I. PENDAHULUAN
1.1 Analisis Situasi
Pembangunan nasional akan berjalan dengan baik apabila kualitas sumber
daya manusia dan sumber daya alam terpenuhi. Pemberdayaan potensi masyarakat
sangat diperlukan untuk menunjang program pembangunan nasional yang
digalangkan pemerintah. Tujuan pembangunan nasional yaitu mewujudkan
masyarakat adil dan makmur yang merata secara material dan spiritual
berdasarkan pancasila dalam wadah kesatuan Republik Indonesia yang merdeka,
bersatu, berkedaultan rakyat, dalam suasana kehidupan yang aman, bersahabat,
tertib dan damai. Pembangunan desa merupakan salah satu bagian dari
pembangunan yang sangat mempengaruhi akan berhasilnya pembangunan
nasional karena desa adalah komunitas terkecil dari negara Indonesia. Oleh karena
itu peningkatan kualitas sumber daya manusia di pedesaan sangatlah penting guna
tercapainya tujuan pembangunan nasional.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia di desa bertujuan untuk
menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat secara berkelanjutan. Mampu
memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai perkembangan zaman.
Sumber daya manusia dapat ditingkatkan dengan memulai memberikan
penyuluhan berupa motivasi dan yang lebih penting adalah kerjasama dari pihak
masyarakat sendiri dengan pihak pemerintah maupun dari mahasiswa. Mahasiswa
memiliki peran yang cukup penting dengan kegiatan yang bermanfaat untuk
membantu masyarakat dalam bentuk pengabdian kepada masyarakat melalui
lembaga.
Kuliah Kerja Mahasiswa Universitas Jember tahun 2012/2013 di Desa
Wonorejo Kecamatan Kencong Kabupaten Jember merupakan salah satu program
Nasional Perguruan Tinggi di Indonesia yang bertujuan membantu masyarakat
dan pemerintah dalam menghadapi masalah-masalah guna menunjang
pembangunan desa sehingga dapat mendekatkan perguruan tinggi terhadap
masyarakat serta memberikan pemahaman dan pengalaman mahasiswa yang ikut
dalam program KK.
1
Desa Wonorejo merupakan salah satu desa di kecamatan Kencong
Kabupaten Jember Jawa Timur. Mayoritas penduduk Wonorejo bekerja sebagai
petani dan selebihnya adalah pegawai negeri sipil, buruh bangunan, swasta, dan
buruh tani. Salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan
nonformal dengan pendekatan kelompok atau Social group work untuk mengatasi
permasalahan-permasalahan yang ada di desa. Dalam hal ini adalah program
pemerintah dalam pembangunan pertanian dan pedesaan melalui Gapoktan
(Gabungan Kelompok Tani). Pembentukan dan pengembangan Gapoktan
dibentuk di setiap desa dengan menggunakan prinsip kemandirian lokal yang di
capai melalui prinsip keotonomian dan pemberdayaan.
Semenjak awal 1990-an Gapoktan sesungguhnya telah dikenal. Saat ini,
Gapoktan diberi pemaknaan baru, termasuk bentuk dan peran yang baru.
Gapoktan menjadi lembaga penghubung petani satu desa dengan lembaga-
lembaga lain di luarnya. Gapoktan di harapkan berperan untuk fungsi-fungsi
pemenuhan permodalan pertanian, pemenuhan sarana produksi, pemasaran produk
pertanian, dan termasuk untuk menyediakan berbagai informasi yang dibutuhkan
petani.
Menurut Keputusan Menteri Pertanian Nomor 93/Kpts/OT.210/3/1997
tentang Pedoman Pembinaan Kelompok Tani menyatakan bahwa, “Gabungan
Kelompok Tani adalah gabungan dari beberapa kelompok tani yang melakukan
usaha agribisnis di atas prinsip kebersamaan dan kemitraan sehingga mencapai
peningkatan produksi dan pendapatan usaha tani bagi anggotanya dan petani
lainnya. Gapoktan merupakan Wadah Kerjasama Antar Kelompok tani (WKAK),
yaitu kumpulan dari beberapa kelompok tani yang mempunyai kepentingan yang
sama dalam pengembangan komoditas usaha tani tertentu untuk menggalang
kepentingan bersama”.
