). Jumlah pengangguran di

Sumut sebanyak 383 ribu orang, berkurang

13 ribu dibandingkan periode yang sama

tahun sebelumnya. Realisasi TPT sebesar

5,42% menginterpretasikan adanya 5 orang

penganggur dari 100 orang angkatan kerja di

Sumatera Utara. Sejalan dengan kinerja

nasional, TPT Sumut berada dalam tren

menurun sejak tahun 2015. Meski demikian,

realisasi TPT masih berada diatas nasional

(5,28%) dan memiliki urutan ke-12 dengan

tingkat pengangguran tertinggi dibandingkan

34 provinsi lainnya.

Sumber: BPS, diolah

Grafik 6.9 Perkembangan Jumlah Penduduk Bekerja dan TPT

Selisih Growth Growth

Feb Agst Feb Agst Feb Agst Agst '18 - '19 Agst '18 - '19 Agst '17 - '18

1-7 - 438 547 155 623 159 4 2.6% 0

8-34 1,521 1,477 1,822 1,992 1,649 1,914 (78) -3.9% 19.8%

≥35 jam 4,295 4,451 4,455 4,581 4,763 4,608 27 0.6% 3.7%

TOTAL 5,816 6,365 6,823 6,728 7,036 6,681 (47)

2019 Jumlah Jam Kerja

Per Minggu

2017 2018

Ribu orang

Page 86: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

KETENAGAKERJAAN 85

6.2 Kesejahteraan

6.2.1 Nilai Tukar Petani

Pada triwulan III 2019, kesejahteraan

petani di Sumatera Utara mengalami

penurunan dengan periode yang sama

tahun sebelumnya. Nilai Tukar Petani (NTP)

Sumatera Utara pada triwulan III 2019

menurun dibandingkan periode yang sama

tahun sebelumnya, namun masih berada

dibawah batas 100. NTP triwulan laporan

tercatat sebesar 96,95, lebih rendah 0,82

persen poin dibanding periode yang sama

tahun sebelumnya 97,77. Penurunan NTP

Sumatera Utara terjadi pada sub lapangan

usaha tanaman perkebunan dan tanaman

pangan. Penurunan tersebut juga sejalan

dengan penurunan harga CPO lokal, karet

dan gabah.

Grafik 6.10 Pertumbuhan NTP Sumatera Utara

Harga gabah di tingkat petani maupun di

penggilingan pada triwulan berjalan

tercatat lebih rendah dibandingkan periode

yang sama tahun sebelumnya. Penurunan

harga gabah terjadi baik di tingkat petani

maupun penggilingan. Penurunan terbesar

terjadi di level penggilingan, diindikasi terkait

dengan produksi yang melimpah di Sumut

dan beberapa sentra padi lainnya, sehingga

mendorong harga turun. Sementara

kelompok NTP kelompok tanaman

hortikultura mencatat kenaikan,

diperkirakan terkait dengan masuknya

periode tanam dan tingginya harga komoditi

14 Penduduk miskin adalah mereka yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah garis

hortikultura semusim seperti cabai merah dan

cabai rawit (lihat bab inflasi)

Tabel 6.2 Harga Gabah

Sumber: BPS, diolah

Pengeluaran petani lebih besar

dibandingkan yang diterima. Penurunan

NTP Sumatera Utara didorong oleh kenaikan

pengeluaran petani tercermin dalam

pertumbuhan Indeks yang dibayar (Ib) yang

lebih tinggi dibandingkan indeks yang

diterima.

Grafik 6.11 IT dan IB Sumatera Utara

6.2.2 Tingkat Kemiskinan Sumatera

Utara menurun

Perbaikan tingkat pengangguran

berdampak pada tingkat kemiskinan yang

menurun. Angka kemiskinan14 Sumatera

Utara pada Maret 2019 mengalami

penurunan dibandingkan dengan periode

yang sama tahun lalu dan memperlihatkan

kecenderungan tren yang menurun sejak 3

tahun terakhir. Jumlah penduduk miskin

mencapai 1,28 juta jiwa atau 8,83% dari total

penduduk di Sumatera Utara. Angka ini

menurun 3% atau sebanyak 42 ribu orang

dibandingkan Maret 2018.

kemiskinan. Pada Maret 2018 garis kemiskinan Sumatera Utara sebesar Rp451.673 per kapita/bulan

TW III'18 TW III'19

Harga GKP Petani 4,754 4,689 -1.4

Harga GKP Penggilingan 4,810 4,753 -1.2

Harga GKG Petani 5,749 5,264 -8.4

Harga GKG Penggilingan 5,803 5,329 -8.2

Harga Gabah Kualitas Rendah Petani 4,604 4,556 -1.0

Harga Gabah Kualitas Rendah Penggilingan 4,664 4,436 -4.9

Harga/KgKeterangan Perubahan (%)

IT IB

Page 87: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

KETENAGAKERJAAN

86

Sumber : BPS (diolah)

Grafik 6.12 Jumlah Penduduk Miskin Sumatera Utara

Perbaikan tingkat kemiskinan terjadi di

pedesaan dan perkotaan. Jumlah penduduk

miskin di daerah perdesaan umumnya selalu

lebih tinggi dibandingkan perkotaan. Namun

demikian, mulai periode September 2017

jumlah penduduk miskin di daerah pedesaan

lebih sedikit dibandingkan dengan perkotaan.

Jumlah penduduk miskin di desa menurun

23,8 ribu atau turun 3,8% dibandingkan

Maret 2018. Sementara jumlah penduduk

miskin di kota naik 23,7 ribu dibandingkan

tahun sebelumnya. Penduduk miskin kota

juga menurun 19,1 ribu atau turun 2,8%

dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan

jumlah penduduk miskin di desa

diindikasikan terkait dengan keberhasilan

program Dana Desa yang sedang bergulir

saat ini. Program Dana Desa yang digunakan

untuk pembangunan infrastruktur desa serta

pemberdayaan masyarakat disinyalir

memberikan dampak positif dalam

pengentasan kemiskinan.

Sumber : BPS (diolah)

Grafik 6.13 Jumlah Penduduk Miskin di Pedesaan dan Perkotaan

Selain itu, penurunan jumlah penduduk

miskin di Sumatera Utara secara umum

disinyalir didorong oleh beberapa faktor salah

satunya kesuksesan penyaluran beras

sejahtera (rastra) dan Bantuan Pangan Non

Tunai (BPNT) kepada rumah tangga juga turut

berkontribusi pada penurunan jumlah

penduduk miskin di Sumatera Utara.

Komoditi makanan memberikan

sumbangan terbesar terhadap Garis

Kemiskinan baik di perkotaan maupun di

pedesaan. Komoditi makanan mendominasi

garis kemiskinan di kisaran 70-75%,

sementara komoditi non makanan di kisaran

20-25%. Apabila dilihat lebih dalam, terdapat

5 komoditi utama pada komponen makanan

yang memberikan sumbangan terbesar

terhadap garis kemiskinan, yaitu Beras, Rokok

Kretek Filter, Tongkol/Tuna/Cakalang, Telur

Ayam Ras, dan Gula Pasir yang memberikan

pangsa dominan. Sementara komponen

bukan makanan seperti Perumahan, Bensin,

Listrik, Pendidikan dan Perlengkapan Mandi

memberikan sumbangan terhadap garis

kemiskinan di perkotaan maupun di

pedesaan.

