Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 1
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola
Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Tahun 2019 dapat diselesaikan
dengan baik dan tepat waktu.
Laporan Kinerja merupakan media pertanggungjawaban yang menggambarkan
pencapaian kinerja atas pelaksanaan tugas dan fungsi Direktorat Tata Kelola Obat Publik
dan Perbekalan Kesehatan yang tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64
Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, dalam rangka
mencapai tujuan dan sasaran yang telah dituangkan dalam Rencana Strategis (Renstra)
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015-2019.
Keberhasilan dalam pelaksanaan tugas di lingkungan Direktorat Tata Kelola Obat
Publik dan Perbekalan Kesehatan adalah hasil kerja keras dan peran serta semua
pegawai, kerjasama lintas program dan lintas sektor di lingkungan Kementerian Kesehatan,
para stakeholder serta dukungan dari Provinsi dan Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia.
Untuk itu kami mengucapkan terima kasih dan menyampaikan penghargaan kepada
semua pihak atas dukungan, peran serta dan kerja sama yang telah terjalin dengan baik.
Harapan kami semoga Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan Tahun 2019 ini dapat memberikan informasi dan manfaat dalam
penyusunan kebijakan dan perencanaan program dan kegiatan, khususnya di lingkungan
Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, maupun bagi para
stakeholders terkait.
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 3
IKHTISAR EKSEKUTIF
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
Tahun 2019 merupakan sarana dalam mempertanggungjawabkan pelaksanaan program
dan kegiatan guna mencapai target kinerja yang telah diamanatkan dalam Rencana
Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan periode tahun 2015-2019. Laporan kinerja
disusun secara periodik sesuai amanat Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis
Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi
Pemerintah.
Dalam kurun waktu empat tahun terakhir, hasil penilaian terhadap evaluasi Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan memperoleh nilai AA dengan kategori sangat memuaskan. Adapun rincian
penilaian tersebut adalah sebagai berikut:
No. Tahun Hasil Penilaian Kategori
1 2015 97,93 AA
2 2016 94,50 AA
3 2017 96,48 AA
4 2018 95,25 AA
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2018 tentang perubahan atas Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015, Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan
teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang tata kelola obat
publik dan perbekalan kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Sasaran serta indikator kinerja kegiatan Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan tertuang di dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor HK.01.07/Menkes/422/2017 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan
Tahun 2015-2019 yang merupakan revisi pertama atas Renstra Nomor
HK.02.02/Menkes/52/2015, dan tahun 2019 merupakan tahun terakhir pembangunan
kesehatan periode 2015-2019. Hasil analisa terhadap capaian kinerja tahun 2019
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 4
menunjukkan bahwa Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan telah
memenuhi bahkan melebihi target kinerja yang telah ditetapkan, seperti dapat dilihat pada
tabel 1 dan 2.
Tabel 1. Sasaran dan Indikator Kinerja Kegiatan Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan Tahun 2015-2017 berdasarkan Kepmenkes Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015
Sasaran No Indikator Kinerja
Kegiatan
Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017
Target Realisasi Capaian Target Realisasi Capaian Target Realisasi Capaian
Tersedianya obat, vaksin dan perbekalan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau di pelayanan kesehatan pemerintah
1 Persentase ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas
77% 79,38% 103,09% 80% 81,57% 101,96% 83% 89,30% 107,59%
2 Persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota yang melakukan manajemen pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar
55% 57,34% 104,25% 60% 63,88% 106,47% 65% 81,32% 125,11%
Tabel 2. Sasaran dan Indikator Kinerja Kegiatan Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Tahun 2017-2019 berdasarkan Kepmenkes Nomor HK.01.07/Menkes/422/2017
Sasaran Indikator Kinerja
Kegiatan
Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019
Target Realisasi Capaian Target Realisasi Capaian Target Realisasi Capaian
Puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin esensial
1 Persentase Puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin esensial
85% 85.99% 101.16% 90% 92.83% 103.14% 95% 96.34% 101.41%
Instalasi Farmasi Provinsi dan Kab/Kota menerapkan sistem Informasi logistik obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)
2 Persentase Instalasi Farmasi Provinsi dan Kab/Kota yang menerapkan aplikasi logistik obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)
20% 20.26% 101.30% 30% 34.49% 114.97% 40% 40.51% 101.28%
Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota melakukan Manajemen pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar
3 Persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota yang melakukan Manajemen pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar
65% 81.32% 125.11% 70% 89.69% 128.13% 75% 92.02% 122.69%
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 5
Keberhasilan Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan dalam
mencapai target indikator kinerja kegiatan di tahun terakhir Renstra Kementerian Kesehatan
periode 2015-2019 merupakan hasil kerja keras seluruh komponen, pendayagunaan sumber
daya yang optimal dan penguatan terutama dalam perencanaan program kegiatan serta
monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan yang berkelanjutan.
Dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya, Direktorat Tata Kelola Obat Publik
dan Perbekalan Kesehatan didukung oleh anggaran yang dituangkan dalam Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) tahun 2019 dengan alokasi sebesar
Rp.4.198.405.718.000,-. Selama pelaksanaan kegiatan alokasi anggaran tersebut
mengalami perubahan sebanyak dua kali dikarenakan adanya efisiensi dan penambahan
dana Hibah Luar Negeri (HLN) dari Global Alliance for Vaccine Immunization (GAVI) dan
WHO sehingga nilai anggaran DIPA tahun 2019 akhir menjadi Rp. 2.567.912.396.000,-. Nilai
anggaran yang terealisasi di tahun 2019 sebesar Rp.1.713.794.599.187,- dengan
persentase sebesar 66,74%.
Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi atas kinerja pelaksanaan anggaran yang
dilakukan oleh Kementerian Keuangan melalui aplikasi SMART / e-Monev DJA (Sistem
Monitoring dan Evaluasi Kinerja Terpadu) menunjukkan bahwa pencapaian kinerja
Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan masuk dalam kategori Baik
yaitu sebesar 84,52%. Meskipun penyerapan anggaran sebesar 66,74% namun mampu
menghasilkan capaian keluaran kegiatan sebesar 100% sehingga Direktorat Tata Kelola
Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan telah berhasil melaksanakan efisiensi anggaran
sebesar 88%. Nilai efisiensi tersebut diperoleh dari hasil konversi terhadap angka efisiensi
menggunakan rumus : 50% + ((angka efisiensi / 20 ) x 50)).
Gambar 1. Hasil Monitoring dan Evaluasi Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan melalui Aplikasi SMART Tahun 2019 per tanggal 28 Januari 2020
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 6
Upaya dan prestasi yang telah dilakukan oleh Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan di tahun 2019 antara lain :
1. Berhasil melaksanakan Sertifikasi ISO 9001 : 2015 baik di Direktorat Tata Kelola Obat
Publik dan Perbekalan Kesehatan maupun Instalasi farmasi Pusat;
2. Melaksanakan pendampingan Sertifikasi ISO 9001:2015 untuk Manajemen Tata Kelola
Obat di Instalasi Farmasi Kabupaten Karanganyar;
3. Menyusun Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun 2019 tentang Perencanaan
dan Pengadaan Obat Berdasarkan Katalog Elektronik;
4. Menginisiasi pembentukan Sistem Penanganan Keluhan Penyediaan Obat berbasis
Android;
5. Melaksanakan uji coba dan pengembangan Sistem Deteksi Dini dan Mitigasi
Kekosongan Obat (Sikobat);
6. Pemutakhiran aplikasi e-Monev Katalog Obat dan BMHP; dan
7. Evaluasi pemanfaatan aplikasi e-Logisik Obat dan BMHP.
Gambar 2. Sertifikat ISO 9001 : 2015 Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Tahun 2019
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 7
Sementara itu tantangan yang harus dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan di
sepanjang tahun 2019 antara lain:
1. Jumlah Puskesmas yang dipantau ketersediaan 20 item obat dan vaksin adalah seluruh
Puskesmas di Indonesia;
2. Penerapan dan pemanfaatan sistem informasi logistik obat dan BMHP berbasis
elektronik sebagai indikator prioritas;
3. Adanya gap antara rencana kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan dengan
realisasi belanja obat dan perbekalan kesehatan;
4. Implementasi kebijakan dalam penyediaan obat dan perbekalan kesehatan; dan
5. Kemampuan penyedia obat dengan pemberlakuan e-katalog periode dua tahunan.
Adapun strategi yang diterapkan oleh Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan
perbekalan Kesehatan dalam upaya mengatasi tantangan tersebut di atas antara lain:
1) Mengoptimalkan koordinasi dan kinerja Tim Penanggung Jawab pengumpulan data
indikator kinerja kegiatan di tingkat Pusat dan Provinsi, serta melakukan pemantauan
secara berkala terhadap capaian indikator kinerja kegiatan di tiap triwulan,
memberikan early warning jika ditemukan permasalahan yang berdampak pada
pencapaian target sehingga dapat dilakukan langkah-langkah perbaikan dalam
pelaksanaan kegiatan guna mencapai target yang telah ditetapkan;
2) Penguatan dan pendampingan penerapan e-Logistik dan e-Monev Katalog, serta
pemberian reward bagi Provinsi dan Kabupaten/Kota yang telah melaksanakan
penerapan dengan baik dan konsisten;
3) Koordinasi internal dan eksternal yang optimal dengan stakeholder terkait
pelaksanaan kegiatan, terutama untuk penyediaan obat dan perbekalan kesehatan
sebagai upaya dalam menjaga ketersediaan di tingkat aman;
4) Memberikan umpan balik terhadap hasil pelaporan yang disampaikan oleh Dinas
Kesehatan Provinsi dalam rangka menginformasikan ketaatan pelaporan dan manfaat
hasil laporan bagi Pusat dan Daerah.
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 8
Gambar 3. Pemberian Penghargaan atas Prestasi dalam Penerapan Aplikasi e-Logistik Tahun 2019
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 9
DAFTAR ISI
Halaman Sampul ………………………………………………………………………….…… 1
Kata Pengantar ……………………………………………………………………………..….. 2
Ikhtisar Eksekutif ………………………………………………………………………..….….. 3
Daftar Isi …………………………………………………………………………………….….. 9
Daftar Tabel ……………………………………………………………………………………. 10
Daftar Gambar …………………………………………………………………………….…… 11
Daftar Lampiran …………………………………………………………………………….…. 13
BAB I : Pendahuluan ……………………………………………………………………..…… 14
A. Latar Belakang ……………………………………………………………….…… 14
B. Maksud dan Tujuan ………………………..………………………………..…… 15
C. Sasaran Kegiatan ………………………………………………………………… 15
D. Struktur Organisasi ……………………………………………………………….. 16
E. Sistematika Penulisan …..……………………………………………………… 17
BAB II : Perencanaan Kinerja …….………………………………………………………… 19
A. Perencanaan Kinerja …………………………………………………………… 19
B. Perjanjian Kinerja …..…………………………………………………………… 19
BAB III : Akuntabilitas Kinerja …….………………………..……………………………… 23
A. Capaian Kinerja ………..………………………………………………………… 23
B. Realisasi Anggaran …...………………………………………………………… 50
C. Sumber Daya Manusia …………………………………………………………. 52
BAB IV : Penutup ………………...….………………………..……………………………… 57
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 10
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Sasaran dan Indikator Kinerja Kegiatan Direktorat Tata Kelola Obat Publik
dan Perbekalan Kesehatan Tahun 2015-2017 berdasarkan Kepmenkes
Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015 …………….………………………………
4
Tabel 2. Sasaran dan Indikator Kinerja Kegiatan Direktorat Tata Kelola Obat Publik
dan Perbekalan Kesehatan Tahun 2017-2019 berdasarkan Kepmenkes
Nomor HK.01.07/Menkes/422/2017……………………………………………
4
Tabel 3. Perjanjian Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan Tahun 2019 …………………………………………….…………….
20
Tabel 4. Program/Kegiatan, Sasaran, Indikator Kinerja dan Target Kinerja Direktorat
Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan sebelum dan sesudah
Revisi Renstra Tahun 2015-2019 ……….…………………………………….....
21
Tabel 5. Definisi Operasional dan Cara Perhitungan Indikator Kinerja Direktorat
Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan sebelum dan sesudah
Revisi Renstra Tahun 2015-2019 ……………………………………..….……...
