LAPORAN
KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK
PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI & PERKEBUNAN
PEKANBARU-PROVINSI RIAU
MASA PERSIDANGAN IV TAHUN SIDANG 2018-2019
Tanggal 20 S.D. 21 Maret 2019
SEKRETARIAT KOMISI VII
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
2 0 1 9
I. PENDAHULUAN
Riau adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian
tengah pulau Sumatera. Provinsi ini terletak di bagian tengah pantai
timur Pulau Sumatera, yaitu di sepanjang pesisir Selat Melaka. Hingga tahun
2004, provinsi ini juga meliputi Kepulauan Riau, sekelompok besar pulau-
pulau kecil (pulau-pulau utamanya antara lain Pulau Batam dan Pulau
Bintan) yang terletak di sebelah timur Sumatera dan sebelah
selatan Singapura. Kepulauan ini dimekarkan menjadi provinsi tersendiri
pada Juli 2004. Ibu kota dan kota terbesar Riau adalah Pekanbaru. Kota
besar lainnya antara lain Dumai, Selatpanjang, Bagansiapiapi, Bengkalis,
Bangkinang, Tembilahan, dan Rengat.
Provinsi Riau salah satu provinsi terkaya di Indonesia, dan sumber
dayanya didominasi oleh sumber alam, terutama minyak bumi, gas alam,
karet, kelapa sawit dan perkebunan serat. Tetapi, penebangan hutan yang
merajalela telah mengurangi luas hutan secara signifikan, dari 78% pada
1982 menjadi hanya 33% pada 2005. Rata-rata 160,000 hektare hutan habis
ditebang setiap tahun, meninggalkan 22%, atau 2,45 juta hektare pada tahun
2009. Deforestasi dengan tujuan pembukaan kebun-kebun kelapa sawit dan
produksi kertas telah menyebabkan kabut asap yang sangat mengganggu di
provinsi ini selama bertahun-tahun, dan menjalar ke negara-negara tetangga
seperti Malaysia dan Singapura.
Pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia sudah seharusnya
dilaksanakan secara terpadu dari tingkat atas sampai kepada tingkat
bawahnya, dalam arti bahwa harus terlaksananya koordinasi yang baik
antara pusat dan daerah dalam pengelolaan lingkungan hidup. Untuk
mewujudkan keterpaduan maka dibentuklah struktur dan fungsi penataan
lingkungan yang terdiri dari Menteri Negara Lingkungan Hidup, Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah dan Biro Bina Lingkungan hidup.
Pencemaran lingkungan merupakan hal yang tidak dapat dihindari, yang
dapat diupayakan adalah mengurangi pencemaran dan mengendalikan
pencemaran melalui pengawasan yang ketat terhadap setiap pelanggaran-
pelanggaran dalam pengelolaan limbah B3.
Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan Pengelolaan Lingkungan Hidup, lingkungan hidup yang
baik dan sehat merupakan hak asasi dan hak konstitusional bagi setiap
warga negara Indonesia. Oleh karena itu, negara, pemerintah, dan seluruh
pemangku kepentingan berkewajiban untuk melakukan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup dalam pelaksanaan pembangunan
berkelanjutan agar lingkungan hidup Indonesia dapat tetap menjadi sumber
dan penunjang hidup bagi rakyat Indonesia serta mahluk hidup lain.
Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan memiliki
berbagai pendekatan instrumen hukum mulai dari pengawasan perijinan,
pencegahan dan pengamanan hutan, sanksi administrasi, gugatan
kerusakan lingkungan hidup dan tuntutan pidana lingkungan hidup dan
kehutanan yang dapat memberikan dampak efek jera signifikan dalam
menurunkan kerusakan lingkungan hidup dan kehutanan.
Untuk itu berdasarkan UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) khususnya pasal 59 (1)
disebutkan; “Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib
melakukan pengelolaan limbah B3 yang dihasilkannya”. Kemudian pada
Pasal 68 disebutkan: Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan
berkewajiban:
a. Memberikan informasi yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup secara benar, akurat, terbuka, dan tepat waktu;
b. Menjaga keberlanjutan fungsi lingkungan hidup; dan
c. Menaati ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup dan/atau kriteria
baku kerusakan lingkungan hidup.
Dilihat dari sisi pentingnya pengawasan terhadap pencemaran
lingkungan diatas, Komisi VII DPR RI memandang perlu kembali untuk
melakukan Kunjungan Kerja Spesifik ke Pekanbaru-Provinsi Riau guna
meninjau ke beberapa perusahaan Industri Perkebunan. Kunjungan ini
diharapkan dapat memberikan informasi penting terkait masalah
Pengelolaan Limbah B3 dan Pencemaran Lingkungan Hidup dalam
rangka untuk memastikan bahwa pelaku usaha telah melaksanakan semua
ketentuan yang telah diatur di dalam UU No. 32 Tahun 2009 tentang PPLH.
Untuk kemudian ditindaklanjuti oleh Komisi VII DPR RI dalam Rapat Kerja
dan Rapat Dengar Pendapat bersama mitra-mitra terkait sesuai dengan
fungsinya.
II. DASAR HUKUM KUNJUNGAN
Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII DPR RI dilaksanakan berdasarkan
Hasil Keputusan Rapat Intern Komisi VII DPR RI tanggal 4 Maret 2019 Masa
Persidangan IV Tahun Sidang 2018-2019 serta merujuk pada Peraturan
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1/DPR RI/I/2014
tentang Tata Tertib DPR RI.
III. MAKSUD DAN TUJUAN KEGIATAN
Maksud dan Tujuan diadakannya Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII
DPR RI ke PekanBaru-Provinsi Riau adalah dalam rangka melihat secara
langsung proses pengelolaan limbah B3 dari Perusahaan-perusahaan
Industri Perkebunan di Pekanbaru-Provinsi Riau dan permasalahan yang
dihadapi.