Tabel 6.3 Komoditi Penyumbang Garis Kemiskinan

Sumber : BPS (diolah)

Perbaikan tingkat kemiskinan juga

ditunjukkan dengan Indeks Kedalaman

Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan

Kemiskinan (P2) yang terus menurun.

Selama Maret 2018 - Maret 2019, Indeks P1

turun dari 1.6 menjadi 1.3. Sejalan dengan

hal tersebut indeks P2 juga menurun dari

0.37 menjadi 0.33. Hal ini mengindikasikan

rata-rata pengeluaran penduduk miskin

cenderung semakin mendekati garis

kemiskinan dan tingkat ketimpangan

Jenis Komoditi Perkotaan Jenis Komoditi Pedesaan

Makanan 73.26 Makanan 78.07

Beras 20.84 Beras 31.65

Rokok kretek filter 11.67 Rokok kretek filter 10.00

Tongkol/tuna/cangkalang 4.39 Telur ayam ras 2.97

Telur ayam ras 3.92 Tongkol/tuna/cangkalang 2.93

Daging ayam ras 3.2 Gula pasir 2.72

Gula pasir 2.97 Bawang merah 2.25

Bukan Makanan 26.74 Bukan Makanan 21.93

Perumahan 6.13 Perumahan 4.54

Listrik 3.53 Bensin 2.55

Bensin 3.50 Pendidikan 1.94

Pendidikan 2.23 Listrik 1.81

Angkutan 1.32 Perlengkapan mandi 1.21

Perlengkapan Mandi 1.31 Pakaian jadi anak - anak 1.09

Page 88: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

KETENAGAKERJAAN

87

pengeluaran penduduk miskin semakin

menurun.

Sumber : BPS (diolah)

Grafik 6.14 Indeks Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan

Apabila dibandingkan dengan provinsi lain

di Sumatera, Provinsi Sumatera Utara

menempati urutan ke-5 provinsi dengan

tingkat kemiskinan tertinggi pada

September 2018 se Sumatera (8,83%).

Adapun persentase jumlah penduduk miskin

paling tinggi adalah Provinsi Aceh sebesar

15,3% dan terendah adalah Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung sebesar 4,6%.

Namun demikian, persentase penduduk

miskin Sumatera Utara masih di bawah

nasional yang mencapai 9,6% dan apabila

dibandingkan se-Indonesia, Provinsi

Sumatera Utara berada pada urutan ke-18,

lebih baik dibandingkan dengan Provinsi

Jawa Timur (peringkat ke-19) dan Jawa

Tengah (peringkat ke-20)

6.2.3 Ketimpangan Pendapatan

Sejalan dengan tingkat kemiskinan yang

membaik, kondisi ketimpangan

pendapatan juga membaik. Ketimpangan

pendapatan tercermin melalui rasio gini yang

mengukur ketimpangan distribusi pendapatan

melalui pengukuran yang berkisar antara 0

sampai 1. Apabila koefisien gini bernilai 0

berarti terjadi pemerataan sempurna di suatu

daerah, sementara apabila bernilai 1 maka

terjadi ketimpangan sempurna.

Pada Maret 2019 , koefisien Gini Sumatera

Utara tercatat sebesar 0,317 lebih rendah

dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya 0,32. Hal ini mengindikasikan

kondisi ketimpangan yang membaik di

Sumatera Utara. Dibandingkan dengan

provinsi lainnya, Sumatera Utara menduduki

peringkat 5 dengan koefisien gini terendah di

Indonesia dan nasional 0,382.

Sumber : BPS (diolah)

Grafik 6.15 Perkembangan Koefisien Gini Sumatera Utara

Ditinjau dari wilayahnya, tingkat

ketimpangan di kawasan perkotaan tercatat

lebih tinggi dibandingkan pedesaan. Pada

Maret 2019, koefisien gini perkotaan

Sumatera Utara tercatat sebesar 0,34, lebih

tinggi dibandingkan dengan pedesaan yang

mencapai 0,26. Tingkat ketimpangan yang

lebih tinggi di daerah perkotaan sejalan

dengan kondisi nasional, yang diperkirakan

juga terkait dengan pengangguran yang lebih

tinggi di daerah perkotaan.

Berdasarkan distribusi pengeluarannya,

ketimpangan Sumatera Utara berada pada

kategori rendah. Persentase pengeluaran

kelompok 40 persen terbawah sebesar 21,38

menunjukkan ketimpangan rendah (diatas

17%) dan perbaikan dari tahun sebelumnya.

Kondisi ketimpangan yang membaik

diantaranya terjadi karena: 1) Kenaikan rata-

rata pengeluaran perkapita per bulan

kelompok 40% terbawah dan 40% menengah

yang lebih cepat dibandingkan 20% atas; 2)

Di daerah perkotaan, kenaikan pengeluaran

terlihat pada kelompok 40% pendapatan

menengah dan 20% teratas; 3) Sementara di

daerah pedesaan, kenaikan pengeluaran

perkapita yang lebih cepat terlihat hanya

pada 40% kelompok menengah. Untuk

menekan gini ratio, dibutuhkan percepatan

pengeluaran perkapita pada kelompok 40%

terbawah, diantaranya melalui program

pemberdayaan masyarakat melalui Dana

Desa.

Page 89: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

KETENAGAKERJAAN

88

Grafik 6.16 Distribusi Pengeluaran Perkotaan

Grafik 6.17 Distribusi Pengeluaran Pedesaan

Ketimpangan distribusi pendapatan masih

sangat terlihat khususnya di daerah

perkotaan. Hal tersebut tercermin dari

distribusi pengeluaran yang tidak merata

dimana sekitar 80% dinikmati oleh

masyarakat berpendapatan menengah dan

kelompok teratas atau sekitar 60% total

penduduk. Sementara masyarakat

berpendapatan rendah atau 40% dari total

penduduk hanya mendapatkan share 20%

pendapatan perkotaan. Hal ini

mengindikasikan masih adanya kendala

pemerataan antara lain 1) perbedaan

konsentrasi kegiatan ekonomi wilayah.

Sumatera Utara bagian timur memiliki

pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan

bagian barat; 2) alokasi investasi yang belum

merata. Pembangunan infrastruktur strategis

seperti jalan tol dan bandara masih

terkonsentrasi di wilayah timur, serta

beberapa pembangunan yang masih dalam

proses belum memberikan dampak yang

siginifikan; 3) tingkat mobilitas faktor

produksi yang rendah seperti tenaga kerja

atau modal yang belum merata menyebabkan

ketimpangan di level regional; serta 4)

ketersediaan infrastruktur yang belum

mengakomodir seluruh daerah hingga

pelosok Sumatera Utara.