22
Tabel 6. Daftar 20 Item Obat dan Vaksin Indikator Persentase Puskesmas dengan
Ketersediaan Obat dan vaksin Esensial …………………………….……….
30
Tabel 7. Alokasi dan Realisasi Anggaran Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan Tahun 2015-2019 …………………………….……….
51
Tabel 8. Rincian Alokasi dan Realisasi Anggaran Direktorat Tata Kelola Obat
Publik dan Perbekalan Kesehatan Tahun 2019 …………………………….
51
Tabel 9. Jumlah ASN di Lingkungan Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan Tahun 2015-2019 Menurut Jabatan ………...………
53
Tabel 10. Jumlah ASN di Lingkungan Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan Tahun 2015-2019 Menurut Golongan ……….……...
53
Tabel 11. Jumlah ASN di Lingkungan Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan Tahun 2015-2019 Menurut Pendidikan ………...…...
54
Tabel 12. Jumlah ASN di Lingkungan Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Tahun 2015-2019 Menurut Jenis Kelamin ………….
55
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 11
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Hasil Monitoring dan Evaluasi Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat
Publik dan Perbekalan Kesehatan melalui Aplikasi SMART Tahun 2019 per tanggal 28 Januari 2020 …………………………………………………
5
Gambar 2. Sertifikat ISO 9001 : 2015 Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Tahun 2019 ………………………………………………..……..
6
Gambar 3. Pemberian Penghargaan atas Prestasi dalam penerapan Aplikasi e-Logistik Tahun 2019 …………………………………………………………..
8
Gambar 4. Struktur Organisasi Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Berdasarkan Permenkes Nomor 64 Tahun 2015 ……………..
17
Gambar 5. Grafik Capaian Indikator Kinerja Persentase Puskesmas dengan
Ketersediaan Obat dan Vaksin Esensial Tahun 2017-2019 .…………..
24
Gambar 6. Grafik Capaian Indikator Kinerja Persentase Ketersediaan Obat dan
Vaksin di Puskesmas Tahun 2015-2019 ………………………………......
25
Gambar 7. Grafik Persentase Puskesmas dengan Ketersediaan Obat dan Vaksin
Esensial di 34 Provinsi Tahun 2017 - 2019 ………………..…….………
27
Gambar 8. Grafik Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin di Puskesmas di 34
Provinsi Tahun 2018-2019 …………………………………….……………
28
Gambar 9. Grafik Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin di Puskesmas di 34
Provinsi Tahun 2015-2017 …………………………………….……………
29
Gambar 10. Grafik Ketersediaan 20 Item Obat Indikator di Puskesmas Tahun
2015-2019 ……………………………………………………….……………
31
Gambar 11. Grafik Efisiensi Penggunaan Sumber Daya terhadap Capaian Indikator Kinerja Kegiatan Persentase Puskesmas dengan Ketersediaan Obat dan Vaksin Esensial Tahun 2019 …………………
32
Gambar 12. Dokumentasi Pertemuan Koordinasi Penyusunan Perencanaan Kebutuhan Obat Nasional Tahun 2019 ……………………………...……
33
Gambar 13. Grafik Capaian Indikator Kinerja Persentase Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota yang Menerapkan Aplikasi Logistik Obat dan BMHP Tahun 2017-2019 ………………………………………...…………..
34
Gambar 14. Grafik Jumlah Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota yang
Menerapkan Aplikasi Logistik Obat dan BMHP Tahun 2017-2019 …......
36
Gambar 15. Grafik Efisiensi Penggunaan Sumber Daya terhadap Capaian Indikator Kinerja Kegiatan Persentase Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota yang Menerapkan Aplikasi Logistik Obat dan BMHP Tahun 2019 …………………………………………………..………………
37
Gambar 16. Dokumentasi Kegiatan Pendampingan Penerapan Aplikasi e-Logistik
Obat dan BMHP Tahun 2019 …………………...……………………….…..
38
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 12
Gambar 17. Grafik Capaian Indikator Persentase IFK yang Melakukan Manajemen Pengelolaan Obat dan Vaksin Sesuai Standar Tahun 2015-2019 ...……
38
Gambar 18. Grafik Jumlah IFK yang Melakukan Manajemen Pengelolaan Obat dan
Vaksin Sesuai Standar Tahun 2015-2019 .....……………………………..
40
Gambar 19. Grafik Persentase IFK yang Melakukan Manajemen Pengelolaan Obat
dan Vaksin Sesuai Standar Tahun 2019 ………....………………………..
41
Gambar 20. Grafik Persentase IFK yang Melakukan Manajemen Pengelolaan Obat
dan Vaksin Sesuai Standar Tahun 2018 ………....………………………..
42
Gambar 21. Grafik Persentase IFK yang Melakukan Manajemen Pengelolaan Obat
dan Vaksin Sesuai Standar Tahun 2015-2017 .....………………………..
43
Gambar 22. Grafik Jumlah IFK yang memiliki Skor Manajemen Pengelolaan Obat
dan Vaksin Sesuai Standar < 70 Tahun 2015-2019 .....…………………..
44
Gambar 23. Grafik Skor Rata-Rata IFK yang Melakukan Manajemen Pengelolaan
Obat dan Vaksin Sesuai Standar Tahun 2019 ..…………………………..
45
Gambar 24. Grafik Skor Rata-Rata IFK yang Melakukan Manajemen Pengelolaan
Obat dan Vaksin Sesuai Standar Tahun 2018 ..…………………………..
46
Gambar 25. Grafik Skor Rata-Rata IFK yang Melakukan Manajemen Pengelolaan
Obat dan Vaksin Sesuai Standar Tahun 2015-2017 ……………………..
47
Gambar 26. Grafik Efisiensi Penggunaan Sumber Daya terhadap Capaian Indikator Kinerja Kegiatan Persentase IFK yang Melakukan Manajemen Pengelolaan Obat dan Vaksin Sesuai Standar Tahun 2019 …………………………………………………..……………………………...
49
Gambar 27. Dokumentasi Hasil Kegiatan Memusnahkan Obat dan Perbekalan
Kesehatan di Instalasi Farmasi Pusat Tahun 2019 ……………………..
49
Gambar 28. Grafik Efisiensi Penggunaan Sumber Daya terhadap Capaian Indikator
Kinerja Direktorat tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
Tahun 2019………………….…………………………….…………………..
52
Gambar 29. Grafik Persentase ASN Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Tahun 2015-2019 Menurut Jabatan ……….……
53
Gambar 30. Grafik Persentase ASN Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Tahun 2015-2019 Menurut Golongan ……….….
54
Gambar 31. Grafik Persentase ASN Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Tahun 2015-2019 Menurut Pendidikan …….…..
54
Gambar 32. Grafik Persentase ASN Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan KesehatanTahun 2015-2019 Menurut Jenis Kelamin ……...
55
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 13
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Perjanjian Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Tahun 2019 ………………………………………………………
59
Lampiran 2. Rencana Kinerja Tahunan Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Tahun 2019 …...……………………………………
60
Lampiran 3. Capaian Indikator Kinerja Persentase Puskesmas dengan Ketersediaan Obat dan Vaksin Esensial Tahun 2019 …………………………..…………
61
Lampiran 4 Capaian Indikator Kinerja Persentase IFK yang Melakukan Manajemen Pengelolaan Obat dan Vaksin Sesuai Standar Tahun 2019………………
63
Lampiran 5. Capaian Indikator Kinerja Persentase IF Provinsi dan Kabupaten/Kota yang Menerapkan Aplikasi Logistik Obat dan BMHP Tahun 2019 ..…..
64
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 14
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Akuntabilitas kinerja merupakan perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah
untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan program
dan kegiatan yang diamanatkan para pemangku kepentingan dalam rangka mencapai
misi organisasi secara terukur dengan sasaran atau target kinerja yang telah ditetapkan
melalui laporan kinerja instansi pemerintah yang disusun secara periodik.
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) merupakan rangkaian
sistematik dari berbagai aktivitas, alat, dan prosedur yang dirancang untuk tujuan
penetapan dan pengukuran, pengumpulan data, pengklasifikasian, pengikhtisaran, dan
pelaporan kinerja pada instansi pemerintah, dalam rangka pertanggungjawaban dan
peningkatan kinerja instansi pemerintah. Sedangkan kinerja adalah keluaran/hasil dari
kegiatan/program yang telah atau hendak dicapai sehubungan dengan penggunaan
anggaran dengan kuantitas dan kualitas terukur. Indikator Kinerja adalah ukuran
keberhasilan yang akan dicapai dari kinerja program dan kegiatan yang telah
direncanakan.
Dalam penyelenggaraan SAKIP, setiap entitas akuntabilitas kinerja wajib
menyusun dan menyajikan Laporan Kinerja atas prestasi kerja yang dicapai berdasarkan
penggunaan anggaran yang telah dialokasikan. Laporan Kinerja adalah ikhtisar yang
menjelaskan secara ringkas dan lengkap tentang capaian kinerja yang disusun
berdasarkan rencana kerja yang ditetapkan dalam rangka pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara/Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBN/APBD).
Berdasarkan hal tersebut, maka Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan menyusun Laporan Kinerja setiap tahunnya dengan mengacu
kepada Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah serta Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja,
Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 15
B. MAKSUD DAN TUJUAN
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
Tahun 2019 disusun sebagai bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi
yang dipercayakan atas penggunaan anggaran, sebagaimana tertuang dalam
Keputusan Menteri Kesehatan nomor HK.01.07/MENKES/422/2017 tentang Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 (Revisi Pertama), Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kesehatan, dan dokumen Perjanjian Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat
Publik dan Perbekalan Kesehatan tahun 2019.
Laporan kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
Tahun 2019 bertujuan untuk memberikan informasi yang terukur atas kinerja yang telah
dan seharusnya dicapai, pertanggungjawaban atas penggunaan anggaran dalam
rangka mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance), transparan dan
akuntabel, sekaligus sebagai alat kendali dan upaya perbaikan berkesinambungan
untuk meningkatkan kinerja di tahun mendatang.
C. SASARAN KEGIATAN
Program Indonesia Sehat merupakan bentuk pelaksanaan Nawacita ke-5
dimana sasaran dari program ini adalah meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi
masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung
dengan perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan. Program
Indonesia Sehat terdiri dari tiga pilar, yaitu: 1). Paradigma Sehat; 2). Penguatan
Pelayanan Kesehatan; dan 3). Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan berperan dalam
mendukung Program Indonesia Sehat, dalam hal menjamin akses, kemandirian dan
mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan, yang salah satunya diindikasikan oleh
Puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin esensial.
Berdasarkan revisi pertama Renstra Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019,
sasaran kegiatan Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan adalah
1). Puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin esensial; 2). Instalasi farmasi
provinsi dan kabupaten/kota menerapkan sistem informasi logistik obat dan Bahan
Medis Habis Pakai (BMHP); serta 3). Instalasi farmasi Kabupaten/Kota melakukan
manajemen pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar.
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 16
Indikator pencapaian sasaran ini adalah 1). Persentase puskesmas dengan
ketersediaan obat dan vaksin esensial; 2). Persentase instalasi farmasi Provinsi dan
Kabupaten/Kota yang menerapkan aplikasi logistik obat dan Bahan Medis Habis Pakai
(BMHP); dan 3). Persentase Instalasi farmasi Kabupaten/Kota yang melakukan
manajemen pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar.