IV. WAKTU DAN LOKASI KEGIATAN
Waktu pelaksanaan Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII DPR RI ke
Pekanbaru-Provinsi Riau adalah tanggal 20-21 Maret 2019. Adapun agenda
tim Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII DPR RI selama berada di
Pekanbaru-Provinsi Riau adalah sebagai berikut:
Pertemuan dan Peninjauan PT First Resourches di Pekanbaru
didampingi:
a. Dirjen Gakkum LHK
b. Dirjen PSLB3 LHK
c. Dirjen PPKL LHK
d. Dirjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan LHK
e. Bupati Palalawan
f. Direksi PT First Resourches
g. Kepala Dinas Lingkungan Hidup Prov. Riau
Peninjauan Lapangan di PT RAPP dilanjutkan peninjauan ke PT Adei,
didampingi:
a. Dirjen Gakkum LHK
b. Dirjen PSLB3 LHK
c. Dirjen PPKL LHK
d. Dirjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan LHK
e. Bupati Palalawan
f. Direksi PT RAPP
g. Direksi PT Adei
h. Kepala Dinas Lingkungan Hidup Prov. Riau
Pertemuan malam di Hotel Pangeran dengan :
1. PT Subur Arum Makmur (SAM)
2. PT Arindo
3. PT Kamparindo
4. PT Lindai Jaya
5. PT Sewangi Sejati Luhur
6. PT Riau Kampar Sahabat Sejati (RKSS)
7. PT Multi Agro Sejahtera
8. PT Kharisma Wirajaya Palma (KWP)
9. PT Perkebunan Nusantara V
10. PT Indosawit (Asian Agri)
11. PT Musim Mas
12. PT Adei
13. PT Ganda Era
14. PT TH Indoplantations Grup
15. PT Pulau Sambu Grup
16. PT Dulta Palma
17. PT Chevron
18. PT Astra Agro Lestari (AALI)
19. PT Sinar Siak Permai
20. PT Wilmar Nabati Indonesia
21. PT Sentana Adidaya Pratama
22. PT Sinar Pratama Caraka (SPC)
23. PT DWG di Bagan Batu
24. PT Salim Grup
25. PT Master Rindo Peputra
26. PT Citra Riau Sarana
27. PT Warna Sari Nusantara
28. PT Surya Agro Lestari
29. PT First Resources
Peninjauan ke PTPN V didampingi:
a. Dirjen Gakkum LHK
b. Dirjen PSLB3 LHK
c. Dirjen PPKL LHK
d. Dirjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan LHK
e. Dirut PTPN V
f. Dirut PT Duta Palma Nusantara (Darmex Agro Group)
g. Dinas Lingkungan Hidup Prov Riau
V. SASARAN DAN HASIL KEGIATAN
Sasaran dari kegiatan Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII DPR RI ke
Pekanbaru-Provinsi Riau adalah:
1. Perbandingan volume produksi dengan limbah B3 yang dihasilkan,
2. Upaya yang dilakukan perusahaan dalam mengelola B3,
pengendalian kualitas air, pengendalian pencemaran udara, dan
pengelolaan limbah Cair,
3. Pemanfaatan limbah B3 dan penanganannya,
4. Peringkat Proper Perusahaan dalam 5 tahun terakhir,
5. Rekomendasi Amdal dan tindaklanjutnya hingga saat ini,
6. Implementasi pelaksanaan program CSR dalam 5 tahun terakhir,
7. Beberapa informasi penting yang akan berkembang di dalam
pertemuan dan Memperoleh informasi kendala dan dukungan yang
diperlukan.
Hasil kegiatan Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII DPR RI diharapkan
bisa menjadi referensi untuk ditindaklanjuti dalam Rapat Kerja dan Rapat
Dengar Pendapat Komisi VII DPR RI dengan mitra terkait.
VI. ANGGOTA TIM KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI
Adapun anggota Tim Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII DPR RI yang
melakukan Kunjungan ke Pekanbaru-Provinsi Riau, diantaranya dalam
lampiran jadwal.
VII. METODOLOGI PELAKSANAAN KEGIATAN
Metode pelaksanaan kegiatan Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII DPR
RI adalah sebagai berikut :
a. Persiapan
- Menghimpun data dan informasi awal.
- Melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait yang akan
menjadi lokasi kunjungan kerja.
- Mempersiapkan administrasi keberangkatan
b. Pelaksanaan Kunjungan Kerja Spesifik
Pelaksanaan Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII DPR RI
dilakukan dengan cara kunjungan lapangan dan diskusi didalam
ruangan.
c. Pelaporan
Pelaporan merupakan resume kegiatan yang dituangkan secara
deskriptif.
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN
II.1. Pertemuan dan Peninjauan PT First Resourches.
Tim kunjungan Panja Limbah dan Lingkungan Komisi VII DPR RI yang
dipimpin oleh Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Muhammad Nasir
didampingi Perwakilan Dirjen Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan
Kehutanan dan Perwakilan Dirjen PSLB3, Perwakilan Dirjen PPKL,
Perwakilan Dirjen PTKL Kementerian LHK RI, melakukan kunjungan ke
PT First Resources.
Gambar 1. Tim kunjungan Panja Limbah dan Lingkungan Komisi VII DPR RI
melakukan peninjauan dan Pertemuan ke PT First Resources .
Profil Perusahaan PT First Resources Grup
- First Resources merupakan salah satu perusahaan kelapa sawit yang
saat ini beroperasi di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Pada akhir
tahun 2013, perusahaan perkebunan ini telah memiliki luas areal
170.596 hektare yang terdiri atas kebun inti 148.727 hektare dan
plasma 21.869 hektare serta mengoperasikan 12 pabrik kelapa sawit di
Indonesia. Kegiatan utama perusahaan ini adalah memproduksi tandan
buah segar kemudian memposesnya menjadi minyak mentah kelapa
sawit (CPO) dan inti sawit untuk penjualan lokal dan ekspor.