Terkait dengan distribusi pendapatan

sebagaimana diulas di atas, perbaikan

aspek pemerataan (equity) dalam distribusi

pendapatan juga perlu diupayakan melalui

pembangunan modal manusia. Salah satu

upaya dalam menekan tingkat ketimpangan

adalah mengupayakan agar penduduk

mendapatkan kemudahan dalam mengakses

kebutuhan dasar untuk mengembangkan

potensinya yang kemudian akan tercermin

dalam Indeks Pembangunan Manusia. IPM

merupakan indikator penting untuk mengukur

keberhasilan dalam membangun kualitas

hidup manusia. IPM juga menjelaskan

bagaimana penduduk dapat mengakses hasil

pembangunan untuk memperoleh

pendapatan, kesehatan, dan dan pendidikan.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Sumatera Utara terus mengalami

peningkatan. IPM Sumatera Utara tahun

2018 mencapai 71,18 meningkat

dibandingkan tahun sebelumnya 70,57.

Meski demikian, capaian tersebut masih

sedikit berada di bawah angka nasioinal

71,39. Peningkatan IPM tersebut didorong

oleh peningkatan pada 3 aspek esensial, yaitu

aspek umur panjang dan hidup sehat,

pengetahuan dan standar hidup layak. Ketiga

aspek tersebut dijabarkan ke dalam 3 indeks

yaitu Indeks Harapan Hidup Saat Lahir

(UHH), Indeks Harapan Lama Sekolah (HLS)

dan Indeks Rata-Rata Lama Sekolah (RLS)

serta Indeks Pengeluaran Per Kapita, yang

keseluruhannya menunjukkan peningkatan di

tahun 2018.

Tabel 6.4 IPM Menurut Komponen

Komponen Satuan 2013 2014 2015 2016 2017 2018

1 2 6 7 8 9 10 11

Umur Harapan Hidup saat Lahir

(UHH)

Tahun 67.94 68.04 68.29 68.33 68.37 68.61 

Harapan Lama Sekolah (HLS) Tahun 12.41 12.61 12.82 13.00 13.1 13.1

Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Tahun 8.79 8.93 9.03 9.12 9.25 9.3

Pengeluaran per Kapita Rp 000 9,309 9,391 9,563 9,744 10,036 10,391

IPM 68.38 68.87 69.51 70 70.57 71.18

Pertumbuhan IPM % 0.94 0.72 0.93 0.7 0.81 0.9

Page 90: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

KETENAGAKERJAAN

89

Dibandingkan provinsi lain di Sumatera, IPM

Provinsi Sumatera Utara tahun 2018

menempati peringkat ke 5 IPM tertinggi

dibawah Kepulauan Riau (74,8), Riau (72,4),

Sumatera Barat (71,7), dan Aceh (71,18).

Sumber : BPS (diolah)

Grafik 6.18 IPM Sumut dan Nasional

Secara spasial, IPM seluruh kabupaten/kota

menunjukkan peningkatan,

mengindikasikan adanya distribusi dari

pertumbuhan ekonomi terhadap

pembangunan manusia. Dari 33

Kabupaten/Kota di Sumatera Utara, kota

Medan telah menyandang sebagai kota

deng ≥80).

Sementara sebanyak 16 kabupaten/kota

(70≤IPM<80), dan sisanya sebanyak 16

lainnya berstatus sedang.Tahun 2018,

terdapat 2 kabupaten dengan status yang

meningkat dari sedang menjadi tinggi, yaitu

kabupaten Langkat dan Samosir, didorong

oleh perbaikan dimensi standar hidup layak.

Di sisi lain, 2 kabupaten juga meningkat

statusnya dari rendah menjadi sedang, yaitu

Nias Selatan dan Nias Barat. Kemajuan IPM

kedua kabupaten tersebut didorong oleh

perbaikan dimensi pendidikan Selaras dengan

pembangunan yang lebih banyak dilakukan

di Pantai Timur, sehingga tingkat

kesejahteraan dan pembangunan manusia di

Sumatera Utara juga relatif lebih baik di

wilayah Pantai Timur (Grafik 6.19)

Grafik 6.19 IPM 33 Kabupaten/Kota Sumut

68

.87 6

9.5

1 70

.00 7

0.5

7 71

.18

68

.9 69

.55

70

.18

70

.81

71

.39

2014 2015 2016 2017 2018

IPM Sumut IPM Nasional

Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

Page 91: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

KETENAGAKERJAAN

90

Page 92: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

PROSPEK PEREKONOMIAN

91

PROSPEK

PEREKONOMIAN

Perekonomian Provinsi Sumatera Utara pada triwulan I 2020 diprakirakan terdeselerasi sesuai dengan

pola historisnya. Terbatasnya pertumbuhan ekonomi terutama didorong oleh normalisasi permintaan

domestik di awal tahun pasca HBKN Natal dan tahun baru. Sementara itu tekanan inflasi pada awal tahun

2020 diperkirakan meningkat, lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya. Masuknya periode awal

tahun serta masa liburan sekolah diperkirakan akan mendorong aktifitas konsumsi yang mendorong

peningkatan permintaan barang dan jasa.

Secara keseluruhan tahun 2020, momentum perbaikan ekonomi diprakirakan terus berlanjut di tengah

tekanan inflasi yang diprakiran terjaga pada kisaran inflasi nasional. Optimisme tersebut terutama

bersumber dari peningkatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga serta investasi sementara konsumsi

pemerintah mengalami moderasi. Ekspor disinyalir juga turut meningkat seiring dengan pertumbuhan

ekonomi dunia yang mulai pulih serta harga komoditas yang mengalami perbaikan. Inflasi Sumatera Utara

tahun 2020 diperkirakan lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Kondisi ini terutama didorong oleh inflasi

komoditas AP yang dipengaruhi oleh adanya kenaikan pada tarif dasar listrik, cukai rokok, tarif tol, iuran

BPJS Kesehatan, dan pengurangan subsidi solar.

Page 93: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

PROSPEK PEREKONOMIAN 92

7.1 Prospek Pertumbuhan

Ekonomi

7.1.1 Prospek Pertumbuhan Ekonomi

Triwulan I 2020 Perekonomian Provinsi Sumatera Utara pada

triwulan I 2020 diprakirakan terdeselerasi

sesuai dengan pola historisnya. Terbatasnya

pertumbuhan ekonomi terutama didorong oleh

normalisasi permintaan domestik di awal tahun

pasca HBKN Natal dan tahun baru.

Perlambatan konsumsi rumah tangga dan

investasi akan berdampak kepada deselerasi

pada LU perdagangan dan konstruksi. Di

samping itu, permintaan eksternal disinyalir

tumbuh positif seiring dengan peningkatan

ekspor luar negeri. Permintaan yang masih kuat

diiringi oleh tercukupinya bahan baku akan

menopang upaya optimalisasi LU industri

pengolahan. Dengan perkembangan ini,

ekonomi Sumatera Utara pada triwulan I 2020

diprakirakan dapat tumbuh pada kisaran 4,7

5,1% (yoy).

