LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PENYEDIAAN PERUMAHAN
TAHUN 2017
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas
limpahan rahmat, taufik dan hidayah Nya, sehingga Laporan Kinerja Direktorat
Jenderal Penyediaan Perumahan Tahun 2017 dapat diselesaikan dengan baik.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan Tahun 2017 disusun
sebagai wujud pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsi Direktorat
Jenderal Penyediaan Perumahan berdasarkan dokumen Rencana Strategis
Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan 2015-2019 dan Perjanjian Kinerja Tahun
2017. Laporan ini merupakan laporan capaian kinerja tahun ke tiga untuk periode
lima tahun masa pelaksanaan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Penyediaan
Perumahan tahun 2015 - 2019.
Penyusunan Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan Tahun
2017 mengacu pada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme, Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk
Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan
Kinerja Instansi Pemerintah.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan Tahun 2017 bertujuan
untuk memberikan informasi kinerja yang terukur kepada pemberi mandat atas
kinerja dan yang seharusnya dicapai dan sebagai bentuk akuntabilitas pelaksanaan
tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada Direktorat Jenderal Penyediaan
Perumahan. Kinerja yang dilaporkan dalam Laporan Kinerja ini merupakan capaian
kinerja periode Tahun Anggaran 2017, dengan berdasar kepada indikator kinerja
yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Penyediaan
Perumahan Tahun 2017.
Hasil capaian secara umum dapat disimpulkan bahwa Direktorat Jenderal
Penyediaan Perumahan telah mencapai sebagian besar sasaran-sasaran yang telah
ditetapkan. Namun demikian, Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan terus
menerus meningkatkan capaian kinerja dalam mewujudkan visi:
“Setiap Orang/Keluarga/Rumah Tangga Indonesia Menempati
Rumah Yang Layak Huni”
Akhir kata, semoga Laporan Kinerja ini dapat memenuhi harapan sebagai
pertanggungjawaban kami kepada masyarakat dan seluruh pihak yang
berkepentingan dalam pembangunan perumahan, serta menjadi salah satu
pendorong peningkatan dan optimalisasi kinerja internal di lingkungan Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat di masa yang akan datang.
Jakarta, 31 Januari 2018
Direktur Jenderal Penyediaan Perumahan
Ir. Khalawi AH, M.Sc, MM
RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan Tahun 2017 disusun
sebagai wujud pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsi Direktorat
Jenderal Penyediaan Perumahan kepada Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat, sesuai dengan Visi, Misi dan Sasaran Strategis Direktorat Jenderal
Penyediaan Perumahan yang tertuang dalam dokumen Rencana Strategis Direktorat
Jenderal Penyediaan Perumahan 2015-2019 dan Perjanjian Kinerja Tahun 2017.
Laporan ini merupakan laporan capaian kinerja tahun ke tiga untuk periode lima
tahun masa pelaksanaan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Penyediaan tahun
2015-2019.
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Direktorat Jenderal Penyediaan
Perumahan menetapkan Visi, Misi, dan Sasaran Strategis dalam dokumen Rencana
Strategis Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan 2015-2019 yang merupakan
penjabaran dari Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-
2019 yang kemudian diturunkan ke dalam Rencana Strategis Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 2015-2019.
Demi mewujudkan Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang
ekonomi,dan berkepribadian dalam kebudayaan, yang dirumuskan dalam sembilan
agenda prioritas (NAWA CITA). Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan turut
serta dalam mewujudkan agenda nomor 6 (enam) yaitu meningkatkan
produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional dengan Sub Agenda
Prioritas Membangun Perumahan dan Kawasan Permukiman.
LAKIP DIREKTORAT JENDERAL PENYEDIAAN PERUMAHAN | iv
Dengan memperhatikan amanat peraturan perundangan, potensi dan permasalahan
serta aspirasi berbagai pemangku kepentingan, maka ditetapkan Visi Direktorat
Jenderal Penyediaan Perumahan Tahun 2015-2019 yaitu sebagai berikut:
“Setiap Orang/Keluarga/Rumah Tangga Indonesia Menempati Rumah Yang
Layak Huni”
Untuk mewujudkan Visi tersebut, maka Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan
melakukan upaya-upaya pencapaian Visi yang tertuang dalam Misi Direktorat
Jenderal Penyediaan Perumahan Tahun 2015-2019 sebagai berikut:
1. Meningkatkan iklim yang kondusif dalam kebijakan penyediaan perumahan;
2. Mempercepat penyediaan dan pembangunan perumahan rakyat yang dilengkapi
dengan prasarana, sarana dan utilitas yang memadai untuk mendukung layanan
infrastruktur dasar dan hunian yang layak dalam rangka mewujudkan kualitas
hidup manusia Indonesia sejalan dengan prinsip „infrastruktur untuk semua‟;
3. Mempercepat penyediaan perumahan dan pembangunan infrastruktur
perumahan rakyat secara terpadu dari pinggiran didukung pemanfaatan
teknologi dan industri konstruksi yang berkualitas untuk pembangunan
perumahan dalam rangka keseimbangan pembangunan antardaerah, terutama
di kawasan tertinggal, kawasan perbatasan Negara, dan daerah pasca
bencana/konflik dan kawasan maritim/nelayan dalam kerangka NKRI;
4. Meningkatkan pendayagunaan sumberdaya perumahan secara optimal; dan
5. Meningkatkan koordinasi dan kelembagaan pelaksanaan kebijakan
pembangunan perumahan melalui peningkatan peran pemerintah daerah dan
pemangku kepentingan lainnya dalam pembangunan perumahan.
Selanjutnya, dalam menjalankan program pengembangan perumahan sebagaimana
dijabarkan pada Renstra Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Tahun 2015-2019, maka Direktorat Penyediaan Perumahan perlu merumuskan
sasaran dari program pengembangan perumahan. Sasaran program Direktorat
Jenderal Penyediaan Perumahan sesuai dengan Perjanjian Kinerja Direktorat
Jenderal Penyediaan Perumahan yaitu :
“Menurunnya kekurangan tempat tinggal (backlog) dan menurunnya rumah tidak layak huni”
v | LAKIP DIREKTORAT JENDERAL PENYEDIAAN PERUMAHAN
Untuk mencapai sasaran program tersebut ditetapkan indikator kinerja dari Direktorat
Jenderal Penyediaan Perumahan adalah :
Selama kurun waktu satu tahun anggaran, hasil capaian kinerja yang telah dicapai
Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan pada tahun 2016 yaitu sebagai berikut:
A. Capaian Kinerja terhadap Perjanjian Kinerja
1. Capaian Kinerja Penurunan Backlog
Upaya penurunan backlog melalui program penyediaan rumah susun, rumah khusus,
dan rumah swadaya. Pada tahun 2017 sebesar 20.298 Unit terbangun untuk
mengatasi masalah backlog dari target 20.291 unit atau memiliki presentase capaian
kinerja sebesar 100,03%
a) Penyediaan rumah susun dalam rangka penurunan backlog
Target penyediaan rumah susun pada tahun 2017 sebesar 13.253 unit. Adapun
capaian kinerja penyediaan rumah susun dalam rangka penurunan backlog
adalah sebesar 13.251 unit atau dengan persentase 99,98%.
b) Penyediaan rumah khusus dalam rangka penurunan backlog
Target penyediaan rumah khusus pada tahun 2017 adalah sebesar 5.038.
Capaian kinerja penyediaan rumah khusus dalam rangka penurunan backlog
adalah sebesar 5.047 atau 100,18% Penyediaan rumah khusus ditujukan
kepada Nelayan, Perbatasan, Daerah Tertinggal, Program Pemerintah, Korban
Dampak Pembangunan, MBR, Bencana/Konflik Sosial, Suku Anak Dalam,
Penitipan Anak.
c) Penyediaan rumah swadaya dalam rangka penurunan backlog
Penyediaan rumah swadaya melalui program BSPS pembangunan baru tidak
hanya dalam rangka penurunan backlog tetapi juga merupakan salah satu dari
kesembilan program prioritas Presiden (NAWA CITA). Target pembangunan baru
Persentase penurunan kekurangan tempat tinggal (backlog) berdasarkan perspektif menghuni
Persentase peningkatan kualitas rumah layak huni
LAKIP DIREKTORAT JENDERAL PENYEDIAAN PERUMAHAN | vi
rumah swadaya sebesar 2.000 unit rumah dan dapat terealisasi sebesar 2.000,
sehingga capaian kinerja penyediaan rumah swadaya sebesar 100,00%.
2. Capaian Kinerja Peningkatan Kualitas Rumah Tidak Layak Huni
Peningkatan kualitas rumah tidak layak huni diupayakan melalui program BSPS.
Peningkatan kualitas rumah tidak layak huni termasuk dalam satu program prioritas
Presiden (NAWA CITA). Pada tahun 2017, target peningkatan kualitas rumah tidak
layak huni yaitu sebesar 108.000 unit. Capaian kinerja pada tahun 2017 mencapai
110.732 unit, sehingga memiliki persentase capaian kinerja sebesar 102,53%.
B. Capaian Kinerja terhadap Sasaran Strategis Kementerian PUPR
Pada tahun 2017, Sasaran Strategis Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan
adalah meningkatnya penyediaan dan pembiayaan perumahan sebanyak 87%.
Target sebesar 87% terdiri dari capaian kinerja Direktorat Jenderal Penyediaan
Perumahan dengan Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan. Berdasarkan
skenario penyusunan target Perjanjian Kinerja Kementerian PUPR 2015-2019,
Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan ditargetkan dapat menyediakan Rumah
layak huni bagi rumah tangga MBR yang disediakan melalui belanja APBN.
Target tahun 2017 menyediakan rumah layak huni bagi rumah tangga MBR yang
ditetapkan adalah 659.340 unit dan telah teralisasi sebanyak 131.030 unit atau
sebesar 19,87%. Capaian ini lebih besar dari tahun 2016 yang mencapai 34,10%
dari target sebesar 85%.
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target 2016* Output Strategis
Target 2016**
Realisasi
(Unit) (Unit) %
Meningkatnya prnyediaan dan pembiayaan perumahan
Tingkat pemenuhan perumahan yang layak huni bagi rumah tangga berpenghasilan rendah
87%
(sedangkan angka yang tertera pada scenario renstra adalah 86,21%)
Rumah layak huni bagi rumah tangga MBR yang disediakan melalui belanja APBN
659.340 131.030 19,87%
* Berdasarkan target Renstra Kementerian PUPR 2015-2019 (Target gabungan Ditjen. Penyediaan Perumahan dan Ditjen. Pembiayaan Perumahan
** Berdasarkan skenario perhitungan Renstra Kementerian PUPR 2015-2019 (khusus Ditjen. Penyediaan Perumahan)
vii | LAKIP DIREKTORAT JENDERAL PENYEDIAAN PERUMAHAN
C. Capaian Kinerja Lainnya
1. Fasilitasi Bantuan PSU
Selain mewujudkan penurunan backlog dan peningkatan kualitas rumah tidak layak
huni, Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan melalui program Fasilitasi Bantuan
PSU rumah umum mendorong pembangunan rumah baru untuk Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (MBR) dan mendukung Program Strategis Nasional “Sejuta
Rumah”. Terlaksananya Fasilitasi Bantuan PSU Rumah Umum sebanyak 14.000 unit
rumah dengan capaian pada tahun 2017 sebanyak 17.266 unit rumah atau dengan
persentase sebesar 123,33%.
2. Program Sejuta Rumah
Merupakan program pemerintah untuk mendorong berbagai stakeholder penyediaan
perumahan, yaitu pemerintah, pemerintah daerah, pengembang, dunia usaha,
perbankan dan masyarakat agar terwujud percepatan penyediaan rumah, utamanya
bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Melalui program ini, diharapkan
dapat terbangun satu juta rumah setiap tahunnya.
Dalam kapasitas sebagai penanggung jawab utama program ini, Kementerian PUPR
menjalankan fungsi sebagai:
1. Regulator.
2. Penyedia rumah/hunian, khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah
(MBR).
3. pendorong bagi para pengembang perumahan bagi MBR melalui dukungan
penyediaan prasarana, sarana dan utilitas umum (PSU) serta skema
pembiayaan.
Total pembangunan rumah untuk mendukung program Sejuta Rumah baik yang
dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha (pengembang)
maupun masyarakat pada tahun 2017 adalah sebesar 907.471 unit.
3. Kegiatan Prioritas Nasional kepada Kantor Staf Presiden
Program priotas KSP yang menjadi tanggung jawab Direktorat Penyediaan
Perumahan Tahun 2017 (periode B09-B12) adalah prioritas maritim dan kelautan
dengan ukuran keberhasilan yaitu:
1) Terbangunnya 50 unit Rumah Khusus di Kab. Pulau Morotai dan terbangunnya
50 unit Rumah Khusus di Kota Tidore Kepulauan.
LAKIP DIREKTORAT JENDERAL PENYEDIAAN PERUMAHAN | viii
2) Terbangunnya Rumah Susun MBR bagi nelayan sebanyak 2 TB (tower Block) di
Provinsi Banten (1 TB) dan Jawa Timur (1 TB).
Hasil capaian pelaksanaan rencana aksi prioritas nasional yang dilaksanakan oleh
Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan berdasarkan pelaporan pada status
terakhir triwulan IV (B12) tahun 2017 pada aplikasi www.emonitoring.pu.go.id yaitu
sebagai berikut:
1) Terbangunnya 50 unit Rumah Khusus di Kab. Pulau Morotai dan terbangunnya
50 unit Rumah Khusus di Kota Tidore Kepulauan berhasil mencapai sasaran
dengan persentase 100%.
2) Terbangunnya Rumah Susun MBR bagi nelayan sebanyak 2 TB (tower Block) di
Provinsi Banten (1 TB) dan Jawa Timur (1 TB) mencapai 87,38% disebabkan
karena material belum onsite seperti material plester dan keramik, sedang
dilakukan pekerjaan repair pada pekerjaan keramik, openingan dan pengecatan,
dan adanya keterlambatan mendatangkan material ME. Tindak lanjut
permasalahan tersebut yaitu dengan menggunakan mekanisme PMK
243/PMK.05/2015 (90 hari).
4. Proyek Strategis Nasional (PSN)
Progress Proyek Strategis Nasional di lingkungan Direktorat Jenderal Penyediaan
Perumahan adalah sebagai berikut:
1. Terdapat 3 (tiga) kegiatan pembangunan Rumah Susun Tingkat Tinggi yang
diputuskan pembatalan pembangunannya (status 3 Januari 2018).
2. Realisasi fisik pembangunan Rumah Susun Tingkat Tinggi Kemayoran sebesar
100% dan realisasi keuangan sebesar 100% (status 3 Januari 2018).
3. Realisasi fisik pembangunan Rumah Susun Tingkat Tinggi Pasar Rumput
sebesar 35,01% atau 100% dari target yang ditetapkan dan realisasi keuangan
sebesar 30,28% atau sebesar 86,49% dari target yang ditetapkan (status 3
Januari 2018).
4. Realisasi fisik pembangunan Rumah Khusus perbatasan di Kab. Kapuas Hulu
sebesar 95% dan realisasi keuangan sebesar 100% (perpanjangan waktu 90 hari
melalui PMK 243/PMK.05/2015) (status 2 Januari 2018);
5. Realisasi fisik pembangunan Rumah Khusus perbatasan di Kab. Sintang sebesar
100% dan realisasi keuangan sebesar 100% (status 2 Januari 2018);
6. Realisasi penyaluran dana BSPS pengembangan Rumah Swadaya Tahun 2017
(PSN) sudah tersalurkan 100%, sementara realisasi fisik di lapangan terdapat
ix | LAKIP DIREKTORAT JENDERAL PENYEDIAAN PERUMAHAN
beberapa lokasi yang progres fisiknya masih 30% hingga >30%, hal ini
dikarenakan adanya keterlambatan pengiriman bahan bangunan (status 29
Desember 2017).
7. Realisasi fisik pengembangan Rumah Swadaya terbagi menjadi 3 (tiga)
klasifikasi yaitu progres fisik <30% sebanyak 9 unit, progres fisik 30% sebanyak
172 unit, dan progres fisik 100% sebanyak 1.926 unit (status 29 Desember
2017).
5. Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (RANHAM)
Capaian pelaksanaan kegiatan yang dilakukan di dilakukan Direktorat Jenderal
Penyediaan Perumahan terkait progres Kegiatan RANHAM melalui aplikasi e-
monitoring pada bulan Desember (B12) pembangunan Rumah Susun sewa di
kawasan industri (status 29 Desember 2018) adalah sebagai berikut:
1. Target B12 Pembangunan Rumah Susun di Kab. Morowali, Provinsi Sulawesi
Tengah (1 Tower, 90 unit) adalah sebesar 100% sementara realisasi B12
sebesar 95,54% dari target yang ditetapkan.
2. Target B12 Pembangunan Rumah Susun di Kota Batam, Provinsi Kepulauan
Riau (2 Tower, 180 unit) adalah sebesar 100% sementara realisasi B12 sebesar
97,63% dari target yang ditetapkan.
3. Target B12 Pembangunan Rumah Susun di Kota Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur
(2 Tower, 70 unit) adalah sebesar 100% sementara realisasi B12 sebesar 100%
dari target yang ditetapkan.
D. Capaian Kinerja dibandingkan dengan tahun sebelumnya
Capaian kinerja Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan Tahun 2015-2019
adalah sebagai berikut:
Jenis Rumah
2015 2016 2017
Rencana
(Unit)
Realisasi
(Unit) %
Rencana
(Unit)
Realisasi
(Unit) %
Rencana
(Unit)
Realisasi
(Unit) %
I. Penurunan Backlog
1. Rumah Susun 20.500 10.497 51,2 10.098 7.740 76,65 13.253 13.251 99,98
2. Rumah Khusus 7.320 6.713 91,71 5.910 6.048 102,34 5.038 5.047 100,18
3. Rumah Swadaya 20.000 20.756 103,78 1.000 1.007 100,7 2.000 2.000 100,00
Total 47.820 37.966 79,39 17.008 14.795 86,99 20.291 20.298 100,03
LAKIP DIREKTORAT JENDERAL PENYEDIAAN PERUMAHAN | x
Jenis Rumah
2015 2016 2017
Rencana
(Unit)
Realisasi
(Unit) %
Rencana
(Unit)
Realisasi
(Unit) %
Rencana
(Unit)
Realisasi
(Unit) %
II. Peningkatan Kualitas RTLH
Rumah Swadaya 50.000 61.489 122,98 93.611 96.881 103,49 108.000 110.732 102,53
III. Bantuan PSU
Fasilitas Bantuan PSU* 40.700 29.956 73,6 25.000 26.884 107,54 14.000 17.266 123,33
Capaian Kinerja terhadap target RPJMN 2015 -2019 ditambah dengan target PSU
Rumah Umum 2015-2019:
No Target RPJMN 2015-2019 + PSU Target (Unit) Realisasi s/d Tahun 2017
(Unit) %
1 Pembangunan Rumah Susun untuk MBR yang dilengkapi dengan PSU pendukungnya
550.000 31.488 5,73%
2
Pembangunan Rumah Khusus di daerah pasca bencana/konflik, maritim/nelayan dan perbatasan negara yang dilengkapi PSU pendukung
50.000 17.808 35,62%
3 Fasilitasi bantuan stimulan pembangunan baru rumah swadaya
250.000 23.763 9,51%
4 Fasilitasi bantuan stimulan peningkatan kualitas rumah swadaya
1.500.000 269.102 17,94%
5
Pembangunan Rumah layak huni, yang diantaranya rumah umum tapak layak huni yang difasilitasi melalui bantuan PSU rumah umum
676.950 74.106 10,95%
Pencapaian saran target rencana strategis Direktorat Jenderal Penyediaan
Perumahan Tahun 2015 – 2019 sangat memerlukan pendanaan yang relatif besar,
sehingga diperlukan dorongan untuk meningkatkan kemitraan pemerintah dan
swasta yang lebih besar dalam rangka mengembangkan alternatif pembiayaan
pembangunan perumahan rakyat. Berbagai insentif diberikan oleh Pemerintah untuk
mendorong swasta dan masyarakat membangun rumah yang layak huni, baik
melalui pemberian bantuan prasarana, sarana dan utilitas rumah umum, maupun
melalui bantuan stimulan perumahan swadaya rumah swadaya.
xi | LAKIP DIREKTORAT JENDERAL PENYEDIAAN PERUMAHAN
Adapun kebutuhan pendanaan tersebut dijelaskan pada tabel berikut ini:
Kebutuhan Pendanaan Ditjen. Penyediaan Perumahan Sampai Dengan Tahun 2019
ANGGARAN TERALOKASI
No Kegiatan
Total
Target
(Unit)
Anggaran
(Rp milyar)
1 Dukungan Manajemen - 1.035,83
2 Perencanaan - 737,752
3 PSU Rumah Umum dan Komersial 676.950 5.680,74
4 Rumah Swadaya 1.750.000 34.259,12
5 Rumah Khusus 50.000 12.451,96
6 Rumah Susun 550.000 130.497,41
Total 184.662,81
GAP PENDANAAN
Usulan Renstra Alokasi RPJMN GAP Pendanaan
RP 184.663 T RP 33.099 T RP 151.564 T
E. Capaian Realisasi Anggaran
Realisasi anggaran Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan Tahun 2017 adalah
sebesar 94,32% yang diperoleh dari perbandingan antara realisasi anggaran
sebesar Rp. 7.686.283.100 dengan pagu Direktorat Jenderal Penyediaan
Perumahan sebesar Rp. 8.148.813.000.