Tujuan utama pembentukan dan penguatan Gapoktan adalah untuk
memperkuat kelembagaan petani yang ada, sehingga pembinaan pemerintah
kepada petani akan terfokus dengan sasaran yang jelas. Kelembagaan pertanian
meliputi kelembagaan penyuluhan, kelompok tani, Gapoktan, koperasi tani,
penangkar benih, pengusaha benih, institusi perbenihan lainnya, kios, KUD, pasar
2
desa, pedagang, asosiasi petani, asosiasi industri olahan, asosiasi benih, dan lain-
lain (Syahyuti, 2007).
Desa Wonorejo merupakan sebuah desa dengan mayoritas penduduknya
bekerja di bidang pertanian. Desa ini memiliki potensi yang luar biasa namun
kelompok-kelompok masyarakat khususnya para petani kurang mendapatkan
perhatian dari pihak pemerintah. Hal ini menimbulkan berbagai permasalahan
yang dialami oleh para petani desa Wonorejo seperti: mahalnya harga pupuk dan
distribusi pupuk yang kurang merata ke seluruh petani yang ada di desa
Wonorejo. Pada kesempatan ini, mahasiswa KK 2012/2013 Universitas Jember
memberikan solusi kreatif yang dapat membantu para petani mengatasi
permasalahan tersebut. Setelah melakukan kegiatan survey, banyak petani
mengeluhkan harga pupuk yang mahal dan distribusi pupuk yang kurang merata.
Berdasarkan permasalahan tersebut, kami memberikan saran kepada para petani
agar beralih menggunakan pupuk organik sebagai solusi dari permasalah tersebut.
Namun para petani kurang mengetahui cara atau teknik dalam pembuatan pupuk
organik. Oleh sebab itu, kami melakukan kegiatan penyuluhan beserta praktek
dalam pembuatan pupuk organik sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat
khususnya di gabungan kelompok tani (Gapoktan). Besar harapan kami bahwa
kegiatan ini akan memberi manfaat yang besar kepada petani di desa Wonorejo.
Pupuk organik memiliki nilai ekonomi dan sangat bermanfaat bagi
lingkungan. Nilai ekonomi yang dimaksud yakni pembuatan pupuk organik
menghasilkan pupuk yang berkualitas tinggi namun pembuatannya tidak
membutuhkan dana yang begitu besar dibandingkan dengan membeli pupuk
kimia. Sehingga, petani diharapkan tidak selalu menggunakan pupuk kimia saja.
Selain itu, bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan pupuk organik berasal
dari sisa-sisa buah dan sayuran yang tidak terpakai. Hasil dari pembuatan pupuk
tersebut sangat aman bagi lingkungan karena bahan yang digunakan berasal
bahan-bahan alami.
3
1.2 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, identifikasi masalah dari laporan ini
adalah:
1. Banyaknya petani di desa Wonorejo yang belum tergabung dalam
sebuah wadah sehingga sulit untuk mengembangkan usaha dalam
bidang pertanian.
2. Adanya ketergantungan terhadap pupuk anorganik atau kimia yang
berdampak pada kesuburan tanah.
3. Mahalnya harga pupuk anorganik serta distribusinya yang kurang
merata ke seluruh petani desa Wonorejo.
1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Tujuan
1. Membentuk suatu wadah untuk menampung para petani yang berupa
gabungan kelompok tani (gapoktan).
2. Membentuk struktur organisasi dari gapoktan
3. Menampung berbagai permasalahan yang dialami oleh para petani.
4. Menawarkan solusi yang sesuai dengan permasalahan yang dialami.
Berdasarkan permasalahan yang dialami oleh para petani desa Wonorejo,
mahasiswa KK 2012/2013 memberikan penyuluhan beserta praktek tentang
teknik pembuatan pupuk organik.
1.3.2 Manfaat
a. Bagi Masyarakat Desa:
1. Terbentuknya wadah untuk para petani berupa gapoktan.
2. Meningkatknya kemampuan masyarakat desa dalam berorganisasi.
3. Memperoleh informasi baru tentang perkembangan pemikiran yang
berkaitan dengan upaya pembangunan masyarakat desa khususnya dalam
bidang pertanian.
4. Mendorong percepatan pembangunan di daerah.
5. Masyarakat memperoleh bantuan pemikiran, tenaga, ilmu, dan ketrampilan
sehingga terbentuk kader penerus pembangunan.