- Perusahaan ini telah menjadi salah satu anggota dari
organisasi Roundtable and Sustainable Palm Oil (RSPO) sejak tahun
2008 dan sahamnya telah tercatat di Bursa efek Singapura sejak
tanggal 10 Desember 2007. Pada tahun 2010 dengan luas areal kebun
inti 107.664 hektare menjadikan perusahaan ini berada di urutan ke-9
dunia berdasarkan luas areal yang diusahakan
- First-Resources Group merupakan salah satu perusahaan yang
memimpin bisnis perkebunan kelapa sawit Indonesia. Merupakan group
perusahaan yang terintegrasi dari industri hulu hingga industri hilir
dengan pasar lokal dan ekspor. Berdiri sejak tahun 1992, kami
merupakan salah satu perusahaan yang pertumbuhan perkebunannya
paling cepat dan dinamis. Saat ini telah mengelola aset perkebunan
lebih dari ± 365.000 hektar yang tersebar di Riau, Kalimantan Barat,
Kalimantan Timur, dan Kutai Barat
- Pengelolaan Limbah Yang Dihasilkan Dari Kegiatan Operasional Pabrik
- Pengelolaan Limbah B3 yg Dihasilkan (Kerjasama Dengan Pihak Ke-3)
- Pengelolaan Limbah Cair (Non B3) Yang Dihasilkan Dari Kegiatan
Pengolahan Pabrik
- Pengolahan Limbah Cair Yang Dihasilkan Dari Kegiatan Pengolahan
Pabrik Menghasilkan Gas Untuk Power Plant Pks
- Pengolahan Limbah Cair Yang Dihasilkan Dari Kegiatan Pengolahan
Pabrik Menurunkan Emisi Gas Rumah Kaca
- Pelepasan Kawasan Hutan
No Perusahaan Pelepasan No
1 ATS
Pelepasan Sebagian Kelompok Hutan S.Dumai - S. Hitam terletak di Kab. Kampar seluas 7.540,1 ( Tujuh Ribu Lima ratus Empat Puluh Satu Persepulu ) hektar untuk Budidaya Perkebunan Kelapa sawit dan Karet An. PT. ARINDO TRISEJAHTERA
921/Kpts-II/1991
2 CLP
Pelepasan sebagian Kelompok Hutan S. Ulak-S Kalui yang Terletak di Kampar untuk Budidaya perkebunan an. Pertisa seluas 3.520 Ha
593/Kpts-II/90
3 SDA
Pelepasan Kawasab Hutan Produksi yang dapat dikonversi seluas 6.869,80 Ha yang terletak dikomplek hutan s. Siak Kecil, Kab. BKS Prov.Riau untuk usaha budidaya perkebunan kelapa saawit an. PT.RMS
SK.377/Menhut-II/2007
4 KTBM Pelepasan kawasan Hutan 825/Kpts-II/1997
pendalian yang terletak di kabupaten daerah tingkat II Kampar, Propinsi daerah tingkat I Riau seluas 6.870.30 ha
5 MSSP
Pelepasan Sebagian Kelompok Hutan S.pingai seluas 6.446,7 an. PT. Teknik Umum
772/Kpts-II/1993
Pelepasan Sebagian Kawasan Hutan seluas 5.158 ha (Kelompok Hutan S.Putih - S. LubukTerap, Kec. Siak ,Kab. Bks an. PT. MSSP
264/Kpts-II/1997
6 MII
Pelepasan sebagian kawasan hutan yang terletak di kelompok hutan S. Leban dan sekitarnya, Kab. Bengkalis Prov. Riau seluas 9.902,90 (sembilan ribu sembilan ratus dua, sembilan pulus lima perseratus) hektar, untuk usaha budidaya perkebunan karet dan kelapa sawit An.PT. Muriniwood Indah Industry
331/KPTS-II/1995
7 PSA
Pelepasan Kawasan Hutan seluas 15.526,25 HA untuk budidaya perkebunan an. PT. ADEI
027/Kpts-II/90
8 PISP1
Pelepasan Sebagian Kelompok Hutan S. Air Hitam dan sekitarnya, Kab. Daerah Tingkat II Kampar. Prov. Daerah Tingkat I Riau seluas 11.868,75 Ha untuk Budidaya perkebunan kelapa sawit An. PIS
418/Kpts-II/1992
9 PISP2 Konfirmasi Status Lahan Berdasarkan Hasil Tata Batas Kawasan Hutan
522.1/PR/2440
10 PRIATAMA
Pelepasan sebagian kelompok Hutan P Rupat seluas 8.498 HA an. PT. Sarpindo Graha
162/Kpts-II/1993
untuk Budidaya Perkebunan Ubi Kayu
11 SIR
Pelepasan Sebagian Kelompok Hutan Sungai Ukai - Sungai Pulai Gadang yang terletak di Kotamadya Pekanaru dan kab. Bengkalis Prov. Riau seluas 5.01,80 Ha untuk usaha budidaya perkebunan karet An. PT. Surya Intisari Raya
367/Kpts - II/90
Gambar 2. Beberapa pengecekan di Pabrik dan Perkebunan PT
Meredan Grup First Resources
II.2. Peninjauan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dan
pengoalahan limbah B3 PT Riau Andalan Pulp & Paper (RAPP)
di Kabupaten Pelalawan.
Dalam peninjauan ini, Tim Komisi VII DPR RI melihat secara langsung
IPAL, saluran air hasil pengolahan Limbah, proses penyimpanan,
pengangkutan, pengolahan limbah B3 serta lokasi Landfill dan
penimbunan limbah B3.
Gambar 3. Tim kunjungan Panja Limbah dan Lingkungan Komisi VII DPR RI
melakukan peninjauan dan Pertemuan ke PT RAPP .
PT. RAPP, perusahaan Riau Pulp and Paper ini berdiri pada awal
tahun 1992, dimana pada saat itu dilakukan survey lapangan untuk
lokasi pabrik yang berada di Desa Pangkalan Kerinci. Kemudian
dilanjutkan dengan masa proyek kurang lebih 2 tahun, mulai Januari
hingga Maret dilakukan Start-up running test pabrik, dan pada tahun
1995 dimulailah masa Comisioning Production.
RAPP ini tergabung di dalam sebuah anak perusahaan dari APRIL
Group (The Asia Pacific Resources International Holding’s Ltd.).
Dimana APRIL itu sendiri adalah salah satu perusahaan yang
memimpin pulp and paper di dunia. APRIL memiliki kantor pusat yang
berada di Asia yaitu Singapura, dimana APRIL ini memiliki wilayah
produksi utama dan terbesar yang beroperasi di wilayah Indonesia
dan China.
Pemilik dan Pemegang Saham : (APRIL) Asia Pacific Resources
International Holding Limited : 50%, PT Tanoto Dana Perkasa : 30%,
PT Raja Garuda Mas Pulp and Paper : 20%. Dasar Hukum Badan
Usaha : Akte Notaris Arikanti Natakusumah, SH No. 76 tanggal 15 Mei
1989 tentang Pendirian Perseroan dan Anggaran Dasar Perseroan PT
Riau Pulp and Paper, Akte Notaris Linda Herawati, SH. No.83 tanggal
21 Desember 2004 tentang Perubahan Anggaran Dasar Perseroan
Dasar Hukum Pengelolaan Hutan :
- Kepmenhut No. 661/Kpts-II/1992 tanggal 30 Juni 1992 tentang
Pemberian Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (SEMENTARA)
kepada PT Riau Pulp and Paper seluas 300.000 ha.
