1
PENGUJIAN IDENTIFIKASI KONDISI ARSIP FILM
DI ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2012
I P E N D A H U L U A N
A. Latar Belakang
Sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan
pasal 3 mengenai Penyelenggaraan Kearsipan pada huruf f dinyatakan bahwa Arsip
Nasional Republik Indonesia (ANRI) menjamin keselamatan dan keamanan arsip
sebagai bukti pertanggungjawaban dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Karenanya ANRI melakukan preservasi arsip statis yang merupakan tugas
pokok dari Direktorat Preservasi.
Salah satu jenis arsip yang tersimpan di Arsip Nasional RI adalah arsip film. Hingga
saat ini (tahun 2012) koleksi arsip film yang disimpan di ruang penyimpanan arsip film
gedung F lantai 2, 3, 4 dan 8 Arsip Nasional RI terdapat ± 55.806 can film dalam
berbagai jenis copy dan format ukuran.
Arsip film mempunyai media, struktur dan jenis bahan khusus yang
membedakannya dengan jenis arsip lainnya. Arsip film yang disimpan oleh ANRI
umumnya mempunyai bahan dasar /base asetat yang sangat mudah terdeteriorasi
pada kondisi penyimpanan yang tidak sesuai. Proses dekomposisi dan deteriorasi
tersebut dapat diakibatkan oleh bahan penyusun film itu sendiri maupun oleh
pengaruh lingkungan penyimpanannya. Kondisi lingkungan terutama suhu dan
kelembaban sangat berpengaruh terhadap perubahan fisik film. Akibat suhu dan
kelembaban ruang penyimpanan yang tidak konstan, menyebabkan beberapa koleksi
film yang tersimpan di ANRI mengalami kerusakan. Ciri-ciri kerusakan ini ditandai
dengan keluarnya lapisan perak nitrat pada film (silvering out) dan keluarnya bau asam
yang khas seperti cuka dari film (vinegar syndrome).
Deteriorasi yang menghasilkan asam asetat (asam cuka) inilah yang akan
mempercepat proses kerusakan film lebih lanjut, proses ini umumnya dikenal dengan
istilah vinegar syndrome. Mekanisme dekomposisi ini terjadi karena adanya group
acetyl pada base film yang terlepas karena udara lembab, panas dan asam bergabung
dengan uap air membentuk asam asetat (vinegar). Proses lebih lanjut dari kerusakan ini
adalah terjadinya pengerasan pada gulungan film (blocking), sehingga film menjadi
lengket satu sama lain dan menyebabkan hilangnya image yang ada pada film. Hal ini
dapat mengakibatkan hilangnya informasi yang terdapat dalam arsip. Asam asetat
2
yang dihasilkan oleh film juga bersifat korosif terhadap banyak logam seperti besi
magnesium dan seng membentuk gas hidrogen dan garam-garam asetat (disebut
logam asetat) yang bisa menyebabkan kerusakan peralatan listrik.
Untuk itu, dalam kegiatan preservasi arsip film diperlukan risk assesment kondisi
lingkungan penyimpanan arsip film, dan kondisi kerusakan pada fisik arsip film. Risk
assesment ini sangat penting dilakukan sebagai proses identifikasi awal dalam
menanggulangi kerusakan lebih lanjut yang dapat mengakibatkan musnahnya
informasi dalam arsip film tersebut. Oleh karenanya maka pada tahun 2012 Subdit
Instalasi Laboratorium menyelenggarakan kegiatan pengujian yang lebih difokuskan
pada Pengujian Identifikasi Kondisi Arsip Film di Arsip Nasional RI khususnya yang
berada di gedung F lantai 2.
B. Dasar Pelaksanaan
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan;
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2012 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan;
3. Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia Nomor 03 Tahun 2006
tentang Organisasi dan Tata Kerja Arsip Nasional Republik Indonesia
sebagaimana telah diubah dua kali terakhir dengan Peraturan Kepala Arsip
Nasional Republik Indonesia Nomor 05 Tahun 2010;
4. Peraturan Kepala ANRI Nomor 12 Tahun 2005 tentang Penyempurnaan
Pedoman Penyusunan Penyajian Laporan di Lingkungan ANRI.
C. Maksud dan Tujuan
Maksud pengujian ini adalah melakukan risk assesment terhadap kondisi
ruang penyimpanan dan kondisi arsip film di Arsip Nasional Republik Indonesia.
