LAPORAN PELAKSANAAN
KEGIATAN
PENGADILAN AGAMA ENREKANG
TAHUN 2009
2
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat taufik dan petunjuk-Nya
sehingga Laporan Pelaksanaan Kegiatan Pengadilan Agama Enrekang Tahun 2010
dapat diselesaikan dengan baik.
Laporan ini disajikan dalam bentuk informasi tentang seluruh pelaksanaan
kegiatan Pengadilan Agama Enrekang Tahun 2010 yang dilengkapi dengan data-
data yang memberikan gambaran tentang aktifitas Pengadilan Agama Enrekang
dalam melaksanakan tugas-tugas pembinaan sumber daya manusia tehnis
yustisial, pengelolaan sarana dan prasarana, keuangan dan administrasi.
Laporan dimaksud untuk memberikan informasi kepada pimpinan
Pengadilan Tinggi Agama Makassar serta Mahkamah Agung tentang pelaksanaan
tugas pokok dan fungsi Pengadilan Agama Enrekang.
Dalam menyusun laporan ini kami berusaha semaksimal mungkin untuk
menyempurnakannya, namun kami menyadari bahwa laporan ini masih banyak
kekurangan yang perlu diperbaiki, oleh karena itu kami mengharapkan saran dan
kritik membangun demi kesempurnaan pelaksanaan tugas untuk masa-masa yang
akan datang.
Demikian, semoga laporan ini bermamfaat.
Enrekang, 3 Januari 2011
Ketua Pengadilan Agama Enrekang,
Drs. A. R. Buddin S, S.H.
3
D A F T A R I S I
1. Halaman Judul ...………………………………………………………………. i 2. Kata Pengantar …...…………………………………………………………… ii 3. Daftar Isi ……………………………………………………………………….. iii
B A B I PENDAHULUAN ……… ……….. ……….. …………… ………. 1
A. Kebijakan Umum Peradilan…….………………… …….. …… 3 B. Visi dan Misi. …… . …………… …………………………….. 12 C. Renstra …….. ……………………… ……………. …………….. 17
B A B II STRUKTUR ORGANISASI ....... ............. ............... ..................... 32
A. Kedudukan dan struktur organisasi Peradilan Agama ....... 32 B. Struktur Organisasi .. ...……..………………… ………..…….. 36 C. Tugas Pokok dan Fungsi. …………………………………... 37
B A B III KEADAAN PERKARA ........ ........ ....... ........ .......... ..................... 40
A. Bidang Kepaniteraan Perkara……..…………………………. 40 B. Evaluasi… ……………………………………………………….. 43 C. Administrasi Perkara..………………………………………….. 44 D. Pengelolaan Biaya Perkara ……. …………… ……………….. 45
BAB IV PENGAWASAN INTERNAL …….. ………. ……….. ………… 46
A. Pengertian Pengawasan. ……………………………………… 46 B. Penunjukan Hakim Pengawas Bidang… ……………………. 47 C. Pelaksanaan Pengawasan ………. …………. ……………….. 49
BAB V PEMBINAAN DAN PENGELOLAAN ……. ………. ………… 51
A. Sumber Daya Manusia Teknis Yudicial……………………… 51 B. Pengelolaan Sarana dan Prasarana …………..………………. 60 C. Pengelolaan Keuangan .… ………. …………. ………………..63 D. Pengelolaan Administrasi …………… ………….. ………….. 70
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ….. ……… ……… ………. …… 80
A. Kesimpulan…………………………………………………….. 80 B. Rekomendasi……………………………………………………. 80
iii
4
B A B I
PENDAHULUAN
Amandemen Ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 menegaskan sifat dan karakter kekuasaan kehakiman dengan
menyatakan “Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, demi
terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia”.
Mahkamah Agung (MA) sebagai salah satu puncak kekuasaan kehakiman
serta peradilan negara tertinggi mempunyai posisi dan peran strategis di bidang
kekuasaan kehakiman karena tidak hanya membawahi 4 (empat) lingkungan
peradilan tetapi juga sebagai puncak menajemen di bidang administratif, personil
dan finansial serta sarana prasarana. Kebijakan “satu atap”, memberikan tanggung
jawab dan tantangan karena MA dituntut untuk menunjukkan kemampuannya
guna mewujudkan organisasi sebagai lembaga yang profesional, efektif, efisien,
transparan serta akuntabel. Tanggung jawab MA sebagai konsekuensi peyatuan
atap termaktub dalam Undang Undang No. 35 Tahun 1999 Tentang Perubahan
atas Undang Undang No. 14 Tahun 1970 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Kekuasaan Kehakiman, dan telah direvisi oleh Undang Undang No. 4 Tahun 2004,
serta diperbaiki kembali melalui Undang undang No. 48 Tahun 2009 Tentang
5
Kekuasaan Kehakiman. Justifikasi tersebut juga termuat dalam berbagai undang-
undang, yaitu antara lain melalui : undang undang No. 5 Tahun 2004 juncto
Undang Undang No. 3 Tahun 2009 Tentang MA, Undang Undang No. 8 Tahun
2004 juncto Undang Undang No. 46 Tahun 2009 Tentang Peradilan Umum,
Undang Undang No. 9 Tahun 2004 juncto Undang-Undang No. 51 Tahun 2009
Tentang Peradilan Tata Usaha Negara dan Undang Undang No. 50 Tahun 2009
Tentang Peradilan Agama.
Menurut Pasal 10 ayat (2) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang
Kekuasaan Kehakiman dan perubahan kedua Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1989 yaitu Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Peradilan Agama.
Pengadilan Agama adalah suatu lembaga yang resmi, sejajar dan setara dengan
badan peradilan lainnya yang ada di Negara Republik Indonesia.
Berdasarkan Pasal 13 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 dinyatakan
bahwa “Organisasi, Administrasi, dan Finansial Mahkamah Agung dan badan peradilan
yang berada di bahwahnya berada di bawah kekuasaan Mahkamah Agung”. Dengan
demikian berdasarkan Pasal tersebut lahirlah apa yang disebut Peradilan Satu
Atap ( one roof system).
Sementara itu Pasal 13 ayat (3) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004
disebutkan bahwa “ketentuan mengenai organisasi, administrasi, dan financial badan
peradilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk masing-masing lingkungan
peradilan diatur dalam undang-undang sesuai dengan kekhususan lingkungan peradilan
masing-masing”. Sebagai realisasi dari pasal tersebut lahirlah undang-Undang
6
Nomor 8 Tahun 2004 tentang Peradilan Umum sebagai penyempurnaan dari
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986, Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004
tentang Peradilan Tata Usaha Negara sebagai penyempurnaan dari Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1986 dan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang
Peradilan Agama sebagai penyempurnaan dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1989.
Disamping hal tersebut di atas Pengadilan Agama adalah suatu lembaga
publik servis dalam suatu penegakan hukum dan keadilan yang bertugas
melaksanakan sebagian kekuasaan kehakiman untuk memberikan pelayanan
kepada masyarakat pencari keadilan guna mewujudkan masyarakat yang adil dan
sejahtera serta memiliki kesadaran hukum yang tinggi.
Dengan perubahan perundang-undangan tersebut, maka badan peradilan
agama yang berada di bawah Departemen Agama ditangani oleh Direktorat,
setelah bergabung dengan Mahkamah Agung ditangani oleh Direktorat Jenderal.
Perubahan itu tentu membawa konsekuensi yang luar biasa terhadap
pengembangan dan pengelolaan Peradilan Agama kedepan, baik dari segi
ketenagaan, administrasi, financial maupun sarana dan prasarananya.
A. KEBIJAKAN UMUM PERADILAN
Peradilan adalah salah satu alat negara yang diberi wewenang untuk
menerima, memeriksa, mengadili dan memutus perkara yang diterima sesuai
dengan kompetensi absolutnya. Pengadilan sesuai dengan azas peradilan yaitu
7
sederhana, cepat dan biaya ringan selalu mengedepankan hal tersebut dalam
memberikan pelayanan hukum bagi pencari keadilan. Dalam hal ini
Pengadilan Agama sebagai pengadilan tingkat pertama merupakan kawal
depan dalam menciptakan tertib hukum serta memberikan keadilan. Dimana
Pengadilan Agama sesuai dengan kewenangannya diatur dalam Undang-
Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama.
Pengadilan Agama Enrekang dalam melaksanakan kegiatan mempunyai
landasan kerja berdasarkan pada peraturan perundang-undangan, antara lain :
1. Bidang Teknis Yustisial dan Administrasi Kepaniteraan :
1) Staatsblad 1941 Nomor 44 tentang Reglemen Indonesia yang
diperbaharui (RIB=HIR) / Staatsblad Nomor 227 Tahun 1927 Tentang
R.Bg jo. Undang-Undang Darurat Nomor 1 Tahun 1951.
2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1947 tentang Peradilan Ulangan di
Jawa dan Madura.
3) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan jo. Peraturan
Pemerintah nomor 9 Tahun 1975 tentang pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974.
4) Undang-Undang No. 50 Tahun 2009 tentang perubahan kedua atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama.
5) Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat.
8
6) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat.
7) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman.
8) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah
Milik jo. Peraturan Menteri Agama R.I Nomor 1 Tahun 1978 tentang
Peraturan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977.
9) Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 tentang izin perkawinan
dan perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil jo. Peraturan Pemerintah
Nomor 45 Tahun 1990 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 10 Tahun 1983 jo. Surat Edaran Ketua Mahkamah Agung R.I.
Nomor 5 Tahun 1984 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983.
10) Instruksi Presiden R.I. Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum
Islam
11) Peraturan Mahkamah Agung R.I. Nomor 1 Tahun 2001 tentang
Permohonan Kasasi Perkara Perdata yang tidak memenuhi persyaratan
formal.
12) Peraturan Mahkamah Agung R.I. Nomor 1 Tahun 2002 tentang Acara
Gugatan Perwakilan Kelompok.
13) Peraturan Mahkamah Agung R.I. Nomor 2 Tahun 2003 tentang
Prosedur Mediasi di Pengadilan.
9
14) Keputusan Mahkamah Agung R.I. Nomor : KMA/001/SK/I/1991
tanggal 24 Januari 1991 tentang Pola Pembinaan dan Pengendalian
Administrasi Kepaniteraan Pengadilan Agama dan Pengadilan Tinggi
Agama jo. Keputusan Ketua Mahkamah Agung R.I. Nomor :
KMA/007/SK/IV/1994 tentang memberlakukan buku I dan buku II
Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi pengadilan..
15) Keputusan Mahkamah Agung R.I. Nomor KMA/004/Sk/II/1992
tanggal 24 Februari 1992 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Kepaniteraan Pengadilan Agama dan Pengadilan Tinggi Agama.
16) Keputusan Ketua Mahkamah Agung R.I. Nomor
KMA/006/SK/III/1994 tentang Pengawasan dan Evaluasi atas hasil
Pengawasan oleh Pengadilan Tingkat Banding dan Pengadilan Tingkat
Pertama.
17) Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor : KMA/028/SK/V/1996
tentang Biaya Permohonan Pemeriksaan Sengketa Kewenangan
Mengadili dalam perkara Perdata.
18) Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor :
KMA/042/SK/VIII/2001 tentang Perubahan Keputusan Mahkamah
Agung Nomor : KMA/027A/SK?VI/2000 tentang Biaya Perkara Perdata
dan Tata Usaha Negara yang dimohonkan Peninjauan Kembali.
10
19) Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor :
KMA/042/SK/III/2002 tentang Perubahan Keputusan Mahkamah
Agung Nomor : KMA/027A/SK?VI/2000 tentang Biaya Perkara yang
dimohonkan Kasasi.
20) Keputusan Menteri Agama R.I. Nomor 299 Tahun 2002 tentang Biaya
Perkara pada Peradilan Agama.
21) Surat Edaran Ketua Mahkamah Agung R.I. Nomor 2 Tahun 2000 tentang
Perubahan Surat Edaran Ketua Mahkamah Agung R.I. Nomor 5 Tahun
1994 tentang Biaya Administrasi.
22) Surat Edaran Ketua Mahkamah Agung R.I. Nomor 3 Tahun 2000 tentang
Putusan Serta Merta (Uitvoerbaar Bij Voorrad) dan Provisionil.
23) Surat Edaran Ketua Mahkamah Agung R.I. Nomor 7 Tahun 2001 tentang
Pemeriksaan Setempat.
24) Surat Edaran Ketua Mahkamah Agung R.I. Nomor 1 Tahun 2002 tentang
Upaya Perdaiaman (Pemberdayaan pasal 130 HIR).
25) Surat Edaran Ketua Mahkamah Agung R.I. Nomor 3 Tahun 2002 tentang
Penanganan perkara yang berkaitan dengan Nebis In Idem.
26) Surat Ketua Mahkamah Agung R.I. Nomor :
MA/KUMDIL/P/01/II/2002 tentang Petunjuk Penerimaan Tamu.
27) Surat Ketua Muda Mahkamah Agung R.I. Urusan Peradilan Agama
Nomor 28/TUADA-AG/X/2002 tentang Pencatatan Perceraian.
11
28) Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2008
tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan.
29) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2008
tentang Jenis dan tarif atas jenis penerimaan Negara bukan pajak yang
berlaku pada Mahkamah Agung dan Badan Peradilan yang berada di
bawahnya.
2. Bidang Administrasi Sekretariat dan Lain-lain :
1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian jo. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang
perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang pokok-
pokok kepegawaian.
2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara
Bukan pajak.
3) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
4) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
5) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman.
6) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan,
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
7) Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji
Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah beberapa kali diubah.
12
8) Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1997 tentang jenis dan
penyetoran penerimaan Negara Bukan Pajak.
9) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2000 tentang Peraturan Gaji
Hakim Peradilan Umum, Peradilan Tata Usaha Negara dan Peradilan
Agama sebagaimana telah beberapa kali diubah.
10) Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 tentang Formasi Pegawai
Negeri sipil.
11) Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang Pengadaan
Pegawai Negeri Sipil jo. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2002
tentang Perubahan atas PP No. 98 Tahun 2000 tentang Pengadaan PNS.
12) Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan Pangkat
Pegawai Negeri Sipil jo. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002
tentang perubahan terhadap PP No. 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan
Pangkat PNS.
13) Peraturan Pemerintah No. 100 Tahun 2000 tentang Pengangkatan
Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan Struktural jo. Peraturan Pemerintah
No. 13 Tahun 2002 tentang Perubahan terhadap PP. No. 100 Tahun 2000
tentang Pengangkatan PNS dalam jabatan struktural.
14) Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan
Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil.
13
15) Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2002 tentang Kenaikan Jabatan
dan Pangkat Hakim.
16) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang
Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil.
17) Keputusan Presiden R.I. Nomor 19 Tahun 2000 jo. Keputusan Presiden
R.I. Nomor 89 Tahun 2001 tentang Tunjangan Hakim.
18) Keputusan Presiden R.I. Nomor 138 Tahun 2000 tentang Tunjangan
Panitera.
19) Keputusan Presiden R.I. Nomor 130 Tahun 2001 tentang Tunjangan
Jabatan Fungsional Jurusita dan Jurusita Pengganti.
20) Keputusan Presiden R.I. Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman
Pelaksanaan Anggaran dan Pendapatan dan Belanja Negara
sebagaimana telah diubah dengan Keppres No. 72 Tahun 2004.
21) Keputusan Presiden R.I. Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa sebagaimana telah diubah
dengan Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 2004.
22) Keputusan Panitera/Sekretaris Jenderal Mahkamah Agung R.I Nomor
UP.IV/226/PSJ/SK/2004 tentang Pendelegasian Wewenang
Pengangkatan, Pemindahan, Pemberhentian dan Kenaikan Pangkat
Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Peradilan Agama.
14
23) Keputusan Sekretaris Mahkamah Agung R.I Nomor
MA/Sek/02/SK/I/2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembayaran
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara di Lingkungan Mahkamah
Agung dan semua Lingkungan Peradilan di seluruh Indonesia Tahun
Anggaran 2006.
24) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2008 tentang
Tunjangan Khusus kinerja Hakim dan Pegawai Negeri di Lingkungan
Mahkamah Agung dan Badan Peradilan yang berada di bawahnya.
25) Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor :
070/KMA/SK/V/2008 tentang Tunjangan Khusus Kinerja Pegawai
Negeri di Lingkungan Mahkamah Agung dan Badan Peradilan yang
berada di bawahnya.
26) Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor :
071/KMA/SK/V/2008 tentang Ketentuan Penegakan Disiplin Kerja
Dalam Pelaksanaan Pemberian Tunjangan Khusus Kinerja Hakim dan
Pegawai Negeri di Lingkungan Mahkamah Agung dan Badan Peradilan
yang berada di bawahnya.
27) Keputusan Sekretaris Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor :
035/SK/IX/2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Keputusan Ketua
Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor : 071/KMA/SK/V/2008
tentang ketentuan penegakan disiplin kerja dalam pelaksanaan
15
pemberian Tunjangan Khusus Kinerja Hakim dan Pegawai Negeri di
Lingkungan Mahkamah Agung dan Badan Peradilan yang berada di
bawahnya.
B. VISI DAN MISI
1. VISI : Mewujudkan Pengadilan Agama Enrekang sebagai Peradilan yang
bersih, berwibawa dan professional dalam penegakan hukum dan
keadilan.
2. MISI : 1. Mewujudkan peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan;
2. Meningkatkan sumber daya aparatur peradilan;
3. Meningkatkan pengawasan yang terencana dan efektif;
4. Meningkatkan kesadaran dan ketaatan hukum masyarakat;
5. Meningkatkan sarana dan prasarana hukum.
Untuk melaksanakan dan menjabarkan tugas pokok tersebut
diperlukan rencana stratejik berupa visi dan misi Pengadilan Agama Enrekang
yang pada pokoknya bertujuan untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan.
Visi adalah suatu gambaran menantang tentang keadaan masa depan
yang berisikan cita atau bahkan tujuan hukum (rechtsidea) yang ingin
diwujudkan. Visi berkaitan dengan pandangan ke depan yang menyangkut
kemana Pengadilan Agama Enrekang akan dibawah dan diarahkan dapat
16
berkarya secara konsisten, tetap eksis, antisipatif, inovatif dan needed
(dibutuhkan) oleh masyarakat -stakeholder/justisiabelen.
Misi adalah suatu yang harus diemban atau dilaksanakan untuk
mewujudkan visi Pengadilan Agama Enrekang yang telah ditetapkan.
Visi dan misi dan Pengadilan Agama Enrekang telah disusun melalui
proses yang patrisipatif dan komprehensif dengan mempertimbangkan data
statistik Pengadilan Agama dan kondisi eksternal yang ada.
Visi Pengadilan Agama Enrekang yaitu : Terwujudnya Pengadilan
Agama Enrekang yang bersih, berwibawa dan professional dalam penegakan hukum
dan keadilan.
Visi Pengadilan Agama Enrekang yaitu : Terwujudnya Pengadilan
Agama Enrekang yang bersih, berwibawa dan profesional dalam penegakan
hukum dan keadilan merupakan kondisi yang diharapkan dapat memotivasi
seluruh karyawan-karyawati Pengadilan Agama Enrekang melaksanakan
aktivitas. Pernyataan visi Pengadilan Agama Enrekang tersebut memiliki
pokok pengertian sebagai berikut :
Pengadilan Agama Enrekang yang bersih, mengandung makna bersih
dari pengaruh non hukum baik berbentuk kolusi, korupsi dan nepotisme,
maupun pengaruh tekanan luar dalam upaya penegakan hukum. Bersih dan
bebas KKN merupakan topik yang harus selalu dikedepankan pada era
reformasi. Terbangunnya suatu proses penyelenggaraan yang bersih dalam
17
pelayanan hukum menjadi prasyarat untuk mewujudkan peradilan yang
berwibawa.
Berwibawa, mengandung arti bahwa Pengadilan Agama Enrekang ke
depan dipercaya sebagai lembaga peradilan yang memberikan perlindungan
dan pelayanan hukum sehingga lembaga peradilan tegak dengan kharisma
sandaran keadilan masyarakat.
Profesionalisme, mengandung arti yang luas, profesionalisme dalam
proses penegakan hukum, profesionalisme dalam penguasaan ilmu
pengetahuan hukum dan profesionalisme memanajemen lembaga peradilan,
sehingga hukum dan keadilan yang diharapkan dapat terwujud. Jika hukum
dan keadilan telah terwujud maka supremasi hukum dapat dirasakan oleh
segenap masyarakat.
Berdasarkan visi Pengadilan Agama Enrekang yang telah ditetapkan
tersebut, maka ditetapkan beberapa misi Pengadilan Agama Enrekang untuk
mewujudkan visi tersebut. Misi Pengadilan Agama tersebut adalah :
1. Mewujudkan peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan;
2. Meningkatkan sumber daya aparatur peradilan;
3. Meningkatkan pengawasan yang terencana dan efektif;
4. Meningkatkan kesadaran dan ketaatan hukum masyarakat;
5. Meningkatkan sarana dan prasarana hukum.
Penjelasan makna misi :
18
Misi pertama “ Mewujudkan peradilan yang cepat, sederhana dan biaya
ringan“ mengandung makna bahwa untuk mewujudkan lembaga peradilan
yang bersih, berwibawa, dan profesionalisme, maka pelaksanaan proses
peradilan yang cepat, sederhana dan biaya ringan merupakan langkah
antisipatif terhadap eofora reformasi hukum yang selalu didengungkan
masyarakat. Apatisme masyarakat terhadap peradilan yang selalu
menganggap bahwa berproses ke pengadilan akan selalu lama, berbelit-belit
dan memakan waktu dan biaya yang mahal ditepis dengan misi tersebut, misi
tersebut juga sesuai dengan kehendak peraturan perundang-undangan
sebagaimana tercantum dalam Pasal 4 Undang Undang Nomor 4 Tahun 2004
Tentang Kekuasaaan Kehakiman.
Misi kedua “ Meningkatkan sumber daya aparatur peradilan “ yang dimaksud
dengan sumber daya aparatur peradilan meliputi pejabat hakim, kepaniteraan,
kejurusitaan serta kesekretariatan.
Ujung tombak hukum dan keadilan pada lembaga peradilan berada
pada tangan hakim. Oleh karena itu, upaya peningkatan sumber daya hakim
adalah urgen. Meskipun demikian, aparat peradilan lainnya seperti
kepaniteraan dan kejurusitaan serta kesekretariatan tetap mendapat perhatian
peningkatan sumber daya karena aparat peradilan tersebut merupakan faktor
pendukung bagi hakim dalam melaksanakan tugas penegkan hukum dan
19
keadilan. Tingkat profesionalisme aparat sangat ditentukan oleh tingkat
pengetahuan dan keterampilan hukum aparat.
Peningkatan sumber daya yang dimaksud dapat dilakukan melalui :
(1) pendidikan formal (2) pendidikan dan pelatihan terstruktur (3) pengalaman
kerja melalui mutasi terencana.
Misi ketiga “ Meningkatkan pengawasan yang terencana dan efektif “
pengawasan merupakan tindakan untuk : (1) menjaga agar pelaksanaan tugas
lembaga sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, (2) mengendalikan agar administrasi peradilan
dikelola secara tertib sebagaimana mestinya dan aparat peradilan
melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya, (3) menjamin terwujudnya
pelayanan publik yang baik bagi para pencari keadilan yang meliputi : kualitas
putusan, waktu penyelesaian perkara yang cepat dan biaya perkara yang
murah.
Penerapan pengawasan yang terencana merupakan upaya preventif
terhadap peluang atau kesempatan pelanggaran sedangkan pengawasan yang
efektif mempunyai sasaran penyelesaian masalah secara tepat dan cepat
terhadap berbagai temuan penyimpangan dan pengaduan dari masyarakat.
Pengawasan yang terencana dan efektif diharapkan dapat mengurangi sorotan
dan kritikan terhadap lembaga peradilan.
20
Misi keempat “ Meningkatkan kesadaran dan ketaatan hukum masyarakat“,
seperti yang telah diuraikan bahwa ada tiga pilar yang menentukan
kesuksesan pencapaian tujuan hukum yakni (1) substansi hukum, (2) struktur
hukum, (3) budaya hukum.
Budaya hukum sangat terkait dengan kesadaran dan ketaatan
hukum suatu masyarakat. Kesadaran hukum yang baik adalah kesadaran yang
diikuti dengan ketaatan terhadap hukum. Dikemukakan ada tiga tingkatan
kualitan ketaatan hukum, pertama ketaatan hukum yang bersifat compliance,
yaitu jika seorang taat terhadap suatu aturan hanya karena takut terkena
sangsi, kedua ketaatan hukum yang bersifta identification, yaitu jika seorang
taat terhadap suatu aturan hanya karena takut hubungan baiknya dengan
orang lain menjadi rusak, ketiga ketaatan hukum yang bersifat internalization
yaitu jika seorang taat terhadap hukum karena ia merasa aturan itu sesuai
dengan nilai-nilai instrinsik yang dianutnya.
Model ketaatan terhadap hukum yang ketiga yang sangat diharapkan
terwujud dalam wilayah hukum Pengadilan Agama Enrekang untuk mencapai
visinya.
Misi kelima “ Meningkatkan sarana dan prasarana hukum ” yang mengandung
makna bahwa tanpa adanya sarana atau fasilitas tertentu, maka tidak mungkin
penegakan hukum akan berlangsung dengan lancar. Sarana dan prasarana
21
tersebut mencakup sarana gedung, sarana organisasi yang baik, sarana
peralatan yang memadai, sarana keuangan yang cukup dan lain-lain.
Adapun visi Badan Peradilan yang berhasil dirumuskan oleh
pimpinan Mahkamah Agung pada tanggal 10 September 2010 adalah
“Terwujudnya Badan Peradilan Indonesia yang Agung”. Visi Badan Peradilan
tersebut, dirumuskan dengan merujuk pada Pembukaan UUD 1945, terutama
alinea kedua dan alinea keempat, sebagai tujuan Negara Republik Indonesia.
Di dalam frasa tersebut, tercermin harapan terwujudnya Pengadilan yang
moderen, independent, bertanggung jawab, kredibel, menjunjung tinggi
hukum dan keadilan, sedangkan misi yang dikembangkan untuk mencapai visi
tersebut adalah :
1. Menjaga kemandirian badan peradilan
2. Memberikan pelayanan hukum yang berkeadilan kepada pencari keadilan.
3. Meningkatkan kualitas kepemimpinan badan peradilan.
4. Meningkatkan kredibilitas dan transparansi badan peradilan.
B. RENCANA STRATEJIK (RENSTRA)
Pelaksanaan kepemerintahan dewasa ini menghendaki adanya
terwujudnya kepemerintahan yang baik (good governance). Pelaksanaan
kepemerintahan yang baik akan terwujud apabila terdapat suatu sistem
perencanaan dan diikuti dengan akuntabilitas. Oleh karena itu, perencanaan
dan akuntanbilitas mutlak adanya.
22
Peran dan fungsi perencanaan yang mengarah kepada akuntabilitas
merupakan landasan ideal mewujudkan cita-cita kehidupan berbangsa dan
bernegara dalam berbagai sektor, termasuk di dalamnya sektor penegakan
hukum dan peradilan.
Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah merupakan keinginan nyata
pemerintah untuk melaksanakan good governance dalam penyelenggaraan
kehidupan bernegara.
Salah satu dari unsur pokok dari penjabaran sistem akuntabilitas
adalah penyusunan Rencana Stratejik(renstra) dengan berbasis kinerja yang
merupakan pedoman pelaksanaan tupoksi, sehingga segala bentuk kegiatan
dilaksanakan secara terencana dan terukur. Suatu perencanaan yang tidak
stratejik sama halnya merencanakan suatu kegagalan yang tentunya hal
tersebut tidak dikehendaki bersama.
Rencana stratejik (renstra) merupakan rencana stratejik yang disusun
dalam jangka waktu tertentu ke depan berdasarkan pertimbangan kebutuhan
dan tuntutan melalui suatu analisis perencanaan. Rencana stratejik
dimaksudkan untuk memaksimalkan sumber daya agar dapat dimanfaatkan
secara efektif dan efisien. Suatu akuntabilitas akan dapat diterima secara baik
apabila sumber daya yang ada dipergunakan secara tepat guna dan sasaran.
23
Pengadilan Agama Enrekang sebagai lembaga peradilan yang
melaksanakan fungsi kekuasaan kehakiman (yudikatif) dalam wilayah hukum
Pengadilan Tinggi Agama Sulawesi Selatan, yang mempunyai tugas pokok
menerima, memeriksa, mengadili dan menyelesaikan perkara yang diajukan
sebagai yang diatur dalam Undang-undang No. 50 Tahun 2009 tentang
perubahan kedua Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan
Agama.
Penyelenggaraan tugas pokok tersebut berkait erat dengan tuntutan
masyarakat akan kemandirian hukum dan keadilan, penegakan supremasi
hukum, proses peradilan yang cepat, sederhana dan biaya ringan terhadap
lembaga peradilan termasuk Pengadilan Agama Enrekang dalam wilayah
hukumnya menandakan urgensinya penyusunan suatu rencana stratejik,
sebagai kerangka acuan untuk mewujudkan cita-cita hukum.
Rencana stratejik Pengadilan Agama Enrekang ini merupakan
rumusan stratejik dalam penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi (tupoksi)
lembaga peradilan dalam wilayah hukumnya, peningkatan pelayanan hukum
kepada masyarakat. Penyusunan tersebut disusun dengan memperhatikan
perkembangan hukum dan masyarakat di Enrekang, kondisi internal dari
organisasi Pengadilan Agama dalam wilayah hukum serta memperhatikan
kondisi perkembangan hukum dan masyarakat secara nasional.
24
Penyusunan rencana stratejik Pengadilan Agama Enrekang ini tidak
lepas juga dari Blue Print Mahkamah Agung dan hasil Rakernas Mahkamah
Agung. Oleh karena itu, diharapkan agar rencana stratejik terdapat keselarasan
dan keserasian dengan program-program pusat dibidang hukum.
Sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2009, MA melaksanakan
berbagai program dan capaian antara lain (1) program Reformasi Birokrasi
dengan fokus pada penataan organisasi, perbaikan tata kerja, pengembangan
sumber daya, perbaikan sistem remunerasi dan manajemen teknologi dan
informasi; (2) pembentukan kelompok-kelompok kerja (Pokja) Pembaruan
Peradilan dengan agenda prioritas pembaruan peradilan; (3) terkikisnya
tumpukan perkara; (4) upaya meningkatkan kualitas hakim melalui
pembangunan Pusat Pendidikan bagi Hakim dan staf Pengadilan di
Megamendung, Jawa Barat dan berbagai pelatihan bagi hakim dan staf
pengadilan; (5) perbaikan sistem rekrutmen calon hakim; (6) mendorong
keterbukaan Informasi melalui Surat Keputusan Ketua MA RI No.
144/KMA/SK/VII/2007 Tentang Keterbukaan Informasi di Pengadilan; (7)
Penguatan sistem pengawasan internal dan penguatan hubungan dengan
komisi yudisial.
Sepanjang tahun 2006 hingga 2007, MA dan badan peradilan di
bawahnya melalui kelompok kerja pembaruannya melakukan perubahan atau
perbaikan dalam organisasi dan tata kerja, menajemen perkara, pengawasan
25
internal, Sumber daya Manusia (SDM), pendidikan dan pelatihan, pembinaan
karir, dan sistem teknologi informasi serta manajemen keuangan.
Pada tahun 2007 diadakan pertemuan antara Tim Pembaruan MA
dengan KPK untuk mengembangkan kerangka pikir Reformasi Birokrasi
sebagai upaya mencegah praktek Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN).
Kerangka pikir ini memperkuat reformasi peradilan, utamanya reformasi
aparatur penegak hukum. Selanjutnya MA ditunjuk sebagai salah satu pilot
project percontohan Reformasi Birokrasi dan merumuskan program quick wins
yang sesuai dengan karakteristik lembaga dan terutama yang menyentuh pada
aspek-aspek bersentuhan dengan kebutuhan publik. Program quick wins ini
utamanya bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan publik. Program quick
wins MA adalah (1) Transparansi putusan; (2) Pengembangan Teknologi
Informasi; (3) Pengelolaan PNBP; (4) Kode etik hakim; (5) Manajemen SDM,
khususnya pekerjaan, evaluasi pekerjaan dan sistem remunerasi (tunjangan
kinerja).
a. Maksud dan Tujuan
Penyusunan Rencana Stratejik Pengadilan Agama Enrekang Tahun 2010-
2014 mempunyai maksud :
1. Memberikan gambaran yang jelas tentang masa depan serta kondisi
lima tahun ke depan Pengadilan Agama Enrekang yang akan
26
diwujudkan melalui penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi (tupoksi)
peradilan sebagai lembaga pelayanan hukum.
2. Memberikan acuan atau landasan pertanggungjawaban kepada
masyarakat (stakeholder) pencari keadilan dalam hal konstribusi
Pengadilan Agama dalam pembangunan hukum di wilayah hukum
Pengadilan Agama Enrekang.
3. Menjadi bahan evaluasi bagi lingkungan internal dan eksternal
mengenai sejauhmana Pengadilan Agama Enrekang dapat
memamfaatkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunity) serta
berusaha meminimalisasi segala kelemahan (weaknesses) dan hambatan
(threatment) dalam pelaksanaan tupoksi.
4. Sebagai acuan dalam pelaksanaan pertanggungjawaban pimpinan
Pengadilan Agama Enrekang dan jajarannya dalam penyelenggaraan
tugas pokok dan fungsi peradilan berdasarkan visi dan misi Pengadilan
Agama Enrekang.
Tujuan penyusunan Rencana Stratejik adalah :
1. Tersusun dokumen perencanaan taktis stratejik Pengadilan Agama
Enrekang yang berfokus pada skala prioritas stratejik dalam wilayah
hukum Kabupaten Enrekang.
2. Tersusun dokumen perencanaan yang akan dijadikan acuan dalam
penyusunan dokumen perencanaan kinerja tahun Pengadilan Agama
27
Enrekang serta dasar penilaian akuntabilitas kinerja penyelenggaraan
tugas pokok dan fungsi peradilan.
3. Terwujudnya keterpaduan dan sinergi kebijakan dan program
Pengadilan Agama Enrekang.
b. Kondisi Stratejik Pengadilan Agama Enrekang
1. Gambaran Kondisi Wilayah Hukum
Pengadilan Agama Enrekang terletak di Jalan Sultan
Hasanuddin No. 190/450 Enrekang Telp. 0420-21850 berada dalam
wilayah Pengadilan Tinggi Agama Sulawesi Selatan. Wilayah hukum
Pengadilan Agama Enrekang meliputi wilayah Kabupaten Enrekang
dengan luas 1.786.01 km atau 2,83 persen dari luas Propinsi Sulawesi
selatan. Wilayah hukum Pengadilan Agama Enrekang meliputi wilayah
Kabupaten Enrekang yang terdiri dari 12 Kecamatan dan 129
Kelurahan/desa.
Sesuai data yang dikeluarkan oleh Badan Perencanaan dan
Pembangunan Daerah Kabupaten Enrekang, Pada tahun 2010 Wilayah
Kabupaten Enrekang terdiri dari 12 Kecamatan dan 129
Kelurahan/Desa yaitu :
1. Kecamatan Enrekang, terdiri dari 18 Kelurahan/desa :
a. Kelurahan Juppandang b. Kelurahan Puserren c. Kelurahan Galonta
28
d. Kelurahan Lewaja e. Kelurahan Karueng f. Kelurahan Tuara g. Desa Leoran h. Desa Cemba i. Desa Tungka j. Desa Temban k. Desa Buttu Batu l. Desa Tallu Bamba m. Desa Ranga n. Desa Tokkonan o. Desa Kaluppini p. Desa Tobalu q. Desa Lemban r. Desa Rosoan
2. Kecamatan Maiwa terdiri dari 22 kelurahan/desa :
a. Desa Mengkawani b. Desa Botto Mallangga c. Desa Pasang d. Desa Batu Mila e. Kelurahan Bangkala f. Desa Pattondon Salu g. Desa Tuncung h. Desa Salo Dua i. Desa Puncak Harapan j. Desa Palakka k. Desa Tapong l. Desa Boiya m. Desa Lebani n. Desa Matajang o. Desa Baringin p. Desa Limbuang q. Desa Ongko r. Desa Pariwang s. Desa Kaluppang t. Desa Paladang
29
u. Desa Labuku v. Desa Tanete
3. Anggeraja, terdiri dari 15 Kelurahan/Desa:
a. Desa Bambapuang b. Kelurahan Tanete c. Kelurahan Lakawan d. Desa Mampu e. Desa Mataran f. Desa Bubun Lamba g. Desa Pekalobean h. Desa Salu Dewata i. Desa Tindallun j. Desa Singki k. Desa Siambo l. Desa Mendatte m. Desa Tampo n. Desa Batunoni o. Desa Saruran
4. Kecamatan Malua, terdiri dari 8 desa:
a. Desa Malua b. Desa Bonto c. Desa Tangru d. Desa Kolai e. Desa Rante Mario f. Desa Tallung Tondok g. Desa Dulang h. Desa Buntu Batuan
5. Kecamatan Baraka, terdiri dari 15 kelurahan/desa :
a. Keluarahan Baraka b. Keluarahan Tomonawa c. Desa Parinding d. Desa Baraka e. Desa Bontongan f. Desa Banti g. Desa Tirowali h. Desa Bone-Bone i. Desa Janggurara
30
j. Desa Perangian k. Desa Salukanan l. Desa Kadinge m. Desa Kendenan n. Desa Pandung Batu o. Desa Papundangan
6. Kecamatan Alla, terdiri dari 8 kelurahan/desa:
a. Kelurahan Kambiolangi
b. Kelurahan Kalosi
c. Desa Mata Allo
d. Desa Pana
e. Keluarahan Buntu Sugi
f. Desa Sumillan
g. Desa Taulo
h. Desa Bolang
7. Kecamatan Bungin, terdiri dari 6 desa :
a. Desa Bulo b. Desa Bungin c. Desa Baruka d. Desa Tallang Rilau e. Desa Sawitto f. Desa Banua
8. Kecamatan Cendana, terdiri dari 7 desa :
a. Desa Pinang b. Desa Cendana c. Desa Taulan d. Desa Pundi Lemo e. Desa Malalin f. Desa Karrang g. Desa Lebang
9. Kecamatan Curio, terdiri dari 11 desa :
a. Desa Buntu Barana
31
b. Desa Buntu Pema c. Desa Mekkalak d. Desa Pabaloran e. Desa Curio f. Desa Sanglepongan g. Desa Tallung Ura h. Desa Parombean i. Desa Salassa j. Desa Sumbang k. Desa Mandalan.
10. Kecamatan Buntu Batu terdiri dari 8 desa :
a. Desa Ledan b. Desa Patok Ulin c. Desa Eran Batu d. Desa Langda e. Desa Pasui f. Desa Lunjen g. Desa Buntu Mondong h. Desa Latimojong
11. Kecamatan Masalle terdiri dari 6 desa :
a. Desa Buntu Sarong b. Desa Masalle c. Desa Rampunan d. Desa Mundan e. Desa Tongkonan Basse f. Desa Batu Kede
2. Gambaran Kondisi Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia pada Pengadilan Agama Enrekang
merupakan aparat pelaksana kekuasaan kehakiman sekaligus sebagai
pelayanan hukum masyarakat.
Untuk mewujudkan penyelenggaraan peradilan sesuai dengan
visi dan misi Pengadilan Agama Enrekang, demikian pula dalam
32
kaitannya dengan kondisi kebutuhan masyarakat, terutama para pencari
keadilan sangat ditentukan oleh unsur sumber daya manusia baik dari
segi kualitas maupun kuantitas.
Secara kuantitas, Pengadilan Agama Enrekang sampai akhir
tahun 2010 mempunyai tenaga sumber daya manusia sejumlah 23 orang
yang terdiri dari :
1. Hakim berjumlah 9 orang termasuk Ketua dan Wakil Ketua.
2. Panitera/Sekretaris 1 orang, Wakil Panitera 1 orang, Panitera Muda 3
orang dan panitera pengganti berjumlah 3 orang
3. Jurusita/jurusita pengganti berjumlah 2 orang.
4. Pejabat struktural berjumlah 3 orang yaitu Wasek, Kaur
Kepegawaian dan Kaur Keuangan sedangkan Kaur Umum masih
kosong.
5. CPNS 1 orang.
3. Gambaran Kondisi Kompetensi
Kompetensi Peradilan Agama diatur dalam Pasal 49 Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 jo Undang-
Undang No. 50 Tahun 2009 menyebutkan bahwa Pengadilan Agama
bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan
perkara antara orang-orang yang beragama Islam di bidang : (a)
33
perkawinan; (b) kewarisan, (c) wasiat, (d) hibah, (e) wakaf, (f) Zakat, (g)
Infaq, (h) Sadaqah dan (i) Ekonomi Syari’ah.