7.1.1.1 Komponen Permintaan

Konsumsi rumah tangga diprakirakan tumbuh

terbatas seiring dengan kembali normalnya

aktivitas belanja masyarakat pasca HBKN Natal

dan Tahun Baru. Namun demikian, daya beli

masyarakat dinilai masih kuat seiring dengan

kenaikan UMP tahun 2020 yang lebih tinggi

dari kenaikan UMP tahun 2019. Selain itu,

perbaikan harga kelapa sawit diharapkan dapat

memperbaiki disposable income masyarakat

Sumatera Utara yang bergantung kepada

komoditas tersebut.

Konsumsi pemerintah diprakirakan mengalami

perlambatan sesuai pola historisnya. Pada awal

tahun, pemerintah daerah masih melakukan

konsolidasi terkait program kerja yang akan

dilakukan ke depan. Selain itu, proses

administrasi untuk pelelangan masih

dipersiapkan di triwulan I 2019 sehingga

realisasi belanja modal masih tertahan.

Rendahnya serapan belanja modal di awal

tahun pada pemerintah daerah juga disinyalir

terjadi pada belanja modal swasta sehingga

turut menahan investasi. Namun demikian,

investasi berpotensi tetap tumbuh positif

didukung oleh berbagai proyek pembangunan

infrastruktur multiyears yang mendukung

kawasan.

Permintaan eksternal disinyalir masih tumbuh

positif seiring dengan perbaikan ekspor luar

negeri sementara ekspor antardaerah

melambat. Kenaikan ekspor luar negeri sejalan

dengan perbaikan harga komoditas di pasar

internasional dan peluang peningkatan

permintaan CPO dari India seiring dengan

penyetaraan bea masuk impor CPO Indonesia

dan Malaysia. Meskipun demikian, ekspor

antardaerah diprakirakan terdeselerasi sejalan

dengan kinerja LU pertanian yang kurang

optimal. Adapun impor disinyalir tumbuh

terbatas sejalan dengan deselerasi permintaan

2020

I II III IV I II III IVP

IP

PDRB 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.0511 5 - 5.4 5 - 5.4 4.7 - 5.1 5 - 5.4

Berdasarkan Pengeluaran

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 0.05 0.06 0.06 0.06 0.06 0.04 0.04 0.05 5.1 - 5.5 4.5 - 4.9 4.9 - 5.3 5.2 - 5.6

Pengeluaran Konsumsi LNPRT 0.07 0.11 0.13 0.14 0.11 0.24 0.12 0.03 2.3 - 2.7 9.8 - 10.2 1.1 - 1.5 1.9 - 2.3

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 0.06 0.05 0.15 0.10 0.09 0.18 0.18 0.11 7.7 - 8.1 13.2 - 13.6 6.1 - 6.5 7.2 - 7.6

Pembentukan Modal Tetap Bruto 0.08 0.10 0.12 0.11 0.10 0.06 0.07 0.06 6.7 - 7.1 6.4 - 6.8 6.4 - 6.8 7.5 - 7.9

Ekspor Luar Negeri 0.00- 0.05 0.84 0.17 0.19 0.10- 0.09- 0.02 13.1 - 13.5 -2.2 - -1.8 -1.5 - -1.1 -3.3 - -2.9

Impor Luar Negeri 0.00- 0.07 0.03 0.03 0.03 0.03 0.04- 0.04- 4.1 - 4.5 -0.4 - 0 2.4 - 2.8 1.7 - 2.1

Net Ekspor Antar Daerah 0.01 0.14 0.12 0.10 0.10 0.03 0.04- 0.04- 6.4 - 6.8 0.2 - 0.6 3.5 - 3.9 3.6 - 4

Berdasarkan Lapangan Usaha

Pertanian 3.25% 5.12% 4.98% 6.08% 4.87% 6.07% 6.03% 4.07% 3.9 - 4.3 4.8 - 5.2 4.3 - 4.7 4.9 - 5.3

Pertambangan dan Penggalian 4.74% 5.52% 6.04% 5.50% 5.46% 5.47% 3.88% 4.34% 3.3 - 3.7 4.1 - 4.5 6.1 - 6.5 6.8 - 7.2

Industri Pengolahan 2.52% 3.35% 4.68% 4.06% 3.66% 2.28% 0.68% 1.20% 1.1 - 1.5 1.2 - 1.6 1.6 - 2 1.7 - 2.1

Pengadaan Listrik, Gas 4.52% 3.21% 3.01% -0.25% 2.58% 1.85% 4.69% 3.58% 4.6 - 5 3.5 - 3.9 5.3 - 5.7 2 - 2.4

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 3.43% 3.03% 2.02% 3.12% 2.90% 3.48% 6.54% 6.38% 5.9 - 6.3 5.4 - 5.8 4 - 4.4 1.9 - 2.3

Konstruksi 6.87% 5.95% 5.24% 3.91% 5.45% 7.42% 7.52% 7.19% 7.1 - 7.5 7.1 - 7.5 6.2 - 6.6 7.2 - 7.6

Perdagangan 5.66% 5.91% 6.25% 6.58% 6.11% 5.59% 6.40% 8.00% 7.9 - 8.3 6.8 - 7.2 6.5 - 6.9 7 - 7.4

Transportasi dan Pergudangan 7.48% 6.62% 5.62% 4.96% 6.14% 5.21% 5.18% 6.31% 6.1 - 6.5 5.6 - 6 4.7 - 5.1 5.6 - 6

Penyedia Akomodasi dan Makan Minum 7.48% 7.70% 6.82% 8.11% 7.53% 8.72% 9.01% 9.15% 9.1 - 9.5 8.8 - 9.2 8.1 - 8.5 7.9 - 8.3

Informasi dan Komunikasi 8.20% 8.38% 7.94% 9.18% 8.43% 8.96% 9.82% 9.85% 8.3 - 8.7 9.1 - 9.5 6.1 - 6.5 2.6 - 3

Jasa Keuangan dan Asuransi 1.87% 0.74% 4.31% 0.05% 1.73% 0.30% 1.59% 0.33% 1.5 - 1.9 0.8 - 1.2 2.7 - 3.1 2.9 - 3.3

Real Estate 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 4.5 - 4.9 4.6 - 5 5.5 - 5.9 5.1 - 5.5

Jasa Perusahaan 0.08 0.08 0.07 0.06 0.07 0.05 0.06 0.06 4.5 - 4.9 5.1 - 5.5 4.4 - 4.8 5 - 5.4

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.08 0.08 0.08 6.4 - 6.8 7.6 - 8 5.6 - 6 5.2 - 5.6

Jasa Pendidikan 0.08 0.10 0.04 0.03 0.06 0.04 0.05 0.05 5.8 - 6.2 5 - 5.4 5.8 - 6.2 5.6 - 6

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0.07 0.06 0.05 0.06 0.06 0.05 0.05 0.04 5.2 - 5.6 5 - 5.4 5 - 5.4 5.1 - 5.5

Jasa Lainnya 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.07 6 - 6.4 6 - 6.4 6.6 - 7 6.5 - 6.9

Inflasi 3.91 3.36 1.64 1.23 1.23 1.05 5.87 4.48 3.8 - 4.2 3.8 - 4.2 4.4 - 4.8 3.7 - 4.1

Suku Bunga 4.25 5.25 5.75 6.00 6.00 6.00 5.25

Sumber: BPS; P) Proyeksi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara

Komponen2018

20182019

2019P

2020P

Page 94: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

PROSPEK PEREKONOMIAN 93

domestik terkait dengan kebutuhan impor

barang modal dan barang konsumsi. Potensi

perlambatan ekonomi pada triwulan I 2020

tercermin juga ekspektasi penjualan 6 bulan ke

depan yang mengalami penurunan (Grafik 7.1).