- Kepmenhut No. 130/Kpts-II/1993 tanggal 27 Pebruari 1993 tentang
Pemberian Hak Pengusahaan hutan Tanaman Industri kepada PT Riau
Andalan Pulp and Paper seluas 300.000 ha dengan jangka waktu 35
tahun ditambah satu daur tanaman pokok (8 tahun).
- Kepmenhut No. 281/Kpts-II/1993 tanggal 27 Mei 1993 tentang
Penangguhan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 130/Kpts-II/1993
tentang Pemberian Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri Kepada
PT Riau Andalan Pulp and Paper.
- Surat Menhut No. 1547/Menhut—IV/1996 tanggal 5 November 1996
perihal Kebutuhan Areal HTI PT Riau Andalan Pulp and Paper di
Propinsi Riau. Izin prinsip penambahan areal seluas 121.000 ha.
- Kepmenhut No. 137/Kpts-II/1997 tanggal 10 Maret 1997 tentang
Pencabutan Keputusan Menteri Kehutanan No. 281/Kpts-II/1993
tanggal 27 Mei 1993 tentang Penangguhan Keputusan Menteri
Kehutanan Nomor 130/Kpts-II/1993 tanggal 27 Pebruari 1993 tentang
Pemberian Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri Kepada PT
Riau Andalan Pulp and Paper dan Perubahan keputusan menteri
Kehutanan No. 130/KptsII/1993 tanggal 27 Pebruari 1993 tentang
Pemberian Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri kepada PT Riau
Andalan Pulp and Paper, sepanjang menyangkut Luas Areal. Luas
areal 159.500 ha.
- Izin prinsip Menhut No. 256/Menhut-VI/2001 tanggal 22 Februari 2001
seluas 49.500 ha. o Kepmenhut 356/Kpts-II/2004 tanggal 1 Oktober
2004 tentang Perubahan Kepmenhut Nomor 137/Kpts-II/1997 tanggal
10 Maret 1997 Jo. Kepmenhut No. 130/Kpts-II/1993 tanggal 27 Februari
1993. Luas Areal menjadi 235,140 ha.
Riaupulp mendapatkan areal konsesi pertama kalinya, seluas +
300.000 ha, diperoleh pada tahun 1993 berdasarkan SK Menteri
Kehutanan No. 130/Kpts-II/1993. Areal tersebut telah beberapa kali
mengalami perubahan karena di dalamnya terdapat beberapa
permasalahan kepemilikan lahan oleh pihak ketiga. Dalam
perkembangan selanjutnya, areal kerja Riaupulp dapat dibedakan
dalam 3 (tiga) areal konsesi berdasarkan status perijinannya, masing-
masing :
1. Areal konsesi yang memiliki status SK definitive berdasarkan
Keputusan Menteri Kehutanan No. 137/Kpts-II/1997 tanggal 10 Maret
1997 pada areal seluas 159.500 hektar,
2. Aeal konsesi berdasarkan Ijin prinsip penambahan areal Surat Menteri
Kehutanan No. 1547/Menhut-IV/1996 tanggal 10 Nopember 1996,
pada areal seluas 121.000 hektar, sehingga luas areal PT Riau
Andalan Pulp and Paper menjadi 280.500 ha.
3. Areal konsesi yang memiliki status Ijin Prinsip dari Menteri Kehutanan
No. 256/MenhutVI/2001 tanggal 22 Februari 2001, pada aeal seluas
49.500 hektar. Sehingga luas total areal konsesi yang dimiliki
Riaupulp adalah seluas 330.000 ha. Dari ketiga ijin tersebut, sesuai
permohonan dari pihak Riau Pulp, yang menjadi obyek sertifikasi
hanya pada areal yang tercakup dalam SK definitive No. 137/Kpts-
II/1997, yaitu pada luas areal 159.500 ha.
Persoalan PT RAPP dengan masyarakat di tempat operasional izin
HTI selama ini dinilai cukup complicated.
Ada 5 kecamatan di Kabupaten Pelalawan ternyata tidak diberikan
tanaman kehidupan sesuai dengan aturan yang ditetapkan
pemerintah Yaitu 5% dari lahan yang memperoleh ijin
Limbah PT RAPP ke sungai Kampar sebagai sumber air bersih
masyarakat di sekitarnya.
Limbah PT RAPP ke sungai Siak sebagai sumber air bersih
masyarakat di sekitarnya.
Bagaimana program dan pemanfaatan dana corporate social responcibility (CSR)
Proses Pengelolaan Limbah Padat PT RAPP
Gambar 4. Pemeriksaan di Pabrik , TPS dan lokasi Landfill PT RAPP
II.3. Pertemuan di Hotel Pangeran dengan Perusahaan Industri dan
Perkebunan di Pekanbaru Riau
Gambar 5. Tim kunjungan Panja Limbah dan Lingkungan Komisi VII DPR RI
melakukan Pertemuan di Hotel Pangeran dengan Perusahaan Industri dan
Perkebunan di Pekanbaru Riau .
- Dari 29 Perusahaan yang hadir hanya 21 perusahaan, yang tidak hadir
tanpa keterangan diantaranya : PT Multi Agro Sejahtera, PT Sinar Siak
Permai, PT Salim Grup, dan Grup dari PT Sinar Mas Agro Resources &
Tecnology ( PT Smart Grup).
- Kejahatan Hutan di Provinsi Riau masih terus berlangsung hingga kini.
Satu per satu kawasan hutan Riau terus digerus. Pansus Monitoring
Perizinan Lahan Perkebunan di DPRD Riau sebelumnya menemukan
terdapat puluhan ribu hektar hutan yang digarap secara ilegal dalam
kawasan hutan oleh 33 perusahaan perkebunan sawit. Selain itu
ditemukan pula perusahaan yang membuka areal kebun di luar batas
Hak Guna Usaha (HGU). Sejak tahun 2003 lalu hingga saat ini,
pemerintah daerah terus memantau sejumlah perusahaan yang
beroperasi di Riau. Ini sehubungan dengan beredarnya Surat
Pernyataan Peningkatan Kinerja Pengelolaan Lingkungan atau SUPER
yang disepakati bersama oleh 20 perusahaan yang ada di Riau. Namun
dalam pelaksanaan di lapangan, masih terdapat perusahaan yang tidak
mengindahkan surat kesepakatan tersebut.
- Pemerintah Provinsi Riau, melalui Badan Pengendali Dampak
Lingkungan Daerah (Bapedalda) merekomendasikan tujuh perusahaan
di Riau untuk ditutup karena terbukti telah merusak lingkungan.