4
6. Dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pendidikan, IPTEK
dan keterampilan
b. Bagi Mahasiswa :
1. Memberikan keterampilan kepada mahasiswa untuk melaksanakan program
pengembangan dan pembangunan masyarakat desa.
2. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa dalam menerapkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh selama studinya untuk membantu memecahkan
masalah yang dihadapi masyarakat.
3. Membina masyarakat menjadi inovator, dinamisator, dan informator.
4. Memperoleh pengalaman yang berharga kepada mahasiswa dengan terlibat
langsung dalam kehidupan masyarakat desa.
c. Bagi Universitas :
1. Sebagai umpan balik hasil pengintegrasian mahasiswa di tengah-tengah
masyarakat dan atau pemerintah dengan berbagai permasalahannya guna
penyempurnaan kurikulum yang lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat
dan pemerintah.
2. Meningkatkan dan memperluas kerja sama dengan masyarakat dan
pemerintah.
d. Bagi Masyarakat dan Pemerintah :
1. Memperoleh informasi baru tentang perkembangan pemikiran yang
berkaitan dengan upaya pembangunan masyarakat desa.
2. Mendorong percepatan pembangunan di daerah.
3. Masyarakat memperoleh bantuan pemikiran, tenaga, ilmu, dan ketrampilan
sehingga terbentuk kader penerus pembangunan.
4. Dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pendidikan, IPTEK
dan keterampilan.
5
II. PELAKSANAAN KEGIATAN
2.1 Tempat dan Waktu
Kuliah Kerja (KK) ini dilaksanakan di wilayah Desa Wonorejo,
Kecamatan Kencong Kabupaten Jember. Kegiatan KK dilaksanakan mulai 17
Juni sampai 31 Juli 2013. Pembentukan Gapoktan dan musyawarah bersama
anggota dan pengurus dilaksanakan di Dusun Krajan B.
2.2 Sasaran / Khalayak Sasaran
Khalayak sasaran dari kegiatan pembentukan gabungan kelompok tani
adalah para petani yang tersebar di Desa Wonorejo.
2.3 Jenis Kegiatan dan Metode
2.3.1 Jenis Kegiatan
Jenis kegiatan yang dilaksanakan berupa pembentukan gapoktan dan
penawaran solusi terhadap berbagai permasalahan yang dialami dengan
melakukan musyawarah bersama anggota dan pengurus gapoktan.
2.3.2 Metode
Metode-metode yang diterapkan dalam pelaksanaaan program ini antara
lain:
1. Metode Pendekatan Personal dan Massa
Metode pendekatan personal dilaksanakan dengan latar belakang kondisi
sosial para petani. Melalui metode ini diharapkan penyampaian informasi akan
lebih diterima oleh para petani. Metode pendekatan massa dilakukan dengan
berkomunikasi secara langsung dengan para petani yang ada di Desa
Wonorejo.
2. Musyawarah
Metode ini dilakukan untu membentuk gabungan kelompok tani beserta
stuktur organisasinya. Pada musyawarah juga dilakukan persamaan visi dan
misi serta berbagai permasalahan yang dialami oleh para petani kemudian
diberikan solusi yang sekiranya dapat membantu dan sesuai dengan
6
permasalahan yang di alami. Metode musyawarah ini dilakukan agar
komunikasi tidak hanya satu arah melainkan dua arah.
3. Sosialisasi tentang pembuatan pupuk organik cair
Kegiatan sosialisasi ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang
teknik dan manfaat pupuk organik cair. Pembuatan pupuk organik cair ini
diharapkan juga memberikan motivasi kepada para petani desa Wonorejo
untuk memanfaatkan kotoran sapi/kambing, buah-buah busuk/sayuran busuk
sebagai bahan dasar pupuk. Sehingga petani juga tidak tergantung lagi dengan
pupuk kimia yang menyebabkan kesuburan tanah menjadi berkurang.
4. Praktik pembuatan pupuk organik cair
Kegiatan sosialisasi pembuatan pupuk organik cair dilanjutkan dengan praktik
langsung. Hal ini dimaksudkan untuk memberi pengarahan secara langsung
agar petani dapat mempraktekkan sendiri dengan mudah.
2.4 Kendala dan Pemecahan
2.4.1 Kendala
Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaaan program kelompok Kuliah
Kerja ini antara lain:
1. Wilayah Desa Wonorejo yang cukup luas sehingga kelompok tani yang ada
belum bisa terjangkau.