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang perubahan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama
melengkapi kompetensi Peradilan Agama dengan menambahkan
beberapa kewenangan hukum diantaranya :
1. Pengangkatan anak; 2. Zakat, Infaq; dan 3. Ekonomi syari’ah
Penjelasan Pasal 49 huruf (i) Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2006 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang
Peradilan Agama dikatakan bahwa yang dimaksud dengan ekonomi
syari’ah adalah perbuatan atau kegiatan usaha yang dilaksanakan
menurut prinsip syari’ah antara lain meliputi :
a. bank syari’ah; b. lembaga keuangan mikro syari’ah; c. asuransi
syari’ah; d. reasuransi syari’ah; e. reksa dana syari’ah; f. obligasi
syari’ah dan surat berharga berjangka menengah syari’ah. g.
sekuritas syari’ah; h. pembiayaan syari’ah; i. pegadaian syari’ah; j.
dana pension lembaga keuangan syari’ah dan k. bisnis syari’ah.
Penambahan kewenangan tersebut merupakan suatu kekuatan
untuk memberikan pelayanan hukum secara optimal kepada
masyarakat Kabupaten Enrekang yang mayoritas beragama Islam.
34
Disamping itu, Pengadilan Agama Enrekang dengan kekuatan
yang dimiliki tersebut dapat mewujudkan masyarakat yang taat akan
hukum yang bermuara pada cita-cita Negara yakni Negara Hukum
(rechtstaats).
35
B A B II
STRUKTUR ORGANISASI (TUPOKSI)
A. PENYUSUNAN ALUR TUPOKSI
Peradilan Agama merupakan salah satu pelaksana kekuasaan
kehakiman bagi Rakyat pencari keadilan yang beragama Islam mengenai
perkara tertentu yang diatur dalam Undang-Undang. Kekuasaan kehakiman di
lingkungan Peradilan Agama dilaksanakan oleh Pengadilan Agama dan
Pengadilan Tinggi Agama yang berpuncak pada Mahkamah Agung R.I.
sebagai Pengadilan Negara Tertinggi.
Dalam struktur organisasi Pengadilan Agama Enrekang tetap
mengacu pada ketentuan yang berlaku dengan berpedoman pada Undang-
Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang perubahan kedua Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama dan Surat Ketua Mahkamah
Agung RI Nomor KMA/SK/II/1992 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kepaniteraan Pengadilan Agama dan Pengadilan Tinggi Agama.
Pengadilan Agama sebagai salah satu peradilan dengan sebuah
sistem memiliki sub sistem yang terdiri dari Hakim, hukum materiil, hukum
formal (acara), administrasi dan budaya hukum masyarakat. Dalam
menjalankannya peradilan merupakan pilar kekuasaan kehakiman yang
memiliki aparat hukum yang terdiri dari Hakim, Panitera dan Jurusita. Ketiga
36
aparat hukum tersebut merupakan tiga serangkai yang tidak dapat dipisahkan
antara satu dengan lainnya.
Hakim adalah pejabat yang melaksanakan kekuasaan kehakiman,
dimana proses pengangkatan dan pemberhentiannya dilakukan oleh Presiden
selaku Kepala Negara atas usul / persetujuan Ketua Mahkamah Agung RI.
Dalam organisasi Hakim dipimpin langsung oleh Ketua.
Ketua dalam memimpin pengadilan didampingi wakil ketua. Dalam
hubungan kerja hakim dihubungkan dengan garis lurus yang artinya garis
tanggung jawab.
Panitera adalah pejabat kepaniteraan yang memimpin kepaniteraan.
Dalam melaksanakan tugasnya Panitera dibantu oleh seorang Wakil panitera,
beberapa Panitera Muda, Panitera Pengganti dan Jurusita. Panitera selain
memimpin kepaniteraan, juga memimpin kesekretariatan sebagai Sekretaris.
Dalam menjalankan tugas kesekretariatan dibantu oleh seorang Wakil
Sekretaris dan beberapa Kepala Urusan. Hal demikian terjadi karena pada
pengadilan penyelenggaraan administrasi dibedakan menurut jenisnya dan
dipisahkan penanganannya. Pembedaan dan pemisahan tersebut yang
melahirkan dua unit kerja yaitu kepaniteraan dan kesekretariatan, namun
demikian pembedaan dan pemisahan tersebut bersifat integral dengan
mengutamakan koordinasi dalam tugas pokok pengadilan.
37
Hubungan antara Panitera dengan Ketua berada dalam hubungan
garis linier (lurus) atau garis komando dimana segala perintah Ketua harus
dilaksanakan oleh Panitera.
Panitera mempunyai tugas pokok adalah memberikan pelayanan
teknis di bidang administrasi perkara dan administrasi lainnya berdasarkan
peraturan perundangan yang berlaku. Dalam kaitannya sebagai lembaga
peradilan Panitera bertugas menerima perkara, mulai proses pendaftaran
sampai pelaksanaan putusan (eksekusi).
Pada puncak organisasi yaitu Mahkamah Agung telah terjadi
pemisahan antara Panitera dengan Sekretaris, yang masing-masing memimpin
bidang kepaniteraan (Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Kepaniteraan Mahkamah Agung RI) dan kesekretariatan ( Peraturan Presiden
Nomor 13 Tahun 2005 tentang Sekretariat Mahakamh Agung RI), namun pada
organisasi yang lebih rendah yaitu pengadilan tingkat banding dan pengadilan
tingkat pertama walaupun telah disebutkan dalam Pasal 44 Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2006 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1989 tentang Peradilan Agama disebutkan Panitera tidak merangkap sebagai
Sekretaris, jabatan Panitera dan Sekretaris melekat pada satu jabatan
Panitera/Sekretaris.
38
Susunan pegawai pada Pengadilan Agama Enrekang sebagai
berikut : - Pejabat Fungsional : 19 orang
- Pejabat Struktural : 3 orang
- Staf : 1 orang
- Pegawai Honorer : 1 orang
- Pegawai Kontrak : 5 orang
Adapun bagian-bagian tersebut adalah sebagai berikut :
1. Bidang Kepaniteraan
Berdasarkan Pasal 26 ayat (1) dan (3) Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1989 tentang Peradilan Agama disebutkan bahwa setiap pengadilan
ditetapkan adanya kepaniteraan yang dipimpin oleh seorang Panitera.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Panitera dibantu oleh seorang Wakil
Panitera dan beberapa orang Panitera Muda dan beberapa orang Panitera
Pengganti serta Jurusita Pengganti.
2. Bidang Kesekretariatan
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang
Peradilan Agama menyebutkan bahwa setiap pengadilan ditetapkan
adanya kesekretariatan yang dipimpin oleh seorang Sekretaris dibantu oleh
seorang Wakil Sekretaris dan beberapa orang Kaur.
Sebagai gambaran tentang struktur organisasi pada Pengadilan
Agama Enrekang yang mengacu pada SE. MA.RI No. 05 Tahun 1996 tanggal 13
Agustus 1996 tentang Bagan Susunan Pengadilan Agama dengan skemanya :
39
40
Tugas Pokok Peradilan Agama diatur dalam Pasal 49 Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan diubah lagi dengan
Undang-Undang No. 50 Tahun 2009 menyebutkan bahwa Pengadilan Agama
bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara
antara orang-orang yang beragama Islam di bidang : (a) perkawinan; (b)
kewarisan, (c) wasiat, (d) hibah, (e) Wakaf, (f) Zakat, (g) Infaq, (h) Shadaqah
dan (i) Ekonomi Syari’ah.
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang perubahan atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama melengkapi
tugas pokok Peradilan Agama dengan menambahkan beberapa kewenangan
hukum meliputi :
a. Pengangkatan anak
b. Zakat, Infaq,
c. Ekonomi Syari’ah
Penjelasan Pasal 49 huruf (i) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006
tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan
Agama dikatakan bahwa yang dimaksud dengan ekonomi syari’ah adalah
perbuatan atau kegiatan usaha yang dilaksanakan menurut prinsip syari’ah
antara lain meliputi :
i. Bank Syari’ah ;
ii. Lembaga Keuangan Mikro Syari’ah;
41
iii. Asuransi Syari’ah;
iv. Reasuransi Syari’ah;
v. Reksa dana Syari’ah;
vi. Obligasi Syari’ah dan surat berharga berjangka menengah Syari’ah;
vii. Sekuritas Syari’ah;
viii. Pembiayaan Syari’ah;
ix. Pegadaian Syari’ah;
x. Dana Pensiun lembaga keuangan Syari’ah dan
xi. Bisnis Syari’ah.
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Pengadilan Agama
mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Memberikan pelayanan teknis yustisial dan administrasi kepaniteraan bagi
perkara tingkat pertama serta penyitaan dan eksekusi;
b. Memberikan pelayanan dibidang administrasi perkara banding, kasasi dan
peninjauan kembali serta administrasi peradilan lainnya;
c. Memberikan pelayanan administrasi umum kepada semua unsur di
lingkungan Peradilan Agama ( umum, kepegawaian, dan keuangan kecuali
biaya perkara);
d. Memberikan keterangan, pertimbangan dan nasehat tentang Hukum Islam
pada Instansi Pemerintah di daerah hukumnya, apabila diminta
sebagaimana diatur dalam pasal 52 ayat (1) undang-Undang Nomor 7
Tahun 1989.
42
e. Memberikan pelayanan penyelesaian permohonan pertolongan pembagian
harta peninggalan diluar sengketa antara orang-orang yang beragama Islam
yang dilakukan berdasarkan hukum Islam sebagaimana diatur dalam pasal
107 ayat (2) Undang-Undang No. 7 Tahun 1989.
f. Waarmeking Akta Keahliwarisan dibawah tangan untuk pengambilan
deposito/tabungan, pensiunan dan sebagainya.
g. Melaksanakan tugas-tugas pelayanan lainnya seperti penyuluhan hukum,
pelaksanaan hisab rukyat, memberikan pertimbangan hukum agama,
pelayanan riset/penelitian, pengawasan terhadap Advokat/Penasehat
Hukum dan sebagainya.
B. PENYUSUNAN STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
Penyusunan SOP mengacu kepada Peraturan Menpan No. 21 Tahun
2008. Secara garis besar SOP berisi kerangka prosedur, prosedur dan jangka
waktu. Dalam sebuah organisasi SOP sangat penting, SOP disusun untuk
memberi jaminan pelayanan publik semakin baik. Selain itu dengan SOP,
kompetensi dan beban tugas seorang pegawai dapat tergambar dengan jelas.
Dengan SOP pula tumpang tindih pekerjaan dapat dihindari. Disamping itu
SOP juga berguna sebagai instrumen untuk menentukan apakah seorang
pegawai melakukan penyelewengan dalam melaksanakan pekerjaannya atau
tidak.
43
Pentingnya SOP sebagai standar aktifitas kegiatan pelaksanaan
pekerjaan dan sebagai dokumen yang menggambarkan segala informasi yang
relevan tentang suatu pekerjaan dalam tugas seorang pegawai dan sebagai
panduan kerja bagi setiap tindakan yang diperankan oleh pegawai tersebut.
Sehubugan dengan hal tersebut Pengadilan Agama Enrekang akan
mengadakan penyusunan SOP dalam bidang Kepaniteraan dan
Kesekretariatan. SOP adalah standarisasi pola dalam berbagai kegiatan
pelaksanaan tugasnya, pola ini merupakan landasan penilaian baik buruknya
kinerja aparat Pengadilan Agama Enrekang, juga merupakan alat kontrol bagi
semua pihak khususnya para pencari keadilan dalam menilai benar tidaknya
pelaksanaan tugas yang dijalankan aparat Pengadilan Agama Enrekang.
Pentingnya SOP bagi aparat Pengadilan Agama Enrekang adalah merupakan
suatu keharusan disamping mempermudah dalam melaksanakan kegiatan
yang menjadi alat ukur baik buruknya kinerja yang pada akhirnya diharapkan
pemerintahan yang baik dapat terlaksana.
Penjelasan dan pembahasan cara penyusunan SOP/format SOP
Pengadilan Agama Enrekang dengan mengisi format yang telah disediakan
mengenai uraian jabatan dan berbagai hal yang perlu ditegaskan dalam setiap
format SOP dan tetap mengacu kepada SOP yang diterbitkan oleh Dirjen
Badilag dan Pengadilan Tinggi Agama Makassar.