7768 7716 8149 6712
7505 7686
0
2000
4000
6000
8000
10000
2015 2016 2017
Target & Realisasi Anggaran (Rp.000)
target realisasi
xiii | LAKIP DIREKTORAT JENDERAL PENYEDIAAN PERUMAHAN
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Ringkasan Eksekutif iii
Daftar Isi xiii
Daftar Gambar xiv
Daftar Tabel xvii
BAB I – Pendahuluan 1
BAB II – Perencanaan Kinerja 15
BAB III – Kapasitas Organisasi 29
BAB IV – Akuntabilitas Kinerja 41
BAB V – Kesimpulan 113
LAKIP DIREKTORAT JENDERAL PENYEDIAAN PERUMAHAN | xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar I.1 Isu Strategis Perumahan Tahun 2014 14 Gambar II.1 Visi Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan Tahun 2015-2019 18 Gambar III.1 Jumlah PNS per Unit Kerja Tahun 2017 31
Gambar III.2 PNS Berdasarkan Golongan 32 Gambar III.3 PNS Berdasarkan Jenis Kelamin 33 Gambar III.4 PNS Menurut Tingkat Pendidikan Unit Kerja 34 Gambar III.5 PNS Menurut Jenis Pendidikan (Teknik dan Nonteknik) 34 Gambar III.6 NonPNS Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan Tahun 2017 35 Gambar III.7 NonPNS SNVT Tahun 2017 36 Gambar IV.1 Capaian Kinerja Ditjen. Penyediaan Perumahan Tahun 2015-2017 48 Gambar IV.2 Tabel IV.11 Realisasi Pembangunan Rumah Susun Sewa TA 2017 50 Gambar IV.3 Rumah Susun di Kabupaten Donggala 54 Gambar IV.4 Rumah Susun di Kota Padang 54 Gambar IV.5 Peta Sebaran Realisasi Pembangunan Rumah Susun Tahun 2016 55
xv | LAKIP DIREKTORAT JENDERAL PENYEDIAAN PERUMAHAN
Gambar IV.6 Capaian Penyediaan Rumah Khusus oleh Satker Pengembangan Perumahan Tahun 2017 56 Gambar IV.7 Capaian Penyediaan Rumah Khusus oleh SNVT Tahun 2017 57 Gambar IV.8 Rumah Khusus di Pulau Bintan, Kepulauan Riau Tahun 2017 58 Gambar IV.9 Rumah Khusus di Desa Langge, Gorontalo 59 Gambar IV.10 Peta Sebaran Realisasi Pembangunan Rumah Khusus Tahun 2017 60 Gambar IV.11 Rumah Swadaya di Desa Sikeli, Bombana 62 Gambar IV.12 Rumah Swadaya di Desa Amahusu, Ambon 62 Gambar IV.13 Rumah Swadaya di Desa Krisik, Blitar 68 Gambar IV.14 Rumah Swadaya di Desa Wateskroyo, Tulungagung 69 Gambar IV.15 Peta Sebaran Realisasi BSPS Tahun 2017 70 Gambar IV.16 Pelaksanaan Penyediaan PSU Rumah Umum TA 2017 73 Gambar IV.17 Peta Sebaran Realisasi Pelaksanaan Bantuan PSU Pada Tahun 2017 75 Gambar IV.18 Pembukaan BTN Property Expo dalam rangka Hapernas 88 Gambar IV.19 Peta Sebaran Realisasi Pelaksanaan Bantuan PSU Pada Tahun 2017 89
LAKIP DIREKTORAT JENDERAL PENYEDIAAN PERUMAHAN | xvi
Gambar IV.20 Rakortek Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan di Tangerang pada Tanggal 29-31 Agustus 2017 91 Gambar IV.21 Penghunian Rumah Susun s/d Tahun 2016 95 Gambar IV.22 Capaian Penghunian Rumah Khusus s/d Tahun 2016 101 Gambar IV.23 Realisasi Anggaran Tahun 2015, 2016 dan 2017 112
xvii | LAKIP DIREKTORAT JENDERAL PENYEDIAAN PERUMAHAN
DAFTAR TABEL
Tabel II.1 Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan Tahun 2017 22 Tabel II.2 Revisi Anggaran Ditjen. Penyediaan Perumahan Tahun 2017 23 Tabel II.3 Perhitungan Persentase Penurunan Kekurangan Tempat Tinggal (Backlog) Berdasarkan Perspektif Menghuni pada Renstra Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan Tahun 2016 25 Tabel II.4 Target Rencana Strategis Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan Tahun 2015-2019 27 Tabel II.5 Target Renstra Ditjen Tahun 2017 vs Target Perjanjian Kinerja (PK) Ditjen Tahun 2017 28 Tabel III.1 PNS Berdasarkan Golongan 31 Tabel III.2 PNS Berdasarkan Jenis Kelamin 33 Tabel III.3 PNS Menurut Tingkat Pendidikan Unit Kerja 33 Tabel III.4 PNS Menurut Jenis Pendidikan (Teknik dan Nonteknik) 34 Tabel III.5 NonPNS Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan 35 Tabel III.6 NonPNS SNVT Tahun 2017 36 Tabel III.7 Total NonPNS Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan 37
LAKIP DIREKTORAT JENDERAL PENYEDIAAN PERUMAHAN | xviii
Tabel III.8 Sarana Prasarana 37 Tabel III.9 Anggaran Ditjen Penyediaan Perumahan 38 Tabel IV.1 Capaian Kinerja Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan Tahun 2017 42 Tabel IV.2 Capaian Terhadap Perjanjian Kinerja Direktoat Jenderal Penyediaan Perumahan Tahun 2016- 2017 43 Tabel IV.3 Capaian Kinerja terhadap Sasaran Strategis dalam Perjanjian Kinerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2016 44 Tabel IV.4 Skenario penyusunan target Perjanjian Kinerja Kementerian PUPR 2015-2019 44 Tabel IV.5 Realisasi Ditjen. Penyediaan Perumahan Tahun 2015-2016 45 Tabel IV.6 Capaian terhadap Renstra Ditjen. Penyediaan Perumahan Tahun 2015-2019 45 Tabel IV.7 Capaian Kinerja terhadap target RPJMN 2015 -2019 ditambah dengan target PSU Rumah Umum 2015-2019 46 Tabel IV.8 Kebutuhan Pendanaan Ditjen. Penyediaan Perumahan Sampai Dengan Tahun 2019 46 Tabel IV.9 Capaian Kinerja Ditjen. Penyediaan Perumahan tahun 2015-2017 47 Tabel IV.10 Persentase penurunan kekurangan tempat tinggal (backlog) berdasarkan perspektif menghuni 48
xix | LAKIP DIREKTORAT JENDERAL PENYEDIAAN PERUMAHAN
Tabel IV.11 Realisasi Pembangunan Rumah Susun Sewa berdasarkan Target Group Tahun 2017 49 Tabel IV.12 Realisasi Pembangunan Rumah Susun Blok C2 dan D10 Kemayoran 51 Tabel IV.13 Capaian Kinerja Rumah Khusus pada tahun 2017 56 Tabel IV.14 Capaian Kinerja pembangunan baru Rumah Swadaya pada tahun 2017 61 Tabel IV.15 Persentase peningkatan kualitas rumah layak huni 62 Tabel IV.16 Capaian Satker Pengembangan Rumah Swadaya Strategis Tahun 2017 63 Tabel IV.17 Capaian SNVT Tahun 2017 63 Tabel IV.18 Realisasi Pembangunan PSU Tahun 2017 71 Tabel IV.19 Sebaran Realisasi Pembangunan PSU Tahun 2017 71 Tabel IV.20 Capaian Program Sejuta Rumah Tahun 2017 76 Tabel IV.21 Regulasi Terkait Program Satu Juta Rumah 77 Tabel IV.22 Capaian Pelaksanaan Rencana Aksi Prioritas Nasional pada Akhir Desember Tahun 2017 (B12) 79 Tabel IV.23 Analisis Sumber Daya Manusia di Lingkungan Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan Tahun 2017 83 Tabel IV.24 Kebutuhan Pegawai (PNS) di Kantor Pusat Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan dan di Masing-Masing Provinsi Tahun 2017 84 Tabel IV.25 Analisis Kebutuhan Ruang Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan 86
LAKIP DIREKTORAT JENDERAL PENYEDIAAN PERUMAHAN | xx
Tabel IV.26 Penghunian Rumah Susun s/d Tahun 2016 94 Tabel IV.27 Capaian Penghunian Rumah Khusus s/d Tahun 2016 101 Tabel IV.28 Realisasi Anggaran berdasarkan DIPA Ditjen Penyediaan Perumahan Tahun 2017 111
PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan
Tahun 2017 disusun sebagai wujud pertanggungjawaban atas
pelaksanaan tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Penyediaan
Perumahan berdasarkan dokumen Rencana Strategis Direktorat
Jenderal Penyediaan Perumahan 2015-2019 dan Perjanjian
Kinerja Tahun 2017. Laporan ini merupakan laporan capaian
kinerja kedua untuk periode lima tahun masa pelaksanaan
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Penyediaan tahun 2015-
2019.
Dasar hukum penyusunan Laporan Kinerja Direktorat Jenderal
Penyediaan Perumahan Tahun 2017 adalah:
1. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
Permen PAN dan RB Nomor 20 Tahun 2013 tentang
Perubahan Lampiran Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 25 Tahun
2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah.
2. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
3 | B A B I - P E N D A H U L U A N
3. Permen PAN dan RB Nomor 20 Tahun 2013 tentang Perubahan Lampiran
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 25 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah.
4. Permen PAN dan RB Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian
Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja.
5. Peraturan Menteri Pendayagunan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pedoman Penyusunan
Laporan Kinerja Pemerintah Pusat.
6. Peraturan Menteri Pendayagunan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2015 tentang Tata Cara Reviu Atas
Laporan Kinerja Pemerintah Pusat.
Dalam rangka penyusunan Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Penyediaan
Perumahan Tahun 2017 ini, Direktorat Penyediaan Perumahan terus mengupayakan
pengembangan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas dan
legitimate, sehingga pelaksanaan pembangunan dapat berlangsung secara berdaya
guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab serta bebas dari KKN (Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme).
Hal tersebut juga merupakan upaya yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal
Penyediaan Perumahan dalam rangka mengimplementasikan Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) sebagai wujud pertanggungjawaban dalam
mencapai tujuan organisasi, serta dalam rangka perwujudan “good governance”
melalui media pertanggungjawaban yang sistematis dan melembaga.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan Tahun 2017 disusun
dalam rangka mewujudkan akuntabilitas vertikal kepada Menteri Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat. Kinerja yang dilaporkan dalam Laporan Kinerja ini
merupakan capaian target dan realisasi anggaran selama tahun 2017, dengan
berdasar kepada indikator kinerja yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja
Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan Tahun 2017.
B A B I - P E N D A H U L U A N | 4
I.2 Tugas dan Fungsi
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, yang selanjutnya dijabarkan melalui
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 15 Tahun 2015
tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja, maka tugas dan fungsi Direktorat
Jenderal Penyediaan Perumahan sebagai berikut:
I.2.1 Tugas
Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan memiliki tugas menyelenggarakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penyediaan perumahan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
I.2.2 Fungsi
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan
menyelenggarakan fungsi:
1. perumusan kebijakan di bidang penyelenggaran penyediaan perumahan;
2. pelaksanaan kebijakan di bidang fasilitasi penyediaan rumah umum, rumah
khusus, dan rumah swadaya bagi masyarakat berpenghasilan rendah;
3. pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan penyelenggaraan penyediaan
perumahan;
4. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang penyelenggaraan
penyediaan perumahan;
5. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang penyelenggaraan
penyediaan perumahan;
6. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang penyelenggaraan penyediaan
perumahan;
7. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan; dan
8. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
5 | B A B I - P E N D A H U L U A N
I.3 Susunan Organisasi
Susunan organisasi Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan adalah sebagai
berikut:
1. Sekretariat Direktorat Jenderal;
2. Direktorat Perencanaan Penyediaan Perumahan;
3. Direktorat Rumah Susun;
4. Direktorat Rumah Khusus;
5. Direktorat Rumah Swadaya; dan
6. Direktorat Rumah Umum dan Komersial.
Susunan organisasi Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut:
I.3.1 Sekretariat Direktorat Jenderal
Sekretariat Direktorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan pemberian
dukungan pengelolaan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan
Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Sekretariat Direktorat
Jenderal menyelenggarakan fungsi:
1. pelaksanaan urusan kepegawaian, organisasi, dan tata laksana;
2. pelaksanaan urusan keuangan, pengelolaan akuntansi, serta evaluasi
pelaksanaan anggaran;
3. koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-undangan, fasilitasi advokasi
hukum, serta penyelenggaraan komunikasi publik Direktorat Jenderal; dan
Pelaksanaan urusan tata usaha, rumah tangga, dan penatausahaan barang milik
negara Direktorat Jenderal.
I.3.2 Direktorat Perencanaan Penyediaan Perumahan
Direktorat Perencanaan Penyediaan Perumahan mempunyai tugas melaksanakan
koordinasi dan penyusunan keterpaduan perencanaan, penyusunan rencana
pengembangan lingkungan hunian, pelaksanaan kemitraan dan pembinaan
kelembagaan, pengelolaan data dan informasiserta pemantauan dan evaluasi di
bidang penyelenggaraan penyediaan perumahan.
B A B I - P E N D A H U L U A N | 6
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Direktorat Perencanaan
Penyediaan Perumahan menyelenggarakan fungsi:
1. koordinasi dan penyusunan keterpaduan perencanaan di bidang
penyelenggaraan penyediaan perumahan;
2. penyusunan rencana pengembangan hunian di bidang penyelenggaraan
penyediaan perumahan;
3. pelaksanaan kemitraan dan pembinaan kelembagaan di bidang
penyelenggaraan penyediaan perumahan;
4. pengelolaan data dan informasi di bidang penyelenggaraan penyediaan
perumahan;
5. pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang penyelenggaraan
penyediaan perumahan; dan
6. pelaksanaan tata usaha Direktorat.
I.3.3 Direktorat Rumah Susun
Direktorat Rumah Susun mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan
kebijakan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan penyelenggaraan
penyediaan rumah susun, perencanaan teknik, penyusunan standar dan pedoman,
pemberian bimbingan teknis dan supervisi penyediaan, penghunian dan pengelolaan
serta pemantauan dan evaluasi penyediaan rumah susun.
7 | B A B I - P E N D A H U L U A N
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Direktorat Rumah
Susun menyelenggarakan fungsi:
1. penyiapan perumusan kebijakan di bidang penyelenggaraan penyediaan rumah
susun;
2. pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan penyelenggaraan penyediaan
rumah susun;
3. penyusunan rencana teknik di bidang penyelenggaraan penyediaan rumah
susun;
4. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
penyelenggaraan penyediaan rumah susun;
5. pemberiaan bimbingan teknis dan supervisi di bidang penyelenggaraan
penyediaan rumah susun;
6. pelaksanaan pemantauan dan evaluasi di bidang penyelenggaraan penyediaan
rumah susun;
7. fasilitasi penghunian dan pengelolaan rumah susun; dan
8. pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat.
I.3.4 Direktorat Rumah Khusus
Direktorat Rumah Khusus mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan
kebijakan dan pelaksanaan di bidang pembinaan penyelenggaraan rumah tapak
khusus, perencanaan teknik, penyusunan standar dan pedoman, pengelolaan,
pemantauan dan evaluasi penyediaan rumah tapak khusus, serta penyediaan rumah
tapak khusus dan rumah tapak negara.
B A B I - P E N D A H U L U A N | 8
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Direktorat Rumah
Khusus menyelenggarakan fungsi:
1. penyiapan perumusan kebijakan di bidang penyelenggaraan rumah tapak
khusus;
2. pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan penyelenggaraan rumah tapak
khusus;
3. penyiapan penyusunan rencana teknik di bidang penyelenggaraan rumah tapak
khusus;
4. penyiapan penyusunan norma, standar, pedoman, dan kriteria di bidang
penyelenggaraan rumah tapak khusus;
5. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang penyediaan rumah tapak
khusus;
6. pelaksanaan pengelolaan rumah tapak khusus;
7. pelaksanaan pemantauan dan evaluasi rumah tapak khusus;
8. pelaksanaan penyediaan rumah tapak khusus dan rumah tapak Negara; dan
9. pelaksanaan tata usaha Direktorat.
I.3.5 Direktorat Rumah Swadaya
Direktorat Rumah Swadaya mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana
teknik dan penyusunan standardisasi, fasilitasi pendataan dan verifikasi, fasilitasi
pemberdayaan dan kemitraan, pelaksanaan bantuan stimulan serta pemantauan dan
evaluasi di bidang penyelenggaraan bantuan rumah swadaya.
9 | B A B I - P E N D A H U L U A N
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Direktorat Rumah
Swadaya menyelenggarakan fungsi:
1. penyusunan rencana teknik dan penyusunan standardisasi di bidang
penyelenggaraan bantuan rumah swadaya;
2. fasilitasi pendataan dan verifikasi data backlog rumah swadaya dan rumah tidak
layak huni di bidang penyelenggaraan bantuan rumah swadaya;
3. fasilitasi pemberdayaan masyarakat hasil pendataan dan fasilitasi akses
kemitraan untuk mendapat bantuan di bidang penyelenggaraan bantuan rumah
swadaya;
4. penyiapan penerima bantuan dan pendampingan dalam pelaksanaan bantuan
stimulan di bidang penyelenggaraan bantuan rumah swadaya;
5. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan dan pemanfaatan bantuan di bidang
penyelenggaraan bantuan rumah swadaya; dan
6. pelaksanaan tata usaha Direktorat.
I.3.6 Direktorat Rumah Umum dan Komersial
Direktorat Rumah Umum dan Komersial mempunyai tugas melaksanakan
perencanaan teknik dan evaluasi, penyusunan standar dan pedoman, bantuan
rumah umum, fasilitasi pelaksanaan hunian berimbang dan fasilitasi penyediaan
tanah bagi perumahan.
B A B I - P E N D A H U L U A N | 10
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Direktorat Rumah
Umum dan Komersial menyelenggarakan fungsi:
1. penyusunan rencana teknik, data, evaluasi, dan pelaporan di bidang
penyelenggaraan penyediaan rumah umum dan komersial;
2. penyusunan norma, standar, pedoman, dan kriteria di bidang penyelenggaraan
penyediaan rumah umum dan komersial;
3. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang penyelenggaraan
penyediaan rumah umum dan komersial;
4. pemberian bantuan rumah umum di bidang penyelenggaraan penyediaan rumah
umum;
5. fasilitasi pelaksanaan hunian berimbang di bidang penyelenggaraan penyediaan
rumah umum dan komersial;
6. fasilitasi penyediaan lahan bagi perumahan; dan
7. pelaksanaan tata usaha Direktorat.
11 | B A B I - P E N D A H U L U A N
STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENYEDIAAN PERUMAHAN
B A B I - P E N D A H U L U A N | 12
13 | B A B I - P E N D A H U L U A N
I.4 Isu Strategis
Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan merupakan Unit Organisasi di bawah
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat memiliki tugas
menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penyediaan
perumahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Hal-hal yang
melatar belakangi tugas tersebut yaitu adalah isu-isu strategis yang menjadi
permasalahan nasional khususnya di bidang perumahan.
Isu-isu strategis di bidang perumahan yang menjadi acuan pelaksanaan kerja
Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan sebagaimana dijabarkan di atas yaitu
antara lain sebagai berikut:
1. Kondisi perumahan di Indonesia, berdasarkan konsep kepemilikan, backlog
perumahan pada tahun 2014 sebesar 13.500.000 unit (Sumber : BPS dan
Bappenas). Berdasarkan konsep penghunian, backlog perumahan sebesar
7.600.000 unit (Sumber : Perpres No.2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019.
2. Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014 sebesar 3.400.000 unit
(Sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan
(Inperkesling) Tahun 2011, BPS).
B A B I - P E N D A H U L U A N | 14
Gambar I.1 Isu Strategis Perumahan Tahun 2014
PERENCANAAN KINERJA
2.2 Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Penyediaan
Perumahan Tahun 2015-2019
Pelaksanaan program/kegiatan yang dilaksanakan oleh
Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan merupakan aksi
nyata dari berbagai dokumen perencanaan yang telah
ditetapkan dalam rangka mendukung program/kegiatan Kabinet
Kerja. Berbagai perencanaan yang telah ditetapkan dalam
sebuah dokumen, disusun sedemikian rupa sehingga memiliki
hubungan vertikal yang mencerminkan gambaran pelaksanaan
kegiatan dari Unit Organisasi yang melaksanakannya.
Substansi Renstra Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan
Tahun 2015-2019 (selanjutnya disebut Renstra Ditjen)
merupakan penjabaran dari Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun
2015 tentang RPJMN 2015-2019 yang kemudian diturunkan ke
dalam Renstra Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat 2015-2019. Target RPJMN 2015-2019 yaitu sebagai
berikut:
1. Terfasilitasinya penyediaan hunian layak dan terjangkau
untuk 2.200.000 rumah tangga dari anggaran Pemerintah
dalam menurunkan akumulasi kekurangan tempat tinggal
khususnya masyarakat berpenghasilan rendah menjadi lima
juta rumah tangga di tahun 2019 melalui:
23 | B A B I I – P E R E N C A N A A N K I N E R J A
a. penyediaan rumah umum untuk 900.000 rumah tangga yang didukung
dengan penyaluran bantuan pembiayaan perumahan berupa Kredit
Pemilikan Rumah (KPR) sejahtera tapak, KPR satuan rumah susun
(sarusun), dan KPR sewa beli untuk sarusun;
b. penyediaan rumah susun sewa untuk 550.000 rumah tangga;
c. penyediaan KPR swadaya untuk 450.000 rumah tangga;
d. bantuan stimulan pembangunan baru rumah swadaya untuk 250.000 rumah
tangga; serta
e. pembangunan rumah khusus di daerah perbatasan, pasca bencana, dan
pasca konflik untuk 50.000 rumah tangga.
2. Mendorong keswadayaan masyarakat dan dunia usaha dalam penyediaan
tempat tinggal yang layak untuk 2.200.000 rumah tangga untuk mendukung
penurunan angka kekurangan rumah.
3. Peningkatan kualitas rumah tidak layak huni untuk 1.500.000 rumah tangga,
termasuk dalam rangka penanganan kawasan permukiman kumuh.
Untuk menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang
ekonomi,dan berkepribadian dalam kebudayaan, dirumuskan sembilan agenda
prioritas yang disebut NAWA CITA, yaitu:
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan
memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara.
2. Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan
yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan
desa dalam kerangka negara kesatuan.
4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan
penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia.
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional
sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia
lainnya.
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis
ekonomi domestik.
B A B I I – P E R E N C A N A A N K I N E R J A | 24
8. Melakukan revolusi karakter bangsa.
9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.
Dalam RPJMN 2015-2019, Agenda prioritas pembangunan nasional sebagai
penjabaran operasional dari Nawa Cita yang terkait dengan penyediaan perumahan
adalah agenda nomor 5 (lima) yaitu meningkatnya kualitas hidup manusia
Indonesia melalui peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan dengan program
“Indonesia Pintar”; serta peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan program
“Indonesia Kerja” dan “Indonesia Sejahtera” dengan mendorong land reform dan
program kepemilikan tanah seluas 9 hektar, program rumah kampung deret atau
rumah susun murah yang disubsidi serta jaminan sosial untuk rakyat tahun 2019
dan Nawacita nomor 6 (enam) yaitu meningkatkan produktivitas rakyat dan daya
saing di pasar Internasional dengan Sub Agenda Prioritas Membangun
Perumahan dan Kawasan Permukiman.
2.2.1 Visi
Dengan memperhatikan amanat peraturan perundangan, potensi dan permasalahan
serta aspirasi berbagai pemangku kepentingan, maka ditetapkan Visi Direktorat
Jenderal Penyediaan Perumahan Tahun 2015-2019 yaitu sebagai berikut:
Gambar II.1 Visi Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan Tahun 2015-2019
25 | B A B I I – P E R E N C A N A A N K I N E R J A
Rumusan Visi tersebut merupakan suatu komitmen bersama dalam rangka
penyelenggaraan program dan kegiatan Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan
dalam lima tahun kedepan.
2.2.2 Misi
Untuk mewujudkan Visi tersebut, maka Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan
melakukan upaya-upaya pencapaian Visi yang tertuang dalam Misi Direktorat
Jenderal Penyediaan Perumahan Tahun 2015-2019 sebagai berikut:
1. Meningkatkan iklim yang kondusif dalam kebijakan penyediaan perumahan;
2. Mempercepat penyediaan dan pembangunan perumahan rakyat yang dilengkapi
dengan prasarana, sarana dan utilitas yang memadai untuk mendukung layanan
infrastruktur dasar dan hunian yang layak dalam rangka mewujudkan kualitas
hidup manusia Indonesia sejalan dengan prinsip ‘infrastruktur untuk semua’;
3. Mempercepat penyediaan perumahan dan pembangunan infrastruktur
perumahan rakyat secara terpadu dari pinggiran didukung pemanfaatan
teknologi dan industri konstruksi yang berkualitas untuk pembangunan
perumahan dalam rangka keseimbangan pembangunan antardaerah, terutama
di kawasan tertinggal, kawasan perbatasan Negara, dan daerah pasca
bencana/konflik dan kawasan maritim/nelayan dalam kerangka NKRI;
4. Meningkatkan pendayagunaan sumberdaya perumahan secara optimal; dan
5. Meningkatkan koordinasi dan kelembagaan pelaksanaan kebijakan
pembangunan perumahan melalui peningkatan peran pemerintah daerah dan
pemangku kepentingan lainnya dalam pembangunan perumahan.
2.2.3 Tujuan
Tujuan Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan merupakan rumusan kondisi
yang hendak dituju di akhir periode perencanaan. Penetapan tujuan selain sebagai
penjabaran dari Visi Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan, juga sebagai
kerangka dasar dan arah bagi pelaksanaan kebijakan, prioritas program dan
kegiatan dalam mendukung pencapaian tujuan. Tujuan tersebut dijabarkan sebagai
berikut:
B A B I I – P E R E N C A N A A N K I N E R J A | 26
1. Meningkatkan pengembangan kebijakan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan
untuk mendorong terciptanya iklim yang kondusif dalam pembangunan
perumahan, termasuk dukungan kebijakan kebijakan penyediaan perumahan
terhadap ketersediaan dan harga lahan, efisiensi proses dan biaya perizinan
perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah;
2. Menyelenggarakan penyediaan perumahan untuk memenuhi kebutuhan hunian
yang layak yang didukung dengan prasarana, sarana dan utilitas yang memadai
dalam dalam rangka meningkatkan kualitas hidup manuasia, melalui fasilitasi
bantuan PSU rumah umum, penyediaan rumah susun, pembangunan dan
peningkatan kualitas rumah layak huni;
3. Menyelenggarakan penyediaan perumahan yang didukung dengan prasarana
dan sarana utilitas yang terpadu dan berkelanjutan dengan pemanfaatan
teknologi dan industri konstruksi yang berkualitas untuk keseimbangan
pembangunan antardaerah, melalui penyediaan rumah khusus di kawasan
tertinggal, kawasan perbatasan negara, daerah pasca bencana/konflik dan
kawasan maritim/nelayan;
4. Meningkatkan pemanfaatan sumber daya pembangunan perumahan; dan
5. Meningkatkan peran pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya
dalam pembangunan perumahan.
2.2.4 Sasaran Strategis
Berdasarkan tujuan tersebut dijabarkan sasaran yang lebih spesifik dan terukur,
menggambarkan sesuatu yang akan dihasilkan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun,
dan dialokasikan dalam 5 (lima) periode secara tahunan melalui serangkaian
program dan kegiatan. Penetapan sasaran strategis ini diperlukan dalam
penyusunan program, kegiatan dan alokasi sumber daya organisasi tiap-tiap tahun
untuk kurun waktu 5 (lima) tahun. Dalam Renstra Ditjen, sasaran-sasaran strategis
Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan yang hendak dicapai selama 2015-2019
adalah:
27 | B A B I I – P E R E N C A N A A N K I N E R J A
1. Terlaksananya pembangunan 550.000 unit satuan rumah susun yang dilengkapi
dengan prasarana, sarana dan utilitas pendukungnya.
2. Terlaksananya pembangunan 50.000 unit rumah khusus di kawasan tertinggal,
kawasan perbatasan negara, daerah pasca bencana/konflik dan kawasan
maritim/nelayan.
3. Terwujudnya keswadayaan masyarakat melalui bantuan stimulan pembangunan
baru rumah swadaya untuk 250.000 unit.
4. Terwujudnya keswadayaan masyarakat untuk peningkatan kualitas rumah tidak
layak huni untuk 1.500.000 rumah tangga, dalam lingkungan yang aman, sehat,
teratur dan serasi.
5. Terlaksananya fasilitasi bantuan PSU rumah umum sebanyak 676.950 unit.
2.3 Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan Tahun 2017
Dalam menjalankan program pengembangan perumahan sebagaimana dijabarkan
pada Renstra Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2015-
2019, maka Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan perlu merumuskan Sasaran
Program beserta Indikator-Indikator dari program pengembangan perumahan
tersebut.