Adapun tujuannya adalah untuk mengetahui :
1. Untuk mengetahui kondisi ruangan penyimpanan arsip film apakah sesuai dengan
standar;
2. Untuk mengetahui tingkat kerusakan fisik arsip film, dan berapa persen arsip film
yang kondisinya rusak;
3
3. Untuk memberi masukan/rekomendasi apakah film harus segera dilakukan
restorasi, reproduksi atau film masih aman karena kondisinya baik;
4. Untuk melakukan penyelamatan terhadap informasi arsip film.
D. Ruang Lingkup
1. Waktu dan Tempat
Pelaksanaan kegiatan dilakukan selama 1 tahun, dari bulan Januari hingga
Desember 2012 di ANRI.
Pengujian kondisi penyimpanan arsip film dilakukan di tempat penyimpanan arsip
film gedung F lantai 2, 3,4 dan 8. Sedangkan pengujian kondisi fisik arsip film
hanya dibatasi pada khasanah arsip film yang terdapat diruangan penyimpanan
Gedung F lantai 2.
2. Pelaksana
Pelaksana kegiatan pengujian ini adalah Subdit Instalasi laboratorium bekerjasama
dengan Subdit Penyimpanan Arsip Media Baru, yaitu :
1) Yanah Suryanah
2) Dhani Sugiharto
3) Euis Shariasih
4) Sari Hasanah
5) Roby Syafurjaya
6) Fitra Yeni
7) Aris Widodo
8) Achmad Hamsari
9) Sutrisno
3. Lingkup Kegiatan
Lingkup kegiatan ini meliputi : rapat koordinasi, sampling/pengumpulan contoh,
pengujian laboratorium, konsinyasi pembahasan pengujian, pengolahan hasil
pengujian dan pelaporan hasil pengujian.
Pembiayaan untuk pelaksanaan kegiatan ini berasal dari anggaran rutin Subdit
Instalasi Laboratorium tahun anggaran 2012 sesuai Peraturan Kepala ANRI Nomor
03 A Tahun 2012 tentang Rencana Kinerja Tahunan Arsip Nasional Republik
Indonesia Tahun 2012.
4
I I P E L A K S A N A A N
A. Jenis-jenis Pengujian
1. Pengukuran Kondisi Ruang Penyimpanan
Pengukuran kondisi ruang penyimpanan dilakukan secara periodik selama 1
tahun. Pengukuran dilakukan terhadap ruang penyimpanan lantai 2, 3, 4 dan 8
baik ruang khusus (cold storage) maupun ruang penyimpanan biasa (normal
storage). Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah kondisi ruangan sesuai
dengan kondisi ruang penyimpanan arsip film yang dipersyaratkan. Pengukuran
dilakukan pada titik tertentu yang dianggap mewakili keseluruhan ruang
penyimpanan, hasilnya kemudian dirata-ratakan.
2. Identifikasi Kondisi Arsip Film
Identifikasi kondisi arsip film dilakukan hanya dibatasi pada koleksi arsip film
yang terdapat diruang penyimpanan Gedung F lantai 2 (baik ruang khusus
maupun ruang biasa). Jumlah sampel yang diuji sebanyak 12.873 can, terdiri dari
film 35 mm dan 16 mm (terlampir Daftar Khasanah Arsip Film Lantai 2 Gedung F).
Sampel diuji dengan menggunakan indikator ABC. Penampakan warna indikator
dibandingkan dengan tabel standar warna dan dicatat grade kondisi arsip film.
Data kondisi arsip film diolah dengan menghitung persentase kondisi arsip film
yang rusak (baik, rusak sedang dan rusak berat).