44
B A B III
KEADAAN PERKARA
A. BIDANG KEPANITERAAN PERKARA
1. Perkara dan persidangan
a. Tahun 2010 Pengadilan Agama Enrekang menerima 194 perkara dengan
rincian sebagai berikut :
1. Cerai talak 38 perkara
2. Cerai gugat 107 perkara
3. Pengesahan anak 0 perkara
4. Pembatalan nikah 0 perkara
5. Kewarisan 2 perkara
6. Penunjukan org lain sebagai wali 0 perkara
7. Pengesahan ahli waris 0 perkara
8. Wali Adhal 0 perkara
9. Isbat nikah 45 perkara
10. Dispensasi Kawin 0 perkara
11. Hibah 1 perkara
12. Harta Bersama 1 perkara
b. Jumlah perkara yang diproses dalam tahun 2009 adalah sebanyak 221
perkara dengan rincian sebagai berikut :
45
1. Sisa perkara tahun 2009 sebanyak 27 perkara dengan rincian sebagai
berikut :
- Kewarisan 0 perkara
- Cerai talak 7 perkara
- Cerai gugat 18 perkara
- Itsbat Nikah 2 perkara
2. Perkara tahun 2010 194 perkara
c. Perkara yang diselesaikan dalam tahun 2010 sebanyak 194 perkara dengan
perincian sebagai berikut :
1. Dicabut 7 perkara
2. Pembatalan nikah 0 perkara
3. Cerai talak 33 perkara
4. Cerai gugat 102 perkara
5. Pengesahan anak 0 perkara
6. Isbat nikah 46 perkara
7. Kewarisan 1 perkara
8. Lain-lain 3 perkara
9. Ditolak 2 perkara
10. Gugur 2 perkara
11. Penunjukan org lain sbg wali 0 perkara
12. Pengesahan ahli waris 0 perkara
46
13. Dispensasi Kawin 0 perkara
14. Wali Adhal 0 perkara
15. Hibah 1 perkara
d. Sisa perkara tahun 2010 sebanyak 27 perkara dengan rincian sebagai
berikut :
1. Cerai talak 8 perkara
2. Cerai gugat 17 perkara
3. Itsbat Nikah 0 perkara
4. Harta Bersama 1 perkara
5. Kewarisan 1 perkara
e. Dari 194 perkara yang diselesaikan dalam tahun 2010 terdapat 2 perkara
yang banding dan tidak ada yang dikasasi selama tahun 2010.
f. Dalam tahun 2010 diadakan persidangan sebanyak 426 kali dengan rincian
sebagai berikut :
- Januari 34 kali
- Februari 36 kali
- Maret 40 kali
- April 36 kali
- Mei 36 kali
- Juni 35 kali
- Juli 36 kali
- Agustus 35 kali
- September 38 kali
- Oktober 36 kali
- Nopember 34 kali
- Desember 30 kali
47
B. EVALUASI
2. Bidang Kepaniteraan Perkara
a. Perkara dan persidangan
Dari 221 perkara yang dikelolah tahun 2010 dapat diselesaikan sampai
akhir Desember 2010 sebanyak 194 perkara dengan rincian sebagai
berikut:
1. Dicabut 7 perkara
2. Pembatalan nikah 0 perkara
3. Cerai talak 33 perkara
4. Cerai gugat 102 perkara
5. Pengesahan anak 0 perkara
6. Isbat nikah 46 perkara
7. Kewarisan 1 perkara
8. Lain-lain 3 perkara
9. Ditolak 2 perkara
10. Gugur 2 perkara
11. Penunjukan org lain sbg wali 0 perkara
12. Pengesahan ahli waris 0 perkara
13. Dispensasi Kawin 0 perkara
14. Wali Adhal 0 perkara
15. Hibah 1 perkara
48
2. Dengan demikian prestasi yang dilaksanakan Pengadilan Agama
Enrekang dalam bidang yustisial mencapai 88 %.
3. Dalam melaksanakan peradilan yang sederhana, cepat dan biaya
ringan, Pengadilan Agama Enrekang mengadakan persidangan
majelis hakim rata – rata 4 kali seminggu dengan tiga majelis hakim
(yaitu majelis A, B, dan C).
C. ADMINISTRASI PERKARA
Administrasi perkara dilaksanakan berdasarkan petunjuk/edaran yang
berlaku seperti:
a. Pendaftaran/penerimaan perkara dan agenda sidang dilaksanakan
berdasarkan Keputusan Mahkamah Agung RI No.KMA/001/Sk/I/1991
tanggal 24 Januari 1991 tentang pola-pola pembinaan dan pengendalian
administrasi Kepaniteraan Pengadilan Agama Enrekang dan Pengadilan
tinggi Agama sebagaimana tersebut dalam lampiran keputusan ini.
b. Surat Edaran Ketua Pengadilan Tinggi Agama Makassar Nomor
PTA.t/10/K/HK.03.4/579/1992 tanggal 6 Juli 1992 tentang pengiriman
laporan.
c. Surat Edaran Ketua Pengadilan Tinggi Agama Makassar Nomor
PTA.t/10/K/HK.03.4/38/1993 tentang pelaksanaan Pola Keuangan
Perkara.
49
d. Penetapan dan penertiban map perkara beserta isinya baik yang telah
diselesaikan (minutasi) maupun yang masih dalam proses.
e. Inventarisasi putusan/penetapan dengan cara pemberkasan.
f. Pengiriman dan inventarisasi laporan bulanan, triwulan, semester dan
laporan tahunan.
D. PENGELOLAAN BIAYA PERKARA
Dalam Tahun 2010 mengelola biaya perkara sejumlah
Rp 101.050.000,- yang terdiri dari :
1. Saldo akhir tahun anggaran 2009 Rp 6.912.000,-
2. Penerimaan tahun anggaran 2010 Rp 94.138.000,-
Jumlah Rp 101.050.000,-
Pengeluaran :
1. Panggilan Rp 47.100.000,-
2. P B T Rp 9.960.000,-
3. Meterai Rp 1.080.000,-
4. P S P Rp 20.023.000,-
6. H H K 1 dan H H K 2 Rp 6.430.000,-
7. Pengiriman Biaya Perkara Banding Rp. 355.000,-
8. Lain-lain Atas Perintah Pengadilan Rp. 6.550.000,-
Jumlah Rp 91.498.000,-
Saldo kas per 31 Desember 2010 sebesar Rp 9.552.000,-
50
E. SIDANG KELILING DAN PERKARA PRODEO
Pada Tahun 2010 Pengadilan Agama Enrekang telah melaksanakan sidang
keliling sebanyak 6 (enam) kali. Dalam pelaksanaan sidang keliling tersebut
mendapat respon yang positif oleh para pencari keadilan. Tim sidang keliling
Pengadilan Agama Enrekang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Ketua
Pengadilan Agama Enrekang untuk melaksanakan sidang keliling di wilayah
hukum Pengadilan Agama Enrekang bekerjasama dengan instansi terkait
khususnya Aparat Kecamatan/Desa setempat dan Kantor Urusan Agama.
Dalam susunan personil tim sidang keliling Pengadilan Agama Enrekang
dibagi dalam beberapa tim sesuai dengan majelis masing-masing dan tempat
tujuan diadakannya sidang keliling. Adapun Target pencapaian realisasi
pelaksanaan sidang keliling untuk alokasi anggaran tahun 2010 yang meliputi
belanja perjalanan, sewa ruang dan kendaraan dapat dipenuhi berdasarkan
rencana kegiatan yang telah dibuat sesuai dengan pelaksanaan dan rencana
kegiatan yang telah ditentukan yakni 97 %.
Adapun perkara prodeo yang diproses dalam tahun 2010 sebanyak 12
perkara. Dalam hal ini betul-betul dirasakan langsung mamfaatnya oleh pencari
keadilan yang tidak mempu dalam hal biaya perkara, sehingga melalui proses
prodeo atau berperkara secara cuma-cuma.
51
52
B A B IV
PENGAWASAN INTERNAL
A. PENGERTIAN PENGAWASAN
Pengawasan merupakan salah satu fungsi pokok managemen untuk
menjaga dan mengendalikan agar tugas-tugas yang harus dilaksanakan dapat
berjalan sebagaimana mestinya sesuai dengan rencana dan aturan yang berlaku.
Pengawasan merupakan solusion penyelesaian masalah lembaga peradilan yang
selama ini selalu didera. Pengawasan dapat meminimalisir peluang pelanggaran
ketentuan sehingga lembaga pengadilan dapat menjadi lembaga yang berwibawa
dalam memberikan pelayanan hukum kepada masyarakat dengan bermuara
terwujudnya visi dan misi Pengadilan Agama Enrekang.
Dalam Pasal 11 ayat (4) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang
Kekuasaan Kehakiman, disebutkan Mahkamah Agung melakukan pengawasan
tertinggi atas perbuatan pengadilan dalam lingkungan peradilan yang berada
dibawahnya berdasarkan ketentuan undang-undang. Mahkamah Agung
melakukan pengawasan tertinggi terhadap jalannya peradilan disemua
lingkungan peradilan, dilakukan dengan seksama dan wajar dengan berpedoman
pada azas peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan, tanpa mengurangi
kebebasan hakim dalam memeriksa dan memutus perkara. Sedangkan Pasal 53
ayat(1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama,
disebutkan Ketua Pengadilan mengadakan pengawasan atas pelaksanaan tugas
53
dan tingkah laku Hakim, Panitera, Sekretaris dan Jurusita di daerah hukumnya.
Berkaitan dengan pengawasan Mahkamah Agung juga telah mengeluarkan Surat
Keputusan Nomor 005/KMA/SK/III/1994 pada Pasal 2, dimana pengawasan
meliputi pengawasan terhadap teknis peradilan, administrasi peradilan, serta
perbuatan dan tingkah laku hakim dan pejabat kepaniteraan pengadilan.
Pengawasan yang dilakukan harus mampu memerankan fungsi ganda,
disatu sisi sebagai penegak dan disisi lainnya sebagai penangkal kekeliruan, yang
hakekat dasarnya pengawasan adalah tindakan untuk dapat mengetahui secara
dini terjadinya penyimpangan. Fungsi pengawasan harus mampu menciptakan
situasi kondusif terhadap penegakan disiplin serta peningkatan produktifitas dan
etos kerja, sehingga fungsi peradilan dapat berjalan dalam memberikan pelayanan
kepada pencari keadilan.
B. PENUNJUKAN HAKIM PENGAWAS BIDANG DAN TIM PENGAWASAN
PENEGAKAN DISIPLIN KERJA HAKIM DAN PEGAWAI NEGERI SIPIL.
Dalam pelaksanaan pengawasan di Pengadilan Agama Enrekang telah
dibentuk tim pengawas yang terdiri dari Hakim Pengawas Bidang dan Tim
Pengawasan penegakan disiplin kerja hakim dan pegawai negeri sipil dalam
lingkup Pengadilan Agama Enrekang. Penunjukan Hakim Pengawas Bidang
Berdasarkan Surat Keputusan Ketua Pengadilan Agama Enrekang No. W20-
A21/519/SK/Kp.07.6/IX/2009 tentang penunjukan Hakim Pengawas Bidang
Pengadilan Agama Enrekang yang susunannya terdiri atas Wakil Ketua
54
Pengadilan sebagai Ketua Tim / Koordinator Pengawas dengan dibantu oleh
seorang hakim pengawas bidang tehnis fungsional pola bindalmin, seorang hakim
pengawas bidang permohonan, seorang hakim pengawas bidang gugatan, dua
orang hakim pengawas bidang administrasi umum, bidang administrasi
kepegawaian dan bidang administrasi keuangan.
Tugas hakim pengawas bidang adalah melaksanakan pengawasan
terhadap jalannya peradilan pada Pengadilan Agama Enrekang sesuai bidang
tugas yang diberikan dan menjaga agar terselenggaranya administrasi peradilan
dengan baik sebagaimana yang diharapkan. Hakim pengawas bidang dalam
melaksanakan tugasnya senantiasa berpedoman pada peraturan perundang-
undangan yang berlaku atas koordinasi Wakil Ketua Pengadilan Agama
Enrekang.
Sesuai dengan Keputusan Sekretaris Mahkamah Agung Republik
Indonesia Nomor : 035/SK/IX/2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Keputusan
Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor : 071/KMA/SK/V/2008
Tentang Ketentuan Penegakan Disiplin Kerja Dalam Pelaksanaan Pemberian
Tunjangan Khusus Kinerja Hakim dan Pegawai Negeri sipil pada Mahkamah
Agung dan Badan Peradilan yang berada di bawahnya, maka dipandang perlu
membentuk Tim Pengawasan. Penunjukan Tim Pengawasan Penegakan disiplin
kerja hakim dan pegawai negeri sipil Berdasarkan Surat Keputusan Ketua
Pengadilan Agama Enrekang No. W20-A21/553/SK/Kp.07.6/XII/2009.
55
Tugas Tim Pengawas adalah melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan keputusan Ketua Mahkamah Agung Nomor : 071/KMA/SK/V/2008.
Tim pengawasan berwenang untuk memberikan rekomendasi kepada pejabat
penanggung jawab absensi mengenai jenis sanksi yang akan diberikan terhadap
aparatur yang melakukan pelanggaran terhadap keputusan Ketua Mahkamah
Agung Nomor : 071/KMA/SK/V/2008.
C. PELAKSANAAN PENGAWASAN
Dalam pelaksanaan Pengawasan yang dilakukan oleh Hakim Tinggi
Pengadilan Tinggi Agama Makassar ke Pengadilan Agama Enrekang untuk tahun
2010 telah dilakukan sebanyak 2 (dua) kali, dimana pengawasan yang dilakukan
bidang administrasi perkara dan kesekretariatan.
Terhadap pengawasan tersebut telah dilakukan tindak lanjut dengan
perbaikan serta pembenahan terhadap bidang yang diperlukan pembenahan serta
penyempurnaan kedepan, sehingga diharapkan dalam melaksanakan tugas dan
fungsi peradilan sesuai dengan yang diharapkan.
Pengawasan yang dilakukan oleh hakim pengawas bidang Pengadilan
Agama Enrekang dilakukan per tiga bulan dan hasilnya dituangkan dalam berita
acara pengawasan dan rekomendasinya dilaporkan kepada Wakil Ketua sebagai
koordinator / penanggung jawab pengawasan, dan hakim pengawas berhak
memantau sejauhmana rekomendasi yang diajukan direspon oleh Ketua
Pengadilan Agama Enrekang.
56
Selain hal tersebut pengawasan terhadap para pegawai serta hakim
diberikan nilai DP3 yang dilakukan setiap akhir tahun, sehingga dapat
meningkatkan kualitas serta pelayanan kepada para pencari keadilan.