Perjanjian kinerja pada dasarnya merupakan pernyataan komitmen yang
merepresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan terukur
dalam rentang waktu satu tahun tertentu dengan mempertimbangkan sumber daya
yang dikelola. Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan yang
telah disusun yaitu sebagai berikut:
B A B I I – P E R E N C A N A A N K I N E R J A | 28
Tabel II.1 Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan Tahun 2017
Sasaran Program Indikator Kinerja Target
Awal Revisi
Menurunnya kekurangan
tempat tinggal (backlog)
dan menurunnya rumah
tidak layak huni
Persentase penurunan kekurangan tempat tinggal
(backlog)
Keterangan: berdasarkan perspektif menghuni
0,27 0,27
Persentase peningkatan kualitas rumah layak huni 3,18 3,18
Pagu Awal Rp. 8.280.813.000.000 Pagu Revisi Rp. 8.148.813.000.000
Pagu anggaran awal (per 7 Desember 2016) yang dialokasikan dalam rangka
menunjang pelaksanaan kegiatan yang terkait dengan indikator-indikator kinerja
pada Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan Tahun 2017
adalah sebesar Rp. 8.280.813.000.000. Namun, sejalan dengan dinamika perubahan
anggaran, maka pagu ini mengalami perubahan sebanyak 3 (tiga) kali yaitu
sebagaimana dijelaskan pada tabel berikut:
29 | B A B I I – P E R E N C A N A A N K I N E R J A
Tabel II.2 Revisi Anggaran Ditjen. Penyediaan Perumahan Tahun 2017
NO KODE KEGIATAN
DIPA Awal
Januari
Volume Anggaran
1 5578 Dukungan Manajemen Penyelenggaraan Penyediaan Perumahan
140.000.000
2 5579 Penyusunan Perencanaan Penyediaan Perumahan 138.013.000
- Direktorat Perencanaan 32.350.000
- Randal SNVT 105.663.000
- Dekon -
3 5583 Penyediaan Rumah Susun 4.762.900.000
- Direktorat Rumah Susun 32.121.000
- Pembangunan Rusun Reguler 13.253 4.582.790.000
- Revitalisasi Rusun 163 147.989.000
4 5582 Penyediaan Rumah Khusus 1.160.900.000
- Direktorat Rumah Khusus 33.350.000
- Pembangunan Rusus Reguler 5.083 1.068.493.794
- Revitalisasi Rusus 2.600 59.056.206
5 5581 Pemberdayaan Perumahan Swadaya 1.950.000.000
- Direktorat Rumah Swadaya 32.000.000
- Pembangunan Baru 2.000 64.500.000
- Peningkatan Kualitas 108.000 1.853.500.000
6 5580 Pembinaan dan Pengembangan Rumah Umum dan Komersial 129.000.000
- Direktorat Rumah Umum dan Komersial 28.000.000
- Bantuan PSU 14.000 101.000.000
JUMLAH 8.280.813.000
B A B I I – P E R E N C A N A A N K I N E R J A | 30
Revisi Revitalisasi APBN-P Akhir
Juli Agustus Desember
Volume Anggaran Volume Anggaran Volume Anggaran
140.000.000
121.600.000
121.600.000
138.013.000
133.663.000
133.663.000
32.350.000 28.000.000 28.000.000
105.663.000 105.663.000 105.663.000
4.791.959.067 4.748.989.067 4.748.989.067
39.621.000 36.121.000 36.121.000
13.253 4.510.445.001 13.253 4.471.675.001 13.253 4.471.675.001
345 241.893.066 345 241.193.066 345 241.193.066
1.131.840.933 1.088.010.933 1.088.010.933
33.350.000 29.520.000 29.520.000
5.088 1.024.336.441 5.038 994.636.441 5.038 994.636.441
3.322 74.154.492 2.898 63.854.492 2.898 63.854.492
1.950.000.000 1.930.350.000 1.930.350.000
32.000.000 28.800.000 28.800.000
2.000 64.500.000 2.000 64.500.000 2.000 64.500.000
108.000 1.853.500.000 108.000 1.837.050.000 108.000 1.837.050.000
129.000.000 126.200.000 126.200.000
28.000.000 26.700.000 26.700.000
14.000 101.000.000 14.000 99.500.000 14.000 99.500.000
8.280.813.000
8.148.813.000
8.148.813.000
25 | B A B I I – P E R E N C A N A A N K I N E R J A
Berdasarkan APBN-P maka pagu efektif Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan
Tahun 2017 mengalami revisi menjadi Rp 8.148.813.000.000.
2.4 Metode Pengukuran
Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan Tahun 2017 telah
dilengkapi dengan indikator-indikator kinerja yang merupakan alat ukur atas
pencapaian kinerja sasaran program menurunnya kekurangan tempat tinggal
(backlog) dan menurunnya rumah tidak layak huni. Pengukuran indikator-indikator ini
perlu dilengkapi dengan nilai-nilai dalam angka yang untuk menghitung persentase
capaiannya.
Besarnya target pada masing-masing indikator kinerja dihitung sebagai berikut:
1. Persentase penurunan kekurangan tempat tinggal (backlog) berdasarkan
perspektif menghuni; dan
2. Persentase peningkatan kualitas rumah layak huni.
Adapun metode pengukuran dari masing-masing target indikator kinerja pada
Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan Tahun 2017 yaitu
antara lain sebagai berikut:
1. Persentase penurunan kekurangan tempat tinggal (backlog) berdasarkan
perspektif menghuni:
Pada dokumen rencana strategis Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan
Tahun 2017, besarnya target persentase penurunan backlog berdasarkan
perspektif menghuni adalah sebesar 0,27%. Nilai target ini dihitung berdasarkan
jumlah unit rumah yang akan dibangun pada tahun 2017 dengan rincian sebagai
berikut:
Tabel II.3 Perhitungan Persentase Penurunan Kekurangan Tempat Tinggal (Backlog) Berdasarkan Perspektif Menghuni pada Renstra Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan
Tahun 2016
No Jenis Rumah Jumlah
1 Rumah Susun 13.253 unit
2 Rumah Khusus 5.083 unit
3 Rumah Swadaya (Pembangunan Baru) 2.000 unit
Total 20.336 unit
B A B I I – P E R E N C A N A A N K I N E R J A | 26
Total rumah yang dibangun pada tahun 2017 yaitu sebesar 20.336 unit,
sehingga besarnya persentase penurunan backlog perumahan berdasarkan
perspektif menghuni yaitu sebesar
2. Persentase peningkatan kualitas rumah layak huni:
Besarnya persentase peningkatan kualitas rumah layak huni yang ditargetkan
akan dilaksanakan pada tahun 2017 adalah sebesar 3,18%. Nilai target ini
dihitung berdasarkan besarnya peningkatan kualitas rumah tidak layak huni yang
dilakukan di tahun 2017 sebesar 108.000 unit.
Dengan demikian, metode pengukuran kinerja dari masing-masing target
indikator kinerja tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Persentase penurunan kekurangan tempat tinggal (backlog) berdasarkan
perspektif menghuni:
Pengukuran kinerja indikator ini dilakukan dengan menghitung seluruh hasil
pembangunan perumahan yang terdiri dari rumah susun sederhana sewa,
rumah khusus, dan rumah swadaya dan kemudian dibagi dengan baseline
backlog sebesar 7.600.000 unit pada tahun 2014 berdasarkan konsep
penghunian.
Persentase penurunan kekurangan tempat tinggal (backlog) berdasarkan
perspektif menghuni
2. Persentase peningkatan kualitas rumah layak huni:
Pengukuran kinerja indikator ini dilakukan dengan menghitung hasil
peningkatan kualitas rumah tidak layak huni melalui kegiatan bantuan
peningkatan kualitas rumah swadaya dan kemudian dibagi dengan baseline
rumah tidak layak huni sebesar 3.400.000 unit pada tahun 2014.
Persentase peningkatan kualitas rumah layak huni
27 | B A B I I – P E R E N C A N A A N K I N E R J A
2.5 Target Rencana Strategis Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan Tahun 2015-2019
Pelaksanaan program pengembangan perumahan yang dilaksanakan oleh Direktorat
Jenderal Penyediaan Perumahan meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Dukungan Manajemen Penyelenggaraan Penyediaan Perumahan.
2. Penyusunan Perencanaan Penyediaan Perumahan.
3. Pembinaan dan Pengembangan Rumah Umum dan Komersial dan Penyediaan
Rumah Khusus dan Pembinaan Rumah Negara.
4. Pemberdayaan Perumahan Swadaya.
5. Penyediaan Rumah Susun.
Kegiatan-kegiatan sebagaimana diuraikan di atas merupakan hal-hal yang
diupayakan oleh Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan untuk dapat mencapai
sasaran program menurunnya kekurangan tempat tinggal (backlog) dan menurunnya
rumah tidak layak huni. Dalam rangka memastikan tercapainya sasaran program
tersebut, maka Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan perlu menjabarkannya
ke dalam indikator-indikator kinerja dan target-target yang perlu dicapai sepanjang
tahun 2015-2019.
Target yang ditetapkan berdasarkan Renstra Direktorat Jenderal Penyediaan
Perumahan 2015-2019 dan merupakan Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat
Jenderal Penyediaan Perumahan, adalah sebagai berikut:
Tabel II.4 Target Rencana Strategis Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan Tahun 2015-2019
SASARAN/ INDIKATOR KINERJA
SATUAN TARGET
2015 2016 2017 2018 2019 TOTAL
SASARAN PROGRAM
Menurunnya kekurangan tempat tinggal (backlog) dan menurunnya rumah tidak layak huni
1 Persentase penurunan kekurangan tempat tinggal (backlog) berdasarkan perspektif menghuni
% 0,63% 0,56% 3,03% 3,25% 3,72% 11,18%
2 Persentase peningkatan kualitas rumah layak huni
% 1,47% 3,04% 10,29% 14,60% 14,71% 44,12%
B A B I I – P E R E N C A N A A N K I N E R J A | 28
Dengan demikian, maka target Renstra Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan
Tahun 2017 yaitu sebagai berikut:
Tabel II.5 Target Renstra Ditjen Tahun 2017 vs Target Perjanjian Kinerja (PK) Ditjen Tahun 2017
Sasaran Program Indikator Kinerja
Target Renstra Ditjen Tahun 2017
Target PK Ditjen Tahun 2017
Selisih
Menurunnya kekurangan tempat tinggal (backlog) dan menurunnya rumah tidak layak huni
Persentase penurunan kekurangan tempat tinggal (backlog) berdasarkan perspektif menghuni
3,03% 0,27% 2,76%
Persentase peningkatan kualitas rumah layak huni
10,29% 3,18% 7,11%
Sebagaimana dapat di lihat pada tabel di atas, maka besarnya target yang
diperjanjikan dalam dokumen Perjanjian Kinerja Ditjen. Penyediaan Perumahan
Tahun 2017 lebih kecil dibandingkan target yang tertera pada Renstra Direktorat
Jenderal khususnya pada tahun 2017.
KAPASITAS ORGANISASI
Pelaksanaan program pengembangan perumahan yang
dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan
memerlukan berbagai sumber daya baik manusia, peralatan,
maupun anggaran. Hal-hal tersebut merupakan kebutuhan Direktorat
Jenderal Penyediaan Perumahan untuk mencapai apa yang menjadi
target-target yang telah ditetapkan baik dalam dokumen Renstra
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2015-
2019, Renstra Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan Tahun
2015-2019, dan Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Penyediaan
Perumahan Tahun 2017.
Berbagai sumber daya yang dimiliki oleh Direktorat Jenderal
Penyediaan Perumahan dalam rangka pelaksanaan tugas
menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
penyediaan perumahan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan adalah sebagai berikut:
3.1 Sumber Daya Manusia (SDM)
Sumber daya manusia yang dimiliki oleh Direktorat Jenderal
Penyediaan Perumahan dalam rangka mendukung pelaksanaan
program dan kegiatan sepanjang tahun 2017 terdiri dari Pegawai
Negeri Sipil (PNS) dan NonPNS yaitu antara lain sebagai berikut:
3.1.1 PNS Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan
3.1.1.1 Jumlah PNS Per Unit Kerja
Jumlah PNS di lingkungan Direktorat Jenderal Penyediaan
Perumahan pada masing-masing Unit Kerja yaitu sebagai berikut:
31 | B A B I I I – K A P A S I T A S O R G A N I S A S I
Gambar III.1 Jumlah PNS per Unit Kerja Tahun 2017
3.1.1.2 PNS Berdasarkan Golongan
Jumlah PNS di lingkungan Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan yang
dikelompokkan berdasarkan golongan yaitu sebagai berikut:
Tabel III.1 PNS Berdasarkan Golongan
No GOLONGAN
UNIT KERJA
JUMLAH SEKRETARIAT
DIREKTORAT PERENCANAAN
DIREKTORAT RUMAH SUSUN
DIREKTORAT RUMAH KHUSUS
DIREKTORAT RUMAH
SWADAYA
DIREKTORAT RUMAH
UMUM DAN KOMERSIAL
1 I/a 1 0 0 0 1 0 2
2 I/b 0 0 0 0 0 1 1
3 I/c 1 0 0 0 0 1 2
4 I/d 0 0 0 0 0 0 0
Jml. Gol. I 2 0 0 0 1 2 5
1 II/a 9 4 0 1 6 3 23
2 II/b 4 0 0 0 2 0 6
3 II/c 2 1 1 1 0 3 8
4 II/d 3 1 0 0 2 0 6
Jml. Gol. II 18 6 1 2 10 6 43
1 III/a 9 5 9 8 12 3 46
2 III/b 30 4 17 8 11 11 81
106
43
58
44
64
49
0
20
40
60
80
100
120
Sekretariat Penyediaan Perumahan
Direktorat Perencanaan
Direktorat Rumah Susun
Direktorat Rumah Khusus
Direktorat Rumah Swadaya
Direktorat Rumah Umum dan Komersial
Ora
ng
Jumlah PNS pada masing-masing Unit Kerja Tahun 2017
B A B I I I – K A P A S I T A S O R G A N I S A S I | 32
No GOLONGAN
UNIT KERJA
JUMLAH SEKRETARIAT
DIREKTORAT PERENCANAAN
DIREKTORAT RUMAH SUSUN
DIREKTORAT RUMAH KHUSUS
DIREKTORAT RUMAH
SWADAYA
DIREKTORAT RUMAH
UMUM DAN KOMERSIAL
3 III/c 17 3 11 8 9 10 58
4 III/d 12 6 9 5 4 5 41
Jml. Gol. III 68 18 46 29 36 29 226
1 IV/a 8 11 5 4 10 7 45
2 IV/b 5 4 5 6 4 4 28
3 IV/c 2 3 0 1 2 1 9
4 IV/d 2 1 1 2 1 0 7
5 IV/e 1 0 0 0 0 0 1
Jml. Gol. IV 18 19 11 13 17 12 90
TOTAL 106 43 58 44 64 49 364
Gambar III.2 PNS Berdasarkan Golongan
3.1.1.3 PNS Berdasarkan Jenis Kelamin
Jumlah PNS di lingkungan Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan yang
dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin yaitu sebagai berikut:
0
10
20
30
40
50
60
70
2 0 0 0 1 2
18
6 1 2
10 6
68
18
46
29
36
29
18 19
11 13 17
12
Ora
ng
Gol. I Gol. II Gol. III Gol. IV
33 | B A B I I I – K A P A S I T A S O R G A N I S A S I
Tabel III.2 PNS Berdasarkan Jenis Kelamin
NO JABATAN JENIS KELAMIN
JUMLAH PRIA % WANITA %
1 Eselon I 1 100 0 0 1
2 Eselon II 6 100 0 0 6
3 Eselon III 17 63 10 37 27
4 Eselon IV 45 67 22 33 67
5 Staf / Petugas (Non-Eselon) 170 65 93 35 263
JUMLAH TOTAL : 239 66 125 34 364
Gambar III.3 PNS Berdasarkan Jenis Kelamin
3.1.1.4 PNS Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Jumlah PNS pada Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan Tahun 2017
berdasarkan tingkat pendidikan yaitu sebagai berikut:
Tabel III.3 PNS Menurut Tingkat Pendidikan Unit Kerja
NO. UNIT KERJA JUMLAH
SD SLTP SLTA D3 S1 S2 S3 JUMLAH
1 Sekretariat Penyediaan Perumahan
1 1 16 1 49 37 1 106
2 Direktorat Perencanaan 0 0 5 1 13 24 0 43
3 Direktorat Rumah Susun 0 0 4 0 24 30 0 58
4 Direktorat Rumah Khusus 0 0 3 0 24 17 0 44
5 Direktorat Rumah Swadaya 2 2 7 1 30 22 0 64
6 Direktorat Rumah Umum dan Komersial
0 2 4 0 22 20 1 49
TOTAL : 3 5 39 3 162 150 2 364
Pria 66%
Wanita 34%
B A B I I I – K A P A S I T A S O R G A N I S A S I | 34
Gambar III.4 PNS Menurut Tingkat Pendidikan Unit Kerja
3.1.1.5 Klasifikasi PNS Berdasarkan Teknik dan Nonteknik
Klasifikasi PNS pada Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan Tahun 2017
berdasarkan teknik dan nonteknik yaitu sebagai berikut:
Tabel III.4 PNS Menurut Jenis Pendidikan (Teknik dan Nonteknik)
NO TINGKAT PENDIDIKAN TEKNIK NONTEK JUMLAH %
1 S3 (Doktor) 1 1 2 0,5%
2 S2 (Pasca Sarjana) 96 53 149 40,9%
3 S1 (Sarjana) 85 78 163 44,8%
4 D3 (Sarjana Muda) 1 2 3 0,8%
5 SLTA 0 39 39 10,7%
6 SLTP 0 5 5 1,4%
7 SD 0 3 3 0,8%
JUMLAH PEGAWAI (PNS) 183 181 364 100%
Gambar III.5 PNS Menurut Jenis Pendidikan (Teknik dan Nonteknik)
SD 1%
SLTP 1%
SLTA 11% D3
1%
S1 44%
S2 41%
S3 1%
S3 (Doktor)
S2 (Pasca Sarjana)
S1 (Sarjana)
D3 (Sarjana Muda)
SLTA SLTP SD
Teknik 1 96 85 1 0 0 0
Nontek 1 53 78 2 39 5 3
1
96 85
1 0 0 0 1
53
78
2
39
5 3
0
20
40
60
80
100
120
Jum
lah
PNS Menurut Jenis Pendidikan
35 | B A B I I I – K A P A S I T A S O R G A N I S A S I
3.1.2 NonPNS Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan
Jumlah NonPNS pada Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan Tahun 2017 yaitu
sebagai berikut:
Tabel III.5 NonPNS Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan
NO UNIT KERJA/SATUAN KERJA JUMLAH
1 Sekretariat Penyediaan Perumahan 135
2 Direktorat Perencanaan 19
3 Direktorat Rumah Susun 61
4 Direktorat Rumah Khusus 45
5 Direktorat Rumah Swadaya 39
6 Direktorat Rumah Umum dan Komersial 40
7 Satuan Kerja Pengembangan Perumahan 120
8 Satuan Kerja Penyediaan Rumah Swadaya 27
9 Satuan Kerja Fasilitasi Rumah Umum 26
TOTAL 512
Gambar III.6 NonPNS Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan Tahun 2017
135
19
61
45 39 40
120
27 26
0
20
40
60
80
100
120
140
160
OR
AN
G
NON PNS KANTOR PUSAT MENURUT UNIT KERJA
B A B I I I – K A P A S I T A S O R G A N I S A S I | 36
Tabel III.6 NonPNS SNVT Tahun 2017
NO UNIT KERJA JUMLAH
1 SNVT Prov. Aceh 33
2 SNVT Prov. Sumatera Utara 12
3 SNVT Prov. Sumatera Barat 16
4 SNVT Prov. Sumatera Selatan 20
5 SNVT Prov. Bengkulu 15
6 SNVT Prov. Jambi 12
7 SNVT Prov. Riau 15
8 SNVT Prov. Kepulauan Riau 15
9 SNVT Prov. Bangka Belitung 11
10 SNVT Prov. Lampung 17
11 SNVT Prov. Banten 20
12 SNVT Prov. Jawa Barat 21
13 SNVT Prov. Jawa Tengah 25
14 SNVT Prov. D.I Yogyakarta 11
15 SNVT Prov. Jawa Timur 19
16 SNVT Prov. Bali 9
17 SNVT Prov. NTB 22
18 SNVT Prov. NTT 13
19 SNVT Prov. Kalimantan Utara 12
20 SNVT Prov. Kalimantan Tengah 13
21 SNVT Prov. Kalimantan Barat 9
22 SNVT Prov. Kalimantan Timur 18
23 SNVT Prov. Kalimantan Selatan 19
24 SNVT Prov. Gorontalo 16
25 SNVT Prov. Sulawesi Utara 23
26 SNVT Prov. Sulawesi Barat 16
27 SNVT Prov. Sulawesi Tenggara 18
28 SNVT Prov. Sulawesi Tengah 26
29 SNVT Prov. Sulawesi Selatan 18
30 SNVT Prov. Maluku 25
31 SNVT Prov. Maluku Utara 16
32 SNVT Prov. Papua 16
33 SNVT Prov. Papua Barat 18
TOTAL 569
Gambar III.7 NonPNS SNVT Tahun 2017
Berdasarkan data pegawai pada tabel di atas, maka pada tahun 2017, jumlah
seluruh pegawai NonPNS di lingkungan Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan
yaitu sebagai berikut:
33
12 16
20
15 12
15 15 11
17 20 21
25
11
19
9
22
13 12 13 9
18 19 16
23
16 18
26
18
25
16 16 18
0
5
10
15
20
25
30
35
Ace
h
Sum
ate
ra U
tara
Sum
ate
ra B
ara
t
Sum
ate
ra S
ela
tan
Be
ngk
ulu
Jam
bi
Ria
u
Ke
pu
lau
an
Ria
u
Ba
ngk
a B
eli
tun
g
Lam
pu
ng
Ba
nte
n
Jaw
a B
ara
t
Jaw
a T
en
gah
D.I
Yo
gya
kart
a
Jaw
a T
imu
r
Ba
li
NT
B
NT
T
Ka
lim
an
tan
Uta
ra
Ka
lim
an
tan
Te
nga
h
Ka
lim
an
tan
Ba
rat
Ka
lim
an
tan
Tim
ur
Ka
lim
an
tan
Se
lata
n
Go
ron
talo
Sula
we
si U
tara
Sula
we
si B
ara
t
Sula
we
si T
en
gga
ra
Sula
we
si T
en
gah
Sula
we
si S
ela
tan
Ma
luku
Ma
luku
Uta
ra
Pa
pu
a
Pa
pu
a B
ara
t
OR
AN
G
Pegawai NonPNS di SNVT Tahun 2017
37 | B A B I I I – K A P A S I T A S O R G A N I S A S I
Tabel III.7 Total NonPNS Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan
NO UNIT KERJA JUMLAH
1 Jumlah Pegawai Non PNS Kantor Pusat (Jakarta) 512
2 Jumlah Pegawai Non PNS Kantor Daerah 569
Grand Total 1081
3.2 Sarana Prasarana
Sarana Prasarana yang dimiliki oleh Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan
pada tahun 2017 dalam rangka menunjang pelaksanaan program/kegiatan yang
dilaksanakan yaitu antara lain sebagai berikut:
Tabel III.8 Sarana Prasarana
No Sub Kelompok Barang Satuan Kuantitas Nilai (Rp.)