Hasil pengukuran kondisi ruangan penyimpanan dan kondisi arsip film kemudian
dibandingkan dengan standar tabel estimasi waktu kerusakan (tahun) pada suhu
dan kelembaban tertentu berdasarkan IPI Storage Guide For Acetate Film sebagai
berikut:
Gambar 1. IPI Storage Guide For Acetate Film
5
IPI Storage Guide For Acetate Film dapat ditampilkan kedalam bentuk tabel
sebagai berikut :
Tabel 1. Estimasi Waktu Kerusakan (Tahun) Film Asetat (fresh film)
Pada Suhu dan Kelembaban Tertentu
No RH 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80%
Suhu Waktu (tahun)
1 -1 0C 2000 1500 1000 700 500 400 300
2 2 0C 1250 900 700 500 350 250 200
3 4 0C 800 600 450 350 250 175 150
4 7 0C 600 400 300 250 175 125 100
5 10 0C 400 300 200 150 125 90 70
6 13 0C 250 200 150 100 80 60 50
7 16 0C 175 125 100 80 60 45 35
8 18 0C 125 90 70 50 40 30 25
9 21 0C 90 70 50 40 30 25 17
10 24 0C 60 45 35 25 20 16 13
11 27 0C 45 35 25 20 15 12 9
12 29 0C 30 25 18 14 11 9 7
13 32 0C 20 17 13 10 8 6 5
14 35 0C 16 12 10 7 6 5 4
15 38 0C 11 9 7 5 4 3 3
16 41 0C 8 7 5 4 3 3 2
17 43 0C 6 5 4 3 2 2 2
18 46 0C 4 4 3 2 2 1 1
19 49 0C 3 3 2 2 1 1 1
Tabel 2. Estimasi Waktu Kerusakan (Tahun) Film Asetat Yang Mulai
Terdegradasi Pada Suhu dan Kelembaban Tertentu
NO RH 20% 50% 80%
SUHU Waktu (tahun)
1 -1 0C 540 110 30
2 2 0C 350 75 25
3 4 0C 230 50 15
6
4 7 0C 150 35 10
5 10 0C 100 25 9
6 13 0C 65 15 6
7 16 0C 45 10 5
8 18 0C 30 7 4
9 21 0C 20 5 3
10 24 0C 15 4 2
11 27 0C 10 2 2
12 29 0C 7 2 1
13 32 0C 5 1 1
14 35 0C 3 1 1
15 38 0C 2 1 1
16 41 0C 2 <1 <1
17 43 0C 1 <1 <1
18 46 0C 1 <1 <1
19 49 0C 1 <1 <1
Sumber : James M. Reilly, IPI Storage Guide For Acetate Film, Image Permanence Institute, 1993
Hasil pengukuran suhu dan kelembaban kemudian dibandingkan dengan
tabel diatas untuk menentukan estimasi waktu kerusakan pada arsip film yang
disimpan.
B. Peralatan dan Contoh Uji
Peralatan dan contoh uji yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk memeriksa kondisi lingkungan ruang
penyimpanan dan mengetahui kondisi arsip film:
1) Thermohygrometer SWEMA AIR;
2) Thermohygrograph;
3) DicksonWare (temperature and humidity logger);
4) Kertas indikator ABC ;
5) Label Warna.
7
2. Contoh Uji
Pengambilan contoh uji film dilakukan terhadap seluruh koleksi arsip film yang
disimpan di ruang penyimpanan gedung F lantai 2 baik ruang khusus maupun
ruang biasa.
C. Cara Kerja
1. Pengujian Kondisi Ruangan Penyimpanan
Peralatan pengujian di kondisikan pada titik pengujian minimal selama 5 menit
sebelum mengukur suhu dan kelembaban.
Nyalakan alat Termohygrometer/Dickson ware, baca hasil pengukuran dan
simpan dengan hasil pengukuran.
Ulangi pengukuran pada point 1 dan 2, pada sepuluh titik diruang
penyimpanan arsip.
Setelah sepuluh titik pengukuran, di hitung rata-rata hasil pengukuran.
2. Pengujian Identifikasi Kondisi Arsip Film
Disiapkan indikator ABC baik dalam bentuk label maupun kertas indikator.
Pengujian dilakukan langsung diruang penyimpanan arsip film tanpa merubah
urutan dan susunan penyimpanan arsip film
Penempatan Indikator ABC dilakukan berdasarkan urutan penyimpanan arsip
film
Kertas indikator dimasukkan kedalam can film kemudian can ditutup kembali.
Untuk label indikator ditempelkan pada bagian tutup can bagian dalam.
Setelah beberapa lama (±30 menit). Amati perubahan warna pada indikator,
bandingkan kondisi grade arsip film dengan tabel warna dibawah ini.
Jika warna indikator tetap biru maka film masih dalam kondisi baik, nilai
keasaman (pH) > 5 (grade A),
Jika berubah menjadi warna hijau maka arsip film mulai terdeteriorasi dan
mengeluarkan asam sehingga mempunyai nilai pH 3 s.d 5 (grade B),
Jika indikator berubah kuning maka arsip film mempunyai keasaman yang
tinggi yaitu pH < 3 dan membutuhkan penanganan secepatnya (grade C).