Grafik 7.1 Ekspektasi Penjualan 6 bulan kedepan

7.1.1.2 Komponen Lapangan Usaha

Dari sisi lapangan usaha, kinerja LU pertanian

berpotensi tumbuh positif pada triwulan I 2020

didorong oleh masuknya periode tanaman

hortikultura. Namun demikian, produksi

komoditas - komoditas perkebunan disinyalir

tumbuh terbatas seiring dengan curah hujan

yang sangat rendah, khususnya di daerah

pantai timur yang merupakan sentra produksi

kelapa sawit dan karet. Namun demikian,

ketersediaan bahan baku diprakirakan masih

cukup untuk menopang pertumbuhan industri

pengolahan. Rencana implementasi B-30 akan

mendorong pelaku usaha untuk

mengoptimalisasi produksi industri pengolahan

kelapa sawit. Selain itu, industri pengolahan

makanan dan minuman disinyalir

meningkatkan aktivitas industri khususnya

mengantisipasi peningkatan permintaan

menjelang bulan Ramadhan pada bulan April.

Selanjutnya, LU perdagangan dan konstruksi

pada triwulan I 2020 diprakirakan mengalami

relaksasi di awal tahun. Deselerasi LU

perdagangan sejalan dengan moderasi aktivitas

berbelanja dan berlibur pasca HBKN Natal dan

tahun baru. Di samping itu, penyelenggaraan

MICE dari pemerintah dan swasta juga

menurun seusai dengan pola musimannya.

Untuk LU konstruksi, siklus persiapan

pelelangan proyek - proyek konstruksi

diprakirakan menurunkan pertumbuhan LU.

Namun demikian, LU konstruksi pada triwulan

I 2020 masih ditopang oleh berbagai

pembangunan proyek - proyek tahun jamak.

Tabel 7.1 Proyeksi Harga Komoditas Internasional

Sumber: WEO IMF October 2019, diolah f) Proyeksi

7.1.2 Prospek Pertumbuhan Ekonomi

Keseluruhan Tahun 2020

Secara keseluruhan tahun, pertumbuhan

ekonomi diprakirakan tumbuh meningkat

pada kisaran 5,1 - 5,5% (yoy). Optimisme

tersebut terutama bersumber dari peningkatan

pertumbuhan konsumsi rumah tangga serta

investasi sementara konsumsi pemerintah

mengalami moderasi. Ekspor disinyalir juga

turut meningkat seiring dengan pertumbuhan

ekonomi dunia yang mulai pulih serta harga

komoditas yang mengalami perbaikan. Dari sisi

LU, pertumbuhan ekonomi terutama akan

ditopang oleh akselerasi dari lapangan usaha

lapangan usaha utama.

7.1.2.1 Komponen Permintaan

Akselerasi konsumsi rumah tangga pada tahun

2020 akan didorong oleh perbaikan daya beli

masyarakat. UMP Provinsi tahun 2020 tercatat

Rp2,49 juta, meningkat 8,5% dari tahun

sebelumnya. Peningkatan tersebut juga lebih

tinggi dari peningkatan UMP tahun 2019 yang

sebesar 8,03% (yoy). Besaran peningkatan

upah minimum di beberapa kabupaten/kota

juga sesuai dengan peningkatan UMP Provinsi,

seperti di Kota Medan, Kabupaten Deli

Serdang, dan Kabupaten Simalungun yang

merupakan pusat industri di Sumatera Utara. Di

samping itu, harga komoditas ekspor utama

yaitu minyak kelapa sawit juga disinyalir

mengalami perbaikan di pasar internasional.

Investasi diprakirakan terakselerasi seiring

dengan berlanjutnya berbagai proyek

multiyears yang mendukung konektivitas di

Komoditas 2018 2019-f 2020-f

Minyak; crude oil avg (US$/barrel) 68 62 58

Minyak kelapa sawit; palm oil (US$/mt) 560 507 564

Kopi arabika; coffe arabica (US$/kg) 137 136 154

Kopi robusta coffe robusta (US$/kg) 88 80 86

Karet; rubber (US$/kg) 70 75 72

Page 95: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

PROSPEK PEREKONOMIAN 94

Sumatera Utara. Salah satunya adalah

pembangunan Jalan Tol Tebing Tinggi - Kuala

Tanjung - Parapat yang mendorong kelancaran

distribusi antara kawasan metropolitan,

kawasan industri, dan kawasan pariwisata.

Selain itu, Pemerintah juga berkomitmen

membangunan infrastruktur dasar di Danau

Toba sebagai salah satu destinasi wisata

prioritas nasional. Di samping itu, momentum

perbaikan investasi tetap terjaga dengan

masuknya peran swasta yang bergerak di

bidang industri pengolahan di berbagai

kawasan industri.

Di satu sisi, konsumsi pemerintah disinyalir

termoderasi pada tahun 2020. Hal tersebut

sehubungan dengan normalisasi anggaran

pasca Pemilihan Presiden 2019. Di samping

itu, pagu belanja pada R-APBD Provinsi tahun

2020 tercatat Rp12,6 triliun, menurun dari

Rp14,7 triliun pada pagu belanja APBD-P

Provinsi tahun 2019. Dana Transfer Pusat ke

Daerah tahun 2020 juga tercatat Rp43,8 triliun

relatif stabil dibandingkan tahun 2019 dengan

pagu anggaran Rp43,3 triliun.

Tabel 7.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

Sumber: WEO IMF Oktober 2019, diolah proyeksi Bank Indonesia *) proyeksi

Di samping itu, permintaan eksternal

diprakirakan mengalami akselerasi di tahun

2020 seiring dengan perbaikan pertumbuhan

ekonomi global. Perbaikan ekonomi dunia

terutama didorong oleh pertumbuhan ekonomi

negara berkembang yang meningkat sebagai

buah dari berbagai kebijakan akomodatif yang

dilakukan bank sentral dan pemerintah di

tahun 2019. Sejalan dengan hal tersebut,

permintaan akan meningkat sehingga

mendorong akselerasi volume perdagangan

dunia. Hal ini lebih lanjut akan mendorong

peningkatan ekspor luar negeri Sumatera Utara

pada tahun berjalan. Selain itu, harga minyak

kelapa sawit pada pasar internasional sebagai

komoditas ekspor utama diprediksi meningkat

sejalan dengan konsumsi global yang naik

melebihi suplai dunia. Implementasi

penyerapan biodiesel di Indonesia dan

Malaysia disinyalir memberikan dampak

terhadap harga komoditas di pasar. Penerapan

B-30 juga turut mendorong ekspor antardaerah

yang ditopang juga oleh konektivitas yang

semakin baik. Di satu sisi, harga komoditas

utama lain seperti karet dan minyak mentah

diprakirakan menurun.