D. STRUKTUR ORGANISASI
Tujuan dari pelaksanaan kegiatan peningkatan tata kelola obat publik dan
perbekalan kesehatan sejalan dengan tujuan pembangunan kesehatan pada tahun
2015-2019, yaitu 1). Meningkatnya status kesehatan masyarakat; dan 2). Meningkatnya
daya tanggap (responsiveness) dan perlindungan masyarakat terhadap risiko sosial dan
finansial di bidang kesehatan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Direktorat Tata Kelola Obat Publik
dan Perbekalan Kesehatan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang perencanaan dan penilaian ketersediaan,
pengendalian harga dan pengaturan pengadaan, serta pengendalian dan
pemantauan pasar obat publik dan perbekalan kesehatan;
2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang perencanaan dan penilaian
ketersediaan, pengendalian harga dan pengaturan pengadaan, serta pengendalian
dan pemantauan pasar obat publik dan perbekalan kesehatan;
3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
perencanaan dan penilaian ketersediaan, pengendalian harga dan pengaturan
pengadaan, serta pengendalian dan pemantauan pasar obat publik dan perbekalan
kesehatan;
4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang perencanaan dan
penilaian ketersediaan, pengendalian harga dan pengaturan pengadaan, serta
pengendalian dan pemantauan pasar obat publik dan perbekalan kesehatan;
5. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang perencanaan dan penilaian
ketersediaan, pengendalian harga dan pengaturan pengadaan, serta pengendalian
dan pemantauan pasar obat publik dan perbekalan kesehatan; dan
6. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 17
Gambar 4. Struktur Organisasi Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Berdasarkan Permenkes Nomor 64 Tahun 2015
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
Tahun 2019 disajikan dengan sistematika sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan
Pada bab ini disajikan latar belakang serta maksud dan tujuan penyusunan
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Tahun
2019, beserta penjelasan umum mengenai sasaran kegiatan, struktur organisasi, serta
sistematika penulisan.
Bab II : Perencanaan Kinerja
Pada bab ini diuraikan mengenai ringkasan/ikhtisar perencanaan dan
perjanjian kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan tahun
2019.
DIREKTORAT TATA KELOLA
OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN
KESEHATAN
SUB BAGIAN TATA USAHA
SUBDIT PERENCANAAN
DAN PENILAIAN
KETERSEDIAAN
SUBDIT PENGENDALIAN
HARGA DAN PENGATURAN PENGADAAN
SUBDIT PENGENDALIAN
OBAT PUBLIK DAN
PERBEKALAN KESEHATAN
SUBDIT PEMANTAUAN
PASAR OBAT PUBLIK DAN
PERBEKALAN KESEHATAN
SEKSI PERENCANAAN
SEKSI PENILAIAN
KETERSEDIAAN
SEKSI PENGENDALIAN
HARGA
SEKSI PENGATURAN
PENGADAAN
SEKSI PENGENDALIAN
OBAT PUBLIK
SEKSI PENGENDALIAN
PERBEKALAN KESEHATAN
SEKSI PEMANTAUAN PASAR
OBAT PUBLIK
SEKSI PEMANTAUAN PASAR
PERBEKALAN KESEHATAN
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 18
Bab III : Akuntabilitas Kinerja
Pada bab ini disajikan uraian capaian kinerja organisasi sesuai dengan hasil
pengukuran kinerja, yang dibandingkan dengan pencapaian periode tahun sebelumnya
beserta analisisnya. Selain itu bab ini juga menguraikan realisasi anggaran yang telah
digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan dalam kurun waktu satu tahun.
Bab IV: Penutup
Pada bab ini diuraikan kesimpulan umum atas capaian kinerja organisasi,
langkah-langkah yang akan dilakukan untuk meningkatkan kinerja organisasi di masa
yang akan datang, serta pemanfaatan laporan kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik
dan Perbekalan Kesehatan Tahun 2019.
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 19
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
A. PERENCANAAN KINERJA
Perencanaan kinerja merupakan proses penetapan indikator kinerja berdasarkan
program, kebijakan dan sasaran yang ditetapkan dalam rencana strategis sebagai
pedoman dalam pelaksanaan program dan kegiatan secara sistematis, terarah dan
terpadu. Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 ditetapkan melalui
Keputusan Menteri Kesehatan nomor HK.02.02/MENKES/52/2015, namun sejalan
dengan perkembangan kebijakan dan kebutuhan Pemerintah dalam upaya mewujudkan
masyarakat dengan derajat kesehatan setinggi-tingginya, dilakukan revisi pertama
terhadap Renstra dan ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan nomor
HK.01.07/MENKES/422/2017. Revisi terhadap Renstra Kementerian Kesehatan Tahun
2015-2019 berdampak pada perubahan program/kegiatan, sasaran dan indikator kinerja
Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan. Perubahan tersebut
dapat dilihat pada tabel 4 dan 5.
Sasaran dan program yang telah ditetapkan dalam Renstra Kementerian
Kesehatan Tahun 2015-2019 kemudian dijabarkan ke dalam Rencana Kinerja Tahunan
(RKT) Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan untuk dilaksanakan
melalui berbagai kegiatan tahunan. Penyusunan RKT dilakukan seiring dengan agenda
penyusunan program dan kebijakan anggaran di awal tahun. RKT Direktorat Tata Kelola
Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Tahun 2019 dapat dilihat di halaman lampiran.
B. PERJANJIAN KINERJA
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja
dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah menyatakan bahwa,
Perjanjian Kinerja merupakan lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari
pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk
melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja.
Melalui perjanjian kinerja, terwujudlah komitmen penerima amanah dan
kesepakatan antara penerima dan pemberi amanah atas kinerja terukur tertentu
berdasarkan tugas, fungsi, dan wewenang serta sumber daya yang tersedia. Kinerja
yang disepakati tidak dibatasi pada kinerja yang dihasilkan atas kegiatan tahun
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 20
bersangkutan, tetapi termasuk kinerja (outcome) yang seharusnya terwujud akibat
kegiatan tahun-tahun sebelumnya. Dengan demikian target kinerja yang diperjanjikan
juga mencakup outcome yang dihasilkan dari kegiatan tahun-tahun sebelumnya,
sehingga terwujud kesinambungan kinerja setiap tahunnya. Adapun tujuan dari
penyusunan perjanjian kinerja antara lain:
1. Sebagai wujud nyata komitmen antara penerima dan pemberi amanah untuk
meningkatkan integritas, akuntabilitas, transparansi, dan kinerja Aparatur;
2. Menciptakan tolak ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur;
3. Sebagai dasar penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran
organisasi dan sebagai dasar pemberian penghargaan dan sanksi;
4. Sebagai dasar bagi pemberi amanah untuk melakukan monitoring, evaluasi dan
supervisi atas perkembangan/kemajuan kinerja penerima amanah;
5. Sebagai dasar dalam penetapan sasaran kinerja pegawai.
Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan menyusun
perjanjian kinerja mengacu kepada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor HK.01.07/MENKES/422/2017 tentang Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan Tahun 2015-2019 (Revisi Pertama). Target ini menjadi komitmen bagi
Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan untuk mencapainya
dalam kurun waktu sepanjang tahun 2019.
Tabel 3. Perjanjian Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Tahun 2019
SASARAN PROGRAM/KEGIATAN INDIKATOR KINERJA TARGET
Puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin esensial
1 Persentase Puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin esensial
95%
Instalasi Farmasi Provinsi dan Kab/Kota menerapkan sistem Informasi logistik obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)
2
Persentase Instalasi Farmasi Provinsi dan Kab/Kota yang menerapkan aplikasi logistik obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)
40%
Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota melakukan Manajemen pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar
3
Persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota yang melakukan Manajemen pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar
75%
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 21
Tabel 4. Program/Kegiatan, Sasaran, Indikator Kinerja dan Target Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan sebelum dan sesudah
Revisi Renstra Tahun 2015-2019
Program/Kegiatan Sasaran Indikator Kinerja Target Kinerja
Renstra Awal
Renstra Revisi
Renstra Awal
Renstra Revisi
Renstra Awal
Renstra Revisi
Renstra Awal Renstra Revisi
Th. 2015
Th. 2016
Th. 2017
Th. 2018
Th. 2019
Th. 2015
Th. 2016
Th. 2017
Th. 2018
Th. 2019
Peningkatan
Ketersediaan
Obat Publik
dan
Perbekalan
Kesehatan
Peningkatan
Tata Kelola
Obat Publik
dan
Perbekalan
Kesehatan
Tersedianya
Obat, Vaksin
dan
Perbekalan
Kesehatan
yang
Bermutu,
Merata dan
Terjangkau di
Pelayanan
Kesehatan
Pemerintah
Puskesmas
dengan
ketersediaan obat
dan vaksin
esensial
Persentase
Ketersediaan
Obat dan Vaksin
di Puskesmas
Persentase
puskesmas
dengan
ketersediaan obat
dan vaksin
esensial
77% 80% 83% 86% 90% - - 85% 90% 95%
Instalasi farmasi
provinsi dan
kabupaten/kota
menerapkan
sistem informasi
logistik obat dan
Bahan Medis
Habis Pakai
(BMHP)
-
Persentase
instalasi farmasi
Provinsi dan
Kabupaten/Kota
yang menerapkan
aplikasi logistik
obat dan Bahan
Medis Habis
Pakai (BMHP)
- - - - - - 15% 20% 30% 40%
Instalasi farmasi
Kabupaten/Kota
melakukan
manajemen
pengelolaan obat
dan vaksin sesuai
standar
Persentase
Instalasi Farmasi
Kabupaten/Kota
yang Melakukan
Manajemen
Pengelolaan Obat
dan Vaksin
Sesuai Standar
Persentase
Instalasi farmasi
Kabupaten/Kota
yang melakukan
manajemen
pengelolaan obat
dan vaksin sesuai
standar
55% 60% 65% 70% 75% 55% 60% 65% 70% 75%
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 22
Tabel 5. Definisi Operasional dan Cara Perhitungan Indikator Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan sebelum dan sesudah
Revisi Renstra Tahun 2015-2019
No. Indikator Kinerja Kegiatan Uraian
Renstra Awal Renstra Revisi Renstra Awal Renstra Revisi
1.
Persentase
Ketersediaan
Obat dan Vaksin
di Puskesmas
Persentase
puskesmas dengan
ketersediaan obat
dan vaksin esensial
Definisi Operasional :
Tersedianya obat dan vaksin indikator di Puskesmas untuk program pelayanan kesehatan dasar. Pemantauan dilaksanakan terhadap 20 item obat indikator. Perhitungan :
Menghitung persentase ketersediaan obat/vaksin Puskesmas dengan menggunakan rumus berikut:
Definisi Operasional :
Persentase Puskesmas yang memiliki 80% obat dan vaksin essensial (pemantauan dilaksanakan terhadap 20 item obat indikator) Perhitungan : Menghitung persentase Puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin esensial menggunakan rumus berikut:
2.
Persentase
instalasi farmasi
Provinsi dan
Kabupaten/Kota
yang menerapkan
aplikasi logistik
obat dan Bahan
Medis Habis Pakai
(BMHP)
Definisi Operasional :
Persentase Instalasi farmasi provinsi dan kabupaten/ kota yang menerapkan sistem elektronik logistik obat dan BMHP. Perhitungan : Menghitung persentase Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota yang menerapkan aplikasi logistik obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) dengan menggunakan rumus berikut:
3.
Persentase
Instalasi Farmasi
Kabupaten/Kota
yang melakukan
manajemen
pengelolaan
obat dan vaksin
sesuai standar
Persentae Instalasi
Farmasi
Kabupaten/Kota
yang melakukan
manajemen
pengelolaan obat
dan vaksin sesuai
standar
Definisi Operasional :
Instalasi Farmasi Kab/Kota (IFK) yang melakukan manajemen pengelolaan
obat dan vaksin atau manajemen pengelolaan obat sesuai standar dengan
skor minimal 70.
Perhitungan :
Persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/ Kota yang melakukan
manajemen pengelolaan obat dan vaksin atau manajemen pengelolaan
obat sesuai standar dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Definisi Operasional :
Instalasi Farmasi Kab/Kota (IFK) yang melakukan pengelolaan obat sesuai standar bila hasil evaluasi menghasilkan skor minimal 70. Perhitungan : Persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/ Kota yang melakukan manajemen pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 23
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
A. CAPAIAN KINERJA
Pengukuran kinerja adalah proses sistematis dan berkesinambungan untuk
menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program,
kebijakan, sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam mewujudkan visi, misi dan
strategi instansi pemerintah. Melalui pengukuran kinerja diperoleh gambaran
pencapaian masing-masing indikator beserta permasalahan yang dihadapi, sehingga
dapat ditindaklanjuti dan dimanfaatkan sebagai sumber data dalam perencanaan di masa
mendatang.
Tahun 2019 merupakan tahun terakhir implementasi Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan periode tahun 2015-2019. Pengukuran kinerja dilakukan
dengan membandingkan antara realisasi kinerja dengan target kinerja dari masing-
masing indikator kinerja yang telah ditetapkan dalam perjanjian kinerja, yang mengacu
kepada Revisi Pertama Renstra. Akan tetapi pengukuran kinerja juga dilakukan
terhadap indikator kinerja yang ditetapkan dalam Renstra sebelum revisi karena
merupakan indikator yang menjadi sasaran RKP.