2. Kurangnya keaktifan dari beberapa kelompok tani yang ada di desa Wonorejo
yang menyebabkan kegiatan ini belum maksimal.
3. Beberapa petani masih enggan untuk mencoba pupuk organic dan lebih suka
memilih pupuk anorganik yang mengakibatkan kesuburan tanah menjadi
berkurang.
4. Kurangnya kesadaran para petani dalam memanfaatkan baha-bahan yang tidak
terpakai seperti kotoran sapi/kambing, sayur dan buah busuk dalam pembuatan
pupuk.
7
2.4.2 Pemecahan
1. Dengan cara mengundang perwakilan kelompok tani untuk tiap-tiap dusun.
2. Memicu keaktifan kelompok tani melalui kegiatan yang bermanfaat sehingga
timbul motivasi dan semangat untuk berpartisipasi dalam suatu kelompok tani.
3. Memberikan sosialisasi dan penyuluhan kepada para petani tentang
pentingnya pupuk organic bagi tanaman dan kesuburan tanah.
4. Memberikan sosialisasi dan penyuluhan tentang pemanfaatan bahan-bahan
organic yang tidak terpakai seperti kotoran sapi/kambing/ayam, sayur dan
buah busuk yang dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan pupuk
organic cair.
2.5 Rencana Biaya dan Realisasi Biaya
2.5.1 Rencana Biaya
No Uraian Volume Harga Satuan Jumlah
1 Penggandaan materi 50 Rp 500 Rp 25.000
2 Sewa OHP 1 Rp 50.000 Rp 50.000
3 Makan+takjil peserta 50 Rp 10.000 Rp 500.000
4 Uang transport pemateri 2 Rp 20.000 Rp 40.000
5 Makan+takjil pemateri 2 Rp 10.000 Rp 20.000
Jumlah Rp 635.000
2.5.2 Realisasi Biaya
No Uraian Volume Harga Satuan Jumlah
1 Penggandaan materi 25 Rp 500 Rp 12.500
2 Sewa OHP 1 Rp 50.000 Rp 50.000
3 Makan+takjil peserta 25 Rp 10.000 Rp 250.000
4 Uang transport pemateri 2 Rp 15.000 Rp 30.000
5 Makan+takjil pemateri 2 Rp 10.000 Rp 20.000
Jumlah Rp 362.500
8
III. HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil kegiatan
Kegiatan pembuatan pupuk organik cair telah dilaksanakan pada hari
Minggu 21 Juli 2013 di kediaman Bapak Miarto di dusun Krajan B. Kegiatan ini
dihadiri oleh bapak-bapak kelompok tani desa Wonorejo dan mahasiswa Kuliah
Kerja 2012/2013 Universitas Jember. Kegiatan ini dimulai pada pukul 9 pagi
sampai pukul 12 siang. Mahasiswa memulai kegiatan tersebut dengan
mengumpulkan bahan-bahan yang akan digunakan seperti: pupuk kandang, buah-
buah busuk, bakteri dan air. Kegiatan tersebut berlangsung lancar dan para petani
berpartisipasi membantu kegiatan tersebut. Setelah kegiatan pembuatan pupuk
selesai, mahasiswa berbincang dan berdiskusi dengan petani desa Wonorejo.
Beberapa petani menanyakan beberapa pertanyaan mengenai teknik pembuatan
pupuk organik cair tersebut. Hal ini menunjukkan keseriusan petani dalam
kegiatan pembuatan pupuk organik tersebut.
Pupuk organik cair yang telah dibuat oleh mahasiswa KK dan petani desa
Wonorejo disimpan di rumah bapak Miarto untuk menunngu proses fermentasi.