1 Micro Bus Unit 8 2.677.930.000
2 Mini Bus Unit 46 9.005.346.100
3 Pick Up Unit 1 93.214.000
4 Sepeda Motor Unit 26 400.466.340
5 PC - HP Buah 861 9.108.487.088
6 Printer - HP Buah 698 2.236.482.297
7 Scanner Avision Buah 62 682.751.463
10 Meja Kerja Buah 159 110.949.161
11 Kursi Kerja Buah 1108 1.436.853.075
12 Lemari Besi Metal Buah 195 678.809.763
13 Mesin Faxsimile - Panasonic Buah 48 94.806.250
14 Telpon Wireless - Panasonic Buah 13 13.608.100
15 Filing Cabinet Besi Buah 140 389.780.220
16 LCD - Proyektor - NEC Buah 15 393.026.040
17 Note Book Buah 91 1.612.706.651
3.3 Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
Anggaran yang dimiliki oleh Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan dalam
rangka mendukung pelaksanaan program dan kegiatan sepanjang tahun 2017 yang
tertuang dalam DIPA Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan dengan Nomor: SP
DIPA-033.07-0/2017 yaitu antara lain sebagai berikut:
B A B I I I – K A P A S I T A S O R G A N I S A S I | 38
Tabel III.9 Anggaran Ditjen Penyediaan Perumahan
No Nama Satker Pagu (Rp.000)
1 Sekretariat Ditjen Penyediaan Perumahan 121.600.000
2 Direktorat Perencanaan Penyediaan Perumahan 28.000.000
3 Direktorat Rumah Susun 36.121.000
4 Penyediaan Rumah Swadaya 214.000.000
5 Direktorat Rumah Khusus 29.520.000
6 Direktorat Rumah Swadaya 28.800.000
7 Direktorat Rumah Umum Dan Komersial 26.700.000
8 Pengembangan Perumahan 4.085.961.000
9 Fasilitasi Rumah Umum 99.500.000
10 SNVT Penyediaan Perumahan Provinsi Sumatera Utara 79.310.300
11 SNVT Penyediaan Perumahan Provinsi Aceh 113.263.300
12 SNVT Penyediaan Perumahan Provinsi Sumatera Selatan 97.208.000
13 SNVT Penyediaan Perumahan Provinsi Sumatera Barat 150.424.900
14 SNVT Penyediaan Perumahan Provinsi Jambi 127.549.300
15 SNVT Penyediaan Perumahan Provinsi Bengkulu 41.749.300
16 SNVT Penyediaan Perumahan Provinsi Lampung 145.210.300
17 SNVT Penyediaan Perumahan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 41.284.300
18 SNVT Penyediaan Perumahan Provinsi Kepulauan Riau 49.864.300
19 SNVT Penyediaan Perumahan Provinsi Riau 63.158.300
20 SNVT Penyediaan Perumahan Provinsi Kalimantan Timur 81.832.300
21 SNVT Penyediaan Perumahan Provinsi Kalimantan Selatan 84.794.300
22 SNVT Penyediaan Perumahan Provinsi Kalimantan Utara 48.029.300
23 SNVT Penyediaan Perumahan Provinsi Kalimantan Tengah 61.982.100
24 SNVT Penyediaan Perumahan Provinsi Kalimantan Barat 94.315.300
25 SNVT Penyediaan Perumahan Provinsi Banten 74.291.300
26 SNVT Penyediaan Perumahan Provinsi Jawa Timur 233.844.300
27 SNVT Penyediaan Perumahan Provinsi Jawa Barat 216.895.300
28 SNVT Penyediaan Perumahan Provinsi Di Yogyakarta 52.449.300
29 SNVT Penyediaan Perumahan Provinsi Jawa Tengah 154.639.300
30 SNVT Penyediaan Perumahan Provinsi Sulawesi Utara 103.873.300
31 SNVT Penyediaan Perumahan Provinsi Sulawesi Selatan 177.345.300
39 | B A B I I I – K A P A S I T A S O R G A N I S A S I
No Nama Satker Pagu (Rp.000)
32 SNVT Penyediaan Perumahan Provinsi Sulawesi Barat 39.774.300
33 SNVT Penyediaan Perumahan Provinsi Maluku Utara 141.675.367
34 SNVT Penyediaan Perumahan Provinsi Sulawesi Tengah 98.621.300
35 SNVT Penyediaan Perumahan Provinsi Maluku 96.349.233
36 SNVT Penyediaan Perumahan Provinsi Sulawesi Tenggara 70.489.300
37 SNVT Penyediaan Perumahan Provinsi Gorontalo 73.122.300
38 SNVT Penyediaan Perumahan Provinsi Nusa Tenggara Barat 135.391.300
39 SNVT Penyediaan Perumahan Provinsi Nusa Tenggara Timur 114.248.300
40 SNVT Penyediaan Perumahan Provinsi Bali 36.551.300
41 SNVT Penyediaan Perumahan Provinsi Papua 181.013.300
42 SNVT Penyediaan Perumahan Provinsi Papua Barat 198.061.300
TOTAL PAGU 8.148.813.000
B A B I I I – K A P A S I T A S O R G A N I S A S I | 40
AKUNTABILITAS KINERJA
4.1 Capaian Kinerja Tahun 2017
Pengukuran tingkat capaian kinerja Direktorat Jenderal Penyediaan
Perumahan dilakukan dengan cara membandingkan antara target
pada Indikator kinerja dalam Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal
Penyediaan Perumahan Tahun 2017 dengan realisasinya.
Selama kurun waktu satu tahun anggaran, hasil capaian kinerja yang
telah dicapai Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan pada tahun
2017 yaitu sebagai berikut:
4.1.1 Capaian Kinerja Terhadap Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan 2017
Realisasi kegiatan penyediaan rumah dalam rangka pengurangan
backlog dan RTLH yang telah dilaksanakan sepanjang tahun 2017
berdasarkan jenis-jenis bantuan yang diberikan adalah sebagai
berikut:
Tabel IV.1 Capaian Kinerja Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan Tahun 2017
No Jenis Rumah Rencana Realisasi %
I. Penurunan Backlog
1. Rumah Susun 13.253 Unit 13.251 Unit 99,98%
2. Rumah Khusus 5.038 Unit 5.047 Unit 100,18%
3. Rumah Swadaya 2.000 Unit 2.000 Unit 100,00%
Total 20.291 Unit 20.298 Unit 100,03%
II. Peningkatan Kualitas Rumah Tidak Layak Huni
Rumah Swadaya 108.000 Unit 110.732 Unit 102,53%
III. Bantuan PSU
Fasilitas Bantuan PSU* 14.000 Unit 17.266 Unit 123,33%
* Fasilitasi bantuan PSU adalah bantuan yang diberikan oleh Direktorat Jenderal
Penyediaan Perumahan dalam rangka mengatasi/mendorong pembangunan rumah baru untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dan mendukung Program Strategis Nasional “Sejuta Rumah”.
43 | B A B I V – A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Berdasarkan hasil Capain Kinerja pada tabel di atas, maka capaian kinerja Direktorat
Jenderal Penyediaan Perumahan berdasarkan Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal
Penyediaan Perumahan Tahun 2017 adalah sebagai berikut:
1. Persentase penurunan kekurangan tempat tinggal (backlog) berdasarkan
perspektif menghuni:
Total rumah yang dibangun pada tahun 2017 yaitu sebesar 20.298 Unit,
sehingga besarnya persentase penurunan backlog perumahan berdasarkan
perspektif menghuni yaitu sebesar:
2. Persentase peningkatan kualitas rumah layak huni:
Realisasi peningkatan kualitas rumah layak huni yang dilaksanakan pada tahun
2017 adalah sebesar 110.732 Unit. Sehingga persentase peningkatan kualitas
rumah layak huni yang telah dilakukan adalah sebesar:
Tabel IV.2 Capaian Terhadap Perjanjian Kinerja Direktoat Jenderal Penyediaan Perumahan Tahun 2016- 2017
Sasaran Program Indikator Kinerja
2016 2017
Target (%)
Realisasi (%)
% Target
(%) Realisasi
(%) %
Menurunnya
kekurangan tempat
tinggal (backlog) dan
menurunnya rumah
tidak layak huni
Persentase
penurunan
kekurangan tempat
tinggal (backlog)
0,22 0,19 86,99 0.27 0,27 100,00
Persentase
penurunan rumah
tidak layak huni
(RTLH)
2,75 2,85 103,49 3.18 3,26 102,52
4.1.2 Capaian Kinerja terhadap Sasaran Strategis dalam Perjanjian Kinerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2017
Capaian Kinerja Sasaran Strategis dalam Perjanjian Kinerja Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat adalah:
B A B I V – A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A | 44
Tabel IV.3 Capaian Kinerja terhadap Sasaran Strategis dalam Perjanjian Kinerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2016
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja Target 2017*
Output Strategis
Target 2017**
Realisasi
(Unit) (Unit) %
Meningkatnya prnyediaan dan pembiayaan perumahan
Tingkat pemenuhan perumahan yang layak huni bagi rumah tangga berpenghasilan rendah
87%
(sedangkan angka yang tertera pada scenario renstra adalah 86,21%)
Rumah layak huni bagi rumah tangga MBR yang disediakan melalui belanja APBN
659.340 131.030 19,87%
* Berdasarkan target Renstra Kementerian PUPR 2015-2019 (Target gabungan Ditjen. Penyediaan Perumahan dan Ditjen. Pembiayaan Perumahan
** Berdasarkan skenario perhitungan Renstra Kementerian PUPR 2015-2019 (khusus Ditjen. Penyediaan Perumahan)
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian kinerja strategis untuk tahun 2017 hanya
mencapai 19,87%. Capaian ini lebih kecil dari tahun 2016 yang mencapai 34,10%.
Skenario penyusunan target Perjanjian Kinerja Kementerian PUPR 2015-2019 dapat
diuraikan sebagai berikut:
Tabel IV.4 Skenario penyusunan target Perjanjian Kinerja Kementerian PUPR 2015-2019
SASARAN/
INDIKATOR KINERJA
SATUAN LOKASI
TARGET
2015 2016 2017 2018 2019 TOTAL
SASARAN STRATEGIS
Tingkat penyediaan perumahan yang layak huni bagi rumah tangga berpenghasilan rendah
% 83,46% 83,81% 84,64% 86,21% 87,86% 89,07% 89,07%
Pengukuran Capaian Kinerja: Rumah Layak yang Tersedia/Kebutuhan Rumah
Kebutuhan Rumah
66.000.000 66.000.000 66.000.000 66.000.000 66.000.000 66.000.000 66.000.000
Rumah Layak yang Tersedia
55.085.000 55.312.820 55.865.320 56.899.660 57.989.820 58.785.000 58.785.000
Total Output strategis
227.820 552.500 1.034.340 1.090.160 795.180 3.700.000
OUTPUT STRATEGIS
Rumah layak huni bagi rumah tangga MBR yang disediakan melalui belanja APBN
Rumah
Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan
97.820 327.500 659.340 640.160 625.180 2.350.000
45 | B A B I V – A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
SASARAN/
INDIKATOR KINERJA
SATUAN LOKASI
TARGET
2015 2016 2017 2018 2019 TOTAL
Rumah layak huni bagi rumah tangga MBR yang disediakan melalui pembiayaan lainnya
Rumah Direktorat Jenderal Pembiayaan
130.000 225.000 375.000 450.000 170.000 1.350.000
4.1.3 Capaian Kinerja terhadap Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan Tahun 2015-2019 berdasarkan target RPJMN 2015 -2019
Capaian Kinerja terhadap target Renstra Ditjen. Penyediaan Perumahan Tahun
2015-2019 dan target RPJMN 2015-2019 yaitu:
Tabel IV.5 Realisasi Ditjen. Penyediaan Perumahan Tahun 2015-2016
Jenis Rumah Realisasi
2015 (Unit) 2016 (Unit) 2017 (Unit) Total (Unit)
Rusun 10.497 7.740 13.251 31.488
Rusus 6.713 6.048 5.047 17.808
Swadaya PB 20.756 1.007 2.000 23.763
Swadaya PK 61.489 96.881 110.732 269.102
PSU 29.956 26.884 17.266 74.106
Tabel IV.6 Capaian terhadap Renstra Ditjen. Penyediaan Perumahan Tahun 2015-2019
Indikator Kinerja
Capaian
2015 2016 2017
Target Realisasi % Target Realisasi % Target Realisasi %
Persentase penurunan backlog
0,63% 0,50% 79,39% 0,56% 0,19% 34,81% 0,27% 0,27% 100,00%
Persentase penurunan RTLH
1,47% 1,81% 122,98% 3,04% 2,85% 93,60% 3,18% 3,26% 102,52%
B A B I V – A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A | 46
Tabel IV.7 Capaian Kinerja terhadap target RPJMN 2015 -2019 ditambah dengan target PSU Rumah Umum 2015-2019
No Target RPJMN 2015-2019 + PSU Target (Unit) Realisasi s/d Tahun 2017
(Unit) %
1 Pembangunan Rumah Susun untuk MBR yang dilengkapi dengan PSU pendukungnya
550.000 31.488 5,73%
2
Pembangunan Rumah Khusus di daerah pasca bencana/konflik, maritim/nelayan dan perbatasan negara yang dilengkapi PSU pendukung
50.000 17.808 35,62%
3 Fasilitasi bantuan stimulan pembangunan baru rumah swadaya
250.000 23.763 9,51%
4 Fasilitasi bantuan stimulan peningkatan kualitas rumah swadaya
1.500.000 269.102 17,94%
5
Pembangunan Rumah layak huni, yang diantaranya rumah umum tapak layak huni yang difasilitasi melalui bantuan PSU rumah umum
676.950 74.106 10,95%
Pencapaian saran target rencana strategis Direktorat Jenderal Penyediaan
Perumahan Tahun 2015 – 2019 sangat memerlukan pendanaan yang relatif besar,
sehingga diperlukan dorongan untuk meningkatkan kemitraan pemerintah dan
swasta yang lebih besar dalam rangka mengembangkan alternatif pembiayaan
pembangunan perumahan rakyat. Berbagai insentif diberikan oleh Pemerintah untuk
mendorong swasta dan masyarakat membangun rumah yang layak huni, baik
melalui pemberian bantuan prasarana, sarana dan utilitas rumah umum, maupun
melalui bantuan stimulan perumahan swadaya rumah swadaya.
Adapun kebutuhan pendanaan tersebut dijelaskan pada tabel berikut ini:
Tabel IV.8 Kebutuhan Pendanaan Ditjen. Penyediaan Perumahan Sampai Dengan Tahun 2019
ANGGARAN TERALOKASI
No Kegiatan
Total
Target (Unit)
Anggaran (Rp milyar)
1 Dukungan Manajemen - 1.035,83
2 Perencanaan - 737,752
47 | B A B I V – A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
ANGGARAN TERALOKASI
No Kegiatan
Total
Target (Unit)
Anggaran (Rp milyar)
3 PSU Rumah Umum dan Komersial 676.950 5.680,74
4 Rumah Swadaya 1.750.000 34.259,12
5 Rumah Khusus 50.000 12.451,96
6 Rumah Susun 550.000 130.497,41
Total 184.662,81
GAP PENDANAAN
Usulan Renstra Alokasi RPJMN GAP Pendanaan
RP 184.663 T RP 33.099 T RP 151.564 T
4.1.4 Capaian Kinerja terhadap Tahun Sebelumnya
Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan adalah unit kerja yang baru dibentuk
setelah penggabungan Kementerian Perumahan Rakyat dengan Kementerian
Pekerjaan Umum. Dan efektif bekerja bulan Juli 2015. Direktorat Jenderal
Penyediaan Perumahan adalah penggabungan dari 3 (tiga) Deputi yaitu: Deputi
Bidang Perumahan Formal; Deputi Bidang Perumahan Swadaya dan Deputi Bidang
Pengembangan Kawasan. Capaian Kinerja Direktorat Jenderal Penyediaan
Perumahan pada tahun 2015 sampai dengan tahun 2017 yaitu sebagai berikut:
Tabel IV.9 Capaian Kinerja Ditjen. Penyediaan Perumahan tahun 2015-2017
Jenis Rumah
2015 2016 2017
Rencana (Unit)
Realisasi (Unit)
% Rencana
(Unit) Realisasi
(Unit) %
Rencana (Unit)
Realisasi (Unit)
%
I. Penurunan Backlog
1. Rumah Susun 20.500 10.497 51,2 10.098 7.740 76,65 13.253 13.251 99,98
2. Rumah Khusus 7.320 6.713 91,71 5.910 6.048 102,34 5.038 5.047 100,18
3. Rumah Swadaya 20.000 20.756 103,78 1.000 1.007 100,7 2.000 2.000 100,00
Total 47.820 37.966 79,39 17.008 14.795 86,99 20.291 20.298 100,03
II. Peningkatan Kualitas RTLH
Rumah Swadaya 50.000 61.489 122,98 93.611 96.881 103,49 108.000 110.732 102,53
B A B I V – A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A | 48
Jenis Rumah
2015 2016 2017
Rencana (Unit)
Realisasi (Unit)
% Rencana
(Unit) Realisasi
(Unit) %
Rencana (Unit)
Realisasi (Unit)
%
III. Bantuan PSU
Fasilitas Bantuan PSU* 40.700 29.956 73,6 25.000 26.884 107,54 14.000 17.266 123,33
Gambar IV.1 Capaian Kinerja Ditjen. Penyediaan Perumahan Tahun 2015-2017
4.1.5 Analisis Keberhasilan/Kegagalan Organisasi
Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan terdiri dari 1 (satu)
Sasaran Program yaitu “Menurunnya kekurangan tempat tinggal (backlog) dan
menurunnya rumah tidak layak huni” dan terdiri dari 2 (dua) Indikator Kinerja yaitu:
4.1.5.1 Analisis terhadap Perjanjian Kinerja Indikator Kinerja 1
Indikator Kinerja yang pertama adalah Persentase penurunan kekurangan tempat
tinggal (backlog) berdasarkan perspektif menghuni, seperti dijelaskan pada tabel
berikut ini:
Tabel IV.10 Persentase penurunan kekurangan tempat tinggal (backlog) berdasarkan perspektif menghuni
Sasaran Program Indikator Kinerja Target Realisasi %
Menurunnya kekurangan tempat
tinggal (backlog) dan menurunnya
rumah tidak layak huni
Persentase penurunan
kekurangan tempat tinggal
(backlog) berdasarkan
perspektif menghuni
0,27% 0,27% 100,00%
51,2
91,71 103,78
122,98
73,6 76,65
102,34
100,70
103,49 107,54 99,98
100,18
100,00
102,53 123,33
0
20
40
60
80
100
120
140
Rumah Susun Rumah Khusus Rumah Swadaya (PB) Rumah Swadaya Fasilitas Bantuan PSU
Re
alis
asi (
%)
Realisasi 2015-2017
2015 2016 2017
49 | B A B I V – A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Realisasi penurunan backlog tahun 2017 mencapai 100,00%. Capaian Kinerja
secara keserluruhan sudah berhasil menurunkan angka backlog sebanyak 20.298
Unit dari target sebanyak 20.291 Unit yang terdiri dari:
Jenis Rumah Target (Unit) Realisasi (Unit) %
1. Rumah Susun 13.253 13.251 99,98
2. Rumah Khusus 5.038 5.047 100,18
3. Rumah Swadaya 2.000 2.000 100,00
Total 20.291 20.298 100,03
1. Analisis terhadap penyediaan Rumah Susun dalam rangka penurunan
backlog
Jenis Rumah Target (Unit) Realisasi (Unit) %
Rumah Susun 13.253 13.251 99,98
Realisasi capaian fisik pembangunan rumah susun Tahun Anggaran 2017 yaitu
sebagai berikut:
Tabel IV.11 Realisasi Pembangunan Rumah Susun Sewa berdasarkan Target Group Tahun 2017
SASARAN TOTAL
(%) TOWER UNIT
Mahasiswa 16 936 7,06
MBR 44 3.247 24,50
Pekerja 12 822 6,20
Polri 1 47 0,35
Pondok Pesantren 23 690 5,21
TNI 1 83 0,63
MYC 10 7.426 56,04
TOTAL 107 13.251 100,00
B A B I V – A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A | 50
Gambar IV.2 Tabel IV.11 Realisasi Pembangunan Rumah Susun Sewa TA 2017
Berdasarkan data di atas, maka total capaian pembangunan rumah susun yang
dibangun oleh satker rumah susun strategis dan SNVT adalah sebanyak 13.251
Unit. Angka capaian ini berada sedikit di bawah angka target pembangunan tahun
2017 yaitu sebesar 13.253 Unit dengan dominasi pembangunan yaitu pembangunan
rumah susun secara Multi Years Contract (MYC). Pembangunan rumah susun
secara MYC ini terdiri dari pembangunan 10 tower rumah susun yang dipergunakan
untuk menyambut Asian Games 2018 dan nantinya akan digunakan untuk MBR di
Kota Jakarta.
Rumah susun MYC tersebut terdiri dari:
1. Rumah Susun Tingkat Tinggi Kemayoran (Dukungan Penyelenggaraan Asian
Games XVIII Tahun 2018) TA 2016-2017.
Dasar hukum dukungan penyelenggaraan Asian Games XVIII:
a. Instruksi Presiden No. 02 Tahun 2016 tentang Dukungan Penyelenggaraan
Asian Games XVIII Tahun 2018 dalam Pasal 3 No. 10 yang mengamanatkan
untuk “Melaksanakan pembangunan rumah susun sewa bagi Masyarakat
Berpenghasilan Rendah yang sementara waktu selama pelaksanaan Asian
Games XVIII tahun 2018 digunakan sebagai wisma atlet di Komplek
Kemayoran, Jakarta”.
b. Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan
Proyek Strategis Nasional dalam Pasal 15 Ayat (1) yang mengamanatkan
“dalam hal percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional memerlukan
Mahasiswa 7,06%
MBR 24,50%
MYC 56,04%
Pekerja 6,20%
Polri 0,35%
Pondok Pesantren
5,21%
TNI 0,63%
Mahasiswa MBR MYC Pekerja Polri Pondok Pesantren TNI
51 | B A B I V – A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
perpanjangan waktu pelaksanaan pembangunan, proses pengurusan
permohonan perpanjangan perizinan dan non perizinan tidak boleh
mempengaruhi jalannya pelaksanaan pembangunan”.
Tabel IV.12 Realisasi Pembangunan Rumah Susun Blok C2 dan D10 Kemayoran
Zona Total Luas Area
Bangunan (m²) Jumlah Tower Jumlah Unit
Kapasitas
Hunian
C2 135.000 3 1.932 5.796
D10 333.700 7 5.494 16.482
Total 468.700 10 7.426 22.278
2. Rumah Susun Tingkat Tinggi MBR-PNS (Rumah Susun Pasar Rumput dan
Pondok Kelapa) TA 2016 – 2018.
a) Rumah Susun Pasar Rumput
Kementerian Perumahan Rakyat bekerjasama dengan Pemprov DKI Jakarta
sesuai dengan MoU No. 023/SKB/M/2013 No. 5 Tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Rumah Susun Khusus Sewa Bagi Masyarakat yang
Terkena Dampak Relokasi Pemukiman Kumuh Sepanjang Daerah Aliran
Sungai untuk Mendukung Penataan dan Normalisasi Sungai Ciliwung akan
membangun sebuah Rumah Susun Tingkat Tinggi di Pasar Rumput.
Pembangunan tersebut dilaksanakan dalam rangka memenuhi kebutuhan
akan hunian yang layak dan tempat berusaha yang baik khususnya bagi
warga yang tinggal di bantaran Sungai Ciliwung dan Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (MBR).
b) Rumah Susun Pondok Kelapa (status akhir berubah di Cipayung)
Inspektorat Jenderal Kementerian PU pada tahun 2013 mendapat
penggantian tanah yang terkena Proyek Pembangunan Jalan Tol Bekasi –
Cawang – Kampung Melayu seluas 14.636 m2 yang terletak di Kelurahan
Pondok Kelapa, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur. Saat ini masih
proses sertifikasi tanah oleh Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian
PUPR.
Pada lahan tersebut Direktorat Rumah Susun mengalokasikan kegiatan
penyusunan DED dan AMDAL untuk pembangunan rumah susun. Namun,
karena suatu hal seperti adanya permasalahan lahan dan penolakan
masyarakat setempat terkait pembangunan rumah susun di lahan tersebut,
B A B I V – A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A | 52
maka lokasi pembangunannya dipindahkan ke Cipayung dengan perubahan
paket MYC yang semula 2016-2018 menjadi paket MYC baru 2018-2019.
Pada proses pelaksanaannya, terdapat beberapa kendala yang dihadapi yaitu
sebagai berikut:
1. Hal-hal terkait perijinan (IMB) dan kesesuaian peraturan daerah lainnya
kurang dipersiapkan di awal.
2. Ketidaktepatan waktu terjadi karena cuaca, keterbatasan tenaga kerja dan
alat kerja, material konstruksi yang terlambat karena akses/transportasi ke
lokasi pembangunan yang jauh dari kota.
3. Biaya konstruksi membengkak karena kondisi lapangan berbeda dengan
perencanaan dimana kontraktor seharusnya sudah memperhatikan hal ini
dalam dokumen penawarannya.
4. Pihak Kontraktor kurang baik dalam menghitung waktu pelaksanaan yang
menggunakan metode pra-cetak.
5. Penanganan terhadap devisiasi pembangunan kurang diperhatikan oleh
KMP dan MK Wilayah. Hal ini dikarenakan sejak awal tidak adanya
network planning terkait manajemen proyek sehingga tidak terlihat progres
dan target pembangunan.
6. Sistem koordinasi antar pihak yang tidak berjalan baik membuat waktu
perencanaan tidak sesuai. Hal ini disebabkan oleh banyaknya pihak yang
terlibat dalam proyek pembangunan rusunawa.
7. Permasalahan lahan yang belum clear and clean masih dialami pada
tahun 2017 yang mengakibatkan adanya perpindahan lokasi dan lain
sebagainya.
8. Keterbatasan kapasitas pengembang (developer) yang belum didukung
oleh regulasi yang bersifat insentif.
9. Pembangunan perumahan, khususnya di area perkotaan (urban area)
terkendala dengan proses pengadaan lahan.
10. Penetapan lokasi dilaksanakan belum sesuai dengan kaidah T-2 sehingga
sering terjadinya perubahan DED.
Tindak lanjut atas permasalahan di atas yaitu antara lain:
1. Perlu mempersiapkan berbagai hal terkait perijinan (IMB) dan kesesuaian
peraturan daerah lebih awal.
53 | B A B I V – A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
2. Perlunya kesigapan untuk melaksanakan percepatan dalam melaksanakan
pembangunan sehingga dapat menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang
tidak bisa dilaksanakan saat musim hujan. Pihak MK perlu mendorong
kontraktor agar dapat menambah tenaga kerja dan peralatan kerjanya.
3. Panitia lelang perlu memastikan apakah kontraktor benar-benar sudah
memperhitungkan segala biaya konstruksi yang dihitung oleh kontraktor
yang sesuai dengan kondisi lokasi pembangunan rumah susun.
4. Pihak Kontraktor sebaiknya dapat menghitung waktu pelaksanaan yang
menggunakan metode pra-cetak, dimana disarankan lokasi fabrikasi pra-
cetak berada di dalam lokasi proyek dan pengerjaannya dimulai terlebih
dahulu.
5. KMP dan MK Wilayah perlu sejak awal mempersiapkan network planning
terkait manajemen proyek.
6. Meningkatkan sistem koordinasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam
pembangunan rusunawa.
7. Perlunya meningkatkan kualitas dalam pelaksanaan verifikasi teknis
terhadap lokasi pembangunan rusunawa dan lokasi pembangunan
rusunawa sebaiknya benar-benar berada pada lokasi yang telah dilakukan
verifikasi teknis dengan baik (tidak mudah pindah lokasi).
8. Memperbaiki regulasi yang belum memadai dan belum memberikan
kemudahan/insentif terhadap para pengembang (developer) yang
berkapasitas kecil.