Ada tiga Indikator kinerja kegiatan peningkatan tata kelola obat publik dan
perbekalan kesehatan yang tercantum di dalam revisi pertama Renstra Kementerian
Kesehatan Tahun 2015-2019 dan perjanjian kinerja tahun 2019. Capaian ketiga indikator
kinerja tersebut seluruhnya berhasil melampaui target yang ditetapkan. Adapun analisis
capaian kinerja dari indikator kinerja kegiatan peningkatan tata kelola obat publik dan
perbekalan kesehatan di tahun 2019 adalah sebagai berikut:
1. Indikator Persentase Puskesmas dengan Ketersediaan Obat dan Vaksin
Esensial
a. Kondisi yang dicapai
Indikator kinerja Persentase Puskesmas dengan Ketersediaan Obat dan
Vaksin Esensial di tahun 2019 terealisasi sebesar 96,34%, melampaui target
yang telah ditetapkan di dalam perjanjian kinerja tahun 2019 yaitu sebesar 95%
dengan capaian sebesar 101,41%. Bila dibandingkan dengan tahun 2018,
realisasi indikator kinerja ini mengalami peningkatan sebesar 3,51%. Hasil
tersebut diperoleh dari pengukuran terhadap pelaporan periode bulan November
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 24
Tahun 2019, dimana jumlah Puskesmas yang melapor sebanyak 9.480
Puskesmas dari 9.994 Puskesmas di Indonesia (94,86%), dengan jumlah
Puskesmas yang memiliki 80% obat dan vaksin esensial sebanyak 9.133
Puskesmas.
Hasil tersebut mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan periode
yang sama di tahun 2018 dimana jumlah Puskesmas yang melapor sebanyak
9.227 Puskesmas dari 9.884 Puskesmas di Indonesia (93,35%), dengan jumlah
Puskesmas yang memiliki 80% obat dan vaksin esensial sebanyak 8.565
Puskesmas. Masih adanya Puskesmas yang tidak dan/atau terlambat
mengirimkan laporan capaian indikator kinerja dikarenakan kendala kondisi
geografis dimana beberapa Puskesmas termasuk dalam wilayah DTPK (Daerah
Terpencil, Perbatasan dan kepulauan, keterbatasan akses listrik dan jaringan
internet, serta keterbatasan sumber daya manusia khususnya di bidang
kefarmasian.
Gambar 5. Grafik Capaian Indikator Kinerja Persentase Puskesmas dengan Ketersediaan
Obat dan Vaksin Esensial Tahun 2017-2019
85%90%
95%85.99%
92.83%96.34%
101.16% 103.14% 101.41%
0
20
40
60
80
100
120
TA.2017 TA.2018 TA.2019
Target
Realisasi
Capaian
Sementara itu realisasi indikator kinerja Persentase Ketersediaan Obat
dan Vaksin di Puskesmas tahun 2019 sebesar 94,22%, melebihi target yang
telah ditetapkan dalam Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019
sebelum revisi yaitu sebesar 90% dengan capaian sebesar 104,69%. Bila
dibandingkan dengan tahun 2018, realisasi indikator kinerja ini di tahun 2019
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 25
meningkat sebesar 1,75%. Pengukuran kinerja terhadap indikator ini masih
dilakukan karena termasuk dalam salah satu sasaran pembangunan kesehatan
sebagaimana tercantum di dalam Peraturan Presiden RI Nomor 72 Tahun 2018
tentang Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2019.
Gambar 6. Grafik Capaian Indikator Kinerja Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin di
Puskesmas Tahun 2015-2019
77% 80%83%
86%90%79.38% 81.57%
89.30% 92.47% 94.22%
103.09% 101.96%107.59% 107.52%
104.69%
0
20
40
60
80
100
120
TA.2015 TA.2016 TA.2017 TA.2018 TA.2019
Target
Realisasi
Capaian
Tercapainya target kedua indikator kinerja tersebut di atas
menunjukkan bahwa peran Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan dalam menjaga ketersediaan obat dan vaksin esensial di pelayanan
kesehatan dasar guna menjamin akses masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan telah dilaksanakan dengan baik. Terjaminnya ketersediaan obat di
pelayanan kesehatan dasar menjadi salah satu faktor penting yang
mempengaruhi status kesehatan masyarakat sebagai penerima manfaat dari
pelayanan kesehatan. Adapun keberhasilan pencapaian target indikator kinerja
tersebut didukung oleh hal-hal sebagai berikut:
1) Dibentuknya Tim Pengumpulan Data Indikator Kinerja Kegiatan oleh Direktur
Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, dimana satu orang
bertanggung jawab terhadap satu provinsi, menyebabkan aliran pelaporan
data yang berkesinambungan dan ketaatan terhadap pelaporan meningkat;
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 26
2) Dilakukannya monitoring dan evaluasi terhadap capaian indikator kinerja
kegiatan secara berkala sehingga informasi akan kendala yang dihadapi
dapat diketahui sedini mungkin dan dapat segera diselesaikan;
3) Mengirimkan umpan balik berupa surat pemberitahuan mengenai pelaporan
data dan hasil evaluasi capaian indikator kinerja kepada Kepala Daerah guna
menginformasikan ketaatan pelaporan dan manfaat hasil laporan bagi
Daerah;
4) Menyediakan dukungan berupa Dana Alokasi Khusus Bidang Kefarmasian
untuk penyediaan dan distribusi obat dan perbekalan kesehatan di
Kabupaten/Kota, serta Dana Dekonsentrasi untuk pelaksanaan monitoring
ketersediaan dan distribusi obat dan perbekalan kesehatan oleh Provinsi.
Tahun 2019, persentase Puskesmas dengan ketersediaan obat dan
vaksin esensial tertinggi mencapai 100% dimiliki oleh 10 provinsi, yaitu Jambi,
Kepulauan Bangka Belitung, D.I. Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, dan
Maluku. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan tahun 2018 dimana provinsi
yang memiliki capaian persentase Puskesmas dengan ketersediaan obat dan
vaksin esensial sebesar 100% hanya 4 provinsi, sedangkan di tahun 2017
sebanyak 8 provinsi.
Sementara Provinsi dengan persentase terendah baik di tahun 2018
maupun 2019 adalah Nusa Tenggara Timur, sedangkan di tahun 2017 adalah
Provinsi Sumatera Selatan. Akan tetapi nilai persentase terendah juga
mengalami peningkatan dimana di tahun 2017 sebesar 52,40%, tahun 2018
sebesar 67,20% sedangkan di tahun 2019 sebesar 82,46%.
Peningkatan target indikator persentase Puskesmas dengan
ketersediaan obat dan vaksin esensial dari tahun 2017-2019 selaras dengan
peningkatan jumlah Provinsi yang mampu melebihi target tersebut, dimana di
tahun 2017 terdapat 21 Provinsi yang melebihi target 85%, tahun 2018
terdapat 24 Provinsi yang melebihi target 90%, sementara di tahun 2019
meningkat menjadi 26 Provinsi yang melebihi target 95%.
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 27
Gambar 7. Grafik Persentase Puskesmas dengan Ketersediaan Obat dan Vaksin Esensial di
34 Provinsi Tahun 2017 – 2019
75.83
81.34
82.38
84.13
90.71
52.40
100.00
81.69
99.40
77.23
84.27
90.63
98.35
95.66
100.00
100.00
61.11
65.37
86.77
95.85
97.83
98.00
90.43
90.00
57.20
100.00
86.02
100.00
89.84
84.32
70.86
93.12
96.67
100.00
97.20
95.40
98.35
72.50
91.12
90.85
99.70
96.78
86.96
89.58
97.74
97.50
98.73
67.20
85.23
85.43
95.73
98.91
95.83
88.30
91.43
91.30
99.78
92.31
98.49
82.03
85.42
83.21
99.43
95.78
98.53
96.73
98.85
100.00
90.36
100.00
93.30
94.02
98.51
95.84
97.86
95.92
100.00
99.42
100.00
100.00
82.46
99.59
91.01
100.00
99.47
100.00
100.00
100.00
94.69
91.52
99.55
96.67
100.00
99.22
93.37
95.63
0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00
ACEH
SUMATERA UTARA
SUMATERA BARAT
RIAU
KEPULAUAN RIAU
JAMBI
SUMATERA SELATAN
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
BENGKULU
LAMPUNG
DKI JAKARTA
JAWA BARAT
BANTEN
JAWA TENGAH
DI. YOGYAKARTA
JAWA TIMUR
BALI
NTB
NTT
KALIMANTAN BARAT
KALIMANTAN TENGAH
KALIMANTAN SELATAN
KALIMANTAN TIMUR
KALIMANTAN UTARA
SULAWESI UTARA
SULAWESI BARAT
SULAWESI TENGAH
SULAWESI TENGGARA
SULAWESI SELATAN
GORONTALO
MALUKU
MALUKU UTARA
PAPUA
PAPUA BARAT
Th. 2019 (%)
Th. 2018 (%)
Th. 2017 (%)
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 28
Provinsi dengan persentase ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas
tertinggi pada tahun 2015 adalah DI. Yogyakarta (92,73%), tahun 2016 adalah
Provinsi Sulawesi Barat (100%), tahun 2017 adalah Provinsi Sulawesi Selatan
(98,69%), tahun 2018 adalah Provinsi Sumatera Barat (100%) dan di tahun 2019
adalah Provinsi Bali (99,67%).
Sedangkan provinsi dengan persentase ketersediaan obat dan vaksin di
Puskesmas terendah pada tahun 2015 adalah Kepulauan Riau (65%), tahun
2016 adalah Provinsi Sulawesi Utara (56,39%), tahun 2017 adalah Provinsi
Sulawesi Tenggara (77,33%), dan tahun 2018 maupun 2019 adalah Provinsi
Nusa Tenggara Timur (83,65% dan 87,96%).