Perusahaan itu tersebar di Pekanbaru dan Kabupaten Pelalawan,
Perusahaan itu dituntut untuk menutup sementara aktivitas
operasionalnya karena dinilai tidak melaksanakan Surat Pernyataan
Peningkatan Kinerja Pengelolaan Lingkungan.
- Dari 20 perusahaan yang menandatangani SUPER 2004, yakni PT
Surya Bratasena Plantation, PT Ciliandra Perkasa, PT Aneka Inti
Persada, PT Tirta Sari Surya, PT Tandum Growth, PT Musim Mas, PT
Mutiara Unggul Lestar, PT Kencana Amal Tani, PT Inecda Plantation,
PT Flora Wahana Tirta, PT Padana Enam Utama Kokar, PT Duta
Palma Nusantara, dan PT Citra Riau Sarana.
PT Subur Arummakmur ( Grup dari PT First Resourches)
- Peringkat Proper 2018 : Biru
- Luas areal perusahaan 170.596 Ha terdiri atas kebun Inti 148.727 Ha
dan Plasma 21.869 Ha dan mengoprasikan 12 pabrik kelapa sawit di
Indonesia.
- Izin TPS Limbah dari Kepala Badan Lingkungan Hidup Kab.Rokan Hulu
No.KPTS.660/BLH-PPP/58, tanggal 19 Mei 2014, masa berlaku 5
tahun.
- Jenis Limbah yang dihasilkan diantaranya : Oli bekas, Filter Bekas, aki
bekas, lampu TL bekas, kain majun bekas dan kemasan bekas
PT Inti Indosawit Subur PMKS Buatan I
- Peringkat Proper 2018 : Biru
- AMDAL No.013/ANDAL/BA/V/95, tanggal 3 Mei 1995 disetujui oleh
Departemen Pertanian.
- Dokumen Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (DPPL) dengan
No.Kpts.975/X/2009 tanggal 28 Oktober 2009 disetujui oleh Gubernur
Riau.
- Luas areal perusahaan pabrik 8,7 Ha, Kebun Inti 5781 Ha, dan 12.000
Ha untuk kebun Plasma dengan kapasitas produksi Pabrik 60 ton
TBS/jam, riil 59,66 Ton TBS/jam.
- Izin TPS Limbah dari Kepala Badan Penanaman Modal dan
Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Pelalawan
No.Kpts.503/BPMP2T-PLY/14/2016, tanggal 18 Maret 2016.
- Persetujuan penyimpanan untuk 365 hari Jenis Limbah yang
dihasilkan diantaranya : Oli bekas, Filter Bekas, aki bekas, limbah
resin, lampu TL bekas, kain majun bekas dan kemasan bekas B3.
PT Musim Mas
- Peringkat Proper 2018 : Hijau
- AMDAL dari Bupati Pelalawan No.KPTS.660/BLH/2011/451 tentang
kelayakan Lingkungan Kegiatan Pengembangan Perkebunan Kelapa
Sawit PT Musim Mas di Kecamatan Pangkalan Kuras dan Kecamatan
Pangkalan Lesung Kabupaten Pelalawan, tanggal 14 Oktober 2011.
- Dokumen Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (DPPL) dengan
No.Kpts.975/X/2009 tanggal 28 Oktober 2009 disetujui oleh Gubernur
Riau.
- Kegiatan perusahaan meliputi perkebunan dengan luas 28.336,2 Ha
dan pabrik kelapa sawit dengan kapasitas produksi 90 ton TBS/jam.
- Izin TPS Limbah dari Kepala Badan Penanaman Modal dan
Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Pelalawan
No.Kpts.503/BPMP2T-PLY/06/2016, tanggal 2 Februari 2016 berlaku
selama 5 tahun.
- Persetujuan penyimpanan untuk 365 hari Jenis Limbah yang
dihasilkan diantaranya : Oli bekas, Filter Bekas, aki bekas, limbah
resin, lampu TL bekas, kain majun bekas dan kemasan bekas B3.
PT Adei Plantation
- Peringkat Proper 2018 : Biru
- AMDAL dari Bupati Pelalawan No.KPTS.660/Bapedalda/2006/1328,
tanggal 17 Oktober 2006.
- Luas areal perusahaan 12.860 Ha dengan kapasitas produksi Pabrik
120 ton TBS/jam, riil 60 Ton TBS/jam.
- Izin TPS Limbah dari Kepala Badan Penanaman Modal dan
Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Pelalawan
No.Kpts.503/BPMP2T-PLY/41/2016, tanggal 20 Desember 2016
berlaku selama 5 tahun.
- Persetujuan penyimpanan untuk 365 hari Jenis Limbah yang
dihasilkan diantaranya : Oli bekas, Filter Bekas, aki bekas, limbah
resin, lampu TL bekas, kain majun bekas dan kemasan bekas B3.
PT Wilmar Nabati Indonesia
- Luas areal pabrik 27.827,63 m2 dengan kapasitas produksi Pabrik
3900 MTD, fractionation = 3800 MTD dan Kapasitas produksi
senyatanya 80.993,04 Ton/Bulan.
- Dokumen Izin Lingkungan No. 660/KLH/2015/111 tentang Perubahan
Rekomendasi UKL-UPL Kegiatan Industri Pengolahan Minyak Sawit
dan Minyak Nabati Lainnya serta Tangki Timbun oleh PT Wilmar
Nabati Indonesia Unit Dumai di kelurahan Buluh Kasap Kecamatan
Dumai Timur Kota Dumai, tanggal 12 Mei 2015.
- No.81/ KPTS/ KLH/V/2015 tentang Izin Lingkungan Kegiatan Industri
Pengolahan Minyak Sawit dan Minyak Nabati Lainnya serta Tangki
Timbun oleh PT Wilmar Nabati Indonesia Unit Dumai di kelurahan
Buluh Kasap Kecamatan Dumai Timur Kota Dumai, tanggal 20 Mei
2015.
- Izin TPS keputusan Walikota Dumai No.321/KLH/2015, tanggal 28 Juli
2015 berlaku selama 5 tahun. 90 hari jika dihasilkan >50 kg/hari, 180
hari jika dihasilkan <50 kg/hari untuk limbah B3 kategori 1, 365 hari
jika dihasilkan ,50 kg/hari untuk limbah B3 kategori 2.
- Persetujuan penyimpanan untuk 365 hari Jenis Limbah yang
dihasilkan diantaranya : Cairan bahan kimia, jirigen bahan kimia
bekas, Oli bekas, Filter Bekas, aki bekas, limbah resin, lampu TL
bekas, kain majun bekas, cairan terkontaminasi Limbah B3dan
kemasan bekas B3.