Dalam pelaksanaan pemberian Tunjangan Khusus Kinerja Hakim dan
Pegawai Negeri pada Mahkamah Agung dan Badan Peradilan di bawahnya,
dimana peningkatan disiplin kerja merupakan salah satu sorotan sehinggan
dikeluarkannya Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor
071/KMA/SK/V/2008 tentang Ketentuan Penegakan Disiplin Kerja, yang
selanjutnya diselaraskan oleh Pengadilan Agama Enrekang dengan tindakan
absensi baik yang manual maupun finger scan, sehingga diharapkan tercapai
pelayanan yang prima kepada pencari keadilan.
57
B A B V
PEMBINAAN DAN PENGELOLAAN
A. SUMBER DAYA MANUSIA
Salah satu tujuan dalam pencapaian visi dan misi Pengadilan Agama
Enrekang dalam bidang yustisial ialah meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat yang mencari keadilan sesuai dengan prinsip peradilan yang
sederhana, cepat dan biaya ringan. Untuk itu dibutuhkan aparat yang
memiliki sumber daya manusia yang handal untuk menghadapi tantangan
peradilan kedepan yang semakin rumit dengan berbagai masalah yang
dihadapi oleh Lembaga Peradilan.
Untuk dapat meningkatkan sumber daya manusia teknis yudicial
pada Pengadilan Agama Enrekang maka perlu meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman aparat / personil dalam jajaran kepaniteraan melalui
pelatihan, pengkajian dan pendalaman serta diskusi-diskusi hukum terapan
yang dapat menunjang kelancaran pelaksanaan tugas masing-masing.
1. Sumber Daya Manusia Teknis Yudicial
Sumber daya manusia yang ada pada Pengadilan Agama Enrekang
bidang yudicial saat ini terdiri atas hakim termasuk ketua dan wakil ketua
berjumlah 9 orang sedangkan pada kepaniteraan berjumlah 10 orang terdiri
atas 1 orang Pansek, 1 orang Wakil Panitera, 3 orang Panitera Muda dan 3
orang Panitera Pengganti, dan 2 orang sebagai jurusita pengganti.
58
Keterbatasan pegawai terdapat pada bidang kepaniteraan dapat dilihat
dengan minimnya tenaga untuk jabatan sebagai panitera pengganti dan
jurusita pengganti, dengan kondisi seperti ini, maka masih ada pegawai
yang merangkap tugas.
Terhadap pembinaan para pegawai Pengadilan Agama Enrekang
terurai sebagai berikut :
a. Hakim berjumlah 9 orang (termasuk Ketua dan Wakil Ketua).
Hakim pada Pengadilan Agama Enrekang berpendidikan Strata 1, dua
diantaranya berpendidikan strata 2, dan 1 orang hakim sementara
melanjutkan studi S2.
Pendidikan dan pelatihan yang diikuti hakim selama tahun 2010 adalah
sebagai berikut :
- Sosialisasi biaya penyelesaian perkara berlangsung pada tanggal 04
Februari 2010 di Aula Pengadilan Tinggi Agama Makassar yang
diikuti oleh Ketua dan Panitera/Sekretaris.
- Sosialisasi penyampaian hasil rapat koordinasi pada tanggal 2 Maret
2010 di Aula Pengadilan Tinggi Agama Makassar
- Orientasi ekonomi syariah dan orientasi mediasi berlangsung pada
tanggal 14 s/d 16 juni 2010 di Hotel Sahid Tana Toraja yang diikuti
oleh 2 orang hakim
59
- Koordinasi dan konsultasi pengawasan Mahkamah Agung RI
berlangsung pada tanggal 27 juni s/d 1 Juli 2010 di Hotel Quality
Makassar yang diikuti oleh 1 orang hakim.
- Bimbingan teknis pembinaan hakim berlangsung pada tanggal 02
November 2010 di Aula Pengadilan Tinggi Agama Makassar yang
diikuti oleh 5 orang hakim.
- Rapat kerja daerah tahun 2010 berlangsung pada tanggal 24 s/d 26
November 2010 di Hotel Clarion Makassar yang diikuti oleh Ketua
dan Panitera/Sekretaris.
b. Kepaniteraan berjumlah 8 orang
Panitera berpendidikan Strata 2, Wakil Panitera berpendidikan strata 1,
panitera muda berpendidikan strata 1, panitera pengganti
berpendidikan strata 1 dan sarjana muda.
Pendidikan dan pelatihan yang diikuti panitera/panitera pengganti
selama tahun 2010 adalah sebagai berikut :
- Monitoring dan Bimbingan Teknis Pola Bindalmin dan SIADPA
yang berlangsung tanggal 17 s/d 19 Maret 2010 di The Banua Hotel
Makassar , diikuti 2 orang.
- Pelatihan bimbingan teknis panitera pengganti berlangsung tanggal
07 s/d 09 Juli 2010 di Hotel Ada Watansoppeng, diikuti 1 orang.
60
- Bimbingan teknis pelaporan keuangan perkara dan pengalokasian
anggaran dalam RKA-KL tahun 2011 berlangsung tanggal 21 s/d 22
September 2010 di Hotel Mercure, diikuti ketua dan
panitera/sekretaris.
- Bimbingan teknis panitera pengganti berlangsung tanggal 02
November 2010 di Aula Pengadilan Tinggi Agama Makassar, diikuti
3 orang
c. Kejurusitaan
Pada Pengadilan Agama Enrekang formasi Jurusita belum ada,hanya
ada Jurusita Pengganti sebanyak 2 orang berpendidikan SLTA dan 1
diantara sedang melanjutkan pendidikan strata 1 pada Fakultas Hukum
Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Amsir Parepare.
Pada tahun 2010 tidak terdapat kegiatan Pendidikan dan pelatihan yang
diikuti khusus Jurusita pengganti, akan tetapi terdapat kegiatan bagi
panitera/sekretaris yaitu :
- Bimbingan teknis kejurusitaan Pengadilan Agama se Wilayah
Pengadilan Tinggi Agama Makassar berlangsung tanggal 28 s/d 30
Juli 2010 di Bira Beach Hotel Tanjung Bira Bulukumba yang diikuti 1
orang.
61
2. Sumber Daya Manusia Non Teknis Yudicial
Pada masa sekarang ini yang dikenal dengan era golebalisasi dan
informasi tehnologi (IT), dengan semakin berkembangnya sistem
komputerisasi dalam berbagai aspek pelaksanaan kegiatan, termasuk pada
lembaga peradilan, maka dibutuhkan pegawai atau staf yang bisa
mengoperasikan komputer dengan baik dan professional untuk menunjang
efektifitas kerja.
Pengadilan Agama Enrekang telah menjalankan beberapa aplikasi
yang sedang dioperasikan untuk pelaksanaan kegiatan, seperti aplikasi
RKA-KL, aplikasi Keuangan meliputi SPM, SAKPA, SABMN dan aplikasi
Gaji/GPP juga aplikasi kepegawaian yaitu Simas dengan mengikut
sertakan pegawai atau staf dalam pelatihan, orientasi dan sosialisasi yang
dilaksanakan oleh instansi yang berkompeten, juga telah memiliki website
yang dapat diakses di www.pa-enrekang.com.
Sumber daya manusia non teknis yudicial yang ada pada
Pengadilan Agama Enrekang masih kurang dibandingkan dengan volume
pekerjaan yang dilaksanakan. Pada bidang kesekretariatan terdapat jabatan
yang belum diisi atau masih lowong sampai akhir tahun 2010 yaitu kaur.
Umum.
Pengadilan Agama Enrekang juga sangat membutuhkan tenaga
pegawai sebagai pengelolah perpustakaan, karena hampir setiap tahun
62
Pengadilan Agama Enrekang mendapat bantuan / kiriman buku-buku
baik dari pusat maupun dari daerah, sehingga perpustakaan Pengadilan
Agama Enrekang dapat berfungsi sebagaimana yang diharapkan.
Pendidikan dan pelatihan yang diikuti bidang kesekretariatan
selama tahun 2010 adalah sebagai berikut :
- Sosialisasi aplikasi SPM dan implementasi bank operasional I
berlangsung tanggal 4 Maret 2010 di Aula KPPN Pare-Pare, diikuti 1
orang.
- Orientasi Aplikasi Sistem Informasi Kepegawaian (SIKEP) berlangsung
tanggal 18 s/d 19 Maret 2010 di The Banua Hotel Makassar, diikuti 1
orang.
- Sosialisasi perencanaan kas dan sosialisasi SE-06/PB/2010 tentang
penyesuaian besaran gaji pokok PNS berlangsung tanggal 30 Maret 2010
di Aula KPPN Pare-Pare, diikuti 1 orang.
- Sosialisasi kebijakan pelaksanaan pengadaan penyaluran
inventarisasi,penyiapan dan perawatan serta penghapusan sarana dan
prasarana pengadilan berlangsung tanggal 28 s/d 30 April 2010 di Hotel
Mercure Makassar, diikuti 1 orang
- Sosialisasi pelaksanaan pembayaran gaji secara langsung (LS) kepada
rekening masing-masing pegawai dan kewajiban pengisian Nomor
63
Pokok Wajib Pajak (NPWP) pada aplikasi GPP berlangsung tanggal 18
Juni 2010 di Aula KPPN Pare-Pare, diikuti 1 orang.
- Sosialisasi dan rapat koordinasi bimbingan teknis aplikasi satuan kerja
berlangsung tanggal 28 September 2010 di Aula KPPN Pare-Pare, diikuti
3 orang.
- Orientasi sistem akuntansi pemerintahan (SAP) dan pembinaan
administrasi perlengkapan berlangsung tanggal 28 s/d 29 september
2010 di Hotel Kenari Makassar, diikuti 1 orang.
- Diklat program percepatan akuntabilitas keuangan pemerintah (PPAKP)
angkatan V berlangsung tanggal 03 s/d 25 November 2010 di Hotel
Sahid Makassar, diikuti 1 orang.
- Sosialisasi langkah-langkah akhir tahun anggaran 2010 berlangsung
tanggal 29 November 2010 di Ballroom hotel pare wisata pare-pare,
diikuti 1 orang
- Koordinasi tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK berlangsung tanggal 21
s/d 23 Desember 2010 di Hotel Quality Makassar, diikuti 3 orang
3. Promosi dan Mutasi
a. Promosi
1. Dalam tahun 2010 terdapat pindahan/promosi pegawai sebanyak 4
(Empat) orang , masing-masing : Zuhairah Zunnurain, S.HI calon
hakim Pengadilan Agama Palu menjadi hakim pratama Pengadilan
64
Agama Enrekang, Sri Rahayu Damopolii, S.Ag calon hakim
Pengadilan Agama Kotamobagu menjadi hakim pratama Pengadilan
Agama Enrekang, Muslimin, S.Ag jurusita pengganti Pengadilan
Agama Parepare menjadi Kaur Keuangan Pengadilan Agama
Enrekang, Asrijal Arfansyah, S.E staf kepegawaian Pengadilan Agama
Enrekang menjadi Kaur Kepegawaian Pengadilan Agama Enrekang.
2. Dan pegawai Pengadilan Agama Enrekang yang beralih
tugas/promosi ke Pengadilan Agama lain yaitu : Jamaluddin, S.H
menjadi Wakil Sekretaris Pengadilan Agama Masamba, Hasan, S.Ag.
M.H menjadi Kaur Umum Pengadilan Agama Sungguminasa
3. Peningkatan SDM
Peningkatan pengetahuan dan keterampilan pegawai telah diupayakan
dengan mengikutsertakan untuk mengikuti Pelatihan/ penataran
diantaranya Pelatihan SAI, RKA-KL, SIMAK BMN dan beberapa
pelatihan yang diadakan PTA Makassar dan Mahkamah Agung RI
seperti Peningkatan Profesionalisme Hakim, Panitera / Wakil Panitera,
Panitera Pengganti dan Jurusita Pengganti.
4. Penilaian dan Hukuman
Dalam memberikan penilaian pegawai dan pejabat yang menjadi
atasan masing-masing telah dilaksanakan Peraturan Pemerintah
65
No.02/SE/1980 tentang penilaian dan pelaksanaan pekerjaan pegawai
negeri sipil.
Dan sehubungan dengan penilaian pelaksanaan pekerjaan pegawai
negeri sipil maka tidak seorangpun pegawai yang mendapat hukuman
sebagaimana Peraturan Pemerintah No.30 Tahun 1980 dan surat
edaran Kepala BAKN No.23/SE/1980 tentang peraturan disiplin
pegawai negeri sipil.
b. Mutasi
Dalam tahun 2010 terjadi beberapa mutasi pegawai, yaitu :
a. Kenaikan pangkat
Untuk Periode April yang terealisasi Atas nama Drs. Kalimang
memperoleh kenaikan pangkat reguler dari Golongan III/d ke golongan
IV/a, Rajabuddin dari golongan II/a ke golongan II/b sedangkan untuk
periode Oktober tidak ada pegawai yang diusul kenaikan pangkat.
b. Kenaikan gaji berkala
1. Drs.Kalimang
2. M.Safi’i,S.Ag
3. Abdul Muiz,S.HI
4. Drs.Syamsuddin
5. Muhammadiah,S.H
6. Dra.Sajariah
7. Drs.M.Alwi H
8. Ismail D.BA
9. Marwah
66
c. Pensiun
Tidak ada pegawai yang pensiun untuk tahun 2009. tetapi ada seorang
pegawai atas nama Ismail D, BA panitera pengganti PA. Enrekang yang
telah mendapat SK. Pensiun terhitung mulai tanggal 1 Februari 2010 dan
dimohonkan pembatalan/ralat karena terbitnya Undang-undang
Peradilan Agama yang baru yaitu Undang-undang No. 50 Tahun 2010
tentang Peradilan Agama yang mana tercantum batas usia pensiun
untuk panitera pengganti pada pengadilan agama kelas II adalah 60
tahun.