9. Berkoordinasi dengan seluruh pihak terkait dalam proses pengadaan lahan
agar lahan-lahan yang akan digunakan dalam pembangunan rusunawa
sudah clear and clean terlebih dahulu sebelum dilaksanakannya proyek
pembangunan rusunawa.
10. Perlu dilakukan penetapan lokasi dilaksanakan sesuai kaidah T-2, agar
DED dapat dipastikan tidak ada Perubahan.
Berikut ini merupakan contoh rumah susun yang dibangun pada tahun 2017:
B A B I V – A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A | 54
Gambar IV.3 Rumah Susun di Kabupaten Donggala
Gambar IV.4 Rumah Susun di Kota Padang
Gambar IV.5 Peta Sebaran Realisasi Pembangunan Rumah Susun Tahun 2016
2 100
1 30
6 367
3 256
2 140
- -
3 97
4 274
4 264 -
- 6 387 1 54 2 100 - - 3 230 2 180 2 160
1 90
3 227
2 74
- -
- -
1 114
4 241 - - 3 104 3 128 13 717 6 341 12 570 3 170
3 280 1 47
11 7509
TOTAL:
107 Tower 13.251 UNIT
B A B I V – A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A | 56
2. Analisis terhadap penyediaan Rumah Khusus dalam rangka penurunan backlog
Jenis Rumah Target (Unit) Realisasi (Unit) %
Rumah Khusus 5.038 5.047 100,18
Capaian Kinerja Rumah Khusus pada tahun 2017 adalah sebagai berikut:
Tabel IV.13 Capaian Kinerja Rumah Khusus pada tahun 2017
Sasaran Satker Pengembangan
Perumahan (Unit)
Sasaran
SNVT (Unit)
Nelayan 1.229 Nelayan 2.007
Perbatasan 40 MBR 191
Daerah Tertinggal 240 Bencana/Konflik Sosial 200
Program Pemerintah 94 Perbatasan 175
Korban Dampak Pembangunan 50 Suku Anak Dalam 50
Korban Bencana 250 Penitipan Anak 1
Total 1.903 Daerah Tertinggal 520
Total 3.144
Gambar IV.6 Capaian Penyediaan Rumah Khusus oleh Satker Pengembangan Perumahan Tahun 2017
1.229
40
240
94
50
250
- 200 400 600 800 1.000 1.200 1.400
Nelayan
Perbatasan
Daerah Tertinggal
Program Pemerintah
Korban Dampak Pembangunan
Korban Bencana
Satker Pengembangan Perumahan (Unit)
57 | B A B I V – A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Gambar IV.7 Capaian Penyediaan Rumah Khusus oleh SNVT Tahun 2017
Pada proses pelaksanaannya, terdapat beberapa kendala yang dihadapi yaitu
sebagai berikut:
1. Akibat adanya beberapa kali kebijakan pemotongan anggaran dan adanya self
blocking anggaran mempengaruhi kecepatan penyerapan anggaran.
2. Proses perencanaan yang berubah-ubah, karena beberapa penerima bantuan
meminta penyesuaian desain pada lokasi masing-masing.
3. SK Penetapan lokasi dari Pemda masih banyak yang terlambat, sehingga
banyak terjadi akhirnya lokasi menjadi bergeser/ berpindah.
4. Permasalahan lahan yang belum clean and clear menjadi penghambat
pelaksanaan pembangunan rumah khusus.
5. Akses ke lokasi pembangunan rumah khusus yang jauh dari jalan raya dan
masih sulit dicapai sehingga menyulitkan mobilisasi material.
6. Pelaksanaan terkendala peralatan, bahan, tenaga kerja, SDM pelaksana dan
tenaga dari pengawas yang masih kurang dari segi jumlah dan profesional.
Tindak lanjut atas permasalahan di atas yaitu antara lain:
1. Perlu adanya percepatan kegiatan-kegiatan diluar paket-paket yang mengalami
self blocking anggaran.
2. Analisa terhadap kebutuhan dari penerima bantuan sebaiknya dilakukan di awal-
awal waktu sebelum datangnya waktu pelaksanaan pembangunan dan harus
2007
191
200
175
50
1
520
0 500 1000 1500 2000 2500
Nelayan
MBR
Bencana/Konflik Sosial
Perbatasan
Suku Anak Dalam
Penitipan Anak
Daerah Tertinggal
SNVT (Unit)
B A B I V – A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A | 58
ditetapkan secara final agar tidak mengganggu proses pembangunan rumah
khusus.
3. Perlu mendorong Pemerintah Daerah untuk segera menerbitkan SK Penetapan
lokasi sehingga tidak terjadi perpindahan lokasi pembangunan rumah khusus.
4. Perlu adanya peningkatan kualitas dalam pelaksanaan kegiatan verifikasi teknis
untuk memastikan bahwa lahan-lahan yang akan digunakan untuk
pembangunan rumah khusus tidak bermasalah.
5. Panitia lelang dan tim teknis perlu memastikan bahwa para kontraktor telah
memahami lokasi pembangunan dengan baik sehingga dapat menjamin tidak
adanya permasalahan dalam hal suplai material ke lokasi pembangunan.
6. Perlunya mencari MK yang lebih profesional dan dapat mendorong kontraktor
untuk dapat melakukan penambahan kapasitas peralatan, bahan, tenaga kerja,
SDM pelaksana yang dibutuhkan.
Berikut ini merupakan contoh Rumah Khusus yang dibangun pada tahun 2017:
Gambar IV.8 Rumah Khusus di Pulau Bintan, Kepulauan Riau Tahun 2017
59 | B A B I V – A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Gambar IV.9 Rumah Khusus di Desa Langge, Gorontalo
Gambar IV.10 Peta Sebaran Realisasi Pembangunan Rumah Khusus Tahun 2017
95 40 0 101 151 50 209 130
100 0 154 50
0
0 50
200 0
342
178
334
100
150
71
100
100
205
0
419
250
302
391
150
350
275
TOTAL: 5.047 UNIT
61 | B A B I V – A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
3. Analisis terhadap penyediaan Rumah Swadaya (pembangunan baru) dalam rangka penurunan backlog
Jenis Rumah Target (Unit) Realisasi (Unit) %
Rumah Swadaya (Pembangunan Baru) 2.000 2.000 100,00
Pembangunan Baru yang selanjutnya disingkat PB adalah kegiatan pembangunan
rumah layak huni di atas tanah matang yang jelas statusnya. Besaran bantuan untuk
Pembangunan Baru adalah maksimal sebesar Rp 30 juta.
Kegiatan pembangunan baru Rumah Swadaya yang telah dilaksanakan yaitu
meliputi:
1. Pembangunan baru pengganti Rumah Tidak Layak Huni (RTLH); dan
2. Pembangunan rumah baru di atas kavling tanah matang.
Capaian Kinerja pembangunan baru Rumah Swadaya pada tahun 2017 yang dibagi
berdasarkan letak Provinsinya adalah sebagai berikut:
Tabel IV.14 Capaian Kinerja pembangunan baru Rumah Swadaya pada tahun 2017
NO. PROVINSI PB (UNIT)
1 Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam 57
2 Provinsi Sumatera Utara 75
3 Provinsi Sumatera Barat 60
4 Provinsi Sumatera Selatan 94
5 Provinsi Banten 171
6 Provinsi Jawa Barat 448
7 Provinsi Jawa Tengah 385
8 Provinsi Jawa Timur 74
9 Provinsi Kalimantan Barat 78
10 Provinsi Sulawesi Tengah 210
11 Provinsi Sulawesi Tenggara 72
12 Provinsi Sulawesi Selatan 81
13 Provinsi NTT 96
14 Provinsi Maluku 99
TOTAL 2.000
B A B I V – A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A | 62
Berikut ini merupakan contoh Rumah Swadaya yang dibangun pada tahun 2017:
Kondisi 0%
Kondisi 100%
Gambar IV.11 Rumah Swadaya di Desa Sikeli, Bombana
Kondisi 0%
Kondisi 100%
Gambar IV.12 Rumah Swadaya di Desa Amahusu, Ambon
4.1.5.2 Analisis terhadap Perjanjian Kinerja Indikator Kinerja 2
Indikator Kinerja kedua adalah persentase peningkatan kualitas rumah layak huni adalah sebagai berikut:
Tabel IV.15 Persentase peningkatan kualitas rumah layak huni
Sasaran Program Indikator Kinerja Target Realisasi %
Menurunnya kekurangan tempat tinggal
(backlog) dan menurunnya rumah tidak
layak huni
Persentase peningkatan
kualitas rumah layak huni 3,18% 3,26% 102,52
Realisasi peningkatan kualitas rumah layak huni tahun 2017 yang dilaksanakan oleh
Satker Penyediaan Rumah Swadya SNVT di lingkungan Ditjen. Penyediaan
Perumahan yaitu sebagai berikut:
63 | B A B I V – A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Jenis Rumah Target (Unit) Realisasi (Unit) %
Rumah Swadaya (Peningkatan Kualitas) 93.611 96.881 103,49%
Tabel IV.16 Capaian Satker Pengembangan Rumah Swadaya Strategis Tahun 2017
CAPAIAN SATKER PENGEMBANGAN RUMAH SWADAYA STRATEGIS TAHUN 2017
No. Provinsi Realisasi (Unit)
1 Provinsi Sumatera Utara 685
2 Provinsi Sumatera Barat 419
3 Provinsi Lampung 201
4 Provinsi Jawa Barat 1.332
5 Provinsi Jawa Tengah 1.417
6 Provinsi DI Yogyakarta 91
7 Provinsi Jawa Timur 1.730
8 Provinsi Nusa Tenggara Barat 200
9 Provinsi Nusa Tenggara Timur 588
10 Provinsi Kalimantan Barat 268
11 Provinsi Kalimantan Selatan 270
12 Provinsi Sulawesi Tengah 366
13 Provinsi Sulawesi Tenggara 316
14 Provinsi Sulawesi Selatan 791
Total 8.674
Tabel IV.17 Capaian SNVT Tahun 2017
CAPAIAN SNVT TAHUN 2017
No SNVT Penyediaan Perumahan 2017 Realisasi (Unit)
1 Provinsi Aceh 2.663
2 Provinsi Sumatera Utara 2.510
3 Provinsi Riau 2.484
4 Provinsi Kepulauan Riau 1.479
5 Provinsi Jambi 2.500
6 Provinsi Sumatera Barat 3.625
7 Provinsi Sumatera Selatan 3.003
B A B I V – A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A | 64
CAPAIAN SNVT TAHUN 2017
No SNVT Penyediaan Perumahan 2017 Realisasi (Unit)
8 Provinsi Lampung 2.996
9 Provinsi Bengkulu 2.204
10 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 1.988
11 Provinsi Banten 2.499
12 Provinsi Jawa Barat 6.230
13 Provinsi Jawa Tengah 5.170
14 Provinsi DI Yogyakarta 1.552
15 Provinsi Jawa Timur 6.496
16 Provinsi Kalimantan Barat 4.000
17 Provinsi Kalimantan Tengah 2.000
18 Provinsi Kalimantan Selatan 2.589
19 Provinsi Kalimantan Timur 2.627
20 Provinsi Kalimantan Utara 1.574
21 Provinsi Sulawesi Utara 3.613
22 Provinsi Gorontalo 1.621
23 Provinsi Sulawesi Barat 2.200
24 Provinsi Sulawesi Selatan 4.590
25 Provinsi Sulawesi Tengah 3.525
26 Provinsi Sulawesi Tenggara 3.024
27 Provinsi Bali 2.112
28 Provinsi Nusa Tenggara Barat 3.527
29 Provinsi Nusa Tenggara Timur 4.119
30 Provinsi Maluku 3.340
31 Provinsi Maluku Utara 3.169
32 Provinsi Papua 3.529
33 Provinsi Papua Barat 3.500
Total 102.058
Secara umum, proses pelaksanaan penyediaan rumah swadaya baik pembangunan
baru maupun peningkatan kualitas mengalami berbagai kendala yaitu sebagai
berikut:
65 | B A B I V – A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
1. Banyaknya data calon penerima bantuan yang tidak valid.
2. Pada tahap verifikasi, Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) kurang cermat/teliti
dalam melakukan penilaian tingkat kerusakan rumah dan menggali potensi
keswadayaan Calon Penerima Bantuan (CPB) dan kesanggupan untuk
menyelesaikan pelaksanaan BSPS.
3. Kurangnya pemahaman pemangku kepentingan di daerah tentang Program
BSPS.
4. Kinerja fasilitator, peran tim koordinasi provinsi dan tim teknis Kab/Kota yang
kurang baik.
5. Biaya operasional dan honor untuk fasilitator dan Tim Teknis yang kurang
mencukupi.
Dalam pembangunan, beberapa masyarakat tidak memperhatikan persyaratan
keselamatan bangunan (penggunaan stuktur rangka).
6. Sebagian besar masyarakat tidak memiliki keterampilan pertukangan sehingga
dalam mengerjakan pembangunan/peningkatan kualitas rumahnya masih
mengandalkan tenaga tukang.
7. Tahap pelaksanaan konstruksi, dalam 1 KPB menggunakan tukang yang sama
sehingga dalam pengerjaan harus bergantian.
8. Lokasi penerima bantuan yang terdapat di wilayah kepulauan dan pegunungan,
yang infrastrukturnya masih belum memadai, sehingga menyulitkan dalam hal
pengiriman bahan bangunan.
9. Dalam pemilihan Toko Penyedia Bangunan beberapa tahapan tidak
dilaksanakan sesuai prosedur.
10. Masih adanya penerima bantuan yang tidak mengetahui lokasi toko penyedia
bahan bangunan dan tidak tahu harga bahan bangunan yang diterima.
11. Masih adanya penunjukan toko bahan bangunan yang tidak ditentukan oleh
penerima bantuan.
12. Terbatasanya ketersediaan Toko Penyedia Bahan Bangunan di Lokasi Penerima
Bantuan yang mampu mengakomodir seluruh kebutuhan penerima bantuan baik
dari segi kecukupan modal, ketersediaan material maupun kesiapan armadanya.
13. Berdasarkan Permen PUPR 13 Tahun 2016, output dan outcome dari Program
BSPS adalah rumah layak dan terhuni. Akan tetapi dalam pelaksanaannya, di
B A B I V – A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A | 66
beberapa rumah penerima bantuan, progres fisik 100% kondisinya belum selesai
misalnya daun pintu dan jendela belum terpasang, walaupun seluruh bahan
bangunan dari dana BSPS sudah terpasang. (kekurangan berasal dari swadaya
penerima bantuan).
14. Masih kurangnya pemahaman penerima bantuan terhadap prosedur dan
ketentuan BSPS.
15. Penerima bantuan belum berperan sebagai pelaku utama kegiatan, misalnya
dalam penyusunan proposal penerima bantuan belum terlibat secara maksimal.
16. Belum maksimalnya pendampingan terhadap penerima bantuan oleh TFL,
terutama dalam pelaksanaan konstruksi, TFL tidak memberikan pemahaman
teknis membangun rumah sesuai kriteria rumah layak huni.
Tindak lanjut atas permasalahan tersebut yaitu antara lain sebagai berikut:
1. Dilakukan verifikasi ulang oleh fasilitator
2. Melakukan verifikasi ulang CPB dan mengingatkan CPB terhadap
tanggungjawabnya menyelesaikan kegiatan sesuai surat pernyataan yang telah
ditandatangani.
3. Diberikan bimbingan teknis terhadap pemangku kepentingan agar lebih paham
mekanisme BSPS.
4. PPK Rumah Swadaya melakukan evaluasi terhadap kinerja Fasilitator, tim
koordinasi provinsi dan tim teknis Kabupaten/Kota.
5. Mendorong adanya dana sharing dari Kabupaten/Kota
6. Memberikan pemahaman kepada fasilitator dan penerima bantuan tentang
pentingnya persyaratan keselamatan bangunan
7. TFL mendampingi dalam pembentukan KP, dan memberikan masukan dalam
pengorganisasian agar mempertimbangkan keahlian dan kemampuan PB dalam
hal pertukangan.
8. Meminta KPB dibantu oleh TFL untuk menjadwalkan kembali waktu pengerjaan
konstruksi dan meminta Kepala Desa selaku Tim Teknis agar dapat
menggerakan masyarakat lainnya untuk membantu bergotong royong dalam
penyelesaian konstruksi.
67 | B A B I V – A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
9. PPK Rumah Swadaya, Tim Teknis, Korfas dan TFL memfasilitasi toko bahan
bangunan dan penerima bantuan dalam menyepakati mekanisme pengiriman
bahan bangunan agar sampai ke lokasi penerima bantuan.
10. Tim Teknis, Korfas, TFL, pihak toko bahan bangunan dan Ketua KPB
mensosialisasikan kembali kepada penerima bantuan terkait harga bahan
bangunan yang telah disepakati.
11. Meminta PPK Rumah Swadaya agar melakukan pengecekan kembali terhadap
Toko Bahan Bangunan yang telah dipilih oleh masyarakat, baik dari segi legalitas
toko, kemampuan mengakomodir kebutuhan penerima bantuan kecukupan
modal, ketersediaan material maupun kesiapan armadanya.
12. Meminta PPK Rumah Swadaya, menginventarisasi kembali penerima bantuan
yang kondisi rumahnya belum selesai 100% dan meminta Tim Teknis, Korfas,
TFL dan KPB untuk bermusyawarah dan mencari solusinya.
13. PPK meminta TFL dan Korfas untuk kembali menjelaskan prosedur dan
ketentuan BSPS kepada penerima bantuan.
14. PPK meminta TFL untuk memberikan pemahaman kepada penerima bantuan
dan memastikan penerima bantuan paham terkait peran penerima bantuan
dalam pelaksanaan kegiatan.
15. Evaluasi kinerja TFL terkait tugas dan tanggungjawabnya.
Berikut ini merupakan contoh foto kegiatan peningkatan kualitas Rumah Swadaya
yang dilaksanakan pada tahun 2017:
B A B I V – A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A | 68
Kondisi Awal (0%)
Progres 30%
Keadaan 100%
Gambar IV.13 Rumah Swadaya di Desa Krisik, Blitar
69 | B A B I V – A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Kondisi Awal (0%)
Progres 30%
Keadaan 100%
Gambar IV.14 Rumah Swadaya di Desa Wateskroyo, Tulungagung
Gambar IV.15 Peta Sebaran Realisasi BSPS Tahun 2017
PB=0 PK=1.479
PB=78 PK=4.268 PB=0 PK=2.000 PB=0 PK=2.859 PB=0 PK=1.574
PB=0 PK=2.627 PB=210 PK=3.891
PB=0 PK=1.621
PB=0 PK=2.200 PB=96 PK=4.707 PB=74 PK=8.226 PB=385 PK=6.587
PB=0 PK=0
PB=0 PK=2.112 PB=0 PK=1.643
PB=448 PK=7.562 PB=171 PK=2.499
PB=57 PK=2.663
PB=75 PK=3.195
PB=60 PK=4.044
PB=0 PK=2.484
PB=0 PK=2.500
PB=0 PK=2.204
PB=94 PK=3.003
PB=0 PK=3.197
PB=0 PK=3.727
PB=0 PK= 1.988
PB=81 PK=5.381
PB=0 PK=3.613
PB=0 PK=3.169
PB=0 PK=3.500
PB=99 PK=3.340
PB=0 PK=3.529
PB=72 PK=3.340
71 | B A B I V – A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
4.1.5.3 Analisis terhadap Perjanjian Kinerja Lainnya A. Fasilitasi bantuan PSU dan fasilitasi penyediaan lahan
Tabel IV.18 Realisasi Pembangunan PSU Tahun 2017
Jenis Rumah Rencana Realisasi %
Fasilitas Bantuan PSU 14.000 unit 17.266 Unit 123,33
Fasilitasi Bantuan PSU adalah pemberian komponen Prasarana, Sarana, dan Utilitas
Umum bagi perumahan yang membangun rumah umum berupa rumah tunggal,
rumah deret, dan rumah susun yang bersifat stimulan di lokasi perumahan yang
dibangun oleh pelaku pembangunan.
Terlaksananya Fasilitasi Bantuan PSU Rumah Umum sebanyak 14.000 Unit rumah
dengan capaian pada tahun 2017 sebanyak 17.266 Unit rumah atau dengan
persentase sebesar 123,33%.
Tabel IV.19 Sebaran Realisasi Pembangunan PSU Tahun 2017
No Provinsi Jumlah Bantuan PSU (Unit)
1 Aceh 354
2 Sumatera Utara 360
3 Riau 1198
4 Kepulauan Riau 834
5 Jambi 519
6 Sumatera Selatan 296
7 Bengkulu 260
8 Lampung 360
9 Jawa Barat 1052
10 Banten 374
11 Jawa Tengah 293
12 DI Yogyakarta 305
13 Jawa Timur 497
14 Nusa Tenggara Barat 425
15 Kalimantan Barat 1649
16 Kalimantan Tengah 886
17 Kalimantan Selatan 2508
B A B I V – A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A | 72
No Provinsi Jumlah Bantuan PSU (Unit)
18 Kalimantan Timur 188
19 Sulawesi Utara 644
20 Sulawesi Barat 245
21 Sulawesi Tengah 207
22 Sulawesi Selatan 2636
23 Papua Barat 393
24 Papua 783
JUMLAH 17.266
Permasalahan dan kendala Dalam pelaksanaan kegiatan bantuan rumah umum
(PSU) antara lain sebagai berikut:
1. Adanya keterbatasan anggaran dalam memenuhi capaian target pada Rencana
Strategis Direktorat Rumah Umum dan Komersial 2015-2019.
2. Kurangnya koordinasi antara pemerintah pusat, daerah, dan para pemangku
kepentingan.
3. Terdapat aturan yang tumpang tindih, sudah tidak relevan dengan kondisi saat
ini, dan belum mengakomodasi kegiatan yang dilakukan.
4. Implementasi kebijakan masih belum sempurna.
5. Adanya pergantian pejabat dilingkungan Direktorat RUK, sehingga memerlukan
penyesuaian kebijakan.
6. Data sekunder yang tidak lengkap sebagai penunjang pelaksanaan kegiatan.
7. Terbatasnya infrastruktur di beberapa daerah.
Permasalahan dan kendala Dalam pelaksanaan kegiatan bantuan rumah umum
(PSU) antara lain sebagai berikut:
1. Peningkatan koordinasi dan kerjasama dengan berbagai instansi terkait baik di
pusat maupun daerah, serta para pemangku kepentingan di bidang perumahan
dan kawasan permukiman.
2. Koordinasi internal oleh pejabat baru di ingkungan Direktorat Rumah Umu dan
Komersial.
73 | B A B I V – A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
3. Mensinkronisasikan perangkat pelaksanaan kegiatan (aturan dan
mekanismenya).
4. Peningkatan pembinaan, pengawasan terhadap implementasi kebijakan.
Berikut ini adalah contoh dokumentasi pelaksanaan bantuan PSU pada tahun 2017:
Lokasi: Griya Menang Asri, Lombok Barat, Provinsi
NTB
Lokasi: Dobonsolo Grand, Jayapura, Provinsi
Papua
Lokasi: Perumahan Citra Buana 1 Kab Jayapura, Provinsi Papua
Gambar IV.16 Pelaksanaan Penyediaan PSU Rumah Umum TA 2017
B A B I V – A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A | 74
Adapun Capaian Kegiatan Fasilitasi Penyediaan Lahan Perumahan yaitu antara lain sebagai berikut:
Capaian Instansi
Binamarga Pemda Eks BPPN (Kemenkeu)
Lahan Teridentifikasi
33 Bidang
Luas: 98,4 Ha
28 Bidang
151,6 Ha
26 Bidang
Luas: 385 Ha
Lahan terverifikasi
9 Bidang
Luas: 14,85 Ha
19 Bidang
Luas: 97,15 Ha
26 Bidang
Luas: 385 Ha
Lahan siap bangun
4 Bidang
Luas: 29,12 Ha
Lokasi:
1. Jl. Bina Marga, Kec. Cipayung, Jakarta Timur.
2. Jl. TB. Simatupang, Kel. Kp. Rambutan, Kec. Ciracas, Jakarta Timur.
3. Jl. Raya Kembangan, Kec. Kembangan Selatan, Jakarta Selatan.
4. Desa Pertampilan, Kec. Pancur Batu, Kab. Deli Serdang.
9 Bidang
Luas: 20 Ha
Lokasi:
1. Cingised, Kel. Cisaranten Kulon, Kec. Arcamanik.
2. Derwati, kel. Derwati, Kec. Rancasari
3. Paldam, Kel. Kacapiring, Kec. Batununggal.
4. Kiaracondong, Kel. Sadang Serang, kec. Coblong.
5. Sadang Serang, Kel. Sadang Serang, Kec. Coblong.
6. Simpang Dago, Kel. Lebakgede, kec. Coblong.
7. Industri Dalam (Arjuna), kel. Arjuna, Kec. Cicendo.
8. Nyengseret, Kel. Nyengseret, Kec. Astanaanyar
9. Bagusrangin, Kel. Lebakgede, Ke. Coblong
3 Bidang
Luas: 5,28 Ha
Lokasi:
1. Kel. Gunung Sarik, Kec. Kuranji, Kota Padang.
2. Jl. S. Parman, Desa Tanjung Piayu, Kec. Sei Beduk , Kota Batam.
3. Desa Sukaraja Nuban, Kec. Sukadana, Kab. Lampung Timur.
Gambar IV.17 Peta Sebaran Realisasi Pelaksanaan Bantuan PSU Pada Tahun 2017
834 unit 1649 unit 886 unit 2508 unit - 188 unit 207 unit -
245 unit - 497 unit 293 unit
-
- 305 unit
1052 unit 374 unit
354 unit
360 unit
-
1198 unit
519 unit
260 unit
296 unit
360 unit
425 unit
-
2636 unit
644 unit
393 unit
-
783 unit
-
TOTAL: 17.266 UNIT
B A B I V – A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A | 76
B. Program Sejuta Rumah
Merupakan program pemerintah untuk mendorong berbagai stakeholder penyediaan
perumahan, yaitu pemerintah, pemerintah daerah, pengembang, dunia usaha,
perbankan dan masyarakat agar terwujud percepatan penyediaan rumah, utamanya
bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Melalui program ini, diharapkan
dapat terbangun satu juta rumah setiap tahunnya.