Proses ferementasi tersebut membutuhkan waktu 10-15 hari. Setelah menunggu
selama 10 hari, yaitu pada tanggal 30 Juli 2013 mahasiswa KK dan petani desa
Wonorejo berkumpul kembali di kediaman bapak Miarto. Kegiatan ini
dilaksanakan sebagai wujud kepedulian mahasiswa KK 2012/2013 kepada petani
desa Wonorejo. Kegiatan ini berjalan cukup lancar dan juga mahasiswa KK
mampu menunjukkan hasil pembuatan pupuk organik cair yang telah dibuat
bersama-sama dengan para petani. Pupuk yang telah jadi secara simbolis
diserahkan ke ketua gabungan kelompok tani (gapoktan) desa Wonorejo. Besar
harapan mahasiswa bahwa pembuatan pupuk organik cair dapat bermanfaat bagi
para petani. Terlebih lagi, mahasiswa juga ingin sekali petani desa Wonorejo
dapat meneruskan kegiatan tersebut sehingga adanya kontinuitas penerapan ilmu
pengetahuan yang telah diberikan oleh mahasiswa KK 2012/2013 .
9
3.2 Pembahasan
3.2.1 Pupuk Organik Cair
Kegiatan pembuatan Pupuk Organi Cair (POC) telah dilaksanakan oleh
mahasiswa KK 2012/2013 di desa Wonorejo, Kecamatan Kencong. Kegiatan ini
merupakan solusi dari mahasiswa KK 2012/2013 untuk mengatasi permasalahan
petani. Pupuk Organik Cair (POC) adalah pupuk cair yang berbahan dasar kotoran
sapi/kambing yang kemudian dicampur dengan buah-buah atau sayuran busuk
yang difermentasikan secara anaerob dengan bakteri pengurai, selanjutnya
disaring dan diambil cairnya.
Beberapa bahan yang digunakan sebagai pupuk organik cair merupakan
limbah yang sudah tidak digunakan. dengan pembuatan pupuk organik cair ini
limbah dapat dimanfaatkan menjadi bahan baku produk lain yang memiliki nilai
lebih tinggi. Pupuk organik cair mulai banyak diminati oleh petani karena selain
ramah lingkungan, pengaplikasiannya juga mudah tanpa harus memperhatikan
dosis pupuk.
Bahan – bahan yang digunakan dalam kegiatan pembuatan pupuk organik
cair ini terdiri dari sisa – sia sayuran dan buah yang telah tidak terpakai, kotoran
ternak, tanaman legume dan gulma yang banyak terdapat disekitar kita.
Pembuatan dilakukan dengan cara pencacahan bahan yang bertujuan untuk
memudahkan bakteri dalam merombak bahan menjadi pupuk, selanjutnya
menambahkan bakteri dalam bentuk EM4 yang sudah diaktivkan. Prinsip
pembuatan pupuk organik cair ini adalah fermentasi anaerob yang dilakukan
dengan bantuan mikrobia (bakteri).
Bahan – bahan seperti buah dan sisa sayuran memiliki benyak macam
kandungan hara yang diperlukan tanaman. Demikian pula dengan gulma yang
dapat dirombak selulosa dan ligninnya. Untuk meningkatkan kadar hara pupuk
ditambahkan pula kotoran ternak seperti kotoran kambing , kotoran sapi, dan
kotoran ayam yang masing – masing memiliki kandungan tertinggi dan sangat
dibutuhkan oleh tanaman. Misalnya kotoran kambing mengandung unsur kalium
dan silica yang tinggi dan sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk rangsangan
pembuahan dan ketegaran tanaman. Kotoran ayam mengandung unsur hara makro
10
yang mutlak dibutuhkan tanaman seperti kalium, kalsium dan nitrogen yang
cukup tinggi. Sementara kotoran sapi mengandung nitrogen tinggi serta beberapa
unsur hara lainnya dalam jumlah tertentu. Selain dari kotoran hewan ternak
penambahan unsur nitrogen juga dapat diambil dari tanaman legume. Tanaman
legume memiliki banyak kandungan N karena legum mampu berasosiasi dengan
bakteri rhizobium yang berfungsi menambat N di udara, sehingga serapan N yang
didapat dan disimpan dalam tanaman legume cukup tinggi. Dengan demikian
pembuatan pupuk cair tidak hanya dapat membuat pupuk organik cair majemuk,
melainkan pupuk organik cair tunggal dengan cara menggabungkan beberapa
bahan yang memiliki kandungan unsur hara tinggi tertentu.
EM4 merupakan biakan bakteri yang berfungsi untuk mendegradasi
selulosa dan lignin yang terdapat dalam bahan. Fungsi lain dari EM4 adalah
menurunkan C/N ratio bahan sehingga menjadi C/N ratio pupuk yang dikehendaki
oleh tanaman. Biakan bakteri EM4 pada dasarnya bukanlah biakan yang aktif dan
dapat digunakan secara langsung, melainkan harus diaktifken terlebih dahulu.