Sejalan dengan perbaikan ekspor, impor juga

diprakirakan tumbuh meningkat pada tahun

2020. Akselerasi impor dipengaruhi oleh

meningkatnya kebutuhan bahan baku penolong

untuk pencampuran industri pengolahan dan

berlanjutnya berbagai proyek strategis nasional.

7.1.2.2 Komponen Lapangan Usaha

Dari sisi LU, pertanian disinyalir tumbuh

membaik pada tahun 2020. Hal tersebut

didorong oleh peningkatan produksi

perkebunan yang merupakan hasil replanting

sejak tahun 2012. Selain itu, korporasi yang

bergerak di bidang karet turut melakukan

investasi untuk membasmi gugur daun yang

sering mewabah di tahun 2019. Perbaikan

produksi tanaman pangan, hortikulura, dan

perkebunan akan didukung oleh prakiraan

cuaca di tahun 2020 yang lebih kondusif

dibandingkan tahun sebelumnya.

Industri pengolahan diprakirakan tumbuh

meningkat di tahun 2020. Melimpahnya bahan

baku komoditas perkebunan disinyalir

menopang optimalisasi kapasitas industri

pengolahan kelapa sawit, karet, dan kopi. Pada

tahun 2020, peningkatan kapasitas biodiesel di

berbagai daerah disinyalir juga turut

mendorong peningkatan kapasitas industri

pengolahan minyak kelapa sawit. Selain itu,

industri pengolahan perikanan juga disinyalir

terus tumbuh seiring dengan perluasan pasar

dan upaya diversifikasi produk. Meskipun

demikian, industri karet berisiko lebih tertahan

seiring dengan stagnansi industri otomotif di

dunia sementara bahan baku relatif terbatas.

LU perdagangan pada tahun 2020 diprakirakan

tumbuh membaik sejalan dengan perbaikan

2018 2019* 2020*

Pertumbuhan Ekonomi Dunia 3.6 3.0 3.1

Negara Maju 2.2 1.7 1.5

Amerika Serikat 2.9 2.3 2.0

Euro Area 1.8 1.0 1.0

Jepang 0.8 0.6 0.5

Negara Berkembang 4.5 3.9 4.1

Tiongkok 6.6 6.2 6.0

India 7.1 5.9 6.6

Amerika Latin 1.0 0.5 1.8

Volume Perdagangan Dunia 3.4 -0.3 0.2

Indeks Harga Komoditas Ekspor Indonesia -2.8 -4.5 -0.9

Page 96: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

PROSPEK PEREKONOMIAN 95

daya beli masyarakat. Ekspansi pelaku usaha di

bidang perdagangan berlanjut sejalan dengan

optimisme perekonomian ke depan. Selain itu,

penjualan kendaraan bermotor juga disinyalir

tumbuh positif sejalan dengan pelonggaran LTV

untuk kredit kendaraan bermotor. Atraksi event dan promosi pariwisata terus digalakan dan

diharapkan dapat mendorong aktivitas LU di

tahun 2020. Beberapa event pariwisata

berkelas internasional yang akan dilaksanakan

tahun 2020 diantaranya Samosir Music

International, Toba Caldera World Music 2020,

Festival Danau Toba, dan berbagai event

musik, kultur,dan olahraga lainnya.

LU konstruksi disinyalir tumbuh positif pada

tahun 2020. Hal tersebut sejalan dengan

berlanjutnya berbagai proyek multiyears pemerintah seperti Jalan Tol Trans Sumatera

dan Bendungan Lau Simeme. Selain itu,

aktivitas dari sektor properti juga disinyalir

terus menggeliat seiring dengan pelonggaran

LTV untuk Kredit Properti. Kuota subsidi KPR

dengan Fasilitas Likiuditas Pembiayaan

Perumahan dari Kementerian PUPR yang

ditingkatkan menjadi 110.000 unit pada tahun

2020 disinyalir turut menopang kinerja LU ini.

7.1.3 Risiko Pertumbuhan Ekonomi

Ke depan, berbagai risiko pertumbuhan

ekonomi tetap perlu menjadi perhatian.

Penurunan globalisasi yang dicirikan dengan

kebijakan berbagai negara yang mendahulukan

kepentingan ekonomi dalam negeri serta

berbagai perang dagang yang meluas

diprakirakan terus berlanjut di tahun 2020.

Perkembangan perang dagang antara Amerika

Serikat dan Tiongkok yang cukup fluktuatif dan

belum menemui titik terang dapat memberikan

tekanan dari sisi eksternal. Di samping itu,

implementasi Renewable Energy Directive

(RED) II di Eropa berisiko menimbulkan

sentimen negatif terhadap CPO dan

menurunkan harga jualnya di pasar

internasional. Dari sisi internal, berbagai

kendala investasi seperti masih cukup tingginya

biaya kebutuhan dasar industri dan hambatan

birokrasi perlu segera diatasi untuk dapat terus

menjaga momentum perbaikan investasi.

Di tengah kondisi perekonomian global yang

belum kondusif, bauran kebijakan Bank

Indonesia semakin diperkuat untuk menjaga

stabiltas dan mendorong momentum

pertumbuhan. Enam fokus area kebijakan yang

akan di tempuh pada tahun 2020 yaitu: 1)

kebijakan moneter tetap akomodatif; 2)

kebijakan makroprudensial yang akomodatif

akan ditempuh untuk mendorong pembiayaan

ekonomi. 3) kebijakan sistem pembayaran

difokuskan pada penguatan instrumen dan

infrastruktur publik berbasis digital; 4)

kebijakan Pendalaman Pasar Uang diperkuat

untuk mendukung efektivitas kebijakan

moneter dan makroprudensial yang

akomodatif; 5) kebijakan Pemberdayaan

Ekonomi Syariah dan UMKM terus didorong

agar menjadi sumber pertumbuhan baru

ekonomi Indonesia; dan 6) memperkuat sinergi

dengan fokus pada untuk menjaga stabilitas,

mendorong pertumbuhan ekonomi dan

memperkuat struktur ekonomi, serta

mendukung integrasi ekonomi dan keuangan

digital secara nasional.

7.2 Prospek Inflasi

7.2.1 Prospek Inflasi Triwulan I 2020

Tekanan inflasi pada awal tahun 2020

diperkirakan meningkat, lebih tinggi

dibanding triwulan sebelumnya. Masuknya

periode awal tahun serta masa liburan sekolah

diperkirakan akan mendorong aktifitas

konsumsi yang mendorong peningkatan

permintaan barang dan jasa. Terkait hal ini,

tekanan inflasi kelompok Sandang serta

Tranpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan

diperkirakan akan meningkat.

Selanjutnya, perayaan Imlek pada triwulan I

2020 juga diperkirakan akan mendorong

peningkatan konsumsi masayarakat, khususnya

bahan makanan dan makanan minuman jadi.