Dalam kapasitas sebagai penanggung jawab utama program ini, Kementerian PUPR
menjalankan fungsi sebagai:
1. Regulator.
2. Penyedia rumah/hunian, khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah
(MBR); dan
3. pendorong bagi para pengembang perumahan bagi MBR melalui dukungan
penyediaan prasarana, sarana dan utilitas umum (PSU) serta skema
pembiayaan.
Capaian Program Sejuta Rumah Tahun 2017 yaitu sebesar 805.169 Unit dengan
rincian sebagai berikut:
Tabel IV.20 Capaian Program Sejuta Rumah Tahun 2017
NO PERUNTUKAN INSTANSI PROGRAM REALISASI 2017 (UNIT)
1
MBR 1. Pemerintah
75%
- PUPR
Rusunawa 13.251
Rumah Khusus 5.047
Rumah Swadaya 112.732
DAK 57.151
Total 188.181
- K/L Lainnya 1.566
- PEMDA
Rusunawa 11.629
BSPS PB 22.881
BSPS PK 113.670
Total 148.180
2. Pengembang 306.465
3. CSR 118
4. Masyarakat 37.973
77 | B A B I V – A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
NO PERUNTUKAN INSTANSI PROGRAM REALISASI 2017 (UNIT)
Total MBR 682.483
2 Non MBR 1. Pengembang 167.462
25% 2. Masyarakat 57.526
Total Non MBR 224.988
Total PSR 907.471
Tabel IV.21 Regulasi Terkait Program Satu Juta Rumah
No Regulasi Pemrakarsa Keterangan
1
Undang-undang tentang Tabungan Perumahan Rakyat (UU Tapera), melalui undang-undang ini warga negara diwajibkan untuk menabung sebagian penghasilannya dan dana tersebut akan dikelola oleh suatu badan pengelola Tapera.
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI)
Undang-undang Tapera telah disahkan dalam Rapat Paripurna DPR RI, hari Selasa, tanggal 23 Februari 2016, saat ini dalam tahap diundangkan Di Kementerian Hukum dan HAM
2 Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional
Menkumham Disahkan pada tanggal 12 Januari 2016
3 Instruksi Presiden No.1 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional
Menkumham Disahkan pada tanggal 8 Januari 2016
4 Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2016 tentang Penyederhanaan Perizinan Pembangunan Perumahan
Menteri PUPR Disahkan pada tanggal 14 April 2016
5 Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2016 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
Menteri PUPR Disahkan pada tanggal 25 Mei 2016
C. Kegiatan Prioritas Nasional kepada Kantor Staf Presiden
Terdapat 9 (Sembilan) agenda prioritas Presiden dan Wakil Presiden yang disebut
dengan Nawa Cita (lihat Bab II). Nawa Cita bertujuan untuk menunjukkan prioritas
jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, serta mandiri dalam
bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan. Program Nawa Cita ini
kemudian disebut sebagai program prioritas nasional yang dipantau langsung oleh
Kantor Staf Presiden (KSP). Adapun wujud komitmen Kementerian PUPR dalam
mendukung perwujudan program NAWACITA adalah sebagai berikut:
B A B I V – A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A | 78
1. Prioritas Kedaulatan Pangan.
2. Prioritas Maritim dan Kelautan.
3. Prioritas Konektivitas Infrastruktur.
4. Prioritas Kesehatanan.
5. Prioritas Perbatasan.
Adapun yang tema program priotas KSP yang menjadi tanggung jawab Direktorat
Penyediaan Perumahan Tahun 2017 (periode B09-B12) adalah prioritas maritime
dan kelautan dengan ukuran keberhasilan yaitu:
1. Terbangunnya 50 unit Rumah Khusus di Kab. Pulau Morotai dan terbangunnya
50 unit Rumah Khusus di Kota Tidore Kepulauan.
2. Terbangunnya Rumah Susun MBR bagi nelayan sebanyak 2 TB (tower Block) di
Provinsi Banten (1 TB) dan Jawa Timur (1 TB).
Hasil capaian pelaksanaan rencana aksi prioritas nasional yang dilaksanakan oleh
Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan berdasarkan pelaporan pada status
terakhir triwulan IV (B12) tahun 2017 pada aplikasi www.emonitoring.pu.go.id yaitu
sebagai berikut:
79 | B A B I V – A K U N T A B I L I T A S K I N E
Tabel IV.22 Capaian Pelaksanaan Rencana Aksi Prioritas Nasional pada Akhir Desember Tahun 2017 (B12)
No Uraian
B12
Ukuran Keberhasilan
(Target) Realisasi Keterangan Satminkal
Keterangan BPAKLN
Capaian (%)
1 Program Prioritas
2 MARITIM DAN KELAUTAN
3 Pembangunan Perumahan
4 Pembanguan Rumah Khusus Nelayan 100,00
KRITERIA 1 : Terbangunnya 100 rumah khusus untuk Masyarakat Nelayan
100,00
UKURAN 1 : a. Terbangunnya 50 unit Rumah Khusus di Kab. Pulau Morotai b. Terbangunnya 50 unit Rumah Khusus di Kota Tidore Kepulauan
Progress Fisik 100,00%
Progress Fisik 100,00%
sudah PHO 100,00
5 Pembangunan rumah susun MBR bagi nelayan 87,38
KRITERIA 1 : Terbangunnya Rumah Susun MBR bagi nelayan
87,38
UKURAN 1 : Terbangunnya Rumah Susun MBR bagi nelayan sebanyak 2 TB (tower Block) di Provinsi Banten (1 TB) dan Jawa Timur (1 TB)
Progress Fisik 100,00%
Progress Fisik 87,38%
Progres pembangunan rumah susun MBR bagi nelayan Kota Serang 82,552% (Target TA 2017 dapat tercapai diakhir Desember 2017) Progres pembangunan rumah susun MBR bagi nelayan Kota Surabaya 92,197% (Target TA 2017 dapat tercapai diakhir Desember 2017)
-
87,38
B A B I V – A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A | 80
Pada data capaian di atas dapat dilihat bahwa terdapat 1 (satu) buah indikator yang
tidak mencapai target yaitu pembangunan rumah susun di Kota Serang dan Kota
Surabaya. Penyebab tidak tercapainya indikator tersebut yaitu disebabkan karena
sebagian material belum onsite seperti material plester dan keramik, sedang
dilakukan pekerjaan repair pada pekerjaan keramik, openingan dan pengecatan, dan
adanya keterlambatan mendatangkan material ME. Adapun tindak lanjut yang
dilakukan untuk memenuhi target B12 (100%) pada kegiatan pembangunan rumah
susun MBR bagi nelayan di Kota Serang dan pembangunan rumah susun MBR bagi
nelayan di Kota Surabaya yaitu melalui perpanjangan waktu dengan mekanisme
PMK 243/PMK.05/2015 (90 hari). Sehingga secara keseluruhan progres B12
Kegiatan KSP di lingkungan Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan tahun 2017
dapat selesai 100%.
D. Proyek Strategis Nasional (PSN)
Secara keseluruhan dapat diketahui bahwa progres Proyek Strategis Nasional Tahun
2017 dapat terselesaikan dengan baik. Adapun progress Proyek Strategis Nasional
di lingkungan Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan adalah sebagai berikut:
a. Terdapat 3 (tiga) kegiatan pembangunan Rumah Susun Tingkat Tinggi yang
diputuskan pembatalan pembangunannya (status 3 Januari 2018), yaitu:
1) Pembatalan pembangunan Rumah Susun Tingkat Tinggi Pasar Minggu
dikarenakan penyiapan lahan (penanggung jawab oleh Pemprov DKI
Jakarta) untuk pembangunan Rumah Susun Tingkat Tinggi Pasar Minggu
serta pembangunan TPS untuk pedagang pasar minggu masih belum
selesai.
2) Pembatalan pembangunan Rumah Susun Tingkat Tinggi Pondok Kelapa
dikarenakan adanya penolakan dari warga sekitar dan permasalahan
perizinannya yang membutuhkan waktu cukup panjang, sehingga
Pemanfaatan anggaran akan dialihkan untuk kegiatan strategis
pembangunan Rumah Susun ASN PUPR di lokasi Cipayung, Jakarta Timur.
3) Pembatalan pembangunan Rumah Susun ASN PUPR Cipayung dikarenakan
belum tersedianya lahan yang clean and clear.
b. Realisasi fisik pembangunan Rumah Susun Tingkat Tinggi Kemayoran sebesar
100% dan realisasi keuangan sebesar 100% (status 3 Januari 2018).
81 | B A B I V – A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
c. Realisasi fisik pembangunan Rumah Susun Tingkat Tinggi Pasar Rumput
sebesar 35,01% atau 100% dari target yang ditetapkan dan realisasi keuangan
sebesar 30,28% atau sebesar 86,49% dari target yang ditetapkan (status 3
Januari 2018).
d. Realisasi fisik pembangunan Rumah Khusus perbatasan di Kab. Kapuas Hulu
sebesar 95% dan realisasi keuangan sebesar 100% (perpanjangan waktu 90 hari
melalui PMK 243/PMK.05/2015) (status 2 Januari 2018);
e. Realisasi fisik pembangunan Rumah Khusus perbatasan di Kab. Sintang sebesar
100% dan realisasi keuangan sebesar 100% (status 2 Januari 2018);
f. Secara umum realisasi penyaluran dana BSPS pengembangan Rumah Swadaya
Tahun 2017 (PSN) sudah tersalurkan 100%, sementara realisasi fisik di
lapangan terdapat beberapa lokasi yang progres fisiknya masih 30% hingga
>30%, hal ini dikarenakan adanya keterlambatan pengiriman bahan bangunan
(status 29 Desember 2017).
g. Realisasi fisik pengembangan Rumah Swadaya terbagi menjadi 3 (tiga)
klasifikasi yaitu progres fisik <30% sebanyak 9 unit, progres fisik 30% sebanyak
172 unit, dan progres fisik 100% sebanyak 1.926 unit (status 29 Desember
2017).
E. Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (RANHAM)
Menurut Perpres no. 75 Tahun 2015 tentang Rencana Aksi Nasional Hak Asasi
Manusia Tahun 2015-2019 yang dimaksud dengan Hak Asasi Manusia yang
selanjutnya disingkat HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara,
hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta pelindungan harkat
dan martabat manusia.
Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia yang selanjutnya disebut RANHAM
adalah dokumen yang memuat sasaran, strategi, dan fokus kegiatan prioritas
rencana aksi nasional hak asasi manusia Indonesia dan digunakan sebagai acuan
kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah dalam melaksanakan penghormatan,
pelindungan, pemenuhan, penegakan, dan pemajuan HAM di Indonesia.
Capaian pelaksanaan kegiatan yang dilakukan di dilakukan Direktorat Jenderal
Penyediaan Perumahan terkait progres Kegiatan RANHAM melalui aplikasi e-
B A B I V – A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A | 82
monitoring pada bulan Desember (B12) pembangunan Rumah Susun sewa di
kawasan industri (status 29 Desember 2018) adalah sebagai berikut:
1. Target B12 Pembangunan Rumah Susun di Kab. Morowali, Provinsi Sulawesi
Tengah (1 Tower, 90 unit) adalah sebesar 100% sementara realisasi B12
sebesar 95,54% dari target yang ditetapkan.
2. Target B12 Pembangunan Rumah Susun di Kota Batam, Provinsi Kepulauan
Riau (2 Tower, 180 unit) adalah sebesar 100% sementara realisasi B12 sebesar
97,63% dari target yang ditetapkan.
3. Target B12 Pembangunan Rumah Susun di Kota Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur
(2 Tower, 70 unit) adalah sebesar 100% sementara realisasi B12 sebesar 100%
dari target yang ditetapkan.
Jika dilihat dari realisasi tersebut, maka dapat diketahui bahwa terdapat 2 (dua)
kegiatan yang tidak memenuhi target yaitu Pembangunan Rumah Susun di Kab.
Morowali (95,54%) dan Pembangunan Rumah Susun di Kota Batam (97,63%) dan
terdapat 1 (satu) kegiatan yang memenuhi target yaitu Pembangunan Rumah Susun
di Kota Sidoarjo (100%). Adapun permasalahan yang dihadapi masing-masing
kegiatan yang belum memenuhi target yaitu kurang tenaga kerja dan masih ada
beberapa material yang belum onsite. Rata-rata progress pembangunan Rumah
Susun Industri untuk kegiatan RANHAM sebesar 97,723% dari target yang
ditetapkan, sementara tindak lanjut yang dilakukan untuk memenuhi target B12
(100%) yaitu melalui perpanjangan waktu dengan mekanisme PMK
243/PMK.05/2015 (90 hari). Sehingga secara keseluruhan progres B12 Kegiatan
RANHAM di lingkungan Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan tahun 2017
dapat selesai 100%.
4.1.6 Analisis atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya
Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya di lingkungan Direktorat Jenderal
Penyediaan Perumahan pada tahun 2017 diuraikan sebagai berikut:
83 | B A B I V – A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
4.1.6.1 Sumber Daya Manusia
Tabel IV.23 Analisis Sumber Daya Manusia di Lingkungan Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan Tahun 2017
NO Unit Kerja Jumlah
Kegiatan Pagu (Rp)
Jumlah Pegawai Rasio penugaan
/orang Pagu/orang
PNS NON JML
1 Sekretariat 33 121.600.000.000 106 135 241 0,68 504.564.315
2 Direktorat Perencanaan
33 28.000.000.000 43 19 62 2,66 451.612.903
3 Direktorat Rumah Susun
39 36.121.000.000 58 61 119 1,64 303.537.815
4 Direktorat Rumah Khusus
26 29.520.000.000 44 45 89 1,46 331.685.393
5 Direktorat Rumah Swadaya
17 28.800.000.000 64 39 103 0,83 279.611.650
6 Direktorat Rumah Umum dan Komersial
26 26.700.000.000 49 40 89 1,46 300.000.000
JUMLAH 174 270.741.000.000 364 339 703
Rumus rasio penugasan = (5/jumlah orang) x jumlah kegiatan
Kesimpulannya adalah jika diasumsikam setiap kegiatan dikerjakan oleh 5 (lima)
orang dalam satu Tim maka penugasan masing-masing personil di masing-masing
Direktorat/Sekretariat berkisar antara 1 s/d 3 (pembulatan ke atas dari 0,68 s/d 2,66)
penugasan. Jika diasumsikan bahwa jumlah anggaran dibagi merata per jumlah
pegawai maka masing-masing personil bertanggungjawab sebesar sekitar Rp.200
juta sampai Rp.500 juta yang terdistribusi secara tidak merata diantara Unit Kerja.
Agar beban kerja lebih seimbang antar Unit Kerja, maka perlu dilakukan redistribusi
jumlah pegawai.
Dari tabel di atas, terlihat bahwa Setditjen. Penyediaan Perumahan memiliki rasio
penugasan perorang terkecil yaitu sebesar 0,81. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah
pegawai di lingkungan Setditjen. Penyediaan Perumahan relatif cukup banyak bila
dibandingkan dengan jumlah kegiatan yang ada. Sehingga dimungkinkan untuk
dapat didistribusikan ke Unit Kerja lain yang membutuhkan yang sesuai dengan
kompetensinya.
B A B I V – A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A | 84
Kebutuhan Pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan
adalah sebagai berikut:
Tabel IV.24 Kebutuhan Pegawai (PNS) di Kantor Pusat Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan dan di Masing-Masing Provinsi Tahun 2017
NO UNIT KERJA BEZETTING
(PNS) KEBUTUHAN KEKURANGAN
I. STRUKTURAL PUSAT
1 SETDITJEN 36 121 85
2 DIT. PERENCANAAN 38 62 24
3 DIT. RUSUN 27 74 47
4 DIT. RUSUS 27 72 45
5 DIT. RUSWA 43 78 35
6 DIT. RUK 31 73 42
JUMLAH 202 480 278
II. SATKER KEBIJAKAN
1 SETDITJEN 6 10 4
2 DIT. PERENCANAAN 5 10 5
3 DIT. RUSUN 10 10 0
4 DIT. RUSUS 6 10 4
5 DIT. RUSWA 5 10 5
6 DIT. RUK 4 10 6
JUMLAH 36 60 24
III. SATKER PUSAT
1 SATKER PENGEMBANGAN PERUMAHAN
32 105 73
2 SATKER PENYEDIAAN RUMAH SWADAYA
16 36 20
3 SATKER FASILITAS RUMAH UMUM 14 33 19
JUMLAH 62 174 112
IV. SNVT
1 ACEH 7 35 28
2 SUMUT 0 35 35
3 SUMBAR 3 35 32
4 RIAU 1 35 34
85 | B A B I V – A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
NO UNIT KERJA BEZETTING
(PNS) KEBUTUHAN KEKURANGAN
5 KEPRI 1 35 34
6 JAMBI 1 35 34
7 SUMSEL 0 35 35
8 BENGKULU 9 35 26
9 BABEL 1 35 34
10 LAMPUNG 2 35 33
11 BANTEN 0 35 35
12 JABAR 2 35 33
13 JATENG 4 35 31
14 DIY 2 35 33
15 JATIM 3 35 32
16 BALI 0 35 35
17 NTB 5 35 30
18 NTT 1 35 34
19 KALBAR 2 35 33
20 KALTENG 1 35 34
21 KALSEL 1 35 34
22 KALTIM 4 35 31
23 KALTARA 0 35 35
24 SULSEL 2 35 33
25 SULBAR 0 35 35
26 SULTRA 1 35 34
27 SULTENG 1 35 34
28 GORONTALO 0 35 35
29 SULUT 0 35 35
30 MALUT 9 35 26
31 MALUKU 0 35 35
32 PAPUA BARAT 1 35 34
33 PAPUA BARAT 0 35 35
JUMLAH 64 1.155 1.091
TOTAL 364 1.869 1.505
B A B I V – A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A | 86
Berdasarkan data di atas, maka dapat diketahui bahwa kebutuhan total pegawai
(PNS) adalah sebanyak 1.869 orang, sementara jumlah pegawai yang tersedia
adalah 364 orang, sehingga kekurangan pegawai adalah sebesar 1.869 – 364 =
1.505 orang pegawai.
4.1.6.2 Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan
sebagaimana yang telah diuraikan pada Bab III meliputi:
1. Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan menempati Gedung G lantai 4
(empat) sampai dengan lantai 8 (delapan). Sesuai dengan Peraturan Menteri PU
No 45/PRT/M/2007 tentang Pedoman teknis Pembangunan Gedung Negara,
maka kebutuhan ruang Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan
berdasarkan jumlah orang yang ada yaitu sebagai berikut:
Tabel IV.25 Analisis Kebutuhan Ruang Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan
No. Ruang Kebutuhan ruang m2 Jumlah Orang m2
A Ruang Utama
a. Esl I* 117 1 117
b. Esl II* 74 6 444
c. Esl III* 24 29 696
d. Esl IV* 18 67 1.206
e. Staf** 2 602 1.204
B Ruang Penunjang
a. RR Esl I 90 1 90
b. RR Esl II 40 6 240
c. R.Studio 4 m/org 705 2.820
d. R Arsip 0,4 m/org 705 282
e. WC 2 m/25 org 705 56
f. Mushala 0,8/org 705 564
A+B 7.719
C sirkulasi 25%
1.930
Total 9.649
* Dihitung berdasarkan jumlah Jabatan yang tersedia ** Dihitung berdasarkan jumlah pegawai yang ada
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa total ruang yang dibutuhkan
oleh Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan adalah 9.649 m2 sedangkan
ruang yang tersedia saat ini adalah 5.836 m2. Sehingga kekurangan ruang yang
87 | B A B I V – A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
dibutuhkan oleh Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan adalah 9.649 m2 –
5.836 m2= 3.813 m2.
2. Jumlah Komputer dan Notebook di Kantor Pusat yang terdaftar di dalam SIMAK
BMN yang dapat pada Bab III yaitu sejumlah 861 + 91 = 952 Unit. Jika
disandingkan dengan jumlah pegawai yang ada di Kantor Pusat yaitu sebanyak
705 (PNS dan NonPNS), maka terdapat gap kelebihan sebesar 247 Unit.
4.1.7 Analisis Program/Kegiatan yang menunjang keberhasilan/Kegagalan pencapaian Pernyataan Kinerja
Program/Kegiatan yang menunjang keberhasilan pencapaian Kinerja adalah sebagai
berikut:
1. Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan
Peraturan Perundang-undangan yang telah dirilis pada tahun 2017 oleh Direktorat
Jenderal Penyediaan Perumahan Tahun yaitu Peraturan Menteri Nomor
20/PRT/M/2017 tentang Penyediaan Rumah Khusus.
Rancangan Peraturan Menteri yang sedang disusun yaitu sebagai berikut:
1) Rapermen tentang Perhimpunan Pemilik Dan Penghuni Satuan Rumah Susun
(P3SRS).
2) Rapermen Sistem Perjanjian Pendahuluan Jual Beli Rumah (PPJB).
3) Rapermen tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan
Perumahan Rakyat Nomor 38/PRT/M/2015 Tentang Bantuan Prasarana, Sarana,
Dan Utilitas Umum Untuk Perumahan Umum (Revisi Permen PSU).
4) Rapermen tentang Bentuk Kemudahan Perizinan Dan Kriteria Pencabutan Izin
Pembangunan Perumahan Untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah
(Perizinan).
5) Rapermen tentang Penyelenggaraan Perumahan Dengan Hunian Berimbang
(HB).
6) Rapermen Pedoman Pembangunan Rumah Sejahtera.
2. Strategi Komunikasi Publik:
a. Mengikuti Pameran
Partisipasi dalam kegiatan Pameran dimaksudkan sebagai fasilitasi penyampaian
informasi program dan kebijakan bidang penyediaan perumahan khususnya program
B A B I V – A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A | 88
Satu Juta Rumah kepada masyarakat, Pemerintah Daerah dan stakeholder
disesuaikan dengan target sasaran dan tema pameran.
Pameran yang diikuti pada tahun 2017 yaitu antara lain sebagai berikut:
1) Pameran Indonesia Property Expo 2017 yang digelar mulai 11-19 Februari 2017
di Jakarta Convention Center Senayan.
2) Pameran Pekan Lingkungan Hidup dan Kehutanan XXI di Jakarta Convention
Centre (JCC) pada tanggal 1- 4 Juni 2017.
3) Pameran Rumah Rakyat – Pesta KPR Subsidi FLPP 2017 yang digelar pada
tanggal 13-17 Juli 2017 di Gelanggang Remaja Pekanbaru.
4) Pameran Indonesia Properti Expo 2017 dalam rangka Hari Perumahan Nasional
digelar pada tanggal 11-20 Agustus 2017 di Jakarta Convention Center Senayan.
5) Indonesia Climate Change Forum dan Expo 2017 Expo yang berlangsung pada
tanggal 7 - 10 september di JCC, Jakarta.
6) Indonesia Future City (IFC) & REI Mega Expo 2017 yang diselenggarakan pada
tanggal 14-24 September 2017 di Nusantara Hall, ICE BSD, Tangerang.
7) Hari Habitat dan Hari Kota Dunia tahun 2017 pada tanggal 5-6 November 2017.
Gambar IV.18 Pembukaan BTN Property Expo dalam rangka Hapernas
89 | B A B I V – A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
b. Pusat Informasi Perumahan di Lobby Gedung G
Pusat informasi publik berisikan panel infografis tentang program, capaian serta
kebijakan Dtjen Penyediaan Perumahan. Saat ini terdapat 12 slot panel yang harus
diisi dan diperbaharui secara berkala.
Informasi yang ditampilkan pada panel ini antara lain adalah:
1. Target RPJMN 2015-20119 bidang penyediaan perumahan.
2. Target penyediaan perumahan tiap tahun.
3. Syarat dan mekanisme pengajuan Penyediaan perumahan.
4. Capaian Program Satu Juta Rumah.
5. Hasil Pembangunan Penyediaan Perumahan.
Gambar IV.19 Peta Sebaran Realisasi Pelaksanaan Bantuan PSU Pada Tahun 2017
c. Press Release ke berbagai media cetak dan elektronik seperti penerbitan
majalah MAISONA dan penerbitan berita penyediaan perumahan di website
http://perumahan.pu.go.id.
6. Rapat Koordinasi Teknis Bidang Perumahan
Salah satu upaya untuk mensinergikan program Pusat dan Derah Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melaksanakan Konsultasi Regional
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Konreg PUPR). Konreg
PUPR adalah forum koordinasi dan sinkronisasi program tahunan sebagai salah
B A B I V – A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A | 90
satu tahapan penyiapan program yang diselenggarakan guna mensinergikan sumber
daya pembangunan Bidang PUPR yang dimiliki Kementerian PUPR dan Pemerintah
Daerah. Sebelum dilaksanakan Konreg PUPR dimaksud, telah dilaksanakan Pra
Konreg yang merupakan tahapan untuk melakukan konsolidasi program tahun 2018
antara Direktorat Jenderal dengan Pemerintah Daerah.