8
Hasil perubahan warna/grade arsip film dicatat, dan pada bagian luar can arsip
film diberi label warna yang sesuai dengan perubahan warna hasil uji, untuk
memudahkan petugas melakukan tindakan selanjutnya misalnya warna biru
berarti baik, warna hijau dan kuning berarti harus dilakukan restorasi dan
reproduksi. Pada catatan hasil pengujian juga dicatat nomor kode arsip film
dan jenis arsip film (16mm atau 35mm)
Gambar 2. Perubahan Warna Indikator ABC
Perubahan warna pada label indikator pada arsip film sebaiknya diperiksa
secara rutin 1 bulan sekali untuk menentukan kondisi keasaman arsip film.
Label indikator yang sudah berubah warna menjadi hijau atau kuning
sebaiknya di ganti setelah arsip film mendapat perlakuan restorasi.
D. Hasil Pengujian
1. Kondisi Ruang Penyimpanan
Pengukuran kondisi suhu dan kelembaban ruangan penyimpanan dilakukan
secara rutin setiap bulan kurun waktu 12 bulan (Januari s/d Desember 2012).
Pengukuran dilakukan pada normal storage dan cold storage.
Nilai interval suhu dan kelembaban rata-rata pada ruangan penyimpanan
arsip film depo F lantai 2, 3, 4 dan 8 selama tahun 2012 ditunjukan dalam bentuk
tabel 3 (Lihat Lampiran : Rerata Suhu dan Kelembaban Perbulan Ruang
Penyimpanan Arsip Film Arsip Nasional RI Pada Tahun 2012).
Kuning Grade C pH < 3,8
Hijau Grade B
pH 3,8 s.d 5,4
Biru Grade A pH > 5,4
9
Tabel 3. Hasil Pengukuran Kondisi Penyimpanan Arsip Film di Gedung F
No Parameter Ruang Penyimpanan Film
Standar* Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Lantai 8
1 Suhu (ºC)
Maks 18±2 Normal storage 14.0±2.4 13.7±1.5 13.7±1.5 16.6±2.1
Cold storage 12.2±4.4 10.8±2.9 8.7±2.0
2 Kelembaban (%RH)
35±5 Normal storage 77±3.4 75.2±8.0 79.4±4.5 68.5±8.4
Cold storage 58.6±11.3 68.6±11.4 78.5±6.2
Keterangan : * Peraturan Kepala ANRI No 23 Tahun 2011 tentang Pedoman Preservasi Arsip Statis
Data pada tabel 3 menunjukan bahwa rerata kondisi suhu di ruang
penyimpanan arsip film dilantai 2, 3, 4 dan 8 baik ruang penyimpanan normal
storage dan cold storage, memenuhi standar tetapi dengan fluktuasi yang tinggi.
Sedangkan untuk nilai kelembaban masih jauh diatas standar yang ditetapkan
yaitu 35±5% RH.
Rata-rata nilai kelembaban di ruang penyimpanan film berada diatas 50%
RH. Kelembaban yang tinggi terutama lebih dari 60% merupakan kondisi yang
baik bagi pertumbuhan jamur, serta akan mempercepat proses kerusakan pada
arsip film dan untuk jangka waktu yang lama akan dapat menyebabkan
kerusakan pada lapisan emulsi gelatin pada film, serta menyebabkan
pertumbuhan jamur yang akan mengakibatkan emulsi film menjadi lunak dan
lengket. Kelembaban tinggi juga dapat menyebabkan perubahan pada emulsi
perak dan warna pada film. Kelembaban diatas 90% dapat menyebabkan
degradasi pada base film, tetapi ini tidak terjadi untuk kondisi penyimpanan arsip
film Gedung F.
Khusus kondisi suhu dan kelembaban ruang penyimpanan lantai 2, dimana
dilakukan pengujian arsip film ditunjukkan dalam bentuk grafik (Gambar 3 dan 4,
lihat juga Lampiran : Rerata Suhu dan Kelembaban Perbulan Ruang Penyimpanan
Arsip Film Arsip Nasional RI Pada Tahun 2012).
10
Gambar 3. Grafik Rerata Suhu Perbulan di Ruang Penyimpanan Arsip Film
Lantai 2 Gedung F Tahun 2012
Berdasarkan grafik diatas, dapat diketahui bahwa rerata suhu perbulan di
ruang penyimpanan arsip film lantai 2 gedung F, baik pada ruang khusus
maupun ruang biasa selama tahun 2012 berada dibawah 180C. Hal ini sudah
sesuai dengan standar suhu penyimpanan arsip film yaitu maksimum 18 + 20C.
Tetapi bentuk grafik curam/sangat berfluktuasi yang menandakan kondisi suhu
tidak stabil.