Gambar 8. Grafik Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin di Puskesmas di 34 Provinsi
Tahun 2018 - 2019
0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00
ACEH
SUMATERA UTARA
SUMATERA BARAT
RIAU
KEPULAUAN RIAU
JAMBI
SUMATERA SELATAN
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
BENGKULU
LAMPUNG
DKI JAKARTA
JAWA BARAT
BANTEN
JAWA TENGAH
DI. YOGYAKARTA
JAWA TIMUR
BALI
NTB
NTT
KALIMANTAN BARAT
KALIMANTAN TENGAH
KALIMANTAN SELATAN
KALIMANTAN TIMUR
KALIMANTAN UTARA
SULAWESI UTARA
SULAWESI BARAT
SULAWESI TENGAH
SULAWESI TENGGARA
SULAWESI SELATAN
GORONTALO
MALUKU
MALUKU UTARA
PAPUA
PAPUA BARAT
92.20
89.68
100.00
93.04
94.25
96.48
91.81
87.27
91.90
90.24
95.21
94.60
89.01
91.11
98.76
95.88
96.46
96.93
83.65
87.97
89.30
94.96
92.80
89.58
90.85
98.62
89.91
89.80
98.15
91.92
95.83
86.95
87.19
84.77
97.37
91.35
97.35
94.63
93.56
97.24
89.93
90.16
91.79
91.53
95.46
93.96
93.59
94.90
98.80
95.66
99.67
99.09
87.96
97.06
92.59
98.00
96.68
95.20
95.93
97.87
90.70
89.95
98.21
92.11
93.82
94.14
91.15
93.97
Th. 2019 (%)
Th. 2018 (%)
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 29
Gambar 9. Grafik Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin di Puskesmas di 34 Provinsi Tahun 2015 - 2017
0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00 100,00
ACEH
SUMATERA UTARA
SUMATERA BARAT
RIAU
KEPULAUAN RIAU
JAMBI
SUMATERA SELATAN
KEPULAUAN BANGKA…
BENGKULU
LAMPUNG
DKI JAKARTA
JAWA BARAT
BANTEN
JAWA TENGAH
DI. YOGYAKARTA
JAWA TIMUR
BALI
NTB
NTT
KALIMANTAN BARAT
KALIMANTAN TENGAH
KALIMANTAN SELATAN
KALIMANTAN TIMUR
KALIMANTAN UTARA
SULAWESI UTARA
SULAWESI BARAT
SULAWESI TENGAH
SULAWESI TENGGARA
SULAWESI SELATAN
GORONTALO
MALUKU
MALUKU UTARA
PAPUA
PAPUA BARAT
78,23
69,74
83,96
85,53
65,00
83,44
76,63
70,00
75,29
77,80
89,60
77,99
74,87
85,57
92,73
81,62
85,45
87,00
n.a
90,00
82,78
83,57
80,94
90,00
77,50
n.a
83,24
87,83
n.a
80,00
66,39
84,17
69,70
n.a
76,45
79,17
89,38
87,89
75,71
76,88
77,26
70,00
73,82
78,27
89,00
82,82
65,26
83,96
97,73
96,94
95,91
85,00
86,54
82,05
71,39
86,90
89,69
77,50
56,39
100,00
85,77
83,25
82,99
84,38
78,33
83,75
75,68
80,36
84,76
86,03
96,72
86,88
89,52
89,59
77,72
95,56
93,02
84,46
94,42
88,39
87,72
91,5
95,41
92,76
89,03
97,85
78,54
82,98
88,99
93,23
91,74
89
89,87
97,34
91,23
77,33
98,69
88,12
95,68
85,66
85,71
80,76
Tahun 2017 (%)
Tahun 2016 (%)
Tahun 2015 (%)
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 30
Ada dua puluh item obat terpilih yang dijadikan sebagai obat indikator
persentase Puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin esensial. Item obat
tersebut merupakan obat pendukung program kesehatan ibu dan anak,
penanggulangan pencegahan penyakit, serta obat pelayanan kesehatan dasar
esensial dan terdapat di dalam Formularium Nasional. Dua puluh item obat
indikator tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 6. Daftar 20 Item Obat dan Vaksin Indikator Persentase Puskesmas dengan Ketersediaan Obat dan Vaksin Esensial
No. Nama Obat Bentuk Sediaan
1 Albendazol Tablet
2 Amoxicillin 500 mg Tablet
3 Amoxicillin Syrup
4 Deksametason 0,5 mg Tablet
5 Diazepam 5 mg/mL Injeksi
6 Epinefrin (Adrenalin) 0,1% (sebagai HCL) Injeksi
7 Fitomenadion (Vitamin K) Injeksi
8 Furosemid 40 mg / Hidroklorotiazid Tablet
9 Garam oralit Serbuk
10 Glibenklamid / Metformin Tablet
11 Kaptopril Tablet
12 Magnesi Magnesium Sulfat 20 % Injeksi
13 Metilergometrin Maleat 0,200 mg-1 ml Injeksi
14 Obat Anti Tuberculosis dewasa Tablet
15 Oksitosin Injeksi
16 Parasetamol 500 mg Tablet
17 Tablet Tambah Darah Tablet
18 Vaksin BCG Injeksi
19 Vaksin Td Injeksi
20 Vaksin DPT-HB-Hib Injeksi
Item obat dengan ketersediaan tertinggi di Puskesmas tahun 2019 adalah
Vaksin BCG (99,08%), tahun 2018 dan 2017 adalah Amoxicillin 500 mg tab
(98,39% dan 97,90%), tahun 2016 adalah Garam Oralit (95,32%) dan di tahun
2015 adalah Parasetamol 500 mg tablet (96,45%).
Sedangkan item obat dengan ketersediaan terendah di Puskesmas baik
di tahun 2019, 2018, 2017 maupun 2016 adalah Diazepam injeksi 5 mg/mL
(81,05%, 65,03%, 56,95% dan 53,22%). Tahun 2015 item obat dengan
ketersediaan terendah di Puskesmas adalah Magnesium Sulfat Injeksi 20%
(45,11%).
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 31
Gambar 10. Grafik Ketersediaan 20 item obat indikator di Puskesmas Tahun 2015 - 2019
54.29
92.30
88.65
87.27
51.53
72.06
79.57
86.08
93.68
89.73
94.97
45.11
61.70
80.55
63.67
96.45
78.87
90.72
89.73
90.62
64.08
93.29
92.06
89.41
53.22
72.37
81.47
78.55
95.32
76.61
95.06
55.34
69.02
86.41
76.88
94.79
77.85
94.70
91.88
93.12
84.82
97.90
96.60
93.83
56.95
82.14
86.98
90.62
94.31
91.37
95.86
75.90
82.74
90.01
88.08
95.95
93.30
97.63
96.13
94.61
89.16
98.39
92.58
96.89
65.03
90.56
90.89
94.73
93.13
94.77
96.02
81.83
89.79
93.95
93.67
97.56
97.66
98.29
97.36
97.13
93.29
98.78
88.35
93.66
81.05
92.72
93.03
96.70
95.36
97.55
95.61
84.76
91.45
96.50
94.00
97.71
98.54
99.08
98.23
98.06
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Albendazol Tab
Amoxicillin 500mg Tab
Amoxicillin Syr
Deksametason Tab
Diazepam Injeksi 5mg/ml
Epinefrin (Adrenalin) Injeksi 0,1% (sebagai HCl)
Fitomenadion (Vitamin K) Injeksi
Furosemid Tab 40mg / Hidroklorotiazid (HCT)
Garam Oralit
Glibenklamid / Metformin
Kaptopril tab
Magnesium Sulfat Injeksi 20%
Metilergometrin Maleat Inj 0,200mg-1ml
Obat Anti Tuberkulosis Dewasa
Oksitosin Injeksi
Parasetamol 500mg Tab
Tablet Tambah Darah
Vaksin BCG
Vaksin Td
Vaksin DPT/DPT-HB/DPT-HB-Hib
Th. 2015 (%)
Th. 2016 (%)
Th. 2017 (%)
Th. 2018 (%)
Th. 2019 (%)
b. Permasalahan
Adapun permasalahan yang dihadapi dalam pencapaian indikator kinerja
persentase Puskesmas dengan Ketersediaan Obat dan Vaksin Esensial di tahun
2019 adalah :
1) Penyusunan rencana kebutuhan obat (RKO) dan BMHP belum optimal,
sehingga terdapat gap antara RKO dengan realisasi belanja obat dan
perbekalan kesehatan;
2) Beberapa item obat program belum terdapat di e-katalog obat nasional.
c. Upaya Pemecahan Masalah
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas
antara lain:
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 32
1. Mengoptimalkan koordinasi lintas sektor dan lintas program dalam
penyusunan rencana kebutuhan obat dan BMHP serta mengoptimalkan
pemanfaatan aplikasi e-Monev Katalog dalam memantau realisasi rencana
kebutuhan obat yang telah disusun;
2. Mendorong seluruh obat program untuk dapat tayang di e-katalog obat
nasional dan mengoptimalkan pemanfaatan obat program stok pusat (obat
buffer stok pusat) dalam pemenuhani ketersediaan obat program baik di
pusat maupun daerah;
d. Kegiatan yang Mendukung Pencapaian Indikator Kinerja
Adapun kegiatan yang mendukung pencapaian indikator Persentase
Puskesmas dengan Ketersediaan Obat dan Vaksin Esensial yang dilaksanakan
sepanjang tahun 2019 adalah sebagai berikut:
1) Menyediakan Obat dan Perbekalan Kesehatan (Program Kesehatan Ibu dan
Anak, Program Penyakit Tropis Terabaikan, Program Pencegahan dan
Pengendalian TB dan HIV/AIDS, Program Pengendalian Malaria) dan Vaksin;
2) Melakukan Koordinasi Penyusunan Perencanaan Kebutuhan Obat;
3) Mengevaluasi Katalog Obat dengan Industri Farmasi dan Satker/Faskes;
4) Mendistribusikan Obat, Vaksin dan Perbekalan Kesehatan;
5) Menyediakan Sistem Notifikasi Kekosongan Suplai Obat;
6) Melakukan Pendampingan Penerapan Aplikasi e-Monev Obat dan BMHP.
Gambar 11. Grafik Efisiensi Penggunaan Sumber Daya terhadap Capaian Indikator Kinerja
Kegiatan Persentase Puskesmas dengan Ketersediaan Obat dan Vaksin Esensial Tahun 2019
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 33
Perbandingan antara capaian indikator kinerja kegiatan Persentase
Puskesmas dengan Ketersediaan Obat dan Vaksin Esensial dengan persentase
realisasi anggaran kegiatan pendukungnya menyatakan adanya efisiensi
anggaran terhadap capaian kinerja, dimana capaian kinerja sebesar 101,41%
dapat terwujud dengan 66,66% penyerapan anggaran.
Gambar 12. Dokumentasi Kegiatan Pertemuan Koordinasi Penyusunan Perencanaan Kebutuhan Obat
Nasional Tahun 2019
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 34
2. Indikator Persentase Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota yang
Menerapkan Aplikasi Logistik Obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)
a. Kondisi yang dicapai
Indikator Persentase Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota
yang Menerapkan Aplikasi Logistik Obat dan BMHP ditetapkan dalam Revisi
Pertama Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 dan mulai
dipantau semenjak tahun 2017. Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota
dimaknai sebagai Instalasi Farmasi yang menerapkan aplikasi logistik obat dan
Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) jika memenuhi salah satu dari kriteria
sebagai berikut:
1) Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota/Provinsi menggunakan sistem informasi
obat dan BMHP elektronik (aplikasi e-logistik) mulai dari proses
penerimaan, LPLPO, distribusi, dan integrasi ke bank data pusat.
2) Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota/Provinsi menggunakan sistem informasi
obat dan BMHP elektronik sendiri berbasis database yang di dalamnya
terdapat fungsi manajemen logistik obat dan bahan medis habis pakai
(BMHP), dibuktikan dengan surat pernyataan Kepala Dinas Kesehatan.
Tahun 2019, realisasi indikator Persentase Instalasi Farmasi Provinsi
dan Kabupaten/Kota yang Menerapkan Aplikasi Logistik Obat dan BMHP
sebesar 40,51%, melebihi target yang telah ditetapkan yaitu sebesar 40%
dengan capaian sebesar 101,28%. Jika dibandingkan dengan tahun 2018
terdapat peningkatan realisasi sebesar 6,02%.
Gambar 13. Grafik Capaian Indikator Kinerja Persentase Instalasi Farmasi Provinsi dan
Kabupaten/Kota yang Menerapkan Aplikasi Logistik Obat dan BMHP Tahun 2017-2019
20%30%
40%20.26%
34.49%40.51%
101.30%
114.97%
101.28%
0
20
40
60
80
100
120
140
TA.2017 TA.2018 TA.2019
Target
Realisasi
Capaian
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 35
Hasil positif atas pencapaian target indikator kinerja Persentase
Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota yang Menerapkan Aplikasi
Logistik Obat dan BMHP dalam kurun waktu tiga tahun terakhir menunjukkan
keberhasilan pelaksanaan kegiatan peningkatan Tata Kelola Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan dalam mendorong penerapan dan pemanfaatan sistem
informasi manajemen logistik obat dan BMHP secara elektronik di Daerah.
Keberhasilan pencapaian target indikator kinerja tersebut didukung oleh hal-hal
sebagai berikut:
1) Dibentuknya Tim Pengumpulan Data Indikator Kinerja Kegiatan oleh Direktur
Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, dimana satu orang
bertanggung jawab terhadap satu provinsi, menyebabkan aliran pelaporan
data yang berkesinambungan dan ketaatan terhadap pelaporan meningkat;
2) Dilakukannya monitoring dan evaluasi terhadap capaian indikator kinerja
kegiatan secara berkala sehingga informasi akan kendala yang dihadapi
dapat diketahui sedini mungkin dan dapat segera diselesaikan;
3) Mengirimkan umpan balik berupa surat pemberitahuan mengenai pelaporan
data dan hasil evaluasi capaian indikator kinerja kepada Kepala Daerah guna
menginformasikan ketaatan pelaporan dan manfaat hasil laporan bagi
Daerah;
4) Memberikan penghargaan kepada Provinsi dan Kabupaten/Kota yang telah
menerapkan aplikasi e-Logistik secara konsisten;
5) Menyediakan dukungan berupa Dana Alokasi Khusus Bidang Kefarmasian
untuk pemanfaatan aplikasi logistik obat dan BMHP secara elektronik serta
Dana Dekonsentrasi untuk penerapan aplikasi e-Logistik di Provinsi dan
Kabupaten/Kota.