4. Pengisian Jabatan Struktural
Dalam tahun 2010 ini Pengadilan Agama Enrekang terjadi
pengisian jabatan Urusan Keuangan dan kepegawaian, dimana pejabat
Kaur Keuangan Pengadilan Agama Enrekang dipromosi dan dimutasi
untuk menduduki jabatan Wakil Sekretaris pada Pengadilan Agama
Masamba, Kaur kepegawaian dimutasi ke Pengadilan Agama
Sungguminasa sebagai Kaur Umum dan digantikan oleh staf kepegawaian
menjadi Kaur kepegawaian Pengadilan Agama Enrekang, sedangkan
jabatan struktural yang lowong adalah Kepala Urusan Umum. Untuk
urusan Umum sementara dikelolah oleh pejabat lama yang telah menjabat
Panitera Muda Gugatan bekerjasama Wakil Sekretaris.
67
B. PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA
1. Sarana dan Prasarana Gedung
a) Pengadaan
Gedung Pengadilan Agama Enrekang dibangun pada tahun
2006 masih di bawah naungan Departemen Agama dengan mengganti
bangunan yang lama pada lokasi tersebut. Setelah lembaga peradilan
menjadi satu atap di bawah Mahkamah Agung Sarana dan prasarana
gedung Pengadilan Agama Enrekang menjadi lebih baik dibandingkan
dengan tahun-tahun sebelumnya, dimana dengan semakin baiknya
anggaran untuk perbaikan dan pemeliharaan gedung.
Pada tahun 2007 Pengadilan Agama Enrekang mendapat
Belanja Modal untuk lanjutan pembangunan/rehabilitasi gedung
Pengadilan Agama Enrekang, pekerjaan yang dilaksanakan adalah
plafond seluruh gedung baik di dalam maupun diluar gedung pada
lantai II, pekerjaan Beton dan Pos Jaga, pekerjaan pengecetan dan
pekerjaan elektrikal lantai II yang dilaksanakan oleh CV. Medya
Pratama setelah melalui proses pelelangan.
Pada tahun 2010 Pengadilan Agama Enrekang melalui DIPA
mendapatkan Belanja Modal berupa Tambah Daya Listrik 1 paket.
Tidak ada alokasi anggaran pengadaan atau pembangunan / renovasi /
rehabilitasi gedung Tahun 2010, sehingga diusulkan dalam penyusunan
RKA-KL Tahun 2011 untuk rehab pembangunan gedung dan pagar
68
sesuai bentuk prototype yang dikeluarkan oleh Badan urusan
Administrasi Mahkamah Agung.
b) Pemeliharaan
Pada tahun 2010 Pengadilan Agama Enrekang kembali
memamfaatkan anggaran pemeliharaan gedung dan bangunan dengan
melaksanakan pengecetan gedung kantor serta pemeliharaan
halaman/taman dan pagar.
c) Penghapusan
Tidak ada penghapusan BMN untuk gedung dan bangunan
Pada tahun 2010.
2. Sarana dan Prasarana Fasilitas Gedung
a) Pengadaan
Sarana dan parasarana fasilitas gedung yang dimiliki
Pengadilan Agama Enrekang saat ini juga semakin baik, Rencana
Anggaran Belanja yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan setiap tahun
dapat direalisasikan melalui DIPA walaupun tidak sepenuhnya
dikabulkan mengingat keterbatasan anggaran, sehingga proses
pelaksanaan kegiatan dapat berjalan sesuai dengan jadwal kegiatan.
Pada tahun 2010 Pengadilan Agama Enrekang melalui DIPA
mendapatkan Belanja Modal berupa pengadaan alat pengolah data 1
paket berupa 2 Unit Laktop, 2 unit komputer, 3 unit Printer dan 2 unit
UPS, pengadaan perlengkapan sarana gedung berupa 2 unit AC dan
69
pengadaan meubelair 1 paket berupa berupa meja kerja, kursi, lemari
untuk arsip kepaniteraan. Juga ada dropping dari Mahkamah Agung
berupa buku-buku untuk perpustakaan.
b) Pemeliharaan
Pada tahun 2010 Pengadilan Agama Enrekang juga mendapat
anggaran pemeliharaan perawatan sarana dan prasarana kantor meliputi
perawatan kendaraan roda empat dan roda dua yang dilakukan secara
berkala dan kontinyu, sehingga kondaraan operasional dapat terawat
dengan baik dan menunjang aktivitas pejabat pengadilan, juga perawatan
sarana gedung untuk pemeliharaan komputer, pemeliharaan AC dan
pemeliharaan inventaris.
c) Penghapusan
Pada Tahun 2010 belum dilakukan penghapusan terhadap BMN
yang sudah rusak, dan diupayakan pada tahun berikutnya.
C. PENGELOLAAN KEUANGAN
Dengan diterbitkannya DIPA Pengadilan Agama Enrekang Tahun Anggaran
2010 Nomor 0616/005-01.2/XXIII/2010 tanggal 31 Desember 2009 yang
bersumber dari APBN, maka untuk melaksanakannya lalu dibentuk
pengelolan keuangan dengan keputusan Ketua Pengadilan Agama Enrekang
Nomor W20-A21/SK.01/KU.01/I/2010 tanggal 5 Januari 2010 tentang
Penunjukan Pejabat Kuasa Pengguna Anggaran/Pengguna Barang pada
70
Pengadilan Agama Enrekang Tahun Anggaran 2010 dan selanjutnya
Keputusan Kuasa Pengguna Anggaran/Pengguna Barang Pengadilan Agama
Enrekang Nomor W20-A21/SK.02/KU.01/I/2010 tanggal 5 Januari 2010
tentang Pengangkatan pejabat Penanggung Jawab Kegiatan/Pembuat
Komitmen, Pejabat Penguji SPP dan Penandatanganan SPM, Bendahara
Pengeluaran, Pemegang Uang Muka Kerja dan Staf Pengelolah Keuangan pada
Pengadilan Agama Enrekang Tahun Anggaran 2010.
Pada tahun 2010 Pengadilan Agama Enrekang Mendapat alokasi anggaran
melalui DIPA sebesar Rp. 799.153.000,- ( tujuh ratus sembilan puluh sembilan
juta seratus lima puluh tiga ribu rupiah ) yang rinciannya terdiri atas belanja
pegawai, belanja barang dan belanja modal, yang terurai sebagai berikut :
1. Belanja Pegawai
- RKA-KL
* Belanja Pegawai Rp. 434.774.000,-
Yang terurai lagi dalam beberapa mata anggaran sebagai berikut :
- 511111 Gaji pokok PNS Rp 301.877.000,-
- 511119 Pembulatan Rp. 7.000,-
- 511121 Tunjangan suami/isteri Rp 18.984.000,-
- 511122 Tunjangan Anak Rp 6.269.000,-
- 511123 Tunjangan Struktural Rp 0,-
- 511124 Tunjangan Fungsional Rp 0,-
71
- 511125 Tunjangan PPH Rp 10.503.000,-
- 511126 Tunjangan Beras Rp 11.189.000,-
- 511151 Tunjangan Umum Rp 31.755.000,-
- 512211 Uang Lembur Rp 6.670.000,-
- 511129 Uang Makan Rp 47.520.000,-
- Pelaksanaan
Telah direalisasikan pada bulan Januari s/d Desember 2010 sejumlah
Rp 1.099.392.420,- dengan perincian sebagai berikut :
- 511111 Gaji pokok PNS Rp 695.539.360,-
- 511119 Pembulatan Rp. 15.203,-
- 511121 Tunjangan suami/isteri Rp 57.338.792,-
- 511122 Tunjangan Anak Rp 19.132.456,-
- 511123 Tunjangan Struktural Rp 14.300.000,-
- 511124 Tunjangan Fungsional Rp 185.190.000,-
- 511125 Tunjangan PPH Rp 24.095.948,-
- 511126 Tunjangan Beras Rp 46.447.661,-
- 511151 Tunjangan Umum Rp 3.145.000,-
- 512211 Uang Lembur Rp 6.668.000,-
- 511129 Uang Makan Rp 47.520.000,-
Realisasi anggaran untuk belanja pegawai sampai dengan bulan
Desember 2010 adalah 252,87 %.
72
- Sisa Anggaran Pelaksanaan
Sisa anggaran belanja pegawai pada bulan Januari s/d Desember 2010
sejumlah Rp -664.618.420,- dengan perincian sebagai berikut :
- 511111 Gaji pokok PNS Rp -393.662.360,-
- 511119 Pembulatan Rp. -8.203,-
- 511121 Tunjangan suami/isteri Rp -38.354.792,-
- 511122 Tunjangan Anak Rp -12.863.456,-
- 511123 Tunjangan Struktural Rp -14.300.000,-
- 511124 Tunjangan Fungsional Rp -185.190.000,-
- 511125 Tunjangan PPH Rp -13.592.948,-
- 511126 Tunjangan Beras Rp -35.258.661,-
- 511151 Tunjangan Umum Rp 28.610.000,-
- 512211 Uang Lembur Rp 2.000,-
- 511129 Uang Makan Rp 0,-
Sisa anggaran untuk belanja pegawai sampai dengan bulan Desember
2010 adalah -152,87 %.
73
74
2. Belanja Barang
- RKA-KL
* Belanja Barang Rp. 268.379.000,-
Yang terurai lagi dalam beberapa mata anggaran sebagai berikut :
- 521111 Keperluan Perkantoran Rp 15.700.000,-
- 521115 Honor yang terkait dengan Operasional Rp 28.500.000,-
- 521119 Operasional Lainnya Rp 73.344.000,-
- 521211 Belanja Bahan Rp. 8.650.000,-
- 522111 Langganan Daya dan Jasa Rp 21.900.000,-
- 522114 Belanja Sewa Rp. 2.300.000,-
- 521114 Belanja Pengiriman Surat Dinas Pos Rp. 1.950.000,-
- 523111 Pemeliharaan Gedung dan Bangunan Rp 18.895.000,-
- 523121 Pemeliharaan peralatan dan mesin Rp 38.950.000,-
- 524111 Biaya perjalanan dinas Biasa Rp 32.750.000,-
- 524119 Biaya Perjalanan Lainnya Rp. 25.440.000,-
- Pelaksanaan
Telah direalisasikan pada bulan Januari s/d Desember 2010 sejumlah
Rp. 255.666.872,- dengan perincian sebagai berikut :
- 521111 Keperluan Perkantoran Rp 15.700.000,-
- 521115 Honor yang terkait dengan Operasional Rp 28.500.000,-
- 521119 Operasional Lainnya Rp 73.344.000,-
- 521211 Belanja Bahan Rp. 6.699.000,-
75
- 522111 Langganan Daya dan Jasa Rp 21.817.557,-
- 522114 Belanja Sewa Rp. 2.300.000,-
- 521114 Belanja Pengiriman Surat Dinas Pos Rp. 1.194.000,-
- 523111 Pemeliharaan Gedung dan Bangunan Rp 11.765.000,-
- 523121 Pemeliharaan peralatan dan mesin Rp 38.949.315,-
- 524111 Biaya perjalanan dinas Biasa Rp 32.750.000,-
- 524119 Biaya Perjalanan Lainnya Rp. 22.648.000,-
Realisasi anggaran untuk belanja barang sampai dengan bulan Desember
2010 adalah 95,26 %.
- Sisa Anggaran Pelaksanaan
Sisa anggaran belanja barang pada bulan Januari s/d Desember 2010
sejumlah Rp. 12.712.128,- dengan perincian sebagai berikut :
- 521111 Keperluan Sehari-hari Perkantoran Rp 0,-
- 521115 Honor yang terkait dengan Operasional Rp 0,-
- 521119 Operasional Lainnya Rp 0,-
- 521211 Belanja Bahan Rp. 1.951.000,-
- 522111 Langganan Daya dan Jasa Rp 82.443,-
- 522114 Belanja Sewa Rp. 0,-
- 521114 Belanja Pengiriman Surat Dinas Pos Rp. 756.000,-
- 523111 Pemeliharaan Gedung dan Bangunan Rp 7.130.000,-
- 523121 Pemeliharaan peralatan dan mesin Rp 685,-
76
- 524111 Biaya perjalanan dinas Biasa Rp 0,-
- 524119 Biaya Perjalanan Lainnya Rp. 2.792.000,-
Sisa anggaran untuk belanja barang sampai dengan bulan Desember 2010
adalah 4,74 %.
77
78
3. Belanja Modal
- RKA-KL
* Belanja Modal Rp. 96.000.000,-
Yang terurai lagi dalam beberapa mata anggaran sebagai berikut :
- 532111 Pengadaan Perlengkapan Sarana Gedung Rp 8.000.000,-
- 532111 Pengadaan Meubelair Rp 36.000.000,-
- 532111 Pengadaan Alat Pengolah Data Rp 30.000.000,-
- 532111 Pengadaan prasarana dan sarana Gedung Rp 22.000.000,-
- Pelaksanaan
Telah direalisasikan pada bulan Januari s/d Desember 2010 sejumlah
Rp. 95.552.820,- dengan perincian sebagai berikut :
- 532111 Pengadaan Perlengkapan Sarana Gedung Rp 7.975.000,-
- 532111 Pengadaan Meubelair Rp 35.975.500,-
- 532111 Pengadaan Alat Pengolah Data Rp 29.975.000,-
- 532111 Pengadaan prasarana dan sarana Gedung Rp 21.627.320,-
Realisasi anggaran untuk belanja modal sampai dengan bulan Desember
2010 adalah 99,53 %.