Gambar 4. Grafik Rerata Kelembaban Perbulan di Ruang Penyimpanan Arsip
Film Lantai 2 Gedung F Tahun 2012
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOV DES
Grafik Rerata Suhu di Ruang Penyimpanan Arsip Film Lantai 2 Tahun 2012
LT 2(RK)LT2(RB)
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOV DES
Grafik Rerata Kelembaban di Ruang Penyimpanan Arsip Film Lantai 2 Tahun 2012
LT2(RK)
LT2(RB)
11
Berdasarkan grafik diatas, rerata kelembaban perbulan di ruang
penyimpanan arsip film lantai 2 gedung F, baik pada ruang khusus maupun ruang
biasa selama tahun 2012, berada diatas 35%RH, yang berarti tidak sesuai dengan
standar kelembaban yang harus dicapai (35 + 5%RH). Tetapi bentuk grafik
kelembaban perbulan pada ruang biasa lebih datar daripada ruang khusus, yang
menandakan kelembaban pada ruang biasa lebih stabil daripada ruang khusus.
Fluktuasinya suhu dan kelembaban di ruang penyimpanan arsip film lantai 2
gedung F, disebabkan banyak faktor baik akibat peralatan khususnya AC dan
humidifier yang tidak berfungsi optimal, layout kondisi ruang yang
memungkinkan penyebaran suhu dan kelembaban yang tidak merata, keluar
masuknya petugas ke ruang penyimpanan, dll.
2. Identifikasi Kondisi Arsip Film
Pengujian identifikasi kondisi arsip film dilakukan terhadap 12.873 can film
berbahan dasar film cellulose acetate yang berada di ruang penyimpanan arsip
film Gedung F lantai 2 atau sebanyak kira-kira 23% dari keseluruh koleksi arsip
film (+ 55.800 reel film) yang dimiliki Arsip Nasional RI. Film yang diuji terdiri
dari film negatif, master, copy dan released copy dengan ukuran film 35mm dan
16mm.
Pengujian dilakukan dengan menempatkan label indikator ABC didalam can
film (gambar. 2), kemudian perubahan warna indikator atau grade pada arsip
film dicatat. Arsip film yang termasuk kedalam grade C diberi tanda stiker untuk
memudahkan petugas depo memindahkannya untuk perlakuan restorasi dan
reproduksi.
Gambar 3. Penempatan Label Indikator Pada Can Arsip Film
12
Hasil pengujian kondisi arsip film dengan menggunakan indikator ABC di
ruang penyimpanan arsip film Gedung F lantai 2 ditunjukan pada tabel dan
gambar berikut.
Tabel 4. Hasil Pengujian Kondisi Arsip Film Lantai 2 Gedung F
No Grade *Range
PH* Jumlah film % Keterangan
1 A >5,4 9742 76 Kondisi baik
B 3,8 – 5,4 782 6 Mulai terdegradasi
C <3,8 2313 18 Terdegradasi,
kondisi asam
Jumlah 12837
Gambar 4 . Grafik Hasil Pengujian Keasaman Arsip Film Lantai 2 Gedung F
Keterangan : Jumlah contoh sebanyak 12.873 can, diuji dengan menggunakan indikator ABC
76%
6%
18%
Rekapitulasi Hasil Pengujian Keasaman Arsip Film di Lantai 2 Gedung F
Grade A
Grade B
Grade C
13
Berdasarkan hasil pengujian (tabel 4 dan gambar 4) dapat terlihat bahwa
arsip film yang berada dilantai 2 gedung F, yaitu sebanyak 12.873 can, terdiri dari
arsip film yang kondisinya baik (grade A) adalah sejumlah 9.742 can atau 76%,
dan arsip film yang mulai dalam kondisi terdegradasi (grade B) adalah 782 can
atau 6 % dan arsip yang sudah terdegradasi (Grade C) adalah 2.313 can atau 18%.
Kondisi arsip film yang terdegradasi atau berada pada grade C selain
mempunyai kondisi keasaman yang tinggi (pH<3,8), juga pada umumnya
menunjukan tanda - tanda kerusakan seperti keluarnya lapisan emulsi pada film
(vinegar syndrome), emulsi film mengkerut dan mengeluarkan endapan putih
perak (silvering out). Kondisi arsip film seperti ini pada umumnya sudah sulit
untuk diperbaiki karena kerusakan yang terjadi jika sudah pada tahap ini bersifat
irreversible atau tidak dapat dikembalikan pada kondisi semula. Sehingga
tindakan restorasi apapun tidak akan dapat mengembalikan kondisi arsip film
menjadi baik seperti sebelum terjadinya kerusakan.