Penerapan dan pemanfaatan sistem informasi manajemen logistik obat
dan BMHP secara elektronik memungkinkan perolehan data dan informasi
terkait ketersediaan obat dan BMHP di setiap tingkat pelayanan kesehatan
secara otomatis. Informasi tersebut dapat digunakan sebagai dasar
pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan penetapan kebijakan dalam
menjaga ketersediaan obat dan BMHP baik di Pusat, Provinsi maupun
Kabupaten/Kota, sehingga masyarakat dapat menerima manfaat yang optimal
dari pelayanan kesehatan.
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 36
Jumlah Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota yang
menerapkan Aplikasi Logistik Obat dan BMHP juga mengalami peningkatan
dari tahun ke tahun. Semula di tahun 2017 terdapat 111 Instalasi Farmasi
Provinsi dan Kabupaten/Kota yang sudah menerapkan Aplikasi Logistik Obat
dan BMHP. Jumlah tersebut meningkat di tahun 2018 menjadi 189 Instalasi
Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota, dan di tahun 2019 menjadi 222 Instalasi
Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota dari 548 Instalasi Farmasi Provinsi dan
Kabupaten/Kota di Indonesia.
Gambar 14. Grafik Jumlah Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota yang
Menerapkan Aplikasi Logistik Obat dan BMHP Tahun 2017- 2019
0
100
200
300
400
500
600
TA.2017 TA.2018 TA.2019 Jumlah Instalasi Farmasi Provinsi/Kabupaten/Kota
di Indonesia
111189
222
548
b. Permasalahan.
Permasalahan yang menjadi tantangan dalam pencapaian indikator
kinerja Persentase Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota yang
Menerapkan Aplikasi Logistik Obat dan BMHP di tahun 2019 antara lain belum
adanya dukungan regulasi terkait sistem informasi manajemen logistik obat
dan BMHP serta banyaknya sistem pelaporan logistik obat di tingkat pusat dan
daerah.
c. Upaya Pemecahan Masalah.
Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan
tersebut di atas antara lain dengan menginisiasi penyusunan regulasi yang
dapat dijadikan acuan bagi implementasi sistem informasi manajemen logistik
di daerah untuk mengakomodasi kebutuhan daerah mengalokasikan sumber
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 37
daya, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi serta melakukan
integrasi (bridging) dengan bank data E-Logistik Nasional;
d. Kegiatan yang Mendukung Pencapaian Indikator.
Kegiatan yang mendukung pencapaian indikator kinerja Persentase
Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota yang Menerapkan Aplikasi
Logistik Obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) yang dilaksanakan
sepanjang tahun 2019 adalah sebagai berikut:
1) Melakukan Pemantapan Aplikasi e-Logistik serta e-Monev Katalog Obat dan
BMHP;
2) Melakukan Pendampingan Penerapan Aplikasi e-Logistik dan e-Monev Obat
dan BMHP.
Gambar 15. Grafik Efisiensi Penggunaan Sumber Daya terhadap Capaian Indikator Kinerja
Kegiatan Persentase Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota yang Menerapkan
Aplikasi Logistik Obat dan BMHP Tahun 2019
0
20
40
60
80
100
120
Capaian Indikator Kinerja Kegiatan
Realisasi Anggaran Kegiatan Pendukung IKK
101.28%
90.53%
Perbandingan antara capaian indikator kinerja kegiatan Persentase
Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota yang Menerapkan Aplikasi
Logistik Obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) dengan persentase
realisasi anggaran kegiatan pendukungnya menyatakan adanya efisiensi
anggaran terhadap capaian kinerja, dimana capaian kinerja sebesar 101,28%
dapat terwujud dengan 90,53% penyerapan anggaran.
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 38
Gambar 16. Dokumentasi Kegiatan Pendampingan Penerapan Aplikasi e-Logistik Obat dan BMHP
Tahun 2019
3. Indikator Persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota (IFK) yang Melakukan
Manajemen Pengelolaan Obat dan Vaksin Sesuai Standar.
a. Kondisi yang dicapai.
Tahun 2019, realisasi indikator persentase Instalasi Farmasi
Kabupaten/Kota (IFK) yang melakukan manajemen pengelolaan obat dan
vaksin sesuai standar sebesar 92,02%, melebihi target yang telah ditetapkan
Renstra Kementerian Kesehatan RI Tahun 2015-2019 yaitu sebesar 75%
dengan capaian sebesar 122,69%. Realisasi indikator kinerja ini selalu
mengalami peningkatan semenjak tahun 2015 dan bila dibandingkan dengan
tahun 2018, realisasinya mengalami peningkatan sebesar 2,33%.
Gambar 17. Grafik Capaian Indikator Persentase IFK yang Melakukan Manajemen
Pengelolaan Obat dan Vaksin Sesuai Standar Tahun 2015-2019
5560 65
70 7557.34
63.88
81.3289.69 92.02
104.25 106.47
125.11 128.13122.69
0
20
40
60
80
100
120
140
Th. 2015 Th. 2016 Th. 2017 Th. 2018 Th. 2019
Target (%) Realisasi (%) Capaian (%)
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 39
Jumlah Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota yang melakukan
manajemen pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar juga mengalami
peningkatan setiap tahunnya, dimana di tahun 2015 berjumlah 293 IFK dan
meningkat menjadi 473 IFK di tahun 2019. Peningkatan tersebut merupakan
tren positif yang menunjukkan konsistensi atas keberhasilan pelaksanaan
tugas dan fungsi kegiatan peningkatan tata kelola obat publik dan perbekalan
kesehatan, terutama di bidang manajemen pengelolaan obat dan perbekalan
kesehatan yang merupakan aspek yang sangat penting dalam menjamin
ketersediaan obat yang cukup, aman dan berkualitas dan berkontribusi
terhadap status kesehatan masyarakat.
Keberhasilan pencapaian target indikator kinerja tersebut didukung oleh
hal-hal sebagai berikut:
1) Dibentuknya Tim Pengumpulan Data Indikator Kinerja Kegiatan oleh Direktur
Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, dimana satu orang
bertanggung jawab terhadap satu provinsi, menyebabkan aliran pelaporan
data yang berkesinambungan dan ketaatan terhadap pelaporan meningkat;
2) Dilakukannya monitoring dan evaluasi terhadap capaian indikator kinerja
kegiatan secara berkala sehingga informasi akan kendala yang dihadapi
dapat diketahui sedini mungkin dan dapat segera diselesaikan;
3) Mengirimkan umpan balik berupa surat pemberitahuan mengenai pelaporan
data dan hasil evaluasi capaian indikator kinerja kepada Kepala Daerah guna
menginformasikan ketaatan pelaporan dan manfaat hasil laporan bagi
Daerah;
4) Verifikasi terhadap data yang dilaporkan dilakukan dengan memanfaatkan
sistem pelaporan data yang terintegrasi dengan mekanisme pelaporan data
daerah (aplikasi SIMADA) serta kunjungan langsung untuk melihat kondisi riil
Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota melalui kegiatan Pemantauan dan
Bimbingan Teknis Implementasi One Gate Policy Pengelolaan Obat Publik
dan Perbekalan Kesehatan di Daerah.;
5) Menyediakan dukungan berupa Dana Alokasi Khusus Bidang Kefarmasian
untuk pembangunan baru atau rehabilitasi IFK dan pemenuhan sarana
prasaranan.
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 40
Gambar 18. Grafik Jumlah IFK yang Melakukan Manajemen Pengelolaan Obat dan Vaksin Sesuai Standar Tahun 2015-2019
Th.2015
Th.2016
Th. 2017
Th. 2018
Th. 2019
Jumlah IFK di Indonesia
0 200 400 600
293
329
418
461
473
514
Skor total minimal yang digunakan sebagai standar penilaian untuk
Instalasi Farmasi yang memenuhi syarat adalah 70. Penilaian meliputi porsi
sumber daya (60%) dan porsi manajemen pengelolaan (40%). Pelaporan
dilaksanakan secara berjenjang dari Kabupaten/Kota ke Provinsi dan Pusat
setiap semester menggunakan kertas kerja sesuai Petunjuk Teknis Tata
Laksana Indikator Kinerja Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
Tahun 2017-2019.
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 41
Gambar 19. Grafik Persentase IFK yang Melakukan Manajemen Pengelolaan Obat dan Vaksin
Sesuai Standar Tahun 2019
50.00%
53.85%
70.00%
75.00%
80.00%
81.82%
82.76%
83.33%
86.67%
87.88%
90.00%
90.00%
90.91%
91.30%
92.31%
92.59%
92.86%
94.12%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00%
DKI Jakarta
Papua Barat
Maluku Utara
Target Th. 2019
Sulawesi Utara
Maluku
Papua
Riau
Lampung
Sumatera Utara
NTB
Bengkulu
NTT
Aceh
Sulawesi Tengah
Jawa Barat
Kalimantan Barat
Sumatera Selatan
Banten
Bangka Belitung
Gorontalo
Kalimantan Tengah
Sulawesi Selatan
Bali
Kalimantan Timur
Sulawesi Tenggara
Jawa Timur
Kalimantan Utara
Jambi
Kalimantan Selatan
Jawa Tengah
DI. Yogyakarta
Sumatera Barat
Sulawesi Barat
Kepulauan Riau
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 42
Gambar 20. Grafik Persentase IFK yang Melakukan Manajemen Pengelolaan Obat dan Vaksin
Sesuai Standar Tahun 2018
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 43
Gambar 21. Grafik Persentase IFK yang Melakukan Manajemen Pengelolaan Obat dan Vaksin Sesuai
Standar Tahun 2015-2017
4.35
70.00
66.67
77.78
62.50
70.00
71.43
57.14
84.62
70.00
60.00
16.67
57.14
12.50
20.00
51.72
46.15
12.12
78.95
66.67
57.14
88.24
85.71
80.00
73.33
66.67
75.00
55.26
100.00
45.45
64.29
78.57
80.00
40.00
33.33
84.62
64.71
16.67
83.33
79.31
14.29
78.26
72.73
100.00
100.00
85.71
100.00
82.35
100.00
70.00
93.33
0
88.89
87.50
100.00
100.00
63.16
88.89
90.00
86.36
100.00
92.86
100.00
100.00
40.00
73.33
100.00
100.00
82.35
75.00
100.00
27.27
60.00
86.21
7.69
- 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00
ACEH
SUMATERA UTARA
SUMATERA BARAT
RIAU
KEPULAUAN RIAU
JAMBI
SUMATERA SELATAN
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
BENGKULU
LAMPUNG
DKI JAKARTA
JAWA BARAT
BANTEN
JAWA TENGAH
DI. YOGYAKARTA
JAWA TIMUR
BALI
NTB
NTT
KALIMANTAN BARAT
KALIMANTAN TENGAH
KALIMANTAN SELATAN
KALIMANTAN TIMUR
KALIMANTAN UTARA
SULAWESI UTARA
SULAWESI BARAT
SULAWESI TENGAH
SULAWESI TENGGARA
SULAWESI SELATAN
GORONTALO
MALUKU
MALUKU UTARA
PAPUA
PAPUA BARAT
Tahun 2017 (%)
Tahun 2016 (%)
Tahun 2015 (%)
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 44
Provinsi DI. Yogyakarta menjadi provinsi yang paling sering memiliki skor
rata-rata tertinggi yaitu di tahun 2015 (87,07), 2017 (90,03), dan 2018 (94,01).
Sedangkan di tahun 2016 skor rata-rata tertinggi dimiliki oleh Provinsi Sumatera
Barat (87,29). Provinsi Kepulauan Riau menjadi provinsi dengan skor rata-rata
tertinggi di tahun 2019 yaitu 92,43. Pelaksanaan verifikasi terhadap data yang
dilaporkan oleh daerah memberikan koreksi terhadap hasil penilaian sehingga
bila dibandingkan dengan tahun 2018, skor rata-rata tertinggi di tahun 2019
mengalami penurunan sebesar 1,58.