Selain itu, membaiknya daya beli masyarakat

mengikuti outlook harga CPO World Bank juga

diperkirakan turut mendorong aktivitas

konsumsi masyarakat.

Di samping itu, rencana pemerintah untuk

menerapkan kenaikan harga cukai tembakau

yang efektif per 1 Januari 2020 diperkirakan

juga akan memberikan tekanan pada inflasi

komoditas rokok. Selain itu juga terdapat

Page 97: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

PROSPEK PEREKONOMIAN 96

penyesuaian tarif listrik untuk golongan rumah

tangga 900VA non subsidi dan kenaikan iuran

BPJS yang akan mendorong inflasi kelompok

barang yang diatur oleh pemerintah.

Di sisi lain, ketersediaan pasokan komoditas

pangan seiring dengan panen raya pada bulan

Februari Maret berpotensi menahan tekanan

inflasi lebih lanjut. Harga komoditas-komoditas

strategis inflasi Sumatera Utara seperti Cabai

Merah pada periode ini diperkirakan masih

terjaga.

7.2.2 Prospek Inflasi Keseluruhan

Tahun 2020

Inflasi Sumatera Utara tahun 2020

diperkirakan lebih tinggi dari tahun 2019.

Kondisi ini terutama didorong oleh inflasi

komoditas AP yang dipengaruhi oleh adanya

kenaikan pada tarif dasar listrik, cukai rokok,

tarif tol, iuran BPJS Kesehatan, dan

pengurangan subsidi solar. Selain itu, inflasi inti

juga menyumbang tekanan inflasi yang berasal

dari tren kenaikan harga emas yang

diperkirakan masih akan terjadi selama tahun

2020. Di sisi lain, inflasi VF diperkirakan lebih

rendah dan menjadi faktor penahan kenaikan

inflasi lebih seiring dengan prediksi cuaca yang

lebih kondusif.

Dalam mengantisipasi risiko inflasi di 2020,

TPID Sumatera Utara akan melakukan

beberapa upaya khusus terkait komoditas

strategis yakni: (1) Peningkatan produksi

tanaman pertanian seperti cabai merah dan

bawang merah, dan (2) Komunikasi yang

intensif untuk pengendalian ekspektasi dan

diversifikasi cabai merah.

7.3 Rekomendasi

Momentum perbaikan ekonomi Sumatera Utara

diperkirakan berpotensi terus menguat. Untuk

mewujudkan hal tersebut, masih diperlukan

upaya peningkatan dan optimasi kinerja

lapangan usaha utama, apalagi di tengah

tingginya risiko dari sisi eksternal. Pemerintah

Daerah memiliki peran besar dalam mendorong

pertumbuhan ekonomi dari sisi domestik,

sekaligus mengendalikan harga barang sehingga

kenaikannya berada pada level yang wajar dan

kondusif. Beberapa rekomendasi dan langkah

yang dapat diambil, antara lain adalah:

1. Meningkatkan produktivitas usaha pertanian

(termasuk hortikultura, perkebunan, dan

perikanan) melalui program-program yang

bersifat intensifikasi maupun ekstensifikasi

pertanian;

2. Mendorong pembangunan industri dalam

rangka peningkatan nilai tambah, baik

berorientasi domestik maupun ekspor, serta

industri untuk subtitusi impor dalam rangka

mengurangi defisit transaksi berjalan;

3. Mengoptimalkan program-program

peningkatan daya saing daerah (SDM,

infrastruktur, iklim usaha, dll) untuk menarik

investor dalam negeri maupun asing agar

menanam modal ke Sumatera Utara;

4. Meningkatkan ragam dan kualitas atraksi di

pusat-pusat daerah wisata yang sesuai

dengan minat dan preferensi wisatwan;

5. Mendorong penguatan aksesibilitas dan

amenitas pariwisata Sumatera Utara melalui

perbaikan akses jalan ke daerah-daerah

wisata dan peningkatan kebersihan dan

higenitas di area wisata;

6. Meningkatkan alokasi dan monitoring

penggunaan dana desa untuk hal yang

bersifat lebih produktif berlandaskan

kearifan lokal, seperti mewujudkan sentra

usaha baru bagi terwujudnya kedaulatan

pangan; serta

7. Mendorong efisiensi ekonomi dan

kesehatan fiskal melalui optimasi

elektronifikasi pada transaksi Pemerintah

Daerah, sektor transportasi, dan penyaluran

bansos.

Page 98: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

PROSPEK PEREKONOMIAN 97

Page 99: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

DAFTAR ISTILAH 98

DAFTAR ISTILAH

Administered Price

Harga barang/jasa yang diatur oleh pemerintah, misalnya bahan bakar, penerangan, dan air serta

transportasi ataupun harga barang/jasa yang dipengaruhi oleh ketentuan pemerintah misalnya

tembakau dan minuman beralkohol.

Base Effect

Efek kenaikan/penurunannilai pertumbuhan yang cukup tinggi sebagai akibat dari nilai level

variabel yang dijadikan dasar perhitungan/perbandingan mempunyai nilai yang cukup

rendah/tinggi.

BEC

Pengklasifikasian kode barang dengan 3 digit angka yang dikelompokkan berdasarkan kegunaan

utama barang berdasarkan daya angkut komoditi tersebut.

Barang Modal (Capital Goods)

Barang-barang yang digunakan untuk keperluan investasi, biasanya bernilai guna lebih dari 1

tahun.

Bahan Baku (Raw Material)

Barang-barang mentah atau setengah jadi yang akan diproses kembali oleh sektor industri.

BI 7 Day Reverse Repo Rate

Suku bunga referensi yang mencerminkan sikap atau arah kebijakan moneter yang ditetapkan

dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap bulannya dan diumumkan kepada publik.

BI-RTGS

Bank Indonesia Real Time Gross Settlement, merupakan proses penyelesaian akhir transaksi (settlement)

pembayaran yang dilakukan per transaksi (individually processed / gross settlement) dan bersifat real time

(electronically processed), di mana rekening peserta dapat didebit/ dikredit berkali-kali dalam sehari

sesuai dengan perintah pembayaran dan penerimaan pembayaran.

Ceteris paribus

Semua variabel di luar sistem/model dianggap konstan.

Page 100: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

DAFTAR ISTILAH 99

CPO (Crude Palm Oil)

Minyak nabati yang dihasilkan oleh buah-buahan dari kelapa sawit.

Dana Pihak Ketiga (DPK)

Simpanan pihak ketiga bukan bank yang terdiri dari giro, tabungan, dan simpanan berjangka

(deposito).

Disposable income

Sejumlah uang yang dapat dapat dibelanjakan dan ditabung setelah dikurangi dengan pajak

penghasilan.

Ekspor dan Impor

Dalam konteks PDRB adalah mencakup perdagangan barang dan jasa antar negara dan antar

daerah.