Kondisi keasaman pada arsip film yang rusak selain dapat memicu reaksi
deteriorasi lebih lanjut, juga memicu reaksi degradasinya menjadi lebih cepat,
selanjutnya dapat menularkan keasamannya pada arsip film lain yang berada
dalam kondisi baik. Sehingga apabila film yang rusak berada dalam satu ruangan
dengan film yang baik maka dikhawatirkan kondisi arsip film yang baik tersebut
akan ikut terdegradasi dan menjadi ikut rusak.
Jenis-jenis kerusakan film dapat terlihat pada perubahan yang terjadi pada
fisik film itu sendiri. Pada film yang terkena efek vinegar syndrome, akan timbul
bau asam yang tajam dari permukaan film. Gejala lain setelah vinegar syndrome
adalah nampak adanya kristal berwarna putih atau jernih pada permukaan film
(silvering out). Pada tingkatan tinggi terjadi pengkeritingan atau pengelupasan
lapisan emulsi yang mengakibatkan hilangnya informasi yang terekam dalam film.
Gambar 5 . Kondisi Arsip Yang Rusak (Vinegar Syndrom dan Silvering Out)
14
Kerusakan karena air biasanya menghasilkan film yang melengkung atau
kehilangan emulsi. Noda pada film dapat terjadi baik pada base maupun emulsi.
Gambar 6 . Kondisi Arsip Yang Rusak (melengkung, hilangnya emulsi)
Timbulnya deposit Kristal atau gelembung yang berisi cairan muncul pada emulsi
(Gambar 5 dan 6) merupakan bukti dari kerusakan pada base film dimana bahan
plastik, aditif dalam base film menjadi tidak sesuai, sehingga mulai terpisah dari
base film dan mengalir keluar di permukaan film. Ini merupakan pembuangan
plastisiser yang menandakan degradasi maju atau kerusakan semakin terjadi.
15
Karat iron oxide dari logam akan menghasilkan pengotoran pada gambar atau
warna kemerahan. Efek lain yang ditimbulkan karena air adalah : Ferrotyping,
blocking, dan jamur. Pada film dapat terjadi pula perubahan-perubahan bentuk
seperti : leafing, ribbing, pack slipage, windowing, corsetting/curl.
Gambar 7 . Kondisi Arsip Yang Rusak (can film dan arsip film yang berjamur)
Gambar 8 . Kondisi Arsip Yang Rusak (ribbing dan corsetting/curl)
Berdasarkan Gambar 5, 6, 7, dan 8, menunjukkan arsip film yang disimpan
di ruang penyimpanan arsip lantai 2 gedung F, khususnya dari hasil pengujian
16
masuk katagori grade B dan grade C, umumnya terjadi perubahan bentuk fisik
karena mengalami kerusakan. Arsip film yang sudah mengalami kerusakan
tersebut, harus segera dipisahkan dari arsip film lainnya yang kondisinya masih
baik. Jika dibiarkan bercampur atau disimpan bersama-sama, maka arsip film
yang kondisinya baik akan tertular oleh film yang sudah mengalami kerusakan
akibat asam asetat yang mudah menyebar di udara.
Untuk melihat gambaran lebih lanjut mengenai kondisi arsip film yang
terdapat di ruang penyimpanan film lantai 2 gedung F Arsip Nasional RI, maka
berikut ini disajikan data kondisi arsip film berdasarkan lokasi ruang
penyimpanannya, yaitu ruangan biasa/normal storage (Lihat Lampiran 3
Rekapitulasi Data Kondisi Keasaman Pada Arsip Film di Gedung F Lantai 2 (Ruang
Biasa), dan ruangan khusus/cold storage (lihat Lampiran 4 Rekapitulasi Data
Kondisi Keasaman Pada Arsip Film di Gedung F Lantai 2 (Ruang Khusus) dan
grade hasil pengujiannya.