- tentang Perubahan Rekomendasi UKL-UPL Kegiatan Industri
Pengolahan Minyak Sawit dan Minyak Nabati Lainnya serta Tangki
Timbun oleh PT Wilmar Nabati Indonesia Unit Dumai di kelurahan
Buluh Kasap Kecamatan Dumai Timur Kota Dumai, tanggal 12 Mei
2015.
PT Sinar Perdana Caraka
- Memiliki izin Lingkungan berdasarkan keputusan Kepala Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan Kabupaten Rokan Hilir
No.59/BPDL/2016, tanggal 26 Agustus 2016.
- Persetujuan penyimpanan untuk 365 hari Jenis Limbah yang
dihasilkan diantaranya : Oli bekas, Filter Bekas, aki bekas, limbah
resin, lampu TL bekas, kain majun bekas dan kemasan bekas B3.
PT Citra Riau Saran II
- Peringkat Proper Biru
- Luas areal 2.889 m2 dengan kapasitas produksi 45 ton/jam dan
Kapasitas produksi senyatanya 45 ton/jam.
- Dokumen Izin Lingkungan No. 660/DLH-TL/2017/251, tanggal 29
November 2017 dan melampirkan bukti pengesahan dokumen matrik
UKL-UPL tersebut telah disahkan oleh Kepala Badan Promosi
Investasi dan Pengendalian Dampak Lingkungan.
- Perusahaan memiliki izin pemanfaatan air limbah
No.KPTS.325/IX/2013 dengan masa berlaku selama tahun yang
diterbitkan oleh Bupati Kuantan Singingi.
PT Surya Agrolika Reksa
- Peringkat Proper 2018 Merah
- Memiliki Persetujuan ANDAL, RKL dan RPL dengan No.
660.1BPIPDL/IV/2004/156, tanggal 22 April 2003 yang disetujui oleh
Bupati Kuantan Singingi.
- Luas areal 7.052 Ha
- Perusahaan memiliki izin pembuanga air limbah
No.KPTS.307/IX/2016 tanggal 27 September 2016.
II.4. Pertemuan dan Peninjauan ke PT Perkebunan Nusantara V
Gambar 6. Tim kunjungan Panja Limbah dan Lingkungan Komisi VII DPR RI
melakukan Pertemuan di PT PN V di Sei Galuh.
Profile Singkat PT Perkebunan Nusantara V
- Berdiri: 11 Maret 1996. Beroperasi sejak 9 April 1996 dengan Kantor
Pusat di Pekanbaru
- Konsolidasi pengembangan area dari PTP II, IV dan V terletak di
Provinsi Riau. Saat ini saham 90% PTPN III (Persero) & 10%
Pemerintah RI.
- Mengelola Kebun Inti, Plasma/ KKPA, dan melakukan Pembelian TBS
Plasma/KKPA serta Pihak Ketiga
- Terletak di Kabupaten Kampar, Rokan Hulu, Rokan Hilir, Siak, dan
Indragiri Hulu, dan Kuantan Singingi.
Lokasi
- Kebun Inti Sei Galuh salah satu unit usaha perkebunan milik negara
terletak wilayah di Desa Pantai Cermin, Kecamatan Tapung,
Kabupaten Kampar berjarak 24 km dari kota Pekanbaru dengan luas
areal HGU 2. 802,835 Ha.
- Berdiri sejak tahun 1984, Kebun inti Sei Galuh saat ini mengelola dua
komoditas tanaman yaitu Kelapa Sawit seluas 1.629,05 Ha, Karet
seluas 1.022,50 Ha serta areal non tanaman seluas 151,285 Ha.
- Kebun Sei Galuh juga mengelola lahan KKPA (Koperasi Kredit Primer
Anggota) KUD Koto Bandan seluas 250 Ha terletak di desa Bencah
Kelubi dan KUD Kopsema seluas 50 Ha terletak di desa Laboy Jaya.
Unit Usaha dan Karyawan
Produk dan Unit Usaha
Pengelolaan Lingkungan Hidup
- Pengelolaan lingkungan seluruh unit usaha kebun dan pabrik PT.
Perkebunan Nusantara V sudah mengacu pada lingkungan dalam
bentuk dokumen Studi Evaluasi Lingkungan (SEL), atau Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dan Rencana Kelola dan
Rencana Pantau Lingkungan (RKL-RPL), sekaligus secara dinamis
mengikuti perkembangan teknologi terbaru sesuai dampak yang akan
dikelola.
Dampak Fisik yang dikelola adalah:
- Pengendalian pencemaran air
- Pengendalian pencemaran udara
- Pengelolaan limbah B3
Pengendalian Pencemaran Air
- Dilaksanakan dengan prinsip 4R (Reduce, Reuse, recycle dan
recovery), melalui sistem aplikasi lahan Peraturan Mentri Lingkungan
Hidup No. 29 Tahun 2003 tentang Pedoman Syarat dan Tata Cara
Perizinan Pemanfaatan Air Limbah dari Industri Minyak Sawit pada
Tanah di Perkebunan Kelapa Sawit
Pemantauan Lingkungan Ptpn V
No Jenis PemantauanPeriode
Pemantauan
1 Kualitas Air Sungai/permukaan (hulu dan hilir) 1 x 6 bulan
2 Air Tanah (di areal LA, Non LA dan sumur penduduk) 1 x 6 bulan
3 Kualitas Air Limbah 1 x 1 bulan
4 Kualitas Tanah di areal LA 1 x 1 tahun
5 Emisi gas buang (dari boiler, genset, tungku bakar) 1 x 6 bulan
6 Udara ambient (Sebelum PKS, di PKS dan Sesudah PKS arah angin dominan) 1 x 6 bulan
Pengelolaan Limbah B3
- Operasional pengelolaan limbah B3 yang dihasilkan PTPN V telah
diatur dalam Standart Operating Procedure (SOP) No.