Sementara itu Provinsi DKI Jakarta menjadi provinsi yang paling sering
memiliki skor rata-rata terendah yaitu di tahun 2015 dan 2016 (53.67), 2018
(59.73) dan 2019 (65.58). Hal ini dikarenakan Provinsi DKI Jakarta memiliki
bentuk pemerintahan daerah khusus sehingga berdampak kepada organisasi
institusi kesehatan, dimana sebagian besar pengelolaan obatnya dilakukan oleh
Puskesmas Kecamatan. Sedangkan di tahun 2017 skor rata-rata terendah
dimiliki oleh Provinsi Kalimantan Utara (31,68), dikarenakan ada tiga Instalasi
Farmasi Kabupaten/Kota yang tidak mengirimkan laporan hingga batas waktu
yang telah ditetapkan.
Jumlah Provinsi yang memiliki skor rata-rata kurang dari 70 mengalami
penurunan setiap tahunnya dimana hal ini merupakan sebuah tren yang
positif. Tahun 2015 sejumlah 12 Provinsi mempunyai skor rata-rata di bawah
70, sedangkan di tahun 2016 jumlah tersebut berkurang menjadi 7 Provinsi,
tahun 2017 menjadi 6 Provinsi, tahun 2018 menjadi 2 Provinsi dan di tahun 2019
jumlah tersebut kembali berkurang menjadi hanya satu Provinsi yaitu DKI
Jakarta.
Gambar 22. Grafik Jumlah IFK yang memiliki skor Manajemen Pengelolaan Obat dan Vaksin
Sesuai Standar < 70 Tahun 2015-2019
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 45
Gambar 23. Grafik Skor Rata-Rata IFK yang Melakukan Manajemen Pengelolaan Obat dan
Vaksin Sesuai Standar Tahun 2019
65.58
70.00
70.15
76.32
77.47
79.58
79.67
80.55
81.80
81.80
81.82
82.39
82.53
83.29
83.86
84.21
84.77
85.40
85.64
85.64
85.68
85.71
86.02
86.28
86.75
86.87
86.98
87.74
87.92
91.31
91.67
92.16
92.21
92.40
92.43
0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00
DKI Jakarta
Target Skor
Papua Barat
Maluku Utara
Papua
Lampung
Sulawesi Utara
Maluku
Bengkulu
NTT
Sumatera Utara
Banten
Aceh
Jawa Barat
Sumatera Selatan
Riau
Bangka Belitung
Sulawesi Tengah
Gorontalo
Kalimantan Tengah
Sulawesi Selatan
Bali
Kalimantan Timur
Kalimantan Barat
Sulawesi Tenggara
Jawa Timur
NTB
Kalimantan Utara
Jambi
Kalimantan Selatan
Jawa Tengah
DI. Yogyakarta
Sumatera Barat
Sulawesi Barat
Kepulauan Riau
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 46
Gambar 24. Grafik Skor Rata-Rata IFK yang Melakukan Manajemen Pengelolaan Obat dan
Vaksin Sesuai Standar Tahun 2018
0 20 40 60 80 100
DKI Jakarta
Papua Barat
Target Skor
Maluku
Maluku Utara
Bengkulu
Papua
Kalimantan Utara
Sumatera Selatan
Banten
Sulawesi Tengah
NTT
Sumatera Utara
Lampung
Kalimantan Tengah
Sulawesi Selatan
Jawa Barat
Bangka Belitung
Sumatera Barat
Sulawesi Utara
Bali
Sulawesi Barat
Gorontalo
Kalimantan Timur
Riau
Sulawesi Tenggara
NTB
Jambi
Jawa Timur
Kalimantan Barat
Kepulauan Riau
Aceh
Jawa Tengah
Kalimantan Selatan
DI. Yogyakarta
59.73
63.79
70.00
72.86
74.99
75.83
76.85
77.22
79.90
80.57
80.90
82.08
82.76
83.08
83.44
83.45
83.92
85.02
85.13
85.41
85.52
86.13
86.48
86.80
87.20
87.28
87.52
87.54
88.13
88.73
90.12
90.33
90.68
93.32
94.01
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 47
Gambar 25. Grafik Skor Rata-Rata IFK yang Melakukan Manajemen Pengelolaan Obat dan
Vaksin Sesuai Standar Tahun 2015-2017
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00
ACEH
SUMATERA UTARA
SUMATERA BARAT
RIAU
KEPULAUAN RIAU
JAMBI
SUMATERA SELATAN
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
BENGKULU
LAMPUNG
DKI JAKARTA
JAWA BARAT
BANTEN
JAWA TENGAH
DI. YOGYAKARTA
JAWA TIMUR
BALI
NTB
NTT
KALIMANTAN BARAT
KALIMANTAN TENGAH
KALIMANTAN SELATAN
KALIMANTAN TIMUR
KALIMANTAN UTARA
SULAWESI UTARA
SULAWESI BARAT
SULAWESI TENGAH
SULAWESI TENGGARA
SULAWESI SELATAN
GORONTALO
MALUKU
MALUKU UTARA
PAPUA
PAPUA BARAT
63.58
81.41
73.77
81.96
78.52
76.02
76.18
67.63
84.97
87.07
80.97
81.13
78.54
73.09
80.20
74.58
68.11
60.97
72.02
61.53
73.07
57.29
64.88
66.40
73.70
61.95
87.29
74.42
74.12
82.13
72.82
81.66
79.12
75.59
53.67
75.48
78.07
85.96
85.93
80.40
82.09
83.45
67.90
76.91
75.55
85.95
76.51
71.08
70.49
59.43
76.86
70.71
65.72
74.06
68.41
71.32
72.56
61.80
80.19
73.95
85.13
86.45
86.30
79.18
77.38
85.02
75.83
83.71
59.73
82.89
81.75
88.87
90.03
55.01
79.02
88.23
81.05
86.01
83.44
83.34
82.28
31.68
79.99
87.12
80.30
75.71
66.05
85.81
67.43
73.59
78.18
60.36
Tahun 2017 (%) Tahun 2016 (%) Tahun 2015 (%)
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 48
b. Permasalahan.
Pencapaian indikator Persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota
(IFK) yang melakukan Manajemen Pengelolaan Obat dan Vaksin sesuai
standar di tahun 2019 tidak terlepas dari permasalahan. Kurang optimalnya
koordinasi antara bagian perencanaan dengan bidang kefarmasian di
beberapa daerah berdampak pada pemenuhan sarana dan prasarana IFK,
terutama kaitannya dengan pengajuan alokasi anggaran Dana Alokasi Khusus
(DAK). Selain itu di beberapa Kabupaten/Kota, penugasan untuk pengusulan
menu pada anggaran DAK bidang kefarmasian adalah bidang penyusunan
program Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sehingga perencanaan terhadap
pemenuhan sarana prasarana di Instalasi Farmasi tidak sesuai dengan yang
diharapkan.
c. Upaya Pemecahan Masalah.
Adapun upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut
di atas antara lain dengan menerbitkan surat rekomendasi dari Direktur Tata
Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan setelah pelaksanaan kegiatan
Pemantauan dan Bimbingan Teknis Implementasi One Gate Policy
Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di Daerah, yang dapat
dijadikan dasar dalam mempertajam perencanaan pemenuhan sarana dan
prasarana IFK dengan menggunakan sumber dana yang berasal dari APBD II
maupun DAK bidang kefarmasian.
d. Kegiatan yang Mendukung Pencapaian Indikator.
Adapun kegiatan yang mendukung pencapaian indikator kinerja
Persentase IFK yang Melakukan Manajemen Pengelolaan Obat dan Vaksin
Sesuai Standar yang dilaksanakan sepanjang tahun 2018 adalah sebagai
berikut:
1) Memantapkan Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan;
2) Pemantauan dan Bimbingan Teknis Implementasi One Gate Policy
Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di Daerah;
3) Melakukan Bimbingan Wilayah Binaan terkait Tata Kelola Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan.
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 49
Gambar 26. Grafik Efisiensi Penggunaan Sumber Daya terhadap Capaian Indikator Kinerja
Kegiatan Persentase IFK yang Melakukan Manajemen Pengelolaan Obat dan Vaksin sesuai
Standar Tahun 2019
0
20
40
60
80
100
120
140
Capaian Indikator Kinerja Kegiatan
Realisasi Anggaran Kegiatan Pendukung IKK
122.69%
94.06%
Gambar 27. Dokumentasi Hasil Kegiatan Memusnahkan Obat dan Perbekalan Kesehatan di Instalasi Farmasi Pusat Tahun 2019
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 50
Dalam mencapai sasaran kegiatan peningkatan tata kelola obat publik
dan perbekalan kesehatan pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan,
selain melaksanakan kegiatan yang mendukung langsung pencapaian indikator
kinerja kegiatan juga menjalankan kegiatan dukungan manajemen administrasi
perkantoran sebagai berikut:
1) Melakukan Koordinasi Kerja Bidang Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan;
2) Melaksanakan Evaluasi Program Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan;
3) Layanan dukungan Manajemen Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan yang meliputi Penyusunan Rencana Program dan Rencana
Anggaran, Pengelolaan Keuangan dan Perbendaharaan, serta Pelayanan
Umum, Pelayanan Rumah Tangga dan Perlengkapan;
4) Penyediaan Peralatan dan Fasilitas Perkantoran;
5) Layanan Operasional dan pemeliharaan Kantor.
B. REALISASI ANGGARAN
Alokasi anggaran Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
berdasarkan DIPA tahun 2019 semula berjumlah Rp.4.198.405.718.000,-. Dalam
perjalanan pelaksanaan kegiatan, terjadi revisi DIPA sebanyak dua kali dikarenakan
adanya efisiensi dan penambahan dana Hibah Luar Negeri (HLN) dari Global Alliance
for Vaccine Immunization (GAVI) dan WHO sehingga nilai anggaran DIPA tahun 2019
akhir menjadi Rp. 2.567.912.396.000,-.
Dana hibah GAVI tahun 2019 dipergunakan untuk penyediaan ADS (Auto
Disable Syringe) dan Safety Box. Sementara dana hibah WHO dipergunakan untuk
pelaksanaan kegiatan :
1. Penentuan Instalasi Farmasi Pemerintah sebagai Pusat Pembelajaran Tata Kelola
Obat Tersertifikasi ISO 9001:2015;
2. Sertifikasi ISO 9001:2015 Untuk Manajemen Tata Kelola Obat Di Instalasi Farmasi
Pemerintah - Fase III di Kabupaten Karanganyar;
3. Melakukan Penghitungan Awal Biaya Satuan untuk Sertifikasi ISO 9001: 2015
Manajemen Tata Kelola Obatdi Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten / Kota;
4. Sertifikasi ISO 9001:2015 Untuk Manajemen Tata Kelola Obat Di Instalasi Farmasi
Pemerintah.
Nilai anggaran yang terealisasi di tahun 2019 sebesar Rp.1.713.794.599.187,-
dengan persentase sebesar 66,74%. Persentase realisasi anggaran di tahun 2019
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 51
mengalami penurunan sebesar 15,37% bila dibandingkan dengan tahun 2018
dikarenakan hal-hal sebagai berikut :
1. Adanya perbedaan jumlah antara rencana kebutuhan obat (RKO) program pada
saat proses penyediaan di tahun berjalan (2019) dengan RKO program yang
digunakan sebagai dasar penyusunan anggaran di tahun sebelumnya (2018).
2. Optimalisasi pemanfaatan obat program stok pusat (obat Buffer Stock Pusat)
dalam pemenuhan ketersediaan obat program di daerah sehingga belanja obat di
tahun 2019 tidak maksimal.
3. Penyediaan beberapa item Obat Program tidak dapat diproses karena :
a. Tidak terdapat di e-Katalog Obat Nasional.
b. Khusus untuk penyediaan Vaksin Influenza, tidak ada usulan dari Pusat
Kesehatan Haji.
Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan telah
melakukan langkah-langkah strategis untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas
dan telah diuraikan dalam sub bab capaian kinerja pada bab III.