- Sisa Anggaran Pelaksanaan
Sisa anggaran belanja Modal pada bulan Januari s/d Desember 2010
sejumlah Rp. 447.180,- dengan perincian sebagai berikut :
- 532111 Pengadaan Perlengkapan Sarana Gedung Rp 25.000,-
- 532111 Pengadaan Meubelair Rp 24.500,-
79
- 532111 Pengadaan Alat Pengolah Data Rp 25.000,-
- 532111 Pengadaan prasarana dan sarana Gedung Rp 372.680,-
Sisa anggaran untuk belanja modal sampai dengan bulan Desember 2010
adalah 0,47 %.
80
81
D. PENGELOLAAN ADMINISTRASI
1. Administrasi Perkara
Pengelolaan administrasi perkara pada Pengadilan Agama
Enrekang dilakukan dari meja ke meja terdiri dari meja I, II dan III terurai
dalam Buku Pola Bindalmin sesuai dengan Surat Keputusan Mahkamah
Agung RI Nomor KMA/001/SK/1991 tanggal 24 Januari 1991 tentang Pola-
pola Pembinaan dan Pengendalian Administrasi Perkara. Berdasarkan
Keputusan Ketua Pengadilan Agama Enrekang Nomor W20-
A21/317.a/Kp.07.1/SK/VII/2008 tanggal 25 Juli 2008 tentang Penunjukan
Petugas Meja 1, Meja II, Meja III dan Kasir.
I. Petugas Meja Pertama : Muhammadiah, S.H. bertugas :
b. menerima gugatan, permohonan, permohonan banding,
permohonan kasasi, permohonan peninjauan kembali dan
permohonan eksekusi.
c. Permohonan perlawanan yang merupakan verstek terhadap
putusan verstek, tidak didaftar sebagai perkara baru.
d. Permohonan perlawanan pihak ketiga (derden verzet)
didaftarkan sebagai perkara baru dalam gugatan.
e. Menetapkan rencana biaya perkara yang dituangkan dalam
SKUM.
82
f. Hendaknya pemungutan biaya perkara, ditaksir dengan
mempertimbangkan jarak dan kondisi para pihak, dengan
memperhatikan terselenggaranya proses persidangan perkara
dengan lancar, yang berkaitan dengan keperluan para pihak,
saksi dan pemberitahuan-pemberitahuan serta materai dan
redaksi putusan.
g. Dalam perkara cerai talak, biaya perkara diperhitungkan juga
untuk keperluan pemanggilan sidang ikrar talak.
h. Menyerahkan surat gugatan, permohonan, permohonan banding,
permohonan kasasi. Permohonan peninjauan kembali dan
permohonan eksekusi, yang dilengkapi dengan SKUM kepada
yang bersangkutan agar membayar uang panjar perkara yang
tercantum dalam SKUM kepada kas Pengadilan Agama.
I.1. Petugas Kas/Kasir : Marwah bertugas :
a. Kas adalah merupakan bagian dari meja pertama
b. Pemegang kas menerima dan membukukan uang panjar perkara
sebagaimana tercantum dalam SKUM, pada buku jurnal
keuangan perkara menurut jenisnya.
c. Pencatatan panjar perkara dalam buku jurnal dan khusus
perkara-perkara tingkat pertama diikuti dengan pemberian
nomor perkara tersebut.
83
d. Nomor perkara tersebut oleh pemegang kas diterakan dalam
lembar pertama surat gugatan.
e. Pengeluaran biaya materai dikeluarkan dari panjar perkara
setelah perkara diputus, untuk materai Rp. 6.000,-
f. Pengeluaran uang dari panjar biaya perkara yang diperlukan
bagi penyelenggara peradilan untuk ongkos pemanggilan,
pemberitahuan, pelaksanaan sita, pemeriksaan setempat, sumpah
penterjemah dan eksekusi harus dicatat dengan tertib dalam
masing-masing buku jurnal.
g. Ongkos-ongkos tersebut hanya dapat dikeluarkan atas keperluan
yang nyata, sesuai dengan jenis kegiatan tersebut.
h. Pemasukan dan pengeluaran uang untuk setiap harinya, harus
dilaporkan kepada Panitera untuk dicatat dalam buku induk
keuangan yang bersangkutan.
II. Petugas Meja Kedua Suharni Saleta. bertugas :
a. Mendaftar perkara yang masuk dalam buku register induk
perkara sesuai dengan urutan penerimaan dari pemegang kas,
dan membubuhi nomor perkara sesuai dengan urutan dalam
buku register tersebut.
b. Pendaftaran perkara baru dapat dilaksanakan, setelah panjar
biaya perkara dibayar pada kas.
84
c. Pengisian nomor perkara harus sama dengan penyebutan nomor
perkara dalam buku jurnal.
d. Pengisian kolom-kolom buku register harus dilaksanakan dengan
tertib, cermat dan lengkap, serta tepat waktu berdasarkan
jalannya persidangan perkara.
e. Berkas perkara yang diterima hendaknya dilengkapi dengan
formulir Penetapan Majelis Hakim, disampaikan kepada Wakil
Panitera untuk diserahkan kepada Ketua Pengadilan Agama
melalui Panitera.
f. Bagi perkara yang sudah ditetapkan majelis hakimnya, hendak
diserahkan kepada majelis hakim yang ditunjuk, setelah
dilengkapi dengan formulir penetapan hari sidang, dan mencatat
pembagian perkara tersebut dengan tertib.
g. Setiap penentuan tanggal sidang pertama, penundaan tanggal
persidangan, harus dicatat dalam buku register secara tertib.
h. Pemegang buku register harus mencatat dengan cermat dalam
buku register yang terkait semua kegiatan perkara yang
berkenaan dengan perkara banding, kasasi dan peninjauan
kembali.
85
III. Petugas Meja Ketiga : Drs. Syamsuddin bertugas :
a. atas permintaan pihak-pihak berperkara menyiapkan dan
menyerahkan salinan-salinan putusan Pengadilan dan Akta Cerai
serta surat-surat lain yang berhubungan dengan perkara.
b. Menerima dan memberikan tanda terima : Memori banding,
Kontra memori banding, memori kasasi, kontra memori kasasi,
jawaban/tanggapan atas alasan PK
Pelaksanaan tugas-tugas pada Meja Pertama, Meja Kedua dan
Meja Ketiga dilakukan oleh sub Kepaniteraan perkara dan berada
langsung di bawah pengamatan Wakil Panitera.
IV. Prosedur Berperkara
Berperkara pada Pengadilan Agama Enrekang telah menerapkan
mediasi sesuai Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 01 Tahun
2008 tentang Prosedur Mediasi dimana para pencari keadilan dapat
memilih hakim mediasi yang diumumkan pada papan
pengumuman, penempatan nama-nama hakim mediasi tersebut
telah dituangkan dalam keputusan Ketua Pengadilan Agama
Enrekang Nomor W20-A21/80/KP.07.1/II/2009 tanggal 4 Februari
2009 tentang Penunjukan dan Penempatan Nama-Nama Hakim
Mediasi pada Pengadilan Agama Enrekang. Terhadap ketentuan ini
86
Pengadilan Agama Enrekang telah menerapkannya sejak bulan
Februari 2009 sampai sekarang.
V. PNBP
Dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun
2008 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan
Pajak yang berlaku pada Mahkamah Agung dan Peradilan yang
berada di bawahnya dan Surat Wakil Ketua Mahkamah Agung RI
Bidang Non Yudisial Nomor 42/WKMA-N.Y/XI/2008 tanggal 4
Nopember 2008 perihal Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Pemerintah
Nomor 53 Tahun 2008, maka demi transparansi peradilan semakin
terarah, mandiri dan berkualitas sehingga pencari keadilan merasa
puas dengan pelayanan yang akuntabel terhadap pengutipan biaya
PNBP telah dibubukan pada buku jurnal, dan semua jenis
penerimaan Negara tersebut telah disetorkan ke rekening kas Negara
sebagai Penerimaan Negara. Begitu juga sistem pengutipan rincian
biaya perkara yang ditaksir oleh petugas Meja I yang kemudian
disetorkan ke nomor rekening Bank yang ditunjuk dalam hal ini
Bank BRI cabang Enrekang.
87
88
2. Administrasi Umum
Pelaksanaan administrasi umum dalam suatu Pengadilan dipimpin
oleh seorang sekretaris yang membantu Ketua Pengadilan Agama
Enrekang dalam menyelenggarakan koordinasi teknis, administrasi,
organisasi dan financial kepada seluruh unsur. Dimana sekretaris dibantu
oleh wakil sekretaris serta kaur-kaur.
Sesuai dengan batasan dalam melaksanakan tugas, maka dapat
dibedakan sebagai berikut :
a. Kepegawaian
Tata usaha kepegawaian adalah suatu rangkaian kegiatan yang
berhubungan dengan penerimaan, pengumpulan, pencatatan,
pengolahan, penyusunan, penyimpanan dan pemeliharaan serta
penyajiannya data kepegawaian dari masing-masing pegawai secara
tertib dan teratur, sehingga mudah diketemukan dan dipergunakan bila
diperlukan. Dengan demikian kepegawaian akan berfungsi sebagai
Bank data pegawai untuk keperluan yang dibutuhkan pegawai. Pada
dasar administrasi kepegawaian meliputi kegiatan penanganan pegawai
sejak seorang diangkat menjadi calon pegawai negeri, pegawai negeri
sipil, sampai saat ia diberhentikan karena mencapai batas usia pensiun
atau sebab-sebab lainnya. Dengan adanya administrasi yang tertib dan
89
teratur dimungkinkan pembinaan pegawai negeri sipil yang berhasil
guna dan berdaya guna.
b. Perencanaan
Melakukan perencanaan kegiatan dengan menjadwalkannya serta
melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan yang dilakukan. Perencanaan
dilakukan sejak DIPA diterima telah disusun program kegiatan tahunan
yang disesuaikan dengan anggaran yang tersedia, sehingga diharapkan
nantinya dana yang tersedia tersebut dapat berdaya dan berhasil guna.
c. Keuangan
Keuangan pada suatu kantor merupakan penggerak kegiatan, dimana
keuangan tersebut diajukan dengan mengacu pada surat permintaan
pembayaran yang selanjutnya dikeluarkan surat perintah membayar
yang diajukan kepada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara untuk
diterbitkan SP2D. selanjutnya dana yang dicairkan tersebut
dipertanggungjawabkan menurut mata anggarannya.
d. Tata Persuratan
Tata persuratan telah dilakukan berdasarkan keputusan Ketua
Mahakamah Agung RI Nomor 143/KMA/SK/VII/2007 tentang
memberlakukan Buku I tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas dan
Administrasi Pengadilan Bidang Pola Kelembagaan Peradilan,
Administrasi Kepagawaian Peradilan, Administrasi Perencanaan,
90
Administrasi Tata Persuratan, Tata Kearsipan dan Administrasi
Keprotokoleran, Kehumasan dan Keamanan, Administrasi
Perbendaharaan, Pedoman Bangunan Gedung Kantor dan Rumah
Jabatan Badan Peradilan di bawah Mahkamah Agung RI, Prototype
Gedung Pengadilan dan Rumag Dinas dan Pola Klasifikasi Surat
Mahakamah Agung RI.
e. Perpustakaan
Perpustakaan tidak ada ruang khusus, dan ruang sekarang digunakan
bersama dengan arsip perkara dan mediasi, pengadaan buku berupa
kiriman buku terdiri dari beberapa judul baik itu buku umum maupun
buku agama serta buku peraturan perundang-undangan yang berlaku.
f. Arsip
Arsip surat sudah diatur menurut kode surat, baik itu surat masuk dan
keluar. Adapun surat masuk maupun surat keluar telah diklasifikasi
yang rinciannya sebagai berikut :
- Surat masuk tahun 2010, berjumlah 587 buah.
- Surat keluar tahun 2010, berjumlah 679 buah
91
B A B VI
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
a. Bahwa program kerja Pengadilan Agama Enrekang yang telah
diprogramkan dan dilaksanakan untuk tahun 2010 pada dasarnya sudah
terealisasi dengan baik kecuali program yang hambatannya hingga
sekarang belum teratasi karena menyangkut persediaan dana dan tenaga.
b. Hubungan kerja dengan instansi lain cukup baik dan harmonis.
c. Proses penerimaan, pemeriksaan dan penyelesaian perkara berjalan dengan
lancar, walaupun masih perlu ditingkatkan.
d. Penerapan Pola Bindalmin telah dilaksanakan dengan tertib, namun masih
ada kekurangan-kekurangan yang masih perlu disempurnakan.
e. Laporan-laporan dapat diselesaikan tepat waktu, baik laporan perkara
maupun laporan keuangan DIPA.
B. Rekomendasi
a. Perlu Penambahan pegawai tehnis dan pengisian jabatan struktural dan
fungsional demi untuk menunjang tugas-tugas administrasi dan pelayanan
terhadap masyarakat.
b. Untuk menyamakan gedung pengadilan sesuai gambar prototife yang
dikeluarkan oleh Mahkamah Agung, maka diperlukan anggaran yang
92
cukup untuk meronovasi gedung Pengadilan Agama Enrekang yang masih
berstatus Balai Sidang.
c. Perlu adanya rumah jabatan dan kendaraan dinas untuk wakil ketua,
panitera dan perumahan hakim Pengadilan Agama Enrekang.
d. Eselon antara Wakil Sekretaris dan para Kaur pada Pengadilan Agama
Kelas II setingkat (eselon V), dimana Wakil Sekretaris adalah atasan
langsung para Kaur, mohon dibedakan eselonnya.
e. Peningkatan Eselonisasi pada Pengadilan untuk meningkatkan motivasi
kerja pegawai agar pangkatnya tidak tertunda.
f. Perangkat TI perlu ditingkatkan untuk menunjang pelaksanaan tugas di
bidang teknologi informasi.
Top Related