30/SOP/TBI/PTPN-V/2017 tentang Pengelolaan Limbah B3 yang
mengacu kepada:
a. Undang-undang 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup;
b. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 juncto Peraturan
Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun;
c. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 18 Tahun 2009
tentang Tata Cara Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun;
d. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor:
KEP-03/BAPEDAL/09/1995 tentang Persyaratan Teknis Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun;
- Jenis dan Jumlah Limbah B3 PTPN V Tahun 2018
Jenis Satuan Volume
Oli Bekas Liter 13.280
Terpentin Liter 500
Aki Bekas Buah 96
Jerigen Bekas Kg 4.813
Bola Lampu Unit 21
Catridge Kg 0,5
- Prosedur Pengelolaan Limbah B3
- Persyaratan Pengumpul Limbah B3
1. Penunjukkan Pengumpul/Transportir melalui mekanisme
Pengadaaan Barang dan Jasa sesuai SOP Bagian PBJ
2. Salah stau persyaratn administrasi yang harus dipenuhi oleh oleh
Pengumpul/Transportir Pihak III yang tercantum dalam STDRT PTPN
V dan memenuhi persyaratan sesuai PP No. 101 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan LB3 antara lain:
Izin Resmi dari KLHK sebagai Pengumpul yang masih berlaku
Kerjasama antara Pengumpul dengan pengolah dan pemusnah LB3
Spesifikasi mobil pengangkut LB3 sesuai rekomendasi Kementrian
Perhubungan dan Rekomendasi KLHK
Menyerahkan Hazardous waste Manifest lembar 2 dan 3 sesuai
jenis limbah yang diserahkan kepada Unit Penghasil PTPN V
Menyerahkan Hazardous waste Manifest lembar 7 sebagai bukti
bahwa LB3 sudah diserahkan kepada pengolah/pemusnah
Penyerahan Hazardous waste Manifest lembar 4 ke KLHK
PTPN V menyerahkan Hazardous waste Manifest lembar 2 ke Dinas
Lingkungan Hidup Daerah
Pengelola Limbah B3
PERUSAHAAN
PENGELOLA
IJIN JENIS LIMBAH
DIKELOLA
Perjanjian
Dengan
Pengumpul/Peng
olah
PT. SINKONA
INDONESIA LESTARI
(SUBANG JABAR)
KepMenLHK RI No.
SK.219/MenLHK/Se
tjen/PLB3/5/2018
- Minyak
pelumas Bekas
(B105D)
- No. Perjanjian
001/D/1/2019
tanggal 2 Januari
2019
PT. NON FERINDO
UTAMA
(TANGERANG,
BANTEN)
KepMenLHK RI No.
07.05.91 Tahun
2014 Tentang Izin
Pemanfaatan LB3
- Aki dan Batere
Bekas
(D1002d)
- Scarap
terkontaminasi
LB3
- Kesepakatan Kerja
No.
128/PGA/NFU/VI
II/2018
PT KARYA NUSA
BUMI PERSADA
(TEGAL, JAWA
TENGAH)
KepMenLHK RI No.
SK.218/MenLHK/Se
tjen/PSLB3/3/2016
- Minyak
pelumas Bekas
(B105D)
- Kain Majun
Bekas (B110d)
- No. Perjanjian
022/LGL/MOI/PM
J-KNBP/III/2018
tanggal 14 Maret
2018
PPT Persada Pamunah
Limbah Industri (PPLI)
(CILEUNGSI BOGOR)
KepMenLHK RI No.
No. 7 Tahun 2005
• Pengelolaan
LB3
Tahap I
- Letter of
Aggreement setiap
kali pengangkutan
antara Penghasil,
pengumpu/Transp
ortir dan Pengolah
Capaian Proper Dan Sertifikasi Ispo/Rspo/Iscc
- Peringkat PROPER BIRU di 9 Pabrik Kelapa Sawit dan 1 Pabrik
Karet, yang diikutkan dalam program penilaian peringkat kinerja
lingkungan oleh KLHK sejak Tahun 2004. sampai dengan saat ini
- Sejak diterbitkannya Pperaturan Mentri Pertanian No. 19 Tahun 2011
- Tentang pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Iindonesia
(indonesian Sustainable Palm Oil/ISPO) ke 12 Pabrik Kelapa Sawit
- PT. Perkebunan Nusantara V dan Kebun Inti Pemasoknya telah
mendapatkan sertifikat ISPO yang bersifat Wajib
- Untuk memenuhi persyaratan pelanggan internasional sejak Tahun
2016 3 PKS dari 12 PKS PT. Perkebunan Nusantara V telah
melaksanakan transaksi perdagangan CPO dan PKO bersertiifikat
RSPO (Roundtable Sustainable Palm Oil)
- Keikutsertaan dalam penurunan emisi Gas Rumah Kaca, serta untuk
memenuhi permintaan pelanggan Eropa PTPN V telah
memperdagangkan CPO bersertifikat ISCC (International
Sustainability on Carbon Certification) yang dihasilkan dari 2 PKS
Dasar Pengembangan Pembangunan PTPN V KEBUN SEI GALUH
- SK Menteri Pertanian No 178/KPTS/UM/III/1979 tanggal 17 Maret
1979 tentang daerah pengembangan PN/PT Perkebunan
- Izin lokasi/Pencadangan lahan dari Gubernur Riau No. 185 tahun
1984 seluas 20.000 Ha
- Surat Dirjenbun No. 941/E/5/1982 tanggal 26 Mei 1982 perihal lahan
PIR Khusus
- Pelepasan kawasan hutan dari Menteri Kehutanan No. 737 tahun
1996 seluas 26.990 Ha
- IUP (Izin Usaha Perkebunan) No. 525/Ekbang/08.07 tanggal 14 Mei
2004 perihal Izin Usaha Perkebunan atas nama PTPN V Riau
Legalitas yang dimiliki
- Hak Guna Usaha No. 153, terbit 24 Maret 2001 berakhir 24 Maret 2035
dengan luas 2.802.835 Ha
- Kebun Inti seluas 2.802.835 Ha
- Kebun Plasma seluas 10.000 Ha
Izin Lingkungan
SGH
GROUP KA-SEL
NO. 346/AMDAL/I/1993
TANGGAL 5 JANUARI 1993
DEPARTEMEN
PERTANIAN
SEL
RC. 220/273/B/II/94
TANGGAL 09 PEBRUARI
1994
KAP PKS SGO: 30
TON TBS/JAM (1990)
RKL/RPL
NO. 001/RKL-RPL/BA/VI/94
TANGGAL 24 JUNI 1994 KAP PKS SGH: 60
TON TBS/JAM (1994
KAP PKS SPA: 30 TON
TBS/JAM (1995)
REV. RKL -
RPL
660/BAPEDALDA/2007/531.A
TANGGAL 14 SEPTEMBER
2007
BAPEDALDA KAMPAR
- Tahun 2001 : Sertifikasi awal SMK3
- Tahun 2007 : Sertifikat Awal ISO 9001 : 2008
- Tahun 2015 : Sertifikasi ISPO
- Sejak Tahun 2016 : Peringkat Proper Biru
- SERTIFIKAT KELAS USAHA PERKEBUNAN PTPN V Kpts
849/XII/2014 II/BAIK
Gambar 7. Beberapa Pemeriksaan di Pabrik dan lokasi IPAL PTPN V
BAB III
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Dari pelaksanaan kegiatan kunjungan kerja spesifik Komisi VII DPR RI
ke Provinsi Pekanbaru dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan Pengelolaan Lingkungan Hidup, lingkungan hidup
yang baik dan sehat merupakan hak asasi dan hak konstitusional bagi
setiap warga negara Indonesia. Oleh karena itu, negara, pemerintah,
dan seluruh pemangku kepentingan berkewajiban untuk melakukan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam pelaksanaan
pembangunan berkelanjutan agar lingkungan hidup Indonesia dapat
tetap menjadi sumber dan penunjang hidup bagi rakyat Indonesia serta
mahluk hidup lain.