Tabel 7. Alokasi dan Realisasi Anggaran Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan Tahun 2015-2019
Tahun Alokasi Realisasi Persentase
2015 Rp. 1.631.612.131.000,- Rp. 1.599.658.624.605,- 98,04%
2016 Rp. 2.955.647.197.000,-
Rp. 2.482.995.585.076 84,01%
Rp. 2.517.036.899.000,- *) 98,65% *)
2017 Rp. 3.150.602.864.000,- Rp. 3.139.052.391.603,- 99,63%
2018 Rp. 4.797.325.075.000,- Rp. 3.939.003.833.931,- 82,11%
2019 Rp. 2.567.912.396.000,- Rp.1.713.794.599.187,- 66,74%
*) Nilai sesudah terbitnya Inpres Nomor 8 tahun 2016 (self blocking)
Tabel 8. Rincian Alokasi dan Realisasi Anggaran Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan Tahun 2019
Keterangan Anggaran Alokasi Realisasi Persentase
Penyediaan Obat, Vaksin & BMHP Rp. 2.543.787.102.000,- Rp. 1.692.130.247.609,- 66,52%
Hibah GAVI Rp. 2.922.811.000,- Rp. 2.904.195.744,- 99,36%
Hibah WHO Rp. 876.403.000,- Rp. 876.403.000,- 100,00%
Tugas Pokok & Fungsi (Tupoksi)
Direktorat Tata Kelola Obat Publik
dan Perbekkes
Rp. 20.326.080.000,- Rp. 17.883.752.834,- 87,98%
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 52
Rerata capaian indikator kinerja kegiatan Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan tahun 2019 adalah sebesar 108,46%. Rerata tersebut didapat
dari perhitungan rerata tertimbang antara 3 indikator kinerja kegiatan Direktorat Tata
Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan yang terdiri dari 1). Persentase
Puskesmas dengan Ketersediaan Obat dan Vaksin Esensial dengan capaian sebesar
101,41%; 2). Persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota yang melakukan Manajemen
Pengelolaan Obat dan Vaksin Sesuai Standar dengan capaian sebesar 122,69%; dan
3). Persentase Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota yang menerapkan
aplikasi logistik obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) dengan capaian sebesar
101,28%.
Perbandingan antara rerata capaian indikator kinerja kegiatan dengan
persentase realisasi anggaran Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan menyatakan terwujudnya efisiensi anggaran terhadap capaian kinerja,
dimana capaian kinerja sebesar 108,46% dapat terwujud dengan 66,74% penyerapan
anggaran.
Gambar 28. Grafik Efisiensi Penggunaan Sumber Daya Terhadap Capaian Indikator Kinerja Direktorat
Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Tahun 2019
0
20
40
60
80
100
120
Rerata Capaian Kinerja TA. 2019
Realisasi Anggaran TA. 2019
108.46%
66.74%
C. SUMBER DAYA MANUSIA
Untuk mencapai target kinerja yang ditetapkan, sumber daya manusia mutlak
diperlukan dalam usaha pencapaian target organisasi. Aparatur Sipil Negara (ASN) di
lingkungan Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan pada tahun
2019 berjumlah 33 orang, lebih rendah bila dibandingkan dengan tahun 2018 yaitu
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 53
sebanyak 35 orang. Hal ini dikarenakan adanya dua orang ASN yang memasuki masa
purna bakti.
Adapun komposisi ASN di lingkungan Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan Tahun 2015-2019 dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut ini:
Tabel 9. Jumlah ASN di Lingkungan Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan
KesehatanTahun 2015-2019 Menurut Jabatan
ASN Menurut Jabatan Jumlah
Th. 2015 Th. 2016 Th. 2017 Th. 2018 Th. 2019
Jabatan Struktural 14 13 14 13 14
Jabatan Fungsional Tertentu 1 0 0 0 0
Jabatan Pelaksana 24 24 23 22 19
Total : 39 37 37 35 33
Gambar 29. Grafik Persentase ASN Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
Tahun 2015-2019 Menurut Jabatan
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
TA.2015 TA.2016 TA.2017 TA.2018 TA.2019
35.90%
35.14%
37.84%
37.14%
42.42%2.56%
61.54%
64.86%
62.16%62.86%
57.58%
Jabatan Pelaksana
Jabatan Fungsional Tertentu
Jabatan Struktural
Tabel 10. Jumlah ASN di Lingkungan Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
Tahun 2015-2019 Menurut Golongan
ASN Menurut Golongan Jumlah
Th. 2015 Th. 2016 Th. 2017 Th. 2018 Th. 2019
Golongan II 3 2 1 0 0
Golongan III 26 24 25 24 23
Golongan IV 10 11 11 11 10
Total : 39 37 37 35 33
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 54
Gambar 30. Grafik Persentase ASN Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Tahun 2015-2019 Menurut Golongan
7.69% 5.41% 2.7%
66.67%
64.86%
67.57%68.57%
69.70%
25.64%29.73% 29.73%
31.43%30.30%
0
20
40
60
80
100
TA.2015 TA.2016 TA.2017 TA.2018 TA.2019
Golongan IV
Golongan III
Golongan II
Tabel 11. Jumlah ASN di Lingkungan Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
Tahun 2015-2019 Menurut Pendidikan
ASN Menurut Pendidikan Jumlah
Th. 2015 Th. 2016 Th. 2017 Th. 2018 Th. 2019
S2 Non Apoteker 2 1 1 0 0
S2 dan Apoteker 6 7 7 7 9
Apoteker 18 17 17 16 12
Dokter Gigi 1 0 0 0 0
S1 5 5 5 7 8
D3 5 5 5 3 3
SMA 2 2 2 2 1
Total : 39 37 37 35 33
Gambar 31. Grafik Persentase ASN Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
Tahun 2015-2019 Menurut Pendidikan
5.13% 2.7% 2.7%
15.38% 18.92% 18.92% 20%27.27%
46.15% 45.95% 45.95% 45.72% 36.37%
2.57%
12.82% 13.51% 13.51% 20% 24.24%
12.82% 13.51% 13.51% 8.57% 9.09%5.13% 5.41% 5.41% 5.71% 3.03%
0
20
40
60
80
100
120
TA.2015 TA.2016 TA.2017 TA.2018 TA.2019
SMA
D3
S1
Dokter Gigi
Apoteker
S2 dan Apoteker
S2 Non Apoteker
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 55
Tabel 12. Jumlah ASN di Lingkungan Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
Tahun 2015-2019 Menurut Jenis Kelamin
ASN Menurut Jenis Kelamin Jumlah
Th. 2015 Th. 2016 Th. 2017 Th. 2018 Th .2019
Pria 12 11 11 11 11
Wanita 27 26 26 24 22
Total : 39 37 37 35 33
Gambar 32. Grafik Persentase ASN Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
Tahun 2015-2019 Menurut Jenis Kelamin
30.77%29.73% 29.73%
31.43%
33.33%
69.23%
70.27% 70.27%
68.57%
66.67%
0
20
40
60
80
100
120
TA.2015 TA.2016 TA.2017 TA.2018 TA.2019
Wanita
Pria
Berdasarkan analisis beban kerja (ABK) dari tahun 2015, 2016, 2017, 2018 dan
2019, jumlah ideal ASN yang dibutuhkan Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan selalu meningkat setiap tahunnya, yaitu 69 orang, 82 orang
92 orang, 108 orang dan 104 orang. Berbanding terbalik dengan jumlah ASN yang
selalu berkurang setiap tahun dimana di tahun 2015 sebanyak 39 orang, tahun 2016
dan 2017 sebanyak 37 orang, tahun 2018 sebanyak 35 orang dan di tahun 2019
berjumlah 33 orang. Berdasarkan kondisi tersebut maka masih sangat diperlukan
peningkatan jumlah ASN di lingkungan Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan.
Secara teknis sumber daya manusia dapat menunjang keberhasilan dalam
mencapai tujuan apabila mencukupi dari sisi jumlah, jenis dan kualitas, serta profesional
di bidangnya. Apabila sumber daya manusia yang dimiliki mempunyai motivasi,
kreativitas dan kredibilitas tinggi, serta mampu beradaptasi dan berinovasi dengan
perkembangan teknologi dan situasi, maka pencapaian kinerja tentunya akan semakin
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 56
baik. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia
Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan antara lain melalui
penugasan pegawai untuk mengikuti kegiatan sebagai berikut:
1. Pembekalan kepada Staf Teknis tentang Pengelolaan Obat Publik dan Perbekkes
serta Penerapan Aplikasi Logistik Obat dan BMHP;
2. Pelatihan dalam rangka sertifikasi ISO 9001 : 2015;
3. Assessment ASN Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan;
4. Penugasan untuk mengikuti Pekan Ilmiah Tahunan 2019 dengan tema “ Enhancing
Public Access to Pharmacists in Digital Area”;
5. Tugas Belajar Program Pendidikan S-2 Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat,
peminatan Kebijakan dan Hukum Kesehatan serta Biostatistika;
6. Pelatihan Terintegrasi PPIH;
7. Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa.
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 57
BAB IV
PENUTUP
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
Tahun 2019 disusun sebagai wujud pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan
dan penggunaan anggaran dalam mencapai sasaran dan target kinerja yang
telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-
2019 dan mengacu kepada Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah serta Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian
Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
Laporan Kinerja ini menyajikan berbagai keberhasilan, tantangan maupun upaya
yang dilakukan dalam mencapai sasaran sebagaimana yang telah ditetapkan didalam
dokumen perjanjian kinerja dan dokumen perencanaan kegiatan peningkatan tata kelola
obat publik dan perbekalan kesehatan pada tahun anggaran 2019, yang tercermin dalam
capaian Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) serta analisis kinerja berdasarkan tujuan dan
sasaran. Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan telah berhasil
mencapai seluruh target yang telah ditetapkan di dalam dokumen perencanaan tahun
2019.
Keberhasilan ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk pelaksanaan kegiatan yang
telah dicanangkan pada periode berikutnya sehingga pelaksanaan kegiatan di masa
mendatang dapat dilaksanakan secara lebih efektif dan efisien. Sinergi antara perencanaan,
pelaksanaan, dan pemantauan serta evaluasi pelaksanaan kegiatan peningkatan tata kelola
obat publik dan perbekalan kesehatan perlu dipertahankan dan terus ditingkatkan sehingga
terjadi keterpaduan dalam mencapai akuntabilitas kinerja yang diharapkan. Untuk itu fokus
strategi dalam pelaksanaan kegiatan di tahun 2020 antara lain :
1. Percepatan realisasi anggaran melalui pelaksanaan percepatan belanja modal dan
penyediaan obat, vaksin dan BMHP;
2. Penguatan dalam manajemen tata kelola obat dan perbekalan kesehatan;
3. Penguatan implementasi aplikasi e-monev katalog obat dan aplikasi logistik obat dan
BMHP;
4. Peningkatan koordinasi internal dan eksternal serta lintas program;
5. Monitoring dan evaluasi secara berkala sebagai upaya mitigasi dalam pelaksanaan
kegiatan peningkatan tata kelola obat publik dan perbekalan kesehatan.
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 58
Kami menyadari masih terdapat kekurangan dalam penyajian Laporan Kinerja
Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Tahun 2019 ini. Untuk
itu atas nama Direktorat Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan kami berterima kasih
atas masukan maupun saran perbaikan demi terwujudnya Laporan Kinerja Direktorat Tata
Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan yang lebih baik lagi di masa mendatang, serta
perbaikan bagi penyempurnaan dokumen perencanaan serta pelaksanaan kegiatan di
periode berikutnya.
Akhir kata, semoga Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan Tahun 2019 ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat dalam
pelaksanaan evaluasi akuntabilitas kinerja serta penyempurnaan berbagai kebijakan yang
diperlukan bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
* * *
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 59
Lampiran 1
Perjanjian Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan Tahun 2019
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 60
Lampiran 2
Rencana Kinerja Tahunan Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan Tahun 2019
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 61
Lampiran 3
Capaian Indikator Kinerja Persentase Puskesmas dengan Ketersediaan Obat dan Vaksin Esensial Tahun 2019
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 62
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 63
Lampiran 4
Capaian Indikator Kinerja Persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota yang
Melakukan Manajemen Pengelolaan Obat dan Vaksin Sesuai Standar Tahun
2019
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 64
Lampiran 5
Capaian Indikator Kinerja Persentase Instalasi Farmasi Provinsi dan
Kabupaten/Kota yang Menerapkan Aplikasi Logistik Obat dan BMHP Tahun
2019
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 65
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 66
Laporan Kinerja Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Th.2019 67
Top Related