Financing to Deposit Ratio (FDR) atau Loan to Deposit Ratio (LDR)

Rasio pembiayaan atau kredit terhadap dana pihak ketiga yang diterima oleh bank, baik dalam

rupiah maupun valas. Terminologi FDR untuk bank syariah sementara LDR untuk bank

konvensional.

Harga Minyak WTI

Harga minyak mentah dunia yang mengacu pada sebuah ukuran kualitas bernama West Texas

Intermediate atau Texas light sweet.

Indeks Penjualan Barang Konstruksi

Indeks yang merepresentasikan nilai penjualan dari barang-barang konstruksi.

Indeks Keyakinan Konsumen

Indeks yang dihasilkan oleh Survei Konsumen Bank Indonesia yang menggambarkan tingkat

keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian, baik saat ini maupun masa mendatang.

Indeks Kondisi Ekonomi

Salah satu indeks pembentuk Indeks Keyakinan Konsumen Bank Indonesia yang menggambarkan

persepsi konsumen akan kondisi perekonomian pada saat ini.

Page 101: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

DAFTAR ISTILAH 100

Inflasi IHK

Kenaikan harga barang dan jasa dalam satu periode, yang diukur dengan perubahan indeks harga

konsumen (IHK), yang mencerminkan perubahan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh

masyarakat luas.

Inflasi Inti

Inflasi IHK setelah mengeluarkan komponen volatile foods dan administered prices.

Inflow

Aliran masuk uang kartal ke Kantor Bank Indonesia.

Kredit

Penyediaan uang atau tagihan yang sejenis berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam

meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan peminjam untuk melunasi utangnya

setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Kredit Investasi

Kredit jangka menengah dan panjang untuk investasi barang modal seperti pembangunan pabrik

dan pembelian mesin.

Kredit Modal Kerja

Kredit jangka pendek atau menengah yang diberikan untuk pembiayaan/pembelian bahan baku

produksi.

Kredit Konsumsi

Kredit bagi perorangan untuk pembiayaan barang-barang pribadi seperti rumah (KPR-Kredit

Pemilikan Rumah), kendaraan (KKB-Kredit Kendaraan Bermotor), dan lain-lain seperti Kredit tanpa

agunan.

Kredit Usaha Rakyat (KUR)

Kredit yang diberikan oleh perbankan kepada UMKM memiliki prospek bisnis yang baik (feasible)

tapi belum memiliki kemampuan mengembalikan (bankable). Dana KUR berasal dari bank

pelaksana, namun dijamin sebagian besarnya oleh Pemerintah.

Leading Indicators

Indikator yang digunakan untuk memprediksi pergerakan atau titik balik dari suatu siklus bisnis.

Page 102: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

DAFTAR ISTILAH 101

Liaison

Suatu kegiatan pengumpulan data statistik dan informasi yang dilaksanakan secara periodik melalui

wawancara langsung kepada pelaku usaha mengenai perkembangan dan arah kegiatan usaha.

Loan to Value (LTV)

Sebuah dasar atau metode yang digunakan untuk menentukan seberapa besar pinjaman yang dapat

diberikan kepada debitur berdasarkan aset yang dijadikan jaminan.

Non Performing Loan (NPL) atau Non Performing Financing (NPF)

Persentase kredit/pembiayaan yang masuk dalam kategori kurang lancar, diragukan, dan macet

terhadap total kredit. Terminologi NPL untuk bank konvensional sementara NPF untuk bank

syariah

NTP (Nilai Tukar Petani)

Rasio antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang

dinyatakan dalam persentase.

Outflow

Aliran keluar uang kartal dari Kantor Bank Indonesia.

Passthrough effect

Efek dari perubahan kondisi ekonomi terhadap ongkos produksi yang pada akhirnya akan

berdampak pada harga retail suatu produk.

Perjanjian Kerja Bersama (PKB)

Perjanjian yang merupakan hasil perundingan antara serikat pekerja atau beberapa serikat pekerja

(yang tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan) dengan

pengusaha, atau beberapa pengusaha atau perkumpulan pengusaha yang memuat syarat syarat

kerja, hak dan kewajiban kedua belah pihak.

Quarter on Quarter (qtq)

Ukuran pertumbuhan yang membandingkan posisi triwulan tertentu terhadap posisi triwulan

sebelumnya.

Page 103: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

DAFTAR ISTILAH 102

PDRB Riil

Produk Domestik Bruto Regional yang nilainya menggunakan harga konstan. Hal ini untuk

menghilangkan pengaruh inflasi dalam mengukur pertumbuhan antar waktu.

Seasonal event

Kejadian yang terjadi secara musiman yang dapat mempengaruhi kondisi ekonomi dan cenderung

terjadi berulang antar tahun.

Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)

SKNBI adalah sistem transfer dana elektronik yang meliputi kliring debet dan kliring kredit yang

penyelesaian setiap transaksinya dilakukan secara nasional. Sejak dioperasikan oleh Bank

Indonesia pada tahun 2005, SKNBI berperan penting dalam pemrosesan aktivitas transaksi

pembayaran, khususnya untuk memproses transaksi pembayaran yang termasuk Retail Value

Payment System (RVPS) atau transaksi bernilai kecil (retail) yaitu transaksi di bawah Rp100 juta.

SurveI Konsumen

Survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia yang dilakukan secara bulanan untuk mengetahui

persepsi atau tingkat keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian.

Survei Penjualan Eceran

Survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia untuk merefleksikan pergerakan dari penjualan eceran

dan dilakukan secara bulanan.

Uang Kartal

Alat pembayaran yang sah yang dikeluarkan dan dijamin oleh Bank Indonesia, baik berupa kertas

maupun logam.

Volatile Foods

Komoditas yang termasuk kelompok bahan makanan, kecuali subkelompok ikan diawetkan dan

bahan makanan lainnya, yang pergerakan naik turunnya harga cukup besar (volatile).

Year on year (yoy)

Ukuran pertumbuhan yang membandingkan posisi satu titik waktu (misal bulan atau triwulan) terhadap posisi satu titik waktu yang sama tahun sebelumnya. Pembandingan ini dilakukan untuk menghilangkan efek seasonal yang biasanya terjadi di titik waktu tertentu (misal bulan Ramadhan, tahun ajaran baru, dsb).

Page 104: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

DAFTAR ISTILAH 103

Editor

Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter

Divisi Asesmen dan Advisory: Ibrahim

Yura A. Djalins

Kontributor

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara

Fungsi Asesmen, Ekonomi dan Surveillans: Citra Agustina

Rukmi Gayatri

Muhammad Fajar Andrianto

Shofi Aulia Riza Harahap

Kontributor: Dythia Sendrata

Andree Breitner Makahinda

Tim Data dan SEKDA: Donny H. Pratama

Meita Elshinta Siagian

Dea Lana Asri

Purnama Lubis

Page 105: LAPORAN PEREKONOMIAN · terbaik diantara negara emerging markets Misi Bank Indonesia 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran

DAFTAR ISTILAH 104

Informasi lebih lanjut dapat menghubungi:

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara

Fungsi Asesmen, Ekonomi dan Surveilans

Telp. 061-4150500

Fax. 061-4534760