Rakortek Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan merupakan rangkaian
kegiatan dalam rangka penyaringan usulan tahun 2018. Kegiatan ini dimaksudkan
untuk penajaman program dan kegiatan penyediaan perumahan serta inventarisasi
kelengkapan administrasi terhadap usulan yang sudah diajukan pada saat Pra
Konreg. Maksud dilaksanakannya kegiatan ini adalah sebagai forum untuk
meningkatkan sinergitas dan sinkronisasi perencanaan penyediaan perumahan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam mekanisme yang
partisipatif, sekaligus sebagai persiapan pelaksanaan Konsultasi Regional
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Musyawarah Perencanaan
Pembangunan Provinsi dan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional
Tahun 2017.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk membahas:
1. Sinkronisasi perencanaan kegiatan dan anggaran pembangunan perumahan di
daerah antara Ditjen Penyediaan Perumahan dan Pemerintah Daerah.
2. Pemantapan lokasi dalam rangka pelaksanaan program penyediaan perumahan
Tahun 2017 di Kabupaten/Kota yang siap dilaksanakan sesuai kriteria.
3. Percepatan pelaksanaan pembangunan perumahan yang dilaksanakan tahun
2017.
4. Pengumpulan usulan lokasi kegiatan Ditjen Penyediaan Perumahan Tahun 2018
sebagai masukan untuk penyusunan Rencana Kerja Ditjen Penyediaan
Perumahan Tahun 2018 dan Usulan Pendanaan Pemerintah Daerah (UPPD)
yang akan dibahas dalam Musrenbang Provinsi dan Musrenbang Nasional
Tahun 2017.
91 | B A B I V – A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Prakonreg Palembang, 7-9 Maret 2017
Prakonreg Surabaya, 14-16 Maret 2017
Prakonreg Kupang, 21-23 Maret 2017
Prakonreg Manado, 29-31 Maret 2017
Gambar IV.20 Rakortek Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan di Tangerang pada Tanggal 29-31 Agustus 2017
B A B I V – A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A | 92
Berdasarkan hasil pekasanaan kegiatan Rapat Koordinasi Teknis Penyediaan
Perumahan, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Pembangunan perumahan dan kawasan permukiman perlu didorong sebagai
leading sector dalam pengentasan kemiskinan, pembangunan daerah tertinggal
dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
2. Alokasi anggaran Ditjen Penyediaan Perumahan masih belum cukup untuk dapat
memenuhi kebutuhan perumahan di daerah. Untuk itu, diperlukan dukungan dari
berbagai pemangku kepentingan yang terkait, antara lain melalui pemanfaatan
CSR dan pengembangan Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS).
3. SNVT Penyediaan Perumahan diharapkan lebih aktif dalam mendorong
pembangunan perumahan di daerah, antara lain melalui:
a. Pemantapan sinergitas antar pemangku kepentingan melalui optimalisasi
peran Kelompok Kerja bidang Perumahan di tingkat Provinsi.
b. Inventarisasi data perumahan dan kawasan permukiman yang akurat sampai
ke tingkat kabupaten/kota sebagai dasar dalam penyusunan kebijakan,
program dan kegiatan yang lebih tepat sasaran.
c. Sharing pendanaan dari APBD untuk membiayai pembangunan perumahan.
d. Pembangunan perumahan tersebut harus diintegrasikan dengan arahan
dalam Wilayah Pengembangan Strategis (WPS).
4. Kesepakatan mengenai prioritas program, kegiatan dan lokasi pembangunan
perumahan dan kawasan permukiman sesuai hasil pembahasan dalam sesi desk
akan menjadi masukan untuk:
a. Penyusunan Renja Ditjen. Penyediaan Perumahan Tahun 2018.
b. Penyusunan Usulan Pendanaan Pemerintah Daerah (UPPD) Tahun 2018.
Renja-Ditjen Penyediaan Perumahan dan UPPD tersebut akan disandingkan dan
difinalisasi dalam Musrenbang Nasional Tahun 2017 untuk menyempurnakan
RKP Tahun 2018.
5. SNVT Penyediaan Perumahan memiliki peran untuk membantu melengkapi
data-data terkait prioritas program dan kegiatan maupun proposal kegiatan, dan
disampaikan kepada Ditjen Penyediaan Perumahan sesuai dengan kesepakatan
di masing-masing desk teknis. Semua unit kerja di Ditjen Penyediaan
93 | B A B I V – A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Perumahan harus melakukan koordinasi lebih lanjut dengan SNVT Penyediaan
Perumahan untuk merealisasikan kesepakatan yang telah dicapai. Sehubungan
dengan hal tersebut, SNVT Penyediaan Perumahan perlu meningkatkan
koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten/Kota maupun instansi pengusul.
6. Prioritas pembangunan perumahan Tahun 2018:
a. Dukungan penanggulangan kemiskinan, RTLH dan kekumuhan.
b. Dukungan pengembangan kawasan industri.
c. Rusun tingkat tinggi.
d. Dukungan pengembangan kawasan strategis pariwisata nasional.
e. Dukungan pengembangan wilayah perbatasan negara, tertinggal, terluar dan
pulau-pulau kecil.
f. Dukungan masyarakat korban bencana sosial, dampak pembangunan dan
kondisi khusus lain.
g. Penyediaan perumahan bagi PNS dan TNI/Polri.
h. Penyediaan rusunawa bagi mahasiswa.
i. Penyediaan rusunawa pondok pesantren.
4.1.8 Analisis Manfaat
Sebagai upaya untuk menganalisis manfaat yang telah dicapai oleh Ditjen.
Penyediaan Perumahan, Direktorat Perencanaan Penyediaan Perumahan sebagai
Unit Kerja di bawah Ditjen. Penyediaan Perumahan telah melaksanakan kegiatan
evaluasi manfaat yang dilaksanakan secara swakelola pada tahun 2017. Kegiatan
evaluasi manfaat berfokus pada keluaran (output), hasil (outcome), dan dampak
(impact) dari penyediaan perumahan yang meliputi penyediaan Rumah Susun,
Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya, penyediaan Rumah Khusus, dan bantuan
PSU.
Secara umum evaluasi manfaat yang tersaji pada laporan ini meliputi penyajian data
capaian penghunian s/d Tahun 2016 (rumah susun dan rumah khusus) dan hasil
kegiatan evaluasi manfaat yang telah dilaksanakan. Evaluasi manfaat tersebut
dilaksanakan melalui survei terhadap penerima manfaat dengan tujuan
membandingkan tempat tinggalnya yang sebelum dan sesudah menerima manfaat.
B A B I V – A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A | 94
Provinsi yang menjadi sampel dalam rangka survei evaluasi manfaat yaitu antara
lain:
1. Aceh
2. Sumatera Utara
3. Riau
4. Kepulauan Riau
5. Jambi
6. Sumatera Barat
7. Sumatera Selatan
8. Lampung
9. Bengkulu
10. Bangka Belitung
11. Jawa Tengah
12. DI Yogyakarta
13. Kalimantan Selatan
14. Kalimantan Timur
15. Sulawesi Utara
16. Gorontalo
17. Sulawesi Selatan
18. Sulawesi Tengah
19. Sulawesi Tenggara
20. Bali
21. Nusa Tenggara Barat
22. Nusa Tenggara Timur
23. Maluku
24. Maluku Utara
Berikut merupakan uraian secara singkat hasil dari kegiatan evaluasi manfaat
penyediaan perumahan yang telah dilakukan pada tahun 2017:
4.1.8.1 Analisis Manfaat terhadap Penyediaan Rumah Susun
1. Capaian Penghunian Rumah Susun
Salah satu upaya yang dilaksanakan oleh Ditjen. Penyediaan Perumahan dalam
rangka pengurangan backlog adalah melalui penyediaan Rumah Susun. Tujuan dari
pelaksanaan penyediaan Rumah Susun yaitu untuk memberikan hunian yang layak
bagi MBR. Berikut capaian penghunian Rumah Susun Ditjen. Penyediaan
Perumahan s/d tahun 2016:
Tabel IV.26 Penghunian Rumah Susun s/d Tahun 2016
NO TAHUN PELAKSANAAN
PEMBANGUNAN
TOTAL TERBANGUN
(TOWER)
SUDAH TERHUNI
(TOWER)
1 2005 s.d. 2011 187 183
2 2012-2013 380 314
3 2014 393 289
4 2015 220 71
5 2016 129 34
95 | B A B I V – A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
NO TAHUN PELAKSANAAN
PEMBANGUNAN
TOTAL TERBANGUN
(TOWER)
SUDAH TERHUNI
(TOWER)
TOTAL 1.309 891
Gambar IV.21 Penghunian Rumah Susun s/d Tahun 2016
2. Hasil evaluasi manfaat penyediaan Rumah Susun
I. Rumah Susun MBR/TNI/Polri
Persepsi kelompok penerima manfaat bantuan rumah
susun menyatakan bahwa kualitas fisik bangunan
rumah susun sebagai tempat tinggal saat ini sangat
baik dengan presentase 53% dari jumlah responden.
Penghuni yang menyampaikan kondisi bangunan
rumah susun lebih baik memiliki alasan karena karena
bangunan asrama tempat tinggal sebelumnya adalah
bangunan tua yang sudah mengkhawatirkan. Berbeda
dengan penghuni rumah susun MBR yang memang belum memiliki rumah sehingga perbandingannya
dengan rumah kontrakan yang hanya memiliki satu ruangan. Selain itu, terdapat 13% dari total responden
yang menyatakan kondisi bangunan rumah susun buruk. Hal ini dikarenakan pada beberapa lokasi rumah
susun terdapat kebocoran baik karena air hujan ataupun dari kamar mandi.
0 50 100 150 200 250 300 350
2005 s.d. 2011
2012-2013
2014
2015
2016
Unit
Tah
un
2005 s.d. 2011 2012-2013 2014 2015 2016
Rumah Susun Terhuni 183 314 289 71 34
Rumah Susun Terhuni
0%
13%
34% 53%
Penilaian Kondisi Bangunan Rumah Susun MBR, TNI, Polri
Sangat Buruk Buruk
Baik
Sangat Baik
B A B I V – A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A | 96
Dari sisi kenyamanan sebagai tempat tinggal, menurut
persepsi penerima manfaat sebagian besar
menyatakan sudah sangat baik. Sebesar 62%
responden menyatakan hal tersebut. Hal ini
menunjukan bahwa penghuni mengalami peningkatan
kualitas hunian jika dibandingkan dengan tempat
tinggal sebelumnya. Penghuni merasa nyaman karena
lingkungan penghuni rumah susun yang memiliki
homogen (latar belakang sama) seperti sesama PNS,
anggota TNI dan Polri.
Berdasarkan tingkat keamanan hunian, sebanyak 78%
responden dari kelompok penerima manfaat rumah
susun yang menyampaikan bahwa lingkungan sangat
baik. Mayoritas rumah susun TNI dan Polri berada
dalam kawasan asrama TNI dan Polri sehingga dapat
dipastikan aman. Sedangkan pada beberapa rumah
susun MBR khususnya yang diperuntukkan bagi PNS
sudah terdapat penjaga keamanan.
Untuk pemeliharaan Rumah Susun MBR, TNI dan
Polri, mayoritas untuk pemeliharaan unit hunian
menjadi tanggung jawab penghuni. Pemeliharaan
ruang bersama dilaksanakan oleh petugas kebersihan
dan kerjabakti. Berdasarkan hasil observasi,
terpelihara atau tidaknya rumah susun juga
bergantung pada penghuni yang tinggal. Jika
penghuni sadar akan kebersihan, meskipun tidak
terdapat kerjabakti maka ruang bersama akan ikut
dibersihkan jika tidak maka akan tetap dibiarkan kotor.
Sebagai contoh, Rumah Susun MBR Lampulo di Kota
Banda Aceh tidak ada petugas kebersihan dan jadwal kerjabakti. Pada lantai 2 rumah susun, mayoritas
penghuni ikut membersihkan koridor sehingga lingkungan terlihat bersih. Berbeda di lantai 3 rumah susun,
dimana penghuni tidak sadar akan pemeliharaan kebersihan sehingga pada koridor terdapat sampah
berserakan.
0%
7%
31%
62%
Penilaian Tingkat Kenyamanan Hunian Rumah Susun MBR, TNI,
Polri
Sangat Buruk
Buruk
Baik
Sangat Baik
4%
18%
78%
Penilaian Tingkat Keamanan Hunian Rumah Susun MBR, TNI,
Polri
Sangat Buruk
Buruk
Baik
Sangat Baik
2%
35%
63%
Penilaian Tingkat Kebersihan Hunian Rumah Susun MBR, TNI,
Polri
Sangat Buruk
Buruk
Baik
Sangat Baik
97 | B A B I V – A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Penilaian kebersihan berdasarkan persepsi kelompok penerima manfaat rumah susun dapat dilihat pada
grafik yang tersedia di Gambar. Berdasarkan grafik tersebut diketahui bahwa 63% responden akan
menilai tingkat kebersihan sangat baik dan 35% menilai tingkat kebersihan baik. Sebanyak 2% responden
menilai kondisi rumah susun buruk, hal ini didasari karena pada beberapa rumah susun memiliki kualitas
air yang kurang baik. Kualitas air yang berwarna dan berbau mengakibatkan penghuni mengalami gatal-
gatal jika air tidak disaring kembali.
Pada kelompok penerima bantuan rumah susun,
hampir seluruh responden menyatakan kegiatan
keluarga seperti beristirahat, belajar dan bermain anak
lebih baik dibandingkan tempat tinggal sebelumnya.
Pernyataan ini sebagian besar disampaikan oleh
kelompok responden yang sudah berkeluarga. Hal ini
dikarenakan, pada rumah susun yang memiliki ruang
bersama seperti di koridor, lantai dasar dan parkiran
yang cukup luas untuk tempat bermain anak. Selain
itu, ada juga responden yang menyatakan kegiatan
bersama keluarga lebih baik karena rumah menjadi lebih luas bila dibandingkan dengan rumah
sebelumnya, di rumah susun terdapat 2 kamar dan ruang tamu. Persepsi penghuni mengenai hal tersebut
dapat dilihat pada grafik yang disajikan. Pada grafik tersebut menunjukan bahwa 71% responden menilai
aktifitas keluarga lebih baik dari tempat sebelumnya.
Pada kelompok penerima program Rumah Susun,
hampir semua responden menyatakan bahwa kondisi
hubungan antar tetangga/masyarakat di Rusun tempat
tinggal sekarang sangat baik dan tidak ada yang
menyatakan kondisinya buruk dan sangat buruk.
Hubungan sosial yang terdapat di rumah susun
diperoleh dengan kerja bakti pemeliharaan lingkungan,
arisan bahkan terdapat penghuni yang mengadakan
kegiatan memasak bersama. Untuk rumah susun yang
berpenghuni mayoritas PNS menyampaikan
lingkungan rumah susun lebih nyaman karena
tetangga yang tinggal sesama PNS.
0% 0%
26%
74%
Penilaian Terhadap Aktivitas Masyarakat di Hunian Rumah
Susun MBR, TNI, Polri
Sangat Buruk
Buruk
Baik
Sangat Baik
0% 5%
24%
71%
Penilaian Terhadap Peningkatan Aktivitas Kelurga di Hunian Rumah Susun MBR,
TNI, Polri
Sangat Buruk
Buruk
Baik
Sangat Baik
B A B I V – A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A | 98
Dari sisi keterjangkauan fasilitas umum sebagaian
besar penghuni mengatakan sangat baik dan baik
dengan presentase mencapai 98% dari total
responden. Faktor pendukung pernyataan ini karena
lokasi rumah susun yang umumnya tidak jauh dari
Kota atau pusat-pusat kegiatan, meskipun tidak
semuanya, sehingga mencipatkan kemudahan yang
lebih baik dalam memperoleh kebutuhan hidup sehari-
hari. Pada kasus rumah susun TNI dan Polri, faktor
pendukung lainnya adalah lokasi rumah susun yang
berada dalam komplek asrama dimana seluruh
fasilitas umum seperti tempat ibadah, sarana
kesehatan, sarana perniagaan, sarana pendidikan dan
lapangan olah raga telah tersedia.
Meskipun mayoritas responden menyatakan bahwa
fasilitas umum mudah dijangkau dari rumah susun
ternyata dari sisi kemudahan mendapatkan
transportasi umum masih terdapat penghuni yang
menyatakan buruk (14%) dan sangat buruk (4%). Hal
ini dikarenakan lokasi rumah susun yang tidak dilalui
oleh angkutan umum. Berdasarkan observasi dan
wawancara penghuni rumah susun telah memiliki
kendaraan pribadi seperti sepeda motor untuk
berpergian. Kepemilikan sepeda motor ini meperkecil
kecil pengaruh sulitnya angkutan umum dalam
pelaksanaan aktivitas sehari-hari penghuni.
0%
2%
26%
72%
Penilaian Terhadap Aksesbilitas Menuju Fasilitas Umum dari
Rumah Susun MBR, TNI, Polri
Sangat Buruk
Buruk
Baik
4%
14%
16%
66%
Penilaian Kemudahaan Transportasi Umum dari
Rumah Susun MBR, TNI, Polri
Sangat Buruk
Buruk
Baik
99 | B A B I V – A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
II. Rumah Susun Mahasiswa dan Pondok Pesantren
Seluruh responden menyatakan bahwa dengan tinggal
di rumah susun tingkat konduktivitas belajar dan
menghadiri kegiatan kampus ataupun pondok
pesantren sangat baik sebesar 71% dan 29% menilai
cukup baik. Penilaian tersebut juga diikuti dengan
pernyataan para penghuni yang lebih memilih tinggal
di rumah susun agar lebih fokus dalam belajar karena
lebih banyak teman untuk diajak berdiskusi dan
kegiatan rutin bersama untuk meningkatkan keilmuan
penghuni. Pada rumah susun pondok pesantren
umumnya kegiatan rutin yang dilaksanakan adalah
sholat berjamaah, mengaji dan menghafal Al-Qur’an,
serta dzikir bersama.
Faktor lain yang menyebabkan penghuni lebih memilih
tinggal di rumah susun karena jarak rumah susun yang
lebih dekat dengan kampus dan harga sewa yang
lebih murah. Umumnya rumah susun bagi mahasiswa
dan pondok pesantren ini dibagun dalam satu
kawasan dengan ruang belajar. Jarak antara rumah
susun dengan ruang belajar umumnya kurang dari 1
km, sehingga penghuni dapat mengakses ruang
belajar hanya dengan berjalan kaki.
Penilaian penghuni terhadap tingkat kenyamanan
tinggal di rumah susun yaitu mayoritas responden
merasa sangat nyaman (48%) dan cukup nyaman
(23%) tinggal di rumah susun, hanya 29% yang
merasa sangat tidak nyaman. Penghuni yang menilai
kurang nyaman, umumnya disebabkan karena kondisi
bangunan sudah mulai mengalami kerusakan.
Dari sisi keamanan, sebanyak 52% responden
merasa tinggal di rumah susun sangat aman. Hal ini
dikarenakan mayoritas rumah susun mahasiswa dan
pondok pesantren dijaga oleh kepala asrama dan
29%
71%
Penilaian Tingkat Konduktifitas Belajar di Rumah Susun Mahasiswa dan Ponpes
Sangat Buruk
Buruk
Baik
29%
23%
48%
Penilaian Tingkat Kenyamanan Hunian di Rumah Susun Mahasiswa dan Ponpes
Sangat Buruk
Buruk
Baik
22%
26% 52%
Penilaian Tingkat Keamanan Hunian di Rumah Susun Mahasiswa dan Ponpes
Sangat Buruk
Buruk
Baik
13%
19%
42%
26%
Penilaian Kondisi Bangunan Rumah Susun Mahasiswa dan
Ponpes
Sangat Buruk
Buruk
Baik
B A B I V – A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A | 100
petugas keamanan. Secara lebih detail penilaian
responden terhadap tingkat keamanan rumah susun
dapat dilihat pada grafik yang disajikan.
Untuk kondisi bangunan rumah susun, penilaian
responden adalah sebagai berikut 42% baik, 26%
sangat baik, 19% buruk dan 13% sangat buruk.
Responden yang menilai kondisi bangunan buruk dan
sangat buruk dikarenakan terdapat kerusakan pada
bangunan seperti terjadi kebocoran.
Untuk pemeliharaan kebersihan ruang bersama rumah
susun umumnya dilaksanakan oleh petugas
kebersihan sedangkan untuk kamar diserahkan pada
masing-masing penghuni. Pada rumah susun pondok
pesantren kegiatan pemeliharaan ruang bersama
rumah susun dilaksanakan oleh para santri penghuni
rumah susun, dengan mengadakan kerja bakti dengan
periode mingguan ataupun bulanan serta adanya piket
santri. Penilaian responden terhadap tingkat
kebersihan rumah susun dapat dilihat pada grafik yang
disajikan. Berdasarkan data yang didapat, mayoritas
responden menilai tingkat kebersihan rumah susun
sudah sangat baik dengan presentase sebesar 52%
dari jumlah responden.
4.1.8.2 Analisis Manfaat terhadap Penyediaan Rumah Khusus 1. Capaian Penghunian Rumah Khusus
Salah satu upaya yang dilaksanakan oleh Ditjen. Penyediaan Perumahan dalam
rangka pengurangan backlog adalah melalui penyediaan Rumah Khusus. Tujuan
dari pelaksanaan penyediaan Rumah Susun yaitu untuk memberikan hunian yang
layak bagi MBR. Berikut capaian penghunian Rumah Khusus Ditjen. Penyediaan
Perumahan s/d tahun 2016:
3%
26%
19%
52%
Penilaian Tingkat Kebersihan Rumah Susun Mahasiswa dan
Ponpes
Sangat Buruk
Buruk
Baik
101 | B A B I V – A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Tabel IV.27 Capaian Penghunian Rumah Khusus s/d Tahun 2016
TA Terhuni (Unit) Dalam Proses (unit)
2006-2010 2.191 826
2011 621 109
2012 459 387
2013 1.224 550
2014 1431 547
2015 5.658 744
2016 5.291 752
TOTAL 16.875 3.915
Gambar IV.22 Capaian Penghunian Rumah Khusus s/d Tahun 2016
1. Hasil evaluasi manfaat penyediaan Rumah Khusus
Rumah Khusus
Pada kelompok penerima manfaat bantuan rumah
khusus menyatakan bahwa kualitas fisik bangunan
rumah khusus sebagai tempat tinggal saat ini sangat
baik dengan presentase 70% dan baik dengan
presentase 21% dari jumlah responden. Hal ini
menunjukan bahwa terjadi peningkatan kualitas
bangunan tempat tinggal yang dirasakan oleh
0
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
16.000
18.000
1 2 3 4 5 6 7 8
Terhuni (Unit) 2.191 621 459 1.224 1431 5.658 5.291 16.875
Dalam Proses (Unit) 826 109 387 550 547 744 752 3.915
UN
IT
Penghunian Rumah Khusus s/d 2016
0%
9%
21%
70%
Penilaian Kondisi Bangunan Rumah Khusus
Sangat Buruk
Buruk
Baik
Sangat Baik
B A B I V – A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A | 102
Rumah Khusus
kelompok penerima bantuan rumah khusus.
Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa
mayoritas penerima manfaat sebelumnya tinggal di
rumah tidak permanen atau rumah semi permanen
bahkan ada yang di rumah liar dibantaran sungai,
dengan dibangunnya rumah khusus mereka dapat
tinggal di rumah layak huni. Selain itu, terdapat 13%
dari total responden yang menyatakan kondisi
bangunan rumah khusus buruk. Hal ini dikarenakan
pada beberapa lokasi rumah khusus kondisi bangunan
sudah ada yang retak-retak, bahkan ada yang
mengalami kerusakan.
Dari sisi kenyamanan sebagai tempat tinggal, menurut
persepsi penerima manfaat sebagian besar
menyatakan sudah sangat baik sebesar 65%
responden menyatakan hal tersebut. Hal ini
menunjukan bahwa penghuni mengalami peningkatan
kualitas hunian jika dibandingkan dengan tempat
tinggal sebelumnya. Penghuni merasa nyaman karena
mayoritas penghuni sebelumnya tempat tinggal
penghuni sudah rusak, sehingga penghuni merasa
tidak dapat beristirahat dengan nyaman di rumah.
Faktor lain yang mepengaruhi penilaian penghuni
adalah bagi penghuni nelayan, rumah khusus yang
disediakan mendekat mereka dengan tempat
sandaran perahu. Untuk meningkatkan kenyamanan,
beberapa penerima manfaat juga melakukan
peningkatan bangunan rumah khusus seperti
menambah dapur, carport, dan taman.
0% 6%
29%
65%
Penilaian Tingkat Kenyamanan Hunian Rumah Khusus
Sangat Buruk
Buruk
Baik
Sangat Baik
103 | B A B I V – A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Rumah Khusus
Berdasarkan tingkat keamanan hunian, kelompok
penerima manfaat menyatakan bahwa keamanan
lingkungan hunian sangat baik dan baik. Berbeda
halnya dengan rumah susun yang memiliki petugas
keamanan, pada rumah khusus tidak terdapat petugas
keamanan bahkan sistem siskambling pun masih
belum terlaksana tetapi penghuni tetap merasa aman.
Faktor pendorong persepsi tersebut karena penghuni
merasa bahwa lingkungan rumah khusus yang
umumnya tetangga mereka sama dengan di tempat
sebelumnya, sehingga lingkungan tetap aman.
persepsi kelompok penerima manfaat rumah khusus
mengenai tingkat kebersihan lingkungan hunian
memiliki pendapat yang beragam. Pada grafik yang
disajikan, diketahui bahwa sebanyak 63% reponden
menilai tingkat kebersihan sangat baik, 33% menilai
baik, 2% menilai buruk dan 2% menilai sangat buruk.