Dalam Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
kehutanan disebutkan bahwa Kawasan Hutan adalah wilayah tertentu
yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan
keberadaannya sebagai hutan tetap. Pengukuhan kawasan hutan di
Provinsi Riau tercantum dalam beberapa Kebijakan Kementerian
(Kehutanan ataupun Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI) Tentang
Kawasan Hutan Provinsi Riau.
Dalam Pasal 92 ayat (1) UU No 13 tahun 2013, Orang perseorangan
yang dengan sengaja:
a. melakukan kegiatan perkebunan tanpa izin Menteri di dalam
kawasan hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2)
huruf b; dan/atau
b. membawa alat-alat berat dan/atau alat-alat lainnya yang lazim atau
patut diduga akan digunakan untuk melakukan kegiatan
perkebunan dan/atau mengangkut hasil kebun di dalam kawasan
hutan tanpa izin Menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17
ayat (2) huruf a dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3
(tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun serta pidana denda
paling sedikit Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
Panja LImbah dan Lingkungan Komisi VII DPR RI Meminta
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk melakukan
penyelidikan, penyidikan dan penindakan terhadap Perusahaan sawit
yang telah mengembangkan kebun sawit pada kawasan hutan dan
melaporkan hasilnya ke Komisi VII DPR RI.
Panja LImbah dan Lingkungan Komisi VII DPR RI meminta Pusat
Pelaporan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dan Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan investigasi terhadap
Perusahaan dan pelaku terduga dengan dugaan pengembangan sawit
di kawasan hutan secara ilegal dan berlangsung cukup lama sehingga
merugikan pendapatan Negara.
Dampak yang ditimbulkan dari penimbunan atau akumulasi limbah
padat yang mengandung logam berat (Limbah B3). Penimbunan
tersebut akan terjadi jika penanganan landfill tidak sesuai dengan
persyaratan teknis. Tolak ukur pengelolaan adalah adanya keluhan
masyarakat (bau dan kualitas air tanah) di sekitar lokasi landfill. Lokasi
pengelolaan dimulai dari pemilihan lokasi pengelolaan landfill yang
dilakukan dengan memperhatikan berbagai aspek, antara lain: jarak
lokasi pemukiman masyarakat sekitar pabrik dan town site, jarak dan
sumber mata air dan air tanah, jarak dari jalan raya; dan ketinggian
lokasi yang mendaki untuk menghindari banjir.
Tim Kunjungan Kerja Panja Komisi VII DPR RI meminta Kementerian
LHK memeriksa kegiatan Landfill dan di TPS PT RAPP serta menyegel
lokasi tersebut untuk menghentikan semua aktivitas yang dapat
menyebabkan pencemaran udara dan air terhadap masyarakat sekitar
apabila tidak diperhatikan lingkungan sekitar masyarkat dan diminta
data kajian yang menyatakan bahwa kegiatan landfill PT RAPP sudah
aman dan clear .
Tim Kunjungan Kerja Panja Komisi VII DPR RI meminta data manives 3
tahun terakhir Perusahaan PT First Resources Grup, PT RAPP, dan
PTPN V terkait pihak ke-3 yang mengolah dan memanfaatkan
Limbahnya dan untuk mengecek Perizinan yang dikeluarkan oleh
Kementerian LHK RI.
Berdasarkan informasi dari Perwakilan Kepala Desa yang hadir pada
pertemuan di PTPN V bahwasanya ada indikasi dari pihak PTPN V
telah lalai janji pada masyarakat sekitar, seperti janji akan
membangunkan jembatan, jalan dan jaringan air bersih ke salah satu
desa di wilayah PTPN V serta masih banyak lagi janji-janji yang belum
terealisasi kepada masyarakat setempat. Oleh karena itu Panja Limbah
dan Lingkungan Komisi VII DPR RI meminta kepada PTPN untuk
meningkatkan kegiatan CSR bagi masyarkat sekitar pabrik.
Panja Limbah dan Lingkungan Komisi VII DPR RI meminta
Kementerian LHK RI untuk mengecek data perizinan apakah sudah
sesuai dengan izin yang diberikan, serta mengambil beberapa sample
hasil pengendalian Air, Udara, dan Limbah Padat apakah sudah
sesuai dengan kualitas lingkungan dan baku mutu lingkungan hidup
serta tidak melanggar UU N0.32 Tahun 2009 serta melaporkan hasilnya
kepada Panja Limbah dan Lingkungan Komisi VII DPR RI untuk
ditindaklanjuti.
Panja Limbah dan Lingkungan Komisi VII DPR RI akan memanggil PT
First Reseources Grup, PT RAPP, dan PTPN V serta perusahaan
Industri dan Perkebunan di Pekanbaru dalam RDP Panja Limbah dan
Lingkungan Kementerian LHK RI terkait Perijinan, Hasil Proper dan
Evaluasi Amdal Perusahaan Pengelola Limbah B3 dan Penghasil
Limbah B3.
BAB IV
PENUTUP
Demikian Laporan dalam rangka Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII DPR
RI ke Provinsi Riau, sebagai acuan pelaksanaan Kunjungan Kerja Spesifik
dengan harapan dapat berjalan dengan baik dan memberikan manfaat.
Jakarta, Maret 2019
Tim Kunjungan Kerja Spesifik
Panja Limbah dan Lingkungan Komisi VII DPR RI
Ketua Tim,
H MUHAMMAD NASIR
Top Related