Aktivator bakteri EM4 dapat dilakukan dengan cara penambahan tetes tebu dan
air dengan dosis untuk tiap liter air ditambahkan 2 cc EM4 dan 4 cc tetes/molase.
Molase dapat pula diganti dengan gula putih ataupun gula merah. Selanjutnya
campuran didiamkan selama 24 jam. Dengan demikian bakteri dalam EM4 telah
aktif.
Ciri – ciri pupuk organik cair yang telah jadi atau terfermentasi sempurna
adalah berbau harum atau manis (berbau alkoholik), sedikit berbuih, dan tumbuh
jamur di permukaan. Berdasarkan pada hasil percobaan yang telah dilakukan,
secara umum dinyatakan berhasil karena telah menunjukkan ciri fisik sesuai
dengan pupuk organik yang jadi. Hasil campuran kotoran sapi dan buah – buahan
berwarna coklat susu. Tekstur dan tingkat kekentalan pupuk yang dihasilkan
bertekstur kasar. Hal ini dapat terjadi karena saat pemotongan bahan
(pencacahan), besar cacahan tidak seragam dan cenderung lebih besar sehingga
bakteri lebih sulit mendegradasi lingning dan selulosa yang terdapat didalam
bahan. Sementara kekentalannya rata – rata encer.
11
Untuk membedakan antara pupuk organik cair yang tidak jadi, seharusnya
dilakukan pula perlakuan kontrol, yaitu tanpa penambahan EM4. Berdasar pada
literatur ciri fisik pupuk organik yang tidak jadi adalah berbau busuk seperti bau
bangkai, tidak berbuih dan tidak tumbuh jamur. Ketidak berhasilan tersebut dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah penutupan tempat yang
kurang rapat, sehingga oksigen masih dapat masuk dan bakteri anaerob tidak
dapat bekerja secara maksimal. Selain itu dominansi antara kandungan bakteri
patogenik dan bakteri yang bermanfaat juga menentukan keberhasilan pembuatan
pupuk organik cair ini. Oleh karena itu pemilihan bahan juga tidak diperkenankan
memiliki bahan yang terlalu busuk. Hal ini dicegah untuk mengurangi bakteri
patogenik (termasuk bahan terserang penyakit) yang tumbuh selama proses
fermentasi. Oleh karena itu penutupan wadah fermentasi harus dilakukan dengan
benar agar fermentasi dapat berjalan sempurna dan menghasilkan pupuk organik
cair yang berkualitas baik.
3.2.2 Posdaya Gabungan Kelompok Tani
Tujuan utama dari kegiatan Posdaya yakni memberdayakan masyarakat.
Mahasiswa memberikan ilmu yang telah diperoleh ketika di Universitas untuk
diaplikasikan kepada masyarakat. Dalam hal ini, mahasiswa memberikan ilmunya
(transfer knowledge) untuk membantu masyarakat mengatasi permasalahan yang
ada di lapangan. Kegiatan Posdaya memberikan peran lebih kepada mahasiswa
untuk aktif di masyarakat. Mahasiswa terjun langsung di kehidupan masyarakat.
Setelah itu, mahasiswa melakukan survey untuk mencari potensi desa guna
membantu program pemerintah yaitu pembanguanan nasional.
Setelah melakukan diskusi dengan para petani, kami memutuskan untuk
memberikan penyuluhan mengenai posdaya kepada kelompok tani desa
Wonorejo. Hal ini, bertujuan agar kelompok tani desa Wonorejo memiliki wadah
yang jelas agar mereka bisa saling bekerja sama dengan petani lain untuk
meningkatkan hasil pertanian merka sendiri. Hal ini akan melatih sikap
kemandirian petani. Dan juga, para petani dapat saling bertukar informasi dengan
12
petani lain sehingga diharapakan pertanian di desa Wonorejo semakin maju dan
berkualitas.