Tabel 5. Hasil Pengujian Kondisi Arsip Film Lantai 2 Gedung F Berdasarkan
Ruang Penyimpanan Ruangan biasa dan Khusus
No Jenis Film Grade Jumlah % Keterangan
1 Ruangan Biasa
(normal
storage)
A 4452 69 Kondisi baik
B 436 6,8 Mulai terdegradasi
C 1566 24,2 Terdegradasi, kondisi
asam
JUMLAH 6454 100
2 Ruangan
Khusus (cold
storage)
A 5290 82,9 Kondisi baik
B 346 5,4 Mulai terdegradasi
C 747 11,7 Terdegradasi, kondisi
17
asam
JUMLAH 6383 100
Gambar 6. Hasil Pengujian Kondisi Arsip Film Lantai 2 Gedung F
Berdasarkan Ruang Penyimpanan Ruangan biasa dan Khusus
Hasil pengujian arsip film pada lantai 2 gedung F untuk kedua jenis ruangan
normal storage dan cold storage , untuk film dengan grade A (dalam kondisi
baik) menunjukan hasil yaitu 69,0% pada ruang biasa dan 82,9% pada ruang
khusus. Hasil pengujian ini menunjukan bahwa arsip film yang disimpan di
ruangan biasa mempunyai persentase laju kerusakan yang lebih tinggi dari pada
ruangan khusus. Hal ini disebabkan suhu dan kelembaban ruang khusus lebih
stabil daripada ruang biasa (Tabel 3). Pada ruang cold storage, tersimpan negatif
dan stock shoot film sebagai master arsip.
Kondisi arsip film yang disimpan di ruang penyimpanan Arsip Nasional RI
dikhawatirkan sudah mencapai fase autokatalisis (proses percepatan reaksi kimia
dengan sendirinya atau dengan zat katalis yang dihasilkan oleh senyawa itu
sendiri) dimana sebagian besar film telah terdeteriorasi mengeluarkan asam yang
dapat menjadi katalis yang mempercepat terjadinya reaksi kerusakan yang
berlanjut pada film. Hal ini dapat ditunjukan oleh hasil pengujian ( Tabel 4)
dimana 24% (6% + 18 %) sampel arsip film yang terdapat dilantai 2 mempunyai
grade B dan C, dengan kondisi pH yang kurang dari 5,4. Hal ini ditambah lagi
82,9%
69,0%
5,4%
6,8%
11,7%
24.2%
Ruang Khusus Lt. 2
Ruang Biasa Lt. 2
Hasil Pengujian Kondisi Arsip Film
Berdasarkan Jenis Ruangan Film
Grade A (baik pH > 5.4)
Grade B (mulai terdeteriorasi, pH 3.8 > pH > 5.4
Grade C (rusak, pH < 3.8)
18
dengan kondisi suhu dan kelembaban yang fluktuatif dan tidak sesuai dengan
standar, maka dikhawatirkan tingkat kerusakan film dapat menjadi lebih besar.
Jika kita asumsikan bahwa arsip film yang disimpan di Ruang Penyimpanan
film gedung F Arsip Nasional RI dalam kondisi baik (grade A), maka dengan
kondisi hasil pengukuran (Tabel 3), menurut standar IPI, dengan kondisi suhu dan
kelembaban ruang penyimpanan gedung F lantai 2, 3, 4 dan 8 dengan kondisi
maksimum 190C dan kelembaban 83% RH maka film akan mulai terdegradasi
vinegar syndrome (keasaman film mencapai 0,5) pada umur penyimpanan antara
kira-kira 17 s/d 25 tahun (Tabel 1), dan untuk arsip yang sudah terdegradasi
akan mempunyai umur 3 tahun (Tabel 2), kemudian seluruh koleksi arsip film
akan rusak.
Agar tidak terjadi seperti perkiraan tersebut, seluruh khasanah arsip film
harus diperhartikan baik fisik maupun tempat penyimpanannya. Dan untuk
melestarikan informasinya maka seluruh khasanah arsip film harus dilakukan alih
media ke bentuk digital. Digitalisasi akan menjadi cara yang ideal untuk
melestarikan isi film selulosa asetat, standar saat ini tidak memungkinkan untuk
memindai dengan resolusi yang cukup untuk menghasilkan salinan gambar yang
sama dan kualitas suara seperti aslinya.
Salah satu dampak yang terjadi akibat dilepaskannya asam asetat dari arsip
film dengan dasar film asetat adalah terjadinya korosi pada alat elektronik.
Diketahui bahwa asam asetat bersifat korosif terhadap banyak logam seperti besi,
magnesium, dan seng, membentuk gas hidrogen dan garam-garam asetat
(disebut logam asetat). Asam asetat menghasilkan logam etanoat bila bereaksi
dengan logam. Diketahui pula bahwa laju korosi akan naik pada pH yang rendah
dan terjadi korosi lokal (pitting korosi). Dan laju korosi berbanding lurus dengan
jumlah ion asetat yang terlarut. Pada kasus ini laboratorium belum dapat
melakukan pengujian, tetapi dampak korosif di ruang penyimpanan arsip sudah
ada yaitu terjadinya kebocoran pada sambungan pipa AC, dan perawatan alat-
alat listrik di ruang penyimpanan arsip film frekwensinya lebih tinggi dibanding
perawatan arsip konvensional.