Terdapat responden yang menilai buruk karena pada
lokasi hunian rumah khusus ada yang tidak dilengkapi
dengan tempat pembuangan sampah sementara,
drainase tidak mengalir atau tidak tersambung pada
saluran primer serta lokasi rumah khusus di dekat
rawa. Kondisi-kondisi tersebut juga dapat berpengaruh
pada kondisi kesehatan penghuni, karena tempat
tersebut menjadi sarana nyamuk berkembang biak
yang dapat menyebabkan berbagai penyakit.
0%
29%
71%
Penilaian Tingkat Keamanan Hunian Rumah Khusus
Sangat Buruk
Buruk
Baik
2% 2%
33%
63%
Penilaian Tingkat Kebersihan Hunian Rumah Khusus
Sangat Buruk
Buruk
Baik
Sangat Baik
B A B I V – A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A | 104
Rumah Khusus
Pada kelompok penerima bantuan rumah khusus,
hampir seluruh responden menyatakan kegiatan
keluarga seperti beristirahat, belajar dan bermain anak
lebih baik dibandingkan tempat tinggal sebelumnya.
Telah dijelaskan bahwa mayoritas penerima manfaat
sebelumnya tinggal di rumah tidak permanen atau
rumah semi permanen. Sebagian besar penghuni
rumah khusus adalah nelayan yang sebelumnya
tinggal pada rumah panggung di atas air (laut atau
sungai) dengan kondisi bangunan yang sudah tidak
baik lagi. Lokasi rumah tersebut tidak aman untuk
tempat bermain anak, setelah pindah di rumah
penghuni yang memiliki anak-anak sudah tidak
khawatir anaknya akan jatuh ke air dan anak-anak
dapat bermain dengan lebih aman.
Selain itu, ada juga responden yang menyatakan
kegiatan bersama keluarga lebih baik karena rumah
menjadi lebih luas. Pada grafik yang disajikan, dapat
dilihat bahwa 58% responden menilai aktifitas keluarga
lebih baik dari tempat sebelumnya.
Rumah khusus yang dibangun dikelompokan sesuai
target penerima seperti PNS, TNI, Polri, Nelayan dan
lainnya. Pada beberapa rumah khusus memang
diperuntukan untuk relokasi lokasi hunian yang tidak
sesuai seperti rumah liar, rumah di sempadan pantai
dan sungai. Hal ini mengakibatkan penghuni rumah
khusus memiliki tetangga yang sama dengan tempat
tinggal sebelumnya yang sudah saling mengenal,
meskipun tidak terlalu banyak kegiatan bersama
seperti yang terdapat di rumah khusus. Faktor tersebut
menyebabkan responden kelompok rumah khusus
menyatakan bahwa kondisi hubungan antar
tetangga/masyarkat saat ini sangat baik dan baik, tidak
ada responden yang menyatakan buruk dan sangat
0% 2%
40%
58%
Penilaian Terhadap Peningkatan Aktivitas Keluarga
di Hunian Rumah Khusus
Sangat Buruk
Buruk
Baik
0% 0%
41%
59%
Penilaian Terhadap Aktivitas Masyarakat di Hunian Rumah
Khusus
Sangat Buruk
Buruk
Baik
105 | B A B I V – A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Rumah Khusus
buruk. Kegiatan antar tetangga yang dilakukan di
lingkungan rumah khusus umumnya adalah kerja bakti
pemeliharaan lingkungan.
Dari sisi keterjangkauan fasilitas umum sebagaian
besar mengatakan sangat baik dan baik dengan
presentase mencapai 96% dari total responden. Faktor
pendukung pernyataan ini karena lokasi rumah khusus
yang umumnya tidak jauh dari tempat kerja dan pusat-
pusat kegiatan, meskipun tidak semuanya, sehingga
mencipatkan kemudahan yang lebih baik dalam
memperoleh kebutuhan hidup sehari-hari. Pada kasus
rumah khusus TNI dan Polri sama dengan halnya
rumah susun TNI dan Polri, faktor pendukung lainnya
adalah lokasi rumah khusus yang berada dalam
komplek asrama dimana seluruh fasilitas umum
seperti tempat ibadah, sarana kesehatan, sarana
perniagaan, sarana pendidikan dan lapangan olah
raga telah tersedia.
Penyediaan rumah khusus yang berada di wilayah
perbatasan sehingga memang tidak tersedia
transportasi umum, meskipun tidak semuanya.
Penilaian responden kelompok penerima manfaat
rumah khusus terhadap kemudahan mendapatkan
transportasi umum adalah .Penyediaan rumah khusus
juga diupayakan mendekatkan penerima dekat lokasi
mereka bekerja seperti rumah khusus bagi nelayan
yang dekat dengan tempat sandaran perahu, untuk
TNI dan Polri yang berada di asrama, sehingga dapat
ditempuh dengan berjalan kaki.
2% 2%
33%
63%
Penilaian Terhadap Aksesbilitas Menuju Fasilitas Umum dari Rumah
Khusus
Sangat Buruk
Buruk
Baik
0% 10%
60%
30%
Penilaian Kemudahaan Transportasi Umum dari Rumah
Khusus
Sangat Buruk
Buruk
Baik
B A B I V – A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A | 106
4.1.8.3 Analisis Manfaat terhadap Penyediaan Rumah Swadaya 2. Hasil evaluasi manfaat penyediaan Rumah Swadaya
Rumah Swadaya
Pada kelompok penerima manfaat program BSPS,
menilai bahwa kualitas bangunan rumah swadaya
yang sekarang banyak sekali mengalami perbaikan.
Hal ini dapat dilihat bahwa 79% responden
menyampaikan bahwa kualitas bangunan saat ini
sangat baik dan baik sebesar 18% dibandingkan
dengan sebelumnya. Penerima BSPS memiliki kondisi
rumah yang sudah tidak layak huni, berdasarkan hasil
observasi dan wawancara kondisi rumah sebelumnya
rumah tidak permanen dengan dinding papan atau
bambu belah dan lantai tanah, bahkan terdapat
penerima bantuan yang rumahnya sudah hampir
roboh. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara,
tidak hanya sekedar memperbaiki rumah kesempatan
ini digunakan penerima bantuan untuk memperluas
bangunan. Perbaikan rumah juga pada beberapa
daerah menambahkan ornamen lokal. Akan tetapi
masih ada responden yang menyatakan kondisi
bangunan yang buruk setelah menerima bantuan. Hal
ini disebabkan oleh beberapa kemungkinan yang
salah satunya berlandaskan hasil wawancara dan
observasi adalah karena kekurangpuasan penerima
bantuan terhadap perbaikan yang bisa dilakukan
karena keterbatasan dana.
Dari sisi kenyamanan, sebagian besar menyatakan
bahwa setelah mengalami perbaikan sangat baik. Hal
ini terlihat dari sebanyak 83% responden menilai
tingkat kenyamanan hunian setelah mengalami
perbaikan sangat baik. Penilaian tingkat kenyamanan
ini selaras dengan penilaian terhadap kualitas
bangunan. Berdasarkan hasil wawancara, penerima
bantuan merasa lebih nyaman karena rumah yang
0% 3%
18%
79%
Penilaian Kondisi Bangunan Rumah Swadaya
Sangat Buruk
Buruk
Baik
0%
5% 12%
83%
Penilaian Tingkat Kenyamanan Hunian Rumah Swadaya
Sangat Buruk
Buruk
Baik
107 | B A B I V – A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Rumah Swadaya
ditempati sudah lebih baik, sehingga tidak merasa
khawatir terhadap kondisi rumah dan dapat tinggal
dengan nyaman.
Dari segi tingkat kebersihan tempat tinggal sebanyak
76% responden menilai bahwa tingkat kebersihan
hunian sangat baik dan 19% menilai baik. Salah satu
faktor penerima manfaat menyatakan hal tersebut
karena kondisi lantai rumah sebelumnya hanya tanah
dan setelah menerima BSPS ditingkatkan menjadi
lantai semen (plester). Dimana kondisi tersebut
berdampak pada berkurangnya debu karena lantai
semen. Kondisi kebersihan lingkungan juga
bergantung pada gaya hidup masyarakat.
Berdasarkan hasil observasi, pada lokasi BSPS di
perkotaan merupakan lokasi kumuh meskipun tidak
semuanya. Salah satunya yang terdapat di Kota
Palembang dimana penerima BSPS berlokasi di dekat
rawa dan industri perumahan. Pada lokasi tersebut
mayoritas masyarakat kurang sadar akan kebersihan
sehingga memiliki gaya hidup membuang sampah
sembarangan (langsung dibuang ke rawa).
Jika dilihat dari ketersediaan sanitasi salah satunya
MCK juga terdapat peningkatan. Bagi masyarakat
yang sadar akan pentingnya sanitasi, mereka akan
membangun MCK saat perbaikan. Sayangnya karena
ketersediaan dana yang terbatas, masalah sanitasi ini
tidak terlalu diprioritaskan oleh masyarakat.
Ketidaktersediaan sanitasi dapat berdampak pada
pencemaran lingkungan. Berdasarkan hasil
wawancara, untuk MCK menggunakan MCK
sementara di luar rumah, bahkan masih terdapat
penerima bantuan yang melakukannya di sungai atau
sawah.
0% 5%
19%
76%
Penilaian Tingkat Kebersihan Rumah Swadaya
Sangat Buruk
Buruk
Baik
Ya Tidak
Sebelum 53 34
Sesudah 67 20
0
20
40
60
80
Ketersediaan MCK Sebelum dan Sesudah Menerima Program BSPS
B A B I V – A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A | 108
Rumah Swadaya
Kondisi rumah yang tidak layak huni dapat berdampak
pada kondisi kesehatan penghuninya. Berdasarkan
hasil wawancara diketahui bahwa responden
kelompok penerima manfaat program BSPS terbanyak
mengeluh pernah menderita diare saat tinggal di
rumah tidak layak huni, disusul oleh gangguan
pernafasan, penyakit kulit dan lainnya. Pada grafik
yang disajikan, dapat dilihat bahwa keluhan terhadap
kondisi kesehatan setelah rumah diperbaiki dengan
program BSPS mulai berkurang. Akan tetapi
keterkaitan antara kondisi tempat tinggal dengan
kondisi kesehatan penghuni perlu dilakukan kajian
lebih mendalam.
Sebanyak 88% responden berpendapat kegiatan
keluraga di rumah sangat baik. Peningkatan kegiatan
yang keluarga yang dirasa menjadi lebih baik oleh
kelompok penerima manfaat program BSPS adalah
beristirahat atau tidur. Hal ini dikarenakan pada kondisi
rumah sebelumnya sebagaian besar mengalami
kebocoran atap, sehingga tidak dapat beristirahat
dengan baik saat hujan deras. Selain itu, dengan
diperbaikinya rumah yang umumnya menjadi rumah
permanen sehingga anggota keluarga lebih nyaman
dan lebih sering beraktivitas di dalam rumah.
93
5 0 2 0 0
20
40
60
80
100
Kondisi Kesehatan Penghuni Sebelum dan Sesudah Menerima
Program BSPS
Sebelum
Sesudah
0% 3%
9%
88%
Penilaian Terhadap Peningkatan Aktivitas Keluarga
Setelah BSPS
Sangat Buruk
Buruk
Baik
Sangat Baik
0,00%
5,00%
10,00%
15,00%
20,00%
25,00%
0 - 15%
16 - 30%
31 - 50%
51 - 100%
101 - 150%
151 - 200%
201 - 300%
301 - 400%
>400%
Series1 20,72% 8,11% 9,91% 11,71% 19,82% 4,50% 15,32% 1,80% 8,11%
Dana Swadaya Penerima Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya
109 | B A B I V – A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Rumah Swadaya
Program BSPS merupakan suatu program stimulan untuk meningkatkan keswadayaan masyarakat dalam
pembangunan atau peningkatan kualitas rumahnya. Besarnya bantuan yang diberikan beragam mulai dari
Rp 7.500.000 hingga Rp 15.000.000 yang diberikan dalam bentuk bahan bangunan. Berdasarkan hasil
wawancara juga diketahui bahwa penerima bantuan ingin memperbaiki rumah swadaya, akan tetapi tidak
memiliki keberanian atau khawatir bahwa dana yang dimiliki tidak mencukupi. Pada gambar dibawah ini
dapat dilihat bahwa dana swadaya yang dikeluarkan masyarakat besarnya cukup beragam mulai dari 0%
sampai diatas 400% dari nilai bantuan yang diberikan. Nilai dana swadaya tertinggi yang dikeluarkan
mencapai Rp 70.000.000,-. Sumber dana swadaya juga beragam mulai dari tabungan, arisan, bantuan
anak atau keluarga, menjual ternak bahkan sampai meminjam. Hal ini menunjukan bahwa program BSPS
berhasil merangsang keswadayaan masyarakat untuk memperbaiki rumah. Pada salah satu desa di
Kabupaten Tabanan, Kepala Desa berinisiatif menghubungi keluarga penerima bantuan untuk dapat
membantu menambah dana swadaya. Selain itu, dengan adanya program BSPS dapat terlihat kondisi
sosial masyarakat yang mampu bergotong royong untuk memperbaiki rumah.
4.1.8.4 Analisis Manfaat terhadap Bantuan Stimulan PSU 1. Hasil evaluasi manfaat Bantuan Stimulan PSU
Prasarana Sarana Utilitas (PSU)
Jika dilihat dari persepsi penerima bantuan diketahui
bahwa ketersediaan PSU dalam menentukan
pemilihan membeli rumah sangat berpengaruh (47%)
dan cukup berpengaruh (43%). Responden yang
menyampaikan hal tersebut mencapai 90%. Akan
tetapi, terdapat penghuni yang menyampaikan bahwa
ketersediaan PSU kurang dan tidak berpengaruh pada
pemilihan tempat tinggal. Berdasarkan hasil
wawancara, faktor lain dalam pemilihan tempat tinggal
adalah harga rumah yang murah dan askesbilitas dari
lokasi perumahan ke tempat kerja.
0% 5% 5%
43%
47%
Penilaian Pengaruh Ketersediaan PSU Terhadap
Pertimbangan Membeli Rumah
Tidak Menilai
Tidak Berpengaruh
Kurang Berpengaruh
Berpengaruh
B A B I V – A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A | 110
Prasarana Sarana Utilitas (PSU)
Umumnya bantuan PSU yang diberikan oleh Ditjen.
Penyediaan Perumahan berupa jalan lingkungan
perumahan dengan perkerasan aspal, beton atau
paving block. Berdasarkan hasil wawancara, diketahui
ketersedian PSU yang menjadi prioritas bagi penerima
manfaat adalah ketersediaan jalan. Meskipun menurut
beberapa responden kondisi jalan yang belum
diperkeras tidak menjadi masalah karena mereka
yakin pengembang akan segera melakukan
perkerasan jalan tersebut. Selaras dengan pernyataan
tersebut sebesar 33,3% reponden menyatakan bahwa
informasi pembangunan PSU (jalan) diterima dari
pengembang.
0,00%
33,33%
0,00%
28,60%
14,30%
9,50%
4,80%
4,80%
0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00%
Pemerintah
Pengembang
Kelurahan
Masyarakat
Saudara
Teman
Tidak Tahu
Dari Diklat PNPM
Informasi Pembangunan PSU
0,00%
20,00%
40,00%
60,00%
80,00%
Sangat Buruk
Buruk Baik Sangat Baik
Sangat Buruk
Buruk Baik Sangat Baik
Sebelum Sesudah
Kondisi Kebersihan Lingkungan Sebelum dan Sesudah Menerima Bantuan PSU
0,00% 20,00% 40,00% 60,00% 80,00%
Sangat Buruk
Buruk Baik Sangat Baik
Sangat Buruk
Buruk Baik Sangat Baik
Sebelum Sesudah
Tingkat Aksesbilitas Sebelum dan Sesudah Menerima Bantuan PSU
111 | B A B I V – A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Prasarana Sarana Utilitas (PSU)
Kelompok penerima manfaat bantuan PSU juga menyampaikan bahwa setelah dibangunnya PSU jalan
kondisi kebersihan lingkungan, aksesbilitas lingkungan dan tingkat kenyamanan semakin meningkat
dibanding sebelumnya. Hal tersebut dapat dilihat pada grafik yang disajikan, dimana terdapat responden
yang menilai kondisi kebersihan, aksesbilitas dan kenyamanan buruk. Setelah dibangunnya PSU
penilaian tersebut berubah menjadi baik dan sangat baik. Salah satu faktor penyebab perubahan tersebut
karena sebelumnya kondisi jalan yang berada di lingkungan perumahan masih tanah sehingga saat
kondisi hujan jalan akan berlumpur. Salah satu responden menyampaikan akibat jalanan berlumpur tidak
dapat pergi ke luar rumah untuk beraktifitas. Bantuan PSU jalan yang diberikan juga menstimulasi
pengembang untuk menyediakan PSU lainnya seperti saluran drainase. Akan tetapi mengenai keterkaitan
antara dukungan PSU dengan mendorong minat pengembang membangun rumah yang layak dan
terjangkau bagi MBR, dengan menurunkan harga jual rumah karena pengembang tidak perlu membangun
PSU perlu dikaji lebih lanjut.
4.2 Realisasi Anggaran
Realisasi anggaran Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan Tahun 2017 adalah
sebesar 94,32% yang diperoleh dari perbandingan antara realisasi anggaran
sebesar Rp. 7.686.283.100 dengan pagu Direktorat Jenderal Penyediaan
Perumahan sebesar Rp. 8.148.813.000.
Tabel IV.28 Realisasi Anggaran berdasarkan DIPA Ditjen Penyediaan Perumahan Tahun 2017
No Satuan Kerja PAGU
EFEKTIF
KEU THD PAGU EFEKTIF
FISIK
Real 14 Jan '18 14 Jan '18
(Rp juta) (%) (%)
1 2 4 7 8 9
1 Setditjen Penyediaan Perumahan 121.600 97.638 80,29 100,00
2 a. Direktorat Perencanaan 28.000 26.877 95,99 100,00
0,00%
20,00%
40,00%
60,00%
80,00%
Sangat Buruk
Buruk Baik Sangat Baik
Sangat Buruk
Buruk Baik Sangat Baik
Sebelum Sesudah
Tingkat Kenyamanan Sebelum dan Sesudah Menerima Bantuan PSU
B A B I V – A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A | 112
b. SNVT Randal 105.663 97.537 92,31 100,00
3 a. Direktorat Rumah Susun 36.121 32.845 90,93 100,00
b. SNVT Rumah Susun 1.013.184 956.084 94,36 96,72
4 a. Direktorat Rumah Khusus 29.520 26.227 88,84 98,80
b. SNVT Rumah Khusus 672.214 648.893 96,53 98,81
5 Pengembangan Perumahan 4.085.961 3.766.991 92,19 93,61
6
a. Direktorat Rumah Swadaya 28.800 28.113 97,62 100,00
b. Penyediaan Rumah Swadaya 214.000 209.601 97,94 98,03
c. SNVT Rumah Swadaya 1.687.550 1.671.025 99,02 99,54
7 a. Direktorat RUK 26.700 26.518 99,32 100,00
b. Fasilitasi Rumah Umum 99.500 97.934 98,43 100,00
TOTAL 8.148.813 7.686.283 94,32 96,21
Berdasarkan tabel di atas, maka perbandingan realisasi anggaran tahun 2015, 2016,
dan 2017 yaitu sebagai berikut:
Gambar IV.23 Realisasi Anggaran Tahun 2015, 2016 dan 2017
7768 7716 8149
6712 7505 7686
0
2000
4000
6000
8000
10000
2015 2016 2017
Target & Realisasi Anggaran (Rp.000)
target realisasi
PENUTUP
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan
tahun 2017 merupakan laporan tahun ketiga pelaksanaan
RPJMN 2015-2019. Laporan Kinerja ini merupakan laporan
pertanggungjawaban atas kinerja Dirjen Penyediaan Perumahan
untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan
2015-2019.
Dari analisis akuntabilitas kinerja dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan program dan kegiatan dalam perjanjian kinerja
sudah dapat dilaksanakan dengan baik, ditandai dengan
beberapa pencapaian kinerja yang telah melebihi target yang
ditetapkan, namun demikian dalam pelaksanaan belum
mencapai hasil yang optimal.
5.1 Permasalahan
Keberhasilan pencapaian target tidak terlepas dari
permasalahan atau kendala yang dihadapi, permasalahan yang
dihadapi Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan. Secara
umum permasalahan yang dihadapi oleh Ditjen. Penyediaan
Perumahan pada tahun 2017 secara umum yaitu antara lain:
1. Kurangnya persiapan terkait masalah perijinan (IMB) serta
kesesuaian peraturan daerah yang berlaku di awal kegiatan
sehingga proses pembangunan dan penghunian menjadi
tidak lancar.
115 | B A B V - K E S I M P U L A N
2. Keterbatasan tenaga kerja dan alat kerja, dan pengiriman material konstruksi
yang terlambat karena akses/transportasi ke lokasi pembangunan yang susah
dijangkau (khususnya yang jauh dari kota) masih menjadi salah satu kendala
yang dihadapi dari tahun ke tahun.
3. Biaya konstruksi yang tidak terduga (membengkak) karena kondisi lapangan
berbeda dengan saat penyusunan dokumen perencanaan, menuntut Ditjen.
Penyediaan Perumahan untuk perlu memastikan para kontraktor agar
memperhatikan hal-hal tersebut pada saat masa penawaran.
4. Adanya perpindahan lokasi dan permasalahan lahan yang belum clear and clean
masih dialami pada tahun 2017. Lokasi yang tidak pasti juga menjadi penyebab
sering adanya perubahan dalam penyusunan DED sehingga waktu pelaksanaan
kegiatan menjadi lama.
5. Keterbatasan kapasitas pengembang (developer) yang belum didukung oleh
regulasi yang bersifat insentif.
6. Pendataan Calon Penerima Bantuan (CPB) yang masih belum efektif
mengakibatkan banyaknya data calon penerima bantuan yang tidak valid
sehingga memperlambat penyaluran BSPS.
7. Belum tersosialisasikannya program BSPS mengakibatkan para pemangku
kepentingan kurang paham sehingga terjadi perbedaan persepsi atas
pelaksanaan program BSPS.
8. Kinerja fasilitator, peran tim koordinasi provinsi dan tim teknis Kab/Kota yang
kurang efektif dalam mengontrol pelaksanaan BSPS.
9. Sebagian besar masyarakat tidak memiliki keterampilan pertukangan sehingga
dalam mengerjakan pembangunan/peningkatan kualitas rumahnya masih
mengandalkan tenaga tukang.
10. Terbatasanya ketersediaan Toko Penyedia Bahan Bangunan di Lokasi Penerima
Bantuan yang mampu mengakomodir seluruh kebutuhan penerima bantuan baik
dari segi kecukupan modal, ketersediaan material maupun kesiapan armadanya.
5.2 Langkah Ke Depan
Dalam mengatasi berbagai permasalahan tersebut di atas untuk meningkatkan
kinerja pada masa yang akan datang diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:
B A B V - K E S I M P U L A N | 116
1. Perlu adanya persiapan yang lebih matang yang terkait dengan perihal perijinan
seperti IMB dan peraturan-peraturan daerah yang berlaku di lokasi proyek
pembangunan.
2. Ditjen. Penyediaan Perumahan perlu lebih tegas mengontrol tugas Manajemen
Konstruksi (MK) agar lebih sigap dan mampu mendorong kontraktor agar dapat
menambah tenaga kerja dan peralatan kerjanya.
3. Panitia lelang perlu memastikan apakah kontraktor benar-benar sudah
memperhitungkan segala biaya konstruksi yang dihitung oleh kontraktor yang
sesuai dengan kondisi lokasi pembangunan rumah susun.
4. Perlunya adanya peningkatan kualitas dalam pelaksanaan verifikasi teknis
khususnya terhadap lokasi pembangunan Rumah Susun. Lokasi-lokasi yang
telah ditetapkan harus benar-benar dipastikan clear and clean dan pasti
digunakan untuk lokasi pembangunan (tidak berpindah lokasi).
5. Memperbaiki regulasi yang belum memadai dan belum memberikan
kemudahan/insentif terhadap para pengembang (developer) yang berkapasitas
kecil.
6. Melakukan verifikasi ulang CPB dan mengingatkan CPB terhadap
tanggungjawabnya menyelesaikan kegiatan sesuai surat pernyataan yang telah
ditandatangani.
7. Ditjen. Penyediaan Perumahan perlu lebih aktif dalam memberikan bimbingan
teknis terhadap pemangku kepentingan agar lebih paham mekanisme BSPS.
8. PPK Rumah Swadaya melakukan evaluasi terhadap kinerja Fasilitator, tim
koordinasi provinsi dan tim teknis Kabupaten/Kota dan lebih tegas memantau
kinerjanya.
9. Perlu adanya regulasi yang mengatur pemberian upah tukang agar pelaksanaan
kegiatan penyediaan rumah swadaya lebih baik dan lancar.
10. Meminta PPK Rumah Swadaya agar melakukan pengecekan kembali terhadap
Toko Bahan Bangunan yang telah dipilih oleh masyarakat, baik dari segi legalitas
toko, kemampuan mengakomodir kebutuhan penerima bantuan kecukupan
modal, ketersediaan material maupun kesiapan armadanya.
Top Related