Gabungan kelompok tani (Gapoktan) yang ada di desa Wonorejo memiliki
kepengurusan yang berasal dari masyarakat desa Wonorejo sendiri. Mereka
adalah bapak-bapak petani yang sehari-hari bekerja di sawah. Meskipun di desa
Wonorejo telah memiliki gapoktan namun organisai ini masih belum berdaya. Hal
ini, terbukti dari beberapapa permasalahan yang sampai saat ini belum dapat
diselesaikan. Selain itu juga, para petani tidak dapat menyelesaikan permasalahan-
permasalahan di lapangan. Oleh sebab itu, dari sekian banyak masalah yang ada
kami memberikan solusi megenai teknik pembuatan pupuk organik cair. Hal ini,
kami sesuaikan dengan kemampuan dan kapasitas mahasiswa Kuliah Kerja. Kami
berharap kegiatan posdaya ini kedepannya dapat memberikan manfaat kepada
petani desa Wonorejo. Jika hal ini terjadi maka tidak menutup kemungkinan
bahwa bidang pertanian desa Wonorejo akan menjadi kawasan pertanian terbaik
khususnya di kecamatan Kencong. Adapun struktur organisasi gabungan
kelompok tani desa Wonorejo adalah sebagai berikut:
Struktur Organisasi Gabungan Kelompok Tani Desa Wonorejo
Tahun 2013/2014
Ketua Umum : Sukaryono
Sekretaris : Sudarmaji
Bendahara : Sumardi
Unit Usaha Jasa
1. Semprotan : H. Abdul Ghofur
2. Pengolahan : Tono
3. Pemodalan : Djuwaris
4. Pemasaran : Ponijan
Kelompok Tani :
1. Ketua Kelompok Tani Setyo Luhur (Sidoreno) : Suhanto
2. Ketua Kelompok Tani Harapan Tani (Sidoreno) : Miseri
13
3. Ketua Kelompok Tani Dewi Sri (Sidoreno) : Nur Cahyo
4. Ketua Kelompok Tani Kayu Manis (Krajan A) : Ponijan
5. Ketua Kelompok Tani Seger Waras (Krajan A) : Mukhlis
6. Ketua Kelompok Tani Rukun Tani (Krajan A) : Woko
7. Ketua Kelompok Tani Tani Mulyo (Krajan A) : Dirjo
8. Ketua Kelompok Tani Ngudi Kaweruh (Krajan B) : Fendik
9. Ketua Kelompok Tani Ngudi Makmur (Krajan B) : Sukaryono
10. Ketua Kelompok Tani Ngudi Rejeki (Krajan C) : Sumardi
11. Ketua Kelompok Tani Gemah Ripah (Krajan C) : Sudarmaji
12. Ketua Kelompok Tani Mardi Tani (Gumukbanji) : Djuwaris
13. Ketua Kelompok Tani Ngudi Mulyo (Gumukbanji) : Ismail
14. Ketua Kelompok Tani Sido Makmur (Gumukbanji) : H. Abdullah Turan
15. Ketua Kelompok Tani Widodo (Jatisari) : Tono
16. Ketua Kelompok Tani Rahayu (Jatisari) : Marsono
14
IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari hasil kegiatan dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan, yaitu:
1. Untuk kegiatan yang kami berikan ini, mendapat sambutan yang cukup baik
dari para peserta khususnya para kelompok tani, dimana mereka mau
mendengarkan sosialisasi yang kami berikan ini dan mau ikut secara
bersama-sama praktek membuat pupuk.
2. Seluruh rangkaian kegiatan dapat berjalan lancar walaupun terdapat kendala
sedikit yaitu pada saat praktek pembuatan pupuk, namun adanya hambatan
tersebut mampu memberikan pengetahuan pada bapak-bapak tani khusunya
dalam pembusukan buah atau sayur yang menjadi bahan pembuatan pupuk
organic cair.
4.2 Saran
1. Kegiatan yang telah dilakukan ini diharapkan menjadi program yang
berkelanjutan bagi KK/KKN selanjutnya sehingga ada kesinambungan antara
program yang telah dilakukan dengan program selanjutnya.
2. Adanya sosialisasi terkait aplikasi penggunaan pupuk organic cair.
3. Masyarakat diharapkan dapat mengambil manfaat dari adanya kegiatan ini
sehingga buah-buah, sayuran, dan kotoran sapi/kambing tidak terbuang begitu
saja.
4. Pemerintah Daerah, Pemerintah Desa serta pihak-pihak kelompok tani dapat
bersinergi sehingga apa yang diharapkan oleh masing-masing pihak dapat
terwujud.
15
Top Related