I I I P E N U T U P
19
A. Kesimpulan
Kondisi suhu di ruang penyimpanan arsip film dilantai 2, 3, 4 dan 8 baik ruang
penyimpanan normal storage dan cold storage, memenuhi standar tetapi
dengan fluktuasi yang tinggi. Sedangkan untuk nilai kelembaban masih jauh
diatas standar yang ditetapkan.
Kondisi arsip film yang berada dilantai 2 gedung F (sebanyak 12.873 can) adalah
76% dalam kondisi baik (grade A) atau sejumlah 9.742 can, dan 6 % dalam
kondisi mulai terdegradasi (grade B) atau sejumlah 782 can, dan 18% arsip yang
sudah terdegradasi (grade C) atau sejumlah 2.313 can.
Kondisi arsip film di ruangan biasa/normal storage terdiri dari : 69% grade A,
6,8% grade B, dan 24,2% grade C. Sedangkan di ruangan khusus/cold storage
terdiri dari : 82,9% grade A, 5,4 grade B, dan 11, 7% grade C.
Laju tingkat kerusakan arsip film yang disimpan di ruangan biasa lebih tinggi dari
pada ruangan khusus.
Jenis-jenis kerusakan film dapat terlihat pada perubahan yang terjadi pada fisik
film itu sendiri. Pada film yang terkena efek vinegar syndrome, timbul bau asam
yang tajam, adanya kristal berwarna putih atau jernih pada permukaan film
(silvering out), pengelupasan lapisan emulsi yang mengakibatkan hilangnya
informasi arsip, dan perubahan-perubahan lainnya seperti : leafing, ribbing, pack
slipage, windowing, corsetting/curl .
B. Saran
1. Sebaiknya kegiatan monitoring ruangan penyimpanan arsip film dilakukan secara
rutin setiap hari terutama pemeriksaan setting AC dan dehumidifier agar kondisi
ruangan penyimpanan yang ideal dapat dicapai.
2. Perlunya dipasang air cleaner diruangan penyimpanan arsip film untuk menjamin
sirkulasi udara yang baik dan menyerap bau asam dari arsip film.
3. Perlunya memisahkan fisik arsip film yang sudah terdeteriorasi (grade B dan C)
dari film yang kondisinya baik (grade A) untuk menghindarkan kontak asam dari
udara ruangan penyimpanan.
4. Merestorasi kondisi arsip film yang berada dalam grade B dan C serta sesegera
mungkin serta melakukan alih media ke bentuk digital atau jenis arsip
lainnya untuk menyelamatkan informasi arsip.
5. Agar dapat mengantisipasi adanya pengaruh asam asetat terhadap laju
korosi pada logam terutama pada peralatan listrik.
20
6. Pengujian perlu dilanjutkan untuk tahun anggaran berikutnya pada lantai 3, 4
dan 8 untuk penyimpanan arsip film.
7. Melakukan pengujian dampak asam asetat terhadap korosi pada logam di ruang
penyimpanan arsip film.
Mengetahui Jakarta, Desember
2012
Kasubdit. Instalasi Laboratorium Sekretaris Tim Penguji,
Yanah Suryanah, Dipl.Kim Fitra Yeni, S.Si
21
IV D A F T A R P U S T A K A
1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 Tentang Kearsipan;
2. Keputusan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2000
tentang Standar Penyimpanan Fisik Arsip;
3. Elise Calvi, Preserving Access to Research Materials on Cellulose-Acetate Base
Microfilm in the University of Delaware Library, Preservation Department,
University of Delaware Library, July 2003;
4. James Reilly, IPI Storage Guide for Acetate Film. Rochester, NY: Image
Permanence Institute, 1993;
5. Robley, Les-Paul. 1996. Vinegar Syndrome Articles, American Sinematographer
June 1996 Edition;
6. Nasmi Herlina,”Yuli Panca Asmara” Pengaruh Asam Asetat Terhadap
Korosi di Lingkungan CO2 , Volume 9 No 1, Juni 2008;
7. Ferguson Brian, “Basic Chemical Safety” adapted from “Short Course in
Chemical Awarness”, ASEAN Training on Film and Video Preservation and
Restoration, Manila 12 Pebruary – 12 March 1997